Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya
bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata.

Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya telah diakui,
tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Namun, di sini akan dikemukakan dalil-dalil yang
menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani
Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’, dan indera.

Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan,
dan lain-lain:

“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya
matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]

Karena itu kita sebagai manusia, harus mengimani adanya Allah, sebab telah ada bukti yang nyata
tentang adanya Allah SWT.

Melihat ada kelemahan dalam argumen kosmologis, khususnya pada prinsip gerak dalam membuktikan
Tuhan, Ibn Sina mengajukan argumen ontologis, yang dikenal juga dengan dalil al-imkan. Alasan Ibn
Sina menyatakan bahwa “betapa tidak kompetennya menjadikan prinsip gerak untuk membuktikan sang
kebenaran, sedangkan Ia sendiri adalah prinsip dari segala yang ada. ” Argumen ontologis ini memiliki
beberapa macam, seperti halnya argumen kosmologis.

Yang pertama adalah argumen kemungkinan Ibn Sina. Dia membagi wujud dalam tiga kategori (1) wajib
al wujud, (2) mumkin al-wujud, dan (3) mumtani ’ al-wujud. Wajib al-wujud berarti wujud niscaya, yang
nyata keberadaannya dalam realitas. Sedangkan mumkin al-wujud berarti wujud yang keberadaannya
bisa jadi ada, bisa jadi tiada dalam realitas. Mumkin al-wujud bisa dipahami sebagai wujud yang
potensial, dalam arti memiliki kemungkinan untuk ada (maujud), tetapi karena pada dirinya sendiri dia
tidak memiliki aktualitas, maka tidak ada kemungkinan bagi dia untuk mewujudkan dirinya sendiri.
Adapun mumtani’ al-wujud, adalah wujud yang mustahil keberadaannya baik secara aktual maupun
potensial dalam realitas.

Nah, alam ini tidak bisa kita katakan sebagai wajib al-wujud, karena seperti yang kita ketahui, alam ini
bisa hadir dan bisa pula musnah. Sedangkan wajib al-wujud harus senantiasa ada selamanya. Namun,
alam ini juga bukan mumtani’ al-wujud, karena dengan jelas adanya, kita tidak bisa menolak realitas
alam yang kita saksikan dengan bola mata kita sendiri. Maka satu-satunya kategori yang mungkin
disandang alam adalah mumkin al-wujud. Sedangkan telah disinggung statusnya bahwa mumkin al-
wujud tidak bisa mewujudkan dirinya sendiri, maka dari itu harus ada entitas lain yang mewujudkannya.
Dialah wajib al-wujud yang kemudian kita maksudkan sebagai Tuhan
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah bukti-bukti bahwa tuhan itu ada?


2. Bagaimanakah dalil-dalil yang menyebutkan bahwa Allah itu ada?

Anda mungkin juga menyukai