Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pasal 1 ayat 1, Negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik. Di mana dalam menjalankan
pemerintahannya terdapat tujuan nasional yang hendak dicapai,
sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia ke-4, yaitu untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dengan melihat tujuan nasional yang kompleks tersebut, maka
dibutuhkan kerjasama dan kontribusi dari berbagai elemen negara,
salah satunya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN), yang terdiri dari
PNS dan PPPK. Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diberikan
pendidikan dan pelatihan dasar yang merupakan hasil kerja sama
antara Badan Kepegawaian Negara dan Lembaga Adminisitrasi
Negara. Penyelenggaraan Diklat Latsar CPNS Golongan III
berpedoman pada UU No.5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara dan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 25
Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar
Calon PNS Golongan III.
Hasil dari pelaksanaan pelatihan dasar ini diharapkan dapat
menghasilkan CPNS yang memiliki nilai-nilai dasar yang meliputi
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi (ANEKA), serta mampu menjalankan fungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan
pemersatu bangsa.
Memasuki era revolusi industri digital 4.0 akan menghasilkan
masyarakat semakin cerdas dan kritis. Sejalan dengan meningkatnya

1
intelektualitas masyarakat, maka akan semakin meningkat pula
tuntutan terhadap kualitas pelayanan yang ingin didapatkan, termasuk
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak terkecuali
kesehatan gigi dan mulut, baik yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, maupun rehabilitatif.
Sesuai dengan pengertian puskesmas menurut Azrul Azwar
(1996) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu; upaya
peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan di
tingkat Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat.
Dalam rangka untuk meningkatkat kualitas kesehatan gigi dan
mulut pada usia lanjut salah satu upaya yang dilakukan adalah
meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan antara penyakit
Diabetes Melitus dengan kondisi Periodontitis khususnya pada pasien
prolanis dengan riwayat Diabetes Melitus di Puskesmas Banyudono I.
Penyakit DM ini secara sistemik dapat mempengaruhi kondisi rongga
mulut pasien. Manifestasi rongga mulut yang dapat terjadi pada
pasien Diabetes Melitus antara lain periodontitis. Periodontitis
merupakan penyakit yang menyerang jaringan periodontal gigi
sehingga mengakibatkan gigi menjadi luksasi/goyang. Selama ini
pasien, khususnya pasien dengan riwayat Diabetes Melitus belum
mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kondisi Diabetes
Melitus yang dialami dengan kondisi goyangnya gigi. Hal ini
tergambarkan dengan banyaknya keluhan pasien dengan riwayat
Diabetes Melitus yang mengeluhkan giginya goyang meskipun sudah
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik. Hal ini yang menjadi
alasan saya untuk mengangkat isu tersebut dengan harapan dapat

2
mengurangi rendahnya upaya penanganan pasien riwayat Diabetes
Melitus dengan kondisi Periodontitis di Puskesmas Banyudono I.

B. Identifikasi Isu, Dampak Jika Isu Tidak Diselesaikan dan


Rumusan Masalah
Rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi
beberapa isu atau problematika yang ditemukan dalam melaksanakan
tugas sebagai dokter gigi di instansi tempat bekerja, yaitu di
Puskesmas Banyudono I. Sumber isu yang diangkat dapat berasal
dari individu, unit kerja, maupun organisasi. Isu-isu yang menjadi
dasar rancangan aktualisasi ini bersumber dari beberapa aspek,
diantaranya adalah:
1. Whole Of Government (Wog),
2. Pelayanan Publik, dan
3. Manajemen ASN
Telah dipetakan beberapa isu atau problematika, antara lain:
1. Kurang optimalnya dokter gigi dalam menerapkan prinsip
ergonomis saat melakukan perawatan pada pasien.
2. Rendahnya upaya penanganan pasien riwayat Diabetes Melitus
dengan kondisi Diabetes Melitus di Puskesmas Banyudono I;
3. Rendahnya kesadaran masyarakat Banyudono untuk
memeriksakan kesehatan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali;
4. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan gigi
tiruan pada kondisi edentulous;
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan gigi
tiruan yang baik dan benar.
Berdasarkan prinsip-prinsip kedudukan dan Peran Pegawai
Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat di
identifikasi isu-isu sebagai berikut:

3
Tabel 1.1 Identifikasi Isu
Kondisi Saat Kondisi yang
No. Identifikasi Isu Prinsip ASN
Ini Diharapkan
1. Kurang Manajemen Banyaknya Dokter gigi
optimalnya ASN dokter gigi dapat bekerja
dokter gigi yang secara
dalam mengalami ergonomis
menerapkan back pain sehingga tidak
prinsip selama mengganggu
ergonomis melakukan kualitas hidup.
saat perawatan
melakukan pada pasien
perawatan
pada pasien.

2. Rendahnya Pelayanan Kurangnya Ada


upaya Publik pemberian peningkatan
penanganan edukasi pengetahuan
pasien riwayat kepada masyarakat
Diabetes masyarakat khususnya
Melitus mengenai pasien dengan
dengan hubungan riwayat
kondisi kondisi Diabetes
Diabetes Diabetes Melitus bahwa
Melitus di Melitus terdapat
Puskesmas dengan hubungan
Banyudono I. periodontitis, antara Diabetes
sehingga Melitus dengan
banyak periodontitis
masyarakat dan mengetahui
khususnya cara
pasien pencegahannya
dengan .
riwayat
Diabetes
Melitus yang
belum
mengetahui
hubungan
antara
Diabetes
Melitus
dengan
Periodontitis
3. Pelayanan Kurangnya Meningkatnya
Kurangnya pengetahuan pengetahuan

4
publik masyarakat masyarakat
tentang tentang
pentingnya pentingnya
edukasi melakukan melakukan
kontrol kontrol
masyarakat di kesehatan kesehatan gigi
gigi dan mulut dan mulut yang
Banyudono sebagai ditandai dengan
upaya meningkatnya
untuk pencegahan kunjungan di
masalah gigi Poli Gigi
memeriksakan dan mulut Puskesmas
Banyudono I
kesehatan gigi
dan mulut
setiap 6

bulan sekali

4. Kurangnya Pelayanan Tingginya Masyarakat


edukasi publik angka pasien khususnya
kepada dengan pasien dengan
masyarakat kondisi kondisi
tentang edentulous edentulous
penggunaan yang tidak mengetahui
gigi tiruan mau pentingnya
pada kondisi melakukan penggunaan
edentulous perawatan gigi tiruan.
pembuatan
gigi tiruan.
5. Pelayanan
Kurangnya publik Edukasi Masyarakat
masyarakat dapat
edukasi
yang masih menyikat gigi
masyarakat di rendah yang

Banyudono tentang cara benar sebagai

tentang cara menyikat gigi upaya preventif


yang
menyikat gigi yang paling
yang benar.
Selama ini sederhana
baik dan untuk
benar

5
menyikat gigi mencegah
penyakit
dengan teknik
yang gigi dan mulut

seadanya,
ditandai

dengan masih

banyaknya
kelainan

dan masalah
pada

gigi pasien

(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)


Berdasarkan pemetaan dan identifikasi isu yang telah
dipaparkan, perlu dilakukan proses analisis isu untuk menentukan isu
mana yang merupakan prioritas yang dapat dicarikan solusi oleh
penulis. Proses tersebut menggunakan dua alat bantu penetapan
kriteria kualitas isu yakni berupa:
a. APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan)
APKL memiliki 4 kriteria penilaian yaitu Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan.
1) Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan di kalangan masyarakat.
2) Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya.
3) Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Sedangkan
4) Kelayakan artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta
relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
b. USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)

6
Analisis USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)
mempertimbangkan tingkat kepentingan, keseriusan, dan
perkembangan setiap variabel.
1) Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu,
mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2) Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah
tersebut terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak, dan
sebagainya.
3) Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

Tabel 1.2. Analisis Isu Strategis


Kriteria A Kriteria B Peri
Prinsip A P K L Ket U S G ∑
Identifikasi Isu ngk
ASN
at
Manaje Kurang optimalnya Tidak
men dokter gigi dalam Meme
ASN menerapkan prinsip nuhi
ergonomis saat + + - + syarat - - - - -
melakukan perawatan
pada pasien.

Pelaya Rendahnya upaya Meme


nan edukasi pasien nuhi
Publik Diabetes Melitus syarat
dengan kondisi + + + + 5 5 5 15 I
Periodontitis di
Puskesmas
Banyudono I.
Pelaya + + + + Meme 3 3 5 11 II
nan Kurangnya nuhi
Publik syarat
edukasi

7
Prinsip Kriteria A Kriteria B Peri
Identifikasi Isu A P K L Ket U S G ∑
ASN ngk
at
masyarakat di

Banyudono

untuk

memeriksakan

kesehatan gigi dan


mulut setiap 6

bulan sekali

Pelaya Kurangnya edukasi Tidak


nan masyarakat tentang meme
Publik penggunaan gigi tiruan + + + + nuhi - - - - -
pada kondisi syarat
edentulous
Pelaya Meme
nan Rendahnya nuhi
Publik syarat
edukasi

masyarakat di
+ + + - 2 2 3 7 III
Banyudono

tentang cara

menyikat gigi yang

baik dan benar


(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)
Berdasarkan tabulasi APKL seperti tercantum pada tabel 1.2.
Analisis Isu Strategis, ditemukan tiga isu utama yang memenuhi
syarat, yaitu sebagai berikut:
a. Rendahnya upaya penanganan pasien riwayat Diabetes Melitus
dengan kondisi Periodontitis
b. Rendahnya edukasi masyarakat Banyudono untuk
memeriksakan kesehatan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali

8
c. Rendahnya edukasi masyarakat di Banyudono tentang cara
menyikat gigi yang baik dan benar
Berdasarkan tabulasi USG seperti tercantum pada tabel 1.2.
Analisis Isu Strategis, ditemukan isu utama yang memenuhi syarat
dan akan diangkat menjadi isu pada rancangan aktualisasi, yaitu
“Rendahnya upaya penanganan pasien Diabetes Melitus dengan
kondisi Periodontitis di Puskesmas Banyudono I.”

Dampak Jika Isu Tidak Terselesaikan


Dampak dari isu terpilih yang telah dianalisis menggunakan
metode USG jika tidak diselesaikan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 1.3 Dampak Isu Tidak Terselesaikan
No Sumber Identifikasi Isu Dampak bila Isu tidak
Isu Terselesaikan
1 Pelayanan Rendahnya Rendahnya upaya
publik upaya penanganan pasien
penanganan Diabetes Melitus dengan
pasien Diabetes kondisi Periodontitis
Melitus dengan akan mengakibatkan
kondisi semakin banyaknya gigi
Periodontitis di yang goyang akibat
Puskesmas kondisi periodontitis
Banyudono I. hingga akhirnya tanggal
dengan sendirinya.
Ketika gigi tanggal dan
menjadi edentulous akan
mengakibatkan pasien
sulit untuk mengunyah
hingga akan berdampak
kurangnya asupan gizi
yang masuk ke dalam
tubuh pasien.
(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)

Rumusan Masalah
Dari isu tersebut maka rumusan masalah kegiatan aktualisasi
melalui habituasi adalah:

9
Bagaimana cara mengoptimalkan penanganan pasien riwayat
Diabetes Melitus dengan kondisi periodontitis dan keterkaitannya
dengan nilai ANEKA?

C. Tujuan
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah
ditemukan, tujuan yang akan dicapai dari dilaksanakannya aktualisasi
ini terbagi menjadi 2, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mengetahui penanganan pasien dengan riwayat periodontitis
yang berhubungan dengan Diabetes Melitus melalui
pengimplementasian nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
2. Tujuan khusus
a. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien khususnya pasien
dengan riwayat Diabetes Melitus bahwa terdapat hubungan
antara kondisi Diabetes Melitus dengan periodontitis.
b. Untuk mengetahui keterkaitan nilai dasar ASN (ANEKA) dengan
kegiatan yang dilakukan selama aktualisasi dan habituasi.
c. Untuk mengetahui keterkaitan antara visi misi dan nilai
organisasi terhadap hasil kegiatan dari isu yang diangkat.

D. Manfaat
Manfaat kegiatan pengaktualisasian nilai-nilai dasar PNS adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pemahaman dan mampu untuk
mengimplementasikan nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi)
sebagai landasan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
2. Bagi Unit Kerja

10
a. Meningkatkan pelayanan poli gigi berupa pencegahan terhadap
kondisi periodontitis terutama yang disebabkan oleh kondisi
Diabetes Melitus.
b. Menjalankan upaya preventif untuk menurunkan angka
periodontitis pada pasien dengan riwayat Diabetes Melitus.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya upaya peningkatan edukasi pada pasien
Diabetes Melitus, diharapkan terjadi penurunan angka periodontitis
khususnya pada pasien dengan kondisi Diabetes Melitus, selain itu
program ini juga dapat menjadikan pasien yang menerima edukasi
sebagai agen dalam lingkungan keluarganya untuk lebih sadar
akan kesehatan gigi dan mulutnya, sehingga terwujud masyarakat
Banyudono yang berwawasan sehat.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa
dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai
dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang
ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:

11
a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan negara
Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang mendiami
banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke,
dengan beragam bahasa dan adat istiadat kebudayaan yang
berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam konsep wawasan
nusantara yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungannya yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk
menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu
dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan
beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai agama
masing-masing, saling menghormati dengan sesama dan
menjaga keamanan lingkungan.
c. Memiliki kesadaran atas tanggung jawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran
berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung
jawab bersama. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga
dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta
kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat
mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara. Bagi PNS yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran
dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam setiap
pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini
tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi

12
oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ
PNS telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan
atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat
menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri
masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta
terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami
penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara antara lain:
a. Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita
cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat
didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat
mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah
negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada,
menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara
kita.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita
yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu
dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat
mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang
berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.

13
c. Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman
yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama,
etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti
sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras
untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka
harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun
supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri
hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para
atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
e. Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut
dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian
dari Siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita
ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam,
menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri,
mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi
generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan
atau antar kelompok karena di Indonesia sering sekali terjadi
perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi

14
dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor
barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil
sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional
maupun internasional.
2. Analisis Isu Kontemporer
Saat ini konsep negara,bangsa dan nasionalisme dalam
konteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara
globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai
perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi
pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi
kepada pasar atau ekonomi global. Dengan menggunakanan logika
sederhana, “pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk dunia
akan mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara
sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia
akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus
melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa
globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu
yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari
interaksi peradaban dan bangsa.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS
sebagai aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang
dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus
kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI
dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa
dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap
PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis
kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/
terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi
masal seperti cybercrime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain
sebagainya.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara

15
Untuk melatih kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS ada
beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan
mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gosip yang belum jelas asal usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan
negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga
masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling
keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.
Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :
a. Cinta tanah air
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer
atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana
menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga

16
kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi
dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik
dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran
sifik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi
CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

B. Nilai-Nilai Dasar ASN


Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki nilai-nilai
dasar sebagai seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam
menjalankan profesi dan tugasnya sebagai ASN. Adapun nilai-nilai
dasar yang dimaksud adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik komitmen mutu dan Anti korupsi yang
harus di tanamkan kepada setiap ASN maka perlu di ketahui indikator-
indikator dari kelima kata tersebut, yaitu:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seudah tidak asing lagi kita
dengar, namun seringkali kita susah untuk membedakannya
dengan responsibilitas. Namun dua konsep tersebut memiliki arti
yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai. Lebih lanjut akuntabilitas
merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Adapun indikator dari nilai akuntabilitas adalah:

17
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan hal tersebut.
b. Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas
semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok / institusi.
c. Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan
yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
dan keyakinan.
d. Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang
tidak disengaja. Tanggungjawab juga dapat berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda maupun orang.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas. Selain itu, adanya
harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai
dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian
(skill) yang dimiliki.
h. Kejelasan

18
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui
kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja
yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.
i. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir.

2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati
bangsa lain. Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan
atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan
tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Ada lima
nilai dasar dari nasionalisme yang harus diperhatikan,yaitu:
a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

19
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
b. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesame
manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena
terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilaikemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatankemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dankeadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

c. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia


1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.

20
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara
dan bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan
bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yangsama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada oranglain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentinganbersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangatkekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan
yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.

21
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan
dengan atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik

Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku


dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan

22
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis. Kode etik
profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan
tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu.

Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam


Undang-Undang ASN, melalui indikator sebagai berikut:

a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi NegaraPancasila.

b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara


Kesatuan Republik Indonesia1945.

c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidakberpihak

d. Membuat keputusan berdasarkan prinsipkeahlian.

e. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.

f. Mmelihara dan menjunjung tinggi standar etikaluhur.

g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada


publik.

h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan


program pemerintah.

i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepa,


tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dansantun.

j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitastinggi.

k. Menghargai komunikasi, konsultasi dankerjasama

l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja


pegawai.

m. Mendorong kesetaraan dalampekerjaan.

n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan demokratis


sebagai perangkat sistem karir.

23
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai
komitmen mutu antara lain:
a. Efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai hasil sesuai dengan
target;
b. Efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan pemborosan;
c. Inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung
kebaruan;
d. Berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi
individu terhadap produk atau jasa.
5. Anti Korupsi
Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan
untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang
melawan norma–norma dengan tujuan memperoleh keuntungan
pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara langsung
maupun  tidak langsung. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari
kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan
curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam
pengadaan dan gratifikasi.
Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi:
a. Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak
pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
demi mencapai keuntungan sesaat;
b. Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka
tercapainya target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat
tercapai, peluang untuk korupsi secara materiil maupun non
materiil (waktu) menjadi lebih kecil;

24
c. Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau
pihak yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang
melakukan kesalahan;
d. Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan
undang-undung yang mengatur;
e. Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang
dirasakan orang lain;
f. Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran
(dharma);
g. Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas
apa yang kita kerjakan dalam bentuk apapun;
h. Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan
iklas terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh tuhan
kepada kita;
i. Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam
perkataan maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang
terjadi.

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam
menghadapi tantangan-tantangan global, pemerintah melalui UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad
untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional.
Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil
negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang
memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi
politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik

25
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.
Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Non diskriminatif;
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m.Keadilan;
n. Kesejahteraan.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara
adalah segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
instansi Pemerintah di pusat dan daerah dan dilingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan

26
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah
sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan
akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat
harus memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan
prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk
memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara
mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang
sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
harus dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan
dalam arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang

27
terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara
formal kepada atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas
melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
3. Whole Of Government
Whole of government (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat
sebagai berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
2) Dialog atau pertukaran informasi;
3) Joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama
sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Joint working, atau kolaborasi sementara;

28
2) Joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu
peserta kerjasama;
3) Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk
sebagai mekanisme integratif.
a) Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat
dibagi lagi menjadi:
b) Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang,
kerjasama pada isu besar yang menjadi urusan utama
salah satu peserta kerjasama;
c) Union, berupa unifikasi resmi, identitas masing-masing
masih nampak; merger, yaitu penggabungan ke dalam
struktur baru.

D. Diabetes Melitus
Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, jumlah penduduk
dengan usia di atas 15 tahun ke atas yang terkena penyakit Diabetes
Melitus adalah sebesar 6,9% dari 176.689.336 seluruh penduduk
Indonesia atau sekitar 12 juta penduduk Indonesia dengan usia di
atas 15 tahun telah terkena penyakit Diabetes melitus.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), jumlah
penyandang penyakit Diabetes melitus di Indonesia merupakan yang
terbanyak setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. WHO
memprediksikan terjadinya peningkatan penyandang penyakit
Diabetes melitus pada tahun 2030 di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kelainan
metabolik yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia kronis serta
kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin ataupun kinerja dari insulin
atau bahkan disebabkan oleh keduanya.

29
Diabetes melitus digolongkan menjadi 2, yaitu Diabetes melitus
tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 memiliki nama lain berupa
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Diabetes tipe 1 ini terjadi
karena adanya kerusakan pada sel β pankreas, dimana sel ini
merupakan satu-satunya sel pada tubuh yang berfungsi untuk
menghasilkan insulin. Sebagian besar kerusakan pada sel ini
diakibatkan oleh adanya proses autoimun dan apabila telah terjadi
kerusakan sebesar 80%-90% maka akan segera muncul gejala-gejala
penyakit Diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena
adanya penurunan kemampuan insulin untuk bekerja pada bagian
perifer (insulin resistence) dan disfungsi sel β. Akibatnya adalah
pankreas tidak mampu untuk memproduksi insulin yang cukup untuk
mengkompensasi terjadinya penurunan kinerja insulin tersebut.
Diabetes melitus ini memiliki beberapa manifestasi klinis baik
secara umum maupun manifestasi di dalam rongga mulut. Salah satu
manifestasi klinis yang terjadi di dalam rongga mulut pada pasien
Diabetes melitus adalah periodontitis.

E. Periodontitis
Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai
dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan
tulang dan resorpsi tulang alveolar. Pada pemeriksaan klinis terdapat
peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing (ditempat
aktifnya penyakit), ditemukan kemerahan, pembengkakan gingiva dan
biasanya tidak ada rasa sakit (Newman et al, 2013). Periodontitis
kronis merupakan penyakit dengan tipe progresif yang lambat.
Adanya faktor sistemik, seperti Diabetes, perokok, atau stress,
progres penyakit akan lebih cepat karena faktor tersebut dapat
merubah respon host terhadap akumulasi plak. Periodontitis
merupakan penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
utama terjadinya periodontitis adalah terdapatnya akumulasi plak
pada gigi dan gingiva. Ada beberapa faktor yang ikut berkontribusi

30
dalam peningkatan resiko terjadinya penyakit, antara lain (Newman et
al, 2013):
1. Faktor lokal
Akumulasi plak pada gigi dan gingiva pada dentogingival
junction merupakan awal inisiasi agen pada etiologi periodontitis
kronis. Bakteri biasanya memberikan efek lokal pada sel dan
jaringan berupa inflamasi.
2. Faktor sistemik
Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien yang
memiliki penyakit sistemik yang mempengaruhi keefektivan respon
host. Diabetes merupakan contoh penyakit yang dapat
meningkatkan keganasan penyakit ini.
3. Lingkungan dan perilaku merokok
Hal ini meningkatkan keganasan penyakit. Pada perokok,
terdapat lebih banyak kehilangan attachment dan tulang, lebih
banyak furkasi dan pendalaman poket. Stres juga dapat
meningkatkan prevalensi dan keganasan penyakit ini.
4. Genetik
Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu
keluarga, ini kemungkinan menunjukkan adanya faktor genetik
yang mempengaruhi periodontitis kronis ini.

Manifestasi klinis periodontitis kronis yaitu terdapat akumulasi


plak dan kalkulus pada supragingiva dan subgingiva, adanya inflamasi
gingiva, terbentuknya poket periodontal, hilangnya periodontal
attachment dan alveolar bone, gingiva pengalami pembengkakan dari
ringan hingga sedang, perubahan warna gingiva dari merah hingga
ungu, stippling menghilang, terdapat bleeding on probing, adanya
eksudat dari gingiva, dan pola resorbsi tulang vertikal atau horizontal.
Pada gambaran radiografi, lamina dura terlihat diskontinue,
periodontal space melebar, alveolar crest menurun, dan tulang
alveolar tampak menurun.

31
F. Hubungan antara Diabetes Melitus dengan periodontitis
Pasien dengan Diabetes beresiko 3 kali lebih tinggi untuk
mengalami periodontitis. Apabila periodontitis ini dirawat dengan
terapi inisial yaitu scaling dan root planning maka dapat membantu
pasien Diabetes dalam mengontrol gula darah (Darre et al, 2008) .
Sebaliknya, apabila Diabetes ini tidak dirawat maka akan mempersulit
kontrol glukosa darah dan memperparah periodontitis bahkan
menyebabkan hilangnya gigi. Kehilangan gigi dapat menyebabkan
menurunnya kualitas hidup pasien Diabetes karena gigi berfungsi
untuk mencerna makanan pada tahap awal sekaligus estetis. Namun
demikian, belum terdapat mekanisme yang jelas mengenai hal ini.
Beberapa hipotesa yang muncul adalah pertama, terjadi perubahan
respon immunoinflamatori jaringan terhadap bakteri patogen. Kedua
berkurangnya aspek formatif pada proses metabolisme jaringan ikat.
Ketiga pembentukan produk akhir glikasi (AGEs) yang menyebabkan
gangguan penyembuhan luka dan perubahan mikrovaskuler (Maley,
2006 dalam Sari et al, 2017).
Kondisi Hiperglikemia mempengaruhi migrasi dan aktivitas
fagositosis mononuklear dan sel PMN sehingga walaupun bakteri
yang mempengaruhi sama, periodontitis pada pasien Diabetes Melitus
diketahui lebih progresif. Bakteri dan produknya merangsang inflamasi
secara tidak langsung karena menghasilkan mediator inflamasi seperti
prostaglandin E2 (PGE2) atau sitokin meliputi Tumor Necrosis Factor-
alpha (TNF-α) dan Interleukin-1 (IL-1) yang akan merangsang
produksi dan aktivasi enzim (Javed dan Ahmed, 2013). Periodontitis
dihubungkan dengan meningkatnya level TNF-α. Meningkatnya
TNF-α dapat menyebabkan terbunuhnya sel-sel yang memperbaiki
tulang dan jaringan ikat dan dapat mengeksaserbasi resistensi
insulin dan memperburuk kondisi glikemik (Hartanti, 2013).
Perubahan dalam proses penyembuhan luka adalah masalah
umum pada orang dengan Diabetes. sel utama dalam periodonsium

32
yaitu fibroblast tidak mampu berfungsi pada lingkungan dengan kadar
gula yang tinggi, selain itu, kolagen yang diproduksi oleh fibroblas ini
rentan terhadap kerusakan oleh enzim matriks metalloproteinase,
produksi enzim ini meningkat pada orang Diabetes. Proses
penyembuhan luka pada jaringan periodontal berubah pada orang
dengan hiperglikemia yang berkelanjutan, yang mengakibatkan
meningkatnya bone loss dan kehilangan perlekatan jaringan
periodontal (Katz et al, 2005).
Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) pada penderita
Diabetes Melitus menyebabkan komplikasi berupa mikrovaskuler yang
ditandai dengan peningkatan AGE pada plasma dan jaringan. Sekresi
dan sintesis sitokin yang diperantarai oleh adanya infeksi periodontal,
memperkuat besarnya respon sitokin yang dimediasi AGEs atau
sebaliknya (Ermawati, 2013). Advanced glycation end-products
(AGE) merupakan produk akhir glikasi yang terbentuk dari reaksi non-
enzimatik glukosa dan peningkatan oksidasi asam lemak (Wu, et al,
2015).
Keadaan hiperglikemia akan menimbulkan AGEs, yang
kemudian berinteraksi dengan RAGE pada endotel sehingga
menimbulkan stres oksidatif, sebagai akibatnya akan terjadi gangguan
pembuluh darah pada jaringan periodontal (Mollina et al, 2016).
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan gangguan distribusi
nutrisi dan oksigen pada jaringan periodontal, sehingga bakteri gram
negatif anaerob yang merupakan bakteri komensal pada poket
periodontal akan menjadi lebih patogen. Gangguan pembuluh darah
juga akan mempengaruhi pembuangan sisa metabolisme dalam
jaringan periodontal, sehingga akan terjadi toksikasi jaringan
periodontal dan gingiva (Ermawati, 2013).
Akumulasi AGEs pada pasien dengan Diabetes juga
meningkatkan intensitas respon immunoinflammatory untuk patogen
periodontal, karena sel-sel inflamasi seperti monosit dan makrofag
memiliki reseptor untuk AGEs (Mollina et al, 2016). Interaksi antara

33
AGEs dan reseptor pada sel-sel inflamasi dalam peningkatan
produksi proinflamatory sitokin seperti IL-1 dan TNF-a yang meningkat
pada cairan sulkus gingival yang dapat dilihat pada subyek dengan
Diabetes dibandingkan dengan mereka yang tidak Diabetes, dan
mungkin memberikan kontribusi terhadap peningkatan prevalensi
dan tingkat keparahan penyakit periodontal yang ditemukan dalam
berbagai penelitian pada populasi orang dengan Diabetes (Maley,
2006).

BAB III
PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi

34
1. Dasar Hukum Pembentukan Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas)
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Kegiatan utama puskesmas yaitu Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). UKM
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Sedangkan UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas merupakan
salah satu program pokok di puskesmas, Program pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di puskesmas ada 2 yaitu ;
a. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam gedung
puskesmas
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam
gedung puskesmas (Bp gigi) meliputi : pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut, promotif, preventif, kuratif dan lain-lain.
b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung puskesmas
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar
gedung yaitu Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

2. Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Organisasi


a. Visi

35
“Mewujudkan Masyarakat Banyudono yang Sehat dan
Mandiri”
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan prima dengan menggalang
kerjasama lintas sektoral
2) Memberdayakan masyarakat untuk mewujudkan kesehatan
yang mandiri
3) Menciptakan optimalisasi kerja dengan mengutamakan
keselamatan dan kepuasan pelanggan
c. Tata Nilai
“ OKE”
O : Optimal
K : Kompeten, Keselamatan dan Kepuasan Pelanggan
E : Edukatif
d. Motto
“Senyum Salam Sapa Kami Setulus Pelayanan Kami”

3. Gambaran Umum Puskesmas Banyudono I


Puskesmas Banyudono I didirikan pada tahun 1975 yang
berlokasi di Dk. Kebon tutup RT 21 RW 03 Desa Ketaon
Kecamatan Banyudono sampai sekarang. Pada awal berdirinya
Puskesmas Banyudono I mempunyai wilayah kerja 15 Desa
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk akhirnya ada
kebijakan dari pemerintah Kabupaten Boyolali untuk menambah
jumlah puskesmas maka wilayah kerja puskesmas Banyudono I
menjadi 9 (sembilan) Desa yaitu :
1. Desa Ngaru Aru
2. Desa Bendan
3. Desa Ketaon
4. Desa Banyudono
5. Desa Batan
6. Desa Denggungan
7. Desa Bangak
8. Desa Trayu
9. Desa Tanjungsari

36
Gambar 3.1. Peta wilayah kerja Puskesmas Banyudono I Kabupaten
Boyolali.

Wilayah kerja Puskesmas Banyudono I meliputi 9 Desa


dari 15 Desa yang ada di Kecamatan Banyudono. Dengan batas
wilayahnya meliputi :
Batas Utara : Kec. Sambi, Kec. Ngemplak
Batas Selatan : Kec. Sawit
Batas Barat : Kec. Teras
Batas Timur : Kec. Kartasura Kab. Sukoharjo

Puskesmas Banyudono I termasuk Puskesmas Rawat


Jalan yeng memberikan Pelayanan sebagai berikut : Pelayanan
Pemeriksaan Umum, Pelayanan Pemeriksaan Gigi dan Mulut,
Pelayanan KIA dan KB, Pelayanan Imunisasi, Pelayanan
Fisioterapi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Farmasi,
Pelayanan Klinik Gizi, Pelayanan Klinik TBC, Pelayanan UGD.
Tabel 3.1. Klasifikasi Sumber Daya Manusia Puskesmas
Banyudono I
No. Klasifikasi Tenaga Tersedia
1 Kepala Puskesmas 1
2 Dokter Umum 1

37
3 Dokter gigi 2
4 Bidan 11
5 Perawat umum 4
6 Perawat gigi 1
7 Sanitarian 1
8 Gizi 1
9 Asisten apoteker 1
10 Analis laborat 1
11 Kepala Tata Usaha 1
12 Fisioterapi 1
13 Staf Tata Usaha 2
14 Penjaga malam & kebersihan 1
15 Sopir 1
16 Akuntan BLUD 1
17 Promotor Kesehatan 1
  Total 32
(Sumber : Profil Puskesmas Banyudono I, 2019).

Tabel 3.2. Kepadatan, Penyebaran dan Pertumbuhan Penduduk


LUAS JMH KEPADATAN
JUMLAH RATA2
NO DESA WILAYAH RUMAH PENDUDUK
PENDDK JIWA/RT
(km2) TANGGA per km2
1. Ngaru Aru 1,60 3986 927 4,3 2491
2. Bendan 0,92 4477 1276 3,5 4866
3. Ketaon 1,99 4408 1108 3,9 2215
4. Banyudono 1,37 3867 1235 3,1 2822
5. Batan 1,12 2821 889 3,1 2518
6. Denggungan 2,11 3852 813 4,4 1697
7. Bangak 1,56 2986 796 3,7 1914
8. Trayu 1,91 2477 803 3,1 1296
9. Tanjungsari 2,03 2467 694 3,5 1215
Jumlah 14,61 31341 8541 3,7 2145
(Sumber : Profil Puskesmas Banyudono I, 2019).
Tabel 3.3. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur
KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK  
NO UMUR LAKI-LAKI+
(TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN PEREMPUAN
1 0-4 480 434 914

2 5-9 1082 1094 2176

3 10 - 14 1121 1101 2222

4 15 - 19 1075 1153 2228

5 20 - 24 913 919 1832

38
6 25 - 29 889 956 1845

7 30 - 34 949 1055 2004

8 35 - 39 974 1048 2022

9 40 - 44 1113 1200 2313

10 45 - 49 978 1073 2051

11 50 - 54 901 832 1733

12 55 - 59 679 801 1480

13 60 - 64 520 547 1067

14 >64 1085 1458 2543

JUMLAH 15.490 15.815 31.341


(Sumber : Profil Puskesmas Banyudono I, 2019).

Tabel 3.4. Persebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Jumlah Penduduk yang Tamat Sekolah
Tidak /
No Nama Desa PT/ Blm
Akademi DI/DII SLTA SLTP SD
DIV Tamat
SD
1. Ngaru Aru 63 29 19 286 812 441 1018
2. Bendan 109 57 39 587 1039 916 1297
3. Ketaon 75 44 32 551 725 571 1289
4. Banyudono 106 77 61 532 974 913 240
5. Batan 47 26 19 449 513 842 558
6. Denggungan 51 19 12 462 590 716 877
7. Bangak 49 27 19 353 512 781 654
8. Trayu 48 29 17 361 663 793 495
9. Tanjungsari 63 46 36 478 497 896 622
Jumlah 611 357 254 4059 6325 6869 7050
(Sumber : Profil Puskesmas Banyudono I, 2019).

39
Struktur Organisasi Puskesmas Banyudono

KEPALA PUSKESMAS
dr. R. Iwan Wahyu Utomo
KASUBAG TATA USAHA
Siti Masithoh, Amd. Keb
TIM MANAGEMEN MUTU

KEUANGAN
SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN UMUM DAN KERUMAH
KESEHATAN Siti Masithoh TANGGAAN Joko Saliyo
Joko Saliyo Siti Masithoh,Amd.Keb Risni Maryugi, AMK
KOORDINATOR UKM KOORDINATOR UKP KOORDINATOR PELAYANAN & JEJARING
Rintik Agustina, Amd.Keb Drg. Elisabet Maya Kusumawardani Sri Rahayu, SST

PJ. UKM Esensial & PJ. UKM


PENGEMBANGAN P PJ. UGD / Tindakan PJ. JARINGAN PJ. JEJARING
Wijiati, AMK Sri Rahayu, SST Dwi Nur H, AMK
E
R PJ.PEMERIKSAAN
PJ. PERKESMAS PELKES GIGI MASY
K UMUM
Risni Maryugi, AMK Suyati,AMKG
E POSKESDES
Risni Maryugi, AMK
S PJ. GIGI & MULUT
PJ. PROMKES
M Drg. Anita 1.Bendan
Oktarina Kristianti PELKES KESTRAD A
2.Ngaru-aru
Siwi Kusumastuti, S PJ. KIA-KB
PJ. KESLING 3.Ketaon
Amd.Keb Sri Rahayu,Amd.Keb 4.Banyudono
PJ. KIA-KB 5.Batan
PELKES LANSIA PJ. MTBS 6.Bangak
Sri Rahayu, SST Yustina, Amd.Keb Murniningsih, Amd.Keb 7.Denggungan
PJ. GIZI MASYARAKAT 8.Trayu
PJ. GIZI 9.Tanjungsari
Marjoko, Amd Marjoko, Amd
PJ. P2P PJ. FARMASI
Ekaning , AMK Upik Rahmawati, Amd

PJ. LABORATORIUM
Slamet, Amd

PJ. HCT/TB

PJ. FISIOTERAPI
Aas Asmalasari,AMF
PJ.IMUNISASI
Murniningsih,
Amd.Keb

40
B. Deskripsi Dokter Gigi
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi berjalan
dengan baik, mengawasi dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan gigi di Puskesmas dan membantu kepala puskesmas
dalam melaksanakan kegiatan puskesmas
2. Kegiatan pokok :
a. Melaksanakan dan memberikan uapaya pelayanan kesehatan
gigi dengan tanggung jawab sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya
b. Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai
standart prosedur operasional, tata kerja dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh pimpinan puskesmas
c. Membuat rekam medik gigi yang baik dan lengkap serta dapat
dipertanggungjawabkan
d. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi sesuai standart
profesi dan mematuhi peraturan perundangan yang berlaku
e. Melaksanakan dan meningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi
dan mulut

C. Role Model

Gambar 3.2 Kepala Puskesmas Banyudono I

Sosok yang saya jadikan role model Kepala Puskesmas


Banyudon I, Bapak dr. R. Iwan Wahyu Utomo. Beliau yang lahir di 19

41
Juli 1974 ini mengambil pendidikan di Fakultas Kedokteran, kemudian
mengawali pengabdiannya sebagai dokter di Puskesmas Selo pada
tahun 2002-2006, kemudian Puskesmas Banyudono 2 pada tahun
200. Pada tahun 2006-2014 di Puskesmas Sambi 2, lalu 2016-2018 di
Puskesmas Mojosongo. Tahun 2016-2018 beliau menjabat sebagai
Kasi P2 dan tahun 2018 sebagai kasi yankes rujukan di Dinas
Kesehatan Boyolali. Sejak tahun 2018 hingga saat ini menjadi kepala
Puskesmas Banyuno I.
Beliau merupakan sosok pemimpin yang patut dicontoh dari
sikap dan perilakunya, beliau juga memiliki jiwa kepemimpinan (
Akuntabilitas) yang selalu disiplin (Anti korupsi), tegas dan memiliki
wibawa yang disegani banyak orang dan selalu mengedepankan
Integritas, Kejujuran, Disiplin, serta Tanggungjawab tinggi
(Akuntabilitas). Beliau juga selalu memberi contoh kepada
pegawainya untuk selalu melayani sesuai Standar Pelayanan (Etika
Publik) dan memberikan pelayanan yang prima (Komitmen Mutu)
terhadap masyarakat demi tercapainya kepuasan masyarakat dalam
pelayanan di Puskesmas Banyudono. Beliau juga orang sangat
mengutamakan kepentingan masyarakat di banding kepentingan
pribadi.
Penulis berharap dapat mencontoh teladan yang di berikan oleh
Kepala Puskesmas Banyudono I tersebut dan menerapkan hal-hal
yang beliau lakukan sesuai dengan kapasitas dan peranan di
lingkungan kerja Penulis..

42
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterikatan dengan Nilai


ANEKA
1. Unit Kerja : Puskesmas Banyudono I
2. Identifikasi isu : 1. Kurang optimalnya dokter gigi dalam
menerapkan prinsip ergonomis saat
melakukan perawatan pada pasien.
2. Rendahnya upaya penanganan pasien
Diabetes Melitus dengan kondisi
Periodontitis di Puskesmas Banyudono I
3. Kurangnya edukasi masyarakat di
Banyudono untuk memeriksakan
kesehatan gigi dan mulut setiap 6 bulan
sekali
4. Kurangnya edukasi kepada masyarakat
tentang penggunaan gigi tiruan pada
kondisi edentulous
5. Kurangnya edukasi masyarakat di
Banyudono tentang cara menyikat gigi
yang baik dan benar
3. Isu yang : Rendahnya upaya penanganan pasien
diangkat Diabetes Melitus dengan kondisi Periodontitis
di Puskesmas Banyudono I
4. Judul : Optimalisasi Penanganan Pasien Riwayat
Diabetes Melitus dengan kondisi Periodontitis
di Puskesmas Banyudono I Kabupaten
Boyolali
5. Gagasan : a. Sosialisasi hubungan Diabetes Melitus
penyelesaian dengan periodontitis kepada pasien
Isu Diabetes Melitus
b. Screening kesehatan gigi dan mulut pada
pasien Diabetes Melitus

43
c. Membuat leaflet tentang hubungan DM
dan periodontitis
d. Kunjungan sosialisasi dan evaluasi bidan
desa di Pos Kesehatan Desa (PKD)
e. Sosialisasi di Posbindu

44
Tabel 4.1. Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Sosialisasi 1. Melakukan 1. Adanya Kegiatan ini Kegiatan ini
hubungan konsultasi dengan persetujuan kegiatan 1. Akuntabilitas berkontribusi memberikan
Diabetes Melitus kepala puskesmas sosialisasi dan (jelas) dalam visi penguatan nilai
dengan tentang sosialisasi materi yang akan Puskesmas organisasi
periodontitis hubungan Diabetes diberikan Saya meminta ijin dan Banyudono I Puskesmas
kepada pasien Melitus dengan menjelaskan secara “Mewujudkan Banyudono I yaitu
Diabetes Melitus periodontitis kepada jelas kepada kepala Masyarakat :
pasien prolanis puskesmas dan Banyudono yang Optimal
Diabetes Melitus penanggung jawab Sehat dan Edukatif
program prolanis Mandiri” serta
tentang kegiatan misi
sosialisasi. “Memberdayaka
2. Melakukan 2. Adanya kesiapan n masyarakat
koordinasi dengan sosialisasi yang untuk
penanggung jawab dilakukan. mewujudkan
Prolanis tentang kesehatan yang
2. Nasionalisme (Sila
sosialisai yang akan mandiri”
ke- 4 dan Sila ke-5)
disampaikan
Saat berkoordinasi
3. Membuat materi 3. Adanya materi menggunakan prinsip
sosialisasi sosialisasi musyawarah mufakat
untuk menentukan
rencana kegiatan.
Memberikan sosialiasi
secara adil tanpa
4. Sosialisasi 4. Meningkatnya membedakan peserta
mengenai hubungan pengetahuan penyuluhan.
Diabetes Melitus mengenai hubungan
dengan periodontitis Diabetes Melitus

45
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
dengan periodontitis
3. Etika publik (sopan

Meminta persetujuan
dan berkoordinasi
dengan bahasa yang
sopan.

4. Komitmen mutu
(inovasi dan orientasi
mutu)
Penyuluhan kesehatan
gigi damnmulut kepada
pasien DM belum
pernah dilakukan
sebelumnya sehingga
kegiatan ini merupakan
inovasi di Puskesmas
Banyudono I.
Sosialisasi yang saya
lakukan merupakan
kegiatan yang dapat
meningkatkan mutu
pelayanan di
Puskesmas
Banyudono I.

5. Anti Korupsi
(tanggung jawab)
46
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Saya membuat acara
kegiatan dengan
penuh tanggung jawab
sesuai jadwal prolanis
dan tidak mengulur
waktu.
2 Screening 1. Melakukan 1. Adanya Kegiatan ini
kesehatan gigi konsultasi dengan persetujuan kegiatan 1. Akuntabilitas berkontribusi Kegiatan ini
dan mulut pada kepala puskesmas pemeriksaan rongga dalam visi
pasien Diabetes tentang screening mulut pasien Saya meminta ijin dan Puskesmas memberikan
Melitus kesehatan gigi dan Diabetes Melitus menjelaskan secara Banyudono I
mulut pada pasien jelas kepada kepala “Mewujudkan penguatan nilai
Diabetes Melitus puskesmas tentang Masyarakat
pemeriksaan yang Banyudono yang organisasi
2. Melakukan 2. Tersedia alat dan akan saya lakukan. Sehat dan
koordinasi dengan ruangan untuk Saya mengedukasi Mandiri” dan misi Puskesmas
perawat gigi tentang melakukan hasil pemeriksaaan “Menciptakan
screening kesehatan pemerikasaan gigi pada pasien secara optimalisasi Banyudono I yaitu
gigi dan mulut pada transparan tentang kerja dengan :
pasien Diabetes kondisi rongga mengutamakan Optimal
Melitus mulutnya. keselamatan dan Kompeten
3. Pemeriksaan 3. Mengetahui kepuasan Edukatif
kesehatan gigi dan kondisi kesehatan 2. Nasionalisme (Sila pelanggan”
mulut pasien dengan rongga mulut pasien ke-5)
riwayat Diabetes Saya melakukan
Melitus pemeriksaan secara
adil pada semua
pasien prolanis tanpa
4. Edukasi pasien 4. Meningkatnya membedakan.
secara langsung pengetahuan pasien
mengenai kondisi DIabetes Melitus 3. Etika Publik
47
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
rongga mulut pasien mengenai kondisi (Sopan, Empati,
rongga mulutnya Kepedulian)
Saya menggunakan
bahasa yang sopan
saat berkoordinasi
dengan kepala
puskesmas, perawat
gigi, serta saat
mengedukasi pasien.
Saya memeriksa dan
mengedukasi pasien
dengan penuh
kepedulian dan
empati.

4. Komitmen Mutu
(Sepenuh Hati)
Melakukan
pemeriksaan kepada
pasien dengan
sepenuh hati.

5. Anti Korupsi
(Jujur)
Saya mengatakan
dengan jujur pada
pasien mengenai
kondisi rongga
mulutnya setelah
dilakukan pemeriksaan

48
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7

3 Membuat leaflet 1. Melakukan 1. Adanya 1. Akuntabilitas Kegiatan ini


tentang konsultasi dengan persetujuan Saya meminta ijin dan berkontribusi Kegiatan ini
hubungan DM kepala puskesmas pembuatan leaflet menjelaskan secara dalam visi
dan periodontitis tentang pembuatan jelas kepada kepala Puskesmas memberikan
leaflet puskesmas tentang Banyudono I
leaflet yang akan saya “Mewujudkan penguatan nilai
buat. Masyarakat
2. Membuat desain 2. Desain leaflet Leaflet yang dibuat Banyudono yang
leaflet tentang tentang Diabetes organisasi
berisi informasi yang Sehat dan
Diabetes Melitus Melitus jelas mengenai Mandiri” serta
Puskesmas
hubungan DM dan misi
3. Mencetak leaflet 3. Leaflet mengenai periodontitis. “Memberdayaka
tentang Diabetes Diabetes Melitus Banyudono I yaitu
n masyarakat
Melitus siap untuk :
2. Nasionalisme (Sila untuk
disebarkan. Optimal
ke-4) mewujudkan
Edukatif
4. Pembagian leaflet 4. Masyarakat Saat berkoordinasi kesehatan yang
tentang Diabetes menerima informasi menggunakan prinsip mandiri”
Melitus mengenai Diabetes musyawarah mufakat
Melitus melalui untuk menentukan
leaflet yang rencana kegiatan.
diberikan.
3. Etika Publik
(sopan)
Saya menggunakan
bahasa yang sopan
saat berkoordinasi
dengan kepala
puskesmas.

49
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
4. Komitmen mutu
(efektif dan efisien)
Leaflet merupakan
media yang efektif dan
efisien untuk
memberikan edukasi
kepada penderita
Diabetes Melitus.
5. Anti korupsi
(tanggung jawab)
Saya membuat leaflet
dan membagikannnya
dengan penuh
tanggung jawab.

4 Kunjungan 1. Melakukan 1. Adanya 1. Akuntabilitas Kegiatan ini


sosialisasi dan konsultasi dengan persetujuan kegiatan Saya meminta ijin dan berkontribusi Kegiatan ini
evaluasi bidan kepala puskesmas kunjungan ke Pos menjelaskan secara dalam visi
desa di Pos tentang kunjungan Kesehatan Desa jelas kepala Puskesmas memberikan
Kesehatan Desa ke Pos Kesehatan Puskesmas dan Banyudono I
(PKD) Desa berkoordinasi dengan “Mewujudkan penguatan nilai
bidan koordinator. Masyarakat
2. Melakukan 2. Adanya Banyudono yang
konsultasi dengan persetujuan organisasi
2. Nasionalisme (Sila Sehat dan
bidan koordinator kunjungan ke Pos ke- 4) Mandiri”
tentang kunjungan Kesehatan Desa Puskesmas
Saat berkoordinasi
ke Pos Kesehatan menggunakan prinsip
Desa Banyudono I yaitu
musyawarah mufakat
:
3. Kunjungan ke Pos untuk menentukan
Optimal
3. Melakukan Kesehatan Desa rencana kegiatan.
Kompeten

50
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
3. Etika Publik Edukatif
kunjungan ke Pos (Sopan)
Kesehatan Desa Saat berkoordiansi dan
untuk sosialisai dan edukasi menggunakan
evaluasi kerja bidan bahasa yang sopan.
desa.
4. Komitmen mutu
(efektif dan efisien) :
Sosialisasi kepada
bidan desa merupakan
cara yang efektif dan
efisien untuk
menyampaikan kepada
masyarakat yang lebih
mengenai hubungan
Diabetes Melitus

5. Anti korupsi (jujur,


tanggung jawab)
Saya melakukan
soalisasi dan evaluasi
kepada bidan desa
dengan tanggung
jawab dan melaporkan
hasil evaluasi secara
jujur kepada kepala
puskesmas.
5 Sosialisasi di 1. Melakukan 1. Adanya Kegiatan ini Kegiatan ini
Posbindu konsultasi dengan persetujuan kegiatan 1. Akuntabilitas berkontribusi memberikan
kepala puskesmas sosialisasi dan (jelas) dalam visi penguatan nilai
tentang sosialisasi materi yang akan Puskesmas organisasi

51
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
hubungan Diabetes diberikan Banyudono I Puskesmas
Melitus dengan Saya meminta ijin dan “Mewujudkan Banyudono I yaitu
periodontitis kepada menjelaskan secara Masyarakat :
pasien prolanis jelas kepada kepala Banyudono yang Optimal
Diabetes Melitus puskesmas dan bidan Sehat dan Edukatif
desa tentang kegiatan Mandiri” serta
2. Melakukan 2. Adanya kesiapan sosialisasi. misi
koordinasi dengan sosialisasi yang “Memberdayaka
bidan desa tentang dilakukan. n masyarakat
sosialisai yang akan untuk
disampaikan 2. Nasionalisme (Sila mewujudkan
3. Membuat materi 3. Adanya materi ke- 4 dan Sila ke-5) kesehatan yang
sosialisasi sosialisasi mandiri”
Saat berkoordinasi
menggunakan prinsip
musyawarah mufakat
4. Sosialisasi 4. Meningkatnya untuk menentukan
mengenai hubungan pengetahuan rencana kegiatan.
Diabetes Melitus mengenai hubungan Memberikan sosialiasi
dengan periodontitis Diabetes Melitus secara adil tanpa
dengan periodontitis membedakan peserta
penyuluhan.

3. Etika publik (sopan

Meminta persetujuan
dan berkoordinasi
dengan bahasa yang

52
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7

sopan.

4. Komitmen mutu
(inovasi dan orientasi
mutu)

Penyuluhan kesehatan
gigi damnmulut kepada
pasien DM belum
pernah dilakukan
sebelumnya sehingga
kegiatan ini merupakan
inovasi di Puskesmas
Banyudono I.
Sosialisasi yang saya
lakukan merupakan
kegiatan yang dapat
meningkatkan mutu
pelayanan di
Puskesmas
Banyudono I.

5. Anti Korupsi
(tanggung jawab)

Saya membuat acara


kegiatan dengan
53
Keterkaitan Kontribusi
No Output/Hasil Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata terhadap Visi
. Kegiatan Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
penuh tanggung jawab
sesuai jadwal prolanis
dan tidak mengulur
waktu.
(Sumber : Data dielaborasi penulis, 2019)

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Rancangan
No
Kegiatan Agustus September Bukti Kegiatan
.
Aktualisasi
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. Sosialisasi
hubungan
Diabetes
Melitus dengan Foto/video, daftar
periodontitis hadir, hardcopy
kepada pasien materi sosialisasi
Diabetes
Melitus

2. Screening
kesehatan gigi
dan mulut pada
pasien Foto/Video
Diabetes
Melitus

3. Membuat leaflet
tentang Hasil desain
hubungan DM leaflet, hasil
dan cetakan leaflet,
periodontitis foto/video

4 Kunjungan Foto/Video

54
sosialisasi dan
evaluasi bidan
desa di Pos
Kesehatan
Desa (PKD)

5. Sosialisasi di
Posbindu Foto/video

(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019).

55
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Dalam pelaksanaan 5 kegiatan aktualisasi dan habituasi ANEKA,
terdapat kemungkinan kegiatan-kegiatan tersebut mengalami kendala
sehingga rancangan kegiatan ini tidak dapat direalisasikan secara
optimal atau tidak tercapai aktualisasinya. Oleh karena itu perlu
disampaikan kendala-kendala yang mungkin terjadi, langkah-langkah
antisipasi menghadapi kendala tersebut, dan perlu dicari secara
cermat strategi untuk menghadapi kendala tersebut. Kendala, resiko
dan solusi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala


Antisipasi Strategi
No Kendala menghadapi menghada
kendala pi kendala
1. Kegiatan tidak selesai Manajemen Displin waktu
tepat waktu waktu dengan sesuai dengan
baik jadwal yg telah
dibuat
2. Kurangnya kompetensi - Membaca - Inventarisasi
dalam kegiatan yang literatur tentang literatur
akan dilakukan kegiatan yang - Menemui
akan dilakukan seseorang
- Konsultasi yang ahli di
kepada ahlinya bidangnya
(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)

56
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Rancangan aktualisasi melalui habituasi di unit kerja merupakan
rancangan kegiatan utuk menyelesaikan isu dengan identifikasi isu yang
telah dirumuskan melaui analisa APKL dan analisa USG. Identifikasi isu
yang ada dapat berasal dari individu, unit kerja maupun dari organisasi, dari
sana beberapa isu telah dapat diidentifikasi. Dari beberapa isu tersebut
kemudian dilakukan identifikasi dengan metode USG. Isu yang diangkat
yaitu Rendahnya Upaya Edukasi Pasien Prolanis Diabetes Melitus dengan
kondisi Periodontitis di Puskesmas Banyudono I. Dari isu tersebut muncul
gagasan pemecahan isu yang tertuang dalam 5 kegiatan. Adapun kegiatan
tersebut sebagai berikut:
1. Sosialisasi hubungan Diabetes Melitus dengan periodontitis kepada
pasien Diabetes Melitus
2. Screening kesehatan gigi dan mulut pada pasien Diabetes Melitus
3. Membuat leaflet tentang hubungan DM dan periodontitis
4. Kunjungan sosialisasi dan evaluasi bidan desa di Pos Kesehatan Desa
(PKD)
5. Sosialisasi di Posbindu
B. Saran
Pelayanan kesehatan penyakit tidak menular harus di optimalkan
supaya usia harapan hidup di Indonesia meningkat dan kualitas hidup
masyarakat menjadi lebih baik. Bagi organisasi dengan pelayanan
kesehatan yang optimal berarti melaksanakan visi dan misi dengan
berkesinambungan dan mendukung program pemerintah. Demikian
Rancangan Aktualisasi ini kami buat, besar harapan kami dapat bermanfaat
untuk orang banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi,
penulis menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna,oleh karena itu saran
dan kritik membangun sangat diharapkan agar laporan ini dapat di susun
dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

57
DAFTAR PUSTAKA

Darre L., Vergnes, J.N., Gourdy P., Sixou M., 2008, Efficacy of Periodontal
Treatment on Glycaemic Control in Diabetic Patients: A Meta Analysis of
Interventional Studies, Diabetes Metab, 34: 497-506.
Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah. Dirjen Medik,
Jakarta, 1999.
Ermawati, Tantin, 2013, Periodontitis dan Diabetes Melitus, Stomatognatic,
9(3): 152-154.
Hartanti, 2013, Efek Kontrol Glikemik terhadap Penyakit Periodontal Penderita
Diabetes Melitus, IDJ, 2(2):97-102.
John, M. F. A., 2006, Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang
Baru, Cermin Dunia Kedokteran, 127:37-40.
Kardika, I. B. W., Herawati, S., Yasa, I. W. P. S., 2013, Preanalitik dan
Interpretasi Glukosa Darah Untuk Diagnosis Diabetes Melitus, Artikel,
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.
Katz J, Bhattacharyya I, Farkhondeh-Kish F, Perez FM, Caudle RM, Heft MW.,
2005, Expression of the receptor of advanced glycation end products in
gingival tissues of type 2 Diabetes patients with chronic periodontal
disease: a study utilizing immunohistochemistry and RTPCR., J Clin
Periodontol, 32(1):40-4.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar,
Indonesia.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Akuntabilitas.Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS


Golongan I dan II : Nasionalisme. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS


Golongan I dan II : Komitmen Mutu. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS


Golongan I II dan III : Anti Korupsi. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administras Negara. (2015). Msodul Diklat Prajabatan CPNS


Golongan I dan II : Etika Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

58
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Pelayanan Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS


Manajemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS


Whole of Goverment. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2017). Modul Pendidikan


dan Pelatihan Dasar Calon PNS Habituasi Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.

Lembaga AdministrasI Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS


Golongan I dan II Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri
Sipil. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Mealey B.L., 2006, Periodontal Disease and Diabetes Melltius: A Two Way-
Sheet, J Am Dent Assoc, 137: 265-315.

Molina, C.A, Ojeda, L.F., Jimenez M., S., Portillo, C.M., Olmedo, I.S.,
Hernandez, T.M., Moreno, G.G., 2016, Diabetes and Periodontal
Disease: An Established Two Way Relationship, Journal of Diabetes
Melitus, 6: 209-229.

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA., 2013, Carranza’s clin
periodontology, 12th Ed. Elsevier, Canada.

World Health Organisation, Diabetes melitus : Report of a WHO Study Group.


World Health Organisation. Geneva-Switzerland. 2006. S5-36.

Wu Y.Y., Xiao E., Graves D.T., 2015, Diabetes Melitus Related Bone
Metabolism and Periodontal Disease, Int J Oral Sci, 7(2): 63-72.

59
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri
1. Nama Lengkap : drg. Anita Dyah Septiani
2.` Formasi Jabatan : Dokter Gigi Ahli Pertama
3. NIP : 19920905 201902 2 006
4. Tempat dan Tanggal
: Klaten, 5 September 1992
Lahir
5. Alamat Rumah : Botokan RT.08/RW.05, Ngaran,
Polanharjo, Klaten
6. Nomor HP : 08562847534
7. Alamat Kantor : Dukuh Kebontutup, Ketaon, Kec.
Banyudono, Kab. Boyolali
8. Alamat e-mail : anitadyahseptiani@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

60
Nama Sekolah Tahun Lulus Jurusan
SD Negeri 2 Ngaran 2005 -

SMP Negeri 1 Polanharjo 2008 -


SMA Negeri 1 Klaten 2011 IPA

Universitas Jenderal Soedirman 2015 S1 Pendidikan


Dokter Gigi
Universitas Jenderal Soedirman 2018 Profesi Dokter Gigi

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benardan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.

Karanganyar, Agustus 2019


Penyusun,

Anita Dyah Septiani


NIP.19920905 201902 2 006

61
62

Anda mungkin juga menyukai