Anda di halaman 1dari 5

Tanggal : Jum’at 27 Agustus 2021

Waktu :
Sifat : Tugas Asynchronus
Fasilitator : Dra. Hj. Sastri Yunizarti Bakry, Akt., M.Si

Data Kelompok :

1. Arif Mustofa, S.Pd. SD / Kabupaten Jepara ( 13 )


2. Septi Ayu Wulandari, S.Pd. /Kabupaten Jepara ( 14 )
3. Nila Kusumawardani, S.Pd / Kabupaten Jepara (16 )
4. Nurika Anggraini, S.Pd. / Kabupaten Gunung Kidul ( 40 )

Identifikasi Isu-Isu kritikal yang berpotensi menjadi ATHG.


Menggunakan Teknik Analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth)

Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut
diselesaikan. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut terhadap
produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak, dan
sebagainya. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut berkembang
sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.
Tabel Parameter Analisis USG

PARAMETER
Skor
Urgency Seriousness Growth
1 2 3 4
1 Isu tidak Isu tidak begitu serius Isu lamban
mendesak untuk untuk di bahas karena berkembang
segera tidak berdampak ke hal
diselesaikan yang lain
2 Isu kurang Isu kurang serius untuk Isu kurang cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang
segera tidak kurang berdampak
diselesaikan ke hal yang lain
3 Isu cukup Isu cukup serius untuk Isu cukup cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang,
segera akan berdampak ke hal segera dicegah
PARAMETER
Skor
Urgency Seriousness Growth
1 2 3 4
diselesaikan yang lain
4 Isu mendesak Isu serius untuk segera Isu cepat
untuk segera dibahas karena akan berkembang
diselesaikan berdampak ke hal yang untuk segera
lain dicegah
5 Isu sangat Isu sangat serius untuk Isu sangat cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang
segera akan berdampak ke hal untuk segera
diselesaikan yang lain dicegah

Identifikasi beberapa isu kritikal


Isu-isu kritikal yang berpotensi AHTG
1. Hoax
2. Narkoba
3. Korupsi
Identifikasi isu bedasarkan Teknik USG

Kriteria
No Isu U S G Jumlah Peringkat
(1-5) (1-5) (1-5)
1. Hoax 2 3 2 9 3
2. Narkoba 4 4 3 11 2
Korupsi
3. 5 4 6 14 1

Bedasarkan teknik USG, isu yang paling Urgent yang kami pilih adalah Isu kritikal
mengenai Korupsi.
Korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap.
Sedangkan secara Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi”
diartikan sebagai:
“perbuatan yang buruk seperti: penggelapan uang, penerimaa uang sogok, dan sebagainya”.

Faktor yang menyebabkan korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal berawal dari dalam diri pelaku dan faktor eksternal adalah penyebab dari luar.
Faktor internal yang menyebabkan korupsi , yaitu :
1.Sifat tamak / rakus
    Tidak puas dengan apa yang telah dicapai,selalu mersa kurang sehingga menyebabkan
tindakan korupsi
2.Moral yang kurang kuat
    Seseorang yang moralnya tidak kuat mudah tergoda untuk melakukan korupsi,
3.Gaya hidup konsumtif
    Perilaku konsumtif yang tidak dibarengi dengan pendapatan yang cukup
Faktor eksternal yang menyebabkan korupsi yaitu :
1.Faktor ekonomi
    Kurangnya gaji bagi pegawai
2.Faktor politik
   Instabilitas politik
3.Faktor organisasi
   Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan kepada bawahan
4.Faktor hukum
    Lemahnya hukum dan buruknya perundang – undanga
2.Faktor politik
   Instabilitas politik
3.Faktor organisasi
   Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan kepada bawahan
4.Faktor hukum
    Lemahnya hukum dan buruknya perundang - undangan

Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat. Negara
yang sangat kaya, banyak sumber kekayaan alamnya, namun jika penguasanya korup dimana
sumber kekayaan yang dijual kepada pihak asing, harga-harga barang pokok semakin
membumbung tinggi bahkan terkadang langka diperedaran atau di pasaran karena ditimbun
dan dimonopoli. Akibatnya banyaknya terjadi kemiskinan dan kematian di sana-sini. Contoh
lain adanya bantuan-bantuan yang diselewengkan, dicuri oleh orang-orang korup sehingga
tidaksampai kepada sasarannya. Ini sangat memprihatinkan sehingga masyarakat semakin
sinis terhadap ketidakpedulian pemerintah, yang akhirnya membawa efek yang sangat luas
kepada sendi-sendi kehidupan hingga munculnya ketidak percayaan kepada pemerintah.

Salah satu Upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi adalah :
Membangun Sikap Antikorupsi
Mengingat fenomena korupsi telah memasuki zone Kejadian Luar Biasa (KLB), maka
pendekatan pemberantasan korupsi, dipilih cara-cara yang luar biasa (extra ordinary
approach) dan tepat sasaran. Oleh karena itu, kita wajib berpartisipasi dengan menunjukan
sikap antikorupsi. Tindakan membangun sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara:
1) Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-orang di lingkungan
sekitar untuk bersikap jujur, menghindari perilaku korupsi, contoh: tidak membayar uang
lebih ketika mengurus dokumen administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak membeli SIM,
dsb.
2) Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak atau melanggar hak
orang lain dari hal-hal yang kecil, contoh: tertib lalu lintas, kebiasaan mengantri, tidak buang
sampah sembarangan, dsb.
3) Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan bisnis maupun
hubungan bertetangga;
4) Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan korupsi contoh:
diperas oleh petugas, menerima pemberian/hadiah dari orang yang tidak dikenal atau diduga
memiliki konflik kepentingan, dsb.

Selain itu ada beberapa upaya telah dilakukan untuk memberantas perilaku korupsi, misalnya
dengan membentuk komisi khusus—Komisi Pemberantasan Korupsi—untuk menangani
kasus-kasus tindak pidana korupsi. Upaya lain yang perlu dilakukan untuk mencegah perilaku
korupsi sejak dini adalah melalui “pendidikan anti korupsi” dalam keluarga dan sekolah.
Upaya terakhir ini tidak harus melalui kurikulum khusus, cukup dengan memanfaatkan
pendidikan moral seperti PPKn dan Pendidikan Agama.

Anda mungkin juga menyukai