Oleh:
Azraf Syahmi (0026 0424 2017)
i
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 1
BAB II METODE PENELITIAN ........................................................................................... 2
2.1 Metode Penelitian ........................................................................................................ 2
2.2 Populasi dan Penarikan Sampel ................................................................................... 2
2.3 Pengumpulan Data. ...................................................................................................... 2
2,4 Metode Analisis Data .................................................................................................. 2
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 3
3.1 Hasil Penelitian ............................................................................................................ 3
3.2 Karakteristik Bank Sampel .......................................................................................... 3
3.3 Kepemilikan Saham ..................................................................................................... 4
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................. 8
4.1 Kekuatan Penelitian ..................................................................................................... 8
4.2 Kelemahan Penelitian .................................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
METODE PENILITIAN
2
BAB III
Tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik bank Sampel terlihat bahwa untuk tahun 2015
Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat menenpati peringkat tertinggi dalam jumlah Total
Aktiva yang dimiliki, yakni sebesar Rp 70.369,71 miliar untuk Bank Syariah Mandiri, dengan
865 kantor cabang walaupun saham mereka tidak diperdagangkan di Bursa Saham dan Bank
Muamalat dengan Total Aktiva mencapai Rp 57.172, 59 Miliar, dengan 446 kantor cabang
menempati peringkat ke 2. Bank BRI Syariah menempati peringkat ke 3 dengan jumlah Total
3
Aktiva mencapai Rp 24.230,25 dengan jumlah kantor cabang menempati urutan ke 3, yakni
sebanyak 271 kantor. Tahun 2015 Bank Victoria Syariah memiliki jumlah Total Aktiva yang
paling rendah yakni berjumlah Rp 1.379,27 Miliar.
4
Tabe 3.4 Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Syariah Tahun 2015
5
6
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada 11 (sebelas) faktor yang dijadikan penilaian
terhadap pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum syariah. Penetapan
peringkat faktor good corporate governance dilakukan berasakan analisis atas pelaksanaan
prinsip-prinsip good corporate governance. Kecukupan tata kelola (governance) atas dasar
struktur, proses, dan hasil penerapan good corporate governance pada bank serta informasi
lain yang terkait dengan good corporate governance yang didasarkan pada data dan informasi
yang relevan.
Bank Umum Syariah yang menduduki peringkat 2 meliputi, Bank BRI Syariah, Bank
Syariah Mandiri, Bank BCA Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin
Syariah, Bank Mega Syariah. Bank Umum Syariah yang menduduki Peringkat 2 berdasarkan
matrik yang disusn oleh OJK mencerminkan bahwa manajemen bank telah melakukan
penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik
Peringkat 3 yakni Bank Muamalat, Bank BJB Syairah, Bank Victoria Syariah, dan
MayBank Syariah. Peringkat 3 mencerminkan manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik.
7
BAB IV
PENUTUP
2. Tidak mencantumkan nama Penelirti pada jurnal dan penerbit jurnal sehingga
reviewer/pembaca kewalahan untuk menggali informasi lebih dalam terhadap jurnal ini.
8
Good Corporate Governance Implementation Analysis
of Indonesian Syariah Banks
Abstract
Indonesia is a country with the largest muslim population in the world, with such a large
population, Indonesia should have been a pioneer and mecca development of Islamic banking
and finance in the world. Nevertheless, the contribution of shariah business is still very low
compared to conventional business, in 2015 the market share of shariah banking is still less
than 5%. For the development of Islamic banking in the future, the specificity of shariah
principles, demanding shariah banking products and contracts should be linked to real sector
activities. This is where it takes a professional understanding of corporate governance and
business models and the aspects of their muamalat fiqh. Islamic banking as a modern
banking needs to be managed with the principles of modern governance, which is in
accordance with the principles of shariah, therefore this research tries to reveal and analyze
how the practice of good corporate governance implementation.
This study aims to explore the mechanism of corporate governance disclosure in the annual
report of shariah banking in Indonesia. The sample bank in the study consisted of 11 shariah
banks in Indonesia. Data analysis is done qualitatively. First, this study uses the disclosure of
governance index. Second, establishing good corporate governance. The audited governance
mechanisms include: shariah supervisory Board (SSB), board of commissioners, boards of
directors, committee board, internal controls and external audits, corporate risk
management, and corporate governance reporting practices.
The result of research shows that for 2015, the implementation of good corporate governance
of shariah banking that can be analyzed can be grouped into two parts, that is first, there are
7 syariah banks that are in rank 2 of good corporate governance, this reflects that bank
management has implemented good corporate governance is generally good. This means that
the application of the principles of good corporate governance has been done. Secondly there
are 4 shariah banks that ranks 3 in the implementation of good corporate governance, this
indicates that the bank's management has been implementing good corporate governance
with good manners. And still found a significant weakness in the application of the principles
of good corporate governance.
1
Analisis Penerapan Good Corporate Governance
Pada Perbankan Syariah di Indonesia
Abstrak
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan jumlah
penduduk yang besar tersebut, seharusnya Indonesia sudah menjadi pelopor dan kiblat
pengembangan perbankan dan keuangan syariah didunia. Meskipun demikian, kontribusi
bisnis syariah masih sangat rendah dibandingan dengan bisnis konvensional, tahun 2015
pangsa pasar perbankan syariah masih kurang dari 5%. Untuk pengembangan perbankan
syariah ke depan, kekhususan prinsip syariah, menuntut produk dan akad perbankan syariah
harus memiliki linked dengan aktivitas sektor riil. Disinilah dibutuhkan pemahaman tata
kelola dan model bisnis yang profesional serta aspek fiqih muamalatnya. Perbankan syariah
sebagai sebuah perbankan yang modern perlu dikelola dengan prinsip-prinsip tata kelola
yang moderen, yang sesuai dengan prinsip syariah, untuk itu maka penelitian ini mencoba
mengungkap dan menganalisis bagaimana praktik penerapan good corporate governance.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tahun 2015, penerapan good corporate
governance perbankan syariah yang dianalisis dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu pertama, ada 7 bank umum syariah yang masuk dalam peringkat 2 pelaksanaan tata
kelola perusahaan yang baik, hal ini mencerminkan bahwa manajemen bank telah
menerapkan good corporate governance pada umumnya baik. Artinya penerapan prinsip-
prinsip good corporate governance sudah dilakukan. Kedua ada 4 bank umum syariah yang
menempati peringkat 3 dalam pelaksanaan good corporate governance, hal ini menunjukkan
bahwa manajemen bank telah melakukan penerapan good corporate governance dengan
cuku baik. Dan masih ditemukan adanya kelemahan yang signifikan dalam penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance.
2
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan jumlah
penduduk yang besar tersebut, aset dan bisnis syariah di Indonesia telah mengalami pertumbuhan
yang pesat. Asetnya tumbuh, dari Rp 7,8 triliun tahun 2003 menjadi Rp 147,5 triliun per Mei 2012.
Begitu juga dana pihak ketiga, meningkat dari Rp 5,7 triliun menjadi Rp 115,2 triliun, dan
pembiayaan meningkat dari Rp 5,53 triliun menjadi Rp 112,8 triliun. Meskipun demikian, kontribusi
bisnis syariah masih sangat rendah dibandingan dengan bisnis konvensional. Pada Mei 2012, aset
bank konvensional mencapai Rp 3.680 triliun, dana pihak ketiga Rp 2.793 triliun, dan kredit mencapai
Rp 2.274 triliun. Berarti, pangsa aset bank syariah hanya 4,01% (Investor, 2012). Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia periode Deseember 2015, menyatakan bahwa
jumlah aset industri perbankan syariah hingga periode Desember 2015 telah mencapai Rp 292, 26
triliun, dana pihak ketiga Rp 174.90 triliun dan pembiayaan Rp 154,53 triliun.
Deputi Gubernur BI Hendar Di Grand City. Surabaya, Rabu tanggal 26 Oktober 2016
menyatakan bahwa keuangan syariah Indonesia memang pernah mengalami pertumbuhan aset
perbankan syariah yang sangat ekspansif. Pada periode 2008-2013, pertumbuhan aset perbankan
syariah mencapai rata-rata 40 persen, jauh melampaui rata-rata pertumbuhan keuangan syariah global
sebesar 19 persen. Namun, perkembangan tersebut masih menyisakan banyak tantangan dan peluang
yang harus diselesaikan khususnya di bidang produk dan akad agar keuangan syariah bisa tumbuh
Tantangan pertama, masuknya keuangan syariah pada fase konsolidasi akibat perlambatan
ekonomi global yang berkepanjangan. Pada fase konsolidasi ini, demand perekonomian terhadap
ptelah embiayaan menurun tajam yang diikuti penurunan dana pihak ketiga. Membiayai suatu proyek
juga tidak mudah mengingat risiko kredit terus membayangi. Untuk itu, Industri keuangan syariah
perlu mengelaborasi produk dan akad keuangan syariah, untuk memberikan solusi mengangkat
Tantangan kedua yaitu literasi keuangan syariah yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh
banyak faktor, di antaranya adalah pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang masih rendah
3
terhadap produk dan akad keuangan syariah. Karena banyak yang menggunakan istilah-istilah Arab,
keterbatasan sumber daya insani yang memahami keuangan syariah, serta masih terbatasnya sarana
edukasi keuangan syariah. Disinilah dibutuhkan sumber-sumber edukasi keuangan syariah yang
Reuters, terdapat potensi pembiayaan syariah senilai USD 40,6 miliar atau Rp 527,8 triliun. Hal ini
didasarkan pada fakta masuknya Indonesia dalam lima besar negara di dunia untuk Islamic
clothing dan fashion dengan total spending USD 12,7 miliar, top 10 negara di dunia untuk pasar
keuangan dan perbankan syariah dengan total aset USD 21,7 miliar.
Indonesia selain itu juga masuk ke dalam 10 besar negara di dunia untuk media
dan recreation market dengan total spending USD 7,5 miliar, top 10 negara di dunia untuk Islamic
travel dengan total spending USD 7,5 miliar, dan top five negara di dunia untuk kosmetik/farmasi
syariah dengan total spending USD 4,8 miliar. Industri yang berbeda tentu membutuhkan produk dan
akad yang berbeda. Di sini lah peluang inovasi produk dan akad syariah untuk mengubah peluang
menjadi kenyataan.
Produk industri keuangan syariah seakan terus berpacu dengan produk keuangan
konvensional. Produk perbankan konvensional yang semakin kompleks dan menarik, menuntut
perbankan syariah untuk terus menciptakan inovasi produk-produk baru guna menjaring minat
nasabah. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Muslim di Indonesia, upaya tersebut dirasakan
perlu untuk terus ditingkatkan. Hal tersebut dapat dibuktikan dimana pangsa pasar perbankan syariah
hingga kini masih kurang dari 5%. Hal ini juga menunjukkan bahwa belum banyak sumberdaya insani
terbaik di bidang keuangan yang tertarik untuk masuk ke industri keuangan syariah. (Hendar, 2016)
Untuk pengembangan keuangan syariah ke depan, khususnya produk dan akad keuangan
syariah. Kekhususan prinsip syariah menuntut produk dan akad keuangan syariah yang harus
memiliki linked dengan aktivitas sektor riil. Disinilah dibutuhkan pemahaman tata kelola dan model
bisnis yang profesional serta aspek fiqih muamalatnya. Perbankan syariah sebagai sebuah perbankan
yang modern perlu dikelola dengan prinsip-prinsip tata kelola yang moderen, yang sesuai dengan
4
prinsip syariah, untuk itu maka pengelolaan perbankan syariah harus didasarkan pada sebuah
Kerangka tata kelola perusahaan merupakan fondasi untuk implementasi efektif dari tata
kelola yang baik. World Bank mendefinisikan makna tata kelola perusahaan sebagai berikut:
Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang diterbitkan oleh OECD (Prinsip CG
OECD) dinyatakan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan harus mendorong transparansi dan
pasar yang efisien, sejalan dengan peraturan hukum, dan membagi dengan jelas kewajiban dan
tanggung jawab di antara otoritas yang menjalankan fungsi pengawasan, pengaturan dan penegakan
hukum (OECD, 2004). Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan tata kelola
perusahaan perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi; oleh karena itu, etika bisnis merupakan bagian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeskplorasi praktik pengungkapan good corporate
governance perbankan syariah di Indonesia yang berlandaskan pada ketentuan yang berlaku. Secara
khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan Surat Edaran (SE) BI
No.12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) terutama Pasal 62 dan Pasal 63 mengenai
kewajiban Bank Syariah untuk menyampaikan Laporan Pelaksanaan GCG kepada Bank Indonesia
(BI) dan pemangku kepentingan lainnya. Surat Edaran OJK (SEOJK) No. 10/SEOJK.03/2014, tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan BU dan UUS serta Peraturan OJK (POJK) No. 18/PJOK.3/2014 tanggal
18 November 2014 tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan.
5
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian ini mencoba mengungkap serta
menganalisis bagaimanakah praktik penerapan good corporate governance dalam laporan tahunan
2. Landasan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory) sering disebut pula dengan contracting theory. Dalam
agency thory dinyatakan bahwa perusahaan berada pada titik persimpangan pada berbagai jenis
hubungan kontraktual antara manajemen, pemlik, kreditor, dan pemerintah. Asumsi yang mendasari
teori ini adalah bahwa setiap individu bertindak untuk kepentingan terbaiknya (Wolk et al.,2001).
Karena masing-masing pihak memiliki kepentingan yang berbeda, benturan-benturan kepentingan ini
menimbulkan berbagai konflik diantaranya konflik deviden, dilution, distortion of investmen and
underinvestment.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak
antara manajer dengan investor.Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya
keagenan.Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan
para pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.Dengan demikian terdapat dua
kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk
Konsep Agency Theory, menyatakan manajemen sebagai agen semestinya on behalf of the
best interest of the shareholders, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya
tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan secara keseluruhan yang dalam jangka
panjang bisa merugikan kepentingan perusahaan. Bahkan untuk mencapai kepentingannya sendiri,
manajemen bisa bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan rekayasa. Perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut dengan Agency Problem yang salah satunya
6
Adanya Asymmetric Information dan self serving behavior pada manajer/agen,
memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang kurang bermanfaat bagi
perusahaan. Adanya kondisi ini menimbulkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat karena tidak
adanya keterbukaan dari manajemen untuk mengungkapkan hasil kinerjanya kepada prinsipal sebagai
pemilik perusahaan. Agency Theory menganalisis dan mencari solusi atas dua permasalahan yang
muncul dalam hubungan antara para principal (pemilik/pemegang saham) dan agent mereka
(manajemen). Berdasarkan kondisi semacam ini, dibutuhkan sistem tata kelola yang baik pada
Kaen (2003), menyatakan bahwa mekanisme tata kelola yang baik (good corporate
governance) pada dasarnya menyangkut masalah siapa yang seharusnya mengendalikan jalannya
kegiatan korporasi dan mengapa harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya kegiatan
korporasi.Secara legal, yang dimaksud dengan dengan siapa adalah para pemegang saham perusahaan
korporasi.Sedangkan yang dimaksud dengan mengapa adalah karena adanya hubungan antara
pemegang saham dengan berbagai pihak lainnya yang berkepentingan terhadap korporasi tersebut.
Short et al. (1999) secara umum mendefinisikan mekanisme tata kelola (Corporate
Governance) sebagai suatu sarana, mekanise, dan struktur yang berperan sebagai pengecekan atas self
serving behavior manajer. Secara teoritis, manajer menerima kewenangan dari pemilik perusahaan
untuk mengelola kegiatan perusahaan sehari-hari seharusnya memiliki komitmen, loayalitas, dan
dalam kenyataan sering terjadi keputusan yang diambil manajemen tidak ditujukan untuk kepentingan
perusahaan, tetapi justru untuk kepentingan para eksekutif dan sebagai akibatnya merugikan
kepentingan para eksekutif dan sebagai akibatnya merugikan kepentingan perusahaan dan pemilik
perusahaan.Untuk mencegah kemungkinan terjadinya self serving behavior oleh manajer, pengelolaan
perusahaan seharusnya dapat dilakukan secara terbuka, sehingga memberikan peluang bagi pemilik
dan berbagai pihak yang berkepentingan lainnya untuk melakukan monitoring terhadap prilaku
regulatory, legal, market mechanisms, listing standards, best practices and efforts of all corporate
7
governance participants, including the company’s directors, officers, auditors, legal caunsel, and
financial advisors, which creates a system of checks and balances with the goal of creating and
enhancing enduring and sustainable shareholder value, while protecting the interests of other
Prinsip-prinsip mengenai tata kelola perusahaan secara Islami (Syariah) dan sesuai dengan
praktek-praktek terbaik yang berlaku di perbankan nasional maupun internasional serta nilai-nilai
yang ada di Bank Syariah, merupakan dasar bagi Perseroan untuk terus berupaya menjadi Bank
terbaik dalam penerapan corporate governance selama ini. (Crowter dan Seifi, 2010. Bank Muamalat,
2011).
materialdan relevan serta mudah diakses oleh setiap orang yang berkepentingan. Keterbukaan
tetapijuga hal penting dalam proses pengambilan keputusan sesuai dengan ketentuan syariah,
mempertanggungjawabkankinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu bisnis Bank Syariah
harus dikelola secarabenar, terukur dan sesuai dengan kepentingan pelaku bisnis dengan tetap
8
4. Profesional (Professional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif, dan bebasdari
6. Sikap Kepedulian (Social Awareness) yaitu rasa peduli kepada masyarakat yang
kurangberuntung dan lingkungan, yang dilakukan dengan berbagai bentuk kegiatan kemanusiaan
dansosial sebagai wujud dari pertanggungjawaban sosial Bank Syariah kepada masyarakat dan
lingkungan.
Perbankan syariah perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap Mekanisme tata
(1) Dalam peraturan perbankan disebutkan bahwa perbankan syariah harus mematuhi hukum syariah,
(Archer et al, 1998). Sebagian besar deposan dan investor perbankan syariah mempunyai
keyakinan yang tinggi bahwa dana mereka dikelola sesuai dengan aturan syariah. (Chapra and
Ahmed, 2002). Selanajutnya Chapra dan Ahmed juga menyebutkan bahwa sebagian besar deposan
perbankan syariah siap untuk menarik dana mereka jika perbankan gagal beroperasi sesuai dengan
aturan syariah.
(2) Chapra and Ahmed, (2002) menyatakan
..... “Islamic banks have unrerstricted investment account holder. These account holders appear to
be part of the agency conflicts since they participate in the profit and loss like shareholders”.
(3) Claessens, (2006), menyatakan bahwa sebagian besar Perbankan Islam beroperasi di pasar negara
berkembang, dimana institusi kelembagaan yang cendrung lemah. Tingginya konsentrasi
kepemilikan dan kontrol keluarga, lemahnya transparansi dan praktik pengungkapan.
Keberadaan meknisme tata kelola diharapkan dapat mengendalikan prilaku pengelola agar
dapat mengelola kegiatan korporasi secara terbuka, sehingga pemilik mempunyai kesempatan untuk
mengkaji berbagai keputusan dan pengambilan keputusan pengelola, serta menilai keefektifan
keputusan pengelola.
9
2.4. Pengungkapan Mekanisme Tata Kelola dalam Laporan Tahunan
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan informasi
perusahaan kepada para stakeholder. Botosan (1997), Preston et al, (1996) menyatakan bahwa laporan
tahunan perusahaan dapat dipandang sebagai media utama untuk menyampaikan informasi keuangan
maupun non keuangan secara rinci. Laporan tahunan dianggap penting karena efektifsnya dalam
menyampaikan pesan atau gambar suatu perusahaan tertentu. Neu et al, (1998) selanjutnya
menyebutkan bahwa laporan tahunan merupakan tayangan yang bersifat keluar dan memiliki tingkat
kredebilitas tertentu.
Informasi mengenai tata kelola perusahaan penting untuk diungkapkan oleh perusahaan.
Bushaman dan Smith (2003) mendefinisikan transparansi perusahaan sebagai ketersediaan informasi
yang relevan, yang dapat dipercaya tentang kinerja, posisi keuangan, peluang investasi, data kelola,
nilai dan resiko dari dipublikasikan informasi tersebut. Selanjutnya Labelle (2002) menyebutkan
Mekanisme tata kelola perbankan Islam didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Chapra dan Ahmed,( 2002), Haniffa dan Hudaib, (2007) dan Safieddine, (2009), meknisme tata kelola
yang perlu diungkapkan oleh pernbakan Islam di Indonesia didasarkan pada Undang-undang No. 21
Tahun 2008. Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang
Pelaksanaan GCG Bagi BUS dan UUS. Adapun Mekanisme tata kelola tersebut meliputi:
A. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris sebagai organ perseroan bertindak atas nama pemegang saham, bertugas
melakukan pemantauan dan pengawasan serta memberikan nasihat kepada Direksi atas pengelolaan
perseroan. Adapun tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris sesuai dengan Undang-undang No.21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan ketentuan dalam PBI mengenai GCG yang berlaku, serta
10
1. Dewan Komisaris wajib melaksanaan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip
GCG;
2. Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam
setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan dan jenjang organisasi;
5. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan auditdan/atau
rekomendasi serta komitmen dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditorinternal, Dewan
7. Memastikan bahwa sistem dan kebijakan pengaturan internal dan manajemen risikoberjalan;
10. Memastikan bahwa semua temuan audit intern dan ekstern telah ditindaklanjuti sesuaidengan
No.11/33/PBI/2009tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan GCG Bagi BUS dan UUS,
11
1. DPS wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengen prinsip-prinsip GCG;
2. Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuaidengan
Prinsip Syariah;
3. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produkyang
dikeluarkan Bank;
4. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai dengan fatwa yang
5. Meminta fatwa kepada DSN – MUI untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya;
7. Meminta data dan informasi terkait aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam
rangkapelaksanaan tugasnya.
C. Direksi
Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagaimana tercantum dalam Undang-
undangNo.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, PBI tentang GCG yang berlaku serta Anggaran
Dasar Perbankan Syariah. Direksi Bank wajib selalu berpedoman kepada peraturan perundang-
undanganyang berlaku termasuk memenuhi prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah sertamemenuhi
1. Direksi merupakan organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaanpengelolaan
untuk kepentingan Perbankan Syariah sesuai dengan maksud dan tujuan sertamewakili Perseroan
baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai ketentuan Anggaran Dasar Perbankan Syariah.
2. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatanatau
jenjang organisasi;
3. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasanBank
12
D. Komite Audit
Komite Audit mendorong terciptanya praktik yang sehat dalam pelaporan keuangan,
manajemen risiko, pengendalian internal dan etika bisnis yang baik. Dalam pelaksanaannya, Direksi
bertanggung jawab sepenuhnya atas penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar
danketentuan yang berlaku, kecukupan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian internal serta
1. Menindaklanjuti hasil temuan Internal Audit Division (IAD) sesuai dengan kebijakan
2. Ketua Komite Audit, bersama Direktur Utama menandatangani laporan hasil audit kepada
BankIndonesia atas setiap temuan audit yang diperkirakan dapat mengganggu kelangsungan
5. Memberikan persetujuan tentang pengangkatan dan pemberhentian Kepala IAD oleh Direksi
6. Mereview Internal Audit Charter, menanggapi rencana Audit Intern dan masalah-masalah
yangditemukan oleh IAD serta menentukan pemeriksaan khusus oleh IAD apabila terdapat
7. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam hal auditee tidak menindaklanjuti laporan
IAD;
sertainstansi lain yang berkepentingan dilakukan dengan benar dan tepat waktu, serta
berlaku;
9. Memastikan bahwa Manajemen menjamin baik Eksternal Auditor maupun Internal Auditor
13
10. Memastikan independensi dan obyektivitas akuntan publik;
11. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukkan akuntan publik,
serta melakukan evaluasi terhadap kandidat yang dilaksanakan minimal 3 (tiga) tahun sekali
12. Memastikan kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik guna memastikan
Komite Pemantau Risiko telah menjalankan tugas dan tang gung jawab secara profesional dan
independen tanpa campur tangan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan dan
Adapun tugas KPR sesuai dengan ketentuan yang berlaku, antara lain:
1. Melakukan evaluasi atas kebijakan dan strategi manajemen risiko yang disusun Manajemen
secaratahunan;
manajemen risiko;
3. Mengevaluasi langkah-langkah yang diambil oleh Direksi dalam rangka memenuhi peraturan
BankIndonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dalam rangka pelaksanaan
4. Melakukan evaluasi terhadap permohonan atas usulan Direksi yang berkaitan dengan transaksi
atau kegiatan usaha yang melampaui kewenangan Direksi untuk dapat digunakan oleh Dewan
Komite Remunerasi dan Nominasi (KRN) Bank Muamalat telah menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya secara profesional dan independen, tanpa campur tangan dari pihak manapun
sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.Tugas dari Komite Remunerasi dan Nominasi
antara lain :
14
1. Menentukan kriteria seleksi dan prosedur nominasi bagi Anggota Dewan Komisaris, Direksi dan
Karyawan Senior;
2. Mengajukan nominasi Anggota Dewan Komisaris dan Direktur melalui Direksi untuk diajukan
kepada Bank Indonesia (untuk dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan) dan Pemegang
4. Mempersiapkan proposal penunjukkan atau penunjukan ulang Anggota Dewan Komisaris dan
Untuk membantu Direksi dalam menjalankan tugasnya selain kepala divisi maka sesuai
struktur organisasi dan berdasarkan surat keputusan direksi telah dibentuk 6 (enam) komite eksekutif,
yang dipimpin langsung oleh Direktur Utama (Dirut) dan/atau direktur terkait, yaitu sebagai berikut:
mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh berbagai lini perusahaan. Dalam SPI telah terkandung
sistem dan prosedur yang jelas serta telah ditetapkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris. Sedangkan
pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan SPI ini dilakukan oleh Divisi Audit Intern, Divisi
15
I. Fungsi Audit Eksteren
Berdasarkan ketentuan dalam PBI No. 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 tentang
Transparansi Kondisi Keuangan Bank sebagaimana diubah dengan PBI No.7/50/PBI/2005 tanggal 29
November 2005dan Surat Edaran Bank Indonesia No.7/57/DPbS tanggal 22 Desember 2005 tentang
Hubungan Antara Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Kantor
Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia antara lain telah
intern dari Perbankan Syariah antara lain persyaratan bahwa dalam melakukan seleksi harus
disesuaikan dengan persyaratan dan/atau ketentuan/charter yang berlaku. Adapun persyaratan yang
diatur dalam PBI di atas dan intern Bank Muamalat dalam melakukan pemilihan Auditor Ekstern
1. Sesuai dengan ketentuan standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
2. Aspek komunikasi Bank Indonesia dengan Kantor Akuntan Publik harus sesuai dengan
ketentuanyang berlaku;
3. Aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh Akuntan Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik
(KAP)adalah adanya perjanjian kerja, dan juga menetapkan ruang lingkup audit yang akan di
audit.
Penelitian mengenai pengungkapan mekanisme tata kelola yang baik (Good Corporate
Governance) dalam laporan tahunan telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Klapper
dan Love (2002) mengenai praktik corporate governance pada tingkat perusahaan di berbagai pasar
sedang berkembang (emerging markets), penelitian ini menunjukkan bahwa corporate governance
adanya hubungan positif antara corporate governance yang dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan
di Jerman dengan nilai perusahaan. Chong-En Bai, et. al (2003) juga menunjukkan bahwa variabel-
16
membayar premium yang signifikan kepada perusahaan-perusahaan yang melaksanakan corporate
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan
bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance sangat berkaitan
dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi
mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-
proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan modal yang telah ditanamkan oleh investor.
Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para
Penelitian mengenai pengungkapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) pada perbankan Islam khususnya di Indonesia, belum banyak dilakukan. Bank-bank
Islam, merupakan lembanga keuangan dengan indentitas berbasis agama, mereka diharapkan dapat
mematuhi nilai-nilai etika yang Islami dalam kegiatan operasi yang dilakukan.Selain ketentuan yang
berlaku, Islam mendorong dijalankannya praktik tata kelola yang baik. Dalam Islam, Tata Kelola
bertujuan untuk melindungi kepentingan semua stakeholders dengan patuh terhadap prinsip syariah
(Hasan, 2009). Oleh karena itu pengkajian tentang bagaimana penerapan corporate governance pada
perbankan syariah harus terus dilakukan, agar Bank-bank Islam tersebut dapat tumbuh dan
berkembang serta memberikan kontribusi yang lebih besar dalam perekonomian nasional dan
No.8/POJK.0/2014 dan SOJK No. 10/SEOJK.03/2014 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Adapun Indikator penilaian meliputi:
17
e. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa;
k. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan Good Corporate
Prinsip GCG diukur dengan dengan tiga aspek governance yakni: governance structure,
governance process dan governance outcome. Prinsip-prinsip GCG diterapkan dengan berpedoman
pada lima prinsip yakni: transparansi, akuntanbilitas, responsibility, profesional dan kewajaran.
3. Metode Penelitian
A. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh bukti empiris mengenai penerapan mekanisme tata kelola yang baik
(good corporate governance) pada perbankan syariah di Indonesia, oleh karena itu yang menjadi
obyek dalam penelitian ini adalah penerapan mekanisme tata kelolanya. (Sakaran dan Bougie 2010).
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode verifikatif yaitu penelitian dilakukan
dengan mengeksplor dan memferifikasi tingkat pelaksanaan tata kelola yang baik (good corporate
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua bank umum syariah yang terdapat di
Indonesia. Ada 11 bank umum syariah pada akhir tahun 2015. Teknik sampling yang digunakan
18
adalah Teknik Sampling Jenuh. Adapun yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah seluruh bank
syariah yang laporan tahunannya tersedia di web perusahaan, yaitu: (1) Bank Muamalat, (2) Bank
Syariah Mandiri, (3) Bank BNI Syariah, (4) Bank Mega Syariah, (5) Bank Syariah Bukopin, (6) Bank
Viktoria Syariah, (7) BCA Syariah, (8) dan BJB Syariah, (9) Bank Panin Syariah, (10) BRI Syariah,
(11) Maybank Syariah. Periode laporan tahunan dianalisis adalah periode tahun 2015.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder. Data dikumpulkan dengan
melakukan studi berupa kajian atas laporan tahunan (annual report 2015), Peraturan-peraturan
Akuntansi, majalah SWA, majalah Investor serta surat kabar yang terkait dengan obyek penelitian
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yakni dilakukan dengan
mendeskripsikan data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini pertama adalah dengan membuat scoring indeks komposit untuk
setiap nilai tata kelola yang diungkapkan oleh masing-masing bank. Kedua, penetapan pringkat good
corporate governance yang dikatagorikan dalam 5 (lima) pringkat yakni pringkat 1, peringkat 2,
peringkat 3, peringkat 4 dan peringkat 5. Urutan pingkat faktor Good Corporate Governance yang
lebih kecil mencerminkan penerapan Good Corporate Governance yang lebih baik. Semua item nilai
diberi bobot Analisis ini dilakukan dengan membaca seluruh laporan tahunan (OJK, 2014). sebelum
membuat keputusan.
19
4. Hasil Dan Diskusi
Bank Umum Syariah di Indonesia pada akhir tahun 2015 berdasarkan laporan tahunan yang
tersedia berjumlah sebanyak 11 bank, yaitu: Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega
Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, Bank Panin
Syariah, Bank Syariah BNI, Bank Syariah BRI, dan Maybank Syariah.
Karakteritik perbankan syariah dalam Tahun 2015 terlihat pada tabel 1 berikut, disini peneliti
akan menggambarkan karakteristik data keuangan bank umum syariah sampel dengan indikator
sebagai berikut yakni: Total Aktiva, Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga, Return on Assets, Return on
20
Tabel 2. Karakteristik Bank Sampel Tahun 2015
DANA RETURN RETURN JUMLAH
TOTAL
PEMBIAYAAN PIHAK ON ON KANTOR
No. NAMA BANK AKTIVA
KETIGA ASSETS EQUITY CABANG
(JUTA Rp) (JUTA Rp) (JUTA Rp) (%) (%)
BANK
1 57.172.587 40.734.750 45.077.650 0,19 3,07 446
MUAMALAT
BANK SYARIAH
2 70.369.709 51.090.000 62.113.000 0,53 6,59 865
MANDIRI
BANK MEGA
3 5.559.819 4.211.473 4.354.546 0,12 0,77 154
SYARIAH
BANK SYARIAH
4 5.827.154 3.281.655 4.756.303 0,79 5,35 22
BUKOPIN
BANK VICTORIA
5 1.379.266 1.075.681 1.128.908 -2,36 -15,06 12
SYARIAH
6 BCA SYARIAH 4.349.580 2.975.500 3.255.200 0,73 3,03 47
Berdasarkan Tabel 2 karakteristik bank Sapel terlihat bahwa untuk tahun 2015 Bank Syariah
Mandiri dan Bank Muamalat menenpati peringkat tertinggi dalam jumlah Total Aktiva yang dimiliki,
yakni sebesar Rp 70.369,71 miliar untuk Bank Syariah Mandiri, dengan 865 kantor cabang walaupun
saham mereka tidak diperdagangkan di Bursa Saham dan Bank Muamalat dengan Total Aktiva
mencapai Rp 57.172, 59 Miliar, dengan 446 kantor cabang menempati peringkat ke 2. Bank BRI
Syariah menempati peringkat ke 3 dengan jumlah Total Aktiva mencapai Rp 24.230,25 dengan
jumlah kantor cabang menempati urutan ke 3, yakni sebanyak 271 kantor. Tahun 2015 Bank Victoria
Syariah memiliki jumlah Total Aktiva yang paling rendah yakni berjumlah Rp 1.379,27 Miliar.
21
4.3. Kepemilikan Saham
Tabel 3. berikut melaporkan pemegang saham pengendali dari masing-masing bank sampel.
Peneliti juga menunjukkan jenis kepemilikan pada masing-masing bank, apakah bank syariah
dikendalikan oleh sebuah institusi keuangan asing, kepemlikan keluarga, kepemilikan pemerintah,
atau kepemilikan institusi jenis lainnya. Bentuk kepemilikan dapat juga ditunjukkan dengan
mengidentifikasi kepemilikan yang sesungguhnya dari pemegang saham. Contoh walaupun Bank
Syariah Mandiri dikendalikan oleh P.T. Mandiri Sekuiritas, akan tetapi bentuk kepemilikannya
dikontrol oleh pemerintah, umumnya struktur kepemilikan bank syariah di Indonesia menunjukkan
tingkat konsentrasi yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga menjadi
Prosentase kepemilikan perbankan syariah di Indonesia untuk tahun 2015 digambarkan dalam
table 3 berikut:
keluarga yang paling umum, kemudian kepemilikan pemerintah, kepemilikan asing, dan
koperasi.
22
4.3. Penerapan Good Corporate Governance
Tabel 4. Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Syariah Tahun 2015
Pelaksanaan
transparan
prinsip
Pelaksana si kondisi
Pelaksana syariah
Pelaksana an tugas keuangan
an tugas Kelengkap dalam penangana batas Total
Good an tugas dan penerapa penerapa penerapa & non
dan an dan kegiatan n maksimu Rat Nilai Overa
NAMA Corporate dan tanggung n fungsi n fungsi n fungsi keuangan,
tanggung pelaksanaa penghimpun benturan m a- % Akhi ll
BANK Governan tanggung jawab kepatuha audit audit laporan
jawab n tugas an dana, kepenting penyalura rata r Rank
ce jawab Dewan n bank intern ekstern pelaksanaa
dewan komite penyaluran an n dana GCG
Direksi Pengawas n GCG,
komisaris dana,
Syariah pelaporan
pelayanan
internal
jasa
40
Struktur 1,21 1,07 1,10 1,13 2,17 2,00 1,67 2,00 1,00 2,00 2,00 1,58
%
Bank
30 1,605
BRI Proses 1,30 1,52 1,71 1,55 2,50 2,00 1,75 2,18 1,00 1,00 1,57 1,64 2
% 9
Syariah
30
Hasil 1,75 1,71 2,00 1,60 2,00 1,00 1,50 2,25 1,00 1,00 1,86 1,61
%
40
Struktur 2,50 1,80 2,50 3,50 3,00 4,00 3,50 2,50 2,50 3,50 4,50 3,07
%
Bank
30 2,734
Muamal Proses 1,50 1,50 2,50 1,50 2,00 1,50 1,50 3,00 3,70 2,50 3,50 2,25 3
% 5
at
30
Hasil 1,50 1,50 4,00 2,00 2,00 2,00 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 2,77
%
40
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,70 2,11
%
Bank
30 2,139
Syariah Proses 1,40 1,40 1,40 1,50 2,00 2,00 2,00 2,50 2,50 2,00 2,00 1,88 2
% 1
Mandiri
30
Hasil 1,00 1,00 1,00 1,50 2,00 4,30 4,00 3,50 3,50 3,00 2,00 2,44
%
40
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,27
%
Bank
30
BCA Proses 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,40 2,12 2
%
Syariah
30
Hasil 1,60 1,60 1,60 1,60 1,60 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 2,50 1,64
%
40
Struktur 2,50 2,50 2,00 2,50 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,00 2,00 2,23
%
Bank
30 2,175
BNI Proses 3,00 2,00 3,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,00 2,00 2,23 2
% 5
Syariah
30
Hasil 1,70 2,00 1,70 2,00 3,50 2,00 2,00 2,00 1,70 2,00 2,00 2,05
%
23
transparan
Pelaksanaa Pelaksanaan si kondisi
Pelaksanaa Pelaksan
n tugas prinsip syariah batas keuangan
n tugas aan Kelengkap penanga
Good dan dalam kegiatan penerapan penerapa penerap maksi & non Total
dan tugas an dan nan Rata Overa
NAMA Corporate tanggung penghimpunan fungsi n fungsi an fungsi mum keuangan, Nilai
tanggung dan pelaksana benturan - % ll
BANK Governanc jawab dana, kepatuhan audit audit penyal laporan Akhir
jawab tanggung an tugas kepentin rata Rank
e Dewan penyaluran bank intern ekstern uran pelaksanaa GCG
dewan jawab komite gan
Pengawas dana, dana n GCG,
komisaris Direksi
Syariah pelayanan jasa pelaporan
internal
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 2,00 3,00 4,00 2,41 40%
Bank
BJB Proses 4,50 4,50 2,50 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 2,00 3,00 4,00 2,91 30% 2,7636 3
Syariah
Hasil 4,50 4,50 4,50 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 2,00 3,00 4,00 3,09 30%
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 4,00 3,00 3,00 3,30 2,62 40%
Bank
Victoria Proses 2,00 2,00 3,50 2,00 2,00 2,00 3,50 4,00 3,00 3,00 3,40 2,76 30% 2,6536 3
Syariah
Hasil 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,50 4,00 3,00 3,00 3,00 2,59 30%
Struktur 4,50 2,00 2,00 3,70 2,50 2,00 3,50 2,00 2,00 3,50 2,00 2,70 40%
Mayban
k Proses 2,00 2,00 2,00 4,50 2,50 2,50 3,50 2,00 2,00 3,50 2,00 2,59 30% 2,6755 3
Syariah
Hasil 3,50 2,00 2,00 4,50 2,50 2,50 3,50 2,00 2,00 3,50 2,00 2,73 30%
Struktur 1,70 1,70 1,80 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 1,97 40%
Bank
Bukopn Proses 1,70 1,70 1,80 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 1,97 30% 1,9945 2
Syariah
Hasil 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,05 30%
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 40%
Bank
Panin Proses 2,00 2,00 2,00 1,80 2,50 2,00 2,00 2,00 1,70 2,00 1,90 1,99 30% 2,0109 2
Syariah
Hasil 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,05 30%
Struktur 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,05 40%
Bank
Mega Proses 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,50 3,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,18 30% 2,1682 2
Syariah
Hasil 2,50 2,00 2,50 2,50 2,00 2,50 3,00 2,00 2,50 2,00 2,00 2,32 30%
24
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa ada 11 (sebelas) faktor yang dijadikan penilaian terhadap
pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum syariah. Penetapan peringkat faktor good
corporate governance dilakukan berasakan analisis atas pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate
governance. Kecukupan tata kelola (governance) atas dasar struktur, proses, dan hasil penerapan good
corporate governance pada bank serta informasi lain yang terkait dengan good corporate governance
Penilaian (Self Assessment) GCG bank syariah yang yang telah dilakukan dan diatur
berdasarkan POJK No. 8/PJOK.0/2014/ dan SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014 menunjukkan bahwa
manajemen bank umum syariah telah melakukan GCG secara umum adalah baik, berdasarkan
peringkat penilaian indek komposit yang telah disusun, Bank Umum Syariah yang dianalisis berada
dalam peringkat 2 dan peringkat 3. Ada 7 bank yang menduduki peringkat 2 dan 4 bank menduduki
Bank Umum Syariah yang menduduki peringkat 2 meliputi, Bank BRI Syariah, Bank Syariah
Mandiri, Bank BCA Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, Bank
Mega Syariah. Peringkat 2 berdasarkan matrik yang disusn oleh OJK mencerminkan bahwa
manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik.
Hal ini tercermin dari penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang memadai.
Kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance secara umum dapat diselesaikan
Bank Umum Syariah yang menduduki peringkat 3 yakni Bank Muamalat, Bank BJB Syairah,
Bank Victoria Syariah, dan MayBank Syariah. Berdasarkan matrik peringkat faktor Good Corporate
Governance yang disusun oleh OJK, peringkat 2 mencerminkan manajemen Bank telah melakukan
penerapan Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik. Hal ini tercermin dari
penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang cukup memadai. Apabila terdapat
kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance maka secara umum kelemahan
tersebut cukup signifikan dan memerlukan perhatian yang cukup dari manajemen Bank.
25
5. Simpulan, Saran dan Keterbatasan
5.1 Simpulan
Sampel penelitian ini terdiri dari 11 bank umum syariah di Indonesia, penelitian ini meneliti
tingkat penerapan good corporate governance dalam sebelas dimensi, yaitu: a) Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Komisaris; b) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; c)
Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; d) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Pengawas Syariah; e) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran
dana serta pelayanan jasa; f) Penanganan benturan kepentingan; g) Penerapan fungsi kepatuhan; h)
Penerapan fungsi audit intern; i) Penerapan fungsi audit ekstern; j) Batas Maksimum Penyaluran Dana
(BMPD); dan k) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan Good
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tahun 2015, ada 7 Bank Umum Syariah
menduduki peringkat 2, dalam pelaksanaan good corporate governance, ini mencerminkan bahwa
manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik.
Hal ini mencerminkan bahwa penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang
dilakukan telah memadai. Selanjutnya ada 4 Bank Umum Syariah yang menduduki pringkat 3 dalam
pelaksanaan good corporate governance, ini menunjukkan bahwa manajemen Bank telah melakukan
penerapan Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik. Dan terdapat kelemahan
5.2 Saran-saran
Mengingat belum adanya Bank umum syariah di Indonesia yang menepati peringkat 1 dalam
penerapan good corporate governanennya, maka diperlukan adanya konsistensi dan berpegang teguh
pada empat prinsip utama dalam setiap kebijakan dan langkah bisnisnya, yakni transparansi,
akuntabilitas, pertanggungajawaban serta keadilan atau kesetaraan dan kewajaran. Sehingga dapat
menarik bagi berbagai investor asing dan berbagai investor dalam negeri untuk berinvestasi di
26
Diperlukan upaya untuk menyeimbangkan antara profit, masyarakat dan lingkungan dalam
penerapan tata kelola perusahaan di institusi perbankan syariah. Ini merupakan awal yang baik bagi
bank umum syariah yang akan mencari alternatif pendanaan lain, seperti melalui pasar modal.
Diperlukan usaha yang gencar dalam program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
Peneliti belum melakukan evaluasi terhadap sistem dokumentasi, dan observasi dalam
27
DAFTAR PUSTAKA
Archer, S., Ahmed, R. and Al-Deehani, T. 1998, “Financial contracting, governance structures, andthe
accounting regulation of Islamic banks: an analysis in terms of agency theory andtransaction cost
economics”, Journal of Management and Governance, Vol.2No. 2,pp. 149-70.
Bank Indonesia, 2013. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012. Deprtemen Perbankan Syariah.
Bank Indonesia, 2009. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009
tanggal 7 Desember 2009.Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS)
Bank Indonesia, 2010.Surat Edaran (SE) BI No.12/13/DPbS tanggal 30April 2010.Tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Bank Muamalat, 2011.Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) Tahun
2011. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Botosan, C.A. 1997. Disclosure level and the cost of equity capital, The Accounting Review,Vol. 72 No. 3, pp.
323-49.
Bushman, R.M. and Smith, A.J. 2003. Transparency, Financial Accounting Information, and Corporate
Governance.FRBNY Economic Policy Review. April 2003
Chapra, M.U. and Ahmed, H. (2002), Corporate Governance in Islamic Financial Institutions,Islamic Research
and Training Institute, Islamic Development Bank, Jeddah.
Chong-En Bai, Qiao Liu , Joe Lu, Frank M. Song, Junxi Zhang. 2004. Corporate governance and market
valuation in China. Journal of ComparativeEconomics 32, pp, 599–616
Claessens, S. 2006. Corporate governance of Islamic banks.available at:
www.ifc.org/ifcext/corporategovernance.nsf/content/islamic_fin_institution_governance (accessed 1
August2011).
Claessens, S., S. Djankov, and L. H. P. Lang, 2000. The separation of ownership and control in East Asian
corporations, Journal of Financial Economics, 58, pp. 81-112.
Crowther, D., Seifi, S. 2010. Corporate Governance and Risk Management.Ventus Publishing ApS.
Drobetz W., A. Schillhofer, and H. Zimmermann. 2004. Corporate governance and expected stock returns:
Evidence from Germany, European Financial Management 10 (2), 267-293.
Haniffa, R. and Hudaib, M. 2007. Exploring the ethical identity of Islamic banks via communication in annual
reports. Journal of Business Ethics, Vol. 76, pp. 97-116
Hasan, Z. 2009. Corporate governance: Western and Islamic perspectives, InternationalReview of Business
Research Papers, Vol. 5 No. 1, pp. 277-93.
Hendar, 2016. Indonesia Shariah Economic Forum 2016, Indonesian, Shaia’h Economic Festifal Ketiga, 2016.
CNN Indonesia.
Jensen,M ., dan Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownerships
Structure. Journal of Financial Economics (JFE). Vol. 3, No.4 pp 1 – 77.
Kaen, Fred R. 2003. A Blueprint for Corporate Governance, Amacom, American
Management Associaion.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2008.Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah.
Klapper, Leora dan Love Inessa.2002. Corporete Governance, Investor Protection, and Performance in
Emerging Market.World BankPolicy Research Working Paper. April.
KNKG, 2011. Buku Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah (GGBS). KNGK dan LPPI, Jakarta,
2011.
Komang Darmawan, 2012. Bisnis Syariah. Menanti ‘Political Will’ Pemerintah.
Majalah Investor, Agustus 2012.
Labelle, R. 2002. The statement of corporate governance practices (SCGP): a voluntary disclosureand corporate
governance perspective, working paper, HEC Montre´al, Montre´al, June.
Majalah Investor, 2012. 20 Top Syariah. Agustus 2012. Edisi XIV/230
Majalah SWA Sembada dan IICG, 2010. Survei GCG Indonesia Most Trusted Companies 2010. Swa
26/XXVI/9-19 Desember 2010.
Neu, D., Warsame, H. and Pedwell, K.1998. Managing public impressions: environmental disclosures in annual
reports. Accounting, Organizations and Society, Vol. 23 No. 3,pp. 265-82.
OECD, 2004.OECD Principles of Corporate Governance.Head of Publications Service,OECD Publications
Service,2, rue André-Pascal,75775 Paris Cedex 16, France.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2014. Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia.Menuju Tata Kelola Emiten
dan Perusahaan Publik Yang lebih Baik.OJK, Januari 2014.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2015. Statistik Perbankan Syariah 2015.
28
Preston, A.M., Wright, C. and Young, J.J. 1996.Imagining annual reports, Accounting, Organizations and
Society, Vol. 21 No. 1, pp. 113-37.
Safieddine, A. (2009), “Islamic financial institutions and corporate governance: new insights foragency theory”,
Corporate Governance: An International Review, Vol. 17 No. 2, pp. 142-58.
Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang
Penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach, John Wiley & Sons Ltd. UK
Shleifer, A., dan Vishny, R. 1997.Survey of Corporate Governance. Journal of
Finance Volume 52 No. 2 pp 737 – 783.
Short H.K. Keasey, M. Wright, and A. Hull. 1999. Corporate Governance from Accountability to Enterprise.
Accounting and Business Research.
Thomson Reuters. 2015-2016. State of The Global Islamic Economic Report. Dubai The Capital of Islamic
Economy.
World Bank, 2010. Ownership Structure and Bank Efficiency In Six Asian Countries. Philippine Management
Review, 2010, Vol. 18, 19‐35.
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney dan James L. Dodd. 2001. A Conceptual and Institutional Approach:
Accounting Theory, Cincinnati, Ohio: Soth-Western Collage Publishing.
Zabihollah Rezaee. 2008. Corporate governance and Ethics, 1 sted. John Wiley &Sons, Inc.
29