MODEL
SISTEM PENILAIAN EFEKTIF
BERBASIS KELAS
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Ruang Lingkup 3
D. Sasaran Pengguna Pedoman 4
Bab II Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi
A. Pengertian Penilaian berbasis Kompetensi 5
B. Kerangka Berpikir 6
Diagram kerangka berpikir penilaian KBK untuk Pendidikan Khusus 6
C. Manfaat Penilaian KBK untuk Pendidikan Khusus 7
D. Fungsi Penilaian KBK Diksus 7
E. Kedudukan Penilaian dalam lingkup Standar Nasional Pendidikan 7
F. Prinsip Penilaian Berbasis Kompetensi pada Pendidikan Khusus 8
G. Catatan Penilaian Berbasis Kompetensi pada Pendidikan Khusus
(hal-hal yang harus diperhatikan) 10
H. Kharakteristik Pendidikan Khusus 11
I. Alur /prosedur penilaian 13
Bab III. Teknik Penilaian, Peolahan dan Pemanfaatannya
A. PP 19 thn 2005, psl 22 ayat 1,2, dan 3 tentang teknik penilaian 18
B. Pembobotan pada penilaian Pendidikan Khusus 18
C. Kriteria Ketuntasan Belajar Minimum 18
D. Teknik Penilaian yang digunakan, pengolahan dan Pemanfaatannya
1. Penilaian Unjuk Kerja 19
2.Penilaian Sikap 27
3.Penilaian Tertulis 35
4.Penilaian Proyek 38
5. Penilaian Produk 41
6. Penilaian Portofolio 48
7. Penilaian Diri 55
3
E. Proses Penentuan Nilai Akhir 53
Bab IV. Penutup 55
Lampiran
1) Format Daftar Identitas Siswa 61
2) Penilaian Kemajuan Belajar 62
3) Model Rapot 63 – 65
4
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia mempunyai jumlah dan
variasi penduduk yang beragam baik dilihat dari segi sosial , ekonomi dan
budaya, sedangkan dari variasi penduduknya tidak dapat dipungkiri bahwa
banyak diantaranya mempunyai kemampuan baik secara fisik, emosional,
intelektual dan mental yang beragam pula. Undang-undang Pendidikan
Nasional No 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1. menyatakan bahwa
Pendidikan Khusus mempunyai peserta didik yang beragam baik dari segi
fisik, emosional, mental, dan sosial. Ke unikan siswa Pendidikan Khusus ini
tentu membawa konsekwensi baik pada kurikulum, silabus, pembelajaran,
penilaian dan implementasinya. Pada hal-hal tertentu keberagaman peserta
didik pada pendidikan khusus tidak memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran dan penilaian yang bernuansa kelompok atau klasikal dalam
jumlah besar. Pada sekolah khusus walaupun jumlah siswa sedikit, siswanya
memiliki kemampuan mental, intelektual, sosial dan fisiknya beragam.
Contohnya pada beberapa sekolah, banyak siswa tunanetra atau tunarungu
yang memiliki hambatan intelektual dan atau emosi yang mungkin sebagai
dampak ikutan dari Kekhususannya. Keberagaman dan keunikan itu sering
membuat pola pelayanan yang kurang optimal dan berkeadilan ketika
kelompok belajar itu diperlakukan secara sama pada pembelajaran dan
penilaiannya antara siswa yang satu dengan lainnya baik secara lokal ,
regional maupun nasional. Padahal diantara siswa pada kelompok memiliki
keanekaragaman potensi dalam pencapaian target belajarnya. Menyamakan
pendekatan pembelajaran dan penilaian bagi sekelompok siswa yang
memiliki keanekaragaman potensi membuka peluang terjadinya pemaksaan
yang berakhir pada “penderaan” fisik ataupun mental pada peserta didik
pada umumnya.
5
Pernyataan inipun dikuatkan dalam undang-undang Sisdiknas nomor 20
tahun 2003, Bab V tentang peserta Didik pada pasal 12 ayat (1) butir f yang
berbunyi:
6
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
.
(Bab X Standar Penilaian Pendidikan, Bagian Kesatu Umum, Pasal 63)
Pada ayat-ayat dan ayat lain yang menyertainya yang disebutkan diatas
mengungkapkan Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Sehubungan dengan
pasal ini Pendidikan Khusus yang memiliki prinsip fleksibilitas materi, metoda
dan penilaian meletakkannya faktor kenaikan kelas dalam konteks
pendidkan reguler, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif
dan tanpa meninggalkan karakteristik pendidikan khusus. Namun demikian
dalam pendidikan inklusif pun setiap satuan pendidikan yang
menyelenggarakannya diharuskan untuk memenuhi persyaratan-
persayaratan tertentu sebagaimana disebutkan pada pasal 41 Peraturam
pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yaitu:
B. Tujuan
Model Penilaian Efektif Berbasis Kelas ini bertujuan:
1.Memberikan pemahaman pada guru tentang bagaimana penilaian pada
pendidikan khusus sebaiknya dilakukan
2.Memberikan beberapa rambu-rambu, pola kerja dan prosedur penilaian
yang perlu dilakukan oleh guru
3.Memberikan beberapa contoh mengenai seluk beluk teknik-treknik
penilaian yang dapat diterapkan pada pendidikan khusus.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dinilai
Pedoman ini mempunyai lingkup penilaian pada siswa Pendidikan khusus
pada sekolah TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB yang mengacu pada
kurikulum sekolah yang dijabarkan dari Standar Nasional Pendidikan.
Sedangkan Jenis pendidikan khusus yang merupakan cakupan penilaian
7
pedoman ini ialah tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa pada
jenjang TK, SD, SMP dan SMA.
8
BAB II
SISTEM PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI
Kemudian Nurgiyanto
Penilaian pada dasarnya suatu proses pembuatan pertimbangan
terhadap sesuatu hal. Penilaian terdiri atas 3 komponen yaitu
pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan dan pembuatan
keputusan
(Sriven dalam Nurgiyanto)
9
dengan standar kompetensi yang telah ditentukan atau terstandarkan secara
nasional.
B. Kerangka berfikir
Sistem penilaian berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai penilaian dan
pembelajaran berbasis kompetensi yang saling tergantung antara yang satu
dengan yang lain. Ketergantungan tersebut melibatkan siswa sebagai subyek
dan obyek yang berubah setiap saat. Oleh karena itu, hubungan antar unsur
siswa, pembelajaran dan teknik penilaian merupakan satu sistem penilaian
yang terpadu dan utuh.
Pada siswa pendidikan khusus, jenis Kekhususan, materi ajar, kompetensi
yang hendak dicapai, jenis metoda atau pendekatan pembelajaran serta
keberadaan dan pemakaian jenis sarana dan prasarana sangat
mempengaruhi bentuk teknik penilaian yang tentunya akan menentukan hasil
penilaian yang adil dan berkualitas juga . Penilaian berkualitas yang dimaksud
ialah terjaminnya hasil penilaian yang adil, terbuka dan berkualitas.
BENTUK
BENTUK
TEKNIK
TEKNIK
PENILAIAN
PENILAIAN(6)(6)
JENIS
JENIS SARANA
SARANA
KEKHUSUSAN
KEKHUSUSAN PRASARANA
PRASARANA
(1)(1) (5)(5)
HASIL
HASIL
PENILAIAN
PENILAIAN
YANG
YANGADIL
ADIL&&
BERKUALITAS
BERKUALITAS
MATA
MATA METODA/
METODA/
PELAJARAN
PELAJARAN && PENDEKATAN
PENDEKATAN
MATERI AJAR PEMBELAJARAN
MATERI AJAR PEMBELAJARAN
(2)(2) (4)(4)
KOMPETENSI (3)(3)
KOMPETENSI
10
Sistem penilaian berbasis kompetensi untuk pendidikan khusus diharapkan
akan dapat:
1. Mengetahui bagaimana siswa menerapkan kompetensi dan materi hasil
belajarnya pada suatu pekerjaan yang dapat memberi manfaat dalam
menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya.
2. Mendeskripsikan sesuai standar kompetensi yang tepat sesuai dengan
hasil belajar / pengalaman belajar yang diharapkan
3. Menghasilkan pola Penilaian performan yang langsung dengan
pendekatan pada keterampilan dan pengetahuan yang diharapkan dapat
dicapai oleh peserta didik Pendidikan Khusus.
4. Mengukur perbandingan hasil kompetensi dengan standar konpetensi
yang ditetapkan sehingga diketahui kesenjangan pencapaiannya untuk
dilakukan perbaikan.
5. Mengembangkan pola penilaian yang beragam sesuai dengan
keberagamana potensi dan keterbatasan siswa
11
E. Kedudukan Penilaian dalam Lingkup Standar Nasional Pendidikan
Kerangka berpikir yang dijelaskan di atas tidak dapat dilepaskan dari peran
standar-standar yang lain dari lingkup Standar Nasional Pendidikan.
Kedudukan Penilaian dalam ini standar penilaian ditentukan juga oleh
keberadaan standar-standar yang lain. Standar Penilaian yang baik dan
berkualitas ditentukan juga oleh keberhasilan satuan pendidikan dalam
melaksanakan standar-standar yang lain secara ajeg. Pemahaman ini
menganut cara berpikir yang logis, bahwa tidak mungkin penilaian yang
berkualitas dapat berhasil jika tidak ditunjang dengan unsur-unsur penunjang
lainnya yang merupakan bagian dari penilaian itu sendiri.
Sebagai contoh jika memberikan Materi tentang ”suhu” harus tercermin
proses pembelajarannya , penyampaian konsepnya, penggunaan alatnya,
pengelolaan alatnya, biaya pembelian alat termometernya, kemampuan guru
menyampaikannya, kemampuan siswa yang hendak dicapai dalam
penggunaan termometer, proses penggunaan yang terstandar merupakan
suatu rangkaian yang saling mendukung satu dengan lainnya. Kegagalan dari
satu aspek saja dapat menggagalkan komponen-komponen standar secara
menyeluruh.
Standar
proses (2)
Standar
Standar Isi
kompetensi
(1)
lulusan (3)
STANDAR
PENILAIAN
PENDIDIKA Standar
Standar N (8) Pendidik
Pembiayaa dan Tenaga
n (7) Kependidik
an (4)
Standar
Standar
Sarana &
Pengelolaa
Prasarana
n (6)
(5)
12
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. (PPRI no 19 tahun 2005,
psl 1 ayat 17). Dalam kriteria penilaian hendaknya memenuhi kriteria
1. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian
yang digunakan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan isinya
mencakup semua kompetensi yang terwakili secara proporsional.
Dalam pelajaran IPA untuk tunanetra misalnya, guru menilai kompetensi
bereksperimen . Penilaian valid jika menggunakan peralatan yang
terstandar dan sesuai dengan kemampuan tunanetra tersebut. Jika tidak
menggunakan peralatan yang terstandar untuk tunanetra maka penilaian
tersebut tidak valid. Untuk menjaga validitas pengukuran maka prosedur
kalibrasi sebelum penggunaan alat harus dilakukan terlebih dahulu.
Prosedur kalibrasi ini ialah proses menstandarkan alat ukur agar sesuai
dengan ukuran standar dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
siswanya. Proses memperbaiki alat dengan mencocokan dengan
peralatan standar dan standar kemampuan siswa yang telah ditetapkan
sebelumnya bersama guru lainnya berdasarkan kesepakatan. Validitas isi
dalam materi pelajaran hendaknya disesuaikan jenis Kekhususan siswa,
misalnya siswa tunanetra diminta untuk menceritakan keindahan alam
pegunungan yang tidak pernah dilihatnya, memberi warna pada gambar,
maka materi pelajaran ini tidak valid dilihat dari segi isi untuk tunanetra
2. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Penilaian yang reliable (ajeg/ dapat dipercaya) memungkinkan
perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai
dengan proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu
cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif
sama. Dalam contoh pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra perlu
menggunakan alat bantu pembelajaran yang membantu pemahaman
konsep-konsep IPA , contoh meteran Braille yang sudah distandarkan.
Lebih lanjut ketika siswa tunanetra hendak dinilai kompetensi
mengukurnya, maka setiap guru harus menggunakan acuan yang sama
juga, misalnya yang dinilai ialah mengukur panjang dengan meteran,
membaca skala pada meteran. Untuk menjamin penilaian yang reliabel
petunjuk pelaksanaan pengukuran dan penskorannya harus jelas dan
terukur.
3. Terfokus pada kompetensi
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus
terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan
pada penguasaan materi (pengetahuan). Kompetensi –kompetensi itu
diukur dengan membandingkan kemampuan siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran/ pelatihan. Kemampuan mengembangkan kepekaan rasa
untuk mendeteksi , mensikapi suatu kondisi tertentu dengan kemampuan
merespon yang berkembang semakin baik dari waktu ke waktu. Dalam
hal-hal tertentu seperti kompetensi menggunakan alat peraga atau alat
praktek pada Kekhususan tertentu pada suatu eksperimen harus dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam ketaatan mengikuti
13
prosedur penggunaan alat, larangan dan suruhan yang harus ditaati saat
mengoprasikan peralatan untuk bereksperimen serta aturan-aturan lain
yang menyertainya.
4. Keseluruhan/Komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat
untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik dalam
mengembangkan sikap yang tergambar dalam standar kompetensi
lulusan , sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik. Aspek
kreatifitas siswa seperti mengembangkan alternatif pengukuran dengan
alat-alat lainnya termasuk dalam kriteria penilaian.
5. Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif dan adil. Pemahaman penilaian
harus adil. Yang dimaksud dengan adil disini adalah adil terhadap semua siswa
dengan tidak membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, bahasa, dan
gender (kelamin). Untuk itu, disamping harus adil, juga menyesuaikan dengan
karakteristik Kekhususan , jenjang dan usia siswanya. Pada penilaian yang
menggunakan pola pengamatan hendaknya dilakukan dengan tegas , jujur ,
terukur , menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau
pemberian angka (skor). Kriteria disusun berdasarkan kesepakatan para guru
mata pelajaran
6. Mendidik
Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan
meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik khususnya dalam mendidik
siswa berpikir, berbuat dan berprilaku ilmiah. Disamping itu penilaian harus
memberikan sumbangan yang positif terhadap pencapaian belajar siswa, artinya,
hasil penilaian harus dapat dirasakan sebgai penghargaan bagi siswa yang
berhasil atau sebagai pemberian motivasi bagi siswa yang kurang/belum berhasil
Standar kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap jenis Kekhususan
tentunya berbeda sesuai dengan kharakteristik Kekhususan yang dimiliki oleh
setiap siswa. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar.
Satu kompetensi dasar meliputi beberapa indikator, dan satu indikator memuat
bisa lebih dari satu pengalaman belajar. Penilaian dirancang mengacu pada
indikator dan pengalaman belajar yang hendak dilakukan.
Beberapa hal yang penting dan perlu diperhatikan yang membedakan antara
kurikulum pendidikan umum dan pendidikan khusus ialah sehubungan dengan
ciri pembelajaran dan penilaian pada pendidikan khusus dimana kharakter
siswa , kemampuan siswa , keterbatasan siswa baik secara emosional,
14
intelektual, fisikal dan etika yang begitu beragam dan berbeda-beda baik derajat
kualitas penguasaan maupun pengendaliannya. Kondisi yang demikian ini
membuat prinsip belajar pada pendidikan khusus menganut prinsip belajar yang
fleksibel/luwes baik dilihat dari segi waktu, materi dan penilaiannya. Gambaran
keluwesan itu dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Penjelasan
Pengaturan waktu yang luwes yang dimaksud ialah penyediaan waktu belajar
yang menyesuaikan dengan kecepatan belajar dan kemampuan individu
siswa siswa yang beragam.
Penyampaian materi yang luwes yang dimaksud ialah penyampaian materi
yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan keterbatasan peserta didik
dan diatur secara proporsional.
Cara penilaian yang luwes yang dimaksud ialah melakukan pengukuran
perkembangan kemampuan siswa dengan mempertimbangkan karakteristik
siswa
15
- Berdasarkan evaluasi kemampuan yang disesuaikan dengan tuntutan
kurikulum (anak dengan kecerdasan normal, Tuna A, B, dan D yang tidak
disertai dengan kelainan lainnya),
- Berdasarkan usia yang disebut dengan maju berkelanjutan (kenaikan
kelas secara otomatis) untuk anak yang mempunyai keterbatasan
kemampuan.
Pada sekolah-sekolah pendidikan khusus (SMPLB dan SMALB) kenaikan kelas
merupakan salah satu bentuk penghargaan untuk memotivasi peserta didik
untuk belajar di pendidikan khusus. Tidak ada persyaratan khusus bagi naik
atau tidaknya peserta didik.
3. Menerimaan peserta didik baru dapat dilakukan sepanjang tahun ajaran,
meskipun secara formal ditentukan batasan waktunya, tetapi di lapangan hal
ini tidak dapat dilakukan, karena pelayanan pendidikan khusus tidak dapat
dibatasi waktu jika ada anak berkebutuhan khusus yang memerlukan
pelayanannya. Selain itu penerimaan peserta didik baru tidak mensyaratkan
batasan usia tertentu pada peserta didik tersebut ketika memasuki
pendidikan khusus, asalkan masih dalam usia sekolah atau berdasarkan
ketentuan sekolah masing-masing.
4. Kurikulum untuk pendidikan khusus fleksibel dalam waktu, materi, dan
penilaiannya. Hal ini dikarenakan peserta didik memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, dan kurikulum seyogyanya disesuaikan dengan kemampuan
dan kekhususan mereka.
5. Pelaporan hasil penilaian kemampuan belajar peserta didik dilaporkan dalam
bentuk kuantitatif dan kualitatif agar orang tua mengetahui dan memahami
kemampuan yang telah dicapai anaknya. Hal ini dilakukan karena bentuk
kuantitatif saja tidak cukup, misalnya nilai 7 buat si A akan berbeda dengan
nilai 7 buat si B karena kemampuan mereka berbeda, sehingga harus
dijelaskan dalam bentuk kualitatif. Pelaporan hasil belajar bagi SLB A belum
dicetak dalam dua versi yaitu huruf latin dan braile, sehingga peserta didik
tidak dapat mengetahui langsung kemampuan yang telah dicapainya. Hal ini
telah menyalahi salah satu prinsip penilaian, yaitu peserta didik mengetahui
penilaian yang diberikan kepadanya dan alasan kenapa nilai tersebut
diberikan.
6. Untuk anak yang kemampuan akademiknya kurang tidak diharuskan
mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN), cukup mengikuti Ujian Akhir Sekolah
(UAS) dan akan memperoleh Surat Keterangan Tamat Belajar (SKTB). Bagi
yang mampu mengikuti UAN dan lulus akan memperoleh Surat Tanda Tamat
Belajar (STTB).
7. Pada jalur formal katagori mandiri untuk institusi SMPLB dan SMALB secara
umum program penilaian harus menggunakan program SKS .
I. Alur Penilaian
Alur penilaian dibuat guna memudahkan guru khususnya didalam melakukan
pentahapan kerja yang lebih mudah. Setiap tahapan dapat tergambar dengan
jelas. Pentahapan alur kerja dan penjelasannya dapat dilihat pada halaman
berikutnya.
16
17
Standar Nasional ALUR PROSEDUR PENILAIAN KURIKULUM BERBASIS
Pendidikan KOMPETENSI PADA PENDIDIKAN KHUSUS OLEH GURU
(PP19 thn 2005)
(1)
Membuat
alternatif
Memutuska format, model
n pilihan –model teknik
teknik penilaian dan
Standar Isi Penjabaran penilaian
dalam standar (7)
raport (8)
(Peraturan Menteri
no 22) kompetensi
lulusan (Permen
23)
(2)
Membuat
Penilaian Penilaian Penilaian Penilaian
Perencanaan & proyek tertulis unjuk kerja diri
Standar Penilaian Proses
Standar
Kompetensi Pembelajaran
Standar
Kompetensi
mata pelajaran
Kompetensi
mata pelajaran
,Sarana (PP
Melakukan Penilaian pada Proses pembelajaran dan Hasil
Rapot
19,2005 ,Psl 19)
mata pelajaran
(PP,Psl 25)(3) (6)
pembelajaran dengan teknik penilaian yang sesuai dengan sebaga
ke”Tuna” an , jenjang dan mata pelajaran yang ditempuh siswa
(Implementasi PPRI No 19 thn 2005 Psl 19 ayt 1-3) (9) i
penilai-
Penilaian Penilaian Penilaian Penilaian
an
Kompetensi Penjabaran produk sikap portofolio lainnya akhir
Kompetensi
Dasar mata KD kedalam
Kompetensi
Dasar
pelajaran mata kurikulum Implementasi PPRI No 19 thn 2005 Psl 22 ayt 1-3 (9) dari
Dasar mata
pelajaran sekolah dalam
pelajaran (4) bentuk
Penjelasan:
Guru
indikator
indikator mata
Dilakukan Pusat Dilakukan Sekolah Aliran prosedur
(10)
pelajaran (5)
18
PENJELASAN ALUR /PROSEDUR PENILAIAN KBK
UNTUK PENDIDIKAN KHUSUS (LIHAT DIAGRAM DI ATAS)
1. Segala sesuatu sumber penilaian mengacu pada apa yang tersurat dalam
Standar Nasional Pendidikan (PPRI NO 19 tahun 2005).
2. Dalam konteks penilaian maka harus dilihat PPRI NO 19 thn 2005 pasal 25 ,
26 dan 27 BAB V tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), apa , tujuan
dan cakupan apa saja yang perlu dinilai untuk dapat mencapai SKL yang
diharapkan perlu ada suatu .
3. Standar Kompetensi Lulusan pada setiap mata pelajaran diatur oleh pusat
yaitu oleh BSNP(Badan Standarisasi Nasional Pendidikan) dan sudah ada
dalam bentuk dokumen yang baku secara nasional. Dokumen ini sebagai
acuan untuk menjabarkan lebih lanjut lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang , dan jenis pendidikan
tertentu. (lihat Standar isi pasal 5 ayat 1 PPRI no 19 thn 2005)
19
tingkat kemampuan siswa yang beragam pada Pendidikan Khusus. Indikator-
indikator ini dalam penilaian berfungsi sebagai alat ukur atau bahan uji atau
bahan test yang dapat dikembangkan variasi dan jenisnya. Sekali lagi
keterlibatan guru yang berpengalaman dan mampu secara substansial dan
psikologis dalam menangani setiap Kekhususan harus menjadi prasyarat
bagi siapa yang hendak terlibat dalam penyusunan kurikulum maupun pokok
uji tersebut. Penyusunan kurikulum dan pokok uji hendaknya mempunyai
keterkaitan yang kuat agar tidak melakukan test yang tidak terdapat dalam
kurikulum yang telah disusun. Keserentakan penyusunan kurikulum dan
pokok-pokok uji penilaian diharapkan dapat menjamin relevansi yang kuat
antara apa yang diajarkan dan apa yang diujikan.
6. Membuat perencanaan penilaian baik pada proses maupun hasil dari suatu
pembelajaran hendaknya melihat benar batas-batas kemampuan pada siswa
pendidikan khusus. Pada siswa pendidikan khusus, jenis Kekhususan, materi
ajar, kompetensi yang hendak dicapai, jenis metoda atau pendekatan
pembelajaran serta keberadaan dan pemakaian jenis sarana dan prasarana
sangat mempengaruhi bentuk teknik penilaian yang tentunya menentukan
hasil penilaiannya pula. Pen”standaran penilaian” pada tunanetra, tunarungu,
tunagrahita dan tunadaksa hendaknya pada hal-hal tertentu benar-benar
berimbang dan mungkin tidak dapat disamakan, sehingga terhindar dari
penilaian yang ”tidak adil” diantara para siswa yang beragam kekhususannya
itu . Standar-standar lokal sekolah mungkin perlu dikembangkan untuk
pencapaian kompetensi-kompetensi tertentu khususnya pada siswa-siswa
yang ”memiliki kekhususan ganda”.
20
8. Membuat alternatif model, teknik penilaian, pembobotan dan raport
hendaknya juga mempertimbangkan apa yang telah menjadi keputusan pada
langkah ke tujuh di atas. Penyeragaman teknik penilaian pada semua siswa
berkelainan dan apalagi dengan pembobotan yang sama pada Kekhususan
yang beragam mungkin perlu dihindari jika tanpa ada alasan yang kuat yang
mendasarinya. Untuk itu perlu dikembangkan beberapa model teknik
penilaian yang adil dan sesuai dengan kondisi siswa berkelainan tersebut.
Telah diketahui betapa keragaman dan rentang kemampuan intelektual serta
fisik siswa di pendidikan khusus, oleh karena itu apa yang dicontohkan pada
pedoman Penilaian ini hanya merupakan salah satu contoh yang dapat saja
diubah, diganti, dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi sekolah dan
jenis Kekhususan siswanya. Dan satu hal yang penting ialah bahwa alat
penilaian dalam bentuk apapun hendaknya diuji cobakan terlebih dahulu. Hal
ini penting untuk mengetahui seefektif apa teknik penilaian ini dapat
mengukur perkembangan kemampuan siswa yang berlangsung ataupun
yang sudah berlangsung, dan yang lebih penting lagi ialah apakah teknik
penilaian ini tidak menyiksa atau menyakiti / men”dera”, men dzolimi siswa
secara mental maupun fisik siswa berkelainnan. Suatu instrumen penilaian
yang sekiranya diketahui tidak memadai hendaknya tidak diteruskan lagi.
Demikian juga jika suatu instrumen yang tidak cocok bisa saja cocok untuk
kasus siswa pendidikan khusus lainnya. Sudah diketahui bahwa siswa
Pendidikan Khusus lebih menekankan pelayanan khusus individual ketika
menjalani pendidikan dan pelatihan meskipun tidak tertutup kemungkinan
terhadap terjadinya pelayanan kelompok atau secara klasikal (ini yang paling
sering terjadi karena keterbatasan jumlah guru). Untuk itu perlu ada
semacam paket penilaian untuk anak yang dilayani harus secara individual
ataupun secara berkelompok atau klasikal. Teknik penilaian yang terdapat
pada diagram tidak harus semuanya diterapkan dalam penilaian, tetapi dicari,
dipilih yang sesuai dengan jenis kemampuan yang hendak dilatihkan serta
keterbatasan siswa. Sebagai contoh, misalnya mungkin pada satu siswa
tunanetra cocoknya dengan menggunakan penilaian unjuk kerja dan
penilaian produk, tetapi pada siswa tunanetra lainnya lebih cocok dengan
penilaian tertulis, karena kemampuannya memang pada kemampuan
menulisnya. Paket-paket penilaian ini dapat saja didesain untuk kelompok
atau individual tertentu.
9. Pada langkah ke sembilan ini (pada gambar kotak besar dengan garis
terputus-putus merupakan “action” sesungguhnya dari instrumen-instrumen
penilaian itu. Instrumen-istrumen test tersebut sudah tentu digunakan baik
dalam menilai proses maupun hasil belajar siswa. Proses disini yang dinilai
ialah seperti, keuletan, kejujuran, ketaatan pada prosedur, tertip selama
belejaratau berlatih, toleran, menghargai pendapat orang lain. Sedangkan
produk dapat dilihat dari hasil yang dibuatnya seperti jika menggambar
menghasilkan gambar yang komunikatif, bersih dan indah atau jika dalam
percobaan IPA dalam melakukan pengukuran sesuai dengan apa yang
dituliskan .Keutuhan penilaian yang mencakup segala segi perkembangan
kemampuan yang diajarkan hendaknya dapat diakomodasi dalam penilaian
ini. Kehati-hatian guru didalam menerapkan dan menggunakan teknik
penilaian yang tepat sangat diperlukan guna terjadi penilaian yang alami.
Tentu derajat kesulitan pada setiap siswa ber”Kekhususan“ berbeda-beda
21
sesuai dengan jenis Kekhususannya. (lihat contoh “Peta Penilaian” pada
lampiran)
10. Raport sebagai penilaian akhir dari guru merupakan kumpulan penilaian yang
mencakup banyak aspek. Semua yang ditulis di raport hendaknya
berdasarkan catatan dari semua perkembangan siswa. Raport dalam
beberapa hal pada pendidikan khusus dapat diungkapkan secara deskriptif
kualitatif sehingga dapat menggambarkan kemajuan kemampuan yang telah
dicapainya.
22
BAB III
TEKNIK PENILAIAN, PENGOLAHAN, DAN PEMANFAATANNYA
B. Pembobotan
Sebelum proses penilaian terlebih dahulu dirancang suatu proses penilaian yang
adil dan terbuka. Kesepakatan pembobotan pada suatu mata pelajaran yang
berkenaan dengan kemampuan yang hendak dikembangkan dilakukan secara
bersama diantara guru-guru mata pelajaran sama dalam kebutuhan khusus yang
sejenis juga.
Beberapa syarat dan kriteria pengembangan dalam teknik penilaian
mencakup:
23
kesepakatan guru-guru matapelajaran-matapelajaran yang sama dan sejenis
dalam kebutuhan khususnya. Kriteria itu dibangun berdasarkan kondisi individu
setiap siswa dan disesuaikan dengan kemampuan minimal yang harus dicapai
berdasarkan skala maksimal yang memungkinkan untuk dikembangkan
berdasarkan kemampuan individu siswa tersebut . Untuk itu setiap siswa harus
diidentifikasi rentang kemampuan yang memungkinkan dikembangkan. Kriteria
ketuntasan belajar minimum bersifat spesifik sekolah, mata pelajaran dikaitkan
dengan jenis kebutuhan khusus siswanya. Ketuntasan belajar ditentukan oleh
pencapaian kompetensi dasar yang dicerminkan dengan pencapaian ketuntasan
pada setiap indikator. Jika ada salah satu atau lebih indikator yang belum
tercapai , maka ketuntasan belajar minimum itu belum tercapai, untuk itu perlu
ada remedial bagi indikator yang belum tercapai ketuntasannya. Tingkat
ketuntasan merupakan keputusan dan kesepakatan bersama yang ditentukan
para guru berdasarkan ketentuan diatas. Kriteria ketuntasan belajar mimimum
harus ditinjau kembali secara berkala berdasarkan evaluasi program .
24
ini harus dijelaskan sejauh apa kegiatan mengidentifikasi untuk siswa
tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa harus dilakukan secara
memadai
Contoh untuk mata pelajaran IPA yaitu kompetensi mengidentifikasi
Kompetensi Aspek yang dinilai yang berhubungan dengan Keterlibatan indra, potensi tubuh
mengidentifik ketika memahami ”Kompetensi mengidentifikasi” dalam aksi pembelajaran sesuai
asi yang dengan Jenis Kekhususannya
dikembangkan C. (tunagrahi
A. (tunanetra) B. (tunarungu) D. (tunadaksa)
ta)
Setelah melakukan Setelah melakukan Dengan bantuan Dengan bantuan guru
1. Menyebutkan
perabaan, mencium perabaan, melihat warna, guru setelah Setelah melakukan
persamaan dari
dua benda yang dan mencium ciri kedua melakukan perabaan, melihat
dua benda
diamati siswa benda siswa tunarungu perabaan , warna, mendengarkan
yang diamati
tunanetra dapat dapat menyebutkan mencium bau bunyi dan mencium ciri
menyebutkan persamaan dua benda yang benda, melihat bau kedua benda siswa
persamaan dua diamati dengan bahasa yang warna dua benda tunadaksa dapat
benda yang telah komunikatif siswa tunagrahita menyebutkan
diamati dapat persamaan dua benda
menyebutkan apa yang diamati
yang diamatinya
Perabaan untuk Setelah melakukan Dengan bantuan Dengan bantuan guru
2. Membandingka
membandingkan perabaan untuk guru setelah setelah melakukan
n logam
logam dan bukan membandingkan logam dan melakukan perabaan, penciuman
dengan bukan
logam dilihat dari bukan logam dilihat dari perabaan, untuk membandingkan
logam
unsur unsur berat/ringannya penciuman untuk logam dan bukan logam
berat/ringannya kedua benda . membandingkan siswa dapat
kedua benda . Mencium untuk , logam dan bukan menunjukkan logam
Mencium untuk , membandingkan antara bau logam siswa dapat dan bukan logam.
membandingkan logam dan bukan logam. menunjukkan Melalui pendengaran
antara bau logam Melalui pengamatannya logam dan bukan siswa tunadaksa
dan bukan logam. siswa tunarungu dapat logam. membandingkan bunyi
Melalui pendengaran membandingkan ciri warna logam dan bukan logam
siswa tunanetra benda logam dan bukan ketika diketuk-ketuk.
membandingkan logam Melalui pengamatannya
bunyi logam dan Pencecapan* tidak boleh siswa tunadaksa dapat
bukan logam ketika dilakukan karena membandingkan ciri
diketuk-ketuk dikhawatirkan bendanya warna benda logam dan
Pencecapan* tidak beracun. bukan logam
boleh dilakukan krn Pencecapan* tidak
dikhawatirkan boleh dilakukan krn
bendanya beracun. dikhawatirkan bendanya
beracun
3. Menyebutkan
................ ................ ................ ................
contoh unsur .
4. Menyebutkan
contoh ................ ................ ................ ................
senyawa
................ ................ ................ ................
5. Menguraikan
kedalam
kelompok
unsur dan
senyawa dalam
satu produk
25
Kompetensi Aspek yang dinilai yang berhubungan dengan Keterlibatan indra, potensi tubuh
mengidentifik ketika memahami ”Kompetensi mengidentifikasi” dalam aksi pembelajaran sesuai
asi yang dengan Jenis Kekhususannya
dikembangkan C. (tunagrahi
A. (tunanetra) B. (tunarungu) D. (tunadaksa)
ta)
(kursi)
6. Menyebutkan
contoh benda
................ ................ ................ ................
yang dibuat
dari plastik
7. Menunjukkan
bendanya
langsung mana
................ ................ ................ ................
yang terbuat
dari plastik
dengan tepat
8. Membuat
pelaporan hasil ................ ................ ................ ................
identifikasi
Analisis:
Menganalisis Standar Kompetensi 3 (SK3) menjadi Kompetensi Dasar
(KD3.1)
Karakteristik yang dimaksudkan disini adalah sifat-sifat yang dapat diamati oleh
siswa tunanetra misalnya melalui perabaan . Deskripsi yang dilakukan siswa
yakni menguraikan secara tertulis sesuai dengan hasil pengamatannya. Unsur
atau senyawa yang dapat diamati siswa bisa bermacam-macam yang semuanya
terdapat di lingkungan siswa misalnya emas, besi, aluminium, perak, gula,
garam, plastic, kaca, cat dan sebagainya. Siswa tidak perlu membedakan unsur
dengan senyawa.
26
2. Membedakan logam dan bukan logam dari baunya, suara dentingannya dan
perbedaan berat dengan benda lainnya.
3. Menunjukkan gelas, plastik
4. Mencontohkan aplikasi material dalam kehidupan sehari-hari
5. Menunjukkan unsur dan senyawa
Keempat, ialah meramu ke dua hasil sintesa itu menjadi pokok-pokok proses pembelajaran yang berujung pada
pokok-pokok penilaian.
Contoh checklists yaitu dengan cara menggunakan siswa yang sama (untuk kemudahan pemahaman bagi pembaca
dalam hal ini guru)
27
Skala r
Ketuntasan
B e
60%
o a
S
b l
k
ot s T Tidak
o
N pe k u tuntas/r
r
o Indikator r o n emedial
M
. in 1. 2. 3. 4. 5. r t
a
di s a
k
ka i s
s
to s
r w
a
1 Menyebutkan 2 v 6 1 T
. persamaan listrik 0 u
dinamis dan n
listrik statis t
a
s
2 Membandingkan 1 v 5 5 T
. cara kerja listrik u
dinamis dan n
listrik statis t
a
s
3 Menguraikan 2 v 1 1 T
. komponen 0 0 u
komponen listrik n
dinamis t
a
s
4 Menyebutkan 1 v 1 5 Tidak
. contoh yang Tuntas
menyebabkan
listrik dinamis
5 Menunjukkan 2 v 6 1 T
. beberapa contoh 0 u
langsung n
peralatan listrik t
dinamis dalam a
keseharian s
Skala yang terdapat pada tabel diatas digunakan oleh guru sebagai alat
pertimbangan dalam menentukan tingkat ketuntasan berdasarkan pertimbangan
subyektif guru berdasarkan kriteria . Misalnya nilai
skala 1 artinya atau kriterianya siswa tidak tahu atau tidak melaksanakan/
mengerjakan sesuatu apapun,
28
skala 2 guru dapat mengembangkan kriteria pemahaman bahwa siswanya
tahu tapi tidak dapat melaksanakannya/menjelaskannya,
skala 3 dapat dikembangkan pemahaman kriterianya bahwa siswa tahu dan
dapat melaksanakan tetapi tidak dapat mengembangkan,
skala 4 guru dapat mengembangkan bahwa siswanya tahu, dapat
melaksanakan serta dapat mengembangkan contohnya lebih dari satu
aplikasi,
skala 5 guru dapat mengembangkan kriterianya bahwa siswa tahu banyak
dan dapat mengembangkannya dengan memberikan banyak contoh lebih
dari 2 atau 3 aplikasi dengan penjelasan yang lebih komprihensif.
Catatan:
a. Bobot dibakukan atas kesepakatan guru berdasarkan pertimbangan
kemampuan dan keterbatasan siswa tunanetra dan dapat dipertanggung
jawabkan secara edukatif. Tidak menyakiti dan mendera siswa
b. Penentuan skala diputuskan oleh guru dengan pertimbangan teknis yang
kuat
c. Setiap indikator tidak boleh mempunyai skor dibawah 60% (misalnya) dari
skor maksimalnya, skor ini ditentukan secara bersama antar para guru
sesuai dengan karakteristik Kekhususan siswanya.
d. Cara menghitung jumlah real skor siswa yaitu
Bobot indikator untuk tunanetra dikalikan dengan skala
nilai = Jumlah real skor siswa
e. Jika siswa dapat mencapai skor 36 maka tingkat ketuntasan siswa ialah
lebih dari 60% atau 65% lebih , tetapi indikator no 3 dan nomor 6 kurang
dari 60%, maka siswa ini tidak tuntas, ia harus mendapat remedial sampai
skor minimalnya tercapai dengan memperbaiki kinerja indikator nomor 3
dan nomor 6. (cara mengukur ketuntasan ini dapat digunakan untuk
model-penilaian lainnya)
f. Format penilaian ini dapat dikembangkan utnuk jenis Kekhususan yang
lain.
Nama : ..............
Jenjang : TKLB
Kelas : Persiapan 1
Jenis Kebutuhan Khusus : Tunanetra
Bobot
Skala Skor Skor
No. Indikator untuk
1-10 nyata maksimal
tunanetra
a b c d e f
1 Bertepuk ……… 1 ………. 10
tangan .
2 Berjalan di ……… 1 ………. 10
tempat .
3 Melangkah ……… 2 ………. 20
29
Bobot
Skala Skor Skor
No. Indikator untuk
1-10 nyata maksimal
tunanetra
.
4 Mundur ……… 3 ………. 30
.
5 Berjalan ke ……… 2 ………. 20
depan .
6 Berjalan ……… 4 ………. 40
mundur .
7 Berjalan jinjit ……… 4 ………. 40
.
Total Skor siswa (yang nyata) ………. 170
Catatan;
Proses penilaian sama sebagaimana yang dicontohkan di atas
Kompetensi Dasar: Melakukan senam lantai dengan benar
Nama : ............
Jenjang :SMALB
Kelas :X
Jenis Kebutuhan Khusus Tunanetra
Bobot
Skor
Skala untuk Skor
No. Indikator maksima
1-10 siswa nyata
l
tunanetra
a b c d e f
1 Berguling ………. 1 ………. 10
2 Kayang ………. 4 ………. 40
3 Sikap lilin ………. 2 ………. 20
4 Guling lenting (neckspring) ………. 4 ………. 40
5 Berdiri dengan kepala ………. 3 ………. 30
6 Berdiri dengan kedua ………. 4 ………. 40
telapak tangan
7 Melakukan rangkaian ………. 4 ………. 40
gerakan senam
Total Skor siswa (yang nyata) ………. 190
Catatan
a. Pilihan Skala 1-10 diputuskan guru olah raga (apakah diberi angka 1, 2, 3, ....dst) yang
bersangkutan berdasarkan pertimbangannya ketika melakukan pengamatan pada saat siswa
berguling, kayang sikap lilin dan sebagainya.
b. Skor nyata diperoleh dari hasil perkalian antara angka skala yang telah ditetapkan oleh guru
berdasarkan pengamatannya, misalnya siswa tunanetra ”berguling” menurut pengamatan
guru patut diberi angka 4 dari skala 10, maka 4 X 1( bobot berguling untuk siswa tunanetra
ialah 1 satu) = 4, jika siswa yang bersangkutan melakukan sikap ”kayang” dan dinilai 4 pada
skala 10 menurut pengamatan guru maka 4 X 4 = 16.
c. Ketetapan Ketuntasan dapat ditetapkan oleh kelompok guru mata pelajaran, dalam hal ini
guru olah raga, misalnya tingkat ketuntasan indikator kompetensi dasar ”berguling” ialah 50%
30
, maka siswa minimal mendapat skor nyata ialah 5, kurang dari 5 maka siswa tersebut tidak
tuntas atau lulus, untuk itu perlu ada perbaikan.
d. Ketuntasan belajar atau kelulusan hanya terjadi jika setiap indikatornya memiliki skor tidak
kurang dari 50% dan skor totalnya tidak kurang dari 50% juga.
e. Total skor nyata pun tidak boleh kurang dari 50 % dari 190 atau kurang dari 85 .Jadi
meskipun total skor nyatanya lebih dari 50% atau lebih dari 85 tetapi masih ada salah satu
indikator mempunyai skor nyata dibawah 50% maka siswa tersebut tidak tuntas atau lulus.
f. Format penilaian ini dapat dikembangkan utnuk jenis Kekhususan yang lain .
Nama : ..........
Jenjang : SMALB
Kelas :X
Jenis Kebutuhan Khusus : Tunarungu
Nama : ..............
Jenjang : SMALB
Kelas :X
Jenis Kebutuhan Khusus : Tunagrahita Ringan
Catatan;
Proses penilaian sama sebagaimana yang dicontohkan di atas
31
Untuk Tunadaksa SMALB kelas X:
- Penentuan kompetensi, deskripsi olah raga harus ditentukan oleh guru yang
bersangkutan sesuai dengan kondisi siswa.
- Proses penilaian sama sebagaimana yang dicontohkan untuk jenis
Kekhususan lainnya.
- Skala dan pembobotan diisikan sesuai dengan pertimbangan antar guru
oleh raga yang ketika hendak melakukan penilaian, namun demikian perlu
juga penetapan kriteria yang disepakati bersama juga dan juga kapan
memberi penilaian skala 1, skala 2 dan skala 3, untuk itu dapat ditetapkan
suatu kriteria misalnya: pemberian tanda cek (V) pada
- skala 1 artinya siswa dapat melakukan dengan sedikit kesalahan namun
lambat ,
- skala 2 artinya siswa dapat melakukan dengan benar meskipun lambat,
- skala 3 siswa dapat denganbenar dan cepat melakukannya.
2. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik, antara lain:
a. Observasi perilaku
Perilaku positif dan negatif dari setiap siswa dicatat dalam buku catatan harian
tentang siswa.
Contoh halaman sampul Buku Catatan Harian:
Kelas : ___________________
Tahun Pelajaran : ___________________
Jenis Kekhususan :
___________________
Nama Guru : ___________________
Jakarta, 2006
32
Contoh cara mengisi Buku Catatan Harian :
Nama
No Kejadian
Hari/ tanggal peserta Kejadian (positif f)
. (negatif)
didik
1 Sabtu, 25 Mei 2006. 1. Jiman 1. Mengakui 1. Berkelahi
Mata Pelajaran: perbuatannya dengan
……………….. yang salah. temannya
2. Membantu 2. Mencontek
temannya
memindahkan
meja
3. Membuang
sampah pada
tempatnya.
2. Hasril 1. Beke 1. Agak otoriter
rja sama 2. Kurang sabar
dengan
temannya
2. Memi
mpin dengan
baik
3. Anita ............................ ...........................
............................ .
............................ ...........................
............................ .
............................ ...........................
.
...........................
.
...........................
.
33
Catatan :
Kejadian yang dicatat oleh guru pada Buku Catatan Harian adalah kejadian yang
positif ekstrim dan negatif ekstrim.
Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan
menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap
peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta
didik secara keseluruhan. Pekerjaan ini agak merepotkan guru khususnya jika
siswanya dalam jumlah banyak, untuk itu kejadian yang dicatat hanya yang
ekstrim positif atau negatif saja. Kelemahan dan kekuatan siswa dalam
pembentukkan sikap dapat dipantau dan dapat menjadi umpan balik bagi guru
yang bersangkutan.
34
Contoh: Format Penilaian Sikap dalam Pengetahuan Sosial dalam kegiatan
Observasi
Nama : ..............
Jenjang : SDLB
Kelas : III
Jenis Kebutuhan Khusus : (A)Tunanetra, (B)Tunarungu, (C)Tunagrahita
Ringan, (D)Tunadaksa Ringan
Skala
Bobot
Skor
Kekhususan Skor Maksimal.
No. Perilaku Indikator sesungguhnya
1 2 3 4 5
A B C D
A B C D A B C D
Membuang .. .. .. .. ..
sampah
4 1 2 4 .. .. .. .. 20 5 10 20
Membersi
1 hkan Menyapu kelas .. .. .. .. .. 4 1 2 4 .. .. .. .. 20 5 10 20
kelas Melap perabot .. .. .. .. .. 3 1 3 3 .. .. .. .. 15 5 10 15
sekolah
Membantu teman
yang mengalami
kesulitan ketika .. .. .. .. .. 4 1 2 4 .. .. .. .. 20 5 10 20
membersihkan
Kerja
2 kelas
sama
Berdiskusi untuk
memecahkan
masalah tentang .. .. .. .. .. 1 4 4 1 .. .. .. .. 5 20 20 5
kebersihan kelas
Membuang
sampah pada
tempatnya tanpa .. .. .. .. .. 2 2 2 2 .. .. .. .. 10 10 10 10
3 Inisiatif disuruh
Menyampaikan
gagasan tentang .. .. .. .. .. 1 2 4 1 .. .. .. .. 5 10 20 5
kebersihan
Berempati dalam
kata-kata atau
perbuatan pada
orang lain yang .. .. .. .. .. 3 2 4 1 .. .. .. .. 15 10 20 5
Punya berkaitan dengan
4
perhatian kebersihan kelas
Memberi kritik
positif terhadap
kebersihan .. .. .. .. .. 1 1 2 1 .. .. .. .. 5 5 10 5
lingkungan
Mengikuti aturan .. .. .. .. .. 3 3 3 3 .. .. .. .. 15 15 15 15
Bekerja Mengikuti
5 prosedur .. .. .. .. .. 1 1 2 1 .. .. .. .. 5 5 10 5
sistematis
Membangun cara
kerja yang logis .. .. .. .. .. 2 2 3 2 .. .. .. .. 10 10 15 10
Skor total .. .. .. .. 145 125 160 135
Catatan*)
Tabel diatas sengaja ditampilkan bersama antara penilaian tunanetra, tunarungu,
tunagrahita dan tunadaksa hanya sebagai cara agar memudahkan pembaca
35
mengetahui perbandingan “bobot” penilaian pada masing-masing Kekhususan,
tetapi dalam pelaksanaan sesungguhnya tabel diatas harus terpisah dan hanya
berlaku untuk penilaian satu anak untuk setiap Kekhususan serta satu mata
pelajaran pada satu topik pembelajaran .
37
97 – 112 nilainya sama dengan 7
113 – 128 nilainya sama dengan 8
129 – 144 nilainya sama dengan 9
145 – 160 nilainya sama dengan 10
b. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan
dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang
peraturan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban". Pertanyaan langsung
dilakukan jika guru merasa tidak cukup mendapatkan informasi dengan
menggunakan teknik penilaian observasi perilaku. Dengan melakukan
pertanyaan langsung kepada siswa dapat diperoleh data yang lebih lengkap
mengenai kondisi dan kemampuan siswa.
c. Laporan pribadi
Peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya
tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya,
38
diminta menulis pandangannya tentang "bencana alam". Dari ulasan yang dibuat
oleh peserta didik tersebut dapat disimpulkan kecenderungan sikap peserta didik.
2 Membandin Mengikuti
. gkan logam Prosedur 1 ... ... ... ... ... ... 5
dengan Pedoman
bukan
logam Membandingk
an dengan
1 ... ... ... ... ... ... 5
perabaan dan
penciuman
Kepekaan
indra
penciuman 1 ... ... ... ... ... ... 5
3 Menyebutka Menyebutkan
1
. n contoh lebih dari 2 ... ... ... ... ... ...
0
benda yang contoh
dibuat dari
plastik Menyebutkan
contoh 1 ... ... ... ... ... ... 5
39
Aspek sikap Bobot Frekuensi berapa kali Jm S
yang utk munculnya dalam proses l k
N setiap pembelajaran rea o
o Indikator diharapkan
muncul aspek l r
. indikator sk M
1 2 3 4 5
dari x x x x x or a
tunanetr sis k
( (2) (3) (4) ( ( ( ( ( (10 (
1 5 6 7 8 9 ) 1
) ) ) ) ) ) 1
)
4 Menunjukka Kecermatan 1
2 ... ... ... ... ... ...
. n bendanya 0
langsung
mana yang Kebenaran
terbuat dari
plastik 1 ... ... ... ... ... ... 5
dengan
tepat
Mengkomun Jujur 1
3 ... ... ... ... ... ...
5 ikasikan 5
.
Jelas dgn
bahasa yang 1
2 ... ... ... ... ... ...
mudah 0
dipahami
Santun 1
2 ... ... ... ... ... ...
0
40
Jika rentangan hendak dibuat sampai dengan F maka menggunakan rentang 155 sebanyak 6
katagori nilai , maka 155 : 6 = 25,8
Maka:
129,1 – 155 nilai A
103,4 – 129 nilai B
77,5 - 103,2 nilai C
51,7 - 77,4 nilai D
25,9 – 51,6 nilai E
0 – 25,8 nilai F
Jika menginginkan penilaian secara deskriptif dengan menggunakan rentang penilaian
deskriptif yang bergradasi dengan lima skala maka dapat menggunakan seperti sangat
kurang, kurang, sedang, baik, sangat baik, maka skor maksimal itu dapat dibagi lima
yaitu 155 : 5 = 31 maka
125 – 155 = sangat baik, , ,
94 – 124 = baik,
63 – 93 = sedang
32 – 62 = kurang
0 – 31 = sangat kurang
Jika menginginkan penilaian dalam bentuk skala 10 dapat dilakukan dengan :
Jumlah real skor siswa
155 X 10 = nilai siswa
Jika menginginkan penilaian dalam bentuk skala 100 dapat dilakukan dengan :
C. Penilaian Tertulis
Pada dasarnya semua bentuk soal tes tertulis itu baik, asal dapat menempatkan
dimana tes itu diberikan. Saat yang tepat, bahan kajian yang sesuai dan metoda
yang memadai dan penskoran yang jelas dan terukur sudah tentu akan
menghasilkan produk penilaian yang baik.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban
pilihan ganda, pilihan ganda diberikan pada pendidikan khusus disesuaikan
dengan karakter Kekhususan dan menyesuaikan kondisi sekolah setempat.
Jumlah pilihan jawaban disesuaikan juga dengan kondisi kemampuan fisik
dan intelektual siswa pada pendidikan khusus. Soal dapat dibacakan atau
tertulis untuk tunanetra. Jumlah pilihan jawaban yang diberikan sesuai
dengan tingkat kemampuan dan jenis Kekhususan, Contoh: untuk
Tunagrahita dan tunadaksa sedang SD jumlah pilihan jawaban 2, SMP dan
SM dapat diberikan 3 pilihan jawaban; untuk Tunanetra, tunarungu,
41
tunadaksa ringan kelas 1-3 SD jumlah pilihan jawaban 3, kelas 4-6 SD dan
SMP jumlah pilihan jawaban 4, dan SMALB diberikan 4 pilihan jawaban.
Untuk anak tunagrahita sedang sebaiknya menghindari soal pilihan ganda.
42
Skor Skor Ketuntasan
No Soal Btl Slh Bobot
maks nyata Ya Tidak
b. tidak
Menjodohkan
Contoh soal menjodohkan(soal SMPLB)
Jodohkan jawaban yang ada pada kolom sebelah kiri dengan kolom jawaban
di sebelah kanan.
Pilihan
No Besaran Pokok Nama Satuan Bobot Skor
Jawaban
a. Panjang d.Meter(contoh a. Kilogram 1 ……….
jawaban)
b. Massa …… b. Sekon 1 ……….
c. Waktu …… c. Amper 1 ……….
d. Waktu Suhu …… d. Meter 1 ……….
e. Kuat Arus …… e. Kelvin 1 ……….
Dari soal menjodohkan ini setiap soal diberi bobot 1 , jika benar 1 mendapat
nilai skor 1, jika benar 2 mendapat nilai skor 2, jika benar 3 mendapat nilai
skor 3, jika benar 4 mendapat nilai skor 4, dan jika benar 5 mendapat nilai
skor 5
D. Penilaian Proyek
Berikut merupakan salah satu contoh dalam suatu penilaian proyek untuk
suatu kegiatan ”melakukan penyelidikan perkembangan harga bahan pokok
selama sebulan”. Kegiatan ini seyogyanya dimonitor oleh guru seminggu minimal
sekali. Kecuali untuk Tunagrahita, monitoring harus dilakukan terus-menerus dan
pemilihan topik sesederhana mungkin dan jangka waktu proyek tidak terlalu
lama, contohnya: ”melakukan penyelidikan perkembangan harga beras selama 1
minggu. Pencatatan melalui format monitoring di bawah ini dilakukan saat guru
melakukan kunjungan monitoring pada setiap kelompok.
44
FREKUENSI
MUNCULNYA
BOBOT UNTUK INDIKATOR SKOR YANG
INDIKATOR OPRASIONAL SKOR MAKSIMAL
NO KEGIATAN KE”TUNA”AN*) SEBANYAK ....KALI (1 DICAPAI
KEGIATAN
KALI MINIMAL SD 5
KALI MAXIMAL)
A B C D A B C D A B C D A B C D
1. Perencanaan 1. Melakukan tukar ...
2 2 4 2 .... .... .... .... .... .... .... 10 10 20 10
pikiran/diskusi .
2. Membuat langkah- ...
3 3 4 3 .... .... .... .... .... .... .... 15 15 20 15
langkah penelitian .
3. Menguraikan/
...
menjelaskan langkah- 1 3 3 1 .... .... .... .... .... .... .... 5 15 15 5
.
langkah kegiatan
4. Menentukan peralatan ...
1 1 3 1 .... .... .... .... .... .... .... 5 5 15 5
yang hendak digunakan .
5. Membagi tugas/pekerjaan ...
2 2 2 2 .... .... .... .... .... .... .... 10 10 10 10
.
2. Pelaksanaan 1. Memantau/mencatat
perkembangan harga
sembako selama sebulan ...
1 1 3 2 .... .... .... .... .... .... .... 5 5 15 10
(untuk Tunagrahita .
mencatat harga beras
selama 1 minggu)
2. Pemahaman materi ...
3 3 3 3 .... .... .... .... .... .... .... 15 15 15 15
.
3. Aplikasi konsep ...
1 1 1 1 .... .... .... .... .... .... .... 5 5 5 5
(pembuktian) .
4. Etika bekerja ...
2 2 2 2 .... .... .... .... .... .... .... 10 10 10 10
.
5. Jujur 2 2 2 2 .... .... .... .... .... .... ... .... 10 10 10 10
.
45
FREKUENSI
MUNCULNYA
BOBOT UNTUK INDIKATOR SKOR YANG
INDIKATOR OPRASIONAL SKOR MAKSIMAL
NO KEGIATAN KE”TUNA”AN*) SEBANYAK ....KALI (1 DICAPAI
KEGIATAN
KALI MINIMAL SD 5
KALI MAXIMAL)
A B C D A B C D A B C D A B C D
6. Mengikuti prosedur ...
2 2 4 2 .... .... .... .... .... .... .... 10 10 20 10
.
7. Disiplin/taat waktu ...
2 2 2 2 .... .... .... .... .... .... .... 10 10 10 10
.
3. Pelaporan 1. Membuat pola pelaporan ...
2 2 4 2 .... .... .... .... .... .... .... 10 10 20 10
.
2. Membuat laporan ...
2 2 4 2 .... .... .... .... .... .... .... 10 10 20 10
.
3. Menggunakan bahasa ...
1 4 - 1 .... .... .... 5 20 15 5
yang komunikatif .
4. Membuat tabel, daftar
...
(untuk Tunanetra dengan 1 1 3 2 .... .... .... .... .... .... .... 5 5 15 10
.
bimbingan)
5. Menyajikan/mengkomunik ...
2 4 4 2 .... .... .... .... .... .... .... 10 20 20 10
asikan hasil pekerjaan .
Total skor nyata ... ... .. ....
Total skor maksimal 150 185 255 160
46
*) Catatan
A ialah siswa tunanetra
B ialah siswa tunarungu
C ialah siswa tunagrahita
D ialah siswa tunadaksa
Semua tahap dalam penilaian proyek harus selalu dalam bimbingan guru.
Dalam pembobotan perlu dibuatkan suatu kriteria pembobotan dengan
mempertimbangkan potensi dan keterbatasan siswa. Siswa tunarungu sudah
tentu mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan secara lisan, jika ia dapat
melakukan pelaporan secara lisan, hasil pelaporan itu menunjukkan tingkat
kesulitan yang tinggi, sehingga mereka berhak mendapatkan nilai yang tinggi.
Pertimbangan-pertimbangan itulah yang dicoba dilakukan dalam membuat
pembobotan di atas.
Perhitungan lainnya dapat dilihat pada teknik penilaian lainnya yang telah
disajikan diatas.
5. Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap akhir. Penilaian holistik atau menyeluruh
biasanya dilakukan berdasarkan kesan apa yang dapat diberikan pada suatu
produk akhir dari suatu karya siswa. Penilaian ini dapat dilakukan dengan
cepat , tetapi jika menginginkan informasi lebih lanjut dan teliti misalnya
bagaimana produk itu berproses hingga jadi guru dapat melakukan
pembobotan pada setiap kriteria yang dibuat oleh guru sendiri. Penilaian
produk ini dapat dalam bentuk 2 dimensi atau karya tulis maupun bentuk 3
dimensi atau suatu produk benda jadi atau seperti patung, alat elektronik.
Sebaiknya kriteria ini perlu disampaikan pada siswa sebelum mereka
membuatnya. Penilaian ini dapat digunakan jika guru memberikan penugasan
kepada siswanya dengan tanpa pengamatan guru
Contoh:
Guru menilai suatu produk 2 dimensi atau tiga dimensi
Produk 2 dimensi
Karya tulis
”Membuat makanan murah dan sehat”
Membuat kriteria misalnya makanan itu :
1. Harus Murah
2. Harus sehat
3. Harus enak
4. Harus mudah dicari
5. Harus mudah dibuat
6. Menggunakan alat yang mudah dicari
Menentukan kriteria mana yang tertinggi bobotnya, misalnya guru menentukan bobot
kriteria itu sebagai berikut:
1. Harus sehat (peringkat pertama dengan bobot 6)
2. Harus Murah (peringkat ke dua dengan bobot 5)
3. Harus enak (peringkat ke tiga dengan bobot 4)
4. Bahan harus mudah dicari (peringkat ke empat dengan bobot 3)
5. Menggunakan alat yang mudah dicari (peringkat ke lima dengan bobot 2)
6. Harus mudah dibuat (peringkat ke enam dengan bobot 1)
47
METODA SELANJUTNYA IALAH PENILAIAN SEBENARNYA DENGAN MENGGUNAKAN SKALA
2. Harus Conto
Murah h Contoh 60/100 x 25 Lulus,
5 .... .... .... dipilih .... 25 ..20... karena 20> …….
(peringkat (skala maks) = ..15...
4 15
kedua)
3. Harus
enak
4 .... .... .... .... .... 20 ....... ...12... ....... .......
(peringkat
ketiga)
4. Bahan
harus
mudah
3 .... .... .... .... .... 15 ....... ....9... ....... .......
dicari
(peringkat
pkeempat)
5. Mengguna
kan alat
yang 2 .... .... .... .... .... 10 ....... ....6... ....... .......
mudah
48
Skala antara Skor Maks Skor Skor ketuntasan
No Kriteria Bobot Lulus Tidak Lulus
0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 (bobot X kenyataan(bo (misal nya minimal
dicari skala bot X skala ±60%)
(peringkat
kelima)
6. Harus
mudah
dibuat
1 .... .... .... .... .... 5 ....... ...3.... ....... .......
(peringkat
keenam
)
Skor maksimal 105
Skor nyata (real) ....... 63 ....... .......
Catatan:
Cara menilai seperti yang dicontohkan diatas dapat dilakukan pada produk 3 dimensi seperti produk patung, ukiran maupun 2
dimensi seperti karya tulis, syair, puisi dan sebagainya. Penentuan kriteria dilakukan bersama-sama dengan guru sejenis.
Penentuan kriteria secara bersama ini enting untuk menjaga standar dan persamaan persepsi atau cara pandang dan ini
khususnya jika kegiatan dilakukan oleh lebih dari 1 orang guru.
49
Produk 3 dimensi
Karya ”Patung Kuda”
Membuat kriteria misalnya makanan itu :
1. Harus Proporsional dengan mengikuti anatomi kuda
2. Harus mempunyai warna yang sesungguhnya (estetika)
3. Harus mempunyai konstruksi yang kuat
4. Harus mudah dicari bahannya
5. Menggunakan alat yang mudah dicari
Menentukan kriteria mana yang tertinggi bobotnya, misalnya guru
menentukan bobot kriteria itu sebagai berikut:
1. Harus Proporsional dengan mengikuti anatomi kuda (peringkat
pertama dengan bobot 5)
2. Harus mempunyai konstruksi yang kuat (peringkat ke dua dengan
bobot 4)
3. Harus mempunyai konstruksi yang kuat (peringkat ke tiga dengan
bobot 3)
4. Bahan harus mudah dicari bahannya (peringkat ke empat dengan
bobot 2)
5. Menggunakan alat yang mudah dicari (peringkat ke lima dengan
bobot 1)
Selanjutnya dapat dilakukan sebagaimana yang dicontohkan di atas
Produk 2 dimensi
Karya Tulis ”Dampak Rumah Kaca bagi Kehidupan”
Membuat kriteria misalnya makanan itu :
1. Konsepnya benar
2. Secara keseluruhan pesan/ gagasan dapat dipahami
3. Urutannya logis
4. Bahasanya dapat dipahami
5. Ilustrasi kata-katanya menarik
6. Gambarnya Indah dan bermakna
Menentukan kriteria mana yang tertinggi bobotnya, misalnya guru
menentukan bobot kriteria itu sebagai berikut:
1. Konsepnya benar(peringkat pertama dengan bobot 6)
2. Secara keseluruhan pesan/ gagasan dapat dipahami (peringkat ke dua
dengan bobot 5)
3. Urutannya logis (peringkat ke tiga dengan bobot 4)
4. Bahasanya dapat dipahami (peringkat ke empat dengan bobot 3)
5. Ilustrasi kata-katanya menarik (peringkat ke lima dengan bobot 2)
6. Gambarnya Indah dan bermakna (peringkat ke enam dengan bobot 1)
Selanjutnya dapat dilakukan sebagaimana yang dicontohkan di atas
Contoh: Penilaian Poduk secara analisis pada Kerajinan Tangan dan Kesenian
Nama : ...................
Jenjang : SDLB
Kelas :I
Jenis kebutuhan khusus : Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan,
Tunadaksa Ringan
Frekuensi
pemunculan Bobot
berdasarkan Penilaian
N Kriteria penilaian Nilai nyata Nilai Maksimal
penjelasan pada
o Tahapan produk dengan
(lisan/tulisan) Kekhususan
. cara analisis
laporan siswa
Ya (skala tida
A B C D A B C D A B C D
1- 3) k
1 Persiapa menggali ..... ..... 4 1 3 2 .. .. .. .. 12 3 6 6
n gagasan, dengan
mencari informasi
pada teman, buku
bacaan dan
51
Frekuensi
pemunculan Bobot
berdasarkan Penilaian
N Kriteria penilaian Nilai nyata Nilai Maksimal
penjelasan pada
o Tahapan produk dengan
(lisan/tulisan) Kekhususan
. cara analisis
laporan siswa
Ya (skala tida
A B C D A B C D A B C D
1- 3) k
diskusi dengan
teman atau 2x ..... 2 3 2 2 .. .. .. .. 6 9 6 6
gurunya.
mengembangkan
..... ..... 2 3 2 2 .. .. .. .. 6 9 6 6
gagasan
mendesign/meran
..... ..... 2 2 2 2 .. .. .. .. 6 6 6 6
cang produk.
Membuat gambar
..... ..... 3 2 3 1 .. .. .. .. 9 6 9 3
sketsa
2 Pembuat Menyeleksi alat ..... ..... 3 3 4 3 .. .. .. .. 9 9 12 9
an (oleh Menyeleksi
..... ..... 4 2 4 3 .. .. .. .. 12 6 12 9
siswa bahan
dengan Menggunakan
diamati bahan dengan
oleh ..... ..... 3 2 4 1 .. .. .. .. 9 6 12 3
tepat
guru) peruntukannya
Membuat
..... ..... 3 2 4 1 .. .. .. .. 9 6 12 3
kombinasi bahan
menggunakan
..... ..... 4 2 4 1 .. .. .. .. 12 6 12 3
alat,
TEKNIK
PEMBUATAN.
Komposisi warna ..... ..... - 1 3 1 .. .. .. .. 0 3 9 3
Komposisi
..... ..... 3 1 4 2 .. .. .. .. 9 3 12 6
material
Konstruksi ..... ..... 3 1 4 2 .. .. .. .. 9 3 12 6
Fungsi ..... ..... 3 1 4 2 .. .. .. .. 9 3 12 6
Harmoni ..... ..... - 1 4 2 .. .. .. .. 0 3 12 6
Estetika ..... ..... - 1 4 2 .. .. .. .. 0 3 12 6
3 Pengujia Berfungsi/ dapat
..... ..... 4 4 4 4 .. .. .. .. 12 12 12 12
n mengapung
Produk(ol Kuat tidak cepat
..... ..... 3 3 3 3 .. .. .. .. 9 9 9 9
eh guru) rusak
Murah ..... ..... 1 1 1 1 .. .. .. .. 3 3 3 3
Mencoba ..... ..... 3 3 3 3 .. .. .. .. 9 9 9 9
mengapungkan
perahu dgn
menguji daya
apungnya berapa
gram
52
Frekuensi
pemunculan Bobot
berdasarkan Penilaian
N Kriteria penilaian Nilai nyata Nilai Maksimal
penjelasan pada
o Tahapan produk dengan
(lisan/tulisan) Kekhususan
. cara analisis
laporan siswa
Ya (skala tida
A B C D A B C D A B C D
1- 3) k
Menguji
kecepatan laju
..... ..... 3 3 3 3 .. .. .. .. 9 9 9 9
perahu ketika
ditiup
Total skor nyata .. .. .. ..
Total skor maksimal 69 60 111 75
Catatan*)
Tabel diatas disengaja ditampilkan bersama antara penilaian tunanetra,
tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa hanya sebagai cara agar memudahkan
pembaca mengetahui perbandingan “bobot” penilaian pada masing-masing
Kekhususan, tetapi dalam pelaksanaan sesungguhnya tabel diatas harus
terpisah dan hanya berlaku untuk penilaian satu anak dan untuk setiap
Kekhususan serta satu mata pelajaran pada satu topik pembelajaran .
TAHAPAN PERSIAPAN
a. mengapa kamu membuat perahu ini ?
b. Persiapan apa saja yang kamu lakukan sebelum membuat perahu ini?
Berapa kali kamu mendiskusikan dengan narasumber yang berbeda?
c. Langkah langkah apa saja yang telah kamu lakukan?
d. Apakah kamu membuat terlebih dahulu gambarnya ? Berapa gambar yang
telah kamu buat? Mengapa berubah-rubah? Apakah ketika kamu membuat
gambar juga kamu diskusikan dengan temanmu ?
Pertanyaan dapat diberikan pada siswa berupa pertanyaan singkat tetapi
jawaban yang diharapkan ialah terurai, seperti Ceritakan secara lengkap apa
yang telah kamu lakukan dalam persiapan pembuatan perahu
53
Aspek lain yang perlu dipertimbangkan dari segi sosial ialh kemmapuan siswa
dalam membaca dan mencari informasi, bekerja sama ditanyakan juga baik
melalui lisan atau tertulis kepada siswa atau siswa-siswa yang embuat perahu
tersebut
PEMBUATAN
a. Apakah kamu memilih alat dan bahan sebelum kamu mengambil atau
membelinya ?
b. Bahan apa saja yang kamu gunakan untuk membuat perahu itu sampai
dengan jadi? Bahan-bahan apa saja yang telah kamu cobakan? Berapa
kombinasi bahan yang telah kamu lakukan?Alat apa saja yang kamu
gunakan?
c. Siapa saja yang melakukan pembuatan perahu ini?
d. Apakah perahu kamu dapat terapung dengan baik dan seimbang? Berapa
kali kamu mencobakannya sampai kamu rasa berhasil ?
e. Berapa lama kamu membuat perahu ini?
f. Mengapa kamu menggunakan gabungan beberapa warna ini? Ide siapa?
Untuk apa?
PENGUJIAN
Dalam pengujian ini guru dapat langsung menge”test” perahu ini, dari segi
fungsi, mungkin kapal / perahu ini diapungkan diair, kemudian diberi beban yang
proporsional, apakah tenggelam atau tidak, cepat basah dan tenggelam atau
tidak , dapat berjalan dengan baik dan cepat atau tidak.
6. Penilaian Portofolio
54
Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik dapat
menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
portofolio di sekolah, antara lain:
Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi
pembelajaran yang kondusif,
Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu
dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.
Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan
akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
Penilaian proses dan hasil
Proses belajar yang dinilai, dapat diperoleh dari catatan guru tentang kinerja
dan karya peserta didik.
Penilaian dan pembelajaran
Penilaian proses portofolio merupakan hal yang tak terpisah dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat
berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.
55
Guru membimbing siswa untuk menilai karyanya secara
berkesinambungan, serta menentukan kelebihan atau kekurangan dari
karya tersebut.
Apabila suatu karya mendapat nilai yang belum memuaskan, kepada siswa
dapat diberikan kesempatan untuk memperbaikiya lagi. Buat perjanjian
mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 1 minggu atau 2 minggu.
Jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio, bila dianggap perlu
dapat mengundang orang tua siswa.
7. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek
yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang
berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran di kelas,
berkaitan dengan kompetensi kognitif, peserta didik dapat diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil
belajar dalam mata pelajaran tertentu. Berkaitan dengan kompetensi afektif,
peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan
perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu. Berkaitan dengan
kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan
atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan cara yang
objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan
dinilai.
Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
56
Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman
pensekoran, daftar cek, atau skala rentang.
Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri
Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk
mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri
secara cermat dan objektif.
Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan
hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi penilaian itu dapat ditingkatkan
menjadi lebih terurai dan terukur untuk mendeteksi perkembangan kemampuan
siswa.
Nama : .................
Tanggal : .................
Jenjang : SMPLB
Kelas : VII
Jenis Kebutuhan Khusus : Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan,
Tunadaksa Ringan
Beri tanda „V“ pada kolom yang kamu anggap sesuai
Catatan
Tidak Kadang Tidak
No. Deskripsi Dibantu Permasalahan
Dilakukan Dibantu Dibantu
siswa
1 Mandi 2
..... ..... ..... ..... .....
kali sehari
2 Memakai
sabun
..... ..... ..... ..... .....
setiap
mandi
57
Catatan
Tidak Kadang Tidak
No. Deskripsi Dibantu Permasalahan
Dilakukan Dibantu Dibantu
siswa
3 Mencuci
rambut
paling ..... ..... ..... ..... .....
sedikit 2
hari sekali
4 Memakai
shampo
setiap ..... ..... ..... ..... .....
mencuci
rambut
5 Menggosok
gigi setiap
..... ..... ..... ..... .....
selesai
makan
6 Memakai
pasta
..... ..... ..... ..... .....
Gigi setiap
gosok gigi
Catatan:
Format/tabel penilaian diri ini tidak dilakukan hanya satu kali saja, tetapi
beberapa kali , tergantung dari tingkat permasalahan dan keyakinan guru
maupun siswa sendiri. Penilaian diri yang pertama untuk mengetahui
kemampuan awal siswa menurut ukuran siswa, yang kedua untuk mengetahui
perkembangan kemampuan siswa juga menurut kemampuan siswa sendiri dan
seterusnya. Catatan mereka dari waktu kewaktu dapat memberikan semangat
baik bagi siswa itu sendiri maupun guru, khusus untuk guru akan memberikan
umpan balik perkembangan siswanya. Permasalahan siswa dapat diketahui
sehingga penanganan permasalahan siswa dapat lebih efektif.
58
E. Proses Penentuan Nilai Akhir (suatu contoh)
KD
Melakukan Indikator 2 Skor Nil
Penilaia Skor Skor ai
tata tertib Menjaga n akhir
di rumah kebersihan tertulis Indk 2 KD
tertulis Kon
versi
Indikator 3
Merapihkan Penilaia Skor sikap Skor Skor
tempat yang n Sikap akhir
Kon
berserakan versi
Indk 3
59
Penjelasan gambar
Penilaian pada suatu mata pelajaran sampai dengan nilai raport merupakan
rangkaian penilaian dari berbagai bentuk teknik penilaian sampai mendapatkan
nilai akhir yang dapat digunakan sebagai bahan isian raport yang bersifat final.
Penurunan atau penjabaran materi penilaian atau test dimulai dengan
1. melihat KD atau Kompetensi Dasar yang terdapat dalam standar isi,
demikian juga perlu dilihat juga Standar Kompetensi Lulusan (SKL) nya.
2. Kemudian sekolah dalam hal ini guru mata pelajaran untuk jenis ketunaan
tertentu menjabarkan lebih lanjut lebih kedalam kegiatan oprasional dalam
bentuk indikator yang terukur dan dapat diamati dalam bentuk katakerja-
katakerja yang oprasional dan yang paling fokus untuk satu kegiatan
terukur.
3. Kemudian guru menentukan jenis teknik penilaian (apakah tes sikap,
performans, portofolio, sikap, tertulis, produk, penilaian diri dst) yang
paling memadai untuk materi itu , artinya dapat mengukur aktifitas
kegiatan yang dibelajarkan. Setelah itu dibuatkan kriteria untuk membuat
bobot setiap indikatornya dengan kesepakatan guru mata pelajaran yang
sama dan jenis ketunaan sejenis juga. Dalam penilaian itu dilakukan
penskoran yang diperoleh dari berbagai teknik-teknik penilaian itu.
4. Hasil penskoran dapat beragam, dan keragaman itu perlu disamakan
dengan mengkonversikan semua skor itu dalam satu model nilai yang
sama. Misalnya dalam bentuk nilai secara deskriptif (uraian atau kualitatif
seperti kemampuan membuang sampah pada tempatnya, merapihkan
sesuatu yang nampak tidak tertata...dst), angka (0,1,2,3,4,...dst), dengan
konversi huruf (a,b,c,d,e...dst) . Cara memberi nilai ini sebaiknya
konsisten agar memudahkan dalam membuat perhitungannya, jika sudah
menetapkan untuk mengukur ”menaati aturan” dengan tes sikap, atau jika
mengukur tentang ”menjaga keamanan” dengan tes tertulis maka proses
pengukuran itu dari indikator sampai skor akhir secara konsiten
menggunakan cara yang sama.
5. Skor akhir ini nanti digabungkan dengan skor akhir dari indikator-indikator
lainnya untuk di rata-ratakan menjadi satu nilai untuk satu skor akhir dari
Kompetensi Dasar.
6. Gabungan nilai akhir KD-KD itu dalam satu semester dapat dirata-ratakan
menjadi nilai kuantitatif dalam satu semester atau laporan kemajuan yang
bersifat deskriptif dalam satu semester untuk satu mata pelajaran PPKn
untuk sebagaimana dicontohkan dalam diagram alur di atas itu.
60
BAB IV
PENUTUP
Suatu hasil penilaian tidak bisa secara mutlak diterima sebagai keadaan
sesungguhnya dari peserta didik pendidikan khusus, hal ini dapat terjadi
karena pada sisi lain peserta didikpun berkembang kemampuan maupun
permasalahannya sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh secara
alamiah maupun formal. Teknik-teknik penilaian lainnya yang biasa
berlangsung sekian lama sudah tentu tetap mejadi pertimbangan dalam
melakukan pendekatan teknik-teknik penilaian yang disajikan dalam panduan
ini. Diyakini masih banyak sisi-sisi lain khususnya aspek-aspek pendidikan
khusus yang begitu unik yang belum terjangkau dalam penulisan panduan
penilaian ini. Masih diperlukan studi-studi lanjutan yang sifatnya
mengembangkan aspek-aspek pengembangan diri maupun menjaring segala
permasalahan peserta didik.
61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. FORMAT PENILAIAN KEMAJUAN BELAJAR
(BERLAKU UNTUK SEMUA JENIS KEKHUSUSAN)
1. Nama :……………………………………………………………
2. Nomor Induk :……………………………………………………………
3. Jenis Kelamin :……………………………………………………………
4. Jenis Kelainan :……………………………………………………………
5. Penyebab Kelainan : ……………………………………………………………
6. Awal kelainan tgl/thn : ……………………………………………………………
7. IQ : ……………………………………………………………
8. Tempat/Tanggal lahir : ……………………………………………………………
9. Agama : ……………………………………………………………
10. Anak ke : ……………………………………………………………
11. Status dalam keluarga : ……………………………………………………………
12. Alamat Siswa : ……………………………………………………………
Telepon : ……………………………………………………………
13. Diterima di kelas ini : ……………………………………………………………
a. Di Kelas : ……………………………………………………………
b. Pada tanggal : ……………………………………………………………
14. Sekolah asal : ……………………………………………………………
a. Nama Sekolah : ……………………………………………………………
b. Alamat : ……………………………………………………………
15. Nama Orang Tua :
a. Ayah : ……………………………………………………………
b. Ibu : ……………………………………………………………
16. Alamat Orang tua : ……………………………………………………………
Telepon : ……………………………………………………………
17. Pekerjaan Orang Tua : ……………………………………………………………
a. Ayah : ……………………………………………………………
b. Ibu : ……………………………………………………………
18. Nama Wali : ……………………………………………………………
19. Alamat Wali : ……………………………………………………………
Telepon
2. : ……………………………………………………………
20.3.
Pekerjaan Wali : ……………………………………………………………
4.
5.
6. ……………………………………………
Pas Foto Kepala Sekolah…………………………..
…………………………………………...
4 cm x 6 cm
(………………………………………….)
NIP.
62
63
FORMAT PENILAIAN KEMAJUAN BELAJAR (SKALA SKOR 1 - 10) PER SEMESTER.............
No Kompetensi
Ming 2 Ming 4 Ming 6 Ming 8 Ming 10 Ming 12 Ming 14 Ming 16 Ming 18 Ming 20 Ming 22 Ming 24
1. Konsep Matematika ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Membilang ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Mengkalikan ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Membagi ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Mengurang ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Mengakarkan ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
2. Penerapan Matematika ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Membilang ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Mengkalikan ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Membagi ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Mengurang ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Mengakarkan ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
3. Konsep Berbahasa ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Penguasaan Kosa Kata ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Berkomunikasi ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Membaca ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Menulis ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Merangkai dalam kalimat ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
4 Penerapan Bahasa ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Berdeklamasi ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Menulis cerita ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Bercerita ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Membuat Surat ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Berbicara langsung ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Berbicara melalui telepon ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
5 Aplikasi Matematik dan
………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Bahasa
Karangan cerita dlm bilangan ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Program Khusus ………… …………
64 ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
……………….. ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
7. Model Rapot
Nama Sekolah :…………………… Nomor Induk :…………… Catatan untuk menjadi perhatian Guru dan Orang Tua
Alamat :................................ Kelas :.................... Prilaku ekstrim negatif yang sering muncul dan memerlukan pengawasan dan
................................. Semester ke :....................
pembinaan.
Nama Siswa :................................ Tahun Pelajar :....................
Nilai
Akademis
No Mata Pelajaran ………………………………………………………………………………………………
Sangat Cukup Kurang Tidak
Catatan ………………………………………………………………………………………………
A Program Umum Mampu Mampu mampu Mampu
1. Pendidikan Agama Keterampilan
2. Pendidikan Pancasila Hidup………………………………………………………………………………………
& Kewarganegaraan ………………………………………………………………………………………………
3. Bahasa Indonesia
………………………………………………………………………………………………
4. Matematika
5. Ilu Pengetahuan Alam Prilaku keseharian
6. Ilmu Pengetahuan ………………………………………………………………………………………………
Sosial ………………………………………………………………………………………………
7. Keterampilan
8. Penjas Prilaku ekstrim positif yang sering muncul dan memerlukan pengawasan dan
B Program Khusus pembinaan.
9. ..........................
10. ..........................
Akademis
11. .......................... ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Profil perkembangan kemampuan pengembangan diri siswa per ,cawu/semester (contoh) Keterampilan
Hidup………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
12
………………………………………………………………………………………………
10
8 Keberanian Prilaku keseharian
6 Kejujuran
………………………………………………………………………………………………
4 Ketekunan
………………………………………………………………………………………………
2 ………………………………………………………………………………………………
0 ………………………………………………………………………………………………
Caw u 1 Caw u 2 Caw u 3 Caw u 4
65
Profil perkembangan kemampuan akademik siswa :
100
90
80
70
60 Kreatifitas
50 Pengembangan ilmu
40 Semangat belajar
30
20
10
0
Ming ke2 Ming ke 4 Ming ke 6 Ming ke 8 Ming ke 10 Ming ke 12
50
45
40 Keterampilan menggunakan
35 perkakas
30
Membaca gambar
25
20
15 Kemampuan memilih bahan
10
5
0
Bln ke 2 Bln ke 4 Bln ke 6 Bln ke 8 Bln ke 10 Bln ke 12
66
Profil perkembangan kemampuan kecakapan hidup
100
80
0
Bln ke 2 Bln ke 4 Bln ke 6 Bln ke 8 Bln ke 10 Bln ke 12
67