Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH SISTEM KREDIT SEMESTER

TERHADAP SISWA CERDAS ISTIMEWA


DI SMAN 1 GENTENG

DISUSUN OLEH :
Adila Puspita (01)
Fingka Cahya Ratri (13)
Jellyana Putri Amanda (18)
Mochammad Hilmi R. (26)
Ripatina Salsabila (33)

SMA NEGERI 1 GENTENG


TAHUN AJARAN
2019/2020
Jl. KH. Wahid Hasyim No. 20 Genteng – Banyuwangi
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Kredit Semester (SKS) 5
2.2 Beban Belajar 10
2.3 Semester 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan dan Jenis Penelitian 14
3.2 Data dan Sumber Data 14
3.3 Metode Pengumpulan Data 15
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Penjaringan Siswa Cerdas Istimewa 17
4.2 Proses Pembelajaran dalam Sistem Kredit Semester 19
4.3 Partisipasi Siswa Cerdas Istimewa pada Organisasi, Ekstrakurikuler,
dan Perlombaan, serta Persiapan Menuju Dunia Perkuliahan 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 23
5.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu hal yang berperan penting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga masyarakat yang demokratis serta
bertanggung jawab (Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003). Departemen
pendidikan nasional menjelaskan dalam visinya bahwa kecerdasan mencakup
cerdas intelektual, cerdas emosional, dan cerdas spiritual (Renstra Kemdiknas
2010 – 2014). Sedangkan kemandirian merupakan salah satu dari tugas
perkembangan yang harus dicapai siswa (Sarlito Wirawan, 2003).
Namun, layanan yang dilakukan oleh sekolah selama ini belum
memberikan alternatif yang berpengaruh pada kemandirian. Hal ini
dikarenakan peserta didik memiliki karakteristik yang beragam. Masing –
masing siswa memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Pada faktanya,
kecepatan belajar, potensi belajar, dan minat peserta didik terhadap mata
pelajaran tidaklah sama. Padahal pendidikan akan lebih optimal jika peserta
didik belajar sesuai dengan potensi dan minatnya. Dengan demikian, sistem
pendidikan yang ada di sekolah masih belum sesuai dengan kemampuan
masing – masing siswa sehingga kurang fungsional dalam mengatasi keadaan
peserta didik yang beragam. Tentunya sistem pendidikan di setiap sekolah
memerlukan pembaharuan. Pola pembelajaran dengan menggunakan progam
Sistem Kredit Semester (SKS) yang memberikan kebebasan peserta didik
dalam memilih beban belajar dipandang dapat mengatasi kemampuan siswa
yang beragam dibanding dengan Sistem Paket yang saat ini digunakan oleh
banyak sekolah. Dengan adanya Sistem Kredit Semester siswa diharapkan
2

lebih mandiri dalam menentukan cara dan kecepatan belajar mereka sendiri.
Sedangkan dengan Sistem Paket, guru berkontribusi secara penuh demi
membantu kebutuhan siswa.
Pelaksanaan Sistem Kredit Semester dilandasi oleh beberapa dasar
hukum. Dasar yang digunakan adalah pasal 12 ayat (1) UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Setiap siswa pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat,
dan kemampuannya; dan menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas
waktu yang ditetapkan. Menurut pasal 38 ayat (2) : Kurikulum pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
kabupaten/kota. Selain itu, pelaksanaan Sistem Kredit Semester pada setiap
lembaga pendidikan juga diatur dalam pasal 11 ayat (2) dan (3) PP No. 19
Tahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa beban belajar
untuk SMA/MA/SMALB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada
jalur pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit
semester.
SMAN 1 Genteng merupakan salah satu sekolah yang menggunakan
Sistem Kredit Semester. Program tersebut sudah dilaksanakan sejak tahun
2014. Melalui program ini, siswa dapat menentukan waktu kelulusan mereka,
yakni selama empat tahun, tiga tahun, maupun dua tahun. Namun sekolah
hanya menyediakan waktu kelulusan selama tiga dan dua tahun saja. Bagi
Siswa Cerdas Istimewa (SCI), mereka dapat menempuh waktu kelulusan
selama dua tahun atau empat semester. Pelaksanaan program ini tentunya
memiliki pengaruh tertentu pada perkembangan belajar siswa di bangku
menengah atas, terutama pada siswa yang terlibat menjadi Siswa Cerdas
Istimewa. Melalui proposal ini, tim penulis ingin mengetahui lebih dalam
mengenai pengaruh Sistem Kredit Semester pada perkembangan dan
3

keterlibatan siswa, terutama pada Siswa Cerdas Istimewa di SMAN 1


Genteng.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimana proses penjaringan Siswa Cerdas Istimewa pada Sistem Kredit
Semester di SMAN 1 Genteng ?
2) Bagaimana proses pembelajaran dalam pelaksanaan progam Sistem Kredit
Semester di SMAN 1 Genteng ?
3) Bagaimana pengaruh Sistem Kredit Semester terhadap partisipasi Siswa
Cerdas Istimewa di SMAN 1 Genteng dalam organisasi, ekstrakurikuler,
dan perlombaan, serta persiapan mereka menuju dunia perkuliahan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui sistematika penjaringan Siswa Cerdas Istimewa pada
Sistem Kredit Semester di SMAN 1 Genteng.
2) Untuk mengetahui proses pembelajaran dalam pelaksanaan progam Sistem
Kredit Semester di SMAN 1 Genteng.
3) Untuk mengetahui pengaruh Sistem Kredit Semester terhadap partisipasi
Siswa Cerdas Istimewa di SMAN 1 Genteng dalam organisasi,
ekstrakurikuler, dan perlombaan, serta persiapan mereka menuju dunia
perkuliahan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian mengenai pengaruh Sistem
Kredit Semester terhadap Siswa Cerdas Istimewa di SMAN 1 Genteng adalah
sebagai berikut:
1) Bagi siswa :
4

a. Siswa dapat mengetahui dampak positif dan negatif dari Sistem Kredit
Semester.
b. Siswa dapat mengetahui manfaat dan keuntungan dari sistem Sistem
Kredit Semester.
c. Memberikan inspirasi bagi siswa untuk lulus lebih cepat, yakni dalam
waktu dua tahun.
2) Bagi masyarakat :
a. Masyarakat dapat mengetahui keunggulan dari sistem Sistem Kredit
Semester.
b. Memberikan pertimbangan pada orang tua mengenai dukungan dan
persetujuan pada anak yang memenuhi kriteria untuk mengikuti
Sistem Kredit Semester.
c. Masyarakat dapat mengetahui dampak Sistem Kredit Semester
terhadap perkembangan belajar anak.
3) Bagi sekolah :
a. Semakin besar kesempatan sekolah untuk meluluskan Siswa Cerdas
Istimewa melalui Sistem Kredit Semester.
b. Terjadinya perubahan, kemajuan, dan perkembangan sistem
pendidikan di sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Kredit Semester (SKS)


2.1.1 Pengertian Sistem Kredit Semester (SKS)
Sistem Kredit Semester (SKS) bertitik tolak dari pendekatan
sistem. Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas komponen –
komponen yang saling berhubungan, saling mempengaruhi dan saling
bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Sistem Kredit Semester (SKS) mempergunakan kredit
sebagai ukuran atau patokan. Kredit mengandung makna penghargaan,
yakni penghargaan terhadap tercapainya perangkat kemampuan yang
diharapkan, pengalaman belajar dan waktu yang berkenaan dengan
jam pertemuan setiap minggu dalam satu semester. Sistem Kredit
Semester (SKS) juga mempergunakan satuan waktu dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan, yaitu yang disebut semester. Semester
adalah program pendidikan satu jenjang lengkap dari awal sampai
akhir dibagi-bagi dalam penyelenggaraan program semesteran.
Lampiran IV Permendikbud No 81A menjelaskan bahwa
Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar
dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan
pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada SKS dinyatakan
dalam satuan kredit semester (SKS). Satuan kredit semester (SKS)
adalah takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar yang
diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal tatap muka
per minggu sebanyak 1 jam teori atau 2 jam praktikum sekolah, atau 4
jam kerja lapangan atau praktek industri. Alokasi waktu satu jam
pelajaran tatap muka adalah 45 menit. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang merangkum beban studi siswa,
6

beban kerja guru, dan beban lembaga penyelenggaraan pendidikan


yang dinyatakan dalam satuan kredit semester.

2.1.2 Karakteristik Sistem Kredit Semester (SKS)


Sistem Kredit Semester mempunyai beberapa karakteristik,
yaitu sebagai berikut:
a) Dalam SKS, tiap mata pelajaran diberi harga (bobot) yang
namanya kredit.
b) Besarnya nilai kredit untuk mata pelajaran yang berlainan tidak
perlu sama.
c) Besarnya nilai kredit untuk masing-masing mata pelajaran
ditentukan atas besarnya usaha yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas – tugas.
d) Kegiatan yang disediakan terdiri atas kegiatan wajib dan kegiatan
pilihan. Kegiatan wajib merupakan kegiatan yang harus diikuti
semua peserta didik. Kegiatan pilihan merupakan kegiatan yang
disediakan untuk menjadi alternatif bagi upaya meningkatkan
kompetensi peserta didik.
e) Dalam batas tertentu, peserta didik mendapatkan kebebasan untuk
menentukan banyaknya satuan kredit yang diambil untuk tiap
semester, jenis kegiatan studi yang diambil untuk tiap-tiap
semester dan jangka waktu untuk menyelesaikan beban belajar.
f) Banyaknya satuan kredit semester yang dapat diambil oleh peserta
didik pada suatu semester ditentukan oleh indeks prestasi semester
sebelumnya dan kemungkinan kondisi yang melatarbelakangi studi
peserta didik (kecuali untuk semester awal harus sudah
ditentukan).

2.1.3 Ciri – Ciri Sistem Kredit Semester (SKS)


Sistem kredit semester memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai
berikut:
7

a) Program pendidikan yang bervariasi dan luwes, baik dalam


struktur program maupun dalam sistem penyampaiannya.
b) Berdasarkan minat, bakat, dan kemampuan siswa masing-masing
untuk menentukan pilihan program, cara belajar, dan kecepatan
penyelesaian program.
c) Menyediakan kemungkinan perpindahan dari satu program
pendidikan ke program lainnya, tanpa kehilangan tabungan kredit
semester yang telah diperolehnya.
d) Penggunaan sarana pendidikan secara lebih efisien sesuai dengan
kebutuhan sistem.
e) Terjaminnya kepastian penyelesaian program semesteran pada
waktu yang telah ditentukan dengan memanfaatkan waktu secara
efisien.

2.1.4 Tujuan Sistem Kredit Semester (SKS)


Secara umum, tujuan Sistem Kredit Semester adalah agar
satuan pendidikan dapat menyajikan program pendidikan yang
bervariasi dan fleksibel, serta untuk memberikan peluang kepada
peserta didik memilih program pembelajaran menuju pada suatu
jenjang profesi tertentu.
Sedangkan secara khusus, tujuan penerapan Sistem Kredit
Semester adalah sebagai berikut:
a) Memberikan kesempatan kepada para peserta didik yang cakap dan
giat belajar, agar dapat menyelesaikan studi dalam waktu sesingkat
mungkin.
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat
mengambil mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya.
c) Memberikan kemungkinan sistem pendidikan untuk mewujudkan
keseimbangan antara input dan output.
8

d) Mempermudah penyesuaian kurikulum tingkat satuan pendidikan


dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
e) Memberikan kemungkinan agar sistem evaluasi kemajuan belajar
peserta didik dapat diselenggarakan dengan baik.

2.1.5 Prinsip – Prinsip Sistem Kredit Semester (SKS)


Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester di SMA/MA
berpedoman pada prinsip sebagai berikut:
a) Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran
yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan,
bakat, dan minatnya.
b) Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat
mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar
yang ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar.
c) Peserta didik didorong untuk memberdayakan dirinya sendiri
dalam belajar secara mandiri.
d) Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar
dengan lebih fleksibel.
e) Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih kelompok
peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat, serta mata
pelajaran sesuai dengan potensinya.
f) Peserta didik dapat pindah ke sekolah lain yang sejenis dan telah
menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat
dipindahkan ke sekolah yang baru (transfer kredit).
g) Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih
memadai secara teknis dan administratif.
h) Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi
kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
9

i) Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai


dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.

2.1.6 Manfaat Sistem Kredit Semester (SKS)


Manfaat dari penyelenggaraan Sistem Kredit Semester adalah
sebagai berikut:
a) Menyesuaikan dengan kecepatan belajar setiap peserta didik.
b) Mempersingkat waktu penyelesaian studi bagi peserta didik yang
berkemampuan dan berkemauan tinggi.
c) Peserta didik dapat mengembangkan potensi diri sesuai dengan
kemampuannya.
d) Meningkatkan kemandirian peserta didik dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar.

2.1.7 Persyaratan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS)


Persyaratan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester di SMA
memerlukan sumber daya yang memadai untuk mendukung
pengelolaan layanan pendidikan yang fleksibel, artinya layanan
pendidikan yang mengakomodir keragaman potensi, kebutuhan, dan
kecepatan belajar. Oleh karena itu diperlukan kriteria minimal
kualifikasi sekolah sesuai dengan acuan delapan standar pada standar
pendidikan nasional. SMA yang terakreditasi A dari Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) dapat menyelenggarakan
SKS.
Penyelenggaraan SKS pada setiap satuan pendidikan dilakukan
dengan tetap mempertimbangkan ketuntasan minimal dalam
pencapaian setiap kompetensi. Selain itu, penyelenggaraan SKS di
SMA harus didukung persiapan yang mengacu pada pemenuhan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
10

standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar


pembiayaan, dan standar penilaian.

2.2 Beban Belajar


2.2.1 Pengertian Beban Belajar
Beban belajar adalah rumusan satuan waktu yang dibutuhkan
oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran melalui
sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur untuk mencapai standar kompetensi lulusan serta
kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik. Selain itu, beban belajar juga diartikan sebagai ukuran
yang menunjukkan kuantitas yang harus dilakukan oleh siswa
mengikuti tugas – tugas pembelajaran dalam bentuk kegiatan tatap
muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut oleh
mata pelajaran. Beban belajar menuntut konsekuensi siswa
meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan kegiatan yang telah
didesain dalam silabus mata pelajaran yang waktunya telah
ditentukan. Beban belajar dengan kredit lebih besar menuntut
pengorbanan lebih banyak untuk melakukan tugas pembelajaran.
Beban belajar mata pelajaran dihitung untuk kegiatan tiap semester
dan dinyatakan dalam satuan kredit semeter.

2.2.2 Komponen – Komponen Beban Belajar


Komponen – komponen beban belajar dalam Sistem Kredit
Semester terdiri dari kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Berikut adalah pengertian dari
masing – masing komponen beban belajar:
a) Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
11

b) Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa


pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang
dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik.
c) Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik
yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

2.2.3 Beban Belajar Maksimum dan Minimum


Berdasarkan buku panduan penyelenggaraan Sistem Kredit
Semester untuk SMP/MTS dan SMA/MA yang dikeluarkan BSNP,
agar proses pembelajaran disetiap satuan pendidikan yang
menggunakan SKS dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien perlu
ditetapkan batas minimal dan maksimal beban belajar sks sebagai
berikut:
a) Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMP/MTs
yaitu minimal 102 satuan kredit semester dan maksimal 114
satuan kredit semester selama periode belajar 6 semester.
b) Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMA/MA
yaitu minimal 114 satuan kredit semester dan maksimal 126
satuan kredit semester selama periode belajar 6 semester pada
program IPA, IPS, Bahasa, dan Keagamaan.

2.2.4 Kriteria Pengambilan Beban Belajar


Kriteria pengambilan beban belajar dalam setiap semester pada
Sistem Kredit Semester oleh peserta didik memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Fleksibilitas dalam SKS yaitu peserta didik diberi keleluasaan
untuk menentukan beban belajar pada setiap semester.
12

b) Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi oleh


Pembimbing Akademik (Academic Adviser).
c) Pembagian semester yang sesuai dengan kriteria yang digunakan
untuk menentukan beban belajar bagi peserta didik yaitu semester
1 mengambil mata pelajaran sesuai dengan standar isi dan
semester berikutnya mempertimbangkan Indeks Prestasi (IP) yang
diperoleh pada semester sebelumnya.
d) Peserta didik wajib menyelesaikan semua mata pelajaran yang
tertuang dalam Standar Isi.
e) Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata pelajaran secara
tuntas dengan prinsip ”on and off”, yaitu suatu mata pelajaran bisa
diberikan hanya pada semester tertentu dengan
mempertimbangkan ketuntasan kompetensi pada setiap semester.

2.3 Semester
2.3.1 Pengertian Semester
Semester adalah satuan waktu kegiatan belajar efektif yang
terdiri atas 17 sampai 19 minggu yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran efektif pada satuan pendidikan termasuk kegiatan
penilaian. Selain itu semester juga diartikan sebagai satuan waktu
terkecil yang digunakan untuk menyatakan lamanya proses kegiatan
belajar – mengajar suatu program dalam suatu jenjang pendidikan.
Penyelenggaraan program pendidikan suatu jenjang lengkap dari awal
sampai akhir akan dibagi ke dalam kegiatan semesteran.
2.3.2 Jenis – Jenis Semester
Jenis – jenis semester dalam suatu jenjang pendidikan adalah
sebagai berikut:
a) Semester reguler adalah semester yang dilaksanakan antara bulan
Juli hingga Desember (semester gasal) dan Januari hingga Mei
(semester genap) di setiap tahunnya.
13

b) Semester pendek adalah semester di antara dua semester reguler


yaitu diantara bulan Juni hingga Agustus.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem Kredit
Semester terhadap Siswa Cerdas Istimewa di SMAN 1 Genteng. Oleh karena
itu, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif. Menurut
Whitney (1960:160), penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Yang dimaksud dengan interpretasi yang tepat adalah
dalam model penelitian ini peneliti menggunakan data penelitian yang
diambil dari kegiatan, aktivitas, hubungan, serta dampak yang ada dalam
masyarakat. Selain itu, interpretasi data yang dikaji dalam penelitian
deskriptif bisa dilakukan dengan menggunakan metode – metode
perbandingan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, yang berbeda
wilayah ataupun berbeda secara geografisnya. Penelitian deskriptif berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat ini atau
masalah aktual.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan kualitatif. Alasan pemilihan metode kualitatif ini di karenakan data
dalam penelitian ini kami kumpulkan dari beberapa narasumber yang
dinyatakan dalam bentuk kata-kata. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Miles (1992:15) yang menyatakan bahwa data dalam peneliktian kualitatif
berwujud rangkaian kata – kata atau kalimat yang didapat melalui bermacam
cara.

3.2 Data dan Sumber Data


Data adalah fakta yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi
melalui suatu proses pengelolaan (Arikunto, 1998:91). Data dalam penelitian
ini adalah kata atau kalimat yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan mulai tanggal 31 Januari 2020.
15

Suharsimi Arikunto (Naharoh, 2008:52) mengemukakan bahwa


sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini,
yang dijadikan partisipan oleh peneliti adalah sekelompok objek yang
dijadikan sumber data dalam penelitian yang berupa manusia. Dengan
demikian, berdasarkan tujuan serta permasalahan yang ada dalam penelitian
ini, maka yang menjadi populasi adalah warga SMAN 1 Genteng terutama
siswa – siswi dan guru – guru SMAN 1 Genteng. Sedangkan sampelnya
adalah sebagai berikut:
Nama Narasumber Keterangan
Reany Dwi Fenthania Angkatan Blue Gen 50
Illoney Nindya Kamila Angkatan Gold Gen 49
Arif Styawan Angkatan Pink Gen 48
Dewangga Sakti Satria Kinasih Angkatan Blue Gen 47
Lambang Dwi Cahyo, S.Si Guru SMAN 1 Genteng

3.3 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
melakukan penelitian. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan dua cara yakni teknik observasi dan teknik wawancara.
Menurut Hikmat (2011:73) teknik observasi adalah kegiatan mengamati,
mencermati, serta melakukan pencatatan data atau informasi yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik observasi untuk
mengamati dan mencatat pengaruh pelaksanaan Sistem Kredit Semester
terhadap Siswa Cerdas Istimewa di SMAN 1 Genteng.
Selain menggunakan teknik observasi, peneliti juga menggunakan
teknik wawancara. Teknik wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2011: 317-321).
Dalam melakukan penelitian menggunakan teknik wawancara, kami
mewawancarai beberapa narasumber yang telah disebutkan sebelumnya.
16

Teknik - teknik pengumpulan data tersebut dirasa lebih cocok dengan judul
dan tujuan yang telah di tetapkan, dimana penelitian ini memerlukan narasi
serta penjelasan atas pola masalah yang diteliti.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penjaringan Siswa Cerdas Istimewa (SCI)


Berkaitan dengan penjaringan Siswa Cerdas Istimewa yang akan
menyelesaikan pendidikan pada jenjang menengah atas selama 2 tahun, ada
beberapa syarat yang telah ditentukan. Syarat – syarat tersebut juga
mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang kami
peroleh, penjaringan SCI pada angkatan ke-47 dilaksanakan melalui Tes IQ
sebelum adanya pembagian kelas dan jurusan. Awalnya, pihak sekolah
memberikan rekomendasi kepada siswa yang memiliki nilai IQ yang cukup
tinggi untuk mengikuti progam SKS. Kemudian pihak sekolah akan
memantau perkembangan siswa dengan tetap memperhatikan nilai rapot yang
diperoleh siswa. Setelah memenuhi syarat pihak sekolah akan
merekomendasikan siswa sebagai calon Siswa Cerdas Istimewa. Nantinya
pihak sekolah akan meminta perizinan dari masing – masing orang tua siswa.
Akan tetapi, saat masih melaksanakan proses penjaringan tersebut
selama beberapa bulan, banyak siswa yang mulai mengundurkan diri dengan
berbagai alasan. Mayoritas siswa mengundurkan diri sebagai Siswa Cerdas
Istimewa karena kurangnya kemampuan dalam mengatur waktu sehingga
siswa merasa terbebani dengan program tersebut. Sehingga pada angkatan
Blue Gen 47 kurang lebih terdapat 15 siswa yang terjaring sebagai Siswa
Cerdas Istimewa (sudah termasuk dari jurusan IPA dan IPS). Siswa – siswi
tersebut ditempatkan di kelas yang berbeda dengan angkatannya dan
bergabung dengan angkatan Gold Gen 46.
Sedangkan pada angkatan Pink Gen 48 dan Gold Gen 49, program
Sistem Kredit Semester tidak terlaksana karena disebabkan oleh beberapa
faktor, baik yang berasal dari pihak sekolah maupun dari siswa itu sendiri.
Sehingga seluruh siswa dari kedua angkatan menempuh pendidikan di
bangku menengah atas selama tiga tahun. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, gagalnya pelaksanaan Sistem Kredit Semester pada angkatan Pink
18

Gen 48 dikarenakan adanya keterlambatan waktu dalam penjaringan. Selain


itu, pada saat itu koordinator Sistem Kredit Semester sedang bermutasi ke
sekolah lain dan pihak sekolah belum menyiapkan koordinator pengganti.
Sedangkan gagalnya program Sistem Kredit Semester pada angkatan Gold
Gen 49 dikarenakan kurangnya sinergi antara siswa dan pihak sekolah. Siswa
– siswi pada angkatan Gold Gen 49 lebih mengutamakan partisipasi mereka
pada beberapa perlombaan. Mereka menilai bahwa waktu untuk mengikuti
perlombaan akan semakin terbatas jika mereka menjadi Siswa Cerdas
Istimewa pada program Sistem Kredit Semester. Selain itu, pihak sekolah
juga kurang memfasilitasi pengadaan Sistem Kredit Semester yang telah
direncanakan pada siswa – siswi angkatan Gold Gen 49.
Pada angkatan Blue Gen 50, program Sistem Kredit Semester masih
belum tentu terlaksana. Pihak sekolah, terutama koordinator Sistem Kredit
Semester sedang melakukan penjaringan pada siswa – siswi angkatan Blue
Gen 50. Pada saat semester ganjil ditahun pertama, penjaringan dilakukan
pada beberapa kelas baik dari jurusan IPA maupun IPS dengan mengadakan
Tes Potensi Akademik (TPA) untuk menjaring 30 Siswa Cerdas Istimewa.
Tes Potensi Akademik tersebut tediri dari empat mata pelajaran yang terdapat
dalam Ujian Nasional. Selanjutnya pihak koordinator program Sistem Kredit
Semester akan merekaptulasi nilai siswa di setiap bulan. Rencananya, siswa –
siswi yang nilainya tidak memenuhi syarat akan gagal menjadi Siswa Cerdas
Istimewa. Namun terdapat beberapa kendala dalam penjaringan Siswa Cerdas
Istimewa pada angkatan Blue Gen 50. Dari 30 siswa yang telah terjaring
melalui Tes Potensi Akademik, hanya ada beberapa siswa yang nilainya
memenuhi syarat. Selain itu, seiring berjalannya waktu, ada beberapa siswa
yang mengundurkan diri dengan alasan yang sama seperti siswa pada
angkatan Blue Gen 47.
Pada saat menginjak semester genap ditahun pertama, pelaksanaan
penjaringan mengalami perubahan. Penjaringan diubah dengan melihat
banyaknya Kompetensi Dasar (KD) yang telah diselesaikan oleh siswa
selama empat bulan dalam semester dua. Rencananya, apabila jumlah KD
19

yang telah diselesaikan telah memenuhi syarat, maka pihak sekolah akan
memberikan rekomendasi kepada siswa tersebut untuk mengikuti program
Sistem Kredit Semester di SMAN 1 Genteng. Sedangkan siswa dengan
jumlah KD yang belum memenuhi akan melanjutkan bangku menengah atas
selama tiga tahun. Akan tetapi, penjaringan yang tidak kunjung selesai
membuat pihak koordinator memprediksikan jika program Sistem Kredit
Semester pada angkatan Blue Gen 50 akan kembali gagal dilaksanakan.

4.2 Proses Pembelajaran dalam Sistem Kredit Semester


Berdasarkan data yang kami peroleh dari Siswa Cerdas Istimewa
angkatan Blue Gen 47, siswa – siswi yang terjaring dalam progam SKS akan
ditempatkan di kelas tertentu. Selain itu, mereka juga memperoleh jam
tambahan saat sepulang sekolah. Ada tidaknya jam tambahan pada setiap
mata pelajaran bergantung pada guru yang mengampu mata pelajaran
tersebut. Umumnya, guru dari mata pelajaran seperti biologi, kimia,
matematika, dan beberapa mata pelajaran inti lainnya akan mengadakan jam
tambahan untuk menyelesaikan beberapa KD yang ada. Sedangkan, beberapa
mata pelajaran selingan seperti seni budaya, bahasa Jawa, dan kewirausahaan
tidak memberikan jam tambahan, melainkan hanya memberikan tugas
tambahan agar nilai setiap siswa dalam rapot dapat terpenuhi.
Lamanya sistem penjaringan pada angkatan Blue Gen 47 yang
terhitung selama dua semester juga berdampak pada proses pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa maupun guru yang mengajar. Dalam Sistem Kredit
Semester yang semestinya, beberapa Kompetensi Dasar (KD) pada semester
tiga dan empat sudah harus terselesaikan di semester dua. Namun, pada
faktanya, pembelajaran pada semester tiga, empat, dan lima diselesaikan
dalam satu semester saja yakni pada semester ganjil ditahun kedua. Hal ini
membuat siswa dan guru sedikit kewalahan dalam menjalankan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) karena materi – materi pada tiga semester tersebut
harus diselesaikan sebelum menginjak semester genap ditahun kedua atau
semester akhir. Keterlambatan dalam penyelesaian KD, juga berpengaruh
20

pada praktikum yang dilakukan oleh siswa. Praktikum yang dilakukan oleh
Siswa Cerdas Istimewa pada angkatan Blue Gen 47 dinilai jarang karena
keterbatasan waktu. Selain itu, siswa juga harus aktif dalam mengajukan
formatif atau ulangan harian agar nilai mereka dapat terpenuhi. Target
tersebut harus terpenuhi karena ditahun terakhir siswa – siswi yang tergabung
dalam progam Sistem Kredit Semester sudah harus terfokus untuk persiapan
menuju dunia perkuliahan dan beberapa persiapan ujian lainya.
Sedangkan pada angkatan Blue Gen 50, awalnya pihak sekolah
berinisiatif untuk mengadakan jam tambahan dan telah melaksanakannya
selama kurang lebih satu bulan. Namun, seiring berjalannya waktu, jam
tambahan tersebut ditiadakan karena pihak sekolah menilai jika pengadaan
jam tambahan kurang efisien. Pihak sekolah berharap, dengan ditiadakannya
jam tambahan, siswa – siswi yang telah direkomendasikan sebagai Siswa
Cerdas Istimewa dapat lebih bersemangat sehingga dapat menyelesaikan
materi dan mengajukan formatif sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
pada program Sistem Kredit Semester. Selain meniadakan jam tambahan,
pihak sekolah belum menyediakan kelas khusus bagi siswa – siswi yang telah
direkomendasikan untuk mengikuti progam Sistem Kredit Semester. Siswa –
siswi yang telah direkomendasikan tetap mengikuti pelajaran bersama siswa –
siswi lain yang tidak terjaring sebagai Siswa Cerdas Istimewa sehingga
mereka merasa jika kebijakan ini kurang efektif dengan alasan berbedanya
kecepatan dan kemampuan setiap siswa dalam belajar.

4.3 Partisipasi Siswa Cerdas Istimewa pada Organisasi, Ekstrakurikuler,


dan Perlombaan, serta Persiapan Menuju Dunia Perkuliahan
Dalam pelaksanaan progam Sistem Kredit Semester, pihak sekolah
tidak pernah melarang atau membatasi siswa dalam partisipasinya pada
organisasi, ekstrakurikuler, maupun perlombaan yang diadakan oleh lembaga
pendidikan lainnya. Akan tetapi, hampir seluruh siswa yang terjaring dalam
progam Sistem Kredit Semester tidak berpartisipasi dalam organisasi,
ekstrakurikuler, dan perlombaan karena kegiatan – kegiatan tersebut
21

membutukan waktu diluar jam sekolah yang nantinya akan mengurangi


waktu belajar siswa.
Pada faktanya, Siswa Cerdas Istimewa memiliki kemampuan yang
cukup untuk bergabung dalam sebuah organisasi atau ekstrakurikuler. Akan
tetapi, keterbatasan waktu memaksa mereka untuk mengatur waktu dengan
baik. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu luang mereka untuk
menyelesaikan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditargetkan dan
mempersiapkan diri untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi. Rendahnya
partisipasi siswa dalam perlombaan tentunya dapat mengurangi kemampuan
siswa dalam bersaing dengan pelajar yang berasal dari sekolah lain. Selain
itu, apabila partisipasi siswa dalam kegiatan non–akademik seperti organisasi
dan ekstrakurikuler kurang akan berpengaruh pada pengalaman yang mereka
peroleh saat di bangku menengah atas. Tentunya, kurangnya pengalaman
akan berdampak pada mental siswa saat melanjutkan pendidikannya di dunia
perkuliahan. Kurangnya pengalaman siswa juga berpengaruh pada
kemampuan mereka saat bersosialisasi. Kemampuan bersosialisasi pada siswa
yang cenderung pasif akan tidak sama dengan siswa yang aktif dalam
berorganisasi, mengikuti ekstrakurikuler, dan berpartisipasi dalam
perlombaan.
Selain berpengaruh pada partisipasi siswa dalam organisasi,
ekstrakurikuler, dan perlombaan, penerapan Sistem Kredit Semester juga
berpengaruh terhadap persiapan Siswa Cerdas Istimewa saat menuju dunia
perkuliahan. Saat akan melanjutkan pendidikan menuju dunia perkuliahan,
ada tiga jalur yang dapat siswa lalui. Jalur yang pertama adalah SNMPTN
yang mengacu pada perkembangan nilai siswa sejak semester satu hingga
semester lima. Beberapa Siswa Cerdas Istimewa pada angkatan Blue Gen 47
dengan nilai yang cenderung stabil dapat diterima di universitas yang mereka
inginkan melalui jalur SNMPTN.
Sedangkan bagi beberapa Siswa Cerdas Istimewa pada angkatan Blue
Gen 47 yang tidak diterima dalam SNMPTN, mereka segera mempersiapkan
diri dengan mengikuti bimbingan belajar intensif baik dari dalam maupun
22

luar kota untuk mengikuti SBMPTN. Namun, mereka hanya dapat


mempersiapkan diri selama satu bulan sebelum pelaksanaan tes. Kurangnya
waktu dalam mempersiapkan diri karena terfokus dalam penyelesaian
Kompetensi Dasar membuat beberapa Siswa Cerdas Istimewa pada angkatan
ke-47 tidak diterima melalui jalur yang kedua ini. Hal itu memaksa mereka
untuk menunda waktu kuliah mereka selama satu tahun untuk
mempersiapkan diri dalam mengikuti tes ditahun berikutnya atau yang biasa
disebut dengan gap year.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sesuai
dengan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pola pembelajaran dalam
program Sistem Kredit Semester dapat memberikan kebebasan peserta didik
dalam memilih beban belajar dan mata pelajaran dipandang dapat melayani
keragaman kecepatan dan kemampuan siswa dalam belajar. Dalam
pelaksanaan program Sistem Kredit Semester, apabila siswa memiliki nilai
dan kemampuan yang cukup, maka siswa akan tergabung dalam program ini
menjadi Siswa Cerdas Istimewa. Berkaitan dengan penjaringan Siswa Cerdas
Istimewa di SMAN 1 Genteng, sistem penjaringan yang dilakukan masih
kurang efektif dan kurang efisien karena penjaringan yang dimulai sejak
tahun ajaran baru terlalu lama sehingga cukup menyita waktu baik bagi pihak
sekolah maupun siswa. Lamanya proses penjaringan akan berdampak pada
proses pembelajaran yang nantinya dapat merugikan siswa maupun pihak
sekolah. Siswa harus cakap dalam membagi waktu dan memahami materi
yang ada.
Pelaksanaan program Sistem Kredit Semester memiliki beberapa
pengaruh terhadap partisipasi siswa dalam kegiatan lain seperti mengikuti
organisasi, ekstrakurikuler, dan perlombaan. Hampir seluruh siswa yang
terjaring dalam progam Sistem Kredit Semester tidak berpartisipasi dalam
organisasi, ekstrakurikuler, dan perlombaan karena membutukan waktu diluar
jam sekolah. Keterbatasan waktu membuat siswa – siswi mengurungkan niat
mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan tersebut. Selain itu,
pelaksanaan program Sistem Kredit Semester juga berpengaruh terhadap
mental dan persiapan siswa – siswi menuju dunia perkuliahan. Bahkan
beberapa Siswa Cerdas Istimewa terpaksa harus menunda waktu mereka
untuk memasuki dunia perkuliahan karena kurangnya persiapan atau yang
biasa disebut dengan gap year.
24

5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan terkait pelaksanaan program
Sistem Kredit Semester di SMAN 1 Genteng, penulis memiliki beberapa
saran yaitu:
1) Bagi Dinas Pendidikan dan Pemerintah diharapkan bisa memberi
pengarahan kepada pihak sekolah terutama koordinator program Sistem
Kredit Semester agar pelaksanaan program Sistem Kredit Semester lebih
dioptimalkan kembali sesuai dengan panduan pelaksanaan Sistem Kredit
Semester. Selain itu, Dinas Pendidikan dan Pemerintah juga perlu adanya
sosialisasi di sekolah yang melaksanakan program Sistem Kredit Semester
guna meningkatkan pemahaman mengenai konsep pelaksanaan program
Sistem Kredit Semester.
2) Bagi pihak sekolah diharapkan dapat memperbaiki persiapan pelaksanaan
program Sistem Kredit Semester yang masih belum maksimal dan
memperhatikan pelaksanaan program Sistem Kredit Semester dengan cara
lebih terbuka dan mambangun sinergi yang lebih baik dengan siswa
sehingga program Sistem Kredit Semester dapat berjalan sesuai dengan
apa yang diharapkan sebelumnya dan sesuai dengan pedoman pelaksanaan
Program Sistem Kredit Semester.
3) Siswa diharapkan bisa lebih meningkatkan semangat dalam proses belajar
mengajar dan bisa beradaptasi dengan pelaksanaan program Sistem Kredit
Semester karena akan berpengaruh ke jenjang pendidikan yang
selanjutnya. Selain itu, siswa juga harus lebih aktif daripada guru saat
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan agar program Sistem Kredit
Semester dapat berjalan dengan apa yang diharapkan sebelumnya.
25

DAFTAR PUSTAKA

Kemdikbud. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi


Kurikulum. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Alfaridzi, Aziz. 2011. The Wall For All Education.
http://azizovic26.blogspot.com/2011/01/metode-deskripif-metode-
deskriptif.html?m=1. 24 Maret 2020 (15:23).
Sudrajat, Akhmad. 2010. Beban Belajar dan Pemberian Tugas Siswa.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/10/30/beban-belajar-dan-
pemberian-tugas-kepada-siswa/. 25 Maret 2020 (10:47).
26

LAMPIRAN

 Daftar Pertanyaan Saat Wawancara


1) Reany Dwi Fenthania
 Bagaimana proses penjaringan Siswa Cerdas Istimewa pada
angkatan Blue Gen 50?
 Bagaimana pengaruh jam tambahan bagi proses pembelajaran
dalam Sistem Kredit Semester?
 Bagaimana dengan jumlah atau porsi tugas yang diberikan oleh
guru kepada Siswa Cerdas Istimewa?
 Bagaimana tingkat kepahaman Siswa Cerdas Istimewa terhadap
materi yang diberikan oleh guru?

2) Illoney Nindya Kamila


 Bagaimana minat siswa – siswi pada angkatan Gold Gen 49
terhadap perencanaan prigram Sistem Kredit Semester?
 Apa yang menyebabkan siswa – siswi pada angkatan Gold Gen 49
enggan mengikuti program Sistem Kredit Semester?

3) Arif Styawan
 Bagaimana minat siswa – siswi pada angkatan Gold Gen 49
terhadap perencanaan prigram Sistem Kredit Semester?
 Apa yang menyebabkan siswa – siswi pada angkatan Pink Gen 48
enggan mengikuti program Sistem Kredit Semester?

4) Dewangga Sakti Satria Kinasih


 Bagaimana proses penjaringan Siswa Cerdas Istimewa pada
angkatan Blue Gen 47?
 Bagaimana pengaruh jam tambahan bagi proses pembelajaran
dalam pelaksanaan Sistem Kredit Semester?
 Bagaimana pembagian ruang kelas bagi Siswa Cerdas Istimewa?
27

 Kapan proses pembelajaran yang sesuai dengan program Sistem


Kredit Semester mulai dilaksanakan pada angkatan Blue Gen 47?
 Bagaimana partisipasi Siswa Cerdas Istimewa terhadap organisasi,
kegiatan ekstrakurikuler, dan perlombaan akademik maupun non–
akademik?
 Bagaimana persiapan siswa menuju dunia perkuliahan?
 Bagaimana porsi tugas yang diberikan oleh guru terhadap Siswa
Cerdas Istimewa?
 Apakah pihak sekolah tetap mengadakan praktikum kepada Siswa
Cerdas Istimewa?
 Bagaimana persiapan Siswa Cerdas Istimewa menuju pelaksanaan
Ujian Nasional?

5) Lambang Dwi Cahyo, S.Si


 Bagaimana proses penjaringan Siswa Cerdas Istimewa yang telah
direncanakan untuk pelaksanaan program Sistem Kredit Semester
pada siswa – siswi Blue Gen 50?
 Kendala apakah yang terjadi pada saat penjaringan Siswa Cerdas
Istimewa pada siswa – siswi Blue Gen 50?
 Bagaimana proses pemblejaran yang dilaksanakan pada program
Sistem Kredit Semester?
 Bagaimana pengaruh jam tambahan bagi proses pembelajaran
dalam pelaksanaan program Sistem Kredit Semester?
 Apabila Sistem Kredit Semester pada angkatan Blue Gen 50 gagal
dilaksanakan, apa saja faktor – faktor penyebabnya?
28

 Bukti Wawancara dengan Narasumber


1) Reany Dwi Fenthania
29
30

2) Illoney Nindya Kamila


31

3) Arif Styawan
32

4) Dewangga Sakti Satria Kinasih


33

5) Lambang Dwi Cahyo, S.Si


34

Anda mungkin juga menyukai