Anda di halaman 1dari 9

akan dikontrol dengan analisis multivariat regresi dan ASI eksklusif tidak berhubungan dengan

logistik. Hasil dikatakan bermakna bila P<0,05.


bronkiolitis (Tabel 2).
Penelitian ini telah mendapatkan izin kelaikan
Anamnesis Rekam Medik Teori FK Unud/RSUP
etis dari Komisi Etik Penelitian Jurnal
Identitas Nama, jenis 9 bulan 6 hari    Episode
Sanglah pertama serangan, yang biasanya
Denpasar. Pada analisis multivariat (regresi logistik)
laki laki didapat bahwa paparan asap rokok berhubungan
kelamin, usia paling berat, terjadi paling sering pada
HASIL dengan bronkiolitis [RP=9,629 (1,072-86,474),
bayi usia 2 sampai 6 bulan Sekitar 75,000 P=0,043], sedangkan jenis kelamin dan riwayat
Selama periode anakdi
– 125,000 penelitian yang 1
bawah dilakukan pada
tahun dirawat
bulan Agustus-Desember 2016, didapatkan 67 atopi tidak berhubungan dengan bronkiolitis
di Amerika Serikatakibat infeksi RSV (Tabel 3).
setiap
Tabel tahun
1. Karakteristik Subjek

No. Di AS kejadian bronkiolitis lebih sering Bronkiolitis


Variabel Bukan Bronkiolitis
terjadi pada anak laki-laki,
(N=29) (N=29)

1. Umur (bulan), rerata (SB) 9,5 (SB 5,61) 9,9 (SB 6,18)

2. Jenis kelamin (lelaki), n (%) 22 14

3. Riwayat atopi (ya), n (%) 9 3

4. Riwayat dititip di TPA (ya), n (%) 18 14

Keluhan Penyebab Sesak Bronkiolitis adalah infeksi saluran napas


Utama datang kecil atau bronkiolus yang disebabkan
kemari? oleh virus, biasanya dialami lebih berat
pada bayi dan ditandai dengan obstruksi
saluran napas dan mengi. Penyebab
paling sering adalah Respiratory
Syncytial Virus (RSV).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 30
doi:10.24843.MU.2020.V9.i8.P06
Paediatr Child Health Vol 19 No 9 November 2014.
Bronchiolitis: Recommendations for diagnosis,
monitoring and management of children one to 24
months of age
RPS  Sesak sejak 2 hari - biasanya didahului oleh infeksi saluran
sebelum masuk RS, napas bagian atas yang disebabkan virus,
sesak bertambah, tidak parainfluenza, dan bakteri.
dipengaruhi waktu,
posisi, sesak pertama
kali, disertai mengi bila
bernapas
 Sebelum sesak,
penderita batuk sejak 2
hari sebelum sesak,
batuk kering, kadang
sampai muntah, tidak
terpengaruh waktu
 Pilek (+)
bersamaan dengan
batuknya
 Demam sejak 1
hari sebelum batuk,
mula-mula sumer
kemudian tinggi, Muntah
(+) bila batuk keras
 Makan/minum :
sedikit
 Sudah berobat ke
puskesmas, diberi puyer
penurun panas dan
puyer racikan yang
berisi antibiotik dan obat
batuk, tetapi sesak
bertambah

RPD  Belum pernah


sesak sebelumnya.
 Alergi (-)

RPK  Tidak ada keluarga


dengan riwayat batuk
lama atau asma
 Riwayat Alergi di
keluarga juga disangkal
 Saat ini keluarga
tidak ada yang sakit
detail, karakteristik subjek diperlihatkan pada
Besar sampel yang dibutuhkan berdasarkan Tabel 1.
perhitungan besar sampel masing-masing
RPSos  Tinggal variabel
dirumah dengan
Risiko α tinggi
lebih = 0,05 pada
dan βanak
= 0,20
darimaka
ibu Berdasarkan analisis bivariat didapat bahwa
didapatkan besar sampel
sewa di perkampungan, usia muda atau ibu yang merokokmaksimal untuk
selama paparan asap rokok berhubungan dengan
variabel yang diteliti adalah 29 untuk masing-
padat penduduk, dan kehamilan dan tinggal di lingkungan
masing kelompok. Data yang diperoleh akan bronkiolitis [RP=2,249 (IK 95% 1,516-3,335),
ventilasi kurang padatmenggunakan
dianalisis penduduk.1analisis bivariat uji Kai-
 Sumber air bersih P=0,003] sedangkan, riwayat lahir kurang bulan
kuadrat atau uji mutlak Fisher. Variabel perancu
PDAM akan dikontrol dengan analisis multivariat regresi dan ASI eksklusif tidak berhubungan dengan
 MCK pribadi logistik. Hasil dikatakan bermakna bila P<0,05.
bronkiolitis (Tabel 2).
Penelitian ini telah mendapatkan izin kelaikan
etis dari Komisi Etik Penelitian FK Unud/RSUP
Sanglah Denpasar. Pada analisis multivariat (regresi logistik)
didapat bahwa paparan asap rokok berhubungan
HASIL dengan bronkiolitis [RP=9,629 (1,072-86,474),
P=0,043], sedangkan jenis kelamin dan riwayat
Selama periode penelitian yang dilakukan pada
bulan Agustus-Desember 2016, didapatkan 67 atopi tidak berhubungan dengan bronkiolitis
(Tabel 3).
Tabel 1. Karakteristik Subjek

No. Variabel Bronkiolitis Bukan Bronkiolitis

(N=29) (N=29)

1. Umur (bulan), rerata (SB) 9,5 (SB 5,61) 9,9 (SB 6,18)

2. Jenis kelamin (lelaki), n (%) 22 14

3. Riwayat atopi (ya), n (%) 9 3

4. Riwayat dititip di TPA (ya), n (%) 18 14

R/Kehamilan  Selama hamil, kontrol di usia kurang dari 12 minggu, riwayat


& Persalinan Puskesmas dan bidan prematuritas, penyakit jantung-paru yang
praktek, diberi tambah mendasari, serta imunodefisiensi
darah dan kalk, tidak
pernah sakit selama
hamil.
 Lahir di Bidan Praktek
Swasta, BB Lahir 2900
gr, langsung menangishttps://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 30
 Tidak pernah kuning doi:10.24843.MU.2020.V9.i8.P06
atau sakit lainnya sejak
lahir sampai umur 1
bula

R/Gizi  Masih minum ASI saja Serig pada anak yang tidak diberi ASI
 Diseling susu botol 4 x
120 cc (1 takar 30 cc)
 Nasi tim kasar, sekitar
5 – 10 sendok makan,
dicampur dengan
sayur dan lauk 
 Sayur : bayam dan sop
 Lauk : hati ayam, ikan
lele dan tahu
 Buah 1x/hr : jus tomat,
pisang dan air jeruk

R/Imunisasi  BCG : usia 1 bulan -


(scar +)
 Hepatitis B : 4x, I : saat
lahir, II : usia 2 bln, III :
3 bln, IV : 4 bln
 DPT : 3x, I : 2 bln, II : 3
bln III : 4 bln
 HiB : 3x, I : 2 bln, II : 3
bln, III : 4 bln
 Polio : 4x, I : 2 bln, II :
3, III : 4 bln
 IPV : Vaksin sedang
habis
 MR : belum

R/Tumbang  Tengkurap usia 3 -


bulan
 Duduk usia 6 bulan
 Ongkong2 dan
belum bisa merangkak
 Bisa bicara
sekitar5 kata, tapi
masih belum jelas

Status Sakit sedang


Generalis
Status Gizi baik
Pemeriksaan  Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan
Fisik tampak sakit sedang, fisik yang mengarah pada
kenaikan suhu 38,3 C,
0 diagnosis bronkiolitis adalah ada
kenaikan nadi 132 takipnea, takikardi, peningkatan suhu
x/mnt, kenaikan RR 46 38,50 C, dapat disertai kojungtivitis dan
x/mnt faringitis. pada anak dengan bronkiolitis
 Pemeriksaan antara lain mengi (yang tidak membaik
status generalis : dengan tiga dosis bronkodilator kerja
tampak dyspnea, cepat), ekspirasi memanjang, hiperinflasi
Kepala/Leher :
dinding dada, hipersonor pada perkusi,
pernapasan cuping
hidung (+/-), Thoraks : retraksi dinding dada, crackles atau ronki
retraksi (+) intercostal pada auskultasi, sulit makan, menyusu
dan subcostal ringan, atau minum.4
Rhonki (+)/(-),
Wheezing (+), Sianosis bisa terjadi jika gejala hebat
Ekstremitas : CRT < 2 terutama pada anak usia <6 bulan
dtk, 
 Pemeriksaan
status neurologis : dbn

Pemeriksaan Hb     : 9,6 g/dl pemeriksaan laboratorium DL, AGD,


Penunjang Leukosit    : 11.330 /mm 3
dan radiologi
Hematokrit  : 27,1 %
Trombosit    : 291.000
/mm 3

Resume  Sesak sejak 2 hari


sebelum masuk RS,
sesak bertambah,
sesak pertama kali,
disertai mengi bila
bernapas
 Batuk sejak 2 hari
sebelum sesak, batuk
kering, kadang sampai
muntah, tidak
terpengaruh waktu
 Pilek (+)
bersamaan dengan
batuknya
 Demam sejak 1
hari sebelum batuk,
mula-mula sumer
kemudian tinggi,
kejang (-), menggigil (-)
 Muntah (+) bila
batuk keras
 Pemeriksaan fisik :
tampak sakit sedang,
kenaikan suhu 38,3 C, 0

kenaikan nadi 132


x/mnt, kenaikan RR 46
x/mnt
 Pemeriksaan
status generalis :
tampak dyspnea,
Kepala/Leher :
pernapasan cuping
hidung (+/-), Thoraks :
retraksi (+) intercostal
dan subcostal ringan,
Rhonki (+)/(-),
Wheezing (+),
Ekstremitas : CRT < 2
dtk, 
 Pemeriksaan
status neurologis : dbn
 Pemeriksaan
penunjang :
hemoglobin rendah,
hematokrit rendah

Daftar  Sesak 
Masalah  Demam
 Hemoglobin
rendah dan
Hematokrit rendah
Diagnosis  Bonkiolitis
Banding  Bronkopneumonia
 Bronkitis akut
 Asma bronkial
 Kelainan bawaan
paru

Diagnosis Bronkiolitis + anemia Klinisi harus dapat menegakkan


Kerja def.Fe diagnosis bronkiolitis dan menilai derajat
keparahan berdasarkan riwayat penyakit
serta pemeriksaan klinis; pemeriksaan
laboratorium dan radiologis tidak harus
rutin dilakukan.
Bronkiolitis
Planning - Si< TIBC, hapusan
Diagnosis darah
- Foto thorax

Planning  Terapi oksigen : 1 - 1. Oksigenasi asal >2 L/menit dengan - randomized controlled trial di Eropa pada tahun
Terapi 2 L/mnt maksimal 8-10 L/menit dapat 2009 menunjukkan bahwa nebulisasi epinefrin dan
  Terapi cairan : menurunkan kebutuhan rawat di deksametason oral pada anak dengan bronkiolitis
Infus RL 730CC Paediatrics Intensive Care Unit (PICU). dapat mengurangi kebutuhan rawat inap,
Simptomatik :
 Antipiretik : 2. Cairan
Paracetamol drop 3 x
0,5 cc 3. Bronkodilator dan Kortikosteroid 
Causatif : Albuterol dan epinefrin,
 Antibiotic :
Ampicilin 50-200 4. Antivirus Ribavirin (tidak rutin
mg/kgBB/hari IV, 4 kali digunakan)
sehari
 Tablet besi per oral 5. Antibiotik  berspektrum luas,
ferrosus gluconate namun untuk Mycoplasma pneumoniae
tablet: 3 x 200 mg
diatasi dengan eritromisin (jika ada
infeksi sekunder)

6. Fisioterapi teknik vibrasi ataupun


perkusi (5 trials) atau teknik pernapasan
pasif tidak lebih baik selain pengurangan
durasi pemberian terapi oksigen (tdkrutin -
dikerjakan) - The American Academy of Pediatrics
merekomendasikan penggunaan ribavirin pada
keadaan yang diperkirakan akan menjadi lebih berat
seperti pada penderita bronkiolitis dengan kelainan
jantung, fibrosis kistik, penyakit paru kronik,
imunodefisiensi, dan pada bayi-bayi prematur

-
Planning  Keadaan umum
Monitoring  TTV (Suhu tubuh,
sesak, dan takipnea)
 Monitoring asupan
gizi
 Monitoring muntah
 Pemeriksaan DL,
hematokrit/12jam,
minim 1x sehari
 Balans cairan

Planning  Cukup istirahat, - Salah satu bentuk pencegahan terhadap - Camargo, dkk. pada 922 anak-anak Selandia Baru,
Edukasi cukup minum 🡪 ASI RSV adalah higiene perorangan menyatakan bahwa rendahnya kadar 25-
tetap dijalankan bisa meliputi desinfeksi tangan hydroxyvitamin D (25 [OH] D) darah tali pusat
diberikan air putih dan menggunakan alcohol based rubs atau berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi
jus buah dengan air dan sabun sebelum dan pernapasan dan mengi berulang
 Lingkungan yang
sesudah kontak langsung dengan - The American Academy of Pediatrics (AAP)
cukup ventilasi dan
sinar matahari
pasien atau objek tertentu yang merekomendasikan konsumsi vitamin D 400 IU
 Dipastikan berdekatan dengan pasien. setiap hari untuk bayi baru lahir dilanjutkan sampai
antibiotik dikonsumsi - perlindungan terhadap paparan asap memasuki usia remaja.
secara lengkap dan rokok serta polusi udara serta -
kontrol teratur  pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan mencegah kejadian bronkiolitis
- Vitamin D adalah salah satu faktor
yang berperan dalam perjalanan
penyakit bronkiolitis.
-
-

Nb : studi kasus  kasus minicex RSU haji UHT

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4235450/pdf/pch-
19-485.pdf  Bronchiolitis: Recommendations for diagnosis,
monitoring and management of children one to 24 months of age
  Ferrante et al. Italian Journal of Pediatrics (2020) 46:147
https://doi.org/10.1186/s13052-020-00914-4

Anda mungkin juga menyukai