Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

Model Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan,


Studi Program Desa Siaga

Community Empowerment Model in Health Sector, Study on Village


Preparadness Program

Endang Sutisna Sulaeman* Ravik Karsidi** Bhisma Murti** Drajat Tri Kartono** Waryana*** Rifai Hartanto*

*Bagian Ilmu Kesmas FK Universitas Sebelas Maret Surakarta, **Prodi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan
Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, ***Bagian Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstrak nity level, community institution, community leadership, and information ac-
Sejak tahun 2006, Departemen Kesehatan meluncurkan kebijakan program cess played important role in community empowerment in health.
Desa Siaga. Tampaknya, kebijakan tersebut tidak mampu memberdayakan Keywords: Village preparedness, policy, community empowerment
masyarakat dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan
pada level komunitas (desa). Penelitian ini bertujuan merumuskan model
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada program Desa Siaga. Pendahuluan
Sasaran penelitian adalah Forum Kesehatan Desa dan Pos Kesehatan Kesejahteraan masyarakat menurut United Nations
Desa Siaga di 30 desa di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Metode Development Program (UNDP) diukur dengan Indeks
yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan studi kasus. Hasil Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indikator
penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kemam- komposit dari tiga indikator sektor pembangunan: pen-
puan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan dan kemam- didikan, kesehatan, dan ekonomi. IPM Indonesia tahun
puan masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan. Model pember- 2010 berada pada peringkat 108, sementara tahun 2011
dayaan masyarakat bidang kesehatan meliputi kemampuan mengidenti- turun ke peringkat 124.1 Fakta ini menunjukkan makin
fikasi dan memecahkan masalah kesehatan. Faktor-faktor internal dan eks- merosotnya kualitas hidup manusia Indonesia.
ternal komunitas pada level anggota masyarakat, institusi masyarakat, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan
kepemimpinan masyarakat, dan akses informasi kesehatan memiliki peran Bangsa-Bangsa (PBB) sepakat untuk mengadopsi
penting dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. Deklarasi Milenium. Tujuan Deklarasi disebut Tujuan
Kata kunci: Desa siaga, kebijakan, pemberdayaan masyarakat Pembangunan Milenium (Millennium Development
Goals-MDGs), menempatkan manusia sebagai fokus uta-
Abstract ma pembangunan.2,3
Since 2006, the Health Department had launched the Village Preparedness Menurut Susilo,4 Indonesia berkali-kali masuk kate-
program policy. But, this policy apparently not capable of empowering the gori negara yang lamban dalam mencapai MDGs.
community in identifying and solving the health problem at community (villa- Sumber kelambanan ditunjukkan dari masih tingginya
ge) level. The objective of research is to formulate the community empow- angka kematian ibu dan angka kematian balita, belum
erment model in health in the Village Preparedness program. The targets of teratasinya laju penularan HIV/AIDS, rendahnya pe-
research were the Village Health Forum and Village Health Post in 30 menuhan air bersih dan sanitasi yang buruk, belum
Village Preparedness in Karanganyar Regency, Central Java. The method adanya pengakuan inisiatif masyarakat, pemerintah RI
involving survey and case study. The case study showed factors related to belum pernah mendorong rasa kepemilikan bersama
community capability of identifying health problem and community capabil- MDGs kepada rakyatnya, sangat kuat kesan bahwa pen-
ity of solving the health problems. The community empowerment model in
health including the capabilities of identifying and of solving the health prob- Alamat Korespondensi: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
lems. The community internal and external factors at members of commu- Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan,
Surakarta 57126, Hp. 081320545707, e-mail: sutisnaend_dr@yahoo.com

186
Sulaeman, Karsidi, Murti, Kartono, Waryana, Hartanto, Model Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

capaian MDGs identik dengan pelaksanaan program pe- Sepuluh model pemberdayaan masyarakat bidang ke-
merintah. Menyimak kenyataan tersebut, sejak tahun sehatan diformulasikan sebagai berikut. Pertama, model
2006, Departemen Kesehatan RI melakukan upaya tero- pengembangan lokal yaitu pemberdayaan masyarakat se-
bosan yang memiliki daya ungkit bagi peningkatan dera- jalan dengan model pengembangan lokal sebagai upaya
jat kesehatan penduduk Indonesia dan untuk akselerasi pemecahan masalah masyarakat melalui partisipasi
pencapaian MDGs yaitu melalui kebijakan program Desa masyarakat dengan pengembangan potensi dan sumber
Siaga. Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat desa daya lokal.8 Kedua, model promosi kesehatan dilakukan
yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan melalui empat pendekatan, yaitu persuasi (bujukan/
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kepercayaan) kesehatan, konseling personal dalam kese-
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan se- hatan, aksi legislatif, dan pemberdayaan masyarakat.
cara mandiri.5 Ketiga, model promosi kesehatan perspektif multidisiplin
Masalah pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan mempertimbangkan lima pendekatan meliputi medis,
pada program Desa Siaga adalah sebagai berikut: perilaku, pendidikan, pemberdayaan, dan perubahan
Pertama, paradigma sehat sebagai paradigma pemba- sosial.9 Keempat, model pelayanan kesehatan primer
ngunan kesehatan telah dirumuskan, namun belum di- berbasis layanan masyarakat menurut Ife, masyarakat
pahami dan diaplikasi semua pihak. Kedua, undang-un- harus bertanggung jawab dalam mengidentifikasi kebu-
dang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan tuhan dan menetapkan prioritas, merencanakan dan
Daerah menetapkan daerah (kabupaten/kota) memegang memberikan layanan kesehatan, serta memantau dan
kewenangan penuh dalam bidang kesehatan, namun mengevaluasi layanan kesehatan.10 Kelima, model pem-
kewenangan tersebut belum berjalan optimal. Ketiga, berdayaan masyarakat meliputi partisipasi, kepemim-
revitalisasi puskesmas dan posyandu hanya diartikan pinan, keterampilan, sumber daya, nilai-nilai, sejarah,
dengan pemenuhan fasilitas sarana. Keempat, dinas ke- jaringan, dan pengetahuan masyarakat.11
sehatan kabupaten/kota lebih banyak melakukan tugas- Keenam, model pengorganisasian masyarakat yaitu
tugas administratif. Kelima, keterlibatan masyarakat hubungan antara pemberdayaan, kemitraan, partisipasi,
bersifat semu yang lebih berkonotasi kepatuhan daripa- responsitas budaya, dan kompetensi komunitas. Ketujuh,
da partisipasi dan bukan pemberdayaan masyarakat. model determinan sosial ekonomi terhadap kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan menge- meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan modal
muka sejak dideklarasikannya Piagam Ottawa. Piagam atau kekayaan yang berhubungan satu sama lain dengan
Ottawa menegaskan bahwa partisipasi masyarakat meru- kesehatan.12 Kedelapan, model kesehatan dan ekosistem
pakan elemen utama dalam pemberdayaan masyarakat masyarakat interaksi antara masyarakat, lingkungan, dan
bidang kesehatan. Selanjutnya, Konferensi Internasional ekonomi dengan kesehatan.13 Kesembilan, model deter-
Promosi Kesehatan ke-7 di Nairobi, Kenya, menegaskan minan lingkungan kesehatan individual dan masyarakat
kembali pentingnya pemberdayaan masyarakat bidang determinan lingkungan kesehatan individual meliputi
kesehatan dengan menyepakati perlunya: membangun lingkungan psikososial, lingkungan mikrofisik, lingku-
kapasitas promosi kesehatan, penguatan sistem kese- ngan ras/kelas/gender, lingkungan perilaku, dan lingku-
hatan, kemitraan dan kerjasama lintas sektor, pember- ngan kerja.13 Sementara itu, determinan lingkungan ke-
dayaan masyarakat, serta sadar sehat dan perilaku se- sehatan masyarakat meliputi lingkungan politik/ekono-
hat.6 mi, lingkungan makrofisik, tingkat keadilan sosial dan
Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses keadilan dalam masyarakat, serta perluasan kontrol dan
membuat orang mampu meningkatkan kontrol atas keeratan masyarakat. Kesembilan, model penanggulang-
keputusan dan tindakan yang memengaruhi kesehatan an penyakit berbasis keluarga yaitu pemeliharaan kese-
masyarakat, bertujuan untuk memobilisasi individu dan hatan dilakukan secara swadaya dan mandiri oleh kelu-
kelompok rentan dengan memperkuat keterampilan arga melalui penumbuhan kesadaran, peningkatan
dasar hidup dan meningkatkan pengaruh pada hal-hal pengetahuan, dan keterampilan memelihara kesehatan.14
yang mendasari kondisi sosial dan ekonomi. Sementara Kesepuluh, model pembangunan kesehatan masyarakat
itu, menurut pemerintah RI dan United Nations desa (PKMD).
International Children’s Emergency Funds, pember-
dayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang Metode
bersifat noninstruktif untuk meningkatkan pengetahuan Penelitian ini bersifat explanatory study yaitu berusa-
dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidenti- ha menjelaskan pengaruh dan hubungan antarvariabel
fikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemeca- berdasarkan kenyataan empiris dan diberikan penjelasan
hannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan analisis kualitatif. Dengan demikian, metode penelitian
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektor maupun ini menggunakan pendekatan metode gabungan (mixed
LSM dan tokoh masyarakat.7 methods), yaitu memadukan pendekatan kuantitatif dan

187
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 4, November 2012

kualitatif. Pendekatan kuantitatif lebih dominan, semen-


Tabel 1. Analisis Jalur Kemampuan Mengidentifikasi Masalah Kesehatan pada
tara pendekatan kualitatif dijadikan sebagai penunjang Program Desa Siaga
(dominant quantitative less qualitative).15 Penelitian
kuantitatif dilakukan melalui penelitian survei, sedang- Varibel Terikat
Varibel Bebas
kan penelitian kualititatif dilakukan dengan studi kasus. ß Nilai p
Unit analisis adalah Desa Siaga, sedangkan unit
pengamatan adalah bidan pos kesehatan desa Tingkat pendidikan 0,02 0,838
Akses informasi kesehatan 0,23 0,049*)
(Poskesdes) dan forum kesehatan desa/kelurahan Kepemimpinan 0,33 0,013*)
(FKD/FKK). Pengujian hipotesis dilakukan dengan ana- Survei mawas diri 0,31 0,017*)
lisis jalur yang terlebih dahulu membakukan penduga
Keterangan:
koefisiensi regresi yang distandardisasikan (standardized ß (nilai koefisien jalur) = Standardized path coefficient (koefisiensi regresi
path coefficient) sebagai koefisien jalur (path regression yang distandarisasikan)
coefficient) yang dinotasikan dengan nilai ß, yang nilai p = signifikansi
*) = berhubungan secara signifikan
menunjukkan sumbangan pengaruh langsung dari suatu
variabel eksogen terhadap variabel endogen.
Data penelitian kuantitatif diperoleh melalui kue- sadaran, kepedulian, kebiasaan, akses informasi kese-
sioner tertutup dengan responden bidan poskesdes dan hatan, peran petugas kesehatan, peran fasilitator,
FKD/FKK di 30 Desa Siaga. Studi kasus dilakukan di kepemimpinan, modal sosial, dan SMD.
dua Desa Siaga, yaitu Desa Siaga Mandiri dan Desa Siaga “…Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemam-
Pratama. Pengumpulan data studi kasus dilakukan puan mengidentifikasi masalah kesehatan. Warga
melalui wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan masyarakat yang berpendidikan tinggi akan mengenal
kajian dokumen. Wawancara mendalam dilakukan ter- masalah kesehatan...” (Informan 3 Puskesmas
hadap 107 informan (n = 107) terdiri dari 78 orang in- Karanganyar)
forman masyarakat (n = 78) dan 29 orang informan petu- “…Pengetahuan dukun bayi dalam menolong per-
gas kesehatan (n = 29). Observasi partisipasi dilakukan salinan, menjadikan dia dapat membantu menolong per-
di dua Poskesdes. Kajian dokumen dilakukan terhadap salinan…“(Informan 4 Desa Jatiroyo)
pedoman, kebijakan, perencanaan, dan hasil kegiatan “...Ada kesadaran masyarakat yang dipicu oleh
program Desa Siaga. penyuluhan petugas kesehatan, berhubungan dengan ke-
mampuan mengidentifikasi masalah kesehatan…”
Hasil (Informan 1 Puskesmas Jatipuro)
Kemampuan Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Lokal “…Masyarakat yang peduli terhadap kesehatan,
Persepsi responden menunjukkan bahwa kemampuan akan mampu mengidentifikasi masalah kesehatan…”
mengidentifikasi masalah kesehatan sekitar 72,67% ter- (Informan 5 Puskesmas Karangnyar)
golong cukup, akses informasi kesehatan sekitar 82,92% “...Terdapat kebiasaan warga masyarakat desa men-
tergolong baik, kepemimpinan sekitar 67,5% tergolong jenguk orang sakit. Dengan tradisi menengok orang sa-
cukup), dan SMD sekitar 67,22% tergolong cukup de- kit ini, warga masyarakat mengenal penyakit dan
ngan pengelompokan lebih dari 80% dikategorikan baik, masalah kesehatan yang diderita oleh orang sakit terse-
antara 64% _ 80% dikategorikan cukup. Pengaruh but...” (Informan 6 Desa Jatiroyo)
keempat variabel eksogen menunjukkan satu variabel “…Akses informasi kesehatan berhubungan dengan
yang tidak signifikan, yaitu tingkat pendidikan. kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan. Kalau
Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis dengan ana- ada warga masyarakat mengalami kejadian seperti di TV,
lisis jalur. Berdasarkan hasil uji hipotesis, berbagai faktor ada unggas mati, masyarakat mampu mengidentifikasi
yang berhubungan secara signifikan dengan kemampuan masalah kesehatan, langsung melaporkan ke Bidan
mengidentifikasi masalah kesehatan lokal pada program Poskesdes…“(Informan 5 Puskesmas Jatipuro)
Desa Siaga meliputi akses informasi kesehatan, kepe- “…Kemampuan mengidentifikasi masalah kese-
mimpinan, dan Survei Mawas Diri (SMD). Besar kontri- hatan lokal pada program Desa Siaga diperoleh dari pen-
busi akses informasi pada kemampuan mengidentifikasi dampingan oleh petugas kesehatan pada saat kunjungan
masalah kesehatan 29,48%, kepemimpinan 41,86%, ke desa...”(Informan 3 Puskesmas Jatipuro)
SMD 40,07%, secara simultan 53,2% (Tabel 1). “…Fasilitator program Desa Siaga berperan sebagai
pendamping yaitu mendampingi proses mengidentifikasi
Studi Kasus masalah kesehatan …”(Informan 9 Desa Siaga/DS3 de-
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan sa Jatipuro)
mengidentifikasi masalah kesehatan berdasarkan studi “...Pemimpin harus bermasyarakat, memberikan con-
kasus meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan, ke- toh keteladanan dan turut serta dalam mengidentifikasi

188
Sulaeman, Karsidi, Murti, Kartono, Waryana, Hartanto, Model Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

masalah kesehatan. Kepemimpinan Pak Lurah dan


aparatur desa sangat berpengaruh terhadap kemampuan Tabel 2. Hasil Analisis Jalur Variabel Bebas terhadap Kemampuan Pemecahan
mengidentifikasi masalah kesehatan...” (Informan 7 Masalah Kesehatan pada Program Desa Siaga
kelurahan Gayamdompo) Varibel Terikat
“…Ada kekerabatan, kedekatan, dan saling menge- Varibel Bebas
nal antarwarga masyarakat berhubungan dengan ke- ß nilai p
mampuan mengidentifikasi masalah kesehatan. Tingkat pendidikan -0,14 0,288
Tetangga memberikan saran, nasihat, atau informasi Kepemimpinan 0,04 0,704
masalah kesehatan atau penyakit yang diderita oleh Tingkat pendapatan 0,03 0,743
Modal sosial 0,41 0,014*)
tetangganya...”(Informan 6 Puskesmas Jatipuro) Partisipasi masyarakat 0,72 0,1*)
“…Manfaat melakukan survei mawas diri adalah Sumber daya lokal -0,02 0,891
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengi- Musyawarah masyarakat desa 0,19 0,296
dentifikasi masalah. Dengan survei mawas diri
masyarakat dapat menyampaikan masalah kesehatan
dan mengenal masalah kesehatan…”(Informan 1 Desa dimiliki warga masyarakat menjadikan mereka tergerak
Jatipuro) untuk melakukan pemecahan masalah-masalah kese-
hatan...” (Informan 2 Kelurahan Gayamdompo)
Kemampuan Pemecahan Masalah Kesehatan Lokal ”...Kesadaran terhadap kesehatan, menjadi pen-
Penelitian Kuantitatif dorong untuk melakukan pemecahan masalah kese-
Persepsi responden menunjukkan bahwa kemampuan hatan...” (Informan 2 Kelurahan Gayamdompo)
pemecahan masalah kesehatan lokal sekitar 73,38%, “...Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin
modal sosial sekitar 75,7% , musyawarah masyarakat de- yang melekat dan selalu membimbing warganya dalam
sa sekitar 66,92%, dan partisipasi masyarakat 64,08%, pemecahan masalah kesehatan…” (Informan 3 Desa
semuanya tergolong cukup, tetapi sumber daya lokal Jatipuro)
61,94% tergolong kurang. “…Kalau warga masyarakat sudah tercukupi kebu-
tuhan primernya, mereka bisa diajak melakukan pe-
Analisis Jalur mecahan masalah kesehatan. Pemecahan masalah ke-
Analisis pengaruh antara keenam variabel eksogen sehatan tidak hanya dipengaruhi kesadaran atau penge-
menemukan satu variabel yang tidak signifikan adalah tahuan semata, namun juga harus ada dukungan logis-
tingkat pendidikan. Selanjutnya, hasil uji hipotesis deng- tik…”(Informan 1 Puskesmas Karanganyar)
an analisis jalur berdasarkan hasil uji hipotesis 2 disim- “…Terdapat hubungan kekerabatan yang dijalin
pulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara melalui silaturahmi, misalnya bila ada warga yang sakit,
signifikan dengan kemampuan pemecahan masalah ke- maka kita akan besuk, dan sebaliknya, sehingga terjadi
sehatan lokal pada program Desa Siaga meliputi modal timbal balik. Setiap masalah diselesaikan di forum ra-
sosial dan partisipasi masyarakat. Besar kontribusi modal pat. Setelah pertemuan ada kegiatan, setiap kegiatan
sosial pada kemampuan pemecahan masalah kesehatan ada yang menanganinya...”(Informan 2 Desa Jatiroyo)
58,98%, partisipasi masyarakat 51,69%, secara simultan “…Masalah kesehatan sangat kompleks, diperlukan
64,2% (Tabel 2). partisipasi masyarakat dalam pemecahan masalah ke-
sehatan. Partisipasi warga desa sangat bagus, hal ini di-
Studi Kasus tunjukkan dalam kehadiran pada penyuluhan kese-
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pemecahan hatan. Dengan kehadiran tersebut masyarakat dapat
masalah kesehatan pada program Desa Siaga meningkatkan pengetahuan tentang masalah kese-
berdasarkan studi kasus meliputi tingkat pendidikan, hatan…”(Informan 1 Puskesmas Jatipuro)
pengetahuan, kesadaran, kepemimpinan, status ekono- “…Dana juga dibutuhkan, kita mengimbau agar pen-
mi, modal sosial, partisipasi masyarakat, sumber daya danaan untuk program Desa Siaga dimasukkan dalam
lokal, musyawarah masyarakat desa, peran petugas kese- RAPB Desa. Kemampuan pemecahan masalah kese-
hatan, peran fasilitator, peran pemerintahan desa, peran hatan lokal dipengaruhi oleh adanya kejelian menggali
instansi pemerintah di tingkat kecamatan dan kabupaten, potensi masyarakat…”(Informan 1 Puskesmas Jatipuro)
dan dukungan dana pemerintah. “…Setelah melaksanakan SMD kemudian dilakukan
“…Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap MMD untuk menentukan prioritas dari masalah kese-
pemecahan masalah kesehatan. Semakin tinggi tingkat hatan yang ditemukan…”(Informan 1 Puskesmas
pendidikan, semakin mampu melakukan pemecahan Jatipuro)
masalah kesehatan...”(Informan 1 Puskesmas Jatipuro) “…Peran petugas kesehatan, mulai dari kepala
“…Adanya pengetahuan tentang kesehatan yang Dinas Kesehatan Kabupaten, Kepala Puskesmas, dan

189
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 4, November 2012

staf Puskesmas serta Bidan Poskesdes berhubungan informasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.16
dengan kemampuan pemecahan masalah kesehatan…” Menurut metode, membangun konsensus seperti SMD
(Informan 1 Puskesmas Jatipuro) meningkatkan kepedulian dan tekad warga masyarakat
“…Fasilitator berperan sebagai pendamping yaitu untuk melakukan transformasi, memungkinkan warga
mendampingi proses pemecahan masalahan kesehatan, untuk menghormati dan memahami sudut pandang dan
membantu memperoleh sumber daya yang diperlukan, pengalaman setiap warga masyarakat.17
membantu memilih pemecahan masalah kesehatan Pendidikan memberikan keterampilan hidup dan
yang sesuai dengan kondisi masyarakat...“ (Informan 1 membuka peluang untuk pemecahan masalah kese-
Puskesmas Jatipuro) hatan.18 Perempuan yang menyelesaikan pendidikan
“…Peranan aparatur pemerintahan desa antara lain dasar hampir lima kali lebih mungkin untuk memilih
membuat kebijakan desa yang mendukung program bidan terampil pada saat persalinannya dibandingkan
Desa Siaga termasuk dukungan dana, ikut terlibat aktif perempuan kurang berpendidikan.19 Selanjutnya, wani-
dalam sosialisasi program Desa Siaga dan pemanfaatan ta dengan pendidikan dasar lengkap hampir tiga kali
Poskesdes oleh masyarakat, mendorong munculnya par- lebih mungkin untuk melakukan empat kali kunjungan
tisipasi masyarakat dalam program Desa Siaga, perawatan antenatal (K4) dan dua kali lebih mungkin
memimpin pelaksanaan kegiatan program Desa Siaga untuk menggunakan kontrasepsi modern dibandingkan
di tingkat desa…”(Informan 3 desa Jatipuro) wanita yang tidak atau kurang tingkat pendidikannya.
“…Tim Pembina program Desa Siaga tingkat keca- Masyarakat lokal memiliki pengetahuan, kearifan,
matan berperan melakukan sosialisasi program Desa dan keahlian.9 Peningkatan kesadaran merupakan salah
Siaga dan menyampaikan masalah-masalah kesehatan satu prinsip dalam pemberdayaan masyarakat.10 Kepe-
yang ada di wilayah kecamatan, melakukan peman- mimpinan lokal efektif mengembangkan kelompok
tauan dan pembinaan dengan koordinasi dan petunjuk masyarakat setidaknya apabila memiliki empat prasyarat
Camat...” (Informan 1 Puskesmas Jatipuro) yaitu terpercaya, kompeten, komunikatif, dan memiliki
“…Peran pemerintah daerah kabupaten berhubung- komitmen kerjasama yang tinggi.20 Peningkatkan kom-
an dengan kemampuan pemecahan masalah kesehatan petensi kepemimpinan komunitas harus difokuskan pada
lokal pada program Desa Siaga, yaitu memberikan pengambilan keputusan secara partisipatif, melakukan
dukungan kebijakan, sarana, dan dana, mendorong perencanaan perubahan sosial, proses perubahan yang
masyarakat untuk memanfaatkan Poskesdes, direncanakan harus dimengerti dan bisa dilaksanakan se-
melakukan pembinaan kegiatan Desa Siaga…” cara luas oleh masyarakat, serta potensi kemampuan
(Informan 1 Puskesmas Karanganyar) kepemimpinan diperluas pada populasi. Kepemimpinan
“…Pemecahan masalah kesehatan lokal pada pro- merupakan salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan
gram Desa Siaga didukung oleh adanya stimulan dana masyarakat. Bila kepemimpinan desa itu peduli, jujur dan
dari APBD Kabupaten dan bantuan dari Depkes Pusat tulus hati, bertanggung jawab, amanah, dan tanggap, ma-
melalui Bantuan Operasional Puskesmas…” (Informan ka program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
1 Puskesmas Jatipuro) berhasil.
Penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan
Pembahasan antara kelas sosial dengan kesehatan.21 Hubungan an-
Pendidikan dan melek huruf memengaruhi kese- tara pendapatan dengan kesehatan berbentuk kurva lini-
hatan.2 Pendidikan berpengaruh langsung terhadap ke- er, yang menggambarkan diminishing return.12 Penelitian
sehatan.12 Tingkat pendidikan ditetapkan sebagai deter- lintas negara menemukan hubungan yang kuat antara
minan lingkungan kesehatan.13 Faktor pengetahuan pendapatan yang tidak memadai dengan kesehatan.12
dalam pemberdayaan masyarakat dimasukkan pula seba- Selanjutnya menurut Kawachi et al.,22 modal sosial da-
gai determinan lingkungan kesehatan.11 Model penang- pat memengaruhi kesehatan seperti halnya determinan
gulangan penyakit berbasis keluarga dirumuskan melalui sosial dan lingkungan. Penelitian Hawe et al.,16 dan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan, di samping Yuasa et al.,23 membuktikan bahwa modal sosial melalui
penumbuhan kesadaran.14 Akses informasi kesehatan jaringan sosial dan komunitas berdampak pada kualitas
meliputi pengetahuan tentang kesehatan.2 perlindungan kesehatan. Penelitian lain melaporkan bah-
Proses pemberdayaan masyarakat perlu didampingi wa tingkat ketidakpercayaan menunjukkan hubungan
oleh fasilitator yang berperan untuk memengaruhi proses yang kuat dengan angka kematian sesuai umur (r = 0,79,
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masyarakat p < 0,001). 24 Tingkat kepercayaan yang rendah
dalam mengadopsi inovasi.14 Modal sosial berhubungan berhubungan dengan angka tertinggi dari bagian terbesar
dengan kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan penyebab kematian utama, termasuk penyakit jantung
melalui pertukaran informasi seperti tetangga mem- koroner dan stroke.
berikan saran satu sama lain, memberikan nasihat atau Penelitian menemukan bahwa dalam pemberdayaan

190
Sulaeman, Karsidi, Murti, Kartono, Waryana, Hartanto, Model Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

masyarakat bidang kesehatan yang paling utama adalah Kesimpulan


partisipasi, selain pengetahuan, keterampilan, sumber Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemam-
daya, visi bersama, sensitivitas komunitas, dan komu- puan mengidentifikasi masalah kesehatan lokal pada pro-
nikasi.17 Menurut Talbot et al.,25 keuntungan partisipasi gram Desa Siaga meliputi akses informasi kesehatan,
masyarakat bagi perorangan adalah menumbuhkan per- kepemimpinan, modal sosial, dan survei mawas diri.
caya diri, memperoleh keterampilan baru, dan member- Besarnya kontribusi akses informasi kesehatan pada ke-
dayakan, serta berhubungan secara positif dengan data mampuan mengidentifikasi masalah kesehatan 29,48%,
morbiditas dan mortalitas. Sementara, keuntungan bagi kepemimpinan 41,86%, survei mawas diri 40,07%, se-
masyarakat adalah warga lebih terdidik dan masyarakat cara simultan 53,2%. Faktor-faktor yang berpengaruh
lebih bersatu padu, serta mengidentifikasi dan memobili- terhadap kemampuan pemecahan masalah kesehatan
sasi sumber daya. Sementara itu, sulit bagi pengemba- lokal pada program Desa Siaga meliputi modal sosial dan
ngan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tanpa partisipasi masyarakat. Kontribusi modal sosial pada ke-
bantuan eksternal dan dukungan politik.17 mampuan pemecahan masalah kesehatan berjumlah
sebesar 58,98%, partisipasi masyarakat 51,69%, secara
Rumusan Model Pemberdayaan Masyarakat Bidang Keseha- simultan 64,2%.
tan pada Program Desa Siaga/DS3 yang Direkomendasikan
Pemodelan merupakan salah satu alat untuk memu- Saran
dahkan pemahaman kompleksitas dan kerumitan teori. Kegiatan yang disarankan untuk faktor internal ko-
Pemodelan bertujuan memberikan gambaran yang seder- munitas yang kuat/dominan adalah advokasi kepada
hana untuk menjelaskan teori. Pemodelan sebagai cara stakeholders; mengaktifkan rapat koordinasi; penyegaran
untuk membantu merumuskan suatu teori dan menje- program Desa Siaga bagi pemimpin; memperkokoh ke-
laskan hubungan unsur-unsurnya. Setelah hasil peneliti- kerabatan, kedekatan, dan saling mengenal antarwarga;
an dianalisis secara deduktif, selanjutnya disimpulkan meningkatkan citra pelayanan kesehatan pemerintah;
melalui analisis induktif, sehingga menghasilkan model memperkuat landasan norma sosial; menjalin kemitraan
yang bersifat umum. Model yang aplikatif adalah model dengan sarana pelayanan kesehatan swasta dan orga-
yang berguna. Agar model yang dihasilkan dapat bergu- nisasi masyarakat; serta meningkatkan gotong-royong.
na, model yang dirumuskan harus bersifat umum, se- Kemudian untuk faktor eksternal komunitas yang ku-
hingga model dapat digeneralisasi dan dapat digunakan at/dominan disarankan meningkatkan akses informasi
di tempat lain (transferability – validitas eksternal). kesehatan melalui sosialisasi, televisi, koran, radio dae-
Dalam rangka penyederhanaan konseptualisasi mo- rah, selebaran, rapat koordinasi, dan surveilans berbasis
del pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang di- masyarakat; melakukan penyegaran program Desa Siaga
rekomendasikan, dilakukan kategorisasi variabel yang kepada petugas kesehatan; menyusun struktur organisasi
dikelompokkan ke dalam variabel masukan, proses, dan dan tata kerja dan membuat program Desa Siaga lintas
keluaran.4 Masukan pemberdayaan terdiri dari faktor in- program; meningkatkan kemampuan manajemen pro-
ternal dan faktor eksternal komunitas. Faktor internal gram Desa Siaga; mereorganisasi dan merevitalisasi Tim
komunitas meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan, ke- Pembina program Desa Siaga; menyusun SOP pelayanan
sadaran, kepedulian, kebiasaan, dan status ekonomi, poskesdes; serta memantau dan membina pelaksanaan
kepemimpinan, modal sosial, partisipasi masyarakat, survei mawas diri dan musyawarah masyarakat desa.
sumber daya lokal, survei mawas diri, dan musyawarah Terakhir, pengembangan proses pemberdayaan
masyarakat desa. Faktor eksternal komunitas meliputi masyarakat bidang kesehatan disarankan untuk di-
akses informasi kesehatan, peran petugas kesehatan, pe- arahkan pada proses pemberdayaan dan pemanfaatan
ran fasilitator program kesehatan, peran pemerintahan sumber daya di dalam masyarakat serta proses fasilitasi
desa, peran instansi pemerintah di tingkat kecamatan dan dan dukungan dari luar masyarakat. Pengembangan
kabupaten, dan dukungan dana pemerintah. keluaran pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di-
Adapun proses pemberdayaan meliputi proses pem- arahkan pada keberdayaan masyarakat bidang kesehatan
berdayaan dan pemanfaatan sumber daya di dalam meliputi kemampuan mengidentifikasi masalah kese-
masyarakat yang dilakukan terhadap faktor internal ko- hatan lokal dan kemampuan pemecahan masalah kese-
munitas, dan proses fasilitasi dan dukungan sumber daya hatan.
dari luar masyarakat yang dilakukan terhadap faktor eks-
ternal komunitas. Keluaran pemberdayaan adalah keber- Daftar Pustaka
dayaan masyarakat bidang kesehatan pada program Desa 1. United Nations Development Programme. Overcoming barriers: mobili-
Siaga meliputi kemampuan mengidentifikasi masalah ke- ty and development. Human Development Indices; 2011. Available
sehatan lokal dan kemampuan pemecahan masalah kese- from: http://hdr.undp.org/en/statistics/data/hdi.
hatan lokal pada program Desa Siaga. 2. Keleher H, MacDougall C. Understanding health a determinants ap-

191
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 4, November 2012

proach. 2nd Ed. Australia dan New Zealand: Oxford University Press; dan Percetakan UNS (UNS Press); 2010.
2009. 15. Padgett DK. Qualitative and mixed methods in public health. London:
3. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan Sage Publication Asia Pacific Pte. Ltd; 2012.
Pembangunan Nasional. Laporan pencapaian tujuan pembangunan 16. Hawe P, Shiell A. social capital and health promotion. In: Sidell M, Jones
milenium Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Perencanaan L, Katz J, Peberdy A, Douglas J, editors. Debates and Dilemmas in
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Promoting Health. 2nd ed. The Open University. Palgrave Mac Millan;
2010. 2000. p. 40-7.
4. Susilo W. Wajah buram MDGs di Indonesia. Jakarta: Kompas; 2010. 17. Kasmel A, Andersen PT. Measurement of community empowerment in
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengembangan three community programs in Rapla (Estonia). International Journal of
desa siaga. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Environmental Research and Public Health. 2011; 8: 799-817.
Nomor 564/Menkes/VIII/2006. Jakarta; 2006. 18. Gallaway JH, Bernasek A. Literacy and women’s empowerment in
6. World Health Organization. Primary health care now more than ever. Indonesia: implications for policy. Journal of Economic Issues/June.
The World Health Report; 2008. 2004; 38 (2): 319-25.
7. Pemerintah Republik Indonesia, United Nations International Children’s 19. Ahmed I, Creanga AA, Gillespie DG, Tsui AO. Economic status, edu-
Emergency Fund. Panduan umum pemberdayaan masyarakat di bidang cation and empowerment: implications for maternal health service uti-
kesehatan ibu dan anak. Jakarta; 1999. lization in developing countries. Population, Family, and Reproductive
8. Fleming ML, Parker E. Health promotion: principles and practice in the Health Department. Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.
Australian context. 3rd ed. Sydney: Ligare Book Printer; 2007. Baltimore. Maryland: United States of America; 2010.
9. Lewis GH, Sheringham J, Kalim K, Crayford TJ. Mastering public health 20. Sumardjo. Kepemimpinan dan pengembangan kelembagaan pedesaan:
a postgraduate guide to examinations and revalidation. Australia: Royal kasus kelembagaan ketahanan pangan. In: Yustina I, Sudradjat A, edi-
Society of Medicine Press Ltd. Elsevier; 2008. tors. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: IPB
10. Ife, Tesoriero F. Community development: community-based alterna- Press; 2003. p. 151-69.
tives in an age of globalisation. Pearson Education Australia. Unit 4. 21. Tarner BS. Citizenship and health as a scarce resource. In: Germov J,
Level 2. 14 Aquatic Drive Frenchs Fores NSW; 2010. editor. Second Opinion an Introduction to Health Sociology. 2nd ed.
11. Rehn NS, Ovretveit J, Laamanen R, Suominen S, Sundel J, Brommels M. Singapore: Oxford University Press; 2003. p. 399.
Determinants of health promotion action: comparative analysis of local 22. Kawachi I, Kennedy BP, Lochner K, Prothrow S. Social capital, income
voluntary associations in four municipalities in Finland. Health inequality and mortality. American Journal of Public Health. 1997; 87
Promotion International. 2006; 21 (4): 274-83. (9): 1491-98.
12. House JS, Williams DR. Understanding and reducing socioeconomic 23. Yuasa M, De Sa RF, Pincovsky S, Shimanouchi N. Emergence model of
and racial/ethnic disparities in health. In: Syme SL, Reeder LG, editors. social and human capital and its application to the healthy municipali-
Promoting Health Intervention Strategies From Social and Behavioral ties project in Northeast Brazil. Health Promotion International. 2007;
Research. 3rd ed. Washington DC: National Academy Press; 2002. p. 22 (4): 292-8.
81-116. 24. Sampson RJ, Morenoff JD. Public health and safety in context: lesson
13. Collins T. Models of health: pervasive, persuasive and politically from community-level theory on social capital. In: Syme SL, Reeder LG,
charged. In: Sidell M, Jones L, Katz J, Paberdy A, Douglas J, editors. editors. Promoting Health Intervention Strategies From Social and
Debate and Dilemmas in Promoting. 2nd ed. New York: Palgrave Behvioral Research. 3rd ed. Washington, DC United State of America:
MacMillan; 2003. p. 62-8. National Academy Press; 2000. p. 366-85.
14. Mardikanto T. Model-model pemberdayaan masyarakat. 1st ed. 25. Talbot L, Verrinder G. Promoting health the primary health care ap-
Surakarta: Kerjasama Fakultas Pertanian UNS dengan UPT Penerbitan proach. 3rd ed. Australia: Elsevier Australia; 2005.

192

Anda mungkin juga menyukai