Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SENSOR DAN TRANDUSER

“ Sensor Cahaya
Jenis, Karakteristik dan Prinsip Kerja “

Dosen Pengampu:
Herman Hafid, S.Pd
Oleh:
Dewi Sartika (P320013)

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR


PRODI D-III TEKNOLOGI ELEKTRO MEDIS
TAHUN AKADEMIK 2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Pemurah
dan Pengasih yang telah melimpahkan nikmat, karunia, dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun.

Makalah sensor cahaya ini disusun untuk mendeskripsikan tugas


yang telah dosen berikan kepada saya. Saya sadar bahwa tanpa bantuan dari
segenap pihak, Makalah ini tidak akan dapat terwujud. Oleh karena itu,
melalui media ini saya ucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu guru
dan semua pihak yang telah memberi saran dan dorongan positif untuk
kebaikan Makalah sensor cahaya ini. Saya hanya dapat berdoa semoga
amal baik Baik dan Ibu akan mendapatkan balasan kebaikan yang
melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa, amin.

Saya sadar bahwa dalam penulisan Makalah sensor cahaya ini


tentunya banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saran dan
kritik dari semua pihak, akan saya terima dengan penuh keterbukaan dan
senang hati demi sempurnanya makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan ......................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................4

B. Tujuan...................................................................................................5

C. Batasan Masalah...................................................................................5

D. Metode Penulisan ................................................................................5

E. Sistematika Penulisan.........................................................................6

Bab II Sensor Cahaya...............................................................................................7

A. Pengertian Sensor................................................................................7

B. Sensor Cahaya ....................................................................................8

Bab III Jenis-jenis Sensor Cahaya serta Karakteristik dan Prinsip Kerjanya ...........10
A. LDR (Light Dependent Resistor).......................................................10

B. Fotodioda ..........................................................................................12

C. LED Inframerah ................................................................................14

D. Sel Fotovoltaik ..................................................................................17

E. Tabung Cahaya Yang Mengandung Fotokatoda dan Detektor..........


Cryogenic.............................................................................................20
F. Detektor Optis ....................................................................................21

G. Foto transistor .................................................................................. 23

Bab IV Penutup...........................................................................................................25

A. Kesimpulan .......................................................................................25

B. Saran .................................................................................................25
Daftar Pustaka ............................................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan di jalan bebas hambatan sudah sering terjadi di Indonesia.
Dengan segala resiko kecelakaan lalu lintas di jalan bebas hambatan lebih
tinggi dibandingkan berkendaraan di jalan protokol atau bukan di jalan bebas
hambatan. Peraturan lalu lintas di ruas jalan bebas hambatan memang lebih
ketat hal tersebut mengingat jumlah dan laju kecepatan kendaraan rata-rata
melaju dengan kecepatan tinggi.

Upaya pihak pengelola jalan bebas hambatan, diantaranya untuk


mengurangi kecelakaan tersebut dengan melakukan pembatasan kecepatan.
Selain sebagai salah satu bentuk dari pihak manajemen lalu lintas, juga
pertimbangannya adalah keselamatan, sebab dengan kecepatan semakin tinggi
kemungkinan untuk menjadi korban kecelakaan lebih besar. Akan tetapi dalam
kenyataannya, para pengemudi banyak yang mengabaikan pembatasan
kecepatan yang telah dipasang dan disampaikan melalui alat peraga atau rambu
lalu lintas. Hal tersebut terbukti dari kasus kecelakaan yang terjadi di jalan
bebas hambatan, umumnya disebabkan karena kecepatan yang berlebihan.

Bahkan tidak tanggung-tanggung, meskipun jalannya satu arah tetapi


kecelakaan lalu lintasnya seringkali melibatkan kendaraan bermotor dari arah
berlawanan. Kecelakaan ini menunjukkan bahwa kendaraan bermotor tersebut
melaju dalam kecepatan melebihi dari yang disarankan. Hal ini juga
disebabkan karena pemilik kendaraan memacu kendaraannya dengan
kecepatan tinggi. Sehingga tanpa disadari jarak antara kendaraan dengan
kendaraan didepan atau dibelakang sudah terlalu dekat. Apalagi pada malam
hari, seringkali pengemudi sudah lelah dan mengantuk dan tetap mengemudi
kendaraannya, sehingga kemungkinan untuk bertabrakan atau ditabrak dengan
kendaraan lain semakin lebih besar.
Dengan demikian perlu adanya upaya lain yang merupakan suatu
langkah pencegahan atau preventif bagi setiap kendaraan atau pihak lain
seperti pengelola jalan bebas hambatan, salah satu cara upaya tersebut adalah

4
dengan membuat suatu peralatan yang dapat berfungsi untuk dapat
memperingatkan kendaraan mobil yang mendekat dari arah belakang, sehingga
dapat menjaga jarak berkendara di jalan dengan kecepatan tinggi.

Penggunaan sinyal lampu yang dapat dipasang pada bagian belakang


mobil untuk berkendara di jalan bebas hambatan khususnya pada malam hari.
Lampu ini memberi tanda kepada mobil lain yang mendekat dari arah
belakang. Apabila jarak mobil dari arah belakang terlalu dekat maka lampu ini
akan meberikan sinyal kelap-kelip untuk memberikan peringatan sehingga
mobil tersebut dapat menjaga jarak. Lampu ini juga dapat digunakan untuk
memberi tanda jika mobil sedang berhenti di sisi jalan bebas hambatan.

Proses kerja lampu sinyal ini adalah dengan menggunakan sensor


cahaya. Apabila mendapat cahaya dari lampu mobil dari arah belakang
semakin dekat maka lampu ini akan kelap-kelip selama waktu 30 detik sampai
mobil dari arah belakang tersebut tidak lagi terlalu dekat atau telah
mendahului. Lampu ini menggunakan dua Integrated Circuit Penghitung
Waktu (IC-NE555), Phototransistor, Transistor, Resistor, Kapasitor, Ligh
Emitting Diode (LED) dan Baterai sebagai catu daya.

Contoh aplikasi dari sensor cahaya dapat digunakan pada lampu sinyal.
Pada makalah ini akan dipelajari mengenai sensor terutama sensor cahaya
beserta jenis-jenisnya, karakteristik dan prinsip kerja sensor cahaya.

B. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis sensor cahaya.
2. Mengetahui karakteristik sensor cahaya. 3.
Mengetahui prinsip kerja sensor cahaya.
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah penulisan maka perlu adanya pembatasan
masalah mengenai pembahasan sensor cahaya yaitu, penulis hanya membahas
mengenai jenis-jenis, karakteristik dan prinsip kerja sensor cahaya.

D. Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan makalah ini, menggunakan metode studi
pustaka. Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori, data-

5
data atau informasi sebagai bahan acuan dalam melakukan penyusunan
makalah ini.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab satu ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, batasan
masalah, metode penulisan makalah dan sistematika penulisan
makalah.

Bab II Dasar Teori


Bab ini menjelaskan tentang dasar teori mengenai pengertian sensor
dan sensor cahaya.

Bab III Bab ini menjelaskan mengenai jenis-jenis sensor cahaya, karakteristik
sensor cahaya dan prinsip kerja sensor cahaya.

Bab IV Penutup
Bab ini berisi saran-saran dan kesimpulan.
Daftar Pustaka
Berisi tentang judul serta pengarang dari buku-buku yang digunakan dan
alamat website untuk menunjang terselsaikanya makalah ini.

6
BAB II
SENSOR CAHAYA

A. Pengertian Sensor
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang
digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia
menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan
robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran,
hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya
(Petruzella, 2001).

Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik


berfungsi mengubah besaran fisik (misalnya : temperatur, cahaya, gaya,
kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang proposional. Sensor dalam
teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi persyaratanpersyaratan
kualitas yakni :

1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus
linier.

2. Tidak tergantung temperatur


Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di
sekelilingnya, kecuali sensor suhu.

3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai
masukan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup
besar.

4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk
mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara
mendadak. Sensor harus dapat berubah cepat bila nilai masukan pada
sistem tempat sensor tersebut berubah.
5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi

7
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan
tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada
kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0 Hz.

6. Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan
keluaran (output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.

7. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada
sensor. Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat
memberikan keluaran yang berlainan.

Empat sifat diantara syarat-syarat dia atas, yaitu linieritas,


ketergantungan pada temperatur, stabilitas waktu dan histerisis menentukan
ketelitian sensor (Link, 1993).

B. Sensor Cahaya
Sensor cahaya adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran
cahaya menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah
energi dari foton menjadi elektron. Idealnya satu foton dapat membangkitkan
satu elektron. Sensor cahaya sangat luas penggunaannya, salah satu yang
paling populer adalah kamera digital. Pada saat ini sudah ada alat yang
digunakan untuk mengukur cahaya yang mempunyai satu buah foton saja.

Di bawah ini adalah jenis-jenis sensor cahaya, di antaranya:


• Detektor kimiawi, seperti pelat fotografis, dimana molekul silver
halida dibagi menjadi sebuah atom perak metalik dan atom halogen.
Pengembang fotografis menyebabkan terbaginya molekul yang berdekatan
secara sama.

• Fotoresistor atau Light Dependent Resistor (LDR) yang berubah


resistansinya ketika dikenai cahaya
• Sel fotovoltaik atau sel matahari yang menghasilkan tegangan dan
memberikan arus listrik ketika dikenai cahaya.

8
• Fotodioda yang dapat beroperasi pada mode fotovoltaik maupun
fotokonduktif

• Tabung fotomultiplier yang mengandung fotokatoda yang


memancarkan elektron ketika dikenai cahaya, kemudian elektronelektron
tersebut akan dikuatkan dengan rantai dynode.

• Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda yang memancarkan


elektron ketika dikenai cahaya, dan umumnya bersifat sebagai fotoresistor.

• Fototransistor menggabungkan salah satu dari metode


penyensoran.

• Detektor optis yang berlaku seperti termometer, secara murni tanggap


terhadap pengaruh panas dari radiasi yang masuk, seperti detektor
piroelektrik, sel Golay, termokopel dan termistor, tapi kedua yang terakhir
kurang sensitif.

• Detektor cryogenic cukup tanggap untuk mengukur energi dari sinar-


x tunggal, serta foton cahaya terlihat dan dekat dengan inframerah (Enss
2005).

9
BAB III
JENIS-JENIS SENSOR CAHAYA
SERTA KARAKTERISTIK DAN PRINSIP KERJANYA

A. LDR (Light Dependent Resistor)


LDR (Light Dependent Resistor) merupakan suatu sensor yang apabila
terkena cahaya maka tahanannya akan berubah. Tampilan fisik LDR dapat
dilihat pada gambar 1. dibawah ini :

Gambar 1. LDR (Light Dependent Resistor)

1. Cara kerja LDR (Light Dependent Resistance)


Biasanya LDR (atau lebih dikenal dengan fotoresistor) dibuat
berdasarkan kenyataan bahwa film kadmium sulfida mempunyai tahanan
yang besar jika tidak terkena cahaya dan tahanannya akan menurun jika
permukaan film itu terkena sinar. Resistor peka cahaya atau fotoresistor
adalah komponen elektronik yang resistansinya akan menurun jika ada
penambahan intensitas cahaya yang mengenainya. Fotoresistor dapat
merujuk pula pada light dependent resistor (LDR), atau fotokonduktor.

Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi. Jika


cahaya yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton
yang diserap oleh semikonduktor akan menyebabkan elektron memiliki
energi yang cukup untuk meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang
dihasilkan (dan pasangan lubangnya/hole) akan mengalirkan listrik,
sehingga menurunkan resistansinya.
Besarnya tahanan LDR/fotoresistor dalam kegelapan mencapai
jutaan ohm dan turun sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan terang.
LDR dapat digunakan dalam suatu jaringan kerja (network) pembagi

10
potensial yang menyebabkan terjadinya perubahan tegangan kalau sinar
yang datang berubah.

LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis resistor yang


memiliki nilai resistansi yang tidak tetap. Artinya nilai tahanan/resistansi
komponen ini dapat berubah-ubah. Perubahan nilai resistansinya
tergantung dari kuat lemahnya cahaya yang dia terima. Resistansi LDR
akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang
mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dari sifat itulah LDR dapat
digunakan sebgai sensor warna. Supaya cahaya yang diterima LDR lebih
fokus maka disekeliling LDR diberi cahaya LED, sehingga LDR dapat
mengenali warna-warna yang mengenainya, yang diterjemahkan dalam
bentuk tegangan (Volt). Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar
10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat
dari bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini
energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang
dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah
mengalami penurunan.

Komponen yang dapat menerima ini merupakan komponen yang


peka cahaya. Komponen ini akan berjalan apabila berada ditempat akan
menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Pada keadaan gelap tanpa cahaya sama
sekali, LDR memiliki nilai resistansi yang besar (sekitar beberapa Mega
ohm). Nilai resistansinya ini akan semakin kecil jika cahaya yang jatuh ke
permukaannya semakin terang. Pada keadaan terang benderang (siang hari)
nilai resistansinya dapat mengecil hingga beberapa ohm saja (hampir
seperti konduktor).

2. Karakteristik LDR
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon
Spektral.
a. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level
kekuatan cahaya tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa
kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah

11
resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR
tersebut hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan setelah
mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu
ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu
tertentu.

Harga ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya
lebih besar dari 200 K /detik (selama 20 menit pertama mulai dari level
cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah
sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang
memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang
sesuai dengan level cahaya 400 lux. b. Respon Spektral

LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap


panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan
yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga,
alumunium, baja, emas, dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga
merupakan penghantar yang paling banyak digunakan karena
mempunyai daya hantar yang baik.

B. Fotodioda
Fotodioda adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya.
Fotodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah
besaran cahaya menjadi besaran listrik. Fotodioda merupakan sebuah dioda
dengan sambungan p-n yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya. Cahaya yang
dapat dideteksi oleh fotodioda ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya
tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi fotodioda mulai dari
penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis, pengukur cahaya pada
kamera serta beberapa peralatan di bidang medis.

12
Gambar 2 : Simbol fotodioda (kiri), bentuk fotodioda (kanan)

1. Prinsip kerja fotodioda

Prinsip kerja dari fotodioda jika sebuah sambungan p-n dibias maju
dan diberikan cahaya padanya maka pertambahan arus sangat kecil
sedangkan jika sambungan p-n dibias mundur, maka arus akan bertambah
cukup besar. Cahaya yang dikenakan pada fotodioda akan mengakibatkan
terjadinya pergeseran foton yang akan menghasilkan pasangan elektron-
hole dikedua sisi dari sambungan. Ketika elektronelektron yang dihasilkan
itu masuk ke pita konduksi maka elektronelektron itu akan mengalir ke arah
positif sumber tegangan sedangkan hole yang dihasilkan mengalir ke arah
negatif sumber tegangan sehingga arus akan mengalir di dalam rangkaian.
Besarnya pasangan elektron ataupun hole yang dihasilkan tergantung dari
besarnya intensitas cahaya yang dikenakan pada fotodioda.

2. Karakteristik fotodioda
Ada beberapa karakteristik fotodioda yang perlu diketahui antara
lain:

a. Arus linier bergantung pada intensitas cahaya.


b. Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900 nm, GaAs
1500 nm, Ge 2000 nm).

c. Digunakan sebagai sumber arus.


d. Kapasitansi Junction turun menurut tegangan bias
mundurnya.

e. Kapasitansi Junction menentukan respons frekuensi arus yang


diperoleh.
3. Mode operasi
Fotodioda dapat dioperasikan dalam 2 animal mode yang berbeda:

a. Mode photovoltaic: seperti solar sell, penyerapan pada fotodioda


menghasilkan tegangan yang dapat diukur. Bagaimanapun,

tegangan yang dihasilkan dari tenaga cahaya ini sedikit tidak linier, dan
range perubahannya sangat kecil.

13
b. Mode fotokonduktivitas: disini fotodioda di aplikasikan sebagai
tegangan revers (tegangan balik) dari sebuah dioda (yaitu tegangan
pada arah tersebut pada dioda tidak akan menghantarkan tanpa terkena
cahaya) dan pengukuran menghasilkan arus foto (hal ini juga bagus
untuk mengaplikasikan tegangan mendekati nol).

4. Karakteristik bahan fotodioda


a. Silicon (Si) : arus lemah sangat gelap, kecepatan
tinggi,sensitivitas bagus antara 400 nm sampai 1000 nm (terbaik antara
800 nm sampai 900 nm).

b. Germanium (Ge) : arus tinggi sangat gelap, kecepatan lambat,


sensitivitas baik antara 600 nm sampai 1800 nm (terbaik 1400 nm
sampai1500 nm).

c. Indium Gallium Arsennida (InGaAs) : mahal, arus kecil saat


gelap, kecepatan tinggi sensitivitas baik pada jarak 800 nm sampai
1700 nm (terbaik antara 1300 nm sampai 1600 nm).

C. LED Inframerah
Sinar infra merah termasuk dalam gelombang elektromagnetik yang
tidak tampak oleh mata telanjang. Sinar ini tidak tampak oleh mata karena
mempunyai panjang gelombang berkas cahaya yang terlalu panjang bagi
tanggapan mata manusia. Sifat-sifat cahaya infra merah:

1. tidak tampak manusia


2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang
LED inframerah adalah suatu bahan semikonduktor yang
memancarkan cahaya monokromatik (cahaya yang hanya terdiri atas satu
warna dan satu panjang gelombang) yang tidak koheren ketika diberi tegangan
maju. Pengembangan led inframerah dimulai dengan alat inframerah dibuat
dengan gallium arsenide. Cahaya infra merah pada dasarnya adalah radiasi
elektromagnetik dari panjang gelombang yang lebih panjang dari cahaya
tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio, dengan kata lain

14
infra merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang,
yaitu sekitar 700 nm sampai 1 mm.

Gambar 3. LED Inframerah


Cahaya led inframerah timbul sebagai akibat penggabungan elektron
dan hole pada persambungan antara dua jenis semikonduktor dimana setiap
penggabungan disertai dengan pelepasan energi. Pada penggunaannya led
inframerah ini merupakan komponen elektronika yang memancarkan cahaya
infra merah dengan konsumsi daya sangat kecil. Led inframerah dapat
diaktifkan dengan tegangan dc untuk transmisi atau sensor jarak dekat, dan
dengan tegangan ac (30–40 KHz) untuk transmisi atau sensor jarak jauh.

1. Karakteristik dari LED Inframerah


a. Dapat dipakai dalam waktu yang sangat lama.
b. Membutuhkan daya yang kecil.
c. Tidak mudah panas.
d. Dapat digunakan dalam jarak yang lebar.
2. Prinsip kerja LDR Inframerah
Prinsip utama dari rangkaian sensor ini seperti layaknya sebuah saklar
yang memberikan perubahan tegangan apabila terdapat penghalang
diantara transceiver dan receiver. Sensor ini memiliki dua buah piranti yaitu
rangkaian pembangkit/pengirim (Led Inframerah) dan rangkaian penerima
(Fotodiode). Rangkaian pembangkit/pengirim memancarkan sinar
inframerah kemudian pancarannya diterima oleh penerima (fotodioda)
sehingga bersifat menghantar akibatnya tegangan akan jatuh sama dengan
tegangan ground (0). Dan sebaliknya apabila tidak mendapat pancaran
sinar inframerah maka akan menghasilkan tegangan.

15
Led inframerah adalah suatu jenis dioda yang apabila diberi tegangan
maju maka arus majunya akan membangkitkan cahaya pada pertemuan PN-
nya. Disini cahaya yang dibangkitkan adalah infra merah yang tidak dapat
dilihat dengan mata. Dioda-dioda yang digunakan terbuat dari bahan
Galium (Ga), Arsen (As), dan Fosfor (P) atau disingkat GaAsP. Tegangan
maju antara anoda-katoda berkisar antara 1,5V-2V, sedangkan arus
majunya berkisar 5 mA-20 mA. Led inframerah sesuai dengan
rancangannya memancarkan cahaya pada spektrum inframerah dengan
panjang gelombang λ = 940 nm. Spektrum cahaya inframerah ini
mempunyai level panas yang paling tinggi diantara sinar-sinar yang lain
walaupun tidak tampak oleh mata dan mempunyai efek fotolistrik yang
terkuat.

LED adalah dioda yang menghasilkan cahaya saat diberi energi


listrik. Dalam bias maju sambungan p-n terdapat rekombinasi antara
electron bebas dan lubang (hole). Energi ini tidak seluruhnya diubah ke
dalam bentuk energi cahaya atau photon melainkan dalam bentuk panas
sebagian. Untuk dioda yang memancarkan cahaya inframerah (infrared
emiting dioda = IRED). Sinar inframerah tidak dapat dilihat manusia ,
dengan menambahkan obat gallium arsenide dengan berbagai bahan dapat
dibuat LED dengan output yang dapat dilihat seperti sinar merah, hijau,
kuning, atau biru. Dioda yang memancarkan cahaya (LED) digunakan
untuk display alphabet dan digital serta sebagai lampu tanda.

Sebagian besar LED membutuhkan 1,5 V sampai 2,2 V untuk


memberi bias maju dan membutuhkan arus sekitar 20 mA sampai 30 mA
untuk memancarkan cahaya. Dengan level-level tegangan yang lebih
tinggi, LED dapat terbakar apabila tegangan maju yang diberikan melebihi
2 V. untuk mengatasi hal ini LED biasanya dihubungkan secara seri dengan
tahanan yang membatasi tegangan dan arus pada nilai yang dikehendaki.
Proses pemancaran cahaya akibat adanya energi listrik yang diberikan
terhadap suatu bahan disebut dengan sifat elektroluminesensi. Material lain
misalnya galiumarsenida pospat (GaP): photon energi cahaya dipancarkan
untuk menghasilkan cahaya tampak. Jenis lain dari LED digunakan untuk

16
menghasilkan energi tidak tampak seperti yang dipancarkan oleh pemancar
laser atau inframerah.

Gambar 4. Simbol dan rangkaian dasar sebuah LED


Pemancar inframerah adalah dioda zat padat yang terbuat dari bahan
Galium Arsenida (GaAs) yang mampu memancarkan fluks cahaya ketika
dioda ini dibias maju. Bila diberi bias maju electron dari daerah-n akan
menutup lubang electron yang ada di daerah-p. selama proses rekombinasi
ini, energi dipancarkan dari permukaan p dan n dalam bentuk photon.
Photon-photon yang dihsilkan ini ada yang diserap lagi dan ada yang
meninggalkan permukaan dalam bentuk radiasi energi.

Led inframerah adalah suatu bahan semikonduktor yang


memancarkan cahaya monokromatik (cahaya yang hanya terdiri atas satu
warna dan satu panjang gelombang) yang tidak koheren ketika diberi
tegangan maju. Pengembangan led inframerah dimulai dengan alat
inframerah dibuat dengan galliumarsenide. Cahaya infra merah pada
dasarnya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang yang
lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio.

D. Sel Fotovoltaik

Teknologi fotovoltaik merupakan suatu teknologi konversi yang mengubah


cahaya (foto) menjadi listrik (volt) secara langsung (direct conversion). Peristiwa
ini dikenal sebagai efek fotolistrik (photovoltaic affect). Didalam proses konversi

17
cahaya-listrik tidak ada bagian yang bergerak, sehingga produk teknologi
fotovoltaik memiliki umur teknis yang panjang (>25 tahun).

Teknologi fotovoltaik dikenal sebagai teknologi bersih sehingga


penerapannya akan mendukung program pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Beberapa keuntungan dari pemanfaatan teknologi
fotovoltaik, antara lain:

a. Biaya operasional dan perawatan yang rendah (tidak


diperlukan pembelian bahan bakar dan keausan dalam proses konversi)
b. Tidak menimbulkan polusi udara karena tidak ada proses pembakaran sehingga
mengurangi pelepasan gas rumah kaca (greenhouse gas)
c. Tidak menimbulkan kebisingan karena tidak ada bagian yang bergerak

Sel Fotovoltaik. Efek fotolistrik ini terjadi pada suatu sel yang terbuat dari
bahan semikonduktor. Karena sifatnya, sel ini kemudian disebut sebagai sel
fotovoltaik (photovoltaic cell) atau sering juga disebut sebagai sel surya (solar
cell). Sel fotovoltaik merupakan komponen terkecil didalam sistem energi surya
fotovoltaik (SESF).

Sinar matahari yang menimpa permukaan sel diubah secara langsung


menjadi listrik sebagai akibat terjadinya pergerakan pasangan electron-hole,
sebagaimana digambarkan pada skema dibawah ini. Teknologi sel fotovoltaik
yang tersedia dewasa ini masih didominasi oleh jenis sel dengan teknologi kristal,
baik mono- maupun poli-kristal, khususnya dari bahan dasar silikon.

18
Bahan yang Digunakan untuk Pembangunan Sel fotovoltaik. Bahan khusus
digunakan untuk pembangunan sel surya. Bahan-bahan yang disebut
semikonduktor. Bahan semikonduktor yang paling umum digunakan untuk
pembangunan sel surya adalah silikon. Beberapa bentuk silikon yang digunakan
untuk konstruksi, mereka adalah single-kristal, multi-kristal dan amorf. bahan lain
yang digunakan untuk pembangunan sel surya adalah filmfilm tipis polikristalin
seperti diselenide tembaga indium, telluride kadmium.

Modul Fotovoltaik. Modul fotovoltaik dirakit dari susunan sel surya atau
sel fotovoltaik yang dirangkai secara seri dan/atau paralel. Produk akhir dari
modul fotovoltaik menyerupai bentuk lembaran kaca dengan ketebalan sekitar 6-
8 milimeter. Efisiensi pembangkitan energi listrik yang dihasilkan modul
fotovoltaik pada skala komersial saat ini adalah sekitar 14 - 15 %.

Berapa Banyak Sinar matahari yang dibutuhkan? Sebuah sistem


fotovoltaik akan memerlukan akses jelas sinar matahari untuk hampir sepanjang
hari. sistem Photovoltaic tidak terpengaruh oleh cuaca buruk dan karenanya iklim
bukan masalah nyata. Kebanyakan modul PV dipasang di sudut untuk menangkap
sinar matahari, oleh karena itu, ada sinar matahari yang cukup untuk membuat
sistem energi surya fungsional dan efektif.

Kapasitas Modul Fotovoltaik. Besar energi listrik yang dihasilkan oleh


modul fotovoltaik tergantung pada intensitas radiasi matahari setempat dan
kapasitas modul fotovoltaik itu sendiri. Didalam perdagangan, kapasitas daya
modul fotovoltaik dinyatakan pada kapasitas puncaknya, yaitu besarnya daya yang
mampu dibangkitkan modul fotovoltaik pada keadaan standar uji (Standard Test
Condition - STC) dan dinyatakan dalam satuan: Watt-peak

19
(Wp). Standar uji ini ditetapkan pada intensitas 1000 W/m2 dan temperatur sel 25
o
C. Didalam realita; modul fotovoltaik akan bekerja dengan radiasi yang
berfluktuatif dan suhu sel yang lebih tinggi.

Di Indonesia, besar energi matahari yang jatuh pada permukaan seluas satu
meter persegi selama satu hari antara 3 - 6 kWh (satuan : kWh/m2.hari). Untuk
modul fotovoltaik 100 Wp yang diterapkan pada daerah dengan penyinaran
matahari rata-rata 4,5 kWh/m2.hari akan mampu menyediakan energi sekitar 300
Watt-jam/hari.

Dimana Sistem Photovoltaic yang Digunakan? Sistem Photovoltaic yang


menghasilkan listrik yang bersih di seluruh dunia. Hampir setiap kebutuhan listrik
dapat dipenuhi dengan sistem fotovoltaik. Di lokasi terpencil, sistem photovoltaic
adalah pilihan termurah untuk memenuhi kebutuhan energi.

Photovoltaic sangat ideal untuk pemompaan air di daerah terpencil. Air


dapat dipompa ke tangki penyimpanan selama siang hari dan air kemudian dapat
didistribusikan oleh gravitasi kapan pun ia butuhkan. Di beberapa bagian dunia
berkembang, pasokan air dari seluruh desa yang didukung oleh fotovoltaik.
Kegunaan lain fotovoltaik termasuk pemantauan jarak jauh, pendinginan, dan
energi untuk usaha komersial kecil.

Photovoltaic juga terbukti menjadi sumber daya yang diandalkan dalam


peningkatan jumlah aplikasi seperti memberikan penerangan jalan dan
pencahayaan untuk area rekreasi, serta menyediakan tenaga untuk tanda-tanda
jalan raya dan peringatan.

E. Tabung Cahaya yang Mengandung Fotokatoda dan Detektor

Cryogenic
Karakteristik Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda yang
memancarkan elektron ketika dikenai cahaya, dan umumnya bersifat sebagai
fotoresistor.

20
Fotokatoda adalah katoda memancarkan elektron di bawah pengaruh
cahaya. Photocathode dihubungkan ke terminal negatif power supply dan unsur
penting dari banyak detektor radiasi yang mengandung tabung vakum.

Desain didasarkan pada photocathode di atas lapisan tipis bahan


diendapkan pada permukaan dukungan. Lapisan ini dapat buram, dan kemudian
emisi elektron terjadi dari sisi yang sama dari yang ringan jatuh. Buram diterapkan
dalam fotodiodach vakum, dimana elektroda ini memiliki bentuk silinder atau bola
sekitar anoda. Photocathodes ditempatkan di dalam lampu.

Beberapa fotokatoda dilakukan di permukaan tembus. Terima kasih emisi


elektron adalah sebaliknya permukaan diterangi. photocathodes semitransparan
digunakan terutama di fotopowielaczach. Biasanya mereka disemprotkan di
bagian dalam gelembung.

Akibat rendahnya output usaha photocathodes yang dibuat terutama dari


logam alkali (biasanya cesium) dan senyawanya, antara lain, perak, oksigen dan
antimon. Tergantung pada photocathode adalah sensitif terhadap rentang yang
berbeda spektrum, pada umumnya nilai berkisar dari dekat inframerah ke
ultraviolet, kepekaan lebih kecil - puluhan UA/lm.

1. Karakterisik Detektor Cryogenic


Detektor cryogenic cukup tanggap untuk mengukur energi dari sinar-x
tunggal, serta foton cahaya terlihat dan dekat dengan inframerah sedang
digunakan dalam berbagai peningkatan aplikasi, karena kepekaan yang luar
biasa baik dalam dan kehidupan ilmu fisik dan mulai dari astronomi untuk
aplikasi keamanan. Saat ini minat khusus dalam aplikasi dalam deteksi radiasi
Terahertz. Untuk mencapai sensitivitas utama perangkat deteksi harus
didinginkan pada suhu rendah.

F. Detektor Optis
Deteksi optik adalah fungsi dari bagian penerima dalam sistem komunikasi
optik. Sebuah detektor optik atau photodetector adalah kebalikan dari apa yang
dikerjakan oleh bagian pengirim, yaitu sumber optik. Sumber optik biasanya
mengkonversikan sinyal optik input menjadi keluaran berupa arus. Detektor optik
biasanya adalah photodiode yang merupakan divais photoelectric. Rentang nilai

21
dari panjang gelombang yang dideteksi termasuk UV, infra red, cahaya tampak,
dll., adalah dari 0.005 s/d 4,000 ìm.

Pertama kali yang mesti diperhatikan dalam memilih detektor cahaya yang
akan digunakan adalah menspesifikasikan parameter-parameter sistem yang ada,
dalam hal ini parameter yang umum digunakan adalah responsivitas, gain, laju bit
dan jarak transmisinya.

Setelah itu, langkah berikutnya adalah memilih modulasi yang akan


digunakan, apakah menggunakan modulasi digital ataukah modulasi analog. Hal
ini dibedakan mengingat parameter power budget dalah modulasi digital dan
modulasi analog berbeda. Pada modulasi digital yang digunakan adalah nilai BER
(Bit Error Rate) sedangkan pada modulasi analog yang digunakan adalah SNR
(Signal to Noise Ratio). SNR menunjukkan seberapa kuat sinyal dibandingkan
dengan deraunya, sedangkan BER menyatakan rasio dari banyaknya bit error
dalam pengkodean terhadap total bit yang diterima.

Selanjutnya adalah memilih detektor apa yang akan digunakan, apakah


APD atau PIN detektor, hal ini tergantung dari dari perhitungan
parameterparameter di awal. Perhitungan parameter sensitivitas merupakan
langkah yang harus dikerjakan setelah pemilihan detektor selesai. Besarnya nilai
sensitivitas diukur dengan responsivitas R (A/W), yaitu arus keluaran yang
dihasilkan per unit daya yang dihasilkan.

Sesudah perhitungan sensitivitas selesai, maka hal berikutnya adalah


memeriksa apakah sinyal sudah dapat dikirimkan, jika sudah siap maka langkah
terakhir adalah seleksi komponen. Apabila sinyal belum siap, maka sesuai dengan
diagram alir di atas, kita dapat menganalisis dan memeriksa kembali bagian mana
dari perancangan yang belum sesuai dengan sinyal yang dikirim. Untuk kemudian
diubah sesuai dengan kebutuhannya.

G. Fototransistor
Fototransistor adalah sebuah benda padat pendeteksi cahaya yang memiliki
gain internal. Hal ini yang membuat foto transistor memiliki sensitivitas yang lebih
tinggi dibandingkan fotodioda, dalam ukuran yang sama. Alat ini (foto transistor)
dapat menghasilkan sinyal analog maupun sinyal digital.

22
1. Karakteristik Fototransistor
Foto transistor memiliki karakteristik:
a. Pendeteksi jarak dekat Infra merah.
b. Bisa dikuatkan sampai 100 sampai 1500.
c. Respon waktu cukup cepat
d. Bisa digunakan dalam jarak lebar.
e. Bisa dipasangkan dengan (hampir) semua penghasil cahaya atau cahaya yang
dekat dengan inframerah, seperti IRED (infred led), Neon, Flourescent, lampu
bohlam, cahaya laser dan api.
f. Mempunyai karakteristik seperti transistor, kecuali bagian basis digantikan
oleh besar cahaya yang diterima.

Fototransistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai


detektor cahaya yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal listrik.
Karena itu fototransistor termasuk dalam detektor optik.

Fototransistor dapat diterapkan sebagai sensor yang baik, karena


memiliki kelebihan dibandingkan dengan komponen lain yaitu mampu untuk
mendeteksi sekaligus menguatkannya dengan satu komponen tunggal.
Fototransistor memiliki sambungan kolektor – basis yang besar dan dengan
cahaya karena cahaya dapat membangkitkan pasangan lubang elektron.
Dengan diberi prasikap maju, cahaya yang masuk akan menimbulkan arus
pada kolektor.
Bahan utama dari fototransistor adalah silikon atau germanium sama
seperti pada transistor jenis lainnya. Fototransistor juga memiliki dua tipe
seperti transistor yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Fototransistor sebenarnya tidak
berbeda dengan transistor biasa, hanya saja fototransistor ditempatkan dalam
suatu material yang transparan sehingga memungkinkan cahaya (cahaya
inframerah) mengenainya (daerah basis), sedangkan transistor biasa
ditempatkan pada bahan logam dan tertutup. Simbol dari fototransistor seperti
pada terlihat pada gambar simbol fototransistor.

Fototransistor memiliki beberapa karakteristik yang sering digunakan


dalam perancangan, yaitu:

23
a. Dalam rangkaian jika menerima cahaya akan berfungsi sebagai
resistan.

b. Dapat menerima penerimaan cahaya yang redup (kecil).


c. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima, maka semakin besar
pula resistan yang dihasilkan.

d. Memerlukan sumber tegangan yang kecil.


e. Menghantarkan arus saat ada cahaya yang mengenainya.
f. Penerimaan cahaya dilakukan pada bagian basis.
g. Apabila tidak menerima cahaya maka tidak akan menghantarkan arus.

Berdasarkan tanggapan spektral, sifat – sifat dan cara kerja dari


fototransistor tersebut, maka perubahan cahaya yang kecil dapat dideteksi.
Oleh karena itu fototransistor digunakan sebagai detektor cahaya yang peka,
terutama terhadap cahaya inframerah.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi tentang Sensor Cahaya ini, yaitu;
1. Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk
mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan
dan arus listrik.

2. persyaratan-persyaratan kualitas pada Sensor dalam teknik pengukuran dan


pengaturan ini harus memenuhi yakni : Linieritas, Tidak tergantung
temperatur, Kepekaan, Waktu tanggapan, Batas frekuensi terendah dan
tertinggi, Stabilitas waktu, dan Histerisis.

3. Jenis-jenis sensor cahaya , di antaranya: Detektor kimiawi, Fotoresistor atau


Light Dependent Resistor (LDR), Sel fotovoltaik atau sel matahari, Fotodioda,
Tabung fotomultiplier, Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda,
Fototransistor, Detektor optis, Detektor cryogenic dan sebagainya.

4. Pada jenis-jenis sensor tersebut, memiliki prinsip kerja dan karakteristik yang
berbeda-beda.

B. Saran
Sensor cahaya memiliki banyak jenis dan aplikasi dalam kehidupan manusia.
Dalam makalah kami hanya membahas mengenai beberapa jenis dari sensor
cahaya, karakteristik serta prinsip kerja dari sensor cahaya tersebut. Semoga
dalam penulisan makalah berikutnya mengenai sensor cahaya dapat lebih baik
lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sensor_cahaya

https://www.musbikhin.com/pengertian-sensor-dan-macam-macam-
sensor/

https://www.jatikom.com/macam-macam-sensor-penjelasannya-gambar/

https://elektronika-dasar.web.id/sensor-cahaya-ldr-light-dependent-
resistor/

https://abdulelektro.blogspot.com/2019/11/prinsip-kerja-karakteristik-
aplikasi-photodioda.html

http://elektronika-dasar.web.id/spektrum-cahaya-led-infra-merah-infra-
red-led/

https://slideplayer.info/slide/3982520/

https://elektronika-dasar.web.id/sensor-photo-transistor/

https://teknikelektronika.com/pengertian-sel-surya-solar-cell-prinsip-
kerja-sel-surya/

26
27

Anda mungkin juga menyukai