A. Pengertian Break-Even
Break-Even adalah keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (Penghasilan = Total Biaya), mampu memberikan informasi mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan memperoleh laba
menurut tingkat penjualan.
Biaya Tetap
Break-Even (dalam satuan) =
Margin per Satuan Barang
Atau
Biaya Tetap
Break-Even (dalam satuan) =
Harga Jual per Satuan−Biaya Variabel
Contoh:
Biaya Tetap
Break-Even (dalam rupiah penjualan) =
Marginal Income Ratio
Atau
Biaya Tetap
Break-Even (dalam rupiah penjualan) = Biaya Variabel
1−
Penjualan
Contoh:
Rp18.000 .000
Break-Even (dalam rupiah penjualan) = Rp 26.000 .000 = Rp 37.500.000
1−
Rp 50.000 .000
Jadi, titik Break-Even Rp 37.500.000 atau 150.000 satuan barang, bila perusahaan
menjual 150.000 barang dengan harga jual per satuan Rp 250 perusahaan tidak akan
memperoleh laba dan tidak rugi.
C. Grafik Break-Even
Fungsi grafik Break-Even adalah:
1. Mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan), dan laba.
2. Mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel.
3. Mengetahui besarnya rugi dan laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.
Contoh: Data budget dari Perusahaan “Nurviati & Co” tahun 1979. Dengan harga jual
@Rp 250; biaya variabel Rp 130.
Volume Hasil
Biaya Tetap Biaya Variabel Jumlah Biaya Laba (Rugi)
Penjualan Penjualan
10.000 Rp 2.500.000 Rp 18.000.000 Rp 1.300.000 Rp 19.300.000 -Rp 16.800.000
20.000 Rp 5.000.000 Rp 18.000.000 Rp 2.600.000 Rp 20.600.000 -Rp 15.600.000
30.000 Rp 7.500.000 Rp 18.000.000 Rp 3.900.000 Rp 21.900.000 -Rp 14.400.000
40.000 Rp 10.000.000 Rp 18.000.000 Rp 5.200.000 Rp 23.200.000 -Rp 13.200.000
50.000 Rp 12.500.000 Rp 18.000.000 Rp 6.500.000 Rp 24.500.000 -Rp 12.000.000
60.000 Rp 15.000.000 Rp 18.000.000 Rp 7.800.000 Rp 25.800.000 -Rp 10.800.000
70.000 Rp 17.500.000 Rp 18.000.000 Rp 9.100.000 Rp 27.100.000 -Rp 9.600.000
80.000 Rp 20.000.000 Rp 18.000.000 Rp 10.400.000 Rp 28.400.000 -Rp 8.400.000
90.000 Rp 22.500.000 Rp 18.000.000 Rp 11.700.000 Rp 29.700.000 -Rp 7.200.000
100.000 Rp 25.000.000 Rp 18.000.000 Rp 13.000.000 Rp 31.000.000 -Rp 6.000.000
110.000 Rp 27.500.000 Rp 18.000.000 Rp 14.300.000 Rp 32.300.000 -Rp 4.800.000
120.000 Rp 30.000.000 Rp 18.000.000 Rp 15.600.000 Rp 33.600.000 -Rp 3.600.000
130.000 Rp 32.500.000 Rp 18.000.000 Rp 16.900.000 Rp 34.900.000 -Rp 2.400.000
140.000 Rp 35.000.000 Rp 18.000.000 Rp 18.200.000 Rp 36.200.000 -Rp 1.200.000
150.000 Rp 37.500.000 Rp 18.000.000 Rp 19.500.000 Rp 37.500.000 Rp -
160.000 Rp 40.000.000 Rp 18.000.000 Rp 20.800.000 Rp 38.800.000 Rp 1.200.000
170.000 Rp 42.500.000 Rp 18.000.000 Rp 22.100.000 Rp 40.100.000 Rp 2.400.000
180.000 Rp 45.000.000 Rp 18.000.000 Rp 23.400.000 Rp 41.400.000 Rp 3.600.000
190.000 Rp 47.500.000 Rp 18.000.000 Rp 24.700.000 Rp 42.700.000 Rp 4.800.000
200.000 Rp 50.000.000 Rp 18.000.000 Rp 26.000.000 Rp 44.000.000 Rp 6.000.000
210.000 Rp 52.500.000 Rp 18.000.000 Rp 27.300.000 Rp 45.300.000 Rp 7.200.000
220.000 Rp 55.000.000 Rp 18.000.000 Rp 28.600.000 Rp 46.600.000 Rp 8.400.000
230.000 Rp 57.500.000 Rp 18.000.000 Rp 29.900.000 Rp 47.900.000 Rp 9.600.000
240.000 Rp 60.000.000 Rp 18.000.000 Rp 31.200.000 Rp 49.200.000 Rp 10.800.000
Biaya dan penghasilan (Ribuan rupiah) Grafik Break-Even
Rp70,000,000
Rp60,000,000
Rp50,000,000
Rp40,000,000
Rp30,000,000
Rp20,000,000
Rp10,000,000
Rp-
- 5 10 15 20 25 30
Volume Penjualan (Ribuan satuan)
Contoh: Data budget dari Perusahaan “Nurviati & Co” tahun 1979. Dengan biaya
tetap Rp 18.000.000.
Kwantitas Harga Jual per Biaya Variabel Biaya Tetap per Jumlah Biaya Laba (Rugi) per
Penjualan Satuan per Satuan Satuan per Satuan Satuan
20.000 Rp 250 Rp 130 Rp 900 Rp 1.030 -Rp 780
40.000 Rp 250 Rp 130 Rp 450 Rp 580 -Rp 330
60.000 Rp 250 Rp 130 Rp 300 Rp 430 -Rp 180
80.000 Rp 250 Rp 130 Rp 225 Rp 355 -Rp 105
100.000 Rp 250 Rp 130 Rp 180 Rp 310 -Rp 60
120.000 Rp 250 Rp 130 Rp 150 Rp 280 -Rp 30
140.000 Rp 250 Rp 130 Rp 129 Rp 259 -Rp 9
150.000 Rp 250 Rp 130 Rp 120 Rp 250 Rp -
160.000 Rp 250 Rp 130 Rp 113 Rp 243 Rp 8
180.000 Rp 250 Rp 130 Rp 100 Rp 230 Rp 20
200.000 Rp 250 Rp 130 Rp 90 Rp 220 Rp 30
220.000 Rp 250 Rp 130 Rp 82 Rp 212 Rp 38
240.000 Rp 250 Rp 130 Rp 75 Rp 205 Rp 45
Grafik Laba per Satuan
Rp1,200
Rp1,000
Biaya per Satuan
Rp800
Rp600
Rp400
Rp200
Rp-
- 2 4 6 8 10 12 14 16
Volume Penjualan (Ribuan Satuan)
Artinya: tingkat penjualan untuk perusahaan tersebut tidak boleh turun lebih dari 25%
dari penjualan yang direncanakan, atau 33,33% dari tingkat penjualan Break-Even
yang telah ditentukan agar perusahaan tidak rugi.
Margin of safety penjualan tersebut, bila dinyatakan dalam hasil penjualan atau
jumlah satuan penjualan:
Artinya: tingkat atau volume penjualan yang harus dicapai tidak boleh turun lebih dari
Rp 12.500.000 atau 50.000 satuan dari penjualan yang direncanakan. Perusahaan telah
merencanakan tingkat penjualan Rp 50.000.000 atau 200.000 satuan sehingga
penjualan yang harus dicapai Rp 50.000.000 – Rp 12.500.000 = Rp 37.500.000 atau
200.000 satuan – 50.000.000 satuan = 150.000 satuan.
Margin of safety yang besar lebih baik, hal ini menunjukkan gambaran kepada
manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan
tidak menderita rugi tetapi belum memperoleh laba.
Contoh: Bila perusahaan menekan biaya tetap sebesar 10% maka tingkat Break-
Even yang baru:
Biaya Tetap x 90 %
BE = Biaya Variabel
1−
Penjualan
Rp 18.000 .000 x 90 %
= Rp 26.000.000
1−
Rp 50.000.000
= Rp 33.750.000 atau 135.000 satuan (Rp
33.750.000:Rp 250)
Pembuktian
Penjualan Rp 33.750.000
Biaya tetap 90% x Rp 18.000.000 Rp 16.200.000
Biaya variabel 52% x Rp 33.750.000 Rp 17.550.000
Jumlah biaya Rp 33.750.000
Laba Rp 0
Contoh: Bila biaya variabel naik 10% dengan demikian tingkat Break-Even yang
baru:
Biaya Tetap
BE = Biaya Variabel x 110 %
1−
Penjualan
Rp 18.000 .000
= Rp 26.000 .000 x 110 %
1−
Rp 50.000.000
Laba Rp 0
Contoh: Bila terjadi kenaikan harga jual 10% dan akibatnya volume penjualan
turun 5% maaka Break-Even yang baru:
Biaya Tetap
BE = Biaya Variabel x 95 %
1−
Penjualan x 95 % x 110 %
Rp 18.000.000
= Rp 26.000.000 x 95 %
1−
Rp 50.000 .000 x 95 % x 110 %
Pembuktian
Penjualan 124.138xRp 275 Rp 34.137.950
Biaya tetap Rp 18.000.000
Biaya variabel 124.138 x Rp 130 Rp 16.137.940
Jumlah biaya Rp 34.137.940
Laba Rp 10
Bila tingkat penjualan yang harus dicapai agar keuntungan tercapai pula dengan
menambah keuntungan yang harus dicapai (dibudgetkan) dalam sektor biaya
tetap, maka tingkat penjualannya:
Rp 18.000 .000+ Rp6.000 .000
BE + Keuntungan = Rp 26.000.000 x 95 %
1−
Rp 50.000 .000 x 95 % x 110 %
= Rp 45.517.200 atau 165.517(Rp
45.517.200:Rp 275)
Pembuktian
Penjualan 165.517xRp 275 Rp 45.517.200
Biaya tetap Rp 18.000.000
Biaya variabel 165.517 x Rp 130 Rp 21.517.210
Jumlah biaya Rp 39.517.210
Contoh
Rp 10.000.000
Break Even A = Rp29.000 .000
1−
Rp 40.000.000
= Rp 36.363.363,36
Rp20.000 .000
Break Even B = Rp 25.000 .000
1−
Rp 50.000 .000
= Rp 40.000.000
Komposisi penjualan = 4 : 5
Komposisi produksi = 1 : 2
Pembuktian
Penjualan Rp 75.000.000
Barang B = Rp 20.000.000
Rp 30.000.000
Barang B = Rp 20.833.333,33
Rp 45.000.000
Jumlah biaya Rp 75.000.000
Laba Rp 0
Penjualan yang mencapai tingkat Break-Even secara total belum tentu masing-masing jenis
barang berada pada tingkat Break-Even.
Pembuktian
Barang A
Penjualan Rp 33.333.333,33
Biaya tetap Rp 10.000.000
Biaya variabel 72,5% x Rp 33.333.333,33 Rp 24.166.666,67
Jumlah biaya Rp 34.166.666,67
Rugi Rp 833.333,34
Barang B
Penjualan Rp 41.666.666,67
Biaya tetap Rp 20.000.000
Biaya variabel 50% x Rp 41.666.666,67 Rp 20.833.333,33
Jumlah biaya Rp 40.833.333,33
Laba Rp 833.333,34
Rugi-Laba Total Rp 0
Apabila komposisi barang yang dijual berubah maka Break-Even secara total akan berubah
juga.
1. Misal jumlah barang A naik 20% sedangkan Jumlah barang B tetap, maka:
= Rp 76.962.544,89
Rp30.000 .000
Break Even = Rp 59.000 .000
1−
Rp 100.000 .000
= Rp 73.170.731,70
Komposisi penjualan = 2 : 3
Rp 414.000+ Rp54.000
TBE = Rp 640.000 = Rp 1.300.000
1−
Rp 1.000 .000
Dengan tambahan investasi titik Break-Even akan meningkat Rp 300.000 dan tingkat
penjualan harus dinaikkan dalam jumlah yang sama untuk memperoleh Rp 54.000.
Perusahaan dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp 36.000 namun tambahan keuntungan
harus dipertimbangkan dengan besarnya tambahan investasi yang harus dilakukan dan cara
pembelanjaan investasi.
2. Analisa Break-Even dan Keputusan Menutup Usaha
Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh
tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui tingkat penjualan suatu
usaha harus dihentikan dengan menggunakan rumus berikut:
Rp12.000 .000
Shut down point (dalam satuan penjualan) = x 1 satuan = 100.000 satuan
Rp 250−Rp130
Rp12.000 .000
Shut down point (dalam rupiah penjualan) = Rp 26.000 .000 = Rp 25.000.000
1−
Rp 50.000 .000
Pada grafik maka suatu usaha harus dihentikan apabila tingkat penjualan berada di
titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya tunai.
Grafik Break-Even yang Menunjukkan Titik
Penutupan Usaha garis penjualan
Biaya dan penghasilan (ribuan rupiah)
Rp60,000,000
Rp50,000,000
Rp40,000,000
Rp30,000,000
Rp20,000,000
Rp10,000,000
Rp-
- 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
Volume penjualan (ribuan satuan)