DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR ANNISA PUTRI INDIRWAN
NIM : 20180711014071
SEMESTER : V (Lima)
PEMINATAN : KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN KERJA (KLKK)
COVER ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................. 3
C. Manfaat ………………………………………………………………………… 3
B. Tujuan
1. Mengetahui proses pembuatan martabak manis ngapak 88
2. Mengetahui system pengendalian mutu proses pembuatan proses Martabak
Manis dari bahan baku, proses produksi dan produk akhirnya.
3. Mengetahui konsep pengendalian mutu dan HACCP yang dapat diterapkan
pada pembuatan martabak manis ngapak 88
C. Manfaat
1. Bagi penulis dapat mengetahui bahaya yang terkandung didalam bahan
tambahan makanan pada martabak manis.
2. Memperoleh konsep HACCP dan pengendalian mutu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Martabak Manis
Martabak manis merupakan suatu jenis kue dadar berupa adonan tepung
terigu berasa manis yang dipanggang, diberi topping, dan dilipat (Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016). Jajanan ini digemari masyarakat
sehingga mudah dijumpai dan dijual oleh pedagang kaki lima hampir di seluruh
wilayah Indonesia. Karena popularitasnya, martabak manis memiliki berbagai
nama seperti martabak Bangka, Hok Lo Pan, martabak Bandung, dan martabak
terang bulan (Rianti, 2018).
Dalam proses pembuatannya, martabak manis menggunakan dua
kelompok bahan yaitu bahan utama yang digunakan untuk membuat kulit
martabak manis dan bahan pelengkap yang digunakan sebagai topping martabak
manis. Bahan utama pembuatan martabak manis terdiri atas tepung terigu, telur,
air, gula, dan bahan pengembang adonan sedangkan bahan pelengkap yaitu
mentega, meises, susu kental manis, keju, atau kacang tanah panggang
digunakan sebagai topping martabak manis (Lolowang & Waney, 2018).
Pada penelitian ini, komponen yang menjadi objek penelitian yaitu kulit
martabak manis. Kulit martabak manis merupakan komponen utama yang
membentuk karakteristik sensori dan komponen nutrisi dasar pada produk
martabak manis. Berdasarkan pendapat Prakoso (2014) dan Dean (2007),
karakteristik sensori kulit martabak manis yang baik yaitu memiliki kulit luar
(crust) yang berwarna coklat, memiliki remah (crumb) yang berwarna kuning,
memiliki aroma manis tanpa ada aroma tepung, memiliki rasa manis tanpa
flavor tepung, memiliki tekstur yang empuk dan lembut, dan memiliki crumb
dengan dengan pori-pori yang banyak dan berongga rapat.
Topping martabak manis tidak digunakan sebagai objek penelitian
karena tidak berfungsi sebagai komponen utama pada produk martabak manis.
Selain itu, topping martabak manis juga dapat diubah-ubah sesuai keinginan atau
sesuai dengan parameter kualitas sensori yang ingin diperbaiki. Oleh karena itu,
tidak terdapat standar tertentu yang mengatur mengenai jenis dan jumlah
topping yang wajib digunakan pada produk martabak manis (Ismayani, 2016;
Lolowang & Waney, 2018; Pricilia, Sondakh, & Poputra, 2014).
Selain protein, komponen lain yang berperan penting dalam pembentukan struktur
adonan yaitu pati. Pati yang terkandung dalam tepung terigu memberi pengaruh
pada adonan melalui proses gelatinisasi. Proses gelatinisasi terjadi ketika pati
yang telah larut dalam air dipanaskan hingga suhu tertentu (di atas suhu 62oC).
Ketika larutan dipanaskan, ikatan hidrogen pada pati melemah dan membuat
molekul air dapat masuk ke dalam molekul pati. Hal ini menyebabkan adonan
dapat mengembang hingga kapasitas maksimalnya (Brown, 2011).
Tepung terigu memiliki peran penting dalam pembuatan berbagai produk
pangan, akan tetapi penggunaan dan konsumsi tepung terigu perlu dibatasi.
Tepung terigu memiliki kandungan karbohidrat dan energi yang tinggi serta
kandungan vitamin, mineral, dan serat yang rendah. Selain itu, kandungan
karbohidrat dalam tepung terigu mudah dicerna tubuh sehingga memiliki nilai
Indeks Glikemik (IG) yang tinggi (Foster-Powell, Holt, & Brand-Miller, 2002).
Konsumsi makanan dengan kandungan energi dan nilai IG yang tinggi
memberikan peningkatan kadar gula darah dan reaksi insulin yang tinggi. Hal
tersebut dapat berakibat pada kondisi hiperglikemia, hiperinsulinemia, dan
hipertrigliseridemia (Liu, 2002). Selain itu, konsumsi produk pangan dengan
kandungan tepung terigu yang tinggi dalam jumlah banyak dan rutin juga dapat
meningkatkan resiko penyakit seperti gangguan vaskular, sindrom metabolisme,
diabetes melitus, penyakit kardiovaskular dan ginjal (Sartorius, Sartorius,
Madiba, & Stefan, 2018).
Syarat mutu SNI 01-3751-2006 tepung terigu sebagai bahan makanan
yang baik dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Syarat Mutu Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan -
1.1 Bentuk - Serbuk
1.2 Bau - Normal (bebas dari
bau asing)
1.3 Warna - Putih khas terigu
2. Benda asing - Tidak ada
3. Serangga dalam semua bentuk - Tidak ada
stadia dan potongan- potongannya
yang tampak
4. Kehalusan, lolos ayakan 212 µm % Min 95
No. 70 (b/b)
5. Kadar air (b/b) % Maks 14,5
6. Kadar abu (b/b) % Min 0,6
7. Kadar protein (b/b) % Min 7,0
8. Keasaman Mg koh/100g Maks 50
9. Falling number (atas dasar kadar Detik Min 300
air 14%)
10. Besi (Fe) Mg/kg Min 50
11. Seng (Zn) Mg/kg Min 30
12. Vitamin B1 (thiamin) Mg/kg Min 2,5
13. Vitamin b2 (riboflavin) Mg/kg Min 4
14. Asam folat Mg/kg Min 2
15. Cemaran logam
15.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks 1,00
15.2 Raksa (Hg) Mg/kg Maks 0,05
15.3 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 10
16 Cemaran aksen Mg/kg Maks 0,50
17 Cemaran mikroba
17.1 Angka lepeng total Koloni/g Maks 106
17.2 E coli APM/g Maks 10
17.3 Kapang Koloni/g Maks 104
Sumber : SNI 01-3751-2006
2. Telur
Telur adalah sumber protein yang bernilai tinggi, kaya akan vitamin, dan
mineral. Protein telur termasuk esensial dan tersedia dalam jumlah yang cukup
dan seimbang, asam amino esensial ini sangat dibutuhkan oleh manusia,
karena asam amino esensial ini tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia
sehingga harus dipenuhi dari bahan pangan lainnya seperti dari telur bebek
dan itik (Anonim, 2012).
Telur mempunyai sifat mengembung apabila dikocok, sehingga volumenya
dapat beberapa kali lipat lebih banyak dari volume sebelumnya. Fungsi telur
dalam pembuatan adonan martabak adalah membentuk warna dan flavor yang
khas, memperbaiki cita rasa dan kesegaran martabak, meningkatkan nilai gizi
dan kelembutan produk (Anonim, 2012). Standar mutu telur yang baik sebagai
bahan makanan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Syarat Mutu Telur sebagain Bahan Makanan
No. Uji Organdeptik Persyaratan
(SNI 01-3926-1995)
1. Keadaan kerabang Utuh, bentuk normal,
licin(halus) dan bebas dari
kotoran
2. Kantong udara Kedalaman kurang dari 0,5
cm dan tetap ditempat
3. Keadaan putih telur Bebas dari noda
(darah,daging, dan benda
asing lainnya) dan kental
4. Keadaan kuning telur Bulat, posisi ditengah dan
bersih
5. Bau Bau khas
3. Gula
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehid, keton, dan turunannya yang
berfungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Komponen ini tersusun atas
atom karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang terikat dalam formula dasar
Cn(H2O)n. Karbohidrat umumnya berasal dari tumbuhan, kecuali susu yang
mengandung karbohidrat laktosa. Di dalam tumbuhan, karbohidrat dibentuk
melalui proses fotosintesis yang akan menghasilkan unit dasar karbohidrat yang
disebut sakarida. Berdasarkan jenis dan jumlah sakarida yang terkandung di
dalamnya, karbohidrat dikelompokan menjadi monosakarida yang terdiri atas
glukosa, galaktosa, dan fruktosa; disakarida yang terdiri atas laktosa, sukrosa, dan
maltosa; serta polisakarida yang terdiri atas pati dan serat (Brown, 2011).
Sukrosa merupakan salah satu jenis disakarida yang terdiri atas komponen
monosakarida glukosa (50%) dan fruktosa (50%). Sukrosa diestraksi dari batang
tumbuhan tebu (Saccharum officinarum) atau akar tumbuhan beet (Beta vulgaris
L.). Disakarida sukrosa telah dimanfaatkan secara luas sebagai bahan tambahan
pangan. Sukrosa yang beredar dipasaran merupakan sukrosa yang telah
mengalami pemurnian. Proses ini akan menghilangkan kandungan serat, vitamin,
mineral, dan komponen lain yang tidak dapat dicerna tubuh. Sukrosa yang telah
dimurnikan akan diedarkan dalam dua bentuk yaitu cair atau padat (kristal).
Sukrosa yang berbentuk padat umumnya disebut gula atau gula pasir. Gula banyak
dikonsumsi secara domestik (rumah tangga) karena dapat memberikan rasa manis
pada makanan maupun minuman. Selain itu, gula juga memiliki fungsi yang lain
yaitu memberikan pengaruh pada warna, tekstur, dan memperpanjang umur
simpan produk makanan atau minuman (Amarra, Khor, & Chan, 2016).
4. Bahan Tambahan
4.1 Air
Air untuk industri pangan memegang peranan penting karena dapat
memperngaruhi mutu makanan yang dihasilkan. Jenis air yang digunakn
berbed-beda tergantung dari jenis bahan yang diolah. Air yang digunakan
untuk dikonsumsi harus mempunyai syarat-syarat tidak mewarna, tidak
berbau, jernih, tidak mempunyai rasa, tidak mengandung besi (Fe) dan
mangan (Mn), serta dapat diterima secara bakteriologis yaitu tidak
mengganggu kesehatan dan tidak menyebabkan kebusukan bahan pangan
yang diolah (Anonim, 2011).
Standar mutu air antara lain : bebas dari coliform, bebas dari semaran
polusi, bebas dari rasa dan bau yang disebabkan mikroorganisme yang
mengeluarkan bahan dan menghasilkan rasa dan bau. Hal dapat dicegah
dengan penanggulangan polusi air. Adapun standa mutu air yang lain
berdasarkan SNI -01-3553-1994 meliputi kriteria mutu, bau, rasa, ph, dan
kekeruhan. Syarat mutu air yang baik sebagai bahan makanan dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4. Standar Mutu air
No. Kriteria Mutu Persyaratan
1. Bau Tidak berbau
2. Rasa Normal
3. Ph 6,5-9
5. Kapang Bebas
Pembuatan
adonan
Pendiaman
Pencetakan
Pemanggangan
Penambahan
Topping
Pemotongan
Pengemasan
Martabak manis
1. Pembuatan adonan
Langkah pertama dilakukan untuk membuat martabak manis adalah dengan
membuat adonan yaitu mengocok telur, gula pasir sampai mengembang dan
kental. Selanjutnya yaitu menambahkan tepung terigu, dan vanili kocok sampai
rata. Dan terakhir ditambahkan mentega dan di aduk lagi sampai rata.
2. Pendiaman
Setelah adonan jadi, adonan tersebut didiamkan terlebih dahulu agar adonan lebih
meresap.
3. Pencetakan
Setelah didinginkan, siapkan Teflon yang sudah di olesi mentega dan panaskan
lalu masukkan adonan ke dalam Teflon tersebut.
4. Pemangangan
Setelah di masukkan ke dalam telfon kemudian panggang di atas kompor selama
15-20 menit.
5. Penambahan Topping
Setelah matang martabak di angkat dan di olesi mentega lalu di taburi topping
sesuai permintaan konsumen.
6. Pemotongan
Setelah di taburi topping, martabak di tutup membentuk setengah lingkaran dan
di potong menjadi beberapa bagian.
7. Pengemasan
Dan yang terakhir adalah pengemasan, setelah martabak dipotong kecil-kecil lalu
masukkan martabak ke dalam kardus pengemas.
(Eka Sulistina, 2018)
D. Pengendalian Mutu
Kegiatan pengendalian mutu mencakup kegiatan menginterpretasikan dan
menginplementasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari pengujian
pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan untuk
memastikan kesesuaian produk terhadap persyaratan mutu. Mengacu Kadarisma
(1994), sesuai dengan standar ISO 9000, maka kegiatan pengendalian memiliki
fungsi antara lain:
1. Membantu dalam membangun pengendalian mutu pada berbagai titik dalam
proses produksi.
2. Memlihara dan mengalibrasi peralatan pengendalian proses.
3. Meneliti cacat yang terjadi dan membantu memecahkan masalah mutu
terhadap bahan yang diterima.
4. Mengoperasikan laboratorium uji untuk melaksanakan uji dan analisa.
5. Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses dan spot checks
bilamana diperlukan.
6. Melaksanakan inspeksi akhir untuk menilai mutu produk akhir dan afektivitas
pengukuran pengendalian mutu.
7. Memeriksa mutu kemasan untuk memastikan produk mampu menahan
dampak transpotasi dan penyimpanan.
8. Memberikan umpan balik data cacat dan tuntutan konsumen kepada bagian
rekayasa mutu.
C. Tahapan Pelaksanaan
1. Pengumpulan Data Secara Langsung
a. Wawancara : melaksanakan wawancara secara langsung dengan pekerja
yang berkaitan dengan masing-masing proses mulai dari bahan baku
sampai menjadi produk akhir.
b. Observasi : melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan
kegiatan yang ada di lokasi industry kecil menengah pembuatan es teler.
2. Pengumpulan Data Secara Tidak Langsung
a. Dokumentasi : mendokumentasikan dan mencatat hasil yang ada pada
pelaksanaan kegiatan pengambilan data.
D. Identifikasi Produk Olahan
a. Nama Masakan : Martabak Manis Ngapak 88.
b. Bahan/Komposisi : Tepung terigu, gula, telur, mentega, vanili, air.
c. Konsumen : Para pembeli daerah sekitaran Koya Barat.
d. Cara Penyimpanan
1. Bahan Mentah : Adonan yang telah dibuat disimpan di suatu
wadah dan ditutup. Adonan dibuat pagi hari lalu sore hari bisa di olah.
2. Bahan Matang : Martabak yang telah jadi di kemas pada kemasan
kardus dan tertutup, lebih enak dikonsumsi saat tidak terlalu panas
maupun dingin saat setelah simpan di kulkas.
e. Cara Distribusi
Martabak manis dibuat sesuai permintaan konsumen. Martabak manis
yang sudah dibuat bisa langsung di bawa pulang konsumen dan di makan
langsung.
f. Cara Mengkonsumsi
Martabak Manis Ngapak 88 di proses melalui proses pengolahan.
Martabak hanya bisa dimakan setelah 2 hari pembelian dan disimpan di kulkas
atau di panggang kembali.
E. Analisa Bahaya
Tujuan analisis bahaya adalah untuk mengenali bahaya-bahaya apa saja
yang mungkin terjadi dalam suatu proses pengolahan sejak awal hingga ke tangan
konsumen. Analisis bahaya yang dilakukan adalah analisis bahaya bahan baku.
Analisis bahaya bahan baku meliputi potensi bahaya baik kimia, fisik maupun
biologi yang dapat mengkontaminasi bahan baku yang dipakai dalam proses
pembuatan martabak manis.
Tabel 1. Formulir I. Identifikasi Bahaya dengan Cara Pencegahannya
Nama Olahan : Martabak Manis Ngapak 88
No. Bahan Bahaya Jenis Bahaya Cara Pencegahan
B (M)/K/F
1. Tepung terigu Bilogi Mikrobiologi: - Memilih supplier
kapang atau jamur yang dapat
2. Telur √ I (+)
3. Gula pasir √ √ II (+ +)
4. Air √ I (+)
5. Vanili √ I (+)
Pembahasan formulir 2
Kontaminasi bahaya yang bersumber dari bahaya baik fisik, biologis
maupun kimia akan membuat bahan baku dan bahan tambahan pembuatan
martabak manis menjadi beresiko terhadap keamanan pangan martabak manis.
Bahan baku hasil pertanian umumnya sangat peka terhadap mikroorganisme.
Bahan baku kimia seperti vanili sering kali ditambahkan pada adonan kue seperti
martabak.
Bahan baku utama dalam pembuatan martabak manis adalah tepung
terigu, telur, gula pasir. Dalam tepung terigi diidentifikasikan mengandung
bahaya biologi, bahaya kimia dan bahaya fisik. Bahaya biologi pada tepung terigu
yaitu kapang dan jamur yang berpotensi terdapat racun alfatoksin, sebab menurut
Mayer (2003) jenis tanaman padi, seperti maize , sorghum (semacam jagung dan
gandum), pearl millet (semacam padi mutiara), beras merupakan pangan yang
sering terinfeksi racun tersebut.
Sedangkan untuk telur potensi bahaya yang paling menimbulkan dampak
adalah bahaya biologi yaitu kontaminasi bakteri Salmonela yang telah
memperbanyak diri dalam saluran pencernaan pada ayam petelur selanjutnya akan
diekskresikan melalui feses dan dapat menyebabkan penularan bakteri tersebut
secara horizontal terhadap telur dengan cara menempel pada permukaan kerabang
telur. Lalu potensi bahaya yang timbul pada gula pasir adalah bakteri ismofilik
yang tahan pada konsentrasi gula yang tinggi. Sedangkan bahaya fisik dari gula
pasir dan telur lebih bias dinimalisir dalam pengolahan dan sanitasinya.
G. Penerapan HACCP
Bagian CCP
YA
CCP
Pada proses produksi pembuatan martabak manis banyak terdapat bahaya-bahaya fisik,
kimia dan biologi yang ditemukan. Oleh karena itu perlu adanya penetapan CCP pada
proses produksi martabak manis. Penentuan CCP proses sangat penting untuk
menentukan titik kritis dari proses agar dapat dilakukan upaya pengendalian untuk
mengurangi potensi bahaya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pembuatan martabak manis menurut Eka Sulistiana (2018) meliputi
pembuatan adonan, diamkan dalam kain tertutup, pencetakan dalam loyang,
memanggang, pendinginan, penambahan topping, pemotongan, pengemasan.
Pada proses produksi pembuatan martabak manis banyak terdapat bahaya-bahaya
fisik, kimia dan biologi yang ditemukan. Oleh karena itu perlu adanya penetapan
CCP pada proses produksi martabak manis. Penentuan CCP proses sangat penting
untuk menentukan titik kritis dari proses agar dapat dilakukan upaya pengendalian
untuk mengurangi potensi bahaya.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan pada industri pembuatan
Martabak Manis Ngapak 88. Saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Pada saat proses pemberian topping ke atas martabaknya disarankan untuk
menggunakan sendok
2. Pada saat pengemasan untuk menggunakan sarung tangan
3. Tempat topping yang sudah terpakai jangan lupa untuk ditutup kembali
DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian dengan judul ‘’Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap
Kinerja Produk pada Usaha Martabak Manis di Semarang’’ Program Studi Manajemen
FEB UNIKA Soegijapranata. (Online). Diakses pada tanggal 13 Desember 2020.
Purnomo, Wahyu. 2012. Laporan Tugas Akhir Konsep Pengendalian Mutu dan
HACCP Roti Selai Mandarin (Online). Diakses pada tanggal 13 Desember 2020.
LAMPIRAN