Anda di halaman 1dari 10

Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah dalam Kitab Al-

Inshaaf Fi Masaa’il Al-Khilaf Bain Al-Nahwiyyin Al-Basryyin Wa Alkufyyin dan Dalil-


Dalil Nahwu yang Digunakan

Neldi Harianto
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi
Jl. Lintas Jambi - Muara Bulian Km. 15, Kota Jambi
neldi.harianto@unja.ac.id

Abstract: Several Differences Nahwu Problems Between Bashrah and Kufah in the Book of Al-
Inshaaf Fi Masaa'il Al-Khilaf Bain Al-Nahwiyyin Al-Basryyin Wa Alkufyyin and the Proposals of
Nahwu Used. The two main streams of nahwu thought repertoire are the flow of Basrah and Kufa.
Both of them cannot be denied as leaders in the path of the study section of nahwu (Arabic grammar).
Certain characteristics which sometimes are diametrically opposed to the flow of Basrah. In simple
terms it could be said that the difference between the two nahwu streams lies in the differences in
methodologies used by both. The Bashrah stream in many ways tries to create rules based on many
examples. Thus the Bashrah stream considers a few examples that cannot be used as a proposition or
at least they consider it to be something that is shah. Contrary to the Bashrah stream, we find that the
Kufa stream considers the correct language to be as narrated by the speaker no matter how the syadz
is.

Keywords: Nahwu, Basrah, Kufah.

Abstrak: Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah dalam Kitab Al-
Inshaaf Fi Masaa’il Al-Khilaf Bain Al-Nahwiyyin Al-Basryyin Wa Alkufyyin dan Dalil-Dalil
Nahwu yang Digunakan. Dua aliran utama dalam khasanah pemikiran nahwu adalah aliran Bashrah
dan Kufah. Keduanya tidak dapat disangkal sebagai pemuka dalam jalan bagian kajian nahwu
(gramatika Arab). Seandainya aliran Bashrah disebut peletak dasar nahwu maka aliran Kufah
merupakan mata rantai dari pengokoh kajian gramatika Arab terutama dengan ciri khas tertentu
yang terkadang merupakan pendekatan yang berdiri diametral dengan aliran Bashrah. Secara
sederhana dapat dikatakan perbedaan kedua aliran nahwu tersebut terletak pada perbedaan
metodologi yang digunakan oleh keduanya. Aliran Bashrah dalam banyak hal lebih berupaya
menciptakan kaidah berdasarkan banyak contoh. Dengan demikian aliran Bashrah menganggap
contoh yang sedikit tidak dapat dijadikan dalil atau paling tidak mereka menganggap hal itu sebagai
sesuatu yang syaadz. Berlawanan dengan aliran Bashrah, kita menemukan aliran Kufah lebih
menganggap bahasa yang benar haruslah sebagaimana diriwayatkan oleh penuturnya betapapun
syadznya riwayat itu.

Kata Kunci: Nahwu, Basrah, Kufah.


Pendahuluan Bersifat deskriptif, dalam pengertian
Perbedaan antara Nahwu Basrah dan semua data bahasa yang berasal orang
Kufah terletak pada perlakuan data Arab yang bahasanya masih dianggap
bahasa. Bersifat prespektif, dalam murni, dapat dijadikan acuan dalam
pengertian kaidah-kaidah Nahwu membuat kaidah bahasa.
disimpulkan dari gejala-gejala umum dari Dengan demikian tidak
data bahasa yang ada. Kesimpulan mengherankan kalau dalam prakteknya
tersebut dijadikan sebagai kaidah. Data- kedua aliran tersebut selalu
data bahasa yang menyimpang dari mengedepankan pendekatan yang
gejala-gejala umum ini diperlakukan berbeda dan pada akhirnya pemikiran
sebagai ‘syadz (tidak dijadikan hujjah). yang mereka hasilkan juga berbeda.Dalam
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

hal ini aliran Bashrah terkenal dengan Al-Suyuthi4menyatakan bahwa yang


pendekatan ta’lil dan falsafi yang dimaksud dengan Al-Ijma’ adalah
cenderung preskriptif sementara Kufah kesepakatan aliran Bashrah dan aliran
terkenal dengan pendekatan riwayah Kufah. Aliran Bashrah dan aliran Kufah
yang cenderung deskriptif. menjadikan metode Al-Ijma’ ini sebagai
Kecenderungan aliran Kufah salah satu argumen (dalil) yang mu’tabarah
terhadap penggunaan riwayah bukan dalam perumusan kaidah-kaidah nahwu
tanpa alasan.Kufah dikenal sebagai daerah c. Al Qiyas
yang banyak didiami Sahabat nabi Al-Qiyas adalah memberi ketentuan
disamping para ahli nahwu mereka (hukum) kepada far'u (cabang) dengan
kebanyakan merupakan ahli qiraat, seperti hukum asal. Dalam ungkapan lain
hamzah, ‘Asim dan Kisa’i.1 Dengan disebutkan bahwa Al-Qiyas adalah peng-
demikian bagi mereka riwayat merupakan qiyas-an far' u (cabang) pada asal dengan
sesuatu yang lebih penting ketimbang suatu illat (sebab) sehingga dapat
penalaran falsafi. diberlakukannya hukum asal kepada far'u
(cabang). Al-Qiyas merupakan salah satu
Pembahasan argumen (dalil) dalam perumusan kaidah-
a. Dalil-Dalil Nahwu kaidah nahwu yang sangat penting,
a. Sama’ bahkan Ibnu al-Anbari dalam Ushul-nya
Menurut as-Suyuti sama’adalah mengungkapkan bahwa orang yang
segala sesuatu yang terambil yang sudah mengingkari adanya metode Al-Qiyas
diakui kefasihannya, termasuk dalam hal dalam nahwu dianggap tidak benar
ini alquran, perkataan nabi SAW, dan mengingkari kebenaran nahwu itu
perkataan orang arab pada masa sebelum sendiri, karena nahwu itu sendiri adalah
atau sesudah periode Rasul, sampai ketika ilmu yang di qiyas-kan pada kalam Arab.5
telah banyak terjadi kerancuan lidah Al-Qiyas sebagai salah satu argumen
orang arab dalam berbicara, karena (dalil) dalam perumusan kaidah-kaidah
semakin banyaknya orang-orang arab nahwu mempunyai empat rukun, yaitu: (1)
Blesteran, baik dalam bentuk syair, prosa al-ashlu (maqis 'alaih), yaitu suatu
yang karagan muslim maupun kafir.2 permasalahan yang telah ditetapkan
Al-anbari mengistilahkan sama’ hukumnya, (2) al-far'u (maqis), yaitu suatu
dengan naqli, menurutnya sama’ atau permasalahan yang ingin diketahui
alnaql adalah perkataan orang arab yang ketetapan hukumnya, (3) illat jami'ah,
didapatkan denga penukilan yang sah dan yaitu illat (sebab) yang berkaitan dengan
melebihi batas minimal atau mencapai al-ashl dan al-far', dan (4) hukum, yaitu
batas maksimal. sehingga tidak termasuk hasil ketetapan al-qiyas.6
kategori sama’ perkataan orang yang
bukan arab, baik itu blasteran ataupun
lainnya.Serta -kasus dalam perkataan d. Al Istishab
mereka seperti menjazamkan dengan Al-Istishhab adalah kontinuitas
lan‫ﻟﻦ‬dan menashabkan dengan lam‫ﻟﻢ‬3 hukum dan memelihara hukum tersebut
b. Al Ijma’ sebagaimana adanya.7 Hal itu juga senada

40
Neldi Harianto
Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah

dengan pernyataan Al-Anbari bahwa al- tersebut itulah yang menjadi tanda I’rab
ishtishhab adalah menetapkan dan ia mu’rab pada dua tempat sedangkan
(membiarkan) keadaan suatu lafadz aliran Basrah mengatakan bahwa huruf
sebagaimana asalnya, manakala tidak ada I’rab tersebut menjadi tanda I’rab ketika
argument (dalil) lain yang membatalkan masuk kedalam kalimat dan memiliki
atau mengalihkannya dari itu.8 Al-Anbari makna dan pada satu tempat sebagaimana
mengatakan bahwasanya Al-Istishhab yang akan dijelaskan berik ini
adalah metode pengambilan argumen Adapun dalam hal Asma’ sittah
(dalil) nahwu yang diakui (mu’tabar), akan masing-masing aliran yakni aliran Kufah
tetapi merupakan dalil yang terlemah.9 dan basrah berbeda pendapat, aliran
Walaupun argumen (dalil) ini dianggap Kufah berpendapat bahwasanya asma’ as-
yang terlemah, namun Al- sittah itu adalah mu’tal (fiil yang memiliki
Suyuthi10berpandangan bahwa banyak illat) yaitu ، ‫ وﻓﻮك‬، ‫ وھﻨﻮك‬، ‫ وﺣﻤﻮك‬، ‫ واﺧﻮك‬، ‫اﺑﻮك‬
sekali persoalan seputar nahwu yang mana ، ‫ وذﻣﺎل‬dia mu’rab (bentuk perubahan akhir
para ahli nahwu yang menggunakan kata) pada dua tempat yaitu ‫ھﺬا اﺑﻮك و اﺧﺎك و‬
metode Al-Istishhab ini sebagai rgument ‫ ﺑﺄﺑﯿﻚ‬atau ‫ ھﺬا اﺑﻚ و اﺧﻚ و ﺑﺄﺑﻚ‬dan sementara
(dalil), bahkan tidak terhitung. orang Basrahberpendapat bahwa asma’
Sesuai dengan namanya, konsep sittah mu’rab dari satu tempat yaitu ‫ھﺬا اﺑﻚ و‬
Istishhab berkaitan erat dengan ide tentang ‫اﺧﻚ و ﺑﺄﺑﻚ‬. ‫ واﻷﻟﻒ واﻟﯿﺎء‬، ‫ واﻟﻮاو‬adalah huruf
al-Ashl karena beristishhab dalam rumusan I’rab, ini merupakan pendapat Abu Hasan
kaidah nahwu berarti merujuk kepada al-Akhfas pada salah satu perkataannya
asal. Ibn al-anbari mendefinisikan istishhab dia juga berpendapat bahwasanya huruf –
sebagai mempertahankan kondisi lafadz huruf tadi juga sebagai dalil I’rab pada
tetap pada asalnya ketika tidak ada dalil tastniyah dan jama'. Ali Ibnu Isa
naqli tentang asal. Istishhab termasuk salah berpendapat bahwasanya asma sittah
satu dalil Ushul al-nahwu yang diakui apabila ia marfu’ maka asma sittah naqal
sebagai otoritatif.11 dan apabila ia mansub maka asma’
Menurut Shalah Rawwaiy di dalam sittahqolbun tanpa naqal dan apabila ia
bukunya, mengatakan, bahwa al-Anbary12 majrur maka asma’ sittah naqal dan qalbun.
dalam bukunya yang fenomenal, al- Abu Usman al-Mazini berpendapat bahwa
Inshaaf, mendaftarkan sekitar 121 masalah ba huruf I’rab,waw dan alif muncul dan
yang menjadi titik perbedaan antara aliran berkembang menjadi pelengkap harakat.
Bashrah dan Kufah.13 Dan pada tulisan ini Dan diceritakan ada sebagian orang arab
Kami paparkan beberapa perbedaan mereka mengatakan ، ‫ ورأﯾﺖ أﺑﻚ‬، ‫ﻣﺮرت ﺑﺄﺑﻚ‬
pendapat saja diantaranya yang akan ‫ ھﺬا اﺑﻚ‬tanpa ada waw alif dan ya, ini
kami jelaskan sebagai berikut: menunjukkan posisi ifrad (tunggal) bukan
idofah dan sebagian yang lain mengatakan
‫ ھﺬا اﺑﺎك‬، ‫ ورأﯾﺖ أﺑﺎك‬، ‫ ﻣﺮرت ﺑﺄﺑﺎك‬dengan alif
b. Permasalahan I’rab isim sittah14 pada posisi rafa’,nasab dan jar maka ia
Pada dasarnya aliran Kufah sepakat dijadikan isim maqsur seperti pada syair
dan berpendapat bahwa ‫ ي‬، ‫ و‬، ‫ ا‬adalah berikut ini : ‫ ان اﺑﺎھﺎ واﺑﺎ اﺑﺎھﺎ ﻗﺪ ﺑﻠﻐﺎ اﻟﻤﺠﺪ ﻏﺎﯾﺘﮭﺎ‬.
tanda I’rab dalam arti kata huruf-huruf dan diceritakan dari Abu Hanifah

41
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

bahwasanya beliau ditanya tentang karena salah satu dari dua ta’
seseorang yang melempar orang lain menunjukkan tanda ta’nis terhadap yang
dengan batu kemudian ia terbunuh, lain dan menduduki posisinya, maka
apakah wajib atasnya qishas maka beliau tidak dihimpun diantara keduanya dan
berkata : tidak, jika ia melempar dengan yang menunjukkan kebenaran pernyataan
Aba Qubaish (bukit di makkah) dengan alif ini ialah sesuai dengan kalam arab ‫ﻓﺈن ﻛ ّﻞ‬
dalam bahasa ini, karena asal katanya ٌ‫أﺑﻮ‬ ‫ ﻣﻌﺮب ﻓﻲ ﻛﻼم اﻟﻌﺮب ﻟﯿﺲ ﻟﮫ اﻻ إﻋﺮاب واﺣﺪ‬maka
waw berharakat dan difathahkan sebelum mereka berpendapat bahwa I’rab pada
waw diganti dengan alif (setelah ia satu tempat yang memilki teori lebih
disukunkan). utama dari pada I’rab terdapat pada dua
Adapun idaf kalangan kufah mereka tempat. Dan diantara mereka ahli Basrah
mengatakan : ‫ وﻗﻔﺎ‬، ‫ ﻋﺼﺎ‬yang mana mengatakan jika boleh menghimpun pada
asalnya ‫ وﻗﻔﻮ‬، ‫ ﻋﺼﻮ‬tatkala di harakat waw satu isim dua I’rab yang disepakati maka
dan difathah disebelumnya diganti alif tentu boleh pula menghimpun dua I’rab
adapun orang Kufah berpendapat kami yang berbeda Maka itu tidak mungkin ada
menghimpun harakat-harakat dhommah, di dalam satu kalimat.
fathah, dan kasrah untuk dijadikan I’rab Dan orang Kufah berargument
bagi asma’ sittah pada kondisi ifrad contoh : bahwasanya harakat pada posisi ifrad dan
‫ ھﺬا اب ﻟﻚ‬، ‫ ورأﯾﺖ أﺑﺎﻟﻚ‬، ‫ ﻣﺮرت ﺑﺄﺑﺎﻟﻚ‬yang mana idafah bukanlah tanda bagi I’rab, sebagai
asalnya ً‫ اﺑﻮ‬maka I’rab atas waw dijadikan contoh pada posisi ifrad ‫ اب‬yang asalnya
ba’ dan dihilangkan wawnya, dommah ٌ‫ اﺑﻮ‬yang mana pada akhir kata tersebut
menunjukkan tanda bagi rafa’, fathah bagi dihazaf dan kemudian pada posisi idafah
nasab,kasrah bagi jar. Maka pada posisi huruf illatlah yang menjadi huruf I’rab
idofah pada rafa’‫ ھﺬا اﺑﻮك‬pada posisi nasab contoh ‫ اﺑﻮك‬dan posisinya inilah yang
‫ رأﯾﺖ أﺑﺎك‬pada jar‫ ﻣﺮرت ﺑﺄﺑﯿﻚ‬dan dommah, menjadikan harakat yang berbeda, baik
kasrah dan fathah tetap menjadi I’rab idafah pada posisi ifrad dan idafah.
pada posisi ifrad contoh ، ٌ ‫ رأﯾﺖ ﻏﻼﻣﺎ‬، ‫ھﺬا ﻏﻼم‬
ٍ‫ ﻣﺮرت ﺑﻐﻼم‬maka jika diidafahkan contoh ، c. Apakah boleh menjma’ alam muannats
‫ھﺬا ﻏﻼﻣﻚ‬، ‫ ﻣﺮرت ﺑﻐﻼﻣﻚ‬، ‫ رأﯾﺖ ﻏﻼﻣﻚ‬dan dengan jama’ muzakkar salim.15
demikian juga dengan waw , alif dan ya Aliran Kufah berpendapat yang
berfungsi sebagai bentuk dalil bagi huruf akhirnya ta’ ta’nits apabila ia adalah
perubahan baik dari segi rafa’, nasab da sesuatu yang menunjukkan laki-laki boleh
jar. dijama’ dengan waw dan nun contoh ‫طﻠﺤﺔ‬
Sementara pendapat Basrah mereka ‫ طﻠﺤﻮن‬ini menurut pendapat Abu al-Hasan
mengatakan asma’ sittah mu’rab pada satu Ibnu Kaisan, kecuali bahwa ia fathah lam
tempat karena I’rab pada dasarnya masuk contoh ‫ اﻟﻄﻠﺤﻮن‬dengan fathah seperti
kedalam kalam dari segi arti dan mereka mereka mengatakan ‫ ارﺿﻮن‬mengandung
mengatakan tidak ada dua I’rab yang pengertian ‫ ارﺿﺎت‬, adapun aliran Kufah
dihimpun di dalam dua kata karena salah mereka beralasan boleh menjama’nya
satu dari dua I’rab menduduki posisi yang dengan waw dan nun karena ia ta’dil
lain sebagai contoh pada suatu kata : jama’‫ طﻠﺢ‬karena jama’ yang digunakan
‫ ﻣﺴﻠﻤﺎت وﺻﺎﻟﺤﺎت‬yang asalnya ‫وﺻﺎﻟﺤﺘﺎة ﻣﺴﻠﻤﺘﺎت‬ orang arab takdirnya hazaf / menghapus

42
Neldi Harianto
Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah

huruf dari kata. Sebagai contoh sya’ir Jadi ketika dalam kata talhah maka
berikut ‫ وﻋﻘﺒﺔ اﻻﻋﻘﺎب ﻓﻲ اﻟﺸﮭﺮ اﻷﺻﻢ‬maka ia ia tidak menunjukkan sebagai tanda
dikasrahkan karena tidak ada huruf ha’ muannats akan tetapi untuk meletakkan ia
dan apabila ha’ pada ta’dir isqat boleh pada tempatnya, karena asal kata talhah
dijama’ dengan waw dan seperti semua adalahtalaha ini berbeda dengan
isim dijama’ dengan waw dan nun, itu muslimaat yang asalnya muslimataat dan ta
menunjukkan pendapat ini benar, dan yang petama itu menunjukkan muannats
juga dijama’kan‫ ﺣﻤﺮاء‬dan ‫ ﺣﺒﻠﻰ‬maka akan Karena asal katanya muslimatun.
dijama’ dengan waw dan nun menjadi Jadi ‫ طﻠﺤﺎت‬yang asalnya ‫ طﻠﺤﺔ‬itu
‫ وﺣﺒﻠﻮن‬، ‫ ﺣﻤﺮاءون‬dan tidak ada perbedaan bukan sebagai tanda yang menunjukkan
bahwa apa yang di akhir isim itu alif ta’nits ia muannats tetapi meletakkan ia pada
atau ta’ ta’nits karena keduanya bukan tempatnya jadi boleh boleh saja
sighat. menjama’nya dengan waw dan nun. Akan
Dan aliran Basrah mengatakan : dalil tetapi aliran basrah tidak diperbolehkan,
yang mencegah bolehnya menjama’waw jikalau boleh menjama’ dengan waw dan
dan nun itu karena tanda ta’nits cuma nun maka itu berarti menjama’ dari satu
satu, waw dan nun merupakan tanda bagi isim dengan dua tanda.
muzakkar.Maka jikalau kami mengatakan d.Permasalahan rafa’ mubtada’ dan khabar16
boleh menjama’ waw dan nun berarti Aliran Kufah berpendapat
menjama’ pada satu isim yang memilki dua bahwasanya mubtada’ merafa’kan khabar
tanda yang bertentangan dan demikian itu dan begitu pula halnya khabar merafa’kan
tidak boleh. Karena ini mensifatkan mubtada’ keduanya berfungsi saling
muzakkar dengan muannats, dan mereka merafa’kancontoh :
mengemukakan contoh :‫ رﺟﻞ رﺑﻌﺔ‬mereka ‫ زﯾﺪ أﺧﻮك‬، ‫وﻋﻤﺮو ﻏﻼﻣﻚ‬
menjama’nya dengan tidak membedakan Aliran Basrah berpendapat
dengan ta’ mereka mengatakan ‫ رﺑﻌﺎت‬dan bahwasanya yang mubtada’ rafa’ karena
tidak dikatakan ‫ رﺑﻌﻮن‬dan yang demikian adanya ibtida’ dan mengenai khabar
menunjukkan Qiyas yang shahih / benar. dikalangan mereka terdapat perbedaan
Dan tidak pula didengar dari orang arab 1. Pendapat pertama mengatakan khobar
pada jama’ isim ini kecuali dengan alif dan rafa’ melalui ibtida’ saja
ta’ contoh :‫ ھﺒﯿﺮات‬- ‫ ھﺒﯿﺮة‬، ‫ طﻠﺤﺎت‬- ‫طﻠﺤﺔ‬ 2. Yang lain berpendapat bahwa khabar
Contoh syair berikut : rafa’ dengan ibtida’ dan mubtada’
‫رﺣﻢ ﷲ اﻋﻈﻤﺎ دﻓﻨﻮھﺎ ﺑﺴﺠﺴﺘﺎن طﻠﺤﺔ اﻟﻄﻠﺤﺎت‬ secara bersamaan
Dan orang arab tidak mengatakan ، ‫اﻟﻄﻠﺤﻮن‬ 3. Golongan yang ketiga berpendapat
‫ واﻟﮭﺒﯿﺮون‬tidak dengan waw dan nun ketika bahwa khabar rafa’ dengan mubtada’
ia rafa’ dari segi Qiyas dan Naql itu tidak dan mubtada’ rafa’ dengan ibtida’
diperbolehkan, dan orang kufah Lain halnya dengan Kufah mereka
mengatakan, bahwa ia pada takdir jama’‫طﻠﺢ‬ berhujjah dengan mengatakan :mubtada’
ini menyalahi kaedah yang berlaku, merafa’kan khobar dan khobar merafa’kan
karena jama’ terjadi atas semua huruf isim mubtada’, karena kita akan paham
karena itu ia kami jama’. posisinya mubtada’ jika ada khabar,

43
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

demikian juga sebaliknya kita dapat Aliran kufah berpendapat tidak


mengetahui khabar karena ada mubtada’. boleh taqdim khobar atas mubtada’nyamufrad
E. Pemasalahan rafa’ isim denga zharaf17 atau jumlahcontoh :‫ ﻗﺎﺋﻢ زﯾﺪ‬، ‫ ذاھﺐ ﻋﻤﺮو‬dan
Aliran Kufah berpedapat, bahwa dalam bentuk jumlah ‫ اﺑﻮه‬، ‫واﺧﻮه ذاھﺐ ﻋﻤﺮو‬
zharaf merafakkan isim apabila posisi zharaf ‫ﻗﺎﺋﻢ زﯾﺪ‬ sedangkan aliran Basrah
mendahului isim, maka ia dinamai zharaf membolehkan taqdim khabar atas mubtada’
mahalliy. Dan ada sebagian mereka alaih, mufrad atau jumlah.
menamainya dengan shifat, contoh : ‫اﻣﺎﻣﻚ ذﯾﺪ‬ Adapun alasan aliran kufah yang
‫ ﻓﻲ اﻟﺪار ﻋﻤﺮو‬، . Tetapi menurut aliran berpendapat tidak bleh taqdim khobar atas
Basrah, zharaf tidak merafa’kan meskipun ia mubtada’ alaih mereka mengatakan : bahwa
mendahului isim, isim rafa’ dengan ibtida’. tidak boleh taqdim khobar atas mubtada’
Aliran kuffah berhujjah dengan alaih, mufrad atau jumlah, ini karena ia
mengatakan : kami mengatakan demikian menunjukkan taqdim domir isim terhadap
karena asal pada perkataan ‫ اﻣﺎﻣﻚ زﯾﺪ‬posisi zohirnya, seperti ‫ ﻗﺎﺋﻢ زﯾﺪ‬karena pada kata
tempat zaid. Maka fi’ilnya dihazaf cukup ‫ ﻗﺎﺋﻢ‬adalah kata ganti zaid, demikin juga
dengan zharaf, maka iamerafa’kan isim ‫ اﺑﻮه ﻗﺎﺋﻢ زﯾﺪ‬ha’ tersebut menunjukkan domir
sebagaimana ia merafa’kan fi’il. Seperti zaid maka didahului domir isim terhadap
firman Allah surah saba ayat 37 zohirnya, dan tidak ada beda susunan
domir isim sesudah zohirnya maka tidak

boleh taqdim.
Adapun orang Basrah berhujjah Aliran Basrah berpendapat, dengan
dengan mengatakan : isim itu dirafa’kan mengatakan : kita boleh mentaqdim hal
dengan ibtida’ karena ia terbebas dari amil- yang demikian karena hal tersebut banyak
amil lafzi yang berarti ia ibtida’ meskipun terdapat di dalam kalam arab dan syair-
taqdim amil tidak ada kecuali dengan syair, dan adapun yang terdapat pada
zharaf, ia tidak dibenarkan berfungsi pada kalam arab contohnya :
amil dalam dua bentuk ‫ وﻣﺸﻨﻮء ﻣﻦ‬، ‫اﻟﻤﯿﺖ‬ ّ‫ﻓﻲ ﺑﯿﺘﮫ ﯾﺆﺗﻰ اﻟﺤﻜﻢ ﻓﻲ اﻛﻔﺎﻧﮫ ﯾﻠﻒ‬
1. Karena asal zharaf tidak beramal ‫ﯾﺸﻨﻮك‬
19
2. Karena zharaf mengganti atau g. Fi’il ataukah Isim ‫ﻧﻌﻢ و ﺑﺌﺲ‬
menduduki posisi fi’il Aliran kufah berpendapat bahwa
Dari keterangan di atas jelas bahwa kata ‫ ﻧﻌﻢ و ﺑﺌﺲ‬keduanya adalah isim yang
menurut kufah zharafmerafa’kan isim, mubtada’ dan aliran basrah berpendapat
sedangkan menurut basrah tidak bahwa keduanya adalah fi’il madhi yang
meskipun zharaf mendahului isim tapi isim ghair mutasharrif.
tidak rafa’ dengan zharaf tetapi rafa isim Aliran kufah berhujjah dengan alasan
dengan ibtida’ yang ditakdirkan bahwa, dalil yang menunjukkan kedua
sebelumnya. isim yang mubtada’ karena masuknya
huruf khafad kepada keduanya ada di
kalangan orang arab yang mengatakan
F. Masalah taqdim khabar atas mubtada’ (‫ )ﻣﺎزﯾﺪ ﺑﻨﻌﻢ اﻟﺮﺟﻞ‬telah berkata Hasan Ibnu
alaih18 Tsabit RA :
‫أﺧﺎ ﻗﻠﺔ او ﻣﻌﺪم‬ ‫أﻟﺴﺖ ﺑﻨﻌﻢ اﻟﺠﺎر ﯾﺆﻟﻒ ﺑﯿﺘﮫ‬
‫اﻟﻤﺎل ﻣﺼﺮﻣﺎ‬

44
Neldi Harianto
Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah

Dan dikatakan disebagian fushaarab huruf tersebut beramal karena huruf


‫ ﻧﻌﻢ اﻟﺴﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺑﺌﺲ اﻟﻌﯿﺮ‬dan dikisahkan Abu diserupakan dengan fi’il, maka ia hanya
Bakar Ibnu al-Anbary dari Abi Abas berfungsi sebagai cabang, apabila ia hanya
Ahmad Ibnu yahya Tsa’lab dari al-Farra’ berupa cabang/pelengkap itu selamanya
bahwa orang arab mengkhabarkan lemah dari asal maka ia tidak
tentang kelahirannya maka ia mengatakan beramal/berfungsi pada kahabar tersebut,
‫ ﻧﻌﻢ اﻟﻤﻮﻟﻮدة ﻣﻮﻟﻮدﺗﻚ‬maka telah berkata orang berdasarkan atas Qiyas
arab ‫ ﻧﺼﺮﺗﮭﺎ ﺑﻜﺎء وﺑﺮھﺎ ﺳﺮﻗﺔ‬: ‫ﻣﺎھﻰ ﺑﻨﻌﻢ اﻟﻤﻮﻟﻮدة‬ ‫ ﻓﻲ ﺧﻂ اﻟﻔﺮوع ﻋﻦ اﻻﺻﻮل‬kalau huruf-huruf
maka masuklah huruf khafad dan masuk tersebut beramal/berfungsi maka ia sama
hururf jar itu untuk menunjukkan ‫ﻧﻌﻢ و ﺑﺌﺲ‬ saja antara keduanya tidak ada bedanya,
adalah isim. Dan diantara mereka juga hal demikian tidak boleh, maka mesti ia
berpegang dengan mengatakan bahwa tetap rafa’ sebelum masuk huruf-huruf
orang arab mengatakan ‫ﯾﺎﻧﻌﻢ اﻟﻤﻮﻟﻰ وﯾﺎ ﻧﻌﻢ‬ tersebut, hal demikian menunjukkan
‫ اﻟﻨﺼﯿﺮ‬maka karena ada huruf nida’ ini lemahnya fungsinya/amalnya.
menunjukkan ia sebagai isim. Dan Bahwasanya ia masuk ke kahabar apa yang
sebagian yang lain mengatakan bahwa masuk ke fi’il jikalau ia ibtida’ seperti
keduanya bukan fi’il karena ia tidak dalam syair berikut : ‫ إﻧﻲ إذن‬، ‫ﻻﺗﺘﺮﻛﻨﻲ ﻓﯿﮭﻢ ﺷﻄﯿﺮ‬
terikat dengan zaman. ‫ أھﻠﻚ أو أطﯿﺮا‬maka ia nasab dengan ‫إذن‬
Aliran basrah berhujjah dengan Aliran basrah beralasan dengan
mengatakan bahwa ‫ﻧﻌﻢ و ﺑﺌﺲ‬fi’il adalah mereka mengatakan : kami berpendapat
keduanya terhubung dengan dhomir yang bahwa huruf-huruf tersebut
marfu’ seperti terhubungnya dhomir pada berfungsi/beramal di dalam khabar,
fi’il muthasarrif karena orang arab ada karena huruf-huruf tersbut seerupa
yang mengatakan ‫ ﻧﻌﻤﺎ رﺟﻠﯿﻦ وﻧﻌﻤﻮ رﺟﺎﻻ‬dan dengan fi’il dari segi lafaz dan makna. Ada
sebagian mereka mengatakan keduanya lima bentuk keserupaan anatara huruf itu
terhubung dengan ta’ ta’nits seperti : dengan fi’il yaitu :
‫ وﺑﺌﺴﺖ اﻟﺠﺎرﯾّﺔ ﻧﻌﻤﺖ اﻟﻤﺮأة‬karena ta’ taints 1. Bahwa ia terdiri dari wazan fi’il
khusus bagi fi’il madhi maka ini 2. Inna dan saudara-saudaranya mabni
menunjukkan bahwa ‫ﻧﻌﻢ و ﺑﺌﺲ‬fi’il bukan atas fathah sebagaimana fi’il madhi
isim. mabni ala fathah
3. Inna dan saudara-saudaranya itu
h. Rafa’ bagi khabar inna20 menunjukkan ia isim sebagaimana fi’il
Aliran Kufah berpendapat bahwa berfungsi pada isim
Inna dan saudara-saudaranya tidak 4. Bahwa Inna dan saudara-saudaranya
merafa’kan khabarcontoh :‫ انّ زﯾﺪً ﻗﺎﺋ ٌﻢ‬aliran dimasuki Nun wiqoyah, contoh ‫إﻧﻨﻲ و‬
Basrah berpendapat Bahwa Inna dan ‫ ﻛﺄﻧﻨﻲ‬dan juga nun wiqoyah itu juga
saudara-saudaranya merafa’kan khabar. masuk pada fi’il contoh ‫أﻋﻄﺎﻧﻲ وأﻛﺮﻣﻨﻲ‬
Adapun orang Kufah mereka dan lain-lain
beralasan bahwa mereka mengatakan : 5. Karena Inna dan saudara-saudaranya
kami sepakat bahwa asal huruf-huruf ini mempunayai maknadi dalamnya
tidak menasabkanisim ia dinasabkan karena contoh
diserupai dengan fi’il, maka apabila huruf-

45
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

: ‫ ﻟﯿﺖ‬، ‫ إﺳﺘﺪرﻛﺖ‬: ‫ ﻟﻜﻦ‬، ‫ ﺷﺒﮭﺖ‬: ‫ ﻛﺄن‬، ‫ ﺣﻘﻘﺖ‬: ‫إن و أن‬ mengatakan bahwa fi’il itu shigohnya
‫ ﺗﺮﺟﯿﺖ‬: ‫ ﻟﻌﻞ‬، ‫ﺗﻤﻨﯿﺖ‬ (bentuknya) menunjukkan dua bentuk
Maka ia serupa dengan fi’il dalam yaitu peristiwa dan waktu kejadiannya,
bentuk-bentuk di atas maka mesti ia sedangkan masdar hanya menunjukkan
beramal amal fi’il-fi’il ia marfu’ dan kejadian yang terjadi.
mansub, begitu pula huruf itu marfu’
dan juga mansub, ia marfu’ karena Kesimpulan
serupa dengan fa’il, dan ia mansub Dari pembahasan di atas jelaslah
seerupa dengan maf’ul bahwa memang terdapat banyak
I.fi’il dan masdar yang manakah mustaq21 perbedaan nahwu antara kufah dan basrah
Aliran kufah berpendapat bahwa yang secara keseluruhan tercantum 121
masdar itu mustaq (terambil) dari fi’il pemasalahan akan tetapi pada tulisan ini
sedangkan aliran Basrah berpendapat memang tidak terangkum secara
bahwa fi’il itu mustaq (terambil) dari keseluruhan dan dengan sedikit tulisan ini
masdar. Adapun aliran kufahberalasan diharapkan bisa memberikan gambaran
dengan mengatakan : bahwasanya kami sekelumit perbedaan tersebut, dan dari
berpendapat masdar itu yang mustaq pembahasa di atas dapat ditarik
(terambil) dari kata fi’il, karena masdar kesimpulan
berfungsi sebagai menshahihkan fi’il, dan 1. permasalahan nahwu diantara basrah
memu’talkannya sebagai contoh kita dan kufah bukanlah masalah yang
berkata ‫ ﻗﺎوم ﻗﻮاﻣﺎ‬maka dishahihkan oleh pokok akan tetapi itu permasalahan
masdar untuk menshahihkan fi’il kita yang juziyyat.
mengatakan ‫ ﻗﺎم ﻗﯿﺎﻣﺎ‬dan dari contoh ini 2. seperti pada I’rab isim sittah kufah
berarti masdar memu’talkan. Dan ketika bependapat ia boleh dengan tanda
masdarmenshahihkan dan memu’talkan dan boleh dengan harakat akan
maka itu menunjukkan masdar sebagai itu teteapi basrah boleh dengan harakat.
mustaq. Dan sebagian yang lain 3. pada masalah menjma’ alam muannats
mengatakan dalil yang menunjukkan dengan jama’ muzakkar salim kufah
bahwa masdar itu mustaq dari fi’il membolehkan akan tetapi basrah
bahwasanya fi’il itu beramal pada masdar tidak.
sebaga contoh kita mengatakan ‫ﺿﺮﺑﺖ ﺿﺮﺑﺎ‬ 4. Permasalahan rafa’ mubtada’ dan isim,
maka masdar‫ ﺿﺮﺑﺎ‬dinasabkan dengan ‫ﺿﺮﺑﺖ‬ kufah berpendapat mubtada dan
maka ini menunjukkan bahwa masdar kahabar saling merafa’kan dan kufah
adalah mustaq karena posisinya sebagai. tidak.
Dan sebagian lain mengatakan bahwa 5. Aliran Kufah berpedapat, bahwa
masdar itu mustaq yaitu bahwa masdar itu zharaf merafakkan isim apabila posisi
berfungsi sebagai ta’kid dari fi’il. zharaf mendahului isim sedangkan
Aliran basrah berpendapat, Dalil basrah tidak karena isim itu dirafa’kan
yang menunjukkan fi’il itu mustaq dari dengan ibtida’.
masdar yaitu, masdar itu menunjukkan 6. Aliran kufah berpendapat tidak boleh
waktu yang mutlaq sedangkan fi’il taqdim khobar atas mubtada’nyamufrad
menunjukkan waktu tertentu. Dan
sebagian mereka berpendapat dengan
46
Neldi Harianto
Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah

atau jumlah, sedangkan basrah


membolehkan. Jawaliqi. Beliau mempunyai karya ilmiah
sangat banyak sekitar 65 dalam bentuk kitab
7. Aliran kufah berpendapat bahwa kata
dan makalah. Di antara karyanya adalah Kitab
‫ ﻧﻌﻢ و ﺑﺌﺲ‬keduanya adalah isim dan Lam’ul-Adillah fin-Nahwi, Asrarul-‘Arabiyah,
aliran basrah berpendapat bahwa Mizanul-‘Arabiyah, Halbatul ‘Arabiyah,
keduanya adalah fi’il madhi. Ghara’ib I’rab al-Qur’an, Diwan Lughah,
Syarh Diwan al-Mutanabbi, al-Wajiz fit-Tasrif,
8. Aliran Kufah berpendapat bahwa Inna az-Zahran fil-Lughah, Kitab Alif wa Lam,
dan saudara-saudaranya tidak Kitab al-Lam’ah fi Shina’ah asy-Syi’r. Beliau
merafa’kan khabar dan aliran Basrah meninggal pada malam Jumat tanggal 9
berpendapat Bahwa Inna dan Sya’ban 577 H di Baghdad dan dimakamkan
di pemakaman bab Abraz disamping makam
saudara-saudaranya merafa’kan khabar. Abi ishak as sirozi.
9. Aliran kufah berpendapat bahwa 13Shalah Rawwaiy, An-Nahwu al-‘Arabiy;

masdar itu terambil dari fi’il Nasyatuhu, Tathawwuruhu, Madaarisuhu,


sedangkan aliran Basrah berpendapat Rijaaluhu, (Daar Ghariib, al-Qaahira, 2000),
bahwa fi’il itu terambil dari masdar. hlm. 422
14al-Anbaariy, al-Inshaaf fi Masaa’il al-

Khilaf bain al-Nahwiyyin al-Basryyin wa


Endnote
alkufyyin, (Beirut Dar al-Fikr, tt), hlm. 13
15Ibid, hlm. 34
1Tamam Hasan, Al-Usul : Dirasah
16Ibid, hlm. 40
Ibistimulijiyah li al-Fikr al-lughawiy ‘inda al-Arab, 17Ibid, hlm. 48-50
(Dar Tsaqofah : al-Magrib, 1991), hlm. 40 18Ibid, hlm. 61
2Dr. Mahmud Ahmad Nahlah. Ushul An 19Ibid, hlm. 86
Nahwi Al Arabi. (Beirut: Darr Al Ma’rifah Al 20Ibid, hlm. 153
Jaami’iyyah. 2002). Hal.31 21Ibid, hlm. 192
3Dr. Mahmud Ahmad Nahlah. Opcit
4Al Suyuthi. Al-Iqtiraah fi 'Ilm al-Ushuul
Referensi
al-Nahwi. (Beirut: Jarus Burs. 1987). Hal.66 al-Anbaariy, al-Inshaaf fi Masaa’il al-
5Al Suyuthi. Hal.71
6Yahya Bin Muhammad As Syawi. Al
Khilaf bain al-Nahwiyyin al-Basryyin wa
Mukhtashar Fi Ushul An Nahwi. (Al Qahirah: alkufyyin, Beirut Dar al-Fikr, tt.
Jami’ah Al Azhar. 2005). Hal 75 _____________ al-Inshaf fi masail al-khilaf,
7Mahmud Fajjal. Al-Ishbah fi Syarh al- (Kairo: Mathba’ah al-Istiqamah, 1964), Jilid I,
Iqtiraah. (Damaskus: Dar al-Qalam.1989). hal. 300
Hal.353 Mahmud Ahmad Nahlah. Ushul An
8Al-Suyuthi. Hal.113
Nahwi Al Arabi. (Beirut: Darr Al Ma’rifah Al
9Mahmud Fajjal.Opcit
10Al-Suyuthi. Opcit
Jaami’iyyah. 2002)
11Ibn al-anbari, al-Inshaf fi masail al- Al Suyuthi. Al-Iqtiraah fi 'Ilm al-Ushuul
khilaf, (Kairo: Mathba’ah al-Istiqamah, 1964), al-Nahwi. (Beirut: Jarus Burs. 1987)
Jilid I, hal. 300 Mahmud Fajjal. Al-Ishbah fi Syarh al-
12Nama lengkapnya Abu al-Barakat Iqtiraah. (Damaskus: Dar al-Qalam.1989).
Kamaluddin Abdurrahman bin Abu al-Wafa Shalah Rawwaiy, An-Nahwu al-‘Arabiy;
Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin
Nasyatuhu, Tathawwuruhu, Madaarisuhu,
Ubaidillah bin Abi Said Muhammad bin
Rijaaluhu, Daar Ghariib, al-Qaahira,
Hasan bin Sulaiman al-Anbari. Dia dilahirkan
di Anbar (sebuah kota kuno di tepi sungai 2000.
Eufrat) pada bulan Rabiul akhir tahun 513 H.
Beliau belajar fiqh dari Said bin Razaz, belajar
nahwu dari Ibnu Sajari, belajar sastra dari Ibnu

47
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

Tamam Hasan, Al-Usul : Dirasah Ibistimulijiyah


li al-Fikr al-lughawiy ‘inda al- Arab, Dar
Astaqofah : al-Magrib, 1991.
Yahya Bin Muhammad As Syawi. Al
Mukhtashar Fi Ushul An Nahwi. (Al Qahirah:
Jami’ah Al Azhar. 2005)

48

Anda mungkin juga menyukai