Makalah Telaah Jurnal Kelompok 2
Makalah Telaah Jurnal Kelompok 2
Oleh : Kelompok 3
Yuni Kartikawati
Nita Rosiani
Ami Purnama
Neli agustini
BANDUNG
2021
2
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan telaah jurnal yang berjudul “Kecemasan pada
lansia pada masa covid 19” dapat terselesaikan.
Makalah ini akan membahas mengenai kecemasan pada lansia di masa pandemic
covid 19. Adapun isi dari makalah ini meliputi pengertian, tujuan, manfaat, dan pembahasan
tiap jurnal.
Dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari bantuan serta dorongan semua
pihak. Oleh karena itu diucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini masih memerlukan koreksi, maka kritik dan saran sangat diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua tenaga kesehatan khususnya yang
berkaitan dengan kecemasan pada Lansia
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………………… ii
v
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
miliar orang penduduk dunia. Sedangkan berdasarkan data di Asia Tenggara tahun 2018,
angka kejadian hipertensi mencapai 36% atau 1,5 juta orang.
Berdasarakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2018,
prevalensi kejadian hipertensi sebesar 34,11%. Hipertensi dari hasil riskesdas yang
diderita oleh lansia adalah 63,5% 6. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat tahun 2018, prevalensi hipertensi sebesar 40.1%. %. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Cirebon jumlah keseluruhan penderita hipertensi di puskesmas
tahun 2018 sebanyak 58.271 jiwa atau 4,12%. Berdasarkan data Puskesmas Pamengkang
Kabupaten Cirebon tahun 2020, menujukkan jumlah lansia dengan kasus hipertensi yaitu
70 orang.
Kurangnya pengetahuan tentang pandemic Covid-19 dapat menimbulkan
berbagai macam spekulasi tentang penyebaran virus Corona, sehingga menimbulkan
kecemasan yang dapat menurunkan sistem imun tubuh seseorang dan dapat pula
meningkatkan tekanan darah lansia. Dengan menurunnya sistem imun seseorang maka
virus tersebut mudah menyerang seseorang dan meningkatnya tekanan darah dapat
mengancam nyawa seseorang, sehingga pemerintah perlu memberikan informasi yang
baik tentang pandemic Covid-19. Faktor yang menyebabkan seseorang merasa cemas
akan pandemic ini adalah informasi yang kurang tepat yang didapatkan seseorang
tentang penyakit tersebut.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melihat lebih dalam beberapa
literatur terkait manfaat senam lansia bagi kesehatan lansia. Tujuan kajian pustaka ini
adalah untuk mengetahui berbagai manfaat kesehatan yang diberikan senam lansia
sehingga nantinya dapat dijadikan rekomendasi untuk intervensi modalitas yang terapeutik
untuk lansia.
1.2 TUJUAN
1.2.1.1 Tujuan umum
Untuk menjelaskan gambaran dan tingkat kecemasan pada lansia
2
3.1 MANFAAT
1.3.1 Manfaat Teoritis
Bagi program studi pendidikan profesi Ners, diharapkan literatur ini dapat
dijadikan sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori tambahan,
aplikasi dalam asuhan keperawatan dasar, sebagai pengetahuan dan wawasan
dalam upaya menurunkan kecemasan pada lansia.
3
BAB II
METODOLOGI
4
2.4.3 Evaluasi Data
Proses ini lebih mengarahkan penulis kepada pengelompokan sub-sub topik
yang dikontribusikan dari hasil codding. Data yang didapatkan dari journal
codding dapat berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun data yang berasal dari
kombinasi keduanya. Data yang telah dikelompokan akan dilihat kembali compare
(kesamaan) dan contrast (ketidaksamaan) baik dari segi kelebihan dan kelemahan
untuk mengidentifikasi level of significance yang terdiri dari literatur utama
(significant literature) dan literature penunjang (collateral literature).
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.1 Pengaruh edukasi terhadap kecemasan pada lansia pada masa covid -19
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasy eksperimental
dengan Sampel penelitian: 40 sampel dan tehnik pengambilan sample Purposive
sampling
Hasil penelitian ini : ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan tentang
penularan Covid-19 sebelum dan setelah diberikan edukasi dan ada pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap kecemasan keluarga p (0,013).
3.1.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang covid -19 dengan Gangguan
Psikologis Lansia di Masa Pandemik
6
Penelitian ini menggunakan metode penelitian metode kuantitatif desktiptif
dengan sample penelitian 88 sample dengan teknik penelitian sample purposive
sample.
Hasil: terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tingkat
kesepian dengan nilai p=0,000.
3.1.5 Faktor yang berhubungan dengan Covid dengan tingkat kecemasan lansia
pada masa Pandemi Covid 19
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan pada lansia pada masa pandemi pandemi Covid-19 di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Penelitian dilakukan pada
bulan November 2020. Desain penelitian deskriptif analitik, dengan teknik
pengambilan sampel Total sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 110
lansia. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terpimpin
dengan menggunakan kuesioner Self Reporting Qoutioner (SRQ-20) yang terdiri
dari 20 item pertanyaan. Metode analisa data dalam penelitian ini analisa univariat
menggunakan analisis distribusi frekuensi. Dan analisa bivariat menggunakan uji chi
square. Hasil penelitian Ada hubungan umur lansia dengan tingkat kecemasan yang
dialami lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kab. Padang Pariaman.Tidak ada
hubungan jenis kelamin, tingkat pengetahuan dan penyakit yang diderita lansia
dengan tingkat kecemasan yang dialami lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Kab. Padang Pariaman
3.1.6 Implementasi Promosi Kesehatan melalui latihan fisik dalam upaya
meningkatkan kesehatan lansia Pada Masa Covid 19
. Tujuan kegiatan untuk meningkatkan latihan fisik lansia sebagai upaya
meningkatkan kesehatan di masa pandemi covid 19. Metode pelaksanaan dengan
metode ceramah (pemberian edukasi) dan pembentukan kader pojok lansia yang
melibatkan warga sekitar dengan tujuan pemberdayaan masyarakat. Pembentukan
pojok lansia melalui Pelatihan Kader diharapkan dapat menggerakkan kader dalam
upaya meningkatkan kesehatan warga. Pelatihan kader berisi materi pelatihan
kader, pembekalan mengenai kesehatan lansia, gizi lansia selama pandemi dan
teknik aktifitas fisik yang dilakukan lansia dimasa pandemi.
3.1.7 Kecemasan Masyarakat terhadap Covid-19 berdasarkan Usia dan Zona
tempat tinggal
7
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan perbedaan tingkat
kecemasan masyarakat terhadap pandemi COVID19 berdasarkan usia dan zona
tempat tinggal serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif komparatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat 12 Kabupaten/Kota di Provinsi
Riau dengan teknik pengambilan sampel menggunakansimple random
samplingyang mana didapatkan sampel sebanyak 200 orang mulai dari usia
remaja sampai dengan usia lanjut dengan rincian 100 orang berasal dari
wilayah zona merah dan 100orang berasal dari wilayah zona hijau penularan
COVID-19. Instrumen penelitian menggunakan angket tingkat kecemasan
masyarakat dengan opsi jawaban mengacu pada skala likert. Instrumen
penelitian ini disebarkan dengan menggunakan aplikasi google formulir yang
dimulai dari bulan April sampai dengan mei 2020.
3.1.9 Tingkat Kecemasan bagi lansia yang memiliki penyakit penyerta di tengah
situasai Pandemic Covid-19
Kecemasan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 dirasakan oleh para orang tua yang
telah berusia lanjut (lansia), terutama lansia yang memiliki penyakit penyerta seperti:
Hipertensi, Jantung dan Diabetes Melitus. Kondisi pandemi COVID-19 tentu akan
menambah tingkat kecemasan yang dialami lansia dengan penyakit penyerta. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia dengan
penyakit penyerta (komorbid) disituasi pandemi yang berada di Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kuantitatif, pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.
Sampel pada penelitian ini adalah lansia (usia 60 tahun ke atas) dengan penyakit
komorbid (jantung, hipertensi, diabetes melitus). Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan informed consent bekerja sama dengan Puskesmas Parongpong dan klinik
Unai kecamatan parongpong dengan mengikuti protokol kesehatan. Hasil yang diperoleh
adalah tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia dengan penyakit penyerta (komorbid)
adalah berat sekali dengan skala tingkat kecemasan 30.35. Lansia penderita penyakit
hipertensi mengalami tingkat kecemasan berat sekali dengan skala tingkat kecemasan
31.43, penderita penyakit Jantung mengalami tingkat kecemasan berat dengan skala
8
tingkat kecemasan 29.41, dan penderita penyakit Diabetes Melitus mengalami tingkat
kecemasan berat dengan skala tingkat kecemasan 29.67.
3.1.10 Hubungan Pandemi Covid-19 dan PSBB dengan Gangguan Depresi pada
lansiadi Panti Werdha Hana Ciputat Jakarta Tahun 2021
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian menggunakan metode
descriptive analitik dengan sampel sejumlah 110 sampel dengan teknik penelitian
menggunakan total sampling
Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah responden 110 sampel Ada
hubungan umur lansia dengan tingkat kecemasan yang dialami lansia di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin Kab. Padang Pariaman. Tidak ada hubungan jenis
kelamin dengan tingkat kecemasan yang dialami lansia di PSTW Sabai Nan Aluih
Sicincin Kab. Padang Pariaman Padang Pariaman. Tidak ada hubungan
pengetahuan dengan tingkat kecemasan yang dialami lansia di PSTWSabai Nan
Aluih Sicincin Kab. Tidak ada hubungan penyakit dengan tingkat kecemasan yang
dialami lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kab. Padang Pariaman
9
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
activity of daily living (Fatimah, 2010).
10
masalah kesehatan.
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat mengahasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain
3.3.2.6 Ciri-ciri lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan
tetapi ada juga lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansiadan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang
lebih senangmempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapiada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan Misalnya lansia menduduki jabatan
sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik
diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.
3.3.2.7 Perubahan-perubahan pada Lansia
11
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual
(Azizah dan Lilik M, 2011).
1. Perubahan Fisik
Adanya perubahan pada sistem indra, integument, musculoskeletal,
kardiovaskuler, respirasi, pencernaan dan metabolisme, perkemihan, saraf dan
reproduksi.
2. Perubahan Kognitif
Daya Ingat (Memory), IQ (Intellegent Quotient), kemampuan Belajar
(Learning), kemampuan pemahaman (Comprehension); pemecahan masalah
(Problem Solving), pengambilan keputusan (Decision Making), kebijaksanaan
(Wisdom), kinerja (Performance), motivasi (Motivation).
Pada lansia terjadi penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif adalah
kemampuan berfikir rasional yang terdiri dari beberapa aspek. Fungsi kognitif
diukur dengan Mini Mental State Examination (MMSE). Hasil skornya yaitu
kognitif normal (skor: 16–30) dan gangguan kognitif (skor: 0-15). Aspek yang
dinilai pada MMSE adalah status orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi,
memori, bahasa dan kemampuan menulis serta menggambar spontan (Folstein
dkk, 1975).
Fungsi kognitif yang menurun dapat menyebabkan terjadinya
ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari. Hal ini
dapat mengakibatkan para lansia sering bergantung pada orang lain untuk
merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia (Reuser dkk, 2010).
Olahraga atau latihan fisik merupakan kegiatan yang dapat menghambat
kemunduran kognitif akibat dari penuaan. Peningkatan kebugaran fisik serta
senam otak (Senam Vitalisasi Otak) dapat meningkatkan potensi kerja otak
(Markam dkk, 2006).
Faktor usia dapat berhubungan dengan fungsi kognitif. Perubahan yang
terjadi pada otak akibat bertambahnya usia antara lain fungsi penyimpanan
informasi (storage) hanya mengalami sedikit perubahan. Sedangkan fungsi
yang mengalami penurunan yang terus menerus adalah kecepatan belajar,
kecepatan memproses informasi baru dan kecepatan beraksi terhadap
rangsangan sederhana ataukompleks, penurunan ini berbeda antar individu
(Lumbantobing, 2006).
12
3. Perubahan Psikologi/Mental
Perubahan psikologis pada lansia dipengaruhi oleh keadaan fisik lansia
yang mengalami penurunan, kondisi kesehatan pada lansia, tingkat pendidikan
pada lansia, keturunan (hereditas), serta kondisi lingkungan dimana lansia
berada. Perubahan psikologis pada lansia adalah kenangan (memory) serta IQ
(Intellgentia Quantion) yakni kemampuan verbal lansia, penampilan lansia,
persepsi lansia serta ketrampilan psikomotor lansia menjadi berkurang.
4. Perubahan Psikososial
Lansia akan mengalami penurunan tingkat kemandirian dan psikomotor.
Tingkat kemandirian yakni kemampuan lansia untuk melakukan sesuatu.
Fungsi psikomotor yakni meliputi gerakan, tindakan, serta koordinasi. Adanya
penurunan fungsi pada tingkat kemandirian serta psikomotor menyebabkan
lansia mengalami suatu perubahan dari sisi aspek psikososial. Hal ini tentunya
dikaitkan dengan kepribadian lansia (Hardywinoto dan T., 2005)
3.2.2 Kecemasan
3.2.2.1 Kecemasan
3.3.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan pada lansia terhadap
covid-19 tahun 2021
Didapati bahwa tingkat pengetahuan lansia termasuk dalam kategori cukup
dengan nilai rata-rata 79.92%. Sementara pada tingkat kecemasan lansia terdapat dalam
kecemasan ringan/tanpa gejala sebanyak 63% Hubungan tingkat pengetahuan dan
kecemasan berada pada kategori hubungan lemah dengan nilai r hitung adalah -0,091
namun nilai p-value 0,619>0,05 yang mengindikasikan tidak ada hubungan yang
signifikan hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan lansia terhadap
COVID-19.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dan tingkat kecemasan lansia tentang tentang
COVID19. Walaupun tidak signifikan ada hubungannya dalam kategori rendah namun
didapati bahwa tingkat pengetahuan berada dalam kategori cukup dan tingkat kecemasan
ringan. Walaupun belum bisa digeneralisasi namun diharapkan dengan hasil penelitian
ini sekelompok lansia tidak terlalu cemas terhadap COVID-19. Pada penelitian-penelitian
selanjutnya dapat diteliti faktor-faktor atau koping mekanisme apa yang digunakan lansia
untuk mengurangi kecemasan selain meningkatkan pengetahuan mereka. Pengetahuan
bukanlah satu-satunya faktor masih dibutuhkan evaluasi tentang faktor-faktor lain seperti
faktor ekonomi, hubungan keluarga, dan faktor lainnya. Untuk itu peneliti menyarankan
dalam penelitianpenelitian berikutnya untuk mengkaji faktorfaktor lainnya yang dapat
menyebabkan kecemasan pada lanjut usia
15
3.3.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang covid -19 dengan Gangguan
Psikologis Lansia di Masa Pandemik
3.3.5 Faktor yang berhubungan dengan Covid dengan tingkat kecemasan lansia pada
masa Pandemi Covid 19
Hasil penelitian Ada hubungan umur lansia dengan tingkat kecemasan yang dialami
lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kab. Padang Pariaman.Tidak ada hubungan
jenis kelamin, tingkat pengetahuan dan penyakit yang diderita lansia dengan tingkat
kecemasan yang dialami lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kab. Padang
Pariaman. Kecemasan lansia timbul dari rasa kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya, serta obyek
yang tidak spesifik. Kecemasan tersebut dimanifestasikan secara langsung melalui
perubahan fisiologis seperti (gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, nyeri
abdomen, sesak nafas) dan secara perubahan perilaku seperti (gelisah, bicara cepat,
reaksi terkejut) dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk
melawan kecemasan (Febrina & Lesmana, 2015) . Hasil dari kuesioner didapatkan
bahwa kecemasan yang ditemukan pada lansia menunjukkan gejala ringan dimana
sebagian besar lansia menjawab adanya perasaan khawatir dan takut serta tidur yang
tidak nyenyak, nafsu makan terganggu, namun untuk aktifitas dan konsentrasi tidak
terganggu. Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan Lansia di PSTW Sabai Nan
Aluih Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin matang dalam menghadapi
masalah, hal ini disebabkan karena banyaknya pengalaman menggunakan koping untuk
menyelesaikan masalah sehingga lansia mudah beradaptasi dengan keadaannya.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kecemasan Hal ini sejalan dengan penelitian Heningsih
(2014), bahwa didapatkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat
kecemasan di Panti Dharma Bhakti Kasih Surakarta (Heningsih, 2014). Menurut Sri
Redjeki, dkk (2019), yang berkaitan dengan kecemasan wanita lebih rentan dibandingkan
dengan laki – laki, karena laki – laki lebih aktif dan eksploratif dalam merespon
kecemasannya, sedangkan wanita lebih sensitif dan memilih memendam semua
perasaannya, wanita merasa tabu untuk bercerita akan stressor sehingga lebih cenderung
berkoping maladaftif, laki – laki lebih sering berinteraksi dengan dunia luar sedangkan
wanita lebih banyak diam di tempat atau di rumah (Sri Redjeki & Tambunan, 2019).
PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kab. Padang Pariaman mempunyai banyak kegiatan
diantaranya senam lansia yang diikuti baik oleh lansia laki-laki maupun lansia
16
perempuan. Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Senam lansia tidak hanya menyehatkan fisik
tetapi juga dapat menjaga mental dan emosi. Aktivitas ini setidaknya dapat
mempertahankan emosi lansia tetap stabil, senantiasa bahagia, tidur lebih nyenyak serta
mengkondisikan pikiran tetap segar. Para lansia baik lansia laki laki maupun wanita
umumnya cukup aktif mengikuti senam sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna
untuk tingkat kecemasannya
3.3.6 Implementasi Promosi Kesehatan melalui latihan fisik dalam upaya meningkatkan
kesehatan lansia Pada Masa Covid 19
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya suatu perilaku terbuka atau
open behavior (Donsu, 2017). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang dimilikinya. Pengetahuan seseorang
sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo,
2014).
Peningkatan Usia (thn) Jenis Kelamin Jumlah (orang) 55-64 Laki-laki Perempuan 64 65 >65 Laki-
laki 63 Perempuan 84 Total 276 Persentase (%) Pre test Post test 45 80 Jurnal Pengabdian
Masyarakat (JUPEMAS) Volume 1, No 2, Oktober 2020 36 pengetahuan tidak mutlak diperoleh
dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Cara non
formal dapat diperoleh dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhanpenyuluhan. Salah satu
kegiatannya adalah pembentukan kader “pojok lansia”. Tema pelatihan kader yang diberikan
adalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) pada masa
pandemic Covid-19, pemahaman tentang lansia, nutrisi pada lansia, senam khusus lansia dan
PTM (Penyakit Tidak Menular) pada lansia.
3.3.7 Kecemasan Masyarakat terhadap Covid-19 berdasarkan Usia dan Zona tempat
tinggal
17
wanita. Depresi merupakan endapan dari perasaan cemas yang dapat dipengaruhi oleh
perubahan hormon. Adanya depresi pada wanita berkaitan dengan ketidakseimbangan
hormon pada wanita menambah
ingginya prevalensi depresi. Ketidakseimbangan hormon dapat terjadi pada wanita yang
mengalami menopause atau pasca melahirkan. Menopouse yang terjadi dapat
memengaruhi keadaan psikologis pada wanita seperti mudah tersinggung, cepat marah,
merasa tertekan, merasa tidak berguna, mudah lupa, dan dapat mengalami depresi ringan
pada masa perubahan hormonal. Pada wanita usia lanjut, depresi juga terkait dengan
meningkatnya sensitivitas perasaan sehingga lebih mudah merasa tersinggung di samping
merasa lebih rentan terhadap masalah yang dihadapi. (Kurniawan, 2016). Penelitian oleh
Agus yang menyatakan bahwa jenis kelamin perempuan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat depresi pada lansia. Hasil penelitian Agus Bhayu, 2014
mengemukakan bahwa berdasarkan karakteristik jenis kelamin, menunjukkan bahwa
proporsi kejadian depresi lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan
dibandingkan laki-laki. Menurut beberapa studi lansia perempuan memang memiliki
risiko depresi lebih tinggi dibandingkan dengan lansia lakilaki dengan perbandingan
antara perempuan dan laki-laki yaitu 2:1. Selain itu hasil yang serupa juga didapatkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Leal et all 2014 yang melakukan penelitian
prevalensi pada lansia di Portugal dan Brazil mendapatkan hasil bahwa proporsi
terjadinya depresi pada lansia lebih banyak pada perempuan dengan proporsi 81,0% pada
lansia perempuan di Brazil dan 62,4% pada lasia perempuan di Portugal.15. Penelitian
yang dilakukan oleh Das et all 2014, menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin
kejadian depresi terbanyak terjadi pada perempuan. Hasil yang berbeda justru didapatkan
pada penelitian Onya & Nailil , 2013 yang menyatakan bahwa proporsi terjadinya
depresi lebih banyak pada perempuan, Hal ini dapat disebabkan karena adanya beberapa
faktor lain yang kemungkinan mempeedukasngaruhi depresi, seperti: kematian pasangan
hidup, perbedaan sosial dan budaya, dan kurangnya partisipasi dalam beraktivitas selama
masa hidupnya. Proporsi depresi yang lebih banyak terjadi pada perempuan daripada
laki-laki kemungkinan juga diakibatkan oleh adanya pengaruh perubahan fisiologis,
misalnya early onset of menopauseatau post-menopause. Karena pada penelitian ini usia
sampel dimulai pada usia 60 tahun ke atas, kemungkinan pada masa ini sampel
perempuan pada penelitian ini berada dalam tahap postmenopause. Sehingga sesuai
dengan kemungkinan faktor risiko yang dapat menyebabkan depresi lebih banyak pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Hasil yang cukup berbeda justru ditemukan pada
penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2012), hasil yang didapatkan bahwa proporsi
18
kejadian tertinggi depresi terdapat pada lansia laki-laki. Perbedaan tersebut kemungkinan
disebabkan karena lokasi penelitian yang berbeda, pada penelitian ini berlokasi di
komunitas sehingga sedikit sulit untuk mendeteksi
3.3.9 Tingkat Kecemasan bagi lansia yang memiliki penyakit penyerta di tengah situasai
Pandemic Covid-19
Bagi penderita penyakit jantung yang mengalami kecemasan dapat menimbulkan spasme
pembuluh darah. Keadaan ini menyebabkan infark miokard yang disebut dengan
serangan jantung sehingga mempengaruhi penyembuhan.
3.3.10 Hubungan Pandemi Covid-19 dan PSBB dengan Gangguan Depresi pada lansiadi
Panti Werdha Hana Ciputat Jakarta Tahun 2021
19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Dari berbagai Jurnal yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari
literature review ini bahwa lansia memiliki tingkat kecemasan yang cukup tinggi pada
masa pandemic covid-19 . Sehingga diperlukan kegiatan
4.2. Saran
4.2.1. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan litrev jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
bacaan tentang asuhan keperawatan pada gerontik.
4.2.2. Bagi Perawat
Diharapkan literature jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam memberikan asuhan keparawatan pada gerontik.
4.2.3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan literature jurnal ini dapat menjadi masukan bagi sarana
pelayanan kesehatan dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada
gerontik.
4.2.4. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil karya literature review ini
sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya, dengan konteks yang
sama namun dengan objek berbeda. Atau dapat membandingkan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi hal tersebut.
20
Lamp. Format litrev
Literatur Review
Keaslian Penulisan
Richard Jonathan
Sitohang, Idauli
Simbolon
4. Hubungan Variabel Metode: kuantitatif Hasil: terdapat
Tingkat independen: deskriptif hubungan yang signifikan
Pengetahuan tingkat antara pengetahuan
Lansia Tentang pengetahuan Sampel: 88 sampel dan tingkat kesepian
Covid-19 dengan Variabel dengan nilai p=0,000
Gangguan dependen: Teknik penelitian:
Psikologis Lansia gangguan purposive sampling
di Masa Pandemik psikologis
Tahun 2021 lansia
22
Fisik Kesehatan Teknik penelitian: - kekebalan tubuh dan
Dalam Upaya Variabel system imun.
Meningkatkan dependen:
Kesehatan Lansia Latihan fisik
Pada Masa
Pandemi Covid 19
Denni Fransiska
Helena M , Eki
Pratidina , R.
Nety Rustikayanti
7. Hubungan Variabel Metode: analitik Hasil: terdapat hubungan
Pandemi Covid- independent: observasional yang signifikan pandemi
19 Dan Psbb pandemic COVID-19 dan PSBB
Dengan covid 19 dan Sampel: 56 sampel dengan gangguan depresi
Gangguan psbb pada lansia di Panti
Depresi Pada Variabel Teknik penelitian: non- Wreda Hana Ciputat
Lansia Di Panti dependen: random sampling dengan Jakarta dengan p-value
Wreda Hana gangguan jenis consecutive 0,000 (p<0,005).
Ciputat Jakarta depresi lansia sampling
Tahun 2021
Anggun Tsabitah
Rachmah, Noer
Saelan Tadjudin
8. Kecemasan Variabel Metode: deskriptif Hasil: (1) kecemasan
Masyarakat independent: komparatif masyarakat terhadap
Terhadap kecemasan pandemi COVID-19
COVID-19 masyarakat Sampel: 200 sampel sebagian besar berada
Berdasarkan Usia Variabel pada kategori sedang; (2)
dan Zona Tempat dependen: Teknik penelitian: simple kecemasan masyarakat
Tinggal Tahun covid 19 random sampling terhadap pandemi
2021 COVID-19 dengan
persentase paling tinggi
Roby Maiva berada pada kategori
Putra, Zulfan lanjut usia; (3) terdapat
Saam, Raja perbedaan yang
Arlizon signifikan antara tingkat
kecemasan masyarakat
yang tinggal pada
wilayah zona hijau
dengan zona merah
terhadap COVID-19.
9. Gambaran Tingkat Metode: deskriptif Hasil:
Tingkat Depresi Depresi Pada kuantitatif Distribusi Karakteristik
Pada Lansia Di Lansia Di responden lansia (Umur
Masa Pandemic Masa Sampel: 60 sampel lansia
Covid-19 Pandemic yang mengalami depresi
Covid-19 Teknik penelitian: pada
Sri Hartutik, consecutive sampling masa Pandemic Covid-19
Anjar Nurrohmah sebagian besar adalah
Usia
lanjut. Jenis kelamin
lansia yang
mngalami depresi pada
masa
23
pandemic Covid-19
sebagian
besar adalah perempuan.
Status
perkawinan lansia yang
mengalami depresi pada
masa
pandemic Covid-19
sebagian
besar adalah Janda.
2. Riwayat penyakit
lansia yang
mengalami depresi pada
masa
Pandemic Covid-19
sebagian
besar adalah Hipertensi.
3. Tingkat pendidikan
lansia yang
megalami depresi pada
masa
pademic Covid-19
sebagian
besar adalah SD.
4. Gambaran tingkat
depresi pada
lansia pada masa
pandemic
covid-19 sebagian besar
mengalami depresi
ringan.
10. Tingkat Tingkat Metode: deskriptif Hasil penelitian
Kecemasan Bagi Kecemasan kuantitatif menyatakan bahwa
Lansia Yang Lansia pandemi COVID-19
Memiliki Sampel: 66 sampel berdampak pada
Penyakit Penyerta kesehatan fisik dan
Ditengah Situasi Teknik penelitian: kesehatan mental
Pandemik Covid- purposive sampling (psikologis) khususnya
19 Di Kecamatan kecemasan yang
Parongpong, mempengaruhi penyakit
Bandung Barat penyerta (komorbid)
Tahun 2021 yang diderita lansia.
Clark Pangapuli
Reinhart Lumban
Tobing, Imanuel
Sri Mei
Wulandari
24