Anda di halaman 1dari 17

Analisa Break-Even

A. Pengertian Break-Even
Break-Even adalah keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (Penghasilan = Total Biaya), mampu memberikan informasi mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan memperoleh laba
menurut tingkat penjualan.

B. Penentuan Tingkat Break-Even


Untuk menentukan tingkat Break-Even, biaya dibedakan menjadi:
1. Biaya Tetap : Biaya yang jumlah totalnya tetap tidak berubah dalam range output
tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan
perubahan produksi. Semakin besar hasil produksi, maka biaya tetap persatuan
akan semakin kecil.
2. Biaya Variabel : Biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan hasil produksi
atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap.

Penentuan jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar perusahaan


mencapai Break-Even :

Biaya Tetap
Break-Even (dalam satuan) =
Margin per Satuan Barang

Atau

Biaya Tetap
Break-Even (dalam satuan) =
Harga Jual per Satuan−Biaya Variabel

Contoh:

Firma “NURVIATI & Co”


Budget Rugi – Laba
Tahun 1979
Budget penjualan (200.000 satuan @Rp 250,- Rp 50.000.000,-
Budget Biaya Tetap Variabel
Bahan langsung - Rp 9.000.000,-
Tenaga langsung - Rp 10.000.000,-
Overhead pabrik Rp 7.000.000,- Rp 3.000.000,-
Biaya administrasi Rp 6.000.000,- Rp 1.000.000,-
Biaya distribusi Rp 5.000.000,- Rp 3.000.000,-

Jumlah Rp 18.000.000,- Rp 26.000.000,- = Rp 44.000.000,-

Laba yang dibudgetkan Rp 6.000.000,-


Rp18.000 .000
Break-Even (dalam satuan) = = 150.000 satuan
Rp 250−Rp130

Marginal income = Penjualan – Jumlah biaya variabel


Artinya: sisa atau margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba.
Marginal income ratio = Marginal income : Penjualan
Artinya % dari penjualannya tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba.

Penentuan tingkat penjualan (dalam rupiah) yang harus dicapai agar


perusahaan mencapai Break-Even :

Biaya Tetap
Break-Even (dalam rupiah penjualan) =
Marginal Income Ratio

Atau

Biaya Tetap
Break-Even (dalam rupiah penjualan) = Biaya Variabel
1−
Penjualan
Contoh:
Rp18.000 .000
Break-Even (dalam rupiah penjualan) = Rp 26.000 .000 = Rp 37.500.000
1−
Rp 50.000 .000

Jadi, titik Break-Even Rp 37.500.000 atau 150.000 satuan barang, bila perusahaan
menjual 150.000 barang dengan harga jual per satuan Rp 250 perusahaan tidak akan
memperoleh laba dan tidak rugi.

Jika perusahaan merencanakan mendapat laba Rp 1.800.000 maka penjualan yang


harus dilakukan untuk mencapai laba tersebut adalah:
Rp 18.000 .000+ Rp1.800 .000 Rp 41.250.000
= = 165.000 satuan
0,48 Rp250

C. Grafik Break-Even
Fungsi grafik Break-Even adalah:
1. Mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan), dan laba.
2. Mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel.
3. Mengetahui besarnya rugi dan laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.

Langkah-langkah menggambar grafik Break-Even:

1. Garis biaya tetap digambarkan sejajar dengan sumbu horizontal.


2. Garis jumlah biaya digambarkan mulai dari titik biaya tetap pada sumbu vertikal
atau dengan menggambarkan biaya variabel dari titik biaya tetap ke kanan.
3. Garis penjualan digambarkan mulai titik nol pada pojok kiri bawah menuju pojok
kanan atas atau sampai pada jumlah penjualan pada kapasitas 100%.

Contoh: Data budget dari Perusahaan “Nurviati & Co” tahun 1979. Dengan harga jual
@Rp 250; biaya variabel Rp 130.

Volume Hasil
Biaya Tetap Biaya Variabel Jumlah Biaya Laba (Rugi)
Penjualan Penjualan
10.000 Rp 2.500.000 Rp 18.000.000 Rp 1.300.000 Rp 19.300.000 -Rp 16.800.000
20.000 Rp 5.000.000 Rp 18.000.000 Rp 2.600.000 Rp 20.600.000 -Rp 15.600.000
30.000 Rp 7.500.000 Rp 18.000.000 Rp 3.900.000 Rp 21.900.000 -Rp 14.400.000
40.000 Rp 10.000.000 Rp 18.000.000 Rp 5.200.000 Rp 23.200.000 -Rp 13.200.000
50.000 Rp 12.500.000 Rp 18.000.000 Rp 6.500.000 Rp 24.500.000 -Rp 12.000.000
60.000 Rp 15.000.000 Rp 18.000.000 Rp 7.800.000 Rp 25.800.000 -Rp 10.800.000
70.000 Rp 17.500.000 Rp 18.000.000 Rp 9.100.000 Rp 27.100.000 -Rp 9.600.000
80.000 Rp 20.000.000 Rp 18.000.000 Rp 10.400.000 Rp 28.400.000 -Rp 8.400.000
90.000 Rp 22.500.000 Rp 18.000.000 Rp 11.700.000 Rp 29.700.000 -Rp 7.200.000
100.000 Rp 25.000.000 Rp 18.000.000 Rp 13.000.000 Rp 31.000.000 -Rp 6.000.000
110.000 Rp 27.500.000 Rp 18.000.000 Rp 14.300.000 Rp 32.300.000 -Rp 4.800.000
120.000 Rp 30.000.000 Rp 18.000.000 Rp 15.600.000 Rp 33.600.000 -Rp 3.600.000
130.000 Rp 32.500.000 Rp 18.000.000 Rp 16.900.000 Rp 34.900.000 -Rp 2.400.000
140.000 Rp 35.000.000 Rp 18.000.000 Rp 18.200.000 Rp 36.200.000 -Rp 1.200.000
150.000 Rp 37.500.000 Rp 18.000.000 Rp 19.500.000 Rp 37.500.000 Rp -
160.000 Rp 40.000.000 Rp 18.000.000 Rp 20.800.000 Rp 38.800.000 Rp 1.200.000
170.000 Rp 42.500.000 Rp 18.000.000 Rp 22.100.000 Rp 40.100.000 Rp 2.400.000
180.000 Rp 45.000.000 Rp 18.000.000 Rp 23.400.000 Rp 41.400.000 Rp 3.600.000
190.000 Rp 47.500.000 Rp 18.000.000 Rp 24.700.000 Rp 42.700.000 Rp 4.800.000
200.000 Rp 50.000.000 Rp 18.000.000 Rp 26.000.000 Rp 44.000.000 Rp 6.000.000
210.000 Rp 52.500.000 Rp 18.000.000 Rp 27.300.000 Rp 45.300.000 Rp 7.200.000
220.000 Rp 55.000.000 Rp 18.000.000 Rp 28.600.000 Rp 46.600.000 Rp 8.400.000
230.000 Rp 57.500.000 Rp 18.000.000 Rp 29.900.000 Rp 47.900.000 Rp 9.600.000
240.000 Rp 60.000.000 Rp 18.000.000 Rp 31.200.000 Rp 49.200.000 Rp 10.800.000
Biaya dan penghasilan (Ribuan rupiah) Grafik Break-Even
Rp70,000,000

Rp60,000,000

Rp50,000,000

Rp40,000,000

Rp30,000,000

Rp20,000,000

Rp10,000,000

Rp-
- 5 10 15 20 25 30
Volume Penjualan (Ribuan satuan)

D. Grafik Laba Per Satuan


Grafik Break-Even pada umymnya dibuat berdasarkan data total baik penghasilan,
biaya, dan penjualannya sehingga mangement tidak mengetahui data biaya per satuan
barang yang dihasilkan/dijual. Biaya per satuan (unit) akan naik turun sesuai dengan
volume yang diproduksi. Semakin besar volume produksi atau penjualan maka akan
semakin kecil biaya per satuan. Begitupun sebaliknya. Hal ini disebabkan sifat biaya
tetap yaitu biaya yang jumlahnya tetap berapapun barang yang diproduksi/dijual
sedangkan biaya per unit akan berubah ubah sesuai dengan perubahan volume
produksi atau penjualan. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah ubah
sesuai perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya per satuannya
tetap.
Langkah-langkah menggambar grafik laba per satuan:
1. Buatlah sumbu horizontal dan vertikal seperti halnya dalam membuat grafik
Break-Even sebelumnya.
2. Gambarkan biaya variabel per satuan sejajar dengan sumbu horizontal. Biaya
variabel per satuan adalah sama besarnya oleh karena itu garis biaya variabel per
satuan nampak lurus.
3. Gambarkan garis penjualan per satuan sejajar dengan sumbu horizontal. Garis
penjualan nampak lurus karena harga per satuannya tetap.
4. Gambarkan garis biaya tetap (jumlah biaya) pada sumbu vertikal. Biaya tetap per
satuan akan turun dengan semakin besarnya volume penjualan, oleh karena itu
garis biaya tetap akan semakin turun dengan semakin esarnya volume produksi.

Contoh: Data budget dari Perusahaan “Nurviati & Co” tahun 1979. Dengan biaya
tetap Rp 18.000.000.

Kwantitas Harga Jual per Biaya Variabel Biaya Tetap per Jumlah Biaya Laba (Rugi) per
Penjualan Satuan per Satuan Satuan per Satuan Satuan
20.000 Rp 250 Rp 130 Rp 900 Rp 1.030 -Rp 780
40.000 Rp 250 Rp 130 Rp 450 Rp 580 -Rp 330
60.000 Rp 250 Rp 130 Rp 300 Rp 430 -Rp 180
80.000 Rp 250 Rp 130 Rp 225 Rp 355 -Rp 105
100.000 Rp 250 Rp 130 Rp 180 Rp 310 -Rp 60
120.000 Rp 250 Rp 130 Rp 150 Rp 280 -Rp 30
140.000 Rp 250 Rp 130 Rp 129 Rp 259 -Rp 9
150.000 Rp 250 Rp 130 Rp 120 Rp 250 Rp -
160.000 Rp 250 Rp 130 Rp 113 Rp 243 Rp 8
180.000 Rp 250 Rp 130 Rp 100 Rp 230 Rp 20
200.000 Rp 250 Rp 130 Rp 90 Rp 220 Rp 30
220.000 Rp 250 Rp 130 Rp 82 Rp 212 Rp 38
240.000 Rp 250 Rp 130 Rp 75 Rp 205 Rp 45
Grafik Laba per Satuan
Rp1,200

Rp1,000
Biaya per Satuan

Rp800

Rp600

Rp400

Rp200

Rp-
- 2 4 6 8 10 12 14 16
Volume Penjualan (Ribuan Satuan)

Fungsi grafik laba per satuan:

1. Management akan memperoleh informasi tentang hubungan antara volume


penjualan, biaya dan laba per satuan barang.
2. Management akan memperoleh informasi tentang besarnya biaya per satuan untuk
berbagai tingkat penjualan/produksi.
3. Management akan memperoleh informasi tentang besarnya rugi maupun laba
untuk berbagai tingkat penjualan
4. Management akan memperoleh informasi tentang besarnya satuan barang yang
harus dijual agar perusahaan tidak rugi dan belum memperoleh laba.

E. Anggapan-anggapan dan Keterbatasan Analisa Break-Even


Konsep dan anggapan dasar yang digunakan dalam analisa Break-Even adalah sebagai
berikut:
1. Biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap
dan biaya variabel dan prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.
2. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya
tetap merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti
operasi.
3. Biaya variabel akan berubah secara proporsionil (sebanding) dengan perubahan
volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan.
4. Harga jual per satuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan barang
yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum.
5. Hanya ada satu macam baang yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu
macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap
konstan.
F. Margin of Safety
Tingkat keamanan (margin of safety) adalah hubungan atau selisih antara penjualan
yang di budget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat Break-
Even.

Penjualan per Budget


%
Penjualan per Break Even

Penjualan per Budget −Penjualan per Break Even


Penjualan per Budget
Contoh: %
Rp 50.000 .000
1. x 100% = 133,33%
Rp 37.500 .000
Rp 50.000 .000−Rp 37.500 .000
2. x 100% = 25%
Rp 50.000 .000

Artinya: tingkat penjualan untuk perusahaan tersebut tidak boleh turun lebih dari 25%
dari penjualan yang direncanakan, atau 33,33% dari tingkat penjualan Break-Even
yang telah ditentukan agar perusahaan tidak rugi.

Margin of safety penjualan tersebut, bila dinyatakan dalam hasil penjualan atau
jumlah satuan penjualan:

1. 33,33% x Rp 37.500.000 = Rp 12.500.000 atau 50.000 satuan (Rp 12.500.000/Rp


250)
2. 25% x Rp 50.000.000 = Rp 12.500.000 atau 50.000 satuan (Rp 12.500.000/Rp
250)

Artinya: tingkat atau volume penjualan yang harus dicapai tidak boleh turun lebih dari
Rp 12.500.000 atau 50.000 satuan dari penjualan yang direncanakan. Perusahaan telah
merencanakan tingkat penjualan Rp 50.000.000 atau 200.000 satuan sehingga
penjualan yang harus dicapai Rp 50.000.000 – Rp 12.500.000 = Rp 37.500.000 atau
200.000 satuan – 50.000.000 satuan = 150.000 satuan.

Margin of safety yang besar lebih baik, hal ini menunjukkan gambaran kepada
manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan
tidak menderita rugi tetapi belum memperoleh laba.

Prosentasi dari Margin of safety dapat dihubungkan dengan tingkat keuntungan


dengan rumus:
Profit = Marginal Income Ratio x Maargin of safety

Contoh: Margin of safety 25% dan Marginal Income Ratio 48%

Profit = 48% x 25% = 12%


Artinya: apabila perusahaan mampu menjual barangnya atau produksinya sesuai
dengan yang dibudgetkan, maka profit yang diperoleh sebesar 12%.

G. Akibat Perubahan Berbagai Faktor


Aspek penting dalam analisa Break-Even bahwa adanya perubahan yang
mempengaruhi analisa diantaranya:
1. Perubahan Biaya Tetap
Akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai
tingkat penjualan akan berubah pula, dengan perubahan jumlah biaya maka
besarnya penjualan pada tingkat Break-Even akan berubah pula.

Contoh: Bila perusahaan menekan biaya tetap sebesar 10% maka tingkat Break-
Even yang baru:
Biaya Tetap x 90 %
BE = Biaya Variabel
1−
Penjualan
Rp 18.000 .000 x 90 %
= Rp 26.000.000
1−
Rp 50.000.000
= Rp 33.750.000 atau 135.000 satuan (Rp
33.750.000:Rp 250)
Pembuktian
Penjualan Rp 33.750.000
Biaya tetap 90% x Rp 18.000.000 Rp 16.200.000
Biaya variabel 52% x Rp 33.750.000 Rp 17.550.000
Jumlah biaya Rp 33.750.000

Laba Rp 0

2. Kenaikan Biaya Variabel


Akan mengakibatkan jumlah biaya juga akan berubah begitu pula besarnya
penjulaan pada tingkat Break-Even juga akan berubah.

Contoh: Bila biaya variabel naik 10% dengan demikian tingkat Break-Even yang
baru:
Biaya Tetap
BE = Biaya Variabel x 110 %
1−
Penjualan
Rp 18.000 .000
= Rp 26.000 .000 x 110 %
1−
Rp 50.000.000

= Rp 42.056.075 atau 168.225 satuan (Rp


42.056.075:Rp 250)
Pembuktian
Penjualan Rp 42.056.075
Biaya tetap Rp 18.000.000
Biaya variabel 57,2% x Rp 42.056.075 Rp 24.056.075
Jumlah biaya Rp 42.056.075

Laba Rp 0

3. Kenaikan Harga Jual


Untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) diharapkan untuk menaikkan
keuntungan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus memperhatikan penelitian
pasar akibat adanya kenaikan harga jual karena dapat mengakibatkan penurunan
volume penjualan yang mengakibatkan perubahan besarnya Break-Even.

Contoh: Bila terjadi kenaikan harga jual 10% dan akibatnya volume penjualan
turun 5% maaka Break-Even yang baru:

Biaya Tetap
BE = Biaya Variabel x 95 %
1−
Penjualan x 95 % x 110 %

Rp 18.000.000
= Rp 26.000.000 x 95 %
1−
Rp 50.000 .000 x 95 % x 110 %

= Rp 34.137.950 atau 124.138 (Rp


34.137.950:Rp 275)

Pembuktian
Penjualan 124.138xRp 275 Rp 34.137.950
Biaya tetap Rp 18.000.000
Biaya variabel 124.138 x Rp 130 Rp 16.137.940
Jumlah biaya Rp 34.137.940

Laba Rp 10

Bila tingkat penjualan yang harus dicapai agar keuntungan tercapai pula dengan
menambah keuntungan yang harus dicapai (dibudgetkan) dalam sektor biaya
tetap, maka tingkat penjualannya:
Rp 18.000 .000+ Rp6.000 .000
BE + Keuntungan = Rp 26.000.000 x 95 %
1−
Rp 50.000 .000 x 95 % x 110 %
= Rp 45.517.200 atau 165.517(Rp

45.517.200:Rp 275)

Pembuktian
Penjualan 165.517xRp 275 Rp 45.517.200
Biaya tetap Rp 18.000.000
Biaya variabel 165.517 x Rp 130 Rp 21.517.210
Jumlah biaya Rp 39.517.210

Keuntungan yang diharapkan Rp 6.000.010

4. Perubahan Komposisi Penjualan


Terjadi apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam
barang, maka analisa Break-Even dengan komposisi (perbandingan) antara
barang-barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya
maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix). Apabila komposisinya
berubah maka Break-Even secara total akan berubah pula.

Contoh

  Barang A Barang B Total


Unit yang dijual 100.000 satuan 200.000 satuan 300.000 satuan
Hasil penjualan Rp 40.000.000 Rp 50.000.000 Rp 90.000.000
Biaya tetap Rp 10.000.000 Rp 20.000.000 Rp 30.000.000
Biaya variabel Rp 29.000.000 Rp 25.000.000 Rp 54.000.000
Laba Rp 1.000.000 Rp 5.000.000 Rp 6.000.000

Dari data dapat diketahui bahwa:

Komposisi produksi A : B = 1 : 2 yaitu 100.000 : 200.000

Komposisi penjualan A : B = 4 : 5 yaitu Rp 40.000.000 : Rp 50.000.000


Rp 30.000.000
Break Even Total = Rp54.000 .000
1−
Rp 90.000 .000
= Rp 75.000.000

Rp 10.000.000
Break Even A = Rp29.000 .000
1−
Rp 40.000.000

= Rp 36.363.363,36

Rp20.000 .000
Break Even B = Rp 25.000 .000
1−
Rp 50.000 .000

= Rp 40.000.000

Artinya: penjumlahan dari Break-Even masing-masing tidak sama dengan Break-


Even total. Untuk menentukan besarnya penjualan masing-masing agar secara total diperoleh
Break-Even maka mengguakan komposisi:

Komposisi penjualan = 4 : 5

Penjualan barang A = 4/9 x Rp 75.000.000 = Rp 33.333.333,33

Penjualan barang B = 5/9 x Rp 75.000.000 = Rp 41.666.666,67

Kwantitas penjualan masing-masing dapat ditentukan dengan komposisi produksi:

Komposisi produksi = 1 : 2

Kwantitas barang A = Rp 33.333.333,33 : 400 = 83.333,33 satuan

Kwantitas barang B = Rp 41.666.666,67 : 250 = 166.666,67 satuan

Komposisi tetap 1 : 2 yaitu 83.333,33 : 166.666,67

Pembuktian

Penjualan Rp 75.000.000

Biaya tetap : Barang A = Rp 10.000.000

Barang B = Rp 20.000.000

Rp 30.000.000

Biaya variabel: Barang A = Rp 24.166.666,67

Barang B = Rp 20.833.333,33

Rp 45.000.000
Jumlah biaya Rp 75.000.000

Laba Rp 0

Penjualan yang mencapai tingkat Break-Even secara total belum tentu masing-masing jenis
barang berada pada tingkat Break-Even.

Pembuktian

Barang A

Penjualan Rp 33.333.333,33
Biaya tetap Rp 10.000.000
Biaya variabel 72,5% x Rp 33.333.333,33 Rp 24.166.666,67
Jumlah biaya Rp 34.166.666,67

Rugi Rp 833.333,34

Barang B

Penjualan Rp 41.666.666,67
Biaya tetap Rp 20.000.000
Biaya variabel 50% x Rp 41.666.666,67 Rp 20.833.333,33
Jumlah biaya Rp 40.833.333,33

Laba Rp 833.333,34

Rugi-Laba Total Rp 0

Apabila komposisi barang yang dijual berubah maka Break-Even secara total akan berubah
juga.

1. Misal jumlah barang A naik 20% sedangkan Jumlah barang B tetap, maka:

  Barang A Barang B Total


Unit yang dijual 120.000 satuan 200.000 satuan 320.000 satuan
Hasil penjualan Rp 48.000.000 Rp 50.000.000 Rp 98.000.000
Biaya tetap Rp 10.000.000 Rp 20.000.000 Rp 30.000.000
Biaya variabel Rp 34.800.000 Rp 25.000.000 Rp 59.800.000
Laba Rp 3.800.000 Rp 5.000.000 Rp 8.800.000
Rp 30.000.000
Break Even = Rp59.800 .000
1−
Rp 98.000 .000

= Rp 76.962.544,89

Komposisi penjualan = 2,4 : 2,5

2. Misal jumlah barang B naik 20% sedangkan barang A tetap, maka:

  Barang A Barang B Total


Unit yang dijual 100.000 satuan 240.000 satuan 340.000 satuan
Hasil penjualan Rp 40.000.000 Rp 60.000.000 Rp 100.000.000
Biaya tetap Rp 10.000.000 Rp 20.000.000 Rp 30.000.000
Biaya variabel Rp 29.000.000 Rp 30.000.000 Rp 59.000.000
Laba Rp 1.000.000 Rp 10.000.000 Rp 11.000.000

Rp30.000 .000
Break Even = Rp 59.000 .000
1−
Rp 100.000 .000

= Rp 73.170.731,70

Komposisi penjualan = 2 : 3

Kesimpulan: Naiknya jumlah barang B keuntungannya menjadi Rp 11.000.000


sedangkan Break-Even turun. Sedangkan barang A keuntungannya menjadi 8.800.000 dan
Break-Even lebih tinggi dari B. Oleh karena itu sebaiknya memperbanyak kenaikan penjualan
barang B dari pada barang A.

H. Kegunaan Analisa Break-Even Bagi Management


1. Analisa Break-Even dan Keputusan Penambahan Investasi
Analisa Break-Even akan membantu management untuk mempertimbangkan
dalam penambahan atau penggantian investasi aktiva tetap yang akan
menguntungkan perusahaan.

Contoh: Perusahaan “Sari & Co”


Penjualan Rp 1.000.000
Harga pokok & biaya operasi:
Biaya Tetap Rp 306.000
Biaya Variabel Rp 640.000
Rp 946.000
Keuntungan Rp 54.000

Management mempertimbangkan untuk menambah investasinya dalam aktiva


tetap dengan cara memodernisir mesin yang dimiliki. Bila dilaksanakan maka
biaya tetap akan berubah menjadi Rp 414.000 per tahun dan biaya variabel tetap
yaitu 64% dari penjualan.

Langkah-langkah analisa pada keputusan penambahan investasi:


i) Memperbandingkan tingkat Break-Even sebelum adanya tambahan
investasi baru dengan sesudah adanya tambahan investasi baru.

Tingkat Break-Even sebelum penambahan:


Rp306.000
TBE = Rp 640.000 = Rp 850.000
1−
Rp 1.000 .000

Tingkat Break-Even setelah penambahan:


Rp 414.000
TBE = Rp 640.000 = Rp 1.150.000
1−
Rp 1.000 .000
ii) Menentukan tingkat penjualan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau
minimal. Misal keuntungan Rp 54.000

Rp 414.000+ Rp54.000
TBE = Rp 640.000 = Rp 1.300.000
1−
Rp 1.000 .000

Artinya: untuk memperoleh laba Rp 54.000 maka perusahaan harus


menjual produksinya sebesar Rp 1.300.000

iii) Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua


keadaan tersebut.
Misal perusahaan dapat memproduksi maksimum Rp 1.200.000 dan akan
dijual semua, penjualan setelah kenaikan produksi dengan dimodernisir
mesin yaitu Rp 1.600.000. Maka kemungkinan batas maksimum
keuntungannya yaitu:

  Tanpa Tambahan Dengan Tambahan


  Investasi Investasi
Penjualan Rp 1.200.000 Rp 1.600.000
Biaya tetap Rp 306.000 Rp 414.000
Biaya variabel Rp 768.000 Rp 1.024.000
Total biaya Rp 1.074.000 Rp 1.438.000
Batas maksimum keuntungan Rp 126.000 Rp 162.000

Tanpa Tambahan Dengan Tambahan


Perbedaan
Investasi Investasi
Titik Break-Even Rp 850.000 Rp 1.150.000 Rp 300.000
Tingkat penjualan untuk
memperoleh keuntungan Rp 1.000.000 Rp 1.300.000 Rp 300.000
yang sama dengan sekarang
Batas maksimum
Rp 126.000 Rp 162.000 Rp 36.000
keuntungan
Penjualan untuk mencapai
Rp 1.200.000 Rp 1.600.000 Rp 400.000
keuntungan maksimum

Dengan tambahan investasi titik Break-Even akan meningkat Rp 300.000 dan tingkat
penjualan harus dinaikkan dalam jumlah yang sama untuk memperoleh Rp 54.000.
Perusahaan dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp 36.000 namun tambahan keuntungan
harus dipertimbangkan dengan besarnya tambahan investasi yang harus dilakukan dan cara
pembelanjaan investasi.
2. Analisa Break-Even dan Keputusan Menutup Usaha
Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh
tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui tingkat penjualan suatu
usaha harus dihentikan dengan menggunakan rumus berikut:

Shut down point (dalam satuan penjualan) =


Biaya tetap tunai
Marginalincome per satuan

Shut down point (dalam rupiah penjualan) =


Biaya tetap tunai
Biaya variabel
1−
Hasil penjualan
Contoh: Perusahaan “Nurviati & Co” diketahui bahwa biaya tetap Rp 18.000.000
dan biaya tunai Rp 12.000.000. maka penjalan minimal yang harus dilakukan agar dapat
menutup biaya tunai (shut down point) adalah:

Rp12.000 .000
Shut down point (dalam satuan penjualan) = x 1 satuan = 100.000 satuan
Rp 250−Rp130

Rp12.000 .000
Shut down point (dalam rupiah penjualan) = Rp 26.000 .000 = Rp 25.000.000
1−
Rp 50.000 .000

Volume Biaya Tunai


Laba (rugi)
Penjual Jumlah Penjualan
Variabel Tetap Jumlah Tunai
an
20.000 Rp 5.000.000 Rp 2.600.000 Rp 12.000.000 Rp 14.600.000 -Rp 9.600.000
40.000 Rp 10.000.000 Rp 5.200.000 Rp 12.000.000 Rp 17.200.000 -Rp 7.200.000
60.000 Rp 15.000.000 Rp 7.800.000 Rp 12.000.000 Rp 19.800.000 -Rp 4.800.000
80.000 Rp 20.000.000 Rp 10.400.000 Rp 12.000.000 Rp 22.400.000 -Rp 2.400.000
100.000 Rp 25.000.000 Rp 13.000.000 Rp 12.000.000 Rp 25.000.000 Rp -
120.000 Rp 30.000.000 Rp 15.600.000 Rp 12.000.000 Rp 27.600.000 Rp 2.400.000
140.000 Rp 35.000.000 Rp 18.200.000 Rp 12.000.000 Rp 30.200.000 Rp 4.800.000
160.000 Rp 40.000.000 Rp 20.800.000 Rp 12.000.000 Rp 32.800.000 Rp 7.200.000
180.000 Rp 45.000.000 Rp 23.400.000 Rp 12.000.000 Rp 35.400.000 Rp 9.600.000
200.000 Rp 50.000.000 Rp 26.000.000 Rp 12.000.000 Rp 38.000.000 Rp 12.000.000

Pada grafik maka suatu usaha harus dihentikan apabila tingkat penjualan berada di
titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya tunai.
Grafik Break-Even yang Menunjukkan Titik
Penutupan Usaha garis penjualan
Biaya dan penghasilan (ribuan rupiah)

Rp60,000,000

Rp50,000,000

Rp40,000,000

Rp30,000,000

Rp20,000,000

Rp10,000,000

Rp-
- 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
Volume penjualan (ribuan satuan)

Anda mungkin juga menyukai