Laporan PKL PT Mbi
Laporan PKL PT Mbi
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang (PKL)
secara umum adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan S1 di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya.
2. Mampu menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh
selama perkuliahan dengan kondisi di lapangan.
3. Melatih keterampilan atau softskill dalam bekerja secara
professional pada kondisi lapangan kerja sesuai dengan
peraturan di dalam perusahaan dan bidang kerja yang
ditekuni.
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Bir
Bir adalah sejenis minuman beralkohol yang diperoleh dari
proses fermentasi malt/sejenis gandum dengan hop oleh kerja
ragi. Dalam pembuatan bir, bahan baku utama yang digunakan
adalah sebagai berikut (Tjahyono,1990) :
1. Air
Air merupakan komponen terbesar dalam pembuatan bir
kandungan air dalam pembuatan bir hampir mencapai 95%,
dimana air yang digunakan adalah air yang memenuhi syarat
utama yaitu jernih, bebas bakteri, tidak berasa dan berbau
2. Malt
Dalam pembuatan bir malt berfungsi Sebagai sumber
karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan sumber warna, serta
sumber rasa. Selain itu malt juga merupakan sumber gula
untuk proses fermentasi pada bir.
3. Hops
Merupakan bunga betina dari tumbuh-tumbuhan hop (sejenis
tanaman merambat) yang mengandung minyak dan damar.
Ekstrak hop berfungsi untuk memberi rasa pahit dan aroma
khas pada bir, selain itu juga berfungsi sebagai anti bakteri.
4. Ragi (Yeast)
Yeast atau ragi merupakan mikroba bersel tunggal yang
berkembang biak dengan tuntas, berfungsi sebagai pengubah
zat gula menjadi Alkohol dan CO2, dengan kata lain yeast
merupakan bahan yang digunakan dalam proses fermentasi
pada bir.
2.2 Brewhouse
Brewhouse diambil dari bahasa inggris yang berarti rumah
pemasakan bir. Brewhouse adalah suatu rangkaian proses-
3
yang mengubah pati/karbohidrat berantai panjang menjadi gula-
gula fermentasi yang nantinya akan di konversikan menjadi
alcohol (Tjahyono,1990).
5
partikel-partikel koloid secara bersama membentuk zat
dengan massa yang lebih besar (Suharto 2010).
2. Flokulasi
Flokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara
penggumpalan partikel untuk dijadikan partikel yang lebih
besar. Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap laju
terbentuknya partikel flok. Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan proses flokulasi adalah
pengadukan, dimana dikenal tiga macam cara pengadukan
yaitu mekanis, pneumatis dan hidrolis. Pengadukan dengan
cara mekanis adalah yang paling banyak digunakan dalam
pengolahan air minum, namun memerlukan peralatan yang
rumit dan pasok enerji yang cukup besar (Suharto, 2010).
6
BOD adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati
secara global proses-proses biologis yang benar-benar terjadi
didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi)
hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat -zat
organik yang tersuspensi dalam air.
3. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan
buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi
kimia. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air
oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi
melalui mikrobiologis menjadi CO2, H2O dan senyawa
organik, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air.
4. Dissolved Oxygen (DO)
Semua gas di udara dapat terlarut dalam air namun memiliki
kelarutan yang berbeda-beda. Oksigen termasuk gas yang
sukar larut dalam air dan hanya dapat larut karena perbedaan
tekanan parsial air dan udara, bukan dengan reaksi kimia.
7
h. memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan
perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan
perbaikan (plan, do, check, act)
Pada industri, khususnya industri bir telah ditetapkan baku
mutu yang diizinkan. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 Tentang
Baku Mutu Air Limbah (Tabel 2.1)
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN
9
Tabel 3.1 Aktfitas Praktek Kerja Lapang
Tanggal Kegiatan
19-01-15 Pengenalan Perusahaan
20-01-15 Penjelasan dan praktek teknik analisis parameter
limbah
21-01-15 Penjelasan sistem dan proses pada setiap bagian
IPAL
22-01-15 Analisis parameter dan pendalaman sistem IPAL
23-01-15 Analisis parameter dan pendalaman sistem IPAL
26-01-15 Analisis parameter limbah
27-01-15 Analisis parameter limbah
28-01-15 Analisis parameter limbah
29-01-15 Pengambilan sampel dan Analisis parameter limbah
30-01-15 Pengambilan sampel dan Analisis parameter limbah
02-02-15 Pengambilan sampel dan Analisis parameter limbah
03-02-15 Wawancara dan studi profil dan sejarah perusahaan
04-02-15 Pengambilan sampel dan Analisis parameter limbah
05-02-15 Pengambilan sampel dan Analisis parameter limbah
06-02-15 Konsultasi Tugas Khusus
09-02-15 Pengerjaan tugas khusus “Proses pada kolam MUR”
10-02-15 Pengerjaan tugas khusus “Proses pada kolam MUR”
11-02-15 Pengerjaan tugas khusus “Reaksi Anaerob”
12-02-15 Pengerjaan tugas khusus “Reaksi Anaerob”
13-02-15 Pengerjaan tugas khusus “Reaksi Anaerob dan
Permasalahan yg ada”
16-02-15 Pengerjaan tugas khusus “Fungsi Penambahan
CaCo3”
17-02-15 Analisis parmeter limbah dan pengerjaan laporan
18-02-15 Analisis parmeter limbah dan pengerjaan laporan
20-02-15 Analisis parmeter limbah, Presentasi di perusahaan
sekaligus penutupan PKL
10
BAB IV
12
Tabel 4.1. Rincian Sejarah PT. Multi Bintang Indonesia
Tahun Keterangan
13
Mendirikan PT MBI Niaga untuk
2005
penjualan dan pemasaran merek
perusahaan.
Asia Pacific Breweries Limited dari
Singapore menjadi pemegang
2010
saham utama di PT Multi Bintang
Indonesia Tbk.
Tabel 4.2. Prestasi yang pernah diraih PT. Multi bintang Indonesia
Tahun Keterangan
The best of returt on equity and`the best
2010 of return on assets oleh majalah SWA,
Indonesia pada Juni 2010
Medali emas untuk kategori bir ringan
pada kompetisi bir kelas dunia “Champion
2011 Beer 2011” penghargaan internasional
industri pembuatan bir di London
14
4.1.2 Identitas Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
Sampang Agung.
Jenis Badan Hukum : PT (Perseroan Terbatas)
Alamat perusahaan : Jl. Raya Mojosari – Pacet Km. 50,
Sampang Agung, Kec. Kutorejo,
Kab. Mojokerto 61383 – Jawa
Timur, Indonesia.
Nomor Telepon : (62-321) 592-502
Nomor fax : (62-321) 592-508
Status Permodalan : Asia Pasific Brewery Ltd
Bidang Usaha : Pembuatan Bir
SK AMDAL disetujui : 002/ AMDAL/2003, 21 Juli 2003
No Ijin Industri : 183/T/Industri/1998
No Ijin Klinik : 566/Pengs.53 PPK/416.105/2013
Penanggung Jawab : Taco Zentinge
Jabatan : Brewery Manager
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk terletak di desa
Sampangagung, Kec. Kotorejo, Pacet – Mojokerto Jawa Timur.
15
organisasi yang baik dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai batas – batas tanggung jawab dan tugas kepada setiap
pegawai sehingga tercapai suatu koordinasi dalam mencapai
tujuan organisasi.
Disusunnya struktur organisasi yang terdapat di dalam PT.
Multi Bintang Indonesia bertujuan agar terjalin suatu koordinasi
yang baik dalam pelaksanaan tugas pada setiap bagian
fungsional, sehingga setiap anggota dapat bekerja secara efektif
dan efisien.
Bagan organisasi PT. Multi Bintang Indonesia Sampang
Agung Brewery yang terlampir pada halaman lampiran
menunjukan bahwa perusahaan ini memiliki struktur organisasi
yang termasuk struktur organisasi fungsional, hal ini dikarenakan
pengelompokan pekerjaan berdasarkan fungsi yang dilakukan.
Tugas masing-masing jabatan pada struktur organisasi (job
description) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Brewery Manager (BM)
BM merupakan orang nomor satu di pabrik bir (brewery).
Tugasnya adalah mengawasi dan bertanggung jawab
terhadap semua hal yang terdapat di dalam brewery.
Mengatur dan mengontrol semua aspek yang ada agar dapat
saling menunjang, sehingga dapat mencapai target yang
diinginkan.
2. Secretary
Secretary bertugas membantu BM dalam menjalankan
tugasnya di kantor seperti surat masuk (redaksional),
schedule, meeting, dan lain-lain yang berkaitan dengan
kesekretariatan.
3. Physical Distribution Coordinator (PDC)
PDC bertugas untuk membantu BM dalam memberikan data
dari bagian produksi sesuai dengan permintaan bagian
pemasaran serta menjembatani hubungan antara brewery
dengan sales dari marketing.
16
PPC membantu BM dalam merencanakan produksi yang akan
dibuat, berdasarkan dari permintaan pasar yang kemudian
disesuaikan dengan kemampuan produksi (baik dari segi
peralatannya maupun dari segi manusianya).
5. Safety Health and Environment Officer (SHE)
SHE bertugas membantu BM dalam mengatur prosedur
keselamatan dan kesehatan bekerja, untuk menghindari
kecelakaan kerja.
6. Finance Administration Manager (FAM)
FAM merupakan kepala bagian yang menangani peredaran
uang (pemasukan dan pengeluaran) serta membuat planning
dan perchasing.
7. Brewhouse & Cellar Manager (BCM)
BCM bertanggung jawab terhadap proses pengolahan bahan
baku menjadi bir, mulai dari persiapan dasar, pemasakan,
penyaringan hingga fermentasi sampai dengan bir siap untuk
dikemas di bottling hall. BCM dibantu oleh beberapa teknisi.
8. Packaging Manager (PKM)
PKM bertugas menangani masalah pembotolan dan
bertanggung jawab terhadap proses pengemasan bir,
memberi data di bagian pemasaran termasuk penyediaan
keperluan peralatan pembotolan, baik dari lokal ataupun harus
didatangkan dari luar negeri seperti mesin, suku cadangnya,
dan bahan baku.
9. Engineering Manager (EM)
EM merupakan kepala bagian teknik yang bertugas
menyediakan sarana-sarana yang menunjang
berlangsungnya proses produksi dalam pabrik seperti
pengolahan air, listrik, steam, media pendingin, CO2,dan unit
pengolahan limbah serta perawatan dan perbaikannya. EM
dibantu oleh empat orang tenaga ahli, yaitu :
a. Maintenance Engineering, bertanggung jawab terhadap
perawatan, perbaikan serta sarana penunjangnya dan
penyediaan utinitas untuk produksi.
b. Utilities Engineer, bertanggung jawab terhadap sistem
utilitas di perusahaan.
17
c. Automation Instrumentation Electrical Assistant,
bertanggung jawab menangani masalah listrik keseluruhan
dan fasilitas dalam pabrik.
d. Planned Maintenance Engineer bertanggung jawab
terhadap administrasi pemeliharaan pabrik dan
pengawasan gudang.
10. Human Resources Manager (HRM)
HRM bertugas menangani masalah kepegawaian atau
ketenagakerjaan. Wewenangnya adalah menerima dan
memberhentikan pegawai, kesejahteraan pegawai, asuransi,
dan konsultasi. HRM dibantu oleh Personal Administration
yang menangani masalah administrasi kepegawaian termasuk
gaji pegawai.
18
Berdasarkan layoutnya, tata letak PT. MBI-SA Brewery
Mojokerto dapat digolongkan sebagai tipe product layout. Dimana
pengaturan mesin, peralatan dan fasilitas produksi disusun
menurut aliran proses yang akan dilakukan terhadap produk.
Denah bangunan PT. MBI-SA dapat dilihat pada Gambar 4.1
dibawah ini.
19
Tabel 4.3. Area Bangunan PT. Multi Bintang Indonesia Sampang Agung
Brewery Mojokerto
No. Area Bangunan
1 Perkantoran - Lantai 1 (Office Room), terdiri
dari :
(BM Room, Secretary Room,
HRO Room& Planner Room,
Metting Room, BPO Room, HR
Manager Room, CDO Room,
Controler Room, Acounting
Room, EM Room, AM Metting
Room, Mini Lebrary, BTM
Room & BCM Room, IT Room,
SHE Room & TPMC Room,
Bar)
- Lantai 2, terdiri dari :
Galeri PT. Multi Bintang
indonesia TBK – SA,
Mechanical Workshop dan
Laboratorium, 2 gudang.
2 Area Empty Store - Control room
- Gudang
3 Area Packaging - Control Room
- Racking plant
- Crete Depalletizer
4 Full Store - Control Room
- Gudang
- Loadingbay
- Driver room
5 Brewing & Cellars - Lantai Atas , terdiri dari :
(Metting Room + Pantry, Miling
Room)
- Lantai Bawah, terdiri dari :
(Filter AID Room, Hop Store)
6 Utility - Control Room
- Enginering Office
7 Silo & Malt Intake - Control Room
- Gudang
20
8 WTP - Instalasi Pengolahan Air
Bersih
- Control room
9 WWTP - Instalasi Pengolahan Air
Limbah
- Control room
- Lab. satelite
10 Area depan Area depan, terdiri dari :
- Security Station
- Mushola
- Canteen
- Welfare & Clinic
- Front Office
- Motor Cycle & Car Parking
- Truck/Lorry Parking
- Truck Driver Waiting Room
- Fire Truck Station
22
penyakit atau kecelakaan kerja terjadi pada lingkungan PT. Multi
Bintang Indonesia.
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak disengaja
yang dapat merugikan pekerja maupun perusahaan sehingga
dapat merusak proses atau sistem yang berjalan. kecelakaan
kerja diakibatkan oleh kelalaian pekerja, kelayakan alat kerja, dan
lingkungan kerja yang tidak nyaman. Namun, kecelakaan kerja
sepenuhnya bisa dicegah dengan sistem menejemen kesehatan
dan keselamatan kerja yang baik. Berikut merupakan jenis
kecelakaan kerja:
1. Accident (Kecelakaan Berat)
Accident merupakan kecelakaan yang berakibat pekerja yang
mengalami kecelakaan tidak mampu melakukan perkerjaanya
kembali pada waktu terjadinya kecelakaan kerja (hilangnya
waktu bekerja). Sehingga pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja harus istirahat (diistirahatkan dirumah atau
di rawat dirumah sakit). Accident (kecelakaan berat) terbagi
atas dua jenis, yaitu:
a. Serious, merupakan kecelakaan kerja yang berakibat
hilangnya waktu kerja selama lebih dari tiga hari.
b. Minor adalah kecelakaan kerja yang berakibat hilangnya
waktu kerja tidak lebih dari tiga hari.
2. Incident (Kecelakaan Ringan)
Incident merupakan kecelakaan kerja pada pekerja yang
berakibat tertundanya pekerjaan akibat kecelakaan. Jenis
kecelakaan ini tergolong kecelakaan ringan karena pekerja
masih mampu melakukan pekerjaannya pada saat setelah
terjadi kecelakaan.
Kecelakaan akibat kerja pada prinsipnya diakibatkan oleh
lingkungan kerja dan pekerja itu sendiri. Berikut penjelasan
singkat tentang kecelakaan yang diakibatkan oleh pekerjaan:
1. Unsafe condition (kondisi tidak aman) adalah keadaan tidak
aman di lingkungan atau tempat kerja yang dapat
mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Contoh
keadaan lingkungan tidak aman, seperti tangga keropos, lantai
licin, kabel listrik telanjang, dll.
2. Unsafe act (perbuatan bahaya) merupakan perbuatan yang
dapat membahayakan diri sendiri dan atau orang lain dalam
23
suatu lingkungan kerja. Unsafe Act tersebut sering terjadi
akibat pekerja tidak menggunakan sistem operasional yang
telah berlaku. Seperti tidak menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri), tidak memperhatikan rambu yang telah
tertempel, mengangkut barang melebihi kapasitas angkut, dll.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja PT. Multi
Bintang Indonesia melakukan pencegahan dengan mengadakan
sosialisasi pentingnya K3 terhadap karyawan baik lama maupun
baru. Selain itu, PT. Multi Bintang Indonesia memberlakukan
kotak near miss. Near miss merupakan perlakuan atau tindakan
yang hampir mengakibatkan kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh unsafe condition (kondisi tidak aman) dan unsafe act
(perbuatan bahaya). Near miss box ini berfungsi untuk bahan
analisis sumber bahaya sehingga nantinya lingkungan atau
tindakan yang tidak aman dapat dikurangi. Selain itu, near miss
box memiliki fungsi sebagai pencegah terjadinya kecelakaan
akibat kerja dan dapat menciptakan budaya kerja yang aman.
4. Air
Air merupakan bahan baku terbanyak dalam proses
pembuatan bir sekitar 88% oleh sebab itu air yang digunakan
dalam pembuatan bir harus memenuhi persyaratan yang telah
26
ditentukan. Syarat air yang dipergunakan dalam pembuatan
bir berdasarkan kondisi fisik : Jernih, tidak boleh keruh sama
sekali (0,3 EBC), tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau. Kondisi kimia, pH harus sesuai dengan kondisi normal
MBI, alkalinitas dan kesadahan, kondisi mikribiologi air yang
digunakan tidak boleh terkontaminasi oleh mikroorganisme
karena dapat mengganggu selama proses dan mempengaruhi
rasa bir yang dihasilkan. Fungsi air dalam proses pembuatan
bir adalah sebagai pelarut dan media reaksi enzimatis dalam
proses fermentasi. Selain bahan baku utama, ada juga bahan
penunjang tambahan seperti asam, CaCl2dan ZnSO4.
4.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan
minuman bir di PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Sampang Agung
(PT. MBI-SA), antara lain :
1. Malt silo merupakan tempat penampungan bahan baku
sebelum digiling
2. Malt mill “hammer mill” merupakan alat yang digunakan untuk
menggiling malt
3. Mush Tun merupakan bejana untuk proses pemasakan
campuran malt dan air untuk dijadikan gula (sakarifikasi)
4. Mash filter merupakan alat untuk menyaring wort
5. Wort copper merupakan tempat untuk mendidihkan wort,
tempat pelarut hop, penggumpalan protein yang tidak larut.
6. Whirpool merupakan tempat pemisahan ampas atau sludge
dari wort
7. Wort cooling merupakan tempat mendinginkan wort sampai
pada suhu 8oC sebelum di fermentasikan
8. YST “yeast stoge tank” merupakan tempat penyimpanan yeast
atau ragi yang sudah dikembangbiakkan
9. Tangki fermentasi merupakan tempat yang digunakan untuk
proses fermentasi
10. Deareated Water Tank merupakan tanki yang berguna untuk
menampung air yang sudah di karbonisasi (kadar O2
dihilangkan)
11. Kieselguhr Tank merupakan tanki yang digunakan untuk
menyaring bir sisa-sisa ragi yang terbawa
27
12. PVPP Filter merupakan tanki yang digunakan untuk
menyaring protein yang terkandung dalam bir
13. Slurry tank PVPP merupakan tanki melarutkan PVPP
14. BBT “Bright Beer Tank” merupakan tanki penyimpanan bir
hasil filtrasi yaitu bir jernih yang siap untuk dikemas.
4.2.3 Brewhouse
Brewhouse merupakan tempat awal proses produksi bir dari
tahap penyimpanan malt (malt intake) sampai proses brewing
yakni proses pemasakan atau pembuatan adonan (wort) dari
bahan baku berupa Malt. Proses-proses yang terjadi di
brewhouse (Gambar 4.2) adalah sebagai berikut.
1. Malt Intake
Bahan baku berupa Malt sebelum diolah lebih lanjut akan
disimpan di tempat yang bernama Malt Silo. Bentuknya berupa
tabung, dengan bentuk kerucut didasarnya. Dalam malt intake
terdapat dua proses pemisahan sebelum di transfer menuju
malt handing yaitu Precleaner dan magnet filter. Dari Malt Silo,
Malt akan diangkut menuju proses selanjutnya yaitu proses
penggilingan melalui conveyor.
2. Malt Milling (Penggilingan)
Proses penggilingan ini berlangsung di Mill dengan
menggunakan alat penggiling hammer mill. Tujuan dari milling
ini yaitu mempermudah proses Mashing. Pada proses tersebut
Malt digiling sehinggal menghasilkan gilingan kasar malt yang
disebut Malt Grist.
3. Mashing
Proses selanjutnya adalah Mashing pada Mash Tun. Mashing
merupakan proses pencampuran malt grist dengan air hangat
sehingga menjadi bubur gandum atau Mash. Tujuan dari
proses mashing adalah merubah substansi yang tak terlarut
menjadi substansi yang terlarut dalam air. Pada proses ini
ditambahkan enzim glukanase dan CaCl2.
4. Mash Filter
Selanjutnya Mash atau bubur gandum disaring menggunakan
Mash Filter. Penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan
larutan yang mengandung zat gula dan protein dari kulit atau
28
sekam yang tersisa sehingga didapatkan cairan ekstrak jernih
yang disebut Wort.
5. Wort Boiling
Cairan ekstrak (wort) hasil filtrasi selanjutnya akan didihkan
pada Wort Copper dengan tujuan menstabilkan bir serta dalam
proses ini juga ditambahkan bunga hops untuk memberi
aroma dan rasa khas bir.
6. Penjernihan
Setelah semua proses pada wort copper selesai, wort
kemudian dibawa ke tangki besar yang disebut whirlpool untuk
dilakukan penjernihan. Disini komponen yang tidak diinginkan
akan diendapkan selama kurang lebih satu jam. Proses
penjernihan ini merupakan proses terakhir pada brewhouse,
selanjutnya proses akan berlangsung di bagian Cellar.
29
terlihat pada Gambar 4.3. Berikut adalah proses-proses yang
terjadi di Cellar.
1. Wort Coller
Di proses ini Wort akan didinginkan dengan dua tahap, yaitu
pertama dengan air pada suhu 330C dan yang kedua dengan
Alkohol hingga mencapai suhu 90C. Wort yang sudah jernih
dari proses sebelumnya akan dilewatkan ke alat pendingin
yaitu Wort Coller untuk mencapai suhu ideal bagi ragi atau
Yeast untuk melakukan fermentasi yaitu antara 7 sampe 80C.
2. Fermentasi
Setelah wort didinginkan dan mencapai suhu ideal untuk
dimulai proses peragian, wort dibawa ke tangki fermentasi, di
tempat ini wort yang sudah dingin di beri udara bersih (aerasi),
baru kemudian ditambahkan yeast untuk menjalankan proses
fermentasi. Pemberian udara bersih dilakukan agar ragi dapat
berkembang biak. Proses fermentasi ini berlangsung kurang
lebih selama 2 minggu dalam suhu yang terjaga yaitu sekitar
10,50C. Hasil dari proses ini dinamakan young beer, yakni bir
yang masih dalam keadaan keruh dan perlu disaring serta di
stabilisasi.
3. Beer Filter
Setelah proses fermentasi dan dihasilkan young beer,
selanjutnya young beer perlu disempurnakan dengan
serangkaian proses yang intinya berupa penyaringan untuk
memisahkan bir dari padatan (ragi, protein, dsb) untuk
menghasilkan bir yang jernih.
4. Stabilization
Pada proses ini terjadi proses kimia dimana zat tannin yang
terkandung dalam bir akan diikat oleh PVPP (Polyvinyl
Polypirolidone) agar bir menjadi stabil dan tidak mudah keruh.
5. Dulition & Carbonation
Dilution adalah proses pengenceran bir dengan air bebas
udara untuk memperoleh bir dengan berat jenis dan
kandungan ekstrak yang telah ditentukan. Sedangkan
Carbonation adalah proses melarutkan gas CO2 ke dalam bir
untuk memberikan efek segar pada bir dan mendorong
pembentukan busa.
6. Bright beer tank
30
Setelah semua proses selesai, bir yang sudah jadi selanjutnya
akan di simpan di tangki yang di sebut Bright Beer Tank
sebelum nantinya di kemas oleh bagian Packaging.
Gambar 4.3 Proses fermentasi dan pendinginan Bir (Cellar)
32
Mesin Filler dan Crowner terdapat dalam satu rangkain mesin
yang melakukan pekerjaan secara kontinu. Mesin Filler
berfungsi untuk mengisi bir yang berada pada Bright Beer
Tank ke dalam botol yang kemudian botol akan ditutup oleh
mesin Crowner.
6. Deteksi Felling Level (FLD Filter)
Setelah keluar dari mesin filler dan crowner, boto-botol
diidnspeksi lagi secara visual menggunakan Fill Level Detector
(FLD) yang menggunakan sinar gamma dengan tujuan
memsatikan botol-botol telah terisi bir, memastikan bahwa bir
telah mencapai volume standar yang diinginkan (not
underfilled) dan memastikan bahwa botol-dotol telah ditutup
dengan benar. Apabila ada yang tidak sesuai, maka botol yang
tidak sesuai tadi akan di keluarkan dari Line Conveyor secara
otomatis.
7. Pasteurizing
Pasteurisasi berfungsi untuk menon-aktifkan bakteri bakteri
yang terdapat didalam bir sehingga tidak dapat berkembang
dengan proses pemanasan. Lamanya proses pasteurisasi ini
adalah sekitar 45 menit terhitung mulai dari masuknya botol ke
dalam mesin pasteurisasi. Didalam mesin pasteurisasi botol
akan mengalami proses pemanasan. Setelah itu botol akan
mengalami proses pendinginan kembali secra bertahap
hingga keluar dari mesin.
8. Labelling dan ink jet coding
Botol-botol yang telah keluar dari proses pasteurisasi
kemudian akan masuk ke Labelling Machine untuk proses
labelling pada dinding luar botol. Pada label akan diberikan
kode produksi menggunakan Lister Jet (Ink Jet Coding) yang
mencakup tanggal, jam produksi, dan masa kadaluarsa.
9. FLD labeler
Pada bagian pengeluaran dari labeler machine dipasang
sensor untuk mendeteksi apakah botol sudah berlabel atau
belum, apakah terdapat label yang miring, dan apakah ada
lubang kebocoran pada tutup botol, serta level bir volumenya
sudah sesuai standar atau belum. Apabila belum, detector
33
akan mengeluarkan botol tersebut dari Line Conveyor secara
otomatis. Proses ini merupakan proses inspeksi terakhir.
10. Inpacking
Selanjutnya botol-botol yang sudah melalui proses inspeksi
terakhir akan otomatis ditransfer ke karton atau krat plastik
untuk proses inpacking. Botol bir dalam kemasan karton atau
krat akan melewati alat timbangan dan akan mengeluarkan
kemasan karton atau krat yang isinya kurang. Secara otomatis
produk dalam karton atau krat disusun diatas pallet dan
kemudian dipindahkan ke gudang. Setelah itu, produk dalam
karton atau krat siap masuk ke full store.
34
PT. MBI SA merupakan perusahaan yang peduli lingkungan,
hal tersebut ditunjukan dengan diperolehnya ISO 14000, dan
ebagai perusahaan yang peduli lingkungan, PT. MBI-SA telah
memiliki instalasi pengolahan limbah untuk mengolah limbah
yang dihasilkan sehingga tidak lagi berbahaya untuk dibuang ke
lingkungan.
b. Alkohol
Merupakan limbah cair yang dihasilkan dari proses
pendinginan pada brewing. Selain alkohol proses
pendinginan juga dilakukan dengan Air.
c. Air Limbah Produk
35
Merupakan air limbah yang dihasilkan atau berupa sisa
produk yang tidak sesuai standar.
d. Limbah cair lainnya
Berupa limbah cair domestik dari kegiatan yang dilakukan
di PT. MBI-SA yang berasal dari kamar mandi, pantri, dll.
36
Pompa yang digunakan untuk memompa air dari bak
equalisasi ke MUR.
8. Static Mixer
Merupakan alat pencampur (mixing) air limbah dari EQ
(setelah dosing NaOH dan HCl) agar lebih homogen.
9. MUR (Methane Upflow Reaktor)
Bak reaktor anaerob tempat terjadinya proses anaerob pada
instalasi pengolahan limbah yang menghasilkan gas methan
(biogas).
10. Biogas Flare
Pipa yang berfungsi untuk mengalirkan biogas yang dihasilkan
di MUR ke pipa biogas dan selanjutnya dibakar (burner).
11. Effluent Holding Tank
Merupakan bak bagian dari MUR yang berfungsi untuk
menampung air limbah setelah melalui proses anaerob pada
kolam MUR.
12. MUR Pump
Pompa yang berfungsi untuk mensirkulasikan air limbah dari
MUR Holding Tank ke EQ atau ke aliran menuju MUR kembali.
13. Aeration Basin (AB)
Tempat terjadinya proses aerob pada instalasi pengolahan
limbah cair.
14. Aeration Air Blow
Blower yang berfungsi mengalirkan udara masuk ke AB
(sirkulasi udara) untuk keperluan proses aerob (terdapat dua
blower yang beroperasi).
15. Aerator Liquid Recycle Pump
Pompa aerator yang digunakan Untuk memompa/
mensirkulasikan air limbah pada AB agar aerasi yang terjadi
lebih maksimal.
41
Gambar 4.9 Aeration Basin
43
Gambar 4.12 Waste Water Treatment Plant PT.MBI-SA Mojokerto
2. Debit
44
Pengukuran debit aliran limbah cair dilakukan pada debit aliran
equalisation basin ke MUR dan effluent. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan alat pendeteksi (Ultrasonic
Flow Meter) yang bekerja berdasarkan tinggi rendahnya
gelombang yang terjadi pada saat air limbah mengalir.
3. pH (Derajat Keasaman)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
(mettle toledo 1120) (Gambar 4.13) yang bertujuan untuk
mengetahui derajat keasaman suatu larutan sehingga dapat
menentukan apakah larutan tersebut bersifat basa atau asam.
Cara kerja : hidupkan pH meter dengan menekan tombol “ON”
dan kemudian masukan elektroda pada sampel. Tunggu
hingga pH meter menunjukan angka yang stabil.
4. DO (Dissolved Oxygen)
Pengujian parameter DO bertujuan untuk mengetahui kadar
oksigen yang terkandung pada larutan limbah. Pengukuran
DO dilakukan dengan menggunakan sensor dan hanya
dilakukan pada bak aerasi (aeration basin).
5. SVl (Settling Volume)
Pengukuran SVl dilakukan untuk mengetahui kandungan
lumpur pada air limbah.
Cara kerja: masukan limbah ke dalam botol kerucut sebanyak
1000 ml kemudian tunggu hingga 30 menit lalu baca skala
lumpur yang terendapkan.
6. VFA (Volatile Fatty Acid)
45
Pengujian VFA dilakukan untuk mengetahui kandungan asam
lemak volatile sebagai data perbandingan untuk mengetahui
efektifitas MUR.
Cara kerja:
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukan 100 ml sempel, 150 ml aquades, dan 5 ml
phosphoric acid ke dalam labu ukur 500 ml dan
homogenkan.
c. Uapkan dengan destilator (Gamba 4.14) sampai diperoleh
200 ml air dalam Erlenmeyer.
d. Tambahkan 6 tetes indicator PP dan titrasi dengan NaOH
0.05 N sampai berwarna merah muda.
e. Catat hasil ml (milliliter) NaOH yang didapat.
f. Lakukan perhitungan VFA dengan rumus: VFA= X ml
NaOH x 48.95 (48.95 merupakan factor pengali, dapat
berubah sesuai konsentrasi NaOH yg digunakan)
7. COD (Chemical Oxygen Demand)
Pengujian ini dilakukan di laboratorium WWTP sebanyak satu
kali sehari yang bertujuan untuk mengetahui jumlah oksigen
yang dibutuhkan selama proses pengolahan. Pengukuran
COD menggunakan alat spektrofotometer DR-900 (Gambar
4.15).
Cara kerja: Siapkan masing-masing COD pekat 3 buah dan
COD encer 2 buah masing-masing untuk RWW, MURoff , EQ
(pekat) dan FE, FP.
a. Siapkan larutan reagen (Gambar 4.17) untuk masing-
masing ke-lima jenis sample tersebut, tambahkan sample 2
ml dan masukan ke dalam tabung analisis COD.
b. Letakkan masing-masing tabung COD yang sudah
bercampur dengan larutan yang akan dianalisis ke
Thermoreactor TR-320 (Gambar 4.15). Panaskan dengan
suhu 150oC dalam 2 jam.
c. Kemudian analisis kandungan COD dengan menggunakan
alat DR-900.
46
Gambar 4.14 Destilator Gambar 4.15
Thermoreactor TR-320
BAB V
TUGAS KHUSUS
48
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR METODE ANAEROB PADA
KOLAM MUR (Methane Upflow Reactor)
5.1 Pendahuluan
5.1.1 Latar Belakang
Pengolahan limbah cair yang dapat digunakan dalam
penanganan limbah cair industri antara lain adalah pengolahan
secara fisika, kimia dan juga biologi. Pengolahan secara fisika
bertujuan untuk menyaring atau memisahkan limbah cair dari
bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap ataupun bahan-bahan yang terapung. Sedangkan
pengolahan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik
beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan. Pengolahan secara biologi umumnya untuk
pendegradasian atau untuk mendekomposisikan bahan-bahan
organik yang terkandung di dalam air limbah agar potensi bahaya
air limbah dapat terkurangi.
Pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan dengan
metode anaerob dan metode aerob. Perbedaan utama dari
pengolahan secara aerob dan anaerob terletak pada kondisi
lingkungannya. Pada pengolahan secara aerob, kehadiran
oksigen mutlak diperlukan untuk metabolisme bakteri, sementara
pada kondisi anaerob sebaliknya (Eckenfelder, 1988).
Proses anaerob menghasilkan lumpur dan memerlukan lebih
sedikit nutrient dibandingkan dengan proses aerob. Proses
anaerob juga dapat mengolah limbah dengan kadar COD
(chemical oxygen demand) yang tinggi. Pada proses ini senyawa
organik yang terkandung dalam limbah akan dikonversi menjadi
gas metana (CH4) dalam anaerobic digestion (Mai, 2006). Metode
anaerob sesuai digunakan sebagai pengolahan pendahuluan
untuk menangani limbah berkadar BOD dan COD tinggi
(Seejuhn,2002).
49
Dalam beberapa dekade terakhir, reactor Upflow Anaerobic
Sludge Blanket (UASB) adalah sistem anaerobik yang paling
banyak dikembangkan dalam pengolahan air limbah domestic
dan indurstri (Letingga, 1991). Sistem inilah yang digunakan PT.
MBI mojokerto dalam pengolahan limbah secara anaerob pada
kolam MUR (Methane Upflow Reactor).
5.1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah mempelajari proses
pengolahan limbah cair Metode anaerob pada kolam MUR
(Methane Upflow Reactor)
50
Pada pengolahan secara anaerobik, bakteri yang berperan
adalah bakteri fermentasi, bakteri asetogenik dan bakteri
matanogenik yang memiliki peran masing-masing dalam
mendegradasi senyawa organik menjadi produk akhir berupa gas
metan. Tiap fase dari proses fermentasi metana melibatkan
mikroorganisme yang spesifik dan memerlukan kondisi hidup
berbeda-beda. Bakteri pembentuk gas metana merupakan
bakteri yang tidak memerlukan oksigen bebas dalam
metabolismenya, bahkan adanya oksigen bebas dapat menjadi
racun atau mempengaruhi metabolism bakteri tersebut (Deublein
D. dan Steinhauster, 2008).
55
e. Logam berat: kehadiran ion-ion Cu2+, Pb+2, Cd+2, Ni+2,
Zn+2, Cr+6 dalam air limbah industri pada konsentrasi
tinggi sangat mengganggu proses anaerobik.
3. Temperature
Dalam proses degradasi anaerob, temperatue merupakan
faktor penting dalam menentukan laju degradasi, terutama laju
hidrolisis dan pembentukan metana. Bakteri utama
pembentuk metana merupakan mikroorganisme yang sensitif
terhadap perubahan temperatur. Parkin dan Owen (1986)
menyarankan perubahan temperatur operasi harus kurang
dari 0.50C/hari agar tidak berpengaruh terhadap kinerja proses
pendegradasian bahan organik. Secara umum, sistem
anaerobik dirancang beroprasi dalam range temperature
mesofilik yaitu 30-380C, dan juga termofilik yaitu 50-570C.
4. HRT (Hydraulic Retention Time)
Hydraulic Retention Time (HRT) merupakan lamanya air
limbah tertahan dalam reaktor atau sistem. HRT merupakan
landasan desain parameter operasi proses anaerobik.
Semakin tinggi HRT, cairan atau limbah cair semakin lama
berada di dalam sistem, akibatnya waktu kontak antara
mikroorganisme pendegradasi dalam reaktor dengan substrat
dalam air limbah umpan semakin lama, dengan demikian,
diharapkan proses degradasi biologis anaerob berlangsung
semakin baik.
Nilai HRT terlalu kecil dapat mengakibatkan terjadinya laju
pertumbuhan bakteri yang tidak cukup untuk menghilangkan
polutan (Anh, 2004). HRT tidak boleh kurang dari 2 jam,
karena mikroorganisme anaerob terutama bakteri penghasil
metana memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat pada HRT
yang rendah, sehingga kemungkinan bakteri (granul sludge)
ikut terbuang atau washout lebih besar (BAL & DHAGAT,
2001). Pada umumnya HRT optimum pada reaktor UASB
adalah 2 sampai 10 jam (Letingga. 1991).
5. Nutrient
Seperti halnya manusia, mikroba tidak dapat hidup dari
karbohidrat saja. Mikroba dalam pengolahan air limbah secara
biologis membutuhkan N, P, Fe, dan mineral lainnya.
Meskipun proses anaerobik menhasilkan sedikit lumpur,
56
sehingga senyawa nitrogen dan fosfor untuk pertumbuhan
biomassa sedikit, namun pada kebanyakan limbah cair
industri, jumlah kebutuhan nutrien sering tidak mencukupi.
Tidak mencukupinya kebutuhan nutrien menyebabkan sering
diperlukan penambahan senyawa nitrogen dan fosfor.
Speece (1983) melaporkan bahwa sel bakteri terdiri dari 10
persen N dan 2 persen P. lima puluh persen bahan organik
dalam BOD di konversi menjadi sel bakteri. Ratio BOD:N:P
adalah 100:5:1. Kekurangan nutrien sangat mempengaruhi
tinggi proses anaerob, dimana laju pertumbuhan dan
metabolisme menjadi cepat. Mikroba membutuhkan nutrien
untuk tumbuh dan berkembang biak.
5.3 Metodologi
5.3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penyelesaian tugas khusus dilaksanakan sesuai jadwal yang
telah ditentukan yaitu tanggal 16 Februari 2015 sampai dengan
20 Februari 2015 dengan melakukan studi literature dan
pengamatan di PT. Multi Bintang Indonesia Department
Engineering-WWTP (Waste Water Treatment Plan), Mojokerto.
57
Diskusi dilaksanakan untuk mendapatkan wawasan dan
pembahasan yang lebih luas dalam suatu masalah.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada nara sumber yang sudah
berpengalaman untuk mendapat data dan informasi secara
kongkrit untuk membantu melengkapi keperluan laporan
praktek kerja lapang.
5.4 Pembahasan
5.4.1 Pengolahan limbah cair secara Biologi pada PT. MBI
Pengolahan limbah cair pada IPAL PT. MBI-SA menitik
beratkan pada pengolahan secara biologi, hal tersebut
dikarenakan limbah cair yang dihasilkan tidak mengandung
bahan kimia yang berbahaya seperti logam berat dan sejenisnya.
Limbah cair yang dihasilkan PT. MBI-SA adalah limbah cair
dengan karakteristik COD dan BOD yang cukup tinggi yaitu
diatas 2500 mg COD/liter saat sedang produksi.
Pengolahan limbah cair secara biologi yang digunakan pada
IPAL PT. MBI-SA adalah pengolahan anaerob dan pengolahuan
aerob. Pengolahan anaerob berlangsung di sebuah kolam /bak
yang disebut kolam MUR (Methane Upflow Reactor) sedangkan
pengolahan aerob berlangsung di Aeration basin (AB). Pada
kolam MUR bahan organik dengan kadar COD yang tinggi akan
dikonversi atau didegradasi menjadi gas methane dan CO2,
sehingga kandungan COD pada air limbah akan menurun drastis.
Selanjutnya bahan organik yang masih tersisa pada proses
anaerob pada kolam MUR akan diuraikan kembali oleh
mikroorganisme aerob pada kolam aerasi (AB). Pada kolam
aerasi diberikan suntikan udara menggunakan blower agar
mikroorganisme anaerob dapat bekerja secara optimal.
59
Setelah melalui proses di EQ, selanjutnya air dipompa
menuju ke bak MUR dengan flow 150-160 m3/jam (flow dari EQ
maksimal 40 m3/jam dan ditambah flow dari effluent holding tank
maksimal 140 m3/jam) , air limbah dari EQ akan masuk melalui
bagian bawah MUR, kemudian dialirkan secara vertical keatas
sesuai prinsip kerja UASB yang dijelaskan sebelumnya. Pertama-
tama air limbah akan melewati sludge bed, pada sludege bed ini
air limbah yang masuk akan mengalami kontak langsung dengan
bakteri anaerob yang berbentuk granula yang menyusun sludge
bed tersebut. Kontak langsung antara air limbah dengan granula
akan mendegradasi bahan organik yang terdapat dalam limbah
dan menghasilkan biogas (CH4 dan CO2), yang kemudian akan
bergerak ke atas dan mengakibatkan terjadinya vertical mixing
secara alami dalam MUR. Dengan demikian tidak diperlukan alat
mekanik untuk pengadukan didalam MUR. Bagian atas bak MUR
memilki dua jenis saluran untuk mengeluarkan limbah hasil
olahan (effluent), dan saluran untuk mengeluarkan biogas. Pada
saluran tersebut akan terjadi proses pemisahan antara effluent
(air limbah), granul, dan biogas yang disebut 3 phase separation.
Pemisahan ini didukung oleh struktur raktor UASB yang
memadai, dimana pada proses pemisahan ini biogas dan effluent
yang naik ke atas akan dipisahkan oleh baffles sehingga biogas
akan ditangkap oleh gas holding dan dialirkan ke pipa biogas
atau gas dome, kemudian effluent akan mengalir dan masuk ke
effluent holding tank melalui parallel plate untuk nantinya dialirkan
kembali ke kolam MUR dan over flow ke kolam aerasi seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan granul akan
terhalang oleh buffles dan akan terendapkan kembali ke sludge
bed pada dasar MUR untuk kembali melakukan proses degradasi
air limbah. Selanjutnya biogas yang mengalir ke gas dome akan
di bakar di burner yang menyala otomatis begitu tekanan
mencapai 25 mBar. Sedangkan air limbah (effluent) yang masuk
ke effluent holding tank akan mengalir (over flow) ke aeration
basin untuk menjalani pemecahan lebih lanjut oleh bakteri
aerobik. Selain over flow ke aeration basin, air limbah akan
disirkulasikan kembali kedalam kolam MUR dengan digabungkan
dengan flow dari EQ seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Proses anaerob pada UASB dari mulai masuknya inffluent ke
60
dalam reaktor UASB, pembentukan biogas, sehingga pemisahan
3 bagian atau 3 phase separation dan keluarnya air limbah dari
effluent dapat dilihat pada Gambar 5.1 di bawah.
61
tunggal. Tahap penguraian ini meliputi tahap pembentukan asam
dan tahap pembentukan gas metana. Proses fermentasi ini
berlangsung dalam 4 tahap (seperti yang terlihat pada Gambar
5.2) yaitu Hidrolisa, Asidogenesa, Asetogenesa, dan
Metanogenesa. Berikut adalah penjelasan tentang ke-empat
proses tersebut.
1. Hidrolisa
Hidrolisa merupakan tahap pemutusan rantai atau
pemecahan molekul bahan organik kompleks yang panjang
menjadi lebih pendek sehingga terbentuk bahan organik
yang lebih sederhana. Bahan organik sebagai sumber
nutrien yang diserap dari substrat atau dalam hal ini adalah
limbah cair. Pemutusan rantai bertujuan agar bahan organik
tersebut lebih mudah diserap dan dicerna oleh bakteri dalam
metabolismenya. Produk akhir pada proses ini terutama
monosakarida, asam lemak, asam amino, serta purin dan
pirimidin dan bahan-bahan organik yang sukar terhidrolisis,
namun Hasil proses ini belum dapat merubah nilai COD
(Said, 2002). Proses pada tahap ini didukung oleh enzim-
enzim ekstraseluler yang dihasilkan mikroorganisme seperti
lipase (Bakteri Lipolytik), protoase (Bakteri Proteolytik), dan
sellulosa (Bakteri Cellulytik). Molekul hasil hidrolisa akan
dimanfaatkan mikroorganisme sebagai sumber karbon dan
energi.
2. Asidogenesa
Pada tahapan ini terjadi penguraian lebih lanjut dari sebagian
materi-materi organik hasil hidrolisa menjadi senyawa-
senyawa alkohol dan asam-asam volatile seperti asam
butirat, formiat, propionat, serta H2 dan CO2. Proses ini
dilakukan oleh bakteri-bekteri pembentuk asam atau juga
disebut bakteri fermentatif yang bersifat fakultatif. Asam-
asam yang terbentuk akan menurunkan pH sehingga
diperlukan kontrol pH agar tidak menghambat pertumbuhan
bakteri pembentuk metan yang membutuhkan pH optimal.
3. Asetogenesa
Pada tahap acetogenesa asam-asam volatile, alkohol dan
sebagian materi-materi organik hasil hidrolisa akan diubah
menjadi asam asetat, H2 dan CO2. Tahapan ini penting untuk
62
menghindari akumulasi asam lemak volatile yang
menghambat terjadinya tahap metagogenesa. Sebagian
besar asam asetat dan H2 dihasilkan dari penguraian
monosakarida dan asam-asam amino pada tahap
acidogenesa. Sebagian besar juga diproduksi dari
penguraian asam-asam lemak yang mempunyai gugus
karbon lebih tinggi oleh bakteri acetogenesis atau bakteri
penghasil hidrogen melalui tahap acetogenesa
4. Metanogenesa
Metanogenesa merupakan tahap akhir proses anaerob
dimana terbentuk metan (CH) dan CO2 sebagai produk akhir.
Asam asetat dirubah menjadi CH4 dan CO2 dan kemudian
CO2 dan H2direduksi menjadi CH4. Proses ini dilakukan oleh
dua grup mikroorganisme yang secara kolektif disebut
metanogenik (Metclaf & Eddy, 2003). Kedua jenis
mikroorganisme tersebut sama-sama menghasilkan gas
metan dan CO2. Grup pertama disebut asetilastik metanogen
berfungsi mengubah substrat asam asetat menjadi metana
dan CO2. Grup kedua disebut bakteri metanogenik pengguna
hidrogen atau methanogen hidrogenotropik yang
menggunakan hidrogen (H2) sebagai elektron donor dan CO2
sebagai akseptor untuk membentuk metana. Dalam proses
anaerobik, tahap metanogenesa ini merupakan tahap yang
paling penting dalam pengolahan limbah cair, karena pada
tahap initerjadi reduksi COD atau BOD yang cukup tinggi.
Dalam proses ini, setiap kg COD atau BOD ultimate yang
dihilangkan dan atau diproses menghasilkan 0,35 m3
metana pada temperature standar.
63
Gambar 5.2 Proses Anaerobik/Fermentasi Metana
64
12/02/15 7.31 2625 320 87.81
% COD
pH
7,5 85,00
80,00
7
75,00 pH
6,5 70,00
% COD
Tanggal
65
sesuai, maka mikroorganisme anaerob akan dapat bertahan
hidup dan mendegradasi limbah secara optimum.
11 februari 2015
Nilai derajat keasaman (pH) sebesar 7.35 dan presentase
penurunan COD sebesar 88.54%. dengan pH yang naik dari
hari sebelumnya presentase penurunan COD sedikit menurun
namun masih dalam nilai optimum yang sangat baik
12 februari 2015
Nilai derajat keasaman (pH) sebesar 7.31 dengan presentase
penurunan COD sebesar 87.81%. Kali ini walaupun nilai pH
lebih kecil dari hari sebelumnyan, presentase penurunan COD
masih sedikit menurun namun tetap pada keadaan optimal.
13 februari 2015
Nilai derajat keasaman (pH) sebesar 7.30 dan presentase
penurunan COD sebesar 83.67%. pada hari ke-5 ini pH pH
sama dengan hari sebelumnya, namun presentase penurunan
COD berbeda dan lebih kecil.
Hasil analisa diatas menunjukan presentase penurunan
COD pada kolam MUR pada keseluruh hari memenuhi standar
dan sangat optimal. Presentase penurunan COD yang paling baik
berada pada hari kedua dengan nilai pH sebesar 7.1, sedangkan
untuk presentase penurunan COD yang terendah berada pada
hari pertama dengan pH mendekati batas optimal yaitu 7.7. Data
pada tiga hari berikutnya menunjukan presentase penurunan
COD cukup berfluktuatif, hal tersebut dapat terjadi karena adanya
pengaruh lain selain pH seperti temperature, nutrient, kandungan
lemak volatile dll.
Berdasarkan hasil pengamatan presentase penurunan COD
pada kolam MUR selama 5 hari, dapat disimpulkan bahwa kinerja
proses anaerob pada kolam MUR dengan struktur UASB sudah
cukup efisien dengan presentase penurunan COD yang optimal
selama lima hari berturut-turut 80.27%, 89.66%, 88.54%,
87.81%, dan 83.67%. Hasil tersebut sudah sesuai dengan
literatur yag menyebutkan bahwa persentase penurunan COD
pada reaktor UASB adalah 70-90% (Letingga, 1991).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan umum tentang
perusahaan dan penanganan limbah cair yang ada pada PT.
Multi Bintang Indonesia, Mojokerto dapat disimpulkan bahwa:
68
1. PT multi bintang Indonesia sudah menerapkan K3 (kesehatan
dan keselamatan kerja) dengan standart internasioal yaitu
OHSAS (Occupation Health and Safety Assessment Series),
dan juga memperoleh tiga serifikat dari ISO yaitu ISO
9001:2000 (efektif menejemen), ISO 22000 (hazard analisis
critical control plan), dan ISO 14000 mengenai menejemen
pengolahan limbah dan lingkungan.
2. Pengolahan limbah pada PT multi bintang Indonesia sudah
cukup efektif dan sesuai dengan baku mutu BLH (Badan
lingkungan hidup).
3. Pengolahan limbah yang ada PT Multi bintang Indonesia
menitik beratkan pada pengolahan secara biologi. Salah satu
pengolahan secara biologi tersebut adalah dengan
menggunakan proses anaerob pada kolam MUR (Methane
Upflow Reactor) sebagai pengolahan awal penurunan beban
organik pada hasil buangan berupa limbah cair.
6.2 Saran
Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh
pada saat Praktek Kerja Lapang, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan rambu-rambu K3 pada bagian atau wilayah yang
belum terdapat rambu K3 nya seperti pada wilayah atau area
WWTP
2. Perlu adanya karyawan atau tenaga ahli pada bagian WWTP
yang benar benar memahami tentang limbah atau WWTP
69
DAFTAR PUSTAKA
Annonimous. http://www.uasb.org/discover/agsb.htm.
Tanggal Akses 15 februari 2015
70
Aryulina dan Diah. 2009. Biologi Jilid 3. ESIS. Jakarta.
72
Widjaja, Tri. 2009.Pengantar Pengolahan Limbah Secara
Biologis: Aerobic“Activated Sludge/Lumpur Aktif”.FTI-
ITS. Surabaya
73
Lampiran I. Struktur Organisasi PT. MBI-SA , Mojokerto
74
Lampiran II. Sertifikat Hasil Pengujian Parameter oleh BLH
Provinsi Jawa Timur
75
Lampiran III. Grafik Hasil Inspeksi Bulanan oleh BLH Tahun
2014
76
77
Lampiran IV. Lembar kerja PKL
78
79
Lampiran V. Kartu kendali pembimbimng PKL
80
Lampiran VI. Dokumentasi PKL
81
82