Anda di halaman 1dari 7

FAKTA PERSIDANGAN

ARIEF HIDAYAT, S.H., M.H.

- Bahwa benar saksi mengetahui ia dihadirkan dalam persidangan karena adanya Dugaan
Tindak Pidana Korupsi Penerbitan Surat Keterangan Lunas dengan obligor atas nama
SILWA MARTIANNA oleh Terdakwa
- Bahwa saksi menjelaskan saat ini bekerja sebagai Advokat di Kantor Hukum LGS
- Bahwa saksi membenarkan pernah menjadi anggota TBH KKSK bersama dengan
Todung, Frans Hendra Winarta, Abdul Hakim Grauda Nusantara, Christin Rebecca Dan
Michael Reynald.
- Bahwa saksi menjelaskan Tugas TBH adalah melakukan suatu pemeriksaan kepatuhan
para obligor (complience review) yang belum memenuhi kewajiban pada negara, dalam
rangka pemeriksaan hukum tersebut BPPN setelah melakukan pembicaraan dengan
KKSK menunjuk sejumlah law firm untuk membantu tugas TBH karena TBH tidak
langsung melakukan legal audit tapi TBH mengadopsi hasil pekerjaan firma hukum
pendukung yang ditunjuk untuk melakukan compliance review terhadap 35 obligor yang
melakukan penandatanganan APU dan 8 obligor yang menandatangani MSAA dan
MRNIA, memang TBH tidak melakukan pemeriksaan secara langsung tetapi TBH
melakukan review kembali hasil pemeriksaan kantor konsultan hukum pendukung. Untuk
pemeriksaan terhadap obligor Silwa Martianna TBH menggunakan bantuan kantor
hukum LGS dan kemudian hasil pemeriksanya akan TBH adopsi.
- Bahwa saksi menyatakan Hasil dari pemeriksaan hukum yang dilakukan oleh LGS
intinya adalah mengkaji dari sisi keperdataan dan ada atau tidaknya wanprestasi.
- Bahwa Saksi menjelaskan Temuan yang didapatkan oleh LGS yang kemudian diadopsi
oleh TBH pada pokoknya adalah TBH melihat hal-hal apa yang telah dipenuhi oleh
obligor dan hal-hal apa yang tidak dipenuhi oleh obligor per tanggal dilaporkannya hasil
pemeriksaan hukum dan pendapat hukum TBH, kewajiban-kewajiban Silwa Martianna
yang telah terpenuhi yaitu:
 Pendirian Acquitition Vehicle/TSI;
 Penerbitan Promissory Notes oleh TSI;
 Persetujuan Direksi, Komisaris, dan/atau pemegang saham dari setiap
Acquitition Company untuk pengalihan Acquitition Shares kepada TSI.

Persyaratan Closing Yang Belum Dipenuhi:

 Pemilikan TSI atas Acquitition Shares masih belum sempurna, karena registrasi
TSI sebagai pemilik Acquitition Shares belum dilakukan, dan Share Transfer P-
O-A belum diberikan kepada BPPN;
 Tidak seluruh pernyataan dan jaminan dalam MSAA, fakta dalam Disclosure
Schedule adalah benar, akurat dan lengkap pada saat diberikan;
 Belum dilakukannya penilaian (legal dan financial) atas setiap Acquition
Company) oleh konsultan independen yang ditunjuk oleh BPPN;
 Terdapat perubahan yang mendasar terhadap Acquition Companies dan/atau
Material Asset, semenjak laporan keuangan terakhir yang telah diaudit;
 Acquition shares dan/atau Acquitition Companies dan/atau setiap aset dari
Acquitition Companies bersih dari Liens;
 Penghapusan piutang Silwa Martianna, affiliated atau Related Persons terhadap
Acquition Companies belum diberikan;
 Belum dilakukannya pembayaran penuh untuk sejumlah Rp1 Triliun;
 Belum ditempatkannya seluruh Holdback Assets ke dalam Escrow dan/atau Cash
Account;
 BPPN belum memberikan penilaian atas Shareholders Loan yang dijamin oleh
Silwa Martianna;
 Persetujuan/laporan dari/kepada BKPM, Bapepam, dan instansi pemerintah
terkait sehubungan de ngan MSAA dan pengalihan Acquitition Shares;
 Bukti bahwa tidak ada keputusan/perkara/tuntutan yang sedang berjalan pada saat
Closing yang melibatkan setiap Acquitition Company;
 Opinion of counsel atas MSAA yang dapat diterima BPPN;
 Bukti bahwa pihak yang mentransfer Acquitition Shares (Silwa Martianna dan
Affiliates) memiliki good tittle atas Acquisition Shares sebelum dialihkan kepada
BPPN, dan bebas dari Liens;
 Belum diperolehnya Persetujuan dari seluruh Acquitition Companies terhadap
MSAA.
Sehingga kesimpulan dari pemeriksaan hukum LGS yang diadopsi oleh TBH adalah
belum terjadi closing atas kewajiban Silwa Martianna terhadap BPPN sesuai dengan
MSAA sehingga kepada Silwa Martianna belum bisa diberikan Release and Discharge
(R&D) karena syarat-syarat untuk closing sebagaimana tersebut diatas belum dipenuhi.
- Bahwa saksi menjelaskan terkait dengan status hutang petani, Saksi mengaku tidak ingat
ingat apakah pernah dibahas secara khusus oleh TBH, tetapi prinsipnya telah terjadi
misrepresentasi dimana obligor tidak melaporkan kondisi tentang adanya hutang macet
pada saat dilakukan penyerahan aset tersebut ke BPPN, sehingga hal tersebut dianggap
sebagai pelanggaran terhadap perjanjian MSAA.
- Bahwa saksi menyatakan Pendapat hukum TBH terdiri dari 2 hal yaitu:
 Tentang kepatuhan obligor yang diadopsi dari pemeriksaan oleh LGS;
 Tindakan apa yang bisa dilakukan pemerintah dalam menghadapi para obligor;
Terkait closing apakah sudah terjadi atau belum, TBH mengadopsi pendapat LGS bahwa
closing belum terjadi sehingga (R & D) belum bisa diberikan, kemudian syarat obligor
untuk mendapatkan R & D diatur secara rinci dalam MSAA.
- Bahwa saksi menyatakan telah mengenal terdakwa sejak tahun 2000, saat tahun pertama
Saksi menjabat sebagai ketua BPPN
- Bahwa Saksi menjelaskan hasil dari kerja LGS ada 2 (dua), yaitu pemeriksaan hukum
dan pendapat hukum. LGS terakhir mengeluarkan pendapat hukum untuk TBH KKSK
pada tanggal 13 Februari 2002. Dan hasil pemeriksaan hukum pada tahun 2000
diserahkan ke BPPN.
- Bahwa saksi menjelaskan Berdasarkan Pendapat Hukum dan Laporan Pemeriksaan
Hukum sehubungan dengan Master Settlement and Acquisition Agreement tanggal 21
Desember 1999. Badan Penyehatan Perbankan Nasional dan SILWA MARTIANNA;
Jakarta 14 April 2002; LUBIS, GANIE, SUROWIDJOJO, poin no. 62.1.3, bahwa hutang
petani plasma yang menjadi Pernyataan dan Jaminan (Representations and Warranties)
yang diberikan oleh saudara Silwa Martianna berdasarkan MSAA Pasal 8.1, setelah
dianalisis ternyata merupakan kredit macet, sehingga menyebabkan pengurangan yang
signifikan dari perhitungan total aset sebagai kewajiban yang harus diserahkan kepada
BPPN berdasarkan MSAA. Lalu TBH setuju dan mengadopsi kesimpulan LGS sebagai
konsultan hukum pendukung tersebut
- Bhawa saksi menjelaskan perbedaan laporan pemeriksaan hukum yang saksi berikan
pada tahun 2000 dan 2002 dimana Pemeriksaan LGS pada tahun 2002 berkaitan dengan
pemeriksaan hukum LGS pada tahun 2000, yaitu pemeriksaan tahun 2002 lebih rinci
karena dari TBH sudah memberikan TOR kepada LGS apa saja yang harus dikerjakan
oleh LGS. Acuan pemeriksaan yang dilakukan oleh LGS adalah MSAA dan dokumen-
dokumen lain yang berhubungan dengan MSAA Kemudian inti dari hasil pemeriksaan
hukum pada tahun 2000 dan 2002 adalah Silwa Martianna belum memenuhi
kewajibannya sesuai dengan perjanjian MSAA. Dalam laporan pemeriksaan hukum dan
pendapat hukum yang dibuat oleh LGS juga diuraikan tentang misrepresentasi yang
dilakukan oleh Silwa Martianna. Dimana fakta misrepresentasi itu ditemukan
berdasarkan dokumen-dokumen yang ada dan menjadi bahan pemeriksaan hukum yang
dilakukan oleh LGS.
- Bahwa saksi menjelaskan konsekuensi bila closing belum terjadi adalah, sesuai perjanjian
MSAA maka telah terjadi wanprestasi sehingga R & D belum bisa diberikan kepada
Silwa Martianna.
- Bahwa saksi menjelaskan mengenai upaya hukum yang diberikan apabila terjadi
wansprestasi, Ada di dalam pendapat hukum butir III sudah dijelaskan mengenai upaya
hukum berdasar MSAA untuk mengajukan klaim kepada Silwa Martianna yaitu:
 Berdasar pasal 12.2 MSAA, BPPN dapat mengajukan klaim kepada SILWA
MARTIANNA atas kerugian yang timbul akibat pelanggaran yang dilakukan oleh
SILWA MARTIANNA terhadap general representation dan warranties berdasar
ketentuan pasal 4.4 jo pasal 7.2 jo pasal 8.1 MSAA dengan mempertimbangkan
closing belum terjadi, prosedur untuk mengajukan klaim sesuai dengan pasal 12.6
MSAA adalah sebagaimana dalam lampiran 6 laporan pemeriksaan hukum;
 Berdasarkan pasal 13.1 MSAA berdasarkan tidak terjadinya closing pada closing
date atau terjadinya pelanggaran material terhadap ketentuan MSAA, BPPN dapat
membatalkan MSAA dengan memberikan pemberitahuan pembatalan MSAA
kepada SILWA MARTIANNA sesuai ketentuan pasal 14.5 MSAA, akibat dari
pemutusan MSAA adalah MSAA dan transaksi yang dilaksanakan berdasar
MSAA menjadi batal dan setiap instrumen dan uang yang dibayar oleh setiap
tindakan yang telah dilakukan dalam rangka closing menjadi batal dan tidak
berlaku dan pembayaran yang sudah dilakukan berdasarkan pasal 3.1 MSAA akan
dikembalikan kepada SJAMSUL NURSALIM, dengan adanya pemutusan MSAA
TBH berasumsi setiap dan seluruh hak-hak yang dimiliki oleh BPPN sebelum
dibuat dan di tandatanganinya MSAA kembali berlaku efektif sepenuhnya.

SYAHRIAL D., S.E., M.Si.

- Bahwa benar Saksi mengetahui bahwa saksi dihadirkan sehubungan dengan adanya
Dugaan Tindak Pidana Korupsi Penerbitan Surat Keterangan Lunas dengan obligor atas
nama SILWA MARTIANNA oleh Terdakwa FRANS NASUTION.
- Bahwa Saksi mengatakan saat ini bekerja sebagai Wiraswasta.
- Bahwa Saksi membenarkan saat di BBPN awalnya saksi bekerja khusus menangani
kredit debitur-debitur BPPN kemudian pada tahun 2002 Saksi diangkat menjadi ketua
AMK.
- Bahwa Saksi menjelaskan Tugas Pokok Saksi sebagai Ketua AMK adalah
bertanggungjawab kepada Ketua BPPN, menyampaikan laporan berkala maupun laporan
jika diminta kepada Ketua dan Wakil Ketua BPPN, membawahi 5 (lima) divisi yang
dipimpin oleh 5 (lima) kepala divisi yang bertanggungjawab kepada saksi, yang terdiri
dari divisi:
 Divisi Penyelesaian aset kredit;
 Divisi Penjualan Aset Kredit I;
 Divisi Penjualan Aset Kredit II;
 Divisi Pengelolaan Aset;
 Divisi Pelayanan Nasabah
- Bahwa benar Saksi mengetahui mengenai hutang petani PT DNA itu, namun secara detail
mengenai aset kredit petani PT DNA saksi mengetahui setelah Saksi menjadi Ketua
AMK.
- Bahwa Benar Saksi menyatakan akibat Keputusan KKSK tanggal 13 April 2002 yang
merubah paradigma penyelesaian aset kredit di BPPN, karena metode restrukturisasi aset
kredit perannya dikecilkan dan program penjualan aset kredit lebih agresif. Saat itu
BPPN boleh melakukan penjualan aset kredit yang belum direstrukturisasi yang sudah
diregistrasi dengan cara yang transparan, komersial dan fair.
- Bahwa Saksi menjelaskan Untuk aset kredit petani plasma PT DNA awalnya masih
dikelola oleh Direktorat Hukum Divisi Litigasi, namun ada pengalihan pengelolaan
hutang plasma PT DNA dari Divisi Litigasi ke Unit AMK yang terjadi tanggal 18 Juli
2002, Saksi menerima memo dari Direktur Hukum CHRISTIN REBECCA menjalankan
amanah keputusan KKSK tanggal 13 April 2002 yang meminta agar seluruh aset kredit
yang bermasalah hukum namun belum masuk proses pengadilan dikembalikan ke unit
Aset Manajemen Kredit. Lalu pada tanggal 21 april atas usulan BPPN KKSK
mengeluarkan keputusan Nomor Kep.01/K.KKSK/04/2002 perihal Kebijakan Penyehatan
Perbankan dan Restrukturisasi Utang Perusahaan berdasarkan Hasil Rapat KKSK tanggal
13 April 2002 yang ditandatangani oleh Agata Nanda, namun dalam keputusan itu
terdapat satu poin yang dimana Saksi tidak pernah mendengarnya diusulkan saat rapat
internal BPPN, yakni poin angka 4 huruf h yang menyatakan “Untuk mempercepat
proses penanganan aset AMK dan dalam rangka meningkatkan tingkat pengembalian
bagi BPPN, seluruh portfolio aset AMK yang saat ini masih dalam penanganan litigasi
tetapi belum masuk dalam proses pengadilan dan/atau eksekusi hukum (legal execution)
wajib diserahkan kepada program penjualan aset AMK”, poin tersebut yang menjadi
dasar direktur hukum mengalihkan aset salah satunya aset piutang petani plasma PT
DNA. Lalu pada tanggal 21 mei 2002 Direktorat hukum mengirimkan Saksi memo yang
didalamnya terdapat instruksi Terdakwa untuk mengalihkan aset kredit yang bermasalah
hukum untuk dipindahkan ke unit kerja AMK.
- Bahwa benar Saksi mengatakan sempat memberikan usulan agar aset yang dialihkan itu
termasuk piutang petani plasma PT DNA ditindaklanjuti melalui penyelesaian aset kredit,
ditinjau kembali, tidak langsung dimasukkan program penjualan. Namun Terdakwa tidak
menanggapi usulan dari Saksi.
- Bahwa saksi menjelaskan bahwa setelah pengalihan mengenai aset piutang petani plasma
dari Divisi Litigasi ke AMK, ada rapat tanggal 22 Desember diadakan rapat di kantor
BPPN yang dipimpin oleh Terdakwa membahas skema penyelesaian hutang petani PT
DNA dan penyelesaian secara menyeluruh atas penanganan PT DNA, termasuk rencana
penjualan atas hutang plasma dengan terlebih dahulu dilakukan penghapusan hutang
petani sebesar Rp.5.700.000.000.000,00 (lima triliun tujuh ratus miliar rupiah) di BPPN.
Lalu tanggal 21 Januari 2003 dilakukan rapat di BPPN yang dipimpin Terdakwa dan
dihadiri jajaran deputi BPPN, pihak Silwa Martianna yaitu Nouval Abednego dan Renita
Mutiara dan pihak auditor EY. Dalam rapat tersebut Terdakwa memutuskan bahwa Silwa
Martianna tidak melakukan misrepresentasi karena hutang petani plasma PT DNA ini
telah disampaikan dalam Disclosure Schedule atau Disclosure Agreement, kemdudian
meminta untuk menunjuk konsultan keuangan dan hukum untuk menilai apakah hutang
sustainable petani plasma PT DNA senilai Rp1,3 Triliun ini masih valid atau tidak.
Karena Terdakwa menetapkan Silwa Martianna tidak misrepresentasi Terdakwa tidak
memberikan perintah agar divisi AMK berkordinasi dengan AMI.
- Bahwa saksi membenarkan ditemukannya hitang petani plasma senilai Rp4,8 triliun dan
bukan Rp5,7 triliun.
- Bahwa Saksi mengatakan kurang mengetahui terhadap detail rapat kabinet terbatas
karena saksi tidak ikut dalam ratas, namun sepengetahuan Saksi, presiden RI tidak
memberikan tanggapan atas usulan penghapusbukuan Rp3,5 triliun hutang petani plasma
oleh Terdakwa.
- Bahwa benar Saksi menyatakan Hagra hak tagih piutang petani itu tertera dalam Berita
Acara Serah Terima Aset BPPN kepada Kemenkeu dengan nilai Rp1,3 Triliun yang
kemudian dijual oleh PT PPA kepada Konsorsium Neptune dari Group Charoen
Pokphand pada 24 Mei 2007 sebesar Rp.500 milyar. Saya rasa ini akibat
penghapusbukuan oleh Terdakwa yang membuat nilai Piutang Petani ini menjadi rendah.

Anda mungkin juga menyukai