Florida
Tesis Elektronik, Risalah dan Disertasi Lulusan Sekolah
2012
Ikuti ini dan karya tambahan di Perpustakaan Digital FSU. Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungilib-ir@fsu.edu
SEKOLAH PENDIDIKAN
JARAK
Oleh
KRISTANTI PUSPITASARI
Disertasi diserahkan ke
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Sistem Pembelajaran dalam
pemenuhan parsial
persyaratan untuk gelar
Doctor of Philosophy
Gelar Diberikan:
Semester Musim Panas,
2012
Kristanti Puspitasari mempertahankan disertasi ini pada tanggal
John M. Keller
Profesor Mengarahkan Disertasi
Perwakilan Universitas
Jeffrey A. Milligan
Sekolah Pascasarjana telah memverifikasi dan menyetujui anggota komite yang disebutkan
di atas, dan menyatakan bahwa disertasi telah disetujui sesuai dengan persyaratan
universitas.
ii
Disertasi ini saya persembahkan untuk keluarga tercinta: suami tercinta, Boedhi dan anak-anak
saya yang berharga, Wisa dan Dewa, serta orang tua saya. Doa, cinta, dan dorongan mereka
memungkinkan saya menyelesaikan disertasi ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya bersyukur diberi kesempatan untuk menyelesaikan disertasi ini. Untuk ini, saya sangat
berhutang budi kepada orang-orang yang memberikan dukungan luar biasa yang memungkinkan
saya untuk menyelesaikan gelar doktor saya.
Saya sangat berterima kasih kepada Dr. John M. Keller, profesor utama saya, karena telah
membantu saya dalam memfokuskan studi saya, menyusun komite saya, dan mengarahkan saya
untuk melewati semua pencapaian akademis di FSU. Dia benar-benar membimbing saya dalam
cara belajar mengatur diri sendiri selama perjalanan akademis yang menantang ini. Terima kasih
telah percaya bahwa saya dapat menyelesaikan disertasi ini dengan segala kesulitan. Saya juga
sangat berterima kasih kepada Dr. Robert A. Reiser, Dr. Tristan E. Johnson, dan Dr. Jeffrey A.
Milligan karena telah setuju untuk melayani dalam komite doktoral saya. Terima kasih telah
membantu saya dalam memfokuskan masalah penelitian saya, memperbaiki desain penelitian,
dan menyempurnakan naskah ini.
Saya juga berterima kasih kepada profesor dan teman-teman saya di Sistem Instruksional di
FSU. Studi saya di FSU sangat mencerahkan sekaligus menantang secara akademis.
Penghargaan mendalam saya sampaikan kepada Dr. Reiser dan Dr. Keller yang mengajari saya
dasar-dasar desain sistem instruksional dan teknologi kinerja manusia, dan kepada guru saya
yang lain di FSU karena telah berbagi keahlian mereka di ISD, psikologi pendidikan, teknologi
pendidikan, evaluasi, pengukuran , dan metode penelitian.
Disertasi ini tidak akan mungkin terlaksana jika bukan karena Dr. Tian Belawati, Rektor
Universitas Terbuka di Indonesia, dan kepada Manajemen Puncak yang memberi saya izin dan
dukungan yang tidak terbatas untuk menempuh studi di Universitas Terbuka. Saya juga
berterima kasih kepada rekan-rekan dan teman-teman di Universitas Terbuka yang selalu
membantu memberikan saran, data, dan tenaga dalam persiapan studi dan selama proses
pendataan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman terkasih saya di Gereja Presbiterian
Utama di Tallahassee, Beribadah dengan Anda, berbicara dengan Anda, dan sesekali makan
malam dengan Anda selalu menjaga semangat saya. Terima kasih telah menjadi teman yang
sangat baik.
Saya sangat berhutang budi kepada orang tua saya yang penuh kasih karena telah memberi
saya pendidikan terbaik. Saya percaya bahwa doa mereka yang tidak pernah berakhir, cinta
tanpa syarat, dan dukungan mereka memainkan peran utama dalam pencapaian saya sejauh
ini. Saya juga berterima kasih kepada keluarga besar dan mertua saya atas dukungan dan doa
mereka.
Terakhir, untuk suami saya yang sangat mendukung, Boedhi, dan anak-anak tersayang saya,
Wisa dan Dewa. Terima kasih suami saya karena telah menjadi teman dan mitra lama saya
dalam hidup. Terima kasih anak-anakku yang manis atas pengertianmu tentang kepergianku
untuk waktu yang begitu lama. Saya hanya bisa bertahan dalam proses panjang mengejar gelar
doktor karena cinta, dorongan, kesabaran, dukungan dan kepercayaan Anda. Terima kasih
karena selalu menyemangati saya saat saya merasa sedih.
Di atas segalanya, saya ingin berterima kasih kepada Tuhan Bapa Yang Mahakuasa yang
selalu luar biasa mewujudkan hal-hal kepada saya, yang selalu menyempurnakan pekerjaan
yang telah saya lakukan, yang selalu memberi saya kekuatan yang saya butuhkan. Tolong
terus bimbing saya menjalani hidup.
DAFTAR ISI
2. Timbangan dan Subskala MSLQ (Pintrich, Smith, Garcia, McKeachie, 1993) 24...............
10. Nilai Rata-Rata SRL Siswa sebelum dan sesudah Eksperimen (Pertama Gelombang) 75...
11. Tabel ANOVA Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum dan sesudah Eksperimen
(pertama Gelombang) 76.......................................................................................................
12. Skor yang Diperoleh dari SRL setelah Eksperimen (file Gelombang Pertama) 77..............
13. Nilai Rata-rata SRL Siswa sebelum dan sesudah Eksperimen (the Gelombang Kedua) 78.
14. Tabel ANOVA Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum dan sesudah Eksperimen
(kedua Gelombang) 79..........................................................................................................
15. Skor yang Diperoleh dari SRL setelah Eksperimen (file Gelombang Kedua) 80.................
17. Tabel ANOVA Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum dan sesudah Eksperimen
(Gabungan Data) 83..............................................................................................................
18. Skor yang Diperoleh dari SRL setelah Eksperimen (file Data Gabungan) 84......................
25. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen
dan Prestasi mereka pada Ujian Akhir (Gelombang Pertama, n = 51) 95.................................
26. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen
dan Prestasi mereka pada Ujian Akhir (Gelombang Pertama, n = 39) 96.................................
27. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen
dan Prestasi mereka pada Ujian Akhir (Gelombang Kedua, n = 109) 97.................................
28. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen
dan Prestasi mereka pada Ujian Akhir (Gelombang Kedua, n = 55) 98...................................
29. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen
dan Prestasi mereka pada Ujian Akhir (Data Gabungan, n = 160) 99......................................
30. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen
dan Prestasi mereka pada Ujian Akhir (Data Gabungan, n = 94) 100......................................
31. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen
dan Status Penyelesaian Kursus mereka (Gelombang Pertama, n = 51) 101............................
32. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen
dan Status Penyelesaian Kursus mereka (Gelombang Pertama, n = 39) 102............................
33. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen
dan Status Penyelesaian Kursus (Gelombang Kedua, n = 109) 103.........................................
34. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen
dan Status Penyelesaian Kursus (Gelombang Kedua, n = 55) 104...........................................
35. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen
dan Status Penyelesaian Kursus (Data Gabungan, n = 160) 105..............................................
36. Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen
dan Status Penyelesaian Kursus (Data Gabungan, n = 94) 106..........................................
DAFTAR GAMBAR
Tujuan dari penelitian ini ada tiga, khususnya: (1) untuk mengetahui pengaruh intervensi
strategi pembelajaran terhadap penggunaan self-regulated learning (SRL), prestasi, dan
penyelesaian mata kuliah siswa dalam pengaturan pendidikan jarak jauh, (2) untuk mengetahui
pengaruh intervensi manajemen waktu studi pada penggunaan SRL, prestasi, dan penyelesaian
kursus, dan
(3) untuk mengetahui apakah siswa dengan tingkat penggunaan SRL yang lebih tinggi juga memiliki
tingkat yang lebih tinggi
pencapaian dan penyelesaian kursus.
Penelitian ini menggunakan rancangan Randomized Control-Group Pretest-Posttest
Design dengan dua variabel bebas (intervensi strategi pembelajaran dan intervensi manajemen
waktu belajar). Setiap variabel independen terdiri dari dua level (dengan dan tanpa intervensi).
Siswa secara acak dibagi menjadi empat kelompok kondisi penelitian: (1) dilengkapi dengan
Intervensi Strategi Pembelajaran berbasis Web dan Intervensi Manajemen Waktu Studi berbasis
Web, (2) disediakan dengan Intervensi Strategi Pembelajaran berbasis Web saja, (3) disediakan
dengan Intervensi Manajemen Waktu Studi berbasis Web saja, dan (4) Kelompok Kontrol. Ada
tiga variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu persepsi siswa tentang
penggunaan SRL, prestasi siswa, dan ketuntasan mata kuliah.
Penggunaan SRL oleh siswa diukur dengan menggunakan lima subskala (36 item) dari
Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) versi bahasa Indonesia yang
dikembangkan oleh Pintrich, Smith, Garcia, dan McKeachie (1991). Prestasi siswa diukur
dengan menggunakan skor mereka pada mata pelajaran tertentu yang mereka rujuk saat mengisi
kuesioner. Penyelesaian mata kuliah siswa diukur dengan nilai mereka dalam mata kuliah
tersebut.
Siswa yang memperoleh C atau lebih tinggi dianggap sebagai penuntas, siswa yang menerima
D atau E dianggap sebagai noncompleters.
Ada dua gelombang pengumpulan data yang dikumpulkan pada dua semester berturut-
turut pada tahun 2011. Jumlah total responden yang valid untuk pretest adalah 321. Mereka
sebagian besar adalah pekerja dewasa berusia kurang dari 40 tahun, belum menikah atau
menikah tanpa anak atau dengan 1- 2 anak. Di antara mereka, hanya 94 siswa yang menjawab
posttest dan mengikuti ujian akhir.
Meskipun intervensi tidak secara signifikan memiliki efek pada prestasi siswa dan
penyelesaian kursus, temuan tersebut sebagian mendukung dua hipotesis. Artinya, regulasi diri
metakognitif saat mempelajari mata kuliah tertentu lemah tapi signifikan
berkorelasi dengan prestasi belajar siswa, r (94) = .204, p = .048. Selain itu, regulasi diri
metakognitif secara signifikan terkait dengan penyelesaian kursus, r (94) = .369, p <.001.
Meskipun temuan menunjukkan tidak ada efek signifikan dari intervensi dalam
meningkatkan penggunaan SRL siswa, siswa yang membaca Intervensi Strategi Pembelajaran
secara signifikan memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi dalam penggunaan pengaturan diri
metakognitif ketika mempelajari kursus tertentu daripada kelompok kontrol (p = 0,047; ES =
1,28). Ketika intervensi ditawarkan kepada siswa yang mengambil kursus yang berbeda, siswa
yang membaca Intervensi Manajemen Waktu Studi tampaknya mendapatkan lebih banyak
peningkatan dalam penggunaan regulasi diri metakognitif mereka ketika belajar dibandingkan
dengan kelompok lain, meskipun tidak secara signifikan melebihi kelompok kontrol. Beberapa
implikasi praktis ditawarkan. Selain itu, keterbatasan studi saat ini dan saran untuk penelitian
masa depan juga dibahas.
BAB SATU
PENDAHULUAN
1
dengan memperkenalkan TIK di sistem pembelajaran jarak jauh Asia (Malik, et al., 2005).
Dukungan dari lembaga internasional tersebut dapat mempengaruhi peningkatan penggunaan
internet dalam pendidikan jarak jauh Asia.
Namun jumlah pengguna internet di beberapa negara Asia masih sangat rendah
dibandingkan di negara-negara maju, seperti di Amerika Utara. Misalnya, meskipun pengguna
internet di Asia sendiri mencapai sekitar 42% di dunia (InternetWorldStats, 2010c), beberapa
negara Asia masih memiliki penetrasi internet yang rendah, seperti Indonesia (12%), India (7%),
dan Filipina (30%) (InternetWorldStats, 2010b). Faktor-faktor yang menghambat penggunaan
TIK dalam pendidikan jarak jauh di negara-negara ini termasuk tingginya harga komputer
pribadi dan kurangnya ketersediaan infrastruktur TIK di samping kapasitas jaringan yang
terbatas (Fozdar & Kumar, 2007; InternetWorldStats, 2010b). Rendahnya penetrasi internet di
negara-negara Asia, seperti di Indonesia, India, dan Filipina,
Meski akses internet di Asia masih terbatas, kemungkinan penggunaan internet di Asia
untuk pendidikan jarak jauh sangat besar mengingat banyaknya orang yang menggunakan
internet di kawasan ini. Namun, penggunaan pengajaran online di negara berkembang tidak
sepopuler di negara maju. Alih-alih menggunakan TIK untuk instruksi online, lembaga
pendidikan jarak jauh di negara berkembang dapat menggunakan TIK untuk meningkatkan
layanan dukungan pembelajaran mereka. Misalnya, ponsel telah digunakan oleh Universitas
Terbuka Nasional Indira Gandhi (IGNOU) di India (Fozdar & Kumar, 2007, Rajesh, 2003) dan
di Filipina (Bandalaria, 2007) untuk mempromosikan retensi siswa karena dapat dengan mudah
digunakan. untuk mengakses banyak siswa di mana saja dan kapan saja. Contoh lain, Universitas
Terbuka (UT), universitas terbuka di Indonesia, telah menggunakan Sistem Manajemen
Pembelajaran (LMS) untuk memberikan dukungan akademik (yaitu, tutorial online, konseling
akademik) serta dukungan administratif (misalnya, toko buku online) selama beberapa tahun
sekarang. UT yang hanya menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh untuk proses belajar-
mengajarnya dan mengimplementasikan layanan pendukung pembelajaran online (yaitu LMS)
kepada mahasiswanya digunakan sebagai konteks studi disertasi ini.
Memberikan layanan dukungan pembelajaran yang tepat waktu sangat penting bagi UT
karena siswa tampaknya menghadapi kesulitan belajar dari jarak jauh. Belawati (2005)
melaporkan bahwa UT memiliki tingkat prestasi siswa yang rendah. Menurut Belawati, tingkat
kelulusan siswa pada tahun-tahun awal berdirinya hanya berkisar 23%. Oleh karena itu, pada
tahun 2002 UT mengembangkan layanan dukungan berbasis web yang disebut UT-Online, yang
mencakup tutorial online, meskipun akses siswa ke
Internet masih sangat terbatas. Tutorial online adalah layanan dukungan pembelajaran berbasis
web di mana tutor memberikan siswa bahan bacaan atau instruksi dan tugas dalam mata
pelajaran tertentu untuk memfasilitasi pembelajaran siswa. Tutorial online dianggap sebagai
penunjang pembelajaran yang penting bagi UT, terutama dengan pertumbuhan penetrasi
internet di Indonesia, dari sekitar 1% pada tahun 2000 menjadi 12% pada tahun 2010
(InternetWorldStats, 2010a).
Sementara jumlah siswa yang menghadiri tutorial tatap muka menurun (Belawati,
2005)Peningkatan angka partisipasi dalam tutorial online menunjukkan bahwa semakin banyak
mahasiswa yang menyadari manfaat tutorial online selama belajar di UT. Misalnya, jumlah
peserta tutorial online dibandingkan dengan siswa yang terdaftar sekitar 3% pada tahun 2002-
2003 (Belawati, 2005), jumlah peserta mencapai sekitar 23% pada semester pertama tahun 2011
(Prasetyo, komunikasi pribadi, April 29, 2011). Ini mungkin menunjukkan bahwa siswa UT
semakin akrab dengan pembelajaran online dalam beberapa tahun terakhir. Namun, karena
penetrasi internet yang rendah di Indonesia saat ini, tutorial online ditawarkan secara opsional
tetapi partisipasi aktif dan penyelesaian tugas online dalam kursus tertentu dapat berkontribusi
hingga 30% dari total nilai untuk kursus terkait ( s) (Universitas Terbuka, 2012a).
Mengingat hanya 23% dari total siswa yang terdaftar pada semester pertama tahun 2011
yang mengikuti tutorial online (Prasetyo, komunikasi pribadi, 29 April 2011), tutorial online
mungkin dianggap relatif baru bagi banyak siswa. Tutorial online mengharuskan siswa untuk
mengubah pola pikir mereka dari pengajaran yang berpusat pada guru, yang merupakan instruksi
umum yang digunakan di sekolah sebelumnya menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Dalam kelas yang berpusat pada guru siswa lebih bergantung pada gurunya dalam melaksanakan
kegiatan belajarnya, seperti dalam menentukan kapan akan mempelajari topik tertentu dan
menentukan bagian mana dari topik yang dianggap penting dan harus dikuasai. Sebaliknya,
siswa dalam lingkungan pendidikan jarak jauh harus bergantung pada diri mereka sendiri
sebagian besar waktu dalam menentukan aturan penting, konsep atau topik saat mempelajari
mata kuliah tertentu. Selain itu, mereka harus merencanakan jadwal belajar mereka sendiri dan
memutuskan kapan akan belajar dan berapa lama mereka perlu mempelajari topik yang dibahas
dalam mata kuliah terkait untuk memahami materi pembelajaran terkait.
Selain itu, untuk berpartisipasi dalam tutorial online berarti mahasiswa perlu mengakses
situs web universitas untuk mencari informasi mengenai jadwal tutorial dan kursus apa yang
menawarkan tutorial online dan untuk mengakses tutorial mingguan secara teratur. Mereka harus
mengakses email secara rutin agar dapat mengetahui jika ada informasi baru atau postingan baru
di
forum diskusi. Namun, banyak mahasiswa UT mungkin tidak menyadari bahwa mereka perlu
berinisiatif untuk mengakses tutorial online secara teratur atau mungkin tidak tahu cara
mengikuti tutorial online.
Selain itu, karena siswa lebih terbiasa dengan pengajaran yang berpusat pada guru di
sekolah sebelumnya, mereka mungkin tidak memanfaatkan tutorial online untuk meminta
bantuan teman atau tutor mereka terkait bacaan atau tugas yang tidak mereka pahami, baik
melalui forum diskusi atau melalui email. Dengan demikian, tutorial online mungkin tidak
secara otomatis menyediakan sarana bagi siswa untuk lebih banyak berinteraksi dengan tutor
atau rekan mereka. Selain itu, karena tidak semua siswa, terutama yang tinggal di daerah
terpencil, dapat mengakses Internet di rumah mereka, banyak siswa mungkin memilih untuk
tidak mendaftar di sesi tutorial apa pun. Sebaliknya, mereka mungkin harus bergantung pada diri
mereka sendiri untuk belajar secara individu di sebagian besar waktu.
Oleh karena itu, baik mahasiswa yang mempelajari materi pembelajaran sendiri maupun
yang baru mengenal tutorial online di universitas ini perlu mempelajari cara mengatur sendiri
pembelajaran mereka. Keterbatasan kesempatan interaksi antara pengajar dan siswa menuntut
siswa untuk belajar secara mandiri. Mereka perlu memutuskan sendiri bagaimana mempelajari
materi pembelajaran, berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk itu, kapan harus
meningkatkan upaya dalam pembelajaran, dan kapan mencari informasi atau bantuan lain jika
diperlukan.
Siswa pendidikan jarak jauh mungkin mengalami beberapa komunikasi atau
kesenjangan psikologis dengan instruktur sebagai akibat dari pemisahan fisik di antara mereka
(Moore, 1997; Moore & Kearsley, 1996). Menurut Moore, selain penataan program dan dialog
antara peserta didik dan pengajar, salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan komunikasi
adalah dengan melatih otonomi peserta didik. Otonomi pelajar adalah kebebasan memilih
pelajar tentang bagaimana menggunakan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan belajarnya
sendiri di bawah kendalinya sendiri (Moore, 1997). Dengan demikian, peserta didik jarak jauh
sendiri juga bertanggung jawab untuk berinisiatif belajar dan mengontrol atau mengatur sendiri
pembelajarannya.
Pembelajaran yang diatur sendiri (SRL) mengacu pada sejauh mana siswa secara aktif
menggunakan keterampilan metakognitif dan strategi perilaku mereka dan tetap termotivasi
dalam proses pembelajaran mereka (Zimmerman, 1990; Zimmerman, 2001). Peserta didik yang
mengatur sendiri pembelajaran mereka menggunakan strategi metakognitif, motivasi, dan / atau
perilaku mereka untuk mencapai tujuan akademis mereka (Zimmerman, 1989; Zimmerman,
1990). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa siswa dengan tingkat SRL yang lebih tinggi
cenderung mencapai prestasi akademis yang lebih baik (Nota, Soresi, & Zimmerman, 2004;
Pintrich, Smith, Garcia, & McKeachie, 1993; Zimmerman & Martinez-Pons, 1986; Zimmerman
&
Martinez-Pons, 1990). Dengan kurangnya interaksi antara pelajar dan instruktur dalam
lingkungan pembelajaran pendidikan jarak jauh, kemampuan untuk mengatur diri sendiri
dianggap lebih penting dalam pengaturan ini daripada di lingkungan belajar tradisional
(Kauffman, 2004; King, Harner, & Brown, 2000; Wang , dkk., 2008).
Sayangnya, masih ada penelitian terbatas yang dilaporkan yang berfokus pada
penggunaan SRL dalam pengaturan pendidikan jarak jauh yang lebih klasik. Misalnya, ketika
saya mencoba mencari artikel penelitian di ERIC (ProQuest) dengan menggunakan kata kunci
“pendidikan jarak jauh” dan “pembelajaran mandiri” atau “pengaturan mandiri” dan membatasi
pencarian pada disertasi, publikasi ERIC, dan jurnal peer-review artikel, hanya ada 29 publikasi
yang ditemukan. Di antara publikasi ini, hanya satu studi yang secara khusus menyebutkan
bahwa pengaturannya adalah pendidikan jarak jauh sarjana klasik yang dilengkapi dengan
bimbingan opsional. Sisa studi dilaporkan dilakukan di lingkungan pendidikan jarak jauh tanpa
menyebutkan mode penyampaian instruksi atau berfokus pada campuran, pembelajaran online
atau pengaturan pembelajaran berbasis web.
Mempertimbangkan pentingnya SRL dan terbatasnya jumlah studi penelitian tentang
SRL dalam pengaturan pendidikan jarak jauh yang lebih tradisional, melakukan penelitian
tentang SRL di lingkungan pembelajaran ini sangat penting. Secara khusus, meningkatkan SRL
mahasiswa di UT dengan memberikan intervensi pada strategi pembelajaran merupakan tujuan
dari penelitian ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah intervensi dapat membantu
meningkatkan penggunaan SRL dan prestasi siswa.
Memberikan informasi tentang bagaimana belajar secara efektif dapat membantu peserta didik
meningkatkan pembelajaran mandiri mereka, pencapaian, dan penyelesaian kursus dalam
pengaturan ini.
Di sisi lain, karena pembelajar jarak jauh sebagian besar belajar secara mandiri, mungkin
ada sedikit panduan tentang jumlah pekerjaan sehari-hari yang diperlukan untuk mempelajari
materi pembelajaran dibandingkan dengan apa yang terjadi dalam pengajaran yang diarahkan ke
kelas reguler (McGivney, 2004). McGivney menjelaskan lebih lanjut bahwa tanpa menghadiri
kelas reguler dengan jadwal tetap, pelajar jarak jauh dapat dengan mudah gagal mempertahankan
waktu belajar reguler. Sebaliknya, mereka mungkin lebih memperhatikan aktivitas bersaing,
seperti melakukan aktivitas terkait pekerjaan, menghadiri aktivitas komunitas, atau
memperhatikan tanggung jawab keluarga. Karena sebagian besar siswa UT adalah orang dewasa
yang bekerja, banyak siswa mungkin menghadapi kesulitan yang sama dalam menyesuaikan
waktu belajar mereka karena waktu yang saling bertentangan sehubungan dengan
memperhatikan pekerjaan, keluarga, dan tanggung jawab sosial mereka. Karena itu,
SRL mereka, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kegigihan mereka dalam belajar di
universitas sekaligus meningkatkan prestasi mereka.
Selain pemberian intervensi pada strategi pembelajaran, salah satu cara yang dapat
meningkatkan penggunaan SRL oleh siswa adalah dengan memberikan intervensi yang
membantu siswa merencanakan manajemen waktu belajarnya. Manajemen waktu mengacu pada
penjadwalan, perencanaan, dan pengelolaan waktu belajar mereka dengan benar (Pintrich, 2004;
Schunk, 2005). Menurut Pintrich (2004), kegiatan manajemen waktu meliputi penyusunan
jadwal belajar dan pengalokasian waktu untuk kegiatan yang berbeda. Dalam penelitian ini
manajemen waktu belajar mengacu pada manajemen waktu akademik, yaitu mengatur waktu
belajar dengan menetapkan tujuan pembelajaran, menjadwalkan waktu belajar, dan memantau
pencapaian tujuan pembelajaran. Merencanakan dan mengatur waktu belajar dapat membantu
peserta didik untuk mencapai tujuan belajar mereka (Dabbagh & Kitsantas, 2005).
Namun, ada studi penelitian yang sangat terbatas yang dilaporkan tentang keterampilan
manajemen waktu dalam pengaturan pendidikan jarak jauh. Mengenai pentingnya manajemen
waktu dan kurangnya penelitian tentang manajemen waktu dalam setting pendidikan jarak jauh,
seperti UT, menggabungkan penelitian tentang manajemen waktu dengan penelitian SRL di
lingkungan pembelajaran ini penting dilakukan di UT. Penelitian ini dimaksudkan untuk
menguji apakah intervensi manajemen waktu studi selain intervensi pada strategi pembelajaran
dapat membantu meningkatkan penggunaan SRL, prestasi, dan penyelesaian kursus oleh siswa.
Tujuan Studi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh strategi pembelajaran dan
intervensi manajemen waktu belajar pada penggunaan SRL, prestasi, dan penyelesaian kursus
siswa dalam lingkungan belajar pendidikan jarak jauh. Oleh karena itu, ada tiga fokus penelitian
ini. Pertama, penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh intervensi strategi pembelajaran
terhadap penggunaan SRL, prestasi, dan penyelesaian mata kuliah siswa dalam pengaturan
pendidikan jarak jauh. Secara khusus, studi ini menyediakan panduan mandiri berbasis web bagi
siswa tentang bagaimana merencanakan studi mereka secara cerdas dengan mempelajari
pentingnya menggunakan waktu secara efektif dan nilai menetapkan tujuan pembelajaran yang
realistis, dapat dicapai, akurat, dan spesifik. Kedua, penelitian ini mencoba untuk mengetahui
pengaruh intervensi manajemen waktu belajar terhadap penggunaan SRL, prestasi belajar, dan
mata kuliah siswa.
penyelesaian. Intervensi manajemen waktu studi adalah tutorial berbasis web yang dilengkapi
dengan instrumen bagi siswa untuk memasukkan tujuan pembelajaran mingguan dan waktu
belajar serta memasukkan waktu belajar aktual dan pencapaian tujuan. Ketiga, penelitian ini
mencoba untuk mengetahui apakah siswa dengan tingkat SRL yang lebih tinggi juga memiliki
tingkat pencapaian dan penyelesaian kursus yang lebih tinggi.
Pertanyaan Penelitian
Untuk memenuhi tujuan penelitian, ada tiga pertanyaan penelitian yang harus dijawab.
1. Apakah siswa yang diberikan intervensi strategi pembelajaran berbeda dalam tingkat SRL,
prestasi, dan penyelesaian kursus dibandingkan dengan siswa yang tidak diberikan
intervensi?
2. Apakah siswa yang diberikan intervensi manajemen waktu studi berbeda dalam tingkat
SRL, prestasi, dan penyelesaian kursus dibandingkan dengan siswa yang tidak diberikan
intervensi manajemen waktu studi?
3. Apakah siswa dengan tingkat SRL yang lebih tinggi juga memiliki tingkat pencapaian
dan penyelesaian kursus yang lebih tinggi?
Pentingnya Studi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan peran intervensi terhadap strategi
pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh, khususnya di UT di Indonesia. Intervensi pada SRL
diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan strategi pembelajarannya, terutama
dalam merencanakan tujuan pembelajaran yang dapat dicapai. Kemampuan mengatur sendiri
pembelajaran mereka, untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka, diharapkan dapat
meningkatkan self-efficacy siswa agar berhasil, yang pada gilirannya akan meningkatkan
penyelesaian kursus dan ketekunan mereka dalam belajar di lingkungan pendidikan jarak jauh.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk menentukan
kelayakan dan kegunaan instrumen manajemen waktu belajar sebagai electronic performance
support system (EPSS) bagi mahasiswa pendidikan jarak jauh. Dengan ketersediaan alat
manajemen waktu belajar, siswa dapat memanfaatkan alat tersebut dan memanfaatkan alat
tersebut untuk membantu mereka mengatur waktu belajar mereka dengan merencanakan,
memantau, dan mengevaluasi waktu belajar mereka secara efisien. Dengan EPSS ini, siswa
dapat belajar merencanakan pembelajarannya dengan lebih realistis
bisa lebih sukses dalam studi mereka. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan
bermanfaat dalam menentukan apakah EPSS tersebut layak untuk diberikan sebagai
penunjang keberhasilan mahasiswa di UT.
Setelah memperkenalkan latar belakang, tujuan, dan signifikansi penelitian tersebut, pada
Bab Dua saya membahas tentang literatur dan penelitian mengenai: (1) peran pendidikan jarak
jauh, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi kegigihan siswa dalam pendidikan jarak jauh, (3)
faktor-faktor yang mempengaruhi kegigihan siswa dalam pendidikan jarak jauh. mempengaruhi
ketekunan siswa di UT, (4) konsep SRL akademik, (5) ukuran-ukuran SRL, (6) hubungan SRL
dengan prestasi siswa, (7) pentingnya SRL dalam pendidikan jarak jauh, (8) pentingnya SRL di
UT, (9) intervensi untuk meningkatkan SRL, (10) intervensi pada manajemen waktu, (11)
intervensi untuk UT, (12) kerangka teoritis yang diusulkan, dan (13) hipotesis penelitian.
BAB DUA TINJAUAN
PUSTAKA
Fase Kinerja
Kontrol diri
Strategi Tugas Perhatian Fokus Instruksi Diri Pengamatan Metakognitif Pengamatan Diri
Perekaman Diri
Gambar 1. Fase dan proses pengaturan mandiri. Dari Zimmerman, BJ (2008). Penetapan tujuan:
Sumber proaktif utama dari swa-regulasi akademik. Dalam DH Schunk, & BJ Zimmerman
(Eds.), Motivasi dan pembelajaran yang diatur sendiri: Teori, penelitian, dan pendekatan. New
York & London: Lawrence Erlbaum Associates.
Keyakinan motivasi diri dalam fase pemikiran ke depan melibatkan efikasi diri,
ekspektasi hasil, minat / nilai intrinsik, dan orientasi tujuan pembelajaran. Efikasi diri dianggap
sebagai salah satu faktor kunci dari keyakinan motivasi individu yang mempengaruhi
pembelajaran yang diatur sendiri. Self-efficacy diasumsikan mempengaruhi bagaimana siswa
memilih aktivitas, melakukan upaya, dan bertahan dalam menyelesaikan tugas tertentu (Schunk,
2005). Menurut Schunk, seseorang yang memiliki efikasi diri yang lebih tinggi untuk
menyelesaikan tugas tertentu dengan sukses kemungkinan besar akan memberikan lebih banyak
upaya
untuk menyelesaikan tugas. Selain itu, dia dapat bertahan dalam studinya meskipun ada
kesulitan yang dihadapi daripada seseorang dengan efikasi diri yang lebih rendah.
Keyakinan motivasi kedua, ekspektasi hasil, berkaitan dengan konsekuensi yang
dihasilkan dari proses pembelajaran (Zimmerman, 2002), seperti memiliki nilai yang baik atau
diberikan gelar sarjana. Lebih lanjut Zimmerman menjelaskan bahwa keyakinan motivasi ketiga,
nilai intrinsik, mengacu pada bagaimana siswa mempersepsikan nilai tugas yang akan dipelajari,
seperti seberapa penting keterampilan tugas untuk dikuasainya. Selanjutnya, keyakinan motivasi
terakhir, orientasi tujuan pembelajaran, berkaitan dengan bagaimana seorang pelajar menghargai
proses pembelajaran itu sendiri, seperti seberapa menarik seorang pelajar menemukan materi
pelajaran Sejarah. Komitmen peserta didik untuk menetapkan dan mencapai tujuan
pembelajaran dipengaruhi oleh empat keyakinan motivasi ini. Keempat indikator ini dapat
berkontribusi pada motivasi yang lebih tinggi dalam menyelesaikan suatu tugas akademik.
Fase kedua, kinerja atau fase kontrol kemauan, mengacu pada tindakan yang terjadi
selama pembelajaran yang akan mempengaruhi kinerja. Fase pengaturan diri ini mencakup dua
sub proses, pengendalian diri dan pengamatan diri. Menurut Zimmerman (2002), pengendalian
diri berkisar pada penggunaan strategi pembelajaran tertentu yang dipilih sebelum
pembelajaran. Misalnya, untuk memusatkan perhatian dengan lebih baik, seorang siswa dapat
memilih untuk menyewa mobil di perpustakaan untuk belajar atau belajar di pagi hari ketika
anggota keluarga lainnya masih tidur. Pengamatan diri berpusat pada pemantauan aktivitas
sendiri selama belajar. Zimmerman memberikan contoh bahwa kita dapat meminta siswa untuk
mencatat penggunaan waktu mereka sehingga mereka menjadi sadar berapa banyak waktu yang
mereka curahkan untuk belajar. Siswa juga dapat memantau kemajuan belajar mereka,
misalnya, dengan mencatat berapa kali mereka gagal mengeja dengan benar dalam latihan
mengeja. Ia berpendapat bahwa dengan memantau studinya, siswa menjadi sadar akan setiap
kemajuan kecil yang mereka capai sehingga dapat meningkatkan motivasi mereka dalam
belajar.
Fase ketiga, fase refleksi diri, mengacu pada tindakan yang terjadi setelah proses
pembelajaran. Fase ini mencakup penilaian diri dan reaksi diri. Dalam proses penilaian diri,
peserta didik dapat mengevaluasi sendiri pengalaman belajar mereka dengan membandingkan
kinerja mereka dengan beberapa standar. Seorang siswa dapat membandingkan kinerjanya
dengan standar tertentu, seperti kinerja sebelumnya atau kinerja kelas atau standar kinerja yang
dinyatakan dalam rubrik yang diberikan oleh guru (Schunk, 1990). Schunk mengkategorikan
dua jenis standar: standar absolut dan normatif. Contoh standar absolut adalah jumlah halaman
yang akan dibaca dalam satu hari. Contoh standar normatif adalah kinerja siswa lain untuk
dibandingkan. Hasil
penilaian diri akan mempengaruhi reaksi pelajar terhadap pengalaman belajar. Dalam hal ini,
reaksi diri mengacu pada tindakan yang diambil siswa sebagai akibat dari apa yang dia rasakan
setelah mengevaluasi kinerjanya sendiri.
Proses reaksi diri melibatkan perasaan kepuasan diri tentang kinerja seseorang dan
tindakan yang akan diambilnya sesudahnya. Ketika seorang siswa merasa kecewa dengan
pengalaman belajarnya, dia mungkin memiliki reaksi diri yang defensif. Misalnya, dia mungkin
memutuskan untuk berhenti belajar karena merasa tidak mampu menguasai materi pembelajaran
atau menyelesaikan tugas pembelajaran tertentu atau lebih buruk lagi dia dapat memutuskan
untuk tidak menyelesaikan kursus tersebut.
Di sisi lain, siswa yang kecewa mungkin juga bersikap positif terhadap hasil evaluasi
diri. Apabila menurutnya strategi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan tugas
pembelajaran kurang efektif, ia dapat melakukan penyesuaian untuk meningkatkan keefektifan
strategi pembelajaran tersebut. Misalnya, ketika menyoroti suatu bacaan tidak membantunya
memahami bahan bacaan, dia bisa mencoba meringkas bahan agar lebih memahaminya. Sikap
positif ini mengacu pada reaksi diri adaptif.
Hasil kegiatan refleksi diri adaptif dapat digunakan untuk merevisi tujuan pembelajaran
atau mempengaruhi penetapan tujuan untuk tujuan selanjutnya. Tujuan pembelajaran yang baru
kemudian akan mempengaruhi proses pemilihan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan
pada fase kinerja.
Perencanaan strategis yang dipilih dan pemantauan diri yang dilakukan pada tahap kinerja pada
gilirannya akan berpengaruh pada subproses evaluasi diri dan reaksi diri dalam proses refleksi
diri. Ketika rantai proses ini terjadi dan membuat putaran umpan balik dari fase refleksi diri ke
fase pemikiran ke depan lagi, proses pengaturan diri menjadi proses siklus (Zimmerman,
2002).
Zimmerman juga menjelaskan bahwa setiap fase SRL terdiri dari tiga proses yang terjadi
pada waktu yang berbeda selama proses pembelajaran, yaitu (1) proses metakognitif, (2) proses
motivasi, dan (3) proses perilaku. Menurut Zimmerman, dalam kaitannya dengan proses
metakognitif, peserta didik yang mengatur diri sendiri dapat merencanakan dan menetapkan
tujuan pembelajaran mereka sendiri (fase pemikiran ke depan), memantau pencapaian tujuan
(fase kinerja), dan mengevaluasi hasil belajar mereka (fase refleksi diri). Berkenaan dengan
proses motivasi, peserta didik ini tampaknya memiliki efikasi diri yang tinggi dan minat yang
tinggi dalam tugas belajar (fase pemikiran ke depan).
Mengenai proses perilaku mereka, peserta didik yang mengatur diri sendiri mengatur lingkungan
mereka untuk mengoptimalkan pembelajaran mereka, seperti dengan menentukan waktu belajar
dan tempat di mana mereka kemungkinan besar.
untuk belajar (fase pemikiran ke depan) dan mencari bantuan dan informasi (fase kinerja).
Ketiga proses ini dapat terjadi secara bersamaan selama atau lintas fase. Zimmerman
menyatakan bahwa peserta didik dapat mengatur sendiri pembelajarannya secara berbeda dalam
setiap situasi pembelajaran. Ide ini sejalan dengan Pintrich (2004) yang mengemukakan bahwa
setiap individu dapat menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda untuk tugas belajar yang
berbeda pula.
Secara umum, menurut Schunk dan Zimmerman (1998), setiap pembelajar individu
menggunakan beberapa komponen keterampilan untuk mengatur pembelajaran seseorang: (1)
menetapkan tujuan proksimal tertentu, (2) memilih strategi untuk mencapai tujuan, (3)
memantau kinerjanya untuk menentukan kemajuan belajarnya, (4) mengubah lingkungannya
agar lebih kondusif dengan tujuan pembelajarannya, (5) mengatur penggunaan waktu secara
efisien, (6) mengevaluasi metode pembelajarannya, (7) mengaitkan sebab akibat dengan hasil
belajarnya, dan ( 8) menyesuaikan strategi pembelajaran untuk metode masa depan. Ada atau
tidak adanya proses SRL kunci ini akan mempengaruhi tingkat pembelajaran yang diperoleh
oleh masing-masing individu.
Tabel 1
Model SRL Menurut Zimmerman (2002) dan Pintrich (2004)
PhasesZimmerman (2002) Pintrich (2004)
SubprocessKey ClassesAreasKey Peraturan
1. Pemikiran Tugas Pengaturan Tujuan Analisis, Kognisi Menetapkan tujuan, mengaktifkan
sebelumnya pengetahuan sebelumnya
(Zimmerman & perencanaan & pengetahuan
Pintrich) strategis metakognitif
Keyakinan Kemanjuran Motivasi Menilai tujuan orientasi,
Motivasi diri, harapan kemanjuran diri,
Diri hasil, nilai kesulitan tugas, nilai
tugas / minat tugas, minat
PerilakuPerencanaan waktu & upaya,
perencanaan observasi diri
Konteks Memiliki persepsi tugas
dan konteks
2. Kinerja Self-controlTask strategi,
(Zimmerman) fokus perhatian,
instruksi diri
(Pintri Pengamatan Diri Pemantauan metakognitif, perekaman diri
ch) sendiri
Pemantaua
n
toring kognitif
CognitionMoni pemahaman
Tabel 1
Model SRL Menurut Zimmerman (2002) dan Pintrich (2004), Lanjutan
PhasesZimmerman (2002) Pintrich (2004)
SubprocessKey ClassesAreasKey Peraturan
Motivasi Menilai Efikasi Diri,
nilai, atribusi kausal,
minat, dan kecemasan
BehaviorMemantau waktu dan manajemen
usaha
Tugas Pemantauan Konteks kondisi
Kontrol Kognisi Menggunakan kognitif dan
(Pintrich) Kegiatan metakognitif
Motivasi Pengajaran mandiri,
diri-
pemberian
BehaviorPersisting, pengeluaran lebih
usaha, mencari bantuan
Konteks: Menggunakan strategi untuk
membuat konteks lebih
3. Refleksi Diri Penilaian Diri Evaluasi diri, banyak kondusif
(Zimmerman atribusi kausal untuk belajar
& Pintrich) Self-Reaction Kepuasan diri / KognisiMenilai kinerja
mempengaruhi,
adaptif / MotivationEnhancing
defensif
motivasi
Singkatnya, model Pintrich dan model SRL Zimmerman sangat mirip. Mereka percaya
bahwa pembelajar mandiri adalah peserta aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Mereka
memandang peserta didik mandiri sebagai individu yang mampu mengatur motivasi, perilaku dan
metakognisi mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, mereka sepakat bahwa
proses pengaturan diri terjadi di semua fase pembelajaran, mulai sebelum proses pembelajaran,
selama, dan setelah pembelajaran, yang membentuk proses siklus yang menghasilkan
pembelajaran yang efektif. Tabel 1 menunjukkan konsep bersama dari proses pengaturan mandiri
dalam pembelajaran antara dua model. Dari tabel ini kita dapat melihat bahwa Pintrich
mengkategorikan proses pengaturan diri menjadi komponen peraturan yang lebih dapat diamati
dalam setiap fase pembelajaran (yaitu, kognisi, motivasi, perilaku, dan konteks).
Disertasi ini berkaitan dengan fase pemikiran ke depan (misalnya, menetapkan tujuan
pembelajaran mingguan dan waktu studi perencanaan), fase pemantauan (misalnya,
memantau pencapaian tujuan pembelajaran dan waktu belajar aktual), dan fase refleksi diri
(misalnya, menilai pencapaian tujuan dan menilai perilaku diri). Kami akan membicarakan
hal ini lebih detail di
bagian dari "Kerangka Teoritis yang Diusulkan". Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas
bagaimana caranya
mengukur SRL.
Tindakan SRL
Ada berbagai pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penggunaan SRL oleh
siswa, seperti kuesioner laporan diri (Pintrich, 2004; Pintrich & DeGroot, 1990), wawancara
terstruktur (Zimmerman & Martinez-Pons, 1986), atau berpikir prosedur keras (Azevedo &
Cromley, 2004). Studi ini memanfaatkan Motivated Strategies for Learning Questionnaire
(MSLQ) —sebuah kuesioner laporan diri — yang dikembangkan oleh Pintrich dan rekan-
rekannya pada tahun 1991. MSLQ digunakan secara luas untuk mengukur penggunaan SRL oleh
siswa dalam kursus tertentu di lingkungan perguruan tinggi (Pintrich 2004; Pintrich, dkk., 1991).
Awalnya Pintrich dan rekan mengembangkan MSLQ pada tahun 1991. Instrumen ini adalah
kuesioner laporan diri yang terdiri dari 56 item yang ditujukan untuk siswa kelas tujuh dan
delapan. Kemudian, Pintrich dan rekannya mengembangkan manual untuk menggunakan MSLQ
di lingkungan perguruan tinggi. Manual mencakup instrumen laporan diri yang dimaksudkan
untuk mengukur dua konstruk yang dianggap penting untuk kinerja akademik: (1) keyakinan
motivasi dan (2) berbagai strategi pembelajaran. Instrumen MSLQ yang terakhir ini terdiri dari
81 item: 31 item skala keyakinan motivasi dan 50 item skala mencerminkan strategi
pembelajaran. Termasuk dalam dua skala MSLQ adalah 15 subskala seperti yang terlihat pada
Tabel 2. Pintrich dan rekannya (1991) mengemukakan bahwa 15 subskala dapat digunakan
bersama-sama atau sebagai subskala individu, tergantung pada kebutuhan peneliti atau
instruktur. 31 item yang mencerminkan skala keyakinan motivasi dan 50 item yang
mencerminkan skala strategi pembelajaran. Termasuk dalam dua skala MSLQ adalah 15
subskala seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pintrich dan rekannya (1991) mengemukakan bahwa
15 subskala dapat digunakan bersama-sama atau sebagai subskala individu, tergantung pada
kebutuhan peneliti atau instruktur. 31 item yang mencerminkan skala keyakinan motivasi dan 50
item yang mencerminkan skala strategi pembelajaran. Termasuk dalam dua skala MSLQ adalah
15 subskala seperti yang terlihat pada Tabel 2. Pintrich dan rekannya (1991) mengemukakan
bahwa 15 subskala dapat digunakan bersama-sama atau sebagai subskala individu, tergantung
pada kebutuhan peneliti atau instruktur.
Skala motivasi meliputi komponen nilai dan harapan, sedangkan skala strategi
pembelajaran terdiri dari subskala strategi kognitif dan metakognitif serta komponen manajemen
siswa. Skala pertama — skala motivasi — mencakup enam sub-skala dan terdiri dari 31 item
yang dimaksudkan untuk menilai harapan siswa dan keyakinan nilai untuk mata pelajaran
tertentu. Skala kedua — strategi pembelajaran — mencakup sembilan subskala, terdiri dari 31
item untuk mengukur penggunaan strategi kognitif dan metakognitif siswa dan 19 item yang
berfokus pada pengelolaan siswa terhadap sumber daya yang berbeda. Semua item dibangun
menggunakan format skala Likert tujuh poin. Opsi tanggapan berkisar dari '1 = sama sekali tidak
benar tentang saya' hingga '7 = sangat benar bagi saya.
Meja 2
Timbangan dan Subskala MSLQ (Pintrich, Smith, Garcia, McKeachie, 1993)
Skala Komponen Tid Berlangg ∑Items Keandalan*
ak anan
Motivasi Komponen Nilai 1 Orientasi Tujuan Intrinsik 4 0,74
2 Orientasi Tujuan Ekstrinsik 4 0,62
3 Nilai Tugas 6 0,90
Harapan 4 Kontrol Keyakinan Belajar **) 4 0,68
Komponen
5 Efikasi Diri untuk Belajar dan 8 0,93
Performa **)
6 Uji Kecemasan 5 0,80
Belajar Kognitif dan 7 Latihan 4 0,69
Strategi Metakognitif
Strategi
8 Elaborasi 6 0,76
9 Organisasi 4 0,64
10 Berpikir kritis 5 0,80
11 Regulasi Diri Metakognitif **) 12 0,79
Sumber 12 Lingkungan Studi Waktu **) 8 0,76
Pengelolaan
Strategi
13 Regulasi Upaya **) 4 0,69
14 Bantuan Mencari 3 0,52
15 Pembelajaran Sebaya 4 0,76
Catatan: *) Dihitung berdasarkan n = 380; **) Langganan yang akan digunakan dalam penelitian ini
Intervensi untuk UT
Berdasarkan tinjauan pustaka, faktor-faktor yang dianggap penting bagi keberhasilan
siswa dalam pendidikan jarak jauh adalah keterampilan manajemen waktu dan dukungan
motivasi. Karena banyak mahasiswa UT adalah orang dewasa yang bekerja, mereka mungkin
memiliki masalah manajemen waktu yang sama dalam membagi waktu mereka untuk kegiatan
yang berhubungan dengan pekerjaan, belajar dan untuk tanggung jawab lainnya. Mengenai
sejarah pencapaian yang rendah ditambah dengan kebiasaan belajar yang buruk dari banyak
mahasiswa UT, universitas diwajibkan untuk memberikan dukungan pembelajaran yang tepat
waktu kepada mahasiswanya. Untuk itu, UT perlu memberikan intervensi atau dukungan
kelembagaan yang dapat memfasilitasi mahasiswanya dalam meningkatkan kebiasaan belajar
dan keterampilan manajemen waktu. Dengan begitu, institusi dapat mendidik mahasiswanya
tentang pentingnya belajar secara rutin untuk meningkatkan prestasi akademiknya. Selanjutnya,
Lebih penting lagi, UT telah dikritik karena menuntut terlalu banyak pembelajaran
mandiri siswanya, dengan dukungan kelembagaan yang sangat sedikit untuk melanjutkan studi
mereka. Sejalan dengan masalah ini, Darmayanti (2005) menemukan bahwa intervensi strategi
pembelajaran dapat meningkatkan kesiapan siswa untuk belajar mandiri di UT. Intervensi
strategi pembelajaran terbukti memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan
pembelajaran mandiri siswa (Darmayanti, 2005). Temuan ini menunjukkan bahwa banyak
mahasiswa UT mungkin perlu dibimbing dalam studinya, atau setidaknya dibekali dengan
informasi atau pelatihan tentang strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
akademik mereka yang pada gilirannya akan meningkatkan peluang untuk menyelesaikan
kursus. Dengan demikian, ada juga kemungkinan untuk meningkatkan persistensi mahasiswa di
UT dengan meningkatkan penggunaan SRL oleh mahasiswa.
Oleh karena itu, UT perlu memberikan intervensi yang tidak hanya membekali siswa
dengan pengetahuan tentang cara mengatur waktu belajar mereka, tetapi juga menawarkan
informasi tentang
belajar strategi. Jika intervensi berhasil meningkatkan penggunaan strategi pembelajaran siswa,
intervensi juga dapat meningkatkan efikasi diri siswa dalam lulus kursus. Dengan cara ini,
intervensi mungkin secara tidak langsung membantu mendorong siswa untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sebelum Belajar
Disengaja atau tidak, orang dewasa belajar dengan tujuan tertentu dalam pikirannya,
setidaknya dengan tujuan pembelajaran distal seperti mendapatkan nilai bagus, mendapatkan
gelar, atau memiliki pengembangan profesional. Selain itu, orang dewasa telah memperoleh
strategi belajar dan kebiasaan belajar tertentu yang telah mereka gunakan selama bertahun-tahun
(Wilson, 1997), yang mungkin efektif atau tidak efektif untuk digunakan untuk belajar dari jarak
jauh. Dengan demikian, untuk memahami penggunaan SRL oleh siswa sebelum belajar, SRL
mereka diukur sebelum percobaan dilakukan, terutama mengenai (1) kontrol keyakinan belajar
dan efikasi diri mereka dan (2) strategi metakognitif dan manajemen sumber daya. Kemudian
diberikan intervensi strategi pembelajaran dan / atau intervensi dalam manajemen waktu
pembelajaran.
Studi Intervensi Manajemen Waktu
Intervensi
Strategi
Pembelajar
an
Sebelum Belajar:
Keterampilan SRL Awal Prestasi
Selama Proses Pembelajaran
Setelah Belajar: Peningkatan SRL
Dari intervensi strategi pembelajaran, siswa belajar bahwa untuk mencapai tujuan distal
secara efektif, mereka perlu memiliki tujuan jangka pendek, yang disebut tujuan proksimal
(misalnya, menyelesaikan membaca dan meringkas bab 1 dalam Minggu1). Tujuan adalah
sesuatu yang secara sadar berusaha dicapai seseorang (Schunk, 1990). Tindakan menetapkan
tujuan — dalam hal ini adalah tujuan proksimal — dilakukan selama fase pemikiran ke depan
(Pintrich, 2004; Zimmerman, 2002; 2008) atau sebelum pembelajaran berlangsung. Penetapan
tujuan, menurut Schunk, mencakup kegiatan untuk menetapkan tujuan pembelajaran dan
memodifikasinya jika perlu seiring dengan kemajuan proses pembelajaran.
Setelah membaca intervensi strategi pembelajaran, siswa akan mengetahui pentingnya
memiliki tujuan pembelajaran proksimal dan menentukan tujuan pembelajaran yang spesifik,
terukur, dapat dicapai, dan realistis. Ketika siswa menentukan tujuan pembelajaran proksimal
mereka sendiri (misalnya, meringkas bab1 di Minggu1) diharapkan bahwa mereka akan
berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, menetapkan tujuan
proksimal dapat meningkatkan peluang dalam mencapainya dengan sukses
(Zimmerman, 2002), karena siswa diasumsikan memiliki motivasi internal untuk mencapai
tujuan. Tujuan proksimal berfungsi sebagai standar yang harus dicapai selama pembelajaran.
Begitu juga setelah membaca intervensi manajemen waktu, siswa akan mengetahui
pentingnya menentukan tujuan pembelajaran mingguan. Siswa dalam studi ini, kemudian,
didorong untuk menetapkan tujuan pembelajaran mingguan dan durasi waktu yang mereka
rencanakan untuk mencapai tujuan mingguan untuk kursus tertentu (yaitu, Pengantar Statistik
Sosial). Diasumsikan bahwa menetapkan tujuan pembelajaran mingguan yang dapat dicapai
dapat membantu siswa mengatasi penundaan dan manajemen waktu (Andrade & Bunker, 2009).
Mereka didorong untuk menggunakan standar absolut (Schunk, 1990) dengan menentukan
jumlah halaman yang akan mereka pelajari dalam minggu tertentu. Pada dasarnya, siswa di dua
dari empat kondisi penelitian diharapkan mencatat berapa halaman yang mereka pelajari setiap
minggu dan berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk belajar. Mereka juga diminta
untuk mengidentifikasi topik yang mereka pelajari.
Selama Belajar
Selama tahap proses pembelajaran, siswa mempelajari materi pelajaran dan beberapa
dari mereka diharapkan mempraktikkan pengetahuan tentang bagaimana memantau apakah
mereka berhasil mencapai tujuan pembelajaran mereka sendiri (misalnya, mempelajari bab # 2,
35 halaman).
Selama proses ini, peserta didik yang mengatur diri sendiri diharapkan untuk mengamati sendiri
kinerja mereka dengan mencatat perilaku atau aktivitas mereka untuk mencapai tujuan
pembelajaran mereka. Perilaku yang diinginkan adalah tindakan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan selama proses pemikiran ke depan. Pengamatan diri termasuk merekam perilaku yang
diinginkan sendiri, dalam hal waktu dan durasi setiap periode pembelajaran (Schunk, 1990).
Dengan mengetahui perkembangan mingguan mereka, diharapkan siswa akan berprestasi lebih
baik secara konsekuen. Menurut Bandura (1991), observasi diri hanya dapat meningkatkan
kinerja seseorang jika ia memperoleh bukti yang jelas tentang kemajuan belajarnya sebagai hasil
dari kegiatan merekam diri.
Intervensi juga termasuk dorongan bagi siswa untuk mengatur waktu belajar secara
teratur. Misalnya, disebutkan bahwa setiap individu kemungkinan besar akan merasa puas bila
dapat mencapai tujuannya sendiri dengan sukses. Mereka didorong untuk belajar secara teratur,
lebih berupaya untuk belajar, dan memiliki self-efficacy yang lebih tinggi untuk menyelesaikan
studinya, sehingga mereka berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam studinya dan
menyelesaikan studinya. Mereka juga diberitahu bahwa mereka dapat mengubah tujuan belajar
mereka selama dan setelah proses pembelajaran kapan
Pengamatan diri mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mencapai tujuan pembelajaran
mereka sendiri dalam minggu-minggu tertentu atau mencapai tujuan pembelajaran dengan terlalu
mudah. Diharapkan ketika seorang siswa menyadari bahwa dia dapat mencapai tujuan
pembelajaran realistik tertentu; dia akan cenderung untuk menetapkan tujuan berurutan atau
antusias melakukan tujuan berurutan dan melakukan beberapa upaya untuk mencapai tujuan
tersebut. Bandura menekankan bahwa swa-monitor setidaknya harus mencatat waktu dan durasi
terjadinya perilaku yang diinginkan secara teratur.
Dengan demikian, diharapkan sejumlah peserta dalam penelitian ini tidak hanya
membiasakan diri belajar secara rutin setiap minggunya tetapi juga mampu mengevaluasi
tujuan pembelajaran mingguannya dan meningkatkan kemampuannya dalam menetapkan
tujuan pembelajaran yang lebih dapat dicapai.
Setelah Belajar
Selama fase pembelajaran ini, beberapa siswa mempraktikkan bagaimana mengevaluasi
pencapaian rencana studi mingguan mereka untuk mempelajari mata pelajaran tertentu. Dalam
hal ini, mereka memberikan beberapa alasan mengapa mereka berhasil atau tidak berhasil dalam
mencapai rencana studinya. Pengamatan diri diikuti oleh penilaian diri sendiri di mana siswa
mengevaluasi kinerja mereka terhadap kriteria tertentu, seperti tujuan pembelajaran pribadi dan
tujuan kursus (Andrade & Bunker, 2009). Banyak siswa dengan kebiasaan belajar yang buruk
dapat belajar banyak dari proses observasi diri tentang berapa banyak waktu belajar yang mereka
buang untuk kegiatan non-akademik (Schunk, 1990). Dengan demikian, siswa diharapkan dapat
mengevaluasi diri dan mengubah perilakunya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Dalam studi saat ini,
Penilaian diri biasanya diikuti oleh reaksi diri, yang melibatkan perasaan puas tentang
kinerja seseorang (Schunk, 1990). Motivasi siswa akan meningkat jika mereka yakin bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk berhasil dan upaya yang meningkat akan membantu mereka
menyelesaikan tugas pembelajaran dengan sukses. Dengan peningkatan kemanjuran diri, siswa
mungkin berusaha lebih keras untuk terus mengejar tujuan pembelajaran mereka. Di sisi lain,
ketika seorang siswa merasa kecewa dengan penampilannya sendiri, dia bisa belajar lebih keras
untuk mencapai yang lebih baik di lain waktu atau belajar lebih sedikit karena merasa tidak
mampu menyelesaikan tugas belajar tertentu. Ketika dia berpikir bahwa tujuan belajarnya pada
minggu tertentu terlalu ambisius atau terlalu sulit untuk dicapai, dia bisa
memodifikasi tujuan pembelajaran (misalnya, ketika membaca satu bab dari 50 halaman dalam
satu jam tidak tercapai, dia dapat menambahkan satu jam lagi untuk belajar minggu berikutnya
untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran). Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan
memberikan alasan jika mereka gagal mencapai tujuan pembelajaran dan menjelaskan apa
yang akan mereka lakukan untuk menghindari masalah yang sama.
Setelah proses pembelajaran, tingkat penggunaan SRL siswa di kedua skala tersebut
diukur lagi selain untuk mendapatkan ukuran pencapaian siswa dan penyelesaian kursus.
Apabila intervensi tersebut berhasil meningkatkan pemanfaatan SRL siswa di UT, maka
diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kebiasaan belajar siswa, setidaknya terkait
dengan peningkatan keteraturan waktu belajar mereka. Ketika siswa mempertahankan
kebiasaan belajarnya secara teratur, kemungkinan mereka dapat mencapai tujuan belajarnya
dengan lebih baik. Pencapaian tujuan pembelajaran mereka diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan diri mereka untuk tampil lebih baik dalam kursus tersebut. Selain itu, kinerja yang
lebih baik kemungkinan besar akan meningkatkan kesempatan mereka untuk menyelesaikan
studi di universitas.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka tentang variabel penelitian terkait
(yaitu, SRL, prestasi akademik, dan penyelesaian mata kuliah), ada lima hipotesis yang akan
dinilai dalam penelitian ini yang sesuai dengan tiga pertanyaan penelitian tersebut di atas.
1. Apakah siswa yang diberikan intervensi berbeda dalam tingkat SRL, prestasi, dan
penyelesaian kursus dibandingkan dengan siswa yang tidak diberikan materi
pelatihan? Ada tiga hipotesis yang akan diuji untuk pertanyaan penelitian pertama,
sebagai berikut:
(1) Siswa yang diberikan intervensi memperoleh SRL yang lebih tinggi daripada
mereka yang tidak diberikan intervensi.
Siswa yang menerima pelatihan dalam penggunaan strategi SRL ditemukan telah
meningkatkan penggunaan SRL secara signifikan ketika belajar dengan
hypermedia yang berkontribusi pada pergeseran model mental mereka (Avezedo &
Cromley, 2004).
Intervensi pada keterampilan belajar juga tampaknya memiliki efek positif pada
perkembangan motivasi dan keterampilan strategi pembelajaran siswa (Hofer &
Yu, 2003).
Selain itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa intervensi manajemen
waktu membantu siswa meningkatkan strategi pembelajaran mereka (Lynch &
Kogan, 2004; Terry, 2002).
(2) Siswa yang diberikan intervensi mencapai lebih baik dalam ujian akhir.
Pelatihan strategi pembelajaran dan motivasi menghasilkan peningkatan IPK pada
mahasiswa (Tuckman, 2003). Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa
siswa yang lebih mampu mengatur sendiri pembelajaran mereka cenderung berhasil
secara akademis (Azevedo & Cromley, 2004; Azevedo et al., 2004; Chen, 2002;
King, et al., 2000; Pintrich & DeGroot , 1990; Pintrich, dkk., 1993; Zimmerman,
1990; Zimmerman, 2002; Zimmerman & Kitsantas, 1997; Zimmerman &
Martinez-Pons, 1990).
Selain itu, siswa yang menerima nilai lebih tinggi dalam kursus online dilaporkan
lebih mungkin untuk mengontrol penjadwalan, perencanaan, dan mengatur waktu
belajar mereka (Puzziferro, 2008). Siswa yang mampu mengatur waktu mereka
cenderung berprestasi lebih baik dalam kursus mereka (Pintrich, et al., 1993).
Manajemen waktu juga dilaporkan berkontribusi pada IPK kumulatif mahasiswa
dari mahasiswa (Britton & Tesser, 1991).
(3) Siswa yang diberikan intervensi memiliki tingkat penyelesaian kursus yang
lebih tinggi.
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa siswa yang berhasil, yang lebih mungkin
untuk bertahan dalam studi mereka, tampaknya mendapatkan nilai yang lebih
tinggi dalam manajemen waktu dan studi (Holder, 2007).
2. Apakah siswa dengan tingkat SRL yang lebih tinggi juga memiliki tingkat pencapaian
yang lebih tinggi? Untuk pertanyaan penelitian ini, hipotesisnya adalah sebagai berikut:
(4) Siswa dengan nilai SRL yang tinggi mencapai lebih baik dalam ujian akhir.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa siswa dengan tingkat pembelajaran
mandiri yang lebih tinggi cenderung mencapai prestasi akademis yang lebih baik
(Azevedo, et al., 2004; Lynch & Dembo, 2004; Pintrich & DeGroot, 1990;
Zimmerman, 2002; Zimmerman & Martinez-Pons, 1986 ). Efikasi diri dilaporkan
sebagai prediktor terbaik pencapaian siswa di antara variabel SRL lainnya (Lynch
& Dembo, 2004) dan siswa yang berhasil yang memiliki skor lebih tinggi dalam
studi mereka tampaknya juga memiliki skor yang lebih tinggi dalam efikasi diri
(Holder, 2007).
3. Apakah siswa dengan tingkat SRL yang lebih tinggi juga memiliki tingkat
penyelesaian kursus yang lebih tinggi? Untuk pertanyaan penelitian ini, hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
(5) Siswa dengan tingkat SRL yang tinggi memiliki tingkat kelulusan yang lebih tinggi.
Siswa yang dilaporkan kemungkinan akan mendaftar untuk kursus jarak jauh di
masa depan cenderung memiliki skor yang lebih tinggi pada keterampilan belajar
dan penetapan tujuan (King, et al., 2000). Holder (2007) juga menemukan bahwa
siswa yang bertahan dalam studi mereka tampaknya memiliki skor yang lebih
tinggi dalam dukungan emosional dan self-efficacy, serta dalam manajemen waktu
dan studi SRL. Keyakinan motivasi yang lebih tinggi dan kemampuan mengatur
waktu dianggap berpengaruh pada mahasiswa untuk bertahan dalam studinya.
Seperti yang dikemukakan Schunk (1990), motivasi siswa akan meningkat ketika
mereka yakin mereka memiliki kemampuan untuk berhasil. Dengan demikian,
peningkatan motivasi kemungkinan akan mempengaruhi upaya belajar mereka dan
peningkatan upaya akan membantu mereka menyelesaikan tugas belajar dengan
sukses.
BAB TIGA METODE
Tujuan dari penelitian ini ada tiga, khususnya: (1) untuk mengetahui pengaruh intervensi
strategi pembelajaran terhadap penggunaan SRL, prestasi, dan penyelesaian mata kuliah siswa
dalam pengaturan pendidikan jarak jauh, (2) untuk mengetahui pengaruh intervensi manajemen
waktu pada penggunaan SRL oleh siswa, pencapaian, dan penyelesaian kursus, dan (3) untuk
mengetahui apakah siswa dengan tingkat SRL yang lebih tinggi juga memiliki tingkat
pencapaian dan penyelesaian kursus yang lebih tinggi.
Untuk memenuhi tujuan penelitian ini, dilakukan studi eksperimental yang melibatkan siswa
yang ditugaskan secara acak yang terdaftar di tiga perguruan tinggi di UT. Penelitian
dilaksanakan pada semester pertama dan kedua tahun 2011 atau dikenal dengan semester 2011.1
dan 2011.2. Semester di UT resmi dimulai seminggu setelah masa pendaftaran berakhir, yaitu
pada minggu kedua bulan Maret tahun 2011.1 dan minggu ketiga bulan September tahun 2011.2.
Penelitian ini dilakukan sekitar dua minggu sebelum periode 8 minggu dari sesi tutorial yang
ditawarkan di UT. Di UT, tutorial (tutorial tatap muka dan online) untuk Program Pendidikan
Non Guru ditawarkan secara opsional dalam delapan sesi untuk mendukung pembelajaran siswa.
Sesi tutorial dimulai seminggu setelah akhir periode pendaftaran dan berakhir seminggu sebelum
periode ujian akhir. Siswa-siswa ini secara resmi memiliki waktu 10 minggu untuk mempelajari
materi pembelajaran dari akhir periode pendaftaran hingga periode ujian akhir. Namun, mereka
didorong untuk mendaftar dan mempelajari materi kursus sendiri sebelum sesi tutorial dimulai.
Target peserta penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki alamat email “valid” di
sistem catatan mahasiswa (SRS) universitas. Mengingat bahwa mereka memiliki alamat email
yang seharusnya valid di SRS, siswa ini diasumsikan memiliki akses ke Internet dan diharapkan
untuk mendaftar untuk mendaftar dalam tutorial strategi pembelajaran online yang dirancang
untuk penelitian ini.
Desain penelitian
Studi ini dapat dianggap sebagai studi eksplorasi dengan tujuan untuk mengidentifikasi
efek, hubungan dan metode yang dapat diselidiki lebih lanjut dalam studi selanjutnya. Dalam
studi seperti kali ini, terdapat banyak potensi sumber kesalahan karena terbatasnya informasi
sebelumnya tentang metodologi yang dapat dikontrol secara hati-hati di lingkungan ini.
Terlepas dari sifat eksplorasi penelitian ini dalam pengaturan pendidikan, penelitian ini
menggunakan desain pretest-posttest kelompok kontrol acak (Dimitrov & Rumrill, 2003)
seperti yang dijelaskan pada Tabel 3 dengan dua variabel independen (intervensi strategi
pembelajaran dan intervensi manajemen waktu studi) . Setiap variabel independen terdiri dari
dua level (dengan dan tanpa intervensi).
Tabel 3
Representasi Desain Penelitian
Grup Acak Pretest Intervensi Posttest
Eksperimen 1 (Grup 1) R O1 X1 + X2 O2 + O3 +
O4
Eksperimen 2 (Grup 2) R O1 X1 O2 + O3 +
O4
Eksperimen 3 (Grup 3) R O1 X2 O2 + O3 +
O4
Kontrol (Grup 4) R O1 - O2 + O3 +
O4
Catatan: R = Tugas Acak; O1 = Kuesioner Strategi Pembelajaran untuk Pretest;
O2 = Kuesioner Strategi Pembelajaran untuk Posttest; O3 = Nilai Ujian Akhir pada mata pelajaran
tertentu O4 = Nilai Mata Pelajaran pada mata pelajaran tertentu; X1 = Intervensi pada Strategi
Pembelajaran
X2 = Intervensi Manajemen Waktu Belajar
Siswa yang bersedia untuk mengambil bagian dalam penelitian dan menanggapi
kuesioner strategi pembelajaran online secara acak dibagi menjadi empat kelompok kondisi
penelitian. Kelompok pertama siswa (Kelompok 1) diberikan Intervensi Strategi Pembelajaran
berbasis Web dan Intervensi Manajemen Waktu Belajar berbasis Web. Kelompok siswa kedua
(Kelompok 2) hanya diberikan Intervensi Strategi Pembelajaran Berbasis Web. Kelompok siswa
ketiga (Kelompok 3) hanya diberikan Intervensi Manajemen Waktu Studi berbasis Web.
Kelompok siswa terakhir (Kelompok 4) sebagai Kelompok Kontrol tidak mendapatkan
perlakuan apapun.
Dalam penelitian ini, tutorial online yang dirancang khusus untuk kelompok penelitian 1, 2, dan
3 disebut dengan Tutorial Strategi Pembelajaran 1, Tutorial Strategi Pembelajaran 2, dan
Tutorial Strategi Pembelajaran 3.
Variabel Penelitian
Variabel independen
Ada dua variabel independen dalam penelitian ini. Variabel independen pertama adalah
penyediaan Intervensi Strategi Pembelajaran Berbasis Web dengan dua tingkatan: dengan dan
tanpa pemberian intervensi. Intervensi strategi pembelajaran ini dirancang khusus untuk
memberi tahu siswa tentang pentingnya menggunakan waktu secara efektif dan pentingnya
menetapkan tujuan pembelajaran yang realistis, dapat dicapai, akurat, dan spesifik.
Variabel independen kedua adalah pemberian Intervensi Manajemen Waktu Studi,
dengan dua tingkatan: dengan dan tanpa pemberian intervensi. Intervensi ini mengacu pada
tutorial berbasis web tentang manajemen waktu studi. Intervensi ini dilengkapi dengan alat atau
instrumen yang dirancang khusus untuk digunakan siswa dalam mencatat tujuan pembelajaran
mingguan dan waktu belajar serta mendokumentasikan pencapaian tujuan pembelajaran dan
waktu belajar sebenarnya.
Variabel dependen
Ada tiga variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini. Variabel dependen pertama
adalah persepsi siswa tentang penggunaan SRL ketika mempelajari kursus tertentu. Variabel ini
disebut sebagai penggunaan SRL oleh siswa dalam penelitian ini. SRL dalam konteks ini
mengacu pada sejauh mana siswa mengarahkan motivasinya dan menggunakan strategi
metakognitif dan perilaku untuk mencapai tujuan belajarnya (Zimmerman, 1990). Sehubungan
dengan definisi SRL, penelitian ini mencakup strategi metakognitif, motivasi, dan perilaku SRL.
Contoh strategi metakognitif yang akan diukur adalah penetapan tujuan dan pemantauan
pencapaian tujuan saat belajar. Contoh strategi motivasi adalah persepsi efikasi diri dan
pengendalian keyakinan belajar. Contoh strategi perilaku adalah perencanaan waktu dan upaya
serta pemantauan penggunaan waktu dan upaya untuk belajar. Variabel terikat kedua adalah
prestasi siswa (yaitu, nilai siswa pada ujian akhir mata pelajaran tertentu). Variabel ketiga
adalah penyelesaian kursus (yaitu, status lulus atau tidak lulus pada kursus tertentu).
Pengukuran
Penggunaan SRL oleh siswa diukur dengan menggunakan lima subskala MSLQ
(Pintrich, et al., 1991). Kuesioner asli terdiri dari dua skala (skala motivasi dan skala strategi
pembelajaran) yang mencakup 15 subskala (81 item). Untuk tujuan penelitian, hanya lima
subskala dari MSLQ yang terdiri dari 36 item yang digunakan (lihat Tabel 4).
Skala Motivasi dari MSLQ termasuk subskala Pengendalian Keyakinan Belajar dan
Efikasi Diri. Skala motivasi ini untuk mengukur bagaimana seorang siswa berpikir tentang
probabilitas keberhasilannya dalam suatu mata pelajaran dan kepercayaan dirinya dalam
menguasai isi mata pelajaran tersebut.
(Pintrich, dkk., 1991). Menurut Pintrich dkk., Skor yang tinggi berarti bahwa seseorang
percaya bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam suatu kursus tertentu dan merasa yakin
bahwa dia akan dapat memahami materi kursus tersebut.
Tabel 4
Skala MSLQ yang digunakan dalam penelitian ini
Skala Berlangganan # Item ∑ Item
Motivasi Kontrol keyakinan belajar 1, 4, 7, 10, 4
Keyakinan
Efikasi Diri 2, 3, 5, 6, 8. 9, 11, 12 8
Belajar Regulasi diri metakognitif 13, 15, 17, 19, 22, 23, 24, 25, 27, 12
Strategi 32, 34, 35
Waktu dan lingkungan belajar 14, 18, 21, 28, 29, 30, 33, 36 8
Regulasi usaha 16, 20, 26, 31 4
Skala Strategi Pembelajaran MSLQ yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
subskala Metakognitif Self-Regulation, Time and Study Environment, dan Effort Regulation.
Regulasi Diri Metakognitif termasuk item mengenai perencanaan, penetapan tujuan, dan
pemantauan pencapaian tujuan saat belajar. Skala ini untuk mengukur seberapa sering seorang
siswa memikirkan apa yang dia baca atau pelajari saat dia mengerjakan tugasnya (Pintrich, et al.,
1991). Nilai tinggi berarti bahwa seorang siswa berusaha membuat rencana untuk belajar dan
memeriksa apakah dia memahami materi pelajaran. Waktu dan Lingkungan Belajar mencakup
hal-hal mengenai penjadwalan, perencanaan, pengaturan waktu belajar seseorang, dan
pengaturan tempat untuk belajar. Skala ini untuk mengukur seberapa baik seorang siswa
mengatur waktu dan jadwalnya dan mengatur tempat untuk belajar (Pintrich, et al., 1991). Nilai
yang tinggi berarti ia memiliki metode untuk mengatur jadwalnya dan mencoba belajar di tempat
yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Effort Regulation mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan pengelolaan komitmen seseorang ketika menghadapi kesulitan dalam belajar.
Skala ini untuk mengukur kemauan siswa untuk bekerja keras pada tugasnya, bahkan ketika dia
menghadapi tugas membaca atau belajar yang sulit (Pintrich, et al., 1991). Nilai yang tinggi
berarti dia berusaha keras dan berusaha keras dalam pembelajarannya. bahkan ketika dia
menghadapi tugas membaca atau belajar yang sulit (Pintrich, et al., 1991). Nilai yang tinggi
berarti dia berusaha keras dan berusaha keras dalam pembelajarannya. bahkan ketika dia
menghadapi tugas membaca atau belajar yang sulit (Pintrich, et al., 1991). Nilai yang tinggi
berarti dia berusaha keras dan berusaha keras untuk belajar.
Angket skala 7 yang digunakan dalam disertasi ini terdiri dari 36 item. Setiap item
menyusun pernyataan dengan format skala Likert tujuh poin dengan opsi respons mulai dari 1
(sama sekali tidak benar bagi saya) hingga 7 (sangat benar bagi saya). Skor subskala dihitung
dengan rata-rata skor item yang menyusun subskala tersebut (Pintrich, et al., 1991). Untuk
Misalnya, subskala Self-Efficacy memiliki delapan item. Skor individu untuk self-efficacy akan
dihitung dengan menjumlahkan skor dari delapan item dan mengambil rata-rata. Peringkat untuk
item dengan kata-kata negatif harus dibalik sebelum skor individu dihitung (Pintrich, et al.,
1991). Misalnya, jika seseorang mendapat skor 2 pada item negatif, skor tersebut harus dibalik
menjadi 6 sebelum skor untuk subskala terkait dihitung. Dengan demikian, skor untuk subskala
dalam MSLQ dihitung berdasarkan versi item dengan kata-kata positif. Secara umum, skor yang
lebih tinggi seperti 4, 5, 6, atau 7 dikategorikan lebih baik daripada skor yang lebih rendah
seperti 1, 2, atau 3 (Pintrich, et al., 1991). Selain itu, menurut Pintrich dkk, seorang siswa
dianggap berprestasi baik jika memperoleh nilai di atas 3 di setiap subskala.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah terjemahan bahasa Indonesia dari
subskala MSLQ dengan beberapa adaptasi untuk setting pendidikan jarak jauh. Misalnya, kata
'di kelas seperti ini' di item # 1 di MSLQ asli diganti dengan kata 'di kursus seperti ini'.
Kuesioner diberikan kepada semua kelompok penelitian sebagai survei elektronik. Itu diberikan
sebelum (pretest) dan setelah percobaan (posttest) untuk mengukur perbedaan dalam
penggunaan SRL oleh siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol sebelum dan sesudah
penerapan intervensi. MSLQ dalam penelitian ini disebut Kuesioner Strategi Pembelajaran
(Bahasa Indonesia: Kuesioner Strategi Belajar) agar mudah diingat oleh peserta penelitian. Jadi,
Dalam konteks penelitian ini prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan nilai
siswa pada ujian akhir mata kuliah tertentu pada akhir semester. Prestasi siswa diukur setelah
nilai ujian akhir diperoleh dari SRS. Penyelesaian kursus siswa diukur setelah nilai, yang
diperoleh dari SRS, diumumkan. Status penyelesaian kursus siswa dikategorikan dengan
menggunakan nilai akhir kursus siswa. Siswa yang tidak melebihi nilai kelulusan (menerima
nilai D atau E) atau yang tidak mengikuti ujian dianggap sebagai siswa yang tidak
menyelesaikan ujian. Dalam hal ini, siswa yang menerima nilai A, B, atau C dianggap sebagai
yang tuntas.
Selain itu, informasi demografi siswa juga dikumpulkan. Kuesioner demografis
diberikan bersama dengan Kuesioner Strategi Pembelajaran kepada semua kelompok siswa
sebelum intervensi diberikan kepada kelompok perlakuan. Informasi demografi siswa yang
dikumpulkan adalah nama, nomor siswa, alamat email, jenis kelamin, umur,
status perkawinan, jumlah anak dalam pengasuhan, latar belakang pendidikan, pekerjaan, pusat
wilayah, tahun pendaftaran pertama, program studi, dan jumlah SKS yang diambil pada saat
penelitian ini dilakukan.
Berdasarkan tanggapan kuesioner pertama data gabungan (n = 321, terdiri dari responden
gelombang pertama = 91 dan responden gelombang kedua = 230), konsistensi internal dari total
item kuesioner strategi pembelajaran menunjukkan bahwa instrumen berkualitas baik (alpha =
0,92). Koefisien reliabilitas subskala kuesioner adalah: Kontrol Keyakinan Belajar (alpha =
0,65), Self-Efficacy (alpha = 0,89), Metakognitif Self-Regulation (alpha = 0,82), Waktu dan
Lingkungan Belajar (alpha = .66) dan Regulasi Upaya (alpha = .49). Koefisien reliabilitas yang
rendah dari beberapa subskala SRL yang diukur dengan instrumen ini menunjukkan bahwa
beberapa item mungkin tidak sesuai untuk mengukur SRL mahasiswa Indonesia atau dianggap
ambigu atau membingungkan oleh mahasiswa.
Peserta
Populasi sasaran penelitian ini adalah mahasiswa S1 yang terdaftar di Program
Pendidikan Non Guru di UT tahun 2011. Penelitian ini melibatkan siswa yang terdaftar di
seluruh Regional Center — kantor perwakilan UT yang berada di 37 wilayah di Indonesia —
yang tercatat memiliki alamat email yang valid. di SRS. Diasumsikan bahwa siswa ini
kemungkinan besar memiliki akses mudah ke Internet baik di rumah, kantor, atau di Kios
Internet yang tersedia di lingkungan mereka. Sejalan dengan itu, mereka kemungkinan besar
akan memiliki kesempatan untuk mengikuti tutorial online yang ditawarkan dalam studi ini.
Semua siswa dalam kelompok sasaran yang memiliki alamat email diundang untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Dengan menggunakan GPower 3.1, dihitung bahwa untuk memiliki empat kelompok
eksperimen, penelitian ini membutuhkan sekitar 20 siswa (diharapkan Effect Size = 0,40, Power
= 0,80, ANOVA, 4 kelompok) untuk masing-masing kondisi penelitian. Dengan demikian,
jumlah keseluruhan keempat kelompok siswa itu ditargetkan menjadi kurang lebih 80 siswa.
Karena sedikitnya jumlah peserta aktif dalam studi ini selama tahun 2011.1,
pengumpulan data kedua dilakukan. Oleh karena itu, ada dua gelombang pengumpulan data
yang mengumpulkan dua tipe partisipan yang berbeda sebagai berikut.
Gelombang Pertama Peserta
Jenis peserta pertama adalah mereka yang berpartisipasi dalam penelitian ini pada semester
2011.1.
Para peserta ini adalah mahasiswa yang terdaftar dalam mata kuliah Pengantar Statistik Sosial.
Mata kuliah tersebut dipilih karena merupakan mata kuliah statistika yang biasanya dianggap
sulit bagi banyak mahasiswa. Itu adalah mata kuliah wajib di delapan program studi di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan di dua program studi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA). Diharapkan bahwa intervensi akan memberikan efek positif pada
penggunaan SRL oleh siswa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi dan penyelesaian
kursus mereka.
Calon peserta di setiap kelompok dipilih secara acak dari sekelompok siswa sasaran yang
terdaftar dalam mata kuliah Pengantar Statistik Sosial pada tahun 2011. Perekrutan mahasiswa
dilakukan melalui email. Siswa yang alamat emailnya (yahoo, gmail, ymail, hotmail, dan alamat
email terkait pekerjaan) terdaftar di SRS dianggap sebagai populasi target. Karena UT tidak
menyediakan alamat email yang dibuat secara institusional untuk siswa yang terdaftar, siswa itu
sendiri membuat alamat email mereka dengan penyedia email sumber terbuka untuk digunakan
dalam berkomunikasi dengan UT. Selain email undangan, pemberitahuan tentang pelaksanaan
studi ini juga dimuat di situs resmi UT. Penjelasan lebih lanjut disajikan pada bagian Prosedur
pada bab ini.
Sekitar 4.000 siswa terdaftar untuk Pengantar Statistik Sosial pada tahun 2011.1, tetapi
hanya 604 (15%) yang tercatat memiliki alamat email di SRS (The Examination Center, 2011a).
Dari 604 siswa, hanya sekitar dua pertiga dari email undangan yang dapat dikirim. Email tidak
terkirim mungkin karena alamat email siswa tidak valid. Tidak ada upaya untuk memantau
siswa mana yang membaca email undangan.
Jumlah siswa yang menjawab kuesioner adalah 185 (tingkat tanggapan = 31%),
tetapi hanya 127 responden yang menyelesaikan kuesioner (tanggapan yang valid adalah
69%).
Namun, hanya 98 siswa yang dapat dianggap sebagai responden yang valid (yaitu, terdaftar
dalam kursus Pengantar Statistik Sosial pada tahun 2011.1 di FISIP dan FMIPA). Di antara
mereka, 67 (91%) mendaftar untuk mengikuti tutorial online yang dirancang untuk memberikan
intervensi untuk Kelompok 1, 2 atau 3. Dalam hal ini, jumlah siswa antar kelompok tidak sama
karena tugas kelompok itu dilakukan sebelum email undangan dikirim kepada mereka (lihat
Prosedur di Bab ini). Adapun Kelompok 4, siswa yang menanggapi e-survei secara otomatis
dipertimbangkan
sebagai anggota grup. Dengan penambahan responden pada kelompok 4 maka jumlah
responden pada pengumpulan data gelombang pertama sebanyak 91 siswa.
Tabel 5 menampilkan distribusi siswa dalam setiap kondisi penelitian pada gelombang
pertama peserta penelitian. Tabel ini termasuk siswa menanggapi Kuesioner Strategi
Pembelajaran pertama (pretest) yang mendaftar untuk mengikuti tutorial online untuk Kelompok
1, 2, dan 3 serta responden di Kelompok 4. Siswa di Kelompok 1, 2, dan 3 yang mengakses
Tutorial Strategi Pembelajaran terdiri dari 91% dari total responden dalam tiga kelompok.
Tabel 5
Jumlah Responden di Setiap Kondisi Penelitian
∑Responden
Kelompok ∑ Responden % Mengakses %
Tutorial
1 24 24,5% 21 87,5%
2 23 23,5% 22 95,6%
3 27 27,5% 24 88. 9%
4 24 24,5% - -
Total 98 100% 67 90,5%
∑Responden
Kelo Responden ∑
% Diakses itu%
mpok Tutorial
1 68 23,9% 53 77,9%
2 65 22,9% 47 72,3%
3 71 25% 56 78,9%
4 80 28,2% - -
Total 284 100% 156 77%
Namun, tidak semua responden yang telah ditetapkan sebelumnya di Grup 1, 2, atau 3
mendaftar untuk mengakses Tutorial Strategi Pembelajaran online terkait. Persentase responden
yang mengakses Tutorial Strategi Pembelajaran online terkait untuk Kelompok 1, 2, dan 3
masing-masing adalah 78%, 72%, dan 79% (lihat Tabel 6). Proporsi siswa yang mengakses
tutorial strategi pembelajaran di ketiga kelompok secara keseluruhan adalah 77% dari responden
dalam kelompok ini. Kemudian, hanya siswa yang mengakses Tutorial Strategi Pembelajaran
online yang akan dianggap sebagai anggota kelompok untuk dimasukkan dalam analisis lebih
lanjut. Sedangkan untuk Kelompok 4, siswa yang menanggapi e-survey secara otomatis
dianggap sebagai anggota kelompok dan semuanya akan dimasukkan dalam analisis data.
Niat mahasiswa untuk berpartisipasi dalam dukungan pembelajaran online sepertinya
tidak terlalu menggembirakan di UT. Meskipun tutorial online untuk kursus apa pun dapat
berkontribusi hingga 30% dari nilai kursus, siswa tampaknya tidak memanfaatkan sistem
pendukung. Misalnya, pada semester 2011.2, ketiga perguruan tinggi tersebut menawarkan
tutorial online untuk 361 mata kuliah dengan 93.958 mahasiswa terdaftar dalam mata kuliah
tersebut. Namun, hanya 20% dari siswa yang terdaftar bergabung dalam tutorial online (The
Examination Center, 2011b).
Profil Responden
Tabel 7 menunjukkan profil responden yang valid pada pengumpulan data gelombang pertama
dan kedua. Terdapat kesamaan profil responden pada pengumpulan data pertama dan kedua.
Misalnya, responden di kedua gelombang pendataan sebagian besar bekerja
orang dewasa yang berusia 40 tahun atau lebih muda, belum menikah atau menikah tanpa
anak atau dengan 1-2 anak.
Tabel 7
Profil Responden
Mayoritas responden adalah lulusan SMA yang cenderung bekerja di sektor swasta.
Mereka kebanyakan tergolong pelajar dewasa, berusia antara 25-40 tahun. Meskipun bekerja
dewasa, para siswa mengambil antara 12-24 jam kredit (yaitu, 4-8 mata kuliah) dan banyak yang
bahkan mengambil lebih dari 24 jam kredit dalam satu semester.
Menurut Boston, Ice, dan Gibson (2011), mayoritas mahasiswa tradisional berusia antara
18 dan 24 tahun. Tetapi sekarang siswa yang lebih dewasa memasuki pendidikan tinggi, terutama
dalam pengaturan pendidikan jarak jauh. Di Inggris, siswa yang lebih tua dari 21 tahun dianggap
siswa dewasa, di AS dan Kanada siswa dewasa adalah siswa yang lebih tua dari 22 tahun, dan di
Australia yang lebih dari 25 tahun disebut siswa 'dewasa' (Trueman & Hartley, 1996). Dengan
demikian, partisipan penelitian ini sebagian besar dapat dikategorikan sebagai pelajar dewasa
pendidikan jarak jauh. Persentase mahasiswa dewasa dalam penelitian ini (70%) lebih tinggi
dibandingkan mahasiswa UT di tiga perguruan tinggi pada tahun 2011,2, yaitu 59% (Divisi
Registrasi, 2011b). Ini mungkin menunjukkan bahwa siswa yang lebih tua lebih bersedia untuk
mengambil bagian dalam penelaahan ini.
Selain itu, berdasarkan data dari Registration Division (2011b), proporsi jenis kelamin
dalam penelitian ini (57% laki-laki, 43% perempuan) sedikit lebih tinggi daripada proporsi jenis
kelamin dalam populasi (50% laki-laki, 50% perempuan) . Ini mungkin menunjukkan bahwa
laki-laki lebih tertarik untuk mengambil bagian dalam penelitian ini atau ada lebih banyak laki-
laki dengan alamat email yang valid di SRS dibandingkan siswa perempuan. Selain itu, jika
mahasiswa yang bertempat tinggal di Jakarta hanya 6% dari mahasiswa di tiga perguruan tinggi
(Bagian Registrasi, 2011b), 30% pesertanya berasal dari Ibu Kota ini. Sementara 55% dari
populasi siswa yang sama bertempat tinggal di luar Pulau Jawa pada tahun 2011.2, 30%
pesertanya berasal dari Regional Center di luar Jawa. Ini sebenarnya bukan proporsi yang buruk,
Terlepas dari kesamaan yang ada di antara peserta dalam dua gelombang data, ada
perbedaan yang cukup mencolok dalam karakteristik kedua jenis peserta. Perbedaan pertama dan
terpenting adalah kenyataan bahwa siswa pada pengumpulan data pertama semua mengambil
mata kuliah Pengantar Statistik Sosial. Dengan demikian, mereka semua memikirkan mata kuliah
yang sama saat menjawab Kuisioner Strategi Pembelajaran, sedangkan data pendataan kedua
mungkin memiliki pandangan mata kuliah yang berbeda saat mengisi kuisioner. Kedua,
persentase siswa laki-laki dan perempuan pada data gelombang kedua lebih merata daripada data
pengumpulan pertama. Selain itu, jumlah responden yang terdaftar di FISIP dan FEKON hampir
sebanding pada pendataan kedua.
Perlu diingat bahwa IPK yang digunakan disini adalah IPK semester sebelumnya yang
diperoleh mahasiswa yang diperoleh dari SRS. Dengan demikian, pencantuman “NA” di IPK
bisa diartikan bahwa data belum tersedia karena mahasiswa baru pertama kali mendaftar pada
semester tersebut atau karena alasan lain yang tidak dapat dijelaskan. Dalam hal ini, dengan
mengecualikan data dengan status "NA", kami dapat mengasumsikan bahwa sekitar 20 hingga
27% peserta menunjukkan kinerja yang sangat buruk dalam studi mereka. Jumlah mahasiswa
pada kedua gelombang data dengan IPK antara 2.0 dan 2.5 adalah 82 (36%). Jika kami
menghitung semua peserta yang IPKnya di bawah 2,5, jumlah peserta yang kurang berprestasi
menjadi sangat tinggi.
Data mahasiswa gelombang pertama dan kedua hanya dibedakan dalam keanggotaan
perguruan tinggi, pendaftaran tahun pertama, dan mata kuliah yang dirujuk saat menanggapi
Kuisioner Strategi Pembelajaran pada penelitian ini. Mahasiswa gelombang pertama terdiri dari
97% mahasiswa FISIP dan 3% FMIPA, sedangkan gelombang kedua 50% mahasiswa FISIP,
40% mahasiswa FEKON.
dan sisanya dari FMIPA. Sedangkan mahasiswa gelombang II yang mendaftar di UT sejak
2009.2 hingga 2011.2, sejumlah mahasiswa (13%) gelombang pertama mendaftar sebelum
semester 2009.1.
Bahan
Materi intervensi dikembangkan pada tahap pra eksperimen yang bertujuan untuk
menyiapkan materi intervensi dan mengujicobakan materi. Tahap penyusunan materi intervensi
terdiri dari pemilihan materi dan penulisan materi. Uji coba materi intervensi dimaksudkan untuk
mengetahui apakah materi intervensi mudah dibaca dan dianggap bermanfaat oleh siswa. Hasil
tahap uji coba diharapkan dapat menggambarkan respon siswa terhadap materi intervensi untuk
kepentingan eksperimen yang akan dilakukan.
Di sisi lain, beberapa siswa memberikan komentar bahwa beberapa bagian dari materi tersebut
perlu dijabarkan. Contoh komentar tersebut adalah sebagai berikut:
“Penjelasan jadwal studi per bulan / minggu perlu dijabarkan.” “Cukup mudah
dipahami, tetapi ada beberapa pengulangan di halaman 11.”
Berkenaan dengan persepsi mereka terhadap kegunaan materi intervensi, siswa merasa materi
tersebut bermanfaat bagi mereka.
“Materi ini sangat berguna bagi saya karena memandu saya bagaimana
mengatur waktu belajar saya.”
“Materi ini sangat bermanfaat, mudah dibaca dan dipahami. Perlu kemauan ekstra
untuk menerapkan strategi pembelajaran secara teratur, karena kami memiliki
waktu yang bentrok dengan aktivitas terkait pekerjaan. ”
“Materinya bisa diterapkan mahasiswa UT; itu sederhana namun sangat detail. "
Komentar siswa direview dan digunakan untuk merevisi materi Intervensi Strategi
Pembelajaran.
“Mohon ditambahkan motivasi untuk meningkatkan motivasi belajar dan waktu belajar
pengelolaan."
“Kesulitan yang paling besar dalam mengatur waktu belajar bukan pada pemahaman
pembinaan, tapi dalam pelaksanaannya. Masalah yang berulang adalah bagaimana
menerapkan rencana untuk belajar sesuai jadwal. "
Selain melibatkan siswa untuk mencoba materi intervensi versi cetak, proses uji coba
juga melibatkan beberapa siswa (n = 5) yang tertarik untuk menguji strategi pembelajaran versi
online dan intervensi manajemen waktu pembelajaran. Mereka berasal dari berbagai pelosok
tanah air, bahkan pulau yang berbeda (Jawa, Sumatera, dan Sulawesi). Uji coba online ini
penting dilakukan agar peneliti dapat mempelajari kegunaan dari tutorial berbasis web. Menurut
para mahasiswa tersebut, tutorial online dapat diakses dengan mudah dan terlihat mudah
diterapkan.
Selain mencoba kegunaan tutorial online, penting juga untuk mengetahui bagaimana
pemikiran siswa tentang kepraktisan memasukkan tujuan pembelajaran mingguan dan waktu
belajar aktual mereka dalam tutorial berbasis web. Menurut kelima siswa ini, mudah untuk
mengisi alat pengetikan tujuan pembelajaran mingguan dan memasukkan waktu belajar yang
sebenarnya. Kegiatan semacam itu juga dianggap praktis.
Beberapa saran atau komentar yang diperoleh dari siswa yang digunakan untuk
memperbaiki tutorial online adalah sebagai berikut:
Singkatnya, kedua materi intervensi tersebut dinilai menarik dan bermanfaat oleh siswa
peserta tryout. Bahasa yang digunakan untuk menulis intervensi dianggap cukup sederhana dan
materinya mudah dipahami. Selain itu, siswa merasa bahwa tutorial online dapat diakses dengan
mudah. Alat yang disediakan dalam Tutorial Manajemen Waktu Belajar bagi siswa untuk
mencatat tujuan pembelajaran mingguan mereka dan memasukkan waktu belajar aktual mereka
juga dianggap dapat diterapkan untuk digunakan siswa. Oleh karena itu, diharapkan versi online
dari Intervensi Strategi Pembelajaran dan Intervensi Manajemen Waktu Studi dapat digunakan
untuk studi eksperimental yang sebenarnya.
Selain itu, siswa yang diberikan Intervensi Manajemen Waktu Studi dalam kombinasi
dengan Intervensi Strategi Pembelajaran diharapkan memiliki keunggulan dibandingkan mereka
yang hanya menerima salah satu intervensi. Diharapkan bahwa mereka yang memiliki
kombinasi kedua intervensi tidak hanya memiliki pengetahuan tentang bagaimana menggunakan
waktu mereka secara efektif dan bagaimana merencanakan tujuan pembelajaran, tetapi juga akan
memiliki pengalaman dalam merencanakan tujuan pembelajaran mingguan mereka dan
mengevaluasi pencapaian mereka ke arah itu. tujuan.
Oleh karena itu, diasumsikan bahwa para siswa ini mungkin memiliki kesempatan untuk meraih
prestasi yang lebih baik dalam studi mereka di UT.
Prosedur
Bagian ini menjelaskan keseluruhan prosedur yang harus dilakukan oleh (1) peneliti
selama persiapan dan penyelesaian pengumpulan data dan (2) siswa sebagai partisipan penelitian
selama eksperimen.
Pada dasarnya semua siswa diharapkan untuk menanggapi versi elektronik dari
Kuesioner Strategi Pembelajaran (e-survey). E-survey tersebut ditautkan ke email undangan
yang dikirimkan oleh peneliti yang menginformasikan tentang penelitian ini dan mengundang
mahasiswa untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Selain membaca materi intervensi
terkait, siswa dalam dua kelompok eksperimen (yaitu, Kelompok 1 dan 3) disarankan untuk
menetapkan tujuan pembelajaran dan memantau sendiri pencapaian tujuan setiap minggu selama
empat minggu. Siswa di Kelompok 2 perlu membaca intervensi sebelum mempelajari materi
pelajaran mereka dan disarankan untuk membuat jadwal belajar untuk mereka
manfaat. Siswa di kelompok 4 akan melakukan pembelajaran seperti biasanya. Di akhir sesi
tutorial terakhir, semua siswa diharapkan untuk menanggapi e-survey yang sama, tidak termasuk
kuesioner demografis.
Keseluruhan penelitian, mulai dari persiapan pengumpulan data hingga proses pemberian
angket strategi pembelajaran kedua terjadi dalam waktu 13 minggu di masing-masing semester.
Ini dimulai seminggu sebelum periode pendaftaran ditutup dan berakhir setelah masa ujian.
Partisipasi siswa dimulai pada Minggu 2 saat mereka menjawab Kuesioner Strategi
Pembelajaran pertama (pretest) dan berakhir pada Minggu ke 13 saat mereka menanggapi
Kuesioner Strategi Pembelajaran kedua (postes) setelah periode ujian akhir. Kegiatan penelitian
dari minggu ke minggu adalah sebagai berikut.
Minggu 1
Kegiatan penelitian pada minggu ke-1 pada dasarnya merupakan kegiatan persiapan yang
mendahului kegiatan
pengumpulan data itu sendiri. Selama minggu pertama, peneliti meminta dan menerima data
siswa dari SRS. Untuk pengumpulan data dua gelombang, ada dua jenis siswa sasaran. Pertama,
pada semester 2011.1, target mahasiswa adalah mereka yang terdaftar pada mata kuliah
Pengantar Statistik Sosial. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib di delapan program
studi di FISIP dan di dua program studi di FMIPA. Kedua, pada semester 2011.2, mahasiswa
yang dibidik adalah mahasiswa yang terdaftar di FEKON, FISIP, dan FMIPA. Mahasiswa yang
diasumsikan memiliki alamat email yang valid dianggap sebagai calon peserta penelitian ini.
Para siswa ini secara acak ditugaskan ke empat kondisi penelitian (Grup 1, 2, 3, atau 4),
terlepas dari karakteristik mereka, seperti perguruan tinggi, tahun periode pendaftaran pertama,
dan Pusat Regional. Pertama, daftar siswa diurutkan secara menaik berdasarkan ID siswa
menggunakan Microsoft Excel versi 2007. (Catatan: Di UT, ID siswa sudah dicetak sebelumnya
pada Formulir Pendaftaran. Jadi, dua siswa yang memiliki nomor siswa berturut-turut ID
mungkin berasal dari program studi yang berbeda atau bahkan dari daerah atau pulau yang
berbeda). Kemudian, setiap siswa dalam daftar diberi nomor 1, 2, 3, atau 4 secara berurutan.
Siswa yang diberi nomor 1 akan menjadi bagian dari Grup 1; Siswa dengan nomor 2 akan
menjadi anggota Kelompok 2, dan seterusnya.
Minggu pertama ini sangat penting untuk efektivitas studi penelitian ini. Setiap
penundaan aktivitas dalam tahap ini akan menunda eksekusi eksperimen, yang dapat membatasi
waktu berlangsungnya eksperimen.
Minggu2
Mulai minggu ini, email undangan dilengkapi dengan link ke Strategi Pembelajaran
Kuisioner (pretest) dikirimkan kepada seluruh calon peserta dalam waktu yang berbeda untuk
setiap kelompok. Survei elektronik yang ditautkan ke email undangan telah diaktifkan sebelum
sesi tutorial resmi dilakukan pada tahun 2011.1 (gelombang pertama) dan pada tahun 2011.2
(gelombang kedua). Di minggu kedua ini, email dikirim untuk mengundang siswa yang menjadi
target di Grup 1 untuk mengikuti studi dan menanggapi e-survey yang ditautkan ke email. Email
tersebut menjelaskan (1) tujuan dan signifikansi penelitian, (2) pentingnya melibatkan siswa
dalam penelitian ini, dan (3) undangan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Dalam email ini, siswa juga diinformasikan tentang apa yang diharapkan untuk mereka lakukan
dalam studi tersebut dan berapa lama mereka harus berpartisipasi dalam studi tersebut.
Selama sepekan ini, beberapa siswa mulai merespon e-survey tersebut. Saat mengisi e-
survey, mahasiswa angkatan 2011.1 diminta untuk memikirkan bagaimana mereka menggunakan
strategi pembelajaran saat mempelajari Pengantar Statistika Sosial. Siswa tahun 2011.2 diminta
untuk memikirkan tentang kursus tertentu yang mereka daftarkan pada tahun 2011.2 yang
mungkin sulit mereka pelajari. Setelah mereka mengirimkan tanggapan mereka, siswa dikirimi
email terima kasih. Email ini juga untuk memberi tahu mereka bahwa mereka ditugaskan untuk
mengikuti materi penawaran tutorial online tentang strategi pembelajaran CERDAS dan / atau
tentang manajemen waktu studi dan diundang untuk berpartisipasi dalam tutorial.
Minggu3
Dalam minggu ini, email kedua dikirim ke siswa di Grup 1 yang belum menanggapi
daftar pertanyaan. Selain itu, email undangan telah dikirim ke calon peserta di Grup 2 dan Grup
3.
Siswa di Grup 1 mungkin mulai mengakses dan membaca materi intervensi. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, siswa kelompok 1 dibekali dengan Intervensi Strategi
Pembelajaran dan Intervensi Manajemen Waktu Belajar. Intervensi Strategi Pembelajaran
menggarisbawahi
pentingnya memiliki strategi pembelajaran yang efektif, termasuk bagaimana merencanakan
waktu belajar yang realistis dan bagaimana menentukan tujuan pembelajaran yang dapat dicapai,
akurat, dan spesifik.
Intervensi Manajemen Waktu Studi, yang diposting setelah Intervensi Strategi
Pembelajaran, menekankan pentingnya menetapkan tujuan pembelajaran mingguan (misalnya,
topik apa yang akan dipelajari, jumlah halaman, dan berapa lama mereka berencana untuk
mempelajari topik tersebut ( s)) dan memantau pencapaian tujuan pembelajaran. Di akhir materi,
disediakan jendela bagi siswa untuk mencatat tujuan pembelajaran mingguan mereka (yaitu,
ketik tujuan pembelajaran mingguan mereka dan durasi waktu belajar). Siswa dalam kelompok
ini disarankan untuk menggunakan alat tersebut untuk merencanakan pembelajaran mereka
sendiri setiap minggu selama setidaknya empat minggu berturut-turut sehingga mereka dapat
memahami intinya. Dengan melakukan kegiatan tersebut secara rutin diharapkan siswa akan
lebih termotivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran mingguannya sehingga belajar lebih
rutin. Demikian juga,
Seperti siswa di Grup 1, siswa di Grup 2 dan Grup 3 mungkin juga mulai membaca
intervensi terkait yang disediakan untuk mereka setelah menanggapi survei elektronik.
Di akhir minggu ini, sesi tutorial online terkait kursus resmi di UT dimulai. Sebagian
besar siswa akan mulai mempelajari materi kursus selama sesi 8 periode ini.
Minggu4
Anggota Kelompok 1 mungkin masih membaca intervensi kedua, yaitu Waktu Belajar
Intervensi Manajemen. Sementara itu, siswa di Kelompok 2 diharapkan mempelajari Intervensi
Strategi Pembelajaran dan direkomendasikan untuk membuat jadwal belajar yang
memungkinkan mereka untuk mempelajari materi pelajaran secara teratur setiap minggu. Untuk
tujuan ini, contoh jadwal belajar juga diberikan. Namun, mahasiswa dalam kelompok ini tidak
diwajibkan untuk menyerahkan jadwal studi. Selain itu, sebagai siswa di Grup 1, anggota Grup 2
juga didorong untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran (misalnya, menguraikan,
menggarisbawahi, meringkas, dan menyelesaikan praktik dan tugas) dalam mempelajari materi
pelajaran untuk lebih memahami materi.
Pada saat yang sama, siswa di Kelompok 3 juga diharapkan untuk mulai membaca
Intervensi Manajemen Waktu Belajar berbasis Web. Sementara itu, siswa kelompok 4 dikirimi
email undangan yang dilengkapi link ke e-survey. Siswa Kelompok 4 ini tidak menerapkan
intervensi kepada mereka. Mereka mempelajari materi kursus seperti biasanya.
Minggu5
Setelah membaca materi Study Time Management Intervention, siswa di Kelompok 1 dan
Kelompok 3 disarankan untuk menetapkan tujuan pembelajaran mingguan. Dalam menentukan
tujuan pembelajaran, siswa diminta untuk memikirkan mata kuliah yang sama yang dirujuknya
saat mengisi Kuesioner Strategi Pembelajaran. Misalnya, jika seorang siswa sedang memikirkan
tentang mata kuliah Pengantar Statistik Sosial ketika mereka mengisi Kuesioner Strategi
Pembelajaran, maka mereka harus berlatih untuk menetapkan tujuan pembelajaran untuk mata
kuliah ini juga.
Untuk membantu mereka menentukan tujuan pembelajaran, siswa diberi serangkaian
pertanyaan mengenai rencana penelaahan mingguan mereka, yang merupakan rencana
penelaahan yang akan mereka lakukan di minggu berikutnya. Kegiatan ini seharusnya dilakukan
setiap minggu. Contoh pertanyaannya adalah:
“Apa judul mata pelajaran yang kamu rencanakan untuk belajar minggu depan?”
“Topik atau Kegiatan Pembelajaran apa yang ingin Anda pelajari
minggu depan?” “Berapa halaman dari modul yang akan Anda
pelajari minggu depan?”
“Berapa lama (dalam menit, misalnya, 45 menit) Anda berencana untuk menelaah topik atau
Pembelajaran
Aktivitas minggu depan? ”
“Apakah Anda yakin akan dapat mencapai tujuan belajar Anda minggu depan?”
Minggu6
Pada minggu ke 6, siswa kelompok 1 dan 3 yang belum menyampaikan tujuan pembelajaran
pertama
menerima pesan untuk mengingatkan mereka tentang pentingnya menyelesaikan latihan
merencanakan tujuan pembelajaran pertama mereka. Selama minggu ini mereka juga disarankan
untuk menanggapi beberapa pertanyaan evaluasi diri untuk mencatat pencapaian tujuan
pembelajaran mereka sendiri pada minggu sebelumnya. Kegiatan ini diharapkan dapat
mengingatkan mereka tentang pentingnya pengawasan
pemenuhan rencana mingguan mereka untuk belajar, seperti mempelajari topik tertentu atau
untuk jangka waktu tertentu. Contoh pertanyaannya adalah:
Dengan menjawab pertanyaan yang diberikan, siswa dapat menyadari kemajuan mereka
sendiri dalam mencapai tujuan atau rencana pembelajaran mingguan mereka. Setelah itu,
seperti minggu sebelumnya, siswa disarankan untuk membuat rencana penelaahan mereka
untuk minggu berikutnya. Namun demikian, siswa tidak diwajibkan untuk menyampaikan
tujuan pembelajaran dan hasil evaluasi diri mereka terhadap implementasi tujuan pembelajaran.
Siswa di Grup 2 dikirimi pesan menanyakan apakah mereka mempelajari kursus ini atau
tidak minggu sebelumnya. Contoh pertanyaannya adalah: "Apakah Anda telah belajar sesuai
rencana minggu lalu?" Mereka juga didorong untuk terus belajar selama minggu berikutnya.
Namun, mereka tidak perlu menyerahkan rencana studi apapun.
Minggu 7 sampai 10
Siswa di Grup 1 dan 3 disarankan untuk terus menentukan tujuan pembelajaran
mingguan serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran.
Minggu 11 sampai 12
Siswa melaksanakan studinya seperti biasa. Kelompok 1 dan 3 disarankan untuk terus
memantau pelaksanaan rencana studi mereka. E-survey (posttest) dilampirkan di akhir
Tutorial Strategi Pembelajaran di Kelompok 1, 2, dan 3. Namun, tidak ada siswa yang
berusaha menanggapi e-survey sebelum ujian akhir berlangsung. Ujian akhir untuk semua
kursus diberikan selama hari Minggu minggu 11 dan 12.
Minggu 13
Karena tidak efektif untuk mengelola survei elektronik kedua sebelum ujian akhir,
diputuskan untuk mengirim email ke siswa di semua kelompok dengan survei elektronik yang
ditautkan setelah periode ujian berakhir. Dalam email tersebut terlampir semua materi intervensi
yang akan digunakan secara bebas untuk semester berikutnya. Siswa yang belum menanggapi
dikirimi email pengingat pada minggu berikutnya. Semua peserta studi dikirimi email ucapan
terima kasih atas partisipasi mereka dalam studi.
Karena nilai akan diumumkan sekitar delapan minggu setelah masa ujian akhir,
perolehan data tentang nilai dan nilai ujian tidak dihitung saat menentukan lama studi ini.
Analisis data
Seperti disebutkan di akhir Bab Dua, ada lima hipotesis yang akan dinilai dalam
penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian. Rangkaian Analisis Varians (ANOVA),
Tabulasi Silang, dan korelasi Product Moment dari Pearson digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh dalam penelitian ini. Semua analisis statistik yang dilakukan untuk menilai hasil
penelitian ini diselesaikan menggunakan SPSS Versi 17.0, dengan alpha 0,05. Secara lebih
spesifik, analisis data statistik yang dilakukan untuk menguji setiap hipotesis adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menilai Hipotesis 1, “Siswa yang diberikan intervensi memperoleh SRL yang
lebih tinggi daripada mereka yang tidak diberikan intervensi,” serangkaian ANOVA
satu arah dilakukan. ANOVA satu arah pertama dilakukan untuk mempelajari tentang
perbedaan rata-rata pada subskala SRL yang mungkin terjadi antara kelompok pada
pretest. ANOVA satu arah kedua dilakukan untuk mengetahui tentang perbedaan rata-
rata pada subskala SRL antara kelompok pada posttest. Akhirnya, ANOVA satu arah
dijalankan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok pada skor yang diperoleh dari
subskala SRL.
Ketika uji homogenitas varians tidak menghasilkan nilai yang signifikan di salah satu
subskala SRL, tabel F ANOVA biasa digunakan untuk menganalisis apakah ada
perbedaan rata-rata dalam subskala SRL. Ketika tabel F ANOVA menunjukkan nilai
yang signifikan pada subskala SRL, analisis post hoc Tukey HSD pada subskala tersebut
dijalankan untuk mengetahui pasangan kelompok mana yang memiliki perbedaan rata-
rata yang signifikan.
Di sisi lain, ketika uji homogenitas varians menghasilkan nilai yang signifikan pada
subskala SRL, yang menunjukkan adanya varians yang tidak sama antar kelompok,
analisis F Welch dijalankan untuk menggantikan analisis F ANOVA reguler.
Selanjutnya, ketika analisis Welch menunjukkan nilai signifikan dari subskala SRL,
analisis post hoc Games-Howell dilakukan untuk variabel signifikan.
2. Untuk menilai Hipotesis 2, “Siswa yang diberikan intervensi mencapai lebih baik dalam
ujian akhir,” ANOVA satu arah dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan
rata-rata dalam prestasi siswa antar kelompok.
3. Untuk menilai Hipotesis 3, “Siswa yang diberikan intervensi memiliki tingkat
penyelesaian kursus yang lebih tinggi,” analisis Tabulasi Silang dilakukan untuk data
penyelesaian kursus adalah data kategori (0 = tidak melengkapi, 1 = pelengkap). Untuk
pengujian hipotesis ini, analisis Cramer V digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan signifikan dalam penyelesaian kursus yang terjadi antara kelompok penelitian.
Jika Cramer V menghasilkan nilai yang signifikan maka dilakukan analisis non
parametrik Kruskal-Wallis untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan
yang signifikan.
4. Untuk menilai Hipotesis 4, "Siswa dengan tingkat SRL tinggi mencapai lebih baik
dalam ujian akhir," korelasi Product Moment Pearson dilakukan untuk mengetahui
apakah ada subskala SRL memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi siswa.
Menurut Cohen (1988), koefisien korelasi 0,10 dianggap memiliki ukuran efek yang
rendah; bahwa 0,30 dianggap memiliki ukuran efek sedang, dan 0,50 dikategorikan
memiliki ukuran efek tinggi. Kategorisasi interpretasi besarnya koefisien korelasi
diadopsi untuk menafsirkan hasil penelitian ini.
5. Untuk menilai Hipotesis 5, "Siswa dengan tingkat SRL yang tinggi memiliki tingkat
penyelesaian yang lebih tinggi," korelasi Pearson Product Moment dilakukan untuk
mengetahui apakah salah satu subskala SRL memiliki hubungan yang signifikan
dengan penyelesaian kursus. Kategori Cohen yang sama untuk menentukan kekuatan
hubungan antara subskala SRL dan variabel dependen yang digunakan dalam
pengujian Hipotesis 4 juga diterapkan di sini.
BAB EMPAT HASIL
Disertasi ini dilakukan dengan tiga tujuan, yaitu: (1) untuk mengetahui pengaruh
intervensi strategi pembelajaran terhadap penggunaan SRL oleh siswa, prestasi belajar, dan
penyelesaian mata kuliah dalam lingkungan pendidikan jarak jauh, (2) untuk mengetahui
dampaknya. intervensi manajemen waktu studi pada penggunaan SRL oleh siswa, pencapaian,
dan penyelesaian kursus, dan (3) untuk mengetahui apakah siswa dengan tingkat SRL yang lebih
tinggi juga memiliki tingkat pencapaian dan penyelesaian kursus yang lebih tinggi.
Seperti disebutkan dalam Bab Empat, ada lima hipotesis yang akan dinilai dalam
penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian. Rangkaian Analisis Varians (ANOVA),
Tabulasi Silang, dan korelasi Product Moment dari Pearson digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh dalam penelitian ini. Semua analisis statistik yang dilakukan untuk menilai hasil
penelitian ini diselesaikan menggunakan SPSS Versi 17.0, dengan alpha 0,05.
Temuan penelitian disajikan sesuai dengan masing-masing hipotesis dalam bab ini.
Tabel 8
Jumlah Siswa yang Membaca Materi Intervensi
Grup∑
Mahasis ∑ Siswa ∑ Siswa ∑ Siswa tidak
Membaca Membaca Mengakses
wa Seluruh Materi Bagian- Materi
(2) Bagian (4)
Pengumpulan Data Gelombang Pertama
(1) Materi (3)
1 21 9 (42,9%) 8 (38,1%) 4 (19%)
2 22 9 (40,9%) 5 (22,7%) 8 (36,4%)
3 24 13 (54,2%) 3 (12,5%) 8 (33,3%)
4 24 - - 24 (100%)
Total 91 31 (34,1%) 16 (17,6%) 44 (48,4%)
Pengumpulan Data Gelombang Kedua
1 52 19 (36,5%) 18 (34,6%) 15 (28,8%)
2 45 13 (28,9%) 0 34 (75,6%)
3 54 24 (44,4%) 9 (16,7%) 22 (40,7%)
4 79 - - 79 (100%)
Total 230 56 (24,3%) 27 (11,7%) 150 (65,2%)
Catatan:
Kelompok 1: Siswa diberikan Strategi Pembelajaran dan Intervensi Manajemen Waktu Belajar;
Kelompok2: Siswa diberikan Intervensi Strategi Pembelajaran; Group3: Siswa diberikan Intervensi
Manajemen Waktu Studi; Group4: Siswa dalam kelompok kontrol (tidak diberikan materi intervensi)
Berdasarkan log SCORM (software yang digunakan untuk merekam aktivitas setiap
peserta yang mengunjungi tutorial Strategi Pembelajaran), kita dapat mengetahui jumlah siswa
yang selesai membaca materi intervensi dan yang tidak. Jumlah siswa (∑ Siswa) yang
dilaporkan pada Tabel 8 meliputi (1) jumlah peserta dalam kelompok perlakuan yang
menanggapi Kuesioner Strategi Pembelajaran sebelum percobaan (pretest) dan mengakses
tutorial online terkait dan (2) siswa dalam pembelajaran kelompok kontrol yang menanggapi
pretest. Jumlah siswa pada kelompok perlakuan yang tidak berusaha membaca materi intervensi
cukup tinggi pada kedua semester, 19% dan 29% pada Kelompok 1; 36% dan 76% di Grup 2;
dan 33%
dan 41% di Grup 3 (lihat Tabel 8).
Tabel 9
Jumlah Responden Kuesioner Kedua
Siswa dalam kelompok perlakuan yang telah selesai membaca materi intervensi akan
disebut sebagai “peserta aktif” dalam disertasi ini. Persentase partisipan aktif pada kelompok
perlakuan pada pengumpulan data gelombang pertama dan kedua adalah 43% dan 37% pada
Kelompok 1; 41% dan 29% di Grup 2; 54% dan 44% di Grup 3 masing-masing (lihat Tabel 9).
Sebagai perbandingan, peserta aktif tutorial online terkait mata kuliah di UT adalah mahasiswa
yang memperoleh nilai minimal 50 untuk tugas tutorial terkait. Menurut Examination Center
(2011b), pada semester 2011.1, peserta aktif tutorial online (n = 7.451 untuk 406 mata kuliah) di
tiga perguruan tinggi terkait terdiri dari 49% dari yang online.
peserta tutorial atau sekitar 8% dari jumlah siswa yang terdaftar dalam kursus ini. Pada tahun
2011.2, persentase peserta aktif adalah 51% (n = 9.833 untuk 361 mata kuliah) dari peserta
tutorial online, yaitu 10% dari jumlah siswa yang terdaftar pada mata kuliah terkait.
Di antara peserta aktif dalam kelompok perlakuan dan responden dalam kelompok
kontrol, hanya 44% (gelombang pertama) dan 30% (gelombang kedua) dari peserta yang
menanggapi kuesioner kedua (lihat Tabel 9). Dengan demikian, hanya partisipan tersebut yang
dimasukkan dalam analisis lebih lanjut untuk pengujian Hipotesis 1. Singkatnya, jumlah
partisipan yang memenuhi kriteria untuk diikutsertakan dalam pengujian Hipotesis 1 adalah 40
mahasiswa dari data gelombang pertama dan 68 mahasiswa dari gelombang kedua. . Dengan
demikian, jumlah partisipan yang digabungkan untuk diikutsertakan dalam pengujian hipotesis
pertama adalah 108.
Uji homogenitas varians tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada
varians antar kelompok pada setiap subskala SRL baik pada pre maupun posttest (p> 0,05).
Hasil yang tidak signifikan dari tes ini menunjukkan bahwa kelompok penelitian memiliki
varian yang sama di semua subskala SRL baik pada pre maupun posttest.
ANOVA satu arah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok sebelum percobaan, p> .05 (lihat Tabel 11). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
tersebut memiliki tingkat SRL yang serupa pada awal penelitian. Sedangkan hasil ANOVA dari
analisis respon siswa pada posttest menunjukkan adanya perbedaan mean yang signifikan pada
area Metakognitif Self-Regulation setelah percobaan, F (3, 36) = 3.03, p = .042 ( lihat Tabel 11).
Analisis post-hoc Tukey HSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada skor Metakognitif Self-Regulation antara Kelompok 2 dan 4 (Perbedaan
Rata-rata = 0,97, p = 0,047) pada posttest. Berdasarkan Tabel 10, Kelompok 2 (M =
5.83, SD = 0.87) yang mendapatkan materi intervensi Strategi Pembelajaran tampaknya
mencapai skor rata-rata yang lebih tinggi pada subskala ini pada posttest daripada
Kelompok 4 (M = 4.86, SD = 0.71). Ukuran efek dari perbedaan rata-rata antara Grup 2
dan Grup 4 adalah 1,28. Juga, skor rata-rata
Kelompok 2 pada subskala ini lebih besar dari pada kelompok 1 pada posttest
(Perbedaan Rata-rata = 1,00, p = 0,075). Ukuran efek dari perbedaan rata-rata
ini adalah 1,42.
Tabel 11
Tabel ANOVA Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum dan sesudah Eksperimen
(Gelombang Pertama)
Jumlah Mean
Kotak df Square F Sig.
CLB1 Antar Grup 2.530 3 0.843 1.436 0,248
Dalam Grup 21.145 36 0,587
Total 23.675 39
SE1 Antar Grup 2.675 3 0.892 1.515 0,227
Dalam Grup 21.180 36 0,588
Total 23.855 39
Antar Grup 3.994 3 1.331 2.124 .114
MSR1 Dalam Grup 22.564 36 0,627
Total 26.559 39
TSE1 Antar Grup 2.942 3 0,981 1.051 0,382
Dalam Grup 33.559 36 0,933
Total 36.540 39
ER1 Antar Grup 4.416 3 1.472 1.390 0,262
Dalam Grup 38.130 36 1.059
Total 42.546 39
CLB2 Antar Grup 1.645 3 0,548 1.129 0,350
Dalam Grup 17.488 36 0.486
Total 19.132 39
SE2 Antar Grup 1.124 3 0,375 0,523 0,669
Dalam Grup 25.791 36 0.716
Total 26.915 39
MSR2 Antar Grup 4.957 3 1.652 3.026 0,042
Dalam Grup 19.655 36 0,546
Total 24.612 39
TSE2 Antar Grup 3.158 3 1.053 0,960 0,422
Dalam Grup 39.497 36 1.097
Total 42.655 39
ER2 Antar Grup 2.063 3 0,688 0,555 0,648
Dalam Grup 44.636 36 1.240
Total 46.698 39
Catatan: CLB = Kontrol keyakinan belajar, SE = Efikasi diri, MSR = Pengaturan diri metakognitif, TSE
= Waktu dan lingkungan belajar, ER = Pengaturan usaha. 1 = sebelum percobaan atau di awal
pembelajaran (pretest), 2 = setelah percobaan atau di akhir pembelajaran (posttest).
Skor yang diperoleh dari SRL antar kelompok disajikan pada Tabel 12. Dari sini
Dari tabel terlihat bahwa tanda negatif dari skor yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa telah
menggunakan
SRL pada posttest mengalami penurunan secara umum, kecuali pada beberapa area SRL pada
beberapa kelompok. Misalnya, Grup 1 tampaknya memiliki peningkatan kecil dalam penggunaan
SRL di bidang Pengendalian Keyakinan Belajar (Perbedaan Rata-rata = 0,22), dan di bidang
Pengaturan Diri Metakognitif (Perbedaan Rata-rata = 0,15). Kelompok 2 menunjukkan
peningkatan penggunaan SRL di area Metakognitif Self-Regulation (Mean Difference = 0,14).
Kelompok 3 memperoleh skor positif yang sangat kecil di bidang Pengendalian Keyakinan
Belajar. Kelompok 4 mengalami peningkatan yang sangat kecil dalam penggunaan SRL di
bidang Regulasi Upaya (Perbedaan Rata-rata = 0,02).
Tabel 12
Skor yang Diperoleh dari SRL setelah Eksperimen (Gelombang Pertama)
Kelomp CLB SE MSR TSE UGD
ok
1 N 8 8 8 8 8
M 0.22 -0.11 0.15 -0.05 -0.16
SD 0.60 0.81 0,75 0,75 0.95
2 N 6 6 6 6 6
M -0.13 -0,72 0.14 -0.29 -0.17
SD 0.65 1.09 0.69 1.10 1.02
3 N 11 11 11 11 11
M 0,03 -0.16 -0.13 -0.16 -0,43
SD 0.81 0.85 0.32 0,75 0.65
4 N 15 15 15 15 15
M -0.22 -0.26 -0,35 -0,32 0,02
SD 0.98 0.82 0,55 0.66 0.76
Total N 40 40 40 40 40
M -0.05 -0.27 -0,12 -0.22 -0.17
SD 0.82 0.86 0,59 0.76 0.80
Catatan: CLB = Kontrol keyakinan belajar, SE = Efikasi diri, MSR = Pengaturan diri metakognitif, TSE
= Waktu dan lingkungan belajar, ER = Pengaturan usaha.
Tabel F ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor
yang diperoleh antara Kelompok 1, 2, 3, dan 4 pada Pengendalian Keyakinan Belajar, F (3,
36) = 0,53, p =
0,666; Efikasi Diri, F (3, 36) = 0.68, p = .569; Regulasi Diri Metakognitif, F (3, 36) = 1.80, hal
= 0,164; Waktu dan Lingkungan Belajar; F (3, 36) = 0,25, p = 0,858; dan Upaya Regulasi, F (3,
36) = 0,63, p = 0,601). Oleh karena itu, hasil pengujian tidak mendukung Hipotesis 1. Artinya
Strategi Pembelajaran Intervensi dan atau Intervensi Waktu Belajar yang digunakan dalam
penelitian ini ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perolehan skor
penggunaan SRL siswa setelah dilakukan percobaan untuk pembelajaran. siswa dalam
pengumpulan data gelombang pertama. Namun, perlu dicatat bahwa siswa yang membaca
Materi Strategi Pembelajaran menunjukkan penggunaan yang lebih besar
Pengaturan Diri Metakognitif ketika mempelajari Pengantar Statistik Sosial dibandingkan
mereka yang tidak membaca materi apa pun (ES = 1,28) dan mereka yang membaca materi
Strategi Pembelajaran dan Manajemen Waktu Belajar (ES = 1,42).
Tabel 13
Nilai Rata-rata SRL Siswa sebelum dan sesudah Eksperimen (Gelombang Kedua)
Kelompok CLB SE MSR TSE UGD
Sebelum Setel Sebelu Setel Sebelu Setel Sebelu Setel Sebelu Setela
ah m ah m ah m ah m h
1 n 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
M 6.35 6.31 5.94 5.60 4.97 4.91 4.59 4.27 4.81 4.54
SD 0,50 0.69 0.88 0.91 0.92 0,75 0.89 0.84 1.02 1.06
2 n 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
M 5.84 5.81 5.52 5.28 5.08 4.74 4.69 4.21 4.75 4.44
SD 0,55 0.26 1.04 0.81 0,55 0,52 0.96 0,58 1.10 0.85
3 n 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
M 5.52 5.42 4.93 5.22 4.76 5.24 4.46 4.61 4.54 4.79
SD 1.36 0.67 1.49 1.06 0.95 0.64 0.87 0,53 0.81 1.03
4 n 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
M 5.86 5.90 5.64 5.48 5.06 5.22 4.36 4.46 4.52 4.61
SD 0.83 0.70 0.74 0.83 0,58 0.68 0.70 0.84 0.94 0.98
Total n 68 68 68 68 68 69 69 69 69 69
M 5.88 5.88 5.55 5.43 5.01 5.11 4.46 4.42 4.61 4.61
SD 0.89 0.69 1.00 0.88 0.71 0.68 0.79 0.76 0.94 0.97
Catatan: CLB = Kontrol keyakinan belajar, SE = Efikasi diri, MSR = Pengaturan diri metakognitif, TSE
= Waktu dan lingkungan belajar, ER = Pengaturan usaha. Nilai minimal yang didapatkan siswa pada
subskala CLB, SE, MSR, TSE, dan ER adalah 1,0 dan nilai maksimal 7,0.
Seperti pada pengumpulan data gelombang pertama, peserta pada pengumpulan data
gelombang kedua juga menunjukkan skor rata-rata yang lebih tinggi pada skala Keyakinan
Motivasional (Pengendalian Keyakinan Belajar dan Efikasi Diri) daripada pada skala Strategi
Pembelajaran (Strategi Metakognitif, Waktu dan Lingkungan Studi, dan Pengaturan Upaya).
Grup 1 tampaknya mencapai yang tertinggi
skor rata-rata Keyakinan Motivasi daripada kelompok lain sebelum dan sesudah eksperimen,
diikuti oleh Grup 4. Sebaliknya, Grup 3 umumnya memiliki skor rata-rata terendah SRL di
antara empat kelompok (lihat Tabel 13).
Tabel 14
Tabel ANOVA Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum dan sesudah Eksperimen (Kedua
Gelombang)
Tabel 15
Skor yang Diperoleh dari SRL setelah Eksperimen (Gelombang Kedua)
Uji homogenitas varians menghasilkan nilai yang signifikan pada subskala Control of
Learning Beliefs, F (3, 65) = 2.84, p = .045, menunjukkan setidaknya ada satu
kelompok yang memiliki varian yang tidak sama dibandingkan kelompok lainnya. Karena
varians yang tidak sama pada Kontrol Keyakinan Pembelajaran, analisis F Welch dipilih untuk
menggantikan uji F ANOVA reguler untuk menghasilkan uji kesetaraan sarana yang lebih kuat.
Analisis Welch dari skor yang diperoleh SRL menunjukkan bahwa satu-satunya
perbedaan rata-rata yang signifikan ditemukan pada subskala Metacognitive Self-Regulation, F
(3, 22.54) = 3.099, p =
0,047, sedangkan ANOVA satu arah mengungkapkan perbedaan rata-rata yang lebih signifikan secara
statistik, F (3,
64) = 3,70, p = 0,016. Karena varians yang tidak sama dicurigai dalam kelompok, analisis post
hoc Games-Howell dipilih untuk mengetahui kelompok penelitian mana yang memiliki rata-rata
berbeda pada subskala Pengaturan Diri Metakognitif. Hasil tes menunjukkan bahwa skor yang
diperoleh hampir signifikan secara statistik terjadi antara Grup 2 dan 3 (p = 0,053), dengan
Grup 3 mencapai skor yang lebih tinggi (Perbedaan Rata-rata = 0,82). Ukuran efek dari
perbedaan rata-rata ini adalah 1,18.
Intervensi Waktu Belajar yang diterapkan dalam penelitian ini tampaknya memiliki
pengaruh positif terhadap penggunaan Metakognitif Self-Regulation dibandingkan siswa yang
membaca Intervensi Strategi Pembelajaran. Meskipun demikian, hasil tidak mendukung
Hipotesis 1 dalam arti bahwa materi intervensi tidak membawa pengaruh yang signifikan pada
kelompok perlakuan dalam perolehan SRL jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak
menerima intervensi apapun.
Data Gabungan
Ketika data dari gelombang pertama dan kedua digabungkan, ukuran sampel menjadi
108 (n1 = 40 dan n2 = 68). Tabel 16 menunjukkan bahwa semua kelompok penelitian dalam
penelitian ini tampaknya memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi pada skala Keyakinan
Motivasi daripada pada skala Strategi Pembelajaran. Diantara keempat kelompok tersebut,
Kelompok 1 memiliki skor tertinggi pada skala Keyakinan Motivasi pada pra dan postes secara
umum. Di sisi lain, Grup 3 tampaknya memiliki mean luka terendah pada skala Motivational
Beliefs dibandingkan dengan grup lain, terutama pada pretest.
Tabel 16
Nilai Rata-Rata SRL Siswa Sebelum dan Setelah Eksperimen (Data Gabungan)
GrupCLBSEMSRTSEER
Sebelu Setela Sebelu Setela Sebelu Setela Sebelu Setela Sebelu Setela
m h m h m h m h m h
1 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
M 6.00 6.06 5.79 5.54 4.85 4.87 4.47 4.26 4.70 4.48
SD 0,75 0.71 0.82 0.76 0.93 0.67 0,99 0,75 1.02 0.92
2 N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
M 6.02 5.95 5.79 5.36 5.32 5.18 4.82 4.41 4.95 4.70
SD 0,57 0,58 0.94 0,99 0,75 0.85 1.00 0.79 1.15 1.21
3 N 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
M 5.75 5.71 5.30 5.37 5.06 5.25 4.52 4.53 4.82 4.74
SD 1.16 0.78 1.25 1.01 0.92 0.71 0.86 0.98 0.93 1.03
4 N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
M 5.87 5.83 5.57 5.38 5.11 5.11 4.34 4.30 4.51 4.58
SD 0.80 0.68 0.76 0.79 0,59 0.70 0.74 0.91 0.93 1.00
Total N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
M 5.89 5.87 5.58 5.41 5.08 5.11 4.47 4.36 4.67 4.61
SD 0.85 0.69 0.92 0.86 0.76 0.72 0.86 0.88 0.98 1.01
Catatan: CLB = Kontrol keyakinan belajar, SE = Efikasi diri, MSR = Pengaturan diri metakognitif, TSE
= Waktu dan lingkungan belajar, ER = Pengaturan usaha. Nilai minimal yang didapatkan siswa pada
subskala CLB, SE, MSR, TSE, dan ER adalah 1,0 dan nilai maksimal 7,0.
Uji homogenitas varians tidak menunjukkan indikasi varians yang tidak sama antara
kelompok (p> 0,05) pada skor yang diperoleh dari SRL. Selain itu, tabel ANOVA menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai SRL yang diperoleh antara kelompok pada
Control of Learning Beliefs, F (3, 104) = 0.10, p = .961; Efikasi Diri, F (3, 104) = 1,29, p =
0,281; Regulasi Diri Metakognitif, F (3, 104) = 0,93, p = 0,430; Waktu dan Lingkungan Belajar,
F (3, 104) = 1,06, p = 0,368; dan Regulasi Upaya, F (3, 104) = 0,96, p = 0,417. Jadi, tes itu berhasil
tidak mendukung Hipotesis 1 ketika data dari pengumpulan data pertama dan kedua
digabungkan. Pemberian Intervensi Strategi Pembelajaran dan Intervensi Manajemen Waktu
Pembelajaran tampaknya tidak memberikan pengaruh terhadap penggunaan SRL oleh siswa.
Tabel 18
Skor yang Diperoleh dari SRL setelah Eksperimen (Data Gabungan)
Kelompok CLB SE MSR TSE UGD
1N 20 20 20 20 20
M 0,06 -0.25 0,02 -0.21 -0.23
SD 0.63 0.76 0,56 0.84 0.81
2N 15 15 15 15 15
M -0.07 -0,44 -0.15 -0,40 -0.25
SD 0.49 0.96 0.65 0.96 1.06
3N 23 23 23 23 23
M -0,04 0,07 0.19 0,00 0,07
SD 1.06 0.79 0.66 0.89 0.71
4N 50 50 50 50 50
M -0,04 -0.19 0,01 -0.03 0,07
SD 0.80 0.80 0.61 0.69 0.79
TotalN 108 108 108 108 108
M -0,02 -0.18 0,03 -0.11 -0,06
SD 0.79 0.82 0.62 0.80 0.82
Catatan: CLB = Kontrol keyakinan belajar, SE = Efikasi diri, MSR = Pengaturan
diri metakognitif, TSE = Waktu dan lingkungan belajar, ER = Pengaturan usaha.
“Strategi pembelajaran CERDAS sangat baik untuk membimbing siswa dalam belajar
sukses di UT, terutama bagi saya yang baru mulai belajar di UT. ”
“…. Dengan layanan support ini saya merasa sangat terbantu untuk mengevaluasi
apa yang telah saya lakukan selama ini untuk meningkatkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan saya…. Saya berharap arahan ini
bisa disebarluaskan ke semua pusat daerah, bukan
hanya disediakan sebagai tutorial online, karena tidak semua daerah bisa memiliki akses ke
internet…. ”
“Strategi pembelajaran CERDAS memotivasi saya untuk belajar lebih giat dan mengelola saya
waktu belajar dengan lebih efisien. "
“Pada dasarnya materi ini bermanfaat bagi siswa tapi kita butuh disiplin diri untuk bisa bisa
terapkan strategi ini. "
“Saya akan membuat rencana belajar dan jadwal belajar yang lebih detail. Semoga
dengan adanya pedoman ini saya semakin termotivasi untuk belajar dan tidak begadang.
Dengan adanya study plan semoga saya bisa termotivasi lagi kapanpun saya merasa
down. ”
“Saya akan mencoba menerapkan strategi ini. Bagaimanapun saya bekerja hingga 10
jam yang membuat saya sangat lelah untuk belajar setelah bekerja. Strategi ini sangat
bagus selama kita bisa menerapkannya di hari-hari sibuk kita. "
“Pedoman pengelolaan waktu belajar sangat bermanfaat. Itu membantu kita berperilaku
belajar mandiri secara teratur dan terukur. "
“Hal tersebut tidak begitu berguna karena kita harus melatih disiplin diri yang
tinggi untuk dapat menerapkan pedoman waktu belajar ini. Kami adalah pekerja
penuh waktu, sehingga mengikuti jadwal belajar yang padat akan sangat sulit. ”
Siswa yang diberikan intervensi manajemen waktu belajar (Kelompok 1 dan 3) disarankan
untuk melaksanakan tugas mingguan, yaitu (1) merencanakan tujuan pembelajaran setiap minggu
semester dan (2) mengevaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran. Ketika ditanya tentang
pendapat mereka tentang perlunya siswa merencanakan dan mengevaluasi tujuan pembelajaran
mereka setiap minggu, beberapa persepsi mereka adalah sebagai berikut.
“Itu perlu dilakukan agar kita bisa mengetahui dan mengevaluasi kemampuan dan penguasaan
kita
dari topik studi. "
“Itu perlu dilakukan; ini membantu untuk mengontrol halaman dan modul mana
yang saya miliki dan yang belum saya pelajari. "
“Ya, dengan cara ini kami dapat menyadari apakah kami telah mencapai tujuan
pembelajaran kami sehingga kami dapat bekerja lebih baik minggu depan.”
"Penting untuk mengisi lembar entri setiap minggu untuk meningkatkan disiplin
diri dan pengaturan diri kita."
Ketika ditanya pendapatnya tentang manfaat lembar entri mingguan bagi mereka,
responden memberikan komentar positif, seperti:
“Dengan adanya lembar isian, kegiatan belajar saya menjadi lebih terarah dan
terarah. Saya berharap untuk mencapai tujuan pembelajaran saya setiap minggu
sehingga selalu ada beberapa kemajuan yang dicapai setiap minggu. ”
“Lembar masuk diperlukan untuk merencanakan waktu belajar dan memantau pencapaian
siswa
rencana belajar."
“Ini membantu saya untuk fokus pada modul yang akan dipelajari setiap
minggunya karena sebelumnya saya hanya membuat daftar modul dan kegiatan
pembelajaran perlu dipelajari dan memberi tanda centang setiap kali saya telah
menyelesaikannya.”
Tabel 19
Statistik Deskriptif Nilai Ujian Akhir Siswa (Gelombang Pertama)
95% Keyakinan
Std. Std. Interval untuk Berarti
Kelompok n Berarti MinimumMaksimum
DeviationError Menurunk Atas
an Terikat
Terikat
1 940.3189 15.677885.22596 28,2678 52,3700 20.00 71.43
Untuk menguji hipotesis ini, analisis ANOVA satu arah dilakukan untuk mempelajari
apakah siswa yang diberikan intervensi mencapai lebih baik dalam ujian akhir. Hasil analisis
perbandingan rata-rata menunjukkan bahwa Kelompok 3 memiliki rerata nilai ujian tertinggi
(M = 46,15, SD = 10,16) di antara keempat kelompok, sedangkan Kelompok 1 memperoleh
nilai rerata ujian tertinggi.
terendah (M = 40,32, SD = 15,68). Mungkin perlu diperhatikan bahwa Kelompok 1 terdiri
dari siswa dengan pencapaian terluas pada ujian akhir dalam penelitian ini (lihat Tabel 19).
Kelompok 3, sebaliknya, terdiri dari siswa dengan prestasi ujian akhir yang lebih homogen.
Uji homogenitas ragam menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar ragam
kelompok, F (3, 47) = 1,55, p = 0,214. Analisis lebih lanjut dari ANOVA satu arah tidak
menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam nilai ujian akhir antara kelompok, F (3, 47) =
0.87, p = .462. Oleh karena itu, hasil pengujian tidak mendukung Hipotesis 2 untuk data
gelombang pertama dalam penelitian ini. Artinya, pemberian materi intervensi tampaknya tidak
memberikan pengaruh apapun terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengantar
Statistika Sosial.
Tabel 20
Statistik Deskriptif Nilai Ujian Akhir Siswa (Gelombang Kedua)
Analisis ANOVA satu arah dilakukan untuk mempelajari apakah siswa yang diberikan
intervensi mencapai lebih baik dalam ujian akhir. Hasil analisis perbandingan rata-rata
menunjukkan bahwa kelompok 3 memiliki rata-rata nilai ujian tertinggi (M = 57,06, SD =
18,12) di antara empat kelompok, sedangkan Kelompok 1 mendapat nilai terendah (M = 44,49,
SD = 13,17). Kelompok yang anggotanya memiliki jangkauan pencapaian terluas pada ujian
akhir adalah Kelompok 4 (lihat Tabel 20).
Uji homogenitas ragam menunjukkan tidak ada hasil yang signifikan antara ragam
kelompok, F (3, 105) = 1,04, p = 0,378. Tabel ANOVA juga tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan pada skor ujian antar kelompok, F (3, 105) = 2.01, p = .117. Dengan demikian, hasil
analisis ini tidak mendukung Hipotesis 2. Mahasiswa yang membaca materi intervensi tentang
Strategi Pembelajaran dan / atau Manajemen Waktu Belajar tidak menunjukkan tingkat
pencapaian yang lebih tinggi pada ujian akhir pada mata kuliah tertentu.
Data Gabungan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yang termasuk dalam analisis adalah semua
siswa di Grup 4 serta peserta aktif di Grup 1, 2, dan 3 yang mengikuti ujian akhir mata kuliah
tertentu.
Untuk mahasiswa gelombang pertama, nilai ujian akhir adalah mata kuliah Pengantar Statistika
Sosial. Untuk siswa gelombang kedua, nilai ujian akhir adalah pada mata pelajaran tertentu
yang mereka pilih saat menjawab Kuesioner Strategi Pembelajaran.
Tabel 21
Statistik Deskriptif Nilai Ujian Akhir Siswa (Data Gabungan)
95% Interval
Std. Keyakinan untuk
n Berarti Std. Rata-rata
Kelom Kesalaha MinimumMaksimum
pok Deviasi n Batas Batas
bawah Atas
1 24 42.9246 13.97563 2.85276 37.0232 48.8260 20.00 71.43
2 18 49.3711 12.56216 2.96093 43.1241 55.6181 25.71 73.00
3 32 52,6325 16.13208 2.85178 46.8163 58.4487 25.71 92.00
4 86 46.8774 15.05257 1.62316 43.6502 50.1047 12.50 90.00
Total 160 47.7161 15.03375 1.18852 45.3687 50.0634 12.50 92.00
Jika data pendataan pertama dan kedua digabungkan, jumlah partisipan menjadi 160
(n1 = 51, n2 = 109). Berdasarkan Tabel 21, siswa di Kelompok 3 memiliki nilai rata-rata
tertinggi pada ujian akhir (M = 52,63, SD = 16,13). Kelompok 1 memiliki nilai rata-rata
terendah (M = 42,92, SD = 13,98). Seperti pada data gelombang kedua, Grup 4 memiliki
jangkauan pencapaian terluas karena grup data ini merupakan data gabungan.
Hasil uji homogenitas ragam tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna ragam
antar kelompok, F (3, 156) = 0,31 p = 0,820. Tabel ANOVA menunjukkan perbedaan rata-rata
yang signifikan dalam pemeriksaan akhir antara kelompok pada tingkat signifikansi .10, F (3,
156) = 2.16, p = .095. Analisis post hoc Tukey HSD dengan tingkat signifikan .10
mengungkapkan perbedaan rata-rata yang signifikan antara Grup 1 dan Grup 3 (Perbedaan Rata-
rata = 9.71, p = .078), dengan Grup 3 mencapai skor rata-rata yang lebih tinggi daripada Grup 1
di final. pemeriksaan. Ukuran efek dari perbedaan rata-rata ini adalah 0,64.
Meskipun terdapat perbedaan yang signifikan antara Grup 3 dan 1, hasil uji ANOVA
tidak mendukung Hipotesis 2 untuk data gabungan dari pengumpulan data pertama dan kedua
karena perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Materi
intervensi Strategi Pembelajaran dan Manajemen Waktu Belajar tampaknya tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata kuliah tertentu yang
dianggap sulit.
Data Gabungan
Ketika data gelombang pertama dan kedua digabungkan, Grup 2 memiliki jumlah penyelesai
yang lebih tinggi (78%) dibandingkan dengan Grup 1 (50%), Grup 3 (75%), dan Grup 4 (69%).
Namun, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan dalam proporsi siswa yang
menyelesaikan kursus antar kelompok (p =
0,164). Dengan demikian, hasil tidak mendukung Hipotesis 3. Dalam hal ini materi intervensi
Strategi Pembelajaran dan / atau Manajemen Waktu Studi yang digunakan dalam penelitian ini
tampaknya tidak berdampak pada tingkat penyelesaian mata kuliah mahasiswa pada mata
kuliah tertentu. .
Tabel 24
Jumlah Pelengkap dan Bukan Pelengkap (Data Gabungan)
Status
Total
NoncompleterCompleter
Kelom 1 Menghitung 12 12 24
pok
Hitungan yang 7.7 16.4 24.0
Diharapkan
% dalam Grup 50,0% 50,0% 100,0%
2 Menghitung 4 14 18
Hitungan yang 5.7 12.3 18.0
Diharapkan
% dalam Grup 22,2% 77,8% 100,0%
3 Menghitung 8 24 32
Hitungan yang 10.2 21.8 32.0
Diharapkan
% dalam Grup 25,0% 75,0% 100,0%
4 Menghitung 27 59 86
Hitungan yang 27.4 58.6 86.0
Diharapkan
% dalam Grup 31,4% 68,6% 100,0%
Total Menghitung 51 109 160
Hitungan yang 51.0 109.0 160.0
Diharapkan
% dalam Grup 31,9% 68,1% 100,0%
Tabel 25
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen dan Prestasi
mereka pada Ujian Akhir (Gelombang Pertama, n = 51)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - .593 0,542 0,374 0,469 0,24
** ** ** ** 8
2. Efikasi Diri - .601 0,514 0,625 0,165
3. Regulasi Diri Metakognitif ** ** ** 0,354 *
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,757 0,751 0,086
** **
- 0,621
**
5. Pengaturan Upaya - .202
6. Prestasi -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed); * Korelasi
signifikan pada tingkat 0,05 (2-tailed).
Tabel 26
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen dan Prestasi
mereka pada Ujian Akhir (Gelombang Pertama, n = 39)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - 0,701 0,539 .309 .464 ** .150
** **
2. Efikasi Diri - 0,548 0,489 0,631 0,165
** ** **
3. Regulasi Diri Metakognitif - 0,680 0,780 0,257
** **
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - .453 ** 0,151
5. Pengaturan Upaya - 0,165
6. Prestasi -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
Salah satu skala Motivational Beliefs, Control of Learning Beliefs, tidak berhubungan
secara signifikan dengan Waktu dan Lingkungan Belajar di akhir penelitian. Di sisi lain, semua
subskala lainnya masih berkorelasi signifikan satu sama lain. Regulasi Diri Metakognitif
memiliki hubungan yang cukup kuat, pada derajat yang lebih rendah dibandingkan dengan
sebelum percobaan, dengan Waktu dan Lingkungan Belajar (r = 0,68) dan korelasi yang lebih
kuat dengan Regulasi Upaya (r =
0,78). Namun, korelasi antara Waktu dan Lingkungan Studi dan Regulasi Usaha menurun
drastis (dari r = .62 sebelum percobaan menjadi r = .45 setelah percobaan).
Tabel 27
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen dan Prestasi
mereka pada Ujian Akhir (Gelombang Kedua, n = 109)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - 0,440 0,435 0,176 0,187 .115
** **
2. Efikasi Diri - 0,568 0,414 .501 ** .155
** **
3. Regulasi Diri Metakognitif - 0,579 .609 ** 0,05
** 2
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,707 0,07
** 2
5. Pengaturan Upaya - .108
6. Prestasi -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
Setelah Eksperimen. Jumlah peserta yang memenuhi kriteria analisis untuk menilai
hubungan penggunaan SRL siswa setelah percobaan dan prestasi mereka adalah 55.
Berdasarkan matriks korelasi yang disajikan pada Tabel 28, tidak ditemukan korelasi yang
signifikan antara penggunaan siswa. SRL di semua subskala dan prestasi siswa pada ujian akhir
(p> .05).
Korelasi dari subskala SRL menurun, kecuali untuk Pengaturan Diri Metakognitif dan
Waktu dan Lingkungan Belajar yang meningkat besarnya meskipun masih belum
penting. Misalnya, Regulasi Diri Metakognitif meningkat dari r (109) = .05, p = .591 menjadi r
(55) = .18, p = .184. Korelasi antara Self-Efficacy dan Effort Regulation, bagaimanapun, tidak
hanya menurun besarnya, tetapi juga berkorelasi negatif dengan prestasi belajar siswa pada ujian
akhir. Dengan tidak adanya korelasi yang signifikan dari hasil analisis, hal ini berarti analisis
korelasi yang menggunakan tanggapan siswa setelah percobaan tidak mendukung Hipotesis 4.
Tabel 28
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen dan Prestasi
mereka pada Ujian Akhir (Gelombang Kedua, n = 55)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan - 0,387 .234 -.001 0,237 0,001
Belajar **
2. Efikasi Diri - 0,654 0,540 .602 ** -.048
** **
3. Regulasi Diri Metakognitif - 0,560 0,670 0,182
** **
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,576 0,062
**
5. Pengaturan Upaya - -.036
6. Prestasi -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed); * Korelasi signifikan pada tingkat 0,05 (2-
tailed).
Kontrol Keyakinan Belajar tidak berkorelasi secara signifikan dengan semua subskala
dari skala Strategi Pembelajaran, sedangkan Efikasi Diri berkorelasi dengan semua subskala
SRL. Di antara subskala SRL, korelasi tertinggi terjadi antara Self-Efficacy dengan
Metakognitif Self-Regulation (r = .65) dan antara Metakognitif Self-Regulation dengan Effort
Regulation (r = .67).
Data Gabungan
Untuk data gabungan, total sampel yang dibutuhkan untuk analisis dengan menggunakan
tanggapan siswa pada kuesioner pertama adalah 160 (n1 = 51, n2 = 109). Sesuai dengan jumlah
responden untuk analisis dengan menggunakan tanggapan siswa pada kuesioner kedua adalah 94
(n1
= 39, n2 = 55).
Sebelum Eksperimen. Analisis menggunakan data gabungan dari tanggapan siswa
terhadap kuesioner pertama menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan antara subskala
SRL sebelum eksperimen dan prestasi siswa pada ujian akhir (lihat Tabel 29).
Tingkat korelasi tertinggi ada antara Pengendalian Keyakinan Belajar dan prestasi belajar
siswa, r (160) = .15, p = .065. Tingkat korelasi terendah terjadi antara Waktu dan Lingkungan
Belajar dengan prestasi belajar siswa, r (160) = .06, p = .464. Oleh karena itu, analisis
penggunaan SRL oleh siswa sebelum eksperimen tidak mendukung Hipotesis 4.
Tabel 29
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen dan Mereka
Prestasi Ujian Akhir (Data Gabungan, n = 160)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - 0,470 .455 0,233 0,259 0,14
** ** ** ** 7
2. Efikasi Diri - 0,571 0,435 0,530 .139
** ** **
3. Regulasi Diri Metakognitif - 0,642 0,661 0,08
** ** 9
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,678 0,05
** 8
5. Pengaturan Upaya - 0,09
6
6. Prestasi -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
Semua subskala Keyakinan Motivasi secara signifikan terkait dengan subskala Strategi
Pembelajaran. Di antara subskala SRL, tingkat korelasi tertinggi ada antara Waktu dan
Lingkungan Studi dan Regulasi Upaya (r =. 68) dan antara Regulasi Diri Metakognitif dan
Regulasi Upaya (r = 0,66).
Setelah Eksperimen. Analisis menggunakan tanggapan siswa terhadap kuesioner kedua
(posttest) menghasilkan korelasi yang signifikan antara Metakognitif Self-Regulation dan
prestasi siswa pada ujian akhir mata kuliah tertentu, r (94) = .20, p = .048 (lihat Tabel 30).
Korelasi lain yang meningkat besarnya adalah Waktu dan Lingkungan Belajar dan prestasi
belajar siswa, dari r (160) = .06, p = .464 sebelum percobaan ke r.
(94) = .13, p = .199, meskipun korelasinya tetap tidak signifikan. Namun, semua korelasi
lainnya menurun besarnya (misalnya, Kontrol Keyakinan Belajar, dari r (160) = .15, p =
.065 sebelum percobaan ke r (94) = .06, p = .574). Berdasarkan hasil analisis korelasi, dapat
dikatakan bahwa analisis yang menggunakan tanggapan siswa setelah percobaan sebagian
mendukung Hipotesis 4.
Pengendalian Keyakinan Belajar terkait dengan semua subskala dari SRL, kecuali dengan
Waktu dan Lingkungan Belajar, sementara Self-Efficacy berkorelasi lebih kuat dengan semua
subskala dari skala Strategi Pembelajaran. Korelasi tertinggi antara subskala SRL ditemukan
antara Metakognitif Self-Regulation dan Effort Regulation (r = 0,72).
Tabel 30
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen dan Prestasi
mereka pada Ujian Akhir (Data Gabungan, n = 94)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - .508 0,370 0,151 0,338 0,059
** ** **
2. Efikasi Diri - .606 .506 0,611 0,031
** ** **
3. Regulasi Diri Metakognitif - 0,618 0,721 0,204
** ** *
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,514 .134
**
5. Pengaturan Upaya - 0,056
6. Prestasi -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed); * Korelasi signifikan di
0,05 tingkat (2-tailed).
Tabel 31
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen dan Mereka
Status Penyelesaian Kursus (Gelombang Pertama, n = 51)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - .593 0,542 0,374 0,469 .184
** ** ** **
2. Efikasi Diri - .601 0,514 0,625 .152
3. Regulasi Diri Metakognitif ** ** ** 0,309 *
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,757 0,751 0,043
5. Regulasi Upaya ** ** 0,341 *
- 0,621
**
-
6. Penyelesaian Kursus -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed); * Korelasi signifikan di
0,05 tingkat (2-tailed).
Tabel 32
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen dan Status
Penyelesaian Kursus (Gelombang Pertama, n = 39)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - 0,701 0,539 .309 .464 0,272
** ** **
2. Efikasi Diri 1 0,548 0,489 0,631 0,286
** ** **
3. Regulasi Diri Metakognitif - - 0,680 0,780 .455
** ** **
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - .453 .132
5. Regulasi Upaya ** 0,352 *
-
6. Penyelesaian Kursus -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed); * Korelasi signifikan pada tingkat 0,05
(2-tailed).
Kontrol Keyakinan Belajar berkorelasi secara signifikan dengan semua subskala SRL,
kecuali dengan Waktu dan Lingkungan Belajar. Regulasi Diri Metakognitif dikaitkan sebagian
besar dengan Regulasi Upaya (r = 0,78) dan dengan Waktu dan Lingkungan Belajar (r = 0,68).
Gelombang Data Kedua
Seperti yang telah disebutkan di atas, status penyelesaian mata kuliah yang digunakan
untuk analisis ini ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada mata kuliah yang
mereka pilih saat menanggapi Kuesioner Strategi Pembelajaran.
Sebelum Eksperimen. Jumlah peserta yang diikutsertakan dalam analisis adalah 109.
Analisis menggunakan tanggapan siswa terhadap pretest menghasilkan semua korelasi yang
rendah, tidak signifikan antara subskala SRL dengan status penyelesaian kursus. Tingkat
korelasi tertinggi terjadi antara Self-Efficacy dan penyelesaian kursus, r
(109) = 0,14, p = 0,140. Besarnya korelasi terendah ada antara Pengendalian Keyakinan Belajar
dan penyelesaian kursus, r (109) = .05, p = .586 (lihat Tabel 33). Dalam hal ini, hasil analisis
yang menggunakan data mahasiswa gelombang kedua tidak mendukung Hipotesis 5.
Tabel 33
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen dan Mereka
Status Penyelesaian Kursus (Gelombang Kedua, n = 109)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - 0,440 0,435 0,176 0,187 0,05
** ** 3
2. Efikasi Diri - 0,568 0,414 .501 ** 0,14
** ** 2
3. Regulasi Diri Metakognitif - 0,579 .609 ** .108
**
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,707 0,07
** 6
5. Pengaturan Upaya - .114
6. Penyelesaian Kursus -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
Tabel 34
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen dan Mereka
Status Penyelesaian Kursus (Gelombang Kedua, n = 55)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - 0,387 .234 -.001 0,23 0,047
** 7
2. Efikasi Diri - 0,654 0,540 .602 ** 0,057
3. Regulasi Diri Metakognitif ** ** 0,670 0,291
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,560 ** *
** 0,576 -028
- **
5. Pengaturan Upaya - -.066
6. Penyelesaian Kursus -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
Data Gabungan
Selain itu, status penyelesaian kursus untuk data gabungan hanyalah
kombinasi dari status penyelesaian kursus dari kedua gelombang pengumpulan data.
Sebelum Eksperimen. Jumlah partisipan adalah seluruh responden yang memenuhi
kriteria analisis pada data gelombang pertama dan gelombang kedua yaitu 160 (n1 = 51, n2 =
109). Matriks korelasi (lihat Tabel 35) yang dihasilkan dari analisis dengan menggunakan
tanggapan siswa terhadap pretes menunjukkan bahwa Peraturan Diri Metakognitif secara
signifikan tetapi berkorelasi lemah dengan status penyelesaian mata pelajaran, r (160) = .18, p
= .027 ( Lihat Tabel 35). Peraturan Upaya juga ditemukan secara signifikan tetapi berkorelasi
lemah dengan penyelesaian kursus siswa, r (160) = .19, p = .017. Subskala lain dari SRL
memiliki korelasi yang lebih rendah dan tidak signifikan dengan penyelesaian kursus siswa
(misalnya, r = .11, p = .157 untuk Pengendalian Keyakinan Pembelajaran). Karena itu,
Semua subskala Keyakinan Motivasi berkorelasi sedang dengan semua subskala Strategi
Pembelajaran. Hubungan terkuat ditemukan antara Self-Efficacy dan Metakognitif Self-
Regulation (r = 0,57). Di sisi lain, di antara subskala Strategi Pembelajaran, hubungan yang
paling kuat terjadi antara Waktu dan Lingkungan Belajar dengan Regulasi Upaya (r = 0,68) dan
antara Regulasi Diri Metakognitif dengan Regulasi Upaya (r = 0,66).
Tabel 35
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa sebelum Eksperimen dan Mereka
Status Penyelesaian Kursus (Data Gabungan, n = 160)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - 0,470 .455 0,233 0,259 0,11
** ** ** ** 2
2. Efikasi Diri - 0,571 0,435 0,530 .132
3. Regulasi Diri Metakognitif ** ** ** 0,175 *
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,642 0,661 0,077
5. Regulasi Upaya ** ** 0,188 *
- 0,678
**
-
6. Penyelesaian Kursus -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed); * Korelasi signifikan di
0,05 tingkat (2-tailed).
Setelah Eksperimen. Berdasarkan respon siswa terhadap posttest, matriks korelasi yang
dihasilkan (Tabel 36) menunjukkan bahwa Metakognitif Self-Regulation adalah satu-satunya
subskala dari SRL yang berkorelasi signifikan dengan status penyelesaian mata kuliah, r (94) =
0,37, p <
0,001. Besarnya korelasi antara kedua variabel ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum
percobaan (r (94) = .18, p = .027).
Korelasi semua subskala lainnya dengan penyelesaian kursus juga meningkat di
besarnya meskipun tidak signifikan, kecuali untuk Regulasi Upaya yang mengalami penurunan, dari r
(160) =
.19, p = .017 sebelum percobaan ke r (94) = .14, p = .165. Oleh karena itu, analisis menggunakan
Data gabungan dari tanggapan siswa terhadap posttest hanya mendukung sebagian Hipotesis 5.
Di antara subskala SRL, satu-satunya hubungan yang tidak signifikan ditemukan antara
Pengendalian Keyakinan Belajar dan Waktu dan Lingkungan Belajar. Hubungan terkuat ada
antara Regulasi Diri Metakognitif dan Regulasi Upaya (r = 0,72).
Tabel 36
Korelasi Pearson antara Penggunaan SRL oleh Siswa setelah Eksperimen dan Status
Penyelesaian Kursus (Gabungan Data, n = 94)
1 2 3 4 5 6
1. Pengendalian Keyakinan Belajar - .508 0,370 0,151 0,338 .153
** ** **
2. Efikasi Diri - .606 .506 0,611 0,157
3. Regulasi Diri Metakognitif ** ** ** 0,369
4. Waktu dan Lingkungan Belajar - 0,618 0,721 **
** ** 0,082
- 0,514
**
5. Pengaturan Upaya - 0,144
6. Penyelesaian Kursus -
Catatan: ** Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
BAB LIMA
PEMBAHASAN
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, disertasi ini dilakukan dengan tiga tujuan, yaitu:
(1) untuk mengetahui pengaruh intervensi strategi pembelajaran pada penggunaan SRL oleh
siswa, pencapaian, dan penyelesaian kursus dalam pengaturan pendidikan jarak jauh, (2) untuk
mengetahui pengaruh intervensi manajemen waktu belajar terhadap penggunaan SRL oleh
siswa. , prestasi, dan penyelesaian kursus, dan (3) untuk mengetahui apakah siswa dengan
tingkat SRL yang lebih tinggi juga memiliki tingkat pencapaian dan penyelesaian kursus yang
lebih tinggi. Sejalan dengan itu, lima hipotesis dinilai dalam kaitannya dengan tujuan studi ini.
Bab ini membahas temuan-temuan penelitian ini yang berkaitan dengan masing-masing
hipotesis.
Bab ini terdiri dari empat pemikiran penutup, yaitu (1) implikasi kajian,
(2) keterbatasan penelitian, (3) saran untuk penelitian masa depan, dan (4) signifikansi
penelitian.
Implikasi Studi
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan SRL, khususnya regulasi diri
metakognitif, saat mempelajari mata kuliah yang dianggap menantang dalam lingkungan
pendidikan jarak jauh terkait dengan prestasi siswa pada ujian akhir. Selanjutnya, pengaturan
diri metakognitif lebih konsisten terkait dengan penyelesaian kursus siswa. Meskipun temuan
tidak menunjukkan efek signifikan dari intervensi pada keuntungan siswa menggunakan SRL,
prestasi, dan penyelesaian kursus mereka, hubungan antara regulasi diri metakognitif dengan
penyelesaian kursus meningkat pesat setelah intervensi dilaksanakan.
Temuan pada post test menunjukkan bahwa intervensi strategi pembelajaran dapat
digunakan untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya pengaturan diri
metakognitif dalam pembelajaran. Mengajar strategi pembelajaran dapat diintegrasikan ke dalam
tutorial yang berhubungan dengan kursus karena strategi pembelajaran adalah konteks tertentu
(Pintrich, et al., 1991). Dalam hal ini, tutor atau instruktur juga dapat mengajarkan strategi
kognitif (seperti mencatat dan meringkas), yang tidak termasuk dalam penelitian ini, yang lebih
sesuai untuk mata pelajaran yang mereka ajarkan kepada siswanya.
Intervensi Manajemen Waktu Studi tampaknya memiliki efek positif pada peningkatan
penggunaan pengaturan diri metakognitif ketika diterapkan ke kursus yang berbeda. Dengan
demikian, keterampilan manajemen waktu belajar mengajar juga dapat diintegrasikan ke dalam
tutorial terkait kursus untuk membantu siswa membuat rencana studi, menetapkan tujuan
pembelajaran mingguan, memantau pencapaian tujuan, dan membuat refleksi diri tentang
pencapaian pembelajaran mingguan mereka. Beberapa siswa menyadari manfaat memiliki
tujuan pembelajaran mingguan dan memantau pencapaian tujuan. Dengan menggunakan
Intervensi Manajemen Waktu Studi sebagai panduan siswa dapat terbantu dalam membangun
lebih banyak
kebiasaan belajar teratur. Karena perubahan kebiasaan adalah proses progresif yang dibangun
di atas serangkaian pengalaman positif (Hirsch, 2001), ketika siswa menyadari bahwa
menerapkan keterampilan manajemen waktu belajar dapat membantu mereka belajar lebih
teratur, mereka mungkin ingin terus menggunakan keterampilan tersebut. Ketika kebiasaan
belajar sudah terbentuk, siswa dapat lebih fokus pada strategi untuk mengatur kognisi mereka
saat belajar. Dengan cara ini, kualitas belajar siswa juga dapat ditingkatkan.
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk tutorial online dengan tujuan untuk merekam
aktivitas siswa dalam Strategi Pembelajaran CERDAS. Media berbasis SCORM sengaja dipilih
untuk melakukan studi. Dengan cara ini, siswa yang benar-benar membaca keseluruhan materi,
hanya membaca sebagian materi, atau tidak berusaha membaca materi dapat diidentifikasi. Oleh
karena itu materi intervensi tidak diberikan dalam bentuk file PDF atau file Doc padahal formulir
tersebut dapat memperbesar kemungkinan intervensi dapat dibaca oleh siswa pada waktu yang
tepat. Oleh karena itu, untuk penggunaan di masa mendatang, metode pemberian intervensi
online ini mungkin tidak praktis untuk melayani semua siswa yang membutuhkan dukungan ini
karena tidak banyak siswa yang memiliki akses internet di rumah mereka. Sebagai gantinya,
Meskipun tidak dilaporkan dalam disertasi ini, namun semua responden diberikan umpan
balik berdasarkan tanggapannya terhadap Kuesioner Strategi Pembelajaran. Dengan memiliki
umpan balik ini, siswa dapat memahami apa arti skor dari setiap subskala instrumen dalam
kaitannya dengan strategi pembelajaran yang mereka gunakan saat mempelajari kursus tertentu.
Mereka dapat dibantu dengan memahami bagaimana meningkatkan strategi belajar mereka pada
subskala tertentu. Misalnya, mereka dapat memotivasi diri sendiri bahwa mereka akan
menguasai kursus jika mereka menggunakan berbagai strategi kognitif (membuat catatan,
membuat ringkasan, melakukan praktik, menjawab penilaian diri, dll.) Atau meningkatkan upaya
belajar mereka dengan menghadiri tutorial dan mencari bantuan dari tutor atau teman.
Kuesioner Strategi Pembelajaran sebagai bagian dari MSLQ atau MSLQ secara
keseluruhan dapat diberikan selama "proses pembelajaran", bukan pada saat "sebelum proses
pembelajaran" dalam tutorial terkait kursus untuk menilai penggunaan SRL oleh siswa saat
mempelajari kursus tertentu. Suatu program dapat dikembangkan untuk menghasilkan skor rata-
rata setiap subskala setelah siswa mengirimkan kuesioner dan dengan demikian memberikan
umpan balik otomatis untuk siswa berdasarkan nilai yang dihasilkan. Pemberian umpan balik
dapat meningkatkan motivasi siswa dan penggunaan keterampilan pengaturan diri dalam
mempelajari kursus tertentu.
Universitas dapat mempertimbangkan untuk memberikan intervensi kepada siswa baru
atau tahun pertama agar siswa baru mungkin lebih memperhatikan atau lebih membutuhkan
layanan dukungan. Siswa yang kembali mungkin sudah menetapkan strategi pembelajaran
mereka sendiri dan sudah memiliki keterampilan manajemen waktu. Mengajarkan intervensi ini
kepada siswa baru mungkin lebih masuk akal dalam meningkatkan pembelajaran siswa. Siswa
yang kembali, di sisi lain, mungkin memerlukan lebih banyak pelatihan tentang strategi kognitif
atau strategi pembelajaran khusus yang lebih terkait dengan kursus.
Batasan Studi
Ada sejumlah keterbatasan yang perlu diperhatikan terkait penelitian ini.
Pertama, ukuran sampel akhir untuk penelitian ini agak kecil (n = 94). Ukuran sampel yang kecil
ini harus dipertimbangkan ketika menggeneralisasi temuan ke populasi atau populasi lain. Sifat
sukarela dari partisipasi dalam penelitian ini mungkin lebih menarik bagi siswa yang ingin lebih
berusaha atau yang ingin mencoba hal-hal baru untuk melakukan lebih baik dalam studi mereka.
Mahasiswa yang telah menunggu beberapa bimbingan untuk belajar bagaimana belajar dari
universitas mungkin juga lebih bersedia untuk mengambil bagian dalam studi tersebut.
Kedua, penelitian ini mengalami tingkat atrisi yang tinggi. Tingkat atrisi yang tinggi dari
para peserta harus menjadi perhatian. Karena intervensi diberikan sebagai panduan mandiri,
siswa yang membutuhkan lebih banyak bimbingan atau perancah dalam membuat rencana studi
atau menetapkan tujuan pembelajaran mingguan mereka mungkin tidak tertarik untuk
melanjutkan partisipasi mereka. Selain itu, antusiasme peserta dalam kelompok perlakuan
tampak menurun seiring berjalannya tutorial terkait kursus. Penurunan ini mungkin ada
hubungannya dengan banyak kursus yang didaftarkan oleh para siswa sementara mereka juga
bekerja dalam waktu yang lama. Siswa ini mungkin tidak memiliki waktu untuk menerapkan
pengetahuan yang diperoleh dari materi intervensi saat mereka belajar. Beberapa siswa
menjelaskan bahwa cukup sulit mencari waktu untuk menyelesaikan membaca dan memahami
materi pelajaran. Ketika mereka berpikir bahwa mereka tidak dapat menyediakan waktu untuk
menerapkan intervensi, mereka dapat memutuskan untuk mundur dari studi. Dari 321 siswa yang
secara valid menyelesaikan kuesioner pertama (pretest) hanya 104 siswa yang menyelesaikan
kuesioner kedua (posttest) dan dengan demikian dapat dimasukkan dalam analisis pengaruh
intervensi terhadap penggunaan SRL siswa. Ketika analisis hanya memasukkan peserta aktif
dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang mengikuti ujian akhir untuk mata kuliah
yang mereka pilih di awal penelitian, ukuran sampel menurun menjadi 94. Di sisi lain, beberapa
dari para siswa yang bahkan tidak membaca Dari 321 siswa yang menyelesaikan kuesioner
pertama (pretest) secara valid hanya 104 siswa yang menyelesaikan kuesioner kedua (posttest)
dan dengan demikian dapat dimasukkan dalam analisis pengaruh intervensi terhadap penggunaan
SRL siswa. Ketika analisis hanya memasukkan peserta aktif dalam kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol yang mengikuti ujian akhir untuk mata kuliah yang mereka pilih di awal
penelitian, ukuran sampel menurun menjadi 94. Di sisi lain, beberapa dari para siswa yang
bahkan tidak membaca Dari 321 siswa yang secara valid menyelesaikan kuesioner pertama
(pretest) hanya 104 siswa yang menyelesaikan kuesioner kedua (posttest) dan dengan demikian
dapat dimasukkan dalam analisis pengaruh intervensi terhadap penggunaan SRL siswa. Ketika
analisis hanya memasukkan peserta aktif dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang
mengikuti ujian akhir untuk mata kuliah yang mereka pilih di awal penelitian, ukuran sampel
menurun menjadi 94. Di sisi lain, beberapa dari para siswa yang bahkan tidak membaca
materi intervensi menanggapi kuesioner kedua. Ini menunjukkan bahwa siswa mungkin tidak
keberatan untuk berpartisipasi dalam survei. Namun, dengan keterbatasan waktu mereka, untuk
berpartisipasi lebih aktif atau terlibat dalam tugas mingguan dalam studi ini yang tidak memiliki
kontribusi langsung terhadap nilai mereka tampaknya sangat menarik minat mereka.
Ketiga, jumlah peserta yang tidak sama dalam setiap kondisi penelitian dimana kelompok
kontrol melebihi jumlah siswa pada kelompok perlakuan juga dapat mempengaruhi temuan yang
tidak signifikan. Jumlah siswa pada kelompok kontrol pada gelombang kedua bahkan lebih besar
daripada jumlah seluruh siswa pada kelompok perlakuan yang digabungkan. Ukuran sampel
yang sangat tidak sama antara kelompok yang dapat mempengaruhi homogenitas varians telah
ditangani dengan menggunakan analisis Welch daripada menggunakan ANOVA satu arah biasa.
Namun, jika kelompok perlakuan berisi lebih banyak siswa, kami akan lebih percaya diri dengan
hasil analisis. Di samping itu, rendahnya tingkat putus sekolah siswa dalam kelompok kontrol
menunjukkan bahwa siswa mungkin bersedia berpartisipasi dalam kegiatan akademis tambahan
jika waktu mereka tidak akan terlalu banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan
waktu mereka sebagai mahasiswa yang bekerja karena banyak mahasiswanya yang mengambil
mata kuliah yang relatif banyak (4-8 mata kuliah atau lebih) dalam satu semester.
Keempat, tingkat pengembalian kuesioner pertama sangat rendah (sekitar 4%). Salah satu
alasan rendahnya tingkat pengembalian mungkin karena audiens target tidak menerima email
undangan tepat waktu. Tiga puluh persen email tidak terkirim dan banyak email tertunda. Tidak
dipantau berapa banyak email yang belum dibaca oleh para siswa. Beberapa siswa menanggapi
kuesioner ketika penelitian hampir selesai. Hal ini menunjukkan bahwa berkomunikasi melalui
email dengan mahasiswa bukanlah cara terbaik meskipun merupakan cara tercepat dan termurah
dari sudut pandang institusi. Siswa mungkin memiliki beberapa akun email dan tidak mengakses
setiap alamat secara teratur. Mungkin akan jauh lebih efisien jika universitas menyediakan akun
email untuk mahasiswanya sehingga mereka tidak lupa email mana yang akan digunakan saat
berkomunikasi dengan universitas. Tingkat pengembalian yang rendah ini berdampak negatif
pada jumlah siswa yang merupakan kelompok perlakuan karena keanggotaan kelompok
ditentukan sebelum peserta direkrut. Rendahnya return rate pada pretest awalnya tidak
merugikan proporsi responden pada setiap kondisi penelitian. Namun jumlah responden pada
kelompok perlakuan yang membaca keseluruhan materi intervensi tidak terlalu tinggi, terutama
pada siswa gelombang kedua. Beberapa siswa memberikan umpan balik tentang materi
intervensi bahkan tanpa membaca materi tersebut. Jika lebih banyak siswa yang sama dalam
setiap kelompok perlakuan Tingkat pengembalian yang rendah ini berdampak negatif pada
jumlah siswa yang merupakan kelompok perlakuan karena keanggotaan kelompok ditentukan
sebelum peserta direkrut. Rendahnya return rate pada pretest awalnya tidak merugikan proporsi
responden pada setiap kondisi penelitian. Namun jumlah responden pada kelompok perlakuan
yang membaca keseluruhan materi intervensi tidak terlalu tinggi, terutama pada siswa
gelombang kedua. Beberapa siswa memberikan umpan balik tentang materi intervensi bahkan
tanpa membaca materi tersebut. Jika lebih banyak siswa yang sama dalam setiap kelompok
perlakuan Tingkat pengembalian yang rendah ini berdampak negatif pada jumlah siswa yang
merupakan kelompok perlakuan karena keanggotaan kelompok ditentukan sebelum peserta
direkrut. Rendahnya return rate pada pretest awalnya tidak merugikan proporsi responden pada
setiap kondisi penelitian. Namun jumlah responden pada kelompok perlakuan yang membaca
keseluruhan materi intervensi tidak terlalu tinggi, terutama pada siswa gelombang kedua.
Beberapa siswa memberikan umpan balik tentang materi intervensi bahkan tanpa membaca
materi tersebut. Jika lebih banyak siswa yang sama dalam setiap kelompok perlakuan
Rendahnya return rate pada pretest awalnya tidak merugikan proporsi responden pada setiap
kondisi penelitian. Namun jumlah responden pada kelompok perlakuan yang membaca
keseluruhan materi intervensi tidak terlalu tinggi, terutama pada siswa gelombang kedua.
Beberapa siswa memberikan umpan balik tentang materi intervensi bahkan tanpa membaca
materi tersebut. Jika lebih banyak siswa yang sama dalam setiap kelompok perlakuan
Rendahnya return rate pada pretest awalnya tidak merugikan proporsi responden pada setiap
kondisi penelitian. Namun jumlah responden pada kelompok perlakuan yang membaca
keseluruhan materi intervensi tidak terlalu tinggi, terutama pada siswa gelombang kedua.
Beberapa siswa memberikan umpan balik tentang materi intervensi bahkan tanpa membaca
materi tersebut. Jika lebih banyak siswa yang sama dalam setiap kelompok perlakuan
bersedia menjadi peserta aktif dalam penelitian ini, metode penugasan keanggotaan
kelompok secara acak sebelum pemberian pretest akan memuaskan.
Akhirnya, materi intervensi mungkin tidak cukup kuat untuk menghasilkan efek yang
lebih signifikan pada penggunaan SRL oleh siswa dan pada pencapaian atau penyelesaian kursus
mereka. Meskipun dapat dipastikan bahwa peserta dalam kelompok perlakuan yang termasuk
dalam analisis adalah mereka yang benar-benar menyelesaikan membaca materi intervensi, kami
tidak mengetahui apakah siswa menerapkan pengetahuan tersebut saat mempelajari materi
pelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami pentingnya menggunakan keterampilan
saat belajar tetapi mereka mungkin tidak memiliki kemauan atau waktu untuk menerapkannya.
Materi intervensi, khususnya manajemen waktu pembelajaran dapat diberikan dengan cara yang
lebih praktis guna meningkatkan kegunaan intervensi dalam membantu siswa membuat rencana
pembelajaran, merencanakan jadwal pembelajaran, menetapkan tujuan pembelajaran mingguan,
dan memantau studi mereka yang sebenarnya. Universitas mungkin dapat memberikan bantuan
teknis untuk membuat formulir atau media yang lebih sesuai untuk memenuhi tujuan ini.
Pentingnya belajar
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian dilakukan dalam upaya membantu
siswa meningkatkan pembelajaran mandiri mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
penyelesaian kursus dan ketekunan mereka dalam belajar dalam lingkungan pendidikan jarak
jauh. Tujuan dari mengajarkan keterampilan ini adalah untuk membantu siswa menentukan dan
mencapai tujuan pembelajaran mereka serta memperoleh kebiasaan belajar yang teratur. Dengan
begitu, para mahasiswa dapat terbantu dalam meningkatkan kesempatannya untuk berhasil
menyelesaikan studinya di UT. Hasil penelitian menunjukkan kemungkinan bahwa intervensi
strategi pembelajaran dan intervensi manajemen waktu pembelajaran dapat digunakan untuk
meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya perencanaan, penjadwalan, dan pemantauan
pencapaian tujuan pembelajaran mereka dalam mempelajari suatu mata kuliah. Intervensi ini
sejalan dengan Hirsch (2001) yang mengemukakan bahwa perguruan tinggi memiliki kewajiban
untuk tidak hanya menyediakan pengajaran yang efektif tetapi juga sumber belajar yang
diperlukan, seperti bimbingan, perpustakaan, dan layanan pendukung lainnya. Pasalnya,
mahasiswa UT dilaporkan memiliki kebiasaan belajar yang buruk dan tidak terbiasa belajar
mandiri di
Di masa lalu, intervensi ini dapat membantu siswa baru memiliki kebiasaan belajar yang lebih
baik dan menjadi pembelajar yang lebih mandiri.
Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi untuk menentukan
apakah materi intervensi pada manajemen waktu pembelajaran dapat digunakan sebagai
electronic performance support system (EPSS) bagi mahasiswa UT. Hasil belajar, terutama
umpan balik dari siswa mengenai kegunaan lembar latihan yang digunakan untuk merencanakan
tujuan pembelajaran mingguan dan mengevaluasi pencapaian tujuan menunjukkan bahwa siswa
menghargai manfaatnya dalam membantu mereka melacak kemajuan belajar mereka. Namun,
persentase kecil siswa saat ini yang memiliki alamat email yang valid menunjukkan bahwa
EPSS berbasis web mungkin bukan layanan dukungan terbaik untuk siswa. Sebaliknya, UT
dapat menyediakan bentuk lain dari sistem pendukung elektronik yang tidak terlalu bergantung
pada Internet. Sebagai contoh, Dengan mengubah materi intervensi menjadi presentasi power
point atau file PDF akan memudahkan siswa untuk mendownload materi dan menggunakannya
secara offline. Selain itu, lembar latihan dapat diubah menjadi bentuk yang lebih praktis, seperti
Lembar Kerja Excel atau Dokumen Word sehingga siswa dapat menyalin file di komputer
mereka untuk digunakan tanpa harus terhubung ke Internet. Mereka bahkan dapat mencetak
lembaran atau membuat salinannya di buku catatan mereka, yang membuatnya mudah untuk
dibawa-bawa atau ditempel di dinding. Dengan demikian, meskipun intervensi manajemen
waktu studi mungkin tidak disajikan sebagai EPSS yang sebenarnya, sistem pendukung
elektronik yang dimodifikasi mungkin lebih praktis untuk siswa saat ini di UT. akan
memudahkan siswa untuk mendownload materi dan menggunakannya secara offline. Selain itu,
lembar latihan dapat diubah menjadi bentuk yang lebih praktis, seperti Lembar Kerja Excel atau
Dokumen Word sehingga siswa dapat menyalin file di komputer mereka untuk digunakan tanpa
harus terhubung ke Internet. Mereka bahkan dapat mencetak lembaran atau membuat salinannya
di buku catatan mereka, yang membuatnya mudah untuk dibawa-bawa atau ditempel di dinding.
Dengan demikian, meskipun intervensi manajemen waktu studi mungkin tidak disajikan sebagai
EPSS yang sebenarnya, sistem pendukung elektronik yang dimodifikasi mungkin lebih praktis
untuk siswa saat ini di UT. akan memudahkan siswa untuk mendownload materi dan
menggunakannya secara offline. Selain itu, lembar latihan dapat diubah menjadi bentuk yang
lebih praktis, seperti Lembar Kerja Excel atau Dokumen Word sehingga siswa dapat menyalin
file di komputer mereka untuk digunakan tanpa harus terhubung ke Internet. Mereka bahkan
dapat mencetak lembaran atau membuat salinannya di buku catatan mereka, yang membuatnya
mudah untuk dibawa-bawa atau ditempel di dinding. Dengan demikian, meskipun intervensi
manajemen waktu studi mungkin tidak disajikan sebagai EPSS yang sebenarnya, sistem
pendukung elektronik yang dimodifikasi mungkin lebih praktis untuk siswa saat ini di UT.
seperti Lembar Kerja Excel atau Dokumen Word sehingga siswa dapat menyalin file di
komputer mereka untuk digunakan tanpa harus tersambung ke Internet. Mereka bahkan dapat
mencetak lembaran atau membuat salinannya di buku catatan mereka, yang membuatnya mudah
untuk dibawa-bawa atau ditempel di dinding. Dengan demikian, meskipun intervensi
manajemen waktu studi mungkin tidak disajikan sebagai EPSS yang sebenarnya, sistem
pendukung elektronik yang dimodifikasi mungkin lebih praktis untuk siswa saat ini di UT.
seperti Lembar Kerja Excel atau Dokumen Word sehingga siswa dapat menyalin file di
komputer mereka untuk digunakan tanpa harus tersambung ke Internet. Mereka bahkan dapat
mencetak lembaran atau membuat salinannya di buku catatan mereka, yang membuatnya mudah
untuk dibawa-bawa atau ditempel di dinding. Dengan demikian, meskipun intervensi
manajemen waktu studi mungkin tidak disajikan sebagai EPSS yang sebenarnya, sistem
pendukung elektronik yang dimodifikasi mungkin lebih praktis untuk siswa saat ini di UT.
LAMPIRAN A
FORMULIR PERSETUJUAN PERILAKU FSU
Anda diundang untuk mengikuti studi penelitian tentang peningkatan pembelajaran mandiri
siswa. Anda terpilih sebagai peserta yang memungkinkan karena Anda sedang mengikuti mata
kuliah Pengantar Statistik Sosial di Universitas Terbuka Indonesia. Kami meminta Anda
membaca formulir ini dan mengajukan pertanyaan apa pun yang mungkin Anda miliki sebelum
setuju untuk mengikuti studi ini.
Prosedur:
Jika Anda setuju untuk mengikuti studi ini, kami akan meminta Anda untuk melakukan hal-hal
berikut:
- Lengkapi tiga kuesioner online
- Berinteraksi dengan panduan mandiri berbasis web tentang strategi pembelajaran dan tutorial
berbasis web tentang manajemen waktu, yang dirancang untuk memfasilitasi Anda dalam
merencanakan waktu belajar reguler untuk kursus pendidikan jarak jauh
- Mungkin juga diminta untuk merencanakan waktu belajar mingguan Anda dan memantau
waktu belajar Anda yang sebenarnya selama tujuh minggu.
Manfaat keikutsertaan adalah: materi intervensi akan membantu Anda merencanakan waktu studi
Anda selama satu semester. Dengan menyelesaikan self-guide dan tutorial, Anda dapat
mengembangkan kebiasaan belajar yang teratur yang dapat membantu Anda memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk berhasil dalam studi Anda.
Kompensasi:
Anda akan menerima pembayaran: Anda akan menerima voucher $ 5.00-10.00 yang dapat
digunakan untuk pembelian bahan-bahan sekolah jika Anda menyelesaikan partisipasi Anda
dalam studi ini. Penarikan awal dari partisipasi dalam studi ini tidak akan diberikan voucher.
Kerahasiaan:
Catatan penelitian ini akan dirahasiakan dan dirahasiakan sejauh diizinkan oleh undang-undang.
Dalam laporan apa pun yang mungkin kami terbitkan, kami tidak akan menyertakan informasi
apa pun yang memungkinkan untuk mengidentifikasi subjek. Catatan penelitian akan disimpan
dengan aman dan hanya peneliti yang akan memiliki akses ke catatan tersebut.
Jika Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang penelitian ini dan ingin berbicara
dengan orang lain selain peneliti, Anda disarankan untuk menghubungi Badan Peninjau
Kelembagaan (IRB) FSU melalui email di humanubjects@magnet.fsu.edu.
Jika Anda tertarik untuk berpartisipasi dalam studi ini, silakan klik tombol “setuju 'di bawah.
Pernyataan Persetujuan:
Saya telah membaca informasi di atas. Saya telah mengajukan pertanyaan dan telah menerima
jawaban. Saya setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Permintaan Anda untuk melanjutkan proyek penelitian yang tercantum di atas yang melibatkan subjek manusia
telah disetujui oleh Komite Subjek Manusia. Jika proyek Anda belum selesai pada 11/7/2012, Anda harus meminta
perpanjangan persetujuan untuk kelanjutan proyek. Sebagai rasa hormat, pemberitahuan pembaruan akan
dikirimkan kepada Anda sebelum tanggal kedaluwarsa Anda; namun, Anda bertanggung jawab sebagai Investigator
Utama untuk meminta perpanjangan persetujuan Anda dari komite secara tepat waktu.
Jika Anda mengirimkan formulir persetujuan yang diusulkan dengan permintaan pembaruan Anda, formulir
persetujuan berstempel yang disetujui dilampirkan pada pemberitahuan persetujuan ulang ini. Hanya formulir
persetujuan yang telah distempel yang boleh digunakan dalam perekrutan subjek penelitian. Anda diingatkan bahwa
setiap perubahan protokol untuk proyek ini harus ditinjau dan disetujui oleh Komite sebelum implementasi
perubahan yang diusulkan dalam protokol. Formulir perubahan / amandemen protokol harus diserahkan untuk
disetujui oleh Komite. Selain itu, peraturan federal mengharuskan Penyidik Utama segera melaporkan secara
tertulis, masalah atau kejadian buruk yang tidak terduga yang melibatkan risiko terhadap subjek penelitian atau
orang lain.
Dengan salinan memorandum ini, Ketua departemen Anda dan / atau profesor utama Anda diingatkan tentang
tanggung jawab mereka untuk mendapatkan informasi mengenai proyek penelitian yang melibatkan subjek manusia
di departemen mereka. Mereka disarankan untuk meninjau protokol sesering yang diperlukan untuk memastikan
bahwa proyek dilakukan sesuai dengan institusi kami dan peraturan DHHS.
Pernyataan berikut menanyakan tentang strategi pembelajaran Anda untuk Pengantar Statistik Sosial
tentu saja. Tidak ada jawaban benar atau salah.
Pilih di antara angka 1 sampai 7 untuk setiap pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana
Anda belajar untuk kursus ini seakurat mungkin. Pilih nomor yang paling menggambarkan
Anda untuk setiap pernyataan.
7 = jika Anda merasa sangat setuju dengan pernyataan (itu sangat benar Anda) 5-
6 = jika Anda merasa bahwa pernyataan itu agak benar kamu
4 = Jika Anda tidak memiliki kesepakatan yang kuat dengan a
pernyataan 2-3 = jika Anda merasa pernyataan itu
hampir tidak benar kamu
1 = jika menurut Anda suatu pernyataan tidak semuanya benar kamu
Pilih di antara angka 1 sampai 7 untuk setiap pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana
Anda belajar untuk kursus ini seakurat mungkin. Pilih nomor yang paling menggambarkan
Anda untuk setiap pernyataan.
7 = jika Anda merasa sangat setuju dengan pernyataan (itu sangat benar Anda) 5-
6 = jika Anda merasa bahwa pernyataan itu agak benar kamu
4 = Jika Anda tidak memiliki kesepakatan yang kuat dengan a
pernyataan 2-3 = jika Anda merasa pernyataan itu
hampir tidak benar kamu
1 = jika menurut Anda suatu pernyataan tidak semuanya benar kamu
Minggu 1
Target Belajar Penyebab Solusi /
Waktu Tercapai?
Mata Judul Kegiatan Jumlah Tidak Rencana
Belajar
Kuliah Belajar dalam Modul Halaman Ya Tidak Terlaksana Selanjutnya
- ISIP4215 Pengertian dan 16 45
Pengantar Pemanfaatan Statistika v
Statistik Jenis-jenis Statistika 8 45 v
Sosial Pengukuran, 22 60 v
Perbandingan Data,
Validitas, dan
Reliablitas
- ISIP4216 Konsep Dasar Ilmu 15
Metode Pengetahuan
Penelitian
Etika Dalam Penelitian
Sosial 15
- Pengertian 34
SOSI4302 Kriminoloogi dan
Teori Objek Studi
Krimino- Kriminologi
logi
Keterkaitan 18
Kriminologi dengan
Bidang Studi Lain
- Masalah Sosial dan 21
SOSI4307 Sifat-sifatnya
Masalah-
Masalah
Sosial
Sifat dan
Kesalahpahaman
Masalah Sosial 29
dst
REFERENSI
Ajisuksmo, CRP, & Vermunt, JD (1999). Gaya belajar dan pengaturan diri belajar di
universitas: Sebuah studi bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Asia Pasifik, 19 (2): 45-
59.
Andersen, R. (1995). Ke depan: Keterampilan karir yang cocok untuk semua orang. New York:
McGraw- Hill, Inc.
Andrade, MS, & Bunker, E. (2009). Model pembelajaran bahasa jarak jauh yang diatur sendiri.
Pendidikan Jarak Jauh, 30(1), 47-61. doi: 10.1080 / 01587910902845956
Andriani, D. (2003). Kemandirian mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi tatap muka dan jarak
jauh. Jakarta: Universitas Terbuka.
Aragon, S., & Johnson, E. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian dan tidak
terselesaikannya kursus online community college. American Journal of Distance
Education, 22 (3), 146- 158. doi: 10.1080 / 08923640802239962
Ashby, A. (2004). Memantau retensi siswa di Universitas Terbuka: Definisi,
pengukuran, interpretasi, dan tindakan. Pembelajaran Terbuka, 19 (1), 65-
77. doi: 10.1080 / 0268051042000177854
Azevedo, R., & Cromley, JG (2004). Apakah pelatihan tentang self-regulated learning
memfasilitasi pembelajaran siswa dengan hypermedia? Jurnal Psikologi Pendidikan, 96
(3), 523-535. doi: 10.1037 / 0022-0663.96.3.523
Azevedo, R., Guthrie, JT, & Seibert, D. (2004). Peran pembelajaran mandiri dalam mendorong
pemahaman konseptual siswa tentang sistem yang kompleks dengan hypermedia. Jurnal
Penelitian Komputerisasi Pendidikan 30 (1 & 2), 87-111.
Bandura, A. (1991). Teori kognitif sosial tentang pengaturan diri. Perilaku Organisasi dan Proses
Keputusan Manusia 50 (2), 248-287.
Baggaley, J. (2007). Teknologi pendidikan jarak jauh: Perspektif Asia. Pendidikan
Jarak Jauh, 28 (2), 125-131.
Bandalaria, M. (Maret 2007). Dampak TIK pada pembelajaran terbuka dan jarak jauh di
negara berkembang: Pengalaman Filipina. Tinjauan Internasional Penelitian dalam
Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh, 8 (1), 1-15.
Belawati, T. (1998). Meningkatkan ketekunan siswa dalam pendidikan jarak jauh pasca
sekolah menengah di Indonesia. Pendidikan Jarak Jauh, 19 (1), 81-108.
Belawati, T. (2000). Meningkatkan pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh melalui World Wide
Web.
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 1(1).
Belawati, T. (Ed.). (2002). Perkembangan pemikiran tentang pendidikan terbuka dan jarak jauh
(Perkembangan konsepsi tentang pembelajaran terbuka dan jarak jauh). Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Belawati, T. (2005). Dampak tutorial online pada tingkat penyelesaian kursus dan
prestasi siswa. Pembelajaran, Media, dan Teknologi, 30 (1), 15-25.
Boekaerts, M. (1997). Pembelajaran yang diatur sendiri: Konsep baru yang dianut oleh para
peneliti, pembuat kebijakan, pendidik, guru, dan siswa. Pembelajaran dan Instruksi, 7
(2), 161-186.
Boston, WE, Ice, P., & Gibson, AM (Musim Semi 2011). Penilaian komprehensif tentang retensi
siswa dalam lingkungan pembelajaran online. Jurnal Online Administrasi Pembelajaran
Jarak Jauh, 14 (1).
Britton, BK, & Tesser, A. (1991). Pengaruh praktik manajemen waktu pada nilai perguruan tinggi.
Jurnal Psikologi Pendidikan, 83(3), 805-810.
Burlison, J., Murphy, C., & Dwyer, W. (2009). Evaluasi strategi termotivasi untuk
kuesioner pembelajaran untuk memprediksi kinerja akademik pada mahasiswa
dari berbagai bakat skolastik. Jurnal Mahasiswa Perguruan Tinggi, 43 (4), 1313-
1323.
Chen, CS (2002). Prestasi dan strategi pembelajaran yang diatur sendiri dalam kursus
Pengantar Sistem Informasi. Teknologi Informasi, Pembelajaran, dan Jurnal
Kinerja, 20 (1), 11-23.
Cohen, J. (1988). Analisis kekuatan statistik untuk ilmu perilaku (edisi ke-2nd). Hillside, NJ:
Lawrence Earlbaum, Ass.
Coladarci, T., Cobb, CD, Minium, EW, & Clarke, RC (2001). Dasar-dasar penalaran statistik
dalam pendidikan. Denver, MA: John Wiley & Sons, Inc.
Coutinho, SA (2007). Hubungan antara tujuan, metakognisi, dan kesuksesan akademis.
Mendidik ~ 7(1), 39-47. Diterima darihttp://www.educatejournal.org/
Dabbagh, N., & Bannan-Ritland, B. (2005). Pembelajaran online: Konsep, strategi,
dan aplikasi. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.
Dabbagh, N., & Kitsantas, A. (2005). Menggunakan alat pedagogis berbasis web sebagai
perancah untuk belajar mandiri. Sains Instruksional, 33 (5-6), 513-540. doi: 10.1007 /
s11251-005- 1278-3
Darmayanti, T. (2000). Skala Kesiapan Pembelajaran Self-Directed: Adaptasi instrumen
penelitian belajar mandiri (Self-Directed Learning Readiness Scale: Adaptasi instrumen
penelitian mandiri). Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 2 (2).
Darmayanti, T. (2005). Efektivitas intervensi keterampilan belajar mandiri dan keteladanan
dalam meningkatkan kemampuan belajar mandiri dan prestasi belajar mahasiswa
pendidikan jarak jauh (Efektivitas keterampilan belajar mandiri dan intervensi
modeling dalam meningkatkan kemampuan belajar mandiri dan prestasi belajar
mahasiswa pendidikan jarak jauh). Disertasi Doktor, Universitas Indonesia, Jakarta.
Diterima dari http://pustaka.ut.ac.id/puslata/pdf/81201.pdf
Darmayanti, T. (2008). Efektivitas intervensi keterampilan belajar mandiri dan keteladanan
dalam meningkatkan kemampuan belajar mandiri dan prestasi belajar mahasiswa
pendidikan jarak jauh (Efektivitas keterampilan belajar mandiri dan pemodelan dalam
meningkatkan pembelajaran mandiri dan prestasi siswa) Jurnal Pendidikan Terbuka dan
Jarak Jauh , 9 (2), 68-82.
Daryono. (2011, 9 November). [Email ke Kristanti Ambar Puspitasari], Universitas
Terbuka, Jakarta.
Dembo, MH, & Seli, H. (2008). Motivasi dan strategi pembelajaran untuk kesuksesan
perguruan tinggi: Pendekatan manajemen diri (edisi ke-3rd). New York; Lawrence
Erlbaum Associates.
Dimitrov, DM, & Rumrill, Jr, PD (2003). Desain pretest-posttest dan pengukuran
perubahan. Kerja, 20, 159-165.
Doherty, W. (2006). Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi retensi dalam kursus
community college berbasis web. Internet dan Pendidikan Tinggi, 9 (4), 245-255. doi:
10.1016 / j.iheduc.2006.08.004
Dunbar, R. (1991). Mengadaptasi pendidikan jarak jauh untuk orang Indonesia: Masalah dengan
heteronomi lisan dan tradisi lisan yang kuat. Pendidikan Jarak Jauh, 13 (2), 163-174.
Pusat Ujian. (2011a). Daftar siswa yang mengambil ISIP4215 tahun 20111. Data tidak
dipublikasikan, 3 Maret 2011. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pusat Ujian. (2011b). Rekapitulasi peserta tutorial menurut fakultas pada program pendidikan
non dasar tahun 2009.2 sampai dengan 2011.2. Data Tidak Dipublikasikan, 6 Desember
2011. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pusat Ujian. (2011c). Rekapitulasi angka ketuntasan siswa pada program non pendidikan dasar
tahun 2009.1 sd 2010.2. Data Tidak Dipublikasikan, 17 Februari 2011. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Pusat Ujian. (2012d). Daftar mata kuliah program non pendidikan dasar tahun 2011.1 dan
2011.2. Data Tidak Dipublikasikan, 26 Maret 2011. Jakarta: Universitas Terbuka.
Farnes, N. (1997). Struktur baru untuk mereformasi pendidikan tinggi di Eropa Tengah dan
Timur: Peran pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Eropa, 32 (4), 379-395.
Fozdar, BI, & Kumar, LS (2007). Pembelajaran seluler dan retensi siswa. Tinjauan
Internasional Penelitian dalam Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh, 8 (2), 1-18.
Fozdar, BI, Kumar, LS, & Kannan, S. (2006). Sebuah survei studi tentang alasan yang
bertanggung jawab atas siswa putus sekolah dari Program Sarjana Sains di Universitas
Terbuka Nasional Indira Gandhi. Tinjauan Internasional Penelitian dalam Pembelajaran
Terbuka dan Jarak Jauh, 7 (3), 1-15.
Garrison, DR (1993). Kualitas dan akses dalam pendidikan jarak jauh: Pertimbangan teoretis. Di
D. Keegan (Ed.), Prinsip teoritis pendidikan jarak jauh. London; New York:
Routledge.
Guglielmino, LM, Long, HB, & Hiemstra, R. (2004). Pengarahan diri sendiri dalam
pembelajaran di Amerika Serikat. Jurnal Internasional Belajar Mengarahkan Sendiri 1
(1): 1-17.
Hattie, J., Biggs, J., & Purdie, N. (1996). Pengaruh intervensi keterampilan belajar pada
pembelajaran siswa: Sebuah analisis meta. Review Penelitian Pendidikan, 66 (2),
99-136.
Hemphill, JH (2003). Menafsirkan besaran koefisien korelasi. Psikolog Amerika, 58 (1),
78-80.
Hirsch, G. (2001). Membantu mahasiswa berhasil: Sebuah model intervensi yang efektif.
Philadelphia: Brunner-Routledge.
Hofer, BK, & Yu, SL (2003). Mengajar pembelajaran yang diatur sendiri melalui kursus
"belajar untuk belajar". Pengajaran Psikologi, 30 (1), 30-33.
Hofer, BK, Yu, SL, & Pintrich, PR (1998). Mengajar mahasiswa untuk menjadi pembelajar
mandiri. Dalam DH Schunk & BJ Zimmerman (Eds.), Pembelajaran yang diatur
sendiri: Dari mengajar hingga praktik refleksi diri. New York; London: The Guilford
Press.
Holder, B. (2007). Penyelidikan terhadap harapan, akademisi, lingkungan, dan motivasi
sebagai prediktor ketekunan dalam program online pendidikan tinggi. Internet dan
Pendidikan Tinggi, 10 (4), 245-260. doi: 10.1016 / j.iheduc.2007.08.002
Hu, H. (2007). Pengaruh pelatihan strategi pembelajaran yang diatur sendiri pada prestasi
pelajar, motivasi dan penggunaan strategi dalam lingkungan instruksional yang
disempurnakan web. Disertasi Doktor yang tidak diterbitkan, Universitas Negeri
Florida.
InternetWorldStats. (2010a). Statistik Internet Asia.
URL:http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm. Diakses pada 25 April
2011
InternetWorldStats. (2010b). Penggunaan Internet di Asia.
URL:http://www.internetworldstats.com/stats3.htm. Diakses pada 26 April
2011.
InternetWorldStats. (2010c). Statistik Penggunaan Internet.
URL:http://www.internetworldstats.com/stats.htm. Diakses pada 25 April 2011.
Juleha, S. (2002). Memahami gaya dan strategi belajar mahasiswa (Memahami gaya dan
strategi belajar siswa). Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 3 (2).
Jung, I. (2007). Mengubah wajah pembelajaran jarak jauh dan terbuka di Asia. Tinjauan
Internasional Penelitian dalam Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh 8 (1): 1-6.
Jung, M. (2008). Efek dari mengintegrasikan keterampilan manajemen waktu ke dalam
kursus pembelajaran jarak jauh campuran. Disertasi Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Sekolah Rossier Universitas Pendidikan California Selatan.
Kauffman, DF (2004). Pembelajaran mandiri dalam lingkungan berbasis web: Alat
instruksional yang dirancang untuk memfasilitasi penggunaan strategi kognitif,
pemrosesan metakognitif, dan keyakinan motivasi. Jurnal Penelitian Komputasi
Pendidikan, 30 (1 & 2), 139-161.
Kimber, CT (2009). Pengaruh pelatihan dalam pembelajaran mandiri pada kecemasan
matematika dan prestasi di antara guru pra-jabatan di mata kuliah baru dalam konsep
matematika. Disertasi Doktor yang tidak diterbitkan, The Temple University Graduate
Board.
Diperoleh dari ProQuest (UMI No. 3359748).
King, FB, Harner, M., & Brown, SW (2000). Pengaruh perilaku pengaturan diri dalam
pembelajaran jarak jauh. Jurnal Internasional Media Pembelajaran, 27 (2), 147-156.
Kitsantas, A., Winsler, A., & Huie, F. (2008). Regulasi diri dan kemampuan prediktor
keberhasilan akademik selama kuliah: Sebuah studi validitas prediktif. Jurnal Akademik
Lanjutan, 20 (1), 42-68.
Lan, WY (1996). Pengaruh pemantauan diri pada kinerja kursus siswa, penggunaan strategi
pembelajaran, sikap, penilaian diri, dan representasi pengetahuan. Jurnal Pendidikan
Experimenta, 64 (2), 101-115.
Lan, WY, Bradley, L., & Parr, G. (1993). Pengaruh proses swa-monitor pada pembelajaran
mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Statistika. The Journal of Experimental
Education, 62 (1), 26-40.
Lin, X. (2001). Merancang kegiatan metakognisi. Penelitian & Pengembangan
Pelatihan Pendidikan, 49 (2), 23-40.
Littlejohn, A., & Pegler, C. (2007). Mempersiapkan e-learning campuran. London & New
York: Routledge.
Littlewood, W. (1999). Mendefinisikan dan mengembangkan otonomi dalam konteks
Asia Timur. Linguistik Terapan, 20 (1), 71-94.
Lynch, DJ (2008). Menghadapi tantangan: Keyakinan motivasi dan strategi pembelajaran
di kursus perguruan tinggi yang sulit. Jurnal Mahasiswa Perguruan Tinggi, 42 (2),
416-421.
Lynch, R., & Dembo, MH (2004). Hubungan antara regulasi diri dan pembelajaran online dalam
konteks pembelajaran campuran. Tinjauan Internasional Penelitian dalam Pembelajaran
Terbuka dan Jarak Jauh, 5 (2), 1-16.
Lynch, SK, & Kogan, LR (2004). Merancang lokakarya online: Menggunakan model
pembelajaran berdasarkan pengalaman. Jurnal Konseling Perguruan Tinggi 7,
170-176.
Macan, TH, Shahani, C., Dipboye, RL, & Phillips, AP (1990). Manajemen waktu
mahasiswa: Korelasi dengan kinerja akademik dan stres. Jurnal Psikologi
Pendidikan, 82 (4), 760-768
Malik, NA, Belawati, T., & Baggaley, JP (2005). Kerangka kerja penelitian dan pengembangan
kolaboratif tentang teknologi pembelajaran jarak jauh untuk Asia. Makalah
dipresentasikan pada Konferensi Tahunan AAOU ke-19, Jakarta.
McGivney, V. (2004). Memahami ketekunan dalam pembelajaran orang dewasa. Pembelajaran
Terbuka, 19 (1), 33-46. doi: 10.1080 / 0268051042000177836
Moody, J. (2004). Pendidikan jarak jauh: Mengapa tingkat putus sekolah begitu tinggi? Ulasan
Triwulanan Pendidikan Jarak Jauh, 5 (3), 205-210.
Moore, MG (1997). Teori jarak transaksional. Dalam D. Keegan (Ed.), Prinsip Teoritis
Pendidikan Jarak Jauh (pp. 22-38). London: Routledge.
Moore, MG, & Kearsley, G. (1996). Pendidikan jarak jauh: Tampilan sistem. Belmont,
California: Perusahaan Penerbitan Wadsworth.
Nash, RD (Musim Dingin 2005). Tingkat penyelesaian kursus di antara pelajar jarak
jauh: Mengidentifikasi metode yang mungkin untuk meningkatkan retensi. Jurnal
Online Administrasi Pembelajaran Jarak Jauh, 8 (4).
Nota, L., Soresi, S., & Zimmerman, BJ (2004). Pengaturan diri dan prestasi dan ketahanan
akademik: Sebuah studi longitudinal. Jurnal Internasional Penelitian Pendidikan, 41 (3),
198-215.
Nugraheni, E., & Pangaribuan, N. (2006). Gaya belajar dan strategi belajar jarak jauh: Kasus di
Universitas Terbuka (Gaya belajar dan strategi siswa pendidikan jarak jauh: Kasus
Universitas Terbuka). Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 7 (1), 68-82.
Pajares, F. (2002) .. Gender dan self-efficacy yang dirasakan dalam self-regulated laming.
Theory into Practice 41 (2): 117-125.
Park, CC (2000). Preferensi gaya belajar Pelajar Asia Tenggara. Pendidikan Perkotaan, 35
(3), 245-268. doi: 10.1177 / 0042085900353002
Pintrich, PR (1995). Memahami pembelajaran mandiri. Petunjuk Baru untuk Pengajaran dan
Pembelajaran, 63, 3-12.
Pintrich, PR (2004). Kerangka konseptual untuk menilai motivasi dan pembelajaran
mandiri pada mahasiswa. Ulasan Psikologi Pendidikan, 16 (4), 385-407.
Pintrich, PR, & DeGroot, EV (1990). Komponen pembelajaran motivasi dan mandiri dari kinerja
akademik kelas. Jurnal Psikologi Pendidikan, 82 (1), 33-40.
Pintrich, PR, Smith, DAF, Garcia, T., & McKeachie, WJ (1991). Sebuah manual untuk
penggunaan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). Ann Arbor,
Michigan: Universitas Michigan.
Pintrich, PR, Smith, DAF, Garcia, T., & McKeachie, WJ (1993). Reliabilitas dan validitas
prediksi dari Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). Pengukuran
Pendidikan dan Psikologis, 53 (3), 801-813. doi: 10.1177 / 0013164493053003024
Prasetyo, D. (2011, 29 April). [Email ke Kristanti Ambar Puspitasari], Universitas
Terbuka, Jakarta.
Priebe, LC, Ross, TL, & Rendah, KW (2008). Menjelajahi peran pendidikan jarak jauh dalam
mendorong akses universitas yang adil bagi siswa generasi pertama: Survei
fenomenologis. Tinjauan Internasional Penelitian dalam Pembelajaran Terbuka dan Jarak
Jauh, 9 (1), 1-12.
Purdie, N., Hattie, J., & Douglas, G. (1996). Konsepsi siswa tentang pembelajaran dan
penggunaan strategi pembelajaran yang diatur sendiri: Perbandingan lintas budaya.
Jurnal Psikologi Pendidikan, 88 (1), 87-100.
Puspitasari, KA, & Islam, S. (2003). Kesiapan belajar mandiri mahasiswa dan calon mahasiswa
pada pendidikan jarak jauh di Indonesia. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 4
(1), 16-31.
Puzziferro, M. (2008). Kemanjuran diri teknologi online dan pembelajaran mandiri sebagai
prediktor nilai akhir dan kepuasan dalam kursus online tingkat perguruan tinggi. Jurnal
Pendidikan Jarak Jauh Amerika, 22 (2), 72-89. doi: 10.1080 / 08923640802039024
Rajesh, M. (April 2003). Sebuah Studi tentang masalah yang terkait dengan adaptasi TIK di
negara berkembang dalam konteks pendidikan jarak jauh. Jurnal Online Turki Pendidikan
Jarak Jauh-TOJDE 4 (2).
Divisi Pendaftaran. (2011a). Data pendaftaran siswa nonpendidikan dasar tahun 20111.
Data Tidak Dipublikasikan, 8 Agustus 2011. Jakarta: Universitas Terbuka.
Divisi Pendaftaran. (2011b). Rekapitulasi siswa aktif nonpendidikan dasar menurut jenis
kelamin, usia, dan lokasi pusat wilayah. Data Tidak Dipublikasikan, 12 Desember
2012. Jakarta: Universitas Terbuka.
Robinson, B. (2008). Menggunakan pendidikan jarak jauh dan TIK untuk meningkatkan akses,
kesetaraan, dan kualitas dalam pengembangan profesional guru pedesaan di Cina bagian
barat. Tinjauan Internasional Penelitian dalam Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh, 9
(1), 1-17.
Roblyer, MD (1999). Apakah pilihan penting dalam pembelajaran jarak jauh: Sebuah studi
tentang motif siswa untuk mengambil kursus berbasis Internet di tingkat sekolah
menengah dan perguruan tinggi. Jurnal Penelitian Pendidikan Komputer, 32 (1), 157-171.
Rumble, G. (1989). Tentang mendefinisikan pendidikan jarak jauh. The American
Journal of Distance Education, 3 (2), 8-21.
Schlosser, LA, & Simonson, M. (2006). Pendidikan jarak jauh: Definisi dan glosarium istilah
(edisi ke-2nd). Greenwich, Connecticut, Penerbitan Era Informasi.
Schunk, DH (1990). Penetapan tujuan dan kemanjuran diri selama pembelajaran mandiri.
Psikolog Pendidikan, 25 (1), 71-86.
Schunk, DH (1991). Kemanjuran diri dan motivasi akademis. Psikolog Pendidikan 26 (3 & 4):
207-231.
Schunk, DH (2005). Pembelajaran mandiri: Warisan pendidikan Paul R. Pintrich.
Psikolog Pendidikan, 40(2), 85-94. doi: 10.1207 / s15326985ep4002_3
Schunk, DH (2008). Metakognisi, pengaturan diri, dan pembelajaran mandiri:
Rekomendasi penelitian. Ulasan Psikologi Pendidikan, 20 (4), 463-467. doi:
10.1007 / s10648-008-9086-3
Schunk, DH, & Zimmerman, BJ (Eds.). (1998). Pembelajaran yang diatur sendiri: Dari
mengajar hingga praktik refleksi diri. New York; Lonndon: The Guilford Press.
Siaciwena, R., & Lubinda, F. (2008). Peran pembelajaran terbuka dan jarak jauh dalam
implementasi hak atas pendidikan di Zambia. Tinjauan Internasional Penelitian dalam
Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh, 9 (1), 1-12.
Simpson, O. (2004). Dampak dari intervensi retensi untuk mendukung siswa
pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran Terbuka, 19 (1), 79-95.
Simpson, O. (2006). Memprediksi keberhasilan siswa dalam pembelajaran terbuka dan jarak
jauh. Pembelajaran Terbuka, 21 (2), 125-138. doi: 10.1080 / 02680510600713110
Terry, KPS (2002). Efek dari praktik manajemen waktu online pada pembelajaran yang diatur
sendiri dan kemanjuran diri akademis. Disertasi Doktor, Institut Politeknik Virginia dan
Universitas Negeri, Blacksburg, VA.
Trueman, M. & Hartley, J. (1996). Perbandingan antara keterampilan manajemen waktu dan
kinerja akademis dari mahasiswa yang sudah dewasa dan mahasiswa yang masuk secara
tradisional. Pendidikan Tinggi, 32, 199-215.
Tuckman, BW (2003). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Pelatihan Motivasi terhadap Prestasi
Mahasiswa. Jurnal Pengembangan Mahasiswa, 44 (3), 430-437. doi: 10.1353 / csd.2003.0034
Universitas Terbuka. (2012a). Katalog Non Pendas 2012. Diambil
darihttp://www.ut.ac.id/mahasiswa-dan-alumni/katalog-ut-2012/299-katalog-ut-non-
pendas- 2012.html
Universitas Terbuka. (2012b). Siswa Non Persistent di Universitas Terbuka. Dokumen tidak
diterbitkan. 5 Januari 2012.
Visser, L., Plomp, T., Amirault, RJ, & Kuiper, W. (2002). Memotivasi siswa dari jauh: Kasus
audiens internasional. Teknologi Pendidikan, Penelitian & Pengembangan, 50 (2), 94-
100.
Wang, Y., Peng, H., Huang, R., Hou, Y., & Wang, J. (2008). Karakteristik pembelajar jarak jauh:
penelitian tentang hubungan motivasi belajar, strategi pembelajaran, efikasi diri, atribusi
dan hasil belajar. Pembelajaran Terbuka: Jurnal Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh, 23
(1), 17-28. doi: 10.1080 / 02680510701815277
Wilson, J. (1997). Peserta didik mandiri dan teori pendidikan jarak jauh. Makalah Pekerjaan
dalam Teknologi Pendidikan, Juni Diperoleh
darihttp://www.usask.ca/education/coursework/802papers/wilson/wilson.html
Wiswell, LM. (2005). Prestasi dan retensi mahasiswa keperawatan semester pertama: Pengaruh
kursus keterampilan belajar. Disertasi Doktor yang Tidak Diterbitkan, Fakultas The
Rossier School of Education University of Southern California. Diambil dari ProQuest
(UMI No. 3219856).
Zimmerman, BJ (1989). Pandangan kognitif sosial tentang pembelajaran akademis yang diatur
sendiri. Jurnal Psikologi Pendidikan 81 (3): 329-339.
Zimmerman, BJ (1990). Pembelajaran mandiri dan prestasi akademik: Gambaran umum.
Psikolog Pendidikan, 25(1), 3-17. doi: 10.1207 / s15326985ep2501_2
Zimmerman, BJ (1998). Mengembangkan siklus regulasi akademik yang dipenuhi sendiri:
Analisis model pembelajaran yang patut dicontoh. Dalam DH Schunk dan BJ
Zimmerman, Pembelajaran yang diatur sendiri: Dari mengajar hingga praktik refleksi
diri. New York; London, The Guilford Press: 1-19.
Zimmerman, BJ (2001). Teori pembelajaran mandiri dan prestasi akademik: Tinjauan dan
analisis. Dalam BJ Zimmerman & DH Schunk (Eds.), Pembelajaran mandiri dan
prestasi akademik: Perspektif teoretis (2nd. Ed., Pp. 322). New York; London:
Routledge. (Dipetik dari: 2009).
Zimmerman, BJ (2002). Menjadi pelajar yang mengatur dirinya sendiri: Sebuah
gambaran umum. Theory Into Practice, 41 (2), 64-70.
Zimmerman, BJ (2008). Menyelidiki pengaturan diri dan motivasi: Latar belakang sejarah,
perkembangan metodologis, dan prospek masa depan. Jurnal Penelitian Pendidikan
Amerika, 45 (1), 166-183. doi: 10.3102 / 0002831207312909
Zimmerman, BJ, & Kitsantas, A. (1997). Fase perkembangan dalam pengaturan diri:
Pergeseran dari tujuan proses ke tujuan hasil. Jurnal Psikologi Pendidikan, 89 (1), 29-
36.
Zimmerman, BJ, & Martinez-Pons, M. (1986). Pengembangan wawancara terstruktur
untuk menilai penggunaan strategi pembelajaran mandiri oleh siswa. Jurnal
Penelitian Pendidikan Amerika, 23 (4), 614-628.
Zimmerman, BJ, & Martinez-Pons, M. (1990). Perbedaan siswa dalam pembelajaran yang
diatur sendiri: Mengaitkan kelas, jenis kelamin, dan bakat dengan kemanjuran diri dan
strategi menggunakan Jurnal Psikologi Pendidikan 82 (1), 51-59.
Zimmerman, BJ, & Schunk, DH (1998). Pembelajaran mandiri dan prestasi akademik: Teori,
penelitian, dan praktik. New York: Springer.
Zuhairi, A., & Budiman, R. (2009). Universitas Terbuka: 25 tahun menjadikan pendidikan
tinggi terbuka untuk semua orang Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
SKETSA BIOGRAFIS
PENDIDIKAN
Kandidat Doktor di Yayasan Psikologis dalam Pendidikan 1991-1995
University of Victoria, Pulau Vancouver, British Columbia, Kanada
PENGALAMAN KERJA
2005 - 2008 Kepala Pusat Ujian, Universitas Terbuka, Indonesia
2003 - 2005 Koordinator Jurusan Persiapan Ujian, Universitas Terbuka, Indonesia
2002 - 2003 Koordinator Departemen Pengolahan Ujian, Universitas Terbuka,
Indonesia
1999 - 2001 Koordinator Jurusan Layanan Mahasiswa, Universitas Terbuka, Indonesia
1995-2008 Pengulas Jurnal Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh, Universitas
Terbuka
1995-1996 Staf Peneliti di Pusat Studi Indonesia, Universitas Terbuka,
Indonesia
1989-1991 Staf Akademik di Pusat Ujian, Universitas Terbuka, Indonesia
1985-1987 Staf Akademik di Layanan Mahasiswa, Universitas Terbuka, Indonesia
1985-1985 Staf Peneliti di Lembaga Biologi Nasional, Lembaga Penelitian, Bogor
1984 Bantuan Pengajaran dalam Fitopatologi, Fac. Pertanian, Universitas
Gadjah Mada
1984 Bantuan Pengajaran dalam Virologi, Fak. Pertanian, Universitas Gadjah
Mada
PUBLIKASI
Buku
Puspitasari, KA (2002). Layanan bantuan belajar dalam sistem pendidikan belajar jarak jauh
(Dukungan siswa dalam pendidikan jarak jauh). Jakarta: Pusat Universitas Intern.
Bab Buku
Puspitasari, KA (2007). Perkembangan layanan bantuan belajar bagi mahasiswa Universitas
Terbuka (Perkembangan dukungan mahasiswa di Universitas Terbuka). Di Setijadi,
Perkembangan Manajemen Internal Universitas Terbuka. Jakarta: Universitas Terbuka
Press.
Puspitasari, KA (2007). Penilaian siswa dalam pendidikan jarak jauh. Di T. Belawati; J.
Baggaley, & G. Dhanarajan (Eds.)., Buku Panduan Pendidikan Jarak Jauh PANdora.
Diakses dalamwww.pandora-asia.org.
Artikel Jurnal
Puspitasari, KA & Islam, S. (2003). Kesiapan belajar mandiri pelajar & calon pelajar pada
pendidikan jarak jauh di Indonesia (Kesiapan belajar mandiri pelajar dan calon pelajar di
Lembaga Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia). Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh,
4 (1).
Konferensi
Lee, WJ, Puspitasari, KA, & Kim, HY (2010). Pengaruh pertanyaan inkuiri terbimbing pada
keterampilan berpikir kritis siswa dan kepuasan dalam argumentasi online. AECT, Okt
2010, Anaheim, California.