Komersialisasi 70
Edi Husen
Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Jl. Tentara
Pelajar No. 12, Bogor (Email: edihusen@yahoo.com)
Abstrak. Keunggulan suatu produk pupuk hayati ditentukan oleh jumlah populasi,
viabilitas mikroba dalam kurun waktu tertentu, dan efikasinya pada tanaman pada
berbagai kondisi di lapangan. Sistem kendali mutu pupuk hayati merupakan salah
instrumen penting untuk men jamin keefektifan pupuk hayati dalam men ingkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman serta men jaga keberlanjutan produktivitas tanah. Sebagai
makhlu k hidup yang tersimpan dalam bahan pembawa (carrier), keberhasilan penggunaan
pupuk hayati tidak hanya ditentukan oleh keungulan inokulan, tetapi juga oleh proses
formulasi yang terkait dengan higienisitas produksi dan kecocokan bahan pembawa.
Sistem kendali mutu internal yang diterap kan saat ini masih terbatas pada uji laboratoriu m
dan belum sampai pada uji efikasi pada tanaman dan tanah dengan penetapan masa
kedaluara pupuk. Makalah in i menyajikan proposal sistem kendali mutu pupuk hayati pra-
ko mersialisasi yang dimu lai dari sampling pupuk untuk uji laboratoriu m dan efektivitas,
serta penetapan masa kedaluarsa pupuk. Parameter uji mencakup viabilitas dan karakter
funsional mikroba selama masa simpan, patogenisitas, dan tingkat kontaminasi serta
pengaruhnya pada tanaman dan aktivitas mikroba tanah pasca inokulasi.
Kata kunci: kendali mutu, pupuk hayati, mikroba, viab ilitas, ko mersialisasi
749
E. Husen
PENDAHULUAN
Sistem kendali mutu pupuk hayati merupakan salah satu aspek penting untuk menjamin
keefektifan pupuk hayati dalam men ingkatkan pertu mbuhan dan hasil tanaman serta
men jaga keberlanjutan produktivitas tanah. Sebagai makhlu k hidup yang disimpan dalam
bahan pembawa (carrier), keberhasilan penggunaan pupuk hayati tidak hanya ditentukan
oleh mutu inokulan saat diproduksi, tetapi juga oleh mutu inokulan pasca produksi yang
terkait dengan penyimpanan dan pengangkutan pupuk (Simanungkalit et al. 2006). Mutu
inokulan saat diproduksi antara lain berhubungan dengan higienisitas produksi dan bahan
pembawa yang digunakan. Teknik produksi yang terkontrol berpengaruh pada kepadatan
populasi yang diinginkan dan viabilitas inokulan selama penyimpanan serta mengurangi
tingkat kontaminasi, sehingga inokulan yang dihasilkan memiliki masa kedaluarsa yang
lebih panjang.
Saat ini berbagai jenis pupuk hayati telah dihasilkan oleh berbagai lembaga
penelitian dan perguruan tinggi dan sebagian sudah diko mersialkan (beredar d i pasaran).
Pupuk hayati yang ditawarkan untuk meningkat kan produktivitas tanah dan tanaman
cukup beragam, antara lain pupuk hayati yang mengandung mikroba penambat N
(simbiotik dan non-simbiotik), pelarut fosfat, penghasil zat pemacu tu mbuh, pengendali
cekaman lingkungan ekstrim dan patogen, baik yang diproduksi dalam bentuk pupuk
hayati tunggal maupun dalam bentuk majemu k (consortia). Beragamnya jenis pupuk
hayati yang beredar saat ini, pada satu sisi memberi keuntungan bagi pengguna/ petani
karena banyak pilihan yang tersedia. Namun pada sisi lain, biaya tambahan yang
dikeluarkan untuk membeli pupuk hayati dapat saja tidak seimbang dengan kenaikan
produksi tanaman bila mutu pupuk rendah. Has il penelitian pada tahun 2005-2006
memperlihatkan bahwa tidak semua pupuk hayati ko mersial yang beredar memiliki mutu
sesuai dengan promosi yang dijanjikan (Husen et al. 2007). Penyebabnya antara lain bisa
dari teknologi produksi yang belum sempurna atau p upuk yang digunakan telah melewat i
masa kedaluarsa. Untuk itu, sistem pengendalian mutu pupuk hayati terpadu pasca
ko mersialisasi yaitu sebelum pupuk diproduksi dalam skala ko mersial diperlukan agar
pupuk yang dihasilkan memberikan hasil yang sepadan denga n harga jual produk.
Penggunaan pupuk hayati bermutu tidak saja akan men ingkatkan kepercayaan konsumen
terhadap manfaat pupuk hayati, tetapi juga dapat men ingkatkan daya saing produk-produk
pupuk hayati lokal terhadap pupuk hayati sejenis dari luar negeri.
Makalah ini menyajikan proposal sistem pengendalian mutu pupuk hayati internal
pra-ko mersialisasi sebagai salah satu instrumen penting dalam pengembangan pupuk
hayati pada skala industri. Konsep kanjian sistem pengujian mutu ini mengacu pada
sistem yang sudah dikembangkan sebelumnya dengan menambahkan beberapa aspek
penting sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
750
Kajian Sistem Kendali Mutu Pupuk Hayati Pra-Komersialisasi
Sistem kendali mutu pupuk hayati yang pertama kali diberlaku kan di Indonesia diatur
berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No.SK.I.A.5.84.5, tahun
1984 yang selanjutnya disempurnakan dengan SK.I.HK.050.91.7A, tahun 1991. Regulasi ini
dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan program intensifikasi kedelai pada masa itu.
Mekanisme pengujian dan penetapan kelayakan mutu produk pupuk hayati pada tahun
1991 tersebut di atas secara rinci diuraikan oleh Simanungkalit et al. (2006). Pupuk hayati
diuji d i laboratoriu m pengawasan mutu benih yang ditunjuk untuk menentukan kelayakan
mutu inoku lan sesuai standar yang ditetapkan. Mengingat pupuk hayati ini digunakan
untuk program intensifikasi kedelai, maka pengambilan contohnya untuk diuji d i
laboratoriu m juga dilaku kan oleh lembaga resmi, yaitu Balai Pengawasan Sertifikasi
Benih. Syarat mutu dan sistem kendalinya relatif mudah dipenuhi oleh produsen pupuk
karena pupuk hayati yang diproduksi hanya mengandung satu jenis mikroba (pupuk hayati
tunggal), yaitu bakteri bintil akar kedelai Rhizobium. Salah satu syarat mutu yang
diutamakan adalah ju mlah populasi bakteri minimu m yang terdapat dalam kemasan
pupuk, yaitu >109 sel g -1 atau ml-1 pada saat diproduksi dan >107 sel g -1 atau ml-1 pada
masa kedaluarsa. Syarat mutu pupuk hayati ini sangat jauh berbeda dengan yang
diberlakukan saat ini karena mikroba yang dikandung oleh pupuk hayati umu mnya lebih
dari satu jenis mikroba (pupuk hayati majemu k).
Penggabungan berbagai jenis mikroba dalam pupuk hayati yang saat ini banyak
diproduksi dan diperdagangkan hampir u mu m diju mpai. Bakteri penambat N (simb iotik
maupun non-simb iotik) disatukan dengan pelarut fosfat, penghasil zat pemacu tumbuh
ataupun pengendali cekaman (stres) yang juga dikenal dengan istilah konsorsia mikroba.
Kemajuan di bidang mikrobiologi dewasa ini juga memungkinkan menyatukan lebih dari
satu jenis kelo mpok fungsional mikroba di dalam satu kemasan pupuk hayati seperti
kelo mpok bakteri yang disatukan dengan aktinomisetes dan/atau fungi (cendawan) dengan
fungsi beragam. Terlepas dari keraguan apakah pupuk hayati majemu k ini efektif
men ingkatkan pertumbuhan tanaman (karena potensi munculnya sifat kompetisi antar
mikroba pasca aplikasi), yang jelas penetapan syarat mutu dan sistem kendalinya menjad i
semakin ko mp leks.
Dalam rangka pengendalian mutu dan memberikan kepastian usaha bagi produsen/
pelaku usaha pupuk hayati, Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Pertanian No mor: 70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati
751
E. Husen
dan Pembenah Tanah. Di dalam Permentan ini diatur alur sistem uji mutu dan efektiv itas
pupuk hayati sampai pada serifikasi ijin edar. Penetapan syarat mutu pupuk hayati
sebagaimana yang diatur dalam Permentan ini didasarkan atas hasil penelitian dan
pengkajian yang dilaku kan oleh Badan Litbang Petanian (Simanungkalit et al. 2006;
Husen et al. 2007) dan sumber-su mber lain yang terkait (Ghosh, 2001; Roughley et al.
1990). Selain pengujian ju mlah populasi mikroba yang dikandung pupuk hayati, juga
disyaratkan uji fungsional yang mencakup uji kemampuan menambat N, melarutkan P,
menghasilkan hormon, dan uji fungsional lainnya. Tabel 1 menyajikan contoh syarat
teknis jumlah populasi mikroba pada pupuk hayati tunggal dan majemu k yang disarikan
dari Permentan No mor: 70/Permentan/SR.140/ 10/ 2011.
Tabel 1. Ringkasan syarat teknis jumlah populasi mikroba pada pupuk hayati tunggal dan
majemu k (Permentan No mo r: 70/Permentan/SR.140/ 10/ 2011)
Jenis Pupuk Hayati/Mikroba Syarat Teknis Menurut Jenis Bahan Pembawa
Tepung/serbuk Granul/pelet Cair
Pupuk Hayati T unggal
A. Bakteri bintil akar (Rhizobium/dll) > 10 7 cfu/g > 10 7 cfu/g > 10 7 cfu/ml
B. Endomikoriza
- Mikoriza Arbuskular (total propagul) > 50 MPN/g > 50 MPN/g
- Gigaspora margarita (total spora) 25-30 spora/g 25-30 spora/g
- Glomus manihotis (total spora) > 50 spora/g > 50 spora/g
- Glomus agregatum (total spora) > 10 spora/g > 10 spora/g
C. Ektomikoriza
- Sceloderma columnare, Pisholitus tintorius/dll > 5% dari > 5% dari
(total propagul/spora) volume volume
D. Mikroba non-simbiotik dan/atau Endofitik
- Bakteri: Azospirilum /Azotobacter/Bacillus/ > 10 7 cfu/g > 10 7 cfu/g > 10 8 cfu/ml
Pseudomonas/ dll. (total sel)
- Aktinomiset: Streptomyces/ dll. (total sel) > 10 6 cfu/g > 10 5 cfu/g > 10 5 cfu/ml
- Fungi/Cendawan: Aspergillus/Penicillium/ dll > 10 5 cfu/g > 10 4 cfu/g > 10 4 cfu/ml
(total sel)
Pupuk Hayati Majemuk (Konsorsia)
Total sel masing-masing jenis mikroba:
- Bakteri: Azospirilum /Azotobacter/Bacillus/ > 10 7 cfu/g > 10 7 cfu/g > 10 8 cfu/ml
Pseudomonas/ dll.
- Aktinomiset: Streptomyces/ dll. > 10 6 cfu/g > 10 5 cfu/g > 10 5 cfu/ml
- Fungi/Cendawan: Aspergillus/Penicillium/ dll > 10 5 cfu/g > 10 4 cfu/g > 10 4 cfu/ml
Keterangan:
- Nama-nama mikroba yang disebutkan dalam tabel adalah contoh mikroba.
- Cfu = colony forming unit (satuan bentukan koloni); MPN = most probable number
Uji efikasi pada tanaman dilaku kan setelah lolos persyaratan teknis dari hasil uji
mutu di laboratoriu m. Pengujian u mu mnya dilakukan di ru mah kaca menggunakan
tanaman semusim atau sesuai dengan peruntukan pupuk hayati yang diuji. Basis dari uji
efikasi adalah bahwa pupuk hayati yang diuji mampu men ingkatkan pertu mbuhan
tanaman dan atau mampu menghemat penggunaan pupuk anorganik minimal sampai 25%
752
Kajian Sistem Kendali Mutu Pupuk Hayati Pra-Komersialisasi
dari dosis rekomendasi (dosis standar). Hasil ini didapatkan bila nilai RA E (relative
agronomic effectiveness), yaitu perbandingan antara kenaikan hasil pada pupuk yang diuji
dengan kenaikan hasil pada pupuk standar lebih dari 100% (Machay et al. 1984).
Sertifikat lolos uji (izin edar) d iberikan untuk jangka waktu lima tahun dan setelah itu
pemilik pupuk dapat memperpanjang kembali.
Sistem kendali mutu terpadu sebaiknya dimulai pada waktu pupuk hayati sudah
diproduksi dalam skala p ilot (berupa prototipe produk) atau sebelum pupuk diproduksi
dalam skala ko mersial. Tahapannya mencakup: (i) sampling pupuk, penataan (layout)
tempat penyimpanan, uji lapangan dan laboratorium. Secara skematis diagram alir
tahapan pelaksanaan sistem kendali mutu pupuk hayati yang diusulkan disajikan pada
Gambar 1.
Sampling pupuk hayati untuk pengujian dilakukan terhadap produk pupuk dalam
satu batch (seri) produksi. Sebanyak 12 sampai 15 kemasan diambil secara acak. Masing-
masing 5 kemasan ditempatkan dalam wadah terbuka yang selanjutnya 5 kemasan
pertama d isimpan di ruangan (indoor) dan 5 kemasan kedua disimpan di tempat terbuka
(outdoor) untuk uji daya simpan 0, 3, 6, 9 dan 12 bulan. Sisanya digunakan untuk
keperluan uji efikasi di lapangan. Pupuk hayati yang sudah dibuka dan digunakan untuk
uji efikasi selanjutnya ditempatkan di ruangan untuk uji daya simpan seperti di atas.
Pengujian pada perlakuan penyimpanan mencakup uji viab ilitas, uji karakter fungsional,
patogenisitias, dan higienisitas pupuk hayati.
Sampling contoh tanah dilakukan pada tiap petak percobaan pasca aplikasi pupuk
hayati, termasuk perlakuan tanpa pupuk hayati. Pengambilan contoh tanah dapat
753
E. Husen
dilakukan dua kali, yaitu pada kurun waktu 2 minggu setelah aplikasi dan pada fase awal
pembungan. Pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap perbaikan kualitas tanah dapat
dievaluasi dari t ingkat akt ivitas mikroba.
Gambar 1. Diagram alir sistem kendali mutu pupuk hayati pra-ko mersialisasi
Uji vi abilitas
Viab ilitas mikroba selama masa penyimpanan diuji berdasarkan kepadatan
populasi mikroba per gram atau ml contoh pupuk yang dihitung dengan teknik
pengenceran bertingkat (101 – 109 ). Mikroba dalam larutan yang sudah diencerkan
ditumbuhkan dalam media agar selektif dengan metode spread plate (Zuberer, 1994).
Media agar yang akan digunakan dapat menggunakan media agar umu m untuk
menghitung pupulasi total bakteri, akt inomisetes, dan fungi/cendawan atau media selektif
berdasarkan fungsi mikroba seperti media bakteri penambat N 2 dan media pelarut P
maupun media selektif untuk species spesifik. Media untuk menghitung populasi total
bakteri antara lain nutrient agar (NA), tryptone-yeast (TY), total a ktino misetes yaitu
med ia M3 ditambah antibiotik dan anti fungi, total fungi dengan media potato dextrose
agar (PDA) yang ditambahkan antibiotik. Media selekt if penambat N2 hidup bebas (free -
liv ing) yaitu dengan media bebas -N. Media selektif bakteri pelarut P dapat menggunakan
med ia Pikovskaya atau yang dimodifikasi. Selain media tersebut, juga dapat digunakan
med ia M RS (Man, Rogosa & Sharpe) untuk pengujian Lactobacillus dan yeast mannitol
754
Kajian Sistem Kendali Mutu Pupuk Hayati Pra-Komersialisasi
agar untuk Rhizobium. Komposisi media tersebut di atas mengikuti media yang diuraikan
oleh Weaver et al. (1994), So masegaran dan Hoben (1994), Alef (1995), Co wan (1974),
dan Subba-Rao (1999).
755
E. Husen
Uji kontaminan umu mnya dikait kan dengan tingkat higienisitas bahan dan media
yang digunakan untuk keamanan pengguna dan kesehatan lingkungan. Tingkat
kontaminan diindikasikan o leh ju mlah populasi bakteri Salmonella dan Eschericia coli.
Bila masing-masing ju mlah pupulasi bakteri kontaminan ini tidak terdeteksi pada me dia
agar dengan tingkat pengenceran 1000 kali, maka pupuk hayati dinyatakan aman. Uji
kontaminan ini juga untuk menentukan apakah pupuk bekas pakai masih layak digunakan
atau tidak tercemar selama masa penyimpanan.
Beberagai tahapan uji yang dilakukan di atas akan dapat ditentukan tingkat efikasi
pupuk terhadap tanaman dan pengaruhnya pada kualitas tanah pasca aplikasi . Selain itu,
akan diperoleh cara penyimpanan pupuk yang baik, masa kedaluarsa pupuk, tingkat
keamanan pupuk, dan stabilitas karakter fungsional mikroba selama masa produksi dan
penyimpanan.
KES IMPULAN
Pupuk hayati yang mengandung makh luk h idup yang disimpan dalam bahan pembawa
rentan terhadap gangguan lingkungan yang akan berpengaruh pada tingkat viabilitas dan
perubahan karakteristik fungsionalnya. Sistem kendali mutu terpadu pupuk hayati pra-
ko mersialisasi sangat diperlukan untuk menjamin bahwa pupuk hayati yang akan
diproduksi dalam skala industri benar-benar berkualitas. Kualitas pupuk hayati ditentukan
oleh ju mlah populasi mikroba yang tetap terjaga selama masa penyimpanan (sebelum
masa kedaluarsa), efektif meningkat kan pertumbuhan tanaman, dan aman digunakan baik
untuk tanaman maupun lingkungan.
756
Kajian Sistem Kendali Mutu Pupuk Hayati Pra-Komersialisasi
Benizri, E., A. Courtade, C. Picard, and A. Guckert. 1998. Role of maize root exudates in
the production of auxins by Pseudomonas fluorescens M.3.1: Short
communicat ion. Soil Biol. Biochem. 30: 1481-1484
Cowan, S.T. 1974. Cowan and Steel’s Manual for the identification of medical bacteria.
2nd edition. Camb ridge University Press. Australia
Ghosh, T.K. 2001. A Review on quality control of biofertilizer in India Fert iliser
Marketing News 32(8): 1-9.
Go rdon, S.A. and R.P. Weber, 1951. Co lorimetric estimat ion of indoleacetic acid. Plant
Physiol 26:192-197.
Husen, E., R.D.M Simanungkalit, and Irawan. 2007. Characterization and quality
assessment of Indonesian commercial b iofert ilizers. Indonesian Journal of
Agricultural Science 8: 31-38.
Machay. A.D., J.K. Syers, and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical ext raction
procedures to assess the agronomic effect iveness of phosphate rock material.
New Zealand Journal o f Agricu ltural Research 27:219-230.
Puslittanak. 1998. Penuntun analisis kimia tanah dan tanaman. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
Roughley, R.J., G.W. Griffith, and L.G. Gemell. 1990. The Australian Inoculants
Research and Control Service (AIRCS). Procedures 1990. NSW Agriculture &
Fisheries, Gosford NSW, Australia.
Simanungkalit, R.D.M., E. Husen, dan R. Saraswati. 2006. Baku Mutu Pupuk Hayat i dan
Sistem Pengawasannya, p 245-264 Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan. Bogor.
Somasegaran, P and H.J. Hoben, 1994. Handbook for Rhizobia (Methods in Legume -
Rhizobiu m Technology). Springer-Verlag. New York.
Subba Rao, N.S. 1999. So il Microbiology (Fourth Edit ion of So il Microorganis ms and
Plant Growth). Science Publishers, Inc. USA.
757
E. Husen
Zuberer. D.A. 1994. Recovery and enumeration of viable bacteria. P. 119-144. In R.W.
Weaver et al (ed) Methods of Soil Analysis. Part 2 Microbiological and
Biochemical Properties. SSSA. I
758