Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Terong


Tanaman terong termasuk jenis tanaman sayuran buah semusim yang
berbentuk perdu. Tinggi tanaman berkisar antara 75 - 100 cm. Buah terong
memiliki kandungan zat gizi per 100 gram yang cukup lengkap diantaranya
kalori (24 kal), protein (1,1 g), lemak (0,2 g), karbohidrat (5,7 g), serat (0,8
g), kalsium (30 mg), fosfor (27 mg), besi (0,6 mg), natrium (4,0 mg), kalium
(223 mg), vitamin A (130 IU), vitamin B1 (10 mg), vitamin B2 (0,05 mg),
vitamin C (5 mg), dan vitamin B3 (0,6 mg). Klasifikasi tanaman terong
menurut Cahyono (2003) yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Klasis : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L
Tanaman terong memiliki akar tunggang dan serabut akar. Akar
tunggang tumbuh lurus sampai kedalaman 1 m. Sedangkan akar sekunder
tumbuh menyebar secara mendatar hingga 80 cm dari pangkal batang
tanaman (Cahyono, 2003).
Batang tanaman terong membentuk percabangan dikotom, batang
berkayu, berbentuk quadraangularis, beruas-ruas, dan berbulu halus. Pada
waktu tanaman masih muda, batang tanaman berwarna ungu kehijauan,
selanjutnya berangsur-angsur batang tanaman berubah menjadi ungu
kehitaman (Cahyono, 2003).
Daun terong merupakan daun tidak lengkap, karena tidak mempunyai
upih daun, terdiri atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).

1
Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal
dibagian pangkal, panjang berkisar antara 5–8 cm. Helaian daun terdiri dari
ibu tulang daun, tulang cabang dan urat-urat daun, lebar helaian daun 7–9 cm
atau lebih sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12–20 cm. Bangun daun
berupa belah ketupat (rhomboideus) dengan toreh berlekuk (lobatus), bagian
ujung daun tumpul (obtusus), dengan pangkal daun meruncing (acuminatus)
(Indra, 2016).
Bunga tanaman terong termasuk ke dalam jenis bunga berbentuk
terompet dan termasuk bunga lengkap yang terletak pada ketiak daun (flos
lateralis) yang terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga,
benang sari, kepala putik, dan bakal buah (ovarium). Bunga tanaman terong
membentuk bangun bintang (rotatus) dengan diameter 2 - 3 cm. Kelopak
bunga berjumlah 3 - 5 buah, mahkota bunga berjumlah 5 - 8 buah dengan
warna ungu cerah, putik berjumlah 2 buah dan benang sari sebanyak 5 - 6
buah. Bunga terong memiliki 2 alat kelamin dalam satu susunan bunga yang
disebut dengan bunga banci. Setiap bunga memiliki bakal buah yang
menonjol di atas kelopak bunga (superus) (Cahyono, 2003).
Buah terong termasuk ke dalam jenis buah sejati tunggal berdaging dan
menghasilkan biji dalam satu buah yang sangat banyak dan memiliki ukuran
kecil berbentuk pipih dan berwarna coklat muda. Biji ini merupakan alat
reproduksi atau perbanyakan secara generatif (Rukmana, 2009). Buah
menggantung di ketiak daun. Bentuk buah terong beraneka ragam sesuai
dengan varietasnya seperti varietas Ekstra Long memiliki bentuk panjang
silindris, Naga Hijau berbentuk panjang lonjong, Mustang dan Antaboga
berbentuk lonjong (oval), dan Gelatik Ungu berbentuk bulat. Karena bentuk
buah berlainan maka ukuran berat buah juga berlainan pula (Imdad dan
Nawangsih, 2001). Rata - rata berat buah terong dengan bentuk panjang
silindris yaitu 110 g, panjang lonjong 200 g, lonjong (oval) 200 - 300 g, dan
bulat 50 - 60 g (Cahyono, 2003).
Tanaman terong dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian
50 - 1000 m dpl, dengan suhu udara berkisar antara 20°C - 32°C, dan

2
kelembapan udara 80% - 90%. Tanaman terong memerlukan curah hujan
cukup sepanjang tahun (iklim agak basah), dengan 3 - 4,5 bulan kering dalam
1 tahun (Cahyono, 2003).
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman terong
adalah jenis tanah regosol dan andosol. Kedua jenis tanah tersebut merupakan
jenis tanah lempung berpasir dan memiliki drainase yang baik. Tanaman
terong menghendaki pH tanah sekitar 6-7,5 (Cahyono, 2003).

2.2 Jarak Tanam


Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
dalam kualitas dan kuantitas. Jarak tanam berpengaruh terhadap keadaan
iklim mikro dan penerimaan cahaya matahari oleh tanaman terong. Jarak
tanam yang rapat menyebabkan keadaan iklim mikro di sekitar tanaman tidak
sesuai dengan yang dikehendaki tanaman dan penerimaan cahaya menjadi
tidak merata ke seluruh tanaman terong (Cahyono, 2003).
Pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi penggunaan zat hara dan
perolehan cahaya oleh tanaman. Apabila jarak tanam terlalu rapat, akar
tanaman akan saling berebut dalam penyerapan zat hara, dan perolehan
cahaya menjadi lebih sedikit karena antar daun tanaman saling menutupi
sehingga mempengaruhi proses fotosintesis. Namun apabila menggunakan
jarak tanam yang terlalu lebar akan mengurangi efisiensi pemanfaatan ruang
lahan (Astuti, 2012).
Albakir, dkk. (2017), menerangkan bahwa kepadatan populasi yang
tinggi akan menurunkan laju pertumbuhan tanaman terong karena persaingan
antar tanaman dalam mendapatkan sinar matahari. Sebaliknya kepadatan
populasi yang rendah akan menyebabkan tanaman tampak tinggi dengan
jumlah daun yang banyak.
Jarak tanam berpengaruh terhadap keadaan iklim mikro di sekitar
tanaman dan penerimaan cahaya matahari oleh tanaman. Jarak tanam yang
rapat menyebabkan keadaan iklim mikro di sekitar tanam tidak sesuai dengan
yang dikehendaki tanaman dan penerimaan cahaya matahari tidak merata ke

3
seluruh tanaman sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak
maksimal yang akhirnya akan menurunkan hasil panen walaupun populasi
tanaman per satuan luas lebih banyak. Selain itu jarak tanam yang rapat
berpengaruh terhadap peningkatan kehidupan organisme pengganggu
sehingga meningkatkan resiko tanaman terserang hama atau penyakit
(Cahyono, 2003).
Pengaturan jarak tanam dapat menurunkan tingkat kompetisi tanaman
untuk mendapatkan sinar matahari, unsur hara, air, dan ruang tumbuh
sehingga tanaman mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Selain itu,
pengaturan jarak tanam mempermudah dalam pemeliharaan tanaman seperti
pengairan, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama penyakit, dan
pemanenan (Dhika, 2014).
Selain itu, kesuburan tanah juga mempengaruhi jarak tanam. Semakin
tinggi tingkat kesuburan suatu lahan maka jarak antar tanaman semakin rapat
karena ketersediaan unsur hara yang tinggi pada lahan tersebut mengurangi
resiko kompetisi antar tanaman (Jonathan, 2017).
Pentingnya pengaturan jarak tanam ditunjukkan pada penelitian
tanaman terong ungu. Hasil penelitian Albakir, dkk. (2015) menunjukkan
bahwa penggunaan jarak tanam 60 cm x 70 cm pada tanaman terong ungu
mampu meningkatkan tinggi tanaman (79,84 cm), jumlah daun (29,58 helai),
jumlah buah per tanaman (3,17 buah), panjang buah (22,17 cm), dan berat
buah per tanaman (426,67 g) jika dibandingkan dengan penggunaan jarak
tanam 40 cm x 60 cm dan 50 cm x 60 cm.
Hasil penelitian Hadi (2018) pada budidaya terong menunjukkan
pengaturan jarak tanam dapat meningkatkan jumlah buah per petak dan berat
buah per petak. Jarak tanam 30 cm x 60 cm menghasilkan jumlah buah per
petak tertinggi (51 buah/petak) dibandingkan dengan jarak tanam 45 cm x 60
cm (43 buah/petak) dan 60 cm x 60 cm (34 buah/petak). Berat buah per petak
tertinggi didapatkan pada jarak tanam 30 cm x 60 cm sebanyak 6,18 kg,
diikuti oleh jarak tanam 45 cm x 60 cm (5,09 kg) dan 60 cm x 60 cm (4,09
kg).

4
Hasil penelitian Muhammad, dkk. (2017) menunjukkan bahwa
penggunaan jarak tanam 60 cm x 60 cm pada terong mampu menghasilkan
tinggi tanaman (108,72 cm), jumlah daun (135 helai), luas daun (90,73 cm2),
berat buah (99,36 g), berat buah per tanaman (1,77 kg) tertinggi jika
dibandingkan dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm, 60 cm x 90 cm dan 60 cm
x 120 cm.

2.3 Pemangkasan Bunga

Pemangkasan bunga yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur


keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Tanaman yang berada
dalam keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menyebabkan
laju fotosintesis meningkat sehingga tidak semua fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan vegetatif tetapi digunakan untuk pembentukan bunga maupun
buah (Seran, 2016).
Pemangkasan bunga bertujuan untuk memperoleh buah dengan kualitas
baik, yaitu buah yang berbentuk normal dan berukuran besar. Pemangkasan
bunga dilakukan terhadap bunga yang pertama kali dan kedua kali (diatas
percabangan utama). Apabila bunga - bunga yang muncul pertama dan kedua
kali tersebut tetap dipelihara, maka pertumbuhan cabang tanaman terhambat
karena terganggu oleh perkembangan bunga tersebut (Cahyono, 2003).
Pengaturan bunga adalah upaya mengurangi jumlah bunga dengan cara
menyeleksinya. Pengaturan bunga bertujuan untuk mendapatkan buah yang
kualitasnya lebih baik. Jika buah yang dihasilkan terlalu banyak maka
buahnya berukuran kecil, proses pematangannya menjadi lama, dan cabang
mudah patah karena tidak kuat menahan beban buah yang terlalu banyak.
Pengaturan bunga di setiap cabang yang ideal adalah 3 bunga (Cahyono,
2003).
Penjarangan bunga memiliki keuntungan dan kerugian tertentu.
Keuntungannya adalah buah berukuran besar, cepat masak, produksi per
satuan luas dan harga buah lebih tinggi karena ukurannya yang lebih besar.
Sedangkan kerugian dari perempelan adalah tenaga pemeliharaan yang lebih

5
intensif, jumlah buah per tanaman menjadi lebih sedikit, dan tanaman bisa
terinfeksi penyakit karena alat yang tidak bersih. Praktek penjarangan bunga
akan mengurangi persaingan antar organ generatif sehingga dapat
memperbaiki kualitas buah (Seran, 2016).
Penelitian Seran (2016) menunjukkan pemangkasan satu bunga pada
tanaman terong ungu mampu meningkatkan panjang buah 21,3 cm; jumlah
buah per tanaman 14,3 buah; berat buah per tanaman sebanyak 599,8 g; berat
buah per petak 14,327 ton/ha jika dibandingkan dengan pemangkasan dua
bunga dan tiga bunga.

Anda mungkin juga menyukai