Setelah mengikuti tatap muka, diskusi dengan berbagai teori yang diperoleh
mahasiswa dapat memahami dan menganailisis teori-teori dalam ekonomi
kependudukan terkait dengan perkembangan Kependudukan di Kota Mataram
1
yang sama dengan struktur penduduk 1994 ,dimulai dari kelompok usia 60 tahun ke
atas, semakin melebar berarti terjadi peningkatan penduduk lansia.
2
3. Status Perkawinan
Kebanyakan lansia menghabiskan waktu lebih banyak di dalam rumah. Oleh
karenanya, keberadaan anggota rumah tangga lain utamanya pasangan hidup lansia
sangat berarti untuk kesejahteraan lahir batin para lansia. Pada tahun 2014 separuh
lebih lansia masih memiliki pasangan hidup, yaitu sebesar 58,77 persen lansia masih
berstatus kawin. Sementara sepertiganya telah ditinggal mati oleh pasangan hidupnya
atau tepatnya 38,00 persen lansia berstatus cerai mati. Hanya sedikit lansia yang cerai
hidup dan belum kawin.
Pola komposisi status perkawinan tersebut terlihat baik di perkotaan maupun
perdesaan. Pola komposisi perkawinan yang berkebalikan antara lansia laki-laki dan
lansia perempuan, yaitu pola pada kelompok lansia kawin dan pola kelompok lansia
yang bercerai. Pada kelompok lansia kawin, proporsi laki-laki yang kawin lebih
tinggi daripada proporsi perempuan kawin, yaitu berturut-turut 83,28 persen
dibanding 37,23 persen. Sebaliknya pada kelompok cerai mati, proporsi laki-laki
yang berstatus cerai mati lebih rendah daripada proporsi perempuan yang cerai mati,
yaitu berturut-turut 14,84 persen dibanding 58,36 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa lansia perempuan cenderung dapat hidup mandiri dibanding lansia laki-laki.
3
Keberadaan lansia dalam suatu rumah tangga tidak hanya bermanfaat dari sisi
lansia saja, akan tetapi juga kesejahteraan rumah tangga pada umumnya. Ketika
lansia tinggal bersama dengan generasi berikutnya, dimungkinkan terjadi transfer
pengetahuan antar generasi. Lansia dapat terhindar dari kepikunan dan generasi
berikutnya memperoleh nilai-nilai hidup yang baik dari lansia.
4
persen, serta mampu membaca dan menulis huruf latin dan lainnya sebesar 28,52
persen. Sementara itu lansia yang sama sekali tidak mampu membaca dan menulis
sebesar 21,03 persen.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa kesehatan adalah suatu
keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial, yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Segala upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan
berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan, dalam rangka
peningkatan sumber daya manusia serta daya saing bangsa. Prinsip nondiskriminatif
berarti setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh akses atas sumber
daya kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau ( Statistik penduduk
Lansia,2014).
5
eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi lansia kesempatan-
kesempatan untuk tumbuh berkembang dan memiliki keinginan untuk melakukan
sesuatu atau berarti untuk orang lain.
6
9. Kebijakan Pasar Kerja
Selain itu, terdapat perbedaan jumlah lansia yang bekerja antara lansia yang
tinggal di pedesaandan perkotaan. Lebih dari separuh (57,5 persen) lansia tinggal di
pedesaan. Selanjutnya dari semualansia bekerja, 67,3 persen diantaranya tinggal di
pedesaan. Umumnya lansia yang tinggal didaerah pedesaan masih banyak yang
melakukan aktivitas bekerja, dan biasanya mereka bekerja disektor
pertanian.Sedangkan lansia yang tinggal di perkotaan umumnya menggeluti bidang
industri atau jasa.Lansia yang bekerja umumnya ditunjang dengan kondisi
kesehatannya, yang memungkinkanlansia tersebut bekerja.
Hasil pengolahan data mengenai aktivitas melakukan kegiatan sehari-hari
(ADL=Activity Daily Living) menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi fisik lansia
masihtergolong sehat, yaitu lebih dari 90 persen. Hanya saja untuk kondisi psikis
sedikit lebih rendah dari kondisi fisiknya yaitu hanya sekitar 69 persen.Namun pada
kenyataan tidak tertutup kemungkinan ditemukannya lansia yang tergolong tidak
sehat namun masih bekerja.Hal ini terjadikarena lansia tersebut berada pada kondisi
7
sangat miskin yang mau tidak mau mereka harus tetapbekerja untuk mempertahankan
hidup. Selain itu, ada juga lansia yang bekerja karena alas angengsi untuk disebut
“tua/jompo” sehingga demi kepentingan aktualisasi diri, mereka terpaksabekerja.
Hasil Kajian terkait dengan Analisis Kecenderungan Penduduk Lanjut Usia
Berpartisipasi Dalam Pasar Kerja Di Kota Mataram dapat dilihat pada bahasan
berikut ini :
8
ketergantungan yang kuat antara satu variabel bebas yang satu dengan variabel yang
lainnya di dalam model tersebut.
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan program atau soft
ware statistik yakni program SPSS versi IBM 20.0. Hasil estimasi model regresi
logistik di sajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1.Hasil Estimasi Model Logistik
Variabel Koefisien Standar Wald Sig. Exp(B)
Error
Constant -1,492 1,325 1,268 ,260 ,225
Pendidikan (X1) ,225 ,154 2,136 ,144 1,252
Kesehatan (X2) 3,196 1,282 6,210 ,013 24,436
Status Perkawinan (X3) 1,682 1,694 ,986 ,321 5,378
Jumlah Tanggungan (X4) ,386 ,305 1,609 ,205 1,472
Jenis Kelamin (X5) -2,521 1,737 2,106 ,147 ,080
Pensiunan (X6) -5,929 2,112 7,881 ,005 ,003
Sumber : Data Primer, Diolah
Hasil estimasi model logit, dapat diungkapkan melalui persamaan berikut.
Ln [p/1-p] = -1,492 + 0,225 Pendidikann + 3,196 Kesehatan + 1,682 Status
Perkawinan + 0,386 Jumlah Tanggungan – 2,521 Jenis Kelamin – 5,929 Pensiunan.
Berdasarkan tabel di atas dari seluruh variabel pengamatan sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian serta hipotesis yang akan dibuktikan kebenarnnya.
Adapun variabel yang dimaksud adalah pendidikan (X1), kesehatan (X2), status
perkawinan (X3), jumlah tanggungan (X4), jenis kelamin (X5), dan pensiunan (X6)
yang berpengaruh terhadap memilih pekerjaan pada sektor formal(Y) di Kota
Mataram. Berikut akan dilakukan pengujian hipotesis dan dilanjutkan dengan
intepretasi hasil estimasi.
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat diungkapkan bahwa nilai statistik dari
masing-masing variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan pada α 5 persen
9
adalah kesehatan (X2 dan pensiunan (X6), dengan nilai Wald statistiknya untuk
kesehatan (X2 ) sebesar 6,210 (sig = 0,013 pensiunan (X6), sebesar 7,881
(sig=0,005). Dengan demikian bahwa yang mempengaruhi responden dalam
penelitian ini guna memutuskan untuk berpartisipasi dalam pasar kerja di Kota
Mataram ditentukan oleh kesehatan dan pensiunan.
Adapun pendidikan (X1), status perkawinan (X3), jumlah tanggungan (X4),
dan jenis kelamin (X5), adalah tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
berpartisipasi dalam pasar kerja di Kota Mataram. Yang ditandai oleh nilai
statistiknya yang tidak signifikan pada α 5 persen, yaitu pendidikan (X1) sebesar
2,136(sig=0,144), status perkawinan (X3) sebesar 0, 986(sig=0,321), jumlah
tanggungan (X4) sebesar 1,609 (sig=0,205), dan jenis kelamin (X5) sebesar 2,106
(sig=0,147).
10
menikah sebesar 5,378 kali dibandingkan dengan yang tidak/belum menikah atau
janda dan duda.
4) Nilai OR variabel jumlah tanggungan adalah sebesar 1,472 bermakana bahwa
setiap kenaikan jumlah tanggungan akan menaikkan keputusan penduduk lansia
berpartisipasi dalam pasar kerja di kota Mataram sebesar 1,472 kali.
5) Nilai OR variabel jenis kelamin adalah sebesar 0,080 bermakana bahwa keputusan
penduduk lansia berpartisipasi dalam pasar kerja di kota Mataram dengan jenis
kelamin laki-laki sebesar 0,080 kali dibandingkan dengan penduduk lansia yang
berjenis kelamin perempuan.
6) Nilai OR variabel pensiunan adalah sebesar 0,003 bermakna bahwa keputusan
penduduk lansia berpartisipasi dalam pasar kerja di kota Mataram yang memiliki
pensiun sebesar 0,003 kali dibandingkan dengan penduduk lansia yang tidak
memiliki pensiun.
Dalam penelitian ini beberapa hal mendasar dapat diungkapakan bahwa
kondisi kesehatan lansia dan adanya jaminan hari tua atau pensiunan menjadi
pertimbangan yang utama dalam memutuskan berpartisipasi dalam pasar kerja di kota
Mataram, disamping variabel lain seperti pendidikan, status perkawinan, jumlah
tanggungan, dan jenis kelamin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arfida BR, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta
Affandi, M.,2009 ,Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia Memilih
Untuk Bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 3 No. 2,
Oktober , Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2013. Jakarta: BPS; 2014
Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. Jakarta: BPS; 2015
Burhan Bungin, 2011, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta
Benyamin Davis, 2013, Menemukan Landas Pijak Bersama Bagi Penanganan Isu-Isu
Penuaan Penduduk, Yogyakarta
Bondan Sikoki, 2013, Penuaan Penduduk di Indonesia ; Tantangan ke Depan ,
Yogyakarta
Heryanah, 2015, Ageing Population dan Bonus Demografi Kedua Di Indonesia,
Jurnal Populasi Volume 23 Nomor 2
Gst. Ayu Arini, dkk, 2013. Analisis Kecenderungan Angkatan Kerja Terdidik Dalam
Memilih Jenis Pekerjaan Pada Pasar Kerja Utama (Sektor Formal) Di Kota
Mataram, Lembaga Penelitian Universitas Mataram
Mudrajad Kuncoro, 1997, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan,
YKPN, Yogyakarta,
Mulyadi S, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan,
PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Nazir, Moh, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta
Ni Kadek Andini, Desak Pt Eka Nilakusumawati, Made Susilawati, Faktor- faktor
Yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia Masih Bekerja,Jurnal Piramida
Vol. IX No.1, Juli 2013.
Ni Putu Rusmala Dewi K, I Kt. Sudibia, Pengaruh Variabel Sosial Demografi dan
Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Kerja Penduduk Lanjut Usia, Jurnal EP
Unud, Vol. 3 No.6, Juni 2014
Rusli Said, 1982, Pengantar Ekonomi Kependudukan , LP3ES, Jakarta
12
Soekidjo N, 2009, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,Jakarta
Sonny Sumarsono, 2009, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya
Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta
Sudarwan Danim, 2004, Ekonomi Sumber Daya Manusia, CV Pustaka Setia,
Bandung
Sri Sultan Hamengku Buwono X, 2013, Penduduk Lanjut Usia Sebagai Aset, Bukan
Beban, Yogyakarta
Tiwi Setyawati, Analisis faktor sosial ekonomi dan demografi pekerja lanjut usia di
wilayah Jawa Tengah (studi kasus data sakernas 2007)
Wirakartakusumah, M. Djuhari, Hisar Sirait, dan Zainul Hidayat. 1996. Pelibatan
Penduduk Usia Lanjut dalam Keluarga. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
13
14