Anda di halaman 1dari 107

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALYOGYAKARTA

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK BUMI

Disusun Oleh :

Nama : FEBRYANTO

NIM : 4100190022

YOGYAKARTA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Akhir Praktikum Geologi Minyak Bumi disusun

oleh : Nama : FEBRYANTO

NIM : 4100190022

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti responsi Praktikum Geologi Minyak


Bumi
Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Yogyakarta ,26 April 2021

Dosen Geologi Minyak Bumi Asdos Geologi Minyak Bumi

( ) ( )
KATA NGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena


hanya oleh Rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penyusun, maka
dengan demikian penyusun dapat menyelesaikan laporan akhir
Praktikum Geologi Minyak Bumi ini.

Laporan ini disusun berdasarkan tugas - tugas selama mengikuti


praktikum dan buku – buku yang membahas tentang Geologi Minyak
Bumi serta referensi lain yang sangat menunjang dalam penyusunan
laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna,


karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan dari penyusun. Oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Laporan ini merupakan
tulisan yang dibuat berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan.
Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata
penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam
tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa
di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb

Yogyakarta, 26 April 2021

FEBRYANTO/4100190022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Maksud dan Tujuan

1.3. Batasan masalah

BAB II. DASAR TEORI

2.1. Konsep Batuan Induk

2.2. TOC (Total Organic Carbon)

2.3. Analisis Cutting & Coring

2.4. Log GR, SP , Log Resistivitas & Porositas

2.5. Perhitungan & Analisis Porositas dan Permeabilitas ( vshale


, porositas efektif ,Sw, dan Sh)
2.6. Pengaplikasian Log ( Korelasi Reservoir, korelasi sumur)

2.7. Peta bawah permukaan ( Isopach, Kontur Struktur, fasies dll)

2.8. Petroleum System (Net to Gross), Migas Konvensional & Non


Konvensional
Metode & Perhitungan Cadangan MIGAS
BAB III. PEMBAHASAN
3.1. Acara 1. Konsep Batuan Induk

3.2. Acara 2. TOC (Total Organic Carbon)

3.3. Acara 3. Analisis Cutting & Coring

3.4. Acara 4. Log GR, SP , Log Resistivitas & Porositas ( Log


Sumur PSK dan Atlas-19)
3.5. Acara 5. Hasil Perhitungan & Analisis Porositas dan
Permeabilitas ( vshale ,porositas efektif , Sw, dan
Sh)
3.6. Acara 6. Korelasi Reservoir
3.7 Acara 7. Peta bawah permukaan (resume peta isopach, kontur
struktur, petafasies, dll)
3.8 Acara 8. Petroleum System , Migas Konvensional & Non
konvensional (Perhitungan NTG, Analisis Petroleum system dan
interpretasi seismik 9a, 9b)
3.9 Acara 9. Resume Metode & Perhitungan Cadangan MIGAS
BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Core Bit

Gambar Sidewall Coring Tool

Gambar Contoh Core dalam kotak

kayu Gambar LOG GR

Gambar LOG Resistivitas

Gambar Zona Gas

Gambar Wireline LOG

Gambar LOG SP

Gambar LOG Densitas

Gambar LOG Neutron

Gambar LOG Sonik

Gambar Source Rock

Gambar Migas
DAFTAR TABEL

Tabel Potensi sumber dari Immature Kerogen Berdasarkan Indeks Hidrogen

Tabel Zonasi pembentukan minyak bumi (Sissada, 1986)

Tabel Perbandingan Metode Perhitungan Cadangan


BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geologi minyak Bumi adalah salah satu cabang ilmu geologi untuk
mengetahui keberadaan minyak Bumi di bawah tanah, kemudian mengeksplorasi
dan memproduksinya. Secara umum ada dua jenis geologi minyak Bumi, yaitu
geologi eksplorasi minyak Bumi yang mencakup pencarian minyak Bumi dan
geologi produksi minyak Bumi. Produksi minyak Bumi dalam bidang
perminyakan bukan diartikan untuk membuat minyak Bumi, tetapi hanyalah
membuat fasilitas untuk mengalirkan minyak Bumi dari bawah tanah ke atas
permukaan tanah, dengan menggunakan pemboran dan pompa-pompa.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari Praktikum Geologi Minyak Bumi adalah mengenal
dan mengetahui tentang Konsep Batuan Induk,TOC, Analisis Cutting dan
Coring, Log GR, SP , Log Resistivitas & Porositas, Peta bawah permukaan,
Petroleum System , Migas Konvensional & Non konvensional, Metode &
Perhitungan Cadangan MIGAS.

Tujuan dilakukannya pembuatan laporan ini adalah untuk


persyaratan mengikuti responsi praktikum geologi minyak bumi.

1.3. Batasan masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, batasan-batasan


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cadangan hidrokarbon yang akan dicari pada penelitian ini adalah


cadangan hidrokarbon mula-mula di reservoir/ OOIP (Original Oil in Place).

2. Penerapan fuzzy logic pada metode volumetric untuk menghitung cadangan


hidrokarbon.

3. Data cadangan hidrokarbon pada penelitian ini dihitung berdasarkan


informasi cores atau dianggap bahwa reservoir analog (karakteristik geologi
dan petrofisik) untuk memproduksi atau menguji reservoir di area yang
sama
BAB II. DASAR TEORI
2.1 KONSEP BATUAN INDUK

Agar minyak dan gas Bumi dapat terbentuk dan tersimpan dalam perut
Bumi untuk kemudian ditemukan oleh manusia, dibutuhkan syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat itu di antaranya:

1. Terdapatnya batuan induk atau source rock, yaitu batuan sedimen yang

mengandung material organik

2. Adanya migrasi, yaitu proses berpindahnya minyak dan gas Bumi yang

terbentuk di source rock menuju lapisan resorvoir

3. Adanya batuan resorvoir yang merupakan batuan sedimen berpori,

sehingga minyak dan gas Bumi dapat tersimpan di daerah tersebut

4. Adanya perangkap minyak dan gas Bumi atau yang biasa disebut oil trap,

yaitu bentukan yang menyebabkan minyak dan gas Bumi terperangkap di

dalamnya

5. Terdapatnya batuan penutup yang merupakan batuan sedimen kedap air,

yang menyebabkan minyak dan gas Bumi tidak bisa keluar lagi sampai

saatnya ditemukan oleh manusia.

Ada beberapa pengertian dari batuan induk ataupun sorce rock yaitu sebagai

berikut

1. Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang

memiliki kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985)


2. Pengertian batuan induk adalah batuan sedimen yang sedang, akan, atau

telah menghasilkan hidrokarbon (Tissot and Welte, 1984 vide Peter and

Cassa, 1994).

3. Source rock adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang

terendapkan oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon

seperti selayaknya. Justru karbonat terendapkan dan menjadi batu

Ada beberapa istilah mengenai batuan induk yang harus kita pahami, antara lain :

1. Batuan Induk efektif (effective source rocks) adalah batuan sedimen yang

sudah menghasilkan dan mengeluarkan (expelled) hidrokarbon

2. Batuan induk yang mungkin (possible source rocks) adalah batuan

sedimen yang potensi sumbernya belum dievaluasi, tetapi mungkin telah

menghasilkan dan mengeluarkan hidrokarbon

3. Batuan Induk potensial (potential source rocks) adalah batuan sedimen

yang belum matang (immature) yang kapabilitasnya dalam menghasilkan

dan mengeluarkan hidrokarbon diketahui jika tingkat kematangan termal

menjadi lebih tinggi.

Batuan induk (source rock) diklasifikasikan dari jenis kerogen bahwa mereka

mengandung, yang pada gilirannya mengatur jenis hidrokarbon yang akan

dihasilkan :

a. Tipe 1 batuan sumber terbentuk dari alga masih diendapkan di bawah

anoksik kondisi di dalam danau : mereka cenderung menghasilkan minyak


mentah lilin ketika diberikan stres termal selama penguburan yang

mendalam

b. Tipe 2 sumber batuan terbentuk dari plankton laut dan bakteri tetap

dipertahankan dalam kondisi anoxic di lingkungan laut: mereka

menghasilkan baik minyak dan gas ketika termal retak selama penguburan

dalam.

c. Tipe 3 batuan sumber terbentuk dari bahan tanaman darat yang telah

diurai oleh bakteri dan jamur dalam kondisi oxic atau sub-oxic: mereka

cenderung menghasilkan sebagian besar gas dengan minyak ringan terkait

ketika termal retak selama penguburan dalam. Kebanyakan serpih bara dan

hitam legam umumnya Tipe 3 batuan sumber.

Faktor Terbentuknya Source Rock

Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu :

1. TOC ( total organic karbon ) merupakan kuantitas dari karbon organic

yang terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan

semakin baik source rock tersebut dan kemungkinan terbentuknya hidrokarbon

akan semakin tinggi. TOC yang dapat menghasilkan adalah di atas 1 % .

2. Kerogen merupakan kualitas dari carbon organic yang terendapkan

dala batuan tersebut. Komposisi kerogen juga dipengaruhi proses pematangan

termal (katagenesis dan metagenesis) yang mengubah kerogen tersebut.

Analisis dan Evaluasi Batuan Induk


Ada 5 hal yang akan di perhatikan dalam analisis dan evaluasi batuan induk,

yaitu:

1. Transformasi material organik

Menurut Waples (1985), hidrokarbon berasal dari material organik

tumbuhan yang telah mati pada masa lampau dengan proses pembentukan yang

sangat rumit. Sampai saat ini, beberapa bagian daripada proses pembentukan

hidrokarbon masih belum dapat dimengerti. Namun secara garis besar diketahui

bahwa material organik ini berasal dari tumbuhan dan alga yang terlindungi

dengan baik pada sedimen berbutir halus yang terendapkan pada daerah tanpa

oksigen (anoksik). Kandungan organik ini akan berubah oleh adanya reaksi kimia

dan biologi pada suhu yang rendah (diagenesis) yang terjadi selama proses

transportasi dan pengendapan.

Perubahan kimia pada tahapan ini akan berkurang dengan hilangnya

kandungan oksigen (O2) dari material organik dalam bentuk air (H2O) dan

karbondioksida (CO2). Material organik yang selama diagenesis berubah menjadi

molekul yang lebih besar dinamakan kerogen. Dengan bertambahnya kedalaman,

porositas dan permeabilitas sedimen akan menurun, sementara suhu akan naik.

Perubahan ini menyebabkan terhentinya aktivitas mikroba secara bertahap, dan

pada akhirnya proses diagenesis organik akan terhenti. Dengan naiknya suhu,

maka reaksi termal menjadi semakin penting.

Selama fase berikutnya (katagenesis), kerogen mulai memisah menjadi

molekul yang lebih kecil dan mudah bergerak. Pada tahap perubahan akhir
(metagenesis), produk pokoknya akan terdiri dari molekul gas yang lebih kecil.

Kerogen yang terbentuk dari material organik yang berbeda, atau pada kondisi

diagenetik yang berbeda, akan memiliki perbedaan secara kimia satu sama lain.

Adanya perbedaan ini juga akan memberi perbedaan pada karakteristik

hidrokarbon yang dihasilkan.

2. Preservasi material organik

Batuan induk, yang dicirikan oleh jumlah kandungan organik tipe tertentu

akan terendapkan pada konisi tertentu. Kondisi yang tepat untuk pembentukan

sedimen yang kaya kandungan organik adalah sebagai berikut:

– Suplai detritus yang kaya material organik dalam jumlah yang banyak

– Terlindungi dari proses oksidasi biogenik/ abiogenik

– Sedimentasi pada daerah dengan energi rendah

– Transportasi yang cepat menuju permukaan pengendapan

Kondisi anoksik (depleted oxygen) diperlukan dalam preservasi material

organik pada suatu lingkungan pengendapan, dikarenakan kondisi lingkungan ini

akan membatasi aktivitas bakteri aerobik dan organisme biturbasi yang sangat

berperan dalam pengrusakan material organik. Kondisi anoksik berkembang

dimana kebutuhan oksigen lebih besar daripada suplai oksigen. Oksigen biasanya

dikonsumsi oleh proses pembusukan (degradasi) zat organik yang telah mati,

dimana kebutuhan oksigen amat besar pada area dimana produktivitas organik

yang tinggi. Pada lingkungan berair (aquatic), suplai oksigen dikontrol oleh
sirkulasi air yang mengandung oksigen dan berkurang pada kondisi pada dasar air

yang stagnan.

3. Analisis kerogen

Material organik akan terpendam dalam sedimen (batuan induk) dalam

bentuk yang disebut kerogen. Pengukuran geokimia dapat digunakan untuk

menentukan kadar dan tingkat kematangan termal batuan ini. Pengukuran potensi

untuk menghasilkan hidrokarbon ditentukan oleh pengukuran Total Organic

Carbon (TOC) dan pyrolysis yield. Batuan dengan pyrolysis yield lebih besar dari

5 kg/ ton disebut batuan induk efektif. Untuk peralatan geokimia yang lebih

modern lagi, seperti gas chromatography dan studi isotop dapat digunakan untuk

menentukan produk hidrokarbon dan juga untuk aplikasi lain, seperti korelasi

batuan induk dengan minyak bumi.

Deskripsi kerogen secara visual (optical) juga dapat menjadi petunjuk

yang berguna untuk mengetahui potensi dan tipe hidrokarbon. Dari pengamatan

secara mikroskopik pada cahaya refeksi (reflected light), kerogen dapat

diklasifikasikan kepada grup exinite, vitrinite, and inertinite. Grup exinite terdiri

dari maseral dengan potensi minyak yang signifikan, sementara grup vitrinit

adalah penghasil gas (gasprone). Grup intertinit tidak mempunyai potensi untuk

menghasilkan hidrokarbon. Pengukuran dari vitrinite reflectance sering digunakan

untuk pengukuran index kematangan thermal.

Potensi sumber dari Immature Kerogen Berdasarkan Indeks Hidrogen

Hidrogen Indeks (mg Principal Product Relative Quantity


HCg/TOC
< 150 gas Small
150-300 Oil + gas Small
300-450 Oil Moderate
450-600 Oil Large
> 600 Oil Very Large

4. Indikator kematangan termal

Vitrinite reflectance adalah indicator kematangan batuan induk yang

paling sering digunakan, dilambangkan dengan Ro (Reflectance in oil). Nilai Ro

untuk mengukur partikel-partikel vitrinite yang ada dalam sampel amat bervariasi.

Untuk menjamin kebenaran pengukuran, maka penentuan nilai Ro diperlukan

secara berulang pada sampel yang sama. Bila distribusi dari vitrinite reflectance

adalah bimodal, maka ada kemungkinan telah terjadi reworking. Skala vitrnite

relectance yang telah dikalibrasikan oleh berbagai parameter kematangan yang

lain oleh studi minyak dan gas adalah sebagai berikut:

– Ro < 0.55 belum matang (immature)

– 0.55 < Ro < 0.8 telah menghasilkan minyak dan gas bumi

– 0.8 < Ro < 1.0 minyak berubah menjadi gas bumi (zona kondensat gas)

– 1.0 < Ro < 2.5 dry gas

Vitrinite reflectance adalah indikator kematangan termal yang sangat baik

pada Ro antara 0.7 dan 0.8. Salah satu penggunaan vitrinite reflectance yang juga

penting dalam analisis cekungan (basin analysis) adalah kalibrasi sejarah termal
(thermal history) dan sejarah pengendapan (burial history) dengan tingkat

kematangan pada masa sekarang.

5. Akumulasi dan pembentukan minyak bumi

Hidrokarbon terbentuk ketika batuan induk telah menghasilkan dan

mengeluarkan hidrokarbon. Hidrokarbon ini seterusnya akan mengalir melalui

lapisan pembawa (carrier bed) menuju perangkap (trap). Hidrokarbon dihasilkan

sebagai reaksi dari perpecahan kimiawi kerogen (chemical breakdown) bersamaan

dengan bertambahnya suhu. Dengan keluarnya hidrokarbon dari batuan induk,

maka sisa kerogen akan berubah menjadi residu karbon. Suhu dan waktu adalah

faktor terpenting dari pecahnya kerogen. Keluarnya hidrokarbon dari batuan induk

kemungkinan terjadi akibat adanya perpecahan mikro (micro-fracturing) pada

batuan induk setelah terjadi overpressure akibat terbentuknya hidrokarbon.

Batuan induk yang miskin tidak akan menciptakan cukup minyak untuk

mengakibatkan ekspulsi hidrokarbon. Pada tingkat kematangan yang lebih lanjut,

maka minyak akan akan berubah menjadi gas yang lebih mudah untuk lepas dari

batuan induk. Untuk batuan induk yang kaya, efisiensi dari pengeluaran minyak

cukup tinggi (60 – 90 %). Lepasnya hidrokarbon dari batuan induk ke lapisan

pembawa (carrier bed) disebut juga migrasi primer (primary migration).

Perpindahan hidrokarbon melalui lapisan pembawa yang porous dan permeable

menuju perangkap (traps) disebut juga migrasi sekunder (secondary migration).

Kekuatan utama dibalik migrasi sekunder adalah adanya buoyancy yang

diakibatkan oleh adanya perbedaan densitas antara minyak (atau gas) dan air pada

pori pori batuan.


Sedangkan yang menahan buoyancy ini adalah tekanan kapiler (capillary

pressure). Tekanan kapiler akan semakin naik dengan semakin kecilnya pori pori

batuan. Selama migrasi sekunder (secondary migration), hidrokarbon cenderung

mengalir melalui jaringan pori pori batuan yang saling berhubungan pada lapisan

penghantar (carrier bed) daripada meliputi volume lapisan penghantar secara

keseluruhan. Perpindahan akan terhenti pada saat hidrokarbon melalui pori batuan

yang lebih kecil dimana tekanan kapiler (capillary pressure) akan lebih besar dari

gaya buoyancy dari kolom minyak. Sistem pori ini disebut juga sebagai lapisan

penutup (seal) dengan tinggi maksimum kolom minyak yang dapat ditahan oleh

lapisan penutup (seal) dapat dihitung. Hidrokarbon cenderung untuk pindah

searah dengan kemiringan (true dip) pada bagian atas dari lapisan penghantar

(carrier bed). Oleh karena itu peta struktur kontur dapat digunakan untk mebuat

model arah migrasi. Selama migrasi yang panjang (sebagai contoh pada foreland

basin), hidrokarbon akan mengalir terpusat pada tinggian regional (regional high).

Hilangnya hidrokarbon pada saat migrasi sekunder (secondary migration)

sangat sulit untuk dihitung. Akhirnya, hidrokarbon akan terperangkap dalam

reservoar yang yang disemuti oleh lapisan penghambat (seal). Hidrokarbon ini

akan berubah secara fisik dan kimia oleh proses biodegradasi, water washing,

deeasphalting dan alterasi termal pada perangkap tersebut.

Analisa Jumlah Organik Dalam Batuan Induk

Jumlah material organik yang terdapat di dalam batuan sedimen

dinyatakan sebagai Karbon Organik Total (TOC). Analisis ini cukup murah,
sederhana dan cepat. Biasanya memerlukan satu gram batuan, tetapi jika sample

banyak material organik, jumlah yang lebih kecil dari satu gram cukup.

Analisa TOC biasanya dilakukan dengan suatu alat penganalisis karbon,

Leco Carbon Analyzer.

Dimana tekniknya cukup sederhana, yaitu dengan membakar sample yang

berbentuk bubuk, bebas mineral karbonat pada temperatur tinggi dengan batuan

oksigen. Semua karbon organik dirubah menjadi karbon dioksida, yang kemudian

diperangkap dalam alat tersebut dan dilepaskan dalam suatu detector ketika

pembakaran sudah usai jumlah karbon organik di dalam batuan karbonat harus

dihilangkan dalam sample dengan asam klorida sebelum pembakaran, karena

mineral karbonat juga terurai selama pembakaran dan menghasilkan karbon

dioksida. Sample dengan kandungan TOC rendah biasanya dianggap tidak mampu

membentuk hidrokarbon yang komersial dan karena itu sample seperti biasanya

tidak dianalisis lebih lanjut. Titik batas didiskualifikasikan biasanya tidak merata,

tetapi pada umumnya antara 0,5 dan 1 % TOC. Sample yang terpilih, dianalisis

lebih lanjut untuk tipe material organik yang dikandungnya.

Jika penentuan TOC ditentukan terhadap sample inti bor, maka

pengambilan sample tersebut didasarkan pada litologi yang menarik. Sebelum

melakukan penentuan TOC, teknisi harus membuang kontaminan dan material

jatuhan. Jika terdapat lebih dari satu litologi dalam suatu sample, maka kita harus

melakukan pengambilan material tertentu saja. Pendekatan lain adalah tanpa

memilih materialnya dengan harapan agar kita mendapatkan harga yang

mencerminkan keseluruhan sample.


Kekurangan dari cara ini adalah kita secara tidak sadar mencampur

material kaya yang seringkali jumlahnya relatif sedikit dengan material yang tidak

mengandung material organik (kosong) yang jumlahnya cukup banyak, sehingga

akhirnya memberikan data yang membuat kita menjadi pesimis. Karena kedua

cara tersebut berbeda, maka jika tidak seseorang akan melakukan interpretasi

haruslah mengetahui metode mana yang telah ditempuh agar dapat menghasilkan

interpretasi dengan akurasi tinggi.

Tingkat Kematangan Minyak Bumi

Para ahli berpendapat bahwa proses kematangan dikontrol oleh suhu dan

waktu. Pengaruh suhu yang tinggi dalam waktu yang singkat atau suhu yang

rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan terubahnya kerogen minyak

bumi. Mengenai jenis Minyak bumi yang terbentuk tergantung pada tingkat

kematangan panas batuan induk, semakin tinggi tingkat kematangan panas batuan

induk maka akan terbentuk Minyak bumi jenis berat, Minyak bumi ringan,

kondensat dan pada akhirnya gas.

Dari pengaruh suhu dan kedalaman sumur, umur batuan juga berperan

dalam proses pembentukan minyak bumi. Umur suatu batuan erat hubungannya

dengan lamanya proses pemanasan bedangsung serta jumlah panas yang diterima

batuan induk, sehingga suatu batuan induk yang terletak pada kedalaman yang

dangkal, pada kondisi temperatur yang rendah dapat mencapai suhu pembentukan

minyak bumi dalam suatu skala waktu tertentu.

Dari hasil suatu riset, Bissada (1986) menyatakan bahwa temperatur

pembentukan minyak bumi sangat bervariasi. Dijelaskan bahwa batuan yang


berusia lebih muda relatif memerlukan temperatur yang lebih tinggi dalam

pembentukan minyak bumi.

5 tahapan zonasi pematangan minyak bumi menurut Bissada (1986) adalah

1. Zona I : dimana gas dapat terbentuk sebagai akibat aktivitas bakteri tidak ada

minyak yang dapat dideteksi kecuali minyak bumi tersebut merupakan zat

pengotor atau hasil suatu migrasi.

2. Zona II : merupakan awal pembentukan minyak bumi. Hasil utama yang

terbentuk pada zona ini adalah gas kering basah dan sedikit kondensat. Adanya

pertambahan konsentrasi minyak akan menyebabkan minyak burni terus

mengalami pengeceran, tetapi belum dapat terbebaskan dari batuan induknya.

Begitu titik kritis kemampuan menyimpan terlampaui, proses pelepasan minyak

bumi sebagai senyawa yang telah matang dimulai.

3. Zona III : merupakan zona puncak pembentukan dan pelepasan minyak bumi

dari batuan induk. Bentuk utama yang dihasilkan berupa gas dan minyak bumi.

Dengan bertambahnya tingkat pematangan maka minyak yang berjenis ringan

akan terbentuk.

4. Zona IV : merupakan zona peningkatan pembentukan kondensat gas basah.

5. Zona V : merupakan zona terakhir, dicirikan dengan suhu yang tinggi

sehingga zat organik akan terurai menjadi gas kering (metana) sebagai akibat

karbonisasi. Perubahan yang terjadi sebagai akibat penambahan panas dan

lamanya pemanasan pada kerogen atau batubara dapat bersifat kimia dan fisika,

seperti diuraikan oleh Bissada (1980) sebagai berikut :

a. Daya pantul cahaya dari partikel vitrinit akan meningkat secara

eksposnensial.
b. Warna kerogen akan berubah menjadi lebih gelap.

c. Adanya peningkatan mutu batubara, dengan kandungan volatile akan

berkurang.

d. Sifat kimia dari kerogen akan berubah, kandungan oksigen dan hidrokarbon

akan berkurang sehingga perbandingan dari atom oksigen / karbon dan hydrogen /

karbon akan menurun dan akhirnya hanya akan membentuk karbon mumi (grafit).

ZONE I
BIOHEMICAL METANE GENERATION
DRY GAS
ZONE II
INITIAL THERMOCHEMICAL GENERATION
NO EFFECTIVE OIL RELEASE
DRY GAS - WET GAS - CONDENSATE - (OIL ?)
ZONE III
MAIN PHASE OF MATURE OIL GENERATION AND RELEASE OIL AND
GAS
ZONE IV
THERMAL DEGRADATION OF HEAVY
HIDROCARBON (OIL PHASE - OUT)
CONDENSATE WET GAS - DRY GAS
ZONE V
INTENSE ORGANIC METAMORFISM: METANA FORMATION DRY
GAS
Zonasi pembentukan minyak bumi (Sissada, 1986)
2.2 TOC (TOTAL ORGANIC CARBON)

Total organik karbon (TOC) adalah jumlah karbon yang terikat dalam
suatu senyawa organik dan sering digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari
kualitas air atau kebersihan peralatan pabrik farmasi. Analisis khas untuk
mengukur TOC total karbon sekarang serta karbon anorganik (IC). Mengurangkan
anorganik karbon dari hasil karbon total TOC. Varian umum lainnya meliputi
analisis TOC mengeluarkan bagian IC terlebih dahulu dan kemudian mengukur
sisa karbon. Metode ini melibatkan membersihkan sebuah diasamkan sampel
dengan udara bebas karbon atau nitrogen sebelum pengukuran, dan lebih tepat
disebut purgeable non-organik karbon (NPOC).
Sejak awal 1970-an, TOC telah diakui sebagai teknik analitis untuk
mengukur kualitas air minum selama pemurnian air proses. TOC dalam sumber
air berasal dari pembusukan bahan organik alami (NOM : natural organic matter)
dan dari sintetis sumber. Humik asam, fulvic asam, amina, dan urea merupakan
jenis NOM. Deterjen, pestisida, pupuk, herbisida, kimia industri, dan diklorinasi
organik adalah contoh sumber sintetis. [2] Sebelum air sumber diperlakukan
untuk desinfeksi, TOC memberikan peran penting dalam mengukur jumlah NOM
dalam sumber air. Ketika air baku mengandung kaporit, klor aktif senyawa (Cl 2,
HOCl, Clo -) bereaksi dengan diklorinasi NOM untuk menghasilkan produk
samping desinfeksi (DBPs). Banyak peneliti telah menentukan bahwa tingkat
yang lebih tinggi dari sumber NOM dalam air selama proses desinfeksi akan
meningkatkan jumlah karsinogenik (suatu bahan yang dapat
mendorong/menyebabkan kanker) dalam air minum yang diproses.
Dari Amerika Serikat Environmental Protection Agency (EPA), analisis TOC
muncul sebagai alternatif cepat dan akurat dibandingkan analisis kebutuhan
oksigen biologis (BOD) dan analisis kebutuhan oksigen kimia (COD) yang secara
tradisional disediakan untuk menilai potensi polusi air limbah. Hari ini, lembaga
lingkungan hidup mengatur batas-batas jejak DBPs dalam air minum. Metode
analisis yang diterbitkan baru-baru ini, seperti Amerika Serikat Environmental
Protection Agency (EPA) 415,3 metode, D / DBP aturan, mengatur jumlah NOM
untuk mencegah pembentukan selesai DBPs di perairan.
Farmasi
Pengenalan bahan organik ke dalam sistem air terjadi tidak hanya dari
organisme hidup dan dari materi yang membusuk di sumber air, tetapi juga dari
pemurnian dan sistem distribusi bahan. Suatu hubungan dapat ada antara
endotoksin, mikroba pertumbuhan, dan perkembangan biofilm di pipa dinding dan
pertumbuhan biofilm dalam sistem distribusi farmasi. Sebuah korelasi diyakini
ada antara TOC konsentrasi dan tingkat endotoksin dan mikroba.
Mempertahankan tingkat TOC rendah membantu untuk mengontrol tingkat
endotoksin dan mikroba dan dengan demikian pengembangan pertumbuhan
biofilm.
The United States Pharmacopoeia (USP), Farmakope Eropa (EP) dan Farmakope
Jepang (JP) mengakui TOC sebagai tes yang diperlukan untuk air murni dan air
untuk injeksi (WFI). Untuk alasan ini, TOC telah menemukan penerimaan sebagai
atribut pengendalian proses dalam bioteknologi industri untuk memantau kinerja
operasi unit yang terdiri dari pembersihan dan sistem distribusi. Karena banyak
operasi bioteknologi ini mencakup persiapan obat-obatan, yang US Food and
Drug Administration (FDA) enacts berbagai peraturan untuk melindungi
kesehatan masyarakat dan memastikan kualitas produk tetap dipertahankan.
Untuk memastikan tidak ada kontaminasi silang antara menjalankan produk obat
yang berbeda, berbagai prosedur pembersihan dilakukan. Tingkat konsentrasi
TOC digunakan untuk melacak keberhasilan prosedur validasi pembersihan ini
terutama bersih-di-tempat (CIP).
Pengukuran
Untuk memahami proses analisis yang lebih baik, beberapa terminologi dasar
kunci harus dipahami dan hubungan mereka satu sama lain (Gambar 1).
 Total Carbon (TC) – semua karbon dalam sampel, termasuk karbon
anorganik dan organik
 Total Inorganic Carbon (TIC) – sering disebut sebagai karbon anorganik
(IC), karbonat, bikarbonat, dan terlarut karbon dioksida (CO 2); suatu material
yang berasal dari sumber non-hidup.
 Total Organic Carbon (TOC) – material berasal dari vegetasi yang
membusuk, pertumbuhan bakteri, dan metabolik kegiatan hidup organisme atau
bahan kimia.
 Non-Purgeable Organic Carbon (NPOC) – biasa disebut sebagai TOC;
sisa karbon organik dalam sampel diasamkan setelah membersihkan sampel
dengan gas.
 Purgeable (volatile) Organic Carbon (POC) – karbon organik yang
telah dihapus dari netral, atau sampel diasamkan dengan membersihkan dengan
gas inert. Ini adalah senyawa yang sama disebut sebagai Volatile Organic
Compounds (VOC) dan biasanya ditentukan oleh Trap Purge Gas Kromatografi.
 Dissolved Organic Carbon (DOC) – sisa karbon organik dalam sampel
setelah penyaringan sampel, biasanya menggunakan 0,45 mikrometer penyaring.
 Suspended Organik Karbon – juga disebut partikulat karbon organik
(PtOC); partikel karbon dalam bentuk yang terlalu besar untuk melewati
penyaring.
Karena semua hanya analisis TOC benar-benar mengukur total karbon, analisis
TOC selalu memerlukan beberapa akuntansi untuk karbon anorganik yang selalu
hadir. Salah satu teknik analisis melibatkan proses dua tahap yang biasanya
disebut sebagai TC-IC. Ini mengukur jumlah karbon anorganik (IC) berevolusi
dari diasamkan alikuot dari sampel dan juga jumlah total karbon (TC) hadir dalam
sampel. TOC dihitung dengan pengurangan dari nilai IC dari TC sampel. Varian
lain menggunakan peningkatan keasaman dari sampel untuk berevolusi karbon
dioksida dan mengukur sebagai karbon anorganik (IC), kemudian mengoksidasi
dan mengukur sisanya purgeable non-organik karbon (NPOC). Metode yang lebih
umum secara langsung langkah-langkah TOC dalam sampel oleh lagi acidifying
sampel ke sebuah pH nilai dari dua atau kurang untuk melepaskan gas IC tetapi
dalam hal ini tidak udara untuk pengukuran. Tersisa purgeable non-CO 2 gas
(NPOC) yang terkandung dalam cairan alikuot ini kemudian teroksidasi
melepaskan gas. Gas-gas ini kemudian dikirim ke detektor untuk pengukuran.
2.3 ANALISIS CUTTING DAN CORING

CUTTING
Analisa serbuk bor (cutting) adalah merupakan sumber informasi dalam
menentukan tanda adanya minyak dan gas, dan untuk deskripsi lithologi batuan.
Dalam analisa cutting ini, dibuat korelasi antara deskripsi sampel dengan
kedalaman.
Penentuan daerah yang mengandung hidrokarbon memerlukan suatu data-
data geologi bawah permukaan secara tepat dan akurat. Salah satu metode untuk
mendapatkan data bawah permukaan tersebut melalui analisa cutting dan analisa
logging Pekerjaan analisa cutting dilakukan dalam kerangka pekerjaan mud
logging yang terutama untuk mengidentifikasi saturasi hidrokarbon
dan mengestimasi karakteristik batuan reservoir.
Analisa cutting merupakan interpretasi serpihan batuan yang tersirkulasi ke
permukaan bersamaan dengan lumpur bor. Serpihan tersebut berasal dari gerusan
batuan reservoir pada saatoperasi pemboran berlangsung. Pada analisa cutting,
kandungan hidrokarbon dapat dideteksi dengan melihat perbahan warna yang
terjadi pada saat cutting tersebut dianalisa. Analisa dilakukan melalui penyinaran
sinar ultraviolet untuk mengetahui lithologi batuannya meliputi jenis batuan,
kandungan mineral,struktur batuan dan kandungan fosil untuk menentukan ada
tidaknya akumulasi hidrokarbon.
Analisa terhadap cutting dapat dilakukan dengan menggunakan pengamatan
fluoroscopic berupa penggunaan sinar ultraviolet untuk mendeteksi adanya
kandungan hidrokarbon pada sample (core) baruan. Analisa ini juga
untuk membedakan antara jenis minyak berat (heavy oil), minyak ringan (light
oil) maupun minyak medium (intermediate oil). Pada analisa fluoroscopic,
kualitas penampakan fluorisensi ditentukan dari distribusi fluorisensi dalam
sample (core) batuan yang diamati.
CORING

Coring adalah pemboran khusus untuk mendapatkan besaran-besaran fisik


dari batuan reservoir. Pemboran khusus ini sangat mahal biayanya karena
membutuhkan peralatan khusus dan memakan waktu lebih lama dari pemboran
biasa ( pemboran sumur keseluruhan) . Coring dilakukan pada interval tertentu
yang diperlukan data-data petrofisiknya terutama pada zone produktif. Hasil dari
coring diharapkan merupakan data yang valid sehingga perlu penanganan yang
cermat. Banyak factor yang dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
coring antara lain :
 Konstruksi dari peralatan

 Kondisi dari formasi

 Teknik pelaksanaan operasi Coring

Peralatan Coring
Peralatan coring terdiri dari :
1. Core bit : adalah pahat yang khusus untuk coring berbeda dengan pahat
pemboran biasa. Pahat biasa menghancurkan batuan menjadi cutting/ssrpih akan
tetapi core bit akan memotong batuan berbentuk silinder. Pemilihan jebis core bit
tergantung pada batuan formasi yang akan diambil contohnya. Dibawah ini salah
satu contoh core bit dan rangkaian alat coring

Rangkaian peralatan coring


2. Core Barrel : alat ini berfungsi
untuk tempat contoh yang diperoleh dari coring yang
dapat menjaga keutuhan core dan melindungi core darui pengaruh luar
misalnya
kontaminasi dengan lumpur, tekanan/beban dan lain sebagainya. Barrel ini
terletak
diatas pahat ( cor bit) ada outer barrel ada inner barrel.

3. Core Catcher : berfungsi untuk menahan core/contoh batuan agar tidak jatuh
dari
inner barrel.

2.1.2 Macam-macam coring


Ada dua macam cara pengambilan contoh batuan ( coring) yaitu :
1. Coring yang dilakukan bersamaan dengan pemboran dikenal sebagai Bottom
coring
Sesuai dengan alat yang digunakan maka bottom core dibedakan menjadi:
· Conventional coring yaitu coring yang menggunakan core bit biasa atau
diamond bit. Ukuran core yang didapat adaloah diameter antara 3 – 5 inch dan
panjang
· Wire-line Retrievable coring dimana pada cara ini alat diturunkan kedasar
sumur tanpa mengangkat drill string. Ukuran core yang diperoleh dengan cara ini
lebih kecil yaitu 1 1/8 - 1 ¾ inch dan panjang 10 - 20 ft.
2. Sidewall Coring yaitu coring yang dilakukan setelah pemboran umumnya
digunakan untuk mengambil sample/contoh pada interval tertentu (yang dipilih )
yang telah dibor. Sample diambil dari dinding lubang bor dengan diameter ¾ - 1
3/16 inch dan panjang ¾ - 1 inch.
Peralatan Sidewall Coring

2.1.3. Perawatan core ( Core Handling).


Kualitas/ keakuratan core yang diperoleh adalah sangat penting agar
analisa yang dilakukan memberikan hasil yang representative dan akurat. Pada
saat core sampai dipermukaan harus segera di lakukan konservasi / pengawetan
agar kondisi tidak berubah karena perubahan tekanan & temperature. Cara
pengawetan/ konsevasi core dilapangan umumnya dilakukan dengan beberapa
cara yaitu antara lain :
1. Dengan dibungkus plastic tipis ( glad warp), lalu dibungkus lagi dengan
alluminium
foil ( kertas auminium), diberi label ( nama sumur, kedalaman) dan diberi
tanda panah
arah top & bottom) setelah itu core dicelupkan dalam plastic wax ( seal peel ).
Core
yang sudah dibungkus disusun dalam kotak kayu diurutkan sesuai dengan
kedalamannya.. cara ini umumnya digunakan untuk batuan yang cukup
kompak dan
sidewall core.
2. Pengawetan core dengan jalan memasukkan core kedalam pipa pralon yang
kedua
ujungnya ditutrup rapat dan diluar pralon diberi label
3. Pengawetan dengan menggunakan pipa karet ( rubber sleeve) yang lansung
dipasang
dalam core barrel. Jadi sampai permukaan core sudah langsung terbungkus
dalam pipa
karet.. Core dalam rubber sleeve dipotong setiap 3 ft dan ujungnya ditutup
rapat.
Dalam pengiriman core ini disimpan dalam kotak kayu.

Penyimpanan core ( contoh batuan) dalam kotak kayu

Yang harus diperhatikan adalah sebelum core diawetkan core tidak boleh
dicuci hanya boleh dibersihkan dengan lap yang sebelumnya dibasahi dengan
lumpur pemboran yang dipakai .

2.2. Analisa core ( Core analysis )

Analisa core ( inti batuan) pada prinsipnya adalah menentukan sifat sifat
petrofisika dari batuan reservoir yang sangat diperlukan dalam pengelolaan
suatu lapangan Migas karena sifat-sifat ini dibutuhkan oleh bagian geologi,
pemboran, reservoir maupun produksi.
Sifat petrofisika tersebut antara lain adalah :
1. Porositas
2. Permeabilitas
3. Saturasi
4. Tekanan kapiler
5. Sifat kelistrikan
6. Wettabilitas
7. Kompresibilitas
8. Permeabilitas relative
9. Water flooding
10. EOR
11. dan lain-lain

Analisa core dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Analisa rutin ( Rutine Core analysis)


Analisa rutin menentukan sifat-sifat fisik batuan yang umum untuk
menentukan storage capacity dan flow capacity antara lain porositas, saturasi dan
permeabilitas .

2. Analisa khusus ( Special Core Analysisi)


Analisa khusus ini menentukan sifat –sifat khusus dari batuan reservoir
antara lain tekanan kapiler, wettability, kompresilititas, sifat kelistrikan dan lain-
lain.
Test yang dilakukan dalam aanalisa khusus ini dibedakan menjadi dua yaitu static
test dan dimanik test. Statik test menentukan antara lain kompresibilitas,
tekanan kapiler , sifat kelistrikan . Sedang dinamik test mencakup permeabilitas
relative, flooding dan EOR

Hubungan dari analisa rutin dan analisa khusus adalah bahwa hasil analisa rutin
akan dipilih untuk digunakan dalam analisa khusus dengan jalan plot antara
permeabilitas dengan porositas atau ( √ k/ø ). Sampel dipilih dengan range harga
permeabilitas dan porositas serta litologi batuan tertentu.
2.4 Log GR, SP , Log Resistivitas & Porositas

1. Log Gamma Ray (GR)

Log GR merupakan suatu catatan terhadap kedalaman dari

radioaktivitas alamiah suatu formasi. Log Gamma Ray digunakan

untuk :

- Menentukan volume lempung

- Identifikasi litolog

Gambar Log Gamma Ray

2. Log Resistivitas

Merupakan log elektrik yang digunakan untuk :

- Mendeterminasi kandungan fluida dalam batuan reservoir .

- Mengidentifikasi zona permeable

- Menentukan porositas

- Ada dua tipe log yang digunakan untuk mengukur resistiviti

formasi yaitu log induksi dan log elektroda.


Gambar Log Resistivitas
3. Log Porositas
Log porositas adalah suatu log yang digunakan untuk menentukan lithology di
sekitar lubang bor. Log porositas terdiri dari beberapa jenis log seperti log
densitas, log neutron, dan log sonik. Log densitas dan log neutron menggunakan
perhitungan nuklir sementara log sonic menggunakan perhitungan akustik
(Asquith, 2004).

1. Log Densitas (DPHI)


Log density merupakan log yang mengukur densitas batuan disepanjang
lubang bor dinyatakan dalam gr / cc.. Densitas yang diukur adalah densitas
keseluruhan dari matrix batuan dan fluida yang terdapat pada pori. Besaran
densitas ini selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai porositas batuan
tersebut. Log density bersama - sama dengan log neutron sangat efektif untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon.
Alat density yang modern juga mengukur PEF (Photo Electric Effect) yang
berguna untuk menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy
minerals dan untuk mengevaluasi clay. Alat ini bekerja dari suatu sumber
radioaktif dari alat pengukur dipancarkan sinar gamma denga intensitas energi
tertentu (umumnya 0.66 mev) menembus formasi / batuan.
Batuan terbentuk dari butiran mineral-mineral yang tersusun dari atom-atom yang
terdiri dari proton dan electron. Partikel sinar gamma akan membentur electron-
electron dalam batuan, sehingga mengalami pengurangan energi (loose energi).
Energi yang kembali (setelah mengalami benturan) akan diterima oleh detector,
terpasang dalam sebuah protector berbentuk silinder sepanjang 3 ft,yang selalu
menempel pada dinding sumur. Intensitas energi yang diterima pada dasarnya
berbanding terbalik dengan kepadatan electron. Makin lemah energi yang kembali
maka makin banyak electron-electron dalam batuan, yang berarti makin banyak /
padat butiran / mineral penyusun batuan per satuan volume.
Besar kecilnya energi yang diterima oleh detektor tergantung dari :
1. Densitas matriks batuan
2. Porositas batuan
3. Densitas kandungan yang ada dalam batuan

2. Log Neutron (NPHI)

Pengukuran Neutron Porosity pada evaluasi formasi ditujukan untuk


mengukur indeks hydrogen yang terdapat pada formasi batuan. Faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap Kurva ՓN (Netron Porosity), yaitu :

1. Shale / clay
2. Kekompakan batuan
3. Kandungan air asin / tawar
4. Kandungan minyak Kandungan gas

Hal ini tentang defleksi kurva log neutron, semakin ke kanan defleksi kurva maka
semakin banyak hidrokarbon yang terkandung. Penggabungan neutron porosity
dan density porosity log sangat bermanfaat untuk mendeteksi zona gas dalam
reservoir. Zona gas ditunjukkan dengan ‘cross-over’ antara neutron dan density
sepertidibawahini:

Coba perhatikan gambar yang saya beri kotak di atas. Perhatikan bagian yang
berwarna kuning, bagian itulah yang dinamakan dengan cross-over (klik 2x untuk
memperbesar gambar). Dimana log neutron (TNPH) pembacaannya lebih rendah
dibandingkan dengan log densitas (DPHI/RHOB). Sayangnya log tersebut tidak
terlalu jelas menampilkan cross-overnya dikarenakan zona tersebut memang
bukanzonaberpotensi.

3. Log Sonic (DT)

Log sonik merupakan log porositas yang mengukur lamanya waktu (interval
transit time / Δt) yang diperlukan gelombang suara kompresional untuk
menempuh jarak satu kaki dalam suatu formasi (Schlumberger, 1989). Log sonic
digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan sebagaimana pada log
density dan log neutron. Log sonic menggambarkan waktu kecepatan suara yang
dikirimkan / dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh
receiver. Makin tinggi harga Dt pada log sonic makin besar harga porositas
batuan.

2.5 Analisis Porositas dan Permeabilitas

Porositas dan permeabilitas adalah parameter penting dalam batuan


reservoir minyak dan gas. Dalam sistem perminyakan, batuan reservoir adalah
batuan sedimen yang mampu menahan/ membawa cairan (minyak, gas, dan air)
dalam jumlah tertenu. Kualitas reservoir yang baik ditentukan oleh nilai porositas
yang baik ditentukan oleh nilai porositas dan permeabilitas yang tinggi. Oleh
karena itu, perlu untuk mengukur nilai porositas dan permeabilitas batuan. Dalam
pengukuran tambahan di laboratorium (konvensional), metode digital kini telah
dikembangkan untuk mengukur nilai porositas dan permeabilitas (Andrä, 2013).
Metode DRP adalah metode yang memanfaatkan fungsi CT-Scan untuk
mengidentifikasi geometri pori-pori batuan, retakan, dan memprediksi nilai
porositas dan permeabilitas batuan (Fourier, 2014). Hasil gambar digital dari
metode DRP adalah visualisasi gambar dalam 2D dan 3D. Metode ini juga dapat
memberikan perkiraan waktu yang lebih cepat dan efektif serta menentukan
parameter fisik batuan secara lebih rinci. Maka penelitian ini diharapkan dapat
membantu para ahli terutama bidang geologi (petrofisika) dan geofisika untuk
meneliti lebih detail parameter fisik batuan. Perhitungan parameter fisik batuan
menggunakan metode DRP dapat diterapkan menggunakan simulasi
komputer/digital. Pada penelitian sebelumnya (Handoyo dkk, 2014), aplikasi
Digital Rock Physics (DRP) telah dilakukan tidak hanya untuk menghitung
porositas dan permeabilitas, melainkan telah diaplikasikan pula untuk
memprediksi nilai parameter elastisitas batuan dan pengaruh keberadaan fluida
terhadap sifat fisis batuan.

2.6 Pengaplikasian Log

Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang

menunjukkan parameter diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah

sumur pemboran (Harsono, 1997).

Wireline logging adalah parameter yang dilakukan untuk mengetahui

kondisi bawah permukaan dan mencari reservoar pada kedalaman berapa, hal ini

dilakukan pada saat pemboran suatu sumur. Hasil dari wireline logging ini adalah

kurva-kurva log Permeable (Log Spontaneous Potensial, Gamma Ray, Caliper),

log Resistivity (Log Induksi dan Log Lateral), dan log Porosity (Log Density,

Neutron, dan Sonic) dan Caliper. Kurva-kurva ini digunakan untuk mengetahui

zona prospek hidrokarbon, evaluasi formasi, dan mengetahui lithologi di dalam

formasi dan sebagainya.


Gambar Wireline Log

Log wireline dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan sifat fisik

yang diukur.

1. Log spontaneous potensial (SP)

Pada formasi yang permeable kurva SP menjauh dari garis

lempung. Pada zona permeabel yang tebal , kurva SP mencapai suatu

garis konstan. Dalam evaluasi formasi log SP digunakan untuk :

- Menentukan jenis litologi

- Menentukan kandungan lempung

- Menentukan harga tahanan jenis air formasi.


Gambar Log SP

2. Log Gamma Ray (GR)

Log GR merupakan suatu catatan terhadap kedalaman dari

radioaktivitas alamiah suatu formasi. Log Gamma Ray digunakan


untuk :

- Menentukan volume lempung

- Identifikasi litolog

Gambar Log Gamma Ray

3. Log Resistivitas

Merupakan log elektrik yang digunakan untuk :

- Mendeterminasi kandungan fluida dalam batuan reservoir .

- Mengidentifikasi zona permeable

- Menentukan porositas

- Ada dua tipe log yang digunakan untuk mengukur resistiviti

formasi yaitu log induksi dan log elektroda.


Gambar Log Resistivitas
4. Log Densitas

Log Densitas merupakan suatu tipe log porositas yang mengukur

densitas elektron suatu formasi. Dalam evaluasi sumur log densitas

berguna untuk:

- Menentukan porositas

- Identifikasi litologi

- Identifikasi adanya kandungan gas

- Mederteminasi densitas hidrokarbon

Gambar Log Densitas

5. Log Netron

Merupakan tipe log porositas yang mengukur konsentrasi ion

hydrogen dalam suatu formasi. Dalam penentuan pekerjaan evaluasi

formasi log netron berguna untuk :

- Menentukan porositas

- Identifikasi litologi

- Indentifikasi adanya gas


Gambar Log Neutron
6. Log Sonik

Merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu

lewat dari suatu gelombang suatu suara kompresional untuk melalui

satu feet formasi. Dalam evaluasi formasi log sonic berguna untuk :

- Menentukan porositas

- Identifikasi litologi
Gambar Log Sonik
2.7 Peta Bawah Permukaan

Pemetaan Geologi Bawah Permukaan adalah metoda atau teknik pemetaan

struktur, ketebalan lapisan dan karakteristik unit batuan dengan menggunakan

data bawah permukaan. Metoda Pemetaan Geologi Bawah Permukaan merupakan

salah satu metoda yg penting dalam eksplorasi dan eksploitasi migas atau endapan

mineral ekonomi lainnya. Pada prinsipnya pemetaan bawah permukaan sama

dengan pemetaan pada permukaan, hanya terdapat beberapa perbedaan yang agak

mencolok. Pada pemetaan permukaan kita berhadapan dengan satu bidang

permukaan dan yang dipetakan adalah sifat-sifat/keadaan geologi/topografi yang

dituangkan dalam bentuk gambar pada bidang permukaan tersebut.

Pada pemetaan bawah permukaan, kita berhadapan dengan berbagai

macam bidang permukaan atau interval-interval antara 2 bidang permukaan

tersebut. Bidang permukaan ini biasanya adalah bidang perlapisan atau lapisan,

tetapi dapat pula bidang-bidang lainnya misalnya bidang ketidákselarasanatau

bidang patahan.

Suatu hal yang khas dan peta-peta bawah permukaan adalah sifat kuantitatif

dan peta-peta tersebut. Sifat kuantitatif itu dinyatakan dengan apa yang

dinamakan garis iso atau secara popular disebut garis kontur (countour

lines/tranches untuk peta topografi). Garis ini menyatakan titik-titik yang

mempunyai nilai yang sama, terutama nilai kuantitatif dan suatu gejala atau sifat

tertentu yang terdapat pada suatu bidang permukaan/perlapisan atau dalam

interval antar dua bidang permukaan/perlapisan.

Nilai dan gejala tersebut dapat berupa:


• Kedalaman suatu lapisan terhadap permukaan laut (kontur struktur)

• Kedalaman suatu permukaan (bidang ketidakselarasan, basement

(isolath)

• Ketebalan suatu interval antar dua bidang

• Ketebalan total lapisan-lapisan batuan tertentu dalam suatu interval

(isolith)

• Persentase ketebalan total lapisan-lapisan batuan tertentu dalam

suatu interval perlapisan (isopresentase)

• Perbandingan ketebalan total suatu lapisan batuan tertentu terhadap

ketebalan lapisan lain (isoratio)

Menghitung Cadangan

Metode perhitungan cadangan dalam dunia perminyakan adalah jumlah

kandungan hidrokarbon yang terdapat didalam reservoir. Berdasarkan nilainya,

cadangan digolongkan dalam :

1. Cadangan Minyak mula-mula di Reservoir (STOIIP)

Merupakan jumlah cadangan minyak pada reservoir secara keseluruhan

sebelum diproduksikan, biasa ditulis dengan STOIIP.

2. Cadangan Minyak Ekonomis (Recoverable Reserve)

Cadangan minyak ekonomis adalah jumlah cadangan minyak yang

terdapat pada reservoir yang biasa diproduksikan, biasa dinotasikan RR.


Metode Perhitungan Cadangan

Secara umum perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan 4 metode,

yaitu :

1. Metode Volumetrik

2. Metode Material Balance

3. Metode Decline Curva (kurva penurunan produksi)

4. Metode Monte Carlo

1. Volume Bulk Reservoir

Dalam perhitungan volume reservoir dibutuhkan data berupa net

pay area dan alat planimeter, dimana alat planimeter akan dapat mengukur

luas masing-masing kontur ketebalan yang ada pada peta net pay

area.Kemudian dari bentuk kontur yang ada pada peta tersebut,dapat

digambarkan bentuk reservoir.Untuk menghitung volume

reservoir,ditentukan dengan dua cara,yaitu cara pyramidal dan cara

trapezoidal.

a. Cara Pyramidal

Metode ini digunakan bila harga perbandingan antara kontur yang berurutan

kurang atau sama dengan 0,5 atau An+1/An<0,5 (Sylvan,J.Pirson,1985).

Dimana persamaan yang digunakan :

Vb = h/3 x (An + An+1 + √An x An+1)

b. Cara Trapezoidal
Metode ini digunakan bila harga perbandingan antara kontur yang

berurutan lebih dari 0,5 atau An+1/An>0,5 (Sylvan,J.Pirson,1985).

Dimana persamaan yang digunakan :

Vb = h/2 x (An + An+1)

Dimana :

Vb = Volume Bulk, (m³)

H = Interval garis-garis net pay area (m)

An = Luas daerah yang dibatasi oleh garis net pay terendah (m²)

An+1 = Luas daerah yang dibatasi oleh garis net pay diatasnya

(m²)

2. Penentuan Cadangan Minyak dengan Metode Volumetris

Pada metode ini perhitungan didasarkan pada persamaan volume,

data-data yang menunjang dalam perhitungan cadangan ini adalah

porositas dan saturasi hidrokarbon, persamaan yang digunakan dalam

metode volumetric adalah :

STOIIP = 77758 x Vb x Ф x Sh (STB)

Boi

Atau

STOIIP = Vb x Ф x Sh (STMt)

BOI

Dimana :

STOIIP : Volume hidrokarbon mula-mula (a) STB atau (b) STM³

Vb : Volume reservoir, (a) acre feet atau (b) STM³

Ф : Porositas batuan
Sh : Hidrokarbon saturasi

Boi : Faktor volume formasi minyak mula-mula (a) BBL/STB atau (b)

m³/STM³.

7758 : Konstanta konversi, BBL/acre feet

Sedangkan cadangan minyak yang dapat terambil adalah :

RR = STOIIP x RF

Dimana

STOIIP : Volume hidrokarbon mula-mula,STB atau STM³

RR : Cadangan hidrokarbon yang dapat diambil,STB atau STM³

RF : Harga recovery factor

2.8 Petroleum System, Migas Konvensional, dan Non Konvensional


Petroleum system merupakan konsep yang menyatukan beberapa elemen
berbeda dan proses geologi minyak bumi yang merupakan kondisi dimana
akumulasi dari hidrokarbon di bawah permukaan bumi dapat terbentuk. Aplikasi
dari konsep tersebut digunakan dalam melakukan kegiatan pencarian migas yaitu
eksplorasi yang merupakan kegiatan mencari dan menemukan sumber daya
hidrokarbon didalam suatu cekungan. Petroleum system meliputi gabungan
antara elemen (source rock, reservoir rock, cap rock) dan proses (oil generation,
migration dan accumulation).
Komponen tersebut berkaitan satu sama lain sehingga jika ada salah satu
komponen yang kurang dalam petroleum system maka hidrokarbon tidak akan
terbentuk atau terakumulasi. Elemen-elemen penting dan proses harus berada
pada waktu yang tepat sehingga bahan organik yang terdapat dalam source rock
dapat diubah menjadi suatu akumulasi hidrokarbon .
1. Maturation
Proses pematangan atau perubahan secara biologi, fisika dan kimia dari kerogen
menjadi migas (oil generation). Hidrokarbon berasal dari bahan-bahan organik
yang terkandung di dalam sedimen. Bahan organik tersebut terdiri dari mikroalga
dan mikroorganisme yang terendapkan di lingkungan perairan khususnya di
dasar laut. Selama proses pengendapan, material organik tersebut terus terkubur
bersama sedimen dan material tersebut rusak akibat proses oksidasi. Sisa dari
material yang tertinggal menganndung kerogen, yang selama pengendapan
sedimen akibat dari tekanan dan temperatur yang tinggi dalam waktu yang sangat
lama, berubah menjadi hidrokarbon oleh proses thermal cracking.
Kerogen yang masih immature berubah menjadi minyak pada temperatur diatas
50-70 oC. Sekitar temperatur 120-150 oC minyak menghasilkan wet gas lalu dry
gas. Oil Window berada di dua kisaran temperatur tersebut yang biasanya
terdapat di kedalaman 1000 dan 3500 meter.

2. Source Rock (Batuan Induk)


Source rock adalah kelompok batuan shale atau batuan karbonat yang
berwarna hitam hingga coklat yang memiliki kadar organik (kerogen) yang tinggi
dan mampu menghasilkan migas. Kerogen adalah bahan-bahan organik yang
dapat menghasilkan migas. Batuan bisa dianggap sebagai source rock jika
mengandung material organik yang mencukupi, setidaknya 0,5% organik carbon
dan 100 ppm material organik yang dapat terekstraksi oleh solvent. Untuk
memastikan
apakah source rock tersebut potensial mengandung minyak, dapat dianalisa
dengan proses pyrolisis dengan meningkatkan temperatur pada sampel batuan
(Metode Rock Eval). Sehingga source rock dapat diidentifikasi pada waktu proses
pemboran berlangsung.
3. Migration
Adalah proses perpindahan fluida hidrokarbon yang menjauhi source rock.
Migrasi ini disebabkan oleh penguburan (burial), pemadatan (compaction) serta
peningkatan volume yang berasal dari maturation dan gravitational separation.
Karena hidrokarbon yang terbentuk di source rock umumnya akan bergerak ke
daerah yang bertekanan lebih rendah. Proses migrasi dibagi menjadi tiga, yakni:
a. Primer : Proses perpindahan hidrokarbon dari source rock ke batuan
reservoir lapisan penyalur (carrier bed).
b. Sekunder : Proses perpindahan hidrokarbon dari lapisan penyalur (carrier bed)
ke tempat akumulasi migas.
c. Tersier : Proses perpindahan hidrokarbon dari tempat akumulasi migas ke
lapisan batuan yang berada di atasnya. Hal ini terjadi akibat gejala tektonik
seperti patahan, yang dapat menyebabkan rekahan pada cap rock.

4. Reservoir Rock
Adalah batuan porous dan permeable sebagai tempat terakumulasinya
hidrokarbon dan air di bawah permukaan tanah yang memiliki satu sistem
tekanan tertentu. Reservoir yang terisi hidrokarbon umumnya terbagi menjadi
banyak layer (lapisan). Jenis reservoir yang terdiri dari banyak lapisan disebut
juga multi-layer reservoir. Umumnya batuan reservoir terbentuk dari batuan pasir
dan batuan karbonat
5. Cap rock
Lapisan di atas reservoir rock yang memiliki porositas dan permeabilitas yang
buruk (impermeable) seperti chalks, shale atau batuan evaporit sehingga
mencegah hidrokarbon bermigrasi ke permukaan. Biasanya berbentuk konkaf
terbalik.
6. Trap (Perangkap)
Keberadaan suatu reservoir yang mengandung hidrokarbon mengindikasikan
adanya Trap (perangkap) yang mampu menahan hidrokarbon
bermigrasi. Trap adalah suatu kondisi alam yang menjebak migas, sehingga migas
tidak dapat bergerak dan terakumulasi di dalam reservoir rock. Klasifikasi trap
yakni:
a. Perangkap Struktur : terjadi karena perubahan bentuk (deformasi) dari batuan
seperti antiklin atau patahan. Trap yang berbentuk bulat dinamakan dome.
b. Perangkap Stratigrafi : terbentuk akibat dari variasi facies, batuan
menjadi impermeabel secara lateral. Contohnya pinch-out dan carbonate reef.
c. Perangkap Kombinasi : contohnya antiklin yang tererosi, perangkap
yang berasosiasi dengan kubah garam (saltdome).

Migas Konvensional dan Non Konvensional


2.9 Metode & Perhitungan Cadangan MIGAS

Perhitungan Cadangan Migas

Cadangan adalah kuantitas (jumlah volume) minyak dan gas yang dapat
diperoleh atau diproduksikan secara komersial. Beberapa metode perhitungan
cadangan diperoleh berdasarkan ketersediaan data, waktu dan dana. Metode
perhitungan cadangan migas adalah sebagai berikut :

1. Metode analogi

2. Metode volumetric

3. Metode decline curves

4. Metode material balance

5. Metode simulasi

reservoir ME T ODE AN

ALO GI

Perhitungan cadangan dengan metode ini dilakukan apabila data yang


tersedia sangat minim melalui data yang diperoleh sebelum eksplorasi. Metode
volumetrik menggunakan ukuran reservoir, sifat fluida reservoir dan sifat
petrofisik batuan dalam penentuan cadangan. Metode analogi dapat digunakan
untuk perhitungan cadangan dan keekonomian sebelum eksplorasi lapangan
migas.

Persamaan untuk menentukan cadangan metode ini menggunakan BAF (Barrels


per Acre Foot)

BAF = 7758 x Ø x (1-Swi) x RF / Boi

Ø : porositas batuan ( % )

Swi : initial water saturation / saturasi air awal (%)


RF : recovery factor / faktor perolehan (%)

Boi : Faktor Volume Formasi minyak awal (rb/stb)

METOD E V O L U M E T R I K

Metode volumetrik digunakan untuk menghitung cadangan migas di suatu


lapangan yang datanya belum tersedia dengan lengkap. Perhitungan cadangan
secara volumetris dapat digunakan untuk mengetahui besarnya initial hydrocarbon
in place, ultimate recovery dan recovery factor.

Perhitungan Initial Gas In Place (IGIP)

IGIP = 43560 x A x h x Φ x (1-Swi) / Bgi

A : Luas pengeringan (Acres)

h : Ketebalan rata-rata formasi (ft)

ø : Porositas batuan ( % )

Swi : Saturasi air awal ( % )

Bgi : Faktor formasi volume gas awal ( cuft/SCF )

Perhitungan Initial Oil In Place (IOIP)

IOIP = 7758 x A x h x Φ x (1-Swi) / Boi

A : Luas pengeringan (Acres)

h : Ketebalan rata-rata formasi (ft)


ø : Porositas batuan ( % )

Swi : Saturasi awal ( % )

Boi : Faktor formasi volume minyak awal (rb/stb)

Perhitungan cadangan secara volumetrik yang lebih lengkap, bisa dilihat di sini.

ME T ODE DE C LI NE CU RVE

Metode decline curve digunakan pada reservoir yang telah diproduksi


selama beberapa waktu dan memiliki kecendetungan penurunan produksi
yang dapat diamati.

Metode decline curve memplot data laju produksi terhadap waktu dalam
skala semi-log untuk kemudian digunakan dalam meramalkan penurunan
produksi terhadap waktu dan untuk penentuan cadangan migas.

Perhitungan cadangan dengan metode decline curve bisa dilihat di sini.

ME T ODE M AT E RI AL B AL AN CE

Material balance dari reservoir didasarkan pada prinsip kekekalan massa yang
menyatakan bahwa

Jumlah massa suatu sistem akan tetap selama berlangsung perubahan


yang bersifat kimia atau fisika.

Secara sederhana, material balance dapat dijelaskan dengan :

Volume yang diproduksi = Volume awal – volume yang tertinggal

Perhitungan cadangan dengan menggunakan metode material balace yang lebih


lengkap dapat dilihat di sini.
ME T ODE SI M UL ASI RE SE RVOI R

Metode ini terdiri dari membuat atau memilih model, mengumpulkan dan
memasukkan data ke model, history matching dan peramalan. Untuk
melakukannya dibutuhkan pengetahuan teknik reservoir dan teknik computer.

Simulasi reservoir merupakan aplikasi konsep dan teknik pembuatan model


matematis dari suatu system reservoir dengan tujuan agar mendapatkan
hidrokarbon (minyak) secara optimal dan ekonomis, model matematis ini terdiri
dari persamaan – persamaan yang mengatur aliran dengan metode solusi
algorithma, sedangkan simulator adalah suatu kumpulan program computer yang
mengaplikasikan model matematik ke dalam computer, dan untuk mencapai
tujuan yang di harapkan maka membutuhkan skripsi reservoir, metodologi
perhitungan hidrokarbon dan distribusi tekanan sebagai fungsi waktu dan jarak
yang tepat.

Simulasi Reservoir merupakan salah satu cara yang digunakan untuk:

 Memperkirakan isi minyak gas awal dalam reservoir.

 Indentifikasi besar dan pengaruh aquifer (cadangan air).

 Identifikasi pengaruh patahan dalam reservoir.

 Memperkirakan distribusi fluida.

 Identifikasi adaya hubungan antar layer secara vertikal.

 Peramalan produksi untuk masa yang akan datang.

 Peramalan produksi dengan memasukkan alternatif pengembangan :

 Jumlah penambahan sumur produksi

 Jenis/cara menambah produksi

Jumlah penambahan sumur injeksi

Sistem/bentuk/luas pattern

Membuat beberapa kasus untuk optimalisasi produksi minyak


Peralatan yang digunakan pada metode simulasi reservoir antara lain :

 Perangkat keras (komputer)

 Perangkat lunak (simulator)

 Reservoir sebagai model

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menggunakan metode simulasi reservoir


adalah :

 Persiapan data

 Inisialisasi

 Penyelarasan

 Peramalan

 Keekonomian
PE RB ANDI N G AN ME T ODE PE RHI T U NG AN C AD AN G AN
No Metode Data yang Kelebihan Kekurangan
Dibutuhkan

1 Analogi Data sumur atau – Cepat dan murah Kurang


lapangan telliti
sekitarnya – Bisa dilakukan
sebelum pemboran

2 Volumetrik – Data log dan Informasi Perkiraan


core minimal,cepat kurang tepat
dapatdilakukan di
– Perkiraan luas awal produksi

– RF dan

– Sifat fluida

3 Material – Data tekanan Tidak perlu perkiraan Dibutuhkan


balance luas, RF dan banyak
– Data Produksi ketebalan informasi

– Fluida dan

– batuan

4 Decline Data Produksi Cepat dan murah Dibutuhkan


Curve kondisi
konstan

5 Simulasi – Data material Lebih mampu Mahal dan


Reservoir balanceuntuk tiap menjelaskan secara butuh waktu
sel rinci lebih lama

– Data sumur dan

– Data geologi
BAB III. PEMBAHASAN
Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan
Geologi Minyak Bumi adalah ilmu geologi yang mempelajari minyak
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS
TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA

TUGAS
PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK BUMI

Disusun Oleh :
NAMA LENGKAP : FEBRYANTO
NOMOR MAHASISWA : 4100190022
KELAS : 01
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikum Geologi Minyak Bumi
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

YOGYAKARTA
2020
.
KESIMPULAN
bumi, mulai dari rekonaise, pemetaan, dan analisis keberadaan minyak
bumi. Operasi Pemboran merupakan proses kelanjutan dari eksplorasi untuk
mengetahui lebih lanjut atas keterdapatan minyak atau gas bumi di bawah
permukaan. Dalam pelaksanaanya banyak hal yang perlu di persiapkan dan
direncanakan. Persiapan yang perlu dilakukan antara lain mengenai tempat
pemboran, logistic, dan perangkat pemboran (drilling rig) yang akan digunakan.
Persiapan dan perencanaan secara detail akan memudahkan dan melancarkan
proses pemboran serta mengurangi kendala secara teknis yang mungkin timbul
saat proses pemboran berlangsung.

Adapun beberapa jenis-jenis pemboran yaitu :

 Pemboran Eksplorasi (Wildcat)


 Pemboran Deliniasi
 Pemboran Pengembangan/Eksplorasi
 Pemboran sumur-sumur Sisipan (Infill)

Cutting adalah serpihan-serpihan batuan sebagai akibat tergerusnya batuan


tersebut oleh mud bor pada saat pemboran berlangsung.
Pekerjaan analisa cutting ini dilakukan dalam kerangka pekerjaan mud logging.
Pertama-tama cutting dipisahkan dari aliran lumpur pemboran dengan
menggunakan shale shaker, setelah itu dilakukan deskripsi litologi dengan
menggunakan mikroskop, kemudian dianalisa untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan hidrokarbon.

 Analisis Sampel Cutting


a. PenampakanNoda
b. Bau
c. Fluoroscopic
d. Untuk dapat menentukan bahwa suatu reservoir migas dapat/ pantas untuk
dikembangkan / dikelola maka diperlukan informasi yang pasti tenang
jumlah HK yang ada didalamnya serta kemungkinan dari HK tersebut
untuk di produksikan.

Jumlah hidrokarbon yang ada di reservoir dapat di hitung antara lain dengan
metode volumetric. Data yang diperlukan disini antara lain porsitas , saturasi dan
data geologi. Sedang untuk memperkirakan jumlah HK yang dapat di
produksikan diperlukan informasi yang tepat tentang permeabilitas. Kesemua
informasi tersebut dapat diperoleh dari beberapa macam test dan analisa antara
lain adalah :

1. Logging
2. Analisa batuan
3. Analisa tekanan

Coring adalah pemboran khusus untuk mendapatkan besaran-besaran fisik


dari batuan reservoir. Banyak factor yang dapat mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas coring antara lain :
 Konstruksi dari peralatan
 Kondisi dari formasi
 Teknik pelaksanaan operasi Coring

Hidrokarbon adalah sumber daya energi yang penting peranannya dalam


mendukung perekonomian negara. Di Indonesia terdapat lebih dari enam puluh
cekungan sedimen, baik yang ada di lepas pantai maupun di darat. Saat ini batuan
sedimen laut dalam mendapat perhatian karena berpotensi sebagai reservoir
hidrokarbon, seperti yang telah dibuktikan di Cekungan Kutai, Brunei, Tarakan,
Sumatra Utara, Jawa Timur, dan Cekungan Palawan (Kusumastuti drr., 2001;
Guritno drr., 2003)

Log merupakan suatu grafik kedalaman/waktu dari suatu set data yang
menunjukkan parameter diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah
sumur pemboran (Harsono, 1997).

Wireline log adalah parameter yang dilakukan untuk mengetahui kondisi


bawah permukaan dan mencari reservoar pada kedalaman berapa, hal ini
dilakukan pada saat pemboran suatu sumur. Hasil dari wireline logging ini adalah
kurva-kurva log Permeable (Log Spontaneous Potensial, Gamma Ray, Caliper),
log Resistivity (Log Induksi dan Log Lateral), dan log Porosity (Log Density,
Neutron, dan Sonic) dan Caliper. Kurva-kurva ini digunakan untuk mengetahui
zona prospek hidrokarbon, evaluasi formasi, dan mengetahui lithologi di dalam
formasi dan sebagainya.

Korelasi ialah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau


penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan
waktu (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

Menurut North American Stratigraphy Code (1983) ada tiga macam prinsip dari
korelasi, yaitu :

 Litokorelasi, yang menghubungkan unit yang sama pada litologi dan posisi
stratigrafinya.
 Biokorelasi, yang secara cepat menyamakan fosil dan posisi
biostratigrafinya.
 Kronokorelasi, yang secara cepat menyesuaikan umur dan posisi
kronostratigrafi.
Pemetaan Geologi Bawah Permukaan adalah metoda atau teknik pemetaan
struktur, ketebalan lapisan dan karakteristik unit batuan dengan menggunakan
data bawah permukaan. Metoda Pemetaan Geologi Bawah Permukaan merupakan
salah satu metoda yg penting dalam eksplorasi dan eksploitasi migas atau endapan
mineral ekonomi lainnya. Pada prinsipnya pemetaan bawah permukaan sama
dengan pemetaan pada permukaan, hanya terdapat beberapa perbedaan yang agak
mencolok. Pada pemetaan permukaan kita berhadapan dengan satu bidang
permukaan dan yang dipetakan adalah sifat-sifat/keadaan geologi/topografi yang
dituangkan dalam bentuk gambar pada bidang permukaan tersebut.
Saran

Menurut penulis kegiatan praktikum vibes nya dapet cara ngajarnya juga
mudah di tangkap, tidak terlalu tegang. mungkin hanya sedikit saran mengenai
pelaksanaan praktikum sebagian dilakukan offline sehingga praktikan bisa
menerapkan secara langsung dan didampingi asisten dosen, karena tidak semua
praktikan bisa mencerna secara online.
Daftar Pustaka

Kosoemadinata, R.P. 1980. Geologi Minyak Dan Gas Bumi


Halliburton 1995. “ Electrical Micro-Images Tool”. Halliburton.
2004, “Persentasi Tentang Logging”. Harsono, A. 1997.
“Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”.
Kosoemadinata, R.P. 1980. Teknik Evaluasi Geologi Bawah Permukaan. ITB.
Bandung
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1980. Sandi Stratigrafi Indonesia. IAGI.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai