Anda di halaman 1dari 12

PERAN TOKOH-TOKOH KUFAH DALAM PERKEMBANGAN ILMU

NAHWU
Atifa Anami
Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang
Email: anamiatifa07@gmail.com
Abstract
Peneltian ini mengkaji tentang madrasah kufah yang merupakan salah satu madrasah
yang berberan dalam perkembangan lmu nahwu. Peneltian ini menggunakan metode
studi pustaka yaitu mengumpulkan beberapa data sekunder yang diperoleh penulis
dari berbagai sumber tulisan. Hasil penelitian ini adalah pemaparan tentang asal usul
madrasah kufah dan peran tokohnya dalam perkembangan lmu nahwu serta
pemikiran tokohnya dalam menetapkan kaidah-kaidah nahwu. Penulis menyimplukan
dalam kajiannya bahwa madrasah kufah ini berkembang karena disebarkan oleh
alumni madrasah bashriyah, diantaranya Ruwasy dan Harra, dua tokoh ini sangat
berperan dan berpengaruh dalam perkembangan ilmu nahwu di Kuffah. Dalam
penetapan kaidah-kaidah nahwu Basrah dan Kufah terdapat perbedaan pendapat,
msalnya dalam masalah rafa’ bagi khabar inna dan mashdar yang musytak, dan lain
sebagainya.
Kata kunci: Kufah, Ilmu Nahwu, Tokoh
Abstract
Ths tesearch examines the kufah madrasah wich is one of madrasas that plays a role
in the development of nahwu scence. This research uses the literature study method,
namely collecting some secondary data obtained by the author from various written
sourcer. The result of this study are an explanation of the origins of the kufah
madrasah and the role of its figures in the development of nahwu science and the the
thoughts of its leaders in establishing nahwu principles. The author concludes in his
study that this kufah madrasah developed because it was spread by alumni of Ruwasy
and Harra, these two figures were very instrumental and influential in tha
development of nahwu scince in kufah, in determining the principles of nahwu

1
Bashrah dan kufah there were dofferences of opinion, for example in the case or rafa’
isim with zharaf, rafa’ for khabar inna and mashdar who are musytaq, and so on.
Keywords: Jufah, Nahwu science, Character
Pendahuluan
Ilmu nahwu madzhab Kufah muncul dan berkembang karena peran dan pengaruh
yang besar dari madzhab Bashrah. Ilmu ini awal mulanya berasal dari Bashrah,
kemudian menyebar ke Kufah, Baghdad, Andalusia dan Mesir. Sejak munculnya
ilmu nahwu ini sampai pada perkembangannya, perbedaan-perbedaan yang ada masih
menjadi perhatian banyak pihak, terlebih lagi perbedaan antara madrasah Bashrah dan
Kufah. Ketertinggalan madzhab Kufah dalam kajian ilmu nahwu ini disebabkan
ulama Kufah lebih konsen pada ilmu-ilmu keislaman, seperti lmu hadist, ilmu fiqh
dan qiraat, sementara ulama Bashrah lebih serius mendalami ilmu nahwu. 1 Dalam
memperoleh dalil nahwu madzhab Kufah cendrung menggunakan panca indra
pendengaran yang mana mereka mendenngar ucapan-ucapan fasih dari kabilah-
kabilah yang masyhur. Dengan demikian, segala yang mereka dengar, baik
periwayatannya diterima atau tidak, mereka akan menjadikannya sebagai dalil nahwu.
Berbeda dengan madzhab Bashrah yang lebih ketat dan lebih menggunakan akal dan
logika mereka.2 Madzhab Kufah dirintis oleh Abu Ja’far ar-Ruasy. ia menuntut ilmu
di Bashrah kepada ulama’ Bashrah. Para ulama’ terdahulu sepakat bahwa madrasah
nahwiyah dimulai di Bashrah kemudian berlanjut ke Kufah karena perjalanan Ruasy,
Kisai, dan Farra’. 3
Metode Penelitan
Adapun penulisan jurnal ini menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu
mengumpulkan beberapa data sekunder yang diperoleh penulis dari berbagai sumber
tulsan, diantaranya adalah buku, hasil penelitian, dan jurnal ilmiah lainnya yang
membahas usul an-Nahwi. Data-data yang sudah diperoleh penuls dari berbagai
1
Syauqi Dhaif, al-Madaris an-Nahwiyah, (bairut, dar ma’arif 1968), hal 154
2
Mustafa abd al-aziz, al Madzahib annahwyah fi dhau’I ad-dirasat al-lughawiysah al-hadsah,
(Jeddad: al-Fais Aliah, 1986), hal 41
3
T. Mulloh, 2014, Al-Basith fi Ushulin Nahwi wa Madarisihi, (Kepanjen: Dream Litera)

2
sumber dideskrpsikan dan dan disusul dengan analisis. Dengan menggunakan metode
ini, jurnal ini diharapkan dapat menjelaskan dengan rinci apa saja yang menjadi
kaidah-kaidah ushul al-Nahwi khususnya mengenai madrasah Kuffah.
Pembahasan
A. Asal Usul Aliran Kufah
Kufah sebuah kota yang terletak di Iraq. Tepatnya di tepi lembah sungai
Eufrat, kota ini di sebelah timurnya berbatasan langsung dengan sungai Eufrat, di
sebelah Selatan berbatasan dengan Najf, adapun di sebelah Barat dan Utaranya
berbatasan langsung dengan padang pasir yang luas dan membentang hingga ke
kota Syam. Kota ini terkenal dengan tanahnya yang subur. 4
Kajian nahwu lebih dulu muncul di bashrah dibandingkan di Kufah, kira-kira
berselang kurang lebih seratus tahun. Hal ini disebabkan karena di Kufah para
ulama pada awalnya lebih disibukkan terhadap kajian hadist, fiqih dan qiraah.
Sementara di Basrah para ulama lebih disibukkan terhadap kajian bahasa, nahwu,
filsafat dan mantiq. Disamping itu pula di daerah tersebut banyak tinggal orang-
orang yang asli Arab khususnya para sesepuh sahabat nabi Muhammad SAW.
Seperti Amr ibn Yasr, Abdallah ibn Mas’ud dan lain sebagainya. Pada masa Ali,
kufah sebagai pusat kegiatan lascar tentara islam. Maka dinamakan Kufah karena
untuk tentara. Mungkin dengan sebab banyak kegiatan milter ini, para penduduk
kufah kurang perhatiannya dalam mengikuti kebudayaan yang sedang
berkembang sebagaimana Bashrah.5 Di saat para intelektual madzhab bashrah
sedang mengalami masa kemunduran dalam kajian bahasa dan nahwu, madzhab
Kufah justru sebaliknya, bergeliat dalam pengembangan kajian agama islam,
periwayatan syair dan sastra.
Mazhab Kufah cenderung memakai panca indra pendengaran dalam
menangkap kalam asli Arab, mereka mendengar ucapan-ucapan fasih dari

4
Shalah Rawway, An-Nahwu-l Arabiy: Nasy’atuhu, Tathawwuruhu, Madarisuhu.
Rijaluhu. )Kairo: Dar Ghorib, 2003) hlm. 368
5
Syauqi Dayf,Al-Madaris An-Nahwiyah. (kairo: dar ma’arif, 1983) hlm. 36-37

3
kabilah-kabilah yang masyhur. Dengan demikian, apa yang mereka dengar, baik
itu diterima periwayatannya atau tidak, mereka jadikan pula sebagai dalil. Tak
jarang ulama Kufah kerap berbeda pandangan dengan mazhab lainnya. Dalil-dalil
dan kaidah yang dipakaipun berbeda, tidak heran jika banyak perbedaan diantara
mazhab Kufah dengan Basrah. 6
Ilmu nahwu terus berkembang dan mendapatkan momentum
perkembangannya yang pesat di masa Abbasyiyah, yaitu pertengahan abad ke- 2
H. Dari Bashrah ilmu nahwu terus berkembang ke Kufah, yang disebarkan oleh
para alumni Madrasah al-Bashriyah. Mereka itu antara lain Ja’far al-Ruwasi dan
Mu’adz al-Harra’. Al-Harra’ belajar kepada Abu Amr, sedang al-Ruwasi selain
belajar kepada Abu Amr juga kepada Isa ibn Umar dan Abu Amr al-Ala.
Ketiganya ulama ini adalah tokoh nahwu di Bashrah. Sebagai pedoman murid-
muridnya, al-Ruwasi menyusun kitab nahwu berjudul “al-Faishal”. Mereka
berdua mengembangkan ilmu nahwu dan membina kader-kadernya di Kufah.
Sejak itulah bermunculan ulama-ulama nahwu aliran Kufah, seperti: al-Kisa’i,
dan muridnya al-Farra’.7
B. Tokoh-Tokoh Aliran Kufah
Terdapat lima generasi dalam madrasah Kufah, sebagaimana yang terdapat
dalam buku Nasyatun nahwi, karya Muhammad at-Thahthowiy, yaitu: 8
1. Generasi pertama
a. Ar-Ra’asi
Dia adalah Abu Ja’far Muhammad Ibnu al-Hasan al-Raasi, keponakan
dari Mu’adz al- Harra’ dan dia dipanggil al-Raasi karena ukuran

6
Mustafa Abdul Aziz, Al-Madzhab An-Nahwiyah Al-Madzhab An-Nahwiyah fi Dau’I ad-Dirasat
al-Lughowiyah al-Hadisah. (Jeddah: al- Faisiliyah, 1986) hlm. 41
7
Ridwan, 2008, Karakteristik Nuhat Kufah Dan Bashrah, Vol. 3, No. 1, hlm. 60
8
Muhammad at-Thahthowiy. Nasy’ah-Nahwi, (Kairo: Dar al-Ma’arif) hlm. 115 -121

4
kepalanya yang besar, dan dia adalah orang Kufah pertama yang menulis
buku tentang tata bahasa. Dia adalah guru bagi Al-Kisai dan Al- Fara’a.9
Abu Ja’far hidup dan berkembang di Kufah berkelana di Bashrah dan
berguru kepada Abu Amru bin al-Alai dan ulama bashrah angkatan kedua
lainnya. Tidak lama kemudian dia kembali ke Kufah dan belajar nahwu
pada pamannya yang bernama Mu’adz. Dari situlah Abu Ja’far menjadi
ulama nahwu kufah yang angkatan pertama dan mengarang kitab yang
berjudul Al-Faishol Fin Nahwi. 10
b. Mu’ādz Al-Harra
Dia adalah Mu’ādz Muslim Al-Harra, ia dinisbahkan dengan pakaian
Al-Harāwiyyah sebab beliau adalah penjualnya, dan dia adalah paman dari
Abu Ja’far Al-Raāsi.beliau tinggal di Kufah, dan termasuk orang yang
sangat mahir dalam ilmu sharaf dan nahwu, beliau wafat di Kufah pada
tahun 187 H.
2. Generasi kedua:
Yaitu Al-Kisa’i (189 H), dia merupakan salah satu diantara ulama nahwu
yang paling popular, bahkan dia termasuk peletak dasar nahwu aliran kufah 11.
Dia adalah Abu al-Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Utsman, Imam
Abu al-Hasan Al-Kisa’i, anak Bahman bin Fairuz pemimpin Bani Asad.
Beliau adalah imam Kufah dalam Nahwu dan bahasa/linguistik, dan salah satu
dari tujuh qari terkenal (Qiraah Sab’ah), dia dipanggil dengan nama Al-Kisa’i
karena memakai pakaian ketika ihram. Dia seorang penduduk Asli Kufah
yang tinggal di Baghdad. Al-Kisai belajar tata bahasa di usia tua.
Karangan-karangan Al-Kisai membahas mengenai makna Al-Qur'an dan
ringkasan tata bahasa. Dia dan Muhammad bin al-Hasan (189 H) al-Faqih
meninggal dalam satu hari dan al-Rasyīd menyertai pemakaman keduanya,
9
Muhammad Syathir, Al-Mujaz Fi Nasyatin Nahwi, (mesir: maktabah kulliyat al-azhariyah, 1983)
hlm. 53-54
10
Op.cit, Nasyah al-Lughah, (Kairo: Dar al-Ma’arif) hlm. 115
11
Op.cit, Al-Mujaz Fi Nasyatin Nahwi, hlm. 60

5
maka al-Rasyīd berkata: Aku mengubur fiqih dan nahwu bersamaan dalam
satu hari.
Di antara syair Al-Kisai: Wahai para pencari ilmu yang bermanfaat
pelajarilah tata bahasa dan lepaskan keserakahan. Sebab tata bahasa adalah
Qiyas/analogi yang mengikuti dan bermanfaat dalam segala hal dan saya
melihat pemuda yang lulus dalam pengucapan maka perluaslah nahwu itu.
3. Generasi ketiga:
a. Al-Ahmar
Di antara generasi Kufah ketiga, dia adalah Abu Al-Hasan Ali bin Al-
Mubarak. Dan dalam riwayat Ali bin al-Hasan yang dikenal sebagai al-
Ahmar. Dia seorang mantan prajurit penjaga pintu khalifah Al-Rasyi yang
berasal dari Al-Naubah. Ia orang yang cerdas dan pintar, mencintai bahasa
Arab dan gemar menambah ilmunya. Dia disuruh Al-Kisai menggantikan
dirinya mengajar anak- anak khalifah Al-Rasyid agar posisinya itu tidak
diambil oleh orang-orang Basrah. Dia menyusun kitab (Al-Tasrif), dia
meninggal dalam perjalanan hajinya pada tahun 194 H.
b. Al- Farra’
Dia adalah Abu Zakariya Yahya bin Ziyad, Bapak bani Asad, dia lahir
di Kufah, asal Persia. Dia adalah seorang Kufah yang terampil, dan dia
mengajari mengenai tata bahasa (nahwu), bahasa (linguistik), sastra,
keseharian orang Arab (tradisi), berita, dan syair. Dan dia juga seorang
ilmuwan dalam kedokteran, filsafat dan perbintangan/ ilmu nujum.
Ktabnya yang paling terkenal adalah kitab " Ma’ni Al-Qur'ān " dan kitab
"Mudzakkar dan Mua’annats." Dia meninggal di Baghdad, pada tahun 207
Hijriah.
a. Al-Lihyani
Dia juga salah satu dari generasi ketiga Kufah, tapi Al-Zubaidi
menyebutkan Al-Lihyani di generasi kedua Kufah. Dia adalah Abu Al-
Hasan Ali bin Al-Mubarak bin Hazim Al- Lihyani. Julukan Al-Lihyani

6
dalam kaitannya dengan Bani Lihyan bin Hudzail. Dan dikatakan: Dia
dinamai demikian karena lebat jenggotnya. Dia meninggal pada tahun 220
H.12
4. Generasi keempat:
b. Ibnu Sa’dan
Dia adalah salah satu ulama dari generasi keempat Kufah, dan dia
adalah Abu Ja’far Muhammad bin Sa’dān al-Dhariri, Dia terkenal dengan
nahwu dan qiraah, dia menulis buku tentang keduanya, yaitu (Al-Jami’)
dan (Al-Mujarrad). Dia adalah orang yang tsiqqah terhadap Qiraah
Hamzah. Dia mengambil Qiraah/bacaan dari orang-orang Mekah, Madinah,
Syam, Kufah dan Basrah dan melihat perbedaannya. Dia wafat pada hari
Idul Adha tahun 231 H pada masa kekhalifahan al-Wātsiq bin al-Mu'tashim
dan dikaruniai seorang putra bernama Ibrahim, seorang yang berilmu.
c. At-Tuwal
Ulama dari Madzhab Kufah ini adalah Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Abdullah, yang dibesarkan di Kufah dan mempelajari Nahwu
dari al-Kisa'i, al-Fara'a dan lain-lain. Ia meninggal pada tahun 243 Hijriah.

d. Ibnu qadimi
Dia adalah Abu Ja’far Muhammad bin Abdullah, dan dipanggil
Ahmad. Dia belajar dari Al-Fara’a dan fasih dalam tata bahasa dan
penjelasan, dan dia dikenal dalam bacaan/Qiraah dan hadits. Di antara
karya-karyanya adalah: (Al-Kafi) dan (Al-Mukhtashar) tentang nahwu,
dan kitab Gharib Al-Hadits, wafat di Bagdad pada tahun 251 H.
5. Generasi kelima:
Yaitu Tsa’lab (291 H), Ia adalah Abu Al-Abbas Ahmad bin Yahya atau
yang dikenal dengan Tsa’lab, pemimpi Bani Syabān. Dia lahir di Baghdad

12
Muhammad Al-As’ad, Al-Wasit Fi Tarikh An-Nahwi Al-‘Araby, (Riyadh: Dar Asy-sawaq,
1992) hlm. 73

7
dan dibesarkan di sana. Dia belajar dari Ibn Al-Arabi, yang meninggal pada
tahun 232 AH, yang merupakan salah satu ulama dalam bahasa dan cabang
ilmu lain yang merujuk pada bahasa. Dan karya sastranya yaitu Majalis
Tsa’lab, dia meninggal di Baghdad karena terkejut kemunculan binatang di
jalan, dia tidak mendengar suara kaki binatang itu di belakangnya pada tahun
291 H.
C. Pemikiran Aliran Kufah
1. Permasalahan menjama’ alam muannats dengan jama’ mudzakkar salim
Aliran Kufah berpendapat yang huruf akhirnya ta’ ta’nits apabila ia
adalah sesuatu yang menunjukkan laki-laki boleh dijama’ dengan waw dan
nun contoh ‫طلحون – طلحة‬.
Ini menurut pendapat Abu al-Hasan Ibnu Kaisan, kecuali bahwa ia
fathah lam contoh ‫ الطلحون‬dengan fathah, seperti mereka mengatakan ‫ارضون‬
mengandung pengertian ‫ ارضات‬, adapun aliran Kufah mereka beralasan boleh
menjama’nya dengan waw dan nun karena ia ta’dil jama’‫ طلح‬karena jama’
yang digunakan orang arab takdirnya hazaf / menghapus huruf dari kata.
Sebagai contoh sya’ir berikut:
‫وعقبة االعقاب في الشهر األصم‬
Maka ia dikasrahkan karena tidak ada huruf ha’ dan apabila ha’ pada ta’dir
isqat boleh dijama’ dengan waw dan seperti semua isim dijama’ dengan waw
dan nun, itu menunjukkan pendapat ini benar, dan juga dijama’kan‫ حمراء‬dan
‫ حبلى‬maka akan dijama’ dengan waw dan nun menjadi ‫ حمراءون‬، ‫ وحبلون‬dan
tidak ada perbedaan bahwa apa yang di akhir isim itu alif ta’nits atau ta’
ta’nits karena keduanya bukan sighat.
2. Permasalahan rafa’ mubtada’ dan khabar
Aliran Kufah berpendapat bahwasanya mubtada’ merafa’kan khabar dan
begitu pula halnya khabar merafa’kan mubtada’ keduanya berfungsi saling
merafa’kan contoh :

8
‫ زید أخوك‬، ‫وعمرو غالمك‬
Aliran Kufah berhujjah dengan mengatakan : mubtada’ merafa’kan khobar
dan khobar merafa’kan mubtada’, karena kita akan paham posisinya mubtada’
jika ada khabar,demikian juga sebaliknya kita dapat mengetahui khabar
karena ada mubtada’.
3. Pemasalahan rafa’ isim dengan zharaf
Aliran Kufah berpedapat, bahwa zharaf merafa’kan isim apabila posisi
zharaf mendahului isim, maka ia dinamai zharaf mahalliy. Dan ada sebagian
mereka menamainya dengan shifat, contoh :
‫أمامك زید‬
Aliran kuffah berhujjah dengan mengatakan : kami mengatakan
demikian karena asal pada perkataan ‫ امامك زید‬posisi tempat zaid. Maka
fi’ilnya dihazaf cukup dengan zharaf, maka dirafa’kan isim sebagaimana ia
merafa’kan fi’il.
4. Masalah taqdim khabar atas mubtada’ alaih
Aliran kufah berpendapat tidak boleh taqdim khobar atas mubtada’nya
mufrad atau jumlah, contoh ‫ قائم زید‬، ‫ ذاهب عمرو‬dan dalam bentuk jumlah

‫ قائم زید وأبوه‬، ‫ذاهب عمرو وأخوه‬


Adapun alasan aliran kufah yang berpendapat tidak boleh taqdim
khobar atas mubtada’ alaih mereka mengatakan : bahwa tidak boleh taqdim
khobar atas mubtada’ alaih, mufrad atau jumlah, ini karena ia menunjukkan
taqdim domir isim terhadap zohirnya, seperti ‫ زید قائم‬karena pada kata ‫قائم‬
adalah kata ganti zaid, demikin juga ‫ زید قائم ابوه‬ha’ tersebut menunjukkan
domir zaid maka didahului domir isim terhadap zohirnya, dan tidak ada beda
susunan domir isim sesudah zohirnya maka tidak boleh taqdim.
5. Rafa’ bagi khabar inna

9
Aliran Kufah berpendapat bahwa Inna dan saudara-saudaranya tidak
merafa’kan khabar contoh : ‫ إن زید قائم‬orang Kufah mereka beralasan bahwa
mereka mengatakan : kami sepakat bahwa asal huruf-huruf ini tidak
menasabkan isim ia dinasabkan karena diserupai dengan fi’il, maka apabila
huruf-huruf tersebut beramal karena huruf diserupakan dengan fi’il, maka ia
hanya berfungsi sebagai cabang, apabila ia hanya berupa cabang/pelengkap
itu selamanya lemah dari asal maka ia tidak beramal/berfungsi pada kahabar
tersebut.
Berdasarkan atas Qiyas kalau huruf-huruf tersebut beramal/berfungsi
maka ia sama saja antara keduanya tidak ada bedanya, hal demikian tidak
boleh, maka mesti ia tetap rafa’ sebelum masuk huruf-huruf tersebut, hal
demikian menunjukkan lemahnya fungsinya/amalnya. Bahwasanya ia masuk
ke kahabar apa yang masuk ke fi’il jikalau ia ibtida’ seperti
‫التتركني فیهم شطیر إني إذن أهلك أو أطیرا‬
maka ia nasab dengan ‫إذن‬
6. Fi’il dan masdar yang manakah mustaq
Aliran kufah berpendapat bahwa masdar itu mustaq (terambil) dari fi’il
sedangkan aliran Basrah berpendapat bahwa fi’il itu mustaq (terambil) dari
masdar. Adapun aliran kufah beralasan dengan mengatakan : bahwasanya
kami berpendapat masdar itu yang mustaq (terambil) dari kata fi’il, karena
masdar berfungsi sebagai menshahihkan fi’il, dan memu’talkannya sebagai
contoh kita berkata ‫ قواما قاوم‬maka dishahihkan oleh masdar untuk
menshahihkan fi’il kita mengatakan ‫ قیاما قام‬dan dari contoh ini berarti masdar
memu’talkan. Dan ketika masdar menshahihkan dan memu’talkan maka itu
menunjukkan masdar sebagai itu mustaq.
Dan sebagian yang lain mengatakan dalil yang menunjukkan bahwa
masdar itu mustaq dari fi’il bahwasanya fi’il itu beramal pada masdar sebagai
contoh kita mengatakan ‫ ضربا ضربت‬maka masdar ‫ ضربا‬dinasabkan dengan

10
‫ ضربت‬maka ini menunjukkan bahwa masdar adalah mustaq karena posisinya
sebagai. Dan sebagian lain mengatakan bahwa masdar itu mustaq yaitu bahwa
masdar itu berfungsi sebagai ta’kid dari fi’il.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa madzhab Kufah mendapatkan


momentum perkembangannya yang pesat di masa Abbasyiyah yaitu dari Bashrah
ilmu nahwu terus berkembang ke Kufah, yang disebarkan oleh para alumni
Madrasah al-Bashriyah. Mereka itu antara lain Ja’far al-Ruwasi dan Mu’adz al-
Harra’. Selain dua tokoh ini ada tokoh-tokoh yang lain yangberperan dalam
perkembangan ilmu nahwu diantaranya Al-Lihyani, Ibnu Sa’dan, At-Tuwal, Ibnu
qadimi, Tsa’lab. Terdapat beberapa perbedaan Pemikiran aliran antara aliran
Bashrah dan Kufah di antaranya permasalahan menjamak alam muannats dengan
jamak mudzakkar salim, permasalahan rofa’ isim dengan dzaraf, rafa’ bagi
khobar inna dan mashdar yang musytaq.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Mustafa Abdul. 1986. Al-Madzhab An-Nahwiyah fi Dau’I ad-Dirasat al-


Lughowiyah al-Hadisah. Jeddah: al- Faisiliyah

Al-As’ad , Muhammad. Al-Wasit Fi Tarikh An-Nahwi Al-‘Araby. Riyadh: Dar Asy-


sawaq. 1992
At-Thanthowiy, Muhammad. Nasyah al-Lughah, Kairo: Dar al-Ma’arif
Dayf, Syauqi. 1983. Al-Madaris An-Nahwiyah. kairo: dar ma’arif
Ridwan. 2008. Karakteristik Nuhat Kufah Dan Bashrah, Vol. 3. No. 1
Rawway, Shalah. 2003. An-Nahwu-l Arabiy: Nasy’atuhu, Tathawwuruhu,
Madarisuhu. Rijaluhu. Kairo: Dar Ghorib
Syathir, Muhammad. 1983. Al-Mujaz Fi Nasyatin Nahwi. mesir: maktabah kulliyat
al-azhariyah

11
12

Anda mungkin juga menyukai