Anda di halaman 1dari 12

K.D 3.

14
MENGANALISIS SIKLUS HIDUP TREMATODA

K.D 4.14
MELAKUKAN PEMERIKSAAN TREMATODA

Oleh : Amaliah Pratiwi


Trematoda

Cacing trematoda mempunyai bentuk tubuh yang tidak bersegmen,


pipih mirip daun. Ukuran panjang tubuhnya berkisar antara 1 mm dan
beberapa sentimeter. Cacing dewasa mempunyai alat hisap mulut (oral sucker)
yang terdapat dibagian kepala dan alat hisap ventral yang terdapat di daerah
perut

Trematoda umumnya bersifat hermafrodit (berkelamin ganda) kecuali


Schistosoma yang memiliki alat kelamin terpisah atas jantan dan betina
Menurut tempat hidupnya, cacing trematoda dewasa
dalam tubuh hospes dibagi dalam :

1. Trematoda Hati (liver flukes) : Clonorchis sinensis, Opisthorchis


felineus, Opisthorchis viverrini dan Fasciola

2. Trematoda usus (intestinal flukes) : Fasciolopsis buski,


Echinostomatidae, dan Heterophyidae

3. Trematoda paru (lung flukes) : Paragonimus westermani

4. Trematoda darah (blood flukes) : Schistosoma japonicum,


Schistosoma mansoni, dan Schistosoma haematobium
1. Trematoda Hati
1. Fasciola hepatica
Penyakit : fasioliasis
Hospes : kambing, sapi dan manusia
Morfologi :
 Cacing dewasa berbentuk pipih seperti daun, besar 30x13mm. Pada bagian
arterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncaknya terdapat batil isap mulut
yang besarnya 1 mm
 Telur cacing mempunyai besar ±140 x 90µ, dikeluarkan melalui saluran empedu
ke dalam tinja dalam keadaan belum matang. Telur matang setelah 9 – 15 hari
berisi mirasidium (larva bersilia yang akan menetas)
 Patologi klinik : infeksi terjadi ketika makan tumbuhan air yang mengandung
metaserkaria (bentuk akhir larva). Menimbulkan kerusakan parenkim hati
saluran empedu mengalami peradangan, penebalan dan sumbatan sehingga
menimbulkan sirosis periportal (kerusakan hati)
 Diagnosis : telur dalam tinja, cairan duodenum atau cairan empedu, reaksi
serologi
Siklus Hidup

Fasciola hepatica
2. Fasciola gigantica
Penyakit : fasioliasis
Hospes : kambing, sapi dan manusia
Hospes sementara :
o Keong air (lymnea) sebagai hospes perantara pertama
o Tanaman air (teratai) sebagai hospes perantara kedua

Morfologi :
o Cacing dewasa berbentuk pipih seperti daun, besar 30 x 13 mm. pada bagian arterior
berbentuk seperti kerucut dan pada puncaknya terdapat batil isap mulut yang besarnya 1 mm
o Telur cacing mempunyai besar ± 140 x 90µ, dikeluarkan melalui saluran empedu kedalam
tinja dalam keadaan belum matang. Telur matang setelah 9-15 hari berisi mirasidium
o Cacing dewasa Fasciola gigantica dibedakan dengan Fasciola hepatica karena lebih
panjang, kerucut kepala lebih pendek, batil isap perut lebih besar, alat reproduksi lebih
anterior (depan) dan telur lebih besar

Patologi klinik : infeeksi terjadi ketika makan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria.
Menimbulkan kerusakan parenkim hati saluran empedu mengalami peradangan, penebalan, dan
sumbatan sehingga menimbulkan sirosis periportal
Diagnosis : telur dalam tinja, reaksi serologi (serum dalam tubuh)
2. Trematoda Usus
1. Fasciolopsis buski
Penyakit : fasiolopsiasis
Hospes : manusia, babi, anjing
Hospes perantara :
– Keong air sebagai hospes perantara pertama
– Tanaman air sebagai hospes perantara kedua
Morfologi : cacing dewasa panjangnya 3-5
cm, batil isap kepala dan batil isap perut
berdekatan, memiliki dua sekum (usus
buntu) yang tidak bercabang, uterus
berisi telur.
Patologi klinis : sakit perut, diare, gejala
ileus(usus) akut, tukak (maag), abses
(sekumpulan nanah) dan perdarahan.
Diagnosis : telur dalam tinja
Siklus Hidup
Larva
bersifat
infeksius

larva
Telur yg akan menetas
3. Trematoda Darah
1. Schistosoma japonicum
Penyakit : oriental schistosomiasis
Hospes : manusia, anjing, kucing dan rusa
Hospes perantara : keong Oncomelania
Morfologi :
• Cacing jantan panjangnya ± 1,5 cm, gemuk, testis 6-8
buah. Memiliki batil isap kepala dan batil isap perut,
integumen halus (organ pembatas seperti kulit, sisik,
bulu)
• Cacing betina panjangnya ±1,9 cm, langsing, ovarium
ditengah, uterus (rahim) berisi telur
• Telur berukuran ± 90 x 70µ, memiliki duri kecil
Patologi klinis :
1. Stadium I menyebabkan gatal-gatal (urtikaria), hiper eosinofilia
> 1.500
1. Stadium II ditemukan sindrom disentri (radang usus disertai diare
berdarah)
2. Stadium III ditemukan sirosis hepatitis dan splenomegali (pembesaran
limpa
Diagnosis : telur dalam tinja atau dalam jaringan biopsi (jaringan tubuh)
Reaksi serologis : ELISA (Enzyme linked immunosorbent assay), FAT
(Fluorescence Antibody Test)
Siklus Hidup
Schistosoma japonicum

Anda mungkin juga menyukai