Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS ISU INSTANSI

Angkatan : VI (enam) / Kelompok 2

Nama : Rahmawati, A.Md.Kes

NDH : 18

Instansi : UPT Puskesmas Rakumpit Pemerintah Kota Palangka Raya

Nama Mentor : YUNEDI, SKM

Jabatan/ Mentor : Kepala UPT Puskesmas Rakumpit

MENINGKATKAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG

PEMERIKSAAN RAPID ANTIGEN SARS-CoV-2

DI UPT PUSKESMAS RAKUMPIT

I. ANALISIS ISU KONTEMPORER

Isu Kontemporer merupakan isu-isu yang muncul ketika ada ketidaksesuaian antara
pengharapan publik dengan praktek organisasi, yang jika diabaikan dapat berdampak
negatif/merugikan bagi organisasi tersebut. Sehingga sangatlah penting bagi
individu/seseorang mempersiapkan segala kesiapan diri dan keilmuan untuk dapat
memecahkan masalah/isu kontemporer yang muncul tersebut agar tidak merugikan kepada
pihak manapun baik bagi masyarakat publik ataupun sistem pelayanan suatu organisasi.

Kasus infeksi penyakit covid-19 di Indonesia semakin hari semakin meningkat dan
kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit COVID-19 pun semakin banyak. Hingga 22
Juli 2021, Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan 3.033.339 orang terkonfirmasi
positif COVID-19 dan ada 79.032 kematian terkait COVID-19 yang dilaporkan. Pemerintah
dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan berbagai macam cara dan
tindakan untuk meningkatkan upaya penanggulangan COVID-19 di Indonesia. Diantara
upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi lonjakan kasus COVID-19 adalah
dengan upaya tracking, tracing dan testing. Dimana dalam upaya testing, pemeriksaan
laboratorium menjadi sangat penting untuk menunjang diagnosa penyakit COVID -19.
Saat ini pemeriksaan rapid antigen SARS CoV-2 merupakan pemeriksaan yang
dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan sebagai skrining awal untuk menunjang diagnosa
penyakit COVID-19 terutama untuk wilayah- wilayah dengan ketersediaan alat tes RT- PCR
yang terbatas dan sulit ditemui. Akan tetapi, pemeriksaan rapid antigen SARS CoV-2 masih
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya hanya dapat mendeteksi dini sehingga berpotensi
menimbulkan hasil negatif palsu. Maka dari itu keterampilan petugas dalam pengambilan
spesimen sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi hasil. Selain itu alat rapid test
antigen SARS CoV-2 juga memiliki sensitivitas dan spesifitas yang berbeda untuk setiap
brandnya sehingga pemilihan alat pun harus dilakukan dengan tepat dan uji hasil validasi
hasil swab antigen pun masih terbatas sehingga hasil positif antigen SARS CoV-2 masih
perlu divalidasi dengan pemeriksaan RT-PCR.

Rendahnya tingkat pengetahuan pasien terhadap pemeriksaan rapid antigen SARS


CoV-2 akan mempengaruhi tingkat kesadaran dan kemauan untuk melakukan pemeriksaan
rapid antigen SARS-CoV-2. Kesalahan pasien dalam memahami hasil pemeriksaan
laboratorium rapid antigen SARS CoV-2 pun sering terjadi. Selain itu, rendahnya
pengetahuan pasien juga dapat mengakibatkan ketidakpercayaan pasien terhadap hasil
pemeriksaan rapid antigen SARS-CoV-2. Dan jika rendahnya pengetahuan pasien tidak
segera ditangani, maka proses penularan penyakit COVID-19 akan terus berlanjut dan
pasien yang terinfeksi COVID-19 pun tidak bisa ditangani dengan baik dan kematian akibat
COVID-19 pun akan semakin meningkat.

Selama saya melaksanakan tugas di UPT Puskesmas Rakumpit, ditemukan ada


beberapa kasus dimana pasien yang positif rapid antigen SARS CoV-2 tidak percaya dan
tidak memahami terhadap hasil pemeriksaan laboratorium rapid antigen SARS CoV-2,
sehingga pasien menolak untuk dirujuk dan dilanjutkan ke pemeriksaan RT-PCR. Dan
sebagian pasien yang mempunyai indikasi terinfeksi COVID-19 juga menolak untuk
dilakukan pemeriksaan rapid antigen SARS-CoV-2 karena adanya perasan takut terhadap
proses pengambilan sampel dan pola pikir mereka yang salah mengenai penyakit COVID-
19. Dibawah ini ada beberapa isu penting untuk diselesaikan di UPT Puskesmas Rakumpit
antara lain:

1. Rendahnya pengetahuan pasien tentang pemeriksaan rapid antigen SARS CoV-2


2. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk pemeriksaan laboratorium
3. Rendahnya kunjungan pasien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium

II. TEKNIK TEPISAN ISU

Dari isu yang dipaparkan terhadap kondisi yang terjadi pada UPT Puskesmas Rakumpit
tersebut di atas, maka perlu menentukan cara dan menggunakan alat bantu untuk menyusun
urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensy,
keseriusan dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai. Berikut penjelasan
Urgensy, Serriousness dan Growth. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Urgensy adalah seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dengan waktu yang
tersedia dan seberapa keras tekanan waktu untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tersebut terjadi. Urgensy dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan;
2. Serriousness adalah seberapa serius isu itu perlu dibahas dan dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menyebabkan isu atau akibat
yang dapat menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab tidak langsung
dipecahkan. Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap produktifitas
kerja, pengaruh keberhasilan dan membahayakan sistem atau tidak;
3. Growth adalah seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin memburuk bila dibiarkan.

Untuk memecahkan masalah isu yang terjadi di UPT Puskesmas Rakumpit akan
dilakukan dengan metode USG di bawah ini :

Table. Analisis Isu dengan metode USG

No Masalah U S G Total Peringkat


Rendahnya pengetahuan pasien tentang pemeriksaan
1 4 4 5 13 1
rapid antigen SARS CoV-2
Terbatasnya sarana dan prasarana untuk pemeriksaan
2 3 4 3 10 2
laboratorium
Rendahnya kunjungan pasien untuk melakukan
3 3 3 3 9 3
pemeriksaan laboratorium

III. DAMPAK ISU

Dari uraian menggunakan metode USG tersebut di atas, maka dapat di klasifikasikan
masing-masing peringkat prioritas isu yang mesti diselesaikan terlebih dahulu. Sehingga Isu
prioritas yang utama yang dapat dibahas dan ditindaklanjuti adalah rendahnya pengetahuan
pasien mengenai pemeriksaan rapid antigen SARS CoV-2 sebagai skrinning awal untuk
diagnosa infeksi penyakit Covid-19, yang jika tidak diintervensi sesegera mungkin akan
menimbulkan dampak negatif, antara lain:

1. Ketidakmauan pasien untuk melakukan pemeriksaan rapid antigen SARS CoV-2,


sehingga proses testing pasien bergejala dan kontak erat tidak bisa berjalan dengan baik
yang dapat mengakibatkan penularan penyakit COVID-19 semakin masif terjadi.
2. Kesalahpahaman dalam menyimpulkan hasil pemeriksaan rapid antigen SARS-CoV-2
sehingga pasien tidak mau mematuhi prosedur medis yang dianjurkan dokter. Hal ini
juga dapat menyebakan penularan penyakit COVID-19 semakin masif terjadi.
3. Ketidakpercayaan terhadap hasil pemeriksaan rapid antigen SARS-CoV-2 karena
adanya hasil uji yang berbeda disebabkan oleh tingkat sensitivitas dan spesifitas alat uji
yang berbeda dan tehnik pengambilan spesmien. Hal ini menyebabkan pasien yang
memang positif rapid antigen SARS CoV-2 tidak mau melanjutkan ke pemeriksaan
validasi RT-PCR, sehingga ketika kondisi pasien memburuk, pasien tidak dapat
ditangani dengan baik dan dampak terbesarnya dapat mengakibatkan kematian.

IV. GAGASAN PENYELESAIAN ISU

Berdasarkah hal-hal yang menjadi dampak atau akibat dari prioritas utama diatas
yaitu rendahnya pengetahuan pasien tentang pemeriksaan rapid antigen SARS CoV-2, maka
perlu dilakukannya metode penyelesaian isu, antara lain:

1. Memberikan Informasi yang bermanfaat khususnya mengenai pemeriksaan rapid


antigen SARS CoV-2 kepada masyarakat yang datang kunjungan langsung ke UPT
Puskesmas Rakumpit;
2. Mengolah dan mengadakan kegiatan untuk penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat
tentang pentingnya pemeriksaan rapid antigen SARS CoV-2, proses pengambilan
sampel, tingkat akurasi hasil pemeriksaan dan interpretasi hasil pemeriksaan saat
melaksanakan Puskesmas Keliling (Pusling);
3. Membuat pamflet/brosur/materi komunikasi lainnya yang dapat dibagikan ke
masyarakat sebagai bentuk pembelajaran pentingnya pemeriksaan rapid antigen SARS
CoV-2 sebagai skrinning awal untuk diagnosa infeksi COVID-19 dengan menggunakan
materi komunikasi atau bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai