Tuberkulosis Pdpi PDF Free
Tuberkulosis Pdpi PDF Free
DAN
PENATALAKSANAAN
DI INDONESIA
DAF'TAR KONTRIBUTOR
rsBN 979-966t4-7-1
SAMBUTAN KETUA UMUM PDPI
kepustakaan terbaru.
Iil
Petloman Diagnosis dan Penatalaksanaan
Tuberkulosis eli Indonesia
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV l0
LAMPIRAN
1 DOTS 52
2. INTERNATIONAL STANDARD FOR
TUBERCULOSIS CARE, (ISTC) - Edisi kedua 56
DAFTAR PUSTAKA 65
A. EPIDEMIOLOGI
didunia (21%).
B. DEFINISI
DEFINISI KASUS
o Kasus TB adalah:
- Kasus TB pasti yaitu pasien TB dengan ditemukan
Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasi
dari spesimen kiinik fiaringan, caitan tubuh, usap
tenggolokdil) dan kultur. Pada negara dengan
keterbatasan kapasitas laboratorium dalam
mengidentifikasi M.tuberculosis maka kasus TB paru
dapat ditegakkan apabila ditemukan satu atau lebih dahak
BTA positif.
ATAU
-Seorangpasienyangsetelahdilakukanpemeriksaan
penunjanguntukTBsehinggadidiagnosisTBolehdokter
maupun petugas kesehatan dan diobati dengan paduan dan
lama pengobatan Yang lengkaP.
ATAU
TB Ekstraparu
Baru
Rirvayat Kambuh +l- Sembuh
pengobatan Pengobatan lengkaP
sebelumnya Gagal + Pengobatan gagal
Lalai + Lalai berobat
+l- Masih dalam atan
Pindah
Lain-lain +l- Untuk semua kasus Yang tidak
memenuhi kriteria diatas,
seperli:
. Pasien dengan riwayat
pengobatan tidak diketahui
sebelumnya
. Pasien dengan riwaYat
pengobatan sebelumnYa
tetapi tidak diketahui hasil
pengobatan
. Pasien yang datang kembali
untuk Pengobatan dengan
hasil dahak BTA negatif atau
bakteriologis ekstraParu TB
uesatif
Catatan:
Apabila dicurigai kasus kambuh dengan hasil BTA dahak negatif (berdasarkan
penyakit
g"1utu t tit i. dan fbto toraks perburukan) maka harus disingkirkan dahulu
seiain TB misalnya pneunonia atau jamur panr'
Riwayat
I-alai
pengobatan
sebelumnya
Lain-lain
Status HIV
Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan
pengobatan. Akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan TB-
HIV.
GAMBARAN KLINIS
Gejala klinis
Gejala klinis TB dapat di olongan, yaitu gejala
lokal dan gejala sistemik. terkena adalah paru
maka gejala lokal ialah (gejala lokal sesuai
organ yang terlibat).
I . Gejala respiratori:
o Batuk>2 minggu
. Batuk datalt
. Sesak napas
luar.
2. Gejala sistemik:
o Demam
. Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam,
anoreksia dan berat badan menunm
PEMERIKSAAN FISIS
C. PEMERIKSAANBAKTERIOLOGI
1. Bahan pemeriksaan
b. Uji rnolekular:
. PCR-Ba,sed Methods of 156110 GenoQpittg
. SpoligoQping
o Restriction Fragment Lengtlt Polymorphisru
(RFLP)
. MIRU / WTR Analysis
o PGRS RFLP
- Genomic Deletion Analtsis
Uji lainnya:
. Uji tuberkulin,IGRA, T-SPOT TB
Ketiga uji umumnya dipakai untuk mengetahui seseorang
telah terinfeksi kuman TB atau menentukan TB laten.
Di Indonesia dengan prevalens TB yang tinggi, uji
tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang
berarli pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai
makna bila didapatkan konversi, bula, atau apabila
kepositifan dari uji
yang didapat besar sekali. Pada
malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat
memberikan hasil negatrf.
GeneXpert MTB/RIF
Xpert MTB/RIF adalah uji dia , otomatis,
yang dapat mengidentifikasi resistensi
terhadap Rifampisin. Xper Cepheid
GeneXPert platform, cukup sensitif, mudah digunakan dengan
D. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
J. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan
indikator yang spesifik untuk TB. Laju endap darah
(LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai
indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat
pada pioses aktif,, tetapi laju endap darah yarrg normal
tidak menyingkirkan TB. Limfosit juga kurang spesifik.
Evaluasi fo[o
toraks l-2 bulan
TB Paru
(bila penyakit paru lain
telah tersinqkirkan )
is dan Penatalaksanaan t9
(dlB
'-f*
't. -r donesia
BAB IV
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Kemasan
. Obat tunggal, obat disajikan secara terpisah. masing-
masing INH, rifampisin, pirazinamid da-n etambutol.
o Obat kombinasi dosis tetap/KDT (Fixed Dose
Combination/FDc) Kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari 2 sampai 4 obat dalam satu tablet
Dosis OAT
H 5 l0 300 300
20-30 25 35 150 r 000 15 00
F l5 30 150 l 000 I 500
s>F 15 t5 1 000 Sesuai 150 I 000
BB
*Pasien berttsia lehih clari 60 tahun tidak bisa m.endapatkan dosis lehih dari 500 mg
perhart
Harian 3x/min
(RHZE) (RH) GH)
t50t15t400t27 5 r 50115 150/ 150
30-31 2 2 2
3 8-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>1 1 5 5 5
Catatan:
Tuberkulosis paru kasus gagal pengobatan dirujuk ke
dokter spesialis paru sedangkan kasus TB-MDR dirujuk ke
pusat rujukan TB-MDR
Efek samping yang te4adi dapat ringan atau berat (terlihat pacia
tabel4). Bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat
simptomatis maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.
Pendekatan berdasarkan gejala untuk penatalaksanaan etek
samping OAT.
D. TERAPI PEMBEDAHAN
indikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi
dengan cara konseruatif
b. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema
yang tidak dapat diatasi secara konservatif
2. Indikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah
berulang
b. Ketusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kavitas yang menetaP-
Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)
. Bronkoskopi
. Punksi pleura
o Pemasangan lVater Sealed Drainage (WSD)
Pembedahan dapat dipertimbangkan sebagai pen gobatan dalarn
TB ekstraparu. Pembedahan dibutuhkan dalam pengobatan
E. EVALUASI PENGOBATAN
bulan pengobatan).
. Pada akhir pengobatan.
1. FaktorMikrobiologik
a. Resisten yang natural
b. Resisten yang didapat
c. Amplifier elfect
d. Virulensi kuman
e. Tertular galur kuman - MDR
2. Faktor Klinik
a. Penyelenggarakesehatan
o Keterlambatan diagnosis
. Pengobatan tidak mengikuti pedoman
. Penggunaan paduan OAT yang tidak adekuat yaitu
karena jenis obatnya yang kurang atau karena
lingkungan tersebut telah terdapat resitensi yang
tinggi terhadap OAT yang digunakan misal
rifampisin atau INH
. Tidak ada guideline/pedoman
". Tidak ada / kurangnya pelatihan TB
Tidak ada pemantauan pengobatan
o Fenontena addition syndrome yartrt suatu obat yang
ditambahkan pada satu paduan yang telah gagal.
Bila kegagalan ini terjadi karena kuman TB telah
resisten pada paduan yafig pertama maka
b. Obat
. Pengobatan TB jangka waktunya lama, lebih dari 6
bulan sehingga membosankan pasien
o Obat toksik menyebabkan efek samping sehingga
pengobatan gagal sampai selesai/komplit
. Obat tidak dapat diserap dengan baik misal
rifampisin diminum setelah makan, atau ada,diare
. Kualitas obat kurang baik misal penggunaan obat
kombinasi dosis tetap yang mana bioavibilitas
rifampisinnya berkurang
. Regimen / dosis obat yang tidak tepat
. Harga obat yang tidak terjangkau
. Pengadaan obat terputus
c. Pasien
. PMO tidak ada / kurang baik
o Kurangnya informasi atau penyuluhan
. Kurang dana untuk obat, pemeriksaan penunjang dll
. Efek samping obat
o Sarana dan prasarana transporlasi sulit / tidak ada
o Masalah sosial
. Gangguan penyerapan obat
Faktor Program
a. Tidak ada fasilitas untuk biakau dan uji kepekaan
b. AntpliJier elfect
L. Tidak ada program DOTS-PLLIS
d. Program DOTS belum berjalan dengan baik
Memerlukan biaya yang besar
32
4. Faktor HIYiAIDS
a. Kemungkinan terjadi TB-MDR lebih besar
b. Gangguan pen)'erapan
Kemungkinan terjadi efek samping lebih besar
5. Faktor Kuman
DEFINISI TB-MDR
Suspek TB-MDR
Pasien yang dicurigai kemungkinan TB-MDR adalah :
1. Kasus TB paru dengan gagal pengobatan pada kategori 2'
Dibuktikan dengan rekam medis sebelumnya dan riwayat
penyakit dahulu
2. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah sisipan dengan kategori 2
a
J. Pasien TB yang pemah diobati di fasilitas non DOTS, termasuk
yang mendapat OAT lini kedua seperli kuinolon dan kanamisin
4. Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah sisipan dengan kategori 1
6. TB paru kasus kambuh
t. Pasien TB yang kembali setelah lalaildeJatLlt pada pengobatan
kategori I dan atau kategori 2
8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien
TB-MDR konfirmasi, ter:rnasuk petugas kesehatan yang bertugas
dibangsal TB-MDR
9. TB-HIV
PE,NATALAKSANAAN TB _ MDR
Evaluasi klinis
Kreatinin
serum**
Kalium serum**
Tiroid
stimuiating
hormon
* sesuai indikasi uji kepekaaan bisa diulang, seperti gagal konversi atau
memb,rruknya keadaan klinis. Untult pasien dengan hasil biakan tetap positif
uji kepekaan tidak perlu diulang sebelum 3 bulan.
** Bila diberikan obat suntikan. Pada pasien dengan HIV, diabetes dan risiko
tinggi lainnya pemeriksaan ini dilakukan setiap l-3 minggu.
*** Bila diberikan etionamid/protionamid atau PAS, bila ditemukan tanda dan
gejala hipotiroid.
# Bilu mendapat pirazinamid untuk waktu yang lama atau pada pasien dengan
risiko, gejala hepatitis.
A. TB N{ilier
JaditidakSemuapasienTBparuperludiujiHlV.Hanyapaslen
TB paru terlentr't saja yang memerlukan uji HIV, tnisalnya:
a. Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV
b. Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan
c. MDR TB / TB kronik
Pemeriksaan minimal yang perlu clilakukan untuk memastikan
diagnosis TB paru adaiah pemeriksaan BTA dahak, foto
toraks
aan I ita memungkinkan dilakukan pemeriksaan cD4.
Gambaran
pen,lerita HIV-TB dapat dilihat pada tabel 7 berikut'
. Tabel 7. Gambaran TB-HIV
Syndrome (IRIS)
Setiap penderita TB-HIV hams diberikan Pr"ofilaksrs
(dosis tunggal)
kotrimoksasol dengan dosis 960 mg/hari
selama pemberian OAT.
43
Petloman Diagnosis clan Penatalaksonaan
Tuberkulo sis di In donesiq
Paduan lini pertama
Paciuan lini pertama adalah suatu kombinasi obat yang digunakan
pasien yang belum pernah mendapatkan ART sebelumnya' Utnumnva
paduan lini pertama terdiri dari dua NRTI dan satu NNRTI'
Ada 4 paduan utama untuk lini perlama. Keempat komhinasi linr
pertama adalah:
o AZT-3TC-NVP
. AZT-3TC-EFV
o D4T-3TC-NVP
o D4T-3TC-EFV
Anoreksia, rnual dan Telan obat setelah makan Jika paduan obat ART
nyeri perut menganclurig AZT, .lelaskan kepada pasien bahla ini
biasanya akan hilang sendir"i. Atasi keluhan iru
simptomatis. Tablet INH dapat diberikan r.nalrrr
sebelr.rrn tidur
Nyeri sendi Beri annlgetik, misahLya aspirin atzru parasetauroi
Rasa kesemutan Efek irijelas dijuirpai bila INH rliberi bersama cidl ar.ru
dzlT. Berikan tambahan tabet viiaurin 86 (piridoksinr
100 mg per hari. Jika ticlak berhasil. grinakan au',iti'iptilin
zrtau rujuk ke unit spesialistik
i(encing r,varna .Ielaskan pada pasien bahwa itu adirlah u'arna obat, jadi
kernerahan/oranye tidak bcrbahay'a
Sakit kepala Beri lntlgctik (nrisalirya aspirin atar.L parasetamol).
Periksa tanda-tanda meningitis. Eila clalam pengobatan
dengar ZDV atau EFV" jelaskan bahu,a ini biasa terjadi
dan biasanya hilang sendiri Jika n'rernetap lebih dari 2
minggu attnr memburuk. seeera r,.tjuk
Diare Beri oralit arau cairan pengga.nti dan ikLrti petunjuk
penangauan diare. Yakinkan pada pasien bahrva kalau
disebahkan oleh obat ART irki-,n membaik setelah
beberapa rringuu, kalau belum rrrcrnbaik. pasien cliruir-rk
Kelelahan Pikirkan anemi, terutama bila ptrciuan obat mcngandung
ZDY. Periksa hernoglobin. Kelelahan biasanya
berlangsr-urg selama 4-6 minggu seteiah ZDV dirnulai
Jika berat atau berlanjut (lebih daLi 4-6 minggu), pasien
dirujr"rk
Tegang, rnimpi buruk Ini mungkin disebabkan oleh EFV Lakukan konseling
dan dukungan (biasanya el-ek sanrping kurang dari 3
minggu). Rujuk pasien jika depresi berat, usaha bunuh
diri atau psikosis. Masa sulit pertama biasanya dapat
diatasi dengal arniptriptilin pada malarn hari
Kuku Yakinkan ptrsien, hal ini biasa terjadi pirda pengobatan
kebir-uan/kehitaman dcngan ZDV
Pembahan dalam Diskusikan dengan pasien ancla apakah dia dapat
clistribusi lemak meneriri-ra kenyataan ini. Ini merupalian salah satu efek
samping dali d4T
Gatal atau kemerahnn di Jika menyeluruh atau rnengelupas. sr.op obat TB clan obal
kLrlit ART dan pasien dirujuk
Jika dalam NVP periksa dengan teliti: apakaj lesinya
kering (kemr-rngkinan alergi) atau basah (kemungkinan
Steven Johnson Syndrome). Mintalah pendapat ahli
Jika terjadi hepatitis pada fase lan-iutan dan hepatitis sudah teratasi
maka oar auput diberikan kembali (isoniazid dan rifampisin) untuk
menyelesaikan fase lanjutan selama 4 bulan
DOT
1. rarn TB nasional
2. mikroskoPis'
3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsun-9-
ciikenal dengan istilah Directly Observed Therapy (DOT)'
4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan'
5. Monitoring seda pencatatan dan pelaporan yang baku /stanclar'
Tujuan
B. Pengawasan
. Pasien dirawat;
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai
PMO adalah petugas rumah sakit, selesai perawatan untuk
p engob atan selanj utnya sesuai dengan berobat j alan.
D. Persyaratan PMO
Tugas PMO
F. Penyuluhan
Kelompok
Penl.uluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok
pasien, kelompok keluarga pasien, masyarakat pengunjung
rumah sakit dll
Catatan :
. Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB di luar paru,
maka untuk kepentingan pencatatan pasien tersebut harus
dicatat sebagai pasien TB paru.
Bila seorang pasien ekstraparu pada beberapa organ, maka
dicatat sebagai ekstraparu pada organ yang penyakitnya paling
berat
INTERNATI1NALSTANDARFoRTUBERCUL0S$CARE
(edisi kedua)
Standar 2
Semua pasien (dewasa, remaja,dan anak) yang diduga
menderitaTBparuharusmenjalanipemeriksaandahak
yang
mikroskopik minimal 2kah yang diperiksa di laboratorium
kualitasnya terjamin. jika mungkin paling tidak satu speslmen
harus berasal dari dahak pagi hari'
Standar 3
Standar 4
Semua orang dengan temuan foto toraks diduga TB seharusnya
menj alani p emeriks aan dahak s ecara mikrobiolo gi.
Standar 5
Diagnosis TB paru sediaan apus dahak negatif harus
didasarkan kriteria berikut: minimal dua kali pemeriksaan
dahak mikroskopik negatif (termasuk minimal 1 kali dahak
pagi hari); temuan foto toraks sesuai TB; dan tidak ada respons
terhadap antibiotika spektrum luas (catatan: fluorokuinolon
harus dihindari karena aktif terhadap M. tuberculosis complex
sehingga dapat rnenyebabkan perbaikan sesaat pada penderita
TB). Untuk pasien ini biakan dahak harus dilakukan. Pada
pasien yang sakit berat atau diketahui atau diduga terinfeksi
HIV, evaluasi diagnostik harus disegerakan Can jika bukti
klinis sangat mendukung ke arah TB, pengobatan TB harus
dimulai.
Standar 6
Pada semua anak yang diduga menderita TB intratoraks (yakni
pam, pleura, dan kelenjar getah bening mediastinum atau
hilus), konfirrnasi bakteriologis harus dilakukan dengan
pemeriksaan dahak (dengan cara batuk, kumbah lambung, atau
induksi dahak) untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan.
Jika hasil bakteriologis negatif, diagnosis TB harus didasarkan
pada kelainan radiografi toraks sesuai TB, pajanan kepada
kasus TB yang menular, bukti infeksi TB (uji tuberkulin positif
atalr intet'feron gamma release assay) dan temuan klinis yang
mendulcrng ke arah TB. Untuk anak yang diduga menderita
TB ekstra paru, spesimen dari lokasi yang dicurigai harus
diambil untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik, biakan,
dan histopatologi
Standar 7
Setiap praktisi yang mengobati pasien TB menget.tlban
tanggung ja','vab kesehatan masyalakat yang pentin-u urttuk
mencegah penularan infeksi lebih lanjut dan terjadinr a
resistensi obat. Untuk rlemenuhi tanggung jawab ini praktisi
tidak hanya wajib memberikan padr-ran obat yang memadai tapi
juga memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat lokal dan
sarana lain, jika memlngkinkan, r-rntuk menilai kepatr-rhan
pasien ser.ta dapat menangani ketidakpatuhan bila terjadi.
Standar 8
Semua pasien (terrnasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang
belum pemah diobati harus diberi paduan obat yang disepakati
secara interrrasional menggunakan obat yang bioavailabilitinya
telah diketahui. Fase inisial sehatusnya terdiri dari isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Fase lanjutan
seharusnya terdiri dari isoniazid dan rifarnpisin yang diberikan
selama ,i bulan. Dosis obat anti TB yang digunakan harus
sesuai dengan rekomendasi intemasional. Kombinasi dosis
tetap yang terdin dari kornbinasi 2 obat (isoniazid),3 obat
(isoniazid, rifampisin, dan pirazinarnid), dan z[ obat (isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol) sangat
direkomendasikan.
Standar 9
Untuk membina dan menilai kepatuhan (adherence) kepada
pengobatan, suattt pendekatan pemberian obat yang be4lihak
kepacla pasien, berdasarkan kebutuhan pasien dan rasa sallrlg
menghormati antata pasien dan penyelenggara kesehatan.
seharusnya dikembangkan untuk semua pasien. Penga$,asatr
dan dukungan sehamsnya berbasis individu dan harus
memanLaatkan bermacam-macaln inter-vensi yang
direkomenCasikan dan layanan pendukung yang tersedia'
tetmasuk konseling dan peny,rluhan pasien. Elemen utama
Standar 10
Respons terhadap terapi pada pasien TB paru harus dimonitor
dengan pemeriksaan dahak mikroskopik berkala (dua
spesimen) waktu fase inisial selesai (dua bulan). Jika apus
dahak positif pada akhir fase inisial, apus dahak harus
diperiksa kembali pada tiga bulan dan, jika positif, biakan dan
uji resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin harus
dilakukan. Pada pasien TB ekstra paru dan pada anak,
penilaian respons pengobatan terbaik adalah secara klinis.
Standar 11
Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasarkan riwayat
pengobatan terdahulu, pajanan dengan sumber yang rnungkin
resisten obat, dan prevalensi resistensi obat dalam masyarakat
seharusnya dilakukan pada semua pasien. Uji sensitivitas obat
seharusnya dilakukan pada awal pengobatan untuk semua
pasien yang sebelumnya perlah diobati. Pasien yang apus
dahak tetap positif setelah pengobatan tiga bulan selesai dan
pasien gagal pengobatan, putus obat, atau kasus kambuh
setelah pengobatan harus selalu dinilai terhadap resistensi obat.
Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan
uji sensitivitas/resistensi obat setidaknya terhadap isoniazid
dan rifampisin seharusnya dilaksanakan segera untuk
Standar 12
Pasien yang menderita atau kemungkinan besar menderita TB
yang disebuukutr kuman resisten obat (khususnya MDRIXDR)
seharusnya diobati dengan pacluan obat khusus yang
mengandung obat anti TB lini kedua. Paduan obat yang dipilih
dapai distandarisasi atau sesuar pola sensitiviti obat
berdasarkan dugaan atau yang telah terbukti. Paling tidak
obat
harus digunakan empat obat yang masih efektif, terrnasuk
suntik, hu-, diberikan paling tidak 18 bulan setelah konyersi
biakan. Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan
r,tntuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan'
Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang
berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDRIXDR
7B harus dilakukan.
Standar 13
Rekamantertulistentangpengobatanyangdiberikan,respons
bakteriologis,danefeksarnpingseharusnyadisirnpanrrntuk
semua pasren.
Standar 14
UjiHlVdankonselingirarusditekomendasikanpadasemua
paslen yang menderita atau yang diduga menderita TB'
Pemeriksaarirrirr.t-,,pakanbagianpentingdarimanajemen
mtin bagi semua pasien cli daerah dengan prevaiensi infeksi
HIV yang tinggi dalam populasi tlmum, pasien dengan gejala
dan/atau tandi kondisi yang berhubungan HIV dan pasien
dengan riwayat risiko tinggi terpajan HIV' Karena terdapat
hubunganyangeratantaraTBdaninfeksiHlV,padadaerah
dengan prevalensi HIV yang tinggi pendekatan )'ang
Standar 15
Semua pasien dengan TB dan infeksi HIV seharusnya
dievaluas j untuk menentukan perlu/tidaknya pengobatan ARV
diberikan selama masa pengobatan TB. Perencanaan yang
tepat untuk mengakses obat anti retroviral seharusnya dibuat
untuk pasien yang memenuhi indikasi. Bagaimanapun juga
pelaksanaan pengobatan TB tidak boleh ditunda. Pasien TB
dan infeksi HIV juga seharusnya diberi kotrimoksazol sebagai
pencegahan infeksi lainnya.
Standar 16
Pasien dengan infeksi HIV yang, setelah dievaluasi dengan
seksama, tidak menderita TB aktif seharusnya diobati sebagai
infeksi TB laten dengan isoniazid selama 6-9 bulan.
Standar 17
Semua penyelenggara kesehatan hams melakukan penilaian
yang menyelutuh terhadap kondisi komorbid yang dapat
mempengaruhi respons atau hasil pengobatan TB. Saat rencana
pengobatan rnulai diterapkan, penyelenggara kesehatan harus
mengidentifikasi layanan-iaya-nan tambahan yang dapat
mendukung hasil yang optimal bagi semua pasien dan
menambahkan layanan-layanan ini pada rencana
penatalaksanaan. Rencana ini harus mencakup penilaian dan
perujukan pengobatan untuk penatalaksanaan penyakit lain
dengan perhatian khusus pada penyakit-penyakit yang
mempengaruhi hasil pengobatan, seperti diabetes melitus,
program berhenti merokok, dan layanan pendukung
psikososial lain, atau layanan-layanan seperti perawatan
selama masa kehamilan atau setelah melahirkan.
Standar 18
Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien TB seharusnya
memastikan bahwa Semua orang yang mempunyai kontak erat
dengan pasien TB menular seharusnya dievaluasi dan
ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasioual.
Penentuan prioritas penyelidikan kontak didasarkan pada
kecenderungan bahwa kontak: 1) menderita TB yang tidak
terdiagnosis; 2) berisiko tinggi menderita TB jika terinfeksi: -1t
berisiko menderita TB berat jika penyakit berkembang; dan -11
berisiko tinggi terinfeksi oleh pasien. Prioritas tertinggi evaluasi
kontak adalah:
. Otang dengan gejala yang mendukung ke arah TB'
o Anak berusia <5 tahun.
o Kontak yang menderita atau diduga menderita
imunokompromais, khususnya infeksi HIV.
o Kontak dengan Pasien MDRIXDR TB.
Kontak erat lainnya merupakan kelompok prioritas yang
lebih rendah.
Standar 19
Anak berusia <5 tahun dan orang dari semua usia dengan inleksi
HIV yang memiliki kontak erat dengan pasien dan yang, setelah
dievaluasi dengan seksama, tidak menderita TB aktif, har-us
diobati sebagai infeksi laten TB dengan isoniazid'
Standar 20
Setiap tasiliti pelayanan kesehatan yang menangani pasien yanu
menderita atau dicluga menderita TB har-us mengembangkan dall
menjalankan rencana pengontrolan infeksi TB yang memadai.
Standar 21
Semua penyelenggara pelayanan kesehatan hat'us melaporkan
kasus TB baru maupun kasus pengobatan ulang serla hasii