Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA PENUAAN (AGING) DAN ACUTE EXERCISE

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Kesehatan Masyarakat
yang dibina oleh Dr. Sugiharto, Drs, MS.

Oleh:

Shika Mafrudhotun Nandha


140612602914

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
April 2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penuaan (Aging) dalam Tubuh 3


2.2 Latihan Sesaat (Acute Exercise) terhadap Tubuh 6
2.3 Hubungan Latihan Sesaat (Acute Exercise) dengan Penuaan (Aging) 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 9
3.2 Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kualitas sumber
daya manusia menjadi subjek utama. Sekarang telah diakui bahwa kualitas sumber
daya manusia merupakan hal terpenting untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemajuan suatu bangsa. Sumber daya manusialah yang menentukan kemajuan
atau bahkan kemunduran suatu bangsa atau negara. Olahraga merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Meskipun demikian
jika olahraga dilakukan dengan tidak tepat maka akan dapat menimbulkan efek
samping yang bersifat kontra produktif terhadap upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Olahraga yang berdampak negatif terhadap tubuh salah
satunya adalah metode latihan sesaat (acute exercise). Salah satu dampak negatif
yang ditimbulkan adalah terjadinya peningkatan pembentukan senyawa oksidan
yang diikuti dengan terjadinya peristiwa stres oksidatif (Harjanto dalam Andiana
dan Prasetyo, 2012). Stres oksidatif terjadi karena adanya ketidakseimbangan
produksi antara pro-oksidan dan antioksidan (Leeuwenburgh & Heinecke dalam
Andiana dan Prasetyo, 2012). Dampak latihan sesaat (acute exercise) adalah
mempercepat terjadinya proses penuaan dan kerusakan pada jaringan. Stres
oksidatif merupakan kondisi fisiologis yang terjadi pada metabolisme aerobik.
Stres oksidatif yang terjadi berlebihan akan menimbulkan efek yang patologis
(Andiana dan Prasetyo, 2012).
Latihan sesaat (acute exercise) merupakan latihan dengan periode
pemberian beban kerja dalam satu sesi. Dengan kata lain, acute exercise dapat
diartikan sebagai exercise (Suharjana, 2010). Latihan sesaat membuat tubuh
menghasilkan radikal bebas bagi orang yang baru pertama kali melakukan
olahraga. Latihan ini dilakukan dengan tidak memperhatikan beban latihan atau
dengan latihan yang tidak terprogram. Dengan dilakukannya hal tersebut, maka
akan menumpuk adanya radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas adalah
molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit
luarnya sehingga relatif tidak stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya, molekul

1
yang bersifat reaktif tersebut mencari pasangan elektron sehingga disebut reactive
oxygen species (ROS) (Raymond, 2011).
Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada semua
makhluk hidup. Proses penuaan ini meliputi seluruh organ tubuh yang mengalami
proses penuaan (Cunnningham, Yaar & Gilchrest dalam USU, 2010). Penuaan
dapat diartikan sebagai penumpukan kerusakan, maupun penurunan fungsi
biologis dan kemampuan organisme untuk beradaptasi terhadap stres metabolik
(Raymond, 2011). Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
tua melalui proses penuaan yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal
dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon
yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang
menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat,
kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan (Pangkahila dalam
UNUD, 2010). Oleh karena itu, penulis membahas masalah tentang hubungan
latihan sesaat (acute exercise) dengan proses penuaan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana penuaan (aging) pada tubuh?
1.2.2 Bagaimana latihan sesaat (acute exercise) terhadap tubuh?
1.2.3 Bagaimana hubungan latihan sesaat (acute exercise) dengan
penuaan (aging)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mendeskripsikan mengenai penuaan (aging) tubuh.
1.3.2 Mendeskripsikan latihan sesaat (acute exercise) terhadap tubuh.
1.3.3 Mendeskripsikan hubungan latihan sesaat (acute exercise) dengan
penuaan (aging) .

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penuaan atau Aging


Aging atau penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Penuaan adalah apa
yang membuat “tua tidak sebaik baru” dan ketika laju kegagalan meningkat
bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang
sekarat. Aging atau penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan
fungsi biologis dari usia kronologik. Aging tidak dapat dihindarkan dan berjalan
dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang,
lingkungan dan gaya hidup, sehingga aging dapat terjadi lebih dini atau
lambat tergantung kesehatan masing-masing individu (Fowler dalam UNUD,
2010).
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine)
adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan
aging normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat
diubah dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz dalam UNUD, 2010).
Webster’s New World Dictionary mendefinisikan aging sebagai proses menjadi
tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Pada dasarnya aging dapat dibagi
menjadi dua konsep yang berbeda yaitu usia kronologis dan usia biologis. Pada
saat merayakan hari ulang tahun (merayakan usia kronologis), kadang benar
bahwa penampilan sistem tubuh seseorang, dari fungsi mental hingga penampilan
seksual sampai kekuatan fisik, lebih baik atau lebih buruk dari yang diperkirakan
jika dibandingkan dengan orang yang seusianya (ini adalah contoh usia
biologis) (Goldman dan Klatz, Pangkahila dalam UNUD, 2010).
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan
kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan
fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan
penyakit (Fowler dalam Unud, 2010). Proses penuaan berhubungan dengan
kehilangan kekuatan otot sebagai distributor utama bagi gerak tubuh selain tulang
(Gatta Pa et al, 2010).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya proses penuaan,

3
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang menyebabkan
proses penuaan antara lain tidak adanya keseimbangan hormon di dalam tubuh,
radikal bebas, glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh, kerusakan
DNA dan gen. Sedangkan faktor eksternal meliputi pola hidup dan makan
yang tidak sehat, kebiasaan buruk, polusi udara, stress. Faktor-faktor penuaan
ini kemudian berinteraksi antar satu dan lainnya dan kemudian menghasilkan
proses penuaan yang dimulai dari fase sub-klinis (usia 23-35), fase transisi (usia
34-45) dan fase klinis (usia lebih daripada 45 tahun) (Siswanto & Pangkahila,
2014).

2.1.1 Mekanisme terjadinya Penuaan atau Aging


Pada awal kehidupan manusia, perubahan dari satu tahap ke tahap lain
bersifat evolusional yang berarti bahwa menuju tahap yang lebih sempurna baik
kematangan emosional maupun kesempurnaan fungsional organ.organ tubuh.
Pada tahap kehidupan lansia justru terjadi kemunduran sesuai dengan hukum
alam, perubahan ini disebut proses menua. Seiring dengan perjalanan usia,
proses penuaan pun berjalan, tubuh akan mengalami perubahan-perubahan yang
menyebabkan involusi dan degradasi jaringan organ tubuh mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental (Widiyanto, 2010).
Semua spesies kimia yang mengandung elektron tanpa pasangan disebut
radikal bebas. Teori radikal bebas menerangkan pengaruh suatu elektron bebas
yang tidak berpasangan, bersifat sangat reaktif dan tidak stabil. Radikal bebas
akan bergabung dengan apa saja yang ada disekitarnya yang menyebabkan
kerusakan sel. Proses inilah yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan
fisiologis maupun biologis dalam proses penuaan serta tidak jarang
menimbulkan resiko munculnya berbagai macam penyakit (Hardianto Wibowo
dalam Widiyanto, 2010).
Hal penting yang terjadi secara biologis dapat mempercepat proses
penuaan adalah laju peningkatan reaksi radikal bebas dan sistem penawar racun
yang makin berubah seiring berjalannya usia. Bila laju penumpukan kerusakan
akibat radikal bebas makin menjadi maka makin sulit untuk diperbaiki.
Munculnya penyakit degeneratif seperti kanker, penyakit jantung, dan artritis

4
yang merupakan manifestasi dari proses penuaan. Kondisi ini diperparah dengan
sistem penawar, yaitu antioksidan yang semakin minim akibat gaya hhidup yang
cenderung tidak sehat. Konsumsi antioksidan dalam jumlah yang memadai akan
sangat berarti dalam menangkal radikal bebas. Sumber antioksidan yang biasa
dikenal adalah vitamin E, beta karoten dan vitamin C (Wirakusumah dalam
Widiyanto, 2010).
Manusia setelah tua, kulit menjadi keriput, kemudian badan lemah dan
meninggal dunia. Sebenarnya yang terjadi dalam sel-sel tubuh manusia sama
dengan apa yang terjadi pada sebuah karet gelang yang direnggangkan. Ada dua
buah karet gelang, karet pertama direnggangkan antara dua buah paku yang
sudah ditancapkan pada jarak 20 cm. Karet yang lain dibiarkan tergeletak di
suatu tempat. Setelah beberapa hari karet yang direnggangkan akan mudah patah
karena elastisitasnya berkurang, sementara karet yang lain tetap kuat. Itulah
yang terjadi pada tubuh manusia yang terdiri dari jutaan sel-sel. Ketika manusia
masih merupakan pencampuran sel telur dan sperma dalam rahim wanita. Sel
melakukan peregangan sehingga membesar kemudian sel terbelah, terus
menerus dari hari ke hari hingga suatu saat sel mencapai batas keelastisan
sehingga tidak dapat meregang lagi karena tidak dapat meregang lagi jumlah sel
pun menjadi tetap. Malahan sel ini sudah lemah dan lama kelamaan menjadi
tidak berguna lagi dan satu per satu sel akan mati.
Pada umur 10-20 tahun sel berlipat ganda dengan sangat cepat
dibandingkan pada umur lainnya. Itulah mengapa pada umur tersebut manusia
mempunyai nafsu makan yang sangat besar, tanpa makanan yang banyak sel
akan mengalami kesulitan dalam pembelahan, penggandaan diri. Sementara
pada puncak pembelahan sel, yaitu antara umur 25-40 tahun, sel sampai pada
batas kemampuan untuk berkembang. Oleh karena itulah kebutuhan sel akan zat
gizi yang digunakan untuk menggandakan diri mengalami penurunan. Konsumsi
makanan manusia ada umur tersebut mulai menurun dibandingkan sebelumnya.
Rambut mulai berubah warna dan volumenya, tekstur kulit berubah, keelastisan
berkurang, berubahnya kecepatan proses pemikiran, dan penerimaan informasi.
Semuanya terjadi karena sel-sel penyusun tubuh tidak sekuat dulu, sebagian
yang rusak tidak tergantikan sel baru atau proses pembentukan sel menjadi

5
lambat. Untuk memperlambat proses penuaan atau aging dapat dilakukan
dengan menyeleksi makanan yang dikonsumsi (Widiyanto, 2010).

2.2 Latihan Sesaat (acute exercise) terhadap tubuh


Latihan sesaat (acute exercise) merupakan latihan dengan periode
pemberian beban kerja dalam satu sesi. Dengan kata lain, acute exercise dapat
diartikan sebagai exercise (Suharjana, 2010). Acute exercise menyebabkan stess
oksidatif. Latihan sesaat mempengaruhi pembentukan ROS dan jenis nitrogen dan
oksidatif yang berbahaya. Di sisi lain, latihan secara terprogram diketahui dapat
menambah resisten tubuh terhadap ROS termasuk lipid peroksida, dan
mengurangi akumulasi protein oksidatif dan DNA yang berbahaya (Benviranli &
Gokbel, 2010). Selain itu, latihan terprogram juga akan menambah massa otot
dalam tubuh (Christopher etal, 2011) dan meningkatkan keseimbangan serta
mengurangi resiko penyakit (Shubert, 2011). Menurut Tomporowski dalam Hanna
& Pennington (2013), latihan sesaat atau acute exercise yang dilakukan secara
konsisten dan positif dengan dengan intensitas submaksimal dan durasi selama
20-60 menit maka akan berdampak positif pada tubuh khususnya otak.
Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi bahwa acute exercise
menimbulkan stress oksidatif yang tidak terbatas pada sel atau jaringan. Intensitas
latihan yang sangat tinggi menyebabkan respon stress darah oksidatif. Berikut ini
adalah hal-hal yang berpontensial untuk menghasilkan oksidan.
1. Meningkatnya konsumsi oksigen dengan latihan. Elektron keluar dari
rantai mitokondria atau mengalami perpindahan dan menghasilkan
superoksida. Superoksida adalah salah satu dari jenis radikal bebas.
Produksi radikal bebas dari elektron tersebut dapat diukur oleh spin
elektron berhubungan sangat erat dengan konsumsi oksigen maksimal.
2. Xanthine menjadi asam urat dengan bantuan NAD + sebagai aseptor
elektron dari NADH. Selama iskemia, xanthine otot yang aktif dibentuk
melalui metabolisme anaerobik dari ATP dan xanthine dehidrogenase
diubah menjadi xanthine oksida. Selama reperfution, dengan
menghasilkan tambahan oksigen, xanthine oksida masih mengubah

6
hipoxanthine menjadi asam urat, tetapi oksigen sebagai akseptor elektron
berubah menjadi superoksida.
3. Kerusakan jaringan akibat latihan dapat mempengaruhi pengaktifan
inflamasi atau peradangan sel seperti neutropil dengan memproduksi
radikal bebas oleh NADPH oksida (Benviranli & Gokbel, 2010).
4. Konsentrasi catecholamine dalam tubuh meningkat selama latihan dan
menghasilkan ROS. Konsentrasi catecholamin otak juga meningkat selama
latihan berlangsung (Joyce et al, 2013).
5. Otot mitokondria mengalami peningkatan yang tak terkendali (Pauli et al,
2010) dan berubahnya oksigen menjadi superoksida dengan semakin
naiknya suhu. Oleh karena itu, latihan menyebabkan hyperthermia yang
dapat menyebabkan stress oksidatif.
6. Autooksida dari oksihemoglobin menjadi methemoglobin dan
menghasilkan superoksida dan tingkat pembentukan methemoglobin dapat
meningkat dengan latihan atau acute exercise. Latihan sesaat baik aerobik
ataupun anaerobik dapat meningkatkan derajat stress oksidatif (Benviranli
& Gokbel, 2010).

2.3 Hubungan latihan sesaat (acute exercise) dengan penuaan


Latihan sesaat atau acute exercise mempengaruhi radikal bebas yang
terjadi di dalam tubuh. Reactive oxygen species (ROS) mencakup mekanisme
biologis penuaan dan latihan yang menimbulkan kerusakan oksidatif pada tubuh.
Berdasarkan penelitian dari J. Apple Physiol dalam Bejma (2015) membuktikan
bahwa produksi oksidan di dalam tubuh khususnya otot mengalami peningkatan
sebanding dengan pertambahan umur atau usia. Selama latihan, rantai mitokondria
dan NADPH oksidatif berperan sebagai sumber potensial dari terbentuknya
radikal bebas dalam tubuh.
Acute exercise menyebabkan stess oksidatif. Latihan sesaat mempengaruhi
pembentukan ROS dan jenis nitrogen dan oksidatif yang berbahaya. Latihan
aerobik maupun anaerobik akan mengakibatkan stress oksidatif pada tubuh.
Latihan yang diberikan dalam satu sesi tanpa pengaturan beban dan tidak
terprogram maka akan berdampak buruk pada otot yang diikuti dengan

7
peradangan atau inflamasi pada neutrofil. Neutrofil tersebut menghasilkan ROS
seperti superoksida dan peroksida hidrogen yang merusak sel-sel yang berdekatan
dengannya atau bahkan neutrofil itu sendiri. Oh-Ishi et al dalam Belviranli &
Gokbel (2010) melaporkan bahwa produksi superoksida yang dihasilkan oleh
neutrofil akan meningkat setelah latihan sesaat atau tidak terlatih atau juga tidak
terprogram. Latihan sesaat atau acute exercise juga mempengaruhi penurunan
aktivitas sintesis glutamine dan sebaliknya untuk memperlambat kerja otot
(Benviranli & Gokbel, 2010). Semua dampak dari latihan sesaat atau biasa disebut
acute exercise berdampak juga pada cepatnya proses penuaan. Latihan sesaat
menimbulkan stress oksidatif yang berakibat pada terbentuknya ROS dan jenis
nitrogen dan oksidatif yang berbahaya bagi tubuh. Semua itu akan merusak sel
maupun jaringan yang berada di sekitar sel atau jaringan yang telah terkena
oksidan sehingga dengan adanya hal tersebut maka proses penuaan akan semakin
cepat. Proses penuaan ditandai dengan degradasi jaringan atau sel tubuh dan
penurunan energi seluler yang menurunkan kemampuan sel untuk memperbaiki
diri dari oksidan yang masuk ke dalam tubuh. Dari uraian di atas telah
membuktikan bahwa latihan sesaat atau acute exercise berpengaruh terhadap
proses penuaan individu.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aging sebagai proses menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi
tua. Aging adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan
dengan aging normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak
kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang tepat. Proses penuaan
ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan kemampuan sel untuk
memperbaiki diri.
Latihan sesaat (acute exercise) merupakan latihan dengan periode
pemberian beban kerja dalam satu sesi. Dengan kata lain, acute exercise dapat
diartikan sebagai exercise (Suharjana, 2010). Acute exercise menyebabkan stess
oksidatif. Latihan sesaat mempengaruhi pembentukan ROS dan jenis nitrogen dan
oksidatif yang berbahaya.
Latihan sesaat atau biasa disebut acute exercise berdampak pada cepatnya
proses penuaan. Latihan sesaat menimbulkan stress oksidatif yang berakibat pada
terbentuknya ROS dan jenis nitrogen dan oksidatif yang berbahaya bagi tubuh.
Semua itu akan merusak sel maupun jaringan yang berada di sekitar sel atau
jaringan yang telah terkena oksidan sehingga dengan adanya hal tersebut maka
proses penuaan akan semakin cepat.

3.2 Saran
Diharapkan bagi semua lapisan masyarakat agar menghindari acute exercise
karena hal tersebut dapat menimbulkan terbentuknya oksidan di dalam tubuh,
dengan terbentuknya oksidan maka sel-sel dalam tubuh akan mengalami
kerusakan sehingga hal tersebut akan mempercepat proses penuaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Widiyanto. 2010. Bugar dan Sehat di Usia Lanjut. (Online),


(http;//staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/widiyanto,m.kes/penuaanmediko
ra.pdf), diakses 22 April 2015.
Unud. 2010. Kajian Pustaka: Aging atau Penuaan. (Online),
(http://pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-231-1651891725-
babii(revised).pdf), diakses 20 April 2015.
USU. 2010. Pendahuluan: Proses Penuaan. (Online),
(http://usu.ac.id/ChapterI.pdf), diakses 20 April 2015.
Andiana & Prasetyo. 2011. Pengaruh Latihan Interval Istirahat Aktif dan Pasif
terhadap Derajat Stress Oksidatif. Buletin Peneltian Sistem Kesehatan. 14(3):
249-257, (Online), (www.ipi80666.pdf), diakses 19 April 2015.
Suharjana. 2010. Konsep latihan. (Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/prof-dr-suharjana
mkes/konseplatihan_1.pdf), diakses 20 April 2015.
Raymond, Tjandrawinata. 2011. Medicinus: Anti Aging. Scientific Journal of
Pharmaceutical Development and Medical Application. (Online).
(http;//www.dexa-medica.com/sites/default/files/medicinus2011jan.pdf),
diakses 20 April 2015.
Liu Xiaozhou, Sam. 2010. The Relationship between Acute and Chronic Aerobic
Exercise Response in Pre-hyoertensive Individuals. Thesis of Master of
Science. (Online), (), diakses 20 April 2015.
Benviranli & Gokbel. 2010. Acute Exercise Induced Oxidative Stress and
Antioxidant Changes. Eur J Gen Med. 3(3): 126-131. (Online),
(www.gm06026.pdf), diakses 21 April 2015.
Siswanto & Pangkahila. 2014. Pelatihan Fisik Seimbang Meningkatkan Aktivitas
Stem Cell Endogen untuk Anti Penuaan. Sport and Fitness Journal, (Online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=151017), diakses 19
April 2015.
Joyce et al. 2013. The Simon Task and Aging:Does Acute Moderate Exercise
Influence Cognitive Control. Medicine & Science in Sports and Exercise.

10
(http://gsite.univprovence.fr/gsite/Local/lpc/dir/user556/Joyce%20al
%20201,%20MSSE.pdf), diakses 13 April 2015.
Gatta Pa et al. 2010. Effect of Ageing and Exercise Training on Myokine
Expression Responses to Acute Exercise. ISEI. 10(1), (Online),
(http://digitalcommons.wku.edu/ijesab/vol10/iss1/9/), diakses 13 April 2015.
Bejma. 2015. Aging and acute exercise enhance free radical generation in rat
skeletal muscle. Journal of Applied Physiology. 87:465-470, (Online),
(http://jap.physiology.org/content/jap/87/1/465.full.pdf), diakses 20 April
2015.
Pauli et al. 2010. Acute Exercise Reverses Aged-Induced Impairments in Insulin
Signaling in Rodent Skeletal Muscle. Mechanisms of Aging and
Development. 131: 323-329, (Online),
(http://www.luzimarteixeira.com.br/wp-content/uploads/2010/06/2010_mech-
ageing-dev_acute-exercise-reverses-aged-induced-impairments-in-insulin-
signaling-in-rodent-skeletal-muscle.pdf), diakses 13 April 2015.
Christopher et al. 2011. Aging impairs contraction-induced human skeletal muscle
mTORC1 signaling and protein synthesis. Skeletal Muscle Journal. 1:1-11,
(Online), (http://www.skeletalmusclejournal.com/content/pdf/2044-5040-1-
11.pdf), diakses 13 April 2015.
Shubert, T.E. 2011. Evidence-Based Exercise Prescription for Balance and Falls
Prevention: A Current Review of the Literature. J Geriatr Phys Ther. 34:
100-108, (Online), (http://www.udel.edu/PT/PT%20Clinical
%20Services/journalclub/caserounds /1213/Oct/Shubert.202011.pdf), diakses
13 April 2015.
Hanna & Pennington. 2013. The Acute Effects of Exercise on Cognitive
Performances of Older Adults. Journal of the Arkansas Academy of Science,
67: 109-114, (Online),
(http://libinfo.uark.edu/aas/issues/2013v67/v67a17.pdf), diakses 13 April
2015.

11

Anda mungkin juga menyukai