Anda di halaman 1dari 3

Obsessive Love

(SS Psikis Regional Materi 12)

#Prolog 

Hi teman sehat, kalian pernah ga sih ngerasa tertekan karena terlalu sering diatur dan dilarang
sama pasangan kalian? Kaya misalnya, kamu ga boleh pergi jalan sama temen-temen kamu, gak
boleh ngelakuin hal ini dan itu, diatur dalam berpakaian dan berpenampilan. Pokoknya semua
serba diatur dan dilarang sama dia. 

Hmmm, sebenarnya hal kaya gitu normal gak sih?

Saat kita menyayangi seseorang, tentunya kita memiliki keinginan untuk melindungi dan
merawat orang yang kita cintai. Tetapi jika hal tersebut sudah masuk pada sebuah obsesi,
keinginan untuk melindungi ini dapat berubah menjadi sebuah hasrat yang bertujuan untuk
mengontrol orang tersebut. Jika sudah pada titik ini, dapat tergolong pada obsessive love.

#Definisi 

Sebelum kita bahas lebih lanjut tentang obsessive love, yuk sama-sama kita cari tau apa sih
obsesi itu.

menurut KBBI obsesi merupakan “gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang
dan sangat sukar dihilangkan”

Obsessive love bisa diartikan sebagai bentuk ekspresi rasa cinta yang berlebihan. Dalam konteks
hubungan, obsesi cenderung membuat seseorang jatuh cinta dengan bayangan tentang rasa
sayang terhadap “objek cinta“ yang seseorang buat, bukan terhadap diri pasangannya yang
sebenarnya. 

Pikiran atau bayangan tentang “objek cinta” ini muncul tiba-tiba dan sulit dihilangkan sehingga
mengganggu dan menimbulkan kecemasan tersendiri. Orang yang terobsesi akan melakukan
usaha mendekati “objek cinta” untuk kepentingannya sendiri, agar merasa lega. Ia tidak betul-
betul peduli dengan perasaan “objek cinta”nya.  

Terus gimana sih gejala, karakteristik, dan pengaruh obsessive love dalam sebuah hubungan?

#Gejala Obsessive love 

Kalian tau ga sih, biasanya orang yang terobsesi akan pasangannya itu tidak menyadari bahwa
yang ia rasakan merupakan sebuah obsesi dan bukan cinta sesungguhnya.  Kalo gitu yuk sama-
sama kita cari tau kaya  gimana sih gejala dari obsessive love.

Gejala dari obsessive love itu sangat bervariasi, salah satunya adalah: 

 Memiliki ketertarikan luar biasa terhadap seseorang yang bahkan sampai memperpuruk
dirinya sendiri
 Memiliki pikiran obsesif terhadap seseorang itu

 Memiliki dorongan untuk terus menerus ‘melindungi’ obsesi cintanya

 Selalu berpikir dan berperilaku posessif

 Mudah sekali merasa cemburu

 Berulang kali atau dengan cepat jatuh “cinta” dengan pasangan baru, kenalannya atau

bahkan dengan orang asing

 refusal to respect boundaries

 Memiliki self esteem yang rendah

 Sangat menolak untuk diberi sebuah batasan.

#ciri-ciri seseorang dengan obsessive love

Setelah mengetahui gejala-gejalanya, yuk sama-sama kita cari tau apa aja sih ciri-ciri dari
seseorang yang mengalami obsessive love

 Akan berusaha keras agar selalu bertemu dan bersama pasanganya 


 Mencari segala informasi tentang pasangannya, tak segan untuk menguntit (stalking),
melanggar privasi dan berperilaku posesif
 Sulit menghargai privasi pasangannya dan cenderung cemburu berlebihan 
 Enggan menerima sebuah penolakan dari pasangannya
 Membuat pasangannya merasa “terpenjara”

#epilog

Teman sehat, kita perlu ingat pentingnya membedakan antara cinta dan sebuah obsesi, agar kita
dapat terhindar dari hubungan yang tidak sehat. Karena biasanya, orang yang terobsesi tidak
menyadari bahwa yang ia alami merupakan sebuah obsesi. Sehingga saat kita sadar bahwa kita
sedang berada atau mengalami hal tersebut, alangkah lebih baiknya untuk melakukan refleksi
diri. Jika hal itu tidak juga menghasilkan perubahan, lebih baik kita merekomendasikan ia untuk
berkonsultasi dengan psikolog.

Seiring dengan berjalannya sebuah hubungan, Perasaan dan pola perilaku seseorang dalam
sebuah hubungan pun akan terus berkembang dan menjadi lebih dewasa. Seseorang dengan
perasaan cinta yang sebenarnya akan dapat menerima pasangan dengan apa adanya dan mampu
menghormati privasi dan keputusan pasangannya, serta saling mensupport satu sama lain agar
hubungannya dapat berjalan dengan baik, serta menjadi individu yang jauh lebih baik lagi.

References 

https://greatist.com/health/obsessive-love-disorder

https://www.psychologytoday.com/us/articles/201501/the-obsessed-lover

https://psychology.binus.ac.id/2017/03/16/8368/

Anda mungkin juga menyukai