TENTANG
SEDIAAN OBAT PEMBERIAN MELALUI INHALASI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
COVER.....................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.2 Tujuan.................................................................................................................
1.3 Manfaat...............................................................................................................
3.1 kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup (organisme)
dengan ligkungannya. Secara umum, pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup
oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan,
oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di
lingkungan sekitar. Bila dalam proses ini terjadi suatu bronkokontriksi atau penyempitan bronkus
adalah suatu penyempitan jalan nafas khususnya bronkioli. Penyempitan ini disebabkan oleh
kontriksi otot ataupun akibat reaksi radang,sentuhan (misal: intubasi bronkoskopi),bahan kimia
(misal: alergen/ asap).
Bronkospasme mengakibatkan gangguan dalam pertukaran gas dan bila terjadi pada
klien, gejalanya yaitu klien sukar bernafas. Pengobatan yang tepat,cepat, dan dapat bekerja
efektif sangat dianjurkan, salah satu obatnya yaitu bronkodilator. Pemberian bronkodilator ini
melalui jalur inhalasi, pengobatan ini bertujuan untuk memperlebar jalan nafas, dengan
melemaskan otot bronkioli atau mengurangi rasa radang. Terapi inhalasi merupakan satu teknik
pengobatan penting dalam proses pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan
kronik. Penumpukan mukus di dalam saluran napas, peradangan dan pengecilan saluran napas
ketika serangan asma dapat dikurangi secara cepat dengan obat dan teknik penggunaan inhaler
yang sesuai.
Obat yang diberikan dengan cara ini absorpsinya terjadi secara cepat karena permukaan
absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama di hati, dan pada penyakit paru-paru
misalnya asma bronkial, obat dapat diberikan langsung pada bronkus. Tidak seperti penggunaan
obat secara oral (tablet dan sirup) yang terpaksa melalui sistem penghadangan oleh berbagai
sistem tubuh, seperti eleminasi di hati. Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke
paru-paru untuk segera bekerja. Dengan demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah
obat yang perlu diberikan lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya. Tapi cara pemberian
obat ini diperlukan alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan
obatnya sering mengiritasi epitel paru.
Untuk memahami tentang penggunaan serta farmakokinetik (terutama absorpsi dan
bioavailabilitas) dan farmakodinamik obat secara inhalasi, sebelumnya kita harus memahami
anatomi dan fisiologi pernapasan terlebih dahulu.
1.3 Manfaat
1.3.1 Memahami definisi dari pengobatan secara inhalasi
1.3.2 Memahami tujuan pengobatan secara inhalasi
1.3.3 Memahami keuntungan dan kerugian pengobatan secara inhalasi
1.3.4 Memahami jenis-jenis inhalasi
1.3.5 Memahami perbedaan dari jenis inhalasi nebulizer
BAB II
LANDASAN TEORI
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan
kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing
yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat
konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua
lubang yang disebut choanae.
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring
disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang
cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi
utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal
tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan
makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu
membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada
udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga
dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam
paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil
disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung
paru-paru (alveolus).
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya
melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan
sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi
bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus
lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau
alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah
dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus
adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
Pulmo (Paru-Paru)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru
kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang
tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut
pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru
tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus
tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian
ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus
alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang
disebut alveolus.
Alveolus
Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung > faring > trakea >
bronkus > paru-paru (bronkiolus dan alveolus).
Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara yang diisap pada waktu menarik
nafas (inspirasi) biasanya masuk melalui lubang hidung (nares) kiri dan kanan selain melalui
mulut. Pada saat masuk, udara disaring oleh bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang
hidung.
Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma
melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal ini
disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma, otot-otot tulang rusuk
juga berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.
Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi
berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran
pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru mengembang.
Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian atas (naro-
pharinx) lalu kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx).
Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok atau trachea, dari sana
diteruskan ke saluran yang bernama bronchus atau bronkus. Saluran bronkus ini terdiri dari
beberapa tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan di alveolus di paru-paru.
Udara yang diserap melalui alveoli akan masuk ke dalam kapiler yang selanjutnya
dialirkan ke vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Gas oksigen diambil oleh darah.
Dari sana darah akan dialirkan ke serambi kiri jantung dan seterusnya.
Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan dikeluarkan melalui
hidung kembali. Pengeluaran napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan otot-otot
rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi melengkung ke
atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam, akibatnya rongga dada
mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya tekanan dalam rongga
dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati saluran pernapasan.
Berdasarkan gambar sistem pernapasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sistem
pernapasan pada manusia terdiri dari:
Jenis-jenis pernapasan pada manusia dibagi menjadi dua jenis. Yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.
Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya
dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan
di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan
luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi --> tulang rusuk terangkat
(posisi datar) --> Paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil
dibandingkan tekanan udara luar --> udara luar masuk ke paru-paru.
Otot antar tulang rusuk relaksasi --> tulang rusuk menurun --> paru-paru menyusut --> tekanan
udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar --> udara keluar dari
paru-paru.
Pernapasan Perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat
dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar
sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga
udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi --> posisi dari melengkung menjadi mendatar -->
paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan
udara luar --> udara masuk
otot diafraghma relaksasi --> posisi dari mendatar kembali melengkung --> paru-paru
mengempis --> tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar -->
udara keluar dari paru-paru.
Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Indikasi relatif pada pasien dengan
alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan.
Pemberian inhaler aerosol yang idel adalah dengan alat yang sederhana, mudah dibawa,
tidak mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah, hanya sedikit yang tertinggal di
saluran napas atas, serta dapat digunakan oleh anak, orang cacat, dan orang tua. Namun keadaan
ideal tersebut tidak dapat sepenuhnya tercapai.
Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen, lalu tutupnya dibuka inhaler dipegang
tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan. mulut inhaler diletakan di antara
kedua bibir, lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang sama
kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas diteruskan sedalam-
dalamnya.tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali dalam hati. Prosedur tadi dapat
diulangi setelah 30 detik sampai 1 menit kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter.
Inhaler dikocok lebih dahulu dan buka tutupnya, kemudian mulut inhaler dimasukan ke
dalam lubang ruang antara mouth piece diletakan di antara kedua bibir, lalu kedua bibir
dikatupkan, pastikan tidak ada kebocoran.tangan kiri memegang spacer, dan tangan kanan
memegang kanester inhaler.tekan kanester sehingga obat akan masuk ke dalam spacer,
kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan napas sejenak, lalu keluarkan napas lagi. Hal ini
bisa diulang sampai merasa yakin obat sudah terhirup habis.
Pemakaian diskhaler.
Lepaskan tutup pelindung diskhaler, pegang kedua sudut tajam, tarik sampai tombol
terlihat. tekan kedua tombol dan keluarkan talam bersamaan rodanya. letakkan diskhaler pada
roda, angka 2 dan 3 letakkan di depan bagian mouth piece. masukan talam kembali, letakan
mendatar dan tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup kembali.keluarkan napas, masukan
diskhaler dan rapatkan bibir, jangan menutupi lubang udara, bernapas melalui mulut sepat dan
dalam, kemudian tahan napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan. putar diskhaler dosis berikut
dengan menarik talam keluar dan masukan kembali.
Pemakaian rotahaler.
Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan rotahaler
sampai terbuka.masukan rotacaps dengan sekali menekan secara tepat ke dalam lubang epat
persegi sehingga puncak rotacaps berada pada permukaan lubang.pegang permukaan rotahaler
secara horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah sampai
maksimal untuk membuka rotacaps. keluarkan napas semaksimal mungkin di luar rotahaler,
masukan rotahaler dan rapatkan bibir dengan kepala agak ditinggikan dengan kepala agak
ditengadahkan ke belakang. hiruplah dengan kuat dan dalam, kemudian tahan napas selama
mungkin. lalu keluarkan rotahaler dari mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan-lahan.
Pemakaian turbohaler.
Putar dan lepas penutup turbohaler.pegang turbohaler dengan tangan kiri dan
menghadap atas lalu dengan tangan kanan putar pegangan (grip) ke arah kanan sejauh mungkin
kemudian putar kembali keposisi semula sampai terdengar suara klik. hembuskan napas
maksimal di luar turbohaler. letakkan mouth piece di antara gigi, rapatkan kedua bibir sehingga
tidak ada kebocoran di sekitar mouth piece kemudian tarik napas dengan tenang sekuat dan
sedalam mungkin. sebelum menghembuskan napas, keluarkan turbohaler dari mulut. Jika yang
diberikan lebih dari satu dosis ulangi tahapan 2 – 5 (tanda panah) dengan selang waktu 1 – 2
menit – pasang kembali tutupnya.
b. Penguapan (Nebulizer)
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol terus
menerus, dengan tenaga yang berasal dari udar yang dipadatkan, atau gelombang
ultrasonik.aerosol yang berbentuk dihirup penderita melalui mouth piece atausungkup
Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer . memberikan efek bronkodilatasi (pelebaran
bronkus) yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer
lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang menghasilkan
partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada
saat penderita melakukan inhalasi, sehingga obat tidak banyak terbuang.
Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth piece dan pemompaan
udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara
ini memerlukan latihan khusus dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara
ini adalah dapat digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI.
Kerugiannya adalah hanya 50 – 70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan sisanya
terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri. Jumlah cairan yang terdapat di dalam hand held
nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 – 8 liter/menit. Biasanya dalam penggunaannya
digabung dalam mukolitik (asetilsistein) atau natrium bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya
digunakan larutan NaCl.
Kortikosteroid terdapat dalam beberapa bentuk sediaan antara lain oral, parenteral, dan
inhalasi. Ditemukannya kortikosteroid yang larut lemak (lipid-soluble) seperti beclomethasone,
budesonide, flunisolide, fluticasone, and triamcinolone, memungkinkan untuk mengantarkan
kortikosteroid ini ke saluran pernafasan dengan absorbsi sistemik yang minim. Pemberian
kortikosteroid secara inhalasi memiliki keuntungan yaitu diberikan dalam dosis kecil secara
langsung ke saluran pernafasan (efek lokal), sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik
yang serius. Biasanya, jika penggunaan secara inhalasi tidak mencukupi barulah kortikosteroid
diberikan secara oral, atau diberikan bersama dengan obat lain (kombinasi, misalnya dengan
bronkodilator). Kortikosteroid inhalasi tidak dapat menyembuhkan asma. Pada kebanyakan
pasien, asma akan kembali kambuh beberapa minggu setelah berhenti menggunakan
kortikosteroid inhalasi, walaupun pasien telah menggunakan kortikosteroid inhalasi dengan dosis
tinggi selama 2 tahun atau lebih. Kortikosteroid inhalasi tunggal juga tidak efektif untuk
pertolongan pertama pada serangan akut yang parah.
Inhalasi aerosolSerbuk inhalasi Inhalasi aerosol: 200 μg, 2 kali sehariSerbuk inhalasi: 200-1600
μg / hari dalam dosis terbagianak: 200-800 μg/ hari dalam dosis terbagi
Dosis untuk masing-masing individu pasien dapat berbeda, sehingga harus dikonsultasikan
lebih lanjut dengan dokter, dan jangan menghentikan penggunaan kortikosteroid secara
langsung, harus secara bertahap dengan pengurangan dosis.
Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held nebulizer, yakni melalui bronkodilator
Tee. Dengan cara ini sebenarnya tidak efektif oleh karena banyak aerosol yang mengendap,
sehingga cara ini dianggap kurang efektif dibandingkan dengan MDI.
Kerugiannya, Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dano bat yang di pakai tidak cocok
dengan keadaan mulut dan system pernafasan, hal yang mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada
mulut dan gangguan pernafasan. Jadi pengguna pengobatan inhalasi akan terus berkonsultasi
pada dokter tentang obatnya. Selain hal itu obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal daripada
obat oral.
4. Tarik nafas dalam-dalam dan buang perlahan. Lalu letakkan bagian mulut inhaler pada
mulut (diantara gigi atas dan bawah), kemudian tutup mulut dengan merapatkan bibir (jangan
digigit).
5. Mulai dengan bernapas perlahan dan dalam melalui mulut inhaler, sambil bernapas secara
berbarengan tekan bagian tombol inhaler untuk melepaskan obatnya. Satu kali tekan
merupakan satu kali semprotan obat.
6. Lanjutkan untuk bernapas dalam untuk memastikan obat dapat mencapai paru-paru.
7. Tahan napas selama kurang lebih 10 detik (atau selama kondisi senyaman yang terasa)
lalu buang napas perlahan.
8. Jika membutuhkan semprotan berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok kembali
inhaler, ulangi langkah 4 sampai 7.
9. Tutup kembali mulut inhaler dan simpan inhaler di tempat yang kering.
10. Setelah selesai, berkumur-kumur, dan catat dosis yang sudah terpakai.
2.2.2 Aerosol
4. Komponen Aerosol
1. Wadah
Berbagai bahan yang telah digunakan dalam pembuatan wadah aerosol, termasuk (1)
gelas, dilapisi atau tidak dilapisi plastik; (2) logam, termasuk kaleng yang disepuh dengan baja,
aluminium dan baja tidak berkarat (stainless steel); dan (3) plastik. Pemilihan wadah untuk
produk aerosol berdasarkan pada kemampuan penyesuaiannya terhadap cara pembuatan,
ketercampurannya dengan komponen formula, kemampuannya untuk menahan tekanan yang
diharapkan produk, kepentingannya dalam model dan daya tarik estetik pada bagian pembuatan
pembiayaan.
Ini bukan untuk kerapukan dan bahaya pecahnya, wadah gelas lebih dipilih untuk
sebagian besar aerosol. Gelas mencegah lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh ketidak
campuran secara kimia dengan formulasi dari pada yang terjadi dengan wadah logam dan bukan
menjadi sasaran karat. Gelas juga lebih dapat disesuaikan dengan kreativitas model. Segi
negatifnya, wadah gelas harus direncanakan tepat untuk menghasilkan tekanan maksimum yang
aman dari daya tahan tekan yang kuat. Lapisan plastik umum dipakai di permukaan luar wadah
gelas untuk membuatnya lebih tahan terhadap kepecahan yang tidak disengaja, dan bila pecah,
lapisan plastik mencegah penyebaran pecahan-pecahan gelas. Bila tekanan total sistem aerosol di
bawah 25 p.s.i.g dan tidak lebih dari 50% propelan digunakan, wadah gelas diperhitungkan
cukup aman. Bila diperlukan, lapisan dalam wadah gelas dapat dilapisi, untuk membuatnya lebih
tahan terhadap zat-zat kimia dari bahan-bahan formulasi.
Pada saat sekarang, wadah kaleng yang disepuh dengan baja yang paling banyak
digunakan dari wadah logam untuk aerosol. Karena bahan awal yang digunakan dalam bentuk
lapisan-lapisan, tabung aerosol yang lengkap dilipat dan dipatri untuk mendapatkan unit yang
tertutup. Bila dikehendai, lapisan penjaga khusus digunakan dalam wadah untuk mencegah
berkarat dan interaksi antara wadah dan formula. Wadah harus dicoba hati-hati sebelum diisi.
Untuk menjamin bahwa tidak ada kebocoran pada lipatan atau pada lapisan penjaga, yang akan
membuat wadah lemah atau menjadi sasaran karat.
Wadah aluminium terbanyak dibuat dengan penjuluran atau dengan cara lain yang
membuatnya tanpa lipatan. Wadah ini mempunyai keuntungan melebihi jenis wadah yang dilipat
dalam hal keamanannya terhadap kebocoran, ketidakcampuran, dan karat. Baja tidak berkarat,
digunakan untuk mendapatkan wadah aerosol volume kecil tertentu dimana dibutuhkan daya
tahan yang besar terhadap zat-zat kimia. Keterbatasan pemakaian baja tidak berkarat ini adalah
biayanya yang tinggi.
Wadah plastik tidak selalu berhasil baik sebagai pengemas aerosol karena sifatnya yang
tidak ditembus oleh uap dalam wadah. Juga, interaksi tertentu obat plastik telah terjadi yang
mempengaruhi penglepasan obat dari wadah dan menurunkan efektivitas produk.
2. Propelan
Propelan berfungsi memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan bahan
dari wadah dan dalam kombinasi dengan komponen lain mengubah bahan ke bentuk fisik yang
diinginkan. Sebagai propelan digunakan gas yang dicairkan atau gas yang dimampatkan
misalnya hidrokarbon, khususnya turunan fluoroklorometana, etana, butana dan pentana (gas
yang dicairkan), CO2, N2, dan Nitrosa (gas yang dimampatkan).Sistem propelan yang baik harus
mempunyai tekanan uap yang tepat sesuai dengan komponen aerosol lainnya.
4. Katup
Fungsi katup terpasang adalah untuk memungkinkan penglepasan isi wadah dari tabung
dalam bentuk yang diinginkan dengan kecepatan yang diinginkan dan dengan adanya katup yang
berukuran, dalam jumlah/dosis yang tepat. Bahan yang digunakan dalam pembuatan katup harus
disetujui oleh FDA. Di antara bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan berbagai katup
ialah plastik, karet, aluminium, dan baja tidak berkarat.
Katup aerosol terpasang biasanya terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
Aktuator; Aktuator adalah konsep yang ditekankan oleh pemakai untuk mengaktifkan katup
terpasang untuk pemancaran produk. Aktuator memungkinkan pembukaan dan penutupan
katup dengan mudah. Ini terjadi lewat lubang pada aktuator dimana produk dilepaskan.
Modal ruang dalam dan ukuran lubang pemancar di aktuator berperan pada bentuk fisik
produk yang dilepas (kabut, semprotan halus, aliran zat padat, atau busa). Campuran jenis
dan jumlah propelan yang digunakan, model aktuator dan ukuran mengontrol besarnya
partikel produk yang dipancarkan. Lebih besar lubang (dan lebih sedikit propelan) yang
digunakan untuk memancarkan produk dalam bentuk busa atau aliran padat dibandingkan
untuk memancarkan produk dalam bentuk semprotan atau kabut.
Tangkai; Tangkai membantu aktuator dan pengeluaran produk dalam bentuk yang tepat ke
ruangan aktuator.
Pengikat; Pengikat ditempatkan dengan tepat (pas) terhadap tangkai, untuk mencegah
kebocoran formula bila katup pada posisi tertutup.
Pegas; Pegas memegang pengikat pada tempatnya dan juga merupakan mekanisme yang
menarik kembali aktuator ketika tekanan dilepaskan, kemudian mengembalikan katup ke
posisi semula.
Lengkungan bantalan; Lengkungan bantalan terikat pada tabung aerosol atau wadah,
berperan dalam pemegangan katup ditempatkannya. Karena bagian bawah lengkung bantalan
ini terkena formula, maka ia harus mendapat perhitungan atau pertimbangan yang sama
dengan bagian dalam wadah, agar kriteria ketercampuran dipenuhi. Bila diperlukan, harus
dilapisi dengan bahan yagn inert (seperti resin epoksi atau vinil) untuk mencegah interaksi
yang tidak dikehendaki.
Badan; Badan terletak langsung di bawah lengkung bantalan berperan dalam
menghubungkan pipa tercelup dengan tangkai dan aktuator. Bersama dengan tangkai,
lubangnya membantu menentukan kecepatan penglepasan bentuk produk yang dikeluarkan.
Pipa tercelup; Pipa tercelup, memanjang dari badan menurun masuk ke dalam produk,
berperan untuk membawa formula dari wadah ke katup. Kekentalan produk dan kecepatan
penglepasan yang dituju ditentukan oleh besarnya pelebaran dimensi (ukuran) dalam pipa
tercelup dan badan untuk produk tertentu.
Aktuator, tangkai, badan, dan pipa tercelup umumnya dibuat dari plastik, lengkung
bantalan dan pegas dari logam, pengikat dari karet atau plastik yang sebelumnya telah diteliti
ketahannya terhadap formula.
Katup pengukur digunakan bila formula adalah obat yang kuat, seperti pada terapi
inhalasi. Di sini dipakai sistem katup pengukur, jumlah bahan yang dilepaskan diatur oleh ruang
katup pembantu berdasarkan pada kapasitasnya atau ukurannya. Tekanan tunggal pada aktuator
menyebabkan pengosongan ruangan ini dan penglepasan ini. Keutuhan ruang dikontrol oleh
mekanisme dua katup. Bila katup aktuator pada posisi tertutup, penutup antara ruang dan udara
luar diaktifkan. Akan tetapi, pada posisi ini ruangan dimungkinkan untuk diisi dengan isi dari
wadah karena penutup antara ruang dengan wadah terbuka. Penekanan aktuator menyebabkan
pembalikan secara serentak kedudukan penutup, ruang menjadi terbuka ke arah udara luar,
melepaskan isinya dan pada waktu yang sama ruang tertutup terhadap isi wadah. Pada
penglepasan aktuator, sistem dikembalikan untuk mendapatkan dosis berikutnya. USP memuat
pemeriksaan penentuan jumlah yang dilepas katup pengukur secara kuantitatif.
Produk aerosol hampir seluruhnya mempunyai tutup pengaman atau penutup yang pas
tepat di atas katup dan lengkung bantalan. Pemberian tutup ini untuk menjaga katup dari
pengotoran debu dan kotoran. Tutup umumnya dibuat dari plastik atau logam dan juga memberi
fungsi dekoratif.
5. Pembuatan Aerosol
1. Proses pengisian dengan pendinginan
Konsentrat ( umumnya di dinginkan smpai suhu dibawah 0 ºC ) dan propelan dingin yang
telah di ukur, dimasukan dalam wadah terbuka ( biasanya wadah telah didinginkan ). Katup
penyemprot kemudian di pasang pada wadah hingga membentuk tutup kedap tekanan.
Selama interval antara penambahan propelan dan pemasangan katup terjadi penguapan
propelan yang cukup untuk mengeluarkan udara dari wadah.
2. Proses pengisian dengan tekanan ( Panas )
Hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan menambah sedikit
propelan, isikan konsentrat ke dalam wadah, tutup kedap wadah. Isikan propelan melalui lubang
katup dengan cara penekanan, atau propelan di biarkan mengalir dibawah tutup katup, kemudian
katup di tutup ( pengisian dilakukan di bawah tutup ).
Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi pemantauan formulasi yang sesuai dan
bobot pengisi propelan serta uji tekanan dan uji kebocoran pada produk akhir aerosol.
6. Formulasi Aerosol
Formulasi aerosol terdiri dari dua komponen yang esensial :
A. Bahan obat yang terdiri dari zat aktif dan zat tambahan (pelarut, antioksidan, dansurfaktan)
B. Propelan dapat (tunggal atau campuran)
Zat tambahan dan propelan tersebut sebelum di formulasikan harus diketahui betul- betul sifat
fisika dan kimianya dan efek yang ditimbulkan terhadap sediaan jadi. Tergantung dari type
aerosol yang di pakai, aerosol farmasi dapat dibuat sebagai embun halus, pancaran basah, busa
stabil.
8. Pemeriksaan
1. Derajat semprotan
Derajat semprot adalah angka yang menunjukkan jumlah bobot isi aerosol yang
disemprotkan dalam satu satuan waktu tertentu dinyatakan dalam gram tiap detik.
Caranya:
Pilih tidak kurang dari 4 wadah
Tekan actuator masing-masing wadah selama 2 sampai 3 detik
Timbang sesama masing-masing wadah, celupkan ke dalam penangas air pada suhu 25 0 C
sampai tekanan tetap
Keluarkan wadah dari penangas air dan keringkan
Tekan actuator masing-masing wadah selama 5,0 detik, lalu timbang masing-masing wadah
Masukkan kembali ke dalam penangas air bersuhu tetap dan ulangi percobaan tiga kali untuk
masing-masing wadah
Hitung derajat semprotan rata-rata masing-masing wadah dalam gram per detik.
2. Pengujian kebocoran
Caranya:
Pillih 12 wadah, catat tanggal dan waktu (pembulatan sampai ½ jam)
Timbang wadah satu persatu (pembulatan sampai mg), catat bobot sebagai W1
Biarkan wadah dalam posisi tegak selama tidak kurang dari 3 hari pada suhu kamar
Timbang kembali wadah satu persatu, catat bobot sebagai W2
Hitung waktu perobaan dan catatwaktu sebagai T (dalam jam)
Hitung derajat kebocoran (Dkb) masing-masing wadah dalam tiap tahun dengan rumus:
Dkb = (W1-W2) x (365/T) x 24
o Bobot tertera dalam etiket
Sediaan memenuhi syarat jika DKb rata-rata tiap tahun dari 12 wadah tidak lebih dari
3,5% dan jika tidak satupun bocor lebih dari 5% pertahun
Jika satu wadah bocor lebih dari 5% pertahun, tetapkan DKb dengan menggunakan 24
wadah lainnya
Sediaan memenuhi syarat jika dari 36 wadah, tidak lebih dari 2 wadah yang bocor lebih
dari 5% pertahun dan tidak satupun wadah lebih dari 7% pertahun, dari bobot yang
tertera pada etiket.
3. Pengujian tekanan
Caranya:
Pilih tidak kurang dari 4 wadah
Lepaskan tutup, celupkan dalam penangas air pada suhu tetap 250 C sampai tekanan tetap
Keluarkan wadah dari penangas, kocok baik-baik
Lepaskan akuator an keringkan
Ukur tekanan dengan memasang alat ukur tekanan pada tangkai katup
Baca tekanan dalam wadah pada alat pengukur tekanan.
9. Signatura
Signatura pada sediaan aerosol itu misalnya pada obat alupent aerosol:
A. S.Nebulizer, 1-2 kali ( semprotkan kedalam mulut sehari 1-2 kali ).
B. S. Semprotkan jika pernafasan terganggu.
C. S. semprotkan jika perlu.
2. Subyek
a. Jaringan organ terpisah
Efek sediaan aerosol pada jaringan organ terpisah dari saluran nafas :
- Sel jaringan paru-paru terpisah
- Hancuran jaringan
- Cincin trakea, kantong trakea
- Paru terpisah
- Jaringan silia
- Getah bronkus
- Alveol
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspense terdiri atas satu atau lebih bahan
obat yang diberikan melalui saluran nafas hidung atau mulut untuk memperoleh efek local
dan sistemik.
Cara memberikan obat melalui hirupan tersebut dikenal sebagai terapi inhalasi. Secara
garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi inhalasi, yaitu nebulizer, MDI (metered dose
inhaler), dan DPI (dry powder inhaler).
Aerosol merupakan istilah yang digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari
sistem bertekanan tinggi. Sering disalah artikan pada semua jenis sediaan bertekanan,
sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah padat.
3.1 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan
kritik dan sarang yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA