Anda di halaman 1dari 3

3.

At Tarif Qabla At Taklif


(Mengenalkan Sebelum Memberi Beban/Amanah)

ٌ ‫ْري‬
Tarif secara etimologi berasal dari lafadz Lafad Ta’rif ( ‫ْف‬ ِ ‫تَع‬ ) mempunyai akar kata dari ‘Arafa
(  َ‫عرَّف‬
َ  ), yang berarti mengenal memperkenalkan atau memberitahukan sampai jelas dan terang
dalam mengenal sesuatu. Dalam bahasa Indonesia ta’rif dapat diungkapkan dengan pembatasan
atau definisi.

‫قَوْ ٌل دَا ٌّل َعلَى َما ِهيَ ِة ال َّشي ِْئ‬

Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.

Juga memiliki berbagai makna yang lahir dari padanya, antara lain mengetahui dan mengenal
lebih dalam (irfah), pengakuan dosa (itiraf), wuquf di Arafah (arrafah al-hujjaj), padang Arafah
(arafat), tempat antara surga dan neraka (araf), bersetubuh (arafah al-maah), saling mengenal
satu sama lain (ta aruf), warisan tradisi lama yang positif (urf), terkenal, masyhur (maruf), ilmu
pengetahuan luas (maarif), dan pengetahuan yang mendalam dan komperhensif (irfan, marifah).
Dari segi kebahasaan dapat difahami makna marifah memiliki konotasi lebih tinggi dan agung.

Bisa di katakan sebagai kekeliruan dakwah terbesar adalah membebankan suatu amalan kepada
mad'u sebelum diajarkan dengan baik. Baik beban taklif suatu amal yang hukumnya wajib
ataupun sunnah. Sebab dakwah itu tegak di atas landasan ilmu dan dalil serta akal sehat manusia
yang jelas bukan karena doktrin-doktrin yang membabi buta.

Seorang da'i harus senantiasa meningkatkan ilmu pemahamannya untk bekal ta'rif kepada
mad'unya, tidak malas untk mengupgrade diri yaitu dg selalu mempelajari kembali bahan besar
pengetahuan Islam.

Menurut ilmu ushul fikih Ilmu dan hukum Islam bersumber pada empat hal, yakni Alquran,
sunah, ijma dan qiyas.

Pertama, Alquran. Alquran adalah firman Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang tertulis dalam lembaran-
lembaran. Alquran merupakan sumber utama untuk hukum fikih Islam.

Misalnya kita mencari hukum khamr/arak. Maka kita mencari di dalam Alquran. Dan ternyata kita
menemukan firman Allah Swt.

ِ َ‫صابُ َواألَ ْزالَ ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيط‬


َ‫ان فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ َ ‫وا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواألَن‬
ْ ُ‫يا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. Al-Maidah/5: 90)

Berdasarkan ayat tersebut, maka khamr adalah termasuk benda yang terlarang dalam bingkai
Islam.

Tetapi di dalam ayat-ayat Alquran tidak seluruhnya menunjukkan permasalahan yang rinci, dan
tidak menjelaskan semua hukum. Misalnya perintah tentang salat ada di dalam Alquran. Tetapi
tidak dijelaskan tata cara melaksanakan Alquran, jumlah rakaatnya dan lain sebagainya. Namun
hal tersebut dijelaskan secara rinci di dalam sunah Nabi saw. Begitu pula dalam masalah zakat
dan lain sebagainya.

Kedua, sunah/hadis. Sunah adalah semua ucapan, perbuatan dan ketetapan yang berasal dar
Nabi saw. Contoh ucapan/sabda Nabi saw.

ٌ ‫ ” ِسبَابُ ْالم ْسلِ ِم فُسُو‬:‫ صلى هللا عليه وسلم – قال‬-‫عن النبي‬
‫ رواه البخاري ومسلم‬.”‫ وقِتالُهُ ُك ْف ٌر‬،‫ق‬

Dari Nabi saw., beliau bersabda: “Mencela orang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya
adalah kekufuran”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).

Adapun contoh perbuatan Nabi saw. adalah suatu hari Aisyah ditanya tentang apa yang dilakukan
Nabi di rumah. Aisyah r.a. menjawab:

‫ رواه البخاري‬.‫ت الصَّالةُ قَا َم إلَيْها‬ َ ‫ فَإذا َح‬،‫ َكانَ يَكونُ في َم ْهنَ ِة أَ ْهلَ ِه‬.
ِ ‫ض َر‬

“Nabi saw. selalu mengerjakan pekerjaan keluarganya, lalu ketika datang waktu salat, maka beliau
melaksanakannya.” (H.R. Al-Bukhari).

Sementara contoh ketetapan Nabi saw. adalah hadis tentang sahabat memakan biawak dan
diamkan oleh Nabi Saw.

Ketiga, ijma. Ijma adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat Nabi saw. di suatu masa
atas hukum syariat. Oleh karena itu, kesepakatan mereka baik di masa sahabat atau setelahnya
tentang suatu hukum dari hukum-hukum syariat, maka hal itu dinamakan ijma, dan umat Muslim
wajib melaksanakannya. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Abu Basrah Al-Ghifari bahwa
Rasulullah saw. bersabda:

“Aku minta kepada Allah azza wajalla agar umatku tidak bersepakat tentang kesesatan, lalu Allah
memberikannya kepadaku tentang hal itu. (H.R. Ahmad).

Contoh ijma adalah penulisan Al Qur'an. Sholat terawih.


Sehingga kedudukan ijma itu berada pada posisi ketiga sebagai rujukan atau sumber hukum
Islam. Jika kita tidak menemukan hukum di dalam Alquran dan sunah, maka kita melihat,
mengambil dan mengamalkan kesepakatan/ijma ulama tentang masalah tersebut.

Keempat, qiyas. Qiyas adalah menyamakan suatu hal yang belum ditemukan hukum syariatnya
dengan hal lain yang telah ada penjelasan hukumnya karena adanya suatu alasan yang sama
antara keduanya. Qiyas merupakan alternatif setelah kita tidak menemukan hukum atas suatu
masalah di dalam Alquran, sunah, maupun ijma.

Sementara itu, contoh qiyas adalah tentang masalah khamr. Allah Swt. telah tegas
mengharamkan khamr di dalam Alquran. Sebab keharamannya adalah karena khamr
memabukkan yang dapat menghilangkan kesadaran akal.

Oleh karena itu, jika kita menemukan minuman lain meskipun berbeda label atau namanya, yakni
tidak disebut khamr, tetapi disebut bir, wiski, narkoba dan lain sebagainya.

Maka, jika kita menemukan minuman (dengan nama lain) tersebut memabukkan, maka
hukumnya adalah haram, karena diqiyaskan/dianalogkan/disamakan dengan khamr. Hal ini
disebabkan adanya unsur keharaman yang sama, yakni memabukkan. Di mana hal itu berada baik
di minuman ini maupun di khamr.

Itulah sebagian dasar dri sumber ilmu dan hukum Islam. Diharapkan da'i memiliki cukup bekal
untk berdakwah. Sehingga tdk langsung memberikan beban kepada mad'u.

Sebagian tema besar untk ta'rif kepada mad'u yg harus nya di ajarkan kepadanya bisa di mulai
dari:
1. Marifatulloh.
Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu. ( Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan
mengenal Tuhannya)
2. Marifatul Rosul.
3. Marifatuttdiin/ Marifatul Islam.
4. Fadhilatul amal.

Sehingga setelah mereka mengenali memahami dg jelas mereka bisa melaksanakan menanggung
beban amal islam.

Anda mungkin juga menyukai