Anda di halaman 1dari 395

OPTIMA PREPARATION

| DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. CEMARA |


| DR. AARON | DR. CLARISSA | DR. OKTRIAN | DR. REZA |
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212

Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364

w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
1
SOAL

Seorang pasien wanita bernama Ny. Hanifah Ambyar berusia 25


tahun datang ke dokter karena belum memiliki anak setelah 5 tahun
menikah. Dokter lalu melakukan pemeriksaan fern test. Fern test
yang dilakukan pada hari ke 12 siklus menstruasi didapatkan hasil
positif. Pemeriksaan fern test diulangi pada hari ke 20 siklus
menstruasi dan hasilnya negatif. Fern test digunakan oleh dokter
untuk mengetahui...
A. Reaksi alergi
B. Ovulasi
C. Peningkatan metabolisme
D. Peningkatan suhu
E. Hamil
Mengetahui Ovulasi
• Menghitung masa subur
– Periode: (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang -
11)
– Menggunakan 3 – 6 bulan siklus menstruasi
Metode Suhu Basal Tubuh
• Suhu basal tubuh: suhu terendah yang dicapai
oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan
istirahat (tidur). Dilakukan pada pagi hari segera
setelah bangun tidur dan sebelum beraktivitas

• Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih


dahulu dan naik menjadi 37-38o (naik 1-2o)
kemudian tidak akan kembali pada suhu 35
derajat celsius
Lendir Serviks (Billings Test)
• Lendir Tipe –E (estrogenik) :
– Diproduksi pada fase akhir pra ovulasi. Sifat-sifat banyak, tipis,
seperti air (jernih) dan viskositas/kelengketan rendah, elastisitas
besar, bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis.
Spermatozoa dapat menembus lendir ini.
• Lendir Tipe –G (gestagenik) :
– Diproduksi pada fase awal pra ovulasi dan setelah ovulasi. Sifat-
sifat kental, kelengketan tinggi, keruh (oppaque). Dibuat karena
peninggian kadar progesteron.
Metode Mukus Servikal (Metode Billings)
• mendekati masa ovulasi,mukus menjadi
relatif bening dan sangat licin (seperti putih
telur), dan dapat diregangkan di antara
kedua jari (spinnbarkeit)
Fern Test (Amniotic Fluid Crystallization Test
for Ruptured Membranes )
• Purpose:
– Detection of fern-type amnoitic fluid crystallization
as an aid in the detection of ruptured amniotic
membranes in pregnant women.
• “Ferning” is not specific for amniotic fluid. Other
fluids (e.g., blood, cervical mucus, semen and
some urine specimens) when dried can also yield
microscopic crystallization in a “fern” pattern
• Ferning is due to the prescence of sodium chloride
in the mucus under estrogen effect.
• When high levels of estrogen are present just
before the ovulation, the cervical mucus forms
fern like pattern due to crystallization of sodium
chloride on mucus fiber.
2
SOAL

Seorang pasien bernama Ny. Mustika Rahayu berusia 14 tahun


datang ke klinik Anda dengan keluhan belum pernah menstruasi.
Payudara membesar dan terdapat rambut kemaluan. Pasien juga
mengeluh nyeri perut bawah setiap bulannya. Pada pemeriksaan
ginekologi, didapatkan massa sebesar jeruk di perut bagian bawah.
Nyeri tekan, immobile. Kemungkinan yang dialami pasien adalah...
A. Kista ovarium
B. Hymen imperforata
C. Endometriosis
D. Mioma uteri
E. Tumor ovarium
Kryptomenorhea
• Merupakan suatu kondisi dimana menstruasi
terjadi namun tidak dapat mengalir keluar akibat
adanya obstruksi

• Hematokolpos: himen yang menonjol dan


berwarna kebiruan akibat berkumpulnya darah
pada belakang himen karena tidak terdapat
lubang keluar (imperforata)
Himen imperforata
• Pada wanita dengan karakteristik
seksual sekunder muncul sebelum
usia 15 tahun, dengan menorea,
atau keluhan nyeri panggul siklik 
evaluasi adanya obstruksi
• Himen imperforate
– insidensi 1:100-10.000
– Presentasi klinis: amenorea primer,
nyeri perut siklik, retensi urin,
distensi abdomen, adanya
membrane menonjol pada introitus
vagina
Variasi Bentuk Himen
Himen Imperforata
• Variasi ekstrim dari bentuk himen  bentuk himen tidak
memungkinkan adanya pembukaan himen
– Akibat dari bentuk anatomis tersebut, darah menstruasi tidak dapat
mengalir keluar sehingga dapat menyebabkan penimbunan darah
menstruasi di kavum uteri dan menyebabkan massa abdomen
• Gejala klinis tersering: amenorrhea primer di mana pasien tidak
pernah merasakan menstruasi walaupun gejala menstruasi seperti
nyeri abdomen dapat ditemukan
– Nyeri abdominal siklis (mengikuti siklus menstruasi
• Terapi: Bedah
• Komplikasi
– Hematometra: darah berkumpul di kavum uteri
– Hematosalping: darah berkumpul di tuba falopii
– Endometriosis
– Dapat menimbulkan retensi urin dan infertilitas
Sumber:http://emedicine.medscape.com/article/269050-overview#a03
3
SOAL

Seorang wanita bernama Ny. Wislandika berusia 27 tahun G1P0A0


mengaku hamil 12 minggu datang dengan keluhan perdarahan dari
kemaluan sejak 3 jam yang lalu. Keluhan tersebut disertai nyeri
perut bawah yang menjalar ke pinggang. Pada pemeriksaan
ditemukan TFU setinggi umbilikus. Dari USG didapatkan gambaran
snow storm. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Abortus imminens
B. Abortus insipiens
C. Abortus inkomplit
D. Abortus komplit
E. Mola hidatidosa
Perdarahan pada Kehamilan Muda

Perdarahan pada
kehamilan muda

Abortus Mola hidatidosa KET

TFU > UK
Massa seperti mata ikan Plano test (+)
USG: Honeycomb / Nyeri goyang serviks (+)
snowstorm appearance
Mola Hidatidosa

• Definisi
– Latin: Hidatid  tetesan air, Mola  Bintik

– Mola Hidatidosa menunjukkan plasenta dengan


pertumbuhan abnormal dari vili korionik
(membesar, edem, dan vili vesikular dengan
banyak trofoblas proliferatif)
Mola Hidatidosa: Faktor Risiko

• Usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun


• Pernah mengalami kehamilan mola
sebelumnya
• Risiko meningkat sesuai dengan jumlah
abortus spontan
• Wanita dengan golongan darah A lebih
berpotensi menderita koriokarsinoma, tapi
bukan mola hidatidosa
Mola Hidatidosa: Manifestasi Klinis

T I P E KO M P L I T T I P E PA R S I A L
• Perdarahan pervaginam setelah • Seperti tipe komplit hanya lebih
amenorea
ringan
• Uterus membesar secara abnormal dan
menjadi lunak • Biasanya didiagnosis sebagai
• Hipertiroidism aborsi inkomplit/ missed abortion
• Kista ovarium lutein • Uterus kecil atau sesuai usia
• Hiperemesis dan pregnancy induced kehamilan
hypertension
• Peningkatan hCG 100,000 mIU/mL • Tanpa kista lutein

Karakteristik Mola Komplit Mola Parsial


Jaringan Embrionik/ Fetal Tidak ditemukan Ditemukan, tidak sempurna

Pembengkakan hidatidiform vili korionik Difus Fokal


Hiperplasi tropoblas Difus Fokal
Scalloping vili korionik Tidak ditemukan Ditemukan
Inklusi stroma tropoblas Tidak ditemukan Ditemukan
Mola Hidatidosa: Hubungan dengan Hipertiroid

Hydatidiform Mole

Extremely high hCG level  mimic TSH

Hyperthyroidism
Mola Hidatidosa: Diagnosis
• Pemeriksaan kadar hCG  sangat
tinggi, tidak sesuai usia kehamilan
(mola komplit)
• Pemeriksaan USG 
• Komplit: ditemukan adanya gambaran
vesikuler atau badai salju yang merupakan
karakteristik pembengkakan vili korionik
yang difus dan vesikuler  snow storm/
honeycomb
• Partial: terdapat bakal janin dan plasenta.
swiss cheese pattern dan plasenta yang
membesar. Gambaran swiss cheese
pattern menandakan adanya ruang-ruang
kistik yang ditemukan pada pemeriksaan
USG. Selain pada mola parsial, gambaran
swiss cheese juga dapat ditemukan pada
kasus lain, seperti plasenta akreta.
• Pemeriksaan Doppler  tidak
ditemukan adanya denyut jantung janin
Tatalaksana
Mola Hidatidosa
• Kuretase dengan kuret vakum
dilakukan pemeriksaan PA
pada seluruh jaringan kerokan
• 7-10 hari setelah kuret tumpul
dilakukan kuretase tajam untuk
memastikan uterus benar-benar
kosong dan memeriksa tingkat
proliferasi sisa-sisa trofoblas
yang dapat ditemukan
4
SOAL

Seorang pasien wanita bernama Ny. Nelis Santosa berusia 32 tahun


G4P3A0 datang dengan alasan untuk memeriksakan kehamilannya
pertama kali. Pasien mengaku terlambat haid 3 bulan. Pada hasil
USG didapatkan janin dengan usia 12 minggu. Pada PF didapatkan
tekanan darah 170/120 mmHg, proteinuria (-). Apakah diagnosis
pada kasus ini?
A. Hipertensi gestasional
B. Preeklampsia ringan
C. Preeklampsia berat
D. Hipertensi kronis
E. Hipertensi emergensi
Hipertensi dalam kehamilan
Definisi
- Tekanan darah ≥140/90 mmHg
- Pada 2 kali pemeriksaan dengan
jarak 4-6 jam

Faktor predisposisi hamil


- Hidroamnion - Kehamilan
- DM pertama
- Gangguan vaskuler - Kehamilan dengan
plasenta vili korionik tinggi
(kembar atau
- Faktor herediter mola)
- Riwayat - Memiliki penyakit
preeklampsia KV sebelumnya
sebelumnya
- Obesitas sebelum
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
dasar dan rujukan WHO, 2013
Cunningham FG, et al. William’s obstetrics. 22nd ed. McGraw-Hill.
Hipertensi pada Kehamilan: Jenis

• Hipertensi Kronik
• Hipertensi Gestasional
• PreEklampsia
• PreEklampsia dengan gejala Berat
• Superimposed PreEklampsia
• HELLP Syndrome
• Eklampsia

Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik

• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan

• Diagnosis
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal yang terjadi akibat hipertensi kronik ini

Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Gestasional
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan
• Diagnosis
– TD ≥140/90 mmHg
– Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah kembali
normal <12 minggu pasca salin
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Tidak ada gangguan organ
• Tatalaksana Umum
– Pantau TD, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
– Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan
– Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin.
– Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
– Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.

Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Superimposed Preeklamsia

Superimposed preeklampsia
- Sudah ada hipertensi kronik sebelum hamil atau saat
usia kandungan <20 minggu disertai dengan kriteria
preeklamsia

Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda preeklampsia
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain seperti
epilepsi, perdarahan subarachnoid, atau meningitis

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
preeklampsia, yaitu:
– 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
– 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
– 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen
– 4. Edema Paru

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
– 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
– 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
HELLP Syndrome
• The HELLP syndrome is a serious complication in
pregnancy characterized by haemolysis, elevated
liver enzymes and low platelet count occurring in
0.5 to 0.9% of all pregnancies and in 10–20% of
cases with severe preeclampsia
• complete HELLP syndrome  requires the
presence of all 3 major components,
• Partial or incomplete HELLP syndrome consists of
only 1 or 2 elements of the triad (H or EL or LP)
Clinical Manifestation HELLP
Syndrome
• Right upper abdominal quadrant or epigastric pain, nausea and vomiting.
The upper abdominal pain may be fluctuating, colic-like
• [Many patients report a history of malaise some days before presentation
• 30–60% of women have headache; about 20% visual symptoms
• unspecific symptoms or subtle signs of preeclampsia or non-specific viral
syndrome-like symptoms
• The symptoms usually continuously progress and their intensity often
changes spontaneously.
• The HELLP syndrome is characterized by exacerbation during the night and
recovery during the day.
• Women with partial HELLP syndrome have fewer symptoms and develop
less complications than those with the complete form.
• However, a partial or incomplete HELLP syndrome may develop to a
complete form of the disorder
• Partial or total reversal of the syndrome may also occasionally occur,
albeit rarely
5
SOAL

Seorang wanita bernama Ny. Mamica Indriyana berusia 23 tahun


ingin mencatat masa suburnya untuk tujuan pantang berkala.
Wanita tersebut berdiskusi mengenai proses pencatatan kesuburan
karena hingga saat ini masih belum memahami cara menghitung
masa subur dan siklus menstruasi. Anda memberikan penjelasan
kepada wanita tersebut mengenai siklus normal menstruasi.
Hormon apa yang menyebabkan terjadinya ovulasi?
A. Progesterone
B. LH
C. FSH
D. Prolaktin
E. Androstenedion
Siklus Menstruasi
& Ovulasi

• Siklus menstruasi terdiri atas 2


komponen yaitu siklus ovarian
dan siklus uterine
• Siklus Ovarian :
• Fase folikular
• Ovulasi
• Fase luteal
• Siklus Uterine :
• Fase menstruasi
• Fase proliferatif
• Fase sekresi
FISIOLOGI MENSTRUASI

• Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid


berikutnya

• Stadium sekresi tetap karena corpus


luteum mempunyai umur 8 hari

• Stadium proliferasi dapat berbeda


panjangnya  terutama pada setiap
wanita

• Pada siklus 28 hari: ovulasi terjadi


pada hari ke 14 dari siklus

• Pada siklus 35 hari, ovulasi terjadi


pada hari ke 21
Siklus Ovarian
• Rata – rata berkisar sekitar
28 hari.
• Dimulai saat menarche,
dapat diinterupsi secara
normal oleh kehamilan dan
terhenti saat menopause.
• Terdiri atas 3 fase :
– Fase Follicular :
• Didominasi oleh pertumbuhan
dan pematangan folikel.
– Ovulasi
– Luteal phase
• Dicirikan dengan hadirnya
corpus luteum. Durasi selalu
konstan yaitu 14 hari
Ovulasi
• Ruptur dinding folikel Graff, cairan di dalam
folike dan oocyte keluar dari folikel.
• Dipacu oleh LH surge
• Dua atau lebih folikel dominan dapat
mengalami ovulasi.
• Bila keduanya mengalami fertilisasi  kembar
fraternal atau kembar dizigotik
Fase luteal
• Folikel yang telah pecah akan berubah struktur menjadi
corpus luteum (gland)
• Corpus luteum akan berfungsi sempurna dalam waktu
4 hari post ovulasi.
• Bila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, corpus
luteum akan mengalami degenerasi dalam waktu 14
hari setelah terbentuk
• LH mempengaruhi pembentukan corpus luteum.
• Durasi fase luteal bersifat konstan yaitu 14 hari. Bila
terjadi abnormalitas menstruasi, yang mengalami
pemanjangan atau pemendekan adalah fase folikular
Siklus Uterine
• Menggambarkan perubahan endometrium selama siklus ovarium
• Terdiri atas 3 fase yaitu:
– Fase menstruasi
• Terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron
• Endometrium luruh selama 5-7 hari
– Fase proliferasi
• Endometrium kembali tumbuh (menebal) untuk persiapan
implantasi bila terjadi kehamilan
– Fase sekresi / progestational
• Berbarengan dengan fase luteal.
Siklus uterine
• Fase Menstruasi • Fase Proliferasi
– Terjadi pengeluaran darah serta – Mulai bersamaan dengan hari –
debris endometrium melalui vagina hari terakhir fase folikular ovarium
– Hari pertama menstruasi dihitung – Pada fase ini uterus bersiap untuk
sebagai hari pertama dari siklus menerima ovum yang sudah
baru fertilisasi
– Terjadi bersamaan dengan • Endometrium mulai
berakhirnya fase luteal dari siklus berproliferasi (tumbuh) dengan
ovarium dan awal dari fase folikular dipengaruhi oleh estrogen dari
siklus ovarium folikel yang tumbuh
– Dipicu oleh penurunan hormon – Estrogen mendomniasi fase
esterogen dan progesteron proliferasi dari akhir fase
– Pelepasan prostaglandin uterin  menstruasi hingga ovulasi
vasokontriksi pembuluh darah – Puncak dari kadar esterogen akan
endometrium  kematian dari mencetuskan LH surge  Ovulasi
endometrium  darah menstruasi
Siklus uterine
• Fase sekresi
– Endometrium bersiap untuk mengalami implantasi
– Peningkatan suplay darah endometrium
– Dipicu oleh progesteron
– Bertepatan dengan fase luteal (saat terbentuknya
corpus luteum)
– Progesterone meningkatkan vaskularisasi
endometrium, dan kelenjar endometrium
mensekresikan glycogen secara aktif.
– Jika tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, corpus
luteum akan berdegenerasi  akan terjadi lagi fase
folikular dan fase menstrual yang baru
6
SOAL

Seorang pasien perempuan Ny. Herlina Triayu berusia 30 tahun


datang ke klinik dengan keluhan sudah lama tidak haid. Sebelumnya
pasien pernah haid 5 bulan yang lalu. Pasien sudah menikah dua kali
dan dari pernikahan pertama pasien memiliki anak. Dari
pemeriksaan TB 150 cm, BB 50 kg. Payudara dan rambut pubis
dalam batas normal, tes kehamilan (-). Diagnosis penderita ini
adalah...
• Amenore primer
• Amenore sekunder
• Amenore tersier
• Menopause dini
• Oligomenore
Amenorea
• Normal siklus menstruasi: 21-35 hari
• Amenorea primer
– Tidak ada menarche hingga usia lebih dari 15 tahun
– Tidak tumbuh payudara (karakteristik seksual sekunder)
atau menstruasi hingga usia 13 tahun
– Tidak ada menarche dalam 5 tahun setelah tumbuh
payudara
• Amenorea sekunder
– Tidak ada menstruasi selama 3 bulan berturut turut pada
yang sebelumnya menstruasi teratur
– Tidak ada menstruasi selama 6 bulan pada yang
sebelumnya tidak teratur menstruasi (ireguler)

https://www.aafp.org/afp/2013/0601/p781.pdf
https://www.acoog.org/web/Online/PDF/FC16/Thu/08-Wood10616.pdf
Gangguan Menstruasi:
Kelainan dan Diagnosis
Etiologi Utama Amenorea
Primer dan Sekunder
Penyebab Amenorea
Karena Masalah Pada HPO
Axis
Penyebab Amenorea
• Disfungsi (stress,
anoreksia nervosa,
olahraga berat, • Adenoma hipofisis
malnutrisi) • Autoimun
• Hipotalamus • Galaktosemia
hipogonadisme • Sindrome Sheehan

• Disgenesis gonad • Hipotiroidisme


(kariotipe abnormal : • Hipertiroidisme
sindrom Turner 45,X) • Hiperprolaktinemia
• Agenesis gonad • Cushing syndrome
• Defisiensi enzim
(aromatase, 17α • Defek anatomis
hidroksilase) (Mullerian agenesis)
• PCOS • Asherman syndrome
• Tumor ovarium • Vaginal agenesis
• Premature ovarian • Hipoplasia atau
failure (kemoterapi, aplasia
radiasi) endometrium
• Cervical agenesis
7
SOAL

Seorang perempuan bernama Ny. Agustina berusia 24 tahun datang


dengan keluhan nyeri perut bawah yang hebat sejak 1 jam yang lalu.
Pasien mengaku terlambat haid sudah 3 minggu. Pemeriksaan fisik:
TD 100/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, pernapasan 18 x/menit.
Perdarahan flek (+), kavum douglas menonjol, nyeri goyang portio
(+), tes kehamilan (+), Hb 7 g/dL. Diagnosis yang tepat adalah...
A. Abortus imminens
B. Abortus insipien
C. Abortus inkomplit
D. Kehamilan abdomen
E. Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan Ektopik Terganggu
• Kehamilan yang terjadi
diluar kavum uteri

• Gejala/Tanda:
– Riwayat terlambat
haid/gejala & tanda hamil
– Akut abdomen
– Perdarahan pervaginam
(bisa tidak ada)
– Nyeri goyang porsio
– Keadaan umum: bisa baik
hingga syok dan penurunan
kesadaran
– Kadang disertai febris
Implantasi Memicu
embrio inflamasi edema

Pendesakan jaringan sekitar o/ Kantung


kantung kehamilan kehamilan
ruptur

Perangsangan pada reseptor Darah merangsang reseptor


nosiseptif mekanik (stretch nosiseptif chemical
receptor) peritoneum

Nyeri
nyeri berat
Ectopic Pregnancy
• The most common site of ectopic implantation is
the fallopian tube, accounting for approximately
98% of cases.
– Fallopian tube sites include the ampullary, isthmic,
fimbrial, and interstitial portions.
• Additional sites include the cervix, ovary,
cesarean scar, and abdominal cavity.
• Sonographic evidence of an extrauterine
pregnancy is definitive for the diagnosis of an
ectopic pregnancy but occurs in fewer than one-
third of patient
Predileksi

Sumber: Sivalingam VN, Duncan WC, Kirk E, Shephard LA, Horne AW. Diagnosis and management of ectopic pregnancy. J Fam Plann Reprod
Health Care, 2011;: 1-10
KET: Kuldosentesis

• Teknik untuk mengidentifikasi hemoperitoneum

• Serviks ditarik kearah simfisis menggunakan


tenakulum  jarum 16-18 G dimasukkan lewat
forniks posterior kearah cul-de-sac

• Cairan yang mengandung gumpalan darah, atau


cairan bercampur darah sesuai dengan diagnosis
hemoperitoneum akibat kehamilan ektopik
KET: Tatalaksana
Tatalaksana Umum
• Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau RL (500 mL
dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama
• Segera rujuk ibu ke RS

Tatalaksana Khusus
• Laparotomi: eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi)
• Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
• Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu
• Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari
selama 6 bulan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
8
SOAL

Seorang wanita Ny. Rita Saraswati berusia 26 tahun G3P2A0 hamil 8


minggu datang dibawa oleh keluarganya dengan keluhan lemas.
Pasien sebelumnya muntah-muntah hebat, lebih dari 6 kali per hari.
Pada pemeriksaan fisik: tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 108
x/menit, napas 28 x/menit, suhu 36oC. Dilakukan pemeriksaan urin.
Hasil yang mungkin didapatkan...
A. Protein (+)
B. Nitrit (+)
C. Keton (+)
D. Bakteri (+)
E. Leukosit (+)
Emesis Gravidarum
• Emesis gravidarum (nausea and vomiting of
pregnancy /NVP)
– NVP should only be diagnosed when onset is in the first
trimester of pregnancy and other causes of nausea and
vomiting have been excluded.
– Nausea and vomiting of varying severity usually
commence between the first and second missed menstrual
period and continue until 14 to 16 weeks’ gestation

• Hiperemesis gravidarum
– protracted NVP with the triad of more than 5%
prepregnancy weight loss, dehydration and electrolyte
imbalance.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis gravidarum vs
emesis gravidarum
• Emesis Gravidarum / Nausea and Vomiting of
Pregnancy (NVP) didiagnosis saat trimester pertama
dengan mengeksklusi penyebab muntah dan mual
lainnya
• Biasanya <5x muntah per hari
• Berlangsung dimulai dari minggu ke 4-7 dan
berlangsung hingga minggu 14-16 usia kehamilan. 99%
berhenti di usia kehamilan 20 minggu
• Hiperemesis Gravidarum adalah emesis gravidarum
yang lebih berat dengan trias penurunan BB lebih dari
5% saat hamil, dehidrasi dan gangguan elektrolit.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
• Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Kondisi pada kehamilan yang ditandari dengan mual muntah yang
berat, menurunnya berat badan, dan gangguan elektrolit
• Terjadi pada trimester 1: Mulai setelah minggu ke-6 dan biasanya
akan membaik dengan sendirinya sekitar minggu ke-12

Etiologi
• Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan peningkatan hCG, hCG
yang meningkat dapat menyebabkan hipertiroidisme intermiten
karena meningkatkan reseptor hormone TSH

Komplikasi
• Akibat mual muntah → dehidrasi → elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, aseton darah meningkat → kerusakan liver
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Faktor Resiko
• Faktor resikonya adalah keadaan apapun yang
menyebabkan hCG meningkat, seperti:
– Obesitas
– Kehamilan gemeli
– Nuliparitas
– Mola hidatidosa
– Riwayat kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum

RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum: Patofisiologi

Worsen

NVP

Hypochoremic Thiamine
Dehydration Starvation
alkalosis depletion

Hemoconcentration Wernicke
Ketosis
Somnolen/coma encephalopathy
Hypovolemic shock 
Acute renal failure
Hepatic
NVP: Nausea and vomiting in pregnancy dysfunction
1. Cunningham et al. William’s obstetrics. 22nd ed. McGraw Hill; 2005.
2. Verberg MFG, et al. Hyperemesis gravidarum, a literature review. Human Reproduction Update, Vol.11, No.5 pp. 527–539, 2005.
3. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• Mual muntah pada kehamilan tanpa komplikasi, frekuensi <5 x/hari
• 70% pasien: Mulai dari minggu ke-4 dan 7
• 60% : membaik setelah 12 minggu
• 99% : Membaik setelah 20 minggu

Hyperemesis gravidarum
• Mual muntah pada kehamilan dengan komplikasi
– dehidrasi
– Hiperkloremik alkalosis,
– ketosis
Grade 1 Penurunan nafsu makan, nyeri epigastrium, peningkatan nadi
>100x/menit, tekanan darah menurun, dehidrasi
Grade 2 Apatis, nadi meningkat dan lemah, ikterik, oliguria, hemokonsentrasi,
nafas bau aseton
Grade 3 Syok hipovolemik, Somnolen-Koma, Ensefalopati Wernicke
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
Diagnosis

• Pasien dengan trias


klinis hyperemesis
gravidarum perlu
dilakukan pengecekan
terutama keton
urin/dipstick,
hematocrit, elektrolit,
transaminase darah dan
marker thyroid
Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in
Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A
1821–6
The initial management of NVP and HG
• Women with mild NVP should be managed in the
community with antiemetics.
• Ambulatory daycare management should be used for
suitable patients when community/primary care measures
have failed and where the PUQE score is less than 13.
• Inpatient management should be considered if there is at
least one of the following:
– continued nausea and vomiting and inability to keep down oral
antiemetics
– continued nausea and vomiting associated with ketonuria
and/or weight loss (greater than 5% of body weight), despite
oral antiemetics
– confirmed or suspected comorbidity (such as urinary tract
infection and inability to tolerate oral antibiotics)
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Emesis gravidarum: treatment
• Dietary and lifestyle changes
– Taking only small amounts of liquid or food at a time at frequent
intervals
– Avoiding an empty stomach
– Avoiding rich, fatty, or spicy foods
– Eating dry crackers before getting out of bed in the morning
– Eating a high-protein snack before retiring at night
• Pharmacotherapy
– Vitamin B6 or vitamin B6 plus doxylamine
– Antihistamin
– Antikolinergik
– Antiemetik  domperidone, ondansetron
https://www.medscape.com/viewarticle/712662_7
https://www.medscape.org/viewarticle/849796
Pilihan Terapi
• Pada pasien dengan hyperemesis gravidarum rute pengobatan lebih dipilih secara IV
atau IM karena intake oral sulit

RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum: Tatalaksana
Hiperemesis Gravidarum: Tatalaksana

Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kementerian Kesehatan RI
9
SOAL

Seorang pasien wanita Ny. Gindaraputri berusia 28 tahun P1A0


datang dirujuk oleh bidan karena perdarahan setelah melahirkan
yang banyak dan belum berhenti. Plasenta sudah lahir lengkap.
Pemeriksaan uterus 2 jari di atas simfisis dan kontraksi kuat. Pada
perineum, tampak laserasi jalan lahir hingga mukosa rektum.
Derajat berapakah laserasi perineum pada pasien ini?
A. Grade 1
B. Grade 2
C. Grade 3A
D. Grade 3B
E. Grade 4
I Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura
posterior tanpa mengenai kulit perineum. Tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik

II Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa


vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot
perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan laserasi
perineum.

III Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina, komisura


posterior, kulit perineum, otot perineum hingga otot
sfingter ani.

IV Mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit


perineum, otot sfingter ani sampai ke dinding depan
rektum. Penolong asuhan persalinan normal tidak dibekali
keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga
atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Penatalaksanaan laserasi jalan lahir
• Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul didahului oleh kepala janin
dengan cepat.
• Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan
perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan
otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena
diregangkan terlalu lama.
• Penatalaksanaan farmakologis:
– Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat
diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk
ruptur perineum yang berat).
Manajemen Ruptur Perineum
• Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko
perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen ruptur perineum
untuk masing-masing derajatnya, antara lain sebagai berikut :
– a. Derajat I
• Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah menjahit
ruptur derajat I yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
• Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau
dengan cara angka delapan (figure of eight).
– b. Derajat II
• Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara
mengklem masing-masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan
untuk meratakannya.
• Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
– c. Derajat III dan IV
• Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis
obstetric dan ginekologi.
10
SOAL

Seorang pasien perempuan Ny. Hespitasari berusia 38 tahun


G5P4AO usia gestasi 7 minggu datang dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak 8 jam yang lalu. Sebelumnya, pasien mengaku
jatuh dari tangga di rumahnya. Pasien mengeluh nyeri perut.
Pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal. Terdapat
perdarahan pervaginam, OUE terbuka, diagnosis yang tepat
adalah...
A. Abortus insipiens
B. Abortus inkomplit
C. Abortus komplit
D. KET
E. Plasenta previa
Jenis Abortus
PERDARAHA BESAR
DIAGNOSIS SERVIKS GEJALA LAIN
N UTERUS
• Tes kehamilan +
Sesuai usia
Abortus imminens Sedikit-sedang Tertutup lunak • Nyeri perut
kehamilan
• Uterus lunak
Sesuai atau lebih • Nyeri perut >>
Abortus insipiens Sedang-banyak Terbuka lunak
kecil • Uterus lunak
• Nyeri perut >>
Lebih kecil dari usia
Abortus inkomplit Sedikit-banyak Terbuka lunak • Jaringan +
kehamilan
• Uterus lunak

• Sedikit atau tanpa


Tertutup atau Lebih kecil dari usia nyeri perut
Abortus komplit Sedikit-tidak ada
terbuka lunak kehamilan • Jaringan keluar ±
• Uterus kenyal

Perdarahan Membesar, nyeri • Demam


Abortus septik Lunak
berbau tekan • leukositosis
• Tidak terdapat gejala
nyeri perut
Lebih kecil dari usia
Missed abortion Tidak ada Tertutup • Tidak disertai
kehamilan
ekspulsi jaringan
konsepsi
Abortus Imminens Abortus Insipiens Abortus Inkomplit

Abortus Komplit Missed Abortion


Abortus: Tatalaksana Umum
• Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
• Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok
• Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat
• Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
– Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
– Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
– Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
• Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
• Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus
Tatalaksana Abortus Insipiens
• Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus (dengaan
AVM) Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
– Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
– Rencanakan evakuasi segera.
• Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
– Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam
uterus (lakukan dengan AVM).
– Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
• Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu
baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
• Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
• Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
11
SOAL

Seorang pasien perempuan Ny. Misaela berusia 28 tahun G1P0A0


usia kehamilan 28 minggu datang ke rumah sakit untuk periksa rutin
kehamilan. Saat ini, pasien tidak mengalami keluhan apapun.
Pemeriksaan tanda vital tekanan darah 180/110 mmHg, N 90
x/menit, P 18 x/menit. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan disangkal. Pemeriksaan kehamilan hasil normal, DJJ
normal dan berat janin sesuai dengan usia kehamilan. Obat
hipertensi apa yang dapat diberikan pada pasien?
A. Catopril
B. Metildopa
C. Nifedipin
D. Furosemid
E. Propranolol
Antihypertensive Therapy In
Preeclampsia
• There are two settings in which antihypertensive
therapy is used in preeclampsia:
– Acute management of severe hypertension, which
may require parenteral therapy, and
– Longer-term blood pressure control during expectant
management of severe preeclampsia.
• Occasionally, preeclamptic women with severe hypertension
remote from term are stabilized and not delivered
immediately.
• Oral antihypertensive therapy is often indicated for these
patients
Antihypertension Drug In Pregnancy
• According to NHBPEP methyldopa, labetalol, beta blockers (other than atenolol), slow
release nifedipine, and a diuretic in pre-existing hypertension are considered as appropriate
treatment
• If a woman’s blood pressure is well controlled on an agent pre-pregnancy she may continue
it during pregnancy, with the exception of angiotensin-converting enzyme inhibitors and
angiotensin II receptor blockers.
• If restarting drug therapy in women with chronic hypertension, methyldopa is recommended
as first line therapy.
• For emergency treatment in preeclampsia, IV hydralazine, labetalol and oral nifedipine can
be used
• The ACOG Practice Bulletins also recommend that methyldopa and labetalol are appropriate
first-line agents and beta-blockers and angiotensin-converting enzyme inhibitors are not
recommended
• In current practice, antihypertensive medications other than methyldopa and hydralazine
are being used more often in pregnancy (Table 3), and particularly in patients for whom BP
control cannot be achieved with these agents, or in the presence of intolerable side effects
Brown C, Garovic V. Drug Treatment of Hypertension in Pregnancy. Drugs. 2014 March ; 74(3): 283–296
Antihipertensi pada Kondisi Akut (Urgent) Preeklamsia Berat/ Eklampsia
Drug Doses For Oral Treatment
Of Hypertension In Pregnancy

* The full hypotensive effect of an initial dose or adjustment of methyldopa may not occur until after 2 to 3 days of continuous use.
¶ Use of immediate release nifedipine (oral or sublingual) is not recommended because it may cause significant rapid decreases in blood pressure.
Δ Chronic hydralazine doses above 100 mg daily are associated with an increased risk for developing lupus erythematosus, particularly in women and slow
acetylators; ascertainment of acetylator status is recommended before increasing dose above 100 mg per day in many countries.
Antihipertensi Dalam Kehamilan

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
12
SOAL

Ibu hamil bernama Ny. Juliana berusia 28 tahun G2P0A0 Usia


kehamilan 30 minggu datang dengan keluhan kencang-kencang sejak
8 jam sebelum masuk rumah sakit. Kencang-kencang tersebut
dirasakan semakin teratur. Gerakan janin masih dirasa normal.
Pemeriksaan tanda vital TD 110/70 N 80 x/menit P 16 x/menit.
Apakah pilihan terapi yang tepat pada pasien ini?
A. Dexametason 12mg/6jam IV
B. Dexametason 12mg/6jam IM
C. Dexametason 6mg/12jam IM
D. Dexametason 12mg/6jam oral
E. Betametason 12mg/12 jam IM
Partus Prematurus

• POGI (Semarang, 2008): persalinan preterm


adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan 22-37 minggu

• (Wibowo, 1997): Kontraksi uterus yang teratur


setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37
minggu dengan interval kontraksi 5-8 menit atau
kurang + satu atau lebih tanda berikut:
– Perubahan serviks yang progresif
– Dilatasi serviks 2 cm atau lebih
– Penipisan serviks 80 % atau lebih
Pratus Prematurus

• Partus yang terjadi di bawah umur kehamilan 37


minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500
gram (Manuaba, 1998 : 221)

• Partus yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu


dihitung dari hari pertama haid terakhir (Nur, 2008)

• Munculnya aktivitas uterus regular yang menghasilkan


pendataran maupun dilatasi sebelum kehamilan 37
minggu selesai (Chapman, Vicky, 2006 : 184)
Faktor Risiko & Diagnosis PPI
Menurut Wijnyosastro (2010) dan Rompas (2004)
Janin & Plasenta Perdarahan trimester I, perdarahan antepartum, KPD, pertumbuhan
janin terhambat, cacat kongenital, gemeli, polihidramnion

Ibu DM, preeklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm/abortus berulang, inkompetensi
serviks, narkotika, trauma, perokok berat, kelainan imun/rhesus,
serviks terbuka > pada 32 minggu, riwayat konisasi

Kriteria Diagnosis PPI (American College of Obstetricians and Gynecologists, 1997)


1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi 4x dalam 20 menit atau 8x dalam 60
menitplus perubahan progresif pada serviks
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm
3. Pendataran serviks > 80%
Agen Tokolitik pada Persalinan Preterm

• Most Effective tocolytic drugs:


– Inhibitor prostaglandin sintetase (COX inhibitor):
Indometasin
– Antagonis calcium channel : Nifedipin
– Beta Agonis: Terbutalin, Ritodrine
• Less Effective tocolytic drugs:
– Magnesium sulfat
– Antagonis oksitosin: Atosiban
Pematangan Paru

• Akselerasi pematangan fungsi paru janin


– Bila usia kehamilan < 35 minggu
– Obat:
• Betametason 2 x 12 mg IM, jarak pemberian 24 jam
• Deksametason 4 x 6 mg IM, jarak pemberian 12 jam
• Peningkat surfaktan: thyrotropin releasing hormone 200 ug IV ATAU
inositol

• Pencegahan infeksi
– DOC: eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari
– Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
– Klindamisin
– Kontra indikasi: amoksiklav  risiko necrotizing enterocolitis
Komplikasi PPI
• Pada Ibu
– Endometritis

• Pada Janin
– HMD, gangguan refleks akibat SSP belum matang,
intoleransi akibat GI belum matang, retinopati,
displasia bronkopulmoner, penyakit jantung,
jaundice, infeksi/septikemia, anemia, gangguan
mental & motorik
13
SOAL

Seorang pasien perempuan Ny. Vienna berusia 32 tahun G2P0A1


hamil 8 minggu memeriksakan kandungannya. Pasien mengaku
riwayat anak pertama meninggal sesaat setelah lahir karena
anencepal. Pasien berkonsultasi agar kehamilan selanjutnya tidak
seperti kehamilan anak pertama. Suplementasi vitamin untuk
mencegah terulangnya hal tersebut adalah...
A. Zat besi
B. Asam folat 400 mcg/hari
C. Asam folat 4 mg/hari
D. Niasin
E. Kobalamin
Suplementasi dan Nutrisi Kehamilan
• Suplementasi dan Medikamentosa
– Asam Folat
– Zat Besi
– Kalsium
– Aspirin
– Tetanus Toxoid

• Nutrisi
– Penambahan kalori 300 kkal/hari (hamil) dan
500kkal/hari (menyusui)
– Air 400 ml/hari

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


Suplementasi Kehamilan: Asam Folat
• Kebutuhan Asam Folat
• 50-100 μg/hari pada wanita normal
• 300-400 μg/hari pada wanita hamil  hamil kembar lebih
besar lagi

• Dosis
– Pencegahan defek pada tube neural: Min. 400 mcg/hari
– Defisiensi asam folat: 250-1000 mcg/hari
– Riwayat kehamilan sebelumnya memiliki komplikasi defek
tube neural atau riwayat anensefali: 4mg/hari pada sebulan
pertama sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 3 bulan
setelah konsepsi

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


14
SOAL

Seorang pasien perempuan Ny. Astanina berusia 30 tahun G2P1A0


dengan usia kehamilan 43 minggu datang dengan keluhan tidak ada
tanda tanda akan melahirkan. Taksiran berat janin 2800 gram. Anak
sebelumnya lahir dengan berat 3000 gram, per vaginam. Riwayat
keguguran (-). Dari pemeriksaan tidak kelainan. DJJ 145-150x/menit.
Tatalaksana yang tepat adalah...
A. Tunggu 2 Minggu
B. Induksi persalinan
C. Tunggu 1 Minggu
D. Anjurkan SC
E. Tunggu mules sendiri
Kehamilan Postterm (Serotinus)
• Definisi: kehamilan lewat waktu sebagai
kehamilan usia ≥ 42 minggu penuh (294 hari)
terhitung sejak hari pertama haid terakhir. (WHO)
– Namun penelitian terkini menganjurkan tatalaksana
lebih awal.
• Diagnosis :
– USG di trimester pertama (usia kehamilan antara 11-
14 minggu) sebaiknya ditawarkan kepada semua ibu
hamil untuk menentukan usia kehamilan degan tepat
– Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 5
hari berdasarkan perhitugan hari pertama haid
terakhir dan USG, trimester pertama, waktu taksiran
kelahiran harus disesuaikan berdasarkan hasil USG
• Diagnosis (Cont…)
– Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari
10 hari berdasarkan perhitungan hari pertama
haid terakhir dan USG trimester kedua, waktu
taksiran kelahiran harus disesuaikan berdasarkan
hasil USG
– Ketika terdapat hasil USG trimester pertama dan
kedua, usia kehamilan ditentukan berdasarkan
hasil USG yang paling awal
– Jika tidak ada USG, lakukan anamnesis yang baik
untuk menentukan hari pertama haid terakhir,
waktu DJJ pertama terdeteksi, dan waktu gerakan
janin pertama dirasakan, faktor predisposisi,
riwayat kehamilan lewat waktu sebelumnya
Kehamilan Postterm
• 3-10 % kehamilan akan menjadi kehamilan
postterm.
• Kondisi ini terkait dengan resiko makrosomia,
oligohidroamnion, aspirasi mekonium, IUFD dan
sindrom dismaturitas.
• Etiologi :
– Kesalahan perhitungan usia kehamilan
– Overweight dan obesitas pada ibu
• Diagnosis :
– Penentuan HPHT yang tepat, USG rutin pada trimester
1 dan 2 kehamilan

Callahan T, Caughey A. Blueprints : obstetric and Gynecology 6th ed. Lipincot william wilkins 2013.
Kehamilan Postterm
• Fungsi plasenta pada kehamilan postterm
– Fungsi plasenta akan memuncak pada kehamilan usia
38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu
akibat menurunnya kadar esterogen plasenta.
– Selain itu terjadi pula spasme arteri spiralis 
insufisieni plasenta  penurunan suplai oksigen dan
nutrisi ke janin
– Siklus uteroplasenta akan mengalami penurunan
sebanyak 50%  meningkatkan resiko kematian pada
bayi
– Kematian pada bayi dari kehamilan postterm : 30%
prepartum, 55% intrapartum dan 15 % postpartum
Tatalaksana Umum
• Sedapat mungkin rujuk pasien ke rumah sakit.
• Apabila memungkinkan, tawarkan pilihan membrane
sweeping antara usia kehamilan 38-41 minggu setelah
berdiskusi mengenai risiko keuntungannya.
• Tawaran induksi persalinan mulai dari usia kehamilan
41 minggu.
• Pemeriksaan antenatal untuk mengawasi kehamilan
usia 41-42 minggu sebaiknya meliputi non-stress test
dan pemeriksaan volume cairan amnion.
• Bila usia kehamilan telah mencapai 42 minggu, lahirkan
bayi
15
SOAL

Pasien wanita Ny. Antiksekali usia 28 tahun hamil 37-38 minggu


datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak sekitar 2
jam yang lalu. Pasien sudah merasa kencang – kencang sejak 1 hari
yang lalu tapi pergi ke dukun. Pemeriksaan dalam belum ada tanda
inpartu. Tampak darah dari jalan lahir. Pada palpasi abdomen
didapatkan perut tegang dan bagian terbawah janin sulit diraba.
Diagnosis yang tepat adalah...
A. Plasenta previa
B. Vasa previa
C. Ruptur uteri
D. IUFD
E. Solusio plasenta
Perdarahan Antepartum

Perdarahan Antepartum
(>28 minggu)

Vasa Previa Plasenta previa Solutio plasenta

Painless
Riw. trauma (+)
Causeless
Nyeri (+)
Recurrence
Darah kehitaman
Darah merah segar
Hemorrhagia Antepartum
• Definisi
– Pendarahan yang terjadi setelah usia kehamilan
> 28 minggu (Mochtar, 2002)

• Etiologi
– Plasenta previa, solusio plasenta, penyebab lain
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Perdarahan dari jalan lahir setelah usia kehamilan 22 minggu
Gejala dan Tanda Utama Faktor Predisposisi Penyulit Lainnya Diagnosis
• Perdarahan tanpa nyeri. Nullipara atau multiparitas • Tidak ada nyeri. Plasenta Previa
• Darah segar atau kehitaman. • Bagian terendah fetus tidak
• Terjadi setelah miksi atau defekasi, aktifitas masuk pintu atas panggul.
fisik, kontraksi braxton hicks, trauma atau • Gawat janin
koitus.
• Perdarahan dengan nyeri intermitten atau • Hipertensi • Syok yang tidak sesuai jumlah Solusio Plasenta
menetap. • Versi luar darah yang keluar
• Darah kehitaman dan cair atau mungkin • Trauma abdomen • Anemia berat
terdapat bekuan • Polihidramnion • Melemah/hilangnya gerak
• Bila jenis terbuka, warna darah merah segar. • Gemelli fetus
• Defisiensi nutritif • Gawat janin atau hilangnya
DJJ
• Uterus tegang dan nyeri
• Kelelahan dan dehidrasi • Pernah SC • Syok/takikardia Ruptura Uteri
• Konstriksi bandl • Partus lama • Hilangnya gerak dan DJJ
• Nyeri perut bawah hebat • CPD • Bentuk uterus
• Gejala tidak khas pada bekas seksio sesaria • Kelainan abnormal/kontur tidak jelas
letak/presentasi • Nyeri raba/tekan dinding
• Persalinan traumatik perut
• Bagian anak mudah dipalpasi
• Perdarahan merah segar • Solusio plasenta • Perdarahan gusi Gangguan
• Uji pembekuan darah tidak menunjukan adanya • Janin mati dalam rahim • Gambaran memar bawah kulit pembekuan darah
bekuan darah setelah 7 menit • Eklampsia • Perdarahan dari tempat
• Rendahnya faktor pembekuan darah • Emboli air ketuban suntikan/infus
• Perdarahan saat amniotomi atau saat selaput • Kehamilan multipara • Sulit dikenali saat pembukaan Vasa Previa
ketuban pecah spontan • Genetik masih kecil
• Pulsasi di sepanjang alur pembuluh yang teraba
Solusio Plasenta
• Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya

• Diagnosis
– Perdarahan kehitaman dan cair, syok tidak sesuai dengan jumlah
darah keluar (tersembunyi), anemia berat, gawat janin/
hilangnya DJJ, uterus tegang dan nyeri

• Faktor Predisposisi
– Hipertensi
– Versi luar
– Trauma abdomen
– Hidramnion
– Gemelli
– Defisiensi besi
Solusio Plasenta: Patofisiologi
• Perdarahan pada pemb. Darah plasenta/uterus  hematma pada desidua 
plasenta terdesak dan terlepas

• Perdarahan berlangsung teru karena otot uterus yang telah meregang oleh
kehamilan tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya 
hematoma retroplasenter bertambah besar  sebagian/ seluruh plasenta lepas
dari dinding uterus

• Sebagian darah akan menyusup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan
ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus

• Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus akan


berbercak biru atau ungu (uterus Couvelaire)  Perut terasa sangat tegang dan
nyeri

• Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter  banyak


trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu  pembekuan intravaskuler
dimana-mana  menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen 
hipofibrinogenemia  gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi
juga pada alat-alat tubuh yang lainnya
SolusioSolusio Plasenta:
Plasenta: Tata Laksana
Tatalaksana
Tatalaksana
• Perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda- tanda awal syok pada ibu,
lakukan persalinan segera bergantung pembukaan serviks:
– Lengkap  ekstraksi vakum
– Belum ada/ lengkap  SC
– Kenyal, tebal, dan tertutup  SC

• Jika perdarahan ringan/ sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok, tindakan
bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
• DJJ normal, lakukan seksio sesarea
• DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal: pertimbangkan
persalinan pervaginam
• DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah:
– pecahkan ketuban dengan kokher:
– Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
• DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan persalinan
pervaginam segera, atau SC bila tidak memungkinkan
16
SOAL

Seorang perempuan Ny. Salam Lestasi berusia 34 tahun G4P3A0


hamil 40 minggu dirujuk dari bidan karena mengalami persalinan
macet. Tampak kepala bayi sudah diluar setelah persalinan dibantu
selama kurang lebih 1 jam. Riwayat DM tak terkontrol sejak 5 tahun
lalu. Turtle sign (+). Perkiraan berat badan bayi 4.500 gram.
Diagnosis yang tepat adalah...
A. After coming Head
B. Retensio bayi
C. Distosia bahu
D. Kala I lama
E. Kala II lama
Distosia Bahu

• Keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu


anterior tidak dapat lewat dibawah simfisis pubis
• Kegagalan melahirkan bahu dengan metode biasa
• Incidence
• 1 to 2 per 1000 deliveries
• 16 per 1000 deliveries of babies > 4000 g
• Diagnosis:
– Kesulitan melahrikan wajah dan dagu
– “Turtle Sign”: kepala bayi melekat erat di vulva atau
bahkan tertarik kembali
– Kegagalan paksi luar kepala bayi
– Kegagalan turunnya bahu
Complications of Shoulder Dystocia
• Fetal/neonatal
- death
- asphyxia and sequelae
- fractures - clavicle, humerus
- brachial plexus palsy
• Maternal
- postpartum hemorrhage
- uterine rupture
Risk Factors
Risk factors are present in < 50% of cases
• post-term pregnancy
• maternal obesity
• fetal macrosomia
• previous shoulder dystocia
• operative vaginal delivery
• prolonged labour
• poorly controlled diabetes
Manuver
McRobert

Penekanan
Suprasimfisis
Management of Shoulder Dystocia
Ask for help
Lift - the buttocks } McRobert’s manoeuver
- the legs
Anterior disimpaction of shoulder
- rotate to oblique
- suprapubic pressure
Rotation of the posterior shoulder - Woods’ manoeuver
Manual removal of posterior arm
Avoid the P’s
• Panic
• Pulling (on the head)
• Pushing (on the fundus)
• Pivoting (sharply angulating the head,
using the coccyx as a fulcrum)
Ask for HELP
• get the mother on your side
• partner, coach
• nursing
• notify physician back up or other
appropriate personnel
Lift - McRobert’s Manoeuver
Manuever Mac Roberts
• Maneuver ini terdiri dari melepaskan
kaki dari penyangga dan melakukan
fleksi sehingga paha menempel pada
abdomen ibu. Tindakan ini dapat
menyebabkan sacrum mendatar, rotasi
simfisis pubis kearah kepala maternal
dan mengurangi sudut inklinasi.
Meskipun ukuran panggul tak berubah,
rotasi cephalad panggul cenderung
untuk membebaskan bahu depan yang
terhimpit.
• Maneuver Mc Robert
• Fleksi sendi lutut dan paha serta
mendekatkan paha ibu pada abdomen
sebaaimana terlihat pada (panah
horisontal). Asisten melakukan tekanan
suprapubic secara bersamaan (panah
vertikal)
Lifting the legs and
buttocks
• McRobert’s manoeuver
• flexion of thighs on
abdomen
• requires assistance
• 70% of cases are resolved
with this manoeuvre alone
Anterior Disimpaction -
1) Suprapubic Pressure
(Massanti Manoeuvre)
• NO fundal pressure
• Abdominal approach:
suprapubic pressure applied
with heel of clasped hand
from the posterior aspect of
the anterior shoulder to
dislodge it
Anterior Disimpaction -
2) Rubin Manoeuver
• vaginal approach
• adduction of anterior shoulder by
pressure applied to the posterior
aspect of the shoulder (the
shoulder is pushed toward the
chest)
• consider episiotomy
• NO fundal pressure
Rotation of Posterior Shoulder - Step 1

• pressure on anterior
aspect of posterior
shoulder
• may be combined
with anterior
disimpaction
manoeuvers
• NO fundal pressure
Rotation of Posterior Shoulder - Step 2

Wood’s screw
manoeuvre
• can be done
simultaneously with
anterior dissimpaction
Rotation of Posterior Shoulder - Step 3

• may be repeated
if delivery not
accomplished by
Steps 1 & 2
Rotation of Posterior Shoulder - Step 4
Manual removal of
posterior arm
• flex arm at elbow
• (pressure in antecubital
fossa to flex arm)
• sweep arm over chest
• grasp wrist/forearm or
hand
• deliver arm
Manual removal of the posterior arm
17
SOAL

Seorang pasien perempuan Ny. Amoxsanita berusia 30 tahun,


datang ke Puskesmas untuk berkonsultasi dengan keluhan terdapat
benjolan di kemaluan sejak 3 bulan yang lalu. Sejak 2 hari yang lalu,
benjolan terasa sangat sakit hingga pasien sulit berjalan karena
nyeri. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan sebesar kelereng,
bersifat mobile di labia mayor dextra. Nyerti tekan (+) dan tampak
hiperemis, eritema, hangat, dan terdapat peradangan di jaringan
sekitarnya. Terapi yang tepat untuk pasien ini adalah....
A. Marsupialisasi
B. Eksisi
C. Insisi
D. Ekstirpasi
E. Antibiotik
KISTA BARTHOLIN
Kelenjar Bartholin: Kista Duktus Bartholin:
• Bulat, kelenjar seukuran kacang • Kista yang paling sering
terletak didalam perineum pintu
masuk vagina arah jam 5 & jam 7 • Disebabkan oleh obstruksi
• Normal: tidak teraba sekunder pada duktus akibat
• Duktus: panjang 2 cm & terbuka inflamasi nonspesifik atau
pada celah antara selaput himen trauma
& labia minora di dinding lateral
posterior vagina • Kebanyakan asimptomatik
Bartholin Cyst
• Bartholin cyst • Bartholin abscess
– If the orifice of the – An obstructed Bartholin
Bartholin duct becomes duct can become infected
obstructed, mucous and form an abscess
produced by the gland
accumulates, leading to
cystic dilation proximal to
the obstruction.
– Obstruction is often caused
by local or diffuse vulvar
edema.
– Bartholin cysts are usually
sterile and the gland is not
affected.

Uptodate.com
Clinical Presentation
• Bartholin cyst :
– Unilateral, 1-3 cm
– typically painless, and may be asymptomatic or mild pain
– Most Bartholin cysts are detected during a routine pelvic examination or by the woman
herself.
– Larger cysts  discomfort, typically during sexual intercourse, sitting, or ambulating.
– Patients may also find the presence of a cyst to be disfiguring, even in the absence of
symptoms.
– Cysts are likely to have clear or white fluid.

• Bartholin abscesses :
– typically present with such severe pain and swelling and patients are unable to walk, sit,
or have sexual intercourse.
– Abscesses have a purulent discharge that is typically yellow or green
– Fever - One-fifth of patients with abscess are febrile
– Unilateral, warm, tender, soft, or fluctuant mass in the lower medial labia majora or lower
vestibular area, occasionally surrounded by erythema (cellulitis) and edema
(lymphangitis).
– A large abscess, however, can expand into the upper labia.
– If the abscess is very close to the surface, pus may break through the thin layer of skin at a
point (pointing) and may drain spontaneously.
Kista & Abses Bartholin: Terapi
• Pengobatan tidak diperlukan pada wanita usia
< 40 tahun kecuali terinfeksi atau simptomatik
• Simptomatik
– Kateter Word selama 4-6 minggu
– Marsupialization: Alternatif kateter Word, biasanya
dilakukan jika rekuren tidak boleh dilakukan bila
masih terdapat abses  obati dulu dengan antibiotik
spektrum luas Kateter Word
– Eksisi: bila tidak respon terhadap terapi sebelumnya 
dilakukan bila tidak ada infeksi aktif, jarang dilakukan
karena menyebabkan disfigurasi
anatomis serta nyeri

• Pada wanita > 40 tahun


• Biopsi dilakukan untuk
menyingkirkan adenocarcinoma
kelenjar Bartholin
http://www.aafp.org/afp/2003/0701/p135.html
Treatment
• Cyst • Abscess
– No intervention is necessary – The mainstay of treatment is
for asymptomatic Bartholin I&D (Insicion and Drainage)
cysts. with placement of a Word
– A possible exception to this is catheter, under local
women age 40 years or older, anesthesia.
for whom some experts – Immediate pain relief occurs
suggest incision and drainage upon drainage of pus.
(I&D) to allow a biopsy to – Antibiotic therapy is only
exclude carcinoma. given in patients with risk
– Cysts that are disfiguring or factors or clinical findings
symptomatic are treated is indicative of a more severe
the same manner as a infection or for recurrent
Bartholin abscess. abscesses.
– Marsupialization refers to a
procedure whereby a new
ductal orifice is created.
• This is achieved by incising
the cyst/abscess and then
everting and suturing the
epithelium to the skin at the
edge of the incision.
Pemberian Antibiotik pada
Abses Bartholin
• Antibiotik pada abses bartholin diberikan pada
kondisi:
– Abses bartholin rekuen (≥2 kali)
– Risiko tinggi mengalami komplikasi infeksi (contoh
sepsis), termasuk selulitis di jaringan sekitar,
kehamilan, imunosupresi, atau MRSA
– Kultur MRSA positif
– Tanda infeksi sistemik (demam, menggigil)

https://www.uptodate.com/contents/bartholin-gland-masses-diagnosis-and-
management#H1143545850
18
SOAL

Seorang perempuan Ny. Isniazid berusia 28 tahun, G3P1A1 hamil 36


minggu, datang dengan keluhan keluarnya darah dari jalan lahir
sejak 1 jam yang lalu dan tidak disertai nyeri perut. Riwayat trauma
& berhubungan (-), pasien pernah mengalami hal serupa 1 bulan
lalu, dan berhenti dengan sendirinya. Pemeriksaan didapatkan
perdarahan banyak & masih berlangsung. Pada PF tanda vital ibu
stabil. pemeriksaan leopold didapatkan bayi tunggal, letak
longitudinal, per kepala, kepala belum masuk PAP, DJJ 170x/menit,
tatalaksana yang tepat adalah...
A. Beri surfaktan
B. Observasi
C. Tirah baring
D. Lakukan SC segera
E. Induksi persalinan
Plasenta Previa
• Implantasi pada tempat abnormal sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (OUI)

• Etiologi dan Faktor Risiko


– Endometrium di fundus belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis
pada chorion leave yang persisten -Manuaba (1998)-
• Belum diketahui pasti tetapi
meningkat pada grademultipara,
primigravida tua, bekas SC, bekas
operasi, kelainan janin dan
leiomioma uteri -Mansjoer (2001)-
Plasenta Previa
Klasifikasi Berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir (Chalik, 2002):

Totalis: menutupi seluruh OUI

Partialis: menutupi sebagian OUI

Marginalis: tepinya agak jauh letaknya


dan menutupi sebagian OUI
Letak plasenta normal Plasenta let. rendah Plasenta previa lateralis Plasenta previa totalis
Plasenta Previa
• Gejala dan Tanda
• Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang
• Darah: merah segar
• Bagian terbawah janin belum masuk PAP dan atau disertai dengan
kelainan letak karena letak plasenta previa berada di bawah janin
(Winkjosastro, 2002).
• Pemeriksaan
• Risiko plasenta akreta >> pada
kehamilan dengan plasenta
previa
• USG: >> lakuna plasenta pada 15-
20 minggu  gambaran moth-
eaten atau swiss cheese = plasenta
akreta
http://www.acog.org/Resources-And-Publications/Committee-Opinions/Committee-on-
Obstetric-Practice/Placenta-Accreta
Plasenta Previa:Previa:
Plasenta Tatalaksana
Tatalaksana

Inspekulo + USG + Koreksi cairan dengan infus (NaCl 0,9% atau RL)

Lihat Jumlah Perdarahan

SC tanpa melihat Waktu menuju 37 minggu


masih lama  rawat jalan
usia kehamilan  kembali ke RS jika
terjadi perdarahan

Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Tatalaksana Plasenta Previa
Tatalaksana Umum
• PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea.
Pemerik¬saan inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk
menentukan sumber perdarahan.
• Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan
intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
• Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
• Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio
sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan
• Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif
Terapi Konservatif
• Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif.
• Syarat terapi ekspektatif:
– Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti dengan atau
tanpa pengobatan tokolitik
– Belum ada tanda inpartu
– Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
– Janin masih hidup dan kondisi janin baik
• Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
• Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.
• Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
– MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau Nifedipin 3 x 20 mg/hari
– Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg IM dosis tunggal
selama 2 hari untuk pematangan paru janin
• Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan.
• Pastikan tersedianya sarana transfusi.
• Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, ibu dapat
dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Terapi aktif
• Rencanakan terminasi kehamilan jika:
– Usia kehamilan cukup bulan
– Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
– Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan
– Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan presentasi
kepala pemecahan selaput ketuban dan persalinan pervaginam masih
dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea
• Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan
u

dari tempat plasenta:


– Jahit lokasi perdarahan dengan benang,
– Pasang infus oksitosin 10 unitin 500 ml cairan IV (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 60 tetes/menit
– Jika perdarahan terjadi pascasalin, segera lakukan penanganan yang sesuai,
seperti ligasi arteri dan histerektomi
19
SOAL

Seorang pasien wanita bernama Ny. Haninsyah Darmini berusia 25


tahun P1A0 baru melahirkan dua minggu lalu tetapi bayi meninggal
beberapa hari setelah melahirkan. Saat ini pasien datang dengan
keluhan payudara terasa bengkak dan nyeri. Pemeriksaan fisik TD
120/70 mmHg, N 80 x/menit. Pasien mengatakan ingin stop produksi
ASI. Obat apa yang dipilih untuk stop produksi ASI?
A. NSAID
B. Paracetamol
C. Progestron
D. Bromokriptin
E. Pil KB
Bromocriptine to stop Lactation
• Bromocriptine is a specific dopamine receptor agonist
available for use in clinical practice.
• It has been successfully used in the treatment of
– hyperprolactinemia with associated amenorrhea,
– galactorrhea and infertility;
– in the inhibition of postpartum lactation;
– acromegaly and
– Parkinson’s disease.
– It decreases the size of prolactin secreting pituitary
tumors,
– in the treatment of menstrual disorders, premenstrual
syndrome and polycystic ovarian disease

Haider P. BROMOCRIPTINE IN OBSTETRICS AND GYNAECOLOGY. JPMA 2011


• Therefore a logical method to suppress lactation
is to reduce prolactin secretion.
• Treatment of puerperal women with
bromocriptine inhibits both basal and suckling
induced prolactin secretion and provides a more
physiological method of suppressing lactation
• Within 24 to 48 hours after beginning treatment
 bromocriptine lowers prolactin levels to
normal, blocks initiation of lactation and prevents
breast engorgement and mastodynia

Haider P. BROMOCRIPTINE IN OBSTETRICS AND GYNAECOLOGY. JPMA 2011


20
SOAL

Seorang wanita bernama Ny. Gitarusnanda berusia 40 tahun P4A0


mengeluh mengeluarkan darah setelah berhubungan seksual sejak 2
bulan terakhir. Sebelumnya, sejak 3 bulan terakhir sering keputihan
yang berbau. Dari pemeriksaan inspekulo tampak cervik berubah
menjadi massa tumor rapuh dan mudah berdarah mirip gambaran
bunga kol. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Carcinoma cervix uteri
B. Polyp cerviks
C. Carcinoma endometrium
D. Kista nabothi
E. Carcinoma corpus uteri
Kanker Servix
Kanker Serviks
• Keganasan pada serviks Faktor Risiko :
• Perubahan sel dari normal  • HPV (faktor utama) 50% oleh
pre kanker (displasia)  HPV 16 & 18
kanker • Multipartner
• Insidens : usia 40-60 tahun • Merokok
• Riwayat penyakit menular
seksual
• Berhubungan seks pertama
pada usia muda
• Kontrasepsi oral
• Multiparitas
• Status ekonomi sosial rendah
• Riwayat Keluarga
• Imunosupresi
• Defisiensi nutrien dan vitamin
Etiologi
HPV
(Human Papilloma Virus)
Terutama tipe risiko tinggi
memiliki kemampuan
untuk menonatifkan p53
dan pRb epitel serviks
berperan sebagai
penghambat
kelangsungan siklus sel.
Kanker serviks

PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN KANKER SERVIKS. 2017. KEMENKES


Kanker Serviks: Tanda dan Gejala

• Perdarahan pervaginam
• Perdarahan menstruasi lebih lama dan lebih banyak
dari biasanya
• Perdarahan post menopause atau keputihan >>
• Perdarahan post koitus
• Nyeri saat berhubungan
• Keputihan (terutama berbau busuk + darah)
• Massa pada serviks, mudah berdarah
• Nyeri pada panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan
berkemih, nyeri pada kandung kemih dan rektum

Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks: Diagnostik

• Diagnostik
– Pelayanan primer: anamnesis dan pemeriksaan
fisik
– Pelayanan Sekunder: kuret endoserviks,
sistoskopi, IVP, foto toraks dan tulang, konisasi,
amputasi serviks
– Pelayanan Tersier: Proktoskopi

Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks: Stadium
21
SOAL

Seorang perempuan bernama Ny. Dinikasih berusia 25 tahun, datang


ke puskesmas dengan keluhan keluar darah dari vagina 3 hari yang
lalu semakin banyak. Keluhan terjadi akibat pasien mendapat obat
yang dimasukkan ke dalam vagina oleh dukun beranak 1 minggu
yang lalu akibat pasien telat haid 10 minggu. Dari pemeriksaan fisik
TD 90/70, N 112 x/menit, S 39oC. Pemeriksaan inspekulo: bau (+),
flek (+), porsio terbuka, terlihat jaringan (+). Pemeriksaan lab planno
(+). Diagnosis kasus ini adalah…
A. Abortus insipien
B. Abortus imminens
C. Abortus inkomplit
D. Abortus spontan
E. Abortus septik
Abortus
• Definisi:
– ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan.
– WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan
kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan
terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram
Abortus
• Diagnosis  dengan bantuan USG
– Perdarahan pervaginam (bercak hingga berjumlah banyak)
– Perut nyeri & kaku
– Pengeluaran sebagian produk konsepsi
– Serviks dapat tertutup/ terbuka
– Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya

• Faktor Predisposisi Abortus Spontan


– Faktor dari janin: kelainan genetik (kromosom)
– Faktor dari ibu: infeksi, kelainan hormonal (hipotiroidisme,
DM), malnutrisi, obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol,
faktor immunologis & defek anatomis seperti uterus didelfis,
inkompetensia serviks, dan sinekhiae uteri karena sindrom
Asherman
– Faktor dari ayah: Kelainan sperma
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Jenis Abortus
PERDARAHA BESAR
DIAGNOSIS SERVIKS GEJALA LAIN
N UTERUS
• Tes kehamilan +
Sesuai usia
Abortus imminens Sedikit-sedang Tertutup lunak • Nyeri perut
kehamilan
• Uterus lunak

Sesuai atau lebih • Nyeri perut >>


Abortus insipiens Sedang-banyak Terbuka lunak
kecil • Uterus lunak

• Nyeri perut >>


Lebih kecil dari usia
Abortus inkomplit Sedikit-banyak Terbuka lunak • Jaringan +
kehamilan
• Uterus lunak

• Sedikit atau tanpa


Tertutup atau Lebih kecil dari usia nyeri perut
Abortus komplit Sedikit-tidak ada
terbuka lunak kehamilan • Jaringan keluar ±
• Uterus kenyal

Perdarahan Membesar, nyeri • Demam


Abortus septik Lunak
berbau tekan • leukositosis
• Tidak terdapat gejala
nyeri perut
Lebih kecil dari usia
Missed abortion Tidak ada Tertutup • Tidak disertai
kehamilan
ekspulsi jaringan
konsepsi
Abortus: Tatalaksana Umum
• Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
• Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok
• Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat
• Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
– Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
– Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
– Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
• Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
• Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus
22
SOAL

Seorang pasien perempuan bernama Ny. Mawar Melati Sukma


berusia 24 tahun datang dengan keluhan terlambat haid 2 minggu.
Pasien mengaku baru menikah dua bulan lalu. Seharusnya dia haid
pada tanggal 28 Mei 2019, namun tanggal 29 pasien mengaku ada
bercak kemerahan pada pakaian dalam. Hasil tes plano (+). Apakah
kemungkinan yang terjadi pada saat tanggal 29 tersebut?
A. Implantasi blastosit ke endometrium
B. Abortus imminens
C. Menorraghia
D. Servisitis
E. Infeksi vagina
Diagnosis kehamilan
• Kehamilan biasanya diidentifikasi ketika seorang wanita
mengalami gejala tertentu dan pemeriksaan kehamilan
melalui urin yang positif (indikasi adanya hormone b-hCG di
urin atau darah).
TANDA-TANDA TANDA LAINNYA:
- Tanda Chadwick:
KEHAMILAN kebiruan pada vulva,
vagina dan serviks.
Tanda Tidak Pasti - Tanda Goodell:
Tanda pasti : 1. Amenorhea perubahan konsistensi
1. Terdengarnya denyut serviks
2. Perubahan payudara
jantung janin melalui Tanda Hegar:
dan puting (tegang, -
auskultasi/ Doppler. pelunakan dan
membesar dan sensitif)
2. Gerak janin yang kompresibilitas ismus
3. Hiperpigmentasi kulit
dirasakan/ dilihat oleh serviks
(kloasma gravidarum,
pemeriksa mulai usia Tanda Piskacek:
linea nigra, -
gestasi 16-20 minggu pembesaran uterus
4. Pembesaran uterus
3. Gambaran USG yang yang asimetris
5. Mual muntah/ morning
mengkonfirmasi adanya Kontraksi Braxton
sickness -
kehamilan Hicks: terjadi akibat
6. Fatique
peregangan
miometrium karena
pembesaran uterus;
Fisiologi Kehamilan
Tanda Awal Kehamilan (Presumptive/Probable Pemeriksaan
Signs) Penunjang
• Serviks & vagina kebiruan (Chadwick's sign) • HCG terdeteksi
• Perlunakan serviks (konsistensi yang seharusnya seperti pada test pack
hidung berubah menjadi lunak seperti bibir) (Goodell’s
sign) (kualitatif) atau
• Perlunakan uterus (Ladin's sign dan Hegar's sign) Plano Test
• Ladin: perlunakan teraba di 1/3 midline anterior uterus (kuantitatif)
• Hegar: isthmus menjadi lunak dan tipis seperti kertas jika dijepit
dengan jari, korpus uteri seakan-akan terpisah dari serviks
• McDonald: karena perlunakan isthmus, uterus dan serviks bisa USG
ditekuk
• Pembesaran uterus yang asimetris/ iregular (Piskacek’s • Adanya kantong
sign/ vonFernwald’s sign) janin
• Tanda Hartman: perdarahan spotting akibat implantasi • Adanya DJJ
dari blastula pada endometrium
• Puting berwarna lebih gelap, kolostrum (16 minggu)
• Massa di pelvis atau abdomen
• Rasa tegang pada putting dan payudara
• Mual terutama pagi hari
• Sering berkemih
Tanda & Gejala Kehamilan
Minggu (Sejak
HPHT)
0
1-2

9-12

4-7

4-6

16 (multiparitas)
20 (nullipara)
Tanda & Gejala Kehamilan
• Quickening: gerakan awal janin, biasanya terasa pada usia kehamilan 16 minggu
pada multiparitas, dan 18-20 minggu pada nullipara

• Ballotement uterus: usia kehamilan 16-20 minggu

• Perubahan warna kulit muka mengarah kepada kloasma (topeng kehamilan)


yang dapat muncul sekitar usia kehamilan 9-12 minggu, namun tidak semua
wanita hamil akan mengalaminya

• Kolostrum akan keluar paling cepat pada usia kehamilan 16 minggu

• Rasa nyeri dan tegang pada payudara dapat muncul 1-2 minggu setelah
konsepsi, atau sekitar waktu dimana seharusnya terjadi haid, sehingga menyaru
dengan gejala pre menstruasi. Rasa nyeri dan tegang pada payudara ini adalah
akibat dari peningkatan hormon progesteron, sehingga akan menetap cukup
lama
Reduced Fetal Movements. RCOG
Pregnancy Sickness. RCOG
https://www.uptodate.com/contents/clinical-manifestations-and-diagnosis-of-early-pregnancy#H8964695
23
SOAL

Seorang wanita bernama Ny. Musdafah, berusia 28 tahun, G1P0A0


merasa hamil 8 bulan datang atas rujukan bidan karena tekanan
darah tinggi dan bengkak pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan
lebih lanjut didapatkan TD 180/100 mmHg, nadi 84x/mnt, respirasi
20x/mnt. Edema pada kedua punggung kaki. Pada pemeriksaan urin
didapatkan protein (++). Tindakan apa yang sebaiknya anda lakukan?
A. Induksi persalinan
B. Terapi konservatif, suntik MgSO4, IV line, obat hipertensi,
pasang kateter
C. Beli obat tekanan darah tinggi, kemudian pasien diperbolehkan
pulang
D. Siapkan SC
E. Amniotomi, drip oksitosin
Tatalaksana Ekspektatif pada PEB
Pre Eklampsia & Eklampsia: Kejang
• Pencegahan dan Tatalaksana Kejang
– Bila terjadi kejang perhatikan prinsip ABCD
• MgSO4
– Eklampsia  untuk tatalaksana kejang
– PEB  pencegahan kejang

Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
• Syarat pemberian MgSO4: Terdapat refleks patella, tersedia
kalsium glukonas, napas> 16x/menit, dan jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam
Antihipertensi pada Kondisi Akut (Urgent) Preeklamsia Berat/ Preeklampsia
Route of delivery in Severe Preeclampsia

• Preeclampsia with features of severe disease (formerly


called severe preeclampsia) is generally regarded as an
indication for delivery.
• Delivery minimizes the risk of development of serious
maternal and fetal complications, such as
– cerebral hemorrhage,
– hepatic rupture,
– renal failure,
– pulmonary edema,
– seizure,
– bleeding related to thrombocytopenia,
– abruptio placentae, or fetal growth restriction
Route of delivery in Severe Preeclampsia

• The route of delivery is based on standard


obstetrical indications
• Prolonged induction and inductions with a low
likelihood of success are best avoided. For
example,
– cesarean delivery may be recommended for women
with preeclampsia with severe features who are less
than 32 weeks of gestation and have an unfavorable
cervical examination, given the relatively high
frequency of abnormal intrapartum fetal heart rate
tracings and low likelihood of a successful vaginal
delivery (less than 30 percent)
24
SOAL

Seorang wanita bernama Ny. Purnama Sari Wihardika Putri berusia


32 tahun datang bersama suaminya dengan keluhan keputihan
bewarna kuning kehijauan dan berbau sejak 2 minggu terakhir.
Keluhan tersebut disertai demam dan nyeri perut bawah. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri goyang serviks dan nyeri di kuadran
kanan bawah. Dokter memutuskan untuk melakukan pemeriksan
USG. Temuan yang mungkin didapatkan dalam pemeriksaan
tersebut adalah:
A. Cogwheel sign
B. Snowstorm
C. Donut sign
D. Acoustic shadow
E. Double bubble
PELVIC INFLAMMATORY DISEASE
• Infeksi pada traktus genital atas wanita yang melibatkan
kombinasi antara uterus, ovarium, tuba falopi, peritonium
pelvis, atau jaringan penunjangnya.
• PID terutama terjadi karena ascending infection dari traktus
genital bawah ke atas
• Patogen: Dapat berupa penyakit akibat hubungan seksual atau
endogen (Tersering: N. Gonorrhea & Chlamydia Trachomatis)
• Faktor Risiko:
 Kontak seksual
 Riwayat penyakit menular seksual
 Multiple sexual partners
 IUD

PID:Current concepts of diagnosis and management,Curr Infect Dis Rep, 2012


Salphingitis
• Inflamasi pada tuba fallopi

• Salphingitis akut biasanya disamakan dengan PID karena merupakan bentuk paling sering
dari PID

• Faktor Risiko
– Instrumentasi pada serviks dan uteri (IUD, biopsi, D&C)
– Perubahan hormonal selama menstruasi, menstruasi retrogard

• Gejala dan Tanda


– Spotting, dismenorea, dispareunia, demam, nyeri punggung bawah, sering BAK, mual dan muntah,
nyeri goyang serviks

• Diagnosis
• Nyeri perut bawah, nyeri adneksa bilateral, nyeri goyang serviks
• Tambahan: suhu oral > 38.3 C, keputihan abnormal, peningkatan C rekative protein, adanya bukti
keterlibatan N. gonorrhoeae atau C. trachomatis

• Terapi
– Rawat inap dengan antibiotik IV (cefoxitin dan doksisiklin)
– Rawat jalan dengan cefotixin IM dan Doksisiklin oral
– Operatif bila antibiotik gagal

http://emedicine.medscape.com/article/275463-overview#a2
PID:Current concepts of diagnosis and management,Curr Infect Dis Rep, 2012
USG pada PID
• USG banyak dilakukan untuk evaluasi PID. Gambaran
PID pada pemeriksaan USG adalah: tuba falopii yang
menebal, terisi cairan, dan gambaran seperti roda gigi
(cogwheel sign).
• Pada pasien dengan endometritis, USG akan
menunjukkan gambaran cairan atau gas dalam ruang
endometrium, penebalan yang heterogen, atau garis
endometrium yang samar, namun penemuan ini pun
tidak konsisten.
• Bila terjadi abses tubo-ovarium, akan tampak
kumpulan kistik multilocular berdinding tebal, disertai
multiple fluid levels.
PID: Pengobatan
• Harus berspektrum luas
• Semua regimen harus efektif melawan N. gonorrhoeae dan C.
trachomatis karena hasil skrining endoserviks yang negatif tidak
menyingkirkan infeksi saluran reproduksi atas

• Rawat jalan atau rawat inap bergantung pada:


 Adanya emergensi (contoh; apendisitis)
 Pasien hamil
 Pasien tidak berespon baik terhadap antibiotik oral
 Pasien tidak memungkinkan untuk menoleransi antibiotik oral
 Pasien memiliki penyakit berat, mual-muntah, demam tinggi
 Pasien memiliki abses tubo-ovarian

http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
Pelvic Inflammatory Disease

http://depts.washington.edu/handbook/syndromesFemale/ch8_pid.html
Sexually active woman presenting with abnormal vaginal
discharge, lower abdominal pain, OR dyspareunia

Uterine tenderness, OR
Adnexal tenderness, OR
Cervical motion tenderness on pelvic exam?

YES NO

1) Perform NAAT for gonorrhea and chlamydia


2) Perform pregnancy testing See Vaginal Discharge algorithm,
3) Perform vaginal microscopy if available consider other organic causes
4) Offer HIV testing

Empiric treatment for PID* if no other organic


cause found (e.g. ectopic pregnancy, appendicitis)

Signs of severe illness (i.e. high fever, nausea/vomiting), OR


Surgical emergency (e.g. appendicitis) not excluded, OR
Suspected to have a tubo-ovarian abscess, OR
Unable to tolerate or already failed oral antibiotics, OR
Pregnant?

YES NO

Inpatient PID treatment: Outpatient PID treatment:


Cefotetan 2g IV Q12 hours OR Ceftriaxone 250mg IM x 1 dose PLUS
Cefoxitin 2g IV Q6 hours, PLUS Doxycycline 100mg PO BID x 14 days,** WITH OR WITHOUT
Doxycycline 100mg PO/IV Q12 hours** Metronidazole 500mg PO BID x 14 days***
(other regimens available****) OR
Cefoxitin 2g IM x 1 dose and Probenecid 1g PO x 1dose together PLUS
Doxycycline 100mg PO BID X 14 days,** WITH OR WITHOUT
Metronidazole 500mg PO BID x 14 days***
(other regimens available****)

1) Hospitalize 24-48 hours to ensure response to treatment Response to treatment


2) Discharge on oral antibiotics to complete 14 day course 72 hours later?

NO YES

See Inpatient treatment Continue treatment for 14 days


http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
25
SOAL

Pasien perempuan Ny. Tina berusia 38 tahun hamil 38 minggu


G7P4A2 mengeluh mules sejak 6 jam yang lalu, ketuban pecah (+).
Pada pemeriksaan obstetri ditemukan tinggi fundus 29 cm. Sebelah
kanan teraba daerah yang keras memanjang. DJJ 120x/ menit. Pada
pemeriksaan colok vagina ditemukan portio tidak teraba,
pembukaan lengkap dan teraba bokong dan kaki yang sejajar.
Penurunan +3. Dari soal diatas, maka manuver lanjutan pada
pasien ialah ....
A. Sectio cesarea cito
B. Partus dengan teknik Mauriceau
C. Partus dengan teknik pinard
D. Partus dengan teknik Klasik
E. Partus dengan teknik Lovset
Presentasi Bokong
• Bila bokong merupakan bagian terendah janin
• Ada 3 macam presentasi bokong: complete breech(bokong
sempurna),Frank breech (bokong murni), incomplete breech
(termasuk di dalamnya presentasi bokong kaki)
• Partus lama merupakan indikasi utk melakukan SC, karena
kelainan kemajuan persalinan merupakan salah satu tanda
disproporsi
• Etiologi
• Multiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefal,
plasenta previa, CPD

Irmansyah, Frizar. Malpresentasi dan Malposisi


Vaginal Breech delivery
• When the buttocks or feet of the fetus enter
the maternal pelvis before the head, the
presentation is termed a breech presentation.
• Incidence
– Breech presentation affects 3% to 4% of all
pregnant women reaching term; the earlier the
gestation the higher the percentage of breech
fetuses
Technique for vaginal breech delivery
1. Explain the necessity of effective pushing in the second
stage of labour.
2. Ensure adequate analgesia.
3. Spontaneous descent and expulsion to the umbilicus
should occur with maternal pushing only . . . DO NOT
PULL ON THE BREECH!
4. Rotation to the sacrum anterior position is desired and
may be facilitated.
5. Episiotomy may be considered once the anterior buttock
and anus are “crowning.”
6. If the legs do not deliver spontaneously, perform the
Pinard manoeuvre. Do not attempt to extract the legs
until the popliteal fossae are visible.
9. Support the baby to maintain the head in a flexed position. Suprapubic
pressure may help. Maternal expulsive efforts should be encouraged.
Manuver Lainnya
• Teknik bracht dilakukan untuk membantu
kelahiran kepala bayi pada kelahiran sungsang
– Teknik ini sudah jarang digunakan oleh ahli, dan
saat ini untuk melahirkan kepala lebih dipakai
teknik Mauriceau-Smellie-Veit.
• Manuver Klasik dan Muller merupakan
manuver lain untuk melahirkan bahu dan
lengan
Perasat Bracht
• Bokong janin dipegang hingga kedua ibu jari penolong
ada pada bagian belakang pangkal paha & empat jari-
jari lain berada pada bokong janin (gambar 1)

• Ibu meneran  arahkan punggung anak ke perut ibu


(hiperlordosis )sampai kedua kaki lahir pegangan
dirubah sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada
lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari
berada pada pinggang janin (gambar 2)

• Dengan pegangan tersebut  gerakan hiperlordosis


dilanjutkan sedikit kearah kiri/kanan sesuai dengan
posisi punggung anak  dilakukan sampai lahir mulut-
hidung-dahi & seluruh kepala anak
• Saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan
suprasimfisis searah jalan lahir dengan tujuan untuk
mempertahankan posisi fleksi kepala janin
Perasat Muller
Perasat Klasik/ Deventer
26
SOAL

Seorang pasien perempuan Ny. Giandra berusia 28 tahun, G3P2A0


dibawa ke puskesmas dengan keluhan mules. Taksiran usia
kehamilan sesuai HPHT 20 minggu. Riwayat anak pertama dan kedua
pasien dilahirkan secara normal dengan BBL 1600 gram dan 1700
gram. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik,
kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan tinggi fundus uteri satu jari di atas pusat, DJJ
140x/menit, his belum ada dan pada pemeriksaan dalam servix
membuka 1 cm. Diagnosis yang mungkin pada pasien adalah….
A. Distoleransi peradangan panggul
B. Inkompeten serviks
C. Rupture serviks
D. Prolapsus uteri
E. Persalinan preterm
Inkompetens serviks (Cervical
Insuficiency)
• cervical insufficiency (ACOG) :
– "the inability of the uterine cervix to retain a pregnancy in the second
trimester in the absence of clinical contractions, labor, or both"
– It may occur in a single pregnancy or recur in consecutive pregnancies

• Pathogenesis
– Structural cervical weakness is the likely cause of many recurrent
second-trimester losses/births, but it probably accounts for only a
minor proportion of all second-trimester losses/births.
– The majority of these cases are probably caused by other disorders,
such as decidual inflammation/infection, placental bleeding, or
uterine overdistension.
– These other disorders can initiate biochemical changes in the cervix
that lead to premature cervical shortening and often a single (ie,
nonrecurrent) second-trimester loss/birth.
Symptoms
• Women with cervical insufficiency in the current
pregnancy may be :
– asymptomatic or
– may present with mild symptoms, such as :
• pelvic pressure,
• Braxton-Hicks-like contractions,
• premenstrual-like cramping,
• backache, and/or
• a change in vaginal discharge  Discharge volume may increase;
the color may change from clear, white, or light yellow to pink, tan,
or red spotting; and the consistency may become thinner.
• Symptoms, if present, typically begin between 14 and
20 weeks of gestation and may be present for several
days or weeks before the diagnosis of cervical
insufficiency is made.
Physical examination
• Early in the course of cervical insufficiency  the
cervix may be soft and closed, with minimal
effacement
• Provocative maneuvers such as suprapubic or
fundal pressure or the Valsalva maneuver 
reveal fetal membranes in the endocervical canal
or vagina; this is always an abnormal finding.
• In some cases, membranes may be prolapsed or
ruptured.
• Tocodynamometry shows no or infrequent
contractions at irregular intervals.
27
SOAL

Pasien perempuan bernama Ny. Waen Copia berusia 34 tahun P4A0


diantar suami untuk periksa kesehatan. Saat ini pasien tidak ada
keluhan yang berarti. Pemeriksaan fisik TD 120/70 mmHg, N 80
x/menit, P 16 x/menit, S 370C. Pemeriksaan lokal: inspekulo: tampak
vesikel berukuran 2 mm di servikks. Dokter melakukan biopsi:
didapatkan cairan jernih. Hasil pemeriksaan histopatologi adalah
terdapat sel silindris menipis dan sel kubus. Diagnosis pasien
adalah…
A. Herpes genital
B. Kista Bartholin
C. Kista Nabothian
D. Kanker serviks
E. Kista gartner
Kista Nabothi
• Etiologi
– Terjadi bila kelenjar
penghasil mukus di
permukaan serviks
tersumbat epitel skuamosa
• Gejala & Tanda
– Berbentuk seperti beras
dengan permukaan licin

• Pemeriksaan
- Pemeriksaan pelvis, kadang dengan kolposkopi untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain seperti keganasan
serviks
• Terapi: observasi ; Bila simptomatik  drainase
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001514.htm
Ginekologi
Jenis Keterangan
Kista Bartholin Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah vagina,di
belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara kelenjar e.c trauma
atau infeksi
Kista Nabothi Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks diganti
(ovula) dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit menonjol dengan
permukaan licin (tampak spt beras)

Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai, ukuran
bbrp mm, kemerahan, rapuh. Tangkai mengandung jar.fibrovaskuler,
sedangkan polip mengalami peradangan dengan metaplasia skuamosa atau
ulserasi dan perdarahan.

Karsinoma Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-benjol,
Serviks rapuh, mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal menunjukkan suatu
displasia atau lesi in-situ hingga invasif.

Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami nekrosis
dan ulserasi.
28
SOAL

Pasien perempuan bernama Ny. Ngopisa Tentaria berusia 23 tahun


G1P0A0 usia kehamilan 3 bulan datang ke dokter dibawa oleh
suaminya dengan keluhan mual dan muntah sejak tiga hari yang lalu.
Keluhan tersebut disertai dengan hilangnya nafsu makan. Pasien
tidak bisa makan dan minum sama sekali. Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari akibat keluhan tersebut.
Pemeriksaan fisik didapatkan KU lemah, kesadaran somnolen, TD:
90/70 mmHg, N 120 x/menit, lemah, R 24 x/menit, S 36,70C. Dokter
melakukan pemeriksaan urin hasilnya keton +3. Diagnosis pada
pasien ini adalah…
A. Hiperemesis gravidarum gr I
B. Hiperemesis gravidarum gr II
C. Hiperemesis gravidarum gr III
D. Hiperemesis gravidarum gr IV
E. Emesis gravidarum
Emesis Gravidarum
• Emesis gravidarum (nausea and • Faktor resikonya adalah keadaan
vomiting of pregnancy /NVP) apapun yang menyebabkan hCG
– NVP should only be diagnosed when
onset is in the first trimester of meningkat, seperti:
pregnancy and other causes of nausea – Obesitas
and vomiting have been excluded.
– Nausea and vomiting of varying
– Kehamilan gemeli
severity usually commence between – Nuliparitas
the first and second missed menstrual – Mola hidatidosa
period and continue until 14 to 16
weeks’ gestation – Riwayat kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum
• Hiperemesis gravidarum
– protracted NVP with the triad of more
than 5% prepregnancy weight loss,
dehydration and electrolyte
imbalance.

RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
• Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Kondisi pada kehamilan yang ditandari dengan mual muntah yang
berat, menurunnya berat badan, dan gangguan elektrolit
• Terjadi pada trimester 1: Mulai setelah minggu ke-6 dan biasanya
akan membaik dengan sendirinya sekitar minggu ke-12

Etiologi
• Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan peningkatan hCG, hCG
yang meningkat dapat menyebabkan hipertiroidisme intermiten
karena meningkatkan reseptor hormone TSH

Komplikasi
• Akibat mual muntah → dehidrasi → elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, aseton darah meningkat → kerusakan liver
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• Mual muntah pada kehamilan tanpa komplikasi, frekuensi <5 x/hari
• 70% pasien: Mulai dari minggu ke-4 dan 7
• 60% : membaik setelah 12 minggu
• 99% : Membaik setelah 20 minggu

Hyperemesis gravidarum
• Mual muntah pada kehamilan dengan komplikasi
– dehidrasi
– Hiperkloremik alkalosis,
– ketosis
Grade 1 Penurunan nafsu makan, nyeri epigastrium, peningkatan nadi
>100x/menit, tekanan darah menurun, dehidrasi
Grade 2 Apatis, nadi meningkat dan lemah, ikterik, oliguria, hemokonsentrasi,
nafas bau aseton
Grade 3 Syok hipovolemik, Somnolen-Koma, Ensefalopati Wernicke
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
29
SOAL

Seorang pasien wanita bernama Ny. Suriati Purnama berusia 28


tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu datang ke klinik dengan
keluhan keluar perdarahan dari jalan lahir beberapa jam yang lalu.
Keluhan nyeri perut disangkal pasien. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 100/70 mmHg, N 90 x/menit. Pada pemeriksaan
inspekulo didapatkan darah (+) pada forniks posterior, ostium
tertutup. Apa diagnosis pada pasien ini?
A. Plasenta letak rendah
B. Plasenta letak marginal
C. Solusio plasenta
D. Plasenta previa
E. Plasenta akreta
Plasenta Previa
• Implantasi pada tempat abnormal sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (OUI)

• Etiologi dan Faktor Risiko


– Endometrium di fundus belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis
pada chorion leave yang persisten -Manuaba (1998)-
• Belum diketahui pasti tetapi
meningkat pada grademultipara,
primigravida tua, bekas SC, bekas
operasi, kelainan janin dan
leiomioma uteri -Mansjoer (2001)-
Plasenta Previa
Klasifikasi Berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir (Chalik, 2002):

Totalis: menutupi seluruh OUI

Partialis: menutupi sebagian OUI

Marginalis: tepinya agak jauh letaknya


dan menutupi sebagian OUI
Letak plasenta normal Plasenta let. rendah Plasenta previa lateralis Plasenta previa totalis
Plasenta Previa
• Gejala dan Tanda
• Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang
• Darah: merah segar
• Bagian terbawah janin belum masuk PAP dan atau disertai dengan
kelainan letak karena letak plasenta previa berada di bawah janin
(Winkjosastro, 2002).
• Pemeriksaan
• Risiko plasenta akreta >> pada
kehamilan dengan plasenta
previa
• USG: >> lakuna plasenta pada 15-
20 minggu  gambaran moth-
eaten atau swiss cheese = plasenta
akreta
http://www.acog.org/Resources-And-Publications/Committee-Opinions/Committee-on-
Obstetric-Practice/Placenta-Accreta
30
SOAL

Seorang pasien perempuan bernama Ny. Belagio Luvita berusia 20


tahun G1P0A0 usia kehamilan 24 minggu. Pasien mengaku rutin
pemeriksaan kehamilan di bidan. Saat ini pasien tidak ada keluhan
apapun. Pemeriksaan fisik TD 140/80 mmHg, N 90 x/menit, P 18
x/menit., S 360C. DJJ 138 x/menit. Riwayat tekanan darah tinggi
sebelum kehamilan di sangkal. Bagaimana penanganan pasien ini?
A. Segera lahirkan bayi
B. MgSO4 dan segera lahirkan bayi
C. Pemberian MgSO4
D. Edukasi tentang makanan, istirahat.
E. Berikan antihipertensi
Tatalaksana Hipertensi Gestasional
- Pantau tekanan darah, urin untuk proteinuria,
dan kondisi janin setiap minggu
- Jika TD sistolik ≥ 160 mmHg atau TD diastolik ≥
110 mmHg  terapi antihipertensi seperti
metildopa, nifedipine, labetalol
- Jika tekanan darah meningkat tatalaksana
sebagai preeklampsia
- Kondisi janin memburuk atau pertumbuhan janin
terhambatrawat untuk pemantauan kesehatan
janin
- Jika TD stabil bisa persalinan normal
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
Tatalaksana Hipertensi Kronik:
- Jika TD sistolik ≥ 160 mmHg atau TD diastolik ≥
110 mmHg  terapi antihipertensi seperti
metildopa, nifedipine, labetalol
- Kontraindikasi: ACE-I, ARB, dan thiazide
- Suplementasi kalsium 1.5-2 gram per hari +
aspirin 75 mg/hari mulai dari usia kehamilan 20
minggu
- Jika HR janin <100 x/menit atau > 180x/menit
tatalaksana sebagai gawat janin
- Jika tidak ada komplikasi tunggu sampai aterm

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
31
SOAL

Seorang pasien wanita bernama Ny. Maxima Wimbeldon berusia 28


tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu datang dengan keluhan
nyeri perut bawah sejak beberapa jam yang lalu. Keluhan tersebut
disertai keluarnya darah bercampur lendir. Pemeriksaan fisik TD
120/80 mmHg, N 80 x/menit. TFU 37 cm, letak kepala, DJJ 144
x/menit, his 3x/10 menit selama 20 detik. Pembukaan 2-3 cm,
effacement 40%, presentasi kepala anterior. Setelah 3 kali evaluasi
selama 24 jam tidak ada kemajuan persalinan. Diagnosis pasien ini
adalah…
A. Fase laten memanjang
B. Fase aktif memanjang
C. Kala I fase laten
D. Kala I fase aktif
E. Kala II
Persalinan Lama
• Masalah kala I:
– Gangguan His/ Power:  Masalah kala III:
• Inersia uteri  persalinan  Retensio Plasenta
lama
• Kontraksi uterus hipertonik
• Inkoordinasi kontraksi uterus
– Gangguan Passage
• Disproprosi kepala-panggul  Masalah kala IV:
– Gangguan Passenger
• Malposisi, malpresentasi
 Perdarahan Post Partum
• Disproporsi kepala-panggul  Atonia uteri (Tone)

 Masalah kala II:  Robekan (Tissue)

 Distosia Bahu  Jaringan (Tissue)

 Kala II lama  Faktor koagulasi


(thrombin)
Persalinan Lama
• Waktu persalinan memanjang karena
kemajuan persalinan yang terhambat.

• Definisi berbeda sesuai fase


kehamilan, klasifikasi diagnosisnya:
– Distosia pada kala I fase aktif: grafik
pembukaan serviks pada partograf
antara garis waspada - garis
bertindak/ sudah memotong garis
bertindak, ATAU
– Fase ekspulsi (kala II) memanjang:
Bagian terendah janin pada persalinan
kala II tidak maju. Batasan waktu:
• Maks 2 jam untuk nulipara dan 1
jam untuk multipara, ATAU
• Maks 3 jam untuk nulipara dan 2
jam untuk multipara bila
menggunakan analgesia epidural
Kriteria Diagnosis untuk Gangguan proses Persalinan
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
– Segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan seksio sesarea.
b. Tatalaksana Khusus
– Tentukan penyebab persalinan lama.
• Power: His tidak adekuat (his dengan frekuensi <3x/10 menit dan durasi setiap
kontraksinya <40 detik)
• Passenger: malpresentasi, malposisi, janin besar
• Passage: panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor jalan lahir
• Gabungan dari faktor-faktor di atas
– Sesuaikan tatalaksana dengan penyebab dan situasi.
– Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio sesarea) untuk gangguan Passenger
dan/atau Passage, serta untuk gangguan Power yang tidak dapat diatasi oleh augmentasi
persalinan
– Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya adalah seksio sesarea.
– Berikan antibiotika (kombinasi ampisilin 2 g IV tiap 6 jam dan gentamisin 5 mg/kgBB tiap 24
jam) jika ditemukan:
• Tanda-tanda infeksi (demam, cairan pervaginam berbau), ATAU
• Ketuban pecah lebih dari 18 jam, ATAU
• Usia kehamilan <37 minggu
32
SOAL

Seorang wanita bernama Ny. Kerziana berusia 26 tahun P1A0 pasca


melahirkan 5 hari yang lalu. Pasien mengeluh tidak dapat menyusui
bayinya karena putting pada payudara tertarik ke dalam. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan inverted nipple (+), teraba nyeri, tidak
dapat dikeluarkan saat pemeriksaan, payudara bengkak dan
kemerahan. Grade pasien ini adalah…
A. Grade 1
B. Grade 2
C. Grade 3
D. Grade 4
E. Grade 5
Gangguan Proses Menyusui:
Inverted Nipple
• Etiologi: kongenital
(pendeknya duktus
laktiferus)

• Terapi:
– Massage dengan minyak
zaitun
– Tarik perlahan dan jepit
dengan jari selama
beberapa detik atau
menggunakan nipple
retractor
– Menggunakan nipple
shield saaat menyusui
Diagnosis
• Grade 1
– Puting tampak datar atau masuk ke dalam
– Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola.
– Terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi
– Saluran ASI tidak bermasalah, dan dapat menyusui dengan biasa.

• Grade 2
– Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepas
– Terdapat kesulitan menyusui.
– Terdapat fibrosis derajat sedang.
– Saluran ASI dapat mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan.
– Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot polos.

• Grade 3
– Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan pembedahan untuk
dikeluarkan.
– Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui
– Dapat terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan
– Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah
33
SOAL

Seorang pasien perempuan bernama Ny. Seliana berusia 48 tahun


datang dengan keluhan perut bawah terasa penuh. Keluhan muncul
setelah melahirkan setahun yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan
TD 110/70 mmHg, N 80 x/menit, P 14 x/menit. Pemeriksaan USG
ditemukan penonjolan serviks ke inferior. Diagnosis yang paling
mungkin dari kondisi tersebut adalah…
A. Fistula rektovagina
B. Inkontinensia alvi
C. Prolaps uteri
D. Rektokel
E. Sistokel
Prolaps Uteri
Definisi
• Penurunan uterus dari posisi anatomis yang seharusnya

• Insidens: meningkat dengan bertambahnya usia

Gejala dan Tanda


• Manifestasi klinis yang sering didapatkan adalah keluarnya massa dari
vagina dan adanya gangguan buang air kecil hingga disertai
hidronefrosis
• Sitokel (BAK sedikit-sedikit, tidak tuntas, stres inkontinensia), rektokel
(konstipasi), koitus terganggu, leukorea (ec jongesti daerah serviks), luka
gesek pada portio, enterokel (rasa berat dan penuh pada panggul),
servisitis (bisa menyebabkan infertilitas), menoragia ec bendungan

Komplikasi
• Keratinasi mukosa vagina dan portio, ulkus dekubitus, hipertrofi serviks,
gangguan miksi & stres inkontinensia, ISK, infertilitas, gangguan partus,
hemoroid, inkarserasi usus
Classification of
Genitourinary Prolapse
• The Pelvic Organ Prolapse Quantification
(POPQ)by The international continence society. It
is based on the position of the most distal portion
of the prolapse during straining
– Stage O: no prolapse
– Satge 1 : more than 1 cm above the hymen
– Stage 2 : witihin 1 cm proximal or distal to the plane
of the hymen
– Stage 3 : more than 1 cm below the plane of the
hymen but protrudes no further than 2 cm less than
the total length of vagina
– Stage 4: there is complete eversion of the vagina
Treatment
• Treatment is indicated for women with symptoms of
prolapse or associated conditions (urinary, bowel, or
sexual dysfunction).
• Obstructed urination or defecation or hydronephrosis
from chronic ureteral kinking are all indications for
treatment, regardless of degree of prolapse .
• Treatment is generally not indicated for women with
asymptomatic prolapse
• Treatment is individualized according to each patient’s
symptoms and their impact on her quality of life
• Women with symptomatic prolapse can be managed expectantly,
or treated with conservative or surgical therapy.
• Both conservative and surgical treatment options should be
offered. There are no high quality data comparing these two
approaches.
1. Expectant management — Expectant management is a viable
option for women who can tolerate their symptoms and prefer to
avoid treatment.
2. Conservative management — Conservative therapy is the first
line option for all women with POP, since surgical treatment incurs
the risk of complications and recurrence:
– Pessarium, pelvic floor muscle excercise, esterogen therapy
3. Surgical treatment — Surgical candidates include women with
symptomatic prolapse who have failed or declined conservative
management of their prolapse. There are numerous surgeries for
prolapse including vaginal and abdominal approaches with and
without graft materials
34
SOAL

Seorang perempuan bernama Ny. Asmarandana berusia 29 tahun


G1P0A0 usia kehamilan 31 minggu datang untuk kontrol kehamilan.
Pasien merasa belakangan sering lemas. Pemeriksaan fisik
konjungtiva palpebra anemia (+/+), sklera ikterik (-/-), pembesaran
kelenjar getah bening leher (-), hepar dan lien sulit dinilai. Hasil Hb
9, leukosit 5000, trombosit 165.000, RDW 27%, MCV 75.
Pemeriksaan darah tepi tampak poikilositosis, dan gambaran anemia
mikrositer. Tatalaksana yang tepat adalah…
A. Pemberian eritropoietin
B. Transfusi PRC
C. Sulfas ferosus 3 x 200 mg
D. Transfusi + sulfas ferosus 3 x 200 mg
E. Edukasi banyak makan makanan yang mengandung zat besi
Anemia pada Kehamilan
• Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat
kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.
• Diagnosis
– Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau
< 10,5 g/dl (pada trimester II)

• Faktor Predisposisi
– Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat 

– Kelainan gastrointestinal
– Penyakit kronis
– Riwayat Keluarga

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


Tatalaksana Umum
• Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan
pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel
darah merah.
• Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat.
– Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet
tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg
asam folat.
– Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan
3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan
pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.
– Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat
kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat
pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


• Tabel jumlah kandungan besi elemental yang
terkandung dalam berbagai jenis sediaan
suplemen besi yang beredar:
Tatalaksana Khusus
• Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan:
– Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan kadar ferritin < 15
ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. Apabila
kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC.
– Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan tatalaksana
bersama dokter spesialis penyakit dalam untuk perawatan yang lebih spesifik
• Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan:
– Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola, kehamilan
ektopik, atau perdarahan pasca persalinan
– Infeksi kronik
• Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan:
– Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x
250 – 1000 μg
– Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut:
• Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20 %
• Kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunang-kunang, atau takikardia
(frekuensi nadi >100x per menit)
• Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau
pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa denyut
jantung janin secara berkala.
Tatalaksana Khusus
• Absorpsi besi non-heme dapat dihambat oleh:
– asam phytic (inositol hexaphosphate dan inositol
pentaphosphate) yang terdapat dalam sereal dan
biji-bijian
– Polifenol yang terdapat dalam beberapa jenis
sayuran, kopi, teh, dan minuman anggur (wine).
• Substansi tersebut mengikat besi non-heme
sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh.

Beck, K. L., Conlon, C. A., Kruger, R., & Coad, J. (2014). Dietary determinants of and possible solutions to
iron deficiency for young women living in industrialized countries: a review. Nutrients, 6(9), 3747–3776.
doi:10.3390/nu6093747
Komplikasi Maternal dari Anemia
• Anemia berat dapat menimbulkan sejumlah komplikasi pada ibu
dan fetus.
• Komplikasi maternal mayor akibat anemia umumnya terjadi pada
ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 6 gr/dL.
• Meski demikian, kadar Hb yang rendah dapat meningkatkan
morbiditas dalam kehamilan seperti infeksi, peningkatan lama
rawat di rumah sakit, dan masalah kesehatan umum lainnya.
• Pada kondisi berat, terutama pada wanita dengan Hb < 6 gr/dL,
komplikasi berbahaya dapat terjadi akibat gagal jantung kongestif
dan penurunan oksigenasi jaringan, termasuk pada otot jantung.
• Anemia defisiensi besi berat atau anemia methemorragik dapat
mengakibatkan komplikasi pada kehamilan seperti plasenta previa,
solusoi plasenta, persalinan melalui tindakan section caesaria, dan
perdarahan post partum.

Sifakis S. Anemia in Pregnancy. Annals of the New York Academy of Sciences. February 2000.
Komplikasi Fetal dari Anemia
• Efek anemia pada ibu hamil terhadap janin
masih belum jelas. Namun, pada beberapa
literatur disebutkan anemia berhubungan
dengan penurunan kadar hemoglobin pada
bayi premature, abortus spontaneous, bayi
berat lahir rendah, dan kematian janin.

Sifakis S. Anemia in Pregnancy. Annals of the New York Academy of Sciences. February 2000.
35
SOAL

Seorang pasien perempuan bernama Ny. Dyahsari berusia 35 tahun


G3P1A1 kehamilan 36 minggu datang dengan keluhan keluar cairan
dari vagina dan keluar tali pusat 10 menit yang lalu. Riwayat ANC
rutin, pemeriksaan USG didapatkan cairan ketuban sangat banyak.
Pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tanda vital dalam batas
normal, pemeriksaan obstetric his 2x dalam 10 menit selama 10
detik, DJJ 90x/menit regular, dan teraba tali pusat pada jalan lahir
dengan pembukaan 3 cm. Apa tindakan yang paling tepat?
A. Sectio caesaria
B. Forcep
C. Partus per vaginam
D. Vakum
E. Observasi kemajuan persalinan
Prolaps Tali Pusat
• Terjadi ketika tali pusat keluar dari uterus sebelum
janin
• Faktor Risiko
Prolaps Tali Pusat
• Diagnosis Prolaps tali pusat dapat dipastikan bila:
– Tali pusat tampak atau teraba pada jalan lahir lebih rendah
dari bagian terendah janin (tali pusat terkemuka, saat
ketuban masih utuh)
– Tali pusat tampak pada vagina setelah ketuban pecah (tali
pusat menumbung, saat ketuban sudah pecah)

• Faktor Predisposisi
– Multiparitas
– Kehamilan multipel
– Ketuban pecah dini
– Hidramnion
– Tali pusat yang panjang
– Malpresentasi
Prolaps Tali Pusat

Prolaps tali pusat terbagi menjadi :


• Tali pusat terkemuka  tali pusat tampak atau teraba pd jalan lahir lebih
rendah dari bagian terendah janin, ketuban masih utuh.
• Tali pusat menumbung  tali pusat tampak pd vagina, ketuban sudah
pecah.
• Occult prolapse (tali pusat tersembunyi)  tali pusat terletak di samping
kepala atau di dekat pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada
pemeriksaan vagina.

Occult prolapse
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
Prolaps Tali Pusat
• Diagnosis Prolaps tali pusat dapat dipastikan bila:
– Tali pusat tampak atau teraba pada jalan lahir lebih
rendah dari bagian terendah janin (tali pusat terkemuka,
saat ketuban masih utuh)
– Tali pusat tampak pada vagina setelah ketuban pecah
(tali pusat menumbung, saat ketuban sudah pecah)
– The intrapartum diagnosis of occult umbilical cord
prolapse is based on the abrupt onset of severe,
prolonged fetal bradycardia or moderate to severe
variable decelerations in a patient with a previously
normal tracing. The diagnosis is supported by the
presence of risk factors for prolapse
Tatalaksana umum Prolaps Tali Pusat
Tali pusat terkemuka
– Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi
dengan posisi knee chest atau Trendelenburg
– Rujuk ibu untuk seksio sesarea
Tali pusat menumbung  Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut atau tidak.
 Tidak berdenyut: janin telah mati  sebisa mungkin pervaginam tanpa
tindakan agresif
 Masih berdenyut:
Berikan oksygen.
Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan
tali pusat yang tampak pada vagina secara manual
Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest
Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi
kompresi pada tali pusat
Rujuk untuk SC. Pada saat proses transfer dengan ambulans, posisi knee
chest kurang aman, sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri.

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
Tatalaksana Khusus Prolaps Tali Pusat

• Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak


dapat segera berlangsung (persalinan kala I), lakukan
seksio sesarea.
• Bila persalinan pervaginam dapat segera berlangsung
(persalinan kala II), pimpin persalinan sesegera
mungkin.
• Siapkan segera resusitasi neonatus

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
36
SOAL

Seorang pasien perempuan bernama Ny. Ukarita berusia 16 tahun


G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu datang dengan keluhan nyeri
perut yang tembus ke punggung sejak 6 jam yang lalu. Ada darah
dan lendir keluar dari jalan lahir. Pemeriksaan fisik TFU 30 cm, letak
kepala, his 3x/10menit masing-masing 50 detik, divergen,
pembukaan serviks 5 cm, station +3. Fase persalinan pasien ini
adalah…
A. Fase laten
B. Fase laten memanjang
C. Fase aktif + inertia uteri
D. Fase aktif
E. Fase aktif memanjang
Kala Persalinan
PERSALINAN dipengaruhi 3 • PEMBAGIAN FASE / KALA
FAKTOR “P” UTAMA PERSALINAN
1. Power Kala 1
His (kontraksi ritmis otot polos Pematangan dan pembukaan
uterus), kekuatan mengejan ibu, serviks sampai lengkap (kala
keadaan kardiovaskular respirasi pembukaan)
metabolik ibu. Kala 2
2. Passage Pengeluaran bayi (kala
Keadaan jalan lahir pengeluaran)
Kala 3
3. Passanger Pengeluaran plasenta (kala uri)
Keadaan janin (letak, presentasi, Kala 4
ukuran/berat janin, ada/tidak Masa 1 jam setelah partus,
kelainan anatomik mayor) terutama untuk observasi
(++ faktor2 “P” lainnya :
psychology, physician, position)
Kala Persalinan: Sifat HIS
Kala 1 awal (fase laten)
• Tiap 10 menit, amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm
• Frekuensi dan amplitudo terus meningkat

Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir


• Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali / 10 menit, lama 60-90 detik (frekuensi setidaknya 2x/10 menit dan lama minimal
40 “). Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).

Kala 2
• Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
• Refleks mengejan akibat stimulasi tekanan bagian terbawah menekan anus dan rektum

Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Kala Persalinan: Kala I
Fase Laten
• Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam)

Fase Aktif
• Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam
• Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
Kala Persalinan: Kala II
• Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi

• Gejala dan tanda kala II persalinan


– Dor-Ran  Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi
– Tek-Num  Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan/atau vagina
– Per-Jol Perineum menonjol
– Vul-Ka  Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
– Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

• Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam


(informasi objektif)
– Pembukaan serviks telah lengkap, atau
– Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
Kala Persalinan: Kala III
• Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban

• Tanda pelepasan plasenta


– Semburan darah dengan tiba-tiba: Karena penyumbatan
retroplasenter pecah saat plasenta lepas
– Pemanjangan tali pusat: Karena plasenta turun ke segmen
uterus yang lebih bawah atau rongga vagina
– Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular
(bulat): Disebabkan oleh kontraksi uterus
– Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus didalam
abdomen: Sesaat setelah plasenta lepas TFU akan naik, hal ini
disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen
uterus yang lebih bawah
(Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan)
Manajemen Aktif Kala III

Peregangan Tali Massase


Uterotonika Pusat Terkendali Uterus
• 1 menit setelah bayi • Tegangkan tali pusat ke arah • Letakkan telapak
lahir bawah sambil tangan yang tangan di fundus 
• Oksitosin 10 unit IM di lain mendorong uterus ke masase dengan
sepertiga paha atas arah dorso-kranial secara gerakan melingkar
bagian distal lateral hati-hati secara lembut hingga
• Dapat diulangi setelah uterus berkontraksi
15 menit jika plasenta (fundus teraba keras).
belum lahir
Manajemen Aktif Kala III

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Kemenkes RI.
37
SOAL

Seorang perempuan usia 28 tahun, datang ke poliklinik RS dengan


keluhan perut membesar sejak enam bulan terakhir. Pada
pemeriksaan fisik dan penunjang dokter menduga pasien menderita
tumor rahim dan disarankan untuk operasi. Gambaran makro tumor
multipel putih padat, tidak ada nekrosis dan perdarahan. Gambaran
mikro tumor berasal dari sel otot polos. Apakah faktor risiko yang
kemungkinan terjadi pada kelainan di atas?
A. Estrogen
B. Prolaktin
C. Testosteron
D. Gonadotropin
E. FSH
Mioma Uteri
• Disebut juga: fibroid, leimioma, leimiomata, fibromioma
• Tumor jinak yang tumbuh dari jaringan otot uterus
• Dapat terdiri dari satu mioma atau beberapa mioma kecil
• Epidemiologi: 20-50% wanita usia subur
• Hormon steroid (estradiol dan progesterone)  memicu pertumbuhan tumor

• 4 Tipe Mioma Uteri


• Subserosa
• Tumbuh dilapisan luar uterus dan
kearah luar
• Intramural
• Tumbuh didalam dinding uterus
• Submukosa
• Dibawah lapisan kavum uteri 
polimenorrhea, infertilitas,
keguguran
• Pedunculated
http://www.myoma.co.uk/about-uterine-myoma.html
• Memiliki tangkai https://www.medscape.com/viewarticle/886395
Mioma Uteri
• Histopatologi
• Mioma uteri merupakan
tumor monoclonal jinak
yang berasal dari sel otot
polos dan fibroblast.
• Tumor ini terdiri dari
matriks ekstraselular
termasuk kolagen,
proteoglikan, fibronectin
dan dikelilingi oleh lapisan
pseudokapsul jaringan https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-
6736(00)03622-9/fulltext?refuid=S1074-
areolar dan serabut otot. 3804%2805%2960022-9&refissn=1074-3804

https://www.uptodate.com/contents/histology-and-
pathogenesis-of-uterine-leiomyomas-
fibroids#H30310927
Mioma Uteri
Gejala dan Tanda:
• Perdarahan banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid
• Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya infeksi rahim
• Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum, organ
panggul lain  gangguan BAB atau BAK, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul,
gangguan ginjal
• Infertilitas karena terjadi penekanan pada saluran indung telur
• Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.

Pada kehamilan
• Membesar pada trimester pertama karena pengaruh estrogen
• Degenerasi merah pada masa hamil atau nifas
• Torsio dengan tanda akut abdomen

Faktor Predisposisi
• Nulipara, infertilitas, riwayat keluarga

Diagnosis
• Massa yang menonjol/ teraba seperti bagian janin, tes HCG (-)
• USG abdominal/ transvaginal Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
Tatalaksana
• Tatalaksana mioma dapat konservatif atau operatif,
konservatif untuk mengobati gejala.
• Cara operatif digunakan bila terapi medikamentosa
tidak dapat mengatasi keluhan, dapat berupa
histerektomi, miomektomi, atau miolisis
• Pemeriksaan Berkala
– Pemeriksaan fisik &USG setiap 6-8 minggu untuk
mengawasi pertumbuhan, ukuran, dan jumlah  bila
stabil  observasi setiap 3-4 bulan
• Indikasi histerektomi menurut American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG)
– 1. Mioma asimptomatik yang dapat teraba dari dinding
perut dan dikeluhkan oleh pasien.
– 2. Perdarahan uterus berlebihan, yang ditandai/diikuti
oleh:
• Perdarahan banyak dan bergumpal atau berulang selama >8 hari.
• Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
– 3. Rasa tidak nyaman di pelvis yang:
• akut dan hebat,
• rasa tertekan pada perut bagian bawah atau pinggang, atau
• penekanan vesika urinaria yang meningkatkan frekuensi miksi
bukan disebabkan oleh infeksi saluran kemih.

E Surya. Mioma Servikal. 2010


38
SOAL

Seorang pasien perempuan bernama Ny. Sektina Oktarina berusia


28 tahun datang ke Puskesmas bersama suaminya dengan keluhan
keluar cairan bewarna putih bergumpal dari kemaluan sejak 2
minggu yang lalu. Selain itu, pasien juga mengaku merasa gatal.
Pada pemeriksaan ditemukan vulva lecet karena sering di garuk.
Pemeriksaan penunjang apakah yang tepat?
A. Urinalisis
B. Darah rutin
C. Apus vagina
D. Kolposkopi vagina
E. Pap smear
Kandidiasis vaginalis
• Kandidiasis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh
jamur Candida sp.
• Diagnosis:
– Duh tubuh vagina putih kental dan bergumpal, tidak berbau
– Rasa gatal
– Disuria/nyeri berkemih
– Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan KOH 10% untuk melihat pseudohifa dan
miselium
• Faktor predisposisi
– Penggunaan antibiotik spektrum luas, peningkatan kadar estrogen, diabetes
melitus, HIV/AIDS, imunokompromais.
• Tatalaksana
– Berikan mikonazol atau klotrimazol 200 mg intra vagina setiap hari selama 3 hari,
ATAU
– Klotrimazol, 500 mg intra vagina dosis tunggal, ATAU
– Nistatin, 100.000 IU intra vagina setiap hari selama 14 hari.
• Keputihan sangat gatal
dengan duh putih
kekuningan dan
berbutir-butir, berbau
asam

• pH vagina <4,5

• Sel berbentuk panjang-


panjang  pseudohifa

• Sel-sel bulat/oval 
yeast-like cells
39
SOAL

Ny. Alpara Nodrof Dextral, perempuan usia 25 tahun G1P0A0 usia


kehamilan 18 minggu datang dengan keluhan belum ada tanda-
tanda aktivitas bayi yang dikandungnya. Terdapat riwayat spotting
selama hamil. Pemeriksaan fisik dan vital sign dalam batas normal,
ditemukan TFU lebih kecil dari usia kehamilan. Pemeriksaan USG
ditemukan gestasional sac tetapi tidak ditemukan adanya tanda-
tanda aktivitas janin termasuk embrio. Diagnosis pada pasien ini
adalah...
A. Blighted ovum
B. Abortus inkomplit
C. Abortus komplit
D. Abortus imminens
E. Abortus insipient
Blighted Ovum
• A blighted ovum is the leading cause of
miscarriage (50%).
• Kehamilan anembrionik
• Hasil konsepsi berimplantasi pada uterus 
kantong kehamilan tumbuh namun janin gagal
tumbuh

• Etiologi
– Abnormalitas kromosom (kualitas sel telur atau
sperma jelek)

• Gejala dan Tanda


– Signs and symptoms of a miscarriage are common
and include vaginal bleeding and spotting.
– Menstrual periods may be heavier than normal.
– The patient may experience abdominal cramps.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/
Pemeriksaan Penunjang
• A pregnancy test --- increase in serum and urine hCG. The
indicator of the pregnancy test kit shows a weak positive
(usually a pink color instead of red).
• Ultrasound exam (transabdominal or transvaginal) showing
an empty sac with no embryo confirms the diagnosis of a
blighted ovum. The criteria of the ultrasound for diagnosis is
as follows:
– According to Campion et al. (2013): transvaginal ultrasound reveals
a sac with a mean gestational sac diameter (MGD) greater than
25 mm and no yolk sac, or an MGD >25 mm with no embryo.
• Genetic Testing/Histopathology (Karyotyping of the
conceptus) will show trisomies, monosomy or triploidy
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/
Treatment/Management
• Expectant management: Wait to have the tissues pass away on its own
if there is spotting or wait another week (9 weeks) to see if there is any
sign of the fetus in the gestational sac.

• Medical treatment consisting of misoprostol on an outpatient basis is


another option. However, it may take several days for the body to expel
all tissue and may have more bleeding and side effects.

• Surgical Treatment is dilation and curettage (D and C) as per the


national or international guidelines. This procedure involves dilating
the cervix and removal of the contents of the uterus. The pathologist
can examine the tissues to confirm the reason for the miscarriage.
Since the procedure immediately removes the tissue, it brings mental
and physical closure sooner.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/
40
SOAL

Ny. Thalita Mercedes, seorang perempuan usia 30 tahun G2P1A0


hamil usia 32 minggu, merasa keluar darah dari jalan lahir sejak 30
menit yang lalu. Perdarahan tidak disertai dengan rasa nyeri. His
tidak ada, tanda vital baik, DJJ baik. Pada pemeriksaan USG
didapatkan gambaran swiss cheese, dimana terdapat peningkatan
jumlah lakuna. Apakah diagnosis yang tepat pada kasus?
A. Plasenta akreta
B. Plasenta previa
C. KET
D. Abortus inkomplit
E. Abortus imminen
Plasenta Acreta
• Placenta accreta is a general term used to describe the clinical
condition when part of placenta, or the entire placenta invades and
is inseparable from the uterine wall
– Placenta increta : chorionic villi invade only the myometrium
– Percreta : invasion through myometrium and serosa and occasionally
into adjacent organs such as bladder.
• Clinically placenta accreta becomes problematic during delivery
when the placenta does not completely separate from the uterus
and followed by massive obstetric hemorrhage.
• The average blood loss at delivery in women with placenta accreta
is 3000-5000 ml
• Incidence : 1 in 533 pregnancy
Risk Factor
• Women who have myometrial damaged caused
by a previous cesarean delivery with either
anterior or posterior placenta previa overlying
the uterine scar.
• Placenta previa
• Repeat cesarean delivery
• Maternal age and multiparity
• Condition resulting in myometrial damage
followed by secondary collagen repair such as,
previous myomectomy, Asherman syndrome,
uterine artery embolization, leiomyomas
Diagnosis
• Prenatal diagnosis usually established by USG and occasionally by
MRI
• Ultrasonography :
– Transvaginal or transabdominal can be used. Transvaginal USG is safe
for patients with placenta previa
– Normal placental attachment site characterized by normal pl
hypoechoic boundary between the placenta and the bladder.
– USG suggested placenta acreta :
• irregularly shaped placental lacunae (vascular spaces) within the placenta,
• thinning of the myometrium overlaying the placenta,
• loss of the retroplacental clear space,
• protrution of the placenta ito the bladder,
• increased vascularity of the uterine serosa bladder interface,
• turbulent blood flow through lacunae
• The prescence and
increasing number of
lacunae within the placenta
accreta  sensitivity 79%
and PPV 92%
• These lacunae may result in
the placenta having moth
eaten or swiss cheese
appearance
• USG is sufficient to diagnose
placenta accreta with
sensitivity 77-87% ,
spescificity 96-98%, PPV 65-
93%.

http://www.acog.org/Resources-And-Publications/Committee-Opinions/Committee-on-
Obstetric-Practice/Placenta-Accreta
41
SOAL

Ny. Morinaga Duo Bebelac, perempuan, usia 26 tahun, datang untuk


memeriksakan diri karena merasa dirinya hamil 2 bulan. Pasien
merupakan seorang guru SD yang baru menikah selama 2,5 bulan.
Pernikahan ini merupakan pernikahan yang pertama. Pasien telah
melakukan test pack 2 kali di rumah dan hasilnya positif. Dokter
kemudian melakukan USG. Indikator untuk menentukan usia
kehamilan melalui alat ini adalah...
A. Femur Length
B. Crown-Lump Length
C. Radius Length
D. Gestational Sac
E. Circumferential Head
Perkiraan Usia Janin dengan
Ultrasonografi
• Indikasi: terutama bila siklus menstruasi tidak teratur, HPHT
tidak diketahui, pasien hamil ketika sedang menggunakan
kontrasepsi hormonal, ukuran uterus berbeda dengan usia
kehamilan menurut HPHT
• Trimester pertama  dapat dilakukan transvaginal (TVS)
ataupun transabdominal (TAS). TVS direkomendasikan
untuk evaluasi kantung gestasi dan struktur embrionik
lainnya. Meski demikian, pengukuran crown rump length
melalui TVS tidak lebih akurat dibandingkan TAS dalam
menentukan usia gestasi.
• Trimester kedua dan ketiga  lebih dipilih TAS
https://www.uptodate.com/contents/prenatal-assessment-of-gestational-age-date-of-delivery-and-fetal-
weight?search=GESTATIONAL%20AGE&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=default&dis
play_rank=1#H14
Perkiraan Usia Janin: Ultrasonografi

https://www.uptodate.com/contents/prenatal-assessment-of-gestational-age-date-of-delivery-and-fetal-
weight?search=GESTATIONAL%20AGE&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=default&dis
play_rank=1#H14
Perkiraan Usia Janin: Ultrasonografi
• First-trimester gestational age assessment — First-trimester (up to
13+6 weeks) sonographic assessment of CRL is the most accurate method
of estimating gestational age. Although the gestational sac size is the
earliest parameter that can be measured for assessment of gestational
age, the CRL is a more accurate indicator of gestational age.
• Crown-rump length
– By definition, the CRL is the longest straight-line measurement of the embryo
measured from the outer margin of the cephalic pole to the rump
– Key points of gestational age assessment by measurement of the CRL include
the following:
• When the embryo is evident, CRL ≤8+6 weeks of gestation is the most accurate biometric
parameter for pregnancy dating (±5 days). The accuracy of the CRL falls slightly with a
margin of error of ±7 days at 9+0 to 13+6 weeks.
• When CRL is <25 mm, gestational age (in days) = CRL (mm) + 42
• If CRL is >84 mm, biparietal diameter (BPD) should be used for assessment of gestational
age

https://www.uptodate.com/contents/prenatal-assessment-of-gestational-age-date-of-delivery-and-fetal-
weight?search=GESTATIONAL%20AGE&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=default&dis
play_rank=1#H14
Perkiraan Usia Janin: Ultrasonografi
• Gestational sac
– The gestational sac is clearly visible at 4.5 to 5 weeks of
gestation, with a double decidual sign appearing at 5.5 to 6
weeks
– It appears as a small, fluid-filled, sac-like structure
eccentrically located within the endometrium
• Yolk sac
– The yolk sac first becomes visible at 5 weeks of gestation
and normally degrades between 10 to 12 weeks
– Yolk sac diameter correlates poorly with gestational age, so
it is not used for estimating gestational age and EDD
https://www.uptodate.com/contents/prenatal-assessment-of-gestational-age-date-of-delivery-and-fetal-
weight?search=GESTATIONAL%20AGE&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=default&dis
play_rank=1#H14
Perkiraan Usia Janin: Ultrasonografi
• First detection of cardiac activity
– If the embryo is visible but too small to measure
adequately, detection of cardiac activity establishes a
gestational age of 5.5 to 6 weeks
• Use of multiple biometric markers
– The four standard biometric parameters used to estimate
gestational age if the initial ultrasound examination is in
the second trimester (14+0 to 27+6 weeks) or third
trimester (28+0 weeks to delivery) are biparietal diameter
(BPD), head circumference (HC), abdominal circumference
(AC), and femur length (FL)
– These measurements should never be used to change an
EDD determined in the first trimester by CRL
https://www.uptodate.com/contents/prenatal-assessment-of-gestational-age-date-of-delivery-and-fetal-
weight?search=GESTATIONAL%20AGE&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=default&dis
play_rank=1#H14
Perkiraan Usia Janin: Ultrasonografi
– Biparietal diameter — BPD used for gestational age assessment
when the CRL is >84 mm (14+0 weeks of gestation) and CRL for
gestational age assessment when CRL is ≤84 mm
– Femur length — The FL can be measured as early as 10 weeks
of gestation because of its size and echogenicity. As with other
biometric measures, significant variation after 22 weeks is likely
due to large normal biological variation in fetal shape and size
with advancing gestational age
– Abdominal circumference — The AC appears to have a slightly
lower ability to predict gestational age early in the second
trimester than the BPD, HC, and FL. As with other biometric
measures, significant variation after 22 weeks is likely due to
large normal biological variation in fetal shape and size with
advancing gestational age

https://www.uptodate.com/contents/prenatal-assessment-of-gestational-age-date-of-delivery-and-fetal-
weight?search=GESTATIONAL%20AGE&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=default&dis
play_rank=1#H14
Pemeriksaan USG: Perkiraan Ukuran Janin

Pengukuran Mulai dari Minggu


Gestational Sac (GS) Mulai dari 4.5-5 minggu

Crown-Lump Length (CRL) 6 weeks sd up to 13+6 weeks

Biparietal Diameter (BPD) 14 minggu ke atas (used as


multiple biometric markers)
Femur Length (FL) 14 minggu ke atas (used as
multiple biometric markers)
Abdominal Circumference (AC) 14 minggu ke atas (used as
multiple biometric markers)
Estimated Fetal Weight (EFW) 14 minggu ke atas (used as
multiple biometric markers)
42
SOAL

Seorang wanita 50 tahun, mengeluh celana dalamnya selalu basah


sejak menjalani pembedahan pengangkatan kandungan akibat
kanker rahim 3 bulan yang lalu. Pasien masih dapat miksi normal.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan lubang vagina yang selalu basah,
dengan kulit di sekitar vagina mengalami maserasi. Pemeriksaan
pencitraan IVP tampak hidroureteronefrosis sebelah kiri dengan
terlihat adanya ekstravasasi kontras pada ureter distal kiri.
Kemungkinan pasien ini menderita...
A. Fistula vesikovagina
B. Fistula ureterovagina
C. Inkontinensia urina urgensi
D. Inkontinensia urina stress
E. Inkontinensia paradoksal.
Fistula Uretero-Vagina
• Saluran yang menghubungkan ureter dengan vagina

• Merupakan komplikasi paling sering dari histerektomi, dapat


juga akibat trauma pelvis, radiasi, atau keganasan pelvis

• Sering bersamaan dengan fistula vesiko-vagina

• Gejala dan Tanda


– Inkontinensia uri, demam, menggigil

• Gambaran radiologis
– Ekstravasasi kontras pada ureter

• Terapi
– Pemasangan ureteral stent dan nefrostomi
Fistula Vesikovagina vs Ureterovagina

FISTULA VESIKOVAGINA FISTULA URETEROVAGINA


• Gejala konstitusi biasanya (- • Gejala konstitusi (+):
) demam, menggigil, malaise,
• Inkontinensia urin tanpa nyeri pinggang, gejala GI
nyeri
• Dapat bertambah dengan • Dapat terjadi hidronefrosis
aktivitas  mirip atau ekstravasasi urin ke
inkontinensia stres rongga retroperitoneal

http://emedicine.medscape.com/article/452934-overview
43
SOAL

Wanita 42 tahun, datang dengan keluhan benjolan pada vagina yang


ditemukan secara tidak sengaja ketika memeriks benang AKDR dan
tidak terasa sakit. Pada PF ditemukan benjolan berukuran 1,5 cm
pada dinding anterolateral superior dari vagina. Lalu dilakukan
ekstirpasi dan pemeriksaan mikroskopik ditemukan dinding kista
yang dilapisi oleh epitel kuboid selapis. Apa diagnosis pasien ini?
A. Kista Bartholini
B. Kista Gartner
C. Sistokel
D. Divertikulum uretra
E. Prolaps uteri
Kista Gartner
• Etiologi
• Suatu kista vagina yang disebabkan oleh sisa jaringan embrional (duktus
Wolffian)

• Letak & Ukuran


• Biasanya didapatkan di dinding anterolateral superior vagina.
• Ukuran pada umumnya < 2cm, namun dapat berkembang hingga lebih
besar

• Gejala & tanda


• Bila ukuran kista besar: disuria, gatal,
dispareunia, nyeri pelvis, protusi dari vagina

• Pemeriksaan
• PA: Didapatkan epitelial kuboid yang selapis/
epitel batang pendek

• Terapi: Drainase
http://journals.lww.com/em-news/Fulltext/2011/05000/Case_Report__Gartner_s_Duct_Cyst.15.aspx
Ginekologi
Jenis Keterangan
Kista Bartholin Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah vagina,di belakang
labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara kelenjar e.c trauma atau infeksi

Kista Nabothi Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks diganti dengan
(ovula) epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit menonjol dengan permukaan licin
(tampak spt beras)

Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai, ukuran bbrp mm,
kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai menonjol dari kanalis servikalis ke
vagina dan bahkan sampai introitus. Tangkai mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan
polip mengalami peradangan dengan metaplasia skuamosa atau ulserasi dan
perdarahan. Tx: polipektomi terutama jika bergejala/menopause/sdh keluar ostium/
multipel/>1,5 cm/ infertil

Karsinoma Serviks Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-benjol, rapuh,
mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal menunjukkan suatu displasia atau lesi
in-situ hingga invasif.

Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami nekrosis dan
ulserasi.
44
SOAL

Ny. Londania Halifax, perempuan 27 tahun, P1A0, datang berobat ke


dokter dengan keluhan mengalami nyeri perut kanan bawah disertai
dengan adanya cairan yang keluar berwarna kuning dan bau.
Riwayat 3 hari yang lalu melahirkan pervaginam. Tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 38oC. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis dengan peningkatan netrofil.
Apa diagnosis pasien ini?
A. Cervisitis
B. Endometritis
C. Endometriosis
D. Peritonitis
E. Tromboplebitis
Infeksi Puerpurium
• Merujuk kepada infeksi traktus genitalis setelah
melahirkan
• Puerperalis = periode 42 hari setelah kelahiran janin &
ekspulsi plasenta
• Mencakup:
– Endometritis, parametritis, salpingo-ooforitis, tromboflebitis
pelvis, peritonitis, selulitis perineum/vagina, hematoma
terinfeksi, dan abses luka
• Morbiditas nifas (demam saat nifas)  peningkatan suhu
oral hingga 38 C/lebih selama 2 hari dari 10 hari pertama
postpartum, terpisah dari 24 jam pertama
Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, EGC hal 364
Infeksi Puerperalis
• Faktor Predisposisi
– Perdarahan, trauma persalinan, partus lama, retensio
plasenta, anemia, malnutrisi
• Patologi
– Bekas tempat perlekatan plasenta merupakan luka yang
cukup besar untuk masuknya mikroorganisme penyebab
infeksi
– Infeksi dapat terbatas pada luka (infeksi luka perineum,
vagina, serviks, atau endometrium) atau menjalar ke jaringan
sekitar (tromboflebitis, parametritis, sapingitis, dan
peritonitis)
• Patogenesis
• Kuman masuk kedalam luka endometrium (t.u bekas
perlekatan plasenta)  leukosit >>  pus dan kontraksi otot
• Dapat menghalangi involusi uterus
Obstetri Patologi Edisi 2. Fakultas Kedokteran Univ Padjadjaran hal 188
Infeksi Puerpuralis: Perbandingan Klinis
TIPE C A K U PA N PEMERIKSAAN
Endometritis Infeksi pada endometrium dan kelenjar glandular Demam, lokia berbau, nyeri
perut bawah & pinggang

Metritis Infeksi pada endometrium + kelenjar glandular + Akut: serupa endometritis


Kronik: >> jaringan ikat 
lapisan otot uterus membesar
Parametritis Inflamasi pada parametrium (selulitis Nyeri unilateral, defans
muskular, infiltrat keras di
pelvika/ligamentum latum) dinding panggul, uterus
terdorong ke bagian sehat
Perimetritis Inflamasi pada lapisan serosa uterus (perimetrial) Pelveoperitonitis  gejala
salpingitis dll
Pemeriksaan Penunjang Metritis
• Pemeriksaan darah perifer lengkap
• Golongan darah AB0 dan jenis rhesus
• Glukosa darah sewaktu
• Analisis urin
• Kultur (cairan vagina, urin, dan darah)
• USG (untuk menyingkirkan kemungkinan sisa
plasenta)
Tatalaksana Metritis
• Berikan antibiotika sampai 48 jam bebas demam dengan Ampisilin
2 gram IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgB IV tiap 24 jam
dan metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam. Bila demam tidak menurun
dalam 72 jam, lakukan kaji ulang tatalaksana dan diagnosis.
– Alternatif (Uptodate recommendation): Clindamycin 900 mg every
eight hours PLUS Gentamicin 5 mg/kg every 24 hours (preferred) OR
1.5 mg/kg every 8 hours
• Cegah dehidrasi
• Pertimbangkan imunisasi TT bila dicurigai terpapar tetanus
• Periksa apakah ada kemungkinan sisa plasenta
• Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis lakukan laparotomi dan
drainase abdomen bila terdapat pus

Sumber: Buku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.
45
SOAL

Seorang perempuan 30 tahun, hamil 12 minggu, mengeluhkan nyeri


saat buang air kecil sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai nyeri
perut bagian bawah. Frekuensi berkemih belakangan ini menjadi
lebih sering dan sedikit-sedikit. Pemeriksaan urin didapatkan protein
negatif, eritrosit 2-3/lp, leukosit 10-15/lp, silinder negatif. Apakah
penyebab keluhan diatas?
A. Klebsiella sp
B. Staphyloccocus koagulase negatif
C. E. Coli
D. Pseudomonas sp
E. Proteus sp
Urinary tract infection in Pregnancy
• Urinary tract infections (UTIs) are common in
pregnant women.
• By convention, UTI is defined either as a
lower tract (acute cystitis) or upper tract
(acute pyelonephritis) infection
• As in nonpregnant women, Escherichia coli is
the predominant uropathogen found in both
asymptomatic bacteriuria and UTI in pregnant
women
Asymptomatic Bacteriuria
• We screen all pregnant women at least once for asymptomatic bacteriuria.
• Screening for asymptomatic bacteriuria is performed at 12 to 16 weeks
gestation with a midstream urine for culture.
• The diagnosis is made by finding high-level bacterial growth (≥105 colony
forming units [cfu]/mL or, for group B Streptococcus, ≥104 cfu/mL) on urine
culture in the absence of symptoms consistent with UTI.
• Management of asymptomatic bacteriuria :
– Antibiotic therapy tailored to culture results, which reduces the risk of
subsequent pyelonephritis and is associated with improved pregnancy
outcomes.
– Following treatment, follow-up cultures are performed to confirm sterilization
of the urine. For those women with persistent bacteriuria, prophylactic or
suppressive antibiotics may be warranted in addition to retreatment.
Acute Cystitis
• Acute cystitis should be suspected in pregnant women who
complain about new onset dysuria, frequency, or urgency.
• The diagnosis is made by finding of bacterial growth on
urine culture in this setting.
• Management of acute cystitis :
– Empiric antibiotic therapy that is subsequently tailored to
culture results.
– Potential options for empiric and directed therapy include beta-
lactams, nitrofurantoin, and fosfomycin (table 1).
– As with asymptomatic bacteriuria, follow-up cultures are
performed to confirm sterilization of the urine. For those
women with persistent bacteriuria or recurrent cystitis,
prophylactic or suppressive antibiotics may be warranted in
addition to retreatment.
Acute pyelonephritis
• Acute pyelonephritis during pregnancy is suggested by the presence of flank
pain, nausea/vomiting, fever (>38ºC), and/or costovertebral angle tenderness, with
or without the typical symptoms of cystitis, and is confirmed by the finding of
bacteriuria in the setting of these symptoms.
• Pregnant women may become quite ill and are at risk for both medical (eg, sepsis,
respiratory failure) and obstetrical complications from pyelonephritis
• Management of acute pyelonephritis :
– hospital admission for parenteral antibiotics, preferably broad spectrum beta-lactams
(table 2).
– Antibiotic therapy can be converted to an oral regimen tailored to the susceptibility
profile of the isolated organism following clinical improvement.
– Oral options are generally limited to beta-lactams or, if in the second
trimester, trimethoprim-sulfamethoxazole. Following the treatment course, suppressive
antibiotics are typically used for the remainder of the pregnancy to prevent recurrence.
• It is generally accepted that penicillins (with or without beta-lactamase inhibitors),
cephalosporins, aztreonam, and fosfomycin are safe in pregnancy. Because of
possible but uncertain associations with adverse birth outcomes, we generally
avoid nitrofurantoin during the first trimester and trimethoprim-
sulfamethoxazole during the first trimester and near term unless no other options
are available.
46
SOAL

Ny, Lancaster Yorkshire, perempuan 30 tahun, P1A0, sedang


memasuki postpartum kala 3. Dilakukan proses melahirkan plasenta
tanpa terlebih dahulu melakukan perasat Kustner. Penolong
persalinan melakukan tarikan secara terburu-buru karena kamar
bersalin sedang banyak ibu yang akan partus. Setelah dilakukan
tarikan didapatkan adanya massa menonjol pada introitus vagina.
Tidak teraba uterus pada palpasi abdomen bawah. Keadaan
tersebut merupakan kondisi...
A. Inversio uterus
B. Prolaps uterus
C. Ruptur uterus
D. Mioma geburt
E. Varises vagina
HPP: Inversio Uteri
• Etiologi
– Tonus otot rahim lemah
– Tekanan/tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan
dengan tangan, tarikan pada tali pusat)
– Kanalis servikalis yang longgar

• Jenis
– Complete: fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput
lendirnya berada diluar
– Incomplete: fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak keluar
ostium uteri

• Bila uterus yang berputar balik keluar dari vulva: inversio prolaps
Hemorrhagia Post Partum: Inversio Uteri

• Gejala
– Syok
– Fundus uteri tidak teraba/ teraba lekukan
– Kadang tampak massa merah di vulva atau teraba massa dalam
vagina dengan permukaan kasar
– Perdarahan

• Terapi
– Atasi syok
– Reposisi dalam anestesi
– Bila plasenta belum lepas: reposisi uterus baru dilepaskan karena
dapat memicu perdarahan >>
Inversio Uteri: Terapi
• Replacement of Inverted Uterus
47
SOAL

Ny. Margarita Noel Gintani, seorang wanita usia 24 tahun dengan


G2P1 hamil 32 minggu. Ia mengatakan bahwa sering melakukan
hubungan seks dengan pria lain yang bukan suaminya, terutama
sebelum hamil. Ia khawatir terkena sifilis karena pasangan seks
terakhirnya rupanya terkena sifilis. Dari pilihan di bawah ini, mana
pernyataan yang salah tentang sifilis kongenital?
A. Semakin lama ibu sudah terkena sifilis, makin sedikit
kemungkinan menginfeksi janin
B. Penentuan antibodi adalah salah satu cara mendiagnosis sifilis
C. Gambaran saddle nose merupakan gambaran yang khas pada
sifilis kongenital
D. Pada stadium lanjut, sifilis kongenital menular lebih hebat
dibandingkan stadium dini
E. Sifilis kongenital dini sering bermanifestasi sebagai sekret pada
mukosa
Sifilis Pada Kehamilan
• Gejala dan tanda seperti sifilis pada umumnya

• Diobati sedini mungkin  sebelum hamil atau pada triwulan I


untuk mencegah penularan terhadap janin

• Risiko infeksi janin antepartum atau sifilis kongenital


berhubungan dengan stadium  paling tinggi pada stadium
primer dan sekunder, namun fase laten dan titer rendah masih
dapat menginfeksi

• Titer VDRL > 1:8 menunjukkan infeksi awal dan bakteremia

• Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi


wassermann dan VDRL, bila perlu diobati

http://www.cdc.gov/std/tg2015/syphilis-pregnancy.htm
Sifilis Pada Kehamilan: Tatalaksana
Congenital Syphilis

Within first
Early
Congenital 2 year
syphilis Later than
Late
2 yr
Sifilis Kongenital Dini

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2819963/
Sifilis Kongenital Dini
Eyes
• Choroidoretinits, glaucoma, uveitis .
• Choroidoretinitis in later life is seen as salt &
pepper fundus showing black pigment & white
atrophic patches.
Congenital Syphilis

Hydrops
fetalis
Nasal discharge
Petechial rash
Necrotizing
funisitis
within the matrix of
the umbilical cord

Hepatomegaly
Rash
Ostitis,
Metaphysitis,
Periostitis
Wimberger sign
Multiple, discrete, tense
blisters seen over a
normal looking skin

Contain serous/
seropurulent discharge
(spirochetes)
Decreased
mineralization of the
metaphyses of long
bones of the upper
extremities

bilateral lytic lesions of


the talus, calcareous,
and proximal tibia
(Wimberger sign) A more specific finding is localized bony
destruction of the medial portion of the
medially
proximal tibial metaphysic (Wimberger’s
sign). Other findings include metaphyseal
Radiographic Abnormalities serration (“sawtooth metaphyses”), and
diaphyseal involvement with periosteal
reaction.
Sifilis Kongenital Laten

Among these manifestations, Hutchinson triad (Hutchinson teeth, interstitial keratitis, and
sensorineural hearing loss), mulberry molars, and Clutton joints are relatively specific for
congenital syphilis http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2819963/
48
SOAL

Ny. Uganda Mambo Africa, seorang perempuan usia 30 tahun yang


belum menikah datang ke PKM dengan keluhan haid yang
memanjang dan banyak. Keluhan dirasakan 3 bulan terakhir
Pemeriksaan fisik ginekologis didapatkan benjolan bertangkai
ukuran 6 x 7 cm keluar dari dalam rahim hingga teraba sampai di
vagina. Diagnosis yang paling tepat untuk kasus di atas yaitu…
A. Mioma intraligamenter
B. Mioma Geburt
C. Mioma subserosa
D. Mioma transmural
E. Mioma submukosa
Mioma Uteri
• Disebut juga: fibroid, leimioma, leimiomata, fibromioma
• Tumor jinak yang tumbuh dari jaringan otot uterus
• Dapat terdiri dari satu mioma atau beberapa mioma kecil
• Epidemiologi: 20-50% wanita usia subur

• 4 Tipe Mioma Uteri


• Subserosa
• Tumbuh dilapisan luar uterus dan
kearah luar
• Intramural
• Tumbuh didalam dinding uterus
• Submukosa
• Dibawah lapisan kavum uteri 
polimenorrhea, infertilitas,
keguguran
• Pedunculated
• Memiliki tangkai http://www.myoma.co.uk/about-uterine-myoma.html
Mioma Geburt
• Mioma submukosa pedinkulata: jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai

• Dapat keluar dari rongga rahim ke vagina


melalui saluran servik: mioma geburt atau
mioma yang dilahirkan
Mioma Uteri
G E J A L A D A N TA N D A
• Perdarahan banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid
• Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya infeksi
rahim
• Penekanan organ sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum, organ lain 
gangguan BAB atau BAK, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan
ginjal
• Infertilitas akibat penekanan pada saluran indung telur
• Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal

FA K TO R P R E D I S P O S I S I
• Nulipara, infertilitas, riwayat keluarga

DIAGNOSIS
• Massa yang menonjol/ teraba seperti bagian janin, tes HCG (-)
• USG abdominal/ transvaginal
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
Tatalaksana
• Tatalaksana mioma dapat konservatif atau operatif,
konservatif untuk mengobati gejala.
• Cara operatif digunakan bila terapi medikamentosa
tidak dapat mengatasi keluhan, dapat berupa
histerektomi, miomektomi, atau miolisis
• Pemeriksaan Berkala
– Pemeriksaan fisik &USG setiap 6-8 minggu untuk
mengawasi pertumbuhan, ukuran, dan jumlah  bila
stabil  observasi setiap 3-4 bulan
• Indikasi histerektomi menurut American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG)
– 1. Mioma asimptomatik yang dapat teraba dari dinding
perut dan dikeluhkan oleh pasien.
– 2. Perdarahan uterus berlebihan, yang ditandai/diikuti
oleh:
• Perdarahan banyak dan bergumpal atau berulang selama >8 hari.
• Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
– 3. Rasa tidak nyaman di pelvis yang:
• akut dan hebat,
• rasa tertekan pada perut bagian bawah atau pinggang, atau
• penekanan vesika urinaria yang meningkatkan frekuensi miksi
bukan disebabkan oleh infeksi saluran kemih.

E Surya. Mioma Servikal. 2010


49
SOAL

Seorang wanita usia 38 tahun hendak melakukan skrining kanker


serviks. Pasien tidak ada keluhan. Pada saat dokter melakukan
pemeriksaan inspekulo, pada serviks terdapat sebuah benjolan
berukuran diameter sekitar 1 cm dengan permukaan tampak rata
dan licin, berwarna lebih muda dari jaringan di sekitarnya. Apakah
penyebab terjadinya benjolan tersebut?
A. Sumbatan kelenjar mukus oleh epitel skuamosa
B. Sumbatan kelenjar keringat
C. Infeksi HPV
D. Sumbatan pada muara kelenjar bartholin
E. Sisa duktus wolffian
Kista Nabothi
• Etiologi
– Terjadi bila kelenjar
penghasil mukus di
permukaan serviks
tersumbat epitel skuamosa

• Gejala & Tanda


– Berbentuk seperti beras
dengan permukaan licin

• Pemeriksaan
- Pemeriksaan pelvis, kadang dengan kolposkopi

• Terapi: Bila simptomatik  drainase


https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001514.htm
50
SOAL

Seorang perempuan berusia 23 tahun sedang hamil 37 minggu,


datang berobat ke poli kulit RS dengan keluhan bruntus bruntus
berisi cairan pada hampir seluruh tubuh disertai demam, sejak 5
hari yang lalu. Sebagian bruntus pecah dan terasa perih. Penderita
sudah minum obat pct dan bedak salisil untuk kelainan kulitnya,
namun tidak ada perbaikan. Kelainan diawali dengan gejala seperti
flu. PF, suhu subfebris, lain lain dbn, pemeriksaan dermatologikus,
pada hampir seluruh tubuh tampak vesikel dengan umbilikalis dan
sebagian erosi. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada bayi
yang dikandungnya?
A. Kelainan neurologik berupa mental retardasi
B. Kelainan kongenital berupa atopi ekstremitas
C. Terjadi varisela neonatus dengan angka kematian 30%
D. Sindroma fetal berupa atrofi kortikal
Varicella pada kehamilan
• Varicella zoster virus (VZV) merupakan virus double-
stranded yang dapat menyebabkan penyakit varicella
(chickenpox) dan herpes zoster.
• Faktor Predisposisi:
– Kontak dengan penderita cacar
– Belum mendapat vaksinasi cacar sebelumnya
– Nutrisi kurang baik
• Diagnosis
– Varicella: lesi kulit berupa vesikel kemerahan dan gatal yang
khas di seluruh tubuh serta seringkali disertai demam.
– Herpes zoster: lesi kulit berupa vesikel kemerahan yang nyeri
dan berkelompok terbatas pada satu dermatom.
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Pencegahan infeksi sebelum hamil:
– Periksa status imunisasi. Wanita yang sudah pernah terkena cacar air dan/atau herpes
zoster, atau memperoleh vaksinasi sebelumnya, dianggap sudah terproteksi sehingga
tidak perlu divaksin lagi.
– Vaksinasi bagi wanita yang belum terproteksi diberikan selambat-lambatnya 30 hari
sebelum merencanakan untuk hamil.
– Vaksin diberikan 2 kali dengan rentang waktu 6-8 minggu. Masing-masing 0.5 ml
subkutan. Vaksin yang beredar di Indonesia: Varilrix.

u Pencegahan infeksi pada masa kehamilan:


– Menghindari kontak dengan orang-orang yang sedang terkena cacar air atau herpes
zoster.
– Memvaksinasi orang-orang yang tinggal di sekitar wanita tersebut, terutama jika ia
belum terproteksi.

Pencegahan infeksi pascapersalinan:


– Pada ibu yang belum terproteksi, vaksinasi dosis pertama diberikan sebelum
meninggalkan rumah sakit dan dosis kedua diberikan pada 6-8 minggu pascasalin.
Tatalaksana Khusus
• Tatalaksana pada wanita hamil yang terinfeksi (menunjukkan
manifestasi klinis) atau terpapar kontak (kontak langsung di dalam
ruangan dengan orang yang infeksius* selama 1 jam atau lebih):
– Segera rujuk ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
– Varicella dapat menular mulai dari 2 hari sebelum muncul ruam kulit
hingga saat krusta mengering (kira-kira 5 hari setelah ruam muncul)

• Tatalaksana pada rumah sakit rujukan:


– Ibu hamil yang terinfeksi atau memiliki riwayat terpapar kontak harus
diisolasi terutama dari bayi dan ibu hamil lainnya.
– Bilamana memungkinkan, periksa serologi ibu terhadap varicella. Bila
hasilnya negatif atau tidak diketahui hingga 96 jam setelah paparan,
berikan imunoglobulin varicella zoster (VZIG).
– Ibu dengan infeksi varicella yang signifikan (misalnya pneumoitis) Beri
asiklovir 800 mg per oral 5x/hari selama 7 hari. Pada komplikasi yang
lebih berat, asiklovir IV diberikan pada dosis 10-15 mg/kgBB setiap 8
jam selama 5-10 hari dimulai dari 24-72 jam setelah muncul ruam.
– Asiklovir paling efektif jika diberikan dalam 24 jam setelah lesi timbul
atau setelah terpapar kontak Asiklovir aman diberikan pada ibu
u

dengan usia kehamilan di atas 20 minggu. Pada usia kehamilan


sebelum itu, asiklovir harus diberikan dengan hati-hati.
Beri edukasi tentang prognosis jika infeksi terjadi pada:
– Kehamilan < 28 minggu:
• terdapat risiko sindroma varisela fetal (SVF) sebesar <1%, seperti
mikroftalmia, korioretinitis, katarak, gangguan syaraf, hipolasia
ekstremitas, mikrosefali, atrofi korteks serebri, dan gangguan
tumbuh kembang janin.
– Kehamilan > 28 minggu:
• terdapat risiko kelahiran preterm, ketuban pecah dini.
• Lakukan pemeriksaan USG untuk melihat adanya dampak infeksi
u

terhadap janin.
• Jika ibu terinfeksi 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah
u

persalinan,berikan Varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG) pada


bayi.
Varicella in pregnancy
• up to 28 weeks of pregnancy • after 36 weeks and to birth
– There is no evidence an increased – The baby may become infected
risk of early miscarriage because of and could be born with chickenpox.
chickenpox. • around the time of birth
– Damage can occur to the eyes, – If the baby is born within 7 days of
legs, arms, brain, bladder or bowel your chickenpox rash appearing,
in 1-2 of every 100 babies (1- thebaby may get severe
2%). fetal varicella syndrome chickenpox.
– Referred to a fetal medicine
specialist for ultrasound scans and • up to 7 days after birth
discussion about possible tests and – The baby may get severe
their risks chickenpox and will be treated. The
• between 28 and 36 weeks of baby will be monitored for 28 days
after mother became infected.
pregnancy – It is safe to breastfeed if mother
– The virus stays in the baby’s body have or have had chickenpox
but will not cause any symptoms. during pregnancy
– The virus may become active again
causing shingles in the first few
years of the child’s life.

RCOG. Chickenpox in Pregnancy. 2015


Fetal varicella syndrome
• FVS is characterised by one or more of the following:
– skin scarring in a dermatomal distribution;
– eye defects (microphthalmia, chorioretinitis or cataracts);
– hypoplasia of the limbs; and
– neurological abnormalities (microcephaly, cortical atrophy,
mental retardation or dysfunction of bowel and bladder
sphincters).25,55 I
– It does not occur at the time of initial fetal infection but
results from a subsequent herpes zoster reactivation in
utero and only occurs in a minority of infected fetuses.
• FVS has been reported to complicate maternal
chickenpox occurring as early as 3 weeks and as late as
28 weeks of gestation.
RCOG. Chickenpox in Pregnancy. 2015
• Chickenpox can be serious for mother health during
pregnancy.
• Complications can occur such as chest infection
(pneumonia), inflammation of the liver (hepatitis) and
inflammation of the brain (encephalitis). Very rarely,
women can die from complications.
• Mother at greater risk of complications if mother
– smoke cigarettes
– have a lung disease such as bronchitis or emphysema
– are taking steroids or have done so in the last 3 months
– are more than 20 weeks of pregnancy

RCOG. Chickenpox in Pregnancy. 2015


Neonatal Varicella
• Neonatal varicella is a serious illness associated with a mortality rate up to 30
percent.
• Newborns born to mothers who are exposed to VZV or have clinical disease
manifestations within two weeks of delivery are at the greatest risk for
infection.
• The case fatality rate is increased when the mother develops symptoms of
varicella infection from five days before to two days after delivery.
• This interval allows insufficient time for the development of maternal IgG and
passive transfer of antibody protection to the fetus.
• The clinical picture of neonatal varicella is variable, ranging from a mild illness
resembling chickenpox in older children to a disseminated infection similar to
manifestations seen in immunocompromised hosts.
• In mild cases of neonatal varicella, the lesions heal within 7 to 10 days.
However, disseminated disease may ensue, with varicella pneumonia, hepatitis,
and meningoencephalitis being the most common visceral manifestations.
“We Build Doctors”

Anda mungkin juga menyukai