Permentan No.15 Tahun 2021 TTG Standar Perizinan Berusaha Dan Standar Produk Pertanian
Permentan No.15 Tahun 2021 TTG Standar Perizinan Berusaha Dan Standar Produk Pertanian
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG STANDAR
KEGIATAN USAHA DAN STANDAR PRODUK PADA
PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS
RISIKO SEKTOR PERTANIAN.
Pasal 1
(1) Menteri menetapkan standar kegiatan usaha dan standar
produk pada penyelenggaraan perizinan berusaha
berbasis risiko untuk sektor pertanian sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.
(2) Standarkegiatan usaha dan standar produk sebagaimana
dimaksud padaayat(1)terdiri atas subsektor:
a. Perkebunan;
b. Tanaman Pangan;
c. Hortikultura;
d. Peternakan dan Kesehatan Hewan;
e. Ketahanan Pangan; dan
f. Sarana Pertanian.
-3-
Pasal 2
Perizinan berusaha berbasis risiko sektor
pertaniansebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilaksanakan
melalui Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua
Peraturan Menteri yang mengatur standar kegiatan usaha
danstandar produk dalam penyelenggaraan perizinan
berusaha sektor Pertanian dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mulai dilaksanakan
sejak proses perizinan berusaha dilakukan secara
keseluruhan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-4-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 01 April 2021
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 April 2021
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR KEGIATAN USAHA DAN STANDAR
PRODUK PADA PENYELENGGARAAN
PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO
SEKTOR PERTANIAN
3 Penggolongan Usaha Usaha industri pengolahan kopra dengan kapasitas berskala kecil dan mikro (Kelompok Tani/Gabungan
Kelompok Tani)
4 Persyaratan Umum -
Usaha
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
-7-
9 Persyaratan a. Produk :
Produk/Proses/Jasa 1) Perfect, super grade (sama rata, keras, bersih, putih, bebas dari kotoran)
2) High grade (sama rata, keras, bersih, putih kelabu, tidak ada warna jelek atau rusak)
b. Proses : sesuai Good Handling Paractices/GHP dan Good Manufacturing Practises/GMP
10 Sistem Manajemen Menerapkan azas kebersamaan, keadilan dan keterbukaan
Usaha a. Perencanaan kerja kelompok petani/Gapoktan
b. Porsedur kerja :
1) Merencanakan kerja
2) Penanganan pengolahan
11 Penilaian kesesuaian Penilaian kesesuaian
dan pengawasan Melalui penilaian mandiri pemenuhan terhadap : GHP dan GMP
Pengawasan
a. Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama dengan
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu) tahun
sekali.
b. Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan)
sekali.
-8-
2 Istilah dan Definisi a. Merupakan minyak kelapa yang diektraksi dari daging kelapa, dan dipisahkan tanpa pemanasan
untuk diambil minyaknya.
b. Minyak kelapa diekstraksi dari kopra (buah kelapa kering) dan memakai beberapa bahan kimia.
c. Minyak kelapa diektraksi dari buah kelapa segar tanpa bahan kimia.
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa pengolahan minyak kelapa baik perseorangan maupun Kelompok Tani
4 Persyaratan Umum -
Usaha
-9-
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
9 Persyaratan Produk : telah sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan ( % kadar air, % kotoran, tidak
Produk/Proses/Jasa mengandung logam, logam berbahaya dan arsen, warna, bau, serta persyaratan lain yang
diperlukan)
- 10 -
Pengawasan
a. Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama dengan
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu) tahun
sekali.
b. Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan Dinas
yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan) sekali.
(satu) tahun
- 11 -
2 Istilah dan Definisi Minyak goreng kelapa adalah minyak yang dibuat dari bahan baku kelapa segar, diambil minyaknya atau
kernel-nya, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa pengolahan minyak goreng kelapa, baik perseorangan maupun Kelompok Tani
4 Persyaratan Umum
Usaha
- 12 -
5 Persyaratan Khusus
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
9 Persyaratan Produk : sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan ( % kadar air, % kotoran, tidak mengandung
Produk/Proses/Jasa logam, logam berbahaya dan arsen, warna, bau,
- 13 -
Pengawasan
a. Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama dengan
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
b. Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan Dinas
yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan) sekali. (satu)
tahun.
- 14 -
3 Penggolongan Usaha Bagi Industri CPO dengan kapasitas 30 ton TBS/jam atau lebih yang terintegrasi dengan kebun kelapa
sawit dengan luasan 6.000 ha atau lebih.
4 Persyaratan Umum -
Usaha
6 Sarana a. Sarana mesin pengolah tandan buah segar (TBS) (tempat penerimaan TBS, Lori untuk membawa
buah, tempat pencucian buah, mesin pengempa, alat pemisah minyak dengan ampas, tangki
perebusan, tangki penyimpanan minyak mentah/CPO)
b. Sarana pengendalian kebakaran di pabrik (alat pemantau kebakaran/sirine, pengeras suara, tabung
pemadam kebakaran, hydrant/sumber air, membuat jalur evakuasi, terhubung dengan kantor
pemadam kebakaran setempat)
c. Fasilitas kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja di pabrik (mempunyai poliklinik/tenaga medis,
menggunakan alat keselamatan kerja seperti helm, penutup telinga, sarung tangan, sepatu boot)
7 Struktur organisasi Struktur Organisasi Sumber Daya Manusia antara lain:
SDM dan SDM a. Manajer pengolahan
b. Administrasi pengolahan
c. Pengawas dan pelaksana pengolahan
d. Pengawas dan pelaksana penanganan limbah
e. Pencatat hasil pengolahan
9 Persyaratan
Produk/Proses/Jasa
- 16 -
b. Pengawasan
1) Menteri, gubernur, bupati/wali kota sesuai kewenangan melakukan pengawasan terhadap Pelaku
Usaha Perkebunan secara berkala dan insidentil.
2) Pengawasan dilakukan dalam bentuk Penilaian Usaha Perkebunan paling kurang 3 (tiga) tahun
sekali atau sewaktu-waktu.
3) Menteri, gubernur, bupati/wali kota dalam melakukan Penilaian Usaha Perkebunan dibantu oleh
Tim Penilai Usaha Perkebunan.
4) Penilaian Usaha Perkebunan memadukan keterkaitan berbagai subsistem dimulai dari
penyediaan prasarana dan sarana produksi, produksi, pengolahan dan pemasaran hasil, serta
- 18 -
13) Bilamana pemerintah daerah tidak mempunyai anggaran biaya PUP dapat dibiayai oleh
Perusahaan dengan standar biaya Kementerian Keuangan.
3 Penggolongan Usaha Bagi Industri gula pasir dengan kapasitas olah 4.000 ton tebu per hari (Ton Cane Day/TCD) atau lebih
yang terintegrasi dengan kebun tebu dengan luasan 2.000 ha atau lebih.
- 20 -
4 Persyaratan Umum
Usaha
6 Sarana a. Sarana mesin pengolahan Gula Pasir yaitu Lori pengangkut tebu, alat pengangkat tebu,
penggilingan/pemerahan, meja tebu, pencacah tebu, tangki nira, alat pemurnian tebu, alat sentrifugal
(pemisah nira kental yang sudah dimasak), vibrating screen, dll
b. Sarana pengendalian kebakaran di pabrik (alat pemantau kebakaran/sirine, pengeras suara, tabung
pemadam kebakaran, hydrant/sumber air, membuat jalur evakuasi, terhubung dengan kantor
pemadam kebakaran setempat)
c. Fasilitas kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja di pabrik (mempunyai poliklinik/tenaga medis)
menggunakan alat keselamatan kerja
7 Struktur organisasi Struktur Organisasi Sumber Daya Manusia antara lain:
SDM dan SDM a. Manajer pengolahan
b. Administrasi pengolahan
c. Pengawas dan pelaksana pengolahan
d. Pengawas dan pelaksana penanganan limbah
- 21 -
b. Pengawasan
1) Menteri, gubernur, bupati/wali kota sesuai kewenangan melakukan pengawasan terhadap Pelaku
Usaha Perkebunan secara berkala dan insidentil.
2) Pengawasan dapat dilakukan dalam bentuk Penilaian Usaha Perkebunan paling kurang 3 (tiga)
tahun sekali atau sewaktu-waktu.
3) Menteri, gubernur, bupati/wali kota dalam melakukan Penilaian Usaha Perkebunan dibantu oleh
Tim Penilai Usaha Perkebunan.
4) Penilaian Usaha Perkebunan memadukan keterkaitan berbagai subsistem dimulai dari penyediaan
prasarana dan sarana produksi, produksi, pengolahan dan pemasaran hasil, serta jasa penunjang
lainnya.
5) Hasil Penilaian Usaha Perkebunan dalam bentuk laporan yang ditandatangani oleh perusahaan
dan Tim Penilai Usaha Perkebunan.
6) Evaluasi kinerja perusahaan perkebunan dilakukan oleh gubernur atau bupati/walikota setiap 1
(satu) tahun sekali melalui pemeriksaan lapangan berdasarkan laporan perkembangan usaha
perkebunan, dan ditembuskan kepada Menteri.
7) Pengawasan terhadap pelaksanaan usaha perkebunan dilakukan oleh Direktur Jenderal
berdasarkan evaluasi kinerja perusahaan perkebunan.
- 24 -
2 Istilah dan Definisi a. Gula merah merupakan salah satu bahan pangan yang dibuat dari nira palma termasuk kelapa dan
aren
b. Gula merah adalah gula yang berwarna kekuningan atau kecoklatan.
c. Gula ini terbuat dari cairan nira yang dikumpulkan dari pohon kelapa, aren, tebu dan lontar. Nira
merupakan cairan manis yang terdapat di dalam bunga tanaman aren, kelapa, tebu dan lontar yang
pucuknya belum membuka dan diperoleh dengan cara penyadapan.
d. Cairan nira yang dikumpulkan kemudian direbus secara perlahan sehingga mengental lalu dicetak dan
didinginkan
e. Nira adalah cairan yang manis yang diperoleh dari batang tanaman seperti tebu, bit, sorgum, mapel,
- 25 -
atau getah tandan bunga dari keluarga palma seperti aren, ...
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa pengolahan gula merah baik perseorangan maupun Kelompok Tani
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
- 26 -
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
9 Persyaratan -
Produk/Proses/Jasa
10 Sistem Manajemen -
Usaha
2 Istilah dan Definisi a. Coklat bubuk atau cocoa powder terbuat dari bungkil/ampas biji coklat yang telah dipisahkan lemak
coklatnya. Bungkil ini dikeringkan dan digiling halus sehingga terbentuk tepung coklat
b. Teh adalah minuman yang mengandung kafeina, sebuah infusi yang dibuat dengan cara
menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia
sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi empat kelompok: teh
hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa pengolahan biji coklat menjadi bubuk coklat dan pengolahan teh menjadi bubuk teh baik
perseorangan maupun Kelompok Tani
- 28 -
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus
Usaha
6 Sarana a. Memiliki Sarana peralatan pengolahan coklat bubuk berupa mesin roasting (sangria cokat, mesin
penepung coklat
b. Memiliki Prasarana (bangunan) untuk rumah produksi pengolahan
c. Menerapkan teknologi sesuai Good Manufacturing Proses/GMP
d. Menerapkan pelestarian lingkungan:
1) Pembangunan UPH tidak menimbulkan kebisingan dipemukiman masyarakat,
2) Pengolahan limbah menjadi pakan ternak
7 Struktur organisasi Sumber daya manusia harus memenuhi persyaratan antara lain :
SDM dan SDM a. Sehat jasmani dan rohani
b. Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan (untuk kelompok tani)
c. Mempunyai keterampilan sesuai bidangnya dan memahami risiko pekerjaan
d. Memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang pengolahan kopi bubuk.
e. Menerapkan keselamatan dan keamanan kerja.
- 29 -
b. Pengawasan
1) Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama
dengan Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali.
2) Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
- 30 -
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan)
sekali. (satu) tahun
2 Istilah dan Definisi a. Kopi bubuk adalah biji kopi yang sudah diproses dan digiling halus dalam bentuk butiran-butiran kecil
sehingga mudah diseduh dengan air panas dan dikonsumsi.
b. Proses untuk membuat kopi bubuk, dari buah kopi matang hingga menjadi bubuk kopi
- 31 -
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa pengolahan kopi bubuk baik perseorangan maupun Kelompok Tani
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
- 32 -
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
9 Persyaratan -
Produk/Proses/Jasa
10 Sistem Manajemen -
Usaha
b. Pengawasan
1) Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama
dengan Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali.
2) Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan)
sekali. (satu) tahun
- 33 -
3 Penggolongan Usaha Bagi Industri gula pasir dengan kapasitas olah 20 ton pucuk segar teh atau lebih yang terintegrasi dengan
kebun teh dengan luasan 600 ha atau lebih.
4 Persyaratan Umum
Usaha
- 34 -
6 Sarana a. Sarana mesin pengolah teh yaitu mesin pelayuan (rotary pammer), mesin penggulungan (Jackson
roller), mesin pengering awal (ECP), mesin pengering akhir (Ball Tea), mesin sortasi, mesin pengepakan
(wineover).
b. Sarana pengendalian kebakaran di pabrik (alat pemantau kebakaran/sirine, pengeras suara, tabung
pemadam kebakaran, hydrant/sumber air, membuat jalur evakuasi, terhubung dengan kantor
pemadam kebakaran setempat)
c. Fasilitas kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja di pabrik (mempunyai poliklinik/tenaga medis,
menggunakan alat keselamatan kerja seperti helm, penutup telinga, sarung tangan, sepatu bot)
peraturan
perundang-
undangan
3. Penyampaian Setiap 6
laporan (enam) bulan
pelaksanaan sekali
usaha secara
periodik
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian
dan pengawasan
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
1 Terintegrasi
dengan kebun Teh
(KBLI 01270)
b. Pengawasan
1) Menteri, gubernur, bupati/wali kota sesuai kewenangan melakukan pengawasan terhadap Pelaku
- 37 -
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa pengolahan lada putih, lada hitam, baik perseorangan maupun Kelompok Tani
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
- 40 -
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
9 Persyaratan -
Produk/Proses/Jasa
10 Sistem Manajemen -
Usaha
b. Pengawasan
a. Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama
dengan Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali.
b. Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan)
sekali. (satu) tahun
- 41 -
2 Istilah dan Definisi a. Daun tembakau adalah daun yang dihasilkan oleh tanaman Nicotiana tabaccum L. sebagai bahan
baku pembuatan rokok atau cerutu.
b. Pascapanen adalah pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan, penyimpanan,
standardisasi mutu, dan transportasi hasil produksi budidaya tanaman
c. Penanganan pascapanen tembakau adalah penanganan daun tembakau setelah dipanen hingga
menghasilkan produk primer berupa tembakau rajangan atau kerosok
d. Sortasi daun tembakau setelah dipanen adalah proses pemilahan hasil panen yang baik, rusak atau
- 42 -
cacat (terkena serangan hama dan penyakit) dan benda asing lainnya
e. Perajangan adalah proses merajang daun tembakau setelah dilakukan pemeraman
f. Pengeringan adalah upaya menurunkan kadar air sampai mencapai kadar air kesetimbangan sehingga
aman untuk disimpan
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa perajangan sampai pengeringan daun tembakau baik perseorangan maupun Kelompok Tani
4 Persyaratan Umum -
Usaha
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
9 Persyaratan -
Produk/Proses/Jasa
10 Sistem Manajemen -
Usaha
b. Pengawasan
1) Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama
- 44 -
dengan Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali.
2) Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan)
sekali. (satu) tahun
STANDAR USAHA JASA PENGOLAHAN
NO KBLI : (20294) Industri MINYAK ATSIRI
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pembuatan minyak atsiri.
2 Istilah dan Definisi a. Minyak atsiri juga dikenal dengan sebutan minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang
dan minyak aromatik.
b. Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati atau minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang merupakan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok untuk pengobatan alami dan memilik
aroma khas.
c. Atsiri juga seringkali disebut dengan bibit minyak wangi. Minyak ini dihasilkan dari tanaman dan
memiliki sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi.
- 45 -
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa pengolahan minyak atsiri baik perseorangan maupun Kelompok Tani
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
- 46 -
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
9 Persyaratan -
Produk/Proses/Jasa
b. Pengawasan
1) Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama
dengan Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali.
2) Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
- 47 -
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan)
sekali. (satu) tahun
2 Istilah dan Definisi a. Perubahan lateks menjadi lembaran-lembaran (sheet) melalui proses penyaringan, pengenceran,
pembekuan, penggilingan dan pengasapan
b. Lateks adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penorehan/penyadapan batang pohon
karet
- 48 -
3 Penggolongan Usaha Usaha jasa pengolahan lateks menjadi sheet angina melalui pengasapan baik perseorangan maupun
Kelompok Tani
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus
Usaha
7 Struktur organisasi Mempunyai struktur organisasi kelompok tani/Gapoktan yang telah ditetapkan paling kurang :
SDM dan SDM a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Anggota
- 49 -
8 Pelayanan Menerapkan teknologi sesuai good handling practices (GHP) dan good manufacturing practices (GMP) serta
menerapkan pelestarian lingkungan
9 Persyaratan -
Produk/Proses/Jasa
10 Sistem Manajemen -
Usaha
b. Pengawasan
1) Dilakukannya supervisi dan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama-sama
dengan Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, dan Kabupaten/Kota paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali.
- 50 -
2) Pelaporan dilakukan oleh pelaku usaha skala kecil kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dan
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, Kabupaten/Kota setiap 1 (satu) semester (6 bulan)
sekali. (satu) tahun.
(3) Ambulance.
(b) Fasilitas penerangan (listrik): Genset dan instalasi listrik Fasilitas Hunian dan air bersih
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektar) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
11 Penilaian kesesuaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
dan pengawasan -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
- 57 -
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT);
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
- 58 -
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
- 60 -
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Wijen dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
- 61 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
- 62 -
5 Persyaratan Khusus a. Penerapan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari;
Usaha b. Penerapan sistem pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);
c. Penerapan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai
peraturan perundang-undangan;
d. Menjamin mutu yang dihasilkan sesuai standar mutu;
e. Memelihara sumber benih.
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Wijen
9 Persyaratan Kebun sumber benih wijen harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih wijen) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan,
campuran biji gulma, dan tanaman lain.
lahan tanpa
bakar dan
mengelola
sumber daya
alam secara
lestari.
2. Penerapan
sistem
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan
(OPT)
3. Penerapan
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
(UKL) dan
Upaya
- 67 -
Pemantauan
Lingkungan
(UPL) sesuai
peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu
yang dihasilkan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara
sumber benih
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
- 68 -
3) Apabila UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
2 Istilah dan Definisi a. Delinted seed adalah benih tanpa kabu kabu yaitu benih yang sudah dibersihkan dari
b. serat pendek yang menempel pada kulit biji.
c. Pola tanam adalah urutan tanaman dalam sebidang lahan selama satu tahun, termasuk bero;
d. Pergiliran tanaman adalah perubahan/beberapa komoditas dalam pola tanam pada suatu bidang
lahan, yaitu : monokultur; dan tumpang sari/mixed cropping tata tanamnya dapat secara tanam
- 69 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya kapas didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan kapas < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
Rencana kerja pembangunan kebun termasuk rencana fasilitasi pembangunan kebun masyarakat
sekitar.
b) Sarana Pemantauan/drone yang dapat berfungsi untuk memantau perkembangan OPT dan
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
(1) Alat Eradikasi:
(a) Alat Pertanian Kecil
(b) Chain-saw/Gergaji Mesin
(2) Alat Mobilisasi Pengendalian OPT:
(a) Mobil Pick Up/ truk
(b) Traktor Roda 4/Roda 2
(3) Alat aplikator Pengendalian OPT:
Alat aplikator Pengendalian OPT kemiri sunan untuk setiap luasan adalah Knapsac;
Mist Blower, Power Sprayer, Fogger/ Duster, Mesin Bor.
- 72 -
Lahan yang kurang sesuai akan menjadi lahan yang sesuai jika diperlakukan dengan tepat
melalui pemanfaatan bahan organik dengan mengembalikan sisa tanaman ke dalam tanah,
pengelolaan drainase dan pengairan yang tepat, tidak membakar sisa/akar tanaman kapas yang
lama, penambahan pupuk organik dan penambahan pupuk hijau. Pengolahan tanah dilakukan
untuk menciptakan lingkungan tumbuh yang sesuai bagi tanaman kapas mulai dari awal
pertumbuhan sampai panen, sehingga diperoleh lahan yang optimal untuk pertumbuhan kapas.
Pengolahan tanah dapat dilakukan manual, Sistem Semi Mekanisasi, atau Sistem Mekanisasi.
b) Benih
Benih unggul kapas :
(1) Potensi produksi tinggi.
(2) Memiliki daya kecambah > 80%
(3) Mutu fisiknya : kemurnian > 98%, kotoran < 2, kadar air 8 – 10;
(4) Bebas organisme pengganggu tanaman (OPT).
c) Teknologi Penanaman
(1) Pengolahan Tanah dan Penanaman Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu :
(a) Pengolahan tanah sempurna
- 76 -
c. eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
c) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001 (lima
ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
dan
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
dan UPL sesuai penanaman
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
- 83 -
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
- 84 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
- 85 -
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
- 87 -
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
- 88 -
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman kapas dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
- 89 -
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian usaha
perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
- 90 -
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kapas.
- 91 -
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Kapas
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih kapas harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih stevia).
b. Benih tanaman kapas yang dihasilkan berupa biji baik benih dasar, benih pokok maupun benih sebar
harus memenuhi kriteria untuk mutu fisiologis (daya kecambah), mutu fisik (kemurnian benih, kotoran
benih, biji tanaman lain, biji gulma, kadar air) sesuai SNI benih kapas 01-7163-2006.
10 Sistem Manajemen Menetapkan dan menerapkan prosedur meliputi:
Usaha a. Perencanaan;
b. Pengelolaan;
c. Komunikasi pelanggan;
d. Peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan produksi;
e. Tindakan pencegahan;
f. Tindakan perbaikan.
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
- 96 -
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang ditandatangani
oleh produsen dan PBT.
STANDAR USAHA PERTANIAN BIT GULA DAN TANAMAN PEMANIS BUKAN TEBU
NO KBLI : (01137) BUDIDAYA PERTANIAN BIT GULA DAN TANAMAN PEMANIS BUKAN TEBU
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman bit gula
dan tanaman pemanis lainnya bukan tebu, seperti stevia
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Stevia didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Stevia < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
(1) peralatan pemadaman;
(a) perlengkapan pribadi
(b) perlengkapan regu
(c) peralatan tangan
(d) pompa air serta kelengkapannya
(2) pengolahan data dan komunikasi;
- 100 -
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
(Handy Talky), dan megaphone.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Kemiri sunan meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c) Fasiitas hunian dan air bersih
d) Fasilitas lingkungan memiliki tingkat resiko tinggi dalam penggunaan pupuk dan pestisida
kimia serta limbah yang dihasilkan, hal ini menyebabkan rusaknya lingkungan
keanekaragaman hayati, tanah, air dan udara secara permanen.
e) Fasilitas sumber daya lahan memiliki tingkat resiko tinggi dalam kompetisi penggunaan lahan,
hal ini menyebabkan potensi konflik lahan dengan masyarakat dan badan usaha lain tinggi);
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
- 101 -
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
8 Pelayanan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman Tembakau meliputi:
a) Pembukaan terhadap hutan sekunder dilakukan dengan cara:
(1) membabat serendah mungkin
(2) menebang pohon-pohon yang berdiameter hingga 10 cm (berukuran kecil) menggunakan
alat parang besar atau kapak
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak
atau chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
- 102 -
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
karyawan Perusahaan Perkebunan yang ditugaskan dan dilatih untuk pengendalian kebakaran
Lahan Perkebunan, dan regu Perbantuan yang merupakan Pekebun dan/atau masyarakat yang
bermitra dengan Perusahaan Perkebunan
2) Jumlah regu inti terdiri atas:
a) 1 (satu) regu, berjumlah 15 (lima belas) orang untuk luas kebun kurang dari 1.000 (seribu)
hektare;
b) 2 (dua) regu, berjumlah 30 (tiga puluh) orang untuk luas kebun antara 1.000 (seribu) sampai
dengan 5.000 (lima ribu) hektare;
c) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001 (lima
ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
Jangka waktu pemenuhan kewajiban:
No. Kewajiban Jangka waktu
pemenuhan
1. Penerapan Pada saat
Pembukaan membuka dan
teknologi tanpa mengolah
bakar dan lahan
mengolah sumber
- 106 -
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
.
11 Penilaian kesesuaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
dan pengawasan -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian Kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
- 110 -
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
- 111 -
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
- 112 -
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
- 113 -
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) PENGAWASAN
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Stevia dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau
- 115 -
STANDAR USAHA PERTANIAN BIT GULA DAN TANAMAN PEMANIS BUKAN TEBU
NO KBLI : (01140) Produksi Benih Pertanian Bit Gula dan Tanaman Pemanis Bukan Tebu
- 116 -
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian,
pembibitan, dan pembenihan menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman stevia.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak
tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
tebu.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
- 117 -
9 Persyaratan
Produk/Proses/Jasa
f. Tindakan perbaikan.
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
tumbuhan (OPT)
3. Penerapan Upaya Pada saat penanaman
Pengelolaan dan pemeliharaan
Lingkungan (UKL)
dan Upaya
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat penanaman
yang dihasilkan dan pemeliharaan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
- 120 -
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
menangani perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT
Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 122 -
2 Istilah dan Definisi a. Tanaman Tebu Pertama (Plant Cane /PC) adalah tanaman tebu baru yang berasal dari lahan bukan
bekas tebu, menggunakan benih unggul dan bersertifikat.
b. Ratoon (Keprasan) adalah tanaman tebu yang tumbuh dari tunas tanaman sebelumnya (setelah
ditebang).
c. Bongkar Ratoon adalah pelaksanaan budidaya tanaman tebu dengan melakukan pembongkaran
tanaman tebu yang telah dikepras lebih dari 3 kali atau secara ekonomis sudah tidak menguntungkan.
d. Sistem Reynoso adalah sistem pengolahan tanah pada lahan sawah (lahan berpengairan) yang
dikerjakan secara manual dengan pembuatan saluran air yang berfungsi sebagai pemasukan dan
pembuangan air.
- 123 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Tebu didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Tebu< 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
c) Teknologi Penanaman
(1) Pengolahan Tanah dan Penanaman
(a) Persiapan Lahan :
- Dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya.
- Dihindari pembukaan lahan dengan cara dibakar.
- pH tanah asam dinetralkan dengan pemberian dolomit.
(b) Pengolahan Lahan
- Menjelang musim kemarau (periode I).
- Menjelang musim hujan (periode II).
- Khusus Sumatera Utara dapat dilakukan pada Bulan Januari-Juni.
- Pengolahan tanah cukup dalam (25 cm).
- Untuk tanah relatif gembur, bersolum dalam, dan tanah tidak memiliki lapisan
keras : bajak singkal - bajak (garu 32”) - garu akhir (garu 28”) - kair.
- Tegalan yang mempunyai lapisan keras, solum dangkal, bertekstur liat : bajak I
- bajak II - garu - subsoiling - kair.
- Pengelolaan ratoon/keprasan: trash raking – kepras – tining - pupuk.
(c) Jarak kairan 0,95 - 1,25 m. Panjang kairan minimum 50 m.
(d) Jarak tanaman pusat ke pusat (PKP) 1,10 m – 1,30 m.
(2) Masa Tanam Optimal
(a) Periode I : awal musim kemarau sekitar April- Agustus.
- 130 -
Bibit stek pucuk/top stek, diambil dari pucuk batang tebu dengan jumlah
mata 2 atau lebih.
(4) Dosis umum yang dapat digunakan untuk memproduksi tebu per 1.000 ku/ha terdiri
dari :
Jumlah kebutuhan/dosis pupuk untuk tebu yaitu unsur pupuk N ± 150 Kg N, unsur
pupuk P ± 105 Kg P2O5, dan unsur pupuk K ± 150 Kg K2O.
(a) Pupuk I : Pupuk dasar/pertama diberikan sebelum tanam terdiri dari pupuk P
diberikan 100% dan pupuk N diberikan 1/3 dosis
(b) Pupuk II : Pupuk kedua diberikan saat tanaman berumur ± 1,5 - 3 bulan dengan
dosis N sisa dari dosis pemupukan pertama 2/3 dosis,dan 100% dosis pupuk K.
(5) Cara Pemupukan
(a) Pemupukan pertama ditabur di dasar kairan atau dibenam 5-10 cm dari dasar
kairan lalu bibit ditanam dan ditutup pada hari yang sama.
(b) Pemupukan kedua, pupuk ditabur dalam kairan dan ditutup dengan tanah yang
berfungsi sebagai turun tanah/ pembumbunan pertama.
(6) Pemeliharaan Tanaman
(a) Penyulaman
- Jika dalam barisan tanaman tebu terdapat lebih dari 50 cm kosong (tidak ada
tanaman).
- Dilakukan pada umur 4-5 minggu.
- 132 -
2) Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung
air.
a) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat
tulis.
b) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun
dengan ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter).
Jika dalam kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka
dapat dilakukan sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
(seribu) hektare;
(2) 2 (dua) regu, berjumlah 30 (tiga puluh) orang untuk luas kebun antara 1.000 (seribu)
sampai dengan 5.000 (lima ribu) hektare;
(3) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001
(lima ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
(4) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001
(sepuluh ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
- 139 -
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
10. Pelaksanaan 1 (Satu)
tanggung jawab Tahun sekali.
sosial dan
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
- 141 -
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
- 142 -
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
- 143 -
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budidaya tanaman Tebu dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masingberdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakuplaporan Pelaku Usahadaninspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
- 144 -
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada
tahap operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui
Petugas Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat
sesuai kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian
usaha perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau
lembaga lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan
perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
- 145 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak
tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
tebu.
- 146 -
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Tebu
- 147 -
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih tebu harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih tebu tiap jenjang yaitu KBN, KBI, KBD) antara lain desain kebun, kualifikasi benih, benih
sumber (asal, bentuk, kemasan), penggunaan lahan sebelumnya, lokasi, kesuburan tanah,
drainase/penyediaan air, tanaman (tingkat kerebahan, tingkat serangan penyakit sistemik, tingkat
serangan hama), campuran varietas lain.
b. Benih tanaman tebu (benih dasar, benih pokok, benih sebar) harus memenuhi kriteria standar mutu
benih tebu berdasarkan SNI Nomor 7312 Tahun 2008 antara lain untuk varietas, umur benih,
kesehatan, kondisi benih (bentuk, kesegaran, mata tunas, ukuran ruas/bagal, perlakuan, kemasan)
dan label.
10 Sistem Manajemen Menetapkan dan menerapkan prosedur meliputi:
Usaha a. Perencanaan;
b. Pengelolaan;
c. Komunikasi pelanggan;
d. Peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan produksi;
e. Tindakan pencegahan;
f. Tindakan perbaikan.
dan Upaya
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat penanaman
yang dihasilkan dan pemeliharaan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian Kesesuaian
dan pengawasan No Kriteria Ada/ Ket
Tidak
Persyaratan Umum
1 Dokumen asal-usul
- 150 -
benih
- Bersertifikat
- Berlabel
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
menangani perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT
- 151 -
Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Kemiri sunan meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c) Fasiitas hunian dan air bersih
d) Fasilitas lingkungan memiliki tingkat resiko tinggi dalam penggunaan pupuk dan pestisida
kimia serta limbah yang dihasilkan, hal ini menyebabkan rusaknya lingkungan
keanekaragaman hayati, tanah, air dan udara secara permanen.
e) Fasilitas sumber daya lahan memiliki tingkat resiko tinggi dalam kompetisi penggunaan
lahan, hal ini menyebabkan potensi konflik lahan dengan masyarakat dan badan usaha lain
tinggi);
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
- 156 -
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
8 Pelayanan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman Tembakau meliputi:
a) Pembukaan terhadap hutan sekunder dilakukan dengan cara:
(1) membabat serendah mungkin
(2) menebang pohon-pohon yang berdiameter hingga 10 cm (berukuran kecil) menggunakan
alat parang besar atau kapak
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak
atau chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
- 157 -
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan
mendapat izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
2) Standar budi daya tanaman TEMBAKAU yang baik
a) Dalam budidaya tembakau benih yang dianjurkan adalah benih dari varietas unggul dan
bersertifikat.
b) Tempat persemaian harus cukup sinar matahari, lapisan tanah yang subur dan tebal,
drainase baik, dekat dengan sumber air, bebas dari gangguan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT)
c) bedengan dibuat membujur Utara-Selatan, dengan lebar 1 m, tinggi permukaan ± 25 cm,
panjang 5 m atau disesuaikan dengan panjang lahan sedangkan antar bedengan dibuat
selebar 1-1,5 m dan dibuat selokan keliling
d) pemberian pupuk kandang pada saat penyiapan bedengan diperlukan juga pupuk anorganik
sebanyak 25 gr ZA dan 50 gr SP-36 per m² yang diberikan 1-2 hari sebelum sebar benih
e) Benih tembakau yang telah mencapai tinggi 10-15 cm atau sudah berumur 40-60 HSS
dapat dipindahkan ke lahan pertanaman
f) Pemupukkan tanaman tembakau yaitu dengan cara pemupukan yang tepat dan berimbang
g) Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pembumbunan, pemangkasan dan
penyirungan serta pengendalian hama dan penyakit.
3) Standar pengendalian OPT tanaman TEMBAKAU.
a) Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan tanaman, mengetahui serangan OPT, serta
- 158 -
4) Gudang pupuk, pestisida dan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk pengendalian OPT.
5) Gudang Peralatan/Mesin Pengedalian OPT.
6) Bangunan/gedung untuk penanganan limbah beracun (B3).
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun
dengan ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika
dalam kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat
dilakukan sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
a) 1 (satu) regu, berjumlah 15 (lima belas) orang untuk luas kebun kurang dari 1.000 (seribu)
hektare;
b) 2 (dua) regu, berjumlah 30 (tiga puluh) orang untuk luas kebun antara 1.000 (seribu)
sampai dengan 5.000 (lima ribu) hektare;
c) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001 (lima
ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
- 163 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
- 165 -
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
- 166 -
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
- 168 -
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman TEMBAKAU dilaksanakan oleh Menteri
Pertanian, gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada
tahap operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui
Petugas Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat
- 169 -
sesuai kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian
usaha perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau
lembaga lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan
perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak
tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
tembakau.
3 Penggolongan Usaha -
- 171 -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Tembakau
- 172 -
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih tembakau harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih tembakau).
b. Benih tanaman tembakau yang dihasilkan berupa biji harus memenuhi kriteria untuk varietas, asal
biji, mutu genetis (kemurnian, kotoran benih, biji tanaman lain, biji gulma), mutu fisiologis (daya
berkecambah, kadar air).
pengganggu pemeliharaan
tumbuhan (OPT)
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
menangani perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT
Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 177 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Rami, Jute, Rossella, Kapuk, Abaca didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan TEMBAKAU < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan
jaringan internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
(1) peralatan pemadaman;
(a) perlengkapan pribadi
(b) perlengkapan regu
(c) peralatan tangan
(d) pompa air serta kelengkapannya
(2) pengolahan data dan komunikasi;
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
(Handy Talky), dan megaphone.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Kemiri sunan meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
- 181 -
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman Tembakau meliputi:
a) Pembukaan terhadap hutan sekunder dilakukan dengan cara:
(1) membabat serendah mungkin
(2) menebang pohon-pohon yang berdiameter hingga 10 cm (berukuran kecil) menggunakan
alat parang besar atau kapak
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak
atau chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan
mendapat izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
2) Standar budi daya tanaman Rami, Jute, Rossella, Kapuk, Abaca yang baik
a) Dalam budidaya tembakau benih yang dianjurkan adalah benih dari varietas unggul dan
bersertifikat.
b) Tempat persemaian harus cukup sinar matahari, lapisan tanah yang subur dan tebal,
drainase baik, dekat dengan sumber air, bebas dari gangguan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT)
- 183 -
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
- 188 -
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
10. Pelaksanaan 1 (Satu)
tanggung jawab Tahun sekali.
sosial dan
lingkungan sesuai
- 189 -
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
.
11 Penilaian kesesuaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
dan pengawasan -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
- 190 -
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
- 191 -
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
- 193 -
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Rami, Jute, Rossella, Kapuk, Abaca
dilaksanakan oleh Menteri Pertanian, gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-
masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada
tahap operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
- 194 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau
lembaga lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan
perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
- 195 -
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
Rami, Jute, Rosella, Kapuk, Abaca.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus a. Penerapan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari;
Usaha b. Penerapan sistem pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);
c. Penerapan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai
peraturan perundang-undangan;
d. Menjamin mutu yang dihasilkan sesuai standar mutu;
e. Memelihara sumber benih.
9 Persyaratan Kebun sumber benih Rami, Jute, Rosella, Kapuk, Abaca harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan
Produk/Proses/Jasa teknis (standar kebun sumber benih Rami, Jute, Rosella, Kapuk, Abaca) dan pengujian laboratorium
untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan, campuran biji gulma, dan tanaman lain.
pembukaan
lahan tanpa
bakar dan
mengelola
sumber daya
alam secara
lestari.
2. Penerapan
sistem
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan
(OPT)
3. Penerapan
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
(UKL) dan
- 200 -
Upaya
Pemantauan
Lingkungan
(UPL) sesuai
peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu
yang dihasilkan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara
sumber benih
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
- 201 -
menangani perbenihan.
3) Apabila UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
STANDAR USAHA BUDI DAYA ZAITUN
NO KBLI : (01269) Perkebunan Buah Oleaginous Lainnya
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan tanaman pemanenan tanaman buah zaitun.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Zaitun didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 202 -
(3) Ambulance.
b) Fasilitas penerangan (listrik): Genset dan instalasi listrik
c) Fasilitas Hunian dan air bersih.
b) 2 (dua) regu, berjumlah 30 (tiga puluh) orang untuk luas kebun antara 1.000 (seribu) sampai
dengan 5.000 (lima ribu) hektare;
c) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001 (lima
ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
undangan.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
- 213 -
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
- 214 -
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
- 215 -
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Zaitun dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
- 216 -
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada
tahap operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui
Petugas Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat
sesuai kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
- 217 -
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian
usaha perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau
lembaga lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan
perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan tanaman buah oleaginous lain, seperti buah
zaitun dan lainnya. Termasuk kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman buah oleoginouslainnya.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak
tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
zaitun.
d. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus a. Penerapan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari;
Usaha b. Penerapan sistem pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);
c. Penerapan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai
peraturan perundang-undangan;
d. Menjamin mutu yang dihasilkan sesuai standar mutu;
e. Memelihara sumber benih.
9 Persyaratan Kebun sumber benih zaitun harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih zaitun) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan,
campuran biji gulma, dan tanaman lain.
teknologi
pembukaan
lahan tanpa
bakar dan
mengelola
sumber daya
alam secara
lestari.
2. Penerapan
sistem
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan
(OPT)
3. Penerapan
Upaya
- 223 -
Pengelolaan
Lingkungan
(UKL) dan
Upaya
Pemantauan
Lingkungan
(UPL) sesuai
peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu
yang dihasilkan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara
sumber benih
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
- 224 -
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
menangani perbenihan.
3) Apabila UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak
tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
penutup tanah.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Penutup Tanah
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih tanaman penutup tanah harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis
Produk/Proses/Jasa (standar kebun sumber benih tanaman penutup tanah).
b. Benih tanaman penutup tanah yang dihasilkan berupa:
- 227 -
1) Biji harus memenuhi kriteria untuk mutu genetis (varietas, asal biji, kemurnian), mutu fisiologis
(daya berkecambah, kadar air), mutu fisik (benih murni, kesehatan), perlakuan, dan daya simpan.
2) Setek harus memenuhi kriteria untuk varietas, asal usul setek, mutu genetik kemurnian, mutu
fisik (fisik, panjang setek, warna setek), kesehatan, isi kemasan dan perlakuan.
3) Polibeg harus memenuhi kriteria untuk varietas, asal usul setek, umur benih, tinggi/panjang
sulur, diameter batang, jumlah daun, warna daun, kondisi benih, kemurnian benih, kesehatan
benih dan polibeg.
10 Sistem Manajemen Menetapkan dan menerapkan prosedur meliputi:
Usaha a. Perencanaan;
b. Pengelolaan;
c. Komunikasi pelanggan;
d. Peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan produksi;
e. Tindakan pencegahan;
f. Tindakan perbaikan.
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat penanaman
yang dihasilkan dan pemeliharaan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian Kesesuaian
dan pengawasan
No Kriteria Ada/ Ket
Tidak
Persyaratan Umum
1 Dokumen asal-usul
benih
- 230 -
- Bersertifikat
- Berlabel
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
- 231 -
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
Peralatan standar untuk identifikasi OPT sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ditetapkan.
b) Sarana Pemantauan/drone yang dapat berfungsi untuk memantau perkembangan OPT dan
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
(1) Alat Eradikasi:
(a) Alat Pertanian Kecil
(b) Chain-saw/Gergaji Mesin
(2) Alat Mobilisasi Pengendalian OPT:
(a) Mobil Pick Up/ truk
(b) Traktor Roda 4/Roda 2
(3) Alat aplikator Pengendalian OPT:
Alat aplikator Pengendalian OPT kemiri sunan untuk setiap luasan adalah Knapsac;
Mist Blower, Power Sprayer, Fogger/ Duster, Mesin Bor.
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
Sarana Pengendalian kebakaran meliputi :
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan
jaringan internet dan menara pemantau api.
- 234 -
kimia serta limbah yang dihasilkan, hal ini menyebabkan rusaknya lingkungan
keanekaragaman hayati, tanah, air dan udara secara permanen.
e) Fasilitas sumber daya lahan memiliki tingkat resiko tinggi dalam kompetisi penggunaan
lahan, hal ini menyebabkan potensi konflik lahan dengan masyarakat dan badan usaha lain
tinggi);
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
8 Pelayanan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman Tembakau meliputi:
- 236 -
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
- 239 -
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
.
11 Penilaian kesesuaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
dan pengawasan -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
- 244 -
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
- 245 -
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
- 246 -
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
- 247 -
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Penutup Tanah dilaksanakan oleh Menteri
Pertanian, gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
- 248 -
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada
tahap operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui
Petugas Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat
sesuai kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian
usaha perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau
lembaga lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan
perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
- 249 -
d) Fasilitas lingkungan memiliki tingkat resiko tinggi dalam penggunaan pupuk dan pestisida
kimia serta limbah yang dihasilkan, hal ini menyebabkan rusaknya lingkungan
keanekaragaman hayati, tanah, air dan udara secara permanen.
e) Fasilitas sumber daya lahan memiliki tingkat resiko tinggi dalam kompetisi penggunaan
lahan, hal ini menyebabkan potensi konflik lahan dengan masyarakat dan badan usaha lain
tinggi);
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
8 Pelayanan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
- 254 -
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
- 257 -
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
dan
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
dan UPL sesuai penanaman
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
- 260 -
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
- 261 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIA
No. Persyaratan Ketersediaan
- 262 -
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
- 263 -
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
- 264 -
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
- 265 -
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) PENGAWASAN
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Semusim lain dilaksanakan oleh Menteri
Pertanian, gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
- 266 -
perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
STANDAR USAHA JASA PENGOLAHAN
NO KBLI : (01199) Produksi Benih Tanaman Semusim Lain
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup pertanian tanaman semusim lainnya yang belum terklasifikasi di tempat lain dan
kegiatan pembibitannya.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak
tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang Tanaman
Semusim Lain.
3 Penggolongan Usaha -
- 268 -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
6 Sarana a. Tersedia sumber dan instalasi air
b. Area pembenihan bebas dari Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT)
c. Sarana dan prasarana produksi benih antara lain: kendaraan pengangkut benih, pupuk dan pestisida.
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Semusim
Lainnya.
- 269 -
9 Persyaratan Kebun sumber benih tanaman semusim lain harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar
Produk/Proses/Jasa kebun sumber benih tanaman semusim lain) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian
fisik, viabilitas, kesehatan, campuran biji gulma, dan tanaman lain.
bakar dan
mengelola
sumber daya
alam secara
lestari.
2. Penerapan
sistem
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan
(OPT)
3. Penerapan
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
(UKL) dan
Upaya
Pemantauan
- 272 -
Lingkungan
(UPL) sesuai
peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu
yang dihasilkan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara
sumber benih
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
menangani perbenihan.
3) Apabila UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
- 273 -
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Kurma meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c) Fasiitas hunian dan air bersih
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
- 278 -
melalui kegiatan:
(1) pencegahan;
(2) penanggulangan; dan
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
- 281 -
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
- 284 -
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
10. Pelaksanaan 1 (Satu)
tanggung jawab Tahun sekali.
sosial dan
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
- 286 -
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
- 287 -
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
- 288 -
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Kurma dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
- 289 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak
tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
- 291 -
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kurma.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Kurma
9 Persyaratan Kebun sumber benih kurma harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih kurma) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan,
campuran biji gulma, dan tanaman lain.
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat penanaman
yang dihasilkan dan pemeliharaan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
Persyaratan Umum
1 Dokumen asal-
usul benih
- Bersertifikat
- Berlabel
2 Pencatatan
data benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
- 296 -
menangani perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT
Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Jambu mete didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Jambu mete < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 297 -
perkebunan.
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun tanaman
saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja, teropong, kompas,
sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam kondisi
tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan sistem
kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
- 305 -
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
- 308 -
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
- 311 -
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
- 312 -
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Jambu mete dilaksanakan oleh Menteri
Pertanian, gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan
- 313 -
peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan buah Kelapa.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Kelapa didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Kelapa < 25 ha.
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
4 Persyaratan Umum a. Usaha Perkebunan < 25 ha
Usaha -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
Rencana kerja pembangunan kebun termasuk rencana fasilitasi pembangunan kebun masyarakat
sekitar.
5 Persyaratan Khusus a. Usaha Perkebunan < 25 ha
Usaha -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT);
- 316 -
2) Memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan
lahan tanpa bakar serta pengendalian kebakaran;
3) Persetujuan masyarakat hukum adat, untuk lahan yang digunakan seluruhnya atau sebagian
berada di atas tanah hak ulayat;
4) Kesepakatan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat sekitar tentang aktivitas usaha
perkebunan mencakup batas-batas wilayah kerja perusahaan perkebunan;
5) Kesanggupan memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar dilengkapi dengan rencana
kerja dan rencana pembiayaan;
6) Kesanggupan melaksanakan kemitraan dengan pekebun, karyawan dan masyarakat sekitar
perkebunan.
6 Sarana a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Sarana Pengendalian OPT terpadu
a) Alat Identifikasi OPT
Peralatan standar untuk identifikasi OPT sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ditetapkan.
b) Sarana Pemantauan/drone yang dapat berfungsi untuk memantau perkembangan OPT dan
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
- 317 -
mendapat izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
2) Standar budi daya tanaman Kelapa yang baik meliputi :
a) persyaratan tumbuh untuk Budidaya kelapa terdiri dari persyaratan Iklim dan lahan yang
minimal pada kriteria sesuai (S);
b) Menggunakan benih unggul bersertifikat dan berlabel.
c) Penyiapan lahan dilakukan dengan pembukaan lahan tanpa bakar
d) Penanaman kelapa Penanaman kelapa dapat menggunakan benih siap tanam dalam polibeg
atau benih siap tanam tanpa polibeg dan diawali dengan pemupukan dasar dengan
menggunakan pupuk yang mengandung unsur hara fosfor dengan dosis sesuai anjuran serta
pupuk organik;
e) Pemeliharaan tanaman kelapa meliputi pemupukan, pemantauan dan pengendalian
organisne pengganggu tumbuhan (gulma, hama dan penyakit).
f) Panen buah kelapa disesuaikan dengan tujuan panen yaitu, muda atau tua dengan kriteria
dan teknik tertentu;
g) Pengembangan tanaman kelapa dapat dilakukan dengan cara perluasan (ekstensifikasi),
Peremajaan, Intensifikasi dan Diversifikasi.
3) Standar pengendalian OPT tanaman Kelapa meliputi :
a) Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan tanaman, mengetahui serangan OPT, serta
kondisi ekologis sekitar tanaman.
b) Dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan OPT, serta kondisi ekologis sekitar
- 321 -
tanaman. Pengamatan OPT dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu di
wilayah yang telah dilakukan pemantauan.
c) Pengendalian OPT dilaksanakan melalui Sistem Pengendalian OPT Terpadu yang dilakukan
melalui kegiatan:
(1) pencegahan;
(2) penanggulangan; dan
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
4) Gudang pupuk, pestisida dan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk pengendalian OPT.
5) Gudang Peralatan/Mesin Pengedalian OPT.
6) Bangunan/gedung untuk penanganan limbah beracun (B3).
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
undangan.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan Umum
1 Rencana kerja
pembangunan kebun
termasuk rencana
fasilitasi
pembangunan kebun
masyarakat sekitar
B Persyaratan Khusus
1 Memiliki sumber daya
manusia, sarana,
- 328 -
4 Kesepakatan antara
perusahaan
perkebunan dengan
masyarakat sekitar
tentang aktivitas
usaha perkebunan
mencakup batas-batas
wilayah kerja
perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan kebun
masyarakat sekitar
dilengkapi dengan
rencana kerja dan
rencana pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun, karyawan
- 330 -
dan masyarakat
sekitar perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Kelapa dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada
tahap operasinal.
- 331 -
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui
Petugas Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat
sesuai kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian
usaha perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau
lembaga lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan
perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
- 332 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kelapa.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
- 333 -
3 Pencatatan kegiatan
setiap tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan
tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
menangani perbenihan.
3) Apabila UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 338 -
2 Istilah dan Definisi a. Tanaman Belum Menghasilkan yang selanjutnya disebut TBM adalah tanaman sejak mulai ditanam
sampai saat panen pada umur 36-48 bulan;
b. Tanaman Menghasilkan yang selanjutnya disebut TM adalah tanaman yang dipelihara sejak berumur
lebih dari 36 bulan yang telah berbunga dan berbuah;
c. Tandan Buah Segar yang selanjutnya disebut TBS adalah buah kelapa sawit yang masih ada dipohon
maupun yang sudah dipanen, masih lengkap dengan tandannya
d. Brondolan adalah biji kelapa sawit yang terlepas dari tandan buah;
e. Etiolasi adalah tanaman kelapa sawit yang tumbuh tidak normal dengan ciri utama pertumbuhan
meninggi sebagai akibat kurangnya sinar matahari;
f. Lahan Gambut adalah kawasan gambut yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya perkebunan kelapa
sawit;
- 339 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Kelapa Sawit didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Kelapa Sawit < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
(Handy Talky), dan megaphone.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Kelapa Sawit meliputi:
a) Fasilitas kesehatan minimal untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K;
(2) Poliklinik ;
(3) Ambulance
b) Fasilitas penerangan (listrik): Genset dan instalasi listrik
c) Fasilitas Hunian dan air bersih
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
- 343 -
emerahan
12,5-25%
buah luar
Kurang
1 membrondol,
matang
buah berwarna
kemerahan
25-50% buah
luar
membrondol,
2 Matang
buah berwarna
merah
mengkilat
50-75% buah
luar
3 membrondol, Matang
buah berwarna
orange
75-100% buah
4 luar Lewat matang
membrondol,
- 347 -
buah berwarna
dominan
orange
Buah bagian
5 dalam ikut Lewat matang
membrondol
n) Tandan bekas pemotongan berbentuk V, sehingga tidak ada tangkai tandan terbawa ke
pabrik;
o) Tandan sebaiknya terhindar dari pelukaan pada saat pemotongan, pengangkutan ke TPH dan
ke truk;
p) Brondolan yang ada di piringan pohon dan ketiak pelepah dikutip dan diangkut ke TPH
dengan menggunakan karung bekas pupuk;
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
- 355 -
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
- 356 -
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
- 357 -
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Kelapa Sawit dilaksanakan oleh Menteri
Pertanian, gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
- 358 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kelapa.
3 Penggolongan Usaha -
- 360 -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 366 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
teh.
- 367 -
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Teh
- 368 -
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
- 372 -
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus a. Penerapan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari;
Usaha b. Penerapan sistem pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);
c. Penerapan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai
peraturan perundang-undangan;
d. Menjamin mutu yang dihasilkan sesuai standar mutu;
e. Memelihara sumber benih.
8 Pelayanan Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Jambu Mete
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih jambu mete harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih jambu mete) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas,
kesehatan, campuran biji gulma, dan tanaman lain.
b. Benih jambu mete dalam bentuk biji mengacu SNI benih jambu mete 01-7154-2006 yang harus
memenuhi kriteria untuk mutu fisiologis (daya berkecambah), mutu fisik berupa kemurnian benih,
kotoran benih, biji tanaman lain, biji gulma, kadar air.
e. Tindakan pencegahan;
f. Tindakan perbaikan.
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
Persyaratan Khusus Usaha
1. Penerapan
teknologi
pembukaan
lahan tanpa
bakar dan
mengelola
sumber daya
alam secara
lestari.
2. Penerapan
sistem
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan
(OPT)
3. Penerapan
Upaya
- 377 -
Pengelolaan
Lingkungan
(UKL) dan
Upaya
Pemantauan
Lingkungan
(UPL) sesuai
peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu
yang dihasilkan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara
sumber benih
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
- 378 -
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Apabila UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
STANDAR USAHA PRODUKSI BENIH TANAMAN KOPI
NO KBLI : (01270) Pertanian Tanaman Untuk Bahan Minuman
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan
dan pembenihan tanaman untuk bahan minuman, seperti tanaman kopi, teh, mate dan kakao
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kopi.
3 Penggolongan Usaha -
- 379 -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Kopi
- 380 -
c. Komunikasi pelanggan;
d. Peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan produksi;
e. Tindakan pencegahan;
f. Tindakan perbaikan.
b. Pengawasan
- 384 -
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
STANDAR USAHA PRODUKSI BENIH TANAMAN KAKAO
NO KBLI : (01270) Pertanian Tanaman Untuk Bahan Minuman
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan
dan pembenihan tanaman untuk bahan minuman, seperti tanaman kopi, teh, mate dan kakao.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
- 385 -
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kakao.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Kakao
kotiledon.
5) Benih kecambah plagiotrop harus memenuhi kriteria untuk : umur benih, tinggi benih, warna
daun, jumlah daun, diameter batang, Kesehatan, materi genetik, asal benih, komposisi daun,
kotiledon, dan akar tunggang/calon akar.
6) Benih siap salur ortotrop harus memenuhi kriteria untuk : umur benih, tinggi benih, jumlah daun,
warna daun, diameter batang, Kesehatan, dan asal usul benih.
7) Benih siap sallur plagiotrop harus memenuhi kriteria untuk : umur benih, tinggi benih, jumlah
daun, warna daun, diameter batang, Kesehatan, dan asal-usul benih.
c. Benih kakao dalam bentuk entres harus memenuhi kriteria untuk : kemurnian, kesegaran fisik,
Panjang entres, mata tunas, warna batang, daya simpan, Kesehatan, isi kemasan dan perlakuan.
d. Benih kakao dalam bentuk Somatic Embryogenesis (SE) harus memenuhi kriteria untuk : varietas/klon,
jumlah benih, jumlah daun, tinggi benih, dan lilit batang.
10 Sistem Manajemen Menetapkan dan menerapkan prosedur meliputi:
Usaha a. Perencanaan;
b. Pengelolaan;
c. Komunikasi pelanggan;
d. Peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan produksi;
e. Tindakan pencegahan;
f. Tindakan perbaikan.
- 388 -
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
- 391 -
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan tanaman kopi.
1) Memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT);
- 393 -
2) Memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan
lahan tanpa bakar serta pengendalian kebakaran;
3) Persetujuan masyarakat hukum adat, untuk lahan yang digunakan seluruhnya atau sebagian
berada di atas tanah hak ulayat;
4) Kesepakatan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat sekitar tentang aktivitas usaha
perkebunan mencakup batas-batas wilayah kerja perusahaan perkebunan;
5) Kesanggupan memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar dilengkapi dengan rencana
kerja dan rencana pembiayaan;
6) Kesanggupan melaksanakan kemitraan dengan pekebun, karyawan dan masyarakat sekitar
perkebunan.
6 Sarana a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Sarana Pengendalian OPT terpadu
a) Alat Identifikasi OPT
Peralatan standar untuk identifikasi OPT sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ditetapkan.
b) Sarana Pemantauan/drone yang dapat berfungsi untuk memantau perkembangan OPT dan
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
- 394 -
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budi daya kopi meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Kendaraan mobilisasi korban
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik.
c) Fasilitas hunian dan air bersih.
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan kopi < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan kopi ≥ 25 Ha
1) Manajer/Administratur;
2) Asisten kebun/asisten afdeling, asisten kepala/asisten manajer/kepala divisi;
- 396 -
undangan.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
- 405 -
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
- 406 -
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
- 408 -
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman kopi dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/ walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
- 409 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
- 410 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan usaha budi daya kakao didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan kakao < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
Peralatan standar untuk identifikasi OPT sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ditetapkan.
b) Sarana Pemantauan/drone yang dapat berfungsi untuk memantau perkembangan OPT dan
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
(1) Alat Eradikasi:
(a) Alat Pertanian Kecil
(b) Chain-saw/Gergaji Mesin
(2) Alat Mobilisasi Pengendalian OPT:
(a) Mobil Pick Up/truk/
(b) Kendaraan roda 3
(c) Traktor Roda 4/Roda 2
(3) Alat aplikator Pengendalian OPT:
(4) Alat aplikator Pengendalian OPT kakao adalah Knapsack 40; Mist Blower 5, Power
Sprayer 5, Fogger/Duster 2. (Jumlah alat di atas untuk setiap luasan < 2000 Ha)
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
- 413 -
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak atau
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
e. Panen buah kakao disesuaikan dengan tujuan panen yaitu muda atau tua dengan kriteria dan
teknik tertentu.
f. Pengembangan tanaman kakao dapat dilakukan dengan cara perluasan (ekstensifikasi),
Peremajaan (replanting), Intensifikasi dan Diversifikasi.
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun tanaman
saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja, teropong, kompas,
sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
- 418 -
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam kondisi
tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
peraturan pemelihaaan
perundang-
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
- 421 -
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan pemelihaaan
keragaman
sumber daya
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
10. Pelaksanaan 1 (Satu)
tanggung jawab Tahun sekali.
sosial dan
lingkungan sesuai
- 422 -
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
- 423 -
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
- 424 -
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
- 425 -
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
- 426 -
perkebunan
2) PENGAWASAN
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman kakao dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
- 427 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
- 428 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannyayang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangkan tanaman.
b. Benih stump adalah hasil dari pemangkasan daun, batang dan sebagian akar serta pembuangan tanah
dari polibag dan tidak mengurangi daya tahan serta kualitas benih.
c. Setek yaitu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang,
akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru.
d. Sumber benih adalah tempat dimana suatu kelompok benih diproduksi.
e. Kebun Induk adalah kebun yang dibangun dengan rancangan khusus sehingga perkawinan liar dapat
dicegah dan persilangan yang diinginkan dimungkinkan terlaksana.
f. Sertifikasi adalah keterangan tentang pemenuhan persyaratan mutu yang diberikan oleh lembaga
sertifikasi pada kelompok benih yang disertifikasi atas permintaan produsen benih.
- 429 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Tanaman Untuk Bahan Minuman (teh) didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan teh < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan teh ≥ 25 ha.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helicopter.
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budi daya teh meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama:
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Kendaraan mobilisasi korban
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik.
c) Fasilitas hunian dan air bersih.
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan teh < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan teh ≥ 25 Ha
1) Manajer kebun/Administratur;
2) Asisten kebun/asisten afdeling, asisten kepala/asisten manajer/kepala divisi;
3) Asisten/Sinder/Kepala Divisi/Kepala Afdeling;
4) Pengawas/Mandor (Penyiapan lahan, pembibitan/okulator, penanaman, pemupukan, pengendalian
OPT, rehabilitasi, konservasi tanah dan air, panen), mandor kepala/ mandor besar/ mandor I dan
pembudidaya/petani teh;
5) Pelaksana (penyedia bahan tanam/pembibitan, rehabilitasi teh, pemangkasan teh dan pohon
penaung, pasca panen/ pemroses teh);
- 433 -
b) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan OPT, serta kondisi ekologis
sekitar tanaman. Pengamatan OPT dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu
di wilayah yang telah dilakukan pemantauan.
c) Pengendalian OPT dilaksanakan melalui Sistem Pengendalian OPT Terpadu yang dilakukan
melalui kegiatan:
(1) Pencegahan.
(2) penanggulangan dan
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup
9 Persyaratan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
Produk/Proses/Jasa -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
-
4) Gudang pupuk, pestisida dan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk pengendalian OPT.
5) Gudang Peralatan/Mesin Pengedalian OPT.
6) Bangunan/gedung untuk penanganan limbah beracun (B3).
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
- 440 -
sosial dan
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak ada)
- 442 -
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
- 443 -
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
- 444 -
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
- 445 -
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman teh dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/ walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
- 446 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
- 447 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Lada didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Lada < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 448 -
perkebunan.
Alat aplikator Pengendalian OPT lada meliputi Knapsack, Mist Blower, Power Sprayer,
Fogger/ Duster, Mesin Bor.
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
Sarana Pengendalian kebakaran meliputi :
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
(1) peralatan pemadaman;
(a) perlengkapan pribadi
(b) perlengkapan regu
(c) peralatan tangan
(d) pompa air serta kelengkapannya
(2) pengolahan data dan komunikasi;
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
(Handy Talky), dan megaphone.
(3) sarana transportasi: pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
- 451 -
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Lada meliputi:
a. Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b. Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c. Fasiitas hunian dan air bersih
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
8 Pelayanan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
- 452 -
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman Lada meliputi:
a) Pembukaan terhadap hutan sekunder dilakukan dengan cara:
(1) membabat serendah mungkin
(2) menebang pohon-pohon yang berdiameter hingga 10 cm (berukuran kecil) menggunakan
alat parang besar atau kapak
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak atau
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
b) Benih
Benih lada menggunakan sulur panjat yang memiliki kriteria sebagai berikut:
(1) Berasal dari kebun sumber benih yang telah ditetapkan oleh Dirjen Perkebunan atas
nama Menteri, berumur paling kurang 7 bulan dan paling lama 36 bulan.
(2) Bebas dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
(3) Memiliki ciri pada bukunya terdapat akar lekat dan berdaun penumpu
(4) Setek lada diambil dari sulur panjat yang sudah berkayu
(5) Benih disemai terlebih dahulu dalam polibeg hingga menjadi 5-7 ruas.
c) Teknologi Penanaman
- 454 -
(c) Benih diberi naungan dengan dedaunan seperti alang-alang, pelepah pisang, atau
daun lada, guna menurunkan risiko kematian akibat terik matahari.
(d) Apabila terdapat benih yang mati atau pertumbuhan tidak normal, dilakukan
penyulaman.
(4) Pemeliharaan Tanaman
(a) Penggemburan tanah dan penyiangan gulma
- Penggemburan tanah dilakukan di sekitar perakaran tanaman secara melingkar
sesuai dengan tajuk tanaman
- Penggemburan tanah dilakukan pada awal dan akhir musim hujan.
(b) Pemangkasan
- Pemangkasan pertama 5-6 bulan setelah tanam atau pada saat tanaman
mencapai 8–9 ruas. Pemangkasan dilakukan pada 25–30 cm dari permukaan
tanah, (di atas 2 buku berdaun yang telah melekat kuat pada tajar).
- Pemangkasan kedua dilakukan sulur baru telah membentuk 7–9 buku atau 6
bulan setelah pemangkasan pertama, yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan
cabang buah.
- Pemangkasan ketiga dilakukan 12 bulan setelah pemangkasan kedua (tanaman
berumur 2 tahun).
- Bunga dan buah yang keluar sebelum tanaman berumur 2 tahun, sebaiknya
- 457 -
d) Panen
(1) Panen Lada dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 tahun dengan cara memetik
buah pada tingkat kemasakan yang tepat untuk berbagai olahan.
(2) Tingkat kemasakan buah yang akan diolah menjadi lada hijau kering (dehydrated green
pepper) 5-5,5 bulan, lada hitam 6-7 bulan yang ditandai dengan warna buah hijau tua,
- 458 -
sedangkan untuk lada putih 8-9 bulan yang ditandai dengan warna buah kuning
kemerahan mencapai 25% dalam satu malai.
(3) Buah lada yang jatuh ketanah harus diambil secara terpisah dan tidak boleh dicampur
dengan buah lada yang berasal dari pohon, dan buah tersebut harus diproses secara
terpisah untuk menekan kontaminasi dari mikroba.
(4) Pemetikan lada harus dilakukan secara selektif dan higienis, dikumpulkan dan diangkut
didalam kantong atau keranjang yang bersih untuk dibawa ketempat pemprosesan).
(5) Pelaksanaan panen dalam 1 (satu) tahun dilakukan setiap 3-4 bulan
(c) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
- 460 -
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan pemelihaaan
keragaman
sumber daya
- 463 -
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
10. Pelaksanaan 1 (Satu)
tanggung jawab Tahun sekali.
sosial dan
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
- 464 -
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
- 465 -
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
- 466 -
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Lada dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
- 468 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
STANDAR USAHA PRODUKSI BENIH LADA
NO KBLI : (01281) Perkebunan Lada
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan,
dan pembenihan tanaman lada.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
b. c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
lada.
3 Penggolongan Usaha -
- 470 -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih lada harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih lada).
b. Benih tanaman lada yang dihasilkan berupa:
1) Setek harus memenuhi kriteria untuk varietas, asal usul setek, mutu genetik (kemurnian), mutu
fisik (fisik, panjang setek, warna setek), kesehatan, isi kemasan, perlakuan.
2) Benih dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk umur benih, tinggi benih, warna daun,
jumlah daun, diameter batang, jumlah ruas, kesehatan, kenampakan visual, sistem perakaran,
perlakuan.
Lingkungan (UKL)
dan Upaya
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat penanaman
yang dihasilkan dan pemeliharaan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
Tidak
Persyaratan Umum
1 Dokumen asal-usul
benih
- Bersertifikat
- Berlabel
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
- 475 -
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Cengkeh didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Cengkeh < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Cengkeh meliputi:
a. Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b. Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c. Fasiitas hunian dan air bersih
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
- 480 -
Untuk mencapai pertumbuhan dan produksi Cengkeh yang baik diperlukan persyaratan
tumbuh yang sesuai meliputi iklim, ketinggian tempat dan tanah, seperti berikut :
(1) Unsur–unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi cengkeh adalah
curah hujan, bulan kering, dan hari hujan.
(2) Curah hujan berkisar antara 1.500-3.500 mm per tahun dengan bulan kering 2-3 bulan
dan hari hujan berkisar antara 90-135 hari per tahun.
(3) Cengkeh dapat berproduksi pada ketinggian tempat 10-900 m di atas permukaan laut.
(4) Kesesuaian curah hujan, bulan kering, hari hujan, dan ketinggian tempat sebagaimana
seperti tabel dalam lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(5) Cengkeh dapat tumbuh pada tanah dengan kedalaman 1,5 m dan kedalaman air tanah
lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air dengan tekstur
gembur.
(6) Jenis tanah yang cocok antara lain inceptisol dan ultisol.
(7) Kemasaman tanah atau pH yang optimum untuk tanaman cengkeh antara 5,5-6,5.
b) Perbenihan
(1) Budidaya cengkeh dapat menggunakan benih unggul atau benih unggul lokal yang
bersertifikat yang berasal dari produsen benih yang memiliki izin usaha produksi benih.
(2) Benih tanaman cengkeh dapat diperbanyak melalui perbanyakan vegetatif maupun
generative.
- 482 -
c) Persiapan lahan
(1) Kegiatan persiapan lahan diawali dengan pembersihan pepohonan dan semak belukar.
(2) Kegiatan persiapan lahan dilakukan paling kurang 3 (tiga) bulan sebelum tanam untuk
selanjutnya dibuatkan lubang tanam.
(3) Tata cara pembuatan lubang tanam sebagai berikut :
(a) Lahan tidak perlu dibajak dan digaru, tetapi cukup menggali tanah yang akan
ditanami saja
(b) Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam dengan tujuan untuk memperbaiki
struktur tanah, menghilangkan senyawa yang beracun dan membunuh benih
penyakit.
(c) Lubang tanam cengkeh dibuat dengan ukuran lebar dan panjang 75 x 75 cm dan
dalam 75 – 100 cm
(d) Dua minggu sebelum tanam tanah galian dicampur dengan pupuk kandang
sebanyak 5 -10 kg kemudian dimasukkan kedalam lubang
(e) Lubang yang sudah ditimbun ditandai dengan ajir bambu
(f) Jarak tanam adalah 8 x 8 m, 10 x 10 m atau 8 x 12 m. Parit-parit saluran air
dibuat untuk mencegah air tergenang di dalam kebun.
(g) Pada lahan dengan kemiringan 8º - 15º dibuat teras guludan individu dan
kemiringan 16º - 20o dibuat teras bangku individu.
- 483 -
d) Penanaman
(1) Penanaman tanaman cengkeh dilakukan pada awal musim hujan.
(2) Tata cara penanaman tanaman cengkeh dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(a) Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari.
(b) Lubang tanam yang telah dipersiapkan digali sedalam 30 cm.
(c) Apabila bibit berasal dari polybag, buang polybagnya dengan hati-hati agar tanahnya
tidak terlepas kemudian bibit ditanam beserta tanahnya ke dalam lubang tanam.
(d) Penanaman dilakukan secara hati-hati agar perakaran tidak rusak atau putus
kcengkeha akan mengganggu pertumbuhan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
(e) Tutup lubang tanam dengan tanah sampai agak menggunung, kemudian siram
dengan air.
(f) Tanaman muda perlu diberi naungan baik berupa naungan daun alang-alang atau
daun kelapa setinggi 30 cm (intensitas cahaya masuk 50%). Naungan dipertahankan
sampai tanaman cengkeh berumur 1 - 2 tahun. Pertahankan ketinggian naungan 30
cm dari pucuk.
(g) Tanaman yang mati agar segera disulam pada musim hujan.
(3) Dianjurkan menanam tanaman penutup tanah disekitar pertanaman cengkeh.
(4) Tanaman penutup tanah yang dapat digunakan adalah : Arachis pentoi, Psophorcarpus
pulustria/kecipir, Preuraria javanica, Centrocema sp. dan Calopogonium sp. Setiap awal
musim penghujan penutup tanah dipangkas 2/3 tajuknya.
- 484 -
e) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman cengkeh meliputi penggemburan tanah dan penyiangan gulma,
pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian organisme penganggu tumbuhan (OPT), sebagai
berikut :
(1) Penggemburan tanah dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan
penyiangan gulma.
(2) Penggemburan tanah dilakukan di sekitar perakaran tanaman cengkeh secara melingkar.
(3) Penggemburan tanag dilakukan pada awal dan akhir musim hujan
(4) Pemangkasan dilakukan pada cabang air, cabang atau ranting yang mengering;
dan batang ganda.
(5) Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
(6) Pemberian pupuk dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
(7) Pemberian pupuk pada tanaman cengkeh dapat dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:
(a) Tanaman belum produktif atau usia tanaman cengkeh paling singkat 1 tahun
sampai dengan paling lama usia tanam 5 tahun;
(b) Tanaman produktif atau usia tanaman cengkeh lebih dari 5 tahun.
(8) Pengendalian hama dan penyakit sebagaimana dilakukan untuk meminimalisir
kehilangan hasil tanaman cengkeh.
(9) Jenis dan ciri-ciri OPT, gejala serangan, serta tata cara pengendalian hama seperti pada
standar pengendalian OPT.
- 485 -
f) Panen.
Dalam pemanenan tanaman cengkeh yang harus diperhatikan antara lain waktu panen,
waktu pemetikan dan cara pemetikan, Sebagai berikt :
(1) Waktu pemanenan tanaman cengkeh dapat dilakukan pada usia 4 tahun sampai dengan
usia tanam cengkeh 9 tahun.
(2) Bunga cengkeh dipanen 6 bulan setelah tumbuh bakal bunga.
(3) Waktu pemetikan tanaman cengkeh dapat dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat
yang ditandai dengan mekarnya satu dua bunga, bunga berwarna kuning kemerahan;
mahkota bunga cengkeh masih tertutup, bundar, berisi dan mengkilat.
(4) Tata cara pemetikan tanaman cengkeh sebagai berikut :
(a) Pada tanaman yang belum tinggi, pemetikan dapat dilakukan dengan cara berdiri
yang dimulai dari bagian bawah pohon, selanjutnya bagian pohon yang agak tinggi
dapat menggunakan kait.
(b) Pada tanaman yang sudah cukup besar dan tinggi, pemetikan dilakukan dengan
menggunakan tangga yang berkaki tiga atau dengan memanjat pohon dan
menggunakan kait untuk menarik ranting supaya memudahkan pemetikannya.
(c) Pada pohon yang sangat besar dan tinggi, yang umumnya lebih dari 25 tahun,
pemetikan dilakukan dengan memanjat pohon dan menggunakan kait untuk
menarik ranting supaya memudahkan pemetikan.
- 486 -
sistem kanalisasi.
sosial dan
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
- 491 -
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
- 492 -
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
- 493 -
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
- 494 -
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Cengkeh dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
- 495 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain kcengkeha adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
- 496 -
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan pembenihan tanaman cengkeh.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
cengkeh.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
- 498 -
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Cengkeh
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih cengkeh harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih cengkeh).
b. Benih tanaman cengkeh yang dihasilkan berupa :
1) Benih cengkeh dalam bentuk biji harus memenuhi kriteria untuk asal biji, kemurnian biji, daya
kecambah biji, kadar air, tampilan biji, dan kesehatan biji.
2) Benih cengkeh dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk varietas benih, umur benih, tinggi
tanaman, warna daun, jumlah cabang, diameter batang, ukuran polibeg, warna polibeg, dan
kesehatan benih.
- 499 -
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. . Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Apabila UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 503 -
2 Istilah dan Definisi a. Tanaman Nilam merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan minyak atsiri, dalam dunia
perdagangan internasional minyak nilam disebut Patchouli Oil.
b. Benih tanaman nilam adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak
dan/atau mengembangbiakkan tanaman.
c. Setek pucuk adalah teknik memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif dengan memakai bagian
pucuk tanaman.
d. Setek batang adalah teknik memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif dengan memakai bagian
batang tanaman.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Nilam didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Nilam < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 504 -
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Kemiri sunan meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c) Fasiitas hunian dan air bersih
(a) Curah Hujan 2.300-3.000 mm/tahun dengan bulan basah 10-11 /tahun.
(b) Temperatur 22 C – 23 C.
(c) Intensitas cahaya 75 – 100 tiap hari.
(d) Kecepatan angin kurang dari 10 km/jam.
(e) Kelembaban udara 80 % - 90 %.
(2) Persyaratan Lahan
(a) Ketinggian tempat 100 - 700 m di atas permukaan laut.
(b) Jenis tanah andosol dan latosol
(c) Kemasaman tanah (ph) 5,5 – 7
(d) Tekstur tanah lempung
(e) Kedalaman air lebih dari 100 cm
(f) Tanah tidak terkontaminasi logam berat, residu pestisida, dan bahan lain yang
berbahaya.
(g) Lahan yang digunakan bukan lahan endemik Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT).
b) Bibit
Bibit unggul nilam :
(1) Asal varietas benih diketahui secara pasti dan merupakan varietas murni atau tidak
bercampur.
(2) Berasal dari tanaman induk yng sehat, bebas dari hama dan penyakit .
- 510 -
tanah.
(f) Pemeliharaan Tanaman
- Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau yang
kurang baik perteumbuhannya.
Penyulaman dilakukan pada waktu tanaman telah berumur 2 - 4 minggu.
Bahan sulam seumur dan varietasnya sama.
- Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan pada umur 3 bulan dan stetalh panen dengan
menimbun setinggi 10 – 15 cm.
- Pengendalian gulma
Secara mekanis dilakukan penyiangan/pengendalian gulma apabila
gulmasudah tumbuh mengganggu.
Penyiangan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran.
(g) Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menjaga sanitasi kebun
atau dengan menggunakan pestisida kimia
d) Panen
Panen dilakukan pada saat umur tanaman sekitar 5-6 bulan setelah tanam. Panen berikutnya
dilakukan setiap 3-4 bulan. Waktu panen terbaik pada pagi dan sore hari.
- 513 -
Lahan Perkebunan, dan regu Perbantuan yang merupakan Pekebun dan/atau masyarakat yang
bermitra dengan Perusahaan Perkebunan
2) Jumlah regu inti terdiri atas:
a) 1 (satu) regu, berjumlah 15 (lima belas) orang untuk luas kebun kurang dari 1.000 (seribu)
hektare;
b) 2 (dua) regu, berjumlah 30 (tiga puluh) orang untuk luas kebun antara 1.000 (seribu) sampai
dengan 5.000 (lima ribu) hektare;
c) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001 (lima
ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
- 518 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
- 520 -
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
- 521 -
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
- 523 -
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budidaya tanamanTebu dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masingberdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakuplaporan Pelaku Usahadaninspeksi lapangan berupa:
1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
- 524 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
- 525 -
wangi 15 buah
3. Kacamata 15 buah
Pengaman
4. Masker 15 buah
5. Sarung Tangan Kulit 15 buah
6. Sabuk Perlengkapan
7. Peples/botol minum 15 buah
8. Peluit
9. Ransel 15 buah
10.Sepatu Pemadam
11.Baju Pemadam 15 buah
15 buah
15 pasang
15 buah
II. Perlengkapan Regu
1. Tenda Inap dan 2 set
alas tidur
2. Peralatan P3K 2 set
3. Peralatan bengkel 2 set
4. Peralatan
- 530 -
penerangan 1 set
5. Selimut Pelindung
6. Sarana pemantau 1 buah
api (drone, cctv),
disesuaikan 1 buah
dengan kondisi
perusahaan
III. Peralatan Tangan
1. Kapak Dua Fungsi 4 buah
(Kapak Cangkul)
2. Gepyok (Pemukul
Api) 8 buah
3. Garu Tajam
4. Garu Pacul 6 buah
5. Sekop 3 buah
6. Pompa Punggung 6 buah
7. Obor Sulut Tetes 10 buah
8. Gergaji
mesin/chainsaw 1 buah
- 531 -
1 buah
IV. Pompa Air dan
Kelengkapannya
1. Pompa bertekanan 1 buah
tinggi (minimal 25
HP)
1. Selang hisap 1 rol
(panjang minimal
4 m/buah)
2. Selang keluar 5 rol
(panjang minimal
20 m/rol) 2 buah
3. Nozzle 1 buah
4. Suntikan
gambut
(khusus
untuk
perusahaan
perkebunan di
lahan gambut) 1 Buah
- 532 -
2 buah
VI. Sarana Transportasi
(memperhatikan
kondisi
wilayah kerja)
1. Sarana transportasi 1 unit
pengangkut
personil untuk
sereh wangiitas 15
orang (mobil,
perahu dan atau unit
speed boat) 1
2. Sarana transportasi
pengangkut
peralatan (mobil, unit
perahu dan atau
speed boat) 1
3. Sarana patroli
(motor/mobil/speed
boat dsb)
- 534 -
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya sereh wangi meliputi: Fasilitas
kesehatan untuk penanganan pertama meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c) Fasilitas hunian dan air bersih
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
- 535 -
tulis
b) Embung atau tempat penampungan air tersedia setiap 500 ha (lima ratus hektare) kebun
dengan ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter).
Jika dalam kondisi tertentu tidak dapat dibangun embung, misalnya pada lahan gambut maka
dapat dilakukan sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
(4) (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
Jangka waktu pemenuhan kewajiban:
No. Kewajiban Jangka waktu
pemenuhan
1. Penerapan Pada saat
Pembukaan membuka dan
teknologi tanpa mengolah
bakar dan lahan
mengolah sumber
daya alam secara
lestari
2. Penerapan teknik Pada saat
budi daya yang melakukan
baik dan benar budi daya
3. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian OPT penanaman
dan
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
- 540 -
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
11 Penilaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
kesesuaian dan -
pengawasan b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
- 543 -
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
- 544 -
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
- 546 -
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Serai Wangi dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
- 547 -
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian usaha
perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
- 548 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
Nilam.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Nilam
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih nilam harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih nilam).
b. Benih tanaman nilam yang dihasilkan berupa:
1) Setek harus memenuhi kriteria untuk ukuran setek (panjang, diameter, jumlah buku), vigor,
kemurnian, kotoran benih dan kesehatan benih.
- 550 -
2) Polibeg harus memenuhi kriteria untuk umur benih, tinggi benih, jumlah daun, diameter batang,
warna daun, dan kesehatan.
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat
yang dihasilkan penanaman dan
sesuai standar pemeliharaan
mutu
5. Memelihara Pada saat
sumber benih penanaman dan
pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu)
laporan secara tahun sekali
periodik
- Bersertifikat
- Berlabel
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
- 554 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
sereh wangi.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Sereh Wangi
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih serai wangi harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih sereh wangi).
b. Benih tanaman sereh wangi yang dihasilkan berupa :
1) Anakan harus memenuhi kriteria untuk varietas, asal usul benih, kondisi tempat penyimpanan,
- 556 -
kemurnian, kesegaran, jumlah pelepah daun, jumlah akar segar, tinggi benih, dan kesehatan.
2) Benih dalam polibeg (siap tanam) harus memenuhi kriteria untuk umur, tinggi, varietas,
kemurnian, kesehatan, pertumbuhan benih, jumlah pelepah daun, ukuran, dan warna polibeg.
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat
yang dihasilkan penanaman dan
sesuai standar pemeliharaan
mutu
5. Memelihara Pada saat
sumber benih penanaman dan
pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu)
laporan secara tahun sekali
periodik
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
kesesuaian dan
pengawasan No Kriteria Ada/ Ket
Tidak
Persyaratan Umum
1 Dokumen asal-usul
benih
- Bersertifikat
- 559 -
- Berlabel
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
- 560 -
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budi daya sereh wangi didasarkan atas luasan Usaha, yaitu:
a. Usaha Perkebunan < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
Rencana kerja pembangunan kebun termasuk rencana fasilitasi pembangunan kebun masyarakat
sekitar
I. Perlengkapan Pribadi
atau Individu
1. Helm Pengaman
2. Lampu Keakar 15 buah
wangi 15 buah
3. Kacamata 15 buah
Pengaman
4. Masker 15 buah
5. Sarung Tangan Kulit 15 buah
6. Sabuk Perlengkapan
7. Peples/botol minum 15 buah
8. Peluit
9. Ransel 15 buah
10.Sepatu Pemadam
11.Baju Pemadam 15 buah
15 buah
15 pasang
15 buah
II. Perlengkapan Regu
1. Tenda Inap dan 2 set
- 565 -
alas tidur
2. Peralatan P3K 2 set
3. Peralatan bengkel 2 set
4. Peralatan
penerangan 1 set
5. Selimut Pelindung
6. Sarana pemantau 1 buah
api (drone, cctv),
disesuaikan 1 buah
dengan kondisi
perusahaan
III. Peralatan Tangan
1. Kapak Dua Fungsi 4 buah
(Kapak Cangkul)
2. Gepyok (Pemukul
Api) 8 buah
3. Garu Tajam
4. Garu Pacul 6 buah
5. Sekop 3 buah
6. Pompa Punggung 6 buah
- 566 -
1 buah
IV. Pompa Air dan
Kelengkapannya
1. Pompa bertekanan 1 buah
tinggi (minimal 25
HP)
1. Selang hisap 1 rol
(panjang minimal
4 m/buah)
2. Selang keluar 5 rol
(panjang minimal
20 m/rol) 2 buah
3. Nozzle 1 buah
4. Suntikan
gambut
(khusus
- 567 -
untuk
perusahaan
perkebunan di
lahan gambut) 1 Buah
5. Tangki air (lipat
maupun tanki
portable) 1 Buah
6. Y connector 2 Buah
2. Pompa jinjing
(minimal 5 HP) 2 Buah
1. Selang hisap
(panjang minimal
4 m/buah) 6 Buah
2. Selang keluar
(panjang minimal 2 Buah
20 m/rol)
3. Nozzle
V. Sarana Pengolahan
Data dan Komunikasi
1. GPS
- 568 -
2. Radio 2 buah
Genggam/Handy 4 buah
Talky
3. Megaphone
2 buah
VI. Sarana Transportasi
(memperhatikan
kondisi
wilayah kerja)
1. Sarana transportasi 1 unit
pengangkut
personil untuk
sereh wangiitas 15
orang (mobil,
perahu dan atau unit
speed boat) 1
2. Sarana transportasi
pengangkut
peralatan (mobil, unit
perahu dan atau
- 569 -
speed boat) 1
3. Sarana patroli
(motor/mobil/speed
boat dsb)
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya sereh wangi meliputi: Fasilitas
kesehatan untuk penanganan pertamameliputi:
a. Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b. Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c. Fasilitas hunian dan air bersih
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
- 570 -
tulis
b) Embung atau tempat penampungan air tersedia setiap 500 ha (lima ratus hektare) kebun
dengan ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter).
Jika dalam kondisi tertentu tidak dapat dibangun embung, misalnya pada lahan gambut maka
dapat dilakukan sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
5.001 (lima ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau (empat)
regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
dan UPL sesuai penanaman
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
- 576 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
- 578 -
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
- 579 -
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
- 580 -
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
- 581 -
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Serai Wangi dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
- 582 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
- 583 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
ginseng.
3 Penggolongan Usaha -
- 584 -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
6 Sarana a. Tersedia sumber dan instalasi air
b. Area pembenihan bebas dari Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT)
c. Sarana dan prasarana produksi benih antara lain: kendaraan pengangkut benih, pupuk dan pestisida.
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Ginseng
- 585 -
9 Persyaratan Kebun sumber benih ginseng harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih ginseng) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan,
campuran biji gulma, dan tanaman lain.
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat
yang dihasilkan penanaman dan
sesuai standar pemeliharaan
mutu
5. Memelihara Pada saat
sumber benih penanaman dan
pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu)
laporan secara tahun sekali
periodik
usul benih
- Bersertifikat
- Berlabel
2 Pencatatan
data benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
- 589 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Kina didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
- 596 -
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
- 597 -
tumbuhan (OPT);
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
- 598 -
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
- 599 -
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Kina dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
- 600 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
- 601 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Adas didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 602 -
perkebunan.
c) Syarat tanah yang baik untuk menanam Adas adalah sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan
minimal S3;
d) Benih yang digunakan adalah benih unggul bersertifikat;
e) Pemupukan diberikan sesuai hasil rekomendasi dan kondisi lahan setempat;
f) Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu;
g) Pestisida yang digunakan untuk pengendalian harus terdaftar di Kementerian Pertanian
2) Standar pengendalian OPT tanaman Adas
a) Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu;
b) Pestisida yang digunakan untuk pengendalian harus terdaftar di Kementerian Pertanian
9 Persyaratan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
Produk/Proses/Jasa -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
- 608 -
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT);
2 Memiliki sumber
daya manusia,
- 609 -
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
- 610 -
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
- 611 -
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Adas dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
- 612 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
- 613 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Pinang didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Pinang < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 614 -
perkebunan.
Alat aplikator Pengendalian OPT pinang untuk setiap luasan ≤ 4.500 ha adalah Knapsack
20; Mist Blower 10, Power Sprayer 3, Fogger/ Duster 3, Mesin Bor 3.
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
Sarana Pengendalian kebakaran meliputi :
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
(1) peralatan pemadaman;
(a) perlengkapan pribadi
(b) perlengkapan regu
(c) peralatan tangan
(d) pompa air serta kelengkapannya
(2) pengolahan data dan komunikasi;
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
(Handy Talky), dan megaphone.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
- 617 -
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Pinang meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c) Fasiitas hunian dan air bersih
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
8 Pelayanan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
- 618 -
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman Pinang meliputi:
a) Pembukaan terhadap hutan sekunder dilakukan dengan cara:
(1) membabat serendah mungkin
(2) menebang pohon-pohon yang berdiameter hingga 10 cm (berukuran kecil) menggunakan
alat parang besar atau kapak
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak atau
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
2) Standar budi daya tanaman Pinang yang baik meliputi :
a) persyaratan tumbuh untuk Budidaya pinang terdiri dari persyaratan Iklim dan lahan yang
minimal pada kriteria sesuai (S);
b) Menggunakan benih unggul bersertifikat dan berlabel.
c) Penyiapan lahan dilakukan dengan pembukaan lahan tanpa bakar
d) Penanaman pinang Penanaman pinang dapat menggunakan benih siap tanam dalam polibeg
- 619 -
atau benih siap tanam tanpa polibeg dan diawali dengan pemupukan dasar dengan
menggunakan pupuk yang mengandung unsur hara fosfor dengan dosis sesuai anjuran serta
pupuk organik;
e) Pemeliharaan tanaman pinang meliputi pemupukan, pemantauan dan pengendalian organisne
pengganggu tumbuhan (gulma, hama dan penyakit).
f) Panen dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah masak. Tanda buah
siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau kemerahan. Panen dapat dilakukan
setiap bulan dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. Pada skala usaha luas 1 ha,
panen dapat diatur sekali sebulan dengan produksi rata-rata 400 kg biji pinang kering
g) Pengembangan tanaman pinang dapat dilakukan dengan cara perluasan (ekstensifikasi),
Peremajaan, Intensifikasi dan Diversifikasi
3) Standar pengendalian OPT tanaman Pinang meliputi :
a) Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan tanaman, mengetahui serangan OPT, serta
kondisi ekologis sekitar tanaman.
b) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan OPT, serta kondisi ekologis
sekitar tanaman. Pengamatan OPT dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu
di wilayah yang telah dilakukan pemantauan.
c) Pengendalian OPT dilaksanakan melalui Sistem Pengendalian OPT Terpadu yang dilakukan
melalui kegiatan:
(1) pencegahan;
- 620 -
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
(sepuluh ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
11 Penilaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
kesesuaian dan -
pengawasan b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
- 626 -
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
- 627 -
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
- 629 -
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Pinang dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
- 630 -
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian usaha
perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
- 631 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Gambir didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektar) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
11 Penilaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
kesesuaian dan -
pengawasan b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
- 638 -
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT);
2 Memiliki sumber
daya manusia,
- 639 -
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
- 640 -
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
- 641 -
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Gambir dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
- 642 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
- 643 -
perkebunan.
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Kina meliputi:
- 647 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
- 650 -
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
- 651 -
tumbuhan (OPT);
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
- 652 -
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
- 653 -
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Cabe Jawa dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
- 654 -
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian usaha
perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
- 655 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
- 656 -
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kina.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Kina
9 Persyaratan Kebun sumber benih kina harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih kina) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan, campuran
biji gulma, dan tanaman lain.
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat
yang dihasilkan penanaman dan
sesuai standar pemeliharaan
mutu
5. Memelihara Pada saat
sumber benih penanaman dan
pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu)
laporan secara tahun sekali
periodik
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
- 661 -
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT
Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
STANDAR USAHA PRODUKSI BENIH ADAS
NO KBLI : (01286) Pertanian Tanaman Obat Atau Biofarmaka Non Rimpang
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan,
tanaman obat atau biofarmaka non rimpang termasuk pula tanaman bahan insektisida dan fungisida dan
yang sejenis antara lain adas,
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
- 662 -
adas.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Adas
9 Persyaratan Kebun sumber benih adas harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih adas) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan, campuran
biji gulma, dan tanaman lain.
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
- 667 -
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
pinang.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Pinang
periodic
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan
dan pembenihan tanaman obat atau biofarmaka non rimpang
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
gambir.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
- 675 -
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Gambir
9 Persyaratan Kebun sumber benih gambir harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih gambir) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan,
campuran biji gulma, dan tanaman lain.
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 680 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
cabe jawa.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
- 681 -
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Cabe Jawa
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih cabe jawa harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih cabe jawa).
b. Benih tanaman cabe jawa yang dihasilkan berupa:
1) Setek harus memenuhi kriteria untuk asal sulur, varietas, asal usul benih, kemurnian, kondisi
fisik, panjang setek, warna setek, dan kesehatan.
2) Benih dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk varietas, asal benih, asal sulur, umur, tinggi
benih, jumlah daun, warna daun, diameter batang, jumlah ruas, kesehatan, ukuran polibeg dan
sistem perakaran.
- 682 -
mengelola sumber
daya alam secara
lestari.
2. Penerapan sistem Pada saat penanaman
pengendalian dan pemeliharaan
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 686 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Kemiri didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Kemiri < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
1) Memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT);
2) Memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan
lahan tanpa bakar serta pengendalian kebakaran;
3) Persetujuan masyarakat hukum adat, untuk lahan yang digunakan seluruhnya atau sebagian
berada di atas tanah hak ulayat;
4) Kesepakatan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat sekitar tentang aktivitas usaha
perkebunan mencakup batas-batas wilayah kerja perusahaan perkebunan;
5) Kesanggupan memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar dilengkapi dengan rencana
kerja dan rencana pembiayaan;
6) Kesanggupan melaksanakan kemitraan dengan pekebun, karyawan dan masyarakat sekitar
perkebunan.
6 Sarana a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Sarana Pengendalian OPT terpadu
Sarana Minimum
a) Alat Identifikasi OPT
Peralatan standar untuk identifikasi OPT sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ditetapkan.
- 688 -
b) Sarana Pemantauan/drone yang dapat berfungsi untuk memantau perkembangan OPT dan
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
(1) Alat Eradikasi:
(a) Alat Pertanian Kecil
(b) Chain-saw/Gergaji Mesin
(2) Alat Mobilisasi Pengendalian OPT:
(a) Mobil Pick Up/ truk
(b) Traktor Roda 4/Roda 2
(3) Alat aplikator Pengendalian OPT:
Alat aplikator Pengendalian OPT untuk setiap luasan adalah Knapsack; Mist Blower;
Power Sprayer; dan Fogger.
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
Sarana Pengendalian kebakaran meliputi :
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
- 689 -
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
8 Pelayanan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman kemiri meliputi:
a) Pembukaan terhadap hutan sekunder dilakukan dengan cara:
(1) membabat serendah mungkin
(2) menebang pohon-pohon yang berdiameter hingga 10 cm (berukuran kecil) menggunakan
alat parang besar atau kapak
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak atau
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
- 691 -
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
- 693 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
- 694 -
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
- 695 -
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
- 696 -
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
- 697 -
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Kemiri dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan kebun
atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian usaha
perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
- 699 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya vanili didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan vanili < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
ditanam.
(4) Pemeliharaan setek
Setiap dua hari sekali atau tergantung kondisi tanah bedengan disiram dan disemprot
dengan mengunakan sprayer agar daun dan lingkungan tumbuh setek tetap lembab.
Rumput-rumput yang ada dibuang dan setiap 10-14 hari sekali persemaian disemprot
dengan pestisida nabati.
Setelah + 1 bulan setek mulai bertunas, dan apabila setek telah mempunyai 1-2 daun
baru diberikan pemupukan lewat daun. Penyemprotan 2 g/l pupuk daun dilakukan
setiap 1-2 minggu sekali dan waktu penyemprotan yang paling efektif adalah sore/malam
hari.
Apabila sulur telah memiliki 5-7 ruas, maka benih vanili tersebut siap untuk disalurkan.
d) Persiapan Lahan Penanaman
(1) Pembersihan dan pengolahan tanah
(a) Lahan dibersihkan, kemudian tanah dicangkul sedalam 20-30 cm dan dibiarkan
selama 2 minggu.
(b) Pembuatan saluran drainase dengan lebar 40 cm dan dalam 40 cm.
(2) Penanaman pohon penegak
(a) Pohon penegak/panjatan ditanam dua minggu setelah pembuatan saluran drainase.
(b) Pohon panjatan yang bagus bercabang-cabang pada ujungnya sehingga membentuk
naungan, cabang-cabang tersebut juga untuk menggantungnya sulur-sulur.
- 707 -
cabang pohon panjat. Setelah pucuk sulur mencapai 20-30 cm dari permukaan
tanah, ujung sulur diarahkan lagi ke atas dan diikat pada batang pohon panjat.
f) Pemupukan
(1) Pada saat awal dan akhir usim hujan diberi pupuk kandang 5-10 kg/pohon (secara
organik).
(2) Apabila tidak secara organik maka ditambahkan juga pupuk anorganik berupa pupuk
daun maupun pupuk yang diberikan melalui tanah. Pupuk daun diberikan setiap 1-2
minggu sekali.
(3) Dosis pupuk daun yang diberikan adalah 8-10 g/liter air, tergantung kepada kondisi
tanaman.
(4) Dosisi pupuk untuk tanaman berumur < 2 tahun adalah 20-40 g urea, 35-70 g TSP dan
40-80 g KCL per tahun dan untuk tanaman berumur < 2 tahun adalah 40-80 g urea, 70-
140 g TSP, 80-160 g KCL per tahun.
g) Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa dilakukan pada saat menjelang musim kemarau di sekeliling area perakaran
tanaman selebar guludan.
h) Perbaikan guludan dan saluran pembuangan air
Ukuran guludan dipertahankan dengan cara mengikis tanah di seekitarnya dan
membumbunkannya pada guludan.
i) Pemangkasan pohon panjat dan sulur vanili
- 709 -
Pohon panjat perlu dipangkas setiap awal dan akhir musim penghujan dengan tujuan agar
intensitas sinar matahari yang diterima tanaman vanili dapat dipertahankan antara 30-50%.
j) Pengendalian OPT
k) Panen
(1) Penyerbukan Bunga
Proses penyerbukan tanaman vanili dilakukan dengan cara bantuan manusia, sebab
tanaman vanili ini tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, proses penyerbukan
dapat menggunakan alat seperti lidi, atau batang yang kecil. Lalu carilah rostellum yang
biasanya menghalangi putik dan kepala sari, gunakan alat tadi untuk menyatukan putik
dan kepala sari tanaman vanilli tersebut.
(2) Panen Buah
Tanaman vanili dapat dipanen setelah berumur ±2-3 tahun setelah masa tanam, dan
setelah itu, panen dapat dilakukan selama setahun sekali dengan jangka waktu panen 2
hingga 3 bulan penuh. Buah vanili yang siap panen memiliki buah berwarna hijau
dengan pucuk yang berwarna kuning.
sekitar tanaman. Pengamatan OPT dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu
di wilayah yang telah dilakukan pemantauan.
c) Pengendalian OPT dilaksanakan melalui Sistem Pengendalian OPT Terpadu yang dilakukan
melalui kegiatan:
(1) pencegahan;
(2) penanggulangan; dan
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
4) Gudang pupuk, pestisida dan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk pengendalian OPT.
5) Gudang Peralatan/Mesin Pengedalian OPT.
6) Bangunan/gedung untuk penanganan limbah beracun (B3).
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
lestari
2. Penerapan teknik Pada saat
budi daya yang melakukan
baik dan benar budi daya
3. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian OPT penanaman
dan
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
dan UPL sesuai penanaman
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
- 714 -
perundang-
undangan.
usaha secara
periodik.
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
- 717 -
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
- 718 -
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
- 719 -
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
- 720 -
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Vanili dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
- 721 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
- 722 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya kayu manis didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan kayu manis < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 723 -
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
(1) peralatan pemadaman;
(a) perlengkapan pribadi
(b) perlengkapan regu
(c) peralatan tangan
(d) pompa air serta kelengkapannya
(2) pengolahan data dan komunikasi;
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
- 726 -
tinggi.
Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan penyiapan benih tanaman. Perbanyakan dapat
dilakukan melalui tunas dan cangkok, seerta dapat juga dilakukan persemaian biji.
Selanjjutnya dilakukan pemeliharaan benih.
Kriteria lokasi pembibitan sebaiknya dipilih sedekat mungkin dengan sumber air untuk
penyiraman dan tidak terlalu jauh dari daerah pengembangan.
c) Persiapan Lahan
(1) Pembersihan kebun dan pengolahan
Lahan dibersihkan dari semak belukar, tanggul pohon, dan lainnya. Setelah bersih, tanah
diolah ringan, dicangkul sedalam ±20 cm atau dibajak.
(2) Pengajiran dan pebuatan lubang tanam
(a) Jarak tanam bervariasi yaitu 1.5x1.5 m, 2x2m, 3x3m, 4x4m.
(b) Lubang tanam dibuat dengan ukura 40x40x660 cm dan dibiarkan terbuka terkena
sinar matahari selama 2-3 bulan.
(c) Selanjutnya dimasukka pupuk kandang 15-20 kg/lubang dan dicampur lapisan atas
tanah.
d) Penanaman
(1) Penanaman Tanaman Pokok
Benih kayu yang berumur 8-10 bulan dengan tinggi tanaman berkisar 60-80 cm siap
ditanam di lapangan. Bibit dipindahtanamkan dengan mengeluarkan dari polybag.
- 730 -
tanah, sisa batang ini akan tumbuh tunastunas baru dan satu di antaranya terus
dipelihara.
(3) Waktu panen yang baik adalah pada akhir musim kemarau, awal musim hujan atau pada
saat semua daun tanaman elah berwarna hijau tua.
3) Standar pengendalian OPT tanaman kayu manis.
a) Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan tanaman, mengetahui serangan OPT, serta
kondisi ekologis sekitar tanaman.
b) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan OPT, serta kondisi ekologis
sekitar tanaman. Pengamatan OPT dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu
di wilayah yang telah dilakukan pemantauan.
c) Pengendalian OPT dilaksanakan melalui Sistem Pengendalian OPT Terpadu yang dilakukan
melalui kegiatan:
(1) pencegahan;
(2) penanggulangan; dan
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
pemenuhan
1. Penerapan Pada saat
Pembukaan membuka dan
teknologi tanpa mengolah
bakar dan lahan
mengolah sumber
daya alam secara
lestari
2. Penerapan teknik Pada saat
budi daya yang melakukan
baik dan benar budi daya
3. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian OPT penanaman
dan
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
dan UPL sesuai penanaman
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
- 735 -
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
- 738 -
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
- 739 -
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
- 740 -
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
- 741 -
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman kayu manis dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
- 742 -
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
- 743 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan dan pasca panen tanaman kayu manis.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya kayu manis didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan kayu manis < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
(1) Alat Eradikasi:
(a) Alat Pertanian Kecil
(b) Chain-saw/Gergaji Mesin
(2) Alat Mobilisasi Pengendalian OPT:
(a) Mobil Pick Up/ truk
(b) Traktor Roda 4/Roda 2
(3) Alat aplikator Pengendalian OPT:
Alat aplikator Pengendalian OPT kemiri sunan untuk setiap luasan adalah Knapsac; Mist
Blower, Power Sprayer, Fogger/ Duster, Mesin Bor.
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
Sarana Pengendalian kebakaran meliputi :
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
(1) peralatan pemadaman;
- 747 -
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
8 Pelayanan a. Usaha Perkebunan < 25 ha
-
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman Kayu Manis meliputi:
a) Pembukaan terhadap hutan sekunder dilakukan dengan cara:
(1) membabat serendah mungkin
(2) menebang pohon-pohon yang berdiameter hingga 10 cm (berukuran kecil) menggunakan
alat parang besar atau kapak
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak atau
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
- 749 -
Kegiatan ini diawali dengan pemilihan pohon induk, pemilihan pohon induk yang baik adalah
yang sudah berumur lebih dari 10 tahun, jumlah cabangnya sedikit, kulitnya tebal,
pertumbuhannya cepat, kanopinya seimbang tidak diserang hama penyakit. Aroma kulitnya
baik, dan mempunyai kadar minyak atsiri dan sinemaldehid yang tinggi. Pohon bukan berasal
dari daerah penyebaran penyakit, sebaiknya pohon yang terpilih berasal dari blok penghasil
tinggi.
Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan penyiapan benih tanaman. Perbanyakan dapat
dilakukan melalui tunas dan cangkok, seerta dapat juga dilakukan persemaian biji.
Selanjjutnya dilakukan pemeliharaan benih.
Kriteria lokasi pembibitan sebaiknya dipilih sedekat mungkin dengan sumber air untuk
penyiraman dan tidak terlalu jauh dari daerah pengembangan.
c) Persiapan Lahan
(1) Pembersihan kebun dan pengolahan
Lahan dibersihkan dari semak belukar, tanggul pohon, dan lainnya. Setelah bersih, tanah
diolah ringan, dicangkul sedalam ±20 cm atau dibajak.
(2) Pengajiran dan pebuatan lubang tanam
(1) Jarak tanam bervariasi yaitu 1.5x1.5 m, 2x2m, 3x3m, 4x4m.
(2) Lubang tanam dibuat dengan ukura 40x40x660 cm dan dibiarkan terbuka terkena
sinar matahari selama 2-3 bulan.
(3) Selanjutnya dimasukka pupuk kandang 15-20 kg/lubang dan dicampur lapisan atas
- 751 -
tanah.
d) Penanaman
(1) Penanaman Tanaman Pokok
Benih kayu yang berumur 8-10 bulan dengan tinggi tanaman berkisar 60-80 cm siap
ditanam di lapangan. Bibit dipindahtanamkan dengan mengeluarkan dari polybag.
(2) Pemberian Naungan
Memberi ruang tanaman untuk beradaptasi dengan memberi naungan sekitar 2-3 bulan,
atap naungan dapat dibuat dari daun semak belukar yang ada di sekitarnya.
e) Pemeliharaan Tanaman
(1) Penyulaman tanaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman mati dan atau pada tanaman yang
memperlihatkan pertubuhan tidak normal.
(2) Penyiangan dan penggemburan
Frekuensi penyiangan per tahun tergantung kondisi pertumbuhan gulma, namun 2-3
kali/tahun cukup memadai, dibutuhkan terutama ketika tanaman masih muda (<3
tahun).
(3) Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk organikk dan NPK. Dosis pemupukan disesuaikan
dengan jenis pupuk dan umur tanaman.
(4) Pengendalian hama dan penyakit
- 752 -
f) Panen
(1) Panen pertama dilakukan uur 5 tahun dengan hasil rata-rata 0,8 kg kulit basah/pohon
atau 1,4 kg kulit kering/pohon. Panen kedua dilakukan pada umur 9 tahun, diambil dari
batang dan ranting dengan rata-rata hasil 2,75 kg kulit kering.
(2) Panen dilakukan dengan cara menebang pohon pada ketinggian 30 cm dari permukaan
tanah, sisa batang ini akan tumbuh tunastunas baru dan satu di antaranya terus
dipelihara.
(3) Waktu panen yang baik adalah pada akhir musim kemarau, awal musim hujan atau pada
saat semua daun tanaman elah berwarna hijau tua.
(c) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
- 754 -
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan: Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 hektar
c. Sistem Pengendalian Kebakaran Lahan Perkebunan
Sumber Daya Manusia
1) Regu pemadam kebakaran paling sedikit terdiri atas regu Inti dan pendukung yang merupakan
karyawan Perusahaan Perkebunan yang ditugaskan dan dilatih untuk pengendalian kebakaran
Lahan Perkebunan, dan regu Perbantuan yang merupakan Pekebun dan/atau masyarakat yang
bermitra dengan Perusahaan Perkebunan
2) Jumlah regu inti terdiri atas:
a) 1 (satu) regu, berjumlah 15 (lima belas) orang untuk luas kebun kurang dari 1.000 (seribu)
hektare;
b) 2 (dua) regu, berjumlah 30 (tiga puluh) orang untuk luas kebun antara 1.000 (seribu) sampai
dengan 5.000 (lima ribu) hektare;
c) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001 (lima
ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
- 755 -
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001 (sepuluh
ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
dan
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
dan UPL sesuai penanaman
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
genetik serta
- 758 -
mencegah
terjangkitnya OPT
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
- 760 -
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
- 761 -
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
- 762 -
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman kayu manis dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
- 763 -
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
- 764 -
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian usaha
perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan
lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan pala.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Pala didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Pala < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
(1) Alat Eradikasi:
(a) Alat Pertanian Kecil
(b) Chain-saw/Gergaji Mesin
(2) Alat Mobilisasi Pengendalian OPT:
(a) Mobil Pick Up/ truk
(b) Traktor Roda 4/Roda 2
(3) Alat aplikator Pengendalian OPT:
Alat aplikator Pengendalian OPT pala meliputi Knapsack, Mist Blower, Power Sprayer,
Fogger/ Duster, Mesin Bor.
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
Sarana Pengendalian kebakaran meliputi :
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
- 768 -
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
2) Standar budi daya tanaman Pala yang baik meliputi :
a) Persyaratan Lokasi
(1) Iklim
(a) Suhu terbaik berkisar antara 25ºC - 30ºC
(b) Kelembaban udara berkisar 55-80%
(c) Curah hujan terbaik 1500 – 3.500 mm/tahun
(2) Persyaratan Lahan
(a) Tinggi tempat 0 – 900 meter di atas permukaan laut (dpl)
(b) Jenis tanah yang cocok antara lain inceptisol dan ultisol
(c) kemasaman tanah atau pH yang optimum untuk tanaman Pala antara 5,5 – 7,0
(d) kemiringan lahan 0 – 40%, apabila kemiringan 15 – 25% maka disarankan dibuat
teras guludan, 25 – 40% dibuat teras bangku
(e) Hindari penggunaan lahan endemik OPT utama pala.
- 771 -
b) Benih
Benih Pala yang dipergunakan dapat dari perbanyakan generatif (biji) atau vegetatif (sambung
pucuk).
(1) Benih Pala yang menggunakan biji memiliki kriteria sebagai berikut :
(a) Biji pala berasal dari buah yang masak, berwarna hitam mengkilap, fuli berwarna
merah, berumur minimal 9 bulan dan bukan buah yang jatuh ke tanah.
(b) Bobot biji basah minimal 6,5 gram/butir pada pala Banda (Myristica fragrans) dan
minimal 9 gram/butir pada pala Papua (Myristica Argentea).
(c) bebas dari organisme penganggu tanaman (OPT).
(2) Benih yang berasal dari sambung pucuk memiliki ketentuan sebagai berikut :
(a) Sambung pucuk diperoleh dari hasil penyambungan batang bawah dan entres.
(b) Batang bawah yang dimaksud berasal dari biji.
(c) Batang bawah berumur 20–60 hari dan/atau 4-6 bulan.
(d) Entres berasal dari varietas unggul dan/atau unggul lokal, bersertifikat, yang
ditetapkan Dirjen Perkebunan an. Menteri Pertanian.
(e) Entres merupakan induk betina, sedangkan entres induk jantan berasal dari pohon
jantan yang berbunga lebat.
(f) Entres diambil dari cabang plagiotrop dan/atau autotrop, batang sudah sedikit
mengayu, mempunyai daun yang telah dewasa, berwarna hijau tua mengkilap,
mempunyai mata tunas tidur, panjang 8-12 cm, pengambilan dilakukan pagi hari
- 772 -
lubang.
(2) Penanaman
(a) Penanaman dilakukan di awal musim hujan, antara lain sebagai berikut:
- Membuat lubang tanam kecil di tengah lubang tanam, setinggi dan selebar
polibeg.
- Mengeluarkan benih dari polibeg dengan cara menyayat polibeg dari atas ke
bawah dan tanah tetap utuh, kemudian ditanam, dibuat guludan individu, dan
disiram.
(b) Membuat para-para dari dedaunan untuk melindungi tanaman dari sinar matahari
hingga tanaman kuat.
(3) Pemeliharaan Tanaman
(a) Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika pertumbuhan tanaman terhambat dan/atau mati.
(b) Penyiraman
Penyiraman dilakukan jika tidak ada hujan.
(c) Pemberian mulsa
Pemberian mulsa dilakukan pada musim kemarau berupa dedaunan.
(d) Penyiangan
Penyiangan dilakukan jika terdapat gulma di bawah kanopi tanaman, gulma di luar
kanopi dikepras.
- 774 -
(e) Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada cabang autotrop.
(f) Pemupukan
- Pemupukan NPK (15-15-15) yang pertama dilakukan satu bulan setelah
penanaman sebanyak 10 g/pohon.
- Pemupukan dimasukkan ke dalam larikan yang dibuat sedalam 5 cm, dengan
jarak 25 cm mengelilingi pokok tanaman, dan ditimbun dengan tanah.
- Pemupukan NPK (15-15-15) selanjutnya diberikan pada awal dan akhir musim
hujan dengan dosis disesuaikan dengan umur tanaman.
- Pemupukan dimasukkan ke dalam larikan yang dibuat sedalam 5 cm selebar
kanopi tanaman dan ditimbun dengan tanah.
- Pemupukan organik diberikan setahun sekali yaitu pada awal musim hujan
dengan dosis disesuaikan dengan umur tanaman.
- Pemupukan disebar di bawah kanopi tanaman dan ditimbun dengan tanah.
(g) Pengendalian OPT
Pengendalian OPT dilakukan untuk meminimalkan kerusakan dan penurunan
produksi tanaman Pala.
d) Panen
(1) Memanen buah pala untuk dijadikan rempah dilakukan 9 bulan setelah pembungaan,
warna buah kuning kecoklatan, dan buah mulai merekah (membelah), tempurung
- 775 -
berwarna coklat tua sampai hitam dan mengkilat, warna fuli merah.
(2) Memanen buah untuk dijadikan minyak atsiri dilakukan 4-6 bulan setelah pembungaan.
(3) Memanen buah dilakukan dengan cara memetik langsung dari pohon atau menggunakan
galah yang dilengkapi keranjang penampung di ujungnya; Selain itu dapat pula
dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik buah pala yang sudah matang
dan dimasukkan ke dalam keranjang.
(4) Buah yang jatuh dari pohon, bijinya sebaiknya tidak dicampur dengan biji dari buah
hasil petik, karena akan mengurangi kualitas biji.
(5) Buah yang telah dipetik harus segera dibelah, kemudian dipisahkan daging buah, biji dan
fulinya. Oleh karena itu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
3) Standar pengendalian OPT tanaman Pala meliputi :
a) Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan tanaman, mengetahui serangan OPT, serta
kondisi ekologis sekitar tanaman.
b) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan OPT, serta kondisi ekologis
sekitar tanaman. Pengamatan OPT dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu
di wilayah yang telah dilakukan pemantauan.
c) Pengendalian OPT dilaksanakan melalui Sistem Pengendalian OPT Terpadu yang dilakukan
melalui kegiatan:
(1) pencegahan;
(2) penanggulangan; dan
- 776 -
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
- 777 -
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
keragaman
sumber daya
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
10. Pelaksanaan 1 (Satu)
tanggung jawab Tahun sekali.
sosial dan
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
11 Penilaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
kesesuaian dan -
pengawasan b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
- 781 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
- 782 -
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
- 783 -
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
- 784 -
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Pala dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
- 785 -
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
- 786 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain kpalaa adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
STANDAR USAHA BUDI DAYA AKAR WANGI
No. KBLI : (01284) PERKEBUNAN TANAMAN AROMATIK/PENYEGAR
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan tanaman akar wangi.
2. Defenisi -
- 787 -
3. Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budi daya akar wangi didasarkan atas luasan Usaha, yaitu:
a. Usaha Perkebunan < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
Rencana kerja pembangunan kebun termasuk rencana fasilitasi pembangunan kebun masyarakat
sekitar
(2) Alat Mobilisasi Pengendalian OPT: Mobil Pick Up/ truk, Traktor Roda 4/Roda 2
(3) Alat aplikator Pengendalian OPT: Alat aplikator Pengendalian OPT sesuai komoditas dan
luasan kebun sebagai berikut:
No Nama Alat Jumlah (Unit)
1 Knapsack 40
2 Mist Blower -
3 Power Sprayer -
4 Fogger/Duster 1
5 Mesin Bor -
Jumlah alat di atas untuk setiap luasan < 1000 Ha
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai
SOP yang ditetapkan
2) Sarana pengendalian kebakaran
a) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya.
(1) peralatan pemadaman
perlengkapan pribadi, perlengkapan regu, peralatan tangan, pompa air serta
kelengkapannya
(2) pengolahan data dan komunikasi
- 790 -
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
(Handy Talky), dan megaphone
(3) sarana transportasi
pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli
(4) alat pendukung lainnya
mobil pemadam kebakaran, dan/atau helicopter
b) jumlah minimal perlengkapan untuk satu regu inti
No. Jenis Peralatan Jumlah Satuan
I. Perlengkapan Pribadi
atau Individu
12.Helm Pengaman
13.Lampu Keakar 15 buah
wangi 15 buah
14.Kacamata 15 buah
Pengaman
15.Masker 15 buah
16.Sarung Tangan 15 buah
Kulit
17.Sabuk 15 buah
Perlengkapan
- 791 -
18.Peples/botol 15 buah
minum
19.Peluit 15 buah
20.Ransel 15 buah
21.Sepatu Pemadam 15 pasang
22.Baju Pemadam 15 buah
II. Perlengkapan Regu
7. Tenda Inap dan 2 set
alas tidur
8. Peralatan P3K 2 set
9. Peralatan 2 set
bengkel
10. Peralatan 1 set
penerangan
11. Selimut 1 buah
Pelindung
12. Sarana 1 buah
pemantau api
(drone, cctv),
disesuaikan
- 792 -
dengan kondisi
perusahaan
III. Peralatan Tangan
9. Kapak Dua 4 buah
Fungsi (Kapak
Cangkul)
10. Gepyok 8 buah
(Pemukul Api)
11. Garu Tajam 6 buah
12. Garu Pacul 3 buah
13. Sekop 6 buah
14. Pompa 10 buah
Punggung
15. Obor Sulut Tetes 1 buah
16. Gergaji
mesin/chainsaw 1 buah
IV. Pompa Air dan
Kelengkapannya
1. Pompa 1 buah
bertekanan tinggi
- 793 -
(minimal 25 HP)
1. Selang hisap 1 rol
(panjang
minimal 4
m/buah) 5 rol
2. Selang keluar
(panjang
minimal 20
m/rol) 2 buah
3. Nozzle 1 buah
4. Suntikan
gambut
(khusus
untuk
perusahaan
perkebunan di
lahan gambut) 1 Buah
5. Tangki air
(lipat maupun
tanki portable) 1 Buah
- 794 -
6. Y connector 2 Buah
2. Pompa jinjing
(minimal 5 HP) 2 Buah
1. Selang hisap
(panjang
minimal 4 6 Buah
m/buah)
2. Selang keluar
(panjang
minimal 20 2 buah
m/rol)
3. Nozzle
V. Sarana Pengolahan
Data dan
Komunikasi
4. GPS 2 buah
5. Radio 4 buah
Genggam/Handy
Talky
6. Megaphone 2 buah
- 795 -
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya akar wangi meliputi: Fasilitas
kesehatan untuk penanganan pertamameliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c) Fasilitas hunian dan air bersih
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak atau
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
- 798 -
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dapat dibangun embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat
dilakukan sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
1) Penilaian Kesesuaian
- 805 -
memfasilitasi
pembangunan kebun
masyarakat sekitar
dilengkapi dengan
rencana kerja dan
rencana pembiayaan;
6. Kesanggupan
melaksanakan kemitraan
dengan Pekebun,
karyawan dan masyarakat
sekitar perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Jarak pagar dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
- 808 -
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
- 809 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan
dan pembenihan tanaman rempah lainnya, seperti kemiri.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kemiri sayur.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Kemiri Sayur
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih kemiri sayur harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih kemiri sayur).
b. Benih tanaman kemiri sayur yang dihasilkan berupa:
(1) Biji harus memenuhi kriteria untuk varietas, asal benih, bentuk benih, berat benih, warna kulit
benih, kadar air, kesehatan benih, dan daya berkecambah biji.
- 812 -
(2) Entres harus memenuhi kriteria untuk kesegaran pucuk, panjang entres, diameter entres, tipe
tunas, warna batang, dan kesehatan entres.
(3) Benih asal biji dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk umur benih, tinggi, jumlah daun,
warna daun, batang, kesehatan, ukuran polibeg, dan warna polibeg.
(4) Benih asal sambungan (grafting) dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk umur benih setelah
grafting, tinggi, bidang sambungan, jumlah daun, kondisi daun, kesehatan, dan ukuran polibeg.
10 Sistem Manajemen Menetapkan dan menerapkan prosedur meliputi:
Usaha a. Perencanaan;
b. Pengelolaan;
c. Komunikasi pelanggan;
d. Peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan produksi;
e. Tindakan pencegahan;
f. Tindakan perbaikan.
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat penanaman
yang dihasilkan dan pemeliharaan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
kesesuaian dan
pengawasan No Kriteria Ada/ Ket
Tidak
Persyaratan Umum
1 Dokumen asal-usul
- 815 -
benih
- Bersertifikat
- Berlabel
2 Pencatatan data
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
- 816 -
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
Vanili.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Vanili
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih vanili harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih vanili).
b. Benih tanaman vanili yang dihasilkan berupa:
1) Sulur harus memenuhi kriteria untuk umur pohon induk, kondisi tanaman, jumlah ruas, jumlah
daun, warna daun, diameter batang, kemurnian benih, dan kesehatan benih.
2) Setek dalam bedengan harus memenuhi kriteria untuk umur tanaman, kondisi tanaman, jumlah
ruas, jumlah daun, warna daun, diameter batang, kemurnian benih dan kesehatan benih.
3) Benih dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk umur tanaman, kondisi tanaman, jumlah
ruas, jumlah daun, warna daun, diameter batang, kemurnian benih, dan kesehatan benih.
periodik
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
- 822 -
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang kayu
manis.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus a. Penerapan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari;
Usaha b. Penerapan sistem pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);
c. Penerapan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai
peraturan perundang-undangan;
d. Menjamin mutu yang dihasilkan sesuai standar mutu;
e. Memelihara sumber benih.
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Kayu Manis
- 825 -
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih kayu manis harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih kayu manis).
b. Benih kayu manis yang dihasilkan berupa:
1) Biji harus memenuhi kriteria untuk varietas, kadar air, kualitas biji/kemurnian fisik, daya
kecambah biji, kotoran biji, biji tanaman lain, biji gulma, kesehatan.
2) Polibeg harus memenuhi kriteria untuk varietas, umur benih, tinggi benih, warna daun, jumlah
daun, kesehatan, polibeg.
10 Sistem Manajemen Menetapkan dan menerapkan prosedur meliputi:
Usaha a. Perencanaan;
b. Pengelolaan;
c. Komunikasi pelanggan;
d. Peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan produksi;
e. Tindakan pencegahan;
f. Tindakan perbaikan.
pembukaan lahan
tanpa bakar dan
mengelola sumber
daya alam secara
lestari.
2. Penerapan sistem
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
3. Penerapan Upaya
Pengelolaan
Lingkungan (UKL)
dan Upaya
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
- 828 -
4. Menjamin mutu
yang dihasilkan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara sumber
benih
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Apabila UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 829 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
pala.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
- 830 -
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Pala.
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih pala harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih pala).
b. Benih tanaman pala yang dihasilkan berupa:
1) Biji harus memenuhi kriteria untuk varietas, mutu genetis, mutu fisiologis (daya berkecambah,
kadar air), mutu fisik (kondisi fisik, kesehatan benih, berat biji), dan pengemasan.
2) Biji berkecambah harus memenuhi kriteria untuk varietas, mutu genetis (kemurnian), mutu fisik
(kondisi fisik, kesehatan), pengemasan dan lama penyimpanan.
3) Benih dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk mutu genetis/sumber/asal, mutu fisik
(umur, tinggi benih, diameter batang, jumlah daun, warna daun), kesehatan, polibeg (ukuran,
warna).
- 831 -
mengelola sumber
daya alam secara
lestari.
2. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian penanaman dan
organisme pemeliharaan
pengganggu
tumbuhan (OPT)
benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang
menangani perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT
Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 835 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
semusim lainnya (akar wangi).
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Semusim Lainnya
(Akar Wangi)
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih akar wangi harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih tanaman semusim lainnya (akar wangi).
b. Benih tanaman semusim lainnya (akar wangi) dalam bentuk bonggol harus memenuhi kriteria untuk
umur kebun benih sumber, umur benih, tinggi bonggol berakar, jumlah anakan, varietas, kesehatan
benih, pertumbuhan tanaman dan lama penyimpanan (setelah panen).
- 837 -
mengelola sumber
daya alam secara
lestari.
2. Penerapan sistem Pada saat penanaman
pengendalian dan pemeliharaan
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 841 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
semusim lainnya (kelor).
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu pada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Semusim Lainnya
(Kelor)
- 843 -
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih kelor harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih kelor).
b. Benih tanaman kelor yang dihasilkan berupa:
1) Biji harus memenuhi kriteria untuk umur, mutu genetik, mutu fisiologis (daya kecambah, kadar
air, kematangan), mutu fisik (kemurnian, kesehatan, penampilan), kemasan, pola penyimpanan.
2) Setek harus memenuhi kriteria untuk asal setek, umur simpan setek, panjang setek, diameter
setek, kesehatan, warna setek, dan kemasan.
3) Benih dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk umur, tinggi benih, warna daun, jumlah
tangkai daun, kesehatan, dan ukuran polibeg.
tumbuhan (OPT)
3. Penerapan Upaya Pada saat penanaman
Pengelolaan dan pemeliharaan
Lingkungan (UKL)
dan Upaya
Pemantauan
Lingkungan (UPL)
sesuai peraturan
perundang-
undangan
4. Menjamin mutu Pada saat penanaman
yang dihasilkan dan pemeliharaan
sesuai standar
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
- 846 -
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 848 -
2 Istilah dan Definisi a. Lateks adalah hasil/produk tanaman karet yang diambil melalui penyadapan untuk diolah selanjutnya
menjadi bahan olah karet.
b. Penyadapan merupakan suatu tindakan pembukaan pembuluh lateks, agar lateks yang terdapat di
dalam tanaman karet dapat keluar.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Karet didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Karet < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
5 Mesin Bor
1) Standar pembukaan lahan tanpa bakar dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari untuk
tanaman Karet meliputi:
a) Pembukaan terhadap hutan sekunder dilakukan dengan cara:
(1) membabat serendah mungkin
(2) menebang pohon-pohon yang berdiameter hingga 10 cm (berukuran kecil) menggunakan
alat parang besar atau kapak
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak atau
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
2) Standar budidaya tanaman karet yang baik antaralain :
a) Persyaratan tumbuh untuk budidaya karet terdiri dari persyaratan iklim dan lahan yang
minimal pada kriteria sesuai (S);
b) Menggunakan benih unggul bersertifikat dan berlabel.
c) Penyiapan lahan dilakukan dengan pembukaan lahan tanpa bakar
- 854 -
d) Penanaman Karet dapat menggunakan stum okulasi mata tidur atau benih karet okulasi
dalam polybag siap tanam, diawali dengan pemupukan dasar menggunakan pupuk yang
mengandung unsur hara fosfor dengan dosis sesuai anjuran serta pupuk organik;
e) Pemeliharaan tanaman karet meliputi penyulaman, pewiwilan, pemupukan, pembentukan
cabang, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (gulma dan penyakit) dan pembuatan
lubang biopori disekitar tanaman.
f) Penyadapan karet disesuaikan dengan kriteria matang sadap yaitu matang sadap pohon atau
matang sadap kebun. Matang sadap pohon ditentukan berdasarkan ukuran lilit batang sudah
mencapai paling kurang 45cm pada ketinggian 100cm dari pertautan okulasi. Matang sadap
kebun apabila jumlah tanaman yang matang sadap sudah mencapai paling kurang 60 persen
dari populasi tanaman;
g) Pengembangan tanaman Karet dapat dilakukan dengan cara perluasan, peremajaan, dan
Intensifikasi. Pola budidaya tanaman karet yaitu secara monokultur dan polikultur
(diversifikasi).
3) Standar pengendalian OPT tanaman Karet meliputi :
a) Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan tanaman, mengetahui serangan OPT, serta
kondisi ekologis sekitar tanaman.
b) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan OPT, serta kondisi ekologis
sekitar tanaman. Pengamatan OPT dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu
- 855 -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
-
10 Sistem Manajemen a. Prasarana Minimum Pengendalian OPT
Usaha Laboratorium untuk OPT disertai dengan peralatan standar untuk identifikasi OPT sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan dan Sumber Daya Manusia yang kompeten sesuai
dengan bidangnya.
Laboratorium Hayati untuk komoditas (pengembangan predator dan parasitoid)
Rumah kaca/bangunan isolasi untuk mengidentifikasi Hama/Penyakit.
Gudang pupuk, pestisida dan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk pengendalian OPT.
- 856 -
b) 2 (dua) regu, berjumlah 30 (tiga puluh) orang untuk luas kebun antara 1.000 (seribu)
sampai dengan 5.000 (lima ribu) hektare;
c) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001
(lima ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001
(sepuluh ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
status ha
katas tanah
mencegah
terjangkitnya OPT
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
- 862 -
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
- 863 -
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
- 864 -
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Karet dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
- 865 -
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
- 867 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
karet.
3 Penggolongan Usaha -
- 868 -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Karet
- 869 -
pengganggu
tumbuhan (OPT)
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 874 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Jarak pagar didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Jarak pagar < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 875 -
perkebunan.
Alat aplikator Pengendalian OPT jarak pagar untuk setiap luasan adalah Knapsac; Mist
Blower, Power Sprayer, Fogger/ Duster, Mesin Bor.
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
Sarana Pengendalian kebakaran meliputi :
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
(1) peralatan pemadaman;
(a) perlengkapan pribadi
(b) perlengkapan regu
(c) peralatan tangan
(d) pompa air serta kelengkapannya
(2) pengolahan data dan komunikasi;
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
(Handy Talky), dan megaphone.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
- 878 -
melalui kegiatan:
(1) pencegahan;
(2) penanggulangan; dan
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan pemelihaaan
keragaman
sumber daya
- 885 -
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
10. Pelaksanaan 1 (Satu)
tanggung jawab Tahun sekali.
sosial dan
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
11 Penilaian a. Usaha Perkebunan < 25 ha
kesesuaian dan -
pengawasan b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
- 886 -
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
- 888 -
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
- 889 -
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Jarak pagar dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
- 890 -
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian usaha
perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Insidental.
- 891 -
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
STANDAR USAHA BUDI DAYA AREN
NO KBLI : (01299) Pertanian Cemara dan Tanaman Tahunan Lainnya
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan tanaman Aren.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Aren didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Aren < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 892 -
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Aren meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
b) Fasilitas Penerangan (listrik); Genset dan Instalasi listrik
c) Fasiitas hunian dan air bersih
7 Struktur organisasi a. Usaha Perkebunan < 25 ha
SDM dan SDM -
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 Ha
1) Manager kebun;
2) Adminitrasi kebun;
3) Asisten kebun;
4) Pengawas dan pelaksana pemeliharaan (pemupukan dan penyemprotan);
5) Pengawas dan pelaksana panen;
6) Pengawas dan pelaksana perawatan jalan dan jembatan;
7) Pencatat hasil panen.
- 896 -
(3) menebang pohon sisa yang ukurannya lebih besar menggunakan alat berupa kapak atau
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
2) Standar budi daya tanaman Aren yang baik meliputi :
a) persyaratan tumbuh untuk Budidaya aren terdiri dari persyaratan Iklim dan lahan yang
- 897 -
(1) pencegahan;
(2) penanggulangan; dan
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
b. Prasarana pengendalian Karlabun meliputi menara pemantau api, dan embung atau penampung air.
- 899 -
1) Menara pemantau api tersedia setiap 500 ha, dengan ketinggian 3 meter di atas pucuk daun
tanaman saat tanaman mencapai usia maksimal. Menara api dilengkapi dengan peta kerja,
teropong, kompas, sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
lestari
2. Penerapan teknik Pada saat
budi daya yang melakukan
baik dan benar budi daya
3. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian OPT penanaman
dan
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
dan UPL sesuai penanaman
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
- 902 -
perundang-
undangan.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
- 905 -
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
- 906 -
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
- 907 -
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
- 908 -
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Aren dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
1) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
(2) Penilaian Usaha Perkebunan
Penilaian usaha perkebunan dilakukan pada tahap pembangunan kebun dan pada tahap
operasinal.
Penilaian pada tahap pembangunan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali sedangkan
penilaian pada tahap operasional dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui Petugas
Bersertifikat yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
- 909 -
kewenangan.
Hasil penilaian untuk tahap pembangunan kebun berupa kelas A, B, C, D atau E.
Hasil penilaian untuk tahap operasional berupa kelas I, II, III, IV atau V.
Perusahaan Perkebunan yang mendapat kelas D atau E untuk tahap pembangunan
kebun atau kelas IV atau V untuk tahap operasional, wajib melakukan perbaikan yang
disampaikan oleh pemberi perizinan berusaha sesuai kewenangan.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil penilaian usaha
perkebunan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
2) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Sagu didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Sagu < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
internet dan menara pemantau api.
b) Sarana pengendalian Karlabun meliputi peralatan, pengolah data, dan komunikasi,
transportasi serta alat pendukung lainnya:
(1) peralatan pemadaman;
(a) perlengkapan pribadi
(b) perlengkapan regu
(c) peralatan tangan
(d) pompa air serta kelengkapannya
(2) pengolahan data dan komunikasi;
komputer, jaringan internet, GPS (Global Position System), Radio Genggam atau HT
(Handy Talky), dan megaphone.
(3) sarana transportasi : pengangkut personil, pengangkut peralatan, dan sarana patroli.
(4) alat pendukung lainnya : mobil pemadam kebakaran, dan/atau helikopter
3) Fasilitas minimal yang harus dimiliki dalam usaha budidaya Sagu meliputi:
a) Fasilitas kesehatan untuk penanganan pertama :
(1) Unit P3K
(2) Poliklinik
(3) Ambulance;
- 914 -
f) Karakter utama pohon sagu siap panen secara visual (langsung terlihat di kebun/hamparan)
adalah berdasarkan pada ukuran morfologi. Kriteria tersebut adalah ukuran batang dan tinggi
terbesar dalam satu rumpun dan jumlah daun di pucuk/mahkota yang berjumlah antara 3 - 4
pelepah, dan belum muncul bunga (bagian pucuk kelihatan membengkak);
g) Pengembangan tanaman sagu dapat dilakukan dengan cara perluasan (ekstensifikasi),
Peremajaan, Intensifikasi dan Diversifikasi
3) Standar pengendalian OPT tanaman Sagu meliputi :
a) Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan tanaman, mengetahui serangan OPT, serta
kondisi ekologis sekitar tanaman.
b) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui intensitas serangan OPT, serta kondisi ekologis
sekitar tanaman. Pengamatan OPT dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu
di wilayah yang telah dilakukan pemantauan.
c) Pengendalian OPT dilaksanakan melalui Sistem Pengendalian OPT Terpadu yang dilakukan
melalui kegiatan:
(1) pencegahan;
(2) penanggulangan; dan
(3) eradikasi.
dengan memperhatikan keamanan bagi manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup.
- 917 -
sarana komunikasi, alat penentu jarak, kalender, jam dinding, dan alat tulis.
Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam kondisi
tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan sistem kanalisasi.
Catatan : Menara api dan embung untuk luasan minimal 500 Ha.
(sepuluh ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
- 923 -
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
- 924 -
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
- 925 -
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
- 926 -
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Sagu dilaksanakan oleh Menteri Pertanian,
gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada perusahaan perkebunan sebagai bahan
evaluasi dan perbaikan usaha perkebunan.
- 927 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Kemiri sunan didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan Kemiri sunan < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
Peralatan standar untuk identifikasi OPT sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ditetapkan.
b) Sarana Pemantauan/drone yang dapat berfungsi untuk memantau perkembangan OPT dan
kebakaran.
c) Alat Pengendalian OPT
(1) Alat Eradikasi:
(a) Alat Pertanian Kecil
(b) Chain-saw/Gergaji Mesin
(2) Alat Mobilisasi Pengendalian OPT:
(a) Mobil Pick Up/ truk
(b) Traktor Roda 4/Roda 2
(3) Alat aplikator Pengendalian OPT:
Alat aplikator Pengendalian OPT kemiri sunan untuk setiap luasan adalah Knapsac; Mist
Blower, Power Sprayer, Fogger/ Duster, Mesin Bor.
d) Alat penghancur/pemusnah bahan B3 : Incinerator.
e) Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai SOP yang ditetapkan.
2) Sarana pengendalian kebakaran
Sarana Pengendalian kebakaran meliputi :
a) Sarana pemantauan titik panas meliputi perangkat komputer yang terhubung dengan jaringan
- 931 -
chainsaw.
b) Pembukaan terhadap lahan semak belukar dilakukan dengan cara:
(1) membabat semak belukar serendah mungkin atau hingga permukaan tanah.
(2) hasil pembabatan dikumpulkan dan dibiarkan melapuk
c) Pembukaan terhadap lahan alang-alang dilakukan dengan cara pemberantasan alang-alang
secara mekanis dan/atau kimiawi menggunakan herbisida yang telah terdaftar dan mendapat
izin Menteri Pertanian sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan.
2) Standar budidaya tanaman kemiri sunan yang baik meliputi :
a) Persyaratan tumbuh untuk budidaya kemiri sunan terdiri dari persyaratan iklim dan lahan
yang minimal pada kriteria sesuai (S);
b) Menggunakan benih unggul bersertifikat dan berlabel;
c) Penyiapan lahan dilakukan mulai dari pembukaan dan pengolahan lahan, pengajiran dan
pembuatan lubang tanam;
d) Penanaman kemiri sunan dilakukan pada awal musim hujan dalam lubang tanam yang telah
disiapkan;
e) Benih yang digunakan adalah benih siap tanam dalam polibeg dan diawali pemupukan dasar
menggunakan pupuk yang mengandung unsur hara fosfor dengan dosis sesuai anjuran serta
pupuk organik;
f) Melakukan penyulaman untuk tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak sempurna
- 934 -
dengan cadangan benih yang berumur sama dengan yang telah ditanam sebelumnya yang
umurnya tidak lebih dari 2 tahun;
2) Embung atau tempat penampungan air dengan luasan 500 ha (lima ratus hektare) kebun dengan
ukuran paling kecil 20 x 20 x 2 meter (dua puluh kali dua puluh kali dua meter). Jika dalam
kondisi tertentu tidak dibentuk embung, misalnya pada lahan gambut maka dapat dilakukan
sistem kanalisasi.
Jangka waktu pemenuhan kewajiban:
No. Kewajiban Jangka waktu
pemenuhan
1. Penerapan Pada saat
Pembukaan membuka dan
teknologi tanpa mengolah
bakar dan lahan
mengolah sumber
daya alam secara
lestari
2. Penerapan teknik Pada saat
budi daya yang melakukan
baik dan benar budi daya
3. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian OPT penanaman
dan
- 937 -
pemelihaaan
4. Penerapan UKL Pada saat
dan UPL sesuai penanaman
peraturan dan
perundang- pemelihaaan
undangan
5. Menyampaikan 6 (Enam)
peta digital lokasi Bukan setelah
perizinan perizinan
berusaha skala berusaha
1:100.000 atau diterbitkan.
1:50.000 sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
6. Pengusahaan 2 (Dua) Tahun
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
- 938 -
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
- 940 -
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pengendalian
organisme
- 941 -
pengganggu
tumbuhan (OPT)
2 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
dan sistem untuk
melakukan
pembukaan lahan
tanpa bakar serta
pengendalian
kebakaran;
3 persetujuan
masyarakat
hukum adat,
untuk lahan yang
digunakan
seluruhnya atau
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
- 942 -
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
- 943 -
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Kemiri sunan dilaksanakan oleh Menteri
Pertanian, gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, gubernur oleh dinas provinsi yang menangani perkebunan dan
bupati/walikota oleh dinas kabupaten/kota yang menangani perkebunan.
- 944 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
- 945 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan Usaha Budidaya Tanaman Tahunan Lainnya didasarkan atas luasan Usaha, yaitu
a. Usaha Perkebunan < 25 ha.
b. Usaha Perkebunan ≥ 25 ha.
- 946 -
perkebunan.
a) 1 (satu) regu, berjumlah 15 (lima belas) orang untuk luas kebun kurang dari 1.000
(seribu) hektare;
b) 2 (dua) regu, berjumlah 30 (tiga puluh) orang untuk luas kebun antara 1.000 (seribu)
sampai dengan 5.000 (lima ribu) hektare;
c) 3 (tiga) regu, berjumlah 45 (empat puluh lima) orang untuk luas kebun antara 5.001
(lima ribu satu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektare; atau
d) 4 (empat) regu, berjumlah 60 (enam puluh) orang untuk luas kebun antara 10.001
(sepuluh ribu satu) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektare.
Jangka waktu pemenuhan kewajiban:
No. Kewajiban Jangka waktu
pemenuhan
1. Penerapan Pada saat
Pembukaan membuka dan
teknologi tanpa mengolah
bakar dan lahan
mengolah sumber
daya alam secara
lestari
2. Penerapan teknik Pada saat
budi daya yang melakukan
- 953 -
lahan. sejak
pemberian
status ha
katas tanah
7. Fasilitasi 3 (Tiga) tahun
bangunan kebun sejak HGU
masyarakat sesuai diberikan
peraturan
perundang-
undangan
8. Kemitraan dengan 6 (Enam)
pekebun, Bulan sejak
karyawan dan perizinan
masyarakat berusaha
sekitar. diterbitkan.
9. Menjaga Pada saat
kelestarian fungsi penanaman
lingkungan dan dan
keragaman pemelihaaan
sumber daya
- 955 -
genetik serta
mencegah
terjangkitnya OPT
10. Pelaksanaan 1 (Satu)
tanggung jawab Tahun sekali.
sosial dan
lingkungan sesuai
peraturan
perundang-
undangan
11. Menyampaikan 1 (Satu)
laporan kegiatan Tahun sekali.
usaha secara
periodik.
1) Penilaian kesesuaian
PENILAIAN KESESUAIAN
No. Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak
ada)
A. Persyaratan
Umum
1 Rencana kerja
pembangunan
kebun termasuk
rencana fasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar
B Persyaratan
Khusus
1 Memiliki sumber
daya manusia,
sarana, prasarana
- 957 -
sebagian berada di
atas tanah hak
ulayat;
4 Kesepakatan
antara
perusahaan
perkebunan
dengan
masyarakat
sekitar tentang
aktivitas usaha
perkebunan
mencakup batas-
batas wilayah
kerja perusahaan
perkebunan;
5 Kesanggupan
memfasilitasi
pembangunan
kebun masyarakat
sekitar dilengkapi
- 959 -
dengan rencana
kerja dan rencana
pembiayaan;
6 Kesanggupan
melaksanakan
kemitraan dengan
Pekebun,
karyawan dan
masyarakat
sekitar
perkebunan
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha budi daya tanaman Tanaman Tahunan Lainnya dilaksanakan oleh
Menteri Pertanian, gubernur, bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan Rutin;
Pengawasan rutin mencakup laporan Pelaku Usaha dan inspeksi lapangan berupa:
(1) Evaluasi Kinerja
Dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali melalui pemeriksaan lapangan
- 960 -
b) Pengawasan Insidental.
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga
lain karena adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan perkebunan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan perkebunan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan
perkebunan untuk dapat ditindaklanjuti.
Perusahaan perkebunan yang tidak melakukan perbaikan terhadap hasil pengawasan
insidental diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
STANDAR USAHA PRODUKSI BENIH JARAK PAGAR
NO KBLI : (01220) Pertanian Buah-Buahan Tropis dan Subtropis
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan penyiapan/pelaksanaan, pembibitan dan
pembenihan dan pembenihan tanaman buah tropis dan subtropis.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
- 962 -
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
jarak pagar.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Jarak Pagar
9 Persyaratan Kebun sumber benih kurma harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun sumber
Produk/Proses/Jasa benih jarak pagar) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan,
campuran biji gulma, dan tanaman lain.
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
- 967 -
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
- 968 -
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
aren.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Aren
mengelola sumber
daya alam secara
lestari.
2. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian penanaman dan
organisme pemeliharaan
pengganggu
tumbuhan (OPT)
- Berlabel
2 Pencatatan
data benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
- 974 -
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
- 975 -
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kurma.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Sagu
mengelola sumber
daya alam secara
lestari.
2. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian penanaman dan
organisme pemeliharaan
pengganggu
tumbuhan (OPT)
- Berlabel
2 Pencatatan
data benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
- 981 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/memperbanyak tanaman.
- 982 -
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan keterangan lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kurma.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Jambu Mete
9 Persyaratan a. Kebun sumber benih jambu mete harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis (standar kebun
Produk/Proses/Jasa sumber benih jambu mete) dan pengujian laboratorium untuk kadar air, kemurnian fisik, viabilitas,
kesehatan, campuran biji gulma, dan tanaman lain.
b. Benih jambu mete dalam bentuk biji mengacu SNI benih jambu mete 01-7154-2006 yang harus
memenuhi kriteria untuk mutu fisiologis (daya berkecambah), mutu fisik berupa kemurnian benih,
kotoran benih, biji tanaman lain, biji gulma, kadar air.
mengelola sumber
daya alam secara
lestari.
2. Penerapan sistem Pada saat penanaman
pengendalian dan pemeliharaan
organisme
pengganggu
tumbuhan (OPT)
sesuai standar
mutu
5. Memelihara Pada saat penanaman
sumber benih dan pemeliharaan
6 Menyampaikan Setiap 1 (satu) tahun
laporan secara sekali
periodik
- Berlabel
2 Pencatatan
data benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
- 988 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/ memperbanyak tanaman.
- 989 -
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
kemiri sunan.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran,dan Pengawasan Benih Tanaman Kemiri Sunan
c. Benih kemiri sunan asal biji dalam polibeg harus memenuhi kriteria untuk umur benih, tinggi tanaman,
warna daun, jumlah daun, batang, kesehatan benih, ukuran polibeg dan warna polibeg.
d. Benih kemiri sunan asal sambungan (grafting) dalam polibeg harus memenuhi kriteria umur benih
setelang sambungan, tinggi tanaman, bidang sambungan, jumlah daun, kondisi daun, kesehatan benih,
ukuran polibeg dan warna polibeg.
- 991 -
pembukaan lahan
tanpa bakar dan
mengelola sumber
daya alam secara
lestari.
2. Penerapan sistem Pada saat
pengendalian penanaman dan
organisme pemeliharaan
pengganggu
tumbuhan (OPT)
usul benih
- Bersertifikat
- Berlabel
2 Pencatatan
data benih yang
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
- 995 -
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan
dan pembenihan pohon cemara, tanaman jarak pagar dan tanaman tahunan lainnya.
2 Istilah dan Definisi a. Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi/ memperbanyak tanaman.
b. Dokumen asal-usul benih adalah dokumen-dokumen yang menerangkan asal-usul benih, pengusaan
dan/atau kepemilikan kebun sumber benih oleh pelaku usaha, dan/atau kelas benih, dan keterangan
lain.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman
tahunan lainnya.
3 Penggolongan Usaha -
5 Persyaratan Khusus -
Usaha
- 997 -
8 Pelayanan Mengacu kepada Standar Produksi, Sertifikasi, Peredaran,dan Pengawasan Benih Tanaman Tahunan
Lainnya
9 Persyaratan Kebun sumber benih tanaman tahunan lainnya harus memenuhi kriteria untuk pemeriksaan teknis
Produk/Proses/Jasa (standar kebun sumber benih tanaman tahunan lainnya) dan pengujian laboratorium untuk kadar air,
kemurnian fisik, viabilitas, kesehatan, campuran biji gulma, dan tanaman lain.
diproduksi dan
diedarkan
3 Pencatatan
kegiatan setiap
tahapan
pembenihan
b. Pengawasan
1) Pengawasan dilakukan terhadap setiap benih unggul/unggul lokal yang diedarkan didalam dan
antar provinsi.
2) Penilaian kesesuaian dan pengawasan peredaran benih unggul dan benih unggul lokal dilakukan
oleh PBT yang berkedudukan di UPT Pusat dan/atau UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas
dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan/SKPD Provinsi yang menangani
perbenihan.
3) Dalam hal UPTD Provinsi tidak dapat melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
4) Pelaksanaan pengawasan peredaran benih dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu.
5) Pengawasan peredaran dilakukan melalui pengecekan dokumen dan fisik benih.
6) Hasil penilaian kesesuaian dan pengawasan dalam bentuk laporan berita acara yang
ditandatangani oleh produsen dan PBT.
- 1002 -
f. Benih Unggul Lokal Tanaman Perkebunan yang selanjutnya disebut Benih Unggul Lokal adalah benih
yang diproduksi dari varietas lokal tanaman perkebunan;
g. Pengawas Benih Tanaman yang selanjutnya disebut sebagai PBT adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan benih tanaman
yang diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban secara penuh yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang.
h. Pemilik varietas adalah pemulia dan/atau badan usaha penyelenggara pemuliaan untuk menghasilkan
varietas.
i. Peredaran Benih adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran dan/atau
penjualan benih dari lokasi produksi ke lokasi pemasaran dan/atau kepada pekebun atau perusahaan
perkebunan di dalam negeri dan/atau luar negeri.
3 Persyaratan Umum a. Surat permohonan sertifikasi
b. Memiliki izin usaha produksi benih tanaman perkebunan
c. SK kebun sumber benih
d. Dokumen penguasaan sapras dan lahan
e. Ketersediaan tenaga perbenihan
f. Rekaman pemeliharaan KSB dan peta lokasi pembibitan
g. Pembayaran penerimaan negara (retribusi daerah / PNBP)
h. Menjaga dan bertanggung jawab terhadap mutu benih
i. Pemasangan label setelah kegiatan sertifikasi selesai
- 1005 -
5 Sarana Untuk dapat memenuhi persyaratan khusus, pelaku usaha harus memiliki sarana minimal berupa :
a. Memiliki dan/atau menguasai benih sumber;
b. Memiliki unit produksi benih yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai sesuai jenis
tanaman; dan
c. Memiliki tenaga ahli dan/atau terampil di bidang perbenihan.
6 Penilaian a. Penilaian kesesuaian
kesesuaian dan
pengawasan PENILAIAN KESESUAIAN
No A. Persyaratan Umum Ketersediaan
(ada/tidak
- 1006 -
ada)
1 Surat permohonan
sertifikasi
2 Izin usaha produksi benih
tanaman perkebunan
3 SK kebun sumber benih
4 Dokumen penguasaan
sapras dan lahan
5 Dokumen Ketersediaan
tenaga perbenihan
6 Rekaman pemeliharaan KSB
dan peta lokasi pembibitan
7 Pembayaran penerimaan
negara (retribusi daerah /
PNBP
B. Persyaratan Khusus
1 Surat permohonan
sertifikasi;
produksi benih
tanaman perkebunan;
3 Dokumen penguasaan
sapras dan lahan;
4 Ketersediaantenaga
perbenihan;
6 Rekaman
pemeliharaan KSB
dan peta lokasi
- 1008 -
b. Pengawasan
1) Pengawasan terhadap pemasangan label oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT)
2) Pengawasan dilakukan terhadap produsen benih yang telah mendapatkan sertifikat benih oleh UPT
Pusat / UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih
untuk tetap menjaga mutu benih.
3) Pengawasan terhadap pembayaran penerimaan negara oleh petugas UPTD
4) Laporan kegiatan berupa data produksi benih dan benih yang diedarkan serta rencana produksi
tahunan kepada kepala dinas provinsi yang membidangi perkebunan dengan tembusan kepala UPT
Pusat dan UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi
Benih.
5) Benih yang tidak sesuai dengan sertifikat dan label dilarang diedarkan atau diperjualbelikan dan
didokumentasikan dengan berita acara yang ditandatangani oleh produsen benih dan PBT.
6) Terhadap benih yang tidak sesuai, dalam waktu 7 hari pengedar wajib membuktikan kebenaran
dokumen atas benih dan bila tidak dapat membuktikan kebenaran dokumen maka PBT akan
menghentikan peredaran benih tersebut.
7) Bila ada kecurigaan atas mutu benih yang beredar maka akan dilakukan penghentian sementara
terhadap peredaran benih tersebut kemudian dilakukan pengecekan mutu benih selama paling
lama 25 hari kerja. Benih dapat diedarkan kembali bila benih dianggap masih memenuhi standar
- 1009 -
mutu atau persyaratan teknis minimal. Bila benih tidak memenuhi standar mutu atau
persyaratan teknis minimal maka benih harus ditarik dari peredaran.
1 Ruang Lingkup Pemasukan benih tanaman perkebunan agar tidak masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari
luar negeri yang dapat merusak tanaman perkebunan dan tersedianya kebutuhan benih bermutu.
2 Istilah dan Definisi a. Benih Tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembangbiakkan tanaman.
b. Pendaftaran adalah pendaftaran usaha dan/atau kegiatan oleh Pelaku Usaha melalui OSS.
c. Pemasukan benih adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan benih tanaman dari luar negeri ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Izin Pemasukan adalah keterangan tertulis berisikan hak yang diberikan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk kepada badan usaha, badan hukum, instansi pemerintah, pemerhati tanaman, dan pelanggan
luar negeri untuk dapat melakukan kegiatan pemasukan benih
- 1010 -
3 Persyaratan Umum
yang Berhak
Bertandatangan
2 Surat Permohonan
(PDF)
3 Information Required
for seed
introduction/importer
to Indonesia (PDF)
4 hak atas tanah (PDF).
5 Rekomendasi
Kesiapan Lahan Dari
Dinas Perkebunan
Sesuai Kewenangan
6 Pernyataan Bahwa
Benih Untuk di
Budidayakan di
Kebun Sendiri
7 Bukti Pembelian
Benih Dalam Negeri
Minimal 75% Dari
- 1012 -
Kebutuhan Yang
Akan Dibudidayakan
8 Technical Information
for Commodity(s)
Proposed Exported
into Indonesia,
terhadap pemasukan
benih untuk pertama
kali dari jenis
tanaman dan/atau
negara asal
9 Data Dukung
b. Pengawasan
1) Pengawasan administratif
Evaluasi terhadap kepatuhan pelaku usaha dalam pemenuhan komitmen paling lama 8 (delapan)
hari sejak penyampaian pemenuhan Komitmen secara lengkap dan benar. Berdasarkan hasil
evaluasi tersebut diberikan persetujuan atau penolakan yang disampaikan kepada PVTPP untuk
dilakukan notifikasi ke system OSS.
Atas hasil evaluasi berupa penolakan, akan diberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk
- 1013 -
mengajukan uang pemenuhan komitmen. Lembaga OSS akan menerbitkan izin pemasukan benih
tanaman untuk hasil evaluasi yang berupa persetujuan, yang dilengkapi dengan pejabat pemberi
persetujuan. Jangka waktu penyampaian hasil evaluasi melalui notifikasi OSS paling lama 2 (dua)
hari.
Setelah memiliki Izin Pemasukan Benih Tanaman yang berlaku, Pelaku Usahadalam melaksanakan
kegiatan usahanya memiliki kewajiban untuk :
a) Memenuhi standar mutu sesuai dengan keputusan pelepasan varietas;
b) Memenuhi ketentuan izin pemasukan benih tanaman sesuai peruntukannya
c) Menyampaikan realisasi pemasukan benih sesuai dengan jenis dan jumlah yang diajukan
dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pemasukan benih kepada Direktur
Jenderal Perkebunan;;
d) Melakukan pemusnahan sisa benih dengan izin pemasukan benih untuk pengujian mutu
benih dan uji profisiensi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
karantina tumbuhan.
2) Pengawasan lapangan
a) Pengawasan di tempat pemasukan
Pengawasan dilaksanakan oleh Petugas Karantina Tumbuhan, dilakukan secara bersamaan
dengan tindakan pemeriksaan administratif, yaitu :
(1) Apabila belum disertai izin pemasukan terhadap benih dilakukan tindakan penahanan
dan kepada pemilik atau kuasanya diberikan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat
belas) hari kerja setelah diterima surat penahanan harus menyerahkan Izin Pemasukan
- 1014 -
Benih.
(2) Apabila Izin Pemasukan Benih tidak sah dan/atau tidak benar, maka dilakukan tindakan
penolakan, apabila dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja belum
atau tidak dapat dipenuhi.
(3) Apabila Izin Pemasukan Benih dan dokumen persyaratan lainnya sah dan benar maka
dilakukan tindakan pemeriksaan kesehatan dan tindakan karantina tumbuhan lainnya
sesuai peraturan perundang-undangan di bidang perkarantinaan.
(4) Dilakukan penolahan terhadap jumlah benih yang melebihi jumlah yang diajukan.
Apabila dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima
surat penolakan tidak segera membawa benih keluar dari wilayah Negara Republik
Indonesia, maka dilakukan tindakan pemusnahan.
b) Pengawasan pada pengguna benih impor
Wajib melaporkan realisasi pemasukan benih dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterbitkannya sertifikat pelepasan oleh Kepala Badan Karantina
Pertanian kepada Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
Pengawasan dilakukan terhadap pengguna benih impor sesuai dengan ijin pemasukan oleh
UPT Pusat / UPTD Provinsi yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan
Sertifikasi Benih untuk tetap menjaga mutu benih. Apabila UPTD Provinsi tidak dapat
melaksanakan pengawasan, dapat dilakukan oleh UPT Pusat.
Pengawasan di lokasi penggunaan benih dapat dilakukan sewaktu-waktu dalam rangka
sinkronisasi izin pemasukan dengan penggunaan benih di lapangan terhadap izin pemasukan
- 1015 -
yang diterbitkan. Pengawasan dilakukan terhadap jenis, jumlah, lokasi dan perusahaan
penerima.
1 Ruang Lingkup Pengeluaran benih tanaman perkebunan agar menjaga, mengamankan, dan melestarikan plasma nutfah.
2 Istilah dan Definisi a. Benih Tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembangbiakkan tanaman.
b. Pendaftaran adalah pendaftaran usaha dan/atau kegiatan oleh Pelaku Usaha melalui OSS.
c. Pengeluaran benih adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan benih dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d. Izin pengeluaran adalah keterangan tertulis berisikan hak yang diberikan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk kepada badan usaha, badan hukum, instansi pemerintah, pemerhati tanaman, dan
- 1016 -
Ada ()
1 Perizinan Berusaha
produksi benih;
b. Pengawasan
1) Objek pengawasan :
a) Pemenuhan komitmen izin berusaha
b) Pemenuhan kewajiban Pelaku Usaha; dan/atau
c) Usaha dan/atau kegiatan operasional yang telah mendapatkan izin berusaha
- 1018 -
2) Pelaku pengawasan :
a) Pusat PVTPP,
b) Unit teknis sesuai kewenangannya.
3) Pelaporan Pelaku Usaha
Pelaku Usaha pengeluaran benih tanaman perkebunan yang tidak melaporkan realisasi
pengeluaran benih paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak diterbitkannya sertifikat kesehatan;
c. Sanksi
Tindakan Pengawasan :
1) Peringatan,
2) Penghentian sementara kegiatan berusaha melalui pembekuan Perizinan Berusaha,
3) Pengenaan denda administratif, dan/atau
4) Pencabutan Perizinan Berusaha
Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari , Pelaku Usaha yang melakukan pengeluaran benih tanaman
perkebunan, tetap tidak memenuhi standar pelaksanaan kegiatan usaha, dikenai sanksi administratif
berupa pencabutan Perizinan Berusaha.
- 1019 -
3 Persyaratan Umum a. Importir yang akan melakukan Impor Tembakau wajib mendapat persetujuan impor dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perdagangan setelah memperoleh Rekomtek Impor
Tembakau dari Direktur Jenderal.
b. Importir harus mengajukan permohonan Rekomtek Impor Tembakau kepada Lembaga OSS.
- 1020 -
c. Pemohonan Rekomtek Impor Tembakau dilakukan oleh perusahaan pemilik NIB sesuai peraturan
perundang-undangan
d. Permohonan paling sedikit memuat informasi:
1) nama dan alamat importir;
2) nomor dan tanggal surat permohonan;
3) jenis dan jumlah barang;
4) pos tarif/HS dan uraian barang;
5) negara asal dan pelabuhan muat;
6) waktu pengapalan;
7) tempat pemasukan; dan
8) waktu Impor.
e. Permohonan dilengkapi dengan pemenuhan Komitmen
f. Permohonan diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tata cara
perizinan berusaha sektor pertanian.
g. Rekomtek Impor Tembakau yang diterbitkan disampaikan Lembaga OSS kepada Importir dengan
tembusan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian
Keuangan secara daring.
h. Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure) yang mengakibatkan sistem elektronik tidak
berfungsi, permohonan Rekomtek Impor Tembakau disampaikan secara manual.
i. Rekomtek Impor Tembakau diterbitkan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun takwim untuk 1 (satu)
- 1021 -
Importir.
j. Setiap realisasi Impor Tembakau wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal secara daring dengan
tembusan kepada Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian.
k. Kewajiban laporan setiap realisasi Impor disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan
Impor Tembakau.
l. Importir wajib memberikan laporan realisasi kemitraan setiap 4 (empat) bulan.
4 Persyaratan khusus a. Pernyataan mengenai rencana impor sesuai kebutuhan riil industri dan pernyataan tidak
atau Persyaratan memperdagangkan dan/atau memindahtangankan tembakau yang diimpor kepada pihak lain, untuk
Teknis Produk, pemegang API-P;
Proses, dan/atau b. Pernyataan mengenai rencana distribusi atas tembakau yang akan diimpor untuk memenuhi
Jasa kebutuhan industri kecil dan/atau industri yang tidak melaksanakan importasi tembakau berdasarkan
kontrak pemesanan kebutuhan tembakau dari industri kecil dan menengah dan/atau yang tidak
melaksanakan importasi tembakau sendiri, untuk pemegang API-U;
c. Laporan rekapitulasi realisasi impor produk tembakau sebelumnya;
d. Pernyataan telah melakukan kemitraan dengan petani/kelompok tani tembakau;
e. Pernyataan mengenai rencana melakukan penguatan kelembagaan petani;dan
f. Pernyataan bermaterai cukup bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah.
- 1022 -
5 Sarana
b. Pengawasan
Pengawasan dilakukan terhadap importir yang telah mendapatkan Rekomendasi Impor Tembakau.
Pengawasan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal dengan membentuk Tim Pengawasan.
Tim pengawasan melakukan pengawasan terhadap pemenuhan komitmen dan kewajiban dari importir.
- 1025 -
1 Ruang Lingkup Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan bertujuan menyediakan pilihan varietas-varietas unggul untuk
memenuhi kebutuhan pasar yang sesuai dengan selera konsumen
2 Istilah dan Definisi a. Pelepasan varietas yang selanjutnya disebut Pelepasan adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu
varietas hasil pemuliaan di dalam negeri atau introduksi dari luar negeri yang menyatakan bahwa
varietas tersebut merupakan varietas unggul yang dapat diedarkan.
- 1027 -
b. Varietas tanaman, selanjutnya disebut varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan
ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies
yang sama oleh sekurang-kurangnya satu karakter yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak
mengalami perubahan.
c. Silsilah adalah asal-usul suatu varietas, yang mencakup induk persilangan, proses dalam
mendapatkannya dan tahun penemuan atau perolehannya.
d. Varietas pembanding adalah varietas unggul, yang digunakan sebagai pembanding dalam uji adaptasi
dan observasi untuk mengetahui keunggulan galur harapan dan/atau calon varietas yang diuji.
e. Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh pemerintah yang mempunyai kelebihan dalam
potensi hasil dan/atau karakter-karater lainnya.
f. Varietas introduksi adalah varietas yang pertama kali dimasukkan dari luar negeri.
g. Varietas hasil pemuliaan adalah varietas yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan.
h. Varietas lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani,
serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh Negara.
i. Varietas Unggul Lokal adalah varietas yang dihasilkan melalui seleksi/pemurnian populasi varietas
lokal.
j. Varietas asal adalah varietas yang digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan Varietas Turunan
Esensial yang meliputi varietas yang mendapat PVT dan varietas yang tidak mendapat PVT tetapi telah
diberi nama dan didaftar oleh Pemerintah.
- 1028 -
k. Pemulia Tanaman yang selanjutnya disebut Pemulia adalah orang yang melaksanakan pemuliaan
tanaman.
l. Pemuliaan Tanaman adalah serangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian jenis dan/atau
varietas yang sudah ada atau menghasilkan jenis dan/atau varietas baru yang lebih baik
m. Penyelenggara Pemuliaan adalah orang perseorangan, badan usaha, badan hukum atau instansi
pemerintah yang menyelenggarakan serangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan
penemuan dan pengembangan suatu varietas.
n. Tim Penilai Varietas yang selanjut selanjutnya disingkat TPV adalah tim yang mempunyai tugas
memberikan saran rumusan prosedur pengujian, penilaian, pelepasan dan penarikan varietas.
3 Persyaratan Umum a. Dokumen permohonan pelepasan varietas
b. Dokumen hasil pelaksanaan uji terhadap calon varietas yang akan dilepas
4 Persyaratan khusus Dokumen yang dipersyaratkan meliputi dokumen administrasi dan teknis, antara lain:
atau Persyaratan a. Dokumen teknis, minimal:
Teknis Produk, 1) Ringkasan proposal (executive summary);
Proses, dan/atau 2) Silsilah varietas;
Jasa 3) Matrik keunggulan varietas terhadap pembanding;
4) Nama varietas yang diusulkan dan disetujui oleh Pusat PVTPP;
5) Deskripsi varietas, untuk varietas hibrida deskripsi tetua juga dilampirkan.
- 1029 -
5 Sarana Sarana khusus yang harus adalah peralatan kantor dan media telekomunikasi
1 Ringkasan proposal
(executive summary);
2 Silsilah varietas;
Matrik keunggulan
varietas terhadap
pembanding;
3 Nama varietas yang
diusulkan dan disetujui
oleh Pusat PVTPP;
4 Deskripsi varietas, untuk
varietas hibrida deskripsi
tetua juga dilampirkan.
5 Analisis ekonomi dari
calon varietas yang
diusulkan.
Untuk hasil pemuliaan
calon varietas spesifik
lokasi yang berasal dari
varietas lokal dan akan
dikembangkan pada
- 1032 -
menyatakan bahwa
produksi benih hibrida
(F1) untuk tanaman
perkebunan akan
dilakukan paling lama 3
(tiga) tahun untuk
tanaman semusim dan
dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam)
tahun untuk tanaman
tahunan sejak pelepasan
14 Surat pernyataan
bermaterai dari pemilik
bahwa benih penjenis
(breeder seed) tersedia
dalam jumlah yang
cukup untuk
perbanyakan lebih lanjut.
b. Pengawasan
1) Pengawasan oleh Ditjenbun terhadap terbangunnya dan terpeliharanya kebun sumber benih
- 1035 -
1 Ruang Lingkup Tujuan dari disusunnya Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit antara lain untuk mengetahui
a. jumlah benih kelapa sawit yang beredar
b. varietas kelapa sawit yang beredar
c. peruntukan penyaluran benih
2 Istilah dan Definisi a. Benih Kelapa Sawit adalah tanaman atau bagian tanaman kelapa sawit yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman kelapa sawit.
b. Varietas kelapa sawit adalah varietas unggul dapat berupa varietas DxP, semi klon, biklon atau klon.
c. Kecambah adalah benih yang telah dipecahkan dormansinya dan dapat dibedakan dengan jelas bagian
bakal batang (plumula) dan bakal akar (radikula).
d. Pengawas Benih Tanaman yang selanjutnya disebut PBT adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan benih
- 1036 -
tanaman yang diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban secara penuh yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang.
e. Pemilik varietas adalah pemulia dan/atau badan usaha penyelenggara pemuliaan untuk menghasilkan
varietas.
f. Peredaran Benih adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran dan/atau
penjualan benih dari lokasi produksi ke lokasi pemasaran dan/atau kepada pekebun atau perusahaan
perkebunan di dalam negeri dan/atau luar negeri.
g. Produsen Benih adalah perorangan atau badan usaha yang memiliki izin usaha memproduksi benih.
h. Sertifikat Mutu Benih adalah keterangan tentang pemenuhan/telah memenuhi persyaratan mutu yang
diberikan oleh lembaga sertifikasi kepada kelompok benih yang disertifikasi atas permintaan produsen
benih atas benih.
3 Persyaratan Umum Mengajukan permohonan penyediaan benih kelapa sawit kepada Direktur Jenderal Perkebunan c.q
Direktur yang menyelenggarakan tugas dan fungsi perbenihan/Kepala Dinas yang membidangi perkebunan
provinsi/kabupaten/kota
4 Persyaratan khusus Persyaratan khusus berdasarkan peruntukannya :
atau Persyaratan a. Untuk Kebutuhan Perusahaan Perkebunan
Teknis Produk, 1) Diajukan oleh perusahaan perkebunan
Proses, dan/atau 2) Tujuan pengajuan permohonan :
- 1037 -
Jasa a) Kebutuhan kecambah 1 – 40.000 kecambah, permohonan ditujukan kepada Kepala Dinas
yang membidangi perkebunan di Kabupaten/ Kota.
b) Kebutuhan kecambah 40.001-200.000 Kecambah, permohonan ditujukan kepada Kepala
Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi.
b. Untuk Produsen Benih dalam rangka Pembesaran Benih Melalui Kerjasama dengan Pemilik Varietas
dan atau Sumber Benih
1) Diajukan oleh produsen benih
- 1038 -
yang akan menjual benih untuk kebutuhan pekebun (bagi perorangan maksimal 1.000 kecambah
dan kelompok tani maksimal 5.000 kecambah)
2) Tujuan pengajuan permohonan ke Direktur Jenderal Perkebunan c.q Direktur yang
menyelenggarakan tugas dan fungsi perbenihan
3) Dengan melampirkan dokumen pendukung:
a) Akte pendirian perusahaan termasuk perubahannya
b) Surat Keputusan Penetapan Kebun Benih Sumber
c) Izin Usaha Produksi Benih
d) Laporan realisasi SP2BKS sebelumnya (dikecualikan bagi produsen benih yang baru
mengajukan)
5 Sarana Sarana khusus yang harus adalah peralatan kantor dan media telekomunikasi
B. Persyaratan Khusus
1) Untuk Kebutuhan
Perusahaan
Perkebunan
1 Akte pendirian
perusahaan termasuk
perubahannya
2 Izin Lokasi, IUP
- 1042 -
3) Untuk Kebutuhan
Pekebun
1 Akte pendirian
perusahaan termasuk
perubahannya
2 Surat Keputusan
Penetapan Kebun Benih
Sumber
3 Izin Usaha Produksi
Benih
4 Laporan realisasi
- 1045 -
SP2BKS sebelumnya
(dikecualikan bagi
produsen benih yang
baru mengajukan)
4) Untuk Kebutuhan
Penelitian/Riset
1 Proposal penelitian/riset
(bagi permohonan baru)
atau laporan
perkembangan penelitian
(bagi permohonan yang
sudah pernah)
2 Rekomendasi
pembangunan kebun
induk kelapa sawit dari
Direktur Jenderal
Perkebunan (jika akan
membangun kebun
induk)
- 1046 -
3 Akte pendirian
perusahaan termasuk
perubahannya
4 Izin Usaha Perkebunan
5 Hak Guna Usaha
6 Surat pernyataan
tentang penggunaan
benih kelapa sawit untuk
kebutuhan sendiri
7 Laporan realisasi
SP2BKS sebelumnya
(dikecualikan bagi
perusahaan perkebunan
yang baru mengajukan)
5) Untuk Kebutuhan
Pengecambahan di
Seed Processing Unit
1 Akte pendirian
- 1047 -
perusahaan termasuk
perubahannya
2 Surat Keputusan
Penetapan Kebun Benih
Sumber
3 Izin Usaha Produksi
Benih
4 Laporan realisasi
SP2BKS sebelumnya
(dikecualikan bagi
produsen benih yang
baru mengajukan)
b. Pengawasan
1) Pengawasan terhadap laporan realisasi penyaluran benih per varietas kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan c.q. Direktur Perbenihan Perkebunan dengan tembusan kepada Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) serta Dinas Perkebunan setempat setiap
3 bulan sekali sejak terbitnya SP2BKS sampai habis masa SP2BKS tersebut.
2) Pengawasan terhadap benih yang lokasi penanamannya berbeda lokasi pembenihan harus
disertifikasi oleh UPTD Provinsi setempat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan
- 1048 -
dan sertifikasi benih tanaman perkebunan, yang dilakukan pada saat benih kelapa sawit dalam
polibeg siap tanam.
3) Pengawasan terhadap segala aktivitas pengolahan lahan baik untuk pembibitan maupun
penanaman kelapa sawit dilakukan tanpa membakar.
4) Perusahaan yang melakukan aktivitas pembakaran lahan perkebunan akan diproses sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
5) Melakukan monev fisik terhadap perusahaan penerima SP2BKS.
6) Perusahaan yang tidak melaporkan penerimaan atau penyaluran benih/kecambah sesuai dengan
ketentuan tersebut di atas akan diberikan sanksi berupa surat teguran tertulis dari instansi yang
mengeluarkan SP2BKS.
7) Perusahaan yang tidak dapat menyelesaikan penyaluran benih / kecambah kelapa sawit setelah
habis masa berlaku SP2BKS akan diberikan sanksi berupa surat teguran tertulis dari instansi yang
mengeluarkan SP2BKS dan baru dapat mengajukan SP3BKS setelah 6 bulan dari masa berlaku
SP2BKS yang terakhir.
8) Perusahaan yang memindahkan benih / kecambah tidak sesuai peruntukan sesuai surat
pernyataan akan diberikan sanksi berupa teguran tertulis dari instansi yang mengeluarkan
SP2BKS dan baru dapat mengajukan SP3BKS setelah 12 bulan dari teguran tertulis.
- 1049 -
2 Istilah dan Definisi a. Pascapanen jambu mete adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah panen sampai dengan
siap dikonsumsi dan/atau diolah, meliputi pengumpulan, pembersihan, pengupasan, sortasi,
pengawetan, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan, standardisasi mutu, dan transportasi gelondong
dan kacang mete;
b. Pengeringan adalah upaya menurunkan kadar air sampai mencapai kadar air tertentu;
c. Gelondong mete adalah biji beserta kulit luar (cangkang);
3 Penggolongan Usaha a. Kelompok Tani/Gapoktan)
b. UMKM
b. Usaha Besar
- 1050 -
2) Penanganan pascapanen
3) Peningkatan mutu
STANDAR USAHA PERTANIAN SEREALIA LAINNYA, ANEKA KACANG DAN BIJI-BIJIAN PENGHASIL MINYAK LAINNYA
NO KBLI: (01119) Pertanian Serealia Lainnya, Aneka Kacang dan Biji – Bijian Penghasil Minyak Lainnya
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan kelompok yang mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan
pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu
kesatuan kegiatan tanaman serealia lainnya bukan padi, jagung dan gandum, tanaman aneka kacang
palawija lainnya dan pertanian tanaman lainnya yang belum diklasifikasikan pada kelompok 01111 s.d.
01118. Termasuk kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman serealia dan biji-bijian penghasil minyak
lainnya.
2 Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya Pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
- 1044 -
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
g. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
h. Pembibitan adalah penyediaan bahan Tanaman yang berasal dari benih Tanaman
i. Pembenihan adalah kegiatan dalam budi daya yang bertujuan untuk menghasilkan benih sebagai
komponen input dalam budi daya Tanaman.
3. Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil memiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai
tlengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1045 -
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
b. Usaha Non Organik :
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4. Persyaratan Umum
Usaha
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Non Perbenihan) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Perbenihan) :
a. Keterangan kelayakan teknis sebagai produsen atau pengedar benih dari institusi pengawasan dan
sertifikasi benih.
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana untuk produksi benih atau untuk peredaran benih.
c. Keterangan memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perbenihan.
d. Tempat usaha produksi atau peredaran benuh sesuai dengan persyaratan usaha
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
Untuk usaha organik, wajib sertifikasi sesuai dengan pemberlakukan sertifikasi mengacu pada SNI Sistem
Pertanian organik. Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada
SNI Sistem Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida
tidak sintetis.
Untuk usaha non organik, pemberlakukan sertifikasi tidak wajib (usaha mikro kecil dilakukan pembinaan
GAP, menengah melalui self declare, besar melalui sertifikasi).
- 1047 -
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah, pestisida, zat
pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi cara Cara
Budi daya Tanaman Pangan yang baik.
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM/tenaga kerja kompetensi dan/atau
bersertifikat.
8 Pelayanan Bagi pelaku usaha kecil, menengah dan besar wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses
terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistik
- 1048 -
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data yang
ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
- 1049 -
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
b. Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
1) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
2) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
2) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Usaha Menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan pelaku usaha budi daya menengah dilakukan melalui
pernyataan diri (self declaration) dalam bentuk chek list yang berisi minimal :
a) Nama Pelaku Usaha
b) Kapasitas mesin
c) Sumber Bahan Baku
d) Varietas yang ditanam
e) Produktivitas yang dicapai
f) Jumlah stok
Bagi pelaku usaha organik, tetap mencantumkan sertifikasi organik. Sedangkan bagi pelaku
usaha non organik, agar menyediakan laporan hasil uji laboratorium dari lembaga yang
terakreditasi.
3) Usaha Skala Besar
Penilaian pemenuhan persyaratan skala besar dilakukan melalui sertifikasi atau inspeksi yang
dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi sesuai produk yang dihasilkan, yaitu:
a) Jika organik, oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang terakreditasi
b) Jika non organik, oleh Lembaga Sertifikasi Non Organik seperti Lembaga Sertifikasi Produk
(LSPro)/Lembaga Sertifikasi yang lain yang terakreditasi, dengan didukung pengujian
laboratorium yang terakreditasi.
- 1051 -
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
2) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule: sesuai kebutuhan
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: ceklist
3) Hak dan kewajiban pelaksana pengawas
Hak : berhak untuk meminta dokumen kepada pelaku usaha
Kewajiban : wajib menginformasikan hasil kepada pelaku usaha
4) Pelaksana pengawasan
kompetensi : memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
5) Mekanisme, format dan substansi laporan
a) Mekanisme dilakukan melalui webservice
b) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
c) Substansi : laporan penggunaan bahan baku dan laporan proses produksi dan pemasaran.
6) Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui website resmi yang dikelola instansi
pemilik kewenangan pengawasan
- 1052 -
NO KBLI:
(01112) Pertanian Gandum
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan sKelompok ini mencakup usaha pertanian gandum mulai dari
kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika
menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman serealia gandum, seperti sorgum/cantel, gandum
(wheat/oats), jelai (barley), gandum hitam (rye), jawawut (millet) dan sejenisnya. Termasuk kegiatan
pembibitan dan pembenihan tanaman gandum.
2 Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya Pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
- 1053 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
sampai tlengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1054 -
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
b. Usaha Non Organik :
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus Usaha Budi daya untuk non benih:
Usaha Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah, Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah, dan Usaha Besar
Risiko Menengah Tinggi : menerapkan budi daya tanaman pangan yang baik dan benar (GAP) dan
menerapkan standar mutu.
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Non Perbenihan) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
- 1055 -
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Perbenihan) :
a. Keterangan kelayakan teknis sebagai produsen atau pengedar benih dari institusi pengawasan dan
sertifikasi benih.
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana untuk produksi benih atau untuk peredaran benih.
c. Keterangan memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perbenihan.
d. Tempat usaha produksi atau peredaran benuh sesuai dengan persyaratan usaha
e. Membuktikan lokasi produksi benih bukan daerah endemis (akan disediakan informasi spasial)
f. Perizinan lingkungan
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
Untuk usaha organik, wajib sertifikasi sesuai dengan pemberlakukan sertifikasi mengacu pada SNI
- 1056 -
Sistem Pertanian organik. Untuk usaha non organik, pemberlakukan sertifikasi tidak wajib (usaha
mikro kecil dilakukan pembinaan GAP, menengah melalui self declare, besar melalui sertifikasi).
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah, pestisida,
zat pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem
Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida tidak
sintetis.
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi cara Cara
Budi daya tanaman pangan yang baik.
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM/tenaga kerja kompetensi
dan/atau bersertifikat.
- 1057 -
8 Pelayanan Bagi pelaku usaha kecil, menengah dan besar wajib memberikan informasi yang benar dan mudah
diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistic
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data
yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- 1058 -
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
2) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 1059 -
NO KBLI:
(01115) Pertanian Kacang Hijau
(Budi Daya Kacang hijau)
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan Kelompok ini mencakup usaha pertanian kacang hijau mulai
dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika
menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman kacang hijau (kacang palawija). Termasuk kegiatan
pembibitan dan pembenihan tanaman kacang hijau.
2. Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya Pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
- 1063 -
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
g. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
h. Pembibitan adalah penyediaan bahan Tanaman yang berasal dari benih Tanaman
i. Pembenihan adalah kegiatan dalam budi daya yang bertujuan untuk menghasilkan benih sebagai
komponen input dalam budi daya Tanaman.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
sampai tlengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1064 -
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
b. Usaha Non Organik :
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus Usaha Budi daya untuk non benih:
Usaha Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah, Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah, dan Usaha Besar
Risiko Menengah Tinggi : menerapkan budi daya tanaman pangan yang baik dan benar (GAP) dan
menerapkan standar mutu
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Non Perbenihan) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
- 1065 -
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Perbenihan) :
a. Keterangan kelayakan teknis sebagai produsen atau pengedar benih dari institusi pengawasan dan
sertifikasi benih.
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana untuk produksi benih atau untuk peredaran benih.
c. Keterangan memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perbenihan.
d. Tempat usaha produksi atau peredaran benuh sesuai dengan persyaratan usaha
e. Membuktikan lokasi produksi benih bukan daerah endemis (akan disediakan informasi spasial)
f. Perizinan lingkungan
- 1066 -
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
Untuk usaha organik, wajib sertifikasi sesuai dengan pemberlakukan sertifikasi mengacu pada SNI
Sistem Pertanian organik. Untuk usaha non organik, pemberlakukan sertifikasi tidak wajib (usaha
mikro kecil dilakukan pembinaan GAP, menengah melalui self declare, besar melalui sertifikasi).
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah, pestisida,
zat pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem
Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida tidak
sintetis.
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi cara Cara
Budi daya Tanaman Pangan yang baik.
- 1067 -
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM/tenaga kerja kompetensi
dan/atau bersertifikat.
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistic
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data
yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
- 1068 -
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
b. Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
1) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
2) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
2) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 1069 -
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
2) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule: sesuai kebutuhan
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: ceklist
- 1071 -
NO KBLI:
(01113) Pertanian Kedelai
(Budi Daya Kedelai)
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan Kelompok ini mencakup usaha pertanian kedelai mulai dari
kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika
menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman kedelai (kacang palawija). Termasuk kegiatan pembibitan dan
pembenihan tanaman kedelai.
2. Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
- 1073 -
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
g. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
h. Pembibitan adalah penyediaan bahan tanaman yang berasal dari benih tanaman
i. Pembenihan adalah kegiatan dalam budi daya yang bertujuan untuk menghasilkan benih sebagai
komponen input dalam budi daya tanaman.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
- 1074 -
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
b. Usaha Non Organik :
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus Usaha Budi daya untuk non benih:
Usaha Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah, Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah, dan Usaha Besar
Risiko Menengah Tinggi : menerapkan budi daya tanaman pangan yang baik dan benar (GAP) dan
menerapkan standar mutu.
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
b. Usaha Menengah dan Besar Risiko Menengah Tinggi: menerapkan budi daya tanaman pangan yang
baik dan benar (GAP), menerapkan standar mutu benih, membuktikan lokasi produksi benih bukan
daerah endemis (informasi spasial)
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah, pestisida,
zat pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem
Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida tidak
sintetis.
- 1076 -
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistic
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data
yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
- 1078 -
b) Kapasitas mesin
c) Sumber Bahan Baku
d) Varietas yang ditanam
e) Produktivitas yang dicapai
f) Jumlah stok
Bagi pelaku usaha organik, tetap mencantumkan sertifikasi organik. Sedangkan bagi pelaku
usaha non organik, agar menyediakan laporan hasil uji laboratorium dari lembaga yang
terakreditasi.
3) Usaha Skala Besar
Penilaian pemenuhan persyaratan skala besar dilakukan melalui sertifikasi atau inspeksi yang
dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi sesuai produk yang dihasilkan, yaitu:
a) Jika organik, oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang terakreditasi
b) Jika non organik, oleh Lembaga Sertifikasi Non Organik seperti Lembaga Sertifikasi
Produk (LSPro)/Lembaga Sertifikasi yang lain yang terakreditasi, dengan didukung
pengujian laboratorium yang terakreditasi.
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
- 1080 -
NO KBLI:
(01114) Pertanian Kacang Tanah
(Budi Daya Kacang Tanah)
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan Kelompok ini mencakup usaha pertanian kacang tanah mulai
dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika
menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman kacang tanah (kacang palawija). Termasuk kegiatan
pembibitan dan pembenihan tanaman kacang tanah.
2 Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya Pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
- 1082 -
3 Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
sampai Dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
- 1083 -
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus Usaha Bud idaya untuk non benih:
Usaha Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah, Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah, dan Usaha Besar
Risiko Menengah Tinggi : menerapkan budi daya tanaman pangan yang baik dan benar (GAP) dan
menerapkan standar mutu.
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Non Perbenihan) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
baik dan benar (GAP), menerapkan standar mutu benih, membuktikan lokasi produksi benih
bukan daerah endemis (informasi spasial)
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Perbenihan) :
a. Keterangan kelayakan teknis sebagai produsen atau pengedar benih dari institusi pengawasan dan
sertifikasi benih.
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana untuk produksi benih atau untuk peredaran benih.
c. Keterangan memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perbenihan.
d. Tempat usaha produksi atau peredaran benuh sesuai dengan persyaratan usaha
e. Membuktikan lokasi produksi benih bukan daerah endemis (akan disediakan informasi spasial)
f. Perizinan lingkungan
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
Untuk usaha organik, wajib sertifikasi sesuai dengan pemberlakukan sertifikasi mengacu pada SNI
Sistem Pertanian organik. Untuk usaha non organik, pemberlakukan sertifikasi tidak wajib (usaha
mikro kecil dilakukan pembinaan GAP, menengah melalui self declare, besar melalui sertifikasi).
- 1085 -
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah, pestisida,
zat pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem
Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida tidak
sintetis.
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi cara Cara
Budi daya Tanaman Pangan yang baik.
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM/tenaga kerja kompetensi
dan/atau bersertifikat.
- 1086 -
8 Pelayanan Bagi pelaku usaha kecil, menengah dan besar wajib memberikan informasi yang benar dan mudah
diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistic
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data yang
ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- 1087 -
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
b. Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
1) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
2) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
2) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 1088 -
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
2) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule: sesuai kebutuhan
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: ceklist
3) Hak dan kewajiban pelaksana pengawas
Hak : berhak untuk meminta dokumen kepada pelaku usaha
Kewajiban : wajib menginformasikan hasil kepada pelaku usaha
- 1090 -
4) Pelaksana pengawasan
kompetensi : memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
5) Mekanisme, format dan substansi laporan
a) Mekanisme dilakukan melalui webservice
b) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
c) Substansi : laporan penggunaan bahan baku dan laporan proses produksi dan
pemasaran.
6) Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui website resmi yang dikelola instansi
pemilik kewenangan pengawasan
- 1091 -
NO KBLI:
(10611) Industri Penggilingan Gandum dan Serealia Lainnya
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan mencakup usaha penggilingan gandum dan serelia lainnya
menjadi tepung dan pelet , seperti gandum dan sorghum, rye, oat dan serelia lainnya
2 Istilah dan Definisi Usaha Penggilingan adalah suatu proses memisahkan endosperm dan/atau menghancurkan endosperm
menjadi ukuran tertentu tanpa ada bahan tambahan.
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah: Memperhatikan prinsip K3L dan menerapkan praktek higienis
Usaha dan sanitasi
Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah:
a. Memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha.
b. Menerapkan pascapanen yang baik
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi: Memenuhi Persyaratan Good Manufacturing Oractices (GMO)
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi memenuhi
a. Persyaratan kesanggupan memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP)
b. Perizinan lingkungan
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistik informasi produk
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data yang
ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
11 Penilaian Pengawasan
Kesesuaian dan a. Norma pengawasan
Pengawasan a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
- 1095 -
NO KBLI:
(10612) Industri Penggilingan Aneka Kacang (Termasuk Leguminous)
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan Kelompok ini mencakup usaha pembuatan tepung dari aneka
kacang melalui proses penggilingan, seperti tepung tepung kacang hijau, tepung kacang kedelai dan
tepung lainnya (seperti dari kacang tanah, kacang merah dan tanaman leguminous lainnya).
2 Istilah dan Definisi Usaha Penggilingan adalah suatu proses memisahkan endosperm dan/atau menghancurkan endosperm
menjadi ukuran tertentu tanpa ada bahan tambahan.
4. Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah: Memperhatikan prinsip K3L dan menerapkan praktek higienis
Usaha dan sanitasi
Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah:
a. Memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha.
b. Menerapkan pascapanen yang baik
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi: Memenuhi Persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP)
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi memenuhi
a. Persyaratan kesanggupan memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP)
b. Perizinan lingkungan
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi Cara
penanganan yang baik.
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM terlatih atau bersertifikat
kompetensi minimal penanganan pascapanen yang baik.
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistik informasi produk
- 1099 -
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan;
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data yang ada
ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
a. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
b. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
- 1100 -
11 Penilaian Pengawasan
Kesesuaian dan a. Norma pengawasan
Pengawasan a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
b. Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule:
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: kuesioner/ceklist
c. Hak dan kewajiban pelaksana pengawas
Hak : berhak untuk meminta dokumen kepada pelaku usaha
Kewajiban : wajib menginformasikan hasil kepada pelaku usaha
d. Pelaksana pengawasan
kompetensi :memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
e. Mekanisme, format dan substansi laporan
a) Mekanisme dilakukan melalui webservice
b) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
c) Substansi : laporan penggunaan bahan baku dan laporan proses produksi dan pemasaran.
f. Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui webresmi yang dikelola instansi pemilik
kewenangan pengawasan
- 1101 -
NO KBLI:
(10631) Industri Penggilingan Padi dan Penyosohan beras
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan mencakup usaha penggilingan padi menjadi beras, termasuk
penyosohan beras yang terpisah dengan usaha penggilingan padi
2 Istilah dan Definisi a. Usaha Penggilingan adalah suatu proses memisahkan endosperm dan/atau menghancurkan
endosperm menjadi ukuran tertentu tanpa ada bahan tambahan.
b. Penyosohan adalah menghilangkan lapisan aeluron yg ada di permukaan beras pecah kulit
sehingga diperoleh beras putih.
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah: Memperhatikan prinsip K3L dan menerapkan praktek higienis
Usaha dan sanitasi
Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah:
a. Memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha.
b. Menerapkan pascapanen yang baik
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi: Telah memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP).
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi memenuhi
a. Persyaratan kesanggupan memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP)
b. Perizinan lingkungan
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi Cara
penanganan yang baik.
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM terlatih atau bersertifikat
kompetensi minimal penanganan pascapanen yang baik.
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistik informasi produk
- 1104 -
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data yang
ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
- 1105 -
11 Penilaian Pengawasan
Kesesuaian dan a. Norma pengawasan
Pengawasan a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
b. Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule:
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: kuesioner/ceklist
c. Hak dan kewajiban pelaksana pengawas
Hak : berhak untuk meminta dokumen kepada pelaku usaha
Kewajiban : wajib menginformasikan hasil kepada pelaku usaha
d. Pelaksana pengawasan
kompetensi :memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
e. Mekanisme, format dan substansi laporan
a) Mekanisme dilakukan melalui webservice
b) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
c) Substansi : laporan penggunaan bahan baku dan laporan proses produksi dan pemasaran.
f. Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui webresmi yang dikelola instansi pemilik
kewenangan pengawasan
- 1106 -
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan Mencakup usaha penggilingan dan pembersihan jagung
2 Istilah dan Definisi a. Usaha Penggilingan adalah suatu proses memisahkan endosperm dan/atau menghancurkan
endosperm menjadi ukuran tertentu tanpa ada bahan tambahan;
b. Pembersihan adalah usaha yang bertujuan untuk membersihkan butiran jagung dari kotoran
seperti sisa tongkol, seresah dan kotoran-kotoran lainnya.
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah: Memperhatikan prinsip K3L dan menerapkan praktek higienis
Usaha dan sanitasi
Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah:
a. Memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha;
b. Menerapkan pascapanen yang baik
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi: memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP)
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi memenuhi
a. Persyaratan kesanggupan memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP)
b. Perizinan lingkungan
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistik informasi produk
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data yang
ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
11 Penilaian Pengawasan
Kesesuaian dan a. Norma pengawasan
Pengawasan a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
- 1110 -
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan mencakup usaha pembuatan tepung dari aneka umbi dan
sayuran termasuk rhizoma melalui proses penggilingan, seperti tepung dari ubi kayu (gaplek), ubi jalar,
talas, irut, jahe, temulawak, kunyit dan kapulaga dan sayuran.
2 Istilah dan Definisi Pembuatan tepung aneka umbi dan sayuran adalah proses yang dimulai dari pengupasan, penyawutan,
pengepresan, pengeringan dan penggilingan sawut.
a. Penggilingan organik : wajib sertifikasi sesuai dengan pemberlakukan SNI Sistem Pertanian organik
b. Penggilingan Non Organik : pemberlakukan sertifikasi tidak wajib (usaha mikro kecil dilakukan
pembinaan penanganan pascapanen yang baik, menengah self declare, besar sertifikasi)
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah: Memperhatikan prinsip K3L dan menerapkan praktek higienis
Usaha dan sanitasi
Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah:
a. Memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha.
b. Menerapkan pascapanen yang baik
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi: memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP)
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi memenuhi
a. Persyaratan kesanggupan memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP)
b. Perizinan lingkungan
6 Sarana a. Penyawut
b. Penepung
c. Alat dan Mesin Packing
d. Gudang
- 1113 -
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistik informasi produk
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data yang
ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha;
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
11 Penilaian Pengawasan
Kesesuaian dan a. Norma pengawasan
Pengawasan a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
- 1115 -
STANDAR USAHA JASA PEMUPUKAN, PENANAMAN BIBIT/BENIH, DAN PENGENDALIAN HAMA DAN GULMA
NO KBLI 01612
USAHA JASA PEMUPUKAN, PENANAMAN BIBIT/BENIH DAN PENGENDALIAN HAMA DAN GULMA
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan usaha jasa
pemupukan, penanaman bibit/benih, dan pengendalian hama dan gulma
2 Istilah dan Definisi a. Usaha jasa adalah suatu usaha yang kegiatan utamanya bergerak dalam bidang pelayanan jasa
atau menjual jasa.
b. Pemupukan pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman
c. Penanaman Bibit/Benih adalah cara kita menanam baik menanam benih secara langsung atau
pindah tanam bibit.
d. Pengendalian Hama dan Gulma adalah usaha untuk melakukan pengendalian serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan pada tanaman.
e. Pengendalian OPT adalah tindakan atau upaya untuk mencegah dan menanggulangi serangan OPT
terhadap tanaman.
f. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan, meliputi hama, penyakit, dan
gulma.
- 1117 -
4 Persyaratan Umum
Usaha
- 1118 -
6 Sarana Sarana untuk usaha jasa pengendalian OPT meliputi alat dan mesin serta bahan
pemupukan/pembibitan/pengendalian OPT
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi jenis dan kualitas jasa yang dihasilkan
10 Sistem Manajemen Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Usaha a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan. Contoh dari data yang ada
ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- 1120 -
Pelaporan
Pelaku usaha yang melakukan usaha jasa pascapanen membuat laporan tertulis baik teknis maupun
administrasi secara berkala, dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dengan resiko memengah rendah pelaporan kegiatan
usaha dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota secara online
b. Pelaku usaha skala besar dengan resiko menengah tinggi pelaporan kegiatan usaha dilakukan
secara online
Pelaporan memuat data :
1) Nama klient, alamat klient, kontak person klient, jenis dan jumlah produk yang ditangani,
jenis alat pemupukan, penanaman bibit/benih dan pengendalian hama dan gulma yang
dimiliki dan kapasitas alat;
2) Jadwal pengelolaan alat serta service alat pemupukan, penanaman bibit/benih dan
pengendalian hama dan gulma
- 1121 -
Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui website resmi yang dikelola instansi pemilik
kewenangan pengawasan
- 1123 -
Persyaratan umum:
a. Rencana penggunaan dan rencana pendistribusian jagung impor
b. Surat pernyataan bahwa jagung impor hanya digunakan sebagai pembuatan pakan, pangan, dan
bahan baku industry
c. Surat pernyataan kesanggupan menyediakan Gudang penyimpanan untuk menjaga terpenuhinya
persyaratan mutu dan keamanan jagung
d. Laporan realisasi sebelumnya dan surat pernyataan bermaterai yang menyatakan bahwa dokumen
yang disampaikan benar dan sah
4 Persyaratan khusus a. Perhitungan ketersediaan dan kebutuhan
usaha b. Surat keterangan tentang produk dari Negara asal
c. Surat pernyataan alokasi/distribusi tujuan konsumen
d. Surat keterangan Kemensos dan BNPB apabila digunakan untuk hibah
5 Sarana a. Memiliki Sarana Penyimpanan yang standar
b. Fasilitas Minimum
6 Penilaian Pengawasan
Kesesuaian dan a. Norma pengawasan
Pengawasan a. cakupan: jenis beras (kode HS), negara asal, volume
b. cara pengawasan: offline dan online
c. intensitas : rutin dan insidental
- 1125 -
3 Persyaratan umum Impor kedelai untuk stabilisasi harga kedelai oleh Perum Bulog, BUMN, Koperasi, dan/atau swasta
usaha: Persyaratan:
a. Surat permohonan
b. Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) sesuai dengan ketentuan
Untuk kedelai yang pertama kali diimpor Negara asal harus dilengkapi hasil Analisa risiko organisme
pengganggu tumbuhan karantina dari Badan Karantina Pertanian
4 Persyaratan khusus a. Perhitungan ketersediaan dan kebutuhan
usaha b. Surat keterangan tentang produk dari Negara asal
c. Surat pernyataan alokasi/distribusi tujuan konsumen
d. Surat keterangan Kemensos dan BNPB apabila digunakan untuk hibah
5 Sarana a. Memiliki Sarana Penyimpanan yang standar;
b. Fasilitas Minimum
6 Penilaian Pengawasan
Kesesuaian dan a. Norma pengawasan
Pengawasan a. cakupan: jenis beras (kode HS), negara asal, volume
b. cara pengawasan: offline dan online
c. intensitas : rutin dan insidental
b. Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule: 1 (satu) tahun
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: ceklist
- 1128 -
h. Rekomendasi adalah surat yang diterbitkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk yang berisi
penjelasan teknis mengenai beras yang akan diekspor atau diimpor
3 Persyaratan umum a. Impor untuk keperluan umum;
usaha: b. Impor untuk keperluan hibah;
c. Impor untuk keperluan lain
Persyaratan :
a. Surat permohonan;
b. Surat jaminan supply dari negara asal
c. Surat serapan beras ketan local untuk impor ketan
d. Pernyataan tidak diperjualbelikan di pasar tradisional kecuali untuk beras ketan
e. Pernyataan kebutuhan dari took modern, hotel dan restoran dan catering, rumah sakit, apotik
untuk beras kukus;
f. Sertifikat pelepasan karantina tumbuhan bagi importir yang sudah impor sebelumnya
Untuk beras hibah wajib menyampaikan sertifikat hibah dari negara asal, surat rencana distribusi yang
diketahui Menteri Sosial atau pejabat yang ditunjuk dan surat rekomendasi dari Badan/Instansi di
bidang penanggulangan bencana atau penyelenggaraan bantuan sosial
4 Persyaratan khusus a. Perhitungan ketersediaan dan kebutuhan
usaha b. Surat keterangan tentang produk dari Negara asal
c. Surat pernyataan alokasi/distribusi tujuan konsumen
d. Surat keterangan Kemensos dan BNPB apabila digunakan untuk hibah
- 1131 -
6 Penilaian Pengawasan
Kesesuaian dan a. Norma pengawasan
Pengawasan 1) cakupan: jenis beras (kode HS), negara asal, volume
2) cara pengawasan: offline dan online
3) intensitas : rutin dan insidental
b. Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule: 1 (satu) tahun
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: ceklist
c. Hak dan kewajiban pelaksana pengawas
Hak : berhak untuk meminta dokumen kepada pelaku usaha
Kewajiban : wajib menginformasikan hasil kepada pelaku usaha
d. Pelaksana pengawasan
kompetensi :memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
e. Mekanisme, format dan substansi laporan
1) Mekanisme dilakukan melalui webservice
2) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
3) Substansi : realisasi volume, jenis, waktu, distribusi/pasar yang dituju.
f. Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui webresmi yang dikelola instansi pemilik
kewenangan pengawasan
- 1134 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih Tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan
untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.
b. Tanaman adalah tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman hijauan pakan ternak.
c. Benih Unggul adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan
peredarannya diawasi.
d. Produk Rekayasa Genetik adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil olahannya
yang mempunyai susunan genetik baru yang merupakan penerapan dari bioteknologi modern.
e. Pelepasan Varietas adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu varietas hasil pemuliaan di
dalam negeri dan/atau introduksi yang dinyatakan dalam keputusan Menteri Pertanian bahwa
varietas tersebut merupakan suatu varietas unggul yang dapat disebarluaskan.
f. Pemasukan Benih adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan benih tanaman dari luar
negeri ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- 1135 -
g. Izin Pemasukan adalah keterangan tertulis berisikan hak yang diberikan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk kepada badan usaha, badan hukum, instansi pemerintah, Pemerhati Tanaman, dan
Pelanggan Luar Negeri untuk dapat melakukan kegiatan pemasukan benih.
h. Pemerhati Tanaman adalah orang atau sekelompok orang atau organisasi yang menaruh perhatian
besar terhadap tanaman dengan tujuan untuk hobi, seni dan tidak untuk diperjualbelikan.
i. Pelanggan Luar Negeri adalah badan usaha, badan hukum dan instansi pemerintah yang
memerlukan sertifikat internasional (orange international certificate atau blue international
certificate).
j. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut PPVTPP
adalah unit kerja organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian.
k. Instansi Penyelenggara Pengawasan dan Sertifikasi Benih adalah Unit Pelaksana Teknis Pusat atau
Provinsi yang menyelenggarakan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih.
l. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian.
m. Dinas adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan fungsi di bidang tanaman
pangan,
3 Persyaratan umum a. Nomor Induk Berusaha (NIB).
usaha: b. Izin/Tanda Daftar/Keterangan Kelayakan Teknis sebagai produsen atau pengedar benih dari
Institusi Pengawasan dan Sertifkasi Benih.
c. Kelengkapan dokumen sesuai tujuan pemasukan benih, antara lain untuk :
- 1136 -
6 Penilaian Penilaian kesesuaian dan pengawasan dilakukan oleh Lembaga yang berwenang.
Kesesuaian dan
Pengawasan
- 1137 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih Tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan
untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.
b. Tanaman adalah tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman hijauan pakan ternak.
c. Benih Unggul adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan
peredarannya diawasi.
d. Pelepasan Varietas adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu varietas hasil pemuliaan di
dalam negeri dan/atau introduksi yang dinyatakan dalam keputusan Menteri Pertanian bahwa
varietas tersebut merupakan suatu varietas unggul yang dapat disebarluaskan.
e. Pengeluaran Benih adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan benih dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia..
f. Izin Pengeluaran adalah keterangan tertulis berisikan hak yang diberikan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk kepada perseorangan, badan usaha, badan hukum, dan instansi pemerintah untuk
dapat melakukan kegiatan pengeluaran benih.
- 1138 -
g. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut PPVTPP
adalah unit kerja organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian.
h. Instansi Penyelenggara Pengawasan dan Sertifikasi Benih adalah Unit Pelaksana Teknis Pusat atau
Provinsi yang menyelenggarakan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih.
i. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian.
j. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang menyelenggarakan fungsi di bidang tanaman
pangan.
k. Dinas adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan fungsi di bidang tanaman
pangan.
4) pengujian mutu benih dalam rangka Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) Seed Scheme; dan
5) keperluan pameran, promosi dan/atau lomba.
4 Persyaratan khusus -
usaha
6 Penilaian Penilaian kesesuaian dan pengawasan dilakukan oleh Lembaga yang berwenang.
Kesesuaian dan
Pengawasan
- 1140 -
NO KBLI:
(01122) Pertanian Padi Inbrida
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan Kelompok ini mencakup usaha pertanian inbrida (bukan
hibrida) mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, penanaman, pemeliharaan, dan juga
pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan kegiatan sampai dengan dihasilkan komoditas
gabah kering panen (GKP). Termasuk kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman padi inhibrida.
Padi inhibrida adalah padi yang produksi benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri atau terjadi
secara alami. Terdiri dari Padi varietas Unggul Non Hibrida seperti Memberamo, Menkongga, Ciherang,
IR-6, Inpari, Inpara, Inpago dan Padi Varietas Lokas yang telah ada dan dibudi dayakan secara turun
temurun oleh petani.
2 Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya Pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
- 1141 -
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
g. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
h. Pembibitan adalah penyediaan bahan Tanaman yang berasal dari benih Tanaman
i. Pembenihan adalah kegiatan dalam budi daya yang bertujuan untuk menghasilkan benih sebagai
komponen input dalam budi daya Tanaman.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
sampai tlengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
- 1142 -
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
b. Usaha Non Organik :
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Persyaratan kusus Usaha Budi daya untuk non benih:
Usaha Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah, Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah, dan Usaha Besar
Risiko Menengah Tinggi : menerapkan budi daya tanaman pangan yang baik dan benar (GAP) dan
menerapkan standar mutu.
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Non Perbenihan) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
- 1143 -
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Perbenihan) :
a. Keterangan kelayakan teknis sebagai produsen atau pengedar benih dari institusi pengawasan dan
sertifikasi benih.
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana untuk produksi benih atau untuk peredaran benih.
c. Keterangan memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perbenihan.
d. Tempat usaha produksi atau peredaran benuh sesuai dengan persyaratan usaha
e. Membuktikan lokasi produksi benih bukan daerah endemis (akan disediakan informasi spasial)
f. Perizinan lingkungan
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
- 1144 -
Untuk usaha organik, wajib sertifikasi sesuai dengan pemberlakukan sertifikasi mengacu pada SNI
Sistem Pertanian organik. Untuk usaha non organik, pemberlakukan sertifikasi tidak wajib (usaha
mikro kecil dilakukan pembinaan GAP, menengah melalui self declare, besar melalui sertifikasi).
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah, pestisida,
zat pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem
Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida tidak
sintetis.
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi cara Cara
Budi daya Tanaman Pangan yang baik.
- 1145 -
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM/tenaga kerja kompetensi
dan/atau bersertifikat.
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistic
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data yang
ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
- 1146 -
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
b. Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
1) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
2) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
2) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 1147 -
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
2) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule: sesuai kebutuhan
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: ceklist
3) Hak dan kewajiban pelaksana pengawas
Hak : berhak untuk meminta dokumen kepada pelaku usaha
Kewajiban : wajib menginformasikan hasil kepada pelaku usaha
- 1149 -
4) Pelaksana pengawasan
kompetensi : memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
5) Mekanisme, format dan substansi laporan
a) Mekanisme dilakukan melalui webservice
b) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
c) Substansi : laporan penggunaan bahan baku dan laporan proses produksi dan
pemasaran.
6) Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui website resmi yang dikelola instansi
pemilik kewenangan pengawasan
- 1150 -
NO KBLI:
(01121) Pertanian Padi Hibrida
1 Ruang lingkup Standar ini mengatur terkait persyaratan Kelompok ini mencakup usaha pertanian padi hibrida mulai
dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan
pasca panen jika menjadi satu kesatuan kegiatan sampai dengan dihasilkan komoditas gabah kering
panen (GKP). Termasuk kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman padi hibrida. Padi hibrida
adalah keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan antara dua galur atau lebih tetua
pembentuknya dan/atau galur/inbrida homozigot.
Contohnya: Bernas Super, Bernas Prima, Sembada B3, SL 11 SHS. Turunan dari padi hibrida tidak
termasuk sebagai padi hibrida
2 Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya Pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
- 1151 -
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
g. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
h. Pembibitan adalah penyediaan bahan Tanaman yang berasal dari benih Tanaman
i. Pembenihan adalah kegiatan dalam budi daya yang bertujuan untuk menghasilkan benih sebagai
komponen input dalam budi daya Tanaman.
3 Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
sampai tlengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1152 -
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
b. Usaha Non Organik :
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Persyaratan Khusus Usaha Budi daya untuk non benih:
Usaha Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah, Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah, dan Usaha Besar
Risiko Menengah Tinggi : menerapkan budi daya tanaman pangan yang baik dan benar (GAP) dan
menerapkan standar mutu.
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Non Perbenihan) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
- 1153 -
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah,
pestisida, zat pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
- 1154 -
Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem
Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida tidak
sintetis.
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistic
- 1155 -
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data
yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
- 1156 -
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
b. Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
1) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
2) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
2) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Usaha Menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan pelaku usaha budi daya menengah dilakukan melalui
pernyataan diri (self declaration) dalam bentuk chek list yang berisi minimal :
a) Nama Pelaku Usaha
b) Kapasitas mesin
c) Sumber Bahan Baku
d) Varietas yang ditanam
e) Produktivitas yang dicapai
f) Jumlah stok
Bagi pelaku usaha organik, tetap mencantumkan sertifikasi organik. Sedangkan bagi pelaku
usaha non organik, agar menyediakan laporan hasil uji laboratorium dari lembaga yang
terakreditasi.
3) Usaha Skala Besar
Penilaian pemenuhan persyaratan skala besar dilakukan melalui sertifikasi atau inspeksi
yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi sesuai produk yang dihasilkan,
yaitu:
a) Jika organik, oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang terakreditasi
b) Jika non organik, oleh Lembaga Sertifikasi Non Organik seperti Lembaga Sertifikasi
Produk (LSPro)/Lembaga Sertifikasi yang lain yang terakreditasi, dengan didukung
pengujian laboratorium yang terakreditasi.
- 1158 -
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
2) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule: sesuai kebutuhan
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: ceklist
3) Hak dan kewajiban pelaksana pengawas
Hak : berhak untuk meminta dokumen kepada pelaku usaha
Kewajiban : wajib menginformasikan hasil kepada pelaku usaha
4) Pelaksana pengawasan
kompetensi : memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
5) Mekanisme, format dan substansi laporan
a) Mekanisme dilakukan melalui webservice
b) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
c) Substansi : laporan penggunaan bahan baku dan laporan proses produksi dan
pemasaran.
6) Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui website resmi yang dikelola instansi
pemilik kewenangan pengawasan
- 1159 -
NO KBLI:
(01111) Pertanian Jagung
1 Ruang lingkup Standar usaha ini mencakup Kelompok usaha pertanian komoditas jagung mulai dari kegiatan
pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu
kesatuan kegiatan Tanaman jagung. Termasuk kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman jagung.
2 Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya Pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
g. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
- 1160 -
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
h. Pembibitan adalah penyediaan bahan Tanaman yang berasal dari benih Tanaman
i. Pembenihan adalah kegiatan dalam budi daya yang bertujuan untuk menghasilkan benih sebagai
komponen input dalam budi daya Tanaman.
3. Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
sampai tlengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
b. Usaha Non Organik :
- 1161 -
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Persyaratan Khusus Usaha Budi daya untuk non benih:
Usaha Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah, Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah, dan Usaha Besar
Risiko Menengah Tinggi : menerapkan budi daya tanaman pangan yang baik dan benar (GAP) dan
menerapkan standar mutu.
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Non Perbenihan) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Perbenihan) :
a. Keterangan kelayakan teknis sebagai produsen atau pengedar benih dari institusi pengawasan
dan sertifikasi benih.
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana untuk produksi benih atau untuk peredaran benih.
c. Keterangan memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perbenihan.
d. Tempat usaha produksi atau peredaran benuh sesuai dengan persyaratan usaha
e. Membuktikan lokasi produksi benih bukan daerah endemis (akan disediakan informasi spasial)
f. Perizinan lingkungan
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
Untuk usaha organik, wajib sertifikasi sesuai dengan pemberlakukan sertifikasi mengacu pada SNI
Sistem Pertanian organik. Untuk usaha non organik, pemberlakukan sertifikasi tidak wajib (usaha
mikro kecil dilakukan pembinaan GAP, menengah melalui self declare, besar melalui sertifikasi).
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah,
pestisida, zat pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem
Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida tidak
sintetis.
- 1163 -
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi cara
Cara Budi daya Tanaman Pangan yang baik.
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM/tenaga kerja kompetensi
dan/atau bersertifikat.
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistic
- 1164 -
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data
yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
- 1165 -
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
b. Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
1) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
2) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
2) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Usaha Menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan pelaku usaha budi daya menengah dilakukan melalui
pernyataan diri (self declaration) dalam bentuk chek list yang berisi minimal :
a) Nama Pelaku Usaha
b) Kapasitas mesin
c) Sumber Bahan Baku
d) Varietas yang ditanam
e) Produktivitas yang dicapai
f) Jumlah stok
Bagi pelaku usaha organik, tetap mencantumkan sertifikasi organik. Sedangkan bagi pelaku
usaha non organik, agar menyediakan laporan hasil uji laboratorium dari lembaga yang
terakreditasi.
3) Usaha Skala Besar
Penilaian pemenuhan persyaratan skala besar dilakukan melalui sertifikasi atau inspeksi
yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi sesuai produk yang dihasilkan,
yaitu:
a) Jika organik, oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang terakreditasi
b) Jika non organik, oleh Lembaga Sertifikasi Non Organik seperti Lembaga Sertifikasi
Produk (LSPro)/Lembaga Sertifikasi yang lain yang terakreditasi, dengan didukung
pengujian laboratorium yang terakreditasi.
- 1167 -
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) cakupan: sumber bahan baku, proses dan hasil
b) cara: offline dan online
c) intensitas : rutin dan insidental
2) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
time schedule: sesuai kebutuhan
perangkat kerja pelaksanaan pengawasan: ceklist
3) Hak dan kewajiban pelaksana pengawas
Hak : berhak untuk meminta dokumen kepada pelaku usaha
Kewajiban : wajib menginformasikan hasil kepada pelaku usaha
4) Pelaksana pengawasan
kompetensi : memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
5) Mekanisme, format dan substansi laporan
a) Mekanisme dilakukan melalui webservice
b) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
c) Substansi : laporan penggunaan bahan baku dan laporan proses produksi dan
pemasaran.
6) Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui website resmi yang dikelola instansi
pemilik kewenangan pengawasan
- 1168 -
NO KBLI:
(01135) Pertanian Aneka Umbi Palawija
1 Ruang lingkup Standar usaha ini mencakup Kelompok usaha pertanian aneka umbi palawija mulai dari kegiatan
pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu
kesatuan kegiatan Tanaman aneka umbi palawija, seperti ubi kayu, ubi jalar, talas, ganyong dan irut,
gembili dan tanaman palawija, iles-iles, porang dan umbi-umbian palawija lainnya. Termasuk kegiatan
pembibitan dan pembenihan tanaman aneka umbi palawija.
2 Istilah dan Definisi a. Sistem Budi daya Pertanian adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia
b. Sistem Pertanian Organik adalah sistem pertanian yang didasarkan pada standar produksi yang
spesifik dan teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
c. Genetically Modified Organism (GMO) adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil
olahannya
d. Cara Budi daya yang Baik/Good Agricultural Practices (GAP) adalah pengelolaan lahan, penyiapan
perbenihan, pelaksanaan teknik dan sistem pertanaman, pengendalian OPT dan pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen yang mengutamakan ketelusuran dokumen (traceability).
e. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil dari lahan usaha budi daya.
- 1169 -
f. Pascapanen adalah upaya memproses hasil panen antara lain mulai dari proses perontokan,
pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
g. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
h. Pembibitan adalah penyediaan bahan Tanaman yang berasal dari benih Tanaman
i. Pembenihan adalah kegiatan dalam budi daya yang bertujuan untuk menghasilkan benih sebagai
komponen input dalam budi daya Tanaman.
3. Penggolongan Usaha Penggolongan usaha adalah usaha perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria:
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
sampai tlengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
d. Usaha Besar memiliki modal usaha lebih dari 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1170 -
Berdasarkan proses dan produk, penggolongan usaha ini dapat dikategorikan sebagai:
a. Usaha organik : usaha yang mengacu pada penerapan sistem pertanian organik.
b. Usaha Non Organik :
Berdasarkan penggunaan atas produk, penggolongan usaha dapat dibedakan menjadi usaha penghasil
benih dan/atau penghasil non benih (pangan, pakan, dan lainnya).
4 Persyaratan Umum
Usaha
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus Usaha Budi daya untuk non benih:
Usaha Usaha Mikro dan Kecil Risiko Rendah, Usaha Menengah Risiko Menengah Rendah, dan Usaha Besar
Risiko Menengah Tinggi : menerapkan budi daya tanaman pangan yang baik dan benar (GAP) dan
menerapkan standar mutu.
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Non Perbenihan) :
a. Rencana Kerja Usaha Budi daya
b. Bukti penguasaan lahan usaha
c. Perizinan lingkungan
Usaha Besar Risiko Menengah Tinggi (Budi daya untuk Hasil Perbenihan) :
a. Keterangan kelayakan teknis sebagai produsen atau pengedar benih dari institusi pengawasan
dan sertifikasi benih.
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana untuk produksi benih atau untuk peredaran benih.
- 1171 -
c. Keterangan memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perbenihan.
d. Tempat usaha produksi atau peredaran benuh sesuai dengan persyaratan usaha
e. Membuktikan lokasi produksi benih bukan daerah endemis (akan disediakan informasi spasial)
f. Perizinan lingkungan
Untuk produk benih atau non benih, tetap mengikuti standar produk yang berlaku (SNI atau PTM).
Untuk usaha organik, wajib sertifikasi sesuai dengan pemberlakukan sertifikasi mengacu pada SNI
Sistem Pertanian organik. Untuk usaha non organik, pemberlakukan sertifikasi tidak wajib (usaha
mikro kecil dilakukan pembinaan GAP, menengah melalui self declare, besar melalui sertifikasi).
6 Sarana Sarana sebagai sumber daya produksi antara lain lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah,
pestisida, zat pengatur tumbuh, alsintan, dan bangunan.
Untuk persyaratan produk organik tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem
Pertanian Organik seperti benih tidak boleh GMO, pupuk tidak boleh sintetis, dan pestisida tidak
sintetis.
Bagi pelaku usaha mikro dan kecil, tenaga kerja harus memiliki pengalaman atau kompetensi cara
Cara Budi daya Tanaman Pangan yang baik.
Bagi pelaku usaha menengah dan besar, persyaratan kompetensi SDM/tenaga kerja kompetensi
dan/atau bersertifikat.
- 1173 -
8 Pelayanan Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar dan mudah diakses terkait
a. Informasi supply bahan baku
b. Informasi produk
c. Informasi harga, penjualan/pemasaran
d. Informasi stok dan logistik
10 Sistem Manajemen Bagi skala usaha menengah dan besar, harus menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan
Usaha terdokumentasi yang mencakup:
a. Perencanaan
b. Pengelolaan
c. Komunikasi pelanggan
d. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi. Contoh dari data
yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
e. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
- 1174 -
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c. penerapan sistem manajemen usaha
Pelaku Usaha yang melakukan usaha budi daya membuat laporan tertulis
Skala Besar :
a. Menetapkan dan menerapkan :
1) Perencanaan produksi dilakukan minimal sesuai dengan permintaan pasar
2) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
3) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
b. Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
1) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
2) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
c. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
2) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 1175 -
4) Pelaksana pengawasan
kompetensi : memiliki pengalaman/kemampuan inspeksi
5) Mekanisme, format dan substansi laporan
a) Mekanisme dilakukan melalui webservice
b) Format laporan meliputi : waktu pengawasan, nama pelaksana pengawasan, hasil
pengawasan, dan rekomendasi tindaklanjut (jika diperlukan).
c) Substansi : laporan penggunaan bahan baku dan laporan proses produksi dan
pemasaran.
6) Saluran pengaduan masyarakat dapat dilakukan melalui website resmi yang dikelola instansi
pemilik kewenangan pengawasan
- 1178 -
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan aneka kacang didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
- 1180 -
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
KBLI : 01116
NO
PERTANIAN ANEKA KACANG HORTIKULTURA
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian aneka kacang hortikultura mulai dari kegiatan pengolahan
lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan
kegiatan tanaman aneka kacang hortikultura seperti buncis, buncis besar, kacang panjang, dan tanaman
aneka kacang lainnya. Termasuk kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman aneka kacang
hortikultura.
2 Istilah dan Definisi a. Aneka kacang hortikultura adalah buah tanaman yang dimanfaatkan sebagai sayuran, misal :
buncis, buncis besar, kacang panjang, dan tanaman aneka kacang lainnya
b. penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi dayaaneka kacang hortikultura didasarkan atas skala usaha, yaitu skala
usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki memiliki modal usaha paling banyak Rp
- 1185 -
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp 1.000.000.000,00
– 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum Persyaratan Umum Usaha Budi Daya aneka kacang hortikultura adalah :
Usaha a. Skala Usaha Mikro dan Kecil:
-
b. Skala Usaha Menengah:
1) Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya;
2) Pernyataan menerapkan pedoman budi daya yang baik dan benar (GAP/SOP/Standar
lain)
3) Perizinan Prasarana sesuai lokasi usaha berupa Pernyataan kepemilikan/ penguasaan lahan dan
sarana untuk melakukan budi daya;
- 1186 -
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus yang diwajibkan didasarkan atas penggolongan kegiatan usaha.
Usaha a. Skala usaha menengah
1) Memenuhi persyaratan tata cara budi daya yang baik antara lain :
a) Menerapkan praktek budi daya yang baik (GAP/ SOP /standar lain) dan pascapanen
b) Menerapkan konservasi lingkungan dan tata kelola limbah
2) Lahan usaha terdaftar atau sedang diproses registrasi untuk mendapat sertifikasi GAP.
3) Memiliki prosedur kerja penggunaan sarana dan prasarana
4) Meyiapkan pelaporan secara berkala kegiatan usahanya sesuai komitmen dengan Dinas Pertanian
setempat, meliputi : luas lahan untuk budi daya, pola budi daya, jenis tanaman, luas panen,
jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
- 1187 -
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
- 1188 -
b. Skala Besar :
1) Menetapkan dan menerapkan :
a) Perencanaan produksi dilakukan minimal T-1 sesuai dengan permintaan
pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
c) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi:
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi:
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
b. Kelengkapan Penilaian
1) Skala menengah :
a) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pasca panen lain.
b) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
c) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
d) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
2) Skala besar :
a) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pascapanen lain.
b) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
c) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
d) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
e) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
c. Pengawasan
1) Metoda Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
- 1193 -
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya aneka kacang hortikultura
Kriteria inspeksi yaitu :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti / ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
(4) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya aneka kacang
hortikultura atau keamanan pangan.
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain :
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan :
(1) memiliki kompetensi yang sesuai
(2) dilengkapi dengan surat tugas
(3) dilakukan secara sampling sesuai dengan metoda sampling
(4) minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
(5) untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
- 1194 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
- 1196 -
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihansayuran daun didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal namun tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1197 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
b. Persyaratan proses
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Melaksanakan sertifikasi benih melalui pengawasan pertanaman dan pasca panen yang diawasi
oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura.
Proses sertifikasi benih introduksi, harus mendapatkan izin pemasukan benih dari Menteri
Pertanian (SIP) dan memenuhi persyaratan dibidang perkarantinaan
2) Skala usaha besar
Melaksanakan sertifikasi mandiri;
Proses sertifikasi benih introduksi, harus mendapatkan izin pemasukan benih dari Menteri
Pertanian (SIP) dan memenuhi persyaratan dibidang perkarantinaan
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
- 1201 -
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1202 -
KBLI : 01131
NO
PERTANIAN HORTIKULTURA SAYURAN DAUN
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian sayuran daun hortikultura mulai dari kegiatan pengolahan
lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan
kegiatan tanaman sayuran daun hortikultura, seperti: petsai/sawi, kubis/kol, kembang kol dan brokoli,
selada, seledri, daun bawang, bayam, kangkung, dan sayuran daun lainnya. Termasuk kegiatan pembibitan
dan pembenihan tanaman sayuran daun hortikultura.
2 Istilah dan Definisi a. Sayuran daun adalah daun tanaman yang dimanfaatkan sebagai sayuran, termasuk sayur yang dipanen
dengan akarnya, tumbuhan yang bunganya dimakan sebagai sayur, sayuran daun dan batang lainnya.
Misal : petsai/sawi, kubis/kol, kembang kol dan brokoli, selada, seledri, daun bawang, bayam,
kangkung.
b. penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya sayuran daun didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1203 -
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
- 1206 -
e) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
c. Pengawasan
1) Metoda Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya sayuran daun
Kriteria inspeksi yaitu :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti / ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
- 1211 -
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya sayuran daun atau
keamanan pangan.
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain :
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan :
(1) memiliki kompetensi yang sesuai
(2) dilengkapi dengan surat tugas
(3) dilakukan secara sampling sesuai dengan metoda sampling
(4) minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
(5) untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain :
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya daun.
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
- 1212 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
- 1214 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan buah didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro, kecil,
menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1215 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
- 1219 -
2 Istilah dan Definisi a. Konservasi lahan adalah sistem budi daya yang dilakukan dengan menjaga lahan agar tidak longsor
dan tercemar oleh bahan kimia yang merusak mikroorganisme di dalam tanah.
b. Pengelolaan limbah adalah kegiatan untuk mengumpulkan dan mengolah kemasan pupuk dan
pestisida secara tepat agar tidak mencemari lingkungan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya budi daya buah didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan unit usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
- 1221 -
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan analisis risiko, maka untuk usaha skala mikro dan kecil digolongkan kepada usaha yang
memiliki risiko rendah (R); sedangkan usaha menengah memiliki risiko menengah rendah (MR) dan usaha
skala besar digolongkan kepada usaha yang memiliki risiko menengah tinggi (MT).
4 Persyaratan Umum a. Skala usaha menengah:
Usaha Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
b. Skala usaha besar:
1) Membuat Rencana Usaha;
2) Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
3) Pernyataan ketersediaan tenaga kerja yang terampil untuk usaha budi daya
4) Pernyataan kepemilikan/penguasaan sarana untuk melakukan budi daya
- 1222 -
(b) Terdapat aspek keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan yang perlu
diteliti/ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan
budi daya
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman bunga
terutama terkait dengan keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan.
b) Skala Besar
Usaha budi daya buah yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-tinggi (MT), maka
tindakan penilaian yang dilakukan adalah: Sertifikasi atau Inspeksi.
(1) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk registrasi lahan usaha dan Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
(OKKPD) untuk produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(2) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah.
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(b) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya buah
- 1228 -
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya buah atau
keamanan pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi kebun untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
- 1229 -
(5) Untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain:
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya buah
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
(e) Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain:
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
(c) Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
d) Menyusun mekanisme, format dan substansi laporan.
e) Tersedianya saluran untuk pengaduan masyarakat.
- 1231 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan sayuran buah didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1234 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
layanan;
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
- 1238 -
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1239 -
KBLI : 01133
NO
PERTANIAN HORTIKULTURA SAYURAN BUAH
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian hortikultura sayuran buah mulai dari kegiatan pengolahan
lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan
kegiatan tanaman hortikultura sayuran buah seperti: mentimun, terung, tomat, labu sayur/siam,
gambas/oyong, dan sejenisnya. Termasuk kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman hortikultura
sayuran buah.
2 Istilah dan Definisi a. Sayuran buah adalah buah tanaman yang dimanfaatkan sebagai sayuran, misal : mentimun, terung,
tomat, labu sayur/siam, gambas/oyong dan sejenisnya
b. penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha 1. Penggolongan usaha budi daya sayuran buah didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar.
2. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
3. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
- 1240 -
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
3) Perizinan Prasarana sesuai lokasi usaha berupa Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan dan
sarana untuk melakukan budi daya;
4) Memiliki AMDAL/UKL/UPL terkait tata kelola limbah.
setempat, meliputi : luas lahan untuk budi daya, pola budi daya, jenis tanaman, luas panen,
jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
b. Skala usaha menengah dan besar
1) memberikan informasi yang diperlukan, seperti Informasi harga, karakteristik produk dll
2) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan system manajemen usaha
b. Skala Besar :
1) Menetapkan dan menerapkan :
a) Perencanaan produksi dilakukan minimal T-1 sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
c) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 1245 -
a) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pasca panen lain.
b) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
c) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
d) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
2) Skala besar :
a) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pascapanen lain.
b) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
c) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
d) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
e) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
c. Pengawasan
1) Metoda Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
- 1247 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan sayuran umbi didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar.
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1251 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus yang diwajibkan
Usaha a. Skala usaha mikro, kecil, dan menengah:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
b. Skala usaha besar:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
3) Melakukan kemitraan dengan pelaku usaha mikro-kecil
4) Melaksanakan corporate social resposibility (CSR) kepada masyarakat
5) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu.
- 1252 -
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
- 1255 -
KBLI : 01134
NO
PERTANIAN HORTIKULTURA SAYURAN UMBI
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian sayuran umbi mulai dari kegiatan pengolahan lahan,
penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan kegiatan
tanaman sayuran umbi hortikultura, seperti: kentang, kentang manis, bawang putih, bawang merah,
bawang bombay, wortel, lobak cina, rebung, bawang perai dan sayuran alliaceous lainnya.
2 Istilah dan Definisi a. Sayuran Umbi adalah umbi tanaman yang dimanfaatkan sebagai sayuran seperti: kentang manis,
bawang putih, bawang merah, bawang bombay, wortel, lobak cina, rebung, bawang perai dan sayuran
alliaceous lainnya
b. penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya sayuran umbi didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1257 -
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
b. Skala usaha menengah dan besar
- 1260 -
1) memberikan informasi yang diperlukan, seperti Informasi harga, karakteristik produk dll
2) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya sayuran umbi atau
keamanan pangan.
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain :
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan :
(1) memiliki kompetensi yang sesuai
(2) dilengkapi dengan surat tugas
(3) dilakukan secara sampling sesuai dengan metoda sampling
(4) minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
(5) untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain :
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya sayuran umbi.
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
- 1266 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
- 1268 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha usaha perbenihan jamur didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1269 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dan sertifikat penilaian proses produksi
Usaha dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus yang diwajibkan
Usaha a. Skala usaha mikro, kecil, dan menengah:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
3) Melaksanakan sertifikasi benih melalui penilaian proses produksi yang diawasi oleh Instansi yang
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura.
5) Melaksanakan sertifikasi benih melalui penilaian proses produksi yang diawasi oleh Instansi yang
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura atau Menerapkan
Sistem Manajemen Mutu.
3) Menetapkan dukungan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk dan
layanan;
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui penilaian proses produksi yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan peredaran dan
- 1273 -
KBLI : 01136
NO
PERTANIAN JAMUR
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian jamur mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman jamur
dan truffle seperti: jamur merang, jamur tiram, jamur shitake, jamur kuping dan sejenisnya. Termasuk
kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman jamur.
2 Istilah dan Definisi a. Jamur adalah jenis tumbuhan yang tidak berdaun dan tidak berbuah, berkembang biak dengan spora,
biasanya berbentuk payung, tumbuh di daerah berair atau lembap atau batang
b. Kubung adalah bangunan yang digunakan untuk membudi dayakan jamur
c. penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
d. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya jamur didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro, kecil,
menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
- 1275 -
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
- 1278 -
b) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dengan melakukan pemeriksaan
lapangan terhadap kegiatan budi daya jamur
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti / ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya jamur
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya jamur atau keamanan
pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah :
(1) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pasca panen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar :
(1) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
- 1282 -
sertifikasi GAP.
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya jamur
Kriteria inspeksi yaitu :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti / ditindaklanjuti
- 1283 -
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya jamur atau keamanan
pangan.
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain :
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan :
(1) memiliki kompetensi yang sesuai
(2) dilengkapi dengan surat tugas
(3) dilakukan secara sampling sesuai dengan metoda sampling
(4) minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
(5) untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain :
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya jamur.
- 1284 -
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
(e) Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain :
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
(c) Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
d) Menyusun mekanisme, format dan substansi laporan.
e) Tersedianya saluran untuk pengaduan masyarakat.
- 1285 -
1. Ruang Lingkup Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan Usaha
Perbenihan Sayuran, Buah dan Aneka Umbi Lainnya meliputi komoditas sayuran, Buah dan Aneka Umbi
seperti tanaman sayuran, buah, dan aneka umbi lainnya yang dipanen lebih dari sekali, dan pertanian
sayuran lainnya.
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
- 1286 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan sayuran, buah dan aneka umbi lainnya didasarkan atas skala usaha,
yaitu skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1287 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus yang diwajibkan
Usaha a. Skala usaha mikro, kecil, dan menengah:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
b. Skala usaha besar:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
3) Melakukan kemitraan dengan pelaku usaha mikro-kecil
4) Melaksanakan corporate social resposibility (CSR) kepada masyarakat
5) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu.
- 1288 -
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
- 1291 -
STANDAR USAHA BUDI DAYA SAYURAN, BUAH DAN ANEKA UMBI LAINNYA
KBLI : 01139
NO
PERTANIAN SAYURAN BUAH DAN ANEKA UMBI LAINNYA
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman sayuran,
buah dan aneka umbi lainnya yang dipanen lebih dari sekali; dan pertanian sayuran lainnya. Termasuk
kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman sayuran lainnya, kecuali bibit tanaman bit.
2 Istilah dan Definisi a. sayuran, buah dan aneka umbi lainnya adalah sayuran yang dipanen lebih dari sekali
b. penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya sayuran, buah dan aneka umbi lainnya didasarkan atas skala usaha,
yaitu skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp 1.000.000.000,00
- 1293 -
– 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
3) Perizinan Prasarana sesuai lokasi usaha berupa Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan dan
sarana untuk melakukan budi daya;
4) Memiliki AMDAL/UKL/UPL terkait tata kelola limbah.
4) Melakukan pelaporan secara berkala kegiatan usahanya sesuai komitmen dengan Dinas Pertanian
setempat, meliputi : luas lahan untuk budi daya, pola budi daya, jenis tanaman, luas panen,
jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
b. Skala usaha menengah dan besar
1) memberikan informasi yang diperlukan, seperti Informasi harga, karakteristik produk dll
2) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
- 1296 -
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya sayuran, buah dan aneka umbi lainnya
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya sayuran, buah dan
aneka umbi lainnya atau keamanan pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah :
(1) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pasca panen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar :
(1) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
- 1300 -
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya sayuran, buah dan aneka
umbi lainnya
Kriteria inspeksi yaitu :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti / ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
- 1301 -
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya sayuran, buah dan
aneka umbi lainnya atau keamanan pangan.
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain :
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan :
(1) memiliki kompetensi yang sesuai
(2) dilengkapi dengan surat tugas
(3) dilakukan secara sampling sesuai dengan metoda sampling
(4) minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
(5) untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain :
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya sayuran, buah dan aneka umbi
lainnya.
- 1302 -
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
(e) Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain :
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
(c) Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
d) Menyusun mekanisme, format dan substansi laporan.
e) Tersedianya saluran untuk pengaduan masyarakat.
- 1303 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
- 1304 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan tanaman bunga didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha
mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1305 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dan dan sertifikat penilaian proses
Usaha produksi dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus yang diwajibkan
Usaha a. Skala usaha mikro, kecil, dan menengah:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
3) Melaksanakan sertifikasi benih melalui penilaian proses produksi yang diawasi oleh Instansi yang
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura.
b. Skala usaha besar:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
3) Melakukan kemitraan dengan pelaku usaha mikro-kecil
4) Melaksanakan corporate social resposibility (CSR) kepada masyarakat
- 1306 -
5) Melaksanakan sertifikasi benih melalui penilaian proses produksi yang diawasi oleh Instansi yang
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura
6) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu.
3) Mempunyai kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) antara lain dalam bentuk pelatihan
untuk meningkatkan kompetensi pelaku usaha mikro, kecil atau petani serta bantuan benih.
9 Persyaratan a. Persyaratan produk yang dihasilkan :
Produk/Proses/Jasa Benih yang dihasilkan adalah benih bermutu.
b. Persyaratan proses
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Melaksanakan sertifikasi benih melalui penilaian proses produksi yang diawasi oleh Instansi yang
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura.
Proses sertifikasi benih introduksi, harus mendapatkan izin pemasukan benih dari Menteri
Pertanian (SIP) dan memenuhi persyaratan dibidang perkarantinaan
2) Skala usaha besar
Melaksanakan sertifikasi melalui penilaian proses produksi yang diawasi oleh Instansi yang
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura atau sertifikasi
mandiri;
Proses sertifikasi benih introduksi, harus mendapatkan izin pemasukan benih dari Menteri
Pertanian (SIP) dan memenuhi persyaratan dibidang perkarantinaan
10 Sistem Manajemen Untuk skala usaha menengah dan besar
Usaha a. Merencanakan, menerapkan dan mengendalikan proses yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan
penyediaan produk serta mendokumentasikan semua proses, mencakup:
1) Menentukan persyaratan produk;
- 1308 -
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan analisis risiko, maka untuk usaha skala mikro dan kecil digolongkan kepada usaha yang
memiliki risiko rendah (R); sedangkan usaha menengah memiliki risiko menengah rendah (MR) dan usaha
skala besar digolongkan kepada usaha yang memiliki risiko menengah tinggi (MT).
4 Persyaratan Umum a. Skala usaha menengah:
Usaha Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
b. Skala usaha besar:
1) Membuat Rencana Usaha;
2) Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
3) Pernyataan ketersediaan tenaga kerja yang terampil untuk usaha budi daya
4) Pernyataan kepemilikan/penguasaan sarana untuk melakukan budi daya
- 1312 -
2) Skala usaha besar: sesuai dengan persyaratan GAP/SOP/standar lain dalam hal standar budi
daya, kriteria panen, dan pascapanen. Apabila produk tersebut dikemas, harus memenuhi
prinsip keamanan pangan mengacu pada PSAT.
b. Persyaratan proses yang dioperasikan:
1) Skala Menengah:
a) Usaha budi daya bunga telah terdaftar atau teregistrasi.
b) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
c) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
2) Skala Besar:
a) Usaha budi daya bunga melaksanakan proses/telah teregistrasi dan tersertifikasi
b) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
c) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
d) Memiliki standar budi daya, kriteria panen dan pengemasan
10 Sistem Manajemen a. Skala Menengah:
Usaha 1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen
c) Komunikasi kepada pelanggan
- 1315 -
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian Kesesuaian
dan pengawasan 1) Penilaian Kesesuaian
a) Skala Menengah
Usaha budi daya bunga yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-rendah (MR),
maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah melalui inspeksi, sebagai berikut :
(1) Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman bunga apakah sesuai
dengan self declaration dengan mengisi checklist (lampiran standar).
(2) Penilaian ini dilakukan secara periodik (pertahun)
(3) Jika checklist tersebut memenuhi persyaratan penerapan GAP, maka dapat diajukan
untuk proses registrasi lahan usaha.
(4) Kriteria penilaian yang dapat dilakukan dalam inspeksi adalah:
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku
(b) Terdapat aspek keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan yang perlu
diteliti/ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan
- 1317 -
budi daya
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman bunga
terutama terkait dengan keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan.
b) Skala Besar
Usaha budi daya bunga yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-tinggi (MT), maka
tindakan penilaian yang dilakukan adalah: Sertifikasi atau Inspeksi.
(1) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk registrasi lahan usaha dan Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
(OKKPD) untuk produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(2) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya bunga.
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(b) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya bunga
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya bunga atau
keamanan pangan.
- 1318 -
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi kebun untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain:
- 1319 -
(1) Standar GAP/SOP/standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya bunga.
Kriteria inspeksi yaitu:
(1) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
(4) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya bunga atau keamanan
pangan
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain:
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan:
(1) Memiliki kompetensi yang sesuai
(2) Dilengkapi dengan surat tugas
(3) Dilakukan secara sampling sesuai dengan metode sampling
(4) Minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
- 1320 -
(5) Untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain:
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya bunga
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
(e) Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain:
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
(c) Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
- 1321 -
1. Ruang Lingkup Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan Usaha
Perbenihan Tanaman Semusim Lainnya YTDL meliputi komoditi tanaman semusim lainnya yang belum
terklasifikasi ditempat lain dan kegiatan pembibitannya.
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
- 1323 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan sayuran semusim lainnya YTDL didasarkan atas skala usaha, yaitu
skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1324 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
- 1328 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
- 1330 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan buah anggur didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1331 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
- 1335 -
2 Istilah dan Definisi a. Konservasi lahan adalah sistem budi daya yang dilakukan dengan menjaga lahan agar tidak longsor
dan tercemar oleh bahan kimia yang merusak mikroorganisme di dalam tanah.
b. Pengelolaan limbah adalah kegiatan untuk mengumpulkan dan mengolah kemasan pupuk dan
pestisida secara tepat agar tidak mencemari lingkungan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya buah anggur didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan unit usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
- 1337 -
sesuai komitmen dengan Dinas Pertanian setempat, meliputi: luas lahan untuk budi daya, pola
budi daya, jenis tanaman, luas panen, jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang
terjual dan harga jual.
b. Skala usaha besar
1) Memenuhi persyaratan tata cara budi daya yang baik antara lain:
a) Menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen
b) Menerapkan konservasi lingkungan dan tata kelola limbah
2) Lahan usaha sedang diproses atau telah teregistrasi untuk mendapat sertifikasi GAP.
3) Memiliki prosedur kerja untuk penggunaan sarana dan prasarana
4) Melakukan pelaporan secara berkala kegiatan usahanya sesuai komitmen dengan Dinas
Pertanian setempat, meliputi: luas lahan untuk budi daya, pola budi daya, jenis tanaman, luas
panen, jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
5) Melaksanakan alih (transfer knowledge) baik teknologi maupun manajemen
6 Sarana a. Prasarana meliputi prasarana produksi dan pascapanen buah anggur
b. Sarana untuk usaha budi daya yang baik meliputi sarana budi daya dan pascapanen buah anggur
7 Struktur Organisasi Kriteria sumber daya manusia antara lain:
SDM dan SDM a. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani
b. Memiliki pengetahuan tentang keselamatan dan keamanan kerja
c. Memiliki kompetensi di bidang usaha budi daya dan pascapanen buah anggur
- 1339 -
2) Skala Besar:
a) Usaha budi daya buah anggur melaksanakan proses/telah teregistrasi dan tersertifikasi
b) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
c) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
d) Memiliki standar budi daya, kriteria panen dan pengemasan
10 Sistem Manajemen a. Skala Menengah:
Usaha 1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen
c) Komunikasi kepada pelanggan
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan didokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 1341 -
b. Skala Besar:
1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi dilakukan minimal T-1 sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
c) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian Kesesuaian
dan pengawasan 1) Penilaian Kesesuaian
a) Skala Menengah
Usaha budi daya buah anggur yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-rendah
(MR), maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah melalui inspeksi, sebagai berikut :
(1) Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman bunga apakah sesuai
- 1342 -
(2) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah anggur.
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(b) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya buah anggur
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya buah anggur atau
keamanan pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi kebun untuk mendapat
- 1344 -
sertifikasi GAP
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain:
(1) Standar GAP/SOP/standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah anggur.
Kriteria inspeksi yaitu:
(1) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
- 1345 -
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
(4) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya buah anggur atau
keamanan pangan
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain:
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan:
(1) Memiliki kompetensi yang sesuai
(2) Dilengkapi dengan surat tugas
(3) Dilakukan secara sampling sesuai dengan metode sampling
(4) Minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
(5) Untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain:
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya buah anggur
- 1346 -
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
(e) Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain:
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
(c) Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
d) Menyusun mekanisme, format dan substansi laporan.
e) Tersedianya saluran untuk pengaduan masyarakat.
f) Pengawasan rutin dapat dilakukan melalui:
(1) Laporan pelaku usaha yang disampaikan kepada Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah, mengenai perkembangan kegiatan usaha dan/atau kepatuhan
pelaku usaha terhadap standar serta informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan
usaha, dilakukan secara elektronik dengan mengedepankan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan data sharing; atau
(2) Dilakukan melalui inspeksi lapangan.
- 1347 -
g) Pengawasan rutin untuk usaha mikro dan kecil yang melakukan kegiatan usaha dengan
tingkat risiko rendah, dilakukan melalui inspeksi lapangan untuk melakukan pembinaan
dalam bentuk pendampingan dan penyuluhan dalam pengembangan usaha mikro dan kecil.
h) Pengawasan rutin untuk usaha menengah dan besar yang melakukan kegiatan usaha
dengan tingkat risiko menengah rendah dan menengah tinggi mencakup:
(1) Kepatuhan pelaku usaha kepada standar yang berkaitan dengan usaha dengan
mengumpulkan data, bukti dan/atau laporan yang berkaitan dengan keselamatan,
kesehatan, lingkungan hidup dan/atau bahaya lainnya yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatanusaha.
(2) Perkembangan kegiatan usaha
(3) Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan inspeksi lapangan
- 1348 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan buah-buahan tropis dan subtropis didasarkan atas skala usaha, yaitu
skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar.
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
- 1350 -
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1354 -
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan analisis risiko, maka untuk usaha skala mikro dan kecil digolongkan kepada usaha yang
memiliki risiko rendah (R); sedangkan usaha menengah memiliki risiko menengah rendah (MR) dan usaha
skala besar digolongkan kepada usaha yang memiliki risiko menengah tinggi (MT).
4 Persyaratan Umum a. Skala usaha menengah:
Usaha Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
b. Skala usaha besar:
1) Membuat Rencana Usaha;
2) Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
3) Pernyataan ketersediaan tenaga kerja yang terampil untuk usaha budi daya
4) Pernyataan kepemilikan/penguasaan sarana untuk melakukan budi daya
5 Persyaratan Khusus a. Skala usaha menengah
Usaha 1) Memenuhi persyaratan tata cara budi daya yang baik antara lain :
a) Menerapkan praktek budi daya yang baik (GAP/SOP/standar lain) dan pascapanen
- 1356 -
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
b. Skala Besar:
1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi dilakukan minimal T-1 sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
c) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian Kesesuaian
dan pengawasan 1) Penilaian Kesesuaian
a) Skala Menengah
- 1360 -
Usaha budi daya buah-buahan tropis dan subtropis yang termasuk ke dalam kriteria resiko
menengah-rendah (MR), maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah melalui inspeksi,
sebagai berikut :
(1) Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman bunga apakah sesuai
dengan self declaration dengan mengisi checklist (lampiran standar).
(2) Penilaian ini dilakukan secara periodik (pertahun)
(3) Jika checklist tersebut memenuhi persyaratan penerapan GAP, maka dapat diajukan
untuk proses registrasi lahan usaha.
(4) Kriteria penilaian yang dapat dilakukan dalam inspeksi adalah:
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku
(b) Terdapat aspek keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan yang perlu
diteliti/ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan
budi daya
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman bunga
terutama terkait dengan keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan.
b) Skala Besar
Usaha budi daya buah-buahan tropis dan subtropis yang termasuk ke dalam kriteria resiko
menengah-tinggi (MT), maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah: Sertifikasi atau
- 1361 -
Inspeksi.
(1) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk registrasi lahan usaha dan Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
(OKKPD) untuk produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(2) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah-buahan tropis dan subtropis.
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(b) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya buah-buahan tropis dan subtropis
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya buah-buahan
tropis dan subtropis atau keamanan pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP
- 1362 -
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah-buahan tropis dan
subtropis.
Kriteria inspeksi yaitu:
(1) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
(4) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya buah-buahan tropis dan
subtropis atau keamanan pangan
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain:
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan:
(1) Memiliki kompetensi yang sesuai
(2) Dilengkapi dengan surat tugas
(3) Dilakukan secara sampling sesuai dengan metode sampling
(4) Minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
(5) Untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
- 1364 -
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain:
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya buah-buahan tropis dan subtropis
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
(e) Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain:
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
(c) Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
d) Menyusun mekanisme, format dan substansi laporan.
e) Tersedianya saluran untuk pengaduan masyarakat.
f) Pengawasan rutin dapat dilakukan melalui:
(1) Laporan pelaku usaha yang disampaikan kepada Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah, mengenai perkembangan kegiatan usaha dan/atau kepatuhan
- 1365 -
pelaku usaha terhadap standar serta informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan
usaha, dilakukan secara elektronik dengan mengedepankan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan data sharing; atau
(2) Dilakukan melalui inspeksi lapangan.
g) Pengawasan rutin untuk usaha mikro dan kecil yang melakukan kegiatan usaha dengan
tingkat risiko rendah, dilakukan melalui inspeksi lapangan untuk melakukan pembinaan
dalam bentuk pendampingan dan penyuluhan dalam pengembangan usaha mikro dan kecil.
h) Pengawasan rutin untuk usaha menengah dan besar yang melakukan kegiatan usaha
dengan tingkat risiko menengah rendah dan menengah tinggi mencakup:
i) Kepatuhan pelaku usaha kepada standar yang berkaitan dengan usaha dengan
mengumpulkan data, bukti dan/atau laporan yang berkaitan dengan keselamatan,
kesehatan, lingkungan hidup dan/atau bahaya lainnya yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatanusaha.
(1) Perkembangan kegiatan usaha
(2) Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan inspeksi lapangan
- 1366 -
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum 1. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
2. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
3. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
4. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
- 1368 -
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1372 -
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan analisis risiko, maka untuk usaha skala mikro dan kecil digolongkan kepada usaha yang
memiliki risiko rendah (R); sedangkan usaha menengah memiliki risiko menengah rendah (MR) dan usaha
skala besar digolongkan kepada usaha yang memiliki risiko menengah tinggi (MT).
4 Persyaratan Umum a. Skala usaha menengah:
Usaha Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
b. Skala usaha besar:
1) Membuat Rencana Usaha;
2) Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
3) Pernyataan ketersediaan tenaga kerja yang terampil untuk usaha budi daya
4) Pernyataan kepemilikan/penguasaan sarana untuk melakukan budi daya
- 1374 -
1) Skala Menengah:
a) Usaha budi daya buah jeruk telah terdaftar atau teregistrasi.
b) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
c) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
2) Skala Besar:
a) Usaha budi daya buah jeruk melaksanakan proses/telah teregistrasi dan tersertifikasi
b) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
c) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
d) Memiliki standar budi daya, kriteria panen dan pengemasan
10 Sistem Manajemen a. Skala Menengah:
Usaha 1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen
c) Komunikasi kepada pelanggan
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan didokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
- 1377 -
(1) Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman bunga apakah sesuai
dengan self declaration dengan mengisi checklist (lampiran standar).
(2) Penilaian ini dilakukan secara periodik (pertahun)
(3) Jika checklist tersebut memenuhi persyaratan penerapan GAP, maka dapat diajukan
untuk proses registrasi lahan usaha.
(4) Kriteria penilaian yang dapat dilakukan dalam inspeksi adalah:
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku
(b) Terdapat aspek keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan yang perlu
diteliti/ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan
budi daya
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman bunga
terutama terkait dengan keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan.
b) Skala Besar
Usaha budi daya buah jeruk yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-tinggi (MT),
maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah: Sertifikasi atau Inspeksi.
(1) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk registrasi lahan usaha dan Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
- 1379 -
b) Skala besar:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi kebun untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain:
(1) Standar GAP/SOP/standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah jeruk .
- 1381 -
STANDAR USAHA PERBENIHAN BUAH APEL DAN BUAH BATU (POME AND STONE FRUIT)
KBLI : 01240
NO
PERTANIAN BUAH APEL DAN BUAH BATU (POME AND STONE FRUIT)
1. Ruang Lingkup Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan Usaha
Perbenihan Buah Apel dan Buah Batu meliputi apel, apricot, cherry, peach, dan nectarine, pear, dan
Quince, plum, dan sloe, markisa, kepel, terong belanda, dan buah delima, dan buah batu lainnya
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan buah apel dan buah batu (pome and stone fruit) didasarkan atas
skala usaha, yaitu skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
- 1385 -
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
- 1386 -
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1390 -
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Berdasarkan analisis risiko, maka untuk usaha skala mikro dan kecil digolongkan kepada usaha yang
memiliki risiko rendah (R); sedangkan usaha menengah memiliki risiko menengah rendah (MR) dan usaha
skala besar digolongkan kepada usaha yang memiliki risiko menengah tinggi (MT).
4 Persyaratan Umum a. Skala usaha menengah:
Usaha Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
b. Skala usaha besar:
1) Membuat Rencana Usaha;
2) Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan untuk melakukan budi daya
3) Pernyataan ketersediaan tenaga kerja yang terampil untuk usaha budi daya
4) Pernyataan kepemilikan/penguasaan sarana untuk melakukan budi daya
- 1392 -
6 Sarana a. Prasarana meliputi prasarana produksi dan pascapanen buah apel dan buah batu
b. Sarana untuk usaha budi daya yang baik meliputi sarana budi daya dan pascapanen buah apel dan
buah batu
7 Struktur Organisasi Kriteria sumber daya manusia antara lain:
SDM dan SDM a. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani
b. Memiliki pengetahuan tentang keselamatan dan keamanan kerja
c. Memiliki kompetensi di bidang usaha budi daya dan pascapanen buah apel dan buah batu
8 Pelayanan a. Skala usaha mikro dan kecil:
memberikan informasi yang diperlukan, seperti informasi harga, spesifikasi produk dll;
b. Skala usaha menengah dan besar
1) Memberikan informasi yang diperlukan, seperti informasi harga, karakteristik produk, dll;
2) Melaporkan perkembangan usaha budi daya buah apel dan buah batu secara berkala minimal 1
(satu) tahun sekali sesuai kriteria statistik buah tanaman tahunan kepada BPS, antara lain luas
tanam, luas panen, produksi, produktivitas serta harga;
3) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
9 Persyaratan a. Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/Proses/Jasa 1) Skala usaha menengah: sesuai dengan komitmen yang telah dinyatakan dalam pernyataan sendiri
(self declaration). Apabila produk tersebut dikemas, harus memenuhi prinsip keamanan pangan
mengacu pada PSAT.
- 1394 -
2) Skala usaha besar: sesuai dengan persyaratan GAP/SOP/standar lain dalam hal standar budi
daya, kriteria panen, dan pascapanen. Apabila produk tersebut dikemas, harus memenuhi
prinsip keamanan pangan mengacu pada PSAT.
b. Persyaratan proses yang dioperasikan:
1) Skala Menengah:
a) Usaha budi daya buah apel dan buah batu telah terdaftar atau teregistrasi.
b) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
c) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
2) Skala Besar:
a) Usaha budi daya buah apel dan buah batu melaksanakan proses/telah teregistrasi dan
tersertifikasi
b) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
c) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
d) Memiliki standar budi daya, kriteria panen dan pengemasan
10 Sistem Manajemen a. Skala Menengah:
Usaha 1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen
c) Komunikasi kepada pelanggan
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi
- 1395 -
b) Skala Besar
Usaha budi daya buah apel dan buah batu yang termasuk ke dalam kriteria resiko
menengah-tinggi (MT), maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah: Sertifikasi atau
Inspeksi.
(1) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk registrasi lahan usaha dan Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
(OKKPD) untuk produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(2) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah apel dan buah batu.
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(b) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya buah apel dan buah batu
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya buah apel dan
buah batu atau keamanan pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah:
- 1398 -
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi kebun untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain:
(1) Standar GAP/SOP/standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
- 1399 -
(1) Laporan pelaku usaha yang disampaikan kepada Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah, mengenai perkembangan kegiatan usaha dan/atau kepatuhan
pelaku usaha terhadap standar serta informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan
usaha, dilakukan secara elektronik dengan mengedepankan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan data sharing; atau
(2) Dilakukan melalui inspeksi lapangan.
g) Pengawasan rutin untuk usaha mikro dan kecil yang melakukan kegiatan usaha dengan
tingkat risiko rendah, dilakukan melalui inspeksi lapangan untuk melakukan pembinaan
dalam bentuk pendampingan dan penyuluhan dalam pengembangan usaha mikro dan kecil.
h) Pengawasan rutin untuk usaha menengah dan besar yang melakukan kegiatan usaha dengan
tingkat risiko menengah rendah dan menengah tinggi mencakup:
(1) Kepatuhan pelaku usaha kepada standar yang berkaitan dengan usaha dengan
mengumpulkan data, bukti dan/atau laporan yang berkaitan dengan keselamatan,
kesehatan, lingkungan hidup dan/atau bahaya lainnya yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatanusaha.
(2) Perkembangan kegiatan usaha
(3) Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan inspeksi lapangan
- 1402 -
2 Istilah dan Definisi a. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak
melalui sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan
yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
b. Produsen benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
melaksanakan usaha.
c. Pengedar benih adalah perseorangan, badan usaha berbadan hukum/tidak berbadan hukum yang
tidak melakukan produksi benih tetapi melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan benih kepada masyarakat dan/atau untuk pengeluaran benih.
d. Kompetensi produsen/pengedar benih adalah kemampuan kerja produsen/pengedar benih dalam
memproduksi/mengedarkan benih sesuai Peraturan Perundangan di bidang perbenihan yang berlaku
e. Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat oleh Lembaga yang berwenang kepada
pelaku usaha perbenihan hortikultura yang telah memenuhi unjuk kerja persyaratan
- 1403 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan buah beri didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
- 1404 -
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1408 -
2 Istilah dan Definisi a. Konservasi lahan adalah sistem budi daya yang dilakukan dengan menjaga lahan agar tidak longsor
dan tercemar oleh bahan kimia yang merusak mikroorganisme di dalam tanah.
b. Pengelolaan limbah adalah kegiatan untuk mengumpulkan dan mengolah kemasan pupuk dan
pestisida secara tepat agar tidak mencemari lingkungan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya buah beri didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro, kecil,
menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan unit usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1409 -
Berdasarkan analisis risiko, maka untuk usaha skala mikro dan kecil digolongkan kepada usaha yang
memiliki risiko rendah (R); sedangkan usaha menengah memiliki risiko menengah rendah (MR) dan usaha
skala besar digolongkan kepada usaha yang memiliki risiko menengah tinggi (MT).
- 1410 -
2) Lahan usaha sedang diproses atau telah teregistrasi untuk mendapat sertifikasi GAP.
3) Memiliki prosedur kerja untuk penggunaan sarana dan prasarana
4) Melakukan pelaporan secara berkala kegiatan usahanya sesuai komitmen dengan Dinas
Pertanian setempat, meliputi: luas lahan untuk budi daya, pola budi daya, jenis tanaman, luas
panen, jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
5) Melaksanakan alih (transfer knowledge) baik teknologi maupun manajemen
6 Sarana a. Prasarana meliputi prasarana produksi dan pascapanen buah beri
b. Sarana untuk usaha budi daya yang baik meliputi sarana budi daya dan pascapanen buah beri
2) Melaporkan perkembangan usaha budi daya buah beri secara berkala minimal 1 (satu) tahun
sekali sesuai kriteria statistik buah tanaman tahunan kepada BPS, antara lain luas tanam, luas
panen, produksi, produktivitas serta harga;
3) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
9 Persyaratan a. Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/Proses/Jasa 1) Skala usaha menengah: sesuai dengan komitmen yang telah dinyatakan dalam pernyataan sendiri
(self declaration). Apabila produk tersebut dikemas, harus memenuhi prinsip keamanan pangan
mengacu pada PSAT.
2) Skala usaha besar: sesuai dengan persyaratan GAP/SOP/standar lain dalam hal standar budi
daya, kriteria panen, dan pascapanen. Apabila produk tersebut dikemas, harus memenuhi
prinsip keamanan pangan mengacu pada PSAT.
b. Persyaratan proses yang dioperasikan:
1) Skala Menengah:
a) Usaha budi daya buah beri telah terdaftar atau teregistrasi.
b) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
c) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
2) Skala Besar:
a) Usaha budi daya buah beri melaksanakan proses/telah teregistrasi dan tersertifikasi
b) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
c) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
- 1413 -
(b) Terdapat aspek keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan yang perlu
diteliti/ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan
budi daya
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman bunga
terutama terkait dengan keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan.
b) Skala Besar
Usaha budi daya buah beri yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-tinggi (MT),
maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah: Sertifikasi atau Inspeksi.
(1) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk registrasi lahan usaha dan Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
(OKKPD) untuk produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(2) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah beri.
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(b) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
- 1416 -
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain:
1) Standar GAP/SOP/standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun perorangan,
2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b. Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah beri.
Kriteria inspeksi yaitu:
1) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi daya
4) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya buah beri atau keamanan
pangan
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain:
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan:
(1) Memiliki kompetensi yang sesuai
(2) Dilengkapi dengan surat tugas
(3) Dilakukan secara sampling sesuai dengan metode sampling
- 1418 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan sayuran tahunan didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha
mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di
bidang perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
- 1422 -
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1426 -
KBLI : 01253
NO
PERTANIAN HORTIKULTURA SAYURAN TAHUNAN
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan pemanenan tanaman sayuran tahunan, seperti kluwih atau timbul, sukun,
nangka sayur, petai, jengkol, melinjo dan sejenisnya. Kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman
sayuran tahunan.
2 Istilah dan Definisi a. Sayuran Tahunan adalah buah tanaman yang dimanfaatkan sebagai sayuran, Misal kluwih atau timbul,
sukun, nangka sayur, petai, jengkol, melinjo dan sejenisnya.
b. Penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya sayuran tahunan didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha
mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
- 1427 -
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp 1.000.000.000,00
– 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
6 Sarana a. Prasarana meliputi prasarana produksi dan pascapanen budi daya sayuran tahunan
b. Sarana untuk usaha budi dayav sayuran tahunan yang baik meliputi sarana budi daya dan
pascapanen
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
b. Skala usaha menengah dan besar
1) memberikan informasi yang diperlukan, seperti Informasi harga, karakteristik produk dll
2) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
SOP.
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan system manajemen usaha
b. Skala Besar :
1) Menetapkan dan menerapkan :
a) Perencanaan produksi dilakukan minimal T-1 sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
c) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi.
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
(1) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pasca panen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar :
(1) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
- 1434 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan buah semak didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro,
kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
- 1438 -
Proses sertifikasi benih introduksi, harus mendapatkan izin pemasukan benih dari Menteri
Pertanian (SIP) dan memenuhi persyaratan dibidang perkarantinaan
10 Sistem Manajemen Untuk skala usaha menengah dan besar
Usaha a. Merencanakan, menerapkan dan mengendalikan proses yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan
penyediaan produk serta mendokumentasikan semua proses, mencakup:
1) Menentukan persyaratan produk;
2) Menetapkan perencanaan dan pengendalian proses produksi;
3) Menetapkan dukungan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk dan
layanan;
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
- 1441 -
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1442 -
2 Istilah dan Definisi a. Konservasi lahan adalah sistem budi daya yang dilakukan dengan menjaga lahan agar tidak longsor
dan tercemar oleh bahan kimia yang merusak mikroorganisme di dalam tanah.
b. Pengelolaan limbah adalah kegiatan untuk mengumpulkan dan mengolah kemasan pupuk dan
pestisida secara tepat agar tidak mencemari lingkungan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya buah semak lainnya didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha
mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan unit usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha kekayaan antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
- 1443 -
sesuai komitmen dengan Dinas Pertanian setempat, meliputi: luas lahan untuk budi daya, pola
budi daya, jenis tanaman, luas panen, jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang
terjual dan harga jual.
b. Skala usaha besar
1) Memenuhi persyaratan tata cara budi daya yang baik antara lain:
a) Menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen
b) Menerapkan konservasi lingkungan dan tata kelola limbah
2) Lahan usaha sedang diproses atau telah teregistrasi untuk mendapat sertifikasi GAP.
3) Memiliki prosedur kerja untuk penggunaan sarana dan prasarana
4) Melakukan pelaporan secara berkala kegiatan usahanya sesuai komitmen dengan Dinas
Pertanian setempat, meliputi: luas lahan untuk budi daya, pola budi daya, jenis tanaman, luas
panen, jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
5) Melaksanakan alih (transfer knowledge) baik teknologi maupun manajemen
6 Sarana a. Prasarana meliputi prasarana produksi dan pascapanen buah semak lainnya
b. Sarana untuk usaha budi daya yang baik meliputi sarana budi daya dan pascapanen buah semak
lainnya
7 Struktur Organisasi Kriteria sumber daya manusia antara lain:
SDM dan SDM a. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani
b. Memiliki pengetahuan tentang keselamatan dan keamanan kerja
c. Memiliki kompetensi di bidang usaha budi daya dan pascapanen buah semak lainnya
- 1445 -
2) Skala Besar:
a) Usaha budi daya buah semak lainnya melaksanakan proses/telah teregistrasi dan
tersertifikasi
b) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
c) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
d) Memiliki standar budi daya, kriteria panen dan pengemasan
10 Sistem Manajemen a. Skala Menengah:
Usaha 1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen
c) Komunikasi kepada pelanggan
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan didokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 1447 -
b. Skala Besar:
1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi dilakukan minimal T-1 sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen dilakukan dengan terjadwal
c) Komunikasi pelanggan dilakukan dengan baik.
2) Upaya peningkatan berkelanjutan pelayanan produksi
a) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan di dokumentasikan
b) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian dilakukan sesuai dengan
SOP dan standar Quality Control (QC)
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian Kesesuaian
dan pengawasan 1) Penilaian Kesesuaian
a) Skala Menengah
Usaha budi daya buah semak lainnya yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-
rendah (MR), maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah melalui inspeksi, sebagai
berikut :
- 1448 -
(1) Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman bunga apakah sesuai
dengan self declaration dengan mengisi checklist (lampiran standar).
(2) Penilaian ini dilakukan secara periodik (pertahun)
(3) Jika checklist tersebut memenuhi persyaratan penerapan GAP, maka dapat diajukan
untuk proses registrasi lahan usaha.
(4) Kriteria penilaian yang dapat dilakukan dalam inspeksi adalah:
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku
(b) Terdapat aspek keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan yang perlu
diteliti/ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan
budi daya
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman bunga
terutama terkait dengan keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan.
b) Skala Besar
Usaha budi daya buah semak lainnya yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-
tinggi (MT), maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah: Sertifikasi atau Inspeksi.
(1) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk registrasi lahan usaha dan Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
- 1449 -
b) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi kebun untuk mendapat
sertifikasi GAP
c) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
d) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
e) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain:
(1) Standar GAP/SOP/standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya buah semak lainnya.
Kriteria inspeksi yaitu:
(1) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
- 1451 -
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya buah semak lainnya
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
(e) Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain:
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
(c) Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
d) Menyusun mekanisme, format dan substansi laporan.
e) Tersedianya saluran untuk pengaduan masyarakat.
f) Pengawasan rutin dapat dilakukan melalui:
(1) Laporan pelaku usaha yang disampaikan kepada Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah, mengenai perkembangan kegiatan usaha dan/atau kepatuhan
pelaku usaha terhadap standar serta informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan
usaha, dilakukan secara elektronik dengan mengedepankan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan data sharing; atau
(2) Dilakukan melalui inspeksi lapangan.
- 1453 -
g) Pengawasan rutin untuk usaha mikro dan kecil yang melakukan kegiatan usaha dengan
tingkat risiko rendah, dilakukan melalui inspeksi lapangan untuk melakukan pembinaan
dalam bentuk pendampingan dan penyuluhan dalam pengembangan usaha mikro dan kecil.
h) Pengawasan rutin untuk usaha menengah dan besar yang melakukan kegiatan usaha dengan
tingkat risiko menengah rendah dan menengah tinggi mencakup:
(1) Kepatuhan pelaku usaha kepada standar yang berkaitan dengan usaha dengan
mengumpulkan data, bukti dan/atau laporan yang berkaitan dengan keselamatan,
kesehatan, lingkungan hidup dan/atau bahaya lainnya yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatanusaha.
(2) Perkembangan kegiatan usaha
(3) Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan inspeksi lapangan
- 1454 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan cabai didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro, kecil,
menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
- 1456 -
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1460 -
KBLI : 01283
NO
PERTANIAN CABAI
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian sayuran buah hortikultura mulai dari kegiatan pengolahan
lahan, penanaman, pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan
kegiatan tanaman cabai seperti: cabai besar, cabai rawit, dan paprika. Termasuk kegiatan pembibitan dan
pembenihan tanaman cabai.
2 Istilah dan Definisi a. Sayuran cabai adalah buah tanaman yang dimanfaatkan sebagai sayuran, termasuk cabai besar, cabai
rawit, dan paprika
b. penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya cabai didasarkan atas skala usaha, yaitu skala usaha mikro, kecil,
menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
- 1461 -
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp 1.000.000.000,00
– 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
3) Perizinan Prasarana sesuai lokasi usaha berupa Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan dan
sarana untuk melakukan budi daya;
4) Memiliki AMDAL/UKL/UPL terkait tata kelola limbah.
4) Melakukan pelaporan secara berkala kegiatan usahanya sesuai komitmen dengan Dinas Pertanian
setempat, meliputi : luas lahan untuk budi daya, pola budi daya, jenis tanaman, luas panen,
jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
b. Skala usaha menengah dan besar
1) memberikan informasi yang diperlukan, seperti Informasi harga, karakteristik produk dll
2) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
- 1464 -
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya cabai
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya cabai atau keamanan
pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
1) Skala menengah :
a) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pasca panen lain.
b) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
c) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
d) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
2) Skala besar :
a) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pascapanen lain.
b) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
c) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
d) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
e) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
- 1468 -
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya cabai
Kriteria inspeksi yaitu :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti / ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya cabai atau keamanan
pangan.
- 1469 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan tanaman obat atau biofarmaka rimpang didasarkan atas skala usaha,
yaitu skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
- 1473 -
KBLI : 01285
NO
PERTANIAN TANAMAN OBAT DAN BIOFARMAKA RIMPANG
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian jamur mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman
tanaman obat dan biofarmaka rimpang seperti: jahe, kunyit, temulawak, temugiring, temukunci, kencur,
lengkuas, lempuyang, dlingo dan sejenisnya. Termasuk kegiatan pembibitan dan pembenihan tanaman
obat dan biofarmaka rimpang.
2 Istilah dan Definisi a. Biofarmaka rimpang adalah adalah rimpang yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Misal : jahe,
kunyit, temulawak, temugiring, temuireng, temukunci, kencur, lengkuas, lempuyang, dlingo dan
sejenisnya;
b. Penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya tanaman obat dan biofarmaka rimpang didasarkan atas skala usaha,
yaitu skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1478 -
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
b. Skala usaha menengah dan besar
1) memberikan informasi yang diperlukan, seperti Informasi harga, karakteristik produk dll
2) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
b) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dengan melakukan pemeriksaan
lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman obat dan biofarmaka rimpang
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti / ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya tanaman obat dan biofarmaka rimpang
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman obat dan
biofarmaka rimpang atau keamanan pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah :
(1) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pasca panen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP.
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar :
(1) Bukti telah menerapkan GAP/ SOP /standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
- 1485 -
sertifikasi GAP.
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman obat dan
biofarmaka rimpang
Kriteria inspeksi yaitu :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
- 1486 -
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya tanaman obat dan biofarmaka
rimpang.
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
i. Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain :
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
i. Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
d) Menyusun mekanisme, format dan substansi laporan.
e) Tersedianya saluran untuk pengaduan masyarakat.
- 1488 -
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha perbenihan tanaman obat atau biofarmaka non rimpang didasarkan atas skala
usaha, yaitu skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan usaha tersebut didasarkan kepada kriteria modal usaha namun tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp
1.000.000.000,00 – 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
- 1490 -
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
2) Skala usaha besar :
Penilaian pemenuhan terhadap persyaratan produk atau penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bagi pelaku usaha
yang menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Pengawasan
1) Pelaksana pengawasan adalah instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang
pengawasan dan sertifikasi benih atau instansi pembina perbenihan.
2) Melakukan pengawasan berdasarkan laporan periodik pelaku usaha.
3) Melakukan pengawasan dan pendampingan pelaksanaan kemitraan pelaku usaha besar.
4) Melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan CSR pelaku usaha besar.
5) Melakukan pengawasan insidental/ sewaktu-waktu dalam hal terdapat aduan masyarakat atau
terdapat permasalahan lain.
- 1494 -
STANDAR USAHA BUDI DAYA TANAMAN OBAT DAN BIOFARMAKA NON RIMPANG
KBLI : 01286
NO
PERTANIAN TANAMAN OBAT DAN BIOFARMAKA NON RIMPANG
1. Ruang Lingkup Kelompok ini mencakup usaha pertanian jamur mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, dan juga pemanenan dan pasca panen jika menjadi satu kesatuan kegiatan tanaman
tanaman obat dan biofarmaka non rimpang seperti: kapulaga, lidah buaya, sambiloto, mengkudu atau
pace, mahkota dewa dan sejenisnya.
2 Istilah dan Definisi a. Biofarmaka non rimpang adalah adalah bagian tanaman selain rimpang yang dimanfaatkan sebagai
tanaman obat, termasuk pula tanaman bahan insektisida dan fungisida dan yang sejenis. Misal :
kapulaga, lidah buaya, sambiloto, mengkudu atau pace, mahkota dewa dan sejenisnya
b. Penguasaan adalah kepemilikan melalui penyewaan atau kerjasama.
c. T-1 adalah jangka waktu perencanaan satu (1) tahun atau satu (1) periode tertentu sebelum
pelaksanaan kegiatan.
3 Penggolongan Usaha a. Penggolongan usaha budi daya tanaman obat dan biofarmaka non rimpang didasarkan atas skala
usaha, yaitu skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar .
b. Penggolongan Usaha tersebut didasarkan kepada kekayaan Unit Usaha termasuk modal usaha namun
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
c. Skala usaha digolongkan menjadi :
1) Unit usaha skala mikro jika unit usaha memiliki modal usaha paling banyak Rp
- 1495 -
1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Unit usaha skala kecil jika unit usaha tersebut memiliki modal usaha antara Rp 1.000.000.000,00
– 5.000.000.000,00 (satu sampai lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
3) Unit usaha skala menengah memiliki modal usaha antara Rp 5.000.000.000,00 –
10.000.000.000,00 (lima sampai sepuluh miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
4) Unit usaha skala besar merupakan usaha yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
3) Perizinan Prasarana sesuai lokasi usaha berupa Pernyataan kepemilikan/penguasaan lahan dan
sarana untuk melakukan budi daya;
4) Memiliki AMDAL/UKL/UPL terkait tata kelola limbah.
4) Melakukan pelaporan secara berkala kegiatan usahanya sesuai komitmen dengan Dinas Pertanian
setempat, meliputi : luas lahan untuk budi daya, pola budi daya, jenis tanaman, luas panen,
jumlah produksi per jenis tanaman, volume produk yang terjual dan harga jual.
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap pelanggan yang harus disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Skala usaha mikro dan kecil dalam bentuk memberikan informasi yang diperlukan seperti Informasi
harga, karakteristik produk dll;
b. Skala usaha menengah dan besar
1) memberikan informasi yang diperlukan, seperti Informasi harga, karakteristik produk dll
2) Mengatasi keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat usaha budi daya.
- 1498 -
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kelengkapan dokumen yang dinilai antara lain :
(1) Standar GAP / SOP /standar budi daya lain yang dimiliki baik kelompok maupun
perorangan,
(2) Catatan kegiatan budi daya selama 6 bulan.
(3) Catatan pengaduan masyarakat (bila ada)
b) Pemeriksaan dan pengamatan Lapang (Inspeksi).
Inspeksi oleh Instansi Pusat dan / atau Daerah dilakukan apabila dipandang perlu untuk
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman obat dan
biofarmaka non rimpang
Kriteria inspeksi yaitu :
(1) Ada dokumen administratif / teknis yang melewati masa berlaku.
(2) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti / ditindaklanjuti
(3) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan budi
daya
- 1503 -
(4) Adanya aduan masyarakat/ lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman obat dan
biofarmaka non rimpang atau keamanan pangan.
2) Pelaksanaan inspeksi antara lain :
a) Petugas yang melakukan inspeksi ke lapangan :
(1) memiliki kompetensi yang sesuai
(2) dilengkapi dengan surat tugas
(3) dilakukan secara sampling sesuai dengan metoda sampling
(4) minimal dilakukan 1 (satu) tahun sekali
(5) untuk tahapan budi daya yang memiliki resiko keamanan pangan yang tinggi, dilakukan
wawancara yang mendalam
b) Petugas melakukan perencanaan pelaksanaan pengawasan dengan membuat jadwal dan
perangkat pengawasan seperti kuesioner.
c) Petugas menerangkan hak dan kewajiban pelaksanaan pengawas kepada pelaku usaha.
(1) Hak petugas antara lain :
(a) Memeriksa dokumen administrasi Nomor Ijin Berusaha (NIB)
(b) Memeriksa kesesuaian dokumen antara standar GAP/SOP atau standar lainnya
yang telah dinyatakan sendiri dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(c) Memeriksa dokumen catatan kegiatan budi daya tanaman obat dan biofarmaka
non rimpang.
- 1504 -
(d) Memeriksa dokumen pelaporan kegiatan apakah telah disampaikan kepada Dinas
Pertanian
(e) Memeriksa aspek keamanan dan kelestarian lingkungan
(2) Kewajiban petugas antara lain :
(a) Mensyahkan standar GAP/SOP atau standar lainnya yang telah dinyatakan sendiri
dengan penerapan di lapangan (bila diperlukan)
(b) Memberikan keterangan bahwa pelaku usaha telah melakukan pelaporan kegiatan
kepada Dinas Pertanian
(c) Memberikan keterangan keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan.
d) Menyusun mekanisme, format dan substansi laporan.
e) Tersedianya saluran untuk pengaduan masyarakat.
- 1505 -
2) Skala usaha besar: sesuai dengan persyaratan GAP/SOP/standar lain dalam hal standar budi
daya, kriteria panen, dan pascapanen. Apabila produk tersebut dikemas, harus memenuhi
prinsip keamanan pangan mengacu pada PSAT.
b. Persyaratan proses yang dioperasikan:
1) Skala Menengah:
a) Usaha budi daya tanaman hias telah terdaftar atau teregistrasi.
b) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
c) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
2) Skala Besar:
a) Usaha budi daya tanaman hias melaksanakan proses/telah teregistrasi dan tersertifikasi
b) Memiliki rencana tanam per siklus dan tujuan pasar
c) Memiliki catatan aktivitas budi daya sesuai GAP/SOP/Standar lain
d) Memiliki standar budi daya, kriteria panen dan pengemasan
10 Sistem Manajemen a. Skala Menengah:
Usaha 1) Menetapkan dan menerapkan:
a) Perencanaan produksi sesuai dengan permintaan pasar
b) Pengelolaan budi daya dan penanganan pascapanen
c) Komunikasi kepada pelanggan
- 1510 -
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk/proses
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian Kesesuaian
dan pengawasan 1) Penilaian Kesesuaian
a) Skala Menengah
Usaha budi daya tanaman hias yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-rendah
(MR), maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah melalui inspeksi, sebagai berikut :
(1) Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman bunga apakah sesuai
dengan self declaration dengan mengisi checklist (lampiran standar).
(2) Penilaian ini dilakukan secara periodik (pertahun)
(3) Jika checklist tersebut memenuhi persyaratan penerapan GAP, maka dapat diajukan
untuk proses registrasi lahan usaha.
(4) Kriteria penilaian yang dapat dilakukan dalam inspeksi adalah:
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku
(b) Terdapat aspek keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan yang perlu
diteliti/ditindaklanjuti
- 1512 -
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan kegiatan
budi daya
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman bunga
terutama terkait dengan keselamatan pekerja dan pencemaran lingkungan.
b) Skala Besar
Usaha budi daya tanaman hias yang termasuk ke dalam kriteria resiko menengah-tinggi
(MT), maka tindakan penilaian yang dilakukan adalah: Sertifikasi atau Inspeksi.
(1) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh Dinas Pertanian untuk registrasi lahan usaha dan Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) dan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
(OKKPD) untuk produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(2) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh Instansi Pusat dan/atau Daerah dengan melakukan
pemeriksaan lapangan terhadap kegiatan budi daya tanaman hias.
Kriteria penilaian yang dapat dilakukan inspeksi adalah :
(a) Ada dokumen administratif/teknis yang melewati masa berlaku.
(b) Terdapat aspek keamanan pangan yang perlu diteliti/ ditindaklanjuti
(c) Pelaku usaha dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pelaporan
kegiatan budi daya tanaman hias
- 1513 -
(d) Adanya aduan masyarakat/lembaga terkait kegiatan budi daya tanaman hias atau
keamanan pangan.
2) Kelengkapan Penilaian
a) Skala menengah:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi lahan usaha untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(4) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b) Skala besar:
(1) Bukti telah menerapkan GAP/SOP/standar budi daya dan pascapanen lain.
(2) Bukti telah melakukan atau memulai proses registrasi kebun untuk mendapat
sertifikasi GAP
(3) Bukti telah melakukan atau memulai proses sertifikasi produk
(4) Bukti memiliki sarana dan prasarana yang berstandar
(5) Bukti telah melakukan pelaporan kegiatan usaha minimal 1 kali dalam setahun.
b. Pengawasan
1) Metode Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a) Pemeriksaan atau pengamatan kelengkapan dokumen (administratif).
Penilaian dokumen yang telah dinyatakan sendiri (self declaration) ketika mendaftar untuk
- 1514 -
4 Persyaratan Umum a. Sertifikat kompetensi sebagai produsen atau pengedar benih dari Institusi Pengawasan dan Sertifikasi
Usaha Benih atau sertifikat sistem manajemen mutu
b. Keterangan memiliki atau menguasai sarana produksi benih atau peredaran benih
c. Keterangan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang
perbenihan
d. Keterangan menguasai tempat usaha produksi.
5 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus yang diwajibkan
Usaha a. Skala usaha mikro, kecil, dan menengah:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
b. Skala usaha besar:
1) Menerapkan peraturan perbenihan tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih selama
melakukan usaha
2) Melaporkan kegiatan usaha secara periodik setiap 12 bulan
3) Melakukan kemitraan dengan pelaku usaha mikro-kecil
4) Melaksanakan corporate social resposibility (CSR) kepada masyarakat
5) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu.
- 1520 -
4) Menyimpan informasi terdokumentasi sejauh diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses
telah dilakukan sesuai rencana dan untuk menunjukkan kesesuaian produk dan layanan dengan
persyaratan;
5) Komunikasi terhadap pelanggan;
6) Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi;
7) Perbaikan secara terus menerus;
8) Analisa resiko dan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kejadian;
9) Manajemen permasalahan (identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah).
b. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, mencakup :
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus usaha;
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa;
3) Efektivitas penerapan sistem manajemen usaha.
11 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui pemeriksaan oleh Instansi yang melaksanakan tugas dan
dan pengawasan fungsi pengawasan dan sertifikasi di bidang perbenihan atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu
1) Skala usaha mikro, kecil dan menengah
Penilaian pemenuhan persyaratan produk dilakukan melalui proses sertifikasi benih yang
dilakukan oleh Instansi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi di
bidang perbenihan.
- 1523 -
d. Standar Mutu Benih adalah spesifikasi teknis Benih yang baku mencakup mutu fisik, genetik,
fisiologis dan/atau kesehatan benih.
e. Peredaran adalah serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran Benih Bermutu Hortikultura di
dalam negeri baik untuk maupun tidak diperdagangkan.
f. Izin Pemasukan Benih adalah pernyataan tertulis yang diberikan oleh pejabat berwenang kepada
badan usaha, instansi pemerintah, Pemerhati Tanaman, Perorangan untuk melakukan Pemasukan
Benih tanaman Hortikultura.
g. Perorangan adalah orang perseorangan atau kelompok yang tidak berbadan hukum.
h. Pemerhati Tanaman adalah orang perseorangan atau sekelompok orang atau organisasi yang memiliki
hobi, seni atas tanaman Hortikultura dan tidak untuk diperjualbelikan.
i. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang melaksanakan tugas di bidang Hortikultura.
j. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang melaksanakan tugas di bidang perkarantinaan pertanian.
k. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut
Kepala Pusat adalah pimpinan unit kerja eselon II di Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas
di bidang Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian
3 Persyaratan Umum a. Persyaratan administrasi
1) Pemasukan benih dapat dilakukan oleh badan usaha, instansi pemerintah, pemerhati tanaman
atau perorangan.
- 1527 -
2) Pelaku Usaha wajib memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) untuk mendapatkan Perizinan
Berusaha di bidang pertanian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
memenuhi komitmen.
3) Melaporkan realisasi ijin pemasukan sebelumnya
b. Persyaratan Teknis
Pemenuhan Komitmen Izin Pemasukan Benih Tanaman, untuk pemasukan benih tanaman
hortikultura sesuai dengan tujuan pemasukan benih yang terdiri atas:
2) Pemasukan benih yang bertujuan untuk pengembangan menghasilkan produk benih yang
dilakukan badan usaha untuk dipasarkan di luar negeri, berisi kesanggupan menyampaikan :
a) Information Required for Seed Introduction/Importation Into The Territory of Republic of
Indonesia; dan
b) Technical Information for Commodity(s) Proposed Exporting to Indonesia terhadap
pemasukan benih untuk pertama kali dari jenis tanaman dan/atau negara asal;
c) proposal perencanaan produksi;
3) Pemasukan benih yang bertujuan untuk pengembangan menghasilkan produk segar yang
dilakukan badan usaha, berisi kesanggupan menyampaikan:
a) Information Required for Seed Introduction/Importation Into The Territory of Republic of
Indonesia; dan
b) Technical Information for Commodity(s) Proposed Exporting to Indonesia terhadap
pemasukan benih untuk pertama kali dari jenis tanaman dan/atau negara asal;
c) proposal perencanaan produksi
4) Pemasukan benih yang bertujuan untuk benih tetua yang dilakukan badan usaha, berisi
kesanggupan menyampaikan:
a) Information Required for Seed Introduction/Importation Into The Territory of Republic of
Indonesia;
- 1529 -
4 Persyaratan khusus a. Dalam hal pemasukan benih untuk pertama kali dari jenis tanaman dan/atau negara asal,
atau Persyaratan permohonan wajib disertai hasil Analisis Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) sesuai
Teknis Produk, aturan karantina.
Proses, dan/atau b. Untuk pemasukan benih yang berasal dari produk rekayasa genetik oleh instansi pemerintah dan
Jasa badan usaha, berisi kesanggupan menyampaikan rekomendasi dari Komisi Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetika (KKHPRG).
5 Persyaratan Khusus
Usaha
6 Sarana -
7 Struktur organisasi
SDM dan SDM
8 Pelayanan
9 Persyaratan
Produk/Proses/Jasa
10 Persyaratan
Produk/Proses/Jasa
- 1533 -
PERIZINAN BERUSAHA UNTUK MENUNJANG KEGIATAN USAHA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA
1 Ruang Lingkup Standar ini mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha, mencakup beberapa
persyaratan teknis pendaftaran varietas untuk tujuan peredaran antara lain adalah tersedianya hasil uji
keunggulan varietas dan hasil uji kebenaran yang dituangkan dalam deskripsi varietas.
Deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter kuantitatif dan kualitatif yang disusun menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mencirikan suatu varietas.
2 Istilah dan Definisi a. Varietas tanaman hortikultura, yang selanjutnya disebut varietas adalah bagian dari suatu jenis
tanaman hortikultura yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan
sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
b. Varietas unggul hortikultura, yang selanjutnya disebut varietas unggul adalah varietas yang
dinyatakan oleh pemilik atau kuasanya mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan sifat-sifat
- 1536 -
lainnya.
c. Pemulia tanaman adalah satu atau lebih dari satu orang secara bersama-sama melaksanakan
pemuliaan tanaman.
d. Pemuliaan tanaman hortikultura, yang selanjutnya disebut pemuliaan tanaman, adalah rangkaian
kegiatan untuk mempertahankan kemurnian jenis dan / atau varietas tanaman hortikultura yang
sudah ada atau menghasilkan jenis /atau varietas tanaman hortikultura baru yang lebih baik.
e. Penyelenggara pemuliaan adalah perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang
menyelenggarakan rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan
pengembangan suatu varietas.
f. Klon /galur harapan adalah kelompok makhluk hidup hasil kegiatan pemuliaan yang memiliki sifat
unggul yang dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi varietas unggul.
g. Silsilah varietas tanaman adalah uraian proses mendapatkan varietas unggul baru dengan mengikuti
prosedur pemuliaan baku.
h. Uji adaptasi adalah kegiatan uji lapang terhadap tanaman semusim yang dapat dilakukan sesuai
dengan agroekologi wilayah pengembangan untuk mengetahui keunggulan dan interaksi varietas
terhadap lingkungan.
i. Uji observasi adalah kegiatan uji lapang terhadap tanaman tahunan atau tanaman semusim untuk
mengetahui sifat-sifat unggul dan / atau sifat-sifat lainnya.
j. Keunggulan varietas adalah superioritas dan atau keunikan satu atau lebih karakter yang dibuktikan
dari hasil pengujian dengan mengikuti prosedur baku.
- 1537 -
k. Penciri varietas adalah karakter – karakter khusus dari suatu varietas yang dapat membedakan
dengan varietas yang lain.
l. Deskripsi varietas tanaman adalah kumpulan karakter penciri suatu varietas tanaman.
m. Uji kebenaran varietas adalah cara untuk membuktikan kesesuaian performa/ keragaan varietas
tanaman hortikultura dengan deskripsinya.
4 Persyaratan khusus a. Persyaratan Teknis yang harus dilakukan oleh Pelaku Usaha :
atau Persyaratan 1) Pemilik Varietas/kuasanya menyampaikan persyaratan komitmen permohonan pendaftaran
Teknis Produk, Varietas.
Proses, dan/atau 2) Persyaratan komitmen pendaftaran Varietas yang dilampirkan sebagai berikut:
Jasa a) deskripsi Varietas;
b) foto tanaman/bagian tanaman yang menunjukkan kekhasan/keunikan.
c) hasil Pengujian Keunggulan;
d) hasil Pengujian Kebenaran Varietas;
e) pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan perbanyakan benih yang memenuhi standar
mutu atau persyaratan teknis minimal;
f) pernyataan kesanggupan menjamin Kebenaran Varietas yang diedarkan sesuai dengan
deskripsi;
g) pernyataan kesanggupan memelihara arsip Benih atau Tanaman Hortikultura yang
didaftarkan sebagai Varietas asli (autentik);
h) pernyataan kesanggupan menarik Benih yang beredar jika Varietas Benih tersebut tanda
daftarnya dicabut; dan
i) surat jaminan pemohon bagi Varietas Introduksi yang menyatakan dalam jangka waktu 2
(dua) tahun setelah didaftar, Benih harus diproduksi di dalam negeri, sepanjang benihnya
dapat diproduksi di dalam negeri.
- 1539 -
j) surat jaminan pemohon bagi Varietas Introduksi yang menyatakan dalam jangka waktu 2
(dua) tahun setelah didaftar, Benih harus diproduksi di dalam negeri, sepanjang benihnya
dapat diproduksi di dalam negeri.
b. Tata Cara Pendaftaran Varietas Hortikultura
1) Pemohon mengajukan permohonan pendaftaran secara tertulis kepada Menteri melalui Kepala
PPVTPP dengan dibubuhi materai secukupnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
2) Kepala PPVTPP setelah menerima formulir permohonan paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga)
hari kerja telah selesai memeriksa dokumen permohonan, apabila lengkap dan telah memenuhi
persyaratan diteruskan kepada Direktur Jenderal Hortikultura;
3) Kepala PPVTPP setelah menerima formulir permohonan paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga)
hari kerja telah selesai memeriksa dokumen permohonan, apabila tidak lengkap dan tidak
memenuhi persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi;
4) Apabila pemohon tidak melengkapi dokumen dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas)
hari kerja, maka pemohon dianggap batal mendaftarkan calon varietas baru
- 1540 -
10) Apabila tidak ada sanggahan maka dikeluarkan Surat Keterangan Tanda Daftar yang di tanda
tangani oleh Direktur Jenderal Hortikultura atas nama Menteri Pertanian.
11) SK Tanda Daftar dikirim ke PPVTPP, selanjutnya PPVTPP yang akan menyerahkan kepada
pengusul pendaftaran varietas hortikultura
e. Waktu Penyelesaian Pelayanan Pendaftaran Varietas Hortikultura
1) Proses penerimaan permohonan di PVTPP 3 hari kerja
2) Proses verifikasi teknis permohonan dan proposal di sekretariat 3 hari kerja.
3) Sidang pemeriksaan dan penilaian 1-2 hari kerja
4) Upload pendaftaran varietas hortikultura yang sudah lulus di website
(http://hortikultura.pertanian.go.id) 30 hari kerja
5) Penanda tanganan SK Tanda Daftar oleh Dirjen Hortikultura 1 hari
6) Penyerahan dan pengiriman SK Tanda Daftar varietas Hortikultura oleh PPVTPP 3 hari
f. Kompetensi dan Jumlah Pelaksana
1) Dua [2] orang staf teknis PPVTPP yang menangani verifikasi administrative kelengkapan
permohonan pendaftaran varietas hortikultura
2) Dua [2] orang staf teknis Sekretariat TP2VH Direktorat Jenderal Hortikultura yang menangani
verifikasi teknis permohonan dan proposal yang disampaikan ke Ditjen Hortikultura
3) Satu [1] orang ketua TP2VH
4) Satu [1] orang Wakil ketua TP2VH
5) Satu [1] orang Sekretaris TP2VH
- 1543 -
6) Lima [5] orang anggota TP2VH yang melakukan pemeriksaan dan penilaian pendaftaran varietas
hortikultura
5 Sarana -
6 Penilaian kesesuaian a. Penilaian kesesuaian terhadap semua persyaratan dokumen yang disampaikan oleh pemohon
dan pengawasan pendaftaran secara on line. Apabila dalam penilaian kesesuaian tidak memenuhi persyaratan, maka
permohonan akan ditolak/dikembalikan. Sebaliknya apabila dokumen yang disampaikan sudah sesuai
dengan persyaratan, maka permohonan pendaftaran bisa dilanjutkan untuk dirapatkan oleh TP2VH
b. Pengawasan Pendaftaran Varietas Hortikultura dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
[BPSB]. Varietas yang sudah terdaftar atau sudah dikeluarkan SK Tanda Daftar, benih nya legal dalam
peredaran. Salah satu fungsi dari BPSB adalah mengawasi peredaran benih di masyarakat.
- 1544 -
c. Pengeluaran Benih adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan Benih dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d. Standar Mutu Benih adalah spesifikasi teknis Benih yang baku mencakup mutu fisik, genetik,
fisiologis dan/atau kesehatan benih.
e. Peredaran adalah serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran Benih Bermutu Hortikultura di
dalam negeri baik untuk maupun tidak diperdagangkan.
f. Izin Pengeluaran Benih adalah pernyataan tertulis yang diberikan oleh pejabat berwenang kepada
badan usaha, instansi pemerintah, Pemerhati Tanaman, Perorangan untuk melakukan Pengeluaran
Benih tanaman Hortikultura.
g. Perorangan adalah orang perseorangan atau kelompok yang tidak berbadan hukum.
h. Pemerhati Tanaman adalah orang perseorangan atau sekelompok orang atau organisasi yang memiliki
hobi, seni atas tanaman Hortikultura dan tidak untuk diperjualbelikan.
i. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang melaksanakan tugas di bidang Hortikultura.
j. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang melaksanakan tugas di bidang perkarantinaan pertanian.
k. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut
Kepala Pusat adalah pimpinan unit kerja eselon II di Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas
di bidang Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian
- 1547 -
2) Pengeluaran benih tanaman hortikultura yang dilakukan oleh badan usaha, instansi pemerintah,
pemerhati tanaman dan perseorangan.
3) Melampirkan realisasi ijin pengeluaran sebelumnya
4 Persyaratan khusus a. Komitmen yang harus dipenuhi dalam permohonan pengeluaran benih:
atau Persyaratan 1) proposal pengeluaran benih yang berisi tujuan pengeluaran benih, jenis dan volumenya, (bagi
Teknis Produk, instansi pemerintah);
Proses, dan/atau 2) proposal pernyataan bahwa benih yang dimasukkan akan ditanam sendiri dan tidak untuk
Jasa diperjualbelikan (bagi pemerhati dan perorangan);
b. Pengeluaran benih untuk tujuan komersial, dilakukan oleh pelaku usaha yang berbadan usaha
c. Pengeluaran benih yang berupa tanaman diwajibkan untuk mengisi formulir informasi tanaman yang
akan dikeluarkan yang berisi asal usul tanaman.
5 Sarana -
KBLI terkait :
46312 Perdagangan Besar Buah-buahan
46313 Perdagangan Besar Sayuran
47212 Perdagangan Eceran Buah-buahan
47213 Perdagangan Eceran Sayuran
10311 Industri Pengasinan/Pemanisan Buah-Buahan dan Sayuran
10312 Industri Pelumatan Buah-buahan dan Sayuran
10313 Industri Pengeringan Buah-buahan dan Sayuran
10314 Industri Pembekuan Buah-buahan dan Sayuran
10320 Industri Pengolahan Dan Pengawetan Buah-buahan dan Sayuran Dalam Kaleng
10330 Industri Pengolahan Sari Buah dan Sayuran
10399 Industri Pengolahan dan Pengawetan Lainnya Buah-buahan dan Sayuran
1 Ruang Lingkup Standar ini mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha impor produk hortikultura,
mencakup persyaratan penerbitan, tata cara penerbitan, kewajiban pelaku usaha.
2 Istilah dan Definisi a. Produk Hortikultura adalah semua hasil yang berasal dari tanaman Hortikultura yang masih segar
atau yang telah diolah.
- 1552 -
b. Impor Produk Hortikultura adalah serangkaian kegiatan memasukkan Produk Hortikultura dari luar
negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
c. Rekomendasi Impor Produk Hortikultura yang selanjutnya disingkat RIPH adalah keterangan tertulis
yang menyatakan Produk Hortikultura memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.
d. Pelaku Usaha Impor Hortikultura yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah badan usaha yang
menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang importasi Produk Hortikultura yang didirikan dan
berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia.
e. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan
oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.
f. Angka Pengenal Importir Umum yang selanjutnya disingkat API-U adalah tanda pengenal sebagai
Importir Umum.
g. Angka Pengenal Importir Produsen yang selanjutnya disingkat API-P adalah tanda pengenal sebagai
Importir Produsen.
3 Persyaratan Umum a. RIPH diterbitkan untuk Produk Hortikultura:
1) segar untuk konsumsi.
2) segar untuk bahan baku industri.
b. Impor Produk Hortikultura dapat dilakukan oleh:
1) Pelaku Usaha.
2) lembaga sosial (harus berbadan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia).
- 1553 -
4 Persyaratan khusus a. Persyaratan teknis untuk Pelaku Usaha, BUMN, lembaga sosial, dan perwakilan negara
atau Persyaratan asing/lembaga internasional meliputi:
Teknis Produk, 1) Produk Hortikultura segar harus memenuhi ketentuan keamanan Pangan Segar Asal
Proses, dan/atau Tumbuhan (PSAT) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jasa 2) Produk Hortikultura segar yang pertama kali dimasukkan dari negara asal harus dilengkapi
hasil analisis risiko organisme pengganggu tumbuhan karantina dari Badan Karantina
Pertanian.
3) Produk hortikultura yang diimpor memenuhi persyaratan pelabelan sesuai ketentuan yang
berlaku.
4) Sertifikat penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) atau sertifikat setara
lainnya yang diakui secara internasional dari negara asal yang masih berlaku sampai akhir
waktu impor dilakukan dan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia.
5) Registrasi bangsal penanganan pascapanen (Good Handling Practices/GHP) yang diterbitkan
- 1555 -
oleh instansi yang berwenang dari negara asal yang masih berlaku sampai akhir waktu impor
dilakukan dan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia.
6) Surat keterangan dari eksportir negara asal mengenai kapasitas produksi dari kebun/lahan
usaha yang telah diregistrasi atau disertifikasi penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture
Practices/GAP) dan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia.
7) Produk Hortikultura yang dapat diimpor memenuhi karakteristik yang ditentukan.
8) Dalam hal suatu negara telah mendapatkan pengakuan sistem pengawasan keamanan Pangan
Segar Asal Tumbuhan (PSAT) dan masih berlaku, tidak dipersyaratkan GAP, GHP, dan surat
keterangan dari eksportir negara asal mengenai kapasitas produksi kebun/lahan usaha.
b. Persyaratan khusus bagi Pelaku usaha yang melakukan impor Produk Hortikultura strategis wajib
melakukan pengembangan komoditas hortikultura strategis di dalam negeri, dengan ketentuan
yaitu:
1) Pelaku usaha yang belum pernah mendapatkan RIPH komoditas hortikultura strategis bawang
putih wajib melakukan pengembangan komoditas hortikultura strategis sebesar 50% (lima
puluh perseratus) dari kewajiban pengembangan komoditas hortikultura strategis bawang
putih, apabila mengajukan RIPH komoditas hortikultura strategis bawang putih.
2) Pelaku usaha yang telah mendapatkan RIPH komoditas hortikultura strategis bawang putih
selain wajib menyelesaikan pengembangan komoditas hortikultura strategis bawang putih
sebelumnya, juga wajib melakukan pengembangan komoditas hortikultura strategis sebesar
20% (dua puluh perseratus) dari kewajiban pengembangan komoditas hortikultura strategis
- 1556 -
bawang putih, apabila mengajukan RIPH komoditas hortikultura strategis bawang putih.
3) RIPH yang diterbitkan berlaku 1 (satu) tahun takwim, sepanjang memenuhi persyaratan teknis
sertifikat GAP dan/atau sertifikat GHP.
4) RIPH dinyatakan masih berlaku apabila Produk Hortikultura telah dimuat pada alat angkut dari
negara asal paling lambat tanggal 31 Desember tahun berjalan. Produk Hortikultura
sebagaimana tersebut, tiba di Indonesia paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender sejak
dimuat pada alat angkut dari negara asal dan dibuktikan dengan dokumen Pemberitahuan Impor
Barang (PIB).
5) Pelaku Usaha yang telah mendapatkan RIPH dapat melakukan perubahan RIPH. Perubahan RIPH
berlaku mutatis mutandis. RIPH yang diubah dinyatakan masih berlaku apabila Produk
Hortikultura dimuat pada alat angkut dari negara asal paling lambat pada tanggal penerbitan
RIPH yang baru. Produk Hortikultura sebagaimana tersebut, tiba di Indonesia paling lambat 60
(enam puluh) hari kalender sejak dimuat pada alat angkut dari negara asal dan dibuktikan
- 1561 -
e. Pertanian tanaman pakan ternak adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan
teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas tanaman pakan ternak dalam
suatu agroekosistem;
f. Tanaman Pakan Ternak yang selanjutnya disingkat TPT adalah tanaman penghasil hijauan dan/atau biji-bijian
yang dibudidayakan untuk pakan ternak;
g. Pemotongan adalah pemotongan (defoliasi) pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah,
baik oleh manusia ataupun renggutan ternak saat digembalakan;
h. Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
usaha dan/atau kegiatannya
i. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan, badan usaha, kantor perwakilan, dan badan usaha luar negeri yang
melakukan kegiatan usaha dan/atau kegiatan pada bidang tertentu.
j. Pengawasan adalah upaya untuk memastikan pelaksanaan kegiatan usaha sesuai dengan standar pelaksanaan
kegiatan usaha yang dilakukan melalui pendekatan berbasis risikodan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
pelaku usaha
3. Penggolongan Penggolongan Usaha Pertanian Tanaman Pakan Ternak didasarkan atas luasan usaha, yaitu:
Usaha a. Usha Kecil
Luas lahan < 25 Ha
b. Usaha Besar
Luas Lahan ≥ 25 ha
- 1563 -
Durasi pemenuhan persyaratan dari pelaku usaha sesuai ketentuan Lembaga OSS.
5 Persyaratan a. Usaha Kecil
Khusus -
Usaha b. Usaha Menengah dan Besar
1) Melakukan usaha budi daya sesuai pedoman budi daya tanaman pakan ternak yang baik. Durasi paling
lambat 1 tahun
2) Paling lambat 1 tahun telah memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha pertanian tanaman
pakan ternak
6. Sarana a. Usaha Kecil
-
b. Usaha Besar dan Menengah
Memiliki sarana dan prasarana seperti:
1) Bangunan
Paling kurang::
a. Kantor;
- 1564 -
4) Lokasi
Lokasi kebun harus dipilih sesuai dengan karakteristik komoditas tanaman pakan ternak
5) Lahan
a. Mempunyai kesuburan tanah yang baik. Dalam hal kesuburan tanah kurang perlu dilakukan usaha
perbaikan atau peningkatan kesuburan tanah.
b. Tersedia sumber air dan tat kelola air untuk pemeliharaan TPT agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik dan menghasilkan produksi yang maksimal;
c. Kesesuaian dengan karakteristik agronomi jenis TPT. Lahan asam untuk jenis TPT yang toleran
terhadap asam, lahan rawa untuk jenis TPT yang toleran terhadap genangan, lahan kering untuk jenis
TPT yang toleran terhadap kekeringan, dan lahan salin untuk jenis TPT yang toleran terhadap salinitas.
d. Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari 30%. Dalam hal kemiringan lahan lebih dari 30% harus
diikuti dengan melakukan tindakan konservasi.
e. Akses lahan mudah dijangkau dengan tersedianya jalan pertanian maupun jalan penghubun; dan
f. Dalam hal pemanfaatan lahan bekas tambang yang telah direklamasi harus dipastikan lahan tidak
mengandung limbah beracun dan cemaran logam berat.
7. Struktur a. Usaha Kecil
Organisasi -
SDM dan b. Usaha Besar
SDM 1) Manajer usaha;
- 1566 -
2) Sistem monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, paling kurang:
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan persyaratan khusus
b) Pemenuhan terhadap persyaratan produk
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
11 Penilaian A. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian a. Usaha Kecil < 25 ha
dan Tingkat risiko usaha pertanian tanaman pakan ternak skala kecil : Rendah
Pengawasan
b. Usaha Menengah dan Besar ≥ 25 ha
- 1568 -
Tingkat risiko usaha pertanian tanaman pakan ternak skala menengah dan besar: Menengah Rendah
Penilaian usaha pertanian tanaman pakan ternak dilakukan pada tahap operasional. Penilaian dilakukan
setiap 3 (tiga) tahun sekali.
Penilaian usaha pertanian tanaman pakan ternak dilakukan oleh pemberi perizinan berusaha melalui
Petugas Pengawas Mutu Pakan yang berada di dinas kabupaten/kota, provinsi maupun Pusat sesuai
kewenangan.
B. Pengawasan
Pengawasan terhadap usaha pertanian tanaman pakan ternak dilaksanakan oleh Menteri Pertanian, gubernur,
bupati/walikota, sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terdiri atas:
a. Pengawasan Rutin;
1) Surveilans
Dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali tiap tahun sejak penilaian. Dilaksanakan melalui
pemeriksaan lapangan. Dilaksanakan oleh pengawas mutu pakan berdasarkan penugasan oleh pejabat
berwenang.
2) Evaluasi
- 1570 -
Dilaksanakan melalui pemeriksaan pengembangan usaha pertanian tanaman pakan ternak berdasarkan
laporan perkembangan usaha pertanian tanaman pakan ternak yang disusun oleh pelaku usaha kepada
pemberi ijin sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun atau 6 (enam) bulan sekali.
Dalam pelaksanaanya evaluasi kinerja oleh Menteri Pertanian dilakukan oleh Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, gubernur oleh dinas provinsi dan bupati/walikota oleh dinas
kabupaten/kota yang menangani peternakan dan kesehatan hewan.
Hasil evaluasi kinerja disampaikan kepada pelaku usaha sebagai bahan evaluasi dan perbaikan usaha
pertanian tanaman pakan ternak
b. Pengawasan Insidental
Pengawasan insidental dilakukan terhadap pelaporan oleh pekebun, masyarakat atau lembaga lain karena
adanya dugaan pelanggaran terhadap kewajiban perusahaan.
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan oleh
perusahaan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan untuk dapat ditindaklanjuti.
- 1571 -
2 Isitilah dan a. Benih Tanaman Pakan Ternak yang selanjutnya disebut sebagai Benih adalah tanaman pakan ternak atau
Definisi bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman pakan ternak;
b. Perbenihan tanaman Pakan Ternak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan, pengelolaan, dan
peredaran benih tanaman pakan ternak;
c. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta
segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi, baik yang
terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia;
- 1572 -
d. Tanaman Pakan Ternak yang selanjutnya disingkat TPT adalah tanaman penghasil hijauan dan/atau biji-bijian
yang dibudidayakan untuk pakan ternak;
e. Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
usaha dan/atau kegiatannya
f. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan, badan usaha, kantor perwakilan, dan badan usaha luar negeri yang
melakukan kegiatan usaha dan/atau kegiatan pada bidang tertentu.
g. Pengawasan adalah upaya untuk memastikan pelaksanaan kegiatan usaha sesuai dengan standar pelaksanaan
kegiatan usaha yang dilakukan melalui pendekatan berbasis risikodan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
pelaku usaha
3. Penggolongan Semua pelaku usaha produksi hijauan pakan ternak mulai dari kegiatan penyiapan dan pengolahan lahan,
Usaha penyemaian, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pengolahan pasca panen.
4. Persyaratan Untuk memperoleh izin usaha perbenihan Tanaman Pakan Ternak harus memenuhi persyaratan umum:
Umum Memiliki rencana kerja pembangunan unit usaha perbenihan pakan ternak
Durasi pemenuhan persyaratan dari pelaku usaha sesuai ketentuan Lembaga OSS.
- 1573 -
5 Persyaratan Untuk memperoleh izin usaha perbenihan Tanaman Pakan Ternak harus memenuhi persyaratan khusus:
Khusus a. Melakukan usaha perbenihan sesuai pedoman perbenihan tanaman pakan ternak yang baik. Durasi paling
lambat 1 tahun
b. Paling lambat 1 tahun telah memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha perbenihan tanaman pakan
ternak
6 Sarana Untuk memperoleh izin usaha perbenihan Tanaman Pakan Ternak setidaknya harus memiliki sarana dan prasarana
seperti:
1) Bangunan, dapat meliputi:
a. Kantor;
b. Nursery/green house;
c. Gudang Alat Dan Mesin;
d. Gudang Benih TPT/Pupuk;
e. Dan Lain-Lain.
4) Lokasi
Lokasi perbenihan harus dipilih sesuai dengan karakteristik komoditas tanaman pakan ternak
5) Lahan
a. Mempunyai kesuburan tanah yang baik. Dalam hal kesuburan tanah kurang perlu dilakukan usaha
perbaikan atau peningkatan kesuburan tanah.
b. Tersedia sumber air;
c. Dalam hal pemanfaatan lahan bekas tambang yang telah direklamasi harus dipastikan lahan tidak
mengandung limbah beracun dan cemaran logam berat.
d. Lokasi lahan usaha diberi pagar pembatas.
6) Air
Meliputi penyediaan dan tata kelola air untuk pembenihan TPT agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik dan menghasilkan benih berkualitas
- 1575 -
7) Akses Jalan
Meliputi jalan pertanian maupun jalan penghubung
7 Struktur Usaha perbenihan tanaman pakan ternak memerlukan SDM yang memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam
Organisasi bidang perbenihan tanaman pakan ternak sebagai berikut:
SDM dan 1) Manager kebun
SDM 2) Pelaksana pemeliharaan;
3) Pelaksana panen benih;
4) Pencatat produksi benih.
Sumber daya manusia yang terlibat dalam usaha perbenihan tanaman pakan ternak harus memenuhi persyaratan
antara lain:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. mempunyai keterampilan sesuai dengan bidangnya dan memahami risiko pekerjaan;
c. memiliki kemampuan, pengetahuan dan berpengalaman di bidang perbenihan tanaman Pakan Ternak;
d. Memahami manajemen usaha dan regulasi tentang tanaman pakan;
e. Memahami resiko, keselamatan dan keamanan kerja dalam usaha perbenihan tanaman pakan.
f. menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.
- 1576 -
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus disediakan oleh Pelaku usaha, antara lain:
a. Petunjuk penanaman benih pada kemasan benih
b. Informasi terkait benih pada label benih (nama jenis benih tanaman, berat benih, tanggal panen benih)
c. Layanan purna jual
d. Survey kepuasan pelanggan
9 Persyaratan Persyaratan produk sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimun (PTM) benih
Produk/ tanaman pakan
Proses/Jasa
10 Sistem Untuk memperoleh izin usaha perbenihan Tanaman Pakan Ternak harus menetapkan prosedur yang efektif dan
Manajemen terdokumentasi, yang mencakup:
Usaha
1) Perencanaan
a. Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
c. Menetapkan program seleksi.
- 1577 -
2) Pengelolaan
a. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan. Contoh dari data yang ada ditemukan
hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
dan Tingkat risiko usaha perbenihan tanaman pakan ternak: Menengah Rendah
Pengawasan No Persyaratan Ketersediaan
(ada/tidak ada)
A. Persyaratan Umum
1 Memiliki rencana kerja pembangunan unit usaha perbenihan hijauan
pakan ternak
B Persyaratan Khusus
1 Melakukan usaha perbenihan sesuai pedoman perbenihan tanaman
pakan ternak yang baik
2 Paling lambat 1 tahun telah memenuhi self declare terhadap standar
kegiatan usaha perbenihan tanaman pakan ternak
Apabila berdasarkan pengawasan insidental ditemukan kondisi pelanggaran yang dilakukan oleh
perusahaan, maka hasil perbaikan disampaikan kepada perusahaan untuk dapat ditindaklanjuti.
STANDAR USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG
KBLI 01411
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA SAPI POTONG
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup sapi potong, untuk menghasilkan ternak bibit sapi potong, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
- 1581 -
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. Pedoman pembibitan sapi potong yang baik selanjutnya disebut Good Breeding Practice (GBP) sapi potong adalah
sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan pembibitan sapi
potong dalam menghasilkan bibit sapi potong yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan sapi potong didasarkan atas jumlah betina produktif :
Usaha a. Skala Mikro kecil : ≤ 5 ekor
b. Skala Kecil : 6-50 ekor
c. Skala Menengah : 51-1000
- 1582 -
d. Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
hewan.
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP/GFP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
KBLI 01411
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA SAPI POTONG
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok budidaya sapi potong mencakup pengembangbiakan
Lingkup untuk menghasilkan anak atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon sapi siap potong.
2 Istilah dan 1. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha budidaya.
2. Pembudidayaan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara
natural/alami.
3. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
4. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha
peternakan.
5. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
6. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
- 1589 -
7. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
8. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
9. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
10. Pedoman budidaya sapi potong yang baik selanjutnya disebut Good Farming Practice (GFP) sapi potong adalah
sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan yang melaksanakan kegiatan budidaya sapi
potong dalam menghasilkan sapi potong yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha Budidaya Sapi Potong didasarkan atas jumlah bakalan (mikro dan kecil) dan jumlah betina
Usaha produktif bakalan (menengah dan besar):
A. Skala Mikro
1) Pembiakan terdiri atas mikro : ≤ 5 ekor
2) Penggemukan terdiri atas mikro : ≤ 6 ekor
B. Skala Kecil
1) Pembiakan : 6-50 ekor
- 1590 -
C. Skala Menengah
1) Pembiakan :51-1.000 ekor
2) Penggemukan : 61 – 1.150 ekor
D. Skala Besar
1) Pembiakan : ≥ 1.001 ekor
2) Penggemukan : ≥ 1.151 ekor
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan
obat alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Mekanisme penilaian kesesuaian produk dan proses. Berdasarkan checklist pemenuhan persyaratan dalam
GFP sapi potong.
3) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
4) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
6) Evaluasi perizinan usaha dilaksanakan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
usaha dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang
berlaku.
7) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
- 1596 -
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GFP paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
KBLI 01412
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA SAPI PERAH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup sapi perah, untuk menghasilkan ternak bibit sapi perah, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak
berbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu
c. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
d. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumberdaya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
e. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
- 1598 -
f. Ternak adalah hewan peliharaan yang kehidupannya dan perkembangbiakan serta manfaatnya diatur dan diawasi
oleh manusia
g. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
h. Benih Ternak adalah yang selanjutnya disebut Benih adalah bahan reproduksi ternak yang berupa mani, sel telur,
telur tertunas, dan embrio
i. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
j. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
k. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai karakteristik
tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru di introduksikan ke
dalam negara Indonesia.
l. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
m. Pedoman pembibitan sapi perah yang baik yang selanjutnya disebut Good Breeding Practice (GBP) sapi Perah
adalah sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan yang melaksanakan kegiatan pembibitan
sapi perah dalam menghasilkan bibit sapi perah yang bermutu baik.
- 1599 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha Pembibitan Sapi Perah didasarkan atas jumlah betina produktif :
Usaha A. Skala Mikro kecil :≤ 3 ekor
B. Skala Kecil : 4-30 ekor
C. Skala Menengah : 31-600
D. Skala Besar: ≥ 601 ekor
a. Menerapkan GBP sapi perah dan Peraturan lainnya, paling lambat 6 bulan.
b. Menyampaikan laporan populasi dan produksi, setiap triwulan.
c. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan, sesuai ketentuan
kementerian/lembaga.
d. Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
dengan kebutuhan.
5) Obat Hewan
a) Obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan sapi perah harus memiliki nomor pendaftaran;
b) Obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
KBLI 01412
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA SAPI PERAH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok budidaya sapi perah mencakup pengembangbiakan untuk
Lingkup menghasilkan anak atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon sapi siap perah.
2 Istilah dan a. Ternak adalah hewan peliharaan yang kehidupannya dan perkembangbiakan serta manfaatnya diatur dan diawasi
Definisi oleh manusia;
b. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan;
c. Peternakan adalah suatu usaha budidaya ternak dalam lokasi tertentu dimana terjadi proses produksi untuk
tujuan tertentu.
d. Peternakan Sapi Perah adalah usaha budidaya ternak sapi perah dengan tujuan utama menghasilkan susu;
e. Budidaya Ternak adalah semua kegiatan dalam proses produksi untuk mempermudah hasil hasil ternak sesuai
tujuannya;
f. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
- 1607 -
g. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak
berbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu
h. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
i. Ransum Sapi perah adalah campuran bahan baku makanan ternak yang tinggi nilai gizinya dan mudah dicerna,
sedangkan pakan hijauan adalah rerumputan atau dedaunan yang digunakan sebagai makanan ternak;.
j. Kandang adalah kandang yang diperuntukan sesuai fungsinya, yang benar benar bersih mempunyai uadara segra,
sinar matahari yang cukup dan mudah dibersihkan.
k. Pedoman budidaya sapi perah yang baik yang selanjutnya disebut Good Farming Practice (GFP) sapi Perah adalah
sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan budidaya ternak sapi perah
yang baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha Budidaya Sapi Perah didasarkan atas jumlah betina produktif :
Usaha A. Skala Mikro kecil : ≤ 4 ekor
B. Skala Kecil : 5-45 ekor
C. Skala Menengah : 46-850
D. Skala Besar : ≥ 851 ekor
Umum Usaha -
kementerian / lembaga.
5) Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
hewan.
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Mekanisme penilaian kesesuaian produk dan proses. Berdasarkan checklist pemenuhan persyaratan dalam
GFP Sapi Perah
3) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi budidaya dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
4) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
6) Evaluasi perizinan usaha dilakukan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin usaha
dan/atau sewaktu waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang berlaku
7) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
- 1614 -
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
KBLI 01413
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KERBAU POTONG
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha kerbau potong yang melakukan kegiatan
Lingkup pembibitan untuk menghasilkan ternak bibit kerbau potong, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha pembibitan.
b. Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau diperjualbelikan.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
- 1616 -
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
j. Pedoman pembibitan kerbau potong yang baik selanjutnya disebut Good Breeding Practice (GBP) kerbau potong
adalah sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan
pembibitan untuk menghasilkan bibit kerbau potong.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan kerbau potong didasarkan atas jumlah betina produktif :
Usaha A. Skala Mikro kecil : ≤ 4 ekor
B. Skala Kecil : 5-38 ekor
C. Skala Menengah : 39-750 ekor
D. Skala Besar : ≥ 751 ekor
1) Bangunan: kandang, kandang jepit, gudang, tempat penyimpanan pakan, dan tempat penampungan
dan/atau pengolahan limbah
2) Alat dan mesin peternakan: tempat pakan, tempat minum, alat kebersihan kandang, pita ukur, tongkat ukur,
sarana recording; dan sarana identifikasi
3) Usaha pembibitan kerbau potong harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai
dengan kebutuhan.
4) Obat Hewan
a. Obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan kerbau potong harus memiliki nomor pendaftaran;
b. Obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
b. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
4) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
6) Evaluasi perizinan usaha dilakukan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
usaha dan/atau sewaktu waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang
berlaku
7) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C) Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D) Saluran Pengaduan Masyarakat
- 1623 -
KBLI 01413
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KERBAU POTONG
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok budidaya kerbau perah mencakup pengembangbiakan
Lingkup untuk menghasilkan anak atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon kerbau siap potong.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang melakukan
Definisi budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha budidaya.
b. Pembudidayaan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta
- 1624 -
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. Pedoman budidaya kerbau potong yang baik selanjutnya disebut Good Farming Practice (GFP) kerbau potong
adalah sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan budidaya
kerbau potong dalam menghasilkan anak atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon
kerbau siap potong.
- 1625 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha Budidaya Kerbau Potong didasarkan atas jumlah betina/pejantan:
Usaha A. Skala Mikro kecil : ≤ 4 ekor
B. Skala Kecil : 5-38 ekor
C. Skala Menengah : 39-750
D. Skala Besar : ≥ 751 ekor
1) Menerapkan GFP kerbau potong dan Peraturan lainnya, paling lambat 6 bulan.
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi, setiap triwulan.
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan, sesuai ketentuan
kementerian / lembaga.
4) Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
a) obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya kerbau potong harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
2) standar produksi.
3) harga produk dan,
4) cara mendapatkan produk.
C. Skala usaha besar
1) memiliki informasi mengenai sistem pemeliharaan
2) standar produksi.
3) harga produk dan,
4) cara mendapatkan produk
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
KBLI 01414
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KERBAU PERAH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha kerbau potong yang melakukan kegiatan
Lingkup pembibitan untuk menghasilkan ternak bibit kerbau perah, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha pembibitan.
b. Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau diperjualbelikan.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
- 1632 -
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
j. Pedoman pembibitan kerbau perah yang baik selanjutnya disebut Good Breeding Practice (GBP) kerbau perah
adalah sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan
pembibitan untuk menghasilkan bibit kerbau perah.
- 1633 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan kerbau perah didasarkan atas jumlah betina produktif :
Usaha A. Skala Mikro kecil : ≤ 4 ekor
B. Skala Kecil : 5-38 ekor
C. Skala Menengah : 39-750 ekor
D. Skala Besar : ≥ 751 ekor
3) Usaha pembibitan kerbau perah harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai
dengan kebutuhan.
4) Obat Hewan
a. Obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan kerbau perah harus memiliki nomor pendaftaran;
b. Obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
GBP kerbau
3) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
4) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
6) Evaluasi perizinan usaha dilakukan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
usaha dan/atau sewaktu waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang
berlaku
7) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
- 1639 -
KBLI 01414
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KERBAU PERAH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok budidaya kerbau perah mencakup pengembangbiakan
Lingkup untuk menghasilkan anak atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon kerbau siap diperah.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang melakukan
Definisi budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha budidaya.
b. Pembudidayaan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
- 1640 -
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. Pedoman budidaya kerbau perah yang baik selanjutnya disebut Good Farming Practice (GFP) kerbau perah adalah
sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan budidaya kerbau
- 1641 -
potong dalam menghasilkan anak atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon kerbau siap
di perah.
3 Penggolongan Penggolongan usaha Budidaya Kerbau Perah didasarkan atas jumlah betina produktif:
Usaha A. Skala Mikro kecil : ≤ 4 ekor
B. Skala Kecil : 5-38 ekor
C. Skala Menengah : 39-750
D. Skala Besar : ≥ 751 ekor
1) Menerapkan GFP kerbau potong dan peraturan lainnya, paling lambat 6 bulan.
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi, setiap triwulan.
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan, sesuai ketentuan
kementerian / lembaga.
4) Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
4) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya kerbau potong harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
STANDAR USAHA PEMBIBITAN KUDA DAN SEJENISNYA
KBLI 01420
NO
PETERNAKAN KUDA DAN SEJENISNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup kuda dan sejenisnya, untuk menghasilkan ternak bibit kuda dan sejenisnya, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
- 1648 -
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
- 1649 -
k. Pedoman Pembibitan Kuda Yang Baik yang selanjutnya disebut GBP kuda adalah acuan bagi pembibit kuda
dalam menghasilkan bibit kuda yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha Pembibitan Kuda dan sejenisnya didasarkan atas jumlah induk/pejantan :
Usaha A. Skala Mikro kecil : < 4 ekor
B. Skala Kecil : 5 - 42 ekor
C. Skala Menengah : 43 - 833
D. Skala Besar : ≥ 834 ekor
Usaha -
B. Skala usaha menengah dan besar:
a. Menerapkan GBP kuda dan Peraturan lainnya, paling lambat 6 bulan.
b. Menyampaikan laporan populasi dan produksi, setiap triwulan.
c. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan, sesuai ketentuan
kementerian / lembaga.
d. Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
4) Usaha pembibitan kuda harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan.
5) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan kuda harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
2) Pengelolaan
a. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP kuda paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
- 1655 -
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1) Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2) Sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
KBLI 01420
NO
PETERNAKAN KUDA DAN SEJENISNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan budidaya
Lingkup berupa pengembangbiakan untuk menghasilkan kuda potong, kuda perah, kuda pacu, kuda tunggang, kuda tarik,
kuda kavaleri, kuda polo, dan kuda kesayangan, bagal, hinni dan sejenisnya
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Budidaya adalah rangkaian kegiatan memelihara ternak agar dapat berkembang biak secara natural/alami.
- 1656 -
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
- 1657 -
k. Pedoman Budidaya Kuda Baik yang selanjutnya disebut GFP kuda adalah acuan bagi Pembudidaya kuda dalam
menghasilkan kuda potong, kuda perah, kuda pacu, kuda tunggang, kuda tarik, kuda kavaleri, kuda polo, dan
kuda kesayangan, bagal, hinni dan sejenisnya.
3 Penggolongan Penggolongan usaha Budidaya Kuda dan sejenisnya didasarkan atas jumlah induk/pejantan :
Usaha A. Skala Mikro kecil : < 10 ekor
B. Skala Kecil : 11-100 ekor
C. Skala Menengah : 101-2.000
D. Skala Besar : ≥ 2.001 ekor
Usaha -
B. Skala usaha menengah dan besar:
a. Menerapkan GFP kuda dan peraturan lainnya, paling lambat 6 bulan.
b. Menyampaikan laporan populasi dan produksi, setiap triwulan.
c. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan, sesuai ketentuan
kementerian / lembaga.
d. Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
4) Usaha budidaya kuda harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan.
5) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya kuda harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
2) Pengelolaan
a. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan.
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian.
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa, dan
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GFP kuda paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
- 1663 -
KBLI 01430
NO
PETERNAKAN UNTA DAN SEJENISNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup unta dan sejenisnya, untuk menghasilkan ternak bibit unta dan sejenisnya, semen dan embrio dan melakukan
kegiatan budidaya unta berupa perkembang biakan untuk menghasilkan unta potong, unta perah dan sejenisnya
seperti llama, alpacas, vicunas dan guanacos.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
- 1664 -
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
- 1665 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha Pembibitan Unta dan sejenisnya didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021) :
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Usaha -
B. Skala usaha menengah dan besar:
1) Menerapkan GBP unta Peraturan lainnya, paling lambat 6 bulan.
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi, setiap triwulan.
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan, sesuai ketentuan
kementerian / lembaga.
4) Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
8) Usaha pembibitan unta harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan.
9) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan unta harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
2) Pengelolaan
a. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan.
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian.
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa, dan
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP unta paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
- 1671 -
KBLI 01430
NO
PETERNAKAN UNTA DAN SEJENISNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan budidaya
Lingkup unta berupa pengembangbiakan untuk menghasilkan unta potong, unta perah dan sejenisnya seperti llama, alpacas,
vicunas dan guanacos.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Budidaya adalah rangkaian kegiatan memelihara ternak agar dapat berkembang biak secara natural/alami.
- 1672 -
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
- 1673 -
k. Pedoman Budidaya Unta Yang Baik yang selanjutnya disebut GFP unta adalah acuan bagi pembibit unta dalam
menghasilkan bibit unta yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha berdasarkan PP No. 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan
Usaha koperasi dan usaha mikro, kecil dan menegah
kementerian / lembaga.
4) Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GFP unta paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
- 1679 -
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
KBLI 01441
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA DOMBA POTONG
1 Ruang Kelompok ini mencakup usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan domba potong untuk menghasilkan
Lingkup ternak bibit domba potong, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha pembibitan.
b. Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau diperjualbelikan.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
- 1680 -
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
j. Pedoman pembibitan domba potong yang baik selanjutnya disebut GBP Domba potong adalah sebagai dasar
acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan pembibitan domba dalam menghasilkan domba potong yang
bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha Pembibitan Domba Potong didasarkan atas jumlah betina produktif :
Usaha A. Skala Mikro kecil : < 15 ekor
- 1681 -
1) Menerapkan GBP Domba potong dan peraturan lainnya, paling lambat 6 bulan.
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi, setiap triwulan.
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan, sesuai ketentuan
kementerian / lembaga.
4) Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
2) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
- 1687 -
KBLI 01441
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA DOMBA POTONG
1 Ruang Kelompok ini mencakup kegiatan budidaya domba potong berupa pengembangbiakan untuk menghasilkan anak
Lingkup atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon domba siap potong
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang melakukan
Definisi budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha budidaya.
b. Pembudidayaan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara
natural/alami.
- 1688 -
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
g. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
h. Pedoman budidaya domba potong baik yang selanjutnya disebut GFP domba potong adalah sebagai dasar acuan
bagi peternak dan perusahaan peternakan yang melaksanakan kegiatan budidaya domba potong dalam
menghasilkan domba potong yang bermutu baik
3 Penggolongan Penggolongan usaha Budidaya Domba Potong didasarkan atas jumlah induk/pejantan :
Usaha A. Skala Mikro kecil : < 25 ekor
B. Skala Kecil : 26 – 250 ekor
C. Skala Menengah : 251 – 5.000 ekor
D. Skala Besar : > 5.001 ekor
Umum Usaha -
B. Skala usaha menengah
-
C. Skala Usaha Besar
1) Memenuhi kesesuaian sistem manajemen usaha
2) Persyaratan instalasi pengolahan limbah
3) Keterangan mengenai jenis, komoditas, galur dan lokasi usaha peternakan
Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
4) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya domba harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.
Usaha B. Skala Usaha Menengah dan Usaha Besar, harus menetapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi, yang
mencakup:
1) Perencanaan
a. Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
c. Menetapkan program seleksi, replacement dan afkir.
2) Pengelolaan
a. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuisioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan.
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian.
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
- 1693 -
Pengawasan B. Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan terhadap semua skala usaha budidaya domba potong, sebagai berikut:
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi budidaya dan peredaran secara berkala
oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
- 1694 -
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GFP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1) disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2) sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
STANDAR USAHA PEMBIBITAN KAMBING POTONG
KBLI 01442
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KAMBING POTONG
1 Ruang Kelompok ini mencakup usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan kambing potong untuk
Lingkup menghasilkan ternak bibit kambing potong, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan, koperasi, kelompok/gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah
- 1695 -
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha pembibitan.
b. Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau diperjualbelikan.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
j. Pedoman pembibitan kambing potong baik yang selanjutnya disebut GBP kambing potong adalah sebagai dasar
acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan yang melaksanakan kegiatan budidaya menghasilkan kambing
- 1696 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha Pembibitan Kambing Potong didasarkan atas jumlah betina produktif
Usaha A. Skala Mikro kecil : < 15 ekor
B. Skala Kecil : 16 – 150 ekor
C. Skala Menengah : 151 – 3.000 ekor
D. Skala Besar : > 3.001 ekor
a) obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan kambing harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.
2) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
- 1702 -
KBLI 01442
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KAMBING POTONG
1 Ruang Kelompok ini mencakup kegiatan budidaya kambing potong berupa pengembangbiakan untuk menghasilkan anak
Lingkup atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon domba siap potong
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang melakukan
Definisi budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
- 1703 -
3 Penggolongan Penggolongan Usaha Budidaya Kambing Potong didasarkan atas jumlah induk/jantan :
Usaha A. Skala Mikro kecil : < 25 ekor
B. Skala Kecil : 26 – 250 ekor
C. Skala Menengah : 251 – 5.000 ekor
- 1704 -
mencakup:
1) Perencanaan
a. Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
c. Menetapkan program seleksi, replacement dan afkir.
2) Pengelolaan
a. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuisioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan.
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian.
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk :
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa,
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
- 1708 -
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GFP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1) disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2) sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
KBLI 01443
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KAMBING PERAH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup kambing perah, untuk menghasilkan ternak bibit kambing perah dan semen.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
- 1710 -
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
- 1711 -
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba Yang Baik yang selanjutnya disebut GBP kambing dan domba adalah
acuan bagi pembibit kambing perah dalam menghasilkan bibit kambing perah yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan Usaha Pembibitan Kambing Perah didasarkan atas jumlah betina produktif :
Usaha A. Skala Mikro kecil : <15 ekor
B. Skala Kecil : 16-150 ekor
C. Skala Menengah :151-3000 ekor
D. Skala Besar : > 3001 ekor
dengan kebutuhan.
5) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan kambing perah harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
2) standar produksi
3) harga produk; dan
4) cara mendapatkan produk.
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa, dan
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
Pengawasan
B. Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan terhadap semua skala usaha pembibitan kambing perah, sebagai berikut:
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
- 1717 -
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP/GFP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
KBLI 01443
NO
PEMBIBITAN DANBUDIDAYA KAMBING PERAH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok budidaya kambing perah mencakup pengembangbiakan
Lingkup untuk menghasilkan anak atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon kambing perah siap
perah.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
- 1718 -
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembudidayaan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara
natural/alami.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Pedoman budidaya kambing perah yang baik yang selanjutnya disebut GFP kambing perah adalah sebagao dasar
acuan bagi peterna dan perusahana peternakan budidaya kambing dalam menghasilkan kambing perah yang
- 1719 -
3 Penggolongan Penggolongan Usaha Budidaya Kambing Perah didasarkan atas jumlah induk/jantan :
Usaha A. Skala Mikro kecil : <25 ekor
B. Skala Kecil : 26-250 ekor
C. Skala Menengah : 151-3000 ekor
D. Skala Besar : > 3001 ekor
2) Alat dan mesin peternakan: tempat pakan, tempat minum, alat kebersihan kandang, pita ukur, tongkat ukur,
sarana recording; dan sarana identifikasi
3) Usaha budidaya kambing perah harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai
dengan kebutuhan.
4) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya kambing perah harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
- 1721 -
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Mekanisme penilaian kesesuaian produk dan proses. Berdasarkan checklist pemenuhan persyaratan dalam
GFP sapi potong.
3) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
4) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
6) Evaluasi perizinan usaha dilaksanakan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
usaha dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang
- 1725 -
berlaku.
7) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GFP paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
STANDAR USAHA PEMBIBITAN DOMBA PERAH
KBLI 01444
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA DOMBA PERAH
1 Ruang Kelompok ini mencakup usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan domba perah untuk menghasilkan
Lingkup ternak bibit domba perah, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak
Definisi berbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
- 1726 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan domba perah didasarkan atas jumlah betina produktif :
Usaha A. Skala Mikro kecil : < 15 ekor
B. Skala Kecil : 16 – 150 ekor
C. Skala Menengah : 151 – 3.000 ekor
D. Skala Besar : > 3.001 ekor
d. Pakan: usaha pembibitan atau budidaya domba harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan
berkualitas
e. Obat Hewan
1) Obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan domba harus memiliki nomor pendaftaran;
2) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.
2) standar produksi
3) harga produk; dan
4) cara mendapatkan produk.
7) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa,
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
Pengawasan B. Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan terhadap semua skala usaha pembibitan domba perah, sebagai berikut:
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
- 1733 -
KBLI 01444
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA DOMBA PERAH
1 Ruang Kelompok ini mencakup kegiatan budidaya domba perah berupa pengembangbiakan untuk menghasilkan anak atau
Lingkup calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon domba siap perah
2 Istilah dan a. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak
Definisi berbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
- 1734 -
3 Penggolongan Penggolongan Usaha Budidaya Domba Perah didasarkan atas jumlah induk/jantan:
- 1735 -
kementerian / lembaga.
4) Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GFP paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1) disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2) sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
STANDAR USAHA PRODUKSI BULU DOMBA MENTAH/RAW WOOL
NO KBLI 01445
PRODUKSI BULU DOMBA MENTAH/RAW WOOL
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelengggaraan usaha peternakan yang
Lingkup melakukan kegiatan produksi bulu domba (wool) mentah.
2 Istilah dan 1) Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
- 1741 -
Definisi usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk
surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen.
2) Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu.
3) Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional.
4) Bulu adalah bagian epidermis yang berasal dari semua jenis ruminansia besar, ruminansia kecil, hewan
berlambung tunggal (monogastric) dan aneka ternak (lagomorpha)
5) Bulu domba adalah struktur lapisan luar kulit (epidermis) yg membentuk penutup tubuh pada domba
3 Penggolongan Penggolongan usaha berdasarkan PP No. 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan
Usaha koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah
4 Persyaratan Durasi Pemenuhan Persyaratan Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan Lembaga OSS.
Umum
4. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai.
5. produk yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu secara First In First Out (FIFO).
6. tersedia sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
7. Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
8. Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
c) Higiene Personel
1. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus sesuai
dengan yang dipersyaratkan dan senantiasa terjaga kebersihannya.
2. setiap pekerja yang menangani langsung produk dilakukan pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal 1
(satu) kali setahun.
3. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
4. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
5. setiap pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan seksama, setelah
menangani produk dan mengunakan toilet/kamar mandi.
6. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser dan
dibilas dengan seksama.
7. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang ingus di ruang kerja atau
- 1744 -
7) Persyaratan Peralatan
8) Seluruh peralatan pendukung dan penunjang harus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat.
9) Seluruh peralatan logam yang kontak dengan produk harus terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat,
kuat, mudah dibersihkan dan mudah didesinfeksi serta mudah dirawat.
10) Peralatan untuk membersihkan dan mendesinfeksi ruang dan peralatan harus tersedia dalam jumlah cukup
sehingga proses pembersihan dan desinfeksi bangunan dan peralatan dapat dilakukan secara baik dan efektif.
11) Perlengkapan standar untuk pekerja industri bulu domba meliputi:
a) pakaian kerja khusus,
b) apron plastik, penutup kepala, penutup mulut, sarung tangan; dan/atau sepatu boot sesuai kebutuhan;
7 Struktur 1) Memiliki struktur organisasi yang terdokumentasi yang menguraikan tugas, fungsi dan pembagian kewenangan
organisasi setiap personil;
SDM dan 2) Sumber daya manusia yang terlibat dalam usaha harus mempunyai keterampilan sesuai bidang tugasnya dan
SDM memahami resiko pekerjaan;
3) Sumber daya manusia atau pekerja telah mendapatkan pelatihan tentang praktek higiene dan sanitasi;
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus dimilki oleh pelaku usaha produksi bulu domba mentah/raw wool untuk pangan
adalah tersedianya informasi produk dan layanan konsumen.
9 Persyaratan -
Produk/
Proses/Jasa
- 1746 -
10 Sistem 1) Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen a) Perencanaan
Usaha b) Pengelolaan
c) Komunikasi pelanggan
d) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan
e) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
2) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
3) Pelaporan
a. Menyampaikan laporan kegiatan produksi secara berkala.
b. Dalam Negeri
13 Penanggung Jawab:
a. Unit Usaha (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
b. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
c. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
d. Higiene Sanitasi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
14. Asal Bahan Baku
Produk Asal Hewan
yang Digunakan:
a. Dari perusahaan …………………………………
sendiri
b. Dari anak
perusahaan
- 1751 -
1) Nama …………………………………
2) Alamat …………………………………
3) Jenis bahan …………………………………
baku:
c. Dari pemasok/
supplier:
1) Nama ……………………………………
2) Alamat ……………………………………
3) Jenis bahan ……………………………………
baku
15. Suplai air bersih
berasal dari:
a. Air Tanah: Kapasitas ..............................m3/hari
1) Sumur
Dangkal
2) Sumur Dalam
3) Danau
4) Sungai
b. Perusahaan Kapasitas ..............................m3/hari
Daerah Air Minum
- 1752 -
(PDAM)
16. Es berasal dari:
a. Produksi Sendiri Kapasitas.........................ton/hari
b. Membeli dari:
1) ........................ Volume............................ton/hari
2) ........................
c. Bentuk es:
1) Balok Volume............................ton/hari
2) Curah Volume............................ton/hari
17. Kebutuhan es rata- Volume............................ton/hari
rata per hari
(disesuaikan dengan
jenis unit usaha)
18. Sistem Pembekuan a. Air Blast Freezer (ya/tidak) *
Produk (disesuaikan b. Contact Plate Freezer (ya/tidak)*
dengan jenis unit c. Brine Freezer (ya/tidak) *
usaha) d. Cryogenic Freezer (ya/tidak)*
e. Individual Quick Freezer (ya/tidak)*
*) Coret yang tidak perlu.
- 1753 -
3. Lembar Pemeriksaan Kelayakan Dasar Unit Usaha produksi bulu domba mentah/raw wool
a. Daftar Audit Kelayakan Dasar
dirancang/dimodifikasi sedemikian
rupa sesuai alur proses dan
menghambat program sanitasi
2. Tidak terawat dan kotor X
3. Saluran pembuangan tidak lancar dan X
tidak tertutup
4. Sirkulasi udara di ruang proses X
produksi tidak baik (pengap)
5. Tidak tersedia pasokan listrik yang
X
memadai
6. Tidak tersedia pasokan air bersih yang
X
memadai
7. Tidak ada ruang ganti pakaian X
8. Fasilitas cuci tangan tidak berfungsi X
atau tidak dilengkapi dengan sabun
cair, sanitiser dan petunjuk untuk
mencuci tangan
II. Bahan Baku dan Penanganan Produk
9. Bahan baku tidak dilengkapi dengan X
Sertifikat Veteriner atau Surat
- 1757 -
b. Penentuan tingkat Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produksi Bulu Domba Mentah/Raw Wool
2) Pengawasan
- 1759 -
a) Pengawasan dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan
kewenangannya.
b) Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Pemenuhan aspek administratif dan teknis;
2. Pemenuhan penerapan standar teknis Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dalam waktu yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan,
c) Pengawasan dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat NKV yang diperoleh dengan melakukan surveilans
dan evaluasi NKV;
d) Surveilans dan evaluasi dalam rangka pengawasan dilakukan oleh Auditor NKV Propinsi dan Auditor Ditjen
PKH;
3) Pemenuhan Kewajiban
- 1760 -
a) Meneraapkan GBP/GPP/Peraturan lainnya dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban paling lambat 6
bulan
b) Menyampaikan laporan populsi dan produksi dalam jangka waktu pemenuhan kewajiban setiap triwulan
c) Menyampaukan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan dalam jangka waktu
pemenuhan kewajiban 1 tahun
d) Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 2 tahun
KBLI 01450
NO
PETERNAKAN BABI
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup babi dan sejenisnya, untuk menghasilkan ternak bibit babi dan sejenisnya, semen dan embrio.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
- 1761 -
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri,
jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai karakteristik
- 1762 -
tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru diintroduksikan ke dalam
negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. Pedoman pembibitan babi yang baik yang selanjutnya disebut GBP babi adalah sebagai dasar acuan bagi peternak
dan perusahaan peternakanpembibit babi dalam menghasilkan bibit babi yang bermutu baik.
pengolahan limbah
2) Alat dan mesin peternakan: tempat pakan, tempat minum, alat kebersihan kandang, pita ukur, tongkat ukur,
sarana recording; dan sarana identifikasi
3) Bibit yang digunakan untuk pembibitan babi harus memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Usaha pembibitan babi harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan.
5) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan babi harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
mencakup:
1) Perencanaan
a. Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
c. Menetapkan program seleksi, replacement dan afkir.
2) Pengelolaan
a. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
- 1768 -
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GBP babi paling lambat setiap 6 bulan
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1) disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2) sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
KBLI 01450
NO
PETERNAKAN BABI
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan pengembangbiakan
Lingkup untuk menghasilkan anak atau calon indukan dan penggemukan untuk menghasilkan calon babi siap potong.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
- 1769 -
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Budidaya adalah rangkaian kegiatan memelihara ternak agar dapat berkembang biak secara natural/alami.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
- 1770 -
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. pedoman budidaya babi yang baik yang selanjutnya disebut GFP babi adalah sebagai dasar acuan bagi peternak
dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan budidaya babi dalam menghasilkan babi yang
bermutu baik.
3 Penggolongan Pengggolongan usaha budidaya babi didasarkan atas jumlah campuran (induk/pejantan, anak betina/jantan):
Usaha A. Skala Mikro : < 50 ekor
B. Skala Kecil : 51 - 500 ekor
C. Skala Menengah : 501 – 500.000 ekor
D. Skala Besar : ≥ 500.001 ekor
peraturan perundang-undangan.
4) Usaha budidaya babi harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan.
5) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya babi harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
Pengawasan Pengawasan dilaksanakan terhadap semua skala usaha budidaya babi, sebagai berikut:
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi budidaya dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1) Menyampaikan laporan penerapan GFP babi paling lambat setiap 6 bulan
- 1776 -
2) Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3) Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4) Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1) disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2) sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
KBLI 01461
NO
BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok budidaya ayam ras pedaging mencakup usaha
Lingkup peternakan yang melakukan kegiatan budidaya ayam ras untuk menghasilkan ayam pedaging.
2 Istilah dan a. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan
- 1777 -
Definisi b. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hokum maupun tidak
berbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu.
c. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang melakukan
budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha budidaya.
d. budidaya Ayam Ras Pedaging adalah usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu secara berkesinambungan
untuk anak ayam berumur 1 (satu) hari sampai dengan produksi.
e. Kuri/DOC (Day Old Chick) adalah anak ayam umur 1 (satu) hari.
f. Pelingkar (chick guard) adalah alat yang digunakan untuk mengurung anak ayam pada periode indukan (brooding
period) agar selalu berada di sekeliling alat pemanas.
g. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diberikan
kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
h. Desinfeksi adalah tindakan pensuci hamaan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui penyemprotan,
penyiraman, perendaman, yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme.
i. Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur factor lingkungan yang
berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit.
j. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan prosedur tertentu yang digunakan
untuk merangsang pembentukan zat kebal tubuh.
k. Vaksinasi adalah tindakan pemberian kekebalan pada hewan dengan menggunakan vaksin.
- 1778 -
l. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri,
jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian
m. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
n. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
o. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya ayam ras pedaging didasarkan atas jumlah per siklus :
Usaha A. Skala Mikro : ≤ 5.000 ekor
B. Skala Kecil : 5.001 – 50.00 ekor
C. Skala Menengah : 50.001 – 1.000.000 ekor
D. Skala Besar : ≥ 1.000.000 ekor
5 Persyaratan Persyaratan khusus yang diwajibkan didasarkan atas penggolongan kegiatan usaha meliputi:
khusus usaha a. Skala usah mikro dan kecil
-
b. Skala usaha menengah
- Menerapkan cara budidaya ayam ras pedaging yang baik paling lambat 6 bulan
- Memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat 6 bulan
- Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap 3 bulan
c. Skala usaha besar
- Menjalankan Good Farming Practice (GFP) dan atau peraturan lainnya paling lambat 6 bulan
- Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap 3 bulan
- Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan
kementerian/lembaga
- Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundang paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha.
2) Obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.
C. Sarana untuk skala usaha besar
1. Bangunan: perkantoran, perkandangan, instalasi air, sanitasiterlarang, ruanganautopsi, pergudangan, dan
penampungan dan/atauinstalasi pengolahanlimbah, insenerator, mess karyawan, gardulistrik, pos jaga dan
fasilitas biosecurity.
2. Alat dan Mesin Peternakan yang meliputi : 1) pemanas buatan (brooder, heater); 2) tempat pakan (chick feed
tray, hanging feeder, chain feeding sistem, pan feeding system); 3) tempat minum (gallon drinker, PVC drinker,
nipple drinker); 4) tempat bertelur (nest box);5) alat timbang; 6) alat pengaturan cahaya (time switch); 7) alat
fumigasi telur; 8) alat pembawa telur (baki telur/egg tray); 9) alat sanitasi dan pembersih; 10) alat pemadam
kebakaran; 11) alat recording. Jenis peralatan lainnya: 1) alat potong paruh (debeaker); 2) alat kesehatan; 3)
termometer; 4) keranjang ayam; 5) alat pertukangan (tool kit); 6) alat tulis; 7) alat celup kaki dan tangan; 8)
lampu senter; 9) alat pencatat kecepatan angin, tekanan dan cahaya; dan 10) truk pengangkut telur, 11)
mesin setter, dan 12) mesin heatcher, serta 13) Kepemilikan dan pengusaan RPHU dan Coldstorage (khusus
untuk skala usaha menengah dan besar)
3. DOC yang digunakan untuk budidaya ayam pedaging harus memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pakan untuk usaha budidaya ayam petelur pedaging harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan
berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
- 1782 -
5. Obat Hewan
a. Obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya ayam petelur harus memiliki Nomor pendaftaran;
b. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c. penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
dan pedaging
Pengawasan B. Pengawasan
1. Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2. Mekanisme penilaian kesesuaian produk dan proses. Berdasarkan checklist pemenuhan persyaratan dalam
GFP ayam ras pedaging.
3. Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
4. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/ataupetugas yang ditunjuk.
6. Evaluasi perizinan usaha dilaksanakan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
- 1786 -
usaha dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang
berlaku.
7. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GFP ayam ras pedaging paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usahapeternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan selfdeclare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. Sesuai dengan proses pengaduan yang ada di K/L
- 1787 -
KBLI 01462
NO
BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR
1 RuangLingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan Kelompok ini mencakup usaha peternakan yang menyelenggarakan
budidaya ayam ras untuk menghasilkan telur konsumsi dan lainnya.
2 Istilah dan a. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan
Definisi b. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hukum maupun
tidakberbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu.
c. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang melakukan
budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha budidaya.
d. budidaya Ayam Ras Petelur adalah usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu secara berkesinambungan
untuk anak ayam berumur 1 (satu) hari sampai dengan produksi.
e. Kuri/DOC (Day Old Chick) adalah anak ayam umur 1 (satu) hari.
f. Pelingkar (chick guard) adalah alat yang digunakan untuk mengurung anak ayam pada periode indukan
(brooding period) agar selalu berada di sekeliling alat pemanas.
g. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diberikan
kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
- 1788 -
h. Desinfeksi adalah tindakan pensucihamaan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui penyemprotan,
penyiraman, perendaman, yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi mikro organisme.
i. Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor lingkungan yang
berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit.
j. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan prosedur tertentu yang digunakan
untuk merangsang pembentukan zat kebal tubuh.
k. Vaksinasi adalah tindakan pemberian kekebalan pada hewan dengan menggunakan vaksin.
l. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian
m. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
n. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
o. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
- 1789 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya ayam ras petelur didasarkan atas jumlah persiklus :
Usaha A. Skala Mikro : ≤1.000 ekor
B. Skala Kecil : 1.001 – 11.500 eko)
C. Skala Menengah : 11.5001 – 230.000 ekor
D. Skala Besar : >230.000 ekor
- Memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat 6 bulan
- Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap 3 bulan
C. Skala Usaha besar
- Menjalankan Good Farming Practice (GFP) dan atau peraturan lainnya paling lambat 6 bulan
- Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap 3 bulan
- Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan
kementerian / lembaga
- Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusaha
dengan kantong plastik di bagian dalam; timbangan; dan peralatan kesehatan hewan yang diperlukan.
3. DOC yang digunakan untuk budidayaayam petelurharus memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pakan untuk usaha budidayaayam petelur pedaging harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan
berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
5. Obat Hewan
a. obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya ayam petelur harus memiliki nomor pendaftaran;
b. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan
obat alami sesuai dengan peruntukannya; dan
penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
Usaha b. Skala Usaha Menengah dan Usaha Besar, harus menetapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi, yang
mencakup:
1) Perencanaan
a. Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
c. Menetapkan program rencana pemeliharaan unggas.
2) Pengelolaan
a. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
Contoh dari data yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif danterdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- 1795 -
5. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki
Pengawas Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau
kabupaten/kota terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas
yang ditunjuk.
6. Evaluasi perizinan usaha dilaksanakan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh
izin usaha dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai
peraturan yang berlaku.
7. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GFP ayam ras petelur paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. Sesuai dengan proses pengaduan yang ada di K/L
- 1797 -
KBLI 01463
NO
PEMBIBITAN AYAM LOKAL DAN PERSILANGANNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan Kelompok ini mencakup usaha peternakan yang melakukan kegiatan
Lingkup pembibitan ayam lokal dan persilangannya,untuk menghasilkan ternak bibit ayam dan telur tetas ayam lokal petelur
dan pedaging,dan persilangannya.
2 Istilah dan a. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan
Definisi b. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak
berbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu.
c. Pelaku Usaha Pembibitan yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
melakukan pembibitan, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha pembibitan.
d. Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau diperjual belikan.
e. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
f. Bibit rumpun/galur murni (Pure Line/PL) adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit tetua
(Grand Parent Stock/GPS).
g. Bibit tetua adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit induk (Parent Stock/PS).
- 1798 -
h. Bibit induk adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit sebar atau bibit niaga (Final
Stock/FS).
i. Bibit sebar adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk dipelihara guna menghasilkan daging/telur.
j. Bibit ayam ras niaga (Kuri/DOC) adalah anak ayam yang berumur 1 (satu) hari.
k. Seleksi adalah kegiatan memilih tetua atau induk untuk menghasilkan keturunannya melalui pemeriksaan
dan/atau pengujian berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu, dengan menggunakan metode atau teknologi
tertentu.
l. Standar bibit adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus, dengan
memerhatikan syarat-syarat kesehatan, keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memeroleh manfaat sebesar-besarnya.
m. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian
n. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
o. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
p. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
- 1799 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan ayam lokal dan persilangannya didasarkan atas jumlah pullet/induk :
Usaha A. Skala Mikro : ≤ 500 ekor
B. Skala Kecil : 501 – 5.000 ekor
C. Skala Menengah : 5.001 – 100.000 ekor
D. Skala Besar : ≤ 100.001 ekor
termometer; 4) keranjang ayam; 5) alat pertukangan (tool kit); 6) alat tulis; 7) alat celup kaki dan tangan; 8)
lampu senter; 9) alat pencatat kecepatan angin, tekanan dan cahaya; dan 10) truk pengangkut telur, 11)
mesin setter, 12) mesin heatcher.
c) Bibit: Bibit yang digunakan untuk pembibitan ayam lokal dan persilangannya harus memenuhi persyaratan
mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d) Pakan: usaha pembibitan ayam lokal dan persilangannya harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup
dan berkualitas.
e) Obat Hewan
1) obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan ayam lokal dan persilangannya harus memiliki nomor
pendaftaran;
2) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
3) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
C. Skala usaha besar
a) Bangunan: perkantoran, perkandangan, instalasi air, sanitasi terlarang, autopsi, pergudangan, dan
penampungan dan/atau pengolahan limbah, insenerator, mess karyawan, gardu listrik, pos jaga dan fasilitas
biosecurity.
b) Alat dan mesin peternakan terdiri atas: 1) pemanas buatan (brooder, heater); 2) tempat pakan (chick feed tray,
hanging feeder, chain feeding sistem, pan feeding sistem); 3) tempat minum (gallon drinker, PVC drinker,
- 1802 -
nippledrinker);4) tempat bertelur (nest box);5) alat timbang;6) alat pengaturan cahaya (time switch);7) alat
fumigasi telur; 8) alat pembawa telur (baki telur/egg tray); 9) alat sanitasi dan pembersih; 10) alat pemadam
kebakaran; 11) alat recording. Jenis peralatan lainnya: 1) alat potong paruh (debeaker);2) alat kesehatan; 3)
termometer; 4) keranjang ayam; 5) alat pertukangan (tool kit); 6) alat tulis; 7) alat celup kaki dan tangan; 8)
lampu senter; 9) alat pencatat kecepatan angin, tekanan dan cahaya; dan 10) truk pengangkut telur, 11)
mesin setter, 12) mesin heatcher.
c) Bibit: Bibit yang digunakan untuk pembibitan ayam lokal dan persilangannya harus memenuhi persyaratan
mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d) Pakan: usaha pembibitan ayam lokal dan persilangannya harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup
dan berkualitas.
e) Obat Hewan
1) obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan ayam lokal dan persilangannya harus memiliki nomor
pendaftaran;
2) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
3) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
3) Komunikasi pelanggan
a) Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b) Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c) Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
Contoh dari data yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
2) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
3) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GBP ayam lokal dan persilangannya paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha perbibitan paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. Sesuai dengan proses pengaduan yang ada di K/L
- 1808 -
KBLI 01464
NO
BUDIDAYA AYAM LOKAL DAN PERSILANGANNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan Kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan budidaya
Lingkup ayam lokal dan persilangannya, untuk menghasilkan pullet, ayam lokal pedaging siap potong dan telur konsumsi.
2 Istilah dan a. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan
Definisi b. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak
berbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu.
c. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang melakukan
budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha budidaya.
d. Budidaya Ternak adalah semua kegiatan proses produksi yang dilakukan untuk memproduksi hasil-hasil ternak
sesuai dengan tujuannya.
e. Ayam lokal/buras atau ayam bukan ras adalah ayam asli Indonesia yang berasal dari ayam-ayam hutan yang
telah didomestikasi untuk tujuan produksi telur dan daging.
f. DOC (Day Old Chick) adalah dalam bahasa Indonesia disebut kuri, yaitu anak ayam umur sehari;
g. Bibit ayam buras adalah calon induk umur antara 5 – 12 bulan, calon pejantan umur 8 -15 bulan 5) Kutuk/anak
ayam adalah anak ayam yang berumur sejak mulai menetas sampai umur 6 minggu.
h. Ayam dara adalah anak ayam yang berumur diatas 6 minggu sampai berumur 51/2 bulan.
- 1809 -
i. Ayam induk/Babon adalah ayam yang betina dewasa yang sedang menjalani masa bertelur.
j. Indukan (brooder) adalah alat pemanas ruangan kandang anak ayam yang berfungsi sebagai indukan buatan;
k. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian
l. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
m. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
n. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya ayam lokal dan persilangannya didasarkan atas jumlah pullet/induk :
Usaha A. Skala Mikro : ≤ 882 eko)
B. Skala Kecil : 883 – 8.824 ekor
C. Skala Menengah : 8.825 – 176.471 ekor
D. Skala Besar : ≥ 176.471 ekor
4. Pakan: usaha budidaya ayam lokal dan persilangannya harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan
berkualitas.
5. Obat Hewan
1) obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya ayam lokal dan persilangannya harus memiliki nomor
pendaftaran;
2) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
3) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
C. Sarana skala usaha besar
1. Bangunan: perkantoran, perkandangan, instalasi air, sanitasi terlarang, autopsi, pergudangan, dan
penampungan dan/atau pengolahan limbah, insenerator, mess karyawan, gardu listrik, pos jaga dan fasilitas
biosecurity.
2. Alat dan mesin peternakan terdiri atas: 1) pemanas buatan (brooder, heater); 2) tempat pakan (chick feed tray,
hanging feeder, chain feeding sistem, pan feeding sistem); 3) tempat minum (gallon drinker, PVC drinker,
nippledrinker);4) tempat bertelur (nest box);5) alat timbang;6) alat pengaturan cahaya (time switch);7) alat
fumigasi telur; 8) alat pembawa telur (baki telur/egg tray); 9) alat sanitasi dan pembersih; 10) alat pemadam
kebakaran; 11) alat recording. Jenis peralatan lainnya: 1) alat potong paruh (debeaker);2) alat kesehatan; 3)
termometer; 4) keranjang ayam; 5) alat pertukangan (tool kit); 6) alat tulis; 7) alat celup kaki dan tangan; 8)
lampu senter; 9) alat pencatat kecepatan angin, tekanan dan cahaya; dan 10) truk pengangkut telur, 11) mesin
- 1813 -
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
4. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas Bibit
Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota terdekat
berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
6. Evaluasi perizinan usaha dilaksanakan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
usaha dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang
berlaku.
7. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GFP ayam buras/ayam lokal dan persilangan paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat setiap
6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. Sesuai dengan proses pengaduan yang ada di K/L
- 1818 -
KBLI 01465
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA ITIK DAN/ATAU BEBEK
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup itik dan/atau bebek, untuk menghasilkan telur tetas, ternak bibit dan/atau bebek.
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
B. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
G. Day Old duck (DOD) atau meri adalah anak itik umur 1 (satu) hari
- 1819 -
H. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
I. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan
J. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
K. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
L. Pedoman Pembibitan Itik dan/atau bebek yang baik selanjutnya disebut GBP itik dan/atau bebek adalah acuan
bagi pembibit itik dan/atau bebek dalam menghasilkan bibit itik dan/atau bebek yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan itik dan/atau bebek didasarkan atas jumlah pullet/induk :
Usaha A. Skala Mikro : ≤ 500 ekor
B. Skala Kecil : 501-5.000 ekor
C. Skala Menengah : 5.001 – 100.000 ekor
D. Skala Besar : ≥ 100.001 ekor
5 Persyaratan Persyaratan khusus yang diwajibkan didasarkan atas penggolongan kegiatan usaha meliputi:
khusus a. Keterangan mengenai jenis komoditas, rumpun/galur dan lokasi usaha peternakan
b. Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan
untuk skala usaha menengah dan besar
c. Rekomendasi bibit dan /atau benih yang akan dikembangkan dari komisi bibit ternak dalam hal rumpun/galur
yang akan digunakan merupakan rumpun/galur baru
d. Skala mikro dan kecil menyatakan komitmen akan melakukan tatacara pembibitan yang baik antara lain sebagai
berikut :
1) melakukan biosekuriti dan sanitasi kandang serta lingkungan kandang secara rutin
2) Menyediakan sarana pemusnah bangkai
3) menginformasikan apabila ada ternak yang baru datang dan/atau tanda-tanda ternak sakit kepada petugas
kesehatan hewan
4) ukuran luas kandang memperhatikan jumlah ternak
5) penggunaan obat hewan sesuai ketentuan
6) memiliki catatan perkawinan,
7) Pernyataan ketersediaan sumber daya pembibitan
8) Instalasi pengolahan limbah
9) Program replacement ternak
10) Surat pernyataan ketersediaan lahan
- 1821 -
e. Skala menengah dan besar memenuhi persyaratan tata cara pembibitan yang baik, dengan penilaian kesesuaian
oleh Pemerintah atau lembaga sertifikasi yang ditunjuk Pemerintah. Tata cara pembibitan yang baik antara lain
meliputi :
1) Seleksi bibit, harus memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin mutu produk bibit itik diperlukan persyaratan teknis minimal sebagai berikut:
a) bibit itik yang dipelihara harus bebas dari penyakit unggas menular;
b) bibit itik yang digunakan harus memenuhi persyaratan mutu; dan
c) bibit diutamakan berasal dari pembibitan itik.
2) Pemberian Pakan, dalam pemberian pakan perlu diperhatikan kandungan nutrisi berupa protein, vitamin,
mineral, dan serat kasar yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi fisioliogis ternak
3) Pemeliharaan, sistem pemeliharaan pembibitan itik dapat dilakukan melalui pemeliharaan ekstensif, intensif
dan/atau semi intensif.
4) Melaksanakan kegiatan pembibitan, diantaranya:
a) Perkawinan, dalam upaya memperoleh bibit yang sesuai standar, teknik perkawinan dapat dilakukan
dengan cara kawin alam atau Inseminasi Buatan (IB). Pada kawin alam rasio jantan banding betina
diusahakan 1:4, pada perkawinan dengan IB dengan rasio jantan : betina yaitu 1:10
b) Pencatatan (Recording), yang meliputi:
(1) bobot DOD;
(2) bobot badan dan umur pertama bertelur;
(3) produksi telur;
- 1822 -
6 Sarana Sarana dan fasilitas yang wajib dimiliki oleh skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar, yaitu:
a. Alat dan Mesin Peternakan yang meliputi : induk buatan (brooder); pelingkar (chick guard); tempat pakan (feeder);
tempat minum (waterer); alat pensuci hama; alat penerangan; alat pembersih kandang; karung dengan kantong
plastik di bagian dalam; timbangan; dan peralatan kesehatan hewan yang diperlukan.
b. Bibit: Bibit yang digunakan untuk pembibitan itik dan/atau bebek harus memenuhi persyaratan mutu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pakan: usaha pembibitan itik dan/atau bebek harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas
d. Obat Hewan
1) obat hewan yang dipergunakan seperti bahan kimia dan bahan biologik harus memiliki nomor pendaftaran.
Untuk sediaan obat alami tidak dipersyaratkan memiliki nomor pendaftaran; dan
2) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
7 Struktur a. Sumberdaya manusia yang diperlukan dalam usaha budidaya kambing domba harus memiliki kemampuan
Organisasi teknis di bidang pembibitan, pakan, produksi, reproduksi, penyakit hewan, serta mampu menerapkan
SDM dan keselamatan dan keamanan kerja.
SDM b. Struktur organisasi SDM yang wajib dimiliki oleh skala usaha mikro dan kecil antara lain: pemilik ternak dan
petugas kandang.
c. Struktur organisasi SDM yang wajib dimiliki oleh skala usaha menengah dan besar antara lain: manager,
supervisor, operator, selector, recorder, dokter hewan (dengan menguraikan tugas dan fungsi masing-masing).
- 1824 -
8 Pelayanan a. Pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh skala usaha mikro dan kecil antara lain: informasi mengenai harga
produk dan cara mendapatkannya.
b. Pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh skala usaha menengah dan besar antara lain: memiliki informasi
mengenai sistem pemeliharaan, standar produksi, harga produk dan cara mendapatkannya
9 Persyaratan a. Persyaratan produk yang dihasilkan sesuai dengan SNI itik dan/atau bebek yang terbaru; dan/atau
Produk/Jasa b. Persyaratan proses harus sesuai dengan kesesuaian dengan persyaratan SOP pembibitan /GBP
10 Sistem a. Skala Usaha Mikro dan Kecil, diarahkan untuk memiliki dokumen terdokumentasi yang memuat paling tidak
Manajemen mengenai profil usaha, pola pemeliharaan, dan catatan perkawinan.
Usaha b. Skala Usaha Menengah dan Usaha Besar, harus menetapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi, yang
mencakup:
1) Perencanaan
a) Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b) Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
c) Menetapkan program seleksi, replacement dan afkir.
2) Pengelolaan
a) Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b) Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c) Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
- 1825 -
3) Komunikasi pelanggan
a) Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b) Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c) Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
Contoh dari data yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b) Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
B. Pengawasan
1. Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
b. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
c. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
d. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2. Mekanisme penilaian kesesuaian produk dan proses. Berdasarkan checklist pemenuhan persyaratan dalam
GBP/GFP.
3. Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
4. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas Bibit
Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota terdekat
berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
6. Evaluasi perizinan usaha dilaksanakan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
usaha dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang
- 1827 -
berlaku.
7. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
8. Dalam rangka pengawasan, UMK diarahkan untuk dilakukan pembinaan terhadap pembibitan dan produksi,
proses panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GBP/GFP paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
KBLI 01465
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA ITIK DAN/ATAU BEBEK
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan budidaya itik
Lingkup dan/atau bebek untuk menghasilkan itik dan/atau bebek pedaging, itik dan/atau bebek petelur, telur konsumsi dan
lainnya
2 Istilah dan a. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan
Definisi b. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak
berbadan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu.
c. Pelaku Usaha Pembibitan yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang melakukan
pembibitan, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha pembibitan.
d. Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau diperjualbelikan.
e. Budidaya Itik Pedaging adalah usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu secara berkesinambungan untuk
anakitik berumur 1 (satu) hari sampai dengan siap dipotong.
f. Meri/DOD (Day Old Duckling) adalah anak itik umur 1 (satu) hari.
g. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan;
h. PerusahaanPeternakan adalah orang perorangan atau koorporasi, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum,didirikan dan berkedudukan dalam wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengelola usaha
- 1829 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya itik dan/atau bebek didasarkan atas jumlah pullet/induk:
Usaha A. Skala Mikro : ≤ 1.500 ekor
B. Skala Kecil : 1.501-15.000 ekor
- 1830 -
5 Persyaratan Persyaratan khusus yang diwajibkan didasarkan atas penggolongan kegiatan usaha meliputi:
khusus a. Keterangan mengenai jenis komoditas, rumpun/galur dan lokasi usaha peternakan
b. Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan
untuk skala usaha menengah dan besar
c. Rekomendasi bibit dan /atau benih yang akan dikembangkan dari komisi bibit ternak dalam hal rumpun/galur
yang akan digunakan merupakan rumpun/galur baru
d. Skala mikro dan kecil menyatakan komitmen akan melakukan tatacara pembibitan yang baik antara lain sebagai
berikut :
1) melakukanbiosekuritidansanitasikandangsertalingkungan kandang secara rutin
- 1831 -
3) Pemeliharaan, sistem pemeliharaan pembibitan itik dapat dilakukan melalui pemeliharaan ekstensif, intensif
dan/atau semi intensif.
4) Melaksanakan kegiatan pembibitan, diantaranya:
a) Perkawinan, dalam upaya memperoleh bibit yang sesuai standar, teknik perkawinan dapat dilakukan
dengan cara kawin alam atau Inseminasi Buatan (IB). Pada kawin alam rasio jantan banding betina
diusahakan 1:4, pada perkawinan dengan IB dengan rasio jantan:betina yaitu 1:10
b) Pencatatan (Recording), yang meliputi:
(1) bobot DOD;
(2) bobot badan dan umur pertama bertelur;
(3) produksi telur;
(4) produksi telur tetas;
(5) fertilitas dan daya tetas;
(6) produksi DOD yang layak didistribusi;
(7) persentase kematian anak itik sampai dewasa;
(8) program vaksinasi;
(9) jenis penyakit dan penanggulangannya; dan
(10) pemasukan bibit (tanggal, asal, jumlah, jenis kelamin dan kondisi).
c) Ternak pengganti deprogram secara teratur setiap tahun.
d) Afkir (Culling), pengeluaran ternak yang sudah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan bibit
(afkir/culling).
- 1833 -
5) Melaksanakan kegiatan kesehatan hewan, yang meliputi penyampaian informasi mengenai situasi hewan,
pencegahan penyakit hewan, dan pelaksanaan biosecurity.
6) Dalam rangka pelaksanaan kesehatan masyarakat veteriner harus melakukan biosekuriti dan sanitasi
kandang serta lingkungan kandang secara rutin.
7) Pelestarian fungsil ingkungan hidup
Dalam melakukan usaha pembibitan itik dan/atau bebek harus memperhatikan aspek pelestarian fungsi
lingkungan hidup, seperti membuat unit pengolahan limbah sesuai dengan kapasitas produksi mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan.
6 Sarana Sarana dan fasilitas yang wajib dimiliki oleh skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar, yaitu:
a. Bangunan: perkantoran, perkandangan, instalasi air, sanitasi terlarang, ruangan autopsi, pergudangan, dan
penampungan dan/atau pengolahan limbah, insenerator, mess karyawan, gardu listrik, pos jaga dan fasilitas
biosecurity.
b. Alat dan Mesin Peternakan yang meliputi : induk buatan (brooder); pelingkar (chick guard); tempat pakan (feeder);
tempat minum (waterer); alat pensuci hama; alat penerangan; alat pembersih kandang; karung dengan kantong
plastik di bagian dalam; timbangan; dan peralatan kesehatan hewan yang diperlukan.
c. Bibit: Bibit yang digunakan untuk pembibitan itikdan/atau bebek harus memenuhi persyaratan mutu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Pakan: usaha pembibitan itikdan/ataubebek harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas
e. ObatHewan
1) obat hewan yang dipergunakan seperti bahan kimia dan bahan biologik harus memiliki nomor pendaftaran.
- 1834 -
Untuk sediaan obat alami tidak dipersyaratkan memiliki nomor pendaftaran; dan
2) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
7 Struktur a. Sumberdaya manusia yang diperlukan dalam usaha budidaya kambing domba harus memiliki kemampuan
Organisasi teknis di bidang pembibitan, pakan, produksi, reproduksi, penyakit hewan, serta mampu menerapkan
SDM dan keselamatan dan keamanan kerja.
SDM b. Struktur organisasi SDM yang wajib dimiliki oleh skala usaha mikro dan kecil antara lain: pemilik ternak dan
petugas kandang.
c. Struktur organisasi SDM yang wajib dimiliki oleh skala usaha menengah dan besar antara lain: manager,
supervisor, operator, selector, recorder, dokterhewan (dengan menguraikan tugas dan fungsi masing-masing).
8 Pelayanan a. Pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh skala usaha mikro dan kecil antara lain: informasi mengenai harga
produk dan cara mendapatkannya.
b. Pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh skala usaha menengah dan besar antara lain: memiliki informasi
mengenai sistem pemeliharaan, standar produksi, harga produk dan cara mendapatkannya
9 Persyaratan Persyaratan proses harus sesuai dengan kesesuaian dengan persyaratan SOP pembibitan/GFP
Produk/Jasa
10 Sistem a. Skala Usaha Mikrodan Kecil, diarahkan untuk memiliki dokumen terdokumentasi yang memuat paling tidak
Manajemen mengenai profil usaha, pola pemeliharaan, dan catatan perkawinan.
Usaha
- 1835 -
b. Skala Usaha Menengahdan Usaha Besar, harus menetapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi, yang
mencakup:
1) Perencanaan
a) Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b) Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
c) Menetapkan program seleksi, replacement dan afkir.
2) Pengelolaan
a) Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b) Menetapkan tanggungjawab dan uraian tugas
c) Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a) Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b) Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c) Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
Contoh dari data yang ada ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
1) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- 1836 -
KBLI 01466
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BURUNG PUYUH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup burung puyuh, untuk menghasilkan ternak bibit burung puyuh dan atau telur tetas.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Day Old Quail (DOQ) adalah anak burung puyuh umur 1 (satu) hari
- 1839 -
h. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
i. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
j. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
k. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
l. Pedoman pembibitan burung puyuh yang baik selanjutnya disebut GBP burung puyuh yang baik adalah sebagai
dasar bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan pembibitan burung puyuh untuk
menghasilkan bibit burung puyuh yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan burung puyuh didasarkan atas jumlah pullet/induk :
Usaha A. Skala Mikro : ≤ 2.500 ekor
B. Skala Kecil : 2.501-25.000 ekor
C. Skala Menengah : 25.001-500.000 ekor
D. Skala Besar : ≥ 500.001 ekor
- 1840 -
7. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa, dan
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
6. Dalam rangka pengawasan, UMK diarahkan untuk dilakukan pembinaan terhadap pembibitan dan produksi,
proses panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GBP/GFP paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
- 1846 -
KBLI 01466
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BURUNG PUYUH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan budidaya
Lingkup burung puyuh untuk menghasilkan buruh puyuh potong, burung puyuh petelur atau telur konsumsi.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Budidaya adalah usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu secara berkesinambungan untuk menghasilkan
telur dan daging.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Day Old Quail (DOQ) adalah anak burung puyuh umur 1 (satu) hari.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
- 1847 -
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. Pedoman budidaya burung puyuh yang baik yang selanjutnya disebut GFP burung puyuh adalah sebagai dasar
bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan usaha budidaya burung puyuh yang baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya burung puyuh didasarkan atas jumlah pullet/induk:
Usaha A. Skala Mikro kecil : ≤ 2.500 ekor
B. Skala Kecil : 2.501-25.000 ekor
C. Skala Menengah : 25.001-500.000 ekor
D. Skala Besar : ≥ 500.001 ekor
7. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa, dan
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
6. Dalam rangka pengawasan, UMK diarahkan untuk dilakukan pembinaan terhadap budidaya dan produksi,
proses panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GBP/GFP paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
- 1854 -
KBLI 01467
NO JUDUL
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BURUNG MERPATI
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup burung merpati, untuk menghasilkan ternak bibit burung merpati dan atau telur tetas.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
- 1855 -
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. Pedoman pembibitan burung merpati yang selanjutnya disebut GBP burung merpati adalah sebagai dasar acuan
bagi peternak dan perusahaan peternakan untuk melaksanakan kegiatan pembibitan burung merpati dalam
menghasilkan bibit burung merpati yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha Pembibitan Burung Merpati didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021) :
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1856 -
KBLI 01467
NO JUDUL
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BURUNG MERPATI
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan budidaya
Lingkup burung merpati, untuk menghasilkan burung merpati potong dan atau keperluan lainnya.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Budidaya adalah usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu secara berkesinambungan untuk menghasilkan
telur dan daging.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
- 1861 -
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembrumahangkan.
k. Pedoman budidaya burung merpati yang selanjutnya disebut GFP burung merpati adalah sebagai dasar acuan
bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan pembibitan burung merpati dalam
menghasilkan bibit burung merpati yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha Budidaya Burung Merpati didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021) :
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1862 -
KBLI 01468
NO JUDUL
PEMBIBITAN AYAM RAS
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan
Lingkup ayam ras pedaging dan ayam ras petelur untuk menghasilkan ayam bibit, telur tetas, bibit niaga (final stock) day old
chick (DOC) dari ayam ras pedaging dan ayam ras petelur
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
- 1867 -
g. Bibit ayam ras niaga (kuri/DOC) adalah anak ayam yang berumur 1 (satu) hari.
h. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
i. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
j. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
k. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
l. Pedoman pembibitan ayam ras yang baik yang selanjutnya disebut GBP ayam ras adalah sebagai dasar acuan
bagi peternak dan perusahaan peternak dalam melaksanakan kegiatan budidaya ayam ras dalam menghasilkan
bibit ayam ras yang bermutu baik.
4. Obat Hewan
a. obat hewan yang dipergunakan sesuai dengan peruntukannya harus memiliki nomor pendaftaran;
b. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya
c. penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan
KBLI 01469
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA TERNAK UNGGAS LAINNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan pembibitan
Lingkup ternak unggas lainnya seperti kalkun, angsa unggas persilangan dan unggas lainnya untuk menghasilkan bibit dan
atau telur tetas.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
- 1876 -
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
h. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
i. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
j. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
k. Pedoman pembibitan ternak unggas lainnya yang baik yang selanjutnya disebut GBP ternak unggas lainnya
adalah sebagai dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternak ternak unggas lainnya dalam
melaksanakan kegiatan pembibitan untuk menghasilkan bibit ternak unggas lainnya yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan ternak unggas lainnya dan sejenisnya didasarkan atas kriteria modal usaha (PP
Usaha 7/2021) :
A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
- 1877 -
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
6 Sarana a. Bangunan : kandang, kandang isolasi, gudang, unit pengolahan limbah, ruang sanitasi, gardu, rumah karyawan
b. Peralatan : tempat pakan dan minum, tempat bertelur, pengaturan cahaya, sanitasi, timbangan, pemadam
kebakaran, fumigasi telur, potong paruh, thermometer, keranjang ayam, alat celup kaki dan tangan.
c. Pakan : berasal dari pakan yang diolah sendiri atau pakan pabrikan yang telah terdaftar dan berlabel
d. Obat Hewan
1. obat hewan yang dipergunakan sesuai dengan peruntukannya harus memiliki nomor pendaftaran;
2. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya
3. penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
- 1878 -
B. Pengelolaan
1. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
2. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
3. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
C. Komunikasi pelanggan
1. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
2. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
3. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
D. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
E. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan.
F. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian.
G. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
1. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
2. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa, dan
3. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2. Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
Menyampaikan laporan penerapan GBP paling lambat setiap 6 bulan
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
- 1881 -
KBLI 01469
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA TERNAK UNGGAS LAINNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang melakukan kegiatan budidaya
Lingkup unggas lainnya seperti kalkun, angsa, unggas persilangan, dan unggas lainya untuk menghasilkan unggas pedaging,
unggas petelur, dan telur.
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
B. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
C. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
D. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
E. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
F. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
- 1882 -
G. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
H. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
I. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
J. Pedoman budidaya ternak unggas lainnya yang selanjutnya disebut GFP ternak unggas lainnya adalah sebagai
dasar acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan ternak unggas lainnya dalam melaksankan kegiatan
budidaya ternak unggas lainnya.
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya ternak unggas lainnya dan sejenisnya didasarkan atas kriteria modal usaha (PP
Usaha 7/2021) :
A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1883 -
6 Sarana A. Bangunan : kandang, kandang isolasi, gudang, unit pengolahan limbah, ruang sanitasi, gardu, rumah karyawan
B. Peralatan : tempat pakan dan minum, tempat bertelur, pengaturan cahaya, sanitasi, timbangan, pemadam
kebakaran, fumigasi telur, potong paruh, thermometer, keranjang ayam, alat celup kaki dan tangan.
C. Pakan : berasal dari pakan yang diolah sendiri atau pakan pabrikan yang telah terdaftar dan berlabel
D. Obat Hewan
1. obat hewan yang dipergunakan sesuai dengan peruntukannya harus memiliki nomor pendaftaran;
2. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya
3. penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
10 Sistem Skala Usaha menengah rendah harus menetapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi, yang mencakup:
Manajemen A. Perencanaan
Usaha 1. Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
2. Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
3. Menetapkan program seleksi, replacement dan afkir.
B. Pengelolaan
1. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
2. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
3. Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
- 1885 -
C. Komunikasi pelanggan
1. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
2. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
3. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
D. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
E. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan.
F. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian.
G. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
1. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
2. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa, dan
3. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
2. Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi ternak unggas lainnya dan peredaran
secara berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
Menyampaikan laporan penerapan GFP paling lambat setiap 6 bulan
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
- 1887 -
KBLI 01491
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BURUNG UNTA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan
Lingkup burung unta, untuk menghasilkan ternak bibit burung unta dan atau telur tetas
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
B. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
G. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang
- 1888 -
mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
H. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
I. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
J. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
K. Pedoman Pembibitan Burung unta yang selanjutnya disebut GBP burung unta adalah sebagai dasar acuan bagi
peternak dan perusahaan peternak dalam melaksanakan kegiatan pembibit burung unta untuk menghasilkan
bibit burung unta yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan burung unta didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021):
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1889 -
KBLI 01491
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA BURUNG UNTA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan budidaya
Lingkup burung unta konsomsi untuk menghasilkan burung unta potong, telur dan atau lainnya
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
B. Budidaya adalah usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu secara berkesinambungan untuk menghasilkan
telur dan daging.
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
G. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
- 1894 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya burung unta didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021):
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
KBLI 01492
NO
PENGUSAHAAN KOKON/KEPOMPONG ULAT SUTERA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha penanaman, pemeliharaan, pemungutan,hasil,
Lingkup pengolahan dan pemasaran kokon/kepompong ulat sutera
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pengusahaan/Pengusahaan yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan
Definisi peternakan yang melakukan pengusahaan/pengusahaan, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak,
peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan
usaha pengusahaan/pengusahaan.
B. Pengusahaan adalah usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu secara berkesinambungan untuk
menghasilkan telur dan daging.
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
G. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
- 1900 -
H. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
I. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
J. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
K. Pedoman Pengusahaan Kokon/kepompong ulat sutera adalah sebagai dasar acuan bagi peternak dan
perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan kokon/kepompong ulat sutera dalam
menghasilkan bibit kokon/kepompong ulat sutera yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pengusahaan kokon/kepompong ulat sutera didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021):
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2. Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pengusahaan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan pengusahaan kepompong/ulat sutera paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
- 1905 -
KBLI 01493
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA LEBAH
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan
Lingkup dan budidaya dan budidaya lebah, termasuk pengusahaan madu.
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan dan budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan dan budidaya/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak,
peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan
usaha pembibitan dan budidaya/budidaya.
B. Pembibitan dan budidaya adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara
natural/alami untuk menghasilkan bibit dan ternak yang sesuai dengan standar
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
- 1906 -
G. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
H. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
I. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
J. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
K. Pedoman Pembibitan dan budidaya lebah yang selanjutnya disebut GBP/GFP lebah adalah sebagai dasar acuan
bagi peternak dan perusahaan peternakan dalam melaksanakan kegiatan pembibitan dan budiday lebah dalam
menghasilkan lebah yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan dan budidaya lebah didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021):
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1907 -
KBLI 01494
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA RUSA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan
Lingkup dan budidaya ternak rusa/kijang, baik untuk menghasilkan bibit dan daging, kulit dan lainnya.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
b. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
c. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
d. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
e. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
f. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
g. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
- 1912 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan rusa didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021):
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 1913 -
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
6. Dalam rangka pengawasan, UMK diarahkan untuk dilakukan pembinaan terhadap pembibitan dan produksi,
proses panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GBP/GFP paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4. Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
- 1919 -
KBLI 01494
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA RUSA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan Budidaya
Lingkup ternak rusa untuk dikembangbiakkan dan menghasilkan daging, kulit dan lainnya..
2 Istilah dan 1. Pelaku Usaha Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha budidaya.
2. Pembudidayaan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara
natural/alami.
3. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
4. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
5. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
6. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
7. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang
mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
- 1920 -
8. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
9. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
10. Pedoman Budidaya Rusa yang baik selanjutnya disebut Good Farming Practice (GFP) Rusa adalah sebagai dasar
acuan bagi peternak dan perusahaan peternakan yang melaksanakan kegiatan budidaya Rusa dalam
menghasilkan Rusa yang bermutu baik.
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya rusa didasarkan atas jumlah jantan dan betina (campuran):
Usaha A. Skala Mikro kecil : < 30 ekor
B. Skala Kecil : 31 – 300 ekor
C. Skala Menengah : 301 – 6.000 ekor
D. Skala Besar : > 6.001 ekor
4) Rekomendasi bibit dan/atau benih yang akan dikembangkan dari komisi bibit ternak dalam hal galur yang
akan digunakan merupakan galur baru.
Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS.
2) Alat dan mesin peternakan: tempat pakan, tempat minum, alat kebersihan kandang, pita ukur, tongkat ukur,
sarana recording; dan sarana identifikasi
3) Usaha budidaya rusa harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan.
4) Obat Hewan
a) obat hewan yang dipergunakan dalam budidaya sapi potong harus memiliki nomor pendaftaran;
b) obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c) penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
B. Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan terhadap semua skala usaha budidaya Rusa, sebagai berikut :
1) Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup:
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2) Mekanisme penilaian kesesuaian produk dan proses. Berdasarkan checklist pemenuhan persyaratan dalam
GFP Rusa.
3) Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
4) Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5) Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
- 1926 -
6) Evaluasi perizinan usaha dilaksanakan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
usaha dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan dengan format laporan evaluasi sesuai peraturan yang
berlaku.
7) Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
8) Dalam rangka pengawasan, UMK diarahkan untuk dilakukan pembinaan terhadap budidaya dan produksi,
proses panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran.
C. Laporan
1). Menyampaikan laporan penerapan GFP paling lambat setiap 6 bulan
2). Menyampaikan laporan populasi dan produksi setiap triwulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah
rendah dan tinggi
3). Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan sesuai ketentuan yang
berlaku untuk usaha yang memiliki resiko tinggi.
4). Menyampaikan laporan penerapan self declare terhadap standar kegiatan usaha budidaya paling lambat
setiap 6 bulan untuk usaha yang memiliki resiko menengah rendah.
KBLI 01495
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KELINCI
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan
Lingkup ternak kelinci, baik untuk menghasilkan bibit dan daging lainnya
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan yang
Definisi melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak, Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
B. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
G. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
- 1928 -
kementerian / lembaga.
4. Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusah.
KBLI 01495
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KELINCI
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan budidaya
Lingkup ternak kelinci, baik untuk menghasilkan bibit dan daging lainnya
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
B. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
- 1936 -
G. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
H. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
I. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
J. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
K. Pedoman budidaya kelinci yang baik selanjutnya disebut GBP kelinci adalah sebagai acuan bagi peternak dan
atau perusahaan peternakan dalam melaksankan kegiatan budidaya kelinci.
3 Penggolongan Penggolongan usaha budidaya kelinci didasarkan atas jumlah campuran (induk/pejantan, anak betina/jantan) :
Usaha A. Skala Mikro kecil (≤ 375 ekor)
B. Skala Kecil (376-3.750 ekor)
C. Skala Menengah (3.751-75.000 ekor)
D. Skala Besar (≥ 75.001 ekor)
3. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan, sesuai ketentuan
kementerian / lembaga.
4. Melakukan kemitraan usaha selama melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangan paling
lambat 6 bulan dan dilakukan selama berusah.
KBLI 01496
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA CACING
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan
Lingkup dan budidaya ternak cacing baik untuk menghasilkan bibit daging, dan lainnya.
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan dan budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan dan budidaya/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak,
peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan
usaha pembibitan dan budidaya/budidaya.
B. Pembibitan dan budidaya adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara
natural/alami untuk menghasilkan bibit dan ternak yang sesuai dengan standar
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
- 1944 -
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan dan budidaya didasarkan atas kriteria modal usaha (PP 7/2021):
Usaha A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
D. Usaha pembibitan dan budidaya cacing harus menyediakan pakan dengan jumlah cukup dan berkualitas sesuai
dengan kebutuhan.
E. Obat Hewan
1. obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan dan budidaya cacing harus memiliki nomor pendaftaran;
2. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya
3. penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan penerapan GBP/GFP paling lambat setiap 6 bulan
2. Menyampaikan laporan populasi dan produksi
g. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
h. Bibit ternak yang selanjutnya disebut bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
3 Penggolongan _
Usaha
4 Persyaratan Durasi Pemenuhan Persyaratan Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan Lembaga OSS.
Umum Usaha
5 Persyaratan Memenuhi persyaratan Cara yang baik pada usaha rumah burung walet sebagai berikut:
Khusus Usaha 1. Biosekuriti
a. bangunan rumah burung walet memiliki pagar pelindung.
b. area di dalam pagar pelindung dan di dalam rumah burung walet tidak boleh memelihara unggas lainnya.
c. bangunan rumah burung walet didesain sedemikian rupa untuk mencegah masuknya hewan pengganggu.
d. pintu terbuat dari bahan yang kuat dan dapat mencegah atau mengendalikan masuknya orang yang tidak
berkepentingan, hewan lain, dan/atau barang-barang yang dapat membawa agen penyakit.
e. tersedia fasilitas disinfeksi dan fasilitas cuci tangan di pintu masuk/keluar rumah burung walet yang
digunakan untuk pencegahan kontaminasi dari pekerja/tamu.
f. timbunan kotoran burung di dalam rumah burung walet dibersihkan secara berkala.
g. dalam hal terjadi penyakit, maka semua limbah yang berasal dari rumah burung walet harus dimusnahkan.
h. tersedia fasilitas dan/atau prosedur untuk pemusnahan burung yang mati.
- 1952 -
i. persyaratan higiene personel diberlakukan sama pada pekerja dan tamu/pengunjung yang memasuki rumah
burung walet.
2. Bangunan, Fasilitas, dan Peralatan
a. bangunan secara umum harus bersifat permanen, terbuat dari bahan yang kuat dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
b. desain rumah burung walet dibuat sedemikian rupa seperti habitat alaminya yaitu agak gelap dan lembab.
c. dinding memiliki konstruksi yang kuat dan tahan lama.
d. rumah burung walet yang berukuran cukup besar dapat diberikan sekat dinding sebagai pembatas/pemisah
ruangan yang dapat berfungsi untuk menstabilkan suhu dan kelembaban di dalam rumah burung walet,
mengurangi intensitas cahaya yang masuk dan meredam polusi suara dari luar rumah burung walet.
e. langit-langit atau atap terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak korosif dan tidak bocor.
f. rumah walet yang memiliki lubang di bagian atap sebagai tempat masuk dan keluarnya burung walet maka
dibagian dasar lubang tersebut dibuat wadah/bak sebagai penampungan air hujan. –
g. rumah burung walet didesain agar memiliki sirkulasi udara sedemikian rupa sehingga rumah burung walet
menjadi nyaman seperti kondisi habitat alaminya.
h. bangunan dapat dibuat beberapa tingkat dengan ukuran setiap ruangan mencukupi untuk keleluasaan
burung terbang.
i. rumah burung walet dilengkapi dengan sirip yang merupakan tempat bertengger dan tempat burung walet
membuat sarang.
j. sirip terbuat dari bahan yang kuat dan dapat dilapisi dengan bahan yang tidak korosif dan tidak toksik.
- 1953 -
k. peralatan, wadah dan kemasan terbuat dari bahan yang tidak berbahaya dan mudah dibersihkan.
l. rumah burung walet dapat dipasang audio (suara burung walet) untuk menciptakan suasana seperti habitat
alaminya sehingga populasi yang ada tetap stabil atau bertambah.
m. memiliki sumber air bersih yang digunakan untuk kegiatan kebersihan pekerja, mengisi bak, pembersihan
kotoran, pembasahan dinding dan pemanenan.
n. memiliki tempat khusus untuk menyimpan peralatan, wadah dan kemasan.
o. peralatan, wadah, dan kemasan dalam kondisi bersih dan terawat.
3. Penanganan Produk
a. pemanenan rumah burung walet dilakukan dengan memperhatikan kelestariannya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan antara lain:
- Sarang burung walet sedang tidak berisi telur dan anakan burung walet sudah meninggalkan sarangnya;
- Dilakukan pada siang hari; dan
- Tidak mengganggu burung walet yang sedang mengeram.
b. pemanenan dilaksanakan dengan menggunakan peralatan/perlengkapan panen yang sesuai.
c. wadah penampungan hasil panen dalam kondisi baik dan bersih.
d. alat angkut yang digunakan untuk mengirim sarang burung walet ke tempat pemrosesan dalam kondisi baik
dan bersih. Sarang burung walet yang diangkut dikemas sehingga terlindung dari air atau kontaminan selama
pengiriman.
- 1954 -
e. jika sarang burung walet tidak langsung dikirim ke tempat pemrosesan, dapat disimpan di ruang penyimpanan
sementara yang tertutup, terjaga kebersihannya dan tidak dicampur dengan bahan lain yang berisiko dapat
mencemari.
4. Higiene Personel
a. pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus yang dilengkapi dengan
alat pelindung diri serta menjaga kebersihannya.
b. pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan tidak memiliki luka terbuka.
c. pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati dan
ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
d. pekerja mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani sarang burung walet.
e. pekerja yang kontak dengan bahan tercemar harus mencuci tangan dengan sabun.
f. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang mudah terlihat.
g. pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan cincin, gelang, kalung dan jam
tangan.
h. selama bekerja, pekerja dilarang makan, merokok dan meludah.
i. pekerja tidak diperbolehkan bersin dan batuk langsung ke arah produk.
- 1955 -
5. Higiene Sanitasi
a. peralatan yang digunakan harus segera dibersihkan setelah digunakan.
b. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus tetap dirawat baik dan disimpan secara baik
jika tidak digunakan.
c. bahan pembersih dan disinfektan disimpan pada tempat khusus dan tidak dicampur dengan sarang burung
walet.
d. bahan pembersih, disinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak bocor),
berpenutup, dan harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi dan petunjuk cara
pemakaian.
e. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan.
f. memiliki program pengendalian rodensia dan/atau binatang pengganggu lainya. Program tersebut mencakup
pola program pengawasan dan pemantauan yang efektif.
g. sampah dan limbah ditangani dengan baik.
6 Sarana 1. Memiliki bangunan untuk usaha rumah burung walet sesuai dengan persyaratan khusus
2. Sarana Pendukung Usaha Pengolahan sarang burung walet :
a. rumah burung walet dapat dipasang audio (suara burung walet) untuk menciptakan suasana seperti habitat
alaminya sehingga populasi yang ada tetap stabil atau bertambah.
b. memiliki sumber air bersih yang digunakan untuk kegiatan kebersihan pekerja, mengisi bak, pembersihan
kotoran, pembasahan dinding dan pemanenan.
- 1956 -
7 Struktur a. Memiliki struktur organisasi yang terdokumentasi dengan uraian tugas dan fungsi dan pembagian kewenangan
Organisasi setiap personil.
SDM b. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam usaha budidaya dan pembibitan burung walet harus memiliki
kemampuan teknis di bidangnya.
c. Sumberdaya manusia atau pelerja telah mendapatkan pelatihan tentang praktek higiene dan sanitasi.
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus dimiliki adalah tersedianya informasi produk dan layanan konsumen.
9 Persyaratan 1. Rantai produksi pada Unit usaha rumah burung walet harus memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dalam
Produk/ jangka waktu yang ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan.
Proses/Jasa 2. Sarang burung walet yang dihasilkan harus memiliki nomor registrasi produk hewan.
10 Sistem 1) Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen a) Perencanaan
Usaha b) Pengelolaan
c) Komunikasi pelanggan
d) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan
e) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
2) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- 1957 -
Pengawasan b) Permohonan disampaikan dengan melampirkan persyaratan administrasi dan teknis yang dibuktikan dengan
pernyataan pemenuhan komitmen persyaratan teknis;
c) Pemerintah Daerah Provinsi sesuai kewenangannya memeriksa kelengkapan dan kebenaran persyaratan
administrasi paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
1. Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lengkap atau tidak benar, Dinas
Daerah Provinsi menolak dan mengembalikan permohonan secara daring/luring;
2. Dalam hal persyaratan lengkap dan benar, Dinas Daerah Provinsi meneruskan kepada pejabat Otoritas
Veteriner provinsi untuk dapat diberikan Nomor Kontrol Veteriner.
d) Penilaian kesesuaian penerapan persyaratan teknis di unit usaha sarang burung walet dilakukan oleh Auditor
NKV dengan memperhatikan:
- 1958 -
1. Formulir Data Umum Unit Usaha Sarang Burung Walet sebagai berikut :
didirikan ……………………………………….
d. Tahun mulai
beroperasi/ produksi
10. Kapasitas ……………………………………ekor/hari
(disesuaikan dengan atau kg/hari atau ton/hari atau
jenis unit usaha*): liter/hari
11. Produksi rata-rata per ……………………………………….
hari (disesuaikan
dengan jenis unit usaha)
12. Jenis Produk Akhir a. …………………………………
(disesuaikan dengan jenis b. …………………………………
unit usaha) c. …………………………………
10. Pemasaran Produk ke :
Negara Tujuan
(disesuaikan dengan Jenis Produk
(%)
jenis unit usaha)
a. Luar Negeri
b. Dalam Negeri
- 1960 -
13 Penanggung Jawab:
a. Unit Usaha (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
b. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
c. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
d. Higiene Sanitasi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
14. Asal Bahan Baku
Produk Asal Hewan
yang Digunakan: …………………………………
a. Dari perusahaan
- 1961 -
sendiri …………………………………
b. Dari anak …………………………………
perusahaan …………………………………
1) Nama
2) Alamat ……………………………………
3) Jenis bahan baku: ……………………………………
c. Dari ……………………………………
pemasok/supplier:
1) Nama
2) Alamat
3) Jenis bahan baku:
15. Suplai air bersih berasal
dari: Kapasitas ..............................m3/hari
a. Air Tanah:
1) Sumur Dangkal
2) Sumur Dalam
3) Danau Kapasitas ..............................m3/hari
4) Sungai
c. Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM)
- 1962 -
2. Formulir Data Khusus Penerapan Sistem Jaminan Keamanan dan Mutu produk hewan sebagai berikut :
3. Pemeriksaan kelayakan dasar unit usaha rumah burung walet menggunakan lembar pemeriksaan
sebagai berikut :
- 1966 -
Lembar Pemeriksaan Kelayakan Dasar Unit Usaha usaha rumah burung walet
a. Daftar Audit Kelayakan Dasar
b. Penentuan tingkat Nomor Kontrol Veteriner Unit usaha Rumah burung Walet
II 5 ≤1 Jumlah penyimpangan
maksimal 6, mayor
maksimal 1
III ≤2 Jumlah penyimpangan
maksimal 8
2) Pengawasan
a) Pengawasan dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan
kewenangannya.
b) Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Pemenuhan aspek administratif dan teknis;
2. Pemenuhan penerapan standar teknis Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dalam waktu yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan,
c) Pengawasan dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat NKV yang diperoleh dengan melakukan surveilans
dan evaluasi NKV;
d) Surveilans dan evaluasi dalam rangka pengawasan dilakukan oleh Auditor NKV Propinsi dan Auditor Ditjen
PKH;
e) Hasil pengawasan dapat berupa:
1. NKV tetap;
- 1971 -
2. Perubahan NKV;
3. Pencabutan NKV;
f) Hasil pengawasan yang menyebabkan perubahan NKV diterbitkan NKV baru
3) Pemenuhan Kewajiban
a) Pemenuhan komitmen untuk penerapan jaminan keamanan produk hewan (NKV) dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban dalam pembinaan 5 tahun ditambah 1 tahun untuk mendapatkan NKV
b) Wajib memenuhi standar NKV Level I untuk unit usaha yang produknya akan dieksport dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban 1 tahun
c) Wajib memenuhi standar NKV minimal Level II untuk unit usaha yang produknya akan dilalulintaskan antar
propinsi dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
d) Memiliki layout/desain bangun dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
e) Memiliki rancangan penanganan limbah dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
f) Pelaporan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban selama masih dalam jangka waktu berlaku NKV (5
Tahun). Laporan yang diberikan berupa data produksi secara harian/mingguan/bulanan yang dilaporkan
secara daring/luring
- 1972 -
5 Persyaratan Memenuhi persyaratan Cara yang baik pada pembersihan dan pencucian sarang burung walet sebagai berikut:
Khusus 1. Bangunan, fasilitas, dan peralatan
Usaha a. bangunan secara umum bersifat permanen dan terbuat dari bahan yang kuat dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
b. bangunan terdiri atas ruang produksi, ruang pengemasan, ruang penyimpanan (bahan baku, produk akhir,
peralatan, kemasan, bahan kimia), dan ruang kantor.
c. bangunan harus dirancang atau dimodifikasi sedemikian rupa sesuai alur proses sehingga setiap tahap
prosesnya dapat mencegah pencemaran ataupun kontaminasi dari luar.
d. dinding berwarna terang, terbuat dari bahan yang tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah
dibersihkan dan didisinfeksi, tidak mudah mengelupas, dan mempunyai insulator yang baik.
e. dinding harus rata, tidak berlubang, dan didisain untuk menghindari perletakan atau penyimpanan barang
dan alat.
f. lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak licin, tidak mudah korosif, tidak berlubang, dan mudah
dibersihkan dan didisinfeksi.
g. sudut pertemuan antar dinding, antara dinding dan lantai, serta dinding dan langit-langit harus berbentuk
lengkung atau mudah dibersihkan.
h. langit-langit harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak
berlubang atau celah terbuka, kuat, mudah dibersihkan, dan didisinfeksi.
i. langit-langit didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan.
j. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan pembersihan
- 1974 -
2. Penanganan produk
a. penanganan produk yang meliputi proses penerimaan, pencucian, pengemasan dan penyimpanan harus
dilaksanakan secara higienis dalam kondisi temperatur ruang yang sesuai untuk mencegah kerusakan
produk.
b. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pengolahan yang terdokumentasi.
c. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, kemasan, dan bahan kimia terpisah.
d. gudang penyimpanan dalam keadaan bersih dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai untuk
mencegah kerusakan produk.
e. termometer harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi oleh pihak eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali
setahun.
f. pengujian keamanan pangan terhadap produk akhir di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu)
tahun sekali.
g. kemasan produk berasal dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu mencegah
terjadinya kontaminasi pada produk.
h. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai.
3. Higiene personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakainan kerja khusus yang dilengkapi
dengan alat pelindung diri serta menjaga kebersihannya.
- 1976 -
b. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
c. perlengkapan penutup kepala dan masker harus dilepas bila akan menggunakan toilet/kamar mandi.
d. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan tidak memiliki luka terbuka.
e. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
f. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
g. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun cair
setelah menangani produk dan menggunakan toilet/kamar mandi.
h. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar harus mencuci tangan dengan sabun cair.
i. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang penting dan mudah terlihat.
j. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan cincin, gelang, dan jam
tangan.
4. Higiene Sanitasi
a. memiliki fasilitas limbah yang memadai.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan,
dan pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki program pengendalian rodensia, serangga, burung, dan binatang pengganggu lainnya.
e. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser, dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
- 1977 -
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup serta harus diberi label/tanda.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus dirawat dan disimpan secara baik jika tidak
digunakan
g. memiliki sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
2) Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
6 Sarana Memiliki bangunan untuk usaha pembersihan dan pencucian sarang burung walet dengan sesuai dengan
persyaratan khusus
7 Struktur a. Memiliki struktur organisasi yang terdokumentasi dengan uraian tugas dan fungsi dan pembagian kewenangan
Organisasi setiap personil.
SDM b. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam usaha budidaya dan pembibitan burung walet harus memiliki
kemampuan teknis di bidangnya.
c. Sumberdaya manusia atau pelerja telah mendapatkan pelatihan tentang praktek higiene dan sanitasi.
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus dimiliki adalah tersedianya informasi produk dan layanan konsumen.
9 Persyaratan 1. Rantai produksi pada Unit usaha pembersihan dan pencucian sarang burung walet harus memiliki Nomor
Produk/ Kontrol Veteriner (NKV) dalam jangka waktu yang ditentukan sebagaimana ditatur dalam peraturan
Proses/Jasa perundangan.
- 1978 -
2. Bahan baku sarang burung walet yang gunakan berasal dari rumah burung walet yang bersertifikat NKV
3. Sarang burung walet yang dihasilkan harus memiliki nomor registrasi produk hewan.
10 Sistem 1) Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen a) Perencanaan
Usaha b) Pengelolaan
c) Komunikasi pelanggan
d) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan
e) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
2) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
3) Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala kepada pemberi izin dan pelaporan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
11 Penilaian 1) Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian a) Untuk memperoleh Nomor Kontrol Veteriner, unit usaha pembersihan dan pencucian sarang burung walet
dan mengajukan permohonan kepada gubernur secara daring/luring;
Pengawasan b) Permohonan disampaikan dengan melampirkan persyaratan administrasi dan teknis yang dibuktikan dengan
- 1979 -
1. Formulir Data Umum Unit Usaha pembersihan dan pencucian sarang burung walet sebagai berikut :
b. Dalam Negeri
13 Penanggung Jawab:
e. Unit Usaha (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
- 1982 -
f. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
g. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
h. Higiene Sanitasi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
14. Asal Bahan Baku
Produk Asal Hewan
yang Digunakan:
d. Dari perusahaan …………………………………
sendiri
e. Dari anak
perusahaan …………………………………
4) Nama …………………………………
5) Alamat …………………………………
6) Jenis bahan baku:
f. Dari
pemasok/supplier:
4) Nama ……………………………………
5) Alamat ……………………………………
- 1983 -
2. Formulir Data Khusus Penerapan Sistem Jaminan Keamanan dan Mutu produk hewan sebagai berikut :
3. Pemeriksaan kelayakan dasar unit usaha rumah burung walet menggunakan lembar pemeriksaan
sebagai berikut:
Lembar Pemeriksaan Kelayakan Dasar Unit Usaha usaha rumah burung walet
a. Daftar Audit Kelayakan Dasar
secara berkala
3. Tidak tersedia fasilitas atau prosedur X
untuk pemusnahan burung yang
mati
II. Bangunan, Fasilitas dan Peralatan
4. Bangunan, fasilitas dan peralatan X
kotor dan tidak terawat dengan baik
5. Pintu masuk ke rumah walet tidak X
dilengkapi fasilitas desinfeksi
6. Sirip tempat burung walet membuat X
sarang terbuat atau dilapisi bahan
yang korosif dan atau toksik
7. Tidak tersedia fasilitas cuci tangan X
yang berfungsi dengan baik
dilengkapi dengan sabun dan/atau
sanitizer
8. Tidak tersedia pasokan air bersih X
yang memadai
9. Peralatan dan wadah dalam kondisi X
kotor dan tidak terawat dengan baik
- 1989 -
c. Penentuan tingkat Nomor Kontrol Veteriner Unit usaha Rumah burung Walet
a. Pengawasan
a) Pengawasan dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan
kewenangannya.
b) Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Pemenuhan aspek administratif dan teknis;
2. Pemenuhan penerapan standar teknis Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dalam waktu yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan,
c) Pengawasan dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat NKV yang diperoleh dengan melakukan surveilans
dan evaluasi NKV;
d) Surveilans dan evaluasi dalam rangka pengawasan dilakukan oleh Auditor NKV Propinsi dan Auditor Ditjen
- 1992 -
PKH;
e) Hasil pengawasan dapat berupa:
4. NKV tetap;
5. Perubahan NKV;
6. Pencabutan NKV;
Hasil pengawasan yang menyebabkan perubahan NKV diterbitkan NKV baru
b. Pemenuhan Kewajiban
a) Pemenuhan komitmen untuk penerapan jaminan keamanan produk hewan (NKV) dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban dalam pembinaan 5 tahun ditambah 1 tahun untuk mendapatkan NKV
b) Wajib memenuhi standar NKV Level I untuk unit usaha yang produknya akan dieksport dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban 1 tahun
c) Wajib memenuhi standar NKV minimal Level II untuk unit usaha yang produknya akan dilalulintaskan antar
propinsi dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
d) Memiliki layout/desain bangun dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
e) Memiliki rancangan penanganan limbah denganjangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
g) Pelaporan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban selama masih dalam jangka waktu berlaku NKV (5
Tahun). Laporan yang diberikan berupa data produksi secara harian/mingguan/bulanan yang dilaporkan
secara daring/luring
- 1993 -
Umum Usaha
5 Persyaratan Memenuhi persyaratan Cara yang baik pada pengolahan sarang burung walet sebagai berikut:
Khusus Usaha 1. Bangunan, fasilitas, dan peralatan
a. bangunan secara umum bersifat permanen dan terbuat dari bahan yang kuat dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
b. desain bangunan mencegah masuk dan bersarangnya serangga dan rodensia.
c. bangunan terdiri atas ruang produksi, ruang penyimpanan (bahan baku, produk akhir, peralatan,
kemasan, bahan kimia), ruang kantor, dan fasilitas penanganan limbah.
d. bangunan harus dirancang atau dimodifikasi sedemikian rupa sesuai alur proses sehingga setiap tahap
prosesnya dapat mencegah pencemaran ataupun kontaminasi dari luar.
e. dinding setinggi minimal 2 (dua) meter terbuat dari bahan yang kedap air, tidak bersifat toksik, tidak
mudah mengelupas, mudah dibersihkan, dan didisinfeksi.
f. dinding harus rata, tidak berlubang, dan didesain untuk menghindari perletakan atau penyimpanan
barang dan alat.
g. lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak licin, tidak mudah korosif, tidak berlubang, dan mudah
dibersihkan dan didisinfeksi.
h. sudut pertemuan antar dinding, antara dinding dan lantai, serta dinding dan langit-langit harus
berbentuk lengkung atau mudah dibersihkan.
i. langit-langit terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak berlubang atau celah
terbuka, mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
- 1995 -
j. langit-langit didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan.
k. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan
pembersihan dapat dilakukan dengan benar.
l. penerangan di ruang produksi dan penyimpanan bahan baku berpelindung atau terbuat dari bahan yang
dapat mencegah pencemaran fisik terhadap produk.
m. ruang produksi memiliki sistem sirkulasi udara yang baik.
n. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum dan dilakukan pengujian secara berkala minimal 1
(satu) kali setahun di laboratorium eksternal terakreditasi.
o. tersedia sumber listrik yang memadai.
p. bangunan memiliki toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu terjaga kebersihannya.
q. pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
r. ruang ganti pakaian terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar bangunan.
s. ruang ganti pakaian pekerja di ruang bersih dan pekerja di daerah kotor terpisah.
t. memiliki fasilitas cuci tangan pada setiap pintu masuk ruang produksi dan toilet yang dilengkapi dengan
sabun cair, sanitiser, dan pengering tangan, tempat sampah tertutup dan petunjuk untuk mencuci tangan
serta selalu terjaga kebersihannya.
u. peralatan dan wadah yang kontak dengan produk harus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif,
tidak mudah mengelupas, tidak bereaksi dengan produk, tidak bersifat toksik, dan mudah dibersihkan
serta didisinfeksi.
- 1996 -
v. peralatan dan wadah yang kontak dengan produk harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering
sebelum digunakan serta diadakan pembersihan secara benar setiap selesai digunakan. Selama proses
produksi peralatan harus terjamin bebas dari kontaminasi.
2. Higiene personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus memakai pakaian kerja khusus dan alat pelindung
diri yang dipersyaratkan serta senantiasa dijaga kebersihanya.
b. pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
c. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan tidak memiliki luka terbuka.
d. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
e. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
f. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
g. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan
membilas dengan seksama setelah mengunakan toilet.
h. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser, dan
dibilas dengan seksama.
i. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang penting dan mudah terlihat.
j. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan memakai aksesoris seperti cincin,
- 1997 -
3. Penanganan produk
a. produk berasal dari unit usaha yang mempunyai Nomor Kontrol Veteriner.
b. penanganan produk yang meliputi proses penerimaan, pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan harus
dilaksanakan secara higienis dalam kondisi temperatur ruang yang dipersyaratkan.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pengolahan yang terdokumentasi.
d. bahan baku yang diterima ditangani secara higienis dan disimpan pada gudang/tempat penyimpanan
sesuai dengan temperatur yang dipersyaratkan.
e. bahan tambahan pangan yang digunakan sesuai dengan ketentuan.
f. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, kemasan, dan bahan kimia terpisah. Penyimpanan
bahan baku atau produk akhir dilakukan berdasarkan jenis dan kemasan.
g. gudang penyimpanan dalam keadaan bersih dengan temperatur dan kelembaban yang dipersyaratkan
untuk mencegah kerusakan produkdan dilakukan pemeriksaan secara berkala.
h. produk yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu secara First In First Out (FIFO).
i. termometer harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi secara berkala.
- 1998 -
j. pengujian laboratorium eksternal terakreditasi dilakukan terhadap bahan baku dan produk akhir minimal
1 (satu) kali setahun.
k. pemeriksaan kandungan logam pada produk akhir.
l. kemasan produk berasal dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu
mencegah terjadinya kontaminasi pada produk.
m. area pengisian produk ke dalam kemasan primer terpisah dengan ruangan lain dan tidak memungkinkan
terjadinya kontaminasi.
n. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakan langsung di lantai.
4. Higiene sanitasi
a. limbah dan kotoran ditangani dengan baik.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan,
dan pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan binatang pengganggu lainnya.
e. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser, dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus dirawat dan disimpan secara baik jika tidak
- 1999 -
digunakan.
g. tersedia sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
2) Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
6 Sarana Memiliki bangunan untuk usaha pengolahan sarang burung walet dengan sesuai dengan persyaratan khusus
7 Struktur a. Memiliki struktur organisasi yang terdokumentasi dengan uraian tugas dan fungsi dan pembagian kewenangan
Organisasi setiap personil.
SDM b. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam usaha budidaya dan pembibitan burung walet harus memiliki
kemampuan teknis di bidangnya.
c. Sumberdaya manusia atau pelerja telah mendapatkan pelatihan tentang praktek higiene dan sanitasi.
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus dimiliki adalah tersedianya informasi produk dan layanan konsumen.
9 Persyaratan 1. Rantai produksi pada Unit usaha pengolahan sarang burung walet harus memiliki Nomor Kontrol Veteriner
Produk/ (NKV) dalam jangka waktu yang ditentukan sebagaimana ditatur dalam peraturan perundangan.
Proses/Jasa 2. Bahan baku sarang burung walet yang gunakan berasal dari unit usaha yang bersertifikat NKV
10 Sistem 1) Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen a) Perencanaan
Usaha b) Pengelolaan
- 2000 -
c) Komunikasi pelanggan
d) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan
e) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
2) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
3) Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala kepada pemberi izin dan pelaporan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
11 Penilaian 1) Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian a) Untuk memperoleh Nomor Kontrol Veteriner, unit usaha pengolahan sarang burung walet mengajukan
dan permohonan kepada gubernur secara daring/luring;
Pengawasan b) Permohonan disampaikan dengan melampirkan persyaratan administrasi dan teknis yang dibuktikan dengan
pernyataan pemenuhan komitmen persyaratan teknis;
c) Pemerintah Daerah Provinsi sesuai kewenangannya memeriksa kelengkapan dan kebenaran persyaratan
administrasi paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
1. Dalam hal persyaratan tidak lengkap atau tidak benar, Dinas Daerah Provinsi menolak dan
mengembalikan permohonan secara daring/luring;
- 2001 -
2. Dalam hal persyaratan lengkap dan benar, Dinas Daerah Provinsi meneruskan kepada pejabat Otoritas
Veteriner provinsi untuk dapat diberikan Nomor Kontrol Veteriner.
d) Penilaian kesesuaian penerapan persyaratan teknis di unit usaha pengolahan sarang burung walet dilakukan
oleh Auditor NKV dengan memperhatikan:
1. Formulir Data Umum Unit Usaha pembersihan dan pencucian sarang burung walet sebagai berikut :
c. Nama ……………………………………….
d. Gelar
6. Riwayat Unit Usaha/
Perusahaan
c. Tahun Unit Usaha ……………………………………….
didirikan
d. Tahun mulai ……………………………………….
beroperasi/produksi
16. Kapasitas ……………………………………ekor/hari
(disesuaikan dengan atau kg/hari atau ton/hari atau
jenis unit usaha*): liter/hari
17. Produksi rata-rata per ……………………………………….
hari (disesuaikan
dengan jenis unit usaha)
18. Jenis Produk Akhir a. …………………………………
(disesuaikan dengan b. …………………………………
jenis unit usaha) c. …………………………………
10. Pemasaran Produk ke :
Negara Tujuan
(disesuaikan dengan Jenis Produk
(%)
jenis unit usaha)
- 2003 -
a. Luar Negeri
b. Dalam Negeri
13 Penanggung Jawab:
a. Unit Usaha (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
b. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
c. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
d. Higiene Sanitasi (Ada/Tidak)*
- 2004 -
(Nama) …………………………. …
14. Asal Bahan Baku
Produk Asal Hewan
yang Digunakan:
a. Dari perusahaan …………………………………
sendiri
b. Dari anak
perusahaan
1) Nama …………………………………
2) Alamat …………………………………
3) Jenis bahan baku: …………………………………
c. Dari pemasok/
supplier:
1) Nama ……………………………………
2) Alamat ……………………………………
3) Jenis bahan baku: ……………………………………
15. Suplai air bersih
berasal dari: Kapasitas ..............................m3/hari
c. Air Tanah:
1) Sumur Dangkal
- 2005 -
2) Sumur Dalam
3) Danau Kapasitas ..............................m3/hari
4) Sungai
e. Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM)
16. Es berasal dari:
a. Produksi Sendiri Kapasitas.........................ton/hari
b. Membeli dari:
a. ........................... Volume............................ton/hari
b. ...........................
c. Bentuk es: Volume............................ton/hari
a. Balok Volume............................ton/hari
b. Curah
17. Kebutuhan es rata-rata Volume............................ton/hari
per hari (disesuaikan
dengan jenis unit
usaha)
18. Sistem Pembekuan a. Air Blast Freezer (ya/tidak) *
Produk (disesuaikan b. Contact Plate Freezer (ya/tidak)*
dengan jenis unit c. Brine Freezer (ya/tidak) *
- 2006 -
2. Formulir Data Khusus Penerapan Sistem Jaminan Keamanan dan Mutu produk hewan sebagai berikut :
Petelur
9) Memiliki Dokter hewan dan/atau (ada/tidak ada)*
paramedik veteriner yang Nama Dokter Hewan:
melaksanakan pemeriksaan ante
mortem dan post mortem untuk Unit Nama Paramedik:
Usaha Rumah Potong Hewan
Ruminansia/Babi/Unggas
10) Hasil pemeriksaan laboratorium (ada/tidak ada)*
untuk Unit Usaha Pengeluaran
Produk Hewan
Keterangan:
a. apabila pertanyaan dianggap tidak jelas dengan jenis unit usaha, maka pertanyaan cukup dijawab
dengan TS (Tidak sesuai)
b. *) Coret yang tidak perlu.
3. Pemeriksaan kelayakan dasar unit usaha rumah burung walet menggunakan lembar pemeriksaan
sebagai berikut :
- 2009 -
Lembar Pemeriksaan Kelayakan Dasar Unit Usaha usaha rumah burung walet
a. Daftar Audit Kelayakan Dasar
b. Penentuan tingkat Nomor Kontrol Veteriner Unit usaha Rumah burung Walet
mayor maksimal 0
II 5 ≤1 Jumlah penyimpangan
maksimal 6, mayor
maksimal 1
III ≤2 Jumlah penyimpangan
maksimal 8
2) Pengawasan
a) Pengawasan dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan
kewenangannya.
b) Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Pemenuhan aspek administratif dan teknis;
2. Pemenuhan penerapan standar teknis Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dalam waktu yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan,
c) Pengawasan dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat NKV yang diperoleh dengan melakukan
surveilans dan evaluasi NKV;
d) Surveilans dan evaluasi dalam rangka pengawasan dilakukan oleh Auditor NKV Propinsi dan Auditor Ditjen
PKH;
e) Hasil pengawasan dapat berupa:
- 2014 -
1. NKV tetap;
2. Perubahan NKV;
3) Pencabutan NKV;
Hasil pengawasan yang menyebabkan perubahan NKV diterbitkan NKV baru
3) Pemenuhan Kewajiban
a} Pemenuhan komitmen untuk penerapan jaminan keamanan produk hewan (NKV) dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban dalam pembinaan 5 tahun ditambah 1 tahun untuk mendapatkan NKV
b} Wajib memenuhi standar NKV Level I untuk unit usaha yang produknya akan dieksport dengan jangka
waktu pemenuhan kewajiban 1 tahun
c) Wajib memenuhi standar NKV minimal Level II untuk unit usaha yang produknya akan dilalulintaskan
antar propinsi dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
d) Memiliki layout/desain bangun dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
e) Memiliki rancangan penanganan limbah dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
f) Pelaporan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban selama masih dalam jangka waktu berlaku NKV (5
Tahun). Laporan yang diberikan berupa data produksi secara harian/mingguan/bulanan yang dilaporkan
secara daring/luring
- 2015 -
KBLI 01499
NO
PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA ANEKA TERNAK LAINNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan
Lingkup aneka ternak seperti marmot, anjing, kucing, kera/primata lainnya, ulat, jangkrik dan aneka ternak lainnya untuk
menghasilkan daging, kulit dan lainnya
2 Istilah dan A. Pelaku Usaha Pembibitan/Budidaya yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah perusahaan peternakan
Definisi yang melakukan pembibitan/budidaya, koperasi, kelompok/ gabungan kelompok peternak, peternak,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang melakukan usaha
pembibitan/budidaya.
B. Pembibitan adalah rangkaian kegiatan memelihara hewan agar dapat berkembang biak secara natural/alami
untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar.
C. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pasca panen, pengolahan,
pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana.
D. Peternak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan.
E. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku
industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
- 2016 -
F. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
G. Rumpun ternak yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
H. Rumpun/galur ternak yang selanjutnya disebut rumpun/galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu
rumpun yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau
perkembangbiakan.
I. Rumpun/galur ternak baru adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan atau perkembangbiakan yang baru
diintroduksikan ke dalam negara Indonesia.
J. Komisi Bibit Ternak adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun dan/atau rumpun/galur ternak
yang akan dikembangkan.
3 Penggolongan Penggolongan usaha pembibitan dan budidaya aneka ternak lainnya didasarkan atas kriteria modal usaha (PP
Usaha 7/2021):
A. Usaha Mikro: < Rp1.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
B. Usaha Kecil: > Rp 1.000.000.000 - Rp 5.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Usaha Menengah: > Rp 5.000.000.000 - Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
D. Usaha Besar: > Rp 10.000.000.000; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- 2017 -
5 Persyaratan A. Menerapkan GBP/GFP dan peraturan lainnya, durasi paling lambat 6 bulan
Khusus B. Telah memenuhi self declare terhadap standar kegiatan usaha pembibitan dan budidaya, durasi paling lambat 6
Usaha bulan
C. Menyampaikan laporan populasi dan produksi, durasi setiap triwulan
6 Sarana A. Bangunan : kandang, kandang isolasi, gudang, unit pengolahan limbah, ruang sanitasi, gardu, rumah karyawan
B. Peralatan : tempat pakan dan minum, tempat bertelur, pengaturan cahaya, sanitasi, timbangan, pemadam
kebakaran, fumigasi telur, potong paruh, thermometer, keranjang ayam, alat celup kaki dan tangan.
C. Pakan : berasal dari pakan yang diolah sendiri atau pakan pabrikan yang telah terdaftar dan berlabel
D. Obat Hewan
1. obat hewan yang dipergunakan sesuai dengan peruntukannya harus memiliki nomor pendaftaran;
2. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat
alami sesuai dengan peruntukannya
3. penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat
hewan.
10 Sistem Skala Usaha menengah rendah harus menetapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi, yang mencakup:
Manajemen A. Perencanaan
Usaha 1. Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
2. Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
3. Menetapkan program seleksi, replacement dan afkir.
B. Pengelolaan
1. Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
2. Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
- 2019 -
C. Komunikasi pelanggan
1. Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
2. Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
3. Menganalisa data umpan balik pelanggan.
D. Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
E. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan.
F. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian.
G. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
1. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus,
2. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa, dan
3. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha.
C. Laporan
1. penerapan GBP/GFP paling lambat setiap 6 bulan
2. populasi dan produksi setiap triwulan
g. Surat Izin Praktik Dokter Hewan yang selanjutnya disebut SIP DRH adalah bukti tertulis yang menyatakan telah
memenuhi syarat untuk melakukan praktik Pelayanan Jasa Medik Veteriner;
h. Surat Izin Praktik Paramedik Veteriner Pelayanan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut SIPP Keswan adalah
bukti tertulis untuk melakukan pelayanan Kesehatan Hewan selain Medik Reproduksi di bawah Penyeliaan Dokter
Hewan;
i. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Inseminator yang selanjutnya disebut SIPP Inseminator adalah bukti
tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan;
j. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan yang selanjutnya disebut SIPP PKb adalah
bukti tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan dan pemeriksaan kebuntingan di bawah
Penyeliaan Dokter Hewan;
k. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Teknik Reproduksi yang selanjutnya disebut SIPP ATR adalah bukti
tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan, pemeriksaan kebuntingan, dan tindakan asisten
teknik reproduksi hewan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan;
3. Penggolongan Penggolongan izin usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak didasarkan atas sifat pelayanan, fasilitas, serta pengelola.
Usaha Usaha Jasa Pelayanan Kesehatan Ternak adalah usaha dengan jenis pelayanan bergerak/keliling dan memiliki
fasilitas pelayanan rawat jalan dan/atau home care yang dilakukan oleh Dokter Hewan yang mempunyai izin Praktik,
serta pengelolaannya oleh perseorangan/non perseorangan;
- 2023 -
Disposable
needle
Infusion set
IV catheter 20 G,
22 G dan 24 G
Tiang Infus
Operasi minor Gunting bengkok
dan lurus
Arteri klem
Pinset
Scalpel
Kidney Tray
Scalpel handle
Towel clamp
Alis tissue forcep
Sterilisator
3 Perlengkapa Kartu nama
. n Buku resep
Rekam medis
Baju praktik
- 2027 -
Baju bedah
Pengukur bobot
badan
Meja
konsultasi/
administrasi
Meja periksa
Tempat
penyimpanan
obat dan alat
4 Obat-obatan Alkohol
. Antiseptik
Antibiotik
Antipiretik
Analgesik
Antihistamina
Anti parasite
Lidocain
Sedativa
Cairan infus minimal NaCl
- 2028 -
dan LRL
Vitamin dan
mineral
Anaestetikum
Glucocorticoid /
Steroid
NSAID
2) Tenaga Paramedik Veteriner inseminasi buatan dalam membantu dokter hewan untuk melaksanakan
usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak melakukan tindakan berupa pelayanan inseminasi buatan dan
penyuluhan pelayanan inseminasi buatan.
3) Tenaga Paramedik Veteriner pemeriksaan kebuntingan dalam membantu dokter hewan untuk
melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak melakukan tindakan berupa:
a. inseminasi buatan;
b. diagnosa kebuntingan;
c. penentuan umur kebuntingan; dan
d. penyuluhan pelayanan inseminasi buatan.
4) Tenaga Paramedik Veteriner asistensi teknik reproduksi dalam membantu dokter hewan untuk
melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak melakukan tindakan berupa:
a. inseminasi buatan;
b. diagnosa kebuntingan;
c. penentuan umur kebuntingan;
d. pertolongan kelahiran;
e. manajemen reproduksi; dan
f. penyuluhan pelayanan inseminasi buatan dan reproduksi.
5) Sarjana kedokteran hewan dalam membantu dokter hewan untuk melaksanakan usaha jasa pelayanan
- 2032 -
b. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Menengah
–
c. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Besar
–
9 Persyaratan a. Skala Usaha Kecil
Produk/ Dalam usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak, tenaga medik veteriner melaksanakan segala urusan kesehatan
Proses/ Jasa hewan atau kesehatan ternak berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam Pendidikan
kedokteran hewan dan dapat dibantu oleh tenaga paramedik veteriner dan sarjana kedokteran hewan yang
menjadi kompetensinya dan dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Tenaga kesehatan hewan wajib
- 2033 -
mematuhi kode etik dan (untuk dokter hewan) wajib memegang teguh sumpah atau janji profesinya
b. melakukan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.
pelaku praktik. Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim teknis. skema penilaian kesesuaian sebagai berikut :
a. Tim Teknis Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab/Kota/Provinsi
melakukan penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak Pelaku praktik menyampaikan
pemenuhan atas Komitmen dan kewajiban secara lengkap dan benar. Penilaian kesesuaian dilakukan
dalam hal pemenuhan standar yang dipersyaratkan
b. Atas hasil penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin a), DPMPTSP melakukan notifikasi ke
sistem OSS;
c. Penyampaian hasil penilaian dan notifikasi ke sistem OSS sebagaimana dimaksud pada poin b) dilakukan
paling lama 2 (dua) Hari;
d. Apabila daerah belum memiliki POV atau terjadi keterlambatan dalam hal penilaian kesesuaian, maka
penilaian dilimpahkan ke Pusat;
e. Tim teknis kementerian/lembaga melakukan penilaian kesesuaian paling lama 5 (lima) Hari sejak Pelaku
Usaha menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan standar secara lengkap dan benar;
f. Atas hasil sebagaimana dimaksud pada poin e), Pusat PVTPP melakukan notifikasi ke sistem OSS;
g. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin e), Pelaku praktik dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan;
h. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin e), Lembaga OSS mengeluarkan Izin Praktik
Dokter Hewan dalam bentuk SIP Dokter Hewan yang berlaku efektif dilengkapi dengan pejabat pemberi
persetujuan.
- 2036 -
2. Pengawasan
a. Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota bersama dengan organisasi profesi kedokteran hewan melakukan
pembinaan dan pengawasan atas pelayanan Kesehatan hewan yang dilakukan oleh Dokter Hewan dan
Paramedik Veteriner sesuai dengan kewenangannya;
b. Izin Praktik Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner berlaku di wilayah Kabupaten/Kota diterbitkannya izin
tersebut;
c. Apabila Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner melakukan Praktik di luar wilayah kab/kota pemberi izin,
maka wajib melakukan pengurusan izin baru sesuai lokasi Kab/Kota tempat melakukan praktik atau
pelayanan;
d. Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan;
e. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kab/Kota melakukan pemeriksaan
pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang
diawasi adalah :
a. masa berlaku SIP DRH;
b. pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan SIP DRH,; dan
c. praktik kedokteran hewan.
- 2037 -
g. Surat Izin Praktik Dokter Hewan yang selanjutnya disebut SIP DRH adalah bukti tertulis yang menyatakan telah
memenuhi syarat untuk melakukan praktik Pelayanan Jasa Medik Veteriner;
h. Surat Izin Praktik Paramedik Veteriner Pelayanan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut SIPP Keswan
adalah bukti tertulis untuk melakukan pelayanan Kesehatan Hewan selain Medik Reproduksi di bawah
Penyeliaan Dokter Hewan;
i. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Inseminator yang selanjutnya disebut SIPP Inseminator adalah bukti
tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan;
j. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan yang selanjutnya disebut SIPP PKb adalah
bukti tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan dan pemeriksaan kebuntingan di bawah
Penyeliaan Dokter Hewan;
k. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Teknik Reproduksi yang selanjutnya disebut SIPP ATR adalah bukti
tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan, pemeriksaan kebuntingan, dan tindakan asisten
teknik reproduksi hewan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan;
3. Penggolongan Penggolongan izin usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak didasarkan atas sifat pelayanan, fasilitas, serta pengelola.
Usaha Usaha Jasa Pelayanan Kesehatan Ternak adalah usaha dengan jenis pelayanan bergerak/keliling dan memiliki
fasilitas pelayanan rawat jalan dan atau home care yang dilakukan oleh Dokter Hewan yang mempunyai izin Praktik
atau paramedik kesehatan hewan yang mempunyai izin Pelayanan di bawah penyeliaan dokter hewan, serta
pengelolaannya oleh perseorangan/non perseorangan;
- 2040 -
8. mampu berbahasa Indonesia dengan lancar secara lisan dan tulisan yang dibuktikan dengan sertifikat lulus
ujian bahasa Indonesia dari lembaga bahasa Indonesia perguruan tinggi negeri di Indonesia;
9. fotokopi Sertifikat Kompetensi sebagai Dokter Hewan Spesialis dari negara asalnya;
10. fotokopi surat izin praktik dari negara asal;
11. tidak memiliki masalah etika profesi dan pelanggaran hukum di negara asal yang dibuktikan dengan surat
keterangan tertulis dari pejabat Otoritas Veteriner negara asal;
12. fotokopi kartu anggota dari organisasi profesi Dokter Hewan dari negara asal;
13. terdaftar sebagai anggota organisasi profesi kedokteran hewan di Indonesia;
14. surat pernyataan kemitraan dengan Dokter Hewan Indonesia;
15. fotokopi Sertifikat Kompetensi di bidang Penyakit Hewan tropik di Indonesia;
16. memenuhi standar kompetensi yang sama dengan Dokter Hewan Spesialis Indonesia sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan yang dibuktikan dengan surat keterangan dari organisasi profesi kedokteran hewan
di Indonesia;
17. surat pernyataan bersedia mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika profesi;
18. surat keterangan tempat praktik Dokter Hewan; dan
19. Tenaga Medik Veteriner dengan status warga negara asing untuk Dokter Hewan Spesialis.
dan lurus
Arteri klem
Pinset
Scalpel
Kidney Tray
Scalpel handle
Towel clamp
Alis tissue forcep
Sterilisator
3. Perlengka Kartu nama
pan Buku resep
Rekam medis
Baju praktik
Baju bedah
Pengukur bobot
badan
Meja
konsultasi/admin
istrasi
Meja periksa
- 2045 -
Tempat
penyimpanan
obat dan alat
4. Obat- Alkohol
obatan Antiseptik
Antibiotik
Antipiretik
Analgesik
Antihistamina
Anti parasite
Lidocain
Sedativa
Cairan infus minimal NaCl dan
LRL
Vitamin dan
mineral
Anaestetikum
Glucocorticoid /
Steroid
NSAID
- 2046 -
Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku praktik usaha jasa pelayanan
Kesehatan ternak:
1. Melakukan rekam medik pasien dengan menggunakan sistem informasi rekam Medik Veteriner;
2. Dalam hal melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak ditemukan hasil diagnosis Penyakit Hewan
menular strategis yang mengindikasikan wabah dan/atau Penyakit Hewan menular eksotik, Tenaga Kesehatan
Hewan wajib melaporkan kepada pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota paling lama 24 (dua puluh empat)
jam sejak indikasi ditemukan;
3. Tenaga Paramedik Veteriner dan sarjana kedokteran hewan dalam membantu dokter hewan untuk
melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak hanya dapat melakukan tindakan yang bersifat non
parenteral;
4. Dalam hal Tenaga Paramedik Veteriner dan sarjana kedokteran hewan melakukan tindakan non parenteral
wajib di bawah Penyeliaan Dokter Hewan.Penyeliaan dilakukan oleh Tenaga Paramedik Veteriner dengan
Dokter Hewan yang melakukan penyeliaan dalam bentuk perjanjian kerja sama;
5. Pelayanan Dokter Hewan Praktik
Pelayanan medis dilakukan oleh staf medis yang terdiri dari tenaga dokter hewan dan paramedik veteriner
dalam membantu dokter hewan untuk pelayanan rawat jalan antara lain:
1) Pemeriksaan fisik dan klinis hewan;
2) Menentukan diagnosa dan prognosa;
3) Terapi dan pengobatan;
4) Konsultasi Kesehatan hewan;
- 2048 -
5) melakukan Medik Reproduksi (IB, pemeriksaan kebuntingan, pengobatan, penanganan kelahiran, embrio
transfer, dll);
6) menerbitkan surat Kesehatan Hewan;
7) menerbitkan surat keterangan kematian hewan;
8) menerbitkan surat keterangan status reproduksi;
9) menerima dan memberi rujukan kepada pasien;
10) konsultasi Kesehatan Hewan dan pendidikan klien atau masyarakat.
6. Pelayanan Paramedik Veteriner
1) Tenaga Paramedik Veteriner kesehatan hewan dalam membantu dokter hewan untuk melaksanakan usaha
jasa pelayanan Kesehatan ternak melakukan tindakan berupa:
a. pemberian obat bebas terbatas dan obat bebas; dan
b. penyuluhan Kesehatan Hewan, kesehatan masyarakat veteriner, dan/atau kesejahteraan hewan.
2) Tenaga Paramedik Veteriner inseminasi buatan dalam membantu dokter hewan untuk melaksanakan
usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak melakukan tindakan berupa pelayanan inseminasi buatan dan
penyuluhan pelayanan inseminasi buatan.
3) Tenaga Paramedik Veteriner pemeriksaan kebuntingan dalam membantu dokter hewan untuk
melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak melakukan tindakan berupa:
a. inseminasi buatan;
b. diagnosa kebuntingan;
c. penentuan umur kebuntingan; dan
- 2049 -
4) Tenaga Paramedik Veteriner asistensi teknik reproduksi dalam membantu dokter hewan untuk
melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak melakukan tindakan berupa:
a. inseminasi buatan;
b. diagnosa kebuntingan;
c. penentuan umur kebuntingan;
d. pertolongan kelahiran;
e. manajemen reproduksi; dan
f. penyuluhan pelayanan inseminasi buatan dan reproduksi.
5) Sarjana kedokteran hewan dalam membantu dokter hewan untuk melaksanakan usaha jasa pelayanan
Kesehatan ternak melakukan tindakan berupa:
a. pemberian obat bebas terbatas dan obat bebas;
b. penyuluhan Kesehatan Hewan, kesehatan masyarakat veteriner, dan/atau kesejahteraan hewan;
c. manajemen reproduksi;
d. penyuluhan pelayanan inseminasi buatan dan reproduksi;
e. inseminasi buatan;
f. diagnosa kebuntingan;
g. penentuan umur kebuntingan; dan
h. pertolongan kelahiran.
- 2050 -
b. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Menengah
–
c. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Besar
–
9 Persyaratan a. Skala Usaha Kecil
Produk/ Dalam usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak, tenaga medik veteriner melaksanakan segala urusan kesehatan
Proses/Jasa hewan atau kesehatan ternak berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam Pendidikan
kedokteran hewan dan dapat dibantu oleh tenaga paramedik veteriner dan sarjana kedokteran hewan yang
menjadi kompetensinya dan dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Tenaga kesehatan hewan wajib
mematuhi kode etik dan (untuk dokter hewan) wajib memegang teguh sumpah atau janji profesinya
1) Melakukan rekam medik pasien dengan menggunakan sistem informasi rekam Medik Veteriner;
2) Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi Rekam Medik Veteriner.
2. Pelaporan
1) Dalam hal Tenaga Kesehatan Hewan melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak ditemukan hasil
diagnosis Penyakit Hewan menular strategis yang mengindikasikan wabah dan/atau Penyakit Hewan menular
eksotik, Tenaga Kesehatan Hewan wajib melaporkan kepada pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota paling
lama 24 (dua puluh empat) jam sejak indikasi ditemukan;
2) Pelaporan berupa data dan informasi diagnosis dapat menggunakan sistem daring informasi Kesehatan
Hewan Nasional (iSIKHNAS);
3) Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota wajib menindaklanjuti laporan dengan:
a. memberikan rekomendasi kepada bupati/wali kota untuk melaporkan terjadinya wabah dan/atau
Penyakit Hewan menular eksotik kepada gubernur dan Menteri;
b. melakukan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap pemenuhan komitmen dan standar oleh pelaku praktik pelayanan usaha jasa
dan pelayanan Kesehatan ternak dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Pengawasan sesuai kewenangan di wilayah kerjanya dan Pelimpahan kewenangan perizinan dilakukan setelah Kab/Kota
memiliki Pejabat Otoritas Veteriner (POV) Kabupaten/Kota dan Dokter Hewan Berwenang sesuai bidangnya.
Apabila Kab/Kota belum memiliki POV maka kewenangan diberikan kepada Dinas yang membidangi fungsi
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi. Apabila Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan
Hewan belum memiliki POV maka kewenangan perizinan ada di Kementerian Pertanian.
7. Surat Izin Praktik Dokter Hewan yang selanjutnya disebut SIP DRH adalah bukti tertulis yang menyatakan
telah memenuhi syarat untuk melakukan praktik Pelayanan Jasa Medik Veteriner;
8. Surat Izin Praktik Paramedik Veteriner Pelayanan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut SIPP Keswan
adalah bukti tertulis untuk melakukan pelayanan Kesehatan Hewan selain Medik Reproduksi di bawah
Penyeliaan Dokter Hewan;
9. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Inseminator yang selanjutnya disebut SIPP Inseminator adalah bukti
tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan;
10. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan yang selanjutnya disebut SIPP PKb adalah
bukti tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan dan pemeriksaan kebuntingan di bawah
Penyeliaan Dokter Hewan;
11. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Teknik Reproduksi yang selanjutnya disebut SIPP ATR adalah bukti
tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan, pemeriksaan kebuntingan, dan tindakan
asisten teknik reproduksi hewan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan;
12. Tempat Pelayanan Paramedik Veteriner adalah tempat yang memberikan pelayanan Kesehatan Hewan atau
Medik Reproduksi.
3. Penggolongan Penggolongan izin usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak didasarkan atas sifat pelayanan, fasilitas, serta pengelola.
Usaha Usaha Jasa Pelayanan Kesehatan Ternak adalah usaha dengan jenis pelayanan bergerak/keliling dan memiliki
fasilitas pelayanan rawat jalan dan atau home care yang dilakukan oleh Dokter Hewan yang mempunyai izin Praktik
atau paramedik kesehatan hewan yang mempunyai izin Pelayanan di bawah penyeliaan dokter hewan, serta
pengelolaannya oleh perseorangan/non perseorangan;
- 2057 -
i. Surat rekomendasi sebagaimana dimaksud pada poin g dikecualikan jika di wilayah kabupaten/kota belum
terdapat organisasi profesi paramedik veteriner.
b. Skala Usaha Menengah
–
c. Skala Usaha Besar
–
5. Persyaratan d. Skala Usaha Kecil
Khusus Usaha Untuk melakukan pelayanan paramedik veteriner dalam usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak, pelaku
pelayanan atau usaha pelayanan jasa Kesehatan ternak melakukan pemenuhan Komitmen, yaitu dengan
kesanggupan menyampaikan persyaratan sebagai berikut:
1. Dalam usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak, tenaga medik veteriner melaksanakan segala urusan
kesehatan hewan berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam Pendidikan kedokteran
hewan dan dapat dibantu oleh tenaga paramedik veteriner dan sarjana kedokteran hewan yang menjadi
kompetensinya dan dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Tenaga kesehatan hewan wajib mematuhi
kode etik dan (untuk dokter hewan) wajib memegang teguh sumpah atau janji profesinya;
2. Pernyataan memiliki fasilitas, perlengkapan, peralatan, dan/atau instalasi farmasi sesuai dengan yang
dipersyaratkan untuk praktik mandiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. menggunakan dan/atau memperdagangkan obat hewan yang memiliki nomor pendaftaran sesuai dengan
- 2059 -
ruminansi intrauterine
a
Perlengkap Pakaian lapangan
an Plastic gloves
Jas hujan
Sepatu bot
Lampu senter
Handuk
Tali
Sabun
Tas
Peralatan Automatic injection
pelayanan Cooler box
Kesehatan
pada
ternak
unggas
2. Tenaga Alat Motor / Mobil
Paramedik transporta
Veteriner si
- 2061 -
Tas inseminasi
buatan
3. Tenaga Alat Motor / Mobil
Paramedik transporta
Veteriner si
Asisten Peralatan Cateter intrauterine
Teknik spuit (50cc, 20cc
Reproduksi dan 10cc)
Obat bebas
Perlengkap Pakaian lapangan
an Plastic sheath
Plastic gloves
Jas hujan
Sepatu bot
Lampu senter
Handuk
Tali
Sabun
Kertas tisu
- 2063 -
g) SIPP ATR untuk Tenaga Paramedik Veteriner asisten teknik reproduksi dan sarjana kedokteran hewan; atau
h) Paramedik Veteriner asistensi teknik reproduksi harus memiliki Sertifikat Kompetensi di bidang teknik
reproduksi yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi dan SIPP Keswan atau SIPP PKb.
b. Skala Usaha Menengah
–
c. Skala Usaha Besar
–
8. Pelayanan a. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Kecil:
Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku pelayanan paramedik veteriner
dalam usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak:
1. Melakukan rekam medik pasien dengan menggunakan sistem informasi rekam Medik Veteriner;
2. Dalam hal melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak ditemukan hasil diagnosis Penyakit Hewan
menular strategis yang mengindikasikan wabah dan/atau Penyakit Hewan menular eksotik, Tenaga Kesehatan
Hewan wajib melaporkan kepada pejabat Otoritas Veteriner Kabupaten/Kota paling lama 24 (dua puluh
empat) jam sejak indikasi ditemukan;
3. Tenaga Paramedik Veteriner dan sarjana kedokteran hewan dalam melaksanakan usaha jasa pelayanan
Kesehatan ternak hanya dapat melakukan tindakan yang bersifat non parenteral;
4. Dalam hal Tenaga Paramedik Veteriner dan sarjana kedokteran hewan melakukan tindakan non parenteral
wajib di bawah Penyeliaan Dokter Hewan. Penyeliaan dilakukan oleh Tenaga Paramedik Veteriner dengan
Dokter Hewan yang melakukan penyeliaan dalam bentuk perjanjian kerja sama;
- 2065 -
menjadi kompetensinya dan dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Tenaga kesehatan hewan wajib
mematuhi kode etik dan (untuk dokter hewan) wajib memegang teguh sumpah atau janji profesinya
b. Skala Usaha Menengah
–
c. Skala Usaha Besar
–
10 Sistem a. Skala Usaha Kecil
Manajemen Pelaku Usaha menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Usaha 1. Dokumentasi
a) Melakukan rekam medik pasien dengan menggunakan sistem informasi rekam Medik Veteriner;
b) Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi Rekam Medik Veteriner;
2.. Pelaporan
a) Dalam hal Tenaga Kesehatan Hewan melaksanakan usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak ditemukan
hasil diagnosis Penyakit Hewan menular strategis yang mengindikasikan wabah dan/atau Penyakit Hewan
menular eksotik, Tenaga Kesehatan Hewan wajib melaporkan kepada pejabat Otoritas Veteriner
Kabupaten/Kota paling lama 24 (dua puluh empat) jam sejak indikasi ditemukan;
b) Pelaporan berupa data dan informasi diagnosis dapat menggunakan sistem daring informasi Kesehatan
Hewan Nasional (iSIKHNAS);
c) Pejabat Otoritas Veteriner Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti laporan dengan:
1) memberikan rekomendasi kepada bupati/Walikota untuk melaporkan terjadinya wabah dan/atau
Penyakit Hewan menular eksotik kepada gubernur dan Menteri;
- 2068 -
2) melakukan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan
b. Skala Usaha Menengah
–
c. Skala Usaha Besar
–
11. Penilaian a. Skala Usaha Kecil
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap pemenuhan komitmen dan standar oleh pelaku pelayanan paramedik veteriner
dan dalam rangka usaha jasa pelayanan Kesehatan ternak dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi
Pengawasan Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai kewenangan di wilayah kerjanya dan Pelimpahan kewenangan
perizinan dilakukan setelah Kab/Kota memiliki Pejabat Otoritas Veteriner (POV) Kabupaten/Kota dan Dokter
Hewan Berwenang sesuai bidangnya. Apabila Kab/Kota belum memiliki POV maka kewenangan diberikan
kepada Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi. Apabila Dinas yang
membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan belum memiliki POV maka kewenangan perizinan ada di
Kementerian Pertanian.
1. Tim Teknis Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab/Kota/Provinsi
melakukan penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak Pelaku praktik menyampaikan
pemenuhan atas Komitmen dan kewajiban secara lengkap dan benar Penilaian kesesuaian dilakukan
dalam hal pemenuhan standar yang dipersyaratkan;
2. Atas hasil penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin a), DPMPTSP melakukan notifikasi ke
sistem OSS;
3. Penyampaian hasil penilaian dan notifikasi ke sistem OSS sebagaimana dimaksud pada poin 2 dilakukan
paling lama 2 (dua) Hari;
4. Apabila daerah belum memiliki POV atau terjadi keterlambatan dalam hal penilaian kesesuaian, maka
penilaian dilimpahkan ke Pusat;
5. Tim teknis kementerian/lembaga melakukan penilaian kesesuaian paling lama 5 (lima) Hari sejak Pelaku
Usaha menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan standar secara lengkap dan benar;
6. Atas hasil sebagaimana dimaksud pada poin e), Pusat PVTPP melakukan notifikasi ke sistem OSS;
7. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 5, Pelaku praktik dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan;
8. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 6, Lembaga OSS mengeluarkan Izin
Pelayanan Paramedik Veteriner dalam bentuk SIPP Paramedik Veteriner, SIPP Inseminator, SIPP
Pemeriksa Kebuntingan, atau SIPP Asisten Teknik Reproduksi dalam bentuk sertifikat standar yang
berlaku efektif dilengkapi dengan pejabat pemberi persetujuan.
- 2070 -
b) Pengawasan
1. Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota bersama dengan organisasi profesi kedokteran hewan dan
organisasi paramedik melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelayanan Kesehatan hewan yang
dilakukan oleh Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner sesuai dengan kewenangannya;
2. Pengawasan terhadap kompetensi Paramedik Veteriner dilakukan dengan bekerjasama dengan Lembaga
Sertifikasi Profesi penerbit Sertifikat Kompetensi Paramedik Veteriner
3. Izin Paramedik Veteriner berlaku di wilayah Kabupaten/Kota diterbitkannya izin tersebut;
4. Apabila Paramedik Veteriner melakukan Praktik di luar wilayah kab/kota pemberi izin, maka wajib
melakukan pengurusan izin baru sesuai lokasi Kab/Kota tempat melakukan praktik atau pelayanan;
5. Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang
diberikan;
6. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kab/Kota melakukan pemeriksaan
pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang
diawasi adalah :
a. pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan SIPP Keswan, SIPP Inseminator, SIPP PKb, SIPP ATR,
Sivet; dan
b. Pelayanan Paramedik Veteriner.
7. Menteri/Gubernur atau bupati/walikota melakukan pengawasan atas:
- 2071 -
NO KBLI 01622
JASA PERKAWINAN TERNAK
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan kelompok yang mencakup usaha yang bergerak dalam bidang
lingkup perkawinan ternak atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak seperti inseminasi buatan, transfer embrio dan
pemeriksaan kebuntingan
2 Istilah dan 1. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pelayanan
Definisi perkawinan ternak;
2. Surat Izin Praktik Dokter Hewan yang selanjutnya disebut SIP DRH adalah bukti tertulis yang menyatakan telah
memenuhi syarat untuk melakukan praktik Pelayanan Jasa Medik Veteriner;
3. Surat Izin Praktik Paramedik Veteriner Pelayanan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut SIPP Keswan
adalah bukti tertulis untuk melakukan pelayanan Kesehatan Hewan selain Medik Reproduksi di bawah
Penyeliaan Dokter Hewan;
4. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Inseminator yang selanjutnya disebut SIPP Inseminator adalah bukti
tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan;
5. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan yang selanjutnya disebut SIPP PKb adalah
bukti tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan dan pemeriksaan kebuntingan di bawah
- 2073 -
6. Surat Izin Paramedik Veteriner Pelayanan Teknik Reproduksi yang selanjutnya disebut SIPP ATR adalah bukti
tertulis untuk melakukan praktik pelayanan inseminasi buatan, pemeriksaan kebuntingan, dan tindakan asisten
teknik reproduksi hewan di bawah Penyeliaan Dokter Hewan.
Pinset
Scalpel
Kidney Tray
Scalpel handle
Towel clamp
Alis tissue forcep
Sterilisator
Transportasi Motor/mobil
Pelayanan Alat pengukur suhu
kesehatan pada
ternak
ruminansia
Spuit (50cc, 20cc, 10cc
dan 3cc)
Uterine
injector/cateter
intrauterine
Inseminasi dan Nitrogen (N2) cair dan
PKb semen beku/cair
- 2077 -
Gun inseminasi
buatan
Gunting, pinset
Container N2 cair
10/15/30/ dan > 30
liter
Container transport 3
liter
Perlengkapan Pakaian lapangan
Inseminasi dan
PKb
Plastic sheath
Plastic gloves
Jas hujan
Sepatu bot
Lampu senter
Handuk
Tali restrain
Lubrikan (Sabun/gel)
- 2078 -
Kertas tisu
Tas inseminasi
buatan
Kartu inseminasi
buatan
Perlengkapan Pakaian lapangan
Transfer Embrio
Plastic sheath
Plastic gloves
Jas hujan
Sepatu bot
Lampu senter
Handuk
Tali restrain
Lubrikan (Sabun/gel)
Kertas tisu
Cairan koleksi embrio
Straw embrio
Tas inseminasi
- 2079 -
buatan
Kartu inseminasi
buatan
Lubrikan (Sabun/gel)
Gun embrio transfer
1 set catheter folley
Mikroskop stereo
Petri disk
Pembuka serviks
2 Perlengkapa Kartu nama
n
Buku resep
Rekam medis
Baju praktik
Baju bedah
Pengukur bobot
badan
Meja konsultasi/
administrasi
- 2080 -
Meja periksa
Tempat
penyimpanan obat
dan alat
3 Obat-obatan Alkohol
Antiseptik
Antibiotik
Antipiretik
Analgesik
Antihistamina
Anti parasite
Lidocain
Sedativa
Cairan infus
Vitamin dan
mineral
Anaestetikum
Glucocorticoid /
Steroid
- 2081 -
NSAID
4 Hormon FSH/ PMSG
LH/ HCG
GnRH
CIDR/ PRID
PGF2a
No Jenis Keterangan
Gunting, pinset
Plastic sheath
Plastic gloves
Jas hujan
Sepatu bot
Lampu senter
Handuk
Tali restrain
Lubrikan (sabun/gel)
Kertas tisu
b) Pelaporan berupa data dan informasi diagnosis dapat menggunakan sistem daring informasi Kesehatan Hewan
Nasional (iSIKHNAS);
c) Pejabat Otoritas Veteriner Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti laporan dengan:
1) memberikan rekomendasi kepada bupati/ Walikota untuk melaporkan terjadinya wabah dan/atau Penyakit
Hewan menular eksotik kepada gubernur dan Menteri;
2) melakukan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.
b. Skala Usaha Menengah
–
c. Skala Usaha Besar
-
1. Penilaian Kesesuaian
Pemberian izin Praktik Dokter Hewan diberikan setelah semua komitmen, kewajiban dan standar dipenuhi
pelaku praktik. Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim teknis. Skema penilaian kesesuaian sebagai berikut :
a. Tim Teknis Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab/Kota/Provinsi melakukan
- 2087 -
penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak Pelaku praktik menyampaikan pemenuhan atas
Komitmen dan kewajiban secara lengkap dan benar.
b. Atas hasil penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 1, DPMPTSP melakukan notifikasi ke
sistem OSS.
c. Penyampaian hasil penilaian dan notifikasi ke sistem OSS sebagaimana dimaksud pada poin b dilakukan
paling lama 2 (dua) Hari.
d. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin c, Pelaku praktik dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan.
e. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin d, Lembaga OSS mengeluarkan Izin
Perkawinan Ternak berupa Sertifikat Standar.
2. Pengawasan
a. Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota bersama dengan organisasi profesi kedokteran hewan melakukan
pembinaan dan pengawasan atas pelayanan Kesehatan hewan yang dilakukan oleh Dokter Hewan dan
Paramedik Veteriner sesuai dengan kewenangannya.
b. Izin Pelayana Perkawinan Ternak berlaku di wilayah Kabupaten/Kota diterbitkannya izin tersebut.
c. Apabila Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner melakukan Pelayanan Perkawinan Ternak di luar wilayah
kab/kota pemberi izin, maka wajib melakukan pengurusan izin baru sesuai lokasi Kabupaten/Kota tempat
melakukan praktik atau pelayanan.
d. Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan.
- 2088 -
e. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kab/Kota melakukan pemeriksaan
pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang
diawasi adalah :
1. masa berlaku SIP DRH dan SIPP
2. pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan Izin Perkawinan Ternak
3. Pelaksanaan perkawinan ternak.
f. Menteri/Gubernur atau bupati/walikota melakukan pengawasan atas:
1. pemenuhan Komitmen Perizinan Perkawinan Ternak;
2. pemenuhan kewajiban Pelaku Perkawinan Ternak; dan/atau
3. kegiatan operasional yang telah mendapatkan perizinan berusaha.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Pengawasan yang dilakukan oleh menteri/gubernur atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada poin
f dilakukan oleh PVTPP/DPMPTSP sesuai dengan kewenangannya.
b. Skala Usaha Menengah
–
c. Skala Usaha Besar
-
- 2089 -
NO KBLI 01623
JASA PENETASAN TELUR
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan kelompok usaha yang bergerak dalam bidang
lingkup penetasan telur atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak
2 Istilah dan a. Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
Definisi usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk bentuk
surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau komitmen.
b. Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional.
c. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
d. Bibit galur murni (Pure Line/PL) adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit tetua (Grand
Parent Stock/GPS).
e. Bibit tetua adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit induk (Parent Stock/PS).
f. Bibit induk adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit sebar atau bibit niaga (Final
Stock/FS).
g. Bibit sebar adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk dipelihara guna menghasilkan daging/telur.
h. Bibit ayam ras niaga (Kuri/DOC) adalah anak ayam yang berumur 1 (satu) hari.
- 2090 -
i. Seleksi adalah kegiatan memilih tetua atau induk untuk menghasilkan keturunannya melalui pemeriksaan
dan/atau pengujian berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu, dengan menggunakan metode atau teknologi
tertentu.
j. Standar bibit adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus, dengan
memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya.
k. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri,
jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian
l. Penetasan adalah kegiatan pengeraman (setter) dan penetasan (hatcher) telur tetas (hatching egg/HE) untuk
menghasilkan bibit ayam untuk keperluan sendiri atau untuk diperjual belikan.
m. Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit induk atau bibit sebar untuk keperluan sendiri
atau untuk diperjual belikan.
n. Telur tetas adalah telur yang telah dibuahi sehingga memungkinkan untuk ditetaskan.
o. Fumigasi adalah kegiatan penyucihamaan dengan gas formaldehid dan atau bahan lain yang dapat mencapai
tempat-tempat atau lubang-lubang kecil yang tidak terjangkau oleh alat pembersih lain.
p. Sanitasi adalah suatu kegiatan kebersihan yang bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan keadaan
yang sehat bagi hewan baik dalam kandang/bangunan, komplek peternakan/penetasan maupun lingkungannya.
q. Desinfeksi adalah kegiatan penyucihamaan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme.
r. Desinfektan adalah bahan penyucihamaan.
s. Vaksinasi adalah pengebalan pada ayam dengan mempergunakan vaksin.
- 2091 -
t. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan prosedur tertentu yang digunakan
untuk merangsang pembentukan zat kebal tubuh sehingga tubuh dapat menahan serangan penyakit yang
bersangkutan.
u. Kemasan kuri adalah boks yang digunakan untuk mengangkut kuri (untuk umur sehari) mulai dari produsen bibit
(pembibit) sampai di konsumen.
v. Gerbong kuri adalah kendaraan khusus yang digunakan untuk mengangkut kuri (untuk umur sehari).
w. Biosekuriti adalah suatu tindakan atau usaha yang ditujukan untuk mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam
lingkungan penetasan
3. Penggolongan Penggolongan aktivitas jasa penetasan telur dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu
Usaha a. Usaha jasa penetasan telur skala mikro dan kecil dengan resiko menengah tinggi
b. Usaha jasa penetasan telur skala menengah besar dengan resiko tinggi
5 Persyaratan Persyaratan khusus yang diwajibkan didasarkan atas penggolongan kegiatan usaha:
Khusus a. Skala mikro dan kecil menyatakan komitmen akan melakukan tata cara penetasan yang baik dan benar antara
Usaha lain:
1) Melakukan biosekuriti dan sanitasi ruangan penetasan serta lingkungan penetasan secara rutin
2) Menyediakan sarana pemusnah bangkai
3) Segera memisahkan / mengeluarkan apabila ada telur dan ternak yang tidak lulus seleksi
- 2092 -
4) Memiliki catatan proses produksi di penetasan meliputi pencatatan telur yang akan disetting untuk ditetaskan,
telur yang menetas, jumlah DOC yang lulus seleksi dan tidak, tujuan pengiriman, temperatur penetasan dll.
5) Instalasi pengolahan limbah, baik limbah padat dan cair
6) Surat pernyataan ketersediaan lahan
b. Skala menengah dan besar memenuhi persyaratan tata cara penetasan yang baik dan benar, dengan penilaian
kesesuaian oleh Pemerintah atau lembaga sertifikasi yang ditunjuk Pemerintah antara lain meliputi :
1) Proses penetasan, harus memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan atau pedoman penetasan yang baik dan benar.
2) Memiliki catatan proses produksi di penetasan meliputi pencatatan telur tetas yang akan disetting untuk
ditetaskan, telur yang menetas, jumlah DOC yang lulus seleksi dan tidak, tujuan pengiriman, temperatur
penetasan dll.
3) Pelaksanaan biosecurity dan program vaksinasi
6 Sarana Sarana dan fasilitas yang wajib dimiliki oleh skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar, yaitu:
a. Lokasi dan Lahan yang sesuai peruntukannya menurut peraturan perundangan yang berlaku
b. Memiliki Sarana Air, listrik dan Jalan yang memadai
c. Bangunan Penetasan yang terdiri dari :
1) Bangunan penetasan utama meliputi : ruang penerima telur (egg room); ruang fumigasi/desinfeksi; ruang
simpan telur (egg cooling/holding room); ruang eram (setter room); ruang tetas (hatcher room); ruang kuri (pull
chick room); ruang seleksi (grading room); ruang pencucian; ruang penyimpanan/gudang basah dan kering;
ruang administrasi; ruang istirahat karyawan; ruang sanitasi dan tempat penyimpanan/locker, ruang ganti
- 2093 -
7 Struktur a. Sumberdaya manusia yang diperlukan dalam usaha jasa penetasan telur harus memiliki kemampuan teknis di
Organisasi bidang penetasan telur, sexing, vaksin, serta mampu menerapkan keselamatan dan keamanan kerja.
SDM dan b. Struktur organisasi SDM yang wajib dimiliki oleh skala usaha mikro dan kecil antara lain: Pemilik Penetasan dan
SDM operator.
- 2094 -
c. Struktur organisasi SDM yang wajib dimiliki oleh skala usaha menengah dan besar antara lain: manager,
supervisor, operator, recorder, dokter hewan, petugas vaksin (dengan menguraikan tugas dan fungsi masing-
masing).
8 Pelayanan a. Pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh skala usaha mikro dan kecil antara lain: informasi mengenai harga
jasa penetasan dan fasilitas yang disediakan.
b. Pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh skala usaha menengah dan besar antara lain: memiliki informasi
mengenai SOP Penetasan, standar produksi, harga jasa penetasan dan fasilitas yang disediakan.
9 Persyaratan Persyaratan proses harus sesuai dengan kesesuaian dengan persyaratan SOP Penetasan / Pedoman penetasan yang
Produk/ baik dan benar
Proses/ Jasa
10 Sistem a. Skala Usaha Mikro dan Kecil, diarahkan untuk memiliki dokumen terdokumentasi yang memuat paling tidak
Manajemen mengenai profil usaha.
Usaha b. Skala Usaha Menengah dan Usaha Besar, harus menetapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi, yang
mencakup:
1) Perencanaan
a) Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b) Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
c) Menetapkan program rencana pengembangan penetasan
- 2095 -
2) Pengelolaan
a) Menyusun struktur organisasi secara umum dan prioritas tujuan
b) Menetapkan tanggung jawab dan uraian tugas
c) Menetapkan pola koordinasi dan evaluasi antar unit
3) Komunikasi pelanggan
a) Menetapkan saluran komunikasi bagi pelanggan
b) Menetapkan metode umpan balik pelanggan (kuesioner)
c) Menganalisa data umpan balik pelanggan.
4) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan.
5) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
6) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian yaitu :
a) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi, untuk
b) Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
c) Pemenuhan terhadap persyaratan jasa
- 2096 -
B. Pengawasan
1. Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration),
mencakup
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk/jasa
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
2. Pengawasan dilakukan secara langsung (on spot) dan secara tidak langsung.
a. pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi pembibitan dan peredaran secara
berkala oleh Pengawas Bibit Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pembibit kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
- 2097 -
3. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan
4. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak. Dalam hal di lokasi tersebut belum memiliki Pengawas
Bibit Ternak, pengawasan dapat dilaksanakan oleh Wasbitnak UPT Pusat, provinsi atau kabupaten/kota
terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang setempat dan/atau petugas yang ditunjuk.
5. Evaluasi perizinan usaha dilaksanakan paling kurang 1 (satu) tahun setelah pelaku usaha memperoleh izin
usaha dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
6. Hak dan kewajiban pengawasan perizinan usaha peternakan dilakukan sesuai peraturan yang berlaku
C. Laporan
1. Menyampaikan laporan menerapkan GHP/peraturan lainnya untuk usaha jasa penetasan telur yang memiliki
resiko usaha menengah rendah dan tinggi
2. Menyampaikan laporan Setting Hatching Record (SHR) untuk usaha jasa penetasan telur yang memiliki resiko
usaha menengah rendah dan tinggi
3. Menyampaikan laporan produksi untuk usaha jasa penetasan telur yang memiliki resiko usaha menengah
rendah dan tinggi
4. Menyampaikan laporan realisasi rencana kerja pembangunan unit usaha peternakan untuk usaha jasa
penetasan telur yang memiliki resiko usaha tinggi
D. Saluran Pengaduan Masyarakat
Pengaduan masyarakat dapat disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
- 2098 -
NO KBLI 01629
JASA PENUNJANG PETERNAKAN LAINNYA
1 Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait Kelompok usaha yang bergerak dalam jasa penunjang peternakan lainnya
lingkup atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, seperti pencukuran bulu ternak, pemasangan dan pemberian identitas
ternak, pembersihan kandang ternak, termasuk juga usaha pelayanan pencari rumput, pemeliharaan dan perawatan
hewan dan penggembalaan ternak. Termasuk juga kegiatan farrier (tukang tapal kuda) dan pengebirian hewan.
2 Istilah dan a. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan aktivitas jasa penunjang peternakan
Definisi lainnya;
b. Aktivitas jasa penunjang peternakan lainnya adalah Kelompok usaha yang bergerak dalam jasa penunjang
peternakan lainnya atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, seperti pencukuran bulu ternak, pemasangan dan
pemberian identitas ternak, pembersihan kandang ternak, termasuk juga usaha pelayanan pencari rumput,
pemeliharaan dan perawatan hewan dan penggembalaan ternak. Termasuk juga kegiatan farrier (tukang tapal
kuda) dan pengebirian hewan.
c. Pelatihan adalah proses belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang inseminasi buatan;
3. Penggolongan Penggolongan usaha jasa penunjang peternakan lainnya merupakan jasa pelayanan bergerak/keliling seperti
Usaha pencukuran bulu ternak, pemasangan dan pemberian identitas ternak, pembersihan kandang ternak, termasuk juga
usaha pelayanan pencari rumput, pemeliharaan dan perawatan hewan dan penggembalaan ternak. Termasuk juga
kegiatan farrier (tukang tapal kuda) dan pengebirian hewan yang dikelola oleh perseorangan/non perseorangan
dengan tingkat risiko usaha rendah
- 2099 -
4. Persyaratan Untuk memperoleh izin jasa penunjang peternakan lainnya, maka pelaku usaha harus memenuhi persyaratan sebagai
Umum Usaha berikut :
a. Surat Permohonan;
b. fotokopi ijazah sarjana kedokteran hewan, sarjana peternakan, diploma Kesehatan Hewan, diploma peternakan,
atau ijazah sekolah kejuruan bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan;
5 Persyaratan Pelaku usaha melakukan pemenuhan Komitmen dalam pelayanan jasa penunjang peternakan lainnya yang
Khusus dinyatakan dengan kesanggupan untuk menyampaikan sertifikat pelatihan dan/atau pernyataan kesesuaian diri (self
Usaha declare) terkait lingkup jasa penunjang peternakan lainnya
6 Sarana Sarana dan fasilitas minimal yang wajib dimiliki oleh pelaku usaha pelayanan jasa penunjang peternakan lainnya
sesuai dengan aktivitas yang dikerjakan
7 Struktur 1. Memiliki struktur organisasi yang terdokumentasi yang menguraikan tugas, fungsi dan pembagian kewenangan
Organisasi setiap personil;
SDM dan 2. Sumber daya manusia yang terlibat dalam usaha harus mempunyai keterampilan sesuai bidang tugasnya dan
SDM memahami resiko pekerjaan
3. Sumber daya manusia yang harus dimiliki sekurang-kurangnya
a. Penanggung jawab teknis pelaku usaha di dinas yang membidangi fungsi peternakan dan Kesehatan hewan
b. Pelaku usaha jasa penunjang peternakan lainnya
8 Pelayanan Pelayanan minimum terhadap peternak yang harus disediakan oleh pelaku usaha adalah sesuai dengan aktivitas
jasa penunjang peternakan lainnya
- 2100 -
9 Persyaratan Pelayanan jasa penunjang peternakan lainnya dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur pelaku
Layanan Jasa usaha berdasarkan pernyataan kesesuaian diri (self declare) .
10 Sistem Pelaku Usaha menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen 1. Perencanaan
Usaha a. Menyusun peta layanan aktivitas jasa penunjang peternakan lainnya
b. Mengidentifikasi masalah di wilayah kerja
2. Pengorganisasian
Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
3. Pelayanan
a. Menetapkan standar pelayanan.
b. Komunikasi dengan klien peternak
c. Menetapkan pola komunikasi dan pelaporan dengan Dinas dan/atau asosiasi
4. Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
5. Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
6. Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a. Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b. Pemenuhan terhadap persyaratan produk
c. Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
- 2101 -
7. Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala kepada pemberi izin dan pelaporan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
STANDAR USAHA KEGIATAN RUMAH POTONG DAN PENGEPAKAN DAGING BUKAN UNGGAS
KBLI 10110
NO
KEGIATAN RUMAH POTONG DAN PENGEPAKAN DAGING BUKAN UNGGAS
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelengggaraan usaha kegiatan
Lingkup rumah potong dan pengepakan daging bukan unggas meliputi : kegiatan pemotongan, pengulitan, pembersihan dan
pengepakan daging, seperti daging sapi, babi, biri-biri, domba, dan unta.
2 Istilah dan 1) Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
Definisi usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk
surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen.
2) Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu.
3) Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional.
4) Rumah Potong Hewan yang selanjutnya disebut dengan RPH adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan
dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi masyarakat
umum.
5) Pemotongan hewan adalah kegiatan untuk menghasilkan daging hewan yang terdiri dari pemeriksaan ante-
mortem, penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post-mortem.
6) Penyembelihan hewan adalah kegiatan mematikan hewan hingga tercapai kematian sempurna dengan cara
menyembelih yang mengacu kepada kaidah kesejahteraan hewan dan syariat agama islam untuk komoditi yang
- 2103 -
dipersyaratkan.
7) Penanganan daging hewan adalah kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian karkas, pembagian potongan
daging, pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan lain untuk penjualan daging.
8) Ruminansia adalah ternak memamah biak yang terdiri dari ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau
serta ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba.
9) Karkas ruminansia adalah bagian dari tubuh ternak ruminansia sehat yang telah disembelih secara halal,
dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala, kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan
ambing, ekor serta lemak yang berlebih, dapat berupa karkas segar hangat (hot carcass), segar dingin (chilled)
atau beku (frozen).
10) Karkas babi adalah bagian dari babi yang disembelih setelah dikuliti/tidak dikuliti dan dikeluarkan isi rongga
perut dan dadanya.
11) Daging adalah bagian dari otot skeletal karkas yang lazim, aman, dan layak dikonsumsi oleh manusia, terdiri
atas potongan daging bertulang dan daging tanpa tulang, dapat berupa daging segar hangat, segar dingin
(chilled) atau beku (frozen).
12) Dokter hewan penanggung jawab teknis adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh manajemen RPH yang
bertanggungjawab dalam pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem serta pengawasan di bidang kesehatan
masyarakat veteriner di RPH.
3 Penggolongan -
Usaha
- 2104 -
4 Persyaratan Durasi Pemenuhan Persyaratan Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan Lembaga OSS.
Umum Usaha
5 Persyaratan 1) Persyaratan Teknis adalah persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha dalam memitigasi risiko
Khusus yang dapat dihasilkan oleh proses produksi di RPH;
Usaha 2) Persyaratan Teknis meliputi
a) Surat pernyataan mempunyai tenaga kerja paling sedikit:
1. dokter hewan sebagai pelaksana dan penanggung jawab teknis pengawasan kesehatan masyarakat
veteriner dan kesejahteraan hewan,
2. pemeriksa daging (keurmaster) dan animal welfare officer (AWO), dan
3. juru sembelih halal bagi komoditas yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b) Memenuhi persyaratan teknis lokasi, sarana pendukung, konstruksi dasar dan desain bangunan, peralatan;
c) Memiliki prasarana dan sarana yang memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi, biosekuriti dan
kesejahteraan hewan;
d) Memperkerjakan paling kurang satu dokter hewan sebagai pelaksana dan penanggung jawab teknis
pengawasan kesehatan masyarakat veteriner di RPH;
e) Mempekerjakan paling kurang satu orang tenaga pemeriksa daging (keurmaster) dan animal welfare officer
(AWO) dibawah pengawasan dokter hewan penanggung jawab teknis;
f) Mempekerjakan paling kurang dua orang juru sembelih halal bagi komoditas yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan;
- 2105 -
- Dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai tempat
untuk meletakkan barang;
- Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, landai ke arah
saluran pembuangan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi;
- Permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang, jika lantai terbuat
dari ubin, maka jarak antar ubin diatur sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup
dengan bahan kedap air;
- Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung;
- Sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung;
- Langit-langit didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, terbuat
dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, tidak ada lubang atau
celah terbuka;
- Lampu penerangan harus mempunyai pelindung, mudah dibersihkan, dan mempunyai intensitas
cahaya 540 luks untuk area pemeriksaan post mortem dan 220 luks untuk area proses pemotongan;
- Lampu di ruang produksi dan penyimpanan bahan baku berpelindung untuk mencegah
pencemaran fisik terhadap produk;
- Bangunan dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang baik;
- Desain bangunan mampu mencegah masuk dan bersarangnya serangga, rodensia, burung dan/atau
binatang pengganggu lainnya;
- Kusen pintu dan jendela, serta bahan daun pintu dan jendela tidak terbuat dari kayu, terbuat dari
- 2109 -
bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan keras, mudah dibersihkan dan
didisinfeksi;
- Kusen pintu dan jendela bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan
dipakai sebagai tempat untuk meletakkan barang.
b. Fasilitas
- Tersedia air bersih yang memadai.
- Tersedia sumber listrik yang memadai.
- Lubang ke arah saluran pembuangan pada permukaan lantai dilengkapi dengan penyaring.
- Bangunan memiliki kamar mandi/toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu terjaga
kebersihannya.
- Pintu kamar mandi/toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
- Ruang ganti pakaian untuk pekerja di daerah kotor dan di daerah bersih terpisah.
- Ruang ganti pakaian kerja terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar
bangunan.
- Memiliki fasilitas untuk membersihkan sepatu boot dan fasilitas foot dip pada pintu masuk ruang
produksi yang berfungsi baik (berisi disinfektan).
- Memiliki fasilitas cuci tangan pada toilet dan ruang produksi yang berfungsi dengan baik dan tidak
dioperasikan dengan tangan, tersedia air bersih dan dilengkapi dengan sabun cair dan sanitiser
serta petunjuk untuk mencuci tangan.
- 2110 -
pemingsanan.
d. waktu antara proses pemingsanan dan proses penyembelihan dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
e. proses penyelesaian penyembelihan dilakukan setelah hewan mati sempurna dengan pemeriksaan
refleks kornea (tidak dilakukan untuk penyembelihan dengan pemingsanan), pemeriksaan pernafasan
(gerakan costae), dan kesempurnaan pengeluaran darah dengan teknik yang benar.
f. temperatur di ruang penanganan karkas dan daging tidak lebih dari 15ºC.
g. rumah potong hewan ruminansia yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin harus memiliki ruang
penyimpanan berpendingin yang mampu mencapai dan mempertahankan secara konstan temperatur
daging pada 0 - 4ºC (chilled meat) atau -10ºC (frozen), serta kapasitas ruangan harus
mempertimbangkan sirkulasi udara.
h. ruang penyimpanan berpendingin dilengkapi dengan termometer atau display temperatur yang
mudah dibaca.
i. karkas ternak ruminansia dicap sebagai hasil pemeriksaan post mortem dengan cap/stempel yang
terbuat dari bahan yang diperbolehkan untuk pangan.
6. Higiene Personel
a. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
b. pekerja yang menangani langsung produk mendapatkan pelatihan terkait higiene sanitasi.
c. pekerja senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapannya.
d. perlengkapan standar untuk pekerja pada proses pemotongan meliputi pakaian kerja khusus, apron
plastik, tutup kepala dan sepatu boot yang harus disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap
- 2112 -
pekerja.
e. selama bekerja, pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, dan tindakan lain yang dapat
mengkontaminasi produk.
7. Higiene Sanitasi
a. tersedia fasilitas penanganan limbah dan kotoran.
b. sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan limbah yang didisain agar aliran limbah
mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan mudah dirawat, tidak mencemari tanah, tidak
menimbulkan bau, dan dijaga agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pembersihan dan disinfeksi.
d. bahan pembersih, desinfektan/sanitiser, dan bahan-bahan kimia harus berada dalam wadah yang
utuh (tidak bocor) dan berpenutup, harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama,
konsentrasi, dan petunjuk cara pemakaian.
e. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan (diizinkan).
f. memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu
lainnya yang dilakukan secara efektif.
8. Pengujian oleh Pihak Eksternal Terakreditasi
a. pengujian keamanan pangan terhadap produk akhir dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi
minimal 1 (satu) kali setahun.
b. jenis pemeriksaan dan pengujian meliputi pemeriksaan organoleptik, pengujian kimiawi sederhana,
seperti uji awal pembusukan daging dan uji kesempurnaan pengeluaran darah, pengujian cemaran
- 2113 -
mikroba seperti Total Plate Count (TPC), Coliform, E. coli, Staphylococcus sp., Salmonella sp., serta
pengujian parasit.
c. pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu)
kali setahun.
d. pengujian laboratorium untuk melihat efektifitas program sanitasi dilakukan di laboratorium
eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
e. alat ukur temperatur dikalibrasi oleh pihak eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
3) Kesejahteraan Hewan
a. terdapat fasilitas penurunan hewan (rampa, lantai, dan pagar pembatas) dalam keadaan baik dan
terawat dan rampa tidak curam (kurang 20°C).
b. kandang penampungan sementara berjarak paling kurang 10 meter dari bangunan utama dan
memiliki daya tampung 1,5 kali dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari.
c. kandang penampungan terbuat dari bahan yang tidak menyebabkan hewan cedera/terluka dan
fasilitas kandang penampungan tidak rusak sehingga tidak menyebabkan hewan cedera/terluka dan
memungkinkan untuk dilakukan tindakan higiene sanitasi kandang.
d. kepadatan hewan di kandang penampungan 0,6 – 0,75 m2 per ekor.
e. lantai kandang penampungan terbuat dari bahan yang kuat (tahan terhadap benturan keras), kedap
air, tidak licin dan landai ke arah saluran pembuangan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
f. atap terbuat dari bahan yang kuat dan dapat melindungi hewan dengan baik dari panas dan hujan.
g. tersedia tempat pakan dan minum yang mudah diakses oleh ternak dan mudah dibersihkan.
h. pakan dan bahan pakan yang digunakan tersedia secara cukup dan air minum tersedia secara tidak
terbatas (ad libitum) setiap hari dan berkesinambungan.
i. terdapat jalur penggiringan hewan (gang way) dari kandang menuju tempat penyembelihan dengan
lantai tidak licin, dan dilengkapi dengan pagar yang kuat di kedua sisinya dengan lebar hanya cukup
untuk satu ekor sehingga hewan tidak dapat berbalik.
j. jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan bangunan utama didisain sehingga
tidak terjadi kontras warna dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan dipotong menjadi
- 2115 -
- Dinding paling kurang setinggi 3 meter terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak
toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan, dan didisinfeksi serta tidak mudah
mengelupas.
- Dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai
tempat untuk meletakkan barang.
- Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, landai ke arah
saluran pembuangan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
- Permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang, jika lantai terbuat
dari ubin, maka jarak antar ubin diatur sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup
dengan bahan kedap air.
- Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung.
- Sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung.
- Langit-langit didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, terbuat
dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, dan tidak ada lubang
atau celah terbuka.
- Lampu penerangan harus mempunyai pelindung, mudah dibersihkan, dan mempunyai intensitas
cahaya 540 luks untuk area pemeriksaan post mortem dan 220 luks untuk area proses
pemotongan.
- Lampu di ruang produksi dan penyimpanan bahan baku berpelindung untuk mencegah
pencemaran fisik terhadap produk.
- 2117 -
dioperasikan dengan tangan, tersedia air bersih yang dilengkapi dengan sabun cair, sanitiser serta
petunjuk untuk mencuci tangan.
c. Peralatan
- Seluruh peralatan, wadah dan permukaan yang kontak dengan daging dan jeroan tidak terbuat
dari kayu dan bahan yang bersifat toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan
didisinfeksi serta mudah dirawat.
- Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan jeroan harus terbuat dari bahan yang
tidak mudah berkarat atau korosif, kuat, tidak dicat, mudah dibersihkan, dan mudah didisinfeksi.
- Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan harus food grade (aman untuk
pangan).
- Peralatan untuk membersihkan dan mendisinfeksi ruang dan peralatan harus tersedia dalam
jumlah cukup sehingga proses pembersihan dan disinfeksi bangunan dan peralatan dapat
dilakukan secara baik dan efektif.
- Desain peralatan yang digunakan harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang saat
difungsikan.
- Peralatan dan wadah yang kontak dengan daging harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering
sebelum digunakan serta diadakan pembersihan secara benar setiap selesai digunakan.
5) Penanganan Daging
a. penyembelihan dilakukan oleh juru sembelih sesuai dengan prosedur penyembelihan.
b. alat/pisau yang digunakan menyembelih atau mematikan cukup panjang dan tajam selama proses
- 2119 -
penyembelihan.
c. peralatan pemingsanan ditempatkan di posisi yang benar pada kepala hewan pada saat proses
pemingsanan.
d. waktu antara proses pemingsanan dan proses penyembelihan dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
e. proses penyelesaian pemotongan dilakukan setelah hewan mati sempurna dengan pemeriksaan
refleks kornea (tidak dilakukan untuk penyembelihan dengan pemingsanan), pemeriksaan pernafasan
(gerakan costae), dan kesempurnaan pengeluaran darah dengan teknik yang benar.
f. temperatur di ruang penanganan karkas dan daging tidak lebih dari 15ºC.
g. RPH-B yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin harus memiliki ruang penyimpanan berpendingin
yang mampu mencapai dan mempertahankan secara konstan temperatur daging pada 0-4ºC (chilled
meat) atau -10ºC (frozen) serta kapasitas ruangan harus mempertimbangkan sirkulasi udara.
h. ruang penyimpanan berpendingin dilengkapi dengan termometer atau display suhu yang mudah
dibaca.
i. karkas babi dicap sebagai hasil pemeriksaan post mortem dengan cap/stempel yang terbuat dari
bahan yang diperbolehkan untuk pangan.
6) Higiene Personel
a. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
b. pekerja yang menangani langsung produk mendapatkan pelatihan terkait higiene sanitasi.
c. pekerja senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapannya.
d. perlengkapan standar untuk pekerja pada proses pemotongan meliputi pakaian kerja khusus, apron
- 2120 -
plastik, tutup kepala, dan sepatu boot yang harus disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap
pekerja.
e. selama bekerja, pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, dan tindakan lain yang dapat
mengkontaminasi produk.
7) Higiene sanitasi
a. tersedia fasilitas penanganan limbah dan kotoran.
b. sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan limbah yang didesain agar aliran limbah
mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan mudah dirawat, tidak mencemari tanah, tidak
menimbulkan bau, dan dijaga agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pembersihan dan disinfeksi.
d. bahan pembersih, desinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh
(tidak bocor) dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama,
konsentrasi, dan petunjuk cara pemakaian.
e. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan.
f. memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga, rodensia dan/atau binatang pengganggu
lainnya yang dilakukan secara efektif.
8) Pengujian oleh Pihak Eksternal Terakreditasi
a. pengujian keamanan pangan terhadap produk akhir dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi
minimal 1 (satu) kali setahun.
b. jenis pemeriksaan dan pengujian meliputi pemeriksaan organoleptik, pengujian kimiawi sederhana,
- 2121 -
seperti uji awal pembusukan daging, uji kesempurnaan pengeluaran darah, dan pengujian cemaran
mikroba seperti Total Plate Count (TPC), Coliform, E. coli, Staphylococcus sp., Salmonella sp., serta
pengujian parasit.
c. pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu)
kali setahun.
d. pengujian laboratorium untuk melihat efektifitas program sanitasi dilakukan di laboratorium
eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
e. alat ukur temperatur dikalibrasi oleh pihak eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
6 Sarana 1) Persyaratan Lokasi
a) sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) dan Rencana Detil Tata Ruang Daerah (RDTRD)
atau daerah yang peruntukan sebagai kawasan agribisnis,
b) tidak berada di daerah rawan banjir, rawan longsor, tercemar asap, bau, debu dan kontaminan lainnya,
c) tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan,
d) letaknya lebih rendah dari pemukiman,
e) mempunyai akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan pemotongan hewan dan kegiatan pembersihan
serta disinfeksi,
f) tidak berada dekat industri logam dan kimia,
g) mempunyai lahan yang cukup untuk pengembangan RPH,
h) RPH ruminansia terpisah secara fisik dari lokasi RPH babi atau dibatasi dengan pagar tembok dengan tinggi
minimal 3 (tiga) meter untuk mencegah lalu lintas orang, alat dan produk antar rumah potong.
- 2122 -
9. dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai tempat
untuk meletakkan barang;
10. lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, mudah dibersihkan
dan didesinfeksi dan landai ke arah saluran pembuangan;
11. permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang, jika lantai terbuat
dari ubin, maka jarak antar ubin diatur sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup dengan
bahan kedap air;
12. lubang ke arah saluran pembuangan pada permukaan lantai dilengkapi dengan penyaring;
13. sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 75 mm;
14. sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 25
mm;
15. di daerah pemotongan dan pengeluaran darah harus didisain agar darah dapat tertampung;
16. langit-langit didisain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, harus
berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, kuat, mudah
dibersihkan, tidak ada lubang atau celah terbuka pada langit-langit;
17. ventilasi pintu dan jendela harus dilengkapi dengan kawat kasa untuk mencegah masuknya serangga
atau dengan menggunakan metode pencegahan serangga lainnya;
18. konstruksi bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mencegah tikus atau rodensia,
serangga dan burung masuk dan bersarang dalam bangunan; p. pertukaran udara dalam bangunan
harus baik;
- 2126 -
19. kusen pintu dan jendela, serta bahan daun pintu dan jendela tidak terbuat dari kayu, dibuat dari
bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan keras, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi dan bagian bawahnya harus dapat menahan agar tikus/rodensia tidak dapat masuk;
20. kusen pintu dan jendela bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai
sebagai tempat untuk meletakkan barang.
f) Area penurunan (unloading)
a. dilengkapi dengan fasilitas untuk menurunkan ternak (unloading) dari atas kendaraan angkut ternak
yang didisain sedemikian rupa sehingga ternak tidak cedera akibat melompat atau tergelincir,
b. ketinggian tempat penurunan/penaikan hewan harus disesuaikan dengan ketinggian kendaraan
angkut hewan,
c. lantai sejak dari tempat penurunan hewan sampai kandang penampungan harus tidak licin dan dapat
meminimalisasi terjadinya kecelakaan,
d. harus memenuhi aspek kesejahteraan hewan.
g) Kandang penampung dan istirahat hewan
Kandang penampungan adalah kendang yang digunakan untuk menampung hewan potong sebelum
pemotongan dan tempat dilakukannya pemeriksaan ante-mortem.
a. bangunan kandang penampungan sementara atau kandang istirahat paling kurang berjarak 10 meter
dari bangunan utama,
b. memiliki daya tampung 1,5 kali dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari,
c. ventilasi (pertukaran udara) dan penerangan harus baik,
- 2127 -
d. tersedia tempat air minum untuk hewan potong yang didisain landai ke arah saluran pembuangan
sehingga mudah dibersihkan,
e. lantai terbuat dari bahan yang kuat (tahan terhadap benturan keras), kedap air, tidak licin dan landai
ke arah saluran pembuangan serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi,
f. saluran pembuangan didisain sehingga aliran pembuangan dapat mengalir lancer,
g. atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat melindungi hewan dengan baik dari panas
dan hujan,
h. terdapat jalur penggiringan hewan (gang way) dari kandang menuju tempat penyembelihan, dilengkapi
dengan pagar yang kuat di kedua sisinya dan lebarnya hanya cukup untuk satu ekor sehingga hewan
tidak dapat kembali ke kandang,
i. jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan bangunan utama didisain sehingga
tidak terjadi kontras warna dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan dipotong menjadi
stres dan takut
h) Kandang penampung ternak ruminansia betina produktif
a. dapat merupakan kandang penampung yang terpisah atau merupakan bagian kandang penampungan
hewan, tetapi memiliki batas yang jelas,
b. fungsi kandang penampungan untuk menampung ternak ruminansia betina produktif hasil seleksi
hewan yang akan dipotong di RPH, sekaligus sebagai tempat isolasi untuk ternak yang tidak boleh
dipotong,
c. syarat kandang penampungan ternak ruminansia betina produktif harus sama dengan syarat kandang
- 2128 -
penampungan ternak,
d. dilengkapi dengan kandang jepit untuk pemeriksaan status reproduksi.
i) Kandang isolasi
Kandang isolasi adalah kandang yang digunakan untuk mengisolasi hewan potong yang ditunda
pemotongannya karena menderita atau dicurigai menderita penyakit tertentu.
a. terletak pada jarak terjauh dari kandang penampung dan bangunan utama, serta dibangun di bagian
yang lebih rendah dari bangunan lain,
b. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik,
c. dilengkapi dengan tempat air minum yang didisain landai ke arah saluran pembuangan sehingga
mudah dibersihkan,
d. lantai terbuat dari bahan yang kuat (tahan terhadap benturan keras), kedap air, tidak licin dan landai
ke arah saluran pembuangan serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi,
e. saluran pembuangan didisain sehingga aliran pembuangan dapat mengalir lancer,
f. atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat melindungi hewan dengan baik dari panas
dan hujan.
j) Ruang pendingin/pelayuan (chilling room)
a. ruang pendingin/pelayuan terletak di daerah bersih,
b. besarnya ruang disesuaikan dengan jumlah karkas yang dihasilkan dengan mempertimbangkan jarak
antar karkas paling kurang 10 cm, jarak antara karkas dengan dinding paling kurang 30 cm, jarak
antara karkas dengan lantai paling kurang 50 cm, dan jarak antar baris paling kurang 1 meter,
- 2129 -
c. tempat istirahat karyawan harus dilengkapi dengan lemari untuk setiap karyawan yang dilengkapi
kunci untuk menyimpan barang-barang pribadi,
d. locker untuk pekerja ruang kotor harus terpisah dari locker pekerja bersih.
q) Kamar mandi dan WC
a. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik
b. masing-masing daerah kotor dan daerah bersih memiliki paling kurang satu unit kamar mandi dan
WC,
c. saluran pembuangan dari kamar mandi dan WC dibuat khusus ke arah “septic tank”, terpisah dari
saluran pembuangan limbah proses pemotongan,
d. dinding bagian dalam dan lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, mudah
dirawat serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi,
e. jumlah kamar mandi dan WC disesuaikan dengan jumlah karyawan, minimal 1 unit untuk 25
karyawan.
r) Fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat dimanfaatkan atau insinerator
a. dibangun dekat dengan kandang isolasi,
b. dapat memusnahkan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat dimanfaatkan secara efektif tanpa
menimbulkan pencemaran lingkungan,
c. didisain agar mudah diawasi dan mudah dirawat serta memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.
s) Sarana penanganan limbah
a. memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan,
- 2132 -
b. didisain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan,
c. sesuai dengan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dari Dinas yang membidangi fungsi
kesehatan lingkungan.
t) Rumah jaga
a. dibangun masing-masing di pintu masuk dan di pintu keluar kompleks RPH,
b. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik,
c. atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat melindungi petugas dari panas dan hujan,
d. didisain agar memenuhi persyaratan keamananan dan keselamatan kerja, serta memungkinkan
petugas jaga dapat mengawasi dengan leluasa keadaan di sekitar RPH dari dalam rumah jaga.
u) Ruang pelepasan daging (deboning room) dan pembagian/pemotongan daging (cutting room)
a. disain dan konstruksi dasar ruang pelepasan daging dan ruang pembagian/ pemotongan daging harus
dapat memfasilitasi proses pembersihan dan desinfeksi dengan efektif,
b. memiliki ventilasi dan penerangan yang cukup,
c. didisain untuk dapat mencegah masuk dan bersarangnya serangga, burung, rodensia, dan binatang
pengganggu lainnya di dalam ruang produksi,
d. lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, tahan terhadap benturan
keras, tidak berlubang, tidak licin dan landai ke arah saluran pembuangan, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi, tidak mudah mengelupas, serta apabila lantai terbuat dari ubin, maka jarak antar ubin
diatur sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup dengan bahan kedap air,
- 2133 -
e. dinding terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, memiliki insulasi yang
baik, dan berwarna terang, dan dinding bagian dalam dilapisi bahan kedap air setinggi minimal 3
meter dengan permukaan rata, tidak ada celah/lubang, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta
tidak mudah mengelupas,
f. dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai tempat
untuk meletakkan barang,
g. sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 75 mm,
dan sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 25
mm,
h. langit-langit harus dibuat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya akumulasi debu dan kotoran,
meminimalisasi terjadinya kondensasi, pertumbuhan jamur, dan terjadinya keretakan, serta mudah
dibersihkan,
i. jendela dan ventilasi harus didisain untuk menghindari terjadinya akumulasi debu dan kotoran,
mudah dibersihkan dan selalu terawat dengan baik,
j. kusen pintu dan jendela, serta bahan daun pintu dan jendela tidak terbuat dari kayu, dibuat dari
bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan keras, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi dan bagian bawahnya harus dapat menahan agar tikus/rodensia tidak dapat masuk,
k. kusen pintu dan jendela bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai
sebagai tempat untuk meletakkan barang,
l. pintu dilengkapi dengan tirai plastik untuk mencegah terjadinya variasi temperatur dan didisain dapat
- 2134 -
menutup secara otomatis; m.selama proses produksi berlangsung temperatur ruangan harus
dipertahankan kurang lebih 15 °C.
v) Ruang pengemasan daging harus sama dengan persyaratan disain dan konstruksi dasar ruang pelepasan
dan pembagian/pemotongan daging,
w) Ruang pembekuan cepat (blast freezer)
a. kapasitas ruangan disesuaikan dengan jumlah produk yang akan dibekukan,
b. disain dan konstruksi dasar ruang pembekuan cepat harus sama dengan persyaratan disain dan
konstruksi dasar ruang pelepasan dan pembagian/ pemotongan daging,
c. ruang didisain agar tidak ada aliran air atau limbah cair lainnya dari ruang lain yang masuk ke dalam
ruang pembeku,
d. ruang dilengkapi dengan alat pendingin yang memiliki kipas (blast freezer) yang mampu mencapai dan
mempertahankan temperatur ruangan di bawah – 18 °C dengan kecepatan udara minimum 2 meter
per detik.
x) Ruang penyimpanan beku (cold storage)
a. kapasitas ruang disesuaikan dengan jumlah produk beku yang disimpan,
b. disain dan konstruksi dasar ruang penyimpanan beku harus sama dengan persyaratan disain dan
konstruksi dasar ruang pelepasan dan pembagian/ pemotongan daging
c. ruang didisain agar tidak ada aliran air atau limbah cair lainnya dari ruang lain yang masuk ke dalam
ruang penyimpanan beku,
d. dilengkapi dengan fasilitas pendingin sebagai berikut:
- 2135 -
i. memiliki ruang penyimpanan berpendingin yang mampu mencapai dan mempertahankan secara
konstan temperatur daging pada +4 °C hingga - 4 °C (chilled meat); - 2 °C hingga – 8 °C (frozen
meat); atau kurang lebih -18 °C (deep frozen), kapasitas ruangan harus mempertimbangkan
sirkulasi udara dapat bergerak bebas,
ii. ruang penyimpanan berpendingin dilengkapi dengan thermometer atau display suhu yang
diletakkan pada tempat yang mudah dilihat.
y) Untuk RPH berorientasi ekspor :
a. RPH berorientasi ekspor merupakan RPH yang telah memenuhi Sertifikat NKV Level I;
b. harus mempunyai fasilitas laboratorium sederhana untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian
produk, peralatan, air, petugas dan lingkungan produksi yang diperlukan dalam rangka monitoring
penerapan praktek higiene di RPH.
c. Jenis pemeriksaan dan pengujian meliputi pemeriksaan organoleptik, pengujian kimiawi sederhana,
seperti uji awal pembusukan daging dan uji kesempurnaan pengeluaran darah, pengujian cemaran
mikroba seperti Total Plate Count (TPC), Coliform, E. coli, Staphylococcus sp., Salmonella sp., serta
pengujian parasit.
d. Laboratorium
1. letak laboratorium berdekatan dengan kantor dokter hewan,
2. tata ruang dan peralatan laboratorium harus mempertimbangkan faktor keselamatan dan
kenyamanan kerja,
3. konstruksi lantai, dinding dan langit-langit harus memenuhi persyaratan paling kurang tertutup
- 2136 -
dengan enamel berkualitas baik atau dengan cat epoksi, ataupun bahan lainnya yang memiliki
permukaan yang halus, kedap air, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah
perawatannya,
4. penerangan dalam laboratorium memiliki intensitas cahaya 540 luks dan dilengkapi dengan
lampu berpelindung,
5. ventilasi di dalam ruang harus baik, dilengkapi dengan alat pendingin (air conditioner) ruangan
untuk mengurangi jumlah partikel yang terdapat dalam udara dan untuk meminimalkan
kemungkinan terjadinya variasi temperature,
6. untuk keselamatan kerja petugas, laboratorium dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran,
alarm (tanda bahaya) dan sarana P3K,
7. memiliki ruang dan fasilitas khusus masing-masing untuk penyimpanan sampel, peralatan dan
media
8. dilengkapi dengan sarana pencuci tangan.
4) Persyaratan Peralatan
1. Seluruh peralatan pendukung dan penunjang di RPH harus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif,
mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat,
2. Seluruh peralatan dan permukaan yang kontak dengan daging dan jeroan tidak boleh terbuat dari kayu dan
bahan-bahan yang bersifat toksik, misalnya seng, polyvinyl chloride/ PVC tidak mudah korosif, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat,
3. Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan jeroan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah
- 2137 -
berkarat atau korosif (terbuat dari stainless steel atau logam yang digalvanisasi), kuat, tidak dicat, mudah
dibersihkan dan mudah didesinfeksi serta mudah dirawat,
4. Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan harus food grade (aman untuk pangan),
5. Sarana pencucian tangan harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak kontak dengan telapak tangan,
dilengkapi dengan fasilitas seperti sabun cair dan pengering, dan apabila menggunakan tissue harus
tersedia tempat sampah.
6. Peralatan untuk membersihkan dan mendesinfeksi ruang dan peralatan harus tersedia dalam jumlah cukup
sehingga proses pembersihan dan desinfeksi bangunan dan peralatan dapat dilakukan secara baik dan
efektif,
7. Bangunan utama paling kurang harus dilengkapi dengan:
a. alat untuk memfiksasi hewan (Restraining box),
b. alat untuk menempatkan hewan setelah disembelih (Cradle),
c. alat pengerek karkas (Hoist),
d. rel dan alat penggantung karkas yang didisain agar karkas tidak menyentuh lantai dan dinding,
e. fasilitas dan peralatan pemeriksaan post-mortem, meliputi:
i. meja pemeriksaan hati, paru, limpa dan jantung,
ii. alat penggantung kepala.
f. peralatan untuk kegiatan pembersihan dan desinfeksi,
g. timbangan hewan, karkas dan daging.
8. Ruang jeroan paling kurang harus dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan untuk:
- 2138 -
12. Pada setiap pintu masuk bangunan utama, harus dilengkapi dengan peralatan untuk mencuci tangan yang
dilengkapi dengan sabun, desinfektan, foot dip dan sikat sepatu, dengan jumlah disesuaikan dengan
jumlah pekerja.
13. Peralatan untuk membersihkan dan mendesinfeksi ruang dan peralatan harus tersedia dalam jumlah
cukup agar dapat dipastikan bahwa seluruh proses pembersihan dan desinfeksi dapat dilakukan secara
baik dan efektif
7 Struktur 1) Memiliki struktur organisasi yang terdokumentasi yang menguraikan tugas, fungsi dan pembagian kewenangan
Organisasi setiap personil;
SDM 2) Sumber daya manusia yang terlibat dalam usaha harus mempunyai keterampilan sesuai bidang tugasnya dan
memahami resiko pekerjaan;
3) Sumber daya manusia yang harus dimiliki sekurang-kurangnya:
a) Dokter hewan non ASN sebagai penanggung jawab teknis;
b) Dokter hewan berwenang yang bertanggung jawab dalam pengawasan di bidang kesehatan masyarakat
veteriner;
c) Pekerja yang sudah mendapatkan pelatihan tentang praktek higiene dan sanitasi;
d) Dokter hewan dan/atau paramedik veteriner yang melaksanakan pemeriksaan ante mortem dan post mortem;
e) Penanggung jawab penerapan kesejahteraan hewan (AWO);
f) Bila menggunakan alat pemingsanan, petugas telah mendapatkan pelatihan operator alat pemingsanan;
g) Juru sembelih halal yang memiliki sertifikat kompetensi juru sembelih halal minimal dua orang.
- 2140 -
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus disediakan oleh Pelaku usaha rumah potong hewan adalah penyembelihan halal
yang dilakukan oleh juru sembelih halal untuk Rumah Potong Hewan Ruminansia. Untuk menjamin penyembelihan
halal RPH harus memiliki minimal dua (2) orang Juru Sembelih Halal.
9 Persyaratan 1) Nomor Kontrol Veteriner wajib dicantumkan pada kemasan produk sesuai ketentuan;
Produk/ 2) Karkas/daging yang dihasilkan dari rumah potong hewan yang dikemas harus memiliki nomor registrasi setelah
Proses/Jasa jangka waktu yang ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan;
3) Jenis produk yang dihasilkan terdiri dari 2 (dua) kategori, yaitu:
a) karkas/daging hangat,
b) karkas/daging dingin (chilled) dan/atau beku (frozen).
4) Produk daging yang dihasilkan memiliki nomor registrasi produk hewan.
5) Standar produk yang dapat diacu adalah: SNI mutu karkas dan daging sapi SNI 3932: 2008, SNI mutu karkas
dan daging Kambing/domba SNI 3932: 2008
10 Sistem 1) Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen a) Perencanaan
Usaha b) Pengelolaan
c) Komunikasi pelanggan
d) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan
e) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
2) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- 2141 -
Teknis
a. Nama ……………………………………….
b. Gelar ……………………………………….
6. Riwayat Unit
Usaha/Perusahaan
a. Tahun Unit Usaha ……………………………………….
didirikan
b. Tahun mulai ……………………………………….
beroperasi/produksi
7. Kapasitas ……………………………………ekor/hari atau
(disesuaikan dengan kg/hari atau ton/hari atau liter/hari
jenis unit usaha*):
8. Produksi rata-rata per ……………………………………….
hari (disesuaikan
dengan jenis unit usaha)
9. Jenis Produk Akhir a. …………………………………
(disesuaikan dengan b. …………………………………
jenis unit usaha) c. …………………………………
10. Pemasaran Produk ke : Negara Tujuan
Jenis Produk
(disesuaikan dengan (%)
- 2144 -
b. Dalam Negeri
13 Penanggung Jawab:
a. Unit Usaha (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
b. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
c. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
- 2145 -
hewan)
No NKV/establisment
number
7) Memiliki SOP Kesrawan untuk (ada/tidak ada) *
Unit Usaha budidaya dan RPH
8) Memiliki sertifikat kompartemen (ada/tidak ada)*
untuk Unit Usaha budidaya Ayam
Petelur
9) Memiliki Dokter hewan dan/atau (ada/tidak ada)*
paramedik veteriner yang Nama Dokter Hewan:
melaksanakan pemeriksaan ante
mortem dan post mortem untuk Nama Paramedik:
Unit Usaha Rumah Potong Hewan
Ruminansia/Babi/Unggas
10) Hasil pemeriksaan laboratorium (ada/tidak ada)*
untuk Unit Usaha Pengeluaran
Produk Hewan
*) Coret yang tidak perlu.
- 2150 -
dilakukan secara
teratur
I.4. Pemeriksaan post X
mortem tidak
terdokumentasi
dengan baik
II. Biosekuriti
2. Setiap hewan yang datang X
tidak disertai dengan
Sertifikat Veteriner atau
Surat Keterangan
Kesehatan Hewan (SKKH)
3. Hewan yang baru datang X
disatukan dengan hewan
yang sudah ada di
kandang penampungan
III. Kesejahteraan Hewan
4. Penerimaan Hewan
4.1. Fasilitas penurunan X
hewan (rampa,
- 2152 -
lantai, pagar
pembatas) tidak ada
4.2. Fasilitas penurunan X
hewan (rampa,
lantai, pagar
pembatas) ada
dalam keadaan
rusak, atau rampa
curam (melebihi 30°)
4.3. Kandang X
penampungan
sementara dibuat
dari bahan yang
dapat menyebabkan
hewan cidera/terluka
4.4. Terdapat kerusakan X
fasilitas kandang
penampungan yang
dapat menyebabkan
hewan cidera/terluka
- 2153 -
penyimpanan tidak
berpelindung
12.2. Intensitas cahaya di X
area pemeriksaan
ante mortem dan post
mortem kurang dari
540 luks
12.3. Intensitas cahaya di X
area produksi kurang
dari 220 luks
13. Sirkulasi Udara
13.1. Sirkulasi udara tidak X
baik (pengap)
13.2. Udara mengalir dari X
daerah kotor ke
daerah bersih
14. Saluran pembuangan tidak X
lancar dan/atau tidak
tertutup
15. Tidak tersedia pasokan air X
- 2159 -
tidak dilengkapi
sabun cair dan
sanitiser serta
petunjuk untuk
mencuci tangan
tidak dilakukan
oleh Juru Sembelih
Halal yang
tersertifikasi
21.2. Penyembelihan X
tidak mengikuti
prosedur
penyembelihan
halal
21.3. Pisau yang X
digunakan
menyembelih tidak
cukup panjang dan
tidak tajam X
21.4. Pisau yang
digunakan dalam
proses
penyembelihan
tidak dijaga tetap
tajam antara
- 2164 -
penyembelihan tiap
hewan
22. Penanganan Dalam
Penyelesaian
Penyembelihan
22.1. Proses penyelesaian X
pemotongan
dilakukan sebelum
hewan mati
sempurna
22.2. Temperatur di X
ruang penanganan
karkas dan daging
lebih dari 15ºC
23. Cap/stempel dan Label
23.1. Karkas ternak X
ruminansia tidak
dicap sebagai hasil
pemeriksaan
postmortem
- 2165 -
penyembelihan
dilakukan lebih dari
30 detik
25. Proses Penyembelihan
tanpa Pemingsanan
25.1. Waktu antara X
hewan yang sudah
direbahkan dan
penyembelihan
dilakukan lebih dari
30 detik
25.2. Tidak dilakukan X
pemeriksaan refleks
kornea atau
pemeriksaan refleks
kornea tidak
dilakukan dengan
teknik yang benar,
sebelum dimulai
proses penanganan
- 2167 -
lebih lanjut
dan/atau Binatang
Pengganggu Lainnya
32.1. Tidak memiliki X
program tertulis
dalam pengendalian
serangga, rodensia
dan/atau binatang
pengganggu lainnya
32.2. Pengendalian X
serangga, rodensia
dan/atau binatang
pengganggu lainnya
di ruang produksi
tidak dilakukan
secara efektif
laboratorium untuk
melihat efektifitas program
sanitasi di laboratorium
b. Penentuan Tingkat Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R)
maksimal 10
III ≤19 Jumlah penyimpangan
maksimal 37
3. Keterangan Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
a. Tingkat I Sangat baik (kualifikasi ekspor)
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
dengan baik
1.3 Pemeriksaan post mortem X
tidak dilakukan secara
teratur
1.4 Pemeriksaan post mortem X
tidak terdokumentasi
dengan baik
II. Biosekuriti
2. Setiap hewan yang datang X
tidak disertai dengan Sertifikat
Veteriner atau Surat
Keterangan Kesehatan Hewan
(SKKH)
3. Hewan yang baru datang X
disatukan dengan hewan yang
sudah ada di kandang
penampungan
III. Kesejahteraan Hewan
4. Penerimaan Hewan
4.1. Fasilitas penurunan X
- 2174 -
di langit-langit atau
langsung di atas
karkas/daging tidak
dikemas atau yang
memungkinkan produk
tercemar
10. Dinding Ruang Produksi
10.1. Dinding setinggi kurang X
dari 3 meter terbuat dari
bahan yang tidak kedap
air, retak, berlubang,
bersifat toksik, tidak
mudah dibersihkan dan
didisinfeksi
10.2. Ada bagian dinding yang X
memungkinkan untuk
meletakkan/menyimpan
barang/peralatan
10.3. Pertemuan antara X
dinding dan dinding
- 2178 -
tidak lengkung
Tangan
X
17.1. Pintu masuk ruang
pengolahan tidak
memiliki foot dip X
17.2. Foot dip tidak berfungsi
baik (tidak berisi
disinfektan) X
17.3. Tidak memiliki fasilitas
untuk membersihkan
sepatu boot X
17.4. Fasilitas cuci tangan
tidak berfungsi atau
tidak dilengkapi sabun
cair, sanitiser dan
petunjuk untuk mencuci
tangan X
17.5. Fasilitas cuci tangan
dioperasikan dengan
tangan
- 2181 -
18. Toilet
18.1. Tidak tersedia toilet X
untuk pekerja dalam
jumlah cukup
18.2. Pintu berhubungan X
langsung dengan ruang
produksi
18.3. Tidak dilengkapi dengan X
fasilitas untuk mencuci
tangan, sabun cair dan
sanitiser
19. Ruang Ganti Pakaian
19.1. Tidak ada X
19.2. Tidak dipisahkan antara X
ruang ganti pakaian
untuk pekerja di daerah
kotor dari ruang ganti
pakaian untuk pekerja di
- 2182 -
daerah bersih
19.3. Jalur pekerja dari ruang X
ganti pakaian menuju
ruang produksi melalui
ruang terbuka di luar
bangunan utama
20. Peralatan dan Wadah
20.1. Terbuat dari bahan yang X
tidak kedap air, mudah
korosif, toksik, tidak
mudah dibersihkan dan
didisinfeksi
20.2. Peralatan yang kontak X
langsung dengan produk
tidak dicuci dan
disanitasi setelah
digunakan serta
disimpan di tempat yang
seharusnya
- 2183 -
d. Penentuan Tingkat Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Rumah Potong Hewan Babi (RPH-B)
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
2) Pengawasan
a) Pengawasan dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan
kewenangannya.
b) Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Pemenuhan aspek administratif dan teknis;
2. Pemenuhan penerapan standar teknis Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dalam waktu yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan,
c) Pengawasan dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat NKV yang diperoleh dengan melakukan surveilans
dan evaluasi NKV;
d) Surveilans dan evaluasi dalam rangka pengawasan dilakukan oleh Auditor NKV Propinsi dan Auditor Ditjen
PKH;
e) Hasil pengawasan dapat berupa:
1. NKV tetap;
2. Perubahan NKV;
3. Pencabutan NKV;
f) Hasil pengawasan yang menyebabkan perubahan NKV diterbitkan NKV baru
- 2192 -
4) Pemenuhan Kewajiban
a) Pemenuhan komitmen untuk izin usaha RPH berupa pernyataan mempunyai tenaga: Dokter Hewan sebagai
pelaksana dan penanggung jawab teknis kesehatan masyarakat veteriner; pemeriksa daging, juru sembelih
halal bagi komoditas yang dipersyaratkan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 14 hari
b) Pemenuhan komitmen untuk penerapan jaminan keamanan produk hewan (NKV) dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban dalam pembinaan 5 tahun ditambah 1 tahun untuk mendapatkan NKV
c) Wajib memenuhi standar NKV Level I untuk unit usaha yang produknya akan dieksport dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban 1 tahun
d) Wajib memenuhi standar NKV minimal Level II untuk unit usaha yang produknya akan dilalulintaskan antar
propinsi dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
e) Memiliki layout/desain bangun dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
f) Memiliki rancangan penanganan limbah denganjangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
g) Pelaporan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban selama masih dalam jangka waktu berlaku NKV (5
Tahun). Laporan yang diberikan berupa data produksi secara harian/mingguan/bulanan yang dilaporkan
secara daring/luring.
- 2193 -
KBLI 10120
NO
KEGIATAN RUMAH POTONG DAN PENGEPAKAN DAGING UNGGAS
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelengggaraan usaha kegiatan
Lingkup rumah potong dan pengepakan daging unggas meliputi : Kelompok ini mencakup kegiatan operasional rumah
potong unggas dan pengepakan daging unggas
2 Istilah dan 1) Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
Definisi usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk
surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen.
2) Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu.
3) Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional.
4) Rumah Potong Hewan Unggas yang selanjutnya disebut RPHU adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan
dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong unggas bagi konsumsi masyarakat
umum
- 2194 -
5) Unggas adalah setiap jenis burung yang dimanfaatkan untuk pangan, termasuk ayam, bebek, burung dara,
kalkun, angsa, burung puyuh dan belibis.
6) Pemotongan hewan Unggas adalah kegiatan untuk menghasilkan daging hewan yang terdiri dari pemeriksaan
ante-mortem, penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post-mortem
7) Penyembelihan hewan Unggas adalah kegiatan mematikan hewan hingga tercapai kematian sempurna dengan
cara menyembelih yang mengacu kepada kaidah kesejahteraan hewan dan syariah agama Islam
8) Penanganan daging hewan adalah kegiatan yang meliputi pembagian karkas, pembagian potongan daging,
pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan lain untuk penjualan daging
9) Dokter Hewan Penanggung Jawab Teknis adalah Dokter Hewan yang ditunjuk oleh manajemen RPH yang
bertanggung jawab dalam pemeriksaan ante mortem dan post mortem serta pengawasan di bidang Kesehatan
Masyarakat veteriner.
3 Penggolongan -
Usaha
4 Persyaratan Durasi Pemenuhan Persyaratan Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan Lembaga OSS.
Umum Usaha
5 Persyaratan 1) Persyaratan Teknis adalah persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha dalam memiitigasi resiko
Khusus yang dapat dihasilkan oleh proses produksi;
Usaha 2) Persyaratan Teknis tersebut meliputi
a) Surat pernyataan mempunyai tenaga kerja paling sedikit:
1. dokter hewan sebagai pelaksana dan penanggungjawab teknis pengawasan kesehatan masyarakat
- 2195 -
veteriner,
2. pemeriksa daging (keurmaster) dan animal welfare officer (AWO), dan
3. juru sembelih halal
b) Memenuhi persyaratan teknis lokasi, sarana pendukung, konstruksi dasar dan disain bangunan, peralatan;
c) Memiliki prasarana dan sarana yang memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi, biosekuriti dan
kesejahteraan hewan;
d) Memperkerjakan paling kurang satu dokter hewan sebagai pelaksana dan penanggung jawab teknis
pengawasan kesehatan masyarakat veteriner di RPH;
e) Mempekerjakan paling kurang satu orang tenaga pemeriksa daging (keurmaster) dan animal welfare officer
(AWO) dibawah pengawasan dokter hewan penanggung jawab teknis;
f) Mempekerjakan paling kurang dua orang juru sembelih halal bagi komoditas yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan;
3) Persyaratan teknis tersebut disampaikan dengan mengisi Kuisioner Data Khusus
4) Persyaratan Cara Produksi yang Baik
a) Praktik Veteriner yang Baik (Good Veterinary Practices)
1. setiap hewan yang datang disertai dengan Sertifikat Veteriner atau Surat Keterangan Kesehatan Hewan
(SKKH).
2. melakukan pencatatan kesehatan ternak.
3. pemeriksaan ante mortem dan post mortem dilakukan secara teratur dan terdokumentasi dengan baik.
- 2196 -
4. ada perlakuan khusus yang menjamin hewan sakit/hewan yang diduga sakit/hewan mati agar tidak
masuk ke dalam rantai pangan.
b) Biosekuriti
1. keranjang unggas hidup yang baru datang tidak disatukan dengan keranjang unggas hidup yang sudah
ada di area peristirahatan.
2. keranjang unggas hidup dan permukaan alat transportasi unggas yang kontak dengan keranjang unggas
hidup dicuci atau dibersihkan sebelum keluar dari Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U).
3. kompleks RPH-U harus dipagar dan harus memiliki pintu yang terpisah untuk masuknya unggas hidup
dengan keluarnya karkas, daging, dan jeroan.
c) Kesejahteraan Hewan
1. sebelum penyembelihan unggas diistirahatkan sekurang-kurangnya 30 menit.
2. tersedia blower atau kipas angin di area peristirahatan unggas hidup yang memadai dan berfungsi
dengan baik saat unggas diistirahatkan.
3. jumlah karkas yang memar sebanyak-banyaknya 5% dari jumlah pemotongan.
4. atap di area peristirahatan terbuat dari bahan yang kuat dan dapat melindungi hewan dengan baik dari
panas dan hujan.
5. penurunan keranjang unggas hidup dari alat angkut dilakukan dengan memperhatikan aspek
kesejahteraan hewan.
- 2197 -
6. penggantungan unggas pada alat penggantung sebelum disembelih dilakukan dengan memperhatikan
aspek kesejahteraan hewan.
disembelih, penyembelihan dan area pengeluaran darah, perendaman air panas dan pencabutan
bulu, pengeluaran jeroan, pemisahan kepala dan kaki, serta pemeriksaan post mortem.
g. Daerah bersih meliputi area untuk pencucian dan pendinginan karkas, pemotongan karkas,
pemisahan tulang dari daging (deboning section), penimbangan, seleksi karkas, serta pengemasan
dan pelabelan karkas/daging.
h. Tata ruang didesain sedemikian rupa agar searah dengan alur proses serta memiliki ruang yang
cukup, sehingga seluruh kegiatan pemotongan hewan dapat berjalan baik dan higienis, dan
besarnya ruangan disesuaikan dengan kapasitas pemotongan.
i. Dinding paling kurang setinggi 3 meter terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak
toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta tidak mudah
mengelupas.
j. Dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai tempat
untuk meletakkan barang.
k. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, landai ke arah
saluran pembuangan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
l. Permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang, jika lantai terbuat
dari ubin, maka jarak antar ubin diatur sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup
dengan bahan kedap air.
m. Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung.
n. Sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung.
- 2199 -
o. Area pemotongan dan pengeluaran darah harus dilengkapi dengan fasilitas penampungan darah
sementara untuk mencegah darah masuk ke saluran pembuangan limbah cair.
p. Langit-langit didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, terbuat
dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, tidak ada lubang atau
celah terbuka.
q. Lampu penerangan harus mempunyai pelindung, mudah dibersihkan dan mempunyai intensitas
cahaya 540 luks untuk area pemeriksaan post mortem dan 220 luks untuk area proses pemotongan.
r. Lampu di ruang produksi dan penyimpanan bahan baku berpelindung untuk mencegah pencemaran
fisik terhadap produk.
s. Bangunan dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang baik.
t. Desain bangunan mampu mencegah masuknya dan bersarangnya serangga, rodensia, burung,
dan/atau binatang pengganggu lainnya.
u. Kusen pintu dan jendela, serta bahan daun pintu dan jendela tidak terbuat dari kayu, terbuat dari
bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan keras, mudah dibersihkan dan
didisinfeksi.
v. Kusen pintu dan jendela bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai
sebagai tempat untuk meletakkan barang.
2. Fasilitas
- 2200 -
mudah berkarat atau korosif, kuat, tidak dicat, mudah dibersihkan, dan didisinfeksi.
c. Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan harus food grade (aman untuk
pangan).
d. Peralatan untuk membersihkan dan mendisinfeksi ruang dan peralatan harus tersedia dalam jumlah
cukup sehingga proses pembersihan dan disinfeksi bangunan dan peralatan dapat dilakukan secara
baik dan efektif.
e. Desain peralatan yang digunakan harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang saat
difungsikan.
f. Peralatan dan wadah yang kontak dengan daging harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering
sebelum digunakan serta diadakan pembersihan secara benar setiap selesai digunakan.
e) Penanganan Daging
1. penyembelihan dilakukan oleh juru sembelih halal yang tersertifikasi sesuai dengan prosedur
penyembelihan halal.
2. pisau yang digunakan menyembelih cukup panjang dan tajam selama proses penyembelihan.
3. penyembelihan dapat dilakukan dengan pemingsanan atau tanpa pemingsanan terlebih dahulu.
4. penyembelihan unggas dengan pemingsanan dilakukan dengan memperhatikan aspek kesejahteraan
hewan. Untuk pemingsanan ayam besaran voltase yang digunakan 15 - 80 Volt dengan kuat arus 0,1 -
0,5 Ampere dalam waktu selama 3 - 22 detik.
5. juru sembelih halal harus memastikan hewan masih hidup setelah proses pemingsanan sebelum
disembelih.
- 2202 -
f) Higiene Personel
1. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
2. pekerja yang menangani langsung produk mendapatkan pelatihan terkait higiene sanitasi.
3. pekerja senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapannya.
4. perlengkapan standar untuk pekerja pada proses pemotongan meliputi pakaian kerja khusus, apron
plastik, tutup kepala, dan sepatu boot yang harus disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap
pekerja.
5. selama bekerja, pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, dan tindakan lain yang dapat
mengkontaminasi produk.
g) Higiene Sanitasi
1. tersedia fasilitas penanganan limbah dan kotoran.
2. sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan limbah yang didesain agar aliran limbah
mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan mudah dirawat, tidak mencemari tanah, tidak
menimbulkan bau, dan dijaga agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia.
3. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pembersihan dan disinfeksi.
4. bahan pembersih, desinfektan/sanitiser, dan bahan-bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh
(tidak bocor) dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi,
dan petunjuk cara pemakaian.
5. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan (diizinkan).
6. memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu
- 2204 -
j. pencucian awal
k. penanganan jeroan
3. Ruang bersih terdiri atas tempat untuk proses:
a. pencucian akhir
b. pendinginan karkas
c. penirisan karkas
d. seleksi karkas
e. proses lanjutan (pemotongan karkas dan pemisahan tulang dari daging) pada tempat terpisah
f. pengemasan dan pelabelan karkas/daging
g. metal detector
h. Memiliki ruang khusus pencucian keranjang karkas produksi dan peralatan di dalam ruang
produksi, jika pemotongan >5.000 ekor/hari.
i. Memiliki ruang khusus pencucian keranjang karkas ekspedisi dan peralatan di area loading, jika
pemotongan >5.000 ekor/hari.
j. Memiliki gudang penyimpanan khusus bahan pengemas dan peralatan pendukung, jika
pemotongan >5.000 ekor/hari
k. Memiliki gudang penyimpanan bahan kimia, jika pemotongan >5.000 ekor/hari
l. Memiliki gudang penyimpanan peralatan sanitasi, jika pemotongan >5.000 ekor/hari
4. Memiliki fasilitas rantai dingin
a. penyimpanan dingin (chiller) dengan:
- 2208 -
e. Peralatan untuk membersihkan dan mendisinfeksi ruang dan peralatan harus tersedia dalam
jumlah cukup sehingga proses pembersihan dan disinfeksi bangunan dan peralatan dapat
dilakukan secara baik dan efektif;
g) Bangunan pendukung
Bangunan pendukung terdiri atas:
1. kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan;
2. kantin dan fasilitas ibadah >10.000 ekor/hari
3. ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang pribadi (locker)/ruang ganti pakaian
>10.000 ekor/hari
4. kamar mandi dan WC;
5. fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat dimanfaatkan, jika pemotongan
>10.000 ekor/hari
6. fasilitas penanganan limbah padat dan cair;
7. rumah jaga;
8. fasilitas pencucian keranjang unggas dan kendaraan, jika pemotongan >5.000 ekor/hari
h) Penanganan limbah
1. RPHU harus memiliki fasilitas penanganan limbah.
2. Limbah RPHU terdiri dari
a. Bulu: bulu akan disedot dan air saringan akan masuk ke dalam IPAL
- 2210 -
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus disediakan oleh Pelaku usaha rumah potong hewan adalah:
1) Penyembelihan dilakukan mengikuti SNI 99003-2018 tentang Penyembelihan halal pada hewan ruminansia.
2) Untuk menjamin penyembelihan halal RPH harus memiiliki minimal dua (2) orang Juru Sembelih Halal.
3) Tersedianya informasi produk dan layanan konsumen
9 Persyaratan 1) Rumah potong hewan unggas harus memiliki Nomor Kontrol Veteriner setelah jangka waktu yang ditentukan
Produk/ sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan,
Proses/Jasa 2) Karkas/daging yang dihasilkan dari rumah potong hewan unggas harus memiliki nomor registrasi setelah
jangka waktu yang ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan.
10 Sistem 1) Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen a) Perencanaan
Usaha b) Pengelolaan
c) Komunikasi pelanggan
d) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan
e) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
2) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap persyaratan produk
- 2212 -
Penilaian kesesuaian penerapan teknis tersebut dilakukan dengan mengggunakan kuesioner sebagai berikut :
f. NPWP
5. Penanggung Jawab
Teknis ……………………………………….
c. Nama ……………………………………….
d. Gelar
6. Riwayat Unit Usaha/
Perusahaan
c. Tahun Unit Usaha ……………………………………….
didirikan ……………………………………….
d. Tahun mulai
beroperasi/produksi
7. Kapasitas ……………………………………ekor/hari atau
(disesuaikan dengan kg/hari atau ton/hari atau liter/hari
jenis unit usaha*):
8. Produksi rata-rata per ……………………………………….
hari (disesuaikan
dengan jenis unit usaha)
9. Jenis Produk Akhir a. …………………………………
(disesuaikan dengan b. …………………………………
jenis unit usaha) c. …………………………………
- 2215 -
b. Dalam Negeri
13 Penanggung Jawab:
e. Unit Usaha (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
f. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
- 2216 -
g. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
h. Higiene Sanitasi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
14. Asal Bahan Baku
Produk Asal Hewan
yang Digunakan: …………………………………
d. Dari perusahaan
sendiri …………………………………
e. Dari anak …………………………………
perusahaan …………………………………
4) Nama
5) Alamat ……………………………………
6) Jenis bahan baku: ……………………………………
f. Dari pemasok/ ……………………………………
supplier:
4) Nama
5) Alamat
6) Jenis bahan baku:
15. Suplai air bersih
- 2217 -
usaha)
18. Sistem Pembekuan a. Air Blast Freezer (ya/tidak) *
Produk (disesuaikan b. Contact Plate Freezer (ya/tidak)*
dengan jenis unit c. Brine Freezer (ya/tidak) *
usaha) d. Cryogenic Freezer (ya/tidak)*
e. Individual Quick Freezer (ya/tidak)*
*) Coret yang tidak perlu.
3. Lembar Pemeriksaan Kelayakan Dasar Unit Usaha Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U)
a. Daftar Audit Kelayakan Dasar
sempurna
24.2 Temperatur di ruang X
penanganan karkas dan
daging lebih dari 15ºC
25. Label
25.1. Produk yang dihasilkan X
tidak disertai label pada
kemasannya
25.2. Label tidak memuat X
informasi untuk ketelusuran
26. Tidak memiliki fasilitas X
pembekuan cepat (blast freezer)
27. Ruangan blast freezer dan cold X
storage tidak dilengkapi dengan
display termometer yang mudah
dilihat
28. Tidak dilakukan pencatatan X
monitoring temperatur secara
teratur
29. Penyimpanan Produk Akhir
- 2233 -
b. Penentuan Tingkat Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U)
3) Pengawasan
a) Pengawasan dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan
kewenangannya.
b) Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Pemenuhan aspek administratif dan teknis;
2. Pemenuhan penerapan standar teknis Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dalam waktu yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan,
c) Pengawasan dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat NKV yang diperoleh dengan melakukan surveilans
dan evaluasi NKV;
d) Surveilans dan evaluasi dalam rangka pengawasan dilakukan oleh Auditor NKV Propinsi dan Auditor Ditjen
- 2239 -
PKH;
e) Hasil pengawasan dapat berupa:
1. NKV tetap;
2. Perubahan NKV;
3. Pencabutan NKV;
f) Hasil pengawasan yang menyebabkan perubahan NKV diterbitkan NKV baru
5) Pemenuhan Kewajiban
a) Pemenuhan komitmen untuk izin usaha RPH berupa pernyataan mempunyai tenaga: Dokter Hewan sebagai
pelaksana dan penanggung jawab teknis kesehatan masyarakat veteriner; pemeriksa daging, juru sembelih
halal bagi komoditas yang dipersyaratkan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 14 hari
b) Pemenuhan komitmen untuk penerapan jaminan keamanan produk hewan (NKV) dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban dalam pembinaan 5 tahun ditambah 1 tahun untuk mendapatkan NKV
c) Wajib memenuhi standar NKV Level I untuk unit usaha yang produknya akan dieksport dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban 1 tahun
d) Wajib memenuhi standar NKV minimal Level II untuk unit usaha yang produknya akan dilalulintaskan antar
propinsi dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
e) Memiliki layout/desain bangun dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
f) Memiliki rancangan penanganan limbah denganjangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
- 2240 -
g) Pelaporan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban selama masih dalam jangka waktu berlaku NKV (5
Tahun). Laporan yang diberikan berupa data produksi secara harian/mingguan/bulanan yang dilaporkan
secara daring/luring.
STANDAR INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PRODUK DAGING DAN DAGING UNGGAS
KBLI 10130
NO
INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PRODUK DAGING DAN DAGING UNGGAS
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelengggaraan usaha industri
Lingkup pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging unggas dengan cara pembekuan. Kegiatannya mencakup
produksi daging beku dalam bentuk carcase, produksi daging beku yang telah dipotong, dan produksi daging beku
dalam porsi tersendiri.
2 Istilah dan 1) Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
Definisi usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk
surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen.
2) Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
- 2241 -
bidang tertentu.
3) Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional.
4) Karkas ruminansia adalah bagian dari tubuh ternak ruminansia sehat yang telah diecara halal, dikuliti,
dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala, kaki mulai dari tarsus/karpus kebawah, organ reproduksi dan ambing ,
ekor seta lemak yang berlebih, dapat berupa karkas segar hangat (hot carcass), segar dingin (chiled carcass) atau
karkas beku (frozen carcass)
5) Karkas Unggas adalah bagian tubuh ayam setelah dilakukan penyembelihan secara halal sesuai dengan CAC/GL
24-1997, pencabutan bulu dan pengeluaran jeroan, tanpa kepala, leher, kaki, paruparu, dan atau ginjal, dapat
berupa karkas segar, karkas segar dingin, atau karkas beku
6) Karkas babi adalah bagian dari babi yang disembelih setelah dikuliti/tidak dikuliti dan dikeluarkan isi rongga
perut dan dadanya.
7) Daging adalah bagian bagian dari otot skeletal/karkas yang lazim, aman, dan layak dikonsumsi oleh manusia,
terdiri atas potongan daging bertulang dan daging tanpa tulang, dapat berupa daging segar hangat, segar dingin
(chilled) atau karkas beku (frozen).
8) Karkas atau daging segar dingin (chilled) adalah karkas atau daging yang mengalami proses pendinginan setelah
penyembelihan sehingga temperatur bagian dalam karkas atau daging antara 0C dan 4°C
9) Karkas atau daging segar beku (frozen) adaah karkas atau daging yang sudah mengalami proses pembekuan di
dalam blast freezer dengan temperatur internal karkas adatau daging minimum minus 18°C
10) Jeroan (edible ofal) adalah isi rongga perut dan rongga dada dari ternak ruminansia yang disembelih secara halal
- 2242 -
dan benar sehingga aman, lazim dan layak dikonsumsi oleh manusia dapat berupa jeroan dingin atau beku.
11) Penanganan daging hewan adalah kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian karkas, pembagian potongan
daging, pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan lain untuk penjualan daging.
3 Penggolongan -
Usaha
4 Persyaratan -
Umum Usaha
5. dinding terbuat dari bahan yang kedap air minimal setinggi 2 (dua) meter, tidak mudah korosif, tidak
toksik, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, dan mudah didisinfeksi.
6. lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, tidak licin, mudah
dibersihkan, dan mudah didisinfeksi
7. sudut pertemuan antar dinding dengan dinding dan antara dinding dengan lantai harus berbentuk
lengkung atau mudah dibersihkan.
8. langit-langit terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak berlubang atau celah
terbuka, kuat, mudah dibersihkan, dan didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi
dalam ruangan.
9. sirkulasi udara harus terjamin baik dan dilengkapi dengan penyejuk ruangan.
10. memiliki sumber air bersih (air memenuhi persyaratan air bersih) yang memadai.
- 2244 -
23. bagian dalam dari sarana pendingin dan peralatan didalamnya harus tidak mudah korosif, tidak toksik,
tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, dan mudah didensifeksi.
b. Penanganan produk
1. produk berasal dari unit usaha yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV).
2. khusus Ritel, dilakukan pemisahan penanganan dan wadah untuk telur utuh dan telur yang pecah.
3. alat angkut yang digunakan untuk pengangkutan produk harus dalam keadaan bersih dan terawat.
4. alat angkut yang digunakan untuk pengangkutan produk dingin/beku harus dilengkapi dengan fasilitas
pengatur suhu dan dilakukan pemeriksaan suhu alat angkut selama pengangkutan.
5. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakan langsung di lantai.
6. produk yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu (first in first out).
7. produk yang telah dicairkan tidak boleh dibekukan kembali.
8. produk dijajakan dalam show case yang dilengkapi termometer dan alat pendingin sehingga mudah
terlihat konsumen.
9. daging ditempatkan pada wadah atau tetap dalam kemasan, dipisahkan dari jeroan.
10. apabila daging diberi label, maka label harus terbuat dari bahan yang tidak toksik dan dapat
dibersihkan.
11. kemasan daging dibuat dari bahan yang tidak toksik dan dapat mencegah daging dari kontaminasi lain.
12. kemasan harus dapat menjaga daging selama penyimpanan dan penjajaan.
13. daging yang diberikan kepada konsumen harus dikemas secara baik.
- 2246 -
b. Higiene Personel
1. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus mengenakan pakaian kerja khusus yang
dilengkapi dengan apron, penutup kepala, dan sarung tangan serta senantiasa menjaga kebersihanya.
2. perlengkapan apron, penutup kepala, dan sarung tangan harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
3. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus sehat, tidak memiliki luka terbuka dan atau
memiliki penyakit yang dapat ditularkan melalui daging.
4. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
5. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaanya.
6. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan
membilas dengan seksama, setelah menangani daging dan menggunakan toilet.
7. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun cair dan
sanitiser.
8. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang penting dan mudah terlihat.
9. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian,
dan perlengkapan kerjanya serta kerapian diri.
10. setiap pekerja yang menangani langsung daging tidak diperbolehkan mengenakan aksesoris seperti
cincin, gelang, dan jam tangan.
11. setiap pekerja yang menangani langsung daging dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau
membuang ingus di ruang kerja.
- 2247 -
12. setiap pekerja yang menangani langsung daging dilarang batuk atau bersin langsung di depan daging.
13. unit usaha harus mempunyai program pelatihan penanganan daging yang higienis.
c. Higiene Sanitasi
1. limbah dan kotoran ditangani dengan baik.
2. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah
pembersihan, dan pengawasannya.
3. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
4. memiliki tempat sampah yang berpenutup.
5. tempat penjajaan produk hewan harus terawat dan bersih.
6. bahan pembersih dan desinfektan yang digunakan harus memenuhi persyaratan food grade dan
penggunaannya tidak boleh kontak langsung dengan produk.
7. bahan pembersih dan disinfektan/sanitiser harus tersimpan di ruang khusus dalam wadah tertutup,
utuh, tidak bocor, dan diberi tanda/label yang jelas.
8. unit usaha harus memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu
lainya serta pemantauan secara efektif.
6 Sarana 1) Bangunan unit Pengolahan Dan Pengawetan Produk Daging Dan Daging Unggas atau Unit Penanganan Daging
(UPD) dapat terdiri dari:
a) bangunan utama terdiri
1. ruang pelepasan daging (deboning) dan pembagian/pemotongan daging (meat cutting);
2. ruang pengemasan;
- 2248 -
sehingga proses pembersihan dan desinfeksi bangunan dan peralatan dapat dilakukan secara baik dan efektif.
f) Ruang penanganan dan pemotongan karkas dan/atau daging yang dilengkapi dengan mesin dan peralatan:
1. meja stainless steel;
2. talenan dari bahan polivinyl;
3. mesin gergaji karkas/daging (bone saw electric);
4. mesin pengiris daging (slicer);
5. mesin penggiling daging (mincer/grinder);
6. pisau yang terdiri dari pisau trimming dan pisau cutting;
7. fasilitas untuk mensterilkan pisau yang dilengkapi dengan air panas;
8. metal detector.
g) Perlengkapan standar untuk pekerja di ruang penanganan dan pemotongan karkas dan/atau daging meliputi:
1. pakaian kerja khusus,
2. apron plastik, penutup kepala, penutup mulut, sarung tangan; dan sepatu boot.
3. Masing-masing harus disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap pekerja.
7 Struktur 1) Memiliki struktur organisasi yang terdokumentasi yang menguraikan tugas, fungsi dan pembagian kewenangan
Organisasi setiap personil;
SDM 2) Sumber daya manusia yang terlibat dalam usaha harus mempunyai keterampilan sesuai bidang tugasnya dan
memahami resiko pekerjaan;
3) Sumber daya manusia atau pekerja telah mendapatkan pelatihan tentang praktek higiene dan sanitasi;
- 2250 -
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus dimilki oleh pelaku usaha pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging
unggas untuk pangan adalah tersedianya informasi produk dan layanan konsumen.
9 Persyaratan 1) Industri pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging unggas harus memiliki Nomor Kontrol Veteriner
Produk/ dalam jangka waktu yang ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan;
Proses/Jasa 2) Bahan baku daging lokal yang digunakan berasal dari unit usaha yang memiliki sertifikat NKV
3) Produk daging yang dihasilkan harus memiliki nomor registrasi produk hewan.
10 Sistem 1) Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen a) Perencanaan
Usaha b) Pengelolaan
c) Komunikasi pelanggan
d) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan
e) Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikan
f) Tindakan pencegahan: antisipasi resiko dan kemungkinan kejadian
2) Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
a) Pemenuhan terhadap persyaratan umum usaha
b) Pemenuhan terhadap pesyaratan produk
c) Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
3) Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala kepada pemberi izin dan pelaporan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
- 2251 -
beroperasi/produksi
7. Kapasitas ……………………………………ekor/hari
(disesuaikan dengan jenis atau kg/hari atau ton/hari atau
unit usaha*): liter/hari
8.Produksi rata-rata per hari ……………………………………….
(disesuaikan dengan jenis
unit usaha)
9. Jenis Produk Akhir a. …………………………………
(disesuaikan dengan jenis b. …………………………………
unit usaha) c. …………………………………
10. Pemasaran Produk ke :
(disesuaikan dengan Jenis Negara Tujuan
jenis Produk (%)
unit usaha)
a. Luar Negeri
b. Dalam Negeri
- 2254 -
13 Penanggung Jawab:
a. Unit Usaha (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
b. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
c. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
d. Higiene Sanitasi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
14. Asal Bahan Baku Produk
Asal Hewan yang
Digunakan:
a. Dari perusahaan …………………………………
sendiri
- 2255 -
h. Membeli dari:
3) ............................ Volume............................ton/hari
4) ............................
i. Bentuk es:
1) Balok Volume............................ton/hari
2) Curah Volume............................ton/hari
17. Kebutuhan es rata-rata Volume............................ton/hari
per hari (disesuaikan
dengan jenis unit usaha)
18. Sistem Pembekuan a. Air Blast Freezer (ya/tidak) *
Produk (disesuaikan b. Contact Plate Freezer (ya/tidak)*
dengan jenis unit usaha) c. Brine Freezer (ya/tidak) *
d. Cryogenic Freezer (ya/tidak)*
e. Individual Quick Freezer (ya/tidak)*
*) Coret yang tidak perlu.
a. apabila pertanyaan dianggap tidak jelas dengan jenis unit usaha, maka pertanyaan cukup dijawab dengan TS
(Tidak sesuai)
b. *) Coret yang tidak perlu
3. Lembar Pemeriksaan Kelayakan Dasar Unit Usaha pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging
unggas (Unit Penanganan Daging/UPD)
a. Daftar Audit Kelayakan Dasar
pembuangan
4.4. Permukaan retak atau X
berlubang
5. Dinding
1.1 Dinding setinggi kurang X
dari 2 meter terbuat dari
bahan yang tidak kedap
air, bersifat toksik, tidak
mudah dibersihkan dan
didisinfeksi
1.2 Permukaan retak atau X
berlubang
1.3 Tidak didisain untuk X
menghindari peletakan/
penyimpanan
barang/alat
1.4 Pertemuan antara X
dinding dan dinding
tidak lengkung
6. Langit-langit
- 2262 -
area pemeriksaan
(inspeksi) tidak cukup
(kurang dari 540 luks)
8. Sirkulasi Udara
1.12 Sirkulasi udara di X
ruang produksi tidak
baik (pengap)
1.13 Udara mengalir dari X
daerah kotor ke daerah
bersih
9. Pasokan Air
9.1. Air/Es yang X
digunakan sebagai
bahan baku tidak
memenuhi
persyaratan air
minum
9.2. Tidak tersedia air yang X
memenuhi
persyaratan air bersih
- 2264 -
12. Toilet
1.1. Tidak tersedia toilet X
untuk pekerja dalam
jumlah cukup
1.2. Pintu berhubungan X
langsung dengan
ruang produksi
1.3. Tidak dilengkapi X
dengan fasilitas untuk
mencuci tangan,
sabun cair, dan
sanitiser.
13. Ruang Ganti Pakaian
13.1. Tidak ada X
13.2. Jalur pekerja dari X
ruang ganti pakaian
menuju ruang
produksi melalui
ruang terbuka di luar
bangunan utama
- 2266 -
terdapat petunjuk
untuk mencuci tangan
14.4. Fasilitas cuci tangan X
dioperasikan dengan
tangan
15. Peralatan dan Wadah
15.1. Terbuat dari bahan X
yang tidak kedap air,
mudah korosif, toksik,
tidak mudah
dibersihkan dan
didisinfeksi
15.2. Peralatan yang kontak X
langsung dengan
produk tidak ditangani
dengan baik dan tidak
terawat dan tidak
disimpan di tempat
yang seharusnya
II. Bahan Baku dan Penanganan Produk
- 2268 -
Kotoran
26.1. Limbah dan kotoran X
tidak ditangani dengan
baik
26.2. Fasilitas pembuangan X
sampah/kotoran
dalam ruang produksi
tidak tertutup
27. Tidak memiliki SOP X
pembersihan dan disinfeksi
serta dokumentasi rekaman
pelaksanaan pembersihan
dan disinfeksi
28. Program Pengendalian
Serangga, Rodensia
dan/atau Binatang
Pengganggu lainnya
1.1. Pengendalian serangga, X
rodensia dan/atau
binatang pengganggu
- 2273 -
lainnya di lingkungan
unit usaha tidak
dilakukan secara efektif
1.2. Tidak memiliki program X
tertulis dalam
pengendalian serangga,
rodensia dan/atau
binatang pengganggu
lainnya
29. Bahan-Bahan Kimia
29.1. Bahan kimia, X
sanitiser dan bahan
tambahan pangan tidak
diberi label dan tidak
disimpan pada ruang
khusus dan terpisah
dengan ruang yang lain
29.2. Penggunaan bahan X
kimia, sanitiser, dan
bahan tambahan
- 2274 -
b. Penentuan Tingkat Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Pengolahan dan Pengawetan produk daging dan
daging unggas
1. Jumlah Penyimpangan (Incompliance)
a. Penyimpangan Minor 33 Penyimpangan
b. Penyimpangan Mayor 32 Penyimpangan
2. Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
Jumlah Penyimpangan
Tingkat
Minor Mayor Keterangan
I ≤9 ≤4 Jumlah penyimpangan
- 2276 -
maksimal 13,
mayor maksimal 4
II ≤15 ≤9 Jumlah penyimpangan
maksimal 24, mayor
maksimal 9
III ≤16 Jumlah penyimpangan
maksimal 32
3. Keterangan Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
a. Tingkat I Sangat baik (kualifikasi ekspor)
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
4) Pengawasan
a) Pengawasan dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan
kewenangannya.
b) Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Pemenuhan aspek administratif dan teknis;
2. Pemenuhan penerapan standar teknis Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dalam waktu yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan,
- 2277 -
c) Pengawasan dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat NKV yang diperoleh dengan melakukan surveilans
dan evaluasi NKV;
d) Surveilans dan evaluasi dalam rangka pengawasan dilakukan oleh Auditor NKV Propinsi dan Auditor Ditjen
PKH;
e) Hasil pengawasan dapat berupa:
1. NKV tetap;
2. Perubahan NKV;
3. Pencabutan NKV;
f) Hasil pengawasan yang menyebabkan perubahan NKV diterbitkan NKV baru
6) Pemenuhan Kewajiban
a) Pemenuhan komitmen untuk izin industri pengolahan dan pengawetan daging dan daging unggas berupa
pernyataan mempunyai tenaga penanggung jawab teknis dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 14 hari
b) Pemenuhan komitmen untuk penerapan jaminan keamanan produk hewan (NKV) dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban dalam pembinaan 5 tahun ditambah 1 tahun untuk mendapatkan NKV.
c) Wajib memenuhi standar NKV Level I untuk unit usaha yang produknya akan dieksport dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban 1 tahun
d) Wajib memenuhi standar NKV minimal Level II untuk unit usaha yang produknya akan dilalulintaskan antar
propinsi dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
- 2278 -
Definisi usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk
surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen.
2) Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu.
3) Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional.
4) Kulit adalah bagian epidermis yang berasal dari semua jenis ruminansia besar, ruminansia kecil, hewan
berlambung tunggal (monogastric) dan aneka ternak (lagomorpha)
5) Kulit mentah adalah kulit hewan yang masih dalam keadaan segar atau kering yang belum atau yang sudah
diproses pendahuluan tetapi belum dimasak dan masih bersifat labil.
6) Kulit mentah garaman (wet/dry salted) adalah kulit segar yang telah diawetkan dengan penggaraman dalam
bentuk kering (dry) maupun basah (wet).
3 Penggolongan -
Usaha
4 Persyaratan Durasi Pemenuhan Persyaratan Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan Lembaga OSS.
Umum Usaha
5 Persyaratan 1) Persyaratan Teknis meliputi
Khusus a) Memiliki Layout/desain bangun;
Usaha b) Memiliki prasarana dan sarana yang memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi;
c) Memiliki SDM penanggung jawab teknis yang telah dilatih, di bawah pengawasan dokter hewan berwenang;
- 2280 -
d) Memeiliki akses atau sumber air bersih yang cukup dan terus menerus;
e) Memiliki sumber listrik yang memadai;
f) Memiliki SOP pengelolaan limbah;
g) Bahan baku utama diperoleh secara legal dari RPH di bawah pengawasan Dinas.
2) Persyaratan teknis tersebut disampaikan dengan mengisi Kuisioner Data Khusus.
3) Persyaratan Produksi Cara Yang Baik.
a) Bangunan, fasilitas, dan peralatan
1. bangunan secara umum bersifat permanen dan terbuat dari bahan yang kuat dan senantiasa
terpelihara kebersihannya.
2. dinding dan lantai serta langit-langit mudah dibersihkan dan didisinsifeksi.
3. bangunan dilengkapi dengan kamar mandi/toilet yang selalu terjaga kebersihan dan sanitasinya.
4. memiliki fasilitas pencuci tangan yang dilengkapi dengan sanitiser dan pengering tangan dan tempat
sampah tertutup.
5. pintu kamar mandi toilet tidak mengarah ke ruang penanganan produk.
6. ruang produksi dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang baik.
7. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan
pembersihan dapat dilakukan dengan benar.
b) Penanganan produk
1. bahan baku yang digunakan berasal dari daerah yang tidak sedang wabah penyakit hewan menular
- 2281 -
yang bersifat zoonotik yang dibuktikan dengan sertifikat veteriner atau Surat Keterangan Kesehatan
Hewan (SKKH).
2. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) penanga*) Coret yang tidak perlu.nan produk yang
terdokumentasi.
3. Penggaraman dilakukan dengan menggunakan garam laut yang mengandung Natrium Bikarbonat 2%
selama 28 hari,
4. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, dan bahan kimia terpisah.
5. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai.
6. produk yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu secara First In First Out
(FIFO).
7. tersedia sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
8. Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
9. Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
c) Higiene Personel
1. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus sesuai
dengan yang dipersyaratkan dan senantiasa terjaga kebersihannya.
2. setiap pekerja yang menangani langsung produk dilakukan pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal
1 (satu) kali setahun.
- 2282 -
3. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
4. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
5. setiap pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan seksama, setelah
menangani produk dan mengunakan toilet/kamar mandi.
6. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser dan
dibilas dengan seksama.
7. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang ingus di ruang kerja atau
tempat penyimpanan produk.
d) Higiene dan sanitasi
1. peralatan dan ruangan harus mempunyai jadwal pembersihan yang teratur dan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
2. fasilitas dan peralatan harus dalam keadaan baik, terawat, bersih, dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
3. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus dirawat dan disimpan secara baik jika
tidak digunakan.
4. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser, dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup serta harus diberi label/tanda.
5. memiliki program pengendalian hama terhadap serangga, rodensia, dan binatang pengganggu lainnya
6 Sarana 1) Bangunan unit Pengawetan Kulit dapat terdiri dari:
- 2283 -
b) apron plastik, penutup kepala, penutup mulut, sarung tangan; dan sepatu boot sesuai kebutuhan;
c) Masing-masing harus disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap pekerja
7 Struktur 1) Memiliki struktur organisasi yang terdokumentasi yang menguraikan tugas, fungsi dan pembagian kewenangan
Organisasi setiap personil;
SDM 2) Sumber daya manusia yang terlibat dalam usaha harus mempunyai keterampilan sesuai bidang tugasnya dan
memahami resiko pekerjaan;
3) Sumber daya manusia atau pekerja telah mendapatkan pelatihan tentang praktek higiene dan sanitasi;
8 Pelayanan Pelayanan minimum yang harus dimilki oleh pelaku usaha pengawetan kulit untuk pangan adalah tersedianya
informasi produk dan layanan konsumen.
9 Persyaratan 1) Produk hewan segar yang dikemas harus memiliki nomor registrasi setelah jangka waktu yang ditentukan
Produk/ sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan;
Proses/Jasa 2) Jenis produk yang dihasilkan terdiri dari 2 (dua) kategori, yaitu:
a) Kulit mentah garaman (wet/dry salted) atau kulit segar yang telah diawetkan dengan penggaraman dalam
bentuk kering (dry) maupun basah (wet) untuk tujuan pangan;
b) Kulit olahan yang telah siap makan (kerupuk kulit)
10 Sistem 1) Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen a) Perencanaan
Usaha b) Pengelolaan
c) Komunikasi pelanggan
d) Peningkatan berkelanjutan upaya untuk meningkatkan pelayanan
- 2285 -
Pengawasan b) Permohonan disampaikan dengan melampirkan persyaratan administrasi dan teknis yang dibuktikan dengan
pernyataan pemenuhan komitmen persyaratan teknis;
c) Pemerintah Daerah Provinsi sesuai kewenangannya memeriksa kelengkapan dan kebenaran persyaratan
administrasi paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
3. Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lengkap atau tidak benar, Dinas Daerah
Provinsi menolak dan mengembalikan permohonan secara daring/luring;
4. Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lengkap dan benar, Dinas Daerah Provinsi
meneruskan kepada pejabat Otoritas Veteriner provinsi untuk dapat diberikan Nomor Kontrol Veteriner.
d) Penilaian kesesuaian penerapan persyaratan teknis di unit usaha produk hewan dilakukan oleh Auditor NKV
dengan memperhatikan:
- 2286 -
b. Dalam Negeri
13 Penanggung Jawab:
a. Unit Usaha (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
b. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
c. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
d. Higiene Sanitasi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
14. Asal Bahan Baku Produk
- 2289 -
1. Bangunan tidak X
dirancang/ dimodifikasi
sedemikian rupa sesuai
alur proses dan
menghambat program
sanitasi
2. Tidak terawat dan kotor X
3. Saluran pembuangan X
tidak lancar dan tidak
tertutup
4. Sirkulasi udara di ruang X
proses produksi tidak
baik (pengap)
5. Tidak tersedia pasokan
X
listrik yang memadai
6. Tidak tersedia pasokan air
X
bersih yang memadai
7. Tidak ada ruang ganti X
pakaian
8. Fasilitas cuci tangan tidak X
- 2295 -
1 kali setahun
12. Pekerja yang menangani X
produk tidak
mengenakan alat
pelindung diri
IV. Higiene Sanitasi
13. Sampah dan limbah tidak X
ditangani dengan baik
14. Bahan kimia tidak diberi X
label dan tidak disimpan
pada ruang khusus dan
terpisah dengan ruang
yang lain
Jumlah Penyimpangan
Tingkat
Minor Mayor Keterangan
I ≤9 ≤4 Jumlah penyimpangan
maksimal 13,
mayor maksimal 4
II ≤15 ≤9 Jumlah penyimpangan
maksimal 24, mayor
maksimal 9
III ≤16 Jumlah penyimpangan
maksimal 32
3. Keterangan Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
a. Tingkat I Sangat baik (kualifikasi ekspor)
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
2) Pengawasan
a) Pengawasan dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi/kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai dengan
kewenangannya.
b) Pengawasan dilakukan terhadap:
- 2298 -
3) Pemenuhan Kewajiban
a) Pemenuhan komitmen untuk izin industri pengolahan dan pengawetan daging dan daging unggas berupa
pernyataan mempunyai tenaga penanggung jawab teknis dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 14 hari
b) Pemenuhan komitmen untuk penerapan jaminan keamanan produk hewan (NKV) dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban dalam pembinaan 5 tahun ditambah 1 tahun untuk mendapatkan NKV.
c) Wajib memenuhi standar NKV Level I untuk unit usaha yang produknya akan dieksport dengan jangka waktu
pemenuhan kewajiban 1 tahun
- 2299 -
d) Wajib memenuhi standar NKV minimal Level II untuk unit usaha yang produknya akan dilalulintaskan antar
propinsi dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
e) Memiliki layout/desain bangun dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
f) Memiliki rancangan penanganan limbah denganjangka waktu pemenuhan kewajiban 1 Tahun
g) Pelaporan dengan jangka waktu pemenuhan kewajiban selama masih dalam jangka waktu berlaku NKV (5
Tahun). Laporan yang diberikan berupa data produksi secara harian/mingguan/bulanan yang dilaporkan
secara daring/luring
1. Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan usaha pembuatan, pengolahan dan pengemasan ulang obat-obatan
Lingkup yang berbentuk jadi (sediaan) untuk hewan, misalnya dalam bentuk serbuk, tablet, kapsul, salep, larutan, suspensi,
aerosol dan lainnya. Termasuk industri produk benang bedah, industri alat-alat diagnosa medis, industri produksi
radioisotop untuk radiofarmaka, industri farmasi bioteknologi dan industri pembalut medis, perban dan sejenisnya
yang dikhususkan untuk hewan
2 Istilah dan ● Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau
Definisi memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi jenis sediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan
sediaan obat hewan alami
● Pembuatan adalah proses kegiatan pengolahan, pencampuran dan/atau pengubahan bentuk bahan baku obat
hewan menjadi obat hewan.
● Produsen obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pembuatan obat
hewan.
● Produk jadi adalah suatu produk obat hewan yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan
● Bahan baku Obat Hewan adalah bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan Obat Hewan.
● Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOHB adalah cara pembuatan Obat Hewan
yang setiap tahapannya dilakukan dengan mengikuti prosedur dan persyaratan yang ditetapkan untuk
memastikan mutu obat hewan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
● Penanggung jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
- 2301 -
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/ pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan -
Usaha
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
Umum Usaha ● Pernyataan kesanggupan menerapkan CPOHB dan memperoleh sertifikat CPOHB selambat lambatnya 1 tahun
setelah nomor pendaftaran obat hewan pertama kali diterbitkan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki/menguasai lokasi untuk produksi obat hewan
Usaha ● Memiliki layout/rancangan bangunan dan fasilitas yang memadai untuk memproduksi dan menyimpan obat
hewan
● Memiliki rancangan sistem pengelolaan limbah
6 Sarana ● Tersedia sumber air bersih
● Lokasi usaha tidak berada di area pemukiman penduduk
- 2302 -
7 Struktur ● Struktur organisasi yang terdokumentasi yang menguraikan tugas, fungsi dan pembagian kewenangan dalam
organisasi organisasi usaha.
SDM dan ● Memiliki SDM yang mempunyai keterampilan sesuai dengan bidangnya dan memahami risiko pekerjaan
SDM ● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang produksi obat hewan
● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
● Memiliki PJTOH sebanyak 2 orang, yang terdiri dari 1 orang dokter hewan dan 1 orang apoteker yang merupakan
karyawan tetap dan bekerja full time
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan 1. Tersedia informasi mengenai produk yang dihasilkan
2. Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
9 Persyaratan 1. Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/ - Memiliki nomor pendaftaran obat hewan
Proses/Jasa - Terjamin khasiat, mutu dan keamanannya
- Sesuai dengan Farmakope Obat Hewan Indonesia atau rujukan lain yang setara
- Diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Persyaratan proses:
Pembuatan obat hewan sesuai dengan kaidah CPOHB
- 2303 -
10 Sistem ● Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen - Perencanaan
Usaha - Pengelolaan
- Komunikasi pelanggan
- Peningkatan berkelanjutan: upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi.
Contoh dari data yang ada, ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikannya
- Tindakan pencegahan: antisipasi risiko dan kemungkinan kejadian
● Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
● Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan produksi secara berkala
11 Penilaian ● Penilaian Kesesuaian
kesesuaian - Tingkat resiko usaha industri produk farmasi untuk hewan: Tinggi
dan - Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui pemeriksaan dokumen persyaratan dan inspeksi
pengawasan lapangan
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Kementerian Pertanian dengan melibatkan Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota
- 2304 -
CPOHB selambat
lambatnya 1 tahun setelah
nomor pendaftaran obat
hewan pertama kali
diterbitkan
e. Apakah memiliki kumpulan
peraturan perundang-
undangan di bidang obat
hewan?
2. ORGANISASI, MANAJEMEN
DAN PERSONALIA
a. Apakah tersedia struktur
organisasi yang
terdokumentasi yang
menguraikan tugas, fungsi
dan pembagian
kewenangan setiap personil,
termasuk kedudukan dan
uraian tugas PJTOH?
b. Apakah SDM yang terlibat
- 2306 -
memiliki kemampuan di
bidangnya?
c. Apakah PJTOH merupakan
karyawan tetap dan bekerja
full time di perusahaan obat
hewan?
d. Apakah PJTOH telah
mengikuti pelatihan di
bidangnya?
Apabila belum, apakah ada
pernyataan bahwa
berkomitmen akan
mengikuti pelatihan di
bidangnya selambat-
lambatnya 1 tahun setelah
izin usaha diterbitkan?
3. SARANA
a. Apakah tersedia jalur
layanan pengaduan
konsumen?
- 2307 -
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Pengawas Obat Hewan Pusat dan/atau daerah
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- Hak dan kewajiban pengawas: berdasarkan pada peraturan yang berlaku
- Saluran Pengaduan Masyarakat
o Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
o Sesuai dengan sistem pengaduan yang ada di K/L
STANDAR USAHA INDUSTRI BAHAN FARMASI UNTUK HEWAN
- 2309 -
KBLI 21014
NO
INDUSTRI BAHAN FARMASI UNTUK HEWAN
1. Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan usaha pembuatan dan pengolahan bahan obat, bahan pembantu
Lingkup dan bahan pengemas untuk hewan, yang berasal dari bahan kimia, bahan alam, hewan dan tumbuh-tumbuhan
termasuk yang berasal dari hasil biologis, seperti bahan obat-obatan, seperti antisera dan fraksi darah lainnya,
vaksin dan preparat homeopatik. Termasuk industri substansi aktif obat untuk bahan farmakologi dalam industri
obat-obatan, seperti antibiotik, vitamin, salisilik dan asam o-asetilsalsilik dan lain-lain, pengolahan darah, industri
gula murni kimia dan pengolahan kelenjar dan industri ekstraksi kelenjar dan lain-lain.
2 Istilah dan ● Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau
Definisi memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi jenis sediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan
sediaan obat hewan alami.
● Pembuatan adalah proses kegiatan pengolahan, pencampuran dan/atau pengubahan bentuk bahan baku obat
hewan menjadi obat hewan.
● Produsen obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pembuatan obat
hewan.
● Produk jadi adalah suatu produk obat hewan yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan
● Bahan baku Obat Hewan adalah bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan Obat Hewan.
● Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOHB adalah cara pembuatan Obat Hewan
yang setiap tahapannya dilakukan dengan mengikuti prosedur dan persyaratan yang ditetapkan untuk
memastikan mutu obat hewan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
- 2310 -
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/ pengeluaran/pemasukan/pendistribusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan -
Usaha
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
Umum Usaha ● Pernyataan kesanggupan menerapkan CPOHB dan memperoleh sertifikat CPOHB selambat lambatnya 1 tahun
setelah nomor pendaftaran obat hewan pertama kali diterbitkan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki/menguasai lokasi untuk produksi obat hewan
Usaha ● Memiliki layout/rancangan bangunan dan fasilitas yang memadai untuk memproduksi dan menyimpan obat
hewan
● Memiliki rancangan sistem pengelolaan limbah
- 2311 -
2. Persyaratan proses:
Pembuatan obat hewan sesuai dengan kaidah CPOHB
10 Sistem ● Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen - Perencanaan
Usaha - Pengelolaan
- Komunikasi pelanggan
- Peningkatan berkelanjutan: upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi.
Contoh dari data yang ada, ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikannya
- Tindakan pencegahan: antisipasi risiko dan kemungkinan kejadian
● Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
● Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan produksi secara berkala
- 2313 -
3. SARANA
a. Apakah tersedia jalur layanan
pengaduan konsumen?
4. BANGUNAN DAN FASILITAS
a. Apakah memiliki atau
menguasai lokasi untuk
produksi obat hewan?
b. Apakah memiliki
layout/rancangan bangunan
dan fasilitas yang memadai
untuk memproduksi dan
menyimpan obat hewan?
c. Apakah memiliki rancangan
sistem pengolahan limbah?
d. Apabila belum memiliki
bangunan dan fasilitas untuk
memproduksi obat hewan,
apakah menggunakan jasa
pihak lain yang telah memiliki
sertifikat CPOHB, dan/atau
laboratorium pengujian mutu
- 2317 -
● PENGAWASAN
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Pengawas Obat Hewan Pusat dan/atau daerah
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- Hak dan kewajiban pengawas: berdasarkan pada peraturan yang berlaku
- Saluran Pengaduan Masyarakat
o Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
o Sesuai dengan sistem pengaduan yang ada di K/L
- 2318 -
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistribusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan -
Usaha
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
Umum Usaha ● Pernyataan kesanggupan menerapkan CPOHB dan memperoleh sertifikat CPOHB selambat lambatnya 1 tahun
setelah nomor pendaftaran obat hewan pertama kali diterbitkan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki/menguasai lokasi untuk produksi obat hewan
Usaha ● Memiliki layout/rancangan bangunan dan fasilitas yang memadai untuk memproduksi dan menyimpan obat
hewan
● Memiliki rancangan sistem pengelolaan limbah
- 2320 -
pengawasan lapangan
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Kementerian Pertanian dengan melibatkan Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota
- Waktu: sebelum pelaku usaha memulai usahanya
- Bentuk: Laporan hasil inspeksi
- Bukti penilaian kesesuaian digunakan oleh Pelaku usaha untuk memperoleh izin secara formal dari K/L yang
berwenang
● PENGAWASAN
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Pengawas Obat Hewan Pusat dan/atau daerah
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- Hak dan kewajiban pengawas: berdasarkan pada peraturan yang berlaku
- Saluran Pengaduan Masyarakat
o Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
- 2326 -
memastikan mutu obat hewan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan -
Usaha
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
Umum Usaha ● Pernyataan kesanggupan menerapkan CPOHB dan memperoleh sertifikat CPOHB selambat lambatnya 1 tahun
setelah nomor pendaftaran obat hewan pertama kali diterbitkan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki/menguasai lokasi untuk produksi obat hewan
Usaha ● Memiliki layout/rancangan bangunan dan fasilitas yang memadai untuk memproduksi dan menyimpan obat
hewan
- 2328 -
pengolahan limbah?
d. Apabila belum memiliki bangunan dan
fasilitas untuk memproduksi obat
hewan, apakah menggunakan jasa pihak
lain yang telah memiliki sertifikat
CPOHB, dan/atau laboratorium
pengujian mutu obat hewan milik pihak
lain yang telah terakreditasi?
● PENGAWASAN
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Pengawas Obat Hewan Pusat dan/atau daerah
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- 2334 -
● Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOHB adalah cara pembuatan Obat Hewan
yang setiap tahapannya dilakukan dengan mengikuti prosedur dan persyaratan yang ditetapkan untuk
memastikan mutu obat hewan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan -
Usaha
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
Umum Usaha ● Pernyataan kesanggupan menerapkan CPOHB dan memperoleh sertifikat CPOHB selambat lambatnya 1 tahun
setelah nomor pendaftaran obat hewan pertama kali diterbitkan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki/menguasai lokasi untuk produksi obat hewan
- 2336 -
Usaha ● Memiliki layout/rancangan bangunan dan fasilitas yang memadai untuk memproduksi dan menyimpan obat
hewan
● Memiliki rancangan sistem pengelolaan limbah
6 Sarana ● Tersedia sumber air bersih
● Lokasi usaha tidak berada di area pemukiman penduduk
7 Struktur ● Struktur organisasi yang terdokumentasi yang menguraikan tugas, fungsi dan pembagian kewenangan dalam
organisasi organisasi usaha.
SDM dan ● Memiliki SDM yang mempunyai keterampilan sesuai dengan bidangnya dan memahami risiko pekerjaan
SDM ● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang produksi obat hewan
● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
● Memiliki PJTOH sebanyak 2 orang, yang terdiri dari 1 orang dokter hewan dan 1 orang apoteker yang merupakan
karyawan tetap dan bekerja full time
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan 1. Tersedia informasi mengenai produk yang dihasilkan
2. Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
9 Persyaratan 1. Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/ - Memiliki nomor pendaftaran obat hewan
- 2337 -
2. Persyaratan proses:
Pembuatan obat hewan sesuai dengan kaidah CPOHB
10 Sistem ● Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen - Perencanaan
Usaha - Pengelolaan
- Komunikasi pelanggan
- Peningkatan berkelanjutan: upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi.
Contoh dari data yang ada, ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikannya
- Tindakan pencegahan: antisipasi risiko dan kemungkinan kejadian
● Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
● Pelaporan
- 2338 -
● PENGAWASAN
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
- 2342 -
● Eksportir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pengeluaran obat
hewan dari wilayah Republik Indonesia ke luar negeri.
● Distributor obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan penyediaan dan/atau
peredaran obat hewan dari produsen atau importir.
● Pernasukan obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan obat hewan dari luar negeri ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
● Pengeluaran obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan obat hewan dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke luar negeri.
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan ● Eksportir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pengeluaran obat hewan
Usaha ● Importir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pemasukan obat hewan
● Distributor Obat Hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan di dalam negeri
- 2344 -
7 Struktur ● Struktur organisasi yang terdokumentasi yang menguraikan tugas, fungsi dan pembagian kewenangan dalam
organisasi organisasi usaha.
SDM dan ● Memiliki SDM yang mempunyai keterampilan sesuai dengan bidangnya dan memahami risiko pekerjaan
SDM ● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang obat hewan
● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
● Memiliki PJTOH sebanyak 1 orang, yang terdiri dari 1 orang dokter hewan atau 1 orang apoteker yang
merupakan karyawan tetap dan bekerja full time
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan ● Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
● Tersedia informasi terkait produk yang diedarkan
● Menjamin khasiat, mutu dan keamanan obat hewan yang diedarkan
- 2346 -
● Persyaratan proses:
- Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan prosedur yang dimiliki perusahaan
- Penerimaan dan Pengeluaran produk harus berada dibawah pengawasan PJTOH
10 Sistem ● Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen - Perencanaan
Usaha - Pengelolaan
- Komunikasi pelanggan
- Peningkatan berkelanjutan: upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi.
Contoh dari data yang ada, ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikannya
- Tindakan pencegahan: antisipasi risiko dan kemungkinan kejadian
● Tersedia Prosedur:
- Prosedur kebersihan ruangan
- 2347 -
● Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
● Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala
- 2348 -
5. PENGADAAN
a. Apakah tersedia prosedur untuk
pengadaan/pembelian barang?
Dan apakah dalam prosedur tersebut
memuat proses pengadaan,
kualifikasi/re-kualifikasi terhadap
- 2353 -
akan dimusnahkan?
c. Apakah tersedia prosedur pengeluaran
obat hewan yang mencakup antara
lain:
a) Peran PJTOH seperti melakukan
pemeriksaan dan menandatangani
delivery note pada saat barang dan
dikirim
b) Sistem Pengeluaran obat hewan
FIFO/FEFO
c) Pengeluaran barang dilakukan
pemeriksaan kesesuain fisik dan
dokumen penjualan terhadap
barang tersebut antara lain: nama
barang, nomor pendaftaran,
nomor bets, tanggal kadaluarsa,
kebenaran kemasan, jumlah
barang, dan lain lain. Serta mutu
produk secara fisik
d) Setiap pengeluaran barang dicatat
- 2356 -
pemasok
d. Apakah tersedia prosedur
pemusnahan obat hewan
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
Definisi memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi jenis sediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan
sediaan obat hewan alami.
● Importir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pemasukan obat
hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia,
● Eksportir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pengeluaran obat
hewan dari wilayah Republik Indonesia ke luar negeri.
● Distributor obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan penyediaan dan/atau
peredaran obat hewan dari produsen atau importir.
● Pernasukan obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan obat hewan dari luar negeri ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
● Pengeluaran obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan obat hewan dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke luar negeri.
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/ pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan ● Eksportir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pengeluaran obat hewan
Usaha ● Importir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pemasukan obat hewan
- 2361 -
● Distributor Obat Hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan di dalam negeri
SDM ● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang obat hewan
● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
● Memiliki PJTOH sebanyak 1 orang, yang terdiri dari 1 orang dokter hewan atau 1 orang apoteker yang
merupakan karyawan tetap dan bekerja full time
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan ● Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
● Tersedia informasi terkait obat hewan yang diedarkan
● Menjamin khasiat, mutu dan keamanan obat hewan yang diedarkan
9 Persyaratan ● Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/ - Memiliki nomor pendaftaran obat hewan
Proses/Jasa - Terjamin khasiat, mutu dan keamanannya
- 2363 -
- Sesuai dengan Farmakope Obat Hewan Indonesia atau rujukan lain yang setara
- Diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- Produk yang diedarkan harus sesuai dengan ketentuan
● Persyaratan proses:
- Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan prosedur yang dimiliki perusahaan
- Penerimaan dan Pengeluaran produk harus berada dibawah pengawasan PJTOH
10 Sistem ● Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen - Perencanaan
Usaha - Pengelolaan
- Komunikasi pelanggan
- Peningkatan berkelanjutan: upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi.
Contoh dari data yang ada, ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikannya
- Tindakan pencegahan: antisipasi risiko dan kemungkinan kejadian
● Tersedia Prosedur:
- Prosedur kebersihan ruangan
- Prosedur pengadaan/pembelian obat hewan
- Prosedur pengarsipan dokumen
- Prosedur penerimaan obat hewan
- Prosedur penyimpanan obat hewan
- 2364 -
Kabupaten/Kota
o Distributor Obat Hewan: Dinas Provinsi dengan melibatkan Dinas Kabupaten
- Waktu: sebelum pelaku usaha memulai usahanya
- Bentuk: Laporan hasil inspeksi
menggunakan pallet/rak
d) Penanganan produk yang mendekati
kadaluarsa, mengalami kerusakan
kemasan, tutup atau yang diduga
kemungkinan mengalami
kontaminasi dan yang akan
dimusnahkan?
c. a) Apakah tersedia prosedur
pengeluaran obat hewan yang
mencakup antara lain:
b) Peran PJTOH seperti melakukan
pemeriksaan dan menandatangani
delivery note pada saat barang dan
dikirim
c) Sistem Pengeluaran obat hewan
FIFO/FEFO
d) Pengeluaran barang dilakukan
pemeriksaan kesesuain fisik dan
dokumen penjualan terhadap barang
tersebut antara lain: nama barang,
- 2372 -
tujuan?
7. PENANGANAN PRODUK PENARIKAN,
KEMBALIAN DAN KADALUARSA
a. Apakah tersedia prosedur penarikan
kembali obat hewan yang telah dijual
(Recall)
b. Apakah tersedia prosedur penanganan
produk kembalian dan kadaluwarsa
yang mencakup antara lain:
a) Penyimpanan obat hewan yang telah
kadaluarsa
b) Penerimaan produk kembalian
termasuk pemeriksaan fisik dan
dokumen produk kembalian yang
dapat diterima
c) Penarikan kembali terhadap obat
hewan yang tidak layak jual
d) Penanganan terhadap produk
kembalian dan obat hewan yang
tidak layak jual, termasuk
- 2374 -
penyimpanannya
c. Apakah tersedia prosedur pengembalian
obat hewan kepada pemasok
d. Apakah tersedia prosedur pemusnahan
obat hewan
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana:
o Eksportir dan Importir Obat Hewan: Pengawas Obat Hewan Pusat dan/atau Pengawas Obat Hewan
Provinsi dan Kabupaten/Kota
- 2375 -
o Distributor Obat Hewan: Pengawas Obat Hewan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan hasilnya dilaporkan
kepada Pengawas Obat Hewan Pusat
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- Hak dan kewajiban pengawas: berdasarkan pada peraturan yang berlaku
- Saluran Pengaduan Masyarakat
o Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
o Sesuai dengan sistem pengaduan yang ada di K/L
distribusi
2 Istilah dan ● Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau
Definisi memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi jenis sediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan
sediaan obat hewan alami.
● Importir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pemasukan obat
hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia,
● Eksportir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pengeluaran obat
hewan dari wilayah Republik Indonesia ke luar negeri.
● Distributor obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan penyediaan dan/atau
peredaran obat hewan dari produsen atau importir.
● Pernasukan obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan obat hewan dari luar negeri ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
● Pengeluaran obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan obat hewan dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke luar negeri.
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
- 2377 -
3 Penggolongan ● Eksportir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pengeluaran obat hewan
Usaha ● Importir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pemasukan obat hewan
● Distributor Obat Hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan di dalam negeri
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha:
Umum Usaha - Eksportir dan Importir Obat Hewan: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
- Distributor Obat Hewan: badan usaha, badan hukum, dan perseorangan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki atau menguasai sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
Usaha ● Memiliki atau menguasai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya mutu
● Memiliki Standar Operasional prosedur (SOP)
● Memiliki program pelatihan personil yang mencakup identifikasi kebutuhan pelatihan dan rencana
pelaksanaanya
6 Sarana ● Tersedia sarana kebersihan
● Tersedia pest control
● Tersedia area karantina, penolakan (rejected) dan pelulusan (released)
● Tersedia area penolakan (rejected) yang berada di lokasi yang terkunci
- 2378 -
2. ORGANISASI, MANAJEMEN
DAN PERSONALIA
a. Apakah tersedia struktur
organisasi yang
terdokumentasi yang
- 2383 -
catatan kebersihan
ruangan?
c. Apakah tersedia prosedur
pemeliharaan kebersihan
ruangan
d. Apakah ventilasi dan
penerangan di ruangan
memadai?
e. Apakah mempunyai ruang
penyimpanan yang
memadai sesuai dengan
kriteria penyimpanan obat?
f. Apakah dilengkapi dengan
alat pemadam kebakaran
sesuai standar K3?
g. Apakah dilengkapi dengan
alat pemantau suhu yang
telah dikalibrasi?
h. Apakah dilengkapi dengan
catatan pemantauan suhu?
- 2386 -
5. PENGADAAN
a. Apakah tersedia prosedur
untuk
pengadaan/pembelian
barang?
- 2387 -
dilakukan pemeriksaan
kesesuain fisik dan
dokumen
pembelian/penjualan
terhadap barang
tersebut antara lain:
nama barang, nomor
pendaftaran, nomor
bets, tanggal
kadaluarsa, kebenaran
kemasan, jumlah
barang, dan lain lain.
Serta mutu produk
secara fisik
c) Setiap penerimaan
barang dicatat pada
kartu stok dan catatan
penerimaan (manual
atau elektronik)
d) Pengarsipan dokumen
- 2389 -
mengalami kontaminasi
dan yang akan
dimusnahkan?
c. Apakah tersedia prosedur
pengeluaran obat hewan
yang mencakup antara lain:
a) Peran PJTOH seperti
melakukan
pemeriksaan dan
menandatangani
delivery note pada saat
barang dan dikirim
b) Sistem Pengeluaran
obat hewan FIFO/FEFO
c) Pengeluaran barang
dilakukan pemeriksaan
kesesuain fisik dan
dokumen penjualan
terhadap barang
tersebut antara lain:
- 2391 -
7. PENANGANAN PRODUK
PENARIKAN, KEMBALIAN DAN
KADALUARSA
a. Apakah tersedia prosedur
penarikan kembali obat
- 2393 -
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- 2395 -
STANDAR USAHA PERDAGANGAN BESAR BAHAN FARMASI UNTUK MANUSIA DAN HEWAN
KBLI 46447
NO
PERDAGANGAN BESAR BAHAN FARMASI UNTUK MANUSIA DAN HEWAN
1. Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan usaha perdagangan besar bahan baku farmasi untuk hewan
- 2396 -
Lingkup
2 Istilah dan ● Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau
Definisi memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi jenis sediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan
sediaan obat hewan alami.
● Importir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pemasukan obat
hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia,
● Eksportir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pengeluaran obat
hewan dari wilayah Republik Indonesia ke luar negeri.
● Distributor obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan penyediaan dan/atau
peredaran obat hewan dari produsen atau importir.
● Pernasukan obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan obat hewan dari luar negeri ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
● Pengeluaran obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan obat hewan dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke luar negeri.
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
- 2397 -
3 Penggolongan ● Eksportir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pengeluaran obat hewan
Usaha ● Importir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pemasukan obat hewan
● Distributor Obat Hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan di dalam negeri
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha:
Umum Usaha - Eksportir dan Importir Obat Hewan: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
- Distributor Obat Hewan: badan usaha, badan hukum, dan perseorangan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki atau menguasai sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
Usaha ● Memiliki atau menguasai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya mutu
● Memiliki Standar Operasional prosedur (SOP)
● Memiliki program pelatihan personil yang mencakup identifikasi kebutuhan pelatihan dan rencana
pelaksanaanya
6 Sarana ● Tersedia sarana kebersihan
● Tersedia pest control
● Tersedia area karantina, penolakan (rejected) dan pelulusan (released)
● Tersedia area penolakan (rejected) yang berada di lokasi yang terkunci
- 2398 -
SDM ● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang obat hewan
● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
● Memiliki PJTOH sebanyak 1 orang, yang terdiri dari 1 orang dokter hewan atau 1 orang apoteker yang
merupakan karyawan tetap dan bekerja full time
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan ● Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
● Tersedia informasi terkait obat hewan yang diedarkan
● Menjamin khasiat, mutu dan keamanan obat hewan yang diedarkan
- 2399 -
pengawasan lapangan
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana:
o Eksportir dan Importir Obat Hewan: Kementerian Pertanian dengan melibatkan Dinas Provinsi dan
Kabupaten/Kota
o Distributor Obat Hewan: Dinas Provinsi dengan melibatkan Dinas Kabupaten
- Waktu: sebelum pelaku usaha memulai usahanya
- Bentuk: Laporan hasil inspeksi
- Bukti penilaian kesesuaian digunakan oleh Pelaku usaha untuk memperoleh izin secara formal dari K/L yang
berwenang
2. ORGANISASI, MANAJEMEN
DAN PERSONALIA
a. Apakah tersedia struktur
- 2403 -
organisasi yang
terdokumentasi yang
menguraikan tugas, fungsi
dan pembagian pembagian
kewenangan setiap
personil, termasuk
kedudukan dan uraian
tugas PJTOH.
b. Apakah PJTOH merupakan
karyawan tetap dan bekerja
full time di perusahaan
obat hewan?
c. Apakah PJTOH telah
mengikuti pelatihan di
bidangnya?
Apabila belum, apakah ada
pernyataan bahwa
berkomitmen akan
mengikuti pelatihan di
bidangnya selambat-
- 2404 -
serta dipelihara?
b. Apakah dilengkapi dengan
catatan kebersihan
ruangan?
c. Apakah tersedia prosedur
pemeliharaan kebersihan
ruangan
d. Apakah ventilasi dan
penerangan di ruangan
memadai?
e. Apakah mempunyai ruang
penyimpanan yang
memadai sesuai dengan
kriteria penyimpanan obat?
f. Apakah dilengkapi dengan
alat pemadam kebakaran
sesuai standar K3?
g. Apakah dilengkapi dengan
alat pemantau suhu yang
telah dikalibrasi?
- 2406 -
5. PENGADAAN
a. Apakah tersedia prosedur
untuk
- 2407 -
pengadaan/pembelian
barang?
Dan apakah dalam
prosedur tersebut memuat
proses pengadaan,
kualifikasi/re-kualifikasi
terhadap pemasok, format
surat pesanan dan peran
PJTOH dalam proses
pengadaan
6. PENERIMAAN, PENYIMPANAN,
DAN PENGELUARAN
a. Apakah tersedia prosedur
penerimaan obat hewan
yang mencakup antara lain:
e) Peran PJTOH seperti
melakukan
pemeriksaan dan
menandatangani
delivery note pada saat
- 2408 -
barang diterima
f) Penerimaan barang
dilakukan pemeriksaan
kesesuain fisik dan
dokumen
pembelian/penjualan
terhadap barang
tersebut antara lain:
nama barang, nomor
pendaftaran, nomor
bets, tanggal
kadaluarsa, kebenaran
kemasan, jumlah
barang, dan lain lain.
Serta mutu produk
secara fisik
g) Setiap penerimaan
barang dicatat pada
kartu stok dan catatan
- 2409 -
penerimaan (manual
atau elektronik)
h) Pengarsipan dokumen
pesanan barang dan
faktur atau bukti
pembelian
b. Apakah tersedia prosedur
penyimpanan obat hewan
yang mencakup antara lain:
a) Sistem penyimpanan
obat hewan
b) Tempat penyimpanan
obat hewan terpisah
dari komoditi lain
c) Penyimpanan obat
hewan menggunakan
pallet/rak
d) Penanganan produk
yang mendekati
kadaluarsa, mengalami
- 2410 -
kerusakan kemasan,
tutup atau yang diduga
kemungkinan
mengalami kontaminasi
dan yang akan
dimusnahkan?
c. Apakah tersedia prosedur
pengeluaran obat hewan
yang mencakup antara
lain:
a) Peran PJTOH seperti
melakukan
pemeriksaan dan
menandatangani
delivery note pada saat
barang dan dikirim
b) Sistem Pengeluaran
obat hewan FIFO/FEFO
c) Pengeluaran barang
- 2411 -
dilakukan pemeriksaan
kesesuain fisik dan
dokumen penjualan
terhadap barang
tersebut antara lain:
nama barang, nomor
pendaftaran, nomor
bets, tanggal
kadaluarsa, kebenaran
kemasan, jumlah
barang, dan lain lain.
Serta mutu produk
secara fisik
d) Setiap pengeluaran
barang dicatat pada
kartu stok (manual
atau elektronik)
e) Penjualan bahan baku
antibiotik
mensyaratkan surat
- 2412 -
KADALUARSA
a. Apakah tersedia prosedur
penarikan kembali obat
hewan yang telah dijual
(Recall)
b. Apakah tersedia prosedur
penanganan produk
kembalian dan
kadaluwarsa yang
mencakup antara lain:
a) Penyimpanan obat
hewan yang telah
kadaluarsa
b) Penerimaan produk
kembalian termasuk
pemeriksaan fisik dan
dokumen produk
kembalian yang dapat
diterima
c) Penarikan kembali
- 2414 -
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- 2415 -
STANDAR USAHA PERDAGANGAN BESAR BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL UNTUK HEWAN
NO KBLI 46448
- 2416 -
PERDAGANGAN BESAR BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL UNTUK MANUSIA DAN HEWAN
1. Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan usaha perdagangan besar bahan baku obat tradisional untuk hewan
Lingkup
2 Istilah dan ● Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau
Definisi memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi jenis sediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan
sediaan obat hewan alami.
● Importir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pemasukan obat
hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia,
● Eksportir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pengeluaran obat
hewan dari wilayah Republik Indonesia ke luar negeri.
● Distributor obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan penyediaan dan/atau
peredaran obat hewan dari produsen atau importir.
● Pernasukan obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan obat hewan dari luar negeri ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
● Pengeluaran obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan obat hewan dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke luar negeri.
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
- 2417 -
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan ● Eksportir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pengeluaran obat hewan
Usaha ● Importir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pemasukan obat hewan
● Distributor Obat Hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan di dalam negeri
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha:
Umum Usaha - Eksportir dan Importir Obat Hewan: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
- Distributor Obat Hewan: badan usaha, badan hukum, dan perseorangan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki atau menguasai sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
Usaha ● Memiliki atau menguasai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya mutu
● Memiliki Standar Operasional prosedur (SOP)
● Memiliki program pelatihan personil yang mencakup identifikasi kebutuhan pelatihan dan rencana
pelaksanaanya
- 2418 -
usahanya
b. Surat pernyataan memiliki
atau menguasai tempat
penyimpanan obat hewan
yang dapat menjamin
terjaganya mutu
c. Surat pernyataan pimpinan
bahwa mempunyai tenaga
dokter hewan atau apoteker
yang bekerja tetap sebagai
Penanggungjawab Teknis
Obat Hewan (PJTOH)
d. Surat pernyataan PJTOH
e. Ijasah PJTOH
f. Apakah memiliki kumpulan
peraturan perundang-
undangan di bidang obat
hewan?
2. ORGANISASI, MANAJEMEN
DAN PERSONALIA
- 2423 -
bidangnya selambat-
lambatnya 1 tahun setelah
izin usaha diterbitkan?
d. Apakah memiliki program
pelatihan personel yang
mencakup identifikasi
kebutuhan pelatihan dan
rencana pelaksanaanya?
e. Apakah tersedia prosedur
terkait sistem K3
(Kesehatan dan
Keselamatan Kerja)?
3. SARANA
Apakah tersedia jalur
layanan pengaduan
konsumen?
telah dikalibrasi?
h. Apakah dilengkapi dengan
catatan pemantauan suhu?
i. Apakah tersedia prosedur
pemantauan suhu?
j. Apakah dilengkapi dengan
pest control?
k. Apakah tersedia prosedur
pemilihan jasa pest control?
l. Apakah tersedia area
karantina, penolakan
(rejected) dan pelulusan
(released)?
m Apakah area penolakan
. (rejected) berada di lokasi
yang terkunci?
5. PENGADAAN
a. Apakah tersedia prosedur
- 2427 -
untuk
pengadaan/pembelian
barang?
Dan apakah dalam
prosedur tersebut memuat
proses pengadaan,
kualifikasi/re-kualifikasi
terhadap pemasok, format
surat pesanan dan peran
PJTOH dalam proses
pengadaan
6. PENERIMAAN, PENYIMPANAN,
DAN PENGELUARAN
a. Apakah tersedia prosedur
penerimaan obat hewan
yang mencakup antara lain:
a) Peran PJTOH seperti
melakukan
pemeriksaan dan
menandatangani
- 2428 -
c) Setiap penerimaan
barang dicatat pada
- 2429 -
kadaluarsa, mengalami
kerusakan kemasan,
tutup atau yang diduga
kemungkinan
mengalami kontaminasi
dan yang akan
dimusnahkan?
c. Apakah tersedia prosedur
pengeluaran obat hewan
yang mencakup antara
lain:
a) Peran PJTOH seperti
melakukan
pemeriksaan dan
menandatangani
delivery note pada saat
barang dan dikirim
b) Sistem Pengeluaran
obat hewan FIFO/FEFO
- 2431 -
c) Pengeluaran barang
dilakukan pemeriksaan
kesesuain fisik dan
dokumen penjualan
terhadap barang
tersebut antara lain:
nama barang, nomor
pendaftaran, nomor
bets, tanggal
kadaluarsa, kebenaran
kemasan, jumlah
barang, dan lain lain.
Serta mutu produk
secara fisik
d) Setiap pengeluaran
barang dicatat pada
kartu stok (manual
atau elektronik)
e) Penjualan bahan baku
antibiotik
- 2432 -
mensyaratkan surat
pesanan dari produsen
obat hewan
f) Penjualan obat hewan
di dalam negeri
dilakukan terhadap
unit usaha yang telah
memiliki perizinan
barusaha di bidang
obat hewan
g) Pengarsipan dokumen
penjualan barang dan
faktur atau bukti
penjualan
d. Apakah pengeluaran obat
hewan disertai dengan
sarana yang dapat menjaga
mutu obat hewan sampai
ke tempat tujuan?
7. PENANGANAN PRODUK
- 2433 -
c) Penarikan kembali
terhadap obat hewan
yang tidak layak jual
d) Penanganan terhadap
produk kembalian dan
obat hewan yang tidak
layak jual, termasuk
penyimpanannya
c. Apakah tersedia prosedur
pengembalian obat hewan
kepada pemasok
d. Apakah tersedia prosedur
pemusnahan obat hewan
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
- 2435 -
STANDAR USAHA PERDAGANGAN BESAR BESAR ALAT LABORATORIUM, ALAT FARMASI DAN ALAT KEDOKTERAN UNTUK HEWAN
- 2436 -
KBLI 46692
NO
PERDAGANGAN BESAR BESAR ALAT LABORATORIUM, ALAT FARMASI DAN ALAT KEDOKTERAN UNTUK HEWAN
1. Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan usaha perdagangan besar alat laboratorium, alat farmasi dan alat
Lingkup kedokteran untuk hewan yang meliputi kegiatan pemasukan, pengeluaran dan distribusi
2 Istilah dan ● Importir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pemasukan obat
Definisi hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia,
● Eksportir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pengeluaran obat
hewan dari wilayah Republik Indonesia ke luar negeri.
● Distributor obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan penyediaan dan/atau
peredaran obat hewan dari produsen atau importir.
● Peralatan kesehatan hewan adalah alat dan mesin yang disiapkan dan digunakan sebagai alat bantu dalam
pelayanan kesehatan hewan
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan ● Eksportir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pengeluaran obat hewan
- 2437 -
Usaha ● Importir Obat Hewan, yang melakukan kegiatan pemasukan obat hewan
● Distributor Obat Hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan di dalam negeri
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha:
Umum Usaha - Eksportir dan Importir Obat Hewan: badan usaha, badan hukum, dan badan layanan umum
- Distributor Obat Hewan: badan usaha, badan hukum, dan perseorangan
● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Memiliki kumpulan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki atau menguasai sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
Usaha ● Memiliki atau menguasai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya mutu
● Memiliki Standar Operasional prosedur (SOP)
● Memiliki program pelatihan personil yang mencakup identifikasi kebutuhan pelatihan dan rencana
pelaksanaanya
6 Sarana ● Tersedia sarana kebersihan
● Tersedia pest control
● Tersedia area karantina, penolakan (rejected) dan pelulusan (released)
● Tersedia area penolakan (rejected) yang berada di lokasi yang terkunci
● Tersedia ventilasi dan penerangan yang memadai
- 2438 -
terdokumentasi yang
menguraikan tugas, fungsi
dan pembagian pembagian
kewenangan setiap
personil, termasuk
kedudukan dan uraian
tugas PJTOH.
b. Apakah PJTOH merupakan
karyawan tetap dan bekerja
full time di perusahaan
obat hewan?
c. Apakah PJTOH telah
mengikuti pelatihan di
bidangnya?
Apabila belum, apakah ada
pernyataan bahwa
berkomitmen akan
mengikuti pelatihan di
bidangnya selambat-
lambatnya 1 tahun setelah
izin usaha diterbitkan?
- 2444 -
lain:
a) Peran PJTOH seperti
melakukan
pemeriksaan dan
menandatangani
delivery note pada saat
barang dan dikirim
b) Sistem Pengeluaran
obat hewan FIFO/FEFO
c) Pengeluaran barang
dilakukan pemeriksaan
kesesuain fisik dan
dokumen penjualan
terhadap barang
tersebut antara lain:
nama barang, nomor
pendaftaran, nomor
bets, tanggal
kadaluarsa, kebenaran
kemasan, jumlah
barang, dan lain lain.
- 2451 -
penjualan
d. Apakah pengeluaran obat
hewan disertai dengan
sarana yang dapat menjaga
mutu obat hewan sampai
ke tempat tujuan?
7. PENANGANAN PRODUK
PENARIKAN, KEMBALIAN DAN
KADALUARSA
a. Apakah tersedia prosedur
penarikan kembali obat
hewan yang telah dijual
(Recall)
b. Apakah tersedia prosedur
penanganan produk
kembalian dan
kadaluwarsa yang
mencakup antara lain:
e) Penyimpanan obat
hewan yang telah
kadaluarsa
- 2453 -
f) Penerimaan produk
kembalian termasuk
pemeriksaan fisik dan
dokumen produk
kembalian yang dapat
diterima
g) Penarikan kembali
terhadap obat hewan
yang tidak layak jual
h) Penanganan terhadap
produk kembalian dan
obat hewan yang tidak
layak jual, termasuk
penyimpanannya
c. Apakah tersedia prosedur
pengembalian obat hewan
kepada pemasok
d. Apakah tersedia prosedur
pemusnahan obat hewan
- 2454 -
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana:
o Eksportir dan Importir Obat Hewan: Pengawas Obat Hewan Pusat dan/atau Pengawas Obat Hewan
Provinsi dan Kabupaten/Kota
o Distributor Obat Hewan: Pengawas Obat Hewan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan hasilnya dilaporkan
kepada Pengawas Obat Hewan Pusat
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- Hak dan kewajiban pengawas: berdasarkan pada peraturan yang berlaku
- Saluran Pengaduan Masyarakat
o Disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
o Sesuai dengan sistem pengaduan yang ada di K/L
- 2455 -
STANDAR USAHA PERDAGANGAN ECERAN BARANG DAN OBAT FARMASI UNTUK HEWAN DI APOTIK DAN BUKAN DI APOTIK
KBLI 47726
NO
PERDAGANGAN ECERAN BARANG DAN OBAT FARMASI UNTUK HEWAN DI APOTIK DAN BUKAN DI APOTIK
1. Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan usaha perdagangan eceran khusus barang dan obat farmasi untuk
Lingkup hewan seperti obat-obatan yang berbentuk jadi (sediaan), misalnya dalam serbuk, tablet, kapsul, salep, bubuk,
larutan, suspensi, aerosol, dan lainnya.
2 Istilah dan ● Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau
Definisi memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi jenis sediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan
sediaan obat hewan alami.
● Apotek Veteriner adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dari
distributor.
● Depo obat hewan adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dari
distributor
● Petshop adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dari distributor
● Poultry Shop adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dari
distributor
● Toko obat hewan adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan selain
obat keras
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
- 2456 -
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan ● Apotek Veteriner, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
Usaha ● Depo obat hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Petshop, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Poultry shop, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Toko obat hewan yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan yang tidak termasuk dalam klasifikasi obat
keras, secara eceran dari distributor obat hewan
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha: badan usaha, badan hukum, dan perseorangan
Umum Usaha ● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki atau menguasai sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
Usaha ● Memiliki atau menguasai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya mutu
● Memiliki Standar Operasional prosedur (SOP)
6 Sarana ● Tersedia sarana kebersihan
- 2457 -
- Toko Obat Hewan: PJTOH sebanyak 1 orang, yang terdiri dari 1 orang paramedik veteriner atau asisten
apoteker yang bekerja tidak tetap
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan ● Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
● Tersedia informasi terkait obat hewan yang diedarkan
● Menjamin khasiat, mutu dan keamanan obat hewan yang diedarkan
9 Persyaratan ● Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/ - Memiliki nomor pendaftaran obat hewan
Proses/Jasa - Terjamin khasiat, mutu dan keamanannya
- Sesuai dengan Farmakope Obat Hewan Indonesia atau rujukan lain yang setara
- Memiliki penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- Produk yang diedarkan harus sesuai dengan ketentuan
● Persyaratan proses:
- Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan prosedur yang dimiliki perusahaan
- Penerimaan dan Pengeluaran produk harus berada dibawah pengawasan PJTOH
- Obat hewan dengan klasifikasi obat keras dilarang diperjualbelikan melalui sistem daring
10 Sistem ● Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen - Perencanaan
- 2459 -
Usaha - Pengelolaan
- Komunikasi pelanggan
- Peningkatan berkelanjutan: upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi.
Contoh dari data yang ada, ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikannya
- Tindakan pencegahan: antisipasi risiko dan kemungkinan kejadian
● Tersedia Prosedur:
- Prosedur kebersihan ruangan
- Prosedur pengadaan/pembelian obat hewan
- Prosedur pengarsipan dokumen
- Prosedur penerimaan obat hewan
- Prosedur penyimpanan obat hewan
- Prosedur pengeluaran obat hewan
- Prosedur penanganan produk kembalian dan kadaluwarsa
- Prosedur terkait sistem K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
- Prosedur pemantauan suhu
- Prosedur pemilihan jasa pest control
- Prosedur penarikan Kembali obat hewan (Recall)
- Prosedur pengembalian obat hewan kepada pemasok
- Prosedur pemusnahan obat hewan
- 2460 -
● Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
● Pelaporan
- Menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala
11 Penilaian ● Penilaian Kesesuaian
kesesuaian - Tingkat resiko usaha perdagangan eceran barang dan obat farmasi untuk hewan di apotik dan bukan di
dan apotik: Tinggi
pengawasan - Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui pemeriksaan dokumen dan inspeksi lapangan
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Dinas Kabupaten/Kota
- Waktu: sebelum pelaku usaha memulai usahanya
- Bentuk: Laporan hasil inspeksi
- Bukti penilaian kesesuaian digunakan oleh Pelaku usaha untuk memperoleh izin secara formal dari K/L yang
berwenang
- 2461 -
kebersihan ruangan
d. Apakah ventilasi dan penerangan di
ruangan memadai?
e. Apakah mempunyai ruang
penyimpanan yang memadai sesuai
dengan kriteria penyimpanan obat?
f. Apakah dilengkapi dengan alat
pemadam kebakaran sesuai standar
K3?
g. Apakah dilengkapi dengan alat
pemantau suhu yang telah dikalibrasi?
h. Apakah dilengkapi dengan catatan
pemantauan suhu?
i. Apakah tersedia prosedur pemantauan
suhu
j. Apakah dilengkapi dengan pest control?
k. Apakah tersedia area penolakan
(rejected) yang berada di lokasi yang
terkunci?
5. PENGADAAN
- 2464 -
dimusnahkan?
c Apakah tersedia prosedur pengeluaran
. obat hewan yang mencakup antara
lain:
a) Pengeluaran/penjualan barang
berada di bawah pengawasan PJTOH
b) Sistem Pengeluaran obat hewan
FIFO/FEFO
c) Pengeluaran barang dilakukan
pemeriksaan kesesuain fisik dan
dokumen penjualan terhadap barang
tersebut antara lain: nama barang,
nomor pendaftaran, nomor bets,
tanggal kadaluarsa, kebenaran
kemasan, jumlah barang, dan lain
lain. Serta mutu produk secara fisik
d) Setiap pengeluaran barang dicatat
pada kartu stok (manual atau
elektronik)
e) Penjualan bahan baku antibiotik
- 2467 -
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Pengawas Obat Hewan Kabupaten/Kota dan hasilnya dilaporkan kepada Pengawas Obat Hewan
Provinsi dan Pengawas Obat Hewan Pusat
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- Hak dan kewajiban pengawas: berdasarkan pada peraturan yang berlaku
- Saluran Pengaduan Masyarakat
- 2470 -
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan ● Apotek Veteriner, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
Usaha ● Depo obat hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Petshop, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Poultry shop, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Toko obat hewan yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan yang tidak termasuk dalam klasifikasi obat
keras, secara eceran dari distributor obat hewan
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha: badan usaha, badan hukum, dan perseorangan
Umum Usaha ● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki atau menguasai sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
Usaha ● Memiliki atau menguasai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya mutu
● Memiliki Standar Operasional prosedur (SOP)
- 2472 -
penyeliaan dokter hewan atau asisten apoteker yang bekerja tetap, di bawah penyeliaan apoteker
- Toko Obat Hewan: PJTOH sebanyak 1 orang, yang terdiri dari 1 orang paramedik veteriner atau asisten
apoteker yang bekerja tidak tetap
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan ● Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
● Tersedia informasi terkait obat hewan yang diedarkan
● Menjamin khasiat, mutu dan keamanan obat hewan yang diedarkan
9 Persyaratan ● Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/Prose - Memiliki nomor pendaftaran obat hewan
s/Jasa - Terjamin khasiat, mutu dan keamanannya
- Sesuai dengan Farmakope Obat Hewan Indonesia atau rujukan lain yang setara
- Memiliki penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- Produk yang diedarkan harus sesuai dengan ketentuan
● Persyaratan proses:
- Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan prosedur yang dimiliki perusahaan
- Penerimaan dan Pengeluaran produk harus berada dibawah pengawasan PJTOH
10 Sistem ● Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen - Perencanaan
- 2474 -
Usaha - Pengelolaan
- Komunikasi pelanggan
- Peningkatan berkelanjutan: upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi.
Contoh dari data yang ada, ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikannya
- Tindakan pencegahan: antisipasi risiko dan kemungkinan kejadian
● Tersedia Prosedur:
- Prosedur kebersihan ruangan
- Prosedur pengadaan/pembelian obat hewan
- Prosedur pengarsipan dokumen
- Prosedur penerimaan obat hewan
- Prosedur penyimpanan obat hewan
- Prosedur pengeluaran obat hewan
- Prosedur penanganan produk kembalian dan kadaluwarsa
- Prosedur terkait sistem K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
- Prosedur pemantauan suhu
- Prosedur pengembalian obat hewan kepada pemasok
- Prosedur pemusnahan obat hewan
● Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- 2475 -
● Pelaporan
- Menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala
11 Penilaian ● Penilaian Kesesuaian
kesesuaian - Tingkat resiko usaha perdagangan eceran obat tradisional untuk hewan: Menengah Tinggi
dan - Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui pernyataan kesesuaian diri (self declaration)
pengawasan
CHECKLIST PENILAIAN KESESUAIAN
NO DETAIL PEMERIKSAAN YA TIDAK N/A
1. PERSAYARATAN ADMINISTRASI
a. Surat pernyataan memiliki atau menguasai
sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan
usahanya
b. Surat pernyataan memiliki atau menguasai
tempat penyimpanan obat hewan yang dapat
menjamin terjaganya mutu
c. Surat pernyataan pimpinan bahwa mempunyai
Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH)
- 2476 -
ruangan?
c. Apakah tersedia prosedur pemeliharaan
kebersihan ruangan
d. Apakah ventilasi dan penerangan di ruangan
memadai?
e. Apakah mempunyai ruang penyimpanan yang
memadai sesuai dengan kriteria penyimpanan
obat?
f. Apakah dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran sesuai standar K3?
g. Apakah dilengkapi dengan alat pemantau suhu
yang telah dikalibrasi?
h. Apakah dilengkapi dengan catatan pemantauan
suhu?
i. Apakah tersedia prosedur pemantauan suhu
j. Apakah dilengkapi dengan pest control?
k. Apakah tersedia area penolakan (rejected) yang
berada di lokasi yang terkunci?
- 2478 -
5. PENGADAAN
a. Apakah tersedia prosedur untuk
pengadaan/pembelian barang?
Dan apakah dalam prosedur tersebut memuat
proses pengadaan, format surat pesanan dan
peran PJTOH dalam proses pengadaan
6. PENANGANAN PRODUK
a. Apakah tersedia prosedur penerimaan obat
hewan yang mencakup antara lain
a) Penerimaan/pembelian barang berada di
bawah pengawasan PJTOH
b) Penerimaan barang dilakukan pemeriksaan
kesesuain fisik dan dokumen
pembelian/penjualan terhadap barang
tersebut antara lain: nama barang, nomor
pendaftaran, nomor bets, tanggal kadaluarsa,
kebenaran kemasan, jumlah barang, dan lain
- 2479 -
● Pengawasan
- Evaluasi terhadap penerbitan perizinan berusaha dilakukan selambat lambatnya 1 tahun setelah perizinan
berusaha berlaku efektif.
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Pengawas Obat Hewan Kabupaten/Kota dan hasilnya dilaporkan kepada Pengawas Obat Hewan
Provinsi dan Pengawas Obat Hewan Pusat
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- Hak dan kewajiban pengawas: berdasarkan pada peraturan yang berlaku
- Saluran Pengaduan Masyarakat
- 2484 -
obat keras
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan ● Apotek Veteriner, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
Usaha ● Depo obat hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Petshop, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Poultry shop, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Toko obat hewan yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan yang tidak termasuk dalam klasifikasi obat
keras, secara eceran dari distributor obat hewan
4 Persyaratan ● Bentuk Usaha: badan usaha, badan hukum, dan perseorangan
Umum Usaha ● Memiliki struktur organisasi
● Memiliki jalur layanan pengaduan konsumen
● Durasi pemenuhan persyaratan sesuai ketentuan Lembaga OSS
5 Persyaratan ● Memiliki PJTOH
Khusus ● Memiliki atau menguasai sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
Usaha ● Memiliki atau menguasai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya mutu
- 2486 -
- Depo obat hewan, Petshop dan Poultry Shop: PJTOH sebanyak 2 orang, yang terdiri dari 1 orang dokter hewan
atau apoteker yang bekerja tidak tetap dan 1 orang paramedik veteriner yang bekerja tetap, di bawah
penyeliaan dokter hewan atau asisten apoteker yang bekerja tetap, di bawah penyeliaan apoteker
- Toko Obat Hewan: PJTOH sebanyak 1 orang, yang terdiri dari 1 orang paramedik veteriner atau asisten
apoteker yang bekerja tidak tetap
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan ● Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
● Tersedia informasi terkait obat hewan yang diedarkan
● Menjamin khasiat, mutu dan keamanan obat hewan yang diedarkan
9 Persyaratan ● Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/ - Memiliki nomor pendaftaran obat hewan
Proses/Jasa - Terjamin khasiat, mutu dan keamanannya
- Sesuai dengan Farmakope Obat Hewan Indonesia atau rujukan lain yang setara
- Memiliki penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- Produk yang diedarkan harus sesuai dengan ketentuan
● Persyaratan proses:
- Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan prosedur yang dimiliki perusahaan
- Penerimaan dan Pengeluaran produk harus berada dibawah pengawasan PJTOH
- 2488 -
10 Sistem ● Menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
Manajemen - Perencanaan
Usaha - Pengelolaan
- Komunikasi pelanggan
- Peningkatan berkelanjutan: upaya untuk meningkatkan pelayanan, produksi.
Contoh dari data yang ada, ditemukan hasil yang tidak kesesuaian dan bagaimana rencana perbaikannya.
- Tindakan perbaikan: Aksi dan hasil perbaikannya
- Tindakan pencegahan: antisipasi risiko dan kemungkinan kejadian
● Tersedia Prosedur:
- Prosedur kebersihan ruangan
- Prosedur pengadaan/pembelian obat hewan
- Prosedur pengarsipan dokumen
- Prosedur penerimaan obat hewan
- Prosedur penyimpanan obat hewan
- Prosedur pengeluaran obat hewan
- Prosedur penanganan produk kembalian dan kadaluwarsa
- Prosedur terkait sistem K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
- Prosedur pemantauan suhu
- Prosedur pengembalian obat hewan kepada pemasok
- Prosedur pemusnahan obat hewan
- 2489 -
● Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut yang efektif dan terdokumentasi
- Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
- Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Efektifitas penerapan sistem manajemen usaha
● Pelaporan
- Menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala
11 Penilaian ● Penilaian Kesesuaian
kesesuaian - Tingkat resiko usaha perdagangan eceran kosmetik untuk hewan: Menengah Tinggi
dan - Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui pernyataan kesesuaian diri (self declaration)
pengawasan
CHECKLIST PENILAIAN KESESUAIAN
NO DETAIL PEMERIKSAAN YA TIDAK N/A
1. PERSAYARATAN ADMINISTRASI
a. Surat pernyataan memiliki atau menguasai
sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan
usahanya
b. Surat pernyataan memiliki atau menguasai
tempat penyimpanan obat hewan yang dapat
menjamin terjaganya mutu
- 2490 -
autoklaf/lainnya ……
b) Berita Acara Pemusnahan
c) Disaksikan oleh petugas Dinas terkait
e. Apakah tersedia prosedur pengembalian obat
hewan kepada pemasok
f. Apakah tersedia tempat penyimpanan obat
hewan yang rusak, kadaluwarsa atau yang akan
dikembalikan ke pemasok?
g. Apakah tersedia prosedur penarikan kembali
obat hewan yang telah dijual (Recall) untuk
golongan obat keras
h. Apakah tersedia prosedur penanganan produk
kembalian dan kadaluwarsa yang mencakup
antara lain:
a) Penyimpanan obat hewan yang telah
kadaluarsa
b) Penerimaan produk kembalian termasuk
pemeriksaan fisik dan dokumen produk
kembalian yang dapat diterima
c) Penarikan kembali terhadap obat hewan yang
tidak layak jual
- 2496 -
● Pengawasan
- Evaluasi terhadap penerbitan perizinan berusaha dilakukan selambat lambatnya 1 tahun setelah perizinan
berusaha berlaku efektif.
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Pengawas Obat Hewan Kabupaten/Kota dan hasilnya dilaporkan kepada Pengawas Obat Hewan
Provinsi dan Pengawas Obat Hewan Pusat
- Bentuk: Laporan hasil pengawasan
- Hak dan kewajiban pengawas: berdasarkan pada peraturan yang berlaku
- 2497 -
STANDAR USAHA PERDAGANGAN ECERAN KHUSUS BARANG DAN ALAT KEDOKTERAN UNTUK HEWAN
KBLI 47729
NO
PERDAGANGAN ECERAN KHUSUS BARANG DAN OBAT FARMASI, ALAT KEDOKTERAN, PARFUM DAN KOSMETIK LAINNYA
1. Ruang Standar ini memuat pengaturan terkait dengan usaha perdagangan eceran khusus lainnya yang belum tercakup
Lingkup dalam kelompok 47721 s.d. 47728, seperti alat laboratorium, alat farmasi, dan alat kesehatan untuk hewan antara
lain berbagai macam alat laboratorium dari gelas (tabung uji, tabung ukur, kaca sorong mikroskop, cuvet, botol
serum/infus); alat laboratorium dari porselen (tabung kimia, piring penapis, lumpang dan alu, cawan); alat dan
perlengkapan profesi kedokteran hewan seperti (instrumen dan pesawat bedah, instrumen dan pesawat perawatan
gigi, aparat elektro medis, termometer, pengukuran tekanan darah, dan lainnya), alat kesehatan hewan, dan alat-
alat diagnosa medis, dan lainnya
2 Istilah dan ● Peralatan kesehatan hewan adalah alat dan mesin yang disiapkan dan digunakan sebagai alat bantu dalam
Definisi pelayanan kesehatan hewan
● Apotek Veteriner adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dari
distributor.
● Depo obat hewan adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dari
- 2498 -
distributor
● Petshop adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dari distributor
● Poultry Shop adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dari
distributor
● Toko obat hewan adalah unit usaha yang melakukan usaha penyediaan dan/atau peredaran obat hewan selain
obat keras
● Penanggungjawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) adalah adalah tenaga teknis berkewarganegaraan Indonesia yang
berlatar belakang pendidikan dokter hewan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) terintegrasi, apoteker yang
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) , paramedik veteriner yang memiliki Surat Izin Pelayanan Paramedik (SIPP)
terintegrasi, asisten apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), yang
bertanggungjawab dalam kegiatan pembuatan/ pengeluaran/pemasukan/pendistibusian/penjualan obat hewan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada suatu unit usaha obat hewan
3 Penggolongan ● Apotek Veteriner, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
Usaha ● Depo obat hewan, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Petshop, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Poultry shop, yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan secara eceran dari distributor obat hewan
● Toko obat hewan yang melakukan kegiatan distribusi obat hewan yang tidak termasuk dalam klasifikasi obat
keras, secara eceran dari distributor obat hewan
- 2499 -
SDM ● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang obat hewan
● Memiliki SDM yang memiliki kemampuan menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
● Memiliki PJTOH:
- Apotek veteriner: PJTOH sebanyak 2 orang, yang terdiri dari 1 orang dokter hewan dan 1 orang apoteker yang
merupakan karyawan tetap dan bekerja full time
- Depo obat hewan, Petshop dan Poultry Shop: PJTOH sebanyak 2 orang, yang terdiri dari 1 orang dokter hewan
atau apoteker yang bekerja tidak tetap dan 1 orang paramedik veteriner yang bekerja tetap, di bawah
penyeliaan dokter hewan atau asisten apoteker yang bekerja tetap, di bawah penyeliaan apoteker
- Toko Obat Hewan: PJTOH sebanyak 1 orang, yang terdiri dari 1 orang paramedik veteriner atau asisten
apoteker yang bekerja tidak tetap
● PJTOH bukan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak merangkap sebagai pimpinan perusahaan
● PJTOH memahami tugas dan tanggungjawabnya serta berkomitmen akan mengikuti pelatihan di bidangnya
selambat-lambatnya 1 tahun setelah izin usaha diterbitkan
8 Pelayanan ● Tersedia jalur layanan pengaduan konsumen
● Tersedia informasi terkait obat hewan yang diedarkan
● Menjamin khasiat, mutu dan keamanan obat hewan yang diedarkan
9 Persyaratan ● Persyaratan produk yang dihasilkan:
Produk/ - Terjamin khasiat, mutu dan keamanannya
Proses/Jasa - Diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- 2501 -
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan standar mencakup:
o Pemenuhan terhadap persyaratan umum dan khusus
o Pemenuhan terhadap persyaratan produk dan proses
- Pengawasan dilakukan secara berkala dan sewaktu waktu apabila diperlukan
- Pengawasan dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
o pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan di lokasi usaha.
o pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan yang disampaikan pelaku usaha secara periodik dan
melalui saluran pengaduan masyarakat
- Metode: Checklist dan narasi
- Pelaksana: Pengawas Obat Hewan Kabupaten/Kota dan hasilnya dilaporkan kepada Pengawas Obat Hewan
Provinsi dan Pengawas Obat Hewan Pusat
- 2511 -
standar terutama persyaratan adanya izin bagi petugas baik Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner.
4. Persyaratan a. Skala Usaha Kecil
Umum Usaha Untuk memperoleh izin usaha Veteriner Ambulatori, dilengkpi persyaratan sebagai berikut :
a. Surat permohonan;
b. Surat Izin Praktik bagi Dokter Hewan;
c. Surat Izin Pelayanan Paramedik bagi Paramedik yang menjadi Asisten Dokter Hewan;
d. Memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
b. Skala Usaha Menengah
-
c. Skala Usaha Besar
-
Durasi pemenuhan persyaratan dari pelaku usaha maksimal 2 bulan sebelum operasional
5 Persyaratan a. Skala Usaha Kecil
Khusus Pelaku usaha melakukan pemenuhan Komitmen, yaitu Izin Usaha dengan persyaratan teknis, berisi
Usaha kesanggupan menyampaikan:
1. Pernyataan memiliki fasilitas, perlengkapan, peralatan, dan/atau instalasi farmasi sesuai dengan yang
dipersyaratkan untuk Ambulatori sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pelayanan jasa medik veteriner.
2. menggunakan dan/atau memperdagangkan obat hewan yang memiliki nomor pendaftaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
- 2514 -
Unit
No. Jenis Bentuk Keterangan
Pelayanan
1 2 3 4 5
1. Ambulatori Peralatan Pendiagnosaan Termometer
Stetoskop
Tindakan Disposable syringe
Disposable
Needle
Infusion set
- 2515 -
c) SIPP PKb untuk Tenaga Paramedik Veteriner pemeriksaan kebuntingan dan sarjana kedokteran hewan;
atau
d) SIPP ATR untuk Tenaga Paramedik Veteriner asisten teknik reproduksi dan sarjana kedokteran hewan.
b. Skala Usaha Menengah
peraturan perundang-undangan.
b. Skala Usaha Menengah
-
c. Skala Usaha Besar
-
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian Skala Usaha Kecil
Kesesuaian Dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai kewenangan di wilayah
dan kerjanya dan atau kementerian/lembaga (untuk penanaman modal asing) terhadap pemenuhan komitmen dan
Pengawasan standar oleh unit usaha veteriner ambulatori.
1. Penilaian Kesesuaian Ambulatori
Pemberian izin usaha bisa dilaksanakan sambil berjalannya usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Pemberian izin usaha ambulatori dilakukan setelah pelaku usaha memenuhi pernyataan pemenuhan
komitmen dan kewajiban. Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim teknis. skema penilaian kesesuaian
sebagai berikut:
a. Tim Teknis Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai kewenangan di
wilayah kerjanya melakukan penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak Pelaku Usaha
menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan kewajiban secara lengkap dan benar;
b. Atas hasil penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 1, DPMPTSP melakukan notifikasi ke
sistem OSS;
c. Tim teknis kementerian/lembaga melakukan penilaian kesesuaian paling lama 5 (lima) Hari sejak Pelaku
- 2521 -
Usaha menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan kewajiban secara lengkap dan benar;
d. Atas hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada poin 3, Pusat PVTPP melakukan notifikasi ke sistem OSS.
e. Penyampaian hasil penilaian dan notifikasi ke sistem OSS sebagaimana dimaksud pada poin 2 dan poin 4
dilakukan paling lama 2 (dua) Hari;
f. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 5, Pelaku Usaha dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan;
g. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 5, Lembaga OSS mengeluarkan Izin Usaha
Veteriner (SIVET) dan Sertifikat Standar yang berlaku efektif dilengkapi dengan pejabat pemberi
persetujuan.
2. Pengawasan Ambulatori
1) Pejabat Otoritas Veteriner Kementerian/Provinsi/ kabupaten/kota bersama dengan organisasi profesi
kedokteran hewan melakukan pembinaan dan pengawasan atas izin usaha veteriner sesuai dengan
kewenangannya;
2) Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan;
3) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan
dan kesehatan hewan melakukan pemeriksaan pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan
(post-audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang diawasi adalah:
a. memenuhi dan memelihara fasilitas, perlengkapan, peralatan, dan/atau instalasi farmasi sesuai
- 2522 -
sarana-prasarana dan SDM harus dipenuhi sebelum izin usaha diberikan kepada pelaku usaha untuk memitigasi
risiko kepada masyarakat dan lingkungan. Pengawasan yang dilakukan harus dilakukan berkala terkait kewajiban
pemenuhan standar yang tetap dipenuhi selama pelaku usaha menjalankan usahanya.
1. Pernyataan memiliki fasilitas, perlengkapan, peralatan, dan/atau instalasi farmasi sesuai dengan yang
dipersyaratkan untuk Klinik Hewan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pelayanan jasa medik veteriner;
2. Menggunakan dan/atau memperdagangkan obat hewan yang memiliki nomor pendaftaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Memenuhi persyaratan kesejahteraan hewan;
4. Pernyataan pada poin 1 berupa surat keterangan pemenuhan persyaratan teknis yang diterbitkan
berdasarkan penilaian teknis oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota;
5. Memiliki perizinan pemakaian radiologi atau x ray dari Badan Pengawas Tenaga nuklir (BAPETEN);
6. Memiliki Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL); dan
7. Memiliki instalasi pembuangan limbah klinik atau berkerjasama dengan Lembaga lain dalam pengelolaan
limbah.
c. Skala Usaha Besar
-
Unit
Jenis Bentuk Keterangan
Pelayanan
- 2527 -
1 2 3 4
Klinik Fasilitas Papan Nama
Hewan Ruang praktik
Ruang
administrasi
Ruang tunggu
Ruang Kapasitas maksimal
observasi/rawat 10 ekor hewan kecil
inap
Ruang operasi
Ruang preparasi
Peralatan Pendiagnosaan Termometer
Stetoskop
Percussion hammer
Ophthalmoscope
Otoscope
Doppler atau USG
Peralatan Mikroskop binokular
laboratorium Centrifuge
Alat periksa darah
- 2528 -
Alat urinalisis
Tindakan Disposable syringe
Disposable needle
Infusion set
Feeding force catheter
Urine Catheter
IV Catheter
Tiang Infus
Bedah mayor Gunting bengkok dan
lurus
Arteri klem
Pinset
Scalpel
Kidney Tray
Benang Operasi
Tabung Oksigen
lengkap
Scalpel handle
Towel clamp
Alis tissue forcep
- 2529 -
Sterilisator
Endotracheal tube
Laryngoscope
Lampu operasi
Tiang infus
X-Ray Viewer
Baskom stainless
Container
stainless
Instalasi Alkohol
Farmasi Antiseptik
Antibiotik
Antipiretik
Analgesik
Antihistamina
Anti parasit
Lidocain
Sedativa
Cairan infus Minimal NaCl dan
LRL
Vitamin dan
mineral
Vaksin
- 2531 -
Anaesthetikum
Glucocorticoid/
Corticosteroid
NSAID
berlaku pada 1 (satu) tempat unit pelayanan Kesehatan Hewan dengan masa berlaku selama pelaku usaha
menjalankan kegiatan usaha
c. Skala Usaha Besar
-
8 Pelayanan a. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Kecil:
–
b. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Menengah:
A. Pelayanan Medis minimum Klinik Hewan
Pelayanan medis dilakukan oleh staf medis yang terdiri dari tenaga dokter hewan dan paramedik veteriner yang
menjadi Asisten Dokter Hewan baik untuk pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap antara lain:
a. Pemeriksaan fisik dan klinis hewan;
b. Menentukan diagnosa dan prognosa;
c. Terapi dan pengobatan;
d. Konsultasi Kesehatan hewan;
e. melakukan Medik Reproduksi;
f. menerbitkan surat Kesehatan Hewan;
g. menerbitkan surat keterangan kematian hewan;
h. menerbitkan surat keterangan status reproduksi;
i. memberi rujukan kepada pasien Klinik Hewan atau Rumah Sakit Hewan;
j. konsultasi Kesehatan Hewan dan pendidikan klien atau masyarakat.
- 2533 -
4. Gizi
Pelayanan gizi ini sering juga dimasukkan dalam kelompok pelayanan administrasi atau terpisah dari
kegiatan sendiri. Kegiatannya menunjang upaya penyembuhan dan pemulihan. Kegiatannya berkisar dari
usaha dapur sampai pengolahan diet.
c. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Besar
-
9 Persyaratan a. Skala Usaha Kecil
Produk/ –
Proses/ Jasa b. Skala Usaha Menengah
Dalam pelayanan jasa medik veteriner tenaga medik veteriner melaksanakan segala urusan kesehatan hewan
berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam Pendidikan kedokteran hewan dan dapat
dibantu oleh tenaga paramedik veteriner dan sarjana kedokteran hewan yang menjadi kompetensinya dan
dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Tenaga kesehatan hewan wajib mematuhi kode etik dan (untuk
dokter hewan) wajib memegang teguh sumpah atau janji profesinya.
c. Skala Usaha Besar
–
10 Sistem a. Skala Usaha Kecil
Manajemen -
Usaha b. Skala Usaha Menengah
Pelaku Usaha menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
- 2536 -
1. Perencanaan
a) Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan;
b) Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik;
c) Menetapkan penambahan alat-alat diagnostik dan alat pengobatan maupun bangunan baru.
2. Pengorganisasian
a) Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan;
b) Menetapkan tanggung jawab personal;
c) Menetapkan pola komunikasi dan pelaporan klinik hewan.
3. Personil
a) Menetapkan strata staf;
b) Evaluasi, pelatihan dan pengembangan manajemen personil.
4. Pelayanan
a) Menetapkan standar pelayanan kepada klien baik pelayanan rawat jalan, inap maupun darurat;
b) Menetapkan standar pelayanan pasien baik pelayanan rawat jalan, inap maupun darurat;
c) Komunikasi dengan klien.
5. Dokumentasi
a) Melakukan rekam medik pasien dengan menggunakan sistem informasi rekam Medik Veteriner;
b) Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi Rekam Medik Veteriner.
6. Pelaporan
a) Dalam hal Tenaga Kesehatan Hewan melaksanakan Pelayanan Jasa Medik Veteriner ditemukan hasil
- 2537 -
diagnosis Penyakit Hewan menular strategis yang mengindikasikan wabah dan/atau Penyakit Hewan
menular eksotik, Tenaga Kesehatan Hewan wajib melaporkan kepada pejabat Otoritas Veteriner
Kabupaten/Kota paling lama 24 (dua puluh empat) jam sejak indikasi ditemukan;
b) Pelaporan berupa data dan informasi diagnosis dapat menggunakan sistem daring informasi Kesehatan
Hewan Nasional (iSIKHNAS);
c) Pejabat Otoritas Veteriner Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti laporan dengan:
1) Memberikan rekomendasi kepada bupati/wali kota untuk melaporkan terjadinya wabah dan/atau
Penyakit Hewan menular eksotik kepada gubernur dan Menteri;
2) Melakukan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
c. Skala Usaha Besar
-
11 Penilaian a. Skala Usaha Kecil
Kesesuaian -
dan b. Skala Usaha Menengah
Pengawasan Dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai kewenangan di wilayah
kerjanya dan/atau kementerian/lembaga (untuk penanaman modal asing) terhadap pemenuhan komitmen dan
standar oleh unit usaha veteriner klinik hewan.
Pemberian izin usaha bisa dilaksanakan sambil berjalannya usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Pemberian izin usaha ambulatori dilakukan setelah pelaku usaha memenuhi pernyataan pemenuhan
komitmen dan kewajiban. Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim teknis. Skema penilaian kesesuaian
sebagai berikut:
a) Tim Teknis Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai kewenangan di
wilayah kerjanya melakukan penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak Pelaku Usaha
menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan kewajiban secara lengkap dan benar;
b) Atas hasi penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin a), DPMPTSP melakukan notifikasi ke
sistem OSS;
c) Tim teknis kementerian/lembaga melakukan penilaian kesesuaian paling lama 5 (lima) Hari sejak Pelaku
Usaha menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan kewajiban secara lengkap dan benar;
d) Atas hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada poin c), Pusat PVTPP melakukan notifikasi ke sistem
OSS;
e) Penyampaian hasil penilaian dan notifikasi ke sistem OSS sebagaimana dimaksud pada poin b) dan poin
d) dilakukan paling lama 2 (dua) Hari;
f) Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin e), Pelaku Usaha dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan;
g) Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin e), Lembaga OSS mengeluarkan Izin Usaha
Veteriner dalam bentuk Sertifikat Standar yang berlaku efektif dilengkapi dengan pejabat pemberi
persetujuan.
- 2539 -
kedokteran hewan melakukan pembinaan dan pengawasan atas izin usaha veteriner sesuai dengan
kewenangannya;
b) Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan;
c) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan/atau Dinas yang membidangi fungsi
Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan pemeriksaan pemenuhan kewajiban melalui mekanisme
pengawasan (post-audit).
- Adapun pemenuhan kewajiban yang diawasi adalah:
1) Memenuhi dan memelihara fasilitas, perlengkapan, peralatan, dan/atau instalasi farmasi sesuai
dengan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pelayanan jasa medik veteriner;
2) Menggunakan obat hewan yang terdaftar; dan
3) Memenuhi persyaratan kesejahteraan hewan.
d) Menteri/Gubernur atau Bupati/Walikota melakukan pengawasan atas:
1) Pemenuhan Komitmen Perizinan Berusaha;
2) Pemenuhan kewajiban Pelaku Usaha; dan/atau
3) Usaha dan/atau kegiatan operasional yang telah mendapatkan perizinan berusaha.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e) Pengawasan yang dilakukan oleh Menteri/Gubernur atau Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada
poin d) dilakukan oleh PVTPP/DPMPTSP sesuai dengan kewenangannya;
c. Skala Usaha Besar
- 2541 -
Durasi pemenuhan persyaratan dari pelaku usaha paling cepat 2 bulan sebelum operasional
5 Persyaratan a. Skala Usaha Kecil
Khusus –
Usaha
b. Skala Usaha Menengah
–
c. Skala Usaha Besar
Pelaku usaha melakukan pemenuhan persyaratan teknis antara lain:
a. Pernyataan memiliki fasilitas, perlengkapan, peralatan, dan/atau instalasi farmasi sesuai dengan yang
dipersyaratkan untuk RSH sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan
jasa medik veteriner.
b. menggunakan dan/atau memperdagangkan obat hewan yang memiliki nomor pendaftaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. memenuhi persyaratan kesejahteraan hewan.
d. Pernyataan pada poin a berupa surat keterangan pemenuhan persyaratan teknis yang diterbitkan
berdasarkan penilaian teknis oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
e. Memiliki perizinan pemakaian radiologi atau x ray dari Badan Pengawas Tenaga nuklir (BAPETEN)
f. Memiliki Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL); dan
g. Memiliki instalasi pembuangan limbah klinik dan rumah sakit hewan atau berkerjasama dengan Lembaga
- 2545 -
Ruang laboratorium
Ruang X-Ray berlapis
Pb
Ruang obat
Ruang sterilisasi alat
Ruang rapat dokter
Ruang perpustakaan
Gudang bahan dan
peralatan
Ruang istirahat
dokter/paramedik
Perlengkapan Pendiagnosaan Termometer
Stetoskop
Percussion hammer
Opthalmoscope
Otoscope
Doppler atau USG
X-Ray
EKG
Peralatan Mikroskop
- 2547 -
laboratorium binokular
Centrifuge
Alat periksa darah
Alat urinalisis
Mesin kimia darah
Tindakan Peralatan Disposible syringe
laboratorium Disposible needle
Infusion set
Feeding force
catheter
Urin Catheter
IV Catheter
Tindakan Bedah Nebulizer
lengkap Gunting bengkok
dan lurus
Arteri klem
Pinset
Scalpel
Kidney Tray
Benang Operasi
- 2548 -
X-Ray Viewer
Baskom stainless
Container stainless
IZIN nuklir
Meja X-ray
Alat Pelindung Apron, sarung
tangan, pelindung
leher
IR Lamp
Alkohol
Antiseptik
Antibiotik
Antipiretik
Analgesik
Antihistamina
Anti parasite
Lidocain
Sedativa
Minimal NaCl dan
Cairan infus
LRL
- 2550 -
Organisasi –
SDM dan b. Skala Usaha Menengah
SDM –
c. Skala Usaha Besar
1. Tenaga Medik Veteriner
a) Tenaga Medik Veteriner dalam melaksanakan Pelayanan Jasa Medik Veteriner wajib memiliki SIP DRH.
b) SIP DRH berlaku pada 1 (satu) tempat unit pelayanan Kesehatan Hewan dengan masa berlaku selama
pelaku usaha menjalankan kegiatan usaha.
c) SIP DRH sebagaimana dimaksud dapat diberikan kepada:
1. Tenaga Medik Veteriner dengan status Warga Negara Indonesia; atau
2. Tenaga Medik Veteriner dengan status warga negara asing untuk Dokter Hewan Spesialis.
2. Tenaga Paramedik Veteriner
Tenaga Paramedik Veteriner dan Sarjana Kedokteran hewan dalam memberikan Pelayanan Jasa Medik
Veteriner dalam kegiatan di Rumah Sakit Hewan yang berada di bawah penyeliaan dokter hewan wajib
memiliki SIPP berlaku pada 1 (satu) tempat unit pelayanan Kesehatan Hewan dengan masa berlaku selama
pelaku usaha menjalankan kegiatan usaha.
8 Pelayanan a. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Kecil
–
b. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Menengah
–
- 2552 -
c. Pelayanan minimum terhadap customer yang harus disediakan oleh pelaku Skala Usaha Besar:
A. Pelayanan Medis minimum Rumah Sakit Hewan
Pelayanan medis dilakukan oleh staf medis yang terdiri dari tenaga dokter hewan dan paramedik veteriner
yang menjadi Asisten Dokter Hewan baik untuk pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap antara lain:
1) Pemeriksaan fisik dan klinis hewan
2) Menentukan diagnosa dan prognosa
3) Terapi dan pengobatan
4) Konsultasi Kesehatan hewan
5) melakukan Medik Reproduksi;
6) menerbitkan surat Kesehatan Hewan.
7) menerbitkan surat keterangan kematian hewan;
8) menerbitkan surat keterangan status reproduksi;
9) menerima dan memberi rujukan kepada pasien;
10)konsultasi Kesehatan Hewan dan pendidikan klien atau masyarakat;
e. pertolongan kelahiran, dengan penyeliaan dokter hewan untuk kelahiran non normal;
f. manajemen reproduksi;
g. penyuluhan Kesehatan Hewan, kesehatan masyarakat veteriner, dan/atau kesejahteraan hewan;
h. Pemberian layanan yang dilakukan oleh paramedik veteriner terbatas pada Tindakan non parenteral,
segala tindakan parenteral harus memperoleh penyeliaan oleh Dokter Hewan
Pelaku Usaha menetapkan dan menerapkan prosedur yang efektif dan terdokumentasi yang mencakup:
1. Perencanaan
1) Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
2) Menetapkan masalah-masalah yang menjadi pertimbangan pemilik.
3) Menetapkan penambahan alat-alat diagnostik dan alat pengobatan maupun bangunan baru.
2. Pengorganisasian
1) Menyusun organisasi secara umum dan prioritas tujuan
2) Menetapkan tanggung jawab personal
3) Menetapkan pola komunikasi dan pelaporan dalam rumah sakit hewan.
3. Personil
1) Menetapkan strata staf
2) Evaluasi, pelatihan dan pengembangan manajemen personil.
4. Pelayanan
1) Menetapkan standar pelayanan kepada klien baik pelayanan rawat jalan, inap maupun darurat.
2) Menetapkan standar pelayanan pasien baik pelayanan rawat jalan, inap maupun darurat.
3) Komunikasi dengan klien
5. Dokumentasi
- 2557 -
1) Melakukan rekam medik pasien dengan menggunakan sistem informasi rekam Medik Veteriner
2) Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi Rekam Medik Veteriner
6. Pelaporan
1) Dalam hal Tenaga Kesehatan Hewan melaksanakan Pelayanan Jasa Medik Veteriner ditemukan hasil
diagnosis Penyakit Hewan menular strategis yang mengindikasikan wabah dan/atau Penyakit Hewan
menular eksotik, Tenaga Kesehatan Hewan wajib melaporkan kepada pejabat Otoritas Veteriner
kabupaten/kota paling lama 24 (dua puluh empat) jam sejak indikasi ditemukan.
2) Pelaporan berupa data dan informasi diagnosis dapat menggunakan sistem daring informasi Kesehatan
Hewan Nasional (iSIKHNAS).
3) Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota wajib menindaklanjuti laporan dengan:
a. memberikan rekomendasi kepada bupati/ wali kota untuk melaporkan terjadinya wabah dan/atau
Penyakit Hewan menular eksotik kepada gubernur dan Menteri;
b. melakukan pengendalian dan penanggulangan Penyakir Hewan sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
11 Penilaian a. Skala Usaha Kecil
Kesesuaian –
dan b. Skala Usaha Menengah
- 2558 -
Pengawasan –
c. Skala Usaha Besar
Dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai kewenangan di wilayah
kerjanya dan atau kementerian/lembaga (untuk penanaman modal asing) terhadap pemenuhan komitmen dan
standar oleh unit usaha veteriner rumah sakit hewan.
1. Penilaian Kesesuaian Rumah Sakit Hewan
Pemberian izin untuk klinik hewan dan rumah sakit hewan diberikan setelah semua komitmen, kewajiban
dan standar dipenuhi pelaku usaha. Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim teknis. skema penilaian
kesesuaian sebagai berikut:
1) Tim Teknis Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan sesuai kewenangan di
wilayah kerjanya melakukan penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak Pelaku Usaha
menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan standar secara lengkap dan benar.
2) Atas hasil sebagaimana dimaksud pada poin a), DPMPTSP melakukan notifikasi ke sistem OSS.
3) Tim teknis kementerian/lembaga melakukan penilaian kesesuaian paling lama 5 (lima) Hari sejak Pelaku
Usaha menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan standar secara lengkap dan benar.
4) Atas hasil sebagaimana dimaksud pada poin c), Pusat PVTPP melakukan notifikasi ke sistem OSS.
5) Penyampaian hasil penilaian dan notifikasi ke sistem OSS sebagaimana dimaksud pada poin b) dan poin d)
dilakukan paling lama 2 (dua) Hari.
6) Atas notifikasi ketidak sesuaian sebagaimana dimaksud pada poin e), Pelaku Usaha dapat mengajukan
ulang pemenuhan Komitmen dan standar dengan jangka waktu 2 (dua) bulan.
- 2559 -
7) Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin e), Lembaga OSS mengeluarkan Izin Usaha
Veteriner dalam bentuk surat ijin veteriner (SIVET) dan sertifikat standar yang berlaku efektif dilengkapi
dengan pejabat pemberi persetujuan.
pengujian sampel untuk menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
3. Persyaratan ● Melaksanakan Upaya Kelestarian Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL).
Umum ● Durasi Pemenuhan Persyaratan Dilaksanakan Sesuai dengan Ketentuan Lembaga OSS
4. Persyaratan A. Laboratorium veteriner yang akan melakukan pelayanan pemeriksaan dan pengujian penyakit hewan harus
khusus memenuhi persyaratan laboratorium dan cara berlaboratorium yang baik. (Permentan 44 tahun 2007)
atau B. Sumber daya manusia;
Persyaratan a. Memiliki Penanggung Jawab Teknis sekurang-kurangnya seorang Dokter Hewan
Teknis b. Memiliki tenaga teknis dan administrasi sekurang-kurangnya 1 (satu) orang analis laboratorium, 1 (satu)
Produk, orang (Paramedik Veteriner) dan 1 tenaga administrasi.
Proses, c. Dokter Hewan penanggung jawab memiliki Nomor Registrasi Veteriner.
dan/atau d. Paramedik Veteriner memiliki Nomor Registrasi Paramedik Veteriner
Jasa C. Memiliki Kemampuan uji di bidang patologi, parasitologi, bakteriologi, virologi, dan biomolekuler
5 Sarana Sarana laboratorium veteriner meliputi:
A. PRASARANA
1) Lokasi laboratorium veteriner mudah dijangkau oleh transportasi, terpisah dari lingkungan pemukiman, dan
sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR);
2) Tersedia pasokan listrik yang berkelanjutan dan terjamin stabilitasnya;
3) Tersedia pasokan air yang sesuai dengan peruntukannya.
B. PERSYARATAN BANGUNAN
- 2562 -
Tida Keteranga
No. Jenis Kelengkapan Syarat Minimal Ada
k n
1 Gedung Permanen
2 Luas Gedung 750 m2
3 Luas Tanah 1000 m2
4 Ventilasi AC 1 PK/ 20m2
5 Listrik 50 kVA
6 Penerangan (Lampu) 5 watt/ m2
7 Tata ruang:
Ruang Kepala Laboratorium Wajib
Aula Tidak Wajib
Ruang Rapat Wajib
Ruang mekanik Wajib
Ruang tunggu Wajib
Ruang penerimaan spesimen/sampel Wajib
Ruang nekropsi Wajib
Ruang Tata usaha Wajib
Ruang administrasi laboratorium Wajib
Ruang Pengujian Wajib
Ruang BSL Wajib
- 2563 -
C. PERSYARATAN PERALATAN
No Laboratorium Jenis Peralatan Ada Tida Keterangan
- 2564 -
k
1 Patologi:
a. Nekropsi Rail and mechanical hoist
Meja otopsi hewan besar
Meja otopsi untuk hewan kecil
Chainsaw
Gergaji tulang
Timbangan
Pisau nekropsi
Scalpel
Pinset anatomis & sirurgis
Bone-cutting forceps
Bone chisels
Martil
Kampak
Forceps
Gunting
Pengasah
Jarum fiksasi
Pita ukur
- 2565 -
Botol specimen
Aspirator botol 10 ml
Aspirator botol 5 ml
Container screw cap: 250cc, 100cc, 50cc
Head fixer
Freezer (0 s/d – 20oC)
b. Histopatologi Automatic tissue processor
Automatic staining jar
Hood Laminar
Paraffin oven
Microtome
Cryostat or freezing microtome
Microtome knife sharpener
Microtome knifes
Pinset lurus runcing
Pinset bengkok runcing
Mikroskop
Binocular
Mikroskop Fluorescent
Vaccum infiltration apparatus
- 2566 -
Gelas objek
Cover glass
Flotation bath
Cassete for embedding
Base mold
Refrigerator (2-8 0C)
c. Patologi Klinik Mikroskop binokular
Refrigerator (2-8 0C)
Freezer (0 s/d -20 0C)
Centrifuge Reguler
Micro-haematocrit
Sentrifuge haematocrite
pH meter
Haemoglobino-meter
Haemacytome-meter
d. Peralatan Sarung Tangan
Penunjang Masker
Penutup kepala
Goggle
Sepatu boot
- 2567 -
Apron
Warepack
Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflects)
e. Lain-lain
2 Bakteriologi Refrigerator (2-8°C)
Freezer (0 s/d -20) °C
Bio Safety Cabinet
Incubators: 45°C, 37°C, 25°C
Water baths (30-60°C)
Centrifuges regular
Mikroskop Binokular
Analytical Balances
pH meter
Botol Durham
Meja laboratorium
Autoclave
Sterilisator
Stomacher
Bacterial counter
- 2568 -
Cawan petri
Pipet ukur
Mikropipet
Multi channel pipet
Tip 200ul
Gelas objek
Ose
Tabung reaksi 5ml, 10ml, 15 ml, 20ml
Kantong plastik 50 gr, 100 gr, 500gr, 1kg
Cotton Swab
Rak tabung
Bunsen burner
Alat pencatat suhu
Peralatan aquadestilata
Peralatan uji aglutilasi
Pipet Pasteur
Plate Micro plate
Stick glas
Droping pipet
Pakaian laboratorium
- 2569 -
Air Conditioner
Pippete volumetrix (1 ml, 2 ml, 5 ml, dan 10
ml)
Botol duran (100 ml, dan 250 ml)
Erlenmeyer (250ml, 500ml, dan 1000ml)
Gelas ukur (100ml dan 1000ml)
Kapas
Slide glass
Cover glass
Alluminium foil
Gunting
Pinset
Micropipet 10 ul,-50 ul, 5-50 ul, 2-20ul A,B
Multichannel pipet 5-50 ul, 10 -100 ul
Micromixer
Inkubator CO2
3 Serologi/ Virologi Lemari pendingin Refrigerator 2 -8 °C
Incubator 37°C
Water baths: 56°C, 37°C
Centrifuge
- 2570 -
pH meter
Torsion balance Analitic Balance
Botol erlenmeyer, botol reaksi/duran botol
Stik gelas
Plate Microplate V/U type
4 Parasitologi Refrigerator
Inkubator CO2
Balance, aliding weight
Mikroskop Binocular
Homogenizer-Mixer
Cawan Petri
Objek gelas
Baskom
Selang
Tap water
Plastic
Fallor ball
Erlenmeyer
Gelas biker, baker glass
Botol pewarnaan
- 2571 -
Stop wacth
Pipet volumetrik lokal
Corong pengendap, corong glas
Hematokrit tube
Sentrifuge hematocrit
Lempengan gelas berparit
Magnetic sterer
Cover glass, slide glas Mc. Master EPG
Tabung sentrifus
Whitlock universal egg comerting chamber
Petridish 10 cm
Gelas ukur
Scapel
Gunting, disecting scissor
Pinset
5 Peralatan Surveilans GPS/alat setara yang dapat
menginformasikan lokasi
Peta Wilayah
Data populasi
6 Peralatan Dapur Autoclave Ordinary
- 2572 -
Dry-heat sterilizer
Water still apparatus
Balance (torsion, analytical)
Pipet washer dan dryer
Washing machine for laboratory glassware
PH meter
Portable autoclave (perssure cooker)
Water deionizer and/or demineralizer
Brushing machine
D. PERSYARATAN BAHAN
No. Laboratorium Jenis Bahan Ada Tida Keteranga
k n
1 Bakteriologi NaCl
Alkohol 96%
Phenol
Formalin
Nutrian Agar
Briliant Green Agar
Saborand Dextrose Agar
- 2573 -
Mc Conkey Agar
Reagen VP
Triple Sugar Iron Agar
Escherichia Coli Broth
Giemsa
RBPT
Antigen Pullorum
Antigen CRD
Conjugate antibovine
Lugol
Kristal violet
Safranin
Basic Fuchsin
Methgylene blue
Microbac Kit
Ph meter
2 Serologi/ Virologi KCl
NaCl
Na2HPO4
KH2PO4
- 2574 -
Na2CO3
NaHCO3
Citric Acid
Natrium Citric
Methylene blue
Basic Fucsin
Transpor Media
Gliserin
Media PBS; media penumbuh
3 Parasitologi Pewarnaan Giemsa
Garam dapur
4 Patologi Formalin
6 Penilaian ● Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian ● Dilakukan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi sesuai kewenangan di
dan wilayah kerjanya terhadap pemenuhan komitmen dan standar oleh laboratorium veteriner.
Pengawasan ● Pemberian izin untuk Laboratorium veteriner diberikan setelah semua komitmen, kewajiban dan standar
dipenuhi pelaku usaha. Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim teknis. Skema penilaian kesesuaian sebagai
berikut:
1. Tim Teknis Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi sesuai kewenangan di
wilayah kerjanya melakukan penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak Pelaku Usaha
- 2575 -
menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan standar secara lengkap dan benar.
2. Atas hasil sebagaimana dimaksud pada poin 1, DPMPTSP melakukan notifikasi ke sistem OSS.
3. Penyampaian hasil penilaian dan notifikasi ke sistem OSS sebagaimana dimaksud pada poin 2 dilakukan
paling lama 2 (dua) Hari.
4. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 3, Pelaku Usaha dapat mengajukan ulang
pemenuhan Komitmen dan standar dengan jangka waktu 2 (dua) bulan.
5. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 3, Lembaga OSS mengeluarkan Izin Usaha
Laboratorium Veteriner dan sertifikat standar yang berlaku efektif dilengkapi dengan pejabat pemberi
persetujuan.
● Pengawasan
1. Pejabat Otoritas Veteriner Kementerian/Provinsi/ kabupaten/kota bersama dengan organisasi profesi kedokteran
hewan melakukan pembinaan dan pengawasan atas izin usaha laboratorium kesehatan hewan sesuai dengan
kewenangannya.
2. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan melakukan pemeriksaan pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-audit).
Adapun pemenuhan kewajiban yang diawasi adalah memenuhi dan memelihara fasilitas, perlengkapan,
peralatan, sesuai dengan yang dipersyaratkan;
3. Menteri/Gubernur melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen Perizinan Berusaha;
- 2576 -
46319 Perdagangan Besar Bahan Makanan dan Minuman Hasil Pertanian Lainnya
4632 Perdaganagn Besar Bahan Makanan dan Minuman Hasil Peternakan dan Perikanan
46321 Perdagangan Besar Daging Sapi dan Daging Sapi Olahan
46322 Perdagangan Besar Daging Ayam dan Daging Ayam Olahan
46323 Perdagangan Besar Daging dan Daging Olahan Lainnya
46325 Perdagangan Besar Telur dan Hasil Olahan Telur
46326 Perdagangan Besar Susu dan Produk Susu
46327 Perdagangan Besar Minyak dan Lemak Hewani
47214 Perdagangan Eceran Hasil Peternakan
47219 Perdagangan Eceran Hasil Pertanian Lainnya
46329 Perdagangan Besar Makanan dan Minuman Hasil Peternakan dan Perikanan Lainnya
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan pemberian nomor
Lingkup registrasi produk hewan berupa produk segar asal hewan yang dikemas untuk diedarkan yang diproduksi di dalam
negeri, dimasukkan ke dan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia.
2 Istilah dan a. Produk Hewan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau telah diolah atau
Definisi diproses untuk keperluan konsumsi, farmakoseutika, pertanian, dan/atau kegunaan lain bagi pemenuhan
kebutuhan dan kemaslahatan manusia.
b. Registrasi adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh nomor Registrasi Produk Hewan berupa produk segar
asal hewan yang dikemas untuk diedarkan serta telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.
c. Nomor Kontrol Veteriner yang selanjutnya disingkat NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah
dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk hewan pada unit usaha produk
- 2578 -
hewan.
d. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum, yang melakukan kegiatan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
e. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan Produk Hewan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke
luar negeri.
f. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan Produk Hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
g. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran Produk Hewan kepada
masyarakat, baik diperdagangkan maupun tidak.
h. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggungjawab dan
memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan.
i. Dokter Hewan Berwenang adalah Dokter Hewan yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan
Kesehatan Hewan.
j. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah
Pimpinan Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian yang salah satu tugas fungsi melaksanakan tugas
di bidang kesehatan masyarakat veteriner.
k. Dinas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Dinas Provinsi adalah unsur perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan pemerintahan di bidang kesehatan masyarakat veteriner.
l. Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dinas Kabupaten/Kota adalah unsur perangkat daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan pemerintahan di bidang kesehatan masyarakat veteriner.
- 2579 -
2. Persyaratan Administrasi
Pelaku usaha dalam mengajukan permohonan nomor Registrasi Produk Hewan harus memenuhi persyaratan
administrasi untuk:
a. Produk hewan yang diproduksi di dalam negeri:
1) Surat permohonan;
2) Nomor Induk Berusaha;
3) Identitas diri, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk, Paspor pimpinan perusahaan atau kuasa dari
pimpinan perusahaan;
4) Nomor Pokok Wajib Pajak;
5) Profil perusahaan;
6) Akta pendirian perusahaan dan perubahan terakhir;
- 2580 -
contoh:
31 : DKI Jakarta
32 : Jawa Barat
36 : Banten
4) Nomor urut kabupaten/kota lokasi unit usaha yang meregistrasi Produk Hewan, sesuai dengan kode
statistik, contoh:
Bogor : 11
Cirebon : 19
5) Nomor kategori jenis Produk Hewan, contoh:
Daging ayam segar dingin : 04.05
Daging sapi beku : 05.01
6) Tahun Registrasi, contoh:
21 : 2021
22 : 2022
7) Nomor urut Registrasi, contoh:
- 2583 -
c. Tata cara penulisan Nomor Registrasi sebagaimana dimaksud pada angka (1) adalah sebagai berikut:
1) Kode Produk Hewan : Produk Hewan produksi dalam negeri (PHD)
Nomor urut Provinsi : Jawa Barat (32)
Nomor urut Kabupaten : Bogor (11)
Kategori Produk Hewan : Daging ayam segar dingin (04.05)
Tahun : 2021 (21)
Nomor Registrasi : 00001
Penulisan : PHD 321104052100001
d. Masa berlaku
Nomor Registrasi berlaku selama 5 (lima) tahun.
e. PNBP
Penerbitan rekomendasi pengeluaran dikenai tarif PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang PNBP lingkup Kementerian Pertanian.
2) Jenis Produk
Kode
No Uraian
Kategori
PANGAN
1. 01 Susu Segar adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, domba,
dan hewan ternak penghasil susu lainnya yang sehat yang diperoleh dengan
cara pemerahan yang benar, yang kandungan alamainya tidak diurangi atau
ditambah sesuatu apapun, dan belum mendapatkan perlakuan apapun
- 2586 -
kecuali pendinginan.
2. 02 Daging/karkas termasuk jeroan dan kulit segar dalam bentuk utuh dan
potongan tanpa perlakuan.
4. 04 Daging/karkas termasuk jeroan dan kulit dalam bentuk utuh dan potongan
yang didinginkan (chilled).
5. 05 Daging/karkas termasuk jeroan dan kulit dalam bentuk utuh dan potongan
yang dibekukan (frozen).
7. 07 Telur asin (mentah dan matang), telur pindang, telur pidan, halidan, dan telur
diawetkan dengan cara lain.
8. 08 Madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah madu berasal dari
berbagai sumber nektar. Aktivitas enzim diastase tidak kurang dari 3 DN.
9. 09 Sarang burung walet kering matahari dan kering oven.
3) Produk hewan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu harus dibuktikan dengan sertifikat hasil uji
yang diterbitkan oleh laboratorium veteriner yang teakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri yang paling sedikit
memuat:
1) pemeriksaan fisik;
2) pemeriksaan biologi; dan
3) pemeriksaan kimia.
5 Sarana Produk hewan berasal dari unit usaha yang memiliki NKV sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
- 2590 -
a. Untuk memperoleh nomor Registrasi, Pelaku Usaha mengajukan permohonan secara daring kepada Direktur
Jenderal melalui Kepala PPVTPP, dan permohonan tersebut diproses pada hari kerja. Permohonan tersebut
dilengkapi dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis.
b. Salah satu persyaratan teknis untuk memperoleh registrasi yaitu memiliki sertifikat NKV. Sertifikat NKV
memiliki 3 tingkatan NKV dengan kategori:
1) tingkat 1 (satu) yang berarti sangat baik;
2) tingkat 2 (dua) yang berarti baik; dan
3) tingkat 3 (tiga) yang berarti cukup.
UMKM dapat diarahkan untuk ber NKV minimal tingkat 3, jika masih belum memenuhi persyaratan tingkat 3
tetap bisa dilakukan pembinaan selama 5 tahun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kepala PPVTPP setelah menerima permohonan secara daring, melakukan verifikasi persyaratan administrasi
dan persyaratan teknis untuk memberikan jawaban menolak atau menyetujui. Permohonan ditolak apabila
- 2591 -
persyaratan administrasi dan kelengkapan persyaratan teknis tidak lengkap dan/atau tidak benar.
Permohonan ditolak kepada pemohon disertai alasan penolakannya secara daring. Permohonan diterima
apabila telah memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. Permohonan diterima dan
diteruskan kepada Direktur Jenderal secara daring.
d. Direktur Jenderal setelah menerima permohonan, melakukan kajian teknis untuk memberikan jawaban
menolak atau menyetujui. Permohonan ditolak apabila persyaratan teknis tidak lengkap dan/atau tidak benar.
Permohonan ditolak diberitahukan kepada pemohon disertai alasan penolakannya secara daring. Permohonan
disetujui apabila memenuhi persyaratan teknis.
e. Permohonan yang disetujui selajutnya akan diterbitkan nomor Registrasi oleh Direktur Jenderal atas nama
Menteri dalam bentuk Keputusan Menteri. Nomor Registrasi dibuat dalam bentuk huruf dan angka.
f. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara permohonan Registrasi berlaku mutatis mutandis terhadap
permohonan perubahan maupun perpanjangan nomor Registrasi.
2. Pengawasan
a. Pengawasan dilakukan terhadap Produk hewan yang beredar baik yang diproduksi dalam negeri dan
dimasukkan dari luar negeri. Pengawasan dilakukan oleh Dokter Hewan Berwenang yang memiliki kompetensi
sebagai Pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
b. Pengawas Kesmavet Pusat melakukan pengawasan kesesuaian persyaratan teknis registrasi produk hewan
terhadap produk hewan yang diregistrasi dan mengevaluasi pelaksanaan pengawasan peredaran produk
- 2592 -
hewan.
c. Pengawas Kesmavet Provinsi melakukan pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran produk hewan
lintas daerah/provinsi dan mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan di tingkat Kabupaten/Kota.
d. Pengawas Kesmavet Kabupaten/Kota melakukan pengawasan peredaran produk hewan di wilayahnya
e. Pengawasan peredaran produk hewan oleh Pengawas Kesmavet Kabupaten/Kota dilakukan terhadap
kesesuaian nomor registrasi dengan produk Hewan yang diregistrasi meliputi:
1) kondisi fisik pangan asal hewan dengan mempergunakan panca indera manusia dan apabila ditemukan
penyimpangan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian lebih lanjut terhadap pemenuhan
persyaratan mutu dan keamanan pangan.
2) kemasan dan label (dilakukan terhadap kesesuaian keterangan mengenai nama produk, produsen, tanggal
produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa, jenis/kategori produk, serta tanda halal bagi yang dipersyaratkan).
f. Produk hewan yang beredar, selain diawasi oleh pengawas Kesmavet, dapat dilakukan pengawasan oleh
masyarakat berupa laporan dugaan penyimpangan
g. Laporan oleh masyarakat disampaikan kepada pengawas Kesmavet setempat untuk dilakukan penyelidikan
dan tindak lanjut.
h. Pengawasan dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan, atau sewaktu-waktu apabila diketahui adanya
penyimpangan.
i. Laporan hasil pengawasan disampaikan oleh Direktur Jenderal, Kepala dinas provinsi, dan Kepala dinas
kabupaten/kota kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya
j. Dalam hal di wilayah provinsi atau kabupaten/kota belum memiliki pengawas Kesmavet,maka pelaksanaan
- 2593 -
46329 Perdagangan Besar Bahan Makanan Dan Minuman Hasil Peternakan Dan Perikanan Lainnya
47111 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang Yang Utamanya Makanan, Minuman Atau Tembakau Di Ini
Market/Supermarket/Hypermarket
47214 Perdagangan Eceran Hasil Peternakan
52101 Pergudangan Dan Penyimpanan
52102 Aktivitas Cold Storage
1 Ruang Standar ini mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku unit usaha produk hewan yang menjalan kegiatan
Lingkup memproduksi, menangani, mengedarkan, menyimpan, menjual, menjajakan, memasukkan, dan/ atau mengeluarkan
hewan dan produk hewan secara teratur dan terus menerus untuk tujuan komersial, serta pelaporan dan
pengawasan.
Kode Jenis Unit Usaha Produk Hewan yang wajib ber NKV yaitu:
1. Rumah Potong Hewan Ruminansia
2. Rumah Potong Hewan Unggas
3. Rumah Potong Hewa Babi
4. Budidaya Unggas Petelur
5. Budidaya Ternak Perah
6. Usaha Pengelolahan Daging
7. Usaha Pengelolaan Susu
8. Usaha Pengelolaan Telur
- 2596 -
9. Kios Daging
10. Ritel
11. Gudang Berpendingin
12. Gudang Kering
13. Usaha Penampung Susu
14. Usaha Pengumpulan, Pengemasan, dan Pelabelan Telur Konsumsi
15. Usaha Penanganan Atau Pengelolaan Madu
16. Usaha Pencucian Sarang Burung Walet
17. Usaha Pengelolaan Produk Pangan Asal Hewan
18. Usaha Pengelolaan Produk Hewan Nonpangan
19. Usaha Pengelolaan Sarang Burung Walet
20. Usaha Rumah Sarang Burung Walet
21. Usaha Pengumpulan Sarang Burung Walet
2 Istilah dan a. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner yang selanjutnya disebut Nomor Kontrol Veteriner adalah nomor registrasi unit
Definisi usaha produk hewan berupa sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan
sanitasi sebagai jaminan keamanan produk hewan pada unit usaha produk hewan.
b. Unit usaha adalah suatu tempat untuk menjalankan kegiatan memproduksi, menangani, mengedarkan,
menyimpan, menjual, menjajakan, memasukkan, dan/atau mengeluarkan hewan dan produk hewan secara teratur
dan terus menerus untuk tujuan komersial.
- 2597 -
c. Produk Hewan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau telah diolah atau
diproses untuk keperluan konsumsi, farmakoseutika, pertanian, dan/atau kegunaan lain bagi pemenuhan
kebutuhan dan kemaslahatan manusia.
d. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan Produk Hewan ke luar negeri dari dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
e. Higiene adalah seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan.
f. Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan
yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.
g. Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut
ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan
setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.
h. Keamanan produk hewan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah produk hewan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan.
i. Audit adalah serangkaian kegiatan penilaian terhadap tingkat kesesuaian dengan persyaratan Higiene dan Sanitasi
oleh auditor Nomor Kontrol Veteriner.
j. Auditor Nomor Kontrol Veteriner yang selanjutnya disebut Auditor NKV adalah dokter hewan berwenang dan
memiliki sertifikat sebagai Auditor NKV.
k. Surveilans adalah kegiatan pemantauan secara berkala terhadap penerapan cara yang baik di Unit Usaha Produk
Hewan yang telah memperoleh Nomor Kontrol Veteriner.
- 2598 -
l. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan memelihara penyelenggaraan
kesehatan masyarakat veteriner yang terkendali.
m. Pengawas Kesmavet adalah dokter hewan berwenang yang telah mengikuti pelatihan di bidang kesehatan
masyarakat veteriner dan ditugaskan sebagai pengawas kesehatan masyarakat veteriner.
n. Dokter Hewan Berwenang adalah dokter hewan yang ditetapkan oleh menteri, gubernur, atau bupati/wali kota
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan
kesehatan hewan.
o. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab dan memiliki
kompetensi dalam penyelenggaraan kesehatan hewan.
p. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
q. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pejabat
pimpinan tinggi madya yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
r. Dinas Daerah Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang menyelenggarakan sub urusan kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner.
s. Dinas Daerah Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
t. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum serta yang melakukan kegiatan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
Dinas Daerah Provinsi secara daring dengan melengkapi persayaratan administrasi dan teknis. Persyaratan
administrasi meliputi:
KOP PERUSAHAAN
.............., Tanggal/Bulan/ Tahun
Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Permohonan Nomor Kontrol Veteriner
Kepada Yth.:
Kepala Dinas Propinsi
Alamat.....................
................................
- 2600 -
Bersama ini kami mengajukan permohonan Nomor Kontrol Veteriner atas nama:
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Alamat Tempat Usaha :
Nama Pimpinan/Penanggung Jawab :
Jenis Unit Usaha Produk Hewan :
Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami lampirkan dokumen persyaratan permohonan sebagai berikut:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
b. Fotokopi Nomor Induk Berusaha (NIB)
c. Surat rekomendasi Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan fungsi
d. Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;
e. Bukti perjanjian pengelolaan usaha bagi Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan di tempat usaha milik orang
lain;
f. Surat pernyataan bermeterai yang menerangkan bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah;
g. Surat kuasa bermeterai (bila diwakilkan oleh pihak lain).
Demikian surat permohonan ini disampaikan untuk diproses lebih lanjut. Atas
perkenan Bapak kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
- 2601 -
Pimpinan Perusahaan,
ttd
.....….. , Tanggal/Bulan/Tahun
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Rekomendasi Nomor Kontrol Veteriner
Kepada Yth.:
- 2602 -
Nama Perusahaan :
Nama Pimpinan/Penanggung Jawab :
Alamat Perusahaan :
Alamat Unit Usaha :
Berdasarkan hasil verifikasi terhadap penerapan higiene sanitasi pada Unit Usaha tersebut maka Dinas
…………… memberikan rekomendasi untuk dilakukan Audit NKV.
Demikian surat rekomendasi ini disampaikan untuk diproses lebih lanjut. Atas perkenan Bapak/Ibu kami
ucapkan terima kasih.
Kepala Dinas,
- 2603 -
ttd
(Nama Jelas, NIP, Stempel Dinas)
Tembusan Yth.:
Bupati/Wali Kota
e. Perjanjian pengelolaan usaha jika kegiatan di tempat usaha milik orang lain; dengan format:
KOP PERUSAHAAN
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
………………..
DENGAN
………………..
TENTANG PENGELOLAAN USAHA
Pada hari ini .... Tanggal ... Bulan .. Tahun .... (../../....) kami yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan
- 2604 -
sebagai berikut:
Pihak Kesatu
(Nama), selaku ...., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama (PT/CV/UD), jenis usaha ….., yang
berkedudukan di (alamat), untuk selanjutnya disebut “Pihak Kesatu”.
Pihak Kedua
(Nama), selaku ...., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama (PT/CV/UD), jenis usaha ….., yang
berkedudukan di (alamat), untuk selanjutnya disebut“Pihak Kedua”.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Pihak Kesatu dan Pihak Kedua yang selanjutnya disebut Para Pihak, telah
sepakat mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama tentang Pengelolaan Usaha dengan ketentuan sebagai
berikut :
Pasal 1
Kerjasama
...................................
Pasal 2
Harga dan Pembayaran
....................................
Pasal 3
- 2605 -
Demikianlah perjanjian dibuat dan ditandatangani pada hari tanggal seperti tersebut pada awal perjanjian ini
dalam rangkap 2 (dua) keduanya bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Ttd ttd
f. Surat pernyataan bermeterai yang menerangkan bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah dengan
format
KOP PERUSAHAAN
SURAT PERNYATAAN
Nama :
Jabatan :
- 2607 -
Alamat :
Menyatakan bahwa dokumen yang dilampirkan pada permohonan sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner PT/CV/UD
……….… Nomor ……………… tanggal/bulan/tahun adalah benar dan sah.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari ditemukan
dokumen tidak benar dan tidak sah, saya siap menerima sanksi/hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
……………..,tanggal/bulan/tahun
Ttd
Dan materai
g. Persyaratan administrasi tersebut disampaikan dengan mengisi Formulir Data Umum Unit usaha Produk
Hewan secara daring dengan format sebagai berikut:
Pengisian kolom pertanyaan pada Data Umum harus dijawab dengan jelas: apabila pertanyaan dianggap tidak jelas
dengan jenis unit usaha: maka pertanyaan cukup dijawab dengan TS (Tidak sesuai).
3. Alamat:
a. Kantor Pusat ……………………………………….
b. Unit Usaha ……………………………………….
4. Perizinan Usaha:
a. Izin Usaha Peternakan/ RPH ……………………………………….
b. SIUP ……………………………………….………
c. NPWP ………………………….
7. Kapasitas ……………………………………ekor/hari
(disesuaikan dengan jenis unit atau kg/hari atau ton/hari atau
- 2610 -
usaha*): liter/hari
a. Luar Negeri
b. Dalam Negeri
- 2611 -
13 Penanggung Jawab:
(Ada/Tidak)*
a. Unit Usaha
(Nama) …………………………. …
b. Produksi (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
c. Mutu (Ada/Tidak)*
(Nama) …………………………. …
- 2612 -
4) Sungai
b. Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kapasitas ..........................m3/hari
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu
TATA CARA PENCANTUMAN NOMOR KONTROL VETERINER UNIT USAHA PRODUK HEWAN
(1) Penulisan NKV terdiri dari rangkaian angka yang menunjukan jenis usaha, lokasi, dan nomor urut
registrasi unit usaha yang bersangkutan. Lokasi dituliskan dengan nomor berdasarkan kode statistik
- 2615 -
b. Nomor urut pemberian NKV dinyatakan dengan angka yang menunjukkan urutan angka pemberian NKV.
(2) Tata cara penulisan NKV sebagaimana dimaksud pada angka (1) adalah sebagai berikut :
Jenis Usaha :Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U)
Nomor Urut : 005
Lokasi (kode statistik) : Provinsi Jawa Barat (32), Kota Depok (76), Kecamatan Sawangan (01), nomor urut
RPH-U yang bersertifikat NKV (005)
Penulisan : RPHU-327601-005
(3) Jika berdasarkan hasil surveilans unit usaha produk hewan mengalami perubahan tingkat maka diterbitkan
Sertifikat NKV tanpa mengubah Nomor Kontrol Veteriner.
(4) Jika terjadi perubahan nama pemilik Unit Usaha Produk Hewan dan/atau Nama Unit Usaha Produk Hewan
maka diterbitkan Sertifikat NKV tanpa mengubah NKV.
1. Pengujian terhadap produk akhir pada laboratorium yang terakreditasi minimal 1 kali dalam setahun;
2. Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali
setahun;
3. Pengujian laboratorium untuk melihat efektifitas program sanitasi dilakukan di laboratorium eksternal
terakreditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
4. Alat ukur temperatur dikalibrasi oleh pihak eksternal terakraditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
3) Kewajiban Pemerintah
a) Sertifikasi
1. Dinas Daerah Provinsi memeriksa kelengkapan dan kebenaran persyaratan administrasi paling lama 3 (tiga)
hari kerja sejak diterimanya permohonan.
2. Dalam hal persyaratan administrasi tidak lengkap atau tidak benar, Dinas Daerah Provinsi menolak dan
mengembalikan permohonan secara daring.
3. Dalam hal persyaratan administrasi tersebut sudah lengkap dan benar, Dinas Daerah Provinsi meneruskan
kepada pejabat Otoritas Veteriner provinsi untuk dapat diberikan Nomor Kontrol Veteriner.
4. Sertifikat NKV memiliki 3 tingkatan NKV dengan kategori:
a. tingkat 1 (satu) yang berarti sangat baik;
b. tingkat 2 (dua) yang berarti baik; dan
c. tingkat 3 (tiga) yang berarti cukup.
- 2618 -
UMKM dapat diarahkan untuk ber NKV minimal tingkat 3, jika masih belum memenuhi persyaratan tingkat
3 tetap bisa dilakukan pembinaan selama 5 tahun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b) Pembinaan
1. Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota melakukan pembinaan
terhadap Unit Usaha Produk Hewan dan Auditor NKV sesuai dengan kewenangannya.
2. Pembinaan terhadap Unit Usaha Produk Hewan sebagaimana dimaksud pada Point 1 dilakukan terhadap:
a. Unit Usaha Produk Hewan yang telah memiliki Nomor Kontrol Veteriner; dan
b. Unit Usaha Produk Hewan yang belum memiliki Nomor Kontrol Veteriner.
3. Pembinaan terhadap Unit Usaha Produk Hewan yang telah memiliki Nomor Kontrol Veteriner, dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan/atau Dinas Daerah Provinsi sesuai dengan
kewenangannya.
4. Pembinaan terhadap Unit Usaha Produk Hewan yang belum memiliki Nomor Kontrol Veteriner, dilakukan
oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
5. Pembinaan Unit Usaha Produk Hewan sebagaimana dimaksud pada Point 4, dilakukan oleh Dinas Daerah
Kabupaten/Kota dalam rangka perbaikan terhadap temuan hasil Audit.
6. Pembinaan sebagimana dimaksud Point 5 tersebut diberikan waktu paling lama 5 (lima) tahun.
7. Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun Unit Usaha Produk Hewan belum memenuhi persyaratan Nomor
Kontrol Veteriner, Dinas Daerah Kabupaten/Kota dapat memberikan rekomendasi kepada bupati/wali kota
- 2619 -
c) Pelaporan
1. Laporan kegiatan Nomor Kontrol Veteriner berupa:
a. hasil Audit;
b. penerbitan Nomor Kontrol Veteriner; dan
c. pencabutan Nomor Kontrol Veteriner.
2. Dinas Daerah Kabupaten/Kota melaporkan perkembangan pembinaan Unit Usaha yang tidak memenuhi
persyaratan teknis Nomor Kontrol Veteriner kepada Dinas Daerah Provinsi.
3. Laporan sebagaimana dimaksud pada Point 1. dan laporan perkembangan pembinaan sebagaimana
dimaksud pada Point 2. di atas disampaikan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi kepada Direktur Jenderal
melalui direktur yang membidangi fungsi kesehatan masyarakat veteriner setiap 6 (enam) bulan.
4. Pelaporan Sertifikasi NKV disampaikan meliputi Nama Dinas, Propinsi, Periode, Nama Perusahaan, Alamat,
Jenis Unit Usaha NKV, Tanggal Penerbitan, Tingkatan NKV. Laporan unit usaha yang dilakukan pencabutan
NKV dilaporkan dengan menambahkan informasi nomor surat dan tanggal tencabutan serta alasan
pencabutan NKV.
4) Masa berlaku
Nomor Kontrol Veteriner berlaku selama 5 (lima tahun) dan setelah habis masa berlaku pelaku usaha wajib
mengajukan permohonan untuk mendapatkan nomor kontrol veteriner yang baru.
- 2620 -
Pengisian kolom pertanyaan pada Data Khusus harus dijawab dengan jelas, apabila pertanyaan dianggap tidak
jelas dengan jenis unit usaha, maka pertanyaan cukup dijawab dengan TS (Tidak sesuai).
- 2621 -
1) Untuk dapat diberikan Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan harus memenuhi persyaratan
Higiene dan Sanitasi dengan menerapkan cara yang baik pada rantai produksi Produk Hewan secara terus
- 2623 -
menerus.
2) Cara yang baik pada rantai produksi Produk Hewan meliputi cara yang baik:
a. di tempat budi daya;
b. di tempat produksi pangan asal hewan;
c. di tempat produksi Produk Hewan nonpangan;
d. di rumah potong hewan;
e. di tempat pengumpulan dan penjualan; dan
f. dalam pengangkutan
3) Cara yang baik pada rantai produksi Produk Hewan sebagaimana dimaksud dalam Point 2 sesuai
ketentuan sebagai berikut:
2. Biosekuriti
a. hewan yang baru datang tidak disatukan dengan hewan yang sudah ada di kandang penampungan.
b. kompleks Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R) harus dipagar dan harus memiliki pintu yang terpisah
untuk masuknya hewan potong dengan keluarnya karkas dan daging.
c. kandang dijaga kebersihannya.
3. Kesejahteraan Hewan
a. terdapat fasilitas penurunan hewan (rampa, lantai, dan pagar pembatas) dalam keadaan baik dan terawat
dan rampa tidak curam (kurang 30°C).
b. kandang penampungan sementara berjarak paling kurang 10 (sepuluh) meter dari bangunan utama dan
memiliki daya tampung 1,5 kali dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari.
c. kandang penampungan terbuat dari bahan yang tidak menyebabkan hewan cedera/terluka dan fasilitas
kandang penampungan tidak rusak sehingga tidak menyebabkan hewan cedera/terluka dan memungkinkan
untuk dilakukan tindakan higiene sanitasi kandang.
d. kepadatan hewan di kandang penampungan 2,5 – 4 m2 per ekor untuk kandang dengan atap tertutup semua
dan kepadatan 5 - 9 m2 per ekor untuk kandang dengan atap tertutup sebagian.
e. lantai kandang penampungan terbuat dari bahan yang kuat (tahan terhadap benturan keras), kedap air,
tidak licin, dan landai ke arah saluran pembuangan serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
f. atap terbuat dari bahan yang kuat dan dapat melindungi hewan dengan baik dari panas dan hujan.
- 2625 -
g. tersedia tempat pakan dan minum yang mudah diakses oleh ternak dan mudah dibersihkan.
h. pakan dan bahan pakan yang digunakan tersedia secara cukup dan air minum tersedia secara tidak terbatas
(ad libitum) setiap hari dan berkesinambungan.
i. terdapat jalur penggiringan hewan (gang way) dari kandang menuju tempat penyembelihan, dengan lantai
yang tidak licin dan dilengkapi dengan pagar yang kuat di kedua sisinya dengan lebar hanya cukup untuk
satu ekor sehingga hewan tidak dapat berbalik.
j. jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan bangunan utama didesain sehingga tidak
terjadi kontras warna dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan dipotong menjadi stres dan
takut.
5) Daerah kotor meliputi area pemingsanan atau perebahan hewan, area pemotongan dan area pengeluaran
darah, area penyelesaian proses penyembelihan (pemisahan kepala, keempat kaki sampai metatarsus dan
metakarpus, pengulitan, pengeluaran isi rongga dada dan isi rongga perut), ruang untuk jeroan hijau, ruang
untuk jeroan merah, ruang untuk kepala dan kaki, ruang untuk kulit, dan area pemuatan (loading) jeroan.
6) Daerah bersih meliputi area untuk pemeriksaan post mortem, penimbangan karkas, dan area pemuatan
(loading) karkas/daging.
7) Tata ruang didesain sedemikian rupa agar searah dengan alur proses serta memiliki ruang yang cukup,
sehingga seluruh kegiatan pemotongan hewan dapat berjalan baik dan higienis, dan besarnya ruangan
disesuaikan dengan kapasitas pemotongan.
8) Dinding paling kurang setinggi 3 meter terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik,
tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta tidak mudah mengelupas.
9) Dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai tempat untuk
meletakkan barang.
10) Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, landai ke arah saluran
pembuangan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
11) Permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang, jika lantai terbuat dari ubin,
maka jarak antar ubin diatur sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup dengan bahan kedap
air.
12) Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung.
13) Sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung.
- 2627 -
14) Langit-langit didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, terbuat dari
bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, tidak ada lubang atau celah terbuka.
15) Lampu penerangan harus mempunyai pelindung, mudah dibersihkan, dan mempunyai intensitas cahaya
540 luks untuk area pemeriksaan post mortem dan 220 luks untuk area proses pemotongan.
16) Lampu di ruang produksi dan penyimpanan bahan baku berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik
terhadap produk.
17) Bangunan dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang baik.
18) Desain bangunan mampu mencegah masuk dan bersarangnya serangga, rodensia, burung dan/atau
binatang pengganggu lainnya.
19) Kusen pintu dan jendela, serta bahan daun pintu dan jendela tidak terbuat dari kayu, terbuat dari bahan
yang tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan keras, mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
20) Kusen pintu dan jendela bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai
sebagai tempat untuk meletakkan barang.
b. fasilitas
1) Tersedia air bersih yang memadai.
2) Tersedia sumber listrik yang memadai.
3) Lubang ke arah saluran pembuangan pada permukaan lantai dilengkapi dengan penyaring.
4) Bangunan memiliki kamar mandi/toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu terjaga
kebersihannya.
5) Pintu kamar mandi/toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
- 2628 -
6) Ruang ganti pakaian untuk pekerja di daerah kotor dan di daerah bersih terpisah.
7) Ruang ganti pakaian kerja terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar bangunan.
8) Memiliki fasilitas untuk membersihkan sepatu boot dan fasilitas foot dip pada pintu masuk ruang produksi
yang berfungsi baik (berisi disinfektan).
9) Memiliki fasilitas cuci tangan pada toilet dan ruang produksi yang berfungsi dengan baik dan tidak
dioperasikan dengan tangan, tersedia air bersih dan dilengkapi dengan sabun cair dan sanitiser serta
petunjuk untuk mencuci tangan.
5. Penanganan Daging
a. penyembelihan dilakukan oleh juru sembelih halal yang tersertifikasi sesuai dengan prosedur
penyembelihan halal.
b. pisau yang digunakan menyembelih cukup panjang dan tajam selama proses penyembelihan.
c. peralatan pemingsanan ditempatkan di posisi yang benar pada kepala hewan pada saat proses
pemingsanan.
d. waktu antara proses pemingsanan dan proses penyembelihan dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
e. proses penyelesaian penyembelihan dilakukan setelah hewan mati sempurna dengan pemeriksaan refleks
kornea (tidak dilakukan untuk penyembelihan dengan pemingsanan), pemeriksaan pernafasan (gerakan
costae), dan kesempurnaan pengeluaran darah dengan teknik yang benar.
f. temperatur di ruang penanganan karkas dan daging tidak lebih dari 15ºC.
g. rumah potong hewan ruminansia yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin harus memiliki ruang
penyimpanan berpendingin yang mampu mencapai dan mempertahankan secara konstan temperatur daging
pada 0 - 4ºC (chilled meat) atau -10ºC (frozen), serta kapasitas ruangan harus mempertimbangkan sirkulasi
udara.
h. ruang penyimpanan berpendingin dilengkapi dengan termometer atau display temperatur yang mudah
dibaca.
i. karkas ternak ruminansia dicap sebagai hasil pemeriksaan post mortem dengan cap/stempel yang terbuat
- 2630 -
6. Higiene Personel
a. Kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
b. Pekerja yang menangani langsung produk mendapatkan pelatihan terkait higiene sanitasi.
c. pekerja senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapannya.
d. perlengkapan standar untuk pekerja pada proses pemotongan meliputi pakaian kerja khusus, apron plastik,
tutup kepala dan sepatu boot yang harus disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap pekerja.
e. selama bekerja, pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, dan tindakan lain yang dapat
mengkontaminasi produk.
7. Higiene Sanitasi
a. tersedia fasilitas penanganan limbah dan kotoran.
b. sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan limbah yang didisain agar aliran limbah
mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan mudah dirawat, tidak mencemari tanah, tidak menimbulkan
bau, dan dijaga agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pembersihan dan disinfeksi.
d. bahan pembersih, desinfektan/sanitiser, dan bahan-bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh
- 2631 -
(tidak bocor) dan berpenutup, harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi, dan
petunjuk cara pemakaian.
e. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan (diizinkan).
f. memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu lainnya
yang dilakukan secara efektif.
2. Biosekuriti
a. keranjang unggas hidup yang baru datang tidak disatukan dengan keranjang unggas hidup yang sudah ada
di area peristirahatan.
b. keranjang unggas hidup dan permukaan alat transportasi unggas yang kontak dengan keranjang unggas
hidup dicuci atau dibersihkan sebelum keluar dari Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U).
c. kompleks RPH-U harus dipagar dan harus memiliki pintu yang terpisah untuk masuknya unggas hidup
dengan keluarnya karkas, daging, dan jeroan.
3. Kesejahteraan Hewan
a. sebelum penyembelihan unggas diistirahatkan sekurang- kurangnya 30 menit.
b. tersedia blower atau kipas angin di area peristirahatan unggas hidup yang memadai dan berfungsi dengan
baik saat unggas diistirahatkan.
- 2633 -
(frozen) harus memiliki ruang pembekuan cepat (blast freezer) dan ruang penyimpanan beku (cold storage).
6) Daerah kotor meliputi penurunan keranjang unggas hidup dan penggantungan unggas sebelum disembelih,
penyembelihan dan area pengeluaran darah, perendaman air panas dan pencabutan bulu, pengeluaran
jeroan, pemisahan kepala dan kaki, serta pemeriksaan post mortem.
7) Daerah bersih meliputi area untuk pencucian dan pendinginan karkas, pemotongan karkas, pemisahan
tulang dari daging (deboning section), penimbangan, seleksi karkas, serta pengemasan dan pelabelan
karkas/daging.
8) Tata ruang didesain sedemikian rupa agar searah dengan alur proses serta memiliki ruang yang cukup,
sehingga seluruh kegiatan pemotongan hewan dapat berjalan baik dan higienis, dan besarnya ruangan
disesuaikan dengan kapasitas pemotongan.
9) Dinding paling kurang setinggi 3 meter terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik,
tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta tidak mudah mengelupas.
10) Dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai tempat untuk
meletakkan barang.
11) Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, landai ke arah saluran
pembuangan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
12) Permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang, jika lantai terbuat dari ubin,
maka jarak antar ubin diatur sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup dengan bahan kedap
air.
13) Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung.
- 2635 -
14) Sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung.
15) Area pemotongan dan pengeluaran darah harus dilengkapi dengan fasilitas penampungan darah sementara
untuk mencegah darah masuk ke saluran pembuangan limbah cair.
16) Langit-langit didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, terbuat dari
bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, tidak ada lubang atau celah terbuka.
17) Lampu penerangan harus mempunyai pelindung, mudah dibersihkan dan mempunyai intensitas cahaya
540 luks untuk area pemeriksaan post mortem dan 220 luks untuk area proses pemotongan.
18) Lampu di ruang produksi dan penyimpanan bahan baku berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik
terhadap produk.
19) Bangunan dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang baik.
20) Desain bangunan mampu mencegah masuknya dan bersarangnya serangga, rodensia, burung, dan/atau
binatang pengganggu lainnya.
21) Kusen pintu dan jendela, serta bahan daun pintu dan jendela tidak terbuat dari kayu, terbuat dari bahan
yang tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan keras, mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
22) Kusen pintu dan jendela bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai
sebagai tempat untuk meletakkan barang.
b. fasilitas
1) Tersedia air bersih yang memadai.
2) Es yang digunakan terbuat dari air bersih dan ditangani dengan baik.
- 2636 -
c. peralatan
1) Seluruh peralatan, wadah, dan permukaan yang kontak dengan daging dan jeroan tidak terbuat dari kayu
dan bahan yang bersifat toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan, dan didisinfeksi serta mudah
dirawat.
2) Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan jeroan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah
berkarat atau korosif, kuat, tidak dicat, mudah dibersihkan, dan didisinfeksi.
3) Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan harus food grade (aman untuk pangan).
- 2637 -
4) Peralatan untuk membersihkan dan mendisinfeksi ruang dan peralatan harus tersedia dalam jumlah cukup
sehingga proses pembersihan dan disinfeksi bangunan dan peralatan dapat dilakukan secara baik dan
efektif.
5) Desain peralatan yang digunakan harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang saat difungsikan.
6) Peralatan dan wadah yang kontak dengan daging harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum
digunakan serta diadakan pembersihan secara benar setiap selesai digunakan.
5. Penanganan Daging
a. penyembelihan dilakukan oleh juru sembelih halal yang tersertifikasi sesuai dengan prosedur
penyembelihan halal.
b. pisau yang digunakan menyembelih cukup panjang dan tajam selama proses penyembelihan.
c. penyembelihan dapat dilakukan dengan pemingsanan atau tanpa pemingsanan terlebih dahulu.
d. penyembelihan unggas dengan pemingsanan dilakukan dengan memperhatikan aspek kesejahteraan hewan.
Untuk pemingsanan ayam besaran voltase yang digunakan 15 - 80 Volt dengan kuat arus 0,1 - 0,5 Ampere
dalam waktu selama 3 - 22 detik.
e. juru sembelih halal harus memastikan hewan masih hidup setelah proses pemingsanan sebelum
disembelih.
f. dilakukan pemeriksaan kesempurnaan penyembelihan dan tindakan koreksi apabila diperlukan.
g. unggas yang telah disembelih dicelupkan pada air panas dengan suhu 52 – 700C selama 1,5 – 2 menit
sebelum pencabutan bulu.
- 2638 -
h. setelah pencabutan bulu dilakukan pengeluaran jeroan, pelepasan kepala dan kaki.
i. penanganan karkas dan daging dilakukan dalam rantai dingin meliputi pemotongan bagian-bagian karkas,
pelepasan tulang, pengemasan, pembekuan, dan pelabelan.
j. temperatur di ruang penanganan karkas dan daging tidak lebih dari 15ºC.
k. rumah Potong Hewan Unggas yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin harus memiliki ruang
penyimpanan berpendingin yang mampu mencapai dan mempertahankan secara konstan temperatur daging
pada 0-4ºC (chilled meat) atau -10ºC (frozen), serta kapasitas ruangan harus mempertimbangkan sirkulasi
udara.
l. ruang penyimpanan berpendingin dilengkapi dengan termometer atau display temperatur yang mudah
dibaca.
m. karkas dan daging unggas harus dikemas atau dalam wadah untuk mencegah kontaminasi silang.
n. karkas dan daging unggas yang dihasilkan disertai label pada kemasannya yang memuat informasi untuk
ketelusuran.
o. penyimpanan produk pada chiller atau cold storage tidak kontak langsung dengan lantai, dinding dan
langit-langit.
p. alat angkut karkas dan daging unggas dapat mempertahankan temperatur produk sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
6. Higiene Personel
a. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
- 2639 -
b. pekerja yang menangani langsung produk mendapatkan pelatihan terkait higiene sanitasi.
c. pekerja senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapannya.
d. perlengkapan standar untuk pekerja pada proses pemotongan meliputi pakaian kerja khusus, apron plastik,
tutup kepala, dan sepatu boot yang harus disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap pekerja.
e. selama bekerja, pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, dan tindakan lain yang dapat
mengkontaminasi produk.
7. Higiene Sanitasi
a. tersedia fasilitas penanganan limbah dan kotoran.
b. sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan limbah yang didesain agar aliran limbah
mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan mudah dirawat, tidak mencemari tanah, tidak menimbulkan
bau, dan dijaga agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pembersihan dan disinfeksi.
d. bahan pembersih, desinfektan/sanitiser, dan bahan-bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh
(tidak bocor) dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi, dan
petunjuk cara pemakaian.
e. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan (diizinkan).
f. memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu lainnya
yang dilakukan secara efektif.
- 2640 -
2. Biosekuriti
a. hewan yang baru datang tidak disatukan dengan hewan yang sudah ada di kandang penampungan.
b. kompleks Rumah Potong Hewan Babi (RPH-B) harus dipagar dan harus memiliki pintu yang terpisah untuk
masuknya hewan potong dengan keluarnya karkas dan daging.
c. kandang dijaga kebersihannya.
3. Kesejahteraan Hewan
a. terdapat fasilitas penurunan hewan (rampa, lantai, dan pagar pembatas) dalam keadaan baik dan terawat
dan rampa tidak curam (kurang 20°C).
b. kandang penampungan sementara berjarak paling kurang 10 meter dari bangunan utama dan memiliki
daya tampung 1,5 kali dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari.
c. kandang penampungan terbuat dari bahan yang tidak menyebabkan hewan cedera/terluka dan fasilitas
kandang penampungan tidak rusak sehingga tidak menyebabkan hewan cedera/terluka dan memungkinkan
untuk dilakukan tindakan higiene sanitasi kandang.
d. kepadatan hewan di kandang penampungan 0,6 – 0,75 m2 per ekor.
e. lantai kandang penampungan terbuat dari bahan yang kuat (tahan terhadap benturan keras), kedap air,
tidak licin dan landai ke arah saluran pembuangan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
f. atap terbuat dari bahan yang kuat dan dapat melindungi hewan dengan baik dari panas dan hujan.
g. tersedia tempat pakan dan minum yang mudah diakses oleh ternak dan mudah dibersihkan.
- 2642 -
h. pakan dan bahan pakan yang digunakan tersedia secara cukup dan air minum tersedia secara tidak
terbatas (ad libitum) setiap hari dan berkesinambungan.
i. terdapat jalur penggiringan hewan (gang way) dari kandang menuju tempat penyembelihan dengan lantai
tidak licin, dan dilengkapi dengan pagar yang kuat di kedua sisinya dengan lebar hanya cukup untuk satu
ekor sehingga hewan tidak dapat berbalik.
j. jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan bangunan utama didisain sehingga tidak
terjadi kontras warna dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan dipotong menjadi stres dan
takut.
isi dada dan isi perut), ruang untuk jeroan hijau, ruang untuk jeroan merah, dan area pemuatan (loading)
jeroan.
6) Daerah bersih meliputi area untuk pemeriksaan post mortem, penimbangan karkas, dan area pemuatan
(loading) karkas/daging.
7) Tata ruang didesain sedemikian rupa agar searah dengan alur proses serta memiliki ruang yang cukup,
sehingga seluruh kegiatan pemotongan hewan dapat berjalan baik dan higienis, dan besarnya ruangan
disesuaikan dengan kapasitas pemotongan.
8) Dinding paling kurang setinggi 3 meter terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik,
tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan, dan didisinfeksi serta tidak mudah mengelupas.
9) Dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai sebagai tempat untuk
meletakkan barang.
10) Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, landai ke arah saluran
pembuangan, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
11) Permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang, jika lantai terbuat dari ubin,
maka jarak antar ubin diatur sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup dengan bahan kedap
air.
12) Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung.
13) Sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung.
14) Langit-langit didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam ruangan, terbuat dari
bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan, dan tidak ada lubang atau celah
- 2644 -
terbuka.
15) Lampu penerangan harus mempunyai pelindung, mudah dibersihkan, dan mempunyai intensitas cahaya
540 luks untuk area pemeriksaan post mortem dan 220 luks untuk area proses pemotongan.
16) Lampu di ruang produksi dan penyimpanan bahan baku berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik
terhadap produk.
17) Bangunan dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang baik.
18) Desain bangunan mampu mencegah masuk dan bersarangnya serangga, rodensia, burung, dan/atau
binatang pengganggu lainnya.
19) Kusen pintu, jendela, serta bahan daun pintu dan jendela tidak terbuat dari kayu, terbuat dari bahan yang
tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan keras, serta mudah dibersihkan dan didisinfeksi.
20) Kusen pintu dan jendela bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan dipakai
sebagai tempat untuk meletakkan barang.
b. Fasilitas
1) Tersedia air bersih yang memadai.
2) Tersedia sumber listrik yang memadai.
3) Lubang ke arah saluran pembuangan pada permukaan lantai dilengkapi dengan penyaring.
4) Bangunan memiliki kamar mandi/toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu terjaga
kebersihannya.
5) Pintu kamar mandi/toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
- 2645 -
6) Ruang ganti pakaian untuk pekerja di daerah kotor dan di daerah bersih terpisah.
7) Ruang ganti pakaian terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar bangunan.
8) Memiliki fasilitas untuk membersihkan sepatu boot dan fasilitas foot dip pada pintu masuk ruang produksi
yang berfungsi baik (berisi disinfektan).
9) Memiliki fasilitas cuci tangan pada toilet dan ruang produksi yang berfungsi dengan baik, tidak dioperasikan
dengan tangan, tersedia air bersih yang dilengkapi dengan sabun cair, sanitiser serta petunjuk untuk
mencuci tangan.
c. Peralatan
1) Seluruh peralatan, wadah dan permukaan yang kontak dengan daging dan jeroan tidak terbuat dari kayu
dan bahan yang bersifat toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didisinfeksi serta mudah
dirawat.
2) Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan jeroan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah
berkarat atau korosif, kuat, tidak dicat, mudah dibersihkan, dan mudah didisinfeksi.
3) Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan harus food grade (aman untuk pangan).
4) Peralatan untuk membersihkan dan mendisinfeksi ruang dan peralatan harus tersedia dalam jumlah cukup
sehingga proses pembersihan dan disinfeksi bangunan dan peralatan dapat dilakukan secara baik dan
efektif.
5) Desain peralatan yang digunakan harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang saat difungsikan.
6) Peralatan dan wadah yang kontak dengan daging harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum
- 2646 -
5. Penanganan Daging
a. penyembelihan dilakukan oleh juru sembelih sesuai dengan prosedur penyembelihan.
b. alat/pisau yang digunakan menyembelih atau mematikan cukup panjang dan tajam selama proses
penyembelihan.
c. peralatan pemingsanan ditempatkan di posisi yang benar pada kepala hewan pada saat proses
pemingsanan.
d. waktu antara proses pemingsanan dan proses penyembelihan dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
e. proses penyelesaian pemotongan dilakukan setelah hewan mati sempurna dengan pemeriksaan refleks
kornea (tidak dilakukan untuk penyembelihan dengan pemingsanan), pemeriksaan pernafasan (gerakan
costae), dan kesempurnaan pengeluaran darah dengan teknik yang benar.
f. temperatur di ruang penanganan karkas dan daging tidak lebih dari 15ºC.
g. RPH-B yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin harus memiliki ruang penyimpanan berpendingin yang
mampu mencapai dan mempertahankan secara konstan temperatur daging pada 0-4ºC (chilled meat) atau -
10ºC (frozen) serta kapasitas ruangan harus mempertimbangkan sirkulasi udara.
h. ruang penyimpanan berpendingin dilengkapi dengan termometer atau display suhu yang mudah dibaca.
i. karkas babi dicap sebagai hasil pemeriksaan post mortem dengan cap/stempel yang terbuat dari bahan
yang diperbolehkan untuk pangan.
- 2647 -
6. Higiene Personel
a. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
b. Pekerja yang menangani langsung produk mendapatkan pelatihan terkait higiene sanitasi.
c. pekerja senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapannya.
d. perlengkapan standar untuk pekerja pada proses pemotongan meliputi pakaian kerja khusus, apron plastik,
tutup kepala, dan sepatu boot yang harus disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap pekerja.
e. selama bekerja, pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, dan tindakan lain yang dapat
mengkontaminasi produk.
7. Higiene sanitasi
a. tersedia fasilitas penanganan limbah dan kotoran.
b. sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan limbah yang didesain agar aliran limbah
mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan mudah dirawat, tidak mencemari tanah, tidak menimbulkan
bau, dan dijaga agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pembersihan dan disinfeksi.
d. bahan pembersih, desinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak
bocor) dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi, dan
petunjuk cara pemakaian.
e. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan.
f. memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga, rodensia dan/atau binatang pengganggu lainnya
- 2648 -
c. melakukan vaksinasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan
hewan.
d. pakan dan bahan pakan yang digunakan tidak mengandung bahan yang dilarang penggunaannya oleh
peraturan perundangan.
e. pakan dan bahan pakan yang digunakan tidak mengandung antibiotik dan/atau antiparasitik, kecuali
untuk tujuan pengobatan (terapeutik) atas rekomendasi dokter hewan.
f. dilakukan pencatatan rekaman program vaksinasi dan pengobatan dengan antibiotik.
g. air yang diberikan bersih dan tidak mengandung zat berbahaya bagi kesehatan unggas.
h. melakukan pembersihan dan penyucian kandang baik terhadap kandang baru maupun kandang yang telah
dikosongkan.
i. menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat higienis.
2. Biosekuriti
a. area peternakan berpagar dan berpintu atau tidak dapat diakses bebas oleh orang dan hewan lain dari
sekitar peternakan.
b. pintu masuk ke area peternakan dapat mencegah atau mengendalikan masuknya orang yang tidak
berkepentingan, hewan lain, dan/atau barang-barang yang dapat membawa agen penyakit.
c. tersedia fasilitas pembersih dan disinfeksi untuk orang, hewan, kendaraan, dan peralatan.
d. persyaratan higiene personel diberlakukan sama pada pekerja dan tamu/pengunjung yang memasuki area
- 2650 -
peternakan.
e. tersedia fasilitas untuk pemusnahan bangkai hewan.
3. Kesejahteraan Hewan
a. konstruksi kandang didesain agar tidak menyakiti, tidak melukai, tidak menyebabkan hewan stress,
dan/atau dapat melindungi hewan dari cuaca, predator, dan hewan pengganggu lainnya.
b. kandang dibuat dari bahan/material yang tidak dapat melukai hewan dan tidak berbahaya bagi kesehatan
hewan.
c. ukuran dan desain kandang disesuaikan dengan kepadatan hewan, jenis/ras, dan fungsi kandang yang
digunakan.
d. hewan dapat mengakses pakan yang cukup serta air minum secara tidak terbatas (ad libitum).
e. pakan memiliki komposisi/formulasi ransum yang memungkinkan setiap hewan memperoleh kesehatan
yang baik, memenuhi kebutuhan fisiologis hewan, dan mencegah gangguan metabolik/malnutrisi dengan
kuantitas dan kualitas yang cukup.
f. hewan yang dipelihara dengan sistem umbaran (free range), jumlah pakan yang tersedia di padang umbaran
tersebut harus mencukupi kebutuhan hewan yang ada di area tersebut.
b. jenis bangunan sekurang-kurangnya terdiri atas kandang pemeliharaan, kandang isolasi ayam sakit,
gudang penyimpanan pakan, peralatan, dan tempat penyimpanan obat, gudang penyimpanan telur, fasilitas
penanganan limbah, dan tempat pemusnahan/pembakaran bangkai ayam.
c. bangunan dikelilingi oleh pagar setinggi sekurang-kurangnya 2 (dua) meter dengan pintu masuk tunggal
(one way system) untuk kendaraan dan orang yang selalu tertutup dan dilengkapi dengan alat disinfeksi.
d. bangunan kandang, kandang isolasi, gudang penyimpanan pakan obat, dan telur serta bangunan lainnya
ditata agar aliran air, saluran pembuangan limbah, dan udara tidak menimbulkan penyakit.
e. ada tempat khusus untuk menyimpan peralatan, wadah/tray telur, dan kemasan.
f. bangunan dilengkapi dengan kamar mandi/toilet yang selalu terjaga kebersihannya serta memiliki fasilitas
pencuci tangan.
g. kandang didesain agar memiliki sistem sirkulasi yang cukup untuk sirkulasi udara.
h. tersedia pasokan air dan listrik yang memadai.
i. peralatan, wadah telur, dan tray dalam kondisi bersih dan terawat.
5. Penanganan Produk
a. proses seleksi telur dilakukan terhadap telur utuh, telur rusak, telur bersih, telur kotor, maupun telur retak
dan pecah.
b. kerabang dari telur yang pecah dikumpulkan dan dibuang di tempat sampah yang tertutup.
c. penanganan telur yang pecah dan kerabang dari telur yang pecah ditangani dengan baik.
d. dilakukan sistem first in first out (FIFO) di gudang penyimpanan telur.
e. sebelum dan sesudah menangani telur, petugas harus mencuci tangan.
- 2652 -
f. pembersihan dan pelabelan telur menggunakan bahan yang diperbolehkan dan aman untuk pangan.
g. telur disimpan di gudang penyimpanan telur dan tidak diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari
langsung.
h. dilakukan pemeriksaan mikrobiologis di laboratorium eksternal terakreditasi terhadap telur secara rutin.
6. Higiene Personel
a. Pekerja yang menangani telur telah mengikuti pelatihan higiene sanitasi.
b. pekerja yang menangani unggas dan telur harus sehat.
c. pekerja harus diperiksa kesehatannya minimum 1 (satu) kali dalam setahun.
d. pekerja mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani telur.
e. Standard Operating Procedures (SOP) mencuci tangan dipasang pada tempat fasilitas cuci tangan.
f. pekerja harus senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapan.
g. selama bekerja, pekerja dilarang makan, merokok, bersin, batuk, dan meludah.
7. Higiene Sanitasi
a. peralatan yang digunakan harus segera dibersihkan setelah digunakan.
b. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus tetap dirawat baik dan disimpan secara baik
jika tidak digunakan. Bahan pembersih dan disinfektan tidak boleh disimpan bersama- sama dengan telur.
c. bahan pembersih, desinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak
bocor) dan berpenutup, dan harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi dan
petunjuk cara pemakaian.
- 2653 -
d. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan.
e. harus memiliki dan melaksanakan program pengawasan higiene dan sanitasi.
f. memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu lainya. Program
tersebut mencakup pola program pengawasan dan pemantauan yang efektif.
g. sampah dan limbah ditangani dengan baik.
h. tersedia fasilitas pembersih dan disinfeksi untuk orang, hewan, kendaraan, dan peralatan.
h. menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat higienis.
2. Biosekuriti
a. Hewan yang sakit dipisahkan dari hewan yang sehat.
b. area peternakan berpagar, berpintu, dan tidak dapat diakses bebas oleh orang atau hewan lain.
c. tersedia fasilitas pembersihan dan disinfeksi untuk orang, hewan, kendaraan, dan peralatan.
3. Kesejahteraan Hewan
a. tersedia tempat pakan dan minum yang mudah diakses oleh ternak perah.
b. pakan dan bahan pakan yang digunakan tersedia secara cukup dan air minum tersedia secara tidak
terbatas (ad libitum) setiap hari dan berkesinambungan.
c. pakan memiliki komposisi/formulasi ransum yang memungkinkan setiap hewan memperoleh kesehatan
yang baik, memenuhi kebutuhan fisiologis hewan, dan mencegah gangguan metabolik/malnutrisi dengan
kualitas dan kuantitas yang cukup.
d. ukuran dan desain kandang sesuai dengan kepadatan hewan, jenis atau ras, dan fungsi kandang yang
digunakan dapat mencegah terjadinya risiko cedera dan penyakit serta memungkinkan hewan untuk bebas
bergerak, berbaring, makan, dan minum.
e. kandang didesain, dibuat, dan dipelihara untuk dapat memberikan perlindungan terhadap cuaca, menjaga
kualitas udara, melindungi dari cedera, melindungi dari hama atau hewan penganggu, dan memungkinkan
untuk dilakukan tindakan higiene sanitasi kandang.
- 2655 -
5. Penanganan Susu
a. Kandang dibersihkan sebelum pemerahan.
b. ambing dan tubuh bagian belakang dibersihkan sebelum pemerahan dengan menggunakan bahan yang
aman.
c. dilakukan upaya pencegahan terkontaminasinya susu oleh bahaya biologis, kimiawi, dan/atau fisik.
d. wadah penampung dan milk can terbuat dari bahan yang aman, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk.
- 2656 -
e. susu yang diperah dikirim ke unit penampungan susu kurang dari 2 (dua) jam.
6. Higiene Personel
a. pekerja yang menangani ternak dan susu harus sehat.
b. pekerja senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapannya.
c. selama bekerja, pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, dan tindakan lain yang dapat
mengkontaminasi produk.
d. pekerja harus diperiksa kesehatannya minimal 1 (satu) tahun sekali.
e. pekerja telah mengikuti pelatihan higiene sanitasi.
f. tamu/pengunjung dilarang makan, minum, merokok, meludah, dan tindakan lain yang dapat
mengkontaminasi produk.
g. Standard Operating Procedures (SOP) mencuci tangan dipasang pada tempat fasilitas pencuci tangan.
7. Higiene Sanitasi
a. tersedia fasilitas penanganan limbah dan kotoran.
b. peralatan yang digunakan harus segera dibersihkan setelah digunakan.
c. peralatan pembersih harus tetap dirawat baik dan disimpan secara baik jika tidak digunakan.
d. bahan pembersih, desinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak
bocor) dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda. label minimum berisi nama, konsentrasi, dan
petunjuk cara pemakaian.
- 2657 -
e. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan.
f. harus memiliki dan melaksanakan program pengawasan higiene dan sanitasi.
g. terdapat program pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu lainnya.
mudah dibersihkan.
h. langit-langit terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak berlubang atau celah
terbuka, mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan
kondensasi.
i. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan pembersihan
dapat dilakukan dengan benar.
j. penerangan di ruang produksi dan penyimpanan berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik terhadap
produk.
k. sistem sirkulasi udara di ruang produksi baik.
l. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum sebagai bahan baku.
m. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum atau persyaratan air bersih untuk mencuci peralatan,
wadah, dan permukaan yang kontak langsung dengan produk termasuk air untuk mencuci tangan.
n. pengujian air dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali dalam setahun.
o. tersedia sumber listrik yang memadai.
p. bangunan memiliki toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu terjaga kebersihan dan
sanitasinya.
q. pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
r. ruang ganti pakaian dipisahkan antara ruang ganti pakaian untuk pekerja di daerah kotor dari ruang ganti
pakaian untuk pekerja di daerah bersih, terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar
bangunan.
- 2659 -
s. memiliki fasilitas cuci tangan pada setiap pintu masuk ruang produksi dan toilet yang dilengkapi dengan
sabun cair, sanitiser, pengering tangan dan tempat sampah tertutup yang selalu terjaga kebersihannya.
t. semua peralatan dan wadah yang digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak korosif, tidak mudah
mengelupas, tidak bereaksi dengan produk, dan mudah dibersihkan serta didisinfeksi.
u. peralatan, mesin dan wadah harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum digunakan.
2. Penanganan Produk
a. bahan baku daging berasal dari unit usaha yang yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) atau
establishment number yang telah disetujui oleh Pemerintah.
b. bahan baku daging yang digunakan dilengkapi dengan sertifikat veteriner atau Surat Keterangan Kesehatan
Produk Hewan.
c. alat angkut harus dalam keadaan bersih dan terawat dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai
untuk mencegah kerusakan produk. Temperatur alat angkut untuk produk daging beku pada temperatur
maksimum -18°C, sedangkan untuk produk daging dingin pada temperatur 0 - 7°C.
d. alat angkut yang digunakan untuk pengangkutan produk dingin/beku harus dilengkapi dengan fasilitas
pengatur suhu dan dilakukan pemeriksaan suhu alat angkut selama pengangkutan.
e. penanganan produk yang meliputi proses penerimaan, pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan harus
dilaksanakan secara higienis dalam kondisi temperatur ruang yang sesuai untuk mencegah kerusakan
produk.
f. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pengolahan yang terdokumentasi.
- 2660 -
g. bahan baku daging yang sampai harus segera diperiksa dan jika ada yang rusak harus dipisahkan dan
ditempatkan pada tempat khusus.
h. bahan tambahan pangan yang digunakan sesuai dengan ketentuan.
i. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, kemasan, dan bahan kimia terpisah.
j. gudang penyimpanan bahan baku atau produk akhir dalam keadaan bersih dengan temperatur dan
kelembaban sesuai dengan yang dipersyaratkan. Temperatur gudang penyimpanan daging beku di suhu
maksimum -18°C, sedangkan untuk daging dingin disimpan pada suhu 0 - 7°C.
k. gudang penyimpanan (cold storage atau chiller) harus memiliki ruangan ante room.
l. menerapkan sistem first in first out (FIFO).
m. alat pengukut temperatur dan kelembaban harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi oleh pihak eksternal
terakraditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
n. pengujian bahan baku dan produk akhir dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi dilakukan
minimal 1 (satu) kali dalam setahun.
o. deteksi logam menggunakan metal detector dilakukan terhadap produk akhir.
p. kemasan produk berasal dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu
mencegah terjadinya kontaminasi pada produk.
q. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakan langsung di lantai.
3. Higiene Personel
- 2661 -
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus dan alat
pelindung diri serta senantiasa menjaga kebersihanya.
b. pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
c. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat, tidak memiliki luka terbuka dan/atau
memiliki penyakit yang dapat ditularkan melalui daging.
d. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
e. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
f. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
g. setiap pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan seksama setelah
menangani produk dan menggunakan toilet.
h. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser, dan
dibilas dengan seksama.
i. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada fasilitas cuci tangan.
j. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan aksesoris seperti cincin,
gelang dan jam tangan.
k. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah atau membuang ingus di ruang kerja.
l. setiap pekerja dilarang batuk atau bersin langsung di depan produk.
m. setiap pekerja pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi.
n. unit usaha harus mempunyai program pelatihan penanganan daging yang higienis.
- 2662 -
4. Higiene Sanitasi
a. memiliki fasilitas limbah yang memadai.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan
dan pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu lainnya.
e. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus dirawat dan disimpan secara baik jika tidak
digunakan.
g. memiliki sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
2) Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
kebersihannya.
b. bangunan terdiri atas ruang produksi, ruang penyimpanan (bahan baku, produk akhir, peralatan, kemasan,
bahan kimia), ruang kantor, dan fasilitas penanganan limbah.
c. bangunan harus dirancang atau dimodifikasi sedemikian rupa sesuai alur proses sehingga setiap tahap
prosesnya dapat mencegah pencemaran ataupun kontaminasi dari luar.
d. dinding terbuat dari bahan yang tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan
didisinfeksi, tidak mudah mengelupas, dan mempunyai insulator yang baik.
e. dinding harus rata, tidak berlubang, dan didesain untuk menghindari perletakan atau penyimpanan barang
dan alat.
f. lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak licin, tidak mudah korosif, tidak berlubang, dan mudah
dibersihkan dan didisinfeksi.
g. sudut pertemuan antara dinding dan dinding serta dinding dan lantai harus berbentuk lengkung atau
mudah dibersihkan.
h. langit-langit terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak berlubang atau celah
terbuka, mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan
kondensasi.
i. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan pembersihan
dapat dilakukan dengan benar.
j. penerangan di ruang produksi dan penyimpanan berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik terhadap
produk.
- 2664 -
2. Penanganan Produk
a. bahan baku susu berasal dari unit usaha yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner atau establishment
- 2665 -
m. pengujian bahan baku dan produk akhir dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi dilakukan
minimal 1 (satu) kali dalam setahun.
n. deteksi logam menggunakan metal detector dilakukan terhadap produk akhir.
o. kemasan produk berasal dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu
mencegah terjadinya kontaminasi pada produk.
p. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakan langsung di lantai.
3. Higiene Personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus memakai pakaian kerja khusus dan alat pelindung
diri serta senantiasa menjaga kebersihanya.
b. pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
c. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat, tidak memiliki luka terbuka, dan/atau
memiliki penyakit yang dapat ditularkan melalui susu.
d. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
e. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
f. setiap pekerja yang terluka saat bekerja, harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air, setelah itu baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaanya.
g. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan
membilas dengan seksama, setelah menangani daging dan mengunakan toilet.
- 2667 -
h. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser, dan
dibilas dengan seksama.
i. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada fasilitas cuci tangan.
j. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan aksesoris seperti cincin,
gelang, dan jam tangan.
k. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang ingus di ruang kerja.
l. setiap pekerja yang menangani langsung produk dilarang batuk atau bersin langsung di depan produk.
m. setiap pekerja pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi.
n. unit usaha harus mempunyai program pelatihan penanganan susu yang higienis.
4. Higiene Sanitasi
a. limbah ditangani dengan baik.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan
dan pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu lainnya.
e. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser, dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup serta harus diberi label/tanda.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus dirawat dan disimpan secara baik jika tidak
digunakan.
- 2668 -
g. sudut pertemuan antara dinding dan dinding serta dinding dan lantai harus berbentuk lengkung atau
mudah dibersihkan.
h. langit-langit terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak berlubang atau celah
terbuka, mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan
kondensasi.
i. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan pembersihan
dapat dilakukan dengan benar.
j. penerangan di ruang produksi dan penyimpanan berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik terhadap
produk.
k. sistem sirkulasi udara di ruang produksi baik.
l. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum sebagai bahan baku.
m. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum atau persyaratan air bersih untuk mencuci peralatan,
wadah, dan permukaan yang kontak langsung dengan produk termasuk air untuk mencuci tangan.
n. pengujian air dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali dalam setahun.
o. tersedia sumber listrik yang memadai.
p. bangunan memiliki toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu terjaga kebersihannya.
q. pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
r. ruang ganti pakaian dipisahkan antara ruang ganti pakaian untuk pekerja di daerah kotor dari ruang ganti
pakaian untuk pekerja di daerah bersih, terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar
bangunan.
- 2670 -
s. memiliki fasilitas cuci tangan pada setiap pintu masuk ruang produksi dan toilet yang dilengkapi dengan
sabun cair, sanitiser, pengering tangan, dan tempat sampah tertutup yang selalu terjaga kebersihannya.
t. semua peralatan dan wadah yang digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak korosif, tidak mudah
mengelupas, tidak bereaksi dengan produk, dan mudah dibersihkan serta didisinfeksi.
u. peralatan, mesin, dan wadah harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum digunakan.
2. Penanganan Produk
a. bahan baku telur berasal dari unit usaha yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner atau establishment number
yang telah disetujui oleh Pemerintah.
b. bahan baku telur yang digunakan dilengkapi dengan sertifikat veteriner atau Surat Keterangan Kesehatan
Produk Hewan.
c. alat angkut harus dalam keadaan bersih dan terawat dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai
dengan yang dipersyaratkan.
d. penanganan produk yang meliputi proses penerimaan, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan harus
dilakukan secara higienis dalam kondisi temperatur dan kelembaban ruang yang sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
e. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) penanganan yang terdokumentasi.
f. bahan baku telur yang sampai harus segera diperiksa dan jika ada yang rusak harus dipisahkan dan
ditempatkan pada tempat khusus.
g. bahan tambahan pangan yang digunakan sesuai dengan ketentuan.
- 2671 -
h. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, kemasan, dan bahan kimia terpisah.
i. gudang penyimpanan bahan baku atau produk akhir dalam keadaan bersih dengan temperatur dan
kelembaban sesuai dengan yang dipersyaratkan.
j. menerapkan sistem first in first out (FIFO).
k. alat pengukur temperatur dan kelembaban harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi oleh pihak eksternal
terakreditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
l. pengujian bahan baku dan produk akhir dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi dilakukan
minimal 1 (satu) kali dalam setahun.
m. deteksi logam menggunakan metal detector dilakukan terhadap produk akhir.
n. kemasan produk terbuat dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu mencegah
terjadinya kontaminasi pada produk.
o. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai
3. Higiene Personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus dan alat
pelindung diri serta senantiasa menjaga kebersihannya.
b. pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
c. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat, tidak memiliki luka terbuka, dan/atau
memiliki penyakit yang dapat ditularkan melalui telur.
d. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
- 2672 -
e. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
f. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
g. setiap pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan seksama setelah
menangani produk dan menggunakan toilet.
h. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser, dan
dibilas dengan seksama.
i. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada fasilitas cuci tangan.
j. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan aksesoris seperti cincin,
gelang, dan jam tangan.
k. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang ingus di ruang kerja.
l. setiap pekerja dilarang batuk atau bersin langsung di depan produk.
m. setiap pekerja pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi
4. Higiene Sanitasi
a. memiliki fasilitas penanganan limbah yang memadai.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan
dan pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan binatang pengganggu lainnya.
e. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser, dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
- 2673 -
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus disimpan secara baik jika tidak digunakan.
g. tersedia sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
2) Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
h. langit-langit terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak berlubang atau celah
terbuka, kuat, mudah dibersihkan, dan didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi dalam
ruangan.
i. sirkulasi udara harus terjamin baik dan dilengkapi dengan penyejuk ruangan.
j. memiliki sumber air bersih (air memenuhi persyaratan air bersih) yang memadai.
k. memiliki sumber listrik yang memadai.
l. lampu harus memiliki pelindung.
m. memiliki fasilitas pencucian peralatan.
n. memiliki fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun cair, disinfektan, dan pengering serta petunjuk
cara mencuci tangan.
o. zona (penerimaan, penyimpanan, penanganan, dan penjajaan) daging ruminansia dan unggas harus terpisah
secara fisik dengan zona penjualan daging babi dan ikan.
p. fasilitas dan peralatan untuk penanganan daging ruminansia dan unggas harus secara khusus
peruntukannya, terpisah dengan daging babi dan ikan.
q. pekerja yang menangani daging babi tidak boleh menangani daging ruminansia dan unggas, serta
sebaliknya.
r. Peralatan penanganan daging tidak mudah patah/pecah, tidak bersifat toksik, tidak mudah korosif, mudah
dibersihkan, dan didensifeksi.
s. peralatan penanganan produk harus selalu terjaga kebersihannya dan terawat.
t. memiliki sarana penyimpanan beku dengan suhu maksimum
- 2675 -
2. Penanganan produk
a. produk berasal dari unit usaha yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV).
b. khusus Ritel, dilakukan pemisahan penanganan dan wadah untuk telur utuh dan telur yang pecah.
c. alat angkut yang digunakan untuk pengangkutan produk harus dalam keadaan bersih dan terawat.
d. alat angkut yang digunakan untuk pengangkutan produk dingin/beku harus dilengkapi dengan fasilitas
pengatur suhu dan dilakukan pemeriksaan suhu alat angkut selama pengangkutan.
e. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan
ruang terjaga, dan tidak boleh diletakan langsung di lantai.
f. produk yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu (first in first out).
g. produk yang telah dicairkan tidak boleh dibekukan kembali.
h. produk dijajakan dalam show case yang dilengkapi termometer dan alat pendingin sehingga mudah terlihat
konsumen.
i. daging ditempatkan pada wadah atau tetap dalam kemasan, dipisahkan dari jeroan.
- 2676 -
j. apabila daging diberi label, maka label harus terbuat dari bahan yang tidak toksik dan dapat dibersihkan.
k. kemasan daging dibuat dari bahan yang tidak toksik dan dapat mencegah daging dari kontaminasi lain.
l. kemasan harus dapat menjaga daging selama penyimpanan dan penjajaan.
m. daging yang diberikan kepada konsumen harus dikemas secara baik.
3. Higiene Personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus mengenakan pakaian kerja khusus yang dilengkapi
dengan apron, penutup kepala, dan sarung tangan serta senantiasa menjaga kebersihanya.
b. perlengkapan apron, penutup kepala, dan sarung tangan harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
c. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus sehat, tidak memiliki luka terbuka dan atau memiliki
penyakit yang dapat ditularkan melalui daging.
d. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
e. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaanya.
f. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan
membilas dengan seksama, setelah menangani daging dan mengunakan toilet.
g. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun cair dan sanitiser.
h. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang penting dan mudah terlihat.
i. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan
perlengkapan kerjanya serta kerapian diri.
- 2677 -
j. setiap pekerja yang menangani langsung daging tidak diperbolehkan mengenakan aksesoris seperti cincin,
gelang, dan jam tangan.
k. setiap pekerja yang menangani langsung daging dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau
membuang ingus di ruang kerja.
l. setiap pekerja yang menangani langsung daging dilarang batuk atau bersin langsung di depan daging.
m. unit usaha harus mempunyai program pelatihan penanganan daging yang higienis.
4. Higiene Sanitasi
a. limbah dan kotoran ditangani dengan baik.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan,
dan pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki tempat sampah yang berpenutup.
e. tempat penjajaan produk hewan harus terawat dan bersih.
f. bahan pembersih dan desinfektan yang digunakan harus memenuhi persyaratan food grade dan
penggunaannya tidak boleh kontak langsung dengan produk.
g. bahan pembersih dan disinfektan/sanitiser harus tersimpan di ruang khusus dalam wadah tertutup, utuh,
tidak bocor, dan diberi tanda/label yang jelas.
h. unit usaha harus memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan/atau binatang pengganggu lainya
serta pemantauan secara efektif.
- 2678 -
pencuci tangan tangan (wastafel) yang dilengkapi dengan sanitiser dan pengering tangan dan tempat sampah
tertutup. Pintu kamar mandi tidak mengarah ke pintu cold storage.
2. Penanganan produk
a. penerimaan
1) Produk berasal dari unit usaha yang mempunyai Nomor Kontrol Veteriner.
2) Daging yang masuk harus dilengkapi dengan surat Persetujuan Pemasukan Daging dari Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Surat Rekomendasi dari Dinas Peternakan (untuk daging
impor/antar negara); Surat Keterangan dari Karantina (untuk daging lokal antar pulau), serta Surat
Keterangan Kesehatan dan Surat Keterangan Asal Daging (untuk daging lokal antar daerah).
3) Daging yang sampai harus segera diperiksa. Bila ada yang rusak harus segera dipisahkan dan dikirim ke
laboratorium eksternal terakreditasi untuk dilakukan pengujian.
4) Timbangan untuk daging harus dalam kondisi baik dan ditera (kalibrasi) secara berkala.
b. penyimpanan
1) Ruang penyimpanan, rak, wadah, dan fasilitas lain harus bersih sebelum daging dimasukkan.
2) Daging yang pertama datang/masuk kedalam cold storage harus dikeluarkan terlebih dahulu (First In
First Out/FIFO).
3) Penyimpanan daging harus dipisahkan menurut jenis, kemasan dan suhu penyimpanan, khusus daging
babi disimpan pada cold storage yang terpisah.
- 2680 -
4) Penyimpanan daging harus secara baik dan mempunyai jarak agar suhu terdistribusi secara merata.
5) Penyimpanan dingin: Daging yang dikemas (vaccum, karton) disimpan pada suhu 0 sampai 40C.
6) Penyimpanan beku: Daging yang dikemas (vaccum, karton) disimpan pada suhu maksimum -180C.
3. Higiene Personel
a. harus memiliki dan melaksanakan program pelatihan tentang penanganan higienis bagi seluruh pekerja.
Pelatihan tersebut harus terjadwal, bertahap, dan berkesinambungan.
b. setiap pekerja yang menangani langsung daging harus benar sehat, tidak memiliki luka infeksi, tidak
menderita diare atau radang, serta tidak membawa agen penyakit yang dapat ditularkan melalui daging.
c. pekerja dan setiap orang yang bekerja pada cold storage
d. harus memakai pakaian khusus yang bersih.
e. semua pekerja harus diperiksa secara rutin kesehatanya minimum satu kali dalam setahun.
f. harus memilik fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) untuk menangani kecelakaan yang
terjadi.
g. peringatan untuk mencuci tangan diletakan di tempat penting, misalnya kamar mandi.
h. setiap pekerja harus senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapanya.
i. selama bekerja pekerja dilarang makan, merokok, meludah atau membuang ingus di sembarang tempat
(harus dilakukan di kamar mandi).
4. Higiene Sanitasi
- 2681 -
a. bangunan, fasilitas, dan peralatan harus dalam keadaan baik, terawat, bersih dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
b. semua ruangan harus dijaga agar tetap bersih, bebas debu/kotoran, kering, dan terawat.
c. penyimpanan barang hanya dapat dilakukan bila ruangan benar bersih.
d. peralatan dan ruangan harus mempunyai jadwal pembersihan yang teratur dan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
e. memiliki fasilitas tirai plastik dan/atau air curtain untuk menjaga suhu bagian dalam cold storage selama
pemasukan dan pengeluaran barang.
f. peralatan yang digunakan harus segera dibersihan setelah digunakan dan dibersihkan.
g. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus tetap dirawat baik dan disimpan secara baik
jika tidak digunakan. Bahan pembersih dan disinfektan tidak boleh disimpan bersama-sama dengan daging.
h. bahan pembersih dan dinsinfektan yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang digunakan untuk
pangan (food grade). Pada saat penggunaan bahan pembersih dan disinfektan tersebut, bahan tersebut tidak
boleh kontak langsung dengan karkas, daging, atau kemasan.
i. bahan pembersih, disinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak
bocor) dan berpenutup, harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi, dan petunjuk
cara pemakaian.
j. harus memiliki dan melaksanakan program pengawasan higiene dan sanitasi.
k. perlu dilakukan segala tindakan pencegahan agar hama tidak mencemari daging, peralatan, dan fasiltas lain.
l. harus memiliki program pengendalian hama terpadu terhadap serangga, burung, rodensia, dan hama lainya.
- 2682 -
Program tersebut mencakup pola program pengawasan dan pemantauan yang efektif.
m. penggunaan pestisida sedapat mungkin dihindari.
n. apabila harus menggunakan insektisida, maka daging dan peralatan harus dibersihkan secara seksama
sebelum digunakan kembali.
o. manajemen harus menunjuk pekerja yang bertanggung jawab terhadap jaminan pelaksanaan higiene dan
sanitasi.
mudah mengelupas.
g. memiliki sumber air bersih yang memadai.
h. pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang penyimpanan.
i. tersedia alat pengukur temperatur dan kelembaban ruang yang mudah terbaca dan dikalibrasi oleh pihak
eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
2. Penanganan produk
a. Penerimaan
1) produk berasal dari unit usaha yang mempunyai Nomor Kontrol Veteriner atau establisment number yang
telah disetujui oleh Pemerintah.
2) produk yang masuk harus dilengkapi dengan Sertifikat Veteriner atau Surat Keterangan Kesehatan Produk
Hewan.
3) produk yang sampai harus segera diperiksa. Bila ada produk dengan kemasan rusak harus dipisahkan dan
ditempatkan pada tempat khusus.
b. Penyimpanan
1) ruang penyimpanan, rak, wadah, dan fasilitas lain harus bersih dan dijaga kebersihannya.
2) menerapkan sistem First In First Out (FIFO).
3) temperatur dan kelembaban ruang disesuaikan dengan jenis produk.
- 2684 -
3. Higiene personel
a. harus memiliki dan melaksanakan program pelatihan tentang penanganan higienis bagi seluruh pekerja.
Pelatihan tersebut harus terjadwal, bertahap, dan berkesinambungan.
b. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat, tidak memiliki luka terbuka, tidak menderita
diare atau radang, serta tidak membawa agen penyakit yang dapat ditularkan melalui produk.
c. semua pekerja yang menangani langsung produk harus diperiksa secara rutin kesehatannya minimum 1
(satu) kali dalam setahun.
d. harus memiliki fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) untuk menangani kecelakaan yang
terjadi.
e. petunjuk untuk mencuci tangan diletakan di tempat penting.
f. setiap pekerja harus senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapanya.
g. selama bekerja pekerja dilarang makan, merokok, meludah, atau membuang ingus/lendir hidung
disembarang tempat.
4. Higiene sanitasi
a. bangunan, fasilitas, dan peralatan harus dalam keadaan baik, terawat, bersih, dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
b. semua ruangan harus dijaga agar tetap bersih, bebas debu/kotoran, kering, dan terawat.
c. peralatan dan ruangan harus mempunyai jadwal pembersihan yang teratur dan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
- 2685 -
d. peralatan yang digunakan harus segera dibersihan setelah digunakan dan dibersihkan.
e. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus tetap dirawat baik dan disimpan secara baik
jika tidak digunakan.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan bahan kimia termasuk bahan kimia untuk pengendalian serangga dan
rodensia yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
g. bahan pembersih, disinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak
bocor) dan berpenutup, harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi dan petunjuk
cara pemakaian.
h. harus memiliki dan melaksanakan program pengawasan higiene dan sanitasi.
i. harus memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan binatang pengganggu lainnya.
e. kondisi ruang proses, pemeriksaan, dan penyimpanan harus senantiasa terjaga kebersihanya.
f. pencahayaan di semua area pemeriksaan dan penyimpanan harus cukup intesitasnya agar penanganan
produk dan pembersihan dapat dilakukan dengan benar.
g. lampu di area produksi harus tahan getaran (safety type) dan berpelindung untuk mencegah pencemaran
fisik terhadap produk.
h. semua peralatan yang digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak korosif, tidak mudah mengelupas,
tidak bereaksi dengan susu, tidah merubah warna, bau, dan rasa susu.
i. peralatan yang digunakan harus mudah dibersihkan dan didisinfeksi (seperti tidak bersudut, tidak terbuat
dari kayu).
j. desain peralatan yang digunakan harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang saat difungsikan.
k. peralatan harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum digunakan serta dilakukan pembersihan
secara benar setiap selesai digunakan.
2. Penanganan susu
a. susu yang diterima dari peternak jika tidak dalam kondisi dingin maka harus berasal dari hasil pemerahan 2
(dua) jam sebelumnya.
b. susu yang diterima dari peternak menggunakan wadah susu (milk can).
c. susu yang dikumpulkan disimpan di ruangan dengan suhu dingin (suhu 0 sampai 4°C).
d. setiap sarana pengangkut susu (mobil tangki) yang digunakan dalam penyetoran susu harus dalam keadaan
bersih.
- 2687 -
e. setiap orang yang melakukan penyetoran susu harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan guna
menjaga terjadinya kerusakan ataupun kontaminasi susu.
f. semua sarana dan peralatan yang digunakan setelah penyetoran susu harus dibersihkan di tempat yang
telah tersedia dengan prosedur yang telah ditetapkan.
g. setiap orang yang memasuki area penyetoran tidak diperbolehkan melewati batas ruang tertentu atau hanya
boleh memasuki tempat yang telah ditentukan.
3. Higiene personel
a. setiap pekerja yang menangani susu harus mengenakan pakaian kerja khusus serta senantiasa menjaga
kebersihannya.
b. setiap pekerja yang menangani susu harus sehat, tidak memiliki luka terbuka dan/atau memiliki penyakit
yang dapat ditularkan melalui susu.
c. kesehatan pekerja yang menangani langsung susu diperiksa minimal 1 (satu) tahun sekali.
d. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
e. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera
diobati dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
f. setiap pekerja harus mencuci tangan sebelum dan setelah menangani susu.
g. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) cuci tangan yang baik dan benar.
h. peringatan untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang penting dan mudah terlihat.
i. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah atau membuang ingus di ruang kerja, serta batuk
- 2688 -
4. Higiene sanitasi
a. lingkungan dalam gedung harus terpelihara kebersihanya, rapi, bebas debu, dan bebas sampah.
b. tempat sampah di dalam dan luar ruang pengumpulan susu harus tertutup, terpelihara dengan baik, dan
secara teratur diangkut/dibuang agar tidak tertimbun berlebihan.
c. saluran air di sekitar bangunan terpelihara, bersih, dijamin lancar alirannya, sehingga tidak menimbulkan
air tergenang.
d. unit usaha pengumpulan susu harus mempunyai sistem pengendalian serangga, rodensia, dan/atau
binatang pengganggu lainnya.
b. penggunaan bahan kimia dan disinfektan harus tertib, teratur, dan terkendali sesuai dengan petunjuk yang
direkomendasikan.
c. bahan kimia, bahan pembersih, dan disinfektan diberi label dan disimpan pada tempat khusus.
M. Rantai Produksi Pada Usaha Pengumpulan, Pengemasan, dan Pelabelan Telur Konsumsi
a. bangunan secara umum bersifat permanen dan terbuat dari bahan yang kuat dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
b. fasilitas dan peralatan harus dalam keadaan baik, terawat, bersih, dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
c. peralatan dan ruangan harus mempunyai jadwal pembersihan yang teratur dan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
d. memiliki ruang (working space) yang cukup dan leluasa untuk bekerja.
e. memiliki ruang khusus untuk penyimpanan produk yang sudah dikemas, produk yang rusak, peralatan, dan
kemasan.
f. dinding dan lantai serta langit-langit mudah dibersihkan dan didensifeksi.
g. memiliki sumber air bersih yang memadai.
h. memiliki sumber listrik yang memadai.
i. bangunan dilengkapi dengan toilet yang selalu terjaga kebersihannya.
j. memiliki fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun cair, sanitiser, pengering tangan, tempat
sampah tertutup, dan petunjuk untuk mencuci tangan.
k. pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang penanganan produk.
l. sistem sirkulasi udara di ruang produksi baik.
m. gudang atau ruang penyimpanan didesain untuk memiliki temperatur dan kelembaban ruangan yang sesuai.
n. penerangan dalam ruangan intesitasnya memadai untuk pemeriksaan.
o. lampu harus memiliki pelindung dan mudah dibersihkan.
- 2690 -
2. Penanganan produk
a. produk berasal dari unit usaha yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner.
b. produk yang digunakan dilengkapi dengan sertifikat veteriner.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) penanganan produk yang terdokumentasi.
d. penanganan telur yang pecah dan telur utuh dipisahkan.
e. dilakukan pemisahan wadah antara telur yang pecah dan telur utuh.
f. kerabang telur yang pecah dikumpulkan di tempat sampah yang tertutup.
g. pembersihan dan pelabelan telur menggunakan bahan yang aman untuk pangan (food grade).
h. alat angkut yang digunakan untuk mengangkut telur harus tertutup dan dalam kondisi yang bersih.
i. ruang penyimpanan telur yang belum dikemas dengan yang sudah dikemas terpisah.
j. telur yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu secara First In First Out (FIFO).
k. penanganan telur pada setiap tahap dilakukan secara higienis.
l. kemasan produk berasal dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu mencegah
terjadinya kontaminasi pada produk.
m. penyimpanan telur harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan ruang
terjaga, dan tidak boleh diletakan langsung di lantai.
3. Higiene personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus yang senantiasa
- 2691 -
terjaga kebersihannya.
b. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat, serta tidak memiliki luka terbuka dan/atau
memiliki penyakit yang dapat ditularkan melalui produk.
c. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
d. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati
dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
e. setiap pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan seksama, setelah
menangani produk dan mengunakan toilet.
f. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser, dan dibilas
dengan seksama.
g. setiap pekerja harus senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian dan perlengkapan kerjanya serta kerapian
diri.
h. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang ingus di ruang kerja.
i. setiap pekerja pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi.
4. Higiene Sanitasi
a. bahan pembersih, disinfektan dan peralatan pembersih harus tetap dirawat dan disimpan dengan baik.
b. bahan pembersih, disinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak bocor)
dan berpenutup, harus diberi label/tanda.
c. harus memiliki dan melaksanakan program pengawasan higiene dan sanitasi.
- 2692 -
d. memiliki program pengendalian terhadap serangga, rodensia, dan binatang pengganggu lainnya.
e. kotoran, sampah, dan telur yang rusak ditangani dengan baik.
h. langit-langit terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak berlubang atau celah terbuka,
mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi.
i. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan pembersihan
dapat dilakukan dengan benar.
j. penerangan di ruang produksi dan penyimpanan berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik terhadap
produk.
k. sistem sirkulasi udara di ruang produksi baik.
l. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum atau persyaratan air bersih untuk mencuci peralatan,
wadah, dan permukaan yang kontak langsung dengan produk termasuk air untuk mencuci tangan.
m. pengujian air dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali dalam setahun.
n. tersedia sumber listrik yang memadai.
o. bangunan memiliki toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu terjaga kebersihan dan
sanitasinya.
p. pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
q. ruang ganti pakaian dipisahkan antara ruang ganti pakaian untuk pekerja di daerah kotor dari ruang ganti
pakaian untuk pekerja di daerah bersih, terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar
bangunan.
r. memiliki fasilitas cuci tangan pada setiap pintu masuk ruang produksi dan toilet yang dilengkapi dengan sabun
cair, sanitiser, pengering tangan, dan tempat sampah tertutup yang selalu terjaga kebersihannya.
s. semua peralatan dan wadah yang digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak korosif, tidak mudah
- 2694 -
mengelupas, tidak bereaksi dengan produk, dan mudah dibersihkan serta didisinfeksi.
t. peralatan, mesin dan wadah harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum digunakan.
2. Penanganan produk
a. alat angkut harus dalam keadaan bersih dan terawat dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan
yang dipersyaratkan.
b. penanganan produk yang meliputi proses penerimaan, pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan harus
dilakukan secara higienis dalam kondisi temperatur dan kelembaban ruang yang sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) penanganan yang terdokumentasi.
d. bahan tambahan pangan yang digunakan sesuai dengan ketentuan.
e. area pengisian produk ke dalam kemasan primer terpisah dengan ruangan lain dan tidak memungkinkan
terjadinya kontaminasi.
f. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, kemasan, dan bahan kimia terpisah.
g. gudang penyimpanan bahan baku atau produk akhir dalam keadaan bersih dengan temperatur dan
kelembaban sesuai dengan yang dipersyaratkan.
h. menerapkan sistem First In First Out (FIFO).
i. alat pengukur temperatur dan kelembaban harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi oleh pihak eksternal
terakraditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
j. pengujian produk akhir dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi dilakukan terhadap minimal 1 (satu)
- 2695 -
3. Higiene personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus dan alat pelindung
diri serta senantiasa menjaga kebersihanya.
b. pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
c. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan tidak memiliki luka terbuka.
d. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
e. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati
dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
f. setiap pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan seksama setelah
menangani produk dan menggunakan toilet.
g. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser, dan dibilas
dengan seksama.
h. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada fasilitas cuci tangan.
- 2696 -
i. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan aksesoris seperti cincin,
gelang, dan jam tangan.
j. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang ingus di ruang kerja.
k. setiap pekerja dilarang batuk atau bersin langsung di depan produk.
l. setiap pekerja pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi.
4. Higiene sanitasi
a. Memiliki fasilitas penanganan limbah yang memadai.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan, dan
pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan binatang pengganggu lainnya.
e. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser, dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup serta harus diberi label/tanda.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus disimpan secara baik jika tidak digunakan.
g. tersedia sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
2) Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
- 2697 -
j. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan pembersihan
dapat dilakukan dengan benar.
k. lampu di ruang produksi dan penyimpanan bahan baku berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik
terhadap produk.
l. ruang produksi dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang baik.
m. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum yang memadai untuk proses produksi.
n. tersedia sumber listrik yang memadai.
o. bangunan memiliki kamar mandi/toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup, selalu terjaga kebersihan dan
sanitasinya.
p. pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
q. ruang ganti pakaian terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar bangunan.
r. memiliki fasilitas cuci tangan/wastafel pada kamar mandi dan setiap pintu masuk ruang produksi yang selalu
terjaga kebersihannya. Dilengkapi dengan sabun cair, sanitiser, dan pengering tangan serta tempat sampah
tertutup.
s. semua peralatan dan wadah yang digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak korosif, tidak mudah
mengelupas, tidak bereaksi dengan produk, dan mudah dibersihkan serta didisinfeksi.
t. peralatan yang digunakan harus memiliki bentuk sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.
u. desain peralatan yang digunakan harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang saat difungsikan.
v. peralatan harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum digunakan serta diadakan pembersihan
secara benar setiap selesai digunakan.
- 2699 -
2. Penanganan produk
a. penanganan produk yang meliputi proses penerimaan, pencucian, pengemasan dan penyimpanan harus
dilaksanakan secara higienis dalam kondisi temperatur ruang yang sesuai untuk mencegah kerusakan produk.
b. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pengolahan yang terdokumentasi.
c. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, kemasan, dan bahan kimia terpisah.
d. gudang penyimpanan dalam keadaan bersih dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai untuk mencegah
kerusakan produk.
e. termometer harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi oleh pihak eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali
setahun.
f. pengujian keamanan pangan terhadap produk akhir di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu)
tahun sekali.
g. kemasan produk berasal dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu mencegah
terjadinya kontaminasi pada produk.
h. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan ruang
terjaga, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai.
3. Higiene personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakainan kerja khusus yang dilengkapi
dengan alat pelindung diri serta menjaga kebersihannya.
- 2700 -
b. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
c. perlengkapan penutup kepala dan masker harus dilepas bila akan menggunakan toilet/kamar mandi.
d. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan tidak memiliki luka terbuka.
e. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
f. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati
dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
g. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun cair setelah
menangani produk dan menggunakan toilet/kamar mandi.
h. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar harus mencuci tangan dengan sabun cair.
i. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang penting dan mudah terlihat.
j. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan cincin, gelang, dan jam
tangan.
5. Higiene Sanitasi
a. memiliki fasilitas limbah yang memadai.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan, dan
pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki program pengendalian rodensia, serangga, burung, dan binatang pengganggu lainnya.
e. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser, dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
- 2701 -
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup serta harus diberi label/tanda.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus dirawat dan disimpan secara baik jika tidak
digunakan
g. memiliki sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
2) Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
alat.
f. lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak licin, tidak mudah korosif, tidak berlubang, dan mudah
dibersihkan dan didisinfeksi.
g. sudut pertemuan antara dinding dan dinding serta dinding dan lantai harus berbentuk lengkung atau mudah
dibersihkan.
h. langit-langit terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah mengelupas, tidak berlubang atau celah terbuka,
mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta didesain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi.
i. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan pembersihan
dapat dilakukan dengan benar.
j. penerangan di ruang produksi dan penyimpanan berpelindung untuk mencegah pencemaran fisik terhadap
produk.
k. sistem sirkulasi udara di ruang produksi baik.
l. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum sebagai bahan baku.
m. tersedia air yang memenuhi persyaratan air minum atau persyaratan air bersih untuk mencuci peralatan,
wadah, dan permukaan yang kontak langsung dengan produk termasuk air untuk mencuci tangan.
n. pengujian air dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi minimal 1 (satu) kali dalam setahun.
o. tersedia sumber listrik yang memadai.
p. Bangunan memiliki toilet yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu terjaga kebersihan dan
sanitasinya.
q. Pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang produksi.
- 2703 -
r. ruang ganti pakaian dipisahkan antara ruang ganti pakaian untuk pekerja di daerah kotor dari ruang ganti
pakaian untuk pekerja di daerah bersih, terawat dengan baik, bersih, dan tidak terpapar udara dari luar
bangunan.
s. memiliki fasilitas cuci tangan pada setiap pintu masuk ruang produksi dan toilet yang dilengkapi dengan sabun
cair, sanitizer, pengering tangan, dan tempat sampah tertutup yang selalu terjaga kebersihannya.
t. semua peralatan dan wadah yang digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak korosif, tidak mudah
mengelupas, tidak bereaksi dengan produk, dan mudah dibersihkan serta didisinfeksi.
u. peralatan, mesin dan wadah harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum digunakan.
2. Penanganan produk
a. bahan baku produk hewan berasal dari unit usaha yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner atau establishment
number yang telah disetujui oleh Pemerintah.
b. bahan baku produk hewan yang digunakan dilengkapi dengan sertifikat veteriner atau Surat Keterangan
Kesehatan Produk Hewan.
c. alat angkut harus dalam keadaan bersih dan terawat dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan
yang dipersyaratkan.
d. penanganan produk yang meliputi proses penerimaan, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan harus
dilakukan secara higienis dalam kondisi temperatur dan kelembaban ruang yang sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
e. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) penanganan yang terdokumentasi.
- 2704 -
f. bahan baku produk hewan yang sampai harus segera diperiksa dan jika ada yang rusak harus dipisahkan dan
ditempatkan pada tempat khusus.
g. bahan tambahan pangan yang digunakan sesuai dengan ketentuan.
h. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, kemasan, dan bahan kimia terpisah.
i. gudang penyimpanan bahan baku atau produk akhir dalam keadaan bersih dengan temperatur dan
kelembaban sesuai dengan yang dipersyaratkan.
j. menerapkan sistem First In First Out (FIFO).
k. alat pengukut temperatur dan kelembaban harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi oleh pihak eksternal
terakraditasi minimal 1 (satu) kali setahun.
l. pengujian bahan baku dan produk akhir dilakukan di laboratorium eksternal terakreditasi dilakukan terhadap
minimal 1 (satu) kali dalam setahun.
m. deteksi logam menggunakan metal detector dilakukan terhadap produk akhir.
n. kemasan produk terbuat dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk, dan mampu mencegah
terjadinya kontaminasi pada produk.
o. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan ruang
terjaga, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai.
3. Higiene Personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus dan alat pelindung
diri serta senantiasa menjaga kebersihanya.
- 2705 -
b. pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
c. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan tidak memiliki luka terbuka.
d. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
e. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati
dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
f. setiap pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan seksama setelah
menangani produk dan menggunakan toilet.
g. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser, dan dibilas
dengan seksama.
h. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada fasilitas cuci tangan.
i. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan aksesoris seperti cincin,
gelang, dan jam tangan.
j. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang ingus di ruang kerja.
k. setiap pekerja dilarang batuk atau bersin langsung di depan produk.
l. setiap pekerja pernah mengikuti pelatihan higiene sanitasi.
4. Higiene sanitasi
a. memiliki fasilitas penanganan limbah yang memadai.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan dan
pengawasannya.
- 2706 -
tertutup.
g. pintu kamar mandi toilet tidak mengarah ke ruang penanganan produk.
h. ruang produksi dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara yang baik.
i. pencahayaan di semua area produksi harus cukup intesitasnya agar penanganan produk dan pembersihan
dapat dilakukan dengan benar.
2. Penanganan produk
a. bahan baku yang digunakan berasal dari daerah yang tidak sedang wabah penyakit hewan menular yang
bersifat zoonotik yang dibuktikan dengan sertifikat veteriner atau Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
b. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) penanganan produk yang terdokumentasi.
c. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, dan bahan kimia terpisah.
d. penyimpanan produk harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik, kebersihan ruang
terjaga, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai.
e. produk yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu secara First In First Out (FIFO).
f. tersedia sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
2) Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan.
3. Higiene Personel
- 2708 -
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus sesuai dengan yang
dipersyaratkan dan senantiasa terjaga kebersihannya.
b. setiap pekerja yang menangani langsung produk dilakukan pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal 1 (satu)
kali setahun.
c. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
d. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati
dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
e. setiap pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan seksama, setelah
menangani produk dan mengunakan toilet/kamar mandi.
f. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser dan dibilas
dengan seksama.
g. setiap pekerja dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang ingus di ruang kerja.
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup serta harus diberi label/tanda.
e. memiliki program pengendalian hama terhadap serangga, rodensia, dan binatang pengganggu lainnya.
mudah mengelupas, tidak bereaksi dengan produk, tidak bersifat toksik, dan mudah dibersihkan serta
didisinfeksi.
v. peralatan dan wadah yang kontak dengan produk harus terjamin dalam keadaan bersih dan kering sebelum
digunakan serta diadakan pembersihan secara benar setiap selesai digunakan. Selama proses produksi
peralatan harus terjamin bebas dari kontaminasi.
2. Higiene personel
a. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus memakai pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri
yang dipersyaratkan serta senantiasa dijaga kebersihanya.
b. pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri harus dilepas bila akan menggunakan toilet.
c. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan tidak memiliki luka terbuka.
d. kesehatan pekerja yang menangani langsung produk diperiksa minimal 1 (satu) kali setahun.
e. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
f. setiap pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati
dan ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
g. setiap pekerja yang menangani langsung produk harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan membilas
dengan seksama setelah mengunakan toilet.
h. setiap pekerja yang kontak dengan bahan tercemar, harus mencuci tangan dengan sabun, sanitiser, dan dibilas
dengan seksama.
i. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang penting dan mudah terlihat.
- 2712 -
j. setiap pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan memakai aksesoris seperti cincin, gelang,
dan jam tangan.
k. setiap pekerja yang menangani langsung produk dilarang makan, minum, merokok, meludah, atau membuang
ingus di ruang kerja.
l. setiap pekerja yang menangani langsung produk dilarang batuk atau bersin langsung di depan produk.
m. unit usaha harus mempunyai program pelatihan penanganan produk yang higienis.
3. Penanganan produk
a. produk berasal dari unit usaha yang mempunyai Nomor Kontrol Veteriner.
b. penanganan produk yang meliputi proses penerimaan, pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan harus
dilaksanakan secara higienis dalam kondisi temperatur ruang yang dipersyaratkan.
c. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) pengolahan yang terdokumentasi.
d. bahan baku yang diterima ditangani secara higienis dan disimpan pada gudang/tempat penyimpanan sesuai
dengan temperatur yang dipersyaratkan.
e. bahan tambahan pangan yang digunakan sesuai dengan ketentuan.
f. gudang penyimpanan bahan baku, produk akhir, kemasan, dan bahan kimia terpisah. Penyimpanan bahan
baku atau produk akhir dilakukan berdasarkan jenis dan kemasan.
g. gudang penyimpanan dalam keadaan bersih dengan temperatur dan kelembaban yang dipersyaratkan untuk
mencegah kerusakan produkdan dilakukan pemeriksaan secara berkala.
h. produk yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu secara First In First Out (FIFO).
- 2713 -
4. Higiene sanitasi
a. limbah dan kotoran ditangani dengan baik.
b. saluran pembuangan limbah cair harus didesain sedemikian sehingga aliran lancar, mudah pembersihan, dan
pengawasannya.
c. saluran pembuangan limbah cair harus berpenutup.
d. memiliki program pengendalian serangga, rodensia, dan binatang pengganggu lainnya.
e. bahan pembersih, disinfektan, sanitiser, dan bahan kimia lainnya yang digunakan harus memenuhi
- 2714 -
persyaratan, berada dalam wadah yang utuh dan berpenutup, serta harus diberi label/tanda.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus dirawat dan disimpan secara baik jika tidak
digunakan.
g. tersedia sarana penanganan limbah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki kapasitas sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan.
2) Didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak menimbulkan bau, dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
1. Biosekuriti
a. bangunan rumah sarang burung wallet memiliki pagar pelindung.
b. area di dalam pagar pelindung dan di dalam rumah sarang burung walet tidak boleh memelihara unggas
lainnya.
c. bangunan rumah sarang burung walet didesain sedemikian rupa untuk mencegah masuknya hewan
pengganggu.
d. pintu terbuat dari bahan yang kuat dan dapat mencegah atau mengendalikan masuknya orang yang tidak
berkepentingan, hewan lain, dan/atau barang-barang yang dapat membawa agen penyakit.
e. tersedia fasilitas disinfeksi dan fasilitas cuci tangan di pintu masuk/keluar rumah sarang burung walet yang
digunakan untuk pencegahan kontaminasi dari pekerja/tamu.
- 2715 -
f. timbunan kotoran burung di dalam rumah sarang burung walet dibersihkan secara berkala.
g. dalam hal terjadi penyakit, maka semua limbah yang berasal dari rumah sarang burung walet harus
dimusnahkan.
h. tersedia fasilitas dan/atau prosedur untuk pemusnahan burung yang mati.
i. persyaratan higiene personel diberlakukan sama pada pekerja dan tamu/pengunjung yang memasuki rumah
sarang burung walet.
g. rumah sarang burung walet didesain agar memiliki sirkulasi udara sedemikian rupa sehingga rumah sarang
burung walet menjadi nyaman seperti kondisi habitat alaminya.
h. bangunan dapat dibuat beberapa tingkat dengan ukuran setiap ruangan mencukupi untuk keleluasaan burung
terbang.
i. rumah sarang burung walet dilengkapi dengan sirip yang merupakan tempat bertengger dan tempat burung
walet membuat sarang.
j. sirip terbuat dari bahan yang kuat dan dapat dilapisi dengan bahan yang tidak korosif dan tidak toksik.
k. peralatan, wadah dan kemasan terbuat dari bahan yang tidak berbahaya dan mudah dibersihkan.
l. rumah sarang burung walet dapat dipasang audio (suara burung walet) untuk menciptakan suasana seperti
habitat alaminya sehingga populasi yang ada tetap stabil atau bertambah.
m. memiliki sumber air bersih yang digunakan untuk kegiatan kebersihan pekerja, mengisi bak, pembersihan
kotoran, pembasahan dinding dan pemanenan.
n. memiliki tempat khusus untuk menyimpan peralatan, wadah dan kemasan.
o. peralatan, wadah, dan kemasan dalam kondisi bersih dan terawat.
3. Penanganan Produk
a. pemanenan rumah sarang burung walet dilakukan dengan memperhatikan kelestariannya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan antara lain:
- Sarang burung walet sedang tidak berisi telur dan anakan burung walet sudah meninggalkan sarangnya;
- Dilakukan pada siang hari; dan
- 2717 -
4. Higiene Personel
a. pekerja yang menangani langsung produk harus mengenakan pakaian kerja khusus yang dilengkapi dengan
alat pelindung diri serta menjaga kebersihannya.
b. pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan tidak memiliki luka terbuka.
c. pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati dan
ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
d. pekerja mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani sarang burung walet.
- 2718 -
e. pekerja yang kontak dengan bahan tercemar harus mencuci tangan dengan sabun.
f. petunjuk untuk mencuci tangan dipasang pada tempat yang mudah terlihat.
g. pekerja yang menangani langsung produk tidak diperbolehkan mengenakan cincin, gelang, kalung dan jam
tangan.
h. selama bekerja, pekerja dilarang makan, merokok dan meludah.
i. pekerja tidak diperbolehkan bersin dan batuk langsung ke arah produk.
5. Higiene Sanitasi
a. peralatan yang digunakan harus segera dibersihkan setelah digunakan.
b. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus tetap dirawat baik dan disimpan secara baik jika
tidak digunakan.
c. bahan pembersih dan disinfektan disimpan pada tempat khusus dan tidak dicampur dengan sarang burung
walet.
d. bahan pembersih, disinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak bocor),
berpenutup, dan harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi dan petunjuk cara
pemakaian.
e. bahan kimia dan sanitiser yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan.
f. memiliki program pengendalian rodensia dan/atau binatang pengganggu lainya. Program tersebut mencakup
pola program pengawasan dan pemantauan yang efektif.
g. sampah dan limbah ditangani dengan baik.
- 2719 -
2. Penanganan Produk
a. produk berasal dari unit usaha yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner.
b. memiliki Standard Operating Procedures (SOP) penanganan produk yang terdokumentasi.
c. sarang burung walet yang lebih awal datang/masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu First In First Out (FIFO).
d. penanganan sarang burung walet pada setiap tahap dilakukan secara higienis.
e. wadah dan kemasan produk berasal dari bahan yang tidak toksik, tidak bereaksi dengan produk dan mampu
mencegah terjadinya kontaminasi pada produk.
f. penyimpanan sarang burung walet harus ditata sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara berfungsi baik,
kebersihan ruang terjaga, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai.
g. pembersihan peralatan menggunakan bahan yang aman untuk pangan (food grade).
h. alat angkut yang digunakan harus tertutup dan dalam kondisi yang bersih.
3. Higiene Personel
a. pekerja harus senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan perlengkapanya.
b. Pekerja yang menangani langsung produk harus sehat dan/atau tidak memiliki luka terbuka.
c. memiliki fasilitas pertolongan pertama untuk menangani kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
d. pekerja yang terluka saat bekerja harus menghentikan pekerjaan dan luka tersebut harus segera diobati dan
ditutup dengan bahan yang kedap air baru diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya.
e. pekerja harus senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan sanitiser setelah menangani
- 2721 -
4. Higiene Sanitasi
a. bangunan, fasilitas, dan peralatan harus dalam keadaan baik, terawat, bersih, dan senantiasa terpelihara
kebersihannya.
b. semua ruangan harus dijaga agar tetap bersih, bebas debu/kotoran, kering, dan terawat.
c. ruangan harus mempunyai jadwal pembersihan yang teratur dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
d. peralatan yang digunakan harus segera dibersihan setelah digunakan.
e. bahan pembersih, disinfektan, dan peralatan pembersih harus tetap dirawat baik dan disimpan secara baik jika
tidak digunakan.
f. bahan pembersih, disinfektan, dan bahan kimia termasuk bahan kimia untuk pengendalian serangga dan
rodensia yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
g. bahan pembersih, disinfektan/sanitiser, dan bahan kimia harus berada dalam wadah yang utuh (tidak bocor),
berpenutup, dan harus diberi label/tanda. Label minimum berisi nama, konsentrasi dan petunjuk cara
pemakaian.
h. harus memiliki dan melaksanakan program pengawasan higiene sanitasi.
i. memiliki program pengendalian serangga, rodensia dan/atau binatang pengganggu lainnya. Programtersebut
mencakup pola program pengawasan dan pemantauan yang efektif.
- 2722 -
5 Persyaratan 1) Setiap unit usaha produk hewan yang mengajukan NKV harus memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi
Sarana persyaratan higiene dan sanitasi antara lain:
a) Persyaratan Lokasi;
b) Persyaratan sarana pendukung;
c) Persyaratan Tata Letak, Disain dan Konstruksi;
d) Persyaratan Peralatan
2) Persyaratan Lokasi diantaranya:
a) Memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detil Tata Ruang Daerah (RDTRD) sesuai
jenis unit usaha;
b) tidak berada di daerah rawan banjir, rawan longsor, tercemar asap, bau, debu dan kontaminan lainnya;
c) tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan.
3) Persyaratan sarana Pendukung diantaranya:
a) akses jalan yang baik;
b) sumber air yang memenuhi persyaratan;
c) sumber tenaga listrik yang cukup dan tersedia terus menerus;
d) fasilitas penanganan limbah padat dan cair.
4) Persyaratan Tata Letak, Disain dan Konstruksi meliputi persyaratan:
a) Tata letak bangunan
- 2723 -
b) Disain bangunan
c) Konstruksi bangunan
5) Persyaratan peralatan meliputi:
a) Persyaratan peralatan minimal yang harus dimiliki;
b) Seluruh peralatan pendukung dan penunjang harus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat;
c) Sarana kebersihan dan cuci tangan.
1) Auditor NKV
a) Tim Auditor NKV provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Merupakan dokter hewan berstatus Aparatur Sipil Negara;
2. Ditetapkan sebagai Dokter Hewan Berwenang;
3. Memiliki sertifikat pelatihan Auditor NKV; dan
4. bertugas pada unit kerja yang menyelenggarakan fungsi kesehatan hewan dan/atau kesehatan masyarakat
veteriner.
- 2724 -
b) Sertifikat pelatihan Auditor NKV diperoleh setelah dinyatakan lulus pelatihan auditor NKV yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan/atau Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Bersama DInas Propinsi.
c) Pengangkatan sebagai Auditor NKV dalam bentuk keputusan gubernur dengan format :
KOP
GUBERNUR (PROVINSI),
Menimbang : a. bahwa dalam rangka penilaian persyaratan teknis Nomor Kontrol Veteriner yang objektif
dan akuntable perlu mengangkat Auditor Nomor Kontrol Veteriner yang telah memenuhi
persyaratan;
b. bahwa bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta
untuk melaksanakan ketentuan Pasal .. Peraturan Menteri Pertanian Nomor .. Tahun ….
tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner, perlu menetapkan Keputusan Gubernur
tentang Pengangkatan Sebagai Auditor Nomor Kontrol Veteriner;
Mengingat : a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
- 2726 -
Nomor 5619);
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6019);
d. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
e. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
f. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);
g. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/ OT.010/8/2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1243);
- 2727 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Mengangkat nama sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini, sebagai Auditor Nomor Kontrol Veteriner.
KEDUA : Dalam hal Auditor Nomor Kontrol Veteriner sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU,
melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KETIGA : Auditor Nomor Kontrol Veteriner sebagaimana dimaksud dalam diktum KEDUA,
melaksanakan tugas pada unit kerja yang menyelenggarakan fungsi kesehatan hewan
dan/atau kesehatan masyarakat veteriner.
Ditetapkan di ..................
pada tanggal
GUBERNUR (PROVINSI),
1. ……
2. ......
3. ......
- 2729 -
4. ......
5. ......, dst
Ditetapkan di .................
pada tanggal
GUBERNUR (PROVINSI),
……………………………
2. Data Khusus Penerapan Sistem Jaminan Keamanan dan Mutu produk hewan; dan
3. Pemeriksaan kelayakan dasar penerapan cara yang baik di unit usaha produk hewan.
d) Pemeriksaan Kelayakan Dasar penerapan cara yang baik di unit usaha produk hewan dilakukan dengan
menilai aspek-aspek yang diantaranya terdiri dari:
1. Praktek Veteriner yang baik;
2. Aspek Biosecurity;
3. Kesejahteraan Hewan;
4. Bangunan, Fasilitas dan Peralatan;
5. Penanganan Produk;
6. Higiene Personil;
7. Higiene Sanitasi;
8. Pengujian Laboratorium
e) Audit terhadap persyaratan teknis dilakukan dengan mengacu kepada lembar pemeriksaan kelayakan dasar
sebagaimana berikut :
1. KELAYAKAN DAFTAR AUDIT DASAR
UNIT USAHA RUMAH POTONG HEWAN RUMINANSIA (RPH-R)
M M O KE
Aspek yang dinilai
N Y K T
- 2732 -
12. Penerangan
12.1. Lampu di ruang produksi dan ruang X
penyimpanan tidak berpelindung
12.2. Intensitas cahaya di area pemeriksaan X
antemortem dan postmortem kurang dari 540
luks X
12.3. Intensitas cahaya di area produksi kurang dari
220 luks
13. Sirkulasi Udara
13.1. Sirkulasi udara tidak baik (pengap) X
13.2. Udara mengalir dari daerah kotor ke daerah X
bersih
14. Saluran pembuangantidak lancar dan/atau tidak X
tertutup
15. Tidak tersedia pasokan air bersih yang memadai X
16. Tidak tersedia pasokan listrik yang memadai X
- 2737 -
18. Toilet
18.1. Tidak tersedia toilet untuk pekerja dalam X
jumlah cukup X
18.2. Pintu berhubungan langsung dengan ruang X
produksi
- 2738 -
5. Penanganan Produk
21. Penyembelihan
21.1. Penyembelihan tidak dilakukan oleh Juru X
Sembelih Halal yang tersertifikasi
21.2. Penyembelihan tidak mengikuti prosedur X
penyembelihan halal
21.3. Pisau yang digunakan menyembelih tidak X
cukup panjang dan tidak tajam
21.4. Pisau yang digunakan dalam proses X
penyembelihan tidak dijaga tetap tajam antara
penyembelihan tiap hewan
22. Penanganan Dalam Penyelesaian Penyembelihan
22.1. Proses penyelesaian pemotongan dilakukan X
sebelum hewan mati sempurna
22.2. Temperatur di ruang penanganan karkas dan X
daging lebih dari 15ºC
23. Cap/stempel dan Label
23.1. Karkas ternak ruminansia tidak dicap sebagai X
hasil pemeriksaan postmortem
23.2. Cap/stempel tidak terbuat dari bahan yang X
- 2740 -
6. Higiene Personel
27. Kesehatan pekerja yang menangani langsung produk X
tidak diperiksa minimal 1 kali setahun
28. Pekerja yang menangani langsung produk tidak X
mencegah terkontaminasinya karkas, daging, dan
jeroan dari bahaya biologis, kimiawi, dan/atau fisik
29. Pekerja yang menangani langsung produk tidak X
mendapatkan pelatihan terkait higiene sanitasi
7. Higiene Sanitasi
30. Penanganan Limbah dan Kotoran
30.1. Limbah dan kotoran tidak ditangani dengan X
baik X
30.2. Fasilitas pembuangan sampah/kotoran dalam
ruang produksi tidak tertutup
31. Tidak memiliki Standard Operating Procedures(SOP) X
pembersihan dan disinfeksi
32. Program Pengendalian Serangga, Rodensia dan/atau
Binatang Pengganggu Lainnya
32.1. Tidak memiliki program tertulis dalam X
- 2742 -
M
Aspek yang dinilai MY OK KET
N
1. Praktik Veteriner yang Baik (Good Veterinary Practices)
1. Pemeriksaan Antemortem dan Postmortem
1.1. Pemeriksaan antemortem tidak dilakukan X
secara teratur X
1.2. Pemeriksaan antemortem tidak X
terdokumentasi dengan baik X
1.3. Pemeriksaan postmortem tidak dilakukan
secara teratur
1.4. Pemeriksaan postmortem tidak
terdokumentasi dengan baik
14. Penerangan
14.1. Lampu di ruang produksi dan ruang X
penyimpanan tidak berpelindung
14.2. Intensitas cahaya di area pemeriksaan X
antemortem dan postmortem kurang dari 540
luks X
14.3. Intensitas cahaya di area produksi kurang dari
220 luks
15. Sirkulasi Udara Di Ruang Produksi
15.1. Sirkulasi udara tidak baik (pengap) X
15.2. Udara mengalir dari daerah kotor ke daerah X
bersih X
15.3. Terjadi akumulasi kotoran atau kondensasi di
ruang proses pengolahan dan penyimpanan
produk
16. Saluran pembuangantidak lancar dan/atau tidak X
tertutup
17. Pasokan Air Bersih dan Es
17.1. Tidak tersedia pasokan air bersih yang memadai X
17.2. Es yang digunakan tidak terbuat dari air bersih X
- 2750 -
25. Label
25.1. Produk yang dihasilkan tidak disertai label pada X
kemasannya
25.2. Label tidak memuat informasi untuk X
ketelusuran
26. Tidak memiliki fasilitas pembekuan cepat (blast X
freezer)
27. Ruangan blast freezer dan cold storage tidak X
dilengkapi dengan display termometer yang mudah
dilihat
28. Tidak dilakukan pencatatan monitoring temperatur X
secara teratur
29. Penyimpanan Produk Akhir
29.1. Tidak memiliki gudang pendingin (cold storage) X
untuk menyimpan produk dingin atau produk
beku
29.2. Tidak dilakukan pemisahan antara produk X
akhir dari produk/bahan lain dalam gudang
pendingin X
29.3. Tidak dilakukan pengecekan temperatur gudang
- 2754 -
bersih
jumlah cukup
18.2. Pintu berhubungan langsung dengan ruang X
produksi X
18.3. Tidak dilengkapi dengan fasilitas untuk
mencuci tangan, sabun cair dan sanitiser
postmortem
23.2. Cap/stempel tidak terbuat dari bahan yang X
diperbolehkan untuk pangan
24. Proses Penyembelihan dengan Pemingsanan (bagi
RPH-B yang Melakukan Proses Pemingsanan
Sebelum Penyembelihan)
24.1. Peralatan pemingsanan tidak ditempatkan X
di posisi yang benar pada kepala hewan pada
saat proses pemingsanan
24.2. Waktu antara proses pemingsanan dan X
proses penyembelihan dilakukan lebih dari 30
detik
25. Proses Penyembelihan tanpa Pemingsanan
25.1. Waktu antara hewan yang sudah X
direbahkan dan penyembelihan dilakukan
lebih dari 30 detik X
25.2. Tidak dilakukan pemeriksaan refleks
kornea atau pemeriksaan refleks kornea tidak
dilakukan dengan teknik yang benar, sebelum
dimulai proses penanganan lebih lanjut
- 2767 -
MN = Penyimpangan Minor
MY = Penyimpangan Mayor
OK = Tidak ada Penyimpangan
MN MY KET
(Minor) (Mayor)
I ≤3 ≤1 Jumlah penyimpangan
maksimal 4,
mayor maksimal 1
II ≤5 ≤3 Jumlah penyimpangan
maksimal 8, mayor
maksimal 3
III ≤5 Jumlah penyimpangan
maksimal 11
3. KET Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
a. Tingkat I Sangat Baik (kualifikasi
ekspor)
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
M M O KE
Aspek yang dinilai
N Y K T
I. Bangunan, Fasilitas dan Peralatan
1. Bangunan tidak dirancang/dimodifikasi X
sedemikian rupa sesuai alur proses dan
menghambat program sanitasi
2. Tidak terawat dan kotor X
3. Tidak dipisahkan pintu masuk untuk bahan baku X
dari pintu keluar produk akhir
4. Lantai
4.1. Terbuat dari bahan yang tidak kedap air, X
tidak mudah dibersihkan dan didisinfeksi
4.2. Pertemuan antara lantai dan dinding tidak X
lengkung X
4.3. Terdapat genangan air atau air tidak mengalir
ke saluran pembuangan X
4.4. Permukaan retak atau berlubang
5. Dinding
5.1. Dinding setinggi kurang dari 2 meter terbuat X
- 2783 -
8. Sirkulasi Udara
8.1. Sirkulasi udara di ruang produksi tidak baik X
(pengap) X
8.2. Udara mengalir dari daerah kotor ke daerah
bersih
Pasokan Air
9.1. Air/Esyang digunakan sebagai bahan baku X
tidak memenuhi persyaratan air minum
9.2. Tidak tersedia air yang memenuhi X
persyaratan air bersih atau air minum untuk
mencuci dan membilas peralatan atau
permukaan yang kontak dengan produk
termasuk air yang digunakan untuk mencuci
tangan
10. PasokanListrik
10.1. Tidak tersedia pasokan listrik yang X
- 2785 -
memadai
10.2. Tidak memiliki genset atau jaminan X
pasokan listrik sepanjang waktu
11. SaluranPembuangan
11.1. Saluran pembuangan tidak lancar X
11.2. Saluran pembuangan tidak tertutup X
12. Toilet
12.1. Tidak tersedia toilet untuk pekerja dalam X
jumlah cukup
12.2. Pintu berhubungan langsung dengan ruang X
produksi X
12.3. Tidak dilengkapi dengan fasilitas untuk
mencuci tangan, sabun cair, dan sanitiser
13. Ruang Ganti Pakaian
13.1. Tidak ada X
13.2. Jalur pekerja dari ruang ganti pakaian X
menuju ruang produksi melalui ruang
terbuka di luar bangunan utama
14. Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Dip/shoe sanitizing
mats X
- 2786 -
21. Penyimpanan
a. Tidak dilakukan pemisahan ruang X
penyimpanan, peralatan, dan petugas yang
menangani daging babi dari yang menangani
daging ruminansia dan unggas X
b. Penyimpanan daging segar pada suhu lebih
dari 7ºC atau daging beku lebih dari -18ºC
dan tidak dipisahkan dengan bahan baku X
lain
c. Penyimpanan produk akhir dalam gudang
penyimpanan tidak dipisahkan dengan X
bahan/produk lain
d. Penyimpanan daging tanpa kemasan dalam X
chiller atau freezer kontak langsung dengan
rak atau lantai
e. Tidak menerapkan sistem first in first out
(FIFO)
22. Tidak memiliki display temperatur yang mudah X
dibaca pada ruang produksi dan penyimpanan
III. Higiene Personel
- 2789 -
saluran pembuangan
4.4. Permukaan retak atau
berlubang
5. Dinding
1) Dinding setinggi kurang X
dari 2 meter terbuat dari
bahan yang tidak kedap
air, bersifat toksik, tidak
mudah dibersihkan dan X
didisinfeksi
2) Permukaan retak atau X
berlubang
3) Tidak didisain untuk
menghindari peletakan/
penyimpanan barang/alat
6. Langit-langit
6.1. Tidak bebas dari X
kemungkinan catnya
rontok/jatuh atau dalam
keadaan kotor dan tidak X
- 2795 -
terawat X
6.2. Retak atau berlubang
6.3. Terbuat dari bahan yang
tidak mudah dibersihkan
7. Penerangan
a. Lampu di ruang produksi X
tidak berpelindung
b. Lampu di ruang X
penyimpanan bahan baku
tidak berpelindung
8. Sirkulasi Udara
Sirkulasi udara di ruang X
produksi tidak baik
(pengap) X
Udara mengalir dari
daerah kotor ke daerah
bersih
Pasokan Air
9.1. Air yang digunakan X
- 2796 -
12. Toilet
12.1. Tidak tersedia toilet untuk X
pekerjadalam jumlah
cukup X
12.2. Pintu berhubungan
langsung dengan ruang X
produksi
12.3. Tidak dilengkapi dengan
fasilitas untuk mencuci
tangan, sabun cair,
dansanitiser
13. Ruang Ganti Pakaian
13.1. Tidak ada X
13.2. Jalur pekerja dari ruang X
ganti pakaian menuju
ruang produksi melalui
ruang terbuka di luar
bangunan utama
14. Fasilitas Foot Dip/Shoe
Sanitizing Mats dan Cuci
- 2798 -
Tangan X
14.1. Pintu masuk ruang
pengolahan tidak memiliki
fasilitas cuci tangan dan
foot dip/shoe sanitizing X
mats
14.2. Foot dip/ shoe sanitizing
mats tidak berfungsi X
dengan baik (tidak berisi
disinfektan)
14.3. Fasilitas cuci tangan tidak
berfungsi atau tidak
tersedia air bersih, tidak
dilengkapi sabun cair dan X
desinfektan serta terdapat
petunjuk untuk mencuci
tangan
14.4. Fasilitas cuci tangan
dioperasikan dengan
tangan
- 2799 -
dipersyaratkan
III. Higiene Personel
23. Pemeriksaan kesehatan pekerja X
yang menangani langsung
produk dilakukan minimal 1
kali setahun
24. Pekerja yang menangani X
langsung produk tidak
mencegah terkontaminasinya
produk dari bahaya biologis,
kimiawi, dan/atau fisik
25. Pekerja yang menangani X
langsung produk tidak
mendapatkan pelatihan terkait
higiene sanitasi
IV. Higiene Sanitasi
26. Penanganan Limbah dan
Kotoran X
26.1. Limbah dan kotoran
- 2804 -
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
berlubang
5. Dinding
5.1. Dinding setinggi kurang X
dari 2 meter terbuat dari
bahan yang tidak kedap
air, bersifat toksik, tidak
mudah dibersihkan dan
didisinfeksi X
5.2. Permukaan retak atau
berlubang
6. Langit-langit di ruang produksi X
tidak bebas dari kemungkinan
catnya rontok/jatuh dan
terjadi akumulasi kotoran atau
kondensasi
7. Penerangan
7.1. Lampu di ruang produksi X
tidak berpelindung
7.2. Lampu di ruang X
penyimpanan bahan baku
- 2811 -
tidak berpelindung
8. Sirkulasi Udara
8.1. Sirkulasi udara di ruang X
produksi tidak baik
(pengap) X
8.2. Udara mengalir dari
daerah kotor ke daerah
bersih
9. Pasokan Air
a. Air yang digunakan X
sebagai bahan baku tidak
memenuhi persyaratan
air minum X
b. Tidak tersedia air yang
memenuhi persyaratan
air bersih atau air minum
untuk mencuci dan
membilas peralatan
ataupermukaan yang
kontak dengan produk
- 2812 -
pengolahan tidak
memiliki fasilitas cuci
tangan dan foot dip/shoe X
sanitizing mats
14.2. Foot dip/ shoe sanitizing
mats tidak berfungsi X
dengan baik (tidak berisi
disinfektan)
14.3. Fasilitas cuci tangan
tidak berfungsi atau
tidak tersedia air bersih,
tidak dilengkapi sabun X
cair dan sanitiser serta
terdapat petunjuk untuk
mencuci tangan
14.4. Fasilitas cuci tangan
dioperasikan dengan
tangan
- 2815 -
binatang pengganggu
lainnya
28. Bahan-bahan Kimia
28.1. Bahan kimia, sanitizer X
dan bahan tambahan
pangan tidak diberi label
dan tidak disimpan pada
ruang khusus dan
terpisah dengan ruang
yang lain X
28.2. Penggunaan bahan
kimia, sanitizer, dan
bahan tambahan pangan
yang tidak diizinkan dan
tidak sesuai dengan
persyaratan
V. Pengujian oleh PihakEksternal Terakreditasi
29. Tidak ada pengujian X
keamanan pangan terhadap
produk akhir di laboratorium
- 2821 -
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
1. Bangunan tidak X
dirancang/dimodifikasi sedemikian
rupa sesuai alur proses dan
menghambat program sanitasi
2. Tidak terawat dan kotor X
3. Lantai
3.1. Berlubang,banyak genangan air X
atau air tidak mengalir ke
saluran pembuangan
3.2. Terbuat dari bahan yang tidak
kedap air, tidak mudah X
dibersihkan dan didisinfeksi
4. Dinding pada area penanganan
4.1. Setinggi kurang dari 2 meter, X
terbuat dari bahan yang tidak
kedap air, tidak mudah
dibersihkan dan didisinfeksi
4.2. Permukaandinding X
berlubang/retak/ mengelupas
- 2825 -
yang memadai
11.2. Tidak memiliki genset atau X
jaminan pasokan listrik
sepanjang waktu
12. Fasilitas Pendingin(gudang
penyimpan daging segaratau daging
beku)
12.1. Temperatur daging lebih dari X
4OC untuk daging segar dan
lebih dari -18OC untuk daging
beku
12.2. Tidak memiliki display X
temperatur yang berfungsi dan
mudah dilihat
13. Sirkulasi udara tidak baik (pengap, X
bau)
14. Saluran pembuangan tidak lancardan X
tidak tertutup
- 2828 -
secara rutin
sanitasi di laboratorium
35. Peralatan tidak dikalibrasi minimal 1 X
kalisetahun
KET :
MN = Penyimpangan Minor
MY = Penyimpangan Mayor
OK = Tidak ada Penyimpangan
I ≤6 ≤2 Jumlah penyimpangan
maksimal 8,
mayor maksimal 2
II ≤10 ≤6 Jumlah penyimpangan
maksimal 16, mayor
maksimal 6
III ≤12 Jumlah penyimpangan
maksimal25
3. KET Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
a. Tingkat I Sangat Baik (kualifikasi ekspor)
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
dirancang/dimodifikasi sedemikian
rupa sesuai alur proses dan
menghambat program sanitasi
2. Konstruksi bangunan tidak X
mencegah terjadinya kontaminasi
produk dengan udara luar atau
terjadinya perubahan suhu produk
yang dipengaruhi oleh suhu diluar
cold storage/container
3. Tidak memiliki tempatk husus untuk X
penyimpanan produk hewan yang
rusak
4. Tidak terawat dan kotor X
5. Dinding
5.1. Tidak terbuat dari bahan yang X
dapat mempertahankan
stabilitas suhu dalam ruang cold
storage
5.2. Terbuat dari bahan yang tidak X
mudah dibersihkan dan
- 2836 -
11. Peralatan
11.1. Terbuat dari bahan yang tidak kedap X
air, mudah korosif, tidak mudah
dibersihkan dan didisinfeksi
11.2. Tidak memiliki tempat khusus untuk
menyimpan peralatan X
12. Tidak tersedia alat pengukur temperatur X
dan kelembaban ruang yang mudah
terbaca dan tidak dikalibrasi oleh pihak
eksternal terakreditasi minimal 1 kali
setahun
II. Penanganan Produk
13. Produkberasaldari unit usaha yang X
tidakmempunyai NKV
14. Tidak memiliki Standar Operasional X
Prosedur (SOP) penerimaan, penyimpanan
dan pengiriman produk hewan sesuai
dengan persyaratan temperatur dan
kelembabanproduk
- 2847 -
higiene sanitasi
IV. Higiene Sanitasi
22. Penanganan sampah tidak baik X
23. Program Pembersihan dan Disinfeksi
23.1. Tidak memiliki SOP pembersihan X
dan disinfeksi
23.2. Pembersihan dan disinfeksi tidak X
efektif
24. Program Pengendalian Serangga, Rodensia
dan/atau Binatang Pengganggu Lainnya
24.1. Tidak memiliki program tertulis
dalam pengendalian serangga, X
rodensia dan/atau binatang
pengganggu lainnya
24.2. Pengendalian serangga, rodensia
dan/atau binatang pengganggu X
lainnya di lingkungan unit usaha
tidak dilakukan secara efektif
25. Bahan- Bahan Kimia
- 2849 -
I ≤3 ≤1 Jumlah penyimpangan
maksimal 4,
mayor maksimal 1
II ≤6 ≤3 Jumlah penyimpangan
maksimal 9, mayor
maksimal 3
III ≤5 Jumlah penyimpangan
maksimal14
3. KET Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
a. Tingkat I Sangat Baik (kualifikasi
ekspor)
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
desinfeksi
baik
24. ProgramPembersihan dan Disinfeksi
24.1. Tidak memiliki Standard
Operasional Prosedur (SOP) X
pembersihan dan disinfeksi
24.2. Metode pembersihan dan disinfeksi X
tidak efektif
25. Tidak terdapat pengendalian terhadap X
serangga,rodensia danbinatang
pengganggu lainnya
26. Bahan-Bahan Kimia
26.1. Penggunaan bahan kimia dan X
sanitizer yang tidak diizinkan dan
tidak sesuai dengan instruksi pada
label dan persyaratan
26.2. Bahan Kimia dan sanitizer tidak X
diberi label dan tidak disimpan
pada ruang khusus dan terpisah
dengan ruang yang lain
V. Pengujian oleh Pihak Eksternal Terakreditasi
- 2857 -
MN = Penyimpangan Minor
MY = Penyimpangan Mayor
OK = Tidak ada Penyimpangan
II ≤6 ≤4 Jumlah penyimpangan
maksimal 10, mayor
- 2864 -
maksimal 4
III ≤6 Jumlah penyimpangan
maksimal 11
3. KET Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
a. Tingkat I Sangat Baik (kualifikasi ekspor)
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
penanganan/pengolahantidak berpelindung
8. Sirkulasi udara di ruang proses produksi X
tidak baik (pengap)
9. Saluran pembuangan tidak lancar X
10. Tidak tersedia pasokan listrik yang X
memadai
11. Tidak tersedia air yang memenuhi X
persyaratan air bersih atau air minum
untuk mencuci dan membilas peralatan
atau permukaan yang kontak dengan
produk termasuk air yang digunakan untuk
mencuci tangan
12. Toilet
12.1. Tidak tersedia toilet untuk pekerja X
dalam jumlah cukup
12.2. Pintu berhubungan langsung dengan X
ruang penanganan/pengolahan
12.3. Tidak dilengkapi dengan fasilitas
untuk mencuci tangan dalam toilet, X
- 2867 -
memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang atau menghambat
proses pembersihan
II. Bahan Baku dan Penanganan Produk
16. Produk yang di ekspor tidak dilengkapi X
dengan Sertifikat Veteriner yang ditanda
tangani oleh Otoritas Veteriner Kesmavet
Pusat
17. Bahan baku berasal dari unit usaha yang
tidak mempunyai NKV atau establishment X
number yang telah disetujui Pemerintah
18. Tidak memiliki Standard Operating
Procedures (SOP)penangananmadu
X
19. Area pengisian produk ke dalam kemasan X
primer memungkinkan terjadinya
kontaminasi
- 2869 -
20. Kemasan
20.1. Terbuat dari bahan yang toksik, X
bereaksi dengan produk, dan tidak
mampu mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap produk
20.2. Tidak disimpan pada ruang khusus X
21. Tidak dilakukan deteksi logam terhadap X
produk akhir
22. Penyimpanan
22.1. Tidak menerapkan sistem first in first X
out (FIFO)
22.2. Penyimpanan produk akhir dalam X
gudang penyimpanan tidak
dipisahkan dengan bahan/produk
lain
22.3. Temperatur dan kelembaban tempat X
penyimpanan bahan baku dan
produk olahan tidak sesuai dengan
suhu yang dipersyaratkan
III. Higiene Personel
- 2870 -
6. Dinding
6.1. Terbuat dari bahan yang tidak kedap X
air,tidak mudah dibersihkan dan
didisinfeksi
6.2. Permukaan retak atau berlubang X
6.3. Tidak didisain untuk menghindari X
peletakan/ penyimpanan barang/alat
7. Langit-langit di ruang produksi tidak bebas X
dari kemungkinan catnya rontok/jatuh dan
terjadi akumulasi kotoran atau kondensasi
8. Penerangan
8.1. Lampu di ruang penanganan tidak X
berpelindung
8.2. Intensitas cahaya di area produksi X
kurang dari 220 luks
9. Sirkulasi udara di ruang proses produksi X
tidak baik (pengap)
10. Pasokan air bersih
a. Tidak tersedia pasokan air bersih yang X
memadai
- 2876 -
daerah bersih
9. Pasokan Air
9.1. Air yang digunakan sebagai bahan baku X
tidak memenuhi persyaratan air minum
9.2. Air untuk proses produksi, mencuci dan X
membilas peralatan/ permukaan yang
kontak dengan produk tidak memenuhi
persyaratan air bersih
10. Tidak tersedia pasokan listrik yang memadai X
11. Saluran pembuangan tidak lancar dan tidak X
tertutup
12. Toilet
12.1. Tidak tersedia toilet untuk pekerja X
dalam jumlah cukup
12.2. Pintu berhubungan langsung dengan X
ruang produksi
12.3. Tidak dilengkapi dengan fasilitas X
untuk mencuci tangan dalam toilet
yang dilengkapi sabun cair dan
sanitiser
- 2886 -
mencuci tangan
d. Fasilitas cuci tangan dioperasikan X
dengan tangan
15. Peralatan dan Wadah
15.1. Terbuat dari bahan yang tidak kedap X
air, mudah korosif, toksik, tidak mudah
dibersihkan dan desinfeksi
15.2. Peralatan dan wadah yang bersentuhan X
langsung dengan produktidak ditangani
dengan baik dan tidak terawat dan tidak
disimpan di tempat yang seharusnya
sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang atau menghambat proses
pembersihan
III. Bahan Baku dan Penanganan Produk
16. Bahan baku berasal dari unit usaha yang X
tidak mempunyai NKV atau establishment
number yang telah disetujui Pemerintah
17. Produk yang di ekspor tidak dilengkapi X
dengan Sertifikat Veteriner yang ditanda
- 2888 -
tidak tertutup
25. Tidak memiliki SOP pembersihan dan X
disinfeksi
26. Program Pengendalian Serangga, Rodensia
dan/atau Binatang Pengganggu Lainnya
26.1. Pengendalian serangga, rodensia X
dan/atau binatang pengganggu
lainnya di lingkungan unit usaha
tidak dilakukan efektif
26.2. Tidak memiliki program tertulis dalam X
pengendalian serangga, rodensia
dan/atau binatang pengganggu
lainnya
27. Bahan-Bahan Kimia
27.1. Bahan kimia, sanitizer dan bahan X
tambahan pangan tidak diberi label
dan tidak disimpan pada ruang
khusus dan terpisah dengan ruang
yang lain
27.2. Penggunaan bahan kimia, sanitizer, X
- 2891 -
KET :
MN = Penyimpangan Minor
MY = Penyimpangan Mayor
OK = Tidak ada Penyimpangan
- 2892 -
II ≤3 ≤2 Jumlah penyimpangan
maksimal 5,
mayor maksimal 2
III ≤3 Jumlah penyimpangan
Maksimal 7
3. KET Tingkat Nomor Kontrol Veteriner
a. Tingkat I Sangat Baik (kualifikasi ekspor)
b. Tingkat Baik
II
c. Tingkat Cukup
- 2898 -
III
peralatan/permukaan yang
kontak dengan produk dan tidak
dilakukan pengujian di
laboratorium eksternal
terakreditasi minimal 1 kali
setahun
10. Tidak tersedia pasokan listrik X
yang memadai
11. Saluran pembuangan tidak X
lancar dan tidak tertutup
12. Toilet
12.1. Tidak tersedia toilet untuk X
pekerja dalam jumlah
cukup
12.2. Pintu berhubungan X
langsung dengan ruang
produksi
12.3. Tidak dilengkapi dengan X
fasilitas untuk mencuci
tangan dalam toilet, air
- 2902 -
Pusat
18. Tidak memiliki X
StandarOperasionalProsedur
(SOP)penerimaandan pengolahan
produk
19. Area pengisian produk ke dalam X
kemasan primer memungkinkan
terjadinya kontaminasi
20. Kemasan
19.1. Terbuat dari bahan yang X
toksik, bereaksi dengan
produk, dan tidak mampu
mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap
produk
19.2. Tidak disimpan pada ruang X
khusus
- 2906 -
21. Penyimpanan
20.1. Tidak menerapkan sistem X
first in first out (FIFO)
20.2. Temperatur tempat X
penyimpanan bahan baku
dan produk olahan tidak
sesuai dengan suhu yang
dipersyaratkan
20.3. Penyimpanan produk akhir X
dalam gudang
penyimpanan tidak
dipisahkan dengan
bahan/produk lain
III. Higiene Personel
22. Pemeriksaan kesehatan pekerja X
yang menangani langsung
produk dilakukan minimal 1 kali
setahun
23. Pekerja yang menangani X
langsung produk tidak mencegah
- 2907 -
Pengganggu Lainnya
26.1. Pengendalian serangga, X
rodensia dan/atau
binatang pengganggu
lainnya di lingkungan unit
usaha tidak dilakukan
secara efektif
26.2. Tidak memiliki program X
tertulis dalam pengendalian
serangga, rodensia
dan/atau binatang
pengganggu lainnya
27. Bahan-Bahan Kimia
27.1. Bahan kimia, sanitizer X
dan/atau bahan tambahan
pangan tidak diberi label
dan tidak disimpan pada
ruang khusus dan terpisah
dengan ruang yang lain
27.2. Penggunaan bahan kimia, X
- 2909 -
KET :
MN = Penyimpangan Minor
MY = Penyimpangan Mayor
OK = Tidak ada Penyimpangan
- 2910 -
b. Tingkat II Baik
c. Tingkat III Cukup
fisik
VII. Higiene Sanitasi
15. Sampah dan limbah tidak X
ditangani dengan baik
16. Tidak terdapat X
pengendalian terhadap
serangga, rodensia
dan/atau binatang
pengganggu lainnya
17. Penggunaan bahan kimia X
dan sanitizer yang tidak
diizinkan dan tidak sesuai
dengan persyaratan
dan/atau tidak diberi label
dan tidak disimpan dengan
baik
Keterangan :
MN = Penyimpangan Minor
MY = Penyimpangan Mayor
OK = Tidak ada Penyimpangan
- 2916 -
f) Hasil pemeriksaan kelayakan dasar penerapan cara yang baik di unit usaha produk hewan harus disertai
rekomendasi tindakan perbaikan terhadap temuan sesuai format:
HASIL AUDIT
2
.
3
- 2925 -
g) Rekomendasi tindakan perbaikan terhadap temuan menjadi pertimbangan pejabat Otoritas Veteriner provinsi
dalam melakukan analisis sebelum menerbitkan Nomor Kontrol Veteriner.
h) Hasil analisis sebagaimana dimaksud berupa:
1. tidak memenuhi persyaratan teknis; atau
2. memenuhi persyaratan teknis.
i) Dalam hal hasil analisis tidak memenuhi persyaratan teknis, pejabat Otoritas Veteriner provinsi
menyampaikan kepada pemohon melalui Dinas Daerah Provinsi secara daring.
j) Dalam hal hasil analisis memenuhi persyaratan teknis, pejabat Otoritas Veteriner provinsi menerbitkan
Nomor Kontrol Veteriner.
k) Nomor Kontrol Veteriner sebagaimana dimaksud disampaikan oleh pejabat Otoritas Veteriner provinsi kepada
pemohon melalui Dinas Daerah Provinsi secara daring.
l) Nomor Kontrol Veteriner sebagaimana dimaksud memuat informasi tingkat Nomor Kontrol Veteriner.
m) Informasi tingkat Nomor Kontrol Veteriner sebagaimana dimaksud terdiri atas:
- 2926 -
PROVINSI …
Logo SERTIFIKAT
Provinsi NOMOR KONTROL VETERINER
RUMAH POTONG HEWAN RUMINANSIA (RPH-R)
- 2927 -
Nomor :
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 juncto Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Peraturan Pemerintah No. 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan serta Peraturan Menteri Pertanian No. ..... tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner
Unit Usaha Produk Hewan, telah dilakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap persyaratan administratif dan
teknis Rumah Potong Hewan Ruminansia di bawah ini:
Nama Unit Usaha :............................
Alamat Unit Usaha :............................
Desa/Kelurahan :............................
Kecamatan :............................
Kabupaten/Kota :............................
Provinsi :............................
Dari hasil pemeriksaan dan penilaian di atas, dinyatakan bahwa Rumah Potong Hewan Ruminansia tersebut
dinilai layak dan memenuhi persyaratan Kesehatan Masyarakat Veteriner sesuai ketentuan persyaratan teknis
dan administratif yang berlaku sehingga diberikan Nomor Kontrol Veteriner (NKV): ............................. Tingkat
………….
Nomor Kontrol Veteriner ini berlaku selama 5 Tahun sejak ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri Pertanian No. ..... tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan.
Demikian NKV ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dengan penuh tanggung jawab.
- 2928 -
DITETAPKAN DI :
PADA TANGGAL :
4. PRH-R harus mempekerjakan Dokter Hewan sebagai penanggung jawab teknis terhadap penerapan
higiene sanitasi, pemeriksaan antemortem dan postmortem, serta kesejahteraan hewan.
5. RPH-R wajib melaksanakan pemeriksaan antemortem dan postmortem yang dilakukan oleh Dokter Hewan
penanggung jawab teknis atau oleh paramedik veteriner di bawah pengawasan Dokter Hewan.
6. Karkas, daging, dan/atau jeroan yang telah lulus pemeriksaan postmortem dan dinyatakan aman dan
layak dikonsumsi manusia harus distempel oleh Dokter Hewan penanggung jawab di RPH-R, yang
bertuliskan “telah diperiksa oleh Dokter Hewan” dan disertai dengan Surat keterangan Kesehatan Daging.
7. RPH-R harus melakukan pengujian cemaran mikrobiologi dan residu secara berkala terhadap produk
akhir pada laboratorium eksternal terakreditasi.
8. Pengangkutan produk akhir harus menggunakan wadah dan alat angkut yang memenuhi persyaratan
yang dapat mencegah produk tercemar bahaya biologis, kimiawi dan fisik, tercemar dengan produk
nonhalal serta mampu mempertahankan temperatur produk.
9. Proses pembuangan serta pengelolaan limbah harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan
ketentuan pengelolaan lingkungan.
10. Air yang digunakan dalam proses untuk proses penanganan produk, mencuci dan membilas
peralatan/permukaan yang kontak dengan produk harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih.
11. Nomor Kontrol Veteriner dapat dicabut apabila pemegang NKV tersebut tidak mengindahkan ketentuan
teknis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PROVINSI …
Logo SERTIFIKAT
Provinsi
NOMOR KONTROL VETERINER
RUMAH POTONG HEWAN UNGGAS (RPH-U)
Nomor :
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 juncto Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Peraturan Pemerintah No. 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan serta Peraturan Menteri Pertanian No. ..... tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner
Unit Usaha Produk Hewan, telah dilakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap persyaratan administratif dan
teknis Rumah Potong Hewan Unggas di bawah ini:
Nama Unit Usaha :............................
Alamat Unit Usaha :............................
Desa/Kelurahan :............................
Kecamatan :............................
Kabupaten/Kota :............................
Provinsi :............................
Dari hasil pemeriksaan dan penilaian di atas, dinyatakan bahwa Rumah Potong Hewan Unggas tersebut dinilai
- 2931 -
layak dan memenuhi persyaratan Kesehatan Masyarakat Veteriner sesuai ketentuan persyaratan teknis dan
administratif yang berlaku sehingga diberikan Nomor Kontrol Veteriner (NKV): ....................... Tingkat………….
NKV ini berlaku selama 5 Tahun sejak ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pertanian
No...... tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan.
Demikian NKV ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dengan penuh tanggung jawab.
DITETAPKAN DI :
PADA TANGGAL :
PROVINSI …
Logo
Provinsi
SERTIFIKAT
NOMOR KONTROL VETERINER
RUMAH POTONG HEWAN BABI (RPH-B)
- 2933 -
tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada Pakan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan
pada, atau merupakan bagian kemasan Pakan.
● Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
● Persyaratan Teknis Minimal Pakan yang selanjutnya disebut PTM Pakan adalah persyaratan teknis mutu dan
keamanan Pakan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
● Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum yang melakukan kegiatan pembuatan Pakan dan/atau memasukkan Pakan dengan maksud baik untuk
diedarkan maupun tidak untuk diedarkan
● Pengawas Mutu Pakan yang selanjutnya disebut Wastukan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab dan wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan
mutu bahan Pakan dan Pakan.
● Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disingkat PPVTPP adalah unit
kerja organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang perlindungan
varietas tanaman dan perizinan pertanian.
● Dinas adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi dan/atau kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan
peternakan dan/atau membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan.
● Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah Direktur
Jenderal yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
3 Persyaratan ● Surat permohonan kepada Direktur Jenderal melalui Kepala PPVTPP
Umum ● Durasi Pemenuhan Persyaratan Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan Lembaga OSS.
- 2935 -
Proses, - NPP;
Jasa - Nama dan alamat perusahaan/produsen dan/atau Pelaku Usaha pemasukan/ pengeluaran;
- jenis dan kode Pakan;
- kandungan nutrisi;
- kandungan aflatoksin;
- bahan Pakan yang digunakan;
- imbuhan Pakan yang digunakan;
- berat bersih;
- cara penggunaan; dan
tanggal dan kode produksi.
4) Jenis bahan pakan yang digunakan dan persentase
5) Jenis pelengkap pakan dan imbuhan pakan yang digunakan
b. UMKM
1) Sertifikat Lulus Pengujian
- 2936 -
● Kontaminasi adalah pencemaran terhadap bahan pakan dan/atau pakan yang disebabkan oleh media pembawa
kontaminan.
● Pengemasan Pakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pembungkusan pakan dengan maksud agar
terlindungi dari pencemaran.
● Label Pakan adalah setiap keterangan mengenai pakan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau
bentuk lain yang disertakan pada pakan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, dan merupakan bagian dari
kemasan pakan.
● Inspeksi Internal adalah pemeriksaan, pemantauan dan análisis kegiatan yang berkaitan dengan cara pembuatan
pakan yang sesuai dengan tahapan pada seluruh aspek pembuatan pakan.
● Pengawas Mutu Pakan yang selanjutnya disingkat Wastukan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggungjawab dan wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pengawasan dan pengujian mutu pakan.
● Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pejabat
pimpinan tinggi madya yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
● Pelaku Usaha adalah orang perorangan atau korporasi baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan
kegiatan di bidang pembuatan pakan untuk tujuan komersial.
- 2941 -
c. Personalia;
- Semua karyawan memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing;
- Memiliki manager produksi, petugas penjamin mutu pakan, dan Penanggung Jawab Teknis Obat
Hewan (PJTOH);
- Memiliki program, pelaksanaan dan evaluasi pelatihan karyawan mengenai prinsip pembuatan pakan
yang baik.
d. Hiegiene dan Sanitasi;
- Bangunan memiliki fasilitas sanitasi seperti penyediaan air; pembuangan limbah padat, cair dan gas;
sarana toilet yang bersih dan cukup, sarana cuci tangan dan fasilitas desinfeksi (biosecurity);
- Memiliki program Kesehatan karyawan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala;
- Karyawan menggunakan APD lengkap pada bagian produksi, gudang, dan laboratorium;
- Memiliki ruang khusus merokok, makan dan tempat berganti pakaian dan penyimpanan barang
pribadi karyawan;
- Memiliki catatan pembersihan, sanitasi dan inspeksi sebelum penggunaan peralatan dan bangunan;
- Memiliki pencegahan masuk binatang/hama di setiap bangunan;
- Melakukan pembasmian jasad renik, serangga, dan binatang pengerat pada setiap bangunan;
e. Bahan Pakan;
- Memiliki prosedur dan standar serta catatan dalam penerimaan bahan pakan;
- Memiliki catatan tindak lanjut dari ketidaksesuaian penerimaan serta catatan penolakan bahan
pakan;
- 2944 -
- Melakukan evaluasi terhadap pemasok bahan pakan yang diterima atau ditolak untuk kepentingan
perusahaan;
- Memiliki prosedur dan catatan penyimpanan bahan pakan. Penyimpanan bahan pakan didasarkan
sesuai kelompok bahan pakan serta melakukan Tindakan menjaga mutu bahan pakan saat
penyimpanan.
f. Produksi Pakan;
- Alat dan perlengkapan produksi memiliki permukaan yang halus, tidak berlubang atau bercelah,
tidak mengelupas/berkarat, dan tidak menyerap air;
- Alat ukur (timbangan, thermometer, barometer, dll) dikalibrasi oleh jawatan meterologi atau pihak
yang berkompeten;
- Melakukan uji homogenitas pada alat mixer;
- Memiliki SOP pencampuran pakan termasuk FA/FS dan jenis pakan tertentu;
- Memiliki catatan perlakuan atas pakan yang tidak lulus uji mutu pakan, pakan sweeping, serta re-
produksi;
- Label dan kemasan pakan memenuhi aturan yang berlaku.
g. Pengawasan Mutu;
- Memiliki SOP pengawasan mutu;
- Memiliki standar bahan pakan dan pakan;
- Memiliki SOP dan catatan penggunaan obat hewan dalam pakan;
- Melakukan kalibrasi peralatan produksi dan laboratorium;
- 2945 -
Minor Mayor
A ≤5 0
B ≤7 ≤5
- 2946 -
● Pengawasan
● Pengawasan dilakukan oleh Menteri, gubernur, bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.
● Pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
● Kewajiban pelaku usaha:
− Menindaklanjuti hasil ketidaksesuaian penilaian Tim Audit
− Menerapkan cara pembuatan pakan yang baik dalam proses produksi
● Pelaksana: Kementerian Pertanian
− Menindaklanjuti hasil ketidaksesuaian penilaian Tim Audit
− Menerapkan cara pembuatan pakan yang baik dalam proses produksi
- 2947 -
2. Istilah dan ● Obat Hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau
Definisi memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan biologik, farmakoseutika, premiks dan sediaan
alami.
● Obat Hewan baru adalah Obat Hewan yang mengandung zat berkhasiat baru, zat berkhasiat lama tetapi
indikasinya baru, mengandung kombinasi baru dari zat berkhasiat lama, formulasi baru termasuk zat
tambahannya, dan/atau cara pemberian baru yang belum pernah disetujui di Indonesia.
● Pendaftaran Obat Hewan adalah serangkaian kegiatan pendaftaran obat hewan melalui evaluasi mutu dan
dokumen pendaftaran obat hewan untuk mendapatkan nomor pendaftaran.
● Pendaftaran Baru adalah pemberian nomor pendaftaran untuk obat hewan yang baru pertama kali didaftarkan di
Indonesia.
● Pendaftaran Ulang adalah pembaharuan nomor pendaftaran Obat Hewan yang masa berlakunya sudah habis.
● Nomor Pendaftaran Obat Hewan adalah keterangan yang memuat mengenai huruf dan angka yang menerangkan
identitas obat hewan, yang berfungsi sebagai tanda keabsahan obat hewan yang dapat diedarkan.
● Dokumen Pendaftaran Obat Hewan adalah kumpulan kelengkapan persyaratan pendaftaran Obat Hewan yang
memuat informasi pelaku usaha pendaftaran dan informasi data teknis Obat Hewan yang akan didaftarkan.
● SK Nomor Pendaftaran Obat Hewan adalah Surat Keputusan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian untuk obat
hewan yang didaftarkan dengan masa berlaku 10 tahun sejak diterbitkan yang disahkan oleh Direktur Jenderal
atas nama Menteri.
- 2949 -
● SK Perubahan Nomor Pendaftaran Obat Hewan adalah Surat Keputusan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian
atas perubahan dokumen teknis obat hewan yang telah mempunyai nomor pendaftaran yang berlaku efektif, yang
disahkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.
● SK Pengalihan Nomor Pendaftaran Obat Hewan adalah Surat Keputusan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian
untuk peralihan kepemilikan atas obat hewan yang telah mempunyai nomor pendaftaran yang berlaku efektif, yang
disahkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.
● Pengujian Obat Hewan adalah serangkaian kegiatan untuk menilai mutu, khasiat, dan keamanan Obat Hewan.
● Sertifikat Mutu Obat Hewan yang selanjutnya disebut sertifikat mutu adalah keterangan tertulis yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa Obat Hewan yang didaftarkan telah lulus uji mutu, khasiat,
dan keamanan Obat Hewan.
● Komisi Obat Hewan yang selanjutnya disingkat KOH adalah kumpulan tenaga profesional di bidang obat hewan
yang mempunyai tugas melakukan pengkajian dokumen pendaftaran obat hewan baru dan kebijakan lain di
bidang Obat Hewan.
● Penilai Pendaftaran Obat Hewan yang selanjutnya disingkat PPOH adalah kumpulan tenaga profesional di bidang
obat hewan yang mempunyai tugas melakukan penilaian dokumen pendaftaran obat hewan terhadap kelayakan
mutu, khasiat dan keamanan Obat Hewan melalui dokumen yang disampaikan oleh pelaku usaha.
● Pembuatan Obat Hewan berdasarkan Kontrak yang selanjutnya disebut Kontrak Kerja Sama (Toll Manufacturing)
adalah pembuatan Obat Hewan oleh penerima kontrak berdasarkan perjanjian antara penerima kontrak dengan
pemberi kontrak sesuai
● Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik yang selanjutnya disingkat CPOHB adalah cara pembuatan Obat Hewan
- 2950 -
yang setiap tahapannya dilakukan dengan mengikuti prosedur dan persyaratan yang ditetapkan untuk
memastikan agar keamanan, khasiat, dan mutu obat hewan yang diproduksi konsisten dan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaannya.
● Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan yang selanjutnya disingkat BBPMSOH adalah Unit
Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang menyelenggarakan fungsi pengujian
mutu, sertifikasi, pengkajian dan pemantauan obat hewan.
3. Persyaratan ● Memiliki izin usaha produsen obat hewan dan/atau izin usaha importir obat hewan.
Umum ● Obat hewan yang didaftarkan belum/tidak terdaftar atas nama perusahaan lain.
● Nomor pendaftaran obat hewan diberikan untuk produk jadi obat hewan, bahan setengah jadi atau bahan baku
obat hewan dengan nama dagang.
● Nomor pendaftaran obat hewan berlaku selama 10 (sepuluh) tahun.
● Durasi pemenuhan persyaratan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Lembaga OSS.
● Selama Nomor Pendaftaran Obat Hewan masih berlaku pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk:
- menjamin obat hewan yang diedarkan tidak melebihi waktu kadaluarsa nomor pendaftarannya,
- menjamin obat hewan yang diedarkan memenuhi standar mutu,
- menjamin obat hewan diedarkan memiliki label dan tanda sesuai yang disetujui saat didaftarkan,
- melakukan penarikan (recall) obat hewan yang tidak sesuai ketentuan,
- melakukan tindak lanjut terhadap obat produk kembalian (return) sesuai ketentuan,
- menjamin obat yang diedarkan mempunyai isi atau kandungan yang sesuai dengan yang didaftarkan, dan
- menyampaikan laporan eksistensi nomor pendaftaran obat hewan per tahun.
- 2951 -
sertifikat dikeluarkan.
- Sertifikat GMO/Non-GMO (Certificate of GMO/non GMO) untuk produk probiotik, enzim, asam amino dan
biologik yang dikeluarkan oleh lembaga kompeten di negara asal dan disahkan oleh Perwakilan Republik
Indonesia di negara tempat sertifikat dikeluarkan.
- Sertifikat registrasi (Certificate of Registration) yang dikeluarkan oleh otoritas berwenang di negara asal dan
disahkan oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara tempat sertifikat dikeluarkan.
- Dalam hal Sertifikat registrasi tidak diterbitkan oleh pemerintah negara asal, maka harus melampirkan
(Veterinary health certificate/dokumen yg setara yang menyatakan bahwa berdasarkan peraturan di negara
tersebut, produk tersebut tidak dipersyaratkan diregistrasi dan pemerintah negara asal melakukan
pengawasan terkait mutu, khasiat dan keamanan produk tersebut, diterbitkan oleh pemerintah negara asal
dan disahkan oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara tempat sertifikat dikeluarkan.
- Surat penunjukan (Letter of Appointment) dari principal.
- Surat hasil penilaian kesesuaian penerapan GMP (On-site review) untuk obat hewan yang didaftarkan untuk
pertama kali merupakan obat hewan dengan ruang lingkup sediaan baru dan/atau berasal dari
produsen/pabrik yang belum pernah melakukan pemasukan untuk sediaan yang akan didaftarkan.
- Sertifikat hasil pengujian mutu dari BBPMSOH.
2. Pendaftaran Ulang
a. Obat hewan dalam negeri
- Surat Keputusan Nomor Pendaftaran Obat Hewan.
- Pernyataan dari pimpinan perusahaan bahwa obat hewan yang didaftarkan ulang tidak mengalami
perubahan komposisi, lokasi pabrik, proses produksi, self life (umur simpan obat), indikasi, dan/atau rute
pemberian.
- Sertifikat CPOHB sesuai dengan ruang lingkup obat hewan yang didaftarkan.
- Sertifikat hasil pengujian mutu dari BBPMSOH.
b. Obat hewan asal impor
- Surat Keputusan Nomor Pendaftaran Obat Hewan.
- Pernyataan dari pimpinan perusahaan bahwa obat hewan yang didaftarkan ulang tidak mengalami
perubahan komposisi, lokasi pabrik, proses produksi, self life (umur simpan obat), indikasi, dan/atau rute
pemberian.
- Surat penunjukan (Letter of Appointment) dari principal.
- Sertifikat hasil pengujian mutu dari BBPMSOH.
pemberian.
- Perjanjian lisensi antara pemberi lisensi dan penerima lisensi.
- Sertifikat GMP produsen obat hewan pemberi lisensi yang masih berlaku sesuai dengan bentuk sediaan obat
hewan yang dilisensikan.
- Sertifikat CPOHB produsen obat hewan penerima lisensi yang masih berlaku sesuai dengan bentuk sediaan
obat hewan yang dilisensikan.
- Sertifikat hasil pengujian mutu dari BBPMSOH.
- Akta notaris tentang kesepakatan pengalihan nomor pendaftaran antara pemilik nomor pendaftaran dengan
perusahaan penerima pengalihan nomor pendaftaran.
- Dokumen induk obat hewan (Drug master file/DMF)
- Pernyataan dari perusahaan penerima pengalihan nomor pendaftaran bahwa seluruh dokumen induk obat
hewan beserta proses produksinya tidak mengalami perubahan dan masih sesuai formulasi yang
didaftarkan.
- Pernyataan dari principal/produsen bahwa sudah tidak bekerja sama dengan perusahaan pemilik nomor
pendaftaran dan proses produksi obat hewan dialihkan ke perusahaan penerima pengalihan nomor
pendaftaran.
- Perjanjian pengalihan produksi obat antara principal/produsen dengan penerima pengalihan nomor
pendaftaran.
- Sertifikat CPOHB produsen obat hewan penerima pengalihan nomor pendaftaran.
- Sertifikat hasil pengujian mutu dari BBPMSOH yang diterbitkan untuk obat hewan dari perusahaan
penerima pengalihan nomor pendaftaran.
- Indikasi : Lampiran G
- Waktu henti obat : Lampiran F
- Nama pabrik : Lampiran C, J, dan L
- Ukuran wadah/kemasan dan volume kemasan : Lampiran A, J, K, dan L
h. Pemenuhan sertifikat hasil pengujian mutu obat hewan
Pengujian mutu obat hewan dilakukan untuk memenuhi standar mutu, khasiat, dan keamanan obat hewan.
Sertifikat hasil pengujian mutu obat hewan diterbitkan oleh BBPMSOH. Standar pengujian mutu obat hewan
mengacu pada persyaratan minimal pada Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI) atau Farmakope Obat
Hewan negara lain yang setara.
Sampel obat hewan yang akan diuji berupa:
- Sampel Obat hewan ber etiket, mencantumkan komposisi zat aktif, memiliki nomor batch yang sama dan
memiliki waktu kadaluarsa untuk produk biologik minimal 9 bulan dan produk farmasetik dan premiks
minimal 6 bulan.
- Obat hewan dengan nama dagang yang sama dan susunan isi yang sama dengan ukuran kemasan yang
berbeda, harus dicantumkan ukuran kemasannya dalam formulir permohonan pengujian.
- Jumlah sampel obat hewan sesuai dengan kebutuhan pengujian (lampiran jumlah sampel).
- Menyediakan standar zat berkhasiat dan/atau zat tak berkhasiat sebagai bahan baku dalam kualitas yang
cukup untuk pemeriksaan (khususnya untuk pendaftaran baru).
- 2963 -
2. Pengawasan
a. Pengawasan peredaran obat hewan dilakukan oleh Pengawas Obat Hewan di Kementerian, Provinsi, dan/atau
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dan BBPMSOH dalam rangka pendaftaran obat hewan,
pemantauan obat hewan, dan pengawasan sewaktu-waktu.
b. Pengawasan dilakukan terhadap mutu, khasiat, dan keamanan Obat Hewan antara lain:
- Kesesuaian nomor pendaftaran Obat Hewan dengan nama produk, komposisi, indikasi, hewan target, dosis
dan cara pemberian Obat Hewan.
- Obat Hewan yang telah memiliki nomor pendaftaran dan telah diedarkan ternyata berdasarkan hasil
pengawasan di lapangan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diketahui mengandung
zat yang berbahaya terhadap keamanan hewan, manusia, dan lingkungan, nomor pendaftaran yang telah
diterbitkan dapat ditinjau kembali atau dicabut.
c. Pengawasan dilakukan secara berkala berkala paling kurang 1 (satu) tahun sekali atau sewaktu-waktu apabila
ada penyimpangan terhadap ketentuan dalam peredaran Obat Hewan.
d. Pengawas obat hewan menyampaikan laporan hasil pengawasan secara berkala atau sewaktu-waktu kepada
pimpinan unit kerja terkait
e. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi Pengawas Obat Hewan melalui sertifikasi/ pelatihan/ sosialisasi.
f. Membuka saluran pengaduan masyarakat.
- 2964 -
● Pembuatan obat hewan adalah proses kegiatan pengolahan, pencampuran, dan/atau pengubahan bentuk bahan
baku obat hewan menjadi obat hewan.
● Bahan awal adalah semua bahan baku dan bahan pengemas yang digunakan dalam produksi obat hewan.
● Pemastian mutu adalah suatu konsep yang mencakup semua bagian sistem mutu yang akan mempengaruhi mutu
obat hewan yang dihasilkan untuk memastikan bahwa obat hewan yang dihasilkan bermutu sesuai dengan tujuan
pemakaiannya.
● Inspeksi Internal adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pihak produsen terhadap seluruh aspek
pembuatan obat hewan.
● Produsen obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pembuatan,
penyediaan, dan/atau peredaran obat hewan.
● Produk Jadi adalah suatu produk obat hewan yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan.
● Bahan Baku Obat Hewan adalah bahan yang digunakan untuk pembuatan obat hewan.
3. Persyaratan 1. Memiliki Izin Usaha Produsen Obat Hewan
Umum 2. memiliki rencana pembuatan obat hewan (master design) dan daftar obat hewan yang akan dibuat.
4. Persyaratan A. Dokumen teknis Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB) terdiri dari:
khusus 1. Sertifikasi (permohonan baru)
atau 1) denah bangunan (layout) pabrik yang dilengkapi dengan sistem tata udara dan tata pengolahan air yang
Persyaratan sesuai dengan pedoman cara pembuatan obat hewan yang baik;
Teknis 2) dokumen induk cara pembuatan obat hewan yang baik (site master file/SMF) atau dokumen setara yang
Produk, menguraikan dengan lengkap proses bisnis pembuatan obat hewan;
- 2966 -
Proses, 3) persetujuan Penilai Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (PCOHB); dan
dan/atau 2. Resertifikasi (permohonan ulang)
Jasa 1) daftar perubahan bermakna sejak inspeksi CPOHB terakhir;
2) surat hasil corrective action and preventive action (CAPA) dan daftar penyimpanan sejak inspeksi CPOHB
terakhir;
3) Daftar berita acara penilaian (BAP) inspeksi internal/self assessment/inspkeksi eksternal yang dilaksanakan
tiap tahun;
4) Salinan sertifikat CPOHB yang telah diterbitkan sebelumnya.
B. Persyaratan dokumen teknis CPOHB berdasarkan jenis fasilitas produksi obat hewan terdiri atas cara pembuatan
obat hewan (Biologik, Farmasetik, dan Premiks), kosmetik untuk hewan, obat tradisional untuk hewan
1. Cara Pembuatan Obat Hewan (Biologik, Farmasetik, dan Premiks)
No Jenis Persyaratan Khusus
Fasilitas
Produksi
1) Biologik - memiliki fasilitas produksi yang
terpisah masing-masing antara
fasilitas produksi vaksin zoonosis
dengan non zoonosis, virus dengan
non virus (bakteri, protozoa, dll),
- 2967 -
diagnostik.
2) Farmasetik - memiliki fasilitas produksi yang
terpisah masing-masing antara
fasilitas produksi steril dengan non
steril, betalaktam dengan non
betalaktam, hormon, desinfektan.
3) Premiks - memiliki fasilitas produksi yang
terpisah antara premiks serbuk
dengan cairan.
4) Panduan mutu/dokumen setara (manual mutu,
prosedur mutu, instruktur kerja, dan formulir kerja)
yang menguraikan dengan lengkap proses bisnis,
untuk menjamin pembuatan obat sesuai dengan
ketentuan CPOHB yang meliputi :
1. sistem mutu industri farmasi untuk hewan;
2. personalia;
3. bangunan-fasilitas;
4. peralatan;
5. produksi;
6. cara penyimpanan dan pengiriman obat yang
- 2968 -
baik;
7. pengawasan mutu;
8. inspeksi diri;
9. keluhan dan penarikan produk;
10. dokumentasi;
11. kegiatan alih daya;
12. kualifikasi dan validasi;
13. pembuatan produk steril;
14. pembuatan bahan dan produk biologi untuk
penggunaan hewan;
15. pembuatan bahan obat hewan yang dibuat
dengan kultur/ fermentasi sel;
16. pembuatan produk darah;
17. system komputerisasi;
18. sampel pembanding dan sampel pertinggal;
19. pelulusan real time dan pelulusan parametris; dan
20. manajemen risiko mutu.
5) denah bangunan dan Konsep Desain Sistem Tata
Udara (KDSTU) yang sesuai dengan pedoman CPOHB;
6) daftar seluruh alat produksi yang dibutuhkan untuk
- 2969 -
- Pengawasan Mutu
- Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
- Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat Tradisional untuk Hewan Yang Baik
- Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembalian Produk dan Produk Kembalian
- Inspeksi Diri
C. Persyaratan dokumen teknis CPOHB berdasarkan pengalihan fasilitas produksi, penambahan/perluasan ruang
lingkup fasilitas produksi, perubahan nama dan alamat fasilitas produksi.
1) Pengalihan fasilitas produksi :
- daftar perubahan fasilitas;
- dokumen pengendalian perubahan; dan
- dokumen kualifikasi/validasi terkait perubahan.
2) Penambahan/perluasan ruang lingkup fasilitas produksi
- dokumen izin usaha sebagai produsen obat hewan yang sudah diperbaharui;
- dokumen denah/layout penambahan/perluasan fasilitas produksi yang diajukan;
- dokumen sistem mutu yang sudah diperbaharui sesuai dengan penambahan/perluasan ruang lingkup;
- dokumen penunjang lainnya yang dipersyaratkan sesuai dengan CPOHB.
3) Perubahan administrasi fasilitas produksi
- dokumen teknis berupa dokumen pendukung terkait perubahan administrative
- 2973 -
5. Sarana - Fasilitas produksi yang dimiliki merupakan fasilitas yang khusus diperuntukan untuk proses pembuatan yang
terpisah dari fasilitas umum lainnya (seperti perumahan, perkantoran, dll);
- Fasilitas produksi obat hewan jenis sediaan farmasetik (antibiotik betalaktam) harus terpisah secara fisik dengan
bangunan fasilitas produksi obat hewan jenis sediaan lainnya;
- Fasilitas produksi obat hewan harus memiliki sarana pengolahan limbah terpadu atau kerjasama dengan pihak
ketiga untuk melakukan pengolahan limbah (padat, semi padat, dan cair) yang dihasilkan oleh fasilitas produksi
obat hewan.
6. Penilaian 1. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian - Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui pemeriksaan dokumen permohonan CPOHB (ondesk
dan review) dan Inspeksi/audit (onsite review) ke fasilitas produksi obat hewan.
Pengawasan - Pelaksana: Kementerian Pertanian,
2. Pengawasan
a. Pengawasan dilakukan dengan inspeksi/monitoring/surveilans terhadap kesesuaian pemenuhan aspek
produksi dengan aspek CPOHB;
b. Pengawasan monitoring/surveilans dilakukan minimal secara rutin dalam 2 (dua) tahun sekali;
c. Pelaksana: Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah.
- 2974 -
Scalpel handle
Towel clamp
Alis tissue forcep
Sterilisator
3. Perlengkap Kartu nama
an Buku resep
Rekam medis
Baju praktik
Baju bedah
Pengukur bobot badan
Meja konsultasi/
administrasi
Meja periksa
Tempat penyimpanan
obat dan alat
4. Obat- Alkohol
obatan Antiseptik
Antibiotik
Antipiretik
Analgesik
- 2978 -
Antihistamina
Anti parasite
Lidocain
Sedativa
Cairan infus minimal NaCl dan LRL
Vitamin dan mineral
Anaestetikum
Glucocorticoid / Steroid
NSAID
6. Penilaian A. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap pemenuhan komitmen dan standar oleh pelaku praktik pelayanan jasa Kesehatan
dan hewan dilakukan oleh Pejabat Otoritas Veteriner (POV) dibantu oleh Tim Teknis Dinas sesuai kewenangan di
Pengawasan wilayah kerjanya dan Pelimpahan kewenangan perizinan dilakukan setelah Kabupaten/Kota memiliki POV
Kabupaten/Kota dan Dokter Hewan Berwenang sesuai bidangnya. Apabila Kabupaten/Kota belum memiliki POV
maka kewenangan diberikan kepada POV Provinsi. Apabila Provinsi belum memiliki POV maka kewenangan
perizinan ada di Kementerian Pertanian.
a. Tim Teknis Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab/Kota/Provinsi melakukan
penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak Pelaku praktik menyampaikan pemenuhan atas Komitmen
dan kewajiban secara lengkap dan benar. Penilaian kesesuaian dilakukan dalam hal pemenuhan standar yang
dipersyaratkan.
b. Atas hasil penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin a, DPMPTSP melakukan notifikasi ke sistem
OSS.
c. Penyampaian hasil penilaian dan notifikasi ke sistem OSS sebagaimana dimaksud pada poin a dilakukan paling
lama 2 (dua) Hari.
d. Apabila daerah belum memiliki POV atau terjadi keterlambatan dalam hal penilaian kesesuaian, maka penilaian
dilimpahkan ke Pusat.
e. Tim teknis kementerian/lembaga melakukan penilaian kesesuaian paling lama 5 (lima) Hari sejak Pelaku Usaha
menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan standar secara lengkap dan benar.
f. Atas hasil sebagaimana dimaksud pada poin e, Pusat PVTPP melakukan notifikasi ke sistem OSS.
g. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin e, Pelaku praktik dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan.
h. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin e, Lembaga OSS mengeluarkan Izin Praktik Dokter
Hewan dalam bentuk SIP Dokter Hewan yang berlaku efektif dilengkapai dengan pejabat pemberi persetujuan.
B. Pengawasan
1. Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota bersama dengan organisasi profesi kedokteran hewan melakukan
pembinaan dan pengawasan atas pelayanan kesehatan hewan yang dilakukan oleh Dokter Hewan dan
Paramedik Veteriner sesuai dengan kewenangannya.
- 2980 -
2. Izin Praktik Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner berlaku di wilayah Kabupaten/Kota diterbitkannya izin
tersebut.
3. Apabila Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner melakukan Praktik di luar wilayah kabupaten/kota pemberi
izin, maka wajib melakukan pengurusan izin baru sesuai lokasi Kab/Kota tempat melakukan praktik atau
pelayanan.
4. Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan.
5. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kab/Kota melakukan pemeriksaan
pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang
diawasi adalah :
a. masa berlaku SIP DRH;
b. pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan SIP DRH dan
c. praktik kedokteran hewan.
6. Menteri/Gubernur atau bupati/walikota melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen Perizinan praktik Dokter Hewan;
b. pemenuhan kewajiban Pelaku praktik Dokter Hewan; dan/atau
c. kegiatan operasional yang telah mendapatkan perizinan berusaha.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Pengawasan yang dilakukan oleh menteri/gubernur atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada poin 6
dilakukan oleh PVTPP/DPMPTSP sesuai dengan kewenangannya.
- 2981 -
pelayanan yang diberikan yang dibuktikan dengan surat keterangan dari organisasi profesi kedokteran hewan di
Indonesia;
q. surat pernyataan bersedia mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika profesi; dan
r. surat keterangan tempat praktik Dokter Hewan
s. Tenaga Medik Veteriner dengan status warga negara asing untuk Dokter Hewan Spesialis.
4. Persyaratan Untuk melakukan praktik pelayanan jasa kesehatan hewan, pelaku praktik pelayanan jasa kesehatan hewan
khusus melakukan pemenuhan Komitmen, yaitu dengan kesanggupan menyampaikan persyaratan sebagai berikut:
atau a. Dalam pelayanan jasa medik veteriner tenaga medik veteriner melaksanakan segala urusan kesehatan hewan
Persyaratan berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam pendidikan kedokteran hewan dan dapat
Teknis dibantu oleh tenaga paramedik veteriner dan sarjana kedokteran hewan yang menjadi kompetensinya dan
Produk, dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Tenaga kesehatan hewan wajib mematuhi kode etik dan (untuk
Proses, dokter hewan) wajib memegang teguh sumpah atau janji profesinya;
dan/atau b. Pernyataan memiliki fasilitas, perlengkapan, peralatan, dan/atau instalasi farmasi sesuai dengan yang
Jasa dipersyaratkan untuk praktik mandiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Menggunakan dan/atau memperdagangkan obat hewan yang memiliki nomor pendaftaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Memenuhi persyaratan kesejahteraan hewan;
e. Pernyataan pada poin 2 berupa surat keterangan pemenuhan persyaratan teknis yang diterbitkan berdasarkan
penilaian teknis oleh Dinas Daerah Kabupaten/Kota.
- 2984 -
Pinset
Scalpel
Kidney Tray
Scalpel handle
Towel clamp
Alis tissue forcep
Sterilisator
3. Perlengkapan Kartu nama
Buku resep
Rekam medis
Baju praktik
Baju bedah
Pengukur
bobot badan
Meja
konsultasi/
administrasi
Meja periksa
Tempat
penyimpanan
- 2986 -
4. Apabila daerah belum memiliki POV atau terjadi keterlambatan dalam hal penilaian kesesuaian, maka penilaian
dilimpahkan ke Pusat.
5. Tim teknis kementerian/lembaga melakukan penilaian kesesuaian paling lama 5 (lima) Hari sejak Pelaku Usaha
menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan standar secara lengkap dan benar.
6. Atas hasil sebagaimana dimaksud pada poin 5, Pusat PVTPP melakukan notifikasi ke sistem OSS.
7. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 5, Pelaku praktik dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan.
8. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 5, Lembaga OSS mengeluarkan Izin Praktik Dokter
Hewan dalam bentuk SIP Dokter Hewan dalam bentuk SIP Dokter Hewan yang berlaku efektif dilengkapi
dengan pejabat pemberi persetujuan.
B. Pengawasan
1. Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota bersama dengan organisasi profesi kedokteran hewan melakukan
pembinaan dan pengawasan atas pelayanan Kesehatan hewan yang dilakukan oleh Dokter Hewan dan
Paramedik Veteriner sesuai dengan kewenangannya.
2. Izin Praktik Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner berlaku di wilayah Kabupaten/Kota diterbitkannya izin
tersebut.
3. Apabila Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner melakukan Praktik di luar wilayah kab/kota pemberi izin,
maka wajib melakukan pengurusan izin baru sesuai lokasi Kab/Kota tempat melakukan praktik atau
pelayanan.
- 2989 -
4. Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan.
5. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kab/Kota melakukan pemeriksaan
pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang
diawasi adalah :
a. masa berlaku SIP DRH;
b. pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan SIP DRH dan
c. praktik kedokteran hewan.
6. Menteri/Gubernur atau bupati/walikota melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen Perizinan praktik Dokter Hewan;
b. pemenuhan kewajiban Pelaku praktik Dokter Hewan; dan/atau
c. kegiatan operasional yang telah mendapatkan perizinan berusaha,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
7. Pengawasan yang dilakukan oleh menteri/gubernur atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada poin 6
dilakukan oleh PVTPP/DPMPTSP sesuai dengan kewenangannya.
- 2990 -
khusus melakukan pemenuhan komitmen, yaitu dengan kesanggupan menyampaikan persyaratan sebagai berikut:
atau 1. Dalam pelayanan jasa medik veteriner tenaga medik veteriner melaksanakan segala urusan kesehatan hewan
Persyaratan berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam Pendidikan kedokteran hewan dan dapat
Teknis dibantu oleh tenaga paramedik veteriner dan sarjana kedokteran hewan yang menjadi kompetensinya dan
Produk, dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Tenaga kesehatan hewan wajib mematuhi kode etik dan (untuk
Proses, dokter hewan) wajib memegang teguh sumpah atau janji profesinya;
dan/atau 2. Pernyataan memiliki fasilitas, perlengkapan, peralatan, dan/atau instalasi farmasi sesuai dengan yang
Jasa dipersyaratkan untuk praktik mandiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Menggunakan dan/atau memperdagangkan obat hewan yang memiliki nomor pendaftaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Memenuhi persyaratan kesejahteraan hewan;
5. Pernyataan pada poin 2 berupa surat keterangan pemenuhan persyaratan teknis yang diterbitkan berdasarkan
penilaian teknis.
5 Sarana Sarana Tempat Pelayanan Kesehatan Hewan Paramedik Veteriner
No Paramedik Jenis Keterangan
Veteriner
1. Tenaga Alat transportasi Motor / Mobil
Paramedik Peralatan Alat pengukur
Veteriner pelayanan suhu
Kesehatan kesehatan pada Spuit (50cc, 20cc,
- 2993 -
inseminasi beku/cair
buatan dan Gun inseminasi
Tenaga buatan
Paramedik Gunting, pinset
Veteriner Termos N2 cair
pemeriksaan atau container
kebuntingan transpor dengan
kapasitas 1- 2
liter
Perlengkapan Pakaian lapangan
Plastic sheath
Plastic gloves
Jas hujan
Sepatu bot
Lampu senter
Handuk
Tali
Sabun
Kertas tisu
Tas inseminasi
- 2995 -
buatan
3. Tenaga Alat transportasi Motor / Mobil
Paramedik Peralatan Cateter
Veteriner intrauterine
asisten spuit (50cc, 20cc
teknik dan 10cc)
reproduksi Obat bebas
Perlengkapan Pakaian lapangan
Plastic sheath
Plastic gloves
Jas hujan
Sepatu bot
Lampu senter
Handuk
Tali
Sabun
Kertas tisu
6 Penilaian A. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap pemenuhan komitmen dan standar oleh pelaku praktik pelayanan jasa Kesehatan
dan hewan dilakukan oleh Pejabat Otoritas Veteriner dibantu oleh Tim Teknis Dinas sesuai kewenangan di wilayah
- 2996 -
Pengawasan kerjanya dan Pelimpahan kewenangan perizinan dilakukan setelah Kabupaten/Kota memiliki Pejabat Otoritas
Veteriner (POV) Kabupaten/Kota dan Dokter Hewan Berwenang sesuai bidangnya. Apabila Kabupaten/Kota belum
memiliki POV maka kewenangan diberikan kepada POV Provinsi. Apabila Provinsi belum memiliki POV maka
kewenangan perizinan ada di Kementerian Pertanian.
menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan standar secara lengkap dan benar.
6. Atas hasil sebagaimana dimaksud pada poin 5, Pusat PVTPP melakukan notifikasi ke sistem OSS.
7. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 5, Pelaku praktik dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan.
8. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 5, 1. Lembaga OSS mengeluarkan Izin Pelayanan
Paramedik Veteriner dalam bentuk SIPP Paramedik Veteriner, SIPP Inseminator, SIPP Pemeriksa Kebuntingan,
atau SIPP Asisten Teknik Reproduksi dalam bentuk sertifikat standar yang berlaku efektif dilengkapi dengan
pejabat pemberi persetujuan.
B. Pengawasan
1. Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota bersama dengan organisasi profesi kedokteran hewan melakukan
pembinaan dan pengawasan atas pelayanan Kesehatan hewan yang dilakukan oleh Paramedik Veteriner sesuai
dengan kewenangannya.
2. Pengawasan terhadap kompetensi Paramedik Veteriner dilakukan dengan bekerjasama dengan LSP penerbit
Sertifikat Kompetensi Paramedik Veteriner.
3. Izin Pelayanan Paramedik Veteriner berlaku di wilayah Kabupaten/Kota diterbitkannya izin tersebut.
4. Apabila Paramedik Veteriner melakukan Pelayanan di luar wilayah kab/kota pemberi izin, maka wajib
melakukan pengurusan izin baru sesuai lokasi Kab/Kota tempat melakukan pelayanan.
5. Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan.
6. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kab/Kota melakukan pemeriksaan
- 2998 -
pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang
diawasi adalah :
a. pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan Izin dan
b. Pelayanan Paramedik Veteriner.
7. Menteri/Gubernur atau bupati/walikota melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen Perizinan Pelayanan Paramedik Veteriner;
b. pemenuhan kewajiban Pelaku Pelayanan Paramedik Veteriner; dan/atau
c. kegiatan operasional yang telah mendapatkan perizinan berusaha.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
8. Pengawasan yang dilakukan oleh menteri/gubernur atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada poin 6
dilakukan oleh PVTPP/DPMPTSP sesuai dengan kewenangannya.
9. Dalam hal Paramedik Veteriner telah memiliki perizinan sebelum peraturan ini terbit maka dapat tetap
melaksanakan kegiatan usahanya dengan syarat Izin yang dimiliki dikeluarkan oleh Dinas Yang Membidangi
Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan atau Lembaga Pelatihan yang bekerjasama dengan Badan SDM atau
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang telah tersertifikasi oleh BNSP yang akan diverifikasi oleh Dinas Yang
Membidangi Fungsi Peternakan dan Keswan Kabupaten/Kota/Provinsi.
10. Bagi Paramedik Veteriner yang telah memiliki izin sebelum diterbitkannya peraturan ini namun tidak sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam peraturan ini maka diwajibkan mengikuti Pelatihan di Lembaga Pelatihan
SDM Kementerian Pertanian dan mengikuti Sertifikasi Kompetensi di LSP yang sudah tersertifikasi BNSP.
- 2999 -
5. fotokopi Sertifikat Kompetensi Dokter Hewan yang diterbitkan oleh organisasi profesi kedokteran hewan;
6. fotokopi surat rekomendasi dari organisasi profesi kedokteran hewan yang berkedudukan di Pusat
7. fotokopi surat keterangan dari Perusahaan bahwa dokter hewan tersebut benar bekerja di Perusahaan
4. Persyaratan Untuk melakukan praktik pelayanan jasa kesehatan hewan terintegrasi di Perusahaan Peternakan dan Kesehatan
khusus Hewan, pelaku praktik pelayanan jasa Kesehatan hewan melakukan pemenuhan Komitmen, yaitu dengan
atau kesanggupan menyampaikan persyaratan sebagai berikut:
Persyaratan 1. Dalam pelayanan jasa medik veteriner tenaga medik veteriner melaksanakan segala urusan kesehatan hewan
Teknis secara terintegrasi berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam Pendidikan kedokteran
Produk, hewan dan dapat dibantu oleh tenaga paramedik veteriner dan sarjana kedokteran hewan yang menjadi
Proses, kompetensinya dan dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. Tenaga kesehatan hewan wajib mematuhi kode
dan/atau etik dan (untuk dokter hewan) wajib memegang teguh sumpah atau janji profesinya;
Jasa 2. Pernyataan memiliki fasilitas praktik dan/atau instalasi farmasi sesuai dengan peraturan perusahaan
3. Menggunakan dan/atau memperdagangkan obat hewan yang memiliki nomor pendaftaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Memenuhi persyaratan kesejahteraan hewan.
5 Sarana Sarana Pelayanan Kesehatan Hewan Praktik Dokter Hewan Terintegrasi:
No Jenis Bentuk Keterangan
.
1. Peralatan Pendiagnosaan Termometer
Stetoskop
- 3001 -
4. Obat-obatan Alkohol
Antiseptik
Antibiotik
Antipiretik
Analgesik
Antihistamina
Anti parasite
Lidocain
Sedativa
Cairan infus minimal NaCl dan
LRL
Vitamin dan
mineral
6 Penilaian Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap pemenuhan komitmen dan standar oleh pelaku praktik pelayanan jasa Kesehatan
dan hewan terintegrasi dilakukan oleh Kementerian Pertanian.
Pengawasan
Pemberian izin Praktik Dokter Hewan terintegrasi diberikan setelah semua komitmen, kewajiban dan standar
dipenuhi pelaku praktik. Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim teknis. Skema penilaian kesesuaian sebagai
berikut :
1. Tim Teknis Kementerian Pertanian melakukan penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak
perusahaan menyampaikan pemenuhan atas Komitmen dan kewajiban Dokter Hewan di Perusahaannya secara
lengkap dan benar.
2. Atas hasil penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 1, PVTPP melakukan notifikasi ke sistem
OSS.
3. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 1, Pelaku praktik dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan.
4. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 2, Lembaga OSS mengeluarkan Izin Praktik Dokter
Hewan Terintegrasi dalam bentuk SIP Dokter Hewan Terintegrasi yang berlaku efektif dilengkapi dengan
pejabat pemberi persetujuan.
Pengawasan
1. Pejabat Otoritas Veteriner Kementerian dengan organisasi profesi kedokteran hewan melakukan pembinaan dan
pengawasan atas pelayanan Kesehatan hewan yang dilakukan oleh Dokter Hewan sesuai dengan kewenangannya.
2. Izin Praktik Dokter Hewan Terintegrasi berlakunya untuk kegiatan jasa medik yang dilakukan di Perusahaan
pendaftar di seluruh wilayah Indonesia.
3. Apabila Dokter Hewan melakukan Praktik di luar perusahaan wajib mengajukan izin praktik mandiri.
- 3004 -
4. Izin praktik terintegrasi dengan izin usaha perusahaan tempat bekerja dan tidak dapat digunakan untuk kegiatan
jasa medik di unit usaha lain.
5. Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan.
6. Kementerian Pertanian melakukan pemeriksaan pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-
audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang diawasi adalah :
a. pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan SIP dan
b. praktik kedokteran hewan.
7. Menteri melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen Perizinan praktik Dokter Hewan
b. pemenuhan kewajiban Pelaku praktik Dokter Hewan; dan/atau
c. kegiatan operasional yang telah mendapatkan perizinan berusaha.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
8. Pengawasan yang dilakukan oleh menteri sebagaimana dimaksud pada poin 9 dilakukan oleh PVTPP sesuai
dengan kewenangannya.
Proses, 3. menggunakan dan/atau memperdagangkan obat hewan yang memiliki nomor pendaftaran sesuai dengan
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
Jasa 4. memenuhi persyaratan kesejahteraan hewan;
5 Sarana Sarana Tempat Pelayanan Kesehatan Hewan Paramedik Veteriner
Jenis Keterangan
Peralatan pelayanan Alat pengukur suhu
kesehatan Spuit (50cc, 20cc, 10cc dan 3cc)
Uterine injector/cateter
intrauterine
Perlengkapan Pakaian lapangan
Plastic gloves
Jas hujan
Sepatu bot
Lampu senter
Handuk
Tali
Sabun
Tas
Peralatan pelayanan Automatic injection
Kesehatan pada ternak Cooler box
- 3008 -
unggas
6 Penilaian Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap pemenuhan komitmen dan standar oleh pelaku praktik pelayanan jasa Kesehatan
dan hewan terintegrasi dilakukan oleh Kementerian Pertanian.
Pengawasan
Penilaian Kesesuaian Pelayanan Paramedik Veteriner
Pemberian izin Pelayanan Paramedik Veteriner Terintegrasi diberikan setelah semua komitmen, kewajiban dan
standar dipenuhi pelaku pelayanan. Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim teknis. skema penilaian kesesuaian
sebagai berikut :
1. Tim Teknis Kementerian Pertanian melakukan penilaian kesesuaian paling lama 7 (tujuh) Hari sejak
perusahaan menyampaikan pemenuhan atas Komitmen Paramedik Veteriner di Perusahaannya secara lengkap
dan benar.
2. Atas hasil penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 1, PVTPP melakukan notifikasi ke sistem
OSS.
3. Atas notifikasi ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 1, Pelaku praktik dapat melengkapi
pemenuhan Komitmen dan kewajiban dengan jangka waktu 1 (satu) bulan.
4. Atas notifikasi kesesuaian sebagaimana dimaksud pada poin 2, Lembaga OSS mengeluarkan Izin Pelayanan
Paramedik Terintegrasi dalam bentuk sertifikat standar.
Pengawasan
1. Pejabat Otoritas Veteriner Kementerian dengan organisasi profesi kedokteran hewan melakukan pembinaan dan
- 3009 -
pengawasan atas pelayanan Kesehatan hewan yang dilakukan oleh Paramedik Veteriner sesuai dengan
kewenangannya.
2. Izin Praktik Paramedik Veteriner Terintegrasi berlaku untuk kegiatan jasa medik yang dilakukan di Perusahaan
pendaftar di seluruh wilayah Indonesia.
3. Apabila Paramedik Veteriner melakukan Praktik di luar perusahaan wajib mengajukan izin praktik mandiri.
4. Izin praktik terintegrasi dengan izin usaha perusahaan tempat bekerja dan tidak dapat digunakan untuk kegiatan
jasa medik di unit usaha lain.
5. Organisasi profesi kedokteran Hewan melakukan pengawasan atas mutu pelayanan medik yang diberikan.
6. Kementerian Pertanian melakukan pemeriksaan pemenuhan kewajiban melalui mekanisme pengawasan (post-
audit). Adapun pemenuhan kewajiban yang diawasi adalah :
a. pemenuhan persyaratan terhadap penerbitan SIP dan
b. praktik kedokteran hewan.
7. Menteri melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen Perizinan praktik Dokter Hewan dan Pelayanan Paramedik Veteriner ;
b. pemenuhan kewajiban Pelaku praktik Dokter Hewan dan Pelayanan Paramedik Veteriner ; dan/atau
c. kegiatan operasional yang telah mendapatkan perizinan berusaha.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
8. Pengawasan yang dilakukan oleh menteri sebagaimana dimaksud pada poin 9 dilakukan oleh PVTPP sesuai
dengan kewenangannya.
STANDAR KOMPARTEMEN BEBAS/BEBAS KASUS PENYAKIT HEWAN
NO KOMPARTEMEN BEBAS/BEBAS KASUS PENYAKIT HEWAN
- 3010 -
- Panitia Teknis berjumlah paling kurang 2 (dua) orang, yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota
yang berasal dari Otoritas Veteriner Kesehatan Hewan dan 1 (satu) orang anggota yang berasal dari ahli penyakit
hewan sesuai permohonan status kompartemen.
- Hasil Penilaian akhir telah memenuhi bebas penyakit hewan diterbitkan Sertifikat Kompartemen Bebas Penyakit
Hewan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan an. Menteri
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan melalui pembinaan berkala oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
dan/atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi/kabupaten/kota. Salah
satu yang ditekankan yaitu Pemerintah melakukan pembinaan penerapan kompartemen bebas penyakit bagi
UMKM.
- Sertifikat Kompartemen Bebas Penyakit Hewan berlaku selama tidak ditemukan adanya kasus melalui
rekonfirmasi status bebas.
- Rekonfirmasi status bebas dilakukan oleh pemegang sertifikat melalui iSIKHNAS.
- Rekonfirmasi status kompartemen memuat informasi paling kurang:
▪ hasil surveilans;
▪ hasil investigasi terhadap kasus yang muncul;
▪ perubahan terhadap isi dokumen persyaratan teknis. (jenis persyaratan teknis sebagai rekonfirmasi); dan
- Rekonfirmasi dilaksanakan sekali dalam setahun dengan periode 1 Januari sd 31 Desember, dilaporkan lambat
31 Januari tahun berikutnya.
STANDAR SERTIFIKAT VETERINER LALU LINTAS HEWAN, PRODUK HEWAN, DAN MEDIA PEMBAWA PENYAKIT HEWAN LAINNYA
ANTARKABUPATEN/KOTA ATAU PROVINSI DALAM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
- 3014 -
SERTIFIKAT VETERINER LALU LINTAS HEWAN, PRODUK HEWAN, DAN MEDIA PEMBAWA PENYAKIT HEWAN LAINNYA ANTAR
NO KABUPATEN/KOTA ATAU PROVINSI DALAM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
62023 Aktivitas Penyediaan Sertifikat Elektronik dan Layanan Yang Menggunakan Sertifikat Elektronik
1 Ruang Standar ini mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha untuk Lalu Lintas Hewan, Produk Hewan,
Lingkup dan Media Pembawa Penyakit Hewan Lainnya Antar kabupaten/Kota atau Provinsi Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia mencakup persyaratan penerbitan, tata cara penerbitan, dan kewajiban pelaku usaha.
2 Istilah dan 1. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air,
Definisi dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang di habitatnya.
2. Hewan, produk hewan, dan media pembawa penyakit hewan lainnya yang selanjutnya disebut HPM adalah semua
hewan, produk hewan, dan media pembawa penyakit hewan lainnya selain hewan air.
3. Wilayah adalah suatu lokasi dapat berupa kabupaten/kota, provinsi, atau beberapa provinsi.
4. Kawasan adalah pulau, zona, kompartemen, unit konservasi, dan tempat terisolasi dengan batas-batas buatan
dan/atau alami yang diberlakukan tindakan pengamanan untuk melindungi Hewan dan lingkungan hidup dari
Penyakit Hewan.
5. Lalu lintas adalah kegiatan melalulintaskan HPM antar kabupaten/kota, antar provinsi, atau Kawasan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan HPM dari kabupaten/kota ke kabupaten/kota lainnya, dari satu
provinsi ke provinsi lain, atau dari satu Kawasan ke Kawasan lainnya.
7. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan HPM dari satu kabupaten/kota ke kabupaten/kota lainnya atau dari
satu provinsi ke provinsi lain, atau dari satu Kawasan ke Kawasan lainnya.
- 3015 -
8. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara Hewan dan Hewan, Hewan dan manusia, serta
Hewan dan media pembawa penyakit Hewan lain melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis seperti air, udara, tanah, Pakan, peralatan, dan manusia, atau melalui media perantara
biologis seperti virus,bakteri, amuba, atau jamur.
9. Penyakit Hewan Menular Strategis adalah penyakit Hewan yang dapat menimbulkan angka kematian dan/atau
angka kesakitan yang tinggi pada Hewan, dampak kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau bersifat
zoonotik.
10. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab dan memiliki
kompetensi dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan.
11. Dokter Hewan Berwenang adalah Dokter Hewan yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan
Kesehatan Hewan.
12. Sertifikat Veteriner adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Otoritas Veteriner Provinsi atau Kabupaten/Kota
yang menyatakan bahwa HPM telah memenuhi persyaratan daerah tujuan.
13. Dinas Daerah adalah satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat dengan SKPD provinsi atau
kabupaten/kota yang membidangi fungsi Peternakan dan kesehatan hewan.
14. Provinsi atau kabupaten/kota penerima adalah provinsi atau kabupaten/kota yang menerima pemasukan HPM.
15. Provinsi atau kabupaten/kota pengirim adalah provinsi atau kabupaten/kota yang mengeluarkan HPM.
16. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum serta yang melakukan kegiatan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
- 3016 -
17. Hewan kebutuhan khusus adalah hewan yang membutuhkan perawatan, kesehatan, vitamin dan vaksin agar
kualitas hidupnya tetap terjaga dan untuk menghindari dari berbagai macam penyakit.
18. Satwa Liar adalah semua binatang yang hidup di darat, air, dan/atau udara yang masih mempunyai sifat liar, baik
yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
19. Hewan Laboratorium adalah hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan percobaan, penelitian, pengujian,
pengajaran, dan penghasil bahan biomedik ataupun dikembangkan menjadi hewan model untuk penyakit
manusia.
20. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri,
jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.
21. Hewan Kesayangan adalah hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan olah raga, kesenangan, dan/atau
keindahan.
22. Hewan eksotik adalah hewan yang tidak lazim dipelihara oleh manusia sebagai hewan kesayangan.
23. Daerah Bebas adalah Wilayah atau Kawasan yang tidak pernah ditemukan adanya agen Penyakit Hewan
menular/bebas historis atau yang semula terdapat kasus atau agen Penyakit Hewan menular dan setelah
dilakukan pengamatan tidak ditemukan kasus atau agen Penyakit Hewan menular.
24. Daerah Terduga adalah Wilayah atau Kawasan yang masih berstatus bebas penyakit yang berbatasan langsung
dengan daerah wabah tanpa dibatasi oleh batas alam seperti laut, sungai, gunung, kawasan hutan alam maupun
- 3017 -
daerah bebas lainnya yang mempunyai batas alam dengan frekuensi lalu lintas HPM tinggi dan berada di luar
Wilayah kerja karantina.
25. Daerah Tertular adalah Wilayah atau Kawasan dengan situasi sporadis, endemis, kejadian luar biasa, atau wabah
yang ditemukan kasus Penyakit Hewan menular tertentu pada populasi Hewan rentan.
3 Persyaratan Setiap Orang yang mengajukan permohonan Sertifikat Veteriner Lalu Lintas HPM Antar Kabupaten/Kota atau Provinsi
Umum Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan:
a. Surat Rekomendasi Pemasukan yang diterbitkan Pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota penerima untuk HPM
yang dilalulintaskan antar kabupaten/kota atau Kawasan dalam satu provinsi atau Surat Rekomendasi
Pemasukan yang diterbitkan Pejabat Otoritas Veteriner provinsi penerima dan Surat Rekomendasi Pengeluaran
yang diterbitkan Pejabat Otoritas Veteriner provinsi pengirim untuk HPM yang dilalulintaskan antar provinsi.
b. Rekomendasi Pengeluaran dari Provinsi didasarkan kepada Rekomendasi Pemasukan dari Provinsi Penerima.
c. Rekomendasi Pemasukan dan Rekomendasi Pengeluaran memuat informasi:
- Nama pemohon
- Alamat
- Provinsi Asal
- Kabupaten/Kota Asal
- Kawasan Asal
- Kabupaten/Kota Tujuan
- Jenis HPM
- Persyaratan Teknis Kesehatan Hewan
- 3018 -
Persyaratan Teknis Kesehatan Hewan Daerah Penerima diumumkan di website Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota atau Provinsi
d. Rekomendasi Pemasukan atau Rekomendasi Pengeluaran berlaku selama tidak ada perubahan persyaratan teknis
Kesehatan Hewan.
e. Sertifikat Veteriner memuat informasi:
- Nama Pemilik
- Alamat
- Provinsi Asal
- Kabupaten/Kota Asal
- Kawasan Asal
- Provinsi Tujuan
- Kabupaten/Kota Tujuan
- Kawasan Tujuan
- Jenis HPM
- Jumlah
- Telah memenuhi persyaratan teknis kesehatan hewan daerah tujuan yang disesuaikan dengan Rekomendasi
masukan dan Rekomendasi Pengeluaran
Sertifikat Veteriner berlaku untuk 1 (satu) kali pengiriman atau 30 (tiga puluh) hari.
4 Persyaratan Persyaratan kesehatan HPM diberikan berdasarkan:
khusus 1. pemeriksaan fisik; dan/atau
- 3019 -
atau 2. hasil uji dari Laboratorium Veteriner yang terakreditasi atau yang ditetapkan oleh Menteri.
Persyaratan 3. Status Daerah, dari:
Teknis a. Bebas ke Bebas, Tertular atau Terduga
Produk, b. Terduga ke Terduga atau Tertular
Proses, c. Tertular ke Tertular
dan/atau d. Tertular ke bebas atau Terduga sepanjang dapat memenuhi persyaratan teknis kesehatan hewan
Jasa berdasarkan kajian risiko dari Pejabat Otoritas Veteriner Kabupaten/Kota, Provinsi, Kesehatan Hewan, atau
Kesehatan Masyarakat Veteriner
Status dan situasi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan atas nama Menteri
Pertanian dan didasarkan pada rekomendasi Pejabat Otoritas Veteriner Nasional. Status dan situasi tiap daerah
dan Kawasan diumumkan melalui website Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
Lalu lintas HPM dilarang apabila suatu Daerah Tertular dengan situasi wabah.
- 3020 -
Pengawasan
Pengawasan lalu lintas HPM dilakukan oleh:
a. dinas kabupaten/kota di dalam daerah kabupaten/kota;
b. dinas provinsi di perbatasan provinsi; dan/atau
c. dinas provinsi di dalam daerah provinsi.
- 3021 -
Pengawasan di perbatasan provinsi dilakukan di Pos Pemeriksaan Kesehatan Hewan (check point).
Pengawasan dapat dilakukan di tempat peredaran, penyimpanan, dan/atau pemeliharaan hewan.
Sarana dan prasarana terdiri atas bangunan, tempat parkir, peralatan pemeriksaan fisik, dan tindakan biosekuriti.
HPM dilakukan pemeriksaan persyaratan di Pos Pemeriksaan Kesehatan Hewan dengan ketentuan:
a. dimasukkan ke provinsi penerima dalam hal telah memenuhi persyaratan dengan menerbitkan Surat Pelepasan;
b. ditahan paling lama 14 (empat belas) hari dalam hal belum memenuhi persyaratan dengan menerbitkan surat
penahanan.
c. Ditolak atau dimusnahkan dalam hal tidak memenuhi persyaratan dengan menerbitkan surat penolakan atau
pemusnahan
Biaya pemeliharaan selama masa penahanan, penolakan dan pemusnahan dibebankan kepada pemilik HPM.
HPM yang dilalulintaskan melewati provinsi yang bukan provinsi penerima tidak dilakukan pengawasan sepanjang
tidak dilakukan bongkar muat.
Penerbitan persyaratan umum, persyaratan khusus atau persyaratan teknis produk, proses, dan/atau jasa, penilaian
kesesuaian dan pengawasan dilaksanakan secara daring dengan menggunakan ISIKHNAS.
3. Penilaian adalah rangkaian kegiatan yang berkesinambungan untuk memberikan jaminan mutu bahwa produk
- 3025 -
d. Bibit
e. Pakan
f. Obat hewan
g. Tenaga kerja
h. Alat angkut
6 Penilaian A. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian dilakukan oleh tim penilai melalui inspeksi kepada pelaku usaha menggunakan checklist kesesuaian GFP
dan .
Pengawasan B. Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan secara langsung (on-spot) dan secara tidak langsung:
a. Pengawasan secara langsung dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak dan/atau petugas yang ditunjuk oleh
kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota/provinsi/ Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan;
b. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pelaku usaha kepada Pemerintah
Pusat dan Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
2. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
3. Evaluasi penerapan GFP dilaksanakan paling kurang 1 kali selama periode masa berlaku sertifikat GFP
dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
14. Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit hewan ke induk
semang dan/atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak
mengontaminasi atau tidak disalahgunakan.
15. Sistim Ekstensif/Pastura adalah kegiatan pembibitan yang dikembangkan dalam padang penggembalaan.
16. Sistim Intensif adalah kegiatan pembibitan yang dikembangkan dalam kandang.
17. Sistim Semi Intensif adalah kegiatan pembibitan yang dikembangkan melalui penggembalaan pada siang hari
dan dikandangkan pada sore harinya. Pengawas Bibit Ternak adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan bibit ternak yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil
18. Dinas adalah Instansi yang membidangi fungsi peternakan dan atau Kesehatan Hewan di
provinsi/kabupaten/kota.
19. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pejabat
pimpinan tinggi madya yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
3 Persyaratan Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan sertifikasi GFP memenuhi persyaratan administrasi
Umum sebagai berikut:
a. Mengajukan Surat Permohonan yang ditujukan kepada:
1) Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam hal kegiatan usaha berada di lintas provinsi
dan/atau untuk perluasan pasar dalam negeri atau luar negeri;
2) Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Provinsi dalam hal kegiatan usaha
- 3032 -
f. Obat hewan
g. Tenaga kerja
h. Alat angkut
6 Penilaian A. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian dilakukan oleh tim penilai melalui inspeksi kepada pelaku usaha menggunakan checklist kesesuaian GBP
dan .
Pengawasan B. Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan secara langsung (on-spot) dan secara tidak langsung:
a. Pengawasan secara langsung dilakukan oleh Pengawas Bibit Ternak dan/atau petugas yang ditunjuk oleh
kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota/provinsi/ Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan;
b. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pelaku usaha kepada Pemerintah
Pusat dan Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
2. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
3. Evaluasi penerapan GBP dilaksanakan paling kurang 1 kali selama periode masa berlaku sertifikat GBP
dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
8. Benih Sumber adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi Benih yang meliputi BS,
- 3035 -
20. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu adalah proses yang menjamin bahwa sistem manajemen diterapkan untuk
- 3036 -
29. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD adalah organisasi perangkat daerah yang
- 3037 -
a. Surat izin produksi benih bina dari bupati/walikota atau rekomendasi dari kepala UPT/UPTD;
b. Surat penetapan kebun sumber benih yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri; dan
c. Sesuai dengan prosedur sertifikasi.
5. Penetapan kebun sumber benih sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf b diperuntukan bagi benih TPT
tahunan.
6. Sertifikat Benih Bina diterbitkan oleh UPTD/UPT;
7. Sertifikat Benih Bina berisi:
a. Nama produsen dan alamat;
b. Jenis tanaman;
c. Standar mutu Benih;
d. Tanggal pengujian Benih;
8. Sertifikat kelas BS yang belum menerapkan sistem manajemen mutu dapat diterbitkan oleh pemulia yang telah
memiliki sertifikat kompetensi.
9. Sertifikat kelas BS yang sudah menerapkan sistem manajemen mutu diterbitkan oleh pimpinan institusi
pemuliaan.
10. Produsen benih bina wajib melaporkan produksi kepada LSSM setiap bulan dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal dan kepala UPTD
a. Jenis
b. Varietas
c. Volume produksi
d. Stok benih
12. Sertifikasi diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) yang terakreditasi oleh lembaga
akredetasi sesuai dengan lingkup di bidang perbenihan
13. LSSM dalam melakukan kegiatannya wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal paling sedikit 1 (satu) tahun
sekali.
14. Laporan LSSM meliputi:
a. Nama dan alamat lembaga yang memberikan akredetasi
b. Status dan nomor registrasi
c. Ruang lingkup akredetasi
d. Perubahan yang terkait dengan akredetasi lembaga
e. Pelaksanaan sertifikasi sistem manajemen mutu yang diberikan meliputi:
1) Nama dan alamat perseorangan, badan usaha, badan hukum atau instansi pemerintah yang telah
disertifikasi
2) Ruang lingkup benih dan varietas yang diproduksi
3) Lokasi produksi benih bina
4) Nomor dan masa berlaku sertifikat sistem manajemen mutu yang diberikan
15. Apabila terjadi perubahan sertifikat baru atau pembekuan sertifikat, LSSM harus memberitahukan secara
- 3040 -
berikut:
(1) Persyaratan Kebun Sumber Benih meliputi:
(a) Tanah dan iklim
Persyaratan tanah dan iklim kebun sumber Benih meliputi ketinggian tempat, topografi, drainase, kesuburan
tanah, jenis tanah, keasaman tanah, curah hujan.
(b) Lokasi
Persyaratan lokasi kebun sumber Benih meliputi aksesibilitas (akses lahan mudah dijangkau), Ketersediaan
dan tata kelola air, terisolasi dari jenis tanaman lain, luasan lahan (minimal 0,25 Ha untuk legum dan 0,5
Ha untuk rumput pada satu hamparan), keamanan lahan meliputi status lahan, bukan daerah endemik
penyakit (bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan/OPT), aman dari gangguan banjir/longsor, di
daerah pengembangan peternakan.
(2) Prosedur Penilaian dan Penetapan Kebun Sumber Benih meliputi:
(a) Penetapan Tim
Pelaksanaan penilaian dilakukan oleh Tim Penilai dan Penetapan Kebun Sumber Benih yang ditetapkan oleh
Dirjen, paling kurang terdiri dari unsur Direktorat Pakan, pemulia, ahli TPT, Wastukan, UPT/UPTD,
Laboratorium pengujian mutu pakan, Dinas setempat.
(b) Penilaian Kebun Sumber Benih
Penilaian Kebun Sumber Benih meliputi:
i. Pemeriksaan dokumen, meliputi:
● Surat Permohonan
- 3042 -
(3) Pelaporan hasil pemeriksaan dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kebun Sumber Benih dan
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kebun Sumber Benih.
(4) Penetapan Kebun Sumber Benih ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian yang ditandatangani
Dirjen atas nama Menteri.
(5) Evaluasi dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali oleh Pengawas Mutu Pakan
pusat/Prov/Kab/Kota. Hasil evaluasi dilaporkan kepada Dirjen.
2) Lapangan dan Pertanaman;
a) Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan metode sebagai berikut:
(1) Dilakukan untuk klarifikasi dokumen permohonan, pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan pertanaman,
dan pemeriksaan proses pengolahan benih bina;
(2) Pemeriksaan Pendahuluan:
(a) Dilaksanakan sebelum tanam sampai dengan tanam sesuai dengan jenis komoditasnya untuk memastikan
kebenaran lokasi, persyaratan lahan dan Benih sumber.
(b) Persyaratan lahan meliputi isolasi dan unit sertifikasi.
(3) Klarifikasi dokumen dilaksanakan oleh Wastukan, dalam hal Kabupaten/Kota belum terdapat Wastukan,
Kepala Dinas Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan Wastukan dari Dinas Kabupaten/Kota terdekat
- 3043 -
atau Wastukan dari Dinas Provinsi, atau Wastukan dari Pemerintah Pusat.
(4) Pemeriksaan lapangan bisa dilakukan terhadap Benih dalam bentuk pohon, setek, pols, dan stolon.
(5) Rincian mengenai standar mutu benih pakan ternak dalam bentuk pols, stolon, setek, dan pohon dalam
polybag berdasarkan kelas benih dan jenis tanaman.
(6) Hasil pemeriksaan lapangan pendahuluan dilaporkan kepada kepala UPT/UPTD yang melaksanakan
pengawasan dan sertifikasi Benih dengan tembusan kepada Direktur Jenderal.
b) Pemeriksaan Pertanaman
(1) Pemeriksaan Pertanaman dilakukan untuk mengetahui kebenaran varietas dan kemurnian genetik serta
ada tidaknya persilangan atau tercampurnya pertanaman dengan tanaman lain atau varietas lain
dan/atau ada tidaknya organisme pengganggu tumbuhan terutama yang terbawa Benih sesuai dengan
komoditasnya;
(2) Pemeriksaan Pertanaman dilaksanakan pada fase pertumbuhan tertentu, sesuai dengan jenis
komoditasnya untuk memastikan mutu Benih.
(3) Hasil pemeriksaan tanaman dinyatakan lulus apabila sudah memenuhi standar kemurnian genetik;
(4) Pertanaman yang tidak memenuhi standar kemurnian genetik dapat dilakukan satu kali pemeriksaan
ulang;
(5) Apabila hasil pemeriksaan ulang tidak memenuhi standar kemurnian genetik, maka sertifikasi tidak
dilanjutkan;
(6) Hasil pemeriksaan pertanaman diberitahukan kepada produsen;
(7) Hasil pertanaman yang lulus pemeriksaan lapangan ditetapkan sebagai Kelompok Benih. Kelompok Benih
- 3044 -
m. Contoh Benih yang memenuhi standar mutu dinyatakan lulus uji oleh Laboratorium.
n. Contoh Benih yang tidak memenuhi standar mutu dapat dilakukan pengujian ulang maksimal 1 (satu)
kali.
o. Hasil pengujian Laboratorium dilaporkan kepada Kepala UPTD/UPT/Lembaga pengujian yang
mendapatkan sertifikat dari LSSM yang melaksanakan pengawasan dan sertifikasi Benih dengan
tembusan Direktur Jenderal.
Durasi pemenuhan persyaratan oleh pelaku usaha paling lambat 6 (enam) bulan.
5 Sarana Untuk dapat memenuhi persyaratan khusus, pelaku usaha harus memiliki sarana minimal berupa :
a. Memiliki dan/atau menguasai benih sumber;
b. Memiliki unit produksi benih yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai sesuai jenis tanaman;
dan
c. Memiliki tenaga ahli dan/atau terampil di bidang perbenihan.
6 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui verifikasi dokumen permohonan sesuai persyaratan
dan yang ditetapkan. Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan
Pengawasan Pertanian (PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
b. Pengawasan
- 3046 -
1. Pengawasan secara langsung dilakukan secara berkala 6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-waktu jika terdapat
dugaan ketidaksesuaian mutu benih yang beredar dengan standar mutu Benih.
2. Pengawasan terhadap kegiatan sertifikasi Benih tanaman pakan ternak dilakukan oleh Wastukan.
3. Dalam hal Kabupaten/Kota belum terdapat Wastukan, Kepala Dinas Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan
Wastukan dari Dinas Kabupaten/Kota terdekat atau Wastukan dari Dinas Provinsi, atau Wastukan dari
Pemerintah Pusat.
4. Pengawasan sertifikasi meliputi:
− Pemeriksaan terhadap kesesuaian prosedur sertifikasi;
− Pengawasan terhadap proses pengujian benih;
− Pengawasan pemasangan label
− Pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan perizinan danpendaftaran benih;
− Pemeriksaan masa berlaku sertifikat.
i) Label dipasang oleh produsen Benih Bina sesuai dengan jenis Benih dan komoditasnya.
j) Pemasangan label diawasi oleh Pengawas Mutu Pakan;
k) Dalam hal tidak tersedia Pengawas Mutu Pakan di Lokasi Produsen, pemasangan label diawasi oleh
Petugas yang ditunjuk oleh Dinas.
2) Pemeriksaan Kemasan
a) Kemasan dapat berupa kantong/wadah/ karung/polybag atau ikatan dalam satuan volume tertentu;
b) Kemasan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan dapat melindungi mutu serta
kesehatan Benih.
c) Kemasan Benih dalam bentuk kantong/karung paling sedikit memuat informasi:
(1) Identitas produsen dan/atau pengedar Benih;
(2) Jenis komoditas dan nama varietas;
(3) Volume Benih dalam kemasan;
(4) Perlakuan khusus yang diperlukan;dan
(5) Bahan aktif pestisida dan bahan kimia yang diaplikasikan.
b. Pelabelan Ulang
- 3049 -
C. Kewajiban
- 3050 -
Pencabutan sertifikat benih bina dilakukan oleh pemberi sertifikat. Pencabutan sertifikat benih bina disampaikan
kepada pelaku usaha, dan dilaporkan sebagai berikut:
a. UPTD kepada Dinas
b. UPT kepada Direktur Jenderal
8. Benih Sumber adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi Benih yang meliputi BS,
- 3052 -
21. Lembaga Sertifikasi adalah suatu lembaga penilai kesesuaian yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan untuk melakukan sertifikasi;
22. Label adalah keterangan tertulis dalam bentuk cetakan tentang identitas, mutu Benih, dan masa akhir edar
Benih;
23. Standar Mutu Benih adalah spesifikasi teknis Benih yang mencakup mutu genetik, fisik, fisiologis dan/atau
kesehatan Benih;
24. Produsen Benih adalah perseorangan, badan usaha, atau instansi pemerintah yang melakukan proses Produksi
Benih;
25. Pengedar Benih adalah perseorangan, badan usaha, atau instansi pemerintah yang melakukan penyaluran
Benih;
26. Pengawas Mutu Pakan yang selanjutnya disingkat Wastukan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan
pengawasan dan pengujian mutu pakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
27. Dinas adalah perangkat daerah yang melaksanakan sub urusan pemerintahan di bidang tanaman pakan ternak
di Provinsi/Kabupaten/Kota;
28. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah organisasi yang melaksanakan tugas teknis
operasional dan/atau penunjang tertentu dari Kementerian Pertanian dalam rangka melaksanakan pengawasan
dan/atau sertifikasi benih;
29. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD adalah organisasi perangkat daerah yang
- 3054 -
b. Jenis Tanaman;
c. Standar Mutu Benih;
d. Tanggal Pengujian Benih.
5. Sertifikat Benih Varietas Lokal disampaikan kepada petani, kelompok tani, Gabungan kelompok tani, Produsen
benih.
6. Sertifikat Benih Varietas Lokal dilaporkan kepada Dinas dan Direktur Jenderal.
7. Biaya Proses sertifikasi benih varietas lokal dibebankan kepada pemohon/produsen.
Prosedur Sertifikasi Benih Varietas Lokal terdiri dari:
a. Pemeriksaan Pendahuluan dan Pertanaman
1) Pemeriksaan pendahuluan :
a) Dilaksanakan sebelum tanam sampai dengan tanam sesuai dengan jenis komoditasnya untuk
memastikan kebenaran lokasi, dan persyaratan lahan.
b) Persyaratan lahan meliputi isolasi dan unit sertifikasi.
c) Hasil pemeriksaan pendahuluan dilaporkan.
2) Pemeriksaan pertanaman
a) Pemeriksaan pertanaman adalah untuk memastikan terdapat pertanaman di lokasi sesuai dengan surat
pernyataan dari Dinas;
b) Pemeriksaan kebenaran lokasi dan kesesuaian jenis tanaman dilakukan untuk benih tanaman pakan
ternak dalam bentuk pols, setek, stolon, dan pohon dalam bentuk polybag.
c) Pemeriksaan pertanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran varietas dan kemurnian fisik/fenotip;
- 3056 -
b. Pengujian Laboratorium
1) Untuk mengetahui kesesuaian mutu benih dalam bentuk biji dilakukan pengujian di laboratorium
2) Pengujian laboratorium dilakukan terhadap contoh benih yang mewakili kelompok benih
3) Pengujian laboratorium dilakukan untuk menguji mutu benih yang meliputi kadar air, daya kecambah dan
kemurnian benih.
4) Pengujian laboratorium dapat dilakukan di:
a) UPTD;
- 3057 -
b) UPT yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan dan sertifikasi benih tanaman
hijauan pakan ternak; atau
c) Lembaga pengujian yang terakreditasi.
5) Pengambilan contoh Benih dan pengujian mutu Benih dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam dokumen International Seed Testing Associaton (ISTA);
6) Contoh Benih yang tidak memenuhi standar mutu dapat dilakukan pengujian ulang maksimal 1 (satu) kali.
7) Hasil pengujian Laboratorium dilaporkan kepada Kepala UPT/UPTD dengan tembusan Direktur Jenderal.
B. Pengawasan
- 3058 -
1. Pengawasan secara langsung dilakukan secara berkala 6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-waktu jika terdapat
dugaan ketidaksesuaian mutu benih yang beredar dengan standar mutu Benih.
2. Pengawasan terhadap kegiatan sertifikasi Benih tanaman pakan ternak dilakukan oleh Wastukan.
3. Dalam hal Kabupaten/Kota belum terdapat Wastukan, Kepala Dinas Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan
Wastukan dari Dinas Kabupaten/Kota terdekat atau Wastukan dari Dinas Provinsi, atau Wastukan dari
Pemerintah Pusat.
4. Pengawasan sertifikasi meliputi:
a. Pemeriksaan terhadap kesesuaian prosedur sertifikasi;
b. Pengawasan terhadap proses pengujian benih;
c. Pengawasan pemasangan label
d. Pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan perizinan danpendaftaran benih;
e. Pemeriksaan masa berlaku sertifikat.
b. Pelabelan Ulang
1) Pelabelan ulang dilakukan terhadap benih varietas local yang masa edarnya menjelang berakhir (diajukan
paling lambat 14 hari menjelang habis masa berlaku label).
2) Pelabelan ulang benih dalam bentuk biji dilakukan setelah lulus pengujian mutu Benih di laboratorium,
sedangkan benih dalam bentuk pohon dalam polybag, setek, pols dan stolon dilakukan pemeriksaan di gudang
atau tempat penyimpanan;
3) Pelabelan ulang untuk Benih yang beredar dilakukan di UPT/UPTD di wilayah benih beredar atas permohonan
produsen benih yang bersangkutan;
4) Pemeriksaan di gudang atau tempat penyimpanan Benih Varietas Lokal dilakukan oleh UPT/UPTD.
5) Pelaksanaan pelabelan ulang diawasi oleh Pengawas Mutu Pakan;
C. Kewajiban
- 3061 -
Petani, kelompok tani, atau gabungan kelompok tani, dan Produsen Benih dalam memproduksi Benih varietas
lokal wajib:
1. Bertanggungjawab atas mutu Benih varietas lokal yang diproduksi;
2. Mendokumentasikan data Benih yang diproduksi; dan
3. Kesediaan memberikan keterangan kepada pengawas Benih dan/atau pengawas mutu pakan jika diperlukan.
8. Benih Sumber adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memproduksi Benih yang meliputi BS, BD,
- 3063 -
dan BP;
9. Benih Hibrida adalah keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan antara dua atau lebih tetua
pembentuknya (galur induk/inbrida homozygot);
10. Benih Varietas lokal adalah Benih yang diproduksi dari varietas lokal;
11. Tanaman Pakan Ternak yang selanjutnya disingkat TPT adalah tanaman penghasil hijauan dan/atau biji-bijian
yang dibudidayakan untuk pakan ternak;
12. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah,
biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama;
13. Varietas Lokal adalah varietas tanaman yang telah beradaptasi dan berkembang pada lokasi tertentu;
14. Pendaftaran Varietas Lokal adalah serangkaian kegiatan mendaftarkan suatu varietas lokal untuk kepentingan
produksi, sertifikasi, dan peredaran Benih;
15. Pemulia Tanaman yang selanjutnya disebut Pemulia adalah orang yang melaksanakan pemuliaan tanaman.
16. Institusi Pemuliaan adalah lembaga/institusi dimana pemulia berada, atau UPT Pusat/Daerah, yang mempunyai
tugas dan fungsi produksi serta pengembangan tanaman pakan ternak;
17. Perbanyakan Generatif adalah perbanyakan tanaman melalui perkawinan sel reproduksi;
18. Perbanyakan Vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui penyerbukan;
19. Sertifikat Benih adalah keterangan tentang pemenuhan/telah memenuhi persyaratan mutu yang diberikan oleh
lembaga sertifikasi pada kelompok Benih yang disertifikasi;
20. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu adalah proses yang menjamin bahwa sistem manajemen diterapkan untuk
- 3064 -
29. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD adalah organisasi perangkat daerah yang
- 3065 -
daring kepada UPT/UPTD yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pakan Ternak
6. Permohonan harus dilengkapi dengan persyaratan administrasi sebagai berikut:
a. Kartu Tanda Penduduk;
b. NPWP;
c. Surat keterangan kepemilikan /penguasaan sarana penyimpanan Benih
7. Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sebagaimana dimaksud dalam angka 7 tidak melengkapi
persyaratan administrasi, maka permohonan dianggap ditarik kembali.
8. Apabila Pemohon telah memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam angka 6, dilakukan
penilaian persyaratan kelayakan teknis oleh Wastukan UPT/UPTD.
9. Penilaian persyaratan kelayakan teknis dilakukan terhadap kesesuaian dan kebenaran dokumen persyaratan
teknis.
10. Apabila hasil penilaian kelayakan teknis tidak memenuhi persyaratan, dilakukan penolakan secara tertulis
kepada pemohon disertai dengan alasan penolakan.
11. Apabila hasil penilaian kelayakan teknis memenuhi persyaratan diterbitkan rekomendasi pengedar benih oleh:
a. UPTD/UPT untuk Perseorangan dan badan usaha;
b. dinas untuk UPTD.
c. Direktur Jenderal untuk UPT.
12. Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada angka 11 berlaku selama Pengedar Benih masih operasional.
- 3067 -
B. Pengawasan
1. Pengawasan secara langsung dilakukan secara berkala 6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-waktu jika terdapat
dugaan ketidaksesuaian mutu benih yang beredar dengan standar mutu Benih.
2. Pengawasan terhadap kegiatan peredaran Benih tanaman pakan ternak dilakukan oleh Wastukan.
- 3068 -
3. Dalam hal Kabupaten/Kota belum terdapat Wastukan, Kepala Dinas Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan
Wastukan dari Dinas Kabupaten/Kota terdekat atau Wastukan dari Dinas Provinsi, atau Wastukan dari
Pemerintah Pusat.
4. Pengawasan peredaran benih meliputi:
a. Pengawasan dokumen benih melalui pengecekan mutu dan/atau pelabelan ulang;
b. Pengawasan terhadap kesesuaian label;
c. Pengawasan terhadap sarana penyimpanan benih;
d. Pengawasan rekomendasi peredaran benih TPT;
e. Pemeriksaan dokumen dan catatan peredaran benih.
Tindak lanjut hasil pengawasan:
a. Dalam hal terdapat dugaan ketidaksesuaian mutu benih yang beredar dengan standar mutu Benih maka:
1) Dilakukan pengecekan mutu Benih, paling lama dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja melalui uji
laboratorium dan/atau uji lapangan sesuai dengan jenis tanaman. Benih dalam masa pengecekan
diberhentikan sementara dari peredaran;
2) Apabila hasil pengecekan mutu Benih tidak memenuhi standar mutu, maka Benih harus ditarik dari
peredaran. Penarikan Benih yang beredar menjadi tanggung jawab produsen dan/atau pengedar Benih.
b. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja Pengawas Mutu Pakan belum menyampaikan hasil pengecekan
mutu sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1), Benih dianggap masih memenuhi standar mutu dan dapat
diedarkan.
C. Kewajiban
- 3069 -
kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
e. Varietas TPT selanjutnya disebut varietas adalah sekelompok tanaman pakan ternak dari suatu jenis atau spesies
yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, batang, daun, bunga, buah, biji dan ekspresi
karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dalam jenis atau spesies yang sama oleh
sekurang- kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
f. Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh pemerintah yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil
dan/atau sifat-sifat lainnya.
g. Varietas pembanding adalah varietas unggul yang digunakan sebagai pembanding dalam uji adaptasi dan observasi
untuk mengetahui keunggulan galur harapan dan/atau calon varietas yang diuji.
h. Varietas lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi
milik masyarakat dan dikuasai oleh Negara.
i. Pemuliaan TPT yang selanjutnya disebut Pemuliaan adalah rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian
jenis dan/atau varietas yang sudah ada atau menghasilkan jenis dan/atau varietas baru yang lebih baik.
j. Pemulia TPT yang selanjutnya disebut Pemulia adalah orang yang melaksanakan pemuliaan tanaman.
k. Penyelenggara pemuliaan TPT yang selanjutnya disebut Penyelenggara Pemuliaan adalah orang perseorangan,
badan usaha, badan hukum atau instansi pemerintah yang menyelenggarakan rangkaian kegiatan penelitian dan
pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas.
l. Tim Penilai Varietas Tanaman Pakan Ternak yang selanjutnya disingkat TPV TPT adalah tim yang mempunyai
tugas memberikan saran rumusan prosedur standar pengujian, penilaian, pelepasan, dan penarikan Varietas.
m. Uji adaptasi adalah kegiatan uji lapang di beberapa agroekologi bagi tanaman semusim, untuk mengetahui
- 3072 -
Bahan pengujian adalah benih calon varietas yang akan di lepas baik berupa
galur/mutan/hibrida yang berasal dari hasil pemuliaan atau introduksi.
(b) Metoda Uji Adaptasi
i. Pemilihan Lokasi:
Lokasi harus sesuai untuk budidaya jenis TPT yang bersangkutan dan dapat mewakili kondisi
lingkungan tumbuh TPT dan calon varietas;
ii.Mengacu kepada peta agroekosistem utama atau peta kesesuaian lahan;
- Lahan yang digunakan harus mempunyai kesuburan tanah yang relatif sama dan harus
jelas sejarah penggunaannya;
- Lahan yang digunakan dapat merupakan milik petani/ peternak yang mendukung
pelaksanaan uji adaptasi.
(c) Rancangan Percobaan
i. Rancangan percobaan harus sesuai dengan kaidah statistik;
ii. Petak percobaan yaitu unit luasan tempat percobaan untuk meletakkan perlakuan dan
diatur secara acak;
iii. Bentuk petak percobaan, dapat berupa petak baris maupun petak berjarak tanam;
iv. Petak percobaan harus dibuat dengan ukuran yang sama sesuai dengan rancangan
percobaan yang digunakan;
v. Jumlah ulangan dan perlakuan harus sesuai dengan kaidah statistik;
vi. Varietas pembanding harus selalu digunakan dalam pengujian.
- 3075 -
vii. Jenis tanaman, total unit minimum, jumlah individu dan lama pengujian sebagaimana pada
Tabel 1 berikut ini.
Jenis Total Unit Jumlah Lama Pengujian
Tanaman (Minimum) individu
Rumput 3 unit 100 per petak 2 lokasi dengan
tegak agroekologi
yang berbeda
per tahun
Rumput 3 unit 100 per petak 2 lokasi dengan
menjalar agroekologi
yang berbeda
per tahun
Leguminosa 3 unit 10 pohon per 2 lokasi dengan
pohon baris agroekologi
yang berbeda
per tahun
Leguminosa 5 baris 10 pohon per 2 lokasi dengan
perdu baris agroekologi
yang berbeda
per tahun
- 3076 -
ix. Pengamatan
Parameter yang diamati meliputi:
- Karakter morfologi terutama sifat-sifat yang diunggulkan antara lain habitus (sifat
- 3077 -
b) Uji Observasi
(1) Observasi dilakukan terhadap calon varietas lokal yang mempunyai keunggulan serta tanaman
tahunan yang akan dilepas
(2) Pelaksanaan observasi dilakukan dengan:
(a) Dapat diselaraskan dengan uji untuk kepentingan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) yang
meliputi uji kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan (BUSS);
(b) Dirancang sesuai kaidah statistik atau pengamatan terhadap pertanaman yang sudah ada di
lapangan;
(c) Paling sedikit dilakukan di 2 (dua) kondisi agroekologi berbeda selama 1(satu) tahun;
(d) Varietas yang diuji harus dibandingkan dengan varietas unggul yang sudah dikenal masyarakat
sejak 5 (lima) tahun terakhir dan sampai saat ini masih berkembang secara baik;
(3) Observasi harus memperhatikan bahan observasi, metode observasi, rancangan percobaan dan
pengamatan sebagai berikut:
- 3078 -
1) Uji mutu TPT dilakukan untuk mengetahui mutu TPT calon varietas unggul yang diusulkan untuk dilepas.
2) Uji ini dapat dilakukan oleh laboratorium milik pemerintah atau swasta yang terakreditasi. Indikator mutu
TPT yang perlu diuji sebagaimana tercantum pada Tabel 3 berikut ini:
6) Pengaturan petak pengujian, ukuran, dan ulangan sebagaimana tercantum pada Tabel 1.
4) kecepatan berproduksi;
5) mutu hasil tinggi dan/atau ketahanan simpan;
6) toleransi benih terhadap kerusakan mekanis;
7) nilai ekonomis dan/atau;
8) batang bawah untuk perbanyakan klonal, harus mempunyai perakaran yang kuat, ketahanan terhadap
hama/penyakit akar, dan kompatibilitas
b) Kesesuaian terhadap keunggulan dan kesesuaian calon Varietas yang akan dilepas meliputi :
1) sejarah/asal usul
2) kebenaran silsilah
3) deskripsi, dan
4) metode pemuliaan
c) Hasil evaluasi dan penilaian kelayakan calon Varietas dalam bentuk Berita Acara Evaluasi dan Penilaian oleh
TPV TPT disampaikan kepada Penyelenggara Pemuliaan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
sejak pelaksanaan sidang;
d) Hasil evaluasi dan penilaian kelayakan calon Varietas dapat berupa:
1) perbaikan, dengan memerintahkan kepada Penyelenggara Pemuliaan untuk melengkapi data dan informasi
paling lama 14 (empat belas) hari kerja. TPV TPT sejak menerima kelengkapan data dan informasi, paling
lama 3 (tiga) hari kerja memeriksa dan menilai kelengkapan data dan informasi. Apabila seluruh perbaikan
telah dilengkapi oleh penyelenggara pemuliaan, TPV TPT mengeluarkan Rekomendasi Pelepasan Varietas.
2) Penolakan, diberitahukan kepada Penyelenggara Pemuliaan dalam Berita Acara Hasil Penilaian dan Evaluasi
dengan disertai alasan penolakan;
- 3083 -
3) Rekomendasi untuk dilepas, diberitahukan kepada Penyelenggara Pemuliaan dalam bentuk Berita Acara
Hasil Penilaian dan Evaluasi dan Rekomendasi pelepasan
3. Pelepasan Varietas
a) Kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi oleh Penyelenggara Pemuliaan:
1) ringkasan laporan hasil akhir pelaksanaan pengujian;
2) surat keterangan persetujuan nama Varietas;
3) pernyataan dari pemilik bahwa benih penjenis (breeder seed) tersedia, baik dalam jumlah yang cukup untuk
perbanyakan lebih lanjut ;
4) rencana pengembangan produksi benih untuk 5 (lima) tahun kedepan;
5) rekomendasi Tim Penilai Varietas;
6) deskripsi varietas; dan
7) foto morfologi varietas.
b) Untuk pelepasan varietas lokal selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a) harus
melampirkan tanda daftar.
c) Untuk pelepasan Varietas introduksi, selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a),
harus melampirkan izin dari pemilik varietas.
d) Untuk pelepasan Varietas hibrida, Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a), harus
melampirkan deskripsi tetua.
e) Untuk pelepasan Calon Varietas hibrida introduksi yang benihnya dapat diproduksi di Indonesia, selain
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a), harus dilengkapi dengan surat jaminan dari
pengusul;
- 3084 -
f) Untuk Varietas yang telah terdaftar di PPVTPP nama Varietas yang diusulkan harus sesuai dengan yang
tercantum dalam pendaftaran Varietas.
Durasi pemenuhan persyaratan oleh pelaku usaha paling lambat 6 (enam) bula
5 Sarana Sarana yang diperlukan :
a. Alat dan bahan untuk pengujian
b. peralatan kantor dan
c. media telekomunikasi
6 Penilaian A. Penilaian Kesesuaian
Kesesuain Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui verifikasi dokumen permohonan sesuai persyaratan yang
dan ditetapkan.
Pengawasan 1. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dibantu Tim Penilai Varietas Tanaman Pakan Ternak (TPV
TPT) untuk telaah kelengkapan dokumen, penilaian dan evaluasi usulan pelepasan varietas tanaman pakan
ternak dan memberikan rekomendasi kepada pemohon
2. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menetapkan dan mengesahkan SK Pelepasan Varietas TPT
berdasarkan rekomendasi dari TPV TPT.
3. PPVTPP menyampaikan SK Pelepasan Varietas TPT kepada pemohon
- 3085 -
B. Pengawasan
Terhadap Varietas Yang Telah dilepas dilakukan pengawasan sebagai berikut:
1. Pengawasan Rutin
Dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan menugaskan Tim Penilai Varietas
Tanaman Pakan Ternak dan Pengawas Mutu Pakan, sebagai berikut:
a. Pengawasan dalam hal peredaran varietas yang telah dilepas dilakukan berdasarkan laporan setiap 6 bulan
oleh pemilik varietas.
b. Pengawasan terhadap varietas yang telah dilepas dalam hal kesesuaian deskripsi varietas saat dilepas dan
setelah berkembang di masyarakat dilakukan setiap tahun;
c. Pengawasan dilakukan terhadap ada tidaknya penyebaran organisme pengganggu tumbuhan dan /atau
penyakit baru yang berbahaya serta ada tidaknya dampak negatif terhadap lingkungan hidup, kesehatan
manusia dan/atau kesehatan hewan setelah varietas yang dilepas dikembangkan di masyarakat;
d. Pengawasan dilakukan berdasarkan laporan oleh pemilik varietas, berdasarkan kuisioner tingkat kepuasan
pengguna dan berdasarkan pengaduan masyarakat.
2. Inspeksi Lapangan
Dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan menugaskan Tim Penilai Varietas
Tanaman Pakan Ternak dan Pengawas Mutu Pakan, sebagai berikut:
a. Inspeksi lapangan dilakukan setahun sekali untuk mengevaluasi, melihat keragaan dan kesesuaian
varietas yang telah dilepas dengan deskripsi varietas.
- 3086 -
b. Inpeksi Lapangan dilakukan berdasarkan laporan oleh pemilik varietas, berdasarkan kuisioner tingkat
kepuasan pengguna dan berdasarkan pengaduan masyarakat.
3. Kewajiban
a. Melaporkan pengembangan produksi benih tiap 6 (bulan). Laporan mencakup :
1) Jenis
2) Bentuk
3) Jumlah
4) Area Distribusi/pengembangan benih
Terhadap Varietas TPT yang telah dilepas dan dianggap tidak memberikan manfaat dan/atau tidak memenuhi
kelayakan berdasarkan laporan dari petugas lapangan ataupun masyarakat, Menteri yang dalam pelaksanaannya
dimandatkan kepada Direktur Jenderal dapat melakukan penarikan varietas TPT.
Varietas TPT yang tidak memberikan manfaat dan/atau tidak memenuhi kelayakan apabila :
a. Menyebarkan organisme pengganggu tumbuhan, hama, dan/atau penyakit baru yang berbahaya; dan/atau
b. Menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, kesehatan tanaman lain, kesehatan hewan dan/atau
kesehatan manusia.
- 3087 -
Untuk mengetahui Varietas yang tidak memberikan manfaat dan/atau tidak memenuhi kelayakan dilakukan
evaluasi secara berkala oleh Direktur Jenderal dengan menugaskan TPV TPT.
Jika hasil evaluasi terbukti Varietas tersebut menyebarkan organisme pengganggu tumbuhan, hama, dan/atau
penyakit baru yang berbahaya dan/atau menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, kesehatan
manusia, dan/atau kesehatan hewan, TPV menyampaikan usulan penarikan kepada Dirjen dalam bentuk Laporan
Hasil Evaluasi Pelepasan Varietas TPT oleh TPV.
Penarikan varietas ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal dan
disampaikan kepada Penyelenggara Pemuliaan melalui PVTPP
- 3088 -
STANDAR REKOMENDASI PEMASUKAN KARKAS, DAGING, JEROAN DAN/ATAU OLAHANNYA UNTUK PANGAN
NO REKOMENDASI PEMASUKAN KARKAS, DAGING, JEROAN DAN/ATAU OLAHANNYA UNTUK PANGAN
10110 Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Bukan Daging Unggas
10120 Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging Unggas
10130 Kegiatan Pengolahan dan Pengawetan Produk Daging dan Daging Unggas
10750 Industri Makanan dan Masakan Olahan
46319 Perdagangan Besar Bahan Makanan dan Minuman Hasil Pertanian Lainnya
4632 Perdaganagan Besar Bahan Makanan dan Minuman Hasil Pertanian dan Perikanan
46321 Perdagangan Besar Daging Dan Daging Olahan Lainnya
46322 Perdaganagan Besar Daging Ayam dan Dagign Ayam Olahannya
46323 Perdagangan Besar Daging Dan Daging Olahannya
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan penerbitan rekomendasi
Lingkup pemasukan karkas, daging, jeroan dan/atau olahannya untuk pangan.
2 Istilah dan 1. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan karkas, daging, jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya dari luar
Definisi negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Pangan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau telah diolah atau diproses
untuk keperluan konsumsi.
3. Karkas adalah bagian dari tubuh ruminansia sehat yang telah disembelih secara halal, dikuliti, dikeluarkan
- 3089 -
jeroan, dipisahkan kepala, kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor serta
lemak yang berlebih atau karkas dari selain jenis ruminansia dapat berupa segar dingin (chilled carcass) atau
beku (frozen carcass).
4. Daging adalah bagian dari otot skeletal karkas ruminansia yang terdiri atas daging potongan primer (prime cut),
daging potongan sekunder (secondary cut), daging variasi (variety/fancy meats), dan daging industri
(manufacturing meat), atau daging dari selain jenis ruminansia dapat berupa segar dingin (chilled meat) atau
beku (frozen meat).
5. Jeroan (Edible Offal) adalah organ dalam selain karkas dan daging, berasal dari jenis ruminansia dan selain jenis
ruminansia yang lazim, layak, aman, dan sehat dikonsumsi manusia.
6. Daging Olahan adalah daging yang diproses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan
tambahan.
7. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.
8. Rekomendasi Pemasukan yang selanjutnya disebut Rekomendasi adalah keterangan teknis yang menyatakan
karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya memenuhi persyaratan Kesmavet.
9. Kesehatan Masyarakat Veteriner yang selanjutnya disebut Kesmavet adalah segala urusan yang berhubungan
dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.
10. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lainnya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis.
- 3090 -
11. Negara Asal Pemasukan yang selanjutnya disebut Negara Asal adalah suatu negara yang mengeluarkan karkas,
Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
12. Unit Usaha Negara Asal Pemasukan yang selanjutnya disebut Unit Usaha adalah suatu Unit Usaha di Negara Asal
yang menjalankan kegiatan produksi karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya secara teratur
dan terus menerus dengan tujuan komersial.
13. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner yang selanjutnya disebut Nomor Kontrol Veteriner adalah sertifikat sebagai
bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk
hewan pada unit usaha produk hewan.
14. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggungjawab dan memiliki
kompetensi dalam penyelenggaraan kesehatan hewan.
15. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum,
yang melakukan kegiatan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
16. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah
lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi
penanaman modal.
17. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang
pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumberdaya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang
menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar, penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme
anggaran pendapatan dan belanja negara.
- 3091 -
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
19. Direktur Jenderal adalah pejabat pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Pertanian yang
melaksanakan tugas dan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
20. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut Kepala PPVTPP
adalah pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang perizinan pertanian.
21. Dinas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Dinas Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
22. Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dinas Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
3 Persyaratan 1. Pelaku Usaha
Umum Pelaku Usaha yang dapat melakukan pemasukan karkas, daging, jeroan dan/atau olahannya adalah:
a. perseorangan (orang perorangan penduduk Indonesia yang cakap untuk bertindak dan melakukan perbuatan
hukum)
b. perseroan terbatas;
c. badan usaha milik negara;
d. badan usaha milik daerah;
e. persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap)
f. koperasi;
- 3092 -
b. Lembaga sosial
1) Surat permohonan;
2) Penetapan sebagai lembaga sosial dari instansi berwenang;
3) Keterangan pemberian hibah dari Negara Asal ;
4) Surat keterangan bermaterai penguasaan tempat penyimpanan yang berpendingin (chiller atau cold
storage) atau tidak berpendingin dan alat transportasi berpendingin disertai bukti/dokumen
pendukungnya, kecuali untuk pemasukan Daging Olahan siap edar yang tidak memerlukan fasilitas
berpendingin sebagaimana informasi pada label produk;
5) NKV dan hasil penilaian untuk tempat penyimpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
6) Mempunyai dokter hewan yang berkompeten di bidang Kesmavet, dibuktikan dengan surat pengangkatan
atau kontrak kerja dari pimpinan lembaga sosial;
7) Surat pernyataan tidak akan memperjualbelikan karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau
olahannya;
8) sertifikat halal bagi yang dipersyaratkan dan diterbitkan oleh lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh
otoritas halal Indonesia;
9) keterangan calon penerima; dan
10) surat pernyataan bermaterai yang menyatakan dokumen yang disampaikan benar dan sah.
- 3094 -
6. Perubahan Rekomendasi
a. Pelaku Usaha dapat mengajukan permohonan perubahan Rekomendasi secara daring kepada Direktur Jenderal
melalui Kepala PPVTPP. Permohonan perubahan Rekomendasi harus melampirkan:
1) Rekomendasi yang masih berlaku; dan
2) Surat pernyataan bermaterai yang menyatakan alasan pengajuan permohonan perubahan Rekomendasi.
b. Permohonan perubahan Rekomendasi dapat diterima jika memenuhi persyaratan Pemasukan.
c. Pelaku usaha dapat mengajukan perubahan Rekomendasi kecuali untuk perubahan Nomor Rekomendasi dan
Masa Berlaku Rekomendasi.
7. PNBP
Penerbitan rekomendasi pemasukan serta penilaian dokumen unit usaha negara asal dikenai tarif PNBP sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP lingkup Kementerian Pertanian.
4 Persyaratan 1. Jenis Karkas, Daging, Jeroan (edible offal), dan/atau Olahannya yang dapat dimasukkan ke dalam wilayah
khusus Republik Indonesia adalah:
- 3097 -
atau
Persyaratan
Teknis
Produk, a. Jenis Lembu
Proses, KETERANGAN
dan/atau N POS TARIF/ URAIAN JENIS ITEM JENIS ITEM POTONGAN
KATEGORI
Jasa O HS CODE BARANG POTONGAN (INDONESIA)
DAGING
(INTERNATIONAL)
1 2 3 4 5 6
1 02.01 Daging binatang jenis lembu, segar atau dingin
2 0201.10.00 Karkas dan setengah karkas
3 0201.20.00 Potongan Potongan Primer Short loin Has Pendek
daging lainnya, (Prime Cuts) Rump & Loin Has dan tanjung
bertulang (Bone bertulang
in) T-Bone Steak Steak has pendek
Short Ribs Iga pendek
OP Ribs/Ribs Lamusir utuh bertulang
dan nama atau jenis lain yang berasal dari
bagian punggung dan dada
Potongan Knuckle Daging kelapa
- 3098 -
dikeringkan atau diasapi; tepung dan tepung kasar dari daging dan sisanya yang
dapat dimakan.
ex. - Daging binatang jenis lembu
17
0210.20.00
18 16.01 - Lain-lain, termasuk tepung dan tepung kasar dari daging atau sisanya yang
dapat dimakan
19 ex. - Dalam Daging lembu
1601.00.10 kemasan kedap
udara
20 ex. - Lain-lain Daging lembu
1601.00.90
21 16.02 Daging, sisa daging atau darah lainnya yang diolah atau diawetkan
22 ex. - Dari binatang Daging lembu
1602.50.00 jenis lembu
POS TARIF/
NO URAIAN BARANG KETERANGAN
HS CODE
1 2 3 4
- 3106 -
-Dari kalkun:
36. 0207.24.00 --Tidak dipotong menjadi bagian- Karkas Kalkun utuh segar
bagian, segar atau dingin dingin
diawetkan.
87. 16.02.10 -Olahan homogen:
--Mengandung babi, dalam
ex.
88. kemasan kedap udara untuk Dari daging babi
1602.10.10
penjualan eceran
ex. --Lain-lain Hanya dari daging
89.
1602.10.90 Ruminansia besarIkecil
ex. -Dari hati binatang Hanya dari hati bebek
90.
1602.20.00
- Dari unggas dari pos 01.05 :
91. 1602.31 - - Dari kalkun:
1602.31.10 - - - Dalam kemasan kedap udara
92. untuk penjualan eceran
- - - Lain-lain :
1602.31.91 - - - - Daging yang dihilangkan
93. tulangnya atau dipisahkan
dengan mesin
94. 1602.31.99 - - - - Lain-lain
1602.32 - - Unggas dari spesies Gallus
95.
domesticus :
- 3114 -
--- Lain-lain:
---- Dalam kemasan kedap
108 1602.49.91
udara untuk penjualan eceran
109 1602.49.99 ---- Lain-lain
1602.90 -Lain-lain, termasuk olahan dari
110
darah binatang:
1602.90.10 -- Kari domba, dalam kemasan
111
kedap udara
ex.1602.90.90 -- Lain-lain Kecuali olahan sisa daging
112
dan darah
2. Masa Penyimpanan
Persyaratan masa penyimpanan sebagai berikut:
a. karkas, Daging, dan Jeroan (Edible Offal) beku (frozen) paling lama 6 (enam) bulan sejak pemotongan ternak
hingga batas waktu tiba di wilayah negara Republik Indonesia, pada temperatur penyimpanan maksimum
minus 18⁰C;
b. karkas dan Daging segar dingin (chilled) paling lama 3 (tiga) bulan sejak pemotongan ternak hingga batas
waktu tiba di wilayah negara Republik Indonesia, pada temperatur penyimpanan maksimum 4⁰C; dan
c. Daging Olahan siap edar yang tidak memerlukan fasilitas berpendingin sebagaimana informasi pada label
produk.
- 3116 -
a. Negara asal bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Rift Valley Fever (RVF), Contagious Bovine
Pleuropneumonia (CBPP), dan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) untuk Pemasukan karkas, Daging,
Jeroan (Edible Offal) dan/atau olahannya dari hewan ruminansia besar;
b. Negara asal bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Rift Valley Fever (RVF), Sheep and Goat Pox, Peste
des Petits Ruminants (PPR), dan Scrapie untuk Pemasukan karkas, Daging, dan Jeroan (Edible Offal)
dan/atau olahannya dari hewan ruminansia kecil;
d. Negara asal bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Classical Swine Fever (CSF)/Hog Cholera dan
African Swine Fever (ASF) untuk Pemasukan karkas, daging dan/atau olahannya dari hewan babi;
e. Negara asal bebas dari Penyakit Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI), dan paling sedikit dalam jangka
waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir dalam radius 50 (lima puluh) kilometer sebelum pelaksanaan
pengeluaran dari Negara Asal telah dinyatakan tidak dalam keadaan wabah penyakit Newcastle Disease (ND),
Duck Viral Hepatitis (DVH), dan Duck Viral Enteritis (DVE) untuk pemasukan karkas dan/atau olahannya dari
hewan unggas.
f. Pemasukan Daging ruminansia besar dari negara dengan status risiko Bovine Spongiform Encephalopathy
(BSE) dapat dikendalikan (controlled BSE risk), dapat ditetapkan sebagai Negara Asal dengan daging berupa:
1) daging tanpa tulang (boneless/deboned meat), kecuali yang dipisahkan secara mekanis (Mechanically
Separated Meat/MSM dan Mechanically Deboned Meat/MDM); atau
2) daging dengan tulang (bone-in meat) yang harus berasal dari :
- 3117 -
a) ternak yang lahir dan dibesarkan di Negara Asal serta sepanjang hidupnya tidak pernah diberikan
pakan yang mengandung bahan pakan asal ruminansia;
b) ternak berumur paling tinggi 30 (tiga puluh) bulan;
c) ternak yang telah lulus pemeriksaan ante mortem dan tidak dipingsankan (stunning) dengan cara
menyuntikkan udara atau gas bertekanan ke rongga kepala; dan
d) karkas telah lulus pemeriksaan post mortem dan telah dilakukan tindakan pencegahan
terkontaminasi Specified Risk Material (SRM).
g. Dalam hal Negara Asal belum bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dapat ditetapkan sebagai Negara Asal
untuk pemasukan daging ruminansia olahan dan daging babi olahan dengan persyaratan telah:
1) dilakukan pengalengan dengan kondisi Daging Olahan telah dipanaskan dalam wadah tertutup kedap
udara hingga suhu internal paling sedikit 70⁰C selama 30 menit;
2) dilakukan pemasakan dengan kondisi Daging Olahan telah dipisahkan limfoglandula (deglanded),
tulangnya (deboned) dan lemaknya (deffated), serta dipanaskan hingga suhu internal paling sedikit 70⁰C
selama 30 menit; dan
3) dilakukan pengeringan setelah penggaraman dengan kondisi setelah pelayuan (rigor mortis) selesai,
Daging Olahan yang dipisahkan limfoglandula (deglanded) dan tulangnya (deboned), diberikan garam
(NaCl) dan dikeringkan sepenuhnya (rasio kelembaban protein tidak lebih dari 2.25:1 atau aktivitas air
(Aw) tidak lebih dari 0.85) serta tidak rusak dalam suhu ruangan saat penyimpanan.
h. Status penyakit hewan di Negara Asal didasarkan pada laporan resmi Badan Kesehatan Hewan Dunia (World
Organization for Animal Health/Office International des Epizooties).
i. Negara asal disetujui oleh menteri yang menangani bidang pertanian melalui analisa risiko kesehatan hewan
- 3118 -
5. Persyaratan kemasan
Kemasan produk harus :
a. dikemas di Negara Asal dan memiliki label; dan
b. terbuat dari bahan khusus dan aman untuk Pangan (foodgrade), serta tidak bersifat toksik.
6. Persyaratan label
Label menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris dengan mencantumkan :
- 3119 -
7. Persyaratan Pengangkutan
Persyaratan pengangkutan produk sebagai berikut :
a. dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat pemasukan di wilayah negara Republik Indonesia;
b. karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya sebelum dimuat ke dalam alat angkut harus
dilakukan tindakan karantina hewan di Negara Asal;
c. pemasukan dengan cara transit dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di
bidang karantina hewan;
d. pengangkutan karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya untuk yang bersertifikat halal dan
yang tidak bersertifikat halal dilarang dalam satu kontainer; dan
e. setibanya di tempat pemasukan, karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya dikenai tindakan
karantina hewan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan.
5 Sarana Pelaku usaha yang melakukan kegiatan pemasukan karkas, daging, jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya yang
memperoleh rekomendasi harus:
- 3120 -
a. tidak lengkap atau benar, permohonan ditolak (akan diberitahukan melalui Kepala PPVTPP kepada Pelaku
Usaha disertai alasan penolakannya secara daring) atau
b. memenuhi persyaratan, rekomendasi teknis diberikan oleh Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas
Veteriner nasional kepada Menteri.
4. Menteri kemudian menerbitkan Rekomendasi yang dimandatkan kepada Direktur Jenderal. Rekomendasi
tersebut disampaikan secara daring oleh Direktur Jenderal kepada Kepala PPVTPP
5. Kepala PPVTPP akan menyampaikan Rekomendasi kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perdagangan melalui portal Indonesia National Single Window (INSW) dengan
tembusan disampaikan kepada Pelaku Usaha.
6. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan rekomendasi wajib mengajukan persetujuan impor kepada menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal
penerbitan rekomendasi. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan tidak mengajukan Persetujuan Impor
maka rekomendasi dinyatakan tidak berlaku. Rekomendasi yang diberikan hanya berlaku untuk satu kali
pengajuan persetujuan impor.
7. Rekomendasi, paling sedikit memuat:
a. nomor Rekomendasi;
b. masa berlaku Rekomendasi;
c. nama, NPWP, dan alamat Pelaku Usaha;
d. alamat gudang penyimpanan sesuai dengan jenis produk;
- 3122 -
Negara Asal.
9. Hasil verifikasi lapangan disampaikan oleh tim penilai verifikasi lapangan kepada Direktur Jenderal untuk
dilakukan evaluasi risiko Pemasukan.
10. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan oleh tim penilai dokumen dan tim penilai verifikasi lapangan untuk
menilai hasil verifikasi lapangan. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan paling lama 12 (dua belas) bulan
terhitung sejak hasil verifikasi lapangan disampaikan kepada Direktur Jenderal.
11. Apabila hasil evaluasi risiko Pemasukan menyatakan bahwa Negara Asal dan/atau Unit Usaha:
a. memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dan berdasarkan hasil analisis risiko, Direktur
Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan
rekomendasi teknis persetujuan; atau
b. tidak memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dan berdasarkan hasil analisis risiko,
Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan
rekomendasi teknis penolakan.
c. Rekomendasi teknis persetujuan atau penolakan diberikan Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas
Veteriner nasional kepada Menteri.
12. Apabila Menteri atas rekomendasi persetujuan atau penolakan dari Direktur Jenderal:
a. menerima permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, ditetapkan Keputusan Menteri; atau
b. menolak permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, dikeluarkan surat penolakan.
13. Menteri memberikan mandat untuk menetapkan Keputusan Menteri atau mengeluarkan surat penolakan
kepada Direktur Jenderal.
- 3126 -
14. Rekomendasi teknis persetujuan memuat persyaratan kesehatan (health requirements) dan model sertifikat
kesehatan (health certificate).
15. Terhadap Negara Asal dan/atau Unit Usaha yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri dilakukan
penyusunan protokol teknis persyaratan kesehatan (health protocol):
a. yang disepakati antara Otoritas Veteriner nasional dengan otoritas kompeten Negara Asal; dan
b. paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Keputusan Menteri ditetapkan.
B. Pengawasan
1. pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan Kesmavet terhadap Karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal),
dan/atau olahannya dilakukan setelah tindakan karantina berupa pembebasan;
2. Pengawasan pada huruf a dilakukan oleh dokter hewan berwenang yang memiliki kompetensi sebagai
pengawas Kesmavet pada Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
3. Pengawas Kesmavet Pusat melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis pemasukan
Karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya ke wilayah NKRI.
4. Pengawas Kesmavet Provinsi melakukan pengawasan dan koordinasi dengan kabupaten/kota terhadap
pemenuhan persyaratan teknis pemasukan Karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya ke
wilayah provinsi.
5. Pengawas Kesmavet Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis di unit
usaha.
6. Pengawasan oleh Pengawas Kesmavet di unit usaha dilakukan melalui pemeriksaan terhadap:
a. kondisi fisik karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya dengan mempergunakan panca
- 3127 -
indera manusia dan apabila ditemukan penyimpangan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian
lebih lanjut.
b. Dokumen (pemeriksaan terhadap kelengkapan berupa sertifikat veteriner dan sertifat halal bagi yang
dipersyaratkan).
c. kemasan dan label (dilakukan terhadap kesesuaian keterangan mengenai nama produk, produsen, tanggal
produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa, jenis/kategori produk, serta tanda halal bagi yang
dipersyaratkan).
d. tempat penyimpanan dan alat angkut (meliputi kesesuaian persyaratan higiene sanitasi, dan suhu ruangan
sesuai dengan jenis karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya, serta pemisahan produk
halal dan non halal).
7. Karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya yang telah dilakukan tindakan karantina berupa
pembebasan, selain diawasi oleh pengawas, dapat dilakukan pengawasan oleh masyarakat berupa laporan
dugaan penyimpangan terhadap Karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau olahannya yang beredar.
8. Laporan oleh masyarakat disampaikan kepada pengawas Kesmavet setempat untuk dilakukan penyelidikan
dan tindak lanjut.
9. Pengawasan dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diketahui adanya dugaan
penyimpangan terhadap tidak dipenuhinya persyaratan teknis Kesmavet.
10. Pengawas Kesmavet melaporkan hasil pengawasannya secara berkala atau sewaktu-waktu kepada Direktur
Jenderal, dan kepala Dinas Provinsi atau kepala Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
11. Dalam hal di wilayah provinsi atau kabupaten/kota belum memiliki pengawas Kesmavet,maka pelaksanaan
pengawasan dilakukan oleh pengawas Kesmavet Pusat atau Provinsi.
12. Saluran pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan Karkas, Daging, Jeroan (Edible Offal), dan/atau
- 3128 -
olahannya dapat dilakukan melalui aplikasi Kolom Laporan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Veteriner
(Kolam Kesmavet) yang terintegrasi dalam aplikasi Dilan Kesmavet di
http://dilankesmavet.pertanian.go.id/kolam
STANDAR REKOMENDASI PEMASUKAN DAGING TANPA TULANG DALAM HAL TERTENTU YANG BERASAL DARI NEGARA ATAU
ZONA DALAM SUATU NEGARA ASAL PEMASUKAN
REKOMENDASI PEMASUKAN DAGING TANPA TULANG DALAM HAL TERTENTU YANG BERASAL DARI NEGARA ATAU ZONA
NO DALAM SUATU NEGARA ASAL PEMASUKAN
46321 Perdagangan Besar Daging Sapi dan Daging Olahan Sapi
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan penerbitan rekomendasi
Lingkup pemasukan daging tanpa tulang dalam hal tertentu yang berasal dari negara atau zona dalam suatu negara asal
untuk pangan.
2 Istilah dan 1. Dalam Hal Tertentu adalah keadaan mendesak akibat bencana, kurangnya ketersediaan daging, dan/atau
Definisi tingginya harga daging yang memicu inflasi dan mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional.
2. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan daging tanpa tulang dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
3. Pangan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau telah diolah atau diproses
untuk keperluan konsumsi.
4. Daging Tanpa Tulang adalah bagian dari otot skeletal dari karkas yang sudah tidak mengandung tulang (deboned)
dan limfoglandula (deglanded) terdiri atas daging potongan primer (prime cut), daging potongan sekunder
(secondary cut), dan daging industri (manufacturing meat) dalam bentuk beku (frozen meat).
- 3129 -
5. Rekomendasi Pemasukan yang selanjutnya disebut Rekomendasi adalah keterangan teknis yang menyatakan
daging beku tanpa tulang dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia memenuhi persyaratan
kesehatan masyarakat veteriner.
6. Zona Dalam Suatu Negara adalah bagian dari suatu negara yang mempunyai batas alam, status kesehatan
populasi hewan, status epidemiologik penyakit hewan menular, dan efektivitas daya kendali.
7. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
8. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disingkat PPVTPP adalah unit
kerja pada Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan fungsi perizinan pertanian.
9. Badan Kesehatan Hewan Dunia/World Organization for Animal Health/Office International des Epizooties yang
selanjutnya disingkat WOAH/OIE adalah suatu badan yang mempunyai otoritas memberikan informasi kejadian,
status, dan situasi penyakit hewan di suatu negara, serta memberikan rekomendasi teknis dalam tindakan
sanitary di bidang kesehatan hewan.
10. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lainnya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis.
11. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya.
12. Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.
- 3130 -
13. Negara Asal Pemasukan yang selanjutnya disebut Negara Asal adalah suatu negara yang mengeluarkan daging
tanpa tulang ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
15. Unit Usaha Pemasukan yang selanjutnya disebut Unit Usaha adalah suatu unit usaha di negara asal yang
menjalankan kegiatan produksi daging tanpa tulang secara teratur dan terus menerus dengan tujuan komersial.
16. Tindakan karantina hewan yang selanjutnya disebut tindakan karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan/atau keluar dari wilayah Negara Republik
Indonesia.
17. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner yang selanjutnya disebut Nomor Kontrol Veteriner adalah sertifikat sebagai
bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk
hewan pada unit usaha produk hewan.
18. Dinas adalah satuan kerja perangkat daerah yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan.
19. Direktur Jenderal adalah pimpinan unit kerja eselon I di lingkungan Kementerian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang kesehatan masyarakat veteriner.
20. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut Kepala PPVTPP
adalah pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang perizinan pertanian.
21. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang
pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
- 3131 -
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang
menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar, penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme
anggaran pendapatan dan belanja negara.
3 Persyaratan Dalam hal tertentu, dapat dilakukan pemasukan produk hewan ke dalam wilayah negara republik indonesia yang
Umum berasal dari negara atau zona dalam suatu negara yang telah memenuhi persyaratan dan tata cara pemasukan
produk hewan. Pemasukan produk hewan tersebut berupa daging beku tanpa tulang yang berasal dari karkas ternak
sapi dan/atau kerbau. Pemasukan daging beku tanpa tulang dilakukan untuk kecukupan pasokan kebutuhan daging
secara nasional.
2. Persyaratan Administrasi
BUMN pada saat melakukan pengajuan permohonan harus memenuhi persyaratan:
a. Surat permohonan;
b. NIB;
c. surat penugasan dari Menteri BUMN;
d. surat usulan penugasan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan
dan kesehatan hewan atau menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan;
e. bukti kepemilikan/sewa tempat penyimpanan berpendingin (cold storage) yang telah memiliki NKV.
f. NKV dan hasil penilaian untuk tempat penyimpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
. sertifikat halal bagi yang dipersyaratkan dan diterbitkan oleh lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh
otoritas halal Indonesia.
3. Tujuan penggunaan
Tujuan penggunaan produk yang dimasukkan adalah untuk bantuan bencana alam, stabilisasi harga melalui
kegiatan operasi pasar dan/atau pemenuhan kebutuhan bahan baku industri. Dalam melakukan kegiatan
operasi pasar, BUMN berkoordinasi dengan Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan di
provinsi dan kabupaten/kota setempat dalam rangka menjaga penerapan rantai dingin sehingga keamanan
- 3133 -
4. Kewajiban BUMN
a. memiliki persetujuan impor yang diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perdagangan setelah memperoleh rekomendasi dari Menteri.
b. mencegah masuk dan menyebarnya Penyakit Hewan Menular sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. melaporkan pelaksanaan Pemasukan baik terealisasi maupun tidak terealisasi setiap bulan paling lambat
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya kepada Direktur Jenderal secara daring melalui Indonesia National
Single Window (INSW) dengan melampirkan scan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) untuk jenis produk
yang telah terkena ketentuan pencatatan realisasi Pemasukan secara elektronik. Dalam hal pelaporan
melalui Indonesia National Single Window (INSW) belum operasional, pelaporan disampaikan kepada
Direktur Jenderal secara daring.
d. melaporkan distribusi daging tanpa tulang setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya kepada Direktur Jenderal secara daring.
e. dilarang memindahtangankan Rekomendasi kepada pihak lain.
f. dilarang mengajukan perubahan negara atau zona asal dan Unit Usaha asal diluar yang telah ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
g. dilarang melakukan pemasukan jenis/kategori daging beku tanpa tulang selain yang tercantum dalam
- 3134 -
Rekomendasi.
6. PNBP
Penerbitan rekomendasi pemasukan dan pengeluaran serta penilaian dokumen unit usaha negara asal dikenai
tarif PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP lingkup Kementerian
Pertanian.
Rostbiff
Rump cap Steak tanjung
Fillet of loin Irisan daging pinggang
Chuck loin Has sampil
Short plate Sandung Lamur
Potongan Knuckle Daging kelapa
Sekunder Topside/ inside Penutup utuh
(Secondary Cut) Silverside Pendasar utuh
Outside Pendasar dengan
gandik
Chuck Sampil
Blade/Clod Sampil kecil
Daging Trimmings 65 Tetelan 65 sampai 65
Industri sampai dengan 95- CL sampai dengan 95-
(manufacturing CL CL
meat) Disnewed Daging giling
minced beef/Finely
Textured Meat
Diced/block Beef Daging balok/dadu
Topside/ Inside Penutup Utuh
- 3137 -
dan kuku;
3) berasal dari karkas yang telah dipisahkan limfoglandula dan dilayukan (aging) pada temperatur lebih tinggi
dari 2⁰C selama minimal 24 jam setelah penyembelihan sehingga pH mencapai kurang dari 6,0 yang diukur
pada bagian tengah otot longisimus dorsi; dan
4) dilakukan pemisahan daging dari tulang secara manual.
b. negara belum bebas penyakit mulut dan kuku yang telah memiliki program pengendalian resmi penyakit mulut
dan kuku yang ditetapkan oleh WOAH/OIE :
1) berasal dari ternak yang sekurang-kurangnya selama 3 bulan dipelihara dalam suatu wilayah yang memiliki
program resmi pengendalian penyakit mulut dan kuku;
2) berasal dari ternak yang telah divaksinasi penyakit mulut dan kuku sekurang-kurangnya 2 kali sebelum
dipotong;
3) disembelih pada bulan ke-2 sampai dengan bulan ke-6 setelah ternak divaksinasi terakhir;
4) berasal dari ternak yang ditampung atau dikarantina selama 30 hari dan tidak ada kasus penyakit mulut dan
kuku dalam radius 10 km selama periode penampungan atau karantina;
5) berasal dari ternak yang ditransportasikan menggunakan alat angkut yang telah dibersihkan dan telah
didesinfeksi langsung dari tempat penampungan atau karantina ke Unit Usaha atau rumah potong hewan
ruminansia yang disetujui tanpa kontak dengan ternak lain yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c;
6) dipotong di rumah potong hewan ruminansia dan Unit Usaha ekspor yang berlokasi di wilayah yang memiliki
program resmi pengendalian penyakit mulut dan kuku;
7) tidak terjadi kasus penyakit mulut dan kuku sekurang-kurangnya 1 bulan sampai pengapalan daging beku
- 3140 -
tanpa tulang;
8) melakukan pemeriksaan ante mortem dan post mortem dalam jangka waktu maksimal 24 jam sebelum dan
setelah penyembelihan dan tidak ditemukan gejala penyakit mulut dan kuku; dan
9) berasal dari karkas yang telah dipisahkan limfoglandula dan dilayukan (aging) pada temperatur lebih tinggi
dari 2⁰C selama minimal 24 jam setelah penyembelihan sehingga pH mencapai kurang dari 6,0 yang diukur
pada bagian tengah otot longisimus dorsi.
5. Persyaratan kemasan
a. asli dari Negara Asal dan memiliki label; dan
b. terbuat dari bahan khusus dan aman untuk pangan (food grade), serta tidak bersifat toksik.
6. Persyaratan label
Label menggunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan mencantumkan paling kurang:
a. negara tujuan Indonesia;
b. nomor registrasi Unit Usaha (Establishment Number);
c. tanggal penyembelihan, pemotongan, dan tanggal produksi;
d. jenis ternak;
e. jumlah, dan jenis potongan daging beku tanpa tulang; dan
f. tanda halal bagi produk hewan yang dipersyaratkan sesuai peraturan perundang-undangan.
7. Persyaratan pengangkutan
- 3141 -
a. dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat Pemasukan di wilayah Negara Republik Indonesia;
b. dilakukan tindakan karantina hewan di Negara Asal sebelum dimuat ke dalam alat angkut; dan
c. tidak dalam satu kontainer dengan Produk Hewan yang tidak bersertifikat halal sesuai ketentuan perundang-
undangan..
d. setibanya di tempat pemasukan dikenai tindakan karantina hewan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang karantina hewan.
8. Masa Penyimpanan
Persyaratan masa penyimpanan daging sebagai berikut:
a. Masa penyimpanan daging beku tanpa tulang, paling lama 6 (enam) bulan sejak waktu pemotongan ternak sampai
tiba di wilayah Negara Republik Indonesia.
b. Penyimpanan daging beku tanpa tulang paling tinggi pada suhu temperatur minus 180C.
8. Masa Penyimpanan
Persyaratan masa penyimpanan daging sebagai berikut:
a. Masa penyimpanan daging beku tanpa tulang, paling lama 6 (enam) bulan sejak waktu pemotongan ternak sampai
tiba di wilayah Negara Republik Indonesia.
b. Penyimpanan daging beku tanpa tulang paling tinggi pada suhu temperatur minus 180C.
5 Sarana BUMN yang melakukan kegiatan pemasukan daging tanpa tulang yang memperoleh rekomendasi harus:
a. Menguasai gudang berpendingin (cold storage) yang yang memiliki NKV;
b. Menguasai alat transportasi berpendingin.
- 3142 -
e. Kepala PPVTPP menyampaikan Rekomendasi kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perdagangan melalui portal Indonesia National Single Window (INSW) dengan tembusan disampaikan
kepada BUMN.
f. BUMN yang telah mendapatkan Rekomendasi wajib mengajukan persetujuan impor kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal
penerbitan rekomendasi. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan tidak mengajukan Persetujuan Impor maka
rekomendasi dinyatakan tidak berlaku. Rekomendasi yang diberikan hanya berlaku untuk satu kali pengajuan
persetujuan impor.
g. Rekomendasi, paling sedikit memuat:
1) nomor Rekomendasi;
2) masa berlaku Rekomendasi;
3) nama, NPWP, dan alamat Pelaku Usaha;
4) alamat gudang penyimpanan berpendingin (cold storage);
5) nomor dan tanggal surat permohonan;
6) Negara Asal;
7) nama dan nomor Unit Usaha (establishment);
- 3144 -
8) kode HS dan uraian produknya termasuk jumlah Kilogram (Kg) per kode HS;
9) persyaratan teknis Kesmavet;
10) tempat pemasukan; dan
11) tujuan penggunaan.
h. Nomor Rekomendasi dicantumkan dalam sertifikat kesehatan (Certificate of Health) yang akan menyertai produk
pada setiap pengiriman.
i. Masa berlaku Rekomendasi untuk jangka waktu sesuai dengan waktu penugasan yang diberikan dalam surat
penugasan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang BUMN.
j. Dalam hal Negara Asal yang tercantum pada Rekomendasi terjadi wabah Penyakit Hewan Menular,
Rekomendasi yang telah diterbitkan dinyatakan tidak berlaku.
15. Terhadap Negara Asal dan/atau Unit Usaha yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri dilakukan
penyusunan protokol teknis persyaratan kesehatan (health protocol):
a. yang disepakati antara Otoritas Veteriner nasional dengan otoritas kompeten Negara Asal; dan
b. paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Keputusan Menteri ditetapkan.
B. Pengawasan
1. Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan Kesmavet terhadap daging beku tanpa tulang dilakukan setelah
tindakan karantina berupa pembebasan.
2. Pengawasan pada huruf a dilakukan oleh dokter hewan berwenang yang memiliki kompetensi sebagai pengawas
Kesmavet pada Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
3. Pengawas Kesmavet Pusat melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis pemasukan. Daging
beku tanpa tulang ke wilayah NKRI.
4. Pengawas Kesmavet Provinsi melakukan pengawasan dan koordinasi dengan kabupaten/kota terhadap
pemenuhan persyaratan teknis pemasukan ke wilayah provinsi.
5. Pengawas Kesmavet Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis di unit
usaha.
6. Pengawasan oleh Pengawas Kesmavet di unit usaha dilakukan melalui pemeriksaan terhadap:
a) kondisi fisik Daging beku tanpa tulang dengan mempergunakan panca indera manusia dan apabila
ditemukan penyimpangan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian lebih lanjut.
b) Dokumen (pemeriksaan terhadap kelengkapan berupa sertifikat veteriner dan sertifat halal bagi yang
dipersyaratkan )
- 3149 -
c) kemasan dan label (dilakukan terhadap kesesuaian keterangan mengenai nama produk, produsen, tanggal
produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa, jenis/kategori produk, serta tanda halal bagi yang dipersyaratkan).
d) tempat penyimpanan dan alat angkut (meliputi kesesuaian persyaratan higiene sanitasi, dan suhu ruangan
sesuai dengan jenis Daging beku tanpa tulang, serta pemisahan produk halal dan non halal).
7. Daging beku tanpa tulang yang telah dilakukan tindakan karantina yang telah dilakukan tindakan karantina
berupa pembebasan, selain diawasi oleh Pengawas Kesmavet, dapat dilakukan pengawasan oleh masyarakat
berupa laporan dugaan penyimpangan terhadap daging beku tanpa tulang yang beredar.
8. Laporan oleh masyarakat disampaikan kepada pengawas Kesmavet setempat untuk dilakukan penyelidikan dan
tindak lanjut.
9. Pengawasan dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diketahui adanya dugaan
penyimpangan terhadap tidak dipenuhinya persyaratan teknis Kesmavet.
10. Pengawas Kesmavet melaporkan hasil pengawasannya secara berkala atau sewaktu-waktu kepada Direktur
Jenderal, dan kepala Dinas Provinsi atau kepala Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
11. Dalam hal di wilayah provinsi atau Kabupaten/Kota belum memiliki pengawas Kesmavet, maka pelaksanaan
pengawasan dilakukan oleh pengawas Kesmavet Pusat atau Provinsi.
12. Saluran pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan Daging beku tanpa tulang tanpa limfoglandula dapat
dilakukan melalui aplikasi Kolom Laporan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kolam Kesmavet) yang
terintegrasi dalam aplikasi Dilan Kesmavet di http://dilankesmavet.pertanian.go.id/kolam.
- 3150 -
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan perizinan pemasukan
Lingkup produk pangan asal hewan
2 Istilah dan 1. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan produk pangan asal hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara
Definisi Republik Indonesia.
2. Produk Pangan Asal Hewan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau diolah atau
diproses untuk keperluan konsumsi.
3. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.
4. Rekomendasi Pemasukan dan/atau Izin Pemasukan yang selanjutnya disebut Rekomendasi dan/atau Izin
Pemasukan adalah keterangan teknis yang menyatakan produk hewan memenuhi persyaratan Kesehatan
Masyarakat Veteriner.
5. Kesehatan Masyarakat Veteriner yang selanjutnya disebut Kesmavet adalah segala urusan yang berhubungan
dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kesehatan manusia.
6. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lainnya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis.
7. Negara Asal Pemasukan yang selanjutnya disebut Negara Asal adalah suatu negara yang mengeluarkan produk
hewan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
8. Unit Usaha Negara Asal Pemasukan yang selanjutnya disebut Unit Usaha adalah suatu Unit Usaha di Negara Asal
yang menjalankan kegiatan produksi produk hewan secara teratur dan terus menerus dengan tujuan komersial.
- 3152 -
9. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner yang selanjutnya disebut Nomor Kontrol Veteriner adalah sertifikat sebagai
bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk
hewan pada unit usaha produk hewan.
10. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggung jawab dan memiliki
kompetensi dalam penyelenggaraan kesehatan hewan.
11. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum,
yang melakukan kegiatan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
12. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah
lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi pribadi
penanaman modal.
13. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang
pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang
menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar, penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme
anggaran pendapatan dan belanja negara.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
15. Direktur Jenderal adalah pejabat pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Pertanian yang
melaksanakan tugas dan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
16. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut Kepala PPVTPP
- 3153 -
adalah pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang perizinan pertanian.
17. Dinas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Dinas Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
18. Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dinas Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
3 Persyaratan 1. Pelaku Usaha
Umum Pelaku Usaha yang dapat melakukan pemasukan pangan asal hewan adalah:
a. perseorangan (orang perorangan penduduk Indonesia yang cakap untuk bertindak dan melakukan perbuatan
hukum)
b. perseroan terbatas;
c. badan usaha milik negara;
d. badan usaha milik daerah;
e. persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap)
f. koperasi;
g. lembaga sosial; dan
h. perwakilan negara asing/lembaga internasional.
2. Persyaratan administrasi
Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pemasukan pangan asal hewan harus memenuhi
- 3154 -
persyaratan administrasi:
a. Pelaku Usaha perseorangan, perseroan terbatas, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
persekutuan komanditer dan koperasi berupa:
1) surat permohonan;
2) NIB yang berlaku sebagai angka pengenal importir;
3) Surat keterangan bermaterai penguasaan tempat penyimpanan disertai dokumen bukti pendukungnya;
4) NKV dan hasil penilaian untuk tempat penyimpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
5) sertifikat halal bagi yang dipersyaratkan dan diterbitkan oleh lembaga sertifikat halal yang diakui oleh Otoritas
Halal Indonesia;
6) rekomendasi Dinas Provinsi;
7) sertifikat analisis atau certificate of analysis yang diterbitkan oleh laboratorium yang terakreditasi dari negara
asal;
8) sertifikat negara asal (certificate of origin) dari pemasukan sebelumnya atau surat pernyataan bermaterai jika baru
pertama kali melakukan pemasukan;
9) sertifikat veteriner (Veterinary Certificate) yang diterbitkan otoritas negara asal dari pemasukan sebelumnya atau
surat pernyataan bermaterai jika baru pertama kali melakukan pemasukan;
10) surat pernyataan bermaterai tidak sedang memiliki permasalahan hukum terkait dengan rekomendasi;
11) surat pernyataan bermaterai bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah; dan
1) surat permohonan;
2) penetapan sebagai lembaga sosial dari instasi berwenang;
3) keterangan pemberian hibah dari Negara Asal;
4) Surat keterangan bermaterai penguasaan tempat penyimpanan disertai dokumen bukti pendukungnya;
5) NKV dan hasil penilaian untuk tempat penyimpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
6) bukti penguasaan tempat penyimpanan yang telah memiliki Nomor Kontrol Veteriner disertai bukti/dokumen
pendukungnya;
7) sertifikat halal bagi yang dipersyaratkan dan diterbitkan oleh lembaga sertifikat halal yang diakui oleh Otoritas
Halal Indonesia;
8) sertifikat analisis atau certificate of analysis yang diterbitkan oleh laboratorium yang terakreditasi dari negara
asal;
9) sertifikat negara asal (certificate of origin) dari pemasukan sebelumnya atau surat pernyataan bermaterai jika baru
pertama kali melakukan pemasukan;
10) sertifikat veteriner (Veterinary Certificate) yang diterbitkan otoritas negara asal dari pemasukan sebelumnya atau
surat pernyataan bermaterai jika baru pertama kali melakukan pemasukan;
11) keterangan calon penerima; dan
12) surat pernyataan bermaterai yang menyatakan dokumen yang disampaikan benar dan sah.
5. PNBP
Penerbitan rekomendasi dan/atau Izin Pemasukan dikenai tarif PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang PNBP lingkup Kementerian Pertanian.
h. olahannya.
No Pos Tarif/
URAIAN BARANG
. HS Code
1 04.01 Susu dan kepala susu, tidak dipekatkan maupun tidak
mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya.
2 0401.10 - dengan kandungan lemak tidak melebihi 1% menurut beratnya
3 0401.10.10 -- Dalam bentuk cairan
4 0401.10.90 -- Lain-lain
5 0401.20 -- Dengan kandungan lemak melebihi 1% tetapi tidak melebihi 6%
menurut beratnya
6 0401.20.10 -- Dalam bentuk cairan
7 0401.20.90 -- Lain-lain
8 0401.40 - Dengan kandungan lemak melebihi 6% tetapi tidak melebihi 10%
menurut beratnya
- 3159 -
dairy spreads.
54 0405.10.00 - Mentega
55 0405.20.00 - Dairy spreads
56 0405.90 - Lain-lain :
57 0405.90.10 - - Lemak mentega anhidrat
58 0405.90.20 - - Minyak mentega
59 0405.90.30 - - Ghee
60 0405.90.90 - - Lain-lain
61 04.06 Keju dan dadih susu.
62 0406.10 - Keju segar (tidak dimasak atau tidak diawetkan) termasuk keju
whey dan dadih susu :
63 0406.10.10 - - Keju segar (tidak dimasak atau tidak diawetkan), termasuk keju
whey
64 0406.10.20 - - Dadih susu
65 0406.20 - Keju parut atau keju bubuk, dari semua jenis :
66 0406.20.10 - -Dalam kemasan dengan berat kotor melebihi 20 kg
67 0406.20.90 - - Lain-lain
68 0406.30.00 - Keju olahan, bukan parutan atau bubuk
69 0406.40.00 - Keju blue-vein dan keju lainnya yang mengandung vein dibuat
dengan Penicillium roqueforti
- 3163 -
91 3507.90.00 - Lain-lain
Jenis Produk Telur, Madu, Lemak Hewan, Tallow, Gelatin, Dan Kolagen yang dapat dimasukkan:
Pos Tarif/
No URAIAN BARANG
HS Code
Daging dan sisanya yang dapat dimakan, diasinkan, dalam air
02.10 garam, dikeringkan atau diasapi; tepung dan tepung kasar dari
daging dan sisanya yang dapat dimakan.
- Lain-lain, termasuk tepung dan tepung kasar dari daging atau
1 0210.20.00
sisanya yang dapat dimakan :
0210.99 - - Lain-lain :
- - - Daging ayam dipotong berbentuk kubus,
2 0210.99.10
Dibeku keringkan
3 0210.99.20 - - - Kulit babi dikeringkan
4 0210.99.90 - - - Lain-lain
- 3166 -
96.02 Bahan ukiran nabati atau mineral dikerjakan dan barang dari
bahan tersebut; barang cetakan atau ukiran dari malam, dari
stearin, dari getah alam atau resin alam atau dari pasta model, dan
barang cetakan atau ukiran lainnya, yang tidak dirinci atau
termasuk dalam pos lain; gelatin tidak dikeraskan (kecuali gelatin
dari pos 35.03) dikerjakan dan barang dari gelatin tidak
dikeraskan
20 9602.00.10 - Kapsul gelatin untuk produk farmasi
21 04100010 -- Sarang Burung
Influenza atau memiliki zona dan/atau kompartemen bebas dari penyakit Avian Influenza dan Highly
Pathogenic Avian Influenza.
3) madu, pollen, beeswax, propolis dan royal jelly harus memiliki status bebas dari penyakit American foulbrood,
European foulbrood dan Small hive beetle atau memiliki zona bebas dari penyakit American foulbrood,
European foulbrood dan Small hive beetle.
4) madu, pollen, beeswax dan propolis harus memiliki status bebas dari penyakit Tropilaelaps spp. dan Varroosis
atau memiliki zona bebas dari penyakit Tropilaelaps spp. dan Varroosis.
5) gelatin dan kolagen yang merupakan olahan dari kulit harus memiliki status negligible Bovine Spongioform
Encephalopaty risk, Controlled Bovine Spongioform Encephalopaty risk atau Undetermined Bovine Spongioform
Encephalopaty Risk.
6) gelatin dan kolagen yang merupakan olahan dari tulang harus memiliki status negligible Bovine Spongioform
Encephalopaty risk atau memiliki zona dan/atau kompartemen Negligible Bovine Spongioform Encephalopaty
risk.
7) tallow, dicalsium phosphate dan turunan tallow harus memiliki status negligible Bovine Spongioform
Encephalopaty risk atau memiliki zona dan/atau kompartemen Negligible Bovine Spongioform Encephalopaty
risk.
8) tallow dan turunannya yang mempunyai tingkat kelarutan di atas 0,15% harus memiliki status negligible
Bovine Spongioform Encephalopaty risk atau memiliki zona dan/atau kompartemen Negligible Bovine
Spongioform Encephalopaty risk.
9) Dicalsium Phosphate yang masih mengandung protein atau lemak harus memiliki status Negligible Bovine
Spongioform Encephalopaty risk atau memiliki zona dan/atau kompartemen Negligible Bovine Spongioform
- 3170 -
Encephalopaty risk.
10) Sarang burung walet harus memiliki status bebas dari penyakit Highly Pathogenic Avian Influenza.
b. Status penyakit hewan di Negara Asal didasarkan pada laporan resmi Badan Kesehatan Hewan Dunia (World
Organization for Animal Health/Office International des Epizooties).
c. Negara asal disetujui oleh menteri yang menangani bidang pertanian melalui analisa risiko kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner.
4. Persyaratan Kemasan
Persyaratan kemasan harus:
- 3171 -
5. Persyaratan label
Persyaratan label harus menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan mencantumkan paling sedikit:
a. Negara tujuan Indonesia;
b. Nama dan alamat unit usaha;
c. Nomor registrasi Unit Usaha (Establishment Number);
d. Tanggal produksi;
e. Jumlah, jenis, dan spesifikasi produk hewan;
f. Tanda halal bagi produk hewan yang dipersyaratkan sesuai peraturan perundang-undangan; dan
g. Nomor lot (batch), dan tanggal kedaluwarsa.
6. Persyaratan Pengangkutan
Persyaratan pengangkutan produk sebagai berikut:
a. dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat pemasukan di wilayah Negara Republik Indonesia;
b. produk hewan sebelum dimuat ke dalam alat angkut harus dilakukan tindakan karantina hewan di Negara Asal;
c. pemasukan dengan cara transit dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
karantina hewan.
d. pengangkutan produk hewan untuk yang bersertifikat halal dan yang tidak bersertifikat halal dilarang dalam
satu kontainer sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
- 3172 -
e. setibanya di tempat pemasukan, produk hewan dikenakan tindakan karantina hewan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan bidang karantina hewan.
5 Sarana Pelaku usaha yang melakukan kegiatan pemasukan pangan asal hewan harus:
Menguasai tempat penyimpanan yang memiliki NKV sesuai dengan jenis pangan asal hewan.
c. Direktur Jenderal kemudian melakukan kajian teknis untuk memeriksa pemenuhan persyaratan teknis
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, dengan hasil pemeriksaan:
1) tidak lengkap atau benar, jika permohonan ditolak (akan diberitahukan melalui Kepala PPVTPP kepada
Pelaku Usaha disertai alasan penolakannya secara daring); atau
2) memenuhi persyaratan, jika rekomendasi teknis diberikan oleh Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas
Veteriner nasional kepada Menteri.
d. Menteri kemudian menerbitkan Rekomendasi yang dimandatkan kepada Direktur Jenderal. Rekomendasi
tersebut disampaikan secara daring oleh Direktur Jenderal kepada Kepala PPVTPP
e. Kepala PPVTPP menyampaikan Rekomendasi kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perdagangan melalui portal Indonesia National Single Window (INSW) dengan tembusan disampaikan
kepada Pelaku Usaha.
f. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan wajib mengajukan persetujuan impor kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal
penerbitan rekomendasi. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan tidak mengajukan Persetujuan Impor maka
rekomendasi dinyatakan tidak berlaku. Rekomendasi yang diberikan hanya berlaku untuk satu kali pengajuan
persetujuan impor.
g. Rekomendasi paling sedikit memuat:
1) nomor Rekomendasi;
2) masa berlaku Rekomendasi;
3) nama, NPWP, dan alamat Pelaku Usaha;
- 3174 -
Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan
Karantina Hewan. Tim penilai dokumen melakukan pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud paling lama
6 (enam) bulan terhitung sejak permohonan persetujuan diterima.
f. Apabila hasil pemeriksaan dinyatakan tidak lengkap, tidak benar, dan tidak memenuhi persyaratan, Direktur
Jenderal menyampaikan surat pemenuhan kelengkapan dokumen persyaratan kepada otoritas kompeten di
Negara Asal melalui perwakilan Negara Asal untuk Indonesia. Otoritas kompeten di Negara Asal harus
melengkapi dokumen persyaratan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak surat pemenuhan kelengkapan
diterima. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan otoritas kompeten di Negara Asal melalui perwakilan
Negara Asal untuk Indonesia tidak melengkapi dokumen persyaratan, permohonan persetujuan Negara Asal
dan/atau Unit Usaha dianggap ditarik kembali.
g. Apabila hasil pemeriksaan dokumen dinyatakan lengkap, benar, dan memenuhi persyaratan, proses
persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dilanjutkan ke tahap verifikasi lapangan. Adapun hasil
pemeriksaan ini disampaikan Direktur Jenderal kepada otoritas kompeten di Negara Asal melalui perwakilan
Negara Asal untuk Indonesia.
h. Verifikasi lapangan dilakukan oleh tim penilai verifikasi lapangan untuk memastikan kesesuaian informasi
dalam permohonan persetujuan dengan sistem penyelenggaraan kesehatan hewan dan jaminan keamanan
produk hewan atau keamanan pangan di Negara Asal dan/atau Unit Usaha. Tim penilai verifikasi lapangan
terdiri atas perwakilan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Komisi Ahli Kesehatan
Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan. Tim penilai verifikasi lapangan melakukan
verifikasi paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hasil pemeriksaan dokumen diterima otoritas kompeten
- 3177 -
Negara Asal.
i. Hasil verifikasi lapangan disampaikan oleh tim penilai verifikasi lapangan kepada Direktur Jenderal untuk
dilakukan evaluasi risiko Pemasukan.
j. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan oleh tim penilai dokumen dan tim penilai verifikasi lapangan untuk
menilai hasil verifikasi lapangan. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan paling lama 12 (dua belas) bulan
terhitung sejak hasil verifikasi lapangan disampaikan kepada Direktur Jenderal.
k. Apabila hasil evaluasi risiko Pemasukan menyatakan bahwa Negara Asal dan/atau Unit Usaha:
1) memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dan berdasarkan hasil analisis risiko, Direktur
Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan
rekomendasi teknis persetujuan; atau
2) tidak memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dan berdasarkan hasil analisis risiko,
Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan
rekomendasi teknis penolakan.
3) Rekomendasi teknis persetujuan atau penolakan diberikan Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas
Veteriner nasional kepada Menteri.
l. Apabila Menteri atas rekomendasi persetujuan atau penolakan dari Direktur Jenderal:
1) menerima permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, ditetapkan Keputusan Menteri; atau
2) menolak permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, dikeluarkan surat penolakan.
m. Menteri memberikan mandat untuk menetapkan Keputusan Menteri atau mengeluarkan surat penolakan
kepada Direktur Jenderal.
- 3178 -
n. Rekomendasi teknis persetujuan memuat persyaratan kesehatan (health requirements) dan model sertifikat
kesehatan (health certificate).
o. Terhadap Negara Asal dan/atau Unit Usaha yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri dilakukan
penyusunan protokol teknis persyaratan kesehatan (health protocol):
1) yang disepakati antara Otoritas Veteriner nasional dengan otoritas kompeten Negara Asal; dan
2) paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Keputusan Menteri ditetapkan.
B. Pengawasan
1. pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan Kesmavet terhadap produk pangan asal hewan dilakukan setelah
tindakan karantina berupa pembebasan
2. Pengawasan pada angka 1 dilakukan oleh dokter hewan berwenang yang memiliki kompetensi sebagai pengawas
Kesmavet pada Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
3. Pengawas Kesmavet Pusat melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis pemasukan pangan
asal hewan ke atau dari wilayah NKRI.
4. Pengawas Kesmavet Provinsi melakukan pengawasan dan koordinasi dengan kabupaten/kota terhadap
pemenuhan persyaratan teknis pemasukan pangan asal hewan ke atau dari wilayah provinsi.
5. Pengawas Kesmavet Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis di unit
usaha.
6. Pengawasan oleh Pengawas Kesmavet di unit usaha dilakukan melalui pemeriksaan terhadap:
a. Kondisi fisik pangan asal hewan dengan mempergunakan panca indera manusia dan apabila ditemukan
penyimpangan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian lebih lanjut
- 3179 -
b. Dokumen (pemeriksaan terhadap kelengkapan berupa sertifikat veteriner dan sertifat halal bagi yang
dipersyaratkan )
c. kemasan dan label (dilakukan terhadap kesesuaian keterangan mengenai nama produk, produsen, tanggal
produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa, jenis/kategori produk, serta tanda halal bagi yang dipersyaratkan.)
d. tempat penyimpanan dan alat angkut (meliputi kesesuaian persyaratan higiene sanitasi, dan suhu ruangan
sesuai dengan jenis pangan asal hewan, serta pemisahan produk halal dan nonhalal.)
7. Produk Pangan asal hewan yang telah dilakukan tindakan karantina berupa pembebasan, selain diawasi oleh
pengawas, dapat dilakukan pengawasan oleh masyarakat berupa laporan dugaan penyimpangan terhadap Pangan
asal hewan yang beredar.
8. Laporan oleh masyarakat disampaikan kepada pengawas Kesmavet setempat untuk dilakukan penyelidikan dan
tindak lanjut.
9. Pengawasan dilakukan paling 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diketahui adanya dugaan
penyimpangan terhadap tidak dipenuhinya persyaratan teknis Kesmavet.
10. Pengawas Kesmavet melaporkan hasil pengawasannya secara berkala atau sewaktu-waktu kepada Direktur
Jenderal, dan kepala Dinas Provinsi atau kepala Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
11. Dalam hal di wilayah provinsi atau kabupaten/kota belum memiliki pengawas Kesmavet, maka pelaksanaan
pengawasan dilakukan oleh pengawas Kesmavet Pusat atau Provinsi.
12. Saluran pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan produk pangan asal hewan dapat dilakukan melalui
aplikasi Kolom Laporan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kolam Kesmavet) yang terintegrasi dalam
aplikasi Dilan Kesmavet di http://dilankesmavet.pertanian.go.id/kolam
- 3180 -
yang menjalankan kegiatan produksi produk hewan secara teratur dan terus menerus dengan tujuan komersial.
9. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner yang selanjutnya disebut Nomor Kontrol Veteriner adalah sertifikat sebagai
bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk
hewan pada unit usaha produk hewan.
10. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggung jawab dan
memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan kesehatan hewan.
11. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum,
yang melakukan kegiatan di bidang peternakan dan kesehatan hewan
12. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah
lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi pribadi
penanaman modal.
13. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang
pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang
menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar, penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme
anggaran pendapatan dan belanja negara.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
15. Direktur Jenderal adalah pejabat pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Pertanian yang
melaksanakan tugas dan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
- 3183 -
16. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut Kepala PPVTPP
adalah pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang perizinan pertanian.
17. Dinas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Dinas Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
18. Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dinas Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
3 Persyaratan 1. Pelaku usaha
Umum Pelaku Usaha yang dapat melakukan pemasukan produk hewan non pangan adalah:
a. perseorangan (orang perorangan penduduk Indonesia yang cakap untuk bertindak dan melakukan perbuatan
hukum)
b. perseroan terbatas;
c. badan usaha milik negara;
d. badan usaha milik daerah;
e. persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap); dan
f. koperasi.
2. Persyaratan administrasi
Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pemasukan produk hewan non pangan harus
- 3184 -
m. surat pernyataan bermaterai bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah.
5. PNBP
Penerbitan rekomendasi dan/atau izin pemasukan serta penilaian dokumen unit usaha negara asal dikenai tarif
PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP lingkup Kementerian Pertanian.
atau cakar
39 4301.30.00 - Dari biri-biri muda, meliputi : biri-biri muda Astrakhan,
Broadtail, Caracul, Persian dan biri-biri muda semacam
itu, biri-biri muda Indian, Chinese, Mongolian atau biri-
biri muda Tibetan, utuh dengan atau tanpa kepala, ekor
atau cakar
40 4301.60.00 - Dari rubah, utuh, dengan atau tanpa kepala, ekor atau
cakar
41 4301.80.00 - Kulit berbulu lainnya, utuh, dengan atau tanpa kepala,
ekor atau cakar
42 4302 Kulit berbulu disamak atau dikerjakan (termasuk kepala,
ekor, cakar dan bagian atau potongan lainnya), dipisah,
atau disatukan (tanpa penambahan bahan lainnya)
selain yang dimaksud dalam pos 43.03.
43 - Kulit utuh, dengan atau tanpa kepala, ekor atau cakar,
tidak disatukan :
44 4302.11.00 - - Dari cerpelai
45 4302.19.00 - - Lain-lain
46 43.03 Pakaian, aksesori pakaian dan barang lainnya dari kulit
berbulu.
- 3192 -
6701.00.00 bulu halusnya, bulu, bagian dari bulu, bulu halus dan
barang terbuat dari padanya (selain barang dari pos
05.05 dan pena bulu angsa serta bulu lepas olahan).
NON PANGAN
1 02.08 Daging dan sisanya yang dapat dimakan dari binatang
lainnya, segar, dingin atau beku. --||-- Lain-lain
2 0208.90.90 -- Lain-lain
3 04.02 Susu dan kepala susu, dipekatkan atau mengandung
tambahan gula atau bahan pemanis lainnya. --||--
Dalam bentuk bubuk, butiran atau bentuk padat
lainnya, dengan kandungan lemak tidak melebihi 1,5 %
menurut beratnya
4 0402.10.99 : --||-- Lain-lain : --||-- Lain-lain
5 04.03
6 04.03.10.29 Susu mentega, susu dan kepala susu dikentalkan,
yoghurt, kefir dan susu dan krim difermentasi atau
diasamkan lainnya, dipekatkan atau mengandung
tambahan gula atau bahan pemanis lainnya atau diberi
rasa atau mengandung tambahan buah-buahan, kacang-
kacangan
- 3195 -
7 05.02 Bulu dan bulu kasar dari babi, babi ternak atau babi
hutan; bulu berang-berang dan bulu binatang lainnya
yang dapat dibuat sikat; sisa dari bulu atau bulu kasar
semacam itu
8 05.02.10.00 -- Bulu dan bulu kasar serta sisanya dari babi, babi
ternak atau babi hutan
9 05.06 Tulang dan teras tanduk, tidak dikerjakan, dihilangkan
lemaknya, dikerjakan secara sederhana (tetapi tidak
dipotong menjadi berbentuk), dikerjakan dengan asam
atau dihilangkan gelatinnya; bubuk dan sisa dari produk
tersebut.
10 0506.10.00 - Osein dan tulang dikerjakan dengan asam
11 0506.90.00 - Lain-lain
12 05.07 Gading, tempurung kura-kura, whalebone dan
whalebone hair, tanduk, tanduk bercabang, kuku
(binatang sejenis kuda atau sapi), kuku burung, cakar
burung dan paruh burung, tidak dikerjakan atau
dikerjakan secara sederhana tetapi tidak dipotong
menjadi berbentuk; bubuk dan sisa dari produk
tersebut.
- 3196 -
2. Pemasukan
a. Persyaratan Negara Asal
1) Kulit mentah garaman harus memiliki status bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku dan bebas atau memiliki
zona bebas dari penyakit Peste de Petits Ruminants Virus.
2) Wool harus memiliki status bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku dan bebas atau memiliki zona bebas dari
penyakit Peste de Petits Ruminants Virus.
3) Rambut harus memiliki status bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku dan bebas atau memiliki zona bebas dari
penyakit Peste de Petits Ruminants Virus.
4) Bristle dari hewan babi harus memiliki status bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku, bebas dari penyakit
African Swine Fever atau memiliki zona dan/atau kompartemen bebas dari penyakit African Swine Fever,
bebas dari penyakit Classical Swine Fever atau memiliki zona dan/atau kompartemen bebas penyakit Classical
Swine Fever.
5) bulu dan down yang berasal dari unggas harus memiliki status bebas dari penyakit Avian Influenza atau
memiliki zona dan/atau kompartemen bebas dari penyakit Avian Influenza.
6) bulu dan down yang berasal selain dari unggas harus memiliki status bebas dari penyakit Avian Influenza
- 3199 -
7) madu, pollen, beeswax, propolis dan royal jelly harus memiliki status bebas dari penyakit American foulbrood,
European foulbrood dan Small hive beetle atau memiliki zona bebas dari penyakit American foulbrood,
European foulbrood dan Small hive beetle.
8) madu, pollen, beeswax dan propolis harus memiliki status bebas dari penyakit Tropilaelaps spp. dan
Varroosis atau memiliki zona bebas dari penyakit Tropilaelaps spp. dan Varroosis.
9) gelatin dan kolagen yang merupakan olahan dari kulit harus memiliki status negligible Bovine Spongioform
Encephalopaty risk, Controlled Bovine SpongioformEncephalopaty risk atau Undetermined Bovine Spongioform
Encephalopaty Risk.
10) gelatin dan kolagen yang merupakan olahan dari tulang harus memiliki status negligible Bovine Spongioform
Encephalopaty risk atau memiliki zona dan/atau kompartemen Negligible Bovine Spongioform Encephalopaty
risk.
11) tallow, dicalsium phosphate dan turunan tallow harus memiliki status negligible Bovine
SpongioformEncephalopaty risk atau memiliki zona dan/atau kompartemen Negligible Bovine
SpongioformEncephalopaty risk.
12) tallow dan turunannya yang mempunyai tingkat kelarutan di atas 0,15% harus memiliki status negligible
Bovine SpongioformEncephalopaty risk atau memiliki zona dan/atau kompartemen Negligible Bovine
Spongioform Encephalopaty risk.
13) Dicalsiumphosphate yang masih mengandung protein atau lemak harus memiliki status Negligible Bovine
SpongioformEncephalopaty risk atau memiliki zona dan/atau kompartemen Negligible Bovine
SpongioformEncephalopaty risk.
- 3200 -
b. Status penyakit hewan di Negara Asal didasarkan pada laporan resmi Badan Kesehatan Hewan Dunia (World
Organization for Animal Health/Office International des Epizooties).
c. Negara asal disetujui oleh menteri yang menangani bidang pertanian melalui analisa risiko kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner untuk produk hewan non pangan berupa:
1) susu (milk replacer);
2) kulit mentah garaman dari negara yang mempunyai status zona dengan atau tanpa vaksinasi serta memiliki
program pengendalian penyakit mulut dan kuku (PMK) yang diakui oleh OIE; dan
3) kolagen dan gelatin non pangan dari negara yang tidak memiliki status negligible BSE Risk
e. Unit usaha disetujui oleh menteri yang menangani bidang pertanian melalui analisa risiko kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner untuk :
1) susu (milk replacer);
2) kulit mentah garaman dari negara yang mempunyai status zona dengan atau tanpa vaksinasi serta memiliki
program pengendalian penyakit mulut dan kuku (PMK) yang diakui oleh OIE; dan
- 3201 -
3) kolagen dan gelatin non pangan dari negara yang tidak memiliki status negligible BSE Risk
f. Persyaratan Kemasan
1) dikemas di Negara Asal dan memiliki label; dan
2) terbuat dari bahan khusus dan aman serta tidak bersifat toksik untuk produk hewan non pangan dan
disesuaikan dengan jenis produknya.
g. Persyaratan Label
Persyaratan label harus menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan mencantumkan paling
sedikit:
1) Negara tujuan Indonesia;
2) Nama dan alamat unit usaha;
3) Nomor registrasi Unit Usaha (Establishment Number);
4) Tanggal produksi;
5) Jumlah, jenis, dan spesifikasi produk hewan;
6) Tanda halal sesuai peraturan perundang-undangan;
7) Nomor lot (batch), dan tanggal kedaluwarsa; dan
8) Tulisan hanya digunakan untuk keperluan industri non pangan.
h. Persyaratan Pengangkutan
Persyaratan pengangkutan produk hewan non pangan sebagai berikut:
1) dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat pemasukan di wilayah Negara Republik Indonesia.
- 3202 -
2) produk hewan sebelum dimuat ke dalam alat angkut harus dilakukan tindakan karantina hewan di Negara
Asal.
3) pemasukan dengan cara transit dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
karantina hewan.
4) pengangkutan produk hewan non pangan untuk yang bersertifikat halal dan yang tidak bersertifikat halal
dilarang dalam satu kontainer sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
5) setibanya di tempat pemasukan, produk hewan dikenakan tindakan karantina hewan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan bidang karantina hewan.
5 Sarana Pelaku usaha yang melakukan kegiatan pemasukan Produk Hewan Non Pangan harus menguasai tempat
penyimpanan yang ber-NKV sesuai dengan jenis Produk Hewan Non Pangan.
6 Penilaian A. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Tinggi/T: Bukti penilaian kesesuaian digunakan oleh pelaku usaha untuk memperoleh izin secara formal dari KL yang
dan berwenang. Pemenuhan terhadap standar apabila ada.
Pengawasan
1. Penilaian kesesuaian rekomendasi dan/atau izin pemasukan
Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan administrasi dan teknis.
Proses penilaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) dan Tim
Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dilakukan melalui tahapahan sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh Rekomendasi dan/atau izin pemasukan, Pelaku Usaha mengajukan permohonan Rekomendasi
dan/atau izin pemasukan secara daring kepada Direktur Jenderal melalui Kepala PPVTPP dimana pelaku usaha
- 3203 -
rekomendasi dinyatakan tidak berlaku. Rekomendasi yang diberikan hanya berlaku untuk satu kali pengajuan
persetujuan impor.
g. Rekomendasi dan/atau izin pemasukan, paling sedikit memuat:
1) nomor Rekomendasi dan/atau izin pemasukan;
2) masa berlaku Rekomendasi dan/atau izin pemasukan;
3) nama, NPWP, dan alamat Pelaku Usaha;
4) alamat gudang penyimpanan;
5) nomor dan tanggal surat permohonan;
6) Negara Asal;
7) nama dan nomor Unit Usaha (establishment);
8) kode HS dan uraian produknya termasuk jumlah Kilogram (Kg) per kode HS;
9) persyaratan teknis Kesmavet;
10) tempat pemasukan; dan
11) tujuan penggunaan.
h. Nomor Rekomendasi dan/atau izin pemasukan dicantumkan dalam sertifikat kesehatan (certificate of health) yang
akan menyertai produk pada setiap pengiriman.
i. Dalam hal Negara Asal yang tercantum pada Rekomendasi dan/atau izin pemasukan terjadi wabah Penyakit
Hewan Menular, Rekomendasi dan/atau izin pemasukan yang telah diterbitkan dinyatakan tidak berlaku.
Penilaian kesesuaian negara asal dan unit usaha negara asal dilakukan melaui tahapan :
a. Produk hewan non pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia harus berasal dari
Negara Asal dan Unit Usaha yang telah disetujui oleh Menteri dengan mempertimbangkan :
1) status Penyakit Hewan menular di Negara Asal; dan
2) hasil analisis risiko yang dilakukan melalui tahapan:
a) pemeriksaan dokumen (desk review) dan verifikasi lapangan (on site review) sistem penyelenggaraan
kesehatan hewan dan jaminan keamanan produk hewan non pangan di Negara Asal;
b) pemeriksaan dokumen (desk review) dan verifikasi lapangan (on site review) sistem jaminan keamanan
produk hewan non pangan di Unit Usaha; dan
c) verifikasi lapangan negara asal dan/atau unit usaha negara asal hanya dilakukan untuk pemasukan
produk hewan non pangan berupa kulit mentah garaman dari negara dengan status belum bebas PMK,
serta kolagen dan gelatin non pangan dari negara yang tidak memiliki status negligible BSE Risk.
d) evaluasi risiko Pemasukan.
b. Proses persetujuan dari Menteri, maka otoritas kompeten Negara Asal mengajukan permohonan persetujuan
Negara Asal dan/atau Unit Usaha kepada Menteri melalui Direktur Jenderal yang dilengkapi dengan dokumen :
1) surat pengantar dari perwakilan Negara Asal untuk Indonesia; dan
2) kuesioner Negara Asal dan/atau Unit Usaha yang telah ditetapkan Otoritas Veteriner nasional. Kuesioner
Negara Asal harus diisi oleh otoritas kompeten Negara Asal sedangkan Kuesioner Unit Usaha harus diisi oleh
penanggung jawab teknis Unit Usaha dan diverifikasi oleh otoritas kompeten Negara Asal atau perwakilan
Negara Asal untuk Indonesia.
- 3206 -
Negara Asal dan/atau Unit Usaha dilanjutkan ke tahap verifikasi lapangan. Adapun Hasil pemeriksaan ini
disampaikan Direktur Jenderal kepada otoritas kompeten di Negara Asal melalui perwakilan Negara Asal untuk
Indonesia.
h. Verifikasi lapangan dilakukan oleh tim penilai verifikasi lapangan untuk memastikan kesesuaian informasi dalam
permohonan persetujuan dengan sistem penyelenggaraan kesehatan hewan dan jaminan keamanan produk hewan
non pangan di Negara Asal dan/atau Unit Usaha. Tim penilai verifikasi lapangan terdiri atas perwakilan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner,
dan Karantina Hewan. Tim penilai verifikasi lapangan melakukan verifikasi paling lama 6 (enam) bulan terhitung
sejak hasil pemeriksaan dokumen diterima otoritas kompeten Negara Asal.
i. Hasil verifikasi lapangan disampaikan oleh tim penilai verifikasi lapangan kepada Direktur Jenderal untuk
dilakukan evaluasi risiko Pemasukan.
j. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan oleh tim penilai dokumen dan tim penilai verifikasi lapangan untuk menilai
hasil verifikasi lapangan. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
hasil verifikasi lapangan disampaikan kepada Direktur Jenderal.
k. Apabila hasil evaluasi risiko Pemasukan menyatalan bahwa Negara Asal dan/atau Unit Usaha:
1) memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dan berdasarkan hasil analisis risiko, Direktur
Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan rekomendasi
teknis persetujuan; atau
2) tidak memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dan berdasarkan hasil analisis risiko, Direktur
Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan rekomendasi
- 3208 -
teknis penolakan.
3) Rekomendasi teknis persetujuan atau penolakan diberikan Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner
nasional kepada Menteri.
l. Apabila Menteri atas rekomendasi persetujuan atau penolakan dari Direktur Jenderal :
1) menerima permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, ditetapkan Keputusan Menteri; atau
2) menolak permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, dikeluarkan surat penolakan.
m. Menteri memberikan mandat untuk menetapkan Keputusan Menteri atau mengeluarkan surat penolakan kepada
Direktur Jenderal.
n. Rekomendasi teknis persetujuan memuat persyaratan kesehatan (health requirements) dan model sertifikat
kesehatan (health certificate).
o. Terhadap Negara Asal dan/atau Unit Usaha yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri dilakukan
penyusunan protokol teknis persyaratan kesehatan (health protocol):
1) yang disepakati antara Otoritas Veteriner nasional dengan otoritas kompeten Negara Asal; dan
2) paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Keputusan Menteri ditetapkan.
B. Pengawasan
1. Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan Kesmavet terhadap produk hewan non pangan dilakukan setelah
tindakan karantina berupa pembebasan
2. Pengawasan pada angka 1 dilakukan oleh dokter hewan berwenang yang memiliki kompetensi sebagai pengawas
Kesmavet pada Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
3. Pengawas Kesmavet Pusat melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis pemasukan produk
- 3209 -
Jenderal, dan kepala Dinas Provinsi atau kepala Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
11. Dalam hal di wilayah provinsi atau kabupaten/kota belum memiliki pengawas Kesmavet, maka pelaksanaan
pengawasan dilakukan oleh pengawas Kesmavet Pusat atau Provinsi.
12. Saluran pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan produk hewan non pangan dapat dilakukan melalui
aplikasi Kolom Laporan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kolam Kesmavet) yang terintegrasi dalam
aplikasi Dilan Kesmavet di http://dilankesmavet.pertanian.go.id/kolam
STANDAR PEMASUKAN MAKANAN HEWAN KESAYANGAN
NO PEMASUKAN MAKANAN HEWAN KESAYANGAN
10801 Industri ransum makanan hewan,
10802 Industri konsentrat makanan, 46100 Perdagangan besar atas dasar balas jasa,
46209 Perdagangan besar hasil pertanian dan hewan hidup lainnya,
46319 Perdagangan besar bahan makanan dan minuman hasil pertanian lainnya,
46326 Perdagangan besar susu dan produk susu,
46339 Perdagangan besar makanan dan minuman lainnya,
47112 Perdaganagn ecearan berbagai macam barang yang utamanya makanan, minumam atau tembakau bukan di minimarket/
supermarket/ hypermarket ,
47754 Perdagangan eceran pakan ternak/unggas/ikan dan hewan piaraan,
91031 Taman konservsi di luar habitat alam
1 Ruang Standar ini mengatur dan menetapkan batasan tentang persyaratan dalam penyelenggaraan perizinan pemasukan
Lingkup Makanan Hewan Kesayangan
2 Istilah dan 1. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan Makanan Hewan Kesayangan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara
- 3211 -
18. Dinas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Dinas Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
19. Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dinas Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan
2. Persyaratan Administrasi
Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pemasukan MHK memenuhi persyaratan administrasi :
a. surat permohonan;
b. NIB yang berlaku sebagai angka pengenal importir;
c. Surat keterangan bermaterai penguasaan tempat penyimpanan disertai dokumen bukti pendukungnya;
- 3214 -
d. NKV dan hasil penilaian untuk tempat penyimpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
e. rekomendasi Dinas Provinsi;
f. sertifikat analisis atau certificate of analysis yang diterbitkan oleh laboratorium yang terakreditasi dari negara
asal;
g. sertifikat negara asal (certificate of origin) dari pemasukan sebelumnya atau surat pernyataan bermaterai jika
baru pertama kali melakukan pemasukan;
h. sertifikat veteriner (Veterinary Certificate) yang diterbitkan otoritas negara asal dari pemasukan sebelumnya atau
surat pernyataan bermaterai jika baru pertama kali melakukan pemasukan;
i. sertifikat halal sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
j. surat pernyataan bermaterai tidak sedang memiliki permasalahan hukum terkait dengan rekomendasi dan/atau
izin pemasukan; dan
k. surat pernyataan bermaterai bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah.
setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya kepada Direktur Jenderal secara daring
melalui Indonesia National Single Window (INSW) dengan melampirkan scan Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
untuk jenis produk yang telah terkena ketentuan pencatatan realisasi Pemasukan secara elektronik. Dalam hal
pelaporan melalui Indonesia National Single Window (INSW) belum operasional, pelaporan disampaikan kepada
Direktur Jenderal secara daring; dan
d. dilarang memindahtangankan Rekomendasi dan/atau izin pemasukan Pemasukan kepada pihak lain.
5. PNBP
Penerbitan rekomendasi pemasukan serta penilaian dokumen unit usaha negara asal dikenai tarif PNBP sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP lingkup Kementerian Pertanian.
Persyaratan JENIS
Teknis MAKANAN
No. KODE HS URAIAN JENIS BARANG
Produk, HEWAN
Proses, KESAYANGAN
dan/atau 1. 04.01 Susu dan kepala susu, tidak
Jasa dipekatkan maupun tidak
mengandung tambahan gula atau
bahan pemanis lainnya
0401.10 -Dengan kandungan lemak tidak
melebihi 1% menurut beratnya:
0401.10.10 --Dalam bentuk cairan
0401.10.90 --Lain-lain
0401.20 -Dengan kandungan lemak melebihi
1% tetapi tidak melebihi 6% menurut
beratnya
0401.20.10 --Dalam bentuk cairan
0401.20.90 --Lain-lain
0401.40 -Dengan kandungan lemak melebihi
6% tetapi tidak melebihi 10%
menurut beratnya
- 3217 -
0402.10.49 ---Lain-lain
--lain-lain
0402.10.91 ---Dalam kemasan dengan berat
bersih 20 kg atau lebih
0402.10.92 --- Dalam kemasan dengan berat
bersih 2 kg atau kurang
0402.10.99 ---Lain-lain
-Dalam bentuk bubuk, butiran atau
bentuk padat lainnya, dengan
kandungan lemak melebihi 1,5%
menurut beratnya:
0402.21 --Tidak mengandung tambahan gula
atau bahan pemanis lainnya:
0402.21.20 ---Dalam kemasan dengan berat
bersih 20 kg atau lebih
0402.21.30 ---Dalam kemasan dengan berat
bersih 2 kg atau kurang
0402.21.90 ---Lain-lain
0402.29 --Lain-lain
0402.29.20 ---Dalam kemasan dengan berat
- 3219 -
B. Pemasukan
1. Persyaratan Negara Asal
a. Bentuk olahan yang bahan bakunya berasal dari:
1) karkas, daging dan jeroan (Edible Offal) ruminansia besar harus bebas dan/atau memiliki zona dan/atau
kompartemen bebas PMK, RVF, CBPP;
2) karkas, daging dan jeroan (Edible Offal) ruminansia besar harus memiliki status negligible BSE;
3) karkas, daging, dan jeroan (Edible Offal)ruminansia kecil harus bebas dan/atau memiliki zona dan/atau
kompartemenbebas PMK, RVF, Sheep and Goat Pox, PPR;
4) karkas, daging dan jeroan (Edible Offal) ruminansia kecil harus bebasdan/atau memiliki zona dan/atau
kompartemen dan/atau peternakanbebasScrapie;
5) karkas dan daging harus bebas dan/atau memiliki zona dan/atau kompartemen PMK, CSF/Hog Cholera dan
ASF;
6) karkas dan daging unggas harus bebas dan/atau memiliki zona dan/atau kompartemenpenyakit Avian
Influenza (AI), High Pathogenicity Avian Influenza (HPAI) danNewcastle Disease (ND).
7) telur unggas harus bebas dan/atau memiliki zona dan/atau kompartemen penyakit Avian Influenza (AI), High
Pathogenicity Avian Influenza (HPAI) danNewcastle Disease (ND); dan
- 3221 -
8) susu harus:
a) bebas PMK dan/atau memiliki zona bebas PMK baik dengan vaksinasi atau tanpa vaksinasi dan/atau
kompartemen bebas dari PMK;
b) bebas dan/atau memiliki zona bebas dan/atau peternakan bebas dari penyakit Brucellosis dan
Tubercullosis;
c) bebas dan/atau memiliki zona bebas dari penyakit RiftValley Fever (RVF);
d) bebas dan/atau memiliki zona bebasdari penyakit Peste des Petits Ruminants (PPR) untuk Pemasukan
susu dan olahannya yang berasal dari domba dan kambing.
b. Status penyakit hewan di Negara Asal sebagaimana dimaksud di atas didasarkan pada laporan resmi Badan
Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health/Office International des Epizooties).
c. Negara asal disetujui oleh menteri yang menangani bidang pertanian melalui analisa risiko kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner
3. Persyaratan Kemasan
a. dikemas di Negara Asal dan memiliki label; dan
b. terbuat dari bahan khusus dan aman serta tidak bersifat toksik untuk makanan hewan kesayangan.
4. Persyaratan Label
Persyaratan label harus menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan mencantumkan paling sedikit :
a. Negara tujuan Indonesia;
b. Nama dan alamat unit usaha;
c. Nomor registrasi Unit Usaha (Establishment Number);
d. Tanggal produksi;
e. Jumlah, jenis, dan spesifikasi produk hewan;
f. Tanda halal sesuai peraturan perundang-undangan;
g. Nomor lot (batch), dan tanggal kedaluwarsa; dan
h. Tulisan hanya digunakan untuk keperluan Makanan Hewan Kesayangan
5. Persyaratan Pengangkutan
Persyaratan pengangkutan MHK sebagai berikut:
a. dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat pemasukan di wilayah Negara Republik Indonesia.
b. MHK sebelum dimuat ke dalam alat angkut harus dilakukan tindakan karantina hewan di Negara Asal.
c. pemasukan dengan cara transit dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
- 3223 -
karantina hewan.
d. pengangkutan MHK untuk yang bersertifikat halal dan yang tidak bersertifikat halal dilarang dalam satu kontainer
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. setibanya di tempat pemasukan, MHK dikenakan tindakan karantina hewan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan bidang karantina hewan.
5 Sarana Pelaku usaha yang melakukan kegiatan pemasukan MHK harus menguasai tempat penyimpanan yang ber-NKV
sesuai dengan jenis MHK.
6 Penilaian A. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Menengah Tinggi: Bukti penilaian kesesuaian digunakan oleh pelaku usaha untuk memperoleh izin secara formal dari
dan KL yang berwenang.Pemenuhan terhadap standar apabila ada.
Pengawasan
1. Penilaian kesesuaian rekomendasi
Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan administrasi dan teknis.
Proses penilaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) dan Tim
Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh Rekomendasi, Pelaku Usaha mengajukan permohonan Rekomendasi secara daring kepada
Direktur Jenderal melalui Kepala PPVTPP dimana pelaku usaha dapat mengajukan permohonan setiap waktu.
b. Kepala PPVTPP sebagaimana melakukan verifikasi kelengkapan dan kebenaran persyaratan administrasi
dengan hasil pemeriksaan :
1) tidak lengkap atau benar, jika permohonan ditolak (akan diberitahukan oleh Kepala PPVTPP kepada
- 3224 -
1) nomor Rekomendasi;
2) masa berlaku Rekomendasi;
3) nama, NPWP, dan alamat Pelaku Usaha;
4) alamat gudang penyimpanan berpendingin (cold storage);
5) nomor dan tanggal surat permohonan;
6) Negara Asal;
7) nama dan nomor Unit Usaha (establishment);
8) kode HS dan uraian produknya termasuk jumlah Kilogram (Kg) per kode HS;
9) persyaratan teknis Kesmavet;
10) tempat pemasukan; dan
11) tujuan penggunaan.
h. Nomor Rekomendasi dicantumkan dalam sertifikat kesehatan (certificate of health) yang akan menyertai
produk pada setiap pengiriman.
i. Dalam hal Negara Asal yang tercantum pada Rekomendasi terjadi wabah Penyakit Hewan Menular,
Rekomendasi yang telah diterbitkan dinyatakan tidak berlaku.
produk hewan atau keamanan makanan hewan kesayangan di Negara Asal dan/atau Unit Usaha. Tim penilai
verifikasi lapangan sebaga terdiri atas perwakilan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan. Tim penilai verifikasi
lapangan melakukan verifikasi paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hasil pemeriksaan dokumen
diterima otoritas kompeten Negara Asal.
i. Hasil verifikasi lapangan disampaikan oleh tim penilai verifikasi lapangan kepada Direktur Jenderal untuk
dilakukan evaluasi risiko Pemasukan.
j. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan oleh tim penilai dokumen dan tim penilai verifikasi lapangan untuk
menilai hasil verifikasi lapangan. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan paling lama 12 (dua belas) bulan
terhitung sejak hasil verifikasi lapangan disampaikan kepada Direktur Jenderal.
k. Apabila hasil evaluasi risiko Pemasukan menyatalan bahwa Negara Asal dan/atau Unit Usaha:
1) memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dan berdasarkan hasil analisis risiko, Direktur
Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan
rekomendasi teknis persetujuan; atau
2) tidak memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dan berdasarkan hasil analisis risiko,
Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan
rekomendasi teknis penolakan.
3) Rekomendasi teknis persetujuan atau penolakan diberikan Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas
Veteriner nasional kepada Menteri.
l. Apabila Menteri atas rekomendasi persetujuan atau penolakan dari Direktur Jenderal :
- 3229 -
1) menerima permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, ditetapkan Keputusan Menteri;
atau
2) menolak permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, dikeluarkan surat penolakan.
3) Menteri memberikan mandat untuk menetapkan Keputusan Menteri atau mengeluarkan surat penolakan
kepada Direktur Jenderal.
m. Rekomendasi teknis persetujuan memuat persyaratan kesehatan (health requirements) dan model sertifikat
kesehatan (health certificate).
n. Terhadap Negara Asal dan/atau Unit Usaha yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri dilakukan
penyusunan protokol teknis persyaratan kesehatan (health protocol):
1) yang disepakati antara Otoritas Veteriner nasional dengan otoritas kompeten Negara Asal; dan
2) paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Keputusan Menteri ditetapkan.
B Pengawasan
1. Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan Kesmavet terhadap produk hewan non pangan dilakukan setelah
tindakan karantina berupa pembebasan
2. Pengawasan pada angka 1 dilakukan oleh dokter hewan berwenang yang memiliki kompetensi sebagai pengawas
Kesmavet pada Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
3. Pengawas Kesmavet Pusat melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis pemasukan
makanan hewan kesayangan ke atau dari wilayah NKRI.
4. Pengawas Kesmavet Provinsi melakukan pengawasan dan koordinasi dengan kabupaten/kota terhadap
- 3230 -
pemenuhan persyaratan teknis pemasukan makanan hewan kesayangan ke atau dari wilayah provinsi.
5. Pengawas Kesmavet Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis di unit
usaha.
6. Pengawasan oleh Pengawas Kesmavet di unit usaha dilakukan melalui pemeriksaan terhadap:
a) Kondisi fisik makanan hewan kesayangan dengan mempergunakan panca indera manusia dan apabila
ditemukan penyimpangan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian lebih lanjut
b) Dokumen (pemeriksaan terhadap kelengkapan berupa sertifikat veteriner dan sertifat halal bagi yang
dipersyaratkan )
c) kemasan dan label (dilakukan terhadap kesesuaian keterangan mengenai nama produk, produsen, tanggal
produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa, jenis/kategori produk, serta tanda halal bagi yang dipersyaratkan.)
d) tempat penyimpanan dan alat angkut (meliputi kesesuaian persyaratan higiene sanitasi, dan suhu ruangan
sesuai dengan jenis makanan hewan kesayangann, serta pemisahan produk halal dan nonhalal.)
7. Makanan hewan kesayangan yang telah dilakukan tindakan karantina yang telah dilakukan tindakan karantina
berupa pembebasan, selain diawasi oleh Pengawas Kesmavet, dapat dilakukan pengawasan oleh
masyarakatberupa laporan dugaan penyimpangan terhadap makanan hewan kesayangan yang beredar.
8. Laporan oleh masyarakat disampaikan kepada pengawas Kesmavet setempat untuk dilakukan penyelidikan dan
tindak lanjut.
9. Pengawasan dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diketahui adanya dugaan
penyimpangan terhadap tidak dipenuhinya persyaratan teknis Kesmavet.
10. Pengawas Kesmavet melaporkan hasil pengawasannya secara berkala atau sewaktu-waktu kepada Direktur
Jenderal, dan kepala Dinas Provinsi atau kepala Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
- 3231 -
11. Dalam hal di wilayah provinsi atau kabupaten/kota belum memiliki pengawas Kesmavet, maka pelaksanaan
pengawasan dilakukan oleh pengawas Kesmavet Pusat atau Provinsi.
12. Saluran pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan Makanan Hewan Kesayangan dapat dilakukan melalui
aplikasi Kolom Laporan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kolam Kesmavet) yang terintegrasi dalam
aplikasi Dilan Kesmavet di http://dilankesmavet.pertanian. go.id/kolam
2 Istilah dan 1. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan produk hewan dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri.
Definisi 2. Produk hewan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau telah diolah atau
diproses untuk keperluan konsumsi, farmakoseutika, pertanian, dan/atau kegunaan lain bagi pemenuhan
kebutuhan dan kemaslahatan manusia.
3. Produk Pangan Asal Hewan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau diolah atau
diproses untuk keperluan konsumsi.
4. Produk hewan non pangan adalah adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau telah
diolah atau diproses untuk keperluan industri non pangan.
5. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.
6. Kesehatan Masyarakat Veteriner yang selanjutnya disebut Kesmavet adalah segala urusan yang berhubungan
dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kesehatan manusia.
7. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lainnya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
- 3234 -
perantara mekanis.
8. Unit Usaha adalah suatu tempat untuk menjalankan kegiatan memproduksi, menangani, mengedarkan,
menyimpan, menjual, menjajakan, memasukkan dan/atau mengeluarkan hewan dan/atau produk hewan secara
teratur dan terus menerus untuk tujuan komersial.
9. Sertifikat Veteriner pengeluaran yang selanjutnya disebut Sertifikat Veteriner adalah jaminan tertulis yang
diberikan oleh Otoritas Veteriner di bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner atau laboratorium Kesehatan
Masyarakat Veteriner terakreditasi untuk menyatakan produk Hewan telah memenuhi persyaratan Higiene dan
Sanitasi serta keamanan produk Hewan.
10. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner yang selanjutnya disebut Nomor Kontrol Veteriner adalah sertifikat sebagai
bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk
hewan pada unit usaha produk hewan.
11. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggung jawab dan memiliki
kompetensi dalam penyelenggaraan kesehatan hewan.
12. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum,
yang melakukan kegiatan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
13. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah
lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi pribadi
penanaman modal.
14. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang
pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
- 3235 -
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang
menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar, penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme
anggaran pendapatan dan belanja negara.
15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
16. Direktur Jenderal adalah pejabat pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Pertanian yang
melaksanakan tugas dan fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
17. Dinas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Dinas Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
18. Dinas Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dinas Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan peternakan dan/atau kesehatan hewan.
3 Persyaratan 1. Pelaku usaha
Umum Pelaku Usaha yang dapat melakukan pengeluaran produk hewan adalah:
a. Perseorangan (orang perorangan penduduk Indonesia yang cakap untuk bertindak dan melakukan perbuatan
hukum)
b.Perseroan terbatas;
c. Badan Usaha Milik Negara;
d.Badan Usaha Milik Daerah; dan
e. Koperasi.
- 3236 -
2. Persyaratan administrasi
Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pengeluaran produk hewan memenuhi persyaratan
administrasi meliputi:
a. Surat permohonan;
b. Nomor Induk Berusaha;
c. Laporan realisasi pengeluaran;
d. Surat pernyataan bahwa dokumen yang disampaikan benar.
5. PNBP
Penerbitan Sertifikat Veteriner dikenai tarif PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang PNBP lingkup Kementerian Pertanian.
6) kolagen;
7) tallow;
8) kulit sebagai pangan;
9) sarang burung walet; dan
10) olahannya.
Proses penilaian dilakukan oleh Tim Layanan Sertifikat Veteriner dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan yang dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh Sertifikat Veteriner, Pelaku Usaha mengajukan permohonan Sertifikat Veteriner secara daring
kepada Direktur Jenderal dimana pelaku usaha dapat mengajukan permohonan setiap waktu.
b. Tim Layanan Sertifikat Veteriner sebagaimana melakukan verifikasi kelengkapan dan kebenaran persyaratan
administrasi dengan hasil pemeriksaan:
1) tidak lengkap atau benar, permohonan ditolak (akan diberitahukan oleh Tim layanan Sertifikat Veteriner
kepada Pelaku Usaha disertai alasan penolakannya secara daring); atau
2) lengkap dan benar, permohonan diterima (akan diteruskan kepada tim teknis Direktur Jenderal).
c. Tim teknis melakukan kajian teknis untuk memeriksa pemenuhan persyaratan teknis kesehatan hewan dan
Kesmavet, dengan hasil pemeriksaan:
1) tidak lengkap atau benar, permohonan ditolak (akan diberitahukan melalui tim layanan Sertifikat Veteriner
kepada Pelaku Usaha disertai alasan penolakannya secara daring); atau
2) memenuhi persyaratan, Sertifikat Veteriner teknis diberikan oleh tim teknis Direktorat Jenderal kepada
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner selaku pejabat Otoritas Veteriner Kementerian bidang Kesehatan
Masyarakat Veteriner.
d. Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner kemudian menerbitkan Sertifikat Veteriner.
e. Sertifikat Veteriner paling sedikit memuat:
1) nomor Sertifikat Veteriner;
2) tanggal Sertifikat Veteriner disahkan;
- 3240 -
3) tanda tangan dan stempel pejabat Otoritas Veteriner Kementerian bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner;
4) nama dan alamat Pelaku Usaha;
5) nama dan alamat Unit Usaha;
6) nama dan alamat importir di negara tujuan;
7) jenis dan jumlah produk;
8) persyaratan teknis negara tujuan;
9) tempat pengeluaran; dan
10) tempat bongkar muat.
f. Sertifikat Veteriner akan menyertai produk hewan pada setiap pengiriman.
B. Pengawasan
1. Produk hewan yang akan dikirim dilakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan Kesmavet dan tindakan
karantina berupa pelepasan.
2. Pengawasan pada point 1 dilakukan oleh dokter hewan berwenang yang memiliki kompetensi sebagai pengawas
Kesmavet pada Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
3. Pengawas Kesmavet Pusat melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis pengeluaran produk
hewan dari wilayah NKRI.
4. Pengawas Kesmavet Provinsi melakukan pengawasan dan koordinasi dengan kabupaten/kota terhadap
pemenuhan persyaratan teknis pengeluaran produk hewan ke atau dari wilayah provinsi.
5. Pengawas Kesmavet Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis di unit
- 3241 -
usaha.
6. Pengawasan oleh Pengawas Kesmavet di unit usaha dilakukan melalui pemeriksaan terhadap:
a. Kondisi fisik produk hewan dengan mempergunakan panca indera manusia dan apabila ditemukan penyimpangan
dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian lebih lanjut;
b. Proses produksi;
c. kemasan dan label (dilakukan terhadap kesesuaian keterangan mengenai nama produk, produsen, tanggal
produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa, jenis/kategori produk);
d. tempat penyimpanan dan alat angkut (meliputi kesesuaian persyaratan higiene sanitasi, dan suhu ruangan sesuai
dengan jenis produk hewan, serta pemisahan produk halal dan non halal).
7. Pengawasan dilakukan setiap permohonan Sertifikat Veteriner atau sewaktu-waktu apabila diketahui adanya
dugaan penyimpangan terhadap tidak dipenuhinya persyaratan teknis Kesmavet.
8. Pengawas Kesmavet melaporkan hasil pengawasan secara berkala atau sewaktu-waktu kepada Direktur Jenderal,
Kepala Dinas Provinsi dan/atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
9. Dalam hal di wilayah provinsi dan/atau Kabupaten/Kota belum memiliki pengawas Kesmavet, maka pelaksanaan
pengawasan dilakukan oleh pengawas Kesmavet Pusat atau Provinsi.
10. Saluran pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan produk asal dapat dilakukan melalui aplikasi Kolom
Laporan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kolam Kesmavet) yang terintegrasi dalam aplikasi Dilan
Kesmavet di http://dilankesmavet.pertanian.go.id/kolam.
- 3242 -
Definisi sebagai pakan, baik yang diolah maupun yang belum diolah.
- Bahan Pakan Asal Tumbuhan adalah bahan yang berasal dari tumbuhan baik yang diolah maupun yang belum
diolah.
- Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
- Pemasukan adalah kegiatan memasukkan Bahan Pakan Asal Tumbuhan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia.
- Negara Asal Pemasukan yang selanjutnya disebut Negara Asal adalah negara yang menghasilkan Bahan Pakan
Asal Tumbuhan.
- Izin Pemasukan adalah keterangan tertulis yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memasukkan Bahan
Pakan Asal Tumbuhan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
- Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain
yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
- Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang selanjutnya disingkat OPTK adalah semua organisme
pengganggu tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
- Kemasan adalah wadah yang digunakan untuk mengemas atau membungkus Bahan Pakan Asal Tumbuhan, baik
yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung.
- Label adalah keterangan mengenai Bahan Pakan Asal Tumbuhan yang berbentuk tulisan, kombinasi gambar dan
- 3244 -
tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang Bahan Pakan Asal Tumbuhan dan keterangan Pelaku
Usaha, serta informasi lainnya yang disertakan pada Bahan Pakan Asal Tumbuhan, dan/atau merupakan bagian
Kemasan Bahan Pakan Asal Tumbuhan.
- Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah
non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.
- Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum yang melakukan kegiatan di bidang pertanian dan perdagangan hasil pertanian.
3 Persyaratan Durasi Pemenuhan Persyaratan Dilaksanakan Sesuai Dengan Ketentuan Lembaga OSS.
Umum
4 Persyaratan 1) BPAT yang dimasukkan berasal dari negara berstatus bebas Organisme Pengganggu Tanaman Karantina (OPTK)
khusus atau yang didasarkan pada deklarasi International Plant Protection Comissions (IPPC) dan/atau pengakuan oleh
Persyaratan Negara Indonesia sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Karantina.
Teknis 2) Permohonan izin pemasukan harus memuat:
Produk, a. jenis Bahan Pakan, dengan mencantumkan keterangan feed grade;
Proses, b. kode Harmonized System (HS);
dan/atau c. volume (Metrik Ton); dan
Jasa d. Negara Asal
3) Bahan Pakan Asal Tumbuhan yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia harus memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI).
- 3245 -
4) Dalam hal belum terdapat Standar Nasional Indonesia, persyaratan mutu dan keamanan mengacu pada
Persyaratan Teknis Minimal (PTM) pakan dan/atau bahan pakan yang ditetapkan oleh Menteri.
5) Pemenuhan persyaratan mutu dan keamanan harus dibuktikan dengan hasil uji mutu dan keamanan Bahan
Pakan Asal Tumbuhan yang tercantum dalam Certificate of Analysis atau Certificate of Quality, yang diterbitkan
oleh otoritas atau lembaga independen di Negara Asal pada setiap Pemasukan Bahan Pakan Asal Tumbuhan.
6) Persyaratan Kemasan harus asli dari Negara Asal, sesuai standar internasional dan disegel. Segel dilakukan oleh
pejabat yang berwenang di Negara Asal, bernomor jelas, tetap utuh sampai di tempat Pemasukan.
7) Kemasan harus disertai Label.
8) Label harus ditulis dalam Bahasa Inggris dan/atau Bahasa Indonesia.
9) Label pada Kemasan memuat informasi mengenai:
a. Jenis Bahan Pakan Asal Tumbuhan;
b. Nama produsen atau eksportir;
c. Tanggal produksi;
d. Negara Asal; dan
e. Berat bersih/isi bersih.
10) Persyaratan Kemasan dan Label tidak diberlakukan untuk produk curah yang dikemas dalam media pembawa
kontainer atau kapal curah.
11) Pengangkutan dapat dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat Pemasukan di wilayah negara
Republik Indonesia atau secara transit dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
- 3246 -
bidang karantina
12) Dokumen pemenuhan persyaratan teknis yang disampaikan pada saat mengajukan permohonan Izin Pemasukan
Bahan Pakan Asal Tumbuhan paling kurang terdiri dari:
a. Surat pernyataan Bahan Pakan Asal Tumbuhan yang dimasukkan memenuhi persyaratan mutu dan
keamanan;
b. Surat pernyataan Bahan Pakan Asal Tumbuhan yang dimasukkan memenuhi persyaratan Kemasan dan
Label;
c. Surat pernyataan memiliki atau menguasai gudang penyimpanan untuk menjaga terpenuhinya persyaratan
mutu dan keamanan Bahan Pakan Asal Tumbuhan;
d. Rencana Pemasukan dan Distribusi Bahan Pakan Asal Tumbuhan untuk 1 (satu) periode Izin Pemasukan.
13) Pelaku Usaha yang telah memperoleh Izin Pemasukan wajib menyampaikan:
a. Laporan realisasi Pemasukan Bahan Pakan Asal Tumbuhan; dan
b. Laporan distribusi Pemasukan Bahan Pakan Asal Tumbuhan.
14) Laporan realisasi Pemasukan Bahan Pakan Asal Tumbuhan paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
terhitung sejak tanggal pendaftaran pemberitahuan pabean.
15) Laporan distribusi Pemasukan Bahan Pakan Asal Tumbuhan untuk setiap periode Pemasukan paling lambat 15
(lima belas) Hari terhitung sejak berakhirnya masa berlaku Izin Pemasukan..
5 Sarana Memiliki atau menguasai gudang penyimpanan untuk menjaga terpenuhinya persyaratan mutu dan keamanan
Bahan Pakan Asal Tumbuhan
- 3247 -
● PENGAWASAN
- Pengawasan dilakukan terhadap pemenuhan persyaratan teknis setelah melalui Kawasan Pabean.
- 3248 -
- Pengawasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan mutu dan keamanan
pakan.
- Bahan Pakan Asal Tumbuhan adalah bahan yang berasal dari tumbuhan baik yang diolah maupun yang belum
diolah.
- Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
- Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan Bahan Pakan Asal Tumbuhan dari wilayah Negara Republik Indonesia
ke luar negeri.
- Izin Pengeluaran adalah keterangan tertulis yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk mengeluarkan Bahan
Pakan Asal Tumbuhan dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri.
- Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain
yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
- Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang selanjutnya disingkat OPTK adalah semua organisme
pengganggu tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
- Kemasan adalah wadah yang digunakan untuk mengemas atau membungkus Bahan Pakan Asal Tumbuhan, baik
yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung.
- Label adalah keterangan mengenai Bahan Pakan Asal Tumbuhan yang berbentuk tulisan, kombinasi gambar dan
tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang Bahan Pakan Asal Tumbuhan dan keterangan Pelaku
Usaha, serta informasi lainnya yang disertakan pada Bahan Pakan Asal Tumbuhan, dan/atau merupakan bagian
- 3250 -
d. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu.
e. Negara Asal Pemasukan yang selanjutnya disebut Negara Asal adalah negara yang mengeluarkan komoditas benih
tanaman pakan ternak ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
f. Izin Pengeluaran adalah keterangan tertulis yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk mengeluarkan komoditas
benih tanaman pakan ternak dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri.
g. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain
yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
h. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) yang selanjutnya
disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik terintegrasi.
i. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.
3. Persyaratan pengajuan permohonan pemasukan benih tanaman pakan ternak untuk pertama kali meliputi :
1. surat permohonan Izin Pemasukan;
2. NIB yang berlaku sebagai Angka Pengenal Impor, pengesahan Tanda Daftar Perusahaan, dan hak akses
kepabeanan;
- 3254 -
3. surat pernyataan bermeterai bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah.
a) Benih TPT yang dimasukan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan
mutu dan keamanan sebagaimana Standar Nasional Indonesia.
b) Dalam hal belum terdapat Standar Nasional Indonesia, persyaratan mutu dan keamanan sebagaimana
dimaksud pada angka 1) mengacu pada persyaratan teknis minimal yang ditetapkan oleh Menteri
Pertanian.
c) Persyaratan mutu dan keamanan dibuktikan dengan hasil uji mutu dan keamanan benih TPT yang
tercantum dalamCertificate of Analysis (CoA) atau Certificate of Quality (CoQ) yang diterbitkan oleh
otoritas atau lembaga independen di Negara Asal pada setiap pemasukan benih TPT.
3) Kemasan, label, dan pengangkutan.
a) Benih Tanaman Pakan Ternak harus dikemas di Negara Asal sesuai standar internasional dan disegel.
b) Penyegelan dilakukan oleh pejabat yang berwenang di Negara Asal, bernomor jelas, tetap utuh sampai di
tempat Pemasukan.
c) Kemasan benih tanaman pakan ternak harus disertai label yang ditulis dalam bahasa Inggris dan/atau
Bahasa Indonesia.
d) Label memuat informasi mengenai jenis dan varietas TPT, nama dan alamat produsen, data mutu benih,
Negara Asal, berat bersih atau isi bersih, dan akhir masa edar benih.
4) Pengajuan permohonan Izin Pemasukan dilengkapi dengan dokumen teknis paling kurang terdiri dari:
a. information required for seeds introduction /importationto Indonesia;
b. technical information for comodity (s) proposed exported into Indonesia;
- 3256 -
5 Sarana Sarana yang perlu disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Sarana transportasi
b. Peralatan kantor
c. Media komunikasi
d. Gudang Benih
6 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui verifikasi dokumen permohonan sesuai persyaratan
dan yang ditetapkan. Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan
Pengawasan Perizinan Pertanian (PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
b. Pengawasan
1) Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan pemasukan dilakukan setelah melalui Kawasan Pabean.
- 3257 -
c. Kewajiban
Setelah memiliki Izin Pemasukan yang berlaku efektif, Pelaku Usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya
memiliki kewajiban yang terdiri atas :
1) menyerahkan Izin Pemasukan benih TPT kepada pejabat karantina tumbuhan paling lambat pada saat benih
tiba di tempat Pemasukan.
2) menyampaikan laporan realisasi pemasukan benih tanaman pakan ternak kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan kepada Kepala Pusat PVTPP, paling lama 7 (tujuh) Hari
terhitung sejak diterbitkannya sertifikat pelepasan oleh Badan Karantina Pertanian.
3) Pemegang izin harus telah selesai memasukkan seluruh benih melalui tempat Pemasukan yang telah
ditetapkan dalam waktu 6 (enam) bulan sesuai dengan jangka waktu yang diberikan dalam Izin Pemasukan.
Pelaku Usaha yang telah memperoleh Izin Pemasukan wajib menyampaikan Laporan Realisasi pemasukan benih
TPT secara daring paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak diterbitkannya sertifikat pelepasan oleh Badan
Karantina Pertanian dengan melampirkan dokumen :
1) Bill of Lading atau Airways Bill;
2) Sertifikat Pelepasan Karantina
Laporan Realisasi pemasukan benih TPT wajib mencantumkan alasan dalam hal Pelaku Usaha tidak
merealisasikan Izin Pemasukan
- 3258 -
bidang tertentu.
e. Negara Asal Pengeluaran yang selanjutnya disebut Negara Asal adalah negara yang mengeluarkan komoditas
benih tanaman pakan ternak ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
f. Izin Pengeluaran adalah keterangan tertulis yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk mengeluarkan komoditas
benih tanaman pakan ternak dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri.
g. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain
yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
h. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) yang selanjutnya
disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik terintegrasi.
i. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.
3 Persyaratan Persyaratan umum pengajuan pengeluaran benih tanaman pakan ternak :
Umum a. memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB)
b. surat permohonan Izin Pengeluaran
c. surat pernyataan bermaterai bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah
atau 2) surat Keputusan Menteri Pertanian tentang Pelepasan Varietas Tanaman Pakan Ternak
Persyaratan
Teknis Persyaratan pengajuan permohononan pengeluaran kedua dan seterusnya meliputi :
Produk, 1) Surat izin impor dari otoritas negara tujuan
Proses, 2) surat pernyataan bermaterai bahwa dokumen yang disampaikan benar dan sah
dan/atau 3) laporan realisasi pengeluaran sebelumnya.
Jasa
Persyaratan teknis pengeluaran Benih TPT harus memenuhi persyaratan negara tujuan, meliputi :
1) benih TPT merupakan varietas hibrida yang sudah dilepas dibuktikan dengan keputusan Menteri Pertanian
tentang pelepasan varietas TPT;
2) tidak mengganggu ketersediaan benih di dalam negeri;
3) tidak mengganggu kelestarian sumber daya genetic TPT dalam negeri; dan
4) mendapat izin dari pemilik varietas.
Durasi pemenuhan persyaratan oleh pelaku usaha paling lambat 3(tiga) bulan
5 Sarana Sarana yang perlu disediakan oleh pelaku usaha antara lain:
a. Sarana transportasi
b. Peralatan kantor
c. Media komunikasi
- 3261 -
d. Gudang Benih
6 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui verifikasi dokumen permohonan sesuai persyaratan
dan yang ditetapkan. Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan
Pengawasan Perizinan Pertanian (PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
b. Pengawasan
1) Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan pengeluaran dilakukan sebelum melalui Kawasan Pabean.
2) Pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kewajiban
Setelah memiliki Izin Pengeluaran yang berlaku efektif, Pelaku Usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya
memiliki kewajiban menyampaikan laporan realisasi Pengeluaran Benih TPT.
Laporan realisasi Pengeluaran wajib disampaikan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal secara daring paling
lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya terhitung sejak tanggal tindakan karantina Pengeluaran. Laporan
realisasi Pengeluaran wajib mencantumkan alasan jika Pelaku Usaha tidak merealisasikan Izin Pengeluaran.
- 3262 -
tertentu.
- Negara Asal Pemasukan yang selanjutnya disebut Negara Asal adalah negara yang mengeluarkan komoditas pakan,
ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
- Unit Usaha Negara Asal adalah suatu unit usaha di Negara Asal yang menjalankan kegiatan produksi, dan/atau
pengemasan Pakan secara teratur dan terus menerus dengan tujuan komersial.
- Izin Pemasukan adalah keterangan tertulis yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memasukkan komoditas
Pakan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
c. Belum bebas AI harus melalui proses inaktivasi virus dan dilakukan pencegahan rekontaminasi virus AI.
(3) Status penyakit hewan di negara asal didasarkan pada laporan resmi oleh Badan Kesehatan Hewan
Dunia/Office International des Epizooties (OIE).
(4) Persyaratan unit usaha:
a. Dibawah pengawasan dan terdaftar sebagai unit usaha oleh otoritas negara asal;
b. Menerapkan sistem manajemen mutu dibuktikan dengan sertifikat ISO; dan
c. Menerapkan sistem mutu dan keamanan pakan dalam proses pembuatan pakan yang dibuktikan dengan
sertifikat good manufacturing practices on feed (cara pembuatan pakan yang baik).
b. Persyaratan komoditas pemasukan pakan yang berasal:
(1) Ruminansia, harus:
a. sehat, lahir, dan dibesarkan di negara asal serta sepanjang hidupnya tidak diberi pakan yang mengandung
BPAH;
b. telah lulus pemeriksaan antemortem dan postmortem;
c. tidak berasal dari sapi yang menunjukkan gejala BSE (Dead Stock, Downer, Dying,and Disease);
d. berasal dari rumah potong hewan yang telah diakreditasi dan didaftar oleh instansi yang berwenang di negara
asal dan secara rutin dilakukan pengawasan oleh otoritas veteriner negara asal;
e. dapat ditelusur secara baik sejak hewan masih hidup hingga masuk rumah potong hewan dan unit pengolah
bahan pakan;
f. tidak tercampur dengan bahan yang berasal dari babi dan ruminansia non domestikasi;
g. diproses sedemikian rupa sehingga bakteri Clostiridium sp, Salmonella sp, Escherichia colidan Bacillus
- 3265 -
antractis terinaktivasi atau mati serta dilakukan tindakan pencegahan terhadap rekontaminasi; dan
h. mendapatkan jaminan dari otoritas veteriner berwenang di negara asal untuk negara berstatus controlled
BSE Risk yang menyatakan Meat Bone Meal tanpa SRM (SRM removed Meat Bone Meal).
(4) Persyaratan mutu dan keamanan pakan dibuktikan dengan hasil uji mutu dan keamanan pakan yang
tercantum dalam Certificate of Analysis (CoA) atau Certificate of Quality (CoQ) yang diterbitkan oleh otoritas atau
lembaga independen di negara asal pada setiap pemasukan pakan.
(5) Persyaratan Teknis Minimal ditetapkan oleh Menteri dengan bentuk Keputusan.
(6) Untuk menjaga mutu dan keamanan pakan serta memberikan perlindungan bagi konsumen, pemasukan pakan
dilarang:
a. Diberikan sebagai pakan ruminansia apabila mengandung BPAH ruminansia;
b. Diberikan sebagai pakan unggas dan babi apabila mengandung urea; dan/atau
c. Pemasukannya apabila mengandung antibiotik imbuhan pakan/Antibiotic Growth Promoters (AGP) dan/atau
hormon sintetik.
3. tanggal produksi;
4. negara asal;
5. berat bersih atau isi bersih;
6. kode produksi;
7. nama produk;
8. kandungan nutrisi;
9. komposisi produk; dan
10. NPP.
e. Dokumen pemenuhan persyaratan teknis yang disampaikan pada saat mengajukan permohonan izin pemasukan
pakan terdiri dari:
1) Certificate of Analysis atau Certificate of Quality;
2) Certificate of Origin;
3) Invoice;
4) Keputusan Menteri Pertanian tentang NPP;
5) Surat pernyataan tidak menggunakan antibiotik imbuhan pakan/Antibiotic Growth Promoters (AGP);
6) Pernyataan tidak menggunakan hormon sintetik;
7) Pernyataan tidak mengandung BPAH ruminansia untuk pakan ruminansia;
8) Pernyataan tidak menggunakan urea untuk pakan unggas dan babi;
9) Pernyataan kesanggupan menyediakan gudang penyimpanan; dan
- 3268 -
10) Rencana pemasukan dan rencana distribusi pakan untuk 1 (satu) tahun.
18) Perbaikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam hanya diberikan 1 (satu) kali
19) Dalam hal perbaikan persyaratan teknis telah melewati waktu, Pelaku Usaha harus mengajukan permohonan
baru.
20) Permohonan disetujui diterbitkan Izin Pemasukan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.
21) Izin Pemasukan untuk Pakan sesuai format;
22) Izin Pemasukan disampaikan oleh Direktur Jenderal kepada Kepala PPVTPP secara daring.
23) Kepala PPVTPP setelah menerima Izin Pemasukan menyampaikan kepada Pelaku Usaha dan ke Lembaga
National Single Window (LNSW) secara daring.
24) Masa berlaku Izin Pemasukan Pakan berlaku selama 3 (tiga) bulan sejak tanggal izin diterbitkan;
25) Pelaku Usaha wajib memenuhi ketentuan dalam Izin Pemasukan pada saat Pemasukan Pakan.
26) Pemasukan Pakan diberangkatkan dari negara asal setelah pelaku usaha memiliki dokumen izin pemasukan.
27) Pelaku Usaha wajib mencantumkan nomor Izin Pemasukan di dalam dokumen pemberitahuan pabean impor
dan dokumen permohonan tindakan karantina untuk setiap kali Pemasukan.
28) Validasi atas pemenuhan kewajiban dilakukan oleh sistem LNSW.
29) Dalam hal proses validasi tidak dapat dilakukan maka proses validasi dilakukan oleh pejabat yang menangani
proses validasi.
30) Terhadap permohonan perubahan Izin Pemasukan, Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan surat
keterangan perubahan Izin Pemasukan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima
secara lengkap dan benar.
31) Permohonan ditolak, jika persyaratan perubahan Izin Pemasukan tidak lengkap.
- 3271 -
32) Penolakan permohonan disampaikan oleh Kepala PPVTPP kepada Pelaku Usaha disertai alasan penolakan
secara daring
33) Permohonan disetujui, jika persyaratan perubahan Izin Pemasukan telah dipenuhi dengan lengkap
34) Persetujuan permohonan perubahan Izin Pemasukan disampaikan oleh Kepala PPVTPP kepada Direktur
Jenderal secara daring.
35) Direktur Jenderal setelah menerima permohonan perubahan Izin Pemasukan melakukan kajian teknis paling
lama 3 (tiga) Hari.
36) Hasil kajian teknis berupa permohonan ditolak atau permohonan disetujui.
37) Permohonan ditolak, jika persyaratan tidak benar.
38) Permohonan ditolak disampaikan oleh Direktur Jenderal melalui Kepala PPVTP kepada Pelaku Usaha disertai
alasan penolakan secara daring.
39) Permohonan disetujui, jika persyaratan telah dipenuhi dengan benar.
40) Permohonan perubahan Izin Pemasukan disetujui diterbitkan Surat Keterangan Perubahan Izin Pemasukan
oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri, sesuai format.
41) Surat Keterangan Perubahan Izin Pemasukan disampaikan oleh Direktur Jenderal kepada Kepala PPVTPP
secara daring.
42) Kepala PPVTPP setelah menerima Surat Keterangan Perubahan Izin Pemasukan menyampaikan kepada Pelaku
Usaha dan ke LNSW secara daring.
43) Dalam hal di Negara Asal terjadi wabah penyakit hewan, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan/atau
OPTK yang dinyatakan oleh Negara Asal atau OIE dan/atau IPPC, Menteri menetapkan keputusan penutupan
Negara Asal berdasarkan rekomendasi pejabat otoritas veteriner nasional.
- 3272 -
6. Kepala PPVTPP setelah menerima permohonan pengeluaran pakan memeriksa kelengkapan persyaratan
administrasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) hari kerja sudah memberikan jawaban menolak atau
menyetujui.
7. Permohonan ditolak apabila persyaratan administrasi tidak lengkap dan/atau tidak benar.
8. Permohonan ditolak disampaikan oleh Kepala PPVTPP secara daring kepada Pelaku Usaha disertai alasan
penolakan.
9. Pelaku Usaha setelah menerima penolakan dapat melakukan perbaikan persyaratan administratif dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja.
10. Perbaikan persyaratan administratif hanya diberikan 1 (satu) kali.
11. Dalam hal perbaikan persyaratan administratif telah melewati waktu Pelaku Usaha harus mengajukan
permohonan baru secara mutatis mutandis.
12. Permohonan disetujui apabila persyaratan administrasi lengkap dan/atau benar
13. Permohonan disetujui disampaikan oleh Kepala PPVTPP kepada Direktur Jenderal secara daring.
14. Direktur Jenderal setelah menerima permohonan melakukan kajian teknis.
15. Kajian teknis dilakukan terhadap pemenuhan persyaratan teknis.
16. Direktur Jenderal dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) jam sudah memberikan jawaban menolak atau
menyetujui.
17. Permohonan ditolak jika tidak memenuhi persyaratan teknis.
18. Permohonan ditolak disampaikan oleh Direktur Jenderal kepada Pelaku Usaha disertai alasan penolakan secara
- 3276 -
daring.
19. Pelaku Usaha setelah menerima penolakan melakukan perbaikan persyaratan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) hari.
20. Perbaikan permohonan hanya diberikan 1 (satu) kali.
21. Persetujuan permohonan diterbitkan Sertifikat Standar Pengeluaran Pakan oleh Direktur Jenderal atas nama
Menteri.
22. PPVTPP setelah menerima Sertifikat Standar Pengeluaran Pakan menyampaikan kepada Pelaku Usaha dan ke
LNSW secara daring
23. Setelah memiliki Sertifikat Standar Pengeluaran Pakan yang berlaku efektif, Pelaku Usaha dalam melaksanakan
kegiatan usahanya memiliki kewajiban menyampaikan laporan realisasi Pengeluaran Pakan.
5 Sarana -
n
● Pengawasan
- Pengawasan dilakukan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
- Pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Pengawasan dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan realisasi jumlah pengeluaran pakan.
- Kewajiban pelaku usaha adalah melaporkan realisasi pengeluaran pakan.
melakukan kegiatan usaha dan sebagai identitas bagi Pelaku Usaha dalam pelaksanaan kegiatan usahanya.
11. Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission) yang selanjutnya disebut
Sistem OSS adalah sistem elektronik terintegrasi yang dikelola dan diselenggarakan oleh Lembaga OSS untuk
penyelenggaraa Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
12. Kemasan adalah wadah yang digunakan untuk mengemas atau membungkus Bahan Pakan Asal Hewan, baik
yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung.
13. Label adalah keterangan mengenai Bahan Pakan Asal Hewan yang berbentuk tulisan, kombinasi gambar dan
tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang Bahan Pakan Asal Hewan dan keterangan Pelaku
Usaha, serta informasi lainnya yang disertakan pada Bahan Pakan Asal Hewan, dan/atau merupakan bagian
Kemasan Bahan Pakan Asal Hewan.
14. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan Pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggung jawab dan memiliki
kompetensi dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan.
3 Persyaratan 1. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha, pada saat pengajuan permohonan Izin
Umum pemasukan pertama kali meliputi:
a. Surat permohonan Izin pemasukan
b. Profil perusahaan
2. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha, pada saat pengajuan permohonan Izin
pemasukan kedua kali dan seterusnya meliputi:
a. Surat permohonan Izin pemasukan
- 3280 -
1. negara atau zona berstatus bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK); dan
2. negara berstatus neglibile BSE Risk atau controlled BSE Risk.
2) Unggas:
harus berstatus bebas Avian Influenza (AI).
b. Dalam hal Negara Asal untuk Pemasukan BPAH:
a. belum bebas PMK harus melalui proses inaktivasi virus dan dilakukan pencegahan rekontaminasi virus
PMK.
b. berstatus controlled BSE Risk BPAH harus tidak mengandung SRM.
c. belum bebas AI harus melalui proses inaktivasi virus dan dilakukan pencegahan rekontaminasi virus AI.
c. Status penyakit hewan di Negara Asal didasarkan pada laporan resmi oleh Badan Kesehatan Hewan
Dunia/Office International des Epizooties (OIE).
d. Dalam hal di Negara Asal terjadi wabah penyakit hewan yang dinyatakan oleh Negara Asal atau Badan
Kesehatan Hewan Dunia (OIE), Menteri menetapkan keputusan penutupan Negara Asal berdasarkan
rekomendasi pejabat otoritas veteriner nasional.
e. Menteri dapat mencabut keputusan penutupan dalam hal:
a) Negara Asal mengajukan permohonan pembukaan kembali pemasukan disertai dengan dokumen
pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan yang diterbitkan oleh otoritas veteriner Negara
Asal; dan
b) Negara Asal telah dinyatakan bebas wabah penyakit hewan oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE)
f. Pencabutan keputusan penutupan Negara Asal dilakukan Menteri berdasarkan rekomendasi pejabat
- 3282 -
b) Unit Usaha
a. rendering plant:
1) telah didaftar oleh instansi berwenang di Negara Asal, dan secara rutin dilakukan pengawasan oleh
otoritas veteriner Negara Asal;
2) sistem produksi terintegrasi atau kerjasama dengan rumah potong hewan, menggunakan 1 (satu) jalur
produksi per spesies (komoditas), dan/atau antara pengolahan BPAH yang berasal dari ruminansia
dengan pengolahan BPAH yang berasal dari unggas melalui proses pembilasan (flushing);
3) melakukan sistem pencatatan dengan baik untuk mempermudah penelusuran kembali (traceability);
4) menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pakan atau yang setara sesuai dengan pedoman
- 3283 -
pembuatan pakan yang baik (Good Manufacturing Practices) dan pedoman penanganan pakan yang baik
(Good Handling Practices);
5) tidak mengolah BPAH yang hewannya berasal dari negara lain; dan
6) tidak mengolah BPAH yang berasal dari babi, bangkai, dan/atau satwa liar.
b. transloader:
a) telah diakreditasi dan didaftar oleh instansi berwenang di Negara Asal, dan secara rutin dilakukan
pengawasan oleh otoritas veteriner Negara Asal;
b) melakukan sistem pencatatan dengan baik untuk mempermudah penelusuran kembali (traceability);
c) menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pakan atau yang setara sesuai dengan pedoman
pembuatan pakan yang baik (Good Manufacturing Practices);
d) tidak mengemas BPAH yang hewannya berasal dari negara lain;
e) tidak mengemas BPAH yang berasal dari babi, bangkai dan/atau satwa liar; dan
f) hanya menerima dari unit usaha yang telah disetujui oleh pemerintah Indonesia.
c. eksportir:
a) disetujui dan diakui oleh instansi berwenang di Negara Asal Unit Usaha dan/atau negara lokasi
eksportir;
b) penambahan atau perubahan eksportir dapat dilakukan setelah mendapat pengakuan dari pemerintah
Negara Asal Unit Usaha dan/atau negara lokasi eksportir.
- 3284 -
c) Pengakuan dibuktikan dengan Surat Keterangan yang diterbitkan oleh pemerintah Negara Asal Unit
Usaha dan/atau negara lokasi eksportir.
c) Komoditas
a. Persyaratan komoditas untuk Pemasukan BPAH yang berasal
1. ruminansia, harus:
a) sehat, lahir, dan dibesarkan di Negara Asal serta sepanjang hidupnya tidak diberi pakan yang
mengandung BPAH;
b) Telah lulus pemeriksaan antemortem dan postmortem;
c) tidak berasal dari sapi yang menunjukkan gejala BSE (Dead Stock, Downer, Dying,and Disease);
d) berasal dari rumah potong hewan yang telah diakreditasi dan didaftar oleh instansi yang berwenang
di Negara Asal dan secara rutin dilakukan pengawasan oleh otoritas veteriner Negara Asal;
e) dapat ditelusur secara baik sejak hewan masih hidup hingga masuk rumah potong hewan dan unit
pengolah Bahan Pakan;
f) tidak tercampur dengan bahan yang berasal dari babi dan ruminansia non domestikasi;
g) diproses sedemikian rupa sehingga bakteri Clostiridium sp, Salmonella sp, Escherichia colidan Bacillus
antractis terinaktivasi atau mati serta dilakukan tindakan pencegahan terhadap rekontaminasi; dan
h) mendapatkan jaminan dari otoritas veteriner berwenang di Negara asal untuk negara berstatus
controlled BSE Risk yang menyatakan Meat Bone Meal tanpa SRM (SRM removed Meat Bone Meal).
- 3285 -
2. Unggas, harus:
a) sehat, diternakkan, dan dibesarkan di Negara Asal;
b) bebas penyakit Avian Influenza (AI)
c) tidak tercampur oleh bahan dari babi dan hewan selain unggas;
d) berasal dari rumah potong hewan unggas yang telah diakreditasi dan didaftar oleh instansi
berwenang di Negara Asal dan secara rutin dilakukan pengawasan oleh otoritas veteriner di Negara
Asal;
e) dapat ditelusur secara baik sejak unggas masih hidup hingga masuk rumah potong hewan dan unit
pengolah Bahan Pakan; dan
f) diproses sedemikian rupa sehingga bakteri Clostoridium sp, Salmonella sp, danEscherichia coli
terinaktivasi atau mati, serta dilakukan tindakan pencegahan terhadap rekontaminasi.
3. Persyaratan komoditas BPAH dinyatakan didalam Health Requirements (HR) yang ditetapkan oleh
Direktorat Kesehatan Hewan dan Health Certificate (HC) yang diterbitkan oleh otoritas veteriner negara
asal.
C. Tata Cara Penerbitan Izin Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH):
(1) Untuk mendapatkan Izin Pemasukan, Pelaku Usaha mengajukan permohonan izin secara daring kepada
Direktur Jenderal melalui Kepala PPVTPP;
(2) Dalam hal terjadi keadaan memaksa atau (force majure) yang mengakibatkan sistem daring tidak berfungsi,
pengajuan permohonan dapat disampaikan secara luring kepada Direktur Jenderal;
(3) Permohonan Izin Pemasukan dapat diajukan hari kerja atau sewaktu-waktu;
(4) Pengajuan permohonan Izin Pemasukan akan diproses setelah Pelaku Usaha melakukan pembayaran PNBP
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(5) Permohonan harus dilengkapi dengan dokumen teknis.
(6) Dokumen teknis untuk BPAH paling kurang terdiri dari:
a. Health Certificate;
b. Certificate of Analysisatau Certificate of Quality;
c. Certificate of Origin;
d. Invoice;
e. surat keterangan memiliki dokter hewan yang bertanggung jawab di bidang kesehatan hewan dan
keamanan pakan dengan melampirkan salinan ijazah dokter hewan yang sudah dilegalisir;
- 3287 -
(15) Permohonan disetujui disampaikan oleh kepala PPVTPP kepada Direktur Jenderal secara daring.
(16) Direktur Jenderal setelah menerima permohonan melakukan evaluasi teknis.
(17) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan evaluasi teknis diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur
Jenderal.
(18) Hasil evaluasi sebagai berikut:
a. permohonan ditolak, apabila tidak memenuhi persyaratan teknis; dan
b. permohonan disetujui, apabila memenuhi persyaratan teknis.
(19) Permohonan ditolak disampaikan oleh Direktur Jenderal melalui Kepala PPVTPP kepada Pelaku Usaha
disertai alasan penolakan secara daring.
(20) Pelaku Usaha setelah menerima penolakan melakukan perbaikan persyaratan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) hari kerja.
(21) Perbaikan persyaratan hanya diberikan 1 (satu) kali.
(22) Dalam hal perbaikan persyaratan teknis telah melewati waktu yang ditentukan Pelaku Usaha harus
mengajukan permohonan baru.
(23) Permohonan disetujui diterbitkan Izin Pemasukan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.
(24) Izin Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) disampaikan oleh Direktur Jenderal kepada Kepala PPVTPP
secara daring.
(25) Kepala PPVTPP setelah menerima Izin Pemasukan menyampaikan kepada Pelaku Usaha dan ke Lembaga
National Single Window (LNSW) secara daring.
(26) Masa berlaku Izin Pemasukan BPAH berlaku selama 4 (empat) bulan sejak tanggal izin diterbitkan.
- 3289 -
Dalam memberikan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, Menteri harus mempertimbangkan:
- 3290 -
d. Hasil analisis risiko disampaikan kepada Direktur Jenderal untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
memberikan persetujuan Negara Asaldan/atau Unit Usaha.
e. Ketentuan pelaksanaan mengenai kajian/pemeriksaan dokumen (desk review) dan kajian/verifikasi lapang (onsite
review) untuk Pemasukan BPAH ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri dalam bentuk Keputusan
Menteri.
f. Proses permohonan persetujuan Unit Usaha dikenai tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP lingkup Kementerian Pertanian.
g. Untuk memperoleh persetujuan Menteri, otoritas kompeten Negara Asal mengajukan permohonan persetujuan
Negara Asal dan/atau Unit Usaha kepada Menteri melalui Direktur Jenderal.
- 3291 -
m. Tim penilai sebagaimana dalam hal persetujuan unit usaha melakukan desk review, onsite dan evaluasi
keanggotaannya terdiri atas perwakilan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Komisi Ahli
Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan serta dapat dibantu oleh Badan
Karantina Pertanian, dan/atau Komisi Pakan
n. Tim ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri dalam bentuk Keputusan Menteri.
o. Apabila hasil pemeriksaan dokumen dinyatakan tidak lengkap, tidak benar, dan tidak memenuhi persyaratan,
Direktur Jenderal menyampaikan surat pemenuhan kelengkapan dokumen persyaratan kepada otoritas kompeten
di Negara Asal melalui perwakilan Negara Asal untuk Indonesia.
p. Otoritas kompeten di Negara Asal harus melengkapi dokumen persyaratan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung
sejak surat pemenuhan kelengkapan diterima.
q. Apabila dalam jangka waktu otoritas kompeten di Negara Asal melalui perwakilan Negara Asal untuk Indonesia
tidak melengkapi dokumen persyaratan, permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha dianggap
ditarik kembali.
r. Hasil analisis risiko Pemasukan, dinyatakan Negara Asal dan/atau Unit Usaha sebagai berikut:
1) memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, pejabat otoritas veteriner nasional memberikan
rekomendasi teknis persetujuan; atau
2) tidak memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Unit Usaha pejabat otoritas veteriner nasional memberikan
rekomendasi teknis penolakan.
s. Rekomendasi teknis persetujuan atau penolakan diberikan pejabat otoritas veteriner nasional kepada Menteri.
1) Dalam hal Menteri menerima permohonan persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha, ditetapkan
- 3293 -
w. Otoritas kompeten Negara Asal dapat mengajukan permohonan penambahan Unit Usaha di Negara Asal yang telah
ditetapkan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal.
x. Ketentuan mengenai persetujuan Negara Asal dan/atau Unit Usaha berlaku secara mutatis mutandis terhadap
permohonan persetujuan penambahan Unit Usaha.
Penambahan Unit Usaha Negara Asal dapat dilakukan melalui permohonan pemerintah Negara Asal secara tertulis
kepada Direktur Jenderal.
Syarat dan tata cara permohonan penambahan Unit Usaha Negara Asal berlaku secara mutatis mutandis terhadap
- 3294 -
Negara Asal dan Unit Usaha yang telah mendapatkan persetujuan sebagai pemasok BPAH dilakukan penilaian
kesesuaian (audit surveilans) setiap 2 (dua) tahun sekali dan/atau sewaktu-waktu apabila dianggap perlu.
Dalam hal hasil penilaian Negara asal dan Unit Usaha yang telah mendapatkan persetujuan ditemukan adanya
ketidaksesuaian, Direktur Jenderal atas nama Menteri menetapkan keputusan penutupan Negara Asal dan Unit
Usaha berdasarkan rekomendasi pejabat otoritas veteriner kesehatan hewan.
5 Sarana 1. BPAH harus dikemas di Negara Asal sesuai standar internasional dan disegel. Segel dilakukan oleh pejabat yang
berwenang di Negara Asal, bernomor jelas, tetap utuh sampai di tempat Pemasukan. Kemasan harus disertai label.
Label harus ditulis dalam bahasa Inggris dan/atau Bahasa Indonesia.
2. Label BPAH, memuat informasi mengenai paling kurang terdiri dari:
a. jenis BPAH;
b. nama dan alamat produsen;
c. tanggal produksi;
d. Negara Asal;
e. berat bersih atau isi bersih;
f. spesies hewan asal BPAH;
g. tanggal kadaluarsa;
h. negara tujuan.
- 3295 -
3. Persyaratan pengangkutan harus dapat melindungi mutu dan keamanan. Pengangkutan dapat dilakukan secara
langsung dari Negara Asal ke tempat Pemasukan di wilayah negara Republik Indonesia atau secara transit
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina.
4. Pemasukan BPAH dilakukan tindakan karantina oleh pejabat karantina sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang karantina serta pelaku usaha wajib menyampaikan Izin Pemasukan kepada
pejabat karantina.
6 Penilaian 1. Penilaian kesesuaian
Kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan umum dan khusus.
dan b. Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian
Pengawasan (PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
c. Tinggi/T: Bukti penilaian kesesuaian digunakan oleh pelaku usaha untuk memperoleh izin secara formal dari
KL yang berwenang. Pemenuhan terhadap standar apabila ada.
2. Pengawasan
a. Bentuk pengawasan yang dilakukan dapat melalui 2 (dua) cara yaitu kajian dokumen (desk review) dan kajian
lapang (onsite review).
b. Pengawasan dapat dilakukan secara bersama, terintegrasi, dan terkoordinir yang melibatkan sebagai berikut:
1. Otoritas Veteriner Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya;
2. Dokter hewan berwenang atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
sesuai kewenangannya;
- 3296 -
3. Pengawas komoditas peternakan dan kesehatan hewan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
4. Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota, gubernur dan/atau menteri melalui surat
keputusan.
c. Lokasi pengawasan yang dilakukan sebagai berikut:
d. Pabrik/perusahaan importir Bahan Pakan Asal Hewan;
1. Distributor;
2. Poultry shop; dan/atau
3. Peternakan.
e. Pengawasan dilakukan terhadap keamanan Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) yang meliputi :
1. Kemurnian (Identifikasi Spesies Asal Hewan)
2. BPAH asal Ruminansia dan BPAH asal Poultry
3. Bahan pakan ruminansia (sapi perah, kambing, dan/atau domba) tidak boleh dicampur/tercampur dengan
bahan pakan asal ruminansia berupa Meat Bone Meal (MBM), Blood Meal (Ruminant) dan Bone Meal
(Ruminant)
f. Cemaran
1. Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) harus bebas dari cemaran bakteri Salmonella sp dan Clostridium
perfringens
2. Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) harus memenuhi standar baku maksimal residu antibiotik
3. Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) harus memenuhi standar baku maksimal kandungan logam berat
- 3297 -
4. Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) harus memenuhi standar baku maksimal Aflatoksin
g. Penggunaan
Pengawasan penggunaan pakan yang mengandung Bahan Pakan Asal Hewan dilakukan untuk:
1. Memastikan ditaatinya ketentuan pelarangan penggunaan Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) Ruminansia
seperti MBM atau turunannya untuk pakan ruminansia melalui pemeriksaan Recording Distribusi,
Pengambilan Sampel;
2. Untuk pakan yang bahan baku pakannya menggunakan BPAH asal ruminansia seperti Meat Bone Meal
(MBM), Blood Meal, dan Bone Meal maka pada kemasan pakan jadi sebaiknya dicantumkan kalimat
peringatan “Tidak Boleh Diberikan Kepada Ruminansia” atau “Tidak Untuk Pakan Ruminansia” atau
“Hanya Untuk Pakan Unggas, Babi, Ikan/Udang”.
h. Laporan Realisasi
Pelaku usaha wajib menyampaikan laporan realisasi Pemasukan atau Pengeluaran kepada Menteri melalui
Direktur Jenderal secara daring dalam jangka waktu paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
terhitung sejak tanggal tindakan pelepasan karantina (KH14)
i. Pengambilan Sampel
1. Kegiatan pengawasan keamanan BPAH terdiri atas entry meeting, pengisian kuesioner, pengambilan
sampel, berita acara pengambilan contoh, dan closing meeting.
2. Pengambilan sampel bahan pakan asal hewan mengacu pada SNI 19-0428-1998 tentang Petunjuk
Pengambilan Contoh Padatan dengan metode:
- 3298 -
STANDAR VETERINARY HEALTH CERTIFICATE (VHC) PENGELUARAN BAHAN PAKAN ASAL HEWAN (BPAH)
NO VETERINARY HEALTH CERTIFICATE (VHC) PENGELUARAN BAHAN PAKAN ASAL HEWAN (BPAH)
46209 Perdagangan Besar Hasil Pertanian dan Hewan Hidup Lainnya
47754 Perdangan Eceran Pakan Ternak/Unggas/ Ikan dan Hewan Peliharaan
10801 Industri Ransum Makanan Hewan
10802 Industri Konsentrat Makanan Hewan
1 Ruang Standar ini mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewan
Lingkup (BPAH) mencakup persyaratan penerbitan, tata cara penerbitan, dan kewajiban pelaku usaha.
- 3299 -
2 Istilah dan 1. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan Bahan Pakan Asal Hewan dari wilayah Negara Republik Indonesia ke
Definisi luar negeri.
2. Veterinary Health Certificate (VHC) adalah sertifikat kesehatan hewan yang menyatakan bahwa komoditas yang
dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia sesuai dengan persyaratan teknis kesehatan hewan yang
dipersyaratkan negara tujuan;
3. Bahan Pakan adalah bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, atau bahan lainnya yang layak dipergunakan
sebagai Pakan, baik yang diolah maupun yang belum diolah.
4. Bahan Pakan Asal Hewan yang selanjutnya disingkat BPAH adalah bahan yang berasal dari ruminansia atau
unggas, baik yang diolah maupun yang belum diolah.
5. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu.
6. Negara Tujuan Pengeluaran yang selanjutnya disebut Negara Tujuan adalah negara yang menerima komoditas
Bahan Pakan Asal Hewan dari wilayah Negara Republik Indonesia.
7. Negara Pengekspor adalah negara yang mengeluarkan komoditas Bahan Pakan Asal Hewan dari wilayah Negara
Republik Indonesia.
8. Unit Usaha Negara Asal adalah suatu unit usaha di Negara Asal yang menjalankan kegiatan produksi, dan/atau
pengemasan Bahan Pakan Asal Hewan secara teratur dan terus menerus dengan tujuan komersial.
9. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah bukti registrasi/pendaftaran Pelaku Usaha untuk
melakukan kegiatan usaha dan sebagai identitas bagi Pelaku Usaha dalam pelaksanaan kegiatan usahanya.
- 3300 -
10. Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission) yang selanjutnya disebut
Sistem OSS adalah sistem elektronik terintegrasi yang dikelola dan diselenggarakan oleh Lembaga OSS untuk
penyelenggaraa Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
11. Kemasan adalah wadah yang digunakan untuk mengemas atau membungkus Bahan Pakan Asal Hewan, baik
yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung.
12. Label adalah keterangan mengenai Bahan Pakan Asal Hewan yang berbentuk tulisan, kombinasi gambar dan
tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang Bahan Pakan Asal Hewan dan keterangan Pelaku
Usaha, serta informasi lainnya yang disertakan pada Bahan Pakan Asal Hewan, dan/atau merupakan bagian
Kemasan Bahan Pakan Asal Hewan.
13. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan Pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggung jawab dan
memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan.
3 Persyaratan 1. Persyaratan administratif pada saat pengajuan permohonan VHC pengeluaran BPAH untuk pertama kali meliputi
Umum surat permohonan VHC Pengeluaran
2. Persyaratan administratif pada saat pengajuan permohonan VHC pengeluaran kedua dan seterusnya meliputi:
1) surat permohonan VHC Pengeluaran:
2) laporan realisasi pengeluaran sebelumnya
3. Instansi penerbit: Kementerian Pertanian
4. Durasi pemenuhan persyaratan memenuhi persyaratan paling lama 30 hari terhitung sejak Pelaku usaha
mengajukan permohonan.
- 3301 -
4 Persyaratan 1. Persyaratan teknis pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) harus memenuhi persyaratan negara tujuan
Khusus atau yang ditetapkan dalam bentuk Veterinary Health Certificate (VHC).
Persyaratan 2. Tata Cara Penerbitan Veterinary Health Certificate (VHC) Pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH):
Teknis (1) Untuk mendapatkan VHC Pengeluaran, Pelaku Usaha mengajukan permohonan izin secara daring kepada
Produk, Direktur Jenderal;
Proses, (2) Dalam hal terjadi keadaan memaksa atau (force majure) yang mengakibatkan sistem daring tidak berfungsi,
dan/atau pengajuan permohonan dapat disampaikan secara luring kepada Direktur Jenderal;
Jasa (3) Permohonan VHC Pengeluaran dapat diajukan hari kerja atau sewaktu-waktu;
(4) Pengajuan permohonan VHC Pengeluaran akan diproses setelah Pelaku Usaha melakukan pembayaran PNBP
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(5) Permohonan harus dilengkapi dengan dokumen teknis.
(6) Dokumen teknis untuk pengeluaran BPAH paling kurang terdiri dari Hasil uji laboratorium terhadap mutu
dan/atau keamanan pakan
(7) Direktur Jenderal setelah menerima permohonan melakukan evaluasi teknis.
(8) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan evaluasi teknis diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur
Jenderal.
(9) Hasil evaluasi sebagai berikut:
a. permohonan ditolak, apabila tidak memenuhi persyaratan teknis; dan
b. permohonan disetujui, apabila memenuhi persyaratan teknis.
- 3302 -
(10) Permohonan ditolak disampaikan oleh Direktur Jenderal kepada Pelaku Usaha disertai alasan penolakan
secara daring.
(11) Pelaku Usaha setelah menerima penolakan melakukan perbaikan persyaratan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) hari kerja.
(12) Perbaikan persyaratan hanya diberikan 3 (tiga) kali.
(13) Dalam hal perbaikan persyaratan teknis telah melewati waktu yang ditentukan Pelaku Usaha harus
mengajukan permohonan baru.
(14) Permohonan disetujui diterbitkan Veterinary Health Certificate (VHC) Pengeluaran BPAH oleh Otoritas
Veteriner Kesehatan Hewan
3. kewajiban pelaku usaha Menyampaikan laporan realisasi pengeluaran BPAH secara daring
5 Sarana 1. BPAH harus dikemas sesuai standar internasional dan disegel. Segel dilakukan oleh pejabat yang berwenang di
Negara Pengekspor, bernomor jelas, tetap utuh sampai di tempat Pengeluaran. Kemasan harus disertai label.
Label harus ditulis dalam bahasa Inggris dan/atau Bahasa Indonesia.
2. Label BPAH, memuat informasi mengenai paling kurang terdiri dari:
a. jenis BPAH;
b. nama dan alamat produsen;
c. tanggal produksi;
d. negara asal;
e. berat bersih atau isi bersih;
f. spesies hewan asal BPAH;
- 3303 -
g. tanggal kadaluarsa;
h. negara tujuan.
3. Persyaratan pengangkutan harus dapat melindungi mutu dan keamanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang karantina.
4. Pengeluaran BPAH dilakukan tindakan karantina oleh pejabat karantina sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang karantina serta pelaku usaha wajib menyampaikan VHC Pengeluaran kepada
pejabat karantina.
6 Penilaian 1. Penilaian kesesuaian
Kesesuaian a. Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan umum dan khusus.
dan b. Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Tim Layanan Rekomendasi dan Teknis Direktorat Jenderal
Pengawasan Peternakan dan Kesehatan Hewan.
c. MR = Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration).
2. Pengawasan
a. Bentuk pengawasan yang dilakukan dapat melalui 2 (dua) cara yaitu kajian dokumen (desk review) dan kajian
lapang (onsite review).
b. Pengawasan dapat dilakukan secara bersama, terintegrasi, dan terkoordinir yang melibatkan sebagai berikut:
1. Otoritas Veteriner Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya;
2. Dokter hewan berwenang atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
sesuai kewenangannya;
- 3304 -
3. Pengawas komoditas peternakan dan kesehatan hewan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
4. Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota, gubernur dan/atau menteri melalui surat
keputusan.
STANDAR PENERBITAN VETERINARY HEALTH CERTIFICATE (VHC) PENGELUARAN BLACK SOLDIER FLY (BSF)
NO VETERINARY HEALTH CERTIFICATE (VHC) PENGELUARAN BLACK SOLDIER FLY (BSF)
46209 (Perdagangan Besar Hasil Pertanian dan Hewan Hidup Lainnya)
47754 (Perdangan Eceran Pakan Ternak/Unggas/ Ikan dan Hewan Peliharaan)
10801 (Industri Ransum Makanan Hewan)
10802 (Industri Konsentrat Makanan Hewan)
1 Ruang Standar ini mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha pengeluaran Black Soldier Fly
- 3305 -
Lingkup (BSFmencakup persyaratan penerbitan, tata cara penerbitan, dan kewajiban pelaku usaha.
2 Istilah dan 1. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan Black Soldier Fly (BSFdari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar
Definisi negeri.
2. Veterinary Health Certificate (VHC) adalah sertifikat kesehatan hewan yang menyatakan bahwa komoditas yang
dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia sesuai dengan persyaratan teknis kesehatan hewan yang
dipersyaratkan negara tujuan;
3. Black Soldier Fly (BSFadalah lalat yang bukan vektor penyakit atau bukan lalat hama, baik yang diolah maupun
yang belum diolah.
4. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu.
5. Negara Tujuan Pengeluaran yang selanjutnya disebut Negara Tujuan adalah negara yang menerima komoditas
Black Soldier Fly (BSFdari wilayah Negara Republik Indonesia.
6. Negara Pengekspor adalah negara yang mengeluarkan komoditas Black Soldier Fly (BSFdari wilayah Negara
Republik Indonesia.
7. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah bukti registrasi/pendaftaran Pelaku Usaha untuk
melakukan kegiatan usaha dan sebagai identitas bagi Pelaku Usaha dalam pelaksanaan kegiatan usahanya.
8. Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission) yang selanjutnya disebut
Sistem OSS adalah sistem elektronik terintegrasi yang dikelola dan diselenggarakan oleh Lembaga OSS untuk
penyelenggaraa Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
- 3306 -
9. Kemasan adalah wadah yang digunakan untuk mengemas atau membungkus Black Soldier Fly (BSF), baik yang
bersentuhan langsung maupun tidak langsung.
10. Label adalah keterangan mengenai Black Soldier Fly (BSF) yang berbentuk tulisan, kombinasi gambar dan tulisan,
atau bentuk lain yang memuat informasi tentang Black Soldier Fly (BSF) dan keterangan Pelaku Usaha, serta
informasi lainnya yang disertakan pada Black Soldier Fly (BSF), dan/atau merupakan bagian Kemasan Black
Soldier Fly (BSF).
11. Otoritas Veteriner adalah kelembagaan Pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggung jawab dan
memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan.
3 Persyaratan 1. Persyaratan administratif pada saat pengajuan permohonan VHC pengeluaran BPAH untuk pertama kali meliputi
Umum surat permohonan VHC Pengeluaran
2. Persyaratan administratif pada saat pengajuan permohonan VHC pengeluaran kedua dan seterusnya meliputi:
a. surat permohonan VHC Pengeluaran:
b. laporan realisasi pengeluaran sebelumnya
3. Instansi penerbit: Kementerian Pertanian
4. Durasi pemenuhan persyaratan memenuhi persyaratan paling lama 30 hari terhitung sejak Pelaku usaha
mengajukan permohonan.
4 Persyaratan Persyaratan teknis pengeluaran Black Soldier Fly (BSF) harus memenuhi persyaratan negara tujuan yang ditetapkan
Khusus dalam bentuk Veterinary Health Certificate (VHC).
atau
Persyaratan Tata Cara Penerbitan Veterinary Health Certificate (VHC) Pengeluaran Black Soldier Fly (BSF)
- 3307 -
Teknis (1) Untuk mendapatkan VHC Pengeluaran, Pelaku Usaha mengajukan permohonan izin secara daring kepada
Produk, Direktur Jenderal;
Proses, (2) Dalam hal terjadi keadaan memaksa atau (force majure) yang mengakibatkan sistem daring tidak berfungsi,
dan/atau pengajuan permohonan dapat disampaikan secara luring kepada Direktur Jenderal;
Jasa (3) Permohonan VHC Pengeluaran dapat diajukan hari kerja atau sewaktu-waktu;
(4) Pengajuan permohonan VHC Pengeluaran akan diproses setelah Pelaku Usaha melakukan pembayaran PNBP
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(5) Permohonan harus dilengkapi dengan dokumen teknis.
Dokumen teknis untuk pengeluaran BSF paling kurang terdiri dari:
Hasil uji laboratorium terhadap mutu dan/atau keamanan Pakan
(6) Direktur Jenderal setelah menerima permohonan melakukan evaluasi teknis.
(7) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan evaluasi teknis diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur
Jenderal.
(8) Hasil evaluasi sebagai berikut:
a. permohonan ditolak, apabila tidak memenuhi persyaratan teknis; dan
b. permohonan disetujui, apabila memenuhi persyaratan teknis.
(9) Permohonan ditolak disampaikan oleh Direktur Jenderal kepada Pelaku Usaha disertai alasan penolakan secara
daring.
(10) Pelaku Usaha setelah menerima penolakan melakukan perbaikan persyaratan dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) hari kerja.
- 3308 -
g. negara tujuan.
Persyaratan pengangkutan harus dapat melindungi mutu dan keamanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang karantina.
Pengeluaran BSF dilakukan tindakan karantina oleh pejabat karantina sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang karantina serta pelaku usaha wajib menyampaikan VHC Pengeluaran kepada pejabat
karantina.
6 Penilaian Penilaian kesesuaian
Kesesuaian Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan umum dan khusus.
dan Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Tim Layanan Rekomendasi dan Teknis Direktorat Jenderal Peternakan
Pengawasan dan Kesehatan Hewan.
MR = Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui dengan pernyataan kesesuaian diri (self declaration).
Pengawasan
Bentuk pengawasan yang dilakukan dapat melalui 2 (dua) cara yaitu kajian dokumen (desk review) dan kajian lapang
(onsite review).
Pengawasan dapat dilakukan secara bersama, terintegrasi, dan terkoordinir yang melibatkan sebagai berikut:
1. Otoritas Veteriner Kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya;
2. Dokter hewan berwenang atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai
- 3310 -
kewenangannya;
3. Pengawas komoditas peternakan dan kesehatan hewan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
4. Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota, gubernur dan/atau menteri melalui surat
keputusan.
usaha.
2 Istilah dan 1) Pengeluaran adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan Hard Gelatin Capsules dari wilayah Negara
Definisi Republik Indonesia ke luar negeri;
2) Veterinary Health Certificate (VHC) adalah sertifikat kesehatan hewan yang menyatakan bahwa komoditas yang
dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia sesuai dengan persyaratan teknis kesehatan hewan yang
dipersyaratkan negara tujuan;
3) Hard Gelatin Capsules adalah bahan farmasi yang terbuat dari gelatin yang telah diproses menjadi cangkang
atau capsul gelatin keras;
4) Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu;
5) Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan dan kewenangan Medik Veteriner
dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan;
6) Dokter hewan berwenang adalah Dokter Hewan yang ditunjuk oleh menteri, gubernur, atau walikota sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan
hewan;
7) Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang antara lain disebabkan oleh cacat genetik, proses
degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme pathogen
seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia;
8) Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lain melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
- 3312 -
perantara mekanis seperti air, udara, tanah, Pakan, peralatan, dan manusia, atau melalui media perantara
biologis seperti virus, bakteri, amuba, atau jamur;
9) Penyakit Hewan Menular Strategis adalah Penyakit Hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi,
keresahan masyarakat, dan/atau kematian Hewan yang tinggi;
10) Penyakit hewan eksotik adalah penyakit yang belum pernah ada atau sudah dibebaskan di suatu wilayah atau di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
11) Negara Asal adalah suatu negara yang mengeluarkan Hewan ke suatu tempat pengeluaran di wilayah Negara
Republik Indonesia;
12) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
13) Direktur Jenderal adalah pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
14) Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
15) Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintah Daerah;
16) Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan/atau
kesehatan hewan;
17) Wilayah adalah suatu lokasi dapat berupa kabupaten/kota, provinsi, atau beberapa provinsi;
- 3313 -
18) Pelaku usaha adalah orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum, yang melakukan kegiatan
memasukkan dan mengeluarkan hewan dan produk hewan;mengeluarkan hewan dan produk hewan;
3 Persyaratan Persyaratan umum pengeluaran Hard Gelatin Capsules sebagai berikut:
Umum 1) Pelaku usaha, badan usaha yang berbadan hukum, atau instansi pemerintah dalam pengeluaran Hard Gelatin
Capsules dapat memilih pengajuan permohonan yang akan diekspor sesuai dengan memenuhi persyaratan
administrasi.
2) Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi ketika mengajukan permohonan pengeluaran meliputi:
a. Surat Permohonan;
b. Invoice;
c. Certificate of analysis;
d. Spesification product/ingredients products;
e. Certificate of origin;
f. Capsugel BSE Saftey Statement;
g. Pharmaceutical Gelatin Capsule Documentation Package;
h. Copy of Raw Material Gelatin use;
i. Copy of EDQM Gelatin use;
j. Health Certificate Raw Material dari Negara Asal;
k. laporan realisasi pengeluaran sebelumnya.
- Pemeriksaan administrasi yang dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan Pertanian
- 3314 -
(PPVTPP) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran permohonan
pengeluaran.
- Hasil pemeriksaan administrasi yang tidak lengkap atau tidak benar dengan persyaratan adminstrasi yang
dimaksud dalam permohonan pengeluaran ditolak.
- Penolakan permohonan pengeluaran disampaikan oleh Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan
Pertanian (PPVTPP) kepada Pelaku usaha, badan usaha yang berbadan hukum, atau instansi pemerintah.
- Direktorat Jenderal melakukan kajian teknis terhadap permohonan pengeluaran.
- Kajian teknis dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk mengkaji pemenuhan persyaratan teknis
pengeluaran
- Hasil kajian teknis yang tidak memenuhi persyaratan pengeluaran ditolak.
- Penolakan hasil kajian teknis disampaikan oleh Direktorat Jenderal kepada Pelaku usaha, badan usaha yang
berbadan hukum, atau instansi pemerintah.
4 Persyaratan Persyaratan khusus sebagai berikut:
Khusus a. Pelaku usaha, Orang perorangan dan Instansi/Lembaga pada saat melakukan pengajuan permohonan
atau pengeluaran Hard Gelatin Capsules sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dalam
Persyaratan bentuk Veteinary Health Certificate (VHC);
Teknis b. Persyaratan teknis pengeluaran Hard Gelatin Capsules harus memenuhi persyaratan teknis Kesehatan hewan
Produk, (health requirement) negara tujuan.
Proses,
dan/atau
- 3315 -
Jasa
5 Sarana Persyaratan sarana pengangkutan pada pengeluaran Hard Gelatin Capsules sebagai berikut:
1. Hard Gelatin Capsule diproduksi melalui proses pencampuran beberapa bahan atau raw material dan proses
pemanasan suhu tertentu, dikemas dalam beberapa ukuran dan disertai pemeriksaan/control dimensi capsul
(berat, panjang, tingkat kekeringan), visual capsul dan bentuk. Produk dilabel dengan memuat informasi paling
kurang terdiri dari:
a. nama dan alamat produsen;
b. tanggal produksi;
c. negara asal;
d. berat bersih atau isi bersih;
e. tanggal kadaluarsa;
f. negara tujuan; dan
g. berat bersih/isi bersih.
2. Persyaratan pengangkutan harus dapat melindungi mutu dan keamanan produk;
3. Pengangkutan dapat dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat tujuan pengeluaran atau secara
transit dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina;
4. Sertifikat kesehatan asli harus diserahkan kepada petugas yang berwenang dalam pengangkutan.
6 Penilaian Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian - Menengah Rendah/MR: bukti penilaian kesesuaian digunakan Pelaku usaha untuk memperoleh izin lainnya
dan secara formal dari K/L yang berwenang.
- 3316 -
Pengawasan - Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui verifikasi dokumen permohonan sesuai persyaratan
yang ditetapkan.
- Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan administrasi dan teknis.
Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian
(PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
- Pelaku Usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya memiliki kewajiban:
1) Merealisasikan pengeluaran Hard Gelatin Capsules sesuai dengan ijin pengeluarannya secara daring
2) Menyampaikan Laporan realisasi pengeluaran sebelumnya jika melakukan pengeluaran kedua dan
seterusnya.
3) Menyampaikan Laporan Realisasi pengeluaran Hard Gelatin Capsules wajib mencantumkan alasan dalam hal
Pelaku Usaha tidak merealisasikan Izin Pengeluaran.
Pengawasan
1. Melalukan monitoring terhadap pengeluaran Hard Gelatin Capsules;
2. Pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Umum
4 Persyaratan ● Pengeluaran Bahan Baku Obat Hewan
Khusus - Memiliki nomor pendaftaran obat hewan untuk bahan baku obat hewan dengan nama dagang
atau - Bahan baku obat hewan berasal dari produsen bahan baku obat hewan yang telah memiliki sertifikat CPOHB
Persyaratan - surat persetujuan pemegang nomor pendaftaran obat hewan untuk pengeluaran bahan baku obat hewan yang
Teknis dilakukan bukan oleh pemegang nomor pendaftaran obat hewan
Produk, - surat persetujuan produsen bahan baku obat hewan untuk pengeluaran bahan baku obat hewan tanpa nama
Proses, dagang yang dilakukan bukan oleh produsennya
dan/atau - Sertifikat analisa (Certificate of Analysis/CoA)
Jasa - invoice/proforma invoice/sales contract
- persyaratan lain yang ditetapkan oleh negara tujuan.
hewan yang dilakukan bukan oleh pemegang nomor pendaftaran obat hewan
- surat persetujuan produsen bahan setengah jadi obat hewan untuk pengeluaran bahan setengah jadi obat
hewan tanpa nama dagang yang dilakukan bukan oleh produsennya
- Sertifikat analisa (Certificate of Analysis/CoA)
- invoice/proforma invoice/sales contract
- persyaratan lain yang ditetapkan oleh negara tujuan.
● Pengawasan
● Pengawasan dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan realisasi pengeluaran dan laporan pemenuhan
persyaratan teknis di negara tujuan, yang disampaikan oleh pelaku usaha
● Monitoring terhadap keamanan, khasiat dan mutu obat hewan yang dikeluarkan
● Pelaksana: Kementerian Pertanian
2 Istilah dan 1. Eksportir Obat Hewan adalah perusahaan di bidang kesehatan hewan yang melakukan usaha pengeluaran obat
Definisi hewan dari wilayah Republik Indonesia ke luar negeri
2. Peralatan kesehatan hewan adalah alat dan mesin yang disiapkan dan digunakan sebagai alat bantu dalam
pelayanan kesehatan hewan
3 Persyaratan Memiliki izin usaha eksportir obat hewan
Umum
4 Persyaratan 1. Invoice/proforma invoice/sales contract
Khusus 2. Diberikan label/etiket dan brosur
atau 3. Surat pernyataan merupakan alat kesehatan hewan
Persyaratan 4. Persyaratan lain yang ditetapkan oleh negara tujuan.
Teknis
Produk,
Proses,
dan/atau
Jasa
5 Sarana -
- 3322 -
● Pengawasan
● Pengawasan dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan realisasi pengeluaran dan laporan pemenuhan
persyaratan teknis di negara tujuan, yang disampaikan oleh pelaku usaha
● Monitoring terhadap keamanan, khasiat dan mutu peralatan kesehatan hewan yang dikeluarkan
● Pelaksana: Kementerian Pertanian
Umum hewan, dan peralatan kesehatan hewan untuk aplikasi obat hewan
2. Merupakan Instansi Pemerintah atau Lembaga penelitian dan/atau Pendidikan, untuk pemasukan dengan
tujuan penelitian
3. Merupakan Instansi Pemerintah, importir obat hewan yang ditunjuk, dan/atau Asosiasi, untuk pemasukan obat
hewan khusus
4 Persyaratan Pemasukan Bahan Baku Obat Hewan
Khusus atau 1. Memiliki Izin Importir Obat Hewan
Persyaratan 2. Memiliki nomor pendaftaran obat hewan untuk bahan baku dengan nama dagang
Teknis 2. surat persetujuan pemegang nomor pendaftaran obat hewan untuk pemasukan obat hewan yang dilakukan
Produk, bukan oleh pemegang nomor pendaftaran obat hewan
Proses, 3. Sertifikat analisa (Certificate of Analysis/CoA) dengan masa berlaku minimal 1 (satu) tahun
dan/atau 4. Invoice/proforma invoice/purchase order
Jasa 5. Surat keterangan asal/Certificate of Origin (CoO) dari negara produsen apabila negara asal pemasukan berbeda
dengan negara produsen
6. Lembar data keselamatan bahan/Material Safety Data Sheet (MSDS)
7. Certificate of non GMO yang dikeluarkan oleh lembaga kompeten di negara asal atau hasil lulus kajian
keamanan KKHPRG apabila merupakan produk GMO, untuk bahan baku probiotik, enzim, asam amino dan
bahan baku sediaan biologik
8. Sertifikat veteriner (Veterinary health certificate)/dokumen yang setara yang dikeluarkan oleh otoritas
berwenang di negara asal, untuk sediaan biologik dan produk yang mengandung bahan asal hewan
- 3325 -
9. Untuk bahan baku obat hewan yang tidak didaftarkan dan yang baru pertama kali dimasukkan:
- Certificate of Good Manufacturing Practices atau sertifikat yang setara yang dikeluarkan oleh lembaga
berwenang di negara asal
- Lembar data keselamatan bahan/Material Safety Data Sheet (MSDS)
- diagram alir (flow chart) cara pembuatan
- tujuan penggunaan bahan baku obat hewan
10. Untuk bahan baku yang mengandung kalsium:
- pernyataan dari produsen bahwa produk tidak berasal dari hewan
- diagram alir (flow chart) cara pembuatan
11. Untuk bahan baku antibiotik
- rencana distribusi bahan baku obat hewan
- laporan pemasukan dan distribusi bahan baku antibiotik
12. Untuk master seed disertai surat keterangan untuk penelitian atau pengembangan produsen
5. Surat keterangan asal/Certificate of Origin (CoO) dari negara produsen apabila negara asal pemasukan berbeda
dengan negara produsen
6. Lembar data keselamatan bahan/Material Safety Data Sheet (MSDS)
7. Certificate of nonGMO yang dikeluarkan oleh lembaga kompeten di negara asal atau hasil lulus kajian
keamanan KKHPRG apabila merupakan produk GMO, untuk bahan setengah jadi probiotik, enzim, asam
amino
8. Sertifikat veteriner (Veterinary health certificate)/dokumen yang setara yang dikeluarkan oleh otoritas
berwenang di negara asal, untuk sediaan biologik dan produk yang mengandung bahan asal hewan
9. Untuk bahan setengah jadi obat hewan yang tidak didaftarkan dan yang baru pertama kali dimasukkan:
- Certificate of Good Manufacturing Practices atau sertifikat yang setara yang dikeluarkan oleh lembaga
berwenang di negara asal
- Lembar data keselamatan bahan/Material Safety Data Sheet (MSDS)
- diagram alir (flow chart) cara pembuatan
- tujuan penggunaan bahan setengah jadi obat hewan
2. Pengawasan
- Pemeriksaan terhadap laporan realisasi pemasukan yang disampaikan oleh pelaku usaha
- Inspeksi/monitoring/pemantauan
- Untuk obat hewan khusus:
o Sisa Obat Hewan Khusus yang telah dipergunakan harus dimusnahkan disertai dengan Berita Acara
Pemusnahan dan disaksikan oleh Pengawas Obat Hewan
o Pelaksanaan pemusnahan Obat Hewan Khusus menjadi beban dan tanggung jawab pemilik Obat
Hewan Khusus.
- Pelaksana: Kementerian Pertanian
hewan mencakup persyaratan penerbitan, tata cara penerbitan, dan kewajiban pelaku usaha.
2 Istilah dan 1. Importir obat hewan adalah perusahaan di bidang Kesehatan hewan yang melakukan usaha pemasukan
Definisi obat hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia
2. Peralatan kesehatan hewan adalah alat dan mesin yang disiapkan dan digunakan sebagai alat bantu dalam
pelayanan kesehatan hewan.
3 Persyaratan Memiliki izin usaha importir obat hewan
Umum
2. Pengawasan
- Pemeriksaan terhadap laporan realisasi pemasukan yang disampaikan oleh pelaku usaha
- Inspeksi/monitoring/pemantauan
- Pelaksana: Kementerian Pertanian
2 Istilah dan a. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan Hewan Kesayangan dan Satwa dari luar negeri ke dalam wilayah
Definisi Negara Republik Indonesia;
b. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air,
- 3334 -
k. Pemilik Hewan secara perorangan adalah orang yang bertanggung jawab langsung terhadap keselamatan dan
kesejahteraan hewan;
l. Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang antara lain disebabkan oleh cacat genetik, proses
degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme patogen
seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia;
m. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lain melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis seperti air, udara, tanah, Pakan, peralatan, dan manusia, atau melalui media perantara
biologis seperti virus, bakteri, amuba, atau jamur;
n. Penyakit Hewan Menular Strategis adalah Penyakit Hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi,
keresahan masyarakat, dan/atau kematian Hewan yang tinggi;
o. Penyakit hewan eksotik adalah penyakit yang belum pernah ada atau sudah dibebaskan di suatu wilayah atau di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
p. Negara Asal adalah suatu negara yang mengeluarkan Hewan ke suatu tempat pemasukan di wilayah Negara
Republik Indonesia;
q. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
r. Direktur Jenderal adalah pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
s. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
- 3336 -
kekuasaan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
t. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintah Daerah;
u. Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan/atau
kesehatan hewan;
v. Wilayah adalah suatu lokasi dapat berupa kabupaten/kota, provinsi, atau beberapa provinsi;
w. Pelaku usaha adalah orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum, yang melakukan kegiatan
memasukkan dan mengeluarkan hewan kesayangan dan/atau satwa;
x. Orang perorangan adalah pemilik atau pembawa hewan yang tidak berbadan hukum.
3 Persyaratan - Persyaratan administrasi bagi Pelaku Usaha, Perorangan dan Instansi/Lembaga untuk pemasukan hewan
Umum kesayangan dan/atau satwa, sebagai berikut:
1) Membuat surat permohonan pemasukan hewan yang ditujukan kepada Menteri Pertanian cq. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
2) Memiliki rekomendasi persetujuan pemasukan hewan yang dikeluarkan dari Dinas Daerah Provinsi atau
Dinas Daerah Kabupaten/Kota;
4) Memiliki surat izin CITES untuk hewan dilindungi.
- Pemeriksaan administrasi yang dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan Pertanian
(PPVTPP) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran permohonan
pemasukan.
- 3337 -
- Hasil pemeriksaan administrasi yang tidak lengkap atau tidak benar dengan persyaratan adminstrasi yang
dimaksud dalam permohonan pemasukan ditolak.
- Penolakan permohonan pemasukan disampaikan oleh Kepala PPVTPP kepada Pelaku Usaha, Perorangan dan
Instansi/Lembaga.
- Direktorat Jenderal melakukan kajian teknis terhadap permohonan pemasukan.
- Kajian teknis dilakukan paling lama 4 (empat) hari kerja untuk mengkaji pemenuhan persyaratan teknis
pemasukan
- Hasil kajian teknis yang tidak memenuhi persyaratan pemasukan ditolak.
- Penolakan hasil kajian teknis disampaikan oleh Direktorat Jenderal kepada Pelaku Usaha, Perorangan dan
Instansi/Lembaga.
4 Persyaratan Pelaku usaha, Orang perorangan dan Instansi/Lembaga pada saat melakukan pengajuan permohonan pemasukan
Khusus hewan kesayangan dan/atau satwa memenuhi persyaratan teknis, meliputi:
atau a. Persyaratan Negara Asal
Persyaratan 1) Pengajuan permohonan izin pemasukan dilengkapi dengan dokumen teknis berupa preliminary health
Teknis certificate yang isinya harus menerapkan persyaratan teknis Kesehatan hewan (veterinary health requirement)
Produk, yang dipersyaratkan oleh Negara Republik Indonesia;
Proses,
dan/atau 2) Persyaratan teknis kesehatan hewan (veterinary health requirement) sebagaimana dimaksud pada poin a
Jasa ditetapkan oleh Otoritas Veteriner bidang Kesehatan Hewan.
b. Persyaratan Hewan
- 3338 -
1) Hewan kesayangan dan/atau satwa sehat, dibuktikan dengan adanya sertifikat kesehatan hewan (veterinary
health certificate) dari otoritas veteriner negara asal;
2) Hewan kesayangan dan/atau satwa telah divaksinasi, disesuaikan dengan umur hewan, label dosis dan
penyakit yang dapat menginfeksi spesifik spesies atau multiple species tertentu;
3) Melampirkan hasil uji laboratorium terhadap penyakit yang dipersyaratkan di setiap persyaratan kesehatan
hewan.
5 Sarana Persyaratan pengangkutan harus mengikuti kaidah kesejahteraan hewan, dan pergerakan/movement/
lalulintas hewan kesayangan dan/atau satwa, dilakukan tindakan karantina oleh pejabat karantina sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina.
6 Penilaian Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Tinggi : bukti penilaian kesesuaian digunakan Pelaku usaha untuk memperoleh izin lainnya secara formal dari K/L
dan yang berwenang.
Pengawasan Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan administrasi dan teknis.
Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
a. Pelaku Usaha dan Instansi/Lembaga yang telah memperoleh Izin Pemasukan wajib menyampaikan Laporan
Realisasi pemasukan hewan kesayangan dan/atau satwa secara daring paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung
sejak diterbitkannya sertifikat pelepasan oleh Badan Karantina Pertanian dengan melampirkan dokumen:
1) Bill of Lading atau Airways Bill;
2) Sertifikat Pelepasan Karantina.
b. Laporan Realisasi pemasukan hewan kesayangan dan/atau satwa wajib mencantumkan alasan dalam hal
- 3339 -
Pengawasan
a. Pemasukan hewan kesayangan dan/atau satwa dilakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis
kesehatan hewan;
b. Pengawasan dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali, atau sewaktu-waktu apabila terdapat dugaan
penyimpangan terhadap persyaratan teknis kesehatan hewan;
c. Pengawasan dilakukan terhadap pelaku usaha yang melakukan kegiatan memasukkan hewan kesayangan
dan/atau satwa;
d. Pengawasan pemenuhan persyaratan teknis kesehatan hewan dilakukan oleh dokter hewan berwenang dibantu
oleh tenaga medik veteriner dan paramedik veteriner di tingkat pusat yang ditunjuk oleh Menteri dan di tingkat
daerah yang ditunjuk oleh Gubernur / Bupati / Walikota sesuai kewenangannya;
e. Pengawasan dapat dilakukan secara daring melalui sistem pelayanan rekomendasi dan kunjungan tingkat
lapang;
f. Saluran Pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan pemasukan hewan kesayangan dan satwa telah
tersedia dalam aplikasi Sistem Layanan Rekomendasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
secara daring (SIMREK-PKH);
STANDAR VETERINARY HEALTH CERTIFICATE (VHC) PENGELUARAN HEWAN KESAYANGAN DAN SATWA
- 3340 -
b. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air,
dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang di habitatnya;
c. Hewan Kesayangan adalah hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan olah raga, kesenangan dan keindahan;
d. Jenis hewan kesayangan adalah jenis yang secara ilmiah disebut species dari hewan yang dipelihara khusus
sebagai hewan olah raga, kesenangan dan keindahan;
e. Satwa adalah binatang yang hidup didarat yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun
yang dipelihara oleh manusia;
f. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) adalah Konvensi
(perjanjian) internasional yang bertujuan untuk membantu pelestarian populasi di habitat alamnya melalui
pengendalian perdagangan internasional spesimen tumbuhan dan satwa liar;
g. Ketentuan-ketentuan CITES adalah seluruh ketentuan yang mengikat negara pihak dari CITES yang berupa teks
konvensi, resolusi dari Konferensi Para Pihak (resolutions of the Conference of the Parties) serta rekomendasi dari
Komisi tetap CITES yaitu Standing Commitee, Animals Committee, and Plant Committee, yang diantaranya
dituangkan dalam Notifikasi Sekretariat CITES;
h. Jenis satwa liar adalah jenis yang secara ilmiah disebut spesies atau anak-anak jenis yang secara ilmiah disebut
sub-species baik di dalam maupun di luar habitat aslinya;
i. Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan dan kewenangan Medik Veteriner
dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan;
j. Dokter hewan berwenang adalah Dokter Hewan yang ditunjuk oleh menteri, gubernur, atauwalikota sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan
- 3342 -
hewan;
k. Pemilik Hewan secara perorangan adalah orang yang bertanggungjawab langsung terhadap keselamatan dan
kesejahteraan hewan;
l. Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang antara lain disebabkan oleh cacat genetik, proses
degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme pathogen
seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia;
m. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lain melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis seperti air, udara, tanah, Pakan, peralatan, dan manusia, atau melalui media perantara
biologis seperti virus, bakteri, amuba, atau jamur;
n. Penyakit Hewan Menular Strategis adalah Penyakit Hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi,
keresahan masyarakat, dan/atau kematian Hewan yang tinggi;
o. Penyakit hewan eksotik adalah penyakit yang belum pernah ada atau sudah dibebaskan di suatu wilayah atau di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
p. Negara Asal adalah suatu negara yang mengeluarkan Hewan ke suatu tempat pemasukan di wilayah Negara
Republik Indonesia;
q. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
r. Direktur Jenderal adalah pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
- 3343 -
s. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
t. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintah Daerah;
u. Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan/atau
kesehatan hewan;
v. Wilayah adalah suatu lokasi dapat berupa kabupaten/kota, provinsi, atau beberapa provinsi;
w. Pelaku usaha adalah orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum, yang melakukan kegiatan
memasukkan dan mengeluarkan hewan dan produk hewan;
x. Orang perorangan adalah pemilik atau pembawa hewan yang tidak berbadan hukum.
3 Persyaratan - Pelaku usaha, orang perorangan, instansi/lembaga pada saat melakukan pengajuan permohonan pengeluaran
Umum hewan kesayangan dan/atau satwa memenuhi persyaratan administrasi sebagai berikut:
a. Persyaratan administrasi bagi orang perorangan untuk pengeluaran hewan kesayangan dan/atau satwa,
sebagai berikut:
1) Membuat surat permohonan pengeluaran hewan kesayangan dan/atau satwa yang ditujukan kepada
Menteri Pertanian cq. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan;
2) Memiliki Rekomendasi pengeluaran hewan kesayangan dan/atau satwa yang diterbitkan oleh otoritas
veteriner Provinsi/kabupaten/kota;
b. Surat kuasa jika pengurusan pengeluaran dikuasakan.
- 3344 -
Persyaratan administrasi bagi pelaku usaha dan instansi/lembaga untuk pengeluaran hewan kesayangan
dan/atau satwa, sebagai berikut:
1) Membuat surat permohonan pengeluaran hewan kesayangan dan/atau satwa yang ditujukan kepada
Menteri Pertanian cq. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan;
2) Memiliki Rekomendasi pengeluaran hewan kesayangan dan/atau satwa yang diterbitkan oleh otoritas
veteriner Provinsi/kabupaten/kota;
3) Surat kuasa jika pengurusan pengeluaran dikuasakan;
4) Memiliki surat izin CITES untuk hewan yang dilindungi.
- Pemeriksaan administrasi yang dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan Pertanian
(PPVTPP) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran permohonan
pengeluaran.
- Hasil pemeriksaan administrasi yang tidak lengkap atau tidak benar dengan persyaratan administrasi yang
dimaksud dalam permohonan pengeluaran ditolak.
- Penolakan permohonan pengeluaran disampaikan oleh Kepala PPVTPP kepada Pelaku usaha, orang perorangan,
instansi/lembaga.
- Direktorat Jenderal melakukan kajian teknis terhadap permohonan pengeluaran.
- Kajian teknis dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk mengkaji pemenuhan persyaratan teknis
pengeluaran
- Hasil kajian teknis yang tidak memenuhi persyaratan pengeluaran ditolak.
- Penolakan hasil kajian teknis disampaikan oleh Direktorat Jenderal kepada Pelaku usaha, orang perorangan,
- 3345 -
instansi/lembaga.
4 Persyaratan Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pengeluaran hewan kesayangan dan/atau satwa
Khusus memenuhi persyaratan teknis kesehatan hewan (health requirement) negara tujuan.
atau
Persyaratan
Teknis
Produk,
Proses,
dan/atau
Jasa
5 Sarana Persyaratan pengangkutan harus mengikuti kaidah kesejahteraan hewan, dan pergerakan/movement/lalu
lintas hewan kesayangan dan/atau satwa, dilakukan tindakan karantina oleh pejabat karantina sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina.
6 Penilaian Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian - Menengah Rendah/MR: bukti penilaian kesesuaian digunakan Pelaku usaha untuk memperoleh izin lainnya
dan secara formal dari K/L yang berwenang.
Pengawasan - Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui verifikasi dokumen permohonan sesuai persyaratan
yang ditetapkan.
- Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan administrasi dan teknis.
Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian
- 3346 -
(PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
- Pelaku Usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya memiliki kewajiban:
● Merealisasikan pengeluaran hewan kesayangan dan/atau satwa sesuai dengan ijin pengeluarannya secara
daring
● Menyampaikan Laporan realisasi pengeluaran sebelumnya jika melakukan pengeluaran kedua dan seterusnya.
● Menyampaikan Laporan Realisasi Pengeluaran kesayangan dan/atau satwa wajib mencantumkan alasan
dalam hal Pelaku Usaha tidak merealisasikan Izin Pengeluaran.
Pengawasan
● Melalukan monitoring terhadap pengeluaran hewan kesayangan dan/atau satwa secara berkala;
● Pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang antara lain disebabkan oleh cacat genetik, proses
degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme pathogen
seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia;
g. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lain melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis seperti air, udara, tanah, Pakan, peralatan, dan manusia, atau melalui media perantara
biologis seperti virus, bakteri, amuba, atau jamur;
h. Penyakit Hewan Menular Strategis adalah Penyakit Hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi,
keresahan masyarakat, dan/atau kematian Hewan yang tinggi;
i. Penyakit hewan eksotik adalah penyakit yang belum pernah ada atau sudah dibebaskan di suatu wilayah atau
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
j. Negara Asal adalah suatu negara yang mengeluarkan Hewan ke suatu tempat pemasukan di wilayah Negara
Republik Indonesia;
k. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
l. Direktur Jenderal adalah pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
m. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
- 3349 -
n. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintah Daerah;
o. Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan/atau
kesehatan hewan;
p. Wilayah adalah suatu lokasi dapat berupa kabupaten/kota, provinsi, atau beberapa provinsi;
q. Pelaku usaha adalah orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum, yang melakukan kegiatan
memasukkan dan mengeluarkan hewan dan produk hewan;
r. Orang perorangan adalah pemilik atau pembawa hewan yang tidak berbadan hukum.
3 Persyaratan Pelaku usaha, badan usaha yang berbadan hukum, atau instansi pemerintah dalam pemasukan hewan
Umum laboratorium dapat memilih pengajuan permohonan berdasarkan jenis hewan laboratorium yang akan diimpor
beserta tujuan penggunaan hewan laboratorium dengan memenuhi persyaratan administrasi.
Persyaratan administrasi pemasukan hewan laboratorium harus dipenuhi ketika mengajukan permohonan
pemasukan sebagai berikut:
1. Surat Permohonan;
2. Invoice;
3. Certificate of analysis;
4. Certificate of origin.
Pemeriksaan administrasi yang dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan Pertanian
- 3350 -
(PPVTPP) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran permohonan
pemasukan.
Hasil pemeriksaan administrasi yang tidak lengkap atau tidak benar dengan persyaratan adminstrasi yang
dimaksud dalam permohonan pemasukan ditolak.
Penolakan permohonan pemasukan disampaikan oleh Kepala PPVTPP kepada Pelaku usaha, badan usaha yang
berbadan hukum, atau instansi pemerintah.
Direktorat Jenderal melakukan kajian teknis terhadap permohonan pemasukan.
Kajian teknis dilakukan paling lama 4 (empat) hari kerja untuk mengkaji pemenuhan persyaratan teknis
pemasukan
Hasil kajian teknis yang tidak memenuhi persyaratan pemasukan ditolak.
Penolakan hasil kajian teknis disampaikan oleh Direktorat Jenderal kepada Pelaku usaha, badan usaha yang
berbadan hukum, atau instansi pemerintah.
4 Persyaratan Persyaratan khusus sebagai berikut:
Khusus atau
Persyaratan Pelaku usaha, Orang perorangan dan Instansi/Lembaga pada saat melakukan pengajuan permohonan pemasukan
Teknis Hewan Laboratorium sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dalam bentuk persyaratan
Produk, teknis Kesehatan hewan atau health requirement yang dibuktikan dengan Health Certificate meliputi:
Proses,
dan/atau
Jasa a. Persyaratan Negara Asal
- 3351 -
1) Negara Asal harus bebas dari penyakit yang sesuai dengan ketetapan oleh Badan Kesehatan Hewan
Dunia (OIE Terrestrial Animal Health Code) atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Pencegahan Penyakit Hewan dilakukan dengan menerapkan persyaratan teknis kesehatan hewan
(Health Requirement) yang sudah disepakati bersama antar kedua negara.
b. Persyaratan Hewan
1) Hewan Laboratorium sehat, dibuktikan dengan adanya sertifikat kesehatan hewan (veterinary health
certificate) dari otoritas veteriner negara asal;
2) Hewan Laboratorium telah divaksinasi (jika dipersyaratkan), disesuaikan dengan umur hewan, label
dosis dan penyakit yang dapat menginfeksi spesifik spesies atau multiple species tertentu;
3) Melampirkan hasil uji laboratorium terhadap penyakit yang dipersyaratkan di setiap persyaratan
kesehatan hewan.
5 Sarana Persyaratan pengangkutan harus mengikuti kaidah kesejahteraan hewan, dan pergerakan/movement/lalulintas
hewan laboratorium, dilakukan tindakan karantina oleh pejabat karantina sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang karantina.
6 Penilaian Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian Menengah Rendah/MR: bukti penilaian kesesuaian digunakan Pelaku usaha untuk memperoleh izin lainnya
dan secara formal dari K/L yang berwenang.
Pengawasan
Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui verifikasi dokumen permohonan sesuai persyaratan yang
- 3352 -
ditetapkan.
Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan administrasi dan teknis.
Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian
(PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
a. Pelaku Usaha dan Instansi/Lembaga yang telah memperoleh Izin Pemasukan wajib menyampaikan Laporan
Realisasi pemasukan Hewan Laboratorium secara daring paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak
diterbitkannya sertifikat pelepasan oleh Badan Karantina Pertanian dengan melampirkan dokumen:
1) Bill of Lading atau Airways Bill;
2) Sertifikat Pelepasan Karantina.
b. Laporan realisasi pemasukan sebelumnya jika melakukan pemasukan kedua dan seterusnya;
c. Laporan Realisasi pemasukan Hewan Laboratorium wajib mencantumkan alasan dalam hal Pelaku Usaha
tidak merealisasikan Izin Pemasukan.
Pengawasan
1. Melalukan monitoring terhadap pemasukan Hewan Laboratorium secara berkala;
2. Pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan dan kewenangan Medik Veteriner
- 3354 -
pengeluaran.
- Hasil pemeriksaan administrasi yang tidak lengkap atau tidak benar dengan persyaratan administrasi yang
dimaksud dalam permohonan pengeluaran ditolak.
- Penolakan permohonan pengeluaran disampaikan oleh Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan
Pertanian (PPVTPP) kepada Pelaku Usaha.
- Direktorat Jenderal melakukan kajian teknis terhadap permohonan pengeluaran.
- Kajian teknis dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk mengkaji pemenuhan persyaratan teknis
pengeluaran
- Hasil kajian teknis yang tidak memenuhi persyaratan pengeluaran ditolak.
- Penolakan hasil kajian teknis disampaikan oleh Direktorat Jenderal kepada Pelaku Usaha.
4 Persyaratan Persyaratan khusus sebagai berikut:
Khusus a. Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pengeluaran Hewan Laboratorium sesuai dengan
atau ketentuan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dalam bentuk Veteinary Health Certificate;
Persyaratan b. Persyaratan teknis pengeluaran Hewan Laboratorium harus memenuhi persyaratan teknis Kesehatan hewan
Teknis (health requirement) negara tujuan.
Produk,
Proses,
dan/atau
Jasa
5 Sarana Persyaratan pengangkutan harus mengikuti kaidah kesejahteraan hewan, dan pergerakan/movement/lalulintas
- 3357 -
hewan laboratorium dilakukan tindakan karantina oleh pejabat karantina sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang karantina.
6 Penilaian Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian - Menengah Rendah/MR: bukti penilaian kesesuaian digunakan Pelaku usaha untuk memperoleh izin lainnya
dan secara formal dari K/L yang berwenang.
Pengawasan - Penilaian kesesuaian terhadap standar dilakukan melalui verifikasi dokumen permohonan sesuai persyaratan
yang ditetapkan.
- Penilaian kesesuaian dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan atas persyaratan administrasi dan teknis.
Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian
(PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
- Pelaku Usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya memiliki kewajiban:
a. Merealisasikan pengeluaran Hewan laboratorium sesuai dengan ijin pengeluarannya secara daring;
b. Menyampaikan Laporan realisasi pengeluaran sebelumnya jika melakukan pengeluaran kedua dan
seterusnya;
c. Menyampaikan Laporan Realisasi Pengeluaran Hewan Laboratorium wajib mencantumkan alasan dalam hal
Pelaku Usaha tidak merealisasikan Izin Pengeluaran.
Pengawasan
a. Melalukan monitoring terhadap pengeluaran Hewan Laboratorium secara berkala;
b. Pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme pathogen
seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia;
h. Penyakit Hewan Menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lain melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis seperti air, udara, tanah, Pakan, peralatan, dan manusia, atau melalui media perantara
biologis seperti virus, bakteri, amuba, atau jamur;
i. Penyakit Hewan Menular Strategis adalah Penyakit Hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi,
keresahan masyarakat, dan/atau kematian Hewan yang tinggi;
j. Penyakit hewan eksotik adalah penyakit yang belum pernah ada atau sudah dibebaskan di suatu wilayah atau di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
k. Negara Asal adalah suatu negara yang mengeluarkan Hewan ke suatu tempat pemasukan di wilayah Negara
Republik Indonesia;
l. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
m. Direktur Jenderal adalah pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
n. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
o. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara
- 3360 -
Pemerintah Daerah;
p. Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan/atau
kesehatan hewan;
q. Wilayah adalah suatu lokasi dapat berupa kabupaten/kota, provinsi, atau beberapa provinsi;
r. Pelaku usaha adalah orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum, yang melakukan kegiatan
memasukkan dan mengeluarkan hewan dan produk hewan;
s. Orang perorangan adalah pemilik atau pembawa hewan yang tidak berbadan hukum.
3 Persyaratan - Persyaratan umum pemasukan Telur Specific Pathogen Free (SPF) sebagai berikut:
Umum Pelaku usaha, badan usaha yang berbadan hukum, atau instansi pemerintah dalam pemasukan Telur Specific
Pathogen Free (SPF) dapat memilih pengajuan permohonan berdasarkan jenis Telur Specific Pathogen Free (SPF)
yang akan diimpor beserta tujuan penggunaan Telur Specific Pathogen Free (SPF) dengan memenuhi persyaratan
administrasi.
- Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi ketika mengajukan permohonan pemasukan meliputi:
a. Surat Permohonan;
b. Invoice;
c. Certificate of analysis;
d. Spesification product/ingredients products;
e. Certificate of origin.
- Pemeriksaan administrasi yang dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan Pertanian
- 3361 -
(PPVTPP) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran permohonan
pemasukan.
- Hasil pemeriksaan administrasi yang tidak lengkap atau tidak benar dengan persyaratan adminstrasi yang
dimaksud dalam permohonan pemasukan ditolak.
- Penolakan permohonan pemasukan disampaikan oleh Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan
Pertanian (PPVTPP) kepada Pelaku usaha, badan usaha yang berbadan hukum, atau instansi pemerintah.
- Direktorat Jenderal melakukan kajian teknis terhadap permohonan pemasukan.
- Kajian teknis dilakukan paling lama 4 (empat) hari kerja untuk mengkaji pemenuhan persyaratan teknis
pemasukan
- Hasil kajian teknis yang tidak memenuhi persyaratan pemasukan ditolak.
- Penolakan hasil kajian teknis disampaikan oleh Direktorat Jenderal kepada Pelaku usaha, badan usaha yang
berbadan hukum, atau instansi pemerintah.
4 Persyaratan Persyaratan sarana pengangkutan pada pemasukan Telur Specific Pathogen Free (SPF) harus memenuhi persyaratan
Khusus teknis Kesehatan hewan sebagai berikut:
atau a. Telur yang dikirim dalam kemasan bersih dan baru;
Persyaratan b. Telur yang menunjukkan bukti pecahnya kotak/kontainer/bungkusan harus dikeluarkan dari kiriman dan
Teknis ditolak untuk dimuat;
Produk, c. Pengangkutan dapat dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat Pemasukan atau secara transit
- 3362 -
5 Sarana Persyaratan sarana pengangkutan pada pemasukan Telur Specific Pathogen Free (SPF) harus memenuhi persyaratan
teknis Kesehatan hewan sebagai berikut:
a. Telur yang dikirim dalam kemasan bersih dan baru;
b. Telur yang menunjukkan bukti pecahnya kotak/kontainer/bungkusan harus dikeluarkan dari kiriman dan
ditolak untuk dimuat;
c. Pengangkutan dapat dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat Pemasukan atau secara transit
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina;
d. Sertifikat kesehatan asli harus diserahkan kepada petugas yang berwenang dalam pengangkutan.
Proses penilaian kesesuaian dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian
(PPVTPP) dan Tim Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
a. Pelaku Usaha dan Instansi/Lembaga yang telah memperoleh Izin Pemasukan wajib menyampaikan Laporan
Realisasi pemasukan Telur Specific Pathogen Free (SPF) secara daring paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung
sejak diterbitkannya sertifikat pelepasan oleh Badan Karantina Pertanian dengan melampirkan dokumen:
1) Bill of Lading atau Airways Bill;
2) Sertifikat Pelepasan Karantina.
b. Laporan realisasi pemasukan sebelumnya jika melakukan pemasukan kedua dan seterusnya;
c. Laporan Realisasi pemasukan Telur Specific Pathogen Free (SPF) wajib mencantumkan alasan dalam hal
Pelaku Usaha tidak merealisasikan Izin Pemasukan.
Pengawasan
a. Melalukan monitoring terhadap pemasukan Telur Specific Pathogen Free (SPF) secara berkala;
b. Pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
STANDAR VETERINARY HEALTH CERTIFICATE PENGELUARAN TELUR SPECIFIC PATHOGEN FREE (SPF)
- 3364 -
17) Wilayah adalah suatu lokasi dapat berupa kabupaten/kota, provinsi, atau beberapa provinsi;
18) Pelaku usaha adalah orang perorangan atau korporasi yang berbadan hukum, yang melakukan kegiatan
memasukkan dan mengeluarkan hewan dan produk hewan;
19) Orang perorangan adalah pemilik atau pembawa hewan yang tidak berbadan hukum.
3 Persyaratan - Persyaratan umum pengeluaran Telur Specific Pathogen Free (SPF) sebagai berikut:
Umum 1) Pelaku usaha, badan usaha yang berbadan hukum, atau instansi pemerintah dalam pengeluaran telur SPF
dapat memilih pengajuan permohonan berdasarkan jenis telur SPF yang akan dikespor beserta tujuan
penggunaan telur SPF dengan memenuhi persyaratan administrasi.
2) Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi ketika mengajukan permohonan pengeluaran meliputi:
a. Surat Permohonan;
b. Invoice;
c. Certificate of analysis;
d. Spesification product/ingredients products;
e. Certificate of origin;
- Pemeriksaan administrasi yang dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan Pertanian
(PPVTPP) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran
permohonan pengeluaran.
- Hasil pemeriksaan administrasi yang tidak lengkap atau tidak benar dengan persyaratan adminstrasi yang
dimaksud dalam permohonan pengeluaran ditolak.
- Penolakan permohonan pengeluaran disampaikan oleh Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan
- 3367 -
Pertanian (PPVTPP) kepada Pelaku usaha, badan usaha yang berbadan hukum, atau instansi pemerintah.
- Direktorat Jenderal melakukan kajian teknis terhadap permohonan pengeluaran.
- Kajian teknis dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja untuk mengkaji pemenuhan persyaratan teknis
pengeluaran
- Hasil kajian teknis yang tidak memenuhi persyaratan pengeluaran ditolak.
- Penolakan hasil kajian teknis disampaikan oleh Direktorat Jenderal kepada Pelaku usaha, badan usaha yang
berbadan hukum, atau instansi pemerintah.
4 Persyaratan Persyaratan khusus sebagai berikut:
Khusus atau a. Pelaku usaha, Orang perorangan dan Instansi/Lembaga pada saat melakukan pengajuan permohonan
Persyaratan pengeluaran telur SPF sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dalam bentuk
Teknis Produk, Veteinary Health Certificate (VHC);
Proses, b. Persyaratan teknis pengeluaran telur SPF harus memenuhi persyaratan teknis Kesehatan hewan (health
dan/atau Jasa requirement) negara tujuan.
5 Sarana Persyaratan sarana pengangkutan pada pengeluaran telur SPF sebagai berikut:
a. Persyaratan pengangkutan harus dapat melindungi mutu dan keamanan produk.
b. Telur dikirim dalam kemasan bersih dan baru. Telur yang menunjukkan bukti pecahnya kotak / kontainer /
bungkusan harus dikeluarkan dari kiriman dan ditolak untuk dimuat.
c. Pengangkutan dapat dilakukan secara langsung dari Negara Asal ke tempat tujuan pengeluaran atau secara
transit dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina.
d. Sertifikat kesehatan asli harus diserahkan kepada petugas yang berwenang dalam pengangkutan
- 3368 -
peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi sosial, ekonomi, sumber daya, dan lokasi
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota;
o. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
p. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pejabat
pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang
peternakan dan kesehatan hewan;
q. Direktur Kesehatan Hewan adalah pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Pertanian yang
melaksanakan tugas dan fungsi di bidang kesehatan hewan;
r. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut Kepala PPVTPP
adalah pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan
fungsi di bidang perizinan pertanian.
3 Persyaratan Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pemasukan ruminansia besar memenuhi persyaratan
Umum administrasi sebagai berikut:
A. Persyaratan pengajuan permohonan pemasukan bakalan untuk pertama kali meliputi :
1) Surat permohonan;
2) Surat keterangan mempunyai dokter hewan penanggung jawab teknis dari pimpinan;
3) Surat keterangan mempunyai sarjana peternakan sebagai penanggung jawab formulasi pakan teknis dari
pimpinan;
4) Surat pernyataan bersedia merealisasikan Pemasukan yang tercantum dalam Rekomendasi.
- 3372 -
Selain memenuhi persyaratan administrasi tersebut, Pemasukan sapi Bakalan untuk pertama kali dan
berikutnya dilengkapi:
1) Surat pernyataan kesanggupan memasukkan, mengembangbiakkan, dan menjaga ketersediaan sapi
Indukan paling rendah 3% (tiga persen) dari Kapasitas Kandang; dan
2) Proposal yang memuat antara lain deskripsi, tujuan, dan pengembangbiakkan sapi Indukan paling rendah
3% (tiga persen) Kapasitas Kandang.
3) Kapasitas Kandang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan:
a. Kandang yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pelaku Usaha Peternakan, Koperasi Peternak, dan
Kelompok Peternak; dan
b. Luas padang penggembalaan berpagar (paddock) sesuai dengan pedoman budidaya yang baik.
- 3373 -
C. Persyaratan administrasi pemasukan indukan dan jantan produktif pertama kali meliputi:
1) surat permohonan;
2) surat keterangan mempunyai dokter hewan penanggung jawab teknis dari pimpinan;
3) surat keterangan mempunyai sarjana peternakan sebagai penanggung jawab formulasi pakan teknis dari
pimpinan.
D. Persyaratan administrasi untuk pemasukan indukan dan jantan produktif berikutnya meliputi:
1) surat permohonan;
2) surat keterangan mempunyai dokter hewan penanggung jawab teknis dari pimpinan;
3) Surat keterangan mempunyai sarjana peternakan sebagai penanggung jawab formulasi pakan teknis dari
pimpinan;
4) laporan realisasi Pemasukan untuk Rekomendasi sebelumnya.
1. Pelaku Usaha yang telah memperoleh Rekomendasi wajib merealisasikan Pemasukan sesuai dengan masa
berlaku dan jumlah yang tercantum dalam Rekomendasi.
2. Pelaku Usaha yang telah memperoleh Rekomendasi harus mengajukan persetujuan impor kepada kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan.
3. Pelaku Usaha wajib menyampaikan laporan realisasi Pemasukan paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah realisasi
- 3374 -
Pemasukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan Kepala
PPVTPP secara daring dengan mengunggah dokumen:
a. Bill of Lading (B/L); dan
b. sertifikat kesehatan (health certificate).
4. Pelaku Usaha yang memasukkan Bakalan wajib menyampaikan laporan stok Bakalan yang ada di kandang pada
hari ke-5 (hari kerja) setiap minggu secara daring.
5. Pelaku Usaha dilarang memindahtangankan Rekomendasi kepada pihak lain.
4 Persyaratan Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan rekomendasi pemasukan ruminansia besar memenuhi
Khusus persyaratan teknis yang meliputi Negara Asal, Farm atau Registered Premises/Approved Premises atau Nama Lain
atau yang Sejenis, dan Ternak Ruminansia Besar.
Persyaratan
Teknis A. Persyaratan Negara Asal
Produk,
Proses, 1) Negara Asal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
dan/atau a. Bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Rift Valley Fever (RVF), Contagious Bovine Pleuropneumonia,
Jasa Peste des Petit Ruminant yang mengacu pada deklarasi Badan Kesehatan Hewan Dunia/World Organization
for Animal Health/Office International des Epizooties (WOAH/OIE);
b. Berstatus negligible atau controlled Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) risk yang mengacu pada
deklarasi Badan Kesehatan Hewan Dunia/World Organization for Animal Health/Office International des
Epizooties (WOAH/OIE); dan
- 3375 -
c. program monitoring dan surveilans residu antibiotik, hormon, dan bahan lain yang membahayakan
kesehatan hewan dan manusia.
2) Negara Asal yang berstatus controlled Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) risk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b harus memenuhi persyaratan:
a. tidak ditemukan kasus Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) selama 7 (tujuh) tahun terakhir;
b. melakukan surveilans Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) selama 7 (tujuh) tahun berturut-turut
sesuai dengan standar dan diakui oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia/World Organization for Animal
Health/Office International des Epizooties (WOAH/OIE);
c. tidak memberikan pakan yang mengandung Meat Bone Meal (MBM) ruminansia; dan
d. melaporkan status dan situasi penyakit hewan kepada Badan Kesehatan Hewan Dunia/World Organization
for Animal Health/Office International des Epizooties (WOAH/OIE).
Persyaratan Farm atau Registered Premises/Approved Premises di Negara Asal harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Berasal dari Negara Asal yang telah ditetapkan oleh Menteri;
2) Tidak sedang terjadi wabah penyakit hewan menular;
3) Terdaftar sebagai Farm atau Registered Premises/ Approved Premises atau Nama Lain yang Sejenis dan telah
diaudit oleh otoritas veteriner Negara Asal;
- 3376 -
4) Menerapkan biosekuriti;
5) Tidak memberikan pakan yang mengandung Meat Bone Meal (MBM) ruminansia;
6) Tidak mengeluarkan Bakalan yang belum melewati batas henti (withdrawal time) antibiotik dan hormon
pertumbuhan;
7) Menerapkan kaidah kesejahteraan hewan; dan
8) Menerapkan pedoman budi daya ternak yang baik (good farming practice)
Ternak Ruminansia Besar harus memenuhi persyaratan sehat dibuktikan dengan sertifikat kesehatan hewan (animal
health certificate) yang diterbitkan oleh otoritas veteriner Negara Asal:
1) Sertifikat kesehatan hewan (animal health certificate) merupakan pemenuhan persyaratan teknis kesehatan
hewan (health requirement) Indonesia yang ditentukan oleh Direktur Kesehatan Hewan selaku pejabat otoritas
veteriner kesehatan hewan;
2) Sertifikat kesehatan hewan (animal health certificate) sebagaimana dimaksud sedikit memuat:
a. Status dan situasi penyakit hewan menular di Negara Asal, Farm, Registered Premises/Approved Premises
atau Nama Lain yang Sejenis; dan
b. Status kesehatan hewan individu.
- 3377 -
Persyaratan teknis kesehatan hewan (health requirement) mengacu pada protokol kesehatan hewan (health protocol)
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal selaku pejabat otoritas veteriner nasional.
1) Spesifikasi Ternak Ruminansia Besar untuk sapi Bakalan dan kerbau Bakalan sebagai berikut:
a. Berat badan rata-rata maksimal 450 kilogram berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB);
b. Berumur maksimal 48 (empat puluh delapan) bulan yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Negara
Asal; dan
c. Bakalan wajib digemukkan dalam jangka waktu paling cepat 2,5 (dua koma lima) bulan sejak selesai
dilakukan tindakan karantina hewan yang dibuktikan dengan sertifikat pelepasan.
2) Spesifikasi Ternak Ruminansia Besar untuk Indukan sebagai berikut:
a. Organ reproduksi dan ambing normal;
b. Sapi berumur 18 (delapan belas) bulan sampai dengan 36 (tiga puluh enam) bulan;
c. Kerbau berumur antara 36 (tiga puluh enam) bulan sampai dengan 60 (enam puluh) bulan; dan
d. Bebas dari cacat fisik seperti cacat mata, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang
punggung atau cacat tubuh lainnya.
3) Spesifikasi Ternak Ruminansia Besar untuk Jantan Produktif sebagai berikut:
a. Organ reproduksi normal;
b. Sapi berumur antara 24 (dua puluh empat) bulan sampai dengan 36 (tiga puluh enam) bulan;
- 3378 -
c. Kerbau berumur antara 24 (dua puluh empat) bulan sampai dengan 48 (empat puluh delapan) bulan; dan
d. Bebas dari cacat fisik seperti cacat mata, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang
punggung atau cacat tubuh lainnya.
F. Proses Permohonan Persetujuan Negara Asal dan Registered Premises/Approved Premises atau Nama Lain Sejenis
1) Ternak Ruminansia Besar yang dimasukan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia harus berasal dari
Negara Asal dan Registered Premises/Approved Premises atau Nama Lain Sejenis yang telah mendapat
persetujuan dari Menteri.
2) Untuk mendapatkan persetujuan dari Menteri, Negara Asal dan Registered Premises/Approved Premises atau
Nama Lain Sejenis harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.
3) Pemeriksaan dokumen pemeriksaan dokumen (desk review) dan verifikasi lapangan (on site review) sistem
penyelenggaraan kesehatan hewan di Registered Premises/Approved Premises atau Nama Lain yang Sejenis ; dan
4) Menteri dalam memberikan persetujuan harus mempertimbangkan:
a. status penyakit hewan menular di Negara Asal; dan
b. hasil analisis risiko terhadap rencana Pemasukan.
- 3379 -
5) Analisis risiko sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh pejabat otoritas veteriner nasional melalui tahapan:
a. penetapan tingkat perlindungan yang dapat diterima (appropriate level of protection) untuk negara baru sesuai
dengan jenis penyakit;
b. pemeriksaan dokumen (desk review) dan verifikasi lapangan (on site review) sistem penyelenggaraan
kesehatan hewan di Negara Asal; dan
c. pemeriksaan dokumen (desk review) dan verifikasi lapangan (on site review) sistem penyelenggaraan
kesehatan hewan di Registered Premises/Approved Premises atau nama lain yang sejenis.
d. Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dilengkapi dokumen berupa:
i. surat pengantar dari perwakilan Negara Asal untuk Indonesia; dan
ii. kuesioner Negara Asal dan/atau Registered Premises/Approved Premises atau nama lain yang sejenis
yang telah ditetapkan Otoritas Veteriner nasional. Kuesioner Negara Asal harus diisi oleh otoritas
kompeten Negara Asal sedangkan Kuesioner Registered Premises/Approved Premises atau nama lain yang
sejenis harus diisi oleh penanggung jawab teknis Registered Premises/Approved Premises atau nama lain
yang sejenis dan diverifikasi oleh otoritas kompeten Negara Asal atau perwakilan Negara Asal untuk
Indonesia.
iii. Dokumen pendukung yang dipersyaratkan dalam kuesioner sebagaimana dimaksud dalam poin ii di atas
dan disampaikan dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
iv. Dokumen yang telah dikirimkan dilakukan pemeriksaan atas kelengkapan dan kebenaran permohonan
persetujuan Negara Asal dan/atau Registered Premises/Approved Premises atau nama lain yang sejenis.
v. Pemeriksaan dokumen dilakukan oleh tim penilai dokumen yang terdiri atas perwakilan Direktorat
- 3380 -
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat
Veteriner, dan Karantina Hewan. Tim penilai dokumen melakukan pemeriksaan dokumen sebagaimana
dimaksud paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak permohonan persetujuan diterima.
vi. Apabila hasil pemeriksaan dinyatakan tidak lengkap, tidak benar, dan tidak memenuhi persyaratan,
Direktur Jenderal menyampaikan surat untuk melengkapi kekurangan dokumen persyaratan dan/atau
mengklarifikasi kebenaran atau keabsahan dokumen yang sesuai dengan persyaratan kepada otoritas
kompeten di Negara Asal melalui perwakilan Negara Asal untuk Indonesia. Otoritas kompeten di Negara
Asal harus melengkapi dokumen persyaratan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak surat pemenuhan
kelengkapan diterima. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan otoritas kompeten di Negara Asal
melalui perwakilan Negara Asal untuk Indonesia tidak melengkapi dokumen persyaratan, permohonan
persetujuan Negara Asal dan/atau Registered Premises/Approved Premises atau nama lain yang sejenis
dianggap ditarik kembali.
vii. Apabila hasil pemeriksaan dokumen dinyatakan lengkap, benar, dan memenuhi persyaratan, proses
persetujuan Negara Asal dan/atau Registered Premises/Approved Premises atau nama lain yang sejenis
dilanjutkan ketahap verifikasi lapangan. Adapun Hasil pemeriksaan ini disampaikan Direktur Jenderal
kepada otoritas kompeten di Negara Asal melalui perwakilan Negara Asal untuk Indonesia.
viii. Verifikasi lapangan dilakukan oleh tim penilai verifikasi lapangan untuk memastikan kesesuaian
informasi dalam permohonan persetujuan dengan sistem penyelenggaraan kesehatan hewan di Negara
Asal dan/atau Registered Premises/Approved Premises atau nama lain yang sejenis . Tim penilai
verifikasi lapangan yang terdiri atas perwakilan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
- 3381 -
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan. Tim penilai
verifikasi lapangan melakukan verifikasi paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hasil pemeriksaan
dokumen diterima otoritas kompeten Negara Asal.
ix. Hasil verifikasi lapangan disampaikan oleh tim penilai verifikasi lapangan kepada Direktur Jenderal
untuk dilakukan evaluasi risiko Pemasukan.
x. Evaluasi risiko Pemasukan dilakukan oleh tim penilai dokumen dan tim penilai verifikasi lapangan
berdasarkan hasil desk review dan hasil penilaian verifikasi lapangan. Evaluasi risiko Pemasukan
dilakukan paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak hasil verifikasi lapangan disampaikan kepada
Direktur Jenderal.
xi. Apabila hasil evaluasi risiko Pemasukan menyatakan bahwa Negara Asal dan/atau Registered
Premises/Approved Premises atau nama lain yang sejenis :
a. Memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Registered Premises/Approved Premises atau nama
lain yang sejenis dan berdasarkan hasil analisis risiko, Direktur Jenderal selaku pejabat Otoritas
Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan rekomendasi teknis persetujuan,
atau
b. Tidak memenuhi persyaratan Negara Asal dan/atau Registered Premises/Approved Premises atau
nama lain yang sejenis dan berdasarkan hasil analisis risiko, Direktur Jenderal selaku pejabat
Otoritas Veteriner nasional menetapkan analisis risiko dan memberikan rekomendasi teknis
penolakan.
c. Rekomendasi teknis persetujuan atau penolakan diberikan Direktur Jenderal selaku pejabat
- 3382 -
1) Untuk memperoleh Rekomendasi, Pelaku Usaha Peternakan, Koperasi Peternak, atau Kelompok Peternak
mengajukan permohonan Pemasukan secara daring kepada Direktur Jenderal melalui Kepala PPVTPP;
- 3383 -
daring;
13) Rekomendasi teknis pertimbangan Menteri dalam memberikan persetujuan permohonan Pemasukan;
14) Permohonan Pemasukan yang disetujui diterbitkan Rekomendasi oleh Menteri;
15) Rekomendasi dalam pelaksanaannya diterbitkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri;
16) Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4) paling sedikit memuat:
a. Nomor dan tanggal penerbitan Rekomendasi;
b. Nama, alamat pemohon, dan alamat tempat budi daya;
c. Nomor dan tanggal surat permohonan;
d. Negara Asal;
e. jenis dan jumlah Ternak Ruminansia Besar beserta kode HS;
f. Tempat pemasukan;
g. Tempat pengeluaran; dan
h. Masa berlaku Rekomendasi.
17) Masa berlaku Rekomendasi Pemasukan Bakalan, Indukan, dan Jantan Produktif selama 12 (dua belas) bulan;
18) Nomor Rekomendasi dicantumkan dalam sertifikat kesehatan (health certificate) yang akan menyertai Ternak
Ruminansia Besar pada setiap pengiriman;
19) Dalam hal Pemasukan Bakalan, Indukan, dan Jantan Produktif tidak mencantumkan nomor Rekomendasi pada
sertifikat kesehatan (health certificate), dilakukan tindakan karantina hewan berupa penolakan;
20) Tindakan penolakan dapat dilakukan tindakan penahanan, apabila Pelaku Usaha Peternakan, Koperasi
Peternak, dan Kelompok Peternakan menjamin dapat menunjukan sertifikat kesehatan (health certificate) yang
- 3385 -
mencantumkan nomor Rekomendasi paling lama 3 (tiga) hari sejak dilakukan tindakan penolakan;
21) Tindakan penolakan dan tindakan penahanan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang karantina hewan;
22) Rekomendasi disampaikan oleh Direktur Kesehatan Hewan kepada Kepala PPVTPP secara daring;
23) Kepala PPVTPP menyampaikan Rekomendasi kepada Pelaku Usaha Peternakan, Koperasi Peternak, atau
Kelompok Peternak dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan melalui
portal Lembaga National Single Window (LNSW) paling lama 1 (satu) hari kerja;
24) Pelaku Usaha Peternakan, Koperasi Peternak, atau Kelompok Peternak setelah mendapatkan Rekomendasi
harus mengajukan persetujuan impor kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perdagangan;
25) Rekomendasi hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pengajuan persetujuan impor;
26) Pelaku Usaha Peternakan, Koperasi Peternak, atau Kelompok Peternak yang telah mendapatkan Rekomendasi
dapat melakukan penambahan pelabuhan muat di Negara Asal dan penambahan eksportir atas persetujuan
Menteri;
27) Persetujuan Menteri sdalam pelaksanaannya diterbitkan oleh Direktur Jenderal;
28) Dalam hal Negara Asal terjadi wabah penyakit hewan menular yang menjadi persyaratan Negara Asal,
Rekomendasi yang telah diterbitkan dinyatakan tidak berlaku;
29) Dalam hal Negara Asal terjadi wabah, Pelaku Usaha Peternakan, Koperasi Peternak, atau Kelompok Peternak
dapat mengajukan permohonan ulang Rekomendasi dari negara lain yang bebas wabah;
30) Permohonan harus disampaikan sebelum batas waktu Rekomendasi berakhir;
- 3386 -
31) Apabila terjadi keadaan kahar dan/atau gangguan sistem yang berakibat tidak berfungsinya pelayanan
Rekomendasi secara daring paling singkat 1 (satu) hari kerja, pelayanan Rekomendasi dapat dilakukan secara
manual;
32) Dalam hal Lembaga OSS telah dapat memproses penerbitan Perizinan Berusaha bidang pertanian yang diatur
dalam Peraturan Menteri ini, Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri menerbitkan Rekomendasi;
33) Penerbitan Rekomendasi mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perizinan Berusaha.
Setiap Penerbitan Persetujuan Negara/Farm atau Registered Premises/Approved Premises atau Nama Lain yang
Sejenis dan rekomendasi pemasukan dikenakan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Kementerian Pertanian.
5 Sarana Persyaratan sarana pengangkutan pada pemasukan ruminansia besar sebagai berikut:
1) Ternak Ruminansia Besar yang akan dimasukkan, sebelum dimuat ke atas alat angkut harus dilakukan tindakan
karantina oleh petugas karantina hewan Negara Asal;
2) Pengangkutan Ternak Ruminansia Besar dilakukan secara langsung dari tempat pengeluaran di Negara Asal ke
tempat pemasukan di wilayah Negara Republik Indonesia;
3) Dalam hal Pengangkutan Ternak Ruminansia dilakukan secara transit, harus di tempat transit yang disetujui
dalam protokol karantina;
4) Pengangkutan Ternak Ruminansia Besar dapat dilakukan dengan pengapalan bersama dengan ketentuan
- 3387 -
B. Pengawasan
1) Pemasukan Ternak Ruminansia Besar dilakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis
kesehatan hewan, persyaratan spesifikasi Ternak Ruminansia Besar, ketersediaan, dan distribusi;
2) Pengawasan dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali, atau sewaktu-waktu apabila terdapat dugaan
penyimpangan terhadap persyaratan teknis kesehatan hewan dan persyaratan spesifikasi Ternak Ruminansia
Besar, ketersediaan, dan distribusi;
3) Pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban memasukkan indukan sebanyak 3% (tiga persen) dari kapasitas
kandang;
4) Pengawasan terhadap kewajiban merealisasikan pemasukan sesuai rekomendasi;
5) Pengawasan pemenuhan persyaratan teknis kesehatan hewan dilakukan oleh dokter hewan berwenang dibantu
oleh tenaga medik veteriner dan paramedik veteriner di tingkat pusat yang ditunjuk oleh Menteri dan di tingkat
daerah yang ditunjuk oleh Gubernur / Bupati / Walikota sesuai kewenangannya;
6) Pengawasan pemenuhan persyaratan spesifikasi Ternak Ruminansia Besar dan pemenuhan kewajiban
pemasukan indukan dilakukan oleh pejabat yang berwenang dibantu oleh tenaga pengawas bibit ternak di
Tingkat Pusat yang ditunjuk oleh Menteri dan di Tingkat Daerah yang ditunjuk oleh Gubernur / Bupati /
Walikota sesuai dengan kewenangannya;
7) Pengawasan ketersediaan dan distribusi dilakukan oleh dokter hewan berwenang dan/atau petugas yang
ditunjuk oleh Menteri, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan, gubernur,
dan bupati/walikota sesuai kewenangannya;
- 3389 -
8) Pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban penggemukan dalam jangka waktu paling cepat 2.5 bulan sejak
selesai dilakukan tindakan karantina hewan dilakukan oleh pejabat berwenang dibantu oleh Pengawas Bibit
Ternak di Tingkat Pusat yang ditunjuk oleh Menteri dan di Tingkat Daerah yang ditunjuk oleh Gubernur / Bupati
/ Walikota sesuai dengan kewenangannya;
9) Pengawasan dapat dilakukan secara daring melalui sistem pelayanan rekomendasi dan kunjungan tingkat
lapang;
10) Direktur Jenderal menetapkan tim untuk melakukan inspeksi terhadap pemenuhan kewajiban
pengembangbiakan indukan 3% dari kapasitas kandang;
11) Pedoman inspeksi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
12) Saluran Pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan pemasukan ruminansia besar telah tersedia dalam
aplikasi Sistem Layanan Rekomendasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan secara daring
(SIMREK-PKH)
- 3390 -
STANDAR REKOMENDASI PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK KE DALAM DAN KE LUAR WILAYAH
REPUBLIK INDONESIA
NO REKOMENDASI PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK
KE DALAM WILAYAH REPUBLIK INDONESIA
01411 Pembibitan dan Budidaya Sapi Potong
01412 Pembibitan dan Budidaya Sapi Perah
01413 Pembibitan dan Budidaya Kerbau Potong
01414 Pembibitan dan Budidaya Kerbau Perah
01420 Peternakan Kuda dan Sejenisnya
01441 Pembibibitan dan Budidaya Domba Potong
01442 Pembibitan dan Budidaya Kambing Potong
01443 Pembibitan dan Budidaya Kambing Perah
01444 Pembibitan dan Budidaya Domba Perah
01450 Peternakan Babi
01461 Budidaya Ayam Ras Pedaging
01462 Budidaya Ayam Ras Petelur
01463 Pembibitan Ayam Lokal dan Persilangannya
01464 Budidaya Ayam Lokal dan Persilangannya
01465 Pembibitan dan Budidaya Itik dan/atau Bebek
01466 Pembibitan dan Budidaya Burung Puyuh
- 3391 -
- Benih ternak yang selanjutnya disebut benih adalah bahan reproduksi ternak yang dapat berupa mani/semen,
sperma, ova, telur tertunas dan embrio.
- Bibit ternak yang selanjutnya disebut bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan sifat
unggul serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakan.
- Negara asal pemasukan yang selanjutnya disebut negara asal adalah suatu negara yang mengeluarkan benih
dan/atau bibit ternak ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
- Tindakan karantina hewan yang selanjutnya disebut tindakan karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan/atau keluar dari wilayah negara Republik
Indonesia.
- Persyaratan mutu benih dan/atau bibit ternak adalah criteria teknis yang dipersyaratkan pada benih dan/atau bibit
ternak.
- Rekomendasi persetujuan pemasukan yang selanjutnya disebut RPP adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya kepada pelaku usaha yang akan melakukan pemasukan benih
dan/atau bibit ternak.
- R ekomendasi persetujuan pengeluaran yang selanjutnya disebut RPP-l adalah keterangan tertulis yang diberikan
oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya kepada pelaku usaha yang akan melakukan pengeluaran benih
dan/atau bibit ternak.
- Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang antara lain disebabkan oleh cacat genetik, proses
degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit dan infeksi mikroorganisme patogen.
- 3393 -
- Penyakit hewan menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta
hewan dan media pembawa penyakit hewan lainnya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media
perantara mekanis seperti air, udara, tanah, pakan, peralatan, dan manusia; atau dengan media perantara biologis.
- Penyakit hewan strategis adalah penyakit hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan
masyarakat, dan/atau kematian hewan yang tinggi.
- Penyakit hewan eksotik adalah penyakit hewan yang belum pernah terjadi atau muncul di suatu negara atau
wilayah, baik secara klinis, epidemiologis, maupun laboratoris.
- Dinas provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan
hewan.
- Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut Kepala PPVTPP
adalah pejabat pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan fungsi
di bidang perizinan pertanian
- Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pejabat
pimpinan madya yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang peternakan.
- Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Peternakan danKesehatan Hewan
- Pelaku usaha adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbadan hokum maupun tidak berbadan hukum, yang
melakukan kegiatan menghasilkan benih dan/atau bibit ternak.
- Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) yang selanjutnya disingkat
OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/walikota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik terintegrasi.
- 3394 -
- Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.
- Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah non
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.
3 Persyaratan Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pemasukan atau pengeluaran benih dan/atau bibit
Umum memenuhi persyaratan administrasi sebagai berikut:
a. Pemasukan atau pengeluaran benih dan/bibit ditujukan hanya untuk benih dan/atau bibit ternak
b. Pemasukan atau pengeluaran benih dan/atau bibit dilakukan oleh Pelaku Usaha setelah mendapatkan Persetujuan
Rekomendasi Pemasukan atau Pengeluaran dari Menteri Pertanian dan Izin dari Kementerian Perdagangan.
c. Menteri dalam menerbitkan Rekomendasi Pemasukan atau Pengeluaran pelaksanaannya dilakukan oleh Direktur
Jenderal atas nama Menteri.
d. Persyaratan administrasi berupa Surat permohonan rekomendasi pemasukan atau pengeluaran benih dan/atau
bibit ternak.
4 Persyaratan a. Permohonan Pemasukan
Khusus 1) Persyaratan Negara Asal bebas dari penyakit hewan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
atau kesehatan hewan dan karantina .
Persyaratan 2 Benih dan/atau bibit yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia harus memenuhi
Teknis persyaratan mutu,persyaratan kesehatan hewan dan persyaratan negara asal.
Produk, 3) Persyaratan mutu benih dan/atau bibit mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI), Persyaratan Teknis
Proses, Minimal (PTM) dan/atau peraturan teknis yang ditetapkan oleh Menteri.
- 3395 -
dan/atau 4) Pemenuhan persyaratan mutu dibuktikan dengan sertifikat asal usul benih dan/atau bibit ternak (pedigree)
Jasa serta catalog pejantan (semen beku dan embrio).
5) Pemenuhan persyaratan kesehatan hewan dibuktikan dengan:
- Health Requirement yang diterbitkan oleh otoritas atau lembaga independen dari Indonesia setiap pemasukan
benih dan/atau bibit ternak
- Health Certificate yang diterbitkan oleh otoritas atau lembaga independen dari negara asal setiap pemasukan
benih dan/atau bibit ternak.
6) Pemenuhan persyaratan negara asal dibuktikan dengan Certificate of Origin benih dan/atau bibit ternak.
7) Persyaratan teknis dipenuhi oleh pelaku usaha dalam bentuk dokumen yang disampaikan pada saat pengajuan
permohonan rekomendasi pemasukkan benih dan/atau bibit ternak dan pada saat pelaporan realisasi
pemasukan benih dan/atau bibit ternak
8) Dokumen pemenuhan persyaratan teknis yang disampaikan pada saat mengajukan permohonan rekomendasi
pemasukkan benih dan/atau bibit ternak meliputi:
a. Rekomendasi Provinsi
b. Keputusan penunjukan instalasi karantina hewan dari Badan Karantina Pertanian
c. Surat pernyataan dan/atau spesifikasi teknis persyaratan mutu benih dan/atau bibit ternak yang akan
dimasukkan;
d. Surat pernyataan akan menyampaikan sertifikat pedigree bibit, Health Certificate, Certificate of Origin benih
dan/atau bibit dari negara asal setelah sampai di Indonesia;
e. Surat pernyataan penyebaran di wilayah Sumber Bibit;
- 3396 -
f. Rekomendasi Komisi Bibit Ternak dalam hal benih dan/atau bibit ternak yang pertama kali dimasukkan;
g. Surat pernyataan tidak mengedarkan benih dan/atau bibit ternak yang pertama kali dimasukkan sebelum
mendapatkan Keputusan Menteri tentang Pelepasan Rumpun/Galur Ternak;
h. Surat pernyataan memiliki atau menguasai rumah potong hewan unggas (RPHU) dan cold storage (khusus
Unggas Ras);
i. Surat pernyataan rencana produksi Day Old Chick (DOC) Parent Stock (PS) dan Final Stock (FS) dari setiap
pemasukkan rekomendasi (khusus unggas ras);
j. Surat pernyataan rencana distribusi DOC PS dan F serta rencana pemasaran live bird (LB) menurut Provinsi
dan Kabupaten/Kota (khusus unggas ras);
b. Pelaporan Pemasukan
1) Pelaku usaha yang telah memperoleh rekomendasi pemasukan wajib menyampaikan laporan realisasi dan
distribusi
2) Laporan realisasi pemasukan benih dan/atau bibit ternak, wajib disampaikan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal secara daring paling lama 7 (tujuh) hari kalender setelah pemasukan benih dan/atau bibit ternak
disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
3) Laporan realisasi pemasukan disampaikan secara daring dengan melampirkan dokumen yang meliputi:
a. Health Certificate;
b. Certificate of Origin;
c. Sertifikat pedigree;
- 3397 -
c. Permohonan Pengeluaran
1) Persyaratan teknis pengeluaran benih dan/atau bibit harus memenuhi persyaratan negara tujuan.
2) Benih dan/atau bibit yang dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan
mutu dan persyaratan kesehatan hewan.
3) Pemenuhan persyaratan mutu dibuktikan dengan spesifikasi teknis benih dan/atau bibit ternak.
4) Pemenuhan persyaratan kesehatan hewan dibuktikan dengan:
a. Health Requirement yang diterbitkan oleh otoritas atau lembaga independen dari negara asal setiap
- 3398 -
d. Pelaporan Pengeluaran
1) Pelaku Usaha yang telah memperoleh Rekomendasi Pengeluaran wajib menyampaikan laporan realisasi
Pengeluaran Benih dan/atau bibit serta SDGH;.
2) Laporan realisasi Pengeluaran Benih dan/atau bibit serta SDGH, wajib disampaikan kepada Menteri melalui
Direktur Jenderal secara daring paling lama 7 (tujuh) hari kalender setelah pengeluaran benih dan/atau bibit
- 3399 -
a. Rekomendasi Provinsi
b. Keputusan penunjukan instalasi karantina hewan dari Badan Karantina
Pertanian
c. Surat pernyataan dan/atau spesifikasi teknis persyaratan mutu benih
dan/atau bibit ternak yang akan dimasukkan;
d. Surat pernyataan akan menyampaikan sertifikat pedigree bibit, Health
Certificate, Certificate of Origin benih dan/atau bibit dari negara asal setelah
sampai di Indonesia;
e. Surat pernyataan penyebaran di wilayah Sumber Bibit;
f. Rekomendasi Komisi Bibit Ternak dalam hal benih dan/atau bibit ternak yang
pertama kali dimasukkan;
g. Surat pernyataan tidak mengedarkan benih dan/atau bibit ternak yang
pertama kali dimasukkan sebelum mendapatkan Keputusan Menteri tentang
Pelepasan Rumpun/Galur Ternak;
h. Surat pernyataan memiliki atau menguasai Rumah potong hewan unggas
(RPHU) dan coldstorage (khusus Unggas Ras);
i. Surat pernyataan rencana produksi Day Old Chick (DOC) Parent Stock (PS)
dan Final Stock (FS) dari setiap pemasukkan rekomendasi (khusus unggas
ras);
j. Surat pernyataan rencana distribusi DOC PS dan FS serta rencana
- 3401 -
a. Rekomendasi Provinsi
b. Keputusan penunjukan instalasi karantina hewan dari Badan Karantina
Pertanian
c. Surat pernyataan dan/atau spesifikasi teknis persyaratan mutu benih
dan/atau bibit ternak yang akan dikeluarkan;
d. Health Requirement;
e. Certificate of Origin benih dan/atau bibit di Indonesia;
f. Rekomendasi Komisi Bibit Ternak dalam hal Sumber Daya Genetik Hewan
(SDGH) yang akan dikeluarkan;
3) Sarana
a. Transportasi;
b. Kandang karantina;
c. Pakan;
d. Sumberdaya Manusia (SDM);
e. Penjaminan kesehatan hewan;
f. Kontainer dan N2 cair (benih).
- 3403 -
B. Pengawasan:
1. Pengawasan pemasukan atau pengeluaran benih/bibit ternak dilakukan secara langsung (on-spot) dan secara
tidak langsung
a. Pengawasan secara langsung dilakukan oleh Pengawas Benih Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pelaku usaha kepada Pemerintah Pusat
dan Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
2. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
3. Evaluasi perizinan dilaksanakan paling kurang 90 hari kerja setelah pelaku usaha memperoleh rekomedasi
dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
C. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
ii. 2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
- 3404 -
STANDAR REKOMENDASI PERSETUJUAN PENGELUARAN TERNAK (NON BIBIT TERNAK) DARI WILAYAH REPUBLIK INDONESIA
No REKOMENDASI PERSETUJUAN PENGELUARAN TERNAK (NON BIBIT TERNAK) DARI WILAYAH REPUBLIK INDONESIA
01411 Pembibitan dan Budidaya Sapi Potong
01412 Pembibitan dan Budidaya Sapi Perah
01413 Pembibitan dan Budidaya Kerbau Potong
01414 Pembibitan dan Budidaya Kerbau Perah
01420 Peternakan Kuda dan Sejenisnya
01441 Pembibibitan dan Budidaya Domba Potong
01442 Pembibitan dan Budidaya Kambing Potong
01443 Pembibitan dan Budidaya Kambing Perah
01444 Pembibitan dan Budidaya Domba Perah
01450 Peternakan Babi
01461 Budidaya Ayam Ras Pedaging
01462 Budidaya Ayam Ras Petelur
01463 Pembibitan Ayam Lokal dan Persilangannya
01464 Budidaya Ayam Lokal dan Persilangannya
01465 Pembibitan dan Budidaya Itik dan/atau Bebek
01466 Pembibitan dan Budidaya Burung Puyuh
01467 Pembibitan dan Budidaya Burung Merpati
01468 Pembibitan Ayam Ras
- 3405 -
mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan/atau keluar dari wilayah negara Republik
Indonesia.
- Persyaratan ternak adalah kriteria teknis yang dipersyaratkan untuk ternak.
- Rekomendasi persetujuan pengeluaran yang selanjutnya disebut RPP-l adalah keterangan tertulis yang diberikan
oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya kepada pelaku usaha yang akan melakukan pengeluaran ternak.
- Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang antara lain disebabkan oleh cacat genetik, proses
degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit dan infeksi mikroorganisme patogen.
- Dinas provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan
hewan.
- Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian yang selanjutnya disebut Kepala PPVTPP
adalah pejabat pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan fungsi di
bidang perizinan pertanian
- Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pejabat
pimpinan madya yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang peternakan.
- Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Peternakan danKesehatan Hewan
- Pelaku usaha adalah orang perorangan atau korporasi, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, yang
melakukan kegiatan peternakan.
- Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) yang selanjutnya disingkat
OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/walikota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik terintegrasi.
- 3407 -
- Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga
OSS setelah Pelaku Usaha melakukan pendaftaran.
- Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah non
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.
3 Persyaratan Pelaku usaha pada saat melakukan pengajuan permohonan pengeluaran ternak memenuhi persyaratan administrasi
Umum sebagai berikut:
a. pengeluaran ternak ditujukan hanya untuk semua komoditas ternak bukan bibit dan/atau ternak persilangan
(cross breed)
b. Pengeluaran ternak dilakukan oleh Pelaku Usaha setelah mendapatkan Persetujuan Rekomendasi Pengeluaran
Ternak bukan bibit dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan atas nama Menteri Pertanian dan Izin dari
Kementerian Perdagangan.
c. Persyaratan administrasi pengeluaran ternak berupa surat permohonan Izin Pengeluaran ternak.
4 Persyaratan Permohonan Pengeluaran
Khusus atau a. Persyaratan teknis pengeluaran ternak harus memenuhi persyaratan negara tujuan.
Persyaratan b. Ternak yang dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan mutu dan
Teknis persyaratan kesehatan hewan.
Produk, c. Pemenuhan persyaratan mutu dibuktikan dengan spesifikasi teknis.
Proses, d. Pemenuhan persyaratan kesehatan hewan dibuktikan dengan:
dan/atau 1) Health Requirement yang diterbitkan oleh otoritas atau lembaga independen dari negara asal setiap pengeluaran
Jasa ternak-
- 3408 -
2) Health Certificate yang diterbitkan oleh otoritas atau lembaga independen di Indonesia setiap pengeluaran ternak.
e. Pemenuhan persyaratan negara asal dibuktikan dengan Certificate of Origin ternak.
f. Dokumen pemenuhan persyaratan teknis yang disampaikan pada saat mengajukan permohonan rekomendasi
pengeluaran ternak meliputi:
1) Rekomendasi Provinsi
2) Keputusan penunjukan instalasi karantina hewan dari Badan Karantina Pertanian
3) Surat pernyataan dan/atau spesifikasi teknis mengenai persyaratan mutu ternak yang akan dikeluarkan, yaitu:
a) Untuk ruminansia kecil dan babi hasil persilangan dengan berat paling kurang 25 (dua puluh lima) kg per
ekor.
b) Ruminansia kecil dan babi merupakan hasil persilangan dan bukan rumpun dan/atau galur yang ditetapkan
atau dilepas oleh Menteri.
c) Selain ruminansia kecil dan babi sesuai dengan peraturan teknis lainnya.
4) Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
5) Health Requirement;
6) Certificate of Origin ternak di Indonesia;
7) Laporan realisasi pengeluaran
Pelaporan Pengeluaran
a. Pelaku Usaha yang telah memperoleh Rekomendasi Pengeluaran wajib menyampaikan laporan realisasi
Pengeluaran ternak;.
- 3409 -
b. Laporan realisasi Pengeluaran ternak/SDGH, wajib disampaikan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal secara
daring paling lama 7 (tujuh) hari kalender setelah pengeluaran ternak, laporan disampaikan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
c. Laporan realisasi Pengeluaran ternak wajib mencantumkan alasan jika Pelaku Usaha tidak merealisasikan
Rekomendasi Pengeluaran Ternak
5 Sarana Sarana dan fasilitas minimum yang harus dimiliki pemohon rekomendasi pengeluaran ternak:
a. Transportasi;
b. Kandang Karantina;
c. Pakan;
d. Sumber daya manusia (SDM);
e. Penjaminan kesehatan hewan; dan/atau
6 Penilaian A. Penilaian Kesesuaian Pengeluaran Ternak
Kesesuaian Penilaian ini dilakukan dengan pengisian check list sebagai berikut:
dan
Pengawasan Ketersediaan
Persyaratan
Sesuai Tidak Sesuai
1. Persyaratan Umum :
a. NIB;
b. Profil perusahaan;
c. Surat permohonan Izin Pengeluaran ternak.
- 3410 -
2. Persyaratan Khusus :
a. Rekomendasi Provinsi
b. Keputusan penunjukan instalasi karantina hewan dari Badan Karantina
Pertanian
c. Surat pernyataan dan/atau spesifikasi teknis mengenai persyaratan mutu
ternak yang akan dikeluarkan, yaitu :
d. Untuk ruminansia kecil dan babi hasil persilangan dengan berat paling
kurang 25 (dua puluh lima) kg per ekor.
e. Ruminansia kecil dan babi merupakan hasil persilangan dan bukan
rumpun dan/atau galur yang ditetapkan atau dilepas oleh Menteri.
f. Selain ruminansia kecil dan babi sesuai dengan peraturan teknis lainnya.
g. Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)
h. Health Requirement;
i. Certificate of Origin ternak di Indonesia;
j. Laporan realisasi pengeluaran.
3. Sarana
a. Transportasi
b. Kandang karantina
- 3411 -
c. Pakan
d. Sumber Daya Manusia
e. Penjaminan kesehatan hewan
B. Pengawasan:
1. Pengawasan pemasukan atau pengeluaran benih/bibit ternak dilakukan secara langsung (on-spot) dan secara
tidak langsung
a. Pengawasan secara langsung dilakukan oleh Pengawas Benih Ternak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan berkala oleh pelaku usaha kepada Pemerintah Pusat
dan Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.
2. Pengawasan dilakukan dalam rangka untuk penilaian kesesuaian produk dan proses dilaksanakan secara
berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
3. Evaluasi perizinan dilaksanakan paling kurang 90 hari kerja setelah pelaku usaha memperoleh rekomedasi
dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
C. Saluran Pengaduan Masyarakat
1. disampaikan langsung maupun tidak langsung melalui layanan pengaduan OSS
2. sesuai dengan pengaduan yang ada di K/L
- 3467 -
STANDAR IZIN EDAR PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN PRODUKSI LUAR NEGERI (PSAT-PL)
NO Izin Edar Pangan Segar Asal Tumbuhan Produksi Luar Negeri (PSAT-PL)
KBLI terkait:
46201 (Perdagangan besar padi dan palawija)
46311 (Perdagangan besar beras)
46312 (Perdagangan besar buah-buahan)
46313 (Perdagangan besar sayuran)
46319 (Perdagangan besar bahan makanan dan minuman hasil pertanian lainnya)
1 Ruang Lingkup Standar ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan/atau mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan
Produksi Luar Negeri (PSAT-PL) yang akan diedarkan dalam kemasan asli di wilayah Republik Indonesia.
Tujuan dari standar ini adalah sebagai acuan bagi pelaku usaha perdagangan besar (importir atau
distributor pertama yang mengedarkan PSAT-PL) untuk memperoleh izin edar PSAT-PL, baik sebagai izin
edar baru, perpanjangan, pengalihan kepemilikan dan perubahan data izin edar, serta sebagai acuan bagi
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selaku Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-
P) dalam rangka penerbitan izin edar PSAT-PL.
- 3468 -
Apabila pelaku usaha di dalam negeri melakukan pengemasan ulang PSAT-PL, maka izin edar PSAT-PL yang
sudah ada untuk PSAT-PL tersebut dapat digunakan pelaku usaha dengan ketentuan:
a. tidak melakukan penanganan lain selain pengemasan ulang;
b. mencantumkan nomor izin edar PSAT-PL yang telah ada;
c. menambahkan identitas pelaku usaha;
d. menambahkan nomor SPPB-PSAT bagi pelaku usaha skala menengah besar;
e. menerapkan cara penanganan yang baik PSAT bagi pelaku usaha UMK.
Pelaksana SPPB-PSAT untuk pelaku usaha pengemasan ulang PSAT-PL dilakukan di OKKP-D Propinsi sesuai
lokasi unit usaha, dan dapat di OKKP-P apabila pengemasan ulang dilakukan oleh pelaku usaha izin edar
PL (importir dan distributor pertama) serta di OKKP-D kabupaten kota untuk pengawasan dan pembinaan
UMK.
Ruang lingkup standar ini mencakup persyaratan umum, persyaratan khusus serta mekanisme penilaian
kesesuaian dan pengawasan.
2 Istilah dan Definisi a. Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disingkat PSAT adalah pangan asal tumbuhan yang
dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pangan olahan yang mengalami
pengolahan minimal meliputi pencucian, pengupasan, pendinginan, pembekuan, pemotongan,
pengeringan, penggaraman, pencampuran, penggilingan, pencelupan (blanching), dan/atau proses lain
tanpa penambahan bahan tambahan pangan kecuali pelapisan dengan bahan penolong lain yang
diijinkan untuk memperpanjang masa simpan.
b. Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Keamanan PSAT adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah PSAT dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
c. Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Mutu PSAT adalah nilai yang ditentukan
atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan.
d. Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan, baik
- 3470 -
Pemerintah Pusat yang sesuai tugas dan fungsi diberikan kewenangan melakukan pengawasan
Keamanan dan Mutu PSAT.
o. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
p. Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan atau secara tidak langsung
menyatakan perihal karakteristik tertentu suatu PSAT yang berkenaan dengan asal usul, kandungan
gizi, sifat, produksi, pengolahan minimal, komposisi atau faktor mutu lainnya.
2. Nama Latin
3. Negara Asal
4. Nama Dagang1)
5. Nama Merk2)
6. Jenis Kemasan
7. Berat Bersih
8. Komposisi3)
9. Unit Penanganan PSAT 4)
d. Ruang Lingkup :
5. Izin Edar PSAT PL Nomor
Masa Berlaku
6. Perubahan/ Penambahan Data Data Awal
Data Terbaru
7. Alasan Perubahan
Keterangan :
1) : Cantumkan semua unit penanganan PSAT/gudang tempat PSAT digunakan
2) : pilih salah satu milik sendiri atau sewa
3) : dilampirkan apabila melakukan perjanjian sewa
4) : dilampirkan apabila masa berlaku perjanjian sewa lebih singkat dari masa berlaku SPPB-PSAT
2) Alamat
Milik Sendiri
Sewa :
3) Status kepemilikan2) a. Durasi sewa
b. Masa sewa sampai dengan
a. Perjanjian sewa3)
4) Surat Pernyataan memelihara SPPB-PSAT4)
5) SPPB-PSAT
a. Nomor
b. Level :
c. Masa Berlaku :
d. Ruang Lingkup :
6. Nama dan Alamat Pemilik Lama
- 3477 -
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja harus memenuhi persyaratan umum.
PSAT-PL dengan ketentuan pelaku usaha sudah mempunyai sistem kode penanganan/barkot
yang mampu telusur untuk setiap unit penanganan yang digunakan dan kode
penanganan/barkot tersebut harus ditempelkan di label kemasan.
2) Certificate of Analysis (CoA) dari negara asal atau Laporan Hasil Uji Keamanan PSAT yang
diterbitkan paling lama 6 bulan terakhir, dengan memperhatikan ketentuan berikut:
a) CoA berasal dari negara yang telah mendapatkan registrasi sesuai ruang lingkup laboratorium
uji Keamanan PSAT dari Indonesia;
b) Negara yang telah mendapatkan pengakuan sistem Keamanan PSAT sesuai ruang lingkup
pengakuan, tidak perlu melampirkan CoA;
c) Laporan Hasil Uji Keamanan PSAT bagi negara yang belum diakui sistem keamanan pangan
atau laboratoriumnya belum diregistrasi oleh Indonesia;
d) Persyaratan Keamanan PSAT yang digunakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-
undangan. Apabila tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan dapat mengacu pada
standar internasional. Apabila PSAT tertentu belum diatur standarnya, maka persyaratannya
mengacu pada analisa risiko PSAT.
3) Desain label dan kemasan sesuai ketentuan sebagai berikut:
a) Kemasan dapat menjaga Keamanan PSAT dan Mutu PSAT sesuai dengan karakteristik yang
dikemas;
b) Kemasan mencantumkan label;
c) Label tidak mudah lepas, tidak mudah luntur atau rusak;
- 3479 -
d) Label terletak pada bagian kemasan yang mudah dilihat dan dibaca;
e) Bagian utama label pada kemasan sekurang-kurangnya memuat:
(1) nama PSAT;
(2) nomor izin edar PSAT-PL;
(3) nomor SPPB-PSAT, apabila melakukan pengemasan ulang;
(4) berat bersih atau isi bersih;
(5) nama dan alamat produsen/eksportir negara asal;
(6) nama dan alamat importir/distributor utama yang mengedarkan PSAT di dalam wilayah
Indonesia;
(7) tanggal produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa dan/atau tanggal pengemasan;
(8) Cara penanganan/penyimpanan PSAT-PL
(9) komposisi untuk PSAT-PL yang dikemas dengan lebih dari 1 (satu) jenis PSAT dalam 1
(satu) kemasan.
(10) kelas mutu (apabila dipersyaratkan).
(11) Kode unit penanganan apabila PSAT-PL ditangani dibeberapa unit penanganan dan
mendapatkan nomor PSAT-PL nasional
f) Untuk keterangan label sebagaimana dimaksud dalam huruf e dan informasi lain yang
dibutuhkan konsumen apabila ada antara lain: cara penyajian, komposisi produk, dan lain-
lain, harus menggunakan Bahasa Indonesia;
g) Tidak menggunakan nama dagang yang telah mempunyai sertifikat merk untuk PSAT sejenis
- 3480 -
perundangan-undangan;
7) Sertifikat jaminan Keamanan PSAT dan/atau Mutu PSAT dari negara asal (bagi yang memiliki).
b. Perubahan Data Izin Edar PSAT-PL:
1) Desain label dan Kemasan lama; dan
2) Desain label dan Kemasan baru.
c. Pengalihan kepemilikan Izin Edar PSAT-PL:
Tidak ada
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja harus memenuhi persyaratan khusus.
5 Sarana -
b. Pengawasan
1) Kewajiban Pelaku Usaha:
a) Pelaku Usaha yang sudah mendapatkan izin edar PSAT-PL harus memperpanjang SPPB-PSAT
selama izin edar PSAT-PL berlaku;
b) Mencantumkan nomor izin edar PSAT-PL pada label Kemasan;
c) Menambahkan identitas pelaku usaha dan nomor SPPB-PSAT di label kemasan sesuai
ketentuan SPPB-PSAT pada setiap skala usaha untuk pelaku usaha yang melakukan
pengemasan ulang;
d) Menjamin Keamanan PSAT dan Mutu PSAT yang diedarkan;
e) Menyampaikan laporan kepatuhan terhadap standar serta informasi lain yang berkaitan
dengan kegiatan usaha kepada OKKP-P 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
f) Menggunakan label dan kemasan sesuai permohonan izin edar PSAT-PL yang telah disetujui.
g) Kode penanganan PSAT apabila PSAT-PL ditangani secara nasional dibeberapa unit
penanganan dan mendapatkan nomor PSAT-PL nasional
- 3486 -
2) Norma pengawasan
Pengawasan dapat dilakukan secara rutin dan insidental;
a) Pengawasan rutin dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan Pelaku Usaha dan
inspeksi lapangan;
b) Pengawasan insidental dilakukan melalui inspeksi lapangan atau secara virtual;
c) Inspeksi lapangan dapat dilakukan dengan kunjungan fisik ke unit usaha dan/atau melalui
virtual yang dilakukan dengan pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis atas
pemenuhan standar yang dapat disertai dengan pengambilan contoh dan pengujian.
d) Pengawasan rutin dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau dilakukan dengan
mempertimbangkan kepatuhan pemegang Penzinan Berusaha/Pelaku Usaha dan analisis
Risiko keamanan pangan;
e) Pengawasan insidental dapat dilakukan secara terjadwal atau sewaktu-waktu apabila ada
informasi/pengaduan dari masyarakat dan/atau terjadi penyimpangan dari persyaratan izin
edar PSAT-PL;
- 3487 -
f) Apabila dalam pengawasan ditemukan ketidaksesuaian, maka Pelaku Usaha diberikan sanksi
sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
3) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
a) Pengawasan rutin kepada Pelaku Usaha dilakukan dengan terlebih dahulu
menginformasikannya kepada Pelaku Usaha minimal 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan;
b) Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan mengunakan kuisioner tentang pemenuhan
standar izin PSAT-PL;
c) Hasil pengawasan dituangkan dalam berita acara pengawasan yang wajib diketahui oleh
perwakilan tempat unit usaha yang diawasi;
d) Apabila dilakukan pengambilan contoh, pelaksana pengawasan menyiapkan berita acara
pengambilan contoh yang wajib diketahui oleh perwakilan tempat unit usaha yang diawasi.
4) Hak dan kewajiban pelaksana pengawasan
a) Pelaksana Pengawasan berhak:
(1) memperoleh keterangan dan/atau membuat catatan yang diperlukan;
(2) memeriksa kepatuhan pemenuhan kewajiban;
(3) menyusun salinan dari dokumen dan/ atau mendokumentasikan secara elektronik;
(4) melakukan pengambilan sampel dan melakukan pengujian;
(5) memeriksa lokasi kegiatan usaha dan prasarana dan/atau sarana; dan/atau
(6) menghentikan tindakan pelanggaran dalam pemenuhan persyaratan izin edar PSAT-PL
oleh Pelaku Usaha.
- 3488 -
STANDAR IZIN EDAR PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN PRODUKSI DALAM NEGERI (PSAT-PD)
NO Izin Edar Pangan Segar Asal Tumbuhan Produksi Dalam Negeri (PSAT-PD)
KBLI terkait:
01630 Jasa pasca panen
46201 Perdagangan besar padi dan palawija
46311 Perdagangan besar beras
46312 Perdagangan besar buah-buahan
46313 Perdagangan besar sayuran
46319 Perdagangan besar bahan makanan dan minuman hasil pertanian lainnya
47111 Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman atau tembakau di
minimarket/supermarket/ hypermarket
47211 Perdagangan eceran padi dan palawija
47212 Perdagangan eceran buah-buahan
47213 Perdagangan eceran sayuran
47219 Perdagangan eceran hasil pertanian lainnya
47241 Perdagangan eceran beras
10313 Industri Pengeringan Buah-Buahan Dan Sayuran
10612 Industri penggilingan aneka kacang (termasuk leguminous)
- 3491 -
Tujuan dari standar ini adalah sebagai acuan bagi Pelaku Usaha untuk memperoleh izin edar PSAT-PD baik
sebagai izin edar baru, perpanjangan, pengalihan kepemilikan dan perubahan/penambahan data izin edar,
serta sebagai acuan bagi Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) Provinsi dalam rangka
penerbitan izin edar PSAT-PD.
Ruang lingkup standar ini mencakup persyaratan umum, persyaratan khusus serta mekanisme penilaian
kesesuaian dan pengawasan.
2 Istilah dan Definisi a. Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disingkat PSAT adalah pangan asal tumbuhan yang
dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pangan olahan yang mengalami
pengolahan minimal meliputi pencucian, pengupasan, pendinginan, pembekuan, pemotongan,
pengeringan, penggaraman, pencampuran, penggilingan, pencelupan (blanching), dan/atau proses lain
tanpa penambahan bahan tambahan pangan kecuali pelapisan dengan bahan penolong lain yang
diijinkan untuk memperpanjang masa simpan.
b. Pangan Segar Asal Tumbuhan Produksi Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat PSAT-PD adalah PSAT
yang diproduksi di dalam wilayah Republik Indonesia dengan bahan baku keseluruhan berasal dari
produk dalam negeri atau campuran dengan produk luar negeri.
c. Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, pengolahan minimal, mengemas
kembali dan/atau mengubah bentuk PSAT.
d. Penanganan PSAT-PD adalah cara/proses yang dilakukan Pelaku Usaha terhadap PSAT-PD sesuai
diagram alir yang ditetapkan.
e. Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Keamanan PSAT adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah PSAT dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan
- 3493 -
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
f. Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Mutu PSAT adalah nilai yang ditentukan
atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan.
g. Diagram Alir PSAT-PD adalah gambaran rangkaian proses produksi PSAT-PD yang dilakukan oleh Pelaku
Usaha.
h. Daftar Pelanggan adalah data perorangan atau badan usaha yang menjadi pembeli produk dari Pelaku
Usaha yang menangani PSAT-PD.
i. Daftar Pemasok adalah data perorangan atau badan usaha yang memasok atau menjual PSAT-PD
kepada Pelaku Usaha yang menangani PSAT-PD.
j. Informasi Produk adalah keterangan yang berisi tentang produk terkait.
k. Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan, baik yang
bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.
l. Kemasan Eceran adalah kemasan akhir yang diedarkan ke konsumen dan tidak dibuka untuk dikemas
kembali.
m. Pengemasan Ulang adalah proses mengemas PSAT dari kemasan besar yang lazim dikemas kembali
dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan.
n. Laporan Hasil Uji adalah informasi tentang keamanan dan/atau mutu PSAT yang diterbitkan oleh
laboratorium pengujian yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
o. Sertifikat Penerapan Penanganan yang Baik PSAT yang selanjutnya disingkat SPPB-PSAT adalah
perizinan berusaha untuk unit penanganan PSAT yang telah memenuhi persyaratan penanganan PSAT
- 3494 -
13 Daftar Pemasok
14 Daftar Pelanggan
15 Nomor
Laporan Hasil Uji mutu8)
Tanggal terbit
Keterangan :
1) : untuk Produk Luar Negeri yang dicampur dengan PSAT dalam negeri
2) : apabila ada
6. Nomor
Izin Edar PSAT PL
Masa Berlaku
7. Data Awal
Perubahan/ Penambahan Data
Data Terbaru
8. Alasan Perubahan
Keterangan :
1) : Cantumkan semua unit penanganan PSAT/gudang yang
digunakan
2) : pilih salah satu milik sendiri atau sewa
3) : dilampirkan apabila melakukan perjanjian sewa
4) : dilampirkan apabila masa berlaku perjanjian sewa lebih
singkat dari masa berlaku SPPB-PSAT
2) Alamat
Milik Pribadi
Sewa :
3) Status kepemilikan2) a. Durasi sewa
b. Masa sewa sampai dengan
c. Perjanjian sewa3
4) Surat Pernyataan memelihara SPPB-PSAT4)
5) SPPB-PSAT
a. Nomor
b. Level :
- 3500 -
c. Masa Berlaku :
d. Ruang Lingkup :
7. Nama dan Alamat Pemilik Lama
8. Nama dan Alamat Pemilik Baru
9. Tanggal Pengalihan Pemilik
Keterangan :
1) : Cantumkan semua unit penanganan PSAT/gudang yang digunakan
2) : pilih salah satu milik sendiri atau sewa
3) : dilampirkan apabila melakukan perjanjian sewa
4) : dilampirkan apabila masa berlaku perjanjian sewa lebih singkat dari masa berlaku SPPB-PSAT
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja harus memenuhi persyaratan umum.
4 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus standar ini dibedakan atas :
a. Permohonan izin edar PSAT-PD /perpanjangan izin edar PSAT-PD dengan melampirkan:
1) SPPB-PSAT minimal level 2 sesuai ruang lingkup penanganan PSAT-PD yang dimohonkan dengan
ketentuan:
a) semua unit penanganan yang digunakan harus mempunyai SPPB-PSAT;
b) SPPB-PSAT dapat atas nama pemohon atau nama pihak lain dengan perjanjian sewa;
c) Untuk fasilitas sewa, pelaku usaha harus melampirkan perjanjian sewa dan wajib menyampaikan
perbaruan perjanjian apabila masa berlaku sewa lebih singkat dari masa berlaku SPPB-PSAT
d) Pelaku usaha harus memelihara SPPB-PSAT selama masa berlaku izin edar PSAT-PD.
e) Apabila pelaku usaha untuk 1 (satu) nama produk (jenis dan nama dagang) diproduksi/ditangani
- 3501 -
secara seragam di beberapa unit produksi/penanganan PSAT maka permohonan dapat dilakukan
sesuai lokasi unit produksi/penanganan pusat dan dapat menggunakan satu no izin edar.
Ketentuan ini hanya berlaku apabila pelaku usaha sudah mempunyai sistem kode produksi yang
mampu telusur untuk setiap unit produksi/penanganan yang digunakan dan kode produksi
tersebut harus ditempelkan di label kemasan.
2) Laporan Hasil Uji Keamanan PSAT dari laboratorium yang diakreditasi oleh KAN sesuai ketentuan
perundangan-undangan, dengan ketentuan:
a) Persyaratan Keamanan PSAT yang digunakan sesuai peraturan perundangan-undangan. Apabila
tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan dapat mengacu pada standar internasional.
Apabila PSAT tertentu belum diatur standarnya, maka persyaratannya mengacu pada analisa
risiko PSAT.
b) Dalam hal penggunaan bahan aktif pestisida dapat diidentifikasi, parameter uji Keamanan PSAT
yang dipilih sesuai dengan persyaratan Keamanan PSAT hasil identifikasi tersebut.
c) Bagi pelaku Pelaku Usaha yang telah memiliki sertifikat jaminan keamanan pangan PSAT-PD
antara lain: sertifikat prima, organik dan GAP, tidak perlu melampirkan Laporan Hasil Uji.
3) Desain label dan kemasan sesuai ketentuan sebagai berikut :
a) Kemasan dapat menjaga Keamanan PSAT dan Mutu PSAT sesuai dengan karakteristik produk
yang dikemas;
b) Kemasan mencantumkan label;
c) Label tidak mudah lepas, tidak mudah luntur atau rusak;
- 3502 -
d) Label terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah dilihat dan dibaca;
e) Bagian utama label pada kemasan PSAT sekurang-kurangnya memuat:
(1) nama PSAT;
(2) nomor izin edar PSAT-PD;
(3) berat bersih atau isi bersih;
(4) nama dan alamat produsen/pengemas ulang;
(5) tanggal produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa dan/atau tanggal pengemasan;
untuk produk yang dikemas ulang yang bahan bakunya telah memiliki masa kadaluarsa
maka di kemasan dicantumkan tanggal kedaluwarsa sesuai tanggal kedaluwarsa bahan
baku;
(6) Cara penanganan/penyimpanan PSAT-PD
(7) kelas mutu (apabila dipersyaratkan).
(8) Kode produksi apabila PSAT-PD diproduksi secara nasional dibeberapa unit penanganan
dan mendapatkan nomor PSAT-PD nasional
f) Untuk keterangan label sesuai huruf e dan informasi lain yang dibutuhkan konsumen apabila ada
antara lain: cara penyajian, komposisi produk, dan lain-lain, harus menggunakan Bahasa
Indonesia;
g) Tidak menggunakan nama dagang yang telah mempunyai sertifikat merek untuk PSAT sejenis
atas nama orang dan/atau badan usaha lain;
h) Pencantuman klaim sesuai ketentuan klaim;
- 3503 -
i) Tidak mencantumkan nama, logo atau identitas lembaga penilai kesesuaian pada label;
j) Ukuran berat dinyatakan dalam berat bersih dan dicantumkan dalam satuan metrik.
k) Mencantumkan keterangan yang berisikan: tulisan “PANGAN IRADIASI”, tujuan iradiasi, tulisan
“TIDAK BOLEH DIIRADIASI ULANG” untuk PSAT yang tidak boleh diiradiasi ulang, nama dan
alamat penyelenggara iradiasi, tanggal, bulan dan tahun iradiasi, nama negara tempat iradiasi
dilakukan, dan logo pangan iradiasi, pada label PSAT yang mengalami iradiasi;
l) Mencantumkan keterangan “PRODUK REKAYASA GENETIK” pada label PSAT hasil rekayasa
genetika.
4) Diagram alir Penanganan PSAT;
5) Bukti pemenuhan klaim dapat berupa sertifikat, Laporan Hasil Uji, surat keterangan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan seperti:
1) Sertifikat organik untuk klaim PSAT organik;
2) Sertifikat halal untuk klaim PSAT halal;
3) Sertifikat keamanan pangan bagi PSAT hasil rekayasa genetika;
4) Laporan Hasil Uji kandungan bahan yang menjadi klaim.
Apabila klaim yang diajukan belum diatur dalam perundang-undangan maka dapat mengacu pada
ketentuan internasional.
6) Laporan Hasil Uji Mutu untuk PSAT yang diatur kelas mutunya sesuai peraturan perundangan-
undangan.
b. Perubahan Data Izin Edar PSAT-PD:
- 3504 -
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja harus memenuhi persyaratan khusus.
5 Sarana -
1 Umum:
a. Surat permohonan
b. Keterangan informasi produk
c. Surat Perjanjian sewa untuk fasilitas yang
disewa
d. Surat pernyataan memelihara SPPB-PSAT
untuk fasilitas yang masa berlaku SPPB-
PSATnya kurang dari 5 (lima) tahun
2 Khusus:
a. SPPB-PSAT:
Nomor
Ruang lingkup
Level :
Masa Berlaku :
b. Laporan Hasil uji keamanan1)
c. Desain label dan kemasan
d. Diagram alir Penanganan PSAT
e. Bukti pemenuhan klaim2)
f. Laporan hasil uji mutu1)
Keterangan:
1) : bagi yang dipersyaratkan
2) : bagi yang mengajukan
c) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum dan/atau persyaratan khusus,
- 3506 -
tidak diterbitkan izin edar PSAT-PD dan informasi ini disampaikan kepada Pelaku Usaha
dengan memberikan keterangan hasil verifikasi dokumen;
d) Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus,
diterbitkan izin edar PSAT-PD yang berlaku selama 5 tahun.
c) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum dan/atau persyaratan khusus,
tidak diberikan izin perubahan data izin edar PSAT-PD, dan informasi ini kepada Pelaku
Usaha dengan memberikan keterangan hasil verifikasi dokumen;
d) Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus,
diberikan izin perubahan data izin edar PSAT-PD yang masa berlakunya sesuai dengan izin
edar awal.
3) Pengalihan kepemilikan Izin Pendaftaran PSAT-PD:
a) Pelaku Usaha membuat surat permohonan kepada OKKP-D Provinsi dengan melampirkan
persyaratan umum;
b) Dalam waktu maksimal 14 hari, OKKP-D Provinsi melakukan penilaian pemenuhan
persyaratan Pengalihan izin edar PSAT-PD dengan melakukan verifikasi dokumen (Form 6):
c) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum, tidak diberikan izin pengalihan
kepemilikan edar PSAT-PD dan disampaikan kepada Pelaku Usaha dengan memberikan
keterangan hasil verifikasi dokumen;
d) Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi persyaratan umum, diberikan izin pengalihan
kepemilikan edar PSAT-PD masa berlakunya sesuai dengan izin edar PSAT-PD awal.
b. Pengawasan
1) Kewajiban Pelaku Usaha:
a) Pelaku Usaha yang sudah mendapatkan izin edar PSAT-PD harus memperpanjang SPPB-PSAT
selama izin edar PSAT-PD berlaku;
b) Mencantumkan nomor izin edar PSAT-PD pada label kemasan;
c) Menjamin Keamanan PSAT dan Mutu PSAT-PD yang diedarkan;
d) Menyampaikan laporan produksi dan/atau penanganan serta peredaran PSAT kepada OKKP-
D Provinsi 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
- 3509 -
e) Menggunakan label dan kemasan sesuai permohonan izin edar PSAT-PD yang telah disetujui.
f) Kode produksi apabila PSAT-PD diproduksi secara nasional dibeberapa unit penanganan dan
mendapatkan nomor PSAT-PD nasional
2) Norma pengawasan
a) Pengawasan dapat dilakukan secara rutin dan insidental;
b) Pengawasan rutin dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan Pelaku Usaha dan
inspeksi lapangan;
c) Pengawasan insidental dilakukan melalui inspeksi lapangan atau secara virtual;
d) Inspeksi lapangan dapat dilakukan dengan kunjungan fisik ke unit usaha dan/atau melalui
virtual yang dilakukan dengan pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis atas
pemenuhan standar yang dapat disertai dengan pengambilan contoh dan pengujian.
e) Pengawasan rutin dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau dilakukan dengan
mempertimbangkan kepatuhan pemegang Penzinan Berusaha/Pelaku Usaha dan analisis
Risiko keamanan pangan;
f) Pengawasan insidental dapat dilakukan secara terjadwal atau sewaktu-waktu apabila ada
informasi/pengaduan dari masyarakat dan/atau terjadi penyimpangan dari persyaratan izin
edar PSAT-PD;
g) Apabila dalam pengawasan ditemukan ketidaksesuaian, maka Pelaku Usaha diberikan sanksi
sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
3) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
a) Pengawasan rutin kepada Pelaku Usaha dilakukan dengan terlebih dahulu
- 3510 -
(5) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
(6) menjelaskan maksud dan tujuan kepada Pelaku Usaha yang diperiksa;
(7) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian laporan berkala dengan kondisi lapangan;
(8) membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikan kesimpulan; dan
(9) menjaga kerahasiaan informasi Pelaku Usaha.
5) Pelaksana pengawasan
a) Pengawasan izin edar PSAT-PD dilakukan oleh Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP);
b) Dalam hal PMHP belum tersedia atau memadai, pengawasan dapat dilakukan oleh pengawas
lain dengan memenuhi persyaratan telah mengikuti Pendidikan/pelatihan di bidang
Keamanan PSAT dan Mutu PSAT atau pelatihan lain yang terkait.
c) Koordinator pelaksana pengawasan izin edar PSAT-PD dilaksanakan oleh OKKP-D Propinsi.
6) Mekanisme, format dan substansi laporan
Pelaku Usaha yang telah memiliki izin edar PSAT -PD melaporkan kepatuhan terhadap standar
serta informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha kepada penerbit perizinan PSAT-PD
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun berupa:
a) laporan ketelusuran PSAT-PD;
b) Laporan Hasil Uji yang dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir; dan
c) laporan audit internal.
7) Saluran pengaduan masyarakat
OKKP-D Provinsi membuka layanan pengaduan masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan
dengan cara menghubungi OKKP-D Provinsi untuk menyampaikan keluhan atau banding melalui
surat elektronik (e-mail), surat langsung, kotak saran/pengaduan, dan/atau mekanisme lain yang
- 3512 -
tersedia.
1 Ruang Lingkup Standar ini dimaksudkan untuk menjamin penanganan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) dilakukan
secara baik sesuai karakteristik PSAT agar dapat menghasilkan PSAT yang memenuhi persyaratan
keamanan dan/atau mutu.
Tujuan dari standar ini sebagai acuan bagi Pelaku Usaha untuk melakukan penanganan yang baik PSAT
sebagai persyaratan dasar Keamanan PSAT dan/atau untuk mendapatkan Sertifikat Penerapan Penanganan
yang Baik PSAT (SPPB-PSAT) yang dapat digunakan untuk memperoleh perizinan berusaha PSAT lainnya
berupa izin edar PSAT, izin keamanan PSAT/HC, dan izin rumah pengemasan.
SPPB-PSAT meliputi permohonan awal/perpanjangan/penambahan ruang lingkup cara penanganan PSAT
dan pengalihan kepemilikan. Pelaku Usaha yang melakukan perpindahan alamat unit penanganan PSAT,
- 3514 -
2 Istilah dan Definisi a. Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disingkat PSAT adalah pangan asal tumbuhan yang
dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pangan olahan yang mengalami
pengolahan minimal meliputi pencucian, pengupasan, pendinginan, pembekuan, pemotongan,
pengeringan, penggaraman, pencampuran, penggilingan, pencelupan (blanching), dan/atau proses lain
tanpa penambahan bahan tambahan pangan kecuali pelapisan dengan bahan penolong lain yang
diijinkan untuk memperpanjang masa simpan.
- 3515 -
b. Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Keamanan PSAT adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah PSAT dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
c. Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Mutu PSAT adalah nilai yang ditentukan
atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan.
d. Informasi Produk adalah keterangan yang berisi tentang produk terkait.
e. Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, pengolahan minimal, mengemas
kembali dan/atau mengubah bentuk PSAT.
f. Penanganan PSAT adalah cara/proses yang dilakukan Pelaku Usaha terhadap PSAT sesuai diagram alir
yang ditetapkan.
g. Diagram Alir PSAT adalah gambaran rangkaian proses produksi PSAT yang dilakukan oleh Pelaku
Usaha.
h. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan yang selanjutnya disingkat OKKP adalah unit kerja Pemerintah
dan Pemerintah Daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota yang sesuai tugas dan fungsi diberikan
kewenangan melakukan pengawasan keamanan PSAT dan mutu PSAT.
i. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat yang selanjutnya disingkat OKKP-P adalah unit kerja
Pemerintah Pusat yang sesuai tugas dan fungsi diberikan kewenangan melakukan pengawasan
Keamanan dan Mutu PSAT.
j. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah Tingkat Provinsi yang selanjutnya disebut OKKP-D
- 3516 -
Provinsi adalah Pemerintah Daerah tingkat provinsi yang sesuai tugas dan fungsi diberikan kewenangan
melakukan pengawasan Keamanan dan Mutu PSAT.
k. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
l. Penilaian Lapang (Inspeksi) adalah proses penilaian kesesuaian penerapan sistem keamanan dan mutu
PSAT.
m. Penilai Penanganan Yang Baik PSAT yang selanjutnya disebut Penilai adalah Pengawas Mutu Hasil
Pertanian (PMHP) atau penilai lain yang memenuhi persyaratan pendidikan/pelatihan di bidang
keamanan dan mutu PSAT atau pelatihan lain yang terkait, yang ditugaskan oleh OKKP untuk
melakukan penilaian terhadap pemenuhan persyaratan penerapan penanganan yang baik PSAT.
n. Reviewer adalah personil internal yang ditunjuk oleh OKKP untuk melakukan verifikasi terhadap hasil
penilaian atau laporan hasil uji dari laboratorium dan berpengalaman dalam pengawasan keamanan
PSAT minimal 2 (dua) tahun.
o. Komisi Teknis adalah sekelompok orang yang berasal dari internal dan eksternal OKKP yang memiliki
kompetensi atau kepakaran terkait sistem audit dan teknis sesuai ruang lingkup perizinan OKKP.
p. Ketidaksesuaian Minor adalah penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi atau
dibiarkan secara terus menerus akan berpotensi mempengaruhi mutu PSAT.
q. Ketidaksesuaian Major adalah penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi
mempunyai potensi mempengaruhi keamanan PSAT.
r. Ketidaksesuaian Serius adalah penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi dapat
- 3517 -
Keterangan:
1) : Diisi dengan nama komoditas. Untuk yang jenisnya sangat banyak dapat mengisi dengan menyebutkan jenis/kelompok
komoditas saja (misalnya sayur-sayuran, buah-buahan dll). Khusus untuk rumah pengemasan, harus diisi nama
komoditas yang ditangani bukan kelompok komoditas
2) : Isi “ya” apabila melakukan pengemasan ulang
3) : Isi dengan jenis pengolahan minimal yang dilakukan, kelompoknya dapat dilihat dari pengelompokan pengolahan
minimal sesuai definisi.
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja harus memenuhi persyaratan umum.
sertifikat jaminan keamanan pangan lainnya yang menjadikan SPPB-PSAT sebagai persyaratan.
b. Pengalihan kepemilikan SPPB-PSAT
Tidak Ada persyaratan khusus untuk pengalihan kepemilikan SPPB-PSAT
Pelaku Usaha dalam jangka waktu enam puluh 45 (empat puluh lima) hari kerja harus memenuhi
persyaratan khusus.
penumpukan debu.
25. c. Desain jendela dibuat sedemikian rupa untuk
mencegah masuknya hewan pengganggu
(serangga, burung, tikus dll).
7. Ventilasi Fasilitas ventilasi sesuai dengan kebutuhan:
26. a. Menjamin peredaran udara yang baik dan
dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau,
debu dan panas yang timbul selama
penyimpanan yang dapat membahayakan
kesehatan karyawan.
27. b. Tidak mencemari PSAT yang diproduksi
melalui aliran udara yang masuk.
28. c. Lubang ventilasi dilengkapi kasa untuk
mencegah masuknya hewan pengganggu
(serangga, burung, tikus dll) serta mengurangi
masuknya kotoran ke dalam ruangan, dan
mudah dibersihkan
3. Fasilitas 29. a. Fasilitas bangunan penyimpanan sesuai
Bangunan dengan karakteristik PSAT.
Penyimpanan
30. b. Terdapat alat pengukur suhu di ruang
penyimpanan yang berfungsi dengan baik
- 3526 -
Karyawan
47. b. Fasilitas untuk cuci tangan: 1) Dilengkapi
dengan kran air mengalir dan sabun. 2)
Dilengkapi dengan alat pengering tangan
(handuk, kertas serap atau pengering aliran
udara panas). 3) Dilengkapi dengan tempat
sampah yang tertutup.
48. c. Fasilitas cuci tangan terletak di depan ruang
penanganan PSAT.
49. d. Fasilitas ganti pakaian (jika diperlukan)
dilengkapi dengan tempat penyimpanan
barang, pakaian dan lain-lain.
50. e. Menggunakan alas kaki khusus untuk di
ruang pengolahan minimal dan pengemasan
ulang PSAT.
4. MESIN DAN 1. Persyaratan Sesuai dengan jenis produksi dengan syarat
PERALATAN DAN mesin/peralatan dan sebagai berikut:
SARANA sarana pendukung 51. a. Permukaan yang kontak langsung dengan
PENDUKUNG yang digunakan dalam PSAT tidak menimbulkan pencemaran (lubang
proses penanganan atau celah, mengelupas, menyerap air dan
PSAT berkarat).
52. b. Tidak menimbulkan pencemaran terhadap
- 3529 -
digunakan ditera.
5. BAHAN Persyaratan Bahan 58. a. Memiliki dokumen persyaratan keamanan dan
mutu bahan baku PSAT yang digunakan.
59. b. Bahan baku PSAT yang digunakan memenuhi
standar mutu dan/atau keamanan pangan
yang ditetapkan.
60. c. Penggunaan bahan penolong memenuhi
standar keamanan dan mutu yang ditetapkan.
6. PENGAWASAN 61. a. Menetapkan tahapan proses dan alur proses
PROSES untuk memastikan tidak terjadinya
kontaminasi.
62. b. Melakukan pengawasan parameter proses
yang telah ditetapkan pada setiap tahapan.
7. PRODUK AKHIR Persyaratan Produk 63. a. Harus menetapkan persyaratan keamanan
Akhir dan/atau mutu produk akhir, dan apabila
sudah diatur pemerintah maka persyaratan
tersebut mengacu pada peraturan yang telah
ditetapkan tersebut.
64. b. Dilakukan pemeriksaan mutu PSAT secara
periodik atau pada saat PSAT akan
didistribusikan.
65. c. Tidak ada pencemaran produk pada saat
- 3531 -
5 Sarana Sesuai persyaratan sarana pada standar penanganan yang baik PSAT (Tabel 1).
PSAT level 1.
(b) Apabila memiliki sertifikat jaminan keamanan pangan lainnya yang menjadikan
SPPB-PSAT sebagai persyaratan, maka direkomendasikan untuk diterbitkan SPPB-
PSAT sesuai dengan level yang dimilikinya.
(c) Apabila belum memiliki sertifikat tersebut dilakukan penilaian lapang;
(3) Penilai menyusun rencana pelaksanaan dengan berkoordinasi dengan Pelaku Usaha;
(4) Penilaian lapang berdasarkan ceklist pada Form 4;
(5) Hasil penilaian lapang dituangkan dalam laporan hasil audit yang harus diketahui oleh
Pelaku Usaha dengan menginformasikan level sementara hasil audit;
(6) Apabila berdasarkan hasil Penilaian Lapang, level penerapan penanganan yang baik PSAT
belum sesuai dengan jenis persyaratan perizinan PSAT, maka Pelaku Usaha wajib
melakukan perbaikan;
(7) Tindakan perbaikan harus diselesaikan dalam jangka waktu pemenuhan persyaratan
umum dan persyaratan khusus;
(8) Penilai memvalidasi tindakan perbaikan sampai perbaikan dinyatakan diterima;
(9) Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada reviewer/Komisi Teknis;
c) Reviewer/Komisi Teknis melakukan tinjauan terhadap laporan yang disampaikan oleh tim
penilai dan memberikan rekomendasi kepada ketua OKKP;
d) Apabila hasil tinjauan Reviewer/Komisi Teknis memerlukan tindakan perbaikan maka Pelaku
Usaha harus melakukan perbaikan sebelum diterbitkannya SPPB-PSAT.
- 3539 -
e) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum dan/atau persyaratan khusus,
tidak diterbitkan SPPB-PSAT dan disampaikan informasi kepada Pelaku Usaha dengan
memberikan keterangan hasil verifikasi dokumen;
f) Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus,
diberikan SPPB-PSAT yang berlaku selama 5 (lima) tahun sesuai dengan ruang lingkup yang
diajukan.
g) Untuk Pelaku Usaha UMK yang tidak memerlukan SPPB-PSAT untuk perizinan berusaha,
pemenuhan penerapan yang baik PSAT adalah minimal level 3. Pelaku usaha yang telah
memenuhi persyaratan tersebut dapat diberikan surat keterangan pemenuhan level 3.
2) Pengalihan kepemilikan SPPB-PSAT
a) Pelaku Usaha membuat surat permohonan yang ditujukan kepada OKKP dengan
melampirkan persyaratan umum;
b) Dalam waktu maksimal 14 hari, OKKP melakukan penilaian pemenuhan persyaratan
Pengalihan SPPB-PSAT dengan melakukan verifikasi dokumen (form 3):
Form 3. Verifikasi Persyaratan Pengalihan SPPB-PSAT
No Persyaratan Sesuai Tidak sesuai Ket
1. Surat permohonan:
2. Unit produksi/penanganan PSAT1):
1) Nama Unit produksi/ penanganan PSAT
2) Alamat
3) SPPB-PSAT
- 3540 -
a. Nomor
b. Level :
c. Masa Berlaku :
d. Ruang Lingkup :
3. Surat Pernyataan pengalihan kepemilikan SPPB-PSAT
4. Informasi pengalihan kepemilikan SPPB-PSAT
Ket :
1) : evaluasi setiap unit penanganan PSAT/gudang tempat PSAT yang dialihkan
c) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum tidak diberikan pengalihan
SPPB-PSAT dan disampaikan kepada Pelaku Usaha dengan memberikan keterangan hasil
verifikasi dokumen;
d) Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi persyaratan umum, diberikan pengalihan
kepemilikan SPPB-PSAT yang masa berlakunya sesuai dengan SPPB-PSAT awal.
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) Pengawasan dapat dilakukan secara rutin dan insidental;
b) Pengawasan rutin dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan Pelaku Usaha dan
inspeksi lapangan;
c) Pengawasan insidental dilakukan melalui inspeksi lapangan atau secara virtual;
d) Inspeksi lapangan dapat dilakukan dengan kunjungan fisik ke unit usaha dan/atau melalui
virtual yang dilakukan dengan pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis atas
pemenuhan standar yang dapat disertai dengan pengambilan contoh dan pengujian.
- 3541 -
e) Inspeksi lapangan yang dilakukan kepada Pelaku Usaha mikro dan kecil disertai dengan
pembinaan dan pendampingan pemenuhan standar;
f) Pengawasan rutin dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau dilakukan dengan
mempertimbangkan kepatuhan pemegang Perizinan Berusaha/Pelaku Usaha dan analisis
Risiko keamanan pangan;
g) Pengawasan insidental dapat dilakukan secara terjadwal atau sewaktu-waktu apabila ada
informasi/pengaduan dari masyarakat dan/atau Pelaku Usaha terjadi penyimpangan dari
persyaratan SPPB-PSAT;
h) Apabila dalam pengawasan ditemukan ketidaksesuaian, maka Pelaku Usaha diberikan sanksi
sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
2) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
a) Pengawasan rutin kepada Pelaku Usaha dilakukan dengan terlebih dahulu
menginformasikannya kepada Pelaku Usaha minimal satu hari sebelum pelaksanaan;
b) Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan mengunakan kuisioner tentang pemenuhan
standar pemenuhan SPPB-PSAT;
c) Hasil pengawasan dituangkan dalam berita acara pengawasan yang wajib diketahui oleh
perwakilan tempat unit usaha yang diawasi;
d) Apabila dilakukan pengambilan contoh, pelaksana pengawasan menyiapkan berita acara
- 3542 -
pengambilan contoh yang wajib diketahui oleh perwakilan tempat unit usaha yang diawasi.
3) Hak dan kewajiban pelaksana pengawasan
a) Pelaksana Pengawasan berhak:
(1) memperoleh keterangan dan/atau membuat catatan yang diperlukan;
(2) memeriksa kepatuhan pemenuhan kewajiban;
(3) menyusun salinan dari dokumen dan/ atau mendokumentasikan secara elektronik;
(4) melakukan pengambilan sampel dan melakukan pengujian;
(5) memeriksa lokasi kegiatan usaha dan prasarana dan/atau sarana; dan/atau
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
2 BANGUNAN
2.1 Desain dan Tata Letak
6 Desain dan tata letak tidak diatur sesuai alur proses sehingga 1
berpeluang menimbulkan kontaminasi silang
2.2 Struktur Ruangan
2.2.1 Lantai
7 a. Lantai tidak kedap air 1
8 b. Permukaan lantai sulit dibersihkan 1
9 c. Lantai ruangan produksi yang digunakan untuk proses 1
pencucian tidak memiliki kemiringan yang cukup sehingga air
menggenang dan saluran pembuangan air tidak tertutup
10 d. Lantai dan dinding pada ruangan yang digunakan untuk 1
penanganan PSAT yang memerlukan air atau menghasilkan
sampah membentuk sudut siku-siku yang dapat menahan air
atau kotoran
11 e. Lantai ruangan kamar mandi, tempat cuci tangan dan sarana 1
toilet tidak mempunyai kemiringan yang cukup ke arah
saluran pembuangan sehingga menimbulkan genangan air dan
berbau
- 3548 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
2.2.2 Dinding
Konstruksi dinding atau pemisah ruangan tidak memenuhi syarat
penanganan PSAT yang baik, yaitu terbuat dari bahan yang sulit
dibersihkan dan tidak dapat melindungi dari kontaminasi luar
12 a. Permukaan dinding tidak rata, dominan berwarna gelap dan 1
mudah mengelupas
13 b. Permukaan dinding kamar mandi, tempat cuci tangan dan 1
toilet yang digunakan karyawan yang menangani PSAT
menyerap air dan sulit dibersihkan
2.2.3 Atap dan langit-langit
Kebutuhan langit-langit pada bangunan penanganan PSAT tidak
sesuai dengan karakteristik PSAT dan fungsinya tidak dapat
digantikan oleh atap:
14 a. Atap terbuat dari bahan yang tidak kuat, tidak tahan air, 1
mudah bocor, mudah terkelupas, mudah rusak dan sulit
dibersihkan
15 b. Langit-langit berlubang atau retak sehingga menyebabkan 1
kebocoran dan keluar masuknya binatang antara lain: tikus
dan serangga.
- 3549 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
16 c. Jarak langit-langit dari lantai memiliki tinggi kurang dari 2,5m 1
sehingga aliran udara kurang baik
17 d. Permukaan langit-langit kurang rata, berwarna gelap dan sulit 1
dibersihkan
18 e. Permukaan langit-langit di ruang produksi yang menggunakan 1
atau menimbulkan uap air terbuat dari bahan yang mudah
menyerap air dan tidak dilapisi cat tahan panas
2.2.4 Penerangan
19 Unit penanganan PSAT tidak memiliki pencahayaan yang 1
cukup untuk memastikan keamanan dan kebersihan pangan
serta memfasilitasi pembersihan sarana
2.2.5 Pintu
20 a. Pintu di ruang penanganan PSAT terbuat dari bahan yang 1
tidak kuat dan mudah pecah
21 b. Permukaan pintu di ruang penanganan (pengemasan, grading, 1
pemotongan, dll) kurang rata, kasar, berwarna gelap dan sulit
dibersihkan
22 c. Pintu ruang penanganan PSAT tidak dapat ditutup dengan 1
baik
- 3550 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
2.2.6 Jendela
Fasilitas jendela sesuai dengan kebutuhan
23 a. Terbuat dari bahan yang kurang kuat dan mudah pecah atau 1
rusak
24 b. Permukaan jendela tidak rata, tidak halus dan berpotensi 1
terjadinya penumpukan debu sehingga sulit dibersihkan
25 c. Desain jendela memungkinkan untuk masuknya hewan 1
pengganggu (serangga, burung, tikus, dll)
2.2.7 Ventilasi
Fasilitas ventilasi sesuai dengan kebutuhan
26 a. Tidak menjamin peredaran udara yang baik dan tidak dapat 1
menghilangkan uap, gas, asap, bau, debu dan panas yang
timbul selama penyimpanan yang dapat membahayakan
kesehatan karyawan.
27 b. Berpotensi mencemari PSAT yang diproduksi melalui aliran 1
udara yang masuk
28 c. Lubang ventilasi belum dilengkapi kasa untuk mencegah 1
masuknya hewan pengganggu (serangga, burung, tikus, dll)
serta mengurangi masuknya kotoran ke dalam ruangan, dan
- 3551 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
sulit dibersihkan
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
syarat kualitas air bersih
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
41 b. Pintu toilet menghadap langsung ke ruang proses penanganan 1
dan tidak tertutup.
42 c. Tidak tersedia peringatan bahwa setiap karyawan harus 1
mencuci tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet
43 d. Area toilet kurang mendapatkan penerangan 1
44 e. Toilet tidak tersedia 1
45 f. Jumlah toilet tidak memadai dengan jumlah karyawan 1
3.5 Sarana Higiene Karyawan
46 a. Belum mempunyai sarana cuci tangan 1
47 b. Fasilitas untuk cuci tangan tidak lengkap/memenuhi 1
persyaratan berikut:
- Dilengkapi dengan kran air mengalir dan sabun
- Dilengkapi dengan alat pengering tangan (handuk, kertas
serap atau pengering aliran udara panas)
- Tempat sampah yang tertutup
48 c. Fasilitas cuci tangan tidak terletak di depan ruang 1
penanganan PSAT
49 d. Fasilitas ganti pakaian (jika diperlukan), tidak dilengkapi 1
dengan tempat penyimpanan barang, pakaian dan lain-lain
- 3554 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
50 e. Tidak menggunakan alas kaki khusus untuk di ruang 1
pengolahan minimal dan pengemasan ulang PSAT
4 MESIN, PERALATAN DAN SARANA PENDUKUNG
4.1 Persyaratan mesin/peralatan dan sarana pendukung yang
digunakan dalam proses penanganan PSAT
51 a. Permukaan yang kontak langsung dengan PSAT yang dapat 1
menimbulkan pencemaran (lubang atau celah, mengelupas,
menyerap air dan berkarat)
52 b. Menimbulkan potensi pencemaran terhadap produk oleh jasad 1
renik, bahan logam yang terlepas dari mesin/peralatan dan
sarana pendukung, minyak pelumas, bahan bakar dan bahan-
bahan lain yang menimbulkan bahaya
53 c. Terbuat dari bahan yang tidak kuat, sulit dipindahkan atau 1
dibongkar pasang sehingga menghambat pemeliharaan,
pembersihan, pemantauan dan pengendalian hama
54 d. Lampu yang digunakan pada ruang pengolahan minimal dan 1
pengemasan ulang PSAT tidak berpelindung atau tidak LED
4.2 Penempatan mesin dan peralatan dan sarana pendukung
55 Diletakkan tidak sesuai dengan urutan proses sehingga 1
- 3555 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
menyulitkan perawatan, pembersihan dan pencucian dan
memudahkan terjadinya kontaminasi silang
4.3 Pengawasan Mesin/Peralatan
56 Mesin/peralatan tidak diawasi sehingga tidak menjamin proses 1
penanganan PSAT sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
4.4 Alat Ukur
57 Alat ukur yang terkait proses (seperti: timbangan, pengukur kadar 1
air, thermometer) yang digunakan tidak ditera.
5 BAHAN
5.1 Persyaratan Bahan
58 a. Tidak memiliki dokumen persyaratan keamanan dan mutu 1
bahan baku PSAT yang akan digunakan
59 b. Bahan baku PSAT yang digunakan tidak memenuhi standar 1 1
mutu dan/atau keamanan pangan yang ditetapkan
60 c. Penggunaan bahan penolong tidak memenuhi persyaratan 1
atau standar keamanan dan mutu yang ditetapkan
6 PENGAWASAN PROSES
61 a. Tidak menetapkan tahapan proses dan tidak mengatur alur 1
proses yang berpeluang menyebabkan kontaminasi
- 3556 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
62 b. Tidak melakukan pengawasan parameter proses yang telah 1
ditetapkan pada setiap tahapan
7 PRODUK AKHIR
7.1 Persyaratan Produk Akhir
63 a. Tidak menetapkan persyaratan keamanan dan/atau mutu 1
produk akhir, dan apabila sudah diatur pemerintah maka
persyaratan tersebut tidak mengacu pada peraturan yang telah
ditetapkan tersebut
64 b. Tidak dilakukan pemeriksaan mutu PSAT secara periodik atau 1
pada saat PSAT akan didistribusikan
65 c. Ada dugaan pencemaran produk pada saat pengemasan ulang 1
dan belum dilakukan uji laboratorium terhadap produk
8 KARYAWAN
66 a. Karyawan tidak memiliki pemahaman tentang kebersihan diri 1
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
69 d. Karyawan tidak menggunakan perlengkapan kerja yang 1
ditetapkan
70 e. Karyawan tidak mencuci tangan sebelum melakukan 1
pekerjaan, makan, minum, merokok, meludah atau
melakukan tindakan lain di tempat penanganan yang dapat
mengakibatkan kontaminasi terhadap produk
71 f. Karyawan dalam unit produksi memakai perhiasan, jam 1
tangan atau benda lain yang membahayakan keamanan
produk
72 g. Tidak memiliki ketentuan/tata cara bagi pengunjung yang 1
akan memasuki area penanganan PSAT
9 PENGEMAS
73 a. Kemasan tidak dapat menjaga keamanan dan mutu produk 1
sesuai dengan karakteristik produk yang dikemas
74 b. Tidak tersedia label pada kemasan 1
10 LABEL DAN KETERANGAN PRODUK
75 a. Label mudah lepas, luntur atau rusak 1
76 b. Label terletak pada bagian kemasan yang sulit dilihat dan 1
dibaca
- 3558 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
77 c. Pada bagian utama label tidak memuat keterangan lengkap 1
berupa :
1) nomor izin edar (apabila dipersyaratkan),
2) nama produk,
3) berat bersih atau isi bersih
4) nama dan alamat pihak yang memproduksi, memasukkan
atau mengedarkan PSAT di dalam wilayah Indonesia .
5) tanggal produksi dan/atau tanggal kadaluwarsa dan/atau
tanggal pengemasan (khusus untuk beras, wajib
mencantumkan tanggal pengemasan)
6) kelas mutu (apabila dipersyaratkan)
78 d. Tidak mencantumkan bahasa Indonesia pada produk yang 1
ditulis dalam bahasa asing atau bahasa daerah untuk
keterangan pada poin (c) dan informasi lain yang dibutuhkan
konsumen apabila ada (seperti: cara penyajian, komposisi
produk, dan lain-lain).
11 PENYIMPANAN
11.1 Cara Penyimpanan
79 a. Penyimpanan bahan baku dan produk akhir menyentuh lantai, 1
menempel dinding dan dekat dengan langit-langit
- 3559 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
80 b. Penyimpanan produk akhir ditempatkan tidak terpisah dengan 1
bahan baku dan melebihi kapasitas
81 c. Tidak mempunyai informasi penyimpanan bahan baku/produk 1
akhir minimal: tanggal penyimpanan/produksi
11.2 Penyimpanan bahan kimia
82 Bahan kimia tidak disimpan di tempat khusus dan tidak diberi 1
label
11.3 Penyimpanan wadah dan pengemas
83 Wadah dan pengemas tidak disimpan rapi di tempat bersih dan 1
terlindung.
11.4 Penyimpanan mesin/peralatan produksi dan sarana pendukung
84 Penyimpanan mesin/peralatan produksi dan sarana pendukung 1
yang belum digunakan dalam kondisi kotor, tidak teratur dan
tidak rapi
12 PEMELIHARAAN DAN PROGRAM SANITASI
12.1 Pemeliharaan dan Pembersihan
85 Fasilitas penanganan PSAT (bangunan, mesin/peralatan dan 1
sarana pendukung) dalam keadaan tidak terawat, prosedur
sanitasi belum berjalan efektif, mesin/peralatan tidak berfungsi
- 3560 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
sesuai prosedur yang ditetapkan terutama pada tahap krisis dan
terjadi pencemaran fisik, kimia dan biologis/mikrobiologis
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
91 a. Tidak tersedia upaya/sarana pencegahan hewan 1
pengerat/serangga/burung.
92 b. Upaya/sarana pencegahan hewan pengerat/serangga/burung 1
tidak efektif.
12.5 Penanganan limbah
93 Limbah padat, cair, semi padat/padat tidak segera ditangani/ 1
tidak dibuang ke tempat khusus sehingga menjadi tempat
berkumpulnya hama binatang pengerat, serangga atau binatang
lainnya dan berpotensi mencemari PSAT
13 PENGANGKUTAN
94 a. Wadah dan alat pengangkutan tidak sesuai dengan 1
karakteristik produk sehingga tidak mampu mempertahankan
mutu dan mencemari produk
95 b. Produk diangkut bersamaan dengan produk lain yang 1
berpotensi menimbulkan kontaminasi silang
96 c. Wadah dan alat pengangkutan yang digunakan melebihi 1
kapasitas
97 d. Wadah dan alat pengangkutan PSAT dalam keadaan kotor, dan 1
tidak terawat
- 3562 -
KATEGORI PENILAIAN
No ASPEK PENILAIAN
TA MN MY SR KR OK
98 e. Tidak dilakukan pembersihan pada wadah dan alat 1
pengangkutan setelah digunakan untuk pengangkutan produk
lain yang berpotensi mencemari PSAT
14 DOKUMEN DAN PENCATATAN
99 a. Tidak memiliki SOP sesuai dengan alur proses, SOP sanitasi 1
higiene dan SOP penanganan produk yang sesuai
100 b. SOP dan rekaman tidak lengkap/tidak mutakhir 1
101 c. Tidak memiliki catatan sesuai dengan alur proses 1
102 d. Tidak melakukan penyimpanan terhadap catatan alur proses. 1
15 PELATIHAN
103 Karyawan yang menangani PSAT/quality control belum 1
memperoleh pendidikan/ pelatihan terkait prinsip-prinsip sanitasi
higienis dan keamanan pangan.
16 PEMENUHAN PERSYARATAN EKSPOR UNTUK RUMAH
PENGEMASAN
104 Tidak memenuhi persyaratan khusus protokol ekspor dari negara 1
tujuan
STANDAR REGISTRASI PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN PRODUKSI DALAM NEGERI USAHA KECIL (PSAT-PDUK)
NO Registrasi Pangan Segar Asal Tumbuhan Produksi Dalam Negeri Usaha Kecil (PSAT-PDUK)
KBLI terkait:
01630 (Jasa pasca panen)
47111 (Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman atau tembakau di
minimarket/supermarket/ hypermarket)
47211 (Perdagangan eceran padi dan palawija)
47212 (Perdagangan eceran buah-buahan)
47213 (Perdagangan eceran sayuran)
47219 (Perdagangan eceran hasil pertanian lainnya)
47241 (Perdagangan eceran beras)
10313 (Industri Pengeringan Buah-Buahan Dan Sayuran)
10612 (Industri penggilingan aneka kacang (termasuk leguminous))
10613 (Industri Penggilingan Aneka Umbi Dan Sayuran (Termasuk Rhizoma))
10631 (Industri Penggilingan Padi Dan Penyosohan Beras)
10632 (Industri Penggilingan Dan Pembersihan Jagung)
10772 (Industri Bumbu Masak Dan Penyedap Masakan)
1 Ruang Lingkup Standar ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan/atau mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan
Produksi Dalam Negeri Usaha Kecil (PSAT-PDUK) dalam Kemasan eceran yang diedarkan oleh Pelaku Usaha
mikro dan kecil, antara lain: petani/poktan/gabungan kelompok tani/perorangan dan badan usaha.
- 3565 -
Tujuan dari standar ini adalah sebagai acuan bagi Pelaku Usaha untuk memperoleh registrasi PSAT-PDUK
dan sebagai acuan bagi Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) Kabupaten/Kota dalam
rangka penerbitan registrasi PSAT-PDUK.
Ruang lingkup standar ini mencakup persyaratan umum, persyaratan khusus serta mekanisme penilaian
kesesuaian dan pengawasan.
b. Pangan Segar Asal Tumbuhan Produksi Dalam Negeri Usaha Kecil yang selanjutnya disingkat PSAT-
PDUK adalah PSAT yang diproduksi oleh pelaku usaha mikro dan kecil di dalam wilayah Republik
Indonesia dengan bahan baku yang berasal dari produk dalam negeri atau campuran dengan produk
luar negeri.
c. Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, pengolahan minimal, mengemas
kembali dan/atau mengubah bentuk PSAT.
d. Penanganan PSAT-PDUK adalah cara/proses yang dilakukan Pelaku Usaha terhadap PSAT-PDUK sesuai
diagram alir yang ditetapkan.
e. Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Keamanan PSAT adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah PSAT dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
f. Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Mutu PSAT adalah nilai yang ditentukan
atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan.
g. Diagram Alir PSAT-PDUK adalah gambaran rangkaian proses produksi PSAT-PDUK yang dilakukan oleh
Pelaku Usaha.
h. Daftar Pelanggan adalah data perorangan atau badan usaha yang menjadi pembeli produk dari Pelaku
Usaha yang menangani PSAT-PDUK.
i. Daftar Pemasok adalah data perorangan atau badan usaha yang memasok atau menjual PSAT-PDUK
kepada Pelaku Usaha yang menangani PSAT-PDUK.
- 3567 -
j. Informasi Produk adalah produk adalah keterangan yang berisi tentang produk terkait.
k. Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan, baik
yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.
l. Kemasan Eceran adalah kemasan akhir yang diedarkan ke konsumen dan tidak dibuka untuk dikemas
kembali.
m. Pengemasan Ulang adalah proses mengemas PSAT dari kemasan besar yang lazim dikemas kembali
dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan.
n. Sertifikat Penerapan Penanganan yang Baik PSAT yang selanjutnya disingkat SPPB-PSAT adalah
perizinan berusaha untuk unit penanganan PSAT yang telah memenuhi persyaratan penanganan PSAT
yang baik sesuai karakteristik produk.
o. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah Tingkat Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut OKKP-
D Kabupaten/Kota adalah unit kerja Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota yang sesuai tugas dan
fungsi diberikan kewenangan melakukan pengawasan Keamanan PSAT dan Mutu PSAT.
p. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
3 Persyaratan umum a. Surat permohonan registrasi PSAT-PDUK, permohonan dilakukan untuk setiap nama produk PSAT-
PDUK (jenis PSAT dan nama dagang) yang memiliki penanganan yang sama;
b. Mengisi form keterangan Informasi Produk sesuai form 1 berupa:
- 3568 -
b. Nama Dagang
2 Nama latin
3 Nomor PL Bahan baku1)
4 Nama Merk2)
5 Jenis Kemasan
6 Berat Bersih
7 Kelas Mutu2)
8 Unit Penanganan PSAT
9 1) Nama Unit produksi/penanganan PSAT
2) Alamat
Milik Pribadi
Sewa :
3) Status kepemilikan4) a. Durasi sewa
b. Masa sewa sampai dengan
c. Perjanjian sewa4)
10 Daftar Pemasok
- 3569 -
11 Daftar Pelanggan
Keterangan :
1) : Jika menggunakan Produk Luar Negeri
2) : apabila ada
3) : pilih salah satu milik sendiri atau sewa
4) : dilampirkan apabila melakukan perjanjian sewa
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 10 hari kerja harus memenuhi persyaratan umum.
4 Persyaratan Khusus -
5 Sarana -
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) Pengawasan dilakukan secara rutin melalui pembinaan, pendampingan, atau penyuluhan.
b) Pengawasan dilakukan agar pelaku usaha dapat memenuhi ketentuan standar sesuai
komitmen:
(1) Penerapan penanganan yang baik PSAT minimal level 3 sesuai ruang lingkup penanganan
PSAT-PDUK untuk setiap unit produksi/gudang yang digunakan, dalam hal pelaku usaha
telah memenuhi komitmen penerapan SPPB PSAT level 3 maka diterbitkan surat
keterangan penerapan SPPB PSAT level 3
(2) Standar Keamanan dan Mutu PSAT, dengan ketentuan:
(a) Persyaratan Keamanan PSAT yang digunakan sesuai peraturan perundangan-
undangan. Apabila tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan dapat
mengacu pada standar internasional. Apabila PSAT tertentu belum diatur
standarnya, maka persyaratannya mengacu pada analisa risiko PSAT.
(b) Dalam hal penggunaan bahan aktif pestisida dapat diidentifikasi, parameter uji
Keamanan PSAT yang dipilih sesuai dengan persyaratan Keamanan PSAT hasil
- 3571 -
identifikasi tersebut.
(3) Ketentuan kemasan dan label:
(a) Kemasan dapat menjaga Keamanan PSAT dan Mutu PSAT sesuai dengan
karakteristik produk yang dikemas;
(b) Kemasan mencantumkan label;
(c) Label tidak mudah lepas, tidak mudah luntur atau rusak;
(d) Label terletak pada bagian Kemasan pangan yang mudah dilihat dan dibaca;
(e) Bagian utama Label pada Kemasan PSAT sekurang-kurangnya memuat:
- nama PSAT;
- nomor registrasi PSAT-PDUK;
- berat bersih atau isi bersih;
- nama dan alamat pihak yang memproduksi/mengemas ulang;
- tanggal produksi dan/atau tanggal pengemasan;
(f) untuk produk yang dikemas ulang yang bahan bakunya telah memiliki masa
kedaluwarsa maka di Kemasan dicantumkan tanggal kedaluwarsa sesuai tanggal
kedaluwarsa bahan baku;
kelas mutu (apabila dipersyaratkan).
(g) Untuk keterangan label sesuai huruf e dan informasi lain yang dibutuhkan
konsumen apabila ada antara lain: cara penyajian, komposisi produk, dan lain-lain,
harus menggunakan Bahasa Indonesia;
- 3572 -
(h) Tidak menggunakan nama dagang yang telah mempunyai sertifikat merek untuk
PSAT sejenis atas nama orang dan/atau badan usaha lain;
(i) Tidak mencantumkan nama, logo atau identitas lembaga penilai kesesuaian pada
label;
(j) Ukuran berat dinyatakan dalam berat bersih dan dicantumkan dalam satuan metrik.
(4) Diagram alir penanganan PSAT-PDUK agar sesuai dengan kerakteristik produk dan
memperhatikan titik kritis penanganan PSAT.
c) Pengawasan rutin dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan Pelaku Usaha dan
inspeksi lapangan.
d) Inspeksi lapangan dapat dilakukan dengan kunjungan fisik ke unit usaha dan/atau melalui
virtual yang dilakukan dengan pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis atas
pemenuhan standar yang dapat disertai dengan pengambilan contoh dan pengujian.
e) Pengawasan untuk PSAT-PDUK yang diedarkan lintas kabupaten/kota dan/atau provinsi
dapat dilakukan oleh OKKP-D Provinsi.
f) Apabila dalam pengawasan ditemukan ketidaksesuaian, maka Pelaku Usaha diberikan sanksi
sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
2) Perencanaan pelaksanaan pengawasan
a) Pengawasan rutin kepada Pelaku Usaha dilakukan dengan terlebih dahulu
menginformasikannya kepada Pelaku Usaha minimal satu hari sebelum pelaksanaan;
- 3573 -
2 Istilah dan a. Pangan Segar Asal Tumbuhan selanjutnya disingkat PSAT adalah pangan asal tumbuhan yang dapat
Definisi dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pangan olahan yang mengalami
pengolahan minimal meliputi pencucian, pengupasan, pendinginan, pembekuan, pemotongan, pengeringan,
penggaraman, pencampuran, penggilingan, pencelupan (blanching), dan/atau proses lain tanpa
penambahan bahan tambahan pangan kecuali pelapisan dengan bahan penolong lain yang diijinkan untuk
memperpanjang masa simpan.
b. Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Keamanan PSAT adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah PSAT dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
c. Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Mutu PSAT adalah nilai yang ditentukan atas
dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan.
d. Consignment code adalah kode pengiriman barang yang dapat berupa nomor kontrak antara importir dengan
eksportir atau nomor lot barang atau nomor invoice.
e. Kode Harmonized System (HS) adalah daftar penggolongan barang yang dibuat secara otomatis dengan
tujuan mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki
dari sistem klasifikasi sebelumnya, yang dituangkan ke dalam buku tarif bea masuk Indonesia.
f. Lot adalah suatu pengelompokan/ pengindentifikasian jumlah produk yang dikirim pada satu waktu yang
ditentukan oleh perusahaan berdasarkan karakteristik yang sama seperti asal lokasi, varitas, type packing,
pengemas, pengirim atau label.
- 3578 -
g. Sublot adalah bagian yang ditetapkan dari lot yang besar yang dipergunakan untuk keperluan metode
pengambilan contoh dalam bagian tersebut, setiap sublot harus terpisah secara fisik dan diidentifikasi
secara jelas.
h. Informasi Produk adalah keterangan yang berisi tentang produk terkait dengan izin keamanan PSAT (Health
Certificate) yang akan diterbitkan.
i. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah Tingkat Provinsi yang selanjutnya disebut OKKP-D Provinsi
adalah Pemerintah Daerah tingkat provinsi yang sesuai tugas dan fungsi diberikan kewenangan melakukan
pengawasan Keamanan dan Mutu PSAT.
j. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
k. Sertifikat Penerapan Penanganan yang Baik PSAT yang selanjutnya disingkat SPPB-PSAT adalah perizinan
berusaha untuk unit penanganan PSAT yang telah memenuhi persyaratan penanganan PSAT yang baik
sesuai karakteristik produk.
l. Laporan Hasil Uji adalah informasi tentang keamanan dan/atau mutu PSAT yang diterbitkan oleh
laboratorium pengujian yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
m. Lokasi keberangkatan PSAT adalah tempat PSAT dilakukan penanganan terakhir atau diberangkatkan
sesuai persyaratan negara tujuan.
- 3579 -
2. Alamat Kantor;
3. Kontak Person :
a. Nama personel;
b. Nomor Telepon/ HP;
c. Nomor Faximili;
d. Email;
4. Unit Penanganan PSAT 1)
a. Nomor :
b. Level :
c. Masa Berlaku :
d. Ruang Lingkup :
5. Nama produk dan nama latin;
6. Jenis/Bentuk Produk;
7. Nomor Harmonyzed System (HS);
8. Nama Perusahaan Importir
9. Alamat Perusahaan Importir
10. Kontak Personal Importir:
a. Nama personal
b. Alamat
c. Nomor Telepon/ HP
d. Nomor Faximili
e. Email :
11. Consigment Code;
12. Jumlah Lot;
13. Berat masing-masing Lot;
14. Jumlah kemasan;
15. Jenis kemasan;
16. Berat kotor;
17. Berat bersih;
18. Tempat/pelabuhan pemberangkatan;
- 3581 -
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja harus memenuhi persyaratan umum.
- 3582 -
4 Persyaratan a. SPPB-PSAT atas nama pemohon minimal level 2 (dua) sesuai ruang lingkup penanganan PSAT. Pemohon
Khusus dapat menggunakan fasilitas pihak lain yang telah memiliki SPPB-PSAT dan masih berlaku minimal level 2
dan sesuai ruang lingkup PSAT yang dimohonkan. Dalam hal ini pelaku usaha harus melampirkan
perjanjian sewa.
b. Laporan Hasil Uji dengan ketentuan:
1) Parameter Keamanan PSAT dan/atau Mutu PSAT, metode sampling, laboratorium uji, dan dokumen
sampling plan sesuai persyaratan negara tujuan;
2) Apabila tidak dipersyaratakan negara tujuan, maka disesuaikan dengan ketentuan Keamanan PSAT
dan/atau Mutu PSAT di Indonesia atau standar internasional.
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja harus memenuhi persyaratan khusus.
5 Sarana -
3) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum dan/atau persyaratan khusus, tidak
diterbitkan izin Keamanan PSAT/Health Certificate dan disampaikan informasi kepada Pelaku Usaha
dengan memberikan keterangan hasil verifikasi dokumen;
4) Dalam hal Pelaku Usaha memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus, diterbitkan izin
Keamanan PSAT/Health Certificate;
5) Izin Keamanan PSAT/Health Certificate diterbitkan untuk setiap pengiriman PSAT ke luar negeri dan
sesuai ketentuan negara tujuan, berlaku maksimal 4 (empat) bulan sejak tanggal penerbitan dan tidak
lebih dari 6 (enam) bulan sejak hasil uji laboratorium diterbitkan.
- 3584 -
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) Pengawasan dapat dilakukan secara rutin dan insidental;
b) Pengawasan rutin dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan Pelaku Usaha dan inspeksi
lapangan;
c) Pengawasan insidental dilakukan melalui inspeksi lapangan atau secara virtual;
d) Inspeksi lapangan dapat dilakukan dengan kunjungan fisik ke unit usaha dan/atau melalui virtual
yang dilakukan dengan pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis atas pemenuhan
standar yang dapat disertai dengan pengambilan contoh dan pengujian.
e) Pengawasan rutin dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau dilakukan dengan
mempertimbangkan kepatuhan pemegang Penzinan Berusaha/Pelaku Usaha dan analisis Risiko
keamanan pangan;
f) Pengawasan insidental dapat dilakukan secara terjadwal atau sewaktu-waktu apabila ada
informasi/pengaduan dari masyarakat dan/atau terjadi penyimpangan dari persyaratan izin
Keamanan PSAT/Health Certificate;
g) Apabila dalam pengawasan ditemukan ketidaksesuaian, maka Pelaku Usaha diberikan sanksi
sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko.
- 3585 -
KBLI terkait:
01630 (Jasa Pasca Panen)
46201 (Perdagangan besar padi dan palawija)
46311 (Perdagangan besar beras)
46312 (Perdagangan Besar Buah-Buahan)
46313 (Perdagangan Besar Sayuran)
46319 (Perdagangan Besar Bahan Makanan dan Minuman Hasil Pertanian Lainnya)
1 Ruang Lingkup Standar ini dimaksudkan untuk menjamin penanganan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang
dilakukan di rumah pengemasan dapat menghasilkan PSAT yang aman dan/atau bermutu sesuai
persyaratan negara tujuan ekspor.
Tujuan dari standar ini adalah sebagai acuan bagi Pelaku Usaha untuk memperoleh izin Rumah
Pengemasan, baik sebagai izin baru/perpanjangan, perubahan ruang lingkup dan pengalihan kepemilikan,
serta sebagai acuan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) Provinsi dalam rangka
penerbitan izin Rumah Pengemasan.
Ruang lingkup standar ini mencakup persyaratan umum, persyaratan khusus serta mekanisme penilaian
kesesuaian dan pengawasan.
- 3589 -
2 Istilah dan Definisi a. Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disingkat PSAT adalah pangan asal tumbuhan yang
dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pangan olahan yang mengalami
pengolahan minimal meliputi pencucian, pengupasan, pendinginan, pembekuan, pemotongan,
pengeringan, penggaraman, pencampuran, penggilingan, pencelupan (blanching), dan/atau proses lain
tanpa penambahan bahan tambahan pangan kecuali pelapisan dengan bahan penolong lain yang
diijinkan untuk memperpanjang masa simpan.Diagram alir adalah gambaran rangkaian proses
penanganan pasca panen yang dilakukan oleh Pelaku Usaha di Rumah Pengemasan.
b. Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Keamanan PSAT adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah PSAT dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
c. Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan yang selanjutnya disebut Mutu PSAT adalah nilai yang ditentukan
atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan.
d. Pengemasan adalah proses perlindungan komoditi dari gangguan faktor luar yang dapat mempengaruhi
masa simpan komoditi dengan memakai media (bahan) tertentu;
e. Penanganan PSAT adalah cara/proses yang dilakukan Pelaku Usaha terhadap PSAT sesuai diagram alir
yang ditetapkan.
f. Rumah Pengemasan (Packing House) adalah suatu bangunan tempat dilakukannya kegiatan
penanganan pasca panen hasil pertanian asal tumbuhan sejak dipanen sampai pengemasan untuk
didistribusikan ke negara tujuan.
- 3590 -
g. Daftar Pemasok adalah data perorangan atau badan usaha yang memasok atau menjual PSAT kepada
Pelaku Usaha yang menangani Rumah Pengemasan.
h. Informasi Rumah Pengemasan adalah keterangan yang berisi tentang Rumah Pengemasan.
i. Sertifikat Penerapan Penanganan yang Baik PSAT yang selanjutnya disingkat SPPB-PSAT adalah
perizinan berusaha untuk unit penanganan PSAT yang telah memenuhi persyaratan penanganan PSAT
yang baik sesuai karakteristik produk.
j. Laporan Hasil Uji adalah informasi tentang keamanan dan/atau mutu PSAT yang diterbitkan oleh
laboratorium pengujian yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
k. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah Tingkat Provinsi yang selanjutnya disebut OKKP-D
Provinsi adalah Pemerintah Daerah tingkat provinsi yang sesuai tugas dan fungsi diberikan kewenangan
melakukan pengawasan Keamanan dan Mutu PSAT.
l. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
3 Persyaratan umum Persyaratan umum standar ini dibedakan atas :
a. Permohonan izin awal/perpanjangan izin Rumah Pengemasan
1) Surat permohonan Izin Rumah Pengemasan;
2) Mengisi formulir Informasi Rumah Pengemasan (Form 1):
- 3591 -
Keterangan:
1) Diisi sesuai penanganan yang dilakukan
2) Diisi semua komoditas yang ditangani untuk ekspor
3) Diisi daftar pemasok untyuk setiap komoditas yang ditangani
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja harus memenuhi persyaratan umum.
4 Persyaratan Khusus a. Permohonan izin Rumah Pengemasan awal/perpanjangan izin:
1) Daftar Pemasok yang memenuhi persyaratan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang
dibuktikan dengan sertifikat atau surat keterangan dari instansi yang berwenang, apabila
dipersyaratkan negara tujuan;
2) SPPB-PSAT minimal level 2 (dua) dengan ruang lingkup sesuai ruang lingkup izin rumah
pengemasan yang diajukan;
3) Desain kemasan dan label sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan atau persyaratan
negara tujuan apabila dipersyaratkan;
4) Laporan Hasil Uji Keamanan PSAT sesuai persyaratan negara tujuan apabila dipersyaratkan.
1) SPPB-PSAT minimal level 2 dengan ruang lingkup sesuai perubahan ruang lingkup izin rumah
pengemasan yang diajukan;
2) Daftar pemasok yang memenuhi persyaratan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang
dibuktikan dengan sertifikat atau surat keterangan dari instansi yang berwenang untuk ruang
lingkup yang diajukan;
3) Desain kemasan dan label sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan atau persyaratan
negara tujuan apabila dipersyaratkan sesuai perubahan ruang lingkup yang diajukan;
4) Laporan Hasil Uji Keamanan PSAT sesuai persyaratan negara tujuan apabila dipersyaratkan sesuai
perubahan ruang lingkup yang diajukan.
c. Pengalihan Nomor izin Rumah Pengemasan:
Tidak ada persyaratan khusus dalam pengalihan izin rumah pengemasan
Pelaku Usaha dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja harus memenuhi persyaratan khusus.
5 Sarana Memenuhi persyaratan sarana negara tujuan apabila ditentukan.
b) Dalam waktu maksimal 14 (empat belas) hari, OKKP-D Provinsi melakukan penilaian
pemenuhan persyaratan izin yang diajukan dengan melakukan verifikasi dokumen (Form 4):
Keterangan:
1) : bagi yang dipersyaratkan
c) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum dan/atau persyaratan khusus,
tidak diterbitkan izin Rumah Pengemasan dan informasi ini disampaikan kepada Pelaku
Usaha dengan memberikan keterangan hasil verifikasi dokumen;
d) Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus,
diterbitkan izin Rumah Pengemasan yang berlaku selama 3 (tiga) tahun.
- 3596 -
Keterangan:
1) : bagi yang dipersyaratkan
- 3597 -
c) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum dan/atau persyaratan khusus,
tidak diberikan perubahan ruang lingkup izin Rumah Pengemasan dan disampaikan kepada
Pelaku Usaha dengan keterangan memberikan hasil verifikasi dokumen;
d) Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus,
diberikan izin perubahan ruang lingkup Rumah Pengemasan yang masa berlakunya sesuai
dengan izin Rumah Pengemasan awal.
c) Dalam hal Pelaku Usaha belum memenuhi persyaratan umum, tidak diberikan pengalihan
kepemilikan izin Rumah Pengemasan dan disampaikan kepada Pelaku Usaha dengan
memberikan keterangan hasil verifikasi dokumen;
d) Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi persyaratan umum, diberikan pengalihan
kepemilikan izin Rumah Pengemasan yang masa berlakunya sesuai dengan izin Rumah
Pengemasan awal.
b. Pengawasan
1) Norma pengawasan
a) Pengawasan dapat dilakukan secara rutin dan insidental;
b) Pengawasan rutin dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan Pelaku Usaha dan
inspeksi lapangan;
c) Pengawasan insidental dilakukan melalui inspeksi lapangan atau secara virtual;
d) Inspeksi lapangan dapat dilakukan dengan kunjungan fisik ke unit usaha dan/atau melalui
virtual yang dilakukan dengan pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis atas
pemenuhan standar yang dapat disertai dengan pengambilan contoh dan pengujian.
e) Pengawasan rutin dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau dilakukan dengan
mempertimbangkan kepatuhan pemegang Penzinan Berusaha/Pelaku Usaha dan analisis
Risiko keamanan pangan;
f) Pengawasan insidental dapat dilakukan secara terjadwal atau sewaktu-waktu apabila ada
- 3599 -
(5) memeriksa lokasi kegiatan usaha dan prasarana dan/atau sarana; dan/atau
(6) menghentikan tindakan pelanggaran dalam pemenuhan persyaratan izin rumah
pengemasan oleh Pelaku Usaha.
b) Pelaksana Pengawasan berkewajiban:
(1) melakukan reviu terhadap laporan berkala yang diberikan oleh Pelaku Usaha;
(2) menyusun laporan hasil reviu;
(3) menyampaikan rekomendasi;
(4) menyampaikan pemberitahuan tertulis paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
(5) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
(6) menjelaskan maksud dan tujuan kepada Pelaku Usaha yang diperiksa;
(7) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian laporan berkala dengan kondisi lapangan;
(8) membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikan kesimpulan; dan
(9) menjaga kerahasiaan informasi Pelaku Usaha.
4) Pelaksana pengawasan
a) Pengawasan izin Rumah Pengemasan dilakukan oleh Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP);
b) Dalam hal PMHP belum tersedia atau memadai, pengawasan dapat dilakukan oleh pengawas
lain dengan memenuhi persyaratan telah mengikuti Pendidikan/pelatihan di bidang
Keamanan PSAT dan Mutu PSAT atau pelatihan lain yang terkait.
c) Koordinator pelaksana pengawasan izin rumah pengemasan dilaksanakan oleh OKKP-D
- 3601 -
Propinsi.
5) Mekanisme, format dan substansi laporan
Pelaku Usaha yang telah memiliki izin Rumah Pengemasan Rumah Pengemasan melaporkan
kepatuhan terhadap standar serta informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha kepada
OKKP-D Provinsi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun berupa:
a) laporan realisasi ekspor;
b) rekapan kesesuaian standar negara tujuan dan/atau hasil pengujian apabila dilakukan
pengujian terhadap PSAT;
c) laporan pemberitahuan kasus Keamanan PSAT dan/atau kasus penolakan produk ekspor;
dan
d) laporan audit internal.
6) Saluran pengaduan masyarakat
OKKP-D Provinsi membuka layanan pengaduan masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan
dengan cara menghubungi OKKP-D Provinsi untuk menyampaikan keluhan atau banding melalui
surat elektronik (e-mail), surat langsung, kotak saran/pengaduan, dan/atau mekanisme lain yang
tersedia.
- 3601 -
d. Bahan Aktif adalah bahan kimia sintetik atau bahan alami yang terkandung dalam Bahan Teknis
atau Formulasi Pestisida yang memiliki daya racun atau pengaruh biologis lain terhadap organisme
sasaran.
e. Bahan Teknis adalah bahan baku pembuatan Formulasi. Bahan teknis mengandung Bahan Aktif dan
Impurities atau dapat juga mengandung bahan lainnya yang diperlukan.
f. Bahan Tambahan Pestisida adalah bahan yang ditambahkan ke dalam Bahan Aktif untuk membuat
Formulasi Pestisida.
g. Formulasi adalah campuran Bahan Aktif dengan Bahan Tambahan dengan kadar dan bentuk tertentu
yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
3 Persyaratan Contoh Formulir Pendaftaran Pestisida sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
umum mengenai pendaftaran pestisida
- 3604 -
KOP PERUSAHAAN
FORMAT-1
SURAT PERNYATAAN
Hormat kami,
. ............................. ...............................
..................................
(tempat) (tanggal)
(materai, tanda tangan,
dan nama
jelas serta
FORMAT-2
Kepada Yth.
MENTERI PERTANIAN
Jl. HARSONO R.M. No. 3
JAKARTA
Penjelasan:
1. Apabila tempat dalam daftar isian ini tidak cukup, maka keterangan yang
diminta supaya diberikan pada lampiran yang ditandatangani oleh pemohon.
2. Keterangan tambahan lainnya diminta apabila dianggap perlu.
Formulir pendaftaran pestisida (percobaan) diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
mengenai pendaftaran pestisida.
Selain format diatas, permohonan pestisida (percobaan) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Nomor Induk Berusaha (NIB)
b. pernyataan yang berhak menandatangani surat dalam rangka pendaftaran dan perizinan;
c. sertifikat merek/bukti pendaftaran merek;
- 3609 -
d. surat jaminan suplai Bahan Aktif/Bahan Teknis dari pemasok Bahan Aktif/Bahan Teknis dan/atau
akses data pendaftaran dari pemasok Bahan Aktif/Bahan Teknis (Letter of Authorization) bagi yang
memproduksi sendiri;
e. surat jaminan suplai Bahan Aktif/Bahan Teknis dari pemasok Bahan Aktif/Bahan Teknis bagi yang
tidak memproduksi sendiri (Letter of Access);
f. surat izin Produksi dari badan yang berwenang tentang pembuatan Bahan Aktif/Bahan Teknis
(manufacturing license) yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang di negara asal;
g. bukti penguasaan sarana Produksi (pabrik Bahan Aktif/Bahan Teknis, pabrik Formulasi, atau pabrik
pengemasan) di dalam negeri yang dibuktikan dengan surat izin industri Pestisida; dan
h. Pernyataan kebenaran dokumen
1) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada
point 5 tidak dipenuhi, pemohon harus bekerja sama dengan pabrik Formulasi atau pabrik
pengemasan Pestisida dalam negeri yang dibuktikan dengan surat keterangan kerja sama
Produksi.
2) Dalam hal pemilik Formulasi berasal dari luar negeri, permohonan pendaftaran percobaan
Pestisida dilakukan melalui penunjukan kuasa/perwakilan yang berbadan hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
3) Penunjukan kuasa/perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
untuk 1 (satu) kuasa/perwakilan badan hukum.
3) Dalam hal Bahan Aktif dan Bahan Tambahan terdapat Relevant Impurities, harus mengikuti
spesifikasi yang ditetapkan oleh FAO dan/atau WHO.
a) Dalam hal tidak terdapat acuan spesifikasi Relevant Impurities sebagaimana dimaksud di
atas, harus disertakan laporan 5 (lima) kali pengulangan proses produksi atau 5 (lima) batch
analyisis dan analisa resiko (risk assessment).
b) Hasil pengujian dilakukan terhadap Formulasi Pestisida untuk mengetahui kelas bahaya
berdasarkan klasifikasi WHO.
c) Jika hasil pengujian termasuk dalam kelas sangat berbahaya sekali atau kelas berbahaya
sekali, pestisida dilarang.
Persyaratan tersebut di atas untuk mencegah dampak negatif terhadap rusaknya lingkungan,
keanekaragaman hayati, air, tanah dan udara akibat limbah atau residu pestisida. Serta munculnya
resistensi, resurjensi dan timbulnya hama baru yang akan menyebabkan turunnya produktivitas
pertanian. Selain itu, persyaratan khusus melindungi keselamatan, kesehatan kerja, serta kesehatan
masyarakat dari aplikasi pestisida yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
1) Percobaan Pestisida diberikan untuk membuktikan kebenaran klaim mengenai mutu, efikasi,
dan keamanan Pestisida. Penilaian kelayakan pestisida yang diajukan sebagai Percobaan
Pestisida dilakukan melalui penilaian persyaratan teknis oleh Tim Teknis Komisi Pestisida
dengan pertemuan secara periodik paling sedikit 1(satu) kali dalam 1 (satu) bulan. Hasil
Penilaian tim teknis Komisi Pestisida disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
sebagai bahan untuk memutuskan menolak, menunda, atau menerima permohonan.
- 3612 -
2) Permohonan ditolak jika tidak memenuhi persyaratan teknis, permohonan ditunda jika
persyaratan teknis perlu klarifikasi, dan permohonan diterima jika memenuhi persyaratan
teknis.
3) Permohonan diterima jika memenuhi peryaratan teknis, maka Direktur Jenderal atas nama
Menteri Pertanian memberikan Percobaan Pestisida.
5 Sarana Bukti penguasaan sarana Produksi (pabrik Bahan Aktif/Bahan Teknis, pabrik Formulasi, atau pabrik
pengemasan) di dalam negeri yang dibuktikan dengan surat izin industri Pestisida;
Dalam hal pemohon tidak memiliki bukti penguasaan sarana produksi (pabrik Bahan Aktif/Bahan Teknis,
pabrik Formulasi, atau pabrik pengemasan) maka pemohon harus bekerjasama dengan pabrik formulasi
atau pabrik pengemasan pestisida dalam negeri yang dibuktikan dengan surat keterangan kerja sama
produksi.
Analysis/CoA)
2. Kromatogram hasil analisis
Bahan Teknis dari
laboratorium uji mutu
terakreditasi kecuali Pestisida
alami, feromon, atraktan, ZPT,
dan rodentisida
3. Sertifikat komposisi Formulasi
(Certificate of Composition/CoC)
dari pembuat Formulasi
Penilaian kesesuaian dan evaluasi dilakukan oleh Direktur Jenderal dibantu oleh Komisi Pestisida.
Keanggotaan komisi Pestisida terdiri atas unsur pejabat Pemerintah yang memiliki tugas terkait dengan
Pestisida dan tenaga ahli yang memiliki lingkup keahlian di bidang Pestisida. Komisi Pestisida dapat
mengusulkan untuk menolak, menunda, atau menerima permohonan pendaftaran kepada Direktur
Jenderal. Direktur Jenderal atas nama Menteri dapat menerima pendaftaran pestisida (percobaan) apabila
memenuhi semua persyaratan teknis.
PENGAWASAN
a. Pendaftaran pestisida (percobaan) berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
b. Pendaftaran pestisida (percobaan) dapat diperpanjang 2 (dua) kali untuk jangka waktu masing-
masing 1 (satu) tahun
- 3616 -
c. Permohonan pendaftaran pestisida (percobaan) yang telah melewati durasi pemenuhan, maka
permohonan ditolak
d. Pestisida yang sedang dalam proses pendaftaran (percobaan), maupun pestisida yang telah
memperoleh persetujuan pendaftaran (percobaan), dilarang untuk diedarkan dan/atau digunakan
secara komersial
e. Norma pelaksanaan pengawasan pendaftaran pestisida (percobaan) berdasarkan :
1) Undang-Undang mengenai Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.
2) Undang-Undang mengenai Perlindungan Konsumen
3) Peraturan Pemerintah mengenai Pengawasan dan Peredaran, Penyimpanan dan penggunaan
Pestisida
4) Peraturan Pemerintah mengenai Perlindungan Tanaman
5) Peraturan Menteri Pertanian mengenai Pengawasan Pestisida
6) Peraturan Menteri Pertanian mengenai Pendaftaran Pestisida
7) Pedoman Pengawasan Pupuk dan Pestisida
8) Standar Operating Procedure / SOP Pengawasan Pestisida
f. Pengawas Pestisida (Percobaan) Pusat bertugas melakukan pengawasan terhadap:
1) Mutu dan bahan teknis formulasi/komposisi pestisida
2) Dokumen perizinan, nomor pendaftaran dan dokumen administrasi lainnya di baik ditingkat
pengadaan, peredaran, penyimpanan
3) Jenis dan jumlah pestisida, wadah, pembungkus, label serta publikasi
4) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
- 3617 -
nomor pendaftaran, nomor produksi, bulan dan tahun produksi *batch number) serta bulan dan
tahun kadaluarsa, petunjuk pemusnahan, pestisida yang bukan untuk tanaman padi
ditambahkan tulisan “tidak untuk tanaman padi” dan untuk pestisida terbatas, warna label
harus jingga dan pada label harus dicantumkan kalimat “hanya digunakan oleh pengguna
bersertifikat” ditulis dengan huruf yang mudah terbaca. Memeriksa gambar-gambar yang
tercantum pada label, gambar yang tercantum.
3) Mengecek kondisi fisik pestisida
4) Bila diperlukan lakukan pengambilan sampel pestisida, dan mengirimkan sampel ke
laboratorium untuk pengujian mutu pestisida.
5) Mengkroscek legalitas pestisida yang terdaftar di Kementerian Pertanian yaitu tata cara
penomoran pestisida terdaftar.
l. Pengawasan insidental dilaksanakan berdasarkan pengaduan yang diterima dari pelaku usaha,
petani atau masyarakat pengguna pestisida.
m. Perangkat kerja pelaksanaan pengawasan berdasarkan Peraturan tentang pestisida, Pedoman
Pengawasan Pupuk dan Pestisida, serta Standar Operating Procedure / SOP yang didalamnya
terdapat tabel pengisian hasil pengawasan dan kuesioner wawancara dengan petani dan
kios/distributor, bahan dan peralatan pengambilan sampel pestisida serta alat untuk dokumentasi
open camera
n. Memeriksa kuantitas produk pestisida, kecelakaan dan kesehatan kerja, dampak lingkungan, jenis
dan dosis pestisida serta komoditas dan organisme sasaran dalam penggunaan pestisida, efikasi dan
resurjensi pestisida, residu pestisida pada produk pertanian dan media lingkungan, dampak negatif
- 3620 -
2 Istilah dan a. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
Definisi untuk :
1) memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian
tanaman, atau hasil-hasil pertanian;
2) memberantas rerumputan;
3) mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
4) mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk
pupuk;
5) memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak;
6) memberantas atau mencegah hama-hama air;
7) memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan/atau
8) memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
b. Pendaftaran Pestisida adalah proses untuk memperoleh nomor pendaftaran dan izin Pestisida dengan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
c. Pendaftaran Pestisida (Tetap) adalah : pendaftaran pestisida dimana pemohon pendaftaran sudah
diperbolehkan untuk memproduksi, mengedarkan dan menggunakan Pestisida dan atau Bahan
Teknis Pestisida
- 3624 -
d. Bahan Aktif adalah bahan kimia sintetik atau bahan alami yang terkandung dalam Bahan Teknis
atau Formulasi Pestisida yang memiliki daya racun atau pengaruh biologis lain terhadap organisme
sasaran.
e. Bahan Teknis adalah bahan baku pembuatan Formulasi. Bahan Teknis mengandung Bahan Aktif
dan Impurities atau dapat juga mengandung bahan lainnya yang diperlukan.
f. Bahan Tambahan Pestisida adalah bahan yang ditambahkan ke dalam Bahan Aktif untuk membuat
Formulasi Pestisida.
g. Formulasi adalah campuran Bahan Aktif dengan Bahan Tambahan dengan kadar dan bentuk
tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
3 Persyaratan Pendaftaran pestisida (tetap) harus memenuhi persyaratan sebagaimana pendaftaran percobaan pestisida
umum dan memiliki nomor pendaftaran percobaan pestisida, kecuali pada pendaftaran bahan teknis pestisida
dan pestisida untuk ekspor.
Contoh Formulir Pendaftaran Pestisida sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
mengenai pendaftaran pestisida
- 3625 -
KOP PERUSAHAAN
FORMAT-1
SURAT PERNYATAAN
Hormat kami,
FORMAT-2
Kepada Yth.
MENTERI PERTANIAN
Jl. HARSONO R.M. No. 3
JAKARTA
Penjelasan:
1. Apabila tempat dalam daftar isian ini tidak cukup, maka keterangan yang diminta supaya diberikan pada lampiran
yang ditandatangani oleh pemohon.
2. Keterangan tambahan lainnya diminta apabila dianggap perlu.
Formulir pendaftaran pestisida (tetap) diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
mengenai pendaftaran pestisida.
b. Persyaratan Khusus :
Pestisida berdasarkan bahaya diklasifikasikan sebagai pestisida dilarang dan pestisida tidak dilarang.
Pestisida dilarang untuk didaftarkan berdasarkan bahan aktif/bahan tambahan atau hasil pengujian
apabila mengandung :
1) Jenis Bahan Aktif dan Bahan Tambahan yang dilarang
2) Selain jenis Bahan Aktif dan Bahan Tambahan sebagaimana dimaksud pada point 1 (satu), jika :
a) mempunyai efek karsinogenik berdasarkan International Agency for Research on Cancer
(IARC) (kategori I dan IIa) dan Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO) Joint Meeting on Pesticide Residues (JMPR);
b) mempunyai efek mutagenik dan teratogenik berdasarkan FAO dan WHO;
c) merupakan golongan antibiotik yang menyebabkan resistensi obat pada manusia; dan/atau
d) termasuk Persistent Organic Pollutants (POPs) berdasarkan Konvensi Stockholm, dilarang.
3) Dalam hal Bahan Aktif dan Bahan Tambahan terdapat Relevant Impurities, harus mengikuti
spesifikasi yang ditetapkan oleh FAO dan/atau WHO.
a) Dalam hal tidak terdapat acuan spesifikasi Relevant Impurities sebagaimana dimaksud di
atas, harus disertakan laporan 5 (lima) kali pengulangan proses produksi atau 5 (lima) batch
analyisis dan analisa resiko (risk assessment).
b) Hasil pengujian dilakukan terhadap Formulasi Pestisida untuk mengetahui kelas bahaya
berdasarkan klasifikasi WHO.
c) Jika hasil pengujian termasuk dalam kelas sangat berbahaya sekali atau kelas berbahaya
sekali, pestisida dilarang.
- 3630 -
Persyaratan dibawah ini untuk mencegah dampak negatif terhadap rusaknya lingkungan,
keanekaragaman hayati, air, tanah dan udara akibat limbah atau residu pestisida. Serta munculnya
resistensi, resurjensi dan timbulnya hama baru yang akan menyebabkan turunnya produktivitas
pertanian. Selain itu, persyaratan khusus melindungi keselamatan, kesehatan kerja, serta kesehatan
masyarakat dari aplikasi pestisida yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Kelayakan pestisida yang disetujui dalam proses pendaftaran telah dilakukan evaluasi hasil
pengujian dan persyaratan teknis oleh Tim Teknis Komisi Pestisida dan selanjutnya dievaluasi oleh
Komisi Pestisida dalam rapat Pleno Komisi Pestisida yang terdiri dari berbagai instansi terkait,
sebagai berikut :
1) Memenuhi Hasil Uji Mutu Formulasi dan Bahan Teknis Pestisida
2) Memenuhi Hasil Uji Efikasi dan Residu
3) Memenuhi Hasil Uji Toksisitas (oral dan dermal, sensitisasi dan iritasi)
4) Memenuhi Hasil Uji Toksisitas Lingkungan
e) pengujian efikasi terhadap organisme sasaran dilaksanakan pada 2 (dua) lokasi sentra
komoditi yang berbeda untuk setiap organisme sasaran kecuali pestisida alami, feromon,
atraktan dan rodentisida dilaksanakan pada 1 (satu) lokasi sentra komoditi
3) Peralihan Nomor Pendaftaran
a) nomor pendaftaran tetap pestisida dapat dialihkan setelah 3 (tiga) tahun sejak tanggal
diterbitkannya nomor pendaftaran tetap
b) penunjukan pihak lain sebagai pemegang nomor pendaftaran akibat adanya penggabungan
perusahaan, akuisisi atau divestasi
c) peralihan nomor pendaftaran dibuktikan dengan berita acara serah terima atau perjanjian
tertulis yang disahkan dengan Akta Notaris
d) berita acara serah terima oleh pemegang nomor pendaftaran baru dilaporkan kepada
Menteri melalui Kepala Pusat untuk mendapatkan persetujuan
4) Perubahan
a) Pestisida yang sudah didaftarkan dapat dilakukan perubahan meliputi nama dagang
dan/atau nama bahan aktif, wadah dan/atau pembungkus, alamat pemegang nomor
pendaftaran, asal bahan aktif/bahan teknis, kadar pelarut, kadar pengemulsi, dan kadar
pembawa.
b) perubahan asal bahan aktif/bahan teknis, kadar pelarut, kadar pengemulsi, dan kadar
pembawa disetujui setelah dilakukan pengujian ulang mutu, toksisitas, efikasi untuk salah
satu organisme sasaran dan hasilnya memenuhi persyaratan teknis dan efikasinya minimal
sama dengan produksi awal.
- 3633 -
5 Sarana Bukti penguasaan sarana Produksi (pabrik Bahan Aktif/Bahan Teknis, pabrik Formulasi, atau pabrik
pengemasan) di dalam negeri yang dibuktikan dengan surat izin industri Pestisida;
Dalam hal pemohon tidak memiliki bukti penguasaan sarana produksi (pabrik Bahan Aktif/Bahan Teknis,
pabrik Formulasi, atau pabrik pengemasan) maka pemohon harus bekerjasama dengan pabrik formulasi
atau pabrik pengemasan pestisida dalam negeri yang dibuktikan dengan surat keterangan kerja sama
produksi.
Penilaian kesesuaian dan evaluasi dilakukan oleh Direktur Jenderal dibantu oleh Komisi Pestisida.
Keanggotaan komisi Pestisida terdiri atas unsur pejabat Pemerintah yang memiliki tugas terkait dengan
Pestisida dan tenaga ahli yang memiliki lingkup keahlian di bidang Pestisida. Hasil evaluasi selanjutnya
dibahas pada rapat Pleno Komisi Pestisida, dan Komisi Pestisida dapat mengusulkan untuk menolak,
menunda, atau menerima permohonan pendaftaran. Jika hasil penilaian dan evaluasi komisi pestisida
menerima permohonan pendaftaran, Direktur Jenderal dapat mengusulkan kepada Menteri untuk
memberikan persetujuan nomor pendaftaran.
PENGAWASAN
a. Nomor pendaftaran pestisida (tetap) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat didaftar
ulang
b. Pestisida yang sedang dalam proses permohonan nomor pendaftaran, dilarang untuk diedarkan
dan/atau digunakan secara komersial
- 3637 -
c. Pemohon yang telah mendapatkan nomor pendaftaran tetap pestisida untuk pestisida rumah tangga,
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun wajib memproduksi pestisida sebagai pestisida aktif.
Pestisida selain untuk rumah tangga, dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun wajib
memproduksi pestisida sebagai pestisida aktif.
d. Pestisida yang memperoleh nomor pendaftaran tetap untuk ekspor dilarang untuk diedarkan
dan/atau digunakan di dalam negeri
e. Pemegang nomor pendaftaran dan Pemilik Sarana Produksi wajib menyampaikan laporan produksi
dan peredaran pestisida, bahan teknis pestisida, dan pestisida untuk ekspor setiap semester pada
bulan Juli dan Januari kepada Direktur Jenderal.
f. Norma pelaksanaan pengawasan pendaftaran pestisida (tetap) berdasarkan :
1) Undang-Undang mengenai Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.
2) Undang-Undang mengenai Perlindungan Konsumen
3) Peraturan Pemerintah mengenai Pengawasan dan Peredaran, Penyimpanan dan penggunaan
Pestisida
4) Peraturan Pemerintah mengenai Perlindungan Tanaman
5) Peraturan Menteri Pertanian mengenai Pengawasan Pestisida
6) Peraturan Menteri Pertanian mengenai Pendaftaran Pestisida
7) Pedoman Pengawasan Pupuk dan Pestisida
8) Standar Operating Procedure / SOP Pengawasan Pestisida
g. Pengawas Pestisida (Tetap) Pusat bertugas melakukan pengawasan terhadap:
1) Mutu dan bahan teknis formulasi/komposisi pestisida
- 3638 -
2) Dokumen perizinan, nomor pendaftaran dan dokumen administrasi lainnya di baik ditingkat
pengadaan, peredaran, penyimpanan
3) Jenis dan jumlah pestisida, wadah, pembungkus, label serta publikasi
4) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
5) Dampak negatif kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup
6) Sampel (contoh) pestisida untuk penelitian dan pengembangan
7) Sampel pestisida baik ditingkat pengadaan/produksi, peredaran dan penyimpanan
8) Pelaksanaan uji efikasi, uji toksisitas, uji mutu, uji efektifitas dalam rangka pendaftaran
pestisida
9) Penerapan ketentuan sarana, peralatan yang digunakan untuk pengelolaan pestisida
10) Laporan produksi atau impor dan peredaran pestisida, bahan teknis pestisida, dan pestisida
untuk ekspor dari pemegang nomor pendaftaran pestisida dan pemilik sarana produksi
h. Pengawas Pestisida (tetap) Provinsi bertugas melakukan pengawasan terhadap:
1) Mutu bahan teknis formulasi/komposisi pestisida di tingkat peredaran dan penggunaan
2) Jenis dan jumlah pestisida, wadah, pembungkus, label serta publikasi
3) Dokumen perizinan usaha, nomor pendaftaran dan administrasi lainnya di tingkat peredaran
4) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
5) Penerapan ketentuan sarana, peralatan yang digunakan dalam pengelolaan pestisida
6) Dampak negatif kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup akibat pengelolaan pestisida
7) Contoh (sampel) pestisida beredar untuk dilakukan uji mutu
- 3639 -
2) Memeriksa kemasan dan atau label berdasarkan legalitas pestisida yaitu : nama dagang formula,
kadar bahan aktif, kode bentuk formulasi, jenis pestisida, nama pemegang nomor pendaftaran,
isi atau berat bersih barang, peringatan keamanan, klasifikasi simbol bahaya, petunjuk
keamanan, gejala keracunan, P3K, perawatan medis, petunjuk penyimpanan, petunjuk
penggunaan, pictogram, nomor pendaftaran, nama dan alamat serta nomor telepon pemegang
nomor pendaftaran, nomor produksi, bulan dan tahun produksi *batch number) serta bulan dan
tahun kadaluarsa, petunjuk pemusnahan, pestisida yang bukan untuk tanaman padi
ditambahkan tulisan “tidak untuk tanaman padi” dan untuk pestisida terbatas, warna label
harus jingga dan pada label harus dicantumkan kalimat “hanya digunakan oleh pengguna
bersertifikat” ditulis dengan huruf yang mudah terbaca. Memeriksa gambar-gambar yang
tercantum pada label, gambar yang tercantum.
3) Mengecek kondisi fisik pestisida
4) Bila diperlukan lakukan pengambilan sampel pestisida, dan mengirimkan sampel ke
laboratorium untuk pengujian mutu pestisida.
5) Mengkroscek legalitas pestisida yang terdaftar di Kementerian Pertanian yaitu tata cara
penomoran pestisida terdaftar.
6) Memeriksa laporan pelaku usaha yang memuat jumlah produksi atau impor dan peredaran
pestisida dari pemegang nomor pendaftaran pestisida dan pemilik sarana produksi yang
disampaikan setiap 6 (enam) bulan sekali.
m. Pengawasan insidental dilaksanakan berdasarkan pengaduan yang diterima dari pelaku usaha,
petani atau masyarakat pengguna pestisida.
- 3641 -
1 Ruang Lingkup Standar ini bertujuan untuk mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha dalam
melakukan usaha produksi pestisida (sementara), yang merupakan bahan beracun dan memiliki potensi
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan serta keanekaragaman hayati sehingga harus dikelola
dengan penuh kehati-hatian. Pendaftaran pestisida sementara diberikan kepada pemilik nomor
pendaftaran pestisida (tetap) atau produk pestisida yang mampu untuk mengendalikan keadaan serangan
pengganggu secara massal (outbreaks) di wilayah tertentu, dan tidak ada pestisida yang terdaftar untuk
organisme pengganggu dimaksud. Pendaftaran pestisida sementara diberikan kepada pemohon untuk
dapat memproduksi, mengedarkan, dan menggunakan pestisida sampai dengan kejadian serangan
organisme pengganggu secara massal (outbreak) dapat dikendalikan.
2 Istilah dan a. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
Definisi untuk :
1) memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian
tanaman, atau hasil-hasil pertanian;
2) memberantas rerumputan;
3) mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
4) mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk
pupuk;
5) memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak;
6) memberantas atau mencegah hama-hama air;
7) memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
- 3645 -
Kelayakan pestisida yang disetujui dalam proses pendaftaran telah dilakukan evaluasi hasil
pengujian dan persyaratan teknis oleh Tim Teknis Komisi Pestisida dan selanjutnya dievaluasi oleh
Komisi Pestisida dalam rapat Pleno Komisi Pestisida yang terdiri dari berbagai instansi terkait,
sebagai berikut :
1) Memenuhi Hasil Uji Mutu Formulasi Pestisida
2) Memenuhi Hasil Uji Efikasi dan Residu
3) Memenuhi Hasil Uji Toksisitas (oral dan dermal, sensitisasi dan iritasi)
4) Memenuhi Hasil Uji Toksisitas Lingkungan
5 Sarana Bukti penguasaan sarana Produksi (pabrik Bahan Aktif/Bahan Teknis, pabrik Formulasi, atau pabrik
pengemasan) di dalam negeri yang dibuktikan dengan surat izin industri Pestisida;
Dalam hal pemohon tidak memiliki bukti penguasaan sarana produksi (pabrik Bahan Aktif/Bahan
Teknis, pabrik Formulasi, atau pabrik pengemasan) maka pemohon harus bekerjasama dengan pabrik
formulasi atau pabrik pengemasan pestisida dalam negeri yang dibuktikan dengan surat keterangan
kerja sama produksi.
PENGAWASAN
a. Norma pelaksanaan pengawasan pendaftaran pestisida (sementara) berdasarkan :
1) Undang-Undang mengenai Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.
2) Undang-Undang mengenai Perlindungan Konsumen
3) Peraturan Pemerintah mengenai Pengawasan dan Peredaran, Penyimpanan dan penggunaan
Pestisida
- 3649 -
1) Laporan Kabupaten/Kota mencakup jumlah, jenis dan mutu pestisida yang beredar, serta
permasalahan lain;
2) Laporan Provinsi mencakup situasi peredaran pestisida di Kabupaten/Kota serta permasalahan
di seluruh Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi;
3) Laporan Pusat mencakup produksi pestisida, perkembangan izin/nomor pendaftaran, hasil
evaluasi pengawasan di daerah serta permasalahan yang timbul di seluruh wilayah Indonesia.
Format laporan hasil pengawasan pestisida mencakup : Pendahuluan, Tujuan dan Sasaran, Hasil
Pelaksanaan Pengawasan, Permasalahan, Tindaklanjut Hasil Pengawasan, Kesimpulan dan Saran.
o. Informasi dan pengaduan masyarakat terkait pestisida (percobaan) dapat diperoleh dari media sosial
maupun dari Provinsi/Kabupaten/Kota. Saluran pengaduan masyarakat dapat diakses melalui
website LAPOR! (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat), maupun aplikasi LAPOR! yang
dapat didownload di Google Play atau App Store. Masyarakat dapat menuliskan pengaduan, keluhan
atau aspirasi, serta menggunggah dokumen pada laman LAPOR! untuk kemudian diteruskan kepada
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian untuk ditindaklanjuti.
- 3655 -
2 Istilah dan a. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian
Definisi hewan, dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau
cair dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan
kandungan hara dan bahan organik tanah, serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan/atau biologi
tanah.
b. Pupuk Hayati adalah produk biologi aktif terdiri atas mikroba yang telah teridentifikasi sampai
minimal tingkat genus dan berfungsi memfasilitasi penyediaan hara secara langsung atau tidak
langsung, merombak bahan organik, meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan
tanah.
c. Pembenah Tanah adalah bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral berbentuk padat
atau cair yang mampu memperbaiki sifat fisik dan/atau kimia dan/atau biologi tanah.
d. Pengujian adalah semua kegiatan menguji baik di laboratorium maupun di lapangan yang dilakukan
terhadap semua produk pupuk baik yang dibuat di dalam negeri maupun yang berasal dari luar
negeri.
e. Standar Mutu adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan
metode yang disusun berdasarkan konsensus untuk menjamin kualitas produk atau mutu.
f. Persyaratan Teknis Minimal yang selanjutnya disingkat PTM adalah standar mutu yang
dipersyaratkan dan ditetapkan oleh Menteri.
g. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah Standar yang ditetapkan oleh BSN
dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- 3657 -
memenuhi persyaratan tambahan selain harus terdaftar. Hal ini dimaksudkan agar produk pupuk
dan pembenah tanah yang diproduksi tidak membahayakan dalam hal :
1) Bahan baku produk aman dari jenis bahan kimia yang dapat membahayakan, tidak bersifat
patogen, bukan termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) kategori 2 dan bukan
bahan baku yang dilarang (kotoran manusia, kotoran babi, bangkai (selain ikan)) di saat proses
produksi, pasca produksi dan penggunaannya terhadap pekerja/ pengguna, lingkungan sekitar
(keanekaragaman hayati, air, tanah dan udara) dan masyarakat
2) Cara penggunaan dan dosis produk jelas tertera di kemasan sehingga tidak terjadi penggunaan
berlebih yang membahayakan pengguna dan mengkontaminasi lingkungan (keanekaragaman
hayati, air, tanah dan udara)
f. Pupuk organik, hayati dan pembenah tanah yang telah mendapatkan nomor pendaftaran dapat
dilakukan:
a. Pendaftarkan ulang
a) Pupuk Organik, Hayati dan Pembenah Tanah yang telah memiliki nomor pendaftaran dan
akan habis masa berlakunya dapat dilakukan pendaftaran ulang
b) Pendaftaran ulang nomor pendaftaran dilakukan paling lambat 30 hari sebelum nomor
pendaftaran berakhir
c) Apabila permohonan pendaftaran ulang melewati batas waktu maka pendaftaran ulang
ditolak
d) Pendaftaran ulang ganjil dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran sebelumnya dan hasil
uji mutu atau sertifikat SNI
- 3659 -
e) Pendaftaran ulang genap dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran sebelumnya dan
hasil uji mutu atau sertifikat SNI dan laporan hasil uji efektivitas
2) Perubahan nama dagang, kemasan, produsen pupuk dan/atau warna pupuk
a) Pupuk organik, hayati dan pembenah tanah dapat dilakukan perubahan nama dagang
dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran pupuk yang masih berlaku dan Sertifikat Hak
Kekayaan Intelektual untuk nama dagang yang baru
b) Perubahan kemasan pupuk dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran
pupuk yang masih berlaku
c) Perubahan produsen pupuk dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran
yang masih berlaku, surat kerjasama atau penunjukan sebagai distributor dari produsen
baru, hasil uji mutu atau sertifikat SNI dan laporan hasil uji efektivitas
d) Perubahan warna pupuk dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran
pupuk yang masih berlaku dan hasil uji mutu atau sertifikat SNI
3) Pengalihan Nomor Pendaftaran
Pengalihan Nomor Pendaftaran pupuk dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor
pendaftaran pupuk yang masih berlaku, Akte Notaris Perjanjian Pengalihan dan SIUP/TDP
perusahaan penerima pengalihan
4) Produksi dengan Formula Khusus
Produksi pupuk dengan formula khusus dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor
pendaftaran pupuk yang ditawarkan yang masih berlaku, surat keterangan pemesan, dan bukti
pemesanan/invoice/PO
- 3660 -
5 Sarana Persyaratan minimal untuk sarana dan fasilitas yang wajib di ikuti oleh pelaku usaha pendaftaran pupuk
dan pembenah tanah diantaranya :
a. Lahan minimal untuk pabrik, kantor dan gudang
b. Bangunan kantor
c. Bangunan untuk produksi
d. Bangunan untuk gudang
e. Sarana produksi
b. Khusus
1. Sertifikat Hasil Uji Mutu atau SNI
2. Laporan Hasil Uji Efektivitas
Apabila dalam penilaian persyaratan dan dokumen yang disampaikan tidak sesuai, maka nomor
pendaftaran tidak akan diberikan atau pendaftaran ditolak. Namun apabila dalam penilaian persyaratan
dan dokumen yang disampaikan sudah memenuhi kesesuaian, maka akan diberikan nomor pendaftaran.
PENGAWASAN
a. Nomor pendaftaran pupuk organik, hayati dan pembenah tanah berlaku untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun dan dapat didaftar ulang
b. Norma pelaksanaan pengawasan pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah berdasarkan :
1) Undang-Undang mengenai Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.
2) Peraturan Menteri Pertanian mengenai Pendaftaran Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan
Pembenah Tanah
3) Standard Operating Procedure / SOP Pengawasan Pupuk
4) Pedoman Pengawasan Pupuk dan Pestisida
c. Pengawas Pupuk Organik, Hayati dan Pembenah Tanah Pusat bertugas melakukan pengawasan
terhadap:
1) Mutu dan formulasi/komposisi pupuk
2) Dokumen perizinan, nomor pendaftaran dan dokumen administrasi lainnya di baik ditingkat
pengadaan, peredaran, penyimpanan
- 3662 -
petani.
8) Memeriksa kemasan dan atau label berdasarkan legalitas pupuk yaitu memeriksa nomor
pendaftaran, nama pemegang nomor pendaftaran, nama/merek dagang, jenis, kandungan hara,
isi atau berat bersih barang, masa edar, kode produksi, nama dan alamat produsen untuk
barang dalam negeri, nama dan alamat produsen atau importir, negara pembuat dan petunjuk
penggunaan
9) Cek kuantitas, kondisi fisik pupuk (bentuk, warna, bau) serta kemasan/wadah pembungkus
pupuk dan cara penyimpanan pupuk.
10) Mengkroscek legalitas pupuk yang terdaftar di Kementerian Pertanian yaitu tata cara penomoran
pupuk terdaftar
11) Memeriksa laporan pelaku usaha yang memuat jumlah produksi atau impor dan peredaran
pupuk Organik, Hayati dan Pembenah Tanah dari pemegang nomor pendaftaran pestisida dan
pemilik sarana produksi yang disampaikan setiap 6 (enam) bulan sekali.
12) Pupuk pesanan khusus perlu dicek faktur pajak, kebenaran pemesan dan kapasitas pabrik
i. Pengawasan insidental dilaksanakan berdasarkan pengaduan yang diterima dari pelaku usaha,
petani atau masyarakat pengguna pupuk.
j. Perangkat kerja pelaksanaan pengawasan berdasarkan Peraturan tentang pestisida, Pedoman
Pengawasan Pupuk dan Pestisida, serta Standard Operating Procedure / SOP yang didalamnya
terdapat tabel pengisian hasil pengawasan dan kuesioner wawancara dengan petani dan
kios/distributor, bahan dan peralatan pengambilan sampel pestisida serta alat untuk dokumentasi
open camera
- 3665 -
1) Laporan Kabupaten/Kota mencakup jumlah, jenis dan mutu pupuk yang beredar, serta
permasalahan lain;
2) Laporan Provinsi mencakup situasi peredaran pupuk di Kabupaten/Kota serta permasalahan di
seluruh Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi;
3) Laporan Pusat mencakup produksi pupuk, perkembangan izin/nomor pendaftaran, hasil
evaluasi pengawasan di daerah serta permasalahan yang timbul di seluruh wilayah Indonesia.
Format laporan hasil pengawasan pestisida mencakup : Pendahuluan, Tujuan dan Sasaran, Hasil
Pelaksanaan Pengawasan, Permasalahan, Tindaklanjut Hasil Pengawasan, Kesimpulan dan Saran.
o. Informasi dan pengaduan masyarakat terkait pestisida pupuk organic, hayati dan pembenah tanah
dapat diperoleh dari media sosial maupun dari Provinsi/Kabupaten/Kota. Saluran pengaduan
masyarakat dapat diakses melalui website LAPOR! (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat),
maupun aplikasi LAPOR! yang dapat didownload di Google Play atau App Store. Masyarakat dapat
menuliskan pengaduan, keluhan atau aspirasi, serta menggunggah dokumen pada laman LAPOR!
untuk kemudian diteruskan kepada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian
untuk ditindaklanjuti.Pengawasan dilakukan secara rutin dan insidental
- 3667 -
1 Ruang Lingkup Standar ini bertujuan mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha dalam melakukan
usaha produksi pupuk an-organik untuk menjamin mutu dan efektivitas pupuk serta memberikan
kepastian formula pupuk yang beredar sesuai dengan komposisi pupuk yang didaftarkan.
Pupuk an-organik yang telah memperoleh nomor pendaftaran dapat diproduksi, diimpor dan diedarkan
baik di dalam negeri maupun luar negeri.
- 3668 -
2 Istilah dan a. Pupuk an-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan/atau biologis, dan
Definisi merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.
b. Pengujian adalah semua kegiatan menguji baik di laboratorium maupun di lapangan yang dilakukan
terhadap semua produk pupuk baik yang dibuat di dalam negeri maupun yang berasal dari luar
negeri.
c. Standar Mutu adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan
metode yang disusun berdasarkan konsensus untuk menjamin kualitas produk atau mutu.
d. Persyaratan Teknis Minimal yang selanjutnya disingkat PTM adalah standar mutu yang
dipersyaratkan dan ditetapkan oleh Menteri.
e. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah Standar yang ditetapkan oleh BSN
dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
f. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan terhadap pengadaan, peredaran, dan
penggunaan agar terjamin mutu dan efektivitasnya, tidak mengganggu kesehatan dan keselamatan
manusia serta kelestarian lingkungan hidup, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3 Persyaratan a. Persyaratan umum:
umum 1) Mengisi Formulir Pendaftaran yang terintegrasi secara Online;
2) Memiliki Konsep Label dan Deskripsi Pupuk;
3) Memiliki Surat Tanda bukti pendaftaran merek/sertifikat merek;
4) Memiliki Bukti Pembayaran PNBP
b. Durasi Pemenuhan : Sesuai dengan sistem OSS
- 3669 -
2) Cara penggunaan dan dosis produk jelas tertera di kemasan sehingga tidak terjadi penggunaan
berlebih yang membahayakan pengguna dan mengkontaminasi lingkungan (keanekaragaman
hayati, air, tanah dan udara)
f. Pupuk an-organik yang telah mendapatkan nomor pendaftaran dapat dilakukan:
1) Pendaftaran Ulang
a) Pupuk An-Organik yang telah memiliki nomor pendaftaran dan akan habis masa
berlakunya dapat dilakukan pendaftaran ulang
b) Pendaftaran ulang nomor pendaftaran dilakukan paling lambat 90 hari sebelum nomor
pendaftaran berakhir
c) Apabila permohonan pendaftaran ulang melewati batas waktu maka pendaftaran ulang
ditolak
d) Pendaftaran ulang ganjil dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran sebelumnya dan hasil
uji mutu atau sertifikat SNI
e) Pendaftaran ulang genap dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran sebelumnya dan
hasil uji mutu atau sertifikat SNI dan laporan hasil uji efektivitas
2) Perubahan nama dagang, kemasan, produsen pupuk dan/atau warna pupuk
a) Pupuk an-organik dapat dilakukan perubahan nama dagang dengan melengkapi bukti
nomor pendaftaran pupuk yang masih berlaku dan Sertifikat Hak Kekayaan Intelektual
untuk nama dagang yang baru
b) Perubahan kemasan pupuk dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran
pupuk yang masih berlaku
- 3671 -
c) Perubahan produsen pupuk dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran
yang masih berlaku, surat kerjasama atau penunjukan sebagai distributor dari produsen
baru, hasil uji mutu atau sertifikat SNI dan laporan hasil uji efektivitas
d) Perubahan warna pupuk dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor pendaftaran
pupuk yang masih berlaku dan hasil uji mutu atau sertifikat SNI
3) Pengalihan Nomor Pendaftaran
Pengalihan Nomor Pendaftaran pupuk dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor
pendaftaran pupuk yang masih berlaku, Akte Notaris Perjanjian Pengalihan dan SIUP/TDP
perusahaan penerima pengalihan
4) Produksi dengan Formula Khusus
Produksi pupuk dengan formula khusus dapat dilakukan dengan melengkapi bukti nomor
pendaftaran pupuk yang ditawarkan yang masih berlaku, surat keterangan pemesan, dan bukti
pemesanan/invoice/PO
5 Sarana Persyaratan minimal untuk sarana dan fasilitas yang wajib di ikuti oleh pelaku usaha pendaftaran pupuk
dan pembenah tanah diantaranya :
a. Lahan minimal untuk pabrik, kantor dan gudang
b. Bangunan kantor
c. Bangunan untuk produksi
d. Bangunan untuk gudang
e. Sarana produksi
- 3672 -
Apabila dalam penilaian persyaratan dan dokumen yang disampaikan tidak sesuai, maka nomor
pendaftaran tidak akan diberikan atau pendaftaran ditolak. Namun apabila dalam penilaian persyaratan
dan dokumen yang disampaikan sudah memenuhi keseuaian, maka akan diberikan nomor pendaftaran.
a. Nomor pendaftaran An-Organik berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat didaftar ulang
b. Norma pelaksanaan pengawasan pupuk An-Organik berdasarkan :
1) Undang-Undang mengenai Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.
2) Peraturan Menteri Pertanian mengenai Pendaftaran Pupuk An Organik
- 3673 -
3) Dokumen perizinan usaha, nomor pendaftaran dan administrasi lainnya di tingkat peredaran
4) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
5) Penerapan ketentuan sarana, peralatan yang digunakan dalam pengelolaan pupuk
6) Dampak negatif kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup akibat pengelolaan pupuk
7) Contoh (sampel) pupuk beredar untuk dilakukan uji mutu
e. Pengawas Pupuk An-Organik kabupaten/kota bertugas melakukan pengawasan terhadap:
1) Mutu formulasi/komposisi pupuk di tingkat peredaran dan penggunaan
2) Jenis dan jumlah pestisida, wadah, pembungkus, label serta publikasi
3) Dokumen perizinan usaha, nomor pendaftaran dan administrasi lainnya di tingkat peredaran
4) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
5) Penerapan ketentuan sarana, peralatan yang digunakan dalam pengelolaan pupuk
6) Dampak negatif kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup akibat pengelolaan pupuk
f. Dalam melaksanakan tugas Pengawas Pupuk An-Organik Pusat mempunyai kewenangan:
1) Memasuki lokasi dan tempat produksi dan penyimpanan
2) Memeriksa dokumen perizinan dan dokumen lainnya di tingkat produsen, penyimpanan dan
peredaran
3) Mengambil contoh (sampel) pupuk untuk dilakukan uji mutunya
4) Mengambil contoh (sampel) pembungkus, wadah, label dan bahan publikasi lainnya
5) Mengusulkan pencabutan nomor pendaftaran, penghentian peredaran dan/atau penarikan
pestisida rusak, ilegal dan palsu kepada Menteri Pertanian melalui pimpinan instansi yang
bersangkutan, dan
6) Memeriksa kesesuaian dokumen dan contoh (sampel) pupuk di lokasi penelitian.
- 3675 -
Pengawasan Pupuk dan Pestisida, serta Standard Operating Procedure / SOP yang didalamnya
terdapat tabel pengisian hasil pengawasan dan kuesioner wawancara dengan petani dan
kios/distributor, bahan dan peralatan pengambilan sampel pestisida serta alat untuk dokumentasi
open camera
k. Hak pelaksana pengawas :
1) Mengetahui proses produksi pupuk.
2) Memperoleh informasi sarana produksi, tempat penyimpanan, pengemasan, pengangkutan dan
penggunaan.
3) Memeriksa legalitas perizinan dan penyaluran/peredaran pupuk.
4) Mengusulkan peninjauan kembali terhadap nomor pendaftaran pupuk kepada Direktur Pupuk
dan Pestisida apabila ditemukan penyimpangan pada ketentuan berlaku
5) Mengusulkan berbagai masukan dalam penyusunan kebijakan di bidang pupuk sebagai tindak
lanjut hasil pengawasan di daerah.
6) Mengambil contoh iklan, wadah dan label atau dokumen publikasi lainnya.
7) Mengambil contoh pupuk untuk dilakukan pengujian mutu.
l. Kewajiban pelaksana pengawas : melakukan pengawasan pada tingkat pengadaan, peredaran dan
penggunaan pupuk terhadap legalitas pendaftaran, kemasan/label dan standar mutu pupuk, wajib
menyampaikan laporan hasil pengawasan yang dilaksanakan berdasarkan obyek pengawasan secara
berkala maupun sewaktu-waktu kepada pimpinan instansi masing-masing.
m. Pelaksana pengawasan terdiri dari petugas pengawas pupuk dan pestisida yang mempunyai fungsi
pengawasan dibidang teknis pengawasan pupuk dan pestisida, anggota Komisi Pengawasan Pupuk
dan Pestisida (KPPP), dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
- 3677 -
n. Laporan hasil pengawasan berdasarkan obyek pengawasan dilaporkan secara berkala maupun
sewaktu-waktu apabila terjadi pelanggaran/penyimpangan. Substansi laporan hasil pengawasan di
tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat adalah sebagai berikut:
1) Laporan Kabupaten/Kota mencakup jumlah, jenis dan mutu pupuk yang beredar, serta
permasalahan lain;
2) Laporan Provinsi mencakup situasi peredaran pupuk di Kabupaten/Kota serta permasalahan di
seluruh Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi;
3) Laporan Pusat mencakup produksi pupuk, perkembangan izin/nomor pendaftaran, hasil
evaluasi pengawasan di daerah serta permasalahan yang timbul di seluruh wilayah Indonesia.
Format laporan hasil pengawasan pestisida mencakup : Pendahuluan, Tujuan dan Sasaran, Hasil
Pelaksanaan Pengawasan, Permasalahan, Tindaklanjut Hasil Pengawasan, Kesimpulan dan Saran.
o. Informasi dan pengaduan masyarakat terkait pestisida pupuk organik, hayati dan pembenah tanah
dapat diperoleh dari media sosial maupun dari Provinsi/Kabupaten/Kota. Saluran pengaduan
masyarakat dapat diakses melalui website LAPOR! (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat),
maupun aplikasi LAPOR! yang dapat didownload di Google Play atau App Store. Masyarakat dapat
menuliskan pengaduan, keluhan atau aspirasi, serta menggunggah dokumen pada laman LAPOR!
untuk kemudian diteruskan kepada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian
untuk ditindaklanjuti.Pengawasan dilakukan secara rutin dan insidental
- 3678 -
c. Standar Mutu Alsintan adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Persyaratan Teknis Minimal
(PTM) jika suatu alsintan tidak ada SNI nya.
d. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan Penilaian Kesesuaian yang berkaitan dengan pemberian
jaminan tertulis bahwa Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi Standar
dan/atau regulasi.
e. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun
berdasarkan konsensus semua pihak terkait dengan memperhatikan syarat kesehatan, keamanan,
keselamatan, lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berdasarkan
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya dan diberlakukan di Indonesia.
f. Persyaratan Teknis Minimal (PTM) adalah batasan terendah dari persyaratan keselematan dan
kesehatan kerja serta kinerja alsintan, komposisi bahan atau material dan dimensi alsintan yang
memenuhi persyatan untuk diusulkan menjadi standar
g. Pengujian adalah uji oleh lembaga penguji yang terakreditasi dilakukan di laboratorium maupun di
lapangan terhadap prototype alsintan yang diproduksi dalam negeri atau alsintan yang berasal dari
impor
h. Hasil Uji adalah keterangan hasil pengujian dari uji verifikasi, uji unjuk kerja, uji beban
berkesinambungan, uji pelayanan dan uji kesesuaian terhadap alsintan yang dikeluarkan oleh
lembaga pengujian alat dan mesin pertanian
i. Lembaga Sertifikasi Produk yang selanjutnya disebut LS Pro adalah suatu unit/institusi yang tidak
memihak dan netral yang telah diakreditasi untuk dapat melakukan penandaan SNI
- 3680 -
j. Sertifikasi produk adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga sertifikasi produk untuk
menyatakan bahwa alsintan telah memenuhi standar yang dipersyaratkan
k. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran alat dan/atau
mesin baik untuk diperdagangkan atau tidak
l. Sistem manajemen mutu adalah tatanan kerja yang mencangkup struktur organisasi, tanggung
jawab, prosedur, proses dan sumberdaya untuk menerapkan manajemen mutu
3 Persyaratan Untuk memperoleh sertifikat produk alat dan mesin pertanian dilengkapi persyaratan sebagai berikut :
umum a. Memiliki Merek dagang/Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal yang
menangani urusan kekayaan intelektual pada Kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum
b. Memiliki Surat Keterangan Penunjukan sebagai perwakilan perusahaan dari negara pengimpor bagi
alsintan yang berasal dari impor
c. Surat Pelimpahan Merek (Jika Merek Bukan Milik Pemohon)
d. Perjanjian lisensi dari pemilik merek yang telah didaftarkan pada Direktorat Jenderal yang
menangani urusan kekayaan intelektual pada Kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum
e. Melampirkan surat pernyataan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 atau revisinya
produsen dan memproduksi serta mengedarkan produk alsintan wajib memenuhi standar mutu
dalam hal ini SNI alsintan dengan memperhatikan keselamatan kerja pengguna alat dan mesin
pertanian, keamanan lingkungan hidup sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Durasi Pemenuhan : Sesuai dengan Sistem OSS
- 3681 -
4 Persyaratan Pelaku usaha wajib memenuhi persyaratan teknis dan khusus sebagai berikut:
khusus atau a. Melampirkan spesifikasi teknis produk alsintan yang disertifikasikan
Persyaratan b. Melampirkan dokumen sistem mutu perusahaan produsen (panduan mutu dan daftar induk
Teknis dokumen) yang lengkap dan benar
c. Memiliki Alur Proses Produksi terhadap tahap-tahap pengendalian mutu
d. Memiliki Daftar Alat dan Mesin Produksi dan Daftar Peralatan Uji yang telah terkalibrasi
e. Memenuhi tatacara pembubuhan kesesuaian Tanda Kesesuaian (SNI Alsintan) yang telah ditetapkan
f. Dalam hal sertifikasi alat dan mesin pertanian secara wajib SNI, selain itu pelaku usaha wajib
memenuhi seluruh persyaratan dari regulasi wajib yang mengikatnya.
5 Sarana Pelaku usaha dalam hal ini pemegang sertifikat harus memiliki sarana infrastruktur dan kondisi
lingkungan pabrikan sebagai tempat produksi sesuai persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001 atau
revisinya, sarana perkantoran yang memadai sebagai kantor pusat berusaha dan gudang sesuai standar
sebagai tempat penyimpanan bahan baku produksi dan produk jadi alat dan mesin pertanian.
6 Penilaian PENILAIAN KESESUAIAN
Kesesuaian dan
Pengawasan Dokumen yang dinilai meliputi :
No. Persyaratan Sesuai Tidak Ket
Sesuai
a. Umum
1. Merek Dagang/Tanda Daftar
Merek
- 3682 -
Pelaku usaha memperoleh sertifikat kesesuaian produk terhadap pemenuhan standar sebagai bukti
penilaian kesesuaian dengan skema sebagai berikut :
a. Permohonan sertifikasi alsintan diajukan oleh pelaku usaha kepada Kepala Lembaga Sertifikasi
Produk sesuai dengan skema sertifikasi yang telah ditetapkan LS Pro
b. Permohonan sertifikasi alsintan tidak wajib bagi pelaku usaha yang bersifat UMK yang mengedarkan
alat dan mesin pertaniannya terbatas pada wilayah kabupaten/kota di daerahnya saja.
c. Proses sertifikasi yang harus dipenuhi oleh UMK disesuaikan dengan kebijakan atas keringanan yang
telah ditetapkan oleh LS Pro sesuai skema UMK dan peraturan perundangan;
d. Pelaku usaha menyampaikan pemenuhan komitmen sebagaimana persyaratan umum dan khusus
yang telah ditetapkan
e. Lembaga sertifikasi produk melakukan penilaian pemenuhan persyaratan sertifikasi diajukan.
f. Apabila pelaku usaha telah memenuhi persyaratan proses sertifikasi alsintan, maka Lembaga
Sertifikasi Produk menerbitkan keputusan sertifikasi alsintan dengan menerbitkan Sertifikat Produk
Pengunaan Tanda SNI (SPPT SNI) dengan masa berlaku yang telah ditetapkan,
g. Apabila pelaku usaha belum memenuhi persyaratan sertifikasi dan terdapat ketidaksesuaian
terhadap keputusan sertifikasi, diberikan kesempatan untuk memperbaiki ketidaksesuaian sesuai
ketentuan LS Pro;
h. Lembaga Sertifikasi Produk melaporkan proses penilaian kesesuaian secara berkala kepada Direktur
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian berupa Laporan Satu Siklus
Kinerja LS Pro Alsintan dalam menerbitkan SPPT SNI.
- 3685 -
i. Lembaga Sertifikasi Produk juga melaporkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI)
kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk disahkan menjadi Sertifikat Persetujuan
Penggunaan Tanda SNI sesuai aturan yang berlaku di BSN.
PENGAWASAN
Mekanisme Pengawasan
a. Pengawasan kepada pelaku usaha pemegang sertifikat produk (SPPT SNI) adalah pengawasan
terhadap konsistensi pelaku usaha dalam memproduksi alsintan sesuai standar mutu produk.
Pengawasan tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu pengawasan rutin (surveilen) dan pengawasan
insidental (sewaktu - waktu)
b. Pengawasan alat dan mesin pertanian dilaksanakan secara rutin melalui laporan pelaku usaha dan
inspeksi lapangan. Pengawasan rutin terhadap alat dan mesin pertanian yang beredar di lini produksi
dan/atau yang beredar di pasar dan pengawasan insidentil. Pengawasan ini dilakukan berdasarkan
peraturan perundangan pengawasan alat dan mesin pertanian yang berlaku.
c. Pelaksana pengawasan wajib melakukan pengawasan rutin dimulai dengan melaksanakan tinjauan
persyaratan sertifikasi dengan memastikan persyaratan sertifikasi masih berlaku dan sistem
pengelolaan mutu produk oleh pelaku usaha tetap memenuhi persyaratan.
d. Pelaksana pengawasan melakukan verifikasi lapang di lini produksi dan/atau di pasar terhadap
elemen kritis yang berkaitan dengan pengendalian mutu produk sesuai acuan SNI ISO 9001
termutakhir dan SNI Produk Alsintan
- 3686 -
e. LS Pro mewajibkan pengujian produk di laboratorium uji alsintan yang ditunjuk apabila terjadi
penyimpangan pada proses produksi oleh pelaku usaha pemegang sertifikat
f. Apabila pelaku usaha pemegang sertifikat tidak memproduksi alsintan yang telah disertifikasi sampai
jangka waktu surveilen yang ditentukan, maka surveilen tidak dilakukan sampai pelaku usaha
memproduksi alsintannya kembali (dibuktikan dengan Surat Keterangan dan bukti yang dapat
diterima). Ketentuan ini berlaku sebelum masa sertifikat berakhir.
g. Pelaksana pengawasan dapat juga melaksanakan pengawasan insidental apabila terdapat laporan
keluhan dari pelanggan yang terkait dengan mutu alsintan yang telah disertifikasi dengan melakukan
audit kesesuaian /audit lanjutan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
h. LS Pro mengambil keputusan terhadap hasil pengawasan insidental yang telah dilaksanakan. Apabila
hasil temuan audit tergolong mayor maka Manajemen LS Pro meminta Komisi Teknis untuk
menentukan status sertifikasi melalui rapat komisi teknis.
i. Hasil audit lanjutan (kategori mayor) dan hasil audit surveilen selanjutnya dievaluasi dan diputuskan
melalui Komisi Teknis Alsintan. Hasil keputusan Komisi Teknis dilaporkan kepada Kepala LS Pro
j. Apabila hasil audit lanjutan dan surveilen masih sesuai dengan standar yang ditetapkan, Pelaku
Usaha masih diijinkan memegang sertifikat produk tersebut.
k. Kegiatan pengawasan rutin / pengawasan berkala dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam setahun
l. Pelaksana pengawasan terhadap pelaku usaha adalah Pejabat fungsional pengawas alat dan mesin
pertanian yang wajib memenuhi persyaratan sebagai auditor alat dan mesin pertanian atau petugas
pengambilan contoh alsintan dalam rangka menilai kesesuaian lapang di lini produksi dan/atau
dipasar, memahami sistem manajemen mutu SNI ISO 9001, proses produksi alsintan, proses
pengujian alsintan dan SNI alsintan sesuai ketentuan LS Pro.
- 3687 -
m. Pelaksana pengawasan wajib melaporkan dan dapat memberikan rekomendasi hasil pengawasan
secara berjenjang.
n. Perangkat kerja pelaksanaan pengawasan berdasarkan Peraturan tentang alsintan, Pedoman
Pengawasan Alat dan Mesin Pertanian, serta Standar Operating Procedure / SOP Lembaga Sertifikasi
Produk yang didalamnya terdapat tabel pengisian hasil pengawasan dan kuesioner dengan pelaku
usaha, bahan dan peralatan dalam proses sertifikasi serta alat untuk dokumentasi
Mekanisme pelaporan
1. Hasil pengawasan pengawas wajib dilaporkan oleh pelaksana pengawas secara rutin maupun
insidental apabila terjadi kasus penyimpangan/pelanggaran yang perlu penanganan secara
khusus
2. Laporan hasil pengawasan alat dan mesin pertanian mencakup laporan hasil audit kesesuaian,
ketidaksesuaian terhadap jumlah, jenis dan mutu alat dan atau mesin pertanian yang beredar,
dampak penggunaan alat dan atau mesin pertanian di tingkat petani serta permasalahan lain
yang timbul di lapangan. Format laporan mencakup Pendahuluan, Tujuan dan Sasaran, Hasil
Pelaksanaan Pengawasan, Permasalahan, Tindaklanjut Hasil Pengawasan, Kesimpulan dan
Saran.
3. Penyampaian laporan pengawasan yang dilakukan oleh pelaksana pengawas dilaporkan secara
berkala kepada pimpinan unit yang berwenang.
- 3688 -
4. Informasi dan pengaduan masyarakat terkait sertifikasi alat dan mesin pertanian dapat diperoleh
dari media sosial maupun dari Provinsi/Kabupaten/Kota. Saluran pengaduan masyarakat dapat
diakses melalui website LAPOR! (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat), maupun
aplikasi LAPOR! yang dapat didownload di Google Play atau App Store. Masyarakat dapat
menuliskan pengaduan, keluhan atau aspirasi, serta menggunggah dokumen pada laman
LAPOR! untuk kemudian diteruskan kepada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian
Pertanian untuk ditindaklanjuti.
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,