Hasil
Hasil
SKRIPSI
Oleh
NPM 1704010078
Oleh:
NPM 1704010078
Disetujui oleh:
Diketahui oleh:
dr. H. Kamiel Roesman Bachtiar, M.Si. Drs. apt. H. Eddy Suhardiana, M.M.
NIDK. 8870011019 NIDK. 8865580018
SURAT PERNYATAAN
1. Karya tulis skripsi ini, asli belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
sarjana S-1, baik di Universitas Perjuangan Tasikmalaya maupun di
perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, dan penelitian sendiri, tanpa bantuan pihak
lain, kecuali arahan pembimbing yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perjuangan Tasikmalaya.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya /pendapat orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai bahan acuan naskah dengan
disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, jika dikemudian hari terdapat
hal yang tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yaitu
berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi
lain sesuai norma yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Perjuangan Tasikmalaya.
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang prosesnya dimurnikan dan digunakan untuk menggoreng makanan. Proses
pemanasan tinggi pada minyak menghasilkan asam lemak bebas serta peroksida.
Asam lemak bebas merupakan asam lemak yang tidak terikat atau telah lepas dari
molekul gliserol yang membentuk trigliserida. Bilangan peroksida adalah nilai
untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Tujuan Penelitian
ini untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida minyak
goreng bekas (jelantah) dengan dan tanpa pemberian arang aktif (adsorben) dari
kulit nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk). Penentuan kadar asam lemak
bebas dengan metode titrasi Alkali-Asidimetri sedangkan bilangan peroksida
dengan titrasi iodometri. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa pembuatan
arang aktif (adsorben) dari kulit nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) telah
berhasil yang dibuktikan dengan hasil karakterisasi arang aktif setelah diaktivasi
dengan HCl 1 M telah memenuhi syarat yang ditetapkan menurut SNI No. 06-
3730 1995 dengan kadar air 9,13%. Kadar asam lemak bebas tanpa pemberian
adosrben sebesar 0,701% sedangkan untuk hasil pemberian adsorben 2 g dengan
waktu kontak 8, 16 dan 24 jam adalah 0,482 ; 0,470 dan 0,457%, untuk adsorben
4 g dengan waktu yang sama menghasilkan kadar masing – masing 0,294 ; 0,285
dan 0,278% serta untuk adsorben 6 g yaitu 0,266 ; 0,255 dan 0,236%. Adsorben
dengan massa 4 dan 6 g hasilnya sesuai syarat dari SNI-7709 : 2012 yaitu
maksimal 0,3%. Sedangkan untuk bilangan peroksida tanpa pemberian adsorben
yaitu 13,813 Meq/Kg, dan untuk pemberian adsorben menghasilkan 9,916
Meq/Kg ; 9,463 Meq/Kg ; 9,385 Meq/Kg (massa 2 g), 8,928 Meq/Kg ; 8,699
Meq/Kg ; 7,937 Meq/Kg (massa 4 g) dan 7,630 Meq/Kg ; 7,019 Meq/Kg ; 6,867
Meq/Kg (massa 6 g) dengan waktu kontaknya masing – masing 8, 16 dan 24 jam.
Hasil bilangan peroksida tanpa pemberian adsorben arang aktif tidak memenuhi
syarat sedangkan dengan pemberian adsorben arang aktif hasilnya sesuai standar
SNI-7709 : 2012 yaitu maksimal 10 Meq/Kg.
Cooking oil is oil derived from plant or animal fat which is purified and used for
frying food. The high heating process of the oil produces free fatty acids and
peroxides. Free fatty acids are fatty acids that are not bound or have been
separated from the glycerol molecule to form triglycerides. Peroxide number is a
value to determine the degree of damage to oil or fat. The purpose of this study
was to reduce levels of free fatty acids and peroxide value of used cooking oil
with and without activated charcoal (adsorbent) from jackfruit skin (Artocarpus
heterophyllus Lamk). Determination of free fatty acid levels by Alkali-Acidimetric
titration method while the peroxide number by iodometric titration. The results of
the study have proven that the manufacture of activated charcoal (adsorbent)
from jackfruit skin (Artocarpus heterophyllus Lamk) has been successful as
evidenced by the results of the characterization of activated charcoal after
activation with 1 M HCl has met the requirements set by SNI No. 06-3730 1995
with a moisture content of 9.13%. The free fatty acid content without adsorbent
was 0.701%, while for the 2 g adsorbent with contact times of 8, 16 and 24 hours,
it was 0.482; 0.470 and 0.457%, for the 4 g adsorbent at the same time resulted in
the levels of 0.294, respectively; 0.285 and 0.278% and for the 6 g adsorbent
0.266; 0.255 and 0.236%. Adsorbents with masses of 4 and 6 g the results are in
accordance with the requirements of SNI-7709: 2012 which is a maximum of
0.3%. Meanwhile, the number of peroxides without the addition of an adsorbent is
13,813 Meq/Kg, and for the addition of an adsorbent it produces 9,916 Meq/Kg;
9.463 Meq/Kg ; 9.385 Meq/Kg (mass 2 g), 8.928 Meq/Kg ; 8.699 Meq/Kg ; 7,937
Meq/Kg (mass 4 g) and 7,630 Meq/Kg ; 7,019 Meq/Kg ; 6,867 Meq/Kg (mass 6 g)
with contact times of 8, 16 and 24 hours, respectively. The results of the peroxide
number without the provision of activated charcoal adsorbents do not meet the
requirements, while with the provision of activated charcoal adsorbents the
results are according to the standard SNI-7709: 2012 which is a maximum of 10
Meq/Kg.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan karunia-Nya sehingga karya tulis skripsi yang berjudul
“Efektivitas Kulit Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) Sebagai Adsorben
Pemurnian Minyak Goreng Bekas” dapat diselesaikan dengan baik. Karya tulis
skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat
sarjana di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas
Perjuangan.
1. Allah SWT atas segala limpahan berkah dan karunia-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan amanah tugas akhir ini.
2. Bapak Rektor Universitas Perjuangan Tasikmalaya Prof. Dr. H. Yus
Darusman, M.Si. yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perjuangan
Tasikmalaya dr. H. Kamiel Roesman Bachtiar, M.Si. serta Ketua Prodi
Farmasi Universitas Perjuangan Tasikmalaya Drs. apt. H. Eddy
Suhardiana, M.M. yang sudah memberikan izin dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Dr. Ummy Mardiana dan Lina Rahmawati R, M.Si., Apt. selaku
pembimbing yang telah memberikan ilmu, bimbingan, pikiran, waktu,
motivasi, dukungan, kepercayaan, saran, kritik, dan nasehat sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Richa Mardianingrum, M.Si selaku dosen wali untuk seluruh bantuan dan
dukungan yang telah diberikan.
6. Kedua orang tua tercinta, untuk doa dan dukungan yang tidak pernah
putus.
ii
Penulis menyadari bahwa karya tulis skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya, saran dan kritik dalam perbaikan karya tulis skripsi ini sangat
diharapkan. Semoga karya tulis skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia farmasi dan masyarakat
pada umumnya untuk masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian...................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Minyak Goreng........................................................................................4
2.1.1 Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid/ FFA).................................6
2.1.2 Bilangan Peroksida........................................................................7
2.2 Tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)..............................8
2.2.1 Morfologi Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)...................9
2.2.2 Kandungan dan Manfaat Kulit Nangka (Artocarpus heterophyllus
Lamk)...........................................................................................10
2.3 Pemurnian..............................................................................................11
2.4 Adsorben................................................................................................12
2.4.1 Arang Aktif..................................................................................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................15
3.1 Kerangka Penelitian...............................................................................15
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................15
iv
Halaman
Halaman
Halaman
Lampiran 2 Alat...................................................................................................37
Lampiran 3 Bahan................................................................................................39
Lampiran 5 Perhitungan.......................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
penggorengan dengan proses pemurnian ulang (Naomi, 2013). Pemurnian ini bisa
dicoba dengan berbagai bahan alam ataupun limbah yang terdapat di lingkungan
sekitar.
1. Sifat Fisik
a. Warna
b. Kelarutan
5
Salah satu cara untuk melihat seberapa besar asam lemak bebas yang
terkandung dalam bahan pangan yaitu dengan titrasi alkalimetri yaitu
penetapan kadar senyawa yang bersifat asam dengan baku basa. Titrasi ini
termasuk kedalam reaksi netralisasi yaitu rekasi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida dari basa untuk menghasilkan air
yang sifatnya netral dan dibantu suatu indikator yang dapat berubah warna
(Rohman, 2007).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Morales
Family : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus Lamk.
a. Akar
Struktur akarnya berbentuk bulat panjang dan menembus tanah
cukup dalam sekitar 10 – 15 meter dengan akar cabang serta bulu
akarnya tumbuh mengarah ke segaa arah. Akarnya tunggang dan
kokoh.
b. Daun
Daun yang dimiliki tanaman nangka umumnya daun tunggal,
bertangkai 1 – 4 cm, bagian tepinya rata dengan bentuk bulat telur
memanjang dan ujung pangkal meruncing. Warna dari daunnya
yaitu hijau tua mengkilat untuk bagian atas dan bagian bawahnya
berwarna hijau muda serta kaku.
c. Bunga
10
d. Buah
Buah nangka merupakan buah majemuk semu dengan buah
berbentuk bulat memnjang berwarna hijau dan kekuningan jika
sudah matang. Buah nangka tumbuh di batang dan percabangan.
Bagian dalam uahnya berwarna kuning pekat.
e. Biji
Memiliki bentuk bulat memanjang dan tidak sedikit berbentuk
bulat telur, memiliki warna keabu – abuan. Bijinya diselimuti
daging tebal, dimana lapisan luarnya tipis dan lapisan dalam tebal
berwarna putih.
f. Kulit
Kulit dari buah nangka memiliki warna rata – rata hijau
kekuningan dan permukaannya kasar serta berduri lunak.
2.3 Pemurnian
Pemurnian ialah proses pemisahan fisik bahan antara dua zat atau
lebih dari bahan asing atau pencemar untuk mendapatkan suatu zat murni
(Abdullah et al., 2014).
2.4 Adsorben
Salah satu proses pemurnian yaitu adsorpsi. Menurut Atkins
(1999), adsorpsi adalah peristiwa terkumpulnya partikel pada permukaan.
Dimana partikel yang terkumpul dan terserap disebut adsorbat dan
material tempat berlangsungnya adsorpsi disebut adsorben.
a. Adsorben yang mengadsorpsi secara fisik (karbon aktif, silika gel dan
zeolit)
b. Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia (calcium cholide, metal
hydride, dan complex salts )
c. Composite adsorben yaitu adsorben yang mengadsorpsi secara kimia dan
fisik.
METODOLOGI PENELITIAN
Uji Fitokimia
Diaktivasi dengan larutan HCl
1M
b. Waktu
Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan
hasil penelitian dimulai dari bulan Maret sampai bulan Juli 2021.
asam lemak bebas atau Free Fatty Acids (FFA) pada minyak dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
( V NaOH x N NaOH x Berat Molekul Asam Lemak )
%FFA = x 100 %
Berat Sampel x 1000
Tabel. 3.1 Sumber Minyak, Asam Lemak dan Berat Molekul (Departemen
Industri, 1995).
Selain itu, warna putih yang ditimbulkan pada saat penambahan HCl karena HCl
bersifat asam sehingga penambahan asam mengakibatkan turunnya pH sampel
dan perubahan warna. Ketika diuji dengan larutan iod dari larutan KI menjadi
warna cokelat. Iodin disini digunakan sebagai indikator yang menunjukkan
perubahan warna pada sampel. Warna yang terbentuk adalah warna cokelat. Hal
ini disebabkan karena adanya reaksi antar selulosa dengan iod. Selulosa
mengalami suasana asam sehingga akan terhidrolisis dan mudah berikatan dengan
iod membentuk warna cokelat (Keenan, 1999).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kadar air arang yang sudah
diaktivasi dengan larutan HCl 1 M kadarnya sebesar 9,13%. Hal ini menunjukkan
bahwa kadar air pada adsorben arang aktif memenuhi standar baku kualitas arang
aktif menurut SNI No. 06-3730 1995 yaitu maksimal 15%. Karakterisasi inilah
yang membuat kulit nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) dijadikan sebagai
adosrben dalam pemurnian minyak jelantah.
Berikut merupakan hasil kadar asam lemak bebas yang didapat setelah
dilakukan penelitian dengan kelompok kontrol sebagai blanko, dan kelompok
perlakuan yaitu:
Tabel. 4.1 Kadar Asam Lemak Bebas dalam Minyak Jelantah
Jika dilihat dari tabel. 4.1, minyak jelantah tanpa ditambah adsorben
(kontrol) hasil kadar asamnya cukup tinggi yakni 0,701%. Tingginya nilai asam
lemak bebas yang terkandung tersebut karena kerusakan minyak oleh proses
oksidasi dan hidrolisis serta pemanasan berulang pada suhu tinggi (Nurbasnawati,
2015). Namun, setelah pemberian arang aktif kulit nangka (Artocarpus
heterophyllus Lamk) dengan variasi massa serbuk yang sudah diaktivasi serta
variasi waktu kontak antara serbuk dengan minyak mengalami penurunan nilai
asam lemak bebas yaitu, untuk massa 2 g dengan waktu 8 jam, 16 jam dan 24 jam
masing – masing menghasilkan nilai asam lemak bebas sebesar 0,482%, 0,470%
dan 0,457%. Untuk massa serbuk 4 g dengan waktu kontak sama seperti
sebelumnya 8 jam, 16 jam dan 24 jam menghasilkan nilai asam lemak bebas yaitu
0,294%, 0,285% dan 0,278%. Kelompok perlakuan terakhir dengan massa serbuk
6 g dan waktu kontak adosrben dengan minyak selama 8 jam, 16 jam dan 24 jam
menghasilkan asam lemak bebas sebesar 0,266%, 0,255% dan 0,236%.
Berdasarkan dari hasil tersebut, nilai kadar asam lemak dari mulai
kelompok kontrol hingga kelompok perlakuan dengan variasi massa adsorben dan
25
waktu kontak semakin menurun sesuai banyaknya adsorben dan waktu kontak.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil grafik, yaitu:
0.8
0.7
0.6
0.48
0.4 0.29 Waktu Kontak 8 Jam
0.27
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Massa Adsorben (g)
Gambar. 4.2 Grafik Kadar Asam Lemak Bebas Waktu Kontak 8 Jam
0.8
0.7
0.6
0.47
0.4 0.29 Waktu Kontak 16 Jam
0.26
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Massa Adsorben (g)
Gambar. 4.3 Grafik Kadar Asam Lemak Bebas Waktu Kontak 16 Jam
0.8
0.7
0.6
0.46
0.4 0.28 Waktu Kontak 24 Jam
0.2 0.24
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Massa Adsorben (g)
Gambar. 4.4 Grafik Kadar Asam Lemak Bebas Waktu Kontak 24 Jam
26
Dari hasil grafik diatas, asam lemak bebas pada minyak jelantah menurun
setelah diadsorpsi dengan menggunakan serbuk kulit nangka (Artocarpus
heterophyllus Lamk). Penurunan asam lemak bebas tersebut terjadi akibat
penambahan arang yang dapat menyerap molekul asam lemak bebas (Rahayu et
al., 2014).
Dimana semakin banyak massa arang aktif yang diberikan, kadar asam
lemak bebas perlahan – lahan mengalami penurunan. Selain itu, semakin banyak
arang aktif, proses adsorpsi akan berlangsung dengan baik karena luas permukaan
tempat berlangsungnya proses adsorpsi semakin besar sehingga semakin banyak
asam lemak bebas dan asam lemak tidak jenuh yang terserap. Selain itu, waktu
kontak perendaman arang aktif dengan minyak jelantah sangat berpengaruh.
Bahwa semakin lama waktu kontak, asam lemak bebas yang terkandung semakin
menurun. Dibuktikan dari grafik antara waktu kontak 8 jam, 16 jam dan 24 jam
hasilnya semakin menurun dan penurunan yang signifikan berada pada waktu
kontak 24jam. Hal ini terjadi karena semakin lama waktu kontak (perendaman)
antara arang aktif dengan adsorbat maka semakin banyak adsorbat yang mengisi
pori – pori arang aktif (Wenti et al., 2009).
Oleh karena itu, kondisi optimum analisa kadar asam lemak bebas
diperoleh pada kondisi proses adsorpsi minyak jelantah pada massa arang 4 dan 6
g dengan waktu kontak selama 8, 16 dan 24 jam sesuai dengan SNI-7709 : 2012
yaitu maksimal 0,3%. Untuk massa arang 2 g hasilnya tidak memenuhi standar,
hal ini dikarenakan serbuk yang dimasukkan dalam minyak jelantah saat proses
pemurnian terlalu sedikit dibanding minyak jelantahnya. Sehingga tidak
sebanding antara adsorben dan adsorbat, jadi kotoran dan asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak terserap hanya sedikit.
enzimatik. Jika angka peroksida suatu minyak cukup tinggi, maka asam lemak
tidak jenuh dari minyak goreng tersebut telah mengalami oksidasi. Uji ketengikan
dilakukan untuk menentukan derajat ketengikan dengan mengukur senyawa-
senyawa hasil oksidasi. Salah satu penentuan derajat ketengikan ini adalah dengan
penentuan bilangan peroksida. Bilangan peroksida ditentukan berasarkan jumlah
iodin yang dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan Kalium Iodida.
Bilanga peroksida berfungsi sebagai indikator kualitas minyak. (Ketaren, 1986).
Penambahan karbon aktif sebagai adsorben pada minyak goreng bekas
mampu menyerap bilangan peroksida. Adapun proses penyerapan bilangan
peroksida oleh karbon aktif adalah melalui tiga tahap yaitu bilangan peroksida
terjerap pada bagian luar karbon aktif, kemudian bergerak menuju pori-pori
karbon dan terserap ke dinding bagian dalam dari arang aktif. Arang aktif sebagai
adsorben hanya bersifat menyerap, tidak terdekomposisi atau bereaksi setelah
digunakan (Masyithah et al., 2018).
Penentuan bilangan peroksida pada penelitian ini dilakukan dengan
metode iodometri. Proses titrasi yang dilakukan, secara umum melalui proses
yaitu sampel minyak jelantah dilarutkan dalam campuran asam asetat glasial dan
kloroform dengan perbandingan 3:2 berfungsi sebagai pelarut organik yang larut
dalam minyak goreng dan mengandung kalium iodida (KI) sehingga terjadi
pelepasan Iod (I2). Iod yang bebas dititrasi dengan natrium thiosulfat
menggunakan indikator amilum sampai warna biru hilang. Larutan amilum 1%
berfungsi sebagai indikator untuk menentukan titik akhir titrasi. Natrium
thiosulfat harus distandarisasi terlebih dahulu agar konsentrasi larutan selalu
stabil sehingga tidak terjadi kesalahan pada penentuan bilangan peroksida
(Sudarmadji et al., 2007).
Proses adsorpsi antara peroksida dengan arang aktif kulit nangka
(Artocarpus heterophyllus Lamk) dikarenakan adanya perbedaan energi potensial
antara permukaan adsorben dan zat yang diserap, baik itu melibatkan gaya fisika
atau kimia. Interaksi antara peroksida dengan arang aktif kulit nangka
(Artocarpus heterophyllus Lamk) dalam penelitian ini yaitu adsorpsi secara kimia.
Proses adsorbsi kimia adalah interaksi antara adsorbat dengan adsorben
28
melibatkan pembentukan ikatan kimia (Siti Aisyah, 2010). Reaksi lengkap yang
terjadi selama proses titrasi berlangsung dapat dilihat sebagai berikut:
1. Reaksi oksidasi minyak atau lemak oleh oksigen
-(CH2)7 – CH – CH – CH2 – CH = CH – (CH2)4 – CH3 – O2 -CH = CH – CHOOH-
Asam lemak tak jenuh hidroperoksida
Volume thiosulfat yang diukur dari buret untuk proses titrasi akan sama
dengan jumlah iodium yang terbentuk. Dimana banyaknya iodium yang ditirasi
jumlah senyawa peroksida pada minyak atau lemak. Sehingga banyaknya
senyawa peroksida pada minyak dapat diketahui (Ketaren, 1986).
Tabel. 4.2 Kadar Peroksida dalam Minyak Jelantah
Kadar Bilangan Peroksida (Meq/Kg)
Variasi Waktu Kontak Minyak
(Jam) Jelantah Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
(Kontrol)
0 13,813 - - -
8 - 9,916 8,928 7,630
16 - 9,463 8,699 7,019
24 - 9,385 7,937 6,867
Syarat Mutu Minyak Tidak
SNI-7709: 2012 Memenuhi Memenuhi Syarat
(Maks. 10 Meq/Kg) Syarat
Keterangan: -Perlakuan 1 = Minyak Jelantah + 2 g Adsorben
-Perlakuan 2 = Minyak Jelantah + 4 g Adsorben
-Perlakuan 3 = Minyak Jelantah + 6 g Adsorben
29
BILANGAN PEROKSIDA
Kadar Bilangan Peroksida (Meq/Kg)
16
14 13.81
12 9.92
10
8.93
8 7.63 Waktu Kontak 8 Jam
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Massa Adsorben (g)
BILANGAN PEROKSIDA
BILANGAN PEROKSIDA
Kadar Bilangan Peroksida (Meq/Kg)
16
14 13.81
12
10 9.39
8 7.94
6.87 Waktu Kontak 24 Jam
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Massa Adsorben (g)
Dari hasil grafik diatas, bilangan peroksida pada minyak jelantah menurun
setelah diadsorpsi dengan menggunakan serbuk kulit nangka (Artocarpus
heterophyllus Lamk).
Sama seperti asam lemak bebas, bilangan peroskida yang terkandung dalam
minyak jelantah dari massa adsorben dan waktu kontak semakin menurun. Hal ini
menunjukkan bawah, penurunan pada setiap pemberian massa serbuk dan waktu
kontak, semakin banyak serbuk adsorben dan semakin lama waktu kontak
perendaman maka semakin rendah angka peroksidanya. Sehingga massa adsorben
dan waktu kontak antara adsorben serta adsorbat sangat berpengaruh dalam proses
penurunan bilangan peroksida. Perubahan nilai peroksida terhadap waktu kontak
31
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Abadi, Nurul. 2005. Pembuatan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu Sengon
dan Penerapannya Untuk Menyerap Zat Warna Tekstil. Semarang: UNNES.
Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adesya Abdullah, Rahmatunnisa Nur Salikha, Tri Widjaja, Setiyo Gunawan.
2014. Pemisahan Campuran Etanol-Oktanol-Air dengan Metode Distilasi
dalam Structured Packing, Jurnal Teknik Pomits, 3(2), 140.
Achmad H. 2001. Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Aisyah, Siti, Eny Yulianti, dan A Ghanaim Fasya. 2010. Penunurunan Angka
Peroksida Dan Asam Lemak Bebas (FFA) Pada Proses Bleaching Minyak
Goreng Bekas Oleh Karbon Aktif Polong Buah Kelor (Moringaoliefera)
Dengan Aktivasi NaCl. Jurnal Fakultas Sains. Malang. Vol.1 No.2 Hal 96.
Atkins, P.W., 1999. Kimia Fisika, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3951-1995 Arang Aktif Teknis.
Jakarta: Departemen Perindustrian.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3951-1995 Minyak Goreng Sawit.
Jakarta: Departemen Perindustrian.
Budilaksono M. 2007. Pemanfaatan Kulit Kapok Sebagai Karbon Aktif Untuk
Penyerapan Logam Cu Dan Cr Pada Limbah Elektroplating. Jurnal Teknik
Kimia, 8(2), 91.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Djatmiko, B., S. Ketaren dan S. Setyahartini . 1985. Pengolahan Arang dan
Kegunaannya. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
teknologi Pertanian Institut Pertanian.
Fitriani, Kurniati, T & Hambali. 2017. Penyerapan Ion Logam Pb(II) dari
Larutan Menggunakan Serbuk Daun Puring (Codiaeum Variegatum).
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, (8)1, 34-42
Hou X. 2007. Lewis acid-catalyzed transesterification and esterification of high
free fatty acid oil in subcritical methanol. Kor J Chem Eng, 24(2), 30
Jagadeesh, S.L., Reddy, B.S., Swamy, G.S.L., Gorbal, K., Hegde, L. & Raghavan,
G.S.V. 2007. Chemical Composition Of Jackfruit (Artocarpus heterophyllus
Lam) Selections Of Western Ghats Of India. Food Chemistry, 102(1), 361
-365.
34
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
Press.
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi pertama. Jakarta: Universitas.
Indonesia.
Mangallo, B. Susilowati, dan Wati, S. I. 2014. Efektivitas Arang Aktif Kulit Salak
Pada Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Chem Prog, 7(2), 58
M.Hatta Dahlan, Hariman P Siregar, Maswardi Yusra. 2013. Penggunaan Karbon
Aktif Dari Biji Kelor Dapat Memurnikan Minyak Jelantah. Jurnal Teknik
Kimi, (19)3,
Naomi. 2013. Pembuatan Sabun Lunak Dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau Dari
Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik Kimia, (9)2, 52
Nurbasnawati, H. 2015. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan
Peroksida pada Minyak Goreng yang digunakan Pedagang Gorengan di
Jalan A.W Sjahranie Samarinda. Jurnal Ilmiah Manuntung, (1)1, 25-30
Primata Mardina, Erlyta Faradina, Netty Setiawati. 2012. Penurunan Angka Asam
Pada Minyak Jelantah. Jurnal Kimia (Journal of Chemistry), (6)2, 36-42
Prahas, D., Y. Kartika, N. Indraswati dan S. Ismadji. 2008. Activated carbon
from jackfruit peel waste by H 3PO4 chemical activation: Pore
structure and surface chemistry characterization, Chemical Engineering
Journal, 140, 32-42
Rahayu, L.H., Purnavita, S., dan Sriyana, H. 2014. Potensi Sabut dan Tempurung
Kelapa sebagai Adsorben untuk Meregenerasi Minyak Jelantah. Jurnal
Momentu,. 10(1), 47-53
Ramdja, A Fuad. 2010. Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Ampas Tebu
Sebagai Adsorben. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya, 17(1), 7-14
Rukmana, R. 1997. Budidaya Nangka. Yogyakarta: Kanisius.
Saha. 2004. Lignocellulose Biodegradation and Application in Biotechnology. US
Government Work: American Chemical Society.
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh Tidak Jenuh dan
Asam Lemak Trans Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 2(4), 154-160.
Sitepoe M. 2008. Corat-coret Anak Desa Berprofesi Ganda. Jakarta: Gramedia.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa Untuk Bahan.
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
35
37
38
1 Neraca Analitik
2 Pipet Volume
3 Labu ukur
4 Oven
5 Gelas Kimia
6 Gelas Ukur
8 Desikator
9 Erlenmeyer
10 Corong
11 pH universal
12 Hot Plate
14 Kertas Saring
Whatman No.42
16 Magnetic Stirer
LAMPIRAN 3
Bahan
2 Minyak Jelantah
3 Asam Klorida
4 Etanol 96%
5 Natrium Hidroksida
6 Phenolftalein
39
40
8 Kloroform
9 Kalium Iodida
10 Natrium Tiosulfat
11 Amilum
12 Kalium Kromat
41
13 Asam Oksalat
14 Asam Sulfat
LAMPIRAN 4
Uji Iodine
1 Serbuk Kulit Nangka Sebelum
Diaktivasi
Pemurnian
No Sampel Gambar
1 -Minyak jelantah
-Minyak jelantah aktivasi 2, 4
dan 6 g waktu 8 jam
42
43
Bilangan Peroksida
1 Minyak Jelantah
Perhitungan
a. Standarisasi NaOH
1 = 11,25 mL X N Na2S2O3
N Na2S2O3 = 0,088 N
c. Kadar Air
(A) Cawan Kosong Sebelum dioven = 34,32 g
(B) Cawan Kosong Setelah dioven = 34,27 g
(C) Cawan + Serbuk Kulit Nangka Sebelum dioven = 36,40 g
(D) Cawan + Serbuk Kulit Nangka Setelah dioven = 36,16 g
C – A = 2,08 g
D – B = 1,89 g
Berat awal−Berat Kering
Kadar Air (%)= x 100
Berat Awal
2,08−1,89
= x 100
2,08
= 9,13%
d. Kadar Asam Lemak Bebas
46
47
Minyak Jelantah
15,1mL x 0,1 N x 256
%FFA = x 100 %
55,105 g x 1000
= 0,701%
Minyak Jelantah + 2 g Adsorben 8 Jam
10,4 mL x 0,1 N x 256
%FFA = x 100 %
55,145 g x 1000
= 0,482%
Minyak Jelantah + 2 g Adsorben 16 Jam
10,15mL x 0,1 N x 256
%FFA = x 100 %
55,205 g x 1000
= 0,470%
Minyak Jelantah + 2 g Adsorben 24 Jam
9,85 mL x 0,1 N x 256
%FFA = x 100 %
55,175 g x 1000
= 0,457%
Minyak Jelantah + 4 g Adsorben 8 Jam
6,35 mL x 0,1 N x 256
%FFA = x 100 %
55,155 g x 1000
= 0,294%
Minyak Jelantah + 4 g Adsorben 16 Jam
6,15 mL x 0,1 N x 256
%FFA = x 100 %
55,165 g x 1000
= 0,285%
48
e. Bilangan Peroksida
1000 x N x V Na 2 S 2 O3
Angka Peroksida (mekO2/kg) =
W
Minyak Jelantah
1000 x 0,1 x 9,05
Angka Peroksida (Meq/kg) =
65,515
= 13,813 Meq/kg
49