JAWABAN :
- bahwa Nabi Isa AS sendiri juga mengabarkan kepada Bani Isro'il tentang
seorang "nabi terakhir", bukanlah dirinya, tetapi orang lain yang berasal dari
saudaranya Bani Isro'il yakni seseorang dari keuturunan Isma'il. Dan beliau
juga mengenalkan nama nabi yang dimaksud tersebut bernama Ahmad,
sebagaimana tertulis di surat As Shoff 6 :
Arti per kalimatnya :
Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata : "Wahai Bani Isro'il,
sesungguhnya aku adalah utusan Alloh untuk kalian, yang membenarkan
bagi apa yang dihadapanku dari (berupa) Taurot, dan yang memberi khabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rosul yang akan datang sesudahku,
namanya Ahmad (Muhammad)". Maka keitka dia (rosul Muhammad) datang
kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan (bukti-bukti yang
nyata tentang identitas kerosulannya), mereka berkata : "Ini adalah sihir yang
nyata". (yakni kenyataan yang mengelabui mata, karena tiba-tiba di hadapan
mereka ada seseorang mengaku sebagai Rosul sesudah Isa).
ِأُعِطِ ِيتُ السَِّبعَ الطِِّوَالَ مَكَانَ التَّوِرَاةِ وَ أُعِطِ ِيتُ الْمِئِيِنَ مَكَانَ اإلِِنجِيِل
ِت بـِالْمُفَصَّل
ُ وَ أُعِطِ ِيتُ الْمَثـَا ِنيِ مَكَانَ الزَّبُوِرِ َو فُضِِّ ْل
Artinya : Aku diberi tujuh surat panjang tempatnya Taurot, dan aku diberi al
Mi’in tempatnya Injil, dan aku diberi Al Matsani tempatnya Zabur, dan aku
diutamakan dengan Al Mufashshol.
artinya : tetapi bahkan Alloh telah melaknat mereka dengan sebab kekafiran
mereka, maka orang-orang yang beriman dari mereka sedikit sekali.
Kalimat tulisan Arab yang digaris bawahi tersebut adalah gaya bahasa Arab
umum sebagaimana kaidahnya yakni kebiasaan orang Arab menyusun kata-
katanya seperti itu, tetapi Al Qur'an punya gaya bahasa tersendiri yakni di
luar kebiasaan mereka, maka menjadi seperti ini dalam surat Al Baqoroh 88 :
arti yang digaris bawahi : maka mereka tidak beriman kecuali sedikit.
menurut gaya bahasa Arab, susunan tersebut adalah salah, karena jika
diartikan berurutan dari kanan ke kiri : "dan di dalam yang demikian itu,
cobaan dari Tuhan kalian yang besar".
menurut gaya bahasa Arab, jika lafad 'AZHIIMUN itu statusnya adalah sifat
bagi cobaan, maka harusnya susunannya seperti ini :
karena menurut gaya bahasa Arab, jika lafad 'AZHIIMUN setatusnya sebagai
sifat dari lafad BALAA'UN, maka lafad 'AZHIIMUN itu tulisannya harus
diletakkan berdekatan dengan lafad BALAA'UN, sehingga jika diartikan
berurutan dari kanan ke kiri adalah tepat pemahamannya : "dan di dalam
yang demikian itu, cobaan yang besar dari Tuhan kalian".
Ternyata gaya bahasa Al Qur'an tidak mengikuti gaya bahasa Arab
pada umumnya dalam kasus surat Al Baqoroh 49 tersebut, meskipun Al
Qur'an sendiri bermaksud bahwa lafad 'AZHIIMUN statusnya memang sifat
dari lafad BALAA'UN, dan memang "sengaja" lafad 'AZHIIMUN dijauhkan
dari lafad BALAA'UN, karena jika didekatkan berurutan justru
pemahamannya tidak mencerminkan muatan ajaran Al Qur'an. Mari kita
bandingkan tulisannya beserta perbedaan pemahamannya :
Mari kita bandingkan dengan Al Kitab Injil milik umat Kristen jaman
sekarang, yang telah diterjemahkan ke dalam ribuan bahasa, dipasarkan di
mana-mana ternyata laris manis banyak orang yang membeli, tapi sedikit
orang yang membaca, apalagi menghafalnya?, terbukti pada tanggal 26
Januari 1997, harian The Sunday Times menulis hasil penelitian dari jejak
pendapat dari dua ratus ribu anggota pastor Kristen Anglican Inggris,
mengungkapkan bahwa dua pertiga dari pendeta wakil Paus Inggris tidak
dapat mengungkapkan kandungan ayat Sepuluh Perintah Tuhan, dan
memang demikian adanya karena dahulu pada abad keempat masehi,
ordinasi seorang diakonia atau kepastoran menghendaki bahwa seorang
calon pastor itu diharuskan menghapal beberapa bagian dari Injil, meskipun
persyaratan itu berbeda antara satu uskup dengan uskup lainnya. Beberapa
dari mereka ada yang ngotot hanya menghafal Injil Yohanes saja, sedangkan
yang lainnya ada yang juga ngotot menghafal Surat-Surat Paulus saja,
intinya para ulama mereka keberatan jika harus menghafal seluruh ayat dari
Al Kitab Injil tersebut dikarenakan selalu kesulitan, di sisi lain bandingkan
dengan anak-anak muslim yang tidak harus menjadi seorang ulama dulu
untuk bisa hafal Qur'an.