2, 2019
ISSN 2442-3262
EVALUASI INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG TERHADAP RDTR BAGIAN WILAYAH
PERKOTAAN POSO 2015-2035
, ,&
1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado
2&3
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail: Wahyudinua96@gmail.com
Abstrak
Relokasi pasar ke pinggiran kota Poso memicu timbulnya pasar-pasar kecil di sekitar lokasi pasar
lama. Pasar-pasar kecil ini tumbuh pesat di beberapa ruas jalan di sekitar pusat kota lama. Inilah yang
menyebabkan kemacetan lalu lintas di beberapa ruas jalan di sekitar pusat kota lama.
Kondisi ini mendorong dilakukanya pengkajian ulang terhadap kebijakan pembangunan kota
yang berkaitan dengan RDTR kota Poso. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam proses pembangunan terhadap RDTR yang berlaku di kota Poso.
Menggunakan pendekatan evaluation research dan kuantitatif dengan metode deskriptif,
penelitian menghasilkan temuan berupa penyimpangan dari ketentuan yang tercantum dalam Peraturan
Daerah No 1 Tahun 2015 tentang RDTR Bagian Wilayah Perkotaan Poso. Penyimpangan terjadi di
kawasan vital dalam hal KDB (41%), KDH (46%), khususnya di sekitar RSUD dan sekitar lokasi pasar
yang lama.
Teknik Evaluasi
Terdapat tiga komponen analisis yang akan KDB;
dievaluasi oleh penulis, yaitu (1) Koefisien = Luas Lantai Dasar x 100%
Dasar Bangunan (KDB), adalah koefisien dalam Luas lahan
persentase antara luas lantai dasar bangunan
yang dapat dibangun terhadap luas lahan KLB;
keseluruhan (Arief Sabaruddin, 2013). = Luas Seluruh Lantai
(2)Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu Luas Lahan
angka persentase perbandingan antara jumlah KDH;
seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat = Luas Daerah Hijau x 100%
dibangun dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai Luas Ruang Terbuka
(Permen PU No 6 thn 2007), (3)Koefisien
Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase Setelah selesai melakukan perhitungan,
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka Hasil KDB, KLB, KDH, diinput ke dalam
di luar bangunan gedung yang diperuntukkan aplikasi ArcGIS untuk dibuat menjadi peta
bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah digital.
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
(Permen PU No 6 thn 2007).
Luas Lantai
Dasar
= 334 𝑚
KDB = 32%
Gb.2. Hasil Digitasi Luas Tapak dan Luas Lantai Dasar pada
Aplikasi ArcGis
335
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262
HASIL DAN PEMBAHASAN tetapi tidak memiliki ruang terbuka hijau, dan
memilki ruang terbuka dan ruang terbuka hijau.
Hasil Identifikasi
Hasil Survei
Tapak 835
Lantai Dasar 1026
Lantai 2 215
Lantai 3 10
Lantai 4 2
Ruang Terbuka 419
336
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262
Kecamatan Poso Kota berada pada
No Nama Peta bagian barat daerah pinggiran kota Poso dan
termasuk lokasi pusat kota. Berada di
1 Tapak X
sepanjang jalan trans Sulawesi, bangunan-
bangunan di lokasi tersebut memiliki
kepadatan bangunan rendah, memasuki pusat
kota, bangunan-bangunan tinggi mulai terlihat,
Tapak X, L,
2 seperti hotel dan Mall, bangunan-bangunan
dan Ka
pada lokasi tersebut didominasi perdagangan
dan jasa seperti rumah makan dan toko-toko.
Kecamatan Poso Kota Utara berada pada
Tapak
3 bagian utara, merupakan daerah pusat kota
A,B,C,D,E,F,Z
lama sehingga bangunan-bangunan pada
lokasi tersebut ada yang masih bekas zaman
4
Tapak G,H,O, belanda, terlihat dari beberapa bangunan yang
dan Z
memiliki gaya arsitektur kolonial, dan
didominasi satu lantai.
Kecamatan Poso Kota Selatan berada
5 Tapak K dan M
pada bagian selatan sepanjang jalan trans
Sulawesi daerah pinggiran kota, bangunan-
Tb. 4. Lahan Terbangun bangunan rata-rata satu hingga dua lantai dan
didominasi fungsi permukiman. Berbeda
dengan pinggiran kota di bagian barat, pada
bagian selatan memiliki kepadatan bangunan
Tapak yang sedang hingga kepadatan bangunan
1 X, tinggi.
Ka, L
Tapak
3
O
Tapak
4
Z, F
Gb. 6. Evaluasi KDB Max 40% Gb. 7. Evaluasi KDB Max 60%
Persentase
Penyimpangan Sebelum RDTR
Penyimpangan Disebabkan
Pelebaran Jalan
Tidak Menyimpang
35%
59%
2% Gb. 12. Bangunan Lantai Satu di Pusat Kota
4%
Pada Pusat kota didominasi oleh lantai 2 di
sepanjang jalan trans Sulawesi. Sekalipun
Koefisien Lantai Bangunan
berada di pusat kota, hanya ada 5 bangunan yang
mencapai 3 lantai.
: Lantai 2
: Lantai 3
Untuk koefisien lantai bangunan di kota Gb.13. Bangunan 2 Lantai dan 3 lantai
Poso, berdasarkan survei, hasil identifikasi, dan
hasil perhitungan, di kota Poso tidak terjadi Koefisien Daerah Hijau
penyimpangan terhadap ketentuan KLB.
Berdasarkan analisis penulis, lantai bangunan
rata-rata hanya mencapai 2 lantai, dan ada
beberapa bangunan yang mencapai 3 sampai 4
lantai. Perkembangan terhadap lantai bangunan
di kota Poso tidak begitu besar, hanya di pusat
kota yang terjadi perubahan koefisien lantai
bangunan.
Gb. 15. Peta KDH Min 10% Gb. 16. Peta KDH Min 20%
Dari hasil identifikasi pada zona dengan Dari hasil identifikasi pada zona dengan
peruntukan KDH minimum sebesar 10%, peruntukan KDH minimum sebesar 20%,
terdapat 63 Ruang Terbuka yang disurvei, dan terdapat 146 Ruang Terbuka yang disurvei, dan
hasil evaluasi menunjukan 14 tapak hasil evaluasi menunjukan 68 tapak
menyimpang dari peraturan zonasi, dan 49 tapak menyimpang dari peraturan zonasi, dan 78 tapak
sesuai dengan peraturan zonasi. sesuai dengan peraturan zonasi.
Gb. 17. Peta KDH Min 30% Gb. 19. Peta KDH Min 60%
Dari hasil identifikasi pada zona dengan Dari hasil identifikasi pada zona dengan
peruntukan KDH minimum sebesar 30%, peruntukan KDH minimum sebesar 60%,
terdapat 120 Ruang Terbuka yang disurvei, dan terdapat 23 Ruang Terbuka yang disurvei, dan
hasil evaluasi menunjukan 69 tapak hasil evaluasi menunjukan 7 tapak menyimpang
menyimpang dari peraturan zonasi, dan 51 tapak dari peraturan zonasi, dan 16 tapak sesuai
sesuai dengan peraturan zonasi. dengan peraturan zonasi.
Hasil evaluasi untuk keseluruhan Koefisien
Daerah Hijau, 46% dari 408 RTH, menyimpang
atau memiliki RTH yang tidak mencapai
ketentuan yang ditentukan dari RDTR, dan 54%
telah sesuai dengan ketentuan RDTR, dan
terdapat 427 tapak tidak memiliki RTH sama
sekali.
Persentase
SARAN
Dari sudut pandang penulis sebagai
perencana wilayah dan kota, kesesuaian
intensitas pemanfaatan ruang, memberikan
kelebihan dan kekurangan pada kota Poso. Dari
segi kelebihan, kesesuaian intensitas
pemanfaatan ruang yang melebihi 50%
berdampak pada kepadatan bangunan yang
masih rendah, karena sejak awal perkembangan
Poso masih memiliki kepadatan bangunan yang
rendah hingga sedang. Dari segi kekurangan,
Poso mengalami perkembangan yang terhambat,
bangunan-bangunan yang menyimpang sulit
untuk mengalami perubahan untuk sesuai
dengan peraturan RDTR.
Agar tidak terjadi penyimpangan, perlu
koordinasi antara pemerintah, instansi terkait,
dan masyarakat, seperti publikasi secara terbuka,
lewat media video visual. Ketegasan hukum bagi
yang melanggar, seperti pembongkaran dan
renovasi kembali, agar perkembangan lebih
efisien dan tertib.