Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP RESPON NYERI PADA PASIEN

DENGAN POST OPERASI DI RSUD A. DADI TJOKRODIPO KOTA


BANDAR LAMPUNG

Tubagus Erwin Nurdiansyah


STIKES Mitra Lampung
e-mail: tubagus_erwin@yahoo.co.id

Abstrak: Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi Di
RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Nyeri pasca bedah merupakan satu dari masalah
keluhan pasien tersering di rumah sakit sebagai konsekuensi pembedahan yang tidak dapat dihindari.
Pengaruh negatif dari nyeri dapat dikendalikan dengan manajemen nyeri sebagai bagian dari perawatan
pasien yang sangat penting, meliputi pemberian terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi berupa
intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi, terapi musik, imagery dan biofeedback. Tujuan
penelitian guna melihat efektifitas terapi musik terhadap respon nyeri pasien post operasi. Metode
penelitian menggunakan quasi experimental dengan desain pretest-postest with control group design.
Sampel berjumlah 34 responden. Variabel penelitian adalah pemberian terapi musik dan respon nyeri.
Data dikumpulkan dengan menggunakan pengukuran skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces
Pain Scale Resived (FPSR). Hasil penelitian menunjukan perbedaan selisih respon nyeri pasien post
operasi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan nilai selisih pada
kelompok intervensi sebesar 2,65 dan nilai selisih pada kelompok kontrol sebesar 1,59. Adapun faktor
confounding tidak memiliki pengaruh terhadap respon nyeri yaitu pengalaman nyeri masa lalu (p–
value=0,387), jenis kelamin (p–value=0,068) dan budaya bermusik (p–value = 0,599). Kesimpulan pada
penelitian ini adalah pemberian terapi musik mempunyai efektifitas yang lebih baik dalam manajemen
nyeri pasca pembedahan. Saran penelitian ini adalah agar terapi musik dapat diterapkan secara langsung
di Rumah Sakit untuk menurunkan respon nyeri pada pasien post operasi pembedahan.

Kata Kunci: terapi musik, nyeri

Nyeri pasca bedah merupakan satu dari masalah- perubahan pada tubuh. Denyut jantung, curah
masalah keluhan pasien tersering di rumah sakit jantung dan tekanan darah meningkat, pupil
sebagai konsekuensi pembedahan yang tidak dapat berdilatasi, tangan dan kaki menjadi dingin.
dihindari. Sebanyak 77% pasien pasca bedah Mekanisme yang dapat menimbulkan respons stres
mendapatkan pengobatan nyeri yang tidak adekuat dapat pula dipakai untuk menghilangkan nyeri.
dengan 71% masih mengalami nyeri setelah diberi Segera setelah individu memahami bahwa situasi
obat dan 80%-nya mendeskripsikan masih nyeri tidak berbahaya, otak akan berhenti mengirim
mengalami nyeri tingkat sedang hingga berat (Katz, tanda bahaya ke batang otak, berhenti mengirim
2005). pesan nyeri ke sistem saraf. Beberapa menit setelah
Tindakan pembedahan berupa insisi pada pengiriman pesan bahaya terhenti, respons
kulit, tindakan traumatik pada jaringan tubuh lainnya perlawanan terhenti dan nyeri menghilang.
dan manipulasi struktur tubuh viseral telah Mekanisme penghentian respons stres dapat
mencetuskan mekanisme inflamasi, nyeri neuropati diperoleh dengan teknik relaksasi. Respons relaksasi
dan viseral yang berkontribusi pada rasa nyeri yang adalah kebalikan dari respons alarm dan respons
terjadi selama periode pasca bedah. Nyeri pasca tersebut mengembalikan tubuh pada keadaan
bedah dikelompokkan sebagai nyeri akut yang seimbang. Respons relaksasi mengembalikan proses
dihubungkan dengan respons otonom, metabolik- fisik, mental dan emosi. Menyadari persepsi nyeri,
endokrin, fisiologi dan perilaku (Sona & Amit, mengalihkan perhatian dan fikiran dan kemudian
2007). Cidera jaringan tubuh pada pembedahan akan mengendalikannya, membuat individu menjadi
meningkatkan pelepasan substansi kimia yang dapat rileks dan akhirnya nyeri menghilang.
menstimulus reseptor nyeri seperti histamin, Nyeri pasca bedah yang tidak hilang dapat
prostaglandin, bradikinin dan substansi P yang akan menimbulkan efek negatif terhadap fisiologis dan
mengakibatkan respons nyeri dan menjadi sumber psikologi (Black & Hawk, 2014). Dampak nyeri
stres bagi tubuh. Substansi kimia ini mengakibatkan terhadap psikologi berupa gangguan tidur dan sulit
tubuh melakukan perlawanan dengan mengaktivasi berhubungan dengan orang lain karena perhatiannya
sistem saraf simpatis untuk membuat serangkaian berfokus pada nyeri. Nyeri yang tidak teratasi akan
14
Nurdiansyah, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi 15

menghambat penyembuhan. Pasien dirawat di rumah kontrol yang diberikan relaksasi biasa
sakit menjadi lebih lama dan meningkatkan biaya (Kwekkeboom, 2006).
perawatan rumah sakit (Black & Hawk, 2014; Terapi musik sebagai teknik relaksasi yang
Smeltzer et al., 2008). digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit
Pengaruh negatif dari nyeri dapat dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu.
dikendalikan dengan penatalaksanaan yang adekuat Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik
melalui pendekatan multidisiplin kesehatan. dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik
Manajemen nyeri merupakan bagian dari perawatan klasik, instrumentalia dan slow musik (Potter, 2005
pasien yang sangat penting. (The American Pain dikutip dari Erfandi, 2009).
Society 2003 dalam Smeltzer et al., 2008) memberi Mendengarkan musik dapat memproduksi zat
sebutan nyeri sebagai tanda-tanda vital kelima atau endorphins (substansi sejenis morfin yang disuplai
Pain: The 5 th Vital Sign. Sementara itu The Joint tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri) yang
Commission on the Accreditation of Healthcare dapat menghambat transmisi impuls nyeri disistem
Organization, (JCAHO) pada tahun 2000 saraf pusat, sehingga sensasi nyeri dapat berkurang,
mengembangkan standar pengelolaan nyeri bagi musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan
institusi kesehatan dengan menyatakan bahwa nyeri dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur
harus dinilai pada semua pasien, dan pasien kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat
mempunyai hak untuk dikaji dan diberikan mengurangi kontraksi otot (Potter & Perry, 2011).
penatalaksanaan nyeri secara tepat. Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan
Manajemen nyeri pasca bedah meliputi frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan
pemberian terapi farmakologi dan terapi dan depresi, menghilangkan nyeri dan menurunkan
nonfarmakologi berupa intervensi perilaku kognitif tekanan darah (Campbell, 2001 dalam Ucup, 2011).
seperti teknik relaksasi, terapi musik, imagery dan Beberapa studi kasus praktek dokter gigi di Eropa
biofeedback (Potter & Perry, 2011). Intervensi terapi musik telah terbukti bisa mengurangi nyeri
perilaku kognitif dalam mengontrol nyeri yang dirasakan oleh seseorang (Potter & Perry,
dimaksudkan untuk melengkapi atau mendukung 2011).
pemberian terapi analgesik agar pengendalian nyeri Manfaat terapi musik pada periode pasca
menjadi efektif (Smeltzer et al., 2008). bedah, yaitu meningkatkan kenyamanan pasien
Relaksasi adalah satu dari pendekatan karena relaksasi mampu menurunkan spasme otot,
perilaku kognitif yang sudah digunakan secara luas mengurangi kecemasan dan meningkatkan aktivitas
dalam manajemen nyeri pasca bedah dan telah parasimpatis (Black & Hawk, 2014). Pada keadaan
direkomendasikan dalam pengelolaan nyeri oleh rileks tubuh akan distimulasi untuk memproduksi
Agency for Health Care Policy and Research endorfin yang bereaksi menghilangkan rasa sakit,
(AHCPR), (1992). Relaksasi meningkatkan toleransi menimbulkan rasa tenang dan pada akhirnya akan
nyeri dan meningkatkan keefektifan tindakan merangsang organ-organ tubuh untuk mereproduksi
penghilang nyeri lainnya tanpa menimbulkan risiko sel-sel yang rusak akibat pembedahan (Smeltzer et
(Lemone & Burke, 2008; Santos dos Benedita, al., 2008).
2004) Lebih lanjut teknik relaksasi dengan terapi
Sebuah penelitian telah memperlihatkan musik dapat mempersingkat lama rawat di rumah
teknik relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri sakit, membantu menurunkan respons kecemasan
pasca bedah. Sebuah penelitian oleh Good (1999) pasien yang menjalani pembedahan. Roykul charoen
membandingkan efek jaw relaxation, musik dan & Good, (2004) telah melakukan penelitian tentang
kombinasi jaw relaxation dan musik, dengan pengaruh teknik relaksasi terhadap sensori dan
kelompok kontrol yang mendapatkan pengobatan afeksi pasien pasca bedah abdomen setelah latihan
rutin pada sampel 500 pasien dengan nyeri pasca berjalan pada hari pertama pasca bedah yang
bedah abdomen. Skor sensasi nyeri secara signifikan dilakukan di rumah sakit besar di Thailand. Hasilnya
lebih rendah pada kelompok intervensi dibandingkan memperlihatkan sensasi nyeri berkurang secara
kelompok kontrol kecuali segera setelah ambulasi signifikan dan mengalami peningkatan sense of
pada hari pertama dan kedua. Skor nyeri pada control nyeri pada kelompok intervensi
kelompok kombinasi secara signifikan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Dilaporkan juga
daripada kelompok musik dan kelompok kontrol. bahwa tingkat kecemasan pasien menurun pada
Tidak ada perbedaan dalam skor nyeri diantara kelompok intervensi daripada kelompok kontrol.
kelompok dengan terapi musik dan kelompok Berbagai jenis manajemen nyeri non
farmakologi telah banyak diterapkan dalam tatanan
16 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22

pelayanan keperawatan. Namun, penggunaan dilaksanakan mulai tanggal 4 Juli–14 Agustus 2014.
manajemen nyeri non farmakologi di Indonesia Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien
masih belum optimal. Teknik relaksasi yang paling yang melakukan operasi di RSUD A. Dadi
sering digunakan yaitu nafas dalam dan teknik Tjokrodipo Kota Bandar Lampung pada bulan Juli–
distraksi. Akan tetapi belum ada prosedur tertulis Agustus tahun 2014, dengan jumlah pasien yang
mengenai teknik relaksasi untuk mengurangi rasa menjalankan operasi yaitu 216 orang.
nyeri pasca bedah yang ditetapkan menjadi standar Jumlah subyek yang diambil adalah total
pelayanan keperawatan. Dismaping itu belum ada sampel yang terpilih berdasarkan kriteria inklusi,
penggunaan alat audiovisual yang secara khusus dengan mengambil jumlah minimal sampel yang
disiapkan untuk mempermudah pasien memahami dianggap memenuhi syarat untuk penelitian
dan melakukan prosedur teknik relaksasi dan terapi eksperimen yaitu 15 subyek pada setiap kelompok
musik dengan benar dan tepat. (Dempsey & Dempsey, 2002). Dengan
RSUD A. Dadi Tjokrodipo merupakan menambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga
Rumah Sakit rujukan yang berada di Kota Bandar didapatkan 17 sampel pada setiap kelompok.
Lampung, Rumah Sakit ini telah mempunyai Analisa Data yang diuji homogenitas yaitu
fasilitas Instalasi Bedah Sentral yang melayani karakteristik pengalaman terhadap nyeri dengan nilai
seluruh pasien yang akan melakukan operasi. RSUD signifikansi sebesar 1,000, jenis kelamin dengan
A. Dadi Tjokrodipo belum secara optimal nilai signifikansi sebesar 0,190 dan budaya
menerapkan manajemen nyeri secara non bermusik.
farmakologi, selama ini manajemen nyeri yang Analisis univariat bertujuan mendeskripsikan
berkembang merupakan manajemen nyeri secara karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.
farmakologi. Untuk data kategorik pengalaman terhadap nyeri
Menurut data yang diperoleh pada pra survey, responden, jenis kelamin dan budaya bermusik,
berdasarkan data Rekam Medis pada Januari–Maret hanya menggunakan distribusi frekuensi dengan
tahun 2014 yang ada di RSUD. Dr. A. Dadi ukuran persentase atau proporsi. Pengujian masing-
Tjokrodipo didapatkan pada bulan Januari sebanyak masing variabel dilakukan dengan menggunakan
143 operasi, bulan Februari sebanyak 106 operasi tabel yang diinterpretasikan berdasarkan hasil yang
dan pada bulan Maret sebanyak 93 operasi. Serta diperoleh (Hastono, 2010).
berdasarkan wawancara terhadap 2 orang post Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
operasi pembedahan abdomen masih merasakan hubungan variabel bebas, variabel terikat dan
nyeri yang hebat walaupun sudah diberikan obat perancu. Uji Statistik yang digunakan untuk menguji
penghilang nyeri. respon nyeri pada kelompok kontrol sebelum dan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan sesudah terapi standar dan kelompok intervensi
sebagai upaya mengembangkan manajemen nyeri sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan uji
dengan pendekatan perilaku kognitif serta untuk statistik dengan t dependent. Sedangkan uji statistik
mendukung penelitian-penelitian mengenai teknik untuk membandingkan respon nyeri pada kelompok
relaksasi sebelumnya, peneliti ingin mencoba intervensi dengan kelompok kontrol dengan uji t
mengeksplorasi lebih jauh efektifitas terapi musik independent.
terhadap respon nyeri pasien post operasi di RSUD. Analisa multivariat dilakukan untuk
Dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. mengetahui faktor yang paling besar berpengaruh
terhadap variabel dependen (Hastono, 2010).
METODE PENELITIAN Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier
ganda.
Desain Penelitian menggunakan disain quasi
experimental dengan pretest-postest with control HASIL DAN PEMBAHASAN
group design. Peneliti membandingkan efek terapi
terhadap rasa nyeri antar dua kelompok independen. HASIL
Kelompok intervensi yaitu responden yang
mendapatkan kombinasi terapi musik dan analgesik, Uji Homogenitas dan Uji Normalitas
sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan Pada penelitian ini variabel-variabel yang
terapi analgesik. diuji homogenitas yaitu karakteristik pengalaman
Penelitian dilaksanakan di RSUD. Dr. A. Dadi terhadap nyeri dengan nilai signifikansi sebesar
Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Persiapan 1,000, jenis kelamin dengan nilai signifikansi
penelitian dimulai dari Maret-April 2014. Penelitian sebesar 0,190 dan budaya bermusik. Nilai
signifikansi sebesar 0,256>nilai alpha yaitu 0,05,
Nurdiansyah, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi 17

berarti bahwa kelompok data mempunyai varian Sebelum Perlakuan


yang sama atau homogen. Sedangkan uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan nilai Skewness Kelompok Mean Median S.D Min-Max
dibagi dengan standar error of skewness dengan Intervensi
tingkat kepercayaan 95% dengan bantuan program Sebelum 8,35 8,00 0,493 8-9
komputer. Diperoleh nilai signifikansi pengalaman Kontrol
Sebelum 8,65 9,00 0,493 8-9
terhadap nyeri sebesar -0,716, nilai signifikansi jenis
kelamin sebesar 1,807, nilai signifikansi budaya Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rerata
bermusik sebesar -1,230, nilai signifikansi nyeri respon nyeri responden pada kelompok intervensi
sebelum sebesar 1,230 dan nilai signifikansi nyeri sebelum terapi musik adalah sebesar 8,35 dengan
setelah sebesar -0,083. Penelitian menunjukkan nilai median sebesar 8,00. Sementara standar deviasi
signifikansi berkisar antara -2 sampai dengan 2. sebesar 0,493 dan untuk skala nyeri terendah dan
Berarti data memenuhi asumsi normalitas. tertinggi yaitu 8 dan 9. Sedangkan rerata respon
Analisis Univariat nyeri responden pada kelompok kontrol sebelum
Analisis univariat pada penelitian ini untuk diberikan prosedur standar adalah sebesar 8,65
mengetahui karakteristik responden. Dari hasil dengan median sebesar 9,00. Sementara standar
skrening dan evaluasi terhadap responden penelitian, deviasi sebesar 0,493 dan untuk skala nyeri terendah
dapat dikategorikan sebagaimana karakteristik dan tertinggi yaitu 8 dan 9.
responden meliputi pengalaman terhadap nyeri, jenis
kelamin dan budaya dalam bermusik (jenis musik Tabel 3
kesukaan) kesemuanya itu dijabarkan sebagaimana Distribusi Frekuensi Rerata Respon Nyeri Setelah
tabel berikut: Dilakukan Perlakuan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kelompok Mean Median S.D Min-Max
Berdasarkan PRespon Nyeri, Jenis Kelamin, dan
Intervensi
Budaya Bermusik
Setelah 5,71 6,00 0,849 4-7
Total Kontrol
Kelompok Kelompok
Setelah 7,06 7,00 0,659 6-8
Variabel Intervensi Kontrol

n % n % n %
Respon Nyeri Berdasarkan tabel 3 juga dapat diketahui
Ditoleransi 7 41,2 7 41,2 14 41,2 bahwa rerata respon nyeri responden pada kelompok
Tidak 10 58,8 10 58,8 20 58,8 intervensi setelah terapi musik adalah sebesar 5,71
Ditoleransi dengan median sebesar 6,00. Sementara standar
Jenis Kelamin
deviasi sebesar 0,849 dan untuk skala nyeri terendah
Laki – Laki 12 70,6 10 58,8 22 64,7
dan tertinggi yaitu 4 dan 7. Sedangkan rerata respon
Perempuan 5 29,4 7 41,2 12 35,3
nyeri responden pada kelompok kontrol setelah
Budaya
Bermusik
diberikan prosedur standar adalah sebesar 7,06
Musik Mayor 6 35,3 9 52,9 15 44,1 dengan median sebesar 7,00. Sementara standar
Musik Minor 11 64,7 8 47,1 19 55,9 deviasi sebesar 0,659 dan untuk skala nyeri terendah
dan tertinggi yaitu 6 dan 8.
Berdasarkan tabel 1 dapat digambarkan Analisis Bivariat
bahwa distribusi pengalaman terhadap nyeri Analisis bivariat dilakukan untuk
responden pada kelompok intervensi ataupun kontrol mengetahui hubungan variabel bebas, variabel
yaitu sebagian besar pengalaman terhadap nyeri terikat dan perancu. Analisis data dilakukan dengan
tidak dapat ditoleransi yaitu sebanyak 20 orang menggunakan uji dependent sample t-test (Paired t-
(58,8%). Sedangkan untuk jenis kelamin sebagian test) untuk melihat perbedaan sebelum dan setelah
besar yaitu laki – laki sebanyak 22 orang (64,7%) setiap variabel, untuk melihat perbedaan antara
dan budaya bermusik responden sebagian besar kelompok intervensi dan kelompok kontrol
adalah menyukai jenis musik minor sebanyak 19 menggunakan uji independent sample t–test (Pooled
orang (55,9%). t–test).

Tabel 2 Perbedaan Rerata Respon Nyeri Sebelum dan


Distribusi Frekuensi Rerata Respon Nyeri Setelah Perlakuan Pada Kelompok Intervensi dan
Pada Kelompok Kontrol.
18 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22

Tabel 4 perbedaan yang signifikan rerata selisih respon nyeri


Distribusi Frekuensi Perbedaan Rerata Respon Nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di
Sebelum dan Setelah Perlakuan ruang rawat inap RSUD. A. Dadi Tjokrodipo Kota
Bandar Lampung Tahun 2014.
Variabel N Mean S.D S.E P - Value Analisis Multivariat
Intervensi 17
Analisa multivariat dilakukan untuk
Nyeri Sebelum 8,35 0,702 0,170 0,000
mengetahui faktor yang paling besar berpengaruh
terhadap variabel dependen (Hastono, 2010).
Nyeri Setelah 5,71
Metode analisis yang digunakan adalah regresi
Kontrol 17 linier ganda.
Nyeri Sebelum 8,65 0,618 0,150 0,000
Nyeri Setelah 7,06 Tabel 6
Signifikan /Bermakna pada α=0,05 Distribusi Frekuensi Variabel Confounding
Terhadap Respon Nyeri Setelah Perlakuan
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui rerata Kelompok Intervensidan Kelompok Kontrol
respon nyeri sebelum terapi musik adalah 8,35 dan
Variabel n P -Value
rerata respon nyeri setelah terapi musik adalah 5,71.
Berdasarkan hasil uji t- independent didapatkan p - Pengalaman Terhadap 34 0,387
value 0,000. Interpretasi dari hasil p-value yang Nyeri
kurang dari 0,05 ini adalah ada perbedaan yang Jenis Kelamin 34 0,068
signifikan rerata tingkat nyeri sebelum dan setelah
diberikan terapi musik pada pasien post operasi di Budaya Bermusik 34 0,599
RSUD. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung
tahun 2014. Signifikan / Bermakna pada α=0,25
Sedangkan rerata respon nyeri sebelum
prosedur standar adalah 8,65 dan rerata respon nyeri Berdasarkan tabel 6 dapat digambarkan
setelah prosedur standar adalah 7,06. Berdasarkan bahwa dari beberapa variabel confounding seperti
hasil uji t-independent didapatkan p-value 0,000. pengalaman terhadap nyeri, jenis kelamin dan
Interpretasi dari hasil p-value yang kurang dari 0,05 budaya bermusik pada analisis regresi menunjukan
ini adalah ada perbedaan yang signifikan rerata nilai p–value yaitu pengalaman terhadap nyeri
tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan prosedur sebesar 0,387, jenis kelamin sebesar 0,068 dan
standar pada pasien post operasi di RSUD. A. Dadi budaya bermusik sebesar 0,599. Berdasarkan tingkat
Tjokrodipo Kota Bandar Lampung tahun 2014. signifikan alpha 0,25, maka dapat disimpulkan
bahwa jenis kelamin merupakan variabel yang dapat
Perbedaan Selisih Rerata Respon Nyeri Antara masuk pada tahap analisis permodelan multivariat
Kelompok Intervensi dengan Kelompok Kontrol dengan menggunakan regresi linier ganda. Akan
tetapi setelah data jenis kelamin dimasukan ke dalam
Tabel 5 analisis menggunakan regresi linier ganda,
Distribusi Frekuensi Perbedaan Selisih Rerata diperoleh hasil p–value sebesar 0,075. Berarti bahwa
Respon Nyeri Antara Kelompok Intervensi dengan p–value>alpha (0,075>0,05) dengan kesimpulan
Kelompok Kontrol bahwa jenis kelamin juga tidak mempunyai
pengaruh terhadap respon nyeri post operasi.
Variabel N Mean S.D S.E P- Value
PEMBAHASAN
Intervensi 17 2,65 0,702 0,170 0,000 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui rerata
Kontrol 17 1,59 0,618 0,150 respon nyeri sebelum terapi musik adalah 8,35 dan
rerata respon nyeri setelah terapi musik adalah 5,71.
Signifikan /Bermakna pada α=0,05 Berdasarkan hasil uji t- independent didapatkan p-
value 0,000. Interpretasi dari hasil p-value yang
Berdasarkan tabel 5 dapat digambarkan kurang dari 0,05 ini adalah ada perbedaan yang
bahwa rerata selisih penurunan nyeri pada kelompok signifikan rerata tingkat nyeri sebelum dan setelah
intervensi adalah 2,65, sementara selisih penurunan diberikan terapi musik pada pasien post operasi.
nyeri pada kelompok kontrol adalah 1,59. Hasil uji t Sedangkan rerata respon nyeri sebelum
independent didapatkan nilai p – value kurang dari prosedur standar adalah 8,65 dan rerata respon nyeri
0,05 yang memiliki interpretasi bahwa ada setelah prosedur standar adalah 7,06. Berdasarkan
Nurdiansyah, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi 19

hasil uji t-independent didapatkan p-value 0,000. confuse, agitasi, peningkatan produksi asam-asam
Interpretasi dari hasil p-value yang kurang dari 0,05 saluran cerna, yang justru menghambat proses
ini adalah ada perbedaan yang signifikan rerata penyembuhan luka, ambulasi sampai dengan
tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan prosedur prolonged length of stay yang sangat berpengaruh
standar pada pasien post operasi. terhadap effective cost management dari pasien
Jika dibandingkan antara kelompok intervensi (Neal, 2002; Australian Acute musculosceletal pain
dan kelompok kontrol, terlihat lebih besar penurunan guidelines group, 2003; Peterson & Bredow, 2004;
respon nyeri pada kelompok intervensi dibandingkan Nilssons, 2008).
pada kelompok kontrol. Hal tersebut berarti bahwa Respon nyeri responden pada kelompok
ada pengaruh yang signifikan pemberian terapi kontrol yang diukur setelah 30 menit pemberian
musik dengan dikombinasikan dengan terapi standar terapi keterolak 30 mg per drip intravena
post operasi dalam menurunkan respon nyeri pada menunjukan penurunan respon nyeri yang signifikan
pasien dengan post operasi pembedahan. disebabkan karena rute pemberian keterolak melalui
Hasil ini sejalan dengan penelitian Devi per drip intravena memberikan efek lebih cepat.
(2008) dengan judul pengaruh terapi musik terhadap Seperti diketahui bahwa waktu plasma keterolak
respon stres psikofisiologis pasien yang menjalani memiliki konsentrasi 54 menit setelah pemberian
coronary angiography di Pelayanan Jantung Tepadu oral, 38 menit setelah pemberian intramuskular dan
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. 30 pemberian intravena. Waktu paruh keterolak
Penelitian ini menggunakan desain penelitian ini adalah 4–6 jam (Suryana, 2010 dalam Dian, 2012).
adalah Quasi eksperimen dengan non equivalent Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pretest-posttest with control group. Penelitian ini selisih respon nyeri terjadi pada kelompok intervensi
dilakukan dengan random sampling, 60 orang sebesar 2,65. Rentang skala nyeri sebelum terapi
sampel yaitu 30 kelompok kontrol dan 30 kelompok musik yaitu berkisar 8–9, kemudian setelah
intervensi. Terjadi penurunan tingkat kecemasan, pemberian terapi musik skala nyeri berkisar dalam
penurunan yang lebih besar terjadi pada kelompok rentang 4–7. Sedangkan selisih respon nyeri
intervensi (p=0,000) yang berarti ada pengaruh responden pada kelompok kontrol sebesar 1,59.
terapi musik terhadap kecemasan pasien secara Rentang skala nyeri sebelum terapi standar yaitu
signifikan. berkisar 8–9, kemudian diberikan prosedur terapi
Pemberian keterolak 30 mg intravena standar maka respon nyeri dalam rentang nilai 7–8.
mempunyai efek yang sama dengan morfin 10 mg Hasil tersebut juga menunjukan bahwa selisih
dalam mengurangi nyeri sedang sampai dengan respon nyeri terjadi lebih besar pada kelompok
berat (Suryana, 2010 dalam Dian, 2012). Keterolak intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
merupakan agen analgesik NSAID pertama yang Hal tersebut dikarenakan terapi musik dapat
dapat diinjeksikan yang kemanjurannya dapat memodulasikan nyeri melalui pengeluaran endorfin
dibandingkan dengan morfin untuk nyeri berat dan enkefalin. Menurut teori perubahan hormone
(Potter & Perry, 2006). mengemukakan tentang peranan endorfin yang
Keterolak dalam obat NSAID yang umumnya merupakan substansi atau neurotransmiter
diberikan pada pasien post operasi di RSUD. A. menyerupai morfin yang dihasilkan tubuh secara
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Keterolak alami. Neurotransmiter tersebut hanya bisa cocok
sedian ampul 30 mg dengan rute pemberian perdrip pada reseptor-reseptor pada saraf yang secara
intravena merupakan prosedur terapi standar yang spesifik dibentuk untuk menerimanya. Keberadaan
diberikan pada pasien post operasi di RSUD. A. endorfin pada sinaps sel-sel saraf mengakibatkan
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Dosis yang penurunan sensasi nyeri (Kastono, 2008).
diterima pada seluruh responden adalah sama yaitu Peningkatan endorfin terbukti berhubungan erat
30 mg per drip intravena untuk keterolak sediaan dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya
ampul, dengan pemberian per 8 jam setiap harinya. ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan
Pemberian analgetik merupakan prosedur seksual, tekanan darah dan pernafasan.
standar pada post operasi. Penggunaan analgesik Seperti diketahui bahwa endorfin memiliki
untuk mengatasi nyeri pasca pembedahan efek relaksasi pada tubuh (Potter & Perry, 2006).
merupakan protokol yang seharusnya (Good, et.al., Endorfin juga sebagai ejektor dari rasa rileks dan
2005; Nilssons, 2008). Efek sementara dari ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarkan
pemberian penghilang nyeri akan mengakibatkan Gama Amino Butyric Acid (GABA) yang berfungsi
banyaknya efek samping yang harus dipahami oleh menghambat hantaran impuls listrik dari satu neuron
pemberi layanan manajemen nyeri, seperti sedasi, ke neuron lainnya oleh neurotransmitter di dalam
20 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22

sinaps. Selain itu, midbrain juga mengeluarkan konsumsi analgesik. Dimana kelompok intervensi
enkepalin dan beta endorfin. Zat tersebut menunjukkan hasil yang sangat signifikan
dapatmenimbulkan efek analgesia yang akhirnya pengurangan konsumsi analgesik dibandingkan
mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa
pusat persepsi dan interpretasi somatik di otak. penurunan tingkat nyeri pada kelompok kontrol. Hal
Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri ini membuktikan bahwa penurunan tingkat nyeri
berkurang (Guyton & Hall, 2008). pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi
Nillson menyatakan bahwa waktu musik lebih besar dibandingkan dengan kelompok
pelaksanaan pelaksaan terapi musik bisa dimulai kontrol yang hanya mendapatkan terapi standar
sesegera mungkin, yaitu bisa dimulai 2 jam post Ketorolak 30 mg sedian ampul drip intravena.
operasi. Meskipun klien masih diruang pulih sadar, Chiang (2012) telah membuktikan bahwa
terapi bisa langsung diberikan (Nilsson, 2009). terapi musik sangat efektif untuk mengurangi nyeri
Good, et.al. (1999) merekomendasikan intervensi pada pasien kanker di Taiwan. Hasil penelitiannya
terapi musik diberikan pada hari pertama dan kedua adalah terdapat penuruan nyeri yang signifikan pada
post operasi. Hal ini merupakan upaya untuk ketiga kelompok intervensi dibandingkan kelompok
menstimulasi pengeluaran endorphin sesegera konterol (P value = 0,001). Terapi musik dengan
mungkin. kombinasi suara alam memiliki efek paling besar
Selain itu terapi musik akan membuat untuk menurunkan nyeri pasien kanker.
perubahan-perubahan di dalam tubuh, seperti Hasil penelitian ini sesuai dengan teori ada
mengurangi ketegangan otot, menurunkan konsumsi perbedaan yang signifikan respon nyeri sebelum dan
oksigen, pernafasan dan meningkatkan produksi setelah diberikan terapi musik pada pasien post
serotonin yang menimbulkan perasaan tenang dan operasi di RSUD. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
sejahtera dengan demikian akan mengurangi nyeri. Lampung tahun 2014. Penurunan tingkat nyeri ini
Serotonin merupakan neurotransmitter yang bisa disebabkan oleh efek musik yang bersifat
memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada sedative memberikan respon berupa ketenagan
susunan saraf pusat. Ia berperan dalam sistem emosional, relaksasi, denyut nadi dan tekanan darah
analgesika otak. Serotonin menyebabkan neuron- sistolik menurun, sehingga pasien mampu
neuron lokal medulla spinalis mensekresi enkefalin. mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman.
Enkefalin dianggap dapat menimbulkan hambatan Berdasarkan tabel 5.6 dapat digambarkan
presinaptik dan postsinaptik pada serabut-serabut bahwa dari beberapa variabel confounding seperti
nyeri tipe C dan A. Analgesika ini dapat memblok pengalaman terhadap nyeri, jenis kelamin dan
sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medulla budaya bermusik pada analisis regresi menunjukan
spinalis. nilai p–value yaitu pengalaman terhadap nyeri
Pemberian terapi musik terjadi pengalihan sebesar 0,387, jenis kelamin sebesar 0,068 dan
perhatian dapat menurunkan persepsi nyeri dengan budaya bermusik sebesar 0,599. Berdasarkan tingkat
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang signifikan alpha 0,25, maka dapat disimpulkan
mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang bahwa jenis kelamin merupakan variabel yang dapat
ditransmisikan ke otak. Seseorang, yang kurang masuk pada tahap analisis permodelan multivariat
menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit dengan menggunakan regresi linier ganda. Akan
perhatian pada nyeri, akan sedikit terganggu oleh tetapi setelah data jenis kelamin dimasukan ke dalam
nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri (Smeltzer et analisis menggunakan regresi linier ganda,
al., 2008). Penurunan nyeri ini membantu proses diperoleh hasil p–value sebesar 0,075. Berarti bahwa
penyembuhan luka pada pemulihan kondisi umum, p–value > alpha (0,075>0,05) dengan kesimpulan
dan pasien bisa memulai rehabilitasi sesegera bahwa jenis kelamin juga tidak mempunyai
mungkin. Efek samping dari penggunaan analgetik pengaruh terhadap respon nyeri post operasi.
juga bisa dikurangi karena pasien bisa
direkomendasikan untuk mengurangi dosis SIMPULAN DAN SARAN
konsumsi analgesik. Hal ini akan membantu dalam
pengurangan cost pasien dan meningkatkan SIMPULAN
kepuasan pasien atas pelayanan keperawatan.
Tse, Chan dan Benzie (2005) yang melakukan Berdasarkan penelitian dapat dibuat
penelitian pengaruh terapi musik pada pasien post kesimpulan secara umum sebagai berikut:
operasi nasal di polytehnic University Hong Kong. Pengalaman terhadap nyeri responden
Salah satu indikator penelitian tersebut adalah sebagian besar tidak dapat ditoleransi yaitu sebanyak
Nurdiansyah, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi 21

20 orang (58,8%). Sedangkan untuk jenis kelamin nyeri pada pasien post operasi, maka disarankan
sebagian besar yaitu laki – laki sebanyak 22 orang agar terapi musik dapat menjadi salah satu terapi
(64,7%) dan budaya bermusik responden sebagian mandiri bagi perawat untuk mengatasi respon nyeri
besar adalah menyukai jenis musik minor sebanyak pasien post operasi atau dalam manajemen nyeri
19 orang (55,9%). dapat menjadi SOP dalam perawatan pasien post
Rerata respon nyeri responden pada kelompok operasi, sehingga rasa nyeri pasien yang sangat
intervensi sebelum terapi musik adalah sebesar 8,35, menggangu dapat berkurang dan dapat
sedangkan rerata respon nyeri responden pada meningkatkan kesembuhan pasien.
kelompok kontrol sebelum diberikan prosedur Bagi Keilmuan Keperawatan. Diharapkan
standar adalah sebesar 8,65, rerata respon nyeri hasil penelitian ini dapat meningkatkan
responden pada kelompok intervensi setelah terapi pengembangan teknik terapi musik dalam mengelola
musik adalah sebesar 5,71, sedangkan rerata respon terapi non farmakologi untuk penatalaksanaan nyeri
nyeri responden pada kelompok kontrol setelah pasien post operasi yang dapat dilakukan secara
diberikan prosedur standar adalah sebesar 7,06. mandiri oleh perawat. Serta menjadi landasan untuk
Ada perbedaan yang signifikan rerata tingkat mewujudkan evidence based practice terutama
nyeri sebelum dan setelah pada kelompok intervensi dalam hal mengelola terapi non farmakologi untuk
dengan p–value yaitu 0,000 dan ada perbedaan yang penatalaksanaan nyeri bagi perawat secara mandiri.
signifikan rerata tingkat nyeri sebelum dan setelah Bagi Riset Keperawatan. Penelitian ini
pada kelompok kontrol dengan p–value yaitu 0,000. diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian
Ada perbedaan yang signifikan rerata selisih selanjutnya terkait intervensi mandiri perawat dalam
respon nyeri antara kelompok intervensi dan mengelola nyeri non farmakologi dengan
kelompok kontrol di ruang rawat inap RSUD. A. menggunakan pendekatan yang berbeda, seperti
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung Tahun jumlah responden yang lebih banyak serta
2014, dengan p – value yaitu 0,000. menggunakan desain dan metode yang lebih baik.
Tidak ada pengaruh antara variabel Serta pengukuran nyeri bisa disertai dengan
confounding dengan nyeri post operasi dengan perubahan hemodinamika tubuh seperti tekanan
menunjukan nilai p – value yaitu pengalaman darah, frekuensi nafas dan frekuensi nadi.
terhadap nyeri sebesar 0,387, jenis kelamin sebesar
0,068 dan budaya bermusik sebesar 0,599.

SARAN
Bagi Pelayanan Keperawatan, terapi musik
terbukti sangat efektif dalam menurunkan respon

DAFTAR PUSTAKA
Pelayanan Jantung Tepadu Rumah Sakit.
Black, J.M. & Hawk, J.H. (2014). Medical-surgical Cipto Mangunkusumo Jakarta. Unpublised Thesis
nursing clinical management for positive Paper.
outcomes. (7th Ed). St. Louis, Missouri: Dempsey, P.A & Dempsey, A.D (2002). Riset
Elsevier Saunders. Keperawatan, Edisi IV, Alih Bahasa. Palupi
Campbell, D. (2001). Music: Physician For Time to Widyastuti. EGC: Jakarta.
Come. Wheaton: Quest Books. Good M. Anderson (2005). Relaxation and Music
Chiang. L. (2012). The Effect Of Music and Reduce Pain Following Intestinal Surgery,
Nature Sounds On Cancer Pain and Anxiety Research In Nursing and Health.
In Hospice Cancer Patient, Frances Payne Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2008). Buku ajar
Bolton School of Nursing Case Western fisiologi kedokteran. edisi 11. Alih bahasa:
Reserve University. (Unpublished Irawati et al. Jakarta: Penerbit Buku
Dissertation Paper). Kedokteran EGC.
Dian, N. (2012). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Hastono, S.P. (2010). Analisis Data, FKM-UI, tidak
Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi dipublikasikan.
Open Reduction and Internal Fixation Katz, A.W. (2005). Cyclooxigenase-2-selctive
(ORIF), FIK-UI, Unpublised Thesis Paper. inhibitors in the management of acute and
Devi, (2008). Pengaruh terapi musik terhadap perioperative pain. Cleveland Clinic Journal
respon stres psikofisiologis pasien yang in Medicine, 69, 65-75.
menjalani coronary angiography di
22 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22

http://www.spineuniverse.com diperoleh Sabri, L., & Hastono, S.P. (2006). Statistik


tanggal 12 Maret 2014. kesehatan,.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kwekkeboom, K.L. (2006). Sistematic review of Sona & Amit. (2007). A postoperative pain and its
relaxation interventions for pain. Journal of management. http://www.ijccm.org/ text/asp?.
Nursing Scholarship, 38, 269-278. diperoleh tanggal 17 Maret 2014.
Kastono, R. (2008). Struktur dan Fungsi Sistem Smeltzer, S.C., et al. (2008). Text book medical-
Syaraf Manusia. Yrama Widya: surgical nursing Brunner-Suddarth. (11th
Bandung. Ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Lemone, P. & Burke, M.K. (2008). Medical-surgical Wilkins.
nursing. New Jersey: Pearson education Inc. Tse, M., Chan, M.F & Benzie, I.F (2005). The effect
Nilsson, U. (2009). Caring Music: Music of music therapy on post opertive pain, heart
Intervention For Improved Health, Diakses rate, systolic blood pressure and analgesic
pada website: (www.orebroll.se/uso/page using following nasal surgery. Journal Pain
2436.aspx.) pada tanggal 2 Maret 2014. Palliative Care Pharmacother, 19, 21-28.
Polit, F.D. & Beck, T.C. (2006). Essentials of Peterson, S.J & Bredow, T.S (2004). Middle Range
nursing research methods, appraisal and Theories, Application to Nursing Research.
utilization. (6th Ed). Philadelphia: Philadhelphia. Lippincott Williams adn
Lippincott Williams & Wilkins. Wilkins.
Potter, P.A. & Perry, A.G., (2011), Fundamentals of Roykulcharoen,V&Good, M (2004). Systematic
nursing, (6th Ed). St. Louis, MO: Mosby. relaxation to relieve postoperative pain. US
Rospond, R. M (2008). Pain Assesment. Consult National Library of MedicineNational
Pharm. Institutes of Health.
Rekam Medik RSUDT (2014). Data Rekam Medik
Post Operasi RSUDT kota Bandar
Lampung. Unpublished Data.

Anda mungkin juga menyukai