Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ i
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4. Manfaat penelitian .................................................................................... 2
1.5. Keutamaan Penelitian ............................................................................... 2
1.6. Temuan Yang Ditargetkan dan Kontribusi Terhadap Iptek ..................... 3
1.7. Luaran Yang Diharapkan ......................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1. Pemanfaatan Jahe di Kalimantan Barat .................................................... 3
2.2. Perkembangan Permen Karet (Bubble Gum) ........................................... 3
2.3. Inovasi Jahe dalam Bentuk Bubble Gum ................................................. 4
BAB III. METODE PENELITIAN......................................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 5
3.3. Prosedur Kerja .......................................................................................... 5
3.4. Analisis ..................................................................................................... 6
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .................................................... 8
4.1. Anggaran Biaya ........................................................................................ 8
4.2. Jadwal Kegiatan ....................................................................................... 8
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 11

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping ........................... 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan .......................................................... 17
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ................. 19
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ................................................... 20

i
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu komoditas ekspor terpenting
Indonesia. Tanaman ini juga merupakan salah satu komponen penting jamu
Indonesia, yang secara lokal disebut jamu, fitofarmaka dan memberikan kontribusi
devisa negara dan kesempatan kerja bagi tenaga kerja (Rostiana, O., & Syahid, S.
F., 2008). Jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam keluarga Zingiberaceae
(Wagner, 1980) dan genus Zingiber. Nama lain dari jahe adalah jahe Afrika, Jahe
hitam, Jahe Cochin, GanJiang, Gegibre, Ingwer, Jahe Jamaika, dan Jahe Ras.
Kunyit, kapulaga, dan lengkuas adalah anggota keluarga jahe penting lainnya.
Berdasarkan makna tersebut, tanaman jahe dari dulu dikenal sebagai tanaman
rempah atau obat-obatan yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit
(Lestari, 2017). Salah satunya yaitu dari jahe yang kaya akan kandungan minyak
atsiri pada rimpang jahe. Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang mudah
menguap, yang tersusun atas senyawa zingiberen (C2H24) dan zingiberal
(C12M26O2) (Lestari, 2017).
Permen karet (bubble gum) memiliki potensi sebagai bahan penghantar obat
karena mampu melepaskan zat-zat aktif yang terkandung di dalamnya. Permen
karet yang berbahan dasar zat aktif secara farmakologi ditujukan sebagai
pengobatan penyakit lokal di rongga mulut atau penyerapan sistemik melalui
mukosa. Permen ini terbuat dari 4 bahan utama, yaitu gum base, pemanis
(sweeteners), pewarna (colors) dan perisa makanan (flavors) (Panda, 2015). Di
Indonesia, permen karet masih tergolong sebagai jajanan tidak sehat karena
kandungan pewarna sintetisnya. Pewarna sintetis ini sebenarnya dapat diganti
dengan pewarna alami (Sera, A. C., & Hervilia, D., 2018). Sayangnya, di negara
berkembang seperti Indonesia, permen karet masih diidentikkan dengan jajanan
tidak sehat. Sebagian besar permen karet komersial yang beredar di pasaran ini
mengandung sakarin, aspartame dan acesulfame K yang tergolong sebagai pemanis
buatan (Silalahi, Chahaya & Marsaulina, 2010). Tingginya kandungan bahan
tambahan pangan seperti pemanis dan pewarna buatan yang mungkin terdapat pada
permen karet komersil inilah yang menyebabkan produk ini mendapat kesan negatif
di kalangan masyarakat Indonesia. Penggunaan permen karet (bubble gum) selama
ini khususnya di negara berkembang seperti Indonesia, belum ada bubble gum yang
berbahan dasar makanan fungsional seperti jahe. Sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai pembuatan bubble gum yang berbasis pada bahan pangan
fungsional.
Pengembangan tanaman jahe yang selama ini dilakukan hanya terbatas pada
budidaya dan penjualan produk mentah. Dibutuhkan suatu pengolahan pascapanen
yang baik agar jahe memiliki nilai tambah sehingga semakin meningkatkan nilai
jual dan produksi jahe. Produk olahan jahe yang umum kita jumpai adalah jamu,
permen, instant jahe, minuman hangat. Jahe biasanya cenderung dikonsumsi oleh
2

orang dewasa dan lanjut usia. Sebagian besar masyarakat memiliki asumsi bahwa
jahe adalah minuman untuk orang tua karena penyajiannya yang konservatif. Selain
itu, sistem pemasaran produk minuman jahe hanya dengan menjual langsung ke
pembeli.
Berdasarkan permasalahan tersebut, melalui Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) bidang Penelitian diciptakan inovasi produk pangan yang sehat dan kreatif
namun terfokus pada pangan fungsional yang dapat dikonsumsi oleh semua
kalangan usia, sehingga mengubah persepsi masyarakat bahwa jahe adalah suatu
pangan yang tidak menarik. Produk pangan ini diberi nama BULEGUJE (Bubble
Gum Jahe) sebagai bentuk inovasi produk pangan dari jahe dengan modifikasi
penyajian jahe konvensional yang sehat dan kekinian dengan tetap
mempertahankan kandungan gizi dari jahe. Hal ini karena jahe mengandung
shogaol dan gingerol yang memiliki aktivitas sebagai antiemetik. Penelitian
menunjukkan bahwa 6-shogaol, 6-gingerol dan zingerone dapat menghambat
respon dari reseptor 5-HT3 yang mana berperan dalam proses mual muntah (Late
Inaki & Jose Allue, 2016). Penelitian oleh Ricardo Fabio C, et al (2009)
menunjukkan efek imunomodulator dari jahe (Zingiber officinale), Salvia
officinalis dan, Syzygium aromaticum, dalam bentuk minyak esensial yang diujikan
pada sel tikus.

1.2. Rumusan Masalah


Belum diketahui jumlah ekstrak jahe yang tepat dalam pembuatan Bubble
Gum yang paling disukai oleh konsumen.

1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bubble gum jahe yang
bernutrisi baik.

1.4. Manfaat penelitian


Manfaat dari pembuatan program kreativitas mahasiswa ini adalah untuk
memanfaatkan produk rempah asli Indonesia yaitu jahe dengan inovasi bubble gum
yang bernutrisi tinggi serta memberikan pilihan produk Bubble Gum yang
diperkaya dengan jahe sehingga nutrisinya lebih baik.

1.5. Keutamaan Penelitian


Jahe yang cukup melimpah dan mudah dibudidayakan di Kalimantan Barat
sudah cukup dimanfaatkan dengan optimal, akan tetapi belum banyak dilakukan
penelitian mengenai inovasi pangan kekinian yang dapat menarik minat semua
kalangan usia dalam bentuk bubble gum (permen karet). Jahe dapat dijadikan
permen karet yang berbeda dengan permen karet pada umumnya yang sudah
beredar di masyarakat dengan tetap mempertahankan rasanya yang khas. Hal ini
karena jahe mengandung shogaol dan gingerol yang memiliki aktivitas sebagai
3

antiemetik. Penelitian menunjukkan bahwa 6-shogaol, 6-gingerol dan zingerone


dapat menghambat respon dari reseptor 5-HT3 yang mana berperan dalam proses
mual muntah (Late Inaki & Jose Allue, 2016).

1.6. Temuan Yang Ditargetkan dan Kontribusi Terhadap Iptek


Penelitian ini ditargetkan untuk melakukan penelitian dalam
mengembangkan jahe sebagai olahan pangan yang sehat dan memiliki rasa yang
tidak kalah menarik dengan permen karet pada umumnya yaitu berupa bubble gum.
Dengan inovasi ini jahe yang biasanya hanya di konsumsi oleh orang tua namun
jika dalam bentuk bubble gum ini secara tidak langsung dapat menarik minat semua
kalangan usia untuk mengonsumsi jahe sebagai produk pangan yang kaya akan
manfaat.

1.7. Luaran Yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan adalah hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk
laporan akhir, laporan kemajuan dan dipublikasikan pada Jurnal Nasional terindeks
SINTA 2 yaitu Jurnal Sains dan Teknologi Pangan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemanfaatan Jahe di Kalimantan Barat


Di Kalimantan Barat pengelolaan hasil pertanian dan perikanan hanya
sebatas penanaman, panen, kemudian dijual, sehingga pendapatan masyarakat di
Desa Mekar Sari tergantung pada harga jual yang tidak menentu. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan
pendampingan pengolahan hasil pertanian khususnya jahe menjadi jelly jahe (Devi
& Mulya 2018).Selama ini tanaman jahe hanya digunakan sebagai bumbu masakan
dan sebagai obat-obatan dalam bentuk jahe segar. Menurut (Iswari, 2015)
Jahe (Zingiber officinale Rosc.), merupakan rempah yang banyak
digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti
roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam
industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai
lalapan, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karena dapat memberi efek
rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan minuman seperti
bandrek, skoteng dan sirup. Selain itu jahe juga dapat diolah menjadi bahan yang
tahan simpan, seperti: simplisia, bubuk jahe, asinan jahe dan permen jahe (Devi &
Mulya, 2018).

2.2. Perkembangan Permen Karet (Bubble Gum)


Berdasarkan sejarahnya, permen karet dibuat dari getah pepohonan.
Contohnya, orang Yunani kuno menggunakan damar pohon mastic, orang Amerika
Utara memanfaatkan getah pohon cemara dan suku Maya menggunakan getah
4

pohon sapodilla untuk membuat permen karet (Mathews, 2009). Meskipun permen
karet telah dijual secara komersil oleh John B. Curtis, seorang pengusaha Amerika
pada tahun 1848, baru pada akhir tahun 1869 permen ini resmi dipatenkan oleh
William Finley Semple, seorang dokter gigi dari Ohio, Amerika (Yunita, 2017).
Sejak dikembangkannya permen karet, para peneliti menemukan bahwa
ternyata produk ini memiliki banyak manfaat. Salah satunya terkait dengan
kemampuan kognitif dan suasana hati (mood). Penelitian yang dilakukan di Inggris
dan Canada membuktikan bahwa mengunyah permen karet dapat meningkatkan
daya ingat dan mengurangi stress (Allen & Smith, 2011; Lee & Sergueeva, 2017).
Sebagian besar permen karet komersial yang beredar di pasaran ini
mengandung sakarin, aspartame dan acesulfame K yang tergolong sebagai pemanis
buatan (Silalahi, Chahaya & Marsaulina, 2010). Di samping itu, tartrazin,
karmoisin, titanium dioksida, indigotin dan merah allura juga kerap kali digunakan
sebagai pewarna tambahan pada permen karet (Ambarsari dkk, 2012; Silalah dkk ,
2010).

2.3. Inovasi Jahe dalam Bentuk Bubble Gum


Hidrokoloid merupakan komponen polimer yang berasal dari sayuran,
hewan, atau mikroba yang umumnya memiliki kemampuan menyerap dan
mengikat air. Ada berbagai jenis hidrokoloid potensial yang dapat diekstrak dan
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pangan dan nonpangan untuk meningkatkan
kualitas produk. Ekstraksi hidrokoloid dapat dilakukan secara fisik, kimia, dan
biokimiawi (Herawaty, 2018).
Semakin tinggi penambahan konsentrasi karagenan (0,5%; 1%; 1,5%) dan
waktu pengeringan (8 jam, 10 jam, 12 jam) maka untuk kadar karbohidrat, kadar
serat kasar, dan uji kekuatan tarik semakin meningkat. Karagenan merupakan getah
rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari
kelas Rhodophyceae (alga merah). Karagenan mempunyai fungsi untuk pengental,
pengemulsi, pensuspensi, dan faktor penstabil. Karagenan juga dapat digunakan
dalam industri pangan untuk memperbaiki penampilan produk kopi, bir, sosis,
salad, es krim, susu kental, coklat, jeli (Winarno, 1996).
Gum arab merupakan stabilizer alami dan mempunyai sifat stabilitas yang
sangat baik, bahan pengental emulsi yang efektif karena kemampuannya untuk
melindungi koloid dan biasanya digunakan dalam pembuatan sirup (Hui, 1992).
Gum arab jauh lebih mudah larut dalam air dibanding hidrokoloid lainnya
(Alinkolis, 1989). Penambahan gum arab pada produk vegetable leather menaikkan
karakteristik kimia kadar abu, total karoten, dan total serat pangan. Hasil pengujian
sensori menunjukkan adanya pengaruh gum arab terhadap kesukaan warna, tekstur
dan overall (menunjukkan adanya beda nyata pada beberapa formulasi).
Tepung tapioka berasal dari pati singkong yang diekstrak. Untuk memperoleh
pati dari singkong (tepung tapioka) maka harus mempertimbangkan usia atau
kematangan dari tanaman singkong. Usia optimum yang telah ditemukan dari hasil
5

percobaan terhadap salah satu varietas singkong yang berasal dari jawa yaitu San
Pedro Preto adalah sekitar 18-20 bulan (Grace, 1977). Produk nori yang
menggunakan tepung tapioka menjadi perlakuan terpilih dengan persentase
penerimaan panelis sebesar 88,3% dengan beberapa karakteristik sensori yang
dimiliki yaitu berwarna cerah, tekstur yang renyah dan memiliki rasa asin (Agusta
et al., 2017).

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan yang dilakukan secara daring
menggunakan via Whatsapp dan luring untuk riset di Laboratorium Desain Pangan
dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam proses pembuatan bubble gum jahe adalah pisau,
timbangan digital, blender, microwave berdaya 800 watt, kain saring (kain blacu),
kertas saring, rotary vacuum evaporator, wadah, kertas minyak (wax paper), rotary
vacuum evaporator.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan bubble gum jahe adalah, pelarut
akuades dan asam sitrat 10% (food grade), sirup jagung (5 ml), gliserin (2 ml), asam
sitrat (1 gr) dan ekstrak jahe (350-550 gr), xanthan gum (9 gr), gula halus (27,5 gr),
pewarna sintetis karmoisin CI 14720, Tartrazine (E102), dan Sunset Yellow
(Kuning FCF CI. No. 15985).

3.3. Prosedur Kerja


Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan rancangan acak lengkap.
Penelitian dibagi menjadi 2 tahap. Pada tahap 1 akan dipilih 2 formulasi permen
karet jahe yang paling disukai panelis dan kemudian akan dibandingkan dengan
permen karet dengan pewarna sintetis karmoisin CI 14720, Tartrazine (E102), dan
Sunset Yellow (Kuning FCF CI. No. 15985) pada tahap 2.
Sebelum melakukan penelitian tahap 1 dan 2, terlebih dulu dilakukan
ekstraksi jahe dengan mengikuti prosedur berikut ini.

3.3.1. Pembuatan Ekstrasi Jahe (Ingrath, Nugroho & Yulianingsih, 2015)


Jahe (Zingiber officinale) dengan berat rata-rata 350-550 gr dibeli langsung
dari petani lokal jahe pada musim panen. Jahe dibersihkan dan dipotong-potong
menggunakan pisau, ditimbang dengan timbangan digital, dihancurkan dengan
blender dan direndam dalam pelarut aquades dan asam sitrat 10% (food grade)
selama 1 hari sebelum dilakukan proses ekstrasi. Proses ekstraksi jahe dilakukan
menggunakan metode MAE (Microwave Assissted Extraction) dimana bubur jahe
6

dipanaskan dalam microwave berdaya 800 watt selama 6 menit. Proses ini terutama
bertujuan untuk memaksimalkan pigmen yang akan diekstrak dari kulit jahe
(Ingrath, Nugroho & Yulianingsih, 2015). Selanjutnya, bubur jahe disaring 2 kali
menggunakan kain saring (kain blacu) dan kertas saring kemudian didistilasi untuk
mendapatkan ekstrak jahe. Dari ekstrak jahe tersebut dibuatlah larutan dengan
konsentrasi 80%, 70%, 60%, 50% dan 40%.

3.3.2. Pembuatan Produk Permen Karet


Setelah dilakukan proses ekstraksi dan pembuatan konsentrat, langkah
berikutnya adalah pembuatan produk permen karet. Dengan konsep trial and error,
peneliti sebelumnya mencoba beberapa resep pembuatan permen karet yang
diambil dari internet dan menambahkannya dengan ekstrak jahe. Setelah
melakukan beberapa kali percobaan, didapatkanlah resep standar yang dapat
menghasilkan permen karet jahe dengan tekstur dan warna yang sesuai dengan
harapan peneliti. Bahan yang digunakan dalam pembuatan permen karet tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1. Resep dapat di-scale up untuk membuat permen karet
dalam jumlah yang banyak (Sera, A. C., & Hervilia, D., 2018)

Tabel 1. Resep Dasar Permen Karet Jahe


Bahan Jumlah
Gula halus 27,5 gr
Xanthan gum 9 gr
Sirup jagung 5 ml
Gliserin 2 ml
Ekstrak jahe 2 ml
Asam sitrat 1 gr

Pembuatan permen karet sehat jahe mengikuti prosedur sebagai berikut:


Sirup jagung, gliserin, asam sitrat dan ekstrak jahe dicampur menjadi satu dalam
sebuah wadah hingga menjadi campuran yang homogen. Tambahkan xanthan gum
dan gula halus ke dalamnya untuk membuat adonan permen karet. Adonan
kemudian diuleni hingga kalis, dipipihkan dengan ketebalan 5 mm dan dipotong
dengan ukuran rata-rata 1 cm x 3 cm. Permen karet kemudian dikemas
menggunakan kertas minyak (wax paper).
Permen karet dengan pewarna sintetis juga dibuat mengikuti resep standar di
atas. Namun, ekstrak jahe diganti dengan pewarna karmoisin CI 14720, Tartrazine
(E102), dan Sunset Yellow (Kuning FCF CI. No. 15985).

3.4. Analisis
7

3.4.1. Uji Kadar Air (Sudarmadji 1997)


Penentuan kadar air mengacu kepada Sudarmadji dkk. (1997), sampel
ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukan kedalam cawan porselen yang telah
diketahui beratnya (sebelum cawan porsclen digunakan terlebih dahulu dikeringkan
dalam oven pada suhu sekitar 100 C selama 10 menit). Cawan yang telab berisi
bahan kemudian dikeringkan dalam oven 105 C dalam waktu 3 jam lalu
didinginkan didalam desikator selama sekitar 20 menit dan ditimbang. Kemudian
sampel beserta cawan dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit dan didinginkan
kembali di dalam desikator lalu ditimbang Perlakuan ini diulang sampai diperoleh
berat yang konstan (selisih penimbangan berturut-turut kecil dan 0 2 mg).
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔)
Kadar air = 𝑥 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)

3.4.2. Parameter Pengamatan Uji Hedonik


Uji rating hedonik disebut juga uji kesukaan. Panelis diminta tanggapan
pribadinya tentang kesukaan terhadap suatu sampel atau sebaliknya
(ketidaksukaan) pada atribut sensori warna, tekstur, kerenyahan, aroma dan rasa.
Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik (Wagiyono, 2003).
Sebelum dilakukan pengukuran terhadap intensitas warna dan tingkat
kesukaan panelis, seluruh sampel permen karet diberi kode acak. Intensitas warna
diukur dengan menggunakan aplikasi smartphone colorimeterversi 3.5.2 yang
diproduksi oleh Research Lab Tools, Sao Carlos, SP. Intensitas warna dicatat dalam
bentuk nilai RGB (Red, Green, Blue).
Sebanyak 80 orang panelis tidak terlatih dari golongan umur 17-30 tahun
diminta tanggapannya terhadap perbandingan warna seluruh sampel yang diuji dan
tingkat kesukaannya terhadap warna dari produk permen karet dengan mengisi
formulir uji hedonik yang telah disiapkan oleh peneliti. Data intensitas warna dalam
bentuk nilai RGB dianalisa secara statistik menggunakan statistik uji beda lebih dari
2 kelompok nonparametrik Kruskal-Wallis dengan tingkat kepercayaan 95%. Data
tingkat kesukaan dari uji hedonik diolah dengan melakukan pengelompokkan dan
penghitungan persentase terhadap pilihan responden dan disajikan secara deskriptif

3.4.3. Analisa Kadar Protein (Sudarmadji., 1997)


Pengujian kadar protein menurut Sudarmadji et al., (2007) dilakukan dengan
metode Kjeldahl, metode ini terdiri atas tiga tahapan yaitu: 1). Tahap destruksi,
dimulai dengan menimbang sampel sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam labu
destruksi dan ditambah katalisator berupa selenium sebanyak 0,5 g, kemudian
ditambah asam sulfat (H2SO4) pekat sebanyak 10 ml, lalu sampel didestruksi
dalam ruang asam selama 1-1,5 jam atau sampai warna cairan jernih. Hasil destruksi
didinginkan, kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi. 2). Tahap destilasi,
pada tahap ini ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan, asam standar yang dipakai
8

sebagai penangkap adalah asam borat (H3BO4) 4% sebanyak 20 ml. Untuk


mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator Metylen Red
(MR) dan Metylen Blue (MB) sebanyak 2 tetes. Kemudian sampel dimasukkan ke
dalam labu destilasi dan ditambah 50 ml aquades dan 40 ml natrium hidroksida
(NaOH) 45%. Destilasi berakhir sampai penangkap berubah warna dari ungu
menjadi hijau. Hasil destilasi, kemudian dilanjutkan dengan proses titrasi. 3). Tahap
titrasi, penampung yang digunakan adalah asam borat. Banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonium dapat diketahui dengan tirasi menggunakan asam
khlorida (HCl) 0,1 N, akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari
hijau menjadi ungu. Kadar protein dihitung dengan rumus:

(ml HCl − ml Blangko x Normalitas HCl x 14,007 x 100)


%N = × 100
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

3.4.4. Analisa Gula Total (Sudarmadji dkk., 1997)


Metode Refrakto pengujian lebih spesifik jika digunakan dalam penetapan
kadar gula pereduksi pada sampel yang memiliki senyawa gula campuran di
dalamnya.

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya


Tabel 4.1: Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Peralatan Yang Diperlukan 2.890.000
2. Bahan Habis Pakai 1.341.000
3. Perjalanan 750.000
4. Lain-lain: 2.225.000
Jumlah 7.206.000

4.2. Jadwal Kegiatan


Tabel 4.2: Jadwal Kegiatan PKM-RE
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan penelitian
2 Pelaksanaan penelitian
3 Analisis data dan pembahasan
4 Penyusunan laporan penelitian
9

DAFTAR ISI

Agusta, E. N., Amalia, L., & Hutami, R. (2017). Formulasi Nori Artifisial Berbahan
Baku Bayan (Amaranthus hybridus L). 19-27.
Ali, B., G. Blunden, M. O., & Nemmar, A. (2008). Some phytochemical,
pharmacological and toxicological properties of ginger (Zingiber officinale
Roscoe). A review of recent research. Food and Chemical Toxicology, 46,
409-420.
Allen, A., & Smith, A. (2011). A Review of The Evidence That Chewing Gum
Affects Stress, Alertness and Cognition. Journal of Behavioural and
Neuroscience Research, 9(1), 7-23.
Allinkolis, J. (1989). Candy Technology. The AVI Publishing Co. Wetsport
Connecticut.
Ambarsari, I., Qanytah, & Sarjana. (2012). Penerapan Standar Penggunaan Pemanis
Buatan pada Produk Pangan. Perpustakaan Digital Politeknik Negeri
Bandung. Retrieved from http://digilib.polban.ac.id/gdl.php?mod=br
owse&op=read&id=jbptppolban-gdlindrieamba-3115
Devi Yasmin, d. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan
Pembuatan Jelly Jahe, Kerupuk Nanas Serta Nugget Ikan Nila Di Desa
Mekar Sari Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Buletin Al
Ribaath, 15, pp. 50-59.
Fatikarini, I., & Handajani, J. (2016). Pengunyahan Permen Karet Gula dan Xylitol
Menurunkan Pembentukan Plak Gigi. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia,
18, p. 11. Retrieved from https://doi.org/10.22146/majkedgiind.16448
Grace, M. (1977). Cassava Processing. Food and Agriculture Organization of
United Nations.
Herawaty, H. (2018). Potensi hidrokoloid sebagai bahan tambahan pada produk
pangan dan non pangan bermutu. pp. 17-25. Retrieved from
https://doi.org/10.21082/jp3.v37n1.2018
Hui, Y. (1992). Encyclopedia of Foof Science and Technology. II.
Ingrath, W., Nugroho, W., & Yulianingsih, R. (2015). Ekstraksi Pigmen Antosianin
dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis) sebagai Pewarna
Alami Makanan dengan Menggunakan Microwave. Jurnal Bioproses
Kmoditas Tropis, 3(3), 1-8.
Iswari, K. (2015). Teknologi Pengolahan Jahe. Sumatera Utara: Balai Pengkajian
Teknologi Pangan.
Late, I., & Allue, J. (2016). The Effectiveness of Giger in the Prevention of Nasea
ad Vomiting during Pregnancy and Chemotherapy. Integrative Medicine
Insights, 20(16), 11.
Lee, S., & Sergueeva, K. (2017). Chewing Increases Consumer's Thought
Engagement During Retail Shoppinh. Journal of Retailing and Consumer
Services, 35, 127-32.
Lestari, N. (2017). Sukses Budidaya Jahe. Yogyakarta: Oryza.
Mathews, J. (2009). Chicle: The Chewing Gum of The Americas, From Ancient
Maya to William Wrigley. Tucson: The University of Arizona Press.
Monica, O., Susiana, S., & Widura, W. (2018). Pengaruh Permen Karet Xylitol
Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans pada Pengguna Alat rtodontik
10

Cekat. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 30(1), 38.


Retrieved from https://doi.org/10.24198/jkg.v30i1.18182
Panda, H. (2015). Technology of Confectionery, Chocolates, Toffee, Candy,
Chewing & Bubble Gum, Lollipop and Jelly Products with Formulations.
New Delhi: Engineers India Research Ins.
Radiati, L., & Haryadi, R. (2003). Pengaruh ekstrak diklormetan jahe
(Zingiberofficinale) terhadap pengikatan toksin koleraB-subunit conjugasi
(FITC) pada reseptor selhibridoma LV dan Caco-2. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan, XIV(1), 56-67.
Rostiana, O., & Syahid, S. (2008). Somatic Embryogenesis From Meristem.
Biotropia, 15(1), 12-24.
Septiana, A., Muchtadi, D., & Zakaria. (2002). AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK DIKHLOROMETANA DAN AIR JAHE (Zingiber officinale
Roscoe). Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, XIII(2), 105-110.
Sera, A., & Hervilia, D. (2018). Konsentrat Buah Naga Super Red (Gylocereus
costaricensis) Sebagai Pewarna Alami dalam Pembuatan Permen Karet
Sehat. Jurnal Kesehatan, 9, 233-240. Retrieved from
https://doi.org/10.26630/jk.v9i2.901
Silalahi, R., Cahaya, I., & Marsaulina, I. (n.d.). Analisa Jenis dan Kadar Pemanis
Buatan pada Permen Karet yang Beredar di Kota Medan Tahun 2010. In
Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Wagner, H. (1980). Pharmaceutical biology. drugs and their ingredients. Stuttgart:
Gustav fischerVerlag.
Winarno, F. (1996). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
11

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping
Biodata Ketua Pelaksana
12
13
14

Biodata Dosen Pendamping


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Lucky Hartanti, S.TP, MP.
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Teknologi Pangan
4 NIP/NIDN 197503262002122002/0026037503
5 Tempat dan Tanggal Lahir Jember, 26 Maret 1975
6 Alamat E-mail luckyhartantiabubakar@yahoo.co.id
7 Nomor Telepon/HP 081 25687526

B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akdemik Sarjana S2/Magister S3/Doktor
Nama Institusi Universitas Universitas -
Jember Jember
Jurusan/Prodi Teknologi Agroteknologi -
Pengolahan Hasil
Pertanian
Tahun Masuk- 1993-1997 2008-2013 -
Lulus

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT


C.1. Pendidikan/Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Pasca Panen Wajib 3
2 Pangan Lokal Pilihan 3
3 Kewirausahaan Wajib 2
4 Pengantar Ilmu Pertanian Wajib 2
5 Dasar-Dasar Mikrobiologi Wajib 3
6 Mikrobiologi Pangan Wajib 3
7 Mikrobiologi Industri Wajib 3
8 Biokimia Tanaman Wajib 2
9 Teknologi Pengemasan dan Penyimpanan Wajib 3

C.2. Pengalaman Penelitian


Penyandang
No Judul Penelitian Tahun
Dana
1 Pengembangan Produk Gula Asal Ubi DIKTI 2014
Kayu untuk Pemenuhan Industri Pangan
Nasional
15

2 Analisis pada konsumsi pangan DIPA 2014


masyarakat di desa Lingga Kec. Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya
3 Evaluasi awal rasa bumbu tradisonal etnis DIPA 2015
Dayak ke bahan daun sindok dari Kab.
Sintang
4 Pengembangan Produk Gula Asal Ubi DIKTI 2015
Kayu untuk Pemenuhan Industri Pangan
Nasional
5 Identifikasi Logam Merkuri (Hg) dan DIKTI 2015
Kadnium pada Bayam dan Kangkung yang
ditanam di lahan bekas penambangan emas
Desa Kayu Ara Kecamatan Mandor
6 Potensi Kelopak Bunga rosella sebagai DIKTI 2016/
bahan penggumpal tahu 2017
7 Pengembangan Edible Coating Berbasis DIKTI 2016/
Pati Biji Durian – Kitosan dengan 2017
penambahan Ekstrak Daun Kesum Pada
Sosis Daging Sapi Selama Penyimpanan
Beku
8 Karakteristik Nata berbahan jeruk sambal DIPA 2016/
2017
9 Kandungan Serat dan Vitamin C DIPA 2018
Berbagai Nata Dengan Berbagai Sumber
Karbon
10 Karakteristik Pacri Kaleng Pada Beberapa DIPA 2019
Lama san Suhu Sterilisasi
11 Uji Umur Simpan Pacri Kaleng DIPA 2020

D. Pengabdian Kepada Masyarakat


No. Judul Pengabdian kepada Masyarakat Penyandang Tahun
Dana
1. Diversifikasi Komoditas Pangan Lokal Talas DIPA 2014
Sebagai Sumber Pangan Alternatif di Desa
Lingga Kecamatan Ambawang Kabupaten
Kubu Raya
2. IbM kelompok Nelayan dan Wanita Nelayan Dikti 2015
di Selakau dan Pemangkat dalam
pengolahan Udang Rebon menjadi Bubuk
Terasi Kering
16

3. Penanganan Pangan terduga tercemar bahan DIPA 2016


non pangan
4. Sosialisasi Program Studi di Sekolah DIPA 2017
menengah atas swasta kota Pontianak
5. Diversifikasi Olahan Jahe bagi PKK kota DIPA 2018
Singkawang
6. Diversifikasi Olahan Jagung bagi PKK kota DIPA 2019
Singkawang
7. Makanan Sehat Bebas Formalin Mandiri 2020
8. Pengolahan Tepung Berbasis Umbi-Umbian DIPA 2020
di Kota Pontianak

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
menjumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikan biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM Penelitian.
Pontianak, 25 November 2020
Dosen Pembimbing

(Lucky Hartanti, S.TP, MP.)


17

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
Rp)
Blender 1 buah 595.000 595.000
Kain Saring (Kain Blacu) 5 buah 25.000 125.000
Kertas Saring 2 bungkus 17.000 34.000
Baskom 5 buah 20.000 100.000
Kertas Minyak (Wax Paper) 1 pack 48.000 48.000
Pisau 3 buah 10.000 30.000
Talenan 3 buah 10.000 30.000
Microwave 1 buah 1.698.000 1.698.000
Sarung tangan 2 box 60.000 120.000
Masker 1 box 50.000 50.000
SUB TOTAL (Rp) 2.830.000
2. Bahan Habis
Xhantan Gum Base 3 kg 90.000 270.000
Gula Halus 8 kg 12.000 96.000
Sirup Jagung 4 kg 35.000 140.000
Gliserin 2 kg 25.000 50.000
Asam Sitrat 1 kg 15.000 30.000
Pewarna Sintetis Tartrazine 2 bungkus 16.000 32.000
(Tartrazin CI. No. 19140)
Pewarna Sintetis Sunset Yellow 2 bungkus 25.000 50.000
(Kuning FCF CI. No. 15985)
Pewarna Sintetis Carmoisine 2 bungkus 25.000 50.000
(Karmoisin CI. No. 14720)
Jahe 7 kg 85.000 595.000
Air galon 4 buah 7.000 28.000
SUB TOTAL (Rp) 1.341.000
3. Perjalanan
Ke kebun Jahe 3 orang 100.000 300.000
Keperluan membeli bahan 3 orang 50.000 150.000
Uang makan Tim 3 orang 50.000 150.000
Produksi dan Pemasaran 3 orang 50.000 150.000
SUB TOTAL (Rp) 750.000
4. Lain-lain
Sewa rotary vacuum evaporator 15 jam 15.000 225.000
Sewa Lab Design Pangan 4 bulan 250.000 1.000.000

Sewa Lab Teknologi Hasil 4 bulan 250.000 1.000.000


Pertanian
18

SUB TOTAL (Rp) 2.225.000


TOTAL 1+2+3+4 (Rp) 7.206.000
(Terbilang tujuh juta dua ratus enam ribu rupiah)
19

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas


Alokasi
Program Bidang Uraian
No Nama Waktu (jam/
Studi Ilmu Tugas
minggu)
1 Adhelia Putri Teknologi Teknologi 10 Persiapan
Oktaviani/ Pangan Pangan jam/minggu alat dan
C1061191057 bahan,
penelitian,
analisa
hasil,
pembuatan
laporan

2 Utami Destia Teknologi Teknologi 9 jam/minggu Persiapan


Fitri/ Pangan Pangan alat dan
C1061191101 bahan,
penelitian,
analisa
hasil,
pembuatan
laporan

3 Rizky Ananda Teknologi Teknologi 8 jam/minggu Persiapan


Insani/ Pangan Pangan alat dan
C1061201056 bahan,
penelitian,
analisa
hasil,
pembuatan
laporan
20

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai