Perbedaan Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Di Media Online Dan Pada Saat Offline (Etnografi Komunikasi Pa - 1
Perbedaan Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Di Media Online Dan Pada Saat Offline (Etnografi Komunikasi Pa - 1
MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI
Perbedaan Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak di
Media Online dan Pada Saat Offline
(Etnografi Komunikasi Pada Pengguna Facebook)
Diajukan Oleh:
Nama: ULFA KARINA
NIM: 2011-41-142
KONSENTRASI : JURNALISTIK
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
penulisan skripsi ini dan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena
terwujud tanpa adanya dukungan dan bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi
Akhir kata penulis berharap penulisan skripsi ini dapat berguna dan
Wassalamualaikum Wr.Wb
Ulfa Karina
6
Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak di Media Online dan
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
sebesar-besarnya kepada:
dan dukungannya.
7
fasilitas.
Berry,Rafli,Tasor,Dipo,Ahmed,Bella,Abel,Kissy,Rheno,Arie,Naufal,
12. Kepada seluruh informan dan pihak yang tidak bisa disebutkan
Ulfa Karina
9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. v
ABSTRAK………………………………………………………………………… ……….ix
BAB I : PENDAHULUAN
4.1.1 Facebook………………………………………………………………........... 76
4.1.3 Orang Tua dan Anak Pengguna Facebook sebagai Masyarakat Tutur
Etnografi Komunikasi………………………………………………………………..78
5.2 Saran…………………………………………………………...........................201
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
11
Halaman
Gambar 1.1 : Media sosial yang sering diakses di indonesia…………………. 4
Gambar 1.2 : Media sosial yang sering diakses di Indonesia tahun 2015…. 5
Tabel 2.1 : Perbandingan Penelitian Sejenis……………………………… 22
Tabel 2.2 : Perbedaan Karakteristik CMC dan Face to Face………………. 38
Tabel 3.1 : Tiga Paradigma Penelitian Ilmu Sosial………………………….. 50
Gambar 4.1.1 : Fitur Status Update di Facebook……………………………….. 70
Gambar 4.1.2 : Fitur Timeline Pada Facebook…………………………………. 71
Gambar 4.1.3 : Fitur Friends di Facebook………………………………………. 72
Gambar 4.1.4 : Fitur Like di Facebook…………………………………………… 72
Gambar 4.1.5 : Fitur Message and Inbox di facebook…………………………. 73
Gambar 4.1.6 : Fitur Privacy and Security di Facebook……………………….. 74
Gambar 4.1.7: Fitur Notification di Facebook………………………………….. 74
Gambar 4.1.8: Fitur News feed di Facebook…………………………………… 75
Gambar 4.1.9 : Fitur Networks, Groups and Pages di Facebook……………… 76
Gambar 4.3.1 : Potongan gambar dari facebook Sumiyati dan Lilih Nurjanah yang
berinteraksi dengan menggunakan bahasa sunda……….. 114
Gambar 4.3.2 : Potongan gambar facebook Adhel dengan gaya bahasa di status
updatenya……………………………………………………… 114
Gambar 4.3.3 : Status update yang dibuat oleh Khairina di Facebooknya…. 117
Gambar 4.3.4 : Status update yang dibuat Lilih Nurjanah di Facebooknya…. 118
Gambar 4.3.5 : Potongan Facebook Adhel………………………………………. 118
Gambar 4.4.1 :Potongan gambar facebook Lilih Nurjanah dan Ardiany dan Sumiyati
yang menceritakan anaknya di facebook……………………….. 133
12
ABSTRAK
ABSTRACT
The techniques that are used in collecting the data are in depth-interview,
participant observation, and non-participant observation. The purpose of this
research are for 1) Finding the difference of interpersonal communication pattern
between parents and teenager when they are online and offline in using social
media facebook. 2) knowing the face to face communication process that happens
between children and parents who use facebook. 3) knowing the obstacles of
communication pattern that happens between children and parents who use
facebook.
The result of the study shows that communication pattern is used by parents
and children in online media and when they offline, facebook users are consisted of
Consensual Pattern, Pluralistic Pattern, and Protective Pattern. With different face to
face communication process in every family, and the obstacle in communication that
is limited by space and time, make direct communication process more superior
than communicate through social media facebook for parents and children.
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga adalah tempat paling awal bagi setiap orang untuk memulai
dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik hal yang menyenangkan juga
antar pribadi baik antara anak atau istri dan suami, dan sesama anggota
Devito,(1997:231)
Tradisi seperti makan bersama, atau pergi rekreasi tiap minggu mampu
antara anggota keluarga menjadi berkurang. Hal itu terlihat dari semakin
sejak adanya sosial media. Anggota keluarga lebih senang mencurahkan isi
16
status pribadi di jejaring sosial sering dilakukan oleh anak dengan usia
remaja yang memiliki akun jejaring sosial terutama Facebook. Hal yang
dan guru terlalu ketat sehingga tidak memberi kebebasan baginya. Hal ini
Semakin banyak orang tua masa kini yang tak membicarakan hal penting
dengan anak-anak mereka. Jejaring sosial telah dijadikan salah satu media
gadget dan aktivitas di media sosial 7 dari 10 orang tua memilih untuk
Seperti yang kita tahu dunia digital adalah dunia baru bagi orang tua
dan lebih dikuasai oleh anak. Hal ini terlihat dari penjelasan bahwa kaum
1
Vemale.com “Social Media Menggantikan Keakraban Orang Tua Dengan Anaknya?”
(Diakses di http://www.vemale.com/relationship/keluarga/24019-social-media-
menggantikan-keakraban-orang-tua-dengan-anaknya.htmltgl 12/3/2015 pkl 07:03 )
2
Socialmedia.org “Orang Tua Wajib Mengawasi Media Sosial
Anak (Diakses di http://socialmediaweek.org/jakarta/2015/02/24/orang-tua-wajib-
mengawasi-media-sosial-anak/Tgl 12/3/2015 pkl 06:22)
17
anak sebagai digital native kalangan serupa penduduk asli di dunia digital
saat ini. Mereka lahir dan tumbuh di era digital yang menjadikan mereka
memiliki akun media sosial juga sebagai pengganti komunikasi tatap muka
yang sudah jarang dilakukan. Seiring tumbuh kembang usia anak komunikasi
antara orang tua dan anak pun menjadi berbeda polanya. Riset membuktikan
kesehariannya dan hanya 15% dari orang tua mengetahui media sosial
mereka.4
Facebook via mobile phone tertinggi di dunia, yakni mencapai 88,1 persen di
tahun 2014 dan akan naik menjadi 92,4 persen di tahun ini. 5 Seperti dilansir
3
KOMPAS “Predator Incar Anak Kita” edisi Senin 8/2/2010 (Diakses di
http://bayuimantoro.blogspot.com/2010/02/waspada-predator-incar-anak-kita.htmltgl 12/3/2015 pkl 10:51)
4
Socialmedia.org. “Orang Tua Wajib Mengawasi Media Sosial Anak” (Diakses di
http://socialmediaweek.org/jakarta/2015/02/24/orang-tua-wajib-mengawasi-media-sosial-anak/ tgl 12/3/2015 pkl
06:22)
5
id.techinasia.com“63 juta orang Indonesia akses Facebook melalui handphone di tahun 2015, penetrasi tertinggi di dunia”
(Diakses di http://id.techinasia.com/jumlah-pengguna-facebook-mobile-indonesia-tertinggi-dunia/ tgl 20/5/2015 pkl
11:00am)
18
memiliki tiga karakteristik diantaranya mereka yang lahir pada era 1990,
SUMBER : wearesocial.sg
6
Kompas.com “Facebook Masih Didominasi Remaja, Bukan Orang Tua” (Diakses tgl 20/5/2015 pkl
11:10am)
19
GAMBAR 2.2 Media sosial yang sering diakses di Indonesia tahun 2015
Sumber : wearesocial.sg
lainnya. Data terakhir yang diperoleh dari MarkPlus pada tahun 2012
mengakses internet lebih dari 3 jam setiap harinya dan mayoritas pengguna
Bukan hanya anak remaja, ternyata orang tua pun juga mengalami yang
atas telah bergabung ke dalam jejaring sosial ini. Menariknya, 31 persen dari
Tak lagi dipungkiri, anak akan terus tumbuh kembang baik fisik ataupun
rohani dan pikiran mereka, begitu juga dengan emosi. Semakin jarangnya
intensitas berbicara antara orang tua dan anak dikarenakan anak mengalami
perubahan emosi, menurut teori James dan Lange “Emosi itu timbul karena
atas dasar sistem interaksi yang kondusif. Ada beberapa bentuk interaksi
dalam keluarga, yaitu interaksi antara suami dan istri, interaksi antara ayah,
7
Teknologi.metrotvnews.com “Riset : Facebook Kini Didominasi Oleh Orang Tua” Diunggah tgl 12/1/15.
Diakses di http://teknologi.metrotvnews.com/read/2015/01/12/343828/riset-facebook-kini-didominasi-
orang-tua tgl 20/5/15 pkl 11:12am
21
ibu dan anak, interaksi antara ayah dan anak, interaksi antara ibu dan anak
juga sebagai penentu mengapa banyak anak yang “melarikan diri” untuk
diterapkan tiap keluarga yang anaknya juga orang tuanya memiliki akun
Perbedaan usia antara anak dan orang tua menjadi salah satu tolak
8
Wahidah Nur, dalam Jurnal “ Pola Komunikasi Dalam Keluarga” Diunduh di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=185725&val=6439&title=pola%20ko
munikasi%20dalam%20keluarga tgl 12/3/2015 pkl 6:25am
9
File.upi.edu. dalam Jurnal “ Komunikasi Keluarga” Diunduh di
http://file.upi.edu/direktori/fptk/jur._pend._kesejahteraan_keluarga/sunarsih/komunik__k
eluarga.pdf t gl 12/3/2015 pkl 06:23am
22
pribadinya.
anak ke dalam cara berpikir orangtua karena anak belum mampu untuk
jiwa anaknya agar mengerti setiap permasalahan yang dialami anak dan
cepat, mereka terbiasa bekerja dengan metode multi tasking atau banyak
setiap kerja mereka dan mereka bekerja dalam sistem acak dan tidak
sama sekali tidak memiliki kemampuan seperti Digital Native, generasi ini
digital native dan orang tua sebagai digital immigrant. Namun hal tersebut
jangan dijadikan alasan orang tua tidak ingin mengetahui tentang media
sosial.
dan Laura Padilla Walker. Profesor dari Brigham Young University itu
10
Prensky,Marc (2001), Journal Digital Natives, Digital Immigrants, On the Horizon (NCB University
Press, Vol. 9 No. 5. Diunggah oleh www.marcprensky.com diakses tgl 25/5/2015 pkl 02:51pm
24
bahwa media sosial juga bisa sebagai alat pengontrol keseharian orang tua
penggunaan media sosial yang bijak agar anak tak kecanduan media sosial.
orang tua mereka dan 16%11 diantaranya berinteraksi dengan orang tua
mereka di media sosial tiap harinya. Hal ini juga yang menjadi perhatian
penulis untuk mengetahui pola komunikasi online dan offline orang tua dan
11
Artikel news.byu.edu“Social parenting: Teens feel closer to parents when they connect on social
media” diunggah oleh news.by.edu tgl 15/8/2013. Diaksesdi http://news.byu.edu/archive13-jul-
social%20parenting.aspx tgl 31/5/2015 pkl 09:26am
25
komunikasi tatap muka antara orang tua dan anak menjadi jarang terjadi
dibalik pemanfaatan media sosial facebook antara orang tua dan anak.
pengalaman peneliti dan akan mengkaji ulang apa yang dilihat dan
saat penelitian.
antara anak dan orang tua ketika online dan offline menggunakan media
sosial Facebook.
26
Pembatasan materi
berlangsung secara timbal balik dan silih berganti; dari orang tua ke anak
27
atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak12. Pola komunikasi
dalam keluarga yang digunakan adalah hal yang akan diteliti oleh penulis.
membangun komunitas dan ini akan menjadi alat untuk organisasi diri
menggunakan facebook dan orang tua sebagai Digital Immigrant, dan anak
sebagai Digital Nattive, adalah hal yang akan dibahas oleh peneliti.
sebagai digital native kalangan serupa penduduk asli di dunia digital saat ini.
Mereka lahir dan tumbuh di era digital yang menjadikan mereka memiliki
12
Wahidah Nur, dalam jurnal Komunikasi diunggah di http://download.portalgaruda.com
12/3/2015.
13
KOMPAS “Predator Incar Anak Kita” edisi Senin 8/2/2010 (Diakses di
http://bayuimantoro.blogspot.com/2010/02/waspada-predator-incar-anak-
kita.htmltgl 12/3/2015 pkl 10:51)
28
Ofline antara Orang tua dan Anak Remaja Pengguna Media Sosial
offline antara keluarga khususnya orang tua dan anak remaja yang
antara orang tua dengan anak remaja di era informasi digital saat ini
komunikasi keluarga.
khususnya untuk orang tua dan anak remaja yang memilki akun
Facebook.
30
BAB II
dengan judul Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Anak
Berombak, Medan Barat) pada tahun 2010. Yang berasal dari Departemen
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
pada anak-anak.
anak
31
Kognitif.
dalam hal membentuk perilaku positif sejak dini kepada sang anak.
Komunikasi yang senantiasa dilakukan orang tua baik itu verbal dan
secara baik, dan keterbukaan yang paling menonjol ditandai dengan perilaku
anak yang gemar bercerita tentang kegiatannya dan apa yang dialaminya
antar pribadi yang efektif dan berlangsung dua arah artinya anak mengerti
apa yang diinginkan oleh orang tua dan sebaliknya orang tua berusaha untuk
memahami anak mereka agar terjalin komunikasi yang baik dan sesuai
pada tahun 2010 di Jurusan Ilmu KomunikasiFakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
mendeskripsikan bagaimanakah:
facebook.
kesepahaman.
tujuan
antara orang tua dan anak remaja ketika online dan offline
menggunakan Facebook.
Simbolik.
Ketiga penelitian ini memiliki benang merah yang sejenis yaitu sama-
sama meneliti tentang orang tua dan anak terutama di bidang komunikasi,
komunikasi antara orang tua dan anak dalam membentuk perilaku positif,
teori yang dipakai adalah teori perilaku, perilaku Positif dan sosial kognitif.
sosial facebook, dengan teori etika dialogis dan teori peran guna, metode
menemukan pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak ketika online
komunikasi antara orang tua dan anak, baik menggunakan media atau tidak.
komunikasi interpersonal ketika online dan offline antara orang tua dan anak
peran komunikasi orang tua dan anak, dan pada penelitian 2 pengalaman
Tabel 2.1
Penelitian 1 Penelitian 2
Judul
Penelitian Peran Komunikasi Antar Pengalaman Perbedaan Pola
Pribadi Komunikasi Orangtua Komunikasi
Orang Tua Terhadap Anak dan Remaja dalam Interpersonal Orang Tua
Dalam Membentuk Perilaku Memahami Dampak dan Anak di Media
Positif Penggunaan Situs Online dan Pada Saat
(Studi Kasus Peran Jejaring Sosial Offline
Komunikasi Orang Tua Facebook (Etnografi Komunikasi
Terhadap Anak dalam Pada Pengguna
Membentuk Perilaku Positif di Facebook)
Kelurahan Karang Berombak,
Medan Barat)
Metodologi
penelitian
Metode penelitian yang Metode yang Pendekatan Penelitian
digunakan dalam penelitian ini digunakan adalah tipe Kualitatif dengan metode
adalah metode studi kasus. kualitatif. Penelitian Etnografi
Komunikasi
Tradisi yang dipakai
dalam penelitian ini
adalah tradisi
fenomenologi
Teori
antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara tatap muka. Komunikasi
Interpersonal adalah “interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang,
(Hardjana,2003:85).
ini agak dekat dengan definisi Griffin (2003:52) yang menyatakan komunikasi
Rubin dan Rubin ( Rubin dan Rubin 2001, dalam Riantara, 2007:1-7)
merupakan suatu bentuk komunikasi yang khusus yang terjadi manakala dua
41
orang atau lebih berinteraksi secara simultan satu sama lain dan sama-sama
saling mempengaruhi satu sama lain. Di sini yang ditekankan adalah adanya
lewat pesan nonverbal, seperti kontak-mata, senyum atau mimik wajah yang
kebutuhan antarpribadi yang primer, yakni inklusi, afeksi, dan kontrol. Inklusi
berafiliasi dengan orang lain, memiliki sahabat atau mengajak orang lain ke
oleh Rubin dan Rubin (Riantara,2007:1.9) disebut juga motif utama, ada juga
motif yang disebutnya sebagai motif yang kuat yang mendorong manusia
pada siapa kita berbicara, apa yang kita bicaraan, bagaimana kita bicara,
orang atau lebih dalam suasana yang akrab dan masing-masing pihak yang
dasar untuk mengetahui pola komunikasi yang terjadi ketika orang tua dan
anak berkomunikasi, baik saat online dan ketika offline menggunakan media
43
Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada pemikiran diri kita
ourselves that we had derived from experiences and our interaction with
others” Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita.
penilaiananda tentang diri anda. Jadi konsep diri meliputi apa yang anda
pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda seperti menurut Anita
“all you think and feel about you, the entire complex of beliefs
and attitudes you hold about yourself”
Ada dua kompinen konsep diri : komponen kognitif, dan komponen
kelompok rujukan.
44
2005:105):
dengan 5 hal :
konsep diri perlu diketahui agar menjadi pribadi yang lebih baik dalam
berkomunikasi.
46
orang tua dan anak remaja saat online dan offline menggunakan media
sosial facebook.
14
W, Anna, 2010 Jurnal Komunikasi “Komunikasi Dalam Keluarga (Orang tua dengan Anak Mereka)
(Diunduh tgl 12/3/15 pkl 6:25)
48
yang dipasang dalam jumlah yang besar dengan isi yang terorganisir dan
buletin interaktif.
komunikasi massa.
online untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi online orang tua dan
seperti pada komunikasi tatap muka, petunjuk fisik tidak hadir dalam proses
susunan beberapa tanda baca yang memiliki makna ekspresi. Ini disebut
dengan emoticon.15
tertangkap dari gaya bahasa pada isi pesan yang disampaikan dan
yang tersedia.
15
Prasetya Hendri, 2012 dalam Ringkasan Desertasi Konstruksi Komunikasi dan Pengelolaan Identitas
Diri Pada Pengguna Situs Jejaring Sosial-Facebook (Studi Etnografi Komunikasi Pada Penggunaan Computer
Mediated Communicaton) Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran,Bandung, hal 48-51.
51
Tabel 2.2
Penerima :
Konteks:
perubahan cara berkomunikasi baik secara virtual atau secara nyata. Hal ini
juga merangsang terjadinya komunitas virtual, ada empat faktor yang muncul
- Konteksnya eksternal
- Karakteristik partisipannya
tidak menyertakan fisik. Jadi, hubungan sosial dalam dunia maya melalui
melalui komputer dan dunia maya menjadi lebih formal, namun pada
kenyataannya media ini lebih banyak digunakan untuk wacana yang tidak
sesaat, cepat, interaktif dan bebas dari kekuasaan. Hal ini yang
keberadaan diri anda dalam situasi sosial. Dalam situasi tertentu seperti
tentang nilai atau berpergian bersama keluarga. Identitas tersebut terdiri dari
berbagai perasaan serta ide tentang diri sendiri, siapa dan seperti apa diri
anda sebenarnya.
tentang diri Anda berdsarkan pada apa yang anda lakukan, apa yang anda
aspek yang lebih mendalam tentang identitas anda serta orang lain akan
Tingkatan yang ketiga dalam identitas adalah relational atau siapa diri
interaksi anda dengan mereka. Identitas yang berlaku pada suatu bentuk
communal yang diikat pada kelompok atau budaya yang lebih besar.
Online identity
diberikan ketika mengisi form untuk mendaftar di sebuah situs atau forum.
Data yang berisi e-mail, nama lengkap, nomor telepon, juga alamat dan juga
pengaturan kata sandi atau password yang secara otomatis akan disimpan
pada tahun 2013 oleh Danny Miller dari University College London pertama
kali muncul dari ungkapan kartun Amerika terkenal sekitar tahun 1990an
“`On the internet, nobody knows you're a dog.” yang berarti “di
internet tak ada seorang pun yang tahu kau adalah anjing”
dengan ilustrasi dua anjing yang sedang berdialog di depan layar
komputer.
Yang memiliki makna ketika memasuki dunia internet atau secara
dibalik layar. Dengan nama panggilan yang berbeda, dan informasi yang
kidshealth.org adalah,
“If you use a smartphone, tablet, or computer to play games and chat
with friends, you also have an online identity. That means you have an
identity that's related to how you look, what you do, and what you say
when you're using the computer.”
online identity yang berarti adalah identitas yang berhubungan
dengan penampilan seseorang, seperti apa yang dilakukan, dan apa yang
menggunakan internet.
dilakukan oleh peneliti, bagaimana identitas orang tua dan anak ketika
Universitas Harvard pada tahun 2004 ini, sangat mudah diterima oleh
masyarakat. Kisah munculnya Facebook ini bisa juga ditonton dalam film
dengan yang lain, dan membangun komunitas dan ini akan menjadi alat
(Feature), di antaranya wall, suatu fitur di mana profil pengguna yang ingin
catatan- catatan yang singkat dan bersifat sementara. Apabila ingin bertukar
59
Selain itu ada juga fitur Photos, notes, dan chat. Fitur chat ini
secara langsung dengan teman yang sedang online. Melalui chat kita bisa
dirasa lebih menarik dan juga lebih mudah ketimbang di friendster. Facebook
memugkinkan facebook untuk membagikan video dan juga link berita secara
internet.
61
orang lain maupun dengan dirinya dan untuk berinteraksi dengan orang lain
lain
sosial berlangsung.
mereka.
dan diartikan.
lain.
melihat bagaimana interaksi yang dilakukan oleh orang tua dan anak
Paradigma
konstruktivis
- Konsep diri
- Pola komunikasi
- Pendekatan keluarga
kualitatif Pemanfaatan media
sosial Facebook - CMC
- metode sebagai tempat
etnografi - Interaksionisme
interaksi antara
komunikasi simbolik
orang tua dengan
anak - Teori Identitas dan
Konstruksi diri
KESIMPULAN
DAN
SARAN
64
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kehidupan sehari-hari. Pengertian ini dianut juga oleh Guba, yang mengamini
Salim dalam bukunya yang berjudul Teori dan Paradigma Penelitian Sosial:
Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam
sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang
yang sudah dikonstruksi antara orang tua dan anak remaja pengguna media
komunikasi yang terbentuk dari orang tua dan anak remaja pengguna
yaitu :
1. Pendekatan Kuantitatif
metode survei.
2. Pendekatan Kualitatif
sebagai
hubungan intim antara periset dan yang dipelajari, seta kendala situasional
oleh Dell Hymes pada tahun 1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistik
pola perilaku yang khas, atau dengan penjelasan perilaku berdasarkan tema
(Prasetya,2012:103-14)
dimana didalamnya pola bahasa disusun dan diatur baik secara linguistic
(place) tergantikan oleh konsep ruang (space). Ruang inilah yang terbangun
2012:43).
waktu yang relatif lama dan akan sangat berbeda dengan penelitian survei
(Kuswarno, 2008:33).
pengguna media sosial facebook, terutama orang tua dan anak remaja
pengguna facebook.
Subyek penelitian yang berkaitan adalah orang tua baik yang bekerja,
atau tidak bekerja yang menggunakan media sosial facebook, dan berteman
dengan anak remajanya di media sosial facebook. Anak remaja yang berusia
15-18 tahun. Dalam penelitian ini subjek penelitian bisa jadi hanya satu
orang tua atau kedua orang tua yang berteman dengan anak remajanya di
media sosial facebook. Dengan syarat utama orang tua dan anak remajanya
penelitian, hal mana kondisi ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada
semua bergantung kepada kebutuhan peneliti akan data lapangan yang jelas
(Kuswarno,2008:54)
penelitian dan observasi non partisipan yaitu dengan melihat media sosial
yang tidak mungkin dicapai melalui perspektif outsider. Tetapi dengan posisi
merupakan cara yang efektif untuk mengubah status peneliti dari outsider
menjadi insider.
digunakan untuk melihat halaman, wall, dan postingan media sosial facebook
subjek penelitian.
76
untuk terlihat di dalamnya. Metode ini juga baik digunakan apabila peneliti
(Kuswarno, 2008:58)
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari record yang
a. Data primer
masing-masing informan.
77
b. Data sekunder
pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
antara lain dengan pengecekan data melalui sumber yang lain. Sehingga
penting bagi seseorang etnografer untuk selalu mencek silang atau tulang
data yang telah diperolehnya. Informasi bisa berasal dari sumber atau
berikut :
data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber tersebut. Data yang
data tersebut.
dengan salah satu ahli komunikasi atau ahli psikologi keluarga, terutama
para ahli yang menguasai tentang media sosial dan media baru.
79
melakukan analisis data. Sehingga dalam etnografi, peneliti bisa kembali lagi
1. Deskripsi
pertanyaan penelitian.
80
2. Analisis
regularitas dari perilaku yang diamati. Pada tahap ini peneliti dapat
3. Interpretasi
interpretasinya.
81
BAB IV
4.1.1 Facebook
perusahaan Facebook. “
Universitas Harvard pada tahun 2004 ini, sangat mudah diterima oleh
masyarakat. Kisah munculnya Facebook ini bisa juga ditonton dalam film
dengan yang lain, dan membangun komunitas dan ini akan menjadi alat
Facebook awal berdiri pada tahun 2004 dengan nama awal The
Hingga pada enam bulan setelahnya Facebook menjadi sangat populer dan
kemunculan Facebook sudah lebih dari 2000 anggota kampus dan 25 ribu
sekolah bergabung dengan media sosial ini, akhir 2004 hingga 2005 adalah
(Feature), di antaranya wall, suatu fitur di mana profil pengguna yang ingin
catatan- catatan yang singkat dan bersifat sementara. Apabila ingin bertukar
Selain itu ada juga fitur Photos, notes, dan chat. Fitur chat ini
secara langsung dengan teman yang sedang online. Melalui chat kita bisa
Junaedi dalam bukunya Komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi yaitu pola
interaksi di facebook dirasa lebih menarik dan juga lebih mudah ketimbang di
(untuk email), friend requests, notifications, dan privacy setting yang bisa
memugkinkan facebook untuk membagikan video dan juga link berita secara
internet.
84
A. Status Update
Fitur yang paling dasar dan sering di gunaan oleh user, untuk
melakukan posting pesan berupa teks, gambar, link, video. Status update
postingan kita tersebut. Update status terbaru akan muncul paling atas di
timeline dan juga tercatat dalam bagian “recently Updated” pada daftarteman
user tersebut.
B. Timeline
sejak tanggal 15 Desember 2011. Disini semua konten postingan user akan
di atur dan di tampilkan pada orang lain, khusus nya temen-temen yang ada
17
Peoplehope.com dalam “Fitur-Fitur Dasar Facebook dan Beberapa Update Fitur Terbaru Facebook
2013” diakses 27/7/15 pkl: 15:00 di http://www.peoplehope.com/chat/fitur-fitur-dasar-
facebook-dan-beberapa-update-fitur-terbaru-facebook-2013
85
di facebook. Di timeline ini foto, video dan posting yang ada akan di
C. Friends
D. Like
feedback “like” ini pada status teman, komentar, foto-foto yang di publish
atau link yang dikirimkan oleh teman, halaman fanpage di facebook, iklan-
Fitur ini digunakan untuk mengirimkan pesan kepada user lain secara
menggunakan dua lapisan “log in approval” dimana jika Fitur ini diaktifkan,
pemilik account pada saat user melakukan log in dari perangkat baru atau
G. Notification
pesan yang dibagikan di wall teman, ada komentar baru pada gambar user
H. News Feed
penggantian profil, event-event, update status dan update info lainnya. News
feed sering kali tidak terorganisir dengan baik sehingga kesannnya banyak
oinformasi yang tidak diinginkan oleh user dan beberapa berpendapat bahwa
user lain sehingga privasi user menjadi terganggu dan terlalu terekspos.
Pada Maret 2012, facebook telah meluncurkan desain terbaru dari news feed
untukbergabung dalam jejaring sosial ini. Hal ini hampir sama dengan
perusahaan atau public figure yang menggunakan Fitur ini dengan membuat
halaman khusus yang disebut “fanpage”. Bahkan Fitur ini menjadi salah satu
di dalam keluarga terdiri dari komunikasi antara suami dan istri, ayah dan
anak, ibu dan anak, dan komunikasi antara anak. Komunikasi antara orang
tua dan anak adalah hal yang paling dasar terjadi dalam sebuah keluarga.
Akan tetapi komunikasi antara orang tua dan anak terjadi sedikit
internet. Ada pengelompokan antara orang tua dan anak. Orang tua sering
disebut sebagai Digital Immigrant, dan anak sebagai Digital Nattive. Istilah ini
lahir pada masa sebelum era digital dan mencoba untuk hijrah ke era digital
adalah generasi yang lahir dan hidup di era yang serba digital
arah, dari orangtua ke anak dan dari anak ke orangtua. Namun, banyak
keluarga yang hanya menerapkan komunikasi satu arah, yaitu dari orangtua
- Bersedia mendengarkan
- Beri pertanyaan yang tepat
- Lihat kondisi ketika mengobrol
- Selingi dengan camilan
- Perhatikan posisi tubuh ketika berbicara
antara orang tua dan anak bisa terjalin. Komunikasi anak dan orang
anak.
18
Agar Komunikasi Orangtua-Anak Lebih Efektif Diakses dari
www.female.kompas.comhttp://female.kompas.com/read/2013/05/17/21024071/Agar.Komunikasi.
OrangtuaAnak.Lebih.Efektif pada tanggal 30/7/15 pkl 20:00
92
cara berkomunikasi baik secara virtual atau secara nyata. Hal ini juga
- Konteksnya eksternal
- Struktur yang tidak tetap
- Tujuan kelompok atau minat yang sama
- Karakteristik partisipannya
Jika keempat karakteristik itu terpenuhi dan ada dalam interaksi
(Budiargo, 2015:116).
93
2012:43).
orang tua sebagai Digital Immigrant dan anak sebagai Digital Native,
dan gaya bahasa yang terjadi antara orang tua dan anak pengguna
facebook.
94
harus memiliki satu bahasa, tetapi memiliki kaidah yang sama dalam
facebook sejak tahun 2008. Ia memiliki 3 anak yang bernama Umar Ibnu
Abdul Aziz, Azizah dan Umar Ibnu Abdul Hafizh, keseharian perempuan
yang mencintai batik ini lebih sering dihabiskan di kantor, walaupun sibuk
yang dekat dengan stasiun kereta api. Sumiyati memiliki anak laki-laki yang
dengan ibunya sehabis pulang kantor. Kedekatan mereka juga terlihat ketika
penulis mengunjungi rumahnya, walau suasana rumah relatif kosong saat itu,
menggunakan facebook sejak 2009 sempat vakum dan kembali aktif pada
2011. Penggemar berat Ahmad Dhani dan Dewa 19 ini memiliki dua anak
yang masih berusia remaja, pribadi yang sangat ramah dan juga supel
96
terlihat ketika ia menjelaskan dia menyukai berteman dengan siapa saja dan
selalu berusaha menjadi orang yang open minded walau dirinya tidak pernah
merasakan bangku kuliah, Lilih merupakan pendengar setia radio Lite FM. Ia
dan juga menjadi anak-anak yang bertingkah laku baik, sehingga ia menjalin
kedekatan dengan anak-anaknya tidak hanya sebagai orang tua dan anak,
jauh lebih penting Lilih selalu mengajarkan anaknya untuk tetap sopan, dan
meminta maaf sekecil atau sebesar apapun masalahya ia tidak mau anaknya
tumbuh menjadi anak-anak yang tidak tahu diri, dan Lilih selalu mengajarkan
Adhel terlihat lebih dewasa secara perilaku dan tutur kata ketimbang anak
yang lebih tua, termasuk kepada peneliti. Adhel baru memasuki ulang
dan anak ini terlihat dari sangat cairnya komunikasi antara keduanya,
97
suasana rumah yang hangat, dan ramai juga sederhana namun nyaman
2099. Ia memiliki tiga orang anak yang bernama Teiza Adamas Gratha,
Suhanda sekarang menekuni hobinya soal batu cincin dan juga kendaraan
antik, Suhanda adalah pribadi yang tegas dan memiliki planning panjang
untuk ketiga anaknya ini, memang cukup ketat dalam menentukan peraturan
di rumahnya, semua terlihat dari ketiga anaknya yang memang disiplin. Baik
sesuatu yang dilakukan haruslah memiliki tujuan yang jelas, dan setiap
dengan anaknya yang dulu jarang bertemu karena sibuk bekerja kembali
Ardhiany yang berusia 44 tahun ini harus bisa membagi waktunya sebagai
ibu, istri dan juga mahasiswa. Ardiany menggunakan facebook sejak tahun
kuliah ketika sabtu minggu, baginya pendidikan tetap yang terpenting, walau
usia tidak muda lagi, demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik ibu dua
anak ini rela menghabiskan jatah weekendnya untuk belajar dengan teman-
temannya yang usianya jauh lebih muda ketimbang dia. Ardiany adalah
orang yang selalu tertawa dan berusaha untuk melihat semua masalah dari
tapi baginya anak adalah alasan ia untuk tetap semangat menjalani hidup,
dirinya sakit, namun itu semua tidak boleh diambil pusing. Justru ketika ia
Remaja yang cadel huruf R ini memiliki satu adik bernama Danish Zulfan
mereka demi untuk menjalin hubungan yang lebih akrab, walau dulu ketika
sejak tahun 2009. ibu dari Hafidz, Hafiza, Hana, dan Hamid ini memiliki cara
berbicara yang apa adanya, logat orang medan masih terdengar dengan
orang medan juga namun keturunan pakistan, jadi kalau dilihat ke empat
keluarganya bisa lebih saling akrab lagi satu sama lain. Khairina adalah ibu
temannya, ibu yang kelihatannya cuek ini sebenarnya adalah orang yang
bicaranya agak sedikit kencang karena memang tipikal orang medan, tapi ia
bahan perbandingan dunia anak jaman dirinya dan sekarang. Khairina juga
selalu menanmkan nilai kejujuran dan apa adanya pada setiap anak-
anaknya. Abdul Hamid Affandi, si Bungsu yang sangat pemalu ini memang
bermain ke luar, walau pendiam, dia sangat manja ke ibunya, Hamid akan
Hamid suka menghabiskan waktu untuk bermain game online, dan dia
adalah satu-satunya orang yang protes karena ada anjing yang dipelihara di
pola komunikasi online dan offline antara orang tua dan anak remaja
pengguna Facebook.
observasi ke rumah para informan, berkunjung dua sampai tiga kali sekedar
besar dan juga interaksi antara orang tua dan anak di facebook.
Dari 5 keluarga yang terdiri dari 5 orang tua dan 4 anak, peneliti
Untuk pemaknaan facebook menurut para informan dari sisi orang tua
ada yang melihat facebook sebagai sarana untuk bersilaturahmi baik dengan
kawan lama dan juga dengan sanak saudara yang sudah lama tidak
berjumpa, ada juga yang memaknai facebook sebagai lahan untuk mencari
LLH: “Saya jadi punya banyak teman baru, yang kopi darat udah banyak
Kedua, saya ketemu saudara-saudara yang udah lama gak ketemu, yang di
padang..yang di mana gitu ya kan. Ya ketemu sama saudara di kampung yang
udah puluhan tahun ga ketemu, tiba tiba..hah? saya anaknya ini..anaknya
ini…saya cucunya ini..gitu kan oh,, bibi (saya kan orang sunda) tuh anaknya
ini ya.. ohh terus pas ke kampung tuh, eee..akhirnya kopi darat bener-
benernya tuh di kampung.
SMY : “Kalau sekarang, mungkin lebih ke bisnis yah..karena dipake untuk
jualan, kalau awal-awal kan buat silaturahmi kan banyak juga tuh orang
dengan facebook terus ketemu lagi dengan teman lama…itu kan yang jadi
pionir kaya gitu kan lewat facebook gitu.”
SHD: “Sebenarnya sih ya sebagai ini aja sebagai sarana informasi yang
mudah, yang kapanpun kita bisa dapet, beda kan sama jaman dahulu kita
Cuma denger radio, kita harus cari radio. Kalau sekarang, kan bisa dari
handphone dari komputer, nah sarana-sarana itu lah yang memudahkan kita
mendapatkan berita ya diluar news-news itu lah ya. Kaya berita internasional,
berita-berita komunitas, dan paling kalau untuk anak, kita tahu perkembangan
anak dia aktivitasnya apa, kadang kan di status kan juga dia mengatakan
kondisi dia, apa dia galau, dia senang,. “
ARD: “Oooh facebook..itu sebenernya sih menjadi tempat silaturahmi sama
temen2 yang ga pernah ketemu lagi, ketemunya di facebook, lebih ke temen
ya sih, maksudnya kalau saudara kan masih suka sering ketemu, tapi kalau
kaya temen-temen sd,smp,sma temen eeee masih kecil itu juga..juga bisa
ketemu disitu..”
KHR : “Ya banyaklah..temen yang udah lama gak ketemu, jadi ketemu udah
berpuluh tahun tiga puluh tahun ga sekolah, ketemu..terus dah gitu yang
lainnya, dapet resep..dapat pelajaran lainnya..dapat ilmu kesehatan semua,
dan informasi…”
103
sekedar untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan meng upload foto
bersama teman.
HFZ : “Paling buat liat foto terus ya paling ngecek orang jauh, orang jauh
apa maksudnya? Yang di luar gitu jadi bisa liat keadaanya lewat facebook..”
ADL : “Ya…gimana ya..buat komunikasi sama temen, terus buat sharing-
sharing aja gitu..”
HMD: “Hmm chattingan sama temen, kalau gak main game. Udah gitu-gitu
aja..”
Dilihat dari seberapa sering mengakses media jejaring sosial
facebook, para orang tua lebih sering ketimbang para anak. Beberapa orang
dilakukan pada saat waktu senggang mereka walau ada orang tua yang kini
sudah pindah ke jejaring media sosial lainnya seperti twitter, path dan
instagram.
SMY: “Uhm ya..waktu senggang terus kalau pas lagi di kantor pas waktu
senggang, kalau gak ada pekerjaan yang mendesak suka buka..”
LLH : “Ya ampun..hahaha setiap istirahat, terus jam pulang kantor itu udah
pasti bahkan saya bisa online sampai malem. Biasanya pas senggang? Oh
iya pasti pas senggang lah..kalau kerja, atau makan, kadang saya
matiin..enggak matiin sih karena di android kan ya jadi ribet gitu kalau di log
out jadi keluar dari aplikasinya aja sih.. takut juga kan dikomentarin kok
malah online sih, takutnyakan kita lagi meeting, atau apa gitu…”
SHD: Kalau sehari sih bisa dua kali gitu, kaya waktu masih kerja dulu
biasanya pagi, karena om kalau dateng kerja pagi jam 6 udah di kantor
padahal masuk kantor kan jam 8 nah untuk ngisi itu om buka facebook. Nah
kalau di kantor biasanya buka ya itu pagi, sama setelah ga ada kerjaan lah
sekitar jam 11an kita buka lagi sampai makan siang.. kadang-kadang juga
buka di hape pas menuju tempat makan kita tetep online gitu hahaha..nah
104
habis itu sore, ya kira-kira mau solat Ashar masih ada waktu luang itu kita
Cuma lihat-lihat aja gitu. Berarti cukup sering ya? Ya kalau di rata-rata
frekuensinya ya sehari 2 kali lah..
ARD:“Wah kalau awal dulu sering yah..tapi makin kesini, agak jarang gak
sesering dulu deh, karena udah ada yang lain kaya path gitu..”
KHR: “udah gak ada kerjaan, nyantai..”
Jawaban informan anak lebih bervariasi, dikarenakan sudah semakin
banyaknya media sosial yang lain. Rata-rata para informan anak hanya
HMD: “Dulu doang sering, sekarang udah jarang. Dulu bisa seharian.”
SYF: “Dari awal facebook keluar..cuman sampe tahun 2012 deh sekarang
udah ga begitu aktif. Dulu sering banget, main main sering.
ADL : “Ehm enggak kalau sekarang, jarang. Hehehe kalau mau upload foto
doang aku mah sekarang..”
HFZ : “Kalau dulu sering banget, Cuma sekarang udah agak jarang paling
sekarang kalau buka itu Cuma ngeliat foto-foto lama gitu di facebook. Dulu
seseringnya berapa kali? Sehari bisa 3 sampe 4 kali dari pc…”
Peneliti menanyakan ke informan orang tua mengenai penggunaan
sekarang, dalam pertanyaan ini ada orang tua yang menggunakan facebook
sebagai acuan atau pengontrol anak-anaknya dan ada juga yang tidak
alasan seperti kebebasan, dan ketidak inginan mereka untuk terlalu ikut
SMY : “Ehmm enggak, soalnya kalau tante tuh orangnya lebih suka
ngasih kepercayaan gitu. Jadi, gak dipake buat pengontrol juga. Tapi,
kalau orang-orang sih tante denger katanya iya sih dipake kaya gitu,
Cuma kalau tante enggak sih orangnya. Jadi ngebebasin aja..”
LLH : “Enggak…kalau saya sih ngontrolnya lewat BBM”
KHR : “kalau tante sih enggak.. kalau misalkan anak-anak buat
postingan gitu tante suka komen? Enggak ya, jarang paling ee..sepintas
aja liat, terus kalau masuk ke berandanya baru, liat aja gitu abis tu, jarang
komen..Tapi ga pernah yang ngontrol anak gitu? Enggak kok,
bebas..terserah anaknya aja.
Berbeda dengan 3 orang tua di atas, Tn Suhanda dan Ny Ardiany
obrolan antara orang tua dan anak hingga topik pembicaraan tidak monoton
banyaknya kasus penculikan yang berawal dari media sosial, sehingga para
LLH : “Oh iya iya pasti, dan dia juga udah ngerti kan kalau di facebook
tuh hati-hati berteman, pokoknya kalau dia mau pergi ketemuan siapa gitu
saya tekankan “jangan terima permen, jangan terima air, atau apa..bawa
sendiri.” Terus dia nanya kenapa gitu, saya bilang gaboleh karena ga ada
yang bisa dipercaya di dunia ini kecuali mamah. Ngeri lah walaupun itu
temen deket juga mana ada yang tahu kan wallahualam yah..namanya juga
orang ga ada yang tahu isi pikirannya, apalagi dia kan anak-anak labil kaya
gitu. Sampai pas kemarin dia minta ikut sahur on the road sama anak
komplek, saya minta ikut, buat tau aja itu bener apa gak buat amal-amal
bagi makanan gitu. Kalau misalnya positif ya saya bolehin lagi tahun
depan gitu. Toh dia juga punya dunianya sendiri kan….”
SHD : “Ehmm enggak ya, untuk batasan sih..cuman om sama tante tuh
selalu ini ingetin kalau misalnya ada kejadian-kejadian gitu, yang diawali
penyebabnya dari hubungan di media sosial, misalnya ada yang diculik,
ada yang diperkosa dan ada yang apa nah, pada saat ngobrolin gitu kita
ngejelasin ke anak khususnya Khansa ya karena dia perempuan dan masih
sekolah juga, kalau yang Teiza dan Mirza karena mereka laki ya terus
terang kita Cuma bilang hati-hati karena udah ada undang-undang ITE
kalau salah posting nanti kamu bisa kena pidana dari pasal ITE itu. Nah
kalau yang perempuan nih kita wanti-wanti nih, si Khansanya kita kasih
tau “nah itu kalau kamu berhubungan di media tanpa kamu hati-hati nanti
akibatnya seperti itu..jadi, kamu dengan siapapun jangan langsung percaya
begitu aja..kamu mesti saring pertemanan-pertemanan gitu” apalagi kita
ya, tinggal di metropolitan kaya gini, aktivitas kita itu..macem-macem.
Kejahatan segala macem ada di sekeliling kita, kita cuman ngebatasin
disitu aja gak kaya “kamu gaboleh buka ini, gaboleh buka itu,” gak gitu
sih…lebih memberikan pengarahan aja,karena kalau kita larang anak pasti
akan penasaran terus dan pasti tetep aja ngelakuin..dan kita kan juga gak
24 jam ngawasin mereka terus…”
ARD: “Eee..kalau mau posting ya posting yang baik-baik, jangan marah-
marah, jangan menjelek-jelekkan orang..jangan ee berbuat yang merugikan
orang. Iya hati-hati juga apalagi kaya di invite sama orang yang gak
dikenal gitu, banyak kan sekarang gitu kaya di tv tuh baru kenal berapa
lama tau2nya diajak ketemu, ketemu tau2nya dijahatin itu sering diingetin
biar jangan kaya gitu di wanti-wanti. Bu Dian termasuk orang yang
membatasi anak bermain facebook? Enggak pernah ya, lagipula
kadang-kadang kita tahu, kecuali kalau pas dia buka terus konek ke kita
gitu baru deh kelihatan…”
KHR : “Ehmm tante ngebebasin aja, Cuma kalau ke anak tante kasih tau
jangan ngomong yang gitu-gitu di facebook,tapi kalau facebook orang mah
tante ga pernah. Misalnya masukin foto yang bener takutnya nanti diambil
orang terus disalahgunakan ada..ada tante kasih pengarahan..kalau gakenal
jangan diterima, kalau dikenal boleh..kadang orang kan suka lain tuh
107
namanya ini mukanya ini tapi maksudnya beda, gajelas itu tante terang-
terangin dengan yang si dua kecil ini..”
Berbeda dengan 4 orang lainnya, Ny Sumiyati lebih memberi
berekspresi.
SMY : “Enggak hehehehehe jadi, ya itu tante kembalikan lagi sama anak-
anaknya…terus juga tante sekarang facebook untuk jualan, tapi ya kalau
dulu buat ketemu temen lama, sama anak-anak sih ya paling ngepost foto
aja sama komen gitu aja. Karena lebih enak langsung yah
komunikasinya…”
komunikasi keluarga, baik intensitas bertemu, dan topik apa saja yang di
bicarakan dengan orang tua mereka secara langsung dan berapa lama
ADL : “Kalau mau pergi-pergi sih, sama mama lagi kesel hahaha gitu-gitu
deh..jadi suka cerita-cerita..”
SYF : “Sama ibu…seberapa sering? Setiap malem..soalnya kan tidurnya
bareng hahaha jadi ngobrolnya setiap hari deh hahahaha..Apa aja sih yang
biasa kamu omongin sama ibu? Gatau kadang-kadang, ngomongin
temennya ibu..temen-temen SMA ibu, terus guru di sekolah, ngomongin
cowok..yagitudeh..”
HFZ: “Setiap mama pulang kantor sih, soalnya kan mama kerja. Apa aja
sih yanng biasa kamu obrolin sama mama? Paling apa ya, ngobrol
keseharian aja, kaya minta uang terus nanya-nanya. Terus suka curhat
gak sama mama? Lumayan.. tentang apa? Cewek atau sekolah? Hmm
enggak juga hahaha kebanyakan sekolah…”
109
Ada satu informan anak yang mengaku lebih suka berbicara lewat
media chat atau media sosial ketimban berbicara langsung. Karena malu, ia
enggan menceritakan kenapa dia lebih suka berbicara dengan orang tua
lewat chatting daripada berbicara langsung, faktor usia yang masih sangat
muda yaitu 15 tahun, membuat Hamid lebih suka berbicara secara tidak
HMD: “Eh..lebih suka chat‟an aja gitu, gatau gapapa.. kenapa lebih suka
chat2an? Enggak apa, enak aja gitu lewat chat..soalnya ya gapapa males
aja ngomong langsung. Hahaha..
baik informan orang tua ataupun informan anak ketika mereka ditanyai lebih
respon yang lebih cepat, hingga bisa melihat reaksi lawan bicara secara
atau berbicara lewat facebook beragam. Dari 4 orang informan anak, yang
1 orang lagi kurang suka untuk berbicara langsung dengan orang tuanya.
ADL: Ngobrol bareng sih,,, Kenapa? Ya biar bisa langsung aja sih,
soalnya kalau ngetik kan suka capek jadi kalau langsung kayaknya
enak aja gitu..
SYF: “langsung sama ibu atau orang yang bersangkutan. Kenapa?
Kenapa ya..biar lebih tau gitu letak permasalahannya di mana-mana
gitu..gimana cara nyelesainnya.
HFZ: Enakan langsung sih,lebih tau masalahnya apa, gak bertele-tele
kaya media sosial gitu,soalnya kita kaya terhambat gitu kalau lewat
facebook, karena juga ga setiap saat kita buka, jadi kita bisa langsung
tau gitu kalau langsung.
Dijelaskan sebelumnya, ada satu orang informan anak yang lebih
merasa nyaman ketika berbicara dengan orang tua nya tidak secara
pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak. Informan orang tua
harus terjalin antara orang tua dan anak. Dari jawaban para orang tua,
LLH: “Oh ya penting lah, kaya ini tadi lewat media, aduh..kita mah
gabisa lihat ekspresinya dia, kita tidak bisa menyentuh dia, kan beda
ya sentuhan mah, gimanapun semarah-marahnya orang kalau disentuh
pasti kan berbeda responnya. Bisa langsung cooling down, jadi
menurut saya penting sekali berkomunikasi secara langsung,
ketimbang menggunakan facebook. Makanya, pasti setiap saya pulang
kantor terus dia udah tidur, pasti saya cium dia gitu,,tapi kalau dia lagi
ngelayap kemana, pasti saya hubungin bilang cepetan pulang
blablabla gitu…dan dia yang ke kamar saya nyamperin gitu. Lumayan
deket sih hubungan saya secara interpersonal sama Adhel. Boleh
dibilang sangat dekat lah, gak mau ketinggalan lah sama
mamahnya…”
SHD: “ Ya sangat penting ya..kalau masalah komunikasi sama anak,
karena gini..kadang kan, anak terhadap orang tua sendiri banyak hal-
hal yang sebetulnya itu disembunyikan..nah kalau om sih ngeliat kalau
anak menyelesaikan masalah sendiri, ya kalau memang
penyelesaiannya bagus ya, tapi kan…lebih banyak karena anak hanya
memakai emosinya aja, gitu loh…nah dengan komunikasi, artinya..
kita membantu dia sebenarnya membuka, untuk mencari jalan
penyelesaian masalah itu gitu loh…….kedua ya meringankan beban
lah katakanlah. Sebagai pengalaman om juga, terus terang aja dulu
ama ayah om secara komunikasi kan beda kondisinya dengan kondisi
sekarang, kalau sekarang kan sudah ada facebook, dan media lain
112
lah…kalau dulu mah belum ada sama sekali hahaha dulu kita ketemu
ayah nunggu beliau pulang kantor, udah gitu sudah ya kaku..dulu kita
ngerasa susah sekali kalau ada masalah untuk mau ngomong sama
orang tua tuh takut,nah dengan adanya si facebook ini sekarang kita
sebagai orang tua jadi lebih mudah mengetahui, si anak nih juga lebih
mudah juga membuka diri untuk membicarakan masalahnya..gitu ke
orang tua, jadi ya penting sekali…untuk kita berkomunikasi.”
ARD: “ya penting sekali apalagi komunikasi secara langsung kaya
tadi, emosi terlihat jelas..feedbacknya langsung, apa yang dia mau dan
apa yang kita mau bisa cepet ini ya ketahuan..”
KHR : “Penting banget..kenapa tan? Ya supaya kita deket sama anak,
tau perkembangannya sekolahnya, kuliahnya, gitu aja..”
Temuan peneliti dari informan anak tentang seberapa penting
komunikasi orang tua dan anak beragam, jawaban memang lebih singkat
dan anak penting walau pun waktu yang sedikit dan bahan yang dibicarakan
berbeda.
terjadi antara orang tua dan anak, juga cara mengatasi miskomunikasi yang
SHD: “eeee.. kita diamkan aja lebih dahulu, Cuma pas akhir dari
pembicaraan kita bilang nanti konsekuensinya yang kamu mau
jalankan ya seperti ini..seperti ini…kalau kamu mau tetap jalankan
juga ya ada resiko..yaudah kita biarkan aja dulu, tapi pada akhirnya
nanti mungkin mereka berubah pikiran baru mereka inikan lagi kekita
diskusikan lagi ke kita…”
113
terjadi adalah masalah berbeda sudut pandang tentang karir dan pendidikan
akademiknya.
dengan anak, walau hasilnya terkadang sang anak merasa tetap disalahkan
sering menuduh dirinya berbohong ketika sedang tidak di rumah atau sedang
pergi.
SYF: “Ya itu gara-gara salah paham, atau lagi di mana terus di „ah
kamu bohong ya..gini-gini gini..‟ udah cuma gitu doang
paling,,Cara kamu menanggapi miskomunikasi sama ibu
gimana? Oh kalau lagi di tempat itu biasanya, ya kadang-kadang
di foto tuh “tuh lagi disini tuh gak bohong..” biar percaya
gitu..udah gitu aja sih paling..”
yang terjadi, karena sang Ibu Sumiyati adalah orang yang tidak terlalu
sehingga lebih luwes dan juga membangun hubungan lebih nyaman antara
LLH: Ya sukalah, itu kan biasa kaya gitu misalnya disuruh apa dia
malah ngapain, terutama kalau pagi, gitu saya suka minta dia anter
ke depan, terus suka bete-bete gitu. Tapi abis itu ntar minta maaf,
Adhel tuh orangnya keras tapi perasa, kalau saya kan orangnya
perasa, kalau dia keras, tapi perasa. Suka ngirim bbm gitu “maafin
aku ya mah..bla..bla” tapi udah ntar mah pas ketemu biasa aja lagi
gitu. Ya kaya anak yang lain aja gitu, pas ketemu ga ada bahasa2
manis kaya pas di message tadi hahahaha….. gak ada tuh di raut
mukanya dia ya lempeng lagi aja…”
salah tetap harus meminta maaf, sekecil apapun salahnya, baik Lilih ataupun
tidak ada jarak, dengan menanamkan nilai-nilai kehidupan, Lilih dan Adhel
LLH: “Dan itu juga yang membuat dia jadi tidak ragu untuk
menceritakan apa yang dia rasakan kepada saya. Jadi dia lebih
enak bilang “mah aku ini, aku itu…” ya biarin aja dunia dia kan,
jadi saya lebih suka kaya gitu, ketimbang saya nerka-nerka “duh
dia lagi ngapain yah...?” seperti itu, jadi kan lebih terbuka kaya
misal, “mah aku naksir si ini, si anu…boleh gak mah?” terus
116
saya respon “coba mamah liat, hmmph, ga ada yang lebih bagus
lagi?” ya saya paling gitu kan hahahaha…kalah deh sama
mamah, ya saya suka ngecengin dia kaya gitu kan hahaha..
Kondisi yang dibangun oleh Lilih dengan Adhel yang lebih
temukan juga tak terlalu besar, Khairina yang cuek namun selalu
bungsu mengaku bahwa jarang bertengkar dengan sang Mama atau terjadi
komunikasi yang ditemukan di lapangan dari orang tua dan anak pengguna
yang terjadi ketika online dan offline serta gaya bahasa yang digunakan oleh
LLH : “Oh iyah..he‟eh tapi gak terlalu sering, ya kaya gini aja Adhel
lagi ulang tahun, saya upload foto Adhel, oh iya Adhel”
118
KHR: “Suka cerita tentang anak? Enggak.. Suka upload foto bareng anak
di facebook? Suka..bangga aja tuh punya anak apalagi segede apis
hahaha..biasanya sih pas ulang tahun, lebaran..lagi ngumpul-ngumpul ramai-
ramai ada..”
SHD: “Om termasuk orang yang suka nanyain tentang isi facebook anak gak
kalau lagi ngobrol langsung? Enggak pernah…enggak pernah. Ehm, terus suka
upload foto bareng anak, atau menceritakan anak di facebook? Kalau
om..jarang ya, upload-upload foto, tapi anak-anak justru yang sering upload foto
kita-kita.”
Aktivitas seperti like dan komen di facebook yang dilakukan oleh para
informan juga memiliki arti tersendiri. Baik dari informan orang tua maupun
informan anak.
dilakukan oleh para orang tua di facebook anaknya. Alasan sang anak
diberikan orang tua mereka megganggu mereka dan ada beberapa anak
facebook.
orang tua suka melakukan aktivitas komen di facebook mereka, ada yang
menjawab bahwa para orang tua ingin mengetahui gaya hidup anaknya
seperti apa sekarang, ada yang menjawab bahwa orang tua tidak ingn
ketinggalan jaman.
anak, ada orang tua yang senang melakukan kegiatan interaksi di facebook
SHD: “ehmm sekali-kali intinya kalau lagi kondisi ceria ya,, suka
lucu-lucuan kemudian lagi ada kabar apa yang anak tahu, jadi kita
inbox ke dia, atau statusnya dia kita komentarin.”
KHR: “Enggak ya, jarang paling ee..sepintas aja liat, terus kalau
masuk ke berandanya baru, liat aja gitu abis tu, jarang komen..
Aktivitas like yang dilakukan oleh para orang tua dan anak di facebook
SMY: “Ehm kalau untuk anak iya. Tapi, kalau untuk yang lain kalau
sekarang kan kebanyakan ya banyak banget tuh postingan yang aneh
gitu, tapi karena anak-anak udah jarang update trus respon mereka ke
kita juga jarang kalau di facebook jadi ya udah jarang sih like gitu aja
palingan. Tapi ya sekarang biasa aja sih, kalau ga terlalu gimana gitu
postingannya ya biasa aja.”
LLH : “Ehm, kalau di postingan orang 50:50 ya ga semua di like juga,
apalagi yang rasis, terus gambar-gambar aneh, sama kata-kata kasar
itu enggaklah ya, dan saya juga ga peduli sama berapa orang yang
akan like status atau gambar saya, tapi alhamdulillah ya seratusan ada
hahahahaha..”
ARD:” Bener suka lah..iya bener suka hahahaha..engak iseng.”
KHR: “Emm gak ada..kalau lagi masuk ke berandanya aja lagi bagus,
misal Hana foto-foto bagus ya udah like doang..udah gitu doang. Ga
ada maksud lain..”
Peneliti menanyakan ke masing-masing informan orang tua mengenai
seberapa ingin tahu mereka tentang isi facebook anak, beberapa orang tua
menjawab ada yang ingin tahu lebih jauh namun sang anak tidak
memberikan kesempatan itu, dan ada juga yang lebih memilih untuk tidak
tahu karena sebatas menghargai privasi anak, ada yang merasa tidak terlalu
122
penting ada yang merasa lebih baik tidak mengetahui lebih jauh karena
SMY : “Ehm, pernah sih tapi gak lah biarin aja..ya pernah pengen
tau tapi ya gak terlalu, tante lebih suka gini misalnya kalau lagi
ada…yang perlu ditanya, lebih suka ngajak langsung aja gitu
ditanya. Kaya si Azizah tuh anak tante yang cewek pas pertama kali
punya pacar hehehehe, atau si akang tuh anak tante yang gede
tentang temennya, tapi dia mah tertutup kalau anak tante yang gede
hehehehe.. tapi tetep, tante tanya tapi hanya sebatas itu aja…”
LLH: “Jujur aja sih enggak, hmm bukan..bukan gak kepo (ingin
tahu) yah, ya Cuma suka lupa kalau dia ada Facebook hahaha, kaya
tadi pas di angkot saya mau buka facebook Adhel,tapi keburu lupa
gitu hahahaha. Padahal pengen tahu gitu ada apa aja sih di timeline
dia eh di wall dia gitu tapi kelupaan keburu sampai rumah
hahaha..tapi Adhel gak aneh-aneh sih kalau di facebook, Cuma foto-
foto aja yang gayanya aneh…”
SHD : “Ehm…enggak karena karakter anak-anak om itu kalau om
lebih kepo (ingin tahu lebih jauh) mereka biasanya pada gak suka
hahaha; haha intinya…”
ARD: “Iyalah! Tapi.,..gak bisa hahahaha kenapa? Tau tuh kenapa,
tapi suka-suka kepo gitu, pengen tau ngapain aja, terus temennya siapa
aja gituh……..”
KHR: Enggak..sih, kenapa? Ya urusan maisng-masing aja lah karena
kan udah gede, udah pandai mana tau yang benar dan yang salah..
langsung dengan anak, jawaban dari informan orang tua sangat beragam, ada
tua dan anak, ada yang menjawab facebook bisa menjadi awalan pembuka
obrolan dengan anak, ada yang menjawab ada dengan tidak adanya facebook
komunikasi yang dulu terkesan kaku, facebook dianggap oleh Suhanda bisa
124
apabila ada postingan dari sang anak yang tidak sesuai atau tidak pantas
masih lebih efektif, dan Facebook tidak memberikan pengaruh yang terlalu
tua, ternyata setelah di lapangan temuan peneliti tak semua orang tua
dibuat oleh anak mereka ada yang menanyakan ada juga yang membiarkan.
facebook menjadi bahan perbincangan antara orang tua dan anak ketika
SYF : “Enggak sih..paling Cuma nanya “Kenapa kak?” udah paling gitu
doang…”
ADH: “enggak sih paling mamah juga nanyanya langsung komen, gak
langsung..he‟eh.. jadi ga ada ngobrol langsung karena postingan?
Enggak adah he‟eh biasa ajah…”
facebooknya.
bahasa indonesia, hal ini juga dijelaskan bahwa ada beberapa orang tua
sanak saudara yang juga berbahasa lain di facebooknya. Untuk gaya bahasa
berbicara langsung, para informan orang tua menjawab bahwa tak ada
Gambar 4.3.1 Potongan gambar dari facebook Sumiyati dan Lilih Nurjanah yang berinteraksi dengan
menggunakan bahasa sunda
berbeda dengan bahasa sehari-hari, salah satu informan anak Adhel lebih
biasa dipakai oleh para remaja, berisi keluhan dan juga ejaan bahasa gaul
Gambar 4.3.2 Potongan gambar facebook Adhel dengan gaya bahasa di status updatenya
129
dengan ketika berbicara langsung, bedanya saja ia akan lebih sopan ketika
berbicara dengan orang tuanya dan berbeda ketika berbicara dengan teman
sangat sopan, cara berkomunikasi ke orang yang baru dikenal juga sangat
dan santai.
Identitas seseorang bisa berbeda di dunia nyata dan dunia maya, ada
mendapatkan kesan yang lebih baik, ada juga yang membiarkan identitas
Kebanyakan dari para orang tua menjawab bukan tipe yang suka merubah
image mereka di media sosial facebook, dan para anak juga mengatakan
bagaimana hasil wawancara dan juga temuan di media sosial facebook para
sosial facebooknya.
SMY : “tante kan orangnya eee…apa sih eee… extrovert jadi orang
bisa melihat apa karakter tante, terus terbukalah gitu tapi kalau di
facebook tante tidak…orang tidak tau apa yang dipikirkan oleh tante,
karena gak tidak untuk dipublikasikan. Enggak..enggak..ya jadi
dipisah itu kalau eeeee bener-bener apalagi sekarang kalau hanya
untuk jualan aja gitu facebooknya, maksudnya eee ya misal
komunikasi sama temen-temen kantor aja gitu, misalnya kemarin tante
lagi rapor sama kantor di balikpapan, ternyata kantor tante tuh harus
pindah, pindah gedung, ke bogor gitu..nah itu eee apa namanya, baru
disitu terlibat, gitu…di facebook eee tante komen, tante ini,
menumpahkan perasaan di facebook di situ gitu. Bahwa kita mau
pindah gitu, kan namanya pindah ke bogor terus lokasi awal di jakarta
kan galau juga ya gitu…… tapi, kalau untuk hal lainnya enggak
walaupun itu media sosial dan orang bebas gitu mau ngapain aja, tapi
kalau buat tante eeee gaklah kalau misalkannya kita benci ke orang
gitu, kan ada mislanya orang gitu benci sama orang lain terus pasang
status gitu yah, kalau tante sih enggak, mungkin orang gak mengerti
tante itu seperti apa aslinya orangnya kalau di facebook..”
LLH : “Oh enggak, saya bener-bener saya, tapi kadang pengen deh
ganti nama akun, dengan nama lain, karena itu kan ktp banget ya biasa
banget gitu, tapi karena pas buat belum tau kalau itu bisa dipalsu-
palsuin, jadi yaudah karena saya orangnya juga apa adanya jadi
yaudalah apa adanya aja..”
kalimat yang lebih bijaksana dan berisi pesan moral dalam tiap status
unsur untuk terlihat lebih bijak dalam setiap status-status yang dibuatnya.
supel dengan logat batak yang cenderung memiliki intonasi keras ketika
Lilih adalah seorang ibu yang sangat ramah dan tidak malu untuk
ia tidak canggung. Itu juga terlihat dari ungkapan status updatenya di media
sosial tidak terlalu berbeda jauh dengan jawaban dari para informan orang
santai, anak remaja yang cenderung agak tomboy namun memiliki sifat
penurut ke orang tua nya, sama seperti ibunya Adhel tipe anak yang dengan
apa adanya menceritakan apa yang dia rasa tanpa ada yang ditutup-tutupi.
133
kegiatan para informan secara langsung dan mengamati halaman facebook milik
masing-masing informan
partisipan dengan mengakses dan menelaah isi media sosial facebook para
sosial facebook oleh orang tua dan anak, Proses komunikasi online dan
offline orang tua dan anak pengguna facebook, Pola komunikasi yang
4.4.1 Pemaknaan Jejaring Sosial Facebook oleh orang tua dan anak.
Dari hasil penelitian yang ditemukan peneliti, para orang tua memillki
dan bersilaturahmi baik dengan anggota keluarga atau dengan teman yang
134
sudah lama tidak bertemu, selain itu ada orang tua yang memandang bahwa
teman dan sebagai langkah awal untuk bertemu dengan orang-orang yang
LLH: “Saya jadi punya banyak teman baru, yang kopi darat udah
banyak Kedua, saya ketemu saudara-saudara yang udah lama gak ketemu,
yang di padang..yang di mana gitu ya kan. Ya ketemu sama saudara di
kampung yang udah puluhan tahun ga ketemu, tiba tiba..hah? saya anaknya
ini..anaknya ini…saya cucunya ini..gitu kan oh,, bibi (saya kan orang sunda)
tuh anaknya ini ya.. ohh terus pas ke kampung tuh, eee..akhirnya kopi darat
bener-benernya tuh di kampung.
informasi melalui facebook, dan juga membuatnya lebih tahu tentang info
sosialnya.
facebook lebih lanjut untuk media informasi dan berjualan tidak dilakukan.
HFZ : “Paling buat liat foto terus ya paling ngecek orang jauh, orang
jauh apa maksudnya? Yang di luar gitu jadi bisa liat keadaanya lewat
facebook..”
ADL : “Ya…gimana ya..buat komunikasi sama temen, terus buat sharing-
sharing aja gitu..”
HMD: “Hmm chattingan sama temen, kalau gak main game. Udah gitu-gitu
aja..”
tua yang sebagai digital immigrant dan anak sebagai digital native.
Native adalah generasi yang lahir dan hidup di era yang serba digital,
sedangkan Digital Immigrant adalah mereka yang lahir pada masa sebelum
137
era digital dan mencoba untuk hijrah ke era digital dengan beradaptasi
sebuah media baru untuk ajang mencari teman-teman dan saudaranya yang
sudah lama tak bertemu. Bagi para orang tua hal semacam media sosial
adalah hal baru, sehingga para orang tua memanfaatkan facebook secara
hal baru yang sebelumnya tidak pernah ada pada saat mereka seusia anak-
penuduk asli dari era media sosial, mereka tumbuh dan mengenal media
Hal ini dianggap wajar karena bagi anak media sosial bukannlah
sesuatu hal yang baru dan dulu tidak ada. Mereka tumbuh di era media
lebih sederhana jika ada jenis media sosial yang baru anak akan lebih cepat
facebook untuk sarana pengontrol media anak. Yaitu Tn Suhanda dan Ny.
Ardiany.
anaknya.
anak baik ketika di dunia maya, atau ketika sang anak berada di luar rumah,
aktivitas apa saja juga perasaan apa yang sedang dirasakan oleh anaknya.
untuk mengontrol keseharian anak. Alasannya pun beragam, mulai dari tidak
kepecayaan pada anak, dan tidak ingin terlalu jauh mencampuri isi facebook
anak.
SMY : “Ehmm enggak, soalnya kalau tante tuh orangnya lebih suka
ngasih kepercayaan gitu. Jadi, gak dipake buat pengontrol juga. Tapi,
kalau orang-orang sih tante denger katanya iya sih dipake kaya gitu,
Cuma kalau tante enggak sih orangnya. Jadi ngebebasin aja..”
LLH : “Enggak…kalau saya sih ngontrolnya lewat BBM”
KHR : “kalau tante sih enggak.. kalau misalkan anak-anak buat
postingan gitu tante suka komen? Enggak ya, jarang paling ee..sepintas
aja liat, terus kalau masuk ke berandanya baru, liat aja gitu abis tu, jarang
komen..Tapi ga pernah yang ngontrol anak gitu? Enggak kok,
bebas..terserah anaknya aja.
140
Ada bentuk kekhawatiran yang berbeda bagi para orang tua mengenai
anak-anaknya sekarang. Para orang tua tidak lagi terlalu khawatir tentang
dengan siapa anak itu bergaul atau berinteraksi, tetapi ada bentuk
kekhawatiran baru seperti foto-foto apa saja yang diunggah secara online
oleh anaknya dan interaksi apa saja yang dilakukan oleh anaknya ketika
privasi dan ekspresivitas secara interpersonal menjadi lebih rumit, para anak
remaja cenderung tidak ingin orang tuanya tahu dengan siapa mereka
chatting, dan para orang tua tak lagi mengkhawatirkan gaya berpakaian anak
Hal ini yang membuat beberapa sebagian orang tua ingin mengetahui lebih
jauh aktivitas anak-anaknya di media sosialnya. Ini juga yang menjadi salah
menyeramkan, tercatat sudah ada lebih dari 27 anak hilang karena kasus
bertemu dengan orang aisng di facebook data tersebut disebutkan oleh Arits
orang tua bukan tanpa alasan. Facebook seperti sebuah lingkungan dimana
oleh orang tua kepada anak mengenai penggunaan media sosial yang bijak.
LLH : “Oh iya iya pasti, dan dia juga udah ngerti kan kalau di
facebook tuh hati-hati berteman, pokoknya kalau dia mau pergi ketemuan
siapa gitu saya tekankan “jangan terima permen, jangan terima air, atau
apa..bawa sendiri.” Terus dia nanya kenapa gitu, saya bilang gaboleh
karena ga ada yang bisa dipercaya di dunia ini kecuali mamah. Ngeri lah
walaupun itu temen deket juga mana ada yang tahu kan wallahualam
yah..namanya juga orang ga ada yang tahu isi pikirannya, apalagi dia kan
anak-anak labil kaya gitu. Sampai pas kemarin dia minta ikut sahur on the
road sama anak komplek, saya minta ikut, buat tau aja itu bener apa gak
buat amal-amal bagi makanan gitu. Kalau misalnya positif ya saya bolehin
lagi tahun depan gitu. Toh dia juga punya dunianya sendiri kan….”
SHD : “Ehmm enggak ya, untuk batasan sih..cuman om sama tante tuh
selalu ini ingetin kalau misalnya ada kejadian-kejadian gitu, yang diawali
penyebabnya dari hubungan di media sosial, misalnya ada yang diculik,
ada yang diperkosa dan ada yang apa nah, pada saat ngobrolin gitu kita
ngejelasin ke anak khususnya Khansa ya karena dia perempuan dan masih
sekolah juga, kalau yang Teiza dan Mirza karena mereka laki ya terus
terang kita Cuma bilang hati-hati karena udah ada undang-undang ITE
kalau salah posting nanti kamu bisa kena pidana dari pasal ITE itu. Nah
142
kalau yang perempuan nih kita wanti-wanti nih, si Khansanya kita kasih
tau “nah itu kalau kamu berhubungan di media tanpa kamu hati-hati nanti
akibatnya seperti itu..jadi, kamu dengan siapapun jangan langsung percaya
begitu aja..kamu mesti saring pertemanan-pertemanan gitu” apalagi kita
ya, tinggal di metropolitan kaya gini, aktivitas kita itu..macem-macem.
Kejahatan segala macem ada di sekeliling kita, kita cuman ngebatasin
disitu aja gak kaya “kamu gaboleh buka ini, gaboleh buka itu,” gak gitu
sih…lebih memberikan pengarahan aja,karena kalau kita larang anak pasti
akan penasaran terus dan pasti tetep aja ngelakuin..dan kita kan juga gak
24 jam ngawasin mereka terus…”
ARD: “Eee..kalau mau posting ya posting yang baik-baik, jangan marah-
marah, jangan menjelek-jelekkan orang..jangan ee berbuat yang merugikan
orang. Iya hati-hati juga apalagi kaya di invite sama orang yang gak
dikenal gitu, banyak kan sekarang gitu kaya di tv tuh baru kenal berapa
lama tau2nya diajak ketemu, ketemu tau2nya dijahatin itu sering diingetin
biar jangan kaya gitu di wanti-wanti. Bu Dian termasuk orang yang
membatasi anak bermain facebook? Enggak pernah ya, lagipula
kadang-kadang kita tahu, kecuali kalau pas dia buka terus konek ke kita
gitu baru deh kelihatan…”
KHR : “Ehmm tante ngebebasin aja, Cuma kalau ke anak tante kasih tau
jangan ngomong yang gitu-gitu di facebook,tapi kalau facebook orang mah
tante ga pernah. Misalnya masukin foto yang bener takutnya nanti diambil
orang terus disalahgunakan ada..ada tante kasih pengarahan..kalau gakenal
jangan diterima, kalau dikenal boleh..kadang orang kan suka lain tuh
namanya ini mukanya ini tapi maksudnya beda, gajelas itu tante terang-
terangin dengan yang si dua kecil ini..”
Penerapan nilai dan juga pengarahan yang dilakukan oleh orang tua
pembentukan konsep diri sang anak. Konsep diri merupakan faktor yang
diri.(Rakhmat, 2005:104-105).
Konsep diri yang ditekankan disini adalah dengan para orang tua
sebenarnya dapat membuat anak menjadi lebih berhati-hati dan tidak mudah
dan pelajaran yang diberikan oleh orang tua dapat membentuk anak memiliki
mengubahnya.
konsep diri anak yang lebih baik, dan dengan bimbingan yang
4.4.2 Proses Komunikasi online dan offline orang tua dan anak
pengguna facebook (Telaah Etnografi Komunikasi)
A. Proses komunikasi Online orang tua dan anak pengguna
Facebook : Keingintahuan Orang tua untuk mengetahui isi Jejaring
Facebook anak lebih jauh
kosa kata penggunanya, istilah seperti kata “Kepo” yang memiliki arti dari
serba tahu detail dari sesuatu apapun yang lewat dihadapannya selama itu
terlihat oleh matanya. Orang kepo adalah irang yang serba ingin tahu, bisa
jadi seperti kecanduan untuk tahu hal yang sepele (Prasetya, 2012: 275).
seberapa ingin tahu mereka tentang isi facebook anak, beberapa orang tua
menjawab ada yang ingin tahu lebih jauh, namun sang anak tidak
memberikan kesempatan itu, dan ada juga yang lebih memilih untuk tidak
ingin tahu terlalu jauh karena sebatas menghargai privasi anak, ada yang
merasa tidak terlalu penting ada yang merasa lebih baik tidak ingin
SMY : “Ehm, pernah sih tapi gak lah biarin aja..ya pernah pengen
tau tapi ya gak terlalu, tante lebih suka gini misalnya kalau lagi
ada…yang perlu ditanya, lebih suka ngajak langsung aja gitu
ditanya. Kaya si Azizah tuh anak tante yang cewek pas pertama kali
punya pacar hehehehe, atau si akang tuh anak tante yang gede
tentang temennya, tapi dia mah tertutup kalau anak tante yang gede
hehehehe.. tapi tetep, tante tanya tapi hanya sebatas itu aja…”
LLH: “Jujur aja sih enggak, hmm bukan..bukan gak kepo (ingin
tahu) yah, ya Cuma suka lupa kalau dia ada Facebook hahaha, kaya
145
tadi pas di angkot saya mau buka facebook Adhel,tapi keburu lupa
gitu hahahaha. Padahal pengen tahu gitu ada apa aja sih di timeline
dia eh di wall dia gitu tapi kelupaan keburu sampai rumah
hahaha..tapi Adhel gak aneh-aneh sih kalau di facebook, Cuma foto-
foto aja yang gayanya aneh…”
SHD : “Ehm…enggak karena karakter anak-anak om itu kalau om
lebih kepo (ingin tahu lebih jauh) mereka biasanya pada gak suka
hahaha; haha intinya…”
ARD: “Iyalah! Tapi.,..gak bisa hahahaha kenapa? Tau tuh kenapa,
tapi suka-suka kepo gitu, pengen tau ngapain aja, terus temennya siapa
aja gituh……..”
KHR: Enggak..sih, kenapa? Ya urusan maisng-masing aja lah karena
kan udah gede, udah pandai mana tau yang benar dan yang salah..
facebook hanya sebatas media sosial biasa yang hanya untuk seru-seruan,
kenapa orang tua kini tak lagi menelusuri isi facebook anak lebih jauh, ada
orang tua yang beranggapan untuk terus tahu isi facebook anak, karena
interaksi di rumah yang kadang kurang dan usaha orang tua untuk terus
mengetahui perkembangan anaknya. Orang tua juga ada yang tidak ingin
sudah besar dan rasa kepercayaan terhadap anak yang membuat orang tua
beragam, ada yang ingin mengetahui lebih jauh ada yang tidak karena
tidak ingin terlalu dalam mengetahui isi facebook untuk menghargai privasi
dan kepercayaan anaknya. Ada juga orang tua yang ingin mengetahui dan
membahas isi postingan anaknya di facebook sebagai rasa ingin tahu dan
Parents are funny — especially on Facebook! And we love them for it.
hal yang wajar dan lumrah, dan menceritakan tentang anak di media sosial
facebook seakan menjadi suatu kegiatan rutin yang dilakukan para orang
tua, baik sebagai ungkapan perasaan bangga, perasaan senang dan juga
LLH : “Oh iyah..he‟eh tapi gak terlalu sering, ya kaya gini aja Adhel
lagi ulang tahun, saya upload foto Adhel, oh iya Adhel”
ARD: “Suka..suka banget sering hahaha. Biasanya tentang apa?
Tentang..mislanya nilainya dia bagus, pas ulang tahun, sama kelakuan
lucunya aja.”
147
Gambar 4.4.1 potongan gambar facebook Lilih Nurjanah dan Ardiany dan Sumiyati yang
menceritakan anaknya di facebook.
KHR: “Suka cerita tentang anak? Enggak.. Suka upload foto bareng anak
di facebook? Suka..bangga aja tuh punya anak apalagi segede apis
hahaha..biasanya sih pas ulang tahun, lebaran..lagi ngumpul-ngumpul ramai-
ramai ada..”
SHD: “Om termasuk orang yang suka nanyain tentang isi facebook anak gak
kalau lagi ngobrol langsung? Enggak pernah…enggak pernah. Ehm, terus suka
148
Gambar 4.4.2 postingan dari keluarga Suhanda tentang foto keluarga di facebooknya dan potongan facebook
dilakukan oleh para orang tua, dan dikatikan dengan salah satu
facebook. Hal ini menjadikan sebuah interaksi antara para orang tua di
yang kita kenal menjadi sebuah “ritual kesopanan” sebagai bentuk phatic
Aktivitas komen dan like yang dilakukan oleh para orang tua dan anak
dan like oleh orang tua dan anak di facebook, tidak seperti pada para
dilakukan oleh para informan juga memiliki arti tersendiri. Baik dari informan
Gambar 4.4.3 salah satu bentuk komentar Ny Ardiany di facebook anak yang
tidak dibalas oleh anaknya.
bentuk orang tua juga ingin melakukan interaksi yang sama dengan anaknya
―When I‘m talking to somebody online, I don‘t like when they stand over my
shoulder, and I‘ll be like, ‗Mom, can you not read over my shoulder?‘
dilakukan oleh para orang tua di facebook anaknya. Alasan sang anak
diberikan orang tua mereka mengganggu mereka dan ada beberapa anak
facebook.
Gambar 4.4.5 Komentar Lilih Nurjanah yang tidak dibalas oleh Adhel di Facebooknya
orang tua suka melakukan aktivitas komen di facebook mereka, ada yang
menjawab bahwa para orang tua ingin mengetahui gaya hidup anaknya
seperti apa sekarang, ada yang menjawab bahwa orang tua tidak ingn
ketinggalan jaman.
153
anak, ada orang tua yang senang melakukan kegiatan interaksi di facebook
SHD: “ehmm sekali-kali intinya kalau lagi kondisi ceria ya,, suka
lucu-lucuan kemudian lagi ada kabar apa yang anak tahu, jadi kita
inbox ke dia, atau statusnya dia kita komentarin.”
KHR: “Enggak ya, jarang paling ee..sepintas aja liat, terus kalau
masuk ke berandanya baru, liat aja gitu abis tu, jarang komen..
Aktivitas memberikan tanda like yang dilakukan oleh para orang tua
SMY: “Ehm kalau untuk anak iya. Tapi, kalau untuk yang lain kalau
sekarang kan kebanyakan ya banyak banget tuh postingan yang aneh
gitu, tapi karena anak-anak udah jarang update trus respon mereka ke
kita juga jarang kalau di facebook jadi ya udah jarang sih like gitu aja
palingan. Tapi ya sekarang biasa aja sih, kalau ga terlalu gimana gitu
postingannya ya biasa aja.”
LLH : “Ehm, kalau di postingan orang 50:50 ya ga semua di like juga,
apalagi yang rasis, terus gambar-gambar aneh, sama kata-kata kasar
itu enggaklah ya, dan saya juga ga peduli sama berapa orang yang
akan like status atau gambar saya, tapi alhamdulillah ya seratusan ada
hahahahaha..”
ARD:” Bener suka lah..iya bener suka hahahaha..engak iseng.”
KHR: “Emm gak ada..kalau lagi masuk ke berandanya aja lagi bagus,
misal Hana foto-foto bagus ya udah like doang..udah gitu doang. Ga
ada maksud lain..”
154
pengirim pesan atas apa yang disampaikannya “Feedback has one main
facebook, tetapi hasil yang peneliti temukan, masih ada informan anak yang
enggan mmembalas aktivitas komen, like dan wall dari para orang tuanya.
enggan membalas karena dianggap tidak terlalu penting, dan ada yang
Para informan anak tak membalas aktivitas komen dan like yang diberikan
tua dan kerabat atau keluarga besar bisa menghambat diri mereka untuk
orang tua mereka di facebook karena merasa canggung dan tidak bebas
lagi.
155
anomity social. Tidak seperti pada komunikasi tatap muka, petunjuk fisik
tidak hadir dalam proses komunikasinya sehingga aspek non verbal hilang
(Prasetya, 2012:127)
ketika offline. Seperti keterbatasan ruang dan waktu, juga feedback yang
dilancarkan, para orang tua dan anak masih menganggap bahwa interaksi
secara langsung dengan anak masih jauh lebih baik ketimbang interaksi
dan berbicara langsung dengan anak, jawaban dari informan orang tua
perubahan interaksi antara orang tua dan anak, ada yang menjawab
156
facebook bisa menjadi awalan pembuka obrolan dengan anak, ada yang
cukup terbuka ya, tapi dalam hal-hal yang biasa dan sifatnya
ringan,.”
Menurut Suhanda dengan adanya facebook juga bisa
nasihat apabila ada postingan dari sang anak yang tidak sesuai atau tidak
bahwa tak ada yang membuat interaksi dan Mamanya berubah karena
penggunanya
“Cyberspace a world where new cultural forms are being created daily by
technological mediation and extention, and created in a way which is
immediate and active in people‟s lives” (Holmes, 1997:3 dalam Prasetya
2012:181)
Secara tidak langsung, facebook walau dirasa oleh
yang baru yang bisa memberi pengaruh interaksi antara orang tua dan anak.
Facebook menjadi suatu awalan bagi orang tua dan anak untuk menemukan
mayoritas orang tua dan anak pengguna facebook merasa tak ada
satu poin dari interaksionisme simbolik adalah “Kehidupan sosial terdiri dari
membuat sebuah proses komunikasi berubah baik ketika online dan offline
(Prasetya, 2012:316).
harinya di facebook, ada juga yang menggunakan bahasa yang lain ketika
sosial facebook dan ketika berbicara langsung, para informan orang tua
menjawab bahwa tak ada perbedaan atas bahasa yang digunakan ketika
Gambar 4.4.7 Potongan gambar dari facebook Sumiyati dan Lilih Nurjanah yang berinteraksi dengan
menggunakan bahasa sunda di facebooknya.
161
dan keluarganya, dan bagi para orang tua menggunakan bahasa daerah dan
bahasa „ibu‟ mereka bukanlah hal yang memalukan, bahkan menjadi salah
satu cara interaksi yang lebih luwes dan lebih santai ketika menggunakan
dan Ny Lilih tidak terlalu banyak menggunakan bahasa sunda atau bahasa
―..by making the language form and content pervormative and playful,
participants in CMC enchance the appeal of the discourse, build online
identities and foster fun relationships (Bauman, 1975 in Livingstone,2006:41)‖
Ada kecenderungan para orang tua menggunakan bahasa daerah
Bauman dengan membuat bahasa dan isi yang menarik perhatian, lucu dan
Bahasa yang digunakan para orang tua di facebook mengandung unsur yang
tanggapan dan komentar. Inilah yang membuat facebook orang tua terlihat
lebih unik karena penggunaan gaya bahasa yang tidak seperti anak-anak
facebooknya.
Seperti yang dikutip oleh Donah Boyd dalam bukunnya It‟s Complicated,
kemampuan untuk membagi dan mengerti isi media sosial sangatlah penting,
ketika para remaja berbicara dan berinteraksi dengan temannya, perbedaan itu
terjadi. Cara remaja berinteraksi dengan temannya berbeda dengan cara mereka
berbicara dan berinteraksi dengan orang tua mereka dan guru mereka.
peneliti menelusuri halaman facebook para informan anak. Para anak cenderung
lebih berani dan menggunakan kata yang terkadang memiliki unsur emosi di
dalamnya.
Gambar 4.4.8 Potongan gambar facebook Adhel dengan gaya bahasa di status updatenya
164
dengan ketika berbicara langsung, bedanya saja ia akan lebih sopan ketika
berbicara dengan orang tuanya dan berbeda ketika berbicara dengan teman
sangat sopan, cara berkomunikasi ke orang yang baru dikenal juga sangat
sopan dan banyak membantu cara berbicara yang terkesan dewasa membuat
terlebih jika ada keluarga atau orang dekat yang menanggapi interaksi mereka
Gambar 4.4.9 Gaya Bahasa pada informan anak yang diungkapkan di facebooknya.
165
dikomentari oleh sang Ibu, Sumiyati. Namun Hafizh tidak membalas komentar
sang ibu. Adhel juga cenderung tidak membalas komentar yang diberikan oleh
terletak dari jenis bahasa yang digunakan, yakni para orang tua cenderung
pertanyaan para orang tua, ternyata setelah di lapangan temuan peneliti tak
postingan yang dibuat oleh anak mereka ada yang menanyakan ada juga
yang membiarkan.
media sosial facebook menjadi bahan perbincangan antara orang tua dan
serius.
167
SMY : “Enggak lah, karena ya itu…kalau ada masalah tante lebih suka
ngobrol aja gitu langsung. Terus maunya apa gitu, jadi langsung ketahuan
gitu apa namanya..ehm maunya anak seperti ini, maunya tante seperti ini.
Dicari solusinya…”
LLH : “Kalau Adhel anaknya gapernah posting aneh ya, paling ponakan
malah yang lebih aneh gitu postingannya, terus suka saya marahin..itu
menjatuhkan harga diri kamu hahaha kaya gitu, kalau Adhel tapi ga pernah
sih ya. Cuma saya lebih banyak dapet laporan dari tantenya malah, misalnya
dia status di bbmnya gitu, atau misalnya tantenya ngasih tau “teh, kok itu si
adel ngeposting gituan” baru saya cek… judulnya saya gak pay attention ke
akunya Adhel hahaha.. apa karena tante menghargai privasinya Adhel?
Hahaha bukan, tapi karena kelupaan aja..”
SHD :” Ehmm..selama ini ya, selama ini anak-anak om ga pernah posting ya
katakanlah foto-foto yang negatif gitu, yang agak vulgar gitu..itu gak pernah,
ada bebera foto paling yang di share foto yang lucu-lucuan..dan agak ngeri-
ngeri gitu, ya kadang kalau lucu om suka ikut komen aja gitu… Om
termasuk orang yang suka nanyain tentang isi facebook anak gak kalau
lagi ngobrol langsung? Enggak pernah…enggak pernah.”
ARD : “Ya sukalah..misalnya nanyanya gimana? Hmm misalnya “itu lagi
kenapa sih?” “kok yang seperti itu di posting?” kalau sebenernya yang gak
penting-penting maksudnya yang galau-galau atau marah-marah itu lebih baik
jangan…jangan di facebook gitu..”
KHR :” Ee iya paling kalau yang aneh aja, kalau yang ga aneh mah enggak..
misalnya yang aneh gimana tan? Apa ya..tentang fotonya gimana..entah
sama temannya lagi apa gitu..udah itu aja..”
Jawaban dari informan anak juga mengatakan bahwa ada
HFZ : “Gak, ga pernah soalnya gapernah ngepost yang aneh-aneh juga sih..”
SYF : “Enggak sih..paling Cuma nanya “Kenapa kak?” udah paling gitu doang…”
ADH: “enggak sih paling mamah juga nanyanya langsung komen, gak
langsung..he‟eh.. jadi ga ada ngobrol langsung karena postingan? Enggak adah
he‟eh biasa ajah…”
“Many adults believe that they have a sense of what‟s “good” for teens—
school, homework, focus, attention, and early bedtime—and many teens are
acutely aware of how much society values such adult-oriented pursuits. But
many adults are unaware of how social their everyday experiences are and
168
how desperate teens are to have access to a social world like that which
adults take for granted. (Boyd,2012:83-84) ”
“baik” untuk kegiatan para anak remajanya seperti tentang sekolah, masalah
focus, dan perhatian, juga tentang pengaturan waktu tidur mereka. Beberapa
hidup mereka.Tetapi, beberapa orang dewasa dalam hal ini tidak menyadari
karena para orang dewasa dalam hal ini orang tua mereka tidak peduli.
(Boyd,2012:83-84)
aneh beberapa orang tua ada yang menanyakan ketika proses komunikasi
tatap muka berlangsung. Ada juga yang tidak menanyakan. Karena sebagian
orang tua ada yang peduli tentang keseharian anaknya baik di media social
anaknya dan tidak menaruh perhatian lebih baik di media social anaknya
menanyakannya.
169
anak akan mau menceritakan masalah kepada orang tuanya sehingga dapat
ketika mereka berbicara secara tatap muka. Seperti hal apa saja yang
komunikasi keluarga, baik intensitas bertemu, dan topik apa saja yang di
bicarakan dengan orang tua mereka secara langsung dan berapa lama
ADL : “Kalau mau pergi-pergi sih, sama mama lagi kesel hahaha gitu-gitu
deh..jadi suka cerita-cerita..”
SYF : “Sama ibu…seberapa sering? Setiap malem..soalnya kan tidurnya
bareng hahaha jadi ngobrolnya setiap hari deh hahahaha..Apa aja sih yang
biasa kamu omongin sama ibu? Gatau kadang-kadang, ngomongin
temennya ibu..temen-temen SMA ibu, terus guru di sekolah, ngomongin
cowok..yagitudeh..”
HFZ: “Setiap mama pulang kantor sih, soalnya kan mama kerja. Apa aja
sih yanng biasa kamu obrolin sama mama? Paling apa ya, ngobrol
keseharian aja, kaya minta uang terus nanya-nanya. Terus suka curhat
gak sama mama? Lumayan.. tentang apa? Cewek atau sekolah? Hmm
enggak juga hahaha kebanyakan sekolah…”
Proses pertukaran pesan antara komunikator dan komunikan untuk
tua dan anak dalam melakukan kegiatan komunikasi interpersonal dan tatap
Dari temuan yang peneliti dapatkan beberapa orang tua memang ada
yang tidak ingin untuk tahu lebih jauh isi media sosial anak karena dirasa itu
hal yang kurang penting dan ada juga yang ingin mengetahui isi postingan
Dari semua informan baik orang tua ataupun anak, mereka lebih
tidur, meluangkan waktu untuk pergi dan menghabiskan waktu sama anak,
orang tua dan anak lebih dekat, ketimbang hanya dengan melihat postingan
yang berlangsung di antara dua orang atau lebih dalam suasana yang akrab
baik informan orang tua ataupun informan anak ketika mereka ditanyai lebih
respon yang lebih cepat, hingga bisa melihat reaksi lawan bicara secara
atau berbicara lewat facebook beragam. Dari 4 orang informan anak, yang
173
1 orang lagi kurang suka untuk berbicara langsung dengan orang tuanya.
ADL: Ngobrol bareng sih,,, Kenapa? Ya biar bisa langsung aja sih,
soalnya kalau ngetik kan suka capek jadi kalau langsung kayaknya
enak aja gitu..
SYF: “langsung sama ibu atau orang yang bersangkutan. Kenapa?
Kenapa ya..biar lebih tau gitu letak permasalahannya di mana-mana
gitu..gimana cara nyelesainnya.
HFZ: Enakan langsung sih,lebih tau masalahnya apa, gak bertele-tele
kaya media sosial gitu,soalnya kita kaya terhambat gitu kalau lewat
facebook, karena juga ga setiap saat kita buka, jadi kita bisa langsung
tau gitu kalau langsung.
Dijelaskan sebelumnya ada satu orang informan anak yang lebih
merasa nyaman ketika berbicara dengan orang tua nya tidak secara
visual dan secara umpan balik bisa kita lihat langsung, dengan pesan yang
langsung dan pesan non verbal yang bisa terlihat dengan mata dapat
membuat komunikasi lebih terasaa cepat efeknya. Orang tua dan anak
lebih tau, respon, perasaan dan emosi anak yang terlihat ketimbang dengan
menggunakan facebook.
Anak juga lebih leluasa untuk membicarakan hal yang tak bisa
jejaring sosial media lebih terbuka dan terkesan lebih santai, walaupun
secara fisik kita tidak bisa melihat secara langsung respon lawan bicara,
dengan orang tuanya, faktor seperti malu, dan merasa tidak didengar dan
takut dimarahi juga mempengaruhi kenapa masih ada yang lebih nyaman
4.4.3 Pola komunikasi yang digunakan oleh orang tua dan anak
pengguna facebook dan Pentingnya berkomunikasi antara orang tua dan
anak
yang digunakan oleh tiap orang tua dan anak pengguna facebook. Mulai dari
hal-hal yang memicu terjadinya miskomunikasi antara orang tua dan anak,
yang dipakai.
sehingga lebih luwes dan juga membangun hubungan lebih nyaman antara
LLH: Ya sukalah, itu kan biasa kaya gitu misalnya disuruh apa dia
malah ngapain, terutama kalau pagi, gitu saya suka minta dia anter
ke depan, terus suka bete-bete gitu. Tapi abis itu ntar minta maaf,
Adhel tuh orangnya keras tapi perasa, kalau saya kan orangnya
perasa, kalau dia keras, tapi perasa. Suka ngirim bbm gitu “maafin
aku ya mah..bla..bla” tapi udah ntar mah pas ketemu biasa aja lagi
gitu. Ya kaya anak yang lain aja gitu, pas ketemu ga ada bahasa2
manis kaya pas di message tadi hahahaha….. gak ada tuh di raut
mukanya dia ya lempeng lagi aja…”
Cara Lilih menangani miskomunikasi dengan anaknya dengan
salah tetap harus meminta maaf, sekecil apapun salahnya, baik Lilih ataupun
Hal itu yang membuat hubungan antara Lilih dengan Adhel seperti
tidak ada jarak, dengan menanamkan nilai-nilai kehidupan, Lilih dan Adhel
LLH: “Dan itu juga yang membuat dia jadi tidak ragu untuk
menceritakan apa yang dia rasakan kepada saya. Jadi dia lebih
enak bilang “mah aku ini, aku itu…” ya biarin aja dunia dia kan,
jadi saya lebih suka kaya gitu, ketimbang saya nerka-nerka “duh
dia lagi ngapain yah...?” seperti itu, jadi kan lebih terbuka kaya
misal, “mah aku naksir si ini, si anu…boleh gak mah?” terus
saya respon “coba mamah liat, hmmph, ga ada yang lebih bagus
lagi?” ya saya paling gitu kan hahahaha…kalah deh sama
mamah, ya saya suka ngecengin dia kaya gitu kan hahaha..
Kondisi yang dibangun oleh Lilih dengan Adhel yang lebih
masalah yang ada dengan Mamanya, dengan penjelasan yang selalu dilakukan
177
dan juga keterbukaan yang diberikan oleh Lilih kepada Adhel sangat
temukan juga tak terlalu besar, Khairina yang cuek namun selalu
bungsu mengaku bahwa jarang bertengkar dengan sang Mama atau terjadi
Hamid, gaya Khairina sebagai ibu yang cuek dan terkesan santai, ternyata
antara orang tua dan anaknya sangatlah luwes, si bungsu hamid memang
pemalu, dan dimanja oleh kakak-kakaknya, hal ini membuat pola komunikasi
antara ia dengan orang tuanya cukup santai, namun karena merasa masih
kecil dan dimanja, Hamid merupakan pribadi yang diam dan tak banyak
yang terjadi, karena sang Ibu Sumiyati adalah orang yang tidak terlalu
luwes dan tidak ada jarak. Penjelasan yang diberikan Sumiyati atas
keluarga. Hal ini juga terlihat dari aktivitas di facebooknya yang selalu
Gambar 4.4.11 potongan facebook Sumiyati yang mengupload liburannya bersama keluarga
akademiknya.
dengan anak, walau hasilnya terkadang sang anak merasa tetap disalahkan
sering menuduh dirinya berbohong ketika sedang tidak di rumah atau sedang
pergi.
SYF: “Ya itu gara-gara salah paham, atau lagi di mana terus di „ah
kamu bohong ya..gini-gini gini..‟ udah cuma gitu doang
paling,,Cara kamu menanggapi miskomunikasi sama ibu
gimana? Oh kalau lagi di tempat itu biasanya, ya kadang-kadang
di foto tuh “tuh lagi disini tuh gak bohong..” biar percaya
gitu..udah gitu aja sih paling..”
Keluarga Ardiany dan Syifa sangat unik, sang ibu yang notabene
masih cukup memiliki jiwa muda, dan sangat dekat dengan anak-anaknya,
walaupun begitu, Ardiany dan Syifa sering terlibat cekcok baik karena hal
sepele ataupun karena tindakan Syifa yang dirasa Ardiany kurang tepat
sahabat, dan berbicara sangat santai, sang ibu tak malu untuk mengikuti
mengajari sang ibu seperti pembuatan media sosial atau menjelaskan trend,
namun ada kalanya hubungan Ardiany dan Syifa seperti kucing dan anjing,
183
tertunda menunggu waktu yang tepat, membuat hubungan antara orang tua
dan anak ini menjadi campur aduk, kadang dekat seperti sahabat, namun tak
baik, mereka tak canggung mengungkapkan perasaan kasih sayang ibu dan
Gambar 4.4.13 Foto yang diunggah Ardiany bersama Syifa di facebook pribadinya
184
5. Keluarga Suhanda
Pada keluarga Suhanda ini miskomunikasi yang sering terjadi adalah
sama yang Mirza dan Khansa juga gitu, lebih banyak masalah
perbedaan keinginan..karena kalau om kan ngeliatnya lebih ke
pengalaman orang tua ya, kalau anak-anak kan ngelihatnya lebih
ke passion mereka. Kalau kita kan sebagai orang tua kan
ngelihatnya global ya..jangka panjang, masalah kesejahteraan
masalah jaminan dan lebih ke masa depannya lah..lebih disitu sih
berbeda disudut pandang aja….
Adapun cara Suhanda menyelesaikan miskomunikasinya dengan anak
SHD: “eeee.. kita diamkan aja lebih dahulu, Cuma pas akhir dari
pembicaraan kita bilang nanti konsekuensinya yang kamu mau
jalankan ya seperti ini..seperti ini…kalau kamu mau tetap jalankan
juga ya ada resiko..yaudah kita biarkan aja dulu, tapi pada akhirnya
nanti mungkin mereka berubah pikiran baru mereka inikan lagi kekita
diskusikan lagi ke kita…”
Keluarga Suhanda adalah keluarga yang sangat disiplin, baik dari kedua
orag tuanya dan juga anak-anaknya, segala tindakan yang dilakukan harus
adalah salah satu tradisi yang harus dipegang oleh setiap anggota keluarga,
mengabaikan isi hati dan pikiran anak, ia tetap memberi pilihan dan
pilihan jalan keluar yang terbaik dalam setiap keputusan yang dilakukan
anaknya. Pola komunikasi keluarga yang digunakan oleh keluarga ini adalah
dalam mendidik anak, ia bukan tipe orang tua yang memaksakan kehendak,
caranya memang tegas tapi dilakukan dengan alasan yang baik untuk anak-
Suhanda dan anak tak pernah terlibat dalam kondisi cekcok yang berlarut-
larut.
pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak. Informan orang tua
harus terjalin antara orang tua dan anak. Dari jawaban para orang tua,
LLH: “Oh ya penting lah, kaya ini tadi lewat media, aduh..kita mah
gabisa lihat ekspresinya dia, kita tidak bisa menyentuh dia, kan beda
ya sentuhan mah, gimanapun semarah-marahnya orang kalau disentuh
pasti kan berbeda responnya. Bisa langsung cooling down, jadi
menurut saya penting sekali berkomunikasi secara langsung,
ketimbang menggunakan facebook. Makanya, pasti setiap saya pulang
kantor terus dia udah tidur, pasti saya cium dia gitu,,tapi kalau dia lagi
ngelayap kemana, pasti saya hubungin bilang cepetan pulang
187
komunikasi orang tua dan anak beragam, jawaban memang lebih singkat
dan anak penting walau pun waktu yang sedikit dan bahan yang dibicarakan
berbeda.
Penanaman konsep diri yang baik pada anak dapat dilakukan dengan
meningkatkan komunikasi tatap muka antara orang tua dan anak, dengan
melakukan proses komunikasi antara orang tua dan anak, orang tua juga
bisa menanamkan nilai untuk konsep diri anak yang baik, baik pembicaraan
tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih
interpersonal, hal ini juga berlaku bagi komunikasi interpersonal antara anak
dan orang tua. Dengan pembentukan konsep diri bagi orang tua ke anak
akan membuat anak memiliki pribadi yang lebih baik, konsep diri ditanamkan
Miller dari University College London pertama kali muncul dari ungkapan
“`On the internet, nobody knows you're a dog.” yang berarti “di
internet tak ada seorang pun yang tahu kau adalah seekor anjing”
dengan ilustrasi dua anjing yang sedang berdialog di depan layar
komputer.
Yang memiliki makna ketika memasuki dunia internet atau secara
dibalik layar. Dengan nama panggilan yang berbeda, dan informasi yang
wawancara dan juga temuan di media sosial facebook para informan tentang
apa saja yang dirasakan oleh para informan ketika berkomunikasi secara
Mark Zuckerberg, the founder of Facebook, is quoted as having said, ―Having two
identities for yourself is an example of a lack of integrity.‖
“On social network sites, a great deal of self disclosures goes on.
dibandingkan secara tatap muka (Livine,2000 dalam Prasetya 2012). Hal ini
yang membuat Identitas seseorang bisa berbeda di dunia nyata dan dunia
maya, ada yang berusaha membangun image di media sosial mereka demi
mendapatkan kesan yang lebih baik, ada juga yang membiarkan identitas
Kebanyakan dari para orang tua menjawab bukan tipe yang suka merubah
image mereka di media sosial facebook, dan para anak juga mengatakan
sosial facebooknya.
SMY : “tante kan orangnya eee…apa sih eee… extrovert jadi orang
bisa melihat apa karakter tante, terus terbukalah gitu tapi kalau di
facebook tante tidak…orang tidak tau apa yang dipikirkan oleh tante,
karena gak tidak untuk dipublikasikan. Enggak..enggak..ya jadi
dipisah itu kalau eeeee bener-bener apalagi sekarang kalau hanya
untuk jualan aja gitu facebooknya, maksudnya eee ya misal
komunikasi sama temen-temen kantor aja gitu, misalnya kemarin tante
lagi rapor sama kantor di balikpapan, ternyata kantor tante tuh harus
pindah, pindah gedung, ke bogor gitu..nah itu eee apa namanya, baru
disitu terlibat, gitu…di facebook eee tante komen, tante ini,
menumpahkan perasaan di facebook di situ gitu. Bahwa kita mau
pindah gitu, kan namanya pindah ke bogor terus lokasi awal di jakarta
kan galau juga ya gitu…… tapi, kalau untuk hal lainnya enggak
walaupun itu media sosial dan orang bebas gitu mau ngapain aja, tapi
kalau buat tante eeee gaklah kalau misalkannya kita benci ke orang
gitu, kan ada mislanya orang gitu benci sama orang lain terus pasang
status gitu yah, kalau tante sih enggak, mungkin orang gak mengerti
tante itu seperti apa aslinya orangnya kalau di facebook..”
LLH : “Oh enggak, saya bener-bener saya, tapi kadang pengen deh
ganti nama akun, dengan nama lain, karena itu kan ktp banget ya biasa
banget gitu, tapi karena pas buat belum tau kalau itu bisa dipalsu-
palsuin, jadi yaudah karena saya orangnya juga apa adanya jadi
yaudalah apa adanya aja..”
ARD: “Enggak pernah, seada-adanya aku aja..”
KHR : “Tante termasuk orang yang suka merubah image gak
kalau di facebook? Maksudnya? Ohh,,enggak kok apa adanya…”
Peneliti menemukan status update di facebook Khairina dengan
kalimat yang lebih bijaksana dan berisi pesan moral dalam tiap status
sangat supel dengan logat batak yang cenderung memiliki intonasi keras
ketika berbicara dan lebih blak-blak‟an tetapi saat peneliti melihat halaman
Lilih adalah seorang ibu yang sangat ramah dan tidak malu untuk
dikenal, ia tidak canggung. Itu juga terlihat dari ungkapan status updatenya di
sosial tidak terlalu berbeda jauh dengan jawaban dari para informan orang
santai, anak remaja yang cenderung agak tomboy namun memiliki sifat
penurut ke orang tua nya, sama seperti ibunya Adhel tipe anak yang dengan
apa adanya menceritakan apa yang dia rasa tanpa ada yang ditutup-tutupi
dan terkesan emosian, padahal di dunia nyata Syifa adalah anak yang
sangat tenang dan cukup ramah tidak ada kesan yang memperlihatkan
bahwa ia adalah anak yang emosian. Perbedaan ini terlihat dari beberapa
Gambar 4.4.17 potongan gambar facebook syifa yang berisi status update ungkapan emosinya
yang peneliti temukan ketika berinteraksi dengan Syifa secara langsung dan
kepribadian Syifa adalah remaja 17 tahun yang sangat murah senyum dan
ramah tidak terlihat adanya tekanan yang dirasakan, dan Syifa secara
195
menjadi anak yang tempramental terlihat dari status update yang ditulisnya,
Meskipun semua informan baik orang tua dan anak tidak secara eksplisit
identitas mereka yang berbeda ketika online dan offline, temuan peneliti dari
mereka di kehidupan nyata, dan ketika mereka berada di dunia jejaring sosial
facebook.
Perubahan identitas para informan ketika online dan ketika offline tak
lepas dari karakteristik CMC yang menurut Budiargo (2015) CMC berada pada
facebook baik orang tua juga anak mencoba untuk mengelola identitasnya
196
dan menggunakan kesan yang berbeda baik ketika dirinya di jejaring sosial
berkomunikasi secara online dan offline antara orang tua dan anak pengguna
juga waktu yang tak selalu bisa dilakukan untuk mengakses facebook terus
menerus. Baik informan orang tua ataupun informan anak, merasa komunikasi
SMY : “kalau lewat facebook mungkin kan ada yang diumpetin gitu,
walau terus terang kalau pun ngobrol langsung tante juga gabisa tau
yang dalem-dalemnya gimana kan..tapi lebih ke komunikasi langsung
terus kan lebih bisa melihat nada bicaranya…..kalau lewat facebook
kan bisa aja ada yang disembunyiin gitu.”
LLH : “secara langsung dong, karena kita bisa lihat
ekspresinya…manyunya dia, senengnya dia kan bisa kelihatan kan ya,
Ya itu tadi, kalau langsung kan saya bisa lebih meluk dia..kalau di
facebook terus jauh Cuma pake emoticon yah,,gitu doang ga berasa..”
SHD : “kalau-kalau di facebook, kita apa ya ga terlalu bebas gitu
disamping keterbatasan karakter yang harus kita pake, juga bahasa kita
gabisa enak gitu kalau seru sih ya…ketemu langsung.. Kalau di
facebook, kita menemukan keterbatasan kaya waktu, kalau berinteraksi
langsung kan bisa lebih banyak waktu dalam keadaan apapun dan
kapanpun. Ya lebih deket kita interaksi langsung lah..tapi, di facebook
secara keterbukaan kita juga cukup terbuka ya, tapi dalam hal-hal yang
biasa dan sifatnya ringan..”
197
beragam mulai dari ia memahami kondisi orang tua yang bekerja jadi tak
ADH : “Ya biar bisa langsung aja sih, soalnya kalau ngetik kan suka
capek jadi kalau langsung kayaknya enak aja gitu..
SYF : “Kenapa ya..biar lebih tau gitu letak permasalahannya di
mana-mana gitu..gimana cara nyelesainnya…”
HFZ : “gak bertele-tele kaya media sosial gitu,soalnya kita kaya
terhambat gitu kalau lewat facebook, karena juga ga setiap saat kita
buka, jadi kita bisa langsung tau gitu kalau langsung…”
Face to Face
Penerima :
Konteks:
dibandingkan dengan komuikasi tatap muka terbatas dari ruang dan waktu
komunikasi antara orang tua dan anak jauh akan lebih tercapai secara efektif
anomity social. Tidak seperti pada komunikasi tatap muka, petunjuk fisik
tidak hadir dalam proses komunikasinya sehingga asoek non verbal hilang.
beberapa tanda baca yang memiliki makna ekspresi dan disebut dengan
berinteraksi melalui facebook interaksi antara prang tua dan anak hanyalah
percakapan yang bisa melibatkan emosi dan kasih sayang. Hambatan yang
komunikasi yang ringan dan juga sebagai penambah wawasan baru untuk
membuat para orang tua dan anak lebih memilih berkomunikasi secara
langsung, dan minimnya interaksi sentuhan dan non verbal membuat orang
Tabel 4.2 Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Pengguna
Facebook saat Online dan Offline
Tabel 4.3 Pengelolaan Identitas dan Hambatan Komunikasi Orang tua dan Anak Pengguna
Facebook
tatap muka.
Keluarga Sumiyati & Tidak ada pengelolaan Pasangan ini Berkurangnya unsur Kesibukan
Umar Abdul Hafizh identitas yang terlalu ketika non verbal ketika Sumiyati
mencolok dilakukan berkomunikasi berkomunikasi yang
oleh Sumiyati ketika tatap muka menggunakan media bekerja dan
online di facebook, menggunakan social facebook Hafizh
walau terkadang ia bahasa yang sehingga ia merasa yang
sering menggunakan santai namun kurang bisa sekolah
kalimat-kalimat bijak tetap sopan, mengetahui isi hati terkadang
ketika membuat status sehingga tidak anaknya ketika di membuat
update di facebook ada perbedaan facebook. komunikasi
identitas dalam tatap muka
keluarga ini. hanya
terjalin
ketika
keduanya
sedang
lenggang
dan
memiliki
waktu
luang.
Keluarga Ardiany & Ketika online di Ketika Feedback yang tidak Perbedaan
Ghina Amany Facebook ada berkomunikasi langsung membuat pendapat
Syarifah kecenderungan secara tatap komunikasi anatara yang terjadi
pengelolaan identitas muka, Syifa Ardiany dan Syifa antara
yang dilakukan oleh merupakan anak ketika menggunakan Ardiany
sang anak (Syifa) yang sangat facebook menjadi tidak dan Ghina
terlihat dari status ramah, dan maksimal. sering
update di facebook sopan tidak menghamb
yang cenderung menggunakan at
menggunakan bahasa kata-kata kasar komunikasi
inggris untuk dan penurut tatap muka
mengungkapkan tidak terlihat antara
kekesalan dan sering pribadinya yang keduanya.
mencurahkan isi emosian,
hatinya di Facebook. Ardiany sang Ibu
Sementara untuk juga merupakan
Orang Tua (Ardiany) orang yang
tidak ada upaya untuk cukup terbuka
mengelola dan apa adanya.
identitasnya di Pengelolaan
facebook identitas terlihat
hanya pada sang
anak saja dalam
keluarga ini.
Keluarga Suhanda Tidak ada pengelolaan Ketika Suhanda Adanya keterbatasan Perbedaaan
identitas yang berkomunikasi karakter yang dimiliki pandangan
207
untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi orang tua dan anak yang
efektif, dan bagaimana media sosial facebook dalam hubungan orang tua
bahwa media sosial tidak bisa total untuk dijadikan media pengontrol
keseharian anak, tetaplah yang terpenting bagaimana orang tua secara fisik
anak di usia remaja 15-18 tahun adalah usia dimana anak mulai mengalami
menjalin hubungan komunikasi yang efektif. Para orang tua juga harus siap
mendengar apa yang diinginkan anak, dan tidak memaksakan ambisi kepada
kuat.
Mengenai identitas yang berbeda antara orang tua dan anak di media
apabila penerimaan akan diri sendiri sudah baik, maka upaya untuk
orang yang sisi penerimaan dirinya masih kurang kuat maka akan cenderung
facebbok bisa menjadi salah satu media untuk mengetahui kehidupan anak,
dan menjadi tempat interaksi yang baru antara orang tua dan anak, tetapi
komunikasi secara tatap muka dirasakan lebih dan masih sangat penting
interpersonal orang tua dan anak, namun tidak menggeser keutamaan dari
BAB V
5.1 Simpulan
saat offline, hirarki kesopanan orang tua dan anak ini masih
online dan offline pada orang tua tidak terlalu terlihat adanya
bersama-sama.
bersama.
masalah.
mencolok terlihat dari gaya bahasa orang tua dan anak ketika
sehari-hari.
isi hati antara orang tua dan anak. hambatan komunikasi pada
terlalu mencolok dari orang tua dan anak pada saat online dan
tua yang bekerja dan anak yang sekolah membuat waktu yang
komunikasi saat online antara orang tua dan anak ini adalah
5.2 Saran
pada setiap anak remaja dan orang tua tanpa media sosial,
perubahan identitas yang dilakukan oleh orang tua dan anak di media
sosial hal ini bisa diteliti lebih dalam menggunaan teori identitas dan
perubahan identitas yang terjadi pada orang tua dan anak di media
sosial.
komunikasi.
1. Facebook bisa digunakan oleh para orang tua dan anak bukan hanya
sebagai media sosial biasa, tapi untuk menjalin keakraban yang berbeda
2. Semoga dengan adanya penelitian ini para orang tua jadi lebih
secara tidak kaku dengan ikut membuat media sosial. Dan tidak hanya
3. Membuka pikiran baik orang tua dan anak tentang media sosial yang
khususnya untuk para remaja. Sehingga para pengguna media sosial juga
lebih tahu ada fungsi yang lebih bermanfaat dari media sosial terutama
facebook.
218
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai
Disiplin Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Boyd, Donah. (2014). It‟s Complicated the social lives of networked teens.
Yale University Press books: United States
JURNAL PENELITIAN :
ARTIKEL :
KOMPAS. edisi Senin 8/2/2010, “Predator Incar Anak Kita” (Diakses tgl
12/3/2015 pkl 10:51) Diunduh di
http://bayuimantoro.blogspot.com/2010/02/waspada-predator-incar-anak-kita.html
BIODATA MAHASISWA
NIM : 2011-41-142
15417
Agama : Islam
Email : Karinaulfa@gmail.com
Pendidikan Terakhir :
1997-1998 TK. Salman
1999-2005 SDN. Kp.Utan 2
2005-2008 SMP Negeri 3 Tangerang Selatan
2008-2011 SMA Negeri 4 Tangerang Selatan
2011-Sekarang Universitas Prof.Dr. Moestopo (Beragama)