Anda di halaman 1dari 84

PERAN KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

PONTIANAK TIMUR DALAM PEMERATAAN


ITSBAT NIKAH SECARA TERPADU
TAHUN 2019

SKRIPSI

OLEH:

AINUN SHAFARINA
NIM. 11624013

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


(AHWAL SYAKHSHIYYAH)
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
PONTIANAK
TAHUN 2021/1443H
PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang saya sayangi dan

yang saya hormati, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan do’a

yang tiada habisnya sehingga saya mampu meyelesaikan kewajiban saya sebagai

mahasiswa yang menempuh pendidikan di Institut Agama Islam Negeri Pontianak.

Persembahan ini saya haturkan dengan setulus hati kepada:

1. Ayahanda Abdul Hamid, BA. Bin Abdul Karim (Alm) dan Ibunda Tity

Mardiana Binti Marhadji yang telah melahirkan dan membesarkan saya dan

yang selalu mencurahkan kasih sayangnya untuk saya, dan saudara-saudari

beserta keluarga besar terima kasih atas segala do’a dan dukungan yang telah

diberikan untuk saya.

2. Ibu Dr. Dahlia Haliah Ma’u, S.Ag., M.H.I. selaku Kepala Program Studi

Hukum Keluarga Islam sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang

membimbing dan mengarahkan saya dari awal kuliah yang selalu sabar dalam

memberikan bimbingan hingga saya menyelesaikan skripsi saya.

3. Sahabat-sahabat saya Umi Indah Astriana, Ildha Rahayu, S. Hut, Dhea

Fithriyyah Ananda, S.Pd, Fitriani, S. Pd., Yuyun Pertiwi, S.H. Fatmawati, S.H.

Sri Astuti Isnaiah, S.H. Abdurahman, S.H. Wiwid Hidayati, S. E. Hanifah dan

Rika Harnita. Yang selalu mengingatkan, memberikan semangat dan

mensupport saya, selalu ada baik suka maupun duka.

i
4. Teman-teman seperjuangan Program Studi Hukum Keluarga Islam angkatan

2016 yang saling mendukung dan membantu satu sama lain. Terimakasih

banyak atas kebersamaan dan kenangan yang telah kita ciptakan bersama.

5. Para pendidik tempat saya menuntut ilmu dan dengan lapang dada memberikan

saya ilmu selalu sabar dalam mendidik membimbing dan menasehati saya

6. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat saya sebutkakn satu persatu

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

ii
ABSTRAK

Ainun Shafarina (11624013). Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan


Pontianak Timur Dalam Pemerataan Itsbat Nikah Secara Terpadu Tahun
2019. Fakultas Syariah Program Studi Hukum Keluarga Islam (Ahwal
Syakhsiyyah) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2021.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Latar Belakang Kantor
Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur berperan dalam Pemerataan Itsbat
Nikah secara Terpadu Tahun 2019; 2) Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan
Pontianak Timur Dalam Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019.
Metode yang digunakan peneliti adalah kualitatif dengan jenis Hukum
Empiris (Sosiologis) yang bersifat deskriptif. Sumber data yang digunakan ada
ada dua yakni sumber data primer yang berupa wawancara kepada Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur. Sedangkan untuk sumber data
sekunder yang berupa arsip, dokumentasi, dan jurnal yang digunakan sebagai
pendukung sumber data primer. Teknik pengumpulan data adalah studi
dokumentasi dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data, peneliti mereduksi
data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Kemudian, data tersebut
diperiksa kembali keabsahannya dengan Teknik Pemeriksaan Keabsahan secara
tunggal yaitu melakukan triangulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Yang menjadi latarbelakang
Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur berperan dalam kegiatan ini
adalah karena masih ada beberapa pasangan sudah menikah secara agama namun
tidak mencatatkannnya, dan kegiatan ini belum pernah dilaksanakan sebelumnya
oleh Pemerintah Kota Pontianak yang bersifat terpadu 2) Peran Kantor Urusan
Agama Kecamatan Pontianak Timur sangat besar mulai dari tahap awal hingga
akhir acara diselenggarakan. Terutama perannya dalam hal administrasi seperti
menginput data, verifikasi awal, menjadi panitia kegiatan, memberikan sosialisai
kepada peserta, hingga buku nikah mereka diterbitkan.
Kata kunci: Itsbat Nikah, Kantor Urusan Agama, Pontianak Timur

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur peneliti panjatkan kepada

Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianyalah peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak

Timur dalam Pemerataan Itsbat Nikah Secara Terpadu Tahun 2019” . tidak

lupa pula shalawat serta salam yang senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini ditulis sebagi salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan studi

di Institut Agama Islam Negeri Pontianak. Peneliti menyadari bahwa selama

penulisan skripsi ini banyaknya hambatan dan kesulitan yang peneliti hadapi.

Meskipun begitu, Alhamdulillah berkat bantuan, motivasi, nasehat, bimbingan,

dan semangat yang peneliti terima dari semua pihak hingga skripsi ini

terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati tanpa mengurangi

rasa hormat peneliti ingin berterimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Syarif, S. Ag., M. A., selaku Rektor Institu Agama Islam Negeri

Pontianak.

2. Bapak Dr. Muhammad Hasan, S. Ag., M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah

3. Ibu Dr. Dahlia Haliah Ma’u, S. Ag., M.H.I selaku Kepala Program Studi

Hukum Keluarga Islam dan Dosen Pembimbing Akademik, yang selalu sabar

membimbing saya dengan penuh cinta dan kasih sayang

iv
4. Bapak Rusdi Sulaiman, S. Ag., M. Ag. selaku Dosen Pembimbing Utama dan

Bapak Arif Wibowo, M. H. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

berbesar hati untuk memberikan waktu, pemikiran, nasehat, serta ilmunya

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Kepala dan Staff di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur yang

telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Pengadilan Agama Pontianak Kelas 1-A Kota Pontianak dan Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pontianak yang telah bersedia

memberikan data yang peneliti perlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua dosen dan staff Program Studi Hukum Keluarga Islam yang berkenan

memberikan ilmunya kepada peneliti dengan penuh keikhlasan yang tidak

dapat penelti sebutkan satu persatu.

Tiada kata yang patut peneliti haturkan selaian do’a dan rasa terima kasih

sebanyak-banyaknya. Peneliti sangat berharap semoga semua kebaikan mereka

di nilai sebagai amal shaleh dan senantiasa diberikan balasan oleh Allah SWT.

Disamping itu peneliti juga menyadari skripsi ini tidaklah sempurna dan

tentunya masih banyak kekurangan oleh karena itu saran dan kritik yang

membangun sangat peneliti harapkan demi menjadikan skripsi ini lebih baik.

Demikian yang bisa peneliti sampaikan, semoga skripsi ini dapat


bermanfaat bagi banyak orang.
Pontianak, Agustus 2021

Peneliti,

Ainun Shafarina
11624013

v
DAFTAR ISI

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIASI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSEMBAHAN ............................................................................................... i

ABSTRAK......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................1

B. Fokus Masalah ......................................................................................................6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................................6

BAB II. TINJAUAN UMUM PENELITIAN .................................................... 8

A. Kajian Pustaka ......................................................................................................8

B. Kajian Teori ........................................................................................................ 11

1. Kantor Urusan Agama (KUA) ........................................................................ 11

2. Itsbat Nikah ................................................................................................... 17

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 21

A. Jenis dan Metode Penelitian ................................................................................ 21

B. Lokasi dan Waktu penelitian ............................................................................... 22

C. Sumber data ........................................................................................................ 23

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 24

vi
E. Alat Pengumpulan Data ....................................................................................... 25

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................................. 26

G. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 27

BAB IV. PAPARAN DAN ANALISIS DATA................................................. 30

A. Gambaran Umum ................................................................................................ 30

1. Landasan Hukum Berdirinya Kantor Urusan Agama ....................................... 30

2. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Pontianak Timur ................................... 30

3. Sejarah KUA Pontianak Timur ....................................................................... 31

4. Visi, Misi, dan Motto KUA ............................................................................ 32

5. Struktur Organisasi KUA ............................................................................... 33

6. Tugas, dan Fungsi KUA ................................................................................. 34

B. Paparan Data ....................................................................................................... 35

1. Latar Belakang Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019. ............................................... 36

2. Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam Pemerataan

Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019................................................................... 40

C. Pembahasan Temuan Penelitian........................................................................... 46

1. Latar Belakang Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019. ............................................... 46

2. Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam Pemerataan

Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019................................................................... 49

vii
BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 53

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 53

1. Latar Belakang Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019. ............................................... 53

2. Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam Pemerataan

Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019................................................................... 54

B. Saran................................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 57

LAMPIRAN ..................................................................................................... 60

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan selain dijelaskan dalam al-Quran dan Hadis juga telah dijadikan

sebagai salah satu hukum yang berlaku di Indonesia, yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum

Islam yang selanjutnya akan di singkat menjadi (KHI), yaitu dari Pasal 1

hingga Pasal 170 KHI.

Undang-Undang yang selanjutnya disingkat menjadi (UU). Bab 1 Pasal 1

UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa:

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang


wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha
Esa”.

Menurut Bab 2 Pasal 2 KHI menyebutkan bahwa:

“Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang


sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah”.

Di Indonesia Pencatatan Perkawinan diatur dalam Pasal 1 ayat 1 UU Nomor

22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk bahwa:

“Nikah yang dilakukan menurut agama Islam, selanjutnya disebut Nikah,


diawasi oleh Pegawai Pencatat Nikah yang diangkat oleh Menteri Agama
atau oleh pegawai yang ditunjuk”. Ayat (2) menentukan, “yang berhak
melakukan pengawasan atas nikah dan menerima pemberitahuan tentang
talak dan rujuk, hanya pegawai yang diangkat oleh Menteri Agama atau
oleh pegawai yang ditunjuk olehnya”.

1
2

Pencatatan Perkawinan juga tercantum dalam Bab 2 Pasal 5 Ayat (1) dan (2)

KHI disebutkan bahwa:

(1) “agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap


perkawinan harus dicatat”.

(2) “Pencatatan Perkawinan tersebut pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai
Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954”.

Berdasarkan Pasal diatas bahwa setiap perkawinan harus dicatat oleh

Pegawai Pencatat Nikah yang selanjutnya disingkat menjadi (PPN) bagi yang

tidak dicatatkan karena kelalaian dari PPN atau dari pasangan itu sendiri yang

tidak melaporkan perkawinan mereka ke Kantor Urusan Agama yang

selanjutnya disingkat menjadi (KUA) setempat, akibatnya bagi yang tidak

tercatat atau tidak memiliki kutipan buku nikah atau akta nikah maka

pernikahannya tidak memiliki kekuatan hukum sebagaimana disebutkan dalam

Pasal 6 ayat (1) dan (2) KHI.

Perkawinan yang tidak dicatatkan dapat diajukannya permohonan Itsbat

Nikah ke Pengadilan Agama yang selanjutnya akan disingkat menjadi (PA)

yang berwenang, setelah permohonan itu diterima maka akan diterbitkan buku

kutipan akta nikah oleh PPN di KUA Kecamatan setempat sebagaimana diatur

dalam Pasal 7 ayat (1), (2), (3), dan (4) KHI terkait Itsbat Nikah.

Pemerintah Kota Pontianak melihat bahwa masih banyaknya pernikahan

yang tidak dicatatkan oleh masyarakatnya. Oleh sebab itu, Itsbat Nikah ini

diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pontianak pada Tahun 2019 secara

terpadu dan bekerjasama antar lintas sektoral yaitu Pengadilan Agama

Pontianak Kelas 1-A, 5 KUA Kecamatan diantaranya KUA Pontianak Utara,


3

Pontianak Timur, KUA Pontianak Tenggara, KUA Pontianak Selatan, dan

KUA Pontianak Barat, terakhir Dinas Kependudukan Catatan Sipil yang

selanjutnya di singkat menjadi (Dukcapil) dibawah Pemerintah Daerah selaku

pelaksana.

Kegiatan Itsbat nikah terpadu ini dilaksanakan di Aula Masjid Mujahidin

Pontianak pada tanggal 25 Oktober 2019. Adapun permohonan Itsbat nikah

yang diajukan sebanyak 115 permohonan dan mengikuti pemeriksaan

persidangan. Namun, setelah mengikuti proses persidangan yang diterima

hanya 106 permohonan yang dikabulkan dan 9 permohonan lainnya

digugurkan. Tercatat ada lima Kecamatan sebagai berikut:

Tabel 1
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Pontianak Kelas 1-A
Terbitan Tahun 2020 Mengenai Jumlah Permohonan Sidang
Itsbat Nikah Terpadu pada Tahun 2019
Di Masjid Raya Mujahidin
Berdasarkan Kecamatan

Nomor Kecamatan Jumlah


1 Pontianak Utara 42
2 Pontianak Tenggara 26
3 Pontianak Barat 25
4 Pontianak Selatan 16
5 Pontianak Timur 6
Jumlah 115
Sumber: (Lap Pelaksanaan Keg PA Ptk Th 2019 Final.pdf, t.t., hlm. 21)
(Pengadilan Agama Pontianak Kelas 1-A, 2020)

Berdasarkan tabel diatas bahwa terdapat perbedaan jumlah antara KUA

Pontianak Selatan sebagaimana yang dicantumkan pada skripsi Yuyun Pertiwi


4

sebelumnya yakni jumlahnya 15 Pasangan dan dari data yang peneliti dapatkan

dari PA langsung dan Website PA yakni berjumlah 16 pasang.

KUA Pontianak Timur jumlah keseluruhan yang mendaftar 20 pasang.

Namun, 14 pasangan lainnya tidak lolos dan hanya 6 pasangan saja yang

berhasil lolos. Berikut data pasangan yang peneliti peroleh dari KUA

Kecamatan Pontianak Timur.

Tabel 2
Data Pasangan Itsbat Nikah Terpadu
KUA Kecamatan Pontianak Timur

No Akta Nikah Nama Suami Nama Isteri Tgl. Nikah Wali


1 594/36/X/2019 Dendi Nur Lusi
07-02-2016 Nasab
Ps. 9480780 Akbar Maulidia
2 595/37/X/2019
Deden Maimunah 08-10-2015 Nasab
Ps. 9480781
3 596/38/X/2019
Hari Maishi 25-01-2015 Nasab
Ps. 9480782
4 597/39/X/2019
Juhari Fatimah 24-03-2018 Nasab
Ps. 9480783
5 598/40/X/2019
Sakiman Nursiah 10-01-2017 Nasab
Ps. 9480784
6 599/41/X2019
Sukirno Nur Fitriani 09-10-2014 Nasab
Ps. 9480785
Sumber: Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur

Tabel 3
Laporan Hasil Perubahan Kartu Keluarga dan Pengesahan Anak
Pada Kegiatan Itsbat Nikah Terpadu pada Tahun 2019
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak

Jumlah
No Kecamatan
Peserta Perubahan KK Pengesahan Anak
1 Pontianak Utara 33 33 106
2 Pontianak Tenggara 26 13 54
3 Pontianak Barat 21 11 49
4 Pontianak Selatan 14 6 32
5 Pontianak Timur 6 4 9
JUMLAH 100 67 250
Sumber: Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak
5

Dari data diatas bahwa jumlah peserta yang mendaftar Itsbat nikah terpadu

yang diterima oleh hakim berjumlah 106 pasang. Namun peserta yang tercatat

pada Dukcapil hanya 100 pasang yang artinya terdapat 6 pasang yang tidak

tercatat oleh Dukcapil, bahkan dari 100 pasang itupun tidak semua melakukan

perubahan Kartu Kelurga, berdasarkan keterangan dari Ibu Rini Astutik bahwa

tidak semua peserta melakukan perubahan tersebut inilah yang menyebabkan

terjadinya perbedaan data pada tabel 1 dan 3. Untuk peserta dari KUA

Kecamatan Pontianak Timur sendiri dari 6 pasang hanya 4 pasang yang

melakukan perubahan Kartu Keluarga dan anak yang disahkan hanya 9 orang.

Adapun alasan-alasan peneliti tertarik untuk mengangkat judul ini ialah

sebagai berikut:

1. Kantor Urusan Agama sebagai lembaga atau unit terakhir yang langsung

berhadapan dengan masyarakat yang berada di bawah pengawasan

Kementerian Agama. Dalam kegiatan Itsbat Nikah tersebut KUA sangat

dibutuhkan selaku PPN yang menangani urusan yang berkenaan dengan hal

Munakahat khususnya bagi mereka yang beragama Islam;

2. Permohonan Itsbat Nikah di KUA Kecamatan Pontianak Timur pada tahun

2019 yang jumlah permohonannya paling kecil yakni 6 permohonan dari

KUA Kecamatan lainnya;

3. Peneliti tertarik mengambil Itsbat Nikah Terpadu khususnya di Wilayah

Kota Pontianak sebagai tema penelitian, dikarenakan kegiatan sidang Itsbat

Nikah Terpadu ini merupakan pertama kalinya dilaksanakan di Wilayah

Kota Pontianak pada tahun 2019.


6

Mengingat dalam kegiatan ini melibatkan KUA selaku pelaksana yang

mempunyai perannya tersendiri. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

meneliti dengan judul “Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak

Timur Dalam Pemerataan Istbat Nikah Secara Terpadu Pada Tahun 2019”

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini membahas tentang “Peran

Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam kegiatan

Itsbat Nikah Terpadu pada tahun 2019”. Fokus ini akan peneliti jabarkan

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi KUA berperan dalam pemerataan Itsbat Nikah

Terpadu tahun 2019?

2. Bagaimana peran KUA dalam kegiatan Itsbat Nikah Terpadu?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui latar belakang KUA berperan dalam pemerataan Itsbat

Nikah Terpadu tahun 2019.

2. Untuk mengetahui peran KUA dalam kegiatan Itsbat Nikah Terpadu.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai kontribusi bagi khazanah

ilmiah dalam bidang Itsbat Nikah.

b. Untuk kepentingan studi ilmiah dan sebagai bahan informasi serta acuan

bagi peneliti yang hendak melaksanakan penelitian lebih lanjut.


7

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk memahami terkait

Itsbat Nikah.

a. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti memperluas pengembangan ilmu pengetahuan

dan sebagai salah satu syarat wajib untuk mendapat gelar Sarjana Hukum

(SH) Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut

Agama Islam Negeri Pontianak.

b. Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat adalah untuk memahami betapa pentingnya

pencatatan perkawinan demi hak dan kewajiban mereka, tidak hanya itu

juga untuk anak mereka yang memperoleh pengakuan hukum secara sah.

c. Bagi Lembaga

Sebagai upaya dalam memperkaya khazanah keilmuan demi

mendukung dalam segala bentuk disiplin ilmu pengetahuan dilingkungan

Institut Agama Islam Negeri Pontianak (IAIN) serta karya ini dapat

bermanfaat dan dinikmati bagi kalangan umum.


BAB II
TINJAUAN UMUM PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

Sebelum mengangkat judul tentang “Peran Kantor Urusan Agama

Kecamatan Pontianak Timur Dalam Pemerataan Itsbat Nikah Secara

Terpadu Tahun 2019”, Peneliti terlebih dahulu menelaah beberapa judul yang

membahas hal-hal terkait Itsbat Nikah. Namun, sejauh itu peneliti belum

menemukan adanya penelitian yang sama persis dengan peneliti. Adapun

beberapa penelitian yang dimaksud sebagai berikut:

1. Skripsi yang disusun oleh (Mariyatul Qibtiyah, 2020) mahasiswa dari

Fakultas Syariah dan Hukum, Program Studi Hukum Keluarga Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Itsbat

Nikah Massal dan Implikasinya Terhadap Pernikahan Resmi di KUA

Surabaya perspektif Maqaid Shari’ah”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa fasilitas Itsbat Nikah massal

pada pencatatan pernikahan resmi di Kantor Urusan Agama yang

selanjutnya disingkat menjadi (KUA) Surabaya menyebabkan warga

meremehkan masalah pencatatan pernikahan, bukan hanya itu hal ini juga

menimbulkan berkurangnya pendapatan KUA dari Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP), juga menjadikan budaya Nikah Sirri tidak akan

pernah selesai.

8
9

Kemudian, berdasarkan analisis Maqasid Shariah bahwa warga secara

disengaja dalam mengundur pencatatan pernikahan dikarenakan adanya

fasilitas Itsbat Nikah massal yang tidak dibenarkan. Adapun alasannya

pencatatan pernikahan secara langsung termasuk tingkatan Dharuriyat pada

pokok Hifzunnasl dan Hifzul Mal. Ketika dilakukan semakin banyak

mudhorat yang mungkin terjadi.

Adapun perbedaan dari skripsi diatas tentang implikasi Itsbat Nikah

massal bagi KUA dan ditinjau berdasarkan Maqasid Shari’ah. Sementara

penelitian ini tentang peran KUA dalam Pemerataan Itsbat Nikah secara

Terpadu. Adapun persamaan keduanya terletak pada tema penelitian yakni

Itsbat Nikah.

2. Skripsi yang disusun oleh (Arlinah, 2020) mahasiswa dari Fakultas Syariah

dan Ilmu Hukum Islam, Program Studi Ahwal Syakhsiyah, IAIN Pare-Pare

dengan judul “Peran Pegawai Pencatat Nikah dan Pemahaman Masyarakat

Desa Lero Terhadap Pencatatan Perkawinan Di KUA Kecamatan Suppa”.

Hasil penelitianya menunjukkan bahwa peran Pegawai Pencatat Nikah

yang selanjutnya disingkat menjadi (PPN) yakni melayani pendaftaran

Nikah serta memberikan bimbingan atau nasehat terkait Nikah, Talak, Cerai,

dan Rujuk. Pemahaman masyarakat Lero tentang prosedur pencatatan

perkawinan bahwa masyarakat Lero cukup memahami betapa urgensinya

pengadaan buku Nikah. Penegakan pencatatan perkawinan di KUA dapat

dikatakan baik sebab telah memenuhi prosedur pelayanan kepada pasangan

pengantin yang hendak menikah


10

Adapun perbedaan dari skripsi diatas membahas peran KUA dalam

pencatatan perkawinan, pemahaman masyarakat Lero tentang prosesnya,

dan penegakan pencatatan perkawinan di KUA untuk masyarakat.

Sedangkan, penelitian ini mengacu pada alasan yang melatarbelakangi dan

peran KUA dalam Itsbat Nikah Terpadu. Adapun persamaan kedua

penelitian ini sama-sama membahas peran KUA.

3. Skripsi yang disusun oleh (Julianda, 2017) mahasiswa dari Fakultas Syariah

dan Hukum, Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam

Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh dengan judul “Pelaksanaan

Itsbat Nikah Terpadu dan Dampaknya Terhadap Ketertiban Pencatatan

Nikah (Studi Kasus di Kabupaten Bireuen)”.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa yang menjadi alasan mengapa

dilaksanakan Itsbat Nikah Terpadu di Kabuaten Bireuen yang mengingat

masih banyak pasangan suami-istri yang tidak memiliki buku Nikah atau

akta Nikah.

melakukan pendaftaran disetiap Kecamatan, kemudian disidangkan

dalam satu tempat yang dihadiri dengan dua orang saksi untuk masing-

masing pasangan, dan dilakukan kesimpulan dan penetapan.

Adapun perbedaan dari skripsi diatas tentang alasan pelaksanaan Itsbat

Nikah Terpadu dan pelaksanaan teknisnya di Kota Bireuen. Sedangkan

penelitian ini tentang latar belakang KUA bergabung dalam kegiatan Itsbat

Nikah Terpadu dan peran KUA di Kecamatan Pontianak Timur. Dari

keduanya terdapat persamaan yakni Itsbat Nikah.


11

Berdasarkan pada tiga penelitian diatas bahwa tidak ada satupun fokus

kajian yang memaparkan bagaimana peran KUA Kecamatan Pontianak

Timur dalam pemerataan Itsbat Nikah secara Terpadu tahun 2019. Terdapat

pula beberapa perbedaan antara penelitian diatas dengan penelitian ini

seperti judul penelitian, fokus penelitian, lokasi dan waktu penelitian, dan

metode penelitian yang digunakan oleh peneliti.

B. Kajian Teori

1. Kantor Urusan Agama (KUA)

a. Sejarah KUA

Sejarah lahirnya KUA dan Kementerian Agama yang selanjutnya akan

disingkat menjadi (Kemenag) yaitu pada masa penjajahan Jepang pada

tahun 1943 pemerintah Jepang mendirikan Shumubu (KUA) di Jakarta.

Untuk wilayah Jawa dan Madura ditunjuklah KH. Hasyim Asy’ari

sebagai kepala dan seorang pendiri Pondok Pesantren Tebuireng

Jombang sekaligus Pendiri Organisasi Islam Nahdatul Ulama. Sementara

pelaksanaannya diserahkan kepada anaknya yaitu Wahid Hasyim hingga

penjajahan Jepang berakhir pada tahun 1945.

Setelah indonesia merdeka berdirinya Departemen Agama yang

selanjutnya disingkat menjadi (Depag) pun disahkan dengan

dikeluarkannya Penetapan Pemerintah Nomor: I/SD tanggal 03 Januari

1946 (24 Muharram 1364 H). Yang menduduki posisi Menteri Agama

pertama yaitu Prof. H.M. Rasjidi, BA. Ditetapkanlah tugas pokok Depag
12

pada masa itu yang berdasarkan pada Penetapan Pemerintah Nomor:

5/SD tanggal 25 Maret 1946. (Angga Marzuki, 2020)

Kemudian Depag mengambil alih beberapa tugas untuk dimasukkan

dalam lingkungannya dengan Maklumat Nomor 2 tanggal 23 April 1946

yang menyatakan bahwa lembaga keagamaan menjadi berada di bawah

wewenang Depag yang sebelumnya menjadi hak Residen dan Bupati

sebagai berikut (Website Kementerian Agama DKI Jakarta, t.t.):

1.) Instansi yang mengurus persoalan keagamaan di daerah atau


SHUMUBU (Tingkat keresidenan) yang di masa pendudukan Jepang
termasuk dalam kekuasaan Residen, menjadi Djawatan Agama Daerah
yang berada di bawah wewenang Departemen Agama
2.) Pengangkatan Penghulu Landraad (Penghulu pada Pengadilan Agama)
Ketua dan Anggota Raad (Pengadilan) Agama yang menjadi hak
Residen dialihkan menjadi hak Departemen Agama
3.) Pengangkatan Penghulu Masjid yang berada di bawah wewenang
Bupati dialihkan menjadi wewenang Departemen Agama.

Semenjak masa penjajahan organisasi yang mengurus perihal

keagamaan pun mejalar lebih luas hingga ke pelosok tingkat kecamatan

dan bahkan ke desa. Mereka yang bekerja secara sukarela (bukan Pegawi

Negeri) yang melayani umat Islam secara khusus di bidang nikah, talak,

rujuk, kemasjidan atau perwakafan. Untuk tingkat kabupaten dijabat oleh

seorang Penghulu, sementara tingkat Kecamatan dijabat oleh Naib

Penghulu yang selanjutnya ditetapkan oleh Peraturan Menteri Agama

Nomor: 188 5/K.I Tahun 1946 pada tanggal 20 November 1946 tentang

Susunan Organisasi Kementerian Agama.


13

Pada tahun 1947 setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk maka jabatan

kepenghuluan dan kemasjidan diangkat menjadi Pegawai Negeri.

Berdirinya Depag dengan tujuan pembangunan nasional dan

pengamalam dari sila kesatu yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan

demikian agama menjadi sebuah landasan dasar moral dan etika dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk menciptakan masyarakat

yang religius.

Untuk merealisakan hal tersebut maka dibentuklah Kantor Agama.

Untuk di wilayah Jawa timur pada tahun 1948 hingga 1951, dibentuk

Kantor Agama Provinsi, Kantor Agama Daerah (tingkat Karesidenan)

dan Kantor kepenghuluan (tingkat Kabupaten) selaku perpanjangan

tangan dari Kemenag.

Hal ini mengalami perkembangan dengan diterbitkan Keputusan

Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi

Kantor Urusan Agama Kecamatan yang kedudukannya di wilayah

kecamatan dan berada dibertanggungjawab kepada Departemen Agama

Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh Kepala Seksi Urusan Agama

Islam/Bimbingan Masyarakat Islam yang dipimpin oleh Kepala. Guna

melaksanakan sebagian tugas Depag di bidang Urusan Agama Islam

tingkat wilayah kecamatan.

KUA adalah Unit Pelaksana Teknis dari Depag di wilayah kecamatan

yang bersentuhan langsung dengan umat beragama. KUA tidak hanya


14

terlibat dalam berbagai kegiatan perkantoran namun juga bersiaga

mengikuti serta melayani masyarakat yang berkaitan dengan peristiwa

nikah, haji, zakat, dan keagamaan lainnya.

Dengan demikian, kehadiran KUA di kecamatan sebagai institusi

Pemerintah dapat diakui keberadaannya, karena memiliki landasan

hukum yang kuat dan tidak hanya itu KUA juga merupakan bagian dari

struktur kepemerintahan yang berkedudukan di kecamatan. (Angga

Marzuki, 2020)

b. Pembentukan KUA

Hukum Islam di Indonesia berkembang dalam bidang perkawinan dan

telah di legalkan dengan munculnya Undang-Undang yang selanjutnya

disingkat menjadi (UU) Nomor 22 Tahun 1946 Tentang Pencatatan

Nikah, Talak, dan Rujuk yang disahkan dengan adanya UU Nomor 32

Tahun 1954 Tentang Penetapan Berlakunya UU Republik Indonesia

Tanggal 21 November Tahun 1946 Nomor 22 Tahun 1946 Tentang

Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk.

Kemudian, pada tanggal 02 Januari 1974 telah disahkannya UU

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan kemudian dikeluarkan UU

Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan. Oleh karena itu, untuk melaksanakan UU nomor 1

tahun 1974 tersebut dibentuklah lembaga yang berwenang mengurus

terkait pelaksanaan nikah, adapun lembaga yang dimaksud yaitu KUA.


15

Keberadaan KUA menjadi lebih kuat dan diakui oleh Negara dalam

penertiban pencatatan perkawinan dengan dikeluarkannya Peraturan

Menteri Agama yang selanjutnya disingkat menjadi (PMA) Nomor 11

Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah untuk menyempurnakan UU yang

sebelumnya yakni UU Nomor 22 Tahun 1946 yang disahkan oleh UU

Nomor 32 Tahun 1954 Tentang Penetapan UU Nomor 22 Tahun 1946

Tentang Pencatatan Perkawinan, Talak, dan Rujuk.

Kedudukan KUA juga diatur dalam Bab 1 Pasal (1), (2), dan (3) PMA

Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Urusan Agama Kecamatan, yakni sebagai berikut:

(1)Kantor Urusan Agama Kecamatan yang selanjutnya disingkat


menjadi KUA Kecamatan adalah unit pelaksana teknis pada
Kementerian Agama, berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
operasional dibina oleh Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
(2)KUA Kecamatan berkedudukan di Kecamatan.
(3)KUA Kecamatan dipimpin oleh kepala.

c. Tugas dan Fungsi KUA

KUA mempunyai tugas dari KEMENAG di wilayah Kecamatan untuk

menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan PMA Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan

Agama Kecamatan.

1) Tugas KUA

Menurut Pasal 2 PMA RI Nomor 34 Tahun 2016 menyebutkan

bahwa tugas KUA sebagai berikut:


16

“KUA Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan layanan dan


bimbingan masyarakat Islam di Wilayah kerjanya”.

2) Fungsi KUA

Selain menjalankan sebagaimana tugasnya, KUA Kecamatan juga

melaksanakan beberapa fungsinya yang diatur dalam Pasal 3 ayat (1)

dan (2) PMA RI Nomor 34 Tahun 2016, sebagai berikut:

(1)Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


2, KUA Kecamatan mnyelenggarakan fungsi:
a) Pelaksanaan pelayanan, pengawasan, pencatatan, dan
pelaporan Nikah dan rujuk;
b) Penyusunan statistik layanan dan bimbingan masyarakat
Islam;
c) Pengelolaan dokumentasi dan sistem informasi manajemen
KUA Kecamatan;
d) Pelayanan bimbingan keluarga sakinah;
e) Pelayanan bimbingan kemasjidan;
f) Pelayanan bimbingan hisab rukyat dan pembinaan syariah;
g) Pelayanan bimbingan dan penerangan agama Islam;
h) Pelayanan bimbingan zakat dan wakaf; dan
i) Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KUA
Kecamatan.
(2)Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), KUA Kecamatan dapat melaksanakan fungsi layanan
bimbingan haji bagi Jemaah Haji Reguler.

d. Organisasi KUA

Adapun susunan organisasi KUA dalam Bab 2 Pasal 5 butir (a), (b),

dan (c) PMA RI Nomor 34 Tahun 2016 Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Urusan Agama Kecamatan yaitu posisi pertama dipimpin oleh

Kepala KUA Kecamatan, dibantu oleh Petugas Tata Usaha, dan

Kelompok jabatan Fungsional.


17

2. Itsbat Nikah

a. Pengertian Itsbat Nikah

Kata Itsbat dalam Bahasa Arab berarti penetapan, penyungguhan dan

penentuan. Itsbat Nikah merupakan salah satu upaya penetapan

perkawinan antara dua orang (laki-laki dan perempuan) yang sebelumnya

telah dilaksanakan sesuai dengan rukun dan syarat nikah dalam syariat

agama Islam (M. Zamroni, 2018, hlm. 127). Sedangkan, kata Itsbat

sudah diserap menjadi bahasa Indonesia yang artinya penyungguhan,

penetapan, ketetapan. Apabila digandengkan dengan kata nikah akan

memiliki makna penetapan mengenai kebenaran atau keabsahan nikah

Jadi, Itsbat Nikah adalah suatu upaya hukum dari pemerintah kepada

masyarakat untuk penetapan, penentuan pernikahan mereka yang

sebelumnya belum dicatatkan kepada PPN. Kebanyakan pasangan yang

mengajukan permohonan Itsbat Nikah adalah mereka yang melakukan

praktek Nikah Siri. Sedangkan Bahasa lain dari Nikah siri adalah Nikah

bawah tangan (tidak diketahui oleh PPN).

b. Dasar hukum Itsbat Nikah

Bagi pasangan yang hendak memperoleh kekuatan dan pengakuan

hukum negara karena perkawinan mereka yang sebelumnya belum

dicatat, atau tidak adanya buku Nikah (akta Nikah), sebagaimana

dirumuskan dalam Pasal 6 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam yang

selanjutnya disingkat menjadi (KHI), dimuat dalam Pasal 7 KHI yang

menentukan tentang Itsbat Nikah.


18

Pasal 7
(1)Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta Nikah yang
dibuat oleh PPN.
(2)Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta Nikah,
dapat diajukan Itsbat Nikahnya kepada Pengadilan Agama.
(3)Itsbat Nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
b. Hilangnya akta Nikah;
c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat
Nikah;
d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum UU Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan diberlakukan;
e. Perkawinan yang dilaksanakan oleh mereka yang tidak
mempunyai halangan perkawinan menurut UU Nomor 1 tahun
1974 tentang Perkawinan.
(4)Yang berhak mengajukan permohonan Itsbat Nikah ialah suami
atau istri, anak-anak mereka, wali Nikah, dan pihak yang
berkepentingan dengan perkawinan itu.

c. Syarat dan Prosedur Itsbat Nikah

1) Syarat Itsbat nikah

Adapun persyaratan untuk mendaftar Itsbat nikah yakni sebagai

berikut:

a) Mengajukan surat permohonan terkait Itsbat nikah yang ditujukan

kepada ketua pengadilan agama Pontianak

b) Fotokopi KTP pemohon, yang dibubuhi materai 10.000 terlebih

dahulu lalu ke kantor pos untuk dilegalisir

c) Fotokopi KK, yang dibubuhi materai 10.000 terlebih dahulu lalu ke

kantor pos untuk dilegalisir

d) Fotokopi surat atau akta kematian (apabila pasangan yang hendak

di Itsbat nikahkan telah meninggal dunia), terlebih dahulu lalu ke

kantor pos untuk dilegalisir


19

e) Fotokopi KTP wali nikah, dan saksi nikah dari masing-masing

pasangan.

Untuk persyaratan melaksanakan Itsbat nikah terpadu ini tidak

menggunakan N1(surat keterangan Lurah) untuk persyaratan yang

lainnya sama seperti melaksanakan Itsbat nikah secara mandiri.

2) Prosedur Itsbat nikah

d. Implikasi Itsbat Nikah dalam Perkawinan

Perkawinan yang dilaksanakan tanpa prosedur pencatatan Nikah dan

dibawah pengawasan PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6

KHI. Maka perkawinan tersebut tidaklah memperoleh kekuatan atau

pengakuan secara hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam praktek

tersebut akan merugikan istri dan anaknya.


20

Di Indonesia perkawinan yang dianggap sah berdasarkan 2 syarat,

yaitu (Faizah Bafadhal, 2014, hlm. 11):

1.) Ketentuan syarat hukum materil, yakni yang dilaksanakan menurut

hukum Islam (rukun dan syarat terpenuhi) dalam Pasal 4 KHI dan

Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang

sekarang telah dirubah menjadi UU nomor 16 Tahun 2019 Tentang

Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

2.) Ketentuan syarat hukum formil, yakni perkawinan yang tercatat dan

dibawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah yang berwenang diatur

dalam Pasal 6 ayat (1) KHI.

Pasangan yang telah menikah dan memenuhi syarat hukum materil

memang dianggap sah secara agama. Namun, tidak secara negara dengan

tidak melakukan pencatatan perkawinan yang menyebabkan status

pernikahan mereka tidak berkuatan hukum dan memperoleh pengakuan

negara, anak tidak ada hubungan perdata dengan bapaknya, dan tidak

berhak menuntut harta baik nafkah maupun warisan.

Untuk memperoleh hal yang diatas maka diharuskan bagi pasangan

untuk memenuhi syarat hukum formil. Oleh karena itu, bagi mereka yang

belum mencatatkan perkawinan mereka masih berkesempatan untuk

menghilangkan implikasi tersebut dengan segera mengajukan Itsbat

nikahnya ke Pengadilan Agama.


BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengikuti buku Panduan Penulisan Penelitian Mahasiswa yang

diterbitkan oleh Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Pontianak Tahun

2019. Berlandaskan pada keputusan Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam

Negeri Pontianak Nomor: 12. 1 Tahun 2-19 Tentang Panduan Penulisan

Penelitian Mahasiswa.

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan Hukum Empiris (Sosiologis) merupakan

penelitian yang menganalisis serta mengkaji hukum di dalam masyarakat.

Penelitian hukum empiris menurut Abdul Kadir Muhammad bahwa yang

dimaksud dengan penelitian hukum empiris adalah suatu penelitian hukum

positif tidak tertulis mengenai perilaku (behavior) anggota masyarakat dalam

hidup bermasyarakat. Penelitian ini lebih megacu pada perilaku (behavior)

yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) mencakup tindakan

dan akibatnya dalam hidup bermasyarakat (Ishaq, t.t., hlm. 70–71).

Metode penelitian ini adalah kualitatif. Yang di maksud penelitian kualitatif

adalah suatu yang menelaah situasi secara sosial tertentu dengan

mendeskripsikan berdasarkan kebenaran fakta, yang dituangkan dalam bentuk

kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan serta teknik analisis data yang

relevan sesuai dengan data yang diperoleh secara alamiah (Djam’an Sotari dan

Aan Komariah 2011).

21
22

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mendeskripsikan sesuatu yang

dijadikan sebagai objek pembahasan, fenomena yang terjadi, atau setting social

yang disuguhkan dalam bentuk sebuah tulisan naratif. Data yang diperolehpun

dalam kata atau gambar daripada angka. Dalam laporan penelitian kualitatif

mencakup kutipan, dan dari fakta yang di ungkap di lapangan untuk

memberikan ilustrasi penuh terhadap apa yang terjadi ((Djam’an Sotari dan

Aan Komariah, 2011, hlm. 28).

Dengan kesimpulan bahwa, penelitian ini menggunakan jenis penelitian

Hukum Empiris (sosiologis) dan metode kualitatif yang bersifat deskriptif.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian ini di Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat

menjadi (KUA) Kecamatan Pontianak Timur yang beralamat di Jalan Tanjung

Raya 2 kelurahan Saigon. Sedangkan waktu penelitiannya dilaksanakan pada

Januari 2021-Agustus 2021. Adapun rincian pelaksanaanya sebagai berikut:

No Agenda Penelitian Estimasi Waktu Keterangan


1 Penyusunan Januari 2020 -
Proposal
2 ACC dosen PA 10 Februari 2020 -
3 SK 1 12 Februari 2020 -
4 Seminar Proposal 21 Februari 2020 Ardiansyah, M. Hum
5 Revisi proposal - -
1. Rusdi Sulaiman, S. Ag., M. Ag
6 SK 2 03 Maret 2020
2. Arif wibowo, M. H
7 Pencarian data awal Januari 2021 -
Penggarapan BAB Februari 2021 –
8 -
I, II, dan III Maret 2021
9 Pengumpulan data April 2021 -
Penggarapan BAB Mei 2021 –
10 -
IV dan V agustus 2021
11 Laporan penelitian - -
23

C. Sumber data

Menurut Nasution data yang diperoleh dari penelitian Kualitatif dapat

berupa deskriptif, misalnya: dokumen pribadi, catatan lapangan, tindakan

responden, dokumen, dan lain-lain (Andi Prastowo, 2012, hlm. 43). Penelitian

ini menggunakan 2 jenis sumber data yakni sebagai berikut:

1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang peneliti peroleh dari sumber utama

secara langsung yang berkenaan penelitian yang akan dibahas (Amiruddin,

2006, hlm. 30). Sumber data yang peneliti peroleh secara langsung

dilapangan dengan melakukan wawancara kepada narasumber, yaitu:

a. Kepala KUA Kecamatan Pontianak Timur pada tahun 2019 yaitu Bapak

H. Mukhlis. S. Ag.

b. Kepala KUA Kecamatan Pontianak Timur pada tahun 2021 yaitu Bapak

Mardi. S. Ag.

Agar tercapainya tujuan peneliti melakukan wawancara langsung kepada

Kepala yang berkerja di KUA untuk menggali informasi yang diinginkan

oleh peneliti secara langsung adapun sumber primer lainnya seperti

Perundang-undangan, Instruksi Presiden, Peraturan Menteri Agama, dan

Kompilasi Hukum Islam.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakah data yang diperoleh dari selain dari sumber

primer sebagai data pendukung atau pelengkap. Adapun yang data


24

perolehan yang dimaksud seperti buku-buku yang berkenaan dengan

penelitian, hasil penelitian, dokumen, dan laporan (Marzuki, 1983).

Peneliti juga menggunakan sumber data sekunder selain data primer

seperti buku yang terkait dengan penelitian, jurnal, skripsi, data yang

peneliti peroleh Pengadilan Agama Kota Pontianak Kelas 1-A dan Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data (Andi

Prastowo, 2016, hlm. 34). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

oleh peneliti seperti:

1. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono dalam (Imam Gunawan, 2015) bahwa, studi dokumen

adalah untuk melengkapi metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif. Bahkan kredibilitas dari hasil penelitian akan semakin tinggi

apabila menggunakan teknik studi dokumen tersebut.

Selain memperoleh data dari manusia dengan mengamati dan wawancara,

juga bisa memperoleh data yang informasinya bukan dari sumber manusia

(non human resources) sebagai pendukung seperti beberapa dokumen resmi

atau dokumen tidak resmi (Djam’an Sotari dan Aan Komariah, 2011, hlm.

91).

Teknik dokumentasi yang peneliti gunakan yakni gambar, arsip, dan

dokumen resmi lainya.


25

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik yang dilakukan guna

mengumpulkan data yang lebih akurat dan rasional dengan berdialog

langsung dengan sumber data secara tak terstruktur maknanya dimana

memposisikan narasumber memperoleh kebebasan untuk berargumen secara

natural tanpa ada unsur paksaan (Djam’an Sotari dan Aan Komariah, 2011,

hlm. 91).

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat.

Adapun wawancara yang dimaksud yakni bertatap muka secara langsung

dengan narasumber melalui proses tanya jawab secara lisan. Narasumber

yang peneliti wawancara ada 2 yaitu:

a. Kepala KUA Kecamatan Pontianak Timur pada tahun 2019 yaitu Bapak

H. Mukhlis. S. Ag.

b. Kepala KUA Kecamatan Pontianak Timur pada tahun 2021 yaitu Bapak

Mardi. S. Ag.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti seperti :

1. Studi Dokumen

a. Arsip Kantor

b. Kamera seluler

2. Wawancara

a. Daftar pertanyaan atau pedoman wawancara yang digunakan selama

proses wawancara guna mendapatkan data yang terstruktur


26

b. Alat perekam yang digunakan seperti handphone guna merekam

pembicaraan selama proses penelitian maupun saat wawancara baik

berupa rekaman suara, video, atau berupa gambar untuk dijadikan

sebagai dokumentasi.

c. Buku catatan atau notebook guna mencatat informasi yang peneliti

terima selama proses penelitian berlangsung.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya maka sangat diperlukannya

mengecek kembali apakah data yang di terima oleh peneliti sudah benar atau

belum. Untuk mengecek keabsahan data tersebut peneliti menggunakan teknik

tunggal yakni Triangulasi data.

Triangulasi data dalam penelitian ini guna memastikan keaslian dokumen

yang berisi data penelitian dengan cara triangulasi sumber. Pengujian

keabsahan data yakni mengecek data dengan beberapa cara yakni dapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik, atau triangulasi waktu. Triangulasi

diartikan sebagai teknik yang dalam pengumpulan datanya bersifat

menggabungkan teknik pengumpulan dan sumber data yang telah ada.

Adapun langkah yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Mengkonfirmasi kepada lembaga terkait contohnya Pengadilan Agama,

Pemerintah Kota, atau Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

2. Penelitian lain seperti skripsi (Yuyun Pertiwi, 2021) yang terkait penelitian

ini misalnya mengkonfirmasi jumlah data Itsbat nikah di KUA Pontianak

Selatan seperti yang tertera dalam penelitiannya.


27

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian Kualitatif dikenal ada dua strategi analisis data yang

sering digunakan bersama-sama atau secara terpisah yaitu model strategi

analisis deskiriptif kualitatif dan atau model strategi analisis verifikatif

kualitatif (Burhan Bugin, 2008).

Analisis deskriptis adalah analisis yang hanya sampai pada tahap deskripsi,

yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga lebih

mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas

dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada

data yang diperoleh. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran objektif

mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari

kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian

hipotesis (M. Syamsudin, 2007, hlm. 100).

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Menurut Miles dan

Huberman (1992) memaparkan ada tiga langkah dalam menganalisis data

penelitian kualitatif. Sebagai berikut (Djam’an Sotari dan Aan Komariah, 2011,

hlm. 39)

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan tahap merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.

Data yang akan direduksi akan di sesuaikan dan direlevankan dengan tujuan

penelitian.
28

Maka perlunya pengurangan atau penambahan data bila diperlukan dan

memilih data yang akan digunakan. Menurut peneliti reduksi data seperti

menyaring, memfilter data yang diperoleh karena tidak menutup

kemungkinan dalam pengumpulan data terdapat informasi yang tidak

diperlukan.

2. Paparan Data (Data Display)

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Paparan data atau penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan

pemahaman kasus dan sebagai auan mengambil tindakan berdasarkan

pemahaman dan analisis sajian data.

3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil dari penelitian yang menjawab

rumusan masalah berdasarkan analisis data. Kesimpulan dipaparkan dalam

bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian

penelitian berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan

data, reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

data merupakan proses siklus dan interaktif. Analisis data kualitatif

merupakan upaya yang berkelanjutan.

Proses kesimpulan atau verifikasi data ini dilakukan pemahaman dalam

proses paparan data atau penyajian data di atas. Apabila telah memahami

maksud dari data maka dapat ditarik sebuah kesimpulan terkait masalah

yang diteliti yang selaras dengan data dan fakta yang peneliti temukan di
29

lapangan. Verifikasi data juga digunakan untuk mencari fakta melalui

sumber lain tentang data yang telah diperoleh. Sumber lain yang dimaksud

dapat berupa buku, jurnal, informasi dari kerabat atau masyarakat tentanng

hal terkait.

Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikatif

menjadi suatu gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian

kegiatan analisis yang saling menyusul.


BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum

1. Landasan Hukum Berdirinya Kantor Urusan Agama

Selaku pengemban amanah dari program kerja Kementerian Agama yang

selanjutnya disingkat menjadi (KEMENAG) sebagaimana dalam Peraturan

Menteri Agama yang selanjutnya disingkat menjadi (PMA) Republik

Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Urusan Agama Kecamatan.

Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat menjadi (KUA)

Pontianak Timur beralamat di Jalan Tanjung Raya II Kelurahan Saigon

Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak adalah sebagai perpanjangan

tangan dari tugas KEMENAG Kota Pontianak yang berada pada tingkat

Kecamatan. KUA Kecamatan Pontianak Timur mempunyai peran yang

strategis dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

2. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Pontianak Timur

Pontianak Timur adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kota

Pontianak dengan Wilayah cukup luas yang dahulunya merupakan hutan

hujan tropis yang lebat sebagai ciri khas Kalimantan.

Wilayah ini menempati dataran yang cukup luas dan terletak di bagian

Timur dari Wilayah Kota Pontianak, maka Wilayah Pontianak Timur tidak

berbatasan langsung dengan laut hanya berbatasan dengan kabupaten Kubu

30
31

Raya. Namun, demikian Wilayah Kecamatan Pontianak Timur di apit oleh

dua sungai yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak.

Wilayah Kecamatan Pontianak Timur terdiri dari 7 kelurahan,

diantaranya:

2. Kelurahan Dalam Bugis

3. Kelurahan Tambelan Sampit

4. Kelurahan Tanjung Hilir

5. Kelurahan Tanjung Hulu

6. Kelurahan Banjar Serasan

7. Kelurahan Saigon

8. Kelurahan Parit mayor

Penduduk Kecamatan Pontianak Timur adalah warga asal dan pendatang

yang berasal dari berbagai kepulauan di Indonesia. Luas Wilayah

Kecamatan Pontianak Timur adalah 979 Ha. Kecamatan Pontianak Timur

mempunyai batas Wilayah dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Barat : Kecamatan Pontianak Kota

b. Sebelah Timur : Kabupaten Kubu Raya

c. Sebelah Utara : Kecamatan Pontianak Utara

d. Sebelah Selatan :Kecamatan Pontianak Selatan dan Tenggara

3. Sejarah KUA Pontianak Timur

KUA Kecamatan Pontianak Timur berdiri sejak tahun 1977 diatas

sebidang tanah wakaf dari seorang wakif H. Fauzi Arsyad dan ketua nadzir

H. Mur’in J dengan Akta Ikrar Wakaf Nomor W3/23/K.III/1992 tanggal 22


32

Juni 1992 dengan luas tanah 12 x 24,5 = 294 m2 serta luas bangunan 7 x 12

= 84 m2. Tanggal 10 November 2010 sertifikat tanah wakaf tersebut baru

terbit dengan nomor yang sama dengan nama pemegang hak nadzir

perseorangan oleh H. Mur’in H. Djabir selaku ketua.

KUA Kecamatan Pontianak Timur di pimpin oleh seorang kepala kantor

dengan periode dibawah ini:

a. Periode 1977 s/d 1982 : A. Rasyid

b. Periode 1982 S/D 1986 : Mur’in H. Jabir

c. Periode 986 S/D 1991 : Hamzah Ahmad

d. Periode 1991 S/D 1995 : Drs. H. Aswani Sjamhudi

e. Periode 1995 S/D 1998 : Drs. Arifin Tahir

f. Periode 1998 S/D 2003 : Abdul Karim

g. Periode 2003 S/D 2006 : Kun Suhendar

h. Periode 2006 S/D 2010 : H. Ernan, S. Ag

i. Periode 2010 S/D 2012 : Mastur, S. Ag

j. Periode 2012 S/D 2015 : Muslimin, S. Ag

k. Periode 2015 S/D 2019 : H. Masri, S. Ag., M. Si

l. Periode 2019 S/D 2021 : H. Mukhlis, S. Ag

m. Periode 2021 s/d sekarang : Mardi, S. Ag

4. Visi, Misi, dan Motto KUA

a. Visi

“Terwujudnya Pelayanan Prima, Profesional Dalam Menuju Masyarakat

Yang Cerdas Dan Religius”.


33

b. Misi

1.) Meningkatkan Pelayanan Nikah Dan Rujuk,

2.) Menigkatkan Profesionalisme Pegawai KUA,

3.) Meningkatkan Pembinaan Keluarga Sakinah,

4.) Meningkatkan Kemitraan Dan Kerukunan Umat Bersama,

5.) Membangun Management Pelayanan Informasi Nikah, Rujuk Dan

Keagamaan Berbasis IT.

c. Motto

“Kami Siap Melayani Anda Dengan Sepenuh Hati”

5. Struktur Organisasi KUA

Struktur Organisasi KUA Kecamatan Pontianak Timur Tahun 2021

PPN/KEPALA
MARDI, S. AG

TATA USAHA
1. HAFSAH
2. AISYAH
3. DWI WIRAWATI, A. MD

PENYULUH PENGHULU
FUNGSIONAL
1. HJ. SRI RAHAYU, S. AG.
M. PDI 1. H. ERNAN, S.AG, M. SI
2. DRA. HENDON 2. M. DANI. S, AG

ADMINISTRASI NR KEMASJIDAN BIMBINGAN


SIMKAH
1. YUSNANI H. ERNAN, S.AG, MASYARAKAT ISLAM
ADENI
2. MARTINAH M. SI H. ERNAN, S.AG, M. SI
34

6. Tugas, dan Fungsi KUA

Adapun implementasi pelaksanaan tugas dan fungsinya, KUA

Kecamatan Pontianak Timur melaksanakan program kerja tahunan sebagai

berikut:

a. Program Kerja Bidang Tata Usaha

1.) Diketahuinya surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya

2.) Membuat papan data statistik Pegawai KUA Kecamatan Pontianak

Timur

3.) Terketiknya uraian tugas pegawai KUA.

b. Program Kerja Bidang Administrasi Keuangan

1.) Terlaksananya penerimaan, pengarsipan, dan pelaporan bukti setor

biaya pencatatan Nikah dan rujuk

2.) Penggunaan biaya operasional KUA perbulan

c. Program Kerja Bidang Administrasi Nikah dan Rujuk

1.) Meningkatkan pelayanan di bidang pencatatan Nikah dan rujuk

2.) Memberikan bimbingan dan penasehatan kepada calon pengantin

sebelum hari pelaksanaan akad Nikah

3.) Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang pengembangan

keluarga sakinah

4.) Membuat papan data statistik jumlah Nikah dan rujuk

5.) Membuat papan data statistik tentang jumlah proses atau alur

pendaftaran Nikah

6.) Membuat brosur persyaratan Nikah.


35

d. Program Kerja Bidang Haji, Zakat, Wakaf Dan Ibadah Sosial

1.) Melaksanakan manasik calon jamaah haji reguler

2.) Memberikan pelayanan terhadap pelaksanaan zakat

3.) Memberikan bimbingan dan penyuluhan pelaksanaan zakat, wakaf,

dan bidang ibadah sosial

4.) Menginvestarisasi tanah wakaf, wakif, dan nadzir

5.) Menginventarisasi data kegiatan keagamaan dan ibadah sosial

6.) Melakukan pelayanan, bimbingan dan prakarsa dibidang ukhuwah

Islamiyah, jalinan kemitraan dan pemecahan masalah umat

7.) Membuat papan data statistik tentang tanah wakaf dan penggunaannya

8.) Membuat papan data tentang alur proses pendaftaran tanah wakaf.

e. Program Kerja Bidang Administrasi Kemasjidan.

1.) Memberikan pelayanan dan bimbingan di bidang administrasi

kemasjidan dan terdatanya jumlah masjid serta perkembangan

kegiatan kemasjidan

2.) Menginventarisasi jumlah dan perkembangan surau atau mushalla

serta kegiatan keagamaan

3.) Memberikan surat keterangan dalam penggalangan dana bantuan

pembangunan atau rehab masjid dan surau atau mushalla.

B. Paparan Data

Mengenai paparan data yang telah diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti

sewaktu melaksanakan wawancara dengan 2 narasumber yaitu Bapak Mardi, S.

Ag. dan Bapak H. Mukhlis, S. Ag. terkait dengan penelitian ini yang akan
36

peneliti bagi menjadi dua pembahasan. Adapun pemaparannya yakni sebagai

berikut:

1. Latar Belakang Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019.

a. Dasar hukum pelaksanaan Itsbat nikah terpadu.

Untuk mengetahui yang menjadi dasar hukum pelaksanaan Itsbat

nikah terpadu tersebut, yakni sebagai berikut:

Bapak Mardi mengatakan:

“Iya mengetahui. Dasar hukumnya yang pertama adalah dalam


ketentuan pasal 7 KHI, Itsbat nikah terbatas hanya pernikahan
sebelum UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 diberlakukan”.
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Bapak Mukhlis memaparkan:

“Iya, terkait dengan kegiatan Itsbat nikah terpadu yang dilakukan


oleh pemerintah kota Pontianak. Ada 2 paling tidak yang pertama
terkait engan KHI pasal 7 ayat 2 mengenai tentang Itsbat nikah
ini dimana dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan
akad nikah dapat ajukan Itsbat nikahnya ke PA ini salah satu
dasarnya. Kemudian yang kedua, ada kesepakatan rapat bersama
antara para KUA di kota Pontianak dengan dinas dukcapil, PA
yang membahas tentang persiapan pelaksanaan kegiatan Itsbat
nikah ini. Jadi atas dasar inilah maka KUA juga karna ini juga
sifatnya terpadu KUA juga ikut dalam rapat tersebut terkait dengan
Itsbat nikah ini. Saya rasa itulah dasar hukumnya jadi di pasal 7
ayat 2 dari KHI.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

b. Inisiatif Itsbat nikah terpadu tahun 2019

Untuk mengetahui siapa yang menginisiatif pertama kali diadakannya

Itsbat nikah terpadu tersebut. Sebagai berikut :


37

Pak Mardi mengatakan:

“Pemerintah Kota Pontianak menginisiasi berkerjasama dengan


Pengadilan agama kelas 1A kota Pontianak, Kantor urusan agama
sekota Pontianak, dinas kependudukan catatan sipil Pontianak, dan
camat sekota Pontianak. Untuk mengadakan Itsbat nikah massal
maka dibuatkan Mou lintas sektoral yang telah disepakati yang
pembiayaannya ditanggung pemerintah kota Pontianak.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Kemarin pelaksanaan Itsbat nikah terpadu itu terkait dalam rangka


hari jadi kota Pontianak tanggal 22 oktober jadi inisiatif yang ada
yaitu dari pemerintah kota Pontianak yang melatarbelakanginya
banyaknya penduduk ataupun masyarakat yang berstatus menikah
namun tidak memiliki dokumen nikah seperti buku nikah. Nah ini
terutama dari dukcapil lah mereka mendata melihat di dalam data
kependudukan itu banyak masyarakatnya tidak memiliki buku
nikah. Mereka nikah kawin tapi belum tercatat, ini salah satunya
jadi yang menginisiasi dari pemerintah kota Pontianak”.
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

c. Faktor penyebab kegiatan ini dilaksanakan

Untuk mengetahui faktor penyebab hal ini dilaksanakan dua jawaban

dari narasumber yang berbeda pendapat. Sebagai berikut:

Pak Mardi mengatakan:

“Banyaknya pasangan nikah siri yang sudah punya banyak anak


belum dilegalisasikan atau belum dicatatkan.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:


“Yang menyebabkan kegiatan ini perlu kita laksanakan begini
adanya satu kerjasama sinergitas dan lintas sektoral terkait dengan
pelayanan masyarakat. Jadi kami dari KUA melihat hal ini sangat
positif dan sangat diperlukan bagi masyarakat memang ini
wewenang dari PA namun dalam kerjasama untuk dalam rangka
melayani masyarakat dalam hal dokumen kependudukan inilah
yang perlu ada kejelasan kepastian hukum bagi masyarakat tentang
status pernikahan mereka.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).
38

d. Alasan keikutsertaan KUA Pontianak Timur dalam kegiatan ini

Untuk mengetahui alasan perlunya KUA pontianak timur turut ikut

serta penyelenggaraan kegiatan ini. Berikut alasan yang di berikan oleh

narasumber:

Pak Mardi mengatakan:


“Sebagai partisipasi aktif dalam kegiatan Itsbat nikah massal
karena Kecamatan Pontianak Timur banyak pasangan yang sudah
menikah secara siri belum punya buku nikah.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:


“Ya, pertama adanya suatu kesepakatan dari seluruh KUA yang ada
di kota Pontianak bahwa setiap KUA diharapkan bisa ikut dalam
kegiatan ini dan membuka pengumuman kepada masyarakat yang
tidak memiliki dokumen nikah dilaksanakanlah Itsbat nikah ini.
Kedua, melatarbelakangi banyak masyarakat yang belum memiliki
buku nikah apalagi di daerah Timur ini kalo liat penduduknya
cukup padat dan sering terjadi pernikahan-pernikahan siri yang
dilakukan yang tidak tercatat baik dilaksanakan tokoh agama
maupun dilaksanakan ditempat yang lain bukan diTimur
maksudnya hanya mereka berdomisili di Timur. Jadi memang dari
sisi jumlah kemarin itu banyak masyarakat Timur yang mendaftar
namun setelah diadakannya verifikasi tidak semuanya di Itsbatkan
dan mengikuti sidang Itsbat.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

e. Pertimbangan keterlibatan pihak KUA untuk mengikuti kegiatan ini

Untuk mengetahui pertimbangan apa saja sebelum KUA akhirnya

terlibat dalam kegiatan tersebut. Sebagaimana yang akan di paparkan

dibawah ini:

Pak Mardi mengatakan:


“Kantor urusan agama Kecamatan Pontianak Timur sebagai tangan
kanan dari kementerian agama Pontianak di tingkat Kecamatan bisa
berperan aktif merealisasikan atas kebijakan pemerintah bahwa
dilarangnya menikah secara siri karna akan berdampak pada status
hukum pada pernikahan tersebut.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)
39

Pak Mukhlis memaparkan:

“KUA di Pontianak Timur mengikuti kegiatan ini yang pertama


melihat kemaslahatannya lebih besar bagi masyarakat jadi
walaupun ini kewenangan dari PA namun karna ini sifatnya
terpadu jadi KUA dalam hal ini juga ikut ambil bagian dalam
mensukseskan kegiatan Itsbat nikah ini. Semata-mata untuk lebih
memudahkan bagi masyarakat dalam hal kepastian hukum.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

f. Awal mula Kegiatan Itsbat nikah terpadu dilaksanakan di Kota Pontianak

Pak Mardi mengatakan:


Untuk mengetahui asal muasal kegiatan ini akhirnya dilaksanakan

perdana kalinya di Kota Pontianak. Sebagai berikut:

“Mou pertama kali pada bulan agustus atau september tahun 2019,
iya yang pertama kali dilaksanakan oleh lintas sektoral pengadilan
agama, KUA, Dukcapil, Pemerintah kota Pontianak, dan camat
sekota Pontianak.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)
Pak Mukhlis memaparkan:
“Iya, jadi untuk selama saya di KUA dari tahun 2015 memang baru
pertama kali itu dilaksanakan Itsbat nikah terpadu. Inipun
sebenarnya langkah awal karna memang belum pernah sama sekali
diadakan Itsbat nikah terpadu kecuali oleh masing-masing yang
sifatnya mandiri seperti yayasan mengadakan Itsbat nikah. Namun,
kalo untuk pemerintah kota baru ini terkait dengan ulang tahun
pemerintah kota Pontianak.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

g. Kompetensi KUA dalam Itsbat nikah terpadu ini terlibat padahal Itsbat

nikah merupakan wewenang PA.

Pada dasarnya Itsbat Nikah adalah wewenang PA. Namun di kegiatan

ini KUA turut terlibat, agar mengetahui hal tersebut peneliti pun

mewawancara narasumber untuk memperoleh jawaban sebagai berikut:


40

Pak Mardi mengatakan:

“Karna kantor urusan agama sebagai pusat informasi tentang


pernikahan baik secara tercatat maupun secara siri. KUA harus
terlibat dalam kegiatan Itsbat Nikah terpadu dan penelitian
berkasnya semuanya berawal dari penelitian pihak KUA untuk bisa
dilanjutkan ke sidang Pengadilan Agama.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Ya, karna ada terpadu jadi kegiatan ini memiliki gambaran


pengantin yang sudah nikah siri kemudian akan di Itsbatkan maka
sebelum ia di Itsbatkan diadakan penelitian berkas termasuklah
data-data kependudukannya karna sistem yang dilakukan oleh
KUA ini adalah online jadi setelah dia diadakan penelitian berkas
kemudian mereka mengikuti sidang oleh PA setelah itu barulah jika
keputusan Itsbat itu sudah ada dari sidang Itsbat PA itu barulah
KUA menerbitkan buku nikahnya. Jadi itulah KUA ikut dalam
kegiatan ini.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

2. Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019.

a. Tugas KUA dalam persiapan pra-kegiatan Itsbat nikah ini dilaksanakan.

Untuk mengetahui tugas-tugas apa saja yang perlu KUA persiapan

pra-kegiatan ini dilaksanakan. Sebagai berikut:

Pak Mardi mengatakan:

“mendata, biodata peserta Itsbat syarat lengkapnya untuk


disinkronisasikan pada data-data pendukung lainnya.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Terkait dengan kegiatan Itsbat nikah ini karna waktu yang


memang kita format tidak terlalu lama harus lebih cepat maka
sebelum diadakannya Itsbat nikah KUA sudah menginput semua
data-data yang menurut PA pengantin ini sudah dapat di Itsbatkan
sudah memenuhi kriteria untuk bisa di Itsbatkan diberikan
penetapan makanya KUA sebelum mereka diteliti oleh PA oleh
41

hakim KUA sudah menginput data-data yang bersangkutan setelah


itu baru mereka mengikuti penelitian dari hakim.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

b. Persyaratan atau prosedur Itsbat nikah untuk kegiatan tersebut

Untuk mengetahui perbedaan persyaratan Itsbat Nikah secara mandiri

dan terpadu tersebut. Sebagai berikut:

Pak Mardi mengatakan:

“Tidak ada, sifatnya umum kepada semua warga Kecamatan


Pontianak Timur yang menikah siri dan punya anak tidak
mempunyai buku nikah.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Iya karena pernikahan Itsbat nikah ini dilaksanakan berdasarkan


hasil sidang Itsbat tunggal oleh pengadilan. Namun, kita juga
mensyaratkan bagi pengantin atau pasangan suami istri yang ikut
Itsbat itu harus memenuhi persyaratan selayaknya pernikahan
seperti biasa paling tidak data-data dokumen yang ada itu harus
dikumpulkan sebelumnya karna mau kita adakan penginputan data
terlebih dahulu termasuklah menyiapkan KTP, KK, kemudian
persamaan nama, tanggal lahir, dan sebagainya termasuk wali
nikah, saksi, supaya kalo inputnya sudah lengkap kita input barulah
mereka mengikuti sidang Itsbat. Jadi sebelumnya kita berikan
persyaratan data-data yang kita perlukan untuk simkah yang jelas
kita tidak minta N1 dari kelurahan karena kalo pake N1 pernikahan
reguler pernikahan seperti biasa seperti biasa tidak melalui Itsbat.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

c. Tugas KUA selama pelaksanaan Itsbat nikah terpadu

Untuk mengetahui tugas-tugas yang KUA lakukan selama kegiatan

ini berlangsung. Sebagai berikut:

Pak Mardi mengatakan:

“Akurasi data peserta Itsbat nikah untuk bisa proses dalam


persidangan di Pengadilan Agama.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)
42

Pak Mukhlis memaparkan:

“Kita lebih banyak menginput data, kemudian memverifikasi data,


setelah data masuk baru kita adakan pencetakan buku nikah karena
dalam Itsbat nikah ini kita tidak akan melaksanakan pernikahan
ulang, kita hanya mengeluarkan akta dan kutipan buku nikah.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

d. Proses Eksekusi Itsbat nikah terpadu

Untuk mengetahui proses eksekusi Itsbat nikah terpadu ini berjalan

dari awal hingga akhir. Sebagaimana yang di paparkan oleh

narasumber dibawah ini:

Pak Mardi mengatakan:

“pertama, semua peserta menghadap panitia Itsbat nikah dengan


membawa dokumen dan persyaratan yang diperlukan untuk diteliti
dengan cermat bahwa peserta Itsbat nikah massal dengan data yang
dimiliki sinkron dan tak bermasalah untuk kemudian di sinkronkan
di Dukcapil dan PA. Kedua, setelah lengkap syarat yang diperlukan
KUA memberikan sosialisasi untuk diperhatikan. Ketiga, setelah
sinkronisasi data dari PA dan Dukcapil tentang syarat yang
dimaksud maka KUA buku nikah.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Sebagaimana tadi saya sampaikan proses Itsbat nikah ini memang


sebelumnya rapat-rapat tuh berjalan secara continue kalo tidak
salah sampe 3 atau 4 kali rapat persiapan itu. Ini karna memang
gawe yang pertama yang dilakukan oleh pemerintah kota dengan
menggandeng beberapa lintas sektoral termasuk KUA dan PA.
kemudian yang kedua penjaringan dari masing-masing Kecamatan
dari data yang kita siapkan formulir untuk catin pasangan suami
isteri itu yang mau ikut.
Kemudian setelah dia mengisi formulir itu barulah dalam sekitar
satu bulan mereka dikumpulkan di KUA disitu kita kumpulkan dan
diadakan verifikasi awal yang dilaksanakan oleh pengadilan agama.
Tapi pelaksanaanya di KUA untuk verifikasi awal itu dan hadir
juga disitu Dukcapil mereka hadir disitu mau melihat mana data
yang sudah di verifikasi yang memenuhi syarat untuk diikutkan
43

Itsbat terkait dengan persiapan pencetakan KK dan KTP yang baru


sama juga dengan KUA setelah itu baru ditetapkan tanggal untuk
dilaksanakan Itsbat nikah massal terpadu itu dilaksanakan di aula
masjid Mujahidin.
Nah, disitulah setelah ada acara pembukaan langsung pasangan
suami istri itu ke KUA dulu pendataan verifikasi awal tentang data-
data yang ada setelah itu diantrikan mengikuti sidang Itsbat ke
pengadilan agama setelah itu hasilnya dibawa ke KUA diadakan
pencetakan buku nikah. Kemudian, langsung diberikan buku nikah
pada saat itu. Baru ke Capil mengeluarkan KK dan KTP.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

e. Tugas KUA lakukan pasca-kegiatan Itsbat nikah terpadu selesai

Untuk mengetahui tugas-tugas apa saja yang perlu KUA persiapan

pasca-kegiatan ini selesai dilaksanakan. Sebagai berikut:

Pak Mardi mengatakan:

“KUA mendata biodata peserta secara ulang disinkronkan dengan


update KK, KTP, yang dimiliki peserta untuk diprint buku
nikahnya setelah lengkap.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Jadi, kegiatan ini karna juga kemarin sempat terkendala dengan


mengenai sifatnya online jadi untuk server tuh terlalu padat,
jaringan yang boleh dikatakan tidak terlalu lancar, jadi sempat ada
beberapa pasangan yang belum bisa diberikan pada saat itu jadi
setelah diadakan Itsbat di pengadilan, kami mengadakan
pencetakan tuh agak molor 1 hari jadi setelah Itsbat kami juga
masih melaksanakan menyelesaikan yang belum sempat dicetak
setelah Itsbat.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

f. Implikasi Itsbat nikah terpadu ini terhadap peningkatan Itsbat nikah di

KUA setelah mengikuti kegiatan tersebut

Untuk mengetahui implikasi kegiatan ini terhadap peningkatan Itsbat

Nikah di KUA sesudah mengikuti kegiatan tersebut: berikut implikasinya:


44

Pak Mardi mengatakan:

“Tentu pengaruh Itsbat nikah di KUA Pontianak Timur dan


kesadaran warga setempat untuk tidak menikah secara siri kembali.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Jelas lebih berpengaruh ada masyarakat-masyarakat yang belum


tahu setelah hari H nya baru tahu adanya kegiatan Itsbat nikah ini
jadi masyarakat-masyarakat lain banyak yang kepengen juga
mengurus yang belum memiliki dokumen-dokumen nikah, mereka
mendapat informasi ada Itsbat nikah ini banyak yang bertanya
banyak yang mau mengurus dokumen nikah buku nikah pasangan
suami isteri kita lihat cukup signifikan orang yang bermacam ada
yang mau nunggu tahun depan, ada juga yang tidak mau nunggu
tahun depan mau segera buat buku nikah dengan cara Itsbat nikah
ini saya rasa salah satu dampak yang positif untuk masyarakat
dengan adanya Itsbat nikah massal terpadu itu yang lain bisa
mengerti paling tidak oh ternyata orang yang pernah nikah siri pun
bisa kita urus gitunya asalkan memenuhi persyaratan di PA.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

g. Hambatan yang di alami KUA Pontianak Timur dalam itsbat nikah .

Untuk mengetahui hambatan-hambatan dari awal hingga akhir

kegiatan yang KUA hadapi. Sebagai berikut:

Pak Mardi mengatakan:

“Kurangnya disiplin dari peserta Itsbat nikah terpadu, kurangnya


pengetahuan yang dimiliki oleh peserta Itsbat nikah terpadu,
kurangnya kerjasama yang baik dari peserta Itsbat, dan kurangnya
fasilitas dan Sumber daya manusia yang di miliki KUA.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Iya, hambatan secara mencolok sih tidak hanya kita lihat bayak
ternyata masyarakat itu belum memahami tentang wali dalam
pernikahan siri banyak yang masyarakat itu melaksanakan
pernikahan siri namun belum memenuhi ketentuan hukum Islam
tentang perwalian itu dilihat dari Pontianak Timur dan sekian
sekitar 20 orang yang daftar hanya 8 orang atau pasang yang
terverifikasi ini terkait masalah wali semuanya misalnya seorang
45

wanita sudah pisah sama suaminya belum dianggap cerai oleh


pengadilan kemudian belum diurus perceraian dia dengan suami itu
dia sudah menikah dengan laki-laki lain dilaksanakan dengan nikah
siri tentu saja ini ditolak oleh pengadilan karena dianggap
perkawinan atau ubungan perkawinan wanita itu dengan yang
pertama masih ada sebagai suami istri. Nah ini yang sering banyak
terjadi akhirnya jumlah peserta Itsbat kita di Timur ini tidak terlalu
banyak dari 20 hanya 8 atau 9 yang diterima yang di verifikasi kalo
hambatan yang lain sih tidak ada.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).

h. Cara KUA dalam mengatasi hambatan yang dihadapi selama kegiatan

tersebut.

Untuk mengetahui cara yang KUA ambil dalam mengatasi hambatan

yang mereka hadapi. Berikut ini pemaparan dari narasumber dibawah ini:

Pak Mardi mengatakan:

“pertama, mensosialisasikan syarat daftar jadi peserta Itsbat dari


awal secara cermat. Kedua, peningkatan pelayanan secara cepat,
tanggap, dan profesional. Ketiga, kalo sudah lengkap secara data,
dan syarat yang diperlukan KUA segera memberikan buku nikah.
Keempat, kerjasama yang baik secara lintas sektoral dalam
kegiatan Itsbat nikah massal tersebut.”
(wawancara hari senin, 19 April 2021)

Pak Mukhlis memaparkan:

“Ini merupakan PR juga bagi pihak KUA perlu juga adanya


sosialisasi setiap kami melaksanakan pelayanan terhadap masyrakat
terutama proses pencatatan dan proses pernikahan di masyarakat
serta di masjid-masjid juga kita sosialisasikan ini juga merupakan
tanggung jawab kita menyampaikan kepada masyarakat bagaimana
pelaksanaan nikah yang sebenarnya yang harus dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan walaupun terjadi nikah siri
mereka harus mengerti rukun nikah dan sebagainya yang tidak
melanggar aturan baik aturan syariat agama Islam maupun aturan
yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama, KHI. Nah itu
tanggungjawab kita bersama tapi sektornya KUA lah untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat.”
(wawancara hari senin, 03 Mei 2021).
46

C. Pembahasan Temuan Penelitian

1. Latar Belakang Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019.

Berdasarkan Pasal 7 ayat 2 tentang Kompilasi Hukum Islam bahwa

bahwa pernikahan yang tidak dapat dibuktikan dengan adanya akta nikah

maka dapat mengusulkan permohonan Itsbat nikahnya ke Pengadilan

Agama. Sehingga dasar hukum pada kegiatan Itsbat nikah terpadu yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pontianak ini berdasarkan pada

ketentuan Pasal 7 ayat 2 tentang Kompilasi Hukum Islam dan adanya rapat

kesepakatan (MoU) beberapa lintas sektoral diantaranya Pengadilan Agama

Kota Pontianak Kelas 1-A, 5 Kantor Urusan Agama seperti KUA Pontianak

Utara, KUA Pontianak Timur, KUA Pontianak Tenggara, KUA Pontianak

Selatan, KUA Pontianak Barat, dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Pontianak

Pada tanggal 22 Oktober 2019 dalam rangka ulang tahun Kota Pontianak

yang ke-248 Maka Pemerintah Kota Pontianak pun berinisiatif menggelar

kegiatan Itsbat nikah yang akan dilaksanakan secara terpadu. Adapun alasan

Pemerintah Kota Pontianak mengadakan acara ini dikarenakan masih

banyak penduduk mereka yang berstatus menikah namun tidak mempunyai

dokumen nikah secara resmi seperti akta nikah dan buku nikah. Hal ini

diketahui oleh Pemerintah Kota Pontianak dari Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil banyak penduduk yang telah menikah tapi belum tercatat.
47

Sehingga Pemerintah kota Pontianak mengadakan rapat lintas sektoral

dengan menggandeng beberapa instansi pemerintah lainnya seperti

Pengadilan Agama kota Pontianak Kelas 1-A, Kantor Urusan Agama, dan

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pontianak rapat ini pun

berlangsung paling tidak 3 hingga 4 kali sampai pada akhirnya dibuatkan

MoU yang telah disepakati bahwa pembiayaannya akan ditanggung oleh

Pemerintah Kota Pontianak.

Hal ini dikarenakan masih banyaknya pasangan yang mempraktekkan

nikah siri dan mempunyai anak namun belum dilegalisasikan ataupun

dicatatkan baik status nikah maupun anak dari pernikahan tersebut hal ini

bertentangan dengan Bab 2 Pasal 5 ayat (1) dan (2) tentang Kompilasi

Hukum Islam bahwa perkawinan harus dicatat demi memperoleh pengakuan

hukum dan kekuatan hukum negara mengenai pernikahan mereka.

Kegiatan ini berjalan dengan saling bersinergi antar lintas sektoral terkait

dalam melayani masyarakat. Hal ini merupakan hal yang sangat positif dan

memang diperlukan oleh masyarakat terutama bagi mereka yang memang

keterbatasan secara ekonomi mengingat acara ini dibiayai oleh Pemerintah

Kota Pontianak. Kerjasama dilakukan agar pasangan tersebut memperoleh

kepastian hukum berkenaan dengan status pernikahan mereka.

Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur sebagai partisipasi

aktif dan adanya suatu kesepakatan dari seluruh Kantor Urusan Agama Kota

Pontianak, agar diharapkan bisa ikut serta dalam kegiatan dan membuka

informasi untuk masyarakat yang belum ada buku nikah untuk mengikuti
48

kegiatan tersebut. Khususnya di wilayah kecamatan Pontianak Timur yang

mana masyarakatnya cukup padat dan sering terjadi praktek nikah siri yang

dilaksanakan oleh tokoh agama. Setelah diadakan verifikasi ternyata tidak

semuanya dapat di Itsbat kan dan mengikuti sidang Itsbat salah satu

alasannya ialah persyaratan yang tidak lengkap, wali nikah yang salah, saksi

yang asal-asalan dan lain sebagainya.

Kantor Urusan Agama kecamatan Pontianak Timur sebagai tangan kanan

dari Kementerian Agama Pontianak yang berkedudukan ditingkat

kecamatan dapat memberikan kontribusinya untuk merealisasikan kebijakan

pemerintah dalam mengimbau masyarakat bahwa nikah siri akan berdampak

pada status hukum pernikahannya. Kantor Urusan Agama Pontianak Timur

melihat bahwa kegiatan ini memiliki kemaslahatan yang lebih besar

walaupun sebenarnya perkara Itsbat nikah merupakan wewenang dari

Pengadilan Agama Pontianak Kelas 1-A. Namun, karena ini juga bersifat

terpadu oleh karena itu Kantor Urusan Agama turut ambil peran sebagai

lembaga yang memiliki wewenang dalam mencetak dan mengeluarkan buku

nikah hal ini dilakukan semata-mata demi memberi kemudahan masyarakat

untuk memperoleh kepastian hukum.

Adanya kesepakatan (MoU) terkait kegiatan Itsbat nikah terpadu yang

dihadiri beberapa instansi dilaksanakan pertama kalinya pada bulan

Agustus-September tahun 2019. Jadi, kegiatan Itsbat nikah terpadu

merupakan pertama kalinya diadakan di kota Pontianak. Kecuali, oleh


49

mereka yang melaksanakannya secara mandiri untuk pemerintah Pontianak

ini adalah yang pertama kalinya dalam rangka hari jadi Kota Pontianak.

Kantor Urusan Agama selaku instansi pemerintah yang paling dekat

kehidupan masyarakat muslim terutama dalam perihal pernikahan sehingga

menjadikannya pusat informasi. Kantor Urusan Agama turut mengambil

bagian juga dikarenakan semua berkasnya berawal dari penelitian pihak

Kantor Urusan Agama untuk diteliti data-datanya secara online , hal ini agar

dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya yakni sidang ke Pengadilan Agama.

Setelah mereka mendapat penetapan dari Pengadilan Agama maka Kantor

Urusan Agama akan menerbitkan buku nikah disinilah alasan Kantor

Urusan Agama harus ikut serta dalam mensukseskan kegiatan tersebut.

2. Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019.

Sebelum kegiatan Itsbat nikah terpadu ini dilaksanakan KUA terlebih

dahulu menginput data peserta yang mendafttar untuk di sinkronkan dengan

data-data pendukung lainnya, data tersebut harus memenuhi kriteria untuk

bisa di Itsbat nikahkan sebelum akhirnya diperiksa dan diteliti oleh hakim

PA Pontianak. (tambahkan dasar hukumnya)

Berdasarkan pemaparan dari kedua narasumber tentang syarat

pendaftaran Itsbat Nikah terpadu terjadi perbedaan pendapat menurut pak

Mardi mengatakan tidak adanya persyaratan secara khusus sementara

menurut pak H. Mukhlis mengatakan untuk persyaratan mereka tidak

menggunakan surat N1 (surat keterangan Lurah). Adapun mereka yang


50

menggunakan surat N1 yaitu mereka yang mendaftar pernikahan secara

reguler seperti biasa.

Berikut ini adalah tugas-tugas yang KUA lakukan selama proses

kegiatan tersebut yakni:

a. Data yang sebelumnya diinput oleh KUA

b. Akurasi dan verifikasi data kembali untuk diteliti lebih cermat lagi.

Adapun proses dari keseluruhan kegiatan Itsbat nikah terpadu ini

dilaksanakan sebagai berikut:

Alur Pelaksanaan Kegiatan sidang Itsbat nikah terpadu

PANITIA
KUA PA KUA DUKCAPIL
KUA

Setelah kegiatan ini selesai KUA menyinkronkan kembali data untuk di

update secara online terkait Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk

(KTP) untuk mencetak buku nikahnya. KUA Pontianak Timur sempat

kewalahan disebabkan jaringan yang tidak terlalu lancar, sehingga KUA

Pontianak Timur membutuhkan waktu selama satu hari untuk

menyelesaikan pencetakan buku nikah sehari setelah kegiatan Itsbat nikah

selesai.

Pengaruh dari kegiatan tersebut sangatlah jelas dengan meningkatnya

kesadaran warga Pontianak Timur untuk mencatatkan pernikahan yang

mereka laksanakan sebelumnya. Bahkan setelah kegiatan ini usai pun masih

ada masyarakat yang belum tahu sehingga memicu banyaknya pasangan

yang juga ingin mengurus dokumen nikah mereka. Pasangan tersebut pun
51

rela menunggu tahun depan dan ada juga yang tidak sabar menunggu

mereka berharap agar segera diadakan kembali kegiatan tersebut

Hal ini menunjukkan suatu dampak positif yang KUA rasakan paling

tidak memberikan edukasi atau pemahaman kepada masyarakatnya bahwa

seseorang yang pernah menikah siri pun ternyata mempunyai kesempatan

untuk melegalisasikan pernikahan mereka dengan syarat memenuhi

persyaratan di PA.

Ketika melaksanakan suatu kegiatan akan ada namanya hambatan yang

dialami selama proses itu berlangsung. Apalagi mengingat kegiatan Itsbat

nikah terpadu ini adalah yang perdana dilakukan oleh Pemerintah Kota

Pontianak sehingga tidak terlepas dari hambatan yang dihadapi. Begitu pula

yang dirasakan oleh KUA Pontianak Timur mengalami beberapa hambatan

dari sebelum pelaksananaan, ketika pelaksanaan, dan setelah pelaksanan.

Adapun hambatan yang dimaksud diantaranya sebagai berikut:

a. Kurangnya disiplin dari peserta;

b. Kurangnya pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki oleh peserta

tentang wali nikah;

c. Kurangnya kerjasama yang baik dari peserta;

d. Kurangnya fasilitas dan Sumber Daya Manusia yang KUA miliki.

Setiap permasalahan akan ada penyelesaiannya begitu pula dalam

menyelesaikan atau mengatasi hambatan yang dihadapi dengan beberapa

cara sebagai berikut:


52

a. Memberikan pemahaman tentang rukun nikah agar tidak melanggar

aturan baik secara syariat Islam maupun peraturan yang telah ditetapkan

oleh PA dan KHI.

b. Mensosialisasikan syarat daftar secara cermat;

c. Peningkatan pelayanan secara cepat, tanggap, dan prosfesional;

d. Kerja sama yang baik secara lintas sektoral;

Hal ini merupakan tanggungjawab kita bersama tapi KUA lah yang

memegang peran penting dalam memberikan pemahaman kepada

masyarakatnya perihal pentingnya pencatatan nikah demi memperoleh

kekuatan dan pengakuan hukum serta menghindari dampak negatif dari

pernikahan yang tidak tercatat.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Uraian pada BAB I dan pemaparan BAB VI, maka peneliti

menyimpulkan mengenai hasil penelitiannya sebagai berikut:

1. Latar Belakang Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019.

Menurut Bab 2 Pasal 5 Ayat (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam bahwa

setiap perkawinan harus dicatatkan dan di ketahui oleh Pegawai Pencatat

Nikah. Hal ini untuk menghindari dampak negatif dari nikah siri terutama

bagi pihak istri dan anak yang tidak memperoleh kekuatan dan kepastian

hukum.

Kantor Urusan Agama merupakan instansi Pemerintah yang berada di

bawah Kementerian Agama dalam melayani masyarakat. Salah satu tugas

KUA adalah mencatat pernikahan dan mengeluarkan buku nikah serta

memberikan bimbingan keluarga sakinah dan tugas-tugas lainnya.

Berdasarkan uraian paparan data sebelumnya bahwa masih adanya

pasangan yang telah menikah secara agama tapi tidak melaporkannya ke

KUA diwilayahnya dan tidak tercatat oleh KUA. Hal ini lah yang memicu

KUA perlu mengambil peran mensukseskan kegiatan ini. Hal ini dilakukan

agar masyarakatnya meperoleh dokumen nikah dan mengesahkan anak

mereka.

53
54

Pemerintah Kota menyadari masyarakatnya yang belum mencatatkan

pernikahannya dan berinisiatif menyelenggarakan kegiatan ini dengan

bantuan dari beberapa instansi, salah satunya KUA dan mengadakan rapat

Momentum of Understanding (MoU) dalam rangka ulang tahun Pontianak

yang ke-248 Tahun. Acara ini disambut sangat baik oleh pihak KUA

Pontianak Timur dengan mempertimbangkan manfaatnya yang lebih besar,

apalagi kegiatan ini bebas biaya (gratis) yang akan ditanggung oleh

Pemerintah Kota Pontianak dan kegiatan ini juga bersifat terpadu untuk

pertama kalinya di Kota Pontianak.

2. Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur dalam

Pemerataan Itsbat Nikah Terpadu Tahun 2019.

Menurut peneliti kegiatan ini juga merupakan sebuah usaha

merealisasikan Bab 2 Pasal 5 Ayat (1) dan (2), dan Pasal 7 Ayat (2)

Kompilasi Hukum Islam untuk mencatatkan sebagai upaya melegalisasikan

pernikahan akibat nikah siri.

Oleh karena itu, dalam kegiatan ini dari tahap awal hingga akhir KUA

memiliki perannya tersendiri dalam administrasi seperti penginputan data,

verifikasi awal, menjadi panitia ketika pelaksanaan di Aula Mujahidin,

mengarahkan dan memberikan sosialisasi kepada peserta sampai akhirnya

pencetakan buku nikah selesai.

Implikasi yang sangat dirasakan oleh pihak KUA Pontianak Timur atas

kegiatan ini yakni meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mencatatkan

pernikahan. Ini berarti semakin banyak masyarakat yang sadar maka


55

semakin luas pula pemeraatan Itsbat nikah ini. Walaupun masih ada

beberapa pasangan yang telat mengetahui kegiatan.

Kegiatan ini tentu saja tidak lepas dari berbagai hambatan yang

mengakibatkan KUA Pontianak Timur sedikit lambat dalam menjalankan

perannya dengan kerjasama yang baik hambatan tersebut dapat diatasi

dengan baik

B. Saran

1. Bagi Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur

Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur telah memberikan

pelayanan yang sangat baik, hal ini peneliti rasakan sewaktu Praktik

Pengalaman Lapangan (PPL) dan selama Penelitian ini dilaksanakan. oleh

karena itu, peneliti ingin memberikan saran untuk Kantor Urusan Agama

Kecamatan Pontianak Timur seperti memberikan sosialisasi ke lapangan

secara langsung kepada masyarakat khususnya bagi perempuan untuk

meningkatkan pemahaman agar tidak ada lagi yang mempraktikkan nikah

yang tidak tercatat (nikah siri).

Menurut peneliti hal ini sangat diperlukan oleh Kantor Urusan Agama

Kecamatan Pontianak Timur untuk melindungi hak-hak mereka terutama

bagi seorang istri dan anak agar mereka mendapatkan status pernikahan

yang sah secara syariat agama Islam dan sah secara hukum untuk bisa

memperoleh kekuatan dan kepastian hukum di pernikahan mereka.


56

peneliti berharap kegiatan Itsbat nikah terpadu ini tidak berhenti di tahun

2019 tapi juga tahun-tahun yang akan datang kegiatan ini terus

dipertahankan sehingga dapat meminimalisir praktik nikah siri di Indonesia.

2. Bagi Masyarakat

Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana disebutkan

dalam Pasal 3 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sehingga setiap

warganya wajib mentaati peraturan yang ditetapkan. Salah satunya wajib

mencatatkan pernikahan mereka ke Pegawai Pencatat Nikah di Kantor

Urusan Agama di wilayahnya masing-masing.

Saran peneliti untuk masyarakat hendaknya segera mencatatkan

pernikahan mereka ke Pegawai Pencatat Nikah di Kantor Urusan Agama di

wilayahnya masing-masing dan diakui oleh negara.


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku dan Jurnal:

Amiruddin. (2006). Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT. Raja Grafindo


Persada.

Andi Prastowo. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. Alfabeta.

Andi Prastowo. (2016). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu tinjauan


Teoritis dan Praktis. Ar-Ruzz Media.

Angga Marzuki. (2020a). Peningkatan Layanan Publik dan Biaya Operasional


Perkantoran KUA: Sejarah, Pengelolaan dan Implikasi Terhadap
Layanan KUA. 13.

Angga Marzuki. (2020b). Peningkatan Layanan Publik dan Biaya Operasional


Perkantoran KUA: Sejarah, Pengelolaan dan Implikasi Terhadap
Layanan KUA. Jurnal Bimas Islam, 13(1), 183–199.
https://doi.org/10.37302/jbi.v13i1.192

Arlinah. (2020). Peran Pegawai Pencatat Nikah dan Pemahaman Masyarakat


Desa Lero Terhadap Pencatatan Perkawinan di KUA Kecamatan
Suppa [Institut Agama Islam Negeri (IAIN)].
http://repository.iainpare.ac.id/1916/1/15.2100.045.pdf

Burhan Bugin. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers.

Djam’an Sotari dan Aan Komariah. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif.


Alfabeta.

Faizah Bafadhal. (2014). Itsbat Nikah dan Implikasinya Terhadap Status


Perkawinan Menurut Perundang-undangan Indonesia. 11.
https://media.neliti.com/media/publications/43298-ID-itsbat-nikah-
dan-implikasinya-terhadap-status-perkawinan-menurut-peraturan-
perun.pdf

Imam Gunawan. (2015). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan praktek (1 ed.).
Bumi Aksara.

Ishaq. (t.t.). Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta
Disertasi.

57
58

Julianda. (2017). Pelaksanaan Itsbat NIkah Terpadu dan Dampaknya Terhadap


Ketertiban Pencatatan Nikah [Universitas Islam Negeri Ar-Raniry].
https://repository.arraniry.ac.id/id/eprint/2253/

Lap Pelaksanaan Keg PA Ptk Th 2019 Final.pdf. (t.t.). Google Docs. Diambil 25
November 2020, dari
https://drive.google.com/file/d/1ifPigQMLWeoITlTCt_vSS0O6GRSy
9ppV/view?usp=sharing&usp=embed_facebook

M. Syamsudin. (2007). Operasionalisasi Penelitian Hukum (1 ed.). PT. Raja


Grasindo Persada.

M. Zamroni. (2018). Prinsip-Prinsip pencatatan Perkawinan di Indonesia. Media


Sahabat Cendikia.
https://books.google.co.id/books?id=9bOWDwAAQBAJ&pg=PA127
&dq=Isbat+Nikah+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwickoPr_azn
AhUAH7cAHdAYCAkQ6AEIRzAE#v=onepage&q=Isbat%20Nikah
%20adalah&f=false

Mariyatul Qibtiyah. (2020). Itsbat Nikah Massal dan Implikasinya Terhadap


Pernikahan resmi di KUA Surabaya Perspektif Maqasid Shari’ah
[Universitas Islam Negeri Sunan Ampel].
http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/44883

Marzuki. (1983). Metodologi Riset. PT. Hanindita Offset.

Pengadilan Agama Pontianak Kelas 1-A. (2020). Laporan Pelaksanaan Kegiatan


Tahun 2019. Pengadilan Agama.
https://drive.google.com/file/d/1ifPigQMLWeoITlTCt_vSS0O6GRSy
9ppV/view

Sidang Isbat Nikah Terpadu Pengadilan Agama Pontianak. (t.t.). Diambil 25 Juli
2021, dari https://pa-
pontianak.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82
7:sidang-isbat-nikah-terpadu-pengadilan-agama-
pontianak&catid=115&Itemid=539

Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Website Kementerian Agama DKI Jakarta. (t.t.). Diambil 6 Agustus 2021, dari
https://dki.kemenag.go.id/sejarah

Yuyun Pertiwi. (2021). Peran Kantor Urusan Agama (KUA) dalam


Meminimalisir Pernikahan Siri (Studi di Kecamatan Pontianak
Selatan). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak.
59

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 Tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan


Rujuk

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 Tentang Penetapan Berlakunya Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1946
TentangPencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Istruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Penyebarluasan Kompilasi


Hukum Islam.

Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 Tentang Penataan Organisasi
Kantor Urusan Agama Kecamatan
Peraturan Menteri Agama Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan

Kompilasi Hukum Islam


60

LAMPIRAN

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

No PERTANYAAN WAWANCARA
1 Apakah bapak mengetahui dasar hukum dilaksanakannya
kegiatan Itsbat nikah terpadu tersebut?
2 Apakah bapak mengetahui siapa yang menginisiatif pertama
kali kegiatan Itsbat nikah terpadu tersebut?
3 Apa yang menjadi faktor penyebab kegiatan ini
dilaksanakan?
4 Apa alasan KUA kecamatan Pontianak timur ikut serta
dalam kegiatan ini?
5 Apa yang menjadi pertimbangan keterlibatan KUA untuk
mengikuti kegiatan ini?
6 Apakah kegiatan Itsbat Nikah Terpadu ini pertama kalinya
dilaksanakan di Pontianak?
7 Mengapa dalam kegiatan Itsbat nikah terpadu ini KUA
terlibat? Padahal Itsbat nikah merupakan wewenang PA
bukan KUA?
8 Apa saja tugas yang KUA persiapkan pra-kegiatan Itsbat
nikah ini dilaksanakan?
9 Apakah ada persyaratan/prosedur secara khusus untuk
kegiatan tersebut?
10 Apa saja tugas KUA selama proses Itsbat nikah terpadu
berlangsung?
11 Bagaimana proses eksekusi Itsbat nikah terpadu ini
laksanakan?
12 Apa saja tugas yang KUA lakukan pasca-kegiatan Itsbat
nikah terpadu selesai?
13 Apakah dengan diadakannya Itsbat nikah terpadu ini
mempengaruhi terhadap peningkatan Itsbat nikah di ptk
timur setelah mengikuti kegiatan tersebut?
14 Apakah selama (pra-kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan
pasca-kegiatan) Itsbat nikah terpadu ini apa saja hambatan
yang dialami oleh KUA ptk timur dalam kegiatan tersebut?
15 Bagaimana cara KUA dalam mengatasi hambatan yang
dihadapi selama kegiatan tersebut?
61

Lampiran 2

Hasil Wawancara 1
Nama Narasumber : Mardi. S. Ag
Tanggal/waktu : 19 april 2021 pukul 11. 30 WIB
Tempat : KUA Kecamatan Pontianak Timur

No Pertanyaan Jawaban Narasumber


1 Apakah bapak mengetahui Iya mengetahui. Dasar hukumnya yang
dasar hukum dilaksanakannya pertama adalah dalam ketentuan pasal 7
kegiatan Itsbat nikah terpadu KHI, Itsbat nikah terbatas hanya
tersebut? pernikahan sebelum UU Perkawinan
Nomor 1 Tahun 1974 diberlakukan
2 Apakah bapak mengetahui Pemerintah Kota Pontianak menginisiasi
siapa yang menginisiatif berkerjasama dengan Pengadilan agama
pertama kali kegiatan Itsbat kelas 1A kota Pontianak, Kantor urusan
nikah terpadu tersebut? agama sekota Pontianak, dinas
kependudukan catatan sipil Pontianak,
dan camat sekota Pontianak. Untuk
mengadakan Itsbat nikah massal maka
dibuatkan Mou lintas sektoral yang telah
disepakati yang pembiayaannya
ditanggung pemerintah kota Pontianak
3 Apa yang menjadi faktor Banyaknya pasangan nikah siri yang
penyebab kegiatan ini sudah punya banyak anak belum
dilaksanakan? dilegalisasikan atau belum dicatatkan
4 Apa alasan KUA kecamatan Sebagai partisipasi aktif dalam kegiatan
Pontianak timur ikut serta Itsbat nikah massal karena Kecamatan
dalam kegiatan ini? Pontianak Timur banyak pasangan yang
sudah menikah secara siri belum punya
buku nikah
5 Apa yang menjadi Kantor urusan agama Kecamatan
pertimbangan keterlibatan Pontianak Timur sebagai tangan kanan
KUA untuk mengikuti dari kementerian agama Pontianak di
kegiatan ini? tingkat Kecamatan bisa berperan aktif
merealisasikan atas kebijakan pemerintah
bahwa dilarangnya menikah secara siri
karna akan berdampak pada status hukum
pada pernikahan tersebut
6 Apakah kegiatan Itsbat Nikah Mou pertama kali pada bulan agustus
Terpadu ini pertama kalinya atau september tahun 2019, iya yang
dilaksanakan di Pontianak? pertama kali dilaksanakan oleh lintas
sektoral pengadilan agama, KUA,
Dukcapil, Pemerintah kota Pontianak,
62

dan camat sekota Pontianak


7 Mengapa dalam kegiatan Karna kantor urusan agama sebagai pusat
Itsbat nikah terpadu ini KUA informasi tentang pernikahan baik secara
terlibat? Padahal Itsbat nikah tercatat maupun secara siri. KUA harus
merupakan wewenang PA terlibat dalam kegiatan Itsbat Nikah
bukan KUA? terpadu dan penelitian berkasnya
semuanya berawal dari penelitian pihak
KUA untuk bisa dilanjutkan ke sidang
Pengadilan Agama
8 Apa saja tugas yang KUA mendata, biodata peserta Itsbat syarat
persiapkan pra-kegiatan lengkapnya untuk disinkronisasikan pada
Itsbat nikah ini dilaksanakan? data-data pendukung lainnya
9 Apakah ada Tidak ada, sifatnya umum kepada semua
persyaratan/prosedur secara warga Kecamatan Pontianak Timur yang
khusus untuk kegiatan menikah siri dan punya anak tidak
tersebut? mempunyai buku nikah

10 Apa saja tugas KUA selama Akurasi data peserta Itsbat nikah untuk
proses Itsbat nikah terpadu bisa proses dalam persidangan di
berlangsung? Pengadilan Agama
11 Bagaimana proses eksekusi pertama, semua peserta menghadap
Itsbat nikah terpadu ini panitia Itsbat nikah dengan membawa
laksanakan? dokumen dan persyaratan yang
diperlukan untuk diteliti dengan cermat
bahwa peserta Itsbat nikah massal dengan
data yang dimiliki sinkron dan tak
bermasalah untuk kemudian di
sinkronkan di Dukcapil dan PA. Kedua,
setelah lengkap syarat yang diperlukan
KUA memberikan sosialisasi untuk
diperhatikan. Ketiga, setelah sinkronisasi
data dari PA dan Dukcapil tentang syarat
yang dimaksud maka KUA buku nikah
12 Apa saja tugas yang KUA KUA mendata biodata peserta secara
lakukan pasca-kegiatan Itsbat ulang disinkronkan dengan update KK,
nikah terpadu selesai? KTP, yang dimiliki peserta untuk diprint
buku nikahnya setelah lengkap
13 Apakah dengan diadakannya Tentu pengaruh Itsbat nikah di KUA
Itsbat nikah terpadu ini Pontianak Timur dan kesadaran warga
mempengaruhi terhadap setempat untuk tidak menikah secara siri
peningkatan Itsbat nikah di kembali
ptk timur setelah mengikuti
kegiatan tersebut?
14 Apakah selama (pra-kegiatan, Kurangnya disiplin dari peserta Itsbat
pelaksanaan kegiatan, dan nikah terpadu, kurangnya pengetahuan
pasca-kegiatan) Itsbat nikah yang dimiliki oleh peserta Itsbat nikah
63

terpadu ini apa saja hambatan terpadu, kurangnya kerjasama yang baik
yang dialami oleh KUA ptk dari peserta Itsbat, dan kurangnya
timur dalam kegiatan fasilitas dan Sumber daya manusia yang
tersebut? di miliki KUA
15 Bagaimana cara KUA dalam pertama, mensosialisasikan syarat daftar
mengatasi hambatan yang jadi peserta Itsbat dari awal secara
dihadapi selama kegiatan cermat. Kedua, peningkatan pelayanan
tersebut? secara cepat, tanggap, dan profesional.
Ketiga, kalo sudah lengkap secara data,
dan syarat yang diperlukan KUA segera
memberikan buku nikah. Keempat,
kerjasama yang baik secara lintas sektoral
dalam kegiatan Itsbat nikah massal
tersebut
64

Lampiran 3

Hasil Wawancara 2
Nama Narasumber : H. Mukhlis, S. Ag.
Tanggal/waktu : 03 mei 2021 pukul 10.00 WIB

Tempat : KUA Kecamatan Pontianak Selatan

No Pertanyaan Jawaban Narasumber


1 Apakah bapak mengetahui Iya, terkait dengan kegiatan Itsbat nikah
dasar hukum dilaksanakannya terpadu yang dilakukan oleh pemerintah
kegiatan Itsbat nikah terpadu kota Pontianak. Ada 2 paling tidak yang
tersebut? pertama terkait engan KHI pasal 7 ayat 2
mengenai tentang Itsbat nikah ini
dimana dalam hal perkawinan tidak dapat
dibuktikan dengan akad nikah dapat
ajukan Itsbat nikahnya ke PA ini salah
satu dasarnya. Kemudian yang kedua, ada
kesepakatan rapat bersama antara para
KUA di kota Pontianak dengan dinas
dukcapil, PA yang membahas tentang
persiapan pelaksanaan kegiatan Itsbat
nikah ini. Jadi atas dasar inilah maka
KUA juga karna ini juga sifatnya terpadu
KUA juga ikut dalam rapat tersebut
terkait dengan Itsbat nikah ini. Saya rasa
itulah dasar hukumnya jadi di pasal 7
ayat 2 dari KHI
2 Apakah bapak mengetahui Kemarin pelaksanaan Itsbat nikah
siapa yang menginisiatif terpadu itu terkait dalam rangka hari jadi
pertama kali kegiatan Itsbat kota Pontianak tanggal 22 oktober jadi
nikah terpadu tersebut? inisiatif yang ada yaitu dari pemerintah
kota Pontianak yang melatarbelakanginya
banyaknya penduduk ataupun masyarakat
yang berstatus menikah namun tidak
memiliki dokumen nikah seperti buku
nikah. Nah ini terutama dari dukcapil lah
mereka mendata melihat di dalam data
kependudukan itu banyak masyarakatnya
tidak memiliki buku nikah. Mereka nikah
kawin tapi belum tercatat, ini salah
satunya jadi yang menginisiasi dari
pemerintah kota Pontianak
3 Apa yang menjadi faktor Yang menyebabkan kegiatan ini perlu
penyebab kegiatan ini kita laksanakan begini adanya satu
65

dilaksanakan? kerjasama sinergitas dan lintas sektoral


terkait dengan pelayanan masyarakat.
Jadi kami dari KUA melihat hal ini
sangat positif dan sangat diperlukan bagi
masyarakat memang ini wewenang dari
PA namun dalam kerjasama untuk dalam
rangka melayani masyarakat dalam hal
dokumen kependudukan inilah yang
perlu ada kejelasan kepastian hukum bagi
masyarakat tentang status pernikahan
mereka
4 Apa alasan KUA kecamatan Ya, pertama adanya suatu kesepakatan
Pontianak timur ikut serta dari seluruh KUA yang ada di kota
dalam kegiatan ini? Pontianak bahwa setiap KUA diharapkan
bisa ikut dalam kegiatan ini dan
membuka pengumuman kepada
masyarakat yang tidak memiliki
dokumen nikah dilaksanakanlah Itsbat
nikah ini. Kedua, melatarbelakangi
banyak masyarakat yang belum memiliki
buku nikah apalagi di daerah Timur ini
kalo liat penduduknya cukup padat dan
sering terjadi pernikahan-pernikahan siri
yang dilakukan yang tidak tercatat baik
dilaksanakan tokoh agama maupun
dilaksanakan ditempat yang lain bukan di
timur maksudnya hanya mereka
berdomisili di Timur. Jadi memang dari
sisi jumlah kemarin itu banyak
masyarakat Timur yang mendaftar namun
setelah diadakannya verifikasi tidak
semuanya di Itsbatkan dan mengikuti
sidang Itsbat
5 Apa yang menjadi KUA di Pontianak Timur mengikuti
pertimbangan keterlibatan kegiatan ini yang pertama melihat
KUA untuk mengikuti kemaslahatannya lebih besar bagi
kegiatan ini? masyarakat jadi walaupun ini
kewenangan dari PA namun karna ini
sifatnya terpadu jadi KUA dalam hal ini
juga ikut ambil bagian dalam
mensukseskan kegiatan Itsbat nikah ini.
Semata-mata untuk lebih memudahkan
bagi masyarakat dalam hal kepastian
hukum
6 Apakah kegiatan Itsbat Nikah Iya, jadi untuk selama saya di KUA dari
Terpadu ini pertama kalinya tahun 2015 memang baru pertama kali itu
66

dilaksanakan di Pontianak? dilaksanakan Itsbat nikah terpadu. Inipun


sebenarnya langkah awal karna memang
belum pernah sama sekali diadakan Itsbat
nikah terpadu kecuali oleh masing-
masing yang sifatnya mandiri seperti
yayasan mengadakan Itsbat nikah.
Namun, kalo untuk pemerintah kota baru
ini terkait dengan ulang tahun pemerintah
kota Pontianak
7 Mengapa dalam kegiatan Ya, karna ada terpadu jadi kegiatan ini
Itsbat nikah terpadu ini KUA memiliki gambaran pengantin yang sudah
terlibat? Padahal Itsbat nikah nikah siri kemudian akan di Itsbatkan
merupakan wewenang PA maka sebelum ia di Itsbatkan diadakan
bukan KUA? penelitian berkas termasuklah data-data
kependudukannya karna sistem yang
dilakukan oleh KUA ini adalah online
jadi setelah dia diadakan penelitian
berkas kemudian mereka mengikuti
sidang oleh PA setelah itu barulah jika
keputusan Itsbat itu sudah ada dari sidang
Itsbat PA itu barulah KUA menerbitkan
buku nikahnya. Jadi itulah KUA ikut
dalam kegiatan ini
8 Apa saja tugas yang KUA Terkait dengan kegiatan Itsbat nikah ini
persiapkan pra-kegiatan karna waktu yang memang kita format
Itsbat nikah ini dilaksanakan? tidak terlalu lama harus lebih cepat maka
sebelum diadakannya Itsbat nikah KUA
sudah menginput semua data-data yang
menurut PA pengantin ini sudah dapat di
Itsbatkan sudah memenuhi kriteria untuk
bisa di Itsbatkan diberikan penetapan
makanya KUA sebelum mereka diteliti
oleh PA oleh hakim KUA sudah
menginput data-data yang bersangkutan
setelah itu baru mereka mengikuti
penelitian dari hakim
9 Apakah ada Iya karena pernikahan Itsbat nikah ini
persyaratan/prosedur secara dilaksanakan berdasarkan hasil sidang
khusus untuk kegiatan Itsbat tunggal oleh pengadilan. Namun,
tersebut? kita juga mensyaratkan bagi pengantin
atau pasangan suami istri yang ikut Itsbat
itu harus memenuhi persyaratan
selayaknya pernikahan seperti biasa
paling tidak data-data dokumen yang ada
itu harus dikumpulkan sebelumnya karna
mau kita adakan penginputan data
67

terlebih dahulu termasuklah menyiapkan


KTP, KK, kemudian persamaan nama,
tanggal lahir, dan sebagainya termasuk
wali nikah, saksi, supaya kalo inputnya
sudah lengkap kita input barulah mereka
mengikuti sidang Itsbat. Jadi sebelumnya
kita berikan persyaratan data-data yang
kita perlukan untuk simkah yang jelas
kita tidak minta N1 dari kelurahan karena
kalo pake N1 pernikahan reguler
pernikahan seperti biasa seperti biasa
tidak melalui Itsbat
10 Apa saja tugas KUA selama Kita lebih banyak menginput data,
proses Itsbat nikah terpadu kemudian memverifikasi data, setelah
berlangsung? data masuk baru kita adakan pencetakan
buku nikah karena dalam Itsbat nikah ini
kita tidak akan melaksanakan pernikahan
ulang, kita hanya mengeluarkan akta dan
kutipan buku nikah
11 Bagaimana proses eksekusi Sebagaimana tadi saya sampaikan
Itsbat nikah terpadu ini proses Itsbat nikah ini memang
laksanakan? sebelumnya rapat-rapat tuh berjalan
secara continue kalo tidak salah sampe
3 atau 4 kali rapat persiapan itu. Ini
karna memang gawe yang pertama
yang dilakukan oleh pemerintah kota
dengan menggandeng beberapa lintas
sektoral termasuk KUA dan PA.
kemudian yang kedua penjaringan dari
masing-masing Kecamatan dari data
yang kita siapkan formulir untuk catin
pasangan suami isteri itu yang mau
ikut.
Kemudian setelah dia mengisi
formulir itu barulah dalam sekitar satu
bulan mereka dikumpulkan di KUA
disitu kita kumpulkan dan diadakan
verifikasi awal yang dilaksanakan oleh
pengadilan agama. Tapi
pelaksanaanya di KUA untuk
verifikasi awal itu dan hadir juga
disitu Dukcapil mereka hadir disitu
mau melihat mana data yang sudah di
verifikasi yang memenuhi syarat
untuk diikutkan Itsbat terkait dengan
persiapan pencetakan KK dan KTP
68

yang baru sama juga dengan KUA


setelah itu baru ditetapkan tanggal
untuk dilaksanakan Itsbat nikah
massal terpadu itu dilaksanakan di
aula masjid Mujahidin.
Nah, disitulah setelah ada acara
pembukaan langsung pasangan suami
istri itu ke KUA dulu pendataan
verifikasi awal tentang data-data yang
ada setelah itu diantrikan mengikuti
sidang Itsbat ke pengadilan agama
setelah itu hasilnya dibawa ke KUA
diadakan pencetakan buku nikah.
Kemudian, langsung diberikan buku
nikah pada saat itu. Baru ke Capil
mengeluarkan KK dan KTP
12 Apa saja tugas yang KUA Jadi, kegiatan ini karna juga kemarin
lakukan pasca-kegiatan Itsbat sempat terkendala dengan mengenai
nikah terpadu selesai? sifatnya online jadi untuk server tuh
terlalu padat, jaringan yang boleh
dikatakan tidak terlalu lancar, jadi sempat
ada beberapa pasangan yang belum bisa
diberikan pada saat itu jadi setelah
diadakan Itsbat di pengadilan, kami
mengadakan pencetakan tuh agak molor
1 hari jadi setelah Itsbat kami juga masih
melaksanakan menyelesaikan yang belum
sempat dicetak setelah Itsbat
13 Apakah dengan diadakannya Jelas lebih berpengaruh ada masyarakat-
Itsbat nikah terpadu ini masyarakat yang belum tahu setelah hari
mempengaruhi terhadap H nya baru tahu adanya kegiatan Itsbat
peningkatan Itsbat nikah di nikah ini jadi masyarakat-masyarakat lain
ptk timur setelah mengikuti banyak yang kepengen juga mengurus
kegiatan tersebut? yang belum memiliki dokumen-dokumen
nikah, mereka mendapat informasi ada
Itsbat nikah ini banyak yang bertanya
banyak yang mau mengurus dokumen
nikah buku nikah pasangan suami isteri
kita lihat cukup signifikan orang yang
bermacam ada yang mau nunggu tahun
depan, ada juga yang tidak mau nunggu
tahun depan mau segera buat buku nikah
dengan cara Itsbat nikah ini saya rasa
salah satu dampak yang positif untuk
masyarakat dengan adanya Itsbat nikah
massal terpadu itu yang lain bisa
69

mengerti paling tidak oh ternyata orang


yang pernah nikah siri pun bisa kita urus
gitunya asalkan memenuhi persyaratan di
PA
14 Apakah selama (pra-kegiatan, Iya, hambatan secara mencolok sih tidak
pelaksanaan kegiatan, dan hanya kita lihat bayak ternyata
pasca-kegiatan) Itsbat nikah masyarakat itu belum memahami tentang
terpadu ini apa saja hambatan wali dalam pernikahan siri banyak yang
yang dialami oleh KUA ptk masyarakat itu melaksanakan pernikahan
timur dalam kegiatan siri namun belum memenuhi ketentuan
tersebut? hukum Islam tentang perwalian itu dilihat
dari Pontianak Timur dan sekian sekitar
20 orang yang daftar hanya8 orang atau
pasang yang terverifikasi ini terkait
masalah wali semuanya misalnya seorang
wanita sudah pisah sama suaminya belum
dianggap cerai oleh pengadilan kemudian
belum diurus perceraian dia dengan
suami itu dia sudah menikah dengan laki-
laki lain dilaksanakan dengan nikah siri
tentu saja ini ditolak oleh pengadilan
karena dianggap perkawinan atau
hubungan perkawinan wanita itu dengan
yang pertama masih ada sebagai suami
istri. Nah ini yang sering banyak terjadi
akhirnya jumlah peserta Itsbat kita di
Timur ini tidak terlalu banyak dari 20
hanya 8 atau 9 yang diterima yang di
verifikasi kalo hambatan yang lain sih
tidak ada
15 Bagaimana cara KUA dalam Ini merupakan PR juga bagi pihak KUA
mengatasi hambatan yang perlu juga adanya sosialisasi setiap kami
dihadapi selama kegiatan melaksanakan pelayanan terhadap
tersebut? masyrakat terutama proses pencatatan
dan proses pernikahan di masyarakat
serta di masjid-masjid juga kita
sosialisasikan ini juga merupakan
tanggung jawab kita menyampaikan
kepada masyarakat bagaimana
pelaksanaan nikah yang sebenarnya yang
harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan walaupun
terjadi nikah siri mereka harus mengerti
rukun nikah dan sebagainya yang tidak
melanggar aturan baik aturan syariat
agama Islam maupun aturan yang
70

ditetapkan oleh Pengadilan Agama, KHI.


Nah itu tanggungjawab kita bersama tapi
sektornya KUA lah untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat
71

Lampiran 4
Dokumentasi
Gambar 1. Pengambilan Data Awal bersama Ibu Antin Rukmiyati, S.H.
Pengambilan Data Awal di Pengadilan Agama kelas 1-A kota
Pontianak pada bulan Januari 2021

Gambar 2. Wawancara Bersama Bapak Mardi, S. Ag.


Wawancara Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak
Timur Tahun 2021, pada tanggal 19 april 2021 pukul 11.30 WIB
72

Lanjutan Lampiran 4

Dokumentasi

Gambar 3. Wawancara Bersama Bapak H. Mukhlis, S. Ag.


Wawancara Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak
Timur Tahun 2019, pada tanggal 03 mei 2021 pukul 10.00 WIB

Gambar 4. Pengambilan Data Berrsama Ibu Rini Astutik, S. E.


Pengambilan Data di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
pada tanggal 30 Juni 2021 pukul 10.00 WIB
73

Lanjutan Lampiran 4

Dokumentasi

Gambar 5. Sidang Itsbat Nikah


Sidang Itsbat Nikah Terpadu oleh pihak Pengadilan Agama Kota
Pontianak Kelas 1-A yang pelaksanaannya di Aula Masjid Mujahiddin
pada tanggal 25 Oktober 2019
Sumber: (Sidang Itsbat Nikah Terpadu Pengadilan Agama Pontianak, t.t.)

Gambar 6. Data 6 Pasangan Itsbat Nikah


Data 6 pasangan yang permohonan Itsbat nikahnya dikabulkan pada
waktu kegiatan Itsbat nikah terpadu tahun 2019
Sumber: Kantor Urusan Agama Kecamatan Pontianak Timur

Anda mungkin juga menyukai