Anda di halaman 1dari 8

KASUS POSISI BABAK FINAL KOMPETISI PERADILAN SEMU PIDANA TINGKAT

NASIONAL PIALA PROF. SOEDARTO VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS


DIPONEGORO

Hisyam Siswanto adalah seorang warga negara Indonesia asal Semarang yang sedang ingin
memulai percobaannya di dunia bisnis. Sebelumnya, ia merupakan seorang pegawai di salah
satu perusahaan industri mebel luar negeri. Berdasarkan pengalamannya, ia menyadari bahwa
perkembangan industri mebel melaju dengan pesat dan peluang untuk mendapatkan
keuntungan sangatlah besar. Mengetahui hal tersebut sejalan dengan kenyataan bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kayu terbesar di Asia Tenggara dengan
Hutan Produksi Tetap (HPT) seluas 29,220 juta hektar, ia mendirikan sebuah perusahaan
bernama PT Arba Nugraha Nakaputri di daerah Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2010
berdasarkan Akta Pendirian yang sudah disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia dengan Hisyam Siswanto sebagai direktur utama. Pada pertengahan tahun 2011, PT
Arba Nugraha Nakaputri mulai aktif melakukan produksi mebel yang diberi merek Mori
Furniture dan memasarkannya di kota Semarang.

Di tahun 2015, PT Arba Nugraha Nakaputri melakukan perluasan target pasar hingga ke luar
provinsi Jawa Tengah untuk memperkenalkan produk Mori Furniture di lingkup nasional. Hal
tersebut telah membuat PT Arba Nugraha Nakaputri mengalami peningkatan permintaan
terhadap produk Mori Furniture dan berhasil melebarkan sayap penjualannya dengan
membuka toko cabang di Kabupaten Semarang. Pembukaan toko cabang tersebut ternyata
memberikan keuntungan yang besar, maka dengan keuntungan besar yang dimiliki PT Arba
Nugraha Nakaputra memiliki ambisi untuk melakukan pemasaran mebel ke taraf nasional
hingga keranah Internasional. Di tengah keberhasilannya, Hisyam Siswanto berinisiatif untuk
membantu anak-anak yang kurang beruntung setelah melihat tingginya angka anak-anak
terlantar di wilayah Jawa Tengah. Bahwa berdasarkan Data mengenai Anak terlantar yang
tertera pada Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial menurut Kapupaten/Kota di
Jawa Tengah terdapat sejumlah 66.565 anak yang terlantar dan juga mereka menjadi
kelompok yang sangat rentan mengalami pelecehan hingga pada kekerasan seksual dengan
minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Mengetahui hal itu,
Gifrani Arnisa selaku wakil direktur utama PT Arba Nugraha Nakaputri menyarankan untuk
membuat sebuah yayasan yang bergerak di bidang sosial berupa panti asuhan yang dimana
dalam melakukan sebuah pendirian Yayasan maka harus memiliki salah satu dokumen
terpenting untuk mendapatkan status badan hukum yaitu adanya akta pendirian yang dibuat
oleh notaris yang kemudian harus mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia dan wajib untuk diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia. Pada awal Desember 2016, Hisyam Siswanto membawa usulan untuk mendirikan
sebuah yayasan sosial berupa panti asuhan yang bernama Yayasan Adil Paring Gusti ke
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan dalam rangka menjalankan Corporate
Social Responsibility (CSR) dan RUPS menyetujuinya. Oleh karena itu pada Maret 2017,
didirikanlah Yayasan Adil Paring Gusti bertempat di wilayah Surakarta, Jawa Tengah yang
kemudian mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Yayasan ini dikelola oleh Aisyah Salsabila selaku adik dari Hisyam Siswanto. Pengelolaan
yayasan ini berjalan baik dan banyak mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Kota
Surakarta.

Selain membahas mengenai pendirian yayasan, dalam RUPS Tahunan juga dibahas mengenai
pengekspansian bisnis ke pasar internasional. Hal ini dilakukan melihat dari keberhasilan PT
Arba Nugraha Nakaputri sebelumnya yang terbilang sukses di lingkup nasional dan
munculnya ketertarikan untuk melakukan pemasaran hingga ke ranah internasional untuk
produk Mori Furniture dan juga Hisyam Siswanto yakin bahwa dengan adanya
pengkspansian bisnis hingga ke ranah internasional maka mereka akan meraup keuntungan
dengan skala yang lebih besar. Setelah melihat rencana kerja Hisyam Siswanto terhadap
pengekspansian bisnis dan perkiraan keuntungan yang akan didapatkan, RUPS kembali
menyetujui usulan Hisyam Siswanto yang ditindaklanjuti dengan dilakukannya persiapan
pengekspansian bisnis tersebut. Namun bak hasrat hati memeluk gunung apa daya tangan
tak sampai, namun ekspektasi PT Arba Nugraha Nakaputri untuk mendapatkan kesuksesan
seperti yang ia raih sebelumnya melalui pemasaran mebel yang sukses di ranah nasional
dengan ramainya peminat yang selalu meningkat terhadap produk mebel yang dipasarkan
kini meredup dan ternyata tidak dapat tercapai dikarenakan terjadi penurunan pendapatan
penjualan mebel pada bulan April 2017 yang kemudian mencapai titik terendah pada bulan
Oktober. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya
Faktor kompetisi atau persaingan dengan beberapa daerah lain yang juga menghasilkan
produk mebel sejenis namun dengan kisaran harga yang lebih murah sehingga perusahaan
mebel yang mengalami penurunan penjualan akan tertutupi oleh perusahaan mebel yang
tengah mengalami peningkatan peminatan baik dari ranah nasional ataupun internasional.
faktor lain yang juga dapat mempengaruhi penurunan penjualan dari PT Arba Nugraha
Nakaputri ialah produk mebel yang dianggap oleh masyarakat kualitas produknya yang
terbilang cukup menurun atau dapat dikatakan kualitas produknya bermasalah dan tidak ada
inovasi baru dari produk-produk yang dipasarkan. Sehingga dengan banyaknya faktor-faktor
tersebut dan Hal itu berdampak pada kondisi keuangan PT Arba Nugraha Nakaputri yang
menjadi tidak sehat. Atas hal tersebut, Hisyam Siswanto dan Nicholas Thomas selaku Dewan
Komisaris berdiskusi mengenai cara untuk menyehatkan kembali keuangan PT Arba Nugraha
Nakaputri pada akhir Oktober 2017. Dalam diskusi yang lumayan panjang yang dilakukan
antara Hisyam Siswanto dan Nicholas Thomas keduanya menjadi sepakat untuk melakukan
suatu usaha yang masih menggunakan pemasaran mebel namun hanya sebagai kedok dengan
melakukan perdagangan manusia, Perdagangan ini dilakukan bukan tanpa alasan, sebab
kebanyakan orang baik masyarakat dalam negeri ataupun masyarakat luar negeri tertarik
dengan adanya perdagangan manusia terlebih dengan anak yang diperdagangkan tubuhnya
akan dipergunakan sebagai pemanfaatan organ tubuh untuk mendapatkan keuntungan
melalaui pelayanan paksa, pelacuran, pemanfaatan fisik, seksual ataupun organ reproduksi
dari anak tersebut. Tidak lama setelah itu, Hisyam Siswanto berkoordinasi dengan Gifrani
Arnisa, Daniel Wicaksono selaku Direktur Pemasaran dan Produksi, Gabriella Rhema selaku
Direktur Keuangan, dan Febri Wahyu selaku Direktur Teknologi Informasi untuk membahas
cara menstabilkan neraca keuangan PT Arba Nugraha Nakaputri. Dalam pertemuan tersebut,
Hisyam Siswanto mengarahkan untuk melakukan suatu bisnis yang bernama foggytable.
Bisnis foggytable sendiri merupakan sebuah modus sebagai tindak perdagangan manusia
yang berkedok sebagai penjualan mebel dengan target pemasaran yang tidak hanya di dalam
negeri namun sampai ke ranah internasional. Selanjutnya, Gifrani Arnisa menghubungi
Aisyah Salsabila untuk memberi tahu mengenai bisnis foggytable dan mulai untuk mengincar
dan mencari anak-anak yang terutamanya merupakan anak-anak yang terlantar bahwa dengan
iming-iming akan diberikan tempat tinggal, pendidikan hingga fasilitas yang memadai untuk
para anak-anak tersebut.

Pada awal bulan Desember 2017, diadakanlah RUPS Tahunan yang salah satu topik
pembahasannya yaitu mengenai pemaparan usaha penstabilan pendapatan PT Arba Nugraha
Nakaputri. Hisyam Siswanto memaparkan mengenai rencana untuk melakukan penambahan
usaha baru bernama foggytable yaitu usaha pendistribusian produk-produk perusahaan mebel
terkenal di Indonesia. Usaha tersebut akan dilakukan secara offline melalui toko milik PT
Arba Nugraha Nakaputri dan online menggunakan situs web milik Mori Furniture yang akan
berganti nama menjadi foggytable. Dalam presentasinya Hisyam Siswanto juga mengatakan
bahwa dengan menjalankan bisnis foggytable, keuangan PT Arba Nugraha Nakaputri akan
semakin membaik dan bahkan berpeluang mendapatkan keuntungan yang besar dan sangat
yakin jika dibandingkan dengan pemasaran mebel sebelumnya bahwa pemasaran produk-
produk mebel kali ini akan ramai peminatan konsumen melalui sekali percobaan pemasaran..
Melihat rencana usaha yang telah dipaparkan oleh Hisyam Siswanto, RUPS pun menyetujui
usulan tersebut. Setelah usulannya disepakati, Hisyam Siswanto memerintahkan Gifrani
Arnisa untuk mengoordinasikan pelaksanaan bisnis foggytable. Kemudian, Gifrani Arnisa
menghubungi Aisyah Salsabila untuk mencari anak-anak terutama anak-anak terlantar di
daerah Jawa Tengah dan menginstruksikan untuk membuat sebuah data mengenai anak-anak
tersebut. Namun dapat kita garis bawahi yaitu kata terutama sehingga terdapat kemungkinan
tidak hanya anak-anak yang terlantar yang diperdagangkan namun ada kemungkinan anak-
anak dengan taraf ekonomi yang rendah namun masih memiliki tempat tinggal, juga terdapat
kemungkinan adanya penculikan terhadap anak yang umurnya masih dibawah 18 tahun dan
dikatakan bahwa anak yang masih berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah, maka
termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Pada akhir bulan Februari 2018 untuk menjalankan bisnis foggytable, PT Arba Nugraha
Nakaputri menjalin kerja sama dengan PT Alan Prima Siagian, PT Mega Anwar Sinambela,
dan PT Fidayani Country Furniture yang merupakan perusahaan- perusahaan mebel terkenal
dan memiliki jenis mebel yang berbeda. Sangat tidak menutup kemungkinan untuk Para PT
yang melakukan kerja sama dengan PT Arba Nugraha Nakaputri untuk sama sekali tidak
menaruh kecurigaan mengenai pemasaran produk mebel tersebut, sebab tidak mungkin jika
ketiga PT yang melakukan kerja sama dengan PT Arba Nugraha Nakaputri secara serta-merta
menaruh kepercayaan yang besar terhadap PT Arba Nugraha Nakaputri itu sendiri. Yang
dimana PT arba sendiri berani untuk mengklaim bahwa bentuk usaha baru ini akan menjamin
adanya raupan keuntungan yang besar. Setidaknya para PT terebut mencari tahu terlebih
dahulu mengenai apa yang menjadi suatu penyebab Pt Arba Nugraha Nakaputri begitu yakin
dengan usaha baru yang akan dilakukan. Sebab mengingat bahwa PT Arba Nugraha
Nakaputri yang sementara mengalami keuangan yang sangat merosot dan hampir melakukan
penutupan usaha namun berani menjanjikan keuntungan melalui usaha baru ditengah
kemerosotan usaha sebelumnya. Selanjutnya pada pertengahan Maret 2018, Aisyah Salsabila
menghubungi Gifrani Arnisa untuk menginformasikan bahwa beberapa anak telah berada di
Yayasan Adil Paring Gusti dan ia memberikan data yang telah Gifrani Arnisa minta
sebelumnya. Anak-anak yang telah dibawah dan berada di Yayasan Adil Paring Gusti serta
telah diambil datanya, kemudian akan diperdagangkan dengan cara disekap terlebih dahulu
atau juga terdapat kemungkinan adanya pencekokan dengan obat-obatan terlarang sebelum
anak-anak tersebut dipindahtangankan ke orang-orang yang membutuhkan/membelinya,
sehingga secara tidak sadar sang anak tersebut anak tersebut telah masuk kedalam lingkaran
kejahatan human trafficking.Mereka menggunakan Yayasan Adil Paring Gusti sebagai tempat
untuk mengumpulkan anak-anak yang akan mereka perdagangkan bukan tanpa sebab, yaitu
dikarenakan citra dari tempat panti asuhan tersebut yang sudah dinilai sangat baik dimata
para masyarakat awam berkat dari banyaknya pujian serta penghargaan yang diberikan oleh
pemerintah sehingga para masyarakat sama sekali tidak berpikir bahwa Yayasan tersebut
telah dipergunakan untuk tindak criminal sebagai tempat singgah sementara dari perdagangan
manusia dan pemilihan tempat tersebut dinilai sangat cerdik sehingga dapat meredam
kecurigaan yang mungkin timbul karena terdapat kabar mengenai satu atau dua anak yang
dilaporkan hilang.

Kemudian di akhir Maret 2018, persiapan yang dilakukan untuk menjalankan bisnis
foggytable hampir terselesaikan. Setelah menyiapkan data terkait produk mebel dari PT Alan
Prima Siagian, PT Mega Anwar Sinambela, dan PT Fidayani Country Furniture yang akan
dijual di foggytable beserta Stock Keeping Unit (SKU) di PT Arba Nugraha Nakaputri, Daniel
Wicaksono menemui Gifrani Arnisa untuk melaporkan hal tersebut. Atas instruksi dan
koordinasi dengan Gifrani Arnisa, Daniel Wicaksono dibantu Febri Wahyu memperbarui
situs web penjualan online Mori Furniture dengan mengganti namanya menjadi foggytable
yaitu melalui website https://foggytable.furniture.com/ dan memasukan berbagai produk
mebel dari perusahaan-perusahaan tersebut dimana dari produk-produk yang dipasarkan akan
dilabeli dengan nama mebel yang diperdagangakan namun di awalan merk dari produknya
akan tertera nama awalan dari anak-anak yang diperdagangkan dan selain itu karena target
pemasarannya yang selain di dlam negeri juga sampai ke ranah internasional maka dengan
adanya penjualan secara online melalui website tersebut akan memudahkan para pembeli
baik dari dalam negeri mauapun dari luar negeri dalam mengakses dan juga dalam melakukan
transaksi dan nantinya anak-anak tersebut tubuhnya akan digunakan untuk tindakan namun
tidak terbatas hanya pada pelacuran saja tetapi juga anak-anak tersebut akan dijadikan
sebagai budak atau menjadi pelayan paksa dan kemungkinan terburuk anak-anak yang
diperdagangkan akan dimanfaatkan organ tubuhnya sehingga baik dari pembeli dan penjual
akan mendapatkan keuntungan. Selain itu, Febri Wahyu memberikan Stock Keeping Unit
(SKU) penyimpanan barang yang Daniel Wicaksono berikan terhadap mebel-mebel yang
akan dijual di situs web foggytable. Bisnis foggytable tersebut mulai beroperasi pada bulan
April 2018 dan Daniel Wicaksono yang sudah mencari target pasar, mulai menghubungi para
calon pembeli. Tidak menunggu waktu lama, bisnis foggytable sebagai kedok dari Perbuatan
bejat yang dilakukan oleh sederet pelaku yang bekerja sama dibawah naungan PT Arba
Nugraha Nakaputri dengan penuh dengan kesadaran tersebut ternyata menghasilkan banyak
keuntungan yang melebihi ekspektasi dan juga melebihi dari apa yang dijanjikan oleh PT
Arba Nugraha Nakaputra itu sendiri. Dari hasil perdagangan yang dilakukan dan juga
mengangkat penjualan mebel-mebel yang diproduksi oleh PT Arba Nugraha Nakaputri.
Gabriella Rhema pun memberitahu laporan penjualan PT Arba Nugraha Nakaputri kepada
Hisyam Siswanto dan Gifrani Arnisa. Hisyam Siswanto yang sangat amat puas
mendapatkan hasil yang sangat positif, menginstruksikan Gifrani Arnisa untuk meneruskan
bisnis foggytable tersebut. Selanjutnya, PT Arba Nugraha Nakaputri melakukan pembukaan
beberapa toko cabang di luar provinsi Jawa Tengah untuk memudahkan pendistribusian dan
kembali melanjutkan pengembangan bisnis PT Arba Nugraha Nakaputri ke ranah
internasional di akhir tahun 2018. Dengan keuntungan yang didapatkan membuat seluruh
pihak yang menjalankan perbuatan tersebut yang berada dibawah naungan PT Arba Nugraha
Nakaputri juga ikut merasakan bahwa berdasarkan bisnis tersebut mereka mendapatkan
keuntungan berkali-kali lipat dari penjualan mebel yang dahulu dilakukan.

Pada pertengahan tahun 2019, sebagai bentuk kepedulian PT Arba Nugraha Nakaputri
terhadap masyarakat, PT Arba Nugraha Nakaputri kembali mendirikan yayasan sosial berupa
panti asuhan yang bernama Fidayani Sentosa Makmur di daerah Malang, Jawa Timur. Selain
itu, PT Arba Nugraha Nakaputri sering menjadi perusahaan yang memberikan suntikan dana
besar untuk proyek-proyek dan acara-acara besar yang diselenggarakan oleh para
pejabat/pemerintah setempat dikarenakan ingin memperluas koneksi usaha penjualan mereka
dan hal tersebut juga menjadi salah satu faktor penambah keuntungan PT Arba Nugraha
Nakaputri. Keuntungan besar yang didapatkan oleh PT Arba Nugraha Nakaputri tidak hanya
dirasakan oleh direktur utama yaitu terhadap Hisyam Sistwanto serta Direktur Pemasaran dan
Produksi, Direktur Keuangan, dan Direktur Teknologi Informasi, keuntungan besar yang
diraih juga dirasakan pula oleh para pemegang saham, salah satunya yaitu Nicholas Thomas
yang juga merangkap sebagai Dewan Komisaris. Untuk menambah aset miliknya, ia
melakukan investasi saham di sebuah perusahaan otomotif dari Amerika Serikat bernama
Nathanich Grande, Ltd. Selain itu, ia juga melakukan investasi dibeberapa properti yang
terletak di daerah Jakarta Selatan. Jenis-jenis investasi properti yang dilakukan oleh Nicholas
ini berupa investasi Apartemen dan Kondominium, Tanah, dan juga beberapa rumah di
kawasan Jakarta Selatan tersebut yang ditandai dengan adanya dokumen resmi sebagai bukti
bahwa bangunan tersebut sudah merupakan milik dari Nicholas Thomas. Investasi ini sendiri
diduga menjadi salah satu kegiatan dalam menjalankan perdagangan orang.

Pada Februari 2020, penyidik mendapat banyak laporan mengenai kasus anak hilang di
berbagai daerah, salah satunya yaitu daerah Tegal, Jawa Tengah. Salah satu laporan tersebut
datang dari Silwa Martianna, yang melaporkan bahwa anaknya yang bernama Renita Nafiza
dan berumur 6 (enam) tahun sudah menghilang selama 2 (dua) hari. Silwa Martianna
melaporkan bahwa terakhir kali ia bertemu dengan Renita Nafiza adalah saat ia
mengantarkan Renita Nafiza ke sekolahnya Setelah mendapatkan laporan tersebut, pihak
penyidik melakukan investigasi terhadap kasus tersebut. Kemudian 3 (tiga) minggu sejak
pelaporan dilakukan, ditemukan mayat seorang anak kecil di daerah Jakarta Selatan. Yang
dimana tempat tersebut sangat berdekatan dengan salah satu Investasi Properti milik Nicholas
Thomas. Dilakukanlah pemeriksaan terhadap mayat tersebut dan ditemukan fakta bahwa
anak tersebut bernama Renita Nafiza, anak yang telah dilaporkan hilang oleh orang tuanya.
Selain itu, ditemukan berbagai luka disekujur tubuh Renita Nafiza dan terdapat luka di alat
kelamin Renita Nafiza. Setelah diusut, kematian tersebut ada hubungannya dengan seorang
pria asal Singapura bernama Martin Christoper.

Saat dilakukan pencaritahuan mengenai data-data dari Martin Christopen telah ditemukan
fakta mengejutkan bahwa Martin Christoper ini merupakan seorang pedofilia, yaitu seseorang
yang memiliki fantasi dan dorongan seksual terhadap anak-anak yang umurnya berada di
bawah usia 14 tahun sehingga membuatnya selalu ingin melakukan pemaksaan kontak
seksual dengan korban. Selain itu ditemukan fakta bahwa, salah satu yayasan asal Jawa
Tengah yang bernama Yayasan Adil Paring Gusti berhubungan dengan hilangnya Renita
Nafiza.

Kemudian fakta lain yang ditemukan bahwa Martin Christoper ini merupakan salah satu
pengusaha yang terkenal sukses di Singapura dan terdapat kerjasama yang dilakukan antara
perusahaan tersebut dengan PT Arba Nugraha Nakaputri sehingga memudahkan PT Arba
untuk melakukan bisnis perdagangan orang tersebut di wilayah singapura atas bantuan dari
Martin Christoper, dengan ditemukan bentuk kerjasama dengan adanya maksud yang
terselubung didalamnya dan juga ia rela untuk mengeluarkan biaya yang terbilang cukup
fantastis untuk sebuah mebel dengan kualitas dan model yang marak dipasarkan. Sehingga
tidak menutup kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi bahwa PT Arba Nugraha
Nakaputri melakukan bisnis perdagangan orang tidak hanya kepada Martin Christoper saja,
namun bisa saja Martin Christoper hanya menjadi salah satu dari konsumen Pt Arba Nugraha
Nakaputri.

Anda mungkin juga menyukai