Anda di halaman 1dari 1

Kontroversi Pembekuan Lembaga Mahasiswa ; bobroknya akal mahasiswa atau merdekanya

idealisme ?

Sekitar seminggu yang lalu, kita dikejutkan dengan edaran surat dari beberapa fakultas
tentang pembekuan organisasi induk di tataran fakultas masing-masing, seperti yang terjadi di
fakultas kehutanan, ekonomi dan budaya serta sosial dan politik, pada masing masing lembaga
mahasiswa yang dibekukan, konflik yang menjadi pemicu dibekukannya “ruang pemikiran” dan
“taman intelektual” bagi mahasiswa itu memiliki persamaan satu sama lain, dapat kita tarik benang
merahnya, yaitu “MENOLAK UNTUK MENGAKUI KEABSAHAN PERATURAN REKTOR ORGANISASI
KEMAHASISWAAN” atau “PR ORMAWA” .Ibarat sebuah skenario film, peristiwa ini dapat dikatakan
sebagai klimaks dari konflik yang telah terjadi sejak dimulainya “drama” dan dinamika pandangan
terhadap peraturan ormawa itu.

Lumrah bagi sebuah kisah dikampus, mahasiswa merupakan bagian dari romantisme
berlembaga dan perjuangan nilai luhur tri dharma perguruan tinggi, yang tak lain adalah
pendidikan,penelitian serta pengabdian masyarakat. Kita melangkah menuju arah yang sama, namun
tak dapat dipungkiri, kadang kita melalui jalan yang saling bertolak belaka.

Saya menaruh respek terhadap mereka yang rela menjadi tombak idealis yang menancap
ditengah gelombang arus kaum birokratis (baca: oligarki) yang sembunyi dibalik topeng demokrasi.
Namun disisi lain, saya juga mengutuk mereka yang membawa paham yang terkontaminasi ego
pribadi demi tercapainya ideologi tanpa mempertimbangkan resiko dari kebijakan yang diambil,
seperti matinya lembaga yang menjadi

Anda mungkin juga menyukai