Anda di halaman 1dari 39

SAMPUL

RISET AKUNTANSI MANAJEMEN

(Analisis Penerapan Good Corporate Governance


Pada Perbankan Syariah di Indonesia)

Oleh:
Azraf Syahmi (0026 0424 2017)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

i
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 1
BAB II METODE PENELITIAN ........................................................................................... 2
2.1 Metode Penelitian ........................................................................................................ 2
2.2 Populasi dan Penarikan Sampel ................................................................................... 2
2.3 Pengumpulan Data. ...................................................................................................... 2
2,4 Metode Analisis Data .................................................................................................. 2
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 3
3.1 Hasil Penelitian ............................................................................................................ 3
3.2 Karakteristik Bank Sampel .......................................................................................... 3
3.3 Kepemilikan Saham ..................................................................................................... 4
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................. 8
4.1 Kekuatan Penelitian ..................................................................................................... 8
4.2 Kelemahan Penelitian .................................................................................................. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengann jumlah
kenduduk yang besar tersebut, aset dan bisnis syariah di Indonesia telah mengalami
pertumbuhan yang pesat. Asetnya tumbuh, dari Rp 7,8 triliun tahun 2003 menjadi Rp 147,5
triliun per Mei 2012. Begitu juga dana pihak ketiga, meningkat dari Rp 5,7 triliun menjadi Rp
115,2 triliun, dan pembiayaan meningkat dari Rp 5,53 triliun menjadi Rp 112,8 triliun.
Meskipun demikian, kontribusi bisnis syariah masih sangat rendah dibandingan dengan bisnis
konvensional. Pada Mei 2012, aset bank konvensional mencapai Rp 3.680 triliun, dana pihak
ketiga Rp 2.793 triliun, dan kredit mencapai Rp 2.274 triliun. Berarti, pangsa aset bank
syariah hanya 4,01% (Investor, 2012). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik
Perbankan Indonesia periode Deseember 2015, menyatakan bahwa jumlah aset industri
perbankan syariah hingga periode Desember 2015 telah mencapai Rp 292, 26 triliun, dana
pihak ketiga Rp 174.90 triliun dan pembiayaan Rp 154,53 triliun.
Tantangan pertama, masuknya keuangan syariah pada fase konsolidasi akibat
perlambatan ekonomi global yang berkepanjangan. Pada fase konsolidasi ini, demand
perekonomian terhadap pembiayaan telah menurun tajam yang diikuti penurunan dana pihak
ketiga
Tantangan kedua yaitu literasi keuangan syariah yang masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya adalah pengetahuan dan pemahaman masyarakat
yang masih rendah terhadap produk dan akad keuangan Syariah
Perbankan syariah sebagai sebuah perbankan yang modern perlu dikelola dengan
prinsip-prinsip tata kelola yang moderen, yang sesuai dengan prinsip syariah, untuk itu maka
pengelolaan perbankan syariah harus didasarkan pada sebuah mekanisme tata kelola korporasi
syariah yang modern.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeskplorasi praktik pengungkapan good
corporate governance perbankan syariah di Indonesia yang berlandaskan pada ketentuan yang
berlaku. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009
dan Surat Edaran (SE) BI No.12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
terutama Pasal 62 dan Pasal 63 mengenai kewajiban Bank Syariah untuk menyampaikan
Laporan Pelaksanaan GCG kepada Bank Indonesia (BI) dan pemangku kepentingan lainnya.

1
BAB II

METODE PENILITIAN

2.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah Metode verifikatif yaitu penelitian dilakukan
dengan mengeksplor dan memferifikasi tingkat pelaksanaan tata kelola yang baik (good
corporate governance) pada perbankan syariah di Indonesia.

2.2 Populasi dan Penarikan Sampel


Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua bank umum syariah yang terdapat di
Indonesia. Ada 11 bank umum syariah pada akhir tahun 2015. Teknik sampling yang
digunakan adalah Teknik Sampling Jenuh. Adapun yang menjadi sampel dari penelitian ini
adalah seluruh bank syariah yang laporan tahunannya tersedia di web perusahaan, (1) Bank
Muamalat, (2) Bank Syariah Mandiri, (3) Bank BNI Syariah, (4) Bank Mega Syariah, (5)
Bank Syariah Bukopin, (6) Bank Viktoria Syariah, (7) BCA Syariah, (8) dan BJB Syariah, (9)
Bank Panin Syariah, (10) BRI Syariah, (11) Maybank Syariah. Periode laporan tahunan
dianalisis adalah periode tahun 2015

2.3 Pengumpulan Data.


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder. Data dikumpulkan
dengan melakukan studi berupa kajian atas laporan tahunan (annual report 2015), Peraturan-
peraturan Perbankan Syariah di Indonesia, hasil penelitian, jurnal-jurnal, artikel-artikel,
majalah Media Akuntansi, majalah SWA, majalah Investor serta surat kabar yang terkait
dengan obyek penelitian yang sedang dilakukan.

2,4 Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini pertama adalah dengan membuat
scoring indeks komposit untuk setiap nilai tata kelola yang diungkapkan oleh masing-masing
bank. Kedua, penetapan pringkat good corporate governance yang dikatagorikan dalam 5
(lima) pringkat yakni pringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4 dan peringkat 5

Tabel 2.1 Tabel nilai komposit

Nilai Komposit Peringkat


Nilai komposit < 1,5 Sangat Baik
1,5 ≤ Nilai komposit < 2,5 Baik
2,5 ≤ Nilai komposit < 3,5 Cukup Baik
3,5 ≤ Nilai komposit < 4,5 Kurang Baik
4,5 ≤ Nilai komposit ≤ 5 Tidak Baik

2
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian


Bank Umum Syariah di Indonesia pada akhir tahun 2015 berdasarkan laporan tahunan
yang tersedia berjumlah sebanyak 11 bank, yaitu: Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri,
Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB
Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah BNI, Bank Syariah BRI, dan Maybank Syariah.

3.2 Karakteristik Bank Sampel


Karakteritik perbankan syariah dalam Tahun 2015 terlihat pada tabel 3.1 berikut, disini
peneliti akan menggambarkan karakteristik data keuangan bank umum syariah sampel
dengan indikator sebagai berikut yakni: Total Aktiva, Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga,
Return on Assets, Return on Equiti, Jumlah Kantor Cabang, Pendapatan Bagi Hasil.

Tabel 3.1 Karakteristik Bank Sampel

Sumber: Annual Report Tahun 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik bank Sampel terlihat bahwa untuk tahun 2015
Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat menenpati peringkat tertinggi dalam jumlah Total
Aktiva yang dimiliki, yakni sebesar Rp 70.369,71 miliar untuk Bank Syariah Mandiri, dengan
865 kantor cabang walaupun saham mereka tidak diperdagangkan di Bursa Saham dan Bank
Muamalat dengan Total Aktiva mencapai Rp 57.172, 59 Miliar, dengan 446 kantor cabang
menempati peringkat ke 2. Bank BRI Syariah menempati peringkat ke 3 dengan jumlah Total

3
Aktiva mencapai Rp 24.230,25 dengan jumlah kantor cabang menempati urutan ke 3, yakni
sebanyak 271 kantor. Tahun 2015 Bank Victoria Syariah memiliki jumlah Total Aktiva yang
paling rendah yakni berjumlah Rp 1.379,27 Miliar.

3.3 Kepemilikan Saham


Prosentase kepemilikan perbankan syariah di Indonesia untuk tahun 2015 digambarkan
dalam table 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Kepemilikan Pemegang Saham Tahun 2015

Sumber: Annual Report Tahun 2015

Tahun 2015 kepemilikan perbankan syariah di Indonesia didominasi oleh kepemlikan


keluarga yang paling umum, kemudian kepemilikan pemerintah, kepemilikan asing, dan
koperasi.

4
Tabe 3.4 Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Syariah Tahun 2015

5
6
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada 11 (sebelas) faktor yang dijadikan penilaian
terhadap pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum syariah. Penetapan
peringkat faktor good corporate governance dilakukan berasakan analisis atas pelaksanaan
prinsip-prinsip good corporate governance. Kecukupan tata kelola (governance) atas dasar
struktur, proses, dan hasil penerapan good corporate governance pada bank serta informasi
lain yang terkait dengan good corporate governance yang didasarkan pada data dan informasi
yang relevan.

Bank Umum Syariah yang menduduki peringkat 2 meliputi, Bank BRI Syariah, Bank
Syariah Mandiri, Bank BCA Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin
Syariah, Bank Mega Syariah. Bank Umum Syariah yang menduduki Peringkat 2 berdasarkan
matrik yang disusn oleh OJK mencerminkan bahwa manajemen bank telah melakukan
penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik

Peringkat 3 yakni Bank Muamalat, Bank BJB Syairah, Bank Victoria Syariah, dan
MayBank Syariah. Peringkat 3 mencerminkan manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik.

7
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kekuatan Penelitian


Pada Jurnal ini, peneliti menjelaskan tentang penerapan dalam melaksanakan Good
Corporate Govermance pada Bank Syariah di Indonesia pada tahun 2015 dengan
menggunakan 11 (sebelas) indicator yaitu : a) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Komisaris; b) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; c) Kelengkapan dan
pelaksanaan tugas Komite; d) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah; e) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran
dana serta pelayanan jasa; f) Penanganan benturan kepentingan; g) Penerapan fungsi
kepatuhan; h) Penerapan fungsi audit intern; i) Penerapan fungsi audit ekstern; j) Batas
Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan k) Transparansi kondisi keuangan dan non
keuangan BUS, laporan pelaksanaan Good Corporate Governance serta pelaporan internal.
Hal ini memberikan informasi dalam pengelolaan manajemen Perbankan Syariah yang ada di
Indonesia.

4.2 Kelemahan Penelitian


1. Jurnal dari si Peneliti ini tidak melakukan evaluasi terkait observasi dalam penerapan
Good Corporate Govermance, sehingga tidak adanya sinkronisasi data dalam web
perusahaan dan aplikatif pada Perbankan Syariah.

2. Tidak mencantumkan nama Penelirti pada jurnal dan penerbit jurnal sehingga
reviewer/pembaca kewalahan untuk menggali informasi lebih dalam terhadap jurnal ini.

8
Good Corporate Governance Implementation Analysis
of Indonesian Syariah Banks

Abstract

Indonesia is a country with the largest muslim population in the world, with such a large
population, Indonesia should have been a pioneer and mecca development of Islamic banking
and finance in the world. Nevertheless, the contribution of shariah business is still very low
compared to conventional business, in 2015 the market share of shariah banking is still less
than 5%. For the development of Islamic banking in the future, the specificity of shariah
principles, demanding shariah banking products and contracts should be linked to real sector
activities. This is where it takes a professional understanding of corporate governance and
business models and the aspects of their muamalat fiqh. Islamic banking as a modern
banking needs to be managed with the principles of modern governance, which is in
accordance with the principles of shariah, therefore this research tries to reveal and analyze
how the practice of good corporate governance implementation.

This study aims to explore the mechanism of corporate governance disclosure in the annual
report of shariah banking in Indonesia. The sample bank in the study consisted of 11 shariah
banks in Indonesia. Data analysis is done qualitatively. First, this study uses the disclosure of
governance index. Second, establishing good corporate governance. The audited governance
mechanisms include: shariah supervisory Board (SSB), board of commissioners, boards of
directors, committee board, internal controls and external audits, corporate risk
management, and corporate governance reporting practices.

The result of research shows that for 2015, the implementation of good corporate governance
of shariah banking that can be analyzed can be grouped into two parts, that is first, there are
7 syariah banks that are in rank 2 of good corporate governance, this reflects that bank
management has implemented good corporate governance is generally good. This means that
the application of the principles of good corporate governance has been done. Secondly there
are 4 shariah banks that ranks 3 in the implementation of good corporate governance, this
indicates that the bank's management has been implementing good corporate governance
with good manners. And still found a significant weakness in the application of the principles
of good corporate governance.

Keywords: Good corporate governance, Good corporate governance implementation,


Indonesian banking, Shariah banking

1
Analisis Penerapan Good Corporate Governance
Pada Perbankan Syariah di Indonesia

Abstrak

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan jumlah
penduduk yang besar tersebut, seharusnya Indonesia sudah menjadi pelopor dan kiblat
pengembangan perbankan dan keuangan syariah didunia. Meskipun demikian, kontribusi
bisnis syariah masih sangat rendah dibandingan dengan bisnis konvensional, tahun 2015
pangsa pasar perbankan syariah masih kurang dari 5%. Untuk pengembangan perbankan
syariah ke depan, kekhususan prinsip syariah, menuntut produk dan akad perbankan syariah
harus memiliki linked dengan aktivitas sektor riil. Disinilah dibutuhkan pemahaman tata
kelola dan model bisnis yang profesional serta aspek fiqih muamalatnya. Perbankan syariah
sebagai sebuah perbankan yang modern perlu dikelola dengan prinsip-prinsip tata kelola
yang moderen, yang sesuai dengan prinsip syariah, untuk itu maka penelitian ini mencoba
mengungkap dan menganalisis bagaimana praktik penerapan good corporate governance.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mekanisme pengungkapan corporate


governance dalam laporan tahunan perbankan syariah di Indonesia. Bank sampel dalam
penelitian terdiri dari 11 bank syariah di Indonesia. Analsis data dilakukan secara kualitatif.
Pertama, penelitian ini menggunakan pengungkapan indeks governance. Kedua, menetapkan
peringkat good corporate governance. Mekanisme Tata Kelola yang diperiksa meliputi:
Dewan Pengawas Syariah (SSB), dewan komisaris, dewan direksi, dewan komite,
pengendalian internal dan audit eksternal, manajemen risiko perusahaan, dan pelaksanaan
pelaporan tata kelola perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tahun 2015, penerapan good corporate
governance perbankan syariah yang dianalisis dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu pertama, ada 7 bank umum syariah yang masuk dalam peringkat 2 pelaksanaan tata
kelola perusahaan yang baik, hal ini mencerminkan bahwa manajemen bank telah
menerapkan good corporate governance pada umumnya baik. Artinya penerapan prinsip-
prinsip good corporate governance sudah dilakukan. Kedua ada 4 bank umum syariah yang
menempati peringkat 3 dalam pelaksanaan good corporate governance, hal ini menunjukkan
bahwa manajemen bank telah melakukan penerapan good corporate governance dengan
cuku baik. Dan masih ditemukan adanya kelemahan yang signifikan dalam penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance.

Kata Kunci: Implementasi tata kelola perusahaan, Perbankan Indonesia, Perbankan


Syariah, Tata kelola perusahaan

2
1. Pendahuluan

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan jumlah

penduduk yang besar tersebut, aset dan bisnis syariah di Indonesia telah mengalami pertumbuhan

yang pesat. Asetnya tumbuh, dari Rp 7,8 triliun tahun 2003 menjadi Rp 147,5 triliun per Mei 2012.

Begitu juga dana pihak ketiga, meningkat dari Rp 5,7 triliun menjadi Rp 115,2 triliun, dan

pembiayaan meningkat dari Rp 5,53 triliun menjadi Rp 112,8 triliun. Meskipun demikian, kontribusi

bisnis syariah masih sangat rendah dibandingan dengan bisnis konvensional. Pada Mei 2012, aset

bank konvensional mencapai Rp 3.680 triliun, dana pihak ketiga Rp 2.793 triliun, dan kredit mencapai

Rp 2.274 triliun. Berarti, pangsa aset bank syariah hanya 4,01% (Investor, 2012). Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia periode Deseember 2015, menyatakan bahwa

jumlah aset industri perbankan syariah hingga periode Desember 2015 telah mencapai Rp 292, 26

triliun, dana pihak ketiga Rp 174.90 triliun dan pembiayaan Rp 154,53 triliun.

Deputi Gubernur BI Hendar Di Grand City. Surabaya, Rabu tanggal 26 Oktober 2016

menyatakan bahwa keuangan syariah Indonesia memang pernah mengalami pertumbuhan aset

perbankan syariah yang sangat ekspansif. Pada periode 2008-2013, pertumbuhan aset perbankan

syariah mencapai rata-rata 40 persen, jauh melampaui rata-rata pertumbuhan keuangan syariah global

sebesar 19 persen. Namun, perkembangan tersebut masih menyisakan banyak tantangan dan peluang

yang harus diselesaikan khususnya di bidang produk dan akad agar keuangan syariah bisa tumbuh

secara berkelanjutan ke depan.

Tantangan pertama, masuknya keuangan syariah pada fase konsolidasi akibat perlambatan

ekonomi global yang berkepanjangan. Pada fase konsolidasi ini, demand perekonomian terhadap

ptelah embiayaan menurun tajam yang diikuti penurunan dana pihak ketiga. Membiayai suatu proyek

juga tidak mudah mengingat risiko kredit terus membayangi. Untuk itu, Industri keuangan syariah

perlu mengelaborasi produk dan akad keuangan syariah, untuk memberikan solusi mengangkat

pelemahan sektor riil.

Tantangan kedua yaitu literasi keuangan syariah yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh

banyak faktor, di antaranya adalah pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang masih rendah

3
terhadap produk dan akad keuangan syariah. Karena banyak yang menggunakan istilah-istilah Arab,

keterbatasan sumber daya insani yang memahami keuangan syariah, serta masih terbatasnya sarana

edukasi keuangan syariah. Disinilah dibutuhkan sumber-sumber edukasi keuangan syariah yang

inspiratif dan implementatif khususnya di Indonesia.

Berdasarkan State of Global Islamic Economy 2015-2016 yang diterbitkan Thomson

Reuters, terdapat potensi pembiayaan syariah senilai USD 40,6 miliar atau Rp 527,8 triliun. Hal ini

didasarkan pada fakta masuknya Indonesia dalam lima besar negara di dunia untuk Islamic

clothing dan fashion dengan total spending USD 12,7 miliar, top 10 negara di dunia untuk pasar

keuangan dan perbankan syariah dengan total aset USD 21,7 miliar.

Indonesia selain itu juga masuk ke dalam 10 besar negara di dunia untuk media

dan recreation market dengan total spending USD 7,5 miliar, top 10 negara di dunia untuk Islamic

travel dengan total spending USD 7,5 miliar, dan top five negara di dunia untuk kosmetik/farmasi

syariah dengan total spending USD 4,8 miliar. Industri yang berbeda tentu membutuhkan produk dan

akad yang berbeda. Di sini lah peluang inovasi produk dan akad syariah untuk mengubah peluang

menjadi kenyataan.

Produk industri keuangan syariah seakan terus berpacu dengan produk keuangan

konvensional. Produk perbankan konvensional yang semakin kompleks dan menarik, menuntut

perbankan syariah untuk terus menciptakan inovasi produk-produk baru guna menjaring minat

nasabah. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Muslim di Indonesia, upaya tersebut dirasakan

perlu untuk terus ditingkatkan. Hal tersebut dapat dibuktikan dimana pangsa pasar perbankan syariah

hingga kini masih kurang dari 5%. Hal ini juga menunjukkan bahwa belum banyak sumberdaya insani

terbaik di bidang keuangan yang tertarik untuk masuk ke industri keuangan syariah. (Hendar, 2016)

Untuk pengembangan keuangan syariah ke depan, khususnya produk dan akad keuangan

syariah. Kekhususan prinsip syariah menuntut produk dan akad keuangan syariah yang harus

memiliki linked dengan aktivitas sektor riil. Disinilah dibutuhkan pemahaman tata kelola dan model

bisnis yang profesional serta aspek fiqih muamalatnya. Perbankan syariah sebagai sebuah perbankan

yang modern perlu dikelola dengan prinsip-prinsip tata kelola yang moderen, yang sesuai dengan

4
prinsip syariah, untuk itu maka pengelolaan perbankan syariah harus didasarkan pada sebuah

mekanisme tata kelola korporasi syariah yang modern.

Kerangka tata kelola perusahaan merupakan fondasi untuk implementasi efektif dari tata

kelola yang baik. World Bank mendefinisikan makna tata kelola perusahaan sebagai berikut:

“…suatu perpaduan antara hukum, peraturan perundang-undangan dan praktik yang


dilakukan oleh sektor privat atas dasar sukarela yang memungkinkan perusahaan untuk menarik
modal keuangan dan tenaga kerja, berkinerja secara efisien, dan dengan semua itu dapat secara
berkesinambungan menghasilkan nilai-nilai ekonomi jangka panjang bagi para pemegang sahamnya,
dan pada saat yang bersamaan memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan dan
masyarakat secara keseluruhan” (Maassen, 2000).

Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang diterbitkan oleh OECD (Prinsip CG

OECD) dinyatakan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan harus mendorong transparansi dan

pasar yang efisien, sejalan dengan peraturan hukum, dan membagi dengan jelas kewajiban dan

tanggung jawab di antara otoritas yang menjalankan fungsi pengawasan, pengaturan dan penegakan

hukum (OECD, 2004). Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan tata kelola

perusahaan perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi; oleh karena itu, etika bisnis merupakan bagian

integral dari tata kelola perusahaan (KNKG, 2011).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeskplorasi praktik pengungkapan good corporate

governance perbankan syariah di Indonesia yang berlandaskan pada ketentuan yang berlaku. Secara

khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan Surat Edaran (SE) BI

No.12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) terutama Pasal 62 dan Pasal 63 mengenai

kewajiban Bank Syariah untuk menyampaikan Laporan Pelaksanaan GCG kepada Bank Indonesia

(BI) dan pemangku kepentingan lainnya. Surat Edaran OJK (SEOJK) No. 10/SEOJK.03/2014, tentang

Penilaian Tingkat Kesehatan BU dan UUS serta Peraturan OJK (POJK) No. 18/PJOK.3/2014 tanggal

18 November 2014 tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan.

5
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian ini mencoba mengungkap serta

menganalisis bagaimanakah praktik penerapan good corporate governance dalam laporan tahunan

perbankan syariah di Indonesia?

2. Landasan Teori

2.1. Teori Keagenan.

Teori Keagenan (Agency Theory) sering disebut pula dengan contracting theory. Dalam

agency thory dinyatakan bahwa perusahaan berada pada titik persimpangan pada berbagai jenis

hubungan kontraktual antara manajemen, pemlik, kreditor, dan pemerintah. Asumsi yang mendasari

teori ini adalah bahwa setiap individu bertindak untuk kepentingan terbaiknya (Wolk et al.,2001).

Karena masing-masing pihak memiliki kepentingan yang berbeda, benturan-benturan kepentingan ini

menimbulkan berbagai konflik diantaranya konflik deviden, dilution, distortion of investmen and

underinvestment.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak

antara manajer dengan investor.Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena

kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya

keagenan.Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan

para pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.Dengan demikian terdapat dua

kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk

mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

Konsep Agency Theory, menyatakan manajemen sebagai agen semestinya on behalf of the

best interest of the shareholders, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya

mementingan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utilitas. Manajemen bisa melakukan

tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan secara keseluruhan yang dalam jangka

panjang bisa merugikan kepentingan perusahaan. Bahkan untuk mencapai kepentingannya sendiri,

manajemen bisa bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan rekayasa. Perbedaan

kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut dengan Agency Problem yang salah satunya

disebabkan oleh adanya Asymmetric Information.

6
Adanya Asymmetric Information dan self serving behavior pada manajer/agen,

memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang kurang bermanfaat bagi

perusahaan. Adanya kondisi ini menimbulkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat karena tidak

adanya keterbukaan dari manajemen untuk mengungkapkan hasil kinerjanya kepada prinsipal sebagai

pemilik perusahaan. Agency Theory menganalisis dan mencari solusi atas dua permasalahan yang

muncul dalam hubungan antara para principal (pemilik/pemegang saham) dan agent mereka

(manajemen). Berdasarkan kondisi semacam ini, dibutuhkan sistem tata kelola yang baik pada

perusahaan yang disebut dengan Good Corporate Governance (GCG).

Kaen (2003), menyatakan bahwa mekanisme tata kelola yang baik (good corporate

governance) pada dasarnya menyangkut masalah siapa yang seharusnya mengendalikan jalannya

kegiatan korporasi dan mengapa harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya kegiatan

korporasi.Secara legal, yang dimaksud dengan dengan siapa adalah para pemegang saham perusahaan

korporasi.Sedangkan yang dimaksud dengan mengapa adalah karena adanya hubungan antara

pemegang saham dengan berbagai pihak lainnya yang berkepentingan terhadap korporasi tersebut.

Short et al. (1999) secara umum mendefinisikan mekanisme tata kelola (Corporate

Governance) sebagai suatu sarana, mekanise, dan struktur yang berperan sebagai pengecekan atas self

serving behavior manajer. Secara teoritis, manajer menerima kewenangan dari pemilik perusahaan

untuk mengelola kegiatan perusahaan sehari-hari seharusnya memiliki komitmen, loayalitas, dan

motivasi yang semata-mata ditunjukan untuk kepentingan perusahaan yang dikelolanya.Namun,

dalam kenyataan sering terjadi keputusan yang diambil manajemen tidak ditujukan untuk kepentingan

perusahaan, tetapi justru untuk kepentingan para eksekutif dan sebagai akibatnya merugikan

kepentingan para eksekutif dan sebagai akibatnya merugikan kepentingan perusahaan dan pemilik

perusahaan.Untuk mencegah kemungkinan terjadinya self serving behavior oleh manajer, pengelolaan

perusahaan seharusnya dapat dilakukan secara terbuka, sehingga memberikan peluang bagi pemilik

dan berbagai pihak yang berkepentingan lainnya untuk melakukan monitoring terhadap prilaku

manajer di dalam mengelola perusahaan.

Corporate governance didefenisikan sebagai...”the process affected by a set of legislative,

regulatory, legal, market mechanisms, listing standards, best practices and efforts of all corporate

7
governance participants, including the company’s directors, officers, auditors, legal caunsel, and

financial advisors, which creates a system of checks and balances with the goal of creating and

enhancing enduring and sustainable shareholder value, while protecting the interests of other

stakeholders”. (Zabihollah Rezaee, 2008).

2.2. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Secara Syariah

Prinsip-prinsip mengenai tata kelola perusahaan secara Islami (Syariah) dan sesuai dengan

praktek-praktek terbaik yang berlaku di perbankan nasional maupun internasional serta nilai-nilai

yang ada di Bank Syariah, merupakan dasar bagi Perseroan untuk terus berupaya menjadi Bank

terbaik dalam penerapan corporate governance selama ini. (Crowter dan Seifi, 2010. Bank Muamalat,

2011).

Adapun nilai-nilai dimaksud tercermin dari aspek-aspek sebagai berikut:

1. Keterbukaan (Transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang

materialdan relevan serta mudah diakses oleh setiap orang yang berkepentingan. Keterbukaan

tidakhanya mengungkapkan informasi yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan,

tetapijuga hal penting dalam proses pengambilan keputusan sesuai dengan ketentuan syariah,

tanpamengurangi kewajiban Bank untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan organisasi sesuai

peraturanperundang-undangan yang berlaku.

2. Akuntabilitas (Accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawabanorgan

Bank (Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Direksi) sehingga

pengelolaannyaberjalan secara efektif. Manajemen Bank Muamalat harus dapat

mempertanggungjawabkankinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu bisnis Bank Syariah

harus dikelola secarabenar, terukur dan sesuai dengan kepentingan pelaku bisnis dengan tetap

memperhitungkankepentingan para pemangku kepentingan.

3. Tanggung Jawab (Responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan Bank dengan

peraturanperundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat,

sertamelaksanakan kewajiban/tanggungjawabnya terhadap masyarakat dan lingkungannya.

8
4. Profesional (Professional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif, dan bebasdari

pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen), bebas dari benturan kepentingan

sertamemiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan Bank Syariah.

5. Kewajaran (Fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

pemangkukepentingan berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kesetaraanmengandung unsur kesamaan perlakuan dan kesempatan, sehingga tidak

diperbolehkanmembedakan antara satu nasabah/seseorang dengan nasabah/orang yang lainnya.

6. Sikap Kepedulian (Social Awareness) yaitu rasa peduli kepada masyarakat yang

kurangberuntung dan lingkungan, yang dilakukan dengan berbagai bentuk kegiatan kemanusiaan

dansosial sebagai wujud dari pertanggungjawaban sosial Bank Syariah kepada masyarakat dan

lingkungan.

2.3. Pentingnya Makanisme Tata Kelola Dalam Perbankan Islam

Perbankan syariah perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap Mekanisme tata

kelola, setidaknya ada beberapa alasan mengapa hal ini diperlukan.

(1) Dalam peraturan perbankan disebutkan bahwa perbankan syariah harus mematuhi hukum syariah,
(Archer et al, 1998). Sebagian besar deposan dan investor perbankan syariah mempunyai
keyakinan yang tinggi bahwa dana mereka dikelola sesuai dengan aturan syariah. (Chapra and
Ahmed, 2002). Selanajutnya Chapra dan Ahmed juga menyebutkan bahwa sebagian besar deposan
perbankan syariah siap untuk menarik dana mereka jika perbankan gagal beroperasi sesuai dengan
aturan syariah.
(2) Chapra and Ahmed, (2002) menyatakan
..... “Islamic banks have unrerstricted investment account holder. These account holders appear to
be part of the agency conflicts since they participate in the profit and loss like shareholders”.
(3) Claessens, (2006), menyatakan bahwa sebagian besar Perbankan Islam beroperasi di pasar negara
berkembang, dimana institusi kelembagaan yang cendrung lemah. Tingginya konsentrasi
kepemilikan dan kontrol keluarga, lemahnya transparansi dan praktik pengungkapan.

Keberadaan meknisme tata kelola diharapkan dapat mengendalikan prilaku pengelola agar

dapat mengelola kegiatan korporasi secara terbuka, sehingga pemilik mempunyai kesempatan untuk

mengkaji berbagai keputusan dan pengambilan keputusan pengelola, serta menilai keefektifan

keputusan pengelola.

9
2.4. Pengungkapan Mekanisme Tata Kelola dalam Laporan Tahunan

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan informasi

perusahaan kepada para stakeholder. Botosan (1997), Preston et al, (1996) menyatakan bahwa laporan

tahunan perusahaan dapat dipandang sebagai media utama untuk menyampaikan informasi keuangan

maupun non keuangan secara rinci. Laporan tahunan dianggap penting karena efektifsnya dalam

menyampaikan pesan atau gambar suatu perusahaan tertentu. Neu et al, (1998) selanjutnya

menyebutkan bahwa laporan tahunan merupakan tayangan yang bersifat keluar dan memiliki tingkat

kredebilitas tertentu.

Informasi mengenai tata kelola perusahaan penting untuk diungkapkan oleh perusahaan.

Bushaman dan Smith (2003) mendefinisikan transparansi perusahaan sebagai ketersediaan informasi

yang relevan, yang dapat dipercaya tentang kinerja, posisi keuangan, peluang investasi, data kelola,

nilai dan resiko dari dipublikasikan informasi tersebut. Selanjutnya Labelle (2002) menyebutkan

bahwa pengungkapan mekanisme tata kelola perusahaan dapat meningkatkan pemantauan,

pengendalian internal, serta meningkatkan kinerja perusahaan.

2.5. Mekanisme Tata Kelola Perbankan Islam di Indonesia.

Mekanisme tata kelola perbankan Islam didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Chapra dan Ahmed,( 2002), Haniffa dan Hudaib, (2007) dan Safieddine, (2009), meknisme tata kelola

yang perlu diungkapkan oleh pernbakan Islam di Indonesia didasarkan pada Undang-undang No. 21

Tahun 2008. Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang

Pelaksanaan GCG Bagi BUS dan UUS. Adapun Mekanisme tata kelola tersebut meliputi:

A. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris sebagai organ perseroan bertindak atas nama pemegang saham, bertugas

melakukan pemantauan dan pengawasan serta memberikan nasihat kepada Direksi atas pengelolaan

perseroan. Adapun tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris sesuai dengan Undang-undang No.21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan ketentuan dalam PBI mengenai GCG yang berlaku, serta

Anggaran Dasar Perseroan antara lain adalah:

10
1. Dewan Komisaris wajib melaksanaan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip

GCG;

2. Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam

setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan dan jenjang organisasi;

3. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dantanggung

jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi;

4. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris wajib memantau dan

mengevaluasipelaksanaan kebijakan strategis perseroan;

5. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan auditdan/atau

rekomendasi serta komitmen dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditorinternal, Dewan

Pengawas Syariah dan/atau auditor eksternal;

6. Memberi nasihat atas pengarahan strategis perseroan;

7. Memastikan bahwa sistem dan kebijakan pengaturan internal dan manajemen risikoberjalan;

8. Mengembangkan praktek GCG agar diterapkan oleh perseroan;

9. Mengawasi efektifitas praktek penerapan GCG dan apabila diperlukan mengubah

ataumenyesuaikan agar memperbaiki penerapan GCG;

10. Memastikan bahwa semua temuan audit intern dan ekstern telah ditindaklanjuti sesuaidengan

komitmen yang telah diberikan oleh Direksi.

B. Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan badan independen yang bertugas

melakukanpengarahan (directing), pemberian konsultasi (consulting)/nasihat dan atau saran,

melakukanevaluasi (evaluating) dan pengawasan (supervising) kegiatan bank syariah dalam

rangkamemastikan bahwa kegiatan usaha bank syariah mematuhi (compliance) prinsip-prinsip

syariahsebagaimana telah ditentukan oleh fatwa dan syariah Islam.

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia

No.11/33/PBI/2009tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan GCG Bagi BUS dan UUS,

disebutkan antara lain:

11
1. DPS wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengen prinsip-prinsip GCG;

2. Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuaidengan

Prinsip Syariah;

3. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produkyang

dikeluarkan Bank;

4. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai dengan fatwa yang

DewanSyariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI);

5. Meminta fatwa kepada DSN – MUI untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya;

6. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah terhadap

mekanismepenghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;

7. Meminta data dan informasi terkait aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam

rangkapelaksanaan tugasnya.

C. Direksi

Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagaimana tercantum dalam Undang-

undangNo.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, PBI tentang GCG yang berlaku serta Anggaran

Dasar Perbankan Syariah. Direksi Bank wajib selalu berpedoman kepada peraturan perundang-

undanganyang berlaku termasuk memenuhi prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah sertamemenuhi

ketentuan tentang pelaksanaan GCG, antara lain sebagai berikut :

1. Direksi merupakan organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaanpengelolaan

untuk kepentingan Perbankan Syariah sesuai dengan maksud dan tujuan sertamewakili Perseroan

baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai ketentuan Anggaran Dasar Perbankan Syariah.

2. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatanatau

jenjang organisasi;

3. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasanBank

Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.

12
D. Komite Audit

Komite Audit mendorong terciptanya praktik yang sehat dalam pelaporan keuangan,

manajemen risiko, pengendalian internal dan etika bisnis yang baik. Dalam pelaksanaannya, Direksi

bertanggung jawab sepenuhnya atas penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar

danketentuan yang berlaku, kecukupan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian internal serta

kepatuhanterhadap peraturan yang berlaku.

Tugas Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam hal:

1. Menindaklanjuti hasil temuan Internal Audit Division (IAD) sesuai dengan kebijakan

ataupengarahan yang diberikan oleh Dewan Komisaris;

2. Ketua Komite Audit, bersama Direktur Utama menandatangani laporan hasil audit kepada

BankIndonesia atas setiap temuan audit yang diperkirakan dapat mengganggu kelangsungan

usaha Perbankan Syariah

3. Mengevaluasi hasil temuan pemeriksaan oleh IAD;

4. Meminta Direksi untuk menindaklanjuti hasil temuan pemeriksaan IAD;

5. Memberikan persetujuan tentang pengangkatan dan pemberhentian Kepala IAD oleh Direksi

danndilaporkan kepada Bank Indonesia;

6. Mereview Internal Audit Charter, menanggapi rencana Audit Intern dan masalah-masalah

yangditemukan oleh IAD serta menentukan pemeriksaan khusus oleh IAD apabila terdapat

dugaanterjadinya kecurangan, penyimpangan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku;

7. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam hal auditee tidak menindaklanjuti laporan

IAD;

8. Memastikan bahwa laporan-laporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia, Bapepam-LK

sertainstansi lain yang berkepentingan dilakukan dengan benar dan tepat waktu, serta

memastikan bahwa Perbankan Syariah mematuhi semua ketentuan perundang-undangan yang

berlaku;

9. Memastikan bahwa Manajemen menjamin baik Eksternal Auditor maupun Internal Auditor

dapatnbekerja sesuai dengan Standar Audit yang berlaku;

13
10. Memastikan independensi dan obyektivitas akuntan publik;

11. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukkan akuntan publik,

serta melakukan evaluasi terhadap kandidat yang dilaksanakan minimal 3 (tiga) tahun sekali

untuk menjaga kemandirian dari akuntan publik yang ditunjuk;

12. Memastikan kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik guna memastikan

semua risiko yang penting telah dipertimbangkan.

E. Komite Pemantau Resiko

Komite Pemantau Risiko telah menjalankan tugas dan tang gung jawab secara profesional dan

independen tanpa campur tangan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang berlaku.

Adapun tugas KPR sesuai dengan ketentuan yang berlaku, antara lain:

1. Melakukan evaluasi atas kebijakan dan strategi manajemen risiko yang disusun Manajemen

secaratahunan;

2. Melakukan evaluasi terhadap laporan pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan

manajemen risiko;

3. Mengevaluasi langkah-langkah yang diambil oleh Direksi dalam rangka memenuhi peraturan

BankIndonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dalam rangka pelaksanaan

prinsip kehati-hatian, khususnya yang berkaitan dengan manajemen risiko;

4. Melakukan evaluasi terhadap permohonan atas usulan Direksi yang berkaitan dengan transaksi

atau kegiatan usaha yang melampaui kewenangan Direksi untuk dapat digunakan oleh Dewan

Komisaris sebagai dasar pengambilan keputusan.

F. Komite Remunerasi dan Nominasi (KRN)

Komite Remunerasi dan Nominasi (KRN) Bank Muamalat telah menjalankan tugas dan

tanggungjawabnya secara profesional dan independen, tanpa campur tangan dari pihak manapun

sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.Tugas dari Komite Remunerasi dan Nominasi

antara lain :

14
1. Menentukan kriteria seleksi dan prosedur nominasi bagi Anggota Dewan Komisaris, Direksi dan

Karyawan Senior;

2. Mengajukan nominasi Anggota Dewan Komisaris dan Direktur melalui Direksi untuk diajukan

kepada Bank Indonesia (untuk dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan) dan Pemegang

Saham sebelum pelaksanaan RUPS dengan mempertimbangkan secara seksama usulan-usulan

dari Pemegang Saham;

3. Mengevaluasi jumlah Anggota dan komposisi Dewan Komisaris dan Direksi;

4. Mempersiapkan proposal penunjukkan atau penunjukan ulang Anggota Dewan Komisaris dan

Direktur kepada Pemegang Saham.

G. Komite-Komite Eksekutif Direksi

Untuk membantu Direksi dalam menjalankan tugasnya selain kepala divisi maka sesuai

struktur organisasi dan berdasarkan surat keputusan direksi telah dibentuk 6 (enam) komite eksekutif,

yang dipimpin langsung oleh Direktur Utama (Dirut) dan/atau direktur terkait, yaitu sebagai berikut:

1. Assets & Liabilities Committee (ALCO);

2. Komite Pengarah Teknologi Informasi / Information Technology Steering Committee (ITSC;

3. Komite Manajemen Risiko / Risk Management Committee (RMC);

4. Komite Pembiayaan / Financing Committee;

5. Komite Layanan / Service Committee (SC),

6. Komite Limit Kewenangan Investasi / Investment Limit Committee

H. Fungsi Audit Interen

Perbankan Syariah memiliki Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam menjalankan

mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh berbagai lini perusahaan. Dalam SPI telah terkandung

sistem dan prosedur yang jelas serta telah ditetapkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris. Sedangkan

pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan SPI ini dilakukan oleh Divisi Audit Intern, Divisi

Kepatuhan, Divisi Manajemen Risiko, dan Manajemen Bank.

15
I. Fungsi Audit Eksteren

Berdasarkan ketentuan dalam PBI No. 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 tentang

Transparansi Kondisi Keuangan Bank sebagaimana diubah dengan PBI No.7/50/PBI/2005 tanggal 29

November 2005dan Surat Edaran Bank Indonesia No.7/57/DPbS tanggal 22 Desember 2005 tentang

Hubungan Antara Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Kantor

Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia antara lain telah

mensyaratkan beberapahal dalam pemilihan/penunjukan AP/KAP ini, disamping adanya persyaratan

intern dari Perbankan Syariah antara lain persyaratan bahwa dalam melakukan seleksi harus

disesuaikan dengan persyaratan dan/atau ketentuan/charter yang berlaku. Adapun persyaratan yang

diatur dalam PBI di atas dan intern Bank Muamalat dalam melakukan pemilihan Auditor Ekstern

antara lain sebagai berikut :

1. Sesuai dengan ketentuan standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

2. Aspek komunikasi Bank Indonesia dengan Kantor Akuntan Publik harus sesuai dengan

ketentuanyang berlaku;

3. Aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh Akuntan Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik

(KAP)adalah adanya perjanjian kerja, dan juga menetapkan ruang lingkup audit yang akan di

audit.

2.6. Roadmap Penelitian

Penelitian mengenai pengungkapan mekanisme tata kelola yang baik (Good Corporate

Governance) dalam laporan tahunan telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Klapper

dan Love (2002) mengenai praktik corporate governance pada tingkat perusahaan di berbagai pasar

sedang berkembang (emerging markets), penelitian ini menunjukkan bahwa corporate governance

memiliki korelasi positif dengan operating performance dan market valuation.

Penelitian yang dilakukan oleh Drobetz, Schillhofer, Zimmermann (2003) menunjukkan

adanya hubungan positif antara corporate governance yang dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan

di Jerman dengan nilai perusahaan. Chong-En Bai, et. al (2003) juga menunjukkan bahwa variabel-

variabel corporate governance berhubungan signifikan dengan penilaian perusahaan. Investor

16
membayar premium yang signifikan kepada perusahaan-perusahaan yang melaksanakan corporate

governance dengan baik.

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan

bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan

menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance sangat berkaitan

dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi

mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-

proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan modal yang telah ditanamkan oleh investor.

Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para

manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).

Penelitian mengenai pengungkapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

governance) pada perbankan Islam khususnya di Indonesia, belum banyak dilakukan. Bank-bank

Islam, merupakan lembanga keuangan dengan indentitas berbasis agama, mereka diharapkan dapat

mematuhi nilai-nilai etika yang Islami dalam kegiatan operasi yang dilakukan.Selain ketentuan yang

berlaku, Islam mendorong dijalankannya praktik tata kelola yang baik. Dalam Islam, Tata Kelola

bertujuan untuk melindungi kepentingan semua stakeholders dengan patuh terhadap prinsip syariah

(Hasan, 2009). Oleh karena itu pengkajian tentang bagaimana penerapan corporate governance pada

perbankan syariah harus terus dilakukan, agar Bank-bank Islam tersebut dapat tumbuh dan

berkembang serta memberikan kontribusi yang lebih besar dalam perekonomian nasional dan

kehidupan secara keseluruhan.

Penilaian (Self Assessment) Good Corporate Governance diatur berdasarkan POJK

No.8/POJK.0/2014 dan SOJK No. 10/SEOJK.03/2014 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Adapun Indikator penilaian meliputi:

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;

b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;

d. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;

17
e. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta

pelayanan jasa;

f. Penanganan benturan kepentingan;

g. Penerapan fungsi kepatuhan;

h. Penerapan fungsi audit intern;

i. Penerapan fungsi audit ekstern;

j. Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan

k. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan Good Corporate

Governance serta pelaporan internal.

Prinsip GCG diukur dengan dengan tiga aspek governance yakni: governance structure,

governance process dan governance outcome. Prinsip-prinsip GCG diterapkan dengan berpedoman

pada lima prinsip yakni: transparansi, akuntanbilitas, responsibility, profesional dan kewajaran.

3. Metode Penelitian

A. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Penelitian ini

dilakukan untuk memperoleh bukti empiris mengenai penerapan mekanisme tata kelola yang baik

(good corporate governance) pada perbankan syariah di Indonesia, oleh karena itu yang menjadi

obyek dalam penelitian ini adalah penerapan mekanisme tata kelolanya. (Sakaran dan Bougie 2010).

B. Metode Penelitian Yang Digunakan

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode verifikatif yaitu penelitian dilakukan

dengan mengeksplor dan memferifikasi tingkat pelaksanaan tata kelola yang baik (good corporate

governance) pada perbankan syariah di Indonesia.

2. Populasi dan Penarikan Sampel Penelitian

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua bank umum syariah yang terdapat di

Indonesia. Ada 11 bank umum syariah pada akhir tahun 2015. Teknik sampling yang digunakan

18
adalah Teknik Sampling Jenuh. Adapun yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah seluruh bank

syariah yang laporan tahunannya tersedia di web perusahaan, yaitu: (1) Bank Muamalat, (2) Bank

Syariah Mandiri, (3) Bank BNI Syariah, (4) Bank Mega Syariah, (5) Bank Syariah Bukopin, (6) Bank

Viktoria Syariah, (7) BCA Syariah, (8) dan BJB Syariah, (9) Bank Panin Syariah, (10) BRI Syariah,

(11) Maybank Syariah. Periode laporan tahunan dianalisis adalah periode tahun 2015.

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder. Data dikumpulkan dengan

melakukan studi berupa kajian atas laporan tahunan (annual report 2015), Peraturan-peraturan

Perbankan Syariah di Indonesia, hasil penelitian, jurnal-jurnal, artikel-artikel, majalah Media

Akuntansi, majalah SWA, majalah Investor serta surat kabar yang terkait dengan obyek penelitian

yang sedang dilakukan.

4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yakni dilakukan dengan

mendeskripsikan data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan. Analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini pertama adalah dengan membuat scoring indeks komposit untuk

setiap nilai tata kelola yang diungkapkan oleh masing-masing bank. Kedua, penetapan pringkat good

corporate governance yang dikatagorikan dalam 5 (lima) pringkat yakni pringkat 1, peringkat 2,

peringkat 3, peringkat 4 dan peringkat 5. Urutan pingkat faktor Good Corporate Governance yang

lebih kecil mencerminkan penerapan Good Corporate Governance yang lebih baik. Semua item nilai

diberi bobot Analisis ini dilakukan dengan membaca seluruh laporan tahunan (OJK, 2014). sebelum

membuat keputusan.

Tabel 1. Nilai komposit adalah sebagai berikut:

Nilai Komposit Peringkat


Nilai komposit < 1,5 Sangat baik
1,5 ≤ Nilai komposit < 2,5 Baik
2,5 ≤ Nilai komposit < 3,5 Cukup baik
3,5 ≤ Nilai komposit < 4,5 Kurang baik
4,5 ≤ Nilai komposit ≤ 5 Tidak baik

19
4. Hasil Dan Diskusi

4.1. Hasil Penelitian

Bank Umum Syariah di Indonesia pada akhir tahun 2015 berdasarkan laporan tahunan yang

tersedia berjumlah sebanyak 11 bank, yaitu: Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega

Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, Bank Panin

Syariah, Bank Syariah BNI, Bank Syariah BRI, dan Maybank Syariah.

4.2. Karakteristik Bank Sampel

Karakteritik perbankan syariah dalam Tahun 2015 terlihat pada tabel 1 berikut, disini peneliti

akan menggambarkan karakteristik data keuangan bank umum syariah sampel dengan indikator

sebagai berikut yakni: Total Aktiva, Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga, Return on Assets, Return on

Equiti, Jumlah Kantor Cabang, Pendapatan Bagi Hasil.

20
Tabel 2. Karakteristik Bank Sampel Tahun 2015
DANA RETURN RETURN JUMLAH
TOTAL
PEMBIAYAAN PIHAK ON ON KANTOR
No. NAMA BANK AKTIVA
KETIGA ASSETS EQUITY CABANG
(JUTA Rp) (JUTA Rp) (JUTA Rp) (%) (%)
BANK
1 57.172.587 40.734.750 45.077.650 0,19 3,07 446
MUAMALAT
BANK SYARIAH
2 70.369.709 51.090.000 62.113.000 0,53 6,59 865
MANDIRI
BANK MEGA
3 5.559.819 4.211.473 4.354.546 0,12 0,77 154
SYARIAH
BANK SYARIAH
4 5.827.154 3.281.655 4.756.303 0,79 5,35 22
BUKOPIN
BANK VICTORIA
5 1.379.266 1.075.681 1.128.908 -2,36 -15,06 12
SYARIAH
6 BCA SYARIAH 4.349.580 2.975.500 3.255.200 0,73 3,03 47

7 BJB SYARIAH 6.439.966 5.000.000 4.700.000 0,25 1,53 65


BANK PANIN
8 7.134.235 5.620.680 5.928.345 1,10 6,52 13
SYARIAH
9 BNI SYARIAH 23.017.667 17.765.097 19.322.756 1,34 13,89 236

10 BRI SYARIAH 24.230.247 16.660.267 19.648.782 0,70 7,23 271


MAYBANK
11 1.743.439 1.552.230 754.605 -22,44 -51,86 2
SYARIAH
Sumber: Annual Report Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 2 karakteristik bank Sapel terlihat bahwa untuk tahun 2015 Bank Syariah

Mandiri dan Bank Muamalat menenpati peringkat tertinggi dalam jumlah Total Aktiva yang dimiliki,

yakni sebesar Rp 70.369,71 miliar untuk Bank Syariah Mandiri, dengan 865 kantor cabang walaupun

saham mereka tidak diperdagangkan di Bursa Saham dan Bank Muamalat dengan Total Aktiva

mencapai Rp 57.172, 59 Miliar, dengan 446 kantor cabang menempati peringkat ke 2. Bank BRI

Syariah menempati peringkat ke 3 dengan jumlah Total Aktiva mencapai Rp 24.230,25 dengan

jumlah kantor cabang menempati urutan ke 3, yakni sebanyak 271 kantor. Tahun 2015 Bank Victoria

Syariah memiliki jumlah Total Aktiva yang paling rendah yakni berjumlah Rp 1.379,27 Miliar.

21
4.3. Kepemilikan Saham

Tabel 3. berikut melaporkan pemegang saham pengendali dari masing-masing bank sampel.

Peneliti juga menunjukkan jenis kepemilikan pada masing-masing bank, apakah bank syariah

dikendalikan oleh sebuah institusi keuangan asing, kepemlikan keluarga, kepemilikan pemerintah,

atau kepemilikan institusi jenis lainnya. Bentuk kepemilikan dapat juga ditunjukkan dengan

mengidentifikasi kepemilikan yang sesungguhnya dari pemegang saham. Contoh walaupun Bank

Syariah Mandiri dikendalikan oleh P.T. Mandiri Sekuiritas, akan tetapi bentuk kepemilikannya

dikontrol oleh pemerintah, umumnya struktur kepemilikan bank syariah di Indonesia menunjukkan

tingkat konsentrasi yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga menjadi

bentuk kepemilikan yang yang paling utama.

Prosentase kepemilikan perbankan syariah di Indonesia untuk tahun 2015 digambarkan dalam

table 3 berikut:

Tabel 3. Kepemilikan Pemegang Saham Tahun 2015

No Nama Bank Ownership Share Share ownership of the controlling


type (dlm %) shareholder
1. Bank Muamalat Asing 32,74 Islamic Development Bank
2. Bank Syariah Mandiri Pemerintah 99,99 P.T. Mandiri Sekuiritas
3. Bank Mega Syariah Keluarga 99,99 P.T. Mega Corpora
4. Bank Syariah Bukopin Koperasi 77,57 P.T. Bank Bukopin
5. Bank Victoria Syariah Keluarga 99,98 P.T. Bank Victoria International. Tbk
6. BCA Syariah Keluarga 99,99 P.T. Bank Central Asia.Tbk
7. BJB Syariah Pemerintah 97.70 P.T. Bank Pembangunan Jabar
8. Bank Panin Syariah Keluarga 99,97 P.T. Bank PAN Indonesia.Tbk
9. Bank Syariah BNI Pemerintah 60,00
10. Bank Syariah BRI Pemerintah 99,99 P.T. Bank Rakyat Indonesia
11 Maybank Syariah Asing 99,00 Malayan Banking Berhad
Sumber: Annual Report Tahun 2015

Tahun 2015 kepemilikan perbankan syariah di Indonesia didominasi oleh kepemlikan

keluarga yang paling umum, kemudian kepemilikan pemerintah, kepemilikan asing, dan

koperasi.

22
4.3. Penerapan Good Corporate Governance
Tabel 4. Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Syariah Tahun 2015

Pelaksanaan
transparan
prinsip
Pelaksana si kondisi
Pelaksana syariah
Pelaksana an tugas keuangan
an tugas Kelengkap dalam penangana batas Total
Good an tugas dan penerapa penerapa penerapa & non
dan an dan kegiatan n maksimu Rat Nilai Overa
NAMA Corporate dan tanggung n fungsi n fungsi n fungsi keuangan,
tanggung pelaksanaa penghimpun benturan m a- % Akhi ll
BANK Governan tanggung jawab kepatuha audit audit laporan
jawab n tugas an dana, kepenting penyalura rata r Rank
ce jawab Dewan n bank intern ekstern pelaksanaa
dewan komite penyaluran an n dana GCG
Direksi Pengawas n GCG,
komisaris dana,
Syariah pelaporan
pelayanan
internal
jasa
40
Struktur 1,21 1,07 1,10 1,13 2,17 2,00 1,67 2,00 1,00 2,00 2,00 1,58
%
Bank
30 1,605
BRI Proses 1,30 1,52 1,71 1,55 2,50 2,00 1,75 2,18 1,00 1,00 1,57 1,64 2
% 9
Syariah
30
Hasil 1,75 1,71 2,00 1,60 2,00 1,00 1,50 2,25 1,00 1,00 1,86 1,61
%
40
Struktur 2,50 1,80 2,50 3,50 3,00 4,00 3,50 2,50 2,50 3,50 4,50 3,07
%
Bank
30 2,734
Muamal Proses 1,50 1,50 2,50 1,50 2,00 1,50 1,50 3,00 3,70 2,50 3,50 2,25 3
% 5
at
30
Hasil 1,50 1,50 4,00 2,00 2,00 2,00 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 2,77
%
40
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,70 2,11
%
Bank
30 2,139
Syariah Proses 1,40 1,40 1,40 1,50 2,00 2,00 2,00 2,50 2,50 2,00 2,00 1,88 2
% 1
Mandiri
30
Hasil 1,00 1,00 1,00 1,50 2,00 4,30 4,00 3,50 3,50 3,00 2,00 2,44
%
40
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,27
%
Bank
30
BCA Proses 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,12 2
%
Syariah
30
Hasil 1,60 1,60 1,60 1,60 1,60 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 2,50 1,64
%
40
Struktur 2,50 2,50 2,00 2,50 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,00 2,00 2,23
%
Bank
30 2,175
BNI Proses 3,00 2,00 3,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,00 2,00 2,23 2
% 5
Syariah
30
Hasil 1,70 2,00 1,70 2,00 3,50 2,00 2,00 2,00 1,70 2,00 2,00 2,05
%

23
transparan
Pelaksanaa Pelaksanaan si kondisi
Pelaksanaa Pelaksan
n tugas prinsip syariah batas keuangan
n tugas aan Kelengkap penanga
Good dan dalam kegiatan penerapan penerapa penerap maksi & non Total
dan tugas an dan nan Rata Overa
NAMA Corporate tanggung penghimpunan fungsi n fungsi an fungsi mum keuangan, Nilai
tanggung dan pelaksana benturan - % ll
BANK Governanc jawab dana, kepatuhan audit audit penyal laporan Akhir
jawab tanggung an tugas kepentin rata Rank
e Dewan penyaluran bank intern ekstern uran pelaksanaa GCG
dewan jawab komite gan
Pengawas dana, dana n GCG,
komisaris Direksi
Syariah pelayanan jasa pelaporan
internal
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 2,00 3,00 4,00 2,41 40%
Bank
BJB Proses 4,50 4,50 2,50 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 2,00 3,00 4,00 2,91 30% 2,7636 3
Syariah
Hasil 4,50 4,50 4,50 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 2,00 3,00 4,00 3,09 30%

Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 4,00 3,00 3,00 3,30 2,62 40%
Bank
Victoria Proses 2,00 2,00 3,50 2,00 2,00 2,00 3,50 4,00 3,00 3,00 3,40 2,76 30% 2,6536 3
Syariah
Hasil 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 4,00 3,00 3,00 3,00 2,59 30%

Struktur 4,50 2,00 2,00 3,70 2,50 2,00 3,50 2,00 2,00 3,50 2,00 2,70 40%
Mayban
k Proses 2,00 2,00 2,00 4,50 2,50 2,50 3,50 2,00 2,00 3,50 2,00 2,59 30% 2,6755 3
Syariah
Hasil 3,50 2,00 2,00 4,50 2,50 2,50 3,50 2,00 2,00 3,50 2,00 2,73 30%

Struktur 1,70 1,70 1,80 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 1,97 40%
Bank
Bukopn Proses 1,70 1,70 1,80 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 1,97 30% 1,9945 2
Syariah
Hasil 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,05 30%

Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 40%
Bank
Panin Proses 2,00 2,00 2,00 1,80 2,50 2,00 2,00 2,00 1,70 2,00 1,90 1,99 30% 2,0109 2
Syariah
Hasil 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,05 30%

Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,05 40%
Bank
Mega Proses 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 3,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,18 30% 2,1682 2
Syariah
Hasil 2,50 2,00 2,50 2,50 2,00 2,50 3,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,32 30%

24
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa ada 11 (sebelas) faktor yang dijadikan penilaian terhadap

pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum syariah. Penetapan peringkat faktor good

corporate governance dilakukan berasakan analisis atas pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate

governance. Kecukupan tata kelola (governance) atas dasar struktur, proses, dan hasil penerapan good

corporate governance pada bank serta informasi lain yang terkait dengan good corporate governance

yang didasarkan pada data dan informasi yang relevan.

Penilaian (Self Assessment) GCG bank syariah yang yang telah dilakukan dan diatur

berdasarkan POJK No. 8/PJOK.0/2014/ dan SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014 menunjukkan bahwa

manajemen bank umum syariah telah melakukan GCG secara umum adalah baik, berdasarkan

peringkat penilaian indek komposit yang telah disusun, Bank Umum Syariah yang dianalisis berada

dalam peringkat 2 dan peringkat 3. Ada 7 bank yang menduduki peringkat 2 dan 4 bank menduduki

peringkat 3. Belum ada perbankan syariah di Indonesia yang menduduki peringkat 1.

Bank Umum Syariah yang menduduki peringkat 2 meliputi, Bank BRI Syariah, Bank Syariah

Mandiri, Bank BCA Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, Bank

Mega Syariah. Peringkat 2 berdasarkan matrik yang disusn oleh OJK mencerminkan bahwa

manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik.

Hal ini tercermin dari penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang memadai.

Kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance secara umum dapat diselesaikan

dengan tindakan normal oleh manajemen Bank.

Bank Umum Syariah yang menduduki peringkat 3 yakni Bank Muamalat, Bank BJB Syairah,

Bank Victoria Syariah, dan MayBank Syariah. Berdasarkan matrik peringkat faktor Good Corporate

Governance yang disusun oleh OJK, peringkat 2 mencerminkan manajemen Bank telah melakukan

penerapan Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik. Hal ini tercermin dari

penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang cukup memadai. Apabila terdapat

kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance maka secara umum kelemahan

tersebut cukup signifikan dan memerlukan perhatian yang cukup dari manajemen Bank.

25
5. Simpulan, Saran dan Keterbatasan

5.1 Simpulan

Sampel penelitian ini terdiri dari 11 bank umum syariah di Indonesia, penelitian ini meneliti

tingkat penerapan good corporate governance dalam sebelas dimensi, yaitu: a) Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan Komisaris; b) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; c)

Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; d) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan

Pengawas Syariah; e) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran

dana serta pelayanan jasa; f) Penanganan benturan kepentingan; g) Penerapan fungsi kepatuhan; h)

Penerapan fungsi audit intern; i) Penerapan fungsi audit ekstern; j) Batas Maksimum Penyaluran Dana

(BMPD); dan k) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan Good

Corporate Governance serta pelaporan internal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tahun 2015, ada 7 Bank Umum Syariah

menduduki peringkat 2, dalam pelaksanaan good corporate governance, ini mencerminkan bahwa

manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik.

Hal ini mencerminkan bahwa penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang

dilakukan telah memadai. Selanjutnya ada 4 Bank Umum Syariah yang menduduki pringkat 3 dalam

pelaksanaan good corporate governance, ini menunjukkan bahwa manajemen Bank telah melakukan

penerapan Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik. Dan terdapat kelemahan

cukup signifikan di dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance.

5.2 Saran-saran

Mengingat belum adanya Bank umum syariah di Indonesia yang menepati peringkat 1 dalam

penerapan good corporate governanennya, maka diperlukan adanya konsistensi dan berpegang teguh

pada empat prinsip utama dalam setiap kebijakan dan langkah bisnisnya, yakni transparansi,

akuntabilitas, pertanggungajawaban serta keadilan atau kesetaraan dan kewajaran. Sehingga dapat

menarik bagi berbagai investor asing dan berbagai investor dalam negeri untuk berinvestasi di

perbankan syariah Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

26
Diperlukan upaya untuk menyeimbangkan antara profit, masyarakat dan lingkungan dalam

penerapan tata kelola perusahaan di institusi perbankan syariah. Ini merupakan awal yang baik bagi

bank umum syariah yang akan mencari alternatif pendanaan lain, seperti melalui pasar modal.

Diperlukan usaha yang gencar dalam program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai

produk dan layanan perbankan syariah yang berkualitas.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Peneliti belum melakukan evaluasi terhadap sistem dokumentasi, dan observasi dalam

penerapan good corporate governance pada perbankan syariah

27
DAFTAR PUSTAKA

Archer, S., Ahmed, R. and Al-Deehani, T. 1998, “Financial contracting, governance structures, andthe
accounting regulation of Islamic banks: an analysis in terms of agency theory andtransaction cost
economics”, Journal of Management and Governance, Vol.2No. 2,pp. 149-70.
Bank Indonesia, 2013. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012. Deprtemen Perbankan Syariah.
Bank Indonesia, 2009. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009
tanggal 7 Desember 2009.Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS)
Bank Indonesia, 2010.Surat Edaran (SE) BI No.12/13/DPbS tanggal 30April 2010.Tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Bank Muamalat, 2011.Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) Tahun
2011. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Botosan, C.A. 1997. Disclosure level and the cost of equity capital, The Accounting Review,Vol. 72 No. 3, pp.
323-49.
Bushman, R.M. and Smith, A.J. 2003. Transparency, Financial Accounting Information, and Corporate
Governance.FRBNY Economic Policy Review. April 2003
Chapra, M.U. and Ahmed, H. (2002), Corporate Governance in Islamic Financial Institutions,Islamic Research
and Training Institute, Islamic Development Bank, Jeddah.
Chong-En Bai, Qiao Liu , Joe Lu, Frank M. Song, Junxi Zhang. 2004. Corporate governance and market
valuation in China. Journal of ComparativeEconomics 32, pp, 599–616
Claessens, S. 2006. Corporate governance of Islamic banks.available at:
www.ifc.org/ifcext/corporategovernance.nsf/content/islamic_fin_institution_governance (accessed 1
August2011).
Claessens, S., S. Djankov, and L. H. P. Lang, 2000. The separation of ownership and control in East Asian
corporations, Journal of Financial Economics, 58, pp. 81-112.
Crowther, D., Seifi, S. 2010. Corporate Governance and Risk Management.Ventus Publishing ApS.
Drobetz W., A. Schillhofer, and H. Zimmermann. 2004. Corporate governance and expected stock returns:
Evidence from Germany, European Financial Management 10 (2), 267-293.
Haniffa, R. and Hudaib, M. 2007. Exploring the ethical identity of Islamic banks via communication in annual
reports. Journal of Business Ethics, Vol. 76, pp. 97-116
Hasan, Z. 2009. Corporate governance: Western and Islamic perspectives, InternationalReview of Business
Research Papers, Vol. 5 No. 1, pp. 277-93.
Hendar, 2016. Indonesia Shariah Economic Forum 2016, Indonesian, Shaia’h Economic Festifal Ketiga, 2016.
CNN Indonesia.
Jensen,M ., dan Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownerships
Structure. Journal of Financial Economics (JFE). Vol. 3, No.4 pp 1 – 77.
Kaen, Fred R. 2003. A Blueprint for Corporate Governance, Amacom, American
Management Associaion.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2008.Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah.
Klapper, Leora dan Love Inessa.2002. Corporete Governance, Investor Protection, and Performance in
Emerging Market.World BankPolicy Research Working Paper. April.
KNKG, 2011. Buku Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah (GGBS). KNGK dan LPPI, Jakarta,
2011.
Komang Darmawan, 2012. Bisnis Syariah. Menanti ‘Political Will’ Pemerintah.
Majalah Investor, Agustus 2012.
Labelle, R. 2002. The statement of corporate governance practices (SCGP): a voluntary disclosureand corporate
governance perspective, working paper, HEC Montre´al, Montre´al, June.
Majalah Investor, 2012. 20 Top Syariah. Agustus 2012. Edisi XIV/230
Majalah SWA Sembada dan IICG, 2010. Survei GCG Indonesia Most Trusted Companies 2010. Swa
26/XXVI/9-19 Desember 2010.
Neu, D., Warsame, H. and Pedwell, K.1998. Managing public impressions: environmental disclosures in annual
reports. Accounting, Organizations and Society, Vol. 23 No. 3,pp. 265-82.
OECD, 2004.OECD Principles of Corporate Governance.Head of Publications Service,OECD Publications
Service,2, rue André-Pascal,75775 Paris Cedex 16, France.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2014. Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia.Menuju Tata Kelola Emiten
dan Perusahaan Publik Yang lebih Baik.OJK, Januari 2014.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2015. Statistik Perbankan Syariah 2015.

28
Preston, A.M., Wright, C. and Young, J.J. 1996.Imagining annual reports, Accounting, Organizations and
Society, Vol. 21 No. 1, pp. 113-37.
Safieddine, A. (2009), “Islamic financial institutions and corporate governance: new insights foragency theory”,
Corporate Governance: An International Review, Vol. 17 No. 2, pp. 142-58.
Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang
Penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach, John Wiley & Sons Ltd. UK
Shleifer, A., dan Vishny, R. 1997.Survey of Corporate Governance. Journal of
Finance Volume 52 No. 2 pp 737 – 783.
Short H.K. Keasey, M. Wright, and A. Hull. 1999. Corporate Governance from Accountability to Enterprise.
Accounting and Business Research.
Thomson Reuters. 2015-2016. State of The Global Islamic Economic Report. Dubai The Capital of Islamic
Economy.
World Bank, 2010. Ownership Structure and Bank Efficiency In Six Asian Countries. Philippine Management
Review, 2010, Vol. 18, 19‐35.
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney dan James L. Dodd. 2001. A Conceptual and Institutional Approach:
Accounting Theory, Cincinnati, Ohio: Soth-Western Collage Publishing.
Zabihollah Rezaee. 2008. Corporate governance and Ethics, 1 sted. John Wiley &Sons, Inc.

29

Anda mungkin juga menyukai