Proyeksi Submentovertex
Proyeksi Submentovertex
Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan dasar
tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arkus zigomatikus
magnum , atlas, dens, dan condilus occipital. Mengidentifikasi petrous ridge pada bagian kanan
dan kiri tulang temporal , auditory canals external , dan mastoid air cells. Langkah selanjutnya ,
Langkah 2. Mengevaluasi cranial fossa tengah. Identifikasi foramen oval dan spinosum.
Langkah 3. Mengevaluasi bagian atas dan tengah wajah. Mengkaji nasal cavity, nasal
Langkah 4. Mengevaluasi mandibular. Ikuti garis besar dari kepala condylar, prosesus
Atur pasien dalam keadaan erect (berdiri), jika memungkinkan untuk menampakkan batas
ketinggian cairan.
(2) Tengadahkan Dagu, hyperextensikan leher jika memungkinkan hingga IOML paralel
d) Kolimasi
e) Pernafasan
f) Kriteria radiograf : Tampak sinus sphenoid, ethmoid, maksillaris dan fossa nasal (gambar
2.24).
Waters Projection
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus
Langkah 1. Evaluasi calvarium dan sutura, mulai dari sebelah kiri daerah temporal melewati
bumbungan supraorbital ke daerah kanan temporal. Cari kalsifikasi intracranial . Pada langkah
Langkah 2. Evaluasi orbit dan sutura frontalis. Identifikasi tepi supraorbital dan infraorbital, inferior
foramen orbital , bagian dasar dari orbit, sutura zygomaticofrontalis , dan garis innominate pada
Langkah 3. Evaluasi sinus maksila dan nasal cavity. Identifikasi superior, medial, dan dinding lateral
pada nasal cavity. Coba untuk identifikasi proyeksi foramen rotundum terhadap dinding mesial pada
sinus.
Langkah 4. Evaluasi arcus zygomaticus. Identifikasi frontal. Maksilar, dan prosesus temporal pada
contralateral side.
Langkah 5. Evaluasi condylar dan prosesus coronoid pada mandibular. Ini adalah salah satu tinjauan
Posteroanterior Projection
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula,
Langkah 1. Evaluasi calvarium, sutura, dan ruang diploic dimulai di area sebelah kiri auditory
meatus external (EAM), pada bagian atas calvarium , ke sebelah kanan (EAM). Cari kalsifikasi
intracranial. Identifikasi selsel udara mastoid dan petrous ridge pada kanan dan kiri tulang temporal.
Langkah 2. Evaluasi bagian atas dan wajah tengah. Identifikasi orbits, sinus, dan prosesus
zygomaticum pada maksila. Kaji nasal cavity, turbinates tengah dan turbinates inferior, nasal septum,
Langkah 3. Evaluasi bagian bawah wajah. Ikuti garis besar pada mandibular dimulai dari condilus
dan prosesus coronoid kanan, ramus, angulus, dan bagian mandibular anterior ke kiri tubuh, angulus,
Langkah 4. Evaluasi cervical spine . identifikasi dens, superior border of C2 dan border inferior C1.
Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga
Langkah 1. Evaluasi calvarium dan cari kalsifikasi intracranial. Identifikasi foramen magnum dan
arcus posterior pada atlas. Langkah selanjutnya, bandingkan bagian kanan dan kiri harus terlihat
lengkap.
Langkah 2. Evaluasi fossa cranial tengah , petrous ridge, dan selsel udara mastoid. Anatomi pada
bagian ini susah dilihat. Cari displacement, garis besar pada interupsi, radiolucencies, dan kehilangan
Langkah 3. Evaluasi nasal cavity. Identifikasi garis besar dari nasal cavity. Pada proyeksi open-
mouth , kepala condylar , termasuk superior surface dan leher condilus , harus diidentifikasi.
Crouzon Shyndrome
malfomasi pada tengkorak, mata, wajah dan rahang karena penutupan dini dari sutura
(craniosyntosis). Sutura adalah sambungan tulang yang menahan keenam tulang kranial pada
tengkorak untuk menjaga bentuk kepala ketika otak sedang dalam masa perkembangan.
Anak-anak yang mengalami kondisi ini cenderung untuk memiliki bentuk wajah yang khas,
seperti bentuk tengkorak yang menyerupai daun semanggi, Tulang rahang atas yang tidak
Namun, mereka masih bisa memiliki kehidupan yang normal dengan kemampuan
intelektual yang normal, terutama apabila perawatan bedah dilakukan untuk memperbaiki
kelainan ini pada tahun pertama usia kehidupan anak. Kondisi ini diwariskan dalam sifat
autosomal dominan, yang berarti bahwa hanya diperlukan salah seorang dari orang tua untuk
mewariskan gen FGFR2 yang rusak sehingga anak dikatakan menderita sindrom ini. Crouzon
dan Apert syndrome adalah dua penyebab paling umum yang menyebabkan kelainan bentuk
tengkorak, dimana sindrom yang pertama lebih sering terjadi daripada sindrom yang terakhir.