229576603
229576603
Neldi Harianto
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi
Jl. Lintas Jambi - Muara Bulian Km. 15, Kota Jambi
neldi.harianto@unja.ac.id
Abstract: Several Differences Nahwu Problems Between Bashrah and Kufah in the Book of Al-
Inshaaf Fi Masaa'il Al-Khilaf Bain Al-Nahwiyyin Al-Basryyin Wa Alkufyyin and the Proposals of
Nahwu Used. The two main streams of nahwu thought repertoire are the flow of Basrah and Kufa.
Both of them cannot be denied as leaders in the path of the study section of nahwu (Arabic grammar).
Certain characteristics which sometimes are diametrically opposed to the flow of Basrah. In simple
terms it could be said that the difference between the two nahwu streams lies in the differences in
methodologies used by both. The Bashrah stream in many ways tries to create rules based on many
examples. Thus the Bashrah stream considers a few examples that cannot be used as a proposition or
at least they consider it to be something that is shah. Contrary to the Bashrah stream, we find that the
Kufa stream considers the correct language to be as narrated by the speaker no matter how the syadz
is.
Abstrak: Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah dalam Kitab Al-
Inshaaf Fi Masaa’il Al-Khilaf Bain Al-Nahwiyyin Al-Basryyin Wa Alkufyyin dan Dalil-Dalil
Nahwu yang Digunakan. Dua aliran utama dalam khasanah pemikiran nahwu adalah aliran Bashrah
dan Kufah. Keduanya tidak dapat disangkal sebagai pemuka dalam jalan bagian kajian nahwu
(gramatika Arab). Seandainya aliran Bashrah disebut peletak dasar nahwu maka aliran Kufah
merupakan mata rantai dari pengokoh kajian gramatika Arab terutama dengan ciri khas tertentu
yang terkadang merupakan pendekatan yang berdiri diametral dengan aliran Bashrah. Secara
sederhana dapat dikatakan perbedaan kedua aliran nahwu tersebut terletak pada perbedaan
metodologi yang digunakan oleh keduanya. Aliran Bashrah dalam banyak hal lebih berupaya
menciptakan kaidah berdasarkan banyak contoh. Dengan demikian aliran Bashrah menganggap
contoh yang sedikit tidak dapat dijadikan dalil atau paling tidak mereka menganggap hal itu sebagai
sesuatu yang syaadz. Berlawanan dengan aliran Bashrah, kita menemukan aliran Kufah lebih
menganggap bahasa yang benar haruslah sebagaimana diriwayatkan oleh penuturnya betapapun
syadznya riwayat itu.
40
Neldi Harianto
Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah
dengan pernyataan Al-Anbari bahwa al- tersebut itulah yang menjadi tanda I’rab
ishtishhab adalah menetapkan dan ia mu’rab pada dua tempat sedangkan
(membiarkan) keadaan suatu lafadz aliran Basrah mengatakan bahwa huruf
sebagaimana asalnya, manakala tidak ada I’rab tersebut menjadi tanda I’rab ketika
argument (dalil) lain yang membatalkan masuk kedalam kalimat dan memiliki
atau mengalihkannya dari itu.8 Al-Anbari makna dan pada satu tempat sebagaimana
mengatakan bahwasanya Al-Istishhab yang akan dijelaskan berik ini
adalah metode pengambilan argumen Adapun dalam hal Asma’ sittah
(dalil) nahwu yang diakui (mu’tabar), akan masing-masing aliran yakni aliran Kufah
tetapi merupakan dalil yang terlemah.9 dan basrah berbeda pendapat, aliran
Walaupun argumen (dalil) ini dianggap Kufah berpendapat bahwasanya asma’ as-
yang terlemah, namun Al- sittah itu adalah mu’tal (fiil yang memiliki
Suyuthi10berpandangan bahwa banyak illat) yaitu ، وﻓﻮك، وھﻨﻮك، وﺣﻤﻮك، واﺧﻮك، اﺑﻮك
sekali persoalan seputar nahwu yang mana ، وذﻣﺎلdia mu’rab (bentuk perubahan akhir
para ahli nahwu yang menggunakan kata) pada dua tempat yaitu ھﺬا اﺑﻮك و اﺧﺎك و
metode Al-Istishhab ini sebagai rgument ﺑﺄﺑﯿﻚatau ھﺬا اﺑﻚ و اﺧﻚ و ﺑﺄﺑﻚdan sementara
(dalil), bahkan tidak terhitung. orang Basrahberpendapat bahwa asma’
Sesuai dengan namanya, konsep sittah mu’rab dari satu tempat yaitu ھﺬا اﺑﻚ و
Istishhab berkaitan erat dengan ide tentang اﺧﻚ و ﺑﺄﺑﻚ. واﻷﻟﻒ واﻟﯿﺎء، واﻟﻮاوadalah huruf
al-Ashl karena beristishhab dalam rumusan I’rab, ini merupakan pendapat Abu Hasan
kaidah nahwu berarti merujuk kepada al-Akhfas pada salah satu perkataannya
asal. Ibn al-anbari mendefinisikan istishhab dia juga berpendapat bahwasanya huruf –
sebagai mempertahankan kondisi lafadz huruf tadi juga sebagai dalil I’rab pada
tetap pada asalnya ketika tidak ada dalil tastniyah dan jama'. Ali Ibnu Isa
naqli tentang asal. Istishhab termasuk salah berpendapat bahwasanya asma sittah
satu dalil Ushul al-nahwu yang diakui apabila ia marfu’ maka asma sittah naqal
sebagai otoritatif.11 dan apabila ia mansub maka asma’
Menurut Shalah Rawwaiy di dalam sittahqolbun tanpa naqal dan apabila ia
bukunya, mengatakan, bahwa al-Anbary12 majrur maka asma’ sittah naqal dan qalbun.
dalam bukunya yang fenomenal, al- Abu Usman al-Mazini berpendapat bahwa
Inshaaf, mendaftarkan sekitar 121 masalah ba huruf I’rab,waw dan alif muncul dan
yang menjadi titik perbedaan antara aliran berkembang menjadi pelengkap harakat.
Bashrah dan Kufah.13 Dan pada tulisan ini Dan diceritakan ada sebagian orang arab
Kami paparkan beberapa perbedaan mereka mengatakan ، ورأﯾﺖ أﺑﻚ، ﻣﺮرت ﺑﺄﺑﻚ
pendapat saja diantaranya yang akan ھﺬا اﺑﻚtanpa ada waw alif dan ya, ini
kami jelaskan sebagai berikut: menunjukkan posisi ifrad (tunggal) bukan
idofah dan sebagian yang lain mengatakan
ھﺬا اﺑﺎك، ورأﯾﺖ أﺑﺎك، ﻣﺮرت ﺑﺄﺑﺎكdengan alif
b. Permasalahan I’rab isim sittah14 pada posisi rafa’,nasab dan jar maka ia
Pada dasarnya aliran Kufah sepakat dijadikan isim maqsur seperti pada syair
dan berpendapat bahwa ي، و، اadalah berikut ini : ان اﺑﺎھﺎ واﺑﺎ اﺑﺎھﺎ ﻗﺪ ﺑﻠﻐﺎ اﻟﻤﺠﺪ ﻏﺎﯾﺘﮭﺎ.
tanda I’rab dalam arti kata huruf-huruf dan diceritakan dari Abu Hanifah
41
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018
bahwasanya beliau ditanya tentang karena salah satu dari dua ta’
seseorang yang melempar orang lain menunjukkan tanda ta’nis terhadap yang
dengan batu kemudian ia terbunuh, lain dan menduduki posisinya, maka
apakah wajib atasnya qishas maka beliau tidak dihimpun diantara keduanya dan
berkata : tidak, jika ia melempar dengan yang menunjukkan kebenaran pernyataan
Aba Qubaish (bukit di makkah) dengan alif ini ialah sesuai dengan kalam arab ﻓﺈن ﻛ ّﻞ
dalam bahasa ini, karena asal katanya ٌأﺑﻮ ﻣﻌﺮب ﻓﻲ ﻛﻼم اﻟﻌﺮب ﻟﯿﺲ ﻟﮫ اﻻ إﻋﺮاب واﺣﺪmaka
waw berharakat dan difathahkan sebelum mereka berpendapat bahwa I’rab pada
waw diganti dengan alif (setelah ia satu tempat yang memilki teori lebih
disukunkan). utama dari pada I’rab terdapat pada dua
Adapun idaf kalangan kufah mereka tempat. Dan diantara mereka ahli Basrah
mengatakan : وﻗﻔﺎ، ﻋﺼﺎyang mana mengatakan jika boleh menghimpun pada
asalnya وﻗﻔﻮ، ﻋﺼﻮtatkala di harakat waw satu isim dua I’rab yang disepakati maka
dan difathah disebelumnya diganti alif tentu boleh pula menghimpun dua I’rab
adapun orang Kufah berpendapat kami yang berbeda Maka itu tidak mungkin ada
menghimpun harakat-harakat dhommah, di dalam satu kalimat.
fathah, dan kasrah untuk dijadikan I’rab Dan orang Kufah berargument
bagi asma’ sittah pada kondisi ifrad contoh : bahwasanya harakat pada posisi ifrad dan
ھﺬا اب ﻟﻚ، ورأﯾﺖ أﺑﺎﻟﻚ، ﻣﺮرت ﺑﺄﺑﺎﻟﻚyang mana idafah bukanlah tanda bagi I’rab, sebagai
asalnya ً اﺑﻮmaka I’rab atas waw dijadikan contoh pada posisi ifrad ابyang asalnya
ba’ dan dihilangkan wawnya, dommah ٌ اﺑﻮyang mana pada akhir kata tersebut
menunjukkan tanda bagi rafa’, fathah bagi dihazaf dan kemudian pada posisi idafah
nasab,kasrah bagi jar. Maka pada posisi huruf illatlah yang menjadi huruf I’rab
idofah pada rafa’ ھﺬا اﺑﻮكpada posisi nasab contoh اﺑﻮكdan posisinya inilah yang
رأﯾﺖ أﺑﺎكpada jar ﻣﺮرت ﺑﺄﺑﯿﻚdan dommah, menjadikan harakat yang berbeda, baik
kasrah dan fathah tetap menjadi I’rab idafah pada posisi ifrad dan idafah.
pada posisi ifrad contoh ، ٌ رأﯾﺖ ﻏﻼﻣﺎ، ھﺬا ﻏﻼم
ٍ ﻣﺮرت ﺑﻐﻼمmaka jika diidafahkan contoh ، c. Apakah boleh menjma’ alam muannats
ھﺬا ﻏﻼﻣﻚ، ﻣﺮرت ﺑﻐﻼﻣﻚ، رأﯾﺖ ﻏﻼﻣﻚdan dengan jama’ muzakkar salim.15
demikian juga dengan waw , alif dan ya Aliran Kufah berpendapat yang
berfungsi sebagai bentuk dalil bagi huruf akhirnya ta’ ta’nits apabila ia adalah
perubahan baik dari segi rafa’, nasab da sesuatu yang menunjukkan laki-laki boleh
jar. dijama’ dengan waw dan nun contoh طﻠﺤﺔ
Sementara pendapat Basrah mereka طﻠﺤﻮنini menurut pendapat Abu al-Hasan
mengatakan asma’ sittah mu’rab pada satu Ibnu Kaisan, kecuali bahwa ia fathah lam
tempat karena I’rab pada dasarnya masuk contoh اﻟﻄﻠﺤﻮنdengan fathah seperti
kedalam kalam dari segi arti dan mereka mereka mengatakan ارﺿﻮنmengandung
mengatakan tidak ada dua I’rab yang pengertian ارﺿﺎت, adapun aliran Kufah
dihimpun di dalam dua kata karena salah mereka beralasan boleh menjama’nya
satu dari dua I’rab menduduki posisi yang dengan waw dan nun karena ia ta’dil
lain sebagai contoh pada suatu kata : jama’ طﻠﺢkarena jama’ yang digunakan
ﻣﺴﻠﻤﺎت وﺻﺎﻟﺤﺎتyang asalnya وﺻﺎﻟﺤﺘﺎة ﻣﺴﻠﻤﺘﺎت orang arab takdirnya hazaf / menghapus
42
Neldi Harianto
Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah
huruf dari kata. Sebagai contoh sya’ir Jadi ketika dalam kata talhah maka
berikut وﻋﻘﺒﺔ اﻻﻋﻘﺎب ﻓﻲ اﻟﺸﮭﺮ اﻷﺻﻢmaka ia ia tidak menunjukkan sebagai tanda
dikasrahkan karena tidak ada huruf ha’ muannats akan tetapi untuk meletakkan ia
dan apabila ha’ pada ta’dir isqat boleh pada tempatnya, karena asal kata talhah
dijama’ dengan waw dan seperti semua adalahtalaha ini berbeda dengan
isim dijama’ dengan waw dan nun, itu muslimaat yang asalnya muslimataat dan ta
menunjukkan pendapat ini benar, dan yang petama itu menunjukkan muannats
juga dijama’kan ﺣﻤﺮاءdan ﺣﺒﻠﻰmaka akan Karena asal katanya muslimatun.
dijama’ dengan waw dan nun menjadi Jadi طﻠﺤﺎتyang asalnya طﻠﺤﺔitu
وﺣﺒﻠﻮن، ﺣﻤﺮاءونdan tidak ada perbedaan bukan sebagai tanda yang menunjukkan
bahwa apa yang di akhir isim itu alif ta’nits ia muannats tetapi meletakkan ia pada
atau ta’ ta’nits karena keduanya bukan tempatnya jadi boleh boleh saja
sighat. menjama’nya dengan waw dan nun. Akan
Dan aliran Basrah mengatakan : dalil tetapi aliran basrah tidak diperbolehkan,
yang mencegah bolehnya menjama’waw jikalau boleh menjama’ dengan waw dan
dan nun itu karena tanda ta’nits cuma nun maka itu berarti menjama’ dari satu
satu, waw dan nun merupakan tanda bagi isim dengan dua tanda.
muzakkar.Maka jikalau kami mengatakan d.Permasalahan rafa’ mubtada’ dan khabar16
boleh menjama’ waw dan nun berarti Aliran Kufah berpendapat
menjama’ pada satu isim yang memilki dua bahwasanya mubtada’ merafa’kan khabar
tanda yang bertentangan dan demikian itu dan begitu pula halnya khabar merafa’kan
tidak boleh. Karena ini mensifatkan mubtada’ keduanya berfungsi saling
muzakkar dengan muannats, dan mereka merafa’kancontoh :
mengemukakan contoh : رﺟﻞ رﺑﻌﺔmereka زﯾﺪ أﺧﻮك، وﻋﻤﺮو ﻏﻼﻣﻚ
menjama’nya dengan tidak membedakan Aliran Basrah berpendapat
dengan ta’ mereka mengatakan رﺑﻌﺎتdan bahwasanya yang mubtada’ rafa’ karena
tidak dikatakan رﺑﻌﻮنdan yang demikian adanya ibtida’ dan mengenai khabar
menunjukkan Qiyas yang shahih / benar. dikalangan mereka terdapat perbedaan
Dan tidak pula didengar dari orang arab 1. Pendapat pertama mengatakan khobar
pada jama’ isim ini kecuali dengan alif dan rafa’ melalui ibtida’ saja
ta’ contoh : ھﺒﯿﺮات- ھﺒﯿﺮة، طﻠﺤﺎت- طﻠﺤﺔ 2. Yang lain berpendapat bahwa khabar
Contoh syair berikut : rafa’ dengan ibtida’ dan mubtada’
رﺣﻢ ﷲ اﻋﻈﻤﺎ دﻓﻨﻮھﺎ ﺑﺴﺠﺴﺘﺎن طﻠﺤﺔ اﻟﻄﻠﺤﺎت secara bersamaan
Dan orang arab tidak mengatakan ، اﻟﻄﻠﺤﻮن 3. Golongan yang ketiga berpendapat
واﻟﮭﺒﯿﺮونtidak dengan waw dan nun ketika bahwa khabar rafa’ dengan mubtada’
ia rafa’ dari segi Qiyas dan Naql itu tidak dan mubtada’ rafa’ dengan ibtida’
diperbolehkan, dan orang kufah Lain halnya dengan Kufah mereka
mengatakan, bahwa ia pada takdir jama’طﻠﺢ berhujjah dengan mengatakan :mubtada’
ini menyalahi kaedah yang berlaku, merafa’kan khobar dan khobar merafa’kan
karena jama’ terjadi atas semua huruf isim mubtada’, karena kita akan paham
karena itu ia kami jama’. posisinya mubtada’ jika ada khabar,
43
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018
44
Neldi Harianto
Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah
45
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018
: ﻟﯿﺖ، إﺳﺘﺪرﻛﺖ: ﻟﻜﻦ، ﺷﺒﮭﺖ: ﻛﺄن، ﺣﻘﻘﺖ: إن و أن mengatakan bahwa fi’il itu shigohnya
ﺗﺮﺟﯿﺖ: ﻟﻌﻞ، ﺗﻤﻨﯿﺖ (bentuknya) menunjukkan dua bentuk
Maka ia serupa dengan fi’il dalam yaitu peristiwa dan waktu kejadiannya,
bentuk-bentuk di atas maka mesti ia sedangkan masdar hanya menunjukkan
beramal amal fi’il-fi’il ia marfu’ dan kejadian yang terjadi.
mansub, begitu pula huruf itu marfu’
dan juga mansub, ia marfu’ karena Kesimpulan
serupa dengan fa’il, dan ia mansub Dari pembahasan di atas jelaslah
seerupa dengan maf’ul bahwa memang terdapat banyak
I.fi’il dan masdar yang manakah mustaq21 perbedaan nahwu antara kufah dan basrah
Aliran kufah berpendapat bahwa yang secara keseluruhan tercantum 121
masdar itu mustaq (terambil) dari fi’il pemasalahan akan tetapi pada tulisan ini
sedangkan aliran Basrah berpendapat memang tidak terangkum secara
bahwa fi’il itu mustaq (terambil) dari keseluruhan dan dengan sedikit tulisan ini
masdar. Adapun aliran kufahberalasan diharapkan bisa memberikan gambaran
dengan mengatakan : bahwasanya kami sekelumit perbedaan tersebut, dan dari
berpendapat masdar itu yang mustaq pembahasa di atas dapat ditarik
(terambil) dari kata fi’il, karena masdar kesimpulan
berfungsi sebagai menshahihkan fi’il, dan 1. permasalahan nahwu diantara basrah
memu’talkannya sebagai contoh kita dan kufah bukanlah masalah yang
berkata ﻗﺎوم ﻗﻮاﻣﺎmaka dishahihkan oleh pokok akan tetapi itu permasalahan
masdar untuk menshahihkan fi’il kita yang juziyyat.
mengatakan ﻗﺎم ﻗﯿﺎﻣﺎdan dari contoh ini 2. seperti pada I’rab isim sittah kufah
berarti masdar memu’talkan. Dan ketika bependapat ia boleh dengan tanda
masdarmenshahihkan dan memu’talkan dan boleh dengan harakat akan
maka itu menunjukkan masdar sebagai itu teteapi basrah boleh dengan harakat.
mustaq. Dan sebagian yang lain 3. pada masalah menjma’ alam muannats
mengatakan dalil yang menunjukkan dengan jama’ muzakkar salim kufah
bahwa masdar itu mustaq dari fi’il membolehkan akan tetapi basrah
bahwasanya fi’il itu beramal pada masdar tidak.
sebaga contoh kita mengatakan ﺿﺮﺑﺖ ﺿﺮﺑﺎ 4. Permasalahan rafa’ mubtada’ dan isim,
maka masdar ﺿﺮﺑﺎdinasabkan dengan ﺿﺮﺑﺖ kufah berpendapat mubtada dan
maka ini menunjukkan bahwa masdar kahabar saling merafa’kan dan kufah
adalah mustaq karena posisinya sebagai. tidak.
Dan sebagian lain mengatakan bahwa 5. Aliran Kufah berpedapat, bahwa
masdar itu mustaq yaitu bahwa masdar itu zharaf merafakkan isim apabila posisi
berfungsi sebagai ta’kid dari fi’il. zharaf mendahului isim sedangkan
Aliran basrah berpendapat, Dalil basrah tidak karena isim itu dirafa’kan
yang menunjukkan fi’il itu mustaq dari dengan ibtida’.
masdar yaitu, masdar itu menunjukkan 6. Aliran kufah berpendapat tidak boleh
waktu yang mutlaq sedangkan fi’il taqdim khobar atas mubtada’nyamufrad
menunjukkan waktu tertentu. Dan
sebagian mereka berpendapat dengan
46
Neldi Harianto
Beberapa Perbedan Masalah-Masalah Nahwu Antara Bashrah dan Kufah
47
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018
48