Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PERENCANAAN KONSELING KELOMPOK PADA IBU

HAMIL UNTUK PENCEGAHAN STUNTING


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konseling
Dosen Pembimbing:
Dhimas Herdhianta, SKM., M .Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Nurul Hidayatul Kamilah P1733611840


6
Firdausya Aina Fauzi P1733611841
0
Nuni Husni Wahidah P1733611841
4
Aulie Chen Sheladjiq P1733611841
8
Riska Alfianti Fauziah P1733611842
2
Myura Jihan Salsabila P1733611842
7
Alvira Nurul Dwi Putri P1733611843
1
Data Affan Dharma S P1733611843
6
Meylenia Wavika M. P P1733611842
4
D4 PROMOSI KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
BANDUNG
2021
A. Pengertian
1. Konseling
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2013) konseling adalah pemberian
nasihat atau arahan yang dilakukan oleh ahli kepada orang yang membutuhkan advice atas
suatu masalah. Menurut Supariasa (2011) konseling adalah suatu proses komunikasi
interpersonal atau dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien mengatasi dan
membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi. Dalam
konseling gizi ada dua unsur yang terlibat yaitu konselor dan klien. Konselor gizi adalah ahli
gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali dan mengatasi masalah gizi
yang dihadapi serta mendorong klien untuk mencari dan memilih cara pemecahan masalah
gizi secara efektif dan efisien (Supariasa 2011).
Mengacu pada beberapa defenisi, dapat disimpulkan konseling merupakan hubungan
antara seorang pemberi konseling (konselor) dan individu yang sedang mengalami masalah
atau yang diberi konseling (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien, dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Hubungan antara konselor dan kondisi adalah hubungan tatap muka (Face to Face)
b. Konseling diselenggarakan untuk membantu menyelesaikan suatu masalah
c. Tujuan konseling adalah klien mengenali diri sendiri, menerima dan secara realistis dan
mengembangkan tujuan
d. Konseling memberi bantuan kepada individu untuk mengembangkan pengetahuan,
kesehatan mental, serta perubahan sikap dan perilaku
2. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan suatu proses hubungan interpersonal antara
seorang konselor atau beberapa konselor dengan sekelompok klien (konseli). Dalam proses
tersebut konselor berupaya membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan klien
untuk menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal-hal yang menjadi kepedulian masing-
masing klien melalui; pengembangan pemahaman, sikap, keyakinan, dan perilaku klien yang
tepat dengan cara memanfaatkan suasana kelompok (Sugiyanto).
Konseling kelompok memfokuskan diri pada proses interpersonal dan strategi
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pemikiran, perasaan, dan perilaku yang
disadari. Metode yang digunakan adalah dukungan dan umpan balik (feedback) interaktif
dalam sebuah kerangka berpikir saat itu juga. 
3. Konseling Gizi
Konseling gizi adalah suatu proses Menurut PPSDM Kemenkes 2018 Konseling gizi
adalah suatu proses memberi bantuan kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan
atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan
perasaan klien. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses kominikasi 2
(dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga
membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan
dan minuman yang dilakukan oleh ahli gizi/nutrisionis/dietisen.(PERSAGI, 2013).
Konseling Gizi yang efektif adalah komunikasi dua arah antara klien dan konselor gizi
tentang segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku makan klien.
Konselor merupakan petugas konseling yang memiliki kemampuan untuk menanamkan
berbagai sikap serta aktivitas yang mampu menunjang peningkatan gizi atau keseimbangan
gizi seseorang. Seorang konselor harus mampu menggalai apa saja masalah yang ditimbulkan
dari dalam diri klien atau pasien.
4. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling
menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.

B. Tujuan Konseling Kelompok Pada Ibu Hamil


Dalam buku pendidikan dan konsultasi gizi oleh Suariasa (2012), yang dimaksud dengan
tujuan konseling gizi adalah sebagai berikut:
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah klien serta memberi
alternatif pemecahan masalah. Melalui konseling klien dapat berbagi masalah, penyebab
masalah dan memperoleh informasi tentang cara mengatasi masalah.
2. Menjadikan cara-cara hidup sehat di bidang gizi sebagai kebiasaan hidup klien. Melalui
konseling klien dapat belajar merubah pola hidup, pola aktivitas, pola makan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga klien tentang gizi.
Melalui konseling klien mendapatkan informasi pengetahuan tentang gizi, diet dan
kesehatan.
Konseling Gizi kepada ibu hamil juga bertujuan untuk membantu klien dalam upaya
mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi selama kehamilan sehingga dapat
meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan klien,meliputi perubahan pengetahuan, perubahan
sikap dan perubahan Tindakan dalam melakukan pencegahan Stunting pada anak dengan
pemenuhan Gizi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan.

C. Manfaat Konseling Kelompok Pada Ibu Hamil


1. Konseli dapat mengemukakan hal hal penting mengenai kesehatannya/asupan gizinya
selama kehamilan dalam mencegah stunting.
2. Mengidentifikasi bersama anggota kelompok mengenai permasalahan gizi dalam
mencegah stunting.
3. Belajar menghormati perbedaan anggota dalam kelompok dan belajar mempelajari
keunikan sendiri.
4. Memperoleh manfaat atau pengaruh dari pengalaman anggota dalam kelompok mengenai
pemenuhan gizi dalam mencegah stunting.
5. Meningkatkan kepercayaan diri konseli dengan menyadarkan konseli bahwa kenyataan
yang sama juga dihadapi anggota dalam kelompok sehingga terdorong untuk berusaha
menghadapi kenyataan bersama utuk memenuhi gizi dalam mencegah stunting.

D. Peran Keluarga dalam Pencegahan Stunting


Keluarga memiliki peran krusial untuk pencegahan dan penanganan masalah stunting.
Karena itu, upaya pemberdayaan keluarga pun sangat diperlukan. Keluarga berperan penting
mencegah stunting pada setiap fase kehidupan. Mulai dari janin dalam kandungan, bayi,
balita, remaja, menikah, hamil, dan seterusnya. Hal ini mendukung upaya pemerintah dalam
penanganan stunting di Indonesia. Pencegahan stunting penting dilakukan pada masa emas,
yaitu 1000 pertama kehidupan. Meliputi masa anak dalam kandungan hingga anak berusia 2
tahun. Peran keluarga pun sangat penting di fase ini.
Saat anak dalam kandungan, penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan nutrisi terbaik.
Ibu hamil pun perlu rutin untuk memeriksakan kandungannya. Selanjutnya, pemberian ASI
ekslusif penting dilakukan pada anak baru lahir hingga 6 bulan untuk memberikan nutrisi
optimal. Jangan sampai anak diberikan tambahan makanan yang tidak diperlukan. Saat anak
6 bulan, anak mulai diberikan makanan bernutrisi melalui program Makanan Pendamping
ASI (MPASI). Dalam pemberian MPASI, keluarga perlu untuk memperhatikan kandungan
gizi yang baik pada makanan anak untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal.
Keluarga juga wajib memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik mengenai
bagaimana mendapatkan dan memberikan nutrisi pada anak. Nutrisi tidak harus mahal, yang
terpenting adalah kualitasnya. Selain parenting atau pola pengasuhan yang baik, diperlukan
juga rangsangan psikososial, meliputi simulasi yang dilakukan orang tua pada bayi dan anak.
Kebersihan dan sanitasi yang baik juga menjadi faktor penting dalam mendukung tumbuh
kembang optimal pada anak.

E. Perencanaan Konseling
Metode : Konseling gizi pada ibu hamil
Media : Media Cetak Poster dan Leaflet
Tempat : Aula Puskesmas Pasir Kaliki
Pelaksana : Bidan dan Ahli Gizi
Sasaran : Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pasir Kaliki
Pelaksanaan : Kamis, 12 Agustus 2021
Pukul 09.00 – 10.00
F. Persiapan Konseling
1. Persiapan Mental
a. Memahami dan menguasai teknik-tenik yang digunakan dalam konseling
Hal ini harus terlebih dahulu di persiapkan oleh seorang konselor, Karena dengan
memahami dan menguasai teknik-teknik yang bisa digunakan dalam konseling, konselor
mampu mengatasi apapun permasalahan Klien berdasarkan teknik yang sesuai.
b. Memahami tahapan-tahapan dalam kegitan konseling kelompok

Seorang konselor harus memahami tahapan-tahapan dalam konseling kelompok, agar


dalam pelaksanaan kegiatan konseling kelompok berjalan dengan baik.
c. Memahami tujuan dari kegiatan konseling kelompok

Seorang konselor harus memahami tujuan dilaksanakannya kegiatan konseling


kelompok, yaitu membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien.
2. Persiapan Fisik (Sarana/Prasarana)
a. Menyiapkan tempat
Seoarang konselor harus menyiapkan sebuah tempat untuk melaksanakan kegiatan
konseling kelompok, tempat disini diusahakan senyaman mungkin, tidak ada pembatas
antar konselor dan klien agar dalam proses kegiatan konseling kelompok akan merasa
nyaman.
b. Menyipakan alat/bahan untuk permainan
Dalam konseling kelompok untuk mencairkan suasana seorang konselor harus
memberikan sebuah selingan (permainan)
c. Menyiapakan miniatur makanan pokok, buah dan sayur

G. Langkah – Langkah Konseling


Sebelumnya ada beberapa hal yang diperhatikan dalam membentuk kelompok adalah
penyaringan anggota dan pertimbangan-pertimbangan praktis dalam membuat kelompok.
Adapun pertimbangan praktis yang dilakukan adalah berkaitan dengan komposisi kelompok,
ukuran anggota kelompok, frekuensi dan lamanya pertemuan pada setiap sesi, panjangnya
kelompok, kesepakatan tempat pertemuan dan sifat keanggotaan yang terbuka atau tertutup.
Konselor merupakan seorang professional, hal ini ditunjukkan pada penguasaan terhadap
keterampilan dalam memimpin kelompok, mampu menjadi pendengar aktif, tanggap
terhadap kondisi dan keadaan tertentu, memiliki kemampuan menjelaskan, kemampuan
membuat ringkasan, memfasilitasi, memiliki empati, mampu membuat penafsiran,
keterampilan dalam bertanya, mampu membuat hubungan baik dengan anggota kelompok,
keterampilan konfrontasi, keterampilan memberikan dorongan, kemampuan membuat
batasan, mampu melakukan assesmen, dapat menjadi teladan, mampu menyampaikan
alternatif dan saran, keterampilan berinisiatif, keterampilan evaluasi. Konselor juga dituntut
memiliki tiga kompetensi dasar yaitu dapat dipercaya, memiliki pengetahuan dan
keterampilan.
Proses konseling kelompok paling tidak melalui tahap-tahap berupa ; tahap awal dalam
kelompok, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap akhir dari proses kelompok.
1. Tahap awal kelompok
Proses utama selama tahap awal adalah orientasi dan eksplorasi. Membangun dasar-dasar
konseling merupakan langkah awal terutama dalam menciptakan hubungan yang baik, karena
hal tersebut merupakan kunci dari langkah berikutnya. Hubungan baik ini adalah berdasarkan
hubungan rasa saling percaya, terbuka, kejujuran.
Langkah-langkah pada tahap awal kelompok adalah :
a. Menyapa klien dengan penuh ramah-tamah dan kehangatan
b. Memberikan salam dengan menggunakan kata-kata yang menyenangkan
c. Menjelaskan pengertian konseling kelompok
d. Menjelaskan tujuan konseling kelompok
e. Menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok
f. Menjelaskan asas-asas konseling kelompok
g. Melaksanakan perkenalan dilanjutkan rangkaian nama
2. Tahap Peralihan
Tujuan tahap ini adalah membangun iklim saling percaya yang mendorong anggota
menghadapi rasa takut yang muncul pada tahap awal. Konselor perlu memahami
karakteristik dan dinamika yang terjadi pada tahap transisi.
Langkah-langkah pada tahap peralihan:
a. Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok.
b. Menjelaskan topik atau masalah yang dikemukakan.
c. Dilakukan pengumpulan data yang bisa dilakukan dengan pengisian angket terkait
data riwayat makan dan data riwayat personal. Data Riwayat Personal yang
dimaksud di sini adalah riwayat personal yang terkait dengan masalah konsumsi
makanan seperti ada tidaknya alergi makanan, ada tidaknya pantangan/tabu, keadaan
sosial ekonomi, pola aktivitas, riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, masalah
psikologi yang berhubungan dengan masalah gizi klien.
d. Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut.
e. Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau sebagian belum siap
untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut.
f. Memberi contoh masalah pribadi yang dikemukakan dan dibahas dalam kelompok.
3. Tahap Kegiatan
Pada tahap ini ada proses penggalian permasalahan yang mendalam dan tindakan yang
efektif. Menjelaskan masalah pribadi yang hendak dikemukakan oleh anggota kelompok.
Langkah-langkah pada tahap kegiatan adalah:
a. Mempersilahkan anggota kelompok untuk mengemukakan masalah pribadi masing-
masing secara bergantian
b. Memilih atau menetapkan masalah yang akan dibahas terlebih dahulu
c. Melakukan konseling. Dalam melakukan konseling, konselor dan klien saling
berdialog. Konselor menjelaskan hasil diagnosis seperti status gizi klien, kebiasaan
makan, asupan energi dan zat gizi lain. Yang penting didiskusikan dengan klien
adalah beberapa hal di bawah ini:
1) Manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil
2) Zat gizi yang diperlukan selama hamil
3) Makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan untuk ibu hamil
4) Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dan alternatif pemecahannya.
4. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini pelaksanaan konseling ditandai dengan anggota kelompok mulai
melakukan perubahan tingkah laku di dalam kelompok.
Langkah-langkah pada tahap pengakhiran adalah:
a. Menjelaskan bahwa kegiatan konseling kelompok akan diakhiri
b. Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan yang dicapai
masing-masing
c. Pesan serta tanggapan anggota kelompok
d. Informasikan untuk kunjungan konseling berikutnya untuk melihat perkembangan
perubahan pola makan yang dilakukan.
e. Ucapan terima kasih
f. Berdoa
g. Perpisahan
DAFTAR PUSTAKA

1. Supariasa IDN.2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC.


2. Herdiyana, Artanti. 2020. Peran Penting Keluarga dalam Pencegahan Stunting.
https://www.unpad.ac.id/2020/11/keluarga-punya-peran-penting-cegah-stunting/.
Diakses pada 10 Agustus 2021.
3. Malika, Esti. 2020. “Konseling Gizi”. http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/1603000051/7_BAB_II.pdf&ved=2ahUKEwjjq6rnuaXyA
hUBQH0KHWD3AekQFnoECCAQAQ&usg=AOvVaw2Fu0js0iwY45X5EZwpTbT
9. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2021.
4. Ardita. 2020. Konseling
gizi. \http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/568/4/03%2520Chapter2%2520-%2520BAB
%2520II%2520Tinjauan
%2520Pustaka.pdf&ved=2ahUKEwjjq6rnuaXyAhUBH0KHWD3AekQFnoECAMQ
Bg&usg=AOvVaw2CWD3h5HHb0pmlbDs6Kn5-. Diakses pada tanggal 10 Agustus
2021.
5. Glosarium. 2019. Pengertian Konseling Gizi. https://idtesis.com/pengertian-
konseling-giz/. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2021.
6. Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. 2017. Buku Ringkasan Stunting.
http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Ringkasan
%20Stunting.pdf. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2021.
LAMPIRAN
Contoh Media Cetak Poster dan Leaflet

Anda mungkin juga menyukai