KELAS: X MIPA 6
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………..
BAGIAN 4: Identitas dalam Kebersamaan……………
Bab 16: Identitas orang percaya…………………………………….
a. Murid Kristus………………………………………………………
b. Bangsa yang Terpilih………………………………………………
c. Umat Kepunyaan Allah……………………………………………
d. Bangsa yang Kudus……………………………………………….
e. Imamat yang Rajani………………………………………………..
Bab 17: Hidup Sebagai Mahkluk Sosial……………………………..
Pengertian Manusia Diciptakan sebagai Mahkluk Sosial…………….
Kegiatan Elaborasi………………………………………………………
Bab 18: Memaknai Kehidupan Bersama Orang Lain……………….
a. Garam dan Terang Dunia……………………………………………
b. Bersahabat……………………………………………………………..
c. Berpacaran…………………………………………………………….
d. Bermasyarakat…………………………………………………..
Kesimpulan……………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetauan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun,
Orang percaa dipilih allah untuk menjadi bangsa pilihan-nya. Bangsa yang terpilih
mengandung silsilah kekerabatan, dan dapat berarti hubungan yang di arahkan baik kepada
Allah maupun sesama manusia, sebagaimana diwujudkan dalam kelahiran baru (Ef, 1:4 &
Yes, 43:10, 20-21, 44:1-2). Dalam perjanjian lama, bangsa Israel dikatakan umat pilihan, dan
di perjanjian baru, orang-orang percaya dipanggil sebagai orang pilihan. Bangsa yang kudus
mengandung arti panggilan yang mencerminkan keadaan Allah, yang telah memanggilnya (1
Ptr, 1:16 & UL. 28:9). Pilihan ini di dasarkan pada:
a. KASIH KARUNIA, pemilihan bukan karena kelayakan manusia berdosa di hadapan
Allah, tetapi karena belas kasih Allah. Sebagai implementasinya, orang percaya harus
hidup dalam kemurahan hati dan penuh belas kasih kepada orang lain.
b. KEDAULATAB ALLHA, pemilihan adalah kuasa mutlak dari Allah. Hak Allah yang
tidak dapat di ganggu gugat oleh siapapun. Pilihan Allah tidak pernah salah meskipun
orang-orang pilihan-nya bukanlah orang sempurnah.
c. SIFAT KEKEKALAN ALLAH, pilihan allah atas orang percaya adalah pemilihan yang
bersifat kekal, tidak dapat di batalkan dan bernilai kekal, sebab akan berlangsung terus
sampai ke surge kelak.
d. Pemilihan Allah ini dilakukan di dalam dan melalui yesus Kristus, artinya, pertama,
agar orang pilihan menjadi serupa dengan kristus, agar menjadi kudus dengan tingkah
laku seperti kristus didalam dunia ini (Ef. 1:4, Rm. 8:29), kedua, orang pilihan telah
ditebus dari utang dosa, ketiga, berkat-berkat yang menyertai akan dialami dalam
persekutuan dengan kristus.
Orang Kristen dipilih supaya menjadi anak yang taat kepada Allah.Ia dipilih bukan
untuk melakukan kehendaknya,tetapi untuk melakukan kehendak Allah. Orang percaya harus
berperilaku baik. Dalam kehidupan bersama dengan orang lain, identitas ini mendorong orang
percaya untuk menjaga kekudusan hidup ( kol. 3:12-17 ) dan mencerminkan kristus dalam
semua kehidupannya.
Dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah mesir, Musa seolah-olah selalu
mengingatkan bahwa meskipun bangsa Israel sering memberontak melawan Allah, namun
mereka adalah umat milik Allah, (kel, 33:13). Kata ‘umat-Mu’ menunjukan kepada
kepemilikan yang tidak akan berakhir, kepemilikan allah atas bangsa Israel tidak di dasarkan
atas kelayakan bangsa Israel di hadapan allah melainkan atas kemauan allah untuk menjadi
allah bagi bangsa itu.
Identitas orang percaya sebagai orang yang kudus berhubungan dengan perubahan moral
dan spiritual orang percaya yang sudah dibenarkan, mengalami kelahiran kembali (=
pertobatan) dan dikaruniai hidup yang baru oleh Tuhan. Bangsa yang dikuduskan Tuhan
berarti telah dikuduskan bagi Allah untuk melaksanakn tugas khusus memberitakan kerajaan
Allah.
Hidup bersama orang lain baik dalam pekerjaan, bergereja, berkomunikasi atau bersahabat
maupun dalm kehidupan masyarakt di sekitar rumah kita, Orang percaya harus menyatakan
identitasnya dengan gaya hidup yang menjaga kekudusan; dalam berbicara kita menggunakan
kata-kata yang benar dan pantas, bersikap sopan, berperilaku yang berkenan kepada Allah
serta bertindak benar.
Imamat yang rajani tidak berbicara tentang imam dan raja. Imam adalah fungsi dan tugas
setiap anak Allah. Itulah mengapa imam bukan merupakan jabatan yang diberikan untuk
memperlengkapi pergerakan orang kudus. Imamat yang rajani dalam bahasa aslinya adalah
royal priestbood.
Orang percaya adalah imam dan raja yang melayani. Seorang imam memiliki akses
langsung kepada Tuhan, seorang saksi Yesus yang mengantar orang agar mengenal Yesus.
Seorang raja memiliki kuasa dan otoritas atas dosa, penyakit dan kuasa kegelapan. Setiap
orang percaya dipanggil untuk melayani! Perhatikan pernyataan Rasul Petrus dalam 1 Ptrs 2:9.
Imamat Rajani adalah prinsip kasih yang berfungsi. Setiap kita memiliki sesuatu yang
diperlukan oleh orang lain. Yang Tuhan berikan kepada kita tidak untuk kita pribadi, tetapi
untuk dibagikan kepada yang lain. Kalau kita tidak mau melayani atau berfungsi, hal itu
menandakan kasih Kristus belum berakar dalam kita dan kita masih diliputi.
Pada Kejadian.2:20-25 Sebagian orang menafsirkan ayat-ayat itu hanya sebatas pasangan
yang sepadan atau kisah penciptaan pertama. Tetapi, ayat itu juga hendak mengatakan bahwa
sejak mulanya Allah telah menciptakan manusia sebagai mahkluk social yang saling
membutuhkan, saling melengkapi dan memberi arti bagi hidup sesamanya.
Memaknai penyataan Allah tersebut, maka orang percaya yang tidak dapat hidup tanpa
sesamanya, harus mengupayakan dan memelihara kelangsungan kehidupan bersama dengan
orang lain. Menerima kenyataan ini berarti menerima tanggung jawab untuk mengutamakan
orang lain, bahkan bersedia mengorbankan dirinya untuk membangun kehidupan orang lain di
sekitarnya.
B. Bersahabat
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis, tetapi membutuhkan proses yang panjang.seperti
besi menajamkan besi,demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.persahabatan diwarnai
dengan berbagai pengalaman suka dan duka, di hibur – disakiti,diperhatikan –
dikecewakan,didengar – di abaikan,dibantu – di tolak,namun semua ini tidak pernah sengaja di
lakukan ntuk melampiaskan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan.
Justru karena ksasihnya ia berani menegur. Tidak ada persahabatan yang di awali dengan
sikap egois.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejadi, namun tidak semua orang berhasil
mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namu ada
juga yang sebalikmya.
Alkitab memberi contoh sahabat sejati yaitu Yesus kristus. Yohanes mengungapkan dengan
jelas dalam (yoh.15:13-14). Karya kristus di kayu salib membuktikan bahwa ia adalah sahabat
sejati bagi kita. Bahkan ia menyebut kita lagi bukan hamba tetapi sahabat (yoh 15:15).
Meskipun ia telah memilih kita menjadi sahabatnya, Tuhan yesus tidak pernah memaksakan
kehendaknya.
Prinsip persahabatan sejati yang di ajarkan Yesus adalah:
1. Tidak ada rahasia yang harus disembunyikan. Yang ada hanya kejujuran.
2. Ada komunikasi yang terbuka setiap saat.
3. Tidak mementingkan diri sendiri, tidak egois.
4. Rela berkorban demi kehidupan sahabatnya.
5. Menghormati dan menghargai pilihan sahabatnya meskipun harus berbeda.
Dalam perjanjian lama, contoh persahabatan sejati terdapat dalam persahabatan antara
Yonatan dan daut (1 sam.18-20).
C. Berpacaran
Mungkin bagi manusia sebagian diantara kamu, pacaran adalah hubungan yang paling
kamu sukai pada masa SMA. Meskipun belum semua mengalaminya, pacaran sangat akrab
dalam pergaulan remaja . Bahkan ketika salah satu temanmu memulai hubungan pacaran
dengan seseorang,kamu bersama teman yang lain akan beramai-ramai minta ditraktir sebagai
wujud asas senang
Pacaran selalu dihubungkan dengan rasa cinta menurut john lee, ada 6 bentuk dasar dari
cinta, yaitu:
a. Eros. Bentuknya identic dengan romantisme cinta, dipenuhi dengan hasrat fisik dan
emosi, yang berdasarkan pada kepuasan fisual atau tampilan.
b. Ludus. Bentuknya adalah permainan, penuh perhitungan menang atau kalah, untung
atau rugi.
c. Storge. Bentuk cinta dan hangat,biasanya tumbuh perlahan-lahan dari persahabatan atas
dasar beberapa kesamaan yang dimiliki.
d. Pragma. Bentuk cintah yang didominasi logika,bukan perasaan, cinta ini di dasarkan
pada intelektual, spiriktual, dan logika.
e. Mania. Bentiuk cinta yang meledak-ledak, penuh obsesi, dan seringkali di pici oleh
redahnya percaya diri.
f. Agape. Bentuk cinta yang tidak memntingkan diri sendiri, tanpa tambal balik dan tidak
menuntut balas, seperti cinta kasih seorang ibu.
Remaja putra lebih cenderung mempunyai bentuk cinta tulus sedangkan perempuan lebih
banyak menjalani hubungan cinta dengan bentuk storge dan pragma.
Menurut Dr. Jonathan A. trisna, ciri seorang yang sedang tertarik pada lawan jenisnya
adalah:
Pria tampak lebih menarik
Pipi wanita tampak kemerah-merahan,
Muncul keinginan untuk dekat,
Berbicara menjadi agak gugup.
Masa berpacaran sanbat penting di perhatikan agar bermakna untuk hubungan selanjutnya.
Tujuan berpacaran yang benar adalah:
Mengenal karakter atau sifat masing-masing.
Belajar saling menghormati dan menghargai pesangannya,
Belajar saling menerima (kelebihan dan kekurangan),
Belajar saling memotivasi,
Bersama-sama meningkatkan perkembangan rohani.
Lalu, bagaimana cara berpacaran yang sesuai ajaran Kristen?
Berpacaran dengan sesame orang percaya: (yoh. 3:3) & (Ams. 1:7)
Dilandasi oleh kasih yang rela berkorban dan tulus.
Dibangun dengan komunikasih yang terbuka dan jujur.
Menjaga kekudusan, bertanggu jawab dalam perkataan, perbuatan dan pikirannya.
Saling membangun dalam pertumbuhan rohani, memiliki hubungan pribadi dengan
Tuhan, setia dalam doa dan firman Tuhan.
Memberikan kesempatan kepada pasangan untuk berkembang, berbeda pendapat
adalah hal yang wajar, menentukan pilihan yang berbeda, dan bergaul dengan orang
lain.
Allah menciptakan mausia segambar dan serupa dengan allah (Kej. 1:26), dan tubuh
adalah bait Allah yang kudus (1kor. 3:16-17). Allah pencipta kita adalah kudus, ciptaan-
nya pun harus hidup kudus. Allah menempatkan kita pada baitnya yang kudus.
Berpacaran bukan untuk mengumbar hawa nafsu, tetapi justru untuk belajar menahan diri,
mendewasakan pikiran, dan mengendalikan hawa nafsu. Perlu diperhatikan bahwa masa
pacaran yang lama tidak menjamin hubungan tersebut berakhir dengan pernikahan. Oleh
karena itu, bangunlah hubungan pacaran yang sesat, kudus, dan memuliakan tuhan.
D. BERMASYARAKAT
Sebagai makhluk social, kita hidup ditengah masyarakt yang majemuk. Banyak perbedaan
yang ditemukan, namun itu tidak menjadi alasan untuk tidak tinggal bersama dalam satu
lingkungan.
Identitas orang percaya dalam hidup bermasyarakat akan tampak dalam cara
bersilahturami, menjalani relasi, memperhatikan orang-orang disekitarnya, menunjukan
prioritas hidup. (Mat. 10:16), hidup sebagai orang percaya akan menghadapi berbagai
tantangan dalam masyarakat. Namun, yang penting bukan berapa besar melainkan bagaimana
menyikapinya.
“ KESIMPULAN “
Manusia tidak dapat hidup tanpa sesamanya sebagai manusia telah di ciptakan allah
sebagai makhluk social. Di tengah kehidupan bersama orang lain orang percaya
hendaknya dapat menunjukan identitas yang jelas ebagai murid kristus yang telah
dipanggil dan dikuduskan. Orang percaya dapat mempertahankan identitasnya sebagai
bangsa yang kudus, umat kepunyaan allah, apabila menjaga kekudusan hidupnya
ditengah berbagai pengaruh buruk dunia ini. Hidup yang mempertahankan identitas
sebagai orang percaya akan memancarkan kemuliaan kristus kepada orang lain. Hal ini
tidak di lakukan dengan kehidupan yang fanatis dan arogan melainkan dengan kasih,
sukacita, dan ketulusan.