Anda di halaman 1dari 292

Alamat: Kompleks Ruko Spazia Citra Land K1 No.1 Kel.

Andounuhu Kec Poasia Kota Kendari

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI


PAKET : PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN RUMAH SUSUN POLRI
POLDA SULTRA KOTA KENDARI
ID SIRUP : 29853853
SATUAN KERJA : SATUAN KERJA PENYEDIAAN PERUMAHAN PROV. SULTRA
PPK : PPK RUMAH SUSUN DAN RUMAH KHUSUS
TAHUN ANGGARAN : 2021

A. Ruang lingkup pekerjaan konstruksi


A.1 Gambaran umum
Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia dalam
penyelenggaraan perumahan melalui rumah susun yang layak bagi kehidupan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.

Penyelenggaraan perumahan melalui rumah susun dilaksanakan untuk meningkatkan


ketersediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, kebutuhan khusus, dan
Aparatur Sipil Negara. Pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah
susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Dalam pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan rumah susun Polda Sultra


diharapkan mendapat hasil pembangunan yang sesuai dengan tujuannya baik dari segi biaya,
mutu dan waktu. Mengingat kompleksitas permasalahan baik teknis maupun administrasi
dalam proses pembangunan rumah susun diharapkan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
pengendalian waktu, biaya, pencapaian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas), dan tertib
administrasi dimulai pada tahap pelaksanaan konstruksi sampai pada tahap pasca konstruksi,
dimana bangunan rumah susun siap untuk diserahterimakan untuk selanjutnya dimanfaatkan
serta dikelola dengan baik.

A.2 Ruang lingkup pekerjaan dan biaya


1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan pada paket ini yaitu pemeliharaan dan perwatan bangunan rumah
susun yang telah mengalami kerusakan atau penurunan fungsi bangunan.
2. Sumber Pendanaan dari APBN Tahun Anggaran 2021 dengan Pagu DIPA Rp
400.000.000,00 (Empat Ratus Juta Rupiah).

A.3 Lokasi pekerjaan


Kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Susun Polda Sultra berlokasi di Kec. Konda Kab.
Konawe Selatan.
Spesifikasi Teknis Paket Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Susun Polri Polda Sultra Kota Kendari 2

B. Standar rujukan
Seluruh standar rujukan yang dipergunakan dalam spesifikasi teknis ini mengacu pada standar
rujukan yang tercantum dalam dokumen Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis (RKS)
sebagaimana terlampir dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan spesifikasi teknis
ini.

C. Persyaratan Bahan
Persyaratan seluruh bahan untuk pekerjaan yang dipergunakan dalam spesifikasi teknis ini
mengacu pada standar rujukan yang tercantum dalam dokumen Rencana Kerja dan Syarat – Syarat
Teknis (RKS) sebagaimana terlampir dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
spesifikasi teknis ini.

D. Persyaratan pengujian bahan dan hasil produk serta kriteria kinerja produk
Uraian tata cara pengujian bahan dan hasil produk, serta kriteria kinerja produk yang yang
dipergunakan dalam spesifikasi teknis ini mengacu pada standar rujukan yang tercantum dalam
dokumen Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis (RKS) sebagaimana terlampir dan menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan spesifikasi teknis ini.

E. Tata cara pengukuran dan pembayaran


Tata cara pengukuran dan pembayaran untuk setiap pekerjaan yang diatur dalam yang
dipergunakan dalam spesifikasi teknis ini mengacu pada standar rujukan yang tercantum dalam
dokumen Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis (RKS) sebagaimana terlampir dan menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan spesifikasi teknis ini.

F. Metode pelaksanaan pekerjaan


Metode pelaksanaan tercantum dalam dokumen Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis (RKS)
sebagaimana terlampir dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan spesifikasi teknis
ini.

G. Jangka waktu pelaksanaan


Berdasarkan urutan/tahapan dalam metode pelaksanaan yang diuraikan dalam Rencana Kerja dan
Syarat – Syarat Teknis (RKS), maka jangka waktu pelaksanaan selama 120 (seratus dua puluh)
hari kalender terhitung sejak tanggal mulai kerja.

H. Pekerjaan Utama
Daftar item pekerjaan utama sebagai berikut:
1. Pek. Kusen Pintu/Jendela + Aksesoris dan Railing
2. Pek. Plafond
Spesifikasi Teknis Paket Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Susun Polri Polda Sultra Kota Kendari 3

B. Jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal


- Peralatan yang dipersyaratkan:
No. Jenis Peralatan Utama Kapasitas Jumlah Kepemilikan

Kecepatan Putaran
1. Mesin Bor Listrik 1 Unit Milik/Sewa/SewaBeli
3200 rpm

C. Personil manajerial
Kebutuhan personil manajerial untuk pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:
Pengalaman
No Jabatan Sertifikat Kompetensi Kerja
Kerja (tahun)
SKT Pelaksana Bangunan Gedung/Pekerjaan
1 Pelaksana 0 Tahun
Gedung (TA022)
3 Tahun SKA Ahli K3 Kontruksi-Muda (603)
2 Ahli K3 Konstruksi
0 Tahun SKA Ahli K3 Kontruksi-Madya (603)

D. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan


Tidak ada bagian pekerjaan yang disubkontrakkan sebab nilai pagu anggaran dibawah Rp.
25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah).

E. Identifikasi bahaya dan penetapan risiko keselamatan konstruksi


1. Daftar jenis pekerjaan dan identifikasi bahaya

Tingkat
Jenis Pekerjaan Identifikasi Bahaya Dampak
Resiko

2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pek. Kusen Pintu/Jendela + Terkena Serpihan Membutuhkan
- 3
Aksesoris dan Railing Material perawatan medis
Mengakibatkan Cacat
- Pek. Plafond Jatuh dari ketinggian 6
Tetap

Dari uraian jenis pekerjaan dan jenis bahaya di atas, dipilih salah satu pekerjaan dan satu
identifikasi bahaya yang memiliki tingkat resiko paling tinggi untuk menjadi persyaratan
evaluasi tender sebagai berikut:
No Jenis/Type Pekerjaan Uraian Identifikasi Bahaya Tingkat
Risiko
1. Pek. Plafond Jatuh dari ketinggian 6

2. Penetapan risiko keselamatan konstruksi


Untuk paket pekerjaan ini, risiko keselamatan konstruksi yang ditetapkan dengan tingkat risiko
sedang
Spesifikasi Teknis Paket Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Susun Polri Polda Sultra Kota Kendari 4

F. Gambar Teknik
Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan tertuang dalam Detailed Engineering Design (DED)
sebagaimana terlampir dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan spesifikasi teknis
ini.

Uraian spesifikasi teknis ini telah direviu untuk selanjutnya ditetapkan menjadi bagian dalam Dokumen
Persiapan Pengadaan.

Kendari, 3 Agustus 2021

Menyetujui: PPK Rumah Susun dan Rumah Khusus


Kepala SATUAN KERJA Penyediaan Perumahan SATUAN KERJA Penyediaan Perumahan
Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara

BASO AMRIN NATSIR, ST LA HARUDI, ST


Nip. 19670525 199901 1 004 Nip. 19900513 201502 1 001
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN
BALAI PELAKSANA PENYEDIAAN PERUMAHAN SULAWESI III
SATUAN KERJA PENYEDIAAN PERUMAHAN PROV. SULAWESI TENGGARA

RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pemeliharaan Dan Perawatan Rumah Susun POLRI


POLDA SULTRA Kota Kendari

TAHUN ANGGARAN 2021


BAB I. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN............................................................................ 1


PASAL 2 MEMULAI KERJA..................................................................................... 1
PASAL 3 MOBILISASI ............................................................................................. 1
PASAL 4 PAPAN NAMA PROYEK .......................................................................... 2
PASAL 5 KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN ................................................... 2
PASAL 6 RENCANA KERJA ................................................................................... 3
PASAL 7 KANTOR PROYEK, LOS KERJA, GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK
DAN LAIN LAIN ....................................................................................... 3
PASAL 8 PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (RK3) .............. 4
PASAL 9 TENAGA DAN SARANA KERJA .............................................................. 7
PASAL 10 PERSYARATAN DAN STANDARISASI ................................................... 8
PASAL 11 LAPORAN HARIAN, MINGGGUAN DAN BULANAN................................ 10
PASAL 12 PENJELASAN RKS & GAMBAR .............................................................. 10
PASAL 13 TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR ................................................... 13
PASAL 14 KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN............................................... 14
PASAL 15 PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN ............................................................. 16
PASAL 16 SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR........................................................... 17
PASAL 17 PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA............................................................ 17
PASAL 18 PENYEDIAAN ALAT BERAT SEBAGAI ALAT MOBILISASI..................... 18
PASAL 19 DRAINASE/SALURAN ............................................................................. 19
PASAL 20 PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN ...................................................... 19

BAB II. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL 1 PENGGALIAN TANAH DAN PENIMBUNAN ............................................ 22


PASAL 2 LANTAI KERJA ........................................................................................ 26
PASAL 3 PEKERJAAN BETON STRUKTUR........................................................... 26
PASAL 4 PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG ............................................. 40
PASAL 5 PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA .......................................................... 73
PASAL 6 PEKERJAAN WATER STOP.................................................................... 89
PASAL 7 PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN ......................................... 90

BAB III. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN


ARSITEKTUR
PASAL 1 PEKERJAAN DINDING ............................................................................ 98
PASAL 2 PEKERJAAN SCREED ............................................................................ 103
PASAL 3 PEKERJAAN WATER PROOFING........................................................... 106
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis
Review Desain Rumah Susun (Prototipe)

PASAL 4 PEKERJAAN SEALENT DAN CAULKING................................................ 111


PASAL 5 PEKERJAAN PELAPIS LANTAI ............................................................... 116
PASAL 6 PEKERJAAN PELAPIS DINDING ............................................................ 122
PASAL 7 PEKERJAAN DINDING PARTISI ............................................................. 124
PASAL 8 PEKERJAAN PLAFOND .......................................................................... 128
PASAL 9 PEKERJAAN KUSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM........ 132
PASAL 10 PEKERJAAN PINTU TAHAN API ............................................................. 139
PASAL 11 PEKERJAAN KACA ................................................................................. 144
PASAL 12 PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG ................................. 148
PASAL 13 PEKERJAAN PERLENGKAPAN SANITAIR ............................................. 151
PASAL 14 PEKERJAAN PENGECATAN................................................................... 153
PASAL 15 PEKERJAAN TANGGA ............................................................................ 157
PASAL 16 PEKERJAAN BESI NON - STRUKTUR.................................................... 158
PASAL 17 PEKERJAAN PENUTUP ATAP ................................................................ 164
PASAL 18 PEKERJAAN KANSTEEN ........................................................................ 165

BAB IV. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL


DALAM GEDUNG
PASAL 1 SYARAT - SYARAT UMUM...................................................................... 166
PASAL 2 PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL ..................... 176
PASAL 3 PEKERJAAN PENANGKAL PETIR .......................................................... 195
PASAL 4 SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN FIRE ALARM.................................. 198
PASAL 5 PEKERJAAN SISTEM CCTV ................................................................... 205

BAB V. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL


DAN PLUMBING
PASAL 1 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PLAMBING ................................ 209
PASAL 2 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PERPIPAAN .............................. 211
PASAL 3 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN SISTEM AIR BERSIH ................ 223
PASAL 4 PEKERJAAN TANKI AIR BERSIH............................................................ 231
PASAL 5 PEKERJAAN SUMUR DALAM ................................................................. 235
PASAL 6 PEKERJAAN INSTALASI PEMADAM KEBAKARAN................................ 240
PASAL 7 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN AIR LIMBAH .............................. 259
PASAL 8 PEKERJAAN BIOSEPTIK / STP............................................................... 262
PASAL 9 PEKERJAAN TATA UDARA DAN VENTILASI MEKANIK ........................ 266

ii
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

BAB I. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

PERSIAPAN PELAKSANAAN
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh
seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh
Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan
dalam Buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran
informasi di dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan
Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)/Konsultan Supervisi dan Direksi Pelaksana untuk
mendapat kejelasan pelaksanaan.
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang
dinyatakan dalam Gambar Kerja, Rencana Anggaran Biaya (RAB) serta Buku Rencana
Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini.
Pekerjaan Persiapan meliputi : pembuatan papan nama proyek, pekerjaan pembersihan
proyek, dokumentasi, Shop dan As Built Drawing, pelaporan serta pengadaan listrik dan air
kerja.
PASAL 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah penandatanganan Kontrak dan Perintah
Kerja Pelaksanaan Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Dan apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender Kontraktor yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan didalam Syarat syarat Umum dan Syarat syarat Khusus Kontrak.

PASAL 3
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :
3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang
diajukan bersama penawaran atau Peralatan konstruksi yang dibutuhkan lainya, dari
tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini.

1
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3.2. Pembuatan kantor Kontraktor, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan
pekerjaan.
3.3. Dengan selalu disertai izin Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas,
Kontraktor dapat membuat berbagai perubahan, pengurangan dan/ atau penambahan
terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya ( Pengambilan Keputusan harus melalui
rapat koordinasi yang mengikut sertakan tim teknis dinas terkait ).
3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor harus
menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas untuk disetujui.

PASAL 4
PAPAN NAMA PROYEK
Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat maka Kontraktor harus memasang
Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor ( sesuai
dengan Angka Jumlah Penawaran Kontraktor Pelaksana ).

PASAL 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan
di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, sebagaimana dipersyaratakan
pada dokumen Pengadaan Kontraktor..
5.2. ‘Pelaksana’ merupakan wakil kontraktor dilapangan.
5.3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan
Konsultan MK/Konsultan Supervisi, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat
perasetujuan.
5.4. Bila di kemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan
MK/Konsultan Supervisi bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup
cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor secara tertulis
untuk mengganti ‘Pelaksana’.
5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor harus
sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

2
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

PASAL 6
RENCANA KERJA

6.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor ‘wajib’ membuat


Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Network Planning,
Bar-Chart dan S-Curve juga jadwal pengadan Bahan, Peralatan dan Tenaga.
6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan MK/Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender
setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang
telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas akan
disahkan oleh Pemberi Tugas/ Pemimpin/ Ketua Proyek.
6.3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik
Proyek/PPK dan Perencana.
6.4. Kontraktor harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan sesuai dengan
Rencana Kerja tersebut di atas.
6.5. Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan
kontraktor berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

PASAL 7
KANTOR PROYEK, LOS KERJA, GUDANG BAHAN,
PAGAR PROYEK DAN LAIN-LAIN

7.1. Kantor Proyek/Direksi Keet


Kontraktor harus menyediakan Kantor Proyek/Direksi Keet untuk keperluan kerja
Direksi Lapangan/Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas dengan
bahan semi permanen seluas ± 24 m² di setiap lokasi pembangunan dengan
menggunakan bahan-bahan sebagai berikut : lantai diplester, dinding tripleks/ papan/
asbes, rangka bangunan dari bahan kayu kelas III, atap dari bahan genteng, pintu dari
bahan papan kayu kelas III.
Kantor Proyek dilengkapi juga dengan :
 4 unit meja kerja beserta kursi kerja
 1 meja rapat beserta kursi yang dapat menampung 8 orang
 1 unit AC Split 1 PK
 8 unit Helm , serta alat-alat kantor yang diperlukan. Dalam hal ini Kontraktor
dapat memanfaatkan sementara ruangan pada area bangunan yang belum

3
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

akan dibongkar yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi ( MK ) (atau


Menyesuaikan dengan Penawaran dari Pihak Kontraktor Pelaksana Yang
Tertuang dalam Rencana Anggaran Biaya). Direksi Keet dilengkapi dengan 2
set Meja Kursi Kerja, Meja Kursi rapat minimal untuk 8 orang, papan tulis,
lemari contoh bahan dan Air Condition ¾ PK
7.2. Kantor Kontraktor, Los Kerja Dan Gudang Bahan
Kontraktor atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor di lapangan, los kerja untuk
para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang,
yang mana tempatnya akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi ( MK )
Lapangan/Personalia Proyek.
7.3. Kontraktor berkewajiban menjaga kebersihan los Manajemen Konstruksi ( MK ) serta
inventarisnya
7.4. Pagar Proyek
Untuk keamanan lapangan kerja, Kontraktor menyiapkan pagar keliling untuk
memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan
didalam penawaran kontrak. Volume pagar mempertimbangkan jalur sirkulasi keliling
rencana bangunan kiri kanan, depan dan belakang minimal 6 m.
Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng
gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat dari rangka kayu Borneo ukuran 5/7,
memenuhi persyaratan kekuatan, atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah
setempat.
7.5. Kantor Kontraktor, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai
oleh Kontraktor, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/ pekerjaan tersebut, harus
segera dibongkar/ dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya
menjadi milik Kontraktor.

PASAL 8
PROGRAM RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (RK3)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2014 tentang Rencana


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3) serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 2/PRT/M/2018 tentang Pengganti Permen PU No 5/2018. Maka
Pelaksana Konstruksi wajib menyelenggarakan Program K3 untuk pembangunan rumah
susun ini dengan ketentuan sebagai berikut :
8.1. Setiap pekerjaan konstruksi harus memiliki petugas K3 yang memiliki lisensi Ahli K3
Konstruksi sesuai dengan Permenaker R.I Nomor : PER.04/MEN/ 1987 tentang P2K3
serta Tata cara penunjukan Ahli K3 dan Surat Dirjen Binwasnaker RI No. Kep.

4
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

20/DJPPK/VI/2004 tentang Sertifikat Kompetensi K3 bidang Konstruksi Bangunan


dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Proyek dengan tenaga kerja > 100 orang atau pelaksanaan > 6 bulan harus
memiliki 1 Ahli Utama K3, 1 AK3 Muda dan 2 AK3 Muda Konstruksi;
b. Proyek dengan tenaga kerja < 100 orang atau pelaksanaan < 6 bulan harus
memiliki 1 AK3 Madya dan 1 AK3 Muda Konstruksi;
c. Proyek dengan tenaga kerja < 25 orang atau pelaksanaan < 3 bulan harus
memiliki 1 orang AK3 Muda Konstruksi.
8.2. Memastikan Rencana K3 Proyek sudah dibuat sesuai dengan standar dan
dikirimkan kepada pihak yang berkepentingan. Rencana K3 proyek harus disetujui
Pimpinan dan dimutakhirkan setiap ada perubahan;
8.3. Memastikan seluruh alat berat dan peralatan yang digunakan memiliki
sertifikasi yang masih berlaku.
 Harus dilakukan inspeksi pramobilisasi sebelum diizinkan memasuki
lokasi kegiatan;
 Alat harus diinspeksi oleh instansi pemerintah yang berwenang sebelum
digunakan (riksa uji);
 Pastikan umur alat sesuai dengan persyaratan.
8.4. Memastikan perlindungan terhadap pihak ke-3 dan lingkungan sekitar sudah
direncanakan dengan aman. Seluruh area konstruksi harus tertutup jaring
pengaman selama masa konstruksi, dipastikan tidak ada potensi benda jatuh
keluar area.
8.5. Memastikan seluruh alat berat dioperasikan oleh operator yang memiliki SIO (Surat
Izin Operasi) dan masih berlak. Hanya operator yang memiliki SIO (Surat Izin
Operasi) yang boleh mengoperasikan alat berat.
8.6. Dalam kondisi berbahaya harus mampu menghentikan pekerjaan. Lapor kepada
penanggung jawab pekerjaan atau departemen terkait dan lakukan rapat
persiapan (TBM) kembali.
8.7. Melaksanakan inspeksi alat berat dan peralatan setiap akan digunakan dan
melaksanakan inspeksi rutin K3.
8.8. Membuat laporan berkala Kinerja K3 dan dilaporkan kepada pihak yang
berwenang dan pihak yang berkepentingan. Laporan ke instansi pemerintah yang
berwenang dan unit K3 setiap minggu, memuat Kinerja K3, daftar alat berat dan
operator, rencana, dan aktual K3.
8.9. Pemakaian alat pelindung diri dalam proyek pembangunan wajib bagi semua personil
yang ada di proyek. Pemakaian alat pelindung diri perorangan merupakan suatu
keharusan dan setiap karyawan diharapkan untuk secara aktif memberikan saran-saran

5
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dalam menyeleksi alat pelindung diri yang digunakan dan membantu dalam
melaksanakan program K3 pada proyek konstruksi ini. Alat-alat pelindung diri
perorangan terdiri dari :
a. Pelindung Kepala f. Pelindung Tangan
b. Pelindung Kaki g. Pelindung Pendengaran
c. Pelindung Badan/Jatuh dari h. Pelindung Pernafasan
ketinggian i. Pakaian Pelindung
d. Pelindung Wajah j. Pakaian Kerja dan Kartu Identitas
e. Pelindung Mata

8.10. Papan Informasi K3


Semua proyek harus membuat papan informasi K3 yang berisi kinerja K3 dan
informasi K3 lainnya, papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya pada setiap
lokasi kerja, memasang rambu dan banner sesuai dengan potensi bahaya pada
lokasi kerja.
Papan informasi ditempatkan di dua sisi yaitu pada bagian depan proyek dan bagian
belakang proyek. Pada bagian depan proyek dengan rincian sebagai berikut :
a. Bagian Depan
 Statistik kecelakaan kerja, FR, SR, safe manhour, total manhour, LTI terakhir;
 Pekerjaan hari ini dan JSA;
 Pekerjaan hari ini, penggunaan alat berat, lisensi dan nama penanggung
jawab;
 Alur proses prosedur kerja aman setiap item pekerjaan;
 Sisa waktu pelaksanaan proyek dan progress;
 Alur proses tanggap darurat dan no. telepon penting;
b. Bagian Belakang
Monitoring izin kerja dan dokumen dan asuransi CAR dan BPJS Proyek.
8.11. Fasilitas Minimal Bahaya Keselamatan Kerja
Proyek konstruksi harus merencanakan, menganggarkan, dan membuat
fasilitas proteksi bahaya nyata yang ada di setiap pekerjaan konstruksi baik
proyek bangunan maupun pekerjaan renovasi. Standar yang dibuat ini adalah
standar minimum, setiap kontraktor dapat melakukan improvisasi atau
menerapkan standar yang lebih tinggi. Pengelola Proyek akan melakukan inspeksi
secara berkala dan mendadak untuk memastikan fasiltas proteksi bahaya dibuat
dan dipelihara hingga memenuhi standar keselamatan kerja.
a. Proteksi Area Galian

6
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Area galian merupakan area yang sangat berbahaya jika tidak diberi rambu-
rambu, sehingga akan mengurangi resiko kecelakaan di daerah ini.
b. Proteksi Bahaya Jatuh Dari Ketinggian
Untuk bangunan lebih dari 2 lantai, resiko jatuh dari ketinggian bangunan
menjadi perhatian yang sangat serius dalam penerapan K3. Untuk
menghindari hal tersebut, maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Perancah
 Pemasangan Pipa Pagar Perancah
 Pemasangan Tali Keselamatan
 Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Area Gedung
 Pemasangan Pipa Area Bekisting
c. Proteksi Bahaya Benda Jatuh
Material yang digunakan adalah jaring pengaman (polinet). Dipasang di seluruh
perancah yang digunakan sebagai platform (perancah tetap)/kemungkinan
ada material yang jatuh atau material yang terbawa angin dari dalam gedung.
Ukuran jaring disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Pada area-area yang
menjadi akses masuk, harus dibuat kanopi yang melindungi pekerja dari
kejatuhan benda dari area perancah. Pemasangan jaring pengaman ini
ditempatkan pada lokasi-lokasi seperti :
 Perancah Eksternal
 Jaring Vertikal pada Bekisting Atas
 Jaring Vertikal pada Area Lift
 Jaring Pengaman di Perimeter Gedung
 Jaring Pengaman di Terminal Material
 Jaring Pengaman Sisi Luar Gedung

PASAL 9
TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat
bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan
pengamanan, Manajemen Konstruksi ( MK )an dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan,
alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga
seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserahterimakannya
pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.

7
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

9.1. Tenaga Kerja /Tenaga Ahli


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan
9.2. Peralatan Bekerja
Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat dan
pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
9.3. Bahan-bahan Bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya ( Bahan Yang digunakan
Harus seusai Dengan RAB penawaran dan Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat Teknis ).
9.4. Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja
9.4.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di tapak proyek atau disuply dari luar.
9.4.2. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia
lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas/Direksi.
9.4.3. Kontraktor harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa
terisi penuh ( Minimum Kap.2 m3 ).
9.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas petunjuk Manajemen Konstruksi ( MK ).

PASAL 10
PERSYARATAN DAN STANDARISASI
10.1. Persyaratan Pelaksanaan
Untuk menghindari klaim dari ‘User’ Proyek dikemudian hari maka Kontraktor harus
betul-betul ‘memperhatikan’ pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan
‘ukuran jadi (finished)’ sesuai persyaratan ukuruan pada gambar kerja dan penjelasan
RKS. Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk
dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang
dipergunakan sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau
petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.

8
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib


memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang
menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing/Sanitasi
dan mendapat izin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon Kontraktor harus
menyediakan :
 Wakil sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya
selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi
kewajiban menurut kontrak.
 Buku harian untuk :
 Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
 Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari
pekerjaan.
 Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
 1 (satu) kamera/handycam.
 1 (satu) alat ukur schuifmaat.
 1 (satu) buah alat ukur panjang 50 m, 5 m.
 1 (satu) buah mistar waterpass panjang 120 cm.
 1 (satu) unit laptop/PC lengkap dengan printer.
10.2. Standar yang Dipergunakan
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia,
Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya
dengan pekerjaan antara lain :
 PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia
 NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
 NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
 NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan
 PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
 PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
 PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia
 SII : Standard Industri Indonesia
 (SNI –2847 - 2013) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 2013
 AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta :
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 2013

9
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang keselamatan tenaga


kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan
bahaya kebakaran. Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi
tersebut di atas, maka berlaku Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional
ataupun dari negara asal produsen bahan/material/komponen yang bersangkutan.

Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :


 Dokumen Lelang yang sudah disyahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja,
RKS, BQ, B.A. Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak).
 Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah disetujui/disahkan oleh
pemberi tugas dan Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.

PASAL 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis
maupun Adminstratif.
11.2. Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.
11.3. Manajemen Konstruksi ( MK ) Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan
dan Laporan bulanan secara rutin.
11.4. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen untuk bahan monitoring.

PASAL 12
PENJELASAN RKS & GAMBAR
12.1. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka
yang mengikat/berlaku adalah RAB.
12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi gambar dan detail gambar mungkin akan
dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh
mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari
ketidaksesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang
tidak dijelaskan dalam gambar dan sepsifikasi atau gambar kerja yang mungkin
diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.

10
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

12.3. Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi


berkenaan dengan penafsiran yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar
dan spesifikasinya.
12.4. Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis,
lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada
ketentuan lain dari Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
12.5. Ukuran
12.5.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan
Gambar Pelengkap meliputi :
 As – as
 Luar – luar
 Dalam – dalam
 Luar – dalam
12.5.2. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm
(centimeter).
12.5.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah
ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai (“finished”).
12.5.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara
tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas yang
selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai
dan dijadikan pegangan.
12.5.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka
pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan
ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas dan
disyahkan secara tertulis.
Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Direksi, dan
segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor baik dari segi
biaya maupun waktu.
12.6. Perbedaan gambar
12.6.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin
kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang
mengikat/berlaku.
12.6.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur,
maka Kontraktor wajib melaporkannya kepada Konsultan Manajemen

11
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Konstruksi/Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah


berkonsultasi dengan Perencana.
12.6.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi,
Elektrikal/ Listrik dan Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan
adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja Arsitektur.
12.6.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksanaan
satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya,
maka di dalam hal terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-
perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap
Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Konsultan
Pengelola Proyek secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan Konsultan
Direksi dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana
yang akan dijadikan pegangan.
12.6.5. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.

12.7. Istilah
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai
berikut.
12.7.1. STR : Struktur,
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Perhitungan Konstruksi, Bahan
Konstruksi Utama dan Spesifikasinya, Dimensionering kolom, Balok dan
tebal Lantai.
12.7.2. ARS : Arsitektur,
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan
bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik
teknis maupun estetika.
12.7.3. ELK : Elektrikal,
Segala hal yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan Daya Listrik
dan Penerangan.
12.7.4. MEK : Mekanikal,
Segala hal yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih – Air Kotor –
Drainase, Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel – Generator
Set, dan Sistem Pengkondisian Udara.

12
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

12.8. Shop drawing


Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup
lengkap dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan Manajemen Konstruksi ( MK ) dan
dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari
semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum
tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun di
dalam Buku ini.
Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas/ Direksi ( Selambat Lambatnya Adalah
Sebelum Proses MC 0% ( Mutual Check 0% ) Dilaksanakan ).
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus
sesuai dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir
yang dapat direproduksi.
12.9. Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built
drawing”.
12.9.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
12.9.2. Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban
membuat gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor
(As-Built Drawing). Biaya untuk penggambaran “As-Built Drawing”,
sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

PASAL 13
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR
13.1. Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
13.2. Kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas selaku wakil
Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur, atau memberi nasehat tidak
mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.

13
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

13.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat


pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Kontraktor sendiri.
13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan, maka
Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas
melalui Konsultan Pnegawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang
timbul.
13.5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
menjadi tangung-jawab Kontraktor.
13.7. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/material, barang milik Proyek, Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun belum; adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar
lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

PASAL 14
KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN
14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini maupun dalam berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam A.V. dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia
(PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta
ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas
terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.

14
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

14.2. Merk pembuatan bahan/ material & komponen jadi


14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk pembuatan atau
merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini
dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas/setara dan tidak diartikan
sebagai suatu yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material, barang atau proses, dalam
bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai
penentu standard atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya
membatasi persaingan; dan Kontraktor harus dengan sendirinya
menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas dan Perencana,
sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material patent itu harus
dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
14.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard
spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan
yang berlaku.
14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga akhli yang ditunjuk oleh pabrik dan
atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.
Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim sebagai pekerjaan
tambah.
14.2.4. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini.
14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang
dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal/dalam negeri baik
kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui
oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut harus
ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai biaya tambah.
14.3. Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua
bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas /Direksi dan Perencana untuk
mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan/dipakai.

15
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen


Konstruksi ( MK ) dan Perencana adalah sebanyak minimal (2) buah dari satu
bahan yang ditentukan untuk menetapkan “standar of appearance” dan disimpan di
ruang Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah dua (2) minggu
sebelum jadwal pelaksanaan.
14.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan
kepada Kontraktor selama tidak lebih dari tujuh (7) hari kalender setelah penyerahan
contoh bahan tersebut.
14.5. Penyimpanan material
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
14.5.1. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan
kesesuaiannya untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan
yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi.
Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan.
Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan
tanpa izin tertulis dari Pemiliknya.
14.5.2. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan
(levelling) menurut petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas.
14.5.3. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring
kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan
drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan yang berlebihan. Material
harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan
bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga
gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun
dan diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari
satu meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari lima meter.

PASAL 15
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
15.1. Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh
yang telah disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas seperti
yang diatur dalam PASAL 14 di atas.
15.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir/ditolak oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas harus

16
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-lambatnya dalam tempo 3 X


24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Manajemen
Konstruksi MK ) / Direksi/Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh
Pelaksana, maka Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas /
Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada kontraktor yang
mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi
tanggungan Kontraktor sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan
denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga borongan.
15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari
bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke
Laboratorium balai Penelitian Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil
pengujian tersebut disampaikan kepada Manajemen Konstruksi ( MK )
/Direksi/Perencana secara tertulis.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.
15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya
kualitas dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan
pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
15.6. Bila diminta oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (MK), Kontraktor harus
memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material
dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

PASAL 16
SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR
16.1. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor)
didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor ‘wajib’
memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
16.2. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan
pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

PASAL 17
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah
permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-
puing di dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap

17
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan PASAL-PASAL


yang lain dari spesifikasi ini.
Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan/ penjagaan tumbuhan dan benda-benda
yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
17.2. Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk,
tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya
yang muncul, yang tidak diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/atau
dibongkar, dan di buang bila perlu. Pada daerah galian, segala tunggul dan akar
harus di buang dari daerah sampai kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di bawah
elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja.
Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan material yang memadai
dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T
99.
PASAL 18
PENYEDIAAN ALAT BERAT SEBAGAI ALAT MOBILISASI

18.1. Penyediaan Alat Berat Untuk Kelangsungan Pekerjaan


Kontraktor Harus menyediakan Beberapa Alat Berat Untuk Kelancaran Proses
Pengerjaan Pembangunan Gedung mengingat Proses pengerjaan yang dilakukan di
ketingggian, maka Kontraktor wajib Menyediakan Alat Berat Sebagai Berikut (
Sesuai Dengan Rencana Anggaran Biaya Yang Telah Di sediakan ) :
1. Menyediakan Alat Berat Mobile Crane
a. Penjelasan Umum
Alat Berat Ini Berfungsi Sebagai Mobilisasi Penyaluran Bahan
Bahan/Material Yang Akan Di kerjakan Dalam Pembangunan,Terutama
Jika Menyangkut Pada Pekerjaan Yang Berada Di ketinggian, Mengingat
Proses pengerjaan Yang memiliki Batas Waktu Yang telah ditentukan,
Maka Kontraktor diwajibkan Untuk Menyediakan Alat Berat Diatas.
b. Lama Penyediaan
Kontraktor Harus Menyediakan Alat Berat Seperti Diatas minimal Selama
Proses Pekerjaan Pembangunan Sedang Berlangsung Sesuai Dengan
Rencana yang telah Disepakati, Sesuai Dengan Anggaran Yang telah Di
Sepakati, Dalam Penyediaan alat berat juga sudah termasuk pada Jasa
Erection dan Demobilisasi, Jasa Operator All in ( 2 Orang ), Setting Alat
Berat Serta Asuransi Alat Dan Perijinan.

18
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. ingkup Pekerjaan Yang Harus Dilaksanakan


Selain Menyediakan Alat Berat, Kontraktor juga harus
melaksanakan/membuat beberapa pekerjaan yang berhubungan dalam
penyediaan alat berat yang telah di sepakati.

PASAL 19
DRAINASE/ SALURAN
18.2. Pemeliharaan drainase yang sudah ada
Kontraktor harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau
mempengaruhi tempat kerja.
Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas pembersihan saluran-saluran, parit dan pipa-pipa
menuju hulu dan hilir sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah konstruksi dan
daerah milik jalan (right-of way).
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.
18.3. Lokasi dan perlindungan utilitas.
18.3.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus melakukan survey
untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan kena pengaruh oleh
pekerjaan. Hasil survey harus dicatat dalam format rencana sesuai dengan
petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas, dan patok
permukaan (surface pegs) pada tempat kerja yang menunjukkan lokasi
seluruh utilitas yang berada di bawah tanah, harus sudah ditancapkan.
Patok-patok itu harus tetap terpancang selama berlakunya kontrak.

PASAL 20
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
21.1. Izin memasuki tempat kerja
Direksi dan Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas atau setiap
petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan,
atau semua bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/
dipersiapkan atau dimana bahan/ barang dibuat.

21.2. Pemeriksaan pekerjaan


21.2.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi
karena bahan/ material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya
sendiri ditolak oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas

19
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Manajemen


Konstruksi/Konsultan Pengawas/ Direksi.
21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi ( MK ) dan Kontraktor
harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Manajemen Konstruksi (
MK ) ahli untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan
tidak terlihat.
21.2.3. Kontraktor harus melaporkan kepada Manajemen Konstruksi ( MK ) kapan
setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa.
21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam
(dihitung dari jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung
hari libur/ hari Raya) tidak dipenuhi/ ditanggapi oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) /Direksi.
21.2.5. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) /
Direksi berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau
seluruhnya untuk diperbaiki.
21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi
tanggungan Kontraktor, tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan
tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
21.3. Kemajuan pekerjaan
21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh kontraktor demikian pula metode/cara pelaksanaan
pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh
Manajemen Konstruksi ( MK ).
21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas
telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah
ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang maka Manajemen Konstruksi
( MK ) harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang
perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
21.4. Perintah untuk pelaksanaan (foreman)
Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja di mana
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas bermaksud untuk
memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus dituruti

20
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dan dilaksanakan oleh semua petugas Pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh
Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.
21.5. Toleransi
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai
dengan toleransi yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya yang
ditetapkan pada bagian lainnya.

21
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

BAB II. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 01
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1. Sebelum Kontraktor mengadakan persiapan dilokasi, maka sebelumnya harus


memenuhi prosedur tentang tata cara perizinan/ perkenan untuk memulai dengan
persiapan-persiapan pembangunan kepada Pemerintah Daerah setempat yang
bersangkutan, terutama tentang dimana harus membangun bangunan sementara
(bouwkeet), bahan-bahan bangunan, jalan masuk dan sebagainya.
1.2. Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran Direksi lapangan sudah harus mulai
aktif untuk mengadakan Manajemen Konstruksi ( MK )an sesuai dengan tugasnya.
1.3. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum tiap-tiap bagian pekerjaan
dilaksanakan, diharuskan mendapat izin tertulis dari Direksi lapangan untuk dapat
meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala.
1.4. Bila terjadi ketidak sesuaian antara batas-batas/ letak tanah yang tersedia dengan apa
yang terlukis dalam gambar maka Kontraktor harus segera memberitahukan secara
tertulis kepada Penanggung Jawab Kegiatan dan Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk
mendapatkan keputusan.
1.5. Pembongkaran dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan gambar yang ada/ petunjuk
dari Manajemen Konstruksi ( MK )/ Direksi lapangan.

Pasal 02
PENGGALIAN TANAH & PENIMBUNAN

1. Lingkup Pekerjaan
Semua sampah-sampah, bekas-bekas bongkaran dan urugan harus dibuang keluar
lokasi dan tidak mengganggu lingkungan. Penggalian harus dilaksanakan sampai
mencapai kedalaman sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar. Dalam
pelaksanaan galian harus sesuai rencana dan terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.

22
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2. Perlindungan Hasil Galian


Pemborong akan melaksanakan pekerjaan-pekerjaannya, segera setelah ia mencapai
sesuatu tahap dimana penggalian yang dihasilkannya disetujui oleh pihak Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas termasuk perlindungan permukaan-permukaan
galian itu secara efektif terhadap kerusakan oleh sebab apapun. Bila pihak Pemborong
tidak memberikan perlindungan yang baik, maka ia menggali kembali daerah yang
bersangkutan sampai ke suatu tahap/tingkat lanjutan yang disetujui oleh pihak
Konsultan MK/Pengawas, dimana untuk selanjutnya tidak diberikan tambahan oleh
pihak Pemberi Tugas.

3. Pelaksanaan Penggalian

3.1. Pemborong dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
3.2. Sebelum penggalian dimulai, Pemborong wajib mengajukan usulan penggalian
yang akan ditempuh minimal menyebutkan :
a. Urut-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau schema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
3.3. Pemborong harus membuat saluran penampung air, didasar galian yang meliputi
areal galian. Air yang terkumpul harus dapat dipompa keluar ketempat yang aman
agar tanah dasar gailan tetap kering, oleh karenanya Pemborong wajib
mempersiapkan pompa lengkap dengan perlengkapannya untuk keperluan
penyedotan air tersebut.
3.4. Pemborong wajib membuat jalan penghubung, untuk naik/turun bagi kegunaan
inspeksi.
3.5. Pemborong wajib memperhatikan keselamatan para pekerja, kelalaian dalam hal
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
3.6. Penyangga/Penahan Tanah.
3.6.1. Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah tanggung
jawab dari Pemborong, yang harus memperbaiki semua kelongsoran-
kelongsoran. Pemborong harus membuat penyangga-penyangga/penahan
tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan galian tambahan atau urugan
bila diperlukan.

23
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3.6.2. Apabila diperlukan penggalian tegak harus dibuatkan konstruksi turap yang
cukup kuat untuk menahan tekanan tanah dibelakang galian. Konstruksi-
konstruksi turap tersebut harus direncanakan dan dihitung oleh Pemborong
dan disetujui oleh Konsultan MK/Pengawas. Selama pelaksanaan tanah
dibelakang galian tidak boleh longsor. Semua biaya turap dan
perkuatannya sudah termasuk beban biaya bangunan dalam kontrak.
3.6.3. Pemborong diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua tebing
dan galian yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki longsoran-
longsoran tanah selama masa Kontrak dan Masa Perawatan.

4. Penimbunan

4.1. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk perletakan bangunan harus ditimbun
sampai mencapai ketinggian yang ditentukan, tanah timbunan harus cukup baik,
bebas dari sisa-sisa (rumput, akar-akar dan lain-lainnya) dan dapat mencapai
CBR minimal 4 % rendam air. Dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk
pengawas teknik.
4.2. Penimbunan harus dilakukan lapis berlapis setebal maksimal 30 cm hamparan
setiap lapisan. Pemadatan mencapai kepadatan 95 % dari standard proctor
laboratorium pada air yang optimum dengan pemeriksaan standar PB.0111.76
Manual pemeriksaan bahan jalan No. 01/MN/BM/1976. Untuk lapisan yang jalan
paling atas/akhir ke padatan harus mencapai 98 %.
4.3. Penimbunan Kembali.
4.3.1. Semua penimbunan kembali di bawah atau disekitar bangunan dan
pengerasan jalan/parkir harus sesuai dengan gambar rencana. Material
untuk penimbunan harus memenuhi spesifikasi ini.
4.3.2. Bila tidak dicantumkan didalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan pondasi beton, dasar galian harus ditimbun dengan pasir
urug 20 cm (setelah disirami, diratakan dan dipadatkan), kemudian
dipasang lantai kerja dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 semen : 3 pasir :
5 koral.
4.3.3. Bila tidak dicantumkan didalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan sloof beton, dibawah sloof beton dipasang lantai kerja
dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 semen pc 3 pasir 5 kerikil.
4.4. Pengurugan Tanah/Pemadatan Tanah.

24
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4.4.1 Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak-
semak, akar-akar pohon, sampah-puing-puing bangunan dan lain-lain
sampah, sebelum pengurugan tanah dimulai.
4.4.2 Tanah urug untuk mengurug, meratakan dan membuat Tanah, tebing-
tebing harus bersih dari sisa-sisa tanaman, sampah dan lain-lain.
4.4.3 Material yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus memenuhi
standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu
di laboratorium tanah yang disetujui oleh Konsultan MK/Pengawas.
4.4.4 Material yang dipakai untuk timbunan harus memenuhi satu dari
persyaratan-persyaratan berikut :
Material yang diklafikasikan dalam kelompok Material yang A-1, A-2-4, A-2-
5, atau A-3 seperti dalam AASHTO M 145 dan harus dipadatkan sampai 90
5 dari berat jenis kering maximum (= maximum dry density) menurut
AASHTO T. 99 Material-material yang diklasifikasikan dalam kelompok A-
2-6, A-2-7, A-4, A-5, A-6, A-7' boleh digunakan dengan perhatian khusus
diberikan pada waktu pemadatan tanah untuk mencapai 95% dari berat
jennis kering maximum-maximum dry density) menurut AASHTO T.99.
4.4.5 Material yang dipakai untuk subgrade harus memenuhi salah satu dari
persyaratan-persyaratan berikut :
Material yang diklasifikasikan dalam grup A-1, A,2-4, A,2-5, A-3 seperti
dalam AASHTO M 145 dan bila digunakan harus dipadatkan sampai 100 %
dari berat jenis maksimum (= maksimum dry density) menurut AASHTO
T.99. Material-material dalam grup A-2-6, A-2-7, A-4, A-6 atau A-7 boleh
juga dipakai asal dipadatkan sampai minimum 95% berat jenis kering
maksimum (= maximum dry density) dan 95% optimum moisture content
(AASHTO T.99).
4.4.6 Bila tanah galian ternyata tidak baik atau kurang dari jumlah yang
dibutuhkan maka Pemborong harus mendatangkan tanah urug yang baik
dan cukup jumlahnya serta mendapatkan persetujuan dari Konsultan
MK/Pengawas.
Pengurugan tanah harus dibentuk sesuai dencan peil ketinggian
kemiringan dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan MK/Pengawas. Tanah
urug harus ditempatkan dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 30 cm
dan harus dipadatkan sebaik-baiknya dengan penambahan air secukupnya
dan penggilingan. Permukaan dari kemiringan-kemiringan tanah harus

25
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

diselesaikan secara rata atau bertangga sebagaimana diminta oleh


Konsultan MK/Pengawas.
4.4.6 Mesin gilas tidak boleh digunakan ditempat-tempat yang oleh Konsultan
MK/Pengawas dianggap berbahaya atau dengan jarak yang kurang dari 45
cm terhadap saluran, batas-batas atau pekerjaan-pekerjaan lain yang
mungkin menjadi rusak. Untuk hal tersebut mesin gilas bisa diganti
dengan stamper.
4.4.7 Pengurugan kembali dari pondasi harus dilaksanakan dengan
memadatkan tanah urug dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 30 cm.
Pengurugan ini tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan MK/Pengawas.
4.4.8 Urugan pada daerah bangunan dan sekeliling luar bangunan dalam radius
1,5 m dari tepi bangunan harus diberi bahan anti rayap. Jika ada
waterproofing maka bahan anti rayap harus tidak bereaksi dengan
waterproofing.
4.4.9 Pengurugan tanah untuk dasar pondasi plat jalur/setempat, dimana dasar
pondasi harus diurug maka syarat-syarat pengurugan seperti diatas harus
dipenuhi dengan kepadatan 95 % dalam lapisan-lapisan setiap 20 cm

PASAL 03
PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

1. UMUM

1.1. Lingkup pekerjaan.


Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan pondasi dalam seperti yang tercantum
dalam gambar, termasuk penyediaan tenaga kerja, pengadaan tiang pancang sesuai
gambar, surveying, metoda kerja, gambar kerja dan report lengkap untuk semua tiang
pancang yang sudah dipancang, peralatan dan alat bantu untuk menyelesaikan
pekerjan ini dengan baik dan pembersihan lokasi dari sisa-sisa Tiang Pancang dan
alat–alat bantu.

1.2. Bahan / Material


a. Mutu beton : K-500 ( mutu pada saat sampai di lokasi)
b. Mutu Besi Beton : BJTD 40
c. Tulangan : -

26
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Panjang Tiang Pancang : 6 m - 24 m (mengacu pada hasil soil test)


e. Dimensi Tiang Pancang : 25 x 25 cm
f. Daya Dukung Rencana : 30 ton

Contoh Material
Tiang Pancang

1.3. Pemancangan
Pemancangan dilakukan setelah setting out titik tisng pancang mendapat persetujuan
Pengawas atau sesuai denga gambar rencana. Pemancangan dilakukan dengan baik,
sampai dengan kedalaman yang disyaratkan. Bila terjadi kegagalan dalam
pemancangan, maka pemborong harus mengganti atau bergeser pada titik sebelahnya
denga jarak yang disetujui oleh Konsultan MK/Pengawas.

1.4. Mesin / Alat Pancang.


Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis Hydraulic Jack-in Piling System.
Jack-in pile system merupakan suatu cara pemancangan tiang yang pelaksanaannya
dengan menekan tiang pancang ke dalam tanah dengan menggunakan dongkrak
hydraulic yang diberi beban counter weight agar alat pancang tidak terangkat dan
membantu memancang tiang hingga tercapai daya dukung desainnya. Pada proyek ini
digunakan alat jack-in pile dengan kapasitas 100 ton. Data teknis dan foto alat
pancang yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut :

27
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Gb. 1 - Data teknis alat pancang

Gb. 2 - Alat pancang Jack-in Pile

Pergerakan alat jack-in pile ini ada dua macam, tipe dengan roda crawler dan tipe
‘robot’. Pada project ini menggunakan tipe robot dengan kapasitas maksimum alat
pancang 100 ton. Tipe ini memiliki moving set up antar titik yang lebih lambat apabila
dibandingkan dengan tipe beroda.

28
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Gb. 3 - Alat pancang di lokasi proyek

1.5. Fabrikasi Pengecoran Tiang Pancang


Tiang-tiang Pondasi yang laksanakan secara tidak baik menurut garis vertical dan
dianggap bisa membahayakan atau mengurangi kegunaan tiang pancang, maka tiang
pancang tersebut harus diperbaiki, atau tiang pondasi pancang lain harus
ditambahkan. Tiang-tiang pancang yang rusak / patah pada waktu pemancangan
ataupun pengangkatan sehingga mengurangi kegunaan dari tiang tersebut nantinya
harus diganti dengan tiang pancang yang baru atas biaya pemborong.

1.6. Kedalaman Tiang Pondasi Pancang


Kedalaman tiang Pancang pada proyek ini diperkirakan lebih dari 6,00 meter atau
hingga dicapai lapisan tanah keras pada kedalaman 24,00 m. Hal ini kelak harus
dikonfirmasikan dengan Laporan Penyelidikan Tanah untuk mengkonfirmasi ulang
kedalaman tanah keras.

1.7. Jenis Sambungan


Jenis sambungan tiang pancang beton pracetak dengan tipe struktur monolit hanya
dapat digunakan dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Kedua komponen tiang beton pracetak yang akan disambung mempunyai bentuk
dan ukuran penampang yang sama
2. Ujung-ujung komponen yang akan disambung telah disiapkan pada waktu
pelaksanaan pembuatan tiang pancang, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku

29
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3. Kedua komponen tiang yang akan disambung mempunyai mutu beton dan baja
tulangan yang sama
4. Kedua komponen tiang yang akan disambung harus dalam keadaan lurus dan
tidak bengkok.
Struktur sambungan tiang pancang beton pracetak tipe monolit harus kuat memikul
beban dan gaya-gaya, baik dalam arah vertikal maupun lateral akibat :
1. Beban dan gaya-gaya yang bekerja pada pilar
2. Pemancangan
3. Deformasi lateral dan vertikal
4. Gaya lateral akibat timbunan
5. Gaya gesek negatif.

1. PERSYARATAN BAHAN

2.1. Beton
 Mutu beton yang digunakan untuk tiang pancang beton harus mempunyai
kekuatan minimum fc’ = 40 MPa (σ’bk = 450 kgf/cm²), sesuai SNI 2847 : 2013;
dalam proyek ini menggunakan fc’= 40 MPa (σ’bk = 450 kgf/cm²)
 Setiap pembuatan tiang harus didasarkan kepada rencana campuran dengan
menggunakan komponen bahan yang memenuhi ketentuan yang berlaku dan
selama pelaksanaan pengecoran beton harus diikuti dengan pengendalian mutu.
Untuk perkiraan awal proporsi takaran campuran dapat digunakan tabel dibawah
ini

30
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.2. Baja
 Baja tulangan untuk sambungan tiang pancang beton pracetak harus mempunyai
tegangan leleh minimum 410 MPa (BJ 55), bebas dari korosi dan kotoran yang
menempel pada baja;
 Selubung untuk sambungan tiang dibuat dari baja yang mempunyai tegangan leleh
minimum 210 MPa (BJ 34);
 Untuk menjamin tercapainya mutu baja yang disyaratkan, sebelum digunakan baja
harus diuji mutunya sesuai dengan SNI 07-2529-1991.
 Mutu baja disesuaikan dengan spesifikasi AASHTO M 270-04 yang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini

31
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Sifat Mekanis Baja Struktural

2.3. Epoksi
Untuk menjamin kuat ikat antara beton dan epoksi serta baja dan epoksi, maka epoksi
yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu :
a. Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai daya rekat yang sangat baik
dan dapat merekatkan dengan sempurna struktur beton
b. Bahan perekat harus dapat berpenetrasi sampai kedalaman retak yang paling
kecil yang terjadi pada struktur dengan sempurna dan untuk itu harus mempunyai
suatu kekentalan tertentu seperti disyaratkan pada spesifikasi ini
c. Mempunyai sifat fleksibilitas yang dapat menahan vibrasi yang mungkin terjadi di
dalam retakan
d. Tidak boleh menyusut pada waktu mongering
e. Tahan terhadap air hujan, CO2, asam, dan bahan kimia lainnya
f. Persyaratan bahan sesuai dengan AASHTO M 235M sebagai berikut:
 Viskositas minimum 2,0 Pa.s
 Waktu pengikatan awal minimum 30 menit
 Kuat leleh tekan (pada umur 7 hari) minimum 70 MPa
 Modulus elastisitas tekan minimum 1400 MPa
 Tegangan tarik (pada umur 7 hari) minimum 50 MPa
g. Sebelum digunakan harus dilakukan pengujian mutu epoksi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.

2.4. Las
 Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen struktur baja
yang akan disambung (seperti BJ 32, BJ 51 atau BJ 52) untuk memastikan bahwa
sambungan dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan kawat las berselaput
hidrogen rendah.

32
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Bahan las (kawat las) harus disimpan dalam keadaan kering di dalam tempat yang
tertutup. Jika kaleng atau tempat telah dibuka, maka kawat las harus segera
digunakan.
 Pada penyambungan tiang pancang dibutuhkan kawat las yang sesuai agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Elektroda E 60XX digunakan untuk mengelas
baja karbon yang mengandung unsur karbon hingga 0,3% (yang termasuk baja ini
adalah baja-baja struktur seperti baja-baja profil, baja batangan dan baja pelat).
Elektroda E 70XX aplikasinya lebih luas dari seri E 60XX.

3. PELAKSANAAN

3.1. Persyaratan Teknis


a. Jalan masuk dipersiapkan dengan lebar ±4m
b. Lokasi pemancangan bebas dari puing atau sampah yang dapat mengganggu
pekerjaan pemancangan
c. Lokasi diupayakan padat dan rata untuk mempermudah mobilisasi alat dan tiang
pancang.
d. Pada tiap titik pancang dibuat galian selebar pile group dan kedalaman sampai
permukaan tanah asli.
e. Sesuai dengan data hasil penyelidikan tanah pada daerah lapisan tanah ini keras
belum dijumpai sehingga sisitem pemancangan merupakan gabungan kekuatan
antara Friction sepanjang Pile dan Point Bearing diujung pile.
f. Daya dukung tiang tunggal sesuai hasil perhitungan perencanaan struktur adalah
P = 40 ton dan sesuai hasil baik perhitungan data soil baik sondir maupun seperti
kedalaman pemancangan direkomendasikan adalah 15 m dari muka tanah
existing.
g. Pancangan tiang pancang menggunakan precast persegi 250x250 mm dengan
kedalaman L = 15 m atau sampai dengan tanah keras sesuai hasil sondir
h. Mutu beton K-450.
i. Umur material disyaratkan 18 hari.
j. Penyambungan precast pile menggunakan las listrik full.
k. Bila pada kedalaman kurang dari 15 m sudah mencapai final set ( 2,5x40 ) = 100
ton, pancangan dihentikan.
l. Bila sampai dengan 15 m panjang tiang pancang belum mencapai final set,
pemancangan diteruskan sampaikan dengan Final set.
m. Oil dan Tekanan Pile

33
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

OIL AND PILING PRESSURE

Piling pressure
OIL (tf)
PRESSURE
(Mpa) Chief piling Chief Secondary
cylinder cylinder together
6.0 15.6 31.2
8.0 20.8 41.5
9.0 23.4 46.7
10.0 26.0 51.9
11.0 28.6 57.1
12.0 31.2 62.3
13.0 33.8 67.5
14.0 36.4 72.7
15.0 39.0 77.9
16.0 41.5 83.1
17.0 44.1 88.3
18.0 46.7 93.5
19.0 49.3 98.6
20.0 51.9 103.8
21.0 54.5 109.0
22.0 57.1 114.2
22.5 58.1 116.8
23.0 59.7 119.4
23.2 60.2 120.6

3.2. Toleransi
Toleransi kemiringan pancang 1: 200.
Posisi titik pancang tidak boleh bergeser / menyyimpang lebih dari 7.5 cm, bila ternyata
toleransi tersebut tidak dipenuhi, pemborongan wajib melakukan pekerjaan perbaikan /
penambahan.
Segala biaya tambahan yang terjadi akibat dari penyimpangan pemancangan seperti
pembesaran pilecap, perubahan dimensi tie beam beserta tulangannya dan
penambahan tiang pancang baru ditanggung sepenuhnya oleh pemborong.

3.3. Loading Test


Setelah pelaksanan pemancangan tiang pancang maka akan diadakan percobaan
beban vertical pada tiang pancang yang hasil kalendering ( final set ) paling
jelek/besar.

34
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Percobaan Loading Test tersebut harus mengikuti ASTM D 1143-81, Cyclic Slow
Maintenained.
Percobaan beban vertical dilakukan sampai mencapai 200% beban rencana (2x40 ton)
atau apabila terjadi kerusakan /failure terlebih dahulu. Penurunan maksimum adalah
25 mm sebagai penurunan kotor (grosssettlement) dikurangi perpendekan elastis dari
tiang.

3.4. Indikator Pile


Sebelum memproduksi tiang pancang secara masal, pemborong wajib melaksanakan
Indikator Pile seperti yang tertera dalam gambar atau diusulkan oleh pemborong. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh zoning – zoning panjang – panjang tiang yang
homogen dengan tepat dan baik. Setelah diadaakn evaluasi yang cermat bersama
dengan Pemberi Tugas atau Perencana, maka Pemborong baru boleh memproduksi
tiang pancang secara masal. Hal ini dilakukan supaya tidak ada pekerjaan
penyambungan tiang atau tiang yang di dolly.

3.5. Pelaksanaan Penyambungan Tiang Pancang

3.5.1. Struktur Sambungan Tiang Pancang


 Konstruksi sambungan tiang terdiri dari bagian kepala (atas) dan bagian bawah,
seperti tampak pada Gambar 1.
 Pada bagian kepala dan bagian bawah tiang pancang diberi selubung baja yang
dibuat secara terfabrikasi.
 Ukuran selubung baja didasarkan pada dimensi tiang pancang seperti pada tabel
1 untuk penampang bundar dan seperti pada tabel 2 untuk penampang persegi.
 Selubung baja harus tahan terhadap pukulan selama proses pemancangan.
 Selubung tiang bawah dan atas harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat
alur untuk pengelasan.
 Alur pengelasan harus cukup lebar sehingga lebar dan tebal las mampu
menghasilkan kapasitas sambungan yang sekurang-kurangnya sama dengan
kapasitas tiang.
 Dimensi selubung baja tiang pancang bawah dan atas harus sama.

35
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Tabel 1. Ukuran Selubung Baja Bundar

Tabel 2. Ukuran Selubung Baja Persegi

Gambar 4. Konstruksi Sambungan Tiang Pancang Bundar dan Persegi dengan Las

36
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3.5.2. Penyambungan Tiang


Selubung bagian atas dan bawah harus dibersihkan sebelum penyambungan
dilakukan;
Tiang pancang atas harus terletak dalam satu garis lurus dan sentris dengan tiang
pancang yang disambungnya;
Setelah selubung baja terpasang dengan baik kemudian tiang bagian kepala dan
bagian bawah disatukan menggunakan las;
Sistem pengelasan dilakukan sesuai dengan ASTM A 514.

3.5.3. Pelaksanaan Lapangan Penyambungan


Permukaan baja yang akan dilas harus dibersihkan dari korosi dan lapisan cat
dengan sikat kawat baja dan sikat bulu;
Untuk lapisan pertama digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah (low
hidrogen) dengan Ø 3,25 mm, sedangkan untuk lapisan kedua dan selanjutnya
digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah Ø 4 mm;
Pada setiap tahapan lapisan las, permukaan las harus dibersihkan dari terak dengan
cara digerinda, dibersihkan dengan sikat kawat baja, dan dibersihkan dengan sikat
bulu;
Pengelasan dengan posisi horizontal merupakan posisi yang sulit sehingga kawat las
harus digerakan agak ke atas untuk menahan lelehnya cairan las ke bawah.

3.6. Pemeriksaan Visual


Jenis pemeriksaan secara visual digunakan untuk mendeteksi cacat yang cukup besar
di permukaan. Untuk cacat yang relatif kecil pemeriksaan visual dapat dilakukan
dengan menggunakan alat bantu, misalnya kaca pembesar dan kadang-kadang
memerlukan alat bantu lain, misalnya lampu untuk menyinari bagian-bagian yang akan
diperiksa.
Pemeriksaan visual meliputi :
Las harus bebas dari cacat retak
Permukaan las harus cukup halus
Sambungan las harus terbebas dari kerak

3.7. Persiapan Pemancangan


Secara garis besar siklus kerja alat jack-in pile selama proses pemancangan adalah
sebagai berikut :
o mengikat tiang pancang pertama.
o mengangkat tiang pancang pertama.

37
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

o memutar atau memindahkan tiang pancang pertama (bergerak secara horizontal) ke


titik pancang.
o memasukkan tiang pancang pertama ke pile clamping box (jepitan tiang kotak) yang
ada pada alat.
o setting ketegak-lurus an (verticality) tiang pancang terhadap titik pancang.
o melakukan penetrasi tiang pancang ke dalam tanah dengan cara menekan tiang
pancang tersebut.
o penekanan tiang pancang hingga sisa tiang +/- 40 cm dari permukaan tanah untuk
kemudian dilakukan penyambungan.
o pengambilan tiang pancang kedua (sambungan).
o pengangkatan, memindahkan ke titik pancang, memasukkan ke pile clamping box,
kemudian setting verticality terhadap titik pancang dan tiang pancang yang sudah
terpancang.
o pengelasan sambungan.
o menekan tiang pancang sambungan.
o bila diperlukan dilakukan pengambilan dan pemasangan dolly untuk membantu
menekan tiang pancang.
o pemancangan tiang dilakukan hingga tercapai daya dukung desain tiang atau
hingga kapasitas alat jack-in pile sudah tercapai (biasanya hingga alat terangkat)
o bergerak ke titik pancang berikutnya.

3.8. Proses Pemancangan


3.8.1 Persiapan dan Setting Alat Pancang
Persiapan awal adalah penentuan titik pancang berdasarkan gambar teknis yang
diberikan. Penandaan titik pancang bisa dengan menggunakan cat atau dengan
memasang patok dari kayu atau besi.

Gb. 5 - Setting titik pancang

38
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Gb. 6 - Proses pengangkatan tiang pancang

Gb. 7 - Penetrasi tiang pancang


Alat pancang jack-in pile ini memiliki dua posisi jepitan tiang pancang untuk
melakukan tekanan pada saat penetrasi tiang pancang ke dalam tanah. Posisi
tersebut ada di ujung alat dan di tengah alat (disebut grip ujung dan grip tengah).
Pada pelaksanaan proyek ini pada awal pemancangan memakai grip ujung. Namun
karena hasil tekanan yang terbaca pada pressure gauge yang telah dikonversikan ke
dalam daya dukung tiang hasilnya tidak memenuhi daya dukung desain, maka proses
pemancangan tiang selanjutnya dengan menggunakan grip tengah.

Gb. 8 - Posisi grip jack-in pile (kanan-kiri : grip ujung dan tengah)

39
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Perbedaan dasar dari grip ujung dan grip tengah antara lain posisi pemancangan dan
ruang gerak yang diperlukan oleh alat pancang. dengan menggunakan grip ujung,
maka alat jack-in pile ini akan memerlukan ruang gerak yang lebih sedikit, cocok
untuk pemancangan titik-titik pancang yang sangat berderkatan dengan bangunan
yang sudah ada (existing)kapasitas alat. dengan grip ujung kapasitas yang dicapai
hanya 70% dari kapasitas alat total.
Pemeriksaan verticality (ketegak-lurusan tiang) harus terus dilakukan selama proses
pemancangan. Penyimpangan arah vertical dibatasi tidak lebih dari 1 : 75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm. Pengamatan di
lapangan pada saat sebelum menekan tiang pancang dan selama proses
pemancangan dapat dilakukan dengan menggunakan waterpass. Waterpass
ditempelkan ke tiang pancang yang sedang ditekan. Selama proses pemancangan,
operator pancang kami berdiri sangat dekat dengan alat pancang, bahkan ada yang
berada di kolong alat pancang ini. Karena cara kerja jack-in pile dengan menekan,
maka tidak akan ada getaran, ledakan atau cipratan oli seperti pada diesel hammer
sehingga relatif aman.

Gb. 9- Posisi operator pancang selama proses pemancangan

Operator tersebut berada di bawah untuk memastikan tiang pancang ditekan secara
tegak lurus. Cara ini cukup efektif untuk menjaga tiang tetap tegak selama
pemancangan. Namun, karena mereka tidak menggunakan radio untuk
berkomunikasi dengan operator yang menjalankan mesin yang berada di atas, maka
mereka harus berteriak cukup keras agar bisa didengar (suara mesin diesel dari alat
jack-in pile ini cukup berisik juga kalau ada di bawah seperti itu).
Perangkat kecil yang sering terlupa pada saat akan memulai pemancangan adalah
plat baja sebagai alas alat pancang, bila tanah di titik pemancangan kondisinya
lembek. Ketiadaan plat ini bisa berakibat pada mundurnya dan makin lamanya durasi
pancang karena operator pancang tidak ingin alat pancangnya amblas apabila
dipaksakan memancang tanpa alas.

40
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Gb. 10 - Plat sebagai alas alat pancang

3.8.2 Penyambungan TiangPancang


Sambungan antar tiang pancang dengan menggunakan sambungan las. Pengelasan
antar tiang pancang dilakukan pada pelat baja (bevel) yang sudah tersedia pada
ujung badan tiang. Proses penyambungan tiang pancang harus dikontrol agar
diperoleh hasil sambungan yang baik dan yang terpenting verticality (ketegak-
lurusan) tiang tetap terjaga. Kontrol pada saat proses pengelasan sambungan tiang
pancang antara lain : bahan dan alat las harus dalam kondisi bagus agar tidak
menghambat proses pengelasan dan pemancangan secara umum.material las
(kawat las) sebaiknya sama untuk setiap penyambungan tiang pancang, agar kualitas
pengelasan akan sama tiap tiang pancang.

Gb. 11 - Kawat las yang digunakan

pengelasan harus dilas keliling di tiap sisi tiang pancang. setelah selesai pengelasan
sisa karbon harus dibersihkan dengan cermat.untuk mempercepat proses
pengelasan, terutama untuk tiang pancang dengan dimensi besar seperti spun pile
diameter diatas 600 menggunakan 2 alat las dan 2 tenaga las. Beberapa parameter
pemeriksaan hasil pengelasan secara visual meliputi :
 hasil las harus padat tidak boleh ada rongga.
 hasil las harus bebas dari cacat retak.
 permukaan las harus cukup halus.

41
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 sambungan las harus terbebas dari kerak.

Gb. 12 - Proses pengelasan sambungan tiang pancang

 hasil pengelasan tersebut harus ditutup dengan lapisan pelindung agar hasil
pengelasan tidak mengalami korosi.

Gb. 13 - Perlindungan hasil las agar tidak korosi

 Untuk memudahkan proses pengelasan tiang, maka tiang pancang yang sedang
dipancang disisakan +/- 40 cm dari permukaan tanah. Sebagai catatan,
penyelesaian pengelasan pada tiang pancang berukuran 250 x 250 ini sekitar +/-
15 menit dan tiang sudah siap kembali dipancang.

3.8.3 Penggunaan Dolly


Untuk membantu proses pemancangan apabila tiang pancang sudah sedikit
tenggelam ke dalam tanah dan akan mencapai tanah keras digunakan alat bantu
pemancangan yang disebut Dolly. Tiang pancang yang di-dolly harus merupakan
tiang pancang yang sudah sedikit lagi mencapai tanah keras. Tanda bahwa tiang
pancang sudah mendekati tanah keras dapat diketahui dari panjang tiang yang
tertanam sudah mendekati kedalaman desain dan bacaan pressure gauge alat jack-
in pile.

42
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Gb. 14 - Penggunaan dolly untuk membantu memancang

3.8.4 Penghentian pemancangan


Parameter yang digunakan sebagai acuan bahwa pemancangan tiang bisa
dihentikan :
 bacaan tekanan pada pressure gauge sudah mencapai tekanan dimana apabila
nilai tersebut dikonversikan ke daya dukung tiang, maka daya dukung desain tiang
telah terpenuhi
 alat jack-in pile terangkat dan bila dilakukan penetrasi lagi sudah tidak mampu lagi.
 Seletah proses pemancangan dihentikan, selanjutnya dilakukan pencatatan
(record) yang berisi tinggi tiang tertanam dan bacaan tekanan dari pressure gauge
alat pancang.

3.9. Pengukuran dan Pembayaran

3.9.1. Satuan pengukuran untuk pembayaran tiang pancang beton pracetak (bertulang atau
pratekan) harus diukur dalam meter panjang dari tiang pancang yang disediakan
dalam berbagai panjang dari setiap ukuran dan jenisnya. Dalam segala hal, jenis dan
panjang diukur adalah sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan manajemen
konstruksi, disediakan sesuai dengan ketentuan bahan dari spesifikasi ini dan
disusun dalam kondisi baik dilapangan dan diterima oleh Konsultan manajemen
konstruksi. Kuantitas dalam meter panjang atau kilogram yang akan dibayar,
termasuk panjang tiang uji dan tiang uji tarik yang diperintahkan oleh Konsultan
manajemen konstruksi, tetapi tidak termasuk panjang yang disediakan menurut
pandapat Kontraktor.

3.9.2. Tiang pancang yang disediakan oleh Kontraktor, termasuk tiang uji tidak diijinkan
untuk menggantikan tiang pancang yang telah diterima sebelumnya oleh Konsultan
manajemen konstruksi, yang ternyata kemudian hilang atau rusak sebelum
penyelesaian kontrak selama penumpukkan atau penanganan atau pemancangan

43
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dan akan yang diperintahkan oleh Konsultan manajemen konstruksi untuk


disingkirkan dari tempat pekerjaan atau dibuang dengan cara lain.

3.9.3. Bilamana kontraktor mengecor tiang pancang beton pracetak lebih panjang dari yang
diperlukan, sebagaimana seluruh panjang baja tulangan untuk memudahkan
pemancangan, maka tidak ada pengukuran untuk bagian beton yang harus dibongkar
supaya agar batang tulangan itu dapat dimasukkan kedalam struktur yang
mengikatnya.

3.9.4. Perhitungan pembayaran pemancangan didasarkan atas dasar panjang tiang yang
tertanam sampai dengan permukaan tanah dasar (cut off level). Bila pile cap berada
di bawah permukaan tanah dasar atau di atas permukaan tanah dasar, maka
perhitungan pembayaran atas dasar tiang terpancang sampai dengan permukaan
tanah dasar (cut off level).

3.10. Test Beban PDA (PDA Test)

3.10.1. Kontraktor akan melakukan test dengan jumlah sebagai berikut :


Test daya dukung vertikal tekan dengan PDA test sebanyak satu tiang untuk setiap
75 tiang dengan ukuran tertentu, minimal 3 tiang di satu lokasi.

3.10.2. Jika suatu test PDA gagal, maka tambahan 2 test beban lagi harus dilakukan dan
tidak boleh gagal, semuanya atas beban biaya Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan tambahan tiang dalam kelompok tiang yang gagal, tanpa tambahan
pembayaran.

3.10.3. Selama test beban, tidak boleh ada pemancangan tiang yang dikerjakan. Tiang
yang akan ditest, harus dipilih oleh Pengawas/Perencana secara random
berdasarkan data pemancangan.

3.10.4. Kontraktor harus mencatat semua kejadian selama test beban, dan ini semua harus
disetujui oleh Pengawas.

3.10.5. Sekalipun test beban dilakukan hanya atas tiang-tiang tertentu, Kontraktor harus
bertanggung jawab dan menjamin bahwa semua tiang memenuhi syarat dalam
batas toleransinya. Penerimaan beberapa tiang tidak melepas tanggung jawab

44
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Kontraktor atas semua pekerjaan pondasi dan atas akibat penurunan pada struktur
atas bangunan.

3.11. Prosedur PDA Test

3.11.1. Metode test beban harus mencakup:


a. Prosedur PDA test atas tiang tunggal harus sesuai dengan ASTM D-4945-89
Standard Test Method for High-Strain Dynamic Testing of Piles.
b. Metode test ini digunakan untuk mendapatkan data regangan (strain) atau gaya
(force) dan percepatan (accekeration), kecepatan (velocity) atau perpindahan
(displacement). Data akan digunakan untuk memperkirakan daya dukung dan
keutuhan (integrity) tiang, baik performance tiang, tegangan tiang, dan sifat
dinamis tiang seperti koefisien damping tanah dan quake value.

3.11.2. Peralatan untuk test terdiri dari:


a. Alat untuk mengerjakan gaya impact (impact force) berupa hammer pancang
konvensional atau alat yang sejenis. Peralatan diletakkan sedemikian rupa
sehingga impact dapat dikerjakan pada as di kepala tiang dan konsentris
dengan tiang.
b. Strain transducer dan accelerometer, yang mampu secara independen
mengukur strain (regangan) dan acceleration (percepatan) versus waktu pada
setiap lokasi tertentu sepanjang as tiang selama terjadinya impact. Minimum
dua dari setiap peralatan ini harus secara mantap ditambatkan pada sisi tiang
yang berlawanan, sehingga tidak slip. Natural frequency-nya harus melebihi
7500 Hz. Transducer harus diletakkan pada posisi aksial yang sama, dan harus
ditambatkan sedikitnya pada satu dan satu setengah lebar/diameter tiang dari
kepala tiang. Transducer harus dikalibrasi sampai ketelitian 2 % sepanjang
range pengukurannya.
c. Alat untuk mencatat, mereduksi, dan menampilkan data, yang memungkinkan
penentuan force (gaya) dan velocity (kecepatan) versus waktu. Dan dapat pula
menentukan percepatan (acceleration) dan perpindahan (displacement) kepala
tiang dan energi yang ditransfer ke tiang. Peralatan harus mempunyai
kemampuan membuat kalibrasi internal yang memeriksa regangan (strain),
percepatan (acceleration), dan skala waktu. Tidak boleh ada kesalahan yang
melebihi 2 % dari signal maksimum yang diharapkan.

45
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3.11.3. Prosedur :
Prosedur berikut ini harus diikuti :
a. Tambatkan transducer pada tiang, lakukan pemeriksaan kalibrasi internal, dan
ambil pengukuran dinamis atas impact selama interval yang dimonitor bersama
dengan observasi rutin atas penetration resistance.
b. Tandai tiang dengan jelas pada interval yang memadai. Tambatkan transducer
secara mantap pada tiang. Set up peralatan untuk mencatat, mereduksi, dan
menampilkan data.
c. Lakukan pengukuran. Catat jumlah tumbukan per menit yang diberikan oleh
hammer, dan tinggi jatuh. Catat dan tampilkan satu seri pengukuran gaya
(force) dan kecepatan (velocity).
d. Untuk konfirmasi kualitas data, secara periodik bandingkan gaya dengan
perkalian antara kecepatan (velocity) dan impedansi tiang, untuk kesepakatan
proporsional dan untuk konsistensi.
e. Analisa pengukuran terdiri dari:
 Gaya (force) dan kecepatan (velocity) dari pembacaan peralatan.
 Catatan gaya impact (impact force) dan gaya (force) maksimum dan
minimum.
 Maksimum percepatan (acceleration).
 Perpindahan (displacement) dari data pemancangan tiang, dan kurva
rebound set, dan dari transducer.
 Energi maksimum yang ditransfer.

Data yang dicatat dapat dianalisa dengan komputer. Hasil analisa berupa:
 Evaluasi resistensi tanah statis dan distribusinya pada tiang pada saat test.
 Penilaian integritas (keutuhan) tiang.
 Performance sistem pemancangan.
 Tegangan pemancangan dinamis maksimum.

3.11.4. Laporan:
Laporan harus mencakup hal sebagai berikut:
a. Umum: identifikasi proyek, lokasi proyek, lokasi site pengujian, pemilik,
kontraktor tiang, boring log terdekat, koordinat dan datum horisontal.
b. Peralatan pemasangan tiang: type hammer, berat ram, tinggi jatuh aktual dan
rate-nya, energi hammer, bantalan tiang, driving cap.
c. Data test tiang

46
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Data pemancangan.
e. Data peralatan, termasuk gambar peralatan.
f. Rekaman test dinamis.
g. Hasil analisa dan evaluasi.
h. Catatan atas kejadian khusus.

3.12. Loading Test

3.12.1. Proving Test


Jumlah tiang untuk loading test adalah 10% dari tiang yang terpancang dan berupa
usepile, dengan beban rencana 30 ton (beban proving test 200% x 30 = 60 ton).
Penentuan titik loading test ditentukan berdasarkan monitoring pelaksanaan di
lapangan dan akan ditentukan oleh Pengawas/CM.
Pembebanan maximum loading test adalah 200 % dari beban rencana.
Pembebanan proving test terdiri dari 4 cycle sebagai berikut :
Cycle I = 0 - 25 % - 50 % - 25% - 0 dari beban rencana
Cycle II = 0 - 50% - 75% - 100% - 75% - 50% - 0% dari beban rencana
Cycle III = 0 - 50% - 100% - 125% - 150% - 125% - 100% - 50% - 0% dari
beban rencana.
Cycle IV = 0 - 50% - 100% - 150% - 175% - 200% - 175% - 150% - 125%
- 100% - 75% - 50% - 25% - 0% dari beban rencana.

Pembacaan penurunan dilakukan pada saat kenaikan/penurunan beban dengan


interval waktu 10 menit. Pada beban maximum percobaan pada cycle 4,
pembacaan penurunan dilakukan dengan interval waktu 10 menit untuk 2 jam
pertama, selanjutnya dengan interval waktu 1 jam.

Prosedur pembebanan seperti tertera dalam tabel berikut :

PROSEDUR PEMBEBANAN
SIKLUS PEMBEBANAN MAX. BEBAN TEST = 200 % X BEBAN RENCANA

Siklus Kenaikan Beban Durasi


Test pembebanan

I. 0 0 -
+ 25 25 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 25 50 A 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120)

47
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- 25 25 20 menit 0-10-20
II - 25 0 2 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 50 50 20 menit 0-10-20
+ 25 75 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 25 100 A 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120)
- 25 75 20 menit 0-10-20
- 25 50 20 menit 0-10-20
III - 50 0 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 50 50 20 menit 0-10-20
+ 50 100 20 menit 0-10-20
+ 25 125 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 25 150 A 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120)
- 25 125 20 menit 0-10-20
- 25 100 20 menit 0-10-20
- 50 50 20 menit 0-10-20
IV - 50 0 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 50 50 20 menit 0-10-20
+ 50 100 20 menit 0-10-20
+ 50 150 20 menit 0-10-20
+ 25 175 A 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120)
+ 25 200 B 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120) dan kemudian tiap jam
- 25 175 60 menit 0-10-20-30-40-50-60
- 25 150 60 menit 0-10-20-30-40-50-60
- 50 200 60 menit 010-20-30-40-50--60
- 50 50 60 menit 010-20-30-40-50--60
- 50 0 C 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120) dan kemudian tiap jam

NOTE :

A = Penahan beban minimum 1 jam dan sampai penurunan < 0.25 mm per jam atau
B = maksimum 2 jam.
C = Penahan beban selama 12 jam dan sampai penurunan < 0,25 mm perjam atau
maksimum 24 jam
Penahan beban selama 2 jam jika penurunan < 0.25 mm perjam atau maksimum
12 jam.
 Pada beban 0 pada cycle 4 pembebanan penurunan dilakukan dengan interval waktu
10 menit untuk 1 jam pertama selanjutnya dengan interval waktu 1 jam.
 Pada saat penurunan maksimum pada cycle 4 haruslah disaksikan oleh Konsultan
Perencanaan . Kontraktor wajib memberitahu kapan terjadinya beban maksimum
pada Konsultan Perencana.
 Beban failure pada pondasi tiang dapat ditentukan berdasarkan kriteria - kriteria
sebagai berikut :

48
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Maximum total settlement pada beban maximum percobaan sebesar 1 inch (New
York Code).
 Batas penurunan plastis sebesar 0,25 inch (AASHO)
 Perbandingan antara pertambahan penurunan dengan pertambahan beban tidak
melebihi 0,03 inch/ton (OHIO)

Kegagalan test beban pada proving test yang diakibatkan kesalahan dari kwalitas kerja
Kontraktor bertanggung jawab akan biaya penggantian tiang baru. Pile cap beserta loading
testnya , setelah dilakukan redesign oleh Perencana. Kontraktor bertanggung jawab akan
biaya penggantian tiang baru , pile cap beserta loading testnya walaupun tidak harus pada
pengganti tersebut ( keterangan : apabila loading test/proving test pada tiang yang ternyata
terbukti gagal, maka Kontraktor wajib melakukan loading test kembali. Semua biaya untuk
loading test tersebut menjadi beban kontraktor). Dan bilamana terjadi loading test yang
hasilnya meragukan kekuatan tiang/keamanan struktur bangunan yang mungkin
diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan, maka pihak KMK berhak menginstruksikan
diadakannya test tiang atau test lain yang diusulkan Kontraktor dan disetujui oleh MK dan
biaya semua test ini ditanggung oleh Kontraktor.

3.13. Laporan Percobaan

Hasil -hasil percobaan pembebanan direpresentasikan dalam bentuk :


Hasil recording pembebanan, waktu dan penurunan.
Grafik hubungan antara :
 Beban dan penurunan
 Beban dan waktu
 Penurunan dan waktu

Menginstruksikan diadakannya test lain seperti PH untuk mengetahui indikasi adanya


kelainan dalam tiang bor atas test lain yang diusulkan Kontraktor dan disetujui oleh
KMK dengan semua biaya test ditanggung oleh Kontraktor.
Kontraktor harus mengajukan proposal pelaksanaan test beban yang dilengkapi
dengan uraian alat-alat yang digunakan beserta sertifikat kaliberasinya. Test beban
belum dapat dilaksanakan sebelum proposal ini disetujui oleh KMK.
Laporan percobaan pembebanan harus dibuat rangkap 6 (enam) dan harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah
pembebanan selesai. Laporan percobaan pembebanan harus mencakup hal-hal
sebagai berikut :

49
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Nomor, panjang tiang


 Tanggal pelaksanaan tiang dengan tanggal percobaan pembebanan
 Nama proyek, Perencanaan dan Kontraktor pondasi
 Recording pembacaan, beban, waktu dan penurunan
 Catatan mengenai kejadian-kejadian selama pembebanan
 Detail, denah dari percobaan pembebanan, serta alat-alat yang dipergunakan,
sistem pembebanan dan prosedur pengukuran penurunan.
 Grafik : beban - penurunan waktu - penurunan waktu - beban
 Sertifikat kalibarasi dari alat-alat yang digunakan dan berlaku maksimum 3 bulan
sebelum percobaan
 Kesimpulan dari hasil percobaan pembebanan

3.14. Kegagalan Percobaan


Kegagalan percobaan pembebanan, percobaan pembebanan dianggap tidak sah jika :
 Pembebanan tidak dapat dilanjutkan akibat ketidak stabilan dari Kentlege, terjadi
kebocoran pada hydraulic jack
 Pile cap mengalami keretakan pada waktu pembebanan
 Pondasi tiang mengalami keretakan pada waktu pembebanan
 Kalibrasi alat sudah tidak berlaku
 Beban mengalami failure

3.15. Garansi Pelaksanaan

Penyimpangan dari ketentuan dalam spesifikasi ini dan akibat menjadi tanggung jawab
Kontraktor termasuk biaya perbaikan yang diperlukan atas keputusan Direksi/Direksi
lapangan.

4. PONDASI BORE PILE

4.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan pondasi tiang bor ini antara lain:


a. Pengadaan semua tenaga kerja, material, peralatan dan semua perlengkapan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Termasuk didalamnya loading test
berikut pengadaan peralatan dan bebannya.
b. Pengeboran lubang tiang bor.

50
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Pembuangan tanah / lumpur hasil pengeboran keluar site dan pembersihannya.


d. Penyediaan dan pemasangan tulangan tiang bor serta pengecorannya.
e. Dimensi Tiang, berdasarkan hasil penyelidikan tanah kedalaman tiang disesuaikan
dengan gambar dari muka tanah asli, sampai dengan kedalaman tanah keras.
Bangunan menggunakan Bored Pile bila berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang
dilaksanakan oleh Kontraktor kedalaman tanah keras < 6m. Dimensi/diameter
pondasi bored pile disesuaikan dengan beban yang dipikul antara 60-80 cm.

Contoh Pondasi Bore Pile

4.2. Prosedur Umum

1) Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang berpengalaman dan yang
mempunyai pelaksana yang berpengalaman sehingga dapat menghasilkan mutu
pekerjaan sebagaimana disyaratkan dengan daya dukung yang sesuai dengan
yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar rencana.
2) Kontraktor harus melampirkan Metode Pelaksanaan serta alat-alat yang akan
digunakan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dengan memperhatikan
kondisi lapisan tanah yang ada, permukaan air, sifat dan jenis tanah, sifat alat yang
akan digunakan serta fasilitas yang diperlukan pada tahap preliminary maupun
tahap selanjutnya.
3) Kontraktor harus mempersiapkan peralatan pendukung yang dibutuhkan untuk
penyelesaian pekerjaan ini walaupun pada gambar struktur tidak tercantum.
4) Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus membuat nomor referensi

51
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dari semua tiang bor berikut urutan rencana pelaksanaannya dan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
5) Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan pembuatan tiang bor dengan
jumlah, ukuran dan letak sebagaimana tertuang dalam gambar pelaksanaan.
6) Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi maupun gambar rencana tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana sama sekali tidak diperkenankan.

4.3. Pengenalan Lapangan Dan Referensi

1) Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mengenal lapangan sebaik-baiknya


yang meliputi :
a. Peil existing dihubungkan dengan peil yang tercantum dalam gambar.
b. Keadaan/kondisi lapisan tanah dan kedalaman muka air tanah
c. Peralatan dan fasilitas yang diperlukan guna kelancaran pekerjaan
d. Hal-hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan.

2) Kontraktor harus mengenal kondisi jalan umum, batasan beban jalan dan ketentuan
lain yang mungkin mempengaruhi kelancaran transportasi alat dari dan ke site.
3) Kontraktor harus bertanggung jawab atas perijinan sehubungan dengan
transportasi alat tersebut.
4) Kontraktor wajib memeriksa penerapan kondisi lapangan dengan gambar rencana
dan wajib melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Perencana dan Konsultan
MK jika ditemui perbedaan agar dapat ditentukan solusinya.
5) Sebelum memulai pekerjaan kontraktor harus melakukan pengukuran dengan
surveyor yang berpengalaman untuk menentukan posisi bangunan sebagaimana
dalam gambar.
6) Jika ditemukan perbedaan elevasi/ukuran lapangan dengan yang tercantum dalam
gambar, maka kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Konsultan
Perencana dan konsultan MK.
7) Kontraktor tidak diperkenankan mengganggu fasilitas / utilitas umum (PDAM, PLN,
TELKOM) yang masih berfungsi dan berupaya untuk menjaga agar selama
pelaksanaan, fasilitas tersebut masih tetap berfungsi.
8) Segala biaya yang diperlukan untuk melindungi / memelihara / memindahkan
fasilitas/utilitas umum ( PDAM, PLN,TELKOM ) yang ada termasuk memperbaiki
kembali jika mengalami kerusakan sebagai akibat kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
9) Semua pekerjaan dan bahan-bahan harus dilaksanakan sesuai dengan

52
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Persyaratan Teknis dalam spesifikasi ini serta sesuai dengan gambar kerja.
Kontraktor wajib meneliti gambar struktur dan gambar arsitek, jika terdapat
perbedaan/keganjilan harus dilaporkan kepada Konsultan Perencana dan
Konsultan Manajemen Konstruksi.

4.4. Penyerahan Dokumen


Secara umum hal - hal berikut ini diserahkan sesuai dengan persyaratan kontrak.
1) Laporan Pengujian Bahan Beton seperti yang diajukan untuk adukan beton ( design
mix).
2) Laporan Tiang Bor yang disahkan, mencatat elevasi dasar dan atas tiang yang
sebenamya, penyimpangan tegaknya tiang, level muka air tanah, setiap keadaan
luar biasa, tanggal dimulainya pengeboran, pengujian dan pengecoran beton
(termasuk setiap keterlambatan dalam pengecoran dan lokasi construction joint
pada tiang).
3) Laporan Design Mix Beton berisi daftar persyaratan dan hasil pengujian adukan.
4) Laporan Pengujian Beton, mencatat informasi yang perlu dan pengesahan sesuai
persyaratan proyek.

4.5. Pengendalian Mutu


1) Peraturan dan Standard: sesuai dengan ketentuan Pedoman Beton Indonesia dan
American Concrete Institute ACI 336.1. "Standard Specification for the Construction
of End Bearing Drilled Pier".
2) Apabila ketentuan standard di atas bertentangan dengan peraturan bangunan
untuk proyek ini, maka peraturan bangunan akan diikuti, tetapi hanya untuk
mengatur persyaratan minimum.
3) Kualifikasi Pelaksana Tiang Bor : tidak kurang dari tiga kontrak pekerjaan yang
sukses dilaksanakan dengan kondisi tanah, ukuran tiang, kedalaman, dan volume
pekerjaan yang minimal sama dengan proyek ini.
4) Pekerjaan pengukuran harus memperkerjakan tenaga pengukur yang terdaftar atau
profesional engineer yang mempunyai ijin untuk melaksanakan pengukuran untuk
pekerjaan tiang bor. Lakukan pekerjaan menentukan layout semua tiang bor
terhadap as dan level yang disyaratkan sebelum pemboran, dan pengukuran atas
tiang yang sebenamya dalam hal lokasi, diameter tiang, elevasi dasar dan atas,
penyimpangan dari toleransi yang disyaratkan, dan data yang diperlukan.
5) Catat dan simpan informasi atas setiap tiang dan bekerjasama dengan tenaga
penguji dan inspeksi untuk menyediakan data untuk laporan yang disyaratan.
6) Jasa Pengujian Beton : pekerjaan laboratorium pengujian untuk melakukan

53
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

pengujian evaluasi bahan dan untuk merencanakan design mix beton.


7) Bahan dan pekerjaan terpasang mungkin memerlukan pengujian dan pengujian
ulang setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan. Sediakan daerah bebas terhadap
penimbunan bahan dan fasilitas.
8) Pengujian yang tidak secara spesifik dinyatakan sebagai pekerjaan yang dibiayai
oleh Pemberi Tugas, termasuk pengujian kembali atas bahan dan pekerjaan
terpasang yang ditolak, merupakan tanggung jawab Kontraktor.
9) Sertifikat material property, yang menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan,
dapat diserahkan sebagai pengganti pengujian jika disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi. Sertifikat kesesuaian harus ditandatangani oleh produsen
bahan dan kontraktor.

4.6. Beton Dan Bahan Yang Berhubungan


Beton dan bahan yang berhubungan disyaratkan dalam pasal ini adalah :
1) Mutu beton .
Fc 25 MPa

2) Mutu besi
- U - 24  σau* = 2080 kg/cm2 (fy 240 Mpa)
untuk tulangan baja Polos ≤ Ø12
- U - 40  σau* = 3390 kg/cm2 (fy 400 Mpa)
untuk tulangan baja Ulir > D13

3) Semen
Semua semen yang digunakan adalah semen portland yang harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
- SNI 15-2049-1994. Semen Portland
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)
- Spesifikasi semen blended hidrolis (ASTM C 595)
- Spesifikasi semen hidrolis ekcpansif (ASTM C 845)
- Mempunyai sertifikat uji (test certificate)
- Mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi)

4) Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu persyaratan berikut :
- Spesifikasi agregat untuk beton (ASTM C33)
- SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

54
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)

Ukuran maksimum agregat tidak lebih besar dari:


- 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan
- 1/3 ketebalan pelat lantai
- 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat.

5) Air
- Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih, tidak berwarna dan
tidak mengandung bahan-bahan kimia, oli, asam, garam, organik atau bahan
lain yang dapat merusak beton atau tulangan.
- Air yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia
(NI-2, 1971)
- Air pencampur yang digunakan pada beton pratekan yang didalamnya
tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam
agregat, tidak boleh mengandung ion khlorida lebih besar dari 0.06% terhadap
berat semen.
- Untuk beton lainnya max ion khlorida adalah 0.3%.

6) Bahan tambahan
- Bahan tambahan yang digunakan pada beron harus mendapat persetujuan dari
Konsultan MK.
- Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi SNI 03-2496-
1991, Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.
- Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat
reaksi hidrasi beton dan gabungan pengurang air dan pemercepat reaksi
hidrasi beton harus memenuhi “Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk
beton (ASTM C 494) atau “Spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk
menghasilkan beton dengan kelecakan yang tinggi” (ASTM C 107)
- Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan sebagai bahan
tambahan harus memenuhi “Spesifikasi untuk abu terbang dan poozolan alami
murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada
beton semen portland” (ASTM C 618)

55
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4.7. Campuran Rencana (Mix Design) Beton

1) Gunakan fasilitas pengujian independent untuk mempersiapkan dan melaporkan


rencana campuran dan metode pengecoran yang diusulkan. Fasilitas pengujian
harus sama dengan yang digunakan untuk pengujian pengendalian mutu di
lapangan.
2) Campuran rencana dibuat untuk menghasilkan beton tiang bor dengan kekuatan
tekan 28 hari minimum sebesar ( K-250 ).
3) Perbandingan adukan baik berdasarkan percobaan pengadukan laboratorium
maupun metode pengalaman lapangan menggunakan bahan dan metode
pengecoran tertentu, akan diterapkan di proyek untuk setiap kelas beton yang
disyaratkan.
4) Serahkan laporan tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi berisi adukan
yang diusulkan untuk beton, sedikitnya 15 hari sebelum mulai pekerjaan. Jangan
memulai produksi beton sampai rencana adukan direview dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
5) Penyesuaian adukan beton boleh diajukan oleh kontraktor jika karakteristik bahan,
keadaan pekerjaan, cuaca, hasil test, dan keadaan lainnya memerlukannya,
dilakukan tanpa tambahan biaya terhadap Pemberi Tugas, dan dengan
persetujuan Konsultan MK. Data pengujian laboratorium untuk rencana adukan
revisi dan hasil kekuatan harus diterima dan disetujui oleh Konsultan MK sebelum
digunakan dalam pekerjaan.
6) Dapat menggunakan admixture dengan banyaknya sesuai rekomendasi pabrik
untuk kondisi iklim yang sesuai pada saat dilakukan pengecoran. Sesuaikan
banyaknya admixture seperti disyaratkan untuk mempertahankan pengendalian
mutu.
7) Perbandingan dan adukan rencana dibuat untuk menghasilkan slump beton pada
saat pengecoran sebesar 14 ± 2 cm, menggunakan plasticizer.

4.8. Pengadukan Beton


Beton Readymix : Sesuai dengan persyaratan ASTM C 94, dan sebagaimana
disyaratkan berikut ini.

1) "Hilangkan kecenderungan untuk membiarkan tambahan air ke dalam pengaduk


untuk bahan yang tidak cukup slumpnya. Penambahan air ke alat pengaduk tidak
diijinkan".
2) Selama cuaca panas, atau dalam keadaan yang menyebabkan beton cepat

56
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

mencapai setting, maka disyaratkan waktu pengecoran yang lebih singkat dari
yang disyaratkan dalam ASTM C 94.
3) Jika temperatur udara berada diantara 30°C dan 32°C, kurangi waktu pengadukan
dan pengangkutan dari 1 ½ jam menjadi 75 menit, dan bila temperatur udara
diatas 32°C, kurangi waktu pengadukan dan pengangkutan menjadi 60 menit.

4.9. Pelaksanaan Pekerjaan

1) Tahapan Pelaksanaan

a. Sebelum pekerjaan pengalian rencana pondasi tiang, kontraktor sudah harus


menyiapkan form record yang bentuk dan isinya sudah disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Saat pengalian tanah untuk pondasi bor, hal-hal yang perlu dicatat di dalam
form record minimal :
- Lokasi dan penomoran titik bor serta ukuran lubang bor. Elevasi atas dan
dasar lobang bor serta elevasi air tanah.
- Jenis tanah, panjang cassing dan schedule pelaksanaan pekerjaan bored
pile secara keseluruhan dan tiap tahapnya.
- Catatan mengenai klasifikasi tanah dari kedalaman yang berbeda serta
kendala yang dijumpai.
c. Sebelum pekerjaan dimulai, konfigurasi alat maupun metode pelaksanaan
harus sudah disetujui oleh Konsultan MK.
d. Alat-alat tersebut harus dapat dipergunakan untuk melakukan pengeboran
menembus air, lapisan keras, batu besar, serpihan-serpihan cadas, tanah liat
yang keras, kerikil dan pasir.
e. Peralatan yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga dapat membuat
lubang bor tanpa mengalami kelongsoran seperti menggunakan cassing, atau
menggunakan alat pemecah batu bila ternyata dijumpai lapisan yang
mengandung batu-batuan dan sebagainya.
f. Pekerjaan pembuatan tiang bor dapat di laksanakan setelah lokasi tiang bor
yang akan dibuat telah ditentukan dan disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
g. Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah yang disyaratkan
yang ciri-cirinya ditentukan berdasarkan Laporan hasil Penyelidikan Tanah atau
sesuai gambar kerja.
h. Contoh tanah tersebut harus dapat ditunjukkan kepada Konsultan Perencana &

57
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Konsultan MK setiap saat jika diperlukan. Dan kedalaman pengeboran yang


dicapai harus dicatat.
i. Kontraktor harus menempatkan seorang Ahli Tanah yang sudah
berpengalaman dengan pekerjaan tiang bor.
j. Pengeboran baru dihentikan setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan MK, namun demikian mutu pekerjaan yang dihasilkan sepenuhnya
tanggung jawab Kontraktor.
k. Setelah pengeboran selesai, kontraktor harus melaksanakan pembersihan
dasar lubang bor dari longsoran dan lumpur yang terjadi pada dasar bor,
caranya bergantung pada metoda dan alat yang baru dapat dihentikan setelah
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
l. Apabila pada saat penggalian dijumpai air tanah maka Kontraktor harus
menyediakan pompa-pompa penyedot air agar pekerjaan penggalian tanah
dapat diselesaikan sesuai dengan gambar rencana, dengan jumlah dan
kapasitas yang disesuaikan dengan debit air yang ada.
m. Pada saat tahap pembersihan lubang bor, rangkaian tulangan tiang bor harus
sudah siap untuk dimasukkan kedalam lubang bor.
n. Apabila tulangan belum siap, maka pekerjaan pembersihan dasar lubang bor
harus dilakukan kembali sampai tulangan siap dimasukkan dan apabila
diperlukan penyambungan tulangan, maka ditempat pekerjaan harus disiapkan
mesin las yang dapat digunakan setiap saat untuk mengelas tulangan.
o. Rangkaian tulangan yang dipasang adalah sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan harus diletakkan pada pusat lubang bor serta harus dipasang
dengan kuat sehingga tidak terjadi penggeseran/ perpindahan tempat selama
masa pengecoran.

p. Pada sisi luar rangkaian tulangan harus dipasang tahu beton setebal 5 - 7 cm
pada beberapa tempat agar diperoleh selimut beton yang tebalnya sama pada
seluruh permukaan.
q. Setelah tulangan tiang bor terpasang, kontraktor dengan sepengetahuan
Konsultan Manajemen Konstruksi harus melakukan kembali pengukuran
kedalaman lubang bor. Apabila terjadi pengurangan kedalaman lubang bor
dibanding pada saat selesai pembersihan, maka tulangan tersebut harus
dikeluarkan dan pekerjaan pembersihan dasar lubang harus dilakukan kembali.
r. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ke tahap berikutnya sebelum
tahapan tersebut diatas disetujui secara tertulis oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi .

58
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

s. Setelah pemasangan tulangan selesai dilakukan dan disetujui oleh Konsultan


Manajemen Konstruksi, maka adukan beton yang akan digunakan harus sudah
siap di tempat pekerjaan sehingga pengecoran bisa langsung dilakukan. Mutu
beton pada proyek ini adalah K-250 dengan slump antara 14±2cm.
t. Pengecoran harus dilakukan sampai selesai dan tidak diperkenankan menunda
pekerjaan pengecoran ini.
u. Apabila pengecoran ini tidak selesai karena suatu alasan, maka tiang bor
tersebut dianggap tidak memenuhi syarat lagi dan kontraktor harus mengganti
tiang bor tersebut dengan tiang bor baru yang letaknya akan ditentukan oleh
konsultan Perencana. Semua resiko akibat hal ini sepenuhnya tanggung jawab
kontraktor.
v. Kontraktor harus menggunakan pipa tremie yang dipergunakan harus
mempunyai diameter minimum 20 cm serta receiving hopper harus mempunyai
kapasitas sama dengan kapasitas pipa yang disupply dengan beton. Bagian
bawah pipa tremie harus ditutup dengan bola, atau dengan metode lain yang
disetujui oleh Konsultan MK.
w. Posisi dari pipa tremie harus diatur sedemikian hingga dasar dan pipa tersebut
paling tidak berada 1,5 m' dibawah permukaan beton pada setiap tahap
pengecoran yang harus dilaksanakan terus menerus tanpa henti sampai
selesai.
x. Pelaksanaan tiap tahap diatas harus dilakukan berkelanjutan sampai selesai
dan tidak diperkenankan adanya penundaan waktu diantara tahapan-tahapan
tersebut.

Penyiapan Bore Pile

2) Toleransi Posisi Tiang


Deviasi maksimum terhadap posisi dari tiang harus memenuhi syarat berikut :
a. Toleransi kelurusan vertikal dibatasi maksimum 1 : 200.
b. Toleransi posisi (horisontal) ditentukan sebesar 5 cm segala arah.

59
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3) Pembobokan Kepala Tiang dan As Built Drawing


a. Setelah pekerjaan pembuatan tiang bor selesai, Kontraktor harus memotong
beton bagian atas dari tiang sampai mencapai cut off level yang disyaratkan
dengan memperhatikan panjang stek tulangan untuk penyambungan dengan
pile cap / poer.
b. Segera setelah pekerjaan selesai, Kontraktor harus membuat as built drawing
dari letak tiang bor untuk dibandingkan dengan letak tiang bor rencana.

Pasal 04
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
1. Uraian
Pekerjaan ini meliputi konstruksi baja dan bagian konstruksi baja dari composite
structure, konstruksi harus kokoh dan pantas menurut gambar rencana baik elevasi,
ukuran dan bentuk atau yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
Pekerjaan ini termasuk penyelesaian, pengolahan dipabrik, pemasangan dan
pengecatan dari konstruksi baja seperti yang ditentukan didalam spesifikasi ini atau
didalam gambar rencana juga termasuk dalam pekerjaan ini, paku keeling, pengelasan,
baja special, dan baja campuran, metallic electrodes, baja tempaan dan tulangan, dan
baja lain yang dibutuhkan menurut spesifikasi ini dan gambar rencana.

2. Material
Material-material yang dipakai harus mengikuti ketentuan yang ada dibawah ini :
a. Baja konstruksi
Baja konstruksi, batang-batang baja, harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada
dibawah ini :
 Syarat-syarat umum untuk menyerahkan plat baja, papan AASHO M60
bendung, batang baja untuk pekerjaan konstruksi baja
 Baja untuk jembatan dan gedung AASHO A 36
 Baja bangunan ASTM A 36
 Baja bangunan untuk pekerjaan dengan las AASHO M 165
 Baja bertegangan tinggi untuk bangunan dengan paku keeling ASTM A 440
 Baja campuran bertegangan tinggi AASHO M 161
 Besi campuran bertegangan tinggi untuk pekerjaan dengan ASTM A 141
las AASHO M96
 Baja nicel AASHO M97

60
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Baja paku keeling ASTM A 233


 Baja lunak
 Baja pemikul dari tembaga; kadar tembaga 0,2%

b. Baut dan mur


Baut dan mur harus memenuhi syarat-syarat ASTM A 307, dengan kepala berbentuk
segi enam.

c. Baut bertegangan tinggi


Baut, mur dan ring harus memenuhi syarat-syarat AASHO M 614, baut yang
memenuhi syarat-syarat tersebut pada kepalanya diberi tanda 3 garis radial.
 Ukuran baut dan mur harus memenuhi syarat-syarat.
 Ukuran ring
Ring berbentuk bulat, harus rata dan halus dengan tidak boleh kurang dari angka-
angka dalam table berikut.
Tabel 4.1
Baut Ø dalam Ø Luar Tebal
½ 9/16 1 3/8 Gage no. 12
5/8 1 1/16 1¾ Gage no. 10
¾ 1 3/16 2 Gage no. 9
7/8 1 5/16 2¼ Gage no. 8
1 1¼ 2½ Gage no. 8
1 1/8 1½ 2¾ Gage no. 8
1¼ 1 3/8 3 Gage no. 8

d. Besi tempa ( wrought iron)


Besi tempa harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut :
 Plat besi tempa AASHO M99
 Besi Profil dan batang AASHO M100
 Pipa besi tempa yang dilas AASHO M101
e. Tempaan
Tempaan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Baja Karbon Tempa AASHO M102
 Baja campuran tempa AASHO A237
f. Tuang (casting)
Tuangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Baja karbon tuang AASHO M103

61
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Gray iron casting AASHO M105


g. Perletakan elastrometric
Perletakan erastrometric dapat digunakan apabila beban mati tidak melebihi 35
kg/cm² atau kombinasi beban mati, beban hidup dan kejut tidak melebihi 56 kg/cm².
lendutan yang terjadi dibawah kombinasi pembebanan tidak boleh melebihi 15% dari
tebal perletakan elastrometric. Perletakan harus dibuat dari bahan lempengan
elastomer dari logam yang disusun secara berlapis-lapis. Lempengan logam yang
paling luar dan ujung-ujungnya harus dilapisi elastomer dengan tebal tidak boleh
lebih besar dari 3,2 mm. tebal lempengan logam atau elastomer adalah antara 12,7
mm sampai 3,2 mm.
Perbedaan tebal untuk masing-masing lempengan elastomer tidak boleh melebihi 3,2
mm dan perbedaan tebal susunan lempeng elastomer dari lempengan logam tidak
boleh lebih dari 3,2 mm diukur dari bidang dan lempengan logam tidak boleh lebih
dari 3,2 mm diukur dari bidang datar sejajar kearah permukaan atas atau bawah.
Tebal perletakan diukur dari permukaan atas ke permukaan bawah tidak boleh
kurang atau tidak boleh lebih besar dari 6,4 mm dari tebal yang ditentukan dalam
gambar perbedaan tebal untuk masing-masing perletakan tidak boleh lebih besar dari
3,2 mm dengan ukuran yang telah ditentukan dalam gambar.
Ikatan antara lempengan elastomer dan logam harus sedemikian rupa sehingga
apabila diadakan percobaan untuk memisahkan ikatan itu, kerusakan akan terjadi
pada lempengan elastometric itu sendiri.
Sesuai dengan pasal 1.03 perletakan elastomer yang dikeluarkan oleh suatu pabrik
dapat diterima asalkan kontraktor dapat menunjukkan sertifikat mengenai sifat-
sifatnya kepada Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas. Dalam hal ini ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam pasal ini harus dipenuhi. Sertifikat ini harus
diperkuat atau dilampui dengan sertifikat hasil uji coba mengenai sifat-sifat yang
disyaratkan.
h. Perletakan baja
Engsel dan rol berdiameter lebih kecil atau sama dengan 7” harus memenuhi syarat-
syarat AASHO M169 dan kekerasan Rockwell B.80 engsel dan roll berdiameter lebih
dari 7” harus memenuhi syarat-syarat AASHO M102. bahan-bahan yang tidak
memenuhi syarat kekerasan dapat diterima, apabila mempunyai tegangan tarik
66.000 psi dan batas leleh sebesar 33.000 psi.
i. Cat
Semua cat yang dipakai harus didatangkan dalam kondisi yang baik dan
pengalengan yang kuat, mempunyai label yang jelas tentang nama, berat dan

62
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

volume dari cat, begitu juga dengan warna formula dan nama serta alamat dari
pabriknya.
Pemakaian cat menurut tipenya ditentukan pada gambar rencana atau special
spesifikasi.
Kecuali ditentukan lain dari spesifikasi ini, semua cat harus memenuhi ketentuan-
ketentuan dibawah ini :
 Kaleng penuh yang baru dibuka tidak mempunyai amplas yang melebihi
ketentuan, mudah melarutkannya dengan mengaduk sampai lembut dan merata.
Cat tidak melihatkan adanya pembekuan, warna yang tidak rata, dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan pengerasan atau menjadi selaput keras pada bagian
atas.
 Cat yang dapat diterima harus dikuaskan, mempunyai permukaan yang bagus
dan tidak melekatkan pengaliran atau meleleh jika dikuaskan pada baja yang
permukaannya vertical pada luas permukaan 12 m² untuk 1 liter cat.
 Cat tidak membentuk selaput keras pada permukaanya selama 48 jam didalam
kaleng tertutup yang berisi tiga perempat penuh.
 Cat tidak melekatkan kekentalan, pembekuan atau pengerasan jika disimpan
untuk selama 6 bulan, sejak dari tanggal didatangkan dalam keadaan dalam
kaleng yang penuh pada temperature 21ºC sampai dengan 32ºC.
Cat harus mengikuti syarat-syarat yang ada pada spesifikasi dibawah ini :
 Red lead ready mixed paint AASHO M72 Type I or II
 White and tinded ready mixed paint AASHO M70 Type I,class B
 Allumunium paint AASHO M69
 Foliage green bridge paint AASHO M67
 Lamblack ASTM D209
 Zine dust-sinc oxide paint federal specification TT-P-641 types 2

Red lead iron oxide paint, sebagai berikut :

Pigmen composition Presentase berat


Minimum Maksimum
- True red lead (PB3O4) 62,5 -
- Iron oxide (Fe2 O3) 12,5 -
- Magnesium slilicates - 14,7
- Mica (325 mesh) 4,0 6,0
- Total sliliccous matter - 22,0
- Allumunium stearate 0,03 0,4

63
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Vehicle composition : Minimum Maksimum


- Raw linead oil 49 -
- Alkali tesin solids 16 -
- Volatile thinned and drier - 35

Paint composition : Minimum Maksimum

- Pigmen 68 -
- Nonvolatile vehicle, percent or vehicle 65 -
- Pitthalic anhydride, percent of nonvolatile vehicle 3 -
- Oil acids, percent of nonvolatile vehicle 78 -
- Water, percent of paint - 0,5
- Coarse particle and skins (retained on No. 325 - 2,0
sieve) percent of pigmen
- Consistency (kerbs-storner), equivalent kerbs 73 86
units 2 -
- Weight per liter, kg

3. Pelaksanaan
a. Pemeriksaan
Tukang yang dikerjakan harus dari tenaga yang ahli pada bidangnya dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, terutama ketelitian diperlukan untuk menjamin
kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan, dan
tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum diperiksa
dan disetujui.
Setiap pekerjaan yang ternyata cacat tidak sesuai dengan gambar rencana atau
spesifikasi ini dapat ditolak, dan bila terjadi demikian, harus segera diperbaiki.
Pekerjaan penyambungan harus dilakukan kecuali ditentukan pekerjaan pengelasan
atau pembautan didalam gambar rencana atau dengan spesifikasi khusus untuk itu
kontraktor harus melakukan pekerjaan dengan persetujuan Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas dimana ada pekerjaan penggantian baut dengan mutu
tinggi dan harus sesuai dengan mutu hubungan kelling.
Bahan-bahan baja struktur harus disimpan pada tempat penyimpanan dengan
menaruh ganjal terlebih dahulu pada bagian bawah baja yang akan dipakai sebagai
baja struktur sehingga terletak sedemikian rupa diatas permukaan tanah dan akan
bebas terhadap kotoran, gemuk oli atau benda-benda asing lainnya yang akan

64
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

mengganggu mutu baja struktur itu dan menjaga agar bebas terhadap karat. Apabila
digunakan baja rol maka sebelumnya akan melakukan pekerjaan struktur maka baja
rol itu harus diluruskan terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut :
 Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada plat, maka semua pelat harus diperiksa
kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari
puntiran, dan kalau perlu diadakan tindakan perbaikan, sehingga kaku pelat-pelat
itu disusun akan terlihat rapat seluruhnya.
Cara-cara yang digunakan untuk pekerjaan seperti tersebut diatas haruslah
sedemikian rupa sehingga tidak merusak atau berbekas pada material.

b. Penyelesaian dan Pembentukan


 Memotong :
Kecuali diisyaratkan lain, pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting,
menggergaji atau dengan las pemotong. Permukaan yang diperoleh dari hasil
pemotongan semacam itu harus diselesaikan siku terhadap bidang yang dipotong
(kecuali pinggir miring diperlukan), tepat dan rata menurut ukuran yang
diperlukan. Penyelesaian pada permukaan umumnya dilakukan dengan mesin
atau gerinda. Dalam hal memotong dengan las pemotong, maka hanya
permukaan yang kurang rata dapat digerinda seperlunya dengan syarat bahwa
tepi yang telah selesai harus cukup lurus, tepat, licin dan rata seperti yang
dihasilkan pada pemotongan dengan mesin gergaji. Tidak diperkenankan untuk
menggunting pada plat utama, plat penguat, plat Koppel utama kecuali pada arah
yang tegak lurus terhadap tegangan utama.
Tepi pelat flens dari batang I tersusun, gelagar pelat, tepi dari pelat Koppel dan
pelat tersusun lainnya, pada arah tegangan utama dapat dipotong dengan mesin
pemotong atau las pemotong. Ujung dari plat penguat harus dipotong dan
diselesaikan agar rapat dengan flens dari gelagar. Ujung dari batang tekan, dan
gelagar batang-batang lain yang disambung dengan pelat penyambung yang
memakai paku keling atau baut, harus diratakan setelah pabrikasi agar rapat
seluruhnya dalam hal sambungan batang tarik maksimum 0,02 cm dapat
diperkanankan pada setiap titik sambungan.
 Pekerjaan mesin perkakas dan gerinda yang diperkenankan
Kalau pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, kecuali
tertera pada pasal di atas, maka pada pemotongan diperkenankan terbuangnya
metal sebanyak-banyaknya. 3mm pada pelat mempunyai tebal 12 mm atau lebih

65
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

kecil, dan sebanyak-banyaknya terbuang 6 mm pada pelat yang tebalnya lebih


besar dari 12 mm.
 Memotong dengan las pemotong.
Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal
serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang dihasilkan oleh las
pemotong harus bersih serta lurus untuk menghaluskan tepi yang telah dipotong
itu tidak diperkenankan menggunakan las pemotong.
Bila dikehendaki oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dapat digerinda
yang bergerak searah dengan arah las pemotong tepi harus diselesaikan
sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran besi.
 Pekerjaan las dan pengawasan pekerjaan las.
Pekerjaan las harus diselenggarakan oleh tukang las, dibawah pengawasan
langsung seorang yang menurut anggapan Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas sudah detraining dan mempunyai pengalaman yang sesuai untuk
penyelenggaraan pekerjaan semacam itu. Kontrkator harus menyerahkan kepada
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas untuk mendapat persetujuannya,
contoh las yang hendak dipakai dan setelah mendapat persetujuan, maka cara itu
tidak akan dirubah lagi tanpa persetujuan tertulis lebi lanjut.
Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan sambungan, cara-cara
pengelasan, jenis dan ukuran elektroda, tebalnya bagian-bagian, ukuran dari las
serta kekuatan arus listrik untuk las dan sebagainya, harus diajukan oleh
kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas lebih dahulu, sebelum pekerjaan dengan las listrik dan kecepatan
busur listrik, yang digunakan pada alas listrik harus seperti yang dinyatakan oleh
pabrik las listrik tersebut, dan tidak akan dibuat penyimpangan tanpa persetujuan
tertulis Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.
Pelat-pelat dan potongan-potongan yang hendak dilas harus bebas dari kotoran-
kotoran besi, minyak, gemuk, cat, karet atau lapisan lain yang dapat
mempengaruhi mutu las. Las dengan retak susut, retak pada bahan dasar,
berlubang dan kurang tepat letaknya, harus disingkirkan.
 Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan,
maka semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus dijepit bersama-
sama untuk membuat lubang dan dibor menembus seluruh tebal sekaligus. Bila
menggunakan baut pas pada salah satu lubang, maka lubang ini dibor lebih kecil
dan kemudian baru diperbesar untuk mencapai ukuran sebenarnya. Cara lain
ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan menggunakan mal.

66
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Setelah mengebor, seluruh kotoran besi harus disingkirkan, dan pelat-pelat dan
sebagainya dapat dilepas bila perlu.
Diameter paku keling pada gambar rencana adalah diameter paku keling sebelum
dipukul diameter lubang untuk paku atau baut kecuali baut pas, adalah 1,50 mm
lebih besar dari pada diameter yang tertera pada gambar rencana. Dalam hal
menggunakan baut pas pada lubang yang tidak dibor menembus sekaligus untuk
seluruh tebal elemen-elemennya maka lubang dapat dibor dengan ukuran yang
lebih kecil dahulu dan diperbesar kemudian pada saat montase percobaan.
c. Menuang dan Menempa
Semua tuangan harus baik dan bebas dari lubang-lubang, sumbatan-sumbatan atau
cacat lain. Segera setelah tuangan dikeluarkan dari acuan maka Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas harus diberitahukan sehingga ia dapat melakukan
pemeriksaan.
Hasil tuangan yang cacat tidak dipernankan untuk diperbaiki dan hasil tuangan tidak
boleh dicat atau diminyaki sebelum pemeriksaan dilakukan.
Seluruh tempaan harus baik, bebas dari sumbatan-sumbatan, lubang-lubang dan
cacat lain. Tuangan dan tempaan harus disempurnakan dengan mesin perkakas
sehingga berbentuk, seperti tertera pada gambar rencana dan seluruh hubungan
diselesaikan dan dicocokan dengan menggunakan mesin perkakas, yang
menghasilkan pekerjaan dengan mutu tinggi.
Tuangan dan tempaan yang terletak diatas beton, bila menurut pendapat Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dalam penyelesaian permukaan bawah yang
akan berhubungan dengan beton tidak cukup baik, maka harus diolah dengan mesin
perkakas, dan biaya-biaya untuk pekerjaan tersebut dibebankan atas resiko
kontraktor.
d. Penyelesaian permukaan-permukaan pada bagian-bagian yang dikerjakan dengan
mesin perkakas.
Tingkat penyelesaian umumnya harus dalam mutu yang tinggi dan memuaskan agar
masih memenuhi toleransi atau tingkat yang diinginkan. Mangkok hemispherical dan
ball joint perletakan harus dipasang dengan hati-hati agar mendapatkan tumpuan
yang merata, dengan menggunakan “material tanda” yang amat halus untuk
mengeceknya, dan ruangan bebas diantaranya kurang dari 0,1 mm. untuk menjamin
kebulatannya maka bagian-bagian harus digerakkan satu sama lain mengitari suatu
lingkaran lingkup dan berputar sekurang-kurangnya 45º kearah kedua jurusan as
horizontal. Kemudian puncak bola akan diratakan sebagian yang tidak melebihi
diameter 25 mm.
e. Montase dibengkel (montase percobaan)

67
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Sebelum diangkat, pekerjaan baja termasuk setiap railing yang akan terpasang
langsung pada pekerjaan baja, harus dipasang sementara (montase percobaan)
pada halaman kontraktor, pabrikasi yang terlindung dari cuaca untuk diperiksa oleh
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas mengenai aligmen serta tepatnya seluruh
bagian dan sambungan.
Kalau terjadi perbedaan kedudukan, maka bentang yang berdampingan harus
dimontase bersama-sama pada kedudukan yang dikehendaki lengkap dengan
perletakan-perletakannya, gelagar melintang dan seluruh batang-batang penguat.
Sambungan sementara harus berhubungan betul menyeluruh dengan menggunakan
cara yang disetujui seperti watel, jack, baut-baut.
Pemahatan yang dilakukan pada saat hanyalah untuk membawa bagian-bagian itu
pada posisi yang dikehendaki dan bukan untuk memperbesar lubang atau merusak
material.
Sekurang-kurangnya 25% dari lubang dan paku keeling untuk setiap sambungan
harus diisi dengan drift-paralle yang tidak boleh kurang dari 2/5-nya, sedangkan
selebihnya diisi dengan baut. Setiap bagian yang tidak cocok dengan gambar
rencana dan syarat-syarat dapat ditolak. Pemberitahuan harus diberikan kepada
Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas bila pekerjaan siap untuk diperiksa dan
semua fasilitas yang diperlukan untuk maksud pemeriksaan itu harus disediakan oleh
kontraktor. Montase percobaan tidak akan dilepas dulu sebelum mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
 Memberikan tanda untuk pemasangan akhir
Setiap montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, tetapi belum dilepas, setiap bagian harus
diberi tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat). Cat dari warna yang berbeda
digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama.
Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat tanda-tanda itu,
oleh kontraktor pabrikasi diberikan dengan cuma-cuma kepada Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dan kontraktor montase dari bangunan itu,
pada saat pengiriman pekerjaan baja itu.
f. Pengecatan dibengkel.
Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase percobaan, maka
permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali pada bagian yang dikerjakan dengan
mesin perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sehingga
menjadi logam yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand blasting)
atau dengan cara lain yang disetujui. Setelah semua permukaan dalam keadaan

68
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

bersih dan kering, kemudian dicat dasar dengan satu lapisan menie, atau bahan-
bahan pelindung lainnya kalau diisyaratkan khusus untuk pekerjaan tertentu.
g. Penyerahan untuk pemasangan akhir (montase lapangan)
Penyediaan paku keeling, baut-baut dan sebagainya. Kontraktor pabrikasi akan
menyediakan jumlah sepenuhnya dari paku keeling, mur-mur, baut-baut, cincin baut
dan sebagainya, yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dilapangan dengan
tambahannya sebanyak 10% dari setiap paku keeling dan 5% untuk setiap ukuran
baut mur dan cincin baut. Kontraktor pabrikasi harus juga menyediakan baut stel
lengkap dengan mur serta cincin-cincinya, sebanyak 50% dari jumlah keseluruhan
dari paku keeling dan baut baja keras yang diperlukan dilapangan untuk satu
bentang.
Pada saat pengiriman, kontraktor pabrikasi akan mengajukan/ menyerahkan dengan
Cuma-Cuma, untuk Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dan kontraktor
montase baru jembatan itu, dua copy daftar paku keeling dan bautnya yang
menyatakan jumlah, ukuran dan kwalitas, serta letaknya dimana akan dipakai pada
pekerjaan, dari seluruh paku keeling, dan baut-baut yang diserahkan.
 Paku keeling.
Ukuran paku keeling yang tertera pada gambar rencana, adalah ukuran sebelum
dipanaskan. Kepala paku keeling haruslah penuh, dibentuk dengan cermat,
konsentris dengan batangnya, dan berhubungan langsung dengan permukaan
batang-batang. Setiap paku keeling haruslah cukup panjang untuk membentuk
kepala dengan ukuran-ukuran standard serta cukup untuk menutup lubang
sepenuhnya. serta menyulitkan pengelasan bagian-bagian pekerjaan
menggunakan drfit secara wajar (moderate) harus dilaporkan kepada Direksi
Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas. Permukaan yang dikerjakan dengan mesin
perkakas harus dibersihkan sebelum dipasang. Koppel dan sambungan lapangan
pada umumnya lubang-lubangnya diisi dengan pen-drift dan baut pembantu
sebanyak 5% sebelum dikeling atau dibaut secara permanen.
Pada pemasangan dan pengepasan ini sekurang-kurangnya dua lubang pada
tiap kelompok diisi dengan parallel-drift bila mungkin, dan sekurang-kurangnya
40% dari lubang-lubang diisi dengan baut. Selanjutnya sekurang-kurangnya 10%
dari lubang pada sutu kelompok dikeling atau dibaut dengan permanen sebelum
baut montase atau drfit diangkat (disingkirkan).
Apabila sambungan baut yang dipakai merupakan sambungan tipe friction maka
prosedure serta tahapan pengencangannya harus sesuai dengan petunjuk dari
pabrik, dan juga harus sesuai dengan pasal 10.17 AASHTO standard

69
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Spesification for Higway Bridges, Edisi ke 13 baut tersebut harus diberi pelumas
yang disetujui.
Kontraktor harus membersihkan permukaan bidang kontrak pada sambungan
baut dengan tipe friction sebelum dipasang dari cairan oli, gemuk atau yang
semacam dan dengan cara yang harus disetujui dahulu oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
Segera setelah pengencangan akhir (final). Untuk mencegah terjadinya karat
pada bidang kontak pada bidang sambungan tipe friction harus diberi lapisan
penutup. Cara pemberian lapisan penutup harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
h. Drift paku keeling stel dan sebagainya.
Kontraktor montase harus menyediakan untuk digunakan sendiri, semua parallel-drift
untuk montase yang mungkin diperlukan dan tetap akan menjadi miliknya dan
disingkirkan dari tempat pekerjaan atas biaya sendiri.
Setelah selesai pekerjaan, semua baut stel dan setiap paku keeling, baut dan
sebagainya yang berlebih akan diserahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas atas biaya kontraktor montase.
i. Drift Parallel untuk montase
Batang tak berulir dari drift parallel yang digunakan pada montase, dibuat sesuai
dengan diameter yang diperlukan, dan panjangnya tidak kurang dari jumlah tebal
material yang akan dilalui oleh drift itu ditambah satu diameter drift itu.
j. Kerangka Baja
Satu bentang kerangka baja dipasang atas tumpuan-tumpuan sedemikian rupa,
sehingga kerangka baja itu dapat membentuk lawan lendut seperti tertera pada
gambar rencana tumpuan-tumpuan itu tidak disingkirkan sebelum seluruh
sambungan (kecuali sambungan pendek pada puncaknya), telah dikeling atau dibuat
dengan permanen. pemasangan permanen paku keeling dan baut tidak boleh
dilakukan tanpa persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, dan pada
umumnya persetujuan semacam itu tidak akan diberikan sebelum bentang itu telah
terpasang dengan gelagar melintang, batang penguap dan baut-baut stel seperti
yang disyaratkan.
Setelah kerangka baja terpasang, baut sambungan batang atas keeling atau dibaut
permanen dalam keadaan lantai telah selesai, maka lawan lendut pada beberapa titik
yang ditentukan haruslah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar rencana
dalam keadaan beban mati.

70
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

k. Gelagar Induk
Gelagar induk harus dipasang lengkap dengan gelagar melintang dan sebagainya.
semua sambungan dipasang dengan drift dan baut seperti yang disyaratkan dan bila
telah disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, akan dikeling atau
dibuat secara permanen.
l. Pemasangan Paku Keling
Semua pekerjaan harus dibuat secara wajar sehingga potongan-potongan dapat
dengan rapat menyeluruh sebelum dimulai pemasangan paku keeling, drift dapat
digunakan hanya untuk mendekatkan pekerjaan pada dan tidak akan digunakan
untuk mengganggu lubang-lubang.
Menggunakan drift dengan ukuran yang lebih besar dari diameter nominal lubang
tidak diperkenankan. Dianjurkan paku keeling dipasang dengan menggunakan
mesin, lebih disukai dengan menggunakan alat tekanan dari tipe yang disetujui.
Pemberian tekanan pada paku keeling diteruskan untuk beberapa waktu setelah
selesai dipasang.
Setiap paku keling harus cukup panjang membentuk kepala dengan ukuran standard,
dan harus dipanaskan merah menyeluruh.
Setiap paku keeling setelah dipanaskan dan sebelum dimasukkan pada lubang,
harus bebas dari kotoran-kotoran besi dengan cara menggosokkannya pada
permukaan sepotong lobang paku keeling berada dalam keadaan tetap panas merah
menyeluruh pada saat dimasukkan dan dikerjakan dan mengisi seluruh lubang
selama masih panas.
Semua paku keeling yang longgar serta paku keeling yang retak, berbentuk jelek
atau dengan kepala yang cacat atau dengan kepala yang sangat eksentris terhadap
batangnya, harus dipotong dan diganti dengan paku keeling yang baik. Membentuk
kembali kepala paku keeling tidak diperkenankan. kepala paku keeling yang agak
pipih dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu dimana ruang bebas terbatas.
m. Penggunaan baja keras, baut-baut untuk pemasangan akhir
 Pemasangan
setiap sambungan dibaut bersama-sama dengan baut stel berbagai bagian serta
berbagai plat berhubungan rapat satu sama lain secara menyeluruh. Sebanyak
50% lubang harus diisi dengan baut stel dan minimal 10%, atau pada setiap
potongan dan pelat minimal 2 lubang diisi dengan drift parallel, sesuai yang
disyaratkan pasal 8 “Parallel-drift untuk montase”.
Baut baja keras harus dipasang dengan cincin baut yang diperlukan, dibawah
kepala baut itu terpasang dengan cekungnya menghadap keluar. memasukkan
dan mengencangkan baut baja keras diatur sedemikian sehingga selalu rapat dan

71
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

tidak dapat dimulai sebelum sambungan telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas atau wakilnya.
Mur harus dikencangkan hanya terhadap bidang yang tegak lurus terhadap as
lubang. Bidang dibawah kepala baut tidak boleh menyimpang dari bidang tegak
lurus terhadap as baut lebih dari 3,5 memakai cincin baut yang miring (taperd)
dapat dilakukan bila perlu.
Baut menonjol melalui mur tidak kurang dari 1,5 mm dan tidak melebihi 4,5 mm,
baut stel yang digunakan untuk membaut permulaan dapat seterusnya digunakan
pada sambungan.
 Mengencangkan baut
Baut baja keras dapat dikencangkan dengan tangan atau dengan kunci-kunci
yang digerakkan dengan mesin. Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui
dan dapat menunjukkan bila tercapai torque yang disyaratkan. Mesin pas mesin
harus dari jenis yang telah disetujui yang akan slip bila tegangan atau torque
yang tertera pada table dibawah ini telah tercapai. Kunci pas harus sering dicek
dan harus disesuaikan untuk mencapai tegangan atau torque yang disyaratkan
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
 Tegangan yang perlu pada baut
Tabel berikut memberikan tegangan yang perlu dicapai pada baja keras dengan
berbagai diameter yang digunakan pada pekerjaan.
Nilai-nilai ini diperoleh sebagai berikut :
Kolom (2) menyatakan tegangan yang diperlukan pada masing-masing baut yang
dipasang pada pekerjaan, disyaratkan sebagai 85% dari beban percobaan patah
pada baut-baut.
Kolom (3) dan (4) adalah kolom (2) ditambah 15% dan menyatakan tegangan
yang harus dicapai dengan pemeriksaan kalibrasi dari impact mekanis atau kunci
pas yang lain, speling sebesar 15% untuk teknik yang bermacam-macam
haruslah dengan pemeriksaan Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
Kolom (5) adalah angka kira-kira untuk torque yang diperlukan untuk
menggerakkan mur terhadap tegangan pada kolom (2), dikira-kira sebagai
berikut:
Torque = 0,0175 x diameter baut x tegangan baut
(lbs,ft) (inchi) (lbs)
Tabel 8.04.2
Diameter baut 85% dari Beban kalibrasi Torque
percobaan beban
Inch Lbs lbs lbs lbs, ft

72
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

¾ 24.00 27.540 12,29 315


7/8 30.000 34.960 25,61 465
1 39.900 35.880 20,48 700
1 1/8 47.650 54.800 24,46 940
Pengecekan hubungan tegangan/ torque dilakukan oleh kontraktor montase, dan
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas akan melakukan test pengecekan
torque di lapangan. Setiap baut yang kendor harus disesuaikan menurut
kebutuhan.
Perhatian khusus perlu diberikan pada kelompok baut yang telah dikencangkan
semula, yang karena baut-baut berdampingan dikencangkan mungkin kendor dan
harus dikencangkan kembali sehingga mencapai tegangan yang diperlukan.

n. Meletakkan perletakan dan sebagainya (bearing)


untuk memperkenankan perpanjangan konstruksi besi dibawah beban mati, maka
kontraktor harus menempatkan dengan teliti perletakan itu, sehingga jarak horizontal
antara as pelat landasan, pada suhu 25C sesuai dengan yang tertera pada gambar
rencana atau seperti diperintahkan oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas
secara tertulis.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita baja yang disetujui dan kontraktor
harus menjamin telah dilakukan koreksi yang tepat pada saat pengukuran dilakukan
bila pita baja yang digunaan itu dikalibrasi pada suhu yang lain dari suhu
pengukuran.
o. Pengecatan baja
 Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dipabrik dengan cat dasar yang
telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang dikerjakan dengan mesin
perkakas misalnya pada perletakan.
Cat lapangan terdiri dari :
- Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah
dicat dibengkel,seperti diperintahkan oleh Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas, yang telah rusak pada saat transport atau pemasangan serta
bidang-bidang lain seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, dimana cat dasarnya telah rusak.
- Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan dalam pasal
08. “ pengecatan bengkel” pada bidang-bidang yang tertera pada pont diatas.
- Pemakaian cat akhir seperti disyaratkan pada pekerjaan tertentu, untuk
seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.

73
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- Pembersihan permukaan.
Seluruh permukaan dari pekerjaan besi bangunan seperti diuraikan diatas,
harus bersih dan dikupas dengan sand blasting atau cara lain yang disetujui,
agar menjadi logam yang bersih, dengan menyingkirkan seluruh gemuk, olie,
karatan, Lumpur atau lain-lain yeng melengket padanya.
Luas bidang permukaan yang dibersihkan haruslah dapat sekaligus ditutup
dengan cat dasar dan dicat segera setelah pembersihan, sebelum terjadi
oksidasi. bila terjadi oksidasi (karatan), permukaan harus dibersihkan kembali
sebelum pengecatan dasar dilakukan.
- Penggunaan cat :
Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau dengan cara
yang disyaratkan oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
pengecatan tak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau berdebu
atau pada cuaca lain yang jelek, kecuali diusahakan tindakan-tindakan
seperlunya yang sesuai dengan pendapat Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas, untuk melawan pengaruh-pengaruh cuaca tersebut terhadap
pekerjaan.
Permukaan yang akan dicat harus kering dan berdebu lapisan berikutnya
tidak dibersihkan sebelum lapisan cat terdahulu telah kering betul. Lapisan
penutup diberikan diatas cat dasar dalam tempo kurang dari 6 bulan, tetapi
tidak boleh lebih dari 48 jam setelah pengecatan dasar.
Bila terjadi demikian, maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau
dicat dasar lagi seperti diuraikan diatas.
Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas) harus disapu dengan kuat pada permukaan baja,
sekitar paku keeling, baut-baut pada setiap sudut-sudut, sambungan plat,
lekuk-lekuk dan sebagainya, kemudian diratakan dengan baik.
Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air, diisi
dengan cat yang tebal, atau bila diperintahkan oleh Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas, dengan menggunakan semen kedap air atau
bagian lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.
Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata, Pemakaian
cat yang rata ialah 12,5 sampai 15 m per liter untuk cat dasar, dan 15
sampai 20 m per liter untuk lapisan berikutnya.
Apabila lapisan galvanis pada komponen jembatan rusak selama
pengangkutan pemasangan atau bongkar/muat, maka permukaan bagian luar
harus segera dicat dengan cara sebagai berikut:

74
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- Bersihkan sampai ke permukaan baja dan haluskan tepi yang berbatasan


dengan lapisan galvanis. setelah bidang yang akan diperbaiki dibersihkan
dari bekas minyak, diberikan dua lapisan zinc rich primer dengan
ketebalan kering minimum 75 mikron.
- Apabila kerusakan yang terjadi cukup parah, maka Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas dapat memerintahkan untuk penanganan secara
keseluruhan atau diganti.

4. Dasar Perhitungan
Volume baja bangunan dibayarkan menurut banyak kilogram yang terpasang dengan
komplit pada tempatnya. Dengan maksud perhitungan untuk pembayaran dari bagian-
bagian yang digunakan dibengkel seperti ; besi campuran, besi plat, angkur baut dan
mur, alas, rockers, expansion dams, lubang dan pipa saluran, besi penyambung, baut
angker pada beton, crandles and brackets, post, conduit dan ducts, steel pile shells,
structural shapes and sheet plates for expansion joint.
volume berat besi yang dipakai berdasarkan berat dibawah ini :
- Allumunium 2.800
- bronze, tembaga campuran 8.700
- tembaga lembaran 9.000
- besi tuang 7.200
- besi dapat ditempa 7.600
- besi tempa 7.900
- baja, baja tuang, baja campuran, bearing dan baja murni 7950
- seng 7.300
- Bentuk, pelat, pegangan dan lantai :

Berat dari besi yang berbentuk pelat dihitung berdasarkan berat sebelumnya dari dimensi
dan ukuran yang ditentukan dari work shop drawing yang disetujui dikurangi dengan
pemotongan dan lubang pembukaan diluar paku keeling berat dari sandaran termasuk
sebagai konstruksi baja. Berat dari steel grid flooring dihitung terpisah.
Lainnya.
Berat dari baut untuk pemasangan, pekerjaan pengecatan dibengkel dan dilapangan,
pengelasan dibengkel dan dilapangan, galvanis, pembungkus dan lainnya,
pengangkutan dan lainnya yang membantu selama pengangkutannya, paku, baut, baut
keras, angker semuanya termasuk didalam pekerjaan ini.

75
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pasal 05
LANTAI KERJA

1. Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan lantai kerja, seperti dibawah pekerjaan pondasi,
sloof dan sejenisnya sebagaimana yang tercantum dalam gambar perencanaan.

2. Persyaratan Bahan
Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil bila tidak disebutkan
secara khusus didalam gambar harus dibuat dengan perbandingan semen : pasir :
kerikil = 1 : 3 : 5 atau kualitas setara B – 0.

3. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan diratakan
dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir.
3.2. Lantai kerja, sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi/
Konsultan Pengawas tidak boleh ditutup oleh pekerjaan lainnya. Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas berhak membongkar pekerjaan diatasnya bilamana
lantai kerjá tersebut belum disetujui olehnya.
3.3. Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak dinyatakan secara
khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal = 5 cm.

76
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

PASAL 06
PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi mulai dari pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga/
personil dan jasa-jasa lain sehubungan dengan pekerjaan beton bertulang untuk
pembuatan pondasi dan rangka bangunan ini sesuai dengan gambar rencana
dan persyaratan-persyaratan yang ada dalam rencana kerja dan syarat-syarat
teknis ini.
Dalam hal ini Kontraktor harus menyediakan tenaga, dan segala peralatan serta
perlengkapan yang ada kaitannya dengan pekerjaan beton bertulang sesuai
dengan kapasitas yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan
tersebut.

5.2. Pengendalian Pekerjaan


Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton bertulang harus mengikuti
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
 NI-2-PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia (1971)
 SK SNI T-15-1991-03 :Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung.
 NI-3-1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia
 PUUDI-1982 : Persyaratan Umum Beban Bangunan di
Indonesia
 SII : Standar Industri Indonesia
 SII 0136-84 : Baja Tulangan Beton
 SII 0784-83 : Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton
 American Society for Testing Materials (ASTM 1993)
 ASTM C13-88 : Method of Making and Curing Concrete Test
Specimens
 ASTM C33-86 : Specification for Concrete Aggregates
 ASTM C39-86 : Test Method for Compressive Strength for
Cylindrical
 ASTM C42-87 : Method of Obtaining and Testing Drilled Cores
and

77
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Sawed Beams of Concrete


 ASTM C143-89 : Test Method for Slump of Portland Cement
Concrete
 ASTM C150-86 : Specification for Portland Cement
 ASTM C172-82 : Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete
by
the Pressure Method
 ASTM C260-86 : Air-Entraining Admixtures for Concrete
 ASTM C330-85 : Specification for Lightweight Aggregates for
Structural
Concrete
 ASTM C494-92 : Standar Specification for Chemical Admixtures for
Concrete.

5.3. Pekerjaan Beton Cor di Tempat


Untuk pekerjaan beton cor ditempat ini, harus menggunakan adukan beton siap
pakai (ready mixed concrete). Proses dilaksanakan dengan mesin Batching
Plant Fully Automatic Computerized System dengan printer memory.
a. Aggregat Kasar
 Agregat kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet System Stone Crusher.
 Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi agregat kasar untuk
beton menurut ASTM C33-86.
 Ukuran terbesar agregat kasar adalah 2,5 cm.
 Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak
diinginkan.
 Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butiran-butiran yang kasar,
keras tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih
jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
 Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 %
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles
 Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton.

78
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Kontraktor harus mengirim Manajemen Konstruksi ( MK ) contoh bahan


untuk agregat kasar yang akan digunakan untuk campuran beton oleh
sub kontraktor ready mixed. Selanjutnya bahan agregat tersebut dikirim
ke laboratorium yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk
diuji, apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa material tersebut tidak
memenuhi syarat untuk pembuatan campuran beton K-250 dan K-300,
Manajemen Konstruksi ( MK ) berhak untuk menolak bahan agregat
kasar tersebut untuk digunakan. Biaya-biaya yang timbul untuk pengujian
di laboratorium adalah menjadi tanggungan kontraktor dan harus sudah
termasuk dalam penawaran harga satuan beton bertulang.

Gradasi

Saringan Ukuran (mm) % Lewat saringan


1" 25 100
3/4" 20 90-100
3/8" 9,5 20-55
No.4 4,76 0-10

b. Agregat Halus
 Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari daerah
setempat dengan catatan memenuhi syarat seperti yang tercantum
dalam PBI'71 untuk Agregat Halus.
 Pasir harus bersih dari bahan organik, zat-zat alkali dan substansi-
substansi yang merusak beton.
 Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
 Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.
 Cara dan penyiapan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang
tidak diinginkan.
 Kontraktor harus memperlihatkan pada Manajemen Konstruksi ( MK )
contoh bahan pasir yang akan digunakan untuk campuran beton oleh
sub kontraktor ready mixed. Selanjutnya bahan pasir tersebut dikirim ke
laboratorium yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk
diuji, apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa material tersebut tidak
memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan, maka Manajemen
Konstruksi ( MK ) berhak untuk menolak bahan pasir tersebut untuk

79
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

digunakan. Segala biaya yang timbul untuk pelaksanaan pengujian


bahan di laboratorium adalah menjadi tanggungan kontraktor dan harus
sudah termasuk dalam harga satuan penawaran beton bertulang.

Gradasi
Saringan Ukuran (mm) % Lewat saringan
3/8" 9,5 100
No.4 4,76 90-100
No.8 2,38 80-100
No.16 1,19 50-85
No.30 0,595 25-65
No.50 0,297 10-30
No.100 0,147 5-10
No.200 0,074 0-5

c. PC (Portland Cement)
Semen yang harus dipakai adalah semen dengan mutu yang disyaratkan
sesuai dengan NI-bab 3.2. Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk
semen saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton. Semen ini harus
dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik dan
terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan urutan pengirimannya.

Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan


lantai terangkat dan ditumpuk sesuai urutan pengiriman. Semen yang rusak
atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari
lapangan.
d. Air
Air untuk campuran beton harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan
dalam NI-2 Bab 3.6. Sebelum air untuk pengecoran beton dipergunakan,
harus terlebih dahulu diperiksakan pada Laboratorium PAM/ PDAM setempat
yang disetujui Manajemen Konstruksi ( MK ) dengan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan air atas biaya
sendiri.
e. Additive
Dalam hal digunakan bahan additive dalam campuran beton, maka
kontraktor harus mendiskusikan terlebih dahulu dari penggunaan bahan-
bahan additive tersebut guna mendapatkan persetujuan dan petunjuk-

80
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

petunjuk mengenai cara-cara pelaksanaannya dari pihak Manajemen


Konstruksi ( MK ) dan Perencana sesuai dengan spesifikasi teknis dan
brosur yang dikeluarkan oleh pabrik yang memproduksi bahan additive
tersebut. Bahan additive untuk campuran beton K-225 dan K-300 ini dapat
menggunakan dari produk Fosrock, Sika atau yang setara. Jenis bahan
additive yang digunakan adalah untuk kemudahan kerja (workability) dan
kekedapan beton.
f. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan untuk seluruh pekerjaan beton cor di tempat
dalam pekerjaan ini adalah f'c 26,7 MPa (K-300) atau sesuai gambar
perencanaan untuk Pekerjaan Sloof,Kolom,Balok Dan Plat Lantai. Untuk
lantai kerja digunakan Beton Rabat dengan campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr.

5.4. Pelaksanaan Pekerjaan Beton


Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor harus mengadakan trial test
atau Mixed Design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang
disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Manajemen
Konstruksi ( MK ) "Deviasi Standar" yang akan dipergunakan untuk menilai mutu
beton ditinjau terhadap mutu (kekuatan tekan) dan tingkat kekedapannya selama
pelaksanaan.
5.4.1. Pengecoran Beton
a. Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat
izin secara tertulis dari Manajemen Konstruksi ( MK ). Permohonan
izin rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat dua (2) hari
sebelumnya. Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah
menyiapkan seluruh stek-stek untuk kolom praktis dan angker-
angker untuk pengikat dudukan kuda-kuda maupun penyaluran
tulangan yang diperlukan, pada pelat kolom dan balok-balok beton
untuk bagian yang akan saling berhubungan atau pada konstruksi
sambungan, juga sudah disiapkan opening dan sparing-sparing
untuk pekerjaan M & E sesuai dengan gambar rencana dan gambar
kerja yang telah disetujui.
b. Memberitahukan Manajemen Konstruksi ( MK ) selambat-lambatnya
24 jam sebelum suatu pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan
Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk mengecor beton berkaitan

81
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta


bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa
gangguan. Persetujuan tersebut diatas tidak mengurangi tanggung
jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan Beton secara
menyeluruh.
c. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air
pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui
1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Konsultan Manajemen
Konstruksi ( MK ) menganggap perlu didasarkan pada kondisi
tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan
terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak
tulangan. Cara penuangan dengan alat concrete pump dan alat-alat
bantu pembantu seperti talang, pipa chute dan sebagainya, harus
mendapat persetujuan Manajemen Konstruksi ( MK ).
e. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus
selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang
mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian lebih dari 2 meter. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya
digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya
terbenam dalam adukan yang baru dituang.
f. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah
mengalami "initial set" atau yang telah mengeras dalam batas
dimana akan terjadi plastis karena getaran. Penggetaran harus
dilakukan dengan seoptimal mungkin untuk didapat mutu yang
maksimal.
g. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh
tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm atau sesuai gambar
kerja agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
penyerapan air semen dengan tanah.
h. Bila pengecoran harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari
lapisan air semen (laintance) dan partikel-partikel yang terlepas
sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang

82
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan


yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
i. Supplier ready mix harus mempunyai kapasitas supply minimal 40
m3/jam, (atau hal ini dapat ditentukan di lapangan sesuai petunjuk
Manajemen Konstruksi (MK ).
j. Untuk mencapai kapasitas 40 m3/jam, Supplier harus memiliki
minimal 20 truk mixer, 1 buah concrete pump cadangan dan 1 buah
bacthing plant cadangan.
k. Selimut beton :
 Pelat lantai yang berhubungan dengan tanah : 5 cm
 Pelat lantai yang tidak berhubungan dengan tanah : 2,5 cm
 Balok yang berhubungan dengan tanah : 5 cm
 Balok yang tidak berhubungan dengan tanah : 3 cm

5.4.2. Dimensi Beton


Ukuran-ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja Struktur adalah ukuran
beton struktur.
5.4.3. Pemadatan Beton
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan
secukupnya agar didapat beton padat tanpa menggetarkan secara
berlebihan.
b. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton sangat penting.
Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dengan dijaga agar
tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga
dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan diterima.
c. Penggetaran tidak boleh digunakan untuk tujuan mengalirkan beton.
d. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan
dengan penggetar berfrekuensi tinggi, agar dijamin pengisian beton
dan pemadatan yang baik.
e. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang
berpengalaman dan terlatih.
5.4.4. Lantai Kerja

83
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya harus


diurug pasir padat setebal sesuai yang ditunjukkan dalam gambar,
kemudian dipasang lantai kerja dengan ketebalan sesuai gambar dengan
adukan 1PC : 3PS : 5KR dibawah konstruksi beton tersebut.
5.4.5. Slump (kekentalan Beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan
PBI-1971 adalah sebagai berikut :

Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Max. Min.
- Kaki dan dinding pondasi 125 50
- Plat, balok dan dinding 120 75
- Kolom 120 75
- Plat diatas tanah 125 50

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi


harga tersebut diatas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal
apapun tidak boleh melebihi 150 mm.
5.4.6. Penyambungan Beton dan Water Stop
a. Pada prinsipnya pengecoran beton harus dilakukan secara menerus
(kontinu) selama satu periode pengecoran, apabila kontraktor tidak
dapat melakukannya karena sesuatu hal sehingga pengecoran
harus berhenti dan disambung, maka khusus untuk penyambungan
didaerah beton yang berhubungan dengan tanah/kedap air, harus
dipasang water stop atas biaya sendiri dari kontraktor, lokasi
pemberhentian pengecoran akan ditentukan oleh Manajemen
Konstruksi ( MK ).
b. Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan /
dikasarkan dan diberi bahan bonding agent dari produk Fosrock,
Sika atau yang setara dan yang dapat menjamin kontinuitas adukan
beton lama dengan yang baru.
c. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak dibawah
permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan
genangan air hujan/air kotor harus diberi water stop dan dipasang
sesuai petunjuk konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ) dan brosur

84
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dari pabrik pembuat, biaya untuk pengadaan dan pemasangan water


stop menjadi tanggungan kontraktor.
d. Penyambungan Beton Konekting antara Bangunan Existing dengan
Bangunan Baru pada lantai 1 dan lantai 2.
5.4.7. Construction Joint (Sambungan Beton)
a. Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk
penyelesaian satu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule
tersebut Manajemen Konstruksi ( MK ) akan memberikan
persetujuan dimana letak construction joints tersebut. Dalam
keadaan mendesak Manajemen Konstruksi (MK) dapat merubah
letak construction joints. Perlu atau tidaknya pada construction joint
diberi water stop, dapat dikonsultasikan dengan Manajemen
Konstruksi (MK).
b. Permukaan construction joins harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton
yang padat dengan menyemprotkan air pada permukaan beton,
sesudah 2 jam tapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.
c. Bila pada sambungan beton timbul retak/bocor, perbaikan dilakukan
dengan menggunakan bahan-bahan additive yang disetujui
Manajemen Konstruksi ( MK ). Bila dijumpai adanya kekeroposan
beton, maka perlu dilakukan penyuntikan/grouting.
5.4.8. Penyambungan Beton Keras danTulangan (Bangunan Eksisting)
a. Pada prinsipnya penyambungan antara beton keras (eksisting)
dengan baja tulangan pada pekerjaan penambahan lantai di
bangunan eksisting harus meneruskan transfer gaya antara elemen
yang akan disambung (antara kolom eksisting dan balok baru atau
balok eksisting dengan balok baru).
b. Penyambungan antara beton keras dengan tulangan dengan
menggunakan Anchoring System . Digunakan material chemical bolt
produksi HILTI type HIT-HY 150 with rebar .
c. Pelaksanaan pekerjaan penyambungan ini harus sesuai dengan
gambar rencana dan setting operation yang ditentukan produk yang
digunakan sesuai dengan persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi ( MK ).

85
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

5.4.9. Pengujian Laboratorium Beton Ready Mixed


a. Untuk setiap hari pengiriman beton ready mix harus diambil sampel
atau benda uji dalam bentuk kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm atau
bentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Jumlah benda uji yang harus disediakan untuk setiap periode
pengecoran beton, akan disesuaikan di lapangan.
b. Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium adalah test kuat
tekan beton.
c. Selain pengambilan sampel pada setiap truk, maka beton tersebut
harus diuji terlebih dahulu nilai slump-nya sebelum dapat diterima
sebagai bahan konstruksi.
d. Mutu Beton Ready Mixed f'c 26,4 (K-300) dipergunakan untuk
Pekerjaan Pile Cap, Sloof, Kolom, Balok,dan Plat Lantai.

5.5. Pembesian
Sebelum pekerjaan pembesian dimulai, kontraktor harus menyerahkan gambar
kerja pembesian kepada Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk mendapatkan
persetujuan.
Besi tulangan beton harus disimpan dengan cara sedemikian rupa sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. Besi
tulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran masing-masing. Besi
tulangan polos maupun besi-besi tulangan ulir (deformed bars) harus sesuai
dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.7, yang dinyatakan sebagai BJTD - 39
(tulangan ulir) dan BJTP-24 (tulangan polos), seperti dinyatakan dalam gambar
dengan persyaratan sebagai
berikut :
 BJTD - 40 untuk dia. > 10 mm
 BJTP - 24 untuk dia. < 10 mm
Besi tulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain,
apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off" yang
disetujui Manajemen Konstruksi ( MK ). Manajemen Konstruksi ( MK ) berhak
memerintahkan untuk menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu
sampai maksimum 5% dari tulangan dalam gambar struktur, tanpa biaya
tambahan.

86
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Baja tulangan dapat difabrikasi diluar di lokasi pekerjaan dan pada tempat yang
terlindung dari cuaca hujan/panas. Pekerjaan pembesian terutama panjang dan
ukuran, bengkokan, sambungan dan panjang-panjang penyaluran harus sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam perencanaan. Baja tulangan yang
telah selesai difabrikasi kemudian dirakit/dipasang pada posisi bekisting yang
telah siap sebelumnya, penahan/pengikat tulangan pada bekisting dapat
dilakukan dengan bahan beton decking atau jangkar/kaki ayam supaya baja
tulangan dapat terpasang kokoh, kuat dan tepat pada posisinya.

5.6. Kawat Pengikat


Ukuran minimal kawat pengikat adalah Ø 1 mm seperti yang disyaratkan dalam
NI-2 Bab. 3.7.

5.7. Cetakan Beton


5.7.1. Standard
Seluruh cetakan mengikuti persyaratan Normalisasi dibawah ini :
 SNI - 2 - 1971 = Peraturan Beton Indonesia
 SNI - 3 - 1970 = Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia

5.7.2. Persyaratan Bahan dan Pelaksanaan


a. Bahan pelepas acuan (realising agent) harus sepenuhnya digunakan
pada semua acuan untuk pekerjaan beton.
b. Cetakan untuk beton cor ditempat biasa Bahan cetakan harus dibuat
dari bahan multiplaks dengan tebal minimal 12 mm dengan penguat-
penguat kayu atau pipa secukupnya, sehingga keseluruhan form
work dapat berdiri stabil dan tidak terpengaruh oleh desakan-
desakan beton pada waktu pengecoran serta tidak terjadi perubahan
bentuk.
c. Rencana desain seluruh cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.
d. Kontraktor harus membuat gambar kerja untuk rencana bekisting
dan diserahkan kepada Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk
mendapatkan persetujuan

87
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

e. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang


dari hasil beton yang diinginkan oleh perencana dalam gambar
rencana.
f. Cetakan harus sedemikian rupa agar menghasilkan permukaan
beton yang rata. Untuk itu dapat digunakan cetakan multiplex atau
plat besi dengan permukaan yang halus dan rata.
g. Sebelum beton dituang, konstruksi cetakan harus diteliti untuk
memastikan bahwa benar dalam letak yang diinginkan, kokoh, rapat,
tidak terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituangkan serta bersih dari segala benda yang tidak diinginkan dan
kotoran-kotoran.
Permukaan cetakan harus diberi minyak yang biasa diperdagangkan
untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya agar
berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi yang dapat
mengurangi daya lekat besi dengan beton.
h. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata agar tidak terjadi
penyerapan air beton yang baru dituang.
i. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Manajemen Konstruksi ( MK ) atau jika umur beton telah melampaui
waktu sebagai berikut :
 Bagian sisi balok & Kolom : 48 jam
 Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
 Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
 Plat lantai / atap : 21 hari
Dengan persetujuan Manajemen Konstruksi ( MK ), cetakan beton
dapat dibongkar lebih awal dengan syarat benda uji yang kondisi
perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah mencapai
kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari.
Segala izin yang diberikan oleh Manajemen Konstruksi ( MK ) sekali-
kali tidak boleh menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan
tanggung jawab Kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang
timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran
cetakan beton tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada

88
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak


pecah. Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang
terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum
dilaksanakan pengurugan tanah kembali.
j. Hasil pengecoran
Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rapi, bersih rata dan
tanpa cacat/keropos, lurus dan tepat pada posisinya sesuai dengan
gambar rencana.

Pasal 07
PEKERJAAN BETON STRUKTUR

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Semua pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja,
pengangkutan yang dibutuhkan serta pelaksanaan pekerjaan beton struktur yang
meliputi semua elemen struktur gedung mulai dari pondasi telapak, poer dan sloof
sampai ke atap gedung, sesuai yang ditunjukkan dalam gambar rencana dan
memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan dari bagian kerja ini,
ditambah dengan bagian-bagian khusus meliputi :
a. Tangki air dari fibre glass termasuk pelapisan kedap air
b. Pekerjaan pelubangan, perpipaan dan saluran pipa seperti dijelaskan dalam
gambar
c. Pekerjaan khusus pemasangan kait dan stek
d. Pekerjaan khusus pemasangan lapisan kedap air di atap.
1.2. Pemborong harus mengadakan penyediaan-penyediaan dan persiapan-persiapan
serta melakukan semua pekerjaan yang perlu untuk menerima atau ikut serta
dengan pekerjaan lain.
1.3. Pemborong harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat-alat yang
terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam didalam beton.
Syarat-syarat umum pada pekerjaan ini berlaku penuh SNI 2847 : 2013 Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
1.4. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk
pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran
dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya
ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika
terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang

89
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Perencana atau Konsultan


MK/Pengawas, guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya yang disetujui
oleh Perencana.
1.5. Apabila didalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari syarat-syarat
yang telah ditentukand alam RKS ini, maka segala akibat yang ditimbulkan oleh
penyimpangan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
1.6. Perencanaan, bahan, pelaksanaan, peralatan dan pengujian untuk pekerjaan
struktur beton bagian atas (upper structure) bila ditentukan lain harus mengikuti
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang diberikan dalam SNI 2847 : 2013
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Semen Portland
Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membatu dan
dalam zak yang tertutup seperti yang disyaratkan dalam SNI 15-2049-2004 atau
type I menurut ASTM memenuhi S.400 menurut Standar Semen Portland yang
digariskan oleh Asosisasi Semen Indonesia.Merk yang dipilih tidak ditukar-tukar
dalam pelaksanaan kecuali atas pertimbangand an persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas Lapangan, yang hanya dapat dilakukan dalam
keadaan :
a. Tidak adanya stock dipasaran dari merk yang tersebut di atas.
b. Pemborong memberikan jaminan data-data teknis bahwa kualitas semen
penggantinya adalah dengan kualitas yang setara dengan mutu semen yang
tersebut di atas.
c. Batas-batas pembetonan dari penggunaan merk semen berlainan jenis harus
diketahui.
2.2. Aggregates
a. Aggregates kasar, kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat SNI
2847 : 2013. Aggregates berupa koral atau crushed stone yang mempunyai
susunan gradasi baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous).
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih
maksimum 20 % bersih, tidak mengandung zat-zat aktif alkali. Dimensi
minimum dari aggregates kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan tidak lebih dari 0,25
dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
b. Aggregates halus, pasir butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung
lumpur dan bahan-bahan organis, kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh
melebihi dari 4% berat. Sisa diatas ayakan 4 mm sisa harus minimum 2 %

90
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

berat, sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat, sisa ayakan 0,25
mm harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
2.3. Air dan Beton
a. Air yang dipakai untuk semua beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus
bebas dari lumpur, minyak, asam dan bahan organik basah, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
b. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air yang dipakai, dianjurkan untuk
mengirim contoh air itu ke Lembaga Pemeriksaan bahan-bahan yang disetujui
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas Lapangan / Konsultan
MK/Pengawas atas biaya Pemborong, untuk diselidiki sampai seberapa jauh
ait itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton / tulangan.
2.4. Acuan (Bekisting dan Perancah (Scafolding)
Acuan (bekisting) yang digunakan dalah dari plywood tebal 12 mm dengan rangka
kayu pengaku secukupnya, harus dipergunakan untuk pencetakan semua kolom
(kecuali kolom praktis), semua listplank dan semua tangga-tangga gedung.
Perancah (scafolding) dapat dipergunakan dari pipa-pipa besi yang direncanakan
rangkaiannya sedemikian rupa sebagai perancah yang memenuhi syarat, atau
dapat pula dari kayu dolken/bambu bulat dengan diameter minimum 8 cm, jarak
minimal antar tiang perancang adalah 50 cm.
2.5. Baja Tulangan
Jika tidak ditentukan lain dalam gambar-gambar struktur, jenis dan mutu besi
beton yang dipakai dalam pekerjaan struktur beton ini adalah baja polos diameter
10 mm sampai 25 mm, mempunyai kekuatan tarik lelah maksimum 3200 kg/cm2
atau U-32, kecuali untuk diameter 8 mm dipakai U-24. Khusus untuk jenis-jenis
baja tulangan yang berdiameter 19 mm ke atas, didatangkan dalam keadaan lurus
(tidak boleh ditekuk) dari pabriknya.
2.6. Mutu Beton
Jika tidak ditentukan lain dalam gambar struktur mutu beton yang digunakan
adalah FC 25 MPA untuk beton struktural dengan tegangan tekan hancur
karakteristiknya untuk kubus beton ukuran 15x15x15 cm3, pada usia 28 hari
dengan derajat konfidensi = 0,95 dan K-175 untuk beton non struktural. Untuk
memungkinkan pencapaian kualitas beton ini, Pemborong diwajibkan
menggunakan beton ready mix.
2.7. Admixture (bahan-bahan tambahan dalam adukan beton)
Untuk pembetonan pada umumnya tidak diharuskan menggunakan admixtures,
bila diperlukan dapat diusulkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas.

91
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.8. Penyimpanan.
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya harus sesuai
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh) sesuai dengan
berat dari apa yang tercantum pada zak (tidak terdapat kekurangan), setelah
diturunkan disimpan pada gudang-gudang yang kering dan terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah.
Jika ada semen yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat
ditekan hancur dengan tangan dan jumlahnya tidak boleh melebihi 5% dari
berat semen.
c. Besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-bantalan
kayu yang bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya (misalnya : minyak dan
lain-lain).
d. Aggregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu dan
lain jenisnya/gradasinya dan diatas lantai beton ringan untuk menghindari
tercampurnya dengan tanah.

3. Pelaksanaan

3.1. Pemasangan Bekisting (Acuan)


a. Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk yang nyata dan dapat menampung beban-beban sementara sesuai
dengan jalannya kecepatan pembetonan. Semua bekisting harus diberi
penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan bergeraknya bekisting
selama pelaksanaan dapat ditiadakan, juga cukup rapat untuk menghindarkan
keluarnya adaukan (mortar leakage). Susunan bekisting dengan penunjang-
penunjang harus teratur hingga pengawasan atas kekurangannya dapat
mudah dilakukan. Penyusunan bekisting harus sedemikian rupa sehingga
pada waktu pembongkarannya tidak akan rusak.
b. Cukup penyangga dan silangan-silangan adalah menjadi tanggung jawab
pemborong, demikian juga kedudukand an dimensi yang tepat dari bekisting
adalah menjadi tanggung jawabnya.
c. Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari bekisting kolom
atau dinding harus ada bagian yang dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
d. Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran.
Adakan tindakan untuk menghindari pengumpulan air pembasahan tersebut
pada sisi bawah.

92
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

e. Pemasangan pipa-pipa dalam beton harus tidak boleh sampai merugikan


kekuatan konstruksi, untuk itu lihat Pasal 5,7 ayat 1 dari PBI.

3.2. Penulangan
a. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjan penulangan terlebih dahulu harus
dilakukan test mutu besi di Laboratorium Konstruksi Beton dengan biaya dari
Pemborong. Test mutu besi selanjutnya dilakukan secara periodik mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam SNI 2847 : 2013.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya
rekatnya. Bilamana ada kemacetan dalam pengecoran beton, tulangan akan
diperiksa kembali dan bila perlu akan dibersihkan. Baja tulangan beton harus
dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera
pada gambar-gambar konstruksi yang diberikan kepada Pemborong. Baja
tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara
yang dapat merusak bahannya.
c. Pemborong harus melaksanakan supaya besi terpasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar, baik letak kedudukannya maupun
ukuran-ukurannya.
d. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan dan perlu penyempurnaan penulangan
yang ada maka ;
 Pemborong dapat menambah ekstra baja tulangan dengan tidak mengurangi
penulangan yang tertera dalam gambar, secepatnya dapat diinformasikan
kepada Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.
 Jika hal tersebut di atas akan dimintakan Pemborong sebagai kerja lebih
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan
tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
e. Jika diusulkan perubahan dari jalannya penulangan maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas.
f. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter baja tulangan yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan
penukaran diameter baja tulangan yang terdekat, dengan catatan :
 Harus ada persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/ Konsultan
MK/Pengawas.

93
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Jumlah baja tulangan persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (jumlah luas
penampang).
 Penggatian tidak boleh mengakibatkan keruwetan penulangan ditempat
tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan
atau penyampaian penggetar.
 Mutu baja tulangan tetap sama.

3.3. Pengecoran
a. Sebagaimana disebutkan dalam point 2.7. pasal ini bahwa kualitas beton yang
harus dicapai dalam pekerjaan struktur beton ini adalah FC 25 MPA. Evaluasi
penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan SNI 2847 : 2013.
b. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data pelaksanaan dilain tempat
dengan mengadakan trial mix.
c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-
ketentuan dalam SNI 2847 : 2013, mengingat bahwa 33,2/C faktor yang sesuai
disini adalah sekitar 0,52-0,55 maka pemasukan adukan kedalam cetakan
benda uji dilakukan menurut SNI 2847 : 2013.
d. Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas,
laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga karakteristiknya.
e. Jumlah semen minimum 3 340 kg/m3 beton, khusus pada atap, pondasi, luifel
jumlah minimum tersebut dinaikan menjadi 365 kg/m3 beton (atau adukan
standar minimum 1:1,25:2,5 dan 1:2:3).
f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas atas biaya Pemborong.
Pengujian kubus selanjutnya secara periodik mengikuti ketentuan-ketentuan
dalam SNI 2847 : 2013.
g. Jika perlu digunakan juga pembuatan kubus percobaan umur 7 (tujuh) hari
dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang diminta
pada 28 hari. Jika hasil tekan benda uji tidak memberikan angka kekuatan
yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton ditempat dengan cara-
cara seperti ditetapkan dalam SNI 2847 : 2013.
h. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah yang tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.

94
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

i. Pengadukan beton dalam angker tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung
setelah seluruh komponen adukan masuk ke dalam mixer.
j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya degradasi
komponen-komponen beton.
k. Harus menggunakan vibrator untuk pemadatan beton yang memenuhi
ketentuan dalam SNI 2847 : 2013.
l. Penempatan siar-siar pelaksanaan sepanjang tidak ditentukan lain dalam
gambar struktur, harus mengikuti ketentuan dalam SNI 2847 : 2013 dan
sebelum pengecoran beton dilaksanakan Pemborong harus membuat gambar
pelaksanaan (shop drawing) siar-siar tersebut yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
m. Siar-siar tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air semen yang diberi
campuran bahan pengikat (calbond atau sejenis) atas persetujuan Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
n. Selama pelaksanaan pengecoran beton berlangsung, harus diperhatikan letak
penulangan agar tidak berubah tempatnya. Jika kelalaian akan hal ini terjadi
sehingga menyebabkan perubahan kekuatan konstruksi maka segala resiko
yang timbul akibatnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
o. Pengecoran tidak diperkenankan selama hujan turun, air semen atau spesi
tidak boleh dihamparkan pada siar-siar pelaksanaan. Air semen atau spesi
yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan
dilanjutkan. Pengecoran yang sudah dimulai pada suatu bagian tidak boleh
terputus sebelum selesai.
p. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan
beton, pemasangan instalasi-instalasi yang harus ditanam, penyokongan dan
pengikatan serta penyiapan permukaan-permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran harus mendapat perseujuan dari Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
q. Sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran
harus bersih dari zat-zat asing yang akan mempengaruhi/emngurangi
kekuatan hasil pengecoran. Beton tidak diperkenankan berhubungan dengan
air yang mengalir sebelum beton tersebut cukup keras.
r. Pemborong harus memasang lantai kerja (blinding course) yang merata di atas
permukaan tanah, yang terdiri dari lapisan beton setebal 5 cm dan mempunyai
sifat menyerap (absorptive), hal ini diperlukan untuk mempermudah
pemasangan tulangan dan pengecoran beton di atas dasar permukaan tanah.

95
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

s. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton,


untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-
blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8
buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut
adalah bagian pekerjaan itu.
t. Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas akan memeriksa hasil pekerjaan
pembetonan terhadap kemungkinan adanya cacat-cacat. Apabila terdapat
cacat pada pkerjaan pembetonan maka Pemborong harus memperbaikinya
kembali atas biaya Pemborong.
u. Bentuk atau cara-cara perbaikan cacat pada pekerjaan pembetonan tersebut
adalah menjadi wewenang Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dan
Pemborong wajib melaksanakannya.

3.4. Pengujian Beton


a. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus
beton 15 x 15 x 15 cm sesuai SNI 2847 : 2013.
b. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai
slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam SNI 2847 : 2013,
kecuali ditentukan lain oleh Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.
c. Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata
tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil yang
volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maksimum dari beton yang dapat
terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila
ditentukan lain oleh Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.
d. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14
dan 28 hari.
e. Khusus untuk pelepasan perancah dan penarikan beton prategang, benda uji
yang dipergunakan adalah benda uji yang diletakkan didaerah yang akan diuji
tanpa melalui perawatan di laboratorium. Perawatan yang dilakukan tersebut
adalah perawatan yang diberlakukan sama seperti pada struktur yang
sebenarnya. Pengujian terhadap benda uji harus dilakukan satu hari atau
sesaat sebelum tahapan pekerjaan yang bersangkutan akan dilaksanakan.
Diluar ketentuan kegunaan tersebut diatas, seluruh benda uji dirawat
sebagaimana yang dicantumkan dalam SNI 2847 : 2013, atau bila ditentukan
lain oleh Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.

96
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

f. Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan


akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
pelepasan perancah dan penarikan baja prategang. Sedangkan untuk
pengujian diluar ketentuan pekerjaan tersebut harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas dalam jangka waktu tidak lebih
dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.
g. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan SNI 2847 : 2013, dilakukan
dilokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Lapangan/ Konsultan
MK/Pengawas. Apabila digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan
pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala macam jenis
pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari
ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.

3.5. Perawatan Beton


a. Beton harus dirawat (cured) dengan air, minimum selama 14 (empat belas)
hari secara terus menerus, setelah beton cukup keras untuk mencegah
kerusakan dengan cara pipa-pipa berlubang-lubang, penyiraman mekanis atau
cara-cara yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas. Air
yang digunakan pada perawatan harus memenuhi syarat sesuai dengan
spesifikasi air untuk campuran beton.
b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang
diperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.
c. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai
dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit dua
minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus
dipertahankan tidak melebihi 33,2/C.
d. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai
masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan
beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus
dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang
disetujui Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.

97
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3.6. Pembongkaran Bekisting


Pembongkaran bekisting pada lapisan / tingkat ke N dapat dilakukan setelah
memnuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Umur cor beton pada lapis / tingkat ke N tersebut minimum sudah mencapai 28
hari.
b. Jika pada lapis / tingkat berikutnya (ke N+1) msih ada pekerjaan pembetonan
lagi, maka umur cor beton pada lapis ke N+1 tersebut harus sudah mencapai
paling sedikit 21 hari.

4. Beton Ready Mixed


4.1. Bila beton yang digunakan adalah berupa ready mix maka harus didapatkan dari
sumber yang disetujui oleh Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas, dengan
takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi
persyaratan didalam ASTM C94-78a.
4.2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai
dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol
bersama-sama oleh Pemborong dan Supplier beton ready mixed. Kekuatan beton
minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di
laboratorium.
4.3. Batas temperatur beton ready mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui
32°C.
4.4. Penambahan bahan aditive dalam proses pembuatan beton ready mix harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuat aditive tersebut. Bila diperlukan dua atau lebih
jenis bahan aditive maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara terpisah.
Dalam pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63.
4.5. Jumlah pemakaian air untuk campuran harus sudah diperhitungkan benar sesuai
dengan slump yang dibutuhkan dan dimasukan langsung ditempat pembuatan
beton sehingga tidak dibolehkan melakukan penambahan air dilapangan.
4.6. Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah
semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
4.7. Proses pengeluaran beton ready mix di lapangan proyek dari alat pengaduk
dikendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5 jam
atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas, batas
waktu tersebut diatas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas. Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai
dengan 4 jam bila dipergunakan retarder yang harus disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.

98
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4.9. Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan slump
beton maka Pemborong harus segera meminta petunjuk atau keputusan Direksi
Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas dalam menentukan apakah adukan beton
tersebut masih memenuhi kondisi normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk
menambah air kedalam adukan beton dalam kondisi tersebut.

5. Beton Kedap Air


5.1. Beton untuk tangki air dan pekerjaan beton lainnya yang berhubungan dengan air
harus dibuat kedap air dengan menggunakan WCR tidak lebih dari 0,45 serta untuk
mencapai slump ditentukan bisa dengan menambahkan aditive, antara lain dengan
menambahkan bahan aditive yang sesuai dan atas persetujuan Konsultan
MK/Pengawas. Penggunaan bahan aditive tersebut harus sesuai petunjuk dari
pabrik pembuat serta adanya jaminan bahwa bahan aditive tersebut tidak akan
mempengaruhi kekuatan maupun ketahanan beton.
5.2. Pemborong harus mendapatkan persetujuan Konsultan MK/Pengawas dalam hal
cara pengadukan, campuran beton, pengangkutan, pengecoran dan perawat beton
serta pengawasannya untuk mendapatkan sifat-sifat kedap air pada bagian
pekerjaan itu.
5.3. Nilai Slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk menjamin pengecoran
dan pemadatan beton yang sesuai untuk dilaksanakan.
5.4. Pemborong bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap sifat kedap
airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka semua biaya
perbaikannya untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut adalah menjadi
tanggung jawab Pemborong.
5.5. Pemborong harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
terhadap sifat kedap air hasil pekerjaannya terhitung sejak selesainya masa
pelaksanaan pekerjaan.
5.6. Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan-kerusakan lain selama jangka waktu
tersebut dalam (5), Pemborong atas biaya sendiri harus segera memperbaiki
bagian yang mengalami kerusakan tersebut sampai permukaan akhir termasuk
juga memperbaiki peralatan-peralatan seperti peralatan listrik, pengatur udara (A.C)
dan instalasi lainnya yang mengalami kerusakan akibat pengaruh tersebut diatas.

6. Baja Tulangan
6.1. Mutu Baja Kecuali ditentukan lain pada cambar kerja, kekuatan dan penggunaan
baja adalah sebagai berikut :
a. Baja ulir BJTD 40

99
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Baja polos BJTP 24


6.2. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang
mengurangi daya lekat.
6.3. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan
yang tercantum pada SNI 2847 : 2013. Kecuali ada petunjuk yang lain dari
perencana.
6.4. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari
tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
tempat selama pengecoran berlangsung.
6.5. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan SNI 2847 : 2013.

Toleransi baja tulangan :


Diameter, ukuran sisi atau jarak Variasi dalam berat Toleransi
antara dua permukaan yang yang diperbolehkan Diameter
berlawanan
< 10 mm 7% 0.4 mm
10 < d < 16 mm 5% 0.4 mm
16 - 28 mm 5% 0.5 %
29 - 32 mm 4% -

6.6. Batang-batang baja lunak yang bulat harus mempunyai keluluhan bawah tekan
minimum = 2400 kg/cm2 dan batang-batang baja ulir harus mempunyai keluluhan
bawah tekan minimum 4000 kg/cm2 seperti yang disyaratkan dalam gambar-
gambar struktur.
6.7. Sambungan tulangan dan penjangkaran harus dilaksanakan sesuai persyaratan
untuk itu yang tercantum dalam SNI 2847 : 2013.
6.8. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada
saat pemesanan baja tulangan Pemborong harus menyerahkan sertifikat resmi
dari laboratorium khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
6.9. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik
minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk
uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh
baja tulangan, akan ditentukan oleh Konsultan MK/Pengawas.
6.10. Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan
di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard yang

100
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung
oleh Pemborong.

7. Pekerjaan Khusus Perpipaan dan Pelubangan


7.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan pemasangan pipa-pipa utilitas yang
tertanam kedalam struktur serta lubang-lubang pada struktur.

7.2. Jenis Pekerjaan


a. Perpipaan Elektrikal, penyediaan pipa PVC kelas C dari diameter ¾ pada
kolom-kolom tengah sesuai daftar terlampir.
b. Pelubangan untuk perangkat toilet, pipa AC, floor dan roof drain dan talang
tegak. Penyediaan dan pembentukan lubang ukuran dan lokasi sesuai
kebutuhan perangkat pipa seperti dalam gambar denah arsitektur dan
detailnya akan ditetapkan kemudian oleh Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas Lapangan/Konsultan MK/Pengawas. Khusus untuk roof drain
perlu diadakan penyesuaian bentuk pelat atap sesuai gambar.

7.3. Pelaksanaan
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Pemborong harus berkonsultasi dan
meminta persetujuan dari Direksi Lapangan/Konsultan MK/ Pengawas
mengenai ukuran, lokasi, bahan dan bentuknya sebelum pelaksanaan
pengecoran.
b. Apabila ada pekerjaan pelubangan yang tertinggal, rusak atau tidak sesuai
dengan yang ditetapkan, Pemborong berkewajiban untuk memperbaikinya dan
cara perbaikannya harus mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas sebelum dilaksanakan. Biaya atas itu
ditanggung oleh Pemborong.
c. Khusus untuk memungkinkan pemasangan pipa-pipa di bawah plat lantai
dasar, maka pengecoran pelat lantai dasar dilakukan pada akhir pelaksanaan
kerja, setelah semua pipa-pipa yang perlu sudah dipasang oleh Pemborong,
untuk itu Pemborong harus menyediakan stek-stek sesuai kebutuhan untuk
pembesian lantai dasar, balok-balok dan kolom-kolom praktis.

101
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

8. Pekerjaan Khusus Penyiapan Kait dan Stek

8.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan pemasangan kait dan stek dari besi
beton yang sesuai untuk penggantung langit-langit dan perpipaan (ducting).
8.2. Pelaksanaan
a. Untuk pengait penggantung plafond digunakan besi beton diameter 8 mm jarak
2 m di kedua arah.
b. Untuk kait perpipaan (ducting) digunakan besi beton diameter 12 mm pada
jarak 2 m sepanjang dan dikedua sisi perpipaan.
c. Penempatan kait dan stek ini harus dikonsultasikan dahulu dengan Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas sebelum dilaksanakan.

9. Pekerjaan Khusus Pemasangan Lapisan Kedap Air di Atap

9.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan tenaga kerja serta pemasangan
lapisan kedap air pada atap gedung.
9.2. Pelaksanaan
a. Cara-cara pemasangan lapisan ini disesuaikan dengan rekomendasi dari
produsen dan perlu mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/
MK/Konsultan MK/Pengawas.
b. Pemasangan dilakukan pada tahap paling akhir dari pekerjaan paket ini, yaitu
setelah pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan atap diselesaikan seperti roof
drain, penangkal petir dan lain-lain.
c. Pemasangan lapisan kedap air ini hanya boleh dilakukan setelah memperoleh
persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
d. Jenis Material dan cara pemasangan dapat dilihat pada spesifikasi teknis
pekerjaan arsitektur Bab IV RKS ini.

102
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

PASAL 08
PEKERJAAN WATER STOP

1. Bahan
Bila tidak ditentukan lain, maka pekerjaan pengecoran beton yang tidak menerus dan
harus kedap air dipakai bahan water stop dari polyvinyl chloride yang tahan terhadap
bahan kimia, alkali, minyak dan acids. Bahan water stop tersebut dengan ukuran 200 x
5 x 14 mm, dipakai produksi ex Sika type 0-20L atau setara.

2. Persyaratan Pelaksanaan
2.1. Pemasangan water stop harus mengikuti petunjuk dari pabriknya.
2.2. Water stop dipasang disetiap pemberhentian pekerjaan pengecoran beton kedap
air sesuai dengan gambar usulan dari Pemborong yang sudah disetujui oleh
Konsultan MK/Pengawas. Khusus untuk pengecoran, bak air, dan sebagainya
dimana tempat tersebut tidak boleh bocor, maka ditempat tersebut dipasang water
stop.

PASAL 09
PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

1. Lingkup Pekerjaan

1.1. Pekerjaan Struktur ATAP Baja Ringan ialah bagian-bagian yang dalam gambar rencana
dinyatakan sebagai Konstruksi struktur baja ringan.
1.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut Kontraktor harus membuat shop drawing dari
pekerjaan baja ringan. Gambar kerja meliputi detail-detail pemasangan, pemotongan,
penyambungan, pengaku, ukuran-ukurn dan lain-lain yang secara teknis diperlukan,
terutama untuk fabrikasi dan pemasangan.
1.3. Sub Kontraktor yang dipakai jika ada harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
1.4. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan konstruksi baja ringan sesuai ketentuan-
ketentuan berikut :
- Mengajukan persetujuan material dan aplikator kepada konsultan MK.
- Mengajukan analisa struktur atap.
- Mengajukan gambar shop drawing.

103
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.5. Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan
struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat. Rangka
batang berbentuk segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari :
 Rangka utama atas (top chord)
 Rangka utama bawah (bottom chord)
 Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut
menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.
 Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan
jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.
1.6. Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
 Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
 Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi),
 Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
 Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan
 Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur rangka
kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur overhang, ikatan
angin dan bracing (ikatan pengaku)
 Pemasangan jurai dalam (valley gutter)

Pekerjaan rangka atap baja ringan tidak meliputi:


 Pemasangan penutup atap
 Pemasangan kap finishing atap
 Talang selain jurai dalam
 Accesories atap

2. Persyaratan Bahan/Material
Baja ringan yang digunakan dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Base material High Tensile Steel = G 550 (minimum yield strength = 5500 kg/cm2.
- Coating Zincalume A/Z 150 gr/m2.
- Material Thickness minimal 1,00 mm TCT (ukuran profil desuai dengan kekuatan
berdasarkan desain dan analisa struktur).
- Ketebalan reng (roof batten) minimal 0,48 mm TCT.
- Baut/fastener yang dipakai harus memenuhi standar desain.
- Menggunakan software yang sudah mendapat sertifikasi resmi dari Asosiasi terkait
dan ditandatangani oleh Konstruktor yang bersertifikat.
- Garansi struktur dan garansi material.

104
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.1. Mutu Baja Ringan


Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties)
 Baja Mutu Tinggi G 550
 Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa
 Tegangan Maksimum 550 Mpa
 Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
 Modulus geser 80.000 Mpa

2.2. Lapisan Anti Karat


Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua jenis lapisan
anti karat (coating):
Galvanised (Z220)
 Pelapisan Galvanised
 Jenis Hot-dip zinc
 Kelas Z22
 katebalan pelapisan 220 gr/m2
 komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran
Galvalume (AZ150)
 Pelapisan Zinc-Aluminium
 Jenis Hot-dip-allumunium-zinc
 Kelas AZ150
 katebalan pelapisan 150 gr/m2
 komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.

2.3. Kuda-kuda
Konektor

105
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate) berfungsi untuk
menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis sebagai berikut:
 Galvabond Z275
 Yield Strength 250 MPa
 Design Tensile Strength 150 MPa

Brace System (bracing)


 BOTTOM CHORD BRACING, Pengaku/ikatan pada batang tarik bawah (bottom
chord) pada kuda-kuda baja ringan.
 LATERAL TIE BRACING, Pengaku/bracing antara web pada kuda-kuda baja
ringan,sekaligus berfungsi untuk mengurangi tekuk lokal (buckling) pada batang
tekan (web),standar teknis mengacu pada desain struktur kuda-kuda tersebut.
 DIAGONAL WEB BRACING (IKATAN ANGIN), Pengaku/bracing diagonal antara web
pada kuda-kuda baja ringan dengan bentuk yang sama dan letak berdampingan.
 STRAP BRACE (PITA BAJA), Yaitu pengaku /ikatan pada top chord dan bottom
chord kuda-kuda baja ringan, Untuk kebutuhan strap brace berdasarkan perhitungan
desain struktur.

106
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.4. Talang Jurai

Talang Jurai Dalam (Valley Gutter), Pertemuan dua bidang atap yang membentuk sudut
tertentu, pada pertemuan sisi dalam harus manggunakan talang dalam (Valley Gutter)
untuk mengalirkan air hujan. Ketebalan material jurai dalam minimal 0,45 mm dengan
detail profil seperti gambar diatas.

2.5. Alat Sambung (Screw)

Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar elemen
rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi screw sebagai
berikut:
 Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2
 Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
 Kepadatan Alur 16 alur/inci
 Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm
 Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm
Kekuatan Mekanikal
 Gaya geser satu baut 5,10 KN
 Gaya aksial 8,60 KN
 Gaya Torsi 6,90 KN

107
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3. Fabrikasi

3.1. Umum
- Aplikator yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada bidangnya dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi/Pengawas dan ketelitian utama diperlukan untuk menjamin
bahwa seluruh bagian dapat cocok satu dengan lainnya pada waktu pemasangan.
- Konsultan Manajemen Konstruksi mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap
waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan.
- Tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum diperiksa
dan disetujui.
- Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana atau
spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera diperbaiki.
- Kontraktor pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri semua pekerjaan, alat-
alat perancah dan sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan
pekerjaan.
- Kontraktor pabrikasi harus memperkenalkan Kontraktor untuk sewaktu-waktu
memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan
lain-lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan di tempat pekerjaan.
- Kontraktor Montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi-
instruksi mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi.

3.2. Pola Pengukuran


Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin
ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor Pabrikasi. Semua pengukuran
harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui. Ukuran-
ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran pada
suhu ± 25° C.

3.3. Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus diperiksa
kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran,
bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat
seluruhnya.

3.4. Pemotongan

108
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Baja ringan harus dipotong dengan alat listrik (cutting wheel) agar permukaan yang
diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku terhadap bidang yang dipotong,
tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.

4. Persyaratan Pelaksanaan

4.1. Pra-Konstruksi

a. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan pemasangan


rangka atap baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan Syarat) .
b. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang dilampirkan
pada dokumen tender.
c. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar
kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah alat sambung
pada setiap titik buhul.
d. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pihak DIreksi untuk mendapatkan persetujuan
secara tertulis.
e. Eleman utama rangka kuda-kuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop permanen
dengan menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin keakurasian hasil
perakitan (fabrikasi)
f. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari Fabrikan
penyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,
g. Kontraktor wajib menyertakan hasil uji lab dari bahan baja ringan dari badan
akreditasi nasional (instansi yang berwenang sesuai dengan kompetensinya).

4.2. Konstruksi
a. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan
sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan
baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan
yang berkompeten.
b. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
c. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan menggunakan
mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin screw driver yang
dilengkapi dengan kontrol torsi.

109
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi
rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem
rangka atap.
e. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang
dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan
ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan
kuda-kuda.
f. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng yang akan
dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan dapat
memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan genteng
tersebut sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
g. Jaminan Struktural
 Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan,
meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
 Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang
tercantum pada “Cold formed code for structural steel”(Australian Standard/New
Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural berdasarkan
”Dead and live loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind
load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan
ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566).

110
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

BAB III. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN


ARSITEKTUR

PASAL 1
PEKERJAAN DINDING
1.1. Dinding Bata Ringan
1.1.1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya
pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
2) Pekerjaan pasangan bata ringan celkone ini meliputi seluruh detail
yang disebutkan / ditunjukan dalam gambar.
b. Pekerjaan yang berhubungan (Adukan dan Pasangan)
c. Bata ringan yang digunakan bata Hebel, Celcon atau Setara dengan
kualitas terbaik yang disetujui perencana / konsultan Management
Kontruksi, siku dan sama ukuranya 10 x 20 x 60 cm.
1.1.2. Pelaksanaan
a. Pasangan bata ringan dengan menggunakan adukan mortar / semen
instant setara MU-380.
b. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar – siar harus dikerok rata
dan dian ibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
c. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan bahan setara MU-
100, dan acian MU-200 harus di basahi dengan air terlebih dahulu dan
siar-siar dikerok serta dibersihkan.
d. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung
diaci atau di pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban
air keluar dalam dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan
acian dengan bahan setara MU-200 atau pemasangan keramik dinding.
e. Pemasangan dinding bata hebel dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
f. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 9,0 m2,
ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran
10 x 10 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 8 mm, beugel diameter 6
mm jarak 25 cm.

98
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

g. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali


tidak diperkenankan.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik
pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan
bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
i. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari
2%. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.

1.2. Pekerjaan Plesteran & Acian Dinding Bata Ringan


1.2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan acian dinding ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan acian, sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan acian dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam
dan luar serta seluruh detail yang disebutkan I ditunjukkan dalam shop
drawing.
1.2.2. Pekerjaan yang Berhubungan
Pekerjaan plesteran/ Acian dan pekerjaan pengecatan.
1.2.3. Persyaratan Bahan
a. Bahan yang digunakan adalah Mortar/semen instan yang khusus
dipergunakan untuk acian, ex Mortar Utama, Drymix, Prime Mortar.
b. Alat kerja yang digunakan antara lain; roskam, sendok semen, elektrikal
mixer, dan jidar aluminium.
1.2.4. Persiapan
a. Siapkan tempat kerja dan permukaan yang akan diaci.
b. Bersihkan permukaan bidang yang akan diaci dari kotoran, minyak, karat
maupun lumut yang dapat mengurangi rekatan adukan dan apabila dalam
keadaan kering sebaiknya dibasahi dahulu secara merata sebelum
pengacian
1.2.5. Metode Pelaksanaan
a. Campurkan bahan mortar dengan air, sesuai dengan perbandingan yang
ditentukan spesifikasi.
b. Aduk campuran di atas hingga rata dan diperoleh kelecakan (consistency)
yang sesuai untuk pelaksanaan pengacian (akan lebih baik dan mudah jika
99
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

menggunakan drill dengan blade yang telah didesain khusus sebagai


mixer).
c. Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya dengan
menghampar adukan dengan hand towel hingga merata pada bidang yang
akan diaci dan bilamana perlu diratakan dengan jidar aluminium panjang.
d. Bila tebal acian pada hamparan lapis pertama masih tipis dapat dilakukan
penambahan pada hamparan berikutnya dan untuk tebal acian yang
dianjurkan dalam pengacian adalah 1- 3mm tergantung kerataan dasar
permukaannya.
Catatan : Untuk finishing akhir acian cukup menarik hand towel searah
(horizontal atau vertikal) dan tidak diperkenankan menekan, memutar atau
bahkan menggosok dengan sobekan kertas semen.

1.3. Pekerjaan Adukan, Pasangan, dan Plesteran


1.3.1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
1) Adukan untuk pasangan bata
2) Pasangan bata untuk dinding eksterior dan partisi interior
3) Pasangan untuk arsitektur interior (built in).
b. Pekerjaan yang Berhubungan
1) Batu bata
2) Waterproofing membrane
c. Standar
1) SNI 15-0302-2004, SNI 15-03-2049-2004, Standard untuk PC
2) SNI Standard untuk pasangan bata
3) Standard untuk air agregate SNI
4) ASTM C144, Aggregate for masonry mortar
1.3.2. Bahan/ Produk
a. Portland Cement : SNI 15-0302-2004, SNI 15-03-2049-2004, jenis semen
dari local, merk Tiga Roda, Holcim, Gresik atau setara.
b. Aggregates : Standard type pasangan, memenuhi ASTM C144, bersih,
kering dan terlindung dari minyak dan noda.
c. Air bersih, bebas dari minyak, alkali organik.
d. Horizontal Joint Reinforcement
e. Kawat fabrikasi tidak kurang dari 3000 mm.
f. Fabrikasi dari kawat baja.
g. Lebar : 25 mm, lebih kecil dari tebal dinding partisi.
100
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

h. Kawasan pasangan 4,8 mm dari baja digalvanis.


i. Expanded metal lath : Diamond mesh, galvanis 1,8 kg/m2
j. Angkur pasangan, baut dan sebagainya.
k. Proporsi adukan
Proporsi adukan untuk pasangan, adalah sebagai berikut :
1) Untuk dinding dalam, sampai setinggi 20cm dari lantai dalam - 1pc :
3ps Untuk dinding luar, sampai setinggi 50cm dari lantai - 1pc :
3ps (bila terlindung luifel)
2) Untuk dinding luar yang tidak terlindung oleh luifel, pada
seluruh permukaan - 1pc: 3ps.
3) Untuk dinding kamar mandi, we dan tempat cuci, sampai setinggi
150cm dari lantai - 1pc : 3ps.
4) Untuk dinding-dinding lain - 1pc : 5ps.
5) Untuk sudut-sudut nat dan bagian-bagian yang berada di bagian
pinggir-pinggir - 1pc : 3ps.
6) Tebal plesteran tidak kurang dari 1 cm atau lebih 2,5 cm, kecuali
ditetapkan lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ).
Bila tebal plesteran lebih dari 2.5 cm maka perlu dilapisi dengan kawat
ayam sebagai jaringan penguat.
Lapisan "Acian" rata 2.5 mm, dari adukan PC saja, pada bagian-bagian
yang akan difinish dengan cat, wall paper dan bagian-bagian lainnya
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan mendapat persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi ( MK ).
1.3.3. Persyaratan Bahan
a. Pasir yang digunakan adalah pasir bersih, tidak mengandung tanah atau
tanah liat, lumpur dan kotoran-kotoran lainnya lebih dari 5% terhadap berat
kering. Pasir yang digunakan mempunyai bentuk yang sama besarnya
(merata).
b. Pasir harus dicuci sebelum dipakai.
c. Untuk pekerjaan pemelesteran dinding-dinding dan lantai yang
membutuhkan ketelitian dan kerapihan pekerjaan, maka pasir-pasir
tersebut harus disaring/diayak sebelum digunakan.
d. Untuk Semua pekerjaan plesteran tidak diperkenankan menggunakan
kapur.

101
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.3.4. Pelaksanaan
a. Dimana diperlukan, menurut Manajemen Konstruksi ( MK ), Kontraktor
harus membuat shop drawing untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan
pasangan.
b. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang
diperlukan. Adukan dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan
yang digunakan sesuai dengan petunjuk Perencana/ Manajemen
Konstruksi ( MK ) .
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti Semua petunjuk
dalam gambar arsitektur, terutama gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal/ tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
d. Untuk bidang kedap air, pasangan dinding bata ringan yang berhubungan
dengan udara luar dan Semua pasangan batu bata dari bawah permukaan
tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 200 cm dari
permukaan lantai untuk toilet, ruang saji/pantry dan daerah basah lainnya
dipakai adukan plesteran (trasraam) setara MU -600.
e. Untuk adukan kedap air harus ditambah Daily bond, dengan perbandingan
1 pc : 1 Daily Bond.
f. Material untuk adukan harus diukur yang sebenarnya dan menggunakan
kotak (boxes) pengukuran yang akurat.
g. Penggunaan bahan additive harus disetujui oleh Perencana dan digunakan
sesuai dengan ketentuan dari pabrik.
h. Pekerjaan bata yang sudah selesai harus dilindungi dengan lembaran
penutup untuk mencegah adukan menjadi cepat kering.
i. Pasangan dinding bata pada sudut ruangan harus dilindungi dengan
papan untuk melindungi dari kerusakan. Jika ada pekerjaan pasangan
yang memperlihatkan sambungan yang rusak atau tidak beres maka
pasangan itu harus dibongkar dan diganti yang baru.
j. Berikan angkur sesuai dengan gambar atau jika tidak ditunjukkan gunakan
ukuran/jarak type standard.
k. Tempatkan angkur pada bubungan pasangan dinding dengan struktur
kolom praktis atau balok sesuai petunjuk gambar tapi tidak lebih dari 60
cm pada jarak vertikal dan 90 cm pada jarak horizontal.

Untuk Pekerjaan Plesteran :


a. Pada permukaan dinding beton yang akan diplester harus dibuat kasar,
dan adukan untuk plesterannya dicampur calbond, sedangkan untuk
102
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

permukaan dinding bata, siar-siar sebelumnya harus dikerok sedalam 1cm


untuk memberikan pegangan pada plester.
b. Pekerjaan plesteran harus rapih menurut bentuk dan ukuran didalam
gambar. Pekerjaan harus lurus, datar tidak bergelombang, tajam
pada bagian sudut-sudut, tidak kropos (kosong didalam) tidak retak-retak.
c. Apabila hasil plesteran tidak menunjukkan hasil seperti tersebut di atas,
maka bagian tersebut harus dibongkar untuk diperbaiki. Hal ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
d. Akan membuat contoh bidang plesteran terlebih dahulu, kemudian setelah
disetujui oleh Direksi plesteran harus dilanjutkan sesuai dengan contoh.
e. Untuk pekerjaan pemasangan bata maupun plesteran harus dikontrol 3
arah (benang, waterpass, siku-siku).

Pasal 02
PEKERJAAN SCREED
1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan screed pelindung, screed
permukaan beton, screed untuk leveling dan screed lainnya dimana ditunjukkan.

1.2. Submittal
Shop drawing, indikasi dimana akan dikerjakan pemasangan screed dan informasi
ketebalan yang akan dikerjakan.

2. Persyaratan Bahan
2.1 Semen PC
Lihat spesifikasi pekerjaan beton

2.2. Pasir
Pasir harus bersih dan bebas dari lumpur, lemak dan kotoran lain, dengan diameter
butiran maksimal 1.8 mm

2.3. Reinforcing Mesh


Mesh kawat ayam, kawat 3 mm dengan lobang mesh 50 mm, digunakan pada
pasangan Screed dengan ketebalan lebih besar dari 50 mm.

2.4. Dust proofer/Curing Compound


103
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Untuk screed tanpa finishing cairan acrylic resin, Febcure clear atau yang
dinyatakan setara dengan pemakaian bahan minimum 5 M2/ liter.

2.5. Control Joint Filler


Untuk screed exposed ; closed cell polyurethane foam, lebar 10 mm dengan tebal
sesuai ketebalan screed setelah dikurangi kebutuhan ruang untuk sealant dan
backer rod.

3. Persyaratan Pelaksanaan
3.1. Persiapan
Bersihkan permukaan bidang kerja yang akan diberikan screed, kasarkan
permukaan beton yang akan diberi screed, segera basahi permukaannya, kuaskan
air semen kemudian pasangkan screed sebelum air semen imenjadi kering. Tidak
diperkenankan memulai pekerjaan screed jika kondisi bidang kerja belum
dipersiapkan dengan benar.

3.2. Level dan Elevasi


a. Buatkan titik-titik pedoman elevasi unttik mendapatkan level yang dikehendaki,
perhatikan level finishing yang direncanakan dan keperluan pemasangan
bahan finishing.
b. Pasangkan screed dengan kemiringan mengarah pada drainase yang
direncanakan. Hindari adanya cekungan/ lembah yang dapat membuat
genangan air. Buat kemiringan minimal 1% kecuali ditentukan lain dalain
gambar perencanaan.
c. Kerjakan dengan ketebalan screed seperti yang ditentukan dalam gambar
perencanaan, jlka tidak ditentukan maka gunakan ketebalan minimal 25 mm.

3.3 Type Finishing Screed


3.3.1. Finishing Halus (Steel Trowelled)
a. Untuk exterior atau interior screed tanpa finishing, selanjutnya finishing
screed ini harus diberi "sealing" atau "dust proofing" seperti yang
dispesifikasikan disini.
b. Untuk screed yang akan menerima finishing decorative seperti karpet,
resilient flooring atau yang akan dicat, finishing screed ini harus diberi
"sealing" atau "dustproofing" kecuali yaiig akan difinish cat.

104
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Untuk leveling yang menerima fluid applied atau sheet membrane


waterproofing.
d. Untuk screed yang akan menerima "paver" yang dipasang dengan sistim
"thinset methode" (keramik, marmer atau paver lainnya).
e. Kerjakan dustproofing seperti yang disyaratkan pabrik pembuat.

3.3.2. Finishing Kasar (Float Finish)


Untuk screed yang akan menerima adukan pasangan keramik, marble, granit
atau "paver" lainnya yang memerlukan adukan/ spasi (setting bed method).

3.4. Expansion dan Control Joint


3.4.1. Kerjakan expansion dan control joint pada screed seperti yang ditentukan
dalam gambar perencanaan dan yang ditentukan dalam spesifikasi ini.
3.4.2. Buatkan kontrol joint pada screed exterior tanpa finishing pasangan/paver
(pada plaza, roof deck dan lain-lain) termasuk screed untuk leveling
waterproofing.
3.4.3. Kerjakan kontrol joint setiap interval 5 m , lebar minimal 9 mm, pasangkan
joint filler, kerjakan control Joint pada pertemuan lantai dengan bidang
vertikal.

3.5. Sealing dan Dlistproofing


Kerjakan seperti yang disyaratkan pembuat bahan, pasang sealing dan
dustproofing pada interior dan exterior screed yang akan diexpose permukaannya
tanpa bahan finishing lainnya. Pasangkan pada tempat-tempat seperti yang
diterangkan pada screed finish halus.

3.6. Divider Strips


Pasangkan allumunium divider strip 50 mm lebar, 6 mm tebal, pasangkan pada
akhiran screed yang berhubungan dengan finishing material berbeda. Benang
pada screed dengan permukaannya rata dengan permukaan finishing material
disekitarnya.

3.7. Perlindungan dan Perbaikan


Lindungi permukaan screed yang akan menerima bahan finishing selanjutnya,
perbaiki pasangan screed jika terjadi kerusakan. Perbaikan screed tidak
diperuntukkan untuk perbaikan kemiringan / slope.

105
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pasal 03
PEKERJAAN WATER PROOFING

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Meliputi : penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar,
memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini serta memenuhi spesifikasi dari
pabrik yang bersangkutan.
1.2. Pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waterprofing antara lain:
a. Semua struktur beton yang dekat/terkena dengan air, seperti toilet, janitor.
b. Dak beton datar/atap/roof tank/roof garden/balkon/overstek.
c. Ground water tank dan STP.
d. Daerah WC, kamar mandi dan daerah basah lainnya.
e. Bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.
1.3. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan screed pelindung, seperti disyaratkan dalam spesifikasi pekerjaan
adukan pasangan dan plesteran.
b. Pekerjaan water proof coating yang berhubungan dengan beton bertulang,
lantai, plumbing.

2. Persyaratan Bahan

2.1 Persyaratan Standard Mutu Bahan


Waterprofing yang digunakan harus memenuhi persyaratan standard Jerman (DIN
53455) dan Standard Amerika (ASTM D412, ASTM 836, ASTM 2240) Kontraktor
tidak dibenarkan merubah standard dengan cara apapun tanpa izin dari Wakil
Pemberi Tugas atau Pengawas Lapangan.
a. Kualifikasi pelaksanaan :
Mempunyai sertifikasi pelaksanaan dari pabrik pembuat laporan kedap air.
b. Kualifikasi penguji :
Dipilih dan dibayar oleh Pemberi Tugas.
Test ulang di bebankan ke kontraktor.
2.2 Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane
Produk diusulkan waktu penawaran disertai brosur dan spesifikasi teknis.
Digunakan untuk semua struktur beton yang dekat atau berhubungan langsung
dengan air atau tanah. Bahan waterproofing yang dipakai harus benar-benar tidak
dapat tembus air dan tidak retak mengikuti pemuaian dan penyusutan struktur
106
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

bangunan.
2.3 Bahan
Waterprofing Liquid Applied Acrylic Membrane
 Jenis : Water Base (Berbasis air)
 Tampilan : Dop (redup) dan tidk lengket setelah kering
 Elastisitas : 20% pada suhu tinggi, dan pada suhu rendah
akan kembali.
 Daya Tahan Air dan Kimia : Mempunyai ketahanan dan kedap terhadap air,
alkohol, air garam, mineral dan larutan air
lainnya.
 Kepadatan / Berat Jenis : 0,95 kg / liter.
 Takaran Pemakaian : 2,15 kg per m2
 Campuran pelarut : Air bersih (pada suhu tinggi 15%, pada suhu
sedang 7,5 – 10%)
2.4 Aplikasi Fiber Glass
 Primer : Liquid + 15% air.
 Body Coat : Liquid + 10% air.
 Completed System : DFT ± 700 Micron. s/d ± 900 Microns.
 Coverage : 2,15 Kg/m2
 Coverage (Coating) : 0,55 Kg/m2
 Packing : Liquid 25 kg, 110 kg, 225 kg.
 FRP 200 gr/ m2 : Aplikasi pada bidang kerja atap dak.
Aplikasi pada bidang kerja area kampus dll.
 FRP 300 gr/ m2 : Aplikasi pada bidang kerja area parkir.
Aplikasi pada bidang roof garden.
Aplikasi pada bidang kerja pot taman.
 FRP 450 gr/ m2 : Aplikasi pada bidang kerja kolam renang.
Aplikasi pada bidang kerja landasan heli.

2.5 Penanganan Bahan


a. Pengiriman
 Semua bahan dikirim dan diterima dalam kemasan asli dengan label pabrik
dan segel utuh.
 Kemasan : Liquid 25 kg (ember pail), 110 kg ( drum polyetilin), dan 250 kg
(drum plat baja).
 Kemasan harus dalam posisi berdiri selama pengangkutan dan

107
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

penyimpanan.
b. Tempat dan lama penyimpanan : Simpan didalam suhu ruangan, hindari
basah dan sengatan langsung cahaya matahari, dengan kondisi ini bahan
layak pakai selama 20 bulan.
c. Lama pengeringan : Pada atap dak 15 menit kering sentuh (cuaca
panas).
Pada atap dak 25 menit kering sentuh (cuaca
medung)
Pada atap dak 8 jam kering keras (cuaca panas)

3. Pelaksanaan Pekerjaan

3.1 Pekerjaan Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane dak atap dengan lapisan
serat fiber glass
a. Persiapan
1) Tahap Pertama pekerjaan pemebersihan lokasi yang akan di Waterproofing
Liquid Applied Acrylic Membrane dari serpihan bangunan dan sisa – sisa
adukan / cor
2) Tahap Kedua pekerjaan penghalusan dak beton yang akan di Waterproofing
Liquid Applied Acrylic Membrane pakai mesin gerinda hingga rata dan sisa
debu dari mesin gerinda dibersihkan pakai penyedot debu / vacuum cleaner
3) Tahap Ketiga pekerjaan leveling untuk kemiringan kearah pembuangan air
dengan cara penarikan benang, jika ada bagian yang rendah maka
bangunan yang tinggi di gerinda sampai sama dengan yang rendah,
sehingga permukaan dak rata jika ada dak yang kubangan lekuk dalam
maka lekukan leveling dengan penambahan daging dengan semen mortar
dan lemkra untuk campuaran beton.
4) Pencucian permukaan beton sampe basah sehingga lubang – lubang pori-
pori beton membesar air masuk kelubang pori – pori sehingga tidak ada
udara yang terjebak dalam lubang pori – pori beton.
b. Aplikasi - Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane
1) Tahap Pertama Pekerjaan Primer
Permukaan dak beton dalam keadaan basah langsung di primer coating
Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane satu lapis langsung dengan
horizontal- vertical pakai rol dan kuas untuk bagian susut dan full drain.
2) Tahap Kedua Coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane
Setelah Primer kering lakukan coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic
108
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Membrane satu lapis dengan pendahuluan vertical - horizontal


3) Tahap Ketiga pelapisan serat fiberglass 220 gram / m²
Setelah coating kering lakukan pemasangan pelapisan serat fiberglass
dicoating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane dengan system
wet on wet ( dibawah serat basah diatas serat basah ) pakai rol dan kuas
mengikuti dari belakang untuk menekan serat fiberglass agar tidak ada
kantong udara.
4) Tahap Keempat Body coat
Setelah coating pelapisan serat fiberglass kering baru lakukan coating body
coat sebanyak tiga kali lapis dengan perilaku horizontal – vertical setiap
lapis nya pakai rol dan kuas.
5) Tahap Kelima pemeriksaan lubang pori – pori dan kantong udara
Setelah body coat kering lakukan pemeriksaan pori- pori dan kok dan
kantong angin serta penghalusan permukaan Waterproofing Liquid Applied
Acrylic Membrane pakai kertas gos dan kape.
6) Tahap Keenam Pencucian permukaan
Sebelum finishing coat lakukan pencucian permukaan dari kotoran – kotoran
dari debu –debu yang menempel sampai bersih.
7) Tahap Ketujuh Finishing coat
Setelah permukaan dak bersih lakukan coating sebanyak empat kali coating
atau sampai permukaan tebal rata dan tidak ada lubang pori – pori.
Jika pada coating keempat lapis pada finishing coat ternyata masih terdapat
lubang pori –pori maka pelapisan dilanjutkan sampai betul – betul
permukaan rata dan tidak ada lubang pori – pori .
8) Tahap Kedelapan Tes rendam
Setelah finishing kering lakukan tes rendam 2 x 24 jam

3.2 Perkerjaan Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane pada GWT dan STP
a. Persiapan
1) Tahap Pertama pekerjaan pemebersihan lokasi GWT yang di water proofing
dari serpihan bangunan dan sisa – sisa adukan / cor
2) Tahap Kedua pekerjaan penghalusan dak beton yang akan di water proofing
pakai mesin gerinda hingga rata dan sisa debu dari mesin gerinda
dibersihkan pakai penyedot debu / vacuum cleaner
3) Pencucian permukaan beton GWT sampe basah sehingga lubang pori – pori
beton membesar air masuk kelubang pori – pori sehingga tidak ada udara
yang terjebak dalam lubang pori – pori.
109
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Aplikasi - Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane


1) Tahap Pertama Pekerjaan Primer
Permukaan dak beton dalam keadaan basah langsung di primer coating
Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane satu lapis langsung dengan
horizontal- vertical pakai rol dan kuas untuk bagian susut dan full drain.
2) Tahap Kedua Coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane
Setelah Primer kering lakukan coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic
Membrane satu lapis dengan pendahuluan vertical - horizontal
3) Tahap Ketiga pelapisan serat fiberglass
Setelah coating kering lakukan pemasangan pelapisan serat fiberglass di
coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane pada setiap sudut
beton sebagai lapisan pertama selebar 40 cm kanan kiri
4) Tahap Keempat pelapisan serat fiberglass 220 gram / m²
Setelah coating kering lakukan pemasangan pelapisan serat fiberglass
dicoating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane dengan system
wet on wet (dibawah serat basah diatas serat basah) pakai rol dan kuas
mengikuti dari belakang untuk menekan serat fiberglass agar tidak ada
kantong udara.
5) Tahap Kelima Body coat
Setelah coating pelapisan serat fiberglass kering baru lakukan coating body
coat sebanyak tiga kali lapis dengan perilaku horizontal – vertical setiap
lapisnya pakai rol dan kuas.
6) Tahap Keenam pemeriksaan lubang pori – pori dan kantong udara
Setelah body coat kering lakukan pemeriksaan pori- pori dan kok dan
kantong angin serta penghalusan permukaan Waterproofing Liquid Applied
Acrylic Membrane pakai kertas gos dan kape.
7) Tahap Ketujuh Tes rendam
Setelah finishing kering lakukan tes rendam 2 x 24 jam
8) Pengasaran permukaan dinding GWT
Setelah Tes rendam dan GWT betul-betul sudah tidak bocor, karena GWT
mau dilapisi keramik maka permukaan dinding GWT dikasari dengan cara di
taking pakai semen dengan cara permukaan GWT di coating ulang dan
dalam keadaan basah lalu taking pake semen

3.3 Pekerjaan Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane pada kamar mandi
a. Persiapan
1) Tahap satu pembersihan lokasi kamar mandi dari serpihan dan sisa adukan
110
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2) Penghalusan permukaan beton pake mesin gerinda


3) Pemotongan pipa full drain hingga rata dengan beton
4) Pencucian permukaan dak beton hingga bersih
b. Aplikasi
1) Primer Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane satu lapis
2) Pelapisan serat fiberglass pada setiap sudut, pipa full drain, pipa closed,
pipa air bersih
3) Coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane lima lapis dengan
sytem vertical dan horizontal.
4) Tes rendam 2 x 24 jam

4. Garansi
Sesudah serah terima pertama, kontraktor wajib menyerahkan sertifikat garansi minimal
7 Tahun.

PERHATIAN : Hindari coating yang berlebihan yang akan mengakibatkan keretakan


dipermukaan luar tidak berbahaya yang mengakibatkan bocor atau
rembes akan tetapi akan terlihat tidak sempurna.

Pasal 04
PEKERJAAN SEALANT DAN CAULKING

1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
Pengadaan dan pemasangan pekerjaan sealant dan caulking secara lengkap,
seperti yang ditentukan dalam dokumen.

1.2 Definisi
a. Sealant : Elastomer weatherproof digunakan sebagai pengisi dan sealant,
mempunyai daya rekat, kohesi, dapat menyambung dibantu tekanan,
mempunyai daya lentur: digunakan untuk desain sambungan yang kedap air
dan kedap udara; digunakan pada sambungan exterior dan untuk sambungan
yang mempunyai pergerakan.
b. Caulking Compound : bahan yang digunakan untuk mengisi celah
sambungan; mempunyai sifat perekat dan kohesi, digunakan untuk bahan
interior.
c. Caulk : proses pengisian sambungan (tanpa melihat bahan yang digunakan ).
111
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Sambungan dikatakan gagal bila terjadi hal hal sebagi berikut :


 Kebocoran udara atau air
 Berpindah dan bergeser
 Kehilangan daya lekat
 Kehilangan sifat kohesi
 Tidak mengering
 Terjadi perubahan warna
 Mengotori pekerjaan yang ada didekatnya.
 Terjadi gelembung, kantong air atau rongga kosong.

1.3 Quality Assurance


a. Installer : Atas rekomendasi dari perwakilan manufacturer.
b. Mock up : lakukan percobaan pemasangan pada tempat yang tertentu yang
ditentukan kemudian; lakukan pengujian visual dengan cara memeotong dan
menarik keluar sealant yang sudah terpasang, periksa gelembung, daya
lekat, dan keadaan bidang kerja.
c. Testing : lakukan pengujian terhadap kebocoran dan infiltrasi udara atau air;
testing dilakukan oleh badan dan dengan cara yang direkomendasikan oleh
pabrik manufacturer.

1.4 Submittal
a. Produk data : data data produk dan indikasi kesesuaian dengan kebutuhan
spesifikasi serta instruksi pemasangan dari masing masing type sealant,
keterangan persiapan pekerjaan dan primer untuk setiap kondisi bidang kerja.
b. Contoh Bahan :
 Joint sealant system : 30 cm panjang ; terpasang pada jenis bahan yang
akan digunakan.
 Sealant system : 30 cm panjang, terpasang pada salah satu bahan yang
akan digunakan, termasuk Backer Rod.
 Contoh Warna : Ajuakn contoh warna seperti telah ditentukan, untuk
mendapat persetujuan Direksi Lapangan / Konsultan MK dan Perencana.
c. Sertifikat.
Pernyataan dari manufacturer bahwa bidang kerja yang akan dipasangi
sealantadalah dapat dan sesuai dengan karakteristik type selant serta dapat
memenuhi kriteria yang ditentukan, jelaskan juga persyaratan permukaan
bidang kerja serta primer yang disyaratkan.

112
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Garansi.
Berikan garansi selama 10 tahun atas kerusakan bahan, kualitas
pemasangan, daya lekat dan kekedapan terhadap udara dan air serta
persyaratan lainnya; perbaiki kerusakan dan penyimpangan penyimpangan
hasil kerja.

1.5 Persyaratan Pekerjaan


a. Cuaca
Pekerjaan hanya boleh dimulai bila kondisi dalam ambang yang disyaratkan
pembuat bahan.
b. Perlindungan Pekerjaan sekitar.
Lindungi pekerjaan disekitarnya, gunakan alat pelindung atau tape yang
direkomendasikan masing-masing bahan yang akan dilindungi. Segera
singkirkan tape setelah pengerjaan sealant selesai; bersihkan bahan-bahan
yang mengotori atau salah pengerjaan, gunakan bahan pembersih dan cara
yang direkomendasikan pembuat bahan; perbaiki permukaan yang berubah
dari keadaan semula atau berubah penampilan
2. Bahan
2.1 Silicone Sealant
1) Acceptable Manufacturer :
 General Electrik # SSG 4000 dan # SCS 2000
2) Karakteristik Bahan
 Type : Single Component, low modulus silicone rubber.
 Warna : sesuai dengan warna material yang diberi sealant untuk
weatherproof.

2.2 Multicomponent Non- Sag Polyuretheane Sealant


1) Acceptable manufacturer :
 Mameco Internasional,Vulkem 227
 Tremco,Dymeric.
2) Karakteristik Bahan
 Type Two-part polyurethane based sealant dengan perwarna yang
terpisah.
 Warna sesuai dengan warna material yang diberi sealant.

2.3 Pourable Polyurethane Sealant


113
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1) Acceptable manufacturer :
 Pecora Corp, Urexpan NR 200
 Mameco Internasional; Vulkem 245
 Sonneborn,Sonolastic
2) Karakteristik Bahan
 Type Two-component,pour grade polyurethane sealant untuk horizontal,
traffic bearing
 Warna sesuai warna pekerjaan yang diberi sealant

2.4 Acrylic Sealant


1) Acceptable manufacturer :
 Pecora corp
 Evode
 Tremco
2) Karakteristik Bahan
 Type HDF-Acrylic sealant,kombinasi dari Acrylic polymers dengan
fleksibilitas yang cukup tinggi.
 Warna sesuai warna pekerjaan yang diberi sealant.

2.5 Bahan Pelengkap


1) Cleaner
Type yang direkomendasi oleh pembuat bahan bidang kerja dan bahan
sealant.
2) Primer/Sealer
Type yang direkomendasikan oleh pembuat bahan bidang kerja dan bahan
sealant.
3) Tape Bond Breaker
Plastic type, digunakan pada permukaan bersinggungan dimana sambungan
harus dikosongkan untuk keperluan penampilan bahan
4) Backer Rod
Compressible Rod polyethylene foam; polyethylene diperkuat dengan
polyurethane foam; butyl rubber foam atau neoprene foam; sebagaimana
yang direkomendasikan pembuat bahan untuk kesesuaian dan kelayakan
terhadap karakteristik bahan;gunakan ukuran dan bentuk untuk kedalaman,
patahan bidang dasar sambungan.
5) Divider Strip
Gunakan untuk memisahkan dua jenis sealant yang berbeda.
114
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3. Pelaksanaan
3.1 Mock-up :
Buatkan contoh terpasang sebagai standard pekerjaan, kerjakan untuk setiap
jenis dan tipe sambungan untuk mendapatkan persetujuan Perencana.

3.2 Persiapan Bidang Kerja


a. Bersihkan permukaan sambungan, buang kotoran, amankan finishing di
sekitarnya, hilangkan kelembaban sesuai yang disyaratkan.
b. Haluskan dan beri pelindung pada permukaan sambungan dari beton dan
pasangan bata untuk mencegah keluarnya bahan bahan alkali; gunakan
bahan muriatic acid kadar 5%; netralisir dengan jenis campuran ammonia;
kemudian bersihkan/bilas dengan air bersih dan biarkan sampai kering.
c. Kasarkan permukaan bahan-bidang kerja yang tidak porous, kecuali bila
dinyatakan oleh pembuat material bidang kerja dapat memberikan daya lekat
yang baik.

3.3 Pelaksanaan
a. Umum
Kerjakan seperti yang diinstruksikan pembuat bahan, kecuali yang
dispesifikasikan untuk mendapat hasil pekerjaan yanglebih baik.
b. Persiapan:
 Kerjakan primer seperti yang disyaratkan, tidak diperkenankan mengotori
permukaan lainnya yang berdekatan.
 Pasangkan Backer Rod; pasangkan sesuai dengan kebutuhan untuk
menjaga ketebalan sealant yang disyaratkan; pasangkan bond breaker
tape untuk sambungan dengkal.
c. Pemasangan:
 Kerjakan dengan cara cara pemasangan yang dapat menghasilkan
pekerjaan yang baik,padat menerus ,tanpa sambungan dan celah tidak
terdapat gelembung air; pada sambungan horizontal isikan pada sudut
pertemuan bidang horizontal dan vertical dan tekan agar terdapat
gelembung udara atau udara yang terjebak.
 Tidak diperkenkan mengotori permukaan finishing disekitarnya;buang dan
bersihkan bahan yang salah penempatan dan mengotori pekerjaan
disekitarnya;bersihkan tanpa merusak finishing disekitarnya.

115
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Pasangkan non-sag sealant dengan haslus dan berbentuk cekung,


merata, rata dengan sudut pinggiran sambungan, perhatikan
perbandingan kedalaman dan lebar sealant seperti disyaratkan pembuat.
 Biarkan sealant dan caulking compounds mongering sampai
menghasilkan kekuatan maksimal, melekat dengan sempurna dan
mempunyai kekerasan permukaan yang sempurna; lindungi permukaan
yang belum mongering dari kotoran dan sentuhan fisik.

3.4 Pemakaian Caulking


Pasangkan sealant pada celah celah sambungan anatara dua material berbeda
yang dipasang berdampingan, gunakan type sealant atas persetujuan perencana,
kecuali pada tempat yang ditentukan dibawah ini :
a. Sambungan exterior dan interior antara unit unit beton precast dan GRC:
gunakan silicon sealant atau multi – component non- sag polyurethane.
b. Sambungan exterior dan interior pada pasangan dinding atau finishing batuan
termasuk control joint : gunakan silicon sealant atau multi component non-
sag polyurethane.
c. Sambungan exterior pada sekeliling curtainwall, rangka skylight, dan
storefront: gunakan silicon sealant.
d. Horizontal Traffic Bearing Joint : pourable polyurethane sealant.
e. Sambungan tidak lebih besar dari 10 mm.
f. Sambungan rapat pada sambungan miring dari material sejenis dan terdapat
bahan yang berdekatan : Acrylic Latex caulking compound.

Pasal 05
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI

1. Umum
1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan peralatan dan semua pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian lantai sesuai dengan gambar kerja
dan RKS.

1.2. Kontraktor diharuskan memberikan contoh-contoh bahan lantai yang dipasang,


khususnya untuk diseleksi kwalitas, warna, tekstur, bahan lantai untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan / Konsultan MK.

116
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.3. Kontraktor harus menyediakan jaminan tertulis dari produsen/Sub-kontrktor kepada


Pemilik Proyek untuk setiap masing-masing penggunkan bahan lantai dengan
jangka jaminan minimum 5 (lima) tahun.

1.4 Pekerjaan lantai yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :


 Pekerjaan Lantai Keramik
 Pekerjaan Lantai Homogeneus Tile

2. Pekerjaan Lantai Homogenius Tile


2.1 Pekerjaan lantai Homogenius Tile ini dinyatakan yang sesuai gambar. Homogenius
Tile yang digunakan setara dengan produk Granito, IKAD, Sandimas, Nerogranite,
Indogress dengan ukuran sesuai gambar.

2.2 Data-data teknis Bahan :


Bahan : Homogenius Tile
Produksi : Granito, IKAD, Sandimas, Nerogranite, Indogress
Type & Ukuran : 60 x 60 cm
Jenis : ditentukan kemudian
Warna : ditentukan kemudian

2.3 Homogenius Tile yang akan dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,
bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang gompal, retak
maupun cacat.

2.4 Sebelum pemasangan lantai pada masing-masing ruang yang akan dilapis
Homogenius Tile pekerjaan lantai kerja dan spesi harus sudah selesai dengan
hasil rata waterpass, sehingga saat pemasangan Homogenius Tile tidak
bergelombang.

2.5 Pemotongan harus dilakukan oleh tenaga yang ahli, dengan menggunakan mesin
potong, batas potongan harus digerinda sampai basil halus dan rata benar.

2.6 Setelah pemasangan Homogenius Tile selesai terpasang, jarak antara masing-
masing unit Homogenius Tile harus sama dan membentuk garis lurus, bidang
permukaan lantai harus rata, waterpass dan tidak ada bagian yang bergelombang,
naad diisi dengan semen khusus ex Laticrete, warna sesuai dengan warna
117
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Homogenius Tile

2.7 Sisa-sisa atau bekas kotoran semen yang melekat pada lantai Homogenius Tile
harus segera dibersihkan benar-benar untuk selanjutnya bila sudah bersih benar
lantai Homogenius Tile dan Kontraktor harus memelihara kebersihannya hingga
saat Serah Terima Pekerjaan Kedua.

2.8 Bila terjadi kerusakan atau terdapat cacat maupun retak, bergelombang, maka
Kontraktor wajib menggantikan kerusakan lantai tersebut dengan biaya perbaikan
ditanggung oleh Kontraktor

3. Pekerjaan Lantai Keramik Tile

3.1. Lingkup Pekerjaan :


a. Plesteran kasar untuk dasar pasangan keramik lantai.
b. Pasangan keramik lantai pada area-area kamar mandi atau sesuai dengan
yang ditunjukkan pada gambar.
c. Tile Grout untuk pengisi nut nut keramik / joint filler.

3.2. Pekerjaan yang berhubungan :


a. Pekerjaan Pasang bata
b. Pekerjaan screed lantai.
c. Pekerjaan Waterproofing ( pada area basah ).

3.3. Standard
a. PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia – 1982 (NI-3)
b. ANSI : American National Standard Institute
c. TCA : Tile Council of America, USA
TCA 137.1 – Recommended Standard Spesifikation for Ceramic
Tile
3.4. Persetujuan
3.4.1.Contoh bahan
Guna persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi, Kontraktor harus
menyerahkan contoh-contoh semua bahan yang akan dipakai; keramik, bahan-
bahan additive untuk adukan, dan bahan untuk tile grouts.
3.4.2.Mock-up/contoh pemasangan
Sebelum mulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh pemasangan
118
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasangan, warna dan groutingnya.


Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk pemasangan
keramik.
3.4.3.Brosur
Untuk keperluan Konsultan Manajemen Konstruksi, Kontraktor harus
menyediakan brosur bahan guna pemilihan jenis bahan yang akan dipakai.
3.5. Kondisi Lingkungan
Suhu dan ventilasi ruang dimana keramik akan dipasang harus dijaga agar sesuai
dengan rekomendasi pabrik sehingga tidak mempengaruhi rekatan keramik.
3.6. Bahan/Produk
Bahan : Keramik Tile produksi Roman, IKAD, Asiatile.
Ukuran : 20x20 untuk lantai kamar mandi
Toleransi ukuran < 1% dan penyerapan air tidak lebih dari 1%.
Jenis : Keramik Single Firing Heavy Duty
Warna : Sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik proy
Tile Adhesive berbahan dasar semen, filler, aditif dan pasir silica yang dikemas
kualitas baik sebagai pelekat keramik pada lantai atau menggunakan adukan 1 pc
: 2 ps.
Tile grout sebagai pengisi celah-celah / nat antar keramik, memakai merk
berkualitas baik. Warna disesuaikan dengan warna keramik.

3.7. Pemasangan
3.7.1.Umum
a. Sebelum pekerjaan dimulai, lebih dahulu harus dipelajari dengan seksama
lokasi pemasangan keramik, kualitas, bentuk dan ukuran ubinnya dan kondisi
pekerjaan setelah studi diatas dilaksanakan, tentukan metoda persiapan
permukaan pemasangan ubin, joints dan curing, untuk diusulkan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Pemborong harus menyiapkan ‘tiling manual’, yang berisi uraian tentang
bahan, cara instalasi, sistim pengawasan, perbaikan/koreksi, perlindungan,
testing dan lain-lain untuk diperiksa dan disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi.
c. Sebelum instalasi dimulai, siapkan lay out nat-nat, hubungan dengan finishing
lain dan dimensi-dimensi joint, guna persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
d. Pemilihan Tile
Tile yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan ukuran,
119
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

bentuk dan warna yang telah ditentukan.


e. Pemotongan Tile
Ujung potongan tile harus dipoles dengan gurinda atau batu
3.7.2.L e v e l.
a. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai karenanya screeding dasar
harus diatur hingga memungkinkan pada tiles dengan ketebalan yang berbeda
permukaan finishnya terpasang rata.
b. Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar maupun
yang ditentukan mempunyai kemiringan.
c. Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, keimiringan tidak boleh kurang
dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk area lain, tidak
boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air
bisa mengalir semua tanpa meninggalkan genangan.
d. Jika ketebalan screed tidak memungkinkan untuk mendapatkan kemiringan
yang ditentukan, kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan jalan keluarnya.
3.7.3.Persiapan Permukaan
a. Kontraktor harus menyiapkan permukaan sehingga memenuhi syarat yang
diperlukan, sebelum memasang ubin/keramik.
b. Secara tertulis, kontraktor harus memberikan laporan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi tiap kondisi yang menurut pendapatnya akan
berpengaruh buruk pada pelaksanaan pekerjaan.
c. Permukaan beton yang akan diplester untuk penempelan ubin/keramik, harus
dikasarkan dan dibersihkan dari debu dan bahan-bahan lepas lainnya.
Sebelum dilaksanakan plesteran, permukaan ini harus dibebaskan.
d. Penyimpangan kerataan permukaan beton tidak boleh lebih dari 5 mm untuk
jarak 2 mm, pada semua arah, Tonjolan harus dibuang (Chip off) tekukan
kedalaman diisi dengan mortar (1 : 2), sehingga plesteran dasar (Setting bed)
mempunyai ketebalan yang sama
3.7.4.Pemasangan ubin keramik dinding di bagian dalam (internal)
a. Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan ubin harus dibasahi. Pakai
benang untuk menentukan lay out ubin, yang telah ditentukan dan pasang
sebaris ubin guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
b. Kecuali ditentukan lain pemasangan ubin harus dimulai dari bawah dan
dilanjutkan ke bagian atas.

120
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Pada pemasangan keramik, tempelkan dibagian belakang keramik adukan dan


ratakan, kemudian ubin yang telah diberi adukan ini ditekankan ke plesteran
dasar. Kemudian permukaan ubin dipukul perlahan-lahan hingga mortar
perekat menutupi penuh bagian belakang ubin dan sebagian adukan tertekan
keluar dari tepi ubin.
d. Tiap hari pemasangan, tidak diperkenankan memasang tile dengan ketinggian
lebih dari ketentuan berikut :
- 1,2 m – 1,5 m, untuk tile tinggi 60 mm,
- 0,7 m -0,9 m, untuk tile tinggi 90 – 120 mm,
- Max 1,8 m, untuk semi porcelain tile.
e. Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di nat (joint) harus dibuang /
dikeluarkan dengan sikat atau cara lain yang tidak merusakkan permukaan tile.
Mortar yang mengotori permukaan tile harus dibuang dengan kain lap basah.
f. Pemasangan tile grant (pengisian nat) harus sesuai dengan ketentuan pabrik.
3.7.5.Pemasangan Ubin Keramik
a. Tile dipasang pada permukaan yang telah discreed.
Komposisi adukan untuk screeding :
o Area basah : 1 pc : 2 ps
b. Pada pemasangan di area yang luas, harus dilaksanakan secara kontiniu. Dan
harus disediakan ‘Kepalaan’ (guide line course) pada interval 2,0 m – 2,5 m.
Pemasangan tile lainnya berpedoman pada guide line ini.
c. Kikis semua mortar yang mempel pada nat dan bersihkan ketika proses
pemasangan tile berlangsung. Pasangan tile tidak boleh diinjak dalam waktu
24 jam setelah pemasangan.
d. Nat-nat pada pemasangan tile harus diisi dengan bahan tile grout berwarna
dan kondisi pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.

3.7.6.Pemeriksaan (Inspection)
a. Rekatan (bond).
Ketika pelaksanaan pemasangan tile, ambil beberapa tile yang telah
terpasang, secara random, untuk memastikan bahwa adukan perekat telah
merekat dengan baik pada bagian belakang tile dan telah terpasang dengan
baik.
b. Tension Test.
Tension test harus dilakukan pada pasangan ubin di dinding; terutama di
exterior. Test harus dilaksanakan pada area pekerjaan tiap tukang. Test

121
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dilaksanakan tiap hari kerja dan sampel diambil secara random jika umur
pemasangan sample tidak lebih dari 5 hari, kekuatan rekatan harus minimal 3
kg/cm2.

3.8. Perlindungan dan Pembersihan


3.8.1.Perlindungan
a. Kontraktor harus melindungi ubin yang telah terpasang maupun adukan perata
dan harus mengganti, atas biaya sendiri kerusakan yang terjadi, Penyerahan
pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
b. Setelah pemasangan, kontraktor harus melindungi tile lantai yang telah
terpasang. Jika mungkin dengan mengunci area tersebut. Batasi lalu lintas
diatasnya; hanya untuk yang penting saja.
3.8.2.Pembersihan
Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat, kain
lap, dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak bisa dibersihkan hanya
dengan air, pembersihan memakai campuran air dengan hidrochloric acid,
perbandingan 30:1. Sebelum pembersihan dengan asam ini, lindungi semua
bagian yang memungkinkan akan berkarat atau rusak oleh asam. Setelah
dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa, hingga tidak
ada campuran asam yang tersisa.

Pasal 06
PEKERJAAN PELAPIS DINDING

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, peralatan dan pekerja yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai Gambar Kerja dan
RKS.

1.2. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh bahan pelapis dinding yang akan
dipasang, khususnya untuk menentukan warna tekstur yang akan di tentukan
kemudian oleh Pemberi Tugas.

1.3. Kontraktor harus memberikan jaminan tertulis dari produsen/ Sub Kontraktor
kepada Pemilik Proyek untuk setiap penggunaan bahan dinding dan jangka waktu
jaminan minimum 5 tahun.

122
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.4. Pekerjaan dinding keramik pada area kamar mandi dan dapur.

2. Pekerjaan Pelapis Dinding Keramik


2.1. Bahan keramik yang dimaksud untuk digunakan pada dinding ruang toilet
bersama, pantry, janitor atau sesuai dengan gambar. Pemilihan warna ditentukan
kemudian oleh Pemilik Proyek atau oleh Direksi Lapangan / Konsultan MK.

2.2. Bahan yang digunakan harus sudah dapat persetujuan dari Direksi. Lapangan,
setelah diseleksi mengenai kwaalitas bahan, warna, tekstur, dan bahan tidak boleh
retak, maupun cacat.

2.3. Data teknis bahan :


Bahan : Keramik Tile ex Roman, IKAD, Platinum atau Asia Tile.
Ukuran : 20x25cm
Toleransi ukuran < 1% dan penyerapan air tidak lebih dari 1%.
Jenis : Keramik Single Firing Heavy Duty
Warna : Sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik proyek.

2.5. Pelaksanaan
a. Persiapan
 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing
mengenai pola keramik.
 Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.
 Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat,
ataupun bernoda
 Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong keramik
khusus sesuai persyaratan pabrik.

b. Pemasangan Dinding Keramik


 Adukan pasangan/pengikat dengan Produk dari AM yaitu AM 40 untuk area
dalam ditambah bahan perekat seperti yang dipersyaratkan.
 Hasil pemasangan dinding keramik harus merupakan bidang permukaan
yang benar-benar rata dan tidak bergelombang.
 Pemasangan keramik untuk dinding ini harus memperhatikan perletakan
features sanitair yang ada seperti diperlihatkan dalam gambar.

123
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Pola, arah, dan awal pemasangan dinding keramik harus sesuai gambar
detail atau sesuai petunjuk Pengawas.
 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus
sama lebarnya, maksimum 5 mm yang berbentuk garis-garis sejajar dan
lurus yang sama lebarnya sama dalamnya untuk siar-siar yang berpotongan
harus berbentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak lurus
sesamanya.
 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi dengan warna yang hampir sama
dengan warna keramik.
 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih.
 Dinding dengan pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6 mm.

c. Perlindungan dan Pemeliharaan


Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban lain selama 1 x
24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.

Pasal 08
PEKERJAAN PLAFOND

1. PLAFOND GRC BOARD


1.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan langit-langit GRC board dan konstruksi
penggantungnya, penyiapan tempat serta pemasangan pada tempat-tempat
yang tercantum pada gambar untuk itu.

1.2. Pekerjaan yang berhubungan :


 Pekerjaan Pengecatan
 Pekerjaan Logam non Struktur
 Pekerjaan Mekanikal
 Pekerjaan Elektrikal

1.3. Standard
ANSI : A 42.4 - Interior Lathing and Furring

1.4. Persetujuan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh jenis
124
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

langit-langit yang dipakai, lengkap dengan brosur dan syarat pelaksanaan dari
pabrik.
b. Kontraktor harus menyediakan shop drawing yang memperlihatkan dengan
jelas hubungan langit-langit satu dengan lainnya tanpa naad dan hubungannya
dengan lampu, AC dan lain-lain.

1.5. Bahan / Produk


a. GRC Board tebal 6 mm, water resistant. Rangka hollow 40x40 dan 20x40.
b. List plafond: gypsum ukuran 5x5 cm.

1.6. Pelaksanaan
a. Rangka hollow disusun sejajar dengan bidang GRC Board yang akan
dipasang, dengan jarak mak. 60 cm, dipasang menerus, tidak terputus.
b. Rangka hollow pada arah tegak lurus disusun sejajar, jarak max. 60 cm.
c. Suspension road clamp dipasang pada hollow, jarak min. 60 cm.
d. Seluruh sisi bagian bawah rangka langit-langit harus diratakan, pola
pemasangan rangka/penggantung harus disesuaikan dengan detail gambar
serta hasil pemasangan harus rata/tidak melendut.
e. Semua ukuran dalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
f. Pada Pekerjaan langit-langit ini perlu diperhatikan pekerjaan elektrikal dan
perlengkapan instalasi lain yang teletak di atas langit-langit. Untuk detail
pemasangan harus konsultasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi.
g. Bidang pemasangan langit-langit harus rata/waterpass, jarak pemasangan
naad dibuat 0,5 cm atau sesuai dengan detail gambar. Naad harus lurus dan
sama lebar, pada pertemuan harus saling berpotongan tegak lurus satu sama
lain.

2. PLAFOND GYPSUM BOARD

2.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan bantu dan
pemasangan papan Gypsum dan aksesori pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.2. Standar/Rujukan

125
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1) Australian Standard (AS)


2) American Standard for Testing and Materials (ASTM).

2.3. Prosedur Umum


a. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan diguanakan harus diserahkan
terlebih dahulu kepada Konsultan MK untuk disetujui sebelum dikirimkan ke
lokasi proyek.
b. Gambar Detail Pelaksanaan.
Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan seabelum
pekerjaan dimulai, untuk disetujui oleh Konsultan MK. Gambar Detail
Pelaksanaan harus mencakup penjelasan mengenai jenis/data bahan, dimensi
bahan, ukuran-ukuran, jumlah bahan, cara penyambungan, cara febrikasi, cara
pemasangan dan detail lain yang diperlukan.
c. Pengiriman dan Penyimpanan.
1) Papan Gypsum dan aksesori harus didatangkan kelokasi sesaat sebelum
pemasangan untukmengurangi resiko kerusakan.
2) Papan Gypsum, GRC harus ditumpuk dengan rapi dan kuat diatas penumpu
yang ditempatkan pada setiap jarak 450mm, dengan penumpu bagian ujung
berjarak tidak lebih dari 150mm terhadap ujung tumpukan.
3) Papan Gypsum, GRC dan aksesori harus disimpan ditempat terlindung,
lepas dari muka tanah, diatas permukaan yang rata dan dihindarkan dari
pengaruh cuaca.

d. Ketidaksesuaian.
1) Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan
kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi jumlah maupun
pemasangan dan lainnya.
2) Bila bahan-bahn yang didatangkan atau difabrikasi ternyata menyimpang
atau tidak sesuai yang telah disetujui, maka akan ditolak dan Kontraktor
wajib menggantinya dengan yang sesuai.
3) Biaya yang ditimbulkan karena hal diatas menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya dan tanpa tambahan waktu.

2.4. Bahan-Bahan

126
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1) Papan Gypsum.
- Papan Gypsum harus dari produk yang memiliki teknologi yang sesuai untuk
daerah tropis dan memliki ketebalan minimal 9 mm dan ukuran modul sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja, dari produk Jayaboard, elephant, Knauff, Intan
Board.
- Papan Gypsum harus dari tipe standar yang memenuhi ketentuan AS 2588,
BS 1230 atau ASTM C 36.
2) Semen Penyambung.
Semen penyambung papan Gypsum harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat papan Gypsum.
3) Rangka.
Rangka untuk pemasangan dan penumpu papan Gypsum harus dibuat dari
bahan baja ringan lapis seng dan alumunium dalam bentuk dan ukuran yang
dibuat khusus untuk pemasangan papan Gypsum, seperti buatan Jof Metal,
Buman, Jayabord.
4) Alat Pengencang.
Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis pemasangan harus
sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat papan Gypsum yang memenuhi
ketentuan AS 2589.
5) Perlengkapan Lainnya.
Perlengkapan lainnya untuk pemasangan papan Gypsum, antara lain seperti
tersebut berikut, harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat papan
Gypsum:
- Perekat
- Pita kertas berperforasi,
- Cat dasar khusus untuk permukaan papan Gypsum.
- Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar papan Gypsum
terpasang dengan baik.

2.5. Pelaksanaan Pekerjaan

a. Umum.
1) Sebelum papan Gypsum dipasang, Kontraktor harus memeriksa
kesesuaian tinggi/kerataan permukaan, pembagian bidang, ukuran dan
konstruksi pemasangan terhadap ketentuan Gambar Kerja, serta lurus dan
waterpas pada tempat yang sama.

127
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2) Pemasangan papan Gypsum dan kelengkapannya harus sesuai dengan


petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya.
3) Jenis/bentuk tepi papan Gypsum harus dipilih berdasarkan jenis
pemasangan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

b. Pemasangan.
1) Rangka papan Gypsum untuk pemasangan di langit-langit, partis atau
tempat-tempat lainnya, yang terdiri dari bahan baja yang sesuai dari
standar pabrik pembuatnya yang dibuat khusus untuk pemasangan papan
Gypsum, seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
2) Papan Gypsum, dipasang kerangkanya dengan sekrup atau dengan alat
pengencangan yang direkomendasikan, dengan diameter dan panjang
yang sesuai.
3) Sambungan antara papan Gypsum harus menggunakan pita penyambung
dan perekat serta dikerjakan sesuai petunjuk pelaksanaan dari pabrik
pembuat papan Gypsum.

c. Pengecatan.
1) Permukaan papan Gypsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk
dan permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
2) Kemudian permukaan papan Gypsum tersebut harus dilapisi dengan cat
dasar khusus untuk papan Gypsum untuk menutupi permukaan yang
berpori.
Setelah cat dasar papan Gypsum kering kemudian dilanjutkan dengan
pengaplikasian cat dasar dan atau cat akhir sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis dalam warna akhir sesuai ketentuan Skema yang akan diterbitkan
kemudian.

Pasal 09
PEKERJAAN KUSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM

1. Kusen Pintu dan Jendela Alumunium


1.1 Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan kusen alumunium, penyetelan kusen alumunium sesuai dengan
gambar rencana pemasangan, kaca pada kusen alumunium, serta pemasangan
kusen alumunium pada dinding-dinding atau tempat yang sesuai dengan gambar

128
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

rencana dan meliputi pembuatan shop drawing.

1.2 Bahan-bahan
Alumunium
 Extruder : Alexindo, Alco, Aluprima, Elephant, YKK, ALCAN dan
sesuai SII extrusi 0695-82
 Kadar Campuran : Alloy- 6063 T5 / Billet yang digunakan harus aslinya,
tidak terbuat dari bahan-bahan scrap / sisa
 Anodizing : Ketebalan lapisan diseluruh permukaan alumunium
coating
 Jenis extrusi Profil : Depth 70 mm
 Profil : Standard produksi Alexindo, Alco, Aluprima, Elephant,
YKK, ALCAN.
 Sistim Profil : Alexindo, Alco, Aluprima, Elephant, YKK, ALCAN.

1.3. Caulking dan Sealant


Bahan yang digunakan adalah :

a. Silicone Sealant
1) Acceptable Manufacturer :
 General Electrik # SSG 4000 dan # SCS 2000
2) Karakteristik Bahan
 Type : Single Component, low modulus silicone rubber.
 Warna : sesuai dengan warna material yang diberi sealant untuk
weatherproof.

b. Multicomponent Non- Sag Polyuretheane Sealant


1) Acceptable manufacturer :
 Mameco Internasional,Vulkem 227
 Tremco,Dymeric.
2) Karakteristik Bahan
 Type Two-part polyurethane based sealant dengan perwarna yang
terpisah.
 Warna sesuai dengan warna material yang diberi sealant.

c. Pourable Polyurethane Sealant


1) Acceptable manufacturer :
129
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Pecora Corp, Urexpan NR 200


 Mameco Internasional; Vulkem 245
 Sonneborn,Sonolastic
2) Karakteristik Bahan
 Type Two-component,pour grade polyurethane sealant untuk horizontal,
traffic bearing
 Warna sesuai warna pekerjaan yang diberi sealant

d. Acrylic Sealant
1) Acceptable manufacturer :
 Pecora corp
 Evode
 Tremco
2) Karakteristik Bahan
 Type HDF-Acrylic sealant,kombinasi dari Acrylic polymers dengan
fleksibilitas yang cukup tinggi.
 Warna sesuai warna pekerjaan yang diberi sealant.

e. Bahan Pelengkap
1) Cleaner
Type yang direkomendasi oleh pembuat bahan bidang kerja dan bahan
sealant.
2) Primer/Sealer
Type yang direkomendasikan oleh pembuat bahan bidang kerja dan bahan
sealant.
3) Tape Bond Breaker
Plastic type, digunakan pada permukaan bersinggungan dimana sambungan
harus dikosongkan untuk keperluan penampilan bahan
4) Backer Rod
Compressible Rod polyethylene foam; polyethylene diperkuat dengan
polyurethane foam; butyl rubber foam atau neoprene foam; sebagaimana
yang direkomendasikan pembuat bahan untuk kesesuaian dan kelayakan
terhadap karakteristik bahan;gunakan ukuran dan bentuk untuk kedalaman,
patahan bidang dasar sambungan.
5) Divider Strip
Gunakan untuk memisahkan dua jenis sealant yang berbeda.

130
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.4. Gambar Rencana Pembuatan


a. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan gambar kerja dengan ukuran-
ukuran yang disesuaikan dilapangan.
b. Kontraktor diharuskan untuk merencanakan sistim pemasangan dengan
memperhitungkan keamanan terhadap defleksi yang bisa terjadi akibat
bentangan, tekanan angin dan sebagainya, dengan rekomendasi pabrik
pembuatnya dan peraturan-peraturan muatan yang berlaku.

1.5 Pekerjaan Fabrikasi


Bahan yang dipakai sebelum diproses fabrikasi harus diseleksi dahulu sesuai
dengan bentuk, toleransi, ukuran, ketebalan yang dipersyaratkan, kesikuan,
kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan, kemudian dikerjakan secara
maksimal dengan mesin potong, mesin punch, edrill, sehingga hasil yang telah
dirangkai mempunyai toleransi ukuran.

1.6. Pemasangan
a. Pekerjaan pembuatan / penyetelan dan pemasangan kusen aluminium
beserta kaca harus dilaksanakan oleh sub Kontraktor aluminium ahli yang
mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan / Konsultan MK.

b. Ketika dibawa ke lapangan, samoa aluminium harus dilindungi dengan


"eacquer Film" atau bahan.lain yang disetujui oleh Direksi Lapangan /
Konsultan MK.
c. Ketika plesteran dilaksanakan, tepi-tepi kusen harus dilindungi dengan plastic
tape atau zinc chromate frimer (pemis-transparant). Bagian-bagian lain dapat
tetap dilindungi dengan "Lacquer Film" sampai pekerjaan selesai.
d. Penggunaan pcmis pada permukaan yang caulking atau sealant tidak
dibenarkan diberikan
e. Pemasangan kusen harus dilengkapi dengan weather seal" (backing strip),
didalam dan diluar sebagai lapisan pengisi, sebelum sealant dipasang.
f. Untuk mendapatkan ukuran-ukuran yang tepat, sub Kontraktor aluminium
harus datang kelapangan dan. melakukan pengukuran-pengukuran.
g. Pemasangan kusen aluminium ke tembok / kolom / balok harus menggunakan
anker yang kuat.
h. Antara tembok / kolom / kolom dan kusen harus diisi dengan"seal" yang
elastis, untuk jendela-jendela luar.
i. Pemasangan kaca-kaca terhadap kusen aluminium juga harus menggunakan
131
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

"seal" yang berupa, alur karet.


j. Sambungan-sambungan vertikal maupun, horizontal sambungan sudut
maupun silang demikian juga pengkombinasian profil-profil alumunium harus
dipasang sempurna, dengan sekrup-sekrup pengaku. Sekrup-sekrup tidak
boleh kelihatan.
k. Dalam keadaan ditutup atau dibuka, kaca-kaca tidak boleh bergetar yang
menandakan kurang sempurnanya pemasangan seal keliling.
l. Selain tidak, bergetar, pemasangan seal harus menjamin bahwa tidak akan
terjadi kebocoran yang diakibatkan oleh air hujan maupun udara basah dari
luar.
m. Pemasangan kaca I panel kaca harus dilakukan dari arah dalam bangunan
untuk memudahkan penggantian.
n. Kontraktor wajib menjaga kusen-kusen aluminium dan bidang-bidang kaca
yang sudah terpasang dari kotoran-kotoran seperti air semen, cat plesteran
dan lain-lain serta mengamankannya dari benturan-benturan.

2. Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela Kaca Rangka Alumunium


2.1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bovenlight
seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari
Kontraktor.

2.1.2. Persyaratan Bahan


a. Kusen alumunium yang digunakan :
1) Bahan
Dari bahan alumunium framing system buatan ALEXINDO, Alco,
Aluprima atau yang setara Dengan Ukuran 3 Inc, Finishing Powder
Coating warna Dark Brown.
2) Bentuk profil
Sesuai shop drawing yang disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi ( MK ).
3) Warna profil
Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
4) Nilai deformasi : Diizinkan maksimal 2 mm.
132
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Persyaratan bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan


syarat dari pekerjaan alumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan.
c. Konstruksi kusen alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan
dalam detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
d. Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap tipe harus disertai hasil tes
minimum 100 kg/m2.
e. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m2/hr dan terhadap
tekanan air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil tes.
f. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan
pewarnaan yang disyaratkan.
g. Untuk keseragaman warna yang diisyaratkan, sebelum proses fabrikasi
warna profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada
waktu fabrikasi unit-unit, jendela, pintu partisi dll, profil harus diseleksi lagi
warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sama
Pekerjaan memotong, punch dan drill, dengan mesin harus sedemikian
rupa sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding
dan pintu mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut :
1) Untuk tinggi dan lebar 1 mm.
2) Untuk diagonal 2 mm.
h. Aksesoris
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari
vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan alumunium
harus ditutup caulking dan sealant, angkur-angkur untuk rangka/ kusen
alumunium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak
kurang dari 13 micron sehingga dapat bergeser.
i. Bahan Finishing.
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya
harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive
treatment dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan
insulation lainnya.

2.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-
gambar dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil lubang) dan membuat

133
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

contoh jadi untuk semua detail sambungan dan profil alumunium yang
berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain
b. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai,
dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuan
Konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ) meliputi gambar denah, lokasi,
merk, kualitas, bentuk dan ukuran.
c. Semua frame/ kusen baik untuk di dinding, jendela dan pintu dikerjakan
secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan
agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
d. Pemotongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan
untuk mengerjakan pada tempat yang aman dengan hati­ hati tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaannya
e. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah
bagian dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata.
f. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan
sekrup, rivet, stap dan harus cocok. Pengelasan harus rapi untuk
memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
g. Angkur-angkur untuk rangka/ kusen alumunium terbuat dari steel
setebal 2-3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
h. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/ stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap
sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air
sebesar 1.0 Kg/cm2. Celah antara kaca dan sistem kusen alumunium
harus ditutup oleh sealant.
i. Diisyaratkan bahwa kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan­
kemungkinan sebagai berikut :
1) Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
2) Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
3) Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
4) Untuk sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh, yang dapat merusak baik lantai maupun
langit-langit.
5) Mempunyai aksesoris yang mampu mendukung kemungkinan di atas.
j. Untuk fitting hard ware dan reinforcing material yang mana kusen
alumunium akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka

134
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

permukaan metal yang bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk


menghindari kontak korosi.
k. Toleransi Pemasangan kusen alumunium disatu sisi dinding adalah 10- 25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
l. Khusus untuk pekerjaan jendela geser alumunium agar diperhatikan
sebelum rangka kusen terpasang. Permukaan bidang dinding
horizontal (pelubangan dinding) yang melekat pada ambang bawah dan
atas harus waterpass.
m. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama
pada ruang yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika
perlu dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.
Penggunaan ini pada swing door dan double door.
n. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap suara.

2.2. Pekerjaan Daun Pintu Kaca Frameless ( bila ada)


a. Daun pintu frameless dipasang pada tempat-tempat yang ditunjukkan pada
gambar. Kaca yang dipakai adalah dari merk Asahi Mas dan Mulia Glass atau
Setara dengan ketebalan 10 mm. Untuk engsel digunakan floorhings merk
Hamton, Solid atau yang setara dengan kualitas baik, terpasang dengan kuat
berikut sistem kuncinya
b. Pemasangan dinding partisi kaca rangka frame Allumunium digunakan jenis kaca
dengan ketebalan 8 dengan kaca Rayband tebal 8 mm (jenis kaca tempered).
Sambungan-sambungan antara kaca dan rangka digunakan silicone sealant.
c. Khusus untuk pekerjaan ini harus dilakukan oleh fabrikator yang berpengalaman.

2.3. Pekerjaan Pintu dan Jendela Kaca Rangka Aluminium


2.3.1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca seperti
yang ditunjukkan dalam gambar.

2.3.2. Persyaratan Bahan


a. Bahan Rangka

135
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1) Dari bahan alumunium framing system, dari produk dalam negeri ex


Alexindo, Alco, Aluprima dan disetujui Direksi. Type yang
dipergunakan untuk rangka kaca luar adalah jenis frameless.
2) Bentuk dan ukuran profil disesuaikan terhadap shop drawing yang
telah disetujui Direksi Lapangan
3) Warna profil alumunium framing colour anodized (contoh warna
diajukan oleh Kontraktor untuk disetujui Direksi Lapangan)
4) Pewarnaan colour anodized 18 micron, tebal bahan 1,8 mm
5) Nilai batas deformasi yang diizinkan 2 mm
6) Bahan yang diproses pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu
dengan seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan,
kesikuan, kelengkungan, pewarnaaan yang diisyaratkan oleh
Konsultan MANAJEMEN KONSTRUKSI ( MK )
7) Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan
syarat-syarat dari pekerjaan alumunium serat memenuhi ketentuan­
ketentuan dari pabrik yang bersangkutan
8) Daun pintu dengan konstruksi panel kaca rangka alumunium, seperti
yang ditunjukkan dalam gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
b. Penjepit Kaca
Digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik dan
memenuhi persyaratan yang ditentukan dari pabrik, Pemasangan
diisyaratkan hanya satu sambungan serat harus kedap air dan bersifat
structural seal.
c. Bahan Panel Kaca Daun Pintu, Jendela, Partisi.
1) Bahan untuk kaca eksterior menggunakan : kaca poles merk Asahi
Mas, Mulia Glass atau yang setara ex. dalam negeri.
2) Warna ditentukan kemudian oleh Direksi Lapangan.
3) Bahan untuk kaca pada lobby pintu masuk utama menggunakan kaca
tempered poles merk Asahi Mas, Mulia Glass atau yang setara.
4) Bahan untuk kaca interior menggunakan kaca poles tebal 6 mm dari
merk Asahi Mas, Mulia Glass atau yang setara
5) Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat,
bebas sulfide maupun bercak-bercak lainnya, dari produk Asahi Mas,
Mulia Glass atau yang setara, kecuali untuk kaca bagian luar seperti
dijelaskan di atas.

2.3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


136
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti


gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-
lubang) termasuk mempelajari bentuk, pola, lay out/ penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
b. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat
pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/ tempat dengan sirkulasi udara
yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
c. Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka alumunium dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/ menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak
tidak boleh ada cacat bekas penyetelan.
d. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
e. Daun Pintu.
1) Jika diperlukan harus menggunakan sekrup galvanized atas
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ) tanpa
meninggalkan bekas cacat pada permukaan yang tampak.
2) Untuk daun pintu panel kaca setelah dipasang harus rata dan tidak
bergelombang dan tidak melintir.

2.4. Pekerjaan Pintu Panel


2.4.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan daun pintu panel kayu dipasang sesuai gambar kerja.

2.4.2. Pekerjaan yang Berhubungan


a. Kusen
b. Pengecatan

2.4.3. Persyaratan Bahan


a. Bahan-bahan dari kayu kamper singkil kualitas oven/ kering lapis triplek,
mutu kelas 1 atau bila ditentukan panel isi tersebut dari papan kayu
kamper singkil kualitas seperti yang disebut terdahulu sesuai yang
ditunjukkan dalam detail pada gambar kerja. Bahan pelapis triplek
ketebalan 4 mm, pelapisan dilakukan pada kedua belah sisi panel,
tekstur kayu padat bagian luar yang kelihatan, triplek harus mempunyai
tanda/ merk/ cap dari produsen/ pabriknya dan disetujui oleh Direksi/
konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ).

137
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. SNI 7731.1:2011 Kayu lapis indah jenis Jati- Bagian 1: Klasifikasi,


persyaratan dan penandaan. Setiap sambungan pada rangka daun pintu
dan setiap penempelan permukaan bahan pelapis untuk panel daun pintu
digunakan lem kayu yang bermutu baik setara merk Aica Aibon atau merk
lain.
c. SNI ISO 16998:2010 Panel kayu - Penentuan daya serap.

2.4.4. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, Kontraktor wajib untuk meneliti gambar
kerja yang ada dan kondisi lapangan (ukuran pada lubang pembukaan),
termasuk mempelajari bentuk, pola layout/ penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar kerja sebelum
pelaksanaan dimulai, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan
dimulai, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang/ tempat yang baik, terlindung dari kerusakan dan
pengaruh cuaca. Harus diperhatikan; semua sambungan siku untuk rangka
kayu agar tetap terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/ menjaga
kerapian, tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
b. Semua permukaan kayu bahan untuk panel harus diserut secara halus,
merata, lurus dan siku sisi-sisinya satu sama lain. Untuk menempelkan
triplek pada rangka daun pintu digunakan lem kayu yang bermutu baik
produk dalam negeri setara merk Herferin atau yang disetujui oleh Direksi/
Konsultan Konsultan MANAJEMEN KONSTRUKSI ( MK ). Penempatan
harus seperti dengan press pabrik.
c. Jika diperlukan, dapat digunakan sekrup galvanized atas persetujuan
Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ) , tanpa meninggalkan
bekas/ cacat pada permukaan rangka kayu yang tampak. Untuk daun pintu
triplek setelah dipasang harus rata, tidak bergelombang, tidak melintir dan
semua dapat peralatan berfungsi dengan baik dan sempurna.

Pasal 10
PEKERJAAN KACA

1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan kaca yang lengkap dan sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam Dokumen Kontrak.

138
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Pekerjaan lain yang terkait :


 Pekerjaan komponen pintu/ jendela.
 Pekerjaan sanitair untuk kaca cermin.
 Pekerjaan lain yang mengikuti spesifikasi ini

1.2 Standar dan Persyaratan Bahan


a. ANSI (American National Standard Institute). 297.1-1975-Safety Material Used
in Building
b. ASTM (American Society for Testing and Materials). E6-P3 Proposed
Specification for Sealed Insulating Glass Units.

1.3 Persyaratan Bahan


a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
memiliki ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat
diperoleh dari proses tarik tembus cahaya, gilas, dan pengembangan (Float
Glass)
b. Toleransi lebar dan panjang; ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui
toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik.
c. Kesikuan; kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut
serta tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
d. Cacat-cacat,
 Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan
dari pabrik
 Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang yang terisi gas
yang terdapat pada kaca)
 Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan
 Kaca harus bebas dari keretakan (garis pecah pada kaca baik sebagian
atau seluruh tebal kaca)
 Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (benjolan pada sisi panjang dan lebar
ke arah luar/masuk)
 Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave). Benang adalah
cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan
kaca yang berubah dan mengganggu pandangan
 Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud), dan goresan (scratch)

139
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2. Submittals
2.1 Shop Drawing
a. Gambar kerja yang lengkap dan jelas menunjukkan :
Detail dalam skala besar untuk setiap jenis profile sistem sambungan, sistem
pemasangan setiap jenis kaca dan komponen lain yang diperlukan untuk
terlaksananya pekerjaan yang sempurna. Perubahan dimungkinkan hanya
karena hasil review dan evaluasi atas test mock-up yang harus diadakan,
perubahan harus disetujui Pengawas lapangan.
b. Sistem pemasangan.
Gambar kerja dan pelaksanaan yang menunjukkan :
 Sistem konstruksi penyangga kaca dan penempatannya terhadap kusen
ataupun panel pintu.
 Jenis kaca dan tebal kaca.

2.2 Data Produk


Spesifikasi teknis dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.

2.3 Contoh Bahan


3 (tiga) buah untuk setiap jenis dan tipe yang dipersyaratkan ukuran 30 x 30 cm2.

2.4 Petunjuk Pemeliharaan


Memuat petunjuk terinci mengenai :
a. Pemeriksaan berkala
b. Perawatan seluruh bagian dinding kaca.

2.5 Garansi dan Jaminan


Bahwa pekerjaan tersebut telah watertight (kedap air) dan bebas dari cacat bahan
dan kerusakan akibat pengerjaan dimana jaminan berlaku selama 5 (lima) tahun.

2.6 Penanganan Bahan


a. Pengiriman.
Hasil fabrikasi dan komponennya dikirim ke site dalam keadaan sudah diberi
pengenal/identifikasi sesuai dengan identifikasi gambar Shop Drawing/Erection
Drawing. Bahan dikirim tanpa cacat dan harus diperiksa, disetujui, dan diterima
oleh Direksi Lapangan / Konsultan MK Lapangan.
b. Penyimpanan.

140
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Tidak diperkenankan disimpan dalam site.


c. Perlindungan.
Bahan dilindungi selama pengiriman pemasangan dari pengaruh cuaca.
Bahan/hasil pekerjaan yang rusak/cacat tidak dapat diterima.

2.7 Penjadwalan
Koordinasi pekerjaan dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait dengan
pekerjaan dinding kaca untuk pekerjaan yang sempurna, dan tidak menghambat
jadwal pekerjaan lain. Beri tanda pada bidang/ tempat kerja dari setiap pekerjaan
yang terkait (bila perlu)
a. Pekerjaan Mock-up
b. Pekerjaan Komponen dinding kaca

3. Bahan
3.1 Spesifikasi Bahan.
a. Bahan kaca & cermin harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982
b. Bahan harus bebas cacat dan noda, bebas sulfida, maupun bercak lainnya
c. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus
mendapat persetujuan dari Pengawas.
d. Sisi kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digerinda/dihaluskan hingga tidak tajam dan berbahaya.

Bahan 1
a. Jenis : Kaca
b. Type finishing permukaan : On Line
c. Produksi : Asahimas atau setara
d. Ketebalan : 5 mm/ditentukan lain
e. Bahan pengisi siar : disesuaikan
f. Warna : Clear
g. Ukuran : gambar Shop Drawing
h. Posisi : Jendela (Bovenlicth).

Bahan 2
a. Jenis : Kaca
b. Type finishing permukaan : On Line
c. Produksi : Asahimas atau setara

141
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Ketebalan : 8 mm/ditentukan lain


e. Bahan pengisi siar : disesuaikan
f. Warna : Clear
g. Ukuran : gambar Shop Drawing
h. Posisi : Pintu dan Jendela

Bahan 3
a. Jenis : Kaca Tempered
b. Type finishing permukaan : On Line
c. Produksi : Asahimas atau setara
d. Ketebalan : 12 mm/ditentukan lain
e. Bahan pengisi siar : disesuaikan
f. Warna : Clear
g. Ukuran : gambar Shop Drawing
h. Posisi : Pintu Utama, Pintu Koridor

Bahan 4
a. Jenis : Kaca
b. Type finishing permukaan : -
c. Produksi : Asahimas atau setara
d. Ketebalan : 6 mm/ditentukan lain
e. Bahan pengisi siar : -
f. Type : Clear
g. Ukuran : gambar Shop Drawing
h. Posisi : Cermin toilet

3.2 Fabrikasi
a. Kaca.
Dimensi dalam gambar rencana harus diperiksa dan disesuaikan pada Shop
Drawing berdasarkan hasil pengukuran di lapangan.
b. Cutting/Pemotongan.
Sesuai dengan peraturan pabrik pembuat dan tidak dilakukan di lapangan.

4. Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian, dan
syarat pekerjaan dalam buku ini
b. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian
142
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Pengawas


d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan
diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur
namun menggunakan potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem
aci
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus
f. Pemotongan kaca harus disesuaikan dengan rangka/kusen, minimal 10 mm
masuk ke dalam alur kaca pada kusen
g. Pembersih akhir kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca setara merk Windex
h. Cermin dan kaca harus terpasang dengan rapi serta sisi tepi harus lurus dan rata,
bebas dari noda, dan bekas goresan.

Pasal 11
PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan daun
pintu / daun jendela seperti kunci, engsel dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.

1.2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh


pemasangan pada daun pintu kaca, daun pintu kayu, daun pintu aluminium dan
dan daun jendela aluminium seperti yang ditunjukkan / disyaratkan dalam detail
gambar.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Semua “hardware” yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau penggantian
“hardware” akibat dari pemilihan merek, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut
kepada Direksi Lapangan / Konsultan MK untuk mendapatkan persetujuan.

2.2. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari pelat aluminium
berrukuran 3x6cm dengan tebal 1mm. Tanda pengenal ini dihubungkan degan
cincin nikel kesetiap anak kunci.
143
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.3. Harus disediakan lemari penyimpanan anak kunci dengan “Backed Enamel Finish”
yang delengkapi dengan kait-kaitan untuk anak kunci lengkap dengan nomor
pengenalnya. Lemari berukuran lebar x tinggi adalan 40x50cm, dengan tebal 15cm
berdaun pintu tunggal memekai engsel piano dan handle aluminium.

3. Perlengkapan Pintu Dan Daun Jendela


3.1. Pekerjaan Kunci dan Pegagan Pintu
a. Semua pintu menggunakan peralatan kunci sebagai berikut:
Lockcase : HAMPTON, SOLID, DEKSON
Cylinder : HAMPTON, SOLID, DEKSON (BULAT)
Handle : HAMPTON, SOLID, DEKSON
Back Plat : HAMPTON, SOLID, DEKSON
Engsel (Butt Hinges) : HAMPTON, SOLID, DEKSON
Engsel Lantai (Floor Hinges) : HAMPTON, SOLID, DEKSON
b. Untuk pintu-pintu aluminium dan pintu-pintu besi yang dipakai adalah kunci
“mortice cylinder dead lock” merk, dua kali putar, warna Silver. Pada pintu
masuk utama yang terdiri dari pintu otomatis dipasangi kunci tersebut. Untuk
pintu sorong yang dipakai merk.
e. Seluruh rangkaian kunci-kunci yang disebutkan dalam butir (a) dan (b) diatas
harus tercakup dalam satu sistim general Masterkey, begitu pula untuk butir (c)
dan (d) juga satu sistim Masterkey tersendiri.
f. Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang sentinggi 90cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan /
Konsultan MK.
g. Untuk pintu-pintu pagar besi digunakan general besi dengan kunci gembok
merk Kend yang tercakup dalam sistim Masterkey.

3.2. Pekerjaan Engsel


a. Untuk pintu-pintu aluminium serta pintu panil menggunakan engsel lantai (floor
hinge) double action, dipasang dengan baik pada lantai sehingga terjamin
kekuatan dan kerapihannya, dipasang sesuai dengan gambar untuk itu. Untuk
jendela digunakan engsel setara HAMPTON, SOLID, DEKSON.
b. Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan engsel merk HAMPTON, SOLID,
DEKSON disetel pada posisi single action.
c. Untuk pintu-pintu besi dipakai engsel kupu-kupu dibuat khusus untuk keperluan
masing-masing pintu.
144
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan


Perancang.

4. Persyaratan Pelaksanaan
a. Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah
dipasang ± 32cm (as) dari permukaan bawah pintu. Engsel tengah dipasang
ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
b. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm dari permukaan
pintu, engsel tengeh dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
c. Penarik pintu (door pull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai.
d. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
e. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
f. Kontarktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan di lapangan. Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua
data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau
detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam Gambar
Dokumen Kontrak, sesuai dengan Standar Spesifikasi pabrik.
g. Shop drawing sebelum dilaksanakan harus desetujui dahulu oleh Direksi
Lapangan / Konsultan MK / Perancang.

Pasal 12
PEKERJAAN PERLENGKAPAN SANITAIR

a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga, peralatan, bahan untuk
pemasangan semua fixtures pada ruang dapur dan toilet. Termasuk dalam pekerjaan
peralatan dan perlengkapan daerah basah ini adalah penyediaan tenaga kerja,
pengadaan dan pemasangan, bahan-bahan, peralatan untuk melaksanakan pekerjaan
ini termasuk alat bantunya dan alat angkut bila diperlukan untuk pekerjaan peralatan dan
perlengkapan saniter ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar-gambar, uraian
dan syarat-syarat di bawah ini.

b. Data Teknis Bahan


2.1 Toilet dan Kamar Mandi
 Kloset + Jet Shower : TOTO, AMERICAN STANDARD, KOHLER
145
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Wastafel + meja : TOTO, AMERICAN STANDARD, KOHLER


 Floor Drain : TOTO, SAN EI, AMERICAN STANDARD
 Kran : TOTO, SAN EI, AMERICAN STANDARD

2.2 Pantry
 Sink (Stainless Steel) : MODENA, BLANCO, ROYAL
 Kran air : TOTO, SAN EI, AMERICAN STANDARD

2.3 Submittal.
a. Contoh Bahan.
Tunjukkan contoh bahan kepada Pengawas. Bahan yang dipilih adalah bahan
yang telah mendapat persetujuan dari Pemilik/ Perencana/Direksi Lapangan /
Konsultan MK.
b. Shop Drawing.
 Buatkan Shop Drawing secara lengkap, jelas, dan terinci yang dapat
menjelaskan :
- Type dan tampak setiap jenis sanitair.
- Posisi penempatan setiap titik pemipaan.
- Posisi penempatan fixture sanitair.
- Detail sambungan.
- Detail fitting dan plumbing.
- Detail pertemuan saniter dengan komponen bangunan lainnya yang
berhubungan, misal dengan pola keramik lantai maupun dinding.
 Ukuran harus lengkap dan jelas, lakukan pembuatan detail dalam skala
yang jelas (1:1, 1:2, 1:5, atau 1:10).
Tidak diperkenankan memulai pekerjaan sebelum ada persetujuan dari
Shop Drawing.

c. Data produksi material.


 Ajukan data produksi seperti : spesifikasi teknis, cara pengerjaan dan
pemasangan dan saran-saran teknis lainnya yang mungkin akan
diperlukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi perencana maupun
pengawas.
 Petunjuk Perawatan.
 Jelaskan dan tuliskan secara mendetail serta sistematis cara-cara
perawatan dan perbaikan dari setiap komponen pekerjaan ini.

146
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Sertifikat.
Pernyataan bahwa pelaksanaan dan penggunaan baik material, bahan maupun
metode pekerjaan sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan.
e. Jaminan/Garansi.
 Umum: berikan jaminan bahwa hasil pekerjaan baik dan tidak terdapat
bagian yang rusak atau cacat baik karena bahan maupun pengerjaannya.
 Jaminan diterbitkan untuk kepentingan Pemilik/ Pemberi Tugas terhitung
sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan.

c. Pelaksanaan
3.1 Persiapan.
a. Sebelum pemasangan dimulai, kontraktor harus meneliti gambar yang ada dan
kondisi lapangan termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan dan cara
pemasangan juga detail yang sesuai gambar .
b. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkan
kepada Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
c. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

3.2 Pemasangan
a. Kontraktor harus memastikan bahwa seluruh sistem plumbing bersih dari
segala kotoran, puing, ataupun cairan sebelum tes dilaksanakan.
b. Pekerjaan harus sesuai dengan Shop Drawing yang telah disetujui.
c. Bila terjadi perbedaan antara gambar dengan di lapangan pada saat
pelaksanaan Kontraktor wajib memberitahukan kepada Pengawas Lapangan
secepat mungkin.
d. Peralatan sanitair harus terlindung dari goresan, benturan, ataupun cipratan
agregat oleh pekerjaan terkait lainnya yang mengakibatkan cacat unit sanitair.

3.3 Testing
a. Seluruh sistem sanitair harus dites secara keseluruhan untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas.
b. Kontraktor wajib memperbaiki/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya sendiri selama
kerusakan bukan disebabkan Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.

147
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Kontraktor harus membersihkan kembali seluruh sistem plumbing dan sanitair


setelah pengujian selesai dan harus mendapat persetujuan Pengawas
Lapangan.

Pasal 13
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Meliputi pekerja, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan
pengecatan sesuai dengan RKS serta Gambar Kerja.

1.2. Dinding yang tidak dilapisi dengan bahan pelapis apapun, penyelesaiannya
dengan menggunakan cat tembok.

1.3. Jika sesuatu bagian atau permukaan tidak disebutkan dalam spesifikasi ini pelapis
catnya sama dengan pelapis yang dipakai untuk area dinding plafond dengan
material yang sejenis dan atau menyerupai, atau sesuai petunjuk dari Perancang /
Direksi Lapangan / Konsultan MK.

1.4. Pekerjaan ini meliputi pemeliharaan setelah pekerjaan pengecatan selesai. Barang
atau bagian pekerjaan lain yang rusak atau kotor diakibatkan oleh pekerjaan
pengecatan menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk membersihkannya maupun
penggantian kerusakan jika diperlukan.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Bahan cat, berkualitas baik yaitu setara dengan produksi ICI Dulux, Mowilex atau
Propan, warna sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik Proyek

2.2. Sifat Umum


 Tahan terhadap pengaruh cuaca
 Mengurangi pori-pori
 Daya tutup tinggi

2.3. Aplikasi dengan rol atau kuas (untuk bidang kecil).


 Pengencer : gunakan air bersih setara air minum
 Jumlah :0-5%

148
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.4. Cat yang digunakan berada dalam kaleng yang masih disegel dalam kemasan,
tidak pecah atau bocor dan mendapat persetujuan Pemilik Proyek dan Direksi
Lapangan / Konsultan MK.

2.5. Pengiriman cat, harus disertakan sertifikat dari agen / distributor yang dinyatakan
bahwa cat yang dikirim dijamin keasliannya. Kontraktor bertanggungjawab, bahwa
warna dan bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai dengan RKS.

2.6. Warna
a. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan pengecatan,
Kontraktor harus mengajukan daftar bahan pengecatan kepada Direksi
Lapangan / Konsultan MK.
b. Perancang / Direksi Lapangan / Konsultan MK menentukan warna pilihannya,
Kontraktor menyiapkan bahan dan bidang pengecatan untuk dijadikan contoh,
atas biaya Kontraktor.

3. Pekerjaan Persiapan
3.1. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, pekerjaan langit-langit dan lantai
telah selesai dikerjakan.
3.2. Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut :
a. Dinding atau bagian yang akan dicat selesai dan telah disetujui oleh Direksi
Lapangan / Konsultan MK untuk dimulai pelaksanaannya.
b. Bagian yang retak-retak, pecah atau kotoran-kotoran yang menempel harus
dibersihkan.
c. Menunggu keringnya dinding atau bagian yang akan dicat karena masih basah
dan lembab.
d. Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna.
3.4. Kontraktor harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat
urutan-urutan yang tepat mulai dari pekerjaan dasar sampai dengan pengecatan
akhir.
3.5. Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat cat
tersebut.

149
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4. Pekerjaan Pengecatan Dasar Plesteran (Cat Tembok)


4.1. Cat Tembok Dalam
a. Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering.
Setelah permukaan tembok kering, maka persiapan dilakukan dengan
membersihkan permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan /
pengapuran (efflorescene) yang biasanya terdapat pada tembok baru, dengan
amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar bersih.
b. Selanjutnya dilapis tipis dengan plamir.
c. Pada bagian-bagian dinding yang bisa bereaksi dengan alkali dan rembesan air
harus diberi lapisan wall sealer.
d. Setelah kering permukaan tersebut diamplas lagi sampai halus.
e. Kemudian dicat dengan lapisan pertama (cat dasar) yang terdiri dari 1(satu)
lapis Alkali Resistance sealer yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis Acrilic
Emulsion dengan ketentuan cat sebagai berikut :
 Lapis I encer (tambahkan 20 % air)
 lapis II kental
 Lapis III kental
f. Bagian-bagian yang masih kurang baik, diberi plamur lagi dan diamplas halus
setelah kering.

4.2. Cat Tembok Luar


a. Seperti halnya cat dalam luar sama pelaksanaannya dengan cat tembok dalam
butir 4.1. bahan yang digunakan adalah weater shield ex. ICI Dulux, Mowilex,
Propan.
b. Pekerjaan pengecatan dilakukan dengan "Roller" atau semprot pada bagian
yang sulit dijangkau.

5. Pekerjaan Pengecatan Baja & Logam


a. Bersihkan debu, minyak, gemuk dan kotoran lainnya dengan white spiritus atau
solvent.
b. Untuk baja galvanis, amplas dengan kertas amplas duco/ besi ukuran 360 sebelum
diprimer.
c. Oleskan 1 (satu) lapis Metal Primer Chromate.
d. Setelah primer kering (kurang lebih 6 jam), bersihkan dari debu dan kotoran lainnya,
kemudian dimulai dengan cat dasar.
e. Setelah cat dasar kering (± 6 jam), teruskan dengan cat akhir.

150
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

f. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 3 (tiga)


lapis.
g. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelembung-gelembung dan dijaga terhadap kemungkinan pengotoran-pengotoran.
h. Bahan-bahan logam yang tertanam di dalam pasangan atau beton tidak diizinkan
untuk dimeni.

6. Pekerjaan Cat Upox (Epoxy)


a. Untuk cat Upox (Epoxy) digunakan cat epoxy setara produk ex. ICI Dulux, Mowilex,
Propan. Penggunaan jenis cat sesuai dengan bahan permukaan yang akan dicat.
Pengerjaan pengecatan harus sesuai dengan petunjuk pengerjaan dari pabrik. Harus
diperhatikan jenis cat yang boleh dipergunakan untuk bagian yang akan digunakan
sebagai tempat air minum.
b. Sebelum dilakukan pelapisan epoxy, dinding harus sudah ada dalam keadaan
bersih, rata, tidak kropos serta kering sempurna untuk dinding beton minimal 28 hari
sejak pengecoran.
c. Pelapisan Upox Clear dengan 25 % - 50 %, thiner, sebagai pelapis dasar atau
primer.
d. Pelapisan akhir dengan 2 lapis Upox Enamel.

7. Pekerjaan Cat Melamic


a. Persiapan dilakukan dengan membersihkan dan mengamplas permukaannya.
Kemudian membersihkan dengan lap kering, tidak boleh ada minyak dan kotoran lain
yang menempel.
b. Setelah bersih permukaan dicat melamic dengan menggunakan bahan terbuat dari
katun yang lembut dan bersih dari kotoran dan minyak.
c. Pekerjaan tersebut diulang sampai mencapai ketebalan warna transparan yang
merata.
d. Cat melamic yang dipergunakan bermutu tinggi, dipergunakan untuk penyelesaian
furniture atau pada tempat-tempat lain sesuai yang ditunjuk dalam gambar.

151
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pasal 14
PEKERJAAN TANGGA

1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga, peralatan, bahan untuk
pemasangan lantai tangga beserta kelengkapannya.

2. Bahan-bahan
 Lantai dari Hoatau dinyatakan lain sesuai gambar, bagian ujung tangga dipasang
dengan anti slip 10 x 60 cm, anti slip terbuat dari potongan homogeneus tile.
 Railing tangga terdiri dari black steel finish cat atau dinyatakan lain sesuai gambar
 Railing lain adalah pipa black steel finish cat Ø 2” dan Aksesoris atau bahan bantu
lainnya.

3. Pelaksanaan
3.1. Pemasangan baluster besi dilakukan pada saat pengecoran beton anak tangga.
3.2. Pada setiap hubungan las harus diamplas rapi.
3.3. Motiv desain sesuai dengan gambar kerja
3.4. Pola pemasangan, sistim penyambungan dan pertemuan sudut harus rapih serta
sebelumnya harus menyampaikan shopdrawing.
3.5. Untuk mencegah terhadap rusak/cacat, harus diberi pelindung sampai dengan
seluruh pekerjaan selesai.

Pasal 15
PEKERJAAN BESI NON- STRUKTUR

1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan penyediaan dan pemasangan besi galvanize ataupun stainless
steel lengkap terpasang, termsauk pekerjaan lainnya seperti angkur, struktur
penguat, pengikat dan komponen-komponen lainnya yang dianggap perlu untuk
menyelesaikan pekerjaan ini.
Pekejaan ini dikhususkan untuk daerah dalam dan luar, railing, pintu pintu, rangka
plafon, profil-profil, dan sesuai dengan gambar rencana.

152
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

1.2 Submittal
a. Mock up
a.1 Buatkan 1 (satu) buah mock up dengan modul 4 x 4 M2 pada tempat
yang akan disepakati konstruksinya baik dilapangan atau dipabrik.
a.2 Mock up meliputi pekerjaan terkait, antara lain
 Kaca Dinding
 Granit/Marmer
 Angkur,baut,dan perlengkapannya
 Sealant
 Stainless Steel
a.3 Mock up adalah untuk
 Memperlihatkan system penyambungan, pengelasan, pengganjalan,
dan lain lain detail yang disyaratkan
 Memperlihatkan pemakaian bahan bahan yang terkait
 Sehingga memenuhi criteria rancangan dalam spesifikasi teknis
setiap pekerjaan terkait.
 Pelaksanaan tidak diperkenankan melakukan kegiatan sebelum
mock up terakhir dapat persetujuan dari pemberi tugas

b. Shop Drawing
b.1. Buatkan shop drawing secara lengkap, jelas dan terperinci yang dapat
menjelaskan :
 Type dan tampak
 Detail detail sambungan
 Detail angkur dan gasket
 Detail pertemuan logam dengan komponen bangunan lainnya yang
berhubungan
b.2 Ukuran ukuran harus kengkap dan jelas. Lakukan pembuatan detail
dalam skala yang jelas/cukup ( 1:1,1:2,1:5 atau 1:10 ).
b.3 Tidak diperkenankan melalui pekerjaan sebelum ada peretujuan
(approval) dari Shop drawing ini.

c. Data Produksi Material


c.1 Umum
Ajukan data produksi seperti : spesifikasi teknis, cara-cara
pengerjaan/pemasangan dan saran saran teknis lainnya yang mungkin

153
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

akan diperlukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi perencana


maupun pengawasan.
c.2 Bersama dengan pengajuan shop drawing maka dilampirkan juga data
data mengenai bahan bahan yang terkait berkenaan dengan perhitungan
konstruksi, garansi, ketebalan.

1.3. Sertifikat
Pernyataan bahwa pelaksanaan dan penggunaan baik material/bahan adalah asli,
baru, maupun metode pengerjaan sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh
pihak manufacturer.

1.4 Petunjuk Perawatan


Jelaskan dan tuliskan secara mendetail serta sistematis cara cara perawatan dan
perbaikan dari setiap komponen pekerjaan ini.

1.5 Jaminan/Garansi
a. Umum : Berikan jaminan bahwa hasil pekerjaan baik dan tidak terdapat
bagian bagian yang rusak atau cacat baik karena bahan maupun karena
pengerjaan.
b. jaminan/garansi diterbitkan untuk kepentingan pemilik/pemberi tugas pada
dan terhitung sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan.

1.6 Quality Control/Pengujian


c. Pengujian dimaksud adalah untuk mengetahui apakah pekerjaan besi dalam
hal system pemasangan materialbesi,anchor dan perlengkapan lainnya yang
disyaratkan dalam dokumen kontrak ssudah tepat dan baik sehingga tidak
pergoyangan atau sambungan sambungan yang terbuka pada seluruh bagian
dan system dari pekerjaan ini. Pengujian ini dilaksanakan sebelum pekerjaan
dimulai dan pekerjaan pengujian ini bukan dimaksud untuk meniadakan
jaminan/ garansi yang wajib di keluarkan oleh Kontraktor
d. Badan penguji ditentukan oleh pemberi tugas dan pengujiannya, termasuk bila
diperlukan uji ulang adalah beban kontraktor.

154
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2. Bahan
2.1 Type Bahan
a. Galvanize Steel
1. Pipa besi digunakan adalah GIP dengan bentuk O dan ukuran sesuai
yang tertera pada gambar.
2. Baja porfil yang digunakan adalah baja ST 37 dengan bentuk dan ukuran
sesuai yang tertera pada gambar.
3. Pipa besi yang digunakan adalah carbon steel ST 37 dengan ukuran
sesuai yang tertera pada gambar.
b. Stainless Steel
a. Baja mengadung nikel ( NI ) dan chrome ( Cr ) lebih dari 12%, harus
memenuhi standard AISI 304.
b. Harus tahan karat ( dengan perllindungan PVC Coating)
c. ype Hairline atau sesuai dengan gambar.
d. Celah antar plat stainless steel minimum 1 cm

2.2 Fabrikasi/Assembling
a. Fabrikasi
1. Semua jenis pekerjaan besi ( Galvanize & Stainless ) harus
dipabrikasikan di worksop/pabrik atau disesuaikan dengan lapangan.
2. Untuk jenis yang dapat dirakit, harus dilaksanakan worksop dan siap
dipasang dilapangan. Jika tidak dapat dipra-kit, akan tetapi sudah siap
dirakit dilapangan atau dipasang pada bangunan ( Struktur yang ada )
3. Semua sambungan harus dikerjakan dengan mesin, lurus,rata tidak
goyang atau bergerak, dan bentuk sambungan sesuai dengan standard
toleransi untuk sambungan yang tahan korosi
4. Pengelasan, penghalusan sambungan dan pekerjaan khusus lainnya
harus dikerjakan dengan metode dan prosedur prosedu sesuai dengan
standard yang berlaku. Tidak diperkenankan adanya pengelasan titik
5. Finising anti karat pada daerah sambungan dan joint yang masih terbuka.
6. Reinforcement : berikan kekuatan pada tempat/titik angkur, sambungan,
dan titik titik yang terbebani, berikan non corrosive angkur untuk penguat.

b. Toleransi Fabrikasi
1. Pengelasan, tidsk terlihat pada bagian yang akan terlihat mata langsung.
Tidak diperkenankan menggunakan las titik

155
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2. Semua toleransi ini harus saling disesuaikan dengan persyaratan


toleransi yang ditetapkan dalam spesifikasi pekerjaan besi.

3. Pelaksanaan
3.1 Persiapan pelaksanaan
Lakukan pengukuran pada tempat dimana akan dipasang sesuai dengan jenis dan
type yang direncanakan. Berikan catatan jika ternyata ada penyimpangan ukuran.
Siapkan peralatan peralatan/perlengkapan perlengkapan pembantu untuk
memudahkan pemahaman sehingga siap melaksanakan pekerjaan.

3.2 Pemasangan
a. Persiapan
 Koordinasikan pemasangan material, bersama sama pihak terkait paling
lambat 10 hari sebelum pemasangan
 Distribusikan hasil koordinasi pada semua pihak terkait.
 Buat shop drawing,diagram dan panduan panduan pemasangan yang
terpadu antara semua bagian curtain wall dan meliputi semua alat Bantu
dan material.
 Rakit semaksimal mungkin bagian pekerjaan besi tersebut dibengkel
kerja tanpa menyulitkan pengakutan, untuk mengurangi sebanyak
mungkin deviasi rangkaian dan untuk membatasi perakitan disitus kerja.

b. Pekerjaan Galvanize Steel


 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar
gambar dan kondisi dilapangan. Untuk mendapatkan profil yang tepat,
bentuk, ukuran, berat dan detail detail konstruksi yang ditunjukkan pada
gambar rencana.
 Bahan bahan pelengkap lainnya seperti sekrup,baut,mur, paku metal
fitting yang akan berhubungan dengan udara luar dibuat dari besi yang
digalvanisasi.
 Perhatikan semua ukuran, sambungan dan hubungannya dengan
material lain dengan mengikuti semua petunjuk gambar rencana
seksama.
 Kontraktor diminta untuk menyiapkan shop drawing/ gambar kerja untuk
pekerjaan pekerjaan tertentu dengan petunjuk pemberi tugas/pengawas
lapangan.

156
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Pemotongan dengan membakar dibengkel harus dilakukan dengan mesin


potong pembakar yang standard. Pembakaran dibengkel atau dilapangan
harus disetujui pengawas lapangan.
 Semua pekerjaan metal yang terpotong harus disetujui pengawas
lapangan.
 Berkas berkas pekerjaan harus dikikir sampai rata permukaan.
 Untuk unit yang dipasang harus diberi tanda tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.
 Pekerjaan sambungan dilakukan dengan baut dan las sesuai gambar.
Pekerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan toleransi ketebalan
terhadap permukaan tidak lebih dari 0.5 mm, tanpa menimbulkan
kerusakan kerusakan pada bahan bajanya. Pengelasan harus menjamin
pengakiran yang rata dari cairan elektroda tersebut. Permukaan dari
daerah yang akan dilas harus dibersihkan dengan sikat serta dicuci
sehingga bebas dari kotoran,
 Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dan
dijamin tidak akan berputar atau membengkok. Setelah pengelasan, sisa
sisa/kerak las harus dibersihkan dengan baik (wire,brush,ampelas). Cacat
pada pengelasan harus dipotong dan dilas kembali atas tanggung jawab
kontraktor.
 Memberikan tambahan angkur yang perlu harus digunakan walupun tidak
termasuk dalam gambar.

c. Pekerjaan Stainless Steel


 Pekerjaan stainless steel harus dilaksanakan oleh spesialis yang ahli
dalam bidang pekerjaan stainless steel, dibuktikan dengan CV, tenaga
ahli.
 Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor diwajibkan meneliti gambar
gambar dan kondisi dilapangan. Untuk mendapatkan profil yang
tepat,bentuk,ukuran,berat dan detaildetail konstruksi yang ditunjukan
pada gambar rencana.
 Pemasangan steinless steel diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak
terdapat sambungan, jika terpaksa harus disambung maka harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak merusak segi estetikanya.
 Penyambungan dengan menggunakan TIG welding berikut argon Gas
Shielding, permukaan yang dilas harus sama rata dan hasil akhir
pengelasannnya sesuai dengan toleransi pemasangan yang disyaratkan,
157
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

bekas las lasnya harus dikikir hingga mencapai toleransi pemasangan


yang disyaratkan tanpa mengurangi kekuatan las. Hasil pekerjaan yang
cacat harus dipotong dan dilas ulang hingga berhsil baik dan disetujui
MK. Biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Pembengkokan stainless steel harus dilakukan dengan alat
pembengkok(Binder).hasil pembengkokkan harus halus tidak ada bekas
pukulan atau cacat lainnya.
 Permukaan stainless steel dipoles dengan mesin poles, kemudian
digosok dengan compound memakai kain halus hingga mengkilat.
 Selesai pemasangan,stainless steel harus dilindungi sehingga tidak
terkena air semen atau kotorannya.

3. Toleransi Pemasangan Rangka


a. Perbedaan tinggi : 3 mm setiap jarak 3000 mm atau vertical 3 mm per 6000 mm
horizontal, tetapi tidak melebihi 6 mm per 12000 mm dalam segala arah.
b. Kerataan bidang : 1,5 mm perbedaan terhadap bidang dinding yang bersebelahan.
c. Kerataan Garis : Kelurusan/kerataan garis memanjang baik horizontal maupun
vertical terhadap bidang bangunan maksimal 5 mm untuk setiap lantai ke lantai dan
kolom kekolom.

4. Pembersihan Dan Perlindungan


a. Setelah pekerjaan selesai lakukan pembersihan. Tidak diperkenankan
mempergunakan bahan alkaline atau cairan yang bersifat abrasive atau merusak
permukaan. Kontraktor bertanggung jawab untuk melindungi/ menjaga hasil
pekerjaan sampai menyerahan pertama pekerjaan.
b. Biaya pekerjaan ini atas beban kontraktor.

Pasal 16
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan bantu yang menunjang untuk
pelaksanaan konstruksi atap bangunan dan dipasang pada bagian-bagian atap sesuai
dengan yang tertera dalam gambar.

158
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2. Persyaratan Bahan
a. Bahan yang digunakan adalah Metal Zincalum dengan ketebalan minimal 0,35 mm
setara Lysag Bluescope, Maharoof, Sakura Roof, Intiroof.
b. Bahan atap yang digunakan tidak boleh cacat atau pecah, untuk Kontraktor harus
menjaga dengan baik terhadap bahan sebelum atau sesudah pemasangan.

3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus meneliti kembali ukuran dan
peil dilapangan untuk menyesuaikan dengan gambar rencana.
b. Pemasangan genteng ini tidak jauh beda dengan genteng dari tanah liat. Lebarnya
genteng ini mempercepat waktu pengerjaan sebuah rumah. Genteng metal terbuat
dari pelat baja galvanis, yaitu bahan baja yang dilapisi metal zincalume dan aspal
berpasir.
c. Untuk menjaga mutu / kwalitas pemasangan atap sebaiknya dilaksanakan oleh
tenaga ahli dalam pemasangan atap
d. Kontraktor harus menunjukan contoh bahan yang akan digunakan kepada Konsultan
MK untuk mendapat persetujuan.
e. Metode pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti system dan ketentuan yang berlaku
menurut produsen bahan atap metal yang digunakan.

Pasal 17
PEKERJAAN KANSTEEN

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja bahan-bahan, peralatan,
pengangkutan dan pelaksanaan pekerjaan kanstin pada bagian pinggir perkerasan pada
lokasi-lokasi sebagaimana terlihat pada gambar yang terbuat dari adukan beton.

2. Bahan-Bahan
Terbuat dari block beton pracetak dengan ukuran 15 x 60 x 30 cm atau sesuai gambar,
kekuatan tekan karakteristik dari beton antara 225 kg/cm2, produksi setara PT. Conbloc
Indonesia, Celcon Block, Dusaspun.

159
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3. Pelaksanaan
a. Daerah yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan digali sampai
bentuk dan kedalaman yang diperlukan dan pondasi dimana kerb tersebut akan
ditempatkan sampai suatu permukaan yang rata. Semua bahan yang lunak dan tidak
sesuai harus dikeluarkan dan diganti yang sesuai dan dipadatkan secara
menyeluruh.
b. Kerb dibuat dengan teliti sesuai dengan gambar detail, garis-garis dari ketinggian
sebagaimana terlihat pada gambar atau petunjuk Direksi. Semua kerb yang harus
dibuat dengan menggunakan cetakan-cetakan lengkung atau unit-unit pracetak yang
melengkung.
c. Block-block kerb harus diletakkan dengan sambungan-sambungan yang serapat
mungkin.
d. Setelah suatu pekerjaan beton dicor ditempatkan mengeras dan block-block kerb
telah dipasang menurut persyaratan, maka daerah galian yang tersisa harus diurug
dengan bahan yang disetujui. Bahan ini harus ditempatkan dan dipadatkan.

160
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

BAB IV
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL DALAM
GEDUNG

PASAL 1
SYARAT-SYARAT UMUM
1. Umum
Persyaratan ini rnerupakan bagian dari persyaratan umum. Apabila ada klausal dari
persyaratan ini yang dituliskan kernbali dalarn persyaratan umum ini, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausal-klausal tersebut dan bukan berarti menghilangkan
klausul-klausal tersebut atau bukan berarti rnenghilangkan klausal­klausal lainnya dari
syarat-syarat umurn.
Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini rnerupakan satu kesatuan dan tidak
dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan atau
peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan hanya
dinyatakan dalarn salah satu.

2. Peraturan dan Acuan


Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus rnernenuhi atau rnengacu kepada
Peraturan Nasional, Internasional, Standar Nasional dan Peraturan Lokal seternpat.
Pelaksana pekerjaan dianggap sudah rnengenal dengan baik standar dan acuan
nasional rnaupun internasional dalam spesifikasi ini. Adapun standar atau acuan yang
dipakai tetapi tidak terbatas antara lain yaitu :
2.1. Listrik Arus Kuat (LAK)
1) SNI 04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.
2) SNI 04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik..
3) SNI 03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan
4) SNI 03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.
5) SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Pada Bangunan.
6) SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat,
Tanda Arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.
7) SNI 03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Darurat.

166
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.2. Listrik Arus Lemah (LAL)


1) SNI 03-3985-2004 tentang Deteksi dan Alarm Kebakaran
2) KepMen PU 10/KPTS/2000 tg. 1-03-2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
3) UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dgn PP No. 52/2000 tentang
Telekomunikasi Indonesia.
4) Wisi, CATV System Reference.
5) Sony, CATV Equipment.
6) National, Cable Master Antenna System.
7) AVE, VOE, PI, UIL.
2.3. Plambing
1) Peraturan Daerah (PERDA) setempat.
2) Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.
3) Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan Nurbambang &
Morimura.
4) Pedoman Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 atau edisi terakhir.
5) SNI 03-5481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing.
2.4. Pemadam Kebakaran
1) SNI 03-1745-2000 tentang Pipa Tegak dan Slang.
2) SNI 03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
3) Peraturan Daerah (PERDA) setempat.
4) Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah setempat.
5) Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
6) Literature dan/atau reference.
7) National Fire Codes :
a) NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher.
b) NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems.
c) NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose Systems.
d) NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps.
e) Mc. Guiness, Stein & Reynolds.
f) Mechanical & Electrical for Buildings.

167
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2.5. Tata Udara Gedung


1) SNI 03-6390-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara.
2) SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
3) SNI 03-6571-2001 tentang Pengendalian Asap pada Bangunan Gedung.
4) SNI-03-7012-2004 tentang Sistem Manajemen Asap di dalam MAL, Atrium
dan Ruangan Bervolume Besar.
5) ASHRAE 62-2001Standard of Ventilation for Acceptable IAQ.
6) CARRIER, Hand Book of Air Conditioning System Design.
7) ASHRAE Handbook Series.
2.6. Transportasi dalam Gedung
1) SNI-03-2190-1999 tentang Konstruksi Lift Penumpang dengan Motor
Traksi.
2) Peraturan Depnaker tentang Lift Listrik, Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
3) Strakosch, Vertical Transportation.
4) Gina Barney, Elevator Traffic.
5) Luonir Janovsky, Elevator Mechanical Design.
3. Gambar-Gambar
a. Gambar-gambar perencanaan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
perlengkapan aksesoris secara terperinci. Semua bagian di atas walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan dipasang oleh
Kontraktor, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik dan benar.
b. Gambar-gambar instalasi Elektrikal menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan instalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar arsitektur dan struktur/sipil
serta interior harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail
"finishing" dari proyek.
c. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar-gambar kerja
dan detail (blue print,shop drawing) sebanyak 4 (empat) set yang harus diajukan
kepada Manajemen Konstruksi ( MK ) (Manajemen Konstruksi) untuk
mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing yang diajukan Kontraktor
untuk disetujui Direksi dianggap bahwa Kontraktor telah mempelajari situasi
dan telah berkoordinasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.
d. Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari
penyesuaian­penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-catatan
tersebut harus dituangkan dalam 2 (dua) set lengkap dan 3 (tiga) set lengkap

168
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

gambar blue print (cetak biru) sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as
built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Manajemen
Konstruksi ( MK )/MK segera setelah selesai pekerjaan.
4. Koordinasi
a. Kontraktor pekerjaan instalasi Elektrikal dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus
bekerja sama dengan Kontraktor bidang atau disiplin lainnya, agar seluruh
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal waktu yang telah
ditentukan.
b. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang satu
tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.
5. Daftar Bahan dan Contoh
a. Dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah Kontraktor menerima
pemberitahuan meneruskan SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja), kecuali apabila
ditunjuk lain oleh Pemberi Tugas, Kontraktor diharuskan menyerahkan daftar dari
material-material yang akan digunakan.
Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum data-
data teknis, tipe/ jenis yang diusulkan, nama-nama dan alamat manufacture,
katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Manajemen
Konstruksi ( MK ). Persetujuan oleh Manajemen Konstruksi ( MK ) akan
diberikan atas dasar diatas.
b. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang kepada
Manajemen Konstruksi ( MK ), untuk persetujuannya. Semua biaya yang
berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah
menjadi tanggungan Kontraktor.
c. Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam spesifikasi
teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan haruslah dilakukan oleh
orang­ orang yang ahli. Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas
segala ukuran kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keragu-raguan, Kontraktor harus segera menghubungi Manajemen
Konstruksi ( MK ) untuk berkonsultasi.
d. Pengarnbilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang tidak sesuai
dengan spesifikasi teknis harus dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas,
Manajemen Konstruksi ( MK ) dan Perencana, apabila terjadi kekeliruan maka hal
tersebut menjadi beban tanggung jawab Kontraktor. Untuk itu pemilihan
equipment dan material tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Pemberi
Tugas.

169
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

6. Testing Dan Commisioning


a. Kontraktor pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan memeriksa/
mengetahui apakah seluruh instalasi dan peralatan yang dilaksanakan dapat
berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang
berlaku.
b. Semua sumber daya, bahan dan perlengkapan (listrik dan lain-lain) yang
diperlukan dalam kegiatan testing dan commisioning tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor. Hal ini terrnasuk pula peralatan khusus yang
diperlukan untuk testing dan commisioning dari sistem ini seperti yang dianjurkan
oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Kontraktor.
7. Peralatan yang Disebut Dengan Merk dan Penggantinya
Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, aksesoris dan lain-lain yang disebut dan
dipersyaratkan dalam persyaratan ini, maka Kontraktor wajib menyediakan sesuai
dengan peralatan/merk tersebut di atas.
Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan dari
Pemberi Tugas.
8. Perlindungan Pemberi Tugas
Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemberi
Tugas dijamin dan dibebaskan dari segala klaim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
9. Pengetesan
Kontraktor harus melakukan semua pengetesan seperti yang dipersyaratkan disini dan
mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem, yang disaksikan oleh Pemberi
Tugas, Manajemen Konstruksi ( MK ) dan Perencana. Semua tenaga kerja, bahan dan
perlengkapan yang diperlukan untuk percobaan tersebut, merupakan tanggung jawab
Kontraktor.
10. Pengujian dan Penerimaan
Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah dikirim dan
dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik,
Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan dari peralatan-
peralatan yang terpasang bersama-sama Manajemen Konstruksi ( MK ). Dan jika
sudah dites dan ternyata memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat
diserahkan kepada Pemberi Tugas.

11. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan


a. Peralatan-peralatan utama dan peralatan penunjang seluruh instalasi Elektronik
harus digaransikan selama 1(satu) tahun terhitung dari penyerahan kedua.

170
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Selama masa garansi, Kontraktor diwajibkan untuk mengatasi segala


kerusakan­kerusakan daripada peralatan utama dan peralatan penunjang yang
dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.
c. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor pekerjaan instalasi ini masih harus
menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat dihubungi setiap saat.
d. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan
bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan baik yang
ditandatangani bersama oleh instalatur yang melaksanakan pekerjaan tersebut
dan Manajemen Konstruksi ( MK ) serta dilampirkan sertifikat pengujian yang
sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.
e. Jika pada masa pelaksanaan atau pemeliharaan tersebut, Kontraktor tidak
melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,
penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Pemberi Tugas berhak
menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut pada pihak lain atas
biaya dari Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut.
f. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor harus mengadakan
semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut kepada 5 (lima) orang
calon operator untuk setiap item pekerjaan yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas.
Training tentang mengoperasikan dan perawatan tersebut harus lengkap dengan
5 (lima) set operating maintenance dan repair manual books, sehingga para
petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.
12. Laporan
a. Laporan Harian
Kontraktor wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan" yang
memberikan gambaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan secara
jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) rangkap meliputi :
1) Kegiatan Fisik
2) Catatan dan perintah Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ) yang
disampaikan baik secara lisan maupun tertulis.
3) Hal-hal yang menyangkut masalah :
a) Material (diterima/ ditolak)
b) Jumlah tenaga kerja
c) Keadaan cuaca
d) Pekerjaan tambah/kurang.
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut
berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan rencana

171
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek
dan diserahkan pada Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk diketahui/disetujui.
b. Laporan Pengetesan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas dan Manajemen
Konstruksi ( MK ) dalam rangkap 5 (lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :
1) Hasil pengetesan kabel-kabel instalasi Elektronik (merger tes dan pemberian
tegangan dan grouping).
2) Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3) Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
Manajemen Konstruksi ( MK ).
13. Penanggung Jawab Pelaksana
a. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus menempatkan
seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman dan
harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak selaku wakil dari Kontraktor
dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan
bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi-instruksi dari
Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ).
b. Penanggung jawab tersebut harus berada di tempat pekerjaan selama jam kerja
dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada saat yang dikehendaki
oleh Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ).
c. Petunjuk, dan perintah Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ) dalam
pelaksanaan akan disampaikan langsung kepada pihak Kontraktor melalui
penanggung jawab Kontraktor.
14. Perubahan, Penambahan dan Pengurangan Pekerjaan
a. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang
disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Manajemen Konstruksi ( MK ) dan Perencana.
b. Dalam merubah gambar rencana tersebut, Kontraktor harus menyerahkan
gambar perubahan yang dimaksud kepada Perencana dan Manajemen
Konstruksi ( MK ) dalam rangkap 4 (empat) untuk disetujui.
c. Penggantian dan perubahan material, dan lain sebagainya, harus diajukan oleh
Kontraktor kepada Pemberi Tugas secara tertulis. Perubahan-perubahan material
dan gambar rencana yang mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus
disetujui secara tertulis oleh Pemberi Tugas.

172
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

15. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam
rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaan
semula adalah termasuk pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
b. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari
Manajemen Konstruksi ( MK ).
c. Pengelasan, pengeboran dan sebagainya pada konstruksi bangunan hanya dapat
dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari Manajemen
Konstruksi ( MK ). Pada saat pengelasan Kontraktor harus menyediakan
Pemadam Api Ringan (Portable Extinguisher) di tempat pengelasan, dengan
kapasitas yang memadai.
16. Pemeriksaan Rutin
a. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan dan
pemeriksaan rutin.
b. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan rutin tersebut, harus dilaksanakan
tidak kurang dari dua minggu sekali.
17. Kantor Kontraktor, Los Kerja dan Gudang
a. Kontraktor diperbolehkan untuk membuat keet, kantor, gudang dan los kerja di
halaman tempat pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi
lapangan, penyimpanan barang bahan serta peralatan kerja dan sebagai
area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), dimana pelaksanaan tugas
instalasi berlangsung.
b. Pembuatan keet kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan, bila terlebih
dahulu mendapatkan izin dari Manajemen Konstruksi ( MK ).
18. Penjagaan
a. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus
selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat
kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).
b. Segala kehilangan dan kerusakan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas
barang-barang tersebut di atas, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
19. Penerangan dan Sumber Daya
a. Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-ternpat pelaksanaan pekerjaan yang
dianggap perlu, harus diberi penerangan yang cukup.
b. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/daya
kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor.

173
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

20. Kebersihan dan Ketertiban


a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan
tempat pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan
bersih.
b. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik di dalam gudang
maupun di luar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar mernudahkan
jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
c. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh
Manajemen Konstruksi ( MK ) pada waktu pelaksanaan.
21. Kecelakaan dan Kotak PPPK
a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini,
maka Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan
si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada instansi
dan departemen yang bersangkutan/berwenang (dalam hal ini kebijakan
Kementerian Tenaga Kerja) dan mempertanggungjawabkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
b. Kotak PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, harus selalu ada di tempat
pekerjaan, guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan.
22. Pegawai Penyelenggara dari Kontraktor
a. Pimpinan harian pada pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor harus diserahkan
kepada Site Manager dengan kualifikasi ahli, berpengalaman dan mempunyai
wewenang penuh untuk mengambil keputusan.
b. Site Manager harus berada di tempat pekerjaan selama jam-jam kerja dan setiap
saat yang diperlukan pemberi tugas.
c. Site Manager mewakili Kontraktor di tempat pekerjaan dapat bertanggung jawab
penuh kepada Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ).
d. Petunjuk dan perintah Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ) di dalam
pelaksanaan, disampaikan langsung kepada Kontraktor atau melalui Site
Manager, sebagai penanggung jawab di lapangan.
e. Kontraktor diwajibkan untuk menjalankan disiplin yang ketat terhadap semua
pekerja (buruh) dan pegawainya, kepada mereka yang melanggar terhadap
peraturan umum mengganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak wajar,
melakukan perbuatan yang merugikan terhadap pelaksanaan pekerjaan, harus
segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah Manajemen Konstruksi (
MK ). Bila Kontraktor lalai, maka akan dikenakan tindakan sesuai dengan yang
dimaksud dalam pasal denda.

174
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

23. Manajemen Konstruksi ( MK )


a. Manajemen Konstruksi ( MK ) setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah
dilakukan oleh Manajemen Konstruksi ( MK ).
b. Pada setiap saat Manajemen Konstruksi ( MK ) atau petugas-petugas harus dapat
mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan
peralatan. Kontraktor harus menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan, tetapi luput dari pengamatan
Manajemen Konstruksi ( MK ) adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Di tempat pekerjaan, Manajemen Konstruksi menempatkan petugas-petugas
Manajemen Konstruksiyang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan.
24. Lisensi
a. Kontraktor harus mempunyai lisensi instalasi Telepon dari Telkom setempat, dan
lisensi lainnya untuk pekerjaan yang disyaratkan oleh instalasi yang tekait.
b. Kontraktor harus berpengalaman dalam pemasangan instalasi ini, dibuktikan
dengan memberikan daftar proyek-proyek yang sudah pernah dikerjakan.
25. lzin- lzin
a. Seluruh izin-izin yang diperlukan dalam pekerjaan ini harus diurus oleh
Kontraktor.
b. Seluruh berkas izin-izin asli yang diperoleh harus diserahkan kepada Pemberi
Tugas.
26. Pemakaian Ukuran
a. Kontraktor Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab dalam menepati semua
ukuran yang tercantum dalam spesifikasi teknis.
b. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagiannya dan memberitahukan kepada Manajemen Konstruksi ( MK )
tentang setiap perbedaan yang ditemukan dalam spesifikasi teknis dan gambar-
gambar maupun dalam pelaksanaan. Kontraktor wajib menyesuaikan gambar-
gambar dan spesifikasi teknis yang pelaksanaannya setelah ada persetujuan
tertulis dari Pemberi Tugas.
c. Pengambilan ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Oleh karena itu sebelumnya kepada
Kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua
gambar-gambar, spesifikasi teknis, dan keadaan lapangan yang ada di bawah
koordinasi Manajemen Konstruksi ( MK ).

175
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

PASAL 2
PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

1. Umum
Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga
kerja, pemasangan, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan training bagi
calon operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat beroperasi dengan baik.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan Panel Tegangan Rendah (TR), Kontraktor elektrikal bekerja sama
dengan user dan PLN.
b. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel utama tegangan rendah
380V/220V (SDP).
c. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel daya tegangan rendah
lengkap dengan kabel fitting lainnya :
1) Dari Panel TR disambung ke SDP menggunakan kabel jenis NYFGBY.
2) Dari SDP menuju ke Panel Sub Sub Distribusi, menggunakan kabel NYY.
d. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai tipe dan ukuran kabel
tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan rendah.
f. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi :
1) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis lampu
sesuai gambar rencana.
2) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak .
3) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan saklar
tukar.
4) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung kabel
serta berbagai aksesoris lainnya seperti : box untuk saklar dan stop kontak,
junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.
5) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan
dan stop kontak.
g. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap
dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan aksesoris lainnya.
h. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir lengkap
dengan aksesoris lainnya.
i. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar
dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack, kabel
ladder, kabel tranking, support equipment dan aksesoris lainnya.

176
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3. Panel Tegangan Rendah


3.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian dan
perbaikan selama masa pemeliharaan, izin-izin, tenaga teknisi dan tenaga ahli. Dalam
lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar dan spesifikasi
teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.
3.2. Tipe dan Macam Panel
Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus ada
seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang dimaksud untuk beroperasi
pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan Solidly Grounded dan harus dibuat
mengikuti standar IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.
Panel-panel yang disebut di bawah ini adalah tipe tertutup (metal enclosed), untuk
pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen-komponen yang
ada :
a. SDP
b. Panel Power (PP)
c. Panel AC
d. Panel Fire Alarm
Panel-panel yang disebut di bawah ini adalah tipe tertutup (metal enclosed),
wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen­komponen yang ada :
1) Panel-panel penerangan
2) Individual panel
Panel-panel yang disebut di bawah ini adalah tipe tertutup (metal enclosed)
untuk pasangan luar (outdoor use) lengkap dengan semua komponen-
komponen yang ada : LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar
rencana).
Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi
tercantum dalam gambar rencana.
Karakteristik Panel :
1) Tegangan kerja : 400 V
2) Tegangan uji : 3.000 V
3) Tegangan uji impulse : 20.000 V
4) Frekuensi : 50Hz
5) Persyaratan-persyaratan Kerja Starter Motor Y – D :

177
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Kerja starter motor Y-D adalah automatic starter motor Y-D dan
harus dapat dihidupkan secara manual atau remote. Masing-masing
starter motor Y-D terdiri dari :
a) 3 buah kontaktor daya
b) 1 thermal overload relay
c) 1 motor timer
d) 1 tombol start stop
e) 1 selector switch 3 posisi (local, stop, remote)
f) 3 indicator lamp :
- Merah : Fault
- Hijau : Stop
- Orange : Start
a. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk
pemasangan peralatan-peralatan atau penyambungan-penyambungan. Setiap
lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam lemari
tersebut telah off/mati.
b. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interlock harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat
kesalahan­kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.
c. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang dihubungkan
dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa, sehingga hanya
dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah off/mati. Letak engsel
maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan ketinggiannya.
d. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut :
1) Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium.
2) Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan,
kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cara
galvanisasi atau Chromium Plating atau dengan Zinc Chromate Primer. •

Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven warna abu-abu
atau warna lain yang disetujui Direksi.
e. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker
(MCB) dengan kapasitas minirnal 2 - 10 A ( Ex.Clipsal, Hager, ABB, Scheineder,
Seimens ). Circuit Breaker lainnya harus dari tipe Moulded Case Circuits Breaker
(MCCB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar rencana dengan breaking
capacity seperti ditunjukkan dalam gambar rencana. Circuit Breaker harus dari
tipe automatic trip dengan kombinasi thermal dan instantaneous magnetic unit.

178
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Main CB dari setiap panel harus dilengkapi dengan shunt trip terminals dan kabel
control harus tahan api.
f. Magnetic Connector harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan kontaktor harus sesuai untuk tegangan 220 V, 50 Hz dan tahan bekerja
kontinu pada 10% tegangan lebih dan harus pula dapat menutup dengan
sempurna pada 85% tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari
Telemekanik dan yang setaraf.
1) Ampere meter
a) Class : 1,5
b) Over load cap : 1,2 x In continue
c) Ukuran : 6 x 6 mm
d) Skala : 0-2500 Amp
e) Tipe : Moving iron, untuk pengukuran AC
f) Ketelitian : ±1,5% untuk pengukuran AC
2) Voltmeter
a) Class : 1,5
b) Over load cap : 1,2 x In continue
c) Ukuran : 6 x 6 mm
d) Skala : 0- 500 Amp
e) Tipe : Moving iron, untuk pengukuran AC
f) Ketelitian : ± 1,5% untuk pengukuran AC
3) KWH Meter
a) Rated voltage : 3 x 300 Volt
b) Rated current output transformer : 30 (120) Amp
c) Acuracy class :2
d) Base plate of moulded plastic
e) The Subcontractor register : 6 (six) cipher rollers single
pengukuran tarif
4) Lampu indicator
a) Tubular lamp, pijar 5 watt, diameter 54 mm
b) Warna : merah, kuning, biru
5) Push button
Panel mounting, double on -1, off - 0 semua push-button dilengkapi
dengan lampu indikator untuk menyatakan sistem dalam on atau off.
6) Relay-relay
Untuk panel LVMDP, circuit breaker untuk feeder PLN, dilengkapi
dengan relay proteksi OL (Over Load), SC (Short Circuit) dan UV

179
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

(Under Voltage). Sedangkan untuk generator, dilengkapi dengan


relay OL, SC, UV, EF (Earth Fault) dan RP (Reverse Power).
7) Selector Switch
g. Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut :
1) Fungsi peralatan dalam panel
2) Posisi terbuka atau tertutup
3) Arah putaran dari handel pengontrol dari switch, dan lain-lain
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.
h. Sistem Pembumian
Semua bagian metal yang dalam keadaan normal tidak bertegangan harus
dihubungkan dengan baik secara elektris kepada Rel Pentanahan. Hubungan
antara bagian yang tetap dan yang bergerak dilakukan dengan pita tembaga
fleksibel yang harus dilindungi dari gangguan mekanis.
i. Garansi
Suatu sertifikat pengujian harus diserahkan oleh pabrik. Bila peralatan mengalami
kegagalan pengujian-pengujian yang disyaratkan di atas, maka pabrik
bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan
tersebut memenuhi syarat-syarat setelah mengalami pengujian ulang, dan
sertifikat pengujian telah diterima dan disetujui oleh direksi.
j. Pengujian
Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat pengujian
yang diakui oleh SNI :
1) Test kekuatan tegangan impuls
2) Test kenaikan temperature
3) Test kekuatan hubung singkat
4) Test untuk alat-alat pengaman
5) Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud
6) Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel
7) Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
8) Pemeriksaan kontinuitas rangkaian
k. Pendidikan dan Latihan
Kepada 5 (lima) orang yang ditunjuk oleh pemberi tugas tentang operasi dan
perawatan lengkap dengan 5 Copy Operating/Mainterance dan repair manual,
segala sesuatunya atas biaya Kontraktor.

180
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

l. Pembuatan Panel
Bahwa panel yang disebut di bawah ini harus dibuat oleh Panel Maker yang
bersertifikat.
4. Kabel Daya Tegangan Rendah
4.1. Umum
Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran
dan tipe yang sesuai dengan gambar rencana (NYY, NYFGbY, FRC, NYM,
NYA, 0,6/1 KV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard
SII atau S.P.L.N.
Instalasi dan Pemasangan Kabel
a. Bahan
Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUlL 2000 dan SNI 04-0255-2000. Semua kabel/kawat harus
baru dan harus jelas ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor
dan jenis pintalannya. Semua kawat dengan penampang 6 mm2 ke atas
haruslah terbuat secara disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh
memakai kabel dengan penampang lebih kecil dari 2,5 mm2 kecuali untuk
pemakaian remote control. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang
dipakai ialah dari tipe :
1) Untuk instalasi penerangan adalah NYM dengan conduit UPVC High
Impact ( Ex.Clipsal,Ega,Double H ).
2) Untuk kabel distribusi menggunakan kabel NYY, FRC dan NYFGbY (
Ex. Kabelindo, Kabel Metal, Supreme, Tranka Cable).

b. “Splice”I Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya splice ataupun sambungan-sambungan baik
dalam feeder, dalam tanah (tertanam) maupun cabang-cabang, kecuali
pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible).
Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara elektrik, dengan cara-cara solderless connector.
Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered. Dalam membuat
splice, konektor harus dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan
baik, sehingga semua konduktor tersambung, tidak ada kabel-kabel
telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.
Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tiang
lampu harus mempergunakan connector yang terbuat dari tembaga yang

181
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

diisolasi dengan porselen atau Bakelite ataupun PVC, yang diameternya


disesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet,
PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain
harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-
lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut
Peraturan dan Code/Standard berlaku atau Manufacturer.
d. Ketentuan Penyambungan
1) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-
lain).
2) Kontraktor harus memberikan brosur-brosur mengenai cara-cara
penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada MK/Manajemen
Konstruksi ( MK ).
3) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna fasa atau
nomor kabel masing-masing, dan harus diadakan pengetesan
tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil
pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Manajemen Konstruksi
( MK ).
4) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah
putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran
yang sesuai.
5) Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
6) Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.
7) Bila kabel dipasang tegak lurus di permukaan yang terbuka, maka
harus dilindungi dengan pipa galvanis dengan tebal minimal 2,5 mm.
e. Saluran Penghantar dalam Bangunan
1) Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling
gantung, saluran penghantar (conduit) dipasang menempel pada plat
beton.
2) Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling
gantung saluran penghantar (conduit) dipasang di atas kabel trunking
dan diletakkan di atas ceiling dengan tidak membebani ceiling.

182
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3) Untuk instalasi saluran penghantar di luar bangunan, dipergunakan


saluran beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa
galvanized dengan diameter sesuai standarisasi. Saluran beton
dilengkapi dengan hand hole untuk belokan-belokan.
4) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit
minimum 5/8" diameternya. Setiap pencabangan ataupun
pengambilan keluar harus menggunakan junction box yang sesuai
dan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal
strip di dalam junction box. Junction box yang terlihat dipakai junction
box dengan tutup blank plate galvanized.
5) Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus
dilengkapi dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang
berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m, harus
dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan
pada setiap jarak 50 cm.
f. Pemasangan Kabel dalam Tanah
1) Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.
2) Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan
batas merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
3) Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan diberi
pelindung pipa galvanis.
4) Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa
galvanis atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC tipe AW,
kabel harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan
lain-lain.
5) Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus
bersih dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti :
batu, abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian
(lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel
diletakkan, di atasnya diberi bata dan akhimya ditutup dengan tanah
urug.
6) Penanaman kabel harus diberikan marking yang jelas pada jalur-jalur
penanaman kabelnya. Agar memudahkan di dalam pengoperasian,
pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat
tergali/tercangkul.

183
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

g. Pengujian & Testing


1) Factory Test
2) Pengetesan Individual
Pengetesan ini dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari
pengetesan sebagai berikut.
a) Pengetesan ukuran tahanan hantaran
b) Pengetesan dielektrik
c) Pengukuran loss factor
3) Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan
dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut :
a) Test tegangan impuls
b) Mekanikal I
c) Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
d) Pengetesan dielektrik
e) Pengetesan perambatan (Creep Test)
4) Site Test
Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam,
penyambungan­ penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka
dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test. Marking kabel untuk
pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak dapat
dihapus.
h. Garansi
Sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat kabel harus disertakan pada
penyerahan kabel. Bila kabel yang bersangkutan mengalami kegagalan
dalam pengetesan, maka pabrik pembuat kabel dan Kontraktor
bertanggung jawab atas kabel tersebut, sampai kabel tersebut dapat
berhasil dalam pengetesan ulang dan diterima baik oleh MK/ Manajemen
Konstruksi ( MK ).

5. Penerangan Dan Stop Kontak


5.1. Lampu dan Armaturnya
Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang
digambarkan dalam gambar-gambar elektrikal.
a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan (grounding).
b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus
dikompensasi dengan power factor correction dan kapasitor yang cukup

184
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu
sendiri.
c. Reflector terutama untuk ruangan kantor harus memakai bahan tertentu,
sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.
d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan
tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu
itu sendiri.
e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel-kabel dalam
box harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor.
f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian difinish dengan cat akhir dengan oven warna putih.
g. Box terbuat dari glass-fibre reinforced polyster dengan brass insert harus
tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear
polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe TKI atau TKO harus mempunyai
ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan
single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).
j. Tabung Fluorescent harus dari tipe TL-D, tipe Daylite w/54.
k. Armatur Down light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan
harus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic. Diffuser
harus dari bahan gelas susu atau satin etached opal plastic. Armatur down
light tersebut harus tahan terhadap bahan kimia maupun gas kimia.
Konstruksi armatur down light harus kuat untuk dipasang dengan lampu
PLC-18 W disesuaikan dengan gambar rencana. Lubang-lubang ventilasi
harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk mencegah masuknya
serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir, tidak boleh dengan
memakai paku sekrup.
l. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan
desain Arsitek.
5.2. Stop Kontak Biasa
a. Stop kontak dinding yang dipakai adalah stop kontak satu fasa, rating 250
V,13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.
b. Stop kontak 1 (satu) fasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp untuk
pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 V, 13 Ampere.

185
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Bahan dari Polyvinyl Cloride (PVC).


d. Stop kontak yang dipakai adalah stop kontak satu fasa untuk pemasangan
rata dinding dengan ketinggian 30 s/d 120 cm di atas lantai dan harus
mempunyai terminal fasa, netral dan pentanahan. Harus dipasang
mengikuti item e.
5.3. Saklar Tunggal/Double Dinding
a. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan
rating 250 V, 10 Ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple
gangs (grid switches), saklar hotel single gang atau double gangs
dipasang dengan ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.
b. Saklar harus dipasang pada box mengikuti item a dan khusus ruang
pemeliharaan harus digunakan tipe Industrial, Class IP-65.
5.4. Isolating Switches
a. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan
indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating
MCB/MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1
fasa 250 V dan untuk 3 fasa 415 V.
b. Switches harus dipasang pada box mengikuti item a.
5.5. Box untuk Saklar dan Stop Kontak
Box harus dari bahan moulded plastic dengan kedalaman tidak kurang dari
35mm. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau
stop kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut,
pemasangan dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.
5.6. Kabel Instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYM, NYA).
Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2 kode warna insulasi
kabel harus mengikuti ketentuan PUlL 2000 dan SNI 04.0255-2000 sebagai
berikut.
a. Fasa R : merah
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : kuning-hijau
5.7. Pipa Instalasi Pelindung Kabel
a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas
AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan aksesoris

186
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari
diameter 19-25 mm.
b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung
junction box yang menempel pada plat beton dan armatur lampu.
c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan stop kontak dengan pipa
PVC, khusus untuk power high impact conduit-heavy gauge, minimum
diameter 19-25 mm.
d. Seluruh instalasi PVC conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar
saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut
dan perlengkapan lainnya.
5.8. Testing/ Pengujian
Testing dilakukan dengan disaksikan oleh MK / Manajemen Konstruksi ( MK )
Lapangan yang disahkan oleh lembaga yang berwenang pengujian meliputi :
a. Test ketahanan isolasi
b. Test kekuatan tegangan impuls
c. Test kenaikan temperature
d. Continuity test
6. Rak Kabel dan Cable Trunking
Rak kabel/kabel ladder yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis kabel
ladder yang terbuat dari Plat Hot Rolled Steel Sheet SPHC dengan ketebalan
minimum 2,0 mm dan standar panjang 3,0 meter dengan finishing Hot Dip Galvanis
dengan ketebalan coating minimum 80 micron.
Cable Trunking dengan ukuran lebar dan tinggi sesuai pada gambar dan standar
panjang 3,0 meter digunakan untuk kabel penerangan, kabel stop kontak dan kabel
daya atau lainnya, terbuat dari Steel Sheet SPCC dengan tebal minimum 1,2 mm dan
difinish secara Hot Dipped Galvanized, dan diberi penutup. Seluruh Cable Ladder dan
Cable Trunking harus dilengkapi dengan peralatan aksesoris dan penggantung.
7. Sistem Pembumian
Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel, housing
peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-lain) harus dihubungkan
pada elektroda pembumian baik secara terpadu.
Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 50 mm2 dan harus
ditanam minimal sedalam 6 m, sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal
2 Ohm. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat hubungan
pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standar-standar yang berlaku dalam
PUlL 2000 dan SNI 04-0255-2000.

187
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Ketentuan-ketentuan yang harus diikuti antara lain sebagai berikut :


Penampang Konduktor daya Penampang Konduktor
yang pembumian (mm2)
digunakan (mm
< = 10mm 2
2
) 6mm2
16mm2 10mm2
35mm2 16mm2
70mm2 50mm2
120mm2 70mm2
150mm2 95mm2

8. Persyaratan Teknis Pemasangan


8.1. Panel-panel
a. Sebelum pemesanan / pembuatan panel, harus mengajukan gambar kerja
untuk mendapatkan persetujuan perencana dan MK / Konsultan
Manajemen Konstruksi ( MK ).
b. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik permbuat
dan harus rata (horizontal).
c. Letak panel seperti yang ditunjukkan dalam gambar, dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat.
d. Untuk panel yang dipasang tertanam (inbow), kabel-kabel dari/ke terminal
panel harus dilindungi pipa PVC High Impact yang tertanam dalam tembok
secara kuat dan teratur rapi. Sedangkan untuk panel yang dipasang
menempel tembok (outbow), kabel-kabel dari/ke terminal panel harus
melalui tangga kabel.
e. Penyambungan kabel ke terminal harus menggunakan sepatu kabel (cable
lug) yang sesuai.
f. Ketinggian panel yang dipasang pada dinding (wall mounted) =1600 mm
dari lantai terhadap as panel.
g. Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland
dari karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.
h. Semua panel harus ditanahkan (grounding).
8.2. Kabel-kabel
a. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark
yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah beban.
b. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan fasanya sesuai dengan ketentuan PUIL.

188
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Kabel daya yang dipasang horizontal/vertikal harus dipasang pada tangga


kabel, diklem, dan disusun rapi.
d. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali
pada T-doos untuk instalasi penerangan.
e. Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan
sepatu kabel untuk terminasinya.
f. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan
timah pateri.
g. Kabel yang ditanam dan menyebrangi selokan atau jalan atau instalasi
lainnya harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung pipa
galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali penampang kabel.
h. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali
penampang kabel.
i. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada
suatu rak kabel.
j. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam
konduit.
k. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kontak-kontak harus di
dalam konrak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan
konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal
kotak terminal tadi minimum 4 cm. Penyambungan kabel menggunakan
las doop.
l. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1
m di setiap ujungnya.
m. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapi dan tidak saling
menyilang.
n. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai sertifikat
lulus uji dari PLN yang terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah
memenuhi persyaratan.
o. Pengujian dengan megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan
isolasi minimum 500 kilo ohm.
p. Instalasi kabel bawah tanah
1) Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 100 cm minimum,
dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15
cm dan di atasnya diamankan dengan batu bata press sebagai

189
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm yang disesuaikan


dengan jumlah kabel.
2) Kabel yang ditanam dan menyebrangi selokan atau jalan atau
instalasi lainnya harus ditanam lebih dari 50 cm dan diberikan
pelindung pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali
penampang kabel. Pada route kabel setiap 25 m dan di setiap belokan
harus ada tanda arah jalannya kabel.
3) Penanaman kabel harus memenuhi peraturan yang berlaku dan
persyaratan yang ditunjukkan dalam gambar / RKS.
4) Kabel tidak boleh terpuntir dan diberi label yang menunjukkan arah di
setiap jarak 1 meter.
5) Tidak diperkenankan melakukan pengurugan sebelum Konsultan
Manajemen Konstruksi ( MK ) memeriksa dan menyetujui perletakan
kabel tersebut.
6) Setelah pengurugan selesai setiap 15 meter harus dipasang patok
beton 20 x 20 x 60 cm dan bertuliskan “KABEL TANAH”. Patok-patok
ini dicat kuning dan bertulisan merah.
7) Kabel-kabel yang menembus dinding atau lantai harus menggunakan
pipa sleeve, pipa ini minimal dari metal (Pipa GIP).
8) Penyambungan kabel feeder tidak diperbolehkan.
9) Kabel harus utuh menerus tanpa sambungan.
10) Kabel tidak boleh dibelokkan dengan radius kurang dari 15 kali
diameternya. Di atas belokan tersebut diletakkan patok bertuliskan
“KABEL TANAH” dan arah belok.
11) Penanaman tidak boleh dilakukan di malam hari.
q. Instalasi kabel tenaga
1) Letak pasti dari peralatan atau mesin-mesin disesuaikan dengan
gambar dan kondisi setempat apabila terjadi kesukaran dalam
menentukan letak tersebut dapat meminta petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi ( MK ).
2) Pelaksana Pekerjaan wajib memasang kabel sampai dengan
peralatan tersebut, kecuali dinyatakan lain dalam gambar.
3) Tarikan kabel yang melalui trench harus diatur dengan baik/rapi
sehingga tidak saling tindih dan membelit.
4) Tarikan kabel yang menuju peralatan yang tidak melalui trench atau
yang menelusuri dinding (outbow) harus dilindungi dengan pipa
pelindung.

190
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

5) Agar diusahakan pipa pelindung tidak bergoyang maka harus


dilengkapi dengan klem-klem dan perlengkapan penahan lainnya,
sehingga nampak rapi.
6) Pada setiap sambungan ke peralatan harus menggunakan pipa
fleksibel.
7) Pada setiap belokan pipa pelinfung yang lebih dari 1 inchi harus
menggunakan pipa fleksibel, belokan harus dengan radius minimal 15
kali diameter kabel.
8) Kabel yang ada di atas harus diletakkan pada rak kabel dan warna
kabel harus disesuaikan dengan fasanya.
9) Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel
mark yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan
arah beban.
10) Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan fasanya sesuai dengan PUIL.
11) Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel
(cable ladder), diklem, dan disusun rapi.
12) Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan.
13) Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi
dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
14) Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan
timah pateri.
15) Untuk kabel feeder yang dipasang di dalam trench harus
mempergunakan kabel support minimum setiap 50 cm.
16) Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang
lebih 1 m di setiap ujungnya.
8.3. Kontak-kontak dan Sakelar
a. Kontak-kontak dan sakelar yang akan dipakai adalah tipe pemasangan
masuk dan dipasang pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk
kontak-kontak dan 1500 mm untuk sakelar atau sesuai dengan gambar.
b. Kontak-kontak dan sakelar yang dipasang pada tempat yang
lembab/basah harus dari tipe water dicht (bila ada).
c. Kontak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih
dahulu dipersiapkan sparing untuk pengkabelannya di samping metal doos
tang harus terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut.

191
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

8.4. Pentanahan (Grounding)


a. Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku dan
persyaratan yang ditunjukkan dalam gambar / RKS.
b. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan
pada panel-panel menggunakan SC dengan ukuran minima l 6 mm2 dan
maksima l 95 mm2, penyambungan ke panel harus menggunakan sepatu
kabel (cable lug).
c. Dalamnya pentanahan minimal 12 meter dan ujung elektroda pentanahan
harus mencapai permukaan air tanah, agar dicapai harga tanahan tanah
(ground resistance) di bawah 2 (dua) ohm, yang diukur setelah tidak hujan
selama 2 (tiga) hari berturut-turut.
d. Pengukuran pentanahan dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan setelah
mendapat persetujuan dari MK/Manajemen Konstruksi ( MK ). Pengukuran
ini harus disaksikan MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).
e. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus dibumikan (grounded)
secara baik, dengan cars menghubungkannya kepada bare copper
conductor pembumian yang telah tersedia, yaitu semua frame konstruksi
bangunan baja dan peralatan logam lainnya. Hubungan antara bagian
yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu) dilakukan dengan pita tembaga
fleksibel (braided copper wire), yang harus dilindungi dari gangguan
mekanis. Semua sambungan-sambungan pada sistem pembumian harus
dilakukan dengan baut dari campuran tembaga. Elektroda pembumian
terbuat dari batang tembaga diameter 5/8" dan harus ditanam sekurang-
kurangnya sedalam 6 m, sehingga dapat diperoleh tahanan pembumian
setinggi-tingginya 2 Ohm.
f. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan logam (panel-panel,
housing peralatan, rak kabel, pintu-pintu besi, tangki-tangki logam dan
lain-lain) harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara
terpadu atau secara terpisah (individual). Elektroda pembumian terbuat
dari batang tembaga diameter 5/8" dan harus ditanam sekurang-
kurangnya sedalam 6 m, sehingga dapat diperoleh tahanan pembumian
setinggi-tingginya 2 Ohm.
g. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat
hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standar-standar
yang berlaku dalam PUIL 2000.
Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut :

192
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Penampang Konduktor daya yang Penampang Konduktor


digunakan (mm2) pembumian (mm2)

<= 10 6 mm2

16 mm2 10 mm2

35 mm2 16 mm2

70 mm2 50 mm2

120 mm2
70 mm2

95 m
> = 150 mm2

9. Pengujian
a. Sebelum semua peralatan utama dari sistem dipasangm harus diadakan
pengujian secara individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah
dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik dari pabrik pembuat dan
LMMK/PLN serta instansi lainnya yang berwenang untuk itu. Setelah peralatan
tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari sistem
untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dengan baik.
Semua biaya yang timbul dari pelaksanan pengujian menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.
b. Test meliputi tes beban kosong (no load test) dan test beban penuh (full load
test).
1) No Load Test
Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan ditest satu per satu seperti
misal pengujian instalasi 0,6/1 kV (kabel tegangan rendah) :
a. Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1000 V.
b. Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1000 V.
c. Pengukuran tanahan pentanahan.
Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan/hasil pengujian
pemeriksaan. Apabila hasil pengujian dinyatakan baik, maka test berikutnya
harus dilaksanakan secara keseluruhan (full load test).
2) Full Load Test (Test Beban Penuh)
Test beban penuh ini harusdilaksanakan Pelaksana Pekerjaan sebelum
penyerahan pertama pekerjaan. Test ini meliputi :
a. Test nyala lampu-lampu dengan nyala semuanya.

193
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub


pekerjaan pompa-pompa.
c. Test peralatan (beban) lainnya).

Lama test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh, dan
semua biaya dan tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban
pelaksana Pelaksana Pekerjaan, dengan skedul / pengaturan waktu oleh
MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).
Hasil test harus mendapat pengesahan dari Perencana dan MK/Manajemen
Konstruksi ( MK ). Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test
jam untuk lampiran penyerahan pertama pekerjaan.

10. Persyaratan Bahan dan Material


3.1. Umum
Semua material yang disuplai dan dipasang oleh Kontraktor harus baru dan
material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis. Material-
material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari produksi yang
terbaru. Untuk material-material yang disebut di bawah ini, maka Kontraktor
harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan
menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter meter dan kontaktor
serta relay protection.
b. Peralatan lampu : armatur, bola lampu, ballast, dan kapasitor.
c. Peralatan instalasi : stop kontak, saklar, junction box, dan lain-lain.
d. Kabel
3.2. Daftar Material
Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor wajib mengisi daftar
material yang menyebutkan merk, tipe, kelas lengkap dengan brosur/katalog
yang dilampirkan pada waktu tender. Tabel daftar material ini diutamakan
untuk komponen-komponen yang berupa barang-barang produksi.
3.3. Penyebutan Merk/Produk Pabrik
Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau
komponen tertentu terutama untuk material-material listrik utama, maka
Kontraktor wajib melakukan di dalam penawarannya material yang dalam taraf
mutu/pabrik yang disebutkan itu.

194
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan
pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor, yang diakibatkan
oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Direksi Lapangan
dan Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/ tipe dengan suatu
sanksi tertentu kepada Kontraktor.

PASAL 3
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR
1. Umum
Pekerjaan sistem proteksi petir meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, pemasangan instalasi, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan
dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga seluruh sistem proteksi petir dapat
beroperasi dengan baik dan benar.
2. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan
dari sistem proteksi petir yang lengkap sesuai dengan spesifikasi teknik ini, serta
pengurusan ijin dari badan yang berwenang (Departemen Tenaga Kerja).
3. Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standar dan peraturan yang berlaku dari Jawatan
Keselamatan Kerja atau standar/peraturan yang dikeluarkan dari pabrik.
4. Material
Material yang digunakan dalam sistem proteksi petir harus dalam keadaan baik dan
sesuai dengan yang dimaksudkan serta disetujui oleh Konsultan Konsultan MK/MK.
Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Konsultan
Konsultan MK/MK sebelum dilakukan pemasangan. Material atau alat-alat yang tidak
sesuai dengan spesifikasi teknik ini akan ditolak. Sistem proteksi petir yang dipakai
adalah Sistem non radio aktif atau elektrostatik.
Komponen - komponen yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Terminasi Udara :
Terminal udara khusus untuk sistem proteksi petir eksternal, yang dimaksudkan
untuk menetralisir awan bermuatan disekitar bangunan gedung dan menangkap
sambaran petir bila terjadi petir.
b. Penghantar / konduktor penyalur :
Terdiri dari dua macam, yaitu penghantar horizontal yang menghubungkan secara
listrik antara terminal udara dan penghantar / konduktor penyalur vertikal (down
conductor) yang menghubungkan secara listrik antara terminal udara dan
elektroda pembumian.

195
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Proteksi petir ini harus menjamin dapat mentransfer dengan aman energi kilat dari
"terminal udara" ke bumi. Untuk sistem tersebut digunakan jenis kabel yang
sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat terminal udara.
c. Sistem Pembumian
Terminal pembumian, terletak di dalam bak kontrol yang dilengkapi dengan
elektroda pembumian, bak kontrol diperlukan untuk pengujian tahanan
pembumian secara berkala. Elektroda pembumian, terbuat dari Copper Rod pejal
dengan diameter tidak kurang dari 20 mm dan panjang sekurang – kurangnya
6.000 mm dan harus dimasukan ke dalam tanah secara vertikal dan harus
diperoleh tahanan pembumian setinggi – tingginya 5 Ohm.
5. Pemasangan dan Pelaksanaan
Cara-cara pemasangan penangkal petir sistem ini harus sesuai dengan petunjuk-
petunjuk dan spesifikasi pabrik.
a. Batang proteksi dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker atau
klem. Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya mekanis pada
saat timbulnya sambaran petir.
b. Pemegang konduktor/klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan
konduktor untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air.
c. Sambungan - sambungan :
Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kontak yang baik dan tidak
mudah terlepas.
Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian-kerugian tipis akibat adanya
sambungan .
d. Pelindung mekanis
Penghantar pembumian harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan
pipa uPVC tipe high impact.
6. Pengujian
Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem proteksi petir yang dipasang, maka harus
diadakan pengujian terhadap instalasi sistem maupun pembumiannya.
Pengujian yang harus dilakukan :
a. Pengujian tahanan pembumian.
Ukuran tahanan dari pembumian dengan menggunakan metoda standar.
b. Pengujian kontinyuitas.
7. Contoh
Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan-bahan yang akan
digunakan/dipasang, yaitu paling tidak penghantar dan elektroda pembumian yang

196
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

diminta dalam persyaratan. Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan


pengembalian contoh-contoh bahan ini adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
8. Pemeriksaan
Sistem proteksi petir akan diperiksa oleh Konsultan Konsultan MK/MK untuk
memastikan dipenuhinya spesifikasi teknis ini. Semua bagian dari instalasi ini harus
diperiksa oleh Konsultan Konsultan MK/MK terlebih dahulu sebelum ditutup atau
tersembunyi. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat - syarat spesifikasi teknis
dan gambar-gambar harus seaera diganti, tanpa biaya tambahan pada Pemilik
Proyek.
9. Surat ljin
a. Kontraktor harus mempunyai SPJT — Surat Penanggung Jawab Teknik golongan
C yang dikeluarkan oleh Assosiasi Kontraktor AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik
Indonesia).
b. Kontraktor harus sudah berpengalaman di dalam pemasangan proteksi petir ini,
dibuktikan dengan memberikan daftar proyek-proyek yang sudah pernah
dikerjakan.
10. Daftar Bahan/Material
Untuk semua bahan/material yang ditawarkan, maka Kontraktor wajib mengisi daftar
bahan/material yang menyebutkan merk, tipe, kelas lengkap dengan brosur/katalog
yang dilampirkan pada waktu tender.
Tabel daftar bahan/material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa
barang-barang produksi.
Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk
tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari bahan / material ataukomponen
tertentu terutama untuk bahan-bahan/material-material listrik utama, maka Kontraktor
wajib melakukan didalam penawarannya material yang dalam taraf mutu/pabrik yang
disebutkan itu.
Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan pada
tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor, yang diakibatkan oleh sesuatu
alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Konsultan Konsultan MK/MK dan
Konsultan Perancang, maka dapat dipertimbangkan penggantian merk/tipe dengan
suatu sangksi tertentu kepada Kontraktor.

197
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

PASAL 4
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN FIRE ALARM

1. Umum
Pengertian sistem fire alarm disini adalah sistem deteksi awal terjadinya kebakaran
yang akan memberikan indikasi secara audio maupun visuil, dari mana kebakaran
itu berasal, sehingga dapat diambil tindakan pengamanan sedini mungkin untuk
memadamkan kebakaran. Fire alarm merupakan suatu kesatuan sistem yang
dikontrol dari peralatan sistem kontrol.
2. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian dan
perbaikan selama masa pemeliharaan, izin-izin tenaga teknis dan tenaga ahli.
Dalam lingkup termasuk seluruh pekerjaan yang tertera didalam gambar dan
spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya, sehingga sistem siap
dioperasikan dan dapat beroperasi secara baik. Pekerjaan tersebut terdiri dari
pengadaan dan pemasangan :
a. Pengadaan dan pemasangan 1 (satu) sistem master control fire alarm lengkap
dengan Battery and Charger, Rectifier, Grounding dan Accessories.
b. Pengadaan dan pemasangan central announciator aktif lengkap dengan
indikasi lokasi, display, LED, tombol set dan reset, alarm bell.
c. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kontrol untuk lift automatic on
dan fire hydrant automatic on.
d. Pengadaan dan pemasangan sub announciator panel lengkap dengan indikasi
lokasi, LED, dan alarm bell serta flesing alarm dan lampu tanda.
e. Pengadaan dan pemasangan termination box fire alarm.
f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai jenis detector, manual
break glass, LED indicating lamp, auxiliaria contact and relay.
g. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai jenis kabel utama dan
kabel distribusi.
h. Pengadaan dan pemasangan kabel dari MCFA (Master Control Fire Alarm) ke
central announciator dan kabel lainnya sehingga sistem dapat beroperasi
dengan baik.
i. Pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar dapat beroperasi
dengan baik.

198
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3. Standard dan Peraturan Instalasi


a. Peraturan umum dinas pemadam kebakaran.
b. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh departemen atau
lembaga
Pemerintah yang berwenang dan sudah diakui penggunaannya Standard
NFPA, JLS.
c. Instalasi kabel peraturan umum instalasi listrik PUIL 2000.
e. Spesifikasi teknis, dari peralatan yang dipergunakan.
4. Sistem Operasi
a. Master control panel dan central announciator panel yang terpasang floor
mounted diruang security dimana setiap kejadian kebakaran pada setiap
bangunan / lantai dapat diketahui melaui tanda lampu pada lokasi yang
bersangkutan dan bunyi bell pada control panel lampu dapat dipadamkan
setelah menekan reset dan set kembali.
b. Disamping itu pengecekan zone dapat dilakukan dari control panel secara
manual juga berusaha pada line dapat diketahui langsung dari control panel
dengan tanda lampu dan bell dimana lampu baru dapat dimatikan bilamana
kerusakan telah diperbaiki.
c. Bangunan akan dilengkapi dengan FACP dimana prinsip kerja sub announciator
panel sama dengan prinsip kerja central announciator panel.
d. Tiap area dilengkapi dengan manual break glass push button yang dikerjakan
secara manual bilamana ditekan dan dilaksanakan apabila detector belum
bekerja dengan menekan tombol glass push button, akan membunyikan bell
alarm baik untuk lantai tersebut maupun bell dicontrol panel (apabila pada lantai
yang bersangkutan terdapat bell alarm), dan manual push button harus
dilengkapi dengan Jack Telephone.
5. Karakteristik Peralatan
a. Alarm bell :
• Vibration type
• Pemasangan outbow
• Ukuran diameter 6"
• Minimum 90 dB pada jarak 1 m.
b. Photoelectric smoke detector :
• Standby voltage : 18 - 40 Vdc
• Operating temperatur : 0°C - 38°C

199
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

• Humadity : 20 - 95%
• Sensitivity : 5 - 15%/ m
• Coverage area : 150 m²
• Sensitiv terhadap black smoke.
c. Ionization smoke detector
 Standby voltage : 18 - 40 VDC
 Operaling temperatur : 0°C - 38°C
 Humidity : 20 - 95 %
 Dual chamber
 Two wire low current design
 Adjustable sensilivity
 Sensilivity test points
 Flashing LED for visual supervision
 Furctional test switch
 Optional auxiliary relay
 Coverage area : 60 m² 100 m².
d. Rate of rise heat detector
 Operating voltage : 30 Vdc
 Operating temperature : - 10°C - + 50°C
 Type operasi : Normally open
 Coverage area : 70 m² - 90 m²
 Kenaikan temperatur yang dideteksi 20°C/menit
e. Fixed temperatur heat detector
 Operating voltage : 30 Vdc
 Operating temperature : 60°C - 80°C
 Type operasi : Normally open
 Coverage area : 60 m² - 70 m²
f. Base Detector
 Dilengkapi dengan LED Indicator
 Pemasangan outbow
 Harus dapat dipakai semua jenis type detector
g. Combiration rate of rise and fixed temperature heat detector :
 Kenaikan temperature yang dideteksi 15° F/menit
 Batas temperature yang dideteksi adalah 135° F
 Humidity > 90 %
 Coverage area : 60 m²
 Pemasangan outbow

200
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

h. Manual break glass push button


 Responsive and Reliable
 Easy to operate
 Simple to reset
 Modern, contoured design
 Flush or surface mounting
 Complete with Jack Telephone
i. Master control fire alarm / fire alarm control panel
Panel kontrol ini terdiri dari power module, control module, alarm signal module
zone module.
Panel kontrol harus dilengkapi dengan fasilitas general alarm yang dioperasikan
secara manual.
Panel kontrol dilengkapi dengan low voltage operation dan perlengkapan antara
lain :
⇒ Tombol-tombol/Switch :
 Main sounder berbunyi bila terjadi kebakaran
 Pre-signal Zone sounder Power failure alarm
 Disconnection alarm
 General alarm
 Alarm silencing or alarm disable
 System test
 System reset berfungsi untuk mengembalikan panel kontrol dalam
kondisi normal
 Fire report
 Battery check berfungsi untuk mengetahui kondisi battery back-up
 Disconnection check
 Auto-reset Detector reset Accumulation function
 Transfer berfungsi untuk memindahkan sinyal operasi ke peralatan lain
 Fire hydrant control and
 Circuit selection rotary switches berfungsi u/ memilih zone yang
akan dioperasikan.
⇒ Lampu-lampu :
Power ON yang menyatakaistem mendapatkan supply daya listrik yang
sesuai battery power.
Telepon menyala bila ada panggilan emergency melalui jack telepon di
push button accumulation function set.

201
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Fire hydrant berkedip-kedip bila pompa fire hydrant aktif ditekan,


disconnection menyala bila terdapat jalur instalasi yang terputus, dan
caution.

⇒ Sounders :
Pre-signal buzzer Buzzer dan Telephone buzzer.
⇒ Accesories : Voltmeter dan Handset telephone.
j. Battery dan Automatic Battery Charger untuk MCFA :
⇒ Battery dari jenis maintenance free (battery nicad) untuk beroperasi selama
8 jam stand by, 1 jam general alarm.
⇒ Battery charger bekerja secara automatic maupun manual.
⇒ Rectifier system.
k. Sub announciator panel
⇒ Modular construction
⇒ Dilengkapi dengan indicating lamp (LED) dengan nama lokasinya.
⇒ Tombol reset dan tombol disconnect zone
⇒ Bell.
⇒ Emergency Telepon
l. Bahan instalasi
⇒ Pipa conduit PCV kelas haigh Impact.
⇒ Doos penyambungan elbow dan socher
⇒ Klem
⇒ Cable rack tahan terhadap bahan kimia maupun gas kim.
6. Syarat-syarat Fisik
a. Bahan atau paralatan dari klasifikasi atau type yang sama diminta merk atau
dibuat oleh pabrik yang sama.
b. Setiap bagian dari peralatan yang jumlahnya jelas, maka jumlah harus
merupakan suatu unit yang lengkap.
c. Semua peralatan utama sistem ini disarankan produksi AS atau Eropa.
d. Semua bahan atau peralatan harus baru, dalam arti bukan barang bekas atau
hasil perbaikan.
e. Bahan atau peralatan harus mempunyai kapasitas atau rating yang cukup.
7. Sistem Instalasi
a. Melaksanakan instalasi perkabelan untuk seluruh bangunan secara rapi dan
sempurna serta menyediakan dan memasang perlengkapan deteksi
kebakaran berupa :

202
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Master control fire alarm panel


 Smoke Detector
 Combination rate of rise and fixed temperature heat detector
 Glass push button, auxilliary contact dan relay
 Alarm bell, indicating lamp (LED)
 Announciator aktif.
 Electrinic relay for water pump interconnection, pressuration fan.
 Instalasi yang terpasang pada daerah langit-langit tanpa plafon dicor dalam
plat betton lengkap doos-doos penyambungan menggunakan pelindung
pipa conduit.
b. Pada daerah langit-langit dengan plafon instalasi terpasang / diklem setiap 60
cm menggunakan pelindung pipa conduit PVC type haigh Impact.
c. Dibawah plafon terpasang wall mounted ke dinding batu bata memakai
pelindung pipa conduit diameter 5/8".
d. Dalam shaff diklem ke dinding shaff memakai pelindung pipa 5/8".
e. Control panel terpasang floor mounted ke dinding batu bata lantai dasar
menurut rencana setinggi 150 cm diatas ubin beton.
f. Detector terpasang outbow menghadap ke arah bawah plafon atau digantung
pada pelat beton.
g. Glass push button terpasang inbow di kolom atau dinding batu bata setinggi 150
cm diatas ubin lantai.
h. Bell alarm terpasang opbouw pada dinding batu bata atau kolom setinggi 200
cm diatas lantai.
i. Battery dan charger terpasang dalam kotak kabinet control station.
j. Instalasi kabel harus mengikuti persyaratan didalam PUIL 2000.
8. Pengetesan Semua Sistem yang Terpasang
a. Pada waktu yang disesuaikannya pemasangan dari seluruh perlengkapan
instalasi Fire Alarm harus dalam kondisi baik dan bebas cacat.
Bagian-bagian yang rusak harus diganti oleh Pemborong atas biaya Pemborong.
b. Mengadakan perbaikan lain terhadap kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan
kecerobohan para pekerja.
b. Pengetesan dan pemeriksaan instalasi Fire Alarm yang terpasang.
c. Setelah terpasang sistem yang baik, wiring yang telah sesuai, maka
pemeriksaan dan pengetesan harus dilakukan apakah sistem sudah bekerja
dengan baik.
d. Pengetesan

203
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pemborong harus melakukan semua pengetesan seperti yang dipersyaratkan


disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem, yang disaksikan
oleh C.M (Manajemen Konstruksi ( MK ) Lapangan). Semua tenaga, bahan dan
perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan tanggung jawab
Pemborong. Peralatan, bahan dan pengerjaan yang tidak baik harus diganti
dan diperbaiki oleh Pemborong untuk dicoba dan didemonstrasikan kembali

9. Daftar Material

No. Uraian Spesifikasi Teknis Merk/Produk


1. Main Equipment Hooseki, Siemens, Esser,
Nohmi

2. Detector, Alarm Hooseki, Siemens, Esser,


Bell,Break Glass Nohmi.
Switch
3. Kabel Kabelindo, Supreme, Kabel
metal.

4. Terminal Box Fire Plat Baja Dengan


Alarm Ketebalan 1, mm
Finishing Cat Merah

5. Conduit EGA, Clipsal, Legrand.


6. Pipa Instalasi Air Black Stell PipaDia.2”, Spindo, PPI, Bakrie.
Hydrant dan Splingkler 3”, 4”, 6”
( Disesuaikan Dengan
Gambar Kerja Yang
telah Di design )
7. Pompa Hydrant dan Fairbank, ITT, Arthur,
Splingkler : Bombas Ideal.
1.Electric Fire Pump -Type : End Suction
pump ( NKF System )
-Debit Aliran Air : 500
USGPM
-Daya : 18.5 kW/380-
415 V/3 Ph/50 Hz
-Kecepatan Nominal :
2950 rpm
-Max Head : 110 m

2.Diesel Fire Pump -Type : End Suction Fairbank, ITT, Arthur,


pump ( NKF System ) Bombas Ideal.
-Debit Aliran Air : 500

204
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

No. Uraian Spesifikasi Teknis Merk/Produk


USGPM
-Daya : 19 kW/380-
415 V/3 Ph/50 Hz
-Kecepatan Nominal :
2950 rpm
-Max Head : 110 m
Fairbank, ITT, Arthur,
3.Jockey Pump -Type : CR Pumps Bombas Ideal.
-Debit Aliran Air : 79.2
USGPM
-Daya : 4 kW/380-
415 V/3 Ph/50 Hz
-Kecepatan Nominal :
2900 rpm
-Max Head : 110 m

PASAL 5
PEKERJAAN SISTEM CCTV

1. Umum
Persyaratan umum, persyaratan teknis, gambar-gambar yang disertakan juga
instruksi, informasi resmi yang disampaikan kepada peserta lelang paket ini adalah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Lelang secara keseluruhan
serta prosedur pelelangan paket pekerjaan ini.
Dokumen pelelangan ini merangkum seluruh informasi dan spesifikasi baik
administratif maupun teknis yang diberikan oleh Pihak Pemberi Tugas, Perencana dan
Konsultan MK, di dalam proses pelelangan.
Secara umum paket pekerjaan elektrikal ini meliputi pengadaan, pemasangan, uji
coba, testing dan pemeliharaan peralatan serta instalasi Sistem Tata Suara khususnya
peralatan utama ( digital multiplexer DVR, Personal computer, Keyboard controller,
monitor LCD full screen dan multi screen ), kamera , serta Instalasi/Sistem
pengkabelan, sehingga sistem dapat beroperasi secara baik dan sempurna.

2. Standard Dan Persyaratan


Referensi dan standard material serta pengerjaannya yang berkaitan dengan
pekerjaan ini harus mengikuti ketentuan namun tidak terbatas kepada antara lain :
- Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL-2000).
- Memenuhi standard FCC Part 15, Class B, EMC directive 89/336/EEC,
EN61000-3-2, UL6500 2nd edition, EN60950: 2000

205
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- Peraturan yang dibuat oleh pemberi tugas

3. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Digital video recorder lengkap dengan
instalasi dimasing-masing gedung.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Keyboard controller disetiap gedung.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian monitor LCD multi screen dan Full
screen lengkap dengan instalasi di setiap gedung.
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Personal Computer (PC) lengkap
dengan software dimasing-masing gedung.
e. Pengadaan, pemasangan dan pengujian UPS dengan kapasitas sesuai gambar
lengkap dengan instalasi.
f. Pengadaan, pemasangan dan pengujian switch hub dan transceiver fiber optic
lengkap dengan konektor di masing-masing gedung.
g. Pengadaan dan pemasangan rak penyimpan peralatan lengkap dengan surge
arrester di masing-masing gedung.
h. Pengadaan dan pemasangan serta pengujian instalasi kamera dengan
menggunakan kabel coaxial RG 6 dan kabel UTP RG 45 Cat 5e untuk kamera
khusus dimasing-masing gedung.
i. Pengadaan, pemasangan serta pengujian instalasi power dengan menggunakan
kabel NYM 3 x 2.5 mm² lengkap pelindung uPVC HI, klem, sock serta aksesoris
lainnya dimasing-masing gedung.
j. Pengadaan, pemasangan serta pengujian kabel transmisi dengan menggunakan
kabel fiber optic multi mode 4 core lengkap dengan pelindung uPC HI serta
aksesoris lainnya.
k. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pentanahan pada sistem CCTV
dengan tegangan maksimal sebesar 1 Volt di masing-masing gedung.
l. Mengadakan testing dan trial run serta penyetelan secara menyeluruh untuk
CCTV sehingga sistem menghasilkan performance terbaik serta berfungsi
dengan tepat dan benar.
m. Mengadakan Training dan Asistensi kepada operator/owner berikut penyediaan
buku training.
n. Mengadakan pemeliharaan dan servis terhadap seluruh sistem selama masa
pemeliharaan.
o. Seluruh pekerjaan spesialis ini harus dikerjakan oleh instalatir atau sub kontraktor
yang berkompeten dan merupakan Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) atau
dealer yang sudah ditunjuk oleh ATPM.

206
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4. Syarat-syarat Pemasangan
4.1. Pemasangan Peralatan Utama
Perlengkapan CCTV harus terpasang pada tempat yang aman dan diketahui oleh
sebagian personal.
4.2. Instalasi Kabel Distribusi
a. Semua conduit yang masuk ke panel dan junction box harus diberi ulir dan diikat
dengan "locknut” yang terbuat dari braso atau nickel plated termasuk pipa conduit
dan fleksible pipa yang ke kamera. Sedangkan conduit yang keluar dari
DVR, pada permukaan harus dilengkapi dengan brass/nikel-plated
compression gland. Seluruh pengadaan dan pemasangan conduit dan junction
box serta peralatan untuk enggantungkan ceiling speaker dilaksanakan
oleh Kontraktor/Sub Kontraktor dengan dikoordinasikan bersama pihak lainnya
yang terlibat dalam pelaksanaan. Penentuan warna conduit pipe untuk
sistem instalasi CCTVmenggunakan warna biru.
b. Kabel distribusi yang melalui tanah harus dimasukkan kedalam konduit atau
menggunakan kabel bawah tanah yang khusus dengan cara pemasangan yang
sesuai dengan spesifikasi pemasangan.
5. Syarat-syarat Operasional System
6.1. Perihal Iklim
Seluruh peralatan juga harus tahan terhadap iklim tropis dan lembab atau diberi suatu
sistem proteksi tertentu yang memadai.
6.2. Pengetesan
Pemborong harus melakukan seluruh pengetesan seperti disebutkan pada penjelasan
sebelumnya dan harus melakukan percobaan seperti operasi sesungguhnya secara
tepat dari seluruh sistem untuk peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan
yang mengalami kerusakan/cacat /salah harus diganti/dibetulkan dan percobaan
diulangi untuk operasi yang sebenarnya/normal/ dan benar pada seluruh
pengkabelan, instalasi "keur",

6. Syarat-Syarat Pemeliharaan
6.1. Pemeliharaan Dan Garansi
Untuk peralatan sistem ini Pemborong harus mengadakan pemeliharaan selama 6
(enam) bulan, sejak pemasangan dan bekerja dengan baik setelah serah terima
pertama, yang dinyatakan dengan suatu Berita Acara yang ditanda tangani oleh
Pemilik sesuai prosedur yang telah ditetapkan dan dibuat oleh Konsultan MK.
Untuk hal tersebut maka dalam masa pemeliharaan Pemborong wajib menyediakan
peralatan khusus terpakai dan menjamin tersedianya suku cadang serta tenaga kerja

207
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

terampil minimum 2 orang yang selalu berada di lokasi selama 24 jam dengan catatan
tenaga kerja yang berkwalitas.
6.2. Asistensi Dan Training
Selama masa pemeliharaan adalah kewajiban bagi Pemborong untuk :
a. Asistensi/membantu Pemilik di dalam menyiapkan dan menyusun 'user-
data'/'user-program' untuk menentukan dan mendapatkan 'classes of service',
features tertentu serta operasi lain-lain.
b. Melakukan training bagi Pemilik/Operator-operator untuk : mengenal,
mengoperasi, memprogram, trouble shooting, dan lain-lain sedemikian rupa
sehingga pihak Pemilik dapat menggunakan peralatan dengan sebaik-baiknya.
c. Pemborong harus menyusun program training ini, Peserta training dari pihak
Pemilik ditentukan sebanyak 6 orang, dan akan ditentukan kemudian
tambahannya
6.3. Petunjuk Pemeliharaan
a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan
Buku Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama (conference
delegate, sistem integrasi,sistem proyektor dan spesialist sound system) dan
Instalasi/fixtures serta daftar material/komponen yang memerlukan penggantian
secara berkala. Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid
dengan rapih dan bagus. Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan
dari pemeliharaan berkala yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat dan
standard/aturan yang berlaku secara umum.
b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas dan
ringkas mengenai tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook
pencatatan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (lima) set,
masing-masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set untuk Konsultan MK/MK dan 1
set untuk Perencana. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh pembuatan dan
pengadaan buku tersebut ditanggung oleh Pemborong.

208
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

BAB V
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL DAN PLUMBING

PASAL 1

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PLAMBING

1. Umum
Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaan plambing,
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar rencana yang terdiri dari :
a. Pengadaan dan pemasangan pompa distribusi dalam.
b. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih dan air kotor, dan air
bekas, Pembuangan Air Hujan dari Roof Top, sesuai gambar rencana dan
spesifikasi, termasuk penyambungan pipa saluran air dari meter air ke ground
water reservoir.
c. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh peralatan
plambing.
d. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plambing yang terpasang
termasuk sanitary.
e. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh Pemberi
Tugas.
f. Pembuatan shop drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan pembuatan as
built drawing bagi instalasi yang telah terpasang.

2. Kualifikasi Pekerja
a. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan-pekerjaan ini harus dilakukan oleh
pekerja-pekerja dan supervisor yang benar-benar ahli dan berpengalaman.
Tukang las harus mempunyai Sertifikat.
b. MK/Manajemen Konstruksi ( MK ) dapat menolak atau menunda pelaksanaan
suatu pekerjaan, bila dinilai bahwa pelaksana tersebut tidak terampil/tidak
berpengalaman.

3. Pengajuan-pengajuan
Pada saat pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan :
a. Material list dari seluruh item peralatan yang akan dipasang.
b. Shop drawing yang menunjukkan secara detail pekerjaan-pekerjaan/pemasangan
peralatan dan perpipaan, penyambungan dengan pekerjaan-pekerjaan lain atau

209
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

pekerjaan-pekerjaan yang sulit dilaksanakan ataupun perubahan-perubahan atau


modifikasi yang diusulkan terhadap gambar rencana.
c. Prosedur pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik jika ada dari
peralatan­peralatan yang akan dipasang.
d. Contoh-contoh material (brosur-brosur untuk peralatan-peralatan yang besar) dari
material/peralatan yang akan dipasang.

4. Review
MK/Manajemen Konstruksi ( MK ) akan memeriksa (mereview) pengajuan-pengajuan
dari kontraktor dan memberi komentar atas hal tersebut. Kontraktor harus merevisi
pengajuannya sampai memperoleh persetujuan MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).

5. Standard and Code


Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana, maka pada pekerjaan ini berlaku
peraturan-peraturan sebagai berikut :
a. Peraturan Jawatan Pemda (Dinas Pemadam Kebakaran) Indonesia.
b. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan
Gedung (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008).
c. National Fire Protection Association (NFPA) 13, 14, dan 20 untuk Peralatan
Pompa dan Kontrol Pompa Kebakaran.
d. Pedoman Plambing Indonesia.

6. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi


a. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan telah dilakukan serah terima
pertama, Kontraktor wajib menyerahkan gambar-gambar instalasi terpasang
sebanyak 3 set cetak biru dan 1 set transparan.
b. Kontraktor juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 set petunjuk operasi dan
pemeliharaan sistem yang dipasang.

7. Bagian yang Berhubungan


Bagian yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah :
a. Perpipaan
b. Instalasi Pengkabelan Pompa
c. lsolasi dan Pengecatan
d. Pompa

210
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

8. Garansi
a. Kontraktor Plambing bertanggung jawab atas pencegahan bahan/peralatan untuk
instalasi ini dari pencurian atau kerusakan. Bahan/peralatan yang hilang atau
rusak harus diganti oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya (skilled
labour) agar dapat memberikan hasil kerja terbaik dan rapi. Sebelum suatu pipa
tertutup (oleh dinding, langit-langit, dan lain-lain) harus diuji dan disetujui oleh
MK/Manajemen Konstruksi ( MK ) atau wakil yang ditunjuk.
c. Kontraktor pekerjaan ini harus memberikan garansi tertulis kepada MK/
Manajemen Konstruksi ( MK ), bahwa seluruh instalasi penyediaan dan distribusi
air bersih, instalasi pemadam kebakaran, instalasi pembuangan air kotor bekerja
dengan memuaskan, dan kontraktor menanggung semua biaya atas kerusakan-
kerusakan penggantian yang perlu selama jangka waktu pemeliharaan.
d. Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh barang yang akan dipasang dan
atau brosur-brosur sebelum pemasangan instalasi plambing, fixture-fixture dan
peralatan lain, untuk mendapat persetujuan dari MK / Manajemen Konstruksi
( MK ).

9. Training
Kontraktor harus menyiapkan dan menyelenggarakan latihan bagi calon operator yang
akan mengoperasikan dan memelihara sistem air bersih, air kotor dan air hujan.
Latihan dapat dimulai sejak pelaksanaan pemasangan instalasinya, atas petunjuk dan
persetujuan MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).

10. Buku Petunjuk


Kontraktor wajib membuat dan menyerahkan buku petunjuk (manual) yang meliputi
cara pengoperasian maupun cara pemeliharaan kepada MK/Manajemen Konstruksi (
MK ). Buku petunjuk (manual) tersebut dibuat sebanyak 4 (empat) buku.

PASAL 2

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PERPIPAAN

1. Umum
4.1. Ruang Lingkup
Spesifikasi ini merupakan persyaratan minimal untuk seluruh pekerjaan
perpipaan pada pekerjaan mekanikal ( Fire Alarm ).

211
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4.2. Standar dan Kode


Standar dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain :
a. ASTM : American Society of Testing Material
b. ANSI : American National Standard Institute
c. BS : Birmingham Standard
d. JIS : Japan Industrial Standard
e. SII : Standard Industri Indonesia

4.3. Bagian yang Berhubungan


Referensi yang harus diperhatikan adalah pekerjaan-pekerjaan yang terkait
yaitu :
a. Plambing
b. Tata Udara dan Ventilasi
c. Pemadam Kebakaran
d. lsolasi dan Pengecatan

2. Spesifikasi Perpipaan
a. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan letak serta
arah dari masing-masing sistem pipa.
b. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang
terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian
lainnya.
c. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan
stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan. Untuk pipa baja di bawah
tanah diberi lapisan anti karat densotape dengan ketebalan 2-3 mm.
d. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut di atas harus
juga terlindung dari cahaya matagari.
e. Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik
pembuat.

3. Spesifikasi Bahan Perpipaan


4.1. Daftar Spesifikasi Bahan Perpipaan
Kode Tek. Tek. Std. Spesifikasi
SISTEM Tek. Uji
Sistem Kerja Bahan Pipa Isolasi
Air Dingin
AB 10 12.50 15 PN-10 IA
dalam Gedung
Air Dingin di
AB 10 12.50 15 PN-10 IA
Luar Gedung
Air Panas AP 20 PN-20 IA

212
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dalam Gedung
Hidran di Luar
IH/OH 10 15 20 BS-40 IA
Gedung
Air Limbah
Pengaliran ABK 5 10 15 PVC-10 IA
Gravitasi
Air Hujan AH 5 10 15 PVC-10 IA
Air Limbah
AK 5 10 15 PVC-10 IA
Gravitasi Toilet
Vent VT - - Rendam PVC-5 IA
Pipa Header
Pompa dan
HD/ABK/AK 10 10 15 GIP IA
Pipa Air Limbah
Luar
Keterangan :
IA = Tidak diisolasi
IB = Diisolasi
GRV = Gravitasi
Tekanan uji tidak terbatas pada tabel ini namun juga harus mengacu pada tekanan
aktual pompa.

4.2. Spesifikasi Pipa PVC 10


Penggunaan : Air limbah pengaliran gravitasi. Tekanan standar 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
PVC injection moulded sanitary fitting large radius,
Elbow dan Junction
solvent cement joint type
PVC injection moulded sanitary fitting concentric,
Reducer
solvent cement joint type
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat

4.3. Spesifikasi Pipa PVC 10


Penggunaan : Air hujan. Tekanan standar 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
PVC injection moulded sanitary fitting large radius
Elbow dan Junction atau made fabricated fitting, solvent cement joint
atau rubber ring type
Reducer Seperti diatas, model concentric
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat

4.4. Spesifikasi Pipa PVC 10


Penggunaan : Air limbah gravitasi toilet. Tekanan standar 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
Elbow dan Junction PVC injection moulded sanitary fitting large radius

213
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

atau made fabricated fitting, solvent cement joint


atau rubber ring type
Reducer Seperti diatas, model concentric
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat

4.5. Spesifikasi Pipa PVC 10


Penggunaan : Pipa Vent. Tekanan standar 5 bar (klas AW).
Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 5 bar
PVC injection moulded pressure fitting, solvent
Fitting
joint type
Reducer Seperti diatas, model concentric
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat

4.6. Spesifikasi Pipa GIP


Penggunaan : Header pada pompa dan pipa air limbah. Tekanan standar 10
bar.
Uraian Keterangan
Galvanized Steel pipe BS 1387/1967 class
Pipa
medium
- Dia. 40 mm ke bawah malleable iron ANSI B
16.3 class 150 lb, screwed end
Sambungan/Fitting - Dia. 50 mm keatas, wrought steel butt weld
fitting
- ANSI B 16.9, Sch 40
- Dia. 40 mm ke bawah galvanized malleable cast
iron RF class 150 lb, screwed
Flange
- Dia. 50 mm ke atas Forged steel, RF class 150
lb, welding joint.
- Dia. 40 mm ke bawah, bronze atau A – metal
body class 150 lb dengan sambungan ulir, BS
Valve & Strainer 21/ ANSI B 2.1
- Dia 50 mm ke atas, cast iron body class 150 lb
dengan sambungan flanges

4.7. Schedule Katup


Katup Isolasi Katup Pengatur Katup Searah
Dia. 50 Dia. 50 Dia. 50
Pemakaian Dia. < 40 Dia. < 40 Dia. < 40
mm ke mm ke mm ke
mm mm mm
atas atas atas
Air bersih di Guided
Gate Butterfly Globe Butterfly Swing
dalam gedung Membrane
Air bersih di Guided
Gate Butterfly Globe Butterfly Swing
luar gedung Membrane
Air panas di Guided
Gate Butterfly Globe Butterfly Swing
dalam gedung Membrane

214
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Guided
Hydrant Gate Gate Globe Gate Swing
Membrane
Double
Drain Gate Butterfly Globe Butterfly Swing
Disc

Persyaratan Jenis Peralatan


Jenis peralatan yang boleh dipergunakan di sini adalah sebagai berikut :
Fungsi Peralatan Ukuran dan Joint W.O. & G Steam
Ball
s/d 40 mm Butterfly
Globe
Katup Penutup screwed Gate
(Stop Valve) Diaphargm
50 mm ke atas Butterfly
Globe
flanged Gate
Globe
s/d 40 mm
Butterfly Globe
Katup Pengatur screwed
Diaphargm
(Regulating Valve)
50 mm ke atas Butterfly
Globe
flanged Globe
s/d 40 mm Swing Check
screwed Globe Check
Double
Non Return Valve
50 mm ke atas Swing
flanged Check
Disk Check
“Y” type
Strainer
“Bucket” type
Pressure Reducer Die and Flow type
Pressure Indicator
Dial type
Dial Dia. 100 mm
Note : W = water, O = Oil, G = Gas

4. Persyaratan Pemasangan
4.1. Umum
a. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin
kebersihan, kerapian, ketinggian yang benar minimum 250 mm dari lantai,
serta memperkecil banyaknya penyilangan.
b. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang
dari 50 mm di antara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
c. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/ runcing
serta penghalang lainnya.

215
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang


diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan
sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan dalam
gambar.
e. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus
dilengkapi dengan water mur atau flens.
f. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan
cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan
pabrik.
g. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti
berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
1) Di bagian dalam toilet
Garis tengah 50 mm – 100 mm atau lebih kecil : 1 % - 2 %
2) Di bagian dalam bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %
3) Di bagian luar bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %
Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1 %
h. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun ke arah titik
buangan. Pipa pembuangan dan vent harus disediakan guna
mempermudah pengisian maupun pengurasan. Untuk pembuatan vent
pembuangan hendaknya dicari titik terendah dan dibuat cekung.
i. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak
boleh menukik.
j. Sambungan-sambungan fleksibel pada sistem pemipaan harus dipasang
sedemikian rupa dan angkur pipa secukupnya harus disediakan guna
mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya
yang bekerja ke arah memanjang.
k. Pekerjaan pipa ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah
pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan.
Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.
l. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-
pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta
perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan
dan persyaratan pabrik.
m. Selubung pipa harus disediakan dimana pipa-pipa menembus dinding,

216
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

lantai, balok, kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding


tahan api, celah kosong di antara selubung dan pipa-pipa harus dipakai
dengan bahan rock-wool atau bahan tahan api yang lain, kemudian harus
ditambahkan sealant agar kedap air.
n. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus
ditutup dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya
benda-benda lain.
o. Untuk setiap pipa yang menembus dinding harus menggunakan pipa
fleksibel untuk melindungi dari vibrasi akibat terjadinya penurunan struktur
gedung.
p. Semua galian, harus juga termasuk pengurugan serta pemadatan kembali
sehingga kembali seperti kondisi semula.
1) Kedalaman pipa air minum minimum 60 cm di bawah permukaan
tanah.
2) Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setelah 15-30
cm untuk bagian atas dan bagian bawah pipa dan baru diurug dengan
tanah tanpa batu-batuan atau benda keras yang lain.
3) Untuk pipa di dalam tanah dan tanah yang labil, harus dibuat dudukan
beton pada jarak 2-2,5 m dan pada belokan-belokan atau fitting-fitting.
q. Instalasi pekerjaan pipa jaringan luar diletakkan pada struktur bangunan.
r. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.
s. Setiap perubahan arah aliran untuk perpipaan air kotor membentuk sudut
90°, harus digunakan 2 buah elbow 45° dan dilengkapi dengan clean out
serta arah dan jalur aliran agar diberi tanda.
4.2. Penggantung dan Penumpu Pipa
a. Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau
sadel dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan
pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak
yang diberikan dalam tabel berikut ini :
Batas Maksimum Ruang
Ukuran Pipa Interval
Jenis Pipa Interval
(mm) Mendatar
Tegak (m)
(m)
Sampai 20 1,8 2
25 s.d. 40 2,0 3
Pipa GIP 50 s.d. 80 3,0 4
100 s.d. 150 4,0 4
200 atau lebih 5,0 4

217
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

50 0,6 0,9
80 0,9 1,2
Pipa PVC
100 1,2 1.5
150 1,8 2,1

Catatan :
Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam ukuran, maka
jarak interval yang dipergunakan harus berdasarkan jarak interval pipa ukuran
terkecil yang ada.
b. Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa
berikut ini :
1) Perubahan perubahan arah Titik percabangan.
2) Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang
sejenis.
c. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :
1) Diameter Batang
Ukuran Pipa Batang
Sampai 20 mm 6 mm
25 mm s.d. 50 mm 9 mm
65 mm s.d. 150 mm 13 mm
200 mm s.d. 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih besar Dihitung dengan faktor keamanan 5
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel di atas
Penunjang pipa lebih dari Dihitung dengan faktor keamanan 5
2 terhadap kekuatan puncak

2) Bentuk gantungan.
Untuk air dingin : Split ring type atau Clevis type.
d. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
e. Semua pipa dan gantungan, penumpu sebelum dicat, harus memakai
dasar zinchromat dan pengecatan sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku.

No. Jenis Cairan Warna


Pipa
1. Air Bersih Biru
2. Air Kotor Hitam
3. Air Bekas Coklat
4. Air Pemadam Kebakaran Merah
5. Pipa Gas Kuning

218
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4.3. Cara Pemasangan Pipa dalam Tanah


a. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
b. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam.
c. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian
dengan adukan semen.
d. Urugan pasir sekeliling dasar pipa dan dipadatkan.
e. Pipa yang telah tersambung diletakkan di atas dasar pipa.
f. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.
g. Pipa yang melintasi jalan kendaraan, pada urugan pipa bagian atas harus
dilindungi plat beton bertulang setebal 10 cm yang dipasang sedemikian
rupa sehingga plat beton tidak bertumpu pada pipa dan tidak menganggu
konstruksi jalan, kemudian baru ditimbun dengan baik sampai padat.

4.4. Pemasangan Katup-katup


Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi
dan untuk bagian-bagian berikut ini :
a. Sambungan masuk dan keluar peralatan.
b. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.
1) Di ruang mesin
Ukuran Pipa Ukuran
Katup
Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s.d. 200 mm 40 mm
250 mm atau lebih besar 50 mm
2) Katup by pass

4.5. Pemasangan Katup-katup Pengaman


Katup-katup pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat dengan
sumber tekanan.

4.6. Pemasangan Sambungan Fleksibel


Sambungan fleksibel harus disediakan untuk menghilangkan getaran dan
menghindari terjadinya retak/patah pipa akibat penurunan tanah dan struktur
bangunan.

4.7. Pemasangan Pengukur Tekanan


Pengukur tekanan harus disediakan dan di tempatkan pada lokasi dimana
tekanan yang ada perlu diketahui :

219
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

a. Katup-katup pengurang tekanan


b. Katup-katup pengontrol
c. Setiap pompa
d. Setiap bejana tekan
Diameter pengukur tekanan minimum diameter 75 mm dengan pembagian
skala ukur maksimum 2 kali tekanan kerja.

4.8. Sambungan Ulir


a. Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir
berlaku untuk ukuran sampai dengan 40 mm.
b. Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada
pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
c. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan zink white
dengan campuran minyak.
d. Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.
e. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan
reamer.
f. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

4.9. Sambungan Las


a. Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
b. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fittinglas. Kawat las atau
elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
c. Sebelum pekerjaan las dimulai pemborong harus mengajukan kepada
Konsultan MK contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
d. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai surat izin tertulis dari Konsultan MK.
e. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk
itu.
f. Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi
baik menurut penilaian Konsultan MK.

4.10. Sambungan Lem


a. Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
b. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus
dipergunakan alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus
menggunakan alat pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak

220
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

lurus terhadap batang pipa.


c. Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi
dari pabrik pipa.

4.11. Sambungan Yang Mudah Dibuka


Sambungan ini dipergunakan pada alat- alat saniter sebagai berikut :
a. Antara lavatory faucet dan supply valve.
b. Pada waste fitting dan siphon.
Pada sambungan ini kerapatan diperoleh dengan adanya paking dan bukan
seal threat.

4.12. Pemasangan Katup-katup Pelepasan Tekanan


Katup-katup Pelepasan Tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang
mungkin timbul kelebihan tekanan.

4.13. Pemasangan Vent Udara Otomatis


Vent udara otomatis harus disediakan di tempat- tempat tertinggi dan kantong
udara, serta ditempatkan yang bebas untuk melepaskan udara dari dalam.

4.14. Pemasangan Sambungan Ekspansi


Sambungan ekspansi harus disediakan pada penyambungan antara pipa dari
luar bangunan dengan pipa dari dalam bangunan untuk menghindari terjadinya
patah ataupun bengkok akibat terjadinya penurunan tanah ataupun struktur
bangunan.

4.15. Selubung Pipa


a. Selubung untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa
tersebut menembus konstruksi beton.
b. Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
kelonggaran di luar pipa ataupun isolasi.
c. Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk
yang mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
d. Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis “Flushing
Sleeves”.
e. Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan rubber
sealed atau “Caulk”.

221
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4.16. Katup Label (Valve Tag)


a. Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi
dan pemeliharaan.
b. Fungsi-fungsi seperti “Normally Open” atau “Normally Close” harus
ditunjukkan di tags katup.
c. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai
atau kawat.

4.17. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan di service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-
cara/ metoda-metoda yang disetujui sampai semua benda- benda asing
disingkirkan.
Desinfeksi :
Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l chlor
selama 1 jam setelah itu dibilas.
Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan setelah
itu dibilas.

5. Pengujian/ Pengetesan
a. Sebelum dilakukan testing dilakukan dahulu :
1) Pemeriksaan sebagian- sebagian.
2) Pemeriksaan setelah pemasangan.
b. Tujuannya untuk mengetahui apa konstruksi dan fungsinya serta sistem sudah
memenuhi dan sesuai dengan rencana.
1) Pemborong harus melakukan pengujian terhadap setiap jenis alat.
2) Pipa yang akan ditanam atau dipasang di luar dites terlebih dahulu sebelum
diurug, dengan bagian per bagian, dengan tekanan 1 ½ x tekanan kerja
selama 1 jam tanpa ada penurunan tekanan (antara 10 kg/cm2) dan
dilanjutkan pengujian per sistem.
3) Setelah alat plambing dipasang, dites selama ± 2 menit tanpa penurunan
tekanan, berlaku untuk umum kecuali untuk monoblock dan faucet dan
ditentukan oleh Manajemen Konstruksi ( MK ).
4) Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada penurunan
tinggi air.
5) Setelah pipa dan tangki diuji, dibersihkan dan dilakukan desinfeksi sesuai PPI
dengan sisa kadar chloor 0,2 ppm atau lebih baik, baik yang dipa atau di

222
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

tangki.
6) Setelah itu dibersihkan (dibilas) dengan air bersih.
7) Pengisian pipa dengan air dilakukan sedikit demi sedikit dengan pompa untuk
pengetesan.
8) Untuk mengetahui setiap alat berfungsi sesuai perencanaan, dilakukan
pengujian sistem aliran sampai tercapai pengukuran yang diminta dalam
perencanan seperti kapasitas pompa, kebisingan pompa (± 60 dB), tekanan
air keluar kran dia. 0,3 kg/cm2) dan lain-lain.
9) Semua pengetesan disaksikan oleh Pemberi Tugas dan akan dikeluarkan
sertifikat oleh Pemberi Tugas.

6. Testing dan Commisioning


a. Kontraktor pekerjaan instalasi akan melakukan semua testing pengukuran secara
parsial dan secara sistem, untuk mengetahui apakah seluruh instalasi yang sudah
dilaksanakaan berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
b. Semua tenaga, bahan, perlengkapan yang perlu untuk testing merupakan
tanggung jawab Kontraktor, sehingga semua persyaratan test yang dianjurkan
oleh pabrik hingga dapat dilakukan dan diketahui hasil test sesuai persyaratan
yang ditentukan.

PASAL 3

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN SISTEM AIR BERSIH

1. Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan sistem air bersih adalah sebagai berikut :
a. Tangki persediaan air bersih,
b. Pompa suplai,
c. Perpipaan,
d. Pengkabelan,
e. Panel listrik,
f. Peralatan instrumen dan pengendalian,
g. Penyambungan ke peralatan penunjang, dan
h. Penyambungan ke peralatan plambing.

223
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2. Peraturan dan Referensi


Peraturan dan referensi yang dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini antara
lain adalah :
a. Pedoman Plambing Indonesia tahun 1975.
b. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Soufyan dan Moimura).
c. National Plumbing Code Handbook, 1975.
d. PU.
e. Depnaker.
f. Depkes.

3. Peralatan Utama
3.1. Tangki Persediaan Air Bersih
a. Tangki persediaan air bersih terletak di area service basement (ground
water tank). Tangki air bawah berfungsi untuk menyediakan air untuk
kebutuhan cadangan selama 2 (dua) hari, dengan kualitas sesuai standar
Depkes RI tahun 1990.
b. Tangki harus dibuat dari konstruksi higienis dengan ketentuan sebagai
berikut.
1) Membuat kemiringan pada lantai, sehingga terjadi aliran minimum
selama 20 menit.
2) Tanpa sudut tajam.
3) Mempunyai bak pengurasan pada dasar tangki.
4) Permukaan dinding licin dan bersih.
c. Sumur hisap, untuk memperkecil volume air mati pada pipa isap pompa,
maka harus dibuat sumur hisap pada tangki air.
d. Tangki air bawah dapat dibuat dari Fiberglass Reinforced Plastic
berbentuk kubikel (siap pakai).
e. Tangki air harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut :
1) Manhole
2) Tangga
3) Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar
4) Pipa peluap dan pipa penguras
5) Indikator muka air
6) Selubung untuk laluan pipa masuk, pipa isap, pipa penguras, kabel,
dan sebagainya
f. Sistem Pengendalian
1) Muka air dalam tangki atas mengendalikan pompa pemindah.

224
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2) Pompa akan hidup pada saat air turun mencapai muka air tertentu.
3) Pompa akan mati bila muka air sudah mendekati tepi pipa peluap.

3.2. Pompa Transfer


a. Pompa pemindah berfungsi untuk memindahkan air dari tangki air bawah
ke tangki air atas.
b. Sistem pompa pemindah sekurang-kurangnya terdiri dari 2 ( dua ) pompa.
c. Pompa pemindah akan bekerja otomatis oleh level switch yang dipasang
di tangki bawah maupun tangki atas.
d. Setiap pompa pemindah antara lain terdiri dari :
1) Pompa centrifugal end suction lengkap dengan motor.
2) Inlet dan outlet headers.
3) Katup-katup inlet dan outlet.
4) Check valve anti pukulan air.
5) Inlet strainers.
6) Panel daya dan pengendalian.
7) Level switch untuk ON/OFF,
8) Level switch untuk proteksi pompa.
9) Pengkabelan.
10) Penunjuk tekanan pada inlet dan outlet pompa.
11) Dudukan pompa.
e. Pengaturan pompa adalah sebagai berikut.
1) Pompa akan bekerja apabila muka air di tangki atas turun mencapai
level L dan akan stop apabila muka air naik sampai level H.
2) Semua pompa akan tiba-tiba berhenti apabila muka air di tangki
bawah turun sampai level LL.

3.3. Pompa Booster/Distribusi


a. Pompa Booster berfungsi untuk mengalirkan air ke alat- alat plambing
pada lantai-lantai yang membutuhkan, dan harus mampu menjaga
tekanan air di dalam pipa pada setiap lantai merata.
b. Pompa Booster harus mampu memasok kebutuhan air kepada pemakai
setiap variasi laju aliran pada setiap saat secara otomatis.
c. Setiap boster pump harus mempunyai sekurang-kurangnya terdiri dari 2
pompa dan paling banyak 4 pompa yang bekerja pararel sedangkan laju
aliran masing-masing pompa dalam berdasarkan standard pabrik perakit
booster pump.

225
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Peralatan kendali, untuk laju aliran sampai dengan 40 m3/jam boleh


mempergunakan Pressure Control System.
e. Setiap booster pump antara lain terdiri dari peralatan sebagai berikut.
1) Pompa centrifugal end suction lengkap dengan motor.
2) Tangki tekan dengan tipe membran.
3) Inlet dan outlet header.
4) Katup-katup inlet dan outlet.
5) Check valve anti pukulan air.
6) Inlet strainers per pompa.
7) Panel daya dan pengendalian.
8) Pressure switch/flow monitor switch.
9) Pressure gauges pada inlet dan oulet pompa.
10) Pengkabelan.
11) Dudukan pompa.
f. Pengaturan pompa pada sistem pressure control.
1) Pompa pertama bekerja apabila tekanan air di jaringan turun sampai
ambang batas L pada pressure switch (PS 1).
2) Pompa kedua bekerja apabila tekanan air di jaringan masih turun
sampai ambang batas L pada pressure switch (PS 2) dan seterusnya.
3) Pompa pertama, kedua, dan seterusnya berhenti apabila tekanan air
di jaringan pemakai naik sampai ambang batas H di PS1, PS2, dan
seterusnya.
4) Penentuan daerah kerja pompa juga ditentukan oleh kurva pemilihan
pompa yang akan dipakai.
5) Pompa yang sedang bekerja dapat tiba-tiba berhenti apabila muka air
di tangki hisap turun sampai batas LL, dan akan kembali normal
apabila muka air naik sampai batas “L”.

4. Pompa Suplai (Deep Well)


4.1. Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan deep well adalah sebagai berikut.
a. Mengurus semua izin terkait yang diperlukan.
b. Pembuatan sumur dalam dan pengujiannya.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian pompa sumur dalam.
d. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian pengkabelan.
e. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian panel listrik.
f. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian peralatan instrumen dan kontrol.

226
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

g. Penyambungan ke semua peralatan penunjang.


h. Penyambungan ke semua peralatan pemakai.
i. Pembuatan shop drawings.
j. Pembuatan as built drawings.

4.2. Peraturan dan Referensi


Peraturan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini antara lain :
a. Peraturan dan persyaratan yang dikeluarkan oleh PAM maupun Direktorat
Geologi.
b. Peraturan dan persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja.
c. Peraturan dan persyaratan teknis yang terkait sebagaimana ditentukan di
RKS untuk Pekerjaan Sistem Plambing.

4.3. Perizinan
a. Izin Usaha
Kontraktor sumur bor harus mempunyai surat izin perusahaan pengeboran
air tanah yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan
Departemen Pertambangan dan Energi, SIPP di wilayah setempat dan
izin-izin lainnya yang diwajibkan.
b. Izin Pengeboran
Kontraktor harus mengurus semua perizinan pengeboran air tanah. Biaya
pengurusan dan biaya perizinan dibebankan kepada Kontraktor.

4.4. Peralatan Utama


a. Peralatan Pengeboran
Peralatan pengeboran yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan
pengeboran harus mempergunakan mesin bor yang memadahi dan sesuai
dengan rekayasa, konstruksi, dan keadaan tanah.
b. Sumur Dalam
1) Sebelum memulai pengeboran, pemborong harus menyampaikan
gambar kerja kepada Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk mendapat
persetujuan yang menunjukkan letak sumur maupun konstruksi
pengeboran.
2) Setiap sumur harus mampu mengeluarkan air sebanyak 12 m3/jam
dan 240 m3/hari.
3) Kedalaman sumur diperkirakan 150 meter.
4) Konstruksi sumur dibuat sekurang-kurangnya sebagai berikut.

227
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

a) Pipa jambang 150 mm sedalam 60 meter, 10 meter bagian luar


atas dicor beton, agar air kedalaman ini tidak masuk ke sumur.
b) Pipa naik 100 mm sedalam 90 meter dari ujung jambang, di
sebelah luarnya diisi koral/pasir cuci.
5) Bahan pipa dan saringan sebagai berikut.
a) Pipa jambang dan pipa naik menggunakan galvanized steel pipe
(GSP) BS 1387 class medium.
b) Jumlah pipa saringan yang menggunakan stainless steel 304,
ukuran pipa 100 mm, ditetapkan oleh Direktorat Geologi Tata
Lingkungan (minimal 3 buah).
6) Batu karang
a) Bila pengeboran menembus batu karang di daerah pipa naik
maka di luar pipa naik setebal batu karang harus dicor beton agar
sumber air yang melalui batu karang tidak diambil.
b) Bila pengeboran menembus batu karang pada bagian ujung
sumur, maka lubang pada batu karang harus ditutup kembali
dengan beton cor, dan ujung sumur akan berhenti di atas batu
karang.

4.5. Testing dan Commisioning


a. Kontraktor harus melakukan pengujian lengkap antara lain :
1) Pengujian debit dan penurunan muka air (drawdown test).
2) Pengujian pemulihan kedalaman muka air (recovery test).
3) Pengujian terus menerus 3 kali dalam 24 jam.
4) Pengujian kualitas air oleh laboratorium.
5) Pengujian yang diwajibkan oleh instansi Pemerintah yang berwenang.
Selain pengujian di atas, Kontraktor harus melakukan pengujian yang
diwajibkan oleh instansi Pemerintah yang berwenang. Semua peralatan
uji, sumber daya dan biaya uji dibebankan kepada Kontraktor.
b. Peralatan Uji
Peralatan uji yang digunakan harus dapat diandalkan, sudah ditera dan
mudah dibaca secara terus menerus, peralatan uji tersebut antara lain :
1) Pengukur debit, dengan meter air putar dan meter air Venturi/
2) Penduga permukaan air, dengan membran tekan atau sistem
elektroda lampu listrik arus lemah.
c. Rekayasa

228
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Serah terima pekerjaan harus disertai rekayasa sebagai berikut.


1) Gambar sumur terpasang secara detail.
2) Seluruh laporan hasil pengujian.
d. Perlengkapan Sumur Dalam
Sumur dalam harus mempunyai kelengkapan antara lain :
1) Vent sumur
2) Katup pengatur
3) Katup penahan aliran balik
4) Manometer
5) Katup pelepas udara otomatis

5. Spesifikasi Perpipaan
Lihat “Spesifikasi Perpipaan”

6. Sand Filter
a. Sand filter berfungsi meningkatkan mutu air.
b. Backwash (pencucian filter) harus dilakukan setiap hari selama 5 menit sampai 10
menit, pada saat beban pemakaian air surut.
c. Filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure tyoe, multi media
automatic/manual backwash.
d. Laju aliran maksimum adalah 10 m2/m2/jam.
e. Bahan tangki terbuat dari wound polyester sedangkan screen terbuat dari bronze
atau stainless steel.
f. Filter terdiri dari :
1) Tangki termasuk screen
2) Filter media
3) Valves
4) Interconnecting piping
5) Instruments
6) Life indicator
g. Kapasitas sand filter 0,3 m3/menit.
h. Perpipaan

7. Carbon Filter
a. Carbon filter berfungsi menghilangkan bau yang terdapat di dalam air.
b. Backwash (pencucian filter) harus dilakukan setiap hari selama 5 – 10 menit,
pada saat beban pemakaian air surut.

229
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

c. Filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure type, multi media
automatic/manual backwash.
d. Laju aliran maksimum adalah 10 m2/m2/jam.
e. Bahan tangki terbuat dari wound polyester sedangkan screen terbuat dari bronze
atau stainless steel.
f. Filter terdiri dari :
1) Tangki termasuk screen
2) Filter media
3) Valves
4) Interconnecting piping
5) Instruments
6) Life indicator
g. Kapasitas sand filter 0,3 m3/menit.
h. Perpipaan

8. Skedul Peralatan Air Bersih


a. Pompa Transfer ( CR-5-11 )
Speed For Pump Data : 2899 rpm
Rated Flow : 200 lpm
Rated Head : 32 m
Head Max : 40 m
Rated Power –P2 : 3,5 KW
Mains Frequency : 50 Hz
Rated Voltage : 3 x 220-240 D/380-415 Y V
Rated Current : 7,70/4,45 A

b. Roof Tank
Tipe : Cylinder
Kapasitas : ... m3
Tekanan :-
Material : FRP

c. Septic Tank ( Anaerobic Biological Filtration )


Tipe :-
Kapasitas : … m3
Olahan System : … m3/ Day

230
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

PASAL 4
PEKERJAAN TANKI AIR BERSIH

1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Tanki Air Bersih yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan dan
pemasangan Tanki yang dipakai untuk penampungan air bersih yaitu Tanki
bawah (Ground Tank) dan Tanki Atas (Tower Tank) beserta peralatan dan alat-
alat bantu pendukung instalasi.
b. Pekerjaan Tanki Air Bersih yang dimaksudkan disini hanya berlaku pada tanki
fiber. Sedang spesifikasi detail pekerjaan instalasi tanki beton (concrete)
dijelaskan dalam bab pekerjaan structure.
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a. Didalam melaksanakan Pekerjaan Instalasi Tanki Air Bersih, Konsultan
MK/Pemborong harus juga memperhatikan pekerjaan mekanikal yang
berhunbungan dengan instalasi plumbing dan sistemair bersih.
b. Selain itu Konsultan MK/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan lain
yang terkait diluar Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
 Pekerjaan Elektrikal.
 Pekerjaan Structure.
 Pekerjaan Arsitek dan Interior.
 Pekerjaan Sipil dan Landscape.

1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan tanki air bersih mengacu pada standart-
standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
– SNI : Standart Nasional Indonesia
– Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.

2. Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem
a. Tanki Bawah (Ground Tank) dipakai tanki penampung air bersih dari air baku
yang berasal dari air PDAM dan atau air sumur dangkal dan atau air sumur
dalam diletakkan di bawah/samping gedung di atas tanah. Sedang Tanki Atas
dipakai sebagai tanki penampung air bersih sebelum didistribusikan ke pemakai,
diletakkan diatas Roof dan atau Tower.

231
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Berkaitan dengan fungsi tersebut, selain pipa inlet dan pipaoutlet, maka tanki di
fasilitasi dengan pipa by pass, pipa overflow, pipa drain, pipa ventilasi, ladder
(internal dan external) dan peralatan bantu lainnya untuk mempermudah operasi
dan maintenance tanki
c. Selain fungsi tanki sebagai tanki penampungan air bersih, juga di pergunakan
sebagai perletakan fungsi kontrol operasi pompa berkaitan dengan penempatan
floating valve untuk penutupan aliran air masuk dan atau elektrode yang
terendam dalam air
2.2. Persyaratan Material
a. Material Tanki Ground Tank
Spesifikasi pekerjaan ini disyaratkan dalam pekerjaan structure. Beberapa hal
yang berkaitan dengan pekerjaan mekanikal adalah sebagai berikut.
 Material: Concrete , underground.
 Kapasitas: sesuai schedule
 Service: Manhole, Ladder, pipe outlet, pipe inlet, bypass pipe, and venting
pipe.
b. Material Tanki Roof Tank atau Tower Tank
– Roof/Tower Tank
 Bahan baku : dari Polyethylene (HDPE-High Density Poly
Ethylene) berkualitas tinggi
 Thickness : sesuai ketentuan pabrikan
 Kapasitas : sesuai schedule
 Pipe Connection : Flange connection
 Service : Manhole, Ladder, pipe outlet, pipe inlet,drain pipe,
overflow pipe, bypass pipe, and venting pipe.
 Structure Support : sesuai ketentuan pabrikan
 Base Frame : Concrete Structure
 Foundation : Concrete Structure
 Standart SNI, ISO, FDA
 Diakui oleh FDA ( Food and Drugs Administration), tidak berbau, tidak
beracun dan tidak mengubah rasa makanan maupun minuman.

2.3. Persyaratan Pelaksanaan


a. Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi tanki air bersih harus memenuhi
persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan
mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi tanki air bersih

232
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

sejenis. Selain itu Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan prosedure


pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material, Gambar Kerja,
Prosedure Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing dan K3 dalam
persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal.
b. Pemasangan Tanki Air Bersih
– Pemasangan Tanki mengikuti prosedur pemasangan dari pabrikan.
Konsultan MK/Pemborong mengajukan prosedur untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan MK atau Management Kontruksi sebagai
pedoman pelaksanaan di lapangan.
– Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan tanki adalah
sebagai berikut :
 Tanki Fiber duduk pada base frame dan atau pondasi tanki dalam posisi
rata dan pada level yang sama.
 Pipa terpasang di tanki.dengan posisi disesuaikan dengan gambar
rencana. Untuk ground tank terbuat dari Concrete, posisi pipa harus di
tetapkan secara pasti, untuk pemasangan sleeve pipa saat pembuatan
tanki.
 Pipa ventilasi dipasang pada bagian atap tanki. Ukuran dan
jumlah pipa ventilasi disesuaikan dengan kapasitas tanki.
 Untuk tanki FRP (Fiberglass Reinforced Panel), tangga (ladder) terdiri dari
tangga internal dan external. Kedua tangga (Ladder) dipasang mendekati
manhole. Hal ini untuk memudahkan pelaksanaan operasional dan
monitoring tanki.
 Kabel Elektrode dipasang di dalam konduit atau ladder tertutup, untuk
menjaga keamanan dan keselamatan operator diletakkan pada tanki
tanpa menggangu operasional diletakan tanki. Sedang elektode dipasang
dekat ladder untuk memudahkan setting dan operasional elektrode.
 Pelaksana/Kontraktor bertanggung-jawab atas pelaksanaan teknis di
lapangan terhadap semua penyambungan (tapping) peralatan pendukung
diatas dan pemasangan material yang melekat di tanki terhadap resiko
kebocoran.
c. Test dan Cominisioning
– Pelaksanan Test dan Cominisioning dilakukan pada setiap tanki tanki air
bersih secara individual.
– Pipa outlet, pipa by pass, pipa drain dan pipa overflow terlebih
dahulu ditutup rapat dengan menggunakan blind flange atau dop.

233
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

– Test dan Cominisioning dilakukan pada mengisi air bersih ke dalam tanki
sampai penuh (kapasitas maximal tanki) dan air tergenang selama 24 jam
tanpa terjadi penurunan level air dalam tanki.
– Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan disinfeksi dan pembilasan
terhadap tanki air bersih dengan larutan chlorine yaitu :
 Diisi larutan chlorine yang mengandung 50 ppm, dan dibiarkan selama 24
jam sebelum dibilas dan digunakan atau dipakai kembali.
 Diisi larutan chlorine yang mengandung 200 ppm, dan dibiarkan selama 1
jam sebelum dibilas dan digunakan kembali.
 Setelah 24 jam seluruh pipa tersebut harus dibilas dengan air bersih
sehingga chlorine tidak lebih dari 0,2 ppm.
3. Jaminan dan Garansi
3.1. Jaminan Pekerjaan
a. Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam pekerjaan.
Material harus berasal oleh Pabrik untuk merek material atau agen resmi yang
dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan atau agen resmi tersebut harus
berdomisili di Indonesia.
b. Pelaksana/Pemborong harus menjamin keseluruhan pekerjaan instalasi tanki
mekanik beserta peralatan pendukungnya. Jaminan ini tertuang dalam Berita
Acara Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Konsultan MK.
c. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance
terhadap peralatan utama dan peralatan pembantu sisteminstalasi tanki setelah
serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun waktu yang
telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek:
3.2. Garansi dan Spare Part
a. Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Garansi Tanki Air Bersih dan
peralatan bantu selama 1 tahun yang diberikan oleh penyedia/supplier material
pendukung lainnya kelengkapan dokumen serah terima pekerjaan.
b. Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari agen
tunggal atau dari distributor yang berdomisili di Indonesia yang ditunjuk oleh
pabrik.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a. Serah Terima Pekerjaan instalasi Tanki Air Bersih merupakan bagian dari Serah
Terima Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan di pekerjaan/proyek ini.
Prosedur Serah Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan dengan
peraturan yang berlaku di pekerjaan/proyek ini.

234
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan


Tanki Air Bersih dengan persetujuan Konsultan MK..

PASAL 5
PEKERJAAN SUMUR DALAM

1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Sumur Dalam yang dimaksudkan disini pekerjaan pembuatan sumur
dalam (deep well) meliputi pekerjaaan survey, persiapan, pengeboran,
pemasangan pipa jambang, dan konstruksi sumur.
b. Pekerjaan sumur merupakan pekerjaan kontrak air. Pemborong/ Kontraktor
berkewajiban melaksanakan pekerjaan sehingga didapatkan sumber air yang
dapat memenuhi kebutuhan pemakaian air. Akibat kesalahan pengambilan titik
pengeboran sehingga tidak diketemukan kapasitas air yang diinginkan menjadi
tanggung jawab Pelaksana/Kontraktor. Selain itu kapasitas air yang diambil harus
menyesuaikan ketetuan dalam perijinan dari Dinas Pertambangan setempat.
c. Melaksanakan proses perizinan pengeboran sumur dan pemakaian air tanah ke
Departemen Pertambangan setempat.
d. Selain itu sumur dilengkapi dengan bak atau rumah pompa yang berfungsi
sebagai tempat kontrol operasi dan melindungi pompa dan panel control
terhadap air hujan, air banjir, panas dan pengaruh iklim sekitar. Pekerjaaan ini
juga termasuk dalam lingkup pekerjaan sumur dengan memperhatikan
persyaratan pekerjaan structure den landscape.
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a. Didalam melaksanakan Pekerjaan Sumur Dalam, Pengawas /Pemborong harus
juga memperhatikan pekerjaan mekanikal yang berhubungan dengan instalasi
plumbing pekerjaaan pompa sumur dalam dan intalasi sistem air bersih.
b. Selain itu Pengawas/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan lain yang
terkait diluar Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
 Pekerjaan Elektrikal.
 Pekerjaan Structure.
 Pekerjaan Landscape.
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan sumur mengacu pada standart- standart
dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :

235
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 SNI : Standart Nasional Indonesia


 SNI 19-6768-2002, Tata cara pemasangan perpipaan besi daktil dan
perlengkapannya.
 Kep. Men. Kesehatan 907/Menkes/SKNII/2002.
 Peraturan Dinas Pertambangan setempat.
 AMDAL : Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.
 Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.

2. Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem
a. Sumur Dalam (Deep Well) sebagai penyedia air bersih yang merupakan air tanah
diambil pada kedalaman lebih dari 50 meter. Kedalaman air tanah yang
berdasarkan perletakan pipa saringan sumur di aquifer atau zona jenuh.
b. Sumur berfungsi sebagai penyedia air baku yang berasal dari air tanah. Air baku
diharapkan memenuhi standart air bersih yang dipakai untuk memenuhi
kebutuhan air bersih pengguna gedung. Berkaitan dengan hal tersebut
Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan test analisa air sumur ke instansi
yang berwenang untuk menentukan kelayakan sebagai air bersih.
2.2. Persyaratan Material
a. Pipa Jambang
 Pipa Jambang : Galvanized Steel Pipe, Medium Class, 10 kg/cm2. Standard :
SNI 0039-87/BS, 1387-67.
 Fittings : Flange connection, Steel Butt-Weld, 16 kg/cm2.
 Standard : SNI, ANSI.
b. Saringan Pipa Sumur (Well Screen pipes)
 Material : Rod and warp contruction. Rod : wire, Triangular wire
or wedge wire.
 Wire : triangular wire or wedge wire.
 Length : 3 meter.
 Lobang : slot  1 mm x 45 mm.
 Jumlah : 3 buah / menyesuaikan panjang aquifer.
 Ukuran wire & warp : sesuai standart pabrikan.
c. Material Pendukung
 Gravel : dia 2 - 3 mm.
 Semen, Pasir, dan material pendukung lainnya disesuaikan dengan kontruksi

236
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

sumur terhadap daerah setempat.


 Kawat Las, Cat, dan material pendukung Iainnya yang disyaratkan dalam
Pekerjaan Plumbing.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi sumur dalam harus memenuhi
persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan
mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi sumur dalam
sejenis. Selain itu Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan prosedure
pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material, Gambar Kerja,
Prosedure Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing dan K3 dalam
persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal.
b. Pekerjaan Survey
 Sebelum menentukan lokasi pengeboran, Pengawas/Pemborong harus
melakukan survey di lapangan untuk menentuakan titik pengeboran. Hasil
survey dilaporkan kepada Pengawas atau Management Kontruksi untuk
persetujuan titik pengeboran.
 Penentuan titik pengeboran untuk sumur dalam ditentukan berdasarkan data
hasil geoelectric test. Test ini merupakan test survey penyelidikan terhadap
lapisan tanah dengan menggunakan metode pengukuran hambatan listrik
(electrical resistivity).
 Titik pemboran harus berjarak minimum 10 meter dengan bidang tangki
septik, atau resapan air buangan, resapan air tanah atau lubang galian untuk
sampah, atau unit-unit penampung dan atau pengolah terbuka yang dapat
mencemari kondisi air tanah yang akan diambil.
c. Pekerjaan Persiapan
 Pelaksanaan pekerjaaan persiapan dengan pebuatan kolam
penampung/sirkulasi air dan kolam pemeriksaan lumpur dan lapisan tanah.
Pembuatan kolam ini harus memperhatikan kondisi sekitar sehingga tidak
mengganggu Iingkungan sekitar.
 Mobilisasi Alat dilanjutkan pemasangan peralatan utama dan peralatan
pendukung untuk pengeboran.
 Pelaksana/pemborong pekerjaan sumur bertanggung jawab atas kebersihan
dan pengembalian kondisi tanah/lanscape dikarenakan pekerjaan kolam,
mobilisasi dan demobilisasi alat.
d. Pekerjaan Pengeboran
 Kedalaman Pengeboran adalah berkisar 150 meter sampai dengan 200 meter.

237
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

 Diameter lubang pengeboran disesuaikan dengan penempatan pipa jambang


yang akan dipasang.Untuk penempatan pipa jambang/Upper casing Ø 6",
pipa penahan tanah Ø 8", maka lubang pengeboran adalah Ø 10" dengan
kedalaman sesuai dengan gambar. Untuk menempatkan pipa riser Ø 4", pipa
penahan tanah Ø 6", maka lubang pengeboran adalah Ø 8" dengan kedalaman
sesuai dengan gambar rencana.
 Pelaksana/Kontraktor mengajukan metode pelaksanan pengeboran : drilling
dan reaining untuk diinintakan persetujuan Pengawas atau Management
Kontruksi.
 Pelaksana pengeboran harus membuat sample tanah pada setiap 1 meter
dalam pengeboran, dan selalu mencatat jenis lapisan tanah.
 Pemompaan diteruskan untuk membersihkan lubang sumur sampai air
kurasan yang keluar tidak mengandung lumpur lagi
e. Pekerjaan Instalasi Sumur
 Ukuran pipa jambang yang akan dipasang untuk kontruksi sumur disesuaikan
dengan gambar rencana dan memperhatikan diameter pompa yang akan
dipasang.
 Pemasangan pipa jambang harus center terhadap lubang
pengeboran.Pelaksana /Pemborong harus membuat penyenter (centralizer)
untuk menjaga posisi pipa jambang pada posisi center dengan mempehatikan
rongga antara pipa jambang dan sisi dalam pengobaran bisa dilakukan
pengisian material bantu : pasir dan gravel. Sambungan pipa antara pipa Ø 6"
dan Ø4", dengan menggunakan reducer 6" x 4". Ujung pipa jambang ditutup
dengan dop atau penutup baja..
 Pada setiap lapisan Aquifer dipasang saringan dari bahan stainless steel Ø 4"
dengan panjang setiap saringan sumur 3 meter dan banyak saringan minimal
3 buah yang dirangkai dengan pipa jambang. Untuk pengamanan saat
pemasangan dan operasional filter perlu dipasang penyenter dan batang
pengaman yang dipasang memanjang terhadap saringan dan dilas pada pipa
jambang atas filter dan pipa jambang bawah filter.
 Pada setiap penempatan saringan di lapisan aquifer, antara saringan dan
lubang bor disetor kerikil/gravel halus (Ø 2-3 cm) yang telah dicuci bersih
disekitar saringan sampai seluruh lapisan terisi kerikil. Sedang untuk daerah
lainnya, antara pipa dan lubang bor diisi dengan pasir.
f. Pekerjaan Bak Kontrol dan atau Rumah Pompa
 Pekerjaan Bak Kontrol dan atau Rumah Pompa dilaksanakan oleh

238
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Pemborong/Kontraktor pekerjaaan instalasi sumur dengan memenuhi


persyaratan yang di telah diisyaratkan dalam pekerjaan structur dan
lanscape.
 Bak Kontrol mempunyai ukuran tertentu yang dapat dipergunakan untuk
meletakan peralatan instalasi pipa dan memudahkan operasional. Bak ini
terbuat dari beton bertulang dan tutup dari caquerplate steel. Detail bak
seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
 Rumah Pompa diartikan disini sebagai area lokasi deepwell yang terbatasi
oleh pagar dan atau rumah pompa yang tertutup. Pembuatan Rumah Pompa
ini dimaksudkan untuk mempermudah operasi dan maintenace instalasi
sumur dan pompa.
g. Test dan Cominisioning
 Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan test dan cominisioning terhadap
instalasi sumur. Hasil test dan cominisioning dipakai acuaan untuk
menentukan posisi saringan sumur dan kedalaman/posisi pompa.
 Logging test dilaksanakan untuk melihat kondisi area jenuh (saturated zone)
dalam lobang pengeboran dengan menggunakan metode pengukuran
hambatan listrik (electrical resistivity). Grafik hasil test ini disejajarkan dengan
perimetri lapisan tanah yang telah tercatat saat pengeboran.
 Pumping Test dan Draw Down Test dilaksanakan untuk mengetahuhi
kapasitas sumber air sumur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Test ini
adalah :
 Pengujian kapasitas air (min 150 ltr/menit) yang dihasilkan selama 3 x 24
jam secara terus menerus. Pengukuran kapasitas air dilakukan dengan
metode V-notch weir, atau metode yang telah disetujui oleh Pengawas
atau SUPERVISI.
 Pencatatan Static Water Level, Dynainic Water Level dan Drawn Down
Water Level.
 Periode pencatatan (recording) seluruh test ini di mintakan persetujuan
oleh Pengawas atau SUPERVISI.
 Pengujian terhadap kwalitas air tanah perlu dilaksanakan
Pelaksana/Pemborong. Hasil Analisa Air di keluarkan oleh Instansi yang
berwenang atau badan yang telah disetujui Pengawas atau
SUPERVISIsebagai parameter untuk menentukan kelayakan air tanah
dipakai sebagai air bersih.
 Pelaksana/Pemborong harus membuat Laporan Pengeboran dan Instalasi

239
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Sumur dengan melampirkan Hasil test dan cominisioning.

3. Jaminan dan Garansi


3.1. Jaminan Pekerjaan
a. Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam pekerjaan.
Material harus berasal oleh Pabrik untuk merek material atau agen resmi yang
dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan atau agen resmi tersebut harus
berdomisili di Indonesia.
b. Pelaksana/Pemborong harus menjamin keseluruhan pekerjaan instalasi sumur
dalam beserta peralatan pendukungnya. Jaminan ini tertuang dalam Berita Acara
Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Pengawas Mekanikal atau Konsultan MK.
c. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance
terhadap peralatan utama dan peralatan pembantu instalasi sumur dalam setelah
serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun waktu yang
telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek.
3.2. Garansi dan Spare Part
a. Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Garansi kapasitas sumber air dalam
sumur dan konstruksi sumur selama 1 tahun sesuai yang disyaratkan (min 150
liter/menit).
b. Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari
pelaksana pekerjaan sumur.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a. Serah Terima Pekerjaan Instalasi Sumur merupakan bagian dari Serah Terima
Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan di pekerjaan/proyek ini. Prosedur Serah
Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan dengan peraturan yang
berlaku di pekerjaan/proyek ini.
b. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
Instalasi Sumur dengan persetujuan Pengawas Mekanikal atau SUPERVISI.

PASAL 6
PEKERJAAN INSTALASI PEMADAM KEBAKARAN

1. Persyaratan Umum

1.1. Material
Dalam memasukkan penawaran, Pemborong wajib melampirkan hal-hal berikut
ini dengan jelas :

240
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

a. Melampirkan keterangan dari merk, type, data-data teknis yang penting dari
item-item peralatan seluruhnya dari yang ditawarkan pada lembar kertas
tersendiri, pada dokumen penawaran.
b. Melampirkan brosure, minimum 1 (satu) set asli dari setiap item unit yang
ditawarkan.
c. Pada brosure tersebut spesifikasi teknis yang terkait terhadap peralatan terpilih
harus diberi tanda dengan stabilo, misalnya, kapasitas, pemakaian daya, kurva
performansi, part load, performansi, kondisi, performansi kebisingan dan vibrasi,
berat operasi, dimensi dan lainnya, sehingga dapat diketahui secara
jelas/detail kondisi unit terpilih.
d. Mengisi Daftar Isian material yang ditawarkan sesuai dengan Form Daftar Isian
yang disertakan pada buku RKS yang tersebut di bawah.
Setiap kekurangan dari butir-butir a s/d d di atas akan mengurangi penilaian evaluasi
atas Penawaran Pemborong di mana bobot penilaian akan hal-hal tersebut di
atas sangat menentukan dalam evaluasi penawaran.
Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru dan
bebas dari defective material, improper material dan menjamin terhadap kualitas atau
mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti dengan
yang sesuai dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) minggu setelah ditanda-
tangani berita acara penerimaan barang.
Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian atau penolakan material/peralatan
menjadi tanggungan /beban Kontraktor.
1.2. Gambar-gambar dan Spesifikasi
Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan-perencanaan ini merupakan satu
kesatuan dan tidak dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau
peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik, dimana hal
tersebut tidak dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan atau spesifikasi
perencanaan ini, tetapi bagian pekerjaan atau peralatan tersebut merupakan satu
kesatuan sistem maka Kontraktor harus tetap melaksanakan dan pengadakan
peralatan/material/bahan dari bagian pekerjaan atau peralatan tersebut tanpa ada
biaya tambahan.
1.3. Gambar-gambar Perencanaan
- Gambar-gambar rencana yang termasuk lingkup pekerjaan fire fighting dalam
Dokumen Tender ini adalah gambar-gambar dengan nomor kode gambar FF.
- Pemborong wajib memeriksa design terhadap kemungkinan kesalahan/
ketidakcocokan baik dari segi besaran-besaran diameter pipa maupun

241
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

pemasangan dan lain-lain. Hal-hal diatas harus disampaikan dalam bentuk


tertulis atau gambar pada waktu penjelasan tender/aanwijzing. Di dalam gambar-
gambar perencanaan ini tidak dimaksudkan untuk menunjukan semua pipa-pipa,
fitting-fitting, katup-katup dan fixture secara terperinci. Semua bagian-bagian
tersebut diatas walaupun tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik
tetapi merupakan kelengkapan sistem atau instalasi maka pekerjaan tersebut
harus disesuaikan dan dipasang oleh Kontraktor agar instalasi ini lengkap dan
dapat bekerja dengan baik sesuai dengan pelaksanaan yang wajar.
1.4. Gambar-gambar Kerja
Gambar-gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu berada di lapangan (site).
Termasuk perubahan-perubahan atau usulan-usulan dan lain sebagai-nya. Selama
pelaksanaan instalasi ini berjalan, Kontraktor harus memberikan tanda-tanda dengan
pensil/tinta merah pada set gambar atas segala perubahannya, penghapusan atau
penambahan pada instalasi tersebut, gambar kerja harus dibuatkan pemborong
sejumlah 1(satu) set kalkir 3(tiga) set blue print.

1.5. Gambar Pelaksanaan


Sebelum kontraktor melakukan pemasangan instalasi, kontraktor harus membuat
gambar instalasi secara mendetail (shop drawing) untuk disetujui oleh Direksi, juga
harus menyerahkan Gambar Pelaksanaan (As Built Drawing) yang meliputi denah,
instalasi yang terpasang, detail pemasangan, detail peralatan dari seluruh instalasi
diatas/ digambar di kertas kalkir. Pelaksanaan pemasangan harus memenuhi syarat-
syarat yang umum berlaku baik standard nasional maupun standard internasional. As
built drawing dibuatkan sejumlah 1 (satu) set kalkir 3 (tiga) set blue print.
1.6. Contoh-contoh Barang
Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan, kepada MK atau brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan menunggu
persetujuan dari MK sebelum alat-alat tersebut dipasang.
Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor
penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong/ Kontraktor.
Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa dipakai
oleh MK, maka Pemborong harus mengangkut bahan-bahan tersebut ke luar
lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, harus sudah tidak ada dilapangan
1.7. Tenaga Pelaksanaan
Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh orang/tenaga-tenaga ahli
dalam bidangnya (Skilled Labour), agar dapat memberikan hasil kerja yang terbaik

242
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

dan rapi.Untuk pelaksanaan khusus, Pemborong harus memberikan surat pernyataan


yang membuktikan bahwa tukang-tukangnya yang melaksanakan pekerjaan tersebut
memang mempunyai pengalaman dan kecakapan.
1.8. Pengamanan
Kontraktor bertanggung jawab atas pencegahan bahan/peralatan-peralatan untuk
instalasi ini dari pencurian atau kerusakan. Bahan-bahan/peralatan-peralatan yang
hilang atau rusak harus diganti oleh Kontraktor tersebut tanpa tambahan biaya.
1.9. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemborong diwajibkan mengadakan koordinasi
dengan Pemborong lain yang mengerjakan pekerjaan AC, Plumbing, struktur,
elektrikal, interior dan sebagainya, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan-
kesalahan dalam pemasangan dapat diperkecil/dihilangkan.
1.10. I z i n
a. Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk
melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Pemborong atas tanggungan dan
biaya Pemborong.
b. Semua pemeriksaan, pengujian laik pakai dari Dinas Pemadam Kebakaran (DPK)
dan lain-lain beserta keterangan-keterangan resminya yang mungkin diperlukan
untuk pelaksanaan instalasi ini harus dilakukan oleh Pemborong atas tanggungan
dan biaya Pemborong.
c. Pemborong harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang
dipatentkan, kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlu-kan
untuk ini. Pemborong wajib menyerahkan surat pernyataan mengenai hal ini.
d. Pemborong harus menyerahkan izin atau keterangan resmi dari pihak yang
berwajib yang diperolehnya mengenai instalasi proyek ini kepada MK, Konsultan
atau pihak yang ditunjuk untuk ini.
1.11. Korelasi Pekerjaan
a. Semua pekerjaan galian dan penimbunan yang akan dilakukan oleh pihak lain
Pemborong harus memberikan data-data, ukuran-ukuran dan gambar-gambar
pekerjaan ini bilamana ada kepada pihak yang melaksanakannya.
b. Semua pekerjaan pembuatan dudukan untuk mesin dilakukan oleh Pemborong.
Pemborong harus memberikan data-data, ukuran-ukuran, gambar-gambar dan
peralatan yang diperlukan kepada pihak lain yang memerlukannya.
c. Semua penarikan kabel-kabel listrik sampai ke panel peralatan dilakukan oleh
pihak lain. Pemborong wajib memberikan data-data dan gambar- gambar yang
diperlukan kepada pihak lain yang mengerjakannya.

243
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Semua penarikan pipa air termasuk pipa air bersih, pipa dan ducting AC, rak
kabel, dll. yang tidak tercantum dalam gambar-gambar dan spesifikasi yang
dilakukan oleh pihak lain, Pemborong harus berkoordinasi dan memberikan data-
data, ukuran dan gambar-gambar kepada pihak lainnya yang mengerjakannya.
e. Semua fasilitas listrik, air, saniter darurat hendaknya diusahakan oleh Pemborong.
Pemborong harus berkoordinasi dengan pihak lainnya untuk menanggulangi
persoalan ini.
1.12. Sub Kontraktor
a. Apabila diperlukan tenaga-tenaga ahli khusus atau tenaga-tenaga pelaksana yang
ada tidak mampu melaksanakan pemasangan, penyetelan, pengujian dan lain-lain
maka Pemborong dapat menyerahkan sebagian instalasinya kepada Sub
Kontraktor lain setelah mendapatkan persetujuan MK.
b. Pemborong wajib bertanggung jawab penuh atas segala lingkup pekerjaan-nya,
baik yang dilaksanakannya sendiri maupun yang telah di sub-kontrakkan.
c. Pemberi Tugas dan MK tidak dapat dituntut bila ada gugatan sub Kontraktor
karena tidak lancarnya pembayaran yang harus diberikan oleh Kontraktor.
1.13. Pengawas Lapangan
a. Seluruh pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini harus diawasi oleh seorang
yang cukup berpengalaman. Ia bertanggung jawab penuh atas segala pekerjaan
instalasi pada proyek ini.
b. Nama, perincian pengalaman kerja, struktur organisasi Pengawas Lapangan
hendaknya diberikan oleh Pemborong kepada MK untuk dimintakan
persetujuannya.
c. Bilamana ternyata menurut pendapat pihak MK, Konsultan atau pihak yang
berwenang Pengawas Lapangan yang ditunjuk itu kurang cakap memimpin maka
Pemborong harus menggantinya dengan orang lain.
1.14. Laporan Instalasi
a. Pemborong harus memberikan contoh semua bahan-bahan yang akan
dipergunakannya kepada MK, Konsultan atau pihak yang ditunjuk untuk
dimintakan persetujuan tertulis pemasangannya.
b. Dengan mencantumkan secara lengkap merk, type, spesifikasi dari semua contoh
bahan yang diajukan.
c. Pemborong harus membuat jadwal/ schedule waktu yang terperinci untuk setiap
pekerjaannya dan diserahkan kepada MK, Konsultan atau pihak yang ditunjuk
untuk mendapatkan persetujuannya.
d. Pemborong harus mengadakan :
1. Buku Laporan Harian

244
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2. Buku Laporan Mingguan


3. Buku Laporan Bulanan
1.15. Hasil Pekerjaan
a. Pemborong harus melaporkan hasil kemajuan pekerjaannya setiap minggu serta
perbandingannya dengan jadwal yang telah tersusun.
b. Bilamana terjadi perbedaan, harus disertakan juga alasan-alasan serta cara-cara
penanggulangannya.
c. Bagi setiap tahap-tahap instalasi yang telah selesai dikerjakannya, Pemborong
harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak MK, Konsultan dan pihak yang
ditunjuk bahwa tahap instalasi ini telah selesai dikerjakan sesuai dengan
persyaratan yang ada.
d. Tahap-tahap instalasi ini ditentukan kemudian berdasarkan jadwal perincian
waktu yang diserahkan oleh Pemborong.
e. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan "trial run" sistem instalasi
ini haruslah pula dihadiri pihak MK, Konsultan, Ahli dan wakil pemberi tugas, serta
pihak-pihak lain yang bersangkutan. Untuk ini hendaklah diberikan pula sertifikat
pernyataan hasil pengujian oleh yang berwenang memberikannya.
1.16. Pembersihan Lapangan
a. Lapangan/ruangan yang dipergunakan harus setiap hari setelah selesai bekerja
dibersihkan oleh Pemborong. Pemborong hendaknya menghubungi pihak- pihak
lain untuk koordinasi pembersihan lapangan.
b. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan semua
sisa bahan pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih diperlukan selama
pemeliharaan.
1.17. Petunjuk Operasi
a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pemborong harus menyerahkan
gambar-gambar, data-data peralatan petunjuk operasi dan cara-cara perawatan
dari mesin-mesin terpasang di bawah Kontrak ini dalam bahasa Indonesia.
b. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada Pemilik sebanyak 3 (tiga) set dan
kepada Konsultan 1 (satu) set.
c. Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction Manual,
Instalation Manual, Maintenance Guide, Operating Instruction, Traoble Shooting
Instruction dan brosur-brosur harus asli.
d. Pemborong harus memberikan 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan
perawatan kepada Pemilik, hendaknya dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan
ditempelkan di dinding dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk
oleh MK.

245
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

e. Pemborong harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan


perawatannya kepada petugas-petugas teknik yang ditunjuk oleh Pemilik/ MK
secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya.
f. Kontrator harus memberikan surat garansi atas peralatan-peralatan utama kepada
Pemberi Tugas.
1.18. Surat Keterangan
Kontraktor harus memberikan Surat Keterangan/ sertifikat dari Dinas Pemadam
Kebakaran daerah yang menunjukkan bahwa unit tersebut dapat dipergunakan
terutama pada pekerjaan sistem instalasi pemadam kebakaran.

1.19. Data Suku Cadang


Kontraktor harus menjamin dengan Surat Jaminan adanya suku cadang yang mudah
diperoleh pada peralatan-peralatan yang sekiranya akan mengalami gangguan atau
kerusakan dalam waktu yang pendek, baik peralatan utama maupun peralatan
penunjang.

2. Informasi Sistem
2.1. Sistem yang diterapkan
System pemadaman kebakaran Gedung Rumah Susun pada dasarnya terbagi
menjadi 2 bagian/sistem :
a. Fire Hydrant & Fire Sprinkler System
b. Fire Suppression System.
System hydrant dan sprinkler yang akan diterapkan menggunakan system kombinasi
(Combined System) dimana sistem hydrant dan sistem sprinkler keduanya dicatu oleh
satu sistem pompa.
Sistem Fire Pumps tersebut terdiri dari 3 set pompa kebakaran :
a. Pompa kebakaran listrik (Electric Fire Pump)
b. Pompa kebakaran diesel (Diesel Fire Pump)
c. Pompa pacu listrik (Jockey Pump).
Fire extinguisher (Alat Pemadam Api Ringan – APAR) bila tidak dinyatakan lain dalam
gambar, pada dasarnya ditempatkan untuk setiap area seluas 200 m minimal 1(satu)
buah APAR .

2.2. Uraian Singkat Sistem

2.2.1.Fire Hydrant dan Sprinkler


a. Uraian Umum

246
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Gambar instalasi fire hydrant menunjukkan letak dari fire hose dan instalasi
pipingnya secara garis besar, 1 (satu) titik indoor hydrant dapat memproteksi area
maksimal untuk setiap ±800 m (ruang terbuka tanpa sekat) dan 2 (dua) titik
indoor hydrant untuk setiap ±800 m² (ruang dengan sekat). Sprinkler System Type
Wet Pipe Riser dengan Alarm Check Valve yang melayani setiap 500 kepala
Sprinkler.
b. Sistem Pompa
a). Pompa Hydrant/Sprinkler electric dari jenis Centrifugal Split Cassing dengan
performance curve yang landai sehingga pada 65 % Head nominal, tidak
kurang dari 150 % terjadi penambahan debit, dan shut off Head adalah tidak
lebih dari 140 % Rated Head.
Motor listrik mempunyai putaran yang sama dengan putaran pompa (direct
driver) dengan daya poros nominal, sesuai dengan daya poros yang
dibutuhkan pompa.
Tiap-tiap Pompa kebakaran harus lengkap dengan Fire Control Panel, base
plate dan peredam getar.
b). Jockey pump dari jenis Vertical Multistage dengan kapasitas nominal
sebagaimana ditunjukkan oleh gambar.
Pompa harus disupply lengkap dengan Fire Control Panel, base plate dan
peredam getar.
c). Pompa diesel adalah pompa dengan penggerak diesel Engine. Data dan
spesifikasi pompa sama dengan Spesifikasi Pompa Fire Electric. Diesel
engine yang digunakan dari jenis “Stationary Four Stroke Water Cooled
(Radiator) lengkap dengan Fly wheel, Tube Oil Filter, Tube Oil Cookle dan
lain-lain, Battery Charger dilengkapi dengan AMF.
Daya yang dimiliki oleh engine harus paling kurang 20 % lebih besar dari
daya maksimum yang dibutuhkan untuk menggerakan pompa kebakarannya
pada rating putaran pompa.
d). Kelengkapan pompa adalah sebagai berikut :
- Fire Control Panel
- Pressure Gauge & Pressure Switch
- Safety Valve & Flow Meter
- Anti Water Hammer Check Valve
- Flexible Joint (Standard Pressure Rating 450 psi)
- Gate (OS&Y) Valve, Strainer, Inlet Vortex

247
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- Dan kelengkapan lain yang diperlukan sesuai dengan sistem yang


digunakan.

2.3. Lingkup Pekerjaan


Lingkup Pekerjaan Fire Fighting terdiri dari pengadaan & pemasangan Sistem Fire
Hydrant dan Fire Sprinkler . Bagian-bagian pekerjaan yang menjadi Lingkup tugas
dan pelaksanaan kerja dilapangan pada paket pekerjaan Fire Fighting antara lain
adalah :
2.3.1.Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem Fire Hydrant dan Sprinkler yang
meliputi : Electric Fire Pumps, Diesel Fire Pumps tipe Centrifugal Split Cassing dan
Jockey Fire Pumps lengkap dengan Panel Kontrol, yang seluruhnya harus NFPA.20
STANDARD. Untuk Diesel Pump, harus lengkap dengan tanki BBM dan pemipaannya.
2.3.2.Pengadaan dan pemasangan peralatan dari sistem dan instalasi/pemipaan, riser,
vertikal dan horizontal pipe dari seluruh pemipaan Hydrant maupun pemipaan
Sprinkler, didalam bangunan dan diluar bangunan. Seluruh pemipaan harus Schedule
40.
2.3.3.Pengadaan dan pemasangan fixtures kebakaran seperti Fire Hydrant Box (HB),
Hydrant Pillar (HP), Seamese Connection (SC) dan unit peralatan Sprinkler.
2.3.4.Pengadaan dan pemasangan Valve-valve kebakaran seperti Main Alarm Valve,
Pressure Reducing Valve , Savety Valve , Air Realise Valve, Branch Control Valve dan
peralatan instalasi lainnya .
2.3.5.Mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan untuk mendapatkan
persetujuan bahwa Instalasi sistem Fire Hydrant dan Sprinkler dapat dinyatakan baik
dan layak pakai dari instansi PMK Pemda setempat.
2.3.6.Membuat Standard Operation and Prosedure (SOP) dari pekerjaan Hydrant &
Sprinkler dan Fire Suppression System tersebut. Mengadakan Training Operasional
kepada Team Engineering Pemilik proyek dan untuk waktu serta kesiapannya akan
ditentukan kemudian bersama Pemilik proyek/Konsultan MK.
2.3.7.Testing dan Commisioning
Mengadakan testing dan commisioning semua sistem pekerjaan yang terpasang agar
memperoleh sistem yang baik sesuai dengan syarat undang-undang dan peraturan-
peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia. Serta tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.

248
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

3. Persyaratan Teknis Khusus Pekerjaan Fire Fighting

3.1. Peraturan-peraturan/ Persyaratan


Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan-
peraturan Pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia. Selama
pelaksanaan Kontrak ini harus betul-betul ditaati. Pada umumnya peraturan-peraturan
berikut ini berkenan dengan pasal sebagai berikut :
a. SNI 03-1745-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak
dan selang pencegah bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
b. SNI 03-1735-2000 : Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
c. SNI 03-3989-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler
otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
d. SNI 03-6570-2001 : Instalasi pompa yang dipasang tetap untuk proteksi
kebakaran.
e. NFPA-13 : Standard for the Installation of Sprinkler System.
f. NFPA-14 : Standard for the Installation of Standpipe, Private Hydrant and Hose
System.
g. NFPA-20 : Standard for the Installation of Stationary Pumps for Fire Protection.
h. NFPA-2001: Standard on Clean Agent Fire Extinguishing System.
i. Satandar, acuan dan Perda dari Pemerintah dan Instansi setempat.

3.2. Material/ Bahan-bahan yang dipakai :


Fire fighting ( fire hydrant an Fire Srinkler ) BSP Sch 40, ASTM A 53.

3.3. Sistem Pemipaan


1). Sistem Penyambungan Pipa
Pipa fire fighting :
Sambungan/fitting : Pipa  40 mm ke bawah malleable iron ANSI B. 16.3 class
300 lb Screwed end, Pipa  50 mm ke atas , wrought steel Butt weld fitting
ANSI B 16.9 SCH 40. Flange:Dia. 40 mm kebawah Black malleable cast iron RF
class 300 lb, scewed,Dia. 50 mm keatas, Forged steel RF class 300 lb, welding
joint
Untuk memperkuat terhadap kebocoran, penyambungan pipa dengan ulir harus
terlebih dahulu diberi lapisan Primatone epoxy adhesive & sealants.

249
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

Sedangkan untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring dari karet secara
homogen.
2). Pemasangan Fixtures, Fitting dan sebagainya
a. Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari
kotoran yang akan mengganggu aliran atau kebersihan air, dan harus
terpasang dengan kokoh (rigit) ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
b. Semua fixtures, fitting, pipa-pipa air harus dilaksanakan dengan rapi tidak
mengganggu waktu pemasangan-pemasangan/ dinding keramik dan
sebagainya. Disamping pemasangan fixtures yang baik dan serasi, juga
harus kuat dalam kedudukannya untuk komponen, misalnya fixture, fitting
dan sebagainya. Kontraktor bertanggung jawab untuk melengkapi
komponen tersebut di dalam kelengkapan jaringan instalasi tersebut.
c. Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi/pipa induk, dipasang balok-balok
dari beton dengan campuran yang kuat dan dipasang setiap ada
sambungan pipa, tee, elbow, valve dan sebagainya.
3). Penggantung / Penumpu Pipa
a. Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat dengan penggantung atau
angker yang kokoh (rigit), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah
timbulnya getaran.
b. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur
dengan jarak antara tidak lebih dari 2,5 m.
c. Semua pipa yang melewati daerah dilokasi bangunan, dipergunakan flexible
joint untuk mencegah patahnya pipa dari pergeseran bangunan.
d. Penggantung atau penumpu pipa harus disekrup/ terikat pada kontruksi
bangunan dengan insert/ angker yang dipasang pada waktu pengecoran
beton dengan Ramset.
e. Pipa-pipa vertikal harus ditumpu dengan clem-clam dan dibuat dengan jarak
tidak lebih dari 3 m.

3.4. Valve - valve


a. Valve sampai dengan 50 adalah jenis "screwed bronze body dengan external
spendle ".
b. Valve  65 -  80 adalah jenis "bronze flanged body dengan internal screwed
spendle ".
c. Valve lebih besar 80 adalah jenis "flanged steel body dengan external spendle
yoke ".

250
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Tekanan kerja dari valve-valve harus disesuaikan dengan fungsinya, untuk


pekerjaan fire fighting digunakan valve dengan tekanan kerja minimum 450 psia
(30 bar).

3.5. Pipa Dalam Tanah


a. Galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman 60 cm untuk pipa100
ke bawah dan 80-100 cm untuk pipa 125 keatas. Dasar lubang galian harus
cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa terletak tertumpu dengan
baik. Untuk pipa-pipa air bersih dan pipa-pipa air buangan tidak boleh diletakkan
pada lubang-lubang yang sama.
b. Galian tanah harus dibersihkan dari kotoran-kotoran/puing-puing. Setelah bersih
diurug dengan pasir urug setebal  5 cm kemudian pipa dipasang dalam lubang
galian dan diperiksa oleh MK, ditimbun kembali dengan pasir urug dan tanah
bekas galian yang bebas dari puing-puing.
c. Patokan/ pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari garis
tengah pipa (as pipa) sampai ke permukaan jalan/ tanah asli atau bila tidak
supaya disesuaikan gambar rencana.
d. Syarat penyeberangan pipa yang melintasi jalan atau drainase setempat harus
sesai dengan standard pemasangan seperti yang tercantum pada gambar
perencanaan.
e. Khusus untuk pipa fire hydrant diluar bangunan (site plan) harus di coating
terlebih dahulu dengan bahan flinkote kemudian dilapis dengan jacketing yang
terbuat dari bahan karung goni.

3.6. Pengecatan
Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dilapisi dengan Tar (Tor corted) atau
coating untuk penahan Korosi. Sedangkan untuk pipa-pipa terlihat (exposed) harus
diberi tanda dengan warna atau cat yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh
MK. Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda warna/ cat
pada setiap jarak  4 m pada pipa-pipa induk begitu pula pipa-pipa pada shaft dimana
terletak pintu pemeriksaan. Sebagai patokan dipakai warna cat untuk jaringan Pipa
Hydrant dan Sprinkler berwarna Merah.

251
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4. Spesifikasi Teknis Peralatan Utama


Pompa fire fighting merupakan unit yang terdiri dari pompa pembantu, pompa utama
penggerak electric lengkap dengan Control Panel dan harus sesuai dengan standard
NFPA 20 Standard. ( lihat schedul pompa )

5. Spesifikasi Teknis Instalasi


5.1. Panel Kontrol.
Panel kontrol merupakan kelengkapan unit sistem fire fighting yang dapat mengatur
kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembantu, pompa
utama penggerak electric maupun pompa penggerak diesel. Tiap-tiap unit pompa
harus mempunyai panel kontrol sendiri-sendiri. Sistem tersebut diatur oleh panel
khusus untuk pompa pemadam kebakaran yang sesuai dengan NFPA 20 standard.
5.2. Pengaturan Fire Pump Set adalah sebagai berikut :
a. Pada jalur pemipaan utama dari setiap sistem, dipasang 3 (tiga) buah Pressure
Switch. Switch pertama akan mendeteksi penurunan tekanan air dalam pipa dan
memberikan signal ke panel kontrol pompa Jockey bila tekanan menurun
mencapai tingkat yang lebih rendah dari batas bawah pada Pressure Switch,
panel kontrol pompa Jockey akan menghidupkan pompa Jockey sampai tekanan
kembali mencapai batas atas dari Pressure Switch tersebut dan secara otomatis
panel kontrol akan mematikan pompa tersebut.
b. Bila tekanan menurun terus sampai mencapai pada switch kedua, maka panel
kontrol pompa utama akan menghidupkan pompa utama secara otomatis. Cara
mematikan pompa utama harus dilakukan secara manual.
c. Bila sumber daya dari PLN terputus, pompa kebakaran penggerak Engine akan
bekerja secara otomatis dengan triger tekanan di bawah tekanan pompa utama
penggerak listrik.
d. Daya listrik untuk pompa-pompa kebakaran disediakan melalui panel khusus yang
mendapat daya listrik dari sumber PLN dan Genset. Masing-masing dihubungkan
ke panel kontrol pompa Jockey dan panel kontrol pompa utama.
5.3. Electric Driven Fire Pumps
a. Fire Pump set harus mampu mencatu kebutuhan air pemadam kebakaran sampai
batas maksimum kemampuan pompa pada setiap saat secara otomatis.
b. Fire Pump Set harus terdiri dari satu atau lebih pompa utama dan Jockey Pump.
c. Motor Pompa harus mendapat sumber daya dari listrik ( PLN dan Genset secara
otomatis).
d. Sumber daya dari PLN harus diambil dari Switch khusus sebelum main switch.
e. Fire pump set antara lain harus terdiri dari peralatan sebagai berikut:

252
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- Jockey pump c/w Motor, Main pump c/w motor.


- Outlet Header, Inlet and Outlet Valve ,
- Check valve against water hamer, Inlet Strainer.
- Power and controle panel , Pressure switch, pressure gauge.
- Flexible connection, Hydraulic connections.
- Electric connections, Base frame.
- Flow meter untuk keperluan testing reguler.
- Safety valve
- Inlet strainer c/w screen filter.
f. Announciating Pump Status:
- Jockey Pump On , indicating lamp
- Main Pump with motor, Water level drop, Alarm horn & indicating lamp, Water
level too low , Alarm horn & indicating lamp.

5.4. Engine Driven Fire Pumps


a. Engine driven fire pump berfungsi untuk memasok kebutuhan air pemadam
kebakaran pada saat pompa listrik gagal atau diperlukan lebih banyak air untuk
pemadaman.
b. Engine driven fire pump harus diuji coba minimal sekali seminggu selama satu
jam dalam masa pemeliharaan.
c. Engine driven fire pump harus merupakan satu paket yang dirancang khusus
untuk keperluan pemadam kebakaran terdiri dari :
- Vertical Turbine fire pump, Diesel Engine.
- Staring device with pully or motor starter.
- Battery starter and outside battery charger
- Engine speed controle, Fuel oil tank.
- Hydraulic Connentions, Electric connections.
- Controle board, Instrumentations.
d. Perlengkapan Engine :
- Flexible coupling, Coupling guard, Heat exchanger loop
- Batteries, Battery rack, Battery cable, Battery charger
- Silencer, Flexible ex hose connector
- Cooling water heater + thermostat.
e. Perlengkapan pemipaan :
- Compound suction gauge, Discharge pressure gauge
- Automatic air release valve, Main relief valve
- Enclosed waste cone, ± 165 gallon fuel tank

253
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- Fuel system accessories, Fitting package


- dan lain-lain.

5.5. Wet Sprinkler Control Valve


Sprinkler control valve set terdiri dari 2 keperluan , yaitu main control valve set dan
branch control valve set.
1). Main control valve set (Main Alarm Valve).
a. Main control valve set harus dipasang setiap pipa riser splinkler.
b. Main control valve set harus mampu memberikan signal listrik kepada
controle alarm system maupun dengan mechanical alarm gong apabila
terjadi suatu aliran air sebesar satu kepala sprinkler.
c. Main control valve set antara lain harus terdiri dari peralatan sebagai berikut:
 Main stop valve lockable, Test valve set.
 Wet alarm valve , Pressure indicators.
 Alarm gong set, Flow switch.
2). Branch control valve set (BCV).
a. Branch control valve set harus dipasang seperti tertera dalam gambar
perencanaan.
b. Branch control valve set harus mampu memberikan signal listrik kepada
kontrol fire alarm system apabila terjadi aliran air sebesar satu kepala
sprinkler.
c. Branch control valve set antara lain harus terdiri dari peralatan sebagai
berikut:
 Branch stop valve Lockable, Flow switch, calibrated
 Terst valve lockable , Drain valve lockable.
3). Flow Detector
- Tipe : Vane
- Service pressure : sampai dengan 450 psi (31,0 bar).
- Minimum flow rate : 38 Lpm (10 gpm)
- Flow detector dipasang pada setiap zone pelayanan Sprinkler
4). Sprinkler Flushing.
- Sprinkler flushing harus dipasang dibagian ujung dari branch main pipe atau
branch sub main pipe.
- Sprinkler flushing dimaksud untuk membuang air mati dalam jaringan pipa
sprinkler.

254
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

- Sprinkler flushing terdiri dari pipa drain diameter 25 mm yang di Tapping dari
ujung branch main pipe atau submain ke sprinkler drain riser melalui valve.
5). Sprinkler Head.
Sprinkler head yang dipergunakan disini dari jenis Glass bulb dengan temperatur
pecah 68 deg. C, dibuat dari Chromium plate brass yang dilengkapi dengan
flushing flange.
6). Sprinkler Test valve & drain (STV & D)
a. STV & D harus dipasang seperti yang tertera dalam gambar perencanaan.
b. Test Valve harus diset pada laju aliran sebesar satu kepala sprinkler terkait.
c. Drain valve harus dapat mengalirkan air mati dalam jaringan pipa sprinkler.
d. STV & D terdiri dari lockable test valve dan lockable drain valve.

5.6. Fire Hydrant Box


Box tersebut terbuat dari plat baja dengan tebal ± 2 mm. Dimensi box : lihat gambar
perencana. Tinggi pemasangan dari lantai ± 20 cm. Perletakan engsel disesuaikan
dengan keadaan setempat sehingga mudah untuk dibuka.
 Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan diberi
tulisan Hydrant dengan warna putih.
 Panjang fire house tidak kurang dari 30 m, mudah dilipat dilengkapi hose rack,
tahan terhadap tekanan dan penyambungannya dengan sistem coupling. Nozzle
variable (set spray)  40 dan landing valve  65 semua dalam keadaan baru dan
fabricated, minimal class 225 psi, material bronze.

5.7. Hydrant Pillar


a. Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton secukupnya.
b. Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints.
c. Disediakan fire house lengkap dengan nozzlenya, coupling disesuaikan dengan
standar penggunaan coupling PMK setempat, panjang house tidak kurang dari 30
m dengan ukuran 100x65x65 dan dilengkapi dengan gate valve dalam bak
kontrol.

5.8. Seamese Connection


a. Digunakan seamese connection jenis two way type Y terbuat dari baja tuang.

255
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Dalam pemasangan unit seamese connection harus diberikan pondasi penguat


sebagai dudukan.
c. Lokasi seamese connection mudah dilihat dan dekat dengan lalu lalang mobil
agar mudah untuk dipakai bila diperlukan (lihat gambar perencanaan).
d. Di lengkapi Chek valve dalam bak kontrol

5.9. Fire Hose Cabinet


Jenis : Semi-recessed wall mounted indoor hydrant box
Kabinet / Box : Pelat Baja tebal 2,0 mm dengan konstruksi rangka,
sambungan dengan di las dicat warna merah terang.
Pintu : Pintu berengsel, institutional (heavy duty)
Hose Rack : One piece 16 US gauge steel.
Accessories : 40 mm hose rack dilengkapi ; 40 mm nipple 40 mm
cast brass valve 40 mm rubber lined hose, panjang 30
meter.
Nozzle : 40 mm x 250 mm smooth bore, straight type, 400 psi test
pressure.
Standart : ANSI.

5.10. Hydrant Check Valve


Jenis : Hydrant underground check valve cast iron,
Ukuran : 150 mm
Standart/ kelas : ANSI, 300 psi WOG .

5.11. Hydrant Main Valve


Jenis : Hydrant underground Gate valve cast-iron,
Ukuran : 150 mm
Standart/ kelas : ANSI, 300 psi WOG

5.12. Landing Valve


Jenis : Oblique cast-iron landing valve dicat merah terang,
Ukuran : 65 mm
Kelengkapan : Cap and chain, hose coupling, handwheel
operated, cadmium plated escutcheon.
Standard/ kelas : ANSI. 300 psi WOG.

256
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

5.13. Air Realese Valve


Dipasang pada setiap ujung akhir dari pipa tegak hydrant dalam bangunan,
Jenis : Cast-iron floating Ball
Ukuran : 0.75 inch connection, 1.625 inch valve
Standard / kelas : ANSI / 300 psi WOG

5.14. Pressure Reducing Valve Assy


Harus terdiri dari kelengkapan yang mengikuti ketentuan sebagai berikut: Valve fitting,
Strainer, pilot reducer dan coloum control valve, Maximun pressure reducing ratio 10 :
1, Body dan case dari cast-iron, Disc dan diagram dari Synthetic Rubber, end
connection dari flange.Tekanan sisi masuk dan tekanan sisi keluar yang diperlukan
harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar.Harus dilengkapi peralatan untuk
By-pass.

5.15. Orifice Plate


- Harus dipasang pada setiap katup pengatur cabang pemipaan sprinkler dan katup
pengeluaran selang hydrant untuk mengatur tekanan air pada keadaan operasi
sehingga sesuai dengan kriteria tekanan yang ditentukan oleh standard yang
diikuti.
- Orifice plate boleh tidak dipasang bila ternyata dalam pemeriksaan ulang terhadap
tekanan air menunjukkan besar tekanan yang memenuhi kriteria tekanan yang
ditentukan oleh standard yang diikuti.

5.16. Peralatan Bantu Pompa (Accessories)


a. Jika tidak ditentukan lain maka pemakaian accessories pemipaan harus
menggunakan :
* Dia. 15 s/d 50 mm type ulir
* Dia. 65 keatas type Flens
* Standard / kelas : ANSI / 450 PSI
b. Gate Valve
* Ukuran dia. 15 s/d 50 mm : Valve body, steam disc bronze material, female
thread.
* Ukuran dia. 65 keatas : Non Rising Stem, cast iron body, Henged end
c. Check Valve
* Ukuran dia. 15 s/d 50 mm : Valve body, steam disc bronze material, female
thread.
* Ukuran dia. 65 keatas : Cast iron body, flanged end, cast steel disc.

257
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Strainer
* Ukuran dia. 15 s/d 50 mm : Valve body, steam disc bronze material, female
thread, Y type
* Ukuran dia. 65 keatas : Cast iron body, stainless steel screen, flanged end,
Y type.
e. Flexible Connection
* Ukuran dia. 50 s/d 200 mm : Synthetic rubber material flanged end
f. Pressure Gauge
* Dial type 4"
* Pressure Range 0 s/d 10 kg/cm2
g. Floater Valve, Bronze body, plastic ball, male thread
h. Water Level Control 3 electroda
i. Foot Valve ; Bronze body

6. Masa Jaminan, Pemeliharaan Dan Serah Terima


a. Pekerjaan tersebut harus selesai seluruhnya dan diserahkan untuk pertama
kalinya pada waktu seperti tersebut diatas.
b. Pemberitahuan penyerahan pekerjaan, harus dinyatakan secara tertulis oleh
Pemborong dengan menyebutkan secara tertulis tanggal penyerahan yang
dikehendaki, dalam waktu 1 minggu sebelum penyerahan yang dikehendaki
kepada Manajemen Konstruksi.
c. Jika pekerjaan telah memenuhi syarat, maka Manajemen Konstruksi akan
menerima pekerjaan tersebut untuk yang pertama kali, dinyatakan secara tertulis
dalam Berita Acara Penyerahan Pertama.

7. Persyaratan Bahan / Material


a. Semua material yang disuplai dan dipasang oleh Pemborong harus baru dan
material tersebut cocok untuk dipasang di daerah tropis.
b. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan produksi terbaru.
Untuk material-material yang disebut dibawah ini maka Pemborong harus
menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan
menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/ agen/pabrik.
c. Pemborong harus bersedia mengganti material yang tidak disetujui karena
menyimpang dari spesifikasi atau hal lainnya, dimana penggantian tersebut tanpa
biaya extra.

258
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

8. Daftar Material
Untuk semua material yang ditawarkan maka Pemborong wajib mengisi daftar material
yang menyebutkan merk, type, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang turut
dilampirkan pada waktu tender. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-
komponen yang berupa barang-barang produksi pabrik.
Material yang menyangkut peralatan utama / pompa harus di lengkapi dengan
“Certificate of Origin “ dan di sahkan oleh Chamber Of Commerce, dan Bill Of
Lading atau Air Way Lading.

9. Penyebutan Merk / Produk Pabrik


a. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk
tertentu atau kelas mutu (quality preformance) dari material atau komponen
tertentu terutama untuk material yang dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan
itu.
b. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi bahwa material yang disebutkan
pada tabel material tak dapat diadakan oleh Pemborong yang diakibatkan oleh
sesuatu alasan kuat yang dapat diterima Pemilik, MK, maka dapat dipikirkan
penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Pemborong.

PASAL 7
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN SISTEM AIR LIMBAH

1. Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan dalam sistem air limbah disini antara lain adalah
sebagai berikut.
a. Perpipaan
b. Penyambungan dengan Peralatan plambing
c. Floor drain
d. Clean out
e. Roof drain
f. Drainase

2. Perpipaan
a. Umum
1) Macam perpipaan air limbah adalah air hujan, air limbah saniter, dan limbah
dapur.
2) Jenis pipa lihat “Spesifikasi Perpipaan”.

259
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Limbah Saniter
Perpipaan limbah saniter mulai dari alat saniter antara lain kloset, urinal, lavatory,
dan floor drain, sampai saluran halaman melalui septictank.
c. Limbah Air Hujan
Perpipaan air hujan mulai dari roof drain dari kanopi drain di atap dialirkan ke
dalam sumur resapan sebelum dialirkan ke saluran kota. Khusus fitting air hujan
mempergunakan cast iron.

3. Bak Sewage / Sump Pit


a. Apabila ditentukan dalam gambar perencanaan, maka harus dibuat bak Sump Pit
seperti diuraikan disini.
b. Bak Sump Pit harus dibuat dari konstruksi beton bertulang, badan rapat air
sedangkan tutup harus rapat udara.
c. Setiap bagian Sump Pit harus dapat dipompa, maka dasar bak harus miring 1 : 10
ke arah pompa sedangkan semua ujung sudut dibuat 135°.
d. Bak Sump Pit harus dilengkapi sebagai berikut.
1) Sleeve untuk pipa sewage masuk dan keluar.
2) Sleeve untuk pipa vent.
3) Sleeve untuk kabel-kabel.
4) Level switches untuk kendali pompa.
5) Level switches untuk alarm banjir.
6) Tangga monyet.
7) Manhole untuk laluan pompa.

4. Sumur Periksa (Control Box)


a. Sumur periksa harus dipasang pada setiap perubahan arah maupun setiap jarak
maksimum 20 meter pada pipa air limbah utama dalam tanah.
b. Sumur periksa harus dibuat dari konstruksi beton.
c. Dasar sumur bagian dalam berukuran minimal 500 x 1000 mm serta harus dibuay
beralur sesuai fungsi saliran yaitu lurus, cabang, atau belokan.
d. Sumur periksa harus dilengkapi dengan tangga monyet, manhole, dan pipa vent.
e. Tutup sumur periksa dapat terbuat dari stainless steel atau baja yang dilapisi anti
karat.

5. Manhole
a. Manhole terdiri dari rangka dan tutup dibuat dari besi tuang serta dilapis cat
bitumen.

260
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Rangka dan tutup harus membentuk perangkap, sehingga setelah diisi grease
akan terbentuk penahan bau.
c. Diameter lubang untuk laluan orang sebesar minimum 500 mm sedangkan untuk
laluan peralatan harus sesuai dengan besaran peralatan tersebut.
d. Finishing permukaan manhole harus disesuaikan dengan peruntukan lokasi.
e. Tutup untuk manhole terbuat dari baja tahan karat atau stainless steel.

6. Sumur Resapan
a. Rembesan yang dimaksud disini adalah untuk memasukkan air hujan yang
berasal dari pipa reser sebelum dialirkan over flownya ke selokan kota.
b. Air yang akan dimasukkan dalam rembesan adalah air hujan.
c. Jenis rembesan yang dimaksud disini adalah sumur rembesan, pekerjaan sumur
rembesan akan merupakan pekerjaan divisi sipil/konstruksi.
d. Konstruksi sumur rembesan antara lain sebagai berikut.
1) Dasar sumur berupa batu kerikil.
2) Dinding sumur berupa dinding berlubang yang dibuat dari beton atau beton
blok berlubang.
3) Tutup dibuat dari plat beton/plat baja.
4) Di antara tanah dan dinding luar harus diisi koral dan ijuk sesuai gambar.
e. Rembesan hanya dapat berfungsi dengan baik di daerah yang mempunyai
lapisan pasir kasar, maka bidang rembesan harus berada di lapisan pasir kasar.

7. Floor Drain
a. Floor drain yang dipergunakan disini harus jenis bucket trap, water prooved type
dengan 50 mm water seal dan dilengkapi dengan U trap.
b. Floor drain terdiri dari :
1) Chromium plated bronze cover and ring.
2) PVC neck.
3) Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with flange for
water proofing
c. Floor drain harus mempunyai ukuran utama sebagai berikut:
Outlet Diameter Cover Diameter
2” 4”
3” 6”
4” 8”

261
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

8. Floor Clean Out


a. Floor clean out yang dipergunakan disini adalah surface opening waterproofed
type.
b. Floor clean out terdiri dari :
1) Chromium plated bronze cover and ring heavy duty type.
2) PVC neck.
3) Bitumen coated cast iron body, screw outlet connection with flange for
waterproofing.
c. Cover and ring harus dengan sambungan ulir dilengkapi perapat karet sehingga
mudah dibuka dan ditutup.
9. Roof Drain
a. Roof drain yang dipergunakan harus dibuat dari cast iron dengan konstruksi
waterproof.
b. Luas laluan air pada tutup roof drain ialah sebesar dua kali luas penampang pipa
bangunan.
c. Roof drain harus terdiri dari atas 3 bagian sebagai berikut.
1) Bitumen coated cast iron body dengan water proofed flange.
2) Bitumen coated neck for adjustable fixing.
3) Bitumen coated cover dome type.

Pasal 08
PEKERJAAN BIOSEPTIK / STP

1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Bioseptic yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan dan
pemasangan tanki pengolah air limbah gedung berupa air kotor dan atau air
bekas. Lingkup pekerjaan ini juga beserta pengadaaan dan pemasangan
peralatan dan alat-alat bantu pendukung instalasi.
b. Pekerjaan Bioseptic merupakan pekerjaan kontrak sistem, dimana keandalan
sistem dan hasil yang diolah oleh sistem menjadi Jaminan dalam pekerjaan ini.
Jika terjadi kesalahan dan kerusakan sistemsehingga air hasil proses
pengolahan tidak sesuai yang diinginkan, Pelaksana/Pemborong harus
mengganti sebagian atau kesuluruhan material dan peralatan dengan yang
baru. Sehinggga didapatkan hasil proses pengolahan yang disyaratkan.
c. Pekerjaan dudukan/pondasi dan atau penutup beton yang melindungi tanki

262
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

pengolah air limbah merupakan pekerjaan structure spesifikasi detail pekerjaan


disyaratkan dalam bab pekerjaan structure.
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a. Didalam melaksanakanPekerjaan Instalasi Bioseptic, Konsultan
MK/Pemborong harus juga memperhatikan pekerjaan mekanikal yang
berhubungan dengan instalasi plumbing dan instalasi sistem air bekas dan air
kotor.
b. Selain itu Konsultan MK/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan lain
yang terkait diluar Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
 Pekerjaan Elektrikal.
 Pekerjaan Structure.
 Pekerjaan Arsitek.
 Pekerjaan Sipil dan Landscape
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bioseptic mengacu pada standart-standart
dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
 SNI : Standart Nasional Indonesia
 Kep. Men. Lingkungan Hidup No.111 Th 2003, ttg Pedoman Mengenai Syarat dan
Tata Cara Perijinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau
Sumber Air.
 Kep. Men. Lingkungan Hidup No.112 Th 2003, ttg Baku Mutu Air Limbah
Domestik
 AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
 Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.

2. Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem
a. Sistem pengolahan air kotor atau sewage treatment plant yang direncanakan
adalah sistem Bio Media Anaerob-Aerob. Air Kotor diproses ini dalam tanki
pengolah secara anaerob dan aerob dengan dipergunakan oxygen untuk
mempercepat bacteria dalam menguraikan zat-zat organik menjadi anorganik.
Selain itu dipergunakan Bio Media yang berfungsi juga sebagai sarana
mempercepat proses pengolahan. Air hasil pengolahan kemudian disalurkan ke
saluran gedung/lingkungan/kota yang telah memenuhi syarat-syarat baku air
limbah.
b. Setelah melalui proses pengolahan selama 24 jam, hasil air pengolahan

263
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

mempunyai parameter analisa air sebagai berikut :


 BOD 5 hari : 20 ppm (mg/l)
 Suspended solid : 10 ppm (mg/l).
c. Proses Pengolahan secara umum dapat disyaratkan sebagaimana terlihat pada
diagram di bawah ini. Untuk proses Biomedia dan Aerobdilakukan bertingkat : 2
kali untuk unit pengolahan yang berkapasitaskecil, dan 3 kali atau lebih untuk unit
pengolahan berkapasitas besar.
2.2. Persyaratan Material
a. Material Tanki Pengolah Limbah
Tanki An Aerobic dan Bio Filter bisa dalam satu tanki, namun dibagi dalam
beberapa kompartemen. Atau bisa terpisah satu dengan yang lain.
 Material : Fibre Glass (kotak atau kapsul)
 Buffle : Fibre Glass.
 Kap. Total pengolahan : sesuai schedule
 Kap. An Aerob : sesuai ketentuan pabrikan
 Kap. Bio Media & Aerob : sesuai ketentuan pabrikan
b. Material Media Filtation
- Media filtrasi : Enviroball
- Material : Polypropylene
- Surface area : ± 86,15 m2/m3
c. Blower
 Type : Root Blower.
 Material : Cast Iron Casing, Brass Root Blower.
 Kapasitas : Sesuai ketentuan pabrikan disesuaikan dengan
 kapasitas : pengolahan dan operasi backwash.
 Static Pressure : sesuai ketentuan pabrikan
 Kelengkapan : Blower dilengkapi instalasi pipa, check valve, gate valve
(pengatur distribusi udara) overload protection
d. Panel Kontrol
 Type : Outdoor Panel
 Material : Fabricated Steel Panel, Powder Coating
 System : Dalam control panel, telah dirangkai secara lengkap dan
berisi antara lain : circuit breakers, program timer,
contactor, relays, control switches, indicating light alarm,
relays, terminal block dan sebagai terintgarasi dalam suatu

264
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

circuit yang secara khusus dikendalikan melalui suatu


program PLC. Untuk itu proses berjalan secara otomatis
dan bisa termonitor dengan baik. Pada kondisi tertentu :
critical function, malfunction, dan overload system.
Program control dapat memberikan sinyal alarm dan
menghentikan proses treatment.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi bioseptic harus memenuhi persyaratan
yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan
sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi biosepticsejenis. Selain itu
Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan prosedure pelaksanaan
sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material, Gambar Kerja, Prosedure
Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing dan K3 dalam persyaratan
pelaksanaan pekerjaan mekanikal.
b. Pemasangan Unit Pengolah Limbah
c. Testing dan Cominisioning

3. Jaminan dan Garansi


3.1. Jaminan Pekerjaan
a. Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam Pekerjaan
Bioseptic . Material harus berasal oleh Pabrik untuk merek material atau agen
resmi yang dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan atau agen resmi tersebut
harus berdomisili di Indonesia.
b. Pelaksana/Pemborong harus menjamin keseluruhan Pekerjaan Bioseptic
beserta peralatan pendukungnya. Jaminan ini tertuang dalam Berita Acara
Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Konsultan MK.
c. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance
terhadap peralatan utama dan peralatan pembantu sisteminstalasi Bioseptic
setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun
waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek.
3.2. Garansi dan Spare Part
a. Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Garansi Unit Bioseptic dan peralatan
bantu selama 1 tahun yang diberikan oleh penyedia/supplier material pendukung
lainnya kelengkapan dokumen serah terima pekerjaan.
b. Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari agen
tunggal atau dari distributor yang berdomisili di Indonesia yang ditunjuk oleh

265
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

pabrik.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a. Serah Terima Pekerjaan Bioseptic merupakan bagian dari Serah Terima
Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan di pekerjaan/proyek ini. Prosedur Serah
Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku
di pekerjaan/proyek ini.
b. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
Bioseptic dengan persetujuan Konsultan MK.

Pasal 09
PEKERJAAN TATA UDARA DAN VENTILASI MEKANIK

2. Standard Dan Persyaratan


Referensi dan standard material serta pengerjaannya yang berkaitan dengan
pekerjaan ini harus mengikuti beberapa ketentuan namun tidak terbatas kepada apa
yang tertulis dibawah ini, antara lain :
 ASHRAE Standard
 Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL-2000).
 Peraturan mengenai keselamatan kerja (Depnaker).
 Ketentuan-ketentuan/aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pihak Pemilik, khusus
mengenai adanya pembangunan gedung maupun lainnya yang berkaitan dengan
pekerjaan ini
 Ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di dalam negara Republik Indonesia
seperti ketentuan Pemda Setempat.
 Referensi/acuan Instalasi dari Unit Manufacturer.

3. Kondisi Ruangan
Temperatur Ruangan
Secara umum, kondisi udara ruangan yang dikondisikan harus dapat dicapai pada :
22 - 24°C / 50 - 60% RH (RH mengikuti nilai temperatur), yang diukur pada bidang
kerja dan harus merata diseluruh ruangan yang dibuktikan dengan hasil pengukuran.
Tingkat Kebisingan
Tingkat kebisingan pada bidang kerja tidak boleh melebihi kriteria NC-40 dan
dibuktikan dengan hasil pengukuran.

266
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

4. Lingkup Pekerjaan
Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pengadaan, pemasangan dan pengujian
(testing & balancing) dari seluruh unit ac yang akan dipasang dalam proyek ini
dengan lengkap dan berfungsi dengan baik sehingga seluruhan sistem dapat
memberi kan performansi yang diinginkan.
Lingkup pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini di antaranya adalah :
Pengadaan dan pemasangan Unit-unit AC Split Cassette dan Wall Mounted dan Split
Duct, lengkap dengan Evaporator Unit, Condensing Unit, Temp. Control, dan
accessories lainnya beserta pengaturan dan pengujiannya, pada lokasi dan tipe serta
kapasitas yang sesuai dengan gambar prencanaan.
a. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian Unit-unit AC Split dengan
tipe dan kapasitas sesuai dengan Gambar Skedul Peralatan lengkap dengan
instalasi sistem pipa refrigerant dan pipa drain.
b. Pengadaan dan pemasangan Sistem Ducting berikut isolasi, Difuser, Grille,
Volume Damper, lengkap dengan penggantung.
c. Pengadaan dan pemasangan pipa drainase dari evaporator blower unit sampai
ketempat pembuangan yang terdekat yang diperkenankan lengkap dengan
isolasi.
d. Pengadaan, pemasangan, pengaturan instalasi listrik. Untuk sistem ini
termasuk penarikan kabel dari panel AC kesemua unit peralatan.
e. Pengadaan peralatan temperatur control yang meliputi pengoperasian on/off
dan pengaturan temperatur .
f. Pengadaan dan pemasangan fondasi dan rangka/rak condensing unit,
penggantung Evaporating Unit, dan peredam getaran untuk masing-masing unit
yang dipasang dalam instalasi ini.
g. Pembobokan, penutup serta finishing kembali dinding, atap lantai dan lain-lain
akibat pemasangan pipa kabel, mesin-mesin AC dan lain-lainnya.
h. Pengadaan dan pemasangan unit-unit Exhaust & Intake Fan lengkap dengan
ducting system dan dengan dudukan, penyangga dan lain-lain pada lokasi yang
sesuai dengan gambar perencanaan (dokumen lelang).
i. Pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dari Panel Daya ke unit-unit AC
dan Exhaust Fan (catatan : daya listrik Exhaust Fan mengambil dari Stop Kontak
yang disediakan oleh Bagian Sistem Listrik) , lengkap dengan klem, konduit, dll.
j. Memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan perawatan sistem
instalasinya kepada petugas yang ditunjuk sampai cakap menjalankan
tugasnya.Memberikan garansi terhadap perawatan atau mesin yang
dipasangnya atau yang dipasang untuk instalasi sistem ini.

267
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

5. Spesifikasi Teknis Unit Ac Split Dan Exhaust Fan

5.1. AC SPLIT

5.1.1.Condensing Unit
Pemborong harus memasang "Condensing Unit" untuk "Split System” dengan jenis,
ukuran dan kapasitas lengkap sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Unit ini
harus factory built" dan telah diuji pabriknya.
Tipe : lihat skedul peralatan
Kapasitas : lihat skedul peralatan
a. Kompressor
Tipe : "Fully Hermetic, Reciprocating/scroll"
Pendinginan : gas refrigerant
b. Koil Kondenser
Material : tembaga dengan "fin" dari almunium yang
direkatkan secara mekanis.
Koil ini harus telah diuji terhadap kebocoran, telah di "dehidrated" dan diisi
gas refrigerant secukupnya dari pabrik.
c. Fan Kondenser
Tipe : propeller, direct drive
d. Fan Motor
Tipe : permanent split capicator dilindungi secara "inherent" serta
mempunyai bantalan peluru yang dilumasi secara tetap.
e. Casing
Casing dan rangka hendaknya telah dicat anti karat dan sesuai untuk
pemasangan di luar
f. Peredam Getaran
Hendaknya pada semua kaki mesin ini dipasang peredam getaran yang sesuai
dengan persyaratan pabriknya.
5.1.2.Evaporator Blower Unit
Pemborong harus memasang "Evaporator Blower Unit" untuk "Spilit System" dengan
jenis, ukuran dan kapasitas lengkap sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Unit ini
hendaknya "factory built" & telah diuji oleh pabriknya.
Khusus untuk Unit Tipe Cassette, pada bagian casing box fan & evaporator harus
dilengkapi dengan lubang untuk fresh air.
Tipe dan Kapasitas : lihat skedul peralatan

268
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

a. Fan
Tipe : forward curved
Fan hendaknya telah ditimbang dan dibalans secara statis maupun dinamis di
dalam rumah fan oleh pabriknya.
b. Casing
Casing unit minimal dari plat besi ukuran "20 gauge"
Semua panel atau lubang-lubang berpintu harus dapat dengan mudah dan cepat
dibuka.
c. Koil Pendingin
Material : tembaga dengan "fin" dari aluminium yang
direkatkan secara mekanis.
Koil ini telah diuji terhadap kebocoran dipabriknya.
d. Isolator
Dinding unit ini harus diisolasi mulai dari masuknya sampai pada keluarnya
udara pada unit. Isolator harus cukup kuat, tebal serta berat jenisnya harus cukup
untuk menghalangi terjadinya pengembunan. Isolasi harus tahan terhadap aliran
udara dan tahan api. Tempat penampungan air pengembunan harus diisolasi
untuk menghindari terjadinya pengembunan dibagian luarnya.
5.1.3.Peredam Getaran
a. Semua mesin/peralatan yang menghasilkan getaran harus diberi landasan atau
penggantung peredam getaran (vibration eliminator) yang sesuai.
b. Peralatan yang digantung harus dipasang peredam getaran jenis spring yang
diletakkan diberi landasan peredam getaran jenis Kinetic neoprene isolator.

5.2. EXHAUST & INTAKE FAN


a. Tipe : lihat skedul unit
b. Bahan : Galvanized steel sheet
c. Kapasitas : lihat skedul unit

6. Syarat-syarat Pemasangan

6.1. Shop Drawing


Untuk semua macam pekerjaan baik material/komponen maupun pekerjaannya/maka
Pemborong wajib membuat "Shop Drawing" sebelum dilakukan pemasangan/instalasi
dan diserahkan kepada pemilik proyek/Konsultan MK untuk diperiksa bersama
Perencana.

269
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

"Shop Drawing" adalah merupakan penggambaran yang lebih detail daripada setiap
pemasangan dimana penempatan peralatan telah dikoordinasikan dengan peralatan
pekerjaan disiplin lainnya, serta spesifikasi yang lebih teliti daripada setiap komponen
dan telah disesuaikan ukuran/kapasitas /serta detail dari peralatan/instalasi yang akan
dipasang.
Shop drawing harus disiapkan sebanyak 4 (empat) set dan disampaikan untuk
diperiksa dengan rentang waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung
setelah dikeluarkannya Surat Perintah Kerja atau akan ditentukan oleh Konsultan MK.
Shop drawing bukanlah (tidak boleh) merupakan penjiplakan dari gambar
perencanaan (gambar lelang).

6.2. Pemasangan Unit Ac Split


a. Condensing Unit
1) Condensing Unit harus diletakkan pada dudukan/fondasi dengan diberi
peredam getaran untuk menjamin tidak terjadinya vibrasi/getaran.
2) Tata cara instalasi unit condensing harus mengikuti dan sesuai dengan
rekomendasi pabrik, baik dalam hal jarak antar unit dan unit dengan dinding,
maupun jarak pemipaan antara unit condensing dengan unit evaporating.
3) Condensing Unit harus diletakkan sedemikian rupa sehingga udara discharge
dari fan condenser lepas langsung ke udara lingkungan dan tidak terjadi
aliran balik.
b. Evaporating Unit
1) Tiap-tiap Evaporating Unit (Indoor Unit) harus di pasang pada tempat-tempat
yang sesuai dengan gambar perencanaan.
2) Sebelum melakukan pemasangan indoor unit, Pemborong diharuskan
melakukan koordinasi dengan pihak Interior dan pihak-pihak terkait dan
dimintakan persetujuannya dari Konsultan MK, agar unit tersebut secara
teknis dan estetika interior dapat bersesuaian.

3) Indoor Unit harus dipasang secara kokoh pada dudukan sehingga tidak
menimbulkan getaran/vibrasi.
c. Pipa Refrigerant.
1) Hendaknya semua pipa refrigerant dikerjakan secara hati-hati dan sebaik
mungkin. Semua bagian-bagian pipa ini harus bersih, kering dan bebas dari
debu dan kotoran. Hendaknya dipakai pipa tembaga jenis L atau K yang
"dihydrated" & "sealed". Ukuran (diameter) dan panjang pipa harus sesuai
dengan rekomendasi pabrik.

270
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

2) Sambungan
 Pipa jenis "hard drawn tubing" harus disambung dengan perantaraan
"wrought copper fitting" atau "non purous brass fitting". Dianjurkan
dipakai solder perak dengan ditiupkan gas mupia seperti Nitrogen
kering kedalam pipa yang sedang disambung untuk menghindarkan
terbentuknya kerak oksida di dalam pipa.
 Solder lunak semacam "50-50" tidak boleh digunakan. Solder "95-95"
dapat dipergunakan kecuali pada pipa "discharge" gas panas.
 Pipa jenis "soft drawn tubing" dapat disambung dengan solder, nyala
api atau lainnya yang sesuai untuk pipa refrigerant. Bilamana
"precharged refrigerant lines" disediakan oleh pabrik, hendaknya
diperhatikan benar-benar instruksi pabrik.
 Bila terjadi kelebihan pipa "precharged" hendaknya dibentuk gulungan
dan disangga pada bidang mendatar.
3) Instalasi
Pemipaan Refrigerant hendaknya disangga baik-baik untuk mencegah
melentur. Pipa refrigerant yang direncanakan dan dipasang dilapangan
harus dilaksanakan sesuai dengan "ASHRAE GUIDE BOOK" atau
rekomendasi pabrik.Pengering refrigerant (filter drier) dengan kapasitas yang
cukup serta "sight glass moisture indicator" hendaknya dipasang pada
bagian "liguid line" setiap pipa yang terpasang di lapangan.Perbedaan tinggi
dan jarak antara condensing unit dengan evaporator blower unit hendaknya
masih memenuhi persyaratan pabrik.Setelah selesai pekerjaan instalasi pipa
maka seluruh rangkaian harus diuji terhadap kebocoran.
4) Isolasi Pipa
Pipa suction/discharge line refrigerant harus diisolasi dengan isolasi
panas seperti armaflex/aeroflex atau yang setara.

DIAMETER PIPA 5/8" - 1" 1«" - 2"


----------------------------------------------------------
Tebal Isolator 1" 1"
Isolasi hendaknya ditutup dengan lapisan isolasi uap air jenis metal jacktet.
Pipa harus disanggah pada setiap 2 meter & pada setiap belokan dan
percabangan.

271
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

d. Pengisian Refrigerant
1) Sistem dipasang dengan precharged dan sistem yang dipasang di
lapangan harus dihampakan. Sama sekali
dilarang memakai kompressor dari sistem sebagai vacuum pump.
2) Penghampaan harus dilakukan dengan suatu pompa penghampa
tinggi dengan pengukur tekanan mutlak yang baik. Diharuskan
penghampaan dilakukan sampai tekanan dibawah 300 mikron selama
1,5 jam.
3) Tekanan sistem setelah pengisian freon tidak boleh lebih dari yang
disyaratkan oleh pabriknya.
4) Persyaratan pabrik tentang jumlah pengisian freon hendaknya
dipatuhi dan dipergunakan suatu Charging Cylinder untuk memastikan
jumlah dan jenis refrigerant yang diisikan adalah sesuai.
6.3. Pemipaan Drain
Pemborong harus memasang pipa pembuangan air (drain) dari mesin-mesin AIR
CONDITIONING sampai ketempat pembuangan yang terdekat dalam saluran yang
tersembunyi atau tidak mengganggu.
a. Bahan
Untuk air buangan (drain) dipergunakan pipa PVC, jenis AW lengkap dengan
isolasi thermal merk Armaflex/aeroflex atau setara dengan ketebalan 20 mm.
b. Peralatan
Pipa kondensasi drain harus diperlengkapi dengan bak kontrol, leher angsa (U-
trap) serta peralatan lain yang perlu. Harus diberikan lapisan isolasi sampai
sepanjang kira-kira 3 meter atau sampai daerah dimana tidak terjadi
pengembunan bagian luar pipa.
c. Penembusan Dinding
Bilamana menembus dinding, lantai dan lain-lain pipa ini harus diberi lapisan
peredam getaran dan dilindungi dengan pipa yang lebih besar ukurannya.
d. Kemiringan Pipa
Kemiringan (slope) pipa horizontal minimal sebesar 2%.
6.4. Pengecatan
a. Pemborong harus mengecat semua rangka penggantung, rangka penyangga,
semua unit-unit yang dirakit dilapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating) dan cat akhir sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai untuk bahan masing-masing dan disetujui oleh Konsultan
Konsultan MK, Perencana atau Pihak lain yang ditunjuk untuk ini.

272
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat dari pabriknya atau
dinyatakan lain dari dalam spesifikasinya. Tetapi bila cacat akibat pemasangan
Pemborong wajib mencat kembali khusus ditempat yang cacat tadi dengan warna
yang disetujui oleh Konsultan Konsultan MK, Perencana.
c. Untuk peralatan-peralatan yang tampak maka bahan-bahan tersebut harus dicat
akhir (spray) dengan warna yang disetujui oleh Konsultan Konsultan MK,
Perencana.
d. Pengecatan harus dilakukan sebelum peralatan-peralatan tersebut dipasang.
e. Pemborong harus memberikan tanda-tanda huruf atau nomor identifikasi bagi
peralatannya. Sebelumnya Pemborong wajib memberitahukan mengenai tanda-
tanda yang hendaknya dipasang pada peralatan-peralatan itu.

6.5. Syarat-syarat Penerimaan

6.5.1.Unit-unit Utama
a. Setiap unit AC dan Exhaust Fan yang akan dipasang, harus sesuai dengan
spesifikasi teknis yang diminta, baik kapasitas, tipe maupun konsumsi daya listrik.
b. Tidak dibenarkan dengan alasan tidak ada dipasaran, pemborong mengganti
merk, kapasitas, dan tipe dari unit yang akan dipasang. Apabila ternyata terjadi
kasu yang demikian maka harus ada surat pernyataan yang mendukung bahwa
unit-unit tersebut memang tidak ada dipasaran. Untuk keperluan tersebut,
pemborong harus minta persetujuan dari Konsultan MK dan Perencana.
6.5.2.Pengiriman Material
Material yang dikirim ke tapak haruslah dilakukan dengan baik dan hati-hati, material
dilengkapi dengan hasil test dan sesuai brosure yang ditawarkan dan telah disetujui
Pemilik proyek/perencana.
Pengiriman terutama untuk peralatan Unit AC Split, Unit Fan, panel listrik dan lain-lain
haruslah dibungkus, dipak atau di dalam koli dan sangat dicegah terhadap
kemungkinan material tersebut kena hujan, debu dan lain-lain.
Penempatannyapun setelah tiba di tapak harus ditempatkan ditempat yang telah
ditentukan oleh Pemilik/Konsultan MK dan dijaga dengan baik (terlindung).
6.5.3.Contoh Material
Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan kepada pemilik proyek/Perencana/Konsultan MK atau Brosur-brosur dari
alat-alat tersebut dan menunggu persetujuan dari pemilik proyek/Perencana/
Konsultan MK sebelum alat-alat tersebut dipasang. Contoh-contoh
barang yang sudah disetujui oleh pemilik proyek/Perencana/Konsultan MK harus

273
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

disimpan di Direksi Keet guna dijadikan Referensi bagi pemasangan lapangan.


Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor
penyelidikan bahan-bahan bangunan atas biaya Pemborong/Kontraktor. Bila ternyata
terdapat bahan-bahan yang telah di nyatakan tidak baik/tidak bisa dipakai oleh pemilik
proyek/Konsultan MK/Perencana Pemborong harus mengangkut bahan-bahan
tersebut ke luar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari harus sudah tidak ada di
lapangan (site).

6.5.4.Instalasi
a. Pemborong harus melaporkan hasil kemajuan peker-
jaannya setiap minggu serta perbandingannya dengan jadwal yang telah
tersusun. Bilamana terjadi perbedaan harus disertakan juga alasan-alasan
serta cara-cara penanggulangannya.
b. Bagi setiap tahap-tahap instalasi yang telah selesai dikerjakannya Pemborong
harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak pemilik proyek/Konsultan
MK/ Perencana dan pihak yang ditunjuk
bahwa tahap instalasi ini telah selesai dikerjakan sesuai dengan persyaratan
yang ada. Tahap-tahap instalasi ini ditentukan kemudian berdasarkan jadwal
perincian wakta yang diserah kan oleh Pemborong.
c. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan trial run sistem instalasi
ini haruslah pula dihadiri pihak pemilik proyek/Konsultan MK/Perencana dan Ahli
serta pihak-pihak lain yang bersangkutan. Untuk ini hendaklah diberikan
pula sertifikat pernyataan hasil pengujian oleh yang berwenang memberikannya.
d. Pemborong wajib melaporkan kepada pemilik proyek/Konsultan
MK/Perencana atau Ahli yang ditugaskan
bilamana sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin
ada.
e. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan semua
sisa bahan pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih diperlukan
selama pemeliharaan.

6.5.5.Perbaikan
Semua akibat dari pekerjaan instalasi ini, berupa kerusakan atau sisa-sisa bahan
harus dirapihkan kembali antara lain : bobokan dinding harus dilakukan perbaikan
sesuai dengan kwalitas dan warna yang sama dan merupakan tanggung jawab
Pemborong.

274
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

6.5.6.Pengetesan
Pemborong harus melakukan seluruh pengetesan seperti disebutkan pada penjelasan
sebelumnya dan harus melakukan percobaan seperti operasi sesungguhnya secara
tepat dari seluruh sistem untuk peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan
yang mengalami kerusakan/cacat /salah harus diganti/dibetulkan dan percobaan
diulangi untuk operasi yang sebenarnya/normal/ dan benar pada seluruh instalasi
Unit AC Split, thermostat dan lain-lain.
Selama melakukan pengetesan, Pemborong wajib melakukan pengamatan
maupun pencatatan terhadap hasil kondisi dari operasi sistem mencakup minimum
dan tidak terbatas pada item-item berikut :
- Temperatur ruang.
- Kondisi operasi Unit AC Split
- Temperatur dan tekanan suction/discharge refrigerant
- Kerja Thermostat

6.6. Syarat-syarat Operasional


6.6.1.UNIT AC
a. Setiap Condensing Unit harus mampu beroperasi pada kondisi udara tropis,
dengan temperatur 28 - 35 der.C/50 - 90 % RH.
b. Sistem AC harus mampu menyerap beban pendinginan puncak ruangan sehingga
temperatur ruangan dapat mencapai 20 - 24 °C.
c. Sebelum dilakukan serah terima pertama, Pemborong harus melaksanakan
testing running seluruh unit AC selama minimal 3 x 24 jam terus menerus. Dimana
pada selama rentang waktu tersebut Pemborong harus melakukan pengukuran
dan pencatatan terhadap besaran-besaran fisis dan listrik sistem, anatara lain :
temperatur dan RH Ruangan, arus running compressor dan motor evaporator,
tekanan suction dan discharge refrigerant dan lain-lain yang dianggap perlu.
Pemborong harus membuat berita acara hasil test yang diserahkan kepada
Konsultan MK & Perencana untuk mendapatkan persetujuan.
d. Seluruh sistem kontrol dan proteksi sistem AC harus dapat bekerja dengan baik
dan sempurna, yang meluputi : kontrol temperatur, proteksi over current, proteksi
over pressure, dan lain-lain.

6.6.2.Unit Exhaust Fan


a. Pada saat operasi, tiap-tiap unit Exhaust harus mampu menghisap udara
buangan dari dalam ruangan dengan kapasitas exhaust yang sesuai dengan
skedul unit dan dibuktikan dengan hasil pengukuran.

275
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

b. Pada waktu operasi, tiap unit exhaust tidak menimbulkan getaran dan bising yang
mengganggu, maksimum berada pada NC-50 pada jarak 1 meter dari unit dan
dibuktikan dengan hasil pengukuran.

6.7. Syarat-syarat Pemeliharaan

6.7.1.Masa Pemeliharaan Dan Garansi


Untuk peralatan Sistem AC dan Exhaust ini Pemborong harus mengadakan
pemeliharaan selama 6 (enam) bulan setelah serah terima pertama, dan menjamin
sistem dapat bekerja dengan baik dan sempurna, yang dinyatakan dengan suatu
Berita Acara yang ditanda tangani oleh Pemilik sesuai prosedur yang telah ditetapkan
dan dibuat oleh Konsultan MK.
Untuk hal tersebut maka dalam masa pemeliharaan Pemborong wajib menyediakan
peralatan khusus terpakai dan menjamin tersedianya suku cadang serta tenaga kerja
terampil minimum 2 orang yang selalu berada di lokasi selama 24 jam dengan catatan
tenaga kerja yang berkwalitas.
6.7.2.Asistensi dan Training
Selama masa pemeliharaan dan sebelum serah terima kedua, Pemborong diwajibkan
untuk melaksanakan asistensi dan training terhadap personil-personil dari Pemilik
yang jumlahnya akan ditentukan kemudian.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah kewajiban bagi Pemborong untuk :
Asistensi/membantu Pemilik di dalam menyiapkan, menyusun dan melakukan training
bagi Pemilik/Operator-operator untuk : mengenal, mengoperasi, memprogram, trouble
shooting, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga pihak Pemilik dapat menggunakan
peralatan dengan sebaik-baiknya.
Pemborong harus menyusun program training sesuai jadwal yang diberikan Pemberi
Tugas dan melaksanakan training operasional. Peserta training dari pihak Pemilik
akan ditentukan kemudian.
Materi training adalah teori (40%) dan praktek lapangan (60%) meliputi antara lain :
a. Dasar-dasar teori tentang sistem tata udara dan refrigerasi, control system
dan semua hal yang berkaitan dengan sistem yang terpasang.
b. Tata cara pengoperasian dan perawatan dari seluruh komponen sistem serta
perbaikan-perbaikan kecil.
Pemborong wajib menyediakan diktat training yang disusun dalam bahasa Indonesia
dan dalam edisi lux. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh perihal training hingga
pembuatan diktat merupakan tanggung jawab Pemborong.
6.7.3.Pemeliharaan Unit/Peralatan

276
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat Teknis

a. Selama masa pemeliharaan, Pemborong harus melaksanakan pekerjaan


pemeliharaan terhadap seluruh unit AC dan Exhaust Fan dengan metode yang
baku dan sistematis.
b. Apabila dalam masa pemeliharaan tersebut terdapat komponen/bagian dari unit
dan sistem yang mengalami kerusakan dan atau tidak berfungsi, maka
Pemborong harus mengganti komponen/bagian unit/sistem tersebut dengan
beban biaya yang ditanggung oleh Pemborong.
c. Komponen/bagian unit dan sistem yang membutuhkan pemeliharaan secara
berkala antara lain, dan tidak terbatas pada item-item berikut :
 Pembersihan koil-koil kondenser dan evaporator
 Pembersihan Filter
 Pengecekan dan pengukuran besaran-besaran fisis dan listrik sistem.
 Dan lain-lain yang dianggap perlu.
6.7.4.Petunjuk Pemeliharaan
a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan
Buku Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama (Condensing
Unit, Evaporating Unit, Exhaust Fan, Unit Control, dll.) dan Instalasi serta daftar
material/komponen yang memerlukan penggantian secara berkala. Buku yang
diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid dengan rapih dan bagus.
Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan dari pemeliharaan
berkala yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat dan standard/aturan yang
berlaku secara umum.
b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas dan
ringkas mengenai tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook
pencatatan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (empat) set,
masing-masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set untuk Konsultan MK dan 1 set
untuk Perencana. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh pembuatan dan
pengadaan buku tersebut ditanggung oleh Pemborong.

277

Anda mungkin juga menyukai