Anda di halaman 1dari 60

ANALISIS RESEP DOKTER

Copy resep:

      PT. ASURANSI KESEHATAN INDONESIA


    
                  RSUD              :  A
                  Dokter             :  dr. B
                  Tanggal           :  03/06/10

R/ Amoxycillin mg 500 tab No X


    S 3 dd 1 
R/ Paracetamol mg 500 tab No X
    S 3 dd 1
R/ Dexamethason tab No X
    S 3 dd 1
R/ OBH syr No I
    S 3 dd C1
R/ Vit C tab No X
    S 3 dd 1 

Nama    :  Ny. Sumiyati


Umur     :  30 tahun
Alamat   :  Tegalarum

Analisis Resep: 
    
1.  Identitas dokter:
Dari resep yang telah diberikan, sudah benar. Di sana terdapat identitas nama
dokter praktek yaitu dr.B. dan sudah terdapat alamat unit pelayanan kesehatan yaitu di
RSUD A
   
  2.  Nama kota:
Pada resep yang diberikan sudah terdapat nama kota yang dicetak dalam blanko
resep dan juga sudah ditulis tanggal, 03/06/10. Ini diperlukan dalam pelayanan resep
berkaitan dengan persyaratan dalam perundang – undangan. Namun dalam penulisan
tanggal disini belum lengkap, sebaiknya tahun dicantumkan dalam tanggal penulisan
resep agar tidak tercampur dengan resepan tahun yang lain.
  
   3.  Superscriptio:
Dalam resep yang diberikan, tampak penulisan sudah tepat, berada di sisi kiri
atas. Karena obat yang diberikan lebih dari satu sehingga dituliskan R/ lagi. Dalam
resep tersebut obat-obat yang diberikan adalah obat-obat generik. Jadi resep tersebut
merupakan bentuk formula officinalis.
 
    4.  Inscriptio:
a. Penulisan Nama Obat
    Pada resep yang diberikan penulisan nama obat pada resep tersebut sudah
benar dan penulisan jelas.
b. Spesifikasi Sediaan Jadi
    Pada resep yang diberikan dapat diketahui bentuk sediaan kelima jenis obat
tersebut, yaitu ”tab” yang berarti tablet dan ”syr” yaitu sirup. Penulisan singkatan
sediaan obat tersebut sudah sesuai dengan singkatan resmi Farmakope
Indonesia atau Nomenklatur Internasional.
c.  Penulisan Satuan Berat, Volume dan Unit
     Dalam formula resep di atas, sudah dituliskan satuan volume, berat dan unit.
d.  Jumlah Jenis Obat/Sediaan
      Penulisan jumlah R/ sudah benar yaitu dengan mencantumkan R/ lagi apabila
resep yang diberikan lebih dari 1 obat. Di sini cara pemakaian obat belum
disertakan, misal a.c. (ante coenum= sebelum makan) atau p.c. (post
cibum=sesudah makan).
e.  Satuan Biji (tablet, kapsul, botol)
     Penulisan jumlah obat yang diberikan sudah tepat dengan menggunakan angka
romawi (X).
f.   Penggunaan Tulisan Singkatan
     Penulisan dosis pada resep yang diberikan tidak ada tanda titik untuk pemisah
antara d (de) dengan d (die), seharusnya 3.d.d.1
g.  Tanda Pemisah antara R/
      Antara satu tanda R/ untuk satu jenis obat sudah dipisah dengan garis penutup
dan paraf dokter. Di sini tanda tangan dokter tidak tertulis karena obat yang
diresepkan bukan dari golongan narkotika maupun obat keras tertentu.
 
    5.  Subscriptio
     Penulisan jumlah obat yang diberikan sudah tepat karena menuliskan No.
(nomero), dimana N ditulis dengan huruf besar dan tetapi setelah huruf o kurang
tanda titik. Penulisan jumlah obat yang diberikan sudah tepat dengan
menggunakan angka romawi X. Jadi penulisan yang benar adalah No.X.
  
   6.  Signatura
    Dalam resep yang diberikan sudah tertulis simbol S (signatura = tandailah), tetapi
penulisan tanda S kurang jelas seperti tanda garis lengkung sedangkan untuk
letak tanda S sudah tepat.
   
  7.  R/ pertama.
       Tertulis “Amoxycillin mg 500 tab No X”,artinya obat Amoxycillin 500 mg
sebanyak 10 tablet. Di bawahnya tertulis aturan pakainya “S 3 dd 1”, signa ter de
die uno artinya Pakailah obat Amoxycillin 500 mg, 3 kali sehari 1 tablet sekali
minumnya.
       Amoxycillin adalah antibiotik yang stabil dalam suasana asam lambung, aktif
terhadap organism Gram positif dan negatif. Dosis yang diberikan sudah tepat
untuk dewasa, yaitu dosis sekali minum 1 tablet (500 mg) sedangkan dosis per
hari adalah 3 tablet (1500 mg). Di sini perlu ditandai atau dijelaskan kepada
pasien bahwa untuk pemakaian Amoxycillin harus habis 10 tablet.
    
8.  R/ kedua.
        Tertulis “Paracetamol mg 500 tab No X”, artinya obat Paracetamol 500 mg
diminta sejumlah 10 tablet. Di bawahnya tertulis aturan pakainya “S 3 dd 1”, Signa
ter de die uno  artinya Pakailah obat Paracetamol 500 mg itu 3 kali sehari masing-
masing 1 tablet sekali minumnya.
        Paracetamol adalah obat analgesik antipiretik yang diindikasikan untuk
meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan
demam. Dosis terukur tiap 1 tablet Paracetamol adalah 500 mg. Pemberian dosis
untuk dewasa sudah tepat yaitu 3 kali 1 tablet sekali minum, sedangkan dosis per
hari adalah 3 tablet atau setara dengan 1500 mg.

      9.  R/ ketiga.


Tertulis “Dexamethason tab No X”, artinya obat Dexamethason diminta sejumlah
10 tablet. Di bawahnya tertulis aturan pakainya “S 3 dd 1”, Signa ter de die uno
artinya Pakailah obat Dexamethason tablet 3 kali sehari 1 tablet sekali minumnya.
Dexamethason merupakan glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan
(antialergi) dan antiinflamasi, bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh
terhadap stimulasi rangsang dan menekan atau mencegah respon jaringan
terhadap proses inflamasi serta menghambat akumulasi sel. Dosis terukur untuk
tiap tablet adalah 0,5 mg. Dosis sekali minum 1 tablet (0,5 mg) dan dosis per hari
adalah 3 tablet (1,5 mg).

     10. R/ keempat.


       Tertulis “OBH syr No I”, artinya obat OBH sirup sejumlah 1 botol. Di bawahnya
tertulis aturan pakainya “S 3 dd C1”, Signa ter di die cochlear uno artinya Minum
OBH sirup 3 kali sehari 1 sendok makan.
       OBH sirup merupakan obat batuk yang mampu mengatasi batuk produktif yang
disertai hidung tersumbat, alergi, demam dan sakit kepala yang menyertai flu.
Dosis sekali minum adalah 1 sendok makan (15 cc) dan dosis per hari adalah 3
sendok makan (45 cc).
  
   11. R/ kelima
         Tertulis “Vit C tab No X”, artinya vitamin C sejumlah X tablet. Di bawahnya tertulis
aturan pakainya “S 3 dd 1”, Signa ter di die uno artinya minumlah vitamin C tablet
3 kali sehari 1 tablet.
         Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin antioksidan yang mampu
menangkal radikal bebas sehingga berperan penting dalam menangkal berbagai
penyakit. Dosis sekali minum adalah 1 tablet dan dosis per hari adalah 3 tablet.
  
   12. Identitas pasien
      Meliputi nama, umur dan alamat yang umumnya tercetak dalam blanko resep
(tulisan pro, umur dan alamat). Dalam penulisan identitas pasien sudah benar
dengan ditulis nama pasien yaitu Ny. Sumiyati. Namun dalam resep ini tidak
dituliskan umur dan alamat pasien. Dimana seharusnya umur dan alamat juga
dicantumkan dalam identitas pasien, karena alamat pasien berguna dalam
memudahkan pihak apotek dalam penelusuran apabila terdapat kesalahan dalam
pelayanan obat. Sedangkan umur berguna dalam membantu dalam perhitungan
dosis pemberian obat yang tepat, terutama pada pasien anak dan lansia.
 
    13. Diagnosis Penyakit dari Resep di atas
         Radang tenggorokan yang disertai batuk produktif.
LEMBAR KERJA TUGAS RESEP

RESEP 1:
drg. A
SIP. No. 446/2502/419/3439/1-17
Jl. Nogopuro No. 1B Catur Tunggal Depok Sleman
Telp. (0274) 692xxxx
Yogyakarta, 19 Oktober 2012
R/ Amoxycillin tab 500 No. XV
S 3 dd tab I

R/ Asam Mefenamat tab mg 500 No.X


S 3 dd tab I

R/ Kalium Diclofenac tab mg 500 No.VI


S prn tab I

Pro : YA
Umur : 35 tahun
Alamat: 08773964xxxx
ttd
Skenario:
- Ny. Yulia (pasien, 35 thn) datang kedokter dan memeriksakan giginya kemudian dicabut,
terdapat luka namun tidak terlalu banyak
- Beberapa hari kemudian setelah menggunakan obat, Ny. Yulia mengalami gangguan
lambung. Karena pasien menganggap antibiotic harus diminum rutin sampai habis maka Ny.
Yulia melanjutkan pemakaian obat, dan lambung Ny.Yulia semakin sakit. Sehingga Ny.Yulia
konsultasi kepada apoteker.
1.      ASSESMENT
a.      Menggali Riwayat Pasien
No Kriteria Keterangan
.
1 Data Pasien Nama : Ny. YA
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : L / P
Alamat : -
No. HP : 087739640169
BB/TB : - kg / - cm
Pekerjaaan : -
Kondisi : Sakit gigi, setelah cabut gigi sedikit berdarah, setelah minum
obat dari dokter muncul rasa tidak enak di lambung.
Penyakit2 yang
Riwayat
pernahPenyakit
diderita : -
Keluhan sekarang : Sakit gigi dan nyeri di lambung.
Data Laboratorium : -
Diagnosis dokter : Sakit gigi setelah gigi dicabut dan alergi obat.
3 Riwayat Amoxycillin
Pengobatan Asam Mefenamat
Kalium Diclofenac
4 Keadaan Khusus Nyeri lambung.
Pasien

b.      Skrining Resep


1)      Administratif (Kelengkapan Resep)
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter    
2 SIP dokter    
3 Alamat dokter    
4 Nomor telepon    
5 Tempat dan tanggal    
penulisan
resep
Invocatio
6    
Tanda resep diawal penulisan resep
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat    
8 Kekuatan obat    
9 Jumlah obat    
Signatura
10 Nama pasien    
11 Jenis kelamin    
12 Umur pasien    
13 Barat badan    
14 Alamat pasien    
15 Aturan pakai obat    
16 Iter/tanda lain    
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter    
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai alamat
pasien, dan berat badan pasien.
Cara pengatasan Alamat dan berat badan pasien dapat ditanyakan langsung kepada
pasien/keluarga pasien.

2)      Kesesuaian Farmasetis


No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai
3)      Dosis
No. Nama Obat Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi
1 Amoxycillin 3 x sehari 1 tablet 250-500 mg setiap 8 jam atau 500-875 mg 2 kali sehari. Sesuai -
(sediaan 500 mg) (DIH, 2010: 99).
2 Asam Mefenamat 3 x sehari 1 tablet 500 mg untuk dosis permulaan, kemudian 250 mg setiap 4 Sesuai -
(sediaan 500 mg) jam jika diperlukan, maksimum terapi 1 minggu.
(DIH, 2010: 932).
Dosis pertama (500 mg) dikenal dengan loading dose, tujuan
pemberiannya adalah agar kadar obat dalam darah
meningkat secara cepat, sehingga obat mencapai efek
terapinya. Lalu, selanjutnya diberikan dosis sebesar 250 mg,
dimana dosis ini dikenal sebagai maintenance dose, yang
dimaksudkan agar dapat mempertahankan tingkat
keefektifan obat dalam cairan tubuh setelah loading dose
tercapai.
3 Kalium Diclofenac Jika perlu 1 tablet Dosis permulaan 50 mg 3 kali sehari, dosis maksimum 150 Sesuai -
mg/hari.
(DIH, 2010: 439).

4)      Pertimbangan Klinis


No. Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Indikasi - -
2 Kontraindikasi Pasien mengalami nyeri lambung setelah menggunakan Ganti terapi atau tambahkan obat yang dapat mengatasi
obat, kemungkinan akibat alergi obat atau rekasi obat keluhan nyeri lambung atau obat yang dapat mengatasi
tidak diinginkan atau efek samping obat. efek samping obat.
3 Interaksi - -
4 Dupikasi/polifarmas - -
i
5 Alergi Kemungkinan pasien alergi amoxicillin atau obat Tambahkan obat yang dapat mengatasi gangguan lambung
golongan NSAID. atau ganti dengan terapi yang lain.
Antibiotik amoksisilin dihentikan.
6 Efek samping Kalium Diklofenak: Diminum bersama makan atau setelah makan, jangan
Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/keram berkendaraan / menjalankan mesin selama minum obat.
perut, sakit kepala, diare, nausea, tukak lambung, Mengganti NSAID dengan paracetamol.
pusing, ruam, pruritus (Gangguan lambung) dan Menambahkan terapi untuk mengatasi keluhan lambung
mengantuk. yaitu Polysilene dan Spasmolitik Buscopan.
Asam Mefenamat:
Pemberian (asam mefenamat) dapat memperburuk
tukak lambung yang diderita oleh pasien (MIMS : 109).
Reaksi obat yang -    Kalium Diklofenak
merugikan Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi
(ADR/Adverse Drug jantung atau hipertensi, karena diklofenak dapat
Reaction) menyebabkan retensi cairan dan edema; hati-hati
penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal,
jantung, hati, penderita usia lanjut dan penderita dengan
luka atau perdarahan pada saluran pencernaan;
hindarkan penggunaan pada penderita porfiria hati; hati-
hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak
dapat menembus plasenta; diklofenak tidak dianjurkan
untuk ibu menyusui karena diklofenak diekskresikan
melalui ASI.
c.       Karakteristik Obat

1)      Amoxycillin
Komposisi:
Amoxycillin 500 mg.

Indikasi:
Infeksi saluran nafas, saluran genitor-urinaria, kulit dan jaringan lunak yang disebabkan
organism gram positif dan negative yang peka terhadap obat ini.

Dosis:
Dewasa 250-500 mg tiap 8 jam.

Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makan agar diabsorbsi lebih baik dan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada Gastro Intestinal.

Kontra Indikasi:
Hipersensitif pada penicillin. Infeksi mononucleosis.

Peringatan:
Hipersensitif terhadap sefalosporin, kerusakan ginjal, leukemia limfatik, superinfeksi.

Efek Samping:
Reaksi hipersensitif, Gangguan Gastro Intestinal.

Interaksi Obat:
Probenesid meningkatkan waktu paro amoxicillin dalam plasma. Dengan Alopurinol timbul
ruam kulit. Kontrasepsi oral efektivitasnya diturunkan oleh amoxycllin.

Kategori kehamilan: B

2)      Asam Mefenamat


Komposisi:
Asam mefenamat 500 mg

Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit
kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot
trauma dan tulang punggung,, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan, reumatik, nyeri paha,
demam.

Dosis:
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak di atas 14 tahun:
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg 2 – 3
kali sehari. Anak < 6 bulan : 6,5 mg/kg BB/6 – 8 jam.

Pemberian Obat:
Berikan segera sesudah makan.

Kontra Indikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap
asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan
peradangan saluran cerna.

Peringatan:
Gagal ginjal, penderita asma yang sensitif terhadap AINS, renitis alergi, urtikaria, hamil, laktasi,
anak < 14 tahun.

Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan
diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia. Pada
penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan
agranulositosis dan anemia hemolitik.

Interaksi Obat:
Obat-obat antikoagulan oral seperti warfarin; mempertinggi efek kumarin; asetosal (aspirin) dan
insulin.

Kategori Kehamilan:
C, D pada trimester 3 atau menjelang persalinan.

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering.
(MIMS, 2012: 130).
Mekanisme Kerja:
Menghambat sintesis Prostaglandin melalui penurunan aktivitas enzim, siklooksigenase, yang
menghasilkan penurunan prekursor pembentuk prostaglandin (Lacy, 2003, hal 868).

3)      Kalium Diclofenac

Komposisi:
Diclofenac K 50 mg.

Indikasi:
Nyeri peradangan pasca trauma, inflamasi dan nyeri pasca operasi, sebagai terapi tambahan pada
nyeri berat pada infeksi THT. Gejala nyeri pada kolumna vertebra, reumatik non artikuler.
Dosis:
Dewasa awal 100-150 mg terbagi dalam 2-3 dosis,
Kasus ringan dan anak > 14 tahun 75-100 mg/hari.

Pemberian Obat:
Berikan segera sesudah makan.

Kontra Indikasi:
Ulkus peptic.

Peringatan:
Riwayat penyakit Gastro Intestinal, ganggun fungsi hati, jantung, atau ginjal.

Efek samping:
Kadang-kadang gangguan Gastro Intestinal, sakit kepala, pusing, vertigo dan ruam.

Interaksi Obat:
Meningkatkan kadar litium, metotreksat dan digoksin dalam plasma. Dapat mengurangi efek
deuretik.

Kategori Kehamilan:
B, D pada trimester 3 atau menjelang persalinan.

(MIMS, 2012: 137).

4)      Polysilane
Komposisi:
Per tablet polysilane Al(OH)3 200 mg, dimethicone 80 mg, Mg(OH)2 200 mg.

Indikasi:
Rasa terbakar khususnya pada hernia hiatal, pirosis, gastritis, kembung.

Dosis:
Dewasa 1-2 tablet/hari atau 1-2 sendok teh 3-4 kali/hari.

Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makan.

Peringatan:
Kerusakan fungsi ginjal, penggunaan lama, dosis tinggi.

Efek Samping:
Deplesi fosfat.
Interaksi Obat:
Absorbsi dihambat dengan furosemid, indometasin, tetrasiklin, digoksin, INH, antikolinergik.

Kategori kehamilan: -

(MIMS, 2012: 18).

5)      Buscopan
Komposisi:
Hyoscine-N-butylbromide.

Indikasi:
Gangguan spastic pada Gastro Intestinal, kandungan empedu, saluran kemih, dan saluran
kelamin wanita.

Dosis:
Drag 1-2 drag 4 kali/hari. Maksimum 100 mg/hari.

Pemberian Obat:
Bersama makan atau tanpa makan.

Kontra Indikasi:
Miastenia gravis, megakolon.

Peringatan:
Glaukoma sudut sempit, penderita obstruksi saluran kemih dan usus kecil, takiaritmia.

Efek Samping:
Xerostomia, dishidrolis, takikardi, retensi urin, reaksi alergi, reaksi pada kulit, dispneu (pada
pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi).

Interaksi Obat:
Meningkatkan efek antikolinergik dari antidepresan trisiklik, antihistamin, kuinidin, amantadin,
dan disopiramid. Meningkatkan efek takikardi dari B-adrenergik. Antagonis dopamine
menurunkan efek dalam saluran Gastro Intestinal.

Kategori kehamilan: C.

(MIMS, 2012: 21).

Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care Plan:

Resep tidak lengkap secara administrasi, adanya efek samping terapi sehingga perlu ditambahkan
terapi untuk mengatasi keluhan lambung yaitu Polysilene dan Buscopan.
Kemudian antibiotic amoksisilin dihentikan karena kemungkinan pasien alergi antibiotic
tersebut. Lagipula perdarahan gigi sangat sedikit jadi antibiotic dapat dihentikan.
2.      PENYERAHAN DAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT/PIO, KOMUNIKASI
INFORMASI EDUKASI/KIE, DAN KONSELING
a.       Informasikan mengenai nama obat, aturan pakai, kegunaan masing-masing obat, dan cara
penyimpanan yang benar.
b.      Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang diinginkan
tercapai.
c.       Jika gejala sudah tidak dirasakan lagi, maka pengobatan dapat dihentikan.

No. Kriteria Informasi Isi Informasi


1 Nama Obat Asam Mefenamat
Kalium Diclofenac
Polysilane
Buscopan
2 Kegunaan Asam Mefenamat: Untuk Nyeri dan inflamasi.
obat/outcome terapi Kalium Diclofenac: Inflamasi.
yang diharapkan Polysilane: Antasida untuk nyeri lambung dan kembung.
Buscopan: Antispasmodik/kejang perut.
3 Aturan pakai Asam mefenamat: 3 x sehari 1 tablet bersama makan.
Kalium diclofenac: 1 tablet jika perlu, maksimum 3
tablet sehari bersama makan
Polisilane: 3 x sehari 1 tablet bersama makan
Buscopan: 3 x sehari bersama makan atau tanpa makan
4 Waktu minum obat Bersama makan atau segera setelah makan untuk
meningkatkan absorpsi dan menghindari efek nyeri
dilambung akibat efek samping obat.
5 Cara pakai Diminum melalui mulut dengan segelas air putih. 3 x
sehari artinya tiap 8 jam.
6 Durasi penggunaan 3 hari
obat
7 Efek samping Nyeri lambung, mengantuk.
8 Penyimpanan Simpan tablet ditempat yang kering pada suhu kamar
(25oC), terlindung dari cahaya matahari langsung.
9 Aktivitas yang Aktivitas yang disarankan:
disarankan/dihindari Dianjurkan untuk makan makanan yang lunak. Menjaga
kesehatan gigi dan mulut yakni menyikat gigi dengan
benar minimal 2 kali sehari, dapat disempurnakan
dengan moutwash setelah menyikat gigi.
Aktivitas yang dihindari:
Tidak berkendaraan/menjalankan mesin selama
meminum obat, hindari makan makanan yang terlalu
asam, pedas, panas, dingin.
3.      MONITORING

Hal-hal yang perlu monitoring:


a. Kondisi pasien, gejala yang dirasakan pasien, semakin membaik atau tidak.
b. Memeriksa kemungkinan terjadinya alergi dan efek samping.
c. Kepatuhan pasien minum obat.

4. EVALUASI
a. Keberhasilan terapi: pasien sembuh atau tidak, gejala atau keluhan hilang/tidak, pasien dapat
beraktivitas seperti biasa.
b. Ada/tidaknya gejala/keluhan dan penyakit lain yang timbul setelah/selama pengobatan.
LEMBAR KERJA TUGAS RESEP

RESEP 2 (No resep JR-0014):

dr. R
Jl. Cocak Rawa No. 1 Telp. (0274) 7021499 Yogyakarta
HP: 08193178xxxx
Yogyakarta, 11 Oktober 2012

R/ Glimepirid I mg No. XXX


S 1–0-0

R/ Metformin mg 500 No. LX


S 2 dd tab 1

R/ Nerva plus 5000 No.XXX


S 1 dd tab I

Pro : Bp. S
Umur : -
Alamat: -
ttd
1.      ASSESMENT
a.      Menggali Riwayat Pasien

No Kriteria Keterangan
.
1 Data Pasien Nama : Bp. S
Umur : -
Jenis Kelamin : L / P
Alamat : -
No. HP : -
BB/TB : - kg / - cm
Pekerjaaan : -
Kondisi : Diabetes Melitus
Penyakit2 yang
Riwayat
pernahPenyakit
diderita : Diabetes Melitus
Keluhan sekarang : Kadar gula darah tinggi.
Data Laboratorium : -
Diagnosis dokter : DM tipe II
3 Riwayat -
Pengobatan
4 Keadaan Khusus -
Pasien

b.      Skrining Resep


1)      Administratif (Kelengkapan Resep)

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter    
2 SIP dokter    
3 Alamat dokter    
4 Nomor telepon    
5 Tempat dan tanggal    
penulisan
resep
Invocatio
6    
Tanda resep diawal penulisan resep
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat    
8 Kekuatan obat    
9 Jumlah obat    
Signatura
10 Nama pasien    
11 Jenis kelamin    
12 Umur pasien    
13 Barat badan    
14 Alamat pasien    
15 Aturan pakai obat    
16 Iter/tanda lain    
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter    
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai SIP dokter,
umur, berat badan, dan alamat pasien.
Cara pengatasan SIP dokter dapat dikonfirmasi kepada dokter untuk memastikan
keabsahan resep, SIP boleh tidak dicantumkan jika dokter bekerja diinstansi.
Sementara data pasien seperti umur, berat badan dan alamat pasien dapat ditanyakan
langsung kepada pasien/keluarga pasien.

2)      Kesesuaian Farmasetis


No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai
3)      Dosis
Nama
No. Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi
Obat
1 Glimepirid 1 x sehari 1 Dewasa Dosis awal 1-2 mg sekali sehari, Sesuai -
tablet pagi hari diberikan bersama sarapan pagi, dosis
(sediaan 1 mg) pemeliharaan 1-4 mg sekali sehari,
maksumum 8 mg sekali sehari. Jika respon
tidak adekuat pada dosis maksimum maka
terapi dapat dipertimbangkan kombinasi
dengan metformin
(DIH, 2010: 697).
2 Metformin 2 x sehari 1 250-500 mg tiap 8 jam, maksimal 3g/hari Sesuai -
500 mg tablet atau
(sediaan 500 850 mg tiap 12 jam.
mg) Anak > 17 tahun dan dewasa, dosis awal 500
mg 2 kali sehari atau 850 mg sekali sehari.
(DIH, 2010: 955).
3 Nerva plus 1 x sehari 1 1 kaplet/hari. Sesuai -
5000 tablet (MIMS, 2012: 291).

4)      Pertimbangan Klinis


No. Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Indikasi Terapi dengan glimepirid tunggal tidak Diberikan tambahan terapi kombinasi
adekuat glimepirid dan metformin.
2 Kontraindikasi - -
3 Interaksi -   Glimepirid + metformin Pasien diinformasikan bagaimana
Bila dikombinasikan keduanya memiliki mengatasi kondisi gejala hipoglikemi
efek potensiasi penurunan kadar gula darah dengan mengemut permen, makan roti dll
sampai hipoglikemia dapat terjadi. untuk mengembalikan glukosa tubuh.
       Metformin dan vitamin B12 Perlu diperiksa kadar vitamin B12 dalam
Terapi metformin jangka panjang, dapat serumnya tiap tahun.
menyebabkan gangguan absorpsi vitamin Mungkin diperlukan penyesuaian dosis
B12 dan asam folat di saluran cerna. antikoagulan.
       Metformin dan antikoagulan
Kemungkinan terjadinya interaksi antara
metformin dan antikoagulan tertentu, Perlu
hati-hati untuk orang-orang lanjut usia,
infeksi serius dan dalam keadaan trauma.
4 Dupikasi/polifarmasi - -
5 Alergi - -.
6 Efek samping -   Glimepirid Diminum bersama atau segera setelah
Efek samping utama yang harus diwaspadai makan, jangan berkendaraan /
adalah hipoglikemia. Gambaran klinis menjalankan mesin selama minum obat,
hipoglikemik yang parah menyerupai kontrol cek gula darah rutin.
stroke. Disamping itu dapat juga terjadi
efek samping lain, berupa gangguan saluran
cerna dan gangguan susunan syaraf pusat
seperti: sakit kepala, pusing, lapar, tubuh
lemas, lelah, mual, muntah, mengantuk,
tidur terganggu, daya konsentrasi dan
kewaspadaan menurun, depresi, bingung,
gangguan bicara, gangguan penglihatan,
tremor, gangguan syaraf sensoris, dan lain-
lain. Kemungkinan dapat pula terjadi
gejala-gejala kounter-regulasi adrenergik,
seperti berkeringat, kulit lembab, cemas,
takhikardia, hipertensi, palpitasi, dan lain-
lain. Gejala hematologik termasuk
leukopenia, trombositopenia,
agranulosistosis dan anemia aplastik dapat
terjadi walau jarang sekali. Golongan
sulfonilurea cenderung meningkatkan berat
badan.
-    Metformin
Efek samping bersifat reversible pada
saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan
perut, mual, muntah, rasa logam pada mulut
dan diare. Dapat menyebabkan asidosis
laktat tetapi kematian akibat insiden ini
lebih rendah 10 - 15 kali dari fenformin dan
lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang
disebabkan oleh glibenklamid/sulfonilurea.
Kasus asidosis laktat dapat dibati dengan
natrium bikorbonat. Kasus individual
dengan metformin adalah anemia
megaloblastik, pneumonitis, vaskulitis.
Reaksi obat yang -    Glimepirid Cek atau control kadar gula darah rutin.
merugikan Selama pengobatan dengan glimepirid, Selalu sedia permen atau roti untuk
(ADR/Adverse Drug kadar gula harus diperiksa secara periodik, dikonsumsi ketika terjadi gejala
Reaction) karena dapat terjadi hipoglikemia atau hipoglikemi seperti keringat atau gemetar.
Menghindari aktivitas-aktivitas berat yang
hiperglikemia khususnya pada awal-awal
memerlukan perhatian khusus.
pengobatan atau bila penggunaan Perlu diperiksa kadar vitamin B12 dalam
glimepirid yang tidak teratur, maka serumnya tiap tahun.
sebaiknya hindarilah aktivitas-aktivitas
yang memerlukan perhatian khusus. Khasiat
dan keamanan penggunaan pada anak-anak
belum diketahui dengan pasti. Bila terdapat
sensitivitas berupa peningkatan insulin yang
berlebihan akibat glimepirid, sebaiknya
pemberian glimepirid dihentikan. Untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia harus
dipertimbangkan pengurangan dosis
glimepirid yang dilakukan secara bertahap,
Pemberian dosis sebaiknya disertai dengan
perbaikan berat badan dan perbaikan pola
makan. Lama pengobatan Pengobatan
dengan glimepirid merupakan pengobatan
jangka panjang.

-   Metformin
Hati-hati penggunaan pada penderita
dengan gangguan fungsi ginjal. Tidak
dianjurkan penggunaan pada kondisi
dimana menyebabkan dehidrasi atau pada
penderita yang baru sembuh dari infeksi
serius atau taruma. Dianjurkan pemeriksaan
berkala kadar B12 pada penggunaan jangka
panjang. Oleh karena adanya kemungkinan
terjadinya hipoglikemia pada penggunaan
kombinasi dengan Sulfonilurea, kadar gula
dalam darah harus dimonitor. Hati-hati
pemberian pada pasien usia lanjut yang
mempunyai gangguan fungsi ginjal.
Dalam pengobatan kombinasi dengan
sulfonilurea atau insulin, kadar gula darah
harus diperiksa, mengingat kemungkinan
timbulnya hipoglikimea. Keadaan yang
memicu hipoksia dan akumulasi laktat
dapat menyebabkan terjadinya asidosis
laktat yang berbahaya, maka metformin
tidak boleh diberikan pada penderita
penyakin kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal
hati, dehidrasi dan peminum alkohol. Terapi
metformin jangka panjang, dapat
menyebabkan gangguan absorpsi vitamin
B12 dan asam folat di saluran cerna, oleh
karena itu perlu diperiksa kadar vitamin
B12 dalam serumnya tiap tahun.
Kemungkinan terjadinya interaksi antara
metformin dan antikoagulan tertentu, dalam
hal ini mungkin diperlukan penyesuaian
dosis antikoagulan. Perlu hati-hati untuk
orang-orang lanjut usia, infeksi serius dan
dalam keadaan trauma.
c.       Karakteristik Penyakit
Diabetes mellitus tipe II.

Definisi
Diabetes melitus merupakan kondisi dimana terjadi penurunan kadar insulin dalam tubuh. Insulin
adalah hormon yang dibentuk oleh pankreas, berfungsi untuk memecahkan gula darah dan
mengubahnya menjadi energi. Bila tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin, maka kadar
gula dalam darah akan meningkat. Diabetes mellitus adalah penyakit endokrin yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah diatas normal dan tingginya kadar gula dalam urin akibat
terganggunya produksi hormon insulin oleh pankreas. Diabetes mellitus tipe II disebabkan
kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin sehingga turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang glukosa dan untuk menghambat produksi glukosa dihati.
Ada dua tipe diabetes melitus, yaitu :
-          Tipe I, merupakan insulin dependent DM atau diabetes juvenil. Kondisi ini biasanya timbul
pada usia muda dan membutuhkan injeksi insulin secara teratur.
-          Tipe II, merupakan non insulin dependent DM atau timbul pada usia dewasa. Biasanya terjadi
pada usia diatas 40 tahun dan dapat diobati dengan preparat lain, tidak tergantung pada injeksi
insulin.

Penyebabnya
Penyebab DM yang pasti belum diketahui tetapi sebagian besar disebabkan oleh faktor herediter,
gaya hidup, diet, infeksi pankreas dan gangguan yang bersifat autoimun.
Gejala
-          Pasien sering merasa haus atau lapar serta mempunyai nafsu makan yang besar.
-          Biasanya terjadi peningkatan urin atau poliuri.
-          Penurunan berat badan walaupun nafsu makan meningkat.
-          Pasien sering merasa cepat lelah atau lemas yang mungkin disertai kesemutan atau mati rasa
pada tangan dan kaki.
-          Penglihatan menjadi kabur.
-          Disertai infeksi kulit yang berulang, sering disertai dengan gatal pada daerah tubuh yang
sensitif.

Komplikasi
Diabetes sangat meningkatkan resiko akan penyakit jantung. Bila tidak atau kurang tepat diobati,
lambat laun dapat menjadi gangguan neurovaskular serius yang sangat ditakuti, seperti
retinopati, polineuropati, nefropati dan lain-lain (impotensi, infeksi stafilokok pada kulit dan
keluhan claudicatio (OOP, 2003: 695).

d.      Karakteristik Obat

1)      Glimepirid
Komposisi:
Glimepirid 1 mg.
Indikasi:
DM tipe II (NIDDM) yang tidak dapat dikontrol secara adekuat dengan diet, olahraga dan
penurunan berat badan saja. Dapat digunakan dalam kombinasi dengan metformin atau insulin.

Dosis:
1-8 mg/hari. Dosis awal dan titrasi dosis 1 mg sekali/hari. Dosis harian dapat ditingkatkan
dengan interval 1-2 minggu dan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1 mg-2 mg – 3
mg – 4 mg- 6 mg dan pada kasus tertentu, 8 mg.

Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makan agar diabsorbsi lebih baik dan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada Gastro Intestinal.

Kontra Indikasi:
DM tipe I (IDDM) ketoasidosis diabetikum, prekoma diabetes, gangguan ginjal berat dan
gangguan fungsi hati. Hipersensitif terhadap sulfonylurea lain atau sulfonamide. Hamil, laktasi.

Peringatan:
Monitor kadar glukosa darah dan urin secara teratur. Berkurang atau menghilangnya gejala
hipoglikemia misalnya pada pasien dengan neuropati otonomik atau yang menggunakan obat
penyekat B, klonidin, reserpin, guanetidin, atau obat simpatolitik lain. Penggantian sementara
menjadi terapi insulin pada situasi stress tertentu (misalnya trauma, pembedahan, dan demam
yang disebabkan infeksi).

Efek Samping:
Hipoglikemia, gangguan sementara daya penglihatan, gangguan GI, gangguan fungsi hati.
Jarang: trombopenia, leucopenia, dan anemia hemolitik; gatal, urtikaria, ruam kulit.

Interaksi Obat:
Efek meningkat jika digunakan bersama dengan insulin dan obat antidiabetes lain., ACE
Inhibitor, alopurinol, steroid anabolic dan hormone seks pria, kloramfenikol, derivate kumarin,
siklofosfamid, dst.
Efek berkurang jika digunakan bersama dengan asetazolamid, barbiturate, kortikosteroid,
diuretic, efinefrin, asam nikotinat (dosis tinggi), esterogen, progesterone, rifamfisin, dst.
Penyekat-B menurunkan toleransi terhadap glukosa.

Kategori kehamilan: C

(MIMS, 2012: 280).

2)      Metformin
Indikasi:
NIDDM yang gagal dikendalikan dengan diet dan sulfonilurea, terutama pada pasien yang
gemuk.
Kontraindikasi:
Gangguan fungsi ginjal atau hati, predisposisi asidosis laktat, gagal jantung, infeksi atau trauma
berat, dehidrasi, alkoholisme, wanita hamil dan wanita menyusui.

Efek samping:
Mual, muntah, anoreksia dan diare yang selintas, asidosis laktat, gangguan penyerapan vit. B. 12.

Dosis:
250-500 mg tiap 8 jam atau 850 mg tiap 12 mg bersama/sesudah makan, maksimal 3g/hari.

Mekanisme kerja:
Bekerja menghambat glukoneogenesis dan menigkatkan penggunaan glukosa di jaringan.
Kelebihan dari golongan sulfonilurea adalah tidak menaikkan berat badan dan dapat menurunkan
kadar insulin plasma (IONI : 269).

3)      Nerva plus 5000


Komposisi:
Per Nerva Plus Vit B1 100 mg, vit B6 200 mg, vit B12 200 mcg, folic acid 400 mcg.
Per Nerva 5000 Vit B1 100 mg, vit B6 100 mg, vit B12 5000 mcg.

Indikasi:
Nerva plus Pengobatan defisiensi vit B1, B6, B12, dan asam folat.
Nerva 5000 Pengobatan defisiensi vit B1, B6 dan B12.

Dosis:
1 kaplet/hari.

Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makanan jika timbul rasa tidak nyaman pada GI.

Peringatan:
Tidak dianjurkan untuk pasien yang sedang mendapat terapi ledova.

Efek Samping:
Penggunaan vit B6 dosis tinggi dan jangka panjang dapat menyebabkan sindrom neuropati.

(MIMS, 2012: 291).

Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care Plan:
Resep tidak lengkap secara administrasi, adanya efek samping dapat diatasi dengan meminum
obat bersama makan agar diabsorbsi lebih baik dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada
Gastro Intestinal. Gejala hipoglikemi diatasi dengan mengemut roti atau permen dan cek kadar
gula darah rutin serta control kadar B12 dan asam folat tiap tahun untuk penggunaan metformin
jangka panjang.
2.    PENYERAHAN DAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT/PIO, KOMUNIKASI
INFORMASI EDUKASI/KIE, DAN KONSELING
a.       Informasikan mengenai nama obat, aturan pakai, kegunaan masing-masing obat, dan cara
penyimpanan yang benar.
b.      Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang diinginkan
tercapai.
c.       Konfirmasikan mengenai aturan pakai, kegunaan dari obat yang diberikan dan cara
penyimpanan yang benar.
-       Metformin sebagai obat anti diabetes dengan aturan pakai 2x sehari 1 tablet dan glimepirid 1
kali sehari sebagai terapi tambahan untuk DM yang tidak dapat dikendalikan oleh obat dan diet
dengan aturan pakai 2x sehari 1 tablet. Semua obat diminum bersama makanan.
-       Penyimpanan obat ditempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung.

No. Kriteria Informasi Isi Informasi


1 Nama Obat Glimepirid
Metformin
Nerva plus 5000
2 Kegunaan Glimepirid dan metformin: Mengatasi
obat/outcome terapi diabetes/menurunkan kadar gula darah.
yang diharapkan Nerva plus 5000: Mengatasi Neurotropik (pegal, capek),
serta mengatasi efek dari metformin yang mengganggu
penyerapan vit B12.
3 Aturan pakai Glimepirid: 1 x sehari 1 tablet pada pagi hari bersama
makan
Metformin: 2 x sehari 1 tablet pagi dan sore bersama
makan
Nerva plus 5000: 1 x sehari 1 tablet pada pagi hari
bersama makan
4 Waktu minum obat Bersama makan atau segera setelah makan untuk
meningkatkan absorpsi dan menghindari efek nyeri
dilambung akibat efek samping obat.
5 Cara pakai Diminum melalui mulut dengan segelas air putih. 3 x
sehari artinya tiap 8 jam, 2 x sehari artinya tiap 12 jam.
6 Durasi penggunaan 30 hari
obat
7 Efek samping Nyeri lambung, hipoglikemi berupa gemetar dan
keringat berlebih. Bila gejala ini muncul maka dapat
diatasi dengan asupan glukosa, misalnya permen atau
makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi atau
roti.
8 Penyimpanan Simpan tablet ditempat yang kering pada suhu kamar
(25oC), terlindung dari cahaya matahari langsung.
9 Aktivitas yang Aktivitas yang disarankan:
disarankan/dihindari Kurangi berat badan yang berlebihan. Menjaga berat
badan ideal dan berolahraga ringan secara teratur,
misalnya dimulai dengan jalan kaki atau lari pagi selama
30 menit sehari.

Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung


serat, seperti sayuran dan sereal.

Minum banyak air putih minimal 2 liter/hari.

Kontrol kesehatan secara teratur terutama jika terdapat


luka atau infeksi yang tidak sembuh-sembuh.

Kontrol gula darah atau urin secarfa rutin, periksa


tekanan darah secara berkala dan pertahankan tekanan
darah dalam batas normal.

Bila lupa minum; jika teringat kembali dalam waktu < 2


jam maka langsung minum obat, tetapi jika sudah
hampir waktu minum obat selanjutnya maka tinggalkan
saja obat yang tadi lupa diminum dan jangan men-
double.
Beritahukan gejala hipoglikemia pada pasien dan
keluarga tentang tanda-tanda hipoglikemia dan cara
mengatasinya. Selalu sedia asupan glukosa, misalnya
permen atau makanan yang mengandung karbohidrat
seperti nasi atau roti.
Tanda-tanda hipoglikemia : lemas, berkeringat, pusing,
gemetar. Segera atasi dengan minum segelas teh manis
atau minuman yang manis. Hipoglikemia ini sangat
berbahaya karena pasien bisa shock dan meninggal maka
harus segera diatasi.
Segeralah kedokter jika timbul radang pangkal
tenggorok, demam, ruam kulit, radang mulut, diare, air
seni berwarna kehitaman.
Aktivitas yang dihindari:
Konsumsi gula, garam, tinggi lemak dan yang banyak
mengandung kolesterol /LDL(seperti: daging merah,
produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan
makanan pencuci mulut berlemak lainnya) dibatasi
(kontrol pola makan), olahraga, tidak
berkendaraan/menjalankan mesin selama meminum
obat, cek kadar gula darah rutin, control kadar B12 dalam
tubuh tiap tahun.
Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu
makan karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi
(ketidakstabilan) kadar gula darah.
Makanan/minuman yang dihindari : makanan asupan
gula seperti ice cream, kue yang banyak mengandung
gula, alkohol.
Informasi pasien:
Jangan konsumsi obat lain tanpa seizin dokter atau
apoteker. Obat hanya berperan sebagai pengendali
diabetes, bukan penyembuh. Obat hanya faktor
pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya
adalah pengendalian diet (pola makan) dan olah raga.
Konsumsi obat sesuai dosis dan aturan pakai yang
diberikan dokter. Monitor kadar glukosa darah
sebagaimana yang dianjurkan oleh dokter. Jika Anda
merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas,
gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam
(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak
jantung meningkat, segera hubungi dokter. Jika Anda
sudah pernah mengalami hipoglikemia, selalu bawa
sekantung kecil gula jika Anda bepergian. Segera makan
gula begitu Anda mendapat serangan hipoglikemia.
Penderita diabetes harus menyeimbangkan penggunaan
insulin, pemasukan karbohidrat, dan perlu berolahraga
secukupnya. Pasien dengan minimal satu kali kejadian
hipoglikemia berat harus disarankan untuk menjaga
kontrol glikemik agar kejadian hipoglikemia dapat
dicegah, setidaknya dalam beberapa minggu berikutnya.
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa
menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam
bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu.
3.      MONITORING

Hal-hal yang perlu monitoring:


a.    Kadar glukosa darah/plasma melalui tes gula darah di laboratorium (normal < 200mg/dL).
b.   Kadar HbA 1c tiap 3 bulan (normal < 7 %).
c.    Monitoring kadar serum transaminase tiap 3 bulan dalam tahun pertama terapi.
d.   Kontrol TD dan BB pasien.
e.    Evaluasi profilaksis kadar B12 serum tiap tahun pada penggunana metformin jangka panjang.
f.    Monitor kadar gula darah pada terapi kombinasi Biguanida (Metformin) dengan Sulfonil Urea
(Glimepirid).
g.   Monitoring gangguan fungsi hati dan ginjal karena penggunaan Sulfonilurea.
h.   Kepatuhan pasien minum obat.
i.     Kontrol gangren/luka jika ada.
j.     Efek samping obat yang mungkin timbul seperti mual, muntah, batuk kering (penggunaan
captopril), radang pangkal tenggorok, demam, ruam kulit, radang mulut, diare, air seni berwarna
kehitaman dan hipotensi.

4. EVALUASI
a. Keberhasilan terapi: pasien sembuh atau tidak, gejala atau keluhan berkurang, hilang/tidak,
pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
b. Ada/tidaknya gejala/keluhan dan penyakit lain yang timbul setelah/selama pengobatan (keluhan
berkurang/tidak).
c. Jika ada peningkatan transaminase, kurangi dosis atau hentikan terapi, terutama jika peningkatan
tetap terjadi.
d. Jika kadar gula darah tidak terkontrol sampai dosis maksimal, pasien sebaiknya diberi insulin
dengan dosis individual (untuk DM tipe II : 0,7-2,5 unit/kg BB/hr).
LEMBAR KERJA TUGAS RESEP

3)      Dosis
Nama
No. Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi
Obat
1 Glimepirid 1 x sehari 1 Dewasa Dosis awal 1-2 mg sekali sehari, Sesuai -
tablet pagi hari diberikan bersama sarapan pagi, dosis
(sediaan 1 mg) pemeliharaan 1-4 mg sekali sehari,
maksumum 8 mg sekali sehari. Jika respon
tidak adekuat pada dosis maksimum maka
terapi dapat dipertimbangkan kombinasi
dengan metformin
(DIH, 2010: 697).
2 Metformin 2 x sehari 1 250-500 mg tiap 8 jam, maksimal 3g/hari Sesuai -
500 mg tablet atau
(sediaan 500 850 mg tiap 12 jam.
mg) Anak > 17 tahun dan dewasa, dosis awal 500
mg 2 kali sehari atau 850 mg sekali sehari.
(DIH, 2010: 955).
3 Nerva plus 1 x sehari 1 1 kaplet/hari. Sesuai -
5000 tablet (MIMS, 2012: 291).
1.      ASSESMENT
a.      Menggali Riwayat Pasien

No Kriteria Keterangan
.
1 Data Pasien Nama : Tn. R
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : L / P
Alamat : Kentungan km 6,5
No. HP : -
BB/TB : - kg / - cm
Pekerjaaan : -
Kondisi : Hipertensi dan nyeri lambung.
Penyakit2 yang
Riwayat
pernahPenyakit
diderita : Hipertensi & nyeri lambung
Keluhan sekarang : Tekanan darat tinggi & nyeri lambung.
Data Laboratorium : -
Diagnosis dokter : Hipertensi dan maag.
3 Riwayat -
Pengobatan
4 Keadaan Khusus -
Pasien

b.      Skrining Resep


1)      Administratif (Kelengkapan Resep)

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter    
2 SIP dokter    
3 Alamat dokter    
4 Nomor telepon    
5 Tempat dan tanggal    
penulisan
resep
Invocatio
6    
Tanda resep diawal penulisan resep
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat    
8 Kekuatan obat    
9 Jumlah obat    
Signatura
10 Nama pasien    
11 Jenis kelamin    
12 Umur pasien    
13 Barat badan    
14 Alamat pasien    
15 Aturan pakai obat    
16 Iter/tanda lain    
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter    
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi mengenai SIP dokter,
nomor telepon dokter, kekuatan obat, dan berat badan pasien.
Cara pengatasan SIP dokter dan nomor telepon dokter dapat dikonfirmasi kepada
dokter untuk memastikan keabsahan resep, SIP boleh tidak dicantumkan jika dokter
bekerja diinstansi. Kekuatan sediaan dapat dikonfirmasi kedokter atau dipilih
kekuatan yang terkecil. Sementara data pasien seperti berat badan pasien dapat
ditanyakan langsung kepada pasien/keluarga pasien.

2)      Kesesuaian Farmasetis


No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan pakai - Sesuai
3)      Dosis

No. Nama Obat Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi


1 Nifedipin tab 2 x sehari 1 Dewasa Dosis awal 30 mg sekali sehari Under dose 3 x sehari 1
tablet sebagai sustain release, 10 mg 3 kali tablet
sehari sebagai kapsul.
Dosis lazim 10-30 mg 3 kali/hari sebagai
kapsul atau 30-60 mg sekali sehari sebagai
SR
Dosis maksimum 120-180 mg/hari
Meningkatkan SR pada interval 7-14 hari.
(DIH, 2010: 1065).
2 Platacid 3 x sehari 10 Tab/susp 1-2 tab atau 5-10 mL, diberikan Sesuai -
forte syr mL 1 jam sesudah tiap kali makan dan
menjelang tidur malam.
Tab forte/susp forte: diperlukan antasida
yang lebih kuat dan antiflatulen. Kasus
berat berikan tiap 2 jam.
(MIMS, 2012: 9).
3 Ranitidin tab 2 x sehari 1 Dewasa 150 mg 2x/hari, maintenance 150 Sesuai -
tablet mg 1x/hari.
(DIH, 2010: 1296).
4 Neurosanbe 3 x sehari 1 1 kaplet 3x/hari. Maksimal 4 kaplet/hari. Sesuai -
plus tab tablet (MIMS, 2012: 143).

4)      Pertimbangan Klinis

No. Kriteria Permasalahan Pengatasan


1 Indikasi - -
2 Kontraindikasi - -
3 Interaksi Antasida dapat menurunkan efektivitas Ranitidin dimakan 1 jam sebelum
dari ranitidin. antasida.
Ranitidin meningkatkan bioavaibilitas Beri jarak penggunaan ranitidin dan
Nifedipin.
nifedipin.

4 Dupikasi/polifarmasi - -
5 Alergi - -.
6 Efek samping Hipotensi, konstipasi, diare. Pemakaian obat sesuai dosis yang
dianjurkan.
Reaksi obat yang - -
merugikan
(ADR/Adverse Drug
Reaction)

c.       Karakteristik Penyakit


1)                                    Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi yang semakin banyak terjadi
belakangan ini, dan lebih sering dialami oleh kaum pria. Hipertensi terjadi bila aliran darah
didalam pembuluh darah menimbulkan tekanan terlalu besar terhadap dinding pembuluh darah.
Hasil atau nilai pengukuran tekanan darah terdiri dari 2 nilai: nilai yang lebih tinggi disebut
sebagai tekanan darah sistolik, dan nilai yang lebih rendah disebut tekanan darah diastolik.
Tekanan darah normal yaitu ≤ 120 (sistolik) / 80 (diastolik) mmHg, tetapi nilai ini bervariasi
untuk masing-masing orang. Sebagian besar (90%) kasus hipertensi tidak diketahui
penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan resiko seseorang
untuk mengalami hipertensi, antara lain: usia, keturunan, jenis kelamin, kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol, obesitas (kegemukan), stres, penyakit ginjal, gangguan adrenal, penyakit
jantung bawaan, obat-obat tertentu, preeklamsia, konsumsi makanan yang mengandung garam,
dan gaya hidup yang kurang aktif.
(MIMS, 2012: A98).
2)                                    Maag
Ulkus merupakan istilah umum yang mengacu pada kerusakan kulit lapisan permukaan dari usus
atau mulut, tetapi biasanya digunakan untuk ulkus pada saluran cerna. Derajat keasaman yang
berlebihan (hiperasiditas) atau adanya mikroorganisme seperti Helicobacter pylori biasanya
menjadi penyebab terjadinya ulkus pada saluran cerna. Helicobacter pylori adalah penyebab
terbanyak infeksi saluran cerna. Bakteri ini tumbuh subur pada lapisan mukosa yang melindungi
dinding saluran cerna. Faktor-faktor seperti merokok dan stress, jadwal makan tidak teratur, cara
diet yang salah, konsumsi alkohol berlebihan, dan beberapa obat-obatan juga mempengaruhi
terjadinya ulkus. Orang yang menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) dalam jangka
lama, terutama mereka yang mengidap arthritis, akan mengalami ulkus (tukak) lambung. Ulkus
peptikum dapat mengenai pria, wanita, dan anak-anak. Gejala-gejala ulkus antara lain : rasa perih
di ulu hati atau nyeri ketika lapar, mual, nyeri hilang beberapa menit setelah perut diisi makanan
atau antasida, nyeri berulang, biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa bulan,
berat badan turun. Kebanyakan ulkus yang banyak sembuh sendiri tanpa diobati. Tetapi gejala
ulkus dapat kambuh kembali dan memburuk jika factor penyebabnya tidak diatasi dan akhirnya
beresiko terjadi komplikasi seperti perdarahan dan perforasi lambung. Ulkus peptikum, gaster
atau duodenum kronik juga dapat menyebabkan terjadinya jaringan parut, yang selanjutnya dapat
menghalangi jalannya makanan, sehingga mengakibatkan muntah dan berat badan menurun.

Definisi
Sakit ulu hati (maag) adalah suatu gangguan yang tidak begitu serius. Penyebabnya ialah
kelebihan asam lambung yang mengalir keatas ke kerongkongan (esofagus), karena otot lingkar
(sfingter) antara kerongkongan dan lambung tidak bekerja dengan baik lagi. Hal ini diakibatkan
oleh antara lain hiatus hernia dan tekanan tinggi dalam perut. Misalnya karena kehamilan, terlalu
gemuk, lambung terus-menerus penuh dengan makanan atau gas, batuk atau sembelit kronis, dan
pakaian yang terlalu ketat. Begitupula dengan asam lambung yang berlebihan karena banyak
merokok atau terlalu banyak makan.
Gejala
Gejala-gejalanya berupa nyeri seperti terbakar pada kerongkongan yang dirasakan di
belakang tulang dada, terutama jika 1 jam setelah makan (terlalu banyak) dan bila membungkuk
atau baring. Selalu terasa nyeri yang menusuk di bagian lambung, mual dan muntah-muntah.
Adakalanya keluhan ini berkurang sesudah makan, tetapi kadang-kadang justru menghebat.
Seringkali penderita terbangun dari tidur karena perasaan pedih dan adanya sedikit asam dalam
mulut. Lazimnya serangan berlangsung 0,5 jam sampai lebih dari 1 jam. Bila tidak diobati
dengan tepat, dinding kerongkongan yang berlainan dengan dinding lambung yang tidak tahan
asam akan dirusak mukosanya. Dengan demikian terjadilah radang dinding kerongkongan yang
lebih serius (Swamedikasi: 94).
Pengobatan
Lazimnya dilakukan dengan sejumlah obat yang hanya bekerja simptomatis, yakni
meringankan gejala-gejalanya dengan jalan menurunkan keasaman isi lambung (antasida, H 2-
bloker, penghambat pompa-proton, antikolinergik) (OOP: 249).
d.      Karakteristik Obat

1)      Nifedipin
Komposisi:
Nifedipin 10 mg.

Indikasi:
Angina pectoris stabil, varian dan tidak stabil, infark jantung, hipertensi atau fenomena Raynaud.

Dosis:
Angina pectoris stabil, varian dan tidak stabil, infark jantung Dosis awal 1 tab 3x/hari, dapat
ditingkatkan menjadi 9-12 tab/hari pada angina.
Hipertensi atau fenomena Rauynaud dapat ditingkatkan sampai dengan 2 tab 3x/hari.

Pemberian Obat:
Dapat diberikan dengan atau tanpa makan. Hindari jus grapefruit.

Kontra Indikasi:
Hamil.

Peringatan:
Hipotensi berat, penderita lemah jantung.

Efek Samping:
Pusing, kemerahan pada muka, sakit kepala, hipotensi, edema perifer. Hepatitis, ruam, kram
otot, sindrom nefrotik, psikosis akut, hyperplasia gingival.

Interaksi Obat:
Meningkatkan efek antihipertensi B-Blocker, meningkatkan bioavaibilitas dengan simetidin,
ranitidine.

Kategori Kehamilan: C
(MIMS, 2012: 50).

2)      Plantacid Forte Syr

Komposisi:
Per tab forte/5 mL susp forte: Mg(OH)2 400 mg, Al(OH)3 400 mg, simethicon 100 mg.

Indikasi:
Mengurangi gejala kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak deudenum.

Dosis:
Tab/susp 1-2 tab atau 5-10 mL, diberikan 1 jam sesudah tiap kali makan dan menjelang tidur
malam.
Tab forte/susp forte: diperlukan antasida yang lebih kuat dan antiflatulen. Kasus berat berikan
tiap 2 jam.

Pemberian Obat:
Berikan dalam perut kosong, 1 jam sesudah makan atau 1 jam sebelum makan dan menjelang
tidur malam.

Peringatan:
Insufisiensi ginjal.

Efek Samping:
Konstipasi dan diare.

Interaksi Obat:
Mengganggu absorbs tertasiklin, simetidin.

Kategori Kehamilan: -

(MIMS, 2012: 9).


3) Ranitidin
Komposisi :
Ranitidin tablet 150 mg, 300 mg.

Indikasi :
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat
AINS, tukak duodenum karena H. Pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat.

Peringatan :
Gangguan ginjal dan hati (kurangi dosis); kehamilan dan menyusui; injeksi intravena lebih baik
dihindari (infus lebih baik), terutama pada dosis tinggi (kadang-kadang dapat menyebabkan
aritmia); gangguan kardiovaskular; hindarkan pada porfiria (IONI : 17).

Kontraindikasi :
Hipersensitivitas. Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.

Efek samping :
Sakit kepala, reaksi alergi, mual, muntah, pusing, lesu, diare, konstipasi.

Dosis :
Oral 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sebelum tidur malam (tukak lambung
dan tukak duodenum).

Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama atau tanpa makan.
Interaksi obat :
Waktu protrombin bisa dipengaruhi bila diberikan bersama antikoagulan. Antasid menurunkan
efektivitasnya, sehingga bila diberikan bersama harus terlebih dahulu dimakan 1 jam sebelum
antasid.

Mekanisme kerja :
Menghambat kerja histamin untuk menghasilkan asam lambung dengan menduduki reseptor H 2
pada sel parietal lambung (Peresepan Obat : 235).

3)      Neurosanbe Plus


Komposisi:
Metampyron 500 mg, vit B1 50 mg, vit B6 100 mg, vit B12 100 mcg.

Indikasi:
Neuritis dan neuralgia, trauma nyeri berat pada penyakit degeneratif kolumna vertebra.

Dosis:
1 kaplet 3x/hari. Maksimal 4 kaplet/hari.

Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.

Kontra Indikasi:
Tekanan darah sistolik < 100 mmHg.

Peringatan:
Jangan digunakan pada nyeri otot akibat flu atau reumatik. Gangguan hematologi, gangguan
fungsi hati atau ginjal.

Efek Samping:
Reaksi hipersensitivitas, agranulositosis.
(MIMS, 2012: 143).

Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care Plan:
Resep tidak lengkap secara administrasi, kekurangan dapat dikonfirmasi kepada dokter maupun
pasien. Adanya efek samping hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi dengan meminum obat
sesuai dosis yang dianjurkan. Nifedipin under doses diatasi dengan meningkatkan frekuensi
penggunaan menjadi 3 x sehari 1 tablet. Interaksi antasida dapat menurunkan efektivitas dari
ranitidin dan ranitidin meningkatkan bioavaibilitas nifedipin dapat diatasi dengan meminum
ranitidin diminm 1 jam sebelum antasida dan beri jarak penggunaan ranitidin dan nifedipin.
2.      PENYERAHAN DAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT/PIO, KOMUNIKASI
INFORMASI EDUKASI/KIE, DAN KONSELING
a.       Informasikan mengenai nama obat, aturan pakai, kegunaan masing-masing obat, dan cara
penyimpanan yang benar.
b.      Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang diinginkan
tercapai.
c.       Konfirmasikan mengenai aturan pakai, kegunaan dari obat yang diberikan dan cara
penyimpanan yang benar.
No. Kriteria Informasi Isi Informasi
1 Nama Obat Nifedipin
Plantacid forte
Ranitidin
Neurosanbe plus
2 Kegunaan obat/outcome Nifedipin: mengatasi darah tinggi
terapi yang diharapkan Plantacid forte: Mengurangi gejala kelebihan asam
lambung, tukak lambung, tukak deudenum.
Ranitidin: Mengatasi tukak lambung, mengurangi asam
lambung.
Neurosanbe plus: Mengatasi Nyeri, pegal-pegal.
3 Aturan pakai Nifedipin: 3 x sehari 1 tablet, dapat diberikan dengan
atau tanpa makan. Hindari jus grapefruit.
Plantacid: 3 x sehari 10 mL, berikan dalam perut
kosong, 1 jam sesudah makan atau 1 jam sebelum
makan dan menjelang tidur malam.
Ranitidin: 2 x sehari 1 tablet, dapat diberikan bersama
atau tanpa makan.
Neurosanbe plus: 3 x sehari 1 kaplet, dapat diberikan
dengan atau tanpa makan.
4 Waktu minum obat Nifedipin: dapat diberikan dengan atau tanpa makan.
Plantacid: berikan dalam perut kosong, 1 jam sesudah
makan atau 1 jam sebelum makan dan menjelang tidur
malam.
Ranitidin: dapat diberikan bersama atau tanpa makan.
Neurosanbe plus: dapat diberikan dengan atau tanpa
makan.
5 Cara pakai Diminum melalui mulut dengan segelas air putih. 3 x
sehari artinya tiap 8 jam, 2 x sehari artinya tiap 12 jam.
6 Durasi penggunaan obat 30 hari
7 Efek samping Hipotensi, konstipasi, diare dapat diatasi dengan
meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Efek
samping lain anemia, mual, muntah.
8 Penyimpanan Simpan tablet ditempat yang kering pada suhu kamar
(25oC), terlindung dari cahaya matahari langsung.
9 Aktivitas yang Aktivitas yang disarankan:
disarankan/dihindari Pertahankan gaya hidup sehat dengan berolahraga
secara teratur, diet rendah garam dan rendah lemak.
Belajar untuk releks dan mengendalikan stres.

Kontrol berat badan.

Periksa tekanan darah teratur

Meminum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Minum air


putih. Jika lambung terasa perih, minumlah air untuk
mengurangi rasa perih tersebut.

Bila lupa minum antasida maka segeralah minum jika


mengingatnya. Jika sudah mendekati waktu minum obat
berikutnya, hilangkan saja dan kembali pada jadwal
semula. Jangan minum obat tersebut 2 dosis sekaligus.

Bila keluhan sudah sembuh, penggunaan masing-masing


obat dapat dihentikan.
Makan dalam porsi sedang (tidak banyak). Makan yang
lunak.

Makan makanan yang kaya buah dan sayur, namun


hindari sayur dan buah yang bersifat asam (misalnya
jeruk, lemon, grapefruit,nanas, tomat).

Aktivitas yang dihindari:


Jika merokok, berhenti merokok.

Hindari minum alkohol.

Gaya hidup tidak sehat, stress.


Hindari makanan yang mengiritasi seperti pedas, asam,
dan yang digreng, berlemak, kopi/kafein, minuman
berkarbonasi,
Jangan berbaring setelah makan untuk mencegah refluk
(aliran balik) asam lambung.
Hindari penggunaan obat NSAID.

Konseling cara penggunaan obat


Jadwal minum obat

Waktu minum obat


Nama
Pagi Pagi Pagi Siang Siang Sore Malam Malam
Obat
(05.00) (6.00) (7.00) (13.00) (14.00) (19.00) (20.00) (21.00)
Nifedifin            
Plantacid            
forte
Ranitidin        
Neurisanbe            
plus

Keterangan:
Nifedifin: 3 x/hari 1 tablet, bersama makan.
Plantacid: 3 x/hari 10 mL, perut kosong (1 jam sebelum makan).
Ranitidin: 2 x/hari 1 tablet, perut kosong/tanpa makan (1 jam sebelum antasida).
Neurosanbe plus: 3 x/hari 1 kaplet, bersama makan.
3.      MONITORING

Hal-hal yang perlu monitoring:


a.      Pantau perkembangan pasien apakah asam lambung masih meningkat atau sudah mulai
menurun.
b.      Kepatuhan pasien minum obat.
c.       Kemungkinan timbulnya efek samping seperti anemia, mual, muntah.

4. EVALUASI
a. Keberhasilan terapi: pasien sembuh atau tidak, gejala atau keluhan berkurang, hilang/tidak,
pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
b. Ada/tidaknya gejala/keluhan dan penyakit lain yang timbul setelah/selama pengobatan
(keluhan berkurang/tidak).

Sumber Literatur :
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Anonim, 2004, Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, DEPKES RI.
Anonim. 2012. http://apotik.medicastore.com/index.php
Anonim. 2012. Http://www.MIMS.com
Anonim. 2012, Kimia Farma. Http://www.kimiafarmaapotek.com.
Handoko dan Suharto. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi dan Terapi
edisi 4, 2004. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Interaksi Obat. http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker
Lacy Charles F., Armstrong Lora L., Goldman Morton P., Lance Leonard L. 2010, Drug Information
Handbook, 18th Edition, Amerika: Lexi Comp Inc.
Syamsuni, H. A. 2006, Ilmu Resep, Cetakan I, Jakarta: EGC.
Tim Editor, 2007, MIMS Edisi Bahasa Indonesia, Vol. 8, Jakarta: Depkes RI, hal: 346, 372.
Tim Penyusun, 2008, ISO Farmakoterapi, Cetakan I, Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Tjay T.H, R. Kirana, 2002, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tjay,T.H. & Kirana R, 2003, Obat Obat Penting, Cetakan III, Edisi V, Jakarta: PT. Gramedia.
DOSIS OBAT

Definisi Dosis obat

Dosis obat yaitu jumlah obat yg diberikan kepada penderita dalam satuan berat 

(gram, miligram, mikrogram) atau satuan isi (mililiter, liter) atau unit-unit lainnya (unit

internasianal). Kecuali dinyatakan lain, dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek

terapeutik pada penderita dewasa (isebut juga dosis lazim atau dosis terapeutik). 

Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapetik dinyatakan sebagai dosis toksik, dosis

toksik yang dapat menimbulkan kematian disebut dosis letal.

Dosis maksimum yaitu dosis tertinggi yang relatif masih aman diberikan kepada penderita.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis

1.      Umur

Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat,

khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun).

     Anak-anak

Anak-anak bukan dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik

dan farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan. Factor-

faktor yang harus diperhatikan : total body water, protein plasma, fungsi ginjal dan hati.

Sebagai contoh chloramfenikol dimetabolisme oleh enzim glukoronidase yang ada di hati

dimana pada bayi enzim tersebut belum lengkap sehingga timbul akumulasi khloramfenikol

menimbulkan grey sindrom

Usia lanjut

Pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti proses

metaboliknya lebih lambat, laju filtrasi glomerulus berkurang, kepekaan/respon reseptor


(factor farmakodinamik) terhadap obat berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 %

karena penglihatan, pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3 kali

lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.

2.      Berat badan

Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan

lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi

pasien obese mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil

daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat..

3.      Jenis kelamin

Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria. Pemberian obat

pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti pada

obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan

kematian janin atau kerusakan kongenital

4.      Status patologi

Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/ terganggu akan

menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna. Sebagai contoh pemberian

tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak akan menyebabkan terakumulasinya tetrasiklin dan

terjadi kerusakan hati. Maka harus dipertimbangkan dosis obat yang lebih rendah dan

frekuensi obat diperpanjang

5.      Toleransi

Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi

tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin,

barbiturate & anagetik narkotik

6.      Bentuk sediaan dan cara pemakaian


Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan cara

pemakaian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi obat. Seperti

bentuk sediaan tablet memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum

diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk sediaan larutan. Cara

pemberian obat juga akan mempengaruhi proses farmakokinetik.

7.      Waktu pemakaian

Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada

pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi obat oleh

saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum

makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih

baik dipakai segera sesudah makan.

8.      Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat)

Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat secara fisika dan

kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek yang menganggu. Missal interaksi

tetrasiklin dengan logam-logam kalsium, magnesium & aluminium (logam ini terdapat pada

antasida atau produk susu keju), pemakaian secara bersamaan harus dihindari atau dengan

cara mengatur jadwal pemberian, karena tetrasiklin membentuk kompleks dengan logam

tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran cerna

Rumus perhitungan dosis anak

1.      Menurut perbandingan umur orang dws

a.       Rumus Young : untuk anak kurang dari 8 tahun

Da =       n         x   Dd
                        n + 12
b.      Rumus Dilling : utk anak lebih dari 8 tahun

Da =    n    x    Dd


                       20
c.       Rumus fried : untuk bayi (0-12 bln)

Da =    m    x   Dd


                       150

2.      Menurut perbandingan berat badan orang dewasa  (70 kg) :

Rumus Clark

Da =  W anak    x Dd             atau     Da =     W   x  Dd


                     W dewasa                                               70      

3.      Menurut perbandingan luas permukaan tubuh orang dewasa (1,73 m2)

Rumus Crawford-Terry-Rourke :

Da =    LPT anak    x  Dd


                       LPT dewasa

Menghitung dosis individual anak

1. Sesuai dengan berat badan anak dalam kg

2. Sesuai dengan LPT anak dalam m2 (LPT anak dapat diperhitungkan dari tinggi dan

berat badan anak menurut rumus Du Bois atau dapat dilihat dari nomogram DuBois

Contoh resep dan perhitungan dosis anak

R/ Codein HCl            5 mg
    Ephedrin HCl          10 mg
    Prednison                2 mg
    Sach lactis               qs
    m.f pulv.dtd.No X
    S.t.d.d pulvI pc
 Pro : Reza (12 thn)

Diketahui DM dewasa utk Codein HCl         :  0,06 g (1 x pakai) dan 0,3 g (1hari)

                 DM dewasa utk Ephedrin HCl      :  0,05 g (1 x pakai) dan 0,15 g (1hari)

Rumus perhitungan dosis anak > 10 th           :  n /20  x DM        

maka DM  anak 12 th utk codein HCl ,  1x pakai :12/20 x 0,06  = 0,036 g

                                                                 1 hari     : 12/20 x 0,3  = 0,18g      

                                       ephedrine HCl, 1x pakai  : 12/20 x 0,05 = 0,03 g

                                                                 1 hari      : 12/20 x 0,15 = 0,09 g

pada resep, dosis Codein HCl 1x pakai = 5 mg = 0,005 g 

                                                1 hari = 3x5mg = 15 mg = 0,015 g

maka persentase DM 1x pakai : 0,005/ 0,036 x 100 % = 13,88 %

                                    1 hari    : 0,015 /0,18 x 100 % = 8,33 %

berarti dosis codein tdk melewati DM (< 100 %)

dari resep, dosis ephedrin HCl 1x pakai = 10 mg = 0,01 g 

                                                1 hari = 3x10mg = 30 mg = 0,03 g

maka persentase DM 1x pakai : 0,01/ 0,03 x 100 % = 33,33 %

                                    1 hari    : 0,03 /0,09 x 100 % = 33,33 %

berarti dosis ephedrin tdk melewati DM (< 100 %)

Contoh perhitungan dosis maksimum untuk obat minum

R/        Paracetamol     0,125 g/dosis


            Coffein            0,2
            m.f elixir          60
            S.3.d.d CthI
            Pro : Anto (10 thn)

Cara I: Jumlah sendok = 60 ml / 5 ml = 12 sendok teh


            Dosis per sendok coffein = 200 mg / 12 sendok = 16,67 mg / sendok
            DM Coffein dws =  0,5 g (1xpakai) dan 1,5 g (1 hari)

            DM Cofeein utk anak 10 thn :

                                    1xp : 10/20 x 0,5 g = 0,25 g = 250 mg

                                    1 h : 10/20 x 1,5 g = 0,75 g = 750 mg

            maka persentase DM :1xp = 16,67 mg / 250 mg x 100 % = 6,67 %

                                       1 h = 3 x 16,67 mg / 750 mg x 100 % = 6,67 %

Cara II :   Dosis 1x p coffein : 5 ml / 60 ml  x 0,2 g = 0,017 g

                Dosis 1 hari coffein:  3 x 5 ml / 60 ml x 0,2 g = 0,05 g

                DM Cofeein utk anak 10 thn :

                                    1xp : 10/20 x 0,5 g = 0,25 g

                                    1 h : 10/20 x 1,5 g = 0,75 g

            maka persentase DM :1xp = 0,017 g / 0,25 g x 100 % = 6,67 %

                                                 1 h =  0,05 g / 0,75 g x 100 % = 6,67 %

Kesimpulan

1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis yaitu umur, berat badan, jenis kelamin, status

patologi, cara pemakaian, bentuk sediaan dan interaksi obat.

2.      Dosis untuk anak-anak harus diperhitungkan sesuai dengan berat badan atau luas permukaan

tubuh

Evaluasi
Hitunglah dosis maksimum  pada resep-resep dibawah ini :

1. R/    Paracetamol     0,2


            Coffein            0,05
            CTM                0,002
            m.f. pulv d.t.d no.X
            S.t.d.d.pulvI
            Pro : Dian ( 8 tahun)

2. R/    Atropin sulfas             0,5 mg


            Extrac Belladonae       15 mg
            Lactosa                        qs
            m.f pulv. da in cap d.t.d no.X
            S.t.d.d CapI
            Pro : Tn. Anton

3.      R/  Diphenhydramin HCl  1,5 mg/ 5 ml


Ammonium chloride   0,25
Natrii citras                 0,1
Sir. Simpl                    10 %
m.f elixir          100
S.3.d.d CI                              
Pro : Tiara (6 thn)
Dosis Pemberian Obat Penurun Demam Anak

Masih banyak orang tua yang bingung dalam memberi obat penurun demam pada anaknya,
bingung mungkin karena kurang paham tentang dosisnya. Sehingga masih ada yang
memberikan obat penurun demam bukan berdasarkan berat badan, melainkan berdasarkan
usia anak. Tentu akan sulit jika anaknya masih bayi di bawah usia 1 tahun, karena jarang
ditemui obat untuk bayi yang mencantumkan dosis berdasarkan usia.

Adapun obat penurun demam yang paling populer adalah parasetamol. Mungkin namanya
bisa berbeda-beda, sesuai dengan merk dagangnya, tetapi sebenarnya kandungannya hampir
sama, yaitu parasetamol (nama generik).

Selain itu, sediaannya pun bisa bermacam-macam. Ada yang berupa tablet, sirup, obat tetes
atau bahkan dalam bentuk tablet dan cairan yang dimasukkan ke lubang anus atau rektal
(suppositoria). Semuanya sudah jelas mencantumkan takaran dan dosis yang terkadang
memang membingungkan dalam hal pemakaiannya.

Sebenarnya, dosis pemberian obat yang paling akurat adalah ditetapkan berdasarkan volume
permukaan tubuh. Tetapi karena pasti akan kesulitan dalam menghitungnya, maka
disederhanakan dengan mengacu kepada berat badan (BB). Namun dalam prakteknya
terkadang juga membingungkan karena dirasa kurang praktis, sehingga di berbagai kemasan
dituliskan petunjuknya berdasarkan usia anak, misalnya 6 bulan, 12 bulan, dan sebagainya.

Yang harus diperhatikan oleh semua orang tua adalah bahwa perhitungan dosis obat bukan
berdasarkan usia, karena usia sama sekali tidak mewakili volume atau luas permukaan tubuh
seseorang, apalagi bayi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa berat badan bayi dan anak
terkadang tidak sama dengan usianya. Adanya perbedaan ukuran berat badan tersebut namun
diperlakukan sama sesuai usianya, dikhawatirkan terjadi efek samping yang berbahaya bagi
bayi dan anak. Karena perlu diingat juga bahwa parasetamol tetaplah obat, sedangkan obat
adalah racun, hanya akan berfungsi sebagai obat jika dosis pemakaiannya diperhatikan
dengan baik.

Sebuah tutorial sederhana saya coba susun untuk menghitung berapa takaran obat yang harus
diberikan pada anak kita jika terserang demam. Saya usahakan dibuat sepraktis mungkin agar
mudah dipahami dan dipraktekkan di rumah Anda. Silahkan gunakan kalkulator jika
ditemukan angka yang sulit atau Anda agak kesulitan menghitungnya, tapi percayalah, jika
Anda sudah terbiasa seiring perkembangan anak, rumus tersebut akan mudah diikuti.

Sebelumnya perlu diketahui pula bahwa otak sebenarnya sudah mengeset kapan demam akan
turun, karena seperti yang saya jelaskan pada artikel sebelumnya, demam merupakan
mekanisme tubuh untuk melawan infeksi bakteri atau virus. Sehingga jika tubuh berhasil
melawan infeksi tersebut, demam akan turun dengan sendirinya. Sedangkan fungsi obat
penurun demam seperti parasetamol adalah untuk menenangkan anak dan menjaga agar
panas tubuh tidak terlalu tinggi sehingga tidak membahayakan otak.

Oke, kembali ke topik… Untuk diketahui terlebih dahulu bahwa dosis parasetamol untuk
sekali pemberian adalah 10-15 miligram per kilogram berat badan (mg/kg BB).
Agar mudah memahaminya, saya akan langsung berikan dalam bentuk studi kasus ya.
Misalnya anak Anda bernama Andi berumur 2 tahun dengan berat badan 10 kg. Ingat, yang
kita perhatikan adalah berat badannya ya.

Berdasarkan dosis parasetamol di atas, maka dapat dihitung kebutuhan dosis parasetamol
untuk Andi adalah :

dosis terendah : 10 (kg BB) x 10 (mg/kg BB) = 100 mg

dosis tertinggi : 10 (kg BB) x 15 (mg/kg BB) = 150 mg.

Berarti, Andi membutuhkan parasetamol antara 100-150 mg sekali minum.

Sekarang kita bicara masalah sediaan parasetamol yang dimiliki. Mungkin Anda ada yang
memiliki parasetamol dengan berbagai merk dagang, silahkan dibaca di bagian komposisi
obat pada kemasannya. Untuk sediaan sirup umumnya tertulis setiap 5 ml mengandung 120
mg Parasetamol. Disini saya sarankan untuk diberikan obat jenis sirup atau obat tetes (drop)
karena selain praktis, juga lebih mudah menghitungnya dibandingkan tablet atau puyer.

Selanjutnya ikuti rumus berikut ini :

A=(X:Y)xB

dengan ketentuan :

A = Takaran parasetamol yang akan diberikan (dalam ml)

B = Jumlah takaran tiap kandungan parasetamol yang tertera pada komposisi (dalam ml)

X = Kebutuhan parasetamol berdasarkan berat badan anak (dalam mg)

Y = Kandungan parasetamol dalam tiap jumlah takaran (dalam mg)

Dari studi kasusnya Andi di atas, kita bisa masukkan ke dalam rumus :

Untuk takaran terendah yang dapat diberikan = (100 : 120) x 5 = 4,17 ml (dibulatkan menjadi
4,2 ml)

Untuk takaran tertinggi yang dapat diberikan = (150 : 120) x 5 = 6,25 ml

Berarti kita dapat memberikan takaran parasetamol untuk Andi minimal 4,2 ml atau
maksimal 6,25 ml sekali pemberian. Dalam hal ini mungkin kita akan kesulitan lagi
menentukan dosis tepatnya. Bisa saja kita menggunakan sendok takar yang tersedia dalam
kemasan sirup, namun untuk memberikan sesuai dosis minimal atau maksimal tentu akan
sulit, karena biasanya yang tersedia adalah sendok takar ukuran 2,5 ml dan 5 ml. Anda dapat
memberikan parasetamol dengan takaran di antara angka minimal dan maksimal tersebut
(4,2-6,25 ml), misalnya 5 ml sesuai sendok takar yang tersedia.

Namun jika Anda kurang yakin, Anda dapat menggunakan spuit atau tabung suntik ukuran 3
ml atau 5 ml. Caranya, ambil cairan parasetamol dari botol dengan spuit hingga angka yang
diinginkan, misalnya Anda tetapkan takaran parasetamol yang akan diberikan dengan dosis
minimal yaitu 4,2 ml. Maka parasetamol dapat diambil 2 kali dan langsung dimasukkan ke
mulut si anak agar dosis tidak berkurang. Cara memasukkan ke dalam mulut adalah ke arah
lidah atau mulut bawah, dan biarkan si anak menelan sendiri obatnya.

Jangan lupa berikan air putih setelahnya, boleh juga langsung diberikan ASI jika masih
menyusui. ASI tidak menetralisir kandungan parasetamol yang diberikan. Tetapi jangan
langsung diberikan susu formula, karena dapat menetralisir kandungan parasetamol.

Jika panas anak kembali naik, parasetamol dapat diberikan kembali paling cepat 4-6 jam
setelah pemberian sebelumnya dengan maksimal pemberian 5 kali selama 24 jam.

Berapa Dosis Paracetamol Untuk Anak?

Sakit panas atau demam sering menjangkiti anak. Entah karena flu biasa, ISPA atau DB.
Pada kasus sakit DB, demam bisa berhari-hari. Celakanya butuh 3 hari demam untuk
memastikan sakit DB. Yang sulit dibedakan antara sakit flu biasa dengan ISPA karena gejala
awalnya mirip, hanya dokter yang bisa memastikan. Firli 5 th, teman sekelas Afi dikiranya
sakit flu biasa, 2-3 hari sakit dan diberi obat flu. Masuk sekolah lagi, sakit 2-3 hari lagi dan
akhirnya opname di RS Santo Yusuf sejak sabtu lalu.

Demam yang tinggi menimbulkan rasa pusing pada anak, anak tidak bisa tidur dan terus
berkeluh kesah. Untuk meredakan panas dan memberikan kenyamanan anak sebelum
mendapat perawatan dokter, dapat digunakan paracetamol. Gunakan paracetamol sirup untuk
anak/balita jangan balita. Parasetamol tablet malah bisa bikin bayi/balita tersedak dan
meninggal. Harga parasetamol sirup murah sekitar 17 ribuan untuk parasetamol 120 mg
ukuran 60 ml. Tapi agar parasetamol efektif harus tepat dosis-nya.

Dosis parasetamol untuk anak tidak berdasarkan umur tapi berdasarkan berat. Biasanya dosis
untuk bayi/balita adalah 15 mg per kg berat badan. Dan TIDAK BOLEH lebih dari 90 mg per
kg berat badan. Bayi dengan berat 10 kg maka butuh dosis :

(10 kg) x (15 mg/kg) = 150 mg

Jika digunakan sirup parasetamol 120 mg, artinya ada 120 mg per 5 ml maka dibutuhkan :
(150 mg) x (5 ml/120 mg) = 25/4 ml = 6,25 ml

Jika digunakan sendok takar 5 ml berarti 1 sendok takar ditambah 1/4 sendok takar.

Parasetamol tidak boleh diberikan lebih dari 4 kali sehari. Jarak pemberian obat parasetamol
minimal 4 jam. Tidak boleh kurang dari 4 jam.
Tabel: Berat Badan Normal Berdasarkan Panjang Badan Dan Jenis Kelamin
Panjang Badan (cm)   Berat Badan Laki-Laki (Kg)   Berat Badan Perempuan (Kg)
49,0 – 55,0   3,1 – 4,3   3,3 – 4,3
55,5 – 60,0   4,3 – 5,7   4,4 – 5,5
60,5 – 65, 0   5,8 – 7,1   5,7 – 7,0
65,5 – 70,0   7,1 – 8,5   7,0 – 8,4
70,5 – 75,0   8,7 – 9, 8   8,5 – 9,6

Tabel Berat Badan Normal Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin


Umur BB Laki-laki BB Perempuan
0   2500gram   2500 gram
1   3,5   3,5
2   4,2   4,0
3   5,2   5,0
4   6,2   6,0
5   7,2   7,0
6   8,2   8,0
7   9,2   8,4
8   9,4    8,6
9   9,6   8,8
10   9,8   9,0
11   10 kg    9,2 kg
12   10,2 kg   9,5 kg
Sumber : Supariasa (2002)

sebagai orang tua khususnya ibu pasti sangat menginginkan bayinya sehat dan montok. tapi hati-hati
bila terlalu gemuk maka tidak sehat juga terhadap bayi anda, tapi terlalu kurus pun tidak baik untuk
bayi anda, kemungkinan bayi anda sakit atau bahkan kekurangan gizi. lalu bagaiman menghitung
berat badan ideal anak anda. Dalam hal ini anda bisa menggunakan rumus menghitung berat badan
ideal bayi anda
Rumus yang dipergunakan adalah :

Cara menggunakannya dicontoh sebagai berikut :


Contoh pertama :
anak balita usia 14 bulan, sebelum usia balita ini dimasukan rumus terlebih dahulu usia 14 bulan
diuraikan menjadi tahun dan bulan yaitu 1 tahun 2 bulan dimana 1 tahun adalah 12 bulan. Karena n
adalah usia dalam tahun dan bulan maka 1 tahun 2 bulan ditulis dengan 1,2 ( dibaca 1 tahun 2
bulan). Selanjutnya baru dimasukan kedalam rumus yaitu
= (2 x 1,2) + 8 = 2,4 + 8 = 10,4
Jadi hasilnya Berat Badan Ideal untuk anak balita usia 14 bulan adalah 10,4 kg.

contoh pertama diatas sangat praktis, tapi hati-hati, agak sedikit rumit seperti contoh kedua
dibawah ini

Contoh kedua: Anak balita usia 2 tahun 10 bulan, seperti diatas ini ditulis dengan n=2,10 dan
selanjutnya dikali dengan 2 (sebagaimana rumus 2n) jadi hasilnya adalah 4,20. Hasil ini jangan
langsung ditambah dengan 8, karena 4,20 diartikan 4 tahun 20 bulan, 20 bulan artinya 1 tahun 8
bulan, jadi 4,20 berubah menjadi 5,8, baru kemudian ditambah dengan 8 maka Berat badan Idealnya
adalah 13,8 kg.

Sekian Rumus Menghitung Berat Badan ideal Bayi anda


Selamat mencoba dan dapatkan berat badan bayi ideal anda.

Tifus (Typhus) pada Bayi

Penatalaksanaan :

 Bed rest total (tirah baring absolut) sampai minimal 7 hari bebas panas atau selama 14
hari, lalu mobilisasi secara bertahap -> duduk -> berdiri -> jalan pada 7 hari bebas
panas
 Diet tetap makan nasi, tinggi kalori dan protein (rendah serat) -> lihat Buku Ajar
Penyakit Dalam jilid 1, edisi 3 cetakan ke 7, halaman 439, PAPDI, tahun 2004
 Medikamentosa:
1. Antipiretik (Parasetamol setiap 4-6 jam)
2. Roborantia (Becom-C, dll)
3. Antibiotika:
 Kloramfenikol, Thiamfenikol : 4×500 mg, jika sampai 7 hari panas
tidak turun (obat diganti)
 Amoksilin/ampisilin : 1 gr/6 jam selama fase demam. Bila demam
turun -> 750 mg/6 jam sampai 7 hari bebas panas
 Kotrimoksasol : 2 X 960 mg Selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas
panas. Jika terjadi leukopeni (obat diganti)
 Golongan sefalospurin generasi III (mahal)
 Golongan quinolon (bila ada MDR

Catatan:
Kortikosterroid: khusus untuk penderita yang sangat toksik (panas tinggi tidak turun-turun,
kesadaran menurun dan gelisah/sepsis):

 Hari ke 1: Kortison 3 X 100 mg im atau Prednison 3 X 10 mg oral


 Hari ke 2: Kortison 2 X 100 mg im atau Prednison 2 X 10 mg
 Hari ke 3: Kortison 3 X 50 mg im atau Prednison 3 X 5 mg oral
 Hari ke 4: Kortison 2 X 50 mg im atau Prednison 2 X 5 mg
 Hari ke 5: Kortison 1 X 50 mg im atau Prednison 1 X 5 mg oral

Pada  Anak :

 Klorampenikol : 50-100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 bebas panas /


minimal 14 hari. Pada bayi < 2 minggu : 25 mg/kg     BB/hari dalam 4 dosis. Bila
dalam 4 hari panas tidak turun obat dapat diganti dengan antibiotika lain (lihat di
bawah)
 Kotrimoksasol : 8-20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas /
minimal 10
 Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Kloramfenikol diterapi dengan
Ampisilin 100 mg/ kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis
 Bila dengan upaya-upaya tersebut panas tidak turun juga, rujuk ke RSUD

Perhatian :

 Jangan mudah memberi golongan quinolon, bila dengan obat lain bisa diatasi (baca
ulasan penulis dalam: Booming Cyprofloxacin)
 Jangan mudah memberi Kloramfenikol bagi kasus demam yang belum pasti Demam
Tifoid, mengingat komplikasi Agranulositotis
 Tidak semua demam dengan leukopeni adalah Demam Tifoid
 Demam < 7 hari tanpa leukositosis pada umumnya adalah infeksi virus, jangan beri
kloramfenikol

Rumus Perhitungan Berat Badan Ideal Anak Balita


Posted on December 21, 2010 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU

Cara praktis mendeteksi Gizi Buruk  bisa dengan menghitung berat badan ideal anak
balita, ada rumus praktisnya.” Berikut ini tulisan pedoman praktis untuk menentukan berat
badan ideal yang sering pergunakan dalam kegiatan-kegiatan pelayanan gizi dan kesehatan.

Berat Badan Ideal Orang Dewasa

Anda mungkin sudah tahu cara menentukan Berat Badan Ideal orang dewasa, yaitu dengan
menggunakan rumus  : Berat Badan Ideal = Tinggi Badan – 100. Atau lebih jelasnya dengan
rumus sebagai berikut

misalnya Tinggi Badan (TB) 160 cm maka di dapat adalah berat badan normal 60 kg, dimana
idealnya berada diantara 54 Kg sampai dengan 66 kg. Di bawah 54 kg  atau dibawah 10%
dikatakan kekurangan Berat Badan dan diatas 66 kg  atau diatas 10% dikatakan kelebihan
Berat Badan.  Selanjutnya untuk membandingkannya dengan berat badan aktual (real) anda 
yang biasa diistilahkan dengan Berat Badan Realatif (BBR) yaitu BB Aktual dibagi dengan
BBI dikali 100 %. Hasilnya bisa menunjukkan Anda  kekurangan (nilai BBI < 90 %) atau
anda kelebihan BB (nilai BBI >110%).

Rumus ini adalah rumus standar yang kadang hasilnya sebelum dijadikan pedoman kepada
induvidu terlebih dahalu disesuaikan dengan jenis kelamin, massa otot, suku bangsa dan
penyesuaian lain. Tetapi anda harus tahu rumus ini tidak berlaku untuk anak balita. Rumus
diatas hanya berlaku untuk induvidu yang berusia diatas 15 tahun keatas.

Disamping menentukan berat badan ideal untuk orang dewasa seperti diatas, Keadaan berat
badan orang dewasa atau status gizi orang dewasa bisa juga menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT) keluaran Depkes RI yaitu dengan menggunakan rumus

Dimana BB= berat badan (kg)

TB = tinggi badan dikuadratkan (TB x TB) dalam meter

Inteprestasi Status gizi berdasarkan IMT adalah

 Kurus tingkat Berat jika nilai IMT <17.0


 Kurus tingkat Ringan Jika nilai IMT berada diantara 17.0- 18.4
 Normal jika nilai IMT berada diantara 18,5 – 25.0
 Gemuk tingkat Ringan Jika IMT berada 25,1 -27.0
 Gemuk tingkat berat jika nilai IMT berada  >27

Berat Badan Ideal Balita (0-5 tahun)

Sementara itu rumus yang dipergunakan untuk anak balita  ( bisa juga digunakan sampai
dengan usia 10 tahun) adalah 

Cara menggunakannya dicontoh sebagai berikut : Contoh pertama : anak balita usia 14 bulan,
sebelum usia balita ini dimasukan rumus terlebih dahulu usia 14 bulan diuraikan menjadi
tahun dan bulan yaitu 1 tahun 2 bulan dimana 1 tahun adalah 12 bulan. Karena n adalah usia
dalam tahun dan bulan maka 1 tahun 2 bulan ditulis dengan 1,2 ( dibaca 1 tahun 2 bulan).
Selanjutnya baru dimasukan kedalam rumus yaitu

= (2 x 1,2) + 8 = 2,4 + 8 = 10,4 Jadi hasilnya Berat Badan Ideal untuk anak balita usia 14
bulan adalah 10,4 kg.

contoh pertama diatas sangat praktis, tapi hati-hati, agak sedikit rumit seperti contoh kedua
dibawah ini
Contoh kedua: Anak balita usia 2 tahun 10 bulan, seperti diatas ini ditulis dengan n=2,10 dan
selanjutnya dikali dengan 2 (sebagaimana rumus 2n) jadi hasilnya adalah 4,20. Hasil ini
jangan langsung ditambah dengan 8, karena 4,20 diartikan 4 tahun 20 bulan, 20 bulan artinya
1 tahun 8 bulan, jadi 4,20 berubah menjadi 5,8, baru kemudian ditambah dengan 8 maka
Berat badan Idealnya adalah 13,8 kg.

Untuk Berat badan ideal bayi usia 1-12 bulan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Untuk usia 1-6 bulan dapat menggunakan rumus :

BBL(gr) +(usia x 600 gram)


2. Untuk usia 7-12 bulan dapat menggunakan rumus

a. BBL (gr) + (usia x 500 gram )


b. (usia/2) +3
dimana : BBL adalah Berat Badan Lahir Usia dinyatakan dalam bulan

Intepretasi Berat Badan Ideal Anak Balita.

Sebagaimana halnya dengan intepretasi Berat Badan Ideal Orang dewasa (usia 15 tahun
keatas) adalah +10 % BBI ini juga dapat berlaku untuk BBI anak balita. Dimulai dari kisaran
normalnya yaitu rumus diatas = (2n +8 ) + 10% (2n+8). Yaitu antara 9.6 -11.44. Orang tua
perlu hati-hati bila presentase Berat Badan Real telah berada dibawah atau diatas 20 % dapat
dikatakan bahwa anak balita tersebut mempunyai keadaan gizi yang tidak seimbang, Bila
berada diatas 20 % anak balita bisa dikatakan kegemukan dan bila berada di bawah 20 % bisa
dikatakan kurang gizi dan bisa berlanjut ke Keadaan gizi buruk  untuk balita/anak dan busung
lapar untuk orang dewasa.
Sebenarnya untuk mengukur Berat Badan Normal anak balita sudah ditentukan secara
internasional yaitu dengan menggunakan standar WHO-NCHS atau juga bisa dengan melihat
Kartu Menuju Sehat  (KMS) tumbuh kembang balita, seperti terlihat pada gambar disamping,
setiap anak mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan berat badan ideal (baik), yang
penting adalah bertambah umur bertambah berat badan dan pola terlihat jelas, tidak tiba-tiba
naik  berat badan bulan ini, bulan berikutnya  turun lagi  kemudian naik lagi. Cara diatas
menentukan BBI anak balita hanya cara praktis yang bisa langsung digunakan tampa harus
melihat pedoman seperti pada standar WHO-NCHS atau juga kartu menuju sehat yang biasa
dilihat di posyandu.

Cara Praktis untuk mendeteksi Gizi Buruk

Jadi ketika anak balita diwilayah kerja ada yang tidak datang untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan Berat Badannya. Petugas hanya mempunyai data umur anak dan hasil
timbangan Berat Badan bulan-bulan sebelumnya. Masukanlah umur balita tersebut kedalam
rumus diatas, hasilnya pada bulan tersebut  anak balita  telah mempunyai data Berat Badan
Idealnya. Selanjutnya tanyakan pada ibu-ibu balita yang datang atau bandingkan dengan  ciri-
ciri keadaan anak balita  normal seumurnya dengan kisaran berat badan idealnya yang datang
di posyandu, jika keadaanya sampai dibawah 30% Berat idealnya. Anda Harus cepat
bertindak, Jika tidak Anda akan menemukan balita tersebut gizi kurang dan memungkinkan
atau berlanjut kepada gizi buruk.

Demikian, salah satu cara sederhana  upaya untuk menemukan dan menurunkan kasus gizi
buruk pada anak dan busung lapar pada orang dewasa, semoga bermanfaat.

Cara Menghitung Berat Badan


Posted by Obat Penurun Berat Badan

Biasanya orang yang ingin mengetahui berat badan dan tinggi badan pastinya dengan cara di
timbang. Kini ada cara agar anda bisa menggitung berat badan berdasarkan tinggi badan, cara
ini juga berlaku pada segala usia mulai dari bayi sampai orang dewasa. Apakah anda
termasuk orang yang memiliki berat badan ideal atau kelebihan berat badan dan atau berat
badan yang kurang???

Berikut adalah cara menghitung berat badan ideal :

1. Menghitung berat badan bayi kisaran usia ( 0 – 12 bulan ), rumusnya :

Berat badan ideal = (usia (bln) : 2 ) + 4

Contoh :

Usia seorang bayi adalah 10 bulan, maka berat badan bayi adalah 9 kg
Berat badan = 10 : 2 + 4 = 9 kg.  Berarti bayi anda memiliki berat badan yang cukup besar
dan dikatakan gemuk.

2. menghitung berat badan untuk anak kisaran usia (1-10 tahun)

Berat badan ideal = (umur (thn) x 2 ) + 8

Contoh :

Anak anda berusia 8 tahun , maka berat badan bayi adalah 24 kg

Berat badan = 8 x 2 + 8 = 24 kg. Berarti berat badan anak anda dikatakan cukup atau sedang (
ideal )

3. Menghitung berat badan Remaja dan dewasa

Berat badan ideal = ( Tinggi badan ( cm )- 100 ) x 90 %

Contoh :

Anda memiliki tinggi badan 160 cm, berapakah berat badan anda ?

jawaban :

Berat badan ideal = ( tinggi badan ( cm ) – 100 ) x 90 %


= (160 -100 ) x 90 %
= 6 x 0,9
= 54 kg
berdasarakan hasil diatas berarti anda memiliki berat badan kecil hanya 54 kg idealnya adalah
55-57 kg

4. Tinggi badan berdasarkan Tinggi Lutut ( TL )

Tinggi badan Pria = 6,50 + (1,38 + TL) – (0,08 x U)


Tinggi badan Wanita = 89,68 + (1,53 x TL) – (0,17 x U)

5. Tinggi badan berdasarkan Rentang Lengan (RL)

Tinggi badan Pria = 118,24 + (0,28 x RL) – 0,07 x U)


Tinggi badan Wanita = 63,18 + (0,63 x RL) – 0,17 x U)

Ket :
U = Umur (tahun)

Sekarang anda bisa menghitung berat badan anda ataupun anak and sendiri. Untuk berat
badan normal dapat diketahui dengan cara menambahatau mengurangi 10 % dari Berat badan
ideal. Dengan rumus sebagai berikut :
Berat badan normal = ( – 10 % ) dari berat badan ideal sampai dengan ( + 10 % ) dari berat
badan ideal. Jadi, Berat badan normal sebenarnya merupakan range, tidak dapat dipatok pada
angka tertentu.

Menghitung Berat Badan Bayi

Para orang tua, terutama kaum ibu sangat senang melihat bayi yang terlihat imut, montok.
Biasanya yang menjadi sasaran di "jewer" adalah pipi sang bayi, karena kemontokan bayi di
samping badan selalu terlihat pada bagian pipi. Seorang ibu akan merasa bangga/senang
dengan bayi yang montok, sehingga selalu diusahakan memberikan makanan/minuman yang
dapat mempermontok bayi. Anak/bayi gemuk, montok dapat memberi indikasi bahwa anak
tersebut sehat karena asupan makan/minum yang terjaga plus gizi yang baik. Namun gemuk
yang terlalu atau kegemukan tentu akan memberi indikasi lain. Terlalu gemuk yang menuju
ke obesitas, dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu para orang tua harus waspada
dan harus mengetahui berapa ukuran berat badan ideal (BBI) bayi atau anak kecil.
Menghitung BBI selalu dikaitkan dengan usia dan tinggi/panjang badan, namun tidak seperti
pada usia remaja & dewasa, maka bagi bayi dan anak kecil panjang badan tersebut dapat
dihitung secara umum menggunakan bilangan konstan sesuai dengan usia bayi dan anak
tersebut.

BBI BAYI (USIA 0-12 bulan) : RUMUS BBI = (umur (bln) / 2 ) + 4

Misal :
1) Usia bayi 2 bln, maka BBI = (2/2) + 4 = 5 kg
2) Usia bayi 3 bln, maka BBI = (3/2) + 4 = 5,5 kg
3) Usia bayi 4 bln, maka BBI = (4/2) + 4 = 6 kg
4) Usia bayi 5 bln, maka BBI = (5/2) + 4 = 6,5 kg

Terlihat bahwa BBI berbanding lurus dengan usia, dimana tiap bulan
pertumbuhan/pertambahan berat yang ideal bagi bayi adalah sebesar 0,5 kg. Bagaimana
menjaga BBI bayi dan asupan makan/minumnya? Seorang ibu yang masih menyusui anaknya
harus dapat menjaga asupan makan/minumnya yang mengandung nutrisi, gizi, zat & mineral
yang bermanfaat bagi bayinya (Lihat JUS Bagi Ibu Hamil dan Menyusui).

Penggunaan rumus perhitungan ini hanya dapat digunakan sampai usia bayi/anak mencapai
12 bln. Di atas 12 bulan dimana pada umumnya anak sudah berjalan & aktivitasnya sudah
lebih banyak dari bayi maka digunakan rumus penghitungan yang lain.

BBI ANAK (USIA 1-10 tahun) : RUMUS BBI = (umur (thn) x 2 ) + 8

Misal :
1) Usia anak 1,0 thn, maka BBI = ( 1,0 x 2 ) + 8 = 10 kg
2) Usia anak 1,5 thn, maka BBI = ( 1,5 x 2 ) + 8 = 11 kg
3) Usia anak 2,0 thn, maka BBI = ( 2,0 x 2 ) + 8 = 12 kg
4) Usia anak 2,5 thn, maka BBI = ( 2,5 x 2 ) + 8 = 13 kg

Terlihat bahwa BBI seorang anak yang sehat setiap tahun akan bertambah sebesar 2 kg.
Lebih dari itu menjadi gemuk/montok dan kurang dari itu terlihat kurus. Pada usia remaja (di
atas 10 thn) rumus tsb tidak sesuai lagi karena aktivitas remaja & dewasa sudah lebih
meningkat lagi.

http://s4bur41.blogspot.com/2009/02/cara-menghitung-berat-badan-ideal-dan.html
Pada postingan kali ini kami bawakan artikel tentang rumus menghitung berat badan ideal.
Ada 2 metode yang kami bawakan. Perhitungan konvensional dan melalui Body Mass Index
(index massa tubuh).

1. Perhitungan Berat Ideal Konvensional


Jika Anda telah selesai menghitungnya, maka yang Anda peroleh adalah berat badan ideal
yang seharusnya Anda miliki. Tapi jangan takut jika berat badan Anda tidak masuk hitungan
ideal -karena hasil hitungan rumus ini adalah angka tertentu- sebab range berat badan normal
yang dimiliki setiap orang adalah plus/minus 10% berat idealnya.

1. Berat Badan Ideal (BBI) bayi (anak 0-12 bulan)


BBI = (umur (bln) / 2 ) + 4

2. BBI untuk anak (1-10 tahun)


BBI = (umur (thn) x 2 ) + 8

3. Remaja dan dewasa


BBI = (TB - 100) - (TB - 100) x 10%
atau
BBI = (TB - 100) x 90%

[Ket:]
TB = Tinggi badan (cm)

Wah, kalo data TB tidak diketahui bagaimana? Misalnya pada pasien ascites atau eudeme
anasarka, kan susah tuh.. ga mungkin pake berat badan aktual (selain juga bisa konversi -30%
dari BB aktual),, atau pada pasien pasca bedah, ga mungkin kita ukur tingginya.. so, Konversi
dong dari nilai antropomentri Tinggi lutut atau rentang lengan.

TB berdasarkan Tinggi Lutut (TL)


TB Pria = 6,50 + (1,38 + TL) - (0,08 x U)
TB Wanita = 89,68 + (1,53 x TL) - (0,17 x U)

TB berdasarkan Rentang Lengan (RL)


TB Pria = 118,24 + (0,28 x RL) - 0,07 x U)
TB Wanita = 63,18 + (0,63 x RL) - 0,17 x U)

[ket:]
U = Umur (tahun)

2. Berat Ideal versi Rumus BMI


Ingin menghitung BMI (Body Mass Index) Anda? BMI adalah suatu rumus kesehatan, di
mana berat badan (BB) seseorang (kg) dibagi dengan tinggi badan (TB) pangkat dua (m2).
BMI = (BB) / (TB) * (TB)

Misalnya: BB = 45 kg dan TB = 165 cm, maka

BMI = (45) / (1.65) * (1.65) = 16.5

Apakah Anda termasuk kurus, normal, atau overwight? Lihat patokan di bawah ini:

BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)

BMI 18.5 - 24 = normal

BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)

BMI >30 = obesitas

Ini tabel BMI-nya

warna biru kurang berat

warna hijau sehat

warna kuning kelebihan berat

warna oranye obesitas

• Contoh:

R/ amoksisilin 100mg

s. lact q.s.

m.f. pulv. dtd. no. XXI

S 3dd pulv I p.c

• s. lact q.s. à artinya ditambahkan s. lactis secukupnya.

• m.f. pulv. dtd. No. XXI à buat dan campurlah dalam bentuk pulveres (puyer), masing2
dengan dosis diatas sebanyak 21 buah.

Kalo obatnya lebih dari 1 (misalkan acetosal ama luminal ama codein), ketiga obat itu ditulis
terpisah2 (dibikin 3 baris), abis itu baru tulis s.lact q.s kalo perlu
• An. Puri, 18bln, BB 12kg, dibawa ke dokter krn demam tinggi sejak 2 hari lalu.

• Berikan antibiotik dan antipiretik per oral dlm bentuk puyer

• Amoksisilin, dosis anak 25-50 mg/kg BB/hari, 3x sehari, selama 7 hari, minum
sesudah makan, puyer masukan ke dalam kapsul

• Parasetamol, dosis anak 10-15 mg/kg BB/kali, 3x sehari, selama 3 hari, minum
sesudah makan bila demam

• Pertama untuk antibiotiknya (amoksisilin) kita itung dulu dosis yg diperluin

• Dosis 25-50 mg/kg BB/ hari à krn anaknya 12kg à 300 – 600 mg / hari (kita ambilnya
yg kecil aja 300mg/hari)

• Karena itu per hari, jadinya per kali minum 100mg

• Butuh 21 buah krn minum 3x sehari selama 7 hari

• Untuk antipiretiknya (parasetamol)

• Dosis 10-15mg/kg BB/kali à 120 – 180mg/kali

• Yg ini udah per kali minum, jd ga usa repot2 lg

• Butuh 9 buah krn 3x sehari selama 3 hari

Anda mungkin juga menyukai