Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOLOGI SHADAQAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi dalam Perspektif Islam
Dosen Pengampu: Siti Fatimah, M.Si

Disusun Oleh:

Kanya Prasidha Anindita 201610230311134

Bunaya Putri Utami 201610230311140

Endang Suci Lestari 201610230311153

Apriyanti Tri Kartika 201610230311155

Najah Hamzah Bauzir 201610230311170

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PSIKOLOGI SHADAQAH”. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi dalam Perspektif Islam.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun, penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

 
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat

BAB II. PEMBAHASAN

Definisi

Aspek Terapeutik Sedekah

Hubungan Terapeutik Sedekah dengan Kesehatan

Ayat dan Hadits Sedekah

Penelitian Sedekah

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang, banyak orang berlomba-lomba untuk bersedekah. Sedekah bukan
berarti hanya materi atau uang yang diberikan, tetapi ada juga yang sedekah pakaian, makanan.
Dalam agama, terlebih agama Islam, umatnya diajarkan untuk berbuat baik kepada orang lain
dan terlebih lagi kepada orang yang membutuhkan dengan cara sedekah salah satunya.
Sedekah adalah ibadah yang sifatnya lentur, artinya tidak dibatasi oleh waktu ataupun
batasan tertentu dan tidak terbatas baik berupa materi ataupun non materi. Artinya segala bentuk
perbuatan baik itu adalah sedekah. Hadist yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit
jumlahnya. Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah, berpahala bila di
lakukan dan tidak berdosa bila di tinggalkan. Di samping sunnah, adakalanya hukum sedekah
menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang
yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan
terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu
dengan orang lain yang sedang kelaparan sehingga dapat mengancam keselamatan jiwanya,
sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang di perlukan saat itu.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudrara terdekat sebelum
diberikan kepada oang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang
betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama
disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang
berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya.
Mengacu pada uraian di atas maka penyusun akan menjelaskan dalam makalah ini mengenai
sedekah, zakat, infaq, terapeutik sedekah, hubungan antara terapeutik sedekah dengan kesehatan,
dan ayat dan hadits yang berkaitan dengan sedekah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan sedekah, zakat, dan infaq dan perbedaannya?
2. Apa saja aspek terapeutik sedekah?
3. Bagaimana hubungan antara terapeutik sedekah dengan kesehatan?
4. Apa saja ayat dan hadits yang berkaitan dengan sedekah?
C. Tujuan
Adapun tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui sedekah, zakat, dan infaq dan perbedaannya
2. Untuk mengetahui aspek terapeutik sedekah
3. Untuk mengetahui hubungan antara terapeutik sedekah dengan kesehatan
4. Untuk mengetahui ayat dan hadits yang berkaitan dengan sedekah
D. Manfaat
Adapun manfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
- Untuk menambah pengetahuan ilmu di bidang psikologi
- Untuk menambah kekayaan kajian ilmiah dalam pengembangan media pembelajaran
2. Manfaat Praktis
- Manfaat bagi orang tua
Manfaat bagi orang tua untuk mengetahui psikologi sedekah.
- Manfaat bagi siswa
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui psikologi sedekah dan sebagai
pengetahuan tambahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
I. Sedekah

Sedekah berasal dari kata bahasa arab yaitu ‫ ص;;دقة‬yang berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seorang kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu
dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai
kebajikan yang mengharap ridho allah swt dan pahala semata.

Sedekah secara bahasa berasal dari huruf ‫ ق‬,‫ د‬,‫ ص‬serta dari unsur al-sidq yang berarti benar
atau jujur, artinya sedekah adalah membenarkan sesuatu. Sedekah menunjukkan kebenaran
penghambaan seseorang kepada allah swt. Sedekah tidak terbatas pada hal bersifat materi saja
akan tetapi juga pada hal yang bersifat non materi seperti yang dijelaskan pada sabda nabi saw
“setiap ruas yang aktif dari kamu itu harus disedekahi. Maka setiap tasbih itu nilainya sedekah,
setiap tahmid sedekah, setiap tahlil itu sedekah, setiap takbir itu sedekah dan amar makruf nahi
munkar itu juga sedekah”.

Dari pengertian diatas, dapat diartikan bahwa sedekah merupakan ibadah yang sifatnya
lentur, artinya tidak dibatasi oleh waktu ataupun batasan tertentu dan tidak terbatas baik berupa
materi ataupun non materi. Artinya segala bentuk perbuatan baik itu adalah sedekah.

a. Hukum Sedekah

Hadist yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit jumlahnya. Para fuqaha sepakat
hukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah, berpahala bila di lakukan dan tidak berdosa bila di
tinggalkan. Di samping sunnah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus
seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah
tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan terakhir ada kalanya juga hukum
sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang
kelaparan sehingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan
yang lebih dari apa yang di perlukan saat itu.
Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada
seseorang atau lembaga. Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sedekah at-tatawwu’ berbeda
dengan zakat. Sedekah lebih utama jika di berikan secara diam-diam di bandingkan diberikan
secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau di beritakan kepada umum. Hal ini sejalan
dengan hadis nabi saw.

1) sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan,
ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima sedekah tanpa disertai imbalan. Sedekah ini
adalah bersifat sunnah bukan wajib. Karena itu untuk membedakannya dengan zakat yang
hukumnya wajib para fuqaha‟ menggunakan istilah sodaqah tatawwu’ atau al-sadaqah al-
nafilah sedangkan untuk zakat dipakai istilah al-sadaqah al-mafrudhah.
2) sedekah adalah mengeluarkan harta yang bersifat wajib. Disini sedekah identik dengan
zakat. Ini merupakan makna kedua dari sedekah, sebab dalam ayat-ayat alquran terdapat
lafad sedekah yang berarti zakat. Seperti firman allah:

“ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (QS. At-
Taubah : 103)

Kata sadaqah dalam ayat ini yaitu bermakna zakat, artinya ambillah atas nama allah sedekah
yakni harta berupa zakat dari sebagian harta mereka, bukan seluruhnya bukan pula sebagian
besar dan tidak juga yang terbaik. Dengan harta yang diambil tersebut maka telah dibersihkan
dan disucikan harta dan jiwa mereka lagi mengembangkan harta mereka.

“sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berutang, untuk jalan allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan allah. Dan allah maha mengetahui lagi maha
bijaksana.”. (QS. At-Taubah : 60)

Berdasarkan ayat diatas sedekah merupakan kata lain dari zakat, namun demikian
penggunaan kada sadaqah dalam arti zakat ini tidaklah bersifat muthlaq artinya dibutuhkan
indikasi yang menunjukkan bahwa kata sadaqah dalam konteks ayat tersebut artinya adalah zakat
yang berhukum wajib bukan sedekah tathawwu‟. Dalam ayat tersebut terdapat ungkapan
faridatan minallah (sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan). Ungkapan ini merupakan
indikasih bahwa yang dimaksut dengan lafad al-sadaqah dalam ayat diatas adalah zakat yang
wajib bukan sedekah yang lain.

3) sedekah adalah sesuatu yang ma’ruf. Pengertian ini didasarkan pada hadis riwayat imam
muslim bahwa nabi saw bersabda:

“setiap kebajikan adalah sadaqah”.

Berdasarkan hal ini maka mencegah diri dari perbuatan maksiat adalah sedekah, beramar
ma‟ruf nahi mungkar adalah sedekah dan tersenyum kepada sesama muslim adalah juga
merupakan sedekah. Sedekah adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan mendekatkan diri
pada allah swt. Menurut syara', sedekah adalah memberi kepemilikan pada seseorang pada waktu
hidup dengan tanpa imbalan sesuatu dari yang diberi serta ada tujuan taqorrub pada allah swt.
Sedekah juga diartikan memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain yang memerlukan
bantuan (fakir-miskin) dengan tujuan untuk mendapat pahala. Sedekah hukumnya sunnah
mu’akkad, namun ia juga bisa menjadi haram jika pemberi sedekah mengetahui atau menduga
kuat bahwa penerimanya akan membelanjakan uang hasil sedekah tersebut untuk hal-hal yang
jahat dan maksiat kepada allah.

Diwaktu lain sedekah bisa menjadi wajib jika pemberi sedekah mendapati seseorang yang
benar-benar dalam kondisi kritis dan membutuhkan sedekahnya, dan si pemberi sedekah
memiliki persediaan yang melebihi kebutuhan pokok. Dalam kondisi darurat ini, ia wajib
bersedekah demi mempertahankan nyawa orang yang ditemuinya dan demi menjaga
keselamatannya dari kematian. Jika nafsu dirinya tidak mengizinkannya untuk memberikan
sedekah tersebut demi mendekatkan diri kepada allah dan mencari keridhoannya maka
hendaklah ia memberi dengan kompensasi imbalan tertentu. Bahkan dalam kondisi nyaris mati,
orang yang terdesak kebutuhan ini boleh memerangi orang yang membawa bekal jika memang ia
menolak memberinya sedikit saja bekal yang ia bawa dan ia tidak berdoasa dengan tindakan
tersebut. Jika ia membunuh karena terdesak kelaparan, maka dosanya dibenbankan kepada
penduduk kawasan tempat kejadian perkara.
b. Sasaran Sedekah

Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudrara terdekat sebelum
diberikan kepada oang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang
betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama
disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang
berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman allah swt dalam QS.
Ali imran (3): 92, yang berbunyi:

“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya allah mengetahuinya.”

Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia
berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Sedekah mempunyai makna yaitu sesuatu
pemberian yang dikeluarkan dengan ikhlas karena allah swt., disyariatkan kepada orang-orang
islam tanpa terkecuali menurut kadar kemampuan masing-masing. Sedekah terhitung sebagai
ibadah dan mempunyai nilai pahala yang besar di sisi allah karena itu, tata cara dan etika untuk
bersedekah telah diatur didalam alquran.

II. Zakat

Secara etimologi (bahasa) zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti suci, baik, berkah,
tumbuh, dan berkembang. Dipahami demikian sebab zakat merupakan upaya mensucikan diri
dari kotoran kikir dan dosa, serta menyuburkan pahala melalui pengeluaran sedikit dari nilai
harta pribadi untuk kaum yang memerlukan.

Dalam terminologi syariat (istilah) zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang
telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan
kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Jumlah yang dikeluarkan
dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih
berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah sangat
nyata dan erat sekali. Bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,
berkembang dan bertambah serta bersih (baik).

III. Infaq

Infaq berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan
sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam. Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan oleh setiap
orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.

Q.S Al- Imron : 134

ِ‫َّاس‬
‫َنِ ٱلن‬
‫َ ع‬
‫ِين‬
‫َ اف‬
‫ٱلع‬ ‫َ و‬
ْ َ ‫ْ ظ‬
‫َي‬‫ٱلغ‬
ْ َ ‫ِم‬
‫ِين‬ ‫ٰظ‬
‫ٱلك‬
َ ِ‫َّٓا‬
‫ء و‬
ْ َ ‫َّر‬‫َٱلض‬ ِ‫َّٓا‬
‫ء و‬ ‫ِى ٱلسَّر‬
‫ن ف‬ ‫ِق‬
َ‫ُو‬ ‫ينف‬ ‫ِين‬
ُ َ ‫َّلذ‬
َ ‫ِن‬
‫ِين‬ ‫ْس‬
‫ُح‬‫ٱلم‬ ‫يحِب‬
ْ ُّ ُ ُ
‫َٱهَّلل‬
‫و‬

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktulapang maupun sempit,


dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 ashnaf) maka infaq boleh diberikan
kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya. Infaq dapat
digunakan untuk mengeluarkan sebagian kecil hartauntuk kemaslahatan umum dan berarti
sesuatu kewajiban yang dikeluarkan atas keputusan “manusia”.
IV. Perbedaan Sedekah, Zakat, dan Infaq

ZAKAT INFAQ SODAQOH


Berhubungan dengan materi Berhubungan dengan materi Tidak harus berupa materi
(harta) (harta) (harta),senyum juga boleh
Wajib dikeluarkan bagi Siapa saja boleh berinfaq, Siapa saja boleh bersedekah,
seseorang yang memenuhi dan hukumnya sunnah dan hukumnya sunnah
syarat
Diberikan kepada orang Boleh diberikan kepada Dari siapa saja untuk siapa
tertentu (ada 8 golongan) siapa saja saja

Ketiga ibadah tersebut perlu atau wajib dikerjakan sebagaimana diterangkan dalam surat Al-
Baqarah ayat 195:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik”

Di atas tersebut kalimat “membelanjakan harta dijalan Allah”, istilah tersebut yaitu tiga
ibadah yakni : zakat, infak, dan sedekah.

Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang
diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya
dengan persyaratan tertentu pula, agar harta menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang.

Infak adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/ penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, maka infak dan sedekah
tidak mengenal nisab.

Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf), maka infak boleh diberikan
kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orangtua, anak yatim, dan sebagainya seperti yang
tertera dalam surah Al-Baqarah: 215.

Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman,baik yang berpenghasilan tinggi maupun
rendah, apakah ia di saat lapang maupun sempit. Pengertian Sedekah sama dengan pengertian
infak,termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan
materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat non materiil. Seperti
halnya, senyum saja bisa menjadi sedekah, menyingkirkan paku di jalan supaya tidak
membahayakan orang juga termasuk shodaqoh.

Muslim dari Abu Dzar,Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan
harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-isteri,dan
melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah.

Seringkali kata-kata sedekah dipergunakan dalam Al Qur’an, tetapi maksud sesungguhnya


adalah zakat, (Q.S At-Taubah: 60 dan 103).

Jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali
untuk berinfak atau bersedekah. Berinfak adalah ciri utama orang yang bertakwa, ciri mukmin
yang sungguh-sungguh imannya, ciri mukmin yang mengharapkan keuntungan abadi. Berinfak
akan melipatgandakan pahala di sisi Allah.

B. Aspek Terapeutik Sedekah

Aswad bin Yazid meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda: “Obatilah orang-orang sakit
kalian dengan (mengeluarkan) sedekah, dan bentengilah harta-harta kalian dengan
(mengeluarkan zakat), dan siapkan untuk (menagkal) bala dengan berdoa”. (HR. Baihaqi).
Hadist tersebut menegaskan bahwa sedekah adalah salah satu sebab yang bisa mendatangkan
kesembuhan, tentunya dengan izin Allah SWT. Ibnu Qoyim berkata: “setiap thabib tidak
mengobati orang yang sakit dengan cara menghilangkan penyakit hatinya, memperbaiki
perilakunya, dan menguatkan ruhani dan kekuatannya. Adapun cara mengobati yang benar
adalah dengan mengeluarkan sedekah, berbuat kebaikan serta mencurahkan diri untuk
persiapan bertemu Allah di akhirat kelak.”

Sedekah itu bisa mengilangkan penyakit yang sudah turun, dan bisa mencegah penyakit
yang belum turun. Ahli fikih dan para dokter berkata: “mencengah lebih baik dari pada
mengobati.” Mencegah datangnya sesuatu sebelum sesuatu itu datang sangat lebih mudah dari
pada harus menghilangkannya setelah sesuatu itu datang.
Terapi pencegahan lebih berguna dari pada terapi penyembuhan. Oleh karena itu obat yang
sebenarnya adalah bisa mencegah datangnya penyakit. Artinya, sedekah bisa mencegah
datangnya penyakit sebagaimana obat bisa menghilangkan penyakit, tentunya dengan izin Allah
SWT. Dengan dasar logika semacam ini, perlu sekali memperhatikan permasalahan penting yaitu
dalam hubungan dengan Allah seorang mukmin tidak boleh menggunakan prinsip coba-coba.
Artinya, kalau harapannya dikabulkan dia akan terus berbuat kebaikan, tetapi jika harapannya
tidak dikabulkan oleh Allah dia tidka mau meneruskan amal kebaikannya dan berhenti begitu
saja. Justru semestinya seorang mukmin dalam berhubungan kepada Allah didasari dengan sikap
percaya, yakin, sungguh-sungguh dan berbaik sangka kepada Allah. Dalam hadist Qudsi Allah
berfirman: “ Aku bergantung pada prasangaka hambaku kepada-Ku.”

Sedekah adalah sebuah teknik ampuh yang dapat membantu mengurangi beberapa kondisi.
Caranya anda cukup melakukan amal atau sedekah selama 29 hari. Jadi setiap hari memikirkan
apa yang akan kita berikan (bukan berupa materi saja, bisa tenaga bahkan perhatian dan
senyum). Jadi kita memberikan sesuatu yang terbaik pada orang lain. Teknik ini juga sangat
ampuh untuk mengatasi berbagai kasus Psikosomatis (penyakit karena gangguan emosi). Pada
saat melakukan hal ini, maka konsentrasi akan tercurah pada kebaikan untuk orang lain. Dan ini
adalah energi positif yang diciptakan dan dilemparkan untuk orang lain. Akibatnya energi yang
sama akan terlempar kepada kita berpuluh-puluh kali lebih kuat dari apa yang kita lemparkan.
Satu syaratnya memberi dengan niat kebahagiaan bagi si penerima, bukan karena kasihan.

Terdapat beberapa terapi psikologis yang melalui pendekatan sedekah:

1. Sedekah sebagai terapi impulsive bulying


2. Sedekah sebagai terapi gangguan jiwa
3. Sedekah sebagai terapi social phobia
C. Hubungan Terapeutik Sedekah dengan Kesehatan

Al-Aswad bin Yazid meriwayatkan dari Abdullah, ia berkata, “Rasulullah bersabda;

“Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah, bentengilah harta
kalian dengan zakat, dan siapkanlah doa untuk menghadapi musibah” (H.R. Ath-thabrani)

Hadits di atas ialah nash yang menyebutkan sedekah merupakan salah satu media
pengobatan dan penyembuhan atas izin Allah. Kata-kata di atas diungkapkan oleh orang yang
ma’shum, yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu. Ibnul Qayyim berkata, “Setiap dokter
yang tidak mengobati pasiennyadengan memeriksa hati, kebaikan, kekuatan ruhani, dan tidak
menguatkan itu semua dengan sedekah, berbuat kebaikan dan kebajikan serta kembali kepada
Allah tetapi, seseorang yang baru belajar menjadi dokter.”

Sedekah bisa menghilangkan penyakit setelah terjangkit dan akan mencegahnya sebelum
terjangkit. Ulama fikih dan dokter mengatakan bahwa tindakan pencegahan lebih mudah
daripada pengobatan. Karena itu, mencegah sesuatu sebelum tejadi jauh lebih mudah daripada
menghilangkannya setelah terjadi.

Pencegahan lebih berguna daripada pengobatan untuk menghilangkan penyakit. Atas dasar
ini, obat yang mampu menghilangkan penyakit ialah obat yang dijadikan Allah mampu
mencegah terjadinya penyakit itu. Sedekah bisa mencegah penyakit sebagaimana juga bisa
menghilangkan penyakit dengan izin Allah.

Dari titik tolak inilah seharusnya orang menaruh perhatian untuk suatu masalah penting.
Yaitu agar seorang mukmin tidak bermualamah dengan Allah dalam bentuk coba-coba. Bila
berhasil mendapatkan yang dikehendaki akan selalu dan konsisten melakukannya, sementara bila
tidak berhasil akan melemah dan berhenti. Orang mukmin harus nya bermuamalah dengan
Rabbnya dengan keyakinan yang kuat, kepercayaan dan tawakkal yang benar, serta berbaik
sangka kepada Allah. Allah berfirman dalam hadits qudsi:

‫بي عبدي ظن عند أنا‬

“Aku berada pada sangkaan hamba-Ku terhadap Ku”


D. Ayat dan Hadits Sedekah

Surat Al-Baqarah: 177

َ ‫ب َوالنَّبِيِّينَ َوآتَى ْال َم‬


‫;ال‬ ِ ‫ب َولَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر َو ْال َمالئِ َك; ِة َو ْال ِكتَ;;ا‬
ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ْس ْالبِ َّر أَ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
َ ‫لَي‬
‫الص;الةَ َوآتَى ال َّز َك;;اةَ َو ْال ُموفُ;;ونَ بِ َع ْه; ِد ِه ْم إِ َذا‬ َّ ‫ب َوأَقَا َم‬ ِ ‫َعلَى ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسبِي ِل َوالسَّائِلِينَ َوفِي الرِّ قَا‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمتَّقُون‬ َ ِ‫ص َدقُوا َوأُولَئ‬ َ ِ‫س أُولَئ‬ ْ َّ ‫عَاهَدُوا َوالصَّابِ ِرينَ فِي ْالبَأْ َسا ِء َوال‬
َ َ‫ك الَّ ِذين‬ ِ ‫ضرَّا ِء َو ِحينَ ْالبَأ‬

“Menghadapkan wajahmu ke arah timur atau barat itu bukanlah suatu kesempurnaan, tapi
sesungguhnya yang sempurna adalah orang yang beriman kepada Allah dan kepada Nabi-Nya,
serta memberikanharta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibnu
sabil, orang yang meminta-minta dan membebaskan hamba sahaya, dan mendirikan shalat serta
menunaikan zakat.”

Surat Al-Baqarah: 195

َ‫َوأَ ْنفِقُوا فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوال تُ ْلقُوا بِأ َ ْي ِدي ُك ْم إِلَى التَّ ْهلُ َك ِة َوأَحْ ِسنُوا إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬

“Dan berikanlah infak di jalan Allah dan janganlah engkau menjatuhkan dirimu ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang yang berbuat baik.”

Surat Al-Baqarah: 254

َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ْنفِقُوا ِم َّما َر َز ْقنَا ُك ْم ِم ْن قَ ْب ِل أَ ْن يَأْتِ َي يَوْ ٌم ال بَ ْي ٌع فِي ِه َوال ُخلَّةٌ َوال َشفَا َعةٌ َو ْال َكافِرُونَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬

“Wahai orang yang beriman, berinfaklah kamu atas sebagian rizki yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang hari yang tidak ada jual beli lagi dan tidak ada lagi persahabatan serta
syafa’at kecuali atas izin Allah.”
Surat Al Hajj: 34-35

ِ ‫ث هَّللا ُ ِم ْن بَعْ; ِد ِه َر ُس;وال َك; َذلِكَ ي‬


ُّ‫ُض;ل‬ َ ‫ك قُ ْلتُ ْم لَ ْن يَ ْب َع‬
َ ;َ‫ك ِم َّما َجا َء ُك ْم بِ ِه َحتَّى ِإ َذا هَل‬ ٍّ ‫ت فَ َما ِز ْلتُ ْم فِي َش‬
ِ ‫َولَقَ ْد َجا َء ُك ْم يُو ُسفُ ِم ْن قَ ْب ُل بِ ْالبَيِّنَا‬
ْ َ‫ت هَّللا ِ بِ َغي ِْر س ُْلطَا ٍن أَتَاهُ ْم َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هَّللا ِ َو ِع ْن َد الَّ ِذينَ آ َمنُوا َك; َذلِكَ ي‬
‫طبَ ; ُع هَّللا ُ َعلَى‬ ِ ‫ف ُمرْ تَابٌ الَّ ِذينَ ي َُجا ِدلُونَ فِي آيَا‬ ِ ‫هَّللا ُ َم ْن هُ َو ُمس‬
ٌ ‫ْر‬
ِ ‫ُكلِّ قَ ْل‬
ٍ ‫ب ُمتَ َكب ٍِّر َجب‬
‫َّار‬

“...Gembirakanlah orang-orang yang taat, yaitu orang yang apabila disebut nama Allah maka
bergetar hatinya dan orang yang bersabar atas apa yang menimpanya serta orang yang
mendirikan shalat dan orang yang menginfakkan sebagian rizkinya yang Kami berikan
kepadanya.”

Surat Saba: 39

ِ ‫ق لِ َم ْن يَ َشا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِه َويَ ْق ِد ُر لَهُ َو َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن َش ْي ٍء فَهُ َو ي ُْخلِفُهُ َوه َُو خَ ْي ُر الر‬
َ‫َّازقِين‬ َ ‫قُلْ إِ َّن َربِّي يَ ْب ُسطُ الر ِّْز‬

“Katakanlah; ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizki pada siapa yang dikehendaki-Nya


diantara hamba-hamba-Nya, dan Allah menyempitkan rizki pada orang yang dikehendaki-Nya.
Dan apapun yang kamu infakkan atas rizki yang diberikan Allah, maka Allah menggantinya
kembali dan Allah-lah sebaik-baik pemberi rezeki.”

Hadits Arba’in Annawawi ke 25

،ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَا َرسُوْ َل هللا‬


َ ‫صلَّى هللا عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِ ِّي‬ َ ِ‫ب َرسُوْ ِل هللا‬ ِ ‫ أَ َّن نَاسا ً ِم ْن أَصْ َحا‬: ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬
ِ ‫ع َْن أَبِي َذ ٍّر َر‬
‫;ل هللاُ لَ ُك ْم‬ َ ‫ أَ َو لَي‬: ‫ص َّدقُوْ نَ بِفُضُوْ ِل أَ ْم َوالِ ِه ْم قَا َل‬
َ ;‫ْس قَ; ْد َج َع‬ َ َ‫ َوت‬،‫ َويَصُوْ ُموْ نَ َك َما نَصُوْ ُم‬،‫صلِّي‬ َ ُ‫َب أَ ْه ُل ال ُّدثُوْ ِر بِاْألُجُوْ ِر ي‬
َ ُ‫صلُّوْ نَ َك َما ن‬ َ ‫َذه‬
ً‫ص; َدقَة‬ َ ‫ف‬ ْ ;ِ‫;ر ب‬
ِ ْ‫;ال َم ْعرُو‬ ٍ ;‫ص; َدقَةً َوأَ ْم‬
َ ‫ َو ُك; ِّل تَ ْهلِ ْيلَ; ٍة‬،ً‫ص; َدقَة‬
َ ‫ص َدقَةً َو ُك ِّل تَحْ ِم ْي; َد ٍة‬ َ ‫ إِ َّن لَ ُك ْم بِ ُك ِّل تَ ْسبِ ْي َح ٍة‬: َ‫ص َّدقُوْ ن‬
َ ‫ص َدقَةً َو ُكلِّ تَ ْكبِ ْي َر ٍة‬ َ َ‫َما يَت‬
َ ;َ‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ أَيَأْتِي أَ َح ُدنَا َش ْه َوتَهُ َويَ ُك;;وْ نُ لَ;هُ فِ ْيهَ;;ا أَجْ; ٌر ؟ ق‬: ‫ص َدقَةً قَالُوا‬
ْ‫ أَ َرأَ ْيتُ ْم لَ;;و‬: ‫;ال‬ َ ‫ص َدقَةً َوفِي بُضْ ِع أَ َح ِد ُك ْم‬ َ ‫َونَه ٍْي عَن ُم ْن َك ٍر‬
‫ض َعهَا فِي ْال َحالَ ِل َكانَ لَهُ أَجْ ٌر‬ َ ِ‫ض َعهَا فِي َح َر ٍام أَ َكانَ َعلَ ْي ِه ِو ْز ٌر ؟ فَ َك َذل‬
َ ‫ك إِ َذا َو‬ َ ‫ َو‬.

[‫]رواه مسلم‬

“Dari Abu Dzar radhiallahuanhu : Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam: “ Wahai
Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat
sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan
kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wa sallam) bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah ? :
Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap
tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar
merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya
Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya
?, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang
haram, bukankah baginya dosa ?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan
yang halal, maka baginya mendapatkan pahala.” (Riwayat Muslim)

E. Penelitian Sedekah

Banyak manfaat yang kita dapatkan saat kita bersedakah tidak hanya mendapat pahala, dan
dapat membantu orang lain saja. Tetapi beberapa penelitian mengungkapkan manfaat sedekah
antara lain (Suttie&Marsh,2010) :

1. Bersedekah membuat bahagia


Prof. Michael Norton, dkk dari Harvard Business School tahun 2008 telah melakukan riset
yang hasilnya menyatakan bahwa memberikan uang atau sedekah kepada orang lain dapat
meningkatkan derajat kebahagian si pemberi sedekah, selain Norton, Sonja Lyubomirsky yang
merupakan seorang ahli masalah kebahagian dari university of California di Riverside
menemukan kesamaan penelitian. Jorge Moll,dkk dari National Insitute of Health, Amerika
dalam penelitian biologi mengungkapkan bahwa dengan melakukan sedakah, bagian otak yang
terkait dengan kesenangan, koneksi sosial dan trust (percaya) terlihat aktif dan menimbulkan
efek “warm glow” (pancaran kehangatan). Kegiatan menolong orang lain juga menimbulkan
perasaan senang yang disebut helper’s effect.
2. Bersedakah membuat badan lebih sehat
 Prof. Stephen Post dari Stony Brook University dalam bukunya Why Good Things Happen
to good people, menyatakan bersedakah berdampak positif terhadap kesehatan seseorang
meskipun mereka mempunyai penyakit kronis.
 Tahun 1999 Doug Oman University of California, Berkeley dalam studinya menemukan
bahwa orang tua yang bekerja sebagai sukarelawan pada 2 atau lebih organisasi lebih kecil
kemungkinannya meninggal dalam 5 tahun kedepan dibandingkan dengan orang tua yang
tidak melakukan kerja sukarela.
 Stephanie Brown dari University of Michigan pada tahun 2003 menemukan hasil yang
sama. Dia menemukan bahwa keluarga yang sudah tua dan membantu saudara, teman atau
tetangga ternyata hidup lebih lama dibandingkan dengan orang yang tidak pernah
menolong orang lain.
 Pada 2006, studi yang dilakukan oleh Prof. Rachel Piferi dari  Johns Hopkins University
dan Kathleen Lawler dari  University of Tennessee, menunjukkan bahwa orang yang
banyak memberikan dukungan social mempunyai tekanan darah yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang tidak memberikan dukungan social.
BAB III

PENUTUP

Sedekah merupakan ibadah yang sifatnya lentur, artinya tidak dibatasi oleh waktu ataupun
batasan tertentu dan tidak terbatas baik berupa materi ataupun non materi. Artinya segala bentuk
perbuatan baik itu adalah sedekah. Hadist yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit
jumlahnya. Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah, berpahala bila di
lakukan dan tidak berdosa bila di tinggalkan. Di samping sunnah, adakalanya hukum sedekah
menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang
yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan
terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu
dengan orang lain yang sedang kelaparan sehingga dapat mengancam keselamatan jiwanya,
sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang di perlukan saat itu.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudrara terdekat sebelum
diberikan kepada oang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang
betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama
disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang
berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya.

Sedekah adalah sebuah teknik ampuh yang dapat membantu mengurangi beberapa kondisi.
Caranya anda cukup melakukan amal atau sedekah selama 29 hari. Jadi setiap hari memikirkan
apa yang akan kita berikan (bukan berupa materi saja, bisa tenaga bahkan perhatian dan
senyum). Jadi kita memberikan sesuatu yang terbaik pada orang lain. Teknik ini juga sangat
ampuh untuk mengatasi berbagai kasus Psikosomatis (penyakit karena gangguan emosi). Pada
saat melakukan hal ini, maka konsentrasi akan tercurah pada kebaikan untuk orang lain. Dan ini
adalah energi positif yang diciptakan dan dilemparkan untuk orang lain. Akibatnya energi yang
sama akan terlempar kepada kita berpuluh-puluh kali lebih kuat dari apa yang kita lemparkan.
Satu syaratnya memberi dengan niat kebahagiaan bagi si penerima, bukan karena kasihan.
Banyak manfaat yang kita dapatkan saat kita bersedakah tidak hanya mendapat pahala, dan dapat
membantu orang lain saja. Tetapi beberapa penelitian mengungkapkan manfaat sedekah antara
lain (Suttie&Marsh,2010), yaitu: bersedekah membuat bahagia, dan bersedakah membuat badan
lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Al Hammam, Hasan Ahmad. 2010. Terapi dengan Ibadah. Solo: Aqwam

Bahmid, S. B. S. 2014. Sedekah dalam Pandangan Al-Qur’an. Rausyan Fikr. Vol. 10 No. 2. Juli-
Desember 2014

Lathifah, Fithrotul. 2013. Keutamaan Sedekah kepada Keluarga. Fakultas Ushuluddin. Institut
Agama Islam Negeri Sunan Ampel. Surabaya

Rindu, Kidung. 2012. My Book Report: Dahsyatnya Terapi Sedekah. (online).


http://titirindubunda.weebly.com/watsiqoh/my-book-report-dahsyatnya-terapi-sedekah,
diakses tanggal 16 Maret 2018

Suttie, J. & Marsh, J. (2010). 5 Ways Giving Is Good For You. The Greater Good Science Center
at the University of California, Berkeley.
https://greatergood.berkeley.edu/article/item/5_ways_giving_is_good_for_you, diakses
tanggal 14 maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai