Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI UNIT KERJA


1. Profil Lembaga
1. Unit Kerja : UPT PUSKESMAS PAYUNG REJO
2. Akreditasi : MADYA
3. Alamat :Jln. Merdeka No.7 Payung Rejo

2. Visi UPT PUSKESMAS PAYUNGREJO


“Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Pubian yang Sehat, Mandiri, dan
Berkualitas Tahun 2021”

3. Misi UPT PUSKESMAS PAYUNG REJO


1. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga , dan masyarakat
beserta lingkungan
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan secara prima
3. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
4. Memantapkan managemen puskesmas Payug Rejo
5. Tersedianya petugas pelayanan kesehatan yang profesional

4. Moto dan Tata Nilai UPT PUSKESMAS PAYUNG REJO


Moto : Puskesmas Payung Rejo BERGERMA ( Bergerak Maju )
Tata Nilai : KITA OKE
K : Komitmen
I : Integritas
T : Terukur
A : Akuntabilitas
O : Obyektif
K : Kreatif
E : Efektif dan Efisi

23
5. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI
UPT PUSKESMAS PAYUNG REJO

24
6. Tupoksi Dokter Umum
Keputusan Menteri Aparatur Negara No. 139/ KEP/M.PAN/11/2003

Tentang Jabatan Fungsional Dokter

1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama ;

2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;

3. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana oleh Dokter umum;

4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang oleh Dokter umum ;

5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana;

6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;

7. Melakukan tindakan darurat medik/pertolongan pertama pada


kecelakaan ( P3K) tingkat sedang ;

8. Melakukan kunjungan ( visite ) kepada pasien rawat inap

9. Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana

10. Melakaukan pemulihan mental kompleks tingkat 1

11. Melakukan pemulihan fisik tingkat pertama

12. Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat 1

13. Melakukan pemeilihaan kesehatan ibu;

14. Melakukan pemeilihaan kesehatan bayi dan balita;

15. Melakukan pemeilihaan kesehatan anak;

16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;

17. Melakukan pelayanan imunisasi;

18. Melakukan pelayanan gizi;

19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi


penyakit;

20. Melakukan penyuluhan medik;

21. Memnuat catatat medik rawat jalan;

25
22. Membuat catatan medik rawat inap;

23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;

24. Melayani atau menerima konsultasi dalam dalam;

25. Menguji kesehatan indivisu;

26. Menjadi penguji tim kesehatan;

27. Melakukan visum et repertum tingkat sederhana

28. Melakukan visum et repertum tingkat komplek tingkat 1;

29. Menjadi saksi ahli;

30. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;

31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium;

32. Melakukan tugas jaga panggilan/ on call;

33. Melakukan tugas jaga di tempat / rumah sakit;

34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;

35. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan tingkat


sederhaana

B. ALASAN PENETAPAN ISU


1. Latar Belakang Isu

Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa terjadi


pandemi virus yakni COVID-19 ( Coronavirus disease ) yang
ditetapakan sebagai pandemi di dunia. Kasus COVID-19 pertama di
Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 ditemukan 2 kasus
yang hingga saat ini terus bertambah. Berdasarkan info dari
www.covid19.go.id penyebaran kasus COVID – 19 di Indonesia per
tanggal 24 Maret 2021 sejumlah 1.476.452 kasus terkonfirmasi ,dan
sejumlah 39.983 kasus meninggal.

26
Menurut www.covid19.lampungprov.go.id Kabupaten Lampung
Tengah merupakan kabupaten nomor dua terbanyak kasus
terkonfirmasi COVID-19 setelah Bandar Lampung , per 24 Maret 2021
sejumlah 2.170 kasus terkonfirmasi , dan sejumlah 114 kasus
meninggal. Untuk kecamtan Pubian kasus terkonfirmasi sejumlah 63
kasus .www.lampungtengahkab.go.id .

Berdasarkan laporan PKP ( Penilaian Kinerja Puskesmas) tahun


2020 UPT Puskesmas Payungrejo yang meliputi 9 desa total jumlah
kasus terkonfirmasi dihitung sejak April 2020 hingga 23 Maret 2021
sejumlah 19 kasus terkonfirmasi.Sejak diumumkan pertama kali ada di
Indonesia, kasus COVID-19 meningkat jumlahnya dari waktu ke waktu
sehingga memerlukan perhatian. Pada prakteknya di masa pandemi,
tatalaksana COVID-19 diperlukan penangan yang optimal kepada tiap-
tiap fasilitas kesehatan termasuk puskesmas sebagai fasilitas
kesehatan primer harus mampu melakukan deteksi dini pasien terduga
COVID-19 . Di UPT Puskesmas Payung Rejo dari awal pandemi
hingga saat ini pelayanan pasien terduga COVID-19 belum optimal,
dapat dinilai dari belum adanya alur pemeriksaan pasien terduga
COVID-19.

Tabel 1.1 Data PKP Puskesmas Payungrejo 2020

No Program Taget Capaian


1 Pasien terduga TBC yang 369 36
mendapat pelayanan standar

2 COVID-19 - 19

3 Usia > 15 tahun 636 93


mendapatkan pelayanan DM
sesuai standar

27
Dari table 1.1 Data PKP tahun 2020, diketahui bahwa jumlah kasus
terkonfirmasi COVID-19 di wilayah kerja UPT Puskesmas Payung rejo
tahun 2020 sebanyak 19 kasus.
2. Identifikasi isu

Rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi beberapa


isu yang ditemukan di UPT Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian
Kabupaten Lampung Tengah , yang diambil pada tahun 2020

Tabel 1.2 identifikasi isu


Sumber Kondisi Saat Kondisi yang
No Identifikasi Isu
Isu Ini Diharapkan
1 Kurang Pelayanan Ketersediaan Seluruh pasien
optimlanya Publik sarana dan terduga TBC
pasien terduga prasarana serta mendapatkan
TBC yang tenaga pelayanan yang
mendapatkan kesehatan yang sesuai standar
pelayanan yang tidak memadai
sesuai standar
2 Kurang optimal Pelayanan Banyak nya Menurunya
nya pelayanan Publik kasus penyebaran
rawat jalan terkonfirmasi kasus COVID-19
pasien terduga COVID-19 di di wilayah kerja
COVID-19 di wilayah kerja UPT Puskesmas
UPT Puskesmas UPT Payung Rejo
Payung Rejo Puskesmas
Payung Rejo
3 Kurang optimal Pelayanan sarana dan Seluruh pasien
nya pasien DM public prasaran yang DM mendaptkan
usia >15 tahun yang kurang pelayanan yang
yang mendapat memadai , sesuai standar
penangan sesuai serta

28
standar kepatuhan
pasien dalam
melakukan
control
pengobatan.

Dari uraian isu diatas, kemudian ditetapkan berdasarkan pendekatan


APKL, yaitu aktual, problematik, kekhalayakan, dan layak/kelayakan.
Kemudian, setelah diperoleh hasil dari APKL, maka dipilih isu yang
menjadi prioritas utama yang akan diidentifikasi.

Table 1.3 Analisis APKL

Kriteria Keterang
No Identifikasi Isu
A P K L an
1 Kurang optimlanya pasien terduga - + + + TMS
TBC yang mendapatkan pelayanan
yang sesuai standar
2 Kurang optimal nya pelayanan + + + + MS
rawat jalan pasien terduga COVID-
19 di UPT Puskesmas Payung Rejo
3 Kurang optimal nya pasien DM usia - + + + TMS
>15 tahun yang mendapat
penangan sesuai standar
Keterangan:

(+) : memenuhi, (-) = tidak memenuhi

Berdasarkan metode APKL dari tabel di atas diperoleh 3 (tiga) isu


utama yang terpilih, yaitu : Kurang optimal nya pelayanan rawat jalan
pasien terduga COVID-19 di UPT Puskesmas Payung Rejo . Ketiga
isu tersebut kemudian dianalisis lagi dengan menggunakan metode
USG (Urgency, Seriousness, Growth)

29
Tabel 1.4. Indikator USG
No Komponen Keterangan
1 2 3
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
yang menyebabkan isu
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan
pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang ditimbulkan masalah-masalah lain
kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
mengakibatkan masalah lain)
3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika
dibiarkan.
Sumber: (Febry, 2019

1.5. Parameter Analisis USG


Sko PARAMETER
r Urgency Seriousness Growth
1 2 3 4
1 Isu tidak mendesak Isu tidak begitu serius Isu lamban
untuk segera untuk di bahas karena berkembang
diselesaikan tidak berdampak ke hal
yang lain
2 Isu kurang Isu kurang serius untuk Isu kurang cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang
segera diselesaikan tidak kurang berdampak
ke hal yang lain
3 Isu cukup Isu cukup serius untuk Isu cukup cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang,
segera diselesaikan akan berdampak ke hal segera dicegah
yang lain
4 Isu mendesak untuk Isu serius untuk segera Isu cepat
segera diselesaikan dibahas karena akan berkembang
berdampak ke hal yang untuk segera
lain dicegah
5 Isu sangat Isu sangat serius untuk Isu sangat cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang
segera diselesaikan akan berdampak ke hal untuk segera
yang lain dicegah
Sumber: (Febry, 2019

30
Table 1.6 Analisis Isu Berdasarkan Indikator USG

N
Isu U S G Jumlah Prioritas
o
1 Kurang optimlanya pasien
terduga TBC yang 4 3 5 11 2
mendapatkan pelayanan
yang sesuai standar
2 Kurang optimal nya
pelayanan rawat jalan 5 5 5 15 1
pasien terduga COVID-19
di UPT Puskesmas Payung
Rejo
3 Kurang optimal nya pasien 3 4 3 10 3
DM usia >15 tahun yang
mendapat penangan sesuai
standar
Keterangan: berdasarkan Skala Likert: 1 – 5

1 = sangat kecil, 2 = kecil, 3 = sedang, 4 = besar, 5 = sangat besar.

Dari analisis USG yang telah dilakukan, isu “Kurang optimal nya
pelayanan rawat jalan pasien terduga COVID-19 di UPT Puskesmas
Payung Rejo” mendapat prioritas pertama untuk diselesaikan dengan
Jumblah perolehan skor 15. Maka penulis akan mengangkat isu tersebut.
Kemudian langkah yang dilakukan dalam tahap selanjutnya adalah
merumuskan isu yang memuat fokus dan lokus, menentukan gagasan
kegiatan yang akan dilakukan, mengidentifikasi sumber isu, aktor yang
terlibat dan peran dari setiap aktor, dan mendeskripsikan keterkaitannya
dengan mata pelatihan yang relevan dengan konteks isu.

31
C. KONSEP POKOK ANEKA
Sebagai upaya untuk mendukung reformasi birokrasi dan
mengarahkan cita-cita Good GoIIIernance, maka Aparatur Sipil Negara
(ASN) dituntut senantiasa mampu mengembangkan nilai-nilai dasar
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi (ANEKA). Dengan merujuk pada pasal 10 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014, secara empiris ASN melalui nilai-nilai dasar
tersebut harus mampu berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik dan perekat bangsa. Setiap ASN memiliki kesempatan
untuk mengembangkan profesional kelas dunia, tidak parsial dalam
pelaksanaan tugas, memperoleh kesejahteraan dan mengembangkan
nilai-nilai kebijaksanaan selaras dengan semangat yang termuat dalam
UU Nomor 5 Tahun 2014.

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep itu memiliki
makna yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab. Akuntabilitas adalah suatu kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap indiIIIidu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); dan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektiIIIitas peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu:
akuntabilitas IIIertikal (pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih
tinggi) dan akuntabilitas horisontal (pertanggungjawaban pada
masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor

32
publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas
proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan.
Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat
akuntabilitas berupa: Perencanaan Strategis, Kontrak Kinerja, dan
Laporan Kinerja. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel,
ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Kepemimpinan: Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya
b. Transparansi: Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh indiIIIidu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas: adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab: adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan: adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang
f. Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan
hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi: adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

33
2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-
nilai yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar
yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar
memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan
kebangsaannya.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa
lain sebagaimana mestinya. Dalam arti luas, nasionalisme berarti
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara,
sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila
merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan sebagai negara
sekuler yang membatasi agama dalam ruang priIIIat. Pancasila justru
mendorong nilai-nilai ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat
dan berpolitik. Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila
adalah nilai-nilai ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai

34
keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan dan menjunjung
tinggi keadilan dan persaudaraan.
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan
bisa memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian,
melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan diri
untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang
diberikan Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
b. Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke
dalam berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai
kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan
fungsi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.

c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia


Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam
keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan
bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu nyawa, satu asal akal
yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya, yang menjalani satu
kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan
kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik
nyata.
d. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua fungsi. Fungsi
pertama , badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang
memperjuangkan asprasi beragam golongan yang ada di
masyarakat. Fungsi kedua, semangat permusyawaratan bisa
menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk satu golongan
atau perorangan. Permusyawaratan dengan landasan kekeluargaan

35
dan hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai kesepakatan
yang membawa kebaikan bagi semua pihak.
e. Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri
bangsa menyatakan bahwa Negara merupakan organisasi
masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan. Keadilan
sosial juga merupakan perwujudan imperatiIIIe etis dari amanat
pancasila dan UUD 1945.

3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin
adanya perlindungan hak-hak indiIIIidu, mencakup cara-cara
pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang
baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan
sesuai nila-nilai yang dianut.
Konsep etika sering disamakan dengan moral. Padahal ada
perbedaan antara keduanya. Etika lebih dipahami sebagai refleksi yang
baik atau benar. Sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk
melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Etika juga
dipandang sebagai karakter atau etos indiIIIidu/kelompokberdasarkan
nilai-nilai. .
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam
suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-
hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis. Kode etik profesi
dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku / etika suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan UU ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
adalah:

36
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan
berintegritas.
Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
2. Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
3. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah
atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
4. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
5. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien.
6. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
7. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabtannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
8. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
9. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Komitmen mutu merupakan
tindakan untuk menghargai efektiIIIitas, efisiensi, inoIIIasi dan kinerja

37
yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang
harus diperhatikan, yaitu :
1. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektiIIIitas menunjukkan tingkat ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun
mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,
ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur
dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan
bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada
tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotiIIIasi setiap indiIIIidu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas
rutin.
4. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan
produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan

38
kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur
capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat IIIital untuk
mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas
institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam
mengeIIIaluasi kualitas pelayan yaitu :
a) Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan;
c) ResponsiIIIeness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya;
e) Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering
dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar
biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak
hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi
yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Jujur

39
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran
mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas.
Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta
tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga
dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki
sifat kasih sayang. IndiIIIidu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat
banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan
uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia
malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
membantu sesama.
3. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi
yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam
menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan
kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan
terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan
cara yang mudah.

40
5. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari
bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak
tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini
maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan
nista.
6. Kerja Keras
IndiIIIidu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang
sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya
untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia
tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
7. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan
semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup
dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar
harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu
keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-
banyaknya.
8. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan
penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya
melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya.

41
Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata
mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.

9. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang
dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untukmendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia
seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil
kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin
mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan
bangsanya.

42
43

Anda mungkin juga menyukai