Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

JUDUL :
Praktikum Kimia Dasar 1 Teknik Laboratorium

Disusun Oleh :

Nama : Aulia Az Zahro Wibowo


NIM : 22030121130073
Tanggal Praktikum : 25 Agustus 201

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM KIMIA
2017
Teknik Laboratorium
Praktikum Kimia Dasar 1 Teknik Laboratorium

Nama : Aulia Az Zahro Wibowo

NIM : 22030121130073

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara mengembangkan potensi peserta didik adalah
menyediakan laboratorium sebagai wadah mahasiswa dalam rangka
pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
secara ilmiah. Unit ini berguna untuk menunjang akademik pada
lembaga pendidikan, berupa ruangan terbuka atau tertutup,
menjalankan menurut sistematis guna kegiatan pengujian, bersifat
bergerak atau permanen, kalibrasi atau produksi dalam skala terbatas
dengan alat serta bahan sesuai metode keilmuan tertentu.
Pengenalan alat-alat laboratorium sebelum pelaksanaan
praktikum amat penting agar terhindar dari sesuatu yang tidak
diharapkan. Sebagai praktikan juga harus tahu semua fungsi peralatan
dasar yang akan digunakan ketika berada di dalam laboratorium kimia
guna kelancaran percobaan yang dilakukan, diantaranya ialah
mencegah kecelakaan kerja dan gagalnya pengujian. Alat-alat
laboratorium dapat rusak bahkan berbahaya bagi pengguna jika
pemakaian tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Oleh sebab
itu, pemahaman fungsi dan cara kerja peralatan serta bahan mutlak
dikuasai oleh praktikan.
Pengelolaan Laboratorium adalah suatu proses pendayagunaan
sumber daya secara efektif dan efisien. Untuk mencapai suatu sasaran
yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan
fungsi sumber daya. Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan
pengelola dan pengguna fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan
laboratorium, bahan kimia) dan aktifitas yang dilaksanakan di
laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Agar semua
kegiatan yang dilakukan didalam laboratorium dapat berjalan dengan
lancar, dibutuhkan sistim pengelolaan operasional laboratorium yang
Teknik Laboratorium
baik dan sesuai dangan situasi dan kondisi setempat. Untuk mencapai
hal tersebut, beberapa hal yang telah dijelaskan diatas, perlu
diperhatikan peran kepala laboratorium sangat penting dalam
menerapkan proses manajemen laboratorium, termasuk dukungan
keterampilan dari segala elemen yang ada didalamnya.
1.2 Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari
hasil standardisasi.1
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan
sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut
ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat.
Larutan standar ada dua macam, yaitu larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer mempunyai
kemurnian yang tinggi. Larutan standar sekunder harus dibakukan
dengan larutan standar primer.2
Dalam proses titrasi terdapat istilah titran dan titrat. Titran
adalah larutan yang akan dititrasi, sedangkan titrat adalah larutan yang
menetrasi (pentitrasi). Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa
sebagai titrat ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titrat sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen. 8
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses tritasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titrat yang diperlukan untuk encapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titrat maka kita bisa menghitung kadar (konsentrasi)
larutan.8
Indikator asam basa adalah suatu bahan yang dapat
mengidentifikasi sifat asam dan basa suatu larutan. Apabila suatu bahan
indikator diujikan terhadap larutan asam atau basa maka akan terjadi
perubahan warna yang dapat membedakan sifat suatu larutan asam atau
basa. Percobaan penguji suatu larutan asam atau basa umumnya
menggunakan indikator sintetis antara lain kertas lakmus, fenolftalein
(pp), metil merah dan brom timol biru.3
Indikator alami dapat dibuat dari berbagai tumbuhan berwarna yang ada
di sekitar kita.Akan tetapi, tidak semua tumbuhan berwarna dapat
memberikan perubahan warna yang jelas pada kondisi asam maupun
Teknik Laboratorium
basa, oleh karena itu hanya beberapa saja yang dapat dipakai, misalnya;
bunga sepatu yang memberikan perubahan warna merah pada suasana
asam dan hijau pada suasana basa.4 bunga mawar yang memberikan
perubahan warna merah dan kuning,5 bunga waru yang memberikan
perubahan warna merah dan hijau6 dan bunga johar yang memberikan
perubahan warna kuning dan orange.7
Dalam melakukan praktikum kita membutuhkan alat-alat laboratorium
dan bahan yang akan digunakan. Peralatan laboratorium yang
selanjutnya disebut peralatan adalah mesin, perkakas, perlengkapan,
dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk
pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas 9. Berikut
ini adalah beberapa alat-alat laboratorium:
1. Tabung reaksi
Digunakan untuk mereaksikan zat dan dapat dipanaskan pada
nyala api oksidasi. Kapasitas yang tersedia 5 ml, 10 ml, 14 ml,
16 ml, 19 ml, 31 ml, 55 ml, 75 ml11.
2. Penjepit tabung reaksi
Penjepit tabung reaksi terbuat dari kayu keras dengan jepitan
pegas baja digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat
pemanasan larutan dengan menggunakan tempat tabung reaksi.
Larutan yang akan dipanaskan ditempatkan pada tabung reaksi
yang sesuai dengan ukuran penjepit. Kemudian tabung reaksi
dipanaskan dengan api diatas pembakar spritus11.
3. Pembakar spirtus
Digunakan untuk memanaskan bahan baik berupa padat maupun
cair10.
4. Druple plate/ plat tetes
Plat tetes terbuat dari porselen berbentuk persegi dengan bulatan
cembung. Plat tetes berfungsi sebagai tempat mereaksikan zat
dalam jumlah sedikit12.
5. Kasa asbes / kawat kasa
Kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam
penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar10.
6. Kaki tiga
Besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat
kasa dalam pemanasan10.
7. Pengaduk gelas/ batang pengaduk
Teknik Laboratorium
Terbuat dari gelas, digunakan untuk mengaduk larutan atau
untuk membantu memindahkan larutan dari satu wadah ke
dalam wadah lain10.
8. Corong
Corong adalah alat laboratorium berbentuk kerucut dan terdapat
bagian seperti tabung yang sempit. Corong digunakan untuk
memindahkan larutan dan atau menyaring yang biasanya
menggunakan kertas saring10.
9. Gelas arloji (Watch glass)
Terbuat dari gelas sebagai penutup dan menimbang bahan kimia
yang berwujud padat atau kristal10.
10. Botol semprot
Berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Berfungsi
sebagai tempat menyimpan aquades13. Cara menggunakan botol
semprot yaitu dengan menekan badan botol sampai airnya
keluar dan pipa kecil diarahkan pada bagian alat laboratorium14.
11. Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask/ Canisal Flask)
Terbuat dari gelas borosilikat. Digunakan ditempat larutan yang
dititrasi dalam analisa volumetri. Bentuk mirip beaker glass
yang memiliki leher yang sempit, dengan keuntungan
mengurangi penguapan zat cair dalam pemanasan dan
menghindari tumpah ketika dalam proses pengadukan10.
12. Gelas piala /beaker glass / gelas beker
Terbuat dari gelas umumnya terbuat dari bahan borosilikat
dengan skala pada dindingnya, digunakan untuk menuang,
membuat dan mendidihkan larutan. Dapat digunakan juga untuk
mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi10.
13. Gelas ukur
Terbuat dari bahan gelas biasa, tidak tahan pemanasan.
Digunakan untuk mengukur volume cairan atau larutan. Jumlah
volume berdasarkan pada volume didalamnya10.
14. Labu takar/ labu ukur (Volumentric flack)
Teknik Laboratorium
Terbuat dari bahan gelas biasa atau dari bahan borosilikat
dengan volume sampai dengan 2 liter. Untuk membuat larutan
dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan dengan
akurasi yang tinggi10.
15. Pipet, macam pipet ada 3 yaitu:
a. Pipet tetes
Terbuat dari gelas dilengkapi karet digunakan untuk
mengambil larutan dalam jumlah kecil (tetes)10.
b. Pipet ukur
Terbuat dari bahan gelas biasa, kadang – kadang terbuat
dari bahan borosilikat. Digunakan untuk mengukur cairan
atau larutan. Jumlah volumenya berdasarkan volume yang
dikeluarkan10.
c. Pipet volume
Terbuat dari bahan gelas biasa kadang – kadang terbuat dari
bahan borosilikat. Digunakan untuk mengukur volume tepat
berdasarkan volume yang dikeluarkan10.
16. Buret
Buret adalah alat laboratorium dari bahan gelas berbentuk
silinder yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian
bawahnya. Buret digunakan dalam percobaan yang memerlukan
presisi seperti pada eksperimen titrasi. Pembacaan skala harus
dilakukan secara seksama. Ukuran skala Buret: Buret Makro (50
ml), Buret semi makro (25 ml) dan buret Mikro (10 ml)10.
17. Statif
Terbuat dari besi atau baja yang berfungsi untuk menegakkan
buret, corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya pada
saat digunakan10.
18. Klemp (clamp)
Klem buret: terbuat dari besi atau baja untuk memegang buret
yang digunakan untuk titrasi10.
19. Tabung Sentrifugal
Tabung sentrifugal mempunyai bentuk tabung yang salah satu
ujungnya menyerupai kerucut. Tabung sentrifugal biasanya
terbuat dari gelas walaupun ada juga yang terbuat dari bahan
Teknik Laboratorium
plastik atau kimia. Tabung ini digunakan unttuk tempat bahan
yang diendapkan dengan alat sentrifuge10.
20. Desikator
Seperti panci bersusun, dengan pembatas dibagian tengah.
Bagian bawah berisi silica gel sebagai pengering. Digunakan
untuk pengeringan bahan kimia. Pada penutupnya dilapisi
dengan vaselin untuk menjaga tetap kedap udara. Ada 2 macam
desikator : desikator biasa dan vakum. Desikator vakum pada
bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang
dihubungkan dengan selang ke pompa10.
21. Corong Pisah
Corong pisah adalah peralatan laboratorium dari gelas yang
digunakan dalam proses pemisahan cairan dari dua fase yang
tidak dapat bercampur. larutan yang akan dipisahkan digojok
terlebih dahulu kemudian didiamkan beberapa saat sampai
masing-masing larutan terpisah. Larutan dengan masa jauh lebih
kecil akan berada diatas sedangkan massa jenis lebih besar akan
berada dibawah. Larutan yang ada dibawah dikeluarkan hati-
hati10.
22. Corong Buchner (Buchner Funnel)
Corong Buchner adalah alat laboratorium yang terbuat dari
porselen, gelas atau plastik yang digunakan untuk penyaringan
vakum. Pada bagian atas terdapat sebuah silinder dengan dasar
yang berpori. Corong buchner digunakan untuk menyaring
dengan dipasangkan pada labu penyaring dan pompa penghisap
(vacum pump). Keuntungan menyaring dengan menggunakan
corong buchner adalah lebih cepat jika dibandingkan dengan
penyaring menggunakan corong piala10.
23. Pro pipet
Digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan. Terbuat
dari karet yang disertai dengan tanda untuk menyedot cairan
(suction), mengambil udara (aspirate) dan mengosongkan
(empty)10.
Selain alat-alat laboratorium, ada juga bahan yang diperlukan selama
praktikum. Berikut ini adalah beberapa bahan yang digunakan:
1. Reagen Fehling A dan B
Reagen disebut juga dengan pereaksi. Pereaksi fehling dapat
direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai siat
mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi
fehling terdiri atas dua larutan, yaitu larutan fehling A dan
larutan fehling B. Uji Fehling digunakan untuk menunjukkan
sifat khusus karbohidrat dengan adanya karbohidrat pereduksi15.
Teknik Laboratorium
2. NaOH
Basa ini mempunyai warna putih, mudah menyerap air dn CO 2
dari udara, mudah larut dalam air alkohol dan gliserin. Timbul
panas (eksoternis) apabila kontak dengan air, larutan pekat amat
berbahaya terhadap kulit dan mata sangat korosif dan bisa
merusakdengansempurna16.
3. Glukosa
Glukosa termasuk kedalam monosakarida penyusun disakarida.
Glukosa sering disebut juga dekstrosa atau gula anggur. Glukosa
terdapat banyak dalam buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup
jagung dan molase (tetes tebu). Glukosa disebut juga sebagai
gula darah karena hanya glukosa yang ditemukan dalam plasma
darah dan sel darah merah17.
4. Laktosa
Laktosa dari glukosa dan galaktosa yang disebut dengan gula
susu. Banyak terdapat ada susu, dalam tubuh laktosa agak sulit
dicerna jika dibanding dengan sukrosa dan maltosa. Laktosa
adalah gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam manis
glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida lain17.
5. Akuades
Aquadest adalah air mineral yang telah diproses dengan cara
destilasi (disuling) sehingga diperoleh air murni (H2O) yang
bebas mineral. aquades terdiri dari dua kata yaitu (aqua dan
destila). Aqua artinya air, destila artinya penyulingan. Jadi
aquades adalah air mineral hasil penyulingan. Digunakan
sebagai pelarut bahan kimia dalam proses pembersihan alat
percobaan laboratorium19.
6. HCL
Merupakan senyawa asam kuat yang stabil dan mudah larut atau
dapat berdisosiasi penuh dalam air sehingga sering digunakan
dalam analisis kimia untuk mendestruksikan sampel analisis19.
7. Indicator pp
Kertas indikator fenolftalien (pp) adalah salah satu bentuk
indikator yang praktis dan mudah digunakan3.
Teknik Laboratorium

1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa diharapkan
mengenal beberapa alat laboratorium kimia sederhana dan cara
penggunaan alat laboratorium.

2 BAHAN DAN METODE


2.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini alat yang digunakan antara lain, lampu
spirtus, tabung reaksi, rak, penjepit kayu, pipet tetes, ball pipette, pipet
volume, labu takar 50 ml, gelas beaker, corong, erlenmeyer, pipet ukur,
buret, dan tiang statif . Sedangkan bahan yang digunakan antara lain,
larutan fehling B, larutan fehling A, larutan glukosa, larutan laktosa,
akuades,larutan natriumhidroksida (NaOH) 1,000 N, larutan HCl
0,1000 N, dan indikator fenolftalein (pp).
2.2 Cara kerja
1. Merekasikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi
Langkah pertama, menyediakan 2 tabung reaksi. Tabung 1
ditetesi larutan laktosa sebanyak 5 tetes. Sedangkan, tabung 2 diisi
dengan larutan glukosa sebanyak 5 tetes juga. Langkah kedua,
mengambil larutan fehling A dan teteskan ke dalam masing masing
dua tabung reaksi tersebut sebanyak 5 tetes. Langkah ketiga,
Mengambil larutan fehling B sebanyak 5 tetes dan meneteskannya
ke dalam dua tabung reaksi sebelumnya. Kemudian, panaskan
kedua tabung reaksi tersebut dan amati perubahan warna yang
terjadi.
2. Pengenceran Larutan NaOH dan Penentuan Konsentrasi
Pertama, melakukan homogenasi larutan natrium hidroksida
konsentrasi 1 N. Lalu, tuang ke dalam beker gelas untuk
memudahkan pemipetan. Selanjutnya pasangkan pipet volume
dengan ball pipette. Setelah itu, ambil larutan NaOH 1 N sebanyak
5 ml menggunakan pipet volume. Larutan NaOH yang sudah
diambil kemudian dituangkan ke dalam labu takar 50 ml. Langkah
selanjutnya, menambahkan akuades hingga batas tera pada labu
Teknik Laboratorium
takar dengan tepat (mencapai tanda miniskus bawah). Terakhir,
tutup labu takar dan lakukan homogenisasi.
3. Titrasi
Pertama, tuang larutan HCL 0,1000 N ke dalam buret
hingga batas tanda tera. Proses penuangan dapat dibantu dengan
corong agar lebih mudah. Selanjutnya, tuang larutan NaOH 0,1000
N ke dalam beaker glass (NaOH yang sudah diencerkan pada
proses sebelumnya). Pasangkan pipet ukur dengan ball pipette lalu
ambil larutan NaOH 0,1000 N sebanyak 25 ml. Larutan NaOH
yang telah diambil kemudian dituangkan ke dalam erlenmeyer.
Selanjutnya, ambil indikator fenoltalein sebanyak 2-3 tetes dan
tambahkan ke dalam erlenmeyer yang sudah berisi larutan NaOH
0,1000 N. Kemudian, lakukan titrasi dan hentikan jika sudah terjadi
perubahan warna. Jika warna sudah berubah, lihat dan catat volume
larutan yang terpakai pada buret.

3 HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


1. Mereaksikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi
Tabel 1. Hasil Pengamatan Reaksi Suatu Zat
No Percobaan Hasil
1. Langkah pertama, ambil larutan
laktosa dan teteskan di dalam
tabung reaksi sebanyak lima
tetes.
Langkah kedua, ambil larutan
fehling A, lalu tambahkan gula
sebanyak lima tetes ke dalam
tabung reaksi.
Langkah ketiga ambil larutan
fehling B tambahkan pada
tabung reaksi sebelumnya
sebanyak lima tetes.
Teknik Laboratorium
Langkah terakhir, panaskan
campuran larutan tersebut
hingga terjadi perubahan warna.

2. Langkah pertama, ambil larutan


glukosa dan teteskan di dalam
tabung reaksi sebanyak lima
tetes.
Langkah kedua, ambil larutan  Larutan Laktosa: Perubahan
fehling A, lalu tambahkan gula warna dari bening menjadi
sebanyak lima tetes ke dalam hijau pekat.
tabung reaksi.  Larutan Glukosa: Perubahan
Langkah ketiga ambil larutan
warna dari bening menjadi
fehling B tambahkan pada
hijau kekuningan.
tabung reaksi sebelumnya
sebanyak lima tetes.

Langkah terakhir, panaskan


campuran larutan tersebut
hingga terjadi perubahan warna.

2. Pengenceran NaOH dan Penentuan Konsentrasi


Perhitungan pengenceran NaOH :
a. V1 = x
N1 = NaOH 1 N
V2 = 50 ml
N2 = NaOH 0,1 N
Ditanya : V1?
V1 N1 = V2 N2
V1 1 = 50 ml 0,1
V1 = 5 ml.
b. Normalisasi NaOH
V1 x N1 = V2 x N2
25 ml x N1 = 22,5 ml x 0,1 N
N1 = 0,09 N
Teknik Laboratorium
c. Kadar NaOH
V1 x N1 x Valensi = 25ml x 0,09 x 1
= 2,25

d. Kadar NaOH % =

= 2,25 x 100%
40
= 5,625%

3. Titrasi
Tabel 2. Hasil Pengamatan Titrasi
Volume Volume Keterangan
No
HCl Sebelum Sesudah
NaOH

1. 25 ml 22,5 ml
Larutan NaOH Larutan NaOH
ditambahkan ditambahkan
indikator PP: Indikator PP dan
berwarna ungu larutan HCl:
pekat. Larutan bening.

4. Gambar Alat-alat Laboratorium


Tabel 3. Nama dan Gambar Alat-alat Laboratorium
No Nama Alat Gambar
Teknik Laboratorium

1. Beaker Glass

2. Pipet Tetes

3. Pipet Ukur

4. Pipet Volume / gondok

5. Buret

6. Botol Timbang

7. Pipa Bengkok
Teknik Laboratorium

8. Gelas Arloji

9. Druple Plate

10. Kasa Asbes

11. Tabung Reaksi

12. Penjepit Tabung Reaksi

13. Tabung Spiritus

14. Kaki Tiga


Teknik Laboratorium

15. Pengaduk

16. Corong

17. Botol Semprot

18. Erlenmeyer

19. Gelas Ukur

20. Labu Takar

4 PEMBAHASAN

a. Mereaksikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi


Percobaan kali ini menggunakan metode uji Fehling guna
mengetahui ada atau tidak adanya kandungan gula pereduksi pada
larutan. Sebelumnya, percobaan ini menggunakan dua sempel,
Teknik Laboratorium
yakni larutan laktosa dan glukosa. Fehling sendir terdapat 2
larutan, yaitu Fehling A dan Fehling B.
Pengujian diawali dengan menyediakan 2 tabung yang
nantinya akan diisi dengan 5 tetes glukosa pada tabung pertama
dan 5 tetes laktosa pada tabung lainnya. Selanjutnya, setiap tabung
reaksi diberi tetesan fehling A dan fehling B sebanyak 5 kali. Lalu
kocok, hingga terjadi perubahan warna. Kemudian, kedua tabung
reaksi tadi dipanaskan dengan spiritus, selama pemanasan
usahakan tabung terus digoyang-goyangkan agar reaksinya merata.
Hasil akhir pada tabung bersampel larutan glukosa menunjukan
perubahan warna menjadi hijau kekuningan, sedangkan tabung
dengan sampel larutan laktosa berubah warna menjadi hijau pekat.
Uji Fehling digunakan untuk memperlihatkan sifat khusus
karbohidrat dengan adanta karbohidrat pereduksi yang mana dalam
percobaan glukosa dapat mereduksi Fehling. CuSO4 adalah
Fehling A dalam air, sedangkan fehling B adalah larutan garam K-
Na-tartrat dan NaOH dalam air. Dalam pereaksi ini Cu 2+ direduksi
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai
Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan
endapan merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang
lebih encer, misalnya larutan glukosa 0.1%, larutan yang terjadi
berwarna hijau kekuningan. Persamaan reaksi yang terjadi pada
pereaksi Fehling adalah 20

2Cu+ + 2OH- → Cu2O + H2O


Perubahan warna pada percobaan kali ini menunjukkan bahwa di
dalam kedua sampel terdapat kandungan karbohidrat. Biru 
Hijau  Kuning  Kemerah merahan  Coklat. Semakin ke
kanan (semakin gelap warna), membuktikan semakin banyak
fehling yang diteteskan. Semakin coklat perubahan warna tersebut,
semakin banyak pula komponen glukosa yang terkandung pada
larutan tersebut.21

b. Pengenceran Larutan NaOH dan Penentuan Konsentrasi


Pengenceran ialah penambahan pelarut ke dalam suatu zat terlarut,
hingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sebanding
dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata
lain jumlah mmol zat terlarut sebelum pengenceran sebanding
dengan jumlah mmol zat terlarut sesudah penegenceran. Pelarut
Teknik Laboratorium
bisa berupa air ataupun cairan organik seperti metanol, etanol,
aseton dan lain-lain.[15]
Rumus sederhana pengenceran sebagai berikut :
M1 × V1 = M2 × V2
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 =  Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
Pada percobaan ini, larutan yang diencerkan adalah larutan NaOH
1,000 N dengan pelarut akuades. Masukkan larutan NaOH pekat
sebanyak 10 ml kedalam labu takar 100 ml menggunakan pipet
volume. Setelah itu encerkan dengan akuades hingga mencapai
garis batas skala volume. Kemudian goyang-goyangkan labu takar.
Perlakuan ini dilakukan agar larutan tersebut homogeni (perpaduan
yang komposisinya seragam). Perhatikan bahwa volume hasil
pengenceran tidak boleh melebihi atau kurang dari batas skala,
karena akan memengaruhi nilai normalitas hasil.[15]

Maka didapatkan larutan NaOH dengan molaritas 0,1 N dengan


perhitungan :
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 1 = 100 × 0,1
V1= 100 × 0,1
V1= 10 mL

c. Titrasi
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan
volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti.
Titrasi bertujuan untuk mengetahui kadar suatu larutan. Titrasi
dilakukan dengan cara meneteskan larutan titran atau zat penitrasi
ke dalam titrat secara perlahan. Titrat adalah zat berupa larutan
yang akan dititrasi (belum diketahui kadarnya). Titran adalah zat
berupa larutan penitrasi yang sudah diketahui kadarnya. Titran
biasanya dimasukkan ke dalam buret. Sedangkan titrat dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Pada percobaan ini sampel yang berperan
sebagai titrat adalah NaOH yang sebelumnya telah diencerkan
dengan menggunakan larutan akuades. Sedangkan yang berperan
sebagai titran adalah HCl. Percobaan diawali dengan menyuci
buret menggunakan akuades. Kemudian HCl dimasukkan ke dalam
buret hingga batas skala yang tertera. Setelah itu, memasukkan
NaOH yang mengalami proses pengenceran sebanyak 25 ml. Lalu
ditetesi dengan 2 tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasi
dengan cara meneteskan titran berupa HCl dengan membuka keran
buret hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda tepat
hilang. Digunakan indikator fenolftalein karena indikator tersebut
adalah salah satu indikator asam-basa sintetik yang memiliki
rentang pH antara 8,00-10,0. Pada larutan asam dan netral,
fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam
Teknik Laboratorium
larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah. Maka dari
itu, indikator fenloftalein tidak mempengaruhi titrasi itu sendiri,
tetapi hanya mempengaruhi proses titrasi yaitu menjadi warna
merah muda jika telah mencapai titik titrasi. [16,17] Indikator
fenolftalein dapat diganti dengan yang lain sesuai dengan trayek
pH larutan. Indikator fenolftalein merupakan asam diprotik dan tak
berwarna.[16] Indikator tersebut mula-mula berdisosiasi menjadi
suatu bentuk tak berwarna dan kemudian ditambahkan ion
hidrogen dan menghasilkan suatu kation yang berwarna merah
muda. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali yang dinamakan dengan
metode duplo. Titrasi dilakukan lebih dari 1 kali agar mendapatkan
hasil yang akurat. Pada percobaan ini, didapatkan volume HCl
sebanyak 21 ml pada percobaan 1 dan 2, didapatkan kadar NaOH
sebesar 5,25 %
Reaksi dari percobaan titrasi ini adalah:
NaOH(aq) + HCl(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
Hasil-hasil ini kemudian dimasukkan ke dalam rumus pengenceran yaitu:
 N NaOH Pembakuan HCL

VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl


25 × NNaOH = 21 x 0,1
NNaOH = 0,084 M
 Kadar NaOH
VNaOH x NNaOH x Valensi = 25 x 0,084 x 1
= 2,1

 Kadar NaOH (%)

= 5,25 %

Daftar Pustaka
1
Day, Underwood, (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
2
Soediromargoso S, Rohman A. Analisis Volumetri. Pengantar Kimia Farmasi
Analisis Titrimetri dan Volumetri (2008) hlm. 76.
3
Rendi A M, Supriadi, Suherman. Flower Extracts of Cage Plants (Canavalia
virosa) as an Indicator of Acid Base. Jurnal Akademika Kimia (2020)
9(4):191-198.
4
Nuryanti S, Matsjeh S, Anwar C, Raharjo T J. Indikator titrasi asam-basa dari
ekstrak bunga sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis l). Jurnal AGRITECH
(2010) 30(3): 178-183.
Teknik Laboratorium
5
Maryanti E, Trihadi B, Ikhwanuddin. Pemanfaatan ekstrak bunga mawar merah
(rosa hibrida bifera) sebagai indikator pada titrasi asam basa. Jurnal
Gradien (2011) 7(2): 697- 701.
6
Frantauansyah, Nuryanti S, Hamzah B. Ekstrak bunga waru (hibiscus tiliaceus)
sebagai indikator asam-basa. Jurnal Akademika Kimia (2013) 2(1): 11-16.
7
Kurniawati, Mappiratu, Ahmad R. Kajian ekstrak etanol bunga tanaman johar
(cassia siameal) sebagai bioindikator asam basa. Natural Science (2015)
4(2): 128-143.
8
Dani I. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode Tirtrasi
Asam Basa. Jurnal Neutrino (2009) 1(2) April 2009
9
Raharjo. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia. Jurnal Kimia Sains
dan Aplikasi (2017) 20(2): 99-104. doi
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa
10
Wardiyah. Praktikum Kimia Dasar. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan. 2016
11
Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009
12
Widhy, P. Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium IPA. Yogyakarta:
Pelatihan Penggunaan Alat Laboratorium IPA. 2009
13
Sindi S. R. (dalam Widhy, 2008). Pengembangan Ensiklopedia Peralatan
Laboratorium Kimia Sebagai Sumber Belajar Siswa Sma Negeri 10
Pontianak. SKRIPSI. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak.
2017
14
Sindi S. R. (dalam Nazali, 2016). Pengembangan Ensiklopedia Peralatan
Laboratorium Kimia Sebagai Sumber Belajar Siswa Sma Negeri 10
Pontianak. SKRIPSI. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak.
2017
15
Shabrina F. A., Arinda N. F. Y. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.
SAINTEKS (2020) 17(1): 45-52
16
Mardiana, Gustira R. I. Pengantar Laboratorium Medik: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2017
17
Tim BSE. Ilmu Gizi 1 Kelas X Semester 1. Depok: Buku Sekolah Elektronik.
2013
18
Ramadhani S. P. Pengelolaan Laboratorium (Panduan Pengajar dan Inovator
Pendidikan). Depok: Yiesa Rich Foundation. 2020
19
Supiati, Yudi M, Chadijah S. Pengaruh Kosentrasi Aktivator Asam Klorida
(HCL) Terhadap Kapasitas Adsorbsi Arang Aktif Kulit Durian (Durio
zibethinus) Pada Zat Warna Methanil Yellow. (2013) 1(1). doi
http://journal.uin-alauddin.ac.id
20
Fitri AS, Fitriana YAN. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. Sainteks
(2020) 17(1):48-9.
21 Puspita, Fika. Uji Kualitatif Untuk Karbohidat. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman. 2013
Teknik Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai