7 - EUTHANASIA END OF LIFE - Dr. Dirwan
7 - EUTHANASIA END OF LIFE - Dr. Dirwan
B. Contoh 2
Penghentian atau pencegahan penggunaan cara – cara perawatan atau
pengobatan yang “luar biasa”. Misalnya : pasien yang menderita kerusakan ginjal
menolak usaha tenaga medis untuk mencuci darah atau menerima ginjal baru,
karena ia yakin bahwa cara “luar biasa” itu akan membawa beban finansial yang
terlalu berat bagi keluarganya. Dalam hal ini, tenaga medis harus menghormati
keputusan pasien, walaupun hal itu akan mengakibatkan kematian pasien.
Karena dulu belum ada BPJS
C. Contoh 3
Bayi B lahir premature di RS Daerah dan ibunya di rawat di Ruang Kelas III.
Keadaan bayi B sangat buruk mengalami Respiratory Distress Syndrom (RDS)
dengan frekuensi nafas yang tidak teratur dan memerlukan tindakan bantuan
nafas yang terus – menerus serta observasi ketat.
Bayi B telah 2 hari dirawat di ruang NICU (Neonatus Intensive Care Unit) dan
memerlukan biaya perawatan yang besar. Orangtua bayi tidak mampu, bahkan
obat – obatan yang dibutuhkan selama proses perawatan juga sering tidak dapat
tersedia karena tidak ada biaya.
124
23:
Pada saat bayi memerlukan pemeriksaan diagnostic yang segera, ternyata
biayanya juga cukup besar. Orangtua bayi tidak sanggup menyediakan biaya
pemeriksaan dengan segera. Perawat memberi saran agar orangtua bayi B
membuat pernyataan bahwa biaya pemeriksaan dan perawatan akan dibayar
kemudian.
Pada era pandemi, meskipun kasus ini sudah ditanggung BPJS problemnya adalah
gangguan pernafasan akibat pneumonia berat akibat infeksi covid. Selain itu juga
jumlah ventilator sedikit sekali.
D. Contoh 4
Tn. A (55) dirawat di ruang ICU dengan perdarahan otak. Kesadaran koma,
dipasang ventilator karena mengalami respiratory failure, juga dipasang infus dan
NGT. Setelah satu minggu, keluarganya menanyakan keadaan Tn.A yang menurut
pengamatannya belum ada perubahan membaik.
Dr. B hanya menjawab bahwa ventilator, infus, dan NGT sangat diperlukan oleh
Tn.A dan keadaannya sulit untuk disembuhkan hanya tinggal menunggu mukjizat.
Atas jawaban dr. B, tampak keluarga pasien terdiam dan pasrah. Kemudian dr. B
menulis instruksi di status pasien : DNR (do not resuscitation) dan secara lisan
berpesan pada penanggungjawab shift dan perawat yang bertugas merawat Tn.A
untuk menurunkan modul ventilator setiap harinya.
Oleh karena tidak ada perawat yang tega untuk menurunkan modul ventilator,
maka Tuan X salah satu keluarganya yang kebetulan dokter yang melakukannya
dan denyut jantung Tn.A mulai menurun. Keesokan harinya penurunan modul
ventilator dilanjutkan. Pada saat shift sore Tn.A meninggal, tetapi sebelumnya
tetap dilakukan resusitasi. Peristiwa tersebut di atas disebut “tindakan
kedokteran defensif” seperti yang juga dilakukan di negara lain.
Dalam kasus ini apakah terjadi euthanasia pasif? Apakah tindakan Tuan X dapat
dibenarkan menurut pandangan etik dan hukum, bukankah di satu sisi ia
melaksanakan instruksi dokter (menurunkan ventilator), pada sisi lain melanggar
instruksi dokter (DNR). Siapakah yang bertanggungjawab atas kematian Tn.A?
E. Contoh 5
Tn.X (65th) pasien dr.NK dirawat di ICU dengan diagnose COPD asthma
bronchiale. Pasien sudah berulang kali di rawat dengan penyakit yang sama.
Selama 3 hari perawatan di ICCU tersebut, kondisi pasien sakit berat. Napas
sangat sesak, sangat gelisah dan sulit tidur, sehingga pasien merasa lebih nyaman
dalam posisi duduk sambil memeluk bantal.
125
23:
Dari hasil pemantauan, pasien hanya dapat tidur sekitar 1 – 2 jam/hari dengan
posisi duduk dengan infus terpasang Dextrose 5% + 1 ampul Aminophylin 10 – 12
tetes/menit. Untuk mengurangi sesak nafasnya, pasien diberi terapi uap
(nebulizer) dan obat untuk mengurangi sesak 3 kali sehari dan jika perlu dengan
extra nebulizer.
Pada shift sore hari ke-4, Tn.P, perawat senior yang bertugas merawat Tn.X
menghubungi dr. NK karena nafas pasien sangat sesak, sangat gelisah, dan
kadang – kadang berteriak – teriak. Instruksi dari dr. NK adalah menaikkan
tetesan infus dan melakukan nebulizer.
Setelah 1 jam dilakukan tindakan dan observasi ternyata tidak menolong dan
tidak ada perubahan, sehingga Tn.P kembali menghubungi dr. NK dan dr. NK
mengatakan akan datang. Setelah tiba di rumah sakit, dr. NK didampingi Tn.P
menjelaskan kepada istri dan anak Tn.X bahwa penyakit Tn.X tidak akan sembuh
dan pemberian obat – obatan serta terapi uap tidak dapat menolong.
Diberitahukan pula oleh dr. NK bahwa pasien akan diberi obat agar dapat tidur.
Respon dari keluarga pasien ternyata menerima dan pasrah, jika suami/ayah
mereka meninggal. Kemudian, dr.NK menginstruksikan kepada Tn.P untuk
memberikan Diazepam 10 mg (1 ampul) intravena pelan – pelan. Tn.P menyadari
bahwa efek samping pemberian diazepam adalah depresi pusat pernafasan,
mengakibatkan henti nafas, dan meninggal. Akan tetapi sesuai instrulsi dr, Tn.P
melaksanakannya, dan 15 menit kemudian pasien tampak tidak berdaya dan
pasien dibaringkan dalam posisi terlentang. Kurang lebih 30 menit berikutnya
pernapasan pasien lambat, denyut jantung menurun, pasien mengalami
penurunan kesadaran.
Dalam kondisi seperti ini, Tn.P beserta perawat lain melakukan tindakan bantuan
hidup dasar sebagai “FORMALITAS” agar keluarga pasien tidak curiga atau
complain dengan tindakan valium yang diberikan, akhirnya pasien meninggal
dunia.
Dr. Bakr Abu Zaid’s (1) Fiqh an-Nawazil (2) (Vol. 1 pp.215-236, Article No. 4, printed by
Maktabah ar-Rushd, Riyad, 1407).
126
23:
Artinya : “Tiap – tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS.Ali Imran:185)
Kematian dalam islam adalah suatu keharusan
Artinya : “Mahasuci Allah yang ditangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Yang menjadikan Mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Kuasa lagi Maha Pengampun.”
(QS. Al-Mulk:1-2)
Kata yang berarti “mati” dalam Al-Quran disebut dalam lk 177 ayat.
Al-Quran menggunakan beberapa istilah untuk merujuk mengenai kematian
(seperti gharg, halaaq, mawt, wafat, firaaq). varian kata masing masing
punya makna yang berbeda.
Semua manusia akan berakhir dengan kematian (hatmiyat al mawt, shumuliyat al
mawt) (QS: 3:154, 168, 185; 4:78, 10; 21:35; 23:15; 29:57; 39:30; 55:26).
Tanpa kecuali, apakah sekarang atau lain waktu di hari yang akan datang. Bahkan
Nabi pun harus menemui kematian (QS: 3:114; 19:15,33; 21:34; 34:14; 39:30;
3:168,185; 4:78,10; 21:35; 23:15; 29:57; 55:26).
Semua kematian adalah karena seijin Allah (QS: 3:145).
127
23:
Kematian dalam keadaan dan kondisi apapun sudah menjadi kehendak Allah. Namun yang
harus hati-hati adalah proses kematian itu merupakan kehendak yang diridhoi Allah atau
kehendak Allah yang menyimpang dari keridhoan Allah.
128
23:
Mati secara biologis (biological death, panorganic death) :
- Keadaan kematian yang tidak dapat dielakkan setelah suatu kematian klinis bila
tidak dilakukan resusitasi jantung – paru – otak atau bila usaha resusitasi telah
menyerah.
- Merupakan proses autolitik pada semua jaringan yang dimulai dari sel neuron
yang menjadi nekrotik dalam waktu satu jam tanpa adanya sirkulasi diikuti
dengan jantung, ginjal, paru, dan liver yang menjadi nekrotik dalam waktu dua
jam setelah tidak adanya sirkulasi dan terakhir kulit menjadi nekrotik dalam
beberapa jam atau hari.
Social death
Suatu PVS (persistent vegetative state) yang menunjukkan kerusakan otak irreversible
yang berat pada pasien yang tidak sadar dan tidak responsive, tetapi masih ada aktivitas
EEG, beberapa reflex, dan mampu untuk bernafas spontan.
Selain itu ada beberapa kasus yang sering kita temui bisa dibilang dengan pasien
yang sudah mati social. Contohnya : post stroke yang kesekian, hanya bisa buka
mata, masih hidup, barangkali masih ada kemauan dan keinginan hanya tidak bisa
mengomunikasikan.
Penghentian resusitasi sebagai bantuan medis adalah bila pasien dalam keadaan mati
otak (brain death). Jadi pada keadaan ini pasien sudah dianggap mati.
Kapan kita harus menghentikan resusitasi?
Secara umum, saat ini medis mengatakan pasien memang harus dihentikan
resusitasi dan dianggap sudah final meninggal adalah definisi ketika mati batang
otak (brain death). Ternyata orang mati batang otak belum tentu jantungnya
berhenti, hal ini kadang menimbulkan konflik antara dokter dan keluarga.
129
23:
c. Mati Sosial
Status vegetative yang menetap (persistent vegetative state), sindroma apalika
Kerusakan otak berat ireversibel
Tetap tidak sadar dan tidak responsive, tetapi EEG aktif dan beberapa reflex
positif
Mungkin terdapat daur sadar - tidur
d. Mati biologis
Selalu mengikuti mati klinis bila tidak ada resusitasi jantung paru.
Kematian jaringan berbeda pada berbagai organ, dengan urutan :
- Otak
- Jantung
- Ginjal
- Paru
- Hati
Contohnya ketika menyampaikan berita kematian : mohon maaf, akhirnya meninggal dengan
bukti….. ketika bicara kriteria secara sadar atau tidak sadar tentu harus melakukan prosedur
uji penetuannya, contoh di UGD tes reflek pupil, reflek cahaya, pasang lead jantung, dll.
Kalau kita terlalu cepat menentukan pasien meninggal padahal belum meninggal maka
dokter akan secara tidak sengaja adalah membunuh.
Kalau kita tidak berani mengatakan meninggal padahal sudah meninggal maka upaya
pengobatan adalah sia – sia.
PB IDI :
Di Indonesia pernyataan IDI tentang mati (Lampiran Surat Keputusan PB IDI No :
231/PB/A.4/07/90 merumuskan, bahwa seseorang dinyatakan mati jika :
- Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible atau
- Bila terbukti telah terjadi kematian batang otak.
130
23:
PP No 18 TAHUN 1981
Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang
bahwa fungsi otak, pernafasan dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.
KRITERIA MATI
Berhentinya sistem pernafasan dan kardiovaskuler yang irreversible
- Bukti henti nafas selama minimal 20 menit
Inilah kadang – kadang yang bisa menjadi ukuran kita ketika melakukan RJP.
Selain itu juga berdasarkan kekuatan penolong. Jika penolong banyak dan
mampu maka waktu menjadi batasan, diasumsikan jika lebih dari 20 menit/
30 menit pasien mengalami kerusakan otak permanen.
- Bukti henti jantung dan sirkulasi
Perlukah bukti irreversibilitas dengan melakukan CPR?
Matinya batang otak
- Pada kasus pembuktian cara pertama tidak dapat dilakukan
- Bukti fungsi batang otak
Reflex, nafas spontan, dll
131
23:
Gangguan metabolic
Tes : reflex batang otak negative
132
23:
kecideraan atau ketidakberdayaan yang tidak mempunyai harapan lagi untuk
sembuh.
- The mercy killing of the hoplessly ill, injured or incapacitated
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu = “baik” dan Thanatos =
“kematian” (Utomo, 2003:177).
Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut
Menurut istilah kedokteran, Euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau
penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti
mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat
menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145).
Euthanasi adalah bagaimana membiarkan seseorang mati dengan baik dan
diharapkan meninggal yang terhormat.
C. Esensi Euthanasia :
Tindakan tersebut baik positive act maupun negative act mengakibatkan kematian
Dilakukan pada saat yang bersangkutan masih dalam keadaan hidup
Penyakitnya tidak ada harapan lagi untuk disembuhkan dan sudah berada dalam
stadium terminal
Motifnya karena yang melakukan merasa kasihan melihat penderitaan yang
berkepanjangan
Tujuannya untuk mengakhiri penderitaan
133
23:
Euthanasia Sengaja melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian untuk
menghentikan penderitaan. Akan ada pembanding dengan istilah “PAS (Physician – Assited
Suicdie)” yaitu bunuh diri yang dibantu oleh pihak – pihak tertentu.
Contoh kasus Michele Jackson konon katanya adalah kasus “PAS” yaitu dia masih bisa
aktivitas harian tapi karena depresi luar biasa dia minta tolong kepada dokternya untuk
diberi obat tidur agar dokter menyediakan infus set dipasang di rumahnya, pasien yang
mengendalikan mau tidur sedalam apa sampai kematian atau tidak. Kontrol tetesan
dipegangkan pada pasien tetapi injeksi obat tetap oleh dokter.
134
23:
E. MACAM – MACAM EUTHANASIA
Berdasarkan cara melakukan :
- Euthanasia aktif
- Euthanasia pasif
Berdasarkan orang yang membuat keputusan untuk mati :
- Voluntary euthanasia
- Involuntary euthanasia
Physician – Assited Suicdie bantuan bunuh diri oleh dokter atau tenaga kesehatan
lain
F. TIPE EUTHANASIA
1. Euthanasia Aktif
Adalah suatu tindakan secara sengaja yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan
lainnya untuk mempersingkat atau mengakhiri
hidup seorang pasien. Euthanasia agresif dapat
dilakukan dengan pemberian suatu senyawa
yang mematikan, baik secara oral maupun
melalui suntikan. Salah satu contoh senyawa
mematikan tersebut adalah tablet sianida.
2. Euthanasia Pasif
Euthanasia pasif dilakukan dengan
memberhentikan pemberian bantuan medis
yang dapat memperpanjang hidup pasien
secara sengaja. Beberapa contohnya adalah :
a. Tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam
pernapasan.
b. Tidak memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat.
c. Meniadakan tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup
pasien.
d. Pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin yang disadari justru akan
mengakibatkan kematian.
VOLUNTER VS INVOLUNTER
Volunter berarti pasien dengan “BEBAS” memberikan persetujuan atau memintanya.
Involunter berarti tidak secara bebas memberikan persetujuan, atau tidak dapat
memberikan persetujuan tapi diduga menyetujuinya (misalnya pada kasus T.Schiavo).
136
23:
- Tindakan positif hentikan kehidupan?
- Penghentian tindakan/terapi:
Ordinary/ extraordinary treatment?
Cure or care
ORDINARY VS EXTRAORDINARY?
Menghentikan semua tindakan medis yang extraordinary tanpa menghentikan
tindakan yang ordinary masih dianggap sebagai tindakan yang pasif.
Tindakan yang extraordinary adalah semua tindakan medis, bedah atau obat – obatan
yang tidak dapat diperoleh atau dilakukan tanpa biaya berlebih, susah payah, atau
ketidaknyamanan atau yang apabila dilakukan tidak menawarkan harapan “perbaikan
keadaan” yang wajar.
Jika euthanasia kemudian menimbulkan dampak etik, ketika harus membuat keputusan
medis jangan dilupakan bagaimana keputusan etisnya. Bagaimana asas etik menjadi
pertimbangkan menghentikan pengobatan atau tidak, apakah permintaan pasien kita penuhi
atau tidak.
V. TEORI/METODOLOGI ETIKA
Kaidah Dasar Moral oleh Childres dan Beauchamp
- Principles – Based Ethics/ Principlism/ Common – morality ethics.
- Ada 4 asas yang berposisi sentral dalam kasus etika medik (biomedik)
1. Beneficence
2. Nonmaleficence
3. Autonomy
4. Justice
137
23:
- Keseimbangan ke-4 asas tersebut dalam pengambilan keputusan klinis
- Pustaka : Beaucamph & Childress, Principles of Biomedical Ethics, 2001, ed-5, Oxford
KDB 1 (BENEFICENCE)
1.Menolong
7.Pembatasan Goal-Based
138
23:
9.Minimalisasi akibat buruk.
11. Menghargai
KDB 2 (NON-MALEFICENCE)
139
23:
KDB 3 (AUTONOMI)
KDB 4 (JUSTICE)
140
23:
141
23:
Metodologi Etika klinik oleh Jonsen dan Siegler
- Clinical ethics/ clinical analysis – based ethics/ A Practical Approach to Ethical
Decisions in Clinical Medicine
- Pada kasus klinik apapun, ada 4 topik yang essensial diperhatikan :
1. Indikasi medik oleh dokter
2. Preferensi pasien
3. Mutu hidup
4. Fitur – fitur kontekstrual yang ada kaitannya dengan kasus
Aspek keluarga, social, ekonomi, budaya, hukum, agama, administrasi
- Pustaka : Jonsen, A.R, Siegler, M., Winslade, W.J., 2002, Clinical Ethics, A Practical
Approach to Ethical Dicision in Clinical Medicine, McGraw-Hill.
142
23:
Jadi ternyata tidak boleh menghilangkan jiwa orang lain meskipun atas permintaan orang itu
sendiri. Jika pasien memintanya, kita mencoba untuk menenangkan pasien tapi jangan
dieksekusi.
Pasal KUHP yang berkaitan dengan euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan :
Pasal 338 KUHP
“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa seseorang lain, dihukum karena
makar mati, dengan penjara selama – lamanya lima belas tahun.”
Pasal 340 KUHP
“Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa
orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman
mati atau penjara selama – lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama –
lamanya dua puluh tahun.”
Pasal 359 KUHP
“Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara
selama – lamanya lima tahun atau kurungan selama – lamanya satu tahun.”
143
23:
Dokter harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup makhluk insani, berarti
bahwa baik menurut agama dan undang – undang Negara, maupun menurut Etika
Kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan :
A. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)
B. Mengakhiri hidup seseorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman tidak
mungkin akan sembuh lagi (euthanasia).
Sehingga….
Menurut aspek hukum, Euthanasia baik aktif maupun pasif adalah perbuatan
melawan hukum dan dapat dilihat pada peraturan perundang – undangan pasal 344,
338, 340, 345, dan 359 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana.
Menurut aspek etik, prinsip etik yang mendasar adalah kita harus menghormati
kehidupan manusia. Perbuatan euthanasia adalah merupakan perampasan hak hidup
orang lain, dan ini bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 28 A dan Pasal 28 ayat 1.
144
23:
6. Amerika Serikat
Suntik mati pasif atau dibiarkan meninggal oleh dokter tanpa perawatan diperbolehkan
di AS. Dalam hal ini, pasien menandatangani persetujuan surat kematiannya.
7. Jepang
Jepang termasuk negara yang berada di wilayah abu-abu soal euthanasia. Negeri Sakura
tidak memiliki hukum tertulis soal itu, tetapi ada kebijakan yang mengizinkan euthanasia
menjadi legal.
145
23:
Pada tahun 2002, ada seorang pasien wanita berusia 68 tahun yang terdiagnosa
menderita penyakit sirosis hati (liver cirrhosis). Tiga bulan setelah dirawat, seorang
dokter bermarga Park umur 30 tahun, telah mencabut alat bantu pernapasan
(respirator) atas permintaan anak perempuan si pasien. Pada Desember 2002, anak
lelaki almarhum tersebut meminta polisi untuk memeriksa kakak perempuannya beserta
dua orang dokter atas tuduhan melakukan pembunuhan.
Seorang dokter yang bernama dr. Park mengatakan bahwa si pasien sebelumnya
telah meminta untuk tidak dipasangi alat bantu pernapasan tersebut. 1 minggu sebelum
meninggalnya, si pasien amat menderita oleh penyakit sirosis hati yang telah mencapai
stadium akhir, dan dokter mengatakan bahwa walaupun respirator tidak dicabutpun,
kemungkinan hanya dapat bertahan hidup selama 24 jam saja.
146
23:
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan di muka bumi. (QS-Al Maidah: 32)
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-
orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan
wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
147
23:
maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. AL-Baqarah : 178)
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan. (QS. Al-Isra: 33)
Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang – orang kafir (orang – orang
munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara – saudara mereka apabila mereka
mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: “Kalau mereka tetap
bersama – sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.” Akibat (dari perkataan
dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat
di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang
kamu kerjakan. (QS Ali Imran: 156)
A. Euthanasia Aktif
Syariah islam mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori
pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk meringankan
penderitaan pasien. Hukumannya tetap haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri
atau keluarganya. Dalil – dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil – dalil yang
mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri
sendiri.
148
23:
• “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa` : 29).
B. Euthanasia Pasif
Hukum pemasangan alat-alat bantu kepada pasien adalah sunnah, karena termasuk
aktivitas berobat yang hukumnya sunnah. Karena itu, hukum euthanasia pasif dalam arti
menghentikan pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada pasien setelah
matinya/rusaknya organ otak—hukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokter. Jadi
setelah mencabut alat-alat tersebut dari tubuh pasien, dokter tidak dapat dapat dikatakan
berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai tindakannya itu (Zallum,
1998:69; Zuhaili, 1996:500; Utomo, 2003:182).
Euthanasia Sukarela
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa: 29).
Al-Quran
- “Dan janganlah membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan suatu
(alasan) yang benar” (QS Al Isra, 17:33).
- “Janganlah membunuh dirimu sendiri, karena sesungguhnya Allah Maha
Penyayang kepadamu” (QS Al-Nisa, 4:29).
- “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”
(QS Al-Baqarah, 2:286).
149
23:
Hukum Islam tidak melarang penarikan pengobatan yang sia-sia dan tidak
proporsional atas dasar persetujuan anggota keluarga dekat yang bertindak atas
nasehat profesional dari dokter yang bertanggung jawab atas kasus tersebut.
Kaidah hukum Islam “la dharar wa la dhirar” membenarkan pembiaran kematian
secara alamiah.
Walaupun petugas medis wajib menyediakan pelayanan medis sepanjang waktu,
tetapi tindakan medis dapat dihentikan jika menurut pendapatnya tipis atau nihil
harapan bagi pasien untuk sembuh.
Organization of the Islamic Conference’s Islamic Fiqh Academy: Resolutions and
Recommendations (1406-1409H / 1985-1989 M).
150