Anda di halaman 1dari 22

Komunikasi Verbal – Non verbal , Beserta Definisi, Struktur, dan

Analisis Jaringan Komunikasi

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Yuriza Rabbani 215040101111070


2. Ensica Anggyta Br Sembiring 215040101111071
3. Asti Alliyatun Nikmah 215040101111074
4. Sekar Nabilah Rahmadiani 215040101111075
5. Safitri Nur Fadillah 215040101111076
6. Keiko Faiha Zhafira 215040101111077
7. Muhammad Wildan Ashabul Yamin 215040101111079
8. Kharismatul Aulia Muniro 215040101111080
9. Mutia Zakia Salma 215040101111081

Fakuktas Pertanian

Universitas Brawijaya

Malang

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberi
rahmat dan hidayatnya sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini
dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
kita baginda nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kami pada jalan
yang benar semoga kelak kita semua mendapat syafaatnya di hari akhir.
Sekali lagi kami mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
karenanya saya dapat menulis makalah yang berjudul “Komunikasi Verbal
– Nonverbal, beserta Definisi, Struktur, dan Analisis Jaringan Komunikasi ”
dengan baik sampai selesai. Diharapkan paper ini dapat menambahkan
wawasan terkiat bidang ilmu komunikasi pada para pembaca.
Kami sebagai kelompok 4, mengucapkan permohonan maaf apabila
dalam paper ini terdapat kesalahan penulisan maupun kesalahan yang
lain dikarenakan kami masih perlu untuk terus meningkatkan wawasan
terhadap bidang komunikasi ini.
Demikian yang bisa kami haturkan sebagai kata pengantar. Semoga
paper yang kami buat ini menjadi bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 9 september 2021

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemudahan melakukan aktivitas saat ini tentunya tidak terlepas dari kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang pesat sehingga
mempengaruhi masyarakat diseluruh penjuru dunia. Komunikasi saat ini tidak
hanya dilakukan dengan telepon dan surat menyurat, namun sudah beragam
seperti video call, whatsapp, instagram, maupun media lainnya. Media ini
memungkinkan antar individu dapat bertatap muka dan bertukar informasi
apapun. Dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat berkomunikasi dalam bentuk
apapun, secara verbal maupun non verbal.

Manusia merupakan mahkluk sosial yang tak dapat terlepas dari orang lain
dan lingkungan sekitarnya, satu-satunya cara untuk terhubung dengan orang lain
dan lingkungannya adalah dengan berkomunikasi. Manusia yang tidak pernah
berkomunikasi dengan manusia lainnya dipastikan ia akan ‘tersesat’, karena ia
tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial (Mulyana, 2007: 6).
Begitu juga dalam organisasi, melalui komunikasi yang baik suatu organisasi
dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Begitu pula sebaliknya apabila kurang
atau tidak adanya komunikasi dapat menyebabkan organisasi tidak akan berjalan
dengan baik. Dengan begitu, diperlukan suatu pola penyempaian informasi yang
teratur atau terstruktur dari pihak pengirim ke penerima yang disebut dengan
jaringan komunikasi, Jaringan komunikasi identik dengan keterhubungan di
antara dua aktor atau lebih. Studi jaringan komunikasi memberi penekanan pada
relasi antara satu aktor dengan aktor yang lain dalam struktur sosial tertentu. Dan
jika ada jaringan sudah tentu akan ada strukturnya. Struktur merupakan bentuk
atau gambaran dari suatu komunikasi yang terbentuk dalam jaringan komunikasi
itu sendiri.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui komunikasi verbal dan Komunikasi non verbal


2. Untuk mengetahui pengertian unsur-unsur komunikasi menurut
Lasswel
3. Untuk mengetahui pengertian unsur-unsur komunikasi menurut
Cangara
4. Untuk mengetahui pengertian unsur-unsur komunikasi menurut
Pratminingsih
5. Untuk mengetahui pengertian unsur-unsur komunikasi menurut
Onong Uchjana
6. Komponen-komponen komunikasi menurut Soenarno Sastroatmodjo
7. Untuk menyimpulkan unsur-unsur komunikasi

3
1.3 Manfaat

Dengan dibuat paper ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan atau
acuan bagi para pembaca dalam mempelajariKomunikasi verbal-nonverbal serta
struktur dan jaringan komunikasi. Selain itu diharapkan juga paper ini dapat
membuat pembaca bertambah ilmunya terkait tahapan-tahapan proses
komunikasi.

4
BAB II
ISI

2.1 Komunikasi Verbal dan Non Verbal


Dalam ilmu komunikasi, bentuk komunikasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Dari sini dapat kita ketahui dahwa
di setiap jenisnya memiliki definisi masing-masing.

2.1.1 Definisi Komunikasi Verbal


Komunikasi verbal sendiri merupakan sebuah bentuk komunikasi yang
dilakukan oleh kommunikator dengan cara lisan atau bisa juga tertulis, yang
kemudian disampaikan pada komunikan. Komunikasi dalam bentuk verbal ini
menempati porsi yang lebih besar daripada bentuk komunikasi lainnya seperti
nonverbal. Hal ini dikarenakan dalam bentuk komunikasi verbal, pesan dan
informasi lebih mudah disalurkan dan dipahami oleh kedua pelaku komunikasi
sehingga proses komunikasi berjalan dengan efektif.

Komunikasi verbal ini disampaikan dengan cara langsung maupun tidak


langsung. Jika secara langsung, maka pesan dari komunikator tersebut
disampaikan secara lisan baik dari jarak dekat maupun dari jarak jauh
menggunakan media telepon. Sedangkan jika secara tidak langsung, maka
pesan yang disampaikan pada komunikaan adalah berbentuk sebuah tulisan.
Tulisan ini dapat berupa sebuah surat, sms, gambar, grafik, dll.

2.1.2 Komponen Komunikasi Verbal


Berlangsungnya komunikasi verbal ini tidak lepas dari beberapa unsur yang
harus dipenuhi, antara lain :

1. Bahasa

Bahasa merupakan sebuah simbol dan sitem mengandung makna yang dapat
dibagikan pada orang lain. Dalam komunikasi verbal, bahasa yang dimaksudkan
adalah bahasa lisan, bahas tertulis, maupun bahasa dari suatu suku yang
mengandung interaksi satu sama lain.

Menurut Rahkmat (1994), definisi bahasa dibagi menjadi 2 yaitu fungsional dan
formal. Secara formal, bahasa adalah semua kalimat yang dapat terbayangkan
dan sesuai dengan peraturan tatabahasa yang dibuat. Sedangkan secara
funsional adalah sebuah alat yang dimiliki banyak orang untuk mengunkapkan
sebuah gagasan.

2. Keterbatasan bahasa

Keterbatasan bahasa adalah sebuah keterbatasan dalam penggunaan kata


untuk mewakili objek. Sebuah kata merujuk pada beberapa objek tertentu seperti
: benda, peristiwa, orang, perasaan, sifat, dll. Namun sebuah kata hanya
mewakili realitas, bersifat parsial yang tidak dapat menjelaskan sesuatu dengan
eksak.

5
Jika dirujuk pada pengertian komunikasi, yang menurut bahasa latin adalah
communis yang artinya sama. Maka keterbatasan bahasa disini maksudnya
adalah komunikasi akan terjadi jika satu sama lain memahami makna dari
kata/pesan yang disampaikan. Makna yang sama dapat kita dapatkan jika
komunikator dan komunikan memiliki sebuah kesamaan dan hubungan.
Hubungan tersebut dapat berupa kesamaan budaya, agama, pendidikan, dll.

3. Kata

Kata adalah unit simbol yang paling kecil dalam bahasa. Kata melambangkan
banyak hal dan memiliki makna yang berhubungan langsung dengan pikiran
seseorang.

Kata – kata biasanya mengandung dan terikat dengan konteks budaya.


Sehingga tidak mengherankan jika terdapat penggunaan kata yang berbeda dan
terkadang memiliki makna yang berbeda pula di masing masing daerahnya.

Kata – kata juga terkadang bersifat kontekstual dan ambigu. Bisa jadi satu kata
memiliki makna yang berbeda-beda jika disandingkan dengan kalimat lain.
Seperti halnya kata “kecil” contohnya : Harapan kecil saya, saya suka makan
permen saat masih kecil, bola itu kecil sekali. Dari sini dapat kita pahami bahwa
satu kata memiliki belum tentu bermakna sama. Makna dari sebuah kata dapat
kita lihat dari penggabungan dengan kata selanjutnya.

Selain dari unsur – unsur nya komunikasi verbal juga dibedakan menjadi
beberapa jenis, anara lain :

1. Berbicara dan menulis

Berbicara adalah salah satu bentu komunikasi verbal, biasa disebut dengan
verbal – vocal. Contohnya adalah komunikasi antar 2 orang, presentasi dalam
kelas,dll. Sedangkan menulis adalah komunikasi verbal dalam bentuk verbal –
nonvocal , diantara bentuk dari komunikasi verbal – nonvoval ini adalah surat
menyurat, pesan sms, dll.

2. Mendengarkan dan membaca

Dalam bentuk ini memang terlihat seperti melakukan kegiatan komunikasi


namun, dalam aspek mendengarkan dan membaca terdapat sebuah kesamaan
yaitu kedua kegiatan tersebut sama – sama sebuah kegiatan dalam memahami
kegiatan atau pesan. Jika mendengarkan, kita dituntut untuk memahami makna
dari sebuah pesan berbentuk audio. Sedangkan jika membaca, kita dituntut
untuk memahami makna dari pesan yang tertulis.

2.1.3 Karakteristik Komunikasi Verbal


Komunikasi verbal sendiri memiliki beberapa karakteristik tersendiri untuk
membedakan dengan komunikasi yang lainnya, diantara karakteristik komunikasi
verbal adalah sebagai berikut :

6
1. Jelas dan Ringkas.

Salah satu karakteristik dari komunikasi verbal adalah jelas dan ringkas.
Kata-kata yang digunakan umumnya sederhana, pendek, dan langsung.
Umumnya komunikasi verbal juga menggunakan tempo yang relatif lambat
dan menggunakan kata yang terbatas sehingga mudah dipahami dan
mengurangi resiko salah tafsir.

2. Perbendaharaan kata

Perbendaharaan kata cukup mempengaruhi keberhasilan dalam


komunikasi verbal. Kemampuan pengirim pesan untuk mengolah dan
menyampaikan pesan yang akan ia berikan juga merupakan kunci
keberhasilan dalam komunikasi verbal.

3. Arti konotatif dan denotatif

Yang dimaksud dengan konotatif adalah pikiran, perasaan, ide, maupun


makna yang terkandung dalam suatu kata yang mana bersifat kias.
Sedangkan denotatif adalah kata yang memiliki arti yang tidak kias dan
bersifat sebenarnya.

4. Intonasi

Intonasi memainkan peran yang cukup penting dalam proses komunikasi


verbal, dikarenakan dengan penggunaan intonasi yang tepat, maka pesan
yang disampaikan akan lebih meresap dan bisa lebih dipahami oleh
penerimanya. Intonasi dapat menyampaikan aspek emosional dalam suatu
pesan yang disampaikan.

5. Kecepatan berbicara

Terdapat makna dan pesan tersendiri yang termuat dalam kecepatan


bicara dan tempo bicara. Oleh karena itu, Kecepatan berbicara dan
penggunaan tempo yang tepat akan meningkatkan tingkat keberhasilan dan
keefektifan dari suatu proses komunikasi verbal.

6. Penggunaan humor

Humor dapat mempengaruhi keadaan emosional dalam suatu proses


komunikasi. Penggunaan humor yang tepat dapat memberikan dukungan
emosional dan menghilangkan ketegangan dalam suatu proses komunikasi
verbal.

2.2 Komunikasi NonVerbal

2.2.1 Definisi Komunikasi Non Verbal


Definisi komunikasi NonVerbal menurut para ahli :

7
1. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam buku Ilmu
Komuniksi oleh Riswandi, komunikasi non verbal mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi
yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu,
yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan
kata-kata.
2. Sedangkan menurut Daryanto,Rahardjo,M (2016:159) , Komunikasi non
verbal adalah pesan lisan atau bukan lisan yang dinyatakan melalui alat
lain diluar alat kebahasan.
3. Menurut Nurudin (2016:134) bahwa komunikasi non-verbal itu segala
bentuk komunikasi tanpa menggunakan lambang-lambang verbal, seperti
gerakan tangan,warna,eskpresi wajah dan lain-lain.
4. Lalu menurut Edward T.Hall mengartikan komunikasi non verbal sebagai
berikut : “Komunikasi non verbal adalah sebuah bahasa diam (silent
language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) karena pesan
non verbal yang tertanam dalam konteks komunikasi”.
5. Di sisi lain, menurut Frank EX Dance dan Carl E. Larson komunikasi
nonverbal adalah sebuah stimuli yang tidak bergantung pada isi simbolik
untuk memaknainya (a stimulus not dependent on symbolic content
meaning).

2.2.2 Fungsi Komunikasi NonVerbal :

Menurut Mark L. Knapp dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah menyebutkan


lima macam fungsi komunikasi nonverbal, yaitu:

1. Repitasi artinya mengulang kembali gagasan yang sudah dijelaskan


secara verbal. Misalnya, setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya
menggelengkan kepala berkali-kali.
2. Substitusi artinya menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya,
tanpa sepatah katapun Anda berkata, Anda dapat menunjukkan
persetujuan dengan mengangguk-angguk.
3. Kontradiksi artinya menolak pesan verbal atau memberikan makna yang
lain terhadap pesan verbal. Misalnya Anda memuji prestasi kawan Anda
dengan mencibirkan bibir Anda, “Hebat, kau memang hebat.”
4. Komplemen artinya melengkapi dan memperkaya makna pesan non
verbal. Misalnya, melambaikan tangan saat mengatakan selamat jalan
5. Aksentuasi artinya menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
Misalnya, Mahasiswa membereskan buku-bukunya atau melihat jam
tangan ketika jam kuliah berakhir atau akan berakhir, sehingga dosen
sadar diri dan akhirnya menutup kuliahnya.

Sedangkan menurut Simon Capper dalam Rimah (2007) Fungsi komunikasi


nonverbal ada lima kategori:

8
1. Fungsi Regulasi menjelaskan bahwa symbol nonverbal yang digunakan
mengisyaratkan bahwa proses komunikasi verbalsudah berakhir.
Dimaksudkan untuk membantu orang yang sedang mendengarkan ada
memberikan interpretasi yang tepat terhadap apa yang sedang
disampaikan secara verbal. Jadi fungsi regulasi bermanfaat untuk
mengatur pesan nonverbal secara seksama untuk meyakinkan orang lain
menginterpretasikan makna yang disampaikan secara verbal.
2. Fungsi interpersonal Dengan pesan nonverbal dapat meningkatkan relasi
yang sangat tinggi antara peserta komunikasi, antara lain untuk
meningkatkan simpati dan daya tarik terhadap lawan bicara.
3. Fungsi Emblematis Menerangkan bahwa pesan nonverbal dapat
disampaikan melalui isyarat-isyarat gerakan anggota tubuh terutama
tangan
4. Fungsi Ilustrasi Menerangkan bahwa pesan nonverbal digunakan untuk
mengidentifikasi ukuran,bentuk, jarak dan lain-lain.
5. Fungsi Adaptasi Untuk menyesuaikan berbagai pesan baik verbal
maupun nonverbal.

2.2.3 Klasifikasi komunikasi NonVerbal


Jalaludin Rakhmat dalam bukunya (1994) mengelompokkan pesan-pesan
nonverbal sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh


yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan
gestural, dan pesan postural.

1. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna


tertentu,berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat
menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna
kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,
kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers
(1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai
berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi
senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator
memandang objek penelitiannya baik atau buruk b. Wajah
mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain
atau lingkungan c. Wajah mengkomunikasikan intensitas
keterlibatan dalam situasi situasi d. Wajah mengkomunikasikan
tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri dan
wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang
pengertian.
2. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan
seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
3. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan,
makna yang dapat disampaikan adalah:

9
a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan
terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah
yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian
positif
b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri
komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang
yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang
merendah
c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara
emosional pada lingkungan secara positif dan negatif, bila
postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap
yang tidak responsif.
2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita
dengan orang lain.
a) Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh,
pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap,
orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain
sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body 42 image),
erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra
tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
b) Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan
dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal,satu pesan
verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila
diucapkan secara berbeda, pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005)
disebutnya sebagai parabahasa.
c) Pesan sentuhan dan bau-bauan.
a. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu
menerima dan membedakan emosi yang disampaikan
orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu
dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah,
bercanda, dan tanpa perhatian.
b. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian)
telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk
menyampaikan pesan menandai wilayah mereka,
mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan
menarik lawan jenis

2.2.4 Jenis-Jenis Komunikasi Nonverbal


Berikut ini adalah beragam jenis komunikasi nonverbal yang perlu Anda ketahui:

1. Ekspresi wajah

Ini adalah salah satu jenis komunikasi nonverbal yang memiliki peran besar.
Saat berkomunikasi, ekspresi wajah seseorang adalah hal pertama yang akan
terlihat, bahkan sebelum kita mendengar apa yang akan lawan bicara katakan.
Dari ekspresi wajah, ada banyak sekali informasi yang bisa didapatkan.

10
Ekspresi wajah juga disebut komunikasi nonverbal yang paling universal. Hal ini
karena rata-rata orang akan menunjukkan ekspresi wajah yang sama untuk
emosi tertentu. Misalnya, rata-rata orang akan cemberut ketika sedang sedih dan
tersenyum berseri-seri saat sedang jatuh cinta.

2. Gestur

Gestur atau gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan


tanpa menggunakan kata-kata. Gestur yang sering digunakan misalnya seperti
melambai, menunjuk, atau menganggukan kepala.

Berbeda dengan eskpresi wajah yang dinilai sangat universal, gestur lebih
dipengaruhi oleh budaya dalam suatu masyarakat. Misalnya, ada beberapa
gestur yang dinilai tidak sopan jika dilakukan pada suatu kelompok masyarakat
tertentu, tetapi pada kelompok masyarakat yang lain gestur tersebut mungkin
bersifat netral.

3. Postur tubuh

Postur tubuh juga merupakan salah satu jenis komunikasi nonverbal yang dapat
menyampaikan banyak informasi. Bila dikombinasikan dengan gerak tubuh
tertentu, postur tubuh bisa memberikan banyak informasi. Misalnya, berdiri tegak
dengan meletakkan tangan di pinggul cenderung menunjukkan sikap yang tegas
dan berkuasa.

4. Paralinguistik

Paralinguistik adalah aspek nonverbal dari proses bicara (komunikasi verbal).


Aspek ini meliputi nada bicara, volume suara, dan ketinggian nada yang
digunakan pada suatu pembicaraan.

Paralinguistik ini bisa menunjukkan makna yang sebenarnya dari suatu


pembicaraan. Sebagai contoh, Anda menanyakan kabar pada teman, lalu dia
menjawab, “Saya baik-baik saja,” dengan nada pelan dan dingin. Dari nada
bicaranya ini, Anda bisa tahu bahwa teman Anda mungkin sedang tidak baik-baik
saja.

5. Tatapan mata

Tatapan mata juga memainkan peran penting dalam komunikasi nonverbal.


Cara seseorang melihat, menatap, dan berkedip dinilai bisa menunjukkan
berbagai emosi yang ada pada dirinya. Misalnya, ketika Anda bertemu eorang
yang Anda sukai atau hormati, biasanya kecepatan berkedip akan meningkat
dan pupil mata membesar.

Tatapan mata pun sering dijadikan patokan untuk menentukan apakah


seseorang sedang berkata jujur atau tidak. Kontak mata yang normal dan stabil
sering dianggap sebagai tanda bahwa seseorang mengatatakan kebenaran dan
dapat dipercaya. Sebaliknya, jika sedang berbohong, orang akan cenderung
mengalihkan tatapannya.

11
6. Sentuhan

Sentuhan juga merupakan salah satu jenis komunikasi nonverbal. Sentuhan


bisa digunakan untuk mengomunikasikan berbagai emosi, misalnya kasih
sayang, keakraban, dan simpati.

Sentuhan yang dilakukan oleh wanita dan pria biasanya memiliki arti yang
berbeda. Wanita cenderung menggunakan sentuhan untuk menunjukkan
perhatian dan kasih sayang, sedangkan pria biasanya menggunakan sentuhan
untuk menegaskan kekuasaan dan kendalinya atas orang lain.

7. Penampilan

Penampilan, seperti pilihan warna, pakaian, dan gaya rambut, juga dianggap
sebagai salah satu alat komunikasi nonverbal. Penampilan bisa menentukan
cara pandang dan reaksi seseorang terhadap orang lain, karena penampilan
merupakan salah satu hal yang bisa dilihat pertama kali.Kendati demikian,
informasi yang didapat dari sebuah penampilan biasanya berbeda-beda antar
masyarakat, tergantung pada kondisi sosial dan budaya yang ada di masyarakat
tersebut.

8. Proksemik

Proksemik merupakan jenis komunikasi nonverbal yang berupa jarak saat


komunikasi berlangsung. Jarak atau ruang dalam komunikasi ini biasanya
ditentukan oleh seberapa akrab dan nyaman Anda dengan lawan bicara
Anda.Ruang pribadi seseorang biasanya adalah 0,5–1,5 m. Jarak ini biasanya
hanya untuk keluarga, sahabat, atau kekasih. Sementara itu, jarak yang
biasanya pantas untuk komunikasi profesional dengan rekan kerja atau
mengobrol santai dengan teman adalah 1,5–4 m.

Jarak komunikasi yang terlalu dekat dengan seseorang yang baru ditemui atau
rekan kerja akan terasa seperti penerobosan ruang pribadi dan bisa membuat
lawan bicara tidak nyaman. Sebaliknya, bicara berjauh-jauhan dengan seseorang
yang dikenal dekat, misalnya orang tua, guru, atau sahabat, juga akan terasa
tidak lazim.

9. Objek

Objek yang dikenakan atau digunakan oleh seseorang juga merupakan salah
satu jenis komunikasi nonverbal. Dari objek ini, Anda bisa mendapat banyak
informasi tentang identitas seseorang.Sebagai contoh, jika Anda melihat
seseorang memakai jas dokter, Anda bisa langsung mengetahui bahwa orang
tersebut adalah seorang dokter tanpa perlu berbicara atau bercakap-cakap
dengannya.

2.2.5 Penerapan Komunikasi Nonverbal

12
1. Komunikasi non verbal pada Paralanguage. Penerapannya bahwa
apabila terapis marah dia harus mampu mengendalikan diri untuk
menekan intonasi suaranya & menyesuaikan dengan kondisi anak karena
setiap anak memiliki kekurangan yang berbeda-beda. Intonasi suara yang
dilakukan guru terhadap anak-anak autism harus ada penekanan nada
bicara yang jelas dan pembicaraan harus dilakukan lebih dari 1 kali.
Terapis akan menyesuaikan intonasi suara pada saat berkomuikasi, yang
terpenting adalah adanya penekanan suara yang jelas. Intonasi suara
yang dilakukan terapis tergantung pada intruksi.
2. Komunikasi non verbal pada Kinesics (ekspresi wajah, gerakan tubuh &
kontak mata). Pada ekspresi wajah berdasarkan pengamatan peneliti
mendapatkan 4 ekspresi guru terhadap muridnya, yaitu Senang,
Marah,Sedih dan Terkejut. Ekpresi wajah yang dilakukan terapis
tergantung pada situasi & kondisi hati anak. Terapis melakukan berbagai
macam ekspresi wajah sesuai dengan situasi dan kondisi hati anak yang
dimaksudkan agar anak mengerti bagaimana seharusnya
mengekspresikan wajah pada saat komunikasi berlangsung. Gerakan
tubuh yang dilakukan terapis adalah mengacak pinggang, menunjuk,
menggelengkan kepala, menggerakan jari jempol (jika anak pintar
memenuhi perintah). Penerapan yang harus dilakukan terapis ialah
menyesuaikan situasi anak dengan perilaku terapis.Sedangkan kontak
mata yang harus terjalin pada saat komunikasi berlangsung dengan cara
memegang kepala / dagu anak dan mengarahkannya ke mata terapis
sampai anak menatap mata terapis selama komunikasi berlangsung
3. Komunikasi non verbal pada Haptics (Sentuhan). Penerapan pada kontak
tubuh ialah dengan cara berjabat tangan, jabat tangan dilakukan pada
saat datang ke tempat terapi, begitupun pada saat terapi selesai.
Sentuhan kasih sayang seperti usapan di kepala / pipi dan juga diberi
pelukan serta ciuman jika anak melakukan perintah dengan benar.
Dengan adanya kontak tubuh anak-anak memahami bagaimana rasanya
disayang, di peluk, di cium,di belai, bagaimana caranya berjabat tangan
dan menarik tangan. Sentuhan yang dilakukan terapis pada anak-anak
autism sangat berpengaruh sekali pada saat komunikasi berlangsung.
4. Komunikasi non verbal pada Proximity (Jarak). Metode utama yang
dilakukan adalah guru harus mengenal terlebih dahulu bagaimana
karakter anak, dengan memahami sifat anak, anak pun akan merasa
nyaman dan kemudian akan terjalinnya kedekatan antara terapis dan
anak-anak autism, dengan cara membiarkan anak melakukan apa yang di
inginkan sebelum belajar untuk mendapatkan mood yang baik. Kedekatan
antara terapis dengan anak-anak autism ataupun sebaliknya sangat
penting dalam proses berinteraksi dan pada saat proses belajar mengajar

13
3.1 Jaringan dan Struktur komunikasi

3.1.1 Definisi jaringan komunikasi


Jaringan komunikasi (communication networks) berasal dari istilah jejaring sosial
(social network). Jejaring sosial pada hakikatnya juga bersifat interdisipliner,
dikembangkan dalam penelitian psikologi, antropologi, sosiologi, dan ilmu
komunikasi. Perkembangan penelitian jaringan di bidang ini meluas dari tahun
1930-an hingga 1960-an. Komunikasi jaringan didasarkan pada dua komponen
utama: pelaku dan relasi.
 Clide, J Mitchell di tahun 1960-an berpendapat bahwa jaringan
komunikasi merupakan suatu kumpulan orang yang memiliki ciri tertentu,
yang saling berhubungan satu sama lain dengan keseluruhan kumpulan
orang untuk menjelaskan kebiasaan social yang terdapat di dalam
kumpulan tersebut.
 Menurut Rogers and Kincaid, 1981. Jaringan komunikasi merupakan
suatu gambaran “how talk to whom” (siapa berbicara kepada siapa)
dalam suatu sistem sosial. Jaringan komunikasi menggambarkan
komunikasi interpersonal, dimana terdapat pemuka-pemuka opini dan
pengikut yang saling memiliki hubungan komunikasi pada suatu topik
tertentu, yang terjadi dalam suatu sistem sosial tertentu, seperti sebuah
komunitas, organisasi, ataupun perusahaan. Menurut mereka, Proses
komunikasi untuk mencapai tujuan akan berhasil jika komunikator dan
komunikan memiliki pengertian yang sama terhadap suatu pesan dengan
menggunakan jaringan komunikasi antara satu pelaku dengan pelaku
lain.
 Sedangkan menurut Rogers,1981 secara pribadi , jaringan komunikasi
merupakan suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling
berhubungan dengan arus komunikasi yang terpola. Selain itu, jaringan
komunikasi juga didefinisikan sebagai suatu jenis hubungan yang secara
khusus merangkai individu-individu, objek-objek, dan peristiwa-peristiwa.
 Sedangkan Freire dalam buku Rogers (1981) memandang jaringan
komunikasi sebagai pola yang teratur dari kontak antar individu yang
dapat didefinisikan sebagai pertukaran informasi yang dialami seseorang
di dalam sistem sosialnya.
 Jaringan komunikasi sendiri dalam sudut pandang DeVito, 1997
merupakan Saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu
orang ke orang lainnya.

Jaringan dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu:


1. Kelompok-kelompok kecil yang akan mengembangkan mode
komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan
komunikasi tergantung pada sumber daya yang mereka miliki.
Pada situasi ini Jaringan komunikasi merupakan sistem
komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam
mengirimkan pesan dari satu pihak ke pihak lainnya.

14
2. Jaringan komunikasi biasa di lihat sebagai struktur yang
diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi antar
anggota organisasi.
Cara-cara jaringan bekerja dalam satu organisasi adalah:
a. Mengatur alur informasi
b. Menyatukan orang-orang dengan ketertarikan yang sama
c. Membentuk analisis yang sama
d. Meningkatkan integrasi sosial
e. Memungkinkan saling bertukarnya sumberdaya.

 Di tahun 2000 Pace dan Faules melakukan beberapa penelitian


mengenai jaringan komunikasi dalam organisasi besar yang menunjukkan
bahwa distribusi peranan jaringan penting untuk keefisienan berfungsinya
suatu organisasi.
Berikut merupakan penjabaran lebih lengkap mengenai jaringan
komunikasi yang memiliki tujuh peranan, yaitu:
1. Klik adalah sekelompok individu yang memiliki setidaknya setengah
dari kontaknya adalah hubungan dengan anggota lainnya. Ketika
lebih dari separuh komunikasi anggota adalah untuk berkomunikasi
dengan komponen lain, maka klik akan terbentuk.
2. Opinion Leader, yaitu pemimpin informal dalam organisasi. Mereka
tidak selalu orang-orang dengan otoritas formal dalam organisasi,
tetapi orang-orang yang dapat mengarahkan dan mempengaruhi
perilaku dan pengambilan keputusan para anggota organisasi.
3. Gate Keepers adalah orang yang mengontrol arus informasi antara
anggota organisasi. Gate Keepers memiliki hak untuk memutuskan
apakah suatu informasi penting.
4. Cosmopolites adalah orang yang mengaitkan organisasi dengan
publik atau lingkungan eksternalnya. Mereka mengumpulkan
informasi dari sumber-sumber di lingkungan dan memberi informasi
mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu.
5. Bridge adalah anggota kelompok dalam sebuah organisasi yang
menghubungkan kelompoknya dengan anggota lain dari kelompok.
Pada umumnya individu yang bersangkutan mampu
mengoordinasikan komunikasi antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya.
 Penelitian Pace dan Faules berlanjut di tahun 2006 dan membuahkan
hasil bahwa suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan
strukturnya misalnya mungkin hanya diantara dua atau tiga orang, atau
mungkin lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam
organisasi besar menunjukkan bahwa distribusi peranan jaringan penting
untuk keefisienan berfungsinya organisasi. Banyak faktor yang
mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan ini, diantaranya : interaksi
peranan, arah dan arus pesan, hakikat dari arus pesan, dan isi dari pesan
itu sendiri.

15
 Salah satu ahli bernama Muhammad di tahun 2007 berkata bahwa
Jaringan komunikasi adalah pertukaran pesan di antara sejumlah orang-
orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Pertukaran pesan ini
melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Perbedaan
dalam suatu jaringan komunikasi terletak pada besar dan strukturnya.
Mungkin hanya diantara dua, tiga, bahkan sampai keseluruhan pihak
dama organisasi.

3.1.2 Analisis Jaringan Komunikasi

3.1.1.1 Pengertian Analisis Jaringan Komunikasi


Mengutip pada Utami (2018), menurut Rogers dan Kincaid (1981) dalam
Kriyantono (2006: 320), analisis jaringan komunikasi adalah sebuah metode
penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam sebuah sistem, di
mana data yang berhubungan dengan arus komunikasi dianalisis dengan
menggunakan tipe-tipe hubungan interpersonal sebagai unitnya. Analisis
jaringan komunikasi berarti menjalankan suatu proses penelitian untuk
mengetahui seberapa banyak, bagaimana tingkatannya, serta keefektifan dari
komunikasi dalam suatu jaringan komunikasi.

3.1.1.2 Derajat Pengukuran Jaringan Komunikasi

Scott (2000) menyatakan indikator terhadap jaringan dapat dilihat dari


beberapa derajat pengukuran yakni (a). Koneksi (connectedness), (b).
Keterjangkauan (reachability), (c). Resiprositas (reciprocity), (d). Kepadatan
(density), (e). Sentralitas (centrality), (f). Kebersamaan (betweeness)
(Cindoswari, 2016). Berikut penjelasan dari setiap derajat pengukuran.

a. Koneksi (Connectedness)
Koneksi berasal dari kata dalam bahasa Inggris connection, yang
berarti hubungan atau kaitan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
koneksi adalah hubungan yang dapat memudahkan (melancarkan)
segala urusan (kegiatan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa koneksi
berarti suatu hubungan antar makhluk hidup di mana dapat saling
membantu untuk mencapai tujuan bersama yang ingin dicapai.

b. Keterjangkauan (Reachability)
Keterjangkauan dapat diartikan sebagai mudah tidaknya sesuatu
untuk dicapai menggunakan sarana dan metode tertentu.\

c. Resiprositas (Reciprocity)
Polanyi (1998) menyatakan bahwa resiporsitas merupakan suatu
pertukaran timbal balik yang dilakukan masyarakat dengan secara
individu atau antar kelompok di dalam lingkungan sosial yang tercipta.
Sedangkan menurut Dalton, definisi resiprositas adalah pola pertukaran
sosial ekonomi yang ada dalam masyarakat sebagai akibat daripada

16
terbentuknya kewajiban sosial yang dilakukan oleh suatu
kelompok/inividu yang melakukan kerjasama. Contoh sederhana yakni
suatu perusahaan mendapatkan modal dari seseorang yang kemudian
orang itu mendapatkan bagian dari keuntungan yang dihasilkan oleh
perusahaan.

d. Kepadatan (Density)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepadatan berarti
perihal (keadaan) padat. Kepadatan dapat didefinisikan sebagai
perbandingan jumlah suatu benda atau organisme yang menempati satu
tempat tertentu.

e. Sentralitas (Centrality)
Sentralitas atau keterpusatan adalah jumlah koneksi yang dimiliki
sebuah node (Pratama, 2018). Sederhananya, semakin banyak koneksi
yang dimiliki seseorang, maka tingkat keterpusatannya juga semakin
tinggi.

f. Kebersamaan (Betweeness)
Freeman (1977) dalam Zhang dan Luo (2017), kebersamaan
dapat terjadi apabila Jika satu node terletak di satu-satunya cara yang
harus dilalui oleh node lain, seperti komunikasi, koneksi, transportasi atau
transaksi, maka node ini harus penting dan sangat mungkin memiliki
sentralitas antara yang tinggi.

3.1.1.3 Tujuan Analisis Jaringan Komunikasi

Menurut Rogers dan Kincaid, (1981) dalam Hertanto, dkk (2016) tujuan
penelitian jaringan komunikasi adalah untuk memahami fenomena secara umum
mengenai interaksi manusia dalam sistem sosial dan mengidentifikasi struktur
komunikasi yang menyusunnya. Dengan demikian, analisis jaringan komunikasi
bertujuan mengetahui bentuk-bentuk dari struktur komunikasi yang tersusun dan
bagaimana proses komunikasi dalam setiap bentuk yang berbeda.

3.1.1.4 Fungsi dan Manfaat Analisis Jaringan Komunikasi

Mengutip pada Sulistiawati (2018), menurut Rogers dan Kincaid (1981),


salah satu fungsi dari analisis jaringan komunikasi antara lain dapat
mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu jaringan serta mengidentifikasi
struktur dalam subsistem yang memengaruhi perilaku dalam sistem.

Scott (2009) menyebutkan bahwa salah satu fungsi pengukuran


betweeness ini yakni dapat mengidentifikasi keberadaan individu yang dapat
berperan sebagai broker atau gatekeeper.

17
Analisis jaringan juga bermanfaat untuk menggambarkan fungsi-fungsi
dalam jaringan yaitu penyebaran informasi, pertemanan serta pengaruh.
Jaringan pada suatu kelompok atau organisasi dapat berfungsi untuk
mengendalikan arus komunikasi, untuk para individu yang memiliki
ketertarikan yang sama saling berkumpul dan berinteraksi, menjalin
interpretasi yang sama, meningkatkan pengaruh, serta untuk pertukaran
informasi. Jaringan menurut penulis merupakan struktur sosial yang lahir
dari komunikasi antara individu atau kelompok

3.2 Struktur Jaringan Komunikasi


Struktur jaringan menurut Hoppe dan Reinelt (2010) dapat dibagi dalam dua
lapisan yakni struktur inti (core) dan lingkar luar (periphery) jaringan. lapisan inti
diduduki oleh individu yang relatif sering dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan individu lainnya dalam sistem. Sedangkan individu yang menempati
lingkar luar adalah individu yang sedikit melakukan komunikasi di dalam sistem.
Jaringan dapat terbentuk apabila terjalin hubungan antara faktor dalam
masyarakat.

Bentuk jaringan akan berbeda jika dasar hubungan sosial berbeda juga. Jaringan
komunikasi pokok yang membentuk struktur komunikasi diuraikan oleh DeVito
(1997) sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Jaringan Komunikasi (DeVito, 1997)

DeVito (1997) menjelaskan kelima struktur di atas sebagai berikut:

1. Struktur Lingkaran, adalah struktur yang tidak memiliki pemimpin, semua


anggota menempati posisi yang sama. Setiap individu dalam jaringan lingkaran
memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk memengaruhi kelompok.

2. Struktur Roda, adalah struktur yang memiliki pemimpin yang kelas dan
posisinya berada di pusat. Mengirim dan menerima pesan dari semua anggota
hanya bisa dilakukan oleh orang ini.

18
3. Struktur Y, adalah struktur yang memiliki pemimpin yang jelas namun relatif
kurang tersentralisasi jika dibandingkan dengan struktur roda

4. Struktur Rantai, memiliki kesamaan dengan struktur lingkaran, dimana orang


yang berada di posisi tengah lebih dianggap sebagai pemimpin dibandingkan
dengan orang yang berada di posisi lainnya.

5. Struktur Semua Saluran, adallah struktur jaringan yang semua anggota


memiliki kekuatan yang sama untuk memengaruhi anggota lainnya dan semua
anggota dapat berkomunikasi dengan anggota lainnya.

Sedangkan, Rogers (2003) membedakan struktur jaringan komunikasi menjadi


dua, yakni interlocking personal network dan radial personal network.
Karakteristik jaringan interlocking personal adalah memiliki jumlah anggota yang
relatif sedikit dan setiap individunya memiliki latar belakang yang cenderung
sama (hemofili). Untuk radial personal sendiri, memiliki jumlah anggota yang
lebih banyak dengan karakteristik antar indivdu yang lebih beragam.

Berikut salah satu penggambaran mengenai struktur jaringan menurut Rogers.

Gambar 1. Struktur jaringan komunikasi komunitas dalam informasi perilaku ramah lingkungan di Pulo geulis.

Keterangan :

 = aktor utama/star = isolate

 = individu anggota komunitas = bridge

Struktur jaringan komunikasi komunitas di Pulo geulis dikategorikan sebagai


struktur jaringan radial.

Bentuk struktur diatas menunjukkan bahwa aktor utama (star) dalam jaringan
komunikasi komunitas tidak hanya berpusat pada satu aktor semata, melainkan
tersebar pada beberapa aktor. Selain star, radial personal network yang
terbentuk juga menunjukkan adanya informasi yang berpusat pada klik-klik
tertentu yang terhubung melalui bridge. Struktur diatas juga menggambarkan
adanya aktor isolate yang tidak memiliki hubungan / link dengan aktor didalam
struktur jaringan komunikasi komunitas dalam isu pembangunan perilaku ramah
lingkungan.

19
Bentuk struktur yang menyebar ini memiliki konsekuensi yaitu penyebaran
informasi tidak akan efektif, jika dilakukan oleh satu pihak/satu pintu saja.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam ilmu komunikasi, bentuk komunikasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:


Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal merupakan
bentuk komunikasi dengan cara lisan atau bisa juga tertulis. Dalam bentuk
komunikasi verbal, pesan dan informasi lebih mudah disalurkan dan dipahami
oleh kedua pelaku komunikasi sehingga proses komunikasi berjalan dengan
efektif. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi di luar unsur
kebahasaan. Suatu komunikasi akan dapat berjalan dengan baik apabila
penyampaian informasinya dilakukan secara tepat dan efektif. Untuk membentuk
komunikasi efektif, akan timbul pola komunikasi yang disebut jaringan
komunikasi dan penggambaran proses komunikasi melalui struktur komunikasi.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa isi dari tulisan di atas masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis akan terus
berusaha dengan maksimal agar dapat memberikan yang terbaik kepada
pembaca. Saran dan kritik penulis harapkan agar bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009).

John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,


2012). Hal. 110-115

Endang Fatmawati, “Pentingnya Komunikasi Nonverbal Saat Pustakawan


Melayani Pemustaka”. Buletin Sangkakala: Menyuarakan Pembaharuan Dan
Kemajuan. Edisi Ke-8 Tahun 2010, h. 13. Diakses Pada Kamis, 01 November
2018, Pukul 12.37 Wib. Dapat Dilihat Pada
Http://Eprints.Undip.Ac.Id/65551/1/Pentingnya_Komunikasi_Non..._Buletin_Sang
kakala_Ed._8_ Tahun_2010.Pdf

Pangestu, Michelle. "Jaringan Komunikasi di The Piano Institute


Surabaya." Jurnal E-Komunikasi 3.2 (2015).

Utami, Atika Budhi. "Analisis jaringan komunikasi kelompok." Dynamic Media,


Communications, and Culture: Conference Proceedings. Vol. 1. (2018).

Wicaksono, Agung. Kusumastuti, Retno D. Priliantini, Anjang. “Jaringan


Komunikasi Dalam Meningkatkan Produktivitas Pelapak (Studi Kasus pada
Komunitas Bukalapak Wilayah Jakarta)”. Dari Universitas Pembangunan
Nasional Jakarta. (2018).

Fitriani. “Jaringan Komunikasi Komunitas Pecinta Film Islami dalam


Mensosialisasikan Film Islami Kepada Masyarakat Yogyakarta”. Dari Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. (2017)

Al Hadi., Ryan (2018) BENTUK JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR MAHASISWA


PELAKU JUDI ONLINE DI KOTA MALANG (Studi pada Mahasiswa di
Lingkungan Tlogomas). Undergraduate (S1) thesis, University of Muhammadiyah
Malang.

Lasinta, Megafirmawanti, dkk., 2019, Struktur Jaringan Komunikasi dalam


Membangun Perilaku Ramah Lingkungan (Kasus Sebuah Komunikasi Padat
Penduduk di Kota Bogor), Jurnal Sosiologi Pedesaan, hal 119-125.

Kurniati, Desak Putu Yuli. MODUL KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL.
program studi kesehatan masyarakat, fakultas kedokteran, Universitas Udayana.
2016.

Kusumawati, Tri Indah. KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL. Prodi


Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 2016.

21
22

Anda mungkin juga menyukai