Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH

Operasional Pengelolaan Sampah

Dosen Pembimbing :
Demes Nurmayanti, ST., M.Kes

Disusun oleh :
Lidya Nurdiyati Sri Winarie (P27833119022)
Kelas D3 - 4A

PRODI DIII JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiat Allah SWT. Yang senantiasa melimahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Penyehatan
Tanah dan Pengelolaan Sampah dengan materi “Operasional Pengelolaan Sampah ". Adapun
penulisan ini adalah sebagai pemenuhan beberapa tugas mata kuliah PTPSP.

Kami sampaikan rasa terimakasih kepada setiap pihak yang telah mendukung kami
selama berlangsungnya pembuatan makalah ini dan kami sangat berharap semoga berguna dalam
rangka menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Dengan rasa rendah hati, kritik dan saran yang membangun amat kami nantikan dari
kalangan pembaca, agar nantinya meningkatkan kembali pembuatan makalah di tugas lainnya
dan waktu berikutnya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Operasional Pengelolaan Sampah di Permukiman ................................................. 3
B. Operasional Pengelolaan Sampah di Perkotaan ...................................................... 6
C. Operasional Pengelolaan Sampah di Tempat Rekreasi ......................................... 16
D. Operasional Pengelolaan Sampah di Tempat Umum ............................................ 21
E. Operasional Pengelolaan Sampah di Fasilitas Kesehatan ....................................... 24
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 31
Kesimpulan ......................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampah adalah suatu benda atau bahan yang sudah tidak digunakan lagi oleh manusia
sehingga dibuang. Stigma masyarakat terkait sampah adalah semua sampah itu menjijikkan,
kotor, dan lain-lain sehingga harus dibakar atau dibuang sebagaimana mestinya (Mulasari,
2012). Segala aktivitas masyarakat selalu menimbulkan sampah. Hal ini tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah akan tetapi juga dari seluruh masyarakat untuk mengolah
sampah agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan sekitar (Hardiatmi, 2011).
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Berdasarkan SK SNI
tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri dari zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan dan
melindungi infestasi pembangunan (Subekti, 2009)..
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, menyebutkan bahwa
sampah merupakan permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat
bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
Pengolahan sampah melibatkan pemanfaatan dan penggunaan sarana dan prasarana antara
lain menempatkan sampah pada wadah yang sudah tersedia, proses pengumpulan sampah,
pemindahan, dan pengangkutan sampah, serta pengolahan sampah hingga pada proses
pembuangan akhir (Sahil, 2016).
Belum adanya perencanaan dalam pengolahan sampah mengakibatkan kurang
maksimalnya sistem pengolahan sampah. Selain itu, belum adanya tempat pengolahan
sampah menjadi permasalahan yang mendasari hal tersebut (Nilam, 2016). Beberapa faktor
yang mempengaruhi pengolahan sampah yang dianggap sebagai penghambat sistem adalah
penyebaran dan kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan karakteristik lingkungan fisik,
sikap, perilaku serta budaya yang ada di masyarakat (Sahil, 2016).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 3 tahun 2013,
tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat dimana sebelum sampah diangkut untuk

1
dilakukan pendauran ulang, pengolahan dan tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat
pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat pelaksanaan kegiatan pengumpulan,
pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir.

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah adalah sarana fisik yang digunakan untuk
kegiatan pengumpulan dan pengelolaan sampah. Tempat Pemrosesan Akhir merupakan
wilayah yang disediakan untuk membuang sampah, kemudian diolah lebih lanjut agar tidak
berdampak pada pencemaran lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana operasional pengelolaan sampah di permukiman?
2. Bagaimana operasional pengelolaan sampah di perkotaan?
3. Bagaimana operasional pengelolaan sampah di tempat rekreasi?
4. Bagaimana operasional pengelolaan sampah di tempat umum?
5. Bagaimana operasional pengelolaan sampah di fasilitas kesehatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui operasional pengelolaan sampah di permukiman?
2. Mengetahui operasional pengelolaan sampah di perkotaan?
3. Mengetahui operasional pengelolaan sampah di tempat rekreasi?
4. Mengetahui operasional pengelolaan sampah di tempat umum?
5. Mengetahui operasional pengelolaan sampah di fasilitas kesehatan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Operasional Pengelolaan Sampah di Permukiman


Pengelola di permukiman harus berfokus pada peningkatan kinerja institusi pengelola
sampah, dan perkuatan fungsi regulator dan operator. Sasaran yang harus dicapai adalah
sistem dan institusi yang mampu sepenuhnya mengelola dan melayani persampahan di
lingkungan dengan mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan retribusi atau
iuran serta semaksimal mungkin melaksanakan konsep 3 R di sumber.
1. Jumlah sampah yang akan dikelola
Jumlah sampah dihitung berdasarkan :
a. jumlah penduduk
b. sumber sampah yang ada di lingkungan permukiman, seperti :
1) toko/pasar kecil;
2) sekolah;
3) rumah sakit kecil /klinik kesehatan;
4) jalan/saluran;
5) taman;
6) tempat ibadah;
7) dan lain-lain.
c. Besaran timbulan sampah untuk masing-masing sumber sampah
2. Klasifikasi pengelolaan
Klasifikasi pengelolaan berdasarkan lingkungan permukiman yang ada yaitu :
a. 1 Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk 150 – 250 jiwa ( 30 – 50 rumah)
b. 1 Rukun Warga : 2.500 jiwa (± 500 rumah)
c. 1 kelurahan : 30.000 jiwa penduduk (± 6.000 rumah)
d. 1 kecamatan : 120.000 jiwa (± 24.000 rumah)
3. Teknis Operasional
Secara garis besar teknis operasional pengelolaan sampah dapat digambarkan
sebagai berikut :

3
Gambar 1. Teknis operasional pengelolaan sampah
4. Pola operasional
Faktor penentu dalam memilih teknik operasional yang akan diterapkan adalah
kondisi topografi dan lingkungan daerah pelayanan, kondisi sosial, ekonomi,
partisipasi masyarakat, jumlah dan jenis timbulan sampah.
Pola operasional dilaksanakan sebagai berikut :
a. pewadahan terdiri dari :
1) pewadahan individual dan atau;
2) pewadahan komunal
b. jumlah wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk memilah jenis sampah
mulai di sumber yaitu :

4
1) wadah sampah organik untuk mewadahi sampah sisa sayuran, sisa
makanan, kulit buah-buahan, dan daun-daunan menggunakan wadah
dengan warna gelap;
2) wadah sampah anorganik untuk mewadahi sampah jenis kertas, kardus,
botol, kaca, plastik, dan lain-lain menggunakan wadah warna terang.
c. pengumpulan terdiri dari :
1) pola invidual tidak langsung dari rumah ke rumah;
2) pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas umum ;
3) pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial;
4) pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat.
d. pengolahan dan daur ulang sampah di sumber dan di TPS berupa :
1) pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah anorganik ,
sesuai dengan tipe rumah atau luas halaman yang ada
2) pengomposan skala lingkungan di TPS
3) daur ulang sampah anorganik di TPS
Pengelolaan sampah di TPS/TPS Terpadu dilakukan sebagai berikut :
1) pilah sampah organik dan an organik
2) lakukan pengomposan sampah organik skala lingkungan
3) pilah sampah anorganik sesuai jenisnya yaitu :
a) sampah anorganik yang dapat didaur ulang, misalnya membuat
barang kerajinan dari sampah, membuat kertas daur ulang, membuat
pellet plastik dari sampah kantong plastik keresek, dan atau
b) sampah lapak yang dapat dijual seperti kertas, kardus, plastik,
gelas/kaca, logam dan lainnya dikemas sesuai jenisnya
c) sampah B3 rumah tangga
d) residu sampah
4) jual sampah bernilai ekonomis ke bandar yang telah disepakati
5) kelola sampah B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku
6) kumpulkan residu sampah ke dalam container untuk diangkut ke TPA
sampah.
e. pemindahan sampah dilakukan di TPS atau TPS Terpadu dan di lokasi wadah

5
sampah komunal
f. pengangkutan dari TPS atau TPS Terpadu atau wadah komunal ke TPA
frekwensinya dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada. Pengangkutan
sampah residu dari TPS/TPS Terpadu ke TPA dilakukan bila container telah
penuh dan sesuai dengan jadwal pengangkutan yang telah dikonfirmasikan
dengan pengelola sampah kota.
B. Operasional Pengelolaan Sampah di Perkotaan
Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan
sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan
pemilahan sejak dari sumbernya. Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah
perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan, teknik operasional di mulai dari :
1. Pewadahan sampah
a. Pola pewadahan
Melakukan pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah
terpilah, yaitu:
1) Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan dengan wadah warna gelap
2) Sampah an organik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan
wadah warna terang
3) Sampah bahan barbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3),
dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua
ketentuan yang berlaku
Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalarn individual dan komunal.
Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual
maupun komunal sesuai dengan pengelompokan pengelolaan sampah.
b. Kriteria Lokasi dan Penempatan Wadah
Lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut :
1) Wadah individual ditempatkan :
a) di halarnan muka
b) di halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel
restoran;

6
2) Wadah komunal ditempatkan :
a) sedekat mungkin dengan sumber sampah,
b) tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum
lainnya,
c) di luar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang rnudah
untuk pengoperasiannya;
d) di ujung gang kecil;
e) di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah
sampah pejalan kaki); untuk pejalan kaki minimal 100 m
f) Jarak antar wadah sampah.
c. Persyaratan bahan wadah
1) Persyaratan bahan adalah sebagai berikut:
2) tidak mudah rusak dan kedap air
3) ekonomis, mudah diperoleh dibuat oleh masyarakat
4) mudah dikosongkan
d. Penentuan ukuran wadah
Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan:
1) jumlah peaghuni tiap rumah;
2) timbulan sampah;
3) frekuensi pengambilan sampah
4) cara pemindahan sampah
5) sistem pelayanan (individual atau komunal);
e. Pengadaan wadah sampah
Pengadaan wadah sampah untuk
1) wadah untuk sampah individual oleh pribadi atau Instansi atau
pengelola
2) wadah sampah komunal oleh Instansi pengelola.
2. Pengumpulan sampah
Pengumpulan terdiri dari :
a. pola invidual tidak langsung dari rumah ke rumah;
b.pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas umum ;

7
c. pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial;
d.pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat.
Pola pengumpulan sampah terdiri dari :
a. pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut
1) kondisi topografi bergelombang (> 15-40%) , hanya alat
pengumpul mesin yang dapat beroperasi;
2) kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai
jalan lainnya; (3) kondisi dan jumlah alat memadai;
3) jumlah timbunan sampah > 0,3 m3/hari; bagi penghuni yang
berlokasi di jalan protokol.
b. pola individual tidak langsung dengan persyaratan sebagai berikut
1) bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif;
2) lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;
3) bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat
menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak);
4) alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung;
5) kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa
mengganggu pemakai jalan lainnya; rate
6) harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.
c. pola komunal langsung dengan persyaratan sebagai berikut :
1) bila alat angkut terbatas;
2) bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif
rendah;
3) alat pengumpul sulit menjangkau sumber-surnber sampah
individual (kondisi daerah berbukit, gang /jalan sempit);
4) peran serta masyarakat tinggi;
5) wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi
yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk);
6) untuk permukiman tidak teratur,
d. pola komunal tidak langsung dengan persyaratan berikut :
1) peran serta masyarakat tinggi;

8
2) wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi
yang mudah dijangkau alat pengumpul;
3) lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;
4) bagai kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%), dapat
mengunakan alat. pengumpul non mesin (gerobak, becak) bagi
kondisi topografi > 5% dapat menggunakan cara lain seperti
pikulan, kontainer kecil beroda dan karung;
5) lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu
pemakai jalan lainnya;
6) harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.
e. pola penyapuan jalan dengan persyaratan sebagai berikut :
1) juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah
pelayanan(diperkeras, tanah, lapangan rumput dll.);
2) penanganan penyapuan jalan untu'.: setiap daerah berbe.da
tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani,
3) pengumpulan, sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi
pemindahan untuk kemudian diangkut keTPA;
4) pengendalian personel dan peralatan harus baik.
3. Pemindahan sampah
a. Lokasi Pemindahan
Lokasi pemindahan adalah sebagai berikut
1) harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan
pengangkut sampah ;
2) tidak jauh dari sumber sampah;
3) berdasarkan tipe, lokasi pemindahan terdiri dari :
a) terpusat ( transfer depo tipe I)
b) tersebar ( transfer depo tipe II atau III )
4) jarak antara transfer depo untuk tipe T dan II adalah (1,0 -- 1,5 )
km.
b. Pemilahan
Pemilahan di lokasi pemindahan dapat dilakukan dengan cara manual

9
oleh petugas kebersihan dan atau masyarakat yang berminat, sebelum
dipindahkan ke alat pengangkut sampah.
c. Cara Pemindahan
Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut :
1) manual;
2) mekanis;
3) gabungan manual dan mekanis, pangisian kontainer dilakukan secara
manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pcngangkutan kontainer ke
atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).
4. Pengangkutan sampah
a. Pola Pengangkutan
1) Pengangkutan sampah dengai sistem pengumpulan individual langsung
(door to door)

Gambar 2 sistem pengumpulan individual langsung

a) truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama
untuk mengambil sampah;
b) selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah
berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya;
c) selanjutnya diangkut ke TPA sampah ;
d) setelah pengosongan di TPA , truk menuju ke lokasi surnber sampah
berikutnya, sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.

2) Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo type I


dan II

10
Gambar 3 sistem pemindahan di transfer depo type I dan II

a) kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju


lokasi pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke
TPA;
b) dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk
pengambilan pada rit berikutnya;
untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer (transfer
tipe III), pola pengangkutan adalah sebagai berikut
(1) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan container cara 1

Gambar 4 sistem pengosongan container cara 1

 kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk


mengangkut sampah ke TPA;
 kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;
 menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA;

11
 kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;
 demikian seterusnya sampai rit terakhir.
(2) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 2

Gambar 5 sistem pengosongan kontainer cara 2

 kendaraan dari pool menuju container isi pertama untuk


mengangkat sampah ke TPA;
 dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong
menuju lokasi ke dua untuk menurunkan kontainer kosong
dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA;
 demikian seterusnya sampai pada rit terakhir,
 pada rit terakhir dcngan kontainer kosong, dari TPA menuju
ke lokasi kontainer pertama, kemudian truk kembali ke Pool
tanpa Kontainer.
 sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu (mis. :
pengambilan pada jam tertentu, atau mengurangi kemacetan
lalu lintas)
(3) Pola pengangkutan sampah dengan sistem pengosongan
kontainer cara 3

12
Gambar 6 sistem pengosongan kontainer cara 3
 kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kososng
menuju ke Iokasi kontainer isi untuk mengganti /mengambil
dan langsung rnembawanya ke TPA:,
 kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA
menuju ke kontainer isi berikutnya;
 demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir.
(4) Pola pengangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap
biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk
pemadat atau dump truk atau trek biasa

Gambar 7 sistem kontainer tetap

 kendaran dari pool menuju kontainer pertama, sampah


dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan
kembali kontainer yang kosong;
 kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk
penuh, untuk kemudian langsung ke TPA;
 demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir
b. Pengangkutan Sampah Hasil Pemilahan
Pengangkutan sampah kering yang bernilai ekonomi dilakukan sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati.
c. Peralatan Pengangkut Alat pengangkut sampah adalah:
1) persyaratan alat pengangkut yaitu :
a) alat pengangkut sampah harus dilengkapi :dengan penutup
sampah, minimal dengan jaring;
b) tinggi bak maksimum 1,6 rn:

13
c) sebaiknya ada alat ungkit;
d) kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui;
e) bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air
sampah.
2) jenis peralatan dapat berupa :
a) truk (ukuran besar atau kecil)
b) dump truk/tipper truk;
c) armroll truk;
d) truk pemadat;
e) truck dengan crane;
f) mobil penyapu jalan;
g) truk gandengan.
d. Pengolahan dan pemilahan sampah
Teknik-teknik pengolahan sampah dapat berupa :
1) pengomposan :
a) berdasarkan kapasitas (individual, komunal, skala lingkungan)
b) berdasarkan proses (alami, biologis dengan cacing, biologis
dengan mikro organisme, tambahan ).
2) Insinerasi yang berwawasan lingkungan
3) daur ulang
a) sampah anorganik disesuaikan dengan jenis sampah
b) menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan
ternak;
4) pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan;
5) biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah).
Rincian masing-masing Teknik Pengolahan Sampah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
e. Pembuangan akhir sampah
1) Persyaratan
Pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan
hokum, ketentuan perundangundangan mengenai pengelolaan

14
lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan, ketertiban
umum, kebersihan kota/lingkungan, peraturan daerah tentang
pengelolaan sampah dan perencanaan tata ruang kota serta peraturan –
peraturan pelaksanaannya.
Kelayakan lokasi TPA ditentukan berdasarkan:
a) Kriteria regional digunakan untuk menentukan kelayakan zone
meliputi kondisi geologi, hidrogeologi, kemiringan tanah, jarak dari
lapangan terbang, cagar alam banjir dengan periode 25 tahun.
b) Kriteria penyisih digunakan untuk memilih lokasi terbaik sebagai
tambahan meliputi iklim, utilitas, lingkungan biologis, kondisi tanah ,
demografi, batas administrasi, kebisingan, bau, estetika dan ekonomi.
c) Kriteria penetapan digunakan oleh instansi berwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai kebijakan setempat.
2) Metode Pembuangan Akhir Sampah Kota
Metode pembuangan akhir sampah kota dapat dlakukan sebagai berikut
:
a) penimbunan terkendali termasuk pengolahan lindi dan gas;
b) lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas;
c) metode penimbunan sampah untuk daerah pasang surut dengan
sistem kolam (an acrob, fakultatif, maturasi).
Rincian masing-masing metode pembuangan akhir sampah kota sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
3) Peralatan Peralatan dan perlengkapan yang digunakan di TPA sampah
sebagai berikut:
a) buldoser untuk perataan, pengurugan dan pemadatan;
b) crawl / track dozer untuk pemadatan pada tanah !unak:
c) wheel dozer untuk perataan, pengurugan;
d) loader dan powershowel untuk penggalian, perataan, pengurugan
dan pemadatan;
e) dragline untuk penggalian dan pengurugan,
f) scraper untuk pengurugan tanah dan perataan;

15
g) kompaktor (Iandfril compactor) untuk pemadatan timbunan sampah
pada lokasi dalam,
h) jenis peralatan di tempat pembuangan akhir
C. Operasional Pengelolaan Sampah di Tempat Rekreasi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan bekesinambungan yang meliputi pengurangan dan penangan sampah.
Menurut Rizal (2011), pengelolaan persampahan yang baik merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang mencakup pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan, dan
pembuangannya. Setiap kegiatan tersebut berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan
saling berhubungan timbal balik.
Tujuan pengelolaan sampah menurut Ogwueleka (2009) adalah meningkatkan
kualitas lingkungan, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, menjaga
kesehatan lingkungan, dan mendukung efisiensi dan produktivitas ekonomi. Sistem
pengelolaan sampah adalah mencegah timbulan dan memanfaatkan sampah secara
maksimal serta serta menekan dampak negatif sekecil-kecilnya dari aktivitas
pengelolaan sampah (Kurniaty, 2011).
Gambar 8. Skema teknik operasional

Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan, yakni sebagai
berikut:

1. Kepadatan dan penyebaran penduduk.

16
2. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.
3. Timbulan dan karakteristik sampah.
4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat.
5. Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah.
6. Rencana tata ruang dan pengembangan kota.
7. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir
sampah.
8. Biaya yang tersedia untuk pengelolaan sampah.
9. Peraturan daerah setempat.

Terdapat dua macam pengelolaan sampah, yaitu pengelolaan atau penanganan


sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu lingkungan
permukiman atau kota. Penanganan setempat adalah penanganan yang dilaksanakan
sendiri oleh penghasil sampah. Sedangkan pengelolaan secara terpusat, khususnya dalam
teknis operasional, adalah suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang
terkoordinasi (Rizal, 2011).

1. Pewadahan

Berdasarkan publikasi United Nations Environment Programme berjudul Solid Waste


Management Volume I, beberapa permasalahan terkait pewadahan dan pengumpulan
sampah di negara berkembang adalah sebagai berikut:

a. Tempat sampah komunal yang terbuka dan ilegal, menimbulkan bau, menjadi
sarang lalat dan tikus.
b. Metode pengumpulan secara manual menyebabkan petugas sering mengalami
kontak langsung dengan kotoran.
c. Tempat dan alat pengangkut sampah jumlahnya terbatas dan kondisi rusak karena
kurangnya pemeliharaan.
Berdasarkan SNI 19-2454-2002, pewadahan sampah adalah aktivitas menampung
sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah.
Pewadahan sampah disesuaikan dengan jenis sampah yang telah dipilah, yakni:

17
a. Sampah organik seperti daun, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan,
dengan wadah warna gelap.
b. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dengan wadah warna terang.
c. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) rumah tangga, dengan warna
merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku.
Pola pewadahan dapat sampah dapat dibagi secara individual dan komunal.
Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun
komunal sesuai dengan pengelompokkan pengelolaan sampah. Permasalahan utama dari
pengelolaan sampah perkotaan adalah kurangnya pemilahan sampah domestik pada
sumber sampah. Setelah tahap pemilahan sampah di sumber sampah, maka sampah dapat
diangkut menuju tempat pengumpulan. Pemilahan sampah pada sumber sampah dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni sampah organik, sampah yang dapat didaur
ulang, dan residu. Pada daerah pedesaan, sampah organik dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan kompos (Feo & Gisi dkk., 2010).
2. Pemilahan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012,
pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokkan sampah menjadi paling sedikit
lima jenis sampah yang terdiri atas:
a. Sampah yang mengandung B3 serta limbah B3.
b. Sampah yang mudah terurai.
c. Sampah yang dapat digunakan kembali.
d. Sampah yang dapat didaur ulang.
e. Sampah lainnya.
Pemilahan merupakan salah satu metode dalam pengelolaan sampah yang
merupakan proses pembagian sampah menjadi unsur-unsur sampah, seperti kertas,
karton, logam, kain, sayur, plastik atau karet. Material-material tersebut dapat diproses
atau dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar, pupuk, atau sebagai material penutup
tanah. Pemilahan dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis. Pemilahan
secara mekanis dapat menggunakan conveyor (Ojolo dkk., 2011).
3. Pengumpulan

18
Menurut Garbage and Recycling Collection Standards and Guidelines – Public
Works Department, City of Phoenix (2007), terdapat dua kategori pengumpulan sampah,
yakni pengumpulan sampah secara individual dan terpusat. Pengumpulan secara
individual merupakan metode pengumpulan yang cocok digunakan dengan tujuan
meningkatkan proses pemilahan dan daur ulang sampah pada sumber sampah.
Pengumpulan sampah terpusat yakni pengumpulan yang memerlukan akses untuk
kemudahan mobilitas kendaraan pengangkut sampah. Sistem pengumpulan terpusat
cocok digunakan pada daerah yang padat penduduk. Beberapa pola pengumpulan sampah
menurut Oloruntade dkk., (2013), yaitu pengumpulan dari rumah ke rumah, pengumpulan
dari tempat sampah di pinggir jalan, penyapuan jalan, kegiatan industri rumah tangga.
Semua sampah kemudian dikumpulkan pada satu lokasi dan diangkut oleh kendaraan
pengangkut sampah.
4. Tempat Penampungan Sementara
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 81 tahun 2012,
tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah diangkut ke
tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu
(TPST). Menurut SNI 19-3242-1994, TPS merupakan tempat pemindahan sampah dari
alat pengumpul ke alat pengangkut. Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tipe pemindahan
(transfer) sampah yang ditinjau dari segi luas lahan, fungsi, dan daerah pemakai. TPS
dapat bersifat permanen atau non permanen.
5. Kegiatan Wisata yang Menimbulkan Sampah
Berdasarkan publikasi PBB berjudul A Manual for Water and Waste
Management: What the Tourism Industry Can Do to Improve It’s Perfomance (Anonim,
2003), beberapa kegiatan pariwisata yang dapat menimbulkan sampah, adalah sebagai
berikut:
a. Sektor akomodasi (Hotel atau penginapan). Sampah yang dihasilkan dari
sector akomodasi penginapan meliputi:
1) Koran bekas dan majalah
2) Sisa pembersihan kamar oleh petugas kebersihan
3) Tanaman dan bunga di ruangan
4) Kemasan makanan, pasta gigi, sabun, dan produk lainnya.

19
5) Bekas peralatan mandi para wisatawan.
6) Cat, sisa perbaikan fasilitas kamar.
b. Pelayanan makanan dan minuman.
Sampah yang dihasilkan dari pelayanan makanan dan minuman adalah
sebagai berikut:
1) Botol, kaleng, gelas bekas.
2) Sisa makanan.
3) Produk-produk bahan makanan.
4) Bekas peralatan-peralatan makan dan minum, seperti sedotan,
tusuk gigi, dan tisu.
5) Bekas peralatan dapur.
c. Lapangan terbuka (lapangan golf atau taman).
Sampah yang dihasilkan dari aktivitas di lapangan terbuka, seperti golf
dan taman adalah sebagai berikut:
1) Hiasan tanaman
2) Kemasan botol atau plastik bekas pestisida dan pupuk.

D. Operasional Pengelolaan Sampah di Sanitasi Tempat Umum


Penanganan sampah di tempat umum meliputi kegiatan:
1 Pemilahan adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan
jenis.
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mudah terurai;
c. sampah yang dapat digunakan kembali;
d. sampah yang dapat didaur ulang; dan
e. sampah lainnya.
2 Pewadahan adalah kegiatan menampung sampah sementara dalam suatu wadah
individual atau komunal di tempat sumber sampah dengan mempertimbangkan jenis-
jenis sampah.
Jenis sarana pewadahan berupa pewadahan:
a. individual dapat berupa bin atau wadah lain yang memenuhi persyaratan

20
b. komunal dapat berupa TPS.
3 Pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari sumber
sampah ke penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R.
Pengumpulan sampah tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan
pewadahan.
a. Pengumpulan sampah meliputi pola:
1) individual langsung;
2) individual tidak langsung;
3) komunal langsung;
4) komunal tidak langsung; dan
5) penyapuan jalan.
b. Jenis sarana pengumpulan sampah dapat berupa:
1) motor sampah;
2) gerobak sampah; dan/atau
3) sepeda sampah.
c. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dalam melakukan
pengumpulan sampah wajib menyediakan:
1) TPS;
2) TPS 3R; dan/atau
3) alat pengumpul untuk sampah terpilah.
4 Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat
penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat
pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor yang didesain untuk
mengangkut sampah.
1) Pola pengangkutan sampah terdiri atas:
1) pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan langsung dari sumber
menuju TPA dengan syarat sumber sampah lebih besar dari 300 liter/unit
serta topografi daerah pelayanan yang tidak memungkinkan penggunaan
gerobak; dan
2) pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di TPS dan/atau TPS

21
3R.
2) Sarana pengangkutan sampah dapat berupa:
1) dump truck/tipper truck;
2) armroll truck;
3) compactor truck;
4) street sweeper vehicle; dan
5) trailer.
3) Rute pengangkutan sampah harus memperhatikan:
1) peraturan lalu lintas;
2) kondisi lalu lintas;
3) pekerja, ukuran dan tipe alat angkut;
4) timbulan sampah yang diangkut; dan
5) pola pengangkutan.
5 Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau jumlah
sampah.
b. Pengolahan sampah meliputi kegiatan:
1) Pemadatan.
2) pengomposan;
3) daur ulang materi; dan
4) mengubah sampah menjadi sumber energi.
c. Pengolahan sampah mempertimbangkan:
1) karakteristik sampah;
2) teknologi pengolahan yang ramah lingkungan;
3) keselamatan kerja; dan
4) kondisi sosial masyarakat.
6 Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk
memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan.
Pemrosesan akhir sampah dilakukan di TPA, meliputi kegiatan:
a. penimbunan/pemadatan sampah dilakukan dengan alat berat untuk mencapai
kepadatan sampah minimal 600 kg/m3 dengan kemiringan timbunan sampah
maksimum 300

22
b. Penutupan sampah) dengan menggunakan tanah dan/atau material lainnya yang
dapat meloloskan air. Penutupan sampah dilakukan sekurang-kurangnya setiap
tujuh hari untuk metode lahan urug terkendali dan setiap hari untuk metode
lahan urug saniter.
c. pengolahan lindi dilakukan dengan proses biologis, fisik, kimia dan/atau
gabungan dari proses biologis, fisik dan kimia.
d. penanganan gas harus dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi efek gas
rumah kaca dengan cara :
1) gas yang dihasilkan selama proses dekomposisi di TPA tidak
diperkenankan dialirkan ke udara terbuka; dan
2) menggunakan perpipaan gas vertikal dan/atau horizontal yang berfungsi
mengalirkan gas yang terkumpul untuk kemudian dibakar atau
dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Pemrosesan akhir sampah di TPA harus memperhatikan :
a. Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah sejenis
sampah rumah tangga, dan residu;
b. Limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:
1) limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga;
2) limbah yang berkatagori bahan berbahaya dan beracun sesuai peraturan
perundang-undangan; dan
3) limbah medis dari pelayanan kesehatan.
c. Residu sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak berkategori bahan berbahaya
dan beracun atau mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
d. Dalam hal terdapat sampah yang berkategori bahan berbahaya dan beracun atau
mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun di TPA harus disimpan di
tempat penyimpanan sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun; dan
e. Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA.
TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendauran ulang, pengomposan, dan atau gas bio.
E. Operasional Pengelolaan Sampah di Fasilitas Kesehatan
Sampah di fasilitas kesehatan berupa limbah padat domestik dan limbah bahan

23
berbahaya dan beracun.
1. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Padat Domestik
Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Padat Domestik Pengamanan limbah
padat domestik adalah upaya penanganan limbah padat domestik di rumah sakit yang
memenuhi standar untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan, kenyamanan dan
keindahan yang ditimbulkan. Untuk menjamin pengelolaan limbah padat domestik
dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan penyelenggaraan sebagai berikut:
a. Tahap Pewadahan
1) Melakukan upaya pewadahan yang berbeda antara limbah organik dan an
organik mulai di ruangan sumber.
2) Menyediakan tong sampah dengan jumlah dan volume yang memadai
pada setiap ruangan yang terdapat aktivitas pasien, pengunjung dan
karyawan.
3) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 1 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit dan binatang pembawa
penyakit.
4) Penempatan tong sampah harus dilokasi yang aman dan strategis baik di
ruangan indoor, semi indoor dan lingkungan outdoor, dengan jumlah dan
jarak penempatan yang memadai. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk
setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan. Upayakan di area umum
tersedia tong sampah terpilah oganik dan an organik.
5) Tong sampah dilakukan program pembersihan menggunakan air dan
desinfektan secara regular.
6) Tong sampah yang sudah rusak dan tidak berfungsi, harus diganti dengan
tong sampah yang memenuhi persyaratan.
b. Tahap Pengangkutan
1) Limbah padat domestik di ruangan sumber dilakukan pengangkutan ke
Tempat Penyimpanan Sementara secara periodik menggunakan troli
khusus dan kondisi limbah rumah tangga masih tetap terbungkus kantong
plastik hitam.

24
2) Pengangkutan dilakukan pada jam tidak sibuk pagi dan sore dan tidak
melalui jalur/koridor yang padat pasien, pengunjung rumah sakit.
3) Troli pengangkut sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air
dan tidak berkarat permukaannya mudah dibersihkan, serta dilengkapi
penutup serta ditempel tulisan “troli pengangkut sampah rumah
tangga/domestik”.
4) Penentuan jalur pengangkutan sampah domestik ke Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) Limbah tidak melalui ruangan pelayanan atau ruang
kerja yang padat dengan pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit.
5) Apabila pengangkutan sampah domestik ke TPS melalui jalan terbuka,
maka pada saat terjadi hujan tidak dipaksakan dilakukan pengangkutan
ke TPS.
c. Tahap Penyimpanan di TPS
1) Waktu tinggal limbah dometik dalam TPS tidak boleh lebih dari 2 x 24
jam
2) limbah padat domestik yang telah di tempatkan di TPS dipastikan tetap
terbungkus kantong plastik warna hitam dan dilarang dilakukan
pembongkaran isinya.
3) Penanganan akhir limbah rumah tangga dapat dilakukan dengan
pengangkutan keluar menggunakan truk sampah milik rumah sakit atau
bekerja sama dengan pihak luar. Penanganan dapat juga dilakukan
dengan pemusnahan menggunakan insinerator yang dimiliki rumah sakit.
d. Pemilahan
1) Pemilahan dilaksanakan dengan memisahkan jenis limbah organik dan
limbah anorganik serta limbah yang bernilai ekonomis yang dapat
digunakan atau diolah kembali, seperti wadah/kemasan bekas berbahan
kardus, kertas, plastik dan lainnya dan dipastikan tidak mengandung
bahan berbahaya dan beracun
2) Pemilahan dilakukan dari awal dengan menyediakan tong sampah yang
berbeda sesuai dengan jenisnya dan dilapisi kantong plastik warna
bening/putih untuk limbah daur ulang di ruangan sumber.

25
3) Dilakukan pencatatan volume untuk jenis sampah organik dan anorganik,
sampah yang akan didaur ulang atau digunakan kembali.
4) Sampah yang bernilai ekonomis dikirim ke TPS terpisah dari sampah
organik maupun anorganik
5) Dilarang melakukan pengumpulan limbah yang dapat dimanfaatkan atau
diolah kembali hanya untuk keperluan sebagai bahan baku atau kemasan
pemalsuan produk barang tertentu oleh pihak luar.
6) Untuk limbah Padat domestik yang termasuk kategori limbah B3, maka
harus dipisahkan dan dilakukan penanganan sesuai dengan persyaratan
penanganan limbah B3.
e. Penyediaan Fasilitas Penanganan
1) Fasilitas penanganan limbah padat domestik yang utama meliputi tong
sampah, kereta pengangkutan, TPS khusus limbah padat domestik dan
fasilitas pengangkutan atau pemusnahan limbah dan fasilitas lainnya.
2) Penyediaan fasilitas tong dan kereta angkut sampah:
a) Jenis tong sampah dibedakan berdasarkan jenis limbah padat
domestik. Pembedaan tong sampah dapat menggunakan
perbedaan warna tong sampah, menempel tulisan/kode/simbol
atau gambar dibagian tutup atau di dinding luar badan tong
sampah atau di dinding ruangan dimana tong sampah diletakkan.
b) Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan,
dilengkapi penutup dan rapat serangga.
c) Jumlah dan volume setiap tong sampah dan kereta angkut yang
disediakan harus memadai dan sesuai dengan mempertimbangkan
volume produksi limbah yang dihasilkan di ruangan/area sumber
sampah.
d) Sistem buka-tutup penutup tong sampah menggunakan pedal kaki.
3) Penyediaan TPS limbah padat domestik memenuhi:
a) Lokasi TPS limbah padat domestik tempatkan di area service
(services area) dan jauh dari kegiatan pelayanan perawatan inap,
rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat, kamar operasi, dapur gizi,

26
kantin, laundry dan ruangan penting lainnya.
b) TPS dapat didesain dengan bentuk bangunan dengan ruang
tertutup dan semi terbuka, dengan dilengkapi penutup atap yang
kedap air hujan, ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup serta
penerangan yang memadai serta dapat ditempati kontainer
sampah.
c) TPS dibangun dengan dinding dan lantai dari bahan yang kuat,
kedap air, mudah dibersihkan.
d) TPS dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.
e) TPS dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
f) Papan nama TPS limbah padat domestik.
g) Keran air dengan tekanan cukup untuk pembersihan area TPS.
2. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah B3
a. Pewadahan limbah B3 diruangan sumber sebelum dibawa ke TPS Limbah
B3
1) Harus ditempatkan pada tempat/wadah khusus yang kuat dan anti karat
dan kedap air, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, dilengkapi
penutup, dilengkapi dengan simbol B3, dan diletakkan pada tempat yang
jauh dari jangkauan orang umum.
2) Limbah B3 di ruangan sumber yang diserahkan atau diambil petugas
limbah B3 rumah sakit untuk dibawa ke TPS limbah B3, harus
dilengkapi dengan berita acara penyerahan, yang minimal berisi hari dan
tanggal penyerahan, asal limbah (lokasi sumber), jenis limbah B3,
bentuk limbah B3, volume limbah B3 dan cara pewadahan/pengemasan
limbah B3.
b. Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS limbah B3
1) Harus menggunakan kereta angkut khusus berbahan kedap air, mudah
dibersihkan, dilengkapi penutup, tahan karat dan bocor.
Pengangkutan limbah tersebut menggunakan jalur (jalan) khusus
yang jauh dari kepadatan orang di ruangan rumah sakit.
2) Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS dilakukan oleh

27
petugas yang sudah mendapatkan pelatihan penanganan limbah B3
dan petugas harus menggunakan pakaian dan alat pelindung diri yang
memadai.
c. Pengurangan dan pemilahan limbah B3 dilakukan dengan cara:
Upaya pengurangan dan pemilahan limbah B3 harus dilengkapi dengan
SPO dan dapat dilakukan pemutakhiran secara berkala dan
berkesinambungan.
1) Pengurangan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan dengan cara antara
lain:
a) Menghindari penggunaan material yang mengandung Bahan
Berbahaya dan Beracun apabila terdapat pilihan yang lain.
b) Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau
material yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan
dan/atau pencemaran terhadap lingkungan.
c) Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia
dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan
dan kedaluwarsa, contohnya menerapkan prinsip first in first out
(FIFO) atau first expired first out (FEFO).
d) Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan sesuai jadwal.
2) Pemilahan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan di TPS limbah B3
dengan cara antara lain:
a) Memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau
karakteristik Limbah B3.
b) Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3. Wadah
Limbah B3 dilengkapi dengan palet.
d. Penyimpanan sementara limbah B3 dilakukan dengan cara
1) Cara penyimpanan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan
dapat dilakukan pemutakhiran/revisi bila diperlukan.
2) Penyimpanan sementara limbah B3 dirumah sakit harus ditempatkan
di TPS

28
3) Limbah B3 sebelum dilakukan pengangkutan, pengolahan dan atau
penimbunan limbah B3.
4) Penyimpanan limbah B3 menggunakan wadah/tempat/kontainer
limbah B3 dengan desain dan bahan sesuai kelompok atau
karakteristik limbah B3.
5) Penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah
sesuai karakteristik Limbah B3. Warna kemasan dan/atau wadah
limbah B3 tersebut adalah:
(a) Merah, untuk limbah radioaktif;
(b) Kuning, untuk limbah infeksius dan limbah patologis;Ungu,
untuk limbah sitotoksik; dan
(c) Cokelat, untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau
sisa kemasan, dan limbah farmasi.
6) Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau
wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3. Simbol pada
kemasan dan/atau wadah Limbah B3 tersebut adalah:
(a) Radioaktif, untuk Limbah radioaktif;
(b) Infeksius, untuk Limbah infeksius; dan
(c) Sitotoksik, untuk Limbah sitotoksik.
(d) Toksik/flammable/campuran/sesuai dengan bahayanya untuk
limbah bahan kimia.
e. Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan cara:
1) Pengangkutan limbah B3 keluar rumah sakit dilaksanakan apabila
tahap pengolahan limbah B3 diserahkan kepada pihak pengolah atau
penimbun limbah B3 dengan pengangkutan menggunakan jasa
pengangkutan limbah B3 (transporter limbah B3).
2) Cara pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan
dapat dilakukan pemutakhiran secara berkala dan berkesinambungan.
3) Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian
kerjasama secara three parted yang ditandatangani oleh pimpinan dari
pihak rumah sakit, pihak pengangkut limbah B3 dan pengolah atau

29
penimbun limbah B3.
f. Pengolahan limbah B3 memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Pengolahan secara internal dilakukan di lingkungan rumah sakit
dengan menggunakan alat insinerator atau alat pengolah limbah B3
lainnya yang disediakan sendiri oleh pihak rumah sakit (on-site)
2) Pengolahan secara eksternal dilakukan melalui kerja sama dengan
pihak pengolah atau penimbun limbah B3 yang telah memiliki ijin.

30
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pengolahan sampah melibatkan pemanfaatan dan penggunaan sarana dan prasarana
antara lain menempatkan sampah pada wadah yang sudah tersedia, proses pengumpulan
sampah, pemindahan, dan pengangkutan sampah, serta pengolahan sampah hingga pada
proses pembuangan akhir. Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
dan bekesinambungan yang meliputi pengurangan dan penangan sampah. Pengelolaan
persampahan yang baik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup pengumpulan,
pengangkutan, pengelolaan, dan pembuangannya.
Teknik operasional pengelolaan sampah yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai
dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan
sejak dari sumbernya. Pemilahan adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan
sampah sesuai dengan jenis. Penanganan sampah meliputi kegiatan:
1. Pemilahan adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan
jenis.
2. Pewadahan adalah kegiatan menampung sampah sementara dalam suatu wadah
individual atau komunal di tempat sumber sampah dengan mempertimbangkan jenis-
jenis sampah
3. Pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari sumber
sampah ke penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah dengan prinsip
3R.
4. Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat
penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat
pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor yang didesain untuk
mengangkut sampah.
5. Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau jumlah
sampah.
6. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk
memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Kementerian Pekerjaan Umum. (2013). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
3/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Made, I. 2014. Perencanaan Pengelolaan Sampah di Obyek Wisata Eks Pelabuhan Bulelelng,
Kabupaten Buleleng. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institusi Teknologi Sepuluh
November.
Permenkes RI No. 07 tahun 2019, Peraturan Kesehtan RI Nomor 07 tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Sahil J et al. (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah di Kelurahan
DufaDufa Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi volume 4 nomor 2. ISSN: 2301-4678/
media.neliti.com
Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan.
Standar Nasional Indonesia 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran
Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Standar Nasional Indonesia 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman

Anda mungkin juga menyukai